bab iv hasil penelitian dan pembahasanmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/kx0050744_4_6231.pdf ·...

39
96 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, Penulis menggunakan analisis framing untuk mengetahui bagaimana Majalah Rolling Stone Indonesia membingkai realitas dari rencana pemerintah untuk menutup blog-blog musik dan memblokir situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah model analisis framing yang dikembangkan oleh Robert N. Entman. Pada dasarnya Entman membagi framing ke dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu dari realitas atau isu. Seleksi isu adalah aspek yang berhubungan dengan pemilihan fakta dari realitas yang beragam, yang dilakukan dengan menggunakan empat strategi media atau elemen utama, yaitu pendefinisian masalah, perkiraan sumber masalah, membuat keputusan moral dan rekomendasi penyelesaian. Sementara, penonjolan aspek dari isu adalah aspek yang berhubungan dengan penulisan fakta (Eriyanto 2002: 197 - 201). Seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu dari isu merupakan tahap untuk menemukan bingkai (frame) yang dibentuk oleh Majalah Rolling Stone Indonesia dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia oleh pemerintah dalam artikel opini yang diterbitkannya.

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

96

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, Penulis menggunakan analisis framing untuk

mengetahui bagaimana Majalah Rolling Stone Indonesia membingkai realitas dari

rencana pemerintah untuk menutup blog-blog musik dan memblokir situs-situs

file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia. Metode penelitian yang

penulis gunakan adalah model analisis framing yang dikembangkan oleh Robert

N. Entman.

Pada dasarnya Entman membagi framing ke dalam dua dimensi besar, yaitu

seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu dari realitas atau isu. Seleksi isu adalah

aspek yang berhubungan dengan pemilihan fakta dari realitas yang beragam, yang

dilakukan dengan menggunakan empat strategi media atau elemen utama, yaitu

pendefinisian masalah, perkiraan sumber masalah, membuat keputusan moral dan

rekomendasi penyelesaian. Sementara, penonjolan aspek dari isu adalah aspek

yang berhubungan dengan penulisan fakta (Eriyanto 2002: 197 - 201).

Seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu dari isu merupakan tahap untuk

menemukan bingkai (frame) yang dibentuk oleh Majalah Rolling Stone Indonesia

dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan

pemblokiran situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia oleh

pemerintah dalam artikel opini yang diterbitkannya.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

97

4.1 Seleksi Isu

Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sumadiria (2004: 93 - 94), topik

rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran situs-situs file sharing

terkait pembajakan musik di Indonesia merupakan peristiwa aktual, penting untuk

diketahui khalayak, serta berdampak luas terhadap khalayak. Oleh sebab itu, telah

memenuhi kriteria topik rencana yang baik.

Proses seleksi isu dilakukan melalui tahapan empat strategi media yang

disebut juga elemen-elemen framing dalam analisis model Entman, Pendefinisian

Masalah (Define Problems), Perkiraan Sumber Masalah (Diagnose Causes),

Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) dan Rekomendasi

Penyelesaian (Treatment Recommendation ).

4.1.1 Pendefinisian Masalah (Define Problems)

4.1.1.1 Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia

Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia mendefinisikan

rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran situs-situs file sharing

terkait masalah pembajakan musik di Indonesia sebagai permasalahan hukum dan

sosial. Dikatakan sebagai persoalan hukum, karena berkaitan dengan pelanggaran

atas ketentuan hukum yang berlaku tentang penyebaran konten digital serta

penerapan Undang-undang yang tepat untuk digunakan dalam menangani masalah

penyebaran konten-konten ilegal di Internet. Sementara rencana penutupan blog-

blog musik dan pemblokiran situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di

Indonesia juga dapat dikatakan sebagai masalah sosial kerena berkaitan dengan

sosialisasi program pemerintah yang mengatur mengenai pembajakan musik di

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

98

Indonesia serta reaksi masyarakat yang timbul terhadap pemerintah ketika

mengetahui rencana pemblokiran blog dan situs bersangkutan.

Sosialisasi rencana pemerintah untuk menutup blog-blog musik dan situs-

situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia tersebut dianggap sebagai

permasalahan sosial juga karena reaksi yang timbul atas kebijakan tersebut datang

dari masyarakat, dalam hal ini para musisi dan pemilik label rekaman. Paragraf

pertama menunjukan bahwa tuntutan atas penerapan kebijakan tersebut datang

dari masyarakat;

Asosiasi-asosiasi musik tersebut meminta agar Kementerian Komunikasi

dan Informatika menutup situs-situs Internet yang memberikan fasilitas

mengunduh lagu secara ilegal atau menyebarkan lagu tanpa izin yang

memiliki hak atas lagu-lagu tersebut. Setidaknya ada 20 (dua puluh) situs

Internet yang mereka anggap menyediakan akses pengunduhan lagu secara

ilegal.

Tuntutan tersebut berujung pada sebuah siaran pers dari Kementrian

Komunikasi dan Informatika, yang menyatakan pembajakan musik adalah sebuah

masalah pelanggaran hukum dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya akan

mendapat tindakan hukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku,

pemerintah berencana untuk menutup blog-blog musik dan memblokir situs-situs

file sharing yang menyebarkan konten musik ilegal. Pembahasan mengenai

pembajakan musik sebagai sebuah tindakan pelanggaran hukum yang cukup

serius mendapat porsi paling besar dalam artikel ini, terutama tentang bagaimana

tindakan yang akan diambil oleh pemerintah berkaitan dengan hal tersebut. Hal ini

dapat dilihat pada paragraf kedua;

Bersamaan dengan hal tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika

Tifatul Sembiring juga menyampaikan pernyataan yang dikutip berbagai

media bahwa mengunduh lagu-lagu di situs Internet tanpa seizin pemiliknya

dapat dikenakan pidana penjara maksimum 12 (dua belas) tahun. Menurut

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

99

beliau, adanya ancaman pidana penjara tersebut adalah karena tindakan

tersebut melanggar ketentuan dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Pemerintah menganggap ada dua pihak yang dianggap sebagai pokok

permasalahan dalam pembajakan musik di tahan air, pertama para pemilik situs

yang menyediakan materi untuk diunduh secara ilegal, lalu kedua adalah para

pengunduh musik-musik ilegal tersebut. Paragraf ketiga menjelaskan tentang hal

tersebut;

Dengan demikian, ada dua hal yang menjadi perhatian dari Kementerian

Komunikasi dan Informatika, yaitu situs-situs Internet yang menyediakan

fasilitas mengunduh lagu secara ilegal dan orang yang mengunduh lagu

tanpa izin penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs-situs Internet

tersebut. Kementerian Komunikasi dan Informatika menganggap dua hal

tersebut berada dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya, sehingga

merasa yakin untuk menerapkan ketentuan-ketentuan UU ITE dalam rangka

menanggulanginya.”

Sementara Majalah Rolling Stone Indonesia mengajak para pembacanya

untuk menelaah lebih lanjut mengenai kebijakan pemerintah mengenai

pembajakan musik tersebut. Seperti yang dapat ditemukan dalam paragraf

keempat;

Untuk melihat apakah memang penanggulangan terhadap dua hal tersebut

masuk dalam lingkup tugas dan tanggung jawab Kementerian Komunikasi

dan Informatika, ada baiknya kita melihat lebih jauh ketentuan-ketentuan

dalam UU ITE yang dianggap relevan dengan dua hal tersebut. Hal ini

penting untuk mengetahui apakah memang tepat digunakan ketentuan-

ketentuan dalam UU ITE terhadap dua hal tersebut.

Dalam paragraf di atas, Majalah Rolling Stone Indonesia merasa bahwa

perlu untuk bersikap skeptis pada kebijakan pemerintah mengenai pembajakan ini,

sikap tersebut dianggap penting karena kebijakan yang tepat akan memberikan

dampak positif dalam penanganan masalah pembajakan musik di Indonesia. Hal

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

100

tersebut juga ditegaskan oleh Redaktur Majalah Rolling Stone Indonesia dalam

wawancaranya dengan penulis:

Selama ini pemerintah kurang begitu antusias dalam menangani masalah

pembajakan musik, sekalinya masalah tersebut mendapat perhatian yang

serius, timbul keraguan dari para praktisi dan pengamat musik tanah air.

Timbul beberapa pertanyaan seperti: Apakah kebijakan tersebut sudah

tepat? Apakah kebijakan tersebut mampu untuk setidaknya mengurangi

tingkat pembajakan musik di Indonesia? Karena kebijakan yang tepat akan

berdampak sangat besar terhadap kelangsungan hidup industri musik tanah

air. (Adib Hidayat, wawancara tanggal 02 Mei 2012)

Realitas yang terjadi pada permasalahan pembajakan musik di Indonesia ini

adalah terdapat kebutuhan yang sangat besar dari masyarakat atas kebijakan

pemerintah tentang masalah pembajakan musik, serta adanya keraguan yang

timbul terhadap kebijakan pemerintah yang akan diterapkan, dalam hal ini

penggunaan Undang-undang yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

Kebijakan pemerintah yang akan menutup blog-blog musik dan memblokir situs-

situs file sharing tampak seperti keputusan yang diambil dengan terburu-buru

tanpa kajian lebih lanjut terhadap dasar permasalahan serta dampak lebih lanjut

yang akan ditimbulkannya.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, fungsi penulisan National

Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia penulis anggap telah sesuai dengan salah

satu fungsi penulisan artikel yang dikemukakan Suhandang (2004: 158) yaitu

untuk menafsirkan masalah.

Penulis berpendapat bahwa sikap Majalah Rolling Stone Indonesia yang

memilih menjelaskan peristiwa ini dari aspek hukum dan sosial adalah untuk

memberikan pemahaman yang benar mengenai alasan kuat munculnya keraguan

dalam penggunaan Undang-undang yang tepat untuk mengatasi masalah

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

101

pembajakan musik di Indonesia. Majalah Rolling Stone Indonesia juga berupaya

memberikan pandangan dan sikap yang tetap menempatkan diri pada posisi netral

dalam menanggapi isu tersebut.

4.1.1.2 Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia

Dalam Rubrik Music Biz-nya, Majalah Rolling Stone Indonesia

mendefinisikan rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing

terkait pembajakan musik di Indonesia sebagai persoalan bisnis, sosial, dan

teknologi. Disebut sebagai persoalan bisnis karena pembajakan musik sangat erat

kaitannya dengan industri musik di tanah air. Tingginya tingkat pembajakan

musik di Indonesia mempunyai pengaruh langsung terhadap kelangsungan

industri musik di tanah air. Sementara persoalan sosial karena kebijakan yang

diterapkan pemerintah, akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat kepada

pemerintah. Dari sisi teknologi, perkembangan teknologi baik itu perangkat keras

maupun perangkat lunak menjadi tantangan tersendiri bagi industri musik

Indonesia dalam memerangi para pembajak.

Majalah Rolling Stone Indonesia menganggap bahwa awal kemunculan

blog-blog serta situs-situs file sharing yang menyebarkan konten musik digital

secara ilegal yang berujung kepada masalah pembajakan musik justru pada

awalnya diawali oleh komersialisme musik yang membangun sebuah industri di

dalamnya. Hal tersebut dapat kita lihat dalam paragraf kedua:

Industri musik rekaman yang kita kenal sekarang berawal dari mulainya

komersialisasi produk musik lewat piringan hitam. Musik yang ingin kita

nikmati hanya bisa kita nikmati lewat pertunjukan langsung, dan pembelian

piringan hitam (dan dalam gilirannya, kaset dan CD). Para pelaku industri

musik rekaman memiliki kekuasaan cukup ketat terhadap distribusi musik,

karena akses ke musik dibatasi pada sebuah produk fisik, berupa piringan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

102

hitam, kaset atau CD. Sebuah pola bisnis yang relatif sempurna terbentuk –

sebuah struktur industri yang menjual beraneka ragam musik, dalam format

dan harga yang relatif sama, yang dapat dipertahankan nyaris secara tak

terhingga, selama tidak ada kondisi pasar yang bergeser.

Paragraf di atas menunjukan bahwa kuasa industri musik rekaman begitu kuat

dalam proses komersialisme musik sejak awal, hal tersebut memberikan sisi

positif dengan terbentuknya iklim bisnis yang ideal dimana musisi dan perusahaan

rekaman dapat mengontrol peredaran musik mereka di pasaran. Hal tersebut

dimungkinkan karena penjualan musik dibatasi oleh penjualan musik dalam

bentuk musik saja: Piringan Hitam, Kaset dan CD.

Inovasi terus dilakukan, seiring perkembangan teknologi, industri musik

juga ikut berkembang. Kemunculan CD Audio adalah tonggak menuju era

kejayaan industri musik. Majalah Rolling Stone Indonesia menggambarkan

peristiwa tersebut dalam paragraf ketiga:

Salah satu inovasi yang mengembangkan industri musik rekaman juga jadi

salah satu penyebab besar industrinya secara relatif turun drastis. Musik

dikemas dalam CD diperkenalkan ke publik pada tahun ’80-an, dan

menawarkan kemurnian suara yang nyaris menandingi piringan hitam

(bahkan, bedanya mungkin tidak dapat terdeteksi oleh sebagian banyak

orang). Setelah meng-alami masa kaset yang memiliki beberapa

keterbatasan teknologi, misalnya kalau terlalu lama didengarkan lagunya

jadi ngageol kalau kata orang Sunda, CD memberikan sebuah pengalaman

mendengarkan musik yang cukup konsisten, yang hanya akan dibatasi oleh

perangkat audio yang digunakan. Dilengkapi dengan pola media dan berita

yang pada zaman itu masih relatif tersentralisasi, promosi dan penjualan

produk musik sangat berkembang. Zaman CD adalah zaman keemasan

industri musik rekaman. Tapi pasar berubah.

Namun kemudian perkembangan tenologi pula yang kemudian

menenggelamkan kedigdayaan industri musik, penemuan format MP3 salah

satunya. Keberadaan format MP3 serta populernya Internet memungkinkan

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

103

sebuah produk musik untuk disebar dan diunduh siapa saja tanpa ada pemasukan

untuk sang pemegang hak cipta. Paragraf keempat menjelaskan tentang hal ini:

Pertumbuhan pemakaian Personal Computer (PC) pada tahun ’90-an

memicu industri perangkat lunak untuk makin berkembang – bukan saja

oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft dan Apple, tapi juga

pengembang-pengembang lunak independen dan open source – yang

menemukan cara supaya isi CD Audio dapat disalin ke dalam komputer,

dalam format MP3, yang semula dimaksudkan oleh Moving Picture Experts

Group sebagai bagian dari protokol enkripsi video. Software pertama yang

bisa membuat file format MP3 dikeluarkan oleh Fraunhofer Society pada

tahun 1994, yang kemudian disusul oleh berdirinya website MP3.com untuk

musisi-musisi independen, dan keluarnya WinAmp yang mempopulerkan

MP3 sebagai format penyebaran musik, sampai akhir ’90-an. CD yang

semula tidak mudah dibuat duplikatnya (dibandingkan dengan kaset yang

sangat mudah diduplikasi dengan perangkat dubbing), ternyata dapat

diduplikasi dengan mudah melalui perangkat lunak khusus dan CD writer,

dan bahkan disalin isinya menjadi MP3 yang dapat disebar dengan mudah

melalui Internet! Penyebaran penggunaan MP3 sebagai format musik

pilihan seperti dikukuhkan oleh berdirinya Napster pada tahun 1999.

Mudahnya sebuah karya musik disebar dan diunduh melalui Internet inilah

yang menghentikan era kejayaan industri musik era label rekaman sekaligus

merubah industri musik menjadi sebuah industri yang mempunyai masalah yang

tidak kunjung terselesaikan. Musisi dan label rekaman mengalami penurunan

pendapatan, dari sisi bisnis hal ini tentu saja bukan berita baik. Paragraf keenam

menjelaskan tentang ini:

Sekarang, dunia musik seolah sudah terbalik: penjualan CD turun terus (dan

kaset sudah nyaris punah) karena pembajakan lewat Internet maupun CD

palsu, album sekaligus diperlakukan sebagai alat promosi artis/band supaya

orang maumenonton konsernya, media sudah terdesentralisasi dengan

berkembangnya Internet dan jutaan blog, dan sampai saat ini MP3 masih

banyak beredar bebas lewat Internet. Promosi berpola lebih sulit dilakukan

karena fragmentasi media (dan fragmentasi penikmat musik), dan akses

konsumen ke musik secara umum sulit dilakukan, karena hadirnya suatu file

musik di Internet bisa berarti penyebaran otomatis ke seluruh dunia,

sehingga mengurangi potensi konsumen membeli produk musik tersebut.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

104

Penggambaran tentang meningkatnya jumlah pembajakan melalui Internet

tersebut menjadi alasan kuat bagi para praktisi musik untuk mendesak pemerintah

agar menerapkan kebijakan yang tepat untuk memberi tindakan terhadap para

pembajak musik di tanah air. Seperti yang diterangkan oleh paragraf pertama

Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia tersebut:

Akhir Juli lalu sempat semarak berita bahwa 20 situs atau blog musik

ternama akan ditutup oleh Kemenkominfo; tepatnya, para asosiasi pelaku

industri musik yang tergabung dalam kampanye ’Heal Our Music’ telah

melayangkan sebuah surat kepada Kemenkominfo, yang juga disebar

kepada kantor-kantor media berita. Sampai penulisan artikel ini, belum

terlihat ada tindakan apapun terhadap situs-situs yang tertera pada surat

permintaan tersebut. Ini merupakan sebuah gejala zaman, yang memiliki

akar sejarah yang cukup panjang.

Majalah Rolling Stone Indonesia membingkai rencana penutupan blog-blog

musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia dari segi

bisnis, teknologi serta sosial dengan memposisikan diri sebagai pihak yang netral.

Majalah Rolling Stone Indonesia mencoba untuk menjelaskan duduk

permasalahan sehingga pembaca mengerti bahwa masalah pembajakan musik di

Indonesia merupakan masalah yang aktual dan penting untuk diketahui oleh

khalayak.

4.1.2 Perkiraan Sumber Masalah

4.1.2.1 Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia

Dalam masalah pembajakan musik di Indonesia yang diangkat oleh Rubrik

National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia, Majalah Rolling Stone

Indonesia menggambarkan bahwa kebijakan pemerintah dalam penanganan

masalah pembajakan musik di Indonesia, dalam hal ini Kementerian Komunikasi

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

105

dan Informasi, merupakan sesuatu yang diperkirakan sebagai sumber masalah.

Hal ini tersebut dapat dilihat dalam pemaparan berikut:

Dalam Siaran Pers Kementrian Komunikasi dan Informasi 27 Juli 2011

lalu, disampaikan bahwa pemerintah akan menggunakan UU ITE untuk menjerat

situs-situs yang memuat karya musik bajakan dalam bentuk digital serta para

pengguna Internet yang mengunduh lagu secara ilegal dari situs-situs tersebut

seperti yang diterangkan dalam paragraf ketiga:

Bersamaan dengan hal tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika

Tifatul Sembiring juga menyampaikan pernyataan yang dikutip berbagai

media bahwa mengunduh lagu-lagu di situs Internet tanpa seizin pemiliknya

dapat dikenakan pidana penjara maksimum 12 (dua belas) tahun. Menurut

beliau, adanya ancaman pidana penjara tersebut adalah karena tindakan

tersebut melanggar ketentuan dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Kementrian Komunikasi dan Informasi bahkan menjelaskan pasal-pasal

yang akan digunakan dalam rangka menjerat para pembajak tersebut, hal tersebut

dapat dilihat pada paragraf kelima sampai dengan kedelapan:

Dalam Siaran Pers Kementerian Komunikasi dan Informatika tertanggal 27

Juli 2011, diketahui beberapa pasal dalam UU ITE yang digunakan sebagai

dasar hukum untuk perlindungan hak cipta di dunia maya. Siaran Pers

tersebut antara lain mengutip ketentuan Pasal 25 UU ITE yang mengatur

bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun

menjadi karya intelektual, situs interneI, dan karya intelektual yang ada di

dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain itu, terdapat pula ketentuan dalam Pasal 32 ayat 1 UU ITE yang

mengatur me-ngenai larangan bagi setiap orang yang de-ngan sengaja dan

tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah,

mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,

menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

milik orang lain atau milik publik. Atas pelanggaran Pasal 32 ayat 1 UU

ITE tersebut, Pasal 48 ayat 1 UU ITE mengatur sanksi pidana penjara

maksimum 8 (delapan) tahun dan/atau denda maksimum Rp 2 miliar.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

106

Demikian pula Pasal 32 ayat 2 UU ITE yang mengatur larangan bagi setiap

orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara

apapun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak berhak.

Apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 32 ayat 2 UU ITE

tersebut, maka orang yang melakukannya dapat dipidana penjara maksimum

9 tahun dan/atau denda maksimum Rp 3 miliar menurut ketentuan Pasal 48

ayat 2 UU ITE.

Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud Pasal 32 ayat (1) dan (2) UU ITE

tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain, maka ancaman pidananya

menjadi lebih besar. Pasal 36 juncto Pasal 51 ayat 2 UU ITE mengatur

ancaman pidana perbuatan tersebut menjadi maksimum 12 (dua belas) tahun

penjara dan/atau denda maksimum Rp 12 miliar.

Sementara Majalah Rolling Stone Indonesia beranggapan bahwa penerapan

UU ITE untuk kepentingan penanganan pembajakan musik digital adalah

kebijakan yang kurang tepat, Majalah Rolling Stone Indonesia menganggap

bahwa UU tersebut memiliki kelemahan ketika diterapkan sebagai dasar hukum

untuk mengatur tentang penyebaran musik digital di Internet. Hal tersebut dapat

dilihat dalam paragraf kesembilan:

Apabila ketentuan pasal-pasal dalam UU ITE di atas diterapkan terhadap

situs-situs Internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara

ilegal, dan juga terhadap orang yang mengunduh lagu tanpa izin

penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs-situs Internet tersebut,

tentu akan mengundang perdebatan teknis. Salah satu contoh, apakah

kegiatan mengunduh dapat dipersamakan dengan kegiatan memindahkan

atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik?

Dalam praktik, mengunduh suatu file itu merupakan tindakan

memperbanyak file, karena misalnya semula hanya ada satu file pada suatu

situs, setelah selesai diunduh akan ada satu file lagi pada media

penyimpanan tanpa meng-hilangkan file pada situs tersebut. Hal ini berbeda

dengan tindakan memindahkan atau mentransfer yang dalam pemahaman

umum tidak menambah jumlah barang yang dipindahkan atau ditransfer.

Sebagaimana fungsi penulisan artikel opini sebagai penambah wawasan

pembaca dan mendorong mereka untuk berpikir lebih kritis terhadap berbagai

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

107

permasalahan yang masih hangat, National Affairs Majalah Rolling Stone

Indonesia mengajak para pembacanya untuk menelaah kembali penerapan UU

ITE untuk dijadikan landasan hukum dalam penanganan masalah pembajakan

musik di Indonesia yang disampaikan oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi

dalam siaran pers 27 Juli 2011 lalu.

Majalah Rolling Stone Indonesia berpendapat bahwa UU HKI lebih tepat

untuk mengatasi masalah pembajakan di Indonesia, mereka berpendapat bahwa

materi ilegal yang disebarkan oleh situs-situs tersebut sebenarnya sudah memiliki

perlindungan hukum dari UU HKI, seperti yang disampaikan pada paragraf

kesepuluh:

Kalau lebih jeli memperhatikan ketentuan Pasal 25 UU ITE, diterangkan

bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun

menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di

dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, ketika suatu

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik mengandung Hak

Kekayaan Intelektual (HKI), maka ketentuan yang mengatur mengenai

pelanggaran terhadapnya seharusnya adalah ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang HKI, bukan UU ITE. Hal ini sesuai dengan

asas hukum lex specialis derogate lex generali, yang artinya peratutan atau

UU yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan atau UU yang

umum.

Penulis berpendapat, Majalah Rolling Stone Indonesia berupaya melihat dan

menjelaskan peristiwa ini secara proporsional, yaitu dengan menyajikan ulasan

mendalam atas usaha untuk menangani pembajakan musik di Indonesia, UU ITE

dan UU Hak Cipta sebagai alternatifnya.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

108

4.1.2.2 Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia

Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia edisi #78 menyoroti

rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan

musik di Indonesia yang menimbulkan kekhawatiran para praktisi musik tanah air

dan pemerintah akan tingginya tingkat pembajakan di Indonesia. Majalah Rolling

Stone Indonesia melihat bahwa sumber permasalahan dari kekhawatiran tersebut

adalah belum siapnya para praktisi musik maupun pemerintah dalam menghadapi

perkembangan teknologi yang berkaitan dengan industri musik saat ini. Hal ini

dapat dilihat pada awal paragraf kedelapan:

Kita lihat bahwa industri musik rekaman, walaupun pola pikirnya sudah

sangat jauh berkembang pada awal 2000-an, masih berusaha

memperlakukan musik rekaman sebagai komoditas. Ini sama sekali tidak

salah – memperlakukan produk musik sebagai komoditas adalah sebuah

prinsip bisnis yang bagus, dan mempermudah perhitungan pembiayaan,

prakiraan keuntungan, dan berapa jumlah uang yang dapat diinvestasikan

kembali ke produk berikutnya. Tapi bisnis komoditas sangat bergantung

kepada pertanyaan apakah akses dan distribusi komoditas tersebut bisa

dilakukan dengan baik dan terukur. Kaset bisa. CD bisa. Tapi kalau sebuah

file digital, sulit, dengan Digital Rights Management sekalipun. Dilema ini

yang sedang melanda industri-industri musik, film, buku, dan perangkat

lunak. Dan sampai sekarang, belum tampak solusi yang dapat

menyelesaikan masalah semua orang dengan praktis dan, tentunya, dapat

menghasilkan keuntungan yang signifikan.

Tingginya tingkat pembajakan musik di Indonesia mempunyai pengaruh

sangat besar akan kelangsungan industri musik di negeri ini. Akhir paragraf

kedelapan menunjukan betapa besarnya pengaruh tersebut:

Karena tanpa keuntungan, sebuah bisnis dapat berlanjut – sebuah label

musik tidak akan dapat menginvestasikan uangnya ke artis baru atau album

baru; tidak dapat membayar berbagai pekerja industri yang bekerja di

belakang layar supaya hasil rekamannya bagus, supaya pertunjukan artisnya

bagus, dan sebagainya.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

109

Majalah Rolling Stone Indonesia juga menggambarkan pembajakan musik

digital melalui media Internet merupakan sebuah permasalahan yang sulit dicari

jalan keluarnya. Persaingan harga dengan para pembajak adalah sesuatu yang sulit

untuk disiasati, penutupan blog-blog yang membagi musik ilegal tidak akan

menutup akses publik terhadap materi-materi bajakan yang tersebar di Internet,

dan yang lebih penting untuk diketahui, wilayah hukum Indonesia tidak akan

dapat menjangkau sumber peredaran materi-materi tersebut. Kalimat pertama

dalam paragraf kesebelas menjelaskan tentang hal ini:

Salah satu hal yang diajarkan pada saya saat awal bekerja di sebuah

perusahaan rekaman adalah, “You can’t fight the pirates.”

Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia menyampaikan sebuah

kutipan yang cukup menakutkan, “Anda tidak dapat bersaing dengan para

pembajak.”, lalu menjelaskan bagaimana pernyataan tersebut menjadi sesuatu

yang nyata pada kalimat-kalimat selanjutnya:

Percuma. Kalau harga CD diturunkan dari Rp 75.000, menjadi Rp 30.000,

para pembajak masih untung dengan menjual CD bajakannya sebesar Rp

10.000, arena tidak harus membayar berbagai royalti dan bagi hasil. Dan

MP3 ilegal bisa mudah didapatkan dari berbagai sumber; Internet, kios-kios

ringtone yang banyak terdapat di pusat perbelanjaan, atau dikirim lewat

Bluetooth dari teman.

Melalui paragraf tersebut, Majalah Rolling Stone Indonesia menunjukan

kalau pembajakan musik di Indonesia bukanlah masalah yang dapat diselesaikan

dengan hanya menurunkan harga jual, yang notabene juga akan mengurangi

pendapatan label rekaman dan, terutama, para musisi.

Masalah lain dengan ditutupnya blog-blog musik dan situs-situs file sharing

yang menyediakan konten musik digitl secara ilegal tersebut adalah akan tertutup

pula media penyebaran musik legal yang selama ini dimanfaatkan oleh para

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

110

musisi independen (indie), hal tersebut sudah seharusnya menjadi bahan

pertimbangan karena industri musik tidak hanya milik label dan musisi besar

(major). Paragraf kesembilan menjelaskan tentang hal tersebut:

Ada satu hal yang terlewat – industri musik bukan ‘hanya’ industri musik

rekaman. Kalau orang sempat ramai mengatakan kalau ‘industri musik akan

mati’, justru itu pernyataan yang salah. Industri musik yang bergantung

pada penjalan CD itu yang akan mati. Industrinya sendiri masih dalam

transisi mencari bentuk baru. Tapi apakah pencarian bentuk baru tersebut,

harus melibatkan penutupan berbagai situs dan blog musik, yang notabene

tidak hanya digunakan untuk penyebaran MP3 secara ilegal, tapi juga

dijadikan saluran penyebaran MP3 legal oleh band-band indie?

Penulis menganggap Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik

Music Biz-nya dapat menjelaskan inti permasalahan dari isu pembajakan musik di

Indonesia. Majalah Rolling Stone Indonesia juga menjabarkan permasalahan yang

sepertinya luput dari tinjauan pemerintah serta para praktisi musik yang mendesak

ditutupnya blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik

di Indonesia, dalam hal ini mereka yang mengusung kampanye Heal Our Music.

Hal tersebut, sejalan dengan fungsi pers sebagai alat didik (to educate) seperti

yang dijelaskan oleh Effendy (2002 : 149 – 150).

4.1.3 Penilaian/Keputusan Moral (Make Moral Judgement)

4.1.3.1 Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia

Berdasarkan pendefinisian dan perkiraan masalah, Majalah Rolling Stone

Indonesia melihat penerapan UU ITE untuk mengatasi pembajakan musik di

Indonesia adalah kebijakan yang kurang tepat. Menurut Majalah Rolling Stone

Indonesia, munculnya keraguan tersebut dikarenakan ketakutan terhadap

ketidakmampuan kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk menutup

kesempatan bagi situs-situs yang menyediakan musik-musik ilegal untuk terus

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

111

online dan membuka kesempatan bagi para penggunjungnya untuk dapat

mengunduh lagu-lagu tersebut.

Dalam paragraf kesembilan Majalah Rolling Stone Indonesia

mengemukakan keraguan tersebut:

Apabila ketentuan pasal-pasal dalam UU ITE di atas diterapkan terhadap

situs-situs Internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara

ilegal, dan juga terhadap orang yang mengunduh lagu tanpa izin

penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs-situs Internet tersebut,

tentu akan mengundang perdebatan teknis. Salah satu contoh, apakah

kegiatan mengunduh dapat dipersamakan dengan kegiatan memindahkan

atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik?

Dalam praktik, mengunduh suatu file itu merupakan tindakan

memperbanyak file, karena misalnya semula hanya ada satu file pada suatu

situs, setelah selesai diunduh akan ada satu file lagi pada media

penyimpanan tanpa meng-hilangkan file pada situs tersebut. Hal ini berbeda

dengan tindakan memindahkan atau mentransfer yang dalam pemahaman

umum tidak menambah jumlah barang yang dipindahkan atau ditransfer.

Paragraf tersebut menjelaskan bahwa kesalahan penerapan hukum dalam

menangani masalah pembajakan musik digital akan menimbulkan masalah baru

yaitu perdebatan teknis. Apabila perdebatan teknis ini terjadi, besar kemungkinan

dapat dijadikan jalan oleh para pembajak untuk terus melanggar hukum, dan situs-

situs penyedia musik ilegal akan terus menyebarkan konten musik ilegal tanpa ada

tindakan yang bisa diambil oleh pemerintah.

Majalah Rolling Stone Indonesia mengangap penerapan Undang-undang

yang tidak tepat dalam penanganan masalah pembajakan musik di Indonesia akan

membahayakan para pihak yang terkait seperti musisi dan perusahaan rekaman.

Paragraf terakhir menjelaskan tentang hal ini:

Oleh karena itu, harus dipikirkan dengan benarpenggunaan ketentuan

hukum yang tepat untuk melindungi kepentingan hukum para pihak yang

terkait di dalam proses penegakan hukum, serta menjamin proses hukum

dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang benar.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

112

Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik National Affairsnya

mengingatkan para pembaca dan pemerintah tentang pentingnya peninjauan

kembali atas UU ITE sebagai dasar hukum untuk menyelesaikan masalah

pembajakan musik di Indonesia. UU ITE dianggap mempunyai kelemahan ketika

harus mengatur tentang penyebaran musik ilegal secara digital di Internet.

4.1.3.2 Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia

Berdasarkan pendefinisian dan perkiraan sumber masalah, Majalah Rolling

Stone Indonesia menganggap rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs

file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia erat kaitannya dengan

kelangsungan hidup industri musik di tanah air, komersialisme musik yang pada

awalnya memberikan banyak keuntungan untuk para pelaku industri musik telah

berubah menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka yang da di dalamnya.

Paragraf ketiga menjelaskan tentang hal ini:

Salah satu inovasi yang mengembangkan industri musik rekaman juga jadi

salah satu penyebab besar industrinya secara relatif turun drastis. Musik

dikemas dalam CD diperkenalkan ke publik pada tahun ’80-an, dan

menawarkan kemurnian suara yang nyaris menandingi piringan hitam

(bahkan, bedanya mungkin tidak dapat terdeteksi oleh sebagian banyak

orang). Setelah meng-alami masa kaset yang memiliki beberapa

keterbatasan teknologi, misalnya kalau terlalu lama didengarkan lagunya

jadi ngageol kalau kata orang Sunda, CD memberikan sebuah pengalaman

mendengarkan musik yang cukup konsisten, yang hanya akan dibatasi oleh

perangkat audio yang digunakan. Dilengkapi dengan pola media dan berita

yang pada zaman itu masih relatif tersentralisasi, promosi dan penjualan

produk musik sangat berkembang. Zaman CD adalah zaman keemasan

industri musik rekaman. Tapi pasar berubah.

Kemudian diperjelas lagi oleh paragraf keenam yang menyatakan bahwa

seiring perkembangan teknologi, tantangan bagi industri musik semakin besar:

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

113

Sekarang, dunia musik seolah sudah terbalik: penjualan CD turun terus (dan

kaset sudah nyaris punah) karena pembajakan lewat Internet maupun CD

palsu, album sekaligus diperlakukan sebagai alat promosi artis/band supaya

orang maumenonton konsernya, media sudah terdesentralisasi dengan

berkembangnya Internet dan jutaan blog, dan sampai saat ini MP3 masih

banyak beredar bebas lewat Internet. Promosi berpola lebih sulit dilakukan

karena fragmentasi media (dan fragmentasi penikmat musik), dan akses

konsumen ke musik secara umum sulit dilakukan, karena hadirnya suatu file

musik di Internet bisa berarti penyebaran otomatis ke seluruh dunia,

sehingga mengurangi potensi konsumen membeli produk musik tersebut.

Majalah Rolling Stone Indonesia menganggap bahwa pembajakan musik

yang merajalela di era internet merupakan sebuah tantangan bagi industri musik

itu sendiri, bukan sebuah rintangan. Industri musik perlu berkembang, sehingga

sebagai konsumen, masyarakat tidak terus menerus dieksploitasi dengan harga

dari sebuah karya musik yang semakin hari memang semakin membumbung.

Industri rekaman, serta para musisi harus mulai mempertimbangkan bagaimana

mereka menjalankan industri musik. Menjadikan karya musik sebagai sebuah

komoditas memang sebuah jalan keluar yang paling mudah, namun hal tersebut

mempunyai banyak efek buruk terhadap kelangsungan industri itu sendiri.

Paragraf kesepuluh mencoba untuk menjelaskan hal tersebut kepada pembaca:

Kita lihat di seluruh dunia, perusahaan rekaman sedang berusaha berubah

bentuk: beberapa telah membentuk event organizer sendiri, ada yang

memiliki manajemen artis sendiri, sampai mengelola merchandise sendiri,

sebagai usaha diversivikasi pemasukan uang, dan memaksimalkan

pengembalian invesatasi atas uang yang dikeluarkan perusahaan tersebut

untuk artis atau album yang dikelola. Sisi buruknya adalah artis menjadi

terikat ke kontrak yang cukup komprehensif mengambil keuntungan dari

semua lini pemasukan artis tersebut, dan segala kegiatan artis tersebut –

pertunjukan, merchandise, album – diperlakukan sebagai komoditas. Tidak

salah, tapi bukan satu-satunya cara.

Keputusan moral lain yang dibingkai oleh Majalah Rolling Stone Indonesia

pada artikel Music Biz ini adalah pengaruh penutupan stitus dan blog musik

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

114

terhadap keberadaan musik independen. Tidak seperti musisi yang bernaung di

bawah label rekaman besar, para musisi independen ini memanfaatkan situs dan

blog musik tersebut untuk meperkenalkan karya mereka.

Penutupan blog-blog musik akan berpengaruh besar terhadap cara mereka

memperkenalkan karya-karyanya, begitu juga dengan pemblokiran situs-situs file

sharing seperti Mediafire, Rapidshare, dsb. Selama ini, situs-situs file sharing

tersebut menjadi tempat untuk para musisi indie menyimpan file-file lagunya

secara gratis sehingga juga dapat diunduh secara gratis oleh para penggemarnya.

Paragraf kesembilan sedikit menjelaskan tentang hal tersebut:

Ada satu hal yang terlewat – industri musik bukan ‘hanya’ industri musik

rekaman. Kalau orang sempat ramai mengatakan kalau ‘industri musik akan

mati’, justru itu pernyataan yang salah. Industri musik yang bergantung

pada penjalan CD itu yang akan mati. Industrinya sendiri masih dalam

transisi mencari bentuk baru. Tapi apakah pencarian bentuk baru tersebut,

harus melibatkan penutupan berbagai situs dan blog musik, yang notabene

tidak hanya digunakan untuk penyebaran MP3 secara ilegal, tapi juga

dijadikan saluran penyebaran MP3 legal oleh band-band indie?

Penyebaran musik digital di Internet merupakan sebuah fenomena yang

terjadi karena perkembangan teknologi, dan seperti halnya fenomena lain,

perkembangan teknologi memiliki sisi negatif sekaligus positif. Tuntutan para

label rekaman dan musisi untuk memblokir situs-situs file sharing dan menutup

blog-blog musik bukanlah sebuah jalan keluar untuk mengatasi pembajakan di

Indonesia, Majalah Rolling Stone Indonesia cukup jelas menjabarkan tentang hal

ini dalam Rubrik Music Biz yang tayang dalam edisi #78 bulan November 2011

ini.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

115

4.1.4 Rekomendasi Penyelesaian Masalah (Treatment Recommendation)

4.1.4.1 Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia

Sebuah artikel opini sebagai karya jurnalistik sebisa mungkin harus dapat

membawa opini media massanya untuk memberikan jalan penyelesaian terhadap

masalah yang diangkat dalam isi artikel tersebut.

Sejalan dengan fungsi penulisan artikel opini yaitu untuk menyampaikan

hal-hal yang positif, maka Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik

National Affair-nya merekomendasikan penyelesaian masalah dengan cara

mengajak pemerintah serta pihak-pihak yang terkait untuk meninjau kembali

penerapan UU ITE sebagai dasar hukum dalam penindakan masalah pembajakan

musik di Indonesia. Seperti yang dapat dilihat pada paragraf ke-lima belas:

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penindakan atas

situs-situs Internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal

seharusnya mengutamakan penerapan ketentuan dalam UU Hak Cipta.

Dengan demikian, penanganan dugaan pelanggaran hak cipta tersebut lebih

tepat diserahkan kepada aparat kepolisian atau penyidik pegawai negeri sipil

di lingkungan Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Majalah Rolling Stone Indonesia juga mengingatkan, bahwa usaha untuk

memberikan tindakan hukum atas penyebaran musik ilegal di Internet harus tetap

dijalankan. Paragraf terakhir menjelaskan tentang hal ini:

Apa yang disampaikan di atas tidak dimaksudkan untuk mengendurkan

semangat untuk melawan pembajakan di era digital. Hal tersebut hanya

sebagai pengingat bahwa penegakan hukum tidak sepatutny dilakukan

secara sembarangan. Apalagi jika semata-mata didasarkan pada desakan

publik. Oleh karena itu, harus dipikirkan dengan benarpenggunaan

ketentuan hukum yang tepat untuk melindungi kepentingan hukum para

pihak yang terkait di dalam proses penegakan hukum, serta menjamin

proses hukum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang benar.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

116

Dalam paragraf di atas, bisa dilihat bahwa Majalah Rolling Stone Indonesia

berusaha untuk menjelaskan kepada pembacanya bahwa tindakan hukum tersebut

harus didasari oleh Undang-undang yang tepat, serta bukan sekedar adanya

tuntutan dari pihak-pihak tertentu saja, agar tidak membuka kesempatan bagi para

pembajak untuk menemukan celah di kemudian hari.

Melalui artikel ini, Majalah Rolling Stone Indonesia mengajak pemerintah

serta khalayak khususnya para praktisi musik tanah air untuk berpikir dan

bertindak dengan tepat serta sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

Sikap yang diambil Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik

National Affair-nya, merupakan perwujudan fungsi utama pers (Effendy, 2002 :

149 - 150), yaitu fungsi mendidik (to educate) dan memengaruhi (to influence),

terlebih dengan melakukan kontrol sosial (social control) terhadap masyarakat,

khususnya para praktisi musik tanah air, juga pemerintah Indonesia.

4.1.4.2 Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia

Sebuah artikel opini yang baik sebisa mungkin harus dapat mewakili media

massanya dalam memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang diangkat

sebagai pokok bahasan dari isi artikel tersebut. Rencana penutupan blog-blog

musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia dibingkai

oleh Majalah Rolling Stone Indonesia sebagai sebuah permasalahan yang erat

kaitannya dengan bisnis, sosial serta perkembangan teknologi. Setelah tahap

pendefinisian masalah, serta identifikasi sumber masalah, Majalah Rolling Stone

Indonesia memberikan alternatif penyelesaian masalah yang diantaranya

disampaikan pada paragraf keempatbelas:

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

117

Satu hal yang sering saya kedepankan adalah hentikan memberlakukan

musik sebagai komoditas. Metode komoditas ini akan mati perlahan, karena

sangat tergantung ke kontrol distribusi. Jangan tergantung ke musik sebagai

komoditas, tapi model bisnis baru harus dikembangkan ke arah yang lebih

mendekati produknya sendiri: pengalaman.

Dalam paragraf di atas, Majalah Rolling Stone Indonesia mencoba untuk

memberikan alternatif dalam mensiasati pembajakan musik di Indonesia selain

dengan memblokir situs-situs file sharing yang ada dan menutup blog-blog musik

yaitu dengan membangun model bisnis yang sesuai dengan keberadaan pasar serta

perkembangan teknologi sekarang ini, yaitu pengalaman konsumen. Mengenai

pengalaman konsumen ini dijelaskan lebih lanjut dalam paragraf kelimabelas:

Kenapa kita suka sebuah lagu? Kenapa kita berulang kali melihat remaja-

remaja umur tanggung menjerit-jerit lagu favoritnya saat mereka menonton

artis favoritnya di TV, bahka dipertnjukan yang sangat pagi? Karena lagu

menggugah emosi. Lagu menjadi cerminan ekspresi kita: cinta, benci, sedih,

senang, anti pemerintah, konyol, dan sebagainya. Ikatan antara lagu – atau

artisnya – adalah sesuatu yang tidak bsa ‘diciptakan’, dan akan timbul

sendiri. Dan ikatan emosi ini, adalah langkah pertama dari pengembangan

sebuah ‘pengalaman konsumen’.

Majalah Rolling Stone Indonesia menegaskan bahwa model bisnis yang

berkonsentrasi pada pengalaman konsumen bukanlah satu-satunya jalan keluar

alternatif yang dapat diambil oleh para praktisi industri musik tanah air. Paragraf

terakhir menjelaskan tentang hal tersebut:

Masih banyak contoh model bisnis dan kegiatan yang dapat dijadikan acuan,

tapi pada dasarnya sama: penggabungan berbagai kegiatan dan produk

untuk memberi penawaran musik kepada konsumen, yang sulit ditiru oleh

pembajak. Pembajak mungkin dengan mudah mendapatkan akses pada file

digital sebuah lagu, tapi akan sulit mendapatkan akses pada artisnya, dan

pastinya akan sulit menginvestasikan uang dan waktu untuk membuat

pengalaman konsumen yang lebih canggih. Artis atau band harus lebih jeli

dan berpikir seperti entreprenuer, dan perusahaan rekaman perlu

mengembangkan diri menjadi business enabler. Para perusahaan penerbit

musik, yang mewakili pencipta lagu, juga perlu mengembangkan diri dan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

118

lebih fleksibel menghadapi perkembangan teknologi. Inovasi teknologi dan

inovasi model bisnis akan berkembang terus, sehingga metode penrhitungan

royalti juga perlu berkembang. Sebagain besar pembajakan adalah gejala

perkembangan teknologi, bukan tindakan sengaja melawan hak cipta.

Pembajakan adalah tren konsumsi hiburan yang perlu diteliti dan disikapi,

karena yang pasti, hampir tidak mungkin dihapuskan. Pendidikan untuk

apresiasi hak cipta masih bisa dilakukan dengan inovasi bisnis, tapi tidak

dengan represi.

Majalah Rolling Stone Indonesia mengingatkan para pembacanya, bahwa

masih banyak alternatif lain dalam penyelesaian masalah pembajakan musik di

Indonesia, mereka menuntut para praktisi industri rekaman baik itu musisi

maupun label rekaman untuk lebih jeli dalam mengelola sisi bisnis mereka.

Inovasi adalah keharusan serta mengikuti perkembangan teknologi adalah sebuah

kewajiban yang harus dilakukan oleh para praktisi musik tersebut. Hal ini penting,

karena dengan begitu para pelaku industri musik akan mampu bersaing dengan

para pembajak dalam memikat perhatian konsumen.

Sikap yang diambil Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik Music

Biz-nya, merupakan perwujudan fungsi utama pers (Effendy, 2002 : 149 - 150),

yaitu fungsi mendidik (to educate) dan memengaruhi (to influence), terlebih

dengan melakukan kontrol sosial (social control) terhadap masyarakat, khususnya

para praktisi musik tanah air, juga pemerintah Indonesia.

4.2 Penonjolan Aspek dari Isu

4.2.1 Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia

Konstruksi atas peristiwa siaran pers Kementrian Komunikasi dan Informasi

mengenai pembajakan musik digital di Indonesia dilakukan penulis Rubrik

National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia melalui proses seleksi isu,

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

119

dengan menggunakan empat strategi atau elemen Entman, selanjutnya dibentuk

dengan cara melakukan penonjolan aspek tertentu.

Pada tajuk Rubrik National affairs Majalah Rolling Stone Indonesia,

rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan

musik di Indonesia didefinisikan sebagai persoalan hukum dan sosial, di mana

sosial terkait tuntutan publik terhadap pemerintah, sementara hukum terkait

kebijakan pemerintah terhadap permasalahan pembajakan musik di Indonesia.

Oleh karena itu, penonjolan aspek dari isu yang dipilih ini dilakukan dengan

menggunakan bahasa tertentu (pilihan kata, istilah, rangkaian kata, dan

sebagainya) yang berhubungan dengan aspek hukum dan sosial. Penonjolan

dilakukan Majalah Rolling Stone Indonesia melalui cara berikut ini:

1. Pilihan Kata

Majalah Rolling Stone Indonesia melakukan penonjolan melalui pilihan

kata atau istilah yang berkaitan dengan aspek hukum. Pilihan kata yang

mengandung aspek hukum terlihat dalam rangkaian kata;

1. Ilegal

“Asosiasi-asosiasi musik tersebut meminta agar Kementerian

Komunikasi dan Informatika menutup situs-situs Internet yang

memberikan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal atau menyebarkan

lagu tanpa izin yang memiliki hak atas lagu-lagu tersebut.” (Paragraf

1)

2. Relevan

“Untuk melihat apakah memang penanggulangan terhadap dua hal

tersebut masuk dalam lingkup tugas dan tanggung jawab Kementerian

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

120

Komunikasi dan Informatika, ada baiknya kita melihat lebih jauh

ketentuan-ketentuan dalam UU ITE yang dianggap relevan dengan

dua hal tersebut.” (Paragraf 4)

3. Melawan Hukum

“Demikian pula Pasal 32 ayat 2 UU ITE yang mengatur larangan bagi

setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada sistem elektronik

orang lain yang tidak berhak.” (Paragraf 7)

2. Istilah

Majalah Rolling Stone Indonesia dalam tajuk recananya menggunakan

beberapa istilah seperti;

1. Mengunduh Lagu

“Asosiasi-asosiasi musik tersebut meminta agar Kementerian

Komunikasi dan Informatika menutup situs-situs Internet yang

memberikan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal atau

menyebarkan lagu tanpa izin yang memiliki hak atas lagu-lagu

tersebut.” (Paragraf 1)

2. Ancaman Pidana

“Menurut beliau, adanya ancaman pidana penjara tersebut adalah

karena tindakan tersebut melanggar ketentuan dalam UU No. 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).”

(Paragraf 2)

3. Lingkup Tugas

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

121

“Kementerian Komunikasi dan Informatika menganggap dua hal

tersebut berada dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya,

sehingga merasa yakin untuk menerapkan ketentuan-ketentuan UU

ITE dalam rangka menang-gulanginya.” (Paragraf 3)

4. Pemegang Hak Cipta

“Apabila ketentuan pasal-pasal dalam UU ITE di atas diterapkan

terhadap situs-situs Internet yang menyediakan fasilitas mengunduh

lagu secara ilegal, dan juga terhadap orang yang mengunduh lagu

tanpa izin penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs-situs

Internet tersebut, tentu akan mengundang perdebatan teknis.”

(Paragraf 9)

5. Karya Intelektual

“Kalau lebih jeli memperhatikan ketentuan Pasal 25 UU ITE,

diterangkan bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan

karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak

Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan.” (Paragraf 10)

6. Lex Specialis Derogate Lex Generali

“Hal ini sesuai dengan asas hukum lex specialis derogate lex

generali, yang artinya peraturan atau UU yang bersifat khusus

mengesampingkan peraturan atau UU yang umum.” (Paragraf 10)

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

122

7. Mengendurkan Semangat

“Apa yang disampaikan di atas tidak dimaksudkan untuk

mengendurkan semangat untuk melawan pembajakan di era digital.

Hal tersebut hanya sebagai pengingat bahwa penegakan hukum tidak

sepatutnya dilakukan secara sembarangan.” (Paragraf 16)

8. Era Digital

“Apa yang disampaikan di atas tidak dimaksudkan untuk

mengendurkan semangat untuk melawan pembajakan di era digital.

Hal tersebut hanya sebagai pengingat bahwa penegakan hukum tidak

sepatutnya dilakukan secara sembarangan.” (Paragraf 16)

9. Desakan Publik

“Apalagi jika semata-mata didasarkan pada desakan publik. Oleh

karena itu, harus dipikirkan dengan benarpenggunaan ketentuan

hukum yang tepat untuk melindungi kepentingan hukum para pihak

yang terkait di dalam proses penegakan hukum, serta menjamin proses

hukum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang benar.” (Paragraf

16)

10. Maju Terus

“Maju terus musik Indonesia!” (Paragraf 16)

4.2.2 Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia

Konstruksi atas peristiwa atau isu mengenai rencana penutupan blog-blog

musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia yang

dilakukan melalui proses seleksi isu, dengan menggunakan empat strategi atau

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

123

elemen Entman, selanjutnya dibentuk dengan melakukan penonjolan aspek

tertentu.

Pada Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia, rencana penutupan

blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di

Indonesia didefinisikan sebagai persoalan bisnis, sosial dan teknologi, sedikit

berbeda dengan pendefinisian Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone

Indonesia. Oleh karena itu, penonjolan aspek dari isu yang dipilih dilakukan

dengan menggunakan bahasa tertentu (pilihan kata, istilah, rangkaian kata, dan

sebagainya) yang berhubungan dengan aspek bisnis, sosial dan teknologi.

Penonjolan dilakukan Majalah Rolling Ston Indonesia melalui beberapa cara

berikut ini:

1. Pilihan Kata

Majalah Rolling Stone Indonesia dalam Rubrik Music Biz-nya berupaya

menonjolkan rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing

terkait pembajakan musik di Indonesia ini dari sisi bisnis, sosial dan teknologi

melalui pilihan kata yang bersifat atau erat kaitannya dengan segi bisnis, sosial

dan teknologi. Beberapa kata yang berkaitan dengan ketiga aspek tersebut terdapat

pada beberapa paragraf dalam artikel ini, sehingga secara umum paragraf-paragraf

tersebut bersifat atau bermakna bisnis, sosial, atau teknologi seperti:

1. Industri

“Industri musik rekaman yang kita kenal sekarang berawal dari mulainya

komersialisasi produk musik lewat piringan hitam.” (Paragraf 2)

2. Komersialisasi

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

124

“Industri musik rekaman yang kita kenal sekarang berawal dari mulainya

komersialisasi produk musik lewat piringan hitam.” (Paragraf 2)

3. Inovasi

“Salah satu inovasi yang mengembangkan industri musik rekaman juga jadi

salah satu penyebab besar industrinya secara relatif turun drastis.” (Paragraf

3)

4. Fragmentasi

“Promosi berpola lebih sulit dilakukan karena fragmentasi media (dan

fragmentasi penikmat musik), dan akses konsumen ke musik secara umum

sulit dilakukan, karena hadirnya suatu file musik di Internet bisa berarti

penyebaran otomatis ke seluruh dunia, sehingga mengurangi potensi

konsumen membeli produk musik tersebut.” (Paragraf 6)

5. Komoditas

“Kita lihat bahwa industri musik rekaman, walaupun pola pikirnya sudah

sangat jauh berkembang pada awal 2000-an, masih berusaha

memperlakukan musik rekaman sebagai komoditas.” (Paragraf 8)

6. Transisi

“Industrinya sendiri masih dalam transisi mencari bentuk baru.” (Paragraf

9)

7. Investasi

“Kita lihat di seluruh dunia, perusahaan rekaman sedang berusaha berubah

bentuk: beerapa telah membentuk event organizer sendiri, ada yang

memiliki manajemen artis sendiri, sampai mengelola merchandise sendiri,

sebagai usaha diversivikasi pemasukan uang, dan memaksimalkan

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

125

pengembalian investasi atas uang yang dikeluarkan perusahaan tersebut

untuk artis atau album yang dikelola.” (Paragraf 10)

8. Bertempur

“Satu-satunya cara bertempur dengan para pembajak adalah dengan

bergerak lebih cerdik.” (Paragraf 11)

9. Entrepreneur

“Artis atau band harus lebih jeli dan berpikir seperti entreprenuer, dan

perusahaan rekaman perlu mengembangkan diri menjadi business enabler.”

(Paragraf 17)

2. Istilah

Majalah Rolling Stone Indonesia dalam tajuk recananya menggunakan

beberapa istilah untuk menonjolkan tiga aspek tersebut di atas, seperti;

1. Industri Musik Rekaman

“Industri musik rekaman yang kita kenal sekarang berawal dari

mulainya komersialisasi produk musik lewat piringan hitam.” (Paragraf

2)

2. Zaman Keemasan

“Zaman CD adalah zaman keemasan industri musik rekaman.”

(Paragraf 3)

3. Musisi Independen

“Software pertama yang bisa membuat file format MP3 dikeluarkan oleh

Fraunhofer Society pada tahun 1994, yang kemudian disusul oleh

berdirinya website MP3.com untuk musisi-musisi independen, dan

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

126

keluarnya WinAmp yang mempopulerkan MP3 sebagai format

penyebaran musik, sampai akhir ’90-an.” (Paragraf 4)

4. Pembajakan Lewat Internet

“Sekarang, dunia musik seolah sudah terbalik: penjualan CD turun terus

(dan kaset sudah nyaris punah) karena pembajakan lewat Internet

maupun CD palsu, album sekaligus diperlakukan sebagai alat promosi

artis/band supaya orang maumenonton konsernya, media sudah

terdesentralisasi dengan berkembangnya Internet dan jutaan blog, dan

sampai saat ini MP3 masih banyak beredar bebas lewat Internet.”

(Paragraf 6)

5. Produk Gaya Hidup

“Industri musik rekaman di Indonesia berkembang pesat lagi setelah

hadirnya ringbacktone, yang sebenarnya sudah berkembang jadi produk

gaya hidup atau produk ekspresi, seperti layaknya status message pada

Yahoo! Messenger atau Blackberry Messenger.” (Paragraf 7)

6. Bergerak Lebih Cerdik

“Satu-satunya cara ‘bertempur’ dengan para pembajak adalah dengan

bergerak lebih cerdik.” (Paragraf 11)

7. Solusi Ajaib

“Tentunya, tidak ada solusi ajaib yang akan menyelesaikan persoalan

penggunaan hak cipta versus pembajakan.” (Paragraf 13)

8. Pahlawan Industri Musik Digital

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

127

“Digital Rights Management? Akhirnya pahlawan-pahlawan industri

musik digital seperti iTunes Store dan Amazon MP3 Music Store sudah

menjual musik tanpa DRM semenjak tahun lalu.” (Paragraf 13)

9. Pengalaman Konsumen

“Ikatan antara lagu – atau artisnya – adalah sesuatu yang tidak bsa

‘diciptakan’, dan akan timbul sendiri. Dan ikatan emosi ini, adalah

langkah pertama dari pengembangan sebuah pengalaman konsumen.”

(Paragraf 15)

10. Business Enabler

“Artis atau band harus lebih jeli dan berpikir seperti entreprenuer, dan

perusahaan rekaman perlu mengembangkan diri menjadi business

enabler.” (Paragraf 17)

4.3 Pembahasan

Setiap media massa memaknai sebuah peristiwa secara berbeda dan setiap

media pun membuat penonjolan-penonjolan aspek-aspek tertentu dalam berita

yang disajikan. Penonjolan aspek tertentu inilah yang disebut framing. Hal yang

pertama kali dilakukan dalam analisis framing, adalah melihat bagaimana media

mengkonstruksi realitas. Realitas itu sendiri aktif dibentuk oleh wartawan yang

tetap mengedepankan visi dan misi media.

Robert N. Entman membagi framing menjadi dua bagian, yaitu seleksi isu

dan penekanan isu atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Berdasarkan

kedua dimensi tersebut, penulis mencoba membahas hasil analisis dua artikel

opini yang terbit dalam Majalah Rolling Stone Indonesia edisi #78 November

2011.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

128

Berdasarkan hasil analisis, penulis melihat bahwa Majalah Rolling Stone

Indonesia menilai rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing

terkait pembajakan musik di Indonesia sebagai permasalahan yang menyangkut

penegakan hukum, bisnis, tanggungjawab sosial, dan perkembangan teknologi.

Penerapan Undang-undang yang tepat serta pola bisnis yang inovatif akan

menjamin terbentuknya sebuah industri musik yang kuat dan mampu bersaing

dengan para pembajak sehingga kekhawatiran akan matinya industri musik di

Indonesia dapat ditanggulangi.

Paragraf ke-15 Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia

menjelaskan bahwa penggunaan UU Hak Cipta lebih tepat dibandingkan

menerapkan UU ITE untuk mengatasi masalah pembajakan musik di Indonesia.

Sementara pada paragraf ke-14 Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone

Indonesia ditegaskan bahwa penting bagi industri musik untuk tidak lagi

memperlakukan karya musik sebagai komoditas, industri musik juga harus

mengedepankan inovasi bisnis agar dapat terus hidup sejalan dengan

perkembangan teknologi. Rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file

sharing tidak lantas akan menyelesaikan masalah pembajakan musik di Indonesia,

Majalah Rolling Stone Indonesia menganggap rencana tersebut akan memberikan

dampak yang beragam bagi masyarakat musik di tanah air.

1. Seleksi Isu

Seleksi isu berhubungan dengan pemilihan fakta. Pemilihan fakta ini yang

menunjukan bagaimana sebuah media memaknai sebuah peristiwa. Fakta-fakta

yang mewakili pemahaman media massa tersebut akan ditampilkan, dibandingkan

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

129

dengan fakta lainnya. Proses pemilihan fakta ini, tidak dapat dipahami semata-

mata sebagai bagian dari teknis jurnalistik, tetapi juga politik pemberitaan.

Seleksi isu yang dilakukan Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone

Indonesia dalam mengkonstruksi realitas rencana penutupan blog-blog musik dan

situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia adalah dengan

meninjau kembali dasar hukum yang digunakan untuk menjalankan kebijakan

pemerinta tersebut, hal tersebut tentu saja terkait dengan reaksi atau rasa

kepercayaan masyarakat yang akan timbul terhadap pemerintah dalam mengtasi

masalah pembajakan musik di Indonesia.

Kebijakan pemerintah akan berujung kepada reaksi pro-kontra yang muncul

di kalangan musisi Indonesia yang akan terkena dampak dari penutupan blog-

blog musik dan situs-situs file sharing tersebut, dan ini merupakan permasalahan

sosial. Majalah Rolling Stone Indonesia dalam pemberitaan mengedepankan

sudut pandang yang luas dengan tidak menampilkan adanya keberpihakan

terhadap pihak manapun, namun lebih kritis terhadap masalah yang akan timbul

diakibatkan oleh sosialisasi rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file

sharing terkait pembajakan musik di Indonesia ke masyarakat luas. Dari tajuk

rencana ini menunjukkan bahwa Majalah Rolling Stone Indonesia menerapkan

syarat-syarat dan kaidah dalam memproduksi sebuah berita; berimbang (balance),

objektif, dan faktual.

Melengkapi Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia,

Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia menilai rencana penutupan

blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di

Indonesia ini dari sisi bisnis, Majalah Rolling Stone Indonesia menganggap

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

130

kebijakan tersebut perlu dipertimbangkan lebih jauh karena akan memberikan

dampak negatif bagi perkembangan musik di Indonesia. Ketidaksiapan industri

musik tanah air dalam menghadapi perkembangan teknologi dinilai sebagai pokok

permasalahan yang mendorong sebagian pihak untuk mendesak penerapan

kebijakan tersebut, hal tersebut sebenarnya dapat dihindari apabila Industri musik

Indonesia mau menerapkan pola bisnis yang berbeda, yang tidak memperlakukan

karya musik sebagai komoditas. Dari isi artikelnya Rubrik Music Biz Majalah

Rolling Stone Indonesia cenderung menanggapi sikap pemerintah yang akan

menutup blog-blog musik serta situs-situs file sharing tersebut sebagai kebijakan

yang terburu-buru dan muncul karena adanya tekanan dari pihak tertentu.

Tabel 4.1

Seleksi Isu Rencana Penutupan Blog-blog Musik dan Pemblokiran Situs-situs

File Sharing terkait Pembajakan Musik di Indonesia

Rubrik National Affairs Rubrik Music Biz

Define Problems

Masalah hukum dan sosial;

aspek hukum berkaitan dengan

kebijakan pemerintah dan UU

yang digunakan dalam

menangani pembajakan musik

di Indonesia, sementara aspek

sosial terkait tuntutan dan

reaksi dari masyarakat

terhadap kebijakan tersebut.

Masalah bisnis dan sosial;

aspek bisnis terkait dengan

penurunan minat konsumen

terhadap karya musik yang

diperlakukan oleh industri

musik sebagai komoditas.

Sementara aspek sosial

berkaitan dengan tekanan

masyarakat terhadap

pemerintah untuk segera

mengeluarkan kebijakan

tentang penyebaran musik

ilegal melalui Internet.

Penerapan UU ITE yang Perlakuan industri musik

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

131

Diagnose Causes

memiliki kelemahan dalam

mengatasi masalah

pembajakan musik di

Indonesia.

terhadap karya musik yang

dijadikan sebagai komoditas.

Rencana penutupan blog-blog

musik serta situs-situs file

sharing yang menyebarkan

musik ilegal melalui Internet,

yang dipicu oleh desakan

Heal Our Music kepada

Kemenkominfo.

Make Moral

Judgement

Kekhawatiran akan terus

berjalannya situs-situs yang

menyediakan musik bajakan

karena kebijakan pemerintah

yang kurang tepat.

Pembajakan musik adalah

sebuah fenomena yang

memiliki dua sisi, negatif dan

positif. Penutupan blog-blog

musik dan pemblokiran situs-

situ file sharing akan

memberikan dampak yang

beragam terhadap dunia

musik tanah air.

Treatment

Recommendation

Penggunaan UU HKI sebagai

dasar hukum yang mengatur

tentang peredaran musik

digital di Internet. Dengan

begitu, penanganan masalah

pembajakan musik melalui

Internet menjadi kewajiban

kepolisian atau penyidik

pegawai negeri sipil dari

Dirjen HKI Kemenhukam.

Industri musik harus berhenti

menjadikan karya musik

sebagai komoditas, kemudian

menerapkan inovasi-inovasi

bisnis baru sebagai jalan

alternatif untuk

menyelematkan industri

musik tanah air, diantaranya

adalah dengan

mengembangkan bisnis yang

berkonsentrasi kepada

peningkatan pengalaman

konsumen.

(Sumber: Hasil Penelitian)

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

132

2. Penonjolan Aspek Tertentu

Bagian ini berhubungan dengan penulisan fakta. Hal ini berkaitan pula

dengan penggunaan kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk

menggambarkan realitas yang ingin ditonjolkan sebuah media kepada khalayak.

Pemilihan bahasa oleh media dapat menciptakan realitas tertentu, dari sebuah

peristiwa.

Dalam penulisan tajuk rencananya, Majalah Rolling Stone Indonesia lebih

menonjolkan aspek dari isu yang dipilih dengan menggunakan bahasa tertentu

(pilihan kata dan penggunaan istilah) yang berhubungan dengan aspek-aspek

tertentu.

Pilihan kata yang berkaitan dengan aspek hukum dalam Rubrik National

Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia adalah; ilegal, relevan dan melawan

hukum. Selain itu, Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia juga

menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan aspek hukum dalam

penulisannya; mengunduh lagu, ancaman pidana, lingkup tugas, pemegang hak

cipta, karya intelektual, lex specialis derogate lex generali, mengendurkan

semangat, era digital, desakan publik, dan maju terus.

Berbeda dengan Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia,

Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia lebih bayak memilih kata-kata

yang berkaitan dengan aspek bisnis dan teknologi, seperti; industri,

komersialisasi, fragmentasi, inovasi, transisi, komoditas, bertempur, investasi,

dan entepreneur. Begitu juga dengan penggunaan istilah, Rubrik Music Biz

Majalah Rolling Sone Indonesia memilih untuk menggunakan istilah-istilah yang

erat kaitannya dengan sisi bisnis dan teknologi, seperti; industri musik rekaman,

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

133

zaman keemasan, musisi independen, pembajakan lewat internet, produk gaya

hidup, bergerak lebih cerdik, solusi ajaib, pahlawan industri musik digital,

pengalaman konsumen, dan business enabler.

Tabel 4.2

Penonjolan Aspek Tertentu dari Rencana Penutupan Blog-blog Musik dan

Pemblokiran Situs-situs File Sharing terkait Pembajakan Musik di Indonesia

Rubrik National Affairs Rubrik Music Biz

a. Pilihan kata terkait bidang hukum dan

sosial

b. Pemakaian istilah terkait aspek hukum

dan sosial

a. Pilihan kata terkait bidang bisnis,

sosial dan teknologi

b. Pemakaian istilah terkait aspek

bisnis, sosial dan teknologi

(Sumber: Hasil Penelitian)

Dalam media massa, penggunaan bahasa atau rangkaian kata ikut

menentukan konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul.

Oleh karena itu, penggunaan kata tertentu diupayakan agar dapat mendukung atau

memperkuat konstruksi atau frame yang terbentuk. Pilihan kata atau istilah yang

digunakan menentukan makna kedua teks tajuk, sehingga dapat menunjukkan

sikap Majalah Rolling Stone Indonesia sebagai sebuah media massa terhadap

rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan

musik di Indonesia. Dalam hal ini terlihat bahwa Majalah Rolling Stone Indonesia

pada dasarnya selalu menampilkan pemberitaan atau penilaian dari berbagai sudut

pandang.

Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia banyak

memberikan pandangan tentang rencana penutupan blog-blog musik dan situs-

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_4_6231.pdf · dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran

134

situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia dari sisi penegakan

hukum, sementara dalam Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia

memberikan banyak pandangan dari sisi bisnis dan teknologi. Hal tersebut, sesuai

dengan fungsi pers sebagai alat didik (to educate) dan penyampai berita (to

inform). Kedua artikel opini yang terbit pada Majalah Rolling Stone Indonesia

edisi #78 itu juga memenuhi fungsi pers sebagai alat koreksi (to influence),

keduanya mengajak pembacanya untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan

pemerintah mengenai masalah pembajakan musik di Indonesia.