bab ii tinjauan pustaka 2.1 kajian penelitian...

21
44 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari sebuah penelitian terdahulu, baik dari jenis penelitian maupun teori yang digunakan, dan teknik metode penelitian yang digunakan penjelesannya dibawah ini sebagai berikut : No Judul Peneliti Tujuan Penelitian Hasil kajian Penelitian terdahulu Kesimpulan 1 Hubungan Pemberitaan Kriminal di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan saat berada di tempat umum Rama Silvasurya Jurusan Manajemen Komunikasi Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan isi media, isi pesan, dan atensi perempuan dalam mengkonsumsi berita di media massa dengan tingkat kecemasan perempuan saat berada di tempat umum Terdapat hubungan signifikan antara intensitas penggunaan media, isi pesan dan atensi dengan kecemasan perempuan saat berada di tempat umum, hal ini disebabkan karena freakuensi penggunaan, kejelasan informasi dan kebutuhan informasi mempengaruhi tingkat kecemasan perempuan saat berada di tempat umum Intensitas penggunaan media, isi pesan dan atensi dapat mempengaruhi tingkat kecemasan perempuan saat berada di tempat umum.

Upload: doandan

Post on 30-Jan-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didasari dari sebuah penelitian terdahulu, baik dari jenis

penelitian maupun teori yang digunakan, dan teknik metode penelitian yang

digunakan penjelesannya dibawah ini sebagai berikut :

No Judul Peneliti Tujuan

Penelitian

Hasil kajian

Penelitian

terdahulu

Kesimpulan

1

Hubungan

Pemberitaan

Kriminal di

televisi dengan

tingkat

kecemasan

perempuan saat

berada di tempat

umum

Rama

Silvasurya

Jurusan

Manajemen

Komunikasi

Untuk

mengetahui

hubungan yang

signifikan antara

intensitas

penggunaan isi

media, isi pesan,

dan atensi

perempuan dalam

mengkonsumsi

berita di media

massa dengan

tingkat

kecemasan

perempuan saat

berada di tempat

umum

Terdapat

hubungan

signifikan antara

intensitas

penggunaan

media, isi pesan

dan atensi

dengan

kecemasan

perempuan saat

berada di tempat

umum, hal ini

disebabkan

karena

freakuensi

penggunaan,

kejelasan

informasi dan

kebutuhan

informasi

mempengaruhi

tingkat

kecemasan

perempuan saat

berada di tempat

umum

Intensitas

penggunaan

media, isi pesan

dan atensi dapat

mempengaruhi

tingkat kecemasan

perempuan saat

berada di tempat

umum.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

45

2 Hubungan

antara

penayangan

acara

Infotaiment

“insert”

(informasi

selebritis)

dengan sikap

pemirsa

terhadap gaya

hidup selebriti

Gria Astrelia

Yuditha

Jurusan

Manajemen

Komunikasi

Untuk Mengetahu

hubungan antara

Intensitas

penayangan acara

Infotaiment

“insert” dengan

siap pemirsa

terhadap gaya

hidup selebritis,

untuk mengetahui

isi pesan

penayangan acara

infotaiment

“insert” dengan

sikap pemirsa

terhadap gaya

hidup selebritis,

dan untuk

mengetahui

hubungan daya

tarik penayangan

acara infotaiment

“insert dengan

sikap pemirsa

terhadap gaya

hidup selebritis

Menunjukan

bahwa terdapat

hubungan

signifikan antara

intensitas

penayangan ,

daya tarik

penayangan,

denga sikap

pemirsa terhadap

gaya hidup

selebriti

Dapat ditarik

kesimpulan

penelitian ini

aspek intensitas,

isi pesan dan daya

tarik tergolong

tinggi .

3 Hubungan

Tayangan “

sampurasun

dengan persepsi

pemirsa televisi

pada budaya

sunda

Aprilianty

Rochmat

Jurusan

Hubungan

Masyarakat

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui

hubungan antara

tayangan

“sampurasun”

dengan persepsi

dan aksi pemirsa

terhadap tayangan

talk show

bebahasa sunda di

televisi khususnya

di kota bandung

Hasil dari

penelitian ini

menunjukan

bahwa tayangan

“sampurasun”

yang disiarkan

PJTV bandung

dalam hal

panjang

tayangan, dan

penyajian atau

konflik tayangan

telah berhasil

membentuk

persepsi positif

dan aksi yang

positif pula

terhadap budaya

sunda

Kesimpulan dari

penelitian ini

adalah adanya

hubunan yang kuat

antara tayangan

“sampurasun”

dengan persepsi

dan aksi pemirsa

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

46

4 Strategi

Program

tayangan “jika

aku menjadi

Trans Tv

Tiara Marcia Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui

bagaimana

strategi program

tayangan “jika

aku menjadi di

trans TV”

Program

tayangan jika aku

menjadi ini

adalah program

tayangan televisi

yang

menanamkan

kepedulian sosial

dan memiliki

nilai edukatif

yang mampu

bersaing di

waktu tayang

prime time.

Kesimpulan untuk

mendapatkan

program tayangan

yang berkualitas

dan menghibur

“jika aku menjadi

membuat

perencanaan,

pengorganisasian

5 Hubungan

Antara

Kredibilitas

Komunikator

Kegiatan

Pelatihan

Operator Truk

PT.Indocement

Dengan Sikap

Pengemudi Baru

Terhadap

Perusahaan

Ary Mazhar

Ridlo

Mengetahui

Keeratan

hubungan antara

kredibilitas

Komuniator

Kegiatan

Pelatihan

Operator Truk

dengan sikap

Pengemudi Baru

terhadap

perusahaan

Terdapat

Hubungan yang

signifikan

dengan sikap

pengemudi

Terdapat

Hubungan cukup

erat dengan sikap

pengemudi

Tabel 2.1

2.2 Perspektif Teoritis

2.2.1 Teori Kultivasi (Cultivation Theory)

Teori Kultivasi adalah teori yang dikembangkan oleh George Gerbner

pada tahun 1970-an dan 1980-an, memunculkan pertanyaan di tingkat makro

mengenai peranan media dalam masyarakat walaupun teori ini mewakili sebuah

aspek gabungan dari kombinasi antara teori kebudayaan makroskopik dengan

mikroskopik. Beberapa peneliti melihat teori ini sebuah contoh yang mungkin

untuk penelitian selanjutnya. Teori ini hadir ketika perspektif efek terbatas sangat

kuat tetapi mulai menunjukan tanda-tanda penurunan dan teori budaya

mendapatkan perhatian yang lebih serius daripada akademisi media. Kontroversi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

47

ini memperlihatkan begitu banyak ragam perspektif yang berlawanan yang

beberapa masih diakui secara luas (stanley, 2009:404).

Perspektif transmisional melihat media sebagai pengirim pesan-pesan

potongan-potongan informasi yang jelas-ke seluruh penjuru ruang. Perspektif ini

dan teori dampak terbatas merupakan pasangan baik. jika apa yang dilakukan

media hanyalah menyebarkan potongan informasi, orang dapat memilih untuk

menggunakan atau tidak menggunakan informasi tersebut sebagaimana mereka

kehendaki. dalam perspektif ritual, sebaliknya, media dikonsptualisasikan sebagai

suatu cara mentransmisikan “pesan di dalam ruang” tetapi sebagai hal yang sentral

bagi “pemeliharaan masyarakat pada suatu waktu” (carey, 1975:6).

2.2.2 Asumsi Analisis Kultivasi

Dalam mengemukakan posisi bahwa realitas yang dimediasi menyebabkan

konsumen memperkuat realitas sosial media mereka, Analsis Kultivasi membuat

beberapa asumsi karena teori ini dari dulu hingga kini merupakan teori yang

didasarkan pada televisi, ketiga asumsi ini menyatakan hubungan antara media

dan budaya :

Televisi, secara esensi dan fundamental, berbeda dengan bentuk-bentuk

media massa lainnya

Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari masyarakat

kita

Pengaruh dari televisi terbatas

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

48

Asumsi pertama lahir daru analisis Kultivasi menggaribawahi keunikan

dari televisi berada di dalam lebih 98% di rumah amerika serikat. televisi tidak

membutuhkan kemampuan membaca, sebagaimana dengan media cetak. oleh

karena itu televisi mudah diakses dan tersedia untuk siapa saja, televisi merupakan

“senjata pembentuk sikap masyarakat yang utama”(gerbner, gross,jackson-

becck,jeffries-fox & signorielli,1978:178)

Asumsi yang kedua berkaitan dengan dampak televisi berkaitan dengan

dampak dari televisi. gerbner dan Gross (1972) menyaktakn bahwa “subtansi dari

kesadaran yang dikultivasikan oleh tv tidak merupakan siap dan opini lebih

spesifik dibandingkan asumsi-asumsi yang lebih mendasar mengenai fakta-fakta”

kehidupan dan standar-standar penilaian mendasari penarikan kesimpulan.

(stanley, 2009:87)

Asumsi ketiga dari analisis kultivasi menyaktakan bahwa dampak dari

televisi terbatas hal ini mungkin terdengar aneh, apalagi melihat fakta bahwa

televisi tersebar sangat luas. Tetapi kontribusi terhadap budaya yang dapat

diamati, dan diukur, dan independen relatif kecil. hal ini mungkin tampak seperti

pertanyaan ulang dari pemikiran dari dampak minimal televisi, dan Gerbner

menggunakan analogi zaman es (ice age analogy) yang menyatakan bahwa

“sebagaimana pergerseran temperatuh rata-rata sebanyak beberapa derajat dapat

mengakibatkan zaman es, atau hasil akhir pemilihan umum dapat ditentukan

dengan batas yang tipis, demikian pula dampak yang relatif kecil namun tersebar

dan dapat membuat perbedaan besar „ukuran‟ dari „dampak‟ jauh lebih tidak

penting dibandingkan dengan arah kontribusinya yang berkenlanjutan

(gerbner,mirgan&signorelli,1980:14).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

49

2.2.3 Proses Kultivasi

Kultivasi yang telah dianalisis telah diterapkan dari berbagai macam isu

dampak, juga pada situasi-situasi berbeda dimana para penonton televisi

menemukan diri mereka. dalam melaksanakan hal tersebut dari apa yang mereka

tonton, sebagai berikut :

1. Proses Empat Tahap

Tahap pertama (Analisis sistem pesan) terdiri dari penggambaran yang

paling sering berulang dan konsisten. misalnya sangat mungkin untuk

melakukan tayanga seperti law&Order dan CSI, tahap kedua Formulasi

pertanyaan mengenai realitas sosial penonton, melibatkan penyusunan

pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan sehari-hari

mereka, misalnya pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan

sehari-hari mereka. tahapan ketiga, mensurvei khalayak yaitu

mensyaraktkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dari tahap kedua diberikan

kepada anggota khalyak dan bahwa para peneliti menyakan para penonton

ini mengenai level konsumsi televisi mereka. Terakhir, tahap keempat

adalah membandingkan realitas sosial dari pennton kelas berat dan kelas

ringan, bagi gerbner, terdapat sebuah “diferensial Kultivasi” dapat

didefinisikan sebagai persentase perbedaan dalam respons penonton

televisi kelas ringan dan kelas berat. gerbner (1998) menjelaskan bahwa

jumlah mereka adalah yang paling sering menonton dan sekelompok

sampel orang yang dikuru, sementara penonton kelas ringan adalah

mereka yang paling sedikit menonton. (west&turner:2007:89)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

50

2. Pengarusutamaan dan Resonansi

Pemgarusutaman berati bahwa para penonton televisi kelas berat dari

kobudaya yang berbeda cenderung memiliki keyakinan yang sama dengan

anggota dari kelompok budaya yang berbeda, Resonansi terjadi ketika hal-

hal didalam televisi, dalam kenyataannya, kongruen dengan realitas

keseharian para penonton. dengan kata lain, realitas eksternal objektif dari

penonton beresonansi dengan realitas televisi.

2.3 Komunikasi Massa

2.3.1 Pengertian Komunikasi Massa

Para ahli komunikasi berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan

komunikasi massa ( mass communication) adalah komunikasi melalui media

massa, jelasnya merupakan singkatan dari kmunikasi media massa (mass media

communication). hal ini berbeda dengan pendapat para ahli psikologi sosial yang

menyatakan bahwa komunikasi tidak selalu menggunakan media massa, asal

menunjukan perilaku massa (mass behaviour), maka hal itu dapat dikatakan

sebagai komunikasi massa (effendy,200:20).

Namun sehubungan penelitian ini adalah dalam aspek komunikasi, maka

pengertian komunikasi massa akan dibatasi pada komunikasi yang menggunakan

media massa dan lebih di khususkan lagi media televisi. Ditinjau dari sasaran

komunikasi massa DeFleur mengungkapkan pendapatnya bahwa pesan yang

disampaikan melalui media massa akan menimbulkan reaksi berbeda, bagi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

51

penerima yang mempunyai karakter yang berbeda pula karena setiap individu

mempunyai interes yang berbeda pula (wahyudi, 1986:44).

Hal yang sama nampak jelas dan pendapat tan Wright, merupakan bentuk

komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan

komunikator secara masal, berjum;ah banyak, bertempat tinggal jauh(terpencar),

sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu sedangakan lebih rinci.

Pengertian komunikasi massa dikemukakan juga oleh gebner (1967)

sebagai berikut : “massa communication is the technology and institionally based

production and distribution of most broadly shared continuo flow of message in

industrial societies ( ardiyanto & erdinaya, 2004:4)

Definisi gerbner ini menggambarkan bahwa komunikasi massa itu

menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi, yang kemudian

disebarkan secara luas terus menerus dalam jarak waktu tetap seperti harian,

mingguan, bulanan dan sebagainya. proses memproduksi pesan juga tidak dapat

dilakukan oleh perorangan, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan

oleh masyarakat industri.

Definisi paling sederhana tentang komunikasi massa adalah komunikasi

massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam

dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media massa (effendy :

1986:61) dan dengan demikian maka jelas bahwa komunikasi massa atau

komunikasi melalui media massa sifatnya satu arah (one way traffic). Begitu

pesan disampaikan komunikator tidak diketahui apakah pesan tersebut diterima,

dimengerti atau dilaksanakan oleh komunikan. oelh karena itu “ melalui media

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

52

massa, umpan balik (feedback) terjadi tidak secara langsung atau tertunda

(delayed feedback), bahkan mungkin tidak terjadi feedback ( Effendy: 1992:50).

2.4 Tinjauan Televisi

2.4.1 Pengertian Televisi

Televisi adalah anduan radio (broadcast) dan film (moving picture), para

penonton rumah-rumah tak mungkin menangkap siaran tv, kalau tidak ada unsur-

unsur radio. dan tak mungkin dapat melihat gambar-gambar yang bergerak pada

layar pesawat TV, jika tidak ada unsur-unsur film (Arifin:24:2011)1

Suatu program siaran TV dapat dilihat dan didengar oleh penonton; karena

dipancarkan oleh pemancarnya mati tidak di udara, maka mereka tidak bisa

melihat apa-apa. dalam segi ini prinsip pemancaran televisi oleh pemancar TV

dan prinsip penangkapan oleh pesawat televisi sama dengan prinsip Radio. sering

terjadi gambar pada televisi mendadak jelek atau berubah , akan tetapi suaranya

tetap bagus.

Yang dipancarkan oleh pemancar TV , selain suara juga gambar. tanpa

gambar bukanlah televisi. televisi sendiri terdiri dari isitlah tele yang berati jauh

dan “visi” yang berati penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio

dan segi “penglihatannya” oleh gambar. tanpa gambar tak mungkin ada apa-apa

yang dapat dilihat (effendy, 1993:175)

1 Rachmat Arifin dalam buku: Mesin Pencuci Otak”menggugat Tayangan Televisi”:2011

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

53

2.4.2 Efek Televisi

Adapun beberapa efek yang timbul karena televisi, yaitu :

1. Acara televisi dapat mengancam nilai – nilai sosial yang ada dalam

masyarakat.

2. Acara Televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam

masyarakat.

3. Acara Televisi akan membentuk nilai – nilai sosial baru dalam kehidupan

masyarakat.

(kuswandi, 1996:99)

2.4.3 Karakteristik Televisi

Televisi adalah medium komunikasi massa yang mempunyai beberapa

karakteristik dasar yang membedakan dengan komunikasi lainnya :

1. Audio Visual , televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar langsung

(audio visual). namun demikian, tidak berati gambar lebih penting dari

pada kata-kata. keduanya harus ada kesesuaian yang harmonis

2. Berpikir dalam Gambar, pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran

televisi adalah pengarah acara. bila ia membuat naskah acara atau

membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think Picture).

ada tahap-tahap yang dilakukan dalam berpikir dalam gambar yaitu:

a. visualisasi, yakni menejemahkan kata-kata yang mengandung gagasan

yang menjadi gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga

kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

54

b. Penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual

sedemikan rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoprasian lebih kompleks, dibandingkan radio siaran, pengoprasian

televisi siaran lebih kompleks dan siaran banyak melibatkan orang-orang

yang terampil dan terlatih (Ardianto&Erdinaya, 2005:128-130).

2.4.4 Fungsi Televisi

terdapat beberapa fungsi media bagi individu, kerangka tersebut dikutip

dari tipologi yang disarankan oleh McQuail (1987:72)

1. Informasi

Mencari berita tentang peristiwa dan kndisi yang berkaitan dengan

lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.

Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan

hal-hal yang berkaitan denan penentuan pilihan.

Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum

Belajar, pendidikan diri sendiri

Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan

2. Indentitas Pribadi

Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

mengemukakan model perilaku

mengidentifikasi perilaku

meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

55

3. Integrasi dan Interaksi Sosial

Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial

mengidentifikasikan diri dengan oranglain dan meningkatkan rasa

memiliki

menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial

memperoleh teman selain manusia

membantu menjalankan peran sosial

memungkinkan seseorang untuk dapat menghubunkan sank-keluarga

teman, dan masyarakat

4. Hiburan

Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan

Bersantai

Memperoleh kenikmatan Jiwa dan estesis

Mengisi waktu

Penyaluran Emosi

Membangkitakan gairah seks

2.4.5 Pengertian Program

Menurut Effendy daam kamus Komunikasi (1089p287), definisi dari

program adalah rancangan penyiaran produksi siaran radio dan televisi. Dengan

berkembangnya pertelevisian membuat beranekaragamnya jenis program yang

ada ditelevisi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

56

2.4.6 Pengertian Tayangan

Pengertian dari tayangan secara luas adalah tayangan merupakan apa yang

ditayangkan, dan tayangan televisi adalah sebuah program khusus yang

ditampilkan ditelevisi (Badudu:2001:145)

2.4.7 Pengertian Berita

Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide

yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca ( Susasnto:2003:21)

sendiri memberi kesmpulan bahwa, “berita suatu fakta atau ide atau opini aktual

yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca,

pendengar, maupun penonton(Susanto:2003:7).

Mendefinisikan berita adalah informasi hangat yang disajikan kepada

umum mengenai yang terjadi dan sesuatu yang menarik perhatian sebagian besar

komunitas serta merupakan informasi mengenai persitiwa atau ide yang menarik

perhatian dan mempengaruhi kehidupan manusia dari berbagai definisi, dapat

dikatakan bahwa unsur-unsur yang dikandung didalam suatu berita mencakup

beberapa penilaian yaitu : fakta, akurat, ide, isi pesan, penting, opini, dan

sejumlah pembaca/pendengar/penonton merupakan hal-hal yang perlu

mendapatkan perhatian dengan demikian, program acara berita harus

membedakan diri, karena diyakini berita dapat menjadi sesuatu identitas suatu

televisi ke penonton. Seperti yang diungkapkan oleh Jensen dalam bukunya

Television on The Dramatic News (2002:84) yaitu : “and yet news channels mus

differentitete themselves, their brand to audience”.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

57

2.4.7.1 Jenis-jenis Berita Televisi

Dalam jurnalistik juga dikenal jenis berita menurut penyajiannya.

Pertama, Straight News (sering juga disebut hard news), yakni laporan kejadian-

kejadian terbaru yang mengandung unsur penting dan menarik, tanpa

mengandung pendapat-pendapat penulis berita. Straight news harus ringkas,

singkat dalam pelaporannya, namun tetap tidak mengabaikan kelengkapan data

dan obyektivitas. Kedua, Soft News (sering disebut juga feature), yakni berita-

berita yang menyangkut kemanusiaan serta menarik banyak orang termasuk

kisah-ksiah jenaka, lust (menyangkut nafsu birahi manusia), keanehan (oddity).

Jenis-Jenis Berita

1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.

2. Depth news report

3. Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat

menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.

4. Interpretative report. Penulis mencari fakta

5. Feature story

6. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam,

lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.

7. Investigative reporting

8. Editorial writting adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang

pendapat umum.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

58

2.5 Pengertian Perilaku Manusia

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,

sedang drongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam

diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan

yang ada dalam diri manusia. dalam kehidupan sehari-hari banyak perilaku

manusia dalam segala aktivitas. banyak hal yang mengharuskan berprilaku.

perilaku memmpunyai arti konkrit daripada jiwa dan melalui perilaku dapat

terbuka dan lebih mudah dipelajari.(Purwanto:1999:10)

2.5.1 Sikap

Menurut berkowitz (1972) terdapat tiga kerangka pemikiran tentang sikap.

pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh psikologi seperti louis

thurstone(1982) dan charles Osgood. menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan. sikap seseorang terhadap suatu objek adalah

perasaan mendukung atau meimihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable)pada objek tersebut. secara lebih

spesifik, thrustone sendir memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau

negatif terhadap suatu objek psikologis. (azwar, 1995;4)

Kelompok pemikiran yang kedua diwakili oleh para ahli seperti chave

(1982), Bogardus(1931), mead (1934), dan gordon allport (1935) konsepsi mereka

mengenai sikap lebih kompleks, sikap merupakan semacam kesiapan yang

dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara

tententu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

59

respons. Lapierre 1934(dalam allen, guy&edgley,1980) mendefinisikan sikap

sebagai „suatu pola‟ perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi

untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah

respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Sedangkan kelompok pemikiran ke tiga adalah kelompok yang

berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran

ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan

konatif yang paling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berprilaku

terhadap objek. secord & beckman (1964), misalnya mendefinisikan sikap sebagai

„keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi) , pemikiran (kognisi) dan

predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan

sekitarnya‟. (azwar, 1995:5)

2.5.2 Tingkat Kecemasan

Kecemasan (asietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective)

yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realtias (reality Testing

ability/RTA, masih baik) kepribadian spliting of personality, perilaku dapat

terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. (Hawari:2001:3)

Kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari.

Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas.

Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi.

Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

60

tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia,

regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga

menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir

dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah,

sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan,

maka lahirlah kecemasan pertama.

Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk

menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka

terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi

dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan

dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu,

sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke

permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id

meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan

berikutnya (Prawirohusodo, 1988:264).

2.5.3 Tipe Kepribadian Pencemas

Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan

tidak mampu mengatasi stresor psiosial yang dihadapinya. tetapi pada orang-

orang tertentu meskipun tidak ada stresor psikososial yang bersangkutan

menunjukan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau tipe keribadian

pencemas, yaitu antara lain :

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

61

a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang.

b Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

c. Kurang percaya diri gugup apabila tampil di muka umum.

d. Tidak mudah mengalah, suka ngotot

e. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah

f. Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan somatik), khawatir berlebihan

terhadap penyakti

G. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil;

H. Dalam mengambil keputusan sering diliputin rasa bimbang dan ragu

I. Bila mengemukakakn sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang

J. Jika sedang emosi seringkali bertindak histeris. (Hawari:1999:89-90)

2.5.4 Skala Pengukuran DASS (Depression Anxiety Stress Scale)

Skala Pengukuran Dass (Depression Anxiety Stress Scale) yang di pelopori

oleh lovibond (1995) merupakan alat uji instrumen yang telah baku dan tidak

perlu di uji validitasnya lagi. DASS terdiri dari 42 item pertanyaan yang

menggambarkan tingkat stress dan kecemasan. (lovibond,1995:2)

DASS adalah satu set tiga laporan diri skala yang dirancang untuk

mengukur keadaan emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. Para

DASS dibangun tidak hanya sebagai satu set timbangan untuk mengukur keadaan

emosional konvensional didefinisikan, tetapi untuk memajukan proses

mendefinisikan, memahami, dan mengukur keadaan emosional di mana-mana dan

klinis signifikan biasanya digambarkan sebagai depresi, kecemasan dan stres.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

62

Masing-masing dari tiga skala DASS berisi 14 item, dibagi menjadi sub-

skala dari 2-5 item dengan isi yang serupa. Skala Depresi menilai dysphoria, putus

asa, devaluasi hidup, sikap meremehkan diri, kurangnya minat / keterlibatan,

anhedonia, dan inersia. Skala Kecemasan menilai gairah otonom, efek otot

rangka, kecemasan situasional, dan pengalaman subjektif dari mempengaruhi

cemas. Skala Stres sensitif terhadap tingkat kronis non-spesifik gairah. Ini menilai

kesulitan santai, gairah saraf, dan menjadi mudah marah / gelisah, mudah

tersinggung / over-reaktif dan tidak sabar. Subyek diminta untuk menggunakan 4-

point keparahan / skala frekuensi untuk menilai sejauh mana mereka telah

mengalami masing-masing negara selama seminggu terakhir. Skor untuk Depresi,

Kegelisahan dan Stres dihitung dengan menjumlahkan skor untuk item yang

relevan.

Selain kuesioner 42-item dasar, versi pendek, DASS adalah 14, tersedia

dengan 8 item per skala. Perhatikan juga bahwa versi sebelumnya dari skala

DASS disebut sebagai Kuesioner Self-Analisis (SAQ). Sebagai skala dari DASS

telah terbukti memiliki konsistensi internal yang tinggi dan untuk menghasilkan

diskriminasi yang berarti dalam berbagai pengaturan, timbangan harus memenuhi

kebutuhan baik peneliti dan dokter yang ingin mengukur keadaan saat ini atau

perubahan keadaan dari waktu ke waktu (misalnya , dalam pengobatan) pada tiga

dimensi depresi, kecemasan dan stres.

DASS ini dapat diberikan baik secara berkelompok maupun perorangan

untuk tujuan penelitian. Kapasitas untuk membedakan antara tiga negara terkait

depresi, kecemasan dan stres akan berguna bagi peneliti berkaitan dengan etiologi,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

63

sifat dan mekanisme gangguan emosional. Sebagai pengembangan penting dari

DASS itu dilakukan dengan non-klinis sampel, sangat cocok untuk skrining

remaja normal dan dewasa. Mengingat kemampuan bahasa yang diperlukan,

tampaknya tidak ada kasus yang kuat terhadap penggunaan timbangan untuk

tujuan komparatif dengan anak-anak berumur 12 tahun. Harus diingat,

bagaimanapun, bahwa batas usia skala pengukuran DASS adalah 17 - 35 tahun.2

Klinis penggunaan DASS, Nilai pokok DASS dalam pengaturan klinis

adalah untuk memperjelas lokus gangguan emosional, sebagai bagian dari

tugas yang lebih luas dari penilaian klinis. Fungsi penting dari DASS

adalah untuk menilai keparahan gejala inti dari depresi, kecemasan dan

stres. Harus diakui bahwa depresi klinis, orang cemas atau stres juga dapat

memanifestasikan gejala tambahan yang cenderung umum untuk dua atau

ketiga dari kondisi, seperti tidur, nafsu makan, dan gangguan seksual.

Gangguan ini akan ditimbulkan oleh pemeriksaan klinis, atau dengan

menggunakan cek gejala umum daftar seperti yang diperlukan.

DASS tersebut dapat diberikan dan mencetak oleh non-psikolog, namun

keputusan berdasarkan profil skor tertentu harus dilakukan hanya oleh

dokter berpengalaman yang telah melakukan pemeriksaan klinis yang

tepat. Perlu dicatat juga bahwa tidak ada item DASS mengacu pada

kecenderungan bunuh diri karena item yang berkaitan dengan

2 Overview of the DASS and its uses: Lovibond (1995) Avaible at:

http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass//over.htm

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_2_7630.pdf · 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasari dari

64

kecenderungan seperti itu ditemukan tidak memuat pada skala apapun.

Para dokter yang berpengalaman akan mengenali kebutuhan untuk

menentukan risiko bunuh diri pada orang serius terganggu.

The DASS dan diagnosis, DASS ini didasarkan pada dimensi daripada

konsepsi kategoris dari gangguan psikologis. Asumsi yang perkembangan

DASS didasarkan (dan yang dikonfirmasi oleh data penelitian) adalah

bahwa perbedaan antara depresi, kecemasan, dan stres yang dialami oleh

subyek normal dan klinis terganggu, pada dasarnya perbedaan derajat.

DASS karena itu tidak memiliki implikasi langsung untuk alokasi pasien

untuk kategori diagnostik diskrit dipostulasikan dalam sistem klasifikasi

seperti DSM dan ICD. Namun, celana direkomendasikan untuk label

keparahan konvensional (normal, sedang, berat) yang diberikan dalam

Manual DASS.

Gambar 2.1

Modifikasi dari teori Stuart dan sundeen, (1998) dan instrument DASS (Depression

Anxiety Stress Scales).

KECEMASAN

Faktor yang mempengaruhi

kecemasan:

1.Faktor eksternal

2.Faktor internal

a.usia

b.jenis kelamin

c.pekerjaan

d.tipe kepribadian

e.pendidikan

f.sosial ekonomi

g.potensi stressor

h.Maturitas

i.keadaan fisik

Cemas Sedang

Normal

Cemas Ringan

Cemas berat sekali

Cemas Berat