universitas padjadjaran fakultas ilmu komunikasi...

138
KONSTRUKSI MAKNA HAJI MANDIRI BAGI JAMAAH HAJI DI KOTA BANDUNG Studi Fenomenologi mengenai Konstruksi Makna Haji Mandiri bagi Jamaah Haji di KUA Kecamatan Batununggal Kota Bandung SKRIPSI Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh: Dhena Delany D. D KXO 050653 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI MANAJEMEN KOMUNIKASI KAMPUS BANDUNG 2012

Upload: trinhhanh

Post on 09-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

i

KONSTRUKSI MAKNA HAJI MANDIRI BAGI JAMAAH HAJI

DI KOTA BANDUNG

Studi Fenomenologi mengenai Konstruksi Makna Haji Mandiri bagi Jamaah Haji

di KUA Kecamatan Batununggal Kota Bandung

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Disusun Oleh:

Dhena Delany D. D

KXO 050653

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

MANAJEMEN KOMUNIKASI

KAMPUS BANDUNG

2012

Page 2: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : KONSTRUKSI MAKNA HAJI MANDIRI BAGI JAMAAH

HAJI DI KOTA BANDUNG

Sub judul : Studi Fenomenologi Mengenai Konstruksi Makna Haji Mandiri

bagi Jamaah Haji di KUA Kecamatan Batu Nunggal Kota

Bandung

Penyusun : Dhena Delany D.D

NPM : KXO050653

Bandung, Januari 2013

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Dr. Hj. Purwanti Hadisiwi, M.Exed.

NIP. 195808241988032001

Pembimbing Pendamping,

Drs. Teddy Kurnia W.,M.I.Kom.

NIP. 196401161990031004

Page 3: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

skripsi/hasil penelitian ini adalah saya sendiri yang membuat dan

semua tulisan/kutipan yang ada dalam skripsi ini telah saya cantumkan

sumber aslinya. Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan

sebenar-benarnya.

Bandung, Januari 2013

Yang Membuat

Pernyataan

Dhena Delany D. D

KXO050653

Page 4: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

iii

ABSTRAK

Dhena Delany D. D, KXO 050653, 2012, Jurusan Manajemen

Komunikasi. Penelitian ini berjudul ―Konstruksi Makna Haji Mandiri bagi Jamaah

Haji di Kota Bandung‖. Penelitian ini dilakukan di bawah bimbingan Ibu Dr. Hj.

Purwanti Hadisiwi, M.Exed. selaku pembimbing utama, dan Bapak Drs. Teddy

Kurnia W., M.I.Kom. selaku pembimbing pendamping. Program kelas Bandung,

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui wawancara mendalam, dan studi kepustakaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konstruksi

makna pelaksanaan ibadah haji mandiri bagi jamaah haji di Kota Bandung, untuk

mengetahui bagaimana konstruksi makna bimbingan haji mandiri bagi jamaah haji

di Kota Bandung dan untuk mengetahui bagaimana konstruksi makna rombongan

haji mandiri bagi jamaah haji di Kota Bandung.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konstruksi makna

pelaksanaan ibadah haji mandiri bagi jamaah haji di Kota Bandung yaitu,

menjadikan jamaah lebih khusu dalam menjalankan ritual ibadah, sebagai proses

pelatihan diri menuju kesederhanaan dan kesabaran. Konstruksi makna bimbingan

haji mandiri bagi jamaah haji di Kota Bandung yaitu, sebagai proses

pembimbingan perubahan perilaku jemaah haji sehingga menjadi lebih baik,

karena pada bimbingan haji mandiri memotivasi jamaan untuk lebih serius dalam

mempelajari pedoman tentang haji, yang nantinya dapat bermanfaat pada saat

melaksanakan ibadah haji dan konstruksi makna rombongan haji mandiri bagi

jamaah haji di Kota Bandung yaitu sebagai identitas para jemaah haji, sehingga

apabila terjadi apa-apa maka rombongan itu yang akan menjadi identitas, selain

itu antar anggota dalam rombongan haji mandiri sifat toleransi dan tolong

menolongnya lebih besar.

Page 5: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

iv

ABSTRACT

Dhena Delany D. D, KXO 050 653, 2012, Department of Management

Communication Research is titled "Self-Construction of Meaning for the Pilgrim

Pilgrimage in the city of Bandung". Research was conducted under the guidance

of Ibu Dr. Hj. Purwanti Hadisiwi, M.Exed. as the main supervisor, and Drs.

Teddy W. Kurnia, M.I.Kom. as the assistant coach. Class Program Bandung,

Faculty of Communication University of Padjadjaran Bandung.

The research method used in this study is a qualitative method of data

collection fenomenologi. Teknik approach in this study through in-depth

interviews, and literary study.

The purpose of this study was to determine how the construction of

meaning independent of the implementation of the Hajj pilgrims in the city of

Bandung, to find out how the construction of meaning for the guidance of an

independent haj pilgrims in the city of Bandung, and to find out how the

construction of meaning independent group of Haj pilgrims in the city of Bandung

Based on this research, it can be concluded that the construction of

meaning independent of the implementation of the Hajj pilgrims in the city of

Bandung, namely, making the congregation more specifically in the ritual of

worship, as the training process itself toward simplicity and patience.

Construction of meaning independent guidance for Hajj pilgrims in the city of

Bandung, namely, the guardianship of the pilgrims making behavioral changes

for the better, because the self-motivated guidance Hajj pilgrims to be more

serious in studying the guidelines of the pilgrimage, which will be useful when

carrying out the Hajj construction of meaning and self-contained group of Haj

pilgrims in the city of Bandung is the identity of the pilgrims, so that if anything

happens then the group will be the identity, other than that between members of

the independent nature of the pilgrimage group tolerance and please help him

more.

Page 6: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,

Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul

―Konstruksi Makna Haji Mandiri bagi Jamaah Haji di Kota Bandung‖, sebagai

salah satu syarat untuk menempuh sidang S1 Universitas Padjadjaran, Fakultas

Ilmu Komunikasi, Kampus Bandung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh

terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena

itu kerendahan dan kelapangan hati, semua kritik dan saran penulis terima sebagai

masukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Dalam penyusunan Skripsi ini, dengan segala keterbatasan, penulis telah

menemui berbagai hambatan. Semua ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan, petunjuk, serta dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Hj. Purwanti Hadisiwi, M.Exed., selaku Dosen pembimbing utama

yang telah membimbing dan membantu penulis dalam segala ide dan

Page 7: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

vi

2. solusi dalam menyusun Skripsi ini, serta memberikan kemudahan penulis

dalam menyelesaikan Skripsi ini.

3. Alm. Drs. Hary Muharam, M.Si., selaku Dosen pembimbing pendamping

yang tiada lelah untuk memberikan dorongan, semangat, serta

mengarahkan kepada pembenaran dalam penulisan Skripsi ini. Terima

kasih atas masukan-masukannya yang sangat membantu dalam

penyusunan Skripsi ini. Selamat jalan Pa Hary, semoga amal ibadahnya

diterima Allah SWT. Amin.

4. Drs. Teddy Kurnia W., M.I.Kom, selaku Dosen pembimbing pendamping,

yang memberikan bimbingan, kesabaran dalam mengoreksi dan

memberikan arahan kepada penulis.

5. Drs. Duddy Zein, M.Si., selaku Dosen Wali penulis, yang selalu

memberikan motivasi kepada penulis setiap kali bertemu.

6. Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Padjadjaran yang telah memberikan kemudahan

kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Drs. Dede Mulkan, M.Si,. selaku Ketua Program Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Padjajaran Kampus Bandung yang telah

memberikan kemudahan pada saat penyusunan skripsi ini dan selama

penulis menjadi mahasiswa.

8. Drs. Teddy Wirakusuma, M.I.Kom., sebagai Ketua Sub Program Studi

Manajemen Komunikasi Kampus Bandung, atas bimbingan selama penulis

kuliah.

Page 8: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

vii

9. Dra. Feliza Zubair, M.Si, Sekertaris Program, atas bantuannya penulis

dalam urusan akademik.

10. Seluruh dosen Jurusan Manajemen Komunikasi, Fakultas Ilmu

Komunikasi, Universitas Padjadjaran Kampus Bandung, yang telah

mengajarkan berbagai ilmu komunikasi bagi penulis selama masa

perkuliahan.

11. Seluruh staf Jurusan Manajemen Komunikasi, SBA, Kemahasiswaan,

Perpustakaan yang telah memberikan bantuan serta kemudahan selama

penulis menjadi mahasiswa.

12. Keluarga tercinta, mamah, papap, kakak-kakak ku, om, tante, nenek,

kakek, sepupu, keponakan, saudara-saudara yang sangat sabar dan tiada

henti memberikan doa, dukungan, dorongan, serta kekuatan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas semuanya, berkat kalian

skripsi ini dapat terselesaikan.

13. Kurdi Hadiyatulloh yang selalu ada di saat suka dan duka, selalu setia

menemani, dan dengan sabar memberikan saran, solusi, semangat, dan

dukungan yang sangat berharga. Terima kasih atas semua rasa sayang dan

kesabaran yang diberikan.

14. Para sahabat Hedy, Gandes, Willy, Sera, Tian, Ayub, Dwiyanti, Veldy,

Dennis, Ferry, Puri, Niken, Riva dll yang senantiasa tiada henti untuk

memberikan semangat, keyakinan, keceriaan dan membantu tanpa pamrih

dalam setiap keadaan. Terima kasih atas persahabatan yang tulus dan

indah.

Page 9: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

viii

15. Semua teman di jurusan Manajemen Komunikasi 2005, semua teman yang

berada di Fakultas Ilmu Komunikasi Kampus Bandung dan semua teman-

teman, saudara-saudara dan kerabat-kerabat yang selalu mendukung,

memberi semangat dan mengharapkan agar segera selesainya skripsi ini.

Akhirnya ..!!

Semoga penelitian skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membutuhkan, serta

pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Januari 2013

Penulis

Page 10: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

ABSTRACT ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Konteks Penelitian.......................................................................... 1

1.2 Fokus Penelitian ............................................................................. 9

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................... 10

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................... 10

1.5 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 10

1.5.1 Kegunaan Teoritis .............................................................. 10

1.5.2 Kegunaan Praktis ............................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 12

2.1 Kajian Pustaka .............................................................................. 12

2.2 Landasan konseptual .................................................................... 13

2.2.1 Makna Haji ......................................................................... 13

2.2.2 Makna Umroh .................................................................... 14

2.2.3 Jenis - Jenis Haji ................................................................ 15

2.2.4 Rukun dan Wajib Haji ........................................................ 16

2.2.5 Rangkaian kegiatan ibadah Haji......................................... 17

2.2.6 Persiapan Ibadah Haji ........................................................ 19

2.2.7 Lokasi Utama Ibadah Haji dan Umroh .............................. 20

2.3 Landasan teoritis .......................................................................... 21

2.3.1 Teori Konstruksi sosial ...................................................... 21

2.3.2 Perspektif Interaksi simbolik.............................................. 35

BAB III METODELOGI DAN OBJEK PENELITIAN ................................... 41

3.1 Metodelogi Penelitian .................................................................. 41

Page 11: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

x

3.1.1 Pendekatan Penelitian ........................................................ 41

3.1.2 Desain Penelitian ................................................................ 42

3.1.3 Subjek Penelitian ................................................................ 44

3.1.4 Penentuan informan ........................................................... 45

3.1.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 45

3.1.6 Teknik Analisis Data .......................................................... 47

3.1.7 Validitas dan keabsahan data ............................................. 49

3.1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 50

3.2 Objek Penelitian ........................................................................... 50

3.2.1 Sejarah Kementerian Agama.............................................. 50

3.2.2 V I S I ................................................................................. 55

3.2.3 M I S I ................................................................................ 55

3.2.4 Makna Lambang Kementerian Agama .............................. 56

3.2.5 Tugas dan Fungsi Kanwil Kementerian Agama Provinsi

Jawa Barat .......................................................................... 58

3.2.6 Tugas .................................................................................. 58

3.2.7 Fungsi ................................................................................. 59

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 61

4.1 Profil Informan Penelitian ............................................................ 61

4.2 Hasil Penelitian ............................................................................ 64

4.2.1 Makna Haji Bagi Jamaah Haji Mandiri Di Kota Bandung 64

4.2.2 Konstruksi makna haji mandiri dalam meningkatkan ke

khu‘suan dalam menjalankan ibadah haji ......................... 67

4.2.3 Konstruksi makna haji mandiri .......................................... 80

4.2.4 Makna Bimbingan Haji Bagi Jamaah Haji ........................ 96

4.2.5 Makna Rombongan bagi jamaah haji di Kota Bandung .. 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 119

5.1 Kesimpulan................................................................................. 119

5.2 Saran ........................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 121

Page 12: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian

Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas di berbagai

sektor kehidupan semakin tinggi, termasuk tuntutan terhadap pelayanan dalam

bimbingan manasik haji. Dalam pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi masih

adanya ketergantungan jamaah haji kepada petugas atau orang lain, bahkan masih

terdengar pertanyaan jamaah ―setelah melakukan yang tadi (lontar) apalagi yang

akan dilakukan‖? Juga sering dilihat pada waktu tawaf ketua rombongan

berteriak-teriak membaca do‘a diikuti jamaah dibelakangnya, ini mengindikasikan

tingkat pengetahuan jamaah tentang proses ibadah haji sangat kurang, dan

gambaran tidak adanya kemandirian dalam beribadah. Padahal seluruh jamaah

haji mendambakan pada satu saatnya nanti setelah selesai menunaikan ibadah haji

memperoleh haji mabrur. Haji mabrur tidak akan tercapai manakala tidak

didukung pemahaman jamaah haji terhadap manasik dan ibadah lainnya serta

dapat melaksanakannya sesuai tuntunan ajaran agama Islam. Hal ini menjadi

prasyarat kesempurnaan ibadah haji untuk memperoleh haji mabrur.

Dalam menentukan pelayanan yang diinginkan untuk berangkat berhaji

terdapat banyak pilihan yang dapat dipilih oleh para calon jamah haji. Dari mulai

segi waktu keberangkatan ada yang berada di Tanah Suci selama enam hari ada

pula yang mencapai satu bulan. Dari segi fasilitas ada yang mempersipakan

Page 13: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

2

sendiri makanan dan hotel yang diperlukan tapi ada pula yang segala keperluan

untuk berhaji telah diurus oleh biro perjalanan haji yang bersangkutan.

Jamaah haji mandiri, didengungkan Departemen Agama dalam

melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah. Kemandirian bukan hanya

dalam urusan manasik dan pelaksanaan ibadah haji saja, tapi juga mandiri dalam

urusan perjalanan haji. Jamaah haji yang mampu mandiri, akan memberi

kekhusyu‘an beribadah. Kemandirian yang tentunya didasarkan oleh ilmu.

Artinya, kemandirian lahir karena memahami ilmu untuk berhaji, hingga saat

melaksanan haji tak banyak lagi merepotkan orang-orang sekitar, dan jamaah pun

bisa fokus beribadah mencapai haji mabrur.

Haji mandiri adalah haji yang tidak tergantung kepada siapapun.

Ketidakan tergantungan itu artinya bisa mandiri dalam hal manasik, hingga

perjalanan. Haji mandiri akan paham betul tentang manasik, perjalanan,

pemondokan, dan bagaimana mengatasi kemungkinan-kemungkinan darurat yang

bisa terjadi selama jamaah disana.

Dambaan setiap muslim yang menunaikan ibadah haji adalah

memperoleh haji mabrur. Namun untuk mencapai haji yang mabrur tidak semudah

yang diinginkan karena untuk mencapainya, salah satu prasyaratnya adalah

pemahaman mengenai manasik haji yang utuh. Untuk memperoleh pemahaman

tersebut, proses pembelajaran dalam bimbingan manasik haji yang diarahkan pada

kemandirian, menuju kesempurnaan ibadah haji sesuai tuntunan ajaran agama

Islam, merupakan suatu keniscayaan.

Page 14: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

3

Jamaah haji mandiri adalah jamaah haji yang memiliki kompetensi atau

kemampuan memahami manasik haji dan ibadah lainnya, serta dapat menunaikan

ibadah haji dengan benar sesuai tuntunan ajaran agama Islam. Bila dirinci

kompetensi tersebut ke dalam indikator adalah sebagai berikut:

1. Dapat menyebutkan syarat rukun, wajib, sunah dan larangan ibadah haji.

2. Dapat melakukan manasik haji dengan benar sesuai tuntunan agama

Islam.

3. Dapat menyebutkan proses perjalanan ibadah haji.

4. Dapat menjaga kesehatan dan keamanan diri sendiri.

5. Dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri.

Pada sisi lain kompetensi pembimbing akan sangat menentukan

keberhasilan bimbingan. Adapun kompetensi pembimbing yang diharapkan

adalah kemampuan memahami proses pelaksanaan ibadah haji dan penerapan

metode yang sesuai dengan materi dalam proses bimbingan. Adapun indikatornya

adalah:

1. Dapat mengidentifikasi jenis materi bimbingan yang sesuai dengan

bentuk bimbingan perorangan, kelompok dan massal.

2. Dapat menentukan penerapan metode yang sesuai dengan materi dengan

pendekatan pembelajaran orang dewasa.

3. Dapat memilih media pembelajaran yang sesuai dengan bentuk

bimbingan.

4. Dapat melakukan evaluasi pembelajaran.

Page 15: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

4

Berbagai faktor intern maupun ekstern hendaknya mendapat perhatian,

karena akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan bimbingan. Dengan

memperhatikan faktor lingkungan serta keterlibatan semua pihak (tokoh

masyarakat, ulama, penyuluh, kelompok bimbingan, maupun pejabat pusat dan

daerah), berkontribusi dalam mensukseskan keberhasilan bimbingan manasik haji.

Apabila dirinci faktor intern yang dapat mempengaruhi kegagalan/keberhasilan

bimbingan antara lain sebagai berikut:

1. Sangat beragamnya profil jamaah haji; pengetahuan manasik haji, latar

belakang pendidikan, tingkat sosial, budaya, dan umur.

2. Kualitas dan kompetensi pembimbing jamaah haji dalam penguasaan

metode bimbingan.

3. Sarana dan alat bantu bimbingan yang perlu disediakan.

4. Kemampuan para penyelenggara bimbingan dalam penyiapan dan proses

pelaksanaan bimbingan.

Pemilihan bagi para jamaah yang akan berangkat haji, hal tersebut

dikembalikan lagi kepada pertimbangan dan kemampuan tiap jamaah yang ingin

berangkat ke Tanah Suci. Tapi, yang terpenting adalah melakukan persiapan fisik,

mental, ilmu haji dan finansial yang memadai untuk dapat menunaikan beribadah

haji dengan maksimal.

Sejak Juni 2010, Departemen Agama menggulirkan gagasan haji

Mandiri. Menurut Drs. H. Abdul Ghafur, Direktur Pengelolaan Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Sistem Informasi Haji, Departemen Agama RI

haji mandiri yang dimaksud lembaganya dalam pengertian bahwa jamaah haji

Page 16: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

5

tidak tergantung dengan siapapun. Dengan tidak tergantung itu artinya bisa

mandiri dalam hal manasik dan mandiri dalam hal perjalanan. Program haji

mandiri ini mendapat sambutan dari berbagai lapisan masyarakat calon jemaah

haji. Sambutan positif dari calon jemaah disebabkan karena biaya manasik yang

harus dikeluarkan jamaah, jika mengikuti manasik melalui biro perjalanan haji

atau kelompok bimbingan haji dengan biaya yang sudah ditentukan. Padahal jika

mengikuti dari departemen agama itu, tidak dipungut biaya sama sekali.

Untuk tujuan tersebut pihaknya sudah membentuk tugas satuan-satuan

yang langsung dekat dengan jamaah. Langkah pertama, memberdayakan Kantor

Urusan Agama (KUA). Program ini memang tidak bisa selesai satu tahun. Ia

menambahkan selain melibatkan KUA pihaknya juga akan melibatkan tokoh

masyarakat maupun para ahli yang berada di daerah.

Idealnya, seorang jamaah calon haji memang harus mandiri. Ia harus tahu

manasik secara benar dan melakukan seluruh rukun dan wajib haji ketika di Tanah

Suci tidak tergantung pada pihak lain, dalam hal ini sang pembimbing. Dalam

tataran ide haji mandiri dinilai banyak pihak merupakan terobosan yang bagus.

Namun dalam tataran praktik, banyak hal yang perlu di cermati.

Akhlak sebagai apresiasi dan refleksi dari hati, ia sebagai ‗kiblat‘ bagi

manusia untuk dapat dikatakan hamba yang berbakti atau sebaliknya. Nabi

Muhammad SAW dengan jelas-jelas menjadikan suasana hati sebagai barometer

terhadap seorang muslim dan pada akhirnya menjadi standar kualitas ketaqwaan

kepada Allah SWT.

Page 17: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

6

Pasca haji dan umrah, akan lahir kembali kefitrahan pada setiap hati,

yang selama melaksanakan ibadah telah ditempa dengan makna ketauhidan dan

makna pasrah kepada Dia secara kaaffah. Hati akan lebih tertata, akhlak menjadi

semakin terarah, empati kepada sesama akan selalu dengan serta merta menjadi

alasan dalam setiap langkah dan aktifitas keseharian. Semangat dari haji dan

umrah akan senantiasa menjadikan setiap manusia yang pernah melakukannya

lebih hati-hati, pada akhirnya keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian,

adanya pertanggung jawaban dari seluruh amal selama didunia dan ada yang

melihat seluruh aktifitas tanpa ada yang luput sedikitpun dari pengawasan-Nya.

Haji dan Umrah merupakan sebuah ritual khusus dari rentetan ritual yang

diwajibkan dalam Rukun Islam yang ke-5 bagi yang mampu, sebagai kesadaran

dari seorang hamba untuk memperbaiki sikap dan akhlak kepada Robbul ‗Izzati,

sesuai dengan pernyataan dari Nabi:

― Dari satu Umrah kepada Umrah yang lainnya akan menjadi penghapus

dosa diantara keduanya dan Haji yang ‗Mabrur‘ tidak ada balasan yang

paling pantas melainkan syurga.‖

Jaminan bagi yang melaksanakan ibadah haji yang disampaikan oleh

Nabi Muhammad SAW menjadi penawar dari pengorbanan yang dilakukan oleh

para jamaah haji dan umrah dalam melaksanakan ritual manasik. Haji bukan

sekedar ibadah yang hanya mengacu pada ketengan hati, tetapi kesiapan fisik,

pengetahuan dan kemampuan dalam hal pembiayaan menjadi bagian yang

terpenting lainnya.

Page 18: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

7

Kegiatan ibadah apapun yang dilaksanakan di tanah suci terasa nikmat.

Banyak jamaah haji yang mengalami pengalaman rohani yang mengesankan tiada

tara selama di tanah suci. Itulah sebabnya, mengapa banyak orang yang sudah

berhaji atau berumrah selalu rindu untuk kembali melihat ka‘bah.

Ibadah haji merupakan wajib bagi umat islam yang mampu

menunaikannya, karena ibadah haji termasuk kedalam rukun islam yang kelima.

Seperti yang tercantum dalam Q.S. Ali Imran: 97.

‖ Dan bagi manusia diwajibkan melaksanakan ibadah haji bagi yang

mampu menjalankannya‖.

Haji mempunyai dua pengertian, yaitu menurut bahasa dan istilah syar‘i.

Makna Haji menurut bahasa adalah maksud dan tujuan yang dimuliakan. Menurut

istilah syar‘i ialah mengunjungi Baitul-Haram di Mekkah Al-Mukaromah untuk

mengerjakan beberapa ibadah khusus seperti tawaf, sa‟i, wuquf, di Padang Arafah

serta melakukan bermacam-macam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Terdapat beberapa hadits sahih tentang keutamaan haji dan pahala umroh

yang dapat menghilangkan keraguan bagi seseorang dalam melaksanakan ibadah

haji atau umroh untuk mengharapkan pahala, rahmat dan maghfiroh Allah SWT.

Ibadah Haji berguna bagi kaum muslimin untuk memperkuat Ukhwah Islamiyah,

menggalang solidaritas sosial, saling tolong menolong dalam kemaslahatan dunia

akhirat. Sebagian hadits tersebut adalah:

Dari Abu Hurairah berkata: Kami telah mendengar Rasulullah SAW

bersabda: Barang siapa yang berhaji dan tidak mengerjakan jima‘

(bersetubuh pada waktu terlarang), tidak pula Fasiq (berbuat maksiat),

Page 19: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

8

maka diampunilah dosanya sebagaimana ia baru lahir dari kandungan

ibunya.‖ (HR. Bukhori dan Muslim).

Dari Abdullah bin Mas‘ud berkata: ‖Rasullah SAW bersabda:

kerjakanlah haji dan umroh karena keduanya dapat menghapuskan

kekafiran dan dosa sebagaimana pandai besi menghilangkan karat besi,

mas dan perak. Dan bagi Haji yang mabrur akan mendapat pahala surga.‖

(HR. Turmudzi, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).

Telah diketahui bahwa ukuran mampu adalah salah satu syarat kewajiban

menunaikan ibadah haji. Hakekat mampu itu sendiri, secara singkat , mampu

berarti kuat dibidang kesehatan, keuangan, pengetahuan tentang haji, dengan

menjauhi dari segala yang dilarang oleh syari‘at islam.

Agar ibadah haji menjadi sah, maka pelaksanaannya harus dilakukan

pada waktu yang telah ditentukan oleh Allah SWT, sebagaimana keterangan

dalam Firmannya: (Muslim) haji adalah beberapa bulan yang telah diketahui.”

(Q.S. Al-Baqoroh:197). Bulan-bulan haji yang telah ditentukan adalah: syawal,

dziulka‘dah, dan sepuluh hari bulan dzulhijjah sebagaimana diriwayatkan oleh

Ibnu Umar dan disepakati oleh ulama Hanafiah, Imam Syafi‘i dalam Qaul juded,

dan Imam Ahmad dalam qaul qadimnya.

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi

tanggung jawab pemerintah dibawah koordinasi Menteri Agama sebagaimana

diatur dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 tentang

ibadah haji. Implementasinya bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan,

dan perlindungan sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan

Page 20: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

9

yang baik agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar

dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jamaah haji dapat melaksanakan

ibadah secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur.

Ibadah haji dan umrah menjadi salah satu pilihan yang paling tepat untuk

kembali pada kebenaran yang hakiki, karena didalam melaksanakan ibadah

tersebut manusia mau tidak mau, suka tidak suka diajarkan dan diingatkan bahwa

ada kekuatan supra natural maha dahsyat, yang seluruh alam semesta beserta

isinya berada dibawah kendali dan genggaman-Nya, manusia adalah bagian kecil

dari makhluk Allah yang harus tunduk dan patuh terhadap semua ketentuan dan

perintah-Nya. Dengan Haji dan Umrah seorang hamba akan lebih mendalami dan

menyelami esensi dari penciptaan yang telah dirancang sedemikian rupa oleh

Allah, ‗pakaian‘ keangkuhan yang sering melekat bergantikan dua lembar ihram

sederhana penuh makna, semua dikondisikan untuk berada pada level paling

rendah dihadapan Tuhannya, semangat kesetaraan, kebersamaan dan kesamaan

serta kepedulian harus dimiliki oleh setiap hamba.

Pemberian informasi dan penyuluhan ibadah haji kepada calon jamaah

atau masyarakat dilakukan dengan sistem penerangan umum dan penerangan

kelompok melalui media cetak, elektronik, ceramah, pengajian dll.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang di atas, maka peneliti tertarik meneliti

tentang ”Bagaimana Konstruksi Makna Haji Mandiri bagi Jamaah Haji di

Kota Bandung?”

Page 21: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

10

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka indentifikasi masalah yang dapat

diambil adalah:

1. Bagaimana konstruksi makna komunikasi intrapersonal dalam pelaksanaan

ibadah haji mandiri bagi jamaah haji di kota Bandung?

2. Bagaimana konstruksi makna komunikasi intrapersonal dalam bimbingan

haji mandiri bagi jamaah haji di kota Bandung?

3. Bagaimana konstruksi makna rombongan haji mandiri bagi jamaah haji di

kota Bandung?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui konstruksi makna pelaksanaan ibadah haji bagi jamaah

haji mandiri di kota Bandung.

2. Untuk mengetahui konstruksi makna bimbingan haji mandiri bagi jamaah

haji di kota Bandung.

3. Untuk mengetahui konstruksi makna rombongan haji mandiri bagi jamaah

haji di kota Bandung.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan secara konsep teoritis hasil penelitian ini diharapkan

berkontribusi bagi bidang kajian ilmu komunikasi, khususnya penerapan

Page 22: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

11

konstruksi sosial dalam realitas Haji Mandiri. Selain itu, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lainnya untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran mengenai makna Haji Mandiri berdasarkan karakteristiknya agar dapat

berguna bagi calon jamaah haji dan penyedia jasa haji.

Page 23: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustakan merupakan tinjauan terhadap penelitian - penelitian

serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini ada beberapa

referensi penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan.

Astrid krisanti. 2101100070082. Remaja penggemar tayangan korea.

Studi fenomenologis tentang remaja penggemar tayangan korea di

komunitas hklcb dan bkc bandung., skripsi, Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Padjajaran.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetaui pemaknaaan remaja

terhadap gaya berpakaian yang ditampilkan tayangan korea, untuk mengetahui

pemaknaan remaja terhadap bahasa yang digunakan dalam tayangan korea, untuk

mengetahui pemaknaan remaja terhdapa gaya hidup yang ditampilkan tayangan

korea, dan untuk mengetahui ketertarikannya terhadap tayangan korea.

Hasil dari penelitian ini adlaah pemaknaan remaja terhadap gaya

berpakaian yang ditampilkan dalam tayangan korea menunjukan budaya serta

karakter fashion korea, warna - warni yang nabrak, unik, penyesuaian terhadap

cuaca, memiliki kemiripan dengan gaya berpakaian harajuku, serta lebih cocok

digunakan orang korea.

Tri kemaria.10080002137, tanggapan jemaah haji mandiri terhadap

kualitas pelayanan departemen agama dalam pelaksanaan program

Page 24: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

13

kebijakan haji mandiri (non kbih), skripsi, Fakultas Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Bandung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan jemaah

haji yang mengikuti bimbingan haji mandiri terhadap kualitas pelayanan yang

diberikan departemen agama dalam pelaksanaan program kebijakan mandiri.

Hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahawa tanggap terhdap

kualitas pelayanan departemen agama dinilai cukup. Penilaian tersebut banyak

dipengaruhi oleh minimnya fasilitas yang disediakan oleh pihak departemen

agama. Penilaian terhadap indicator bukti langsung tersebut hendaknya menajdi

acuan bagi departemen agama dalam menyelenggarakan program kebijakan

dikemudian hari.

2.2 Landasan konseptual

2.2.1 Makna Haji

Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima. Menunaikan ibadah haji

adalah bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang mampu secara material,

fisik, maupun keilmuan dengan berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan

melaksanakan beberapa kegiatan pada satu waktu yang telah ditentukan yaitu

pada bulan Dzulhijjah.

Secara estimologi (bahasa), Haji berarti niat (Al Qasdu), sedangkan

menurut syara‘i berarti Niat menuju Baitul Haram dengan amal-amal yang

khusus.Tempat-tempat tertentu yang dimaksud dalam definisi di atas adalah selain

Page 25: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

14

Ka‟bah dan Mas‟a (tempat sa‟i), juga Padang Arafah (tempat wukuf), Muzdalifah

(tempat mabit), dan Mina (tempat melontar jumroh).

Sedangkan yang dimaksud dengan waktu tertentu adalah bulan-bulan haji

yaitu dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Amalan

ibadah tertentu ialah thawaf, sa‟i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumroh,

dan mabit di Mina.

Haji mempunyai dua pengertian, yaitu menurut bahasa dan istilah syar‘i.

Makna haji menurut istilah syar‘i ialah mengunjungi Baitul Haram untuk

mengerjakan beberapa pekerjaan khusus seperti thawaf, sa‘i, wuquf di padang

Arafah, dan lain-lain. Haji merupakan syariat masa lampau berdasarkan

keterangan yang menjelaskan bahwa Adam AS telah mengerjakan haji dan para

malaikat pun menyambutnya.

Kata al-hajj dalam bahasa arab adakalanya berbunyi al-hajju dan al-hijju

dan keduanya terdapat dalam al-Qur‟an. Sedangkan arti umroh menurut bahasa

adalah berkunjung, dan menurut istilah syar‘i ialah mengunjungi Ka‘bah dengan

cara Khusus, disertai thawaf, sa‟i, dan mencukur rambut

2.2.2 Makna Umroh

Umrah adalah berkunjung ke Baitullah untuk melakukan serangkaian

ibadah dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Umrah disunahkan bagi

muslim yang mampu. Umrah dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari

Arafah yaitu tgl 10 Dzulhijah dan hari-hari Tasyrik yaitu tgl 11,12,13 Dzulhijah.

Page 26: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

15

Melaksanakan Umrah pada bulan Ramadhan sama nilainya dengan melakukan

Ibadah Haji (Hadits Muslim).

Keutamaan haji atau umrah terdapat beberapa hadits shahih tentang

keutamaan haji dan pahala umrah yang dapat menghilangkan keraguan bagi

seseorang dalam melaksanakan ibadah haji atau umrah untuk mengharapkan

pahala, rahmat dan maghfirah Allah SWT. Ibadah haji dan umrah juga berguna

bagi kaum muslimin untuk memperkuat ukhuwah Islamiah menggalang

solidaritas sosial, saling tolong menolong untuk kemaslahatan dunia dan akhirat.

Hukum dan Kedudukan haji. Haji adalah salah satu rukun islam yang

tersebut dalam beberapa hadits shahih, dan ia merupakan kewajiban yang harus

dipenuhi oleh setiap muslim sekali seumur hidup, dengan syarat-syarat yang akan

diterangkan. Karena itu, jika ada seorang muslim yang mengingkarinya, ia adalah

kufur.

2.2.3 Jenis - Jenis Haji

a. Haji Ifrad, artinya menyendiri

Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad jika seseorang melaksanakan ibadah

haji dan umrah dilaksanakan secara sendiri-sendiri, dengan mendahulukan ibadah

haji. Artinya, ketika calon jamaah haji mengenakan pakaian ihram di miqat-nya,

hanya berniat melaksanakan ibadah haji. Dan jika ibadah hajinya sudah selesai,

lalu orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan ibadah

umroh.

Page 27: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

16

b. Haji Tamattu‟, artinya bersenang-senang

Pelaksanaan ibadah haji disebut tamattu‘ jika seseorang melaksanakan

ibadah umrah dan haji di bulan haji yang sama dengan mendahulukan ibadah

umroh. Artinya, ketika seseorang mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, hanya

berniat melaksanakan ibadah umrah. Dan jika ibadah umrahnya sudah selesai, lalu

orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan ibadah haji.

c. Haji Qiran, artinya menggabungkan

Pelaksanaan ibadah haji disebut qiran jika seseorang melaksanakan

ibadah haji dan umrah disatukan atau menyekaliguskan berihram untuk

melaksanakan ibadah haji dan umrah. haji qiran dilakukan dengan tetap

berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib

haji dan umrah sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama.

2.2.4 Rukun dan Wajib Haji

2.2.4.1 Rukun haji:

Adapun rukun haji,antara lain:

a. Ihram.

b. Thawaf Ziyarah (disebut juga dengan Thawaf Ifadhah).

c. Sa‟i.

d. Wuquf di padang Arafah.

Apabila salah satu rukun haji di atas tidak dilaksanakan maka hajinya

batal. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat bahwa rukun haji hanya ada 2 yaitu:

Wuquf dan Thawaf. Ihram dan Sa‟i tidak dimasukkan ke dalam rukun karena

Page 28: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

17

menurut beliau, ihram adalah syarat sah haji dan sa‟i adalah yang wajib dilakukan

dalam haji (wajib haji). Sementara Imam syafi‘i berpendapat bahwa rukun haji

ada 6 yaitu: Ihram, Thawaf, Sa‟i, Wuquf, Mencukur rambut, dan Tertib

(berurutan).

2.2.4.2 Wajib dan Syarat haji:

Wajib Haji antara lain:

a. Ihram dimulai dari miqat yang telah ditentukan.

b. Wuquf di Arafah sampai matahari tenggelam.

c. Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam.

d. Melempar jumrah di Mina.

e. Mencukur rambut /Tahallul.

f. Tawaf Wada.

Syarat-syarat Wajib Haji antara lain;

a. Islam.

b. Berakal.

c. Baligh.

d. Mampu.

2.2.5 Rangkaian kegiatan ibadah Haji

Sebelum tanggal 8 Dzulhijjah, calon jamaah haji mulai berbondong

untuk melaksanakan tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah. Calon jamaah haji

memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji),

Page 29: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

18

sesuai miqatnya, kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah, yaitu

mengucapkan ―Labbaikallahumma labbaik labbaika laa syarika laka labbaik.

Innal hamda wan ni‟mata laka wal mulk laa syarika lak..‖

Tanggal 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua calon jamaah haji menuju ke

padang Arafah untuk menjalankan ibadah wukuf. Kemudian jamaah melaksanakan

ibadah wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang Arafah hingga Maghrib

datang. Tanggal 9 Dzulhijjah malam, jamaah menuju ke Muzdalifah untuk mabbit

(bermalam) dan mengambil batu untuk melontar jumroh secukupnya.Tanggal 9

Dzulhijjah tengah malam (setelah mabit) jamaah meneruskan perjalanan ke Mina

untuk melaksanakan ibadah melontar Jumroh.

Tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah melaksanakan ibadah melempar Jumroh

sebanyak tujuh kali ke Jumroh Aqobah sebagai simbolisasi mengusir setan.

Dilanjutkan dengan tahalul yaitu mencukur rambut atau sebagian rambut. Jika

jamaah mengambil nafar awal maka dapat dilanjutkan perjalanan ke Masjidil

Haram untuk tawaf Haji (menyelesaikan Haji).

Sedangkan jika mengambil nafar akhir jamaah tetap tinggal di Mina dan

dilanjutkan dengan melontar jumroh sambungan (Ula dan Wustha). Tanggal 11

Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan

tugu ketiga.

Tanggal 12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu

pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga. Jamaah haji kembali ke Makkah untuk

melaksanakan thawaf Wada‘ (thawaf perpisahan) sebelum pulang ke negara

masing-masing.

Page 30: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

19

2.2.6 Persiapan Ibadah Haji

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum menunaikan ibadah Haji:

a. Membersihkan diri dari dosa dan kesalahan baik langsung kepada

Allah SWT, maupun kepada sesama manusia.

b. Karena ibadah Haji adalah ibadah fisik, maka perlu mempersiapkan

mental untuk mengikuti seluruh rangkaian ibadah haji yang

memerlukan stamina tinggi, keikhlasan dan kepasrahan kepada

Allah SWT.

c. Mempersiapkan biaya, baik selama dalam perjalanan haji, maupun

untuk nafkah keluarga yang ditinggalkan.

d. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan

harta kekayaan, seperti zakat, nadzar, hutang, infaq dan shadaqah.

e. Melaksanakan janji yang pernah diucapkan.

f. Menyelesaikan segala urusan yang berhubungan dengan keluarga

yang akan ditinggalkan. Memohon do‘a restu kepada kedua orang

tua (jika masih hidup).

g. Mempersiapkan ilmu dan pengetahuan agama, dan mengikuti

kegiatan manasik haji.

h. Mempersiapkan obat-obatan pribadi selama menjalankan ibadah

haji.

i. Mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk keperluan selama

perjalanan Ibadah Haji:

Page 31: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

20

Perlengkapan Pria

a. Kain Ihram dua stel

b. Baju sehari-hari secukupnya

c. Ikat pinggang

d. Keperluan mandi

Perlengkapan Wanita

a. Mukena minimal 2 buah

b. Pakaian ihram (rok putih dan mukena atas putih) 2 stel

c. Pakaian sehari-hari secukupnya

d. Kaos kaki secukupnya

2.2.7 Lokasi Utama Ibadah Haji dan Umroh

a. Makkah Al Mukaromah

Di kota Makkah Al-Mukaromah inilah terdapat Masjidil Haram yang

didalamnya terdapat Ka‘bah yang merupakan kiblat ibadah umat Islam sedunia.

Dalam rangkaian perjalanan ibadah haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan

penutup ibadah haji.

b. Padang Arafah

Padang Arafah terdapat di sebelah timur Kota Makkah. Padang Arafah

dikenal sebagai tempat pusatnya haji, sebagai tempat pelaksanaan ibadah wukuf

yang merupakan rukun haji. Di Padang Arafah juga terdapat Jabal Rahmah tempat

pertama kali pertemuan Nabi Adam dan Hawa. Di luar musim haji, daerah ini di

Page 32: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

21

kunjungi oleh jamaah yang sedang melaksanakan umrah namun bukan merupakan

rukun umrah.

c. Kota Muzdalifah

Kota ini tidak jauh dari kota Mina dan Arafah. Kota Muzdalifah

merupakan tempat jamaah calon haji melakukan Mabit (bermalam) dan

mengambil batu untuk melontar Jumrah di Kota Mina.

d. Kota Mina

Kota Mina merupakan tempat berdirinya tugu (jumrah), yaitu tempat

pelaksanaan melontarkan batu ke tugu (jumrah) sebagai simbolisasi tindakan Nabi

Ibrahim ketika mengusir setan. Disana terdapat tiga jumrah yaitu Jumrah Aqabah,

Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha.

2.3 Landasan teoritis

2.3.1 Teori Konstruksi sosial

Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa

terlepaskan dari bangunan teoritik yang telah dikemukakan oleh Peter L Berger

dan Thomas Luckmann. Peter L Berger merupakan sosiolog dari New School for

Social Reserach, New York, Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari

University of Frankfurt. Teori konstruksi sosial, sejatinya dirumuskan kedua

akademisi ini sebagai suatu kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi

pengetahuan.

Sebagai catatan akademik, pemikiran Berger dan Luckmann ini, terlihat

cukup utuh di dalam buku mereka berjudul ―the Social Construction of Reality: A

Page 33: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

22

Treatise in the Sociology of Knowledge”1. Publikasi buku ini mendapat sambutan

luar biasa dari berbagai pihak, khususnya para ilmuan sosial, karena saat itu

pemikiran keilmuan termasuk ilmu-ilmu sosial banyak didominasi oleh kajian

positivistik. Berger dan Luckmann meyakini secara substantif bahwa realitas

merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial

terhadap dunia sosial di seklilingnya, ―reality is socially constructed‖.

Tentu saja, teori ini berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat

realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu yang

merupakan manusia bebas. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang

dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Manusia dalam banyak hal memiliki

kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya

dimana individu melalui respon-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitif

nya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas

sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.

Dalam penjelasan Deddy N Hidayat, bahwa ontologi paradigma

konstruktivis memandang realitas sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh

individu. Namun demikian, kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang

berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.2. Melihat

1 Proses penyusunan buku oleh kedua sosiolog ini berlangsung kurang lebih 4 tahun dalam

rentang waktu 1962-1966. Bukunya pertama kali terbit tahun 1966. Lihat, Peter L Berger and

Thomas Luckmann, The Social Construction of Reality A Treatise in the Sociology of Knowledge,

(New York: 1966). Sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk ke dalam Bahasa

Indonesia, lihat Peter L Berger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial atas Kenyataan, (Jakarta :

LP3S, 1990). 2 Deddy Nu Hiadayat, Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi dalam Jurnal

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,VolIII. (Jakarta: IKSI dan ROSDA, 1999), hlm. 39

Page 34: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

23

berbagai karakteristik dan substansi pemikiran dari teori konstruksi sosial nampak

jelas, bahwa teori ini berparadigma konstruktivis.

Pemikiran Berger dan Luckmann tentu juga terpengaruh oleh banyak

pemikiran ilmuan lain, baik yang langsung menjadi gurunya atau sekedar

terpengaruh oleh pemikiran pendahulunya. Jika dirunut, dapat kita identifikasi

bahwa Berger terpengarub langsung oleh gurunya yang juga tokoh fenomologi

Alfred Schutz. Schutz sendiri merupakan murid dari Edmund Husserl—pendiri

aliran fenomenologi di Jerman. Atas dasar itulah, pemikiran Berger dikatakan

terpengaruh oleh pemikiran fenomenologi.

Memang tidak dapat disangkal bahwa pemikiran yang digagas Berger

dan Luckmann merupakan derivasi perspektif fenomenologi yang telah

memperoleh lahan subur baik di dalam bidang filsafat maupun pemikiran sosial.

Aliran fenomenologi dikembangkan oleh Kant dan diteruskan oleh Hegel, Weber,

Huserl, Schutz baru ke Berger dan Luckmann.3 Istilah sosiologi pengetahuan

yang dilekatkan pada pemikiran mereka pun sebenarnya bukan hal yang baru ada,

sebelumnya rintisan ke arah sosiologi pengetahuan telah diperkenalkan oleh Max

Scheler dan Karl Manhein.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pemikiran Berger dan

Luckmann terpengaruh oleh pemikiran Schutzian tentang fenomenologi,

Weberian tentang ―makna-makna subyeyektif‖, Durkheimian-Parsonian tentang

―struktur‖ Marxian tentang ―dialektika‖ serta Mead tentang ―interaksi simbolik‖.

3 Basrowi, Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, (Surabaya : Insan

Cendekian, 2002).hlm. 204

Page 35: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

24

Dalam konteks itulah, Poloma menyimpulkan pembentukan realitas secara sosial

sebagai sintesis antara strukturalisme dan interaksionisme. 4

a. Konstruksi Sosial: Pendefinisian Awal

Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality)

didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu

menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami

bersama secara subyektif.5

Asal usul kontruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme yang dimulai dari

gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian

konstruktif kognitif muncul dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas

diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri,

sebenarnya gagasan-gagsan pokok Konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh

Giambatissta Vico, seorang epistemologi dari Italia, ia adalah cikal bakal

Konstruktivisme6.

Dalam aliran filsasat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak

Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal

budi dan id.7 Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles

mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan

sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap

pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah

4 Margaret Poloma, Sosiologi Kontemporer, ed. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1994)

5 Ibid.

6 Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta:Kanisius, 1997, hlm. 24

7 Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani,Yogyakarta: Kanisius. 199, hl, 89-106

Page 36: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

25

fakta8. Aristoteles pulalah yang telah memperkenalkan ucapannya ‗Cogito ergo

sum‟ yang berarti ―saya berfikir karena itu saya ada‖. Kata-kata Aristoteles yang

terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan

konstruktivisme sampai saat ini. Pada tahun 1710, Vico dalam „De Antiquissima

Italorum Sapientia‟, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ‗Tuhan adalah

pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan‘. Dia menjelaskan

bahwa ‗mengetahui‘ berarti ‗mengetahui bagaimana membuat sesuatu ‘ini berarti

seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia menjelaskan unsur-unsur apa yang

membangun sesuatu itu. Menurut Vico bahwa hanya Tuhan sajalah yang dapat

mengerti alam raya ini karena hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya dan

dari apa ia membuatnya, sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu

yang telah dikontruksikannya9. Sejauh ini ada tiga macam Konstruktivisme yakni

konstruktivisme radikal; realisme hipotesis; dan konstruktivisme biasa10

.

1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh

pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum

konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan

dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka

tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif, namun sebuah realitas

yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan

konstruksi dari individdu yang mengetahui dan tdak dapat ditransfer kepada

individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri

8 Ibid, 137-39

9 Suparno, hlm.24

10 Ibid, hlm. 25

Page 37: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

26

olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran

terjadinya konstruksi itu.

2. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur

realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang

hakiki.

3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan

memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian

pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari

realitas objektif dalam dirinya sendiri.

Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana

konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan

dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan

lingkungan atau orang di dekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri

pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan

yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut

dengan konstruksi sosial.

b. Asumsi Dasar Teori

Jika kita telaah terdapat beberapa asumsi dasar dari Teori Konstruksi

Sosial Berger dan Luckmann. Adapun asumsi-asumsinya tersebut adalah:

1. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan

konstruksi sosial terhadap dunai sosial di sekelilingnya.

2. Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran

itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan

Page 38: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

27

3. Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus

4. Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai

kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki

keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri.

Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-

realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.

c. Entry Concept

Berger dan Luckman mengatakan institusi masyarakat tercipta dan

dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun

masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada

kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi.

Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan

oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat

generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis

yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi

legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai

bidang kehidupannya.

Proses konstruksinya, jika dilihat dari perspektif teori Berger & Luckman

berlangsung melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas yang

menjadi entry concept, yakni subjective reality, symbolic reality dan objective

reality. Selain itu juga berlangsung dalam suatu proses dengan tiga momen

simultan, eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.

Page 39: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

28

a. Objective reality, merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk

ideologi dan keyakinan ) serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang

telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum

sebagai fakta.

b. Symblolic reality, merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang

dihayati sebagai ―objective reality‖ misalnya teks produk industri media,

seperti berita di media cetak atau elektronika, begitu pun yang ada di film-

film.

c. Subjective reality, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki

individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif

yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan

diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu

lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah

individu secara kolektif berpotensi melakukan objectivikasi, memunculkan

sebuah konstruksi objektive reality yang baru.11

Melalui sentuhan Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis, Berger menemukan

konsep untuk menghubungkan antara yang subjektif dan objektif melalui konsep

dialektika, yang dikenal dengan eksternalisasi-objektivasi-internalisasi.

1. Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai

produk manusia. ―Society is a human product‖.

11 Dedy N Hidayat, Konstruksi Sosial Industri Penyiaran : Kerangka Teori Mengamati

Pertarungan di Sektor Penyiaran, Makalah dalam diskusi ―UU Penyiaran, KPI dan Kebebasan

Pers, di Salemba 8 Maret 2003

Page 40: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

29

2. Objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang

dilembagakan atau mengalami institusionalisasi. “Society is an objective

reality”.

3. Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-

lembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi

anggotanya. ―Man is a social product‖ 12

.

Jika teori-teori sosial tidak menganggap penting atau tidak

memperhatikan hubungan timbal balik (interplay) atau dialektika antara ketiga

momen ini menyebabkan adanya kemandegan teoritis. Dialektika berjalan

simultan, artinya ada proses menarik keluar (eksternalisasi) sehingga seakan-akan

hal itu berada di luar (objektif) dan kemudian ada proses penarikan kembali ke

dalam (internalisasi) sehingga sesuatu yang berada di luar tersebut seakan-akan

berada dalam diri atau kenyataan subyektif.

Konstrusi sosialnya mengandung dimensi objektif dan subyektif. Ada

dua hal yang menonjol melihat realitas peran media dalam dimensi objektif yakni

pelembagaan dan legitimasi.

a. Pelembagaan dalam perspektif Berger terjadi mulanya ketika semua

kegiatan manusia mengalami proses pembiasaan (habitualisasi). Artinya tiap

tindakan yang sering diulangi pada akhirnya akan menjadi suatu pola yang

kemudian bisa direproduksi, dan dipahami oleh pelakunya sebagai pola

yang dimaksudkan itu. Pelembagaan terjadi apabila suatu tipikasi yang

timbal-balik dari tindakan-tindakan yang sudah terbiasa bagi berbagai tipe

12

Basrowi, Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, (Surabaya : Insan

Cendekian, 2002).hlm. 206

Page 41: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

30

pelaku. Dengan kata lain, tiap tipikasi seperti itu merupakan suatu

lembaga.13

b. Sementara legitimasi menghasilkan makna-makna baru yang berfungsi

untuk mengintegrasikan makna-makna yang sudah diberikan kepada proses-

proses kelembagaan yang berlainan. Fungsi legitimasi adalah untuk

membuat obyektivasi yang sudah dilembagakan menjadi tersedia secara

obyektif dan masuk akal secara subyektif. Hal ini mengacu kepada dua

tingkat, pertama keseluruhan tatanan kelembagaan harus bisa dimengerti

secara bersamaan oleh para pesertanya dalam proses-proses kelembagaan

yang berbeda. Kedua keseluruhan individu (termasuk di dalam media ),

yang secara berturut-turut melalui berbagai tatanan dalam tatanan

kelembagaan harus diberi makna subyektif. Masalah legitimasi tidak perlu

dalam tahap pelembagaan yang pertama, dimana lembaga itu sekedar fakta

yang tidak memerlukan dukungan lebih lanjut . Tapi menjadi tak terelakan

apabila berbagai obyektivasi tatanan kelembagaan akan dialihkan kepada

generasi baru. Di sini legitimasi tidak hanya sekedar soal ―nilai-nilai‖ ia

juga selalu mengimplikasikan ―pengetahuan‖14

Jika pelembagaan dan legitimasi merupakan dimensi obyektif dari

realitas, maka internalisasi merupakan dimensi subyektinya. Analisis Berger

menyatakan, bahwa individu dilahirkan dengan suatu pradisposisi ke arah

sosialitas dan ia menjadi anggota masyarakat. Titik awal dari proses ini adalah

internalisasi, yaitu suatu pemahaman atau penafsiran yang langsung dari peristiwa

13 Ibid, 75-76

14 Ibid, hlm. 132-134

Page 42: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

31

objektif sebagai suatu pengungkapan makna. Kesadaran diri individu selama

internalisasi menandai berlangsungnya proses sosialisasi.

Gagasan konstuksi sosial telah dikoreksi oleh gagasan dekonstruksi yang

melakukan interpretasi terhadap teks, wacana, (1978) yang terkenal dengan

gagasan-gagasan deconstruction. Gagasan ini kemudian melahirkan tesis-tesis

keterkaitan antara kepentingan (interest) dan metode penafsiran ( interpretation)

atas realitas sosial15

. Dalam dekonstruksi, kepentingan tertentu selalu

mengarahkan kepada pemilihan metode penafsiran.Derrida (1978) kemudian

menjelaskan,bahwa interpretasi yang digunakan individu terhadap analisis sosial

yang bersifat sewenang-wenang.

Gagasan-gagasan Derrida itu sejalan dengan gagasan Habermas (1972)

bahwa terdapat hubungan strategis antara pengetahuan manusia (baik empirik-

analiti, historis hermeneutik, maupun kritis) dengan kepentingan (tekhnis,praktis,

atau yang bersifat emansifatoris) walautidak dapat disangkal bahwa yang terjadi

juga bisa sebaliknya bahwa pengetahuan adalah produk kepentingan 16

.

Menurut Berger dan Luckmann pengetahuan yang dimaksud adalah

realitas sosial masyarakat,seperti konsep,kesadaran umum, wacana publik, sebagai

hasil dari konstruksi sosial, realitas sosial dikonstruksi melalui proses

eksternalisasi, objectivasi, dan internalisasi. Menurut Berger dan Luckmann,

konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan

kepentingan-kepentingan.

15

Heru Nugroho, Konstruksi Sara, Kemajemukan dan Demokrasi, UNISIA,

No.40/XXII/1999. hlm.123

16 Ibid,1999:123

Page 43: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

32

Jika konstruksi sosial adalah konsep, kesadaran umum dan wacana

publik, maka menurut Gramsci, negara melalui alat pemaksa, seperti birokrasi,

administrasi, maupun militer ataupun melalui supremasi terhadap masyarakat

dengan mendominasi kepemimpinan moral dan intelektual secara kontektual.

Kondisi dominasi ini kemudian berkembang menjadi hegemoni kesadaran

individu pada setiap warga masyarakat sehingga wacana yang diciptakan oleh

negara dapat diterima oleh masyarakat sebagai akibat dari hegemoni itu.

Sebagaimana dijelaskan oleh Nugroho bahwa menurut Marcuse

(1964), realitas penerimaaan wacana yang diciptakan oleh negara itu disebut

‖Desublimasi represif‖. Orang merasa puas dengan wacana yang diciptakan

oleh negara walaupun implikasinya dari wacana itu menindas intelektual dan

kultural masyarakat.17

Gejala seperti di atas tidak lain sebagai produk dari keberadaan rezim

pemaknaan (regime of significance) yang cenderung melakukan dominasi dan

hegemoni makna atas berbagai peristiwa, pengetahuan, kesadaran, dan

wacana.rezim dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan

formal sebagai representasi dari penguasa negara. Gagasan-gagasan Berger dan

Luckman tentang konstruksi sosial, bersebrangan dengan gagasan Derrida ataupun

Habermas dan Gramsci.Dengan demikian, gagasan-gagasan membentuk dua

kutup dalam satu garis linier atau garis vertikal. Kajian-kajian mengenai realitas

sosial dapat dilihat dengan cara pandang Derrida dan Habermas, yaitu

dekonstruksi sosial atau Berger dan Luckmann, yaitu menekankan pada

17 Ibid, 124

Page 44: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

33

konstruksi sosial. Kajian dekonstruksi menempatkan konstruksi sosial sebagai

objek yang didekonstruksi, sedangkan kajian konstruksi sosial menggunakan

dekonstruksi sebagai bagian analisisnya tentang bagaimana individu memaknakan

konstruksi sosial tersebut. Dengan demikian, maka dekonstruksi dan konstrukksi

sosial merupakan dua konsep gagasan yang senantiasa hadir dalam satu wacana

perbincangan mengenai realitas sosial.

Tahap objektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubyektif

masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada

proses institusionalisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckman

mengatakan, memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang

tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur

dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap

muka dimana merka dapat dipahami secara langsung.

Dengan demikian individu melakukan objektivitas terhadap produk

sosial, baik penciptanya maupun individu lain. Kondisi ini kondisi ini berlangsung

tanpa harus mereka saling bertemu. Artinya, objectivasi itu bisa terjadi tanpa

melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang bekembang di masyarkat

melalui diskursus opini masyarakat tentang produk sosial, tanpa harus terjadi tatap

muka antara individ dan pencipta produk sosial itu.

Hal terpenting dalam objectivasi adalah pembuatan signifikansi, yakni

pembuatan tanda-tanda oleh manusia. Berger dan luckmann mengatakan bahwa,

sebuah tanda (sign) dapat dibedakan dari objectivasi-objectivasi lainnya, karena

tujuannnya yang ekplisit untuk digunakan sebagai isyarat atau indek bagi

Page 45: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

34

pemaknaan subjectif,maka objectivasi juga dapat digunakan sebagai tanda,

meskipun semula tidak dibuat untuk maksud itu.18

Sebuah wilayah penandaan (signifikasi) menjembatani wilayah-wilayah

kenyataan, dapat didefinisikan sebagai sebuah simbol dan modus linguistik,

dengan apa trensedensi seperti itu dicapai,dapat juga dinamakan bahasa simbol.

Kemudian pada tingkat simbolisme, signifikasi linguistik, terlepas secara

maksimal dari ‖disini dan sekarang‖ dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

itu, bahasa memegang peranan penting dalam objectivasi terhadap tanda-

tanda,dan bahkan tidak saja dapat memasuki wilayah de facto, melainkan juga a

priory yang berdasarkan kenyataan lain,tidak dapat dimasuki dalam pengalaman

sehari-hari,bagaikan kehadiran kawanan raksasa dari dunia lain. Agama, Filsafat,

Kesenian, dan ilmu pengetahuan, secara historis merupakan sistem-sistem simbol

paling penting semacam ini.19

Bahasa merupakan alat simbolis untuk melakukan signifikasi, yang mana

logika ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang di objectivasi.

Bangunan legitimasi disusun di atas bahasa dan menggunakan bahasa sebagai

instrumen utama. ‖Logika‖ yang dengan cara itu, diberikan kepada tatanan

kelembagaan ,merupakan bagian dari cadangan pengetahuan masyarakat( Social

stock of knowledge) dan diterima sebagai sudah sewajarnya 20

.

Bahasa oleh Berger dan Luckmann menjadi tempat penyimpanan

kumpulan besar endapan-endapan kolektif,yang bisa diperoleh secara monotetik,

artinya, sebagai keseluruhan yang kohesif dan tanpa merekonstruksikan lagi

18 Berger dan Luckmann, 1990: 50

19 Berger dan Luckmann, 1990, hlm.57

20 Ibid, hlm.92

Page 46: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

35

proses pembentukannya semula. Bahasa digunakan untuk memberi signifikasi

pada makna-makna yang dipahami sebagai pengetahuan yang relevan dengan

masyarakatnya, pengetahuan itu dianggap relevan bagi semua orang dan sebagian

lagi hanya relevan bagi tipe-tipe orang tertentu saja.

Dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan seseorang menuntun tindakan

yang spesifik menjadi tipikasi dari beberapa anggota masyarakat.Tipikasi itu

kemudian menjadi dasar membedakan orang di dalam masyaraktnya. Agar

bentuk-bentuk tindakan dapat ditipikasi, maka bentuk-bentuk tindakan itu harus

memiliki arti yang objektif yang pada gilirannya memerlukan suatu objectivasi

linguistik. Objectivasi linguistik yang dimaksud, harus ada kosakata yang

mengacu kepada bentuk-bentuk tindakan itu. Objectivasi linguistik terjadi dalam

dua hal, yaitu dimulai dari pemberian tanda verbal yang sederhana sampai pada

pemasukannya ke dalam simbol-simbol yang kompleks. Dalam konteks ini selalu

hadir dalam pengalaman dan pada suatu saat akan sampai kepada sebuah

representasi yang oleh Berger dan Luckmann dikatakan sebagai par exellence.

2.3.2 Perspektif Interaksi simbolik

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antar simbol dan

interaksi. Ralph Larosa dan Donal C.Reitzes (1993) mengatakan bahwa interaksi

simbolik adalah ―pada intinya adalah sebuah kerangkan referensi untuk

memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lainnya, menciptakan

dunia simbolik dan bagaimana dunia ini, sebaliknya membentuk perilaku manusia

― (hal 136) ( hal.96). Dalam pernyataan ini, kita dapat melihat argument Mead

Page 47: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

36

mengenai saling ketergantungan antar individu dan masyarakat. Pada kenyataanya

SI membentuk sebuhah jembatan antar teori yang berfokus pada individu-individu

dan teori-teori yang berfokus pada kekuatan sosial. (hal 96). (West&Turner.

2008. hal 97)

a. Sejarah Interaksi Simbolik

Para tetua intelektual dari Symbolic interaction (SI) adalah ahli

pragmatis pada awal abad 20, seperti John Dewey dan William James. Para

ilmuwan pragmatis ini percaya bahwa realitas bersifat dinamis, dan ide ini bukan

merupakan ide yang popular pada masa itu. Dengan kata lain, mereka mempunyai

keyakinan ontologis yang berbeda dibandingkan banyak imuwan terkemuka

lainnya pada saat itu. Symbolic interaction (SI) lahir pada dua universitas yang

berbeda University Of Lowa dan University Of Cicago. Ini akan mengambil yang

mahzab Cicago oleh yang dikemukakan oleh George Herbert Mead dan

dijabarkan oleh Blumer. (West & Turner.2008, 98)

b. Tema Dan Asumsi Teori Interaksi Simbolik

Orang tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya

pada orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang

digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan

dirinya sendiri, atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk

mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang

lainnya dalam sebuah komunitas. (West & Turner.2008, 98).

Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri sendiri dan

hubungannya dengan masyarakan. Karena ide ini dapat diinterpretasikan secara

Page 48: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

37

luas, akan dijelaskan secara detail tema-tema teori ini dan, dalam prosesnya,

dijelaskan pula kerangka asumsi teori ini. Raplh larossa dan Donald C. Reitzes

(1993) telah mempelajari teori interaksi simbolik yang berhubungan dengan

kajian mengenai keluarga. Mereka mengatakan bahwa tujuh asumsi mendasar SI

dan bahwa asumsi-asumsi ini memperlihatkan tiga tema besar:

1. Pentingnya makna bagi perilaku

2. Pentingnya konsep mengenai diri

3. Hubungan anatar individu dengan masyarakat

(West & Turner.2008, 98)

c. Pentingnya Makna Bagi Prilaku Individu

Teori interaksi simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna

melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat instrinsik terhadap

apapun. Dibutuhkan konstruksi interpretif diantara orang-orang untuk

menciptakan makna. Bahkan, tujuan dari interaksi, menurut SI, adalah untuk

menciptakan makna yang sama. Hal ini penting yang sama berkomunikasi akan

menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin. Menurut larossa dan Reitzes, tema ini

mendukung tiga asumsi Symbolic interaction (SI) yang diambil dari karya

Herbert Blumer (1969), manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan

makna yang diberikan orang lain pada mereka, asumsi-asumsi ini adalah sebagai

berikut:

a. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia

b. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif

Page 49: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

38

c. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang

diberikan orang lain kepada mereka, asumsi ini menjelaskan perilaku

sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara

sadar antar rangsangan dan respons orang berkaitan dengan rangsangan

tersebut.

d. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia, Mead menekankan dasar

intersubjektif dari makna. Makna dapat ada, menurut Mead, hanya ketika

orang-orang memiliki interpretasi yang sama mengenai simbol yang

mereka pertukarkan dalam interaksi.

Makna dimodifikasi melalui proses interpretif Blumer menyatakan

bahwa proses interpretif ini memiliki dua langkah. Pertama, para pelaku

menentukan benda-benda yang mempunayi makna. Langkah kedua melibatkan

sipelaku untuk memilih, mengecek, dan melakukan transformasi makna didalam

konteks dimana mereka berbeda. (Turner & Wetzz. 2008: 102)

d. Hubungan antara individu dan masyarakat

Konsep penting dari interkasi simbolik menurut Mead adalah mind, self,

society.

a. Pikiran

Mead mendefinisikan pikiran sebagai kemampuan untuk menggunkan

simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dan Mead percaya bahwa

manusia harus mengembangkan pikirannya melalui interkasi dengan orang lain.

Bahasa adalah system simbol verbal dan nonverbal yang dimiliki bersama simbol

signifikan simbol yang maknanya secara umum disepakati oleh banyak orang.

Page 50: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

39

Dengan menggunakan bahasa dan interaksi dengan orang lain, kita

mengembangkan apa yang dikatakan mead sebagai pikiran, dan ini membuat kita

mampu menciptakan setting interior bagi masyarakat. Pikiran menciptakan dan

merefleksikan dunia sosial. Terikat dengan konsep pikiran adalah pemikiran,

yang dinyatakan oleh Mead sebagai percakapan didalam diri sendiri. Mead

berpegang teguh bahwa tanpa rangsangan sosial dan interaksi dengan orang lain,

orang tidak akan mampu mengadakan pembicaraan dalam diriya sendiri atau

mepertahankan pemikirannya.

b. Diri

Mead mendefinisikan diri sebagai kemampuan untuk mereflesikan diri

kita sendiri dari perspektif orang lain. Artinya kita akan mampu menjadi subjek

atau objek bagi dirinya sendiri. Sebagai subjek kita bertindak, dan sebagi objek,

kita mengamati diri kita sendiri bertindak. Mead menyebut subjek, atau diri yang

bertindak, sebagai I dan objek, atau diri yang mengamati adalah Me. I bersifat

spontan, impulsive, dan kreatif, Me lebih reflektif .

c. Masyarakat

Mead berargumen bahwa interkasi mengambil tempat didalam sebuah

struktur sosial yang dinamis-budaya, masyarakat, dan sebagiainya. Individu-

individu lahir kedalam kontekas sosial yang sudah ada. Mead mendefinisikan

masyarakat sebagai jaringan hubungan sosial yang diciptakan manuia. Individu-

individu terlibat didalm amsyarakat melalui perilaku yang mereka pilih secara

aktif dan sukarela. Masyarakat karenanya, terdiri dari individu-individu, dan

Mead berbicara mengenai dua bagian pointing masyarakat yang mempengaruhi

Page 51: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

40

pikiran dan diri. Pemikiran Mead mengenai oarng lain secara khusus merujuk

pada individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita. Orang-orang

ini biasanya adalah angota keluarga, teman. Orang lain secara umum merujuk

pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial atau budaya sebagai keseluruhan.

Hal ini diberikan oleh masyarakat kepada kita, dan sikap dari orang lain secara

umum adalah sikap dari keseluruhan komunitas. (Mead, 1934,hal 154) (West &

Turne)

Page 52: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

41

BAB III

METODELOGI DAN OBJEK PENELITIAN

3.1 Metodelogi Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang merupakan

instrument pokok untuk pengumpulan dan analisis data yang lebih menekankan

pada suatu proses, bukannya hasil dari penelitiannya. Peneliti kualitatif bersifat

deskriptif dalam arti peneliti tertarik pada proses, makna, dan pemahaman yang

didapat melalui kata atau gambar yang ditemuinya ketika penelitian berlangsung.

Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dimana peneliti mulai dari suatu

realita yang ada, setalah itu baru menentukan konsep akan suatu fenomena yang

akan kita teliti, menentukan rumusan masalah, mencari data dengan langsung

terjun kelapangan, mengumpulkan dan mengolah data dari hasil pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, setelah itu baru menguji keabsahan data tersebut, dan

akirnya kan mampu menghasilkan sesuatu yang baru bagi pentingnya ilmu

pengetahuan. Karena penelitian kualitatif berhubungan langsung dengan realita

makanya Penelitian bersifat realita subjekrif, seorang peneliti akan berhubungan

lebih dekat dengan informannya. Peneliti kualitatif menggunakan konsep

kealamiahan (kecermatan, kelengkapan, atau orisinalitas) data, yakni kesesuaian

anatar apa yang direkam sebagai data dan apa yang sebenarnya terjadi dilapangan.

Lewat wawancara yang mendalam dan pengamatan berperanserta yang intensif

kita dapat merekam data sealamiah mungkin, dengan melukiskan apa yang subjek

Page 53: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

42

penelitian alami, pikirkan, dan rasakan. Dalam penelitian kualitatif tidak

menggunkan teori, tetapi teori hanya digunakan sebagai kisi-kisi, acuan, bukan

sebagai alat untuk mengukur atau menaklukan data. Karena itu penlitian kualitatif

lebih menekankan proses dan makna ketimbang kuantitas, frekuensi atau

intensitas (yang secara matematis dapat diukur). Penelitian kualitatif

kesimpulannya bersifat tentative, kesimpulan tersebut dapat berubah-ubah sejalan

dengan bertambahnya data yang diperoleh.

Penelitian yang menggunakan metode kualitatif ini diharapkan dapat

menghasilkan suatu penelitian yang menyeluruh tentang Konstruksi Makna Haji

Mandiri bagi Jamaah Haji di Kota Bandung. Penggunaan metode penelitian

kualitatif dalam konteks penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan, yaitu

pemahaman secara terperinci dan mendalam tentang aktivitas komunikasi

interpersonal. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi

diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan atau fenomena yang

menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa

pemahaman dari kenyataan yang telah dijabarkan tersebut. Dan hasil dari

penelitian kualitatif ini diharapkan dapat menghasilkan data seputar Konstruksi

Makna Haji Mandiri bagi Jamaah Haji di Kota Bandung.

3.1.2 Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode fenomenologis yang akan dikembangkan dalam tradisi kualitatif. Metode

Page 54: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

43

kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan

menganalisis kualitas-kualitasnya. Pendekatan ini bertujuan untk memperoleh

pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks. (Nasution,1998:3).

Kekuatan fenomenologi terletak pada kemampuannya untuk membantu peneliti

memasuki bidang persepsi orang lain, guna memandang kehidupan sebagaimana

dilihat oleh orang-orang tersebut.

Jadi fenomenologi menjadikan pengalaman hidup yang sesungguhnya

sebagai data dasar dari realitas. Dengan mengutip pendapat Richard E Palmer,

littlejohn lebih jauh menjelaskan bahwa fenomenologi berarti membiarkan segala

sesuatu menjadi nyata sebagaimana aslinya, tanpa memaksakan kategori-kategori

peneliti terhadapnya.

Metode fenomenologi berusaha untuk menggambarkan makna dari

pengalaman hidup bagi beberapa individu (creswell,1998:51). Fenomenologi

mengekplorasi struktur kesadaran dalam pengalaman manusi. Realitas dalam

fenomenologi selalu merupakan bagain dari kesadaran seseorang. Studi ini

berusaha untuk memahami fenomena yang terjadi dilihat dari sudut pandang

orang yang mengalaminya. Tidak ada yang inheren dalam suatu objek sehingga ia

menyediakan makna bagi manusia, melainkan individu memilih, memeriksa,

berpikir, menafsirkan stimuli yang dihadapinya dalam sebuah proses

pembentukan makna. Bukan sebagai sebuah proses penerapan makna yang

disepakati, melainkan pembentukan makna. Dalam proses inilah terlihat keunikan

individu dalam membangun konstruksi realitas yang perbeda,pengalaman yang

berbeda, bahkan terhadap stimuli yang sama.

Page 55: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

44

Dengan pendekatan fenomenologi akan mampu memasuki sudut pandang

orang lain, dan berupaya memahami mengapa para penyadang tuna rungu

menjalani hidupnya dengan cara seperti itu. Fenomenologi bukan hanya

memungkinkan untuk melihat dari perspektif para partisipan, metode ini juga akan

mencoba memahami kerangka yang telah dikembangkan oleh masing-masing

individu. Dan dari waktu kewaktu, hingga membentuk tanggapan mereka terhadap

peristiwa dan pengalaman dalam kehidupannya. Fenomenologi menyediakan

seperangkat alat bagi kita untuk mengesampingkan gagasan-gagasan awal

mengenai suatu peristiwa atau pengalaman, dengan tujuan untuk memahaminya

dari dunia tempat para partisipan berada.

Selain itu dengan pengalaman para key informant yang memaknai

Jemaah haji mandiri secara berbeda-beda tergantung dari pengalaman yang

dirasakan masing-masing individu. Peneliti berusaha memahami bagaimana para

Jemaah haji memaknai proses berlangsungnya ibadah haji, bagaimana jamaah haji

memaknai rombongan ibdah haji serta bagaimana mereka memaknai bimbingan

ibadah haji. Peneliti tertarik untuk mengkaji pemaknaan diri haji mandiri oleh

jamaah haji di Kota Bandung, daintara para Jemaah haji mandiri. Setiap individu

dari dengan berbagai kepentingan memiliki makna tersendiri pada saat manasik

dan pada saat ibadah haji berlangsung.

3.1.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah para jamaah haji mandiri

yang berada di Kota Bandung. Untuk memperoleh data-data yang akurat atas

Page 56: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

45

penelitian ini, dibutuhkan pihak-pihak yang terlibat dan berkepentingan di bidang

ini sebagai sumber data yang disebut dengan key informan. Yang menjadi

informan dalam penelitian ini adalah: jamaah haji mandiri Kota Bandung.

Berdasarkan data dari Departemen Keagamaan Kota Bandung untuk daerah

Bandung Selatan, jamaah menengah keatas yang paling banyak yang mengikuti

program haji mandiri adalah daerah Batununggal, karena fokus subjek penelitian

pada penelitian ini adalah jamaah yang status sosialnya menengah keatas.

3.1.4 Penentuan informan

Memilih informan yang dapat diajak kerjasama dan terbuka cukup sulit

apalagi bagi para informan yang status sosialnya menengah keatas, mereka

cenderung sibuk sehingga waktu yang disiapkan sangat sedikit. Penulis memilih

informan yang betul-betul ingin berkontribusi pada penelitian ini dan memilih

jamaah haji yang mampu memberikan pandangan akan pengalamannya pada saat

sedang melakukan ibadah haji. Dengan waktu lapangan lebih dari 3 bulan, penulis

mendapatkan 7 orang yang bersedia diwawancara mendalam.

3.1.5 Teknik Pengumpulan Data

Ada empat cara yang akan dilakukan penulis dalam melakukan

penelitian ini.

1. Wawancara.

Wawancara digunakan seabagi bentuk pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

Page 57: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

46

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam. Tehnik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan

tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau

keyakianan pribadi (Sugiyono, 2005:72). Alasan dari pemilihan tehnik ini adalah:

fleksibilitas, spontasitas jawaban langsung responden, kelengakapan dan waktu.

Bentuk wawancara yang akan digunakan adalah wawancara terstruktur dan tidak

terstruktur pada individu dan lingkungan sosialnya. Penggunaannya nanti akan

sangat tergantung pada situasi dan fenomena yang dihadapi.

Tujuan dari pemilihan wawancara menurut Guba and Lincoln (1985:

266) dalam moleong adalah untuk merekonstruksi mengenai orang, kejadian,

kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain:

merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami dimasa lalu,

memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapakan untuk

dialami pada masa yang akan datang: memverifikasi, mengubah, dan memperluas

konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

2. Observasi Partisipatif

Dalam upaya untuk benar-benar memahami fenomena yang dialami dan

bagaimana upaya individu menjelaskan fenomena yang terjadi pada dirinya, maka

penulis merasa observasi partisipatoris sangat dibutuhkan.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka ialah pendayagunaan sumber informasi yang terdapat di

perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia (Singarimbun, 1984:45). Studi

kepustakaan dilakukan untuk memperoleh rujukan teoritis yang menjelaskan

Page 58: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

47

gejala-gejala empiris yang didapat dari lapangan berkaitan dengan penelitian.

Teknik ini terutama digunakan untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut bagi

penulis yang dapat membantu mengerti dan memahami permasalahan yang terkait

dengan penelitian dan usaha untuk merumuskan hasil penelitian.

4. Studi Dokumentasi

Merupakan tinjauan terhadap dokumenatsi yang berkaitan dengan

penelitian yang dapat memberi masukan untuk menggambrakan proses

komunikasi yang berlangsung. penggunaan dokumen ini berguna untuk

mendukung dan menambah bukti sumber lain. Studi dokumentasi dilakukan

terhadap artikel-artikel mengenai ibadah haji.

3.1.6 Teknik Analisis Data

Schatzman dan Strauss (1973) menyatakan bahwa analisa data kualitatif

terutama bertujuan pengelompokan benda, orang, dan peristiwa dan property yang

menjadi karakteristiknya. Analisis data dilakukan dalam suatu proses, yang sudah

dimulai sejak pengumpulan data dilakukan secara intensif yaitu sesudah

meningggalkan lapangan. Sangat dianjurkan agar analisis data dilakukan sesegera

mungkin sebelum data lapangan yang diambil menjadi dingin. Data analisis

mengharuskan peneliti cocok dengan kategori yang pengembangan dan membuat

perbandingan dan perbedaan. Data analisa mengharuskan peneliti terbuka

terhadap kemungkinan dan melihat pertentangan atau penjelasan alternatif

temuan.

Page 59: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

48

Dalam menganalisis Konstruksi Makna Haji Mandiri bagi Jamaah

Haji di Kota Bandung, peneliti melakukannnya berdasarkan tahap-tahap

sebagaimana diutarakan Creswell (1998:63:144) sebagai berikut:

a. Deskripsi; memaparkan fakta-fakta mengenai kasus, sebagaimana terekam

atau tercatat oleh peneliti.

b. Analisis tema atau isu; menganalisis data yang merujuk kepada tema atau isu

yang spesifik, dilakukan dengan mengumpulkan informasi dan

mengelompokannya menjadi beberapa kategori. Dalam hal ini peneliti

menyusun daftar pertanyaan berdasarkan fokus penelitian mengenai

pemaknaan diri haji mandiri oleh jamaah haji di kota bandung. Analisis tema

merujuk pada pertanyaan penelitian.

c. Penonjolan, meliputi pemahaman peneliti terhadap data dan interpretasi

terhadapnya. Hal ini dapat dilakukan melalui pandangan personal peneliti

ataupun dengan bantuan teori dari literatur (Creswell:1988:249) dengan

demikian penonjolan dilakukan dengan mengmbangkan hasil eksplorasi pada

fokus penelitian dari interpretasi antar data yang diperoleh dilapangan dengan

data literatur.

Ketiga macam kegiatan analisis data tersebut saling berhubungan dan

berlangsung terus-menerus selama penelitian dilakukan karena analisis data

merupakan kegiatan yang kontinyu dari awal sampai akhir penelitian.

Page 60: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

49

3.1.7 Validitas dan keabsahan data

Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji

validitas dan realibitas. Dalam penelitain kualitatif, temuan atau data dapat

dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti

dengan apa yang sesuangguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas untuk

menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data yaitu menggunakan metode

triangulasi dan member check.

a. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian ini dilakukan dengan pengecekan data

dari berbagai sumber yang berbeda. Triangulasi sumber untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh

melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber dilakukan terhadap narasumber

yang berhubungan langsung dengan masalah yang akan diteliti yakni para

Jemaah haji. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987: 331).

Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara;

1. Membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dengan orang

yang ahli

2. Membandingkan hasil wawancara dengan suatu isi dokumen yang

berkaitan.

Page 61: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

50

b. Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada para jemaah haji mandiri. Tujuan member check adalah untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh oleh peneliti terhadap analisis

makna ibadah haji.

3.1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada saat pra penelitian, penulisan

usulan penelitian, persiapan penelitian, dan pengumpulan data.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah variable penelitian, yaitu sesuatu yang

merupakan inti dari problematika penelitian. (Arikunto, 2000:29). Objek

penelitian dalam penelitian ini adalah Jamaah Haji di Kecamatan Batu Nunggal

Bandung 2011.

3.2.1 Sejarah Kementerian Agama

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal tersebut tercermin

baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Di

lingkungan masyarakat terlihat terus meningkat kesemarakan dan kekhidmatan

kegiatan keagamaan baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial

keagamaan. Semangat keagamaan tersebut, tercermin pula dalam kehidupan

bernegara yang dapat dijumpai dalam dokumen-dokumen kenegaraan tentang

Page 62: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

51

falsafah negara Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan buku Repelita serta memberi

jiwa dan warna pada pidato-pidato kenegaraan.

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional semangat keagamaan tersebut

menjadi lebih kuat dengan ditetapkannya asas keimanan dan ketaqwaan terhadap

Tuhan yang Maha Esa sebagai salah satu asas pembangunan. Hal ini berarti

bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan dan

dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etika

pembangunan.

Secara historis benang merah nafas keagamaan tersebut dapat ditelusuri

sejak abad ke V Masehi, dengan berdirinya kerajaan Kutai yang bercorak Hindu

di Kalimantan melekat pada kerajaan-kerajaan di pulau Jawa, antara lain kerajaan

Tarumanegara di Jawa Barat, dan kerajaan Purnawarman di Jawa Tengah.

Pada abad ke VIII corak agama Budha menjadi salah satu ciri kerajaan

Sriwijaya yang pengaruhnya cukup luas sampai ke Sri Lanka, Thailand dan India.

Pada masa Kerajaan Sriwijaya, candi Borobudur dibangun sebagai lambang

kejayaan agama Budha. Pemerintah kerajaan Sriwijaya juga membangun sekolah

tinggi agama Budha di Palembang yang menjadi pusat studi agama Budha se-Asia

Tenggara pada masa itu. Bahkan beberapa siswa dari Tiongkok yang ingin

memperdalam agama Budha lebih dahulu beberapa tahun membekali pengetahuan

awal di Palembang sebelum melanjutkannya ke India.

Menurut salah satu sumber, Islam mulai memasuki Indonesia sejak abad

ke VII melalui para pedagang Arab yang telah lama berhubungan dagang dengan

Page 63: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

52

kepulauan Indonesia tidak lama setelah Islam berkembang di jazirah Arab. Agama

Islam tersiar secara hampir merata di seluruh kepulauan nusantara seiring dengan

berdirinya kerajaan-kerajaan Islam seperti Perlak dan Samudera Pasai di Aceh,

kerajaan Demak, Pajang dan Mataram di Jawa Tengah, kerajaan Cirebon dan

Banten di Jawa Barat, kerajaan Goa di Sulawesi Selatan, kerajaan Tidore dan

Ternate di Maluku, kerajaan Banjar di Kalimantan, dan lain-lain.

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajahan

Belanda banyak raja dan kalangan bangsawan yang bangkit menentang penjajah.

Mereka tercatat sebagai pahlawan bangsa, seperti Sultan Iskandar Muda, Teuku

Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim, Sultan Agung

Mataram, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Agung Tirtayasa, Sultan

Hasanuddin, Sultan Goa, Sultan Ternate, Pangeran Antasari, dan lain-lain. Pola

pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut di atas pada umumnya selalu memiliki

dan melaksanakan fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pemerintahan umum, hal ini tercermin pada gelar "Sampean Dalem

Hingkang Sinuhun" sebagai pelaksana fungsi pemerintahan umum.

2. Fungsi pemimpin keagamaan tercermin pada gelar "Sayidin Panatagama

Kalifatulah."

3. Fungsi keamanan dan pertahanan, tercermin dalam gelar raja "Senopati Hing

Ngalogo." Pada masa penjajahan Belanda sejak abad ke XVI sampai

pertengahan abad ke XX pemerintahan Hindia Belanda juga "mengatur"

pelayanan kehidupan beragama. Tentu saja "pelayanan" keagamaan tersebut

tak terlepas dari kepentingan strategi kolonialisme Belanda. Dr.C. Snuck

Page 64: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

53

Hurgronye, seorang penasehat pemerintah Hindia Belanda dalam bukunya

"Nederland en de Islam" (Brill, Leiden 1911) menyarankan sebagai berikut:

"Sesungguhnya menurut prinsip yang tepat, campur tangan pemerintah dalam

bidang agama adalah salah, namun jangan dilupakan bahwa dalam sistem

(tata negara) Islam terdapat sejumlah permasalahan yang tidak dapat

dipisahkan hubungannya dengan agama bagi suatu pemerintahan yang baik,

sama sekali tidak boleh lalai untuk mengaturnya.‖

Pokok-pokok Kebijakan-kebijakan dari Masing-masing Agama.

Pokok-pokok kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda di bidang agama adalah

sebagai berikut:

1. Bagi golongan Nasrani dijamin hak hidup dan kedaulatan organisasi agama

dan gereja, tetapi harus ada izin bagi guru agama, pendeta dan petugas

misi/zending dalam melakukan pekerjaan di suatu daerah tertentu.

2. Bagi penduduk pribumi yang tidak memeluk agama Nasrani, semua urusan

agama diserahkan pelaksanaan dan pengawasannya kepada para raja, bupati

dan kepala bumiputera lainnya.

Berdasarkan kebijaksanaan tersebut, pelaksanaannya secara teknis

dikoordinasikan oleh beberapa instansi di pusat, yaitu:

1. Soal peribadatan umum, terutama bagi golongan Nasrani menjadi wewenang

Departement van Onderwijs en Eeredienst (Departemen Pengajaran dan

Ibadah).

Page 65: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

54

2. Soal pengangkatan pejabat agama penduduk pribumi, soal perkawinan,

kemasjidan, haji, dan lainlain, menjadi urusan Departement van

Binnenlandsch Bestuur (Departemen Dalam Negeri).

3. Soal Mahkamah Islam Tinggi atau Hofd voor Islamietische Zaken menjadi

wewenang Departement van Justitie (Departemen Kehakiman). Pada masa

penjajahan Jepang kondisi tersebut pada dasarnya tidak berubah. Pemerintah

Jepang membentuk Shumubu, yaitu kantor agama pusat yang berfungsi sama

dengan Kantoor Voor Islamietische Zaken dan mendirikan Shumuka, kantor

agama keresidenan, dengan menempatkan tokoh pergerakan Islam sebagai

pemimpin kantor. Penempatan tokoh pergerakan Islam tersebut merupakan

strategi Jepang untuk menarik simpati umat Islam agar mendukung cita-cita

persemakmuran Asia Raya di bawah pimpinan Dai Nippon.

Secara filosofis, sosio politis dan historis agama bagi bangsa Indonesia

sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah sebabnya para tokoh

dan pemuka agama selalu tampil sebagai pelopor pergerakan dan perjuangan

kemerdekaan baik melalui partai politik maupun sarana lainnya. Perjuangan

gerakan kemerdekaan tersebut melalui jalan yang panjang sejak jaman kolonial

Belanda sampai kalahnya Jepang pada Perang Dunia ke II. Kemerdekaan

Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa

kemerdekaan kedudukan agama menjadi lebih kokoh dengan ditetapkannya

Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara dan UUD 1945. Sila Ketuhanan

Yang Maha Esa yang diakui sebagai sumber dari sila-sila lainnya mencerminkan

karakter bangsa Indonesia yang sangat religius dan sekaligus memberi makna

Page 66: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

55

rohaniah terhadap kemajuan-kemajuan yang akan dicapai. Berdirinya Departemen

Agama pada 3 Januari 1946, sekitar lima bulan setelah proklamasi kemerdekaan

yang berakar dari sifat dasar dan karakteristik bangsa Indonesia tersebut di atas

juga sekaligus sebagai realisasi dan penjabaran ideologi Pancasila dan UUD 1945.

Ketentuan juridis tentang agama tertuang dalam UUD 1945 pasal 29 tentang

Agama ayat 1, dan 2:

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Dengan demikian agama telah menjadi bagian dari sistem kenegaraan sebagai

hasil konsensus nasional dan konvensi dalam_praktek kenegaraan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3.2.2 V I S I

―Terwujudnya aparatur yang professional, transparan dan akuntabel,

menuju masyarakat Jawa Barat yang taat beragama, sejahtera dan berwawasan

maju.‖

3.2.3 M I S I

1. Memberikan dukungan pelayanan teknis dan administrasi yang prima kepada

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kehidupan beragama.

Page 67: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

56

2. Memberikan dukungan pengelolaan pendidikan agama dan pendidikan

keagamaan yang optimal kepada masyarakat.

3. Mengupayakan dukungan penyelenggaraan pendidikan agama secara efektif

pada sekolah umum dan penyelenggaraan pendidikan pada madrasah.

4. Menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di bidang pengendalian

pelaksanaan program dan anggaran, administrasi umum, informasi dan

hubungan kelembagaan.

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sarana, dan perencanaan

Kementerian Agama Kantor Wilayah Jawa Barat.

3.2.4 Makna Lambang Kementerian Agama

1. Bintang bersudut lima yang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa

dalam Pancasila, bermakna bahwa karyawan Kementerian Agama selalu

menaati dan menjunjung tinggi norma-norma agama dalam melaksanakan

tugas Pemerintahan dalam Negara Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila.

2. 17 kuntum bunga kapas, 8 baris tulisan dalam Kitab Suci dan 45 butir padi

bermakna Proklamasi Kemerdekaan republik Indonesia pada tanggal 17

Agustus 1945, menunjukkan kebulatan tekad para Karyawan Kementerian

Page 68: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

57

Agama untuk membela Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

3. Butiran Padi dan Kapas yang melingkar berbentuk bulatan bermakna bahwa

Karyawan Kementerian Agama mengemban tugas untuk mewujudkan

masyarakat yang sejahtera, adil, makmur dan merata.

4. Kitab Suci bermakna sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang serasi

antara kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, materil dan spiritual dengan ridha

Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.

5. Alas Kitab Suci bermakna bahwa pedoman hidup dan kehidupan harus

ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan potensi dinamis

dari Kitab Suci.

6. Kalimat "Ikhlas Beramal" bermakna bahwa Karyawan Kementerian Agama

dalam mengabdi kepada masyarakat dan Negara berlandaskan niat beribadah

dengan tulus dan ikhlas.

7. Perisai yang berbentuk segi lima sama sisi dimaksudkan bahwa kerukunan

hidup antar umat beragama RI yang berdasarkan Pancasila dilindungi

sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

8. Kelengkapan makna lambang Kementerian Agama melukiskan motto: Dengan

Iman yang teguh dan hati yang suci serta menghayati dan mengamalkan

Pancasila yang merupakan tuntutan dan pegangan hidup dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara, karyawan Kementerian Agama bertekad bahwa

mengabdi kepada Negara adalah ibadah.

Page 69: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

58

3.2.5 Tugas dan Fungsi Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat mempunyai

tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementerian Agama dalam wilayah

provinsi Jawa Barat. Berdasarkan kebijakan Menteri Agama dan peraturan

perundangan, tugas pokoknya adalah pelayanan pemerintah di bidang keagamaan

di Provinsi Jawa Barat.

3.2.6 Tugas

Tugas pelayanan pemerintah di bidang keagamaan di Jawa Barat tersebut

meliputi:

1. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang urusan agama Islam.

2. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang penyelenggaraan haji serta

pengembangan zakat dan wakaf.

3. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang penyelenggaraan

pendidikan pada madrasah dan pendidikan agama Islam pada sekolah umum

serta sekolah luar biasa.

4. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang pendidikan keagamaan dan

pondok pesantren.

5. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang penyelenggaraan

Pendidikan Agama Islam pada masyarakat dan pemberdayaan masjid.

6. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang masyarakat Kristen.

Page 70: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

59

7. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang masyarakat Katolik.

8. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang masyarakat Hindu.

9. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang masyarakat Budha.

10. Tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh satuan

organisasi dan atau satuan kerja di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian

Agama Provinsi Jawa Barat.

3.2.7 Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut juga menyelenggarakan fungsi,

yaitu:

1. Perumusan visi, misi dan kebijakan teknis di bidang pelayanan dan bimbingan

kehidupan beragama kepada masyarakat di Provinsi Jawa Barat.

2. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan masyarakat Islam, haji dan umrah,

pengembangan zakat dan wakaf, pendidikan agama dan keagamaan pondok

pesantren, pendidikan agama dan keagamaan pada masyarakat dan

pemberdayaan masjid, serta urusan dan pendidikan agama serta bimbingan

masyarakat Kristen, Katolik, Hindu dan Budha sesuai peraturan perundangan-

undangan.

3. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan informasi.

4. Pembinaan kerukunan umat beragama.

1. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan pengawasan

program.

Page 71: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

60

5. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan

lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas Kementerian di Provinsi

Jawa Barat.

Page 72: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

61

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Profil Informan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada komunitas haji mandiri. Adapun penetapan

informan pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling, yakni

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan. Menurut Bogdan dan Taylor,

informan dipilih secara purposif karena:

1. Dipertimbangkan subjek yang mau menerima kehadiran peneliti secara baik

dibandingkan dengan yang lainnya.

2. Kemampuan dan kemauan mereka untuk mengutarakan pengalaman-

pengalaman masa lalu dan masa sekarang.

3. Siapa saja yang dianggap menarik.

4. Akan lebih bijak bila menghindari penyeleksian subyek yang memiliki

hubungan profesional dan hubungan khusus lainnya yang telah memiliki

asumsi-asumsi atau praduga-praduga khusus yang bisa mewarnai penasiran

mereka terhadap apa yang diungkapkan.

Tentu saja, hal ini dilakukan karena kebutuhan peneliti akan data atau

informasi dari informan penelitian yang dapat dipercaya dan sekaligus pula

memiliki keabsahan. Berkaitan dengan kebutuhan tersebut, peneliti mengambil

sepuluh informan.

Informan yang pertama adalah Bapak Mirdasy yang merupakan sudah

melakukan ibadah haji sebanyak 3 kali. Dilahirkan di Buah Batu, Bandung.

Page 73: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

62

Diusianya yang menginjak orang tua yaitu 40 tahun beliau memiliki 7 orang anak

dan 2 istri. Haji pertama beliau menggunakan haji mandiri, namun pada saat haji

kedua beliau mengikuti salah satu rombongan haji dengan kelas ONH Plus,

sehingga pada saat naik haji terakhir beliau menggunakan jasa naik haji mandiri,

bersama kedua istri dan kedua ibu mertuanya. Sehingga menurutnya perjalanan

haji yang ke tiga ini yang paling memberikan kesan tersendiri baginya.

Informan yang kedua adalah Ibu Euis, usia 37 tahun, memiliki satu orang

anak, dari pernikahan pertamanya. Saat ini merupakan salah satu istri dari Bapak

Mirdasy sebagai jamaah haji mandiri yang dilaksanakan oleh KUA. Ibadah haji

beliau merupakan pengalaman pertama dan beliau merupakan seorang mualaf di

dua tahun yang lalu. Beliau seorang manager eksekutif dari salah satu hotel

ternama di Kota Bandung. Sehingga beliau memiliki gaya hidup yang mewah

dengan pergaulan yang berkelas.

Informan ketiga adalah merupakan istri pertama dari Bapak Mirdasi di

atas yaitu Ibu Reni. Beliau melakukan ibadah haji mandiri pada usia 38 tahun.

Beliau memiliki 6 orang anak. Melakukan ibadah haji mandiri sudah dilakukan

sebanyak 1 kali karena sebelumnya menggunakan jasa travel dan lebih cepat.

Terakhir melakukan ibadah haji karena suaminya sudah memiliki istri kedua,

sehinga beliau ingin mencoba merukunkan keadaan yang terdapat dalam

keluarganya. Bapak mirdasyi di atas ingin sekali istri-istrinya hidup

berdampingan, saling tolong menolong, memahami, dan saling mengerti. Berbeda

dengan istri keduanya, istri pertamanya ini merupakan orang yang sederhana

walaupun memiliki beberapa usaha yang membantu kekokohan keluarganya.

Page 74: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

63

Informan yang keempat adalah Ibu Isma. Seorang analis dari suatu

laboratorium di Bandung. Beliau melakukan ibadah haji menggunakan jasa haji

mandiri pada usia 29 tahun, bersama suaminya. Saat ini beliau dikaruniai seorang

anak. Alasan beliau menggunakan jasa haji mandiri adalah karena referensi dari

orang tuanya yang selalu menggunakan haji mandiri.

Informan yang kelima adalah rizki. Seorang manager marketing dari

salah satu bank swasta di Bandung. Beliau adalah suami dari Ibu Isma, berangkat

haji pada usia 34 tahun. Melakukan ibadah haji karena saat itu ibunya

mendapatkan rezeki yang banyak, sehingga memberangkatkan semua putra-

putrinya beserta menantunya.

Informan yang keenam adalah Ibu neni, yang merupakan Ibu dari

peneliti. Beliau melakukan ibadah haji mandiri pada usia 52 tahun. Ini adalah

ibadah haji yang kedua kalinya bersama bapak. Dulu pertama kali naik haji pada

usia 40 tahunan, dan menginjak pensiun ibu dan bapak pergi ibadah haji lagi.

Kedua kalinya ini beliau tetap menggunakan jasa haji mandiri karena dirasa

sangat afdol dalam menjalankan ibadahnya.

Informan yang ketujuh adalah bapak Rasyid yang merupakan bapak dari

peneliti. Beliau melakukan ibadah haji mandiri pada usia 58 tahun. Keduanya

melakukan ibadah haji karena memang sudah dipersiapkan dari sebelum-

sebelumnya, bahwa ketika akan menginjakan pensiun, maka harus naik haji, jadi

segala bentuk apapunya sudah dibahas dan dipersiapkan, dan ini merupakan

ibadah haji yang kedua.

Page 75: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

64

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Makna Haji Bagi Jamaah Haji Mandiri Di Kota Bandung

Semua orang melakukan pemaknaan terhadap segala sesuatu yang

melalui panca indranya. Kemampuan inderawi yang berbeda akan menghasilkan

pemaknaan yang berbeda mengenai sesuatu hal yang sama, begitupun kepada

makna haji. Setiap orang yang melakukan ibadah haji memiliki pengalaman

sendiri-sendiri yang memiliki makna bagi dirinya sendiri. Makna ibadah haji bagi

setiap orang berbeda tergantung dari tujuan motip yang menyertainya, selain dari

menjalankan rukun iman yang ke-6. Karena dimensi ibadah haji yang perlu

dipahami tidak hanya terfokus pada ritualnya semata, tapi juga hakikat dari

seluruh ibadah yang diperintahkan Allah kepada manusia.

Makna Haji' adalah sama dengan bentuk ibadah lain kepada Allah Arti

Haji artinya adalah mengunjungi, apa yang dikunjungi adalah Batiullah (kabah).

Ibadah haji mengandung makna dan rahasia terpendam, yang sulit digali oleh

orang-orang biasa, yang tidak pernah meretas jalan spiritual menuju haribaan

Ilahi. Ibadah haji adalah suatu perjalanan untuk menghadap Allah SWT, menemui

dan mendekatkan diri kepada-Nya, memohon pengampunan dan rahmat-Nya,

sebagai suatu kewajiban setiap muslim sekali dalam hidupnya. Bagi yang tidak

mampu boleh tidak melaksanakan. Tetapi yang sengaja tidak mau melakukan

meskipun mampu, adalah kufur dalam perbuatan. Ibadah haji merupakan suatu

kewajiban bagi umat Islam yang sudah sanggup untuk melaksanakannya, baik itu

secara jasmani maupun secara rohani. Haji merupakan salah satu rukun Islam.

Page 76: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

65

Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk melaksanakan ibadah haji

tersebut.

Rasulullah SAW dalam hadistnya memotivasi kita untuk

melaksanakannya:" Barang siapa yang melaksanakan ibadah haji, kemudian tidak

berkata kotor dan tidak berbuat kefasikan, akan dibersihkan dosa-dosanya,

sebagaimana waktu ia baru dilahirkan oleh ibunya. Dalam hadits lain Rasulullah

berkata: Haji mabrur tidaklah ada balasannya kecuali sorga.

Begitu pentingnya ibadah haji ini, Rasulullah sangat menganjurkan

ibadah ini dengan mengumpamakan bagi seorang yang sudah melaksanakan

ibadah haji akan suci sebagaimana seorang bayi yang baru dilahirkan ke muka

bumi, begitu juga bagi orang yang melaksanakan ibadah haji dan ia memperoleh

haji yang mabrur, maka dia akan mendapat balasan surga, sebagaimana yang

dijelaskan hadits yang kita bacakan tadi. Setiap orang memiliki perbedaan

masing-masing dalam menanggapi makna haji bagi yang melaksanakan. Makna

haji yang tersirat dalam tujuan berhaji setiap informan berbeda-beda dan

dilatarbelakangi oleh beberapa faktor-faktor yang melatarbelakanginya, seperti

dari gaya hidup, pekerjaan dan kebiasaan.

Makna haji mandiri bagi setiap informan berbeda beda hal ini dikaitkan

dengan motif apa yang melatarbelakangi dalam melakukan ibadah haji. Pada haji

mandiri setiap insan-insan yang akan melaksanakan ibadah haji harus sangat

mempersiapkan setiap hal-hal yang akan dilaksanakan pada saat melaksanakan

ibdah haji nantinya. Karena memiliki perbedaan dengan halnya ibadah haji plus

yang biasanya menggunakan jasa travel haji dan umroh, serta memberikan

Page 77: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

66

pelayanan yang sangat memuaskan, dimulai dari pada saat melaksanakan haji

biasanya ada pemandunya, sehingga dapat memudahkan jamaah, serta fasilitas

penginapan yang dekat dengan tempat-tempat ibadah haji. Berbeda halnya dengan

ibadah haji mandiri yang memang segmentasi pasarnya untuk semua kalangan

baik menengah kebawah, maupun keatas. Tidak membeda-bedakan status sosial,

sehingga prosedur yang harus dilakukan oleh setiap jamaah sama. Tidak ada

pemandu dalam setiap tempat ibadah haji sehingga setiap orang harus mampu

mempersiapkan dirinya dengan baik pada saat sebelum melakukan ibadah haji.

Maka dari itu fungsi bimbingan sebelum haji memiliki peran yang sangat besar

bagi para Jemaah haji mandiri, serta makna rombongan bagi mereka yang

tentunya rombongan dianggap sebagai identitas bagi para Jemaah. Fasilitas yang

diberikan pada haji mandiri juga memang diberikan sesuai dengan umumnya

melakukan ibadah haji. Seperti halnya fasilitas hotel atau penginapan,

transportasi, makan, dll diberikan sesuai dengan kebutuhanya dan tidak terlalu

mewah.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi maka setiap informan

mengkontruksi makna haji mandiri secara berbeda-beda, sehingga pada penelitian

ini peneliti akan mengkategorikan konstruksi makna terseut kedalam dua bagian

yaitu: pertama, konstruksi makna haji mandiri dalam meningkatkan ke khu‘suan

dalam menjalankan ibadah haji, serta yang kedua adalah konstruksi makna haji

mandiri sebagai bentuk pelatihan dalam meningkatkan kualitas diri, dalam melatih

kesederhanaan, kesabaran, kekuatan dan ketangguhan, dengan seperti ini

diharapkan menjadi haji yang memiliki integritas yang baik.

Page 78: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

67

4.2.2 Konstruksi makna haji mandiri dalam meningkatkan ke khu‟suan

dalam menjalankan ibadah haji

Haji mandiri merupakan ibadah haji yang dilakukan secara mandiri oleh

para jamaah, sehingga jamaah haji tidak tergantung dengan siapapun. Dengan

tidak tergantung itu artinya bisa mandiri dalam hal manasik dan mandiri dalam hal

perjalanan. Program haji mandiri ini mendapat sambutan dari berbagai lapisan

masyarakat calon jemaah haji, sambutan positif dari calon jemaah haji. Idealnya,

seorang jamaah calon haji memang harus mandiri. Dalam tataran ide haji mandiri

dinilai banyak pihak merupakan terobosan yang bagus. Namun dalam tataran

praktik, banyak hal yang perlu di cermati. Karena ibadah Haji adalah ibadah yang

membawa seseorang pada suasana dan alam akhirat. Ibadah haji memiliki karakter

yang sangat unik dalam membentuk ketakwaan dalam diri seorang muslim.

Ibadah haji merangsang segenap kemampuan manusia untuk difungsikan

menerjemahkan nilai-nilai ketakwaan. Ibadah haji selain merupakan ibadah ritual

yang mencakup berbagai kegiatan fisik dan spiritual, juga merupakan aktifitas

ekonomi yang membutuhkan kapasitas finansial yang relatif besar. Dengan

demikian ketakwaan yang diharapkan muncul dari ibadah haji bukan hanya

ketakwaan dalam bentuk perilaku ucapan dan perbuatan tertentu tetapi juga

ketakwaan dalam pengelolaan sumber-sumber dan benda-benda ekonomi.

Allah Swt telah menjadikan ibadah Haji sebagai salah satu kewajiban

ibadah yang paling mulia dan merupakan bagian dari Rukun Islam yang

dengannya Islam tegak di muka bumi ini hingga akhir jaman. Mengerjakan haji

adalah kewajiban manusia terhadap Allah bagi orang yang mampu baik dari sisi

Page 79: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

68

fisik maupun materi untuk bekal perjalanan dan untuk keluarga yang ditinggalkan.

Mampu tidak berarti harus kaya raya karena banyak orang yang kaya namun

belum berhaji, sementara banyak orang yang tidak kaya malah mampu

melaksanakan Haji.

Ibadah Haji adalah proses yang merupakan puncak pencapaian spiritual

seorang muslim yang kegiatannya paling lengkap. Di dalamnya terdapat kegiatan

fisik, lisan, dan rohani serta pengorbanan jiwa, waktu dan harta. Kegiatan fisik

berupa perjalanan dari tanah air ke Saudi Arabia yang menempuh jarak yang jauh

dan biaya tidak sedikit serta kegiatan ibadah haji yang melelahkan karena harus

bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang singkat. Kegiatan lisan

berupa lidah yang senantiasa mengumandangkan senandung talbiyah, takbir,

dzikir, dan doa untuk menempatkan Allah di atas puncak kebesaran-Nya serta

mengecilkan keinginan terhadap harta, wanita dan tahta yang kerap memalingkan

kita dari nur Illahi. Kegiatan rohani berupa penjagaan hati agar selalu bersih,

ikhlas dan lurus dalam upaya mencapai haji Mabrur serta penyerahan diri dalam

rangka mencari ridho Allah. Haji bukanlah sekadar prosesi lahiriah formal belaka,

melainkan sebuah momen revolusi lahir dan batin untuk mencapai kesejatian diri

sebagai manusia. Menurut beliau, makna Haji yang pertama adalah mengingatkan

kembali hakikat kita sebagai manusia. Melalui thawaf, Allah mendemonstrasikan

cara kerja alam semesta. Bagaimana bumi, dan planet-planet di jagat raya ini

berotasi dan mengelilingi orbitnya masing-masing sesuai Sunnatullah agar

selamat. Dengan thawaf, manusia diajarkan untuk tidak diam di pinggiran,

Page 80: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

69

melainkan harus meleburkan diri dalam pusaran kafilah manusia yang akan

membawanya menuju Allah.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu jamaah haji

mengenai makna haji, Ibu Nina menyebutkan bahwa:

―Kalau menurut saya pribadi ibadah haji itu teh merupakan suatu proses

yang mana kita melakukan perjalanan yang panjang hmmm,,,,berkunjung ke

beberapa tempat di Arab Saudi dan melaksanakan beberapa kegiatan tentunya di

satu waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah. Nah, Kunjungan

yang dilakukan nya itu tentu bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan

ketakwaan kita terhadap Allah SWT, dan saya menyenani setiap yang terjadi dan

dilakukan sesederhana apapun itu begitu neng kalau menurut ibu.‖ Selain itu, hati

sayaa merasa tentram, tenang, dan semogaa kedepanya juga tetep seperti ini. Saya

menggunakan haji mandiri menurut saya karena dengan haji mandiri saya

merasakan ke khu‘suan dalam beribadah karena kita serba sendiri, tanpa ada

pemandunya, sehingga membuat ibadah saya menjadi khu‘su dan afdol.‖

Tidak hanya itu, salah satu jamaah haji mandiri Kota Bandung lainnya,

memiliki pemaknaan sendiri akan makna haji bagi dirinya, bahwa menurut bapak

Rasyid:

―Memahami makna ibadah haji, kalau menurut saya itu sama halnya

dengan membutuhkan pemahaman yang secara khusus mengenai sejarah Nabi

Ibrahim dan ajarannya, kenapa seperti itu? Ya, karena praktek-praktek ritual

ibadah ini dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman yang telah dialami Nabi

Ibrahim as, bersama keluarga beliau. Ibrahim as. Yang hampir seluruh muslin

Page 81: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

70

tahu bahwa beliau dikenal sebagai ―Bapak para Nabi‖. Hmmm sehingga ada

beberapa hal yang akan kita dapatkan ketika memahami pengalaman beliau.

Ibadah haji juga bagi saya juga merupakan sesuatu hal yang dapat

menyempurnakan ibadah saya secara keseluruhan, maklum saya ini kan sudah

pensiun, jadi apalagi yang bisa saya lakukan selain mendekatkan diri kepada

allah.‖

Dimensi ibadah haji yang perlu dipahami itu tidak hanya terfokus pada

ritualnya semata, tapi juga hakikat dari seluruh ibadah yang diperintahkan Allah

kepada manusia. Rasulullah SAW pernah ber – sabda, ‗‘Ambillah dari aku tata

cara berhaji.‘‗ Hadis Nabi tersebut menegaskan bahwa segala tata cara dalam

berhaji sudah memiliki perincian maknanya masing-masing. ‗‘Karena itu, harus

memahami makna tahapan tahapan ibadah haji yang dilakukannya,‘‗

Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata,

– – .

. »

“Nabi shallallahu „alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?”

Beliau shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu

„alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali,

“Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu „alaihi wa

sallam.” (HR. Bukhari no. 1519)

Page 82: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

71

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nina beliau mengatakan

bahwa:

―Melaksanakan ibadah haji itu sebagai wujud, wujud dari proses ibadah

secara keseluruhan karena itu saya menggunakan jasa haji mandiri karena saya

melakukan ibadah haji dengan sangat khu‘su karena semuanya harus serba sendiri

sehingga itu malah bikin saya jadi tambah focus pada ibadah, terasa sangat

khu‘su, keintiman saya dengan penciptapun terasa, karena itu makanya Saya

menggunakan haji mandiri menurut saya karena dengan haji mandiri saya

merasakan ke khu‘suan dalam beribadah karena kita serba sendiri, tanpa ada

pemandunya, sehingga membuat ibadah saya menjadi khu‘su dan afdol.

Berbeda hal yang di maknai oleh seorang bapak Mirdasy, karena faktor

pengaruh istrilah makna haji baginya berbeda-beda, seperti yang dikemukakan

beliau bahwa:

―Saya memaknai haji dengan beberapa hal yang memang berdasarkan

pada pengalaman hidup yang saya rasakan,yaitu Haji yang pertama, saat saya

diberi rahmad oleh Allah menjadi Anggota DPRD Prop Jawa Timur yang termuda

(usia 27 Tahun), saya kelahiran Januari tahun 1970, dan bulan Agustus tahun

1997 menjadi anggota DPRD Jawa Timur, lalu bulan Desember 1997 menunaikan

ibadah Haji (saat itu belum ada sistem antrian). Pada haji pertama ini saya

berangkat sendirian (istri tidak ikut serta). Berbeda halnya dengan pengalaman

kedua yang saya rasakan adalah: Haji Kedua, saya lakukan ketika saat saya

terpilih kembali menjadi anggota DPRD tahun 2004, saya berangkat bersama Istri.

Pada haji kedua inilah pertama kali saya berangkat dengan istri saya.dan bagi saya

Page 83: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

72

ini adlaah ibdah haji yang sangat menyenangkan dan terasa lengkap. Sementara

haji ketiga, saya lakukan ketika saat saya diperbolehkan oleh istri untuk menikah

kembali tahun 2007, saya berangkat haji bersama kedua istri, ibu saya dan kedua

ibu mertua. Berangkat rame-rame. Jadi menurut saya haji adalah perjalanan

bersyukur kepada Allah atas banyaknya nikmat yang diberikan pada saya, istri-

istri dan tentunya anak-anak serta keluarga besar. Sehingga bagi saya haji adalah

salah satu cara saya bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan pada saya.

Haji adalah panggilan jiwa, panggilan bagi pembersihan hati dan pikiran untuk

hanya taqorrub pada sang Khaliq – Allah Ajja wajallah.‖

Ibadah haji merupakan ibadah yang sangat mulia, Allah mengisyaratkan

untuk benar-benar membersihkan dirinya dari sifat-sifat, tingkah laku dan akhlaq

yang tercela. Hal ini adalah sarana untuk mendapatkan haji yang mabrur yang

sudah di janjikan Allah Swt. Makna haji dan tujuan haji setiap individu berbeda-

beda, sangat banyak fakktor yang mempengaruhinya.

Dari Abdullah bin Mas‘ud, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda,

فى الكيس خثث الحد ىب كوا ي فياى الفقس والر ح وليس يد و تاتعىا تيي الحج والعوسج فإهوا ي الرهة والفض

ح الوثسوزج ثىاب إال الجح للحج

―Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan

dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan

perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.‖ (HR.

Page 84: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

73

An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387. Kata Syaikh Al Albani hadits

ini hasan shahih).

Bagi sebagian kaum muslimin, ibadah haji merupakan madrasah yang

dipenuhi berkah, media pembelajaran untuk melatih jiwa, menyucikan hati, dan

memperkuat iman. Dapat dipastikan, bahwa ibadah haji merupakan madrasah

pendidikan keimanan dimana lulusannya adalah para hamba-Nya yang beriman

dan bertakwa, mereka yang mereguk manfaat dari ibadah tersebut adalah para

hamba Allah yang diberi taufik oleh-Nya. Allah ta‟ala berfirman,

ى في الاس تالحج يأتىك زجاال وعلى كل ضاهس يأتيي هي كل فج عويق ) (٧٢(ليشهدوا هافع لهن )٧٢وأذ

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan

datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang

datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai

manfaat bagi mereka …” (Al Hajj: 27-28).

Berbagai manfaat, faedah, dan pelajaran berharga yang terdapat dalam

ibadah haji tidak mungkin untuk dihitung, karena sebagaimana di dalam ayat di

atas, Allah berfirman dengan kata ― ‖ yang merupakan bentuk plural dari kata

yang disebutkan secara indefinitif (nakirah) sehingga mengisyaratkan ‖ةعف م―

betapa banyak dan beragam manfaat yang akan diperoleh dari ibadah haji.

Tujuan ibadah haji ini adalah agar berbagai manfaat tersebut diperoleh

oleh mereka yang melaksanakannya, karena huruf lam pada firman-Nya ―

‖ berfungsi untuk menerangkan alasan yang terkait dengan firman-Nya

Page 85: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

74

yang sebelumnya, yaitu ayat ― ‖, sehingga

redaksi ayat tersebut bermakna, “(Wahai Muhammad), jika engkau menyeru

mereka untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu, baik

dengan berjalan kaki dan berkendara untuk memperoleh berbagai manfaat haji.”

Oleh karena itu, mereka yang diberi taufik untuk melaksanakan ibadah

ini hendaklah bersemangat dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh manfaat

tersebut, di samping dirinya akan memperoleh pahala yang besar dan

pengampunan dosa dari Allah ta‟ala. Nabi shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda,

ه هي حج هرا الثيت فلن يسفث ولن يفسق زجع كيىم ولدته أه

“Barangsiapa yang berhaji di rumah ini, kemudian tidak berbuat keji dan

maksiat, niscaya dia akan kembali dalam kondisi seperti tatkala dirinya

dilahirkan oleh ibunya (tidak memiliki dosa apapun).”

Beliau shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda,

في الكيس خثث الحد ىب كوا ي فياى الفقس والر يد تاتعىا تيي الحج والعوسج فإهوا ي

“Laksanakanlah hajidan umrah, karena keduanya menghapus kefakiran dan dosa

sebagaimana api menghilangkan karat dari besi.”

Tentunya, seorang yang memperoleh keuntungan ini kembali ke

negaranya dengan kondisi yang suci, jiwa yang bersih, dan kehidupan baru yang

Page 86: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

75

dipenuhi dengan cahaya iman dan takwa, penuh dengan kebaikan, keshalihan,

serta berkomitmen dan konsisten menjalankan ketaatan kepada Allah ta‟ala.

Ulama telah menyebutkan bahwa apabila keshalihan dan kesucian jiwa

ini terdapat dalam diri hamba, maka hal tersebut merupakan tanda bahwa Allah

telah ridha kepadanya dan ciri bahwa amalannya telah diterima oleh-Nya. Apabila

kondisi seorang yang telah melaksanakan haji menjadi baik, dengan berpindah

dari kondisi yang buruk menjadi baik, atau dari kondisi baik menjadi lebih baik,

maka hal ini merupakan tanda bahwa hajinya bermanfaat, karena balasan dari

suatu kebaikan adalah tumbuhnya kebaikan sesudah kebaikan yang pertama

sebagaimana firman Allah ta‟ala,

Ibadah haji merupakan ibadah fisik, banyak makna yang tersirat maupun

yang tersurat yang dapat kita ambil dalam pelaksanaan ibadah haji tersebut.

Makna dari ibadah haji disini memiliki maksud agar calon jamaah haji dapat

mengetahui, memahami dan menghayati tujuan dan hakikat pelaksanaan ibadah

haji, sehingga diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah

SWT, karena semua ibadah yang kita lakukan pada dasarnya untuk membentuk

manusia yang bertaqwa.

Begitu juga berasarkan wawancara dengan salah satu responden Bapak

Rizki mengatakan bahwa:

―Tentu saja memang setiap orang yang berhaji selain melaksanakan

rukun iman yang ke enam maka saya ingin dan berharap ibadah haji yang

dikerjakan ini menjadi haji yang mabrur dan saya sangat berharap kalau setiap

Page 87: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

76

pulang dari sana, sikap saya dikeluarga, dimasyarakat menjadi lebih baik lagi dari

sbelumnya. ―

Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim

yang mampu secara material, fisik, maupun keilmuan dengan berkunjung ke

beberapa tempat di Arab Saudi dan melaksanakan beberapa kegiatan pada satu

waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah.

Ibadah haji merupakan ibadah fisik, banyak makna yang tersirat maupun

yang tersurat yang dapat kita ambil dalam pelaksanaan ibadah haji tersebut.

Makna dari ibadah haji disini memiliki maksud agar calon jamaah haji dapat

mengetahui, memahami dan menghayati tujuan dan hakikat pelaksanaan ibadah

haji, sehingga diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah

SWT, karena semua ibadah yang kita lakukan pada dasarnya untuk membentuk

manusia yang bertaqwa.

Ibadah Haji adalah puncak pencapaian spiritual seorang Muslim yang

kegiatannya paling lengkap. Di dalamnya terdapat kegiatan fisik, lisan, dan rohani

serta pengorbanan jiwa, waktu dan harta. Kegiatan fisik berupa Perjalanan dari

tanah air ke Saudi Arabia yang menempuh jarak yang jauh dan biaya tidak sedikit

serta kegiatan ibadah haji yang melelahkan karena harus bergerak dari satu tempat

ke tempat lain dalam waktu yang singkat. Kegiatan lisan berupa lidah yang

senantiasa mengumandangkan senandung talbiyah, takbir, dzikir, dan doa untuk

menempatkan Allah di atas puncak kebesaran-Nya serta mengecilkan keinginan

terhadap harta, wanita dan tahta yang kerap memalingkan kita dari nur Illahi.

Kegiatan rohani berupa penjagaan hati agar selalu bersih, ikhlas dan lurus dalam

Page 88: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

77

upaya mencapai haji Mabrur serta penyerahan diri dalam rangka mencari ridho

Allah.

Haji adalah ibadah yang sarat akan simbol-simbol yang bermakna,

tindakan simbolik dalam upacara religius tersebut merupakan bagian yang sangat

penting dan tidak boleh ditinggalkan begitu saja. karena ternyata hal itu

melambangkan bentuk simbol komunikasi hamba dengan Allah. Maka sangatlah

penting bagi orang yang bermaksud menunaikan haji untuk mengetahui makna

dari setiap prosesi dalam ibadah tersebut, sehingga ia dapat menghayati dan

menangkap tujuan dan esensinya. Kalau tidak dia hanya akan mendapatkan capek

dan lelah saja. Disinilah adanya komunikasi antara manusia dengan penciptanya,

manusia dengan manusia lainnya. Berkomunikasi dengan baik sehingga

mengharapkan perubahan sari suatu perilaku yang lebih baik lagi dimasa yang

akan datang.

Komunikasi sebagai berikut, ― komunikasi adalah upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegas, azas penyampaian informasi serta pembentukan

pendapat dan sikap. Lebih khusus lagi bahwa komunikasi adalah proses merubah

perilaku orang lain ‖ ( Effendy, 1993: 13 ).

Sementara makna haji menurut Ibu Euis bahwa ibadah haji merupakan:

―Ibadah haji menurut saya didalamnya berlangsung peristiwa sosial, yang

tidak hanya menghubungkan dan mendekatkan manusia dengan allah, melainkan

juga tentang bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lainnya.. Kegiatan

ini juga bermanfaat untuk kita dalam menjaga tali silaturahmi, dan juga melalui

silaturahmi seperti ini kita diberikan umur panjang dan melimpahkan rezeki kita,

Page 89: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

78

harapan itulah yang saya inginkan dengan mengadakan silaturahmi ini.

Sesungguhnya, pelaksanaan ibadah haji merupakan manifestasi persaudaraan

muslim sedunia, karena haji merupakan muktamar tahunan atau silaturahmi akbar

baik di kota Makkah almukaramah maupun di Madinah. Pertemuan muslim

sedunia itu, juga bagaikan muktamar bangsa-bangsa. Disini kita saling membawa

budaya masing-masing, dengan aneka ragam budaya dan tingkah laku yang

berasal dari negaranya. Cara mereka mendirikan sholat, terkadang ada yang

berbeda dengan cara yang biasa kita lakukan. Meskipun demikian, ada kesamaan

pedoman kiblatnya yaitu Baitullah serta hubungan bathin dengan Allah SWT.

Dari sini kita dapat memetik 2 hikmah ikrar keislaman kita, yang diucapkan

dalam ikrar 2 kalimah Syahadat, yaitu: Syahadat pertama, yaitu “Asyhadu alla ila

ha illallah, disini menegakkan ikrar bahwa tiada Tuhan selain Allah. Pernyataan

ini menjadi sempurna ketika kita menunaikan ibadah haji serta beribadat di

Baitullah – Tanah Haram Makah. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia

terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke

Baitullah. Sedangkan syahadat yang kedua, yaitu “ Wa Ashadu Anna

Muhamma Rasulullah”, yaitu ikrar kita atas kerasulan Nabi Muhammad Saw.‖

Salah satu makna terbesar yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah

haji adalah semangat persatuan dan kesatuan umat. Dalam ibadah haji semua

jemaah harus berganti pakaian ikhrom. Karena pakaian sering kali melambangkan

status, level, strata, tingkatan, jabatan, pangkat, dan derajat. Pakaian menciptakan

―batas‖ palsu, dinding penyekat yang menyebabkan perpecahan di antara manusia.

Selanjutnya dari perpecahan itu, dari rasa beda baju, beda status, beda golongan,

Page 90: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

79

timbul konsep ―aku,‖ bukan ―kami atau kita,‖ sehingga yang menonjol adalah

kelompokku, kedudukanku, golonganku, sukuku, ataupun bangsaku. Padahal

penonjolan ―keakuan‖ adalah perilaku orang musyrik yang dilarang oleh Allah

SWT.

Allah berfirman, ―Janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu

orang-orang yang memecah agama mereka dan mereka menjadi beberapa partai.

Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.‖

(QS. Ar-Ruum 31-32).

Para jemaah haji mengenakan pakaian yang sama, yaitu kain kapan—

biasanya digunakan sebagai pembungkus mayat—yang terdiri dari dua helai kain

putih yang sederhana. Semua memakai pakaian seperti ini. Tidak ada bedanya

antara yang kaya dan miskin, yang terhormat dan orang kebanyakan, yang berasal

dari timur dan dari barat. Mereka memakai pakaian yang sama, berangkat pada

waktu dan tempat yang sama dan akan bertemu pada waktu dan tempat yang sama

pula. Mereka beraktivitas dengan aktivitas yang sama, dan menggunakan kalimat

yang sama. Manusia yang tadinya terpecah-pecah dalam berbagai ras, negara,

kelompok, suku, dan keluarga, dengan ibadah haji dihimpun oleh Allah SWT

dengan berbagai faktor kesamaan agar mereka menjadi satu. Manusia yang

tadinya terpecah-pecah dalam berbagai ras, negara, kelompok, suku, dan keluarga,

dengan ibadah haji dihimpun oleh Allah SWT dengan berbagai faktor kesamaan

agar mereka menjadi satu. Hal ini mengisyaratkan bahwa segala permasalahan

umat Islam akan dapat terselesaikan secara mendasar apabila mereka bersatu dan

bersama-sama dalam bersikap, berbuat, dan menetapkan pilihan.

Page 91: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

80

Hal ini mengisyaratkan bahwa segala permasalahan umat Islam akan

dapat terselesaikan secara mendasar apabila mereka bersatu dan bersama-sama

dalam bersikap, berbuat, dan menetapkan pilihan.

Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah 197:" (Musim) haji adalah

beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam

bulan itu akan mengerjakan Haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan

berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu

kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan

sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai

orang-orang yang berakal. (QS. 2:197).

Firman Allah ini menegaskan kepada kita bahwa ketika kita sudah

berazzam (menetapkan niat ) untuk melaksanakan ibadah haji, hendaklah dia

mempersiapkan dirinya dengan sebaik-baiknya. Persiapan itu adalah tidak berkata

kotor, berbuat fasik dan berbantah-bantahan ketika melaksanakan ibadah haji.

4.2.3 Konstruksi makna haji mandiri dalam proses pelatihan diri

Pada haji mandiri sebelum kita melakukan ibadah haji pastilah harus

melakukan yang namanya bimbingan haji terlebih dahulu dan biasanya dilakukan

sebanyak 10 sampai 12 kali. Hal ini dilakukan supaya para jamaah memahami dan

hafal dengan baik apa saja rukun&wajib haji serta langkah-langkah apa yang

harus dilakukan pada saat di tanah suci karena di tanah suci setiap jamahaan harus

serba sendiri dimana pendamping atau pemandu tidak selalu sama-sama ke

Page 92: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

81

berbagai tempat, serta berbagai rukun haji. Karena itu,setiap jamaah harus mandiri

atau tidak berganutng.

Sehingga dalam memaknai ibadah haji, berarti harusnya memaknai setiap

tahapan-tahapan atau proses dalam berhaji tersebut, itu merupakan satu kesatuan

yang perlu dipahami secara keseluruhan sehingga tujuan berhaji itu tercapai,

perubahan sikap, perubahan pola pikir dan tentunya perubahan keimanan. Karena

ibadah haji memang sebuah perjalanan rohani yang memiliki sisi religious yang

sangat tinggi. Perjalanan ibadah haji memang akan memberikan kesan tersendiri

bagi para jamaah. Mereka merasakan bagaimana seorang manusia itu sangat kecil

dihadapan Allah, betapa besar kuasa Allah, disana kita akan lebih melihat

bagaimana kebesaran dan kekuasaan Allah. Seluruh rangkaian ibadah haji,

memberikan banyak makna besar bagi para jamaah, setiap perjalanan pasti ada

hikmah yang bisa didapatkan oleh jamaah. Apalagi dengan haji mandiri yang

tingkat ketergantungan terhadap diri sendiri lebih besar dibandingkan dengan

orang lain, maka pada saat melaksanakan tahapan-tahapan haji ini terasa lebih

melatih kemampuan diri sendiri dalam melaksanakan ibadah haji. Berdasarkan

hasil wawancara dengan salah satu responden yaitu Bapak Mirdasy, yang

mengatakan bahwa:

―Ibadah haji kali ini, saya ingin lebih menunjukan kualitas diri saya

dalam memaknai haji itu sendiri, sehingga saya menggunakan jasa haji mandiri,

karena disini saya harus hidup lebih sederhana, mencoba mensyukuri setiap detik-

detik dari perjalananya, karena waktunya juga yang memang lebih panjang dan

lama, apa yang sudah saya persiapkan pada saat bimbingan haji inilah saatnya

Page 93: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

82

untuk saya menjalankan setiap kesungguhan dari tekad saya ini. Sehingga

walaupun tidak ada pembimbing rombongan saya dapat membimbing diri saya

sendiri, sekaligus saya ingin membimbing istri-istri saya. Hal ini sangat terasa

ketika saya menjalankan setiap tahapan-tahapan dalam melakukan ibadah

hajinya.‖

Pada haji mandiri waktu lebih panjang dan lebih lama, sehingga dalam

melaksanakan ibadahpun tidak terlalu terburu-buru, bahkan dinikmati. Tahapan-

tahapan haji yang dilalui para jamaah haji diantaranya:

a. Ihram memiliki pengertian niat mulai melakukan ibadah haji dan menjauhi

segala larangan-larangan selama berihram. Allah SWT telah menetapkan

beberapa larangan yang harus dipatuhi oleh jamaah haji selama berihram jika

dilanggar maka akan ada konsekuensi yang harus kita terima, yaitu dengan

membayar Dam atau fidyah sesuai ketentuan syar‘i. Dengan ihram ini berarti

kita telah berikrar dan bertekad untuk tidak melanggar larangan-larangan

ihram seperti memotong atau mencukur rambut, memotong pepohonan di

tanah suci atau memakai pakaian berjahit. Padahal kesemuanya itu hal biasa

dalam keseharian, bahkan kita disunahkan memotong kuku atau rambut untuk

kebersihan kita, tetapi pada saat berihram semuanya itu dilarang. Makna yang

bisa kita ambil dari ihram adalah menunjukkan sikap kepatuhan dan ketaatan

terhadap Allah SWT. Hal ini juga wujud dari ikrar syahadat bahwa tidak ada

tuhan yang patut disembah selain Allah SWT. Ketaatan kita kepadaNya adalah

Mutlak tanpa adanya pengecualian. Dialah yang mencipta dan berkuasa atas

Page 94: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

83

segala sesuatu, Apapun yang telah ditetapkannya adalah ketentuan mutlak

yang berlaku.

Kita hanyalah hambanya yang daif dan lemah. Jamaah haji tidak boleh

meremehkan larangan-larangan ihram ini meskipun konsekuensi melanggar

larangan ihram itu tidak seberapa berat, tetapi bukan itu esensinya. Kepatuhan

dan ketaanlah yang sedang diuji. Semakin jamaah haji tidak melanggar

larangan ini adalah hal terbaik yang harus kita laksanakan selama menjalankan

ibadah haji. Dan hal ini menunjukkan tingkat ketaatan kita kepada Allah SWT.

Semoga ketaan ini mengharntarkan jamaah menjadi haji yang mabrur.

Dalam berihram jamaah haji hanya menggunakan 2 helai kain tanpa

berjahit, disunahkan kain yang putih dan bersih. Hal ini menunjukkan bahwa

jamaah haji dihadapan Allah itu sama, tidak ada yang berpakaian mewah,

pakaian gemerlap, pangkat dan jabatan harus ditinggalkan. Yang tertinggal

adalah ketaqwaan kita yang menjadi bekal dalam memenuhi panggilan Allah

SWT karena sebaik-baiknya bekal adalah bekal taqwa. Dalam memenuhi

panggilan Allah SWT diharapkan dengan hati yang bersih seputih kain ihram.

Tidak ada kesombongan karena kesombongan itu hanyalah milik Allah SWT.

Menurut hasil wawancara dengan salah satu responden bapak Mirdasy

mengatakan bahwa:

―Makna ihram bagi dirinya adalah melepas seluruh kepentingan duniawiah

kita lalu menggantinya dengan dua lembar kain putih tanpa berjahit buat laki-

laki atau penutup kain boleh berjahit buat wanita. Iya tidak ubahnya sebagai

kafan bagi si mayit. Ihram adalah penyerahan diri total atas ketidak berdayaan

Page 95: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

84

pada Allah SWT. Dalam berihram kita dilarang membunuh mahluq hidup dan

dilarang berkata kotor, lebih jauh do‘a dan pengharapan kita senantiasa

dikabulkan oleh Allah. Jadi suatu kondisi dimana kita mesti hanya berpasrah

pada Allah dan hanya bergantung pada-Nya. Ihram mencerminkan

perjumpaan kita dengan Allah. Oleh karena – saya bisa maklum jika seorang

mukmin yang sedang berihram sering ―cengeng‖ (mudah menangis), sebab

ada kesadaran bagaimana kita berjumpa dengan Allah dalam keadaan kotor

penuh dosa dan kemaksiatan. Nau‘dzu billa mindhaliq.‖

b. Thawaf adalah mengelilingi kabah sebanyak 7 kali. Putaran diawali dan

diakhiri dari rukun Hajar Aswad. Sedangkan Ka‘bah berada di sebelah kiri.

Ka‘bah adalah pusat kiblat ibadah umat islam. Disinilah di Baitullah para

jamaah haji menjadi tamu Allah SWT. Thawaf merupakan sarana peretemuan

kita sebagai tamu dengan sang Khaliq. Dengan mengelilingi kabah serta dzikir

dan berdoa dengan khusyu. Ka‘bah menjadi pusaran dan pusat peribadatan.

Karena thawaf identik dengan solat dimana kita berkomunikasi secara

langsung dengan Allah. Putaran tawaf sebanyak 7 kali mendefinisikan rotasi

bumi terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu ,

siang dan malam yang menujukkan waktu, hari, bulan dan tahun. Inilah

kebesaran Allah SWT, dan ini bukan terjadi karena sebuah kebetulan.tetapi

sudah menjadi sunatullah. Tidak ada kejadian di muka bumi ini yang terjadi

secara kebetulan melainkan sudah direncanakan oleh Allah SWT dan

semuanya berjalan sesuai dengan waktunya masing-masing. Menurut hasil

wawancara dengan salah satu responden bapak Mirdasy mengatakan bahwa:

Page 96: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

85

―Tawaf adalah mengelilingi ka‘bah 7 kali dengan diawali mencium hajar

aswad. Ka‘bah adalah simbol ketundukan pada Allah. Pusaran seluruh

kehidupan selalu ada intinya. Inti dari kepatuhan adalah ketundukan kita pada

Allah. Bukan Ka‘bah yang kita sembah – tetapi kepatuhan kita pada perintah

Allah dan Rasul-Nya. Begitu halnya dengan mencium Hajar Aswad, iya

hanyalah perlambang, bagaimana kita tunduk pada risalah rasul. Maka aneh

mana kala banyak orang berjubel, berdesakan bahkan rela melukai saudara

muslimnya hanya demi mencium hajar aswad. Didepan baitullah banyak

ummat muslim tidak menunjukkan kepatuhan, kebaikan budi dan

keteladanan, justru sebaliknya menunjukkan keserakahan, kesombongan dan

penganiayaan orang lain demi mendapatkan rahmad Allah, padahal tak ada

satupun dalil yang mengharuskan demikian, bahkan Muhammad rasulullah

memberi contoh pada sahabat Umar bin Khattob dengan cukup memberi

tanda telah mencium hajar aswad. Jadi saya kalo ditanya orang, Pak Mirdasy

berapa kali mencium hajar aswad ? maka saya jawab tiap kali saya tawaf saya

7 kali menciumnya, kalo sehari saya tawaf 3 kali (sebab biasanya saya tawaf:

pagi, sore dan setelah tahajjud malam), maka kalikan saja sendiri. Maka

selalu jawabnya wah...kok banyak sekali, saya jawab...iya pasti banyak sebab

begitulah rasulullah mencontohkan. Jadi tawaf bagi saya adalah perwujudan

kearifan beribadah, jangan pernah salah kita beribadah bukan pada mahluq

hidup atau benda mati, tetapi hanya pada Allah semata, dan tuntunannya ada

pada rasulullah.‖

Page 97: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

86

c. Sai berarti usaha. Sai adalah perjalanan dari Shafa ke Marwah dan sebaliknya

selama 7 kali perjalanan. Ibadah sa‘I ini merupakan aaran dari Siti Hajar

ketika mondar mandir antara Bukit Shafa dan bukit marwah untuk mencari air

karena Nai Ismail AS menangis kehausan padahal jarak antara Shafa dan

Marwah adalah 425m. Kisah ini menunjukkan bahwa betapa besarnya cinta

kasih seorang ibu kepada anaknya, begitu kuat usaha yang dilakukannya,

untuk mendapatkan setetes air untuk menghilangkan dahaga anaknya, Makna

yang bisa kuta ambil dari usaha tersbeut adalah usaha yang dilakukan secara

terus menerus tanpa kenal lelah serta tawakal untuk meraih suatu tujuan

meskipun pada akhirnya hanya Allah SWT yang menentukan hasil dari jerih

payah. Kenyataan yang menemukan sumber mata air ditanah yang kering dan

tandus adalah putranya sendiri Nabi Ismail AS yang dikenal dengan sumur air

zamzam. Air zamzam inilah yang pada akhirnya menghidupi masyarakat

sekitar mekkah selama ribuan tahun dan sumur ini tidak pernah kering sampai

saat ini meskipun berjuta-juta gallon telah diambil untuk keperluan jamaah

haji. Menurut hasil wawancara dengan salah satu responden bapak Mirdasy

mengatakan bahwa:

―Sa‘i adalah berkeliling 7 kali antara bukit shofa dan bukit Marwah. Setiap

kali ditanah suci terkadang ada pikiran disaya, kita seperti bermain-main, tapi

kita beribadah. Tetapi memang itulah kehidupan kita sepertinya bermain-

main tetapi ingat prinsip kehidupan adalah beribadah. Pada Sa‘i kita diajari,

bukan mencari airnya oleh ibu Hajar – tetapi itu adalah misi ibadah seorang

ibu mencarikan kehidupan bagi sang bayi penerus generasi. Berlari-lari kecil

Page 98: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

87

adalah upaya sungguh-sungguh dalam kehidupan utk mencari ridho Allah.

Oleh karena do‘anya adalah meminta keberkahan di kedua bukit. Sa‘i adalah

lambang kesungguhan mencari rahman dan rahim Allah dimuka bumi.‖

d. Tahalul merupakan perbuatan untuk melepaskan diri dari larangan-larangan

ihram selama berihram, dilakukan dengan cara bercukur. Bercukur

mengandung makna membersihkan diri, membersihkan segala pikiran-pikiran

yang kotor yang tidak bermanfaat. Bersihkan hati dan pikiran untuk menapaki

kehidupan yang lebih baik menuju kepada keridoan Allah yang lebih baik.

Menurut hasil wawancara dengan salah satu responden bapak Mirdasy beliau

mengatakan bahwa:

Memotong rambut (tahalul) bermakna keberanian kita memotong kekotoran

diri kita dari dosa dan kesalahan. Meski minimal hanya 7 helai rambut

(beberapa laki-laki lebih suka mengunduli kepalanya) namun ia hanya

perlambang – bagaimana setiap tahapan kehidupan kita harus berani berpisah

pada sesuatu yang salah dan dosa. Keberanian berpisah ini penting. Dalam

kehidupan sering kita enggan meninggalkan suatu kehidupan yang telah

menyenangkan kita tetapi jauh dari Allah. Tahalul mengajarkan bagaimana

kita berani membuat keputusan seremeh apapun yang tugaskan Allah dan

dicontohkan Rasulullah akan kita laksanakan. Jadi diminta berpisah dari salah,

dosa dan maksiat ? siapa takut !

e. Wukuf berarti berhenti merupakan rukun ibadah haji, tidak ada haji jika tidak

ada wukuf di arafah. Wukuf di Padang Arafah merupakan gambaran kelak kita

akan dikumpulkan oleh Allah SWT di Padang Mahsyar pada hari kebangkitan.

Page 99: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

88

Pada saat wukuf ini kita akan merasakan dalam suasana yang tenang, tenram,

seluruh jamaah haji dari seluruh dunia berkumpul, bermunajad kehadiran

Allah SWT, Sang Pencipta. Semuanya berdzikir, bertafakur, ada yang

menangis, memohon ampunan atas kesalahan dan bertaubat. Sesungguhnya

Allah SWT adalah oenerima sebaik-baiknya tauat hambaNya. Dalam wukuf

ini Allah akan memebaskan dan mengampuni dosa orang-orang yang wukuf

sebesar apapun dosanya. Seperti disebutkan dalam hadist riwayat Muslim,

Nabi Muhammad SAW bersabda, ―Aku berlindung kepada Allah dri Gaodaan

Syetan yang terkutuk. Iada hari yang lebih banyak Allah membebaskan

seorang hamba dari neraka selain hari Arafah‖.

Dalam hadist lain Rasulullah SAW juga bersabda, Nabi SAW wukuf

di Arafah, disaat matahari hamper terbenam, beliau berkata, Wahai Bilal

suruhlah umat manusia mndengarkan saya‖ Maka ilal pun berdiri sambil

berkata, Dengarkanla Rasulullah SAW, maka mereka mendengarkan, lalu

Nabi SAW bersabda, Wahai Umat Manusia, baru saja Jibril a.s dating

kepadaku, maka dia membacakan salam dari Tuhanku dan dia mengatakan

―Sungguh Allah SWT mengampuni dosa-dosa orang yang berwukuf di arofah

dan orang-orang yang bermalam di masy‘aril Haram (Mudzalifah) dan

menjamin membebaskan mereka dari tuntutan balasan dan dosa-dosa mereka.

f. Setelah terbenam matahari maka wukuf telah berakhir, jamaah haji berangkat

menuju Mudzalifah untuk bermalam dan beistirahat, mengumpulkan tenaga

kembali guna melajutkan melempar jumrah di Mina. Disnahkan di Mudzalifah

ini jamaah haji mencari kerikil untuk melempa jumroh. Selama Mabit di

Page 100: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

89

Mudzalifah ini, disunahkan memperbayak dzikir dan berdoa. Setelah lewat

tengah malam, jamaah haji, akan berangkat menuju Mina untuk Mabit dan

melempar Jumroh pada tanggal 10,11,12 dan 13 Dzulhijah. Makna Mabit di

Mudzalifah ini bahwa jamaah haji mempersiapkan diri bik tenaga maupun

perbekalan dan senjata (lambing kerikil) untuk melawan musuh manusia yang

nyata yaitu syeitan. Kerikil-kerikil tersebut nantinya akan dipergunakan untuk

melempar jumroh yang menandakan perang melawan syaitan. Syaitan selalu

menjerumuskan manusia ke dalam api neraka karena itu tidak ada ruang lagi

bagi syaitan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden yaitu

bapak mirdasy bahwa:

―Bagai dipadang mahsyar kita dikumpulkan. Meski pasti tidak identik, tapi

betapa tidak mudah (meski hanya sehari) kita berkumpul (wukuf) di Arofah,

dengan berihram dengan rukun dan syarat yang harus ditegakkan, kita serasa

berada ditengah pengawasan melekat Allah, menimbulkan kesadaran tiap hari

sesungguhnya kita diawasi oleh Allah, tanpa kecuali. Ujian kesabaran,

keta‘atan dan ketawaddu‘an sangat terasa disana. Andai Allah dan Rasul-Nya

tidak memerintahkan – serasa aneh kita berkumpul disana – semua hanya

bukti keta‘atan kita pada sang Khaliq – tidak lebih dari itu. Kita hidup hanya

buat beribadah saja, dengan berperan sebagai khalifah fil ardhi sesuai dengan

kebisaannya masing-masing. Begitu halnya dengan prosesi mabit – ujian

kesabaran sangat kental disini. Beribadah itu butuh kesungguhan,

pengorbanan dan tanpa reserve (tidak pilih-pilih).‖

Page 101: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

90

g. Mabit di Mina dilaksanakan selama 4 hari. Mulai tanggal 10,11,12,13

Dzulhijah. Selama Mabit ini Jamaah haji akan melaksanakan melempar

jumroh Ula, Wustha, dan Aqobah. Mabit ini merupakan peninggalan Nabi

Ibrahim a.s , ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih putranya Nabi

Ismail a.s, Dalam perjalanan menjalankan perntah Allah SWT inilah Nabi

Ibrahim mendapat godaan terus meerus dari syaitan agar mengurungkan

niatnya untuk menyembelih putranya, tetapi Nai Ibrahim tetap istiqomah

menjalankan perintah Allah SWT dan melempari syaitan-syaitan tersebut

dengan batu kerikil (jamrah). Makna melempar jamrah adalah perang

melawan musuh manusia yang paling nyata yaitu syaitan. Karena syaitan-

syaitan tidak pernah lengah untuk menggoda manusia agar terjerumus ke

dalam api neraka. Selain itu didalam mabit ini kita disunahkan untuk selalu

mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berdzikir, berdoa dan

memperbanyak ibadah. Salah satu jemaah haji bapak Rasyid mengatakan

bahwa:

―Ibadah haji teh merupakan ibadah anu wajib dilakonan lamu urang sadayana

mampu, eta sakali saumur hirup. Kumargi eta dibutuhkeun pemahaman ilmu

agama anu sae. Dina waktu urang ker ngalakonan rukun haji sapertos tawaf,

sa‘i, dan lempar jumrah urang sadaya kedah paham kana hakekat rukun haji

anu bade dilaksanakan. Artinya Karena ibadah haji merupakan ibadah yang

apabila mampu wajib dilaksanakan sekali seumur hidup, maka perlu

pemahaman ilmu keagamaan yang baik. ‗‘Ketika kita sedang melaksanakan

Page 102: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

91

rukun haji seperti tawaf, sa‘i, dan melempar jumrah kita harus memahami

hakikat dari rukun yang kita laksanakan tersebut‖.

Haji merupakan puncak dari seluruh perintah Allah, maka dimensi

ibadah yang perlu dipahami tidak hanya terfokus pada haji semata tapi juga

hakikat dari seluruh ibadah yang diperintahkan Allah kepada manusia. ‗‘Ibadah

haji tidak hanya tergantung pada pelaksanaan rukun dan wajibnya semata tapi

juga harus dilengkapi dengan perbaikan akhlak yang semakin menuju kemuliaan,‖

Hasil wawancara penulis dengan salah satu jamaah haji, mengenai waktu

pelaksanaan haji, dia menyebutkan bahwa:

―Waktu untuk melakukan ibadah haji memang sudah ditentukan, yaitu

pada bulan Djulhijah. Itu pada bulan-bulan lain kita tidak bisa melakukan ibadah

haji. Kalaupun memang mau melakukan ibadah ke tanah suci itu bisa dikatakan

sebagai Umrah. Ibadah haji dan Umroh itu berbeda cara.‖

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

utama ibadah haji dilakukan pada tanggal 8 Djulhijah yaitu dilewati dengan

bermalam di Mina kemudian wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah pada hari

selanjutnya. Dan riual terakhir melempar jumroh sebagai symbol melempari setan

pada 10 Dzulhijah. Pelaksanaan ibadah haji tersebut dinamakan Idul Adha atau

oleh masyarakat Indonesia dinamakan hari raya haji. Didalam melakukan ibadah

haji, jamaah akan mengunjungi beberapa Baitullah dan tempat-tempat tertentu

untuk melakukan beberapa amalan ibadah tertentu.Tempat-tempat yang

Page 103: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

92

dikunjungi dalam ritual haji anta lain Ka‘bah, tempat sa‘I bernama mas‘a Arafah,

Mina, dan Mudzalifah.

Terdapat beberapa hadist sahih tentang keutamaan haji yang dapat

menghilagkan kerauan bagi seseorang dalam melaksanakan ibadah haji untuk

mengharapkan pahala, rahmat dan maghfirah Allah SWT. Ibadah haji berguna

untuk kaum muslimin untuk memperkuat Ukhuwah Islamiyah¸menggalang

solidaritas sosial, salig tolong menolong untuk kemashlahatan dunia dan akhirat.

Berikut sebagian hadist dari HR Bukhari dan Muslim:

‖Rasulullah SAW telah ditanya oleh seseorang: pekerjaan apa yang

paling utama? Rasul menjawab; Iman kepada Allah dan RasulNya, Kemudian

Apalagi ? Rasul menjawab; Haji Yang Mabrur.‖

Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa haji merupakan salah satu

rukun Islam dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim

sekali seumur hidup, dengan syarat-syarat yang diterangkan kemudian. Karena itu

jika ada seorang muslim mengingkarinya maka termasuk kedalam golongan-

golongan yang kufur.

Melaksanakan tawaf di Kabah dan berjalan mengitari Kabah sebanyak

tujuh kali, memiliki makna bahwa umat Islam merupakan umat yang dinamis dan

jujur. ‗‘Tawaf yang dilaksanakan tujuh kali hanya di pelataran Ka‘bah mencermin

kan bahwa segala pekerjaan yang dilakukan oleh umat Islam hendaknya selalu

dilaksanakan di jalan Allah dan hanya berdasarkan petunjuk Allah SWT.

Sedangkan berlari-lari kecil antara bukit Shafa den Marwah ketika sa‟i,

memiliki makna bahwa kita tidak boleh berputus asa terhadap rahmat Allah.

Page 104: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

93

‗‘Sama dengan Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim) yang tidak berputus asa

memohonkan keselamatan anaknya dan mencarikan air untuk anaknya, Ismail

yang tengah menangis kehausan,‘‗

Ritual haji Tahalul mengandung makna yang sangat dalam. ‗‘Mencukur

rambut merupakan bukti syukur kita dan kepatuhan kita terhadap perintah Allah

SWT dengan mengorbankan sesuatu yang amat kita sayangi. Dalam hal ini,

mengorbankan hal yang kita cintai tersebut direpresentasikan oleh mencukur

rambut,‘‗ Makna melempar jumrah, yakni agar kita menjauhkan diri dari segala

sifat buruk yang biasa dimiliki setan. ‗‘Segala sifat iri, dengki, sombong, dan

takabur merupakan sebagian dari sifat buruk yang terda – pat dalam diri setan

yang coba kita hilangkan dengan cara melempar jumrah,‘‗

Selain memahami makna tahapan-tahapan ibadah haji, calon jamaah haji

harus dapat menghindari atau meninggalkan hal-hal yang dilarang, khususnya

selama mengerjakan ibadah haji. ‗‘Selama kita berhaji, janganlah berbicara kotor,

jangan bercumbu, dan jangan saling berbantahan sesama umat Muslim. Tidak

kalah pentingnya, jangan pernah menyombongkan diri,‖.

Karena itulah, sebelum melaksanakan ibadah haji, para calon jamaah haji

perlu meningkatkan pemahamannya tentang Islam maupun tatacara berhaji yang

sebaik-baiknya. ‗‘Lakukanlah persiapan dengan banyak membaca buku dan

bertanya kepada orang yang telah pernah menunaikan ibadah haji sebelumnya,‘‗

Adapun rukun haji antara lain ihram, Thawaf Ziyarah (disebut juga

dengan Thawaf Ifadhah), Sa‟I, dan Wuquf di padang Arafah.

Page 105: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

94

Apabila salah satu rukun haji di atas tidak dilaksanakan maka hajinya

batal. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat bahwa rukun haji hanya ada 2 yaitu:

wuquf dan thawaf, ihram dan sa‟I tidak dimasukkan ke dalam rukun karena

menurut beliau, ihram adalah syarat sah haji dan sa‟I adalah yang wajib dilakukan

dalam haji (wajib haji). Sementara Imam syafi‘ie berpendapat bahwa rukun haji

ada 6 yaitu: Ihram, Thawaf, Sa‟ie, Wuquf, Mencukur rambut, dan Tertib

berurutan).(Kitabul Fiqh Ala Madzhabil Arba‘ah 1/578). Berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan salah satu jamaah haji Ibu Neni mengungkapkan

bahwa:

“Keluarga inti saya memang belum sepenuhnya melaksanakan ibadah haji.

Yang punya kesempatan baru saya denan istri saya. Kedua anak saya belum

melakukan ibadahhaji. Mudah-mudahan kedepannya ada kesempatan untuk

kedua anak saya juga bisa melaksanakan ibadah haji. Namun dari keluarga

besar memang ada yang sudah, tetapi ada juga yang belum. Kedua orang

tua saya Alhamdulillah sudah melaksanakan ibadah haji, namun mertua

saya, ibu dari bapak istri saya memang belum melakukan ibadah haji.”

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa syarat melakukan

ibadah haji salah satunya adalah mampu. Mampu yang dimaksud adalah bahwa

1. Memiliki biaya perjalanan, juga nafkah hidup, baik untuk diri sendiri, maupun

untuk keluarga yang ditingalkan.

Jamaah yang akan melakukan ibadah haji memang harus memiliki biaya untuk

dirinya sendiri ketika berada di tanah suci, jangan sampai keluarga yang

ditinggalkan tidak dinafkahi karena semuanya habis untuk biaya haji.

2. Sehat jasmani dan rohani.

Kesehatan itu memang sangat penting bagi jamaah haji, dimana mereka akan

melakukan beberapa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan. Tentunya ini

Page 106: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

95

jamaah haji harus memiliki kesehatan fisik yang baik, sehingga tidak mudah

terserang berbagai penyakit.

Secara rohani juga jamaah haji harus memiliki keyakinan hati yang tulus

didalam melakukan ibadah hai, jangan sampai membuang-buang waktu

dengan melakukan kegiatan yang tidak bernilai ibadah.

3. Aman dalam perjalanan dan aman pula bagi keluarga yang akan ditinggal.

Kemanan dalam perjalanan itu sangat penting. Untuk itu pasikan bahwa

perjalan yang dilakukan oleh jamaah memiliki tingkat keamanan yang baik

didalam perjalanan

4. Mengetahui cara-cara melaksanakan ibadah Haji.

Pelaksanaan Ibadah Haji memag memerlukan pembinaan dan bimbingan

terlebih dahulu. Oleh karena setiap jamaah harus melaksanakan pembinaan

terlbih dahulu, agar dia mengetahui dan paham bagaimana melaksanakan

ibadah haji yang khusyu dan syah.

5. Mampu melakukan perjalanan ke tanah suci.

Jamaah haji memang harus mampu melakukan perjalanan ke tanah suci karena

memang inti dari ibadah haji tersebut adalah jamaah haji dapat melakukan

seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji.

Ibadah haji dilakukan pada bulan Dzulhijah setiap tahunnya. Dan

dilakukan kurang lebih selama sebulan penuh.Perjalanan haji dimulai dengan

mengunjungi masjid Al-Haram yang terdapat di Kota Mekkah untuk melakukan

tawaf sebelum tanggal 8 Dzulhijah. Kemudian pada tanggal 8 Dzulhijah jemaah

Page 107: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

96

haji bermalam di Mina untuk kemudian pagi harinya bersiap siap untuk melakuka

ibadah haji lainnya.

Pada pagi hari tanggal 9 Dzulhijah, para jamaah haji bertolak ke Arafah

untuk melakukan wukuf. Wukuf adalah istilah haji yang artinya berdiam diri

sambil berdoa hingga waktu maghrib tiba. Setelah petang, kemudian mereka

segera pergi meninggalkan arah untuk berangkat menuju Mudzalifah.

Pada tanggal 10 Dzulhijah para jamaah haji kembali menuju Mina dan

melaukan Jumroh Aqobah yaitu kegiatan para jemaah haji melempar batu tujuh

kali ke tugu sebagai symbol pengusiran terhadap setan yang ada di diri manusia.

Para jamaah haji diwajibkan untuk mencukur sebaian atau semua rambut yang

dimilikinya sebelum melaksanakan Tawaf Haji dan bermalam di Mina untuk

melakukan lempar jumrah terhadap Tugu Ula dan Wustha pada hari selanjutnya.

Perjalanan dan ibadah haji yang utama memang melelahkan, tetapi hal itu

memiliki pahala yang besar. Oleh karena itu para jamaah haji disarankan untuk

menjaga kesehatannya ketika akan melakukan perjalanan ibadah haji.

4.2.4 Makna Bimbingan Haji Bagi Jamaah Haji Di Kota Bandung

Bimbingan dan pembinaan terhadap calon/jamaah haji merupakan salah

satu substansi yang memang sudah ditetapkan dalam UU nomor 17 Tahun 1999.

Kementrian Agama didalam melakukan bimbingannya yaitu dengan melakukan

pembinaan dalam waktu tertentu serta memberikan buku panduan sebagai

pedoman bagi calon jamaah haji dalam memelihara dan mempertahankan

kemambruran hajinya, setelah kembali dari tanah suci melalui peningkatan

Page 108: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

97

ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari. Kementrian dalam melakukan

pembinaan kepada calon/jamaha haji dilakukan dalam waktu tertentu, dalam

pembinaan tersebut calon/jamaah haji diberikan penjelasan dan gambaran dari

mulai apa saja yang harus dipersiapkan oleh jamaah haji sebelum melakukan

ibadah haji, kemudian apa saja dan bagaima perjalanan haji di tanah suci, sampai

kepada apa dan bagaimana setelah melaksanakan ibadah haji.

―Menurut Ahmad Subakti, selaku staff di Kementrian Agama Kota

Bandung menyebutkan bahwa ke depan, pembekalan bagi para pembimbing

jemaah akan lebih diutamakan dalam hal peningkatan kemampuan teknis masing-

masing bidang, sesuai kebutuhan situasai dan kondisi perhajian terkini. Oleh

karenanya pola bimbingan pun harus benar-benar didesain sesuai kebutuhan. Pola

bimbingan termasuk juga harus dapat menyikapi perkembangan-perkembangan

kebijakan perhajian pemerintah Arab Saudi, diantaranya tentang pemberlakuan

paspor internasional, perluasan-perluasan kawasan perhajian, serta pengaturan

transportasi lokal jemaah haji di Mekkah.‖

Pembaruan pola bimbingan jamaah tersebut antara lain menyangkut

peningkatan volume waktu, desain program dipertajam menuju ke arah

kemandirian, SDM (pembimbing, pelatih dan instruktur) adalah orang yang benar-

benar memahami perhajian sesuai dengan kondisi terkini, dana bimbingan

diperbesar dan peran Karu (Kepala Regu) dan Karom (Kepala Rombongan)

sebagai ujung tombak pelayanan dalam kloter dioptimalkan dalam hal pemberian

materi dan seleksi personalnya.

Page 109: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

98

Jika selama ini volume pembimbingan di tingkat kecamatan hanya 10

kali pertemuan, pada musim haji yang akan datang, minimal 15X pertemuan,

ditambah 4X kali pertemuan di tingkat Kabupaten/Kota. Di samping

memberdayakan secara maksimal para pembimbing, juga tetap melibatkan para

alim ulama, majelis Taklim dan kelompok bimbingan yang ada.

Sedangkan desain program akan ditata untuk menjawab kebutuhan

perhajian kondisi terkini, sehingga dimungkinkan setiap daerah memberikan

pengayaan pembekalan tersendiri sesuai kebutuhan jemaahnya masing-masing.

Sebagai contoh misalnya, bagi jamaah yang tingkat pendidikannya dan

pengalaman traveling rendah, maka program bimbingan akan lebih banyak

diarahkan tentang traveling. Dengan demikian, sesi pertemuan disusun untuk

mengakomodir kebutuhan masing-masing. Jika manasik yang lemah, maka sesi

manasik yang akan diperbanyak.

Manasik pada dasarnya adalah memberikan pelajaran atau informasi

kepada calon jama‘ah haji mengenai tata cara melaksanakan ibadah haji di tanah

Suci. Perlunya manasik haji ini karena calon jama‘ah haji Indonesia sangat

heterogen, baik pekerjaannya, usianya, asal daerahnya, pengetahuan tentang

hajinya dan pendidikannya. Dari tingkat pendidikannya lebih dari 57% tingkat

pendidikan sekolah dasar, sebagian besar bukan lulusan pendidikan sekolah

agama Islam. Dengan demikian maka bahan pelajaran yang disampaikan sudah

barang tentu mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda. Apalagi bahan mata

pelajarannya banyak yang ditulis dalam huruf Arab serta berbahasa Arab yang

tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Manasik haji setiap tahun hanya

Page 110: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

99

disampaikan selama 3 kali tatap muka oleh Departemen Agama menjelang

keberangkatan dan dalam bentuk ceramah umum. Sudah barang tentu cara yang

demikian tidak efektif karena materi hanya disampaikan satu arah tanpa ada

dialog. Sehingga materi yang disampaikan kurang dapat mencapai tujuannya,

yang berakibat kesempurnaan haji tidak tercapai. Dengan demikian, ini sangat

perlu adanya pengembangan dalam metode manasik yang sudah sekian lama

diterapkan pada calon jama‘ah haji.

Berikut hasil wawancara penulis dengan responden Bapak Mirdasy

mengenai bimbingan haji yang dilakukan oleh Kementrian Agama, dia

menyebutkan bahwa:

“ Menurut saya bimbingan yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota

Bandung cukup baik, kalopun memang harus banyak lagi pelayanan yang harus

lebih baik lagi. Jamaah haji mendapatkan 10 kali bimbingan dan diselenggragakan

oleh pemerintah daerah setempat. Bimbingan terhadap jamaah merupakan hal

yang sangat penting dilakukan, jadi waktu pelaksanaannya menurut saya harus

ditambah lagi karena dirasa belum cukup apalagi memang bagi calon jamaah haji

yang belum pernah melaksanakan haji. Termasuk saya sendiri, saya merasa belum

mengerti semua pelaksanaan haji, hal yang saya lakukan diluar bimbingan yaitu

mempelajari buu panduan dan beratanya kepada orang yang sudah pernah berhaji.

Bimbingan yang diberikan yaitu mengenai bimbingan jamaah dari sebelum

berangkat haji, sampai kepada tata cara pelaksanaan ibadah haji, dan pembinaan

paska haji itu diberikan. ―

Page 111: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

100

Jamaah haji yang lain yaitu bapak rizki juga mengungkapkan mengenai

bimbingan haji, di mengatakan bahwa:

―Jamaah haji mendapatkan 10 kali bimbingan dan diselenggaarakan oleh

pemerintah daerah setempat. Bimbingan haji merupakan hal yang sangat penting

dilakukan, jadi waktu 10 kali pelaksanaan belum cukup untuk calon jamaah haji

paham apalagi memang bagi calon jamaah haji yang belum pernah melaksanakan

haji. Termasuk saya sendiri,, saya merasa belum mengerti semua pelaksanaan

haji, hal yang saya lakukan diluar bimbingan yaitu mempelajari buku panduan dan

beratanya kepada orang yang sudah pernah berhaji.‖

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbinan

yang dilakukan oleh Kementrian Agama memang harus ditingkatkan lagi dari segi

pengembangan metodenya. Karena bimbingan haji sangatlah penting dimana

dalam kegiatan tersebut para calon jamaah haji/jamaah haji akan diberikan

informasi mengenai pelaksanaan haji itu seperti apa. Kebutuhan informasi calon

jamaah haji/jamaah haji merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting karena

itu sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan

pemenuhan kebutuhannya. Dimana tuntutan yang dimaksud adalah tuntutan

bahwa calon jamaah haji harus bisa dan mampu untuk melaksanakan semua

kegiatan ibadah haji dari awal sampai dengan akhir kegiatan. Jika informasi yang

diberikan memang sudah dipahami dan dimengerti oleh calon jamaah haji makan

ini secara otomatis akan menunjang kegiatannya dan kebutuhan informasi caon

jamaah haji pun terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan pengguna pada informasi yaitu

pengetahuan, pengetahuan diartikan sebagai kesadaran individu akan adanya

Page 112: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

101

inovasi dan pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

(Soemirat, Ardianto, 2002:64). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden

yaitu bapak mirdasy mengatakan bahwa:

―Pembimbing haji memang penting – tapi bagi saya yang penting adalah

masing-masing pribadi yang berhaji harus mampu membimbing hatinya bertemu

Allah dan rasul-Nya, membimbing pikirannya hanya tunduk pada aturan Allah

dan rasul-Nya, membimbing prilakunya agar selalu mengaju pada petunjuk Allah

dan rasul-Nya. Selanjutnya haji itu bukan buat Allah, Rasul atau pun siapapun

selain dirinya, berhaji adalah wujud keta‘atan, berhaji buat diri sendiri bekal

menghadap sang Khaliq nanti. ―

Sedangkan menurut informan yang lain yaitu Ibu Isma mengatakan

bahwa:

―Bagi saya dalam melakukan bimbingan haji mandiri saya yaitu dapat

memotivasi para jemaah untuk lebih serius dalam mempelajari pedoman tentang

haji, karena bimbingan yang tidak terlalu lama dan nanti pada saat melaksanakan

hajinya kita dituntut untuk lebih mandiri sehingga dari awal ketika saya

memutuskan ingin naik haji maka saya ingin lebih serius mempelajari setiap

rukun haji serta hukum-hukum haji lainnya, karena itu dapat meningkatkan ke

khu‘suan saya dalam berhaji.‖

Bimbingan haji yang dilaksanakan yaitu dengan memberikan gambaran

dan pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan ibadah Haji:

Page 113: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

102

1. Melakukan ihram dari mîqât yang telah ditentukan

Ihram dapat dimulai sejak awal bulan Syawal dengan melakukan mandi

sunah, berwudhu, memakai pakaian ihram, dan berniat haji dengan

mengucapkan Labbaik Allâhumma hajjan, yang artinya ―aku datang memenuhi

panggilanmu ya Allah, untuk berhaji‖.

Kemudian berangkat menuju arafah dengan membaca talbiah untuk

menyatakan niat:

Labbaik Allâhumma labbaik, labbaik lâ syarîka laka labbaik, inna al-hamda,

wa ni‟mata laka wa al-mulk, lâ syarîka laka

Artinya:

Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu; Aku datang, tiada

sekutu bagi-Mu, aku datang; Sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan,

dan seluruh kerajaan, adalah milik Engkau; tiada sekutu bagi-Mu.

2. Wukuf di Arafah

Dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah, waktunya dimulai setelah matahari

tergelincir sampai terbit fajar pada hari nahar (hari menyembelih kurban)

tanggal 10 Zulhijah.Saat wukuf, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu:

shalat jamak taqdim dan qashar zuhur-ashar, berdoa, berzikir bersama,

membaca Al-Qur‘an, shalat jamak taqdim dan qashar maghrib-isya.

3. Mabît di Muzdalifah, Mekah

Waktunya sesaat setelah tengah malam sampai sebelum terbit fajar. Disini

mengambil batu kerikil sejumlah 49 butir atau 70 butir untuk melempar jumrah

di Mina, dan melakukan shalat subuh di awal waktu, dilanjutkan dengan

Page 114: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

103

berangkat menuju Mina. Kemudian berhenti sebentar di masy‘ar al-harâm

(monumen suci) atau Muzdalifah untuk berzikir kepada Allah SWT (QS 2:

198), dan mengerjakan shalat subuh ketika fajar telah menyingsing.

4. Melontar jumrah „aqabah

Dilakukan di bukit ‗Aqabah, pada tanggal 10 Zulhijah, dengan 7 butir

kerikil, kemudian menyembelih hewan kurban.

5. Tahalul

Tahalul adalah berlepas diri dari ihram haji setelah selesai mengerjakan

amalan-amalan haji.Tahalul awal, dilaksanakan setelah selesai melontar jumrah

‗aqobah, dengan cara mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3

helai. Setelah tahalul, boleh memakai pakaian biasa dan melakukan semua

perbuatan yang dilarang selama ihram, kecuali berhubungan seks. Bagi yang

ingin melaksanakan tawaf ifâdah pada hari itu dapat langsung pergi ke Mekah

untuk tawaf. Dengan membaca talbiah masuk ke Masjidil Haram melalui

Bâbussalâm (pintu salam) dan melakukan tawaf. Selesai tawaf disunahkan

mencium Hajar Aswad (batu hitam), lalu shalat sunah 2 rakaat di dekat makam

Ibrahim, berdoa di Multazam, dan shalat sunah 2 rakaat di Hijr Ismail

(semuanya ada di kompleks Masjidil Haram).

Kemudian melakukan sa‘i antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari

Bukit Shafa dan berakhir di Bukit Marwa. Lalu dilanjutkan dengan tahalul

kedua, yaitu mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai. Dengan

demikian, seluruh perbuatan yang dilarang selama ihram telah dihapuskan,

Page 115: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

104

sehingga semuanya kembali halal untuk dilakukan. Selanjutnya kembali ke

Mina sebelum matahari terbenam untuk mabît di sana

6. Mabît di Mina

Dilaksanakan pada hari tasyrik (hari yang diharamkan untuk berpuasa),

yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Setiap siang pada hari-hari tasyrik

itu melontar jumrah ûlâ, wustâ, dan „aqabah, masing-masing 7 kali. Bagi yang

menghendaki nafar awwal (meninggalkan Mina tanggal 12 Zulhijah setelah

jumrah sore hari), melontar jumrah dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah

saja. Tetapi bagi yang menghendaki nafar sânî atau nafar akhir (meninggalkan

Mina pada tanggal 13 Zulhijah setelah jumrah sore hari), melontar jumrah

dilakukan selama tiga hari (11, 12, dan 13 Zulhijah). Dengan selesainya

melontar jumrah maka selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dan

kembali ke Mekah.

7. Tawaf ifâdah

Bagi yang belum melaksanakan tawaf ifâdah ketika berada di Mekah,

maka harus melakukan tawaf ifâdah dan sa‘i. Lalu melakukan tawaf wada‘

sebelum meninggalkan Mekah untuk kembali pulang ke daerah asal. Semua

calon jamaah haji akan mendaatkan bimbingan dari pemerintah. Hanya saja

terkadang ada jamaah yang merasa belum cukup mendapatkan bimbingan dari

pemerintah, oleh karena itu mereka melakukan bimbingn lagi di tempat yang

lain yaitu lembaga lain yang kita sebut sebagai KBIH.

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan responden mengenai

kegiatan bimbingan dia menyebutkan bahwa:

Page 116: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

105

―Dalam hal ini yang mengatur kegiatan bimbingan adalah para panitia

haji. Saya merupakan jamaah haji dari Kecamatan Batununggal bisanya dalam

menjalani bimbingan itu dikumpulkan di satu wilayah yang besar. Sehingga

bimbingan dilakukan secara bersamaan dengan jamaah-jamaah dari kecamatan

lain Jadi memenag kementrian Agama kota Bandung memang

mengekelompokkan bimbingan sesuai dengan daerah kabupatennya. Jadi setiap

dari setiap kecamatan akan dikumpulkan dalam suatu kabupaten.‖

Seperti yang sudah dikatakan oleh staff kementrian Agama bahwa pola

bimbingan jamaah akan disesuaikan dengan kebutuhan jamaahnya itu sendiri,

dimana pembaruan pola bimbingan jamaah tersebut antara lain menyangkut

peningkatan volume waktu, desain program dipertajam menuju ke arah

kemandirian, SDM (pembimbing, pelatih dan instruktur) adalah orang yang benar-

benar memahami perhajian sesuai dengan kondisi terkini, dana bimbingan

diperbesar dan peran Karu (Kepala Regu) dan Karom (Kepala Rombongan)

sebagai ujung tombak pelayanan dalam kloter dioptimalkan dalam hal pemberian

materi dan seleksi personalnya. Di samping memberdayakan secara maksimal

para pembimbing, juga tetap melibatkan para alim ulama, majelis Taklim dan

kelompok bimbingan yang ada.

Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain melalui kontak

tertentu atau dengan menggunakan alat. Banyak komunikasi terjadi tetapi kadang

tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang dikomunikasikan. Begitupun

dengan panitia haji yang menyelengarakan kegiatan manasik haji bagi para calon

jamaah haji. Komunikasi yang disampaikan belum tentu dapat diterima dengan

Page 117: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

106

baik oleh calon jamaah haji. Latar belakang pendidikan, budaya, itu sangat

mempengaruhi penerimaan informasi yang disampaikan.

Sebelum terlaksananya komunikasi yang baik, banyak ditemui rintangan

baik bersifat fisik bahasa sampai arti dan maksud oleh orang-orang yang diajak

berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu proses dua arah. Komunikasi tidak

hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja. Komunikasi harus

mengandung pembagian ide, pikiran, fakta atau pendapat.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu responden yaitu

Ibu Isma menyebutkan bahwa:

―Menurut saya bimbingan yang dilakukan selama 10 kali ini belum

cukup, masih banyak yang ingin saya tanyakan, masih banyak yang belum saya

pahami, masih banyak yang belum saya mengerti, ini semua isa menghambat

ibadah haji saya. Apalagi banyak calon jamaah haji yang usianya sama dengan

saya bahkan lebih tua dari saya mereka harus dierikan bimbinan berkali-kali.

(andre)‖

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya kementrian Agama memang sudah melaksanakan tugasnya sesuai

dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 1999. Hanya saja memang dalam

pelaksanaannya ternyata masih banyak calon jamaah haji yang belum sepenuhnya

paham mengenai pelaksanaan dan gambaran pelaksanaan haji yang sebenarnya,

hal ini mungkin disebabkan karena waktu yang dilaksanakan sangat minim sekali

da harus melakukan pengembangan metode yang leih baik. Seharusnya

pelaksanaan Manasik haji bisa dilakukan penambahan waktu misalnya 12 kali

Page 118: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

107

atau 15 kali. Dengan adanya penambahan waktu manasik haji ini akan lebih

meningkatkan kualitas calon jamaah haji yang baik.

Pengembangan metode diharapkan dapat meningkatkan mutu calon

jama‘ah haji baik dari sisi pemahaman akan tata cara berhaji maupun perilaku.

Tetapi pada kenyataannya masih banyak jama‘ah haji Indonesia yang masih

belum epenuhnya memahami tata cara peribadatan haji. Hal ini tampak pada

tragedi Mina tahun 2004, jumlah jama‘ah haji Indonesia yang meninggal (200

orang) lebih banyak dibandingkan jama‘ah haji dari negara lain. Hal ini

disebabkan tidak patuhnya jama‘ah haji Indonesia akan peraturan yang ditetapkan

pemerintah Saudi Arabia. Kondisi ini berbeda dengan pengaturan jama‘ah haji di

Malaysia. Pelaksanaan bimbingan ibadah haji (manasik haji) dilakukan kurang

lebih 2 tahun sebelum calon haji berangkat. Secara teknis pelaksanaan bimbingan

ibadah haji sudah dilaksanakan saat mereka mendaftarkan diri pada pihak bank

yang ditunjuk pemerintah, sehingga kemungkinan untuk melakukan pembinaan

pada peserta calon haji dapat dilakukan jauh – jauh hari. Tujuan pemerintah

Malaysia untuk memberikan pemahaman tentang tata cara haji secara lebih

menyeluruh dan pembinaan mentah pasca kepulangan dari menunaikan rukun

Islam kelima tersebut.

Sedangkan dari sisi perilaku masih banyak terjadi walaupun mereka

sudah pulang menunaikan ibadah haji (apalagi yang menjadi tokoh baik tokoh

politik maupun LSM), ucapannya sering menimbulkan kegelisahan. Mereka

masih dengan bangga merusak lingkungan dan lain sebagainya.

Page 119: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

108

Kegiatan pembinaan dan bimbingan yang dilakukan akan membantu para

jamaah haji didalam melaksanakan seluruh rangkaian kegiatannya, sehingga

dengan mengerti dan paham akan membuat para jamaah itu akan lebih khusyu

dalam beribadah.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Euis salah satu

responden mengenai manfaat melakukan bimbingan haji, dia menyebutkan

bahwa:

―Manfaat dalam melakukan bimbingan yaitu menambah pengetahuan

haji mengenai makna melakukan ibadah haji, mengenai kegiatan-kegiatan selama

melakukan ibadah haji. Dapat memberikan gambaran mengenai kondisi di tanah

suci seperti apa, menambah teman, dan menambah keyakinan kita untuk

melaksanakan ibadah haji.‖

Berikut hasil wawancara penulis dengan salah satu responden yaitu Ibu

Isma mengenai manfaat melakukan bimbingan haji, dia menyebutkan bahwa:

―Dengan melakukan bimbingan terlebih dahulu kita sebagai jamaah akan

menjadi tahu dan paham mengenai bagaimana tata cara pelaksanaan haji dengan

baik, benar dan khusyu. Kemudian kita menjadi tahu gambaran di tanah suci itu

seperti apa, sampai hal yang kita akan lakukan disana itu seperti apa, semua di

bahasa dalam pembinaan haji.‖

Penyuhan haji adalah suatu kegiatan penerangan secara lisan, tulisan,

gambar, tayangan, peragaan, pameran dan konsultasi yang dilakukan dengan

terencana, terarah, terprogram dan terkoordinir untuk menumbuhkan kesadaran

Page 120: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

109

atau pengertian tentang kebijaksanaan dan langkah-langkah pemerintah dalam

peningkatan pelayanan ibadah haji. Kegiatan penyuluhan haji meliputi:

1. Arah dan sasaran

a. Memberikan pengertian bahwa melaksanakan ibadah haji benar-benar

istitha‘ah

b. Menciptakan kemandirian jamaah agar mampu mengatasi permasalahan

tanpa ketergantungan pihak lain

c. Memberikan tuntunan tentang prosedur pendaftaran serta ketentuan-

ketentuan dan peraturan di bidang haji sesuai dengan kebijaksanaan

peerintah Indonesia dan Arab Saudi.

d. Memberikan pengertian tentang seluruh proses pelaksanaan ibadah haji

baik mengenai persiapannya, termasuk bimbingan ibadahnya maupun

pelaksanaan operasionalnya agar dipahami secara utuh

e. Mengklarifikasi dan menetralisir berita-berita negative tentang perhajian

f. Memberikan pengertian dan tuntunan tentang tata cara melaksanakan haji

mabrur sehingga para jamaah haji pada paska haji ikut berpartisipasi dalam

mensejahteraan umat dan ikut meningkatkan peranannya dalam

pembangunan nasional

2. Metode Penyuluhan

a. Langsung

1. Ceramah

Ceramah pada prinsipnya berpedoman pada tata cara berceramah

yang mudah dipahami dan dimengerti oleh pendengar. Materi

Page 121: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

110

penyuluhan haji menyangkut pelaksanaan ibadah haji dikemukakan

secara lengkap sehigga tergambar dengan jelas tentang apa dan

bagaimana masalah perhajian.

2. Khutbah

Materi khutbah perlu diatur sedemikian rupa sehingga materi yang

berhubungan dengan haji sesuai dengan tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai.

3. Anjangsana

Anjangsana dilakukan baik secara individual maupun kelompok.

Dalam pelaksanaannya perlu disususun acara yang dapat mencapai

target pelayanan penyuluhan haji.

4. Konsultasi

Konsultasi masalah haji dilakukan oleh aparat haji maupun

masyarakat, baik secara individual maupun kelompok organisasi.

5. Tanya Jawab

Tanya jawab dilakukan untuk menjajaki kemampuan masyarakat

sampai dimana pengertian dalam masalah yang bersangkut paut

dengan perhajian.

6. Peragaan

Peragaan salah satu cara untuk memberikan penyuluhan haji kepada

masyarakat yang mudah dimengerti dengan pelaksanaannya seperti

sandiwara, pragmen, panel, simulasi, dan praktek manasik haji.

Page 122: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

111

Menyikapi perkembangan profil jamaah calon haji (calhaj) yang kian

kritis dalam masyarakat yang kian dinamis, pembekalan bimbingan haji ke depan

akan diperbarui. Pola pembinaan ke depan lebih diarahkan kepada kemandirian

jamaah, baik kemandirian dalam ibadah maupun perjalanan haji. Pembekalan

bimbingan jemaah haji dilakukan bisa secara perseorangan maupun kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu responden yaitu

Ibu Neni mengenai pembimbing haji, dia menyebutkan bahwa:

“Para pembimbing memang bertugas untuk memberikan pembinaan dan

bimbingan bagi calon/jamaah haji. Cara yang mereka lakukan cukup baik, dimana

para pembimbing memberikan penjelasan dan gambaran mengenai kegiatan

ibadah yang akan dilakukan. Serta membimbing bagaimaa tata cara pelaksanaan

ibadah hajinya. Sehingga ini bisa membuat pencerahan bagi para jamaah. Dan

enaknya di haji mandiri ini, pembimbing manasiknya adalah orang yang kredibel

dibidangnya, bukan artis, namun memang dari staff depag, sehingga saya lebih

paham.‖

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan salah satu responden

mengenai pembimbing haji, dia menyebutkan bahwa:

“Bimbingan memang dilakukan oleh panitia penyelenggaraan haji.

Ketika dalam melakukan tugasnya, para pembimbing dengan baik menjelaskan

mengenai ketentuan haji, pelaksanaan haji, secara teori dan prakteknya, sehingga

jamaah haji menjadi mengerti dan paham dalam melakukannya. Tapi waktunya

hanya sebentar, jadi selebihnya saya mempelajarinya dari buku panduannya saja‖.

Page 123: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

112

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan salah satu responden

menyebutkan bahwa:

―Para pembimbing memang bertugas untuk memberikan pembinaan dan

bimbingan bagi calon/jamaah haji. Cara yang mereka lakukan cukup baik, dimana

para pembimbing memberikan penjelasan dan gambaran mengenai kegiatan

ibadah yang akan dilakukan. Serta membimbing bagaimana tata cara pelaksanaan

ibadah hajinya. Sehingga ini bisa membuat pencerahan bagi para jamaah.‖

Berdasarkan hasil pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa para

pelaksana dan pembimbing melaksanakan tugas nya dengan baik. Memberikan

panduan dan pembinaan kepada jamaah haji secara lengkap dan jelas, serta

dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh jamaah.

Bimbingan jamaah dilakukan melalui:

1. Orientasi instruktur calon haji dilaksanakan di pusat dengan maksud untuk

meningkatkan kualitas peningkatan instruktur dan menyatukan persepsi

pemahaman tentang kebijaksanaan yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah

jamaah haji.

2. Orientasi pembimbing calon jamaah haji dilaksanakan di provinsi dengan

maksud untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

pembimbing calon haji dalam menyelenggarakanbimbingan calon hai serta

meningkatkan kualitas dan kuantitas pembimbing calon haji.

3. Kursus manasik haji dilaksanakan di Kubupaten/Kota/Kecamatan dengan

maksud agar masyarakat umum dapat memahami ilmu manasik haji dan

terdorong melaksanakan ibadah haji

Page 124: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

113

4. Bimbingan calon jamaah haji dilaksanakannya melalui bimbingan missal dan

kelompok dengan maksud memberikan ekal awal tentang penyelenggaraan

ibadah haji dan guna memantapkan pemahaman calon jamaah haji terhadap

manasik haji

5. Pelatihan ketua regu dan ketua rombongan dilaksanakan di kabupaten/kota

dengan maksud agar ketua regu dan ketua rombongan dapat memahami tugas

pokoknya

6. Pemantapan ketua regu dan ketua rombongan dilaksanakan di embarkasi

dengan masud untuk lebih memantabkan pemahaman tugas pokok ketua regu

dan ketua rombongan.

7. Bimbingan di pesawat dengan maksud agar calon jamaah haji memahami

aturan tata cara keselamatan penerbangan haji.

8. Bimbingan di arab Saudi dengan maksud agar jamaah haji mampu

melaksankaan manasik haji secara benar-benar dan sempurna sesuai tuntutan

syariat.

Tentang SDM, pemerintah pusat membuat jenjang pembinaan.

Pembinaan secara hirarki top down dilaksanakan untuk memperoleh pembimbing,

pelatih dan instruktur yang profesional. Mekanismenya adalah sebagi berikut.

Kementerian Agama RI, Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU)

menyiapkan instruktur dari masing-masing propinsi untuk melatih para pelatih

yang pesertanya dari seluruh Kab/Kota yang ada di wilayahnya. Sementara para

pelatih tersebut melaksanakan pelatihan pembimbing di Kab/Kota masing-masing

Page 125: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

114

yang pesertanya terdiri dari kepala KUA dan penyuluh seluruh kecamatan yang

ada di wilayah Kab/Kota bersangkutan.

Dalam pelaksanaannya, di KUA Kecamatan dikoordinir secara langsung

oleh Kepala KUA Kecamatan di bawah pengendalian Kandepag Kab/Kota yang

dalam hal ini adalah kepala seksi penyelenggaraan haji Kab/Kota bekerjasama

dengan pihak terkait yang kompeten, seperti Dinkes, MUI wilayah yang

bersangkutan. Tentang dana bimbingan, di mana pada tahun 1430H/2009M hanya

sebesar Rp 210,000, - per jamaah untuk 10X pertemuan, ke depan diharapkan

dapat ditingkatkan sampai Rp 350.000 per jemaah dalam 15X pertemuan. Sumber

dana yang selama ini masuk dalam komponen BPIH (Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji), untuk penyelenggaraan yang akan datang akan dialokasikan dari

dana inderect cost (dana optimalisasi BPIH).

Menurut Ahmad, saat ini, prioritas pelayanan ada di internal kloter bukan

pada PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Arab Saudi. Maka petugas kloter

harus mumpuni, profesional di bidangnya. Karena mereka yang bersentuhan

langsung dengan jamaahnya di mana pun berada.

Sementara itu tulang punggung pelayanan di kloter terletak pada Karu

dan Karom. Oleh karenanya Karu dan Karom harus memahami persis jenis tugas

pelayanan di mana mereka berada. Tugas di Embarkasi tentu akan berbeda dengan

pelayanan di pesawat, di Arafah, di Mekah, dsb. Sementara petugas kloter atau

PPIH embarkasi dan PPIH Arab Saudi hanyalah sebagai fasilitator dan mediator

selama dalam kepentingan pelaksanaan ibadah haji yang bersangkutan.

Page 126: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

115

Penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana yang diamanatkan oleh

Undang-undang Nomor 13 tahun 2008, bertujuan untuk memberikan pembinaan,

pelayanan dan perlindungan bagi jemaah haji. Penyelenggaraan haji merupakan

rangkaian kegiatan yang beragam, melibatkan banyak pihak, mengelola banyak

uang, dan dilaksanakan dalam rentang waktu yang panjang (di tanah air dan di

Arab Saudi).

4.2.5 Makna Rombongan bagi jamaah haji di Kota Bandung

Pelaksanaan haji pada umumnya akan dibentuk ke dalam beberapa

kelompok atau kita sebut sebagai rombongan haji. Hal ini dilakukan untuk

mempermudah jamaah haji dalam proses pelaksanaannya nanti.Rombongan haji

merupakan sebuah kelompok para jamaah yang akan melaksanakan ibadah haji.

Dengan adanya rombongan haji itu akan memudahkan para panitia dan jamaah

dalam melakukan ibadah. Rombongan diberikan fasilitas dari mulai seragam, tas

dan gelang tangan sebagai tanda bahwa mereka merupakan rombongan dari

Indonesia dari provinsi mana.

Indonesia terdiri dari beberapa provinsi. Dan setiap tahunnya masyarakat

Indonesia memang banyak melakukan ibadah haji. Sehingga itu perlu dibentuk

seuah rombongan berdasarkan provinsinya masing-masing. Berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan salah satu responden yaitu Ibu Ismi mengenai

rombongan haji, dia menyebutkan bahwa:

―Dengan dibentuknya rombongan haji, saya jadi merasa seperti punya

keluarga baru. Dimana para jamaah disatukan dalam satu kelompok dari latar

Page 127: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

116

belakang pendidikan, budaya dan usia yang berbeda. Kita bisa berbagi cerita

dengan mereka, kita bisa berbagi ilmu, berbagi pengalaman hidup. Setiap

rombongan ada ketua rombongan yang memang bertanggungjawab penuh

terhadap kelompoknya.‖

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu responden yaitu

Bapak Mirdasi mengenai rombongan haji, dia menyebutkan bahwa:

―Rombongan memudahkan saya ketika dalam melaksanakan kegiatan di

tanah suci. Karena setap rombongan itu pasti memiliki identitas yang berbeda-

beda. Sehingga ketika terjadi sesuatu misalnya kita terpisah dengan rombongan,

maka dengan identitas rombonga yang kita punya akan memudahkan kita untuk

kembali bersama rombongan kita. Selain itu saya cukup senang berada didalam

rombongan karena jadi punya saudara baru.‖

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa rombongan merupakan

hal yang sangat penting. Karena hal ini dapat memudahkan jamaah, baik itu pada

saat melaksanakan ibadah maupun diluar ibadah haji. Pemerintah akan membagi

jamaah ke dalam rombongan-rombongan yang biasanya rombongan itu dipilih

sesuai dengan kota dimana dia tinggal. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

pengontrolan jamaah. Setiap rombongan diberikan beberapa fasilitas seperti Tas

Koper khusus haji, seperti trolly, tas kecil, buku manasik, mukena dan bergo

(jamaah wanita), kain ihram dan ikat pinggang (jamaah laki-laki) dan air zam-

zam.

Menurut hasil wawancara dengan salah satu responden bapak Mirdasy

mengatakan bahwa:

Page 128: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

117

―Dalam tiga kali haji, semuanya penuh makna. Saat berhaji pertama –

saya bersama rombongan haji mandiri, bergumul dengan masyarakat awwam

(masyarakat kebanyakan), beraneka rupa dia berniat utk haji. Asik berdialog

dengan mereka, bagaimana ada yang berhaji tetapi lebih sibuk memasak

dipondokan sehingga tidak pernah berjama‘ah di masjidil haram, sehingga saya

juluki HAJI PONDOK. Ada juga yang lebih sibuk dengan urusan haji badal (atau

menghajikan orang lain – apakah itu ibu/bapaknya, saudaranya atau bahkan

dibayar demi orang lain), maka saya juluki HAJI BADAL. Ada juga yang mulai

dari berangkat hingga pulang dimusibah sakit, jadilah dia tidak maksimal dalam

beribadah, dan aneka rupa lainnya.

Untuk haji kedua saya, ikut Rombongan saya KH. Said Agil Siradj (ketua

PB NU sekarang). Semua serba kelas VIP bahkan dalam beberapa kasus VVIP.

Sangat enak dan terkadang keenakan. Jika yang lain harus berjalan jauh dari

pondokan ke masjidil haram, maka saya dan rombongan hanya tinggal

melangkah, sebab pintu hotel Grand Makkah (saat ini sudah dirutuhkan)

berhadapan dengan Babul King Abdul Aziz 12, bahkan iqomah sudah

berkumandang, kita berjalan dari kamar masih bisa mengikuti berjama‘ah. Bagi

yang pernah berhaji pasti membayangkan kenikmatan seperti ini. Tapi jangan

salah, sebab begitu dekatnya maka, dilantai 5 Hotel disediakan mushollah yang

menghadap ka‘bah (masjidil haram), kemudian semua kumandang mulai azan,

iqomah dan sholat disambung dengan sound hotel, jadilah banyak orang yang

solat disana, mereka bilang sudah sama dengan didepan ka‘bah. Jadilah adalah

orang yang selama haji solatnya di hotel, maka saya juluki HAJI HOTEL.

Page 129: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

118

Untuk yang ketiga, saya menggunakan haji mandiri dan itu haji yang

sangat penuh tangis. Betapa tidak menyatukan hati dua perempuan sebagai istri

dan tiga perempuan sebagai ibu juga mertua. Suatu kondisi yang penuh dinamika,

menata hati, memahami karakter dalam tekanan dan aneka situasi yang pelik. Tapi

itulah rahmad dan cobaan terjadi sekaligus. Haji adalah butuh totalitas dan

penghayatan. apapun media haji nya yang terpenting adalah bagaimana cara kita

memanfaatkan setiap moment yang ada. Tapi ungtuk lebih totalitas dalam ibadah

lebih baik menggunakan haji mandiri, karena sangat terasa berbeda.‖

Dan makna bimbingan haji nya?

Pembimbing haji memang penting – tapi bagi saya yang penting adalah

masing-masing pribadi yang berhaji harus mampu membimbing hatinya bertemu

Allah dan rasul-Nya, membimbing pikirannya hanya tunduk pada aturan Allah

dan rasul-Nya, membimbing prilakunya agar selalu mengaju pada petunjuk Allah

dan rasul-Nya. Selanjutnya haji itu bukan buat Allah, Rasul atau pun siapapun

selain dirinya, berhaji adalah wujud keta‘atan, berhaji buat diri sendiri bekal

menghadap sang Khaliq nanti.

Page 130: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

119

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka kesimpulan dari makna ibadah haji mandiri adalah sebagai

berikut:

1. Konstruksi makna ibadah haji mandiri bagi setiap jemaah berbeda-beda

sesuai dengan tujuan individu dalam berhaji, bahkan ketika melaksanakan

setiap tahapan-tahapan hajinya. Makna ibadah haji mandiri bagi informan

menjadikan jamaah lebih khusu dalam menjalankan ritual ibadah karena

jamaah sebelumnya sudah mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang akan

dilaksanakan disana. Selain itu haji mandiri dimaknai sebagai proses

pelatihan diri menuju kesederhanaan, kesabaran.

2. Konstruksi makna bimbingan haji mandiri oleh para jemaah haji ialah bahwa,

bimbingan haji yang dilakukan 10-12 kali pertemuan bermanfaat untuk dapat

membantu para jemaah dalam melaksanakan ibadah haji, selain itu bimbingan

haji juga dimaknai sebagai proses pembimbingan perubahan perilaku jemaah

haji sehingga menjadi lebih baik, karena pada bimbingan haji mandiri

memotivasi jamaah untuk lebih serius dalam mempelajari pedoman tentang

haji, yang nantinya dapat bermanfaat pada saat melaksanakan ibadah haji.

3. Konstruksi makna rombongan haji mandiri oleh para jemaah haji dimaknai,

sebagai sebuah keluarga yang memiliki pengalaman yang berbeda-beda, usia,

Page 131: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

120

jenis kelamin, dan gaya hidup, sehingga jamaah pun memiliki karakter yang

berbeda-beda, selain itu makna rombongan juga adalah sebagai identitas para

jemaah haji, sehingga apabila terjadi apa-apa maka rombongan itu yang akan

menjadi identitas, selain itu antar anggota dalam rombongan haji mandiri sifat

toleransi dan tolong menolongnya lebih besar.

5.2 Saran

Dalam hal memberikan pelayanan bagi Jamaah haji tetap harus

dipertahankan bahkan dikembangkan lagi inovasinya, dan harus memiliki ciri

khas tersendiri yang membedakan dengan travel-travel haji swasta lainnya.

Sehingga setiap tahunnya tidak berkurang peminat yang menggunakan jasa

kementrian agama Kota Bandung.

Page 132: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

121

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto. 2005. Komunikasi massa,suatu pengantar. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Arikunto, Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Bertens, K.1999. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Creswell (1998:63:144) Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry And

Research Design: Choosing Among Five Traditions. California: Sage

Publications, Inc.

Deddy Nu Hiadayat.1999.Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi

dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,VolIII.Jakarta:IKSI

dan ROSDA.

Dedy N Hidayat. 2003.Konstruksi Sosial Industri Penyiaran: Kerangka Teori

Mengamati Pertarungan di Sektor Penyiaran, Makalah dalam diskusi

―UU Penyiaran, KPI dan Kebebasan Pers, di Salemba.

Effendy, Onong Uchjana, Prof., M.A.2000. Ilmu Teori dan Filsafat

Komunikasi.Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Heru Nugroho.1999. Konstruksi Sara, Kemajemukan dan Demokrasi.UNISIA.

Margaret Poloma.1994. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada.

Nasution, Nur. 2004. Manajemen Jasa Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Peter L Berger dan Thomas Luckman.1990.Tafsir Sosial atas Kenyataan. Jakarta:

LP3S.

Sukidin, Basrowi. Metode Penelitian Kualitatif: Perspektif Mikro. Surabaya:

Insan Cendikia, 2002.

Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian.1989.Metode Penelitian Survai. LP3ES.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suparno.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:Kanisius.

Page 133: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

122

Sumber lain:

Panduang ibadah haji dari KUA

Skripsi.Tri kemaria.10080002137. tanggapan jemaah haji mandiri terhadap

kualitas pelayanan departemen agama dalam pelaksanaan program kebijakan haji

mandiri (non kbih), Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung.

Skripsi. Astrid krisanti. 2101100070082. Remaja penggemar tayangan korea.

Studi fenomenologis tentang remaja penggemar tayangan korea di komunitas

hklcb dan bkc bandung. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.

Page 134: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

123

LAMPIRAN

Panduan Wawancara

(Panduan wawancara bersifat fleksibel dan

dapat berkembang lagi dalam pelaksanaan penelitian nanti)

Identitas Informan

1. Nama Informan :

2. Tahun keberangkatan :

3. Usia :

4. Berapa kali naik haji :

5. Penghasilan perbulan :

Daftar Pertanyaan

1. Apa alasan bapak/ibu melaksanakan ibadah haji?

2. Apa alasan memilih ibadah haji mandiri?

3. Apa saja makna dalam melaksanakan proses ibadah haji mandiri?

4. Motif apa yang mendorong Bapak/Ibu melaksanakan ibadah haji?

5. Apa saja yang bapak/Ibu lakukan pada saat melakukan ibadah haji?

6. Bagaimana kenyamanan yang dirasakan oleh bapak/Ibu melaksanakan

ibadah haji mandiri?

7. Bagaimana fasilitas yang diberikan pada saat ibadah haji mandiri?

8. Bagaimana makna rombongan haji bagi bapak/ibu?

9. Apakah manfaat dari rombongan haji pada saat melaksanakan ibadah haji?

10. Bagaimana makna bimbingan haji bagi bapak/Ibu?

11. Apa manfaat dari bimbingan haji pada saat melaksanakan ibadah haji?

12. Berapa kali mengikuti bimbingan haji?

Page 135: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

124

13. Apakah menurut Bapak/Ibu bimbingan haji itu sangat efektif?

1. Apa makna ibadah haji bagi bapak?

Bagi saya haji adalah salah satu cara saya bersyukur atas nikmat Allah

yang telah diberikan pada saya. Haji adalah panggilan jiwa, panggilan bagi

pembersihan hati dan pikiran untuk hanya taqorrub pada sang Khaliq –

Allah Ajja wajallah.

Saya haji telah 3 kali:

Haji yang pertama, saat saya diberi rahmad oleh Allah menjadi Anggota

DPRD Prop Jawa Timur yang termuda (usia 27 Tahun), saya kelahiran

Januari tahun 1970, dan bulan Agustus tahun 1997 menjadi anggota

DPRD Jawa Timur, lalu bulan Desember 1997 menunaikan ibadah Haji

(saat itu belum ada sistem antrian). Pada haji pertama ini saya berangkat

sendirian (istri tidak ikut serta).

Haji Kedua, saat saya terpilih kembali menjadi anggota DPRD tahun 2004,

saya berangkat bersama Istri.

Haji Ketiga, saat saya diperbolehkan oleh istri untuk menikah kembali

tahun 2007, saya berangkat haji bersama kedua istri, ibu saya dan kedua

ibu mertua. Berangkat rame-rame.

Jadi haji adalah perjalanan bersyukur kepada Allah atas banyaknya nikmat

yang diberikan pada saya, istri-istri dan tentunya anaka-anak serta

keluarga besar.

2. Makna ihram ?

Ihram adalah melepas seluruh kepentingan duniawiah kita lalu

menggantinya dengan dua lembar kain putih tanpa berjahit buat laki-laki

atau penutup kain boleh berjahit buat wanita. Iya tidak ubahnya sebagai

kafan bagi si mayit. Ihram adalah penyerahan diri total atas ketidak

berdayaan pada Allah SWT. Dalam berihram kita dilarang membunuh

mahluq hidup dan dilarang berkata kotor, lebih jauh do‘a dan pengharapan

kita senantiasa dikabulkan oleh Allah. Jadi suatu kondisi dimana kita mesti

hanya berpasrah pada Allah dan hanya bergantung pada-Nya. Ihram

mencerminkan perjumpaan kita dengan Allah. Oleh karena – saya bisa

maklum jika seorang mukmin yang sedang berihram sering ―cengeng‖

(mudah menangis), sebab ada kesadaran bagaimana kita berjumpa dengan

Allah dalam keadaan kotor penuh dosa dan kemaksiatan. Nau‘dzu billa

mindhaliq.

3. Makna tawaf ?

Tawaf adalah mengelilingi ka‘bah 7 kali dengan diawali mencium hajar

aswad. Ka‘bah adalah simbol ketundukan pada Allah. Pusaran seluruh

kehidupan selalu ada intinya. Inti dari kepatuhan adalah ketundukan kita

Page 136: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

125

pada Allah. Bukan Ka‘bah yang kita sembah – tetapi kepatuhan kita pada

perintah Allah dan Rasul-Nya. Begitu halnya dengan mencium Hajar

Aswad, iya hanyalah perlambang, bagaimana kita tunduk pada risalah

rasul. Maka aneh mana kala banyak orang berjubel, berdesakan bahkan

rela melukai saudara muslimnya hanya demi mencium hajar aswad.

Didepan baitullah banyak ummat muslim tidak menunjukkan kepatuhan,

kebaikan budi dan keteladanan, justru sebaliknya menunjukkan

keserakahan, kesombongan dan penganiayaan orang lain demi

mendapatkan rahmad Allah, padahal tak ada satupun dalil yang

mengharuskan demikian, bahkan Muhammad rasulullah memberi contoh

pada sahabat Umar bin Khattob dengan cukup memberi tanda telah

mencium hajar aswad. Jadi saya kalo ditanya orang, Pak Mirdasy berapa

kali mencium hajar aswad ? maka saya jawab tiap kali saya tawaf saya 7

kali menciumnya, kalo sehari saya tawaf 3 kali (sebab biasanya saya

tawaf: pagi, sore dan setelah tahajjud malam), maka kalikan saja sendiri.

Maka selalu jawabnya wah...kok banyak sekali, saya jawab...iya pasti

banyak sebab begitulah rasulullah mencontohkan. Jadi tawaf bagi saya

adalah perwujudan kearifan beribadah, jangan pernah salah kita beribadah

bukan pada mahluq hidup atau benda mati, tetapi hanya pada Allah

semata, dan tuntunannya ada pada rasulullah.

4. Makna Sa'i ?

Sa‘i adalah berkeliling 7 kali antara bukit shofa dan bukit Marwah.

Setiap kali ditanah suci terkadang ada pikiran disaya, kita seperti bermain-

main, tapi kita beribadah. Tetapi memang itulah kehidupan kita sepertinya

bermain-main tetapi ingat prinsip kehidupan adalah beribadah. Pada Sa‘i

kita diajari, bukan mencari airnya oleh ibu Hajar – tetapi itu adalah misi

ibadah seorang ibu mencarikan kehidupan bagi sang bayi penerus

generasi. Berlari-lari kecil adalah upaya sungguh-sungguh dalam

kehidupan utk mencari ridho Allah. Oleh karena do‘anya adalah meminta

keberkahan di kedua bukit. Sa‘i adalah lambang kesungguhan mencari

rahman dan rahim Allah dimuka bumi.

5. Makna Tahalul ?

Memotong rambut (tahalul) bermakna keberanian kita memotong

kekotoran diri kita dari dosa dan kesalahan. Meski minimal hanya 7 helai

rambut (beberapa laki-laki lebih suka mengunduli kepalanya) namun ia

hanya perlambang – bagaimana setiap tahapan kehidupan kita harus berani

berpisah pada sesuatu yang salah dan dosa. Keberanian berpisah ini

penting. Dalam kehidupan sering kita enggan meninggalkan suatu

kehidupan yang telah menyenangkan kita tetapi jauh dari Allah. Tahalul

mengajarkan bagaimana kita berani membuat keputusan seremeh apapun

yang tugaskan Allah dan dicontohkan Rasulullah akan kita laksanakan.

Jadi diminta berpisah dari salah, dosa dan maksiat ? siapa takut !

Page 137: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

126

6. Makna wukuf, Makna Mabit di mudzalifah dan makna mabit dimina?

Bagai dipadang mahsyar kita dikumpulkan. Meski pasti tidak identik, tapi

betapa tidak mudah (meski hanya sehari) kita berkumpul (wukuf) di

Arofah, dengan berihram dengan rukun dan syarat yang harus ditegakkan,

kita serasa berada ditengah pengawasan melekat Allah, menimbulkan

kesadaran tiap hari sesungguhnya kita diawasi oleh Allah, tanpa kecuali.

Ujian kesabaran, keta‘atan dan ketawaddu‘an sangat terasa disana. Andai

Allah dan Rasul-Nya tidak memerintahkan – serasa aneh kita berkumpul

disana – semua hanya bukti keta‘atan kita pada sang Khaliq – tidak lebih

dari itu. Kita hidup hanya buat beribadah saja, dengan berperan sebagai

khalifah fil ardhi sesuai dengan kebisaannya masing-masing.

Begitu halnya dengan prosesi mabit – ujian kesabaran sangat kental disini.

Beribadah itu butuh kesungguhan, pengorbanan dan tanpa reserve (tidak

pilih-pilih).

7. Makna rombongan haji bagi bapak ?

Dalam tiga kali haji, semuanya penuh makna. Saat berhaji pertama – saya

bersama rombongan haji ONH (biasa), bergumul dengan masyarakat

awwam (masyarakat kebanyakan), beraneka rupa dia berniat utk haji. Asik

berdialog dengan mereka, bagaimana ada yang berhaji tetapi lebih sibuk

memasak dipondokan sehingga tidak pernah berjama‘ah di masjidil haram,

sehingga saya juluki HAJI PONDOK. Ada juga yang lebih sibuk dengan

urusan haji badal (atau menghajikan orang lain – apakah itu ibu/bapaknya,

saudaranya atau bahkan dibayar demi orang lain), maka saya juluki HAJI

BADAL. Ada juga yang mulai dari berangkat hingga pulang dimusibah

sakit, jadilah dia tidak maksimal dalam beribadah, dan aneka rupa lainnya.

Untuk haji kedua saya, ikut rombongan ONH Plus bersama rombongan

Departemen Agama. Pimpinan Rombongan saya KH. Said Agil Siradj

(ketua PB NU sekarang). Semua serba kelas VIP bahkan dalam beberapa

kasus VVIP. Sangat enak dan terkadang keenakan. Jika yang lain harus

berjalan jauh dari pondokan ke masjidil haram, maka saya dan rombongan

hanya tinggal melangkah, sebab pintu hotel Grand Makkah (saat ini sudah

dirutuhkan) berhadapan dengan Babul King Abdul Aziz 12, bahkan

iqomah sdh berkumandang, kita berjalan dari kamar masih bisa mengikuti

berjama‘ah. Bagi yang pernah berhaji pasti membayangkan kenikmatan

seperti ini. Tapi jangan salah, sebab begitu dekatnya maka, dilantai 5 Hotel

disediakan mushollah yang menghadap ka‘bah (masjidil haram), kemudian

semua kumandang mulai azan, iqomah dan sholat disambung dengan

sound hotel, jadilah banyak orang yang solat disana, mereka bilang sudah

sama dengan didepan ka‘bah. Jadilah adalah orang yang selama haji

solatnya di hotel, maka saya juluki HAJI HOTEL.

Page 138: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI …media.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050653_c_1345.pdf · pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Disusun Oleh:

127

Untuk yang ketiga, itu haji yang sangat penuh tangis. Betapa tidak

menyatukan hati dua perempuan sebagai istri dan tiga perempuan sebagai

ibu juga mertua. Suatu kondisi yang penuh dinamika, menata hati,

memahami karakter dalam tekanan dan aneka situasi yang pelik. Tapi

itulah rahmad dan cobaan terjadi sekaligus. Haji adalah butuh totalitas dan

penghayatan.

8. dan makna bimbingan haji nya?

Pembimbing haji memang penting – tapi bagi saya yang penting adalah

masing-masing pribadi yang berhaji harus mampu membimbing hatinya

bertemu Allah dan rasul-Nya, membimbing pikirannya hanya tunduk pada

aturan Allah dan rasul-Nya, membimbing prilakunya agar selalu mengaju

pada petunjuk Allah dan rasul-Nya. Selanjutnya haji itu bukan buat Allah,

Rasul atau pun siapapun selain dirinya, berhaji adalah wujud keta‘atan,

berhaji buat diri sendiri bekal menghadap sang Khaliq nanti.