bab i laporan gizi

5
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Pencapaian derajat kesehatan yang baik dan setinggi- tingginya merupakan suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, jenis kelamin, politik yang dianut, dan tingkat sosial ekonominya (WHO, 2015). Ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi (WHO, 2015) Epilepsi merupakan salah satu gangguan neurologis yang umum terjadi di seluruh dunia (WHO, 2015). Epilepsi adalah suatu kondisi neurologis yang

Upload: zsa-zsa-febryana

Post on 13-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Pencapaian derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, jenis kelamin, politik yang dianut, dan tingkat sosial ekonominya (WHO, 2015). Ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi (WHO, 2015)Epilepsi merupakan salah satu gangguan neurologis yang umum terjadi di seluruh dunia (WHO, 2015). Epilepsi adalah suatu kondisi neurologis yang ditandai oleh adanya kejadian kejang berulang (kambuhan) yang bersifat spontan disebabkan oleh pelepasan sinkron berulang, abnormal, dan berlebihan dari neuron otak (Ikawati, 2011). Insiden epilepsi di dunia masih tinggi yaitu berkisar antara 33-198 per 100.000 penduduk tiap tahunnya (WHO, 2015). Insiden epilepsi tiap tahun di negara maju ditemukan sekitar 50/100.000 penduduk, sementara di negara berkembang mencapai 100/100.000 penduduk (WHO, 2015). Di Indonesia sendiri, prevalensi penderita epilepsi cukup tinggi yaitu berkisar antara 0,5%-2%.

Secara umum masyarakat di Indonesia salah mengartikan penyakit epilepsi. Akibatnya, penderita epilepsi sering dikucilkan. Padahal, epilepsi bukan termasuk penyakit menular, bukan penyakit jiwa, bukan penyakit yang diakibatkan ilmu klenik, dan bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Umumnya ayan mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, pitam otak (stroke), tumor otak, alkohol. Kadang-kadang, ayan mungkin juga karena genetika, tapi ayan bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.

Autis adalah gangguan perkembangan komunikasi (termasuk bahasa, perilaku yang terbatas dan berulang-ulang. keterbatasan kesukaan, aktivitas, imajinasi, dan respon abnormal terhadap rangsangan sensorik). Gejala autis biasanya muncul sebelum anak berusia tiga tahun antara lain dengan tidak adanya kontak mata, dan tidak responsif terhadap lingkungan (Linscheid et al., 2003)Angka kejadian autis di Indonesia pada tahun 2003 telah mencapai 152

per 10.000 anak (0,15 - 0,2%), meningkat tajam dibanding sepuluh tahun yang lalu yang hanya 2-4 per 10.000 anak (Prasetyono,2008). Penyebab utama timbulnya autis memang belum diketahui, namun ada banyak teori yang diduga menyebabkan timbulnya kejadian autis. Salah satu teori yang banyak dikenal sebagai penyebab autis adalah teori opioid. Teori ini mengemukakan bahwa autis timbul dari beban yang berlebihan pada susunan saraf pusat oleh opioid pada saat usia dini. Opioid kemungkinan besar adalah eksogen dan merupakan perombakan yang tidak lengkap dari gluten dan kasein makanan (Sahley dan Panksepp cit Kasran, 2003).

Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap hubungan antara gangguan pencernaan dan gejala autisme. Sekitar 60% penyandang autisme mempunyai sistem pencernaan yang kurang baik, sehingga beberapa jenis makanan tertentu tidak dapat dicerna dengan sempurna. Hasil pencernaan yang tidak sempurna tersebut dapat merusak otak sehingga memperberat gejala autisme (Budhiman, 2002).

Salah satu terapi yang digunakan selain terapi medikamentosa untuk penyakit epilepsi dan autisme adalah diet. Berbagai macam prinsip gizi yang digunakan dalam penyakit epilepsi dan autisme. Berdasarkan latar belakang yang dibuat penulis, penulis ingin lebih mengetahui prinsip diet yang digunakan dalam penyakit epilepsi dan autisme. 1.2 TujuanAdapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :

1. Mengetahui prinsip diet pada penyakit epilepsi

2. Mengetahui prinsip diet pada penyakit autisme

1.3 Manfaat

Adapun Manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah :1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat terhadap diet penyakit epilepsi dan autisme.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis terhadap penyakit epilepsi dan autisme.