laporan ukm gizi

33
LAPORAN UKM F.4. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Dokter Internship Puskesmas Mergangsan OLEH : dr. Imelda Ika Aprilia

Upload: imelda-ika-aprilia

Post on 02-Jan-2016

717 views

Category:

Documents


60 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ukm Gizi

LAPORAN UKM

F.4. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh

Program Dokter Internship Puskesmas Mergangsan

OLEH :

dr. Imelda Ika Aprilia

PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA

2013

Page 2: Laporan Ukm Gizi

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Imelda Ika Aprilia

Judul Laporan Kasus : Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Yogyakarta, Agustus 2013

Mengetahui

Dokter Pendamping

dr. Heronita Purnamasari

NIP. 19811111 200902 2005

Page 3: Laporan Ukm Gizi

Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada hari ini tanggal : Agustus 2013 telah dipresentasikan portofolio oleh :

Nama : dr. Imelda Ika Aprilia

No. ID peserta :

Dengan judul/topik : Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Nama Pendamping : dr. Heronita Purnamasari

No. ID Pendamping : 19811111 200902 2005

Nama Wahana : Puskesmas Mergangsan

Peserta Presentasi

No Nama Peserta No. ID Peserta Tanda tangan

1 ....................................... ................................. .......................

2 ....................................... ................................. .......................

3 ....................................... ................................. .......................

4 ....................................... ................................. .......................

5 ....................................... ................................. .......................

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya

Dokter Pendamping

dr. Heronita Purnamasari

NIP. 19811111 200902 2005

Page 4: Laporan Ukm Gizi

BAB I

PENDAHULUAN

Gambaran pembangunan kesehatan ditingkat kabupaten dapat dilihat dari

tiga komponen utama yang saling kait mengakit dan saling berhubungan, ketiga

komponen tersebut adalah status perkembangan dan kelangsungan hidup, status

kesehatan dan status pelayanan kesehatan.

Status pelayanan kesehatan terdiri dari cakupan pengelolaan pelayanan

program kesehatan dan sarana-prasarana kesehatan. Salah satu pengelolaan

program kesehatan adalah pengelolaan program perbaikan gizi. Pada tingkat

Puskesmas program perbaikan gizi merupakan salah program dasar puskesmas

dari 7 (tujuh) program dasar yang ada, yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), Program Perbaikan Gizi, Program Kesehatan Lingkungan, Program

Promosi Kesehatan, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P),

Program Pengobatan dan Program Spesifik Lokal. Berhasil tidaknya pelaksanaan

ke tujuh program ini, semua tergantung dari pengelolaan atau penyelenggaraannya

termasuk pengelolaan program perbaikan gizi.

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan

terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu

masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Kasus anak

gizi buruk masih banyak ditemukan baik di kota/desa. Berdasarkan Susenas 2003

prevalensi gizi kurang (BB/U<-2 SD) 27,5% (5 juta) dan diantaranya 8,3% (1,5

juta) gizi buruk (BB/U<-3SD). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010,

sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk.

Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat

kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh

kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50%

kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Menurut IDAI

Malnutrisi di masyarakat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh

terhadap 60% dari 10,9 juta kematian anak dalam setiap tahunnya dan 2/3 dari

Page 5: Laporan Ukm Gizi

kematian tersebut terkait dengan praktek pemberian makan yang tidak tepat pada

tahun pertama kehidupan (Infant Feeding Practice)

Dampak jangka pendek gizi kurang/buruk pada masa batitaadalah

gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, otot, komposisi tubuh dan

metabolic programming glukosa, lemak dan protein. Dampak jangka panjang

dapat berupa rendahnya kemampuan nalar, prestasi pendidikan, kekebalan tubuh,

dan produktifitas kerja. Selain itu meningkatkan risiko diabetes, obesitas, penyakit

jantung koroner, hipertensi, kanker, stroke dan penuaan dini.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan

pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP

berat/gizi buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan

sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan,

puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG

(Pusat Pemulihan Gizi).

Page 6: Laporan Ukm Gizi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi.

Setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan untuk memenuhi

kebutuhan gizinya, kecuali bayi umur 0-6 bulan, ASI adalah satu-satunya

makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara

wajar dan sehat. Makanan beraneka ragam yang dimaksud diatas adalah makanan

yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas

maupun kuantitasnya, yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, zat

pembangun, dan zat pengatur.

Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu,

ubi jalar, sagu, kentang, roti dan minyak, margarin dan santanyang mengandung

lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang

aktivitas sehari-hari.

Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati

adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah

telur, ikan, ayam, daging, susu, serta hasil olahan seperti keju. Zat pembangun

berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan

seseorang.

Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-

buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan

untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

Page 7: Laporan Ukm Gizi

II.2. Faktor Penyebab Gizi Kurang atau Gizi Buruk

Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:

1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat. Tidak tersedianya makanan yang

adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kemiskinan sangat

identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan

negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang

gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar

masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan

pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi presentasi anak

yang kekurangan gizi.

2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang. Makanan alamiah

terbaik bagi bayi yaitu ASI. Makanan pendamping ASI yang tepat, baik

jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. Pada

keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali

anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi

kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuannya.

3. Pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang

diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan,

mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun

sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan

perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.

Kebiasaan, mitos atau kepercayaan masyarakat tertentu yang tidak benar

dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak. Misalnya kebiasaan

memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu

dini, berpantang pada makanan tertentu (misalnya tidak memberikan anak daging,

telur, dll) yang akan menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan

lemak, protein maupun kalori yang cukup sehingga anak menjadi sering sakit

(frequent infection).

Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara

berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan yang masih

kurang, serta ancaman endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik

Page 8: Laporan Ukm Gizi

seperti misalnya tuberculosis yang masih tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi

seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling

terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan kurang

gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem

pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

II.3. Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu,

contoh gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan

pengeluaran yodium dalam tubuh.

Perlunya deteksi dini status gizi mengingat penyebabnya sangat kompleks,

pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua

pihak. Langkah awal pengelolaan gizi buruk adalah mengatasi kegawatan yang

ditimbulkannya, dilanjutkan dengan “frequent feeding” (pemberian makan yang

sering, pemantauan akseptabilitas diet penerimaan tubuh terhadap diet seimbang,

cukup kalori dan protein serta pentingnya edukasi pemberian makan yang benar

sesuai umur anak.

Menurut Menkes No. 9201 menkes/SK/VIII/2002 status gizi ditentukan

berdasarkan Z-Score berdasarkan berat badan (kg) terhadap umur (bulan) yang

diklasifikasikan sebagai berikut :

Gizi lebih : apabila berat badan > +2 SD

Gizi baik : apabila berat badan antara -2 SD hingga +2 SD

Gizi kurang : apabila berat badan ≥ -3 SD hingga < -2 SD

Gizi buruk : apabila berat badan < -3 SD

Page 9: Laporan Ukm Gizi

II.4 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

a. Antropometri

1. Definisi

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi.

2. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

3. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

IMT atau BMI merupakan alat atau cara yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat

meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan

lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh

karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang

dapat mencapai usia harapan hidup lebih lama.

Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa usia > 18 tahun dan tidak

dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Cara penghitungannya :

IMT = BB (kg)

TB (cm)2

Page 10: Laporan Ukm Gizi

Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :

Kategori Keterangan IMT

Kurus Kekurangan BB tingkat berat <>

Kurus sekali Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,4

Normal Normal 18.5-25,0

Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0

Obes Kelebihan BB tingkat berat >27,0

b. Klinis

1. Definisi

Pemeriksaan klinis adalah metode penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat

pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau

pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar

tiroid.

2. Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat.

Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis

umum dari salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan

fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.

c. Biokimia

1. Definisi

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai

Page 11: Laporan Ukm Gizi

macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah,

urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

2. Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan

akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala

klinis yang kurang spesifik, maka penentuan klinis faali dapat lebih

banyak membantu untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d. Biofisik

1. Definisi

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

statusgizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan

melihat perubahan struktur dari jaringan.

2. Penggunaan

Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta

senja epidemik (epidemic of night blindless). Cara yang digunakan adalah

tes adaptasi gelap.

Klasifikasi status gizi secara klinis dan antropometris berdasarkan BB/PB

menurut standar Depkes RI 2006 :

Antropometri Z-score Interpretasi

BB/U < -3 SD

-3 SD s/d < -2 SD

-2 SD s/d 2 SD

> 2 SD

Berat badan sangat rendah

Berat badan rendah

Berat badan normal

Berat badan lebih

PB/U < -3 SD

-3 SD s/d < -2 SD

Pendek sekali

Pendek

Page 12: Laporan Ukm Gizi

-2 SD s/d 2 SD

> 2 SD

Normal

Tinggi

BB/PB < -3 SD

-3 SD s/d < -2 SD

-2 SD s/d 2 SD

> 2 SD

Gizi buruk

Gizi kurang

Gizi baik

Gizi lebih

II.5. Komplikasi Gizi Kurang pada Balita

Kondisi gizi buruk akan banyak mempengaruhi banyak organ dan sistem,

karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi asupan

mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan

mengacaukan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun

pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.

Secara umum, dalam kondsi akut, gizi buruk dapat mengancam jiwa

karena berbagai disfungsi yang dialami, ancaman yang timbul antara lain

hipotermi karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia dan kekurangan elektrolit

penting serta cairan tubuh.

Jika fase akut tertangani namun tidak di follow up dengan baik akibatnya

anak tidak dapat mengejar ketinggalannya, maka dalam jangka panjang kondisi ini

berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi

buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan perfomance anak akibat kondisi

‘stunting’ (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya. Yang lebih

memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi

terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dengan derajat beratnya,

lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri.

Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan

otak (0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang

Page 13: Laporan Ukm Gizi

sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible (sulit untuk dapat

pulih kembali). Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak

adalah salah satu aaset yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang

berkualitas di kemudian hari.

II.6. Tatalaksana Gizi Buruk

Pelayanan pemulihan anak gizi buruk dilaksanakan sampai dengan anak

berstatus gizi kurang (-2 SD sampai -3 SD). Pelayanan anak gizi buruk dilakukan

dengan frekuensi sebagai berikut:

• 3 bulan pertama, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap minggu

• Bulan ke 4 sampai ke 6, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap 2 minggu

Anak yang belum dapat mencapai status gizi kurang (-2 SD sampai -3 SD,

dan tidak ada edema) dalam waktu 6 bulan, dapat melanjutkan kembali proses

pemulihan, dengan ketentuan, jika:

• Masih berstatus gizi buruk, rujuk ke RS atau Puskesmas Perawatan atau Pusat

Pemulihan Gizi (PPG)

• Sudah berstatus gizi kurang, maka dilanjutkan dengan program pemberian

makanan tambahan dan konseling.

Pemberian obat dilakukan bila pada saat kunjungan ke puskesmas anak

dalam keadaan sakit, maka oleh tenaga kesehatan anak diperiksa dan diberikan

obat, selanjutnya pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk

dengan dosis sesuai umur pada saat pertama kali ditemukan.

Tata laksana anak gizi buruk meliputi fase stabilisas untuk

mencegah/mengatasi hipoglikemia, hipotermi dan dehidrasi, fase transisi, fase

rehabilitasi untuk tumbuh kejar dan tindak lanjut.

a. Fase Stabilisasi

Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap dengan

tujuan memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi stabil. Formula

hendaknya hipoosmolar rendah laktosa, porsi kecil dan sering. Setiap 100 ml

mengandung 75 kal dan protein 0,9 gram. Diberikan makanan formula75(F 75)

Tabel kebutuhan gizi fase stabilisasi

Page 14: Laporan Ukm Gizi

b. Fase Transisi

Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak

(cath-up). Diberikan F100, setiap 100 ml F100 mengandung 100 kal dan

protein 2,9 gram.

Tabel kebutuhan gizi pada fase transisi

Page 15: Laporan Ukm Gizi

c. Fase Rehabilitasi

Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak. Diberikan

setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada fase

rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP"ASI dan BB ≥ 7 kg diberi

makanan balita. Diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan nilai gizi

setiap 100 ml F135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3 gram.

Tabel kebutuhan gizi pada fase rehabilitasi

Page 16: Laporan Ukm Gizi

d. Fase tindak lanjut dilakukan di rumah

Setelah anak dinyatakan sembuh, bila BB/TB atau BB/PB ≥ -2 SD, tidak

ada gejala klinis dan memenuhi kriteria selera makan sudah baik,makanan

yang diberikan dapat dihabiskan, ada perbaikan kondisi mental, anak sudah

dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan sesuai umurnya,

suhu tubuh berkisar antara 36,5 – 37,7oC, tidak muntah atau diare, tidak ada

edema, terdapat kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu selama 2 minggu

berturut-turut.

Page 17: Laporan Ukm Gizi

.

.

Page 18: Laporan Ukm Gizi

BAB III

LAPORAN KASUS

III.1. Identitas Pasien

Nama pasien : An. MP

Umur : 3 Tahun 2 bulan

Jenis kelamin : Laki Laki

Tanggal lahir : 3 April 2010

Alamat : Kraton

Agama : Islam

Suku bangsa : jawa

Anak ke : 1

Riwayat persalinan : normal

III.2. Anamnesis

a. Keluhan utama : Berat badan yang tidak naik naik

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Ibu mengeluhkan berat badannya anaknya yang tidak naik-naik, dan

mendapat arahan dari Puskesmas setempat untuk memeriksakan anaknya

ke rumah pemulihan gizi. Anak tidak sedang batuk, pilek ataupun panas.

Menurut ibu anaknya susah sekali untuk makan, kalaupun makan sering

tidak habis. Sekali waktu makan anak dapat menghabisi waktu lebih dari

30 menit. Sedangkan ibunya masih harus mengurus adeknya pasien yang

masih kecil. Untuk menu makan anak masih senang memilah milah.

Dalam sehari anak makan 3 kali,

c. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat demam disangkal

- Riwayat diare (-), menurut orang tua anak sering mengalami diare

berulang. Namun tidak pernah diperiksakan kedokter karena menurut

ibu biasanya akan sembuh sendiri.

Page 19: Laporan Ukm Gizi

- Riwayat sakit berat disangkal

d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara dengan riwayat

kehamilan baik, ANC teratur di bidan puskesmas, usia kehamilan cukup

bulan. Persalinan normal, berat badan lahir 2850 gr. Lahir langsung

menangis. Riwayat trauma saat persalinan disangkal.

e. Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi lengkap sesuai dengan KMS.

f. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit keluarga disangkal.

g. Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan perbulan

sebesar Rp. 1.500.000. Ibu pasien sehari-hari dihabiskan dirumah untuk

mengurusi keluarga. Pasien tinggal dirumah sewaan. Kesan ekonomi

keluarga cukup.

III.3. Pemeriksaan Fisik

a. KU : baik, anak tampak sangat kurus dan pendek

b. Tanda vital :

Kesadaran : compos mentis

Suhu : afebris

Nadi : 96 x/menit

Pernapasan : tidak dihitung

Berat badan : 10 kg

Panjang badan : 89 cm

c. Grafik WHO :

BB/U : < -3 SD berat badan kurang

PB/U : < -2 SD pendek

BB/PB : < - 3 SD sangat kurus

Page 20: Laporan Ukm Gizi

d. Kepala : mesocephal, rambut tampak lebih sedikit

e. Leher : pembesaran limfonodi (-)

f. Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)

g. Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (-)

h. Telinga : gangguan pendengaran (-)

i. Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)

j. Kulit : keriput (+)

k. Thorak : dalam batas normal

l. Abdomen : dalam batas normal

m. Ekstrimitas : edem (-), atrofi otot (-)

III.4. Diagnosis

Berat badan kurang

Stunted

Gizi buruk

III.5. Rencana Penatalaksanaan

Tata laksana gizi buruk dengan F75 fase stabilisasi 1400 kkal

Kotrimoxazol 2 x 7,5 ml selama 5 hari

Multivitamin tanpa Fe

Zinc 1x10 mg

III.6. Data Puskesmas / RPG

Data Keluarga

No Anggota

keluarga

Hubungan

keluarga

Jenis

kelamin

Umur Pendidikan Pekerjaan Imunisasi

1. Bp. M Ayah Pria 25 SMA Wiraswasta -

2. Ny. S Ibu Wanita 21 SMEA Wiraswasta -

3. An. AM Anak Pria 3 Lengkap

4. An. B Anak Wanita 1 Lengkap

III.7. Data Lingkungan

Page 21: Laporan Ukm Gizi

a. Data Individu

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien tinggal

bersama kedua orantuanya dan kakaknya. Jumlah keluarga yang tinggal

serumah adalah 4 orang

b. Ekonomi

Pasien belum sekolah. Ayah bekerja sebagai wiraswasta dengan

penghasilan sebesar Rp. 1.500.000 per bulan.

c. Masyarakat

Kegiatan posyandu diselenggarakan secara rutin dan dilakukan oleh kader,

sehingga kesehatan anak disekitar rumah pasien terpantau oleh kader.

d. Lingkungan Rumah

Pasien tinggal di daerah padat. Jarak tiap rumah cukup dekat. Tidak setiap

rumah memiliki halaman. Rumah pasien berukuran 6x10 m2, jumlah

ventilasi cukup.

III.8. Data Perilaku

Kurangnya gizi pada pasien dapat berkaitan dengan asupan yang kurang,

hal ini diketahui karena menurut ibu pasien, pasien sangat sulit untuk makan,

memilih milih untuk makan dan sulit menghabiskan makanannya. Pasien lebih

senang mengemil jajanan warung di dekat rumahnya.

Page 22: Laporan Ukm Gizi

BAB IV

ANALISIS

A. Diagnosis

Berdasarkan pemeriksaan, didapatkan pasien dengan usia 3tahun 2 bulan

dengan keluhan berat badan tidak naik-naik.. Berdasarkan grafik WHO untuk

BB/U: < -3 SD, PB/U: -2 SD, BB/PB: -3. Berdasarkan kriteria diatas pasien

didiagnosis balita gizi buruk, pendek, dan berat badan sangat rendah.

B. Lingkungan

Secara umum penilaian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien sudah

cukup baik. Kegiatan kemasyarakatan berupa posyandu berjalan dengan baik

dan rutin. Keadaan sosial ekonomi dapat berkaitan dengan keadaan rumah,

dan penghasilan. Pasien tinggal di lingkungan yang padat dengan kondisi

rumah yang cukup. Berdasarkan hasil wawancara mengenai pendapatan,

dengan penghasilan Rp. 1.500.000 dirasakan keluarga pasien kurang untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

C. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi dapat berkaitan dengan keadaan rumah, dan

penghasilan. Pasien tinggal di lingkungan yang padat dengan kondisi rumah

yang cukup. Berdasarkan hasil wawancara mengenai pendapatan, dengan

penghasilan Rp 1.500.000 dirasakan keluarga pasien kurang.

D. Perilaku

Pasien sangat sulit makan, suka memilih milih makanan hanya senang jika

makan dengan nasi, telor, kecap dan itupun sangat sulit habis. Pasien lebih

senang ngemil jajanan warung, untuk minum susupun pasien hanya senang

dengan susu susu dalam kemasan. Sehingga BB anak sulit naik dan bahkan

cenderung menurun.

Page 23: Laporan Ukm Gizi

E. Pelayanan Kesehatan

Pada kasus ini RPG menangani gizi buruk dengan pemberian F75/ pada fase

stabilisasi. Disamping dilakukan konseling gizi terhadap orang tua,

pemberian makanan tambahan, home visite serta terus dilakukan pengamatan

berkala di RPG, namun pada pasien ini belum dilakukan pengamatan berkala

di RPG dikarenakan ini merupakan kunjungan yang pertama dan akan

direncanakan untuk dilakukan pengamatan berkala.

Page 24: Laporan Ukm Gizi

BAB VIII

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada anak didapatkan bahwa status gizi

anak menurut BB/PB anak tergolong gizi buruk, berdasar BB/U termasuk sangat

kurus, dan berdasarkan PB/U anak termasuk pendek. Dari data diatas dapat

disimpulkan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi gizi buruk, yaitu :

1. Kurangnya jumlah dan kualitas asupan yang harusnya diterima anak.

2. Karena mempunyai adek diusia yang cukup dini, sehingga membuat fokus

sang ibu terbagi secara tidak langsung memperparah kondisi anak.