bab 2 kajian pustaka - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2013-2-01579-mc bab2001.pdf ·...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya (State of The Art)
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa penelitian-penelitian terdahulu
sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu
dijadikan suatu perbandingan dan juga tolak ukur untuk penelitian
selanjutnya. Adapun penelitian terdahulu yang mendukung penulisan
penelitian ini, antara lain :
Penelitian yang dilakukan oleh Evawani Elysa Lubis, dalam penelitian
yang berjudul Peran Humas dalam Membentuk Citra Pemerintah, penelitian
berfokus mengenai fungsi dari Humas Pemerintah Provinsi Riau, faktor-
faktor apa saja yang menjadi pendukung serta hambatan dalam aktivitas
Humas, Media yang digunakan dalam penyebaran informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiwi Widiawati, penelitian ini berjudul
Pengaruh Penyebaran Informasi Terhadap Perubahan Sikap Dan Perilaku
Pegawai Studi Korelasional di Bagian Humas Setda Pemerintah Kabupaten
Pandeglang. Fokus penelitian ini mengacu pada bagaimana kegiatan
penyebaran informasi yang dilakukan oleh Bagian Humas Pemerintah
Kabupaten Pandeglang.
Penelitian yang dilakukan oleh Elis Widiyawati, berfokus pada
komunikasi Humas eksternal dalam pelayanan publik di KORPRI Kelurahan
Bugis Kecamatan Samarinda Ulu. Penelitian ini berfokus pada strategi humas
yang dilakukan agar masyarakat berlaku komunikatif terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh Humas pemerintah.
Terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rudolf O. Large, yang
mengangkat judul Communication capability and attitudes toward external
communication of purchasing managers in Germany. Penelitian dilakukan
untuk mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi dan sikap terhadap
komunikasi eksternal manajer pembelian di Jerman. Bagaimana kemampuan
komunikasi dapat mempengaruhi kepuasan dari khalayak eksternal
perusahaan.
10
Referensi penelitian terdahulu berikutnya bersumber dari Mette Morsing
dan Majken Schultz yang berjudul Corporate social responsibility
communication: stakeholder information, response and involvement
strategies, hasil dari penelitian ini perlunya komunikasi informal antara
manajer perusahaan dengan para stakeholder. Manajer perlu untuk
memperluas peran stakeholder dalam proses komunikasi CSR perusahaan jika
mereka ingin meningkatkan upaya mereka untuk membangun legitimasi,
reputasi positif dan hubungan pemangku kepentingan abadi.
Beberapa penelitian terdahulu di atas memberikan masukan terhadap
penelitian ini, baik dari segi teori & metode penelitian yang digunakan serta
hasil penelitian dari masing-masing penelitian terdahulu. Di bawah ini
terdapat matriks penelitian sebelumnya, beserta perbandingan antara
penelitian sebelumnya dengan penelitian ini :
9
Tabel 2.1 Matriks Penelitian Sebelumnya ( State of The Art)
No. Keterangan Evawani
ElysaLubis Wiwi Widiawati Elis Widiyawati Rudolf O.Large
Mette Morsing dan Majken
Schultz
Karina Tria Fitriani
1 Judul Penelitian Peran Humas dalam Membentuk Citra Pemerintah.
Pengaruh Penyebaran Informasi Terhadap Perubahan Sikap Dan Perilaku Pegawai Studi Korelasional di Bagian HumasS etda Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
Strategi Komunikasi Humas Eksternal Dalam Pelayanan Publik Di Korpri Kelurahan Bugis
Kecamatan Samarinda Ulu.
Communication Capability And Attitudes Toward External Communication Of Purchasing Managers In Germany.
Corporate Social Responsibility Communication: Stakeholder Information, Response And Involvement Strategies.
Peran Pusat Komunikasi Publik KESDM dalam rangka Pengimplementasian Program Open Government Indonesia oleh UKP4.
2 Metode/ Teori yang digunakan
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Model SOR”
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode yang digunakan dalam penelitian
7
No. Keterangan Evawani
ElysaLubis Wiwi Widiawati Elis Widiyawati Rudolf O.Large
Mette Morsing dan Majken
Schultz
Karina Tria Fitriani
mengumpulkan data dari
Para informan dan diolah secara kualitatif.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang digunakan untuk�meneliti sejauh mana variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi pada�faktor lain. Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah�angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi.�Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 orang responden.
kuantitatif . Dengan sebanyak 617 orang responden yang memberikan tanggapan terhadap kuisioner yang disebarkan.
kualitatif.
adalah kualitatif. Selain itu teori yang digunakan dan terkait dalam penelitian antara lain, Teori Humas Pemerintah, Teori Komunikasi Organisasi, dan Teori Kelompok & Tim Kerja.
12
No. Keterangan Evawani
ElysaLubis Wiwi Widiawati Elis Widiyawati Rudolf O.Large
Mette Morsing dan Majken
Schultz
Karina Tria Fitriani
Analisis� data yang digunakan secara kuantitatif, dengan jalan mengumpulkan dan�menyusun seluruh data yang diperlukan, selanjutnya dianalisis melalui perhitungan statistik.
3 Subjek Penelitian Untuk mengetahui
dan manganalisis peran Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau dalam membentuk citra
Subjek dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan penyebaran informasi yang dilakukan oleh Bagian Humas Pemerintah Kabupaten
Untuk mengetahui strategi komunikasi Humas eskternal dalam pelayanan publik di Korpri Kelurahan Bugis Kecamatan Samarinda Ulu.
Untuk meneliti hal-hal yang mempengaruhi individu dan faktor kontekstual pada sikap komunikasi eskternal dari manajer pembelian
Subjek dari penelitian ini yaitu untuk menyusun strategi agar stakeholder dapat berpartisipasi dalam kegiatan
Subjek dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana peran Pusat komunikasi publik sebagai pelaksana
7
No. Keterangan Evawani
ElysaLubis Wiwi Widiawati Elis Widiyawati Rudolf O.Large
Mette Morsing dan Majken
Schultz
Karina Tria Fitriani
positif
Pemerintah Provinsi Riau.Serta faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat aktivitas Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau dan meneliti tentang media apa saja yang digunakan dalam penyebaran informasi.
Pandeglang, untuk mengetahui sikap dan perilaku pegawai Setda Pemerintah Kabupaten Pandeglang, dan untuk mengetahui pengaruh penyebaran informasi terhadap sikap dan perilaku pegawai Setda Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
di Jerman. CSR yang dilakukan oleh perusahaan.
kegiatan pengimplementasian program Open Governmet Indonesia.
4 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan
Adapun hasil dari penelitian
Strategi yang dilakukan oleh
Menyimpulkan hasil, kemampuan
Penulis berpendapat
Hasil penelitian menunjukkan
14
No. Keterangan Evawani
ElysaLubis Wiwi Widiawati Elis Widiyawati Rudolf O.Large
Mette Morsing dan Majken
Schultz
Karina Tria Fitriani
bahwa peran Humas
Sekretariat Daerah Provinsi Riau berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 belum
Dilaksanakan secara optimal karena pencapaian informasi cenderung satu arah.
menunjukan diketahui bahwa penyebara ninformasi dengan sikap dan perilaku pegawai terdapat hubungan, sehingga penyebaran informasi sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku pegawai. Sedangkan untuk hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, berarti ada pengaruh antara penyebaran informasi dengan
humas KORPRI dapat dinilai kurang
efektif bila tidak mengetahui informasi lewat media informasi yang dipakai
oleh humas KORPRI dalam mensosialisasikan informasinya. Tetapi, pelayanan
publik yang dilakukan oleh humas KORPRI yang memberikan pelayanan
komunikasi lisan dan sikap pembeli terhadap komunikasi individu dengan pemasok memainkan peran penting dalam menjelaskan perilaku komunikasi eksternal pembeli. Mengenai efek tidak langsung, ada efek keseluruhan yang kuat dari kemampuan komunikasi lisan dan sikap terhadap keberhasilan
bahwa manajer perlu untuk berpindah dari yang sebelumnya hanya menginformasikan dan merespons menjadi melibatkan stakeholder dalam komunikasi CSR itu sendiri . Mereka menyimpulkan bahwa manajer perlu untuk memperluas
bahwa peran Pusat Komunikasi Publik KESDM sebagai pelaksana kegiatan dalam pengimplementasian program Open Government Indonesia dapat dikatakan efektif karena ia bersifat kooperatif dalam menindaklanjuti keluhan
7
No. Keterangan Evawani
ElysaLubis Wiwi Widiawati Elis Widiyawati Rudolf O.Large
Mette Morsing dan Majken
Schultz
Karina Tria Fitriani
sikap dan perilaku pegawai. Hasil uji korelasi yang dilakukan dalam penelitian ini dapat ditafsirkan bahwa sikap dan perilaku pegawai dipengaruhi oleh penyebaran informasi, yang pengaruhnya rendah sekali.
sebaik mungkin cukup efektif dan dapat memuaskan para anggota KORPRI.
yang membutuhkan bantuan pada system pelayanan yang ada di sekretariat
KORPRI.
manajemen pemasok serta kepuasan.
peran stakeholder dalam proses komunikasi CSR perusahaan jika mereka ingin meningkatkan upaya mereka untuk membangun legitimasi, reputasi positif dan hubungan pemangku kepentingan abadi.
masyarakat.
16
No. Keterangan Evawani
ElysaLubis Wiwi Widiawati Elis Widiyawati Rudolf O.Large
Mette Morsing dan Majken
Schultz
Karina Tria Fitriani
5 Perbedaan masing-masing Penelitian
Penelitian ini berfokus pada fungsi humas pemerintah dalam membentuk citra pemerintah.
Penelitian yang diangkat pada jurnal, menggunakan metode kuantitatif yang di mana menggunakan kuisioner dan menyebarkan angket sebagai instrumen dari penelitian, sedangkan penelitian yang saat ini dilakukukan menggunakan metode penelitian kualitatif yang menggunakan teknik wawancara dan observasi dalam
Penelitian dalam Jurnal di atas lebih menekankan pada strategi yang dilakukan oleh Korpri Kelurahan Bugis Samarinda Ulu, sedangkan penelitian yang dilakukan berfokus pada fungsi Humas KESDM dalam menjalin komunikasi eskternal.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan menekankan pada bagaimana dampak dari faktor individual dan kontekstual pada perilaku komunikasi eksternal manajer pembelian di Jerman.
Perbedaan dari penelitian ini yaitu peneliti lebih berfokus pada strategi yang digunakan oleh perusahaan agar stakeholder dapat mendukung kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan.
Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian ini berfokus pada komunikasi eksternal yang dilakukan oleh humas pemerintah dengan badan pengawasan yang berada di bawah presiden.
7
No. Keterangan Evawani
ElysaLubis Wiwi Widiawati Elis Widiyawati Rudolf O.Large
Mette Morsing dan Majken
Schultz
Karina Tria Fitriani
mengumpulkan data.
6 Persamaan masing-masing Penelitian
Penelitian berfokus mengenaifungsi dari Humas Pemerintah Provinsi Riau, faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung serta hambata ndalam aktivitas Humas, Media yang digunakan dalam penyebaran informasi. Penelitian yang
Persamaan dari jurnal di atas yaitu bertujuan untuk mengetahui bagaimana fungsi dari Humas Pemerintah dalam menyebarkan informasi mengenai kebijakan, peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang di mana menggunakan metode wawancara dan observasi dalam mengumpulkan data.
Persamaan dari penelitian ini yaitu di mana penulis meneliti mengenai bagaimana komunikasi yang dibangun dalam suatu tim kerja. Di mana menekankan komunikasi antara orang-orang dari perusahaan yang berbeda.
Persamaan dari penelitian ini yaitu bagaimana membangun hubungan baik dengan pihak-pihak yang dianggap memiliki kepentingan bagi perusahaan.
Persamaan dengan beberapa penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya adalah penelitian befokus pada komunikasi yang dilakukan perusahaan agar masyarakat dapat mendapatkan
18
No. Keterangan Evawani
ElysaLubis Wiwi Widiawati Elis Widiyawati Rudolf O.Large
Mette Morsing dan Majken
Schultz
Karina Tria Fitriani
dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif.
informasi yang terbuka dari suatu lembaga atau perusahaan.
19
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1 Teori Hubungan Masyarakat Pemerintah
1. Definisi Humas Pemerintah
Definisi Humas Pemerintah menurut Newsom et al. (2009: 5) :
“Job Descriptions for PR positions in government vary draatically. Some people who are called “public information officers’are really publicists, whereas others with pricisely the same title may have all the responsibilities of a corporate vice president for PR.”
Menurut Cutlip et al. (2007: 465-466), Spesialis PR
Pemerintah - biasanya disebut pejabat public affairs di AS dan
pejabat informasi atau penerangan atau pejabat hubungan
masyarakat (humas) di negara lain adalah penghubung penting
antara rakyat dan pemerintah. Diversitas keahlian teknis, tujuan
organisasional dan aktivitas publik dari fungsi public affairs
pemerintah adalah lebih besar ketimbang praktik PR tradisional
dan/atau khusus. Dan puncak perbedaannya adalah pada peran
advokasi publik yang dimanikan ini harus menguasai seni dan
keahlian berkomunikasi yang baik dan harus memahami secara
menyeluruh kultur, kebijakan, praktik dan konstituen organisasi.
Meskipun mungkin hanya disebut “pembuat kata-kata”, praktisi
public affairs percaya bahwa tanggung jawab mereka yang luas dan
praktik mereka yang berada di bawah ketentuan undang-undang
telah membuat mereka berhak menyandang nama jabatan
tersendiri.
Dalam pengertian yang riil tujuan public affairs itu sendiri
sesuai dengan tujuan demokrasi. Informasi yang melimpah dan
akurat digunakan oleh pemerintah yang demokratis untuk menjaga
hubungan yang responsif dengan konstituen, berdasarkan pada
pemahaman bersama dan komunikasi dua arah yang terus-menerus.
Menurut Ardianto (2011: 241), Pejabat PR adalah seorang
profesional atau komunikator profesional, ia diangkat oleh lembaga
pemerintah dengan tugas melayani informasi kebijakan publik dan
20
pelayanan. Seorang pejabat PR profesional adalah perantara atau
jembatan antara lembaga pemerintahan dan rakyat atau masyarakat,
baik ke dalam maupun ke luar. Ia harus mampu menjelaskan
rencana.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di
atas, dapat disimpulkan bahwa humas pemerintah adalah lembaga
yang menjadi jembatan komunikasi antara masyarakat dengan
pemerintah yang di mana cara penyampaiannya dengan
menggunakan teknik-teknik penyebaran komunikasi yang telah
ditentukan dalam strateginya.
2. Tugas Humas Pemerintah
Ardianto (2011: 239), Di dunia pemerintahan, PR bertugas
menjalankan kegiatan kebijakan publik dan pelayanan publik. Salah
satu kegiatan PR pemerintah dalam bidang kebijakan publik adalah
memberikan berbagai informasi tentang kebijakan pemerintahan
yang mengikat rakyat atau masyarakat. Sedangkan untuk pelayanan
publik adalah memberikan pelayanan terbaik, dengan birokrasi yang
tidak berbelit-belit untuk memberikan kepuasan kepada rakyat atau
masyarakat sehingga dunia pemerintahan memperoleh citra positif
dari rakyat atau publik.
Menurut Cutlip et al. (2007: 468), tugas utama praktisi public
affairs atau humas pemerintah adalah memberi informasi. Peran dan
tanggung jawab lainnya diberikan kepada praktisi pemerintah
spesifik, dan prioritas utamanya adalah memastikan arus infromasi
kepada orang di dalam dan di luar pemerintahan. Dan fungsi
informasi ini bisa bersifat global, ketika kebutuhan memberi
informasi ini harus melampaui batas negara untuk diberikan kepada
kawan atau untuk memperingatkan lawan. Tetapi harus diingat
bahwa sistem politik mungkin memampukan atau membatasi peran
khusus ini, terutama ketika upaya komunikasi itu diarahkan ke luar
negara.
Berdasarkan dua definisi mengenai tugas humas pemerintahan
di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas humas pemerintah adalah
21
untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas
dan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat.
3. Fungsi Humas Pemerintah
Menurut Canfield dalam Ardianto (2011: 241), Humas di dunia
pemerintahan mengemban tiga fungsi, yaitu :
a. Mengabdi kepada kepentingan umum
b. Memelihara komunikasi yang baik
c. Menitikberatkan pada moral dan tingkah laku yang baik
4. Peran Humas Pemerintah
Menurut Ruslan (2011: 110-111), seorang Humas pada Kehumasan
Pemerintah memiliki peran kehumasan yang dibagi menjadi dua,
yaitu :
a. Peran Strategis
Humas atau PR instansi Pemerintah berperan aktif dalam
proses pengambilan keputusan (decision making process),
dalam memberikan sumbang saran, gagasan, dan ide kreatif
secara cemerlang untuk menyukseskan program kerja
Lembaga bersangkutan hingga mampu menunjang
keberhasilan pembangunan Nasional Jangka panjang serta
mendorong melalui kerja sama dan mendapat dukungan.
b. Peran Taktis
Humas atau PR instansi Pemerintahan berupaya memberikan
pesan-pesan atau informasi yang efektif kepada masyarakat
sebagai khalayak sasarannya. Kemampuan untuk
melaksanakan komunikaasi yang efektif, memberikan
motivasi, menjalankan komunikasi timbal balik, dan membuat
citra yang baik.
Dalam menjalankan tugas “Taktis” secara baik maka seorang
Humas yang bekerja di instansi Pemerintahan perlu memiliki
sebuah tugas “Strategis” Humas.
Menurut Widjaja (2010: 65), dalam rangka menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi kehumasan, seorang praktisi
22
Humas Pemerintahan harus memperhatikan berbagai kegiatan
yang harus diperhatikan antara lain :
1) Membina pengertian pada khalayak atau publik terhadap
kebijaksanaan pimpinan, baik kepada khalayak intern
maupun khalayak ekstern. Pembinaan pengertian kepada
khalayak termasuk pemberian dan pelayanan informasi.
2) Menyelenggarakan dokumentasi kegiatan-kegiatan pokok
instansi Pemerintahan, terutama yang menyangkut
publikasi.
3) Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat
masyarakat.
4) Mengumpulkan data dan informasi yang datang dari
berbagai sumber.
5) Bentuk prosuk Humas yang dihasilkan seperti majalah,
buletin, press release, poster, folder, pamflet selebaran,
dan lain-lain.
Menurut Moore (2004: 489), dasar pemikiran Humas dalam
pemerintahan berlandaskan pada dua fakta dasar. Pertama,
masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui; karena itu, para
pejabat pemerintah mempunyai tanggung jawab guna memberi
penjelasan kepada masyarakat. Kedua, ada kebutuhan bagi para
pejabat untuk menerima masukan dari masyarakat tentang
persoalan baru dan tekanan sosial, untuk memperoleh partisipasi
dan dukungan masyarakat. Hanya dengan proses komunikasi,
demikianlah pemerintah dan para pemilih dapat mencapai suatu
pengertian kesatuan yang positif.
5. Tujuan Humas Pemerintah
Pemerintah menyentuh setiap aspek masyarakat dan hampir semua
bagian pemerintah mengandalkan pada orang-orang public affairs
(humas). Menurut Cutlip et al. (2007: 466), tujuan dari humas
pemerintah, terlepas dari level dan tipe pemerintahan, setidaknya
mengandung tujuh tujuan yang sama, yaitu :
23
a. Memberikan informasi konstituen mengenai aktivitas agen
pemerintahan.
b. Memastikan kerja sama berjalan aktif dalam pemerintah
melalui voting, curbside recycling, dan juga kepatuhan
kepada program aturan dan kewajiban menggunakan sabuk
pengaman, misalnya aturan dilarang merokok.
c. Mendorong warga untuk mendukung kebijakan dan program
yang sudah ditetapkan, program pengawasan keamanan
lingkungan, kampanye sadar kesehatan personal, bantuan
untuk pertolongan bencana.
d. Melayani sebagai advokat publik untuk administrator
pemerintah : menyampaikan opini publik kepada pembuat
keputusan, mengelola isu publik dalam organisasi,
meningkatkan aksesibilitas publik ke pejabat adminitrasi.
e. Mengelola informasi internal dengan menyiapkan newsletter
organisasi, pengumuman elektronik, dan isi dari situs
internet organisasi bagi karyawan.
f. Memfasilitasi hubungan media dengan menjaga hubungan
dengan pers lokal; lalu bertugas sebagai saluran untuk
semua pertanyaan media; memberi tahu pers mengenaik
organisasi, praktiknya dan kebijakannya.
g. Membangun komunitas dan bangsa dengan menggunakan
kampanye kesehatan publik yang didukung oleh pemerintah
dan program keamanan publik lainnya dan mempromosikan
berbagai macam sosial dan pembangunan.
2.2.2 Teori Komunikasi Organisasi
Menurut Romli (2011: 2) istilah organisasi berasal dari bahasa latin
organizare, yang secara harfiah berarti panduan dari bagian-bagian yang
satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang
menyebut panduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.
Korelasi atau hubungan antara komunikasi dengan organisasi
terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada siapa saja pihak-
24
pihak yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu
komunikasi membahas mengenai bentuk komunikasi seperti apa yang
berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang
dipergunakan dalam organisasi, media apa yang digunakan, faktor-
faktor apa yang menjadi penghambat dalam proses penyampaian
informasi, dan sebagainya.
Menurut Wiryanto dalam Romli (2011: 2), mengatakan komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi
di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.
Conrad dalam Romli (2011: 2), mengidentifikasi tiga komunikasi
organisasi sebagai fungsi perintah, fungsi relasional, fungsi manajemen
ambigu. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Fungsi perintah berkenaan dengan anggota-anggota organisasi
mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima,
menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari
fungsi perintah adalah koordinasi adalah sejumlah anggota yang
bergantung dalam organisasi tersebut.
b. Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi
memperbolehkan anggota-anggota menciptakan dan
memperhahankan bisnis produktif hubungan personal dengan
anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan (job
performance) dalam berbagai cara. Misal : kepuasan kerja,
aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarki
organisasional, dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya
dalam hubungan antar-personalnya yang baik lebih terasa dalam
pekerjaan ketika Anda merasa bahwa banyak hubungan yang
perlu dilakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh
lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang
stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati, dan sebagainya.
c. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam
situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat
ambigu. Misal: motivasi berganda muncul karena pilihan yang
diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi,
25
demikian juga diri sendiri; tujuan organisasi tidak jelas dan
konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut mungkin
tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan
mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam
organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya untuk
membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang
membutuhkan perolehan infromasi bersama.
Romli (2011: 6-8) menyatakan terdapat dua dimensi
komunikasi dalam komunikasi organisasi. Adapun dua dimensi
dalam komunikasi organisasi, antara lain :
1. Dimensi-dimensi Dalam Komunikasi Organisasi
1) Komunikasi Internal
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian
pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk
kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan
dengan bawahan, komunikasi antara bawahan dengan pimpinan
dan komunikasi antar sesama karyawan. Proses komunikasi ini
bisa berupa komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi
kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi
primer maupun sekunder. Komunikasi internal dapat dibedakan
menjadi dua jenis sebagai berikut :
a. Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari
pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada
pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk serta
informasi-informasi kepada bawahannya. Sedangkan
bawahan memberi laporan-laporan, pengaduan-
pengaduan mengenai kinerjanya kepada pimpinan.
b. Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi
antara sesama level dalam suatu unit kerja seperti
karyawan dengan karyawan, manajer dengan manajer.
Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian
26
yang sama di dalam organisasi atau mengalir di bagian
yang sama di dalam organisasi atau mengalir antar-
bagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran
pengetahuan, pengalaman, metode dan masalah yang
terjadi dalam organisasi karena pada umumnya
seseorang akan merasa lebih nyaman apabila
berkomunikasi dengan orang lain yang mempunyai level
atau derajat yang sama. Hal ini membantu organisasi
untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan
yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan
kepuasan kerja.
2) Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara
pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada
organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh
kepala hubungan masyarakat daripada pimpinan sendiri. Yang
dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal
yang dianggap sangat penting saja.
a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak.
Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada
hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai
bentuk, seperti majalah organisasi, press relase, artikel
surat kabar atau majalah, pidato radio, film dokumenter,
brosur, leaflet, poster dan konferensi pers.
b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan
umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi
yang dilakukan oleh organisasi.
2.2.3 Teori Komunikasi Dalam Kelompok dan Tim Kerja
27
Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat
membantu memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitu pula dalam
melakukan suatu pekerjaan, seseorang tidak akan mampu menyelesaikan
seluruh pekerjaan dalam organisasi hanya dengan seorang diri, ia
membutuhkan orang lain untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dalam
organisasi.
Dalam suatu organisasi dibutuhkan adanya kelompok dan juga tim
kerja untuk menyelesaikan pekerjaan dalam organisasi. Kelompok dan
tim kerja bekerja sesuai dengan jobdescnya masing-masing.
Michael Burgoon dalam Wiryanto (2005: 21), mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga
orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi
informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang
lain secara tepat.
De Janasz, Dowd dan Schneider (2006: 184), mendefinisikan Group
atau kelompok sebagai :
“a collection of people who work together but aren’t necessarily
working collectively toward the same goal.”
Yang diterjemahkan bahwa kelompok adalah kumpulan orang-orang
yang bekerja bersama-sama tetapi tidak selalu bekerja bersama menuju
tujuan yang sama.
De Janasz, Dowd dan Schneider, 2006, hal. 184, mendefinisikan
team atau tim sebagai :
“is composed of three or more interdependent individuals who are consciously working together to achieve a common objective, such as product development, service delivery, or process improvement.”
Dengan terjemahannya sebagai berikut :
“tim terdiri dari tiga individu atau lebih saling tergantung yang sadar bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, seperti pengembangan produk, pelayanan, atau proses perbaikan”.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua
28
orang atau lebih yang dilakukan secara tatap muka dan dengan tujuan
yang telah diketahui oleh masing-masing pihak yang terlibat di
dalamnya.
1. Tipe-tipe dari Tim Kerja
Berikut akan dijabarkan beberapa tipe dari tim kerja menurut De
Janasz, Dowd dan Schneider (2006: 187-188) :
a. Cross-Functional Teams : Termasuk anggota dari berbagai
departemen atau spesialisasi bisnis seperti sistem pemasaran,
informasi, komunikasi, hubungan masyarakat, sumber daya
manusia dan akuntansi. Tim lintas fungsional biasanya
dibebankan dengan mengembangkan produk baru atau
menyelidiki dan memperbaiki masalah seluruh perusahaan
seperti kebutuhan untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi
lintas departemen atau kebutuhan untuk mengadopsi sistem
komputer seluruh perusahaan baru. Ini termasuk anggota dari
berbagai departemen atau spesialisasi bisnis seperti sistem
pemasaran, informasi, komunikasi, hubungan masyarakat,
sumber daya manusia dan akuntansi. Tim lintas fungsional
biasanya dibebankan dengan mengembangkan produk baru
atau menyelidiki dan memperbaiki masalah seluruh perusahaan
seperti kebutuhan untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi
lintas departemen atau kebutuhan untuk mengadopsi sistem
komputer seluruh perusahaan baru. Tim lintas fungsional
memperoleh kekuatan mereka dari keberagaman budaya yang
ada. Dengan memasukkan perwakilan dari seluruh atau bidang
fungsional yang paling utama dalam organisasi, tim dapat
mendiagnosa masalah dari perspektif secara simultan,
memastikan bahwa semua poin relevan yang diperhitungkan.
Ini dapat mempercepat proses pemecahan masalah dan
menghasilkan suatu hasil dari berbagai departemen terkena
dampak perubahan sehingga lebih siap menerima.
b. Self-managed teams : ini adalah "kelompok karyawan yang
bertanggung jawab usegala aktivitas yang berkaitan dengan
29
produksi, baik dengan produk akhir atau proses yang
berkelanjutan". Self-managed teams biasanya diberikan biaya
oleh manajemen senior dan kemudian diberi keleluasaan
hampir penuh atas bagaimana, kapan dan apa yang harus
dilakukan mencapai tujuan mereka. Self-managed teams
diharapkan untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka tanpa
arah yang berkelanjutan dari supervisior atau manajer. Self-
managed teams menetapkan norma-norma mereka sendiri,
membuat jadwal mereka sendiri, menyiapkan cara untuk
menjaga anggota yang relevan dan lain-lain informasi dari
kemajuan mereka, menentukan bagaimana pekerjaan akan
diselesaikan, dan harus bertanggung jawab untuk produk akhir
atau "diserahkan" .
c. Task Force : ini adalah tim proyek sementara. Mereka
berkumpul untuk mengembangkan produk, layanan, atau
sistem atau memecahkan suatu masalah tertentu atau
sekumpulan masalah. Perusahaan selalu dihadapkan dengan
tantangan untuk mendapatkan berkelanjutan, hari ke hari kerja
dilakukan sambil memanfaatkan sumber daya yang tersedia
untuk bekerja pada berbagai proses perubahan atau inovasi
produk.
d. Process Improvement teams : Tim ini fokus pada metode
tertentu, operasi, atau prosedur dan dirangkai dengan tujuan
spesifik meningkatkan komponen tertentu sedang dipelajari.
Process Improvement teams biasanya terdiri dari individu-
individu dengan keahlian dan pengalaman dalam proses
sedang ditinjau. Mereka ditugaskan tugas menghilangkan
langkah-langkah berlebihan, mencari cara untuk mengurangi
biaya, mengidentifikasi cara untuk meningkatkan kualitas, atau
menemukan cara untuk menyediakan lebih cepat, layanan
pelanggan yang lebih baik.
2.3 Impelementasi Kebijakan
30
Implementasi kebijakan merupakan kegiatan yang kompleks dengan
begitu banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi
kebijakan. Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2005: 102) mendefinisikan
implementasi kebijakan publik sebagai: ”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini
mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-
tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil
yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.
Menurut Agustino (2006:157); ”Komunikasi merupakan salah-satu
variabel penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik,
komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan publik”.
Implementasi yang efektif akan terlaksana, jika para pembuat keputusan
mengetahui mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Infromasi yang diketahui
para pengambil keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik.
Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengkur keberhasilan
variabel komunikasi. Edward III dalam Agustino (2006: 157-158)
mengemukakan tiga variabel tersebut yaitu:
1. Transmisi. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi
masalah dalam penyaluran komunikasi yaitu adanya salah pengertian
(miskomunikasi) yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang
harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan
terdirtorsi di tengah jalan.
2. Kejelasan. Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan
(street-level-bureaucrats) harus jelas dan tidak membingungkan atau
tidak ambigu/mendua.
3. Konsistensi. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau
31
dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka
dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
Pernyataan Edward III yang dirangkum dalam Winarno (2005: 127)
Terdapat beberapa hambatan umum yang biasa terjadi dalam
transmisi komunikasi yaitu:
”Pertama, terdapat pertentangan antara pelaksana kebijakan dengan
perintah yang dikeluarkan oleh pembuat kebijakan. Pertentangan
seperti ini akan mengakibatkan distorsi dan hambatan yang langsung
dalam komunikasi kebijakan. Kedua, informasi yang disampaikan
melalui berlapis-lapis hierarki birokrasi. Distorsi komunikasi dapat
terjadi karena panjangnya rantai informasi yang dapat
mengakibatkan bias informasi. Ketiga, masalah penangkapan
informasi juga diakibatkan oleh persepsi dan ketidakmampuan para
pelaksana dalam memahami persyaratan-persyaratan suatu
kebijakan”.
Menurut Winarno (2005: 128) Faktor-faktor yang mendorong
ketidakjelasan informasi dalam implementasi kebijakan publik
biasanya karena kompleksitas kebijakan, kurangnya konsensus
mengenai tujuan-tujuan kebijakan publik, adanya masalah-masalah
dalam memulai kebijakan yang baru serta adanya kecenderungan
menghindari pertanggungjawaban kebijakan.
Dalam mengelola komunikasi yang baik perlu dibangun dan
dikembangkan saluran-saluran komunikasi yang efektif. Semakin
baik pengembangan saluran-saluran komunikasi yang dibangun,
maka semakin tinggi probabilitas perintah-perintah tersebut
diteruskan secara benar.
2.4 Kerangka Pemikiran
32
Pada bagian ini dijelaskan mengenai kerangka pemikiran peneliti yang
berupa alur dari penelitian yang dilakukan. Kerangka pemikiran dibuat
berdasarkan pertanyaan penelitian (research questions) dan mengaitkannya
dengan konsep dan metodologi yang dianggap mempunyai kesesuaian dengan
penelitian.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif
Fokus Penelitian :
Bagaimana Peran Humas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
dalam pengimplementasian program Open Government
Indonesia (OGI)
Landasan konseptual yang mendukung penelitian :
Teori Peran Humas Pemerintah (Ruslan, 2011: 110-111)
a. Peran Strategis
b. Peran Taktis
Instrumen penelitian menggunakan teknik
wawancara mendalam (in-depth interview).
Kesimpulan Penelitian :
• Mengetahui bagaimana peran pusat komunikasi publik KESDM sebagai pelaksana kegiatan dalam rangka pengimplementasian program Open Government Indonesia oleh UKP4