bab 1.docx

34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit batu saluran kemih (BSK) telah lama dikenal sejak zaman Babilonia dan pada zaman Mesir kuno,namun hingga saat ini masih banyak aspek yang dipersoalkan karena pembahasan tentang diagnosis, etiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan hingga pada aspek pencegahan masih belum tuntas. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi, tidak terkecuali penduduk di Indonesia (Purnomo BB, 2011). Pada tahun 2000, penyakit BSK merupakan penyakit peringkat kedua di bagian urologi di seluruh rumah rumah sakit di Amerika setelah penyakit infeksi, dengan proporsi BSK 28,74% (AUA, 2007). BSK merupakan penyakit yang sering di klinik urologi di Indonesia. Angka kejadian BSK di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari seluruh rumah sakit di Indonesia adalah 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah 19.018 penderita, dengan jumlah kematian 378 penderita (Depkes RI, 2002). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.Faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor

Upload: agustriati-muniz

Post on 01-Feb-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit batu saluran kemih (BSK) telah lama dikenal sejak zaman Babilonia dan

pada zaman Mesir kuno,namun hingga saat ini masih banyak aspek yang dipersoalkan

karena pembahasan tentang diagnosis, etiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan

hingga pada aspek pencegahan masih belum tuntas. Angka kejadian penyakit ini tidak

sama di berbagai belahan bumi, tidak terkecuali penduduk di Indonesia (Purnomo BB,

2011).

Pada tahun 2000, penyakit BSK merupakan penyakit peringkat kedua di bagian

urologi di seluruh rumah rumah sakit di Amerika setelah penyakit infeksi, dengan

proporsi BSK 28,74% (AUA, 2007). BSK merupakan penyakit yang sering di klinik

urologi di Indonesia. Angka kejadian BSK di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data

yang dikumpulkan dari seluruh rumah sakit di Indonesia adalah 37.636 kasus baru,

dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat

adalah 19.018 penderita, dengan jumlah kematian 378 penderita (Depkes RI, 2002).

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu

saluran kemih pada seseorang.Faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang

berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari

lingkungan disekitarnya (Purnomo BB, 2011).

Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan

dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium

fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat

(batu infeksi), batu xantin, batu sistein, dan batu jenis lainnya. (Purnomo BB, 2011).

Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letak, besar, dan

morfologinya.Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria,

baik hematuria terbuka (gross hematuria) yaitu hematuria yang dapat 1 dilihat kasat mata

dan konsentrasi darah yang larut dalam air kemih cukup besar atau mikroskopik.Selain

itu,bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan

mungkin demam atau tanda sistemik lain. (Sjamsuhidajat R& Jong Wim de, 1997).

Page 2: BAB 1.docx

Blass Nier Overziecht atau disingkat dengan BNO (Blass = Buli-buli, Nier = Ginjal,

Overziecht = Penelitian) dan pielografi intravena / intravenous pyelography merupakan

salah satu pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menegakkan batu saluran

kemih karena dapat memperlihatkan ginjal dan ureter setelah bahan kontras diinjeksikan

melalui intavena. Setelah injeksi, kontras bergerak melalui ginjal, ureter dan buli-buli.

Foto diambil dalam beberapa interval waktu untuk melihat pergerakan kontras tersebut.

BNO-IVP dapat memperlihatkan ukuran, bentuk, dan struktur ginjal, ureter dan buli-

buli.BNO-IVP juga dapat melakukan evaluasi fungsi ginjal, deteksi penyakit ginjal, batu

ureter, buli-buli, pembesaran prostat, trauma dan tumor (Faisal Muhammad, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian batu saluran kemih?

2. Apa etiologi batu saluran kemih?

3. Apa klasifikasi batu saluran kemih?

4. Bagaimana patofisiologi batu saluran kemih?

5. Apa gejala klinis batu saluran kemih?

6. Apa diagnosa banding batu saluran kemih?

7. Bagaimana pencegahan batu saluran kemih?

8. Apa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya batu?

9. Apa pemeriksaan diagnostik batu saluran kemih?

10. Bagaimana terapi dan penatalaksanaan batu saluran kemih?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah agar perawat atau pembaca dapat mengetahui dan

memahami tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Batu Ureter pada

makalah ini.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian batu saluran kemih.

2. Untuk mengetahui etiologi batu saluran kemih.

3. Untuk mengetahui klasifikasi batu saluran kemih.

4. Untuk mengetahui patofisiologi batu saluran kemih.

5. Untuk mengetahui gejala klinis batu saluran kemih.

6. Untuk mengetahui diagnosa banding batu saluran kemih.

Page 3: BAB 1.docx

7. Untuk mengetahui pencegahan batu saluran kemih.

8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya batu.

9. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik batu saluran kemih.

10. Untuk mengetahu terapi dan penatalaksanaan batu saluran kemih.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan

mahasiswa, khususnya mahasiswa STIKES EKA HARAP agar dapat mengetahui tentang

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Batu Ureter ini sendiri.

Page 4: BAB 1.docx

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Batu ureter merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ureter. Kondisi

adanya batu pada ureter memberikan gangguan pada sistem perkemihan dan memberikan

berbagai masalah keperawatan pada pasien. (hal 190).

Batu ureter atau disebut juga batu saluran kemih (BSK) adalah penyakit di mana

didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang dimulai dari kaliks sampai dengan

uretra anterior (RSU Dr. Soetomo Surabaya, 1994).

Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu

ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam

saluran perkemihan.  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan

kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh

sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus

mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam

pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam,

hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002

hal: 1460).

2.2 Etiologi

2.2.1 Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 35-50

tahun, dan jenis kelamin (lebih banyak pada pria)

2.2.2 Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila jumlah

air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak purin,

oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam),

kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak)

2.2.3 Gangguan aliran kencing (urine)

2.2.4 Infeksi saluran kemih

2.2.5 Kekurangan cairan (seperti pada penderita diare yang kekurangan cairan)

(Nursalam, 2008 hal: 77).

Page 5: BAB 1.docx

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical Surgical

Nursing, 2001 hal 822-824 dan Basuki B Purnomo, 2000 hal 64-66 adalah:

1. Batu Kalsium

Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari

fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau

kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan

dapat masuk ke kaliks. Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah:

a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya disebabkan oleh

komponen:

1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroid

primer atau pada tumor paratiroid.

2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan susu-alkali

syndrome, sarcoidosis.

3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal.

4) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal.

b. Hiperoksaluria: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini

banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis

menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan

yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, jeruk sitrun, sayuran berdaun

hijan banyak terutama bayam.

c. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium

dengan oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat

pembentukan batu kalsium. Hal ini dapat terjadi karena penyakit asidosis tubuli

ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretic golongan thiazid dalam

jangka waktu yang lama.

d. Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu

kalsium, karena didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi

magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat.

e. Terhadap Batu Kalsium Oksalat/fosfat

1) Dapat dengan modifikasi diet dan terapi obat-obatan.

2) Kurangi konsumsi soft drink. Karena soft drink yang mengandung asam fosfat

berhubungan dengan peningkatan 15% kekambuhan batu dalam 3 tahun.

Page 6: BAB 1.docx

Bagaimana mekanisme tak begitu jelas, tapi diduga sedikit kelebihan asam

akan meningkatkan ekresi kalsium dan asam urat.

3) Kurangi makan protein terutama protein hewani karena banyak mengandung

asam amino yang mengandung sulfur. Hasil metabolismenya akan

meningkatkan asam sulfur dan ini akan berpengaruh terhadap ekresi kalsium,

asam urat dan sitrat. Juga dianjurkan mengurangi konsumsi makanan yang

mengandung oksalat, seperti teh, kopi, bayam, dan lain-lain

4) Obat-obatan: Obat-obatan yang dapat digunakan yaitu thiazide, Alupurinol,

Pemberian Kalium sitrat, kalium bikarbonat, natrium bikarbonat serta jouice

orange sebagai alternatif untuk meningkatkan pH urin, dan Selulosa fosfat

akan mengikat kalsium dan eksresi di urin Diuretik.

Oksalat membentuk kristal dengan Kalsium. Hiperoksaluria terjadi karena:

a. Produksi dalam tubuh meningkat:

1) Karena menelan bahan-bahan yang mendorong terbentuknya oksalat,

misalnya vitamin C

2) Karena kekurangan vitamin B6 penyakit hiperoksaluria, adanya kelainan

mclabolisine sehingga produksi meningkat

b. Intake oksalat meningkat:

1) Alakan bahan oksalat yang berlebihan

2) Penyerapan oksalat yang berlebihan karena penyakit di USUS (enteric

hyperoxaluria)

3) Penyerapan Kalsium yang berlebihan atau diit rendah kalsfuni.

2. Batu struvit

Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan

oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman

golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan

merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini

memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk

batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea adalah

proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus.

Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit) dan

kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang

Page 7: BAB 1.docx

disebabkan bakteri pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk

batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Batu dapat tumbuh

menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks

ginjal. Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Diurin

kristal batu struit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu

staghorn dan struit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari

ginjal’ hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten.

Batu infeksi ini mula-mula terjadi karena supersaturasi dari magnesium ammonium

fosfat dan karbonatapatie. Supersaturasi ini terjadi karena adanya infeksi ginjal oleh

kuman Proteus yaitu kuman yang memecah/menguraikan ureum sehingga air ken-Lih

menjadi basa. Kuman-kuman lain yang juga memecah ureum: Klebsiella,

Pseudomonas, Providencia.

Pada batu struvit yang tidak dapat dibuang, maka diberikan Acetohydroxamidc acid

(AHA) untuk mencegah infeksi yang dapat mengarah terbentuknya batu.

3. Batu asam urat

Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:

a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak

mengandung purine, peminum alcohol.

b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi.

c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang

berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium

oksalat.

d. Sering terjadi karena pH urin yang rendah karena itu perlu diusahakan selain

mengatasi hiperurikosuria juga perlu alkalinisasi urin. Dalam hal ini dianjurkan

pemberian allopurinol dan Natrium Bikarbonat secukupnya.

Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak mengandung

kalsium dalam bentuk murni sehingga tak terlihat dengan sinar X (Radiolusen) tapi

mungkin bisa dilihat dengan USG atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu

asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-kadang dapat cukup besar untuk

membentuk batu staghorn, dan biasanya relatif lebih mudah keluar karena rapuh dan

sukar larut dalam urin yang asam.  Batu asam urat ini terjadi terutama pada wanita.

Separuh dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini biasanya bersifat

famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat berwarna merah

Page 8: BAB 1.docx

orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat amorphous

dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal apatit.

Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air mata.

4. Batu sistin

Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi

penghambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak

kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia dewasa.

Pemberian cairan yang banyak dan alkalinisasi urin. Namun sering tidak adekuat

untuk mencegah pembentukan batu sistin. Disamping pemberian minum yang cukup

banyak pemberian Penicillamine 0,25-1,5mg / hari akan mencegah kekambuhan dan

pH dibuat 8.

Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum),

berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat

segi enam, sangat sukar larut dalam air. Bersifat Radioopak karena mengandung

sulfur.

Jika batu cystine tidak dapat dikontrol melalui minum banyak, maka Thiola dan

Cuprimine, akan membantu menurunkan jumlah cystine dalam urine.

5. Batu xanthine

Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi

xathine. bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa bersifat

sekunder karena pemberian alupurinol yang berlebihan.

2.4 Patofisiologi

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem pelvikalises

dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk

mengeluarkan batu hingga turun ke kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (<5mm)

pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada

di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan, serta menimbulkan obstruksi kronis

berupa hidronefrosis dan hidroureter.

Batu yang terletak pada ureter maupun sistem pelvikalises mampu menimbulkan

obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas.

Obstruksi di ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielum

Page 9: BAB 1.docx

dapat menimbulkan hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan

kaliekstatis pada kaliks yang bersangkutan.

Kondisi adanya batu pada ureter memberikan masalah keperawatan pada pasien

dengan adanya berbagai respons obstruksi, infeksi, dan peradangan (Hal 190).

2.5 Gejala Klinis

Keluhan

a. Nyeri pinggang (kemeng) pada sudut kostovetebral.

b. Nyeri kolik, dari pinggang menjalar ke depan dan ke arah genitalia disertai mual dan

muntah.

c. Hematuria, baik mikroskopik maupun makroskopik.

d. Disuria karena infeksi.

e. Demam disertai menggigil.

f. Retensi urine pada batu uretra atau leher buli-buli.

g. Dapat tanpa keluhan (“silent stone”).

(Nursalam, 2008 hal: 77).

2.6 Diagnosa Banding

2.6.1 Pieonefritis akut: nyeri sudut kosto-vertebral

2.6.2 Tumor Pielum atau kaliks: dapat menyebabkan sumbatan

2.6.3 Tuberkulosis ginjal: nyeri, hematuria, piuria steril

(Nursalam, 2008 hal: 78).

2.7 Pencegahan

2.7.1 Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat dicapai diuresis

1,5 liter/hari.

2.7.2 Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi sisa

asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin)

2.7.3 Eradikasi infeksi saluran air kemih, khususnya untuk batu struvit.

(Nursalam, 2008 hal: 80).

2.8 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Timbulnya Batu

Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik.

Page 10: BAB 1.docx

1. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk

faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.

a. Herediter/ Keturunan

Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis

tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari

tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis

metabolik. Riwayat BSK bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam

satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan BSK antara lain:

1) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D

sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria,

proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya

mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.

2) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih

rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.

b. Umur

BSK banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Hasil penelitian yang

dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi selama lima tahun (1989-

1993), frekuensi terbanyak pada dekade empat sampai dengan enam.

c. Jenis kelamin

Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering

terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian BSK yang

sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000

kasus baru per tahun.

Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen oleh hati.

Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya

kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-anak.

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti

geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.

a. Geografi

Prevalensi BSK tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan, bukit atau

daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran kemih

di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu

Page 11: BAB 1.docx

aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur,

kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi predisposisi

BSK.

b. Faktor Iklim dan cuaca

Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan

tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim

panas banyak ditemukan BSK. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan

keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang

meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang

mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap BSK.

c. Jumlah air yang diminum

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang

diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.

Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan

dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena BSK.

Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga

terjadi penurunan pH air kemih.

Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan

koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang

diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih

dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air kemih.

d. Diet/Pola makan

Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.

Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air

kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya

BSK. Bila dikonsumsi berlebihan maka kadar kalsium dalam air kemih akan naik,

pH air kemih turun, dan kadar sitrat air kemih juga turun. Diet yang dimodifikasi

terbukti dapat mengubah komposisi air kemih dan risiko pembentukan batu.

Kebutuhan protein untuk hidup normal per hari 600 mg/kg BB, bila berlebihan

maka risiko terbentuk batu saluran kemih akan meningkat. Protein hewani akan

menurunkan keasaman (pH) air kemih sehingga bersifat asam, maka protein

hewani tergolong “acid ash food”, Akibat reabsorbsi kalsium dalam tubulus

berkurang sehingga kadar kalsium air kemih naik. Selain itu hasil metabolisme

protein hewani akan menyebabkan kadar sitrat air kemih turun, kadar asam urat

Page 12: BAB 1.docx

dalam darah dan air kemih naik17. Konsumsi protein hewani berlebihan dapat

juga menimbulkan kenaikan kadar kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi,

maka berdasarkan hal tersebut diatas maka konsumsi protein hewani berlebihan

memudahkan timbulnya batu saluran kemih.

Karbohidrat tidak mempengaruhi terbentuknya batu kalsium oksalat, sebagian

besar buah adalah alkali ash food (Cranberry dan kismis). Alkasi ash food akan

menyebabkan pH air kemih naik sehingga timbul batu kalsium oksalat. Sayur

bayam, so, sawi, daun singkong menyebabkan hiperkalsiuria. Sayuran yang

mengandung oksalat sawi bayam, kedele, brokoli, asparagus, menyebabkan

hiperkalsiuria dan resorbsi kalsium sehingga menyebabkan hiperkalsium yang

dapat menimbulkan batu kalsium oksalat. Sebagian besar sayuran menyebabkan

pH air kemih naik (alkali ash food) sehingga menguntungkan, karena tidak

memicu terjadinya batu kalsium oksalat. Sayuran mengandung banyak serat yang

dapat mengurangi penyerapan kalsium dalam usus, sehingga mengurangi kadar

kalsium air kemih yang berakibat menurunkan terjadinya BSK. Pada orang

dengan konsumsi serat sedikit maka kemungkinan timbulnya batu kalsium oksalat

meningkat. Serat akan mengikat kalsium dalam usus sehingga yang diserap akan

berkurang dan menyebabkan kadar kalsium dalam air kemih berkurang. Sebagian

besar buah merupakan alkali ash food yang penting untuk mencegah timbulnya

batu saluran kemih. Hanya sedikit buah yang bersifat acid ash food seperti kismis

dan cranberi. Banyak buah yang mengandung sitrat terutama jeruk yang penting

sekali untuk mencegah timbulnya batu saluran kemih, karena sitrat merupakan

inhibitor yang paling kuat. Karena itu konsumsi buah akan memperkecil

kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Beberapa studi telah dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara tingginya asupan makanan dengan ekskresi kalsium

dalam air kemih. Pengaruh diet tinggi kalsium hanya 6% pada kenaikan kalsium

air kemih.

e. Jenis pekerjaan

Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orang-orang

yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses

metabolisme tubuh.

f. Stres

Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa

Page 13: BAB 1.docx

stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti.

Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya

tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan

terjadinya BSK.

g. Olahraga

Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan

kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti BSK jarang

terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di

kantor dengan banyak duduk.

h. Kegemukan (Obesitas)

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik

diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Obesitas dapat ditentukan dengan

pengukuran antropometri seperti IMT, distribusi lemak tubuh/ persen leamk tubuh

melalui pengukurang tebal lemak bawah kulit. Dikatakan obese jika IMT ≥ 25

kg/m2. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan

59,2% terkena kegemukan. Pada laki-laki yang berat badannya naik 15,9 kg dari

berat badan waktu umur 21 tahun mempunyai RR 1,39. Pada wanita yang berat

badannya naik 15,9 kg dari berat waktu berumur 18 tahun, RR 1,7. Hal ini

disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat

dan kalsium naik.

i. Kebiasaan menahan buang air kemih

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang

dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan

kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu

dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.

j. Tinggi rendahnya pH air kemih

Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH

5,2 pada batu kalsium oksalat).

2.9 Pemeriksaan Diagnostik

2.9.1 Urinalisa: warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya

sel darah merah, sel darah putih dan kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serta

serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam (meningkatkan sistin dan batu asam

Page 14: BAB 1.docx

urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium

fosfat.

2.9.2 Urine (24 jam): kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.

2.9.3 Kultur urine: menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,

proteus, klebsiela, pseudomonas).

2.9.4 Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein

dan elektrolit.

2.9.5 BUN/kreatinin serum dan urine: Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)

sekunder terhadap tingginya batu obstuktif pada ginjal menyebabkan

iskemia/nekrosis.

2.9.6 Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar

bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

2.9.7 Hitung Darah lengkap: sel darah putih mungkin meningkat menunjukan

infeksi/septicemia.

2.9.8 Sel darah merah : biasanya normal.

2.9.9 Hb, Ht: abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong

presipitas pemadatan) atau anemia (pendarahan, disfungsi ginjal).

2.9.10 Hormon paratiroid: mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang

reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).

2.9.11 Foto rontgen: menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal

dan sepanjang ureter.

2.9.12 IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal

atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik (distensi ureter) dan garis

bentuk kalkuli.

2.9.13 Sistoureterokopi: visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan

batu dan efek obstruksi.

2.9.14 Stan CT: mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan

distensi kandung kemih.

2.9.15 USG Ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

2.10 Terapi Dan Penatalaksanaan

2.10.1 Non Farmakologi

1. Medikamentosa

Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm,  karena batu diharapkan dapat

Page 15: BAB 1.docx

keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar

aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat

mendorong batu keluar.

2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy

pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau

batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah

menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran

kemih.

3. Endourologi

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy): mengeluarkan batu yang berada di

saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks

melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.

b. Litotripsi: memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat

pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan

dengan evakuator Ellik.

c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: memasukkan alat ureteroskopi per

uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan

memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem

pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-

renoskopi ini.

4. Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan

keranjang Dormia.

5. Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang

berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

6. Bedah terbuka :

a. Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.

2.10.2 Farmakologi

Obat-obatan dalam tindakan penatalaksanaan medis :

1. Analgesia untuk meredakan nyeri dan memberi kesempatan batu untuk keluar

sendiri.

2. Opioid (injeksi morfin sulfat, petidin hidroklorida)au obat AINS (mis ketorolak

dan naproxen) dapat diberikan, bergantung pada intensitas nyeri.

Page 16: BAB 1.docx

3. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter.

4. Allopurinol untuk batu asam urat.

5. Renisillin untuk batu systin.

6. Pada batu struvit yang tidak dapat dibuang, maka diberikan Acetohydroxamidc

acid (AHA) untuk mencegah infeksi yang dapat mengarah terbentuknya batu.

7. Jika batu cystine tidak dapat dikontrol melalui minum banyak, maka Thiola dan

Cuprimine, akan membantu menurunkan jumlah cystine dalam urine.

8. Pemberian antibiotic dilakukan apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada

pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah dikeluarkan, batu

ginjal dapat dianalisis dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau

menghambat pembentukan batu berikutnya. Preparat diuretic tiazida akan

mengurangi kandungan kalsium dalam urine dengan menurunkan ekskresi

kalsium dalam tubulus ginjal. Produksi asam urat dapat dikurangi dengan

pemberian alopurinal. Urine yang asam harus dibuat basa dengan preparat sitrat.

(Chang, Esther, 2009 hal: 239).

2.10.3 Terapi Batu Saluran Kemih

Secara umum terapi batu saluran kemih adalah sebagai berikut:

1. Pengenceran air kemih

Terapi terpenting terhadap terbentuknya batu adalah pengenceran air kemih. Air

kemih akan encer apabila dalam waktu 24 jam jumlah air kemih antara 2-2,5 liter.

Tergantung dari suhu lingkungan dan aktivitas fisik. Biasanya minum antara 2-3

liter untuk mendapatkan volume tersebut. Pengenceran air kemih harus dilakukan

tanpa mengubah komposisi dari air kemih sehingga ditekankan untuk memilih

minuman dengan pertimbangan jumlah kalorinya:

a. Jumlah yang diminum 2,5-3 liter per hari dengan air kemih 2,5 liter per hari.

b. Air yang diminum harus terdistribusi sepanjang hari, minum 2 cangkir setiap 2

jam dan minum sebelum tidur dan setelah buang air kecil.

c. Jenis minuman yang sesuai fruit tea, herba tea, air mineral bergaram rendah.

d. Minuman yang kurang sesuai kopi, teh pahit, jus buah yang pekat.

e. Minuman yang tidak sesuai minuman yang beralkohol, cola, lemon.

2. Perubahan Pola makan

Kebiasaan diet yang tidak sesuai dapat meningkatkan risiko pembentukan batu. Diet

seharusnya terdiri dari bahan-bahan alami yang direkomendasikan adalah buah

segar, sayuran dan selada, lemak nabati dan susu rendah lemak. Sedangkan yang

Page 17: BAB 1.docx

dibatasi adalah daging, ikan, sosis sebesar 150 gr per hari, sedangkan yang dihindari

adalah lemak dan gula serta garam yang terlalu banyak.

Page 18: BAB 1.docx

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian

3.1.1 Anamnesis Fokus

Keluhan yang didapat dari pasien tergantung pada: posisi atau letak batu, besar

batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan utama adalah nyeri pada pinggang.

Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi

karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam

usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik tersebut

menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari

terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non-kolik terjadi akibat

peregangan kapsul ureter karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ureter.

Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita ke

bawah mendekati kandung kemih, sedangkan pada pria mendekati testis. Bila nyeri

mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri diseluruh area kostovertebral, dan

keluhan gastointestinal seperti mual dan muntah. Diare dan ketidaknyamanan

abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari refleks retrointestinal

dan proksimitas anatomik ureter ke lambung, pankreas, dan usus besar.

Batu yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri yang luarbiasa, akut,

dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien merasa ingin berkemih, namun

hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif

bat. Keluhan ini disebut kolik ureteral.

Respons dari nyeri biasanya didapatkan keluhan gastrointestinal, meliputi

keluhan anoreksia, mual, dan muntah yang memberikan manifestasi penurunan

asupan nutrisi umum.

Pada pengkajian psikososial secara umum akan didapatkan adanya kecemasan

dan perlunya pemenuhan informasi, baik informasi tentang keperluan intervensi

selanjutnya dan informasi tentang praoperatif.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik Fokus

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri

kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, nyeri ketuk pada daerah kosto-

Page 19: BAB 1.docx

vertebra, dan pada beberapa kasus bisa teraba ureter pada sisi sakit akibat

hidronefrosis.

Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuria, retensi urine

dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.

3.1.3 Pengkajian Diagnostik

a. Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya: leukosituria, hematuria, dan

dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.

b. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman

pemecah urea.

c. Pemeriksaan fungsi ureter untuk memonitor penurunan fungsi.

d. Pemeriksaan elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium dalam darah.

e. Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV, urogram, dan USG untuk menilai posisi,

besar, dan bentuk batu pada saluran kemih.

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri kolik berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises,

peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal, nyeri

pascabedah.

b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria

sekunder dari iritasi saluran kemih.

c. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entree luka pascabedah.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah

efek sekunder dari nyeri kolik.

e. Kecemasan berhubungan dengan prognosis pembedahan, tindakan invasif diagnostik.

f. Pemenuhan informasi berhubungan dengan rencana pembedahan, tindakan diagnostik

invasif, ESWL, perencanaan pasien pulang.

3.3 Intervensi Keperawatan

Nyeri kolik b.d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal

saraf efek sekunder dari adanya batu pada ginjal, ureter

Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi

Page 20: BAB 1.docx

Kriteria Hasil:

- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1

(0-4).

- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

- Ekspresi klien relaks.

Intervensi Keperawatan Rasional

Jelaskan dan bantu klien dengan

tindakan pereda nyeri nonfarmakologi

dan noninvasif.

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan

nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan

keefektifan dalam mengurangi nyeri.

Lakukan manajemen nyeri

keperawatan:

- Istirahatkan klien

- Manajemen lingkungan tenang

dan batasi pengunjung

- Beri kompres hangat pada

pinggang

- Lakukan teknik stimulasi

perkutaneus

- Dekatkan orang terdekat

- Ajarkan teknik relaksasi

pernapasan dalam

- Ajarkan teknik distraksi pada

saat nyeri

- Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2

jaringan perifer sehingga akan

meningkatkan suplai darah ke jaringan.

- Lingkungan tenang akan menurunkan

stimulus nyeri eksternal dan menganjurkan

klien untuk beristirahat dan pembatasan

pengunjung akan membantu meningkatkan

kondisi O2 ruangan yang akan berkurang

apabila banyak penngunjung yang berada di

ruangan dan menjaga privasi klien

- Vasodilatasi dapat menurunkan spasme otot

dan kontraksi otot pinggang sehingga

menurunkan stimulus nyeri

- Salah satu metode distraksi untuk

menstimulasi pengeluaran endorfin-

enkefalin yang berguna sebagai analgetik

internal untuk memblok rasa nyeri

- Eksplorasi stimulus eksternal untuk

menurunkan stimulus nyeri

- Meningkatkan asupan O2 sehingga akan

menurunkan nyeri sekunder

Page 21: BAB 1.docx

- Distraksi (pengalihan perhatian) dapat

menurunkan stimulus eksternal dengan

mekanisme peningkatan produksi endorfin

dan enkefalin yang dapat memblok reseptor

nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks

serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri

Kolaborasi dengan dokter, pemberian

analgetik

Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri

akan berkurang

Kolaborasi pemberian antiemetik Menurunkan respons negatif gastrointestinal

sekunder dari nyeri kolik

Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam

Kriteria Hasil:

- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1

(0-4).

- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

- Ekspresi klien relaks.

Intervensi Keperawatan Rasional

Page 22: BAB 1.docx

3.4 Implementasi Keperawatan

Nyeri kolik b.d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal

saraf efek sekunder dari adanya batu pada ginjal, ureter

1. Menjelaskan dan membantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan

noninvasif.

2. Melakukan manajemen nyeri keperawatan

3. Berkolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik

4. Berkolaborasi pemberian antiemetik

Nyeri kolik b.d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal

saraf efek sekunder dari adanya batu pada ginjal, ureter

3.5 Evaluasi

BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan

4.2 Saran

Setelah membaca dan memahami isi makalah ini, diharapkan perawat, mahasiswa calon

perawat atau para pembaca bisa mempelajari dan mengetahui Asuhan Keperawatan Pada

Page 23: BAB 1.docx

Pasien Dengan Batu Ureter. Sehingga bisa menjadi acuan untuk pembelajaran

selanjutnya dalam keperawatan.