bab 1 sampai bab 5.docx

284
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. menurut departemen kesehatan tahun 1991 puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat & memberikan pelayanan secara menyeluruh & terpadu kepada masyarakat di wilyah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Fungsi dari puskesmas yaitu Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya, Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, 1

Upload: fahmibalam

Post on 15-Dec-2015

121 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

wilayah kerjanya.

menurut departemen kesehatan tahun 1991 puskesmas adalah organisasi

kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat

yang juga membina peran serta masyarakat & memberikan pelayanan secara

menyeluruh & terpadu kepada masyarakat di wilyah kerjanya dalam bentuk kegiatan

pokok.

Fungsi dari puskesmas yaitu Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan

Masyarakat di wilayah kerjanya, Membina peran serta masyarakat di wilayah

kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, Memberikan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya.

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan

infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah

kerja Puskesmas.

1

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga

pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan

saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis,

dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan

daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tatalaksana kegiatan

yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian

maajerial di atas bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai

bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang berorientasi kepada kepentingan

masyarakat. Adapun ke depan, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan

teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara

komprehensif dan terpadu.

Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun

fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda.

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan

masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk

kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya.

Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan

Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ).

Salah satu ujung tombak suksesnya pelayanan kesehatan adalah sarana pelayanan

kesehatan strata pertama yaitu puskesmas yang di tanggung jawabi dinas kesehatan

kota medan. Puskesmas berperan dalam upaya baik promotif, prefentif, kuratif, dan

rehabilitatif. Oleh karna itu, dalamrangka membentuk petugas kesehatan yang tidak

hanya piawai dalam bidang kuratif dan rehabilitatif. Tetapi juga dalam bidang

2

prefentif dan promotif, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara menyelengarakan kegiaatan kepanitraan senior klinik (KKS) di dinas kesehatan

kota medan yang kemudian memberi pembekalan bagi peserta KKS untuk melakukan

kegiatan KKS di pukesmas dan desa binaan yang ditentukan kemudian.

1.2. Tujuan Kegiatan

1.2.1. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan program kesehatan di Puskesmas

2. Untuk mengetahui struktur organisasi Puskesmas serta program dari masing-

masing unit yang ada.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk Mengetahui program wajib dan pengembangan Puskesmas Binjai.

2. Untuk Mengetahui sejauh mana program-program tersebut telah berjalan,

melalui data – data yang tersedia di Puskesmas Binjai.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dijumpai dalam

melaksanakan program yang ada di Puskesmas Binjai.

1.3 Prosedur Kerja

1. Pendataan sistem pelaksanaan upaya pokok kesehatan administrasi yang

dilaksanakan di puskesmas melalui :

a. Mencatat data dan laporan laporan yang ada di Puskesmas

b. Melakukan wawancara dengan tenaga kesehatan maupun staf

administrasi puskesmas

2. Melakukan Pengamatan Langsung/Terlibat secara langsung dalam

kegiatan/pelaksanaan di lapangan

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas

2.1.1. Pengertian Puskesmas

Puskemas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di

samping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerja dalam bentuk kegiatan pokok.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004,

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja.

Yang dimaksud dengan :

1. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Yakni suatu unit organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang melakukan tugas teknis operasional dan merupakan unit pelaksana tingkat

pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2. Pembangunan Kesehatan

Adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengertian

4

pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan yang berwawasan

kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta pelayanan kesehatan.

3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan

Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan

kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya

pembangunan kesehatan dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah Kerja

Secara Nasional, standar wilayah Puskesmas adalah satu Kecamatan. Tetapi

apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung

jawab wilayah kerja di bagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan

konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut

secara operasional bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Dari uraian di atas, jelas bahwa Puskesmas adalah satu satuan organisasi yang

diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota unutk

melaksanakan tugas – tugas operasional pembangunan kesehatan di wilayah

Kecamatan.

Adapun pengertian batasan Puskesmas dengan kewenangan kemandirian yang

dimaksud disini adalah Puskesmas yang mempunyai kewenangan sebagai berikut :

Kewenangan menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan sesuai dengan situasi dan kondisi,

kultur budaya dan potensi setempat.

Kewenangan mencari, menggali dan mengelola sumber pembiayaan yang berasal

dari pemerintah, masyarakat, swasta dan sumber lain dengan sepengetahuan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang kemudian dipertanggungjawabkan untuk

ppembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

5

Kewenangan untuk mengangkat tenaga institusi/honorer, pemindahan tenaga, dan

pendayagunaan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya dengan sepengetahuan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Kewenangan untuk melengkapi sarana dan prasarana termasuk peralatan medis

yang dibutuhkan.

2.1.2 Tujuan Puskesmas

Tujuan Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya dalam rangka menwujudkan Indonesia Sehat 2015.

2.1.3. Fungsi Puskesmas

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menyelenggarakan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di

wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

kesehatan. Di samping itu, Puskesmas aktif memantau da melaporkan dampak

kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah

kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan dan pencegahan penyakit

tanpa mengakibatkan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan

dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,

berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

6

pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan

masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,

khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas meliputi :

a. Pelayanan Kesehatan Perorangan

Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

(Private Goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan

pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah

rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat umum atau

Public Goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat

tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, memberantas penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,

keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan

masyarakat lainnya.

7

2.2. Visi dan Misi Puskesmas

2.2.1. Visi Puskesmas

Visi Puskesmas adalah Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan

Dalam menentukan keberhasilan mewujudkan visi tersebut, perlu ditetapkan

indikator kacamatan sehat, antara lain sebagai berikut:

Indikator lingkungan sehat

Indikator perilaku sehat

Indikator Pelayanan Kesehatan yang bermutu

Indikator derajat kesehatan yang optimal

Indikator yang ditetapkan hendaknya mempertimbangkan kaedah sederhana,

mudah diperoleh, mudah diolah, mudah diinterpretasikan, sensitif dan spesifik.

2.2.2. Misi Puskesmas

Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :

1. Membina pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, puskesmas

akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain kesehatan yaitu pembangunan

dampak positif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan

perilaku masyarakat semakin sehat.

2. Mendorong kemandirian bagi keluarga masyarakat yang bertempat tinggal di

wilayah kerjanya, semakin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan

pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang di selenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang

8

memuaskan masyarakat dan mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta

meningkatkan efisiensi pengelolaan dan sehingga dapat dijangkau oleh seluruh

anggota masyarakat.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara mengkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorongan, keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya tanpa diskriminasi dan

dengan menerapkan kemauan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya

pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan mencakup pula aspek lingkungan di

wilayah kerjanya

2.3. Azas dan Upaya Penyelenggara Puskesmas

2.3.1. Azas Penyelenggaraan Puskesmas

Penyelenggara Upaya - Kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan

harus menetapkan azas penyelenggara Puskesmas secara terpadu. Azas

penyelenggara puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas.Dasar

pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi

puskesmas dalam, menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan

wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.

Azas penyelenggara puskesmas yang dimaksud adalah

1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah

Puskesmas, harus bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kedanya, dengan kegiatan antara lain :

a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga

9

berwawasan kesehatan.

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan

masyarakat di wilayah kedanya.

c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diseleggarakkan oleh

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan

tejangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas wajib memperdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar

berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas dengan kegiatan

antara lain :

a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita.

(BKB).

b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD).

c. Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi

(KADARZI).

d. Upaya Kesehatan Sekolah : Dokter Kecil, Penyertaan Guru dan Orangtua/wali

murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren).

e. Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa

Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

f.Upaya Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda.

g. Upaya Kesehatan Kerj a: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).

h. Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu, Tim Pelaksana kesehatan Jiwa Masyarakat

(TPKJM).

i.Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional : Taman Obat Kelarga (TOGA)

10

j.Upaya Pembiayaan Jaminan Kesehatan (Inovatif) : Dana Sehat, Tabungan Ibu

Bersalin (Tabulin), Mobilisasi Dana Keagamaan

3. Azas Keterpaduan

Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya harus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, bermitra dengan BPKM

1 BPP dan organisasi masyarakat lainnya, berkoordinasi dengan lintas sektoral dan

lintas program, agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan sehingga lebih berhasil

guna dan berdaya guna.

4. Azas Rujukan

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pertama, yang bila tidak

mampu mengatasi masalah karena berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan

baik secara vertical ke tingkat yang lebih tinggi, atau secara horizontal ke Puskesmas

lainnya. Ada dua macam rujukan di Puskesmas

a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan.

b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat.

2.3.2. Upaya Penyelenggaraan Puskesmas

Dalam mencapai Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni

terwujudnya Kecamatan Sehat 2015, Puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.

Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan .menjadi dua yakni :

1. Upaya Kesehatan Wajib.

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

11

komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daysa ungkit tinggi

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan harus diselenggarakan

di setiap Puskesmas :

1. Upaya Promosi Kesehatan.

2. Upaya Kesehatan Lingkungan.

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.

5. Upaya Pencegahan dan. Pemberantasan Penyakit Menular.

6. Upaya Pengobatan.

7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang dipilih dari daftar upaya kesehatan

pokok Puskesmas yang telah ada yakni :

1. Upaya Kesehatan Sekolah.

2. Upaya Kesehatan Olahraga.

3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.

4. Upaya Kesehatan Kerja.

5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.

6. Upaya Kesehatan Jiwa.

7. Upaya Kesehatan Mata.

8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.

9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

12

10. Upaya Laboraturium sederhana

2.4. Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas

2.4.1. Kedudukan Puskesmas

Kedudukkan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem

Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah

Daerah :

1. Sistem Kesehatan Nasional

Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana

pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan

upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota

Kedudukan Puskesmas dalam sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai

Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung

jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan

Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya.

3. Sistem Pemerintah Daerah

Kedudukkan Puskesmas dalam sistem Pemerintahan Daerah adalah sebagai unit

pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit

struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat

kecamatan.

13

4. Antara Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan

strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek

dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan

masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan

kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas

terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan-kesehatan berbasis dan

bersumber daya masyarakat seperti: Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos

UKK. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan

berbasis dan bersumber daya masyarakat adalah sebagai pembina.

2.4.2. Organisasi Puskesmas

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari beban tugas masing-masing

Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu Kabupaten/Kota

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangakan penetapannya

dilakukan dengan Peraturan Daerah.

Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai

berikut :

a) Kepala Puskesmas

b) Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas

dalam pengelolaan:

Data dan Informasi

Perencanaan dan Penilaian

14

Keuangan

Umum dan Kepegawaian

c) Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas :

Upaya Kesehatan Perorangan ( UKP)

Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM

d) Jaringan Pelayanan Perorangan :

Unit Puskesmas Pembantu

Unit Puskesmas Keliling

Unit Bidan di Desa/Komunitas

2. Kriteria Personalia

Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas disusuaikan

dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus

untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang

sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup

kesehatan masyarakat.

3. Eselon Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di

tingkat Kecamatan. Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya

peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di

tingkat kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas adalah jabatan struktural

Eselon IV.

Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat

jabatan Eselon IV ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria

15

Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum

pendidikannya mencakup di bidang kesehatan masyarakat, dengan

kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

2.4.3 Tata Kerja Puskesmas

1. Dengan Kantor Kecamatan

Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan kantor

kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat

kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakkan,

pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal

pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh Puskesmas,

koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitas.

2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Dengan demikian secara teknis dari administratif, Puskesmas bertanggung

jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota bertanggung jawab membina serta memberikan bantuan

administratif dan teknis kepada Puskesmas.

3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga

masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerja sama termasuk

penyelenggara rujukan dan membantu kegiatan yang diselenggarakan.

Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,

Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan

sesuai kebutuhan.

16

4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan

Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai

pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan

kerja sama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan

kesehatan perorangan seperti Rumah Sakit ( Kabupaten/Kota) dan Balai

Kesehatan Masyarakat ( Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru, Balai

Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan Kerja Masyarakat, Balai Kesehatan

Olahraga Masyarakat, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Balai Kesehatan

Indra Masyarakat).

Untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan

dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai

Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat.

Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang

menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

5. Dengan Lintas Sektor

Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah

menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk hasil optimal, penyelenggaraan

pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan

berbagai lintas sektor terkait di tingkat Kecamatan.

17

6. Dengan masyarakat

Sebagai penganggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat

sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut

diwujudkanmelalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang

menghimpun berbagai potensi masyarakat serta dunia usaha. BPP tersebut

berperan sebagai mitra Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan

kesehatan.

2.5. Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas bisa satu kecamatan atau sebagian dari wilayah

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik, dan keadaan

infrastruktur lain yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah

kerja puskesmas (Depkes RI, 2006).

Luas wilayah kerja yang masih efektif bagi semua puskesmas di daerah

pedesaan adalah suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah kerja yang

dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3 km (Depkes RI, 2006).

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga

pembagian wilayah kerja puskesmas di tetapkan oleh Bupati/Walikota mendengar

saran teknis dari Kepala Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya/Kepala Dinas

Kesehatan Dati II yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan Provinsi (Depkes RI, 2006).

18

BAB 3

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

3.1. Gambaran Umum Puskesmas Desa Binjai

Puskesmas Desa Binjai pada tanggal 23 Juli 1981 oleh Walikota Madya TK. II,

Sumatera Utara. Puskesmas Desa Binjai terletak di Kecamatan Medan Denai yaitu

terletak di Jalan Seksama No.2 Blok D, Kelurahan Binjai.Jarak Puskesmas dengan

Dinas Kesehatan DATI II berkisar 10 Km, sehingga letak Puskesmas dapat dijangkau

dengan kendaraan beroda 2 atau 4.Wilayah kerja Puskesmas Desa Binjai terdiri dari 1

Kelurahan, dengan jumlah lingkungan 20. Luas wilayah kerjanyan adalah 412,5 ha,

dan jumlah penduduk 53.507 jiwa.

3.2. Visi dan Misi

3.2.1.Visi

“Terwujudnya pelayanan kesehatan 2016”

3.2.2.Misi

Ada empat misi Puskesmas, yaitu :

a) Menggerakkan pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan.

b) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

19

c) Memelihara dan meningkatkan pelayanan bermutu, merata dan

terjangkau.

d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu warga dan

masyarakat serta lingkungan.

3.3. Wilayah Kerja Puskesmas dan Data Umum Puskesmas

Dalam melaksanakan kegiatan Puskesmas Desa Binjai mempunyai wilayah

kerja yang meliputi :

a) Luas wilayah : 412,5 Hektar

b) Jumlah Kelurahan : 1 Kelurahan

c) Jumlah Lingkungan : 20 Lingkungan

d) Jumlah Penduduk : 53.507 jiwa dengan 10.200 KK

3.4. Data Geografis

Secara geografis Puskesmas Desa Binjai berbatasan dengan

Sebelah Barat : Kel. Tegal sari II / Pasar Merah

Sebelah utara : Kel. TS. Madan III/ Kel. Tg. Sari II

Sebelah Selatan : Kel. Siderejo III

Sebelah Timur : Kel. Denai/Kel. Menteng (Sei Denai)

3.5. Data Demografi

Tabel 3.5.1.Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa) %

1. Laki-laki 23.950 44%

20

2. Perempuan 29.557 56%

JUMLAH 53.507 100

Keterangan Tabel 3.5.1

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak

di Kelurahan Desa Binjai adalah perempuan sebesar 29.557 jiwa.

Tabel 3.5.2 Menurut Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja

Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

Kelompok Umur Jumlah Jiwa Persentase

Pendidikan 0 – 3 tahun 6.373 11%

4 – 6 tahun 5.236 9%

7 – 12 tahun 3.269 6%

13 – 15 tahun 6.808 12%

16 – 18 tahun 3.196 5%

> 19 tahun 817 1,5%

Tenaga Kerja 10 – 14 tahun 1.286 2,4%

15 – 19 tahun 3.646 6,8%

20 – 26 tahun 5.401 10%

27 – 40 tahun 4.039 7,5%

57 tahun 16.655 31%

Jumlah 53.507 100%

Keterangan tabel 3.5.2

21

Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk terbanyak pada kelompok

pendidikan di Kecamatan Medan Denai adalah usia 13 – 15 tahun yaitu sebanyak

6.808 jiwa atau 12% sedangkan pada kelompok tenaga kerja yang terbanyak di

Kecamatan Medan Denai adalah usia > 57 tahun yaitu sebanyak 16.655 jiwa atau

31%.

Tabel 3.5.3 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Agama di Wilayah Kerja

Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

No Agama Populasi (Jiwa)

1 Islam 23.280

2 Kristen 9.912

3 Katolik 2.840

4 Budha 30

Keterangan tabel 3.5.3

Berdasarkan tabel diatas penduduk dengan agama terbanyak adalah muslim

berjumlah 23.280 jiwa, kemudian kristen 9.912, katolik 2840 dan buddha 30 jiwa.

Tabel 3.5.4 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian di Wilayah Kerja

Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

No. Keterangan Jumlah Jiwa

1. PNS 1.128

2. TNIIPOLRI 187

3. Wiraswasta 3.135

4. Pensiunan 277

5. Pedagang 831

6. Tani 180

7. Lain-lain 2.024

22

JUMLAH 7.762

Keterangan tabel 3.5.4

Berdasarkan tabel diatas mata pencaharian masyarakat terbanyak di wilayah

Kecamatan Medan Denai adalah wiraswasta yaitu bejumlah 3.135 jiwa.

Tabel 3.5.5 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum dan

Khusus di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun

2014.

Pendidikan Populasi

TK 115

SD 11.785

SLTP 4.475

SLTA 6.827

AKADEMI 1.335

SARJANA 828

Pendidikan Khusus 120

3.6. Tenaga Kesehatan Puskesmas Desa Binjai

Tenaga kesehatan wilayah kerja puskesmas desa Binjai kecamatan Medan Denai

Januari s/d Mei 2015.

1. Dokter Umum : 3 orang

2. Dokter Gigi : 2 orang

3. Bidan : 3 orang

4. SKM (promkes) : 3 orang

5. Perawat : 8 orang

6. Asisten Apoteker : 2 orang

23

7. Tata Usaha : 1 orang

8. Petugas Gizi : 1 orang

9. Analisis : 2 orang

Jumlah : 25 orang

3.7. Tenaga Kesehatan Puskesmas

Tabel 3.5.6. Distribusi Data Pegawai Desa Binjai Kesehatan Kota Medan Tahun 2015

No Nama NIP GOL Keterangan Pendidikan

1 Dr. Fera M. Manalu 197007022002122001 IV A Ka. Puskesmas FK

2Megawati Sitorus,

SKM.197011031993032004 IIIC KTU SKM

3. Dr. Netty Sitorus 197107052002122003 IV A Dokter Poli FK

4 Drg. Dortha Rauli

Nadeak

197202242006042006 III D Dokter Poli Gigi FKG

5. Dr. Rita Dolok Saribu 197504202009042003 IIIC Dokter Poli FK

6. Drg. Sabar Menanti 198106282010012015 IIIB Pengobatan FKG

7. Berliana Sitorus 195906031981032002 IIID SP2TP/kesling SpK

8. Atup Pita Uli Girsang 196002081982082002 IIID Obat/Inventaris Saa

9. Linna 196307061983032005 IIID DBD/Serveilance SpK

10. Machdalena 196008191983032002 IIID Mata/ ISPA SpK

24

11. Herlina.Simatupang 196608101992032003 IIID Deteksi dini/KIA SkM

12.Togi Berliana

Simangunsong197011031993032004 IIID TB Paru AmKeb

13. Sorta Sitorus 196909251994032004 IIIC Jurim SpK

14. Darni 196604111995032001 IIIB Laboratorium/Askes Aak

15.Eva F Juliana, Amk.

Kep198207072005022001 IIIA Diare/SIK Akper

16. Nur Aisyah, S.Kep 198010032005022001 IIIA Usila/UKS Akper

17.Friastian Ningsih,

Amkg198104192010012018 IID Perawat Gigi Akg

18.Tiur ma Roselina Op.

Sunggu Am.Keb197807082011011006 IID Sp2pt/Perkesmas Amkeb

19 Khadijah, Skep. Ns 198111142005022005

20 Reni Sri Ramadhani 198207172011012028

21.Henlida Erpian

Silaen, SKM198203092005022003

22. Rumiati Sinaga 198102272010012023

23 Murni mayang sari 198307042010012028

24Syammasi umarah

sinaga197807082011011006

25

25. Marzuki Ahmad Honorer - Loket D3 MPKS

3.7 Struktur Organisasi Puskesmas Desa Binjai

3.7.1.Fungsi Struktur Organisasi

a. Kepala Puskesmas

Mempunyai tugas pokok dan fungsi yaitu : memimpin, mengawasi, dan

mengkoordinasi kesalahan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan

struktural fungsional.

b. Tata usaha

Melaksanakan administrasi

Pengurusan suporting (kepegawaian)

Perlengkapan

Keuangan

Penanggung jawab

c. Penanggungjawab

Bertanggungjawab atas segala sesuatu kegiatan/program puskesmas:

a) Unit I

Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu melaksanakan kegiatan

26

kesejahteraan ibu dan anak KB dan perbaikan gizi.

b) Unit II

Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu melaksanakan kegiatan

pencegahan dan pemberantasan penyakit khususnya immunisasi,

kesejahteraan lingkungan.

c) Unit III

Mempunyai tiga pokok dan fungsi, yaitu melaksanakan kegiatan

pengobatan rawat jalan dan penyuluhan kesehatan masyarakat.

d) Unit IV

Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu : melaksanakan

kegiatan gigi dan mulut dan usaha kesehatan sekolah.

e) Unit V

Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu: mencatat semua hasil

penyalahan farmasi dan laboraturium.

f) Unit VI

Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu: mencatat semua hasil

penerimaan pengeluaran puskesmas.

3.8. Fasilitas Fisik Puskesmas Desa Binjai

3.8.1. Fasilitas Gedung Puskesmas Permanen

27

3.8.1.1. Sarana Fisik

Puskesmas desa binjai dalam menajalankan kegiatannya didukung oleh

fasilitas fisik, meliputi :

1. Ruangan rawat jalan : 8 Ruangan

2. Ruangan dilengkapi dengan alat kesehatan yang sesuai

3. Mempunyai SPAL atau Sistem Pembuangan Air Lembah

Sarana Fisik yang dimiliki Puskesmas Desa Binjai meliputi

Ruangan kepala puskesmas : 1

Ruang Periksa pasien : 1

Ruang Kartu/Komputer : 1

Ruang Tunggu : 1

Ruang pengobatan gigi dan mulut : 1

Ruang obat/apotik : 1

Ruang KIA/KB/Gizi : 1

Ruang imunisasi : 1

Kamar mandi : 1

Kendaraan roda empat : 1

Kendaraan roda dua : 1

3.8.1.2.Fasifitas Administrasi

Adapun fasilitas administrasi yang dimiliki oleh Puskesmas Desa Binjai :

28

a. Kartu berobat pasien

b. Buku catatan pasien

c. Kartu laporan

d. Kartu laporan terpadu

e. Kartu KIA

f. Lemari/rak buku

g. Stempel

h. Arsip komputer

i. Buku bendahara.

j. Surat rujukan

k. Meja dan kursi

3.8.1.3.Fasilitas Imunisasi

Fasilitas imunisasi yang dimiliki puskesmas desa Binjai

a. Lemari pendingin

b. Alat-alat imunisasi

c. Vaksin seperti : BCG, DPT, Polio, TT, Hepatitis, Campak.

3.8.1.4.Fasilitas Alat-alat

Adapun peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Desa Binjai, antara lain :

1. Alat-alat pemeriksaan pasien, seperti

a. Stetoskop : 3

b. Tensimeter : 2

29

c. Temperatur : 1

d. KIA KIT : 1

2. Alat-alat suntik dan P3K

3. Timbangan bayi dan dewasa

4. Lemari pendingin penyimpanan bahan-bahan imunisasi

3.8.1.5.Fasilitas Obat-obatan

Puskesmas Desa Binjai dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokoknya

memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh perlengkapan obat-

obatan antara lain :

Tabel 3.6. Obat-obatan yang digunakan di Puskesmas Desa Binjai

No Golongan Nama Jenis sediaan Kemasan

I Antibiotik 1. Amoksisilin

Kapsul 250 mg

Sirup kering 125 mg/5 ml

Kapsul

Botol

2. Ampisilin

Kaplet 500 mg

Sirup kering 125 mg/ 5ml

Kapsul

Botol

3. Fenoximetil PenicilinaTablet 250 mg,

500 mgTablet

30

4. Kloramfenikol

Kapsul 250 mg

Salep mata 1%

Tetes telinga 3%

Kapsul

Tube

Botol

5. Cotrimoxazole

Tablet kombinasi

Tablet pediatrik

Suspense

Tablet

Tablet

Botol

6. Tetrasiklin HCL Kapsul 250 mg Tablet

7. OksitetrasiklinSalep mata 1%

Salep 3%

Tube

Tube

2Antiparasit

Antielmentik

1. metronidazole

2. pirentil pamoat

Tablet 250 mg

Tablet 250mg

Basa

Tablet

Tablet

3Analgetik-

Antipiretik

1. Antalgin

2. Paracetamol

3. Asam mefenamat

Tablet 500 mg

Tablet 500 mg

Sirup 125mg /5 ml

Tablet

Tablet

Tablet

Botol

Tablet

4 Kortikosteroid

1. Deksametason

2. Hidrokortison

3. Prednison

Tablet 0,5 mg

5 mg/ml IM

Krim 2,5%

Tablet

Ampul

Tube

5 Vitamin

1. Asam askorbat

(Vit C)

2. Vit K

3. Vit B6

4. Vit B12

Tablet 50 mg

Tablet salut 10mg

Injeksi 10 mg/ml

Tablet 10 mg

Injeksi 500 mg/ml

Tablet

Tablet

Ampul

Tablet

Ampul

31

6. Vit B kompleks

7. Besi (II) sulfat

Injeksi 100 mg/ml

Tablet

Tablet salut

Ampul

Tablet

Tablet

6 Hipnotik/sedative

1. Diazepam

2. Fenobarbital

Tablet 2 mg

Tablet 30 mg

Tablet

Tablet

7 Antitusif/Ekspektoran

1. OBH

2. Dekstrometropan

3. Ambroksol

4. GG

5. Codein HCL

Sirup

Tablet 15 mg

Sirup 10 mg

Sirup 10 mg/5 ml

Tablet 100 mg

Tablet 10 mg

Botol

Tablet

Boto

Botol

Tablet

Tablet

8 Bronkodilator

1. Aminofilin

2. Salbutamol

Tablet 200 mg

Tablet 2 mg

Tablet

Tablet

9 Antihistamin 1. CTM Tablet 4 mg Tablet

10 Antidiabetik 1. Glibenklamid Tablet 5 mg Tablet

11 Antiinflamasi 1. Ibuprofen

2. Piroksikam

Tablet 200 mg

Tablet

Tablet

Tablet

12 Antifungi

1. Griseofulvin

2. Belerang endap

4% + asam

salisilat 2%

Salep Pot

32

13 Antihipertensi1. Nifedipin

2. Captopril

Tablet 10 mg

Tablet 12,5 mg

Tablet

Tablet

14Obat

Kardiovaskular

1. Digoksin Tablet Tablet

15 Obat saluran nafas

1. Gliseril glucolat

2. Natrium carbonat

Tablet 100 mg

Tablet 500 mg

Tablet

Tablet

16 Obat saluran cerna 1. Antasida Tablet Tablet

2. Ranitidin Tablet Tablet

3. Famotidine Tablet Tablet

17 Antiseptik1. Rivanol 0,1%

2. Etanol 70%

Larutan

Larutan

Botol

Botol

18 Diuretik1. HCT

2. Furosemid

Tablet 25 mg

Tablet 40 mg

Tablet

Tablet

19 Antidiare1. Diaform

2. Oralit 200 ml air

Tablet

Serbuk

Tablet

Sachet

20 Antipirai 1. Allopurinol Tablet Tablet

21 Anti emetik 1. MetoclopramideTablet 10 mg

Syr 2mg/5ml

Tablet

Botol

22 Antikolinergik 1. ekstrabeladona Tablet 10 mg Tablet

23 Keratolitik

1. asam benzoat 3%

2. asam salisilat 20% belerang endap 4%

3. salisil perak 2%

Salep Pot

33

ALUR KERJA PELAYANAN DI PUSKESMAS DESA BINJAI

34

STRUKTUR ORGANISASI DI PUSKESMAS DESA BINJAI

35

BAB 4

36

PROGRAM KERJA PUSKESMAS

4.1. Program Dasar dan Program Pengembangan Puskesmas Desa Binjai

4.1.1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Desa Binjai

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat juga membina peran serta

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas

mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat

dalam wilayah kerja.

Fungsi puskesmas adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,

memberdayakan keluarga serta memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Upaya kesehatan wajib puskesmas desa binjai terdiri dari :

1.Upaya promosi kesehatan

2.Upaya kesehatan lingkungan

3.Upaya kesehatan Ibu dan anak serta kesehatan keluarga berencana

4.Upaya perbaikan gizi masyarakat

5.Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6.Upaya pengobatan

7.Upaya Pencatatan & Pelaporan

4.1.2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Desa Binjai

37

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Desa Binjai terdiri dari:

1.Upaya usaha kesehatan sekolah (UKS)

2.Upaya kesehatan olahraga

3.Upaya perawatan kesehatan masyarakat

4.Upaya kesehatan kerja

5.Upaya kesehatan gigi dan mulut

6.Upaya kesehatan jiwa

7.Upaya kesehatan mata

8.Upaya kesehatan usia lanjut

9.Upaya pembinaan pengobatan tradisional

10. Laboratorium Sederhana

4.2. Program Prioritas Puskesmas Desa Binjai

4.2.1. Upaya Promosi Kesehatan

Tujuan meningkatkan kesadaran penduduk akan nilai kesehatan, melalui

upaya promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah

perilakunya menjadi perilaku sehat.

Program promosi kesehatan secara tidak langsung telah dilakukan oleh

Puskesmas Desa Binjai dengan menempatkan poster-poster di dalam ruangan

Puskesmas dan mengadakan penyuluhan di setiap Posyandu maupun di Kelurahan

dan di sekolah-sekolah wilayah.kerja Puskesmas Desa Binjai.

Kegiatan :

38

Mengadakan penyuluhan mengen'ai kesehatan pribadi, kesehatan

lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, posyandu dan sebagainya.

Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster, pamflet dan

brosur.

Pembinaan lansia untuk hidup sehat di dalam kegiatan berupa olahraga.

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)

Pengertian

Posyandu merupakan suatu wadah pusat kegiatan pemberian pelayanan

kesehatan dan KB yang terpadu tingkat desa.

Sasaran

Bayi, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia.

Tujuan

Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.

Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera).

Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih

teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan. Pendekatan

dan pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam usaha

meningkatkan cakupan penduduk dan geografi.

Menurut tingkatnya posyandu dibagi 4 strata:

39

1. Pratama, kegiatan posyandu strata ini belum mantap dan belum teratur tiap

bulannya, juga terbatas dalam kader.

2. Madya, kegiatan posyandu strata ini delapan kali dalam setahun, mempunyai

kader sebanyak 5 orang dengan cakupan yang masih rendah dengan adanya

dana sehat.

3. Purnama, kegiatan posyandu strata ini lebih dari delapan kali dalam setahun

dengan kader lebih dari 5 orang dengan cakupan baik dan telah memiliki

dana sehat.

4. Mandiri, kegiatan posyandu strata ini sebanyak dua belas kali dalam

setahun, jumlah kader lebih dari 5 orang, cakupan baik dan dana sehat sudah

tersedia untuk lebih dari 50% KK.

Pelayanan posyandu dilakukan dengan pola 5 meja, yaitu :

1. Meja I : pendaftaran

2. Meja II : penimbangan bayi dan balita.

3. Meja III : pengisian KMS

4. Meja IV : penyuluhan perorangan

- Mengenai balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan yang diikuti

pemberian makanan, oralit dan vitamin A dosis tinggi.

- Mengenai gizi, kesehatan diri, perawatan payuclara, ASI eksklusif dan

P2P terhadap ibu hamil dan menyusui.

- Menjadi peserta KB lestari, pemberian kondom, pil ulangan atau tablet

busa.

5. Meja V : Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga professional

meliputi KIA, KB, Imunisasi, dan pengobatan dan pelayanan lain sesuai dengan

kebutuhan setempat.

40

Tabel 4.1. Distribusi Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai Tahun

2014

No KelurahanJernis Posyandu

JumlahPratama Madya Purnama Mandiri

1 Desa Binjai - - 22 - 22

Keterangan Tabel 4.1.

Dari tabel di atas, diketahui bahwa :

1. Jumlah seluruh Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Desa Binjai

mencakup satu kelurahan dengan jenis Posyandu purnama.

2. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah Posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Desa Binjai belum mencakupi dengan jumlah balita yang ada

karena. :

1 posyandu melayani : 100 balita

Jumlah balita : 11.235 balita

Jumlah posyandu seharusnya : Jumlah balita

100

= 11.235 = 113 Posyandu

100

Jumlah posyandu yang ada : 22 Posyandu

Jumlah Posyandu yang ada belum mencukupi jumlah balita yang ada di

wilayah kerja puskesmas Medan Binjai : 113-22 = 91 Posyandu.

41

Tabel 4.2. Distribusi Data Posyandu Puskesmas Desa Binjai

No. Kelurahan Nama-Nama Posyandu Alamat

1. Desa Binjai 1. Nusa Indah I Jl. Pelajar Timur

2. Dahlia III Jl. Selamat

3. Melati II Jl. Raya Menteng Gg. Iman

4. Cempaka Jl.Seksama

5. Matahari Jl.Pelajar Gg.Perbatasan

6. Melur I Jl. Raya Menteng Gg.Rahayu

7. Nusa Indah II Jl. Pelajar

8. Anggrek Jl. Pelajar Gg.Mestika

9. Melati IV Jl. Bromo Gg. Pelita

10. Kenanga Jl. Jl. Menteng II Gg. Jermal

XII

11. Cemapaka I Jl. Seksama Gg. Sadar I

12. Dahlia I Jl. Bromo Gg. Ikhlas

13. Melati I Jl. Air Bersih

14. Tekwa Jl.Turi Gg. Pemilu

15. Kenari Jl. Raya Menteng X

42

16. Teratai Jl. Rahayu Menteng XVI

17. Melati III Jl. Menteng II

18. Flamboyan I Jl. Seksama

19. Klinik Dina Jl. Selamat

20. Marquisa ASPOL P.Merah XV

21. Mangga Jl. Raya Menteng

22. Cempaka II Jl. Seksama

Keterangan Tabel 4.2.

Posyandu yang menjadi Unggulan di Kelurahan Desa Binjai adalah posyandu

kenanga yang terletak di Jl. MentengII Gg. Jermal XII .

4.2.2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan

di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya

sanitasi dasar ,pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk

pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.

Kegiatan :

43

1. Penggunaan sumber air bersih dan pembuatan WC yang memenuhi syarat

kesehatan .

2. Higienis dan sanitasi tempat tinggal yang mencakup :

a. Mendata pembuangan sampah dan sarana jamban keluarga.

b. Mendata sarana air minum.

c. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan ( pembatasan

sarang nyamuk dan pemeriksaan jentik berkala).

d. Mendemontrasikan tentang sumur yang baik untuk kesehatan .

Sasaran :

a. Daerah dengan kesehatan air bersih

b. Daerah yang rawan penyakit menular

c. Daerah –daerah percontohan dan pemukiman baru.

d. Tempat – tempat umum seperti terminal ,pasar swalayan ,dan lain-lain

e. Daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan lingkungan yang kotor

(pemukiman kumuh)

Tabel 4.3. Distribusi sarana sumber air, jamban, pembuangan sampah.

Perumahan penduduk, dan pembuangan air limbah penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Desa Binjai

44

No. Sarana Sasaran Target(%) Cakupan %

1. Sumber air(KK)

a. PDAM

b. SGL

c. Pompa Tangan

d. Lain-lain

5350

4256

98

501

100%

100%

100%

100%

5278

4115

50

489

98,65%

96,68%

51,02%

97,60%

2. Jamban (KK)

a. Septi tank

b. Cemplung

c. Lain-lain

9545

287

368

100%

100%

100%

9330

158

290

97,74%

55,05%

78,80%

3. Sarana Pengolahan

sampah (kk)

a. Dikelola pada

kebersihan

b. Lubang sampah

c. Berserakan

7891

2068

241

100%

60 %

60 %

7529

1866

213

95,41%

54,13 %

53,02

4. Perumahan Penduduk

a. Permanen

b. Semi Permanen

c. Darurat

4727

2418

1138

75%

75%

75%

3977

2125

1083

84,56%

87,88%

95,17%

5. Pembuangan air limbah

a. Menggunakan 3470 80% 1766 40,71%

45

SPAL

b. Lancar Tanpa SPAL

c. Menggenang

2993

857

37,07%

10,61%

2125

1083

26,32%

13,40%

Keterangang Tabel 4.3

Berdasarkan table di atas kita lihat upaya kesehatan lingkungan pada

puskesmas Desa Binjai tidak tercapai yang dilihat dari sumber air,jamban , dan

sarana pengelolaan sampah tidak memenuhi target yang telah di tetapkan .

4.2.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

a. Upaya KIA

Pengertian KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan

pemeliharaan ibu hamil,ibu bersalin, bayi dan balita serta anak usia pra sekolah yang

menjadi tanggung jawab puskesmas dalam rangka meningkatkan kesehatan serta

kesejahteraan bangsa pada umumnya.

Sasaran:

Ibu hamil ,ibu bersalin, bayi ,balita,ibu nipas

Anak pra sekolah

Tujuan :

Pemeriksaan ibu pada masa kehamilan ,yaitu :timbang BB,Mengukur TD,

memberi Fe

46

Pemeriksaan imunisasi TT 2x pada ibu hamil ,dan pada bayi adalah

pemberian imunisasi BCG 1x , DPT 3X, Polio 4x, Campak 1x,Hepatitis B 3x.

Mengadakan penyuluhan dan demontrasi tentang menu makanan ibu

hamil ,ibu menyusui serta makanan sehat untuyk bayi dan balita.

Pengarahan dan nasehat tentang perawatan bayi

Pemeriksaan ibu menyusuidan penyuluhan tentang cara menyusui yang baik

dan benar

Mengadakan penimbangan berat badan bayi ,balita dan ibu haamil di

posyandu dan puskesmas

Pemberian imunisasidasar dan ulang

Pendataan Bumil Risti/Kelurahan

Pencatatan dan pelaporan KPKIA

Merujuk pasien ke rumah sakit apabila penyakitnya tidak dapat di tanggulangi

di puskesmas.

Kegiatan:

Pemeriksaan ibu hamil, masa nifas,bayi dan balita

Pemeriksaan dan imunisasi bagi ibu hamil

Pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih

Memberi vitamin A dosis tinggi kepada balita secara gratis setiap 6 bulan

sekali.

Pemberian imunisasi dasar dan ulangan pada bayi dan balita

Memberikan keterangan pada ibu-ibu tentang gizi dan perawatan ibu

hamil,masa nifas dan bayi.

Melakukan operasi penimbangan di lapangan

Tabel 4.4. Cakupan kegiatan program KIA Puskesmas Desa Binjai Tahun 2014

No Kegiatan Sasaran Target Cakupan Ket

47

Angka % Angka %

1. Ibu hamil/KI 1177 1118 95% 1098 93% BelumTercapai

2. Ibu hamil/K4 1177 1118 95% 1055 89% BelumTercapai

3. Deteksi resiko tinggi 0 0 0% 1 -% BelumTercapai

4. Persalinan 1070 963 90% 1037 96% Tercapai

5. Neonatus 1070 963 90% 1037 96% Tercapai

Keterangan tabel 4.4

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa kegiatan program KIA di

Puskesmas Desa Binjai yang tercapai hanya Persalian dan Neonatus ,sedangkan

program lain belum tercapai.

b. Upaya Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah penggunaan cara-cara kesuburan menjarangkan

kelahiran selanjutnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan :

Menaikan kesalahan melalui upaya menjarangkan kelahiran dalam NKKBS.

Sasaran :

PUS,ibu hamil,dan menyusui

Kegiatan KB :

48

1. Memberikan penyuluhan dan penerangan tentang KB dengan usaha-usaha

terpadu

2. Memberikan layanan kontrasepsi pada aseptor KB dalam bentuk pil, IUD,

kondom, suntikan, KONTAP, dan susuk.

3. Menerima aseptor dan calon aseptor yang dirujuk daripos-pos KB dan

posyandu wilayah kerja puskesmas.

4. Motivasi calon aseptor KB agar menjadi motivator KB

5. Melayani konsultasi kemandulan dan konsultasi mantap(KONTAP)

6. Membuat Laporan kegiatan KB bulanan,triwulan ,dan tahunan.

Tabel 4.5. Cakupan KB Puskesmas Desa Binjai Tahun 2014

No. Akseptor KB

Jumlah Total

Baru Lama

1. IUD 12 30 42

2. Pil 61 39 100

3. Suntik 34 34 68

4. Implan 26 13 39

5. Kondom 163 145 304

Keterangan tabel 4.5

Berdasarkan table di atas dapat kita lihat bahwa penggunaan kontrapepsi yang

terbanyak pada tahun 2014 adalah Kondom sebanyak 304

49

c. Upaya Imunisasi

Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan tubuh terhadap

penyakit tertentu.

Sasaran :

Bayi,balita, ibu hamil,anak sekolah,dan pasangan usia subur (PUS)

Tujuan :

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian

2. Mencegah terjadinya cacat pada bayi,anak,bu hamil,dan pencegahan penyakit.

Macam-macam Imunisasi

1. BCG

Fungsi : Menghindari dan membiarkan kekebalan terhadap penyakit TBC pada anak.

Cara Pemberian :

a. Diberikan pada bayi umur 0-11 bulan, diberikan sekali

b. Lokai pemberian pada lengan kanan atas

c. Dengan injeksi SC(subkutan)

d. Dosis

2. DPT

Fungsi :untuk mencegah difteri ,pertusis, dan tetanus

50

Cara pemberian :

a. Diberikan pada bayi umur 2-11 bulan, sebanyak 3 kali

b. Dosis 0,5 dengan interval minimal 4 minggu ,sebanyak 3 kali suntikan

c. Lokasi suntikan dip aha bagian atas

d. Injeksi IM (Intramuskular)

3. Polio

Fungsi : memberikan kekebalan aktif pada penyakit polio

Cara pemberian :

a. Diberikanpada bayi 2-11 bulan,ebanyak 4 kali dengan jarak 4 minggu .

b. Diberikan dengan meneteskan ke dalam mulut.

c. Dosis 2 tetes

4. Hepatitis

Fungsi : Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B.

Cara pemberian :

a. Pada bayi 2-11 bulan ,3 kali dengan jarak 4 minggu,secara injeksi

b. Sekarang ada metode baru dengan unit ject,biasanya diberikan mulai usia 0-7

hari dan diberikan selama 3 kali pemberian.

5. Campak

Fungsi : Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak

51

Cara pemberian :

a. Pada bayi 9-11 bulan,sebanyak0,5 ml denganSC

b. Dapat diberikan mulai umr 6 bulan di susul suntikan 6 bulan kemudian

c. Vaksin terlebih dahulu di rutkan dengan pelarut khusus dengan sehu 2-80c

hanya tahan sampai 8 jam.

Tabel 4.6. Cakupan Kegiatan Program Imunisasi Puskesmas Desa Binjai

Tahun 2014

No. Kegiatan Sasaran

Target Cakupan Ket

Angka % Angka %

1. BCG 1070 1037 97% 1065 99,5% Tercapai

2. Hepatitis B 1070 1037 97% 1063 99,3% Tercapai

3. DPT HBI 1070 1037 97% 1061 99,1% Tercapai

4. DPT.HB2 1070 1016 95% 1057 98,7% Tercapai

5. DPT.HB3 1070 1016 95% 1050 98,1% Tercapai

6. Polio 1 1070 1037 97% 1065 99,5% Tercapai

7. Polio 2 1070 1016 95% 1061 99,1% Tercapai

8. Polio 3 1070 1016 95% 1057 98,7% Tercapai

9. Polio 4 1070 1037 97% 1050 98,1% Tercapai

10. Campak 1070 1037 97% 1059 98,9% Tercapai

Keterangan table 4.6

Berdasarkan table di atas maka dapat dilihat bahwa program imunisasi di

puskesmas Desa Binjai semuanya sudah mencapai target.

52

4.2.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyaakat

Gizi adalah kebutuhan pokok bagi mausia yang sehat,yang didapat dari

makanan yang kita konsumsi . hendaknya makanan yang dikonsumsi mengandung

gizi yang lengkap,beragam dan memenuhi menu seimbang.Makanan yang sederhana

dan gizi yang terkandung didalamnya lebih baik daripada makanan yang mahal dan

banyak tapi rendah nilai gizinya .Usaha perbaikan gizi dilaksanakan dalam setiap

keluarga di Indonesia.Usaha ini bersifat lintas sector yang dilaksanakan oleh

departeme terkait.

Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan

komplit, pada dasarnya dikarenakan oleh keadaan ekonomi yang kurang serta

rendahnya pengetahuan tentang gizi dari bahan-bahan makanan yang ada.

Beberapa kegiatan usaha perbaiakan gizi dipuskesmas desa binjai yaitu :

1. Mendata jumlah balita yang ada di wilayah kerja puskesmas

2. Melakukan survey terhadap keadaan gizi masyarakat terutama gizi balita

3. Melaksanaka pemberian Vitamin A dosis tinggi untuk mencegah defisiensi

vitamin A pada balita setiap februari dan agustus

4. Memberikan penambahan darah untuk mencegah dan mengobat anemia pada

ibu hamil dan menyusui.

5. Melakukan demontrasi menu makanan bergizi dengan harga murah dan

terjangkau di posyandu dan puskesmas.

6. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat untuk memanfaatkan

pekarangan rumah dengan makanan sayuran dan buah-buahan serta

memelihara ternak terutama unggas.

53

Tabel 4.7. Distribusi Upaya Peningkatan Gizi di Puskesmas Desa Binjai Tahun

No Bulan

Balok SKDN N/S

(%)

N/D

(%)

K/S

(%)

D/S

(%)

D/K

(%)S K D N

1. Januari 960 801 601 598 62,2 99,5 83,,4 62,6 75

2. Februari 964 778 558 545 56,5 97,6 80,7 57,8 71,7

3. Maret 970 912 713 681 70,2 95,5 94 73,5 78,1

4. April 880 617 661 622 70,6 92,6 76,2 76,2 98,5

5. Mei 890 769 757 488 54,,8 97,4 86,4 56,2 65,1

6. Juni 898 788 501 632 70,3 93,2 87,7 75,5 86

7. Juli 960 865 678 570 59,3 96,7 90,1 61,3 68

8. Agustus 960 930 589 733 80,5 98,9 96,8 81,3 83,9

9. September 963 830 781 713 74 97,1 86,1 76,2 88,4

10. Oktober 958 877 734 569 59,3 93,4 91,5 63,5 68,6

11. November 958 830 609 680 70,9 96,7 86,6 73,3 84,6

12. Desember 964 881 703 743 77 96,9 91,3 79,4 86,9

Jumlah 11.325 9932 7894 7614 67,23 96,4 87,7 69,7 79,4

Keterangan :

S :Semua balita di wilayah kerja puskesmas

K :Semua balita yang terdaftar dan mempunyai KMS

D :Semua balita yang di timbang di posyandu

N :Semua balita yang naik timbanganya

Dari tabel di atas dapat dilihat dari hasil pencapaian program upaya

peningkatan gizi dimana Target SKDN secara keseluruhan :

Target N/S = Pencapaian Program (Target: 67,23%)

54

Target K/S = Cakupan program (Target: 87,7% )

Target D/S = Partisipasi Masyarakat (Target: 69,7%)

Target D/K = Penggerak (Target: 79,4%)

Target N/D = Keadaan Pertumbuhan balita (Target: 96,4%)

Keterangan Tabel 4.7

1. Efektifitas kegiatan (N/S) pencapaian 67,23%, target 40%,berarti target

tercapai.

2. Cakupan program (K/S) pencapaian 87,7%, target 85%,berarti target tercapai.

3. Peran serta masyarakat (D/S) pencapaian 69,7% target 75%,berarti kurang

5,3% untuk mencapai target.

4. Status gizi (N/D) pencapaian 96,4%,target 80%,berarti mencapai target.

Tabel 4.8. Hasil kegiatan program Gizi Puskesmas Desa Binjai Tahun 2014

No. Kegiatan Jumlah

1.Jumlah anak balita dapat dosis vitamin A dosis tinggi

(200.000 IU)0

2. Jumlah ibu nifas dapat vitamin A dosis tinggi 1

3.Jumlah ibu hamil dapat tablet tambah darah (Fe) 30 tablet

(Fe1)778

4.Jumlah ibu hamil dapat tablet tambah darah (fe) 90 tablet

(Fe3)783

5. Jumlah balita dapat syrup tambah (Fe) botol I 150 cc (Fe Bal 1) 0

6.JUmlah balita dapat syrup tambah darah (Fe) botol II 300

cc(Fe Bal 2)0

7. Jumlah bayi (<1 Tahun) ditimbang 4.191

55

8. Jumlah anak dan balita (1-4 Tahun) ditimbang 9.470

9.Jumlah bayi dan balita dengan berat badan dibawah dosis

merah24

10. Jumlah ibu hamil yang mendapat kapsul yodium 0

11. Jumlah penduduk lainya yang mendapat kapsul yodium 0

12. Jumlah PUS baru yang diukur LILA 2.635

13. Jumlah WUS baru dengan LILA <23,5% 2.265

Keterangan Tabel 4.8.

Berdasarkan table kegiatan bulanan program gizi di puskesmas desa binjai

dapat disimpulkan bahwa program kegiatan gizi tidak berjalan dengan baik, yang

dapat dilihat dari jumlah ibu hamil tidak ada yang mendapat vitamin A ,tidak ada

balita yang mendapat syrup penambah darah(Fe) dan tidak ada penduduk maupun ibu

hamil yang mendapat kapsul yodium.

4.2.5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M)

Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang di pindahkan dari hewan sakit

ataupun benda-benda yang mengandung bibit penyakit lainya ke manusia sehat.

Sasaran : Seluruh lapisan masyarakat

Tujuan :

1. Mecegah terjangkitnya penyakit.

2. Meningkatkan kesehatan yang optimal

3. Menurunkan angka kematian dan kesakitan.

Pemberantasan penyakit menular (P2M) dilaksanakan karena :

56

1. Banyak terjadi penyakit menular yang berhubungan dengan hygiene dan

sanitasi yang buruk misalnya :diare ,sentry,infeksi mata dan cacing.

2. Terdapat penyakit menular perantara vector misalnya: Malaria dan demam

berdarah

3. Masih tingginya penderita penyakit menular yang diturunkan secara langsung

misalnya TB dan ISPA

Kegiatan P2M berupa :

1. Mencari kasus sendini mungkin dan melakukan pengobatan

2. Melaporkan penyakit menular

3. Menyelidiki di lapangan untuk melihat ada tidaknya laporan yang masuk ,

menemukan kasus-kasus untuk mengetahui sumber penularnya.

4. Menyembuhkan penderita hingga sehat,pemberian imunisasi.

5. Pemberantasan vector nyamuk ,pendidikan kesehatan.

Tabel 4.9. Laporan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) di puskesmas Desa

Binjai Periode Januari-Mei 2015

No. Jenis Penyakit Menular Total

1. TB paru 93

2. DBD 21

3. Acute Flaccid Paralysis (AFP) 0

4. Tetanus Neonatorum 0

5. Malaria 0

57

6. Rabies 0

7. Diare(Kolera dan disentri) 340

8. Kusta 0

Keterangan Tabel 4.9

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa pemberantasan penyakit menular

harus lebih ditingkatkan lagi karena masih terlihat angka yang tinggi pada kasus

Diare dan TB paru.

4.2.6 Upaya pengobatan

Kegiatan pokok yang dilakukan adalah pengobatan umum dan gigi.upaya

pengobatan pelayanan kesehatan puskesmas Desa Binjai adalah pengobatan riwayat

jalan yang dilakukan oleh dokter umum,dokter gigi,bidan dan perawat lainya.

Tujuan :

1. Meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat

2. Berkurangnya angka kesakitan dan kecacatan

3. Merujuk penderita ke fasilitas diagnose dan pelayanann yang lebih modern

bila diperlukan atau kerumah sakit.

4. Tabel 4.10. Tabel Data Kesakitan Puskesmas Desa Binjai Periode

Januari-Mei 2015

No. Jenis Penyakit Jumlah

1. ISPA 505

2. Diare 845

3. Penyakit Lain pada saluran pernafasan atas 389

4. Tonsillitis 201

5. Hipertensi 310

58

6. Penyakit Periodental 145

7. Penyakit system otot 196

8. Penyakit kulit/Alergi 97

9. Penyakit Rongga Mulut 70

10. TB paru 93

11. Kecelakaan Ruda Paksa 47

12. Hipotensi 55

13. Infeksi Telinga Tengah 35

14. Penyakit Pada aluran Kencing 12

15. DBD 21

KeteranganTabel 4.10

Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa penyakit yang sering diderita

pada masyarakat yang berada di kelurahan Desa Binjai adalah Diare yaitu sebanyak

845 kasus.

Tabel 4.11. Tabel daftar 10 penyakit Terbesar di puskesmas Desa Binjai Periode

Januari – Mei 2015

No. Jenis Penyakit Jumlah Kasus

1. Diare 845

2. ISPA 505

3. Penyakit Lain pada Saluran Pernafasan Atas 389

4. Hipertensi 310

5. Tonsilitis 201

6. Penyakit Sistem Otot 196

59

7. Pnyakit Periodental 145

8. Penyakit Kulit Alergi 97

9. TB Paru 93

10. Penyakit Rongga Mulut 70

Jumlah 2.851

Keterangan Tabel 4.11

Berdasarkan table di atas penyakit terbesar yang terdapat di puskesmas Desa

Binjai adalah Diare yaitu sebanyak 845 Kasus.

Tabel 4.12. Tabel Laporan Hasil Kegiatan Bulanan Puskesmas Desa Binjai

Periode Januari-Mei 2015

No

.Jenis Kegiatan Jumlah

1.

KUNJUGAN PUSKESMAS

a. Jumlah Kunjungan Puskesmas

b. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan

c. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi

27.344

2.952

386

2.

KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

a. Jumlah Keluarga Yang Menderita Tb Paru yang dibina

b. Jumlah Keluarga Dengan Balita Resti yang dibina

c. Jumlah Keluarga dengan Usia Resti yang dibina

d. Jumlah Keluarga yang Mempunyai Kartu Sehat yang

dibina

0

0

0

0

3. PELAYANAN MEDIK DASAR KESEHATAN GIGI

60

a. Jumlah Pencabutan Gigi tetap

b. Jumlah Murid SD yang Perlu Perawatan Kesehatan

Gigi

c. Jumlah Murid SD yang Mendapat Perawatan Kesehatan

Gigi

d. Jumlah Perawatan Gigi Lainnya

62

131

26

118

4

KESEHATAN PELAYANAN RUJUKAN

a. Jumlah Kunjungan AKSES

b. Jumlah Kunjungan Umum

c. Jumlah Kunjungan GAKIN/Puskesmas

437

1.977

778

Keterangan Tabel 4.12

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa kunjungan masyarakat ke

puskesmas Desa Binjai mulai dari Januari-Mei 2015 yaitu sebanyak 27.344 jiwa.

4.2.7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan adalah bagian dari seluruh usaha kesehatan pokok

yang menjadi tugas dan tanggung jawab puskesmas. Pencatatan ini ditentukan dalam

SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas). Pencatatan didalam

rangka SIK (Sistem Informasi Kesehatan)

Adapun Jenis Laporan yaitu:

61

1. Laporan terpadu puskesmas

2. Laporan obat-obatan

3. Laporan bulanan tentang timbangan bayi

4. Laporan imunisasi

5. Laporan bulanan dan tahunan

6. Laporan rencana kerja bulanan tentang KB

7. Laporan tahunan peralatan yang rusak

8. Laporan tahunan kesehatan gigi

Secara teknis pelaporan yang dilakukan di puskesmas Desa Binjai meliputi :

1. Laporan mingguan

2. Laporan bulanan

3. Laporan triwulan

4. Laporan tahunan

5. Laporan kasus P2M bila terjadi wabah

4.3. Program Pengembangan Puskesmas Desa Binjai

4.3.1 Upaya Kesehatan Sekolah

Tujuan :

a. Untuk mencegah dan mempertinggi nilai kesehatan rehabilitas anak-anak

sehingga sehat jasmani dan rohani.

62

b.Menurunkan angka kesakitan anak sekolah.

c. Mempunyai sikap dan tingkah laku serta kebiasaan yang sehat.

Kegiatan :

a. Memberikan imunisasi DP/TT

b.Perlatihan dokter kecil dan remaja

c. Pemeliharaan berkala

Tabel 4.13. Laporan Program UKS Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan

Denai Perieode November s/d Desember 2014

No. Criteria

Jumlah

Sekolah

Jumlah

Siswa

Jumlah

Guru

UKS

Jumlah

Dokter

Kecil/Besar

Jumlah

Kunjungan

Binaan

1.

Jumlah

SD

14 9632 14 135 23

2.

Jumlah

SLTP

7 4386 7 148 70

3.

Jumlah

SLTA

8 4154 8 299 77

Keterangan tabel 4.13 :

1.Jumlah SD adalah 14 buah.

2. Jumlah SLTP adalah 7 buah.

3. Jumlah SLTA adalah 8 buah.

63

4.Target dokter kecil 10% jumlah murid kelas IV dan V = 10%x3.210 =321

dokter kecil.

Pencapaian 135 orang – 186 orang kecil – tidak tercapai

5.Target Dokter remaja : 10% x jumlah murid SLTP dan SLTA=10% x

8.540=854 dokter remaja

Pencapaina 447 orang – 407 doter remaja – tidak tercapai

6.Target jumlah kunjungan pembinan : 7x/tahun x seluruh sekolah =7x29

=203x/tahun- tercapai.

4.3.2. Upaya Kesehatan Olahraga

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Memberikan penyukuhan kepada masyarakat tentang kesehatan olahraga

b. Mengadakan pembinaandan perlatihan pada lansia berupa senma lansia.

4.3.3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang baik dilakukan dipuskesmas maupun

diluar puskesmas

b. Mencari masyarakat resti dengan adanya desa binaan

c. Pendataan dan pembinaan terhadap tempat-tempat umum

d. Perawatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara home visit

yang bertuuan :

a) Mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan

b) Meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat

c) Agar masyarakat mengerti hidup dan sehat

64

d) Menambah pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

4.3.4. Upaya Kesehatan Kerja

Pengertian kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh tenaga,

kesehatan dalam bidang kesehatan kerja masyarakat baik dalam waktu sakit maupun

sehat guns meningkatkan derajat kesehatan pars pekeda dan keluaranya. Hasil upaya

perawatan kesehatan keda belum ada dikarenakan pengumpulan data belum selesai

dilakukan.

Sasaran : Para pekerja dan keluarganya

Tujuan :

Meningkatkan derajat kesehatan tiap pekerja agar dapat menjalankan fungsinya

seoptimal mungkin di wilayah Puskesmas Desa Binjai. Untuk itu perlu diadakan

pendataan dan penyuluhan bagi pekerja.

4.3.5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Tujuan :

1. Tercapainya derajat kesehatan didi masyarakat yang optimal

2. Meningkatkan kesadaran dan sikap masyarakat dalam kemampuan

pemeliharaan diri dibidang kesehatan gigi dan mencari pengobatan sedini

mungkin.

3. Menurunkan revalensi penyakit gigi banyak diderita masyarakat dengan

upaya perlindungan terutama pada kelompok masyarakat.

4. Berkurangnya fungsi penggunaan atau gangguan mengunyah akibat

kerusakan gigi.

Kegiatan :

65

a. Pemeriksaan dan Pengobatan

b. Rujukan dan konsultasi

c. Penyuluhan kesehatan gigi melalui UKS

Tabel 4.14. Hasil Tahunan Program Gigi Puskesmas desa Binjai Tahun 2014

No

.Kegiatan Kelaian Gigi dan Mulut Total

1 Karies Gigi 14

2 Penyakit gusi dan jaringan periodontal 26

3 Penyakit pulpa dan jaringan perikapikal 146

4 Abses 139

5 Peristensi 103

6 Kelaian Dentofacial termasuk Melokasi 1

7 Stoatis Moniliasis 0

8 Lain-lain 429

Keterangan tabel 4.14:

Berdasarkan table diatas penyakit terbanyak gigi dan mulut di puskesmas Desa

Binjai adalah penyakit pulpa dan jaringan yaitu sebanyak 146 kasus.

Tabel 4.15. Hasil Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Desa Binjai tahun

2014

No

.Jenis Kegiatan Jumlah

1 KUNJUNGAN PUSKESMAS PASIEN GIGI DAN

MULUT533

a. Jumlah Kunjungan AKSES

b. Jumlah Kunjungan Umum

98

180

66

c. Jumlah Kunjumgan Gakin255

2 PELAYANAN MEDIK DASAR KESEHATAN GIGI

a. Jumlah Pencabutan Gigi Tetap

b. Jumlah Murid Sd Yang Perlu Perawatan

Kesehatan Gigi

c. Jumlah Murid Sd Yang Mendapat Perawatan

Kesehatan Gigi

d. Jumlah Perawatan Gigi Lainnya

94

72

320

60

Keterangan Tabel 4.15.

Berdasarkan tabel diatas jumlah kunjungan pasien terbanyak adalah kunjungan

gakin yaitu sebanyak 255 orang.

4.3.6 Upaya Kesehatan Jiwa

Kegiatan yang dilakukan meliputi :

a. Pengenalan dini gangguan jiwa

b. Memberikan pertolongan pertama pada pendrita gangguan jiwa

c. Melakukan rujukan kepada unit yang lebih mampu bila diperlukan

4.3.7 Upaya Kesehatan Mata

Kegiatan yang dilakukan :

a. Dengan UKS penyuluhan kesehatan mata disekolah.

b. Melakukan pengobatan mata yang dapat ditanggulangi

c. Melakukan rujukan kepada unit yang mampu, apabila pengobatan tidak

mampu ditanggulang.

67

Tabel 4.16. Laporan Kunjungan Pasien Mata di Puskesmas Desa Binjai tahun

2014

No. Jenis Penyakit Jumlah

1 Konjungtiva Non Purulenta 98

2 Kelaian Refraksi dan Akomodasi 82

3 Glukoma 0

4 Katarak 2

5 Radang Saluran Air Mata 1

Keterangan Tabel 4.16.

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa penyakit mata yang terbanyak

adalah konjungtiva Non Purulenta

4.3.8 Upaya Kesehatan Usia Lanjut Tujuan:

a. Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatan

b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghayati dan mengatasi

masalah kesehatan usia secara optimal.

Kegiatan :

a. Posyandu lansia

a. Menimbang berat badan

b. Pengukuran tekanan darah

c. Mengukur kadar gula darah

d. Pengobatan

e. Memberikan makanan tambahan, misalnya : bubur kacang hijau, telur.

f. Penyuluhan tentang kesehatan lansia

68

b. Senam lansia

4.3.9. Upaya Pengobatan Tradisioanal

Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Memberikan pembinaan kepada masyarakat pengobatan tradisional antara lain

; dukun patah, dukun beranak, dukun pijat dan tulang jamu

b. Memberikan penyuluhan tentang manfaat lingkungan sebagai bahan untuk

menanam tanaman Obat keluarga (TOGA)

4.3.10. Laboratium Sederhana

Melakukan pemeriksaan laboratoriu sederhana yaitu :

1) Laboratium rutin

- Darah rutin : Eritrosit, Leukosit, Trombosit, Hb, LED, Diftel

- Urin-urin :Ph, warna, reduksi, bilirubin, urobirin, protein, sedimen

- Feses rutin :warna, konsistensi telur cacing, amoeba

2) Laboratium Khusus

- Darah khusus :golongan darah, widal test, malaria test, KGD, dll

- Urin khusus :plano test

- Sputum (BTA)

3) Membuat Laporan Hasil Laboratium

69

BAB 5

LAPORAN KEGIATAN PUSKESMAS

5.1. Laporan Kegiatan di Puskesmas Desa Binjai

No. Hari/Tanggal Jenis Kegiatan

1 Senin, 15 Juni 2015 - Perkenalan dengan Kepala Puskesmas

70

beserta seluruh Staf di Puskesmas Desa

Binjai

2. Selasa, 16 Juni 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

vital sign pasien

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien.

- Membantu di bagian farmasi, memberikan

obat kepada pasien.

- Kegiatan pelayanan posyandu

- Penyuluhan ASI

3. Rabu,17 Juni 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien.

- Membantu pelayanan farmasi

4. Kamis, 18 Juni 2015- LIBUR

5. Jum’at, 19 Juni 2015- LIBUR

6 Sabtu, 20 Juni 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien.

- Membantu bagian farmasi

- Home visit

7. Senin, 22 Juni 2015 - Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

71

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien.

- Membantu bagian farmasi

- Kegiatan pelayanan Posyandu

- Penyuluhan Imunisasi

- Penyuluhan ASI

- Penyuluhan ISPA

8 Selasa, 23 Juni 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien.

- Membantu bagian farmasi

- Kegiatan pelayanan Posyandu

- Penyuluhan Imunisasi

- Home Visit

9. Rabu, 24 Juni 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien.

- Membantu bagian farmasi

- Home Visit

10. Kamis, 25 Juni 2015 - Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien.

72

- Membantu bagian farmasi

11 Jumat, 26 Juni 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien.

- Membantu bagian farmasi

- Penyuluhan TBC

- Gotong royong

12 Sabtu, 27 Juni 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien

- Membantu bagian farmasi

13 Senin, 29 Juni 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien

- Membantu bagian farmasi

14 Selasa, 30 Juni 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien

- Membantu bagian farmasi

15 Rabu, 1 Juli 2015 - Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

73

- Membantu bagian farmasi

- Penyuluhan Penyakit Tidak Menular

- Kegiatan pemeriksaan TD, KGD, Kolesterol,

Asam urat

16 Kamis, 2 Juli 2015

- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa

dan vital sign pasien.

- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu

dokter memeriksa pasien

- Membantu bagian farmasi

- Responsi di Puskesmas

5.1.1. Kegiatan Harian di Puskesmas Desa Binjai

1. Poli Umum

Kegiatan :

Menganamnesa, memeriksa, mendiagnosa dan meresepkan obat untuk

pasien dibawah bimbingan dokter di Puskesmas serta merujuk pasien

untuk pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan di Puskesmas.

Hal yang ditemukan :

74

Fasilitas di ruangan ini memadai.

2. Farmasi

Kegiatan :

Meracik obat dibawah bimbingan apoteker, memberikan dan memberitahu

cara penggunaan obat yang benar kepada pasien.

Masalah :

Jenis obat yang terbatas

Pemecahan masalah :

Menambah jenis obat

3. Poli Gigi

Kegiatan :

Membantu dokter menganamnesa dan belajar dibawah bimbingan dokter.

Hal yang di temukan :

Fasilitas di ruangan ini cukup memadai.

5.1.2 Posyandu Tanggal 16 Juni, 22 Juni, 23 Juni dan 24 Juni

Kegiatan :

Penimbangan Berat Badan, pengukuran tinggi badan dan imunisasi pada

bayi dan balita.

Tujuan :

75

Memberikan imunisasi pada bayi dan balita serta menisi KMS masing

masing.

Tempat :

o Posyandu Tekwa di jalan Turi Gg. Pemilu V

o Posyandu Klinik Dina di jalan Selamat Ling XX

o Posyandu Marquisa di Aspol P. Merah XV

o Posyandu Cempaka II di jalan Seksama Gg. Raja Aceh Ling XIX

o Posyandu Melur II di jalan Raya Menteng Gg. Benteng

Waktu :

Hari Selasa tanggal 17 Juni, 22 Juni, 23 Juni dan 24 Juni 2015. Posyandu

dilaksanakan setiap hari mulai dari tanggal 5-25 di setiap bulannya.

Hasil :

Beberapa orang tua terlihat kooperatif dan mau membawa bayi atau

balitanya datang ke posyandu walaupun sebagian dari mereka tidak ada

jadwal imunisasi pada hari tersebut. Namun beberapa orang tua lain masih

ada yang tidak datang untuk membawa anaknya imunisasi.

Saran :

76

Perlunya penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dan pengetahuan

penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi agar orang tua

lebih yakin untuk membawa bayi/balitanya ke posyandu.

5.1.3. Tuberculosis Day (TB-Day)

Kegiatan :

Memberikan penyuluhan pada semua pasien yang datang ke puskesmas

desa binjai baik pasien TB ataupun tidak.

Tujuan :

Untuk memberikan pengetahuan kepada seluruh masyarakat, pasien

ataupun keluarga terdekat tentang bahaya TB, bagaimana cara pencegahan

dan cara untuk tidak menularkannya ke orang lain. Mengingatkan akan

penting nya minum obat teratur sampai tuntas pada pasien TB dan

memberi pengertian pada keluarga akan pentingnya dukungan dan peran

serta mereka kepada pasien TB yang bertujuan untuk mengurangi angka

kejadian pasien TB.

Waktu dan Tempat

Puskesmas Desa Binjai, Jumat 26 Juni 2015

Hasil :

Walaupun kasus TB masih tergolong banyak di puskesmas desa Binjai,

namun seluruh pasien baik pasien TB ataupun tidak terlihat antusias

memperhatikan penyuluhan yang di berikan.

77

Saran :

Perlunya penyuluhan yang sering dan bermanfaat untuk seluruh

masyarakat agar tetap mengingatkan bahaya dari TB.

5.1.4. Gotong Royong

Kegiatan :

Melakukan gotong royong pada selokan Puskesmas Desa Binjai .

Waktu :

26 Juni 2015

Tujuan :

Meningkatkan rasa gotong royong dan saling kerja sama antara para

pegawai puskesmas Desa Binjai.

Hasil :

Kurangnya alat kebersihan sehingga kebersihan di lingkungan Puskesmas

Desa Binjai kurang terjaga.

Saran :

- Perlu diberikan penyuluhan ataupun ajakan untuk membangkitkan

lagi rasa peran serta masyarakat untuk mau melakukan hidup

bersih dan sehat.

- Perlunya dilakukan gotong royong yang rutin untuk warga.

78

- Tersedianya alat-alat kebersihan yang lengkap.

5.1.5. Home Visit (Kunjungan Rumah)

Kegiatan :

Mengunjungi rumah warga atau pasien yang telah dipilih pada saat pasien

berkunjung berobat ke puskesmas

Tujuan :

Untuk mengetahui lebih spesifik bagaimana proses terjadinya penyakit

pasien, lingkungan rumah, penyakit keluarga dan hal-hal yang

mempengaruhi pola hidup pasien.

Hasil :

Pasien dan keluarga tampak antusias dan ramah pada saat rumahnya

dikunjungi. Pasien dan keluarga tampak lebih leluasa dan tenang dalam

menceritakan penyakit ataupun hal-hal lain yang mengganggu pikirannya.

Saran :

Perlunya dilakukan kegiatan ini untuk lebih mengetahui penyebab

penyakit pasien ataupun keluarga lebih dalam karena semua kegiatan

dilakukan pada unit terkecil yaitu rumah dan keluarga

5.1.6. Penyuluhan Mencuci Tangan Yang Benar.

Kegiatan :

79

o Mengajarkan bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar

kepada anak-anak di Yayasan Panti Asuhan Putera

Muhammadiyah Cabang Medan.

Waktu dan Tempat :

o Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 Juni 2015 di

Yayasan Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Cabang Medan.

Tujuan

o Para anak-anak diharapkan mengetahui bagaimana cara mencuci

tangan dengan baik dan benar untuk di terapkan di kehidupan

sehari-hari..

Hasil :

Anak-anak sangat antusias pada penyuluhan yang diberikan. Para anak-

anak dengan baik mengikuti contoh bagaimana cara mencuci tangan yang

baik.

Saran :

Diharapkan perhatian yang lebih dari para orang tua untuk lebih

mengarahkan anak-anak untuk mencuci tangan dengan baik.

5.1.7. Penyuluhan Penyakit Tidak Menular (Posyandu Lansia)

Kegiatan :

- Memberikan penyuluhan tentang penyakit tidak menular seperti

Hipertensi.

- Melakukan pemeriksaan KGD, kolesterol, Tekanan darah dan Asam urat.

80

Waktu dan Tempat :

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 1 Juli 2015 di Puskesmas

desa Binjai.

Hasil :

Masyarakat terlihat antusias mengikuti penyuluhan dan mengaku sangat

membutuhkan adanya pemeriksaan KGD, asam urat, kolesterol yang

dilakukan.

Saran :

Perlunya diadakan penyuluhan dan kegiatan pemeriksaan ini secara rutin.

5.2 Posyandu

5.2.1 Pengertian Posyandu

Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan dari dua atau lebih

kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.Kegiatan – kegiatan yang

dipadukan khususnya adalah Program KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan

Penanggulangan diare (Anonim, 1991).

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya

merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan

kesehatan, tempat masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB – kesehatan

ibu dan anak (KIA), Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu

dan tempat yang sama (Effendy, 1998).

81

Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi

masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat oleh

masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader

kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim

puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar (Effendy,1998).

5.2.2 Tujuan Posyandu

Tujuan pembentukan posyandu adalah :

a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran

dalam rangka mempercepat terwujudnya keluarga catur warga.

b. Menjadi kebutuhan pokok dan bagian yang tidak terpisah dari kegiatan

masyarakat.

5.2.3 Sasaran Penyelenggaraan posyandu

Sasarannya meliputi :

a. Bayi usia kurang dari 1 tahun

b. Anak balita usia 1 – 5 tahun

c. Ibu hamil, menyusui dan ibu nifas

d. Wanita Usia Subur

5.2.4.Kegiatan Posyandu

Kegiatan posyandu menurut Panca Krida Posyandu ( Effendy,1998) :

a. Kesehatan Ibu dan Anak

b. Keluarga Berencana

82

c. Imunisasi

d. Peningkatan Gizi

e. Penanggulangan Diare Kegiatan gizi di posyandu sebagai bagian dari UPGK

dalam langkah – langkah kebijaksanaan perbaikan gizi merupakan kegiatan

upaya langsung yang meliputi :

Pemantauan pertumbuhan anak balita dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)

melalui penimbangan oleh kader.

Pemberian Makanan Tambahan

Penyuluhan Gizi.

Prosedur pelaksanaan posyandu mengikuti system lima meja atau lima

langkah dasar. Pola pelaksanaan posyandu sistem lima meja dapat dilihat pada

Gambar 1.

SKEMA POLA PELAYANAN POSYANDU

Meja 1

Meja 2

Meja 3

Meja 4

Meja 5

5.2.5 Klasifikasi Posyandu

Klasifikasi posyandu terdiri dari :

a. Posyandu pratama ( warna merah )

83

Pendaftaran Balita dan Ibu Hamil

Penimbangan Balita dan Ibu Hamil

Pencatatan Hasil Penimbangan

Penyuluhan Ibu Balita dan Ibu Hamil

Pelayanan Kesehatan

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,

kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

b. Posyandu Madya ( warna kuning )

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih

dari 8 kali pertahun, dengan rata rata jumlah kadertugas 5 orang atau lebih.

Akan tetapi cakupan program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi )

masih rendah yaitu kurang dari 50%.

c. Posyandu purnama ( warna hijau )

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinyalebih

dari 8 kali pertahun, rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan

cakupan 5 program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi ) lebih 50%.

Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat tetapi

masih sederhana.

d. Posyandu Mandiri ( warna biru )

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secarateratur.

Cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana

sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK

5.3 IMUNISASI

5.3.1. Pengertian

Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan

morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada

84

bayi dan anak. (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi

dan anak denganmemasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti

untuk mencegahterhadap suatu penyakit tertentu.Sedangkan vaksin adalah bahan

yang dipakai untukmerangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam

tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti

vaksin polio.(IGN Ranuh, 2008).

5.3.2. Tujuan imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu

padaseseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok

masyarakat(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti

pada imunisasi cacar variola.Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada

jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria.

Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seeorangdan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau

populasi ataubahkan menghilngkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada

imunisasi cacarvariola.Keadaan yang terakhir lebih mungkin terjadi pada jenis

penyakit yang hanyadapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit

difteria.

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dankematian

dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.Pada saat ini penyakit tersebut

adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan

tuberculosis.

5.3.3 Manfaat Imunisasi

85

Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan

menurunnyaangka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh :

a. Untuk Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan

cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

Mendorongpembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa

anaknya akanmenjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong

penyiapan keluargayang terencana, agar sehat dan berkualitas.

c. Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal

untukmelanjutkan pembangunan Negara.

5.3.4 Imunisasi Dasar pada Bayi

a. Jenis-jenis Imunisasi

Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan

adajuga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana

yang diwajibkan oleh WHO yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis

B. (Hidayat,2005, hal 46). Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang

diberikan pada semua orang, terutama bayi dan balita sejak lahir untuk

melindungi tubuhnya dari penyakit yang berbahaya.Lima jenis imunisasi

dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit

86

yaitu TBC, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campakdan hepatitis B.

Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh adalah:

- Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalanaktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-

paru yang sangatmenular yang dilakukan sekali pada bayi sekali pada bayi

usia 0-11 bulan

- Imunisasi DPT yaitu merupakan imunisasi dengan memberikan

vaksinmengandung racun kuman yang telah dihilangkan racunnya akan

tetapi masihdapat merangsang pembentukan zat anti(toxoid) untuk

mencegah terjadinyapenyakit difteri,pertusis,dan tetanus,yang diberikan 3

kali pada bayi usia 2-11bulan dengan interval minimal 4 minggu.

- Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalanterhadap penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan

kelumpuhan pada kaki,yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan dengan

interval minimal 4 minggu

- Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkankekebalan kekebalan aktif terhadap penyakit campak karena

penyakit ini sangatmenular, yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11

bulan

- Imunisasi hepatis B, adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkankekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit

yang dapat merusakhati, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan,

dengan interval minimal 4minggu cakupan imunisasi lengkap pada anak,

yang merupakan gabungan daritiap jenis imunisasi yang didapatkan oleh

seorang anak. Sejak tahun 2004hepatitis-B disatukan dengan pemberian

DPT menjadi DPT-HB.

5.3.5 Vaksinasi

87

Adalah merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan

paparan dengan antigen yang berasal dari mokroorganisme patogen.Antigen

yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit

namun mampu mengaktivasi limfosit menghasilkan antibody dan sel memori

yang menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup

memberikan kekebalan dengan tujuan memberikan infeksi ringan yang tidak

berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun.

Tabel 2.1 Dosis, Cara pemberian, Jumlah pemberian, Intervensi Dan

waktuPemberian imunisasi

Vaksin Dosis Cara pemberianJumlah

pemberianInterval

Waktu

pemberian

BCG O,05 cc

Intracutan di

daerah musculus

Deltoideus

1 kali - 0-11 bulan

DPT 0,5 cc Intra muscular 3 kali 4 minggu 2-11 bulan

Poliuo 2 tetesDiteteskan ke

Mulut

4 kali4 minggu 0-11 bulan

Hepatitis

B0,5 cc

Intra muscular

pada paha bagian

luar

3 kali 4 minggu 0-11 bulan

Campak 0,5 cc

Subkutan,

Biasa di

lengan kiri atas

1 kali 4 minggu 9-11

5.3.6. Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi

88

Usia Vaksin

0 bulan Hep B 1, BCG, Polio 0

1 bulan Hep B2

2 bulan DPT 1, Polio 1

3 bulan DPT 2, Polio 2

4 bulan DPT 3, Polio 3

6 bulan Hep B 3

9 bulan Campak

5.3.7 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

a. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium

Diphtheriae.Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan.Daya

tular penyakit ini tinggi. Gejala awal penyakit adalah : gelisah, aktifitas

menurun, radangtenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-

3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan

tonsil.Komplikasi difteri berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian.

Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh Hyppocrates pada abad ke-5

SM dan epidemi pertama dikenal pada abad ke-6 oleh Aetius. Seorang anak

dapat terinfeksi difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian

akanmemproduksi toksin yang menghambat sintesis protein seluler dan

menyebabkan destruksi jaringan setempat dan terjadilah suatu selaput/membran

yang dapat menyumbat jalan nafas. Toksin yang terbentuk pada membran

tersebut kemudian diabsorbsi ke dalam aliran darah dan dibawa ke seluruh

tubuh.Penyebaran toksin ini berakibat komplikasi berupa miokarditis dan

neuritis, serta trombositopenia dan proteinuria.

89

b. Pertusis

Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada

saluran pernafasan yang disebabkan oleh Bordetella Pertussis.Penyebaran

pertussis adalah melalui percikan ludah yang keluar dari batuk atau

bersin.Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam, dan batuk

ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk

menggigil yang cepat dan keras.Komplikasi pertusis adalah Pneumania

Bacterialis yang dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2009, hlm.12).Sebelum

ditemukan vaksinnya, pertussis merupakan penyakit tersering yang menyerang

anak dan merupakan penyebab kematian (diperkirakan sekitar 300.000

kematian terjadi setiap tahun). Pertusismerupakan penyakit yang bersifat toxin-

mediated toxin yang dihasilkan melekat pada bulu getar saluran nafas atas akan

melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran

sekret saluran pernafasan, berpotensi menyebabkan sumbatan jalan nafas dan

pneumonia.

C. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang

menghasilkan neurotoksin.Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang,

tetapimelalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam.Gejala awal

penyakit adalahkaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan

menelan, kaku otot perut,berkeringat, dan demam.Pada bayi terdapat juga

gejala berhenti menetek antara 3sampai dengan 28 hari setelah lahir.Gejala

berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.Tetanus dapat

ditemukan pada anakanak, juga dijumpai kasus tetanus neonatal yang bersifat

fatal. Komplikasi tetanus yang sering terjadi antara lain laringospasme, infeksi

nosokomial dan pneumonia ostostatik.

d. Tuberkulosis

90

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacteriumtuberculosa disebut juga batuk darah.Penyakit ini menyebar

melalui pernafasanlewat bersin atau batuk.Gejala awal penyakit adalah lemah

badan, penurunan beratbadan, demam, dan keluar keringat pada malam

hari.Gejala selanjutnya adalah batukterus-menerus, nyeri dada dan mungkin

batuk darah. Gejala lain tergantung padaorgan yang diserang. Komplikasi

tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.

e. Campak

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae

measles.Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk

daripenderita.Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk,

pilek,konjunctivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada muka dan

leher, kemudianmenyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.Komplikasi campak

adalah diare hebat,peradangan pada telinga, dan infeksi saluran nafas

(pneumonia).Prioritas utamauntuk penanggulangan penyakit campak adalah

melaksanakan program imunisasilebih efektif.

f. Poliomielitis

Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh

satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3.

Secara klinispenyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang

menderita lumpuh layu akut(acute flaccid paralysis=AFP). Penyebaran

penyakit adalah melalui kotoran manusia(tinja) yang

terkontaminasi.Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri ototdan

kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit.

g. Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit kuning yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

yang merusak hati.Penularan penyakit secara horizontal yaitu dari darah

danproduknya melalui suntikan yang tidak aman melalui tranfusi darah dan

91

melaluihubungan seksual. Sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu

ke bayi selamaproses persalinan.

PENBINAAN DAN PENCEGAHAN HIPERTENSI SERTA PEMBINAAN

PENYAKIT TB PARU DI PUSKESMAS DESA BINJAI MEDAN

5.4 HIPERTENSI

5.4.1 Pengertian Penyakit Hipertensi

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di

dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko

terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi

diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh

pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan

sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua

puluh per delapan puluh.

Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau

lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan

sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai

140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan

92

diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia

lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan

tekanan darah ; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan

diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara

perlahan atau bahkan menurun drastis.

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak

diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang

terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan

seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki

tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga

dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan

aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga

berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam

hari.

5.4.2 Klasifikasi Penyakit Hipertensi

Normal Dibawah : 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi : 130-139 mmHg 85-89 mmHg (Stadium 1)

Hipertensi ringan : 140-159 mmHg 90-99 mmHg (Stadium 2)

Hipertensi sedang : 160-179 mmHg 100-109 mmHg (Stadium 3)

Hipertensi berat : 180-209 mmHg 110-119 mmHg (Stadium 4)

Hipertensi maligna : 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

5.4.3 Patofisiologi Penyakit Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

93

1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada

setiap detiknya

2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka

tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal

dan kaku karena arteriosklerosis.

3. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu

mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

4. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga

tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume

darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika:

1. aktivitas memompa jantung berkurang

2. arteri mengalami pelebaran

3. banyak cairan keluar dari sirkulasi

maka tekanan darah akan menurun.

5.4.4 Penyebab Penyakit Hipertensi

Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan

keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer.

Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab. Beberapa

perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama

menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

94

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu:

Penyakit ginjal (5-10%)

Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (1-2%)

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,yaitu tumor

pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau

norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif

(malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu

terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres

cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress

telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

Penyakit Ginjal

Stenosis arteri renalis

Pielonefritis

Glomerulonefritis

Tumor-tumor ginjal

Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

Kelainan Hormonal

Hiperaldosteronisme

Sindroma Cushing

95

Feokromositoma

Obat-obatan

Pil KB

Kortikosteroid

Siklosporin

Eritropoietin

Kokain

Penyalahgunaan alkohol

Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

Penyebab Lainnya

Koartasio aorta

Preeklamsi pada kehamilan

Porfiria intermiten akut

Keracunan timbal akut.

5.4.5 Gejala Penyakit Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).

Gejala yang dimaksud adalah :

Sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;

yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,maupun pada seseorang dengan

96

tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,

bisa timbul gejala berikut:

sakit kepala

kelelahan

mual

muntah

sesak nafas

gelisah

pandangan menjadi kabur

yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang

penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena

terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang

memerlukan penanganan segera.

5.4.6 Pengobatan Penyakit Hipertensi

Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan

untuk mencegah terjadinya komplikasi.

1. Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:

a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan

untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.

b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolesterol darah tinggi.

c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau

6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,

magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.

97

d. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.

e. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama

tekanan darahnya terkendali.

f. Berhenti merokok.

2. Pemberian Obat-obatan

Diuretik

Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk

mengobati hipertensi.

Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi

volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.

Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.

Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang

diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.

Diuretik sangat efektif pada:

orang kulit hitam

lanjut usia

kegemukan

penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun

Penghambat adrenergik

Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa blocker, betablocker dan

alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf

simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap

stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah

beta-blocker, yang efektif diberikan kepada:

penderita usia muda

98

penderita yang pernah mengalami serangan jantung

penderita dengan denyut jantung yang cepat

angina pektoris (nyeri dada)

sakit kepala migren.

Angiotensin converting enzyme

Inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara

melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada:

orang kulit putih

usia muda

penderita gagal jantung

penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit

ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik

pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.

Angiotensin-II-bloker

Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip

dengan ACE-inhibitor.

Antagonis kalsium

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-

benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada:

orang kulit hitam

lanjut usia

penderita angina pektoris (nyeri dada)

denyut jantung yang cepat

99

sakit kepala migren.

Vasodilator langsung

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir

selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat antihipertensi lainnya.

3. Kedaruratan Hipertensi

(misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan tekanan

darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan

cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah):

diazoxide

nitroprusside

nitroglycerin

labetalol.

Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa

diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga

pemberiannya harus diawasi secara ketat.

4. Pengelolaan Hipertensi Sekunder

1. Pengobatan hipertensi sekunder tergantung kepada penyebabnya.

2. Mengatasi penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke

normal atau paling tidak menurunkan tekanan darah.

100

3. Penyempitan arteri bisa diatasi dengan memasukkan selang yang pada

ujungnya

4. terpasang balon dan mengembangkan balon tersebut.

5. Atau bisa dilakukan pembedahan untuk membuat jalan pintas (operasi

bypass).

6. Tumor yang menyebabkan hipertensi (misalnya feokromositoma) biasanya

diangkat melalui pembedahan.

5.5 TB Paru

5.5.1 Epidemiologi Penyakit TB Paru

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di

dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan

tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Laporan WHO tahun 2004 menyatakan

bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah

kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di

Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari

jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali

lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk.

Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta

setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar

kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka

mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat

di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens HIV yang cukup tinggi

mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.

101

Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB

setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar

140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu

diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.

5.5.2 Definisi Penyakit TB Paru

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis complex

5.5.3 Biomolekuler M.Tuberculosis

5.5.3.1 Morfologi dan Struktur Bakteri

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,

tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan

panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan

lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis  ialah asam

mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord

factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat

merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan

arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan

fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah

polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang

kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu

apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna

tersebut dengan larutan asam – alkohol.

Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen

lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis dapat

102

diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal

purified antigens dengan berat molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa

yang memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang bervariasi dalam mendiagnosis TB.

Ada juga yang menggolongkan antigen M. tuberculosis dalam kelompok antigen

yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen yang disekresi hanya

dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen 30.000a,protein MTP 40 dan

lain-lain.

5.5.3.2 Biomolekuler

Genom M. tuberculosis mempunyai ukuran 4,4 Mb (mega base) dengan

kandungan guanin (G) dan sitosin (C) terbanyak. Dari hasil pemetaan gen, telah

diketahui lebih dari 165 gen dan penanda genetik yang dibagi dalam 3 kelompok.

Kelompok 1 gen yang merupakan sikuen DNA mikobakteria yang selalu ada

(conserved) sebagai DNA target, kelompok II merupakan sikuen DNA yang

menyandi antigen protein, sedangkan kelompok III adalah sikuen DNA ulangan

seperti elemen sisipan.

Gen pab dan gen groEL masing masing menyandi protein berikatan posfat

misalnya protein 38 kDa dan protein kejut panas (heat shock protein) seperti protein

65 kDa, gen katG menyandi katalase-peroksidase dan gen 16SrRNA (rrs) menyandi

protein ribosomal S12 sedangkan gen rpoB menyandi RNA polimerase.

Sikuen sisipan DNA (IS) adalah elemen genetik yang mobile. Lebih dari 16 IS

ada dalam mikobakteria antara lain IS6110, IS1081 dan elemen seperti IS (IS-like

element). Deteksi gen tersebut dapat dilakukan dengan teknik PCR dan RFLP.

5.5.4 Patogenesis

5.5.4.1 Tuberkulosis Primer

103

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di

jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang

primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja

dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan

peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan

tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis

regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai

kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai

berikut :

  1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)

  2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis

fibrotik, sarang perkapuran di hilus)

2. Menyebar dengan cara :

a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya Salah satu contoh adalah

epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya

bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga

menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat

atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang

tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada

lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.

b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru

sebelahnya atau tertelan.

c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan

dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang

ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat

imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup

104

gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis

Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat

tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan

sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :

- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan

terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,

tuberkuloma ) atau

- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis

primer.

5.5.4.2 Tuberkulosis Post-Primer

Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah

tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer

mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa,

localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis

inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi

sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang

umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini

ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan

mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :

1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat  

2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan

penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan

sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif

kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila

jaringan keju dibatukkan keluar.

105

3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti

akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya

berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).

Kaviti tersebut akan menjadi:

- meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang

pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan

di atas

- memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut

tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi

mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi

- bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti

menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.

Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut

sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).

5.5.5 Klasifikasi TB Paru

5.5.5.1 Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak

termasuk pleura.

1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak  (BTA)    

TB paru dibagi atas:

a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak  menunjukkan hasil

BTA positif

106

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak  menunjukkan BTA positif

dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak  menunjukkan BTA positif

dan biakan positif

b. Tuberkulosis paru BTA (-)

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,

gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis

aktif

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan

biakan M. tuberculosis   2.

2. Berdasarkan tipe pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.

Ada beberapa tipe pasien yaitu :

- Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan

dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu

bulan.

- Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau

pengobatan lengkap, kemudian kembali  lagi berobat dengan hasil

107

pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA

negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi

aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapa kemungkinan :

o Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur,

keganasan dll)

o TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis

yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis

- Kasus defaulted atau drop out

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan

tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum

masa pengobatannya selesai.

- Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau

kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum

akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.

- Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif

setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2

dengan pengawasan yang baik

- Kasus Bekas TB:

Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada)

dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak

108

aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap.

Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang

tidak ada perubahan gambaran radiologi

5.5.5.2 Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain

selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran

kencing dan lain-lain.

Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari

tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen

maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.

 

109

Skema klasifikasi tuberkulosis

110

5.5.6 Diagnosis

5.5.6.1 Gambaran Klinik

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,

pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan

penunjang lainnya

5.5.6.2 Gejala klinik

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal

dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah  paru maka gejala lokal ialah

gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)

  1. Gejala respiratorik    

  - batuk > 2  minggu

  - batuk darah

  - sesak napas

  - nyeri dada

Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai

gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada

saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka

pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi

bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

111

  2. Gejala sistemik    

 - Demam

 - Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat

badan menurun

3. Gejala tuberkulosis ekstraparu

Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya

pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri

dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala

meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan

kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

5.5.6.3 Pemeriksaan Jasmani

Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ

yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan

struktur paru.  Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau

sulit sekali) menemukan kelainan.  Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah

lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah

apeks lobus inferior (S6).  Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain

suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda

penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari

banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi

suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

112

Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,

tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di

daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”

Paru : apeks lobus superior dan apeks lobus inferior

5.5.6.3 Pemeriksaan Bakteriologik

  a. Bahan pemeriksasan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai

arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis.  Bahan untuk pemeriksaan

bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan

bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL),

urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).

b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):

  - Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

113

  - Pagi ( keesokan harinya )

  - Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)

    atau setiap pagi 3  hari berturut-turut.    

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung

dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir,

tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat

dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.

Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau

untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml

sebelum dikirim ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada

gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium,

harus dipastikan telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir

permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh

dari klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas

saring melalui jasa pos.

Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:

- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar

terlihat bagian tengahnya

- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian

tengah dari kertas saring sebanyak +  1 ml

- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi

pada satu ujung yang tidak mengandung bahan dahak

- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat

yang aman, misal di dalam dus

114

- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam

kantong plastik kecil

- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan

melidahapikan sisi kantong yang terbuka dengan menggunakan

lidi

- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal

pengambilan dahak

- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke

alamat laboratorium.  

c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.

Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura,

liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar

/BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara

  - Mikroskopik

  - Biakan

Pemeriksaan mikroskopik:   

Mikroskopik biasa        :    pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopik fluoresens:     pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk

screening)

lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :

- 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif ® BTA positif

- 1 kali positif, 2 kali negatif ® ulang BTA 3 kali, kemudian

- bila 1 kali positif, 2 kali negatif ®  BTA positif

- bila 3 kali negatif ® BTA negatif

115

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi

WHO).

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :

- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang

ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)

- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

Pemeriksaan biakan kuman:   

Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara :

- Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh

- Agar base media : Middle brook Melakukan biakan dimaksudkan untuk

mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium

tuberculosis dan juga Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Untuk

mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat

cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun

pencampuran dengan cyanogen bromide  serta melihat pigmen yang timbul

5.5.6.4 Pemeriksaan  Radiologik

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto

lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis

dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).  Gambaran

radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

116

- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior  lobus atas paru

dan segmen superior lobus bawah

- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau

nodular

- Bayangan bercak milier.

- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)    

- Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif

- Fibrotik

- Kalsifikasi

- Schwarte atau penebalan pleura

Luluh paru  (destroyed Lung ) :

- Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,

biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologi luluh paru

terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit

untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran

radiologi tersebut.

- Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses

penyakit

- Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat

dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :

- Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan

luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas

chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari

vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai

kaviti

- Lesi luas, Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

117

5.5.6.5 Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.

Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat

mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.

    1. Pemeriksaan  BACTEC

Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode

radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian

menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya  oleh mesin ini. Sistem ini

dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan. Bentuk lain teknik ini adalah

dengan menggunakan  Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).

    2. Polymerase chain reaction (PCR):

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,

termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini

adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai,

kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya.. Hasil pemeriksaan PCR

dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut

dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar  internasional. Apabila hasil

pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang ke arah

diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk

diagnosis TB. Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstraparu sesuai dengan  organ yang

terlibat.

118

3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:     

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

   Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons

humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik

ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.

b. ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji

serologi untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT  merupakan

uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran

sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut

diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran immunokromatografik (2

antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang

akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum

akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung antibodi IgG

terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit

terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran.

c. Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini

menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat

yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum

pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam

jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan

warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah.

119

d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang

terjadi. Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para

klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi

yang terdeteksi.

e. Uji serologi yang baru / IgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik  untuk Mycobacterium tuberculosis. Uji IgG

berdasarkan antigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16 kDa  dan

kombinasi lainnya akan menberikan tingkat  sensitiviti dan spesifisiti yang dapat

diterima untuk diagnosis. Di luar negeri, metode imunodiagnosis ini lebih sering

digunakan untuk mendiagnosis TB ekstraparu, tetapi tidak cukup baik untuk

diagnosis  TB pada anak.Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis.

5.5.6.6 Pemeriksaan Penunjang lain    

1. Analisis Cairan Pleura

Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu

dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.

Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta

positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit

dominan dan glukosa rendah

120

2. Pemeriksaan histopatologi jaringan

Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB.

Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat

diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu :

- Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)

- Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen

Silverman)

- Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan

bronkoskopi, trans thoracal needle aspiration/TTNA, biopsi paru terbuka).

- Otopsi

- Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan

dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi

untuk dikultur serta sediaan yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.

3. Pemeriksaan darah

  Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik

untuk tuberkulosis.  Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat

digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada

proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis.

Limfositpun kurang spesifik.

4. Uji tuberkulin

Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di

Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu

diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa.  Uji ini akan mempunyai

makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositivan dari uji yang didapat

121

besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil

negatif.

Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa

122

5.5.7 Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)

dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.  Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan

obat utama dan tambahan.

5.5.7.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat yang dipakai:  

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

- INH

- Rifampisin

- Pirazinamid

- Streptomisin

- Etambutol

Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):

- Kanamisin

- Amikasin

- Kuinolon

- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam

klavulanat 

Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :

        o       Kapreomisin

        o       Sikloserino      

        o       PAS (dulu tersedia)

123

        o       Derivat rifampisin dan INH

        o       Thioamides (ethionamide dan prothionamide)  

Kemasan    

- Obat tunggal,Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, rifampisin,

pirazinamid dan etambutol.

- Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination – FDC)

- Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet.

Dosis OAT

Jenis dan dosis OAT

O

bat

Dosis

(Mg/Kg

BB/

Hari)

Dosis yg dianjurkan DosisMak

s (mg)

Dosis (mg) / berat

badan (kg)

Haria

n

(mg/

kgBB

/ hari)

Intermitten

(mg/Kg/BB/kali

)

< 40 40-

60

>60

R 8-12 10 10 600 300 450 600

H 4-6 5 10 300 150 300 450

Z 20-30 25 35 750100

0

150

0

E 15-20 15 30 750100

0

150

0

S 15-18 15 15 1000Sesua

i BB750

100

0

124

Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting

untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant

tuberculosis). Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB

merupakan prioriti utama WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung

Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal

dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada tahun 1998. Dosis

obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel.

Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:

1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal.

2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan

pengobatan yang tidak disengaja.

3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang

benar dan standar.

4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit

5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan

penggunaan monoterapi

Dosis obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap

BB

Fase intensif Fase lanjutan2 bulan 4 bulan

Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu

RHZE

150/75/400/275

RHZ

150/75/400

RHZ

150/150/500

RH

150/75

RH

150/150

30-37

38-54

2

3

2

3

2

3

2

3

2

3

125

55-70

>71

4

5

4

5

4

5

4

5

4

Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis

yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk

dalam batas dosis terapi dan non toksik.Pada kasus yang mendapat obat kombinasi

dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah

sakit/dokter spesialis paru / fasiliti yang mampu menanganinya.

5.5.7.2 Efek Samping OAT  

Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek

samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu

pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama

pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat (terlihat pada tabel 4),

bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian

OAT dapat dilanjutkan.

  1. Isoniazid (INH)  

Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek

samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu

pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama

pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat (terlihat pada tabel 4),

bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian

OAT dapat dilanjutkan.

  2. Rifampisin  

126

Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan

simptomatis ialah :

- Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang

- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-

kadang diare

- Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan.

Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :

- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop

dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus

- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu

dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan

lagi walaupun gejalanya telah menghilang

- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas. Rifampisin dapat

menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata dan air liur.

Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak

berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti

dan tidak perlu khawatir.

  3. Pirazinamid  

Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai

pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan

kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan

disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi

reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.

127

  4. Etambutol  

Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya

ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan

okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya

15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu.

Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat

dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan

okuler sulit untuk dideteksi

  5. Streptomisin  

Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan

dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan

meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko

tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala

efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan

keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau

dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat

keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli). Reaksi

hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit

kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang

terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi

segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi

0,25gr. Streptomisin dapat menembus sawar plasenta sehingga tidak boleh diberikan

pada perempuan hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.

128

Efek samping OAT dan Penatalaksanaannya

Efek samping Kemungkinan

Penyebab

Tatalaksana

Minor OAT diteruskan

Tidak nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin Obat diminum malam

sebelum tidur

Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin

/allopurinol

Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki INH Beri vitamin B6

(piridoksin) 1 x 100

mg perhari

Warna kemerahan pada air seni Rifampisin Beri penjelasan, tidak

perlu diberi apa-apa

Mayor Hentikan obat

Gatal dan kemerahan pada

kulit

Semua jenis OAT Beri antihistamin dan

dievaluasi ketat

Tuli Streptomisin Streptomisin

dihentikan

Gangguan keseimbangan

(vertigo dan nistagmus)

Streptomisin Streptomisin

dihentikan

Ikterik / Hepatitis Imbas Obat

(penyebab lain disingkirkan)

Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT

sampai ikterik

menghilang dan boleh

diberikan

129

hepatoprotektor

Muntah dan confusion

(suspected drug-induced pre-

icteric hepatitis)

Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT

dan lakukan uji fungsi

hati

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol

Kelainan sistemik, termasuk

syok dan purpura

Rifampisin Hentikan rifampisin

 

130

KUISIONER HIPERTENSI DAN TB PARU

DI PUSKESMAS DESA BINJAI MEDAN

2015

Biodata Pasien.

NAMA :

UMUR :

ALAMAT :

PENDIDIKAN :

PEKERJAAN :

1. Apakah bapak/ibu tahu tentang TB paru ?

a. Tidak tahu

b. Penyakit menular

2. Apakah penyebab penyakit TB paru ?

a. Tidak tahu

b. Kuman TB (Microbacterium Tuberculosis)

131

3. Sebutkan tanda-tanda penyakit TB paru ?

a. Tidak tahu

b. Batuk berdahak selama 3 minggu/lebih, batuk berdahak bercampur

darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu makan

berkurang, berat badan terasa turun, sering berkeringat malam

4. Menurut saudara bagaimana penularan penyakit TB paru ?

a. Tidak tahu

b. Menyebar ke udara ketika penderita batuk/bersin, kemudian kuman

TB terhirup masuk kedalam paru-paru

5. Berapa lama jika penderita TB paru harus minum obat ?

a. Tidak tahu

b. Minimal 6 bulan

6. Setelah 2 minggu minum obat merasa sembuh, apakah boleh berhenti minum

obat TB paru?

a. Boleh

b. Tidak boleh

7. Bagaimana cara pencegahan penularan TB paru ?

a. Tidak tahu

b. Penderita tidak meludah sembarangan, penderita menutup mulut pada

saat batuk/bersin, mengupayakan sinar matahari masuk kedalam

rumah

8. Penyakit hipertensi merupakan penyakiit tekanan darah tinggi?

a. Benar

b. Salah

9. Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah ke

pelayanan kesehatan yang terdekat?

a. Benar

b. Salah

132

10. Membatasi makanan berlemak salah satu usaha untuk mencegah tekanan

darah tinggi ?

a. Benar

b. Salah

11. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan tekanan darah

meningkat ?

a. Benar

b. Salah

12. Selain mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah tekanan

darah tinggi adalah olah raga secara teratur?

a. Benar

b. Salah

13. Menjauhi diri dari stress adalah salah satu cara untuk mencegah tekanan darah

tinggi ?

a. Benar

b. Salah

14. Merokok dan minum alcohol merupakan penyebab timbulnya penyakit

tekanan darah tinggi ?

a. Benar

b. Salah

15. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola

makanadalah usaha mencegah penyakit tekanan darah tinggi ?

a. Benar

b. Salah

16. Menjaga berat badan dalam kisaran normal bias mengurangi resiko terjadinya

penyakit tekanan darah tinggi ?

a. Benar

b. Salah

133

TINDAKAN

No Pernyataan Melakukan Tidak

melakukan

1 Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap saya

merasakan gejala

2 Saya tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung

kolestrol tinggi seperti daging merah, gorengan, jeroan

3 Saya mengkonsumsi setidaknya lima porsi buah dan

sayuran segar setiap hari

4 Saya selalu minum obat anti hepertensi secara teratur jika

tekanan darah tinggi

5 Saya selalu meluangkan waktu untuk istirahat walaupun

pekerjaan menumpuk

6 Saya berolahraga secara teratur untuk mengontrol tekanan

darah

7 Saya tidak mengkonsumsi minuman keras seperti anggur,

134

tuak, dan bir bila sedang mempunyai masalah yang berat

ataupun tidak mempunyai masalah

8 Saya mengurangi kebiasaan merokok dan konsumsi

makanan yang mengandung garam tinggi untuk

menghindari kekambuhan tekanan darah tinggi

9 Saya mengusahakan mengadakan rekreasi setelah

mengerjakan pekerjaan yang berat.

10 Saya akan mengontrol emosi saya jika sedang marah atau

banyak pikiran.

Hasil :

Dari 14 kuisoner yang dibagikan kepada pasien, disimpulkan bahwa:

Pasien mengerti dan memahami

o apa itu penyakit TB Paru

o apa penyebab TB Paru

o tanda-tanda penyakit TB Paru

o Bagaimana cara penularan penyakit TB Paru

o Berapa lama pengobatan penyakit TB Paru

Pasien mengerti dan memahami

o Apa itu penyakit Hipertensi

o Apa penyebabnya dan factor resiko penyakit Hipertensi

135

o Bagaimana pencegahan penyakit Hipertensi

o Bagaimana pengobatan penyakit Hipertensi

Pasien mengerti dan memahami

o Pentingnya menjaga gaya hidup sehat

o Pentingnya konsumsi buah dan sayuran yang cukup

o Pentingnya olahraga yang teratur

o Pentingnya menghindari rokok dan minuman beralkohol

o Pentingnya menghindari stress dan mengontrol emosi

136

HOME VISITE 1

1.1. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.1.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Tn.

Rahmad Efendi :

Tabel1.1.DaftarAnggotaKeluarga yang TinggalSerumah

NamaKedudukan

Dalam Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.

Rahmad

EfendiKepalaKeluarga Laki-laki 82 hn SD Wiraswasta -

Sriwarsih Istri Perempuan 73 thn SDIbu Rumah

TanggaPenderita

Ridwan Anak Laki- laki 52thn SD Supir -

Irwan Anak Laki-laki 34thn SMA Wiraswasta -

Rahmayani Menantu Perempuan 30 thn SMAIbu Rumah

Tangga-

1.1.2 BENTUK KELUARGA

137

Dari table diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti

(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan

bahwakeluargainti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling

ideal. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan menantu

tinggal dalam satu rumah, dimana anak adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu

rumah tangga.

1.1.3 GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

= Laki=laki sehat

= Perempuan sehat

= Perempuan sakit

138

PenderitaSuami Penderita

1.2 STATUS PENDERITA

1.2.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Sriwarsih

Umur : 73 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Jl.H.M Nawi. Gang Keluarga

Status : Menikah

139

BAGIAN 2

HOME VISIT

Tanggal Home Visit : 24 juni 2015

Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

1. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak

- Penggunaan alat bantu Ya Tidak

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak

- Gangguan sensoris Ya Tidak

2. Nutrisi

Makanan : Pasienmakan 3x/hari, denganlauk

paukberupaikandansayur, konsumsi

buahjarang.

Variasi dan kualitas makanan

140

Dapur :

o Beras : Beras bulog

o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll

o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 2 minggu sekali),

Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)

o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang

o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang

dikonsumsi oleh keluarga ini)

Kulkas : Ada

Status nutrisi :

BeratBadan : 50 kg

TinggiBadan : 151cm

Kesan : Normoweight

Konsumsi alkohol Ya Tidak

3. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Baik

Eksterior rumah :

o Atap : Seng

o Pintu rumah : Kayu

o Dinding Rumah : Batu 1/2 ( bawah) papan dan triplek (atas)

o Jendela : Jerjak besi denganjendelakacabertingkat

o Ventilasi : daripintudanjendela

141

o Halaman : tidakada, hanyateras.

Interior rumah :

o Kepadatan : Terlalu padat

o Kebersihan : Cukup Baik

o Kenyamanan : cukupnyaman

o Privasi : Ada

o Hewan peliharaan : Tidak ada

o Buku-buku : Ada

o Televisi : Ada

o Pernak-pernik : Ada

4. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak

Semangat hidup Ya Tidak

Sumber penghasilan : Dari pekerjaananakpenderita yang bekerja

Sebagai supir dan wiraswasta.

Sikap pasiendankeluarga : Menyambut dengan ramah dan baik

5. Medikasi

Obat resep Ya Tidak

Obat non-resep Ya Tidak

Suplemen diet Ya Tidak

142

Obat tertata rapi Ya Tidak

Kepatuhan minum obat Ya Tidak

6. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

Berat Badan : 50 Kg Tinggi Badan : 151 cm

Tekanan darah : 140/80 mmHg

a. Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : Nyeri pada kedua lutut.

Telaah : Pasien mengeluhkan nyeri pada kedua lutut sejak 1

tahun ini.pertama lutut kanan lalu tak lama kemudian lutut kiri juga nyeri dan

makin lama makin berat.nyeri kedua lutut terutama dirasakan ketika

beraktivitas dan mereda ketika istirahat. Keluhan Nyeri kedua lutut pada

kedua lutut ketika bangun tidur di pagi hari atau ketika sedang beristirahat.

Pasien juga sering merasa kaku ketika duduk lama. Pasien juga sering merasa

kram pada kedua kaki pada malam hari terutama saat udara dingin.

b. Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi (-), Diabetes mellitus (-),

Trauma/Jatuh (-), Maag (+)

c. Anamnesis RiwayatPemakaianObat : Tidak ada

d. Riwayat Keluarga : Tidak ada yang mengalami hal serupa

e. Riwayat Pribadi :

143

Anamnesis RiwayatKelahiran : Pasien lahir normal dengan oleh bidan

kampung.

Anamnesis Makanan : Pasienmakan 3x/hari, denganlauk

Pauk berupa ikan dan sayur konsumsi

buah jarang.

Sikap : Pasien cukup aktif

f. Riwayat Lingkungan :

Pasien tinggal dengan suami,kedua anaknya dan menantu. Di rumah pasien

yang hanya ada dua kamar yaitu satu kamar tidur untuk pasien dan suaminya,

dan satu lagi kamar untuk anak yang sudah berumah tangga, satu ruang

keluarga yang bersamaan dengan ruang tamu dan ruang makan, satu dapur

dan satu kamar mandi. Sirkulasi udara kurang baik karena kamar tidak ada

jendela, pencahayaan cukup, kebersihan kurang..

g. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, RC (+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,

144

sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada

kedua lapangan paru

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

perut, peristaltik (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Teraphi : - Ibuprofen : 3 x 200 mg /hari

- Omeprazole: 1x 20 mg/hari

- Vitamin B complex : 3 x 1 tab

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : Cukup bersih

Dapur : kurang layak, hanya ada satu kompor dengan

alat dapur yang minimal. Alatdapur di simpan di

dinding kamar mandi/sumur.

Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)

Pencahayaan : Cukup

Listrik : Ada

Tangga : Tidak ada

145

Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, TV

dll

Sumber air : Sumur Timbah

AC/Kipas angin : Ada

Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada

146

HOME VISITE 2

1.2. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.2.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny.

Ngatiem :

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Nama

Kedudukan

Dalam

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.

SuwarnoKepala

KeluargaLaki-laki 73 thn SD Pedagang

Ngatiem Istri Perempuan 68 thn SDIbu Rumah

TanggaPenderita

Ari

WibowoAnak Laki-laki 46 thn SMA

Kuli

bangunan

Reni

SusantiAnak Perempuan 43 thn SMA

Ibu rumah

tangga

147

1.2.3 BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti

(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa

keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu

rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.

1.2.4 GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

= Laki=laki sehat

= Perempuan sehat

= Perempuan sakit

148

Suami penderita Istri Penderita

Anak Penderita

1.3 STATUS PENDERITA

1.3.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ngatiem

Umur : 69 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku/Bangsa : jawa/Indonesia

Alamat : JL. HM. Nawi harahap

Status : Menikah

149

BAGIAN 2

HOME VISIT

Tanggal Home Visit : 24 April 2015

Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

7. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak

- Penggunaan alat bantu Ya Tidak

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak

- Gangguan sensoris Ya Tidak

8. Nutrisi

Makanan : Pasien makan 2x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan,,dan sayur, konsumsi

buah belimbing, pisang, pepaya.

Variasi dan kualitas makanan

Dapur :

o Beras : Beras bulog

o Ikan : ikan gembung, ikan gabus, ikan Teri, ikan Asin dll

o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 2 bulan sekali),

Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)

150

o Sayur : Daun Ubi, Kol, Wortel, Sawi, Kentang, Genjer

o Buah : belimbing, pisang, pepaya (namun buah jarang

dikonsumsi oleh keluarga ini)

Kulkas : Tidak ada

Status nutrisi :

Berat Badan : 85 kg

Tinggi Badan : 162 cm

IMT : BB/TB(m)² = 32,4

Kesan : obase tipe II

Konsumsi alkohol Ya Tidak

9. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Kurang baik

Eksterior rumah :

o Atap : Seng

o Pintu rumah : Kayu

o Dinding Rumah : Batu

o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain

o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu

o Halaman : ada

Interior rumah :

o Kepadatan : Tidak terlalu padat

o Kebersihan : Cukup Baik

151

o Kenyamanan : nyaman

o Privasi : Ada

o Hewan peliharaan : Tidak ada

o Buku-buku : Ada

o Televisi : Ada

o Pernak-pernik : Ada

10. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak

Semangat hidup Ya Tidak

Sumber penghasilan : Dari berdagang

o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada

Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik

11. Medikasi

Obat resep Ya Tidak

Obat non-resep Ya Tidak

Suplemen diet Ya Tidak

Obat tertata rapi Ya Tidak

Kepatuhan minum obat Ya Tidak

12. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

152

Berat Badan : 85 Kg Tinggi Badan : 162 cm

Tekanan darah : 150/100 mmHg

h. Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : Sakit kepala

Telaah : Os mengeluh sering sakit kepala sejak 5 bulan ini. Dan

memberat setelah baru bangun tidur. Os juga merasa sakit kepala menjalar

dari tengkuk sampai bahu. Sesak nafas (-), batuk (-), mual (-), muntah (-),

penurunan berat badan (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal. Riwayat sakit

darah tinggi (+) sejak ± 10 tahun yang lalu, dengan tekanan darah tertinggi

180/120 mmHg dan Os tidak teratur minum obat darah tinggi.

i. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

j. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat

Pasien mengkonsumsi captopril

k. Riwayat Keluarga : DM (-), Hipertensi (+)

l. Riwayat Pribadi :

Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu

oleh bidan desa.

Anamnesis Makanan : Pasien makan 2x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur konsumsi

buah jarang.

Sikap : Pasien cukup aktif

153

m. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan 2 orang anaknya. Di rumah

yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang baik, pencahayaan cukup,

kebersihan cukup. Selain di rumah pasien juga berinteraksi dengan teman dan

tetangga sekitar.

n. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya

(+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,

sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada

kedua lapangan paru

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

perut, peristaltik (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

154

Teraphi : - Amlodipin 5 mg 1x1

- Vit B.Complex 3x1

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : bersih

Dapur : Ada

Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)

Pencahayaan : Cukup

Listrik : Ada

Tangga : Tidak ada

Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, dan

lain-lain.

Sumber air : PDAM

Kipas angin : Ada

Kesehatan Spiritual : Beribadah di rumah

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada

155

HOME VISITE 3

1.3. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.3.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Tn.

Amiruddin:

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Nama

Kedudukan

Dalam

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.

SamsudinKepala

KeluargaLaki-laki 49 thn SMA Pedagang

Rosmalawati IstriPerempua

n38 thn SMA

Ibu Rumah

TanggaPenderita

Budi Santoso Anak Laki- laki 16 thn SMA Pelajar

Bambang

Sahputraanak Laki-laki 13 thn SMP Pelajar

1.3.3 BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti

(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa

keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.

156

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu

rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.

1.3.4 GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

= Laki=laki sehat

= Perempuan sehat

= Laki-laki sakit

157

Suami Penderita Penderita

Anak Penderita

1.4 STATUS PENDERITA

1.4.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Rosmalawati

Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Jl. H.M. Nawi Gg. Keluarga No. 24

Status : Menikah

158

BAGIAN 2

HOME VISITE

Tanggal Home Visite : 22 Juni 2015

Checklist Home Visite (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

13. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak

- Penggunaan alat bantu Ya Tidak

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak

- Gangguan sensoris Ya Tidak

14. Nutrisi

Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi

buah jarang.

Variasi dan kualitas makanan

Dapur :

o Beras : Beras bulog

o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll

o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),

Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)

159

o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang

o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang

dikonsumsi oleh keluarga ini)

Kulkas : Tidak ada

Status nutrisi :

Berat Badan : 55 kg

Tinggi Badan : 158 cm

IMT : BB/TB(m)² = 22,0

Kesan : Normoweight

Konsumsi alkohol Ya Tidak

15. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Buruk

Eksterior rumah :

o Atap : Seng

o Pintu rumah : Kayu

o Dinding Rumah : Batu seluruhnya

o Jendela : Kayu ditutup dengan kain

o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu

o Halaman : Tidak ada

Interior rumah :

o Kepadatan : Terlalu padat

160

o Kebersihan : Cukup Baik

o Kenyamanan : Kurang

o Privasi : Ada

o Hewan peliharaan : Tidak ada

o Buku-buku : Tidak ada

o Televisi : Ada

o Pernak-pernik : Ada

16. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak

Semangat hidup Ya Tidak

Sumber penghasilan : Dari berdagang

o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada

Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik

17. Medikasi

Obat resep Ya Tidak

Obat non-resep Ya Tidak

Suplemen diet Ya Tidak

Obat tertata rapi Ya Tidak

Kepatuhan minum obat Ya Tidak

161

18. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

Berat Badan : 55 Kg Tinggi Badan : 158 cm

Tekanan darah : 120/70 mmHg Glukosa : -

o. Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : Gatal-gatal di kedua pergelangan tangan.

Telaah : Hal ini dialami pasien sejak ± seminggu yang lalu.

Awalnya berbentuk bentol-betol kecil berwarna kemerahan,kemudian lama

kelamaan menjadi bersisik. Demam tidak dijumpai, rasa panas di daerah lesi

dijumpai. Sebelumnya os mengaku setelah satu jam sehabis mencuci pakaian,

os merasakan lesi tersebut timbul. Riwayat memakai deterjen dijumpai. Karna

lesi semakin melebar serta rasa nyeri dan sangat gatal tidak kunjung sembuh

pasien memutuskan untuk pergi berobat ke Puskesmas.

p. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

q. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat

Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya

r. Riwayat Keluarga : -

s. Riwayat Pribadi :

Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu

oleh dukun beranak.

Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur konsumsi

162

buah jarang.

Sikap : Pasien cukup aktif

t. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan suami dan kedua anaknya. Di

rumah kontrakan pasien yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang

baik, pencahayaan cukup, kebersihan kurang. Selain di rumah pasien juga

berinteraksi dengan teman dan tetangga sekitar kontrakan.

u. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya (+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,

sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada

kedua lapangan paru

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

perut, peristaltik (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

163

Status Dermatologis : Terdapat papul, vesikel yang eritematous

berukuran miliar di regio antebrachii dextra dan

sinistra.

Teraphi :- Hidrokortison 0,5% (dioleskan setelah mandi)

- Cetirizin 1x10mg perhari (malam)

- Asam mefenamat 3x500 mg per hari

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : Cukup bersih

Dapur : Ada (tidak bersih)

Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)

Pencahayaan : Cukup

Listrik : Ada

Tangga : Tidak ada

Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, TV,

dll

Sumber air : Sumur

AC/Kipas angin : Tidak ada

Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid

164

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada

HOME VISITE 4

1.4. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.4.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Tn.

Amiruddin:

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Nama

Kedudukan

Dalam

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.

SutrisnoKepala

KeluargaLaki-laki 66 thn SMA

Kuli

Bangunan

Arwidah Istri Perempuan 61 thn SMPIbu Rumah

TanggaPenderita

Hadi Anak Laki- laki 30 thn SMA Pedagang

1.4.3 BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti

(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa

keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu

rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.

165

1.4.4 GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

= Laki=laki sehat

= Perempuan sehat

= Laki-laki sakit

166

Suami Penderita Penderita

Anak Penderita

1.5 STATUS PENDERITA

1.5.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Arwidah

Umur : 61 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Jl. Seksama No. 53 Medan

Status : Menikah

167

BAGIAN 2

HOME VISIT

Tanggal Home Visit : 21 Juni 2015

Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

19. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak

- Penggunaan alat bantu Ya Tidak

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak

- Gangguan sensoris Ya Tidak

20. Nutrisi

Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi

buah jarang.

Variasi dan kualitas makanan

Dapur :

o Beras : Beras bulog

o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll

o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),

Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)

168

o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang

o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang

dikonsumsi oleh keluarga ini)

Kulkas : Tidak ada

Status nutrisi :

Berat Badan : 55 kg

Tinggi Badan : 161 cm

IMT : BB/TB(m)² = 21,22

Kesan : Normoweight

Konsumsi alkohol Ya Tidak

21. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Baik

Eksterior rumah :

o Atap : Seng

o Pintu rumah : Kayu

o Dinding Rumah : Beton

o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain

o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu

o Halaman : Tidak ada

Interior rumah :

o Kepadatan : Terlalu padat

169

o Kebersihan : Cukup Baik

o Kenyamanan : Kurang

o Privasi : Ada

o Hewan peliharaan : Tidak ada

o Buku-buku : Tidak ada

o Televisi : Ada

o Pernak-pernik : Ada

22. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak

Semangat hidup Ya Tidak

Sumber penghasilan : Dari suami

o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada

Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik

23. Medikasi

Obat resep Ya Tidak

Obat non-resep Ya Tidak

Suplemen diet Ya Tidak

Obat tertata rapi Ya Tidak

Kepatuhan minum obat Ya Tidak

170

24. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

Berat Badan : 55 Kg Tinggi Badan : 161 cm

Tekanan darah : 150/100 mmHg Glukosa : -

v. Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : nyeri lutut di kedua tungkai

Telaah : Hal ini dialami pasien sejak ± 2 tahun yang lalu.

Awalnya dialami pasien hanya pada saat mengganti posisi dari duduk lama ke

berdiri, namun 3 bulan terakhir ini sudah mulai memberat ditandai dengan

timbulnya nyeri lutut saat berjalan namun ini tidak mengganggu aktivitas

sehari-hari seperti mandi, menyapu dan lain-lain. Karna tidak kunjung

sembuh pasien memutuskan untuk pergi berobat ke Puskesmas.

w. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tekanan darah tinggi namun pasien tidak

pernah berobat untuk penyakit tersebut.

x. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat

Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya

y. Riwayat Keluarga : -

z. Riwayat Pribadi :

Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu

oleh dukun beranak.

Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur konsumsi

buah jarang.

171

Sikap : Pasien cukup aktif

aa. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan suami dan seorang anaknya. Di

rumah kontrakan pasien yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang

baik, pencahayaan cukup, kebersihan kurang. Selain di rumah pasien juga

berinteraksi dengan teman dan

Tetangga sekitar kontrakan.

bb. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya

(+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,

sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada

kedua lapangan paru

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

perut, peristaltik (+) normal

172

Ekstremitas : Akral hangat, dijumpai nyeri pada kedua lutut saat

difleksi-ekstensi, dijumpai krepitasi pada kedua lutut, edema (-),

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Teraphi :- Piroxicam 2x20 mg per hari

- Vit B12 1x1

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : Cukup bersih

Dapur : Tidak ada (bersatu dengan kamar tidur)

Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)

Pencahayaan : kurang

Listrik : Ada

Tangga : Tidak ada

Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur,TV

dll

Sumber air : Sumur Timbah

AC/Kipas angin : Tidak ada

Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid

173

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada

HOME VISITE 5

1.5. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.5.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny.

Rosmeini :

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Nama

Kedudukan

Dalam

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.

Azhar

Tanjung

Kepala

KeluargaLaki-laki 56 thn SD Pedagang

Rosmeini Istri Perempuan 53 thn SDIbu Rumah

TanggaPenderita

Anwar

SolihinAnak Laki-laki 28 thn SMA Pedagang

Arif

FadillahAnak Laki-laki 24 thn SMA Karyawan

Fachrul

RoziAnak Laki-laki 20 thn SMA Karyawan

1.5.3 BENTUK KELUARGA

174

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti

(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa

keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu

rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.

1.5.4 GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

= Laki=laki sehat

= Perempuan sehat

= Perempuan sakit

175

Suami penderita Istri Penderita

Anak Penderita

1.6 STATUS PENDERITA

1.6.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Rosmeini

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku/Bangsa : Minang/Indonesia

Alamat : jl. HM. Nawi Harahap

Status : Menikah

176

BAGIAN 2

HOME VISIT

Tanggal Home Visit : 29 April 2015

Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

25. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak

- Penggunaan alat bantu Ya Tidak

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak

- Gangguan sensoris Ya Tidak

26. Nutrisi

Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi

buah jarang.

Variasi dan kualitas makanan

Dapur :

o Beras : Beras bulog

o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll

o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),

Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)

177

o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang

o Buah : Pepaya, Semangka, Pisang (namun buah jarang

dikonsumsi oleh keluarga ini)

Kulkas : Tidak ada

Status nutrisi :

Berat Badan : 50 kg

Tinggi Badan : 152 cm

IMT : BB/TB(m)² = 21,641

Kesan : Normoweight

Konsumsi alkohol Ya Tidak

27. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Kurang baik

Eksterior rumah :

o Atap : Seng

o Pintu rumah : Kayu

o Dinding Rumah : Batu

o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain

o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu

o Halaman : Tidak ada

Interior rumah :

o Kepadatan : Terlalu padat

178

o Kebersihan : Cukup Baik

o Kenyamanan : Kurang

o Privasi : Ada

o Hewan peliharaan : Tidak ada

o Buku-buku : Ada

o Televisi : Ada

o Pernak-pernik : Ada

28. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak

Semangat hidup Ya Tidak

Sumber penghasilan : Dari berdagang

o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada

Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik

29. Medikasi

Obat resep Ya Tidak

Obat non-resep Ya Tidak

Suplemen diet Ya Tidak

Obat tertata rapi Ya Tidak

Kepatuhan minum obat Ya Tidak

179

30. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

Berat Badan : 50 Kg Tinggi Badan : 152 cm

Tekanan darah : 150/100 mmHg

cc. Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : Sakit kepala

Telaah : Os mengeluh sakit kepala sejak 3 hari yang lalu yang

terjadi secara mendadak. Dan memberat sejak pagi setelah baru bangun tidur.

Os juga merasa sakit kepala menjalar dari tengkuk sampai bahu. Sesak nafas

(-), batuk (-), mual (-), muntah (-), penurunan berat badan (-), BAK (+)

normal, BAB (+) normal. Riwayat sakit darah tinggi (+) sejak ± 10 tahun

yang lalu, dengan tekanan darah tertinggi 200 mmHg dan Os tidak teratur

minum obat darah tinggi.

dd. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

ee. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat

Pasien mengkonsumsi captopril

ff. Riwayat Keluarga : DM (-), Hipertensi (+)

gg. Riwayat Pribadi :

Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu

oleh dukun beranak.

Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur konsumsi

buah jarang.

180

Sikap : Pasien cukup aktif

hh. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan 3 orang anaknya. Di rumah

yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang baik, pencahayaan cukup,

kebersihan kurang. Selain di rumah pasien juga berinteraksi dengan teman

dan tetangga sekitar.

ii. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya

(+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,

sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada

kedua lapangan paru

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

perut, peristaltik (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

181

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Teraphi : - Amlodipin 5 mg 1x1

- Vit B.Complex 3x1

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : Kotor

Dapur : Ada

Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)

Pencahayaan : Cukup

Listrik : Ada

Tangga : Tidak ada

Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, dan

lain-lain.

Sumber air : PDAM

Kipas angin : Ada

Kesehatan Spiritual : Beribadah di rumah

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada

182

HOME VISITE 6

1.6. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.6.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny.

Partina:

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Nama

Kedudukan

Dalam

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.

Abdul

Halim

Kepala

KeluargaLaki-laki 56 thn SMA Pedagang

Partina Istri Perempuan 49 thn SDIbu Rumah

TanggaPenderita

Ahmad

FauziAnak Laki- laki 23 thn SMA Pedagang

Masita

PutriAnak Perempuan 19 thn SMA

Karyawan

Toko

1.6.3 BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti

(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa

keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.

183

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu

rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.

1.6.4 GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

= Laki-laki sehat

= Perempuan sehat

= Laki-laki sakit

1.7 STATUS PENDERITA

184

Suami Penderita Penderita

Anak Penderita

1.7.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Partina

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Jl. H.M Nawi Gg. Saudara No. 32

Status : Menikah

185

BAGIAN 2

HOME VISIT

Tanggal Home Visit : 23 Juni 2015

Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

31. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak

- Penggunaan alat bantu Ya Tidak

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak

- Gangguan sensoris Ya Tidak

32. Nutrisi

Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi

buah jarang.

Variasi dan kualitas makanan

Dapur :

o Beras : Beras bulog

o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll

o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),

Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)

186

o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang

o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang

dikonsumsi oleh keluarga ini)

Kulkas : Tidak ada

Status nutrisi :

Berat Badan : 50 kg

Tinggi Badan : 154 cm

IMT : BB/TB(m)² = 21,108

Kesan : Normoweight

Konsumsi alkohol Ya Tidak

33. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Baik

Eksterior rumah :

o Atap : Seng

o Pintu rumah : Kayu

o Dinding Rumah : Batu

o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain

o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu

o Halaman : Tidak ada

Interior rumah :

o Kepadatan : Padat

187

o Kebersihan : Cukup Baik

o Kenyamanan : Cukup

o Privasi : Ada

o Hewan peliharaan : Tidak ada

o Buku-buku : Tidak ada

o Televisi : Ada

o Pernak-pernik : Ada

34. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak

Semangat hidup Ya Tidak

Sumber penghasilan : Suami (Berdagang)

o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada

Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik

35. Medikasi

Obat resep Ya Tidak

Obat non-resep Ya Tidak

Suplemen diet Ya Tidak

Obat tertata rapi Ya Tidak

Kepatuhan minum obat Ya Tidak

188

36. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

Berat Badan : 50 Kg Tinggi Badan : 154 cm

Tekanan darah : 110/90 mmHg Glukosa : -

jj. Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : Sesak napas

Telaah : Hal ini dialami os sejak 1 tahun yang lalu, namun

semakin memberat dalam 1 minggu ini. Sesak nafas bersifat hilang timbul.

Sesak nafas berhubungan dengan aktivitas dan tidak berhubungan dengan

cuaca. Nafas berbunyi (+). Sering terbangun malam hari karena sesak nafas

(-). Riwayat menggunakan 2-3 bantal untuk mengurangi sesak (-).

Batuk (+) dialami os ± 1 minggu ini, dahak (+), warna putih, darah (-),

volume ± ½ sendok teh. Batuk bersifat hilang timbul. Batuk dipengaruhi

aktivitas dan cuaca (-). Demam (-), menggigil (-), berkeringat malam (-).

Mual (-), muntah (-), pusing (-), BB turun (-), nyeri perut (-), perut kembung

(-). Riwayat merokok (-) . Riwayat hipertensi (-). Riwayat DM (-).

Riwayat kontak dengan penderita batuk lama (-). Riwayat minum obat enam

bulan yang membuat kencing berwarna merah (-).

BAK dan BAB (+) normal. Karna sesak dirasakan semakin lama semakin

parah maka pasien memutuskan untuk pergi berobat ke Puskesmas.

kk. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

ll. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat

189

Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya

Riwayat Keluarga : -

Riwayat Pribadi :

Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu

oleh dukun beranak.

Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur konsumsi

buah jarang.

Sikap : Pasien cukup aktif

Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan suami dan dua orang anaknya.

Di rumah kontrakan pasien yang hanya ada satu ruangan, sirkulasi udara

kurang baik, pencahayaan cukup, kebersihan cukup. Selain di rumah pasien

juga berinteraksi dengan teman dan tetangga sekitar rumah.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya

(+)

190

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Barrel Chest, stem fremitus kanan dan kiri sama,

hipersonor pada kedua lapangan paru, wheezing

pada kedua lapangan paru

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

perut, peristaltik (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Teraphi : - Salbutamol 4 mg 3x1

- Gliceril Guaiacolat 3x1

- CTM 4 mg 3x1

- B. Comp 3x1

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : Cukup bersih

Dapur : Ada tapi kecil

Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)

Pencahayaan : Cukup

Listrik : Ada

191

Tangga : Tidak ada

Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur,TV,

dll

Sumber air : Sumur Timbah

AC/Kipas angin : Tidak ada

Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada

192

HOME VISITE 7

1.7. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.7.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny

Rohani Tanjung:

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Nama

Kedudukan

Dalam

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.

SyamsulKepala

KeluargaLaki-laki 63 thn SMA Pedagang

Rohani

TanjungIstri Perempuan 61 thn SD

Ibu Rumah

TanggaPenderita

Romi Anak Laki-laki 38 thn SMA Pedagang

Arif Anak Laki-laki 34 thn SMA Karyawan

Fachrul Anak Laki-laki 28 thn SMA Karyawan

1.7.3 BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti

(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa

keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.

193

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu

rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.

1.7.4 GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

= Laki-laki sehat

= Perempuan sakit

= Laki-laki sehat

194

Suami penderita Penderita

Anak Penderita

1.8 STATUS PENDERITA

1.8.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Rohani Tanjung

Umur : 61 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku/Bangsa : Minang/Indonesia

Alamat : Jl. HM.Nawi Gg Pribadi no 13

Status : Menikah

195

BAGIAN 2

HOME VISIT

Tanggal Home Visit : 20 Juni 2015

Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

37. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak

- Penggunaan alat bantu Ya Tidak

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak

- Gangguan sensoris Ya Tidak

38. Nutrisi

Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi

buah jarang.

Variasi dan kualitas makanan

Dapur :

o Beras : Beras bulog

196

o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll

o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),

Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)

o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang

o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang

dikonsumsi oleh keluarga ini)

Kulkas : Tidak ada

Status nutrisi :

Berat Badan : 55 kg

Tinggi Badan : 155 cm

IMT : BB/TB(m)² = 22,9

Kesan : Normoweight

Konsumsi alkohol Ya Tidak

39. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Baik

Eksterior rumah :

o Atap : Seng

o Pintu rumah : Kayu

o Dinding Rumah : Batu 1/2 ( bawah) papan dan triplek (atas)

o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain

o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu

o Halaman : Tidak ada

197

Interior rumah :

o Kepadatan : Terlalu padat

o Kebersihan : Cukup Baik

o Kenyamanan : Kurang

o Privasi : Ada

o Hewan peliharaan : Tidak ada

o Buku-buku : Tidak ada

o Televisi : Ada

o Pernak-pernik : Ada

40. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak

Semangat hidup Ya Tidak

Sumber penghasilan : Dari berdagang

o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada

Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik

41. Medikasi

Obat resep Ya Tidak

Obat non-resep Ya Tidak

Suplemen diet Ya Tidak

Obat tertata rapi Ya Tidak

198

Kepatuhan minum obat Ya Tidak

42. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

Berat Badan : 55 Kg Tinggi Badan : 155 cm

Tekanan darah : 140/100 mmHg Glukosa : 376 mg/dL

mm. Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : Penurunan berat badan

Telaah : Hal ini dialami OS dalam 3 bulan ini, selain itu OS

juga merasakan tubuhnya sering lemas walau tidak beraktivitas dan juga

mengeluhkan banyak minum dan makan serta tidur terganggu akibat sering

buang air kecil pada malam hari. Rasa kebas juga dirasakan OS pada kedua

tangan.

nn. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

oo. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat

Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya

pp. Riwayat Keluarga : DM (+), Hipertensi (+)

qq. Riwayat Pribadi :

Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu

oleh dukun beranak.

Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

199

pauk berupa ikan dan sayur konsumsi

buah jarang.

Sikap : Pasien cukup aktif

rr. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan istri dan 3 orang anaknya. Di

rumah yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang baik, pencahayaan

cukup, kebersihan kurang. Selain di rumah pasien juga berinteraksi dengan

teman dan tetangga sekitar.

ss. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya

(+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,

sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada

kedua lapangan paru

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

200

perut, peristaltik (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Teraphi :- Glibenclamid 1X1

- Amlodipin 5 mg 1x1

- Vit B.Complex 3x1

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : Cukup bersih

Dapur : Tidak ada (bersatu dengan kamar tidur)

Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)

Pencahayaan : Cukup

Listrik : Ada

Tangga : Tidak ada

Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, dan

lain-lain.

Sumber air : Sumur Timbah

AC/Kipas angin : Tidak ada

201

Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada

HOME VISITE 8

1.8. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.8.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny.

Sumarsih :

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Nama

Kedudukan

Dalam

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.

Abdul

Halim

Kepala

KeluargaLaki-laki 82 thn SD Pensiunan

Sumarsih Istri Perempuan 85 thn SDIbu Rumah

TanggaPenderita

Suprapti Anak Perempuan 60 thn SMPTidak

bekerja

1.8.3 BENTUK KELUARGA

202

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti

(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa

keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu

rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.

1.8.4 GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

= Laki-laki sehat

= Perempuan sehat

203

Suami Penderita Penderita

Anak Penderita

= Perempuan sakit

1.9 STATUS PENDERITA

1.9.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Sumarsih

Umur : 85 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Jl. H.M Nawi Gg. Keluarga No. 16

Status : Menikah

204

BAGIAN 2

HOME VISIT

Tanggal Home Visit : 24 Juni 2015

Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

43. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak

- Penggunaan alat bantu Ya Tidak

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak

- Gangguan sensoris Ya Tidak

44. Nutrisi

Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi

buah jarang.

Variasi dan kualitas makanan

Dapur :

o Beras : Beras bulog

o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll

o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),

Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)

205

o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang

o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang

dikonsumsi oleh keluarga ini)

Kulkas : Tidak ada

Status nutrisi :

Berat Badan : 45 kg

Tinggi Badan : 155 cm

IMT : BB/TB(m)² = 18,73

Kesan : Normoweight

Konsumsi alkohol Ya Tidak

45. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Baik

Eksterior rumah :

o Atap : Seng

o Pintu rumah : Kayu

o Dinding Rumah : Kayu

o Jendela : Kayu ditutup dengan kain

o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu

o Halaman : Tidak ada

Interior rumah :

o Kepadatan : Padat

206

o Kebersihan : Cukup Baik

o Kenyamanan : Cukup

o Privasi : Ada

o Hewan peliharaan : Tidak ada

o Buku-buku : Tidak ada

o Televisi : Ada

o Pernak-pernik : Ada

46. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak

Semangat hidup Ya Tidak

Sumber penghasilan : Dari Anak

o Orang Tua Pasien : Sudah tidak ada

Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik

47. Medikasi

Obat resep Ya Tidak

Obat non-resep Ya Tidak

Suplemen diet Ya Tidak

Obat tertata rapi Ya Tidak

Kepatuhan minum obat Ya Tidak

207

48. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

Berat Badan : 45 Kg Tinggi Badan : 155 cm

Tekanan darah : 230/90 mmHg Glukosa : -

Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : Batuk

Telaah : Hal ini dialami os sejak 2 minggu yang lalu, dan

memberat dalam 2 hari ini. Batuk bersifat hilang timbul, kadang-kadang

berdahak, dengan dahak berwarna putih dan sulit dikeluarkan. Volume dahak

± ½ sendok teh, demam (-), berkeringat malam (-), penurunan BB dan

penurunan nafsu makan (-). Os mengaku belum pernah mengkonsumsi obat

batuk atu membawakan diri untuk berobat kedokter selama keluhan ini ada.

Batuk tidak berhubungan dengan aktivitas dan tidak berhubungan dengan

cuaca.

Riwayat Hipertensi (+) dialami os ± 20 tahun ini, dengan riwayat tekanan

darah tertinggi 280/100. Os mengaku tidak rutin untuk memeriksakan diri

kedokter dan tidak rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi. Pusing (+), mual

(+), muntah (-). Riwayat DM (-).

Riwayat kontak dengan penderita batuk lama (-). Riwayat minum obat enam

bulan yang membuat kencing berwarna merah (-).

BAK dan BAB (+) normal. Karna batuk dirasakan semakin lama semakin

memberat maka pasien memutuskan untuk pergi berobat ke Puskesmas.

208

Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat

Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya

Riwayat Keluarga : -

Riwayat Pribadi :

Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu

oleh dukun beranak.

Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur konsumsi

buah jarang.

Sikap : Pasien cukup aktif

Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan suami dan satu orang anaknya.

Di rumah pasien sendiri yang hanya ada satu ruangan, sirkulasi udara kurang

baik, pencahayaan cukup, kebersihan cukup. Selain di rumah pasien juga

berinteraksi dengan teman dan tetangga sekitar rumah.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya (+)

209

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris fusiformis, Stem fremitus kanan dan kiri

sama, sonor pada kedua lapangan paru

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

perut, peristaltik (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Teraphi : - Amlodipine 10 mg 1x1

- Gliceril Guaiacolat 3x1

- B. Comp 3x1

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : Cukup bersih

Dapur : Ada tapi kecil

Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)

Pencahayaan : Cukup

Listrik : Ada

Tangga : Tidak ada

210

Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, TV,

dll

Sumber air : Sumur Timbah

AC/Kipas angin : Tidak ada

Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada

211

BAB 6

PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1.Permasalahan

1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyebab-penyebab dari

penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas desa Binjai.

2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk rutin memeriksakan tekanan

darahnya ke puskesmas desa binjai.

3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk patuh diet rendah garam dan

rutin minum obat.

4. Kurangnya kesadaran penderita TB paru dimasyarakat untuk memakai masker

dan tidak membuang dahak sembarangan.

5. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk rutin berobat dan patuh minum

obat TB paru.

6.2.Pemecahan Masalah

1) Memberikan edukasi kepada masyarakat desa Binjai berupa penyuluhan

mengenai penyakit hipertensi terutama penyebab dan faktor-faktor

penyebabnya upaya mencegah bertambahnya penderita hipertensi

2) Selalu mengingatkan penderita serta keluarga penderita untuk rutin

memeriksakan tekanan darah, rutin minum obat dan diet rendah garam.

3) Selalu memberikan edukasi kepada penderita TB, keluarga penderita serta

masyarakat di sekitar penderita desa Binjai untuk selalu memakai masker

kemanapun dan dimanapun, guna mencegah penularan lebih banyak lagi.

4) Selalu mengadakan kegiatan pokok di puskesmas yaitu hari TB (TB Day)

untuk memudahkan penderita TB tetap waktu untuk mengambil obat.

212

5) Memberikan sosialisai kepada keluarga penderita TB untuk mengawasi

penderitan meminum obat TB agar penderita tidak lupa meminumnya.

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1.KESIMPULAN

1. Pengetahuan masyarakat desa Binjai mengenai penyebab hipertensi masih

kurang

2. Kesadaran penderita hipertensi di masyarakat desa binjai untuk rutin

memeriksakan dirinya, rutin minum obat dan diet rendah garam masih kurang

3. Kesadaran penderita TB paru di masyarakat desa binjai untuk selalu memakai

masker dan tidak membuang dahak sembarangan masih kurang

4. Kesadaran penderita TB paru di desa binjai untuk patuh minum obat TB

masih kurang.

7.2.SARAN

1. Untuk lebih meningkatkan program kerja puskesmas di bidang penyakit tidak

menular dan pencegahan TB paru perlu koordinasi dan kerjasama antara kepala

lingkungan, tokoh masyarakat, maupun lintas sektor lainnya terhadap pihak

puskesmas di wilayah kerjanya serta dengan Dinas Kesehatan Kota.

2. Untuk lebih meningkatkan kinerja puskesmas dalam program DOTS (Directly

Observed Treatment Short-course).

213