isbd bab 1-2.docx

28
BAB I PENGANTAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR A. HAKIKAT, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP 1. Hakikat Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) Ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) merupakan matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MMB) dengan visi “Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk social yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya”. ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan suatu rangkaian pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud dari padanya. Selain itu, mata kuliah ini pada prinsipnya sebagai pengatur dasar menuju pengenalan teori ilmu-ilmu social dan kebudayaan sehingga diharapkan mahasiswa dapat memliki wawasan kelimuan yang bersifat multidisipliner tentang keraguan, kesetaran, dan kemartabatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Upload: kurniawan-ramadhan

Post on 18-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IPENGANTAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

A. HAKIKAT, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

1. Hakikat Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)Ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) merupakan matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MMB) dengan visi Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk social yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan suatu rangkaian pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud dari padanya. Selain itu, mata kuliah ini pada prinsipnya sebagai pengatur dasar menuju pengenalan teori ilmu-ilmu social dan kebudayaan sehingga diharapkan mahasiswa dapat memliki wawasan kelimuan yang bersifat multidisipliner tentang keraguan, kesetaran, dan kemartabatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2. Tujuan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)Berdasarkan hakikat keilmuan di atas, maka tujuan ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) yang merupakan bagian dari mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MMB) adalah:a. Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang keanekargaman, kesetaran, dan kemartabatan manusia sebagai individu dan makhluk social dalam kehidupan bermasyarakat.b. Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.c. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan makhluk social yang beradab dalam mempraktikkan pengetahuan akademik dan keahliannya dan mampu memecahkan masalah social budaya secara arif.

3. Ruang lingkup Mata Kuliah Pengantar Ilmu Social dan Budaya (ISBD)Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan mata kuliah ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) pada perguruan tinggi, berikut ini adalah ruang lingkup dan sub bahasanya.a. Pengantar Ilmu Sosial dan budaya dasar (ISBD)1. Hakikat dan ruang lingkup ISBD2. ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum; dan3. ISBD sebagai alternative pemecahan masalah social budayab. Manusia sebagai makhluk budaya:1. Hakikat manusia sebagai makhluk budaya;2. Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan;3. Etika dan estetika berbudaya4. Memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep-konsep dasar manusia; dan5. Probematika kebudayaanc. Manusia sebagai individu dan makhluk sosial;1. Hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial;2. Fungsi dan peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial;3. Dinamika interaksi sosial; dan4. Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat;d. Manusia dan Peradaban1. Hakikat peradaban;2. Manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab;3. Evolusi budaya dan wujud peradaban dalam kehidupan social-budya;4. Dinamika peradaban global; dan5. Problematika peradaban pada kehidupan manusia

e. Manusia, Keragaman dan kesetaraan1. Hakikat keragaman dan kesetaraan manusia;2. Kemajemukan dalam dinamikan sosial dan budaya;3. Keraguan dan kesataran sebagai kekayaan sosial, budaya bangsa; dan4. Problematika keragaman dan kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan masyarakat dan negaraf. Manusia, Nilai, Moral dan Hukum1. Hakikat, fungsi dan perwujudan nilai, moral dan hukum dalam kehidupan manusia, masyarakat dan negara;2. Keadilan, ketertiban dan kesejahteraan sebagai wujud masyarakat yang bermoral dan menaati hukum; dan3. Problematika nilai, moral, dan hukum dalam masyarakat dan negarag. Manusia, Sains, Teknologi dan Seni1. Hakikat dan makna sains, teknologi dan seni bagi manusia;2. Dampak penyalahgunaan IPTEKS pada kehidupan sosial dan budaya; dan3. Problematika pemanfaatan IPTEKS di Indonesiah. Manusia dan lingkungan1. Hakikat dan makna lingkungan bagi manusia2. Kualitas penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan manusia3. Problematika lingkungan sosial-budaya yang dihadapi masyarakat; dan4. Isu-isu penting tentang persoalan lintas budaya dan bangsa

B. ISBD SEBAGAI MBB DAN PENDIDIKAN UMUMISBD sebagai bagian dari mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbal balik antar manusia dengan lingkungannya. Dengan wawasan tersebut diharapkan perguruan tinggi mampu menghasilkan tenaga ahli dengan tiga jenis kemampuan secara simultan, yang meliputi:1. Kemampuan personal: para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keragaman, kemasyarakat dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.2. Kemampuan akademis; kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan, mengusai peralatan analis, maupun berpikir logis, kritis, istematis, analisis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternative pemacahannya.3. Kemampuan professional: kemampuan dlam bidang profesi sesuai keahlian bersangkutan, para ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.

C. ISBD SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SOSIAL-BUDAYADengan bekal wawasan, sikap dan perilaku melalui mata kuliah ilmu Sosial dan budaya dasar (ISBD) diharapkan mahasiswa dapat menjadi manusia yang memiliki kemampuan personal, kemampuan akademik dan kemampuan professional sehingga para lulusan akan mampu mengenali masalah dan mengatasi masalah tersebut dengan bijaksana. Dengan itu problematika kemanusiaan dan peradaban manusia merupakan fakta objektif yang penting dikenal secara menunjung tinggi pemikiran serta nilai-nilai luhur tradisi.Disamping diurai kondisi objektif konteks keindonesiaan, buku ini juga mengulas lesson learns atau pelajaran berharga dari akta atau fenomena social yang terjadi di sekitar lingkungan kita baik yang dialami secara langsung atau tidak langsung dalam perspektif lintas keilmuan secara ]simultan. Pendekatan multidisipliner dipilih guna menstimulus mahasiswa berpikir terbuka dan kritis atas apa yang didengar, dimengerti, dipahami, dan dikonsepsikannya selama ini agar dapat didiskusikan dan dikomunikasikan menjadi pengetahuan yang ilmiah.

BAB IIMANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYABERETIKA DAN BERESTETIKA

A. KEBUDAYAAN1. Pengertian KebudayaanKata Kebudayaan dan culture. Kata Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan : hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan. Demikianlah budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa itu. Dalam istilah antropologi-budaya perbedaan itu ditiadakan. Kata budaya disini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari kebudayaan dengan arti yang sama.Adapun kata cultur, yang merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata Latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.

4. Lihatlah karangan A. Davis, Social Class Influences Upon Learning (1948) : Hlm. 595. Lihatlah buku pelajaran A. Hoebel, Man in the Primitive World. An Introduction to Anthropology. New York, Mc Graw Hill (1958 : hlm. 152-153)6. Lihat buku P.J. Zoetmulder, Cultuur, Oost en West. Amsterdam, C.P.J. van der Peet (1951).7. Lihatlah karangan M.M Djojodigoeno, Azsz-Azas Sosiologi (1958) : hlm. 24-27.

Dua sarjana Antropologi Al Kroeber dan C Kluckhon pernah mengumpulkan sebanyak mungkin definisi tentang kebudayaan, ternyata bahwa ada paling sedikit 160 buah definisi, ke 160 buah definisi itu, kemudian mereka analisa, dicari latar belakang, prinsip beberapa tipe definisi antara lain :1) E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.2) R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagian konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku dipelajari, di mana unsur pembentuknya di dukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.3) Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.4) Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.5) Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.

2. Tiga Wujud KebudayaanPengarang buku ini setuju sekali dengan pendapat seorang ahli sosiologi, Talcott Parsons yang bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan secara tajam wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Maka, serupa dengan J.J. Honigmann yang dalam buku pelajaran antropolloginya yang berjudul The World of Man (1959 : hlm. 11-12) membedakan adanya tiga gejala kebudayaan, yaitu (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifacts, pengarang berpendirian bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu :1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan masyarakat.2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifat-sifatnya abstrak, tak dapat diaraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat gagasan mereka tadi dlam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal penulis warga masyarakat bersangkutan. Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disk, arsip, koleksi micro film dan mikrofish, kartu komputer, silinder, dan pita komputer.Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu tidak berada lepas satu dari yang lain, melainkan selalu berkaitan, menjadi suatu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini sistem budaya, atau cultural sytem. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat, atau adat-istiadat untuk bentuk jamaknya.Wujud kedua dari kebudayaan yang disebut sistem sosial atau social system, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia-manusia dalam suatu masayarakat, sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasi.Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukan banyak penjelasan. Karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda yang amat kompleks dan canggih, seperti komputer berkapasitas tinggi; atau benda-benda yang besar dan bergerak, suatu kapal tangki minyak; ada bangunan hasil seni arsitek seperti suatu candi yang indah; atau ada pula benda-benda kecil seperti kain batik, atau yang lebih kecil lagi, yaitu kancing baju.Ketiga wujud dari kebudayaan terurai diatas, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tak terpisah satu dengan lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia. Baik pikiran-pikiran dan ide-ide, maupun tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisinya. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin menjauh manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan juga cara berpikirnya.Sehubungan ketiga wujud dari kebudayaan tadi erat berkaitan, toh untuk keperluan analisa perlu diadakan pemisahan yang tajam antara tiap-tiap wujud itu. Hal ini sering dilupakan; tidak hanya dalam diskusi-diskusi atau dalam pekerjaan sehari-hari ketiga wujud dari kebudayaan tadi sering dikacaukan, melainkan juga dalam analisa ilmiah oleh para sarjana yang menanamkan dirinya ahli kebudayaan atau ahli masyarakat,dan sering tidak dapat dibuat pemisahan yang tajam antara ketiga hal terurai dia atas.Seorang sarjana antropologi dapat meneliti hanya sistem budaya, atau adat dari suatu kebudayaan tertentu. Dalam pekerjaan itu ia akan mengkhususkan perhatiannya terutama pada cita-cita, nilai-nilai budaya, dan pandangan hidup, norma-norma dan hukum, pengetahuan dan keyakinan dari manusia yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan. Ia dapat juga meneliti tindakan, aktivitas-aktivitas dan karya manusia itu sendiri, tetapi dapat juga mengkhususkan perhatiannya pada hasil dari karya manusia yang bisa berupa benda peralatan, benda kesenian, atau bangunan-bangunan.Semua unsur kebudayaan dapat dipandang dari sudut ketika wujud masing-masing tadi. Sebagai contoh dapat kita ambil misalnya Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi, universitas tersebut merupakan suatu unsur dalam rangka kebudayaan Indonesia sebagai keseluruhan. Maka oleh karena itu universitas dapat merupakan suatu unsur kebudayaan yang ideal, yang pada khusunya terdiri dari cita-cita universitas, norma-norma untuk para karyawan, dosen atau mahasiswanya, aturan ujian, pandangan-pandangan, baik yang bersifat ilmiah maupun yang populer, dan sebaiknya. Sebaliknya, Universitas Muhammadiyah Surakarta juga terdiri suatu rangkaian aktivitas dan tindakan dimana manusia saling berhubungan atau berinteraksi dalam hal melaksanakan berbagai macam hal. Ada orang yang memberi kuliah, ada lainnya yang mendengarkan dan mencacat kuliah-kuliah tadi, ada orang yang menguji, ada lainnya yang mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ujian tadi, ada orang yang mengetik surat-surat, lainnya lagi mengatur buku, dan sebagainya. Namun, lepas dari itu semua, orang dapat juga mengadakan penelitian tentang Universitas Muhammadiyah Surakarta tanpa memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Ia hanya memperhatikan universitas sebagai himpunan benda fisik yang harus diinventarisasi. Itulah sebabnya ia hanya melihat Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai suatu kompleks gedung-gedung, ruang-ruang, sekumpulan meja tulis, komputer, timbunan-timbunan dan alat-alat lainnya saja.

3. Unsur-unsur Kebudayaan UniversalUnsur-unsur kebudayaan Universal. Keseluruhan diri tindakan manusia yang berpola itu berkisar sekitar pranata-pranata tertentu yang amat banyak jumlahnya; dengan demikian sebenarnya suatu masyarakat yang luas selalu dapat kita perinci ke dalam pranata-pranata yang khusus. Sejajar dengan itu suatu kebudayaan yang luas itu selalu dapat pula kita perinci ke dalam unsur-unsurnya yang khusus.Para sarjana antropologi yang biasa menganggapi suatu kebudayaan (misalnya kebudayaan Minangkabau, kebudayaan Bali, atau kebudayaan Jepang) sebagai suatu keseluruhan itu ke dalam unsur-unsur besar yang disebut unsur-unsur kebudayaan universal atau cultural universal, jadi unsur-unsur tadi ada dan bisa didapatkan di dalam semua kebudayaan dari semua bangsa dimanapun di dunia. Mengenai apa yang disebut cultural universals itu, ada beberapa pandangan yang berbeda itu serta alasan perbedaannya diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam sebuah karangan yang berjudul Universal Categories of Cilture (1953). Dengan mengambil sari dari berbagai karangan tentang unsur-unsur kebudayaan universal yang disusun oleh beberapa sarjana antropologi itu, ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia itu :1. Bahasa2. Sistem Pengetahuan3. Organisasi Sosial4. Sistem peralatan hidup dan teknologi5. Sistem mata pencaharian hidup6. Sistem religi7. KesenianTiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan terurai di atas, yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, yang berupa sistem social, dan yang berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. Dengan demikian sistem ekonomi, tetapi mempunyai jjua wujudnya yang berupa tindakan-tindakan dan interaksi berpola antara produsen, tengkulak, pedagang, ahli transpor, pengecer dengan konsumen, dan kecuali itu dalam sistem ekonomi terdapat juga unsur-unsurnya yang berupa peralatan, komoditi dan benda-benda ekonomi. Demikian juga sistem religi misalnya mempunyai wujudnya sebagai sistem keyakinan, dan gagasan-gagasan tentang Puhan, dewa-dewa, roh-roh halus, neraka, sorga dan sebagainya, tetapi mempunyai juga wujudnya yang berupa upacara-upacara, baik yang bersifat musiman maupun yang kadangkala, dan kecuali itu setiap sistem religi juga mempunyai wujud sebagai benda-benda suci dan benda-benda religius. Contoh lain adalah unsur universal kesenian yang dapat berwujud gagasan-gagasan, ciptaan-ciptaan pikiran, cerita-cerita dan syair-syair yang indah. Namun kesenian juga dapat berwujud tindakan-tindakan interaksi berpola antara seniman pencipta, seniman penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton, dan konsumen hasil kesenian; tetapi kecuali itu semua kesenian juga berupa benda-benda indha , candi, kain tenu yang indah, benda-benda kerajinan dan sebagainya.Unsur pokok kebudayaan (menurut Bronislaw Malinowski) : Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya. Organisasi ekonomi. Alat-alat dan lembaga pendidikan Organisasi kekuatan.Melville J. Herkovits menyebut unsur pokok kebudayaan adalah : Alat-alat teknologi Sistem ekonomi Keluarga Kekuasaan politik

4. Sifat-sifat KebudayaanKendati kebudayaan yang memiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di Indonesia yang terdiri berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal. Di mana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku umu bagi semua budaya di mana pun.Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut antara lain :1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati denga habisnya usia generasi yang bersangkutan.3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

5. Manusia sebagai Pencipta dan Pengguna KebudayaanTercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal clan pikirannya menjadikan mereka khalifah di muka bumi clan diberikan kemampuan yang disebutkan oleh Supartono (dalam Rafael Raga Maran, 1999:36) sebagai daya manusia. Menusia memiliki kemapuan daya anatara lain akal, intelegensia, dan intuisi; perasaan dan emosi; kemauan; fantsai; dan perilaku.Dengan sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan manusia dapat hidup di tengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendukungnya. Dialektika ini didasarkan pada pendapat Peter L. Berger, yang menyebutkan sebagai dialektika fundamental. Dialektika fundamental ini terdiri dari tiga tahap: tahap eksternalisasi, tahap objektivasi dan tahap internalisasi.Tahap eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus menerus ke dalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental. Tahap objektivitas adalah tahap aktivitas manusia menghasilkan suatu realita objektif, yang berada di luar diri manusia. Tahap internalisasi adalah tahap di mana realitas objektif hasil ciptaan manusia kembali. Jadi, ada hubungan berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas eksternal. (Yusdi Ahmad, Makalah, 2006 : 5)Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain yang tidak selalu baiknya. Kecuali itu, manusia memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya.2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan lain.3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.4. Pembeda manusia dan binatang.5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku di dalam pergaulan.6. Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.7. Sebagai modal dasar pembangunan.Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun materil.Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan di dalamnya.Dalam tindakan untuk melindungi diri dari lingkungan alam, pada taraf permulaan manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di dalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Keadaan yang berbeda pada masyarakat yang telah kompleks, dimana taraf kebudayaanya lebih tinggi. Hasil karya tersebut yaitu teknologi yang memberikan kemungkinan yang luas untuk memanfaatkan hasil alam bahkan menguasai alam.

6. Pengaruh Kebudayaan Terhadap LingkunganBudaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula.Usaha untuk menjelaskan perilaku manusia sebagai perilaku budaya dalam kaidah dengan lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintas budaya akan mengandung banyak variabel yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem terbuka. Pendekatan sistem yang melihat rangakaian sistemik antara beberapa subsistem yang ada dalam melihat kenyataan lingkungan total yang melingkupi satuan budaya yang ada.Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan : Physical Environment, menunjuk pada lingkungan natural seperti : temperatur, curah hujan , iklim, wilayah geografis , flora dan fauna. Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasi seperti : norma-norma, adat istiadat dan nilai-nilai. Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya. Environmental Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial. Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam memodifikasi lingkungan fisik seperti budaya pertanian dan iklim.Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat lainnya.

7. Proses dan Perkembangan KebudayaanSebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks, dan memiliki eksistensi clan berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial. Seseorang mampu memengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan kebudayaan.Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melalui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan yang dihadapinya.Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim, topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Sebagai contoh : orang-orang yang hidup di daerah yang kondisi lahan atau tanahnya subur (produktif) akan mendorong terciptanya suatu kehidupan yang favourable untuk memproduksi bahan pangan. Jadi, terjadi suatu proses keserasian antara lingkungan fisik dengan kebudayaan yang terbentuk di lingkungan tersebut, kemudian ada keserasian juga antara kebudayaan masyarakat yang satu dengan kebudayaan masyarakat tetangga dekat. Kondisi lingkungan seperti ini memberikan peluang untuk berkembangnya peradaban (kebudayaan) yang lebih maju. Misalnya, dibangun sistem irigasi, teknologi pengolahan lahan dan makanan, dan lain sebagainya.Kebudayaan dari suatu kelompok sosial tidak secara komplet ditentukan oleh lingkungan fisik saja, namun lingkungan tersebut sekadar memberikan peluang untuk terbentuknya sebuah kebudayaan. Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalam hal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehidupan setiap manusia.Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang, termasuk dalam hal kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser. Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara kelompok-kelompok yang tidak menghendaki perubahan. Suatu komunitas dalam kebudayaan yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalah artikan menjadi suatu penyimpang kebudayaan. Interpretasi ini mengambil dasar pada adanya budaya-budaya baru yang tumbuh dalam komunitas mereka yang bertentangan dengan keyakinan mereka sebagai penganut kebudayaan tradisional selama turun-menurun.Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap perilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut didalam kelompok sosialnya. Yang diperlukan disini adalah kontrol sosial yang ada di masyarakat, yang menjadi suatu cambuk bagi komunitas yang menganut kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilih-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.

8. Problematika KebudayaanBeberapa Problematika kebudayaan antara lain :1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan. Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-temurun diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup meraka umumnya miskin.2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan. Upaya untuk mentransmigrasikan pendudukan dari daerah yang terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat yang lama.4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program pembangunan.5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.Sikap ini sangat menganung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.6. Sikap Etnosentrisme.Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu timbulnya kasus-kasus sarana, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan antar-golongan.Kebudayaan yang berkembang dalam suatu wilayah seperti Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beberapa suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Masing-masing kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri khas daerah lokal. Yang terkadang justru menimbulkan sikap etnosentrisme pada anggota masyarakat dalam memandang kebudayaan orang lain.Sikap etnosentrisme dapat menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikap kelakuan yang lebih tinggi terhadap budaya lain.7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat untuk menghancurkan manusia bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru menggangu manusia. 9. Perubahan KebudayaanSebagaimana diketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh karenanya tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan. Ada lima faktor yang menjdai penyebab perubahan kebudayaan , yaitu :a. Perubahan lingkungan alam.b. Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan suatu kelompok lain.c. Perubahan karena adanya penemuan (discovery).d. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain di tempat lain.e. Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru, atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia adalah tentu saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusiaan, bukan sebalinya, yaitu yang akan memusnahkan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.

10. ????