bab 1.docx
TRANSCRIPT
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendiksitis adalah bentuk peradangan pada umbai cacing (apendiks).
Penyakit ini terjadi akibat terperangkapnya sebagian isi usus ke dalam apendiks.
Biasanya, makanan yang sudah terpeangkap sulit untuk keluar sehingga dapat
meradang dan menimbulkan rasa sakit dan nyeri. Jika terdapat indikasi terkena
usus buntu, maka biasanya dokter mengajukan apendiktomi atau operasi usus
buntu (Sudjadi, 2006, hal, 27).
Hasil survey pada tahun 2008 angka kejadian apendiksitis di sebagian
besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien
yang menderita penyakit apendiksitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk
di Indonesia atau sekitar 179.000 orang (Depkes, RI 2008).
Data dari Medical Record Rumah Sakit Palang Merah Indonesia
Kabupaten Aceh Utara, pada tahun Januari 2011 s/d Desember 2011, jumlah
pasien seluruhnya 4061, dan yang mengalami apendiksitis adalah 179 (4,4%),
yang harus dilakukan operasi apendiktomi 118 (2,9%) orang. Pada tahun Januari
2012 s/d Desember 2012 jumlah keseluruhan pasien adalah 6027 dan yang
mengalami apendiksitis 205 (4,1%) orang, dan yang dilakukan operasi
apendiktomi 149 (2,4%) orang. Pada tahun Januari 2013 s/d April 2013 jumlah
1
2
seluruh pasien adalah 1471 dan yang mengalami apendiksitis adalah 68 (4,6%)
orang, dan yang dilakukan operasi apendiktomi adalah 32 (2,1%) orang.
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat
berkembang menjadi abses, peritonitis bahkan shock dan perforasi. Insiden
perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
Perforasi terjadi secara umum 24 jam pertama setelah awitan nyeri. Angka
kematian yang timbul akibat terjadinya perforasi adalah 10-15% dari kasus yang
ada, sedangkan angka kematian pasien apendisitis akut adalah 0,2%-0,8%. yang
berhubungan dengan komplikasi penyakitnya daripada akibat intervensi tindakan
(Sjamsuhidayat, 2005).
Perawatan pasca bedah untuk apendiks yang tidak mengalami perforasi
sama dengan perawatan pasca bedah untuk sebagian besar prosedur pembedahan
abdomen. Perawatan anak ruptura apendiks dan peritonitis melibatkan asuhan
keperawatan yang lebih kompleks. Penyembuhan berlangsung lebih lama dan
biasanya memerlukan perawatan rumah sakit selama 7 hingga 10 hari (Wong
2009, hal. 1016).
Berdasarkan data di atas maka penulis tertarik untuk menjadikan kasus ini
sebagai karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An.R
dengan Post Operasi Apendiktomi di Ruang Marhamah II di Rumah Sakit
Palang Merah Indonesia Kabupaten Aceh Utara”.
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman secara nyata dalam melak-
sanakan asuhan keperawatan pada An.R dengan Post Operasi Apendiktomi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan gambaran tentang pengkajian keperawatan secara kompre-
hensif pada An. R dengan Post Operasi Apendiktomi.
b. Dapat mengindentifikasikan serta mendiagnosa masalah yang timbul pada
An. R dengan Post Operasi Apendiktomi.
c. Dapat membuat rencana asuhan keperawatan pada An. R dengan Post
Operasi Apendiktomi.
d. Dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada An. R
dengan Post Operasi Apendiktomi.
e. Dapat melakukan evaluasi terhadap keberhasilan asuhan keperawatan
yang di berikan sesuai dengan tujuan yang telah di harapkan pada An. R
dengan Post Operasi Apendiktomi.
f. Dapat mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan yang
diberikan pada An. R dengan Post Operasi Apendiktomi.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu sasaran penelitian tentang apendiktomi, dengan melalui teknik :
4
1) Studi perpustakaan adalah penelitian tentang yang dilakukan dengan sistem
pengambilan sumber yang tertulis ilmiah baik itu buku teks, artikel, website,
webpage
2) Studi kasus adalah pengalaman belajar lapangan di pelayanan Rumah Sakit
Palang Merah Indonesia Kabupaten Aceh Utara melalui pendekatan asuhan
keperawatan pada An.R dengan Post Operasi Apendiktomi, dengan cara:
1. Wawancara
Wawancara ditunjukan pada anak, keluarga dan tim kesehatan lainnya,
guna untuk mendapatkan data tentang keluarga, riwayat penyakit, pola
kebiasaan dan sosial ekonomi.
2. Observasi
Yaitu pengamatan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada
dengan apendiktomi melalui catatan yang ada pada daftar status klien
mencakup perubahan yang terjadi pada klien selama perawatan dan
pengobatan.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara :
a. inspeksi : Merupakan proses observasi dengan menggunakan mata.
Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik.
b. Palpasi : Dilakukan dengan menggunakan sentuhan / rabaan.
5
c. Perkusi : Metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan
perkusi adalah menentukan batas-batas organ / bagian tubuh dengan
cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan
yang diberikan kebawah jaringan.
d. Auskultasi : Metode pengkajian yang menggunakan steteskop untuk
memperjelas pendengaran.
4. Dokumentasi (Document)
Suatu metode pengumpulan data dimana data didapat melalui pencatatan
yang dilakukan terhadap semua perkembangan atau keadaan yang
dialami klien.
D. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarahnya penjelasan dan pembahasan karya tulis ini maka
sistematika penulisan ini di susun atas lima bab, yaitu: :
Bab Satu : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab Dua : Tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar yang mencakup
(pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi) dan asuhan keperawatan
(pengkajian, diagnosa keperawatan rencana asuhan keperawatan,
tindakan dan evaluasi).
6
Bab Tiga : Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa, rencana, tindakan
serta Evaluasi.
Bab Empat : Pembahasan membahas tentang kesenjangan yang terdiri antara
tinjauan teoritis dan tinjauan kasus, serta pemecahan masalahnya.
Bab Lima : Penutup dan saran dari penulis.
Daftar pustaka.