bab 1.docx

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Skenario “Kenapa Sering Sariawan..?” Wanita usia 18 tahun datang ke poli gigi RSUD dengan keluhan sering sariawan dan kesakitan bila makan dan berbicara. Hasil anamnesis menunjukkan bahwa dia menderita sariawan sejak beberapa tahun yang lalu. Sariawan timbul saat pasies mendekati menstruasi. Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan limfadenitis pada kelenjar limfe submandibula kanan dan limfadenopati pada kelenjar limfe submandibular kiri. Pemeriksaan intraoral menunjukkan pada mukosa bukal kanan terdapat ulcer, diameter 7mm, bentuk bulat, bagian tengah kekuningan dikelilingi kemerahan, sakit, timbul sejak 3 hari yang lalu. Pada mukosa lidah kiri tampak ulcer, diameter 3mm, bentuk bulat, di bagian tengan kekuningan, dikelilingi kemerahan, agak sakit, timbul sejak 5 hari yang lalu. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun dan tidak memiliki riwayat alergi. Pasien tidak sendang menderita penyakit sistemik. 1.2 Klasifikasi/identifikasi istilah Sariawan : suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. 1

Upload: hening-merina-boru-tinambunan

Post on 29-Nov-2015

88 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario

“Kenapa Sering Sariawan..?”

Wanita usia 18 tahun datang ke poli gigi RSUD dengan keluhan sering

sariawan dan kesakitan bila makan dan berbicara. Hasil anamnesis menunjukkan bahwa

dia menderita sariawan sejak beberapa tahun yang lalu. Sariawan timbul saat pasies

mendekati menstruasi. Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan limfadenitis pada kelenjar

limfe submandibula kanan dan limfadenopati pada kelenjar limfe submandibular kiri.

Pemeriksaan intraoral menunjukkan pada mukosa bukal kanan terdapat ulcer, diameter

7mm, bentuk bulat, bagian tengah kekuningan dikelilingi kemerahan, sakit, timbul sejak

3 hari yang lalu. Pada mukosa lidah kiri tampak ulcer, diameter 3mm, bentuk bulat, di

bagian tengan kekuningan, dikelilingi kemerahan, agak sakit, timbul sejak 5 hari yang

lalu. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun dan tidak memiliki riwayat alergi. Pasien

tidak sendang menderita penyakit sistemik.

1.2 Klasifikasi/identifikasi istilah

Sariawan : suatu peradangan yang terjadi pada

mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser

ini dapat berupa ulser

tunggal maupun lebih dari satu.

Limpadenitis :Sebuah infeksi dinodus limfa dan merupakan infeksi dari

bakteri tertentu.

Limpadenopati : pembesaran kelenjar limfa sebagai respon terhadap polifeSARi

limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati terjadi setelah infeksi

suatu mikroorganisme.

Ulcer :suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang

memperlihatkan disintergSARi dan nekrosis jaringan yang

sedikit demi sedikit.

1

Page 2: BAB 1.docx

1.3 Identifikasi Masalah

1. Apa pengertian sariawan?

2. Apa saja klasifikasi sariawan?

3. Apa hubungan antara sariawan dengan mentruasi?

4. Apa perbedaan limfadenitis dan limfadenopati?

5. Apakah pemeriksaan ekstraoral berhubungan dengan intraoral ?

6. Apa faktor penyebab timbulnya sariawan ?

7. Bagaimana cara penyembuhan sariawan ?

8. Apakah ada hubungan sariawan dengan penyakit sistemik?

9. Apa jenis-jenis sariawan?

10.Apakah usia dan jenis kelamin mempengaruhi sariawan?

11.Bagaimana cara mencegah sariawan?

12.Apakah penyebab ulcer sebelah kanan dan ulcer sebelah kiri sama?

1.4 Analisis Masalah

1. SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren) merupakan suatu kondisi peradangan mukosa

rongga mulut dengan karakteristik ulseSARi ulang kambuh dan masa bebas ulkus

selama beberapa hari hingga minggu

2. SAR memiliki 3 bentuk umum yaitu

a. SAR Minor

SAR minor dengan 1-5 ulkus tiap episode pada mukosa tidak berkeratin tanpa

menimbulkan jaringan parut.

b. SAR Mayor

SAR mayor dengan 1-3 ulkus tiap episode pada mukosa berkeratin dan tidak

berkeratin yang meninggalkan jaringan parut.

c. SAR Herpetiform

SAR Herpetiform dengan 20-100 ulkus tiap episode pada mukosa tidak

berkeratin yang meninggalkan jaringan parut jika ulkus – ulkus nya menyatu

3. Ada, karena hormon merupakan salah satu etiologi terjadinya suatu sariawan,

penderita SAR pada umumnya mempunyai kadar hormon progesteron yang lebih

rendah dari normal

4. Limfadenitis adalah peradangan yang terjadi oleh infeksi dinodus limfa dan

merupakan infeksi dari bakteri tertentu. Sedangkan limfadenopati adalah

pembesaran kelenjar limfa sebagai respon terhadap polifeSARi limfosit T atau

limfosit B. Limfadenopati terjadi setelah infeksi suatu mikroorganisme.

Limfadenitis akan berubah menjadi limfadenopati apabila dalam proses

2

Page 3: BAB 1.docx

penyembuhannya tidak dapat melawan virus yang ada serta karena melemahnya

sitem imun sehingga menyebabkan terjadinya limfadenopati.

5. Berhubungan, karena pemeriksaan ekstaoral dan intraoral dapat menghasilkan

suatu manifestasi klinik sehingga kita dapat menentukan diagnosis suatu penyakit

tersebut. Jika kita hanya melakukan salah satu pemeriksaan saja dikhawatirkan

akan terjadi kesalahnan di dalam diagnosis

6. Sariawan dapat terjadi karena beberapa factor seperti stres, luka di mulut, infeksi

pada mulut, mulut kering, perubahan imunitas, alergi makanan, siklus haid, atau

minuman yang asam. Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu factor

keturunan, pengaruh obat dan infeksi HIV.

7. Sariawan yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat dicegah dengan oral hygiene

yang baik, pemeriksaan-gigi yang teratur, dan kebiasaan-diet yang baik. Masalah

sariawan yang disebabkan oleh penyakit sistemik dapat diminimalkan dengan

oral hygiene yang baik dan secara cermat mengikuti terapi medis yang diberikan

oleh penyedia pelayanan kesehatan pasien.Pemberian tambahan vitamin B12

terbukti menurunkan kemungkinan kekambuhan sariawan

8. Sariawan yang tidak sembuh juga setelah lewat dua minggu harus dicurigai

bersifat ganas. Jadi harus diperiksakan ke dokter. Apalagi jika titik lukanya

makin meluas. Salah satu penyakit dengan indikasi ini ialah kanker rongga mulut.

Sariawan yang bertahan selama berbulan-bulan juga merupakan indikasi penyakit

lebih serius seperti

9. Jenis-jenis sariawan

a. Stomatitis apthous Reccurent(SAR) adalah sariawan yang bersifat berulang.

Diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu: ulser minor, ulser mayor

dan ulser herpetifaorm

b. Oral Thrush adalah sariawan yang di sebabkan oleh jamur Candida Albican,

biasanya banyak terdapat di lidah

c. Stomatitis Herpatik adalah sariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan

beralokasi di bagian belakang tenggorokan

10. Berpengaruh, khususnya untuk wanita yang berbeda kondisi hormonnya

11. Pencegahan sariawan:

a. Minimal 2 kali sehari membersihkan mulut dengan sikat gigi, dan benang gigi.

b. Jika menggunakan gigi palsu, harus dirawat dengan baik, dan pastikan memiliki

kesesuaian yang baik ketika digunakan

3

Page 4: BAB 1.docx

c. Kumur dengan air garam (1 sendok teh garam, dalam segelas air hangat)

d. Antibakteri mouth wash dapat direkomendasikan dalam keadaan tertentu

e. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol, karena dapat menyebabkan mulut

kering

f. Menanggulangi mulut kering dengan minum yang banyak, potongan nanas,

permen karet bebas gula untuk menstimulasi keluarnya saliva.

12. Ya, sama.

4

Page 5: BAB 1.docx

1.5 Pohon Masalah

1.6 Sasaran Belajar

1. Menjelaskan Definisi Stomatitis Apthous Recurent (SAR)

2. Menjelaskan Klasifikasi StomatitisApthous Recurent (SAR)

3. Menjelaskan Diagnosis Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

4. Menjelaskan Pencegahan Stomatitis Apthous Recurent(SAR)

5. Menjelaskan etiologi Stomatitis Apthous Recurent(SAR)

6. Menjelaskan Manifestasi klinik Stomatitis Apthous Recurent(SAR)

7. Menjelaskan Terapi Stomatitis Apthous Recurent (SAR)

8. Menjelaskan Mekanisme Stomatitis Apthous Recurent(SAR)

9. Menjelaskan Diagnosis Banding Stomatitis Apthous Recurent(SAR)

10.Menjelaskan Hubungan Sariawan dengan Menstruasi.

11.Menjelaskan Hubungan Sariawan dengan Penyakit Sistemik.

12. Menjelaskan Pengaruh umur dan jenis kelamin pada Stomatitis Apthous

Recurent(SAR)

5

SAR (Stomatitis Aftosa

Rekuren)

Definisi KlasifikasiEtiologi

DiagnosisDiagnosis Banding

Terapi Manifestasi Klinik

Pencegahan

Mekanisme

Page 6: BAB 1.docx

BAB II

ISI

2.1 Definisi Stomatitis Apthous Recurent (SAR)

Istilah “aphtous” beSARal dari kata yunani “aphta” yang berarti ulseSARi. SAR

adalah salah satu kondisi yang menyakitkan, yang paling umum terlihat di mukosa mulut

pasien. Terlihat beberapa seperti butir-butir kecil, bulat, bulat telur atau ulkus berulang

dengan margin berbatas, memiliki warna kuning atau abu-abu dikelilingi oleh eritematosa,

biasanya terdapat pada anak-anak atau remaja.

(j.oral maxillofac. Pathol, 2011)

2.2 Klasifikasi Stomatitis Apthous Recurent (SAR)

2.2.1 Clinical classification :

Minor apthae

Ulkus kecil, dangkal/tidak dalam, bulat/oval, biasanya sakit, ukurannya

kurang dari 8-10 mm.

Mayor apthae

Ulkus lebih besar, lebih dalam dan lebih sakit dibanding minor aphtae,

ukurannya lebih dari 10 mm, ulkus muncul selama 10-20 hari bahkan

berbulan-bulan.

Reccurent herpetiform ulcers

Relatif jarang muncul, kira-kira 5-10% dari seluruh kasus SAR. Kadang

kadang ulkusnya bergabung/menyatu membentuk ulkus yang besar dan bias

berlangsung selama 2 minggu.

2.2.2 Classification for determining the management strategies :

Tipe A

SAR terjadi selama beberapa hari, tidak terlalu nyeri, dalam setahun bisa muncul

beberapa kali

Tipe B

Nyeri/sakit SAR berlangsung 3-10 hari, terjadi setiap bulannya.

Tipe C

Nyeri/sakitnya kronik, teSARa sakit sepanjang tahun.

2.2.3 Classification based on the nature of recurrences :

Simple aphthosis

Terjadi 2-4 kali dalam setahun

Complex aphthosis

6

Page 7: BAB 1.docx

Sakitnya hampir terjadi secara berkesinambungan sepanjang tahun, berkaitan

dengan penyakit sistemik.

(Vivek V and Bindu J Nair, 2011)

2.3 Diagnosis

Diagnosis SAR dilakukan dengan cara anamnesa dan pemeriksaan fisik, biasanya

pada anamnesis pasien akan meSARakan sakit pada mulutnya, tempat ulser sering berpindah-

pindah dan biasanya kejadiannya selalu berulang. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan

ulser pada bagian mukosa mulut dengan bentuk yang oval dengan lesi ±1cm yang jumlahnya

sekitar 2-6. pasien biasanya demam ringan

(Haikal Muhammad, 2010)

2.4 Pencagahan Stomatitis Apthous Recurent (SAR)

1. Hindari stress yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal 8 jam sehari.

2. Tidur yang berkualitas bukan hanya dilihat dari lamanya waktu tidur. Tidur dalam kondisi

banyak beban pikiran atau stress dapat menurunkan kualitas tidur.

3. Perbaiki pola makan. Pola makan dan diet yang sehat tidak hanya akan mencegah sariawan

namun juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Perbanyak sayuran hijau dan

buah yang kaya akan asam folat, vitamin B-12 dan zat besi. Bila sedang menstruasi hindari

makanan yang pedas dan asam.

4. Jaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.

• Oral hygiene yang baik

• Pemeriksaan gigi yang teratur

• Kebiasaan diet yang baik

• Antibakteri Mouth wash dapat direkomendasi dalam keadaan tertentu

• Hindari obat kumur yang mengandung alcohol, karena dapat menyebabkan mulut kering

• Makan buah-buahan yang bebas gula untuk menstimulasi keluarnya saliva

(Group. Inc, 2008)

2.5 Etiologi Stomatitis Apthous Recurent (SAR)

Etiologi SAR hingga saat ini masih tidak diketahui dengan pasti . Terdapat beberapa

faktor yang dikatakan berperan dalam pemunculan SAR, yaitu genetik, defisiensi hematinik,

hipersensitifitas terhadap makanan , infeksi bakteri dan virus, perubahan hormonal, stres

psikologik, obat-obatan, dan trauma lokal.

Faktor penyebab terjadinya stomatitis, yaitu :

• Imunologi, seperti penderita HIV

• Faktor genetik

7

Page 8: BAB 1.docx

• Hormonal

• Trauma = a. Pemakaian gigi tiruan

b. Trauma makanan

c. Trauma sikat gigi

d. Menggigit bagian dalam mulut

e. Prosedur dental

• Stres

• Kebiasaan merokok

• Kondisi medik

• Pengobatan

• Infeksi

(William and Wilkins, 2001)

2.6 Manifestasi KlinikStomatitis Apthous Recurent (SAR)

• Ada 4 tahap karakter klinis dari SAR:

a. Tahap premonitori

Terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pasien akan

meSARakan sensasi mulut terbakar pada tempat di mana lesi akan muncul.

Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epithelium dan

oedema akan mulai berkembang.

b. Tahap pre- ulseSARi

Terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi SAR. Intensitas SARa

nyeri akan meningkat.

c. Tahap ulseratis

Akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu, intensitas nyeri

berkurang.

d. Tahap penyembuhan

Terjadi pada hari ke 4-35. Ulser akan ditutupi epithelium.

• SARa seperti terbakar, nyeri, bentuknya bulat, putih kekuningan dikelilingi daerah

eritematous terbentuk kemerahan papul ulser stomatitis makin meluas

bakteria yang terdapat pada sariawan masuk melalui makanan ke rongga mulut

melalui tonsil mencapai kelenjar limfa di leher peradangan (limfadenitis)

limfadenopati sebagai limfadenitis reaktif yang proses pertahanan tubuh terhadap

radang dan merupakan proses fisiologis tubuh kelenjar getah bening membesar.

• Terjadi pada mukosa pipi, dasar mulut, palatum lunak dan lidah

.

8

Page 9: BAB 1.docx

2.7 Terapi Stomatitis Apthous Recurent (SAR)

• Vitamin

• Obat kumur

• Kartikosteroid secara topikal

• Antimikrobia

• Imunomodulator

(Lewis, Michael A.O ,2012)

2.8

2.9 Diagnosis Banding Stomatitis Apthous Recurent (SAR)

• Varicella Zoster (VZ)

• Heparngina

• Hand Food and Mounth Disease (HFMD)

• Stomatitis alergica

• Behcet disease

• Kanker mukosa mulut

• HFMD

• Herpes simplex

• Lupus eritematosus akut

• Pemphigus vulgaris

• Arthritis reaktif

• Sifilis

(Pramono C, et all. 2008)

2.10 Hubungan SAR dengan Menstruasi

Barawal pada saat wanita ovulasi peningkatan hormon estrogen dan progesteron

saat menstruasi penurunan hormon estrogen dan progesteron permeabilitas vaskular

menurun mudahnya terjadi invasi bakteri iritasi atau infeksi rongga mulut ulkus

lesi yang berbentuk sebagai Recurrent Apthae Stomatiti (SAR) yang muncul secara

periodik sesuai siklus menstruasi.

Rendahnnya kadar hormonal progesteron sebagai predisposing factor pada SAR

(Sumintarti, 2012)

9

Page 10: BAB 1.docx

2.11 Hubungan SAR dengan Penyakit Sistemik

Banyak faktor sistemik dan lokal yang terlibat dalam patogeneis, yang didominasi oleh

karena kurangnnya sistem pertahanan tubuh sebagai akibat dari status gizi yang buruk

yang dapat menyertai kekurangan energi protein.

Dengan adanya sistem imun yang menurun, sehingga menyebabkan munculnya SAR.

Stomatitis Apthous Reccurent tersebut kadang-kadang dapat menjadi tanda dari suatu

penyakit sistemik.

(Felice Femiano, et all, 2011)

2.12 Pengaruh Umur dan Jenis Kelamin pada Stomatitis Apthous Recurent(SAR)

Pada penelitian yang diterbitkan Journal of the college physician and surgeon Pakistan

tahun 2013 fakta membuktikan bahwa wanita dewasa (16-30 tahun) sering mengalami SAR

karena memiliki kecenderungan anemia. Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian bahwa

wanita defisiensi hemoglobin, hematokrit, B 12, ferritin, dan folat lebih rendah

dibandingkan pria.

10

Page 11: BAB 1.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stomatitis Apthosa Recurren (SAR) adalah suatu kelainan pada selaput lendir

mulut yang berbentuk luka pada mulut yang ditandai dengan bercak warna putih

kekuningan dengan permukaan agak cekung. Terbentuknya ulcer merupakan suatu lesi

adanya infeksi akut dan peradangan akut. Terjadinya limfadenitif dan limfadenopati

karena bakteri yang masuk melalui makanan ke rongga mulut dan melalui tonsil mencapai

kelenjar limfa di leher, dan merupakan suatu sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak

untuk mengatasi antigen yang menginfeksi sehingga kelenjar getah bening membesar.

Jenis Stomatitis yang terdapat pada skenario adalah stomatitits aphthous recurren minor

karena terjadi pada daerah yang tidak berkeratin dan diameternya juga tidak terlalu besar.

Adanya hubungan siklus menstruasi dengan SAR ditunjukkan penderita SAR

pada wanita yang mencapai dua kali dibandingkan pada pria. Pengaruh kadar estrogen

dan progesteron. Perubahan permeabilitas menyebabkan invasi bakteri yang menjadi

infeksi dalam rongga mulut, karena mukosa pipi mempunyai susunan epitel yang sama

dengan mukosa vagina bagian sepertiga proksimal yang sama-sama tidak berkeratin.

Sehingga kadar estrogen dan progesteron yang mengalami penurunan saat menstruasi dan

reseptornya dapat dijumpai dalam rongga mulut, khususnya gingiva.

3.2 Saran

Diharapkan dalam penulisan makalah ini para peneliti dan kawan-kawan

mahasiswa dapat mengenembangkan dan memaham lagi tentang macam-macam jenis

tumpatan beserta fungsinya agar referensi bertambah.

11

Page 12: BAB 1.docx

DAFTAR PUSTAKA

Dekken, clare., Wildman, K. Guidenlines for the prevention and treatment of stomatitis and

mucotitis in adult, NHS Sussex cancer networ , 2011

Fontes V, Machet L, Huttenberger B, Lorette G, Vaillant L. Service de Dermatologie et

Consultation de Dermatologie Buccale, Hôpital Trousseau, CHU Tours. Annales de

Dermatologie et de Venereologie [2002, 129(12):1365-1369]

Gale Encylopedia of Mediciane: The Gale Group. Inc 2008. Stomatitis

Haikal Muhammad. 2010. Aspek Imunologi Stomatitis Aftosa Rekuren. Jakarta: Gramedia

J Nair, Bindu and V Vivek. Reccurent aphthous stomatitis : current concepts in diagnosis and

management. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology. 2011;

23(3): 232-236

Khan N F., Saeed M., Chaudhary S., dkk. Haematological parameters recurrent aphtous

stomatitis. Journal of the college physician and surgeon Pakistan, 2013 ; 23 (2) :

124-127

Langlais, Robert P., Miller, Craig S. Atlas Berwarna : Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. 2012.

Jakarta : Hipokrates

Lawler W, Ahmed A, Hume WJ. Buku Pintar Patologi untuk Kedokteran Gigi. 2002. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran

Soetiarta Farida, Maria Anna, Utami Sri. The relationship between recurrent aphtae stomatitis and

reproductive hormones level. Buletin Penelitian Kesehatan, 2009 ; 37 (2) : 79-86

Wulandari Endah Ayu Tri, Setyawati Titiek. Tata Laksana SAR Minor untuk Mengurangi

Rekurensi dan Keparahan. Indonesian Journal Dentistry. 2008 ; 15 (2) :147-154

12

Page 13: BAB 1.docx

13