bab 1.docx

8
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehtan utama adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan (Hawari, 2006). Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak diaangap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tesebut dalam arti ketidaktahuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Hawari, 2001). Menurut Melinda Herman (2008) Skizofrenia adalah penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosialnya (Neurological disease that affects a person’s perception, thinking, language, emotion and social behavior) (Iyus, 2007). Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, usia dan Jenis Kelamin, keadaan fisik, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia, dan sebagainya. Berdasarkan World Health Organization (WHO) yang dikutip dari yosep (2008) masalah gangguan kesehatan jiwa diseluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius, paling tidak ada ada satu dari empat orang di dunia

Upload: netha-tian

Post on 16-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehtan utama adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan (Hawari, 2006). Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak diaangap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tesebut dalam arti ketidaktahuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Hawari, 2001).Menurut Melinda Herman (2008) Skizofrenia adalah penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosialnya (Neurological disease that affects a persons perception, thinking, language, emotion and social behavior) (Iyus, 2007). Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, usia dan Jenis Kelamin, keadaan fisik, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia, dan sebagainya.Berdasarkan World Health Organization (WHO) yang dikutip dari yosep (2008) masalah gangguan kesehatan jiwa diseluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius, paling tidak ada ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah jiwa WHO menyebutkan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Departemen kesehatan menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa berat sebesar 2,5 juta, yang diambil dari data rumah sakit se Indonesia (Depkes RI, 2008). Jumlah penderita gangguan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yaitu satu dari empat penduduk indonesia menderita kelainan jiwa berupa cemas, depresi, stres, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizoprenia. Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa berat sebesar 2,5 Juta jiwa, yang diambil dari data RSJ se-Indonesia. Sementara itu 10% dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa maka harus mendapatkan perhatian karena termasuk rawan kesehatan jiwa. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan jiwa skizofrenia. Menurut Dinkes Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 jumlah angka kejadian gangguan jiwa masih tertinggi secara nasional . Jawa Barat menduduki peringkat ketiga, dibawahnya terdapat Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Angkanya mencapai 20% atau lebih befsar dari angka rata-rata nasional 11,6% atau sekitar 19 juta orang mengalami gangguan jiwa. Data yang didapat dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi jawa Barat menunjukan mayoritas pasien-pasien yang berkunjung adalah gangguan jiwa skizoprenia. Berdasarkan data tahun 2011 tercatat sebanyak 13.725 kasus skizoprenia dengan rincian Unit rawat Jalan 10.029 orang, Unit Rawat Inap 1.245 orang, dan Unit gawat darurat 2.451 orang.Data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut tahun 2012 jumlah angka kejadian ganguan jiwa diperkirakan untuk klien data rawat jalan 1.121.467 jiwa, klien yang dirujuk rawat inap 49.163 jiwa dan klien yang melakukan kunjungan 7.533 jiwa. Usaha kesehatan jiwa masyarakat di Kabupaten Garut, Jawa Barat perlu di perhatikan yang mana banyaknya masyarakat yang mengidap penyakit jiwa , dari jumlah 65 Puskesmas dan 104 Puskesmas Pembantu yang mengembangkan balai pengobatan jiwa, salah satunya yaitu Puskesmas Sukamerang.Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah diperoleh 10 gangguan jiwa pada tahun 2014, dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 1.1Kejadian Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah 2013Jenis PenyakitJumlah persentase

a. Skizoprenia b. Depresic. Baby Bloosd. Paranoide. Stomoformf. Pobiag. Epilepsih. Psikotiki. BPSDj. RM Berat77223221121362%19%3%3%3%2%2%2%2%2%

Jumlah 124100

Sumber : RM Puskesmas Sukamerang 2013Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kasus gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah pada tahun 2013 yaitu berjumlah 124 orang. Kejadian gangguan jiwa yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerang yang menduduki peringkat pertama adalah gangguan jiwa dengan Skizoprenia yaitu sebanyak 77 orang atau 100%Pada tahun 2014 dari bulan Januari samapai November sebanyak 142 orang warga menderita gangguan jiwa. Terjadi peningkatan sebanyak 18 orang atau sekitar 13%. Pasien gangguan jiwa di Kecamatan Kersamanah kebanyakan pasien dirawat oleh keluarga dengan bantuan serta pengontrolan dari puskesmas, pasien mendapat rutin obat dan bantuan sosial dari berbagai pihak untuk melakukan berbagai usaha. Dari desa yang ada di Kecamatan Kersamanah pasien yang masih melakukan terapi sebanyak 72 orang, yang tidak melakukan atau drop out sebanyak 59 orang dan sebanyak 11 orang meninggal dunia pada tahun 2012 serta 2013.Skizoprenia mempunyai dampak sangat menyusahkan bagi penderita maupun keluarganya karena onset terjadinya pada saat dewasa muda produktif yaitu dibawah 45 tahun, dan dalam perjalanannya akan mengalami keruntuhan (deteriorasi) dari taraf fungsi sebelumnya, baik fungsi sosial, pekerjaan, dan perawatan diri. Penderita sukar untuk bersosialisasi, dan tidak dapat bekerja seperti sebelumnya karena sifat regresif serta kemunduran dalam perawatan diri (Ibrahim, 2011) Penyebab terjadinya gangguan jiwa bervariasi tergantung pada jenis gangguan jiwa yang dialami. Secara umum gangguan jiwa disebabkan karena adanya tekanan psikologis yang disebabkan oleh adanya tekanan dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu. Insidensi penyakit mental dipengaruhi oleh status ekonomi rendah. Terdapat hubungan yang positip antara status sosioekonomi dan kesehatan mental dengan memperhatikan psikopatologi beberapa penelitian telah menemukan presentasi gangguan bipolar I yang lebih sedikit lebih tinggi pada orang dengan status ekonimi tinggi dan jumlah skizoprenia yang lebih besar dari biasanya pada orang dalam kelompok status sosioekonomi rendah (Kaplan & Shadoc, 2003)Psikologis merupakan analisis mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami manusia, psikologi bertugas menyelediki apa yang disebut pengalaman bagian dalam sensasi dan perasaan kita sendiri, pikiran serta kehendak kita yang bertolak belakang dengan pengalaman setiap objek pengalaman luar yang melahirkan pokok permasalahan (Rahman Shaleh, 2004). Psikologis abnormal berkaitan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan.Menurut penelitian Munjiati, dkk (2008), mengenai hubungan pola asuh dengan kejadian skizoprenia, didaptkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kejadian skizoprenia. Para ahli menganggap, bahwa pengalaman seorang anak sangat menentukan kondisi mental individu di kemudian hari Notosoedirjo & Latipun (2005). Menurut hasil penelitian Erlina, dkk (2010) bahwa hasil penelitian skizoprenia berstatus ekonomi rendah sebanyak 86,7% lebih banyak dari status ekonomi tinggi sebanyak 13,3% status ekonomi rendah mempunyai resiko 6,00 kali untuk mengalami gangguan jiwa skizoprenia dibandingkan dengan status ekonomi tinggi. Dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 7 keluarga, ternyata didapatkan 4 responden yang mengalami skizoprenia karena pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan baik itu karena kehilangan, kegagalan, perceraian dan kesepian serta 3 orang responden akibat dari sosial ekonomi yang rendah. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan faktor psikologis dan sosio ekonomi terhadap kejadian skizoprenia di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian Adakah hubungan faktor psikologis dan sosio ekonomi terhadap kejadian skizoprenia di Wilayah Kerja Sukamerang Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut tahun 2015

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumSecara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan faktor psikologis dan sosio ekonomi terhadap kejadian skizoprenia di Wilayah kerja Puskesmas Sukamerang Kersamanah tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui masalah skizoprenia berdasarkan umur di wilayah kerja puskesmas sukamerang kecamatan kersamanah tahun 20152. Mengetahui masalah skizoprenia berdasarkan pekerjaan terhadap kejadian skizoprenia di wilayah kerja puskesmas suamerang kecamatan kersamanah tahun 20153. Mengidentifikasi 4. Megetahui hubungan psikologis terhadap kejadian skizoprenia di wilayah kerja puskesmas sukamerang tahun 20155. Mengetahui hubungan sosioekonomi dengan kejadian skizoprenia di wilayah kerja puskesmas sukamerang tahun 2015

1.4 Kegunaan Penelitian1.4.1 Kegunaan Praktis1. Bagi PuskesmasHasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya dalam memberikan pendidikan kesehatan serta menjalankan program kesehatan jiwa masyarakat guna mengurangi kejadian skizoprenia yang kian meningkat 2. Bagi PerawatPenelitian ini dapat dijadikan data dasar dalam melakukan intervensi pada klien dan berkolaborasi dengan keluarga guna peningkatan kesembuhan klien

1.4.2 Kegunaan Teoritis1. Bagi Institusi PendidikanPenelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan dibagian keperawatan jiwa komunitas dalam hal pemberian asuhan keperawatan pada klien dan keluarga gangguan jiwa.2. Bagi PenelitiPenelitian ini dijadikan sebagai ukuran keberhasilan selama pembelajaran tentang keperawatan jiwa komunitas serta menambah wawasan bagi peneliti selama di lapangan.