bab 1.docx

79
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan Indonesia. Dari target MDGs 102 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per 100.000 kelahiran hidup, ppada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per 100.000 menjadi 24 per 100.000 kelahiran hidup (Azka, 2013). Secara garis besar masalah pokok dibidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah pertumbuhan pendudukan yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan (Arliana, 2013). Kontrasepsi Implant adalah alat kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah kulit, terdiri dari 6 kapsul silastik, setiap kapsulnya berisi levornorgestrel sebanyak 36 miligram dengan panjang 3,4 cm di lakukan pada bagian dalam lengan atas atau 1

Upload: peni-nursafitri

Post on 03-Oct-2015

322 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

52

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangTarget pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan Indonesia. Dari target MDGs 102 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per 100.000 kelahiran hidup, ppada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per 100.000 menjadi 24 per 100.000 kelahiran hidup (Azka, 2013).Secara garis besar masalah pokok dibidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah pertumbuhan pendudukan yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan (Arliana, 2013).

Kontrasepsi Implant adalah alat kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah kulit, terdiri dari 6 kapsul silastik, setiap kapsulnya berisi levornorgestrel sebanyak 36 miligram dengan panjang 3,4 cm di lakukan pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas, yang berkerja dalam jangka waktu 5 tahun. Pemasangan implant hanya di lakukan petugas klinik atau orang terlatih secara khusus (dokter, bidan) (Pinem, 2009).Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun 2011, 99 % kematian itu terjadi di negeri berkembang. Dalam jangka waktu yang sama, tak kurang dari 50 juta aborsi akibat kehamilan tak diinginkan terjadi di muka bumi ini. Kontrasepsi kemudian dijadikan program untuk menekan angka-angka yang mengerikan itu. Di Afrika tercatat, sekitar 82 % penduduknya tidak berkontrasepsi. Di Asia Tenggara, Selatan, dan Barat, hanya 43 % yang sadar kontrasepsi. Negeri maju di Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan, selangkah lebih sadar, hanya 20 % warganya yang menolak kontrasepsi.Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi implant di seluruh dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, dan IUD, terutama di negara-negara berkembang. Persentase pengguna alat kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil yaitu 30,5%, IUD yaitu 15,2% sedangkan implant di bawah 10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7% (Safrina, 2012).Data survey nasional di semua BPS di Indonesia menunjukkan presentase terbanyak alat kontrasepsi yang dipakai di Indonesia adalah pada tahun 2010, angka penggunaan kontrasepsi terbesar adalah suntik sebesar 71,6%, pil 13,2%, IUD 4,8%, Implant 2,8%, MOW 3,1%, MOP 0,2%, pantang berkala 1,5%, senggama terputus 2,2% dan metode lainya 0,4% (Febriana, 2013).Persentase peserta KB aktif pada wanita subur tahun 2009 di Negara ASEAN yang tertinggi dicapai oleh Thailand sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke tiga dari 10 negara ASEAN. Berdasarkan BKKBN, pada tahun 2009 peserta KB aktif sebesar 75,70%. Pada tahun 2009 kontrasepsi hormonal masih dapat diminati sebagai alat KB oleh pasangan usia subur yaitu sebesar 50,2% (khairani, 2012).Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus sebanyak 259.940.857 orang, yang terdiri dari 132.240.055 (50,87 % ) laki-laki dan 127.700.802 (49,13 %) perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun (Sensus Penduduk, 2012).Penggunaan kontrasepsi KB di Indonesia yang menggunakan metode suntik sebanyak (58,25%), pil (24,37%), IUD (7,23%), implant (4,16%), Metode operatif wanita (3,13%), metode operatif pria (1,03%), kondom (0,68%), intravaginal tissue (0,11%) dan metode tradisional (1,04%) (BKKBN, 2010).Berdasarkan data BKKBN provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 cakupan KB di wilayah Jawa Barat adalah sebagai berikut : KB Suntik sebesar 54,38%, Pil sebesar 30,17%, IUD sebesar 12,35%, Implant sebesar 4,57, MOW sebesar 2,53%, MOP sebesar 1,03%, dan kondom sebesar1,21%. Berdasarkan hasil survey Kemenkes RI persentase pengguna KB aktif di provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 sebesar 76,13% (Raden Wulan, 2010).Kota Depok terdiri dari 6 Kecamatan dan 63 kelurahan. Dari profil kota Depok 2009 terlihat bahwaalat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu suntik (51,205), pil (30,78%), IUD (10,62%), implant (3,81%), MOW atau MOP (2,48%), dan kondom (1,12%) (Rainy, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti saat mengambil data di BPM Bidan Ika tahun 2015 pada bulan Maret, hasil dari..akseptor KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi pil sebanyakakseptor (%), menggunakan KB suntik sebanyak ..(%), menggunakan KB IUD sebanyakakseptor (%), menggunakan KB Implant sebanyakakseptor (%), menggunakan KB MOW sebanyakakseptor (%), menggunakan KB MOP sebanyakakseptor (%).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Juli 2013, diperoleh beberapa alasan yang berkaitan dengan rendahnya penggunaan alat kontrasepsi Implan di Puskesmas Srondol antara lain adanya perasaan takut untuk menggunakan KB Implan, adanya perasaan takut dilihat dari proses pemasangan/saat dilakukan insisi, khawatir terkait dengan biaya mahal pemasangan Implan, kurangnya informasi dari petugas mengenai macam-macam kontrasepsi sehingga akseptor tidak mengetahui tentang pengertian, macam, keuntungan, kerugian, efek samping, indikasi serta kontra indikasi dari alat kontrasepsi khususnya KB Implan.

Upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu salah satunya dengan membentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN). Ada berbagai macam metode dalam ber-KB yaitu dengan penggunaan kontrasepsi yang bersifat sementara dan permanen. Implant mempunyai angka kegagalan kumulatif yang terendah dari semua cara kontrasepsi yang reversibel. Berdasarkan data di Kecamatan Muara Ulok dan data di Klinik Kasih Bunda peserta KB implant menempati urutan ke-3 setelah suntik dan pil, ini menunjukkan animo masyarakat untuk memilih implant masih rendah dibandingkan suntik dan pil. Tapi jika dilihat dari salah satu keuntungannya implant sangat efektif untuk mencegah kehamilan, dan implant merupakan metode kontrasepsi efektif terpilih.

Setiap metode kontrasepsi yang ditawarkan memiliki keunggulan dan kekurangan. Respon di tubuh akseptor berbeda-beda sesuai dengan keadaan kesehatannya secara menyeluruh. Kekurangan dari metode kontrasepsi yang ditawarkan diantaranya bahwa metode kontrasepsi memiliki angka kegagalan dan memiliki efek samping penggunaan, serta komplikasi yang dapat timbul akibat dari interaksi metode KB dengan keadaan akseptor (penyakit, obat yang dikonsumsi, gaya hidup). Namun dalam hal ini, setiap efek samping dan komplikasi yang ditimbulkan dari penggunaan metode kontrasepsi, dapat diatasi/ditanggulangi.Bidan sebagai salah satu pemberi pelayanan KB di masyarakat, juga bertugas menangani efek samping/komplikasi yang dialami akseptor atas penggunaan metode kontrasepsi, sesuai dengan kewenangannya (Gitalovani, 2013).Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa data akseptor KB implant di BPM Bidan Ika tahun 2014 masih rendah, oleh karena itu penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah yang berjudul Gambaran pengetahuan Akseptor KB Implant di BPM Bidan Ika tahun 20151.2 Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk menegtahui Gambaran Karakteristik Akseptor KB Implant di BPM Bidan Ika Tahun 2015.

2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Gambaran Karakteristik Akseptor KB Implant di BPM Bidan Ika Tahun 2015 berdasarkan umur.b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Gambaran Karakteristik Akseptor KB Implant di BPM Bidan Ika Tahun 2015 berdasarkan pendidikan.c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Gmbaran Karakteristik Akseptor KB Implant di BPM Bidan Ika Tahun 2015 brdasarkan pekerjaan.d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Gambaran Karakteristik Akseptor KB Implant di BPM Bidan Ika Tahun 2015 berdasarkan paritas.

1.3 Rumusan MasalahProgram Keluarga Berencana Nasional telah diawali dan dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 1974. Tujuan dari pemerintah adalah untuk mengurangi jumlah penduduk dan juga untuk mengurangi tingkat kematian pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. Secara tidak langsung keluarga berencana dapat menyehatkan fisik dan kondisi, sehat ekonomi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak (DEPKES RI, 2010).Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang, dapat diketahui bahwa masalah dalam penelitian ini yaitu masih rendahnya pemakaian kontrasepsi implant di BPM Bidan Ika tahun 2015.

1.4 Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini membahas tentang gambaran karakteristik akseptor KB Implant di BPM Bidan Ika tahun 2014Penelitian ini dilakukan pada bulan maret 2015, penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya akseptor KB Implant di BPM Bidan Ika tahun 2015, penelitian ini dilakukan dengan kuesioner , penelitian ini dilakukan pada PUS (Pasangan Usia Subur), pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling, penelitian ini bersifat deskriptif, hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisa data univariat dan diolah dengan menggunakan SPSS 13.

1.5 Manfaat Penelitiana. Untuk InstitusiHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan bacaan, memberikan informasi, pengetahuan dalam proses belajar mengajar bagi mahasiswi di Akademi Kebidanan Al-Ikhlas Bogor.b. Untuk Tempat PenelitianHasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi keberhasilan dalam melaksanakan program KB Implant.c. Untuk PenelitiDapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti untuk menggambarkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan khususnya yang berhubungan dengan ilmu kebidanan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1PASANGAN USIA SUBUR2.1.1 Pengertian Pasangan Usia SuburMenurut BKKBN (2011), wanita usia subur adalah wanita usia 18-49 tahun dengan keadaan organ reproduksi berfungsi dengan baik, baik dengan status nelum kawin, kawin maupun janda (Mulyana, 2012).Menurut Depkes (2009), wanita subur adalah wanita usia 15-49 tahun dengan keadaan organ reproduksi berfungsi dengan baik, baik dengan status belum kawin, kawin maupun janda. Wanita usia subur ini yang menjalankan program KB dengan menggunakan kontrasepsi (Mulyana, 2012).Pengertian Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang (Leny, 2013).Masalah dan Kebutuhan yang Dialami Pasangan Usia Subur (PUS) Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut normal. Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti oleh masyarakat luas (Leny, 2013).

2.2 KELUARGA BERENCANA2.2.1 Pengertian Keluarga BerencanaProgram keluarga berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapaikesejahteraan keluarga. Program keluarga berencana merupakan bagian terpadu dalam program pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang, kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia. Program ini diharapkan dapat secara efektif mengatur jumlah anak yang dimiliki oleh pasangan suami istri yaitu sebanyak 2 anak saja (Mastika laily, 2013).Pengertian program Keluarga berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Erna, 2014).Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Tufan, 2014).

2.2.2 Tujuan Program KB Tujuan umum lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB dimasa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015 (Erna, 2014).Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah:1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Erna, 2014).

2.2.3 Sasaran program KB Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksanaan dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Erna, 2014).

2.2.4 Ruang Lingkup Program KB1. infertilitas.2. Pendidikan sex (sex education).Konsultasi Ruang lingkup program KB meliputi:3. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE).4. Konseling.5. Pelayanan kontrasepsi.6. Pelayanan pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.7. Konsultasi genetik.8. Tes keganasan.9. Adopsi.

2.2.5 Metode HormonalTerdapat beragam metode dalam kontrasepsi hormonal. Metode ini dapat dilakukan melalui mulut (kontrasepsi oral), melalui vagina, ditempelkan pada kulit, ditanam dibawah kulit,maupun disuntikan kedalam otot (Taufan, 2014).Hormon yang digunakan untuk mencegah konsepsi meliputi estrogen dan progestin (suatu senyawa yang mirip dengan hormone progesteron). Metode hormonal mencegah kehamilan dengan cara menghambat pelepasan sel telur dari ovarium, atau mengentalkan mukus atau lender serviks (leher rahim) sehingga sperma tidak bisa melewati servik ke rahim. Selain itu, metode hormonal juga mencegah sel telur dibuahi oleh sperma. Dalam penggunaannya, metode-metode hormonal memiliki efek samping dan batasan atau larangan yang hampir sama.

2.3 Kontrasepsi2.3.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Taufan, 2014).Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat sementara atau dapat juga bersifat permanent. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah dan melawan dan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang telah matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan, jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma. (Wiknjosastro, 2007).Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan atau pencegahan konsepsi, untuk mencapai tujuan tersebut berbagai cara dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan alat kontrasepsi seperti pil KB, KB suntik, penggunaan alat dalam saluran reproduksi (kondom, alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD), alat kontrasepsi bawah kulit atau implant, operasi (vasektomi dan tubektomi) dan dengan obat topikal intravagina yang bersifat spermisida (BKKBN, 2012).

2.3.2 metode kontrasepsibeberapa metode kontrasepsi yang lazim digunakan oleh warga Negara Indonesia adalah sebagai berikut:a. Metode SederhanaKontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: metode Amenorhea Laktasi (MAL), coitus interuptus, metode kalender, metode lender serviks (MOB), metode suhu basal badan dan simptotermal yaitu paduan antara suhu basal dengan lender serviks. Sedangkan metode kontrasepsi dengan alat yaitu Kondom, Diafragma, Cup Serviks dan Spermisid.b. Metode Kontrasepsi HormonalMetode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada Pil dan Suntik atau injeksi.Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada Pil, Suntik dan Implant.c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon.d. Metode Kontrasepsi MantapMetode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu: metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba atau tuba falopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.e. Metode Kontrasepsi DaruratMetode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu: Pil dan AKDR.

2.4 Implan2.4.1 Definisi ImplanImplant adalah salah satu kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon yang dipasang pada lengan atas (Handayani, 2010).Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan metode kontrasepsi.

2.4.2 Jenis implantdikenal 2 macam implant, yaitu:a. Non biodegradable implantDengan cirri-ciri sebagai berikut: 1) Norplant (6 kapsul) berisi hormon levonegestrel daya kerja 5 tahun.2) Norplant-2 (2 batang) berisi hormon levonegestrel daya kerja 3 tahun.3) Satu batang berisi hormon ST-145, daya kerja 2 tahun.4) Satu batang berisi hormon 3-keto desogestrel daya kerja 2,5-4 tahun.Sedangkan Non Biodegradeble implant dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:1) Norplantdipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 batang silastik (karet silastik) yang berisi dengan hormon levonogestrel dan ujung-ujung kapsul ditutup dengan silastilk adhesive. Tiap kapsul mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm berisi 36 mg levonogestrel, serta mempunyai cirri sangat efektif dalam mencegah kehamilan untuk 5 tahun. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai (Dwi, 2013).2) Norplant-2dipakai sejak tahun1987, dari 2 batang silastik yang padat, dengan panjang tiap batang 44 mm, dengan masing-masing batang diisi dengan 70 mg levonogestrel di dalam matriks batangnya. Cirri Norplant-2 adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun. Pada kedua macam implant tersebut, lenovogestrel berfungsi melalui membrane silastik dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi. Pelepasan hormon tiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada tahun pertama, kemudian menurun 30-35 mcg perhari untuk 5 tahun.b. Biodegradable implantBiodegradable implant melepaskan progestin dari bahan pembawa atau pengangkut yang secara perlahan-lahan larut di dalam jaringan tubuh. pembawanya sama sekali tidak diperlukan untuk dikeluarkan lagi seperti pada norplant.dua macam implant biodegradable sedang diuji coba saat ini pada sejumlah warna, yaitu:1) Capronor, suatu batang polymer hormon levonogestrel, pada awal penelitian dan pengembangannya, capronor berupa satu kapsul biodegradable yang mengandung levonogestrel yang dilarutkan dalam minyak ethil-aleate dengan diameter kapsul