bab 1.docx

25
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk kehidupan yang pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainnya serta lingkungan kehidupannya (paleoekologi) selama umur bumi atau dalam skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil. Sebagaimana ilmu sejarah yang mencoba untuk menjelaskan sebab sebab dibandingkan dengan melakukan percobaan untuk mengamati gejala atau dampaknya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan yang hidup di jaman sekarang, paleontologi menggunakan fosil atau jejak organisme yang terawetkan di dalam lapisan kerak bumi, yang terawetkan oleh proses-proses alami, sebagai sumber utama penelitian. Oleh karena itu paleontologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak kehidupan masa lalu terekam dalam fosil. Pengamatan paleontologi sudah didokumentasikan sejak abad ke 5 sebelum masehi, dan ilmu ini baru berkembang pada abad ke 18 setelah Georges Cuvier menerbitkan hasil pekerjaannya dalam “Perbandingan Anatomi” dan kemudian berkembang secara cepat pada abad ke 19. Fosil yang

Upload: rizkirahman

Post on 22-Sep-2015

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk kehidupan yang pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainnya serta lingkungan kehidupannya (paleoekologi) selama umur bumi atau dalam skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil. Sebagaimana ilmu sejarah yang mencoba untuk menjelaskan sebab sebab dibandingkan dengan melakukan percobaan untuk mengamati gejala atau dampaknya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan yang hidup di jaman sekarang, paleontologi menggunakan fosil atau jejak organisme yang terawetkan di dalam lapisan kerak bumi, yang terawetkan oleh proses-proses alami, sebagai sumber utama penelitian. Oleh karena itu paleontologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak kehidupan masa lalu terekam dalam fosil. Pengamatan paleontologi sudah didokumentasikan sejak abad ke 5 sebelum masehi, dan ilmu ini baru berkembang pada abad ke 18 setelah Georges Cuvier menerbitkan hasil pekerjaannya dalam Perbandingan Anatomi dan kemudian berkembang secara cepat pada abad ke 19. Fosil yang dijumpai di China sejak tahun 1990 telah memberi informasi baru tentang yang paling awal terjadinya evolusi binatang-binatang, awal dari ikan, dinosaurus dan evolusi burung dan mamalia. A. Tipe dan Jenis FosilMenurut ahli paleontologi ada beberapa jenis fosil tetapi secara umum ada dua macam jenis fosil yang perlu diketahui, yaitu: fosil yang merupakan bagian dari organisme itu sendiri dan fosil yang merupakan sisa-sisa aktifitasnya.1. Tipe fosil yang berasal dari organismenya sendiriTipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang terawetkan, dapat berupa tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang keras. Dapat juga berupa binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersipan. misalnya fosil Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun serangga yang terjebak dalam amber (getah tumbuhan). 2. Tipe fosil yang merupakan sisa-sisa aktifitasnyaFosil jenis ini sering juga disebut sebagai trace fosil (fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri. Gambar 1 diperlihatkan bagaimana fosil jejak terbentuk sebagai hasil dari aktivitasnya. Adapun jenis fosil jejak antara lain coprolite (fosil bekas kotoran binatang) dan trail and tracks (fosil bekas jejak langkah binatang). Gambar 1 Jejak-jejak fosil : coprolite, trail and tracks, dan fosil termineralisasiPenyimpanan atau pengawetan fosil cangkang dapat berbentuk cetakan, berupa cetakan bagian dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau external mould dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau organisme itu. Pada gambar 2 diatas menunjukkan bagaimana cetakan bagian dalam fosil dan cetakan bagian luar fosil terbentuk. B. Hukum Suksesi Fauna (Fosil) Ada tiga prinsip utama yang perlu diketahui dalam mempelajari fosil, yaitu: (1). Fosil mewakili sisa-sisa kehidupan dari suatu organisme, (2). Hampir semua fosil yang ditemukan dalam batuan merupakan sisa-sisa organisme yang sudah punah dan umumnya merupakan spesies yang masa hidupnya tidak begitu lama, (3). Perbedaan spesies fosil akan dijumpai pada batuan yang berbeda umurnya dan hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan bumi mengalami perubahan. Apabila kita telusuri fosil-fosil yang terkandung dalam lapisan batuan, mulai dari lapisan yang termuda hingga ke lapisan yang tertua, maka kita akan sampai pada suatu lapisan dimana salah satu spesies fosil tidak ditemukan lagi. Hal ini menandakan bahwa spesies fosil tersebut belum muncul (lahir) atau spesies fosil tersebut merupakan hasil evolusi dari spesies yang lebih tua atau yang ada pada saat itu. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kemunculan suatu spesies merupakan hasil evolusi dari spesies sebelumnya dan hal ini dapat kita ketahui melalui pengamatan fosil-fosil yang terekam di dalam lapisan-lapisan batuan sepanjang sejarah bumi. Apabila penelusuran kita lanjutkan hingga ke lapisan batuan yang paling tua, maka kita akan sampai pada suatu keadaan dimana tidak satupun fosil ditemukan, apakah itu fosil yang berasal dari reptil, burung, mamalia, vertebrata berkaki empat, tumbuhan darat, ikan, cangkang, dan atau binatang lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka ketiga prinsip utama diatas dapat kita sintesakan menjadi satu prinsip yang berlaku secara umum yang disebut sebagai Hukum Suksesi Fosil (Hukum Suksesi Fauna). diperlihatkan kemunculan dari beberapa spesies dari kelompok binatang dan tumbuh-tumbuhan dalam rentang umur bumi, yaitu sejak zaman Kambrium hingga zaman Kuarter. Berbagai jenis binatang dan tumbuhan yang ditemukan sebagai fosil telah mengalami perubahan selama kurun waktu dari sejarah bumi. Ketika kita menemukan fosil yang sama dalam batuan yang lokasinya berbeda, maka kita tahu bahwa batuan tersebut berumur sama. Bagaimana para ilmuwan menjelaskan perubahan yang terjadi di bumi melalui jejak-jejak fosil yang dijumpai dalam batuan? Pada awalnya penjelasan terhadap perubahan dan pergantian berbagai jenis spesies yang hidup dimuka bumi dasarkan atas pemikiran tentang suksesi bencana-alam atau katatrofisme yang secara periodik merusak dan memusnahkan lingkungan hidup suatu organisme. Setelah peristiwa katatrofisme maka akan muncul kehidupan yang baru lagi. Gambar 2 Kemunculan dari beberapa kelompok binatang dan tumbuh-tumbuhan dalam kurun waktu geologi, mulai dari zaman Kambrium hingga ke zaman Kuarter.Sebagai ilustrasi, para ahli mempelajari fosil ancestor (fosil nenek-moyang) dan fosil descendant (fosil keturunannya) disepanjang umur geologi. Sebagai contoh pada gambar 10.4 diperlihatkan fosil jenis Archaeopteryx lithographica yang dijumpai pada batuan berumur Jura. Fosil ini tersusun dari rangka reptil yang didalamnya juga memiliki jari-jari dengan cakar yang berada pada sayapnya, susunan tulang belakangnya menerus hingga ke bagian ekor, serta memiliki gigi, dan seluruh tubuhnya ditutupi oleh bulu. Kebanyakan dari fosil reptil yang dijumpai pada batuan berumur Jura atau bahkan yang lebih tua dari Jura, ternyata hanya fosil Archaeopteryx lithographica merupakan fosil yang diketahui memiliki bulu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fosil Archaeopteryx lithographica memiliki hubungan antara reptil dan burung atau burung yang berasal dari ke Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli sebelumnya kemudian berkembang dan terkoreksi, hal ini mengingat bahwa teori dibuat atas dasar fakta dan pengamatan. Dengan adanya pengetahuan dan informasi baru, maka suatu teori dapat berkembang dan berubah, demikian halnya dengan teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Prinsip superposisiAdalah prinsip yang menyatakan pada suatu penampang geologi yang belum mengalami ganaguan, maka umur relative suatu batuan dapat ditentukan dengan melihat urutannya. Yaitu batun yang paling tua berada di paling atas dan yang paling muda berada di atas.1. Prinsip original horizontalityDalam proses sedimentasi, sedimen diendapkan sebagai lapisan horizontal.2. Prinsip lateral continuitySedimen melampar secara horizontal kesegala arah hingga menipis dan berakhir di tepi cekungan pengendapan.3. Prinsip cross-cutting relationshipIntrusi batuan beku atau patahan harus lebih muda daripada batuan yang diintrusi atau yeng terpatahkan.4. Prinsip inclusionSuatu inklusi (fragmen suatu batuan didalam tubuh batuan lain) harus lebih tua daripada batuan yang mengandungnya tersebut5. Prinsip fossil successionFosil yang berada dilapisan palinga bawah lebih tua daripada fosil pada lapisan atas.Hukum suksesi fauna (fosil) sangat penting bagi para ahli geologi yang ingin mengetahui umur batuan saat melakukan penelitian. Kehadiran fosil pada suatu singkapan batuan atau batuan yang berasal dari inti bor dapat dipakai untuk menentukan umur batuan secara akurat. Kajian yang rinci dari berbagai macam jenis batuan yang diambil di berbagai lokasi akan menghasilkan beberapa jenis fosil yang mempunyai kisaran hidup yang relatif pendek dan fosil jenis ini disebut sebagai fosil indek.Saat ini, binatang dan tumbuhan yang hidup di lingkungan laut memiliki perbedaan yang sangat mencolok dengan yang hidup di lingkungan darat, demikian juga dengan binatang atau tumbuhan yang hidup di salah satu bagian yang ada di lingkungan laut atau di lingkungan darat akan berbeda pula dengan binatang atau tumbuhan yang hidup di lokasi lainnya pada lingkungan laut ataupun darat. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi para ahli untuk mengenalinya dalam batuan yang umurnya sama ketika salah satu batuan diendapkan di lingkungan darat dan batuan lainnya diendapkan pada lingkungan laut dalam. Para ahli harus mempelajari fosil fosil yang hidup di berbagai lingkungan sehingga diperoleh suatu gambaran yang lengkap dari binatang ataupun tumbuhan yang hidup pada periode waktu tertentu di masa lampau. Penyimpanan atau pengawetan fosil cangkang dapat berbentuk cetakan, berupa cetakan bagian dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau external mould dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau organisme itu. Pada gambar 10.2 diatas menunjukkan bagaimana cetakan bagian dalam fosil dan cetakan bagian luar fosil terbentuk. Kegunaan fosil dalam geologi: a. Untuk mempelajari perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka bumi sepanjang sejarah bumi. b. Mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat fosil tersebut hidup. c. Menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan atas kandungan fosilnya. d. Untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan didasarkan atas sifat dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut. e. Untuk korelasi antar batuan batuan yang terdapat di alam (biostratigrafi) yaitu dengan dasar kandungan fosil yang sejenis/seumur.Fosil merupakan data historis yang handal hanya jika kita dapat menentukan umurnya. Penentuan usia fosil umumnya dilakukan dengan cara penentuan usia relative dan penentuan usia absolut.

Gambar 3 penentuan usia absolut.Pada awal pertengahan tahun 1600-an, seorang ilmuwan bangsa Denmark yang bernama Nicholas Steno mempelajari posisi relatif pada batuan-batuan sedimen. Dia mendapatkan bahwa partikel-partikel yang mempunyai berat jenis yang besar yang berada dalam suatu larutan fluida akan mengendap terlebih dahulu ke bagian bawah sesuai dengan urutan berat jenisnya yang lebih besar. Partikel yang besar dan memiliki berat jenis yang besar akan diendapkan pertama kali sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil dan lebih ringan akan terendapkan belakangan. Adanya perpedaan ukuran butir (partikel) atau komposisi mineral akan membentuk suatu perlapisan. Perlapisan pada batuan sedimen pada umumnya dapat dilihat dengan jelas, karena batuan sedimen dibangun dari susunan partikel-partikel yang membentuk pola laminasi dan selanjutnya membentuk perlapisan yang cukup tebal. Setiap urutan (sekuen) lapisan batuan mempunyai arti bahwa lapisan bagian bawah akan selalu lebih tua dibandingkan dengan lapisan diatasnya. Hal ini dikenal sebagai Hukum Superposisi. Hukum superposisi merupakan dasar untuk penafsiran sejarah bumi, karena disetiap lokasi akan dicirikan oleh umur relatif dari lapisan-lapisan batuan dan fosil yang ada didalamnya. Perlapisan batuan terbentuk ketika partikel partikel yang diangkut oleh media air atau angin melepaskan diri dan mengendap di dasar cekungan. Hukum Steno Original Horizontality menyatakan bahwa hampir semua sedimen, pada saat diendapkan untuk pertama kalinya dalam posisi yang horisontal. Meskipun demikian, banyak perlapisan batuan sedimen yang kita jumpai di alam tidak lagi dalam posisi horisontal atau telah mengalami perubahan dari kondisi aslinya. Perubahan posisi lapisan yang sudah tidak horisontal lagi pada umumnya terjadi selama periode pembentukan pegunungan (gambar 10.9). Perlapisan batuan disebut juga sebagai strata (berasal dari bahasa Latin) dan stratigrafi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang strata. Oleh karena itu foskus pelajaran stratigrafi pada mempelajari karakteristik dari perlapisan batuan, termasuk di dalamnya mempelajari bagaimana hubungan antara batuan dengan waktu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menentukan lingkungan pengendapan batuan didasarkan atas sifat dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut. ?2. Bagaimana menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan atas kandungan fosilnya.?3. Bagaimana proses terbentuknya fosil hewan dan kayu.?4. Bagaimana mengetahui jenis jenis penyebaran fosil?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menentukan lingkungan pengendapan batuan didasarkan atas sifat dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut.2. Mahasiswa mampu menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan atas kandungan fosilnya.3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan proses terbentuknya fosil hewan dan kayu.4. Mahasiswa mangetahui jenis jenis penyebaran fosil.

D. MANFAAT

Hasil dari makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,khususnya kepada mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan lebih tinggi,manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini di harapkan dapat di jadikann acuan bagi para mahasiswa untuk memotifasi para mahasiswa agar perkuliahan lebih baik lagi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Geologi Regional ( L.Tilamuta 1: 250.000 ) Gambar 4 L.Tilamuta ( 1 : 250.000 )Secara regional, daerah ini termasuk dalam proses terbentuknya pulau Sulawesi, dimana secara tektonik pulau Sulawesi terbentuk karena bertemunya lempeng besar yakni ; lempeng India-Australia dibagian barat dan barat daya bergerak relative ke timur laut, Lempeng erausia dibagian barat laut yang relative stabil dan lempeng pasifik dibagian timur yang bergerak ke barat laut, Lempeng kecil yakni ; Lempeng Filipina di bagian timur laut yang bergerak ke arah barat.Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan di antara tiga pergerakan lempeng besar yang bertemu secara konvergen. Konvergensi ini menimbulkan pengembangan semua jenis struktur di semua skala, termasuk subduksi dan zona tumbukan, sesar dan thrust (Pasau dan Tanauma, 2011). Sesar Gorontalo merupakan sesar mendatar dekstral (Katili, 1969; Sukamto, 1975)-anonim- yang berlawanan arah dengan Sesar Palu Koro dan pola sesar sungkupnya yang memperlihatkan arah yang konsekuen terhadap platform Banggai Sula sehingga memberikan gambaran adanya kemungkinan kompresi mendatar yang disebabkan oleh dorongan platform Banggai Sula kearah barat.Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang dikuasai oleh batuan gunung api Miosen - Pliosen (kira-kira 23 juta hingga 2 juta tahun yang lalu). Umumnya terdiri dari batuan beku intermediet hingga asam, yaitu batuan-batuan intrusif berupa diorit, granodiorit, dan beberapa granit. Batuan lainnya merupakan batuan sedimenter bersumber dari gunung api yang terdiri dari lava, tuf, breksi, atau konglomerat.sebaliknya pada satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan tersebut menunjukkan hubungan superposisi yang jelas. Fasies gunung api Formasi dolokapa diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan gunung api yang lebih muda merupakan batuan busur kepulauan.Zona kedua merupakan cekungan di tengah-tengah Provinsi Gorontalo, yaitu Dataran Interior Paguyaman-Limboto. Dataran yang cukup luas yang terbentang dari Lombongo sebelah timur Kota Gorontalo, menerus ke Gorontalo, Danau Limboto, hingga Paguyaman, dan Botulantio di sebelah barat, merupakan pembagian yang jelas antara pegunungan utara dan selatan. Dataran ini merupakan cekungan yang diduga dikontrol oleh struktur patahan normal seperti dapat diamati di sebelah utara Pohuwato di Pegunungan Dapi-Utilemba, atau di utara Taludaa di Gunung Ali, Bone.Di Dataran Paguyaman hingga Danau Limboto, menurut Peta Geologi Lembar Tilamuta (Bachri, dkk. 1993), pada Kala Pleistosen (sejak 2 juta tahun yang lalu), pernah merupakan danau yang sangat luas. Bahkan, pada waktu yang sedikit lebih tua, yaitu pada Plio-Pleistosen, perbukitan sekeliling Danau Limboto adalah laut dangkal dengan terumbu karang, seperti Taman Wisata Laut Olele, tetapi pada waktu 2 juta tahun yang lalu.Sejak itu, proses-proses tektonik telah mengangkat laut ini menjadi lebih dangkal yang akhirnya surut. Setelah menjadi dataran, cekungan ini menjadi danau yang luas. Tetapi kembali terjadi proses pendangkalan hingga sekarang dan hanya menyisakan Danau Limboto kira-kira seluas 56 km dengan kedalaman 2,5 m yang merupakan kedalaman terdangkal dari seluruh danau di Indonesia (Lehmusluoto dan Machbub, 1997). Proses-proses tektonik pengangkatan daratan yang memang aktif di Indonesia Timur menyebabkan drainase menjadi lebih baik. Air danaupun berproses menyurut dan sekarang ditambah dengan proses sedimentasi dari perbukitan di sekilingnya yang mempercepat proses pendangkalan Danau Limboto.Zona Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-Modello umumnya terdiri dari formasi-formasi batuan sedimenter gunung api berumur sangat tua di Gorontalo, yaitu Eosen Oligosen (kira-kira 50 juta hingga 30 juta tahun yang lalu) dan intrusi-intrusi diorit, granodiorit, dan granit berumur Pliosen. Batuan gunung api tua umumnya terdiri dari lava basalt, lava andesit, breksi, batu pasir dan batu lanau, beberapa mengandung batu gamping yang termetamorfosis. Seperti halnya di utara, asosiasi batuan-batuan tersebut juga membawa pada kandungan mineral logam emas yang ditambang secara manual oleh rakyat, seperti di Bone Pantai, Tilamuta, dan Gunung Pani, Marisa.Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai Pohuwato. Dataran yang terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagian besar tadinya merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut. Hingga sekarang, di bagian selatan, masih didapati rawa-rawa bakau (mangrove) yang luas, yang sebenarnya merupakan rumah bagi burung endemis Wallacea, burung maleo.Dari zona fisiografis di atas, dapat dikatakan bahwa morfologi Gorontalo umumnya merupakan daerah pegunungan yang berrelief terjal, kecuali di Dataran Interior dan Dataran Aluvial Pantai. Batas-batas pegunungan terbentang hingga pantai. Pantai-pantai yang ada, baik di utara ke Laut Sulawesi, maupun di selatan ke Teluk Tomini, hanyalah pantai-pantai sempit atau berbatu-batu. Relief yang terjal memang sangat rawan terhadap longsor ataupun jatuhan batu. Erosi pun akan menjadi sangat peka jika lingkungan hutan pada lereng terjal berubah. Tetapi kondisi alam tersebut, dengan masih kecilnya pengaruh kerusakan lingkungan, menciptakan pemandangan yang mempesona, seperti contohnya sebuah teluk yang masih asri di sepanjang perjalanan dari Kwandang ke Atinggola di Kabupaten Gorontalo Utara. Statigrafi RegionalFORMASI LOKODIDI : Konglomerat, batupasir, batupasir konglomeratan, batupasir tufan, tuf, batulempung, serpih hitam.satuan ini tersingkap baik di desa lokodidi di daerah pantai utara, bagian barat lembar tilamuta, di lembah S.Malango bagian hulu,dan di daerah teluk kwandang,tebal formasi ini kurang lebih 100 m. FORMASI DOLOKAPA : batupasir wake, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf lapilli, aglomerat, breksi gunungapi, lava andesit sampai basal.satuan ini mempunyai sebaran yang cukup luas, terdapat di bagian tengah dan utara daerah telitian,yaitu paleleh hingga daerah kwandang.Gambar 5. Formasi (dimodifikasi dari peta Lembar Tilamuta), Apandi dan Bachri, 1997

BAB III PEMBAHASAN

1. FORMASI LOKODIDISatuan formasi ini tersingkap baik di desa lokodidi di daerah pantai utara, bagian barat lembar tilamuta, di lembah S.Malango bagian hulu,dan di daerah teluk kwandang,tebal formasi ini kurang lebih 100 m.umumnya memilki satuan batuan berupa Konglomerat, batupasir, batupasir konglomeratan, batupasir tufan, tuf, batulempung, serpih hitam.Konglomerat berwarna coklat tersusun oleh kepingan batugamping, andesit,dan kuarsa susu yang berukuran kerikil hingga kerakal, berbentuk membulat,dengan masadasar tuf,terpilah buruk dengan kemas tertutup.Batupasir berwarnah abu hingga coklat kemerahan, berbutir halus hingga sedang.umumnya kompak, merupakan sisipan di antara serpih dan konglomerat.batuan ini bersifat konglomerat, berwarna abu-abu, tersusun oleh butiran batuan andesit dan basal, berukuran 0,5-5 cm, terpilah buruk, bersifat gampingan dan mempunyai pecahan fosil gastropoda.Batupasir tufan dan tuf berwarna putih hingga abu-abu muda, berbutir sedang, dan agak kompak.batulempung berwarna abu-abu kehijauan dan umumnya terkekarkan,berlapis dan agak tebal.sedangkan serpih berwarna hitam, umunya kurang kompak, gampingan dan berstruktur perarian sejajar.Di dalam batupasir, dijumpai fosil Globorotalia sp, dan Globigerinoides trilobus (reuss), akan tetapi tidak dapat ditentukan umurnya,formasi ini menindih selaras breksi wobudu yang berumur dapat didugapliosen akhir hingg

1. Globorotalia fimbricata2. Globorotalia flexuosa3. Globorotalia menardii4. Globorotalia multicamerata5. Globorotalia scitula prascitula6. Globorotalia tumida 7. Globorotalia tosaenis8. Globorotalia viola9. Globorotalia ungulate10. Neogloboqudrina dutertrei

Globigerina immaturusLEROY (St 089 no 4) Plate 1Cangkang trochospiral, bikonveks tidak sama, equatorial peripheral membulat, sumbuspheriperal melingkar lebar, dinding berpori, permukaannya berbintik, kamar spherical,tersusun oleh 3,5 putaran, 3 4 kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah secaramedium, sutura pada sisi spiral melengkung, tertekan, umbilicus menyempit, apertur utama interiormarginal, umbilical dengan busur rendahmedium dibatasi oleh lingkaran.Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR (St 089 no 5 ) Plate 1Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang trochospiral sangat rendah,equatorial periphery lobulate, axial periphery membundar; aperture interiomarginal,ekstraumbilikal-umbilikal, agak rendah, bukaan arch elongate dibatasi oleh bibir atau rim;kamar berkembang subglobular tersusun dari 3 putaran dengan 5-6 kamar pada putaranterakhir bertambah ukuran secara regular; sutura pada sisi spiral dan umbilical memancar,tertekan; umbilicus agak lebar, agak tipisGloborotalia siakensisLEROY (St 089 no 7 ) Plate 1Cangkang trochospiral sangat rendah, equator periphery lobulate, bagian tepimembundar, dinding cangkang berpori kasar, permukaan halus, kamar membundar,subglobular, terdiri dari tiga putaran, terdiri dari 5-6 pada putaran terakhir ukurannya bertambah. Sutura pada sisi spiral berbentuk melengkung hingga radial, umbilicus agak sempit, segitiga pada specimen yang normal. Aperture interiomarginal, umbilical-extraumbilical, dengan sangat besar, dibatasi tepian yang jelas di bagian atas1.1.2Foraminifera Bentonik Batulempung Hitam bagian atas (Stasiun 089)