bab 1 thesis

7
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dewasa ini tuntutan akan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang konsisten, bermutu tinggi dengan cara paling efektif, biaya terjangkau, serta akuntabel semakin menguat. Bagi rumah sakit negeri, pengendalian biaya pelayanan kesehatan seringkali menjadi persoalan yang cukup memberatkan di tengah ketatnya persaingan dengan rumah sakit dan klinik swasta. Dalam jangka panjang persoalan ini dikhawatirkan akan menjadi beban berat bagi anggaran belanja rumah sakit negeri. Dari hasil penelitian yang dipaparkan dalam disertasi berjudul Pengaruh Penerapan Clinical Pathways terhadap Efisiensi Pelayanan di Rumah Sakit Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, terlihat adanya penurunan biaya akibat penurunan lama waktu inap di rumah sakit (LOS), namun biaya penunjang medic meningkat secara signifikan setelah penerapan clinical pathways. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen penunjang medik. Peningkatan lebih disebabkan karena kepatuhan terhadap clinical pathways dibandingkan suatu gejala yang berlebihan. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013, clinical pathway digunakan sebagai alat pengontrol tarif yang

Upload: bima-atmaja

Post on 12-Feb-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 Thesis

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Dewasa ini tuntutan akan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang konsisten, bermutu tinggi

dengan cara paling efektif, biaya terjangkau, serta akuntabel semakin menguat. Bagi rumah sakit

negeri, pengendalian biaya pelayanan kesehatan seringkali menjadi persoalan yang cukup

memberatkan di tengah ketatnya persaingan dengan rumah sakit dan klinik swasta. Dalam jangka

panjang persoalan ini dikhawatirkan akan menjadi beban berat bagi anggaran belanja rumah sakit

negeri.

Dari hasil penelitian yang dipaparkan dalam disertasi berjudul Pengaruh Penerapan Clinical

Pathways terhadap Efisiensi Pelayanan di Rumah Sakit Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar,�

terlihat adanya penurunan biaya akibat penurunan lama waktu inap di rumah sakit (LOS), namun

biaya penunjang medic meningkat secara signifikan setelah penerapan clinical pathways. Peningkatan

terjadi pada seluruh komponen penunjang medik. Peningkatan lebih disebabkan karena kepatuhan

terhadap clinical pathways dibandingkan suatu gejala yang berlebihan.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013, clinical pathway

digunakan sebagai alat pengontrol tarif yang ditetapkan pada paket pembiyaan berdasarkan sistem

case-mix, Indonesian Based Related Groups (INA – CBGs). Selain itu, dokumen clinical pathway

juga dipersyaratkan sebagai alat pembuktian, ketika paket biaya yang tidak terkendali membutuhkan

klarifikasi dari tim multidisplin yang melaksanakan kontrak pelayanan tersebut. Tanpa clinical

pathway, maka sistem INA – CBGs tidak dapat diterapkan dengan baik (PMPK, 2013).

Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke

menjadi penyebab kecacatan nomor satu di seluruh dunia. Kematian akibat stroke di Amerika Serikat,

misalnya, mencapai lebih dari 160.000 pertahunnya, sedangkan angka kecacatan permanen mencapai

30% pada pengamatan pertama setelah serangan stroke.

Page 2: BAB 1 Thesis

Permasalahan dalam perawatan stroke di RS sangat kompleks. Keterlambatan pasien datang ke

RS, keterlambatan penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan komplikasi selama perawatan

merupakan permasalahan yang umum dijumpai.

Clinical pathway merupakan suatu pendekatan multidisiplin yang berbasis waktu, dan digunakan

untuk membantu pasien-pasien tertentu mencapai luaran positif yang diharapkan. Clinical

pathway adalah salah satu perangkat penunjang pelayanan klinis stroke yang lebih terpadu,

terorganisasi, dan komprehensif.

Kendala penerapan clinical pathway dapat dikurangi dengan kesepakatan pemahaman dan

koordinasi masing-masing profesi yang terlibat dalam kinerja tim multidisiplin yang terintegrasi.

Diperlukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan yang sudah dilakukan oleh tim multidisiplin

yang terlibat sebagai upaya perbaikan berkesinambungan (Basudewa, 2013; Varkey, 2010)

Berdasarkan pengkajian beberapa hasil penelitian penerapan clinical pathway di beberapa negara

menunjukkan bahwa penerapan clinical pathway dapat meningkatkan cost effectiveness dan

menurunkan angka rata-rata lama perawatan di rumah sakit secara signifikan (Susi, 2009; Chan dan

Wong, 1999)

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pada kelompok yang terpapar clinical

pathway terdapat perbaikan proses pelayanan yang signifikan dibandingkan pada kelompok yang

tidak terpapar clinical pathway. Perbaikan proses teramati baik untuk pelayanan di IGD, pelayanan di

bangsal, dan pada saat pasien keluar dari RS.

Monitoring dan evaluasi merupakan elemen kunci pengembangan suatu kebijakan dan

perbaikan program. Di dalam penerapan clinical pathway diperlukan monitoring dan evaluasi

terhadap kesesuaian tahapan proses pengembangan, kesesuaian aktivitas yang diterapkan dengan

perencanaan, dan realisasi tujuan. Evaluasi terhadap ketidaksesuaian penerapan harus dilakukan untuk

mengetahui faktor-faktor penyebabnya (Varkey, 2010; WHO, 2007).

Hal ini sesuai dengan pendapat Berwick (2008) yang disitasi oleh Marchisio, dkk. (2009), yang

menyatakan bahwa lebih baik fokus pada upaya pemahaman organisasi dalam menyesuaikan

penerapan proses pelayanan yang baru daripada membandingkan luaran klinis secara kuantitatif.

Waktu observasi yang terbatas dan sistem dokumentasi rekam medis serta pelaporan monitoring

Page 3: BAB 1 Thesis

standar pelayanan medis yang belum didukung oleh data yang diharapkan, seringkali menjadi

keterbatasan evaluasi penerapan clinical pathway dengan metode penelitian kuantitatif. Analisis

kualitatif pada penelitian ini diharapkan dapat memahami lebih mendalam terhadap proses penerapan

clinical pathway stroke rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai

berikut: Rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan layanan yang aman, bermutu, dan terjangkau

sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009. Hal tersebut dapat diketahui dengan membandingkan persepsi antara layanan yang diharapkan

dengan layanan yang dirasakan pasien, kesesuaian layanan dengan standar pelayanan medis dan

clinical pathway yang disepakati (Kurtin dan Stucky, 2009; Praptiwi, 2009; Depkes, 2005; King,

2004). Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional yang diterapkan sejak tanggal 1 Januari 2014, clinical

pathway merupakan salah satu persyaratan utama pengendali biaya dan pengendali mutu layanan

pasien dalam sistem pembayaran berdasarkan case-mix INA-CBGs, terutama pada kasus terbanyak

dan berpotensi menghabiskan sumber daya yang besar (PMPK, 2013; Peraturan Presiden Nomor 12

Tahun 2013). Berbagai hambatan yang dihadapi dalam pengembangan clinical pathway antara lain

kegagalan mengintegrasikan dokumentasi ke dalam clinical pathway, yang dapat diketahui melalui

upaya monitoring dan 7 evaluasi penerapan yang sudah dilakukan (Basudewa, 2013; Varkey, 2010;

Panella, dkk., 2003). Di dalam penerapan clinical pathway diperlukan monitoring dan evaluasi

terhadap kesesuaian tahapan proses pengembangan, aktivitas yang diterapkan, dan realisasi tujuan

yang diharapkan, namun seringkali terdapat keterbatasan waktu observasi, sistem dokumentasi rekam

medis, serta pelaporan monitoring standar pelayanan medis (Berwick dalam Marchisio, dkk., 2009;

WHO, 2007). sehingga perlu diketahui sejauh mana efektivitas penerapan clinical pathway stroke

rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.. Pengembangan dan penerapan

clinical pathway stroke rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. diharapkan

dapat menjadi salah satu instrumen dalam upaya peningkatan mutu layanan pasien stroke rawat inap.

Beberapa indikator mutu layanan harus diukur dan dianalisis sebagai alat untuk mengetahui

Page 4: BAB 1 Thesis

efektivitas pelayanan pasien stroke rawat inap yang diberikan. Penelitian ini difokuskan pada evaluasi

efektivitas mutu layanan pasien stroke rawat inap selama penerapan clinical pathway. Beberapa

indikator yang dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan penerapan clinical pathway antara lain

kelengkapan pengisian form clinical pathway, analisis variasi layanan. Berdasarkan hal di atas, maka

peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah proses penerapan clinical pathway stroke rawat inap di RSUD Panembahan

Senopati Bantul, Yogyakarta sudah dilakukan secara efektif?

2. Apakah pelayanan pasien stroke rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul,

Yogyakarta selama penerapan clinical pathway sudah dilakukan secara efektif??

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui efektivitas proses penerapan clinical pathway stroke rawat inap di RSUD Panembahan

Senopati Bantul, Yogyakarta.

2. Mengetahui efektivitas proses pelayanan pasien stroke rawat inap selama penerapan clinical patway

stroke rawat inap inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan: Hasil penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

tentang proses penerapan dan evaluasi clinical pathway stroke rawat inap di RSUD Panembahan

Senopati Bantul, Yogyakarta..

2. Manfaat bagi penerapan ilmu pengetahuan: a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai evaluasi

proses penerapan clinical pathway stroke rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul,

Yogyakarta. b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar upaya peningkatan mutu layanan

pasien stroke rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.. c. Hasil penelitian

Page 5: BAB 1 Thesis

dapat digunakan sebagai dasar tindak lanjut pengembangan disain clinical pathway stroke rawat inap

di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.