bab 1 -3.doc

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbicara dan berfikir di kelas tinggi sekolah dasar dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan. Berbicara dan berfikir merupakan kebiasaan yang sering dilakukan sehari-hari. Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari berbicara dan berfikir berlangsung dalam waktu bersamaan. Hal tersebut juga dapat berhubungan dengan kegiatan menyimak. Bila ada menyimak pasti ada berbicara demikian sebaliknya. Kemampuan tersebut masih perlu terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi. Peningkatan kemampuan berbicara dan berfikir dimaksudkan agar anak-anak sekolah dasar mampu memahami pembicaraan baik langsung maupun lewat media, misalnya radio, televisi dan pita rekaman. Berbagai strategi, dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Pengetahuan dan keterampilan dalam strategi pembelajaran bahasa lisan merupakan prasyarat agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di kelas tinggi khususnya sekolah dasar. Maka dari perlu kita ketahui mengenai proses berbicara serta strategi meningkatkan kemampuan 1

Upload: dessy-wiranti

Post on 09-Jul-2016

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1 -3.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan berbicara dan berfikir di kelas tinggi sekolah dasar dapat

meningkatkan kemampuan berbahasa lisan. Berbicara dan berfikir merupakan

kebiasaan yang sering dilakukan sehari-hari. Dalam kegiatan berbahasa

sehari-hari berbicara dan berfikir berlangsung dalam waktu bersamaan. Hal

tersebut juga dapat berhubungan dengan kegiatan menyimak. Bila ada

menyimak pasti ada berbicara demikian sebaliknya. Kemampuan tersebut

masih perlu terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi.

Peningkatan kemampuan berbicara dan berfikir dimaksudkan agar

anak-anak sekolah dasar mampu memahami pembicaraan baik langsung

maupun lewat media, misalnya radio, televisi dan pita rekaman. Berbagai

strategi, dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara.

Pengetahuan dan keterampilan dalam strategi pembelajaran bahasa lisan

merupakan prasyarat agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di kelas

tinggi khususnya sekolah dasar. Maka dari perlu kita ketahui mengenai proses

berbicara serta strategi meningkatkan kemampuan berbicara dan berfikir

dalam meningkatkan kemampuan berbahasa lisan.

Dengan demikian, setelah dipelajari sajian materi ini diharapkan

mahasiswa sebagai calon guru SD/MI mampu memahami kemampuan

berbahasa lisan khususnya di sekolah dasar.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja yang termasuk proses berbicara?

1.2.2 Apa saja yang termasuk strategi meningkatkan kemampuan berbicara

dan berfikir?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam proses berbicara

1

Page 2: bab 1 -3.doc

1.3.2 Untuk mengetahui yang termasuk strategi meningkatkan kemampuan

berbicara dan berfikir

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah ilmu pengetahuan secara praktis sebagai hasil dari

pengamatan langsung serta diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan secara umum dan khususnya ilmu kependidikan.

2. Manfaat Praktis

Dapat berguna sebagai masukan bagi pendidik untuk meningkatkan

hasil belajar siswanya dan pemikiran serta perbaikan dalam

penanganan masalah, motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa di

masa yang akan datang

2

Page 3: bab 1 -3.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Berbicara

Berbicara mengadung arti yang luas. Berbicara adalah beromong,

bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran melisankan sesuatu yang

dimaksudkan (KBBI, 2005: 165). Menurut Djago Tarigan dkk (1998: 34),

menjelaskan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui

bahasa lisan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi –bunyi artikulasi atau kata-kata secara lisan

untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan

perasaan untuk menyampaikan pesan.

Proses berbicara sering dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan

berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk melaksanakan

suatu layanan. Yang termasuk golongan yang pertama misalnya percakapan dalam

suatu pesta, di kafetaria, pada saat antre di bank, da sebagainya. Sedangkan yang

termasuk kelompok kedua misalnya mengikuti wawancara untuk memperoleh

pekerjaan, memesan makaa di rumah maka membeli prangko, mendaftarkan

sekolah dan sebagainya.

Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan

kemampuan secara vertikal tidak secara horizontal. Maksudnya, mereka sudah

dapat mengugkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Makin

lama kemampuan tersebut menjadi semak sempura dalam arti stukturya menjadi

benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semaki bervariasi, dsb.

Dengan kata lain perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem,

kata, fase, kalimat, dan wacana.

Ellis (lewat numan. 1991 ; 46 ) mengemukakan ada tiga cara untuk

mengembangkan secara vertical dalam meningkatkan kemampuan berbicara

yaitu :

3

Page 4: bab 1 -3.doc

1. meningkatkan pembicara orang lain (khususnya guru);

2. mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai; dan

3. mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu betuk ujara

sediri yang belum benar dan ujaran orang dewa (terutama guruyang sudah

benar).

Kesulitan dalam berbicara disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu

faktor yang menimbulkan kesulitan daalam berbicara adalah yang datang dari

teman bicara. Seperti kita ketahui, dalam setiap kegiatan berbicara teman bicara

menafsirkan makna pembicaraan agar komuikasi dapat berlangsung terus sampai

tujuan pembicaraan tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap maka

pembicaraan maka komunikasi terputus atau dengan kata lain tujuan komuikasi

tidak tercapai.

Berikut ini proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan,

yaitu percakapan, berbisik estetik, berbicara untuk meyampaikan informasi atau

utuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatic (Tompkins da hoskisso, 1995 ;124-

147).

2.1.1 Percakapan

Murid-murid mempelajari strategi dan ktampilan untuk melakukan

sosialisasi dan percakapan dengan teman sekelasnya ketika mereka

berpatisipasi dalam percakapan di kelompok kecil. Murid-murid

mempelajari cara memulai percakapan, berbicara ketika memperoleh

giliran, menjaga agar percakapan berlangsung terus, mendukung komentar

dan pertanyaan anggota kelompok, mengatasi perbedaan pendapat, dan

mengakhiri percakapaan. Mereka juga belajar tentang peran pembicaraan

dalam mengembangkan pengetahuan. Berikut ini merupakan langkah-

langkah dalam melakukan percakapan.

(a) Memulai Percakapan

4

Page 5: bab 1 -3.doc

Untuk memulai percakapan, seorang murid selalu suka rela atau

ditunjuk untuk membuka pembicaraan. Kadang-kadang guru

menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan, kemudian seorang

murid mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut,

sedangkan anggota kelompok menanggapinya.

(b) Menjaga Berlangsungya Percakapan

Murid-murid secara bergiliran meyampaikan komentar atau

mengajukan pertanyaan. Mereka mendukung pendapat teman-teman

kelompok dan memperluas komentar mereka. Lewat percakapan,

murid-murid menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut

dapat berupa penyelesaian suatu tugas, menginterpretasikan buku

yang telah mereka baca, atau menanggapi pertanyaan guru. Anak-anak

diarahkan agar bertindak sopan dalam melakukan percakapan. Mereka

menerima komentar teman-teman dengan bersemangat dan penuh rasa

hormat. Mereka juga perlu membina suasana saling mempercayai

dengan mengungkapkan persetujuan, menjaga perasaan teman,

menyatakan persetujuan, dan menggunakan komentar anggota

kolompok yang telah dikemukakan sebelumnya sebagai rujukan.

Anak-anak perlu menyadari bahwa perbedaan pandangan merupakan

hal yang wajar.

(c) Mengakhiri Percakapan

Pada akhir percakapan, murid-murid seharusnya sudah dapat

mencapai suatu persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau

sudah melaksanakan tugas dengan baik. Kadang-kadang murid-murid

menghasilkan suatu dari suatu percakapan, misalnya berupa kumpulan

catatan hasil percakapan.

2.1.2 Berbicara Estetik (medongeng)

Salah satu bentuk kegiatan berbicara estetik ialah bererita, guru

menyajikan karya sastra kepada murid-muridnya dengan teknk berbicara,

5

Page 6: bab 1 -3.doc

dan muridnya juga diminta untuk bercerita mengenai karya sastra yang

telah dibaca. Adapun langkah-langkah dalam bercerita adalah sebagai

berikut :

(a) Memilih Cerita

Cerita-cerita tradisional misalnya cerita rakyat, sering dipilih

untuk kegiatan bercerita (mendongeng). Namun, bentuk karya sastra

anak-anak yang lama juga dapat digunakan.

Hal yang paling penting memilih cerita adalah memilih cerita yang

menarik. Antara lain :

Cerita tersebut sederhana, dengan alur cerita yang jelas.

Cerita tersebut memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang

jelas

Tema cerita jelas

Jumblah pelaku tidak banyak

Cerita mengandung dialog

Cerita menggunakan gaya bahasa perulangan

Cerita menggunakan bahasa yang mengandung keindahan

(b) Menyiapkan diri untuk bercerita

Murid-murid hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali

cerita yang akan diceritakan ntuk memahami perwatakan pelaku-

pelakunya dan dapat menceritakan secara urut. Kemudian murid-

murid memilih frasa-frasa atau kalimat yang akan diambil untuk

membuat ceritanya nanti serasa hidup, sehingga lebih menarik

perhatian pendengar, termasuk penggunaan suara bervariasi.

(c) Menambah Barang-barang yang Diperlukan

Murid-murrid dapat menggunakan beberapa teknik untuk

membuat cerita lebih hidup. Tiga barang yang dapat digunakan untuk

bercerita lebih menarik ialah gambar-gambar yang ditempelkan di

papan planel, boneka, dan benda-benda yang menggambarkan pelaku

binatang atau barang-barang yang di ceritakan. Misalnya untu certa si

kancil dapat digunakan gambar binatang kancil.

(d) Bercerita atau Mendongeng

6

Page 7: bab 1 -3.doc

Murid-murid bercerita sesuai dengan persiapan yang mereka

lakukan kepada teman-teman sekelas atau kepada anak-anak yang

lebih kecil. Kegiatan bercerita (mendongeng) dapat dilakukan dalam

kelompok-kelompok kecil sehingga penggunaan waktunya dapat

efesien.

2.1.3 Berbicara untuk Menyampaikan Informasi

Keempat macam bentuk kegiatan yang masuk jenis kegiatan ini

ialah melaporkan secara lisan, melakukan wawancara, dan berdebat.

Langkah-langkah dalam melaporkan informasi secara lisan ialah :

Memilih topik

Mengumpulkan dan menyusun informasi

Mengumpulkan benda-benda untuk menvisualkan

informasi (diagram, peta, gambar, dll), dan

Menyajikan laporan

Tema pembelajaran yang telah ditentukan, kemudian topik tersebut

dikembangkan dengan beberapa hal penting mengenai topik tersebut.

Pengembangan topik ini dapat dikembangan dengan menggunakan kata

Tanya : siapa, apa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana.

Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan membaca

berbagai sumber, antara lain buku, majalah, surat kabar, dan atlas.

Disamping sumber tercetak dapat juga digunakan sumber informasi berupa

film, rekaman, video atau hasil wawancara.

Penggunaan benda-benda untuk menvisualkan informasi dapat

membantu pendengar menangkap informasi tersebut. Disamping itu juga

penyajian infomasi juga lebih menarik. Bagi penyaji, benda-benda tersebut

dapat menolong mempermudah penyajian informasi. Misalnya untuk

menginformasikan kondisi gunung merapi dapat ditunjuk lokasi gunung

tersebut dengan menggunakan peta atlas.

7

Page 8: bab 1 -3.doc

Sebelum penyajian dimulai guru perlu menyampaikan cirri-ciri

penyaji yang baik. Misalnya penyaji harus berbicara cukup jelas dan tidak

menyimpang dari pokok-pokok pembicaraan yang telah disiapkan. Kepada

pendengar (murid-murid yan tidak sedang menyajikan informasi) perlu

diingatkan bahwa mereka harus mendengarkn dengan penuh perhatian,

mengajukan pertanyaan, dan memberikan penghargaan kepada penyaji

misalnya dengan bertepuk tangan.

2.1.4 Kegiatan Dramatik

Kegiatan drama merupakan media bagi murid-murid untuk

menggunakan bahasa verbal dan non verbal dalam konteks yang

bermakna. Ketika memainkan drama anak-anak berinteraksi dengan teman

sekelas, berbagai pengalaman, dan coba menafsirkan sendiri naskah drama

yang dimainkan. Kegiatan drama memilki kekuatan sebagai suatu teknik

pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dalam kegiatan

berfikir logis dan kreatif, memberika pengalaman belajar secara aktif, dan

memadukan 4 ketrampilan berbahasa (khususnya apabila anak-anak

meminta mengarang sendiri naskah drama sederhana akan dimainan).

2.2 Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Berfikir

Kesempatan yang baik untu mengembangkan ktrampilan berbicara ialah

pada tahap publikasi dalam proses menulis. Banyak anak yang senang mengubah

karangannya dalam bentuk drama pendek yang diperankan dikelas. Pada

kesempatan memerankan adegan inilah anak-anak memiliki kesempatan untuk

berlatih berbicara. Mereka dapat pula memperlihatkan dan mempelajari

ktrampilan berakting dari teman-temannya.

2.2.1 Kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan keterampilan berfikir

Untuk mengembangkan keterampilan berfikir, dikelas seharusnya

anak-anak tidak hanya dilatih mengemukakan fakta tetapi perlu ditekankan

8

Page 9: bab 1 -3.doc

pada kemampuan untuk menjelaskan dan mengevaluasi. Hal ini biasanya

kurang memperoleh perhatian guru dalam proses pembelajaran.

Langkah pertama untuk meningkatkan keterampilan berfikir anak-

anak ialah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepada

mereka, misalnya ketika membaca bacaan tentang suatu expedisi, lebih

baik diajukan pertanyaan “apa yang ingin anda bawa dalam expedisi

tersebut seandainya ikut didalamnya?” dari pada pertanyaan “mengapa

anggota expedisi itu memakai baju tebal?’. Dengan demikian anak-anak

akan terpacu memikirkan berbagai kemungkinan, tidak sekedar mencari

jawaban yang benar dalam teks.

Setelah beberapa minggu, guru mulai mengenal perubahan pada

murid-murid dalam saling menanggapi pertanyaan sesama murid atau

pertanyaan guru. Murid-murid memikirkan dengan sungguh-sungguh

jawaban yang akan mereka sampaikan dan mengungkapkan jawaban

dengan lebih jelas. Mereka tidak menjawab secara tepat tetapi bernada

memprotes, sebaliknya mengemukakan jawaban dengan hati-hati dan

jujur. Segera setelah anak-anak mulai dapat berfikir tentang proses mereka

sendiri dalam berfikir (metakognisi), mereka siap untuk menggunakan

strategi berfikir yang khas, misalnya membedakan fakta dan pendapat,

mengenai sebab akibat, dan melakukan kegiatan berfikir yang lebih sulit,

yaitu menilai hasil, mengevaluasi argument, dan menyelidiki hal-hal yang

melandasi tanggapan emosional.

Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-

murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara

alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat

informal. Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu

antara lain menyajikan informasi, berpartisipasi dalam diskusi, dan

berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukkan (Ross dan Roe,

1990: 133-143).

(a) Menyajikan Informasi

Salah satu bentuk kegiatan peyajian informasi yang sesuai bagi

anak-anak kelas 3-6 sd ialah menyampaikan laporan secara lisan.

9

Page 10: bab 1 -3.doc

Untuk meningkatkan agar anak-anak menggunakan cara-cara yang

efektif dalam menyajikan laporan secara lisan, masalah mereka

menceritakan hal-hal yang mereka inginkan dan tidak mereka

inginkan dari seorang pembicara.

Beberpa contoh tentang hal-hal yangdiinginkan oleh anak-anak

tersebut adalah seperti dibawah ini :

Marsi : saya senang jika pembicaraan melihat kami, tidak

melihat anak atau atap.

Jumiran : ya, tidak senang pembicara sering mengatakan e, oo.

Saya senang jika suara pembicara wajar, tidak dibuat-buat.

Lilis : sebaiknya pembicara mengusahkan agar lebih menarik,

misalnya dengan menunjukan benda-benda yang sesuai dengan isi

pembicara.

Sarti : saya senang jika pembicara tidak berbicara terlalu lama

Andi : Bu guru selalu menasehati kami agar berdiri tegak dan

tidak memasukan tangan di saku. Saya kira hal itu baik.

Sari : kadang-kadang saya tidak menangkap pembicara dengan

jelas karena berbicara seperti bergumam atau tidak jelas dalam

berbicara. Saya ingin menangkap yang dikatakan.

Guru juga perlu menyatakan kepada anak-anak bahwa guru

benar-benar ingin mendengarkan penyajian laporan oleh anak-anak

dan menyakinkan mereka bahwa mereka dapat melakukan dengan

baik.

Bentuk kegiatan yang lain untuk melatih penyajian informasi

ialah dengan berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-

anak ialah mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan

orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan suatu pembicaraan,dan

mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara dihadapan sejumblah

pendengar.

10

Page 11: bab 1 -3.doc

Empat langkah dalam menyiapkan dan menyajikan pidato yang

seharusnya dikerjakan oleh anak-anak belajar berpidato adalah sebagai

berikut :

a) Merencanakan Pidato

Tentukan tujuan berpidato, untuk menginfomasikan, menghibur, atau

mendorong suatu tindakan. Pilihlah topic yang menarik, tidak terlalu

sulit, dan dapat di ceritan secara ringkas.

b) Menyusun Pidato

Buatlah kerangka pidato. Tentukan urutan untuk menyajikan hal-hal

yang penting, buatlah awal dan akhir pidato yang mengesankan, dan

merencanakan menggunakan media visual apabila menyakinkan.

c) Mempraktikan

Praktikan berpidato di depan teman-teman sekelompok atau di depan

kelas sebagai latihan.

d) Menyampaikan Pidato di Depan Pendengar dengan

Sebenarnya

Apabila tidak memungkinkan, penyampaian pidato dapat dalam

bentuk simulasi di kelas. Anak-anak lain yang menjadikan pendengar

diamati berperan sebagai pendengar yang sebenarnya, sesuai dengan

tujuan pidato tersebut.

2.2.2 Berpartisipasi dalam Diskusi

Diskusi memberikan kesempatan kepada untuk berinteraksi dengan

murid-murid yang lain dan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap,

mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan

pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau

tanggapan yang mask akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil

11

Page 12: bab 1 -3.doc

penelitian menunjukan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat

murid-murid lebih bergairah dalam proses pembelajaran.

Diskusi kelompok, merupakan teknik yang paling sering digunakan

sebagai teknik pengembangan bahasa lisan yang menuntut kemampuan

murd untuk membuat generalisasi dan mengajukan pendapat-pendapat

mengenai suatu topic atau permasalahan. Diskusi untuk memecahkan

masalah akan berhasil dengan baik apabila guru dan murid-murid

bersama-sama merumuskan masalah-masalah yang akan didiskusikan.

Guru dapat mengontrol pelaksanaan diskusi dengan memfokuskan

perhatian pada ketertarikan murid pada topil yang didiskusikan. Apabila

pelaksanaan diskusi menyimang dari topic, guru dapat mengarahkan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan topik

diskusi.

2.2.3 Menghibur ( Menyajikan-Pertanyaan)

Murid-murid dapat menyajikan pertunjukan untuk teman sekelas

atau teman sekelas, teman- teman dari kelas yang lain, orang tua dan

anggota masyarakat sekitar gedung sekolah. Mereka boleh memilih

menyajikan sandiwara boneka, bercerita, atau membaca puisi secara kor

atau berpartipasi dalam pementasan drama (Ross and Roe, 1990: 139-

143).

(a) Sandiwara Boneka

Pertunjukan sandiwara boneka memberikan kesempatan kepada

anak-anak untuk berbagi gagasan dan cerita lewat percakapan, disertai

dengan gerakan boneka. Di dalam kelas anak-anak dapat

menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan (mencari)

cerita yang sesuai dengan boneka-boneka yang sudah bersedia, atau

mereka dapat membuat beberapa boneka-boneka yang sudah tersedia,

atau mereka dapat membuat beberapa boneka kemudian mengarang

cerita yang sesuai. Cerita yang baik untuk sandiwara boneka adalah

12

Page 13: bab 1 -3.doc

yang dialognya terasa hidup dan sederhana, yang alur ceritanya

bergerak cepat (tidak berputar-putar).

Agar dapat memainkan sandiwara boneka dengan baik, anak-

anak perlu berlatih mengucapkan dialog atau monolog dan

menggerakkan tangan. Anak-anak harus berbicara seolah-olah menjadi

pelaku yang sebenarnya. Misalnya dalam cerita Kancil dan Gajah,

kancil berbicara dengan suara tinggi dan cepat, sedangkan gajah dengan

suara rendah dan mantap. Ucapan anak-anak harus benar dan jelas agar

dapat ditangkap dengan baik oleh terdengar.

Boneka dapat dibeli atau dibuat sendiri oleh anak-anak. Tentu

saja guru perlu memberikan bimbingan dan menyediakan bahan yang

diperlukan, atau meminta anak-anak membawa sebagian bahan tersebut

seperti jarum, benang, kertas, dan pensil, lem, pita, atau kain perca.

(b) Bercerita atau Membaca Puisi secara Kor

Melalui kegiatan bercerita atau membaca puisi secara kor, anak-

anak dapat mengekspresikan karya sastra. Mereka dapat merasakan

keindahan karya sastra lewat ritme, rima, aliterasi, dan suasana batin

yang diungkapkan. Beberapa cerita rakyat dapat digunakan untuk

kegiatan ini, tetapi yang paling mudah digunakan untuk kegiatan ini

adalah puisi.

Cerita atau puisi yang digunakan harus yang menarik bagi anak-

anak, yang mudah dihadapi secara lisan, dan yang mudah dihafalkan.

Mereka perlu mendengarkan cerita atau puisi yang akan dibaca secara

kor itu berulang-ulang agar dapat menafsirkan isinya. Mereka harus

menangkap perasaan batin yang terkandung dalam cerita atau puisi

tersebut, mungkin bersifat humor , menyedihkan, misterius, mengetahui

perhentian serta mengetahui kata-kata yang harus diberi tekanan.

Tujuan untuk bercerita dan membaca puisi secara kor adalah untuk

memperoleh kesenangan oleh karena itu, guru hendaknya tidak

mengharapkan penampilan yang benar-benar bagus, tetapi ia harus

13

Page 14: bab 1 -3.doc

menolong murid-murid belajar menapsirkan karya sastra secara lisan

untuk memperoleh kesenangan.

Norton ( lewat Roos dan Roe, 1990: 143) menyajikan lima

bentuk bercerita atau membaca puisi secara lisan seperti tertera dibawah

ini.

Refren. Guru atau murid yang mampu melakukan dengan baik

menyajikan bagian utama cerita atau puisi, kemudian anak-anak yang

lain menirukan bersama-sama.

Contoh :

Satu baris per anak atau satu baris per kelompok. Seorang anak atau

satu kelompok mulai membacakan baris pertama; anak-anak atau

kelompok yang lain membacakan baris berikutnya. Demikian

seterusnya sampai cerita atau puisi terbaca seluruhnya.

Antifonal atau dialog. Setiap bagian dibaca oleh kelompok yang

berbeda, seperti anak-anak laki-laki dan perempuan , suara tinggi dan

suara rendah, atau anak-anak yang dududk disebelah kiri adan anak

yang duduk di sebelah kanan.

Komulatif. Kelompok I membacakan bagian awal cerita atau bait

pertama puisi, kemudian Kelompok II bergabuh pada bagian tengah

cerita atau bait kedua puisi. Demikian seterusnya sampai semua

kelompok berpartisifasi. Contoh : Serentak. Semua anak di kelas

membacakan cerita atau puisi bersama-sama.

(c) Bermain Drama

Bentuk lain apresiasi serta secara lisan ialah membacakan

naskah drama atau bermain drama. Diantara anak-anak ada yang

berperan sebagai narator, yakni yang membacakan diskripsi cerita.

Anak-anak yang lain memerankan semua pelaku cerita yang telah di

tentukan. Dalam memilih naskah drama, guru harus mencari naskah

14

Page 15: bab 1 -3.doc

drama yang memiliki perwatakan yang kuat dan menggunakan gaya

penyajian yang lembut. Anak-anak harus dapat memahami karakter

pelaku yang akan diperankannya sehingga dapat memerankannya

dengan baik.

Dalam membacakan atau memerankan drama, setiap anak harus

dapat membayangkan latar dan tindakan pelaku dan dapat

menggunakan suara sesuai dengan pemahamannya terhadap perasaan

dan pikiran pelaku tersebut. Dengan kegiatan ini para murid dapat

menunjukkan kemampuannya dalam menerjemahkan tulisan ke dalam

bahasa lisan yang ekspresif, sebagai ungkapan perasaan dan pikiran.

Di samping yang telah diutarakan di atas , pengembangan

kemampuan berbahasa lisan juga dapat berbentuk curah pendapat dan

percakapan. Curah pendapat digunkan untuk merangsang kemampuan

berfikir dan berekspresi secara lisan. Guru perlu menyampaikan atuara-

aturan sederhana dalam melakukan curah pendapat, sebagai berikut :

1. Berpikirlah untuk menggunakan gagasan sebanyak mungkin yang

berhubungan dengan topik.

2. Dengarkan yang dikatakan teman – temanmu, kemudian

kembangkan gagasan mereka.

3. Pikirkanlah gagasan-gagasan yang asli dan belum dikemukakan

orang lain.

4. Kemukakan satu gagasan setiap kali berbicara.

5. Jangan mengkritik gagasan seseorang.

(d) Wawancara

Wawancara dapat digunakan oleh murid memperoleh informasi

yang berhubungan dengan suatu tugas tertentu. Melakukan wawancara

membutuhkan keterampilan berbicara dan menyimak. Hal ini dapat

dilakukan dengan baik apabila murid-murid mengikuti langkah-

langkah sesuai dengan rencana. Langkah pertama adalah tujuan

mewawancarai seseorang, seperti memperoleh informasi untuk majalah

15

Page 16: bab 1 -3.doc

dinding, mengumpulkan bahan mengenai cara hidup pada zaman

dahulu, atau untuk mempelajari tanggung jawab dalam pekerjaan-

pekerjaan yang berbeda agar dapat memilih pekerjaan. Langkah

berikutnya ialah mengusun daftar pertanyaan terbuka ( yang tidak dapat

dijawab dengan ya atau tidak saja), Kemudian melakukan perjanjian

dengan orang yang akan diwawancarai mengenai waktu yang tepat

untuk melakuakan wawancara. Sebelum melakukan wawancara, anak-

anak dapat berlatih dengan mewawancarai temannya.

Bercakap-cakap adalah berbicara secara alami antara dua atau

lebih pembicara. Bercakap-cakap merupakan bentuk ekspresi yang

paling alami dan bersifat tidak resmi, tetapi anak-anak kurang dapat

kesempatan untuk melakukan percakapan ( khususnya percakapan

dalam bahasa Indonesia bagi anak-anak yang berbahasa ibu bahasa

daerah), selama berada disekolah. Oleh sebab itu sebaiknya tersedia

tempat bercakap-cakap dengan tempat duduk yang nyaman (anak-anak

dapat duduk di karpet atau di tikar). Anak-anak bercakap-cakap dalam

kelompok-kelompok kecil selama waktu tertentu untuk merangsang

terjadinya percakapan, guru dapat meletakan bahan-bahan bacaan

tertentu di sudut ruangan kelas, yang diganti secara periodik misalnya

sebulan sekali.

Dalam melakukan percakapan, anak-anak harus menunjukan

perhatiannya terhadap hal-hal yang dikatakan oleh temannya. Mereka

tidak boleh menyela pembicaraan, tidak pola memonopoli percakapan.

Pada kesempatan tertentu mereka harus menunjukan sikap ramah

tamah, misalnya meminta izin untuk berbicara, mengungkapkan rasa

syukur atau terima kasih, memberikan dan menerima pujian, dan

mengajukan suatu permintaan. Guru dapat memberikan teladan

mengenai berbagai jenis hubungan sosial ini dan anak-anak dapat juga

mempraktikannya melalui kegiatan bermain peran.

Karena banyak anak yang telah pernah menggunakan telepon,

mereka belum mempratikannya sopan dalam menelepon. Beberapa 16

Page 17: bab 1 -3.doc

kesopan-santunan dan perilaku menelpon yang perlu diperhatikan

adalah sebagai berikut (Ross and Roe, 1990: 146-147).

1. Berbicaralah dengan kecepatan yang wajar, tidak terlalu cepat atau

terlalu lambat.

2. Berbicaralah dengan jelas, penyebutan angka harus tepat.

3. Bersikaplah ramah, bersahabat, dan menyenangkan.

4. Tulislah pesan secara tepat. Ejalah nama penelepon dengan benar

dan tanyakan nomor teleponnya yang benar.

5. Berbicaralah dengan tidak terlalu keras atau terlalu lemah, berikan

tekanan pada kata-kata dan kelompok kata yang penting.

6. Tunjukkan kepribadian yang baik. Usahakan agar tidak

meragukan , kurang memperhatikan, atau menyakitkan hati.

7. Jika anda sedang menerima telepon, jangan berbicara atau tertawa

dengan orang di sekitar anda.

8. Jika anda sedang menelepon, mintalah secara sopan untuk

berbicara dengan orang yang anda telepon, jangan bertanya, siapa

ini ?, ketika seseorang menerima telepon anda.

9. Ketika anda menelepon seseorang, kemukakan diri anda dengan

segera. Orang yang menerima telepon mungkin tidak mengenal

suara anda !

10. Jika anda akan melakukan pembicaraan telepon dalam waktu yang

lama, tanyakan apakah orang yang anda telepon memiliki waktu

yang cukup untuk berbicara sebelum anda memulai bercakap-

cakap.

11. Tunggulah sampai orang yang menelepon anda mengkhiri

pembicaraan (kecuali apabila anda tidak mungkin menunggunya),

kemudian letakkan pesawat telepon pelan-pelan tanpa

menimbulkan bunyi.

17

Page 18: bab 1 -3.doc

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Adapun simpulan dari makalah ini adalah :

3.1.1 Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi –bunyi artikulasi

atau kata-kata secara lisan untuk mengekspresikan, menyatakan,

serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan untuk

menyampaikan pesan.

3.1.2 Proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu

percakapan, berbisik estetik, berbicara utuk meyampaikan informasi

atau utuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatik.

3.1.3 Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara

lain menyajikan informasi, berpartisipasi dalam diskusi, dan

berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukkan.

3.2 Saran

3.2.1 saran yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini adalah

sebaiknya pembaca khususnya mahasiswa sebagai calon pendidik dapat

memahami dan menerapkan materi Proses Berbicara dan Strategi

Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Berfikir nantinya di sekolah-

sekolah dasa. Supaya kemampuan berbahasa lisan anak-anak di kelas

tinggi sekolah dasar dapat ditingkatkan.

18

Page 19: bab 1 -3.doc

DAFTAR PUSTAKA

Rofi’uddin, Ahmad. Dan Darmayanti, Zuhdi. 1998. Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud

19