bab 1-3.doc

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 disebutkan arah pembangunan kesehatan ditujukan pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan melalui program peningkatan hidup sehat, pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil guna, berdaya guna yang tersebar secara merata di seluruh Indonesia dan pemberian pelayanan harus ditingkatkan melalui peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya kesehatan.Dengan adanya upaya tersebut diharapkan masyarakat dapat meningkatkan taraf kesehatannya yang dilakukan melalui penyuluhan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan ( Depkes RI, 1999 ). Pergeseran struktur demografi dan peningkatan rata- rata angka harapan hidup, tidak hanya membawa konsekwensi bertambahnya penduduk lanjut usia ( 60 tahun ke atas ), akan tetapi implikasinya lebih nyata berpengaruh pada 1

Upload: hirsanhusairi

Post on 10-Apr-2016

23 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1-3.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat

2010 disebutkan arah pembangunan kesehatan ditujukan pada

upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat

yang dilaksanakan melalui program peningkatan hidup sehat,

pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil guna, berdaya

guna yang tersebar secara merata di seluruh Indonesia dan

pemberian pelayanan harus ditingkatkan melalui peningkatan

mutu dan profesionalisme sumber daya kesehatan.Dengan

adanya upaya tersebut diharapkan masyarakat dapat

meningkatkan taraf kesehatannya yang dilakukan melalui

penyuluhan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan guna

meningkatkan pengetahuan kesadaran, kemauan dan kemampuan

masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta

dalam upaya kesehatan ( Depkes RI, 1999 ).

Pergeseran struktur demografi dan peningkatan rata-

rata angka harapan hidup, tidak hanya membawa konsekwensi

bertambahnya penduduk lanjut usia ( 60 tahun ke atas ),

akan tetapi implikasinya lebih nyata berpengaruh pada

problematika sosial dan kesehatan yang ditimbulkan. Proses

memasuki usia lanjut menghadapkan setiap orang pada

kecenderungan alamiah menuju perubahan cara hidup,

berhubung faktor fisik, mental dan sosial pada diri lanjut

1

Page 2: Bab 1-3.doc

usia mulai mengalami penurunan. Kenyataan menunjukkan

bahwa banyak para lanjut usia potensi perlu mendapat

perhatian secara seksama dalam arti meskipun berusia

lanjut tetapi mampu berperan dan mempunyai kualitas dalam

pembangunan. ( Petunjuk Pelaksana Hari Usila 1997 ).

Berkaitan dengan adanya perubahan yang terjadi pada

usila yang mempunyai dampak terhadap tingkah laku,

perasaan memasuki usila dan perawatan diri serta

perubahan-perubahan yang terjadi. Perubaahan itu paling

banyak ditemukan lewat kemunduran yang ada pada diri usila

yang akhirnya menjadi sumber masalah bagi usila.

Kemunduran fisik yang terjadi pada usila biasanya

berdampak pada kecemasan akan dirinya, daya tarik diri,

kebersihan diri dan kesehatan diri yang berpengaruh pada

psikologik dan perawatan diri serta cara merawat diri usia

lanjut yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan,

kemampuan usila untuk melakukan perawatan diri, membantu

mempertahankan daya hidup atau semangat hidup usila

(Stevens, 1999 ).

Jumlah usia lanjut yang akan dilakukan penelitian

ini sebanyak 36 orang dan secara keseluruhan berada pada

panti sosial yang menjadi tempat penelitian ( Dinas

Kesejahteraan Sosial NTB, 2000 ) dan dari hasil data yang

diperoleh di tempat penelitian bahwa dalam hal memelihara

kesehatan dan merawat diri usila masih kurang, hal ini

terbukti dengan masih adanya penghuni panti yang masih

2

Page 3: Bab 1-3.doc

bergantung sungguh pada petugas panti. Dalam hal ini

petugas panti atau perawat kesehatan di samping tugasnya

sebagai pelaksana keperawatan diharapkan dapat memberikan

bimbingan langsung dan penyuluhan kesehatan kepada klien

(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ). Penyuluhan

atau pendidikan kesehatan pada klien akan terlaksana

dengan baik jika sesuai dengan kebutuhan ( Nursalam, M.

Nurs, Hons 2000 ).

Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut guna mengetahui seberapa besar pengaruh

penyuluhan tentang perawatan diri usia lanjut terhadap

cara merawat diri usia lanjut, sehingga penyuluhan dapat

diberikan langsung pada usia lanjut yang kurang mampu

melakukan perawatan diri dalam konteks perawatan kelompok

khusus.

3

Page 4: Bab 1-3.doc

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut

1. apakah ada pengaruh penyuluhan tentang perawatan diri

terhadap cara merawat diri usia lanjut “ ?

2. apakah usia lanjut daapat melakukan perawatan diri

sebelum dilakukan penyuluhan

3. apakah usia lanjut daapat melakukan perawatan diri

setelah dilakukan penyuluhan

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang perawatan diri

terhadap cara merawat diri usia lanjut di Panti Sosial

Tresna Werda Meci Angi Kota Bima.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menilai cara merawat diri usia

lanjut sebelum diberikan penyuluhan.

b. Untuk menilai cara merawat diri usia

lanjut sesudah diberikan penyuluhan.

c. Untuk menganalisa cara merawat diri

usia lanjut sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

d. Untuk menilai keberhasilan penyuluhan

yang diberikan pada usia lanjut.

4

Page 5: Bab 1-3.doc

D. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan

informasi mengenai pengaruh penyuluhan tentang

perawatan diri terhadap cara merawat diri usia lanjut.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai salah satu bahan masukan bagi petugas panti

khususnya perawat panti, petugas kesehatan pada umumnya

serta masyarakat luas dalam upaya meningkatkan

pelayanan kesehatan dan perawatan usia lanjut.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih

lanjut yang berkaitan dengan perawatam usia lanjut.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan

oleh Muhtar 2002 yang berjudul hubungan pengetahuan

keluarga tentang usia lanjut terhadap motivasi keluarga

dalam merawat diri di Desa Rade Kecamatan Mada Pangga

Kabupaten Bima dengan hasil ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuajn keluarga tentang usia lanjut dalam

merawat diri. Sedangkan penelitian sekarang lebih berfokus

pada penyuluhan tentang perawatan diri terhadap cara

merawat diri usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha

"Meci Angi" Kota Bima

5

Page 6: Bab 1-3.doc

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai

kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip

belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,

kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup

sehat, tahu bagaimana caranya melakukan apa yang bisa

dilakukan, secara perorangan maupun secara kelompok dan

meminta pertolongan bila perlu.( Depkes RI, 1991 )

Menurut Wood, mengemukakan bahwa penyuluhan

kesehatan ( pendidikan kesehatan ) adalah sebagai

sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan sikap dan

pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu,

masyarakat dan ras (Tafal, 1984).

Sementara itu Nywander (1974) yang dikutip dalam

Soekidjo Notoatmodjo (1997)menyatakan bahwa

penyuluhan/pendidikan kesehatan dengan pencapaian tujuan

kesehatan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan

pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat. Hal

ini tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang

lain, bukan seperangkat prosedur yang dilaksanakan atau

suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya suatu

6

Page 7: Bab 1-3.doc

proses perkembangan yang berubah secara dinamis yang

didalamnya seseorang menerima atau menolak sikap maupun

praktek baru yang berhubungan denga tujuan hidup sehat.

Lebih lanjut Notoatmodjo (1997), menjelaskan bahwa

penyuluhan/ pendidikan kesehatan adalah proses yang

menyembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan

praktek – praktek kesehatan, yang memotivasi seseorang

untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga

dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan

menghindari kebiasaan yang buruk dan membentuk kebiasaan

yang menguntungkan kesehatan.

Penyuluhan kesehatan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari setiap program. Setiap petugas yang

berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam hal ini

petugas Puskesmas, mempunyai tugas penyuluhan. Untuk dapat

melaksanakan fungsinya dengan baik, setiap petugas

kesehatan/petugas panti harus memiliki pengetahuan dan

ketrampilan dibidang medis teknis serta di bidang

penyuluhan. Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan adalah

hal dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu. Sedangkan pemahaman

adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui

7

Page 8: Bab 1-3.doc

1. Tinjauan tentang Persiapan Penyuluhan

Azwar (1996), mengatakan bahwa perencanaan

( persiapan ) adalah suatu proses menganalisis dan

memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum dan

tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala

kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan

yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, menganalisis efektifitas dari berbagai

kemungkinan tersebut, menyusun perincian selengkapnya

serta mengikatnya dalam suatu sistem pengawasan yang terus

menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal

antara rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut.

Dalam melakukan persiapan perlu diperhatikan hal –

hal sebagai berikut : (1) menentukan misi penyuluhan, (2)

menentukan tujuan umum/khusus, (3) menentukan rumusan

masalah, (4) menentukan strategi sasaran, waktu, (5)

menentukan rencana kerja, serta, (6) menentukan metode

penilaian dan kriteria keberhasilan.

Agar penyuluhan dapat mencapai hasil yang optimal,

perlu perencanaan yang jelas dan terarah. Dalam proses

perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat terdapat

langkah – langkah sebagai berikut :

8

Page 9: Bab 1-3.doc

1. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayahnya.

1) Mengenal masalah.

Dari segi program kesehatan petugas dapat mengambil

keputusan dalam menangani masalah kesehatan dan

program kesehatan.

Mengenal masyarakat.

Dari segi masyarakat perlu adanya analisa terhadap

faktor sosial budaya setempat yang menyangkut

kehidupan masyarakat, antara lain :

(1) Sistem Perekonomian dan mata pencaharian

(2) Sistem ilmu pengetahuan ( pendidikan )

(3) Sistem Kekerabatan

(4) Sistem bahasa dan kesenian

(5) Sistem norma dan kepercayaan serta agama

2) Mengenal Wilayah

Dalam perencanaan kegiatan penyuluhan kesehatan

juga di analisa wilayah sasaran, misalnya :

(1)Lokasi

(2)Sifat wilayah

2. Menentukan prioritas masalah

Penentuan masalah prioritas bisa berdasarkan

beberapa pertimbangan yaitu :

1) Berdasarkan besarnya akibat masalah tersebut

2) Berdasarkan pertimbangan politis

9

Page 10: Bab 1-3.doc

3) Berdasarkan tersedianya sumber daya

3. Menentukan tujuan penyuluhan

Tujuan yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan

adalah :

1) Jangka panjang

2) Tujuan jangka menengah

3) Tujuan jangka pendek

4. Menentukan sasaran penyuluhan

Dalam penyuluhan kesehatan yang dimaksud dengan

sasaran adalah individu, kelompok, masyarakat.

5. Menentukan isi penyuluhan tentang perawatan diri

Materi yang disampaikan adalah pengetahuan praktis

yang perlu diketahui sasaran dalam penyuluhan

kesehatan yang meliputi :

1) Pengertian perawatan diri

2) Tujuan Perawatan diri

3) Manfaat Perawatan diri

4) Cara merawat diri usia lanjut

6. Menentukan metode penyuluhan

Metode atau cara penyuluhan tergantung pada tujuan

penyuluhan yang ingin dicapai. Tujuan biasa

dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1) Tujuan merubah pengetahuan

2) Tujuan merubah sikap

10

Page 11: Bab 1-3.doc

3) Tujuan merubah tindakan

Jika tujuan yang ingin dicapai tentang pengetahuan

sasaran, maka metode yang dipakai bisa ceramah,

tugas baca. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah

perubahan sikap yang positif dari sasaran, maka

metode yang dipakai pemutaran film, rool playing.

Sedangkan untuk mengembangkan suatu tindakan atau

ketrampilan yang positif dari sasaran, biasa dipakai

metode demonstrasi, latihan sendiri.

7. Menentukan media/alat bantu peragaan penyuluhan.

Dalam metode ceramah menggunakan alat bantu seperti

leafet, poster, booklet. Untuk metode demonstrasi

alat bantu peraga yang digunakan adalah gambar

(Poster), leaflet, alat – alat demonstrasi

(bahan – bahan peralatan).

8. Membuat perencanaan penilaian

Evaluasi yang dimaksud adalah :

1) Evaluasi kegiatan penyuluhan yakni : Menilai

langkah – langkah yang telah dijadwalkan dalam

perencanaan, apakah sesuai dengan atau terjadi

perubahan dalam pelaksanaan, misalnya : tentang

jadwal dan waktu, tempat dan alat bantu.

2) Evaluasi hasil kegiatan yakni sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai terhadap penyuluhan

11

Page 12: Bab 1-3.doc

yang dilaksanakan, misalnya terjadi perubahan

pengetahuan, sikap atau tindakannya.

9. Membuat jadwal rencana pelaksanaan

Pokok – pokok kegiatan sejak penentuan masalah,

tujuan, sasaran dll, kemudian dimasukan dalam suatu

matrix, agar lebih mudah melihatnya. Jadwal rencana

kegiatan penyuluhan ini merupakan pedoman rencana

kerja kurun waktu tertentu, misalnya 1 bulan, 6

bulan , 1 tahun dll.

2. Tinjauan tentang Pelaksanaan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan/pelaksanaan penyuluhan adalah

merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk

membantu klien baik individu, keluarga, kelompok maupun

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui

kegiatan pembelajaran ( Herawani, 2001).

Pelaksanaan penyuluhan merupakan operasional dari

pada perencanaan/persiapan yang telah ada. Faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan penyuluhan kesehatan adalah

faktor dari dalam/intern petugas dan faktor dari luar

serta berbagai faktor lain seperti : keadaan situasi

lingkungan, ketersediaan alat dan prasarana/ sarana yang

ada, situasi dan kondisi masyarakat sebagai sasaran

penerima penyuluhan.

Dalam pelaksanaan penyuluhan, setiap petugas

12

Page 13: Bab 1-3.doc

penyuluh harus menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

Langkah I :

Setiap petugas yang akan memberikan penyuluhan harus

mengetahui latar belakang permasalahan yang datanya

berasal dari data obyektif dan subyektif.

Langkah II :

Berdasarkan masalah tersebut, petugas merencanakan

penyuluhan kesehatan dengan menentukan materi penyuluhan

sesuai permasalahan.

Langkah III :

Petugas menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan, tempat

pelaksanaan, cara pelaksanaan (perorangan atau kelompok).

Langkah IV :

Petugas penyuluh mengevaluasi kegiatan penyuluhan yang

telah dilaksanakan dengan bertanya langsung terhadap

materi yang disampaikan terhadap subyek yang disuluh.

Langkah V :

Bila pasien dirasakan perlu informasi lebih lanjut secara

individual, maka dilakukan konseling.

3. Tinjauan tentang Evaluasi Kegiatan Penyuluhan

Notoatmodjo, (1997) mengemukakan bahwa evaluasi

adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana

materi penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh dapat

13

Page 14: Bab 1-3.doc

diterima dan diserap oleh sasaran/ penerima penyuluhan

sebagai subyek belajar.

Rusyam ( 1992 ) dikutip oleh petugas A. Azis Alimun

( 2001 ) mengatakan bahwa proses belajar merupakan proses

untuk mendapatkan informasi sehingga diharapkan akan dapat

merubah prilaku, prilaku yang diharapkan akan dapat

merubah prilaku – prilaku yang akan diubah berupa

ketrampilan, intelektual, ketrampilan kognitif, kemampuan

verbal, kemampuan motorik, sikap dan nilai yang

berhubungan dengan aspek emosional yang dimiliki oleh

seseorang.

Alimun 2001, mengemukakan bahwa belajar merupakan

proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungan karena dalam interaksi akan teruji

pengalaman belajar dan perubahan sikap dan tingkah laku .

Hasil evaluasi yang dinilai adalah : perubahan

pengetahuan, sikap dan prilaku sasaran sedangkan sikap dan

perbuatan seseorang /manusia banyak ditentukan oleh

pendidikan yang dituruninya (Kadir, 1984 )

Keberhasilan hasil penyuluhan sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain : Materi, lingkungan,

instrumental baik perangkat keras

( hard word ) seperti perlengkapan belajar dan alat peraga

serta perangkat lunak ( Soft word ) seperti fasilitator

belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya.

14

Page 15: Bab 1-3.doc

B. Konsep Dasar Lanjut Usia

1.Batasan-Batasan Usia Lanjut

Menurut WHO Lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (Middle age) ialah

kelompok usia 45 sampai 49 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) kelompok usia antara

60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 dan

90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90

tahun.

Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikologi UI)

Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa,

kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian : (1) fase

infentus, antara 25 dan 40 tahun, (2) fase verilitas

antara 40 dan 50 tahun, (3) fase prasenium antara 55

dam 60 tahun dan (4) fase senium antara 65 hingga

tutup usia.

2. Perubahan-perubahan pada kulit menua, rambut dan kuku.

a. Kulit menua

15

Page 16: Bab 1-3.doc

(1) Penurunan epidermal serta percepatan

pergantian stratum korneum 2 kali lebih

lama dibandingkan orang muda.

(2) Menurunnya respon terhadap trauma.

(3) Mekanisme proteksi kulit menurun.

(4) Persepsi sensorik menurun.

(5) Respon vaskular menurun.

(6) Respon Imum menurun.

(7) Penurunan produksi vitamin D.

(8) Menurunnya kemampuan termoregulasi.

(9) Produksi kalenjar keringat menurun.

b. Rambut

(1) Pertumbuhan menjadi lambat, lebih halus dan

jumlahnya lebih sedikit.

(2) Rambut memutih.

(3) Rambut banyak yang rontok.

c. Kuku.

(1) Pertumbuhan kuku lebih lambat

(2) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya dan

rapuh.

(3) Warna kuku agak kekuningan.

(4) Kuku menjadi tebal dan keras.

3. Perubahan-Perubahan Psikis Pada Usia Lanjut

Dalam hal ini akan dibahas tentang perubahan

16

Page 17: Bab 1-3.doc

fungsi psikis secara keseluruhan yang meliputi :

pengalaman, daya ingat, memikirkan, perasaan serta

bergerak dan bertindak.

a. Pengamatan

Di samping berkurangnya fungsi panca indera,

terjadi juga perubahan dalam kemampuan panca

indera itu untuk menerima rangsangan. Dapat

dikatakan bahwa bidang pengamatannya menjadi

lebih kecil. Individu lansia memerlukan lebih

banyak waktu untuk dapat menyimak keadaan

sekelilingnya. Ini berarti jika tidak ada waktu

yang cukup untuk ini, maka seorang lansia tidak

akan memperoleh pengamatan yang lengkap, sehingga

tidak dapat memperoleh hasil yang konkrit dari

lingkungan sekelilingnya.

b. Kesadaran

kesadaran total dibentuk oleh kesadaran

jasmani (biologi) dan kesadaran rohani

(psikologis). Kesadaran jasmani ditentukan oleh

tingkat bagaimana rangsangan panca indera

meneruskan rangsangan ini ke otak. Dalam proses

penuaan kita dapat melihat bahwa konsentrasi

perhatian berkurang, lansia dalam banyak hal

hanya dapat mengkonsentrasikan dirinya pada

sebagian dari konsentrasi totalnya. Sebagian dari

17

Page 18: Bab 1-3.doc

segala kejadian yang terjadi tidak dapat diserap

oleh lansia.

c. Daya Ingat

Lansia memerlukan waktu yang lebih banyak

untuk dapat mencerna dan menerima hal yang baru.

Berkurangnya kemampuan pengamatan dan kemampuan

berkonsentrasi merupakan salah satu penyebabnya.

Lebih sulit menyerap sesuatu dapat berarti adanya

gangguan dalam daya ingat jangka pendek. Hal ini

menyebabkan lansia mengambil suatu kesimpulan

berdasarkan perbandingan keadaan yang pernah

dialaminya pada masa lampau.

d. Cara Berpikir

Fungsi berpikir dapat dibedakan dalam cara

berpikir dan bahan pikiran itu sendiri, perubahan

sebagai akibat proses penuaan antara lain tempo

berpikir menjadi lamban, cara mengembangkan ide-

ide dan pengembangan rencana-rencana baru lebih

banyak memakan waktu dan tenaga. Jika

membicarakan suatu hal individu akan memerlukan

waktu yang lebih banyak untuk mencerna informasi

itu dan kemudian mengeluarkan pendapatnya. Cara

berpikir lansia lebih banyak ditujukan pada diri

sendiri dari pada terhadap lingkungannya.

e. Perasaan

18

Page 19: Bab 1-3.doc

Dapat dikatakan bahwa perasaan manusia yang

mengalami proses penuaan juga berubah. Kita dapat

melihat bahwa individu lansia tidak begitu cepat

tersentuh perasaan emosinya. Mereka lebih mudah

menjaga jarak terhadap kejadian-kejadian yang

ada. Pengalaman-pengalaman emosional yang dialami

semasa hidup sering menyebabkan individu menjadi

lebih keras dan lebih sulit dimotivasi jika

dibandingkan sebelumnya.

f. Cara bergerak dan bertindak

Selain perubahan-perubahan jasmani dalam

cara bergerak dan bertindak terjadi juga

perubahan faktor psikis dalam fungsi ini.

Terutama dalam berbagai tindakan dalam saat yang

bersamaan akan mengakibatkan timbulnya masalah.

Dengan demikian berjalan dan berbicara yang

dilakukan secara bersama-sama dapat menimbulkan

kesulitan. Tindakan yang kompleks berjalan sulit

dan akan sulit juga membiasakan diri, dalam hal

ini seluruh pola geraknya seakan-akan menjadi

lamban.

4. Perubahan-Perubahan Sosial Usia Lanjut

a. Perpisahan

19

Page 20: Bab 1-3.doc

Lansia kadang-kadang mendapat perasaan bahwa

seakan-akan kehidupan dunia ini jauh mendahului

mereka, mereka kehilangan hubungan dengan segala

perkembangan yang baru, yang bergerak lebih maju

daripada sebelumnya. Waktu yang diperlukan untuk

menyesuaikan diri bagi lansia tidak secepat

perkembangan yang ada. Bagi banyak lansia seakan-

akan mereka hidup dalam fiksi ilmu pengetahuan.

Hal ini memberi mereka perasaan kesepian dan

dapat menjadi suatu isolasi sosial.

b. Masa Pensiun

Bekerja memainkan peranan penting dalam

kehidupan manusia. Bekerja berarti :

(1) Mempunyai teman sejawat.

(2) Mendapat penghargaan

(3) Memproduksi sesuatu demi kepentingan orang

banyak.

Dalam kehidupan manusia batas umur bagi

seseorang untuk tetap bekerja dan menerima gaji

adalah 65 tahun. Bagi setiap pekerja yang

berhenti bekerja akan berarti ia berpisah dengan

sebagian dari kehidupan aktifnya. Pada lansia dan

yang mengalami pensiun, mereka juga akan

mengalami isolasi sosial.

c. Hubungan

20

Page 21: Bab 1-3.doc

Orang yang menjadi lansia secara perlahan-

lahan akan kehilangan hubungan atau relasi dengan

keadaan sekitarnya. Di samping itu hanya sedikit

tambahan hubungan yang benar-benar baik karena

pada usia lanjut orang akan lebih lama dapat

menjadi teman yang baik. Persahabatan yang

terjadi sering kurang erat dibandingkan dengan

persahabatan yang sudah ada bertahun-tahun

lamanya.

Meninggalnya pasangan hidup dan orang-orang

yang telah bersama dengannya berbagi - bagi

pengalaman hidup sering mempunyai pengaruh yang

sangat besar. Dan ini dapat membangkitkan

perasaan bahwa semua orang-orang yang telah ia

percayai saat ini tidak ada lagi.

d. Posisi Finansial

posisi finansial (keuangan) dari banyak

lansia tidak baik. Banyak di antara mereka tidak

dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dalam

masyarakat karena kekurangan dana keuangan. Biaya

tinggi untuk perumahan, biaya-biaya hidup

lainnya, biasanya menjadi bagian terbesar dari

jumlah uang yang ia miliki. Keterbatasan secara

finansial dapat menimbulkan perasaan terisolasi

21

Page 22: Bab 1-3.doc

dari kehidupan bersama dan mengakibatkan

keterbatasan untuk dapat berkembang.

e. Isolasi Sosial

Perasaan kesepian dan isolasi sosial

merupakan akibat yang sering dialami lansia dalam

kehidupan bersama. Lansia adalah orang dari

generasi yang lalu dan orang-orang muda adalah

orang-orang yang memiliki hari depan, ini adalah

kata-kata yang membuktikan seberapa sedikitnya

penghargaan terhadap lansia yang diberikan oleh

masyarakat.

C. Perawatan Diri usia lanjut.

Perawatan diri adalah cara orang memelihara

kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan

mentalnya.

Adapun manfaat dari perawatan diri adalah untuk

meningkatkan dan mempertakankan kebersihan badan sehingga

badan terhindar dari masuknya kuman serta memberikan

kesegaran badan.

Pemberian perawatan pada usia lanjut berfokus pada 4

(empat) kegiatan utama yaitu : (1) Peningkatan kesehatan

(health promotion), (2) pencegahan penyakit (preventif),

(3) mengoptimalkan fungsi mental, (4) Mengatasi gangguan

kesehatan yang umum.

22

Page 23: Bab 1-3.doc

Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan

pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain : (1)

Pemenuhan kebutuhan nutrisi (2) Peningkatan keamanan dan

keselamatan,(3) Memelihara kebersihan diri (4) Memelihara

keseimbangan istirahat dan tidur, (5) Meningkatkan

hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.

D. Kerangka Konsep Penelitian

kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau

kaitan antara konsep yang satu terhadap konsep yang lain

yang ingin diteliti (Notoatmojo, 1993).

23

Status KesehatanPelayanan KesehatanPerilaku Lingkungan Keturunan

UmurTingkat pendidikanJenis kelamin

Manusia

Lanjut Usia:Umur 60-90 tahun

Perawatan DiriSebelum Penyuluhan

Sesudah Penyuluhan

Page 24: Bab 1-3.doc

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1: Bagan Kerangka konsep pengaruh penyuluhan tentang perawatan diri usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha "Meci Angi" Bima

24

Page 25: Bab 1-3.doc

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek penelitianSubjek penelitian pada penelitian ini adalah usia

lanjut yang ada dipanti Sosial Tresna Werdha Kota Bima

yang memenuhi criteria inklusif dan dilakukan observasi

sebelum dan setelah diberikan perlakuan

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang

menyatukan masalah yang diteliti (Nursalam, 2000).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut

yang tinggal di Panti Sosial yaitu 36 orang yang memenuhi

kriteria inklusi.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo,

1993).

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi

dari populasi untuk dapat mewakili populasi, sampel

diambil secara total sampling yaitu pengambilan sampel

pada semua populasi yang ada. Adapun kriteria sampel yang

digunakan adalah :

25

Page 26: Bab 1-3.doc

a. Kriteria inklusi yang menjadi target dari

penelitian adalah :

1) Usia lanjut bersedia diteliti.

2) Usia lanjut yang masih mampu melakukan aktifitas

sendiri.

3) Usia lanjut yang masih bisa mendengar.

4) Usia lanjut yang masih tinggal di Panti.

b. Kriteria eklusi yang tidak termasuk target dari

penelitian adalah :

1) Usia lanjut tidak bersedia diteliti.

2) Usia lanjut tidak mampu melakukan aktifitas.

3) Usia lanjut yang tidak bisa mendengar.

4) Usia lanjut yang tidak tinggal di Panti.

c. Besarnya sampel.

Besarnya sampel atau subjek adalah 25 orang sesuai

dengan kriteria inklusi.

C. Rancangan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka akan dilakukan

penelitian secara kualitatif dengan menggunakan rancangan

penelitian eksperimen one group pre test – post test

design, peneliti ingin memberikan suatu perlakuan pada

usia lanjut sebelum diberikan intervensi kemuadian setelah

26

Page 27: Bab 1-3.doc

diberi intervensi selanjutnya dilakukan post test

(Hidayat, 2003).

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang dibutuihkan dalam penelitian

ini adalah lembaran observasi. Observasi merupakan metode

pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap

objek. Adapun pengamatan yang dilakukan adalah dengan cara

mengamati secara langsung tentang kondisi yang terjadi

dilapangan, baik yang berupa keadaan fisik maupun perilaku

terjadi selama berlangsungnya penelitian dengan tujuan

mendapatkan data yang diinginkan (Nasirin, 2005). Hal ini

dipertegas oleh Riyanto (2001) yang mengatakan observasi

partisipasi adalah observasi dimana orang yang melakukan

pengamatan berperan secara aktif dan ikut mengambil bagian

dalam kehidupan orang yang diobservasi.

2. Rencana Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakuakn setelah mendapatkan ijin

dari kepala Panti Sosial yang secara formal dengan

mengajukan surat permohonan secara tertulis yang telah di

ajukan oleh bagian pendidikan (Hidayat, 2003).

27

Page 28: Bab 1-3.doc

E. Identifikasi Variabel

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain (Notoatmodjo, 1993). Variabel dalam

penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :

a. Variabel Independen

Variabel independent adalah variable yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variable dependen

(terikat). Yang menjadi variable independent dalam

penelitian ini adalah penyuluhan (Hidayat, 2003).

b. Variabel Dependen

Variabel dalam penelitian ini adalah cara merawat diri usia lanjut

c. Definisi Operasional

Agar tidak ada makna ganda dari semua istilah

yang digunakan dalam penelitian maka definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

No Variabel Definisi Kriteria Skala Skor

28

Page 29: Bab 1-3.doc

Pengukuran

1 Independen Penyuluhan tentang perawatan diri adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada usia lanjut guna untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pengetahuan serta pemahaman usia lanjut tentang perawatan diri.

-

Pengertian perawatan diri,

- Tujuan perawatan diri

- Manfaat Perawatan diri

- Hal-hal yang termasuk dalam perawatan diri.

Nominal Ya = 2Tidak = 1

2 Dependen Cara merawat diri usia lanjut adalah cara atau perbuatan yang dilakukan oleh usia lanjut dalam usaha menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya.

Interval Baik jika X > 18,93, cukup jika X =15,39 – 18,93, kurang jika X < 15,39.

F. Analisa data.

Analisa data dilakukan data dengan cara identifikasi

masalah penelitian kemudian untuk mengetahui adanya

pengaruh antara sampel yang diberikan penyuluhan dengan

yang tidak diberikan penyuluhan mana dilakukan uji

analisis statistik dengan menggunakan Rumus Chi –

Quadrat . Formulasi Chi – Quadrat adalah sebagai berikut

29

Page 30: Bab 1-3.doc

X 2 = Harga Chi Quadrat yang dihitung dan dibandingkan

dengan Chi – Quadrat tabel

Fo = Frekwensi yang diselidiki ( diobservasi ) atau

frekwensi empiris

Fe = Frekwensi yang diharapkan atau frkwensi teoritis

Rumus mencari frekwensi teoritis ( Fe )

Fe = Nilai frekwensi teoritis

fk = Jumlah frekwensi dalam kolom

fb = Jumlah frekwensi pada baris

T = Jumlah keseluruhan baris atau kolom

G. Kerangka Kerja Penelitian

Adapun kerangka penelitian dapat dilihat dari frame

work dengan memberikan pengukuran kepada usia lanjut

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan yang meliputi

penyuluhan tentang perawatan diri.

30

Page 31: Bab 1-3.doc

H. Keterbatasan

Beberapa keterbatasan peneliti dalam melakukan

penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya berfokus pada penyuluhan

kesehatan usia lanjut, tidak dikembangkan ke aspek-

aspek yang lain.

2. Alat pengumpulan data terutama variabel independen

(penyuluhan), dependen (cara merawat diri) berupa

observasi.

3. Keterbatasan peneliti sendiri dalam hal pengetahuan

dan pengalaman penelitian masih sangat kurang.

31Sebelum Penyuluhan Setelah

Pengukuran

Variabel Dependen

Cara merawat diri usia lanjut.

Variabel Independen

Penyuluhan perawatan diriPengertian perawatan diriTujuanManfaatHal-hal yang termasuk perawatan diri

Variabel Dependen

Cara merawat diri usia lanjut.

KETERANGAN :

: Di teliti

: Tidak diteliti

Page 32: Bab 1-3.doc

I. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah bertempat di

Panti Sosial Tresna Werda Meci Angi di Kecamatan

Asakota Kota Bima – NTB.

32

Page 33: Bab 1-3.doc

DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimun, S. Kep, Pengantar Pendidikan Keperawatan Penerbit Cv. Agung Seto Jakarta 2002.

Boedhi Darmojo, R H. hadi Martono, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Balai Penerbit FK-UI, Jakarta, 2000.

Departemen Kesehatan RI, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, 1999.

Departemen Kesehatan RI, Pertemuan Tentang Program Usia Lanjut, Bima, 2002.

Departemen Kesehatan RI, Undang-Undang Kesehatan, 1999.

Nursalam M. Nurs, Metodeologi Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.

Ngalim Purwanto M. Drs, MP, Psikologis Pendidikan, PT Remaja Rosda Kerya, Bandung 1991.

Nazir, Moh. PHD, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.

Petunjuk Pelaksanaan Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional, 1997.

Stevens, P.J.M. dkk, Ilmu Keperawatan Jilid 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta, 1999.

Soekidjo Notoadmodjo, Dr, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1993.

33

Page 34: Bab 1-3.doc

Sugiono, Metodeologi Penelitian Administrasi, Alphabeth, Jakarta, 1994.

Sondang P. Siagian, Prof Dr, MPA, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Bina Aksara Jakarta 1989

Siti Setiati dkk, Pedoman Praktis Keperawatan Kesehatan, Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2000.

Tri Rusmi Widayatun, Ilmu Perilaku M.A 104, Cv Agung Seto, Jakarta 1999.

Uha Suliha, Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001

Wahyudi Nugroho, SKM, Keperawatan Gerontik, penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.

Wahyudi Nugroho, SKM. Perawatan Lanjut Usia, Jakarta,

2000.

34

Page 35: Bab 1-3.doc

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yth. Bapak / Ibu / Saudara

Di Panti Sosial Tresna Werda

Meci Angi Bima

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Politehnik

Kesehatan Mataram Program Study Keperawatan Bima, saya

akan melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Penyuluhan

Tentang Perawatan Diri Terhadap Cara Merawat Diri Usia

Lanjut “ untuk keperluan di atas saya mohon kesediaan

Bapak / Ibu / Saudara untuk dijadikan responden yang

nantinya akan dilakukan observasi oleh saya, selama

pelaksanaan observasi saya tidak akan mencantumkan nama

dan alamat sehingga kerahasiaan informasi yang Bapak / Ibu

/ Saudara berikan dijamin kerahasiaannya.

Demikian atas bantuan dan kerja sama yang baik saya

ucapkan terima kasih.

Bima, 2003

Peneliti,

( FIRDAUS )

35

Page 36: Bab 1-3.doc

Lampiran 4

INFORMED CONSENT

( PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN )

Setelah mendapat penjalasan mengenai penelitian tentang “

Pengaruh Penyuluhan Tentang Perawatan Diri Terhadap Cara

Merawat Diri Usia Lanjut Di Panti Tresna Werdha Meci Angi

Kecamatan Asakota Kota Bima. “

Bersedia :

Untuk berpartipasi dalam penelitian tersebut. Selama

pelaksanaan penelitian, saya boleh mengundurkan diri untuk

tidak melanjutkan menjadi responden dalam penelitian

tersebut di atas bila penelitian ini mengganggu rasa aman

dan ketenangan saya.

Bima, 2003

Peneliti, Responden,

( FIRDAUS ) ( ____________ )

36

Page 37: Bab 1-3.doc

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PERAWATAN DIRI TERHADAP CARA

MERAWAT DIRI USIA LANJUT

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Umur

a. 60 – 74 tahun

b. 75 – 90 tahun

c. > 90 tahun

2. Tingkat Pendidikan

a. SD/SR

b. SMP

c. SMA

37

Page 38: Bab 1-3.doc

B. PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PERAWATAN DIRI TERHADAP

CARA MERAWAT DIRI USIA LANJUT

NoKELOMPOK RESPONDENSEBELUM PENYULUHAN

Cara Merawat Diri Ya Tidak

1. Usia lanjut selalu mandi 2 x

sehari

2. Bila mandi menggunakan sabun

3. Mencuci rambut 2 x seminggu

4. Menyisir rambut tiap kali

mandi

5. Selalu menggosok gigi 2 x

sehari

6. Bila menyikat gigi

menggunakan pasta gigi

7. Selalu mengganti pakaian 1 x

sehari.

8. Selalu memotong dan

membersihkan kuku

9. Bila badan dalam keadan kotor

selalu dibersihkan

10 Selalu memeriksakan

kesehatannya bila sakit.

38

Page 39: Bab 1-3.doc

39

Page 40: Bab 1-3.doc

C. PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PERAWATAN DIRI TERHADAP

CARA MERAWAT DIRI USIA LANJUT

NoKELOMPOK RESPONDENSESUDAH PENYULUHAN

Cara Merawat Diri Ya Tidak

1. Usia lanjut selalu mandi 2 x

sehari

2. Bila mandi menggunakan sabun

3. Mencuci rambut 2 x seminggu

4. Menyisir rambut tiap kali

mandi

5. Selalu menggosok gigi 2 x

sehari

6. Bila menyikat gigi

menggunakan pasta gigi

7. Selalu mengganti pakaian 1 x

sehari.

8. Selalu memotong dan

membersihkan kuku

9. Bila badan dalam keadan kotor

selalu dibersihkan

40

Page 41: Bab 1-3.doc

10

.

Selalu memeriksakan

kesehatannya bila sakit.

41

Page 42: Bab 1-3.doc

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL.........................................i

LEMBAR PERSETUJUAN...................................ii

LEMBAR PENGESAHAN...................................iii

ABSTRAK..............................................iv

KATA PENGANTAR........................................v

DAFTAR ISI..........................................vii

DAFTAR TABEL ........................................ix

DAFTAR LAMPIRAN.......................................x

BAB 1

PENDAHULUAN...........................................1

A. Latar Belakang.............................1

B. Perumusan Masalah..........................4

C. Tujuan Penelitian..........................4

D. Manfaat Penelitian.........................5

E. Keaslian Penelitian........................5

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS..............................6

A. Konsep Dasar Penyuluhan....................6

B. Konsep Dasar Lanjut Usia..................15

C. Perawatan Diri Usia Lanjut ...............22

D. Kerangka Konsepsional Penelitian..........23

BAB 3 METODE PENELITIAN.............................25

A. Subjek Penelitian.........................25

42

Page 43: Bab 1-3.doc

B. Populasi dan Sampel Penelitian............25

C. Rancangan Penelitian.....................26

D. Teknik Pengumpulan Data...................27

E. Identifikasi Variabel....................278

F. Analisa Data..............................29

G. Kerangka Kerja Penelitian.................30

H. Keterbatasan..............................31

I. Lokasi Penelitian.........................32

J. Waktu dan Tempat.........................312

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..........................33

A. Hasil Penelitian.......................... 33

B. Pembahasan................................ 37

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..........................39

A. Kesimpulan.................................44

B. Saran......................................45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

43

Page 44: Bab 1-3.doc

LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL INI TELAH DISETUJUI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN

PADA TANGGAL : APRIL 2003

Pembimbing I, Pembimbing II,

( H. AHMAD, S.Kep.Nurs, SH ) ( INDRA RAHMAT, SST ) NIP. 140 NIP. 140

Mengetahui

Ketua Program Studi Keperaawatan Bima

Politeknik Kesehatan Mataram

( H. M. ALI ZAKARIAH, SKM )NIP. 140 046 468

44

Page 45: Bab 1-3.doc

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG POERAWATAN DIRI TERHADAP CARA

MERAWAT DIRI USIA LANJUT (USILA) DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA "MECI ANGI" KOTA BIMA

Disusun Oleh

FirdausP.06.01.0513

Telah disetujui Oleh :

Pembimbing Metodelogi Pembimbing Materi

( Chairun Nasirin, SS, M.Pd ) ( Syaiful, S.Pd, S.Kep. Ns )

Penguji

( R. Buyung Wijaya, S. Kep.Ns )

45