askep rm hampir fix

Upload: ahid-safitra

Post on 07-Mar-2016

240 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Keperawatan

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang berjudul Asuhan Keperawwatan pada Pasien Anak dengan Retardasi Mental . Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan untuk anak dengan retardasi mental agar menambah wawasan dan dapat diterapkan jika menemui masalah tersebut, serta diajukan demi memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa Semester Genap.Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktunya. Ucapan terima kasih kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang telah membantu dalam membimbing kami dalam mata kuliah tersebut.Penyusun telah berusaha menyajikan materi pada makalah ini dengan sebaik-baiknya, tetapi penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Atas dasar kenyataan tersebut, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Inderalaya, Maret 2015

PenyusunDAFTAR ISI

KATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN1A.Latar Belakang1B.Rumusan Masalah2C.Tujuan21.Tujuan Umum22.Tujuan Khusus3D.MANFAAT3BAB II TINJAUAN PUSTAKA4A.Pengertian Anak4B.Pengertian Gangguan Jiwa5C.Konsep Retardasi Mental61.Pengertian Retardasi Mental62.Klasifikasi Retardasi Mental6D.Patofisiologi Retardasi Mental7E.Etiologi8F.Manifestasi klinis10G.Penatalaksanaan Retardasi Mental (RM)101.Tatalaksana Medis102.Rumah Sakit / Panti Khusus103.Psikoterapi114.Konseling11BAB III PEMBAHASAN12A.Asuhan Keperawatan Pasien Anak dengan Retardasi Mental121.Pengkajian122.Diagnosa Keperawatan133.Intervensi14BAB IV PENUTUP16A.Kesimpulan16B.Saran16DAFTAR PUSTAKA17

17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup, diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini (WHO, 1998; dalam Sularyo & Kadim, 2000). Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut. Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan adanya gangguan pada fase pranatal, perinatal maupun postnatal. Mengingat beratnya beban keluarga maupun masyarakat yang harus ditanggung dalam penatalaksanaan retardasi mental, maka pencegahan yang efektif merupakan pilihan terbaik (Payne, 1981; dalam Sularyo & Kadim, 2000). Pada zaman dahulu orang tidak begitu membedakan antara deformitas fisik bawaan seperti kerdil dan lain-lain dengan retardasi mental. Penderita epilepsi, psikosis, tuna rungu-wicara sering dicampuradukkan dengan mereka yang terganggu intelektualnya. Pada kenyataannya memang keadaan-keadaan tersebut sering menyertai penderita retardasi mental, sehingga menyulitkan untuk membuat diagnosis klinis.Pada masa kerajaan Yunani di bawah hukum. Lycurgus anak dengan retardasi mental mengalami perlakuan yang sangat mengenaskan, yang dibolehkan untuk dimusnahkan, atau dibuang di sungai Eurotes. Di Romawi kuno ada hukum yang membenarkan pembunuhan pada anak-anak yang cacat atau yang lemah, walaupun kadang-kadang anak cacat tersebut masih dipertahankan hidup bila masih mampu menghibur para pembesar. Prevalens retardasi mental pada anak-anak dibawah umur 18 tahun di negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan (WHO, 1998; Prasadio, 1976; Lumbantobing, 1997; Ramelan, 1992; dalam Sularyo & Kadim, 2000). Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas retardasi mental sedang dan akan dibahas tentang definisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis serta tatalaksana serta pencegahan retardasi mental.

B. Rumusan MasalahBagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa untuk Pasien Anak dengan Retardasi Mental Sedang ?

C. Tujuan1. Tujuan UmumTujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa untuk pasien anak dengan retardasi mental sedang.2. Tujuan KhususTujuan khusus dari makalah ini adalah :a. Mengetahui definisi dan klasifikasi retardasi mental sedang.b. Mengetahui etiologi dan patofisioloagi anak dengan retardasi mental sedang.c. Mengetahui manifestasi klinis dan penatalaksanaan anak dengan retardasi mental sedang.d. Mengetahui pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi dari anak dengan retardasi mental sedang.

D. MANFAAT1. Malakah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam belajar mengajar khususnya keperawatan jiwa dan anak.2. Dapat memberikan informasi mengenai retardasi mental pada anak.3. Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk referensi dalam mengerjakan tugas maupun bacaan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 anak tentang kesejahteraan anak mengemukakan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belumpernah menikah. Batas usia 21 tahun didasarkan atas pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut. anak adalah potensi serta penerus bangsa yang dasar-dasarnya yang telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Anak memiliki periode usia perkembangan yang berbeda berdasarkan rentang usia. Menurut Wong et al. (2008) periode usia perkembangan anak yaitu masa pranatal (konsepsi sampai lahir); masa bayi (neonatal sampai pasca neonatal); masa kanak-kanak awal (toodler sampai prasekolah usia); masa kanak-kanak pertengahan (anak usia sekolah); masa kanak-kanak akhir (remaja). Seorang anak tidak dapat dikatakan sebagai bentuk kecil orang dewasa, namun seseorang yang kondisinya belum mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan yang matang yang berbeda pada orang dewasa umumnya (Sunaryah, 1996). Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang optimal seorang anak memerlukan bantuan orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan dan haknya sebagai anak.

B. Pengertian Gangguan JiwaGangguan jiwa adalah suatu perubahan yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan menimbulkan hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Depkes RI, 2000). Menurut American Psychiatric Association (1994) gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang secara klinis dan dikaitkan dengan adanya distress atau disabilitas dan disertai peningkatan risiko kematian. Gangguan jiwa merupakan gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi yang menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita maupun keluarganya (Stuart & Sundeen, 1998). Adapun beberapa macam gangguan jiwa yang sering dijumpai yaitu skizofrenia, depresi, kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan mental organik, gangguan psikosomatik, retardasi mental dan gangguan prilaku pada anak-anak dan remaja. Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Kesehatan dalam konteks gangguan jiwa tidak seperti kesehatan dalam makna klinis. Seorang tidak dapat dikatakan bebas atau lepas dari resiko mengalami gangguan jiwa. Semua orang akan berpotensi mengalami gangguan jiwa yang faktor penyebabnya mungkin telah berkembang dari tahap perkembangan awal. C. Konsep Retardasi Mental1. Pengertian Retardasi Mental Menurut WHO (dikutip Menkes 1990 dalam Soetjiningsih, 2012) retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Murasmis (1999 dikutip Sunaryo, 2004) retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak) atau keadaan kekurangan intelegensi sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu. Menurut Melly Budhiman (dikutip Soetjiningsih, 2012) seseorang yang dikatakan retardasi mental bila didapat fungsi intelektual dibawah normal, terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial, gejala timbul dalam masa perkembangan dibawah 18 tahun. retardasi mental merupakan masalah dunia terutama masalah yang sering ditemukan pada negara berkembang yang dapat menjadi sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat karena anak dengan retardasi mental sulit menjadi sumber daya manusia yang bisa dimanfaatkan secara optimum karena anak dengan masalah retardasi mental memerlukan perawatan, bimbingan, dan pengawasan sepanjang hidupnya. 2. Klasifikasi Retardasi Mental Klasifikasi anak dengan retardasi mental menurut Swaiman (dikutip Soetjiningsih, 1989) yaitu retardasi mental borderline dengan nilai IQ 70-79, retardasi mental ringan yang mampu dididik dengan nilai IQ 52-69, retardasi mental sedang yang mampu latih dengan nilai IQ 36-51, retardasi mental berat yang memerlukan pengawasan seumur hidup dengan nilai IQ 20-35, retardasi mental sangat berat yang juga memerlukan pengawasan seumur hidup dengan nilai IQ dibawah 20. Sedangkan menurut American Association of Mental Retardation (dikutip Wirawan, 1999 dalam Soetjiningsih 2012) tingkat retardasi mental yaitu retardasi mental lambat belajar (Slow leaner) dengan IQ 85-90, retardasi mental taraf perbatasan (Borderline) dengan IQ 84-70, retardasi mental ringan (Mild) dengan IQ 69-55, retardasi mental sedang (Moderate) dengan IQ 36-54, retardasi mental berat (Severe) dengan IQ20-35, retardasi mental sangat berat (Profound) dengan IQ 0-19,

D. Patofisiologi Retardasi MentalFaktor PrenatalFaktor PerinatalFaktor PascanatalFaktor Genetik

Infeksi, Trauma kapitalis, tumor otakKelainan tulang tengkorakKelainan endokrin & metabolik, keracunan otakProses kelahiran lamaPosisi janin abnormalKecelakaan pd waktum lahir & kegawatan fatalGizi, MekanisToksin, EndokrinRadiasiInfeksiStressImunitasAnoreksia embrioKelainan jumlah dan bentuk kromoson

Resiko ketergantunganResiko cederaFungsi intelektual menurunGangguan komunikasi verbalGangguan bermainIsolasi socialKerusakan interaksi sosialKecemasan keluargaKurang pengetahuanKoping keluarga tidak efektif.PerkembanganHubungan socialKeluargaPenurunan fungsi intelektual secara umumGangguan perilaku adaptif socialKerusakan pada fungsi otak :Hemisfer kanan : keterlambatan perkembangan motorik kasar dan halusHemisfer kiri : keterlambatan perkembangan bahasa, social, dan kognitif

E. Etiologi Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya (simpleks). Keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak. Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu :1. Akibat infeksi atau intoksikasi. Dalam Kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat atau zat toksik lainnya.2. Akibat rudapaksa atau disebabkan fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.3. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi. Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolime lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.4. Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun sangat memepngaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu diberikan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.5. Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal). Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.6. Akibat penyakit/pengaruh pranatal yang tidak jelas. Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.7. Akibat kelainan kromosom. Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau dalam bentuknya. Hal ini mencakup jumlah terbesar dari penyebab genetic dan paling sering adalah trisomi yang melibatkan kromosom tambahan, misalnya 47 dibandingkan keadaan normal sebesar 46. Kelainan kromosom seks, seperti sindroma Klinefeker (XXY), sindroma Turner dan berbagai mosaic, dapat juga berkaitan dengan retardasi mental.8. Akibat prematuritas. Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.9. Akibat gangguan jiwa yang berat. Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.10. Akibat deprivasi psikososial. Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor faktor biomedik maupun sosiobudaya.F. Manifestasi klinis Retardasi mental bukanlah suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Hasil bagi intelegensi (IQ = Intelligence Quotient) bukanlah merupakan satusatunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental. Sebagai kriteria dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja. Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan sangat berat.

G. Penatalaksanaan Retardasi Mental (RM)1. Tatalaksana MedisObat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA).2. Rumah Sakit / Panti KhususPenempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar :a. Kedudukan sosial keluarga.b. Sikap dan perasaan orang tua terhadap anak.c. Derajat retardasi mental.d. Pandangan orang tua mengenai prognosis anak.e. Fasilitas perawatan dalam masyarakat.f. Fasilitas untuk membimbing orang tua dan sosialisasi anak.Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak retardasi mental adalah kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang lain dan kurangnya variasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi anak.3. PsikoterapiPsikoterapi dapat diberikan pada anak retardasi mental maupun kepada orang tua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.4. KonselingTujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.

BAB III PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Pasien Anak dengan Retardasi Mental1. PengkajianPengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, kegiatan yang perlu dilakukan oleh seorang perawat :a. Mengkaji data dari pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala serta faktor penyebab.b. Memvalidasi data.c. Mengelompokkan data dan menetapkan masalah klien.Data yang didapat digolongkan menjadi 2 :a. Data subjektif, data yang disampaikan secara lisan oleh pasien dan keluarga , didapat melalui wawancara oleh perawat terhadap pasien dan keluarga.b. Data objektif, data yang ditemukan secara nyata, melalui observasi atau pemeriksan langsung oleh perawat.Isi Pengkajian : Identitas pasien , keluhan utama saat MRS , faktor predisposisi , aspek fisik atau biologis , aspek psikososial , dan status mental.a. Kaji kembali riwayat klien untuk adanya hal-hal yang mencetuskan stressor atau data yang signifikan, antara lain riwayat keluarga, peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres, hasil pemeriksaan kesehatan jiwa, riwayat masalah fisik dan psikologis serta pengobatannya.b. Catat pola pertumbuhan dan perkembangan anak dan bandingkan dengan alat standar, seperti The Developmental Screening Test dan versi yang sudah direvisi (Wong, 1997).c. Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai bagi anak atau remaja.d. Lakukan pemeriksaan fisik pada anak atau remaja, catat data normal atau abnormal.e. Kaji respon perilaku yang dapat mengindikasikan gangguan pada anak-anak atau remaja. Pastikan untuk mengkaji interaksi langsung, observasi permainan, dan interaksi dengan keluarga dan teman sebaya.f. Identifikasi bukti gangguan kognitif.g. Observasi adanya bukti-bukti gangguan mood.h. Kaji kelebihan dan kelemahan sistem keluarga.

2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan fungsi kognitifKriteria Hasil :Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit pasien dapat berkomunikasi secara baik dengan orang lainb. Gangguan interaksi berhubungan dengan kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial Kriteria Hasil :1. Setelah dirawat dirumah sakit anak dapat berinteraksi secara normal dengan orang lain2. Setelah dirawat dirumah sakit anak dapat bersosialisasi dengan masyarakat3. Intervensia. Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif1. Kaji tingkat penerimaan pesan klienRasional :Mengetahui seberapa parah gangguan komunikasi verbal pasien2. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimualsi taktilRasional :Untuk tetap melancarkan proses pengobatan / melatih perkembangan anak3. Berikan instruksi berulang dan sederhanaRasional :Agar anak bisa menerima hal apa yang akan kita sampaikan4. Ajarkan teknik-teknik kepada orang terdekat dan pendekatan berulang untuk meningkatkan komunikasi.Rasional :Mempermudah berkomunikasi dengan orang lainEvaluasi :1. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik2. Pasien dapat merasa nyaman dengan cara berkomunikasinya

b. Gangguan interaksi berhubungan dengan kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial 1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.Rasional :Meningkatkan pengetahuan anak tentang perlunya berhubungan dengan orang lain2. Ciptakan lingkungan yang aman saat berinteraksi dengan siapapunRasional : Tidak merasa canggung, tegang, atau takut saat berinteraksi3. Bina hubungan saling percaya : sikap terbuka dan empati, sapa anak dengan ramah, pertahankan kontak mata selama interaksiRasional :Meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat, dan mempermudah perawat untuk berinterksi dengan anak4. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan orang lainRasional :anak mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain5. Dorong anak untuk mengemukakan perasaan tentang keluargaRasional :Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh anak dalam berhubungan dengan orang lainEvaluasi :1. Anak dapat menjelaskan manfaat berhubungan dengan orang lain2. Anak dapat merasakan kewajaran saat berinteraksi seperti orang lain3. Anak dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain

BAB IV PENUTUP

A. KesimpulanB. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 2012.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : ECG

Sularyo, T. S. dan Kadim, M. 2000. Retardasi Mental. Sari Pediatri, 2 (3).

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Suryanah. 1996 .Keperawatan anak untuk siswa SPK. Jakarta : EGC.

Lubis, NL.(2012). (online). (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-kharisatun-5764-2-babii.pdf, diakses pada 08 maret 2015)

Sohilait, Celvin. (2013). Askep Retardasi Mental. https://csohilait.wordpress.com/2013/06/16/askep-retardasi-mental/, diakses 20 Maret 2015