askep atelektasis hampir jadi
DESCRIPTION
adi mayantri putraTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan pada system pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan atau congenital,
infeksi pada saluran pernapasan sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system
organ tubuh lain.
Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya
dengan penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti “pengembangan
paru-paru yang tidak sempurna” dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian
paru-paru yang terserang tidak mengandung udara dan kollaps. Atelektasis adalah
pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
( bronkus maupun bronkeolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi
subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan
dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda
daripada anak yang lebih tua dan remaja.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan
atelektasis (atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu
bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir
selalu ada pula kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara daripada lobus dan
posisi yang disebabkannya daripada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar.
Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan khusus lainnya seperti bronkoskopi dan
bronkografi, dapat menentukan atau menegakkan diagnosis dari atelektasis.
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang
Atelektasis.
1
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umun
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Atelektasis.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kosep dasar teoritis penyakit Atelektasis..
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan Atelektasis, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
dan intervensi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
Atelektasis, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
1.3. Manfaat
1. Dalam pembuatan makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Atelektasis.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Atelektasis.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep dasar teori
2.1.1. Pengertian
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami
hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi berkurang atau sama sekali
tidak berisi udara. Hilangnya volume paru secara parsial ataupun komplit dapat
diartikan sebagai kolaps atau atelektasis.
Akhir-akhir ini kolaps atau atelektasis telah menjadi sinonim dan kedua hal
tersebut diartikan sebagai berkurangnya volume udara di dalam paru dan berkaitan
dengan menurunnya volume paru. Hal ini bertolak belakang dengan konsolidasi yang
berarti berkurangnya udara di paru namun volume paru tetap normal. Ada beberapa
mekanisme yang berbeda yang dapat menyebabkan paru menjadi kolaps.
Meskipun atelektasis bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitanya dengan
penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru
yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kolaps.
Menurut kamus kedokteran (Ed, 2005), atelektasis adalah pengembangan paru-
paru secara tak sempurna pada bayi baru lahir. Meskipun atelektasis sebenarnya bukan
merupakan penyakit,tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim paru.
Menurut kamus keperawatan (Ed.17,penerbit buku kedokteran, EGC) atelektasis
adalah sejumlah alveoli paru tidak mengandung udara akibat kegagalan ekspansi
(atelektasis kongenital) atau kegagalan resorpsi udara dari alveoli (collapse).
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang
secara sempurna (Somantri, 2008).
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang
secara sempurna (somantri, 2008).
3
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna
dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps. (Keperawatan Medikal Bedah,vol.2,penerbit buku
kedokteran.EGC.2002).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak
mengandung udara.
2.1.2 Etiologi
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan
juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan
oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus.
Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau
pembesaran kelenjar getah bening.
Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam
aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang
mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan
mengalami infeksi.
Atelektasis merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan:
a. Bronkus tersumbat
penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan
sekresi yang massif) dan penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus
akibat penengkanan dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).
b. Tekanan ekstrapulmoner
Biasanya disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian diafragma,
herniasi alat perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tepe ekstrapulmuner
(tumor mediastinum).
c. Paralisis atau paresis gerak pernapasan,
4
akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada
kasus poliomiolitis dan kelainan neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu akan
mempengaruhi kelancangan pengeluaran secret bronkus dan ini menyebabkan
penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.
d. Hambatan gerak pernapasan
kelainan pleura atau trauma toraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga
akan menghambat pengeluaran secret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya
atelektasis.
Atelektasis seharusnya dapat dibedakan dengan pneumothoraks. Walaupun
kolaps alveolar terdapat pada kedua keadaan tersebut, penyebab kolapsnya dapat
dibedakan dengan jelas. Atelektasis timbul karna alveoli menjadi kurang berkembang
atau tidak berkembang, sedangkan pneumothoraks timbul karena udara masuk kedalam
rongga pleura. Pada kebanyakan pasien, pneumothoraks tidak dapat dicegah dengan
perawatan yang tepat .
2.1.3. Klasifikasi atelektasis
Atelektasis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Atelektasis Absorpsi
b. Atelektasis Kompresi
2.1.4. Patofisiologi
Pada atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara
ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah terdapat
dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan
alveolus kolaps. Untuk mengembangkan alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan
udara yang lebih besar, seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada
waktu mulai mengembangkan balon.
5
Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau
ekstrinsik. Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh secret atau eksudat
yang tertahan. Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh neoplasma,
pembesaran kelenjar getah benih, aneurisma atau jaringan parut.
Mekanisme pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan sterilitas
saluran nafas bagian bawah bertindak mencegah atelektasis dengan menghalangi
terjadinya obstruksi. Mekanisme-mekanisme yang beperan adalah kerja gabungan dari
“tangga berjalan silia” yang dibantu oleh batuk untuk memindahkan partikel-partikel
dan bakteri yang berbahaya ke dalam faring posterior, tempat partikel dan bakteri
tersebut ditelan atau dikeluarkan.
Mekanisme lain yang bertujuan mencegah atelektasis adalah ventilasi kolateral.
Hanya inspirasi dalam saja yang efektif untuk membuka pori-pori Kohn dan
menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus disebelahnya yang mengalami
penyumbatan. Dengan demikian kolaps akibat absorpsi gas-gas dalam alveolus yang
tersumbat dapat dicegah (dalam keadaan normal absorpsi gas ke dalam darah lebih
mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah sedikit lebih rendah daripada tekanan
atmosfer akibat lebih banyaknya O2 yang diabsorpsi ke dalam jaringan daripada CO2
yang diekskresikan).
Selama ekspirasi, pori-pori Kohn menutup, akibatnya tekanan di dalam alveolus
yang tersumbat meningkat, sehingga membantu pengeluaran sumbat mucus. Bahkan
dapat dihasilkan gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam, glotis
tertutup dan kemudian terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal. Sebaliknya
pori-pori Kohn tetap tertutup sewaktu inspirasi dangkal; sehingga tidak ada ventilasi
kolateral menuju alveolus yang tersumbat; dan tekanan yang memadai untuk
mengeluarkan sumbat mucus tidak akan tercapai. Absorpsi gas-gas alveolus ke dalam
aliran darah berlangsung terus, dan mengakibatkan kolaps alveolus. Dengan keluarnya
gas dari alveolus, maka tempat yang kosong itu sedikit demi sedikit akan terisi cairan
edema.
Atelektasis pada dasar paru sering kali muncul pada mereka yang pernapasannya
dangkal karena nyeri, lemah atau peregangan abdominal. Sekret yang tertahan dapat
mengakibatkan pneumonia dan atelektasis yang lebih luas. Atelektasis yang
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantina jaringan paru yang terserang dengan
6
jaringan fibrosis. Untuk dapat melakukan tindakan pencegahan yang memadai
diperlukan pengenalan terhadap faktor-faktor yang mengganggu mekanisme pertahanan
paru normal.
Atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua bagian paru
atau bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps.
Sebab-sebab yang paling sering adalah efusi pleura, pneumothoraks, atau peregangan
abdominal yang mendorong diafragma ke atas. Atelektasis tekanan lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan atelektasis absorpsi.
Hilangnya surfaktan dari rongga udara terminal menyebabkan kegagalan paru
untuk mengembang secara menyeluruh dan disebut sebagai mikroatelektasis. Hilangnya
surfaktan merupakan keadaan yang penting baik pada sindrom distress pernapasan akut
(ARDS) dewasa maupun bayi.
Atelektasis dapat terjadi pada satu tempat yang terlokalisir di paru, pada seluruh
lobus atau pada seluruh paru. Penyebab yang palig sering adalah:
Atelektasis biasanya merupakan akibat dari sumbatan bronki kecil oleh mucus
atau sumbatan bronkus besar oleh gumpalan mucus yang besar atau benda padat seperti
kanker. Udara yang terperangkap di belakang sumbatan diserap dalam waktu beberapa
menit sampai beberapa jam. Oleh darah yang mengalir dalam kapiler paru. Jika jaringan
paru cukup lentur (pliable), alveoli akan menjadi kolaps.
Tetapi, jika paru bersikap kaku akibat jaringan fibrotik dan tidak dapat kolaps,
maka absorpsi udara dari alveoli menimbulkan tekanan negatif yang hebat dalam alveoli
dan mendorong cairan keluar dari kapiler paru masuk ke dalam alveoli, dengan
demikian menyebabkan alveoli terisi penuh dengan cairan edema. Ini merupakan efek
yang paling sering terjadi bila seluruh paru mengalami atelektasis, suatu keadaan yang
disebut kolaps masif dari paru, karena kepadatan dinding dada dan mediastinum
memungkinkan ukuran paru berkurang hanya kira-kira separuh dari normal, dan tidak
mengalami kolaps sempurna.
Efek terhadap fungsi paru seluruhnya disebabkan oleh kolaps masif (atelektasis)
pada suatu paru dilukiskan pada gambar dibawah ini. Kolaps jaringan paru tidak hanya
menyumbat alveoli tapi hampir selalu juga meningkatkan tahanan aliran darah yang
melalui pembuluh darah paru. Meningkatan tahanan ini sebagian tejadi karena kolaps
7
itu sendiri, yang menekan dan melipat pembuluh darah sehingga volume paru
berkurang. Selain itu, hipoksia pada alveoli yang kolaps menyebabkan vasokonstriksi
bertambah.
Akibat vasokonstriksi pembuluh darah, maka aliran darah yang melalui paru
atelektasis menjadi sedikit kebanyakan darah mengalir melalui paru yang terventilasi
sehingga tejadi aerasi dengan baik. Pada keadaan diatas lima per enam darah mengalir
melalui paru yang teraerasi dan hanya satu per-enam melalui paru yang tidak teraerasi.
Sebagai akibatnya, rasio ventilasi/perkusi seluruhnya hanya sedang saja, sehingga darah
aorta hanya mempunyai sedikit oksigen yang tidak tersaturasi walaupun terjadi
kehilangan ventilasi total pada satu paru.
Sekresi dan fungsi surfaktan dihasilkan oleh sel-sel epitel alveolus spesifik ke
dalam cairan yang melapisi alveoli. Zat ini menurunkan tegangan permukaan pada
alveoli 2 sampai 10 kali lipat, yang memegang peranan penting dalam mencegah
kolapsnya alveolus.
Tetapi, pada berbagai keadaan, seperti penyakit membrane hialine (juga disebut
sindrom gawat napas), yang sering terjadi pada bayi-bayi premature yang baru lahir,
jumlah surfaktan yang disekresikan oleh alveoli sangat kurang. akibatnya tegangan
permukaan cairan alveolus meningkat sangat tinggi sehingga menyebabkan paru bayi
cenderung mengempis, atau menjadi terisi cairan, kebanyakan bayi ini mati lemas
karena bagian paru yang atelektasis menjadi semakin luas.
.
Pada atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua bagian
paru atau bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolpas. Sebab-sebab yang paling sering adalah efusi pleura, pneumotoraks, atau
peregangan abdominal yang mendorong diapragma keatas. Atelektasis tekanan lebih
jarang terjadi di bandingkan dengan atelektasis absorbsi.
Berbeda dengan atelektasis absorpsi, pada atelektasis kompresi (tekanan) terjadi
akibat adanya tekanan ekstrinsik pada bagian paru, sehingga mendorong udara keluar
dan menyebabkan bagian tersebut kolaps. Tekanan ini biasa terjadi akibat efusi pleura,
pneumotoraks atau peregangan abdominal yang mendorong diafragma ke atas.
8
2.1.5 WOC
9
Penengkanan dari luar tubuh
Penyumbatan bronkus
Jaringan paru-paru terisi seldarah dan lendir
infeksi
Obstruksi jalan nafas
Obstruksi bronkusintrinsik
Atelektasis
Hambatan gerak pernafasan
Menghambat pengeluaran sekret
Inspirasi dangkal
Alveolus terisi cairan odema
Mengurangi nafsu makan
Peningkatan denyut jantung
sesaknafas
Gangguan suplai O2
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kerusakan pertukaran gas
infeksi
Lemah, penurunan energi
Sputum, tumor
Bersihan jalan nafas tidak efektif
2.1.6 Manifestasi klinik
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas
yang ringan.
Gejalanya bisa berupa :
gangguan pernafasan
nyeri dada
batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung,
kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Manifestasi klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya
atelektasis.
Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,
neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,
bronkopmeumonia, dan lain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali
jika ada obstruksi pada bronkus utama.
Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi :
dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal,
takikardi dan sering sianosis,
napas tertinggal,
temperatur yang tinggi, dan
jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok.
Pada palpasi didapatkan fremitus vokal melemah sampai menghilang. Pada
perkusi pekak dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi, batas
jantung dan mediastinum bergerak ke lateral/bergeser ke sisi yang sakit, dan letak
diafragma meninggi.
Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus
10
suara napas menurun,
bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar,
biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thoraks, gerak sela iga
dan diafragma.
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas
yang ringan.Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama
sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
Jika disertai infeksi, bisa terjadi :
demam dan peningkatan denyut jantung,
kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
a. Radiologi Konvensional
Pemeriksaan rontgen thoraks adakalanya dapat memberikan petunjuk untuk
mendiagnosis atelektasis. Bentuk-bentuk kolaps pada atelektasis secara klinis dan
radiologi, sebagai berikut:
1. Kolaps paru menyeluruh
a. Opasifikasi hemithoraks
b. Pergeseran mediastinum ke sisi yang terkena
c. Diafragma terangkat
2. Kolaps lobus kanan atas
a. Fisura horizontal normal terletak pada anterior kanan iga ke empat
b. Pada kolaps yang parah, lobus menjadi datar berlawanan dengan mediastinum
posterior.
3. Kolaps lobus tengah kanan
a. Sumbatan pada perbatasan jantung kanan sering tampak
b. Proyeksi Lordotik AP memperlihatkan pergeseran fisura.
4. Kolaps lobus bawah
11
a. Opasitas terlihat pada proyeksi frontal
b. Gambaran wedge-shaped shadows
c. Hilus tertekan dan terputar ke medial.
5. Kolaps lingula
a. Gambaran radiologi mirip dengan gambaran kolaps lobus tengah kanan
b. Proyeksi frontal perbatasan jantung kiri menjadi kabur.
6. Kolaps lobus kiri atas
a. Terlihat jelas pada proyeksi frontal
b. Pergeseran anterior di seluruh celah obliq, hampir sejajar pada dinding dada
anterior
c. Opasitas kabur terlihat di bagian atas, tengah dan kadang-kadang pada daerah
bawah
d. Opasitas yang paling padat di dekat hilus
e. Elevasi hilus
f. Trakea sering menyimpang ke kiri
b. Computed Tomography Scan (CT-SCAN)
1. Kolaps lobus bawah
Adanya campuran densitas pada paru yang mengalami kolaps diakibatkan
bronkus berisi cair
2. Kolaps lobus kiri atas
a. Opasitas kabur terlihat dibagian atas, tengah dan kadang-kadang pada daerah
bawah
b. Opasitas yang paling padat di dekat hilus
c. Kadang seperti nodus limfatik yang mengalami klasifika
3. Kolaps paru menyeluruh
a. Opasifikasi hemithoraks
12
b. Adanya herniasi di kedua paru retrosternal dan refleksi azygo-esofagus.
Esophagus berisi sedikit udara
2. Pemeriksaan laboratorium
13
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
a. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali
bisa mengembang
b. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
c. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
d. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
e. Postural drainase
f. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
g. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
h. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena
mungkin perlu diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang
mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut
ataupun kerusakan lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
1. Medis
Pemeriksaan bronkoskopi
Pemberian oksigenasi
Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan
kortikosteroid)
Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
Pemeriksaan bakteriologis
2. Keperawatan
Teknik batuk efektif
Pegaturan posisi secara teratur
14
Melakukan postural drainase dan perkusi dada
Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur
2.1.9 KOMPLIKASI
Pada pasien yang mengalami atelektasis maka akan terjadi :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan
udara ke dalam rongga pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara
lingkungan keluar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara
melalui mediastinum yang disebabkan oleh trauma.
2. Efusi pleura
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru
yang terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau
(jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat
menyebabkan hipoksemia.
2.2.1. Konsep Dasar Askep
2.2.1.1. Pengkajian teoritis
1. Indentitas klien
(nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam masuk RS, no register dan diagnosis medis).
2. Keluhan utama
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas
15
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Data Dasar pengkajian
2.2.1.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret ( bronkospasme ), lemah, penurunan energi.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus
c. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap anoreksia
yang berhubungan dengan muntahan dan bau.
2.2.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Nama klien : Tn. H
Ruang Rawat : Kemuning
Diagnosa medic : Atelektasis
n
o
Diagnosa
keperawatan
Tujuan Keriteria hasil Intervensi Rasional
16
2
a. Bersihan
jalan
nafas
tidak
efektif
berhubu
ngan
dengan
peningk
atan
produksi
sekret
( bronko
spasme )
, lemah,
penurun
an
energi.
Kerusakan
pertukaran
gas
berhubunga
n dengan
obstruksi
jalan nafas
oleh sekresi,
spasme
bronchus.
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawa
tan
selama
3x 24 jam
diharapka
n jalan
nafas
paten/
kembali
efektik,
dahak
dapat
dikeluark
an dan
tidak sulit
dalam
bernafas
Setelah di
lakukan
intervensi
keperawa
tan
selama 3
x 24 jam
di
harapkan
pertukara
n gas atau
Jalan nafas
bebas atau
dahak dapat
dikeluarkan .
Dispnea dan
takipnea
tidak ada.
Kesulitan
bernapas
tidak ada.
Penggunaan
otot bantu
pernapasan
tidak ada.
TTV DBN:
TD:120-
130/80-
85mmHg
ND;60-
100x/i
RR:16-24x/i
Berpartisipas
i dalam
program
pengobatan
dalam tingkat
kemampuan/
situasi
Dispnea &
takipnea
tidak ada.
Kesulitan
bernafas
Berbaring
pada sisi
paru-paru
yang sehat
sehingga
paru-paru
yang
terkena
kembali bisa
mengemban
g
Perkusi
(menepuk-
nepuk) dada
Menghilang
kan
penyumbata
n, baik
melalui
bronkoskopi
maupun
prosedur
lainnya
Berbari
ng pada
posisi
yang
sehat
akan
akan
mencipt
akan
kenyam
anan
pasien
Perkusi
akan
mengen
cerkan
dahak
Melaui
bronkos
copy
akan
bisa
melihat
penyum
atan
( obstru
ksi
jalan
17
3Perubahan
nutrisi,
kurang dari
kebutuhan
tubuh, risiko
tinggi
terhadap
anoreksia
yang
berhubunga
n dengan
muntahan
dan bau.
oksigenas
i ade
kuat,
tidak ada
lagi
obtruksi
jalan
nafas
Setelah di
lakukan
intervensi
keperawa
tan
selama 3
x 24 jam
di
harapkan
kebutuha
n nutrisi
terpenuhi
/ intake
ade kuat.
tidak ada.
Gelisah tidak
ada.
TTV DBN :
TD : 120-
130/80-85
mmHg
ND : 80-100
x /i
RR :16-24
x/i
Hb : 14 -18
dr/dL
Menunjukka
n
peningkatan
nafsu makan
Mempertaha
nkan/
meningkatka
n berat
badan.
Klien tidak
mual lagi.
BB stabil
/tidak turun
atau naik.
Klien dapat
menghabiska
n ¾ - 1 porsi
Jadwalkan
pengobatan
pernapasan
sedikitnya 1
jam sebelum
makan
Auskultasi
bunyi usus.
Observasi/
nafas
Menuru
nkan
efek
mual
yang
berhub
ungan
dengan
pengob
atan ini.
Bunyi
18
makan yang
di berikan.
Mukosa bibir
lembab.
Nilai lab
DBN :
Hb : 14-18
gr/dL
Albumin :
3,5-5,5 gr/dL
Protein total :
6,0-8,0 gr/dL
palpasi
distensi
abdomen.
Berikan
makan porsi
kecil dan
sering
termasuk
makanan
usus
mungki
n
menuru
n/ tak
ada bila
proses
infeksi
berat/
memanj
ang.
Distensi
abdome
n terjadi
sebagai
akibat
menelan
udara
atau
menunj
ukkan
pengaru
h toksin
bakteri
pada
saluran
GI.
Tindaka
n ini
dapat
mening
19
kering atau
makanan
yang
menarik
untuk
pasien.
katkan
masuka
n
meskipu
n nafsu
makan
mungki
n
lambat
untuk
kembali
.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Format Pengkajian
1. Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : Tuan H
Umur : 51 th
Suku/bangsa : Rejang
20
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl.Padang harapan
Tanggal masuk RS : 02 April 2011
Tanggal Pengkajian : 04 April 2011
Catatan kedatangan : kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi :
Nama/Umur : Tn E/ 30 No Telepon : (0736) 46833
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl lingkar barat
Sumber Informasi : Pasien, keluarga.
2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
1) Keluhan utama/alasan masuk RS:
Tn H datang ke RS pada tanggal 02 April 2011 dengan keluhan utama
nyeri dan sesak nafas.
2) Riwayat kesehatan sekarang:
Faktor pencetus:
21
Pasien mengatakan bahwa sesak nafas karena penyumbatan bronkus.
Sifat keluhan (mendadak/pelahan-lahan/terus-menerus/hilang timbul atau
berhubungan dengan waktu) :
Sifat keluhan hilang timbul
Lokalisasi dan sifatnya (menjalar/menyebar/berpindah-pindah/menetap):
lokasi nyeri pada bagian hidung dan menetap
Berat ringannya keluhan (menetap/cenderung bertambah atau berkurang)
:
Nyeri yang timbul bersifat menetap.
Lamanya Keluhan:
Nyeri dirasakan 3 hari sebelum masuk RS.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi :
pasien beristirahat dan mengkonsumsi obat anti nyeri.
Keluhan saat pengkajian:
Nyeri yang dirasakan Tn H hilang timbul
Diagnosa medik :
Obstruksi saluran napas ( polip
hidung )
Tanggal: 03 April 2011
22
TBC Tanggal : 03 April 2011
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama dan upaya untuk
mengatasi, riwayat masuk RS): ATELEKTASIS dialami pasien dalam
kurun waktu 1 tahun terakhir. Upaya yang dilakukan pasien dengan
mengkonsumsi obat menghilang nyeri dengan Salbutamol dosis 12,5
Mg.
Alergi : Pasien alergi terhadap antibiotik penisilin.
Obat-obatan
(Resep/obat
bebas)
Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
Salbutamol 12,5 mg 12,5 mg 3x sehari
4) Riwayat Kesehatan keluarga :
Penyakit menular atau keturunan dalam keluarga:
Tidak ada.
3. Pola Fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit :
Pasien merasakan dengan penyakit yang ia alami menyebabkan
hilangnya kenyamanan.
23
Penggunaan :
Tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berhenti) :
Pasien adalah seorang perokok. Pasien biasanya merokok sebanyak 1
bungkus perhari. Pasien mulai merokok sejak umur 18 tahun. Pasien
belum berniat untuk berhenti.
Alkohol (jenis, jumlah/hari/minggu/bulan):
Pasien mengkonsumsi alkohol jenis anggur merah, sebanyak 1 botol
dalam seminggu.
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien alergi terhadap
antibiotik yaitu penisilin.
Reaksi alergi:
Gatal-gatal seluruh badan dan timbul ruam merah.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Diet/suplemen khusus: pasien biasa mengkonsumsi minuman berenergi
seperti hemaviton, kartingdeng, extra joss.
Intruksi diet sebelumnya: belum ada intruksi diet sebelumnya.
Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mengalami
stomatitis, mual dan muntah.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turu) : BB pasien menurun sebanyak
5 kg (60 kg menjadi 55 kg).
Kesulitan menelan (disfagia): ada
Gigi (lenkap/tidak,gigi palsu): lengkap
Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan,
penyembuhan abnormal: tidak ada
Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
24
Frekuensi makan: menurun (2x sehari)
Jenis makanan: Karbohidrat, protein, lemak
Pantangan/alergi : pasien tidak boleh makan-makanan yang berminyak
seperti goreng-gorengan.
Lain-lain : -
3) Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : 1x/hari Waktu : pagi hari
Warna : kuning Konsistensi: lunak
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak terdapat kesulitan
Buang air kecil (BAK) :
Frekuensi : 4-6x/hari Warna : kuning jernih
Kesulitan : tidak ada
4) Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri :
0 = Mandiri 3 = Dibantu orang lain dan peralatan
1 = Dengan alat bantu 4 = Ketergantungan/ tidak mampu
2 = dibantu orang lain
Kegiatan / aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/ berdandan √
25
Toileting √
Mobilisasi di tempa tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
Alat bantu ( kruk, pispot, tongkat, kursi roda) : tidak ada
Kekuatan otot : masih lemah
Kemampuam ROM : mampu
Keluhan saat beraktivitas : nafas semakin sesak,
Lain-lain : -
5) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 6 jam/malam, 1-2 jam tidur siang
Waktu : 22.00-04.00 Wib
Kebiasan menjelang tidur : berwudhu
Masalah tidur ( insomnia, terbangun dini, mimpi buruk ) : terbangun dini
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental : sadar, compos mentis
Bicara : normal (√ ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspesif ( )
Kemampuan berkomunikasi : ya (√ ), tidak ( )
Kemampuan memahami : ya (√ ), tidak ( )
26
Tingkat ansietas : ringan (√ ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )
Pendengaran : DBN (√ ), tuli ( ),kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu
dengar ( )
Penglihatan : DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll ) :
kacamata
Vertigo : Tidak ada
Ketidaknyamanan/ nyeri (akut/kronik) : adanya ketidaknyama dan ada
nyeri
i. Penatalaksanaan nyeri : Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi
maupun prosedur lainnya
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasan klien tentang masalah ini : klien mengatakan sesak nafas sangat
dirasakan karena akibat penyakit atelektasis
8) Pola peran dan hubungan
Pekerjaan : petani
Sistem pendukung : pasangan/istri
Serumah (√ ), tinggal berjauhan ( )
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : klien mengatakan
mengalami kesulitan dengan masalah biaya berkenaan dengan perawatan
di RS
Kegiatan sosial : klien masih bisa untuk datang menghadiri undangan
tapi tidak bisa membantu aktivitas yang berat
9) Pola sexual dan reproduksi
Tanggal menstruasi terakhir : -
Masalah menstruasi : -
Pap Smear terakhir : -
27
Masalah sexual b/d penyakit : -
Lain-lain : -
10) Pola koping dan toleransi stress
Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (Finansial,
perawatan diri) : baik, tetapi klien sedikit terpikir dengan masalah biaya
perawatan
Kehilangan/ perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
Hal yang dilakukan saat ada masalah ( sumber koping ) : musyawarah
dengan istri dan keluarga
Penggunaan obat yang dilakukan untuk menghilangkan stress : tidak ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari ( santai/ tegang ): santai
11) Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : baik, pasien mengatakan agama
adalah pedoman hidup pasien dan juga keluarga
4. Pemerikasaan Fisik
a. Keadaan umum :
Penampilan umum: Penampilan tidak baik, gaya bicara tidak terkoordinasi,
bicara tidak jelas.
Klien tampak sehat/sakit/sakit berat: Klien tampak sakit berat.
Kesadaran : Tidak komposmentis
BB : 55 Kg
TB : 167 Cm
b. Tanda-tanda vital :
28
TD : 100/80 mmHg
ND : 50/menit
RR : 14/menit
S : 36,5 °C
c. Kulit
Warna kulit (sianosis,ikterus,pucat,eritema,dll) : Warna kulit pucat.
Kelembapan: Kering
Turgor kulit: Elastis
Ada/tidaknya oedema: Tidak ada
d. Kepala/ rambut
Inspeksi : Kepala simetris, warna rambut kusam, distribusi tidak merata,
kurang bersih dan tidak berketombe.
Palpasi : Textur tidak halus dan kering, tidak berminyak, tidak ada
benjolan atau masa.
e. Mata
Fungsi pengelihatan : Baik, visus 6/6.
Ukuran pupil : 2mm
Konjungtiva : anemis
Lensa/iris : Lensa warna hitam, tidak ada kekeruhan lensa
Oedema palpebra : tidak ada odema palpebra
Palpebra : Terbuka
29
Skelera : Tidak ikterik
f. Telinga
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : bersih
Daun telinga : simetris, elastis, lesi tidak ada, tidak ada tanda-tanda
mastoiditis
Fungsi keseimbangan : baik
Secret : tidak ada
g. Hidung dan sinus
Infeksi : Bentuk simetris, tidak ada deformitas
Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan bau
Pembengkakan : tidak ada, polip tidak ada
Kebersihan : bersih
Perdarahan : tidak ada
Sekret : ada
h. Mulut dan tenggorokan
Membrane mukosa : Kering dan pucat
Keadaan gigi : Lengkap
Tanda radang (bibir,gusi,lidah) : tidak ada
Trismus : tidak ada kesulitan buka mulut.
Kesulitan menelan : disfagia tidak ada
30
i. Leher
Trakea(simetris/tidak) : Simetris saat dilakukan palpasi
Carotid bruid : ada bunyi bruid
JVP : 5-2 cm H2O
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Kelenjar toroid : tidak ada pembengkakan
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk dan kepala mpasien bias fleksi ke
dada
j. Thorak/paru
Inspeksi :inspeksi dada tidak simetri, RR : 14x/menit, menggunakan otot
Bantu pernafasan
Palpasi : Fremitus Ka≠Ki, ekspansinparu tidak simetris
Perkusi : resonan pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler
k. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Paspasi : ictus cordis teraba 1 jari LMCS RIC ke5.
Perkusi : batas atas jantung RIC ke2
- batas kanan : linea sternalis dextra
- batas kiri : 1 jari linea mid clavikula sinistra
- batas bawah : 1 jari LMCS RIC ke5
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada bunyi tambahan S3ndan S4,
murmur dan gallop tidak ada
31
l. Abdomen
Inspeksi : Simetris, jaringan parut tidak ada, vena tidak menonjol, asites
tidak ada
Auskultasi : B.U, 12x/i
Perkusi : Tympani
Palpasi : hepar dan limfa tidak teraba, tidak ada pembesaran hepar dan
limfa
m. Genitalia : bersih, tanda-tanda radang tidak ada. Lesi tidak ada
n. Rectal : haemoroid tidak ada, lesi atau kemerahan tidak ada, massa tidak
ada
o. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : akral hangat, oedema tidak ada, genggaman tangan kuat
Ekstrimitas bawah : Akral hangat, oedema tidak ada, kekuatan penuh
ROM : gerakan aktif tanpa dibantu
Kekuatan otot : otot lemah
p. Vascular perifer
Capilari refille : tidak normal
Clubbing : tidak menonjol
Perubahan warna(kuku,kulit,bibir) : kilit sedikit pucat
32
q. Neurologis
Kesadaran(GCS) :
Status mental : compos mentis/15
Motorik : normal; gerak menurut perintah
Sensorik : normal, percakapan adekuat
Tanda rangsangan meningeal : -
Saraf ransangan meningea l: normal
Saraf cranial : normal
Refleks fisiologis : baik, ekstremitas semua bias digerakkan
Refleks patologis : -
33
3.2 Analisis data
Nama klien : Tn. H
Ruang Rawat : Kemuning
Diagnosa medic : Atelektasis
No Data Etologi Masalah
1
2
Ds : Klien mengatakan batuk
berdahak dan sesak nafas
Klien mengatakan
dahaknya terasa lengket di
tengkorokan dan sulit
dikeluarkan.
Klien mengatakan kesulitan
bernafas.
Do : klien tampak kesulitan
bernafas
TTV: TD : 120/80
ND : 40 x/i
RR : 30 x/i
Do : pernafasan cuping hidung
: Takipnea (+)
: dispnea (+)
: pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantupernafasan (
+ )
DS : klien mengatakan batuk
berdahak dan sesak nafas
: klien mengatakan kesulitan
bernafas
: klienmengatakanbadannya terasa
lemah
Peningkatan
produksi sekret,
bronkospasme,
lemah, penurunan
energy
Gangguan suplai
oksigen akibat
obtruksi jalan nafas
oleh secret,
bronkospasme
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Resiko tinggi
kerusakan
pertukaran gas
34
3
DS : klien tampak lemah
: klien tampak kesulitan bernafas
: TTV: TD : 120/80
ND : 40 x/i
RR : 30 x/i
: mukosa bibir kering
: takipnea (+)
: Dispnea (+)
: HB : 10,5 gr/dl
DS : klien mengatakan batuk
berdahak dan lengket di
tenggorokan
: klien mengatakaniamerasa mual
sehingga tidak nafsu untuk makan
: klienmengatakan iahanyabisa
menghabiskan ¼ porsi
: klien mengatakan BB nya turun 4
kg dalam bulan terakhir
DO : klien tampak lemah
: BB turun 4 kg
: HB : 10,5 gr/dl
Albumin : 3,2 gr/dl
Protein total : 5,78 gr/dl
Dispnea,
kelemahan, mual,
produksi sputum
Perubahan nutrisi,
kurang dari
kebutuhan tubuh
35
3.2 Diagnosa keperawatan yang muncul
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret ( bronkospasme ), lemah, penurunan energi.
b. Resiko tinggi Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas oleh sekresi, spasme bronchus
c. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap
anoreksia yang berhubungan dengan muntahan dan bau.
3.3 Rencana Asuhan keperawatan
Nama klien : Tn. H
Ruang Rawat : Kemuning
Diagnosa medic : Atelektasis
n
o
Diagnosa
keperawatan
Tujuan Keriteria hasil Intervensi Rasional
1 Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
berhubunga
n dengan
peningkatan
produksi
sekret
( bronkospas
me ), lemah,
penurunan
energi.
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawa
tan
selama
3x 24 jam
diharapka
n jalan
nafas
paten/
kembali
efektif,
dahak
Jalan nafas
bebas atau
dahak dapat
dikeluarkan .
Dispnea dan
takipnea
tidak ada.
Kesulitan
bernapas
tidak ada.
Penggunaan
otot bantu
pernapasan
Berbaring
pada sisi
paru-paru
yang sehat
sehingga
paru-paru
yang
terkena
kembali bisa
mengemban
g
Berbarin
g pada
posisi
yang
sehat
akan
akan
mencipta
kan
kenyama
nan
pasien
36
2
Kerusakan
pertukaran
gas
berhubunga
n dengan
obstruksi
jalan nafas
oleh sekresi,
spasme
bronchus.
dapat
dikeluark
an dan
tidak sulit
dalam
bernafas
Setelah di
lakukan
intervensi
keperawa
tan
selama 3
x 24 jam
di
harapkan
pertukara
n gas atau
oksigenas
i ade
kuat,
tidak ada
lagi
obtruksi
jalan
nafas
tidak ada.
TTV DBN:
TD:120-
130/80-
85mmHg
ND;60-
100x/i
RR:16-24x/i
Berpartisipas
i dalam
program
pengobatan
dalam tingkat
kemampuan/
situasi
Dispnea &
takipnea
tidak ada.
Kesulitan
bernafas
tidak ada.
Gelisah tidak
ada.
TTV DBN :
TD : 120-
130/80-85
mmHg
ND : 80-100
x /i
RR :16-24
x/i
Perkusi
(menepuk-
nepuk) dada
Menghilang
kan
penyumbata
n, baik
melalui
bronkoskopi
maupun
prosedur
lainnya
Perkusi
akan
mengenc
erkan
dahak
Melaui
bronkosc
opy akan
bisa
melihat
penyuma
tan
( obstruk
si jalan
nafas
37
3Perubahan
nutrisi,
kurang dari
kebutuhan
tubuh, risiko
tinggi
terhadap
anoreksia
yang
berhubunga
n dengan
muntahan
dan bau.
Setelah di
lakukan
intervensi
keperawa
tan
selama 3
x 24 jam
di
harapkan
kebutuha
n nutrisi
terpenuhi
/ intake
ade kuat.
Hb : 14 -18
dr/dL.
Menunjukka
n
peningkatan
nafsu makan
Mempertaha
nkan/
meningkatka
n berat
badan.
Klien tidak
mual lagi.
BB stabil
/tidak turun
atau naik.
Klien dapat
menghabiska
n ¾ - 1 porsi
makan yang
di berikan.
Mukosa bibir
lembab.
Nilai lab
DBN :
Hb : 14-18
gr/dL
Albumin :
3,5-5,5 gr/dL
Protein total :
6,0-8,0 gr/dL
Jadwalkan
pengobatan
pernapasan
sedikitnya 1
jam sebelum
makan
Auskultasi
bunyi usus.
Observasi/
palpasi
distensi
abdomen.
Menurun
kan efek
mual
yang
berhubun
gan
dengan
pengobat
an ini.
Bunyi
usus
mungkin
menurun/
tak ada
bila
proses
infeksi
berat/
memanja
ng.
Distensi
abdomen
terjadi
sebagai
akibat
38
Berikan
makan porsi
kecil dan
sering
termasuk
makanan
kering atau
makanan
yang nenarik
untuk
pasien.
menelan
udara
atau
menunjuk
kan
pengaruh
toksin
bakteri
pada
saluran
GI.
Tindakan
ini dapat
meningka
tkan
masukan
meskipun
nafsu
makan
mungkin
lambat
untuk
kembali.
3.4 Catatan Perkembangan
Nama klien : Tn. H
Ruang Rawat : Kemuning
39
Diagnosa medik : Atelektasis
Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
Rabu, 05
April 2011
Bersihan jalan nafas
tidak efektif dengan
peningkatan produksi
secret (bronkospasme),
lemah, penurunan
energy
Jam :10.00
Mengkaji
frekuensi/kedalama
n pernafasan dan
gerakan dada
Hasil : RR : 24 x/i
Mengauskultasikan
area paru, mencatat
area penurunan
/tidak ada aliran
udara dan bunyi
nafas
krekels,mengistridor
ada
Menganjurkan
pasien latihan nafas
dalam dan batuk
efektif sementara
posisi duduk tinggi
Misal : klien
dapatmendemontras
ikan batuk efektif
dan dapat
mengeluarkan
dahak
Menganjurkan
pasien untuk minum
air hangat sdikitnya
2500 ml/hari.
Jam : 14.00
S : klien
mengatakan sudah
dapat
mengeluarkan
dahaknya
: klienmngatakan
sesaknya sudah
agak berkurag
: klien
mengatakan sudah
dapat bernafas
dengan agak lega
O : klien dapat
mngeluarkan
dahaknya
: dispnea
berkurang
: penggunaan otot
bantu tidak ada
: kesulitan
bernafas tidak ada
TTV DBN :
TD : 120/80
mmHg
40
Kerusakan pertukaran
gas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme
bronchus.
Hasil : pasien mau
minum air hangat
Memberikan obat
sesuai indikasi,
mukolitik
ekspektoran,
bronkodolator,
analgesik.
Memberikan
oksigen tambahan 2
liter / hari
Memberikan
pengobatan
pernapasan kepada
pasien dengan
latihan nafas
ND : 90 x /i
RR :24 x/i
A : masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
S : Klien
mengatakan sudah
tidak sulit nafas
lagi
: klien mengatakan
BB stabil
O : pasien sudah
tidak sulit bernafas
lagi
S : Klien
mengatakan sudah
tidak mual lagi
A : masalah
teratasi
41
Perubahan nutrisi,
kurang dari kebutuhan
tubuh, risiko tinggi
terhadap anoreksia yang
berhubungan dengan
muntahan dan bau.
memberikan makan
porsi kecil dan
sering
memberikan
makanan kering dan
makanan yang
menarik untuk
pasien.
P : intervensi
dihentikan
S : klien
mengatakan sudah
menghabiskan ¼
porsi
: klien mengatakan
sudah tidakmual
lagi
O : pasien sudah
tidak muntah lagi
: pasien bias
menghabiskan ¼
porsi
: BB pasie
nstabil/tidak
naik dan tidak
turun
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
TTD Perawat
42
BAB IV
PENUTUP
2.2 KESIMPULAN
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.
Penyebab obstruktif bisa berasal dari dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran
pernafasan. Sedangkan penyebab non-obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi
jaringan paru atau pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan akhirnya mengalami
kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan
fisik. Secara radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda
pengempisan lobus.
4.2 SARAN
Atelektasis merupakan penyakit yang harus ditangani dengan cepat dan tepat
karena sebagian angka mortalitas dari penyakit gangguan pola nafas adalah penyakit
atelektasis. Penanganan yang baik dan pendiagnosaan yang tepat akan memberikan
ketepatan dalam pencegahan penyakit ini.
43
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart. 1994. Keperawatan Medikal Bedah I, edisi 8, Vol. 1.
EGC : Jakarta.
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . EGC :
Jakarta.
Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC :
jakarta.
Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI :
Jakarta.
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI : Jakarta.
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.
Hamsafir, Evan. 2010. Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Atelektasis.
Available from : www.infokedokteran.com. Accessed 08 April 2011.
44