aromaterapi-metpen

Upload: nadya-azzahra

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    1/28

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Pendidikan Dokter adalah suatu ilmu dan seni yang mempelajari tentang penyakit dan

    cara-cara penyembuhannya. Ilmu kedokteran adalah cabang ilmu kesehatan yang

    mempelajari tentang cara mempertahankan kesehatan manusia dan mengembalikan

    manusia pada keadaan sehat dengan memberikan pengobatan pada penyakit dan cedara.

    Pembelajaran klinik merupakan salah satu bagian integral dari pendidikan kedokteran yang

    akan mempersiapkan mahasiswa untuk dapat melakukan serta mengetahui prinsip-prinsip

    dalam praktek klinik dan merangsang mahasiwa untuk menggunakan keterampilan berpikir

    kritis untuk memecahkan masalah (Solso, 2004).

    Beberapa peneliti telah banyak meniliti stress yang terjadi pada mahasiswa kedokteran

    diawal praktek klinik. Hasil penilitian menunjukan mahasiswa kedokteran tidak puas

    dengan komponen pembelajaran klinik dari pendidikan meraka. Kurangnya pengalaman

    klinik, daerah yang asing, pasien yang terkadang tidak bisa diajak kerja sama, takut

    membuat kesalahan, menerima instruksi yang berbeda di lapangan dengan apa yang

    mereka pelajari di kelas diungkapkan oleh mahasiswa sebagai faktor-faktor yang

    menyebabkan stress dalam praktek klinik kedokteran (Parkin, 2000).

    Selama mengikuti pembelajaran dalam perkuliahan dengan beban materi yang cukup berat

    dan jadwal kuliah yang padat diisi dengan ujian dan tugas-tugas, mahasiswa pendidikan

    dokter dituntut untuk memiliki performa dan daya tahan kerja yang tinggi untuk

    menghadapi stress dalam menghadapi tanggung jawab tersebut.

    Stress adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketidakenakan oleh karena harus

    menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak dikehendaki (Sternberg, 2004). Stress pada

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    2/28

    mahasiswa terutama berasal dari kurangnya pengetahuan professional dan juga

    keterampilan merawat pasien. Gejala yang timbul pada mahasiswa adalah peningkatan

    denyut jantung, peningkatan tekanan darah, sakit kepala, rendah diri, marah, merokok,

    minum alkohol, penurunan berat badan dan penyalahgunaan narkoba.

    Bentuk cara mengurangi stress adalah salah satunya dengan menggunakan aromaterapi

    yang dimulai dengan mencium bau yang wangi, sehingga segala yang membebani pikiran

    akan berkurang (Utomo, W.K, 2007). Istilah aromaterapi muncul pertama kali pada tahun

    1920 yang di populerkan oleh Gattefosse, seoarang ahli kimia dari perancis.

    Aromaterapi adalah cara penyembuhan dengan menggunakan kosentrasi minyak atsiri atau

    minyak essensial yang aromatik dan diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan (Dr. Rachmi,

    2002). Minyak atsiri yang digunakan merupakan cairan hasil sulingan dari berbagai jenis

    bunga, daun, kulit batang, biji dan akar yang tidak digunakan secara langsung ke kulit

    tetapi harus diencerkan terlebih dahulu yang biasanya bersifat mudah menguap saat terkena

    panas atau cahaya.

    Efek aromaterapi positif karena aroma yang segar dan harum merangsang sensori dan

    akhirnya mempengaruhi organ lainnya sehingga dapat menimbulkan efek yang kuat

    terhadap emosi. Aromaterapi ditangkap oleh reseptor di hidung, kemudian memberikan

    informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori serta memberikan

    informasi ke hipotalamus yang merupakan pengatursistem internal tubuh,sistem

    seksualitas,suhu tubuh, dan reaksi terhadap stres. Manfaat paling besar dari aromaterapi

    adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran berlebihan dengan mencium bau yang

    wangi,segala yang membebani pikiran juga akan berkurang (Utomo,W.K, 2007)

    Peppermint

    Secara spesifik, bau aroma peppermint dapat mempengaruhi proses dasar biologis

    seseorang. Peppermint merupakan bagian dari aroma dasar dimana daun mint

    menjadi sumber aroma tersebut. Dengan karakter bau mint yang khas, peppermint

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    3/28

    sangat baik untuk mengatasi gangguan perncernaan, batuk dan influenza. Saat ini

    banyak digunakan sebagai campuran pasta gigi ataupun permen.Juga sebagai

    penyejuk dan dapat menghilangkan rasa sakit pada otot.Pada perawaatn kulit

    digunakan sebagai cleanser dan anti-radang.Juga sangat bermanfaat untuk melawan

    kelelahan, kecemasan atau masalah emosional lainnya.Umumnya aman, walaupun

    banyak mengandung methol yang dapat mengiritasi kulit. Terbukti ternyata

    peppermint memiliki banyak khasiat dan terbukti pada beberapa eksperimen yang

    menggunakan peppermint sebagai sarana untuk menguji suatu hypothesis yang

    terkait keadaan fisik maupun psikis seseorang (Gobel, Schmidt, Soyka, 1994)

    Rosemary

    Rosemary disinyalir dapat memperkuat otak dan meningkatkan memori.

    Kandungan yang terdapat dalam rosemary mampu merangsang sekresi

    norepinephrine yang berperan untuk peningkatan memori. Dalam suatu studi

    didemonstrasikan bahwa inhalasi dari minyak esensial rosemary tidak menemukan

    hasil adanya efek analgesic (Astuti, 2009).

    Walaupun banyak penilitian yang meniliti tentang aromaterapi peppermint danrosemary tetapi belum ada penelitian yang membandingkan antara aromaterapi

    mana yang lebih efektif diantara peppermint dan rosemary. Karena itu dalam

    penelitian ini penulis bertujuan untuk mencari aromaterapi yang paling efektif

    untuk meningkatkan performa kerja subjek yang diukur dengan tes psikologi

    Kreppelin.

    1.2Rumusan Masalah

    2.

    Apakah aromaterapi peppermint dapat meningkatkan performa subjek secara

    objektif yang diukur dengan tes Kreppelin, yaitu: Kecepatan, ketelitian, keajekan,

    ketahanan?

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    4/28

    3. Apakah aromaterapi rosemary dapat meningkatkan performa subjek secara objektif

    yang diukur dengan tes Kreppelin, yaitu: Kecepatan, ketelitian, keajekan,

    ketahanan?

    4. Bagaimana perbandingan efektivitas aromaterapi peppermint dan rosemary?

    1.3Tujuan Penilitian

    2. Tujuan umum

    Mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap maximum performance

    mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas

    Dipenogoro.

    3. Tujuan khusus

    Memilih aromaterapi yang tepat untuk dijadikan sarana penunjang peningkatan

    performa dalam pembelajaran.

    1.4 Manfaat penilitian

    1.

    Sebagai alternative untuk sarana penunjang mahasiswa agar dapatmeningkatkan daya tahan kerja, sehingga dapat mencapai performa yang

    maksimal dalam mengikuti pembelajaran.

    2. Memberikan konstribusi pada peningkatan kenyamanan mahasiswa tahap

    profesi dalam mengikuti pembelajaran.

    3. Memberikan informasi bagi pelayanan kesehatan untuk dapat memilih

    aromaterapi yang tepat dalam meningkatkan performa kerja.

    4. Memberikan informasi bagi masyarakat luas akan kegunaan efek aromaterapi

    dalam meningkatkan daya tahan dan performa kerja.

    5. Memberikan informasi bagi peneliti untuk dapat mengembangkan penelitian

    selanjutnya yang berkaitan dengan efek aromaterapi lebih luas lagi ke depannya.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    5/28

    1.5 Keaslian Penelitian

    No. Penulis Metode

    Penelitian

    Hasil

    1. Agustini N, Sudhana

    H. 2014. Pengaruh

    Pemberian

    Aromaterapi Terhadap

    Konsentrasi Siswa

    Kelas V Sekolah Dasar

    dalam Mengerjakan

    Soal Ulangan Umum.

    Jurnal Psikologi

    Udayana. Vol. 1 (2):

    271-278

    Pre-

    Eksperimental

    Tidak adanya perbedaan konsentrasi yang

    signifikan antara kelompok yang diberi

    aromaterapi dengan kelompok tanpa

    aromaterapi,aromaterapi belum

    memberikan efek yang signifikan. Hal ini

    disebabakan karena konsentrasi tidak

    hanya dipengaruhi oleh faktor ekternal,

    melainkan juga dipengaruhi oleh faktor

    internal. Pada kelompok eksperimen

    terjadi peningkatan konsentrasi setiap

    harinya, hanya saja tidak mencapai titik

    signifikan. Sedangkan, pada kelompok

    kontrol tidak ada perbedaan tingkatankonsentrasi setiap harinya. Namun

    berdasarkan wawancara, didapatkan

    bahwa subjek merasa lebih tenang saat

    mengerjakan ulangan ketika mencium

    aromaterapi.

    2. Raudenbush, B.,

    Grayhem R., Sears T.,

    Wilson I. (2009)

    Effects of Peppermint

    Eksperimental In comparison to the non-odor control

    condition, ratings of alertness during the

    driving protocol were higher in both the

    peppermint and cinnamon conditions.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    6/28

    and Cinnamon Odor

    Administration on

    Simulted Driving

    Alertness, Mood and

    Workload. Notrh

    American Journal of

    Psychology. Vol 11

    (2): 245-256

    Both cinnamon and peppermint

    administration led to increased ratings of

    alertness, decreased temporal demand, and

    decreased frustration over the course of

    the driving scenario. In addition,

    peppermint scent reduced anxiety and

    fatigue. Periodic administration of these

    odors over prolonged driving may prove

    beneficial in maintaining alertness and

    decreasing highway accidents and

    fatalities.

    3. Moss, M., Cook J.,

    Wesnes K., Duckett P.

    2003. Aromas of

    Rosemary and

    Lavender Essential Oils

    Differentially Affect

    Cognition and Mood in

    Healthy Adults. Journal

    of Neuroscience. Vol

    113 (1): 15-38

    Eksperimental Lavender produced a significant

    decrement in performance of working

    memory, and impaired reaction times for

    both memory and attention based tasks

    compared to controls. In contrast,

    rosemary produced a significant

    enhancement of performance for overall

    quality of memory and secondary memory

    factors, but also produced an impairment

    of speed of memory compared to controls.

    These findings indicate that the olfactory

    properties of these essential oils can

    produce objective effects on cognitive

    performance, as well as subjective effects

    on mood.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    7/28

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Olfactory System

    2.1.1 Olfactory System

    Menurut Shah, Sen, Patel, Patel, Patel, dan Prajapati (2011), rangsang bau yang masuk

    melalui hidung diterima oleh mukosa hidung, dilanjutkan nervus olfactoius, selanjutnya

    akan menuju bagian dari otak yang mengatur emosi, memori serta kemampuan belajar dan

    tempat ini disebut sebagai sistem limbic. Aromaterapi memiliki dampak tidak hanya pada

    aspek fisik tetapi juga pada aspek psikologis.

    Menurut Henderson (2007) dalam Agustini N, Sudhana H. (2014), aromaterapi memiliki

    beberapa fungsi diantaranya membuat udara dalam ruangan menjadi segar, menciptakan

    suasana yang tenang, dapat digunakan sebagai antibiotik, dapat berguna menjadi antiseptik

    untuk melakukan perlawanan terhadap virus, merendam emosi, dapat menjadi alat untuk

    relaksasi, dan juga meningkatkan konsentrasi.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hongratanaworakit (2004), ditemukan bahwa

    aromaterapi memberikan efek yang signifikan pada gelombang otak, hal tersebut dilihat

    dari hasil EEG.Hasil dari amplitudo serta frekuensi menunjukkan bahwa adanya aktivitas

    pada gelombang alpha, betha, serta tetha.Ketika individu sedang membaca atau pada saat

    pikiran berkonsentrasi, gelombang betha adalah gelombang dominan dan alpha dihambat.

    Penelitian lain juga dilakukan terhadap anak autis serta kesulitan belajar dengan pijatan

    menggunakan aromaterapi (Solomons, 2005). Melalui pemijatan, aromaterapi juga dihirup

    oleh subjek dan hasilnya subjek dapat meningkatkan perhatiannya.Dari beberapa penelitian

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    8/28

    yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa aromaterapi memiliki fungsi untuk

    meningkatkan konsentrasi.

    Mekanisme dari sistem olfaktori dapat dibedakan menjadi perifer, menerima rangsang dari

    stimulus sebagai sinyal elektrik dalam neuron, dan central, tempat intergerasi semua sinyal

    dan diproses dalam sistem saraf pusat.

    2.1.2 Perifer

    Pada mamalia, aroma masuk melalui hidung dan berinteraksi dengan receptor penciuman

    yang merupakan membrane protein bipolar pada olfactory epithelium.Sinyal tersebut

    menjalar melalui nervus olfaktorius.Seperti halnya pada nervus optikus, nervus olfactorius

    bukanlah bagian dari sistem saraf tepi, tetapi didefinisikan sebagai salah satu bagian dari

    otak.Nervus olfactorius ini berlanjut sebagai bulbus olfactorius yang juga merupakan

    bagian dari sistem saraf pusat.Receptor olfaktorius dapat menerima rangsang berdasarkan

    konsentrasi dari bau tersebut.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    9/28

    2.1.3 Central

    Axons dari bulbus olfactoriusmembentuk kumparan yang disebut glomeruli (glomerulus

    tunggal).Di dalam glomerulus, axon berinteraksi dengan dendrit dari mitral sel dan

    beberapa jenis sel lainnya.Mitral sel mengirim axon mereka ke beberapa area pada otak,

    termasuk nucleus olfactory anterius, piriform cortex, medial amygdala, entorhinal cortex,

    dan olfactory tubercle.

    Piriform cortex merupakan area untuk mengindentifikasi bau.Medial amygdala terlibat

    dalam fungsi sosial interaksi dalam seksual.Entorhinal cortexdiasosiasikan sebagai ingatan

    terhadap bau.

    Rangsang (bau) Lubang hidung Epitelium olfactory Mucosa olfactori Saraf

    olfaktori bulbus olfaktori Thalamus Hipotalamus Otak daerah olfaktori

    Hipotalamus Talamus (korteks serebrum)

    2.2 Tes Kraepelin

    2.2.1 Definisi Tes Kraepelin

    Kraepelin adalah sebagai alat tes bakat, Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum

    performance seseorang.Oleh karenanya tekanan scoring dan interpretasi lebih didasarkan

    pada hasil tes secara objektif bukan pada arti proyektifnya.Individu dikatakan memiliki

    performa yang baik apabila dalam rentang waktu yang lama dan dalam kondisi tertekan

    (stressful) mampu menampilkan unjuk kerja yang cepat, teliti dan stabil.

    Dr. J. de Zeeuw, memiliki pandangan bahwa tes kraepelin digolongkan sebagai tes yang

    dipergunakan untuk mengukur factorfactor non intelektual (tes konsentrasi).

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    10/28

    Sedangkan menurut Anne Anastasi (psychological Testing), tes Kraepelin merupakan

    sebuah Speed Test .Adapun ciri utama dari sebuah speed test adalah tidak adanya waktu

    yang cukup u tuk menyelesaikan semua soal. Sebenarnya dalam tes kraepelin, testi

    memang tidak diharapkan untuk dapat menyelesaikan sepenuhnya setiap jalur tes, kerena

    yang sebenarnya dilihat disini adalah bagaima kecepatan teste.

    Menurut Anne Anastasi, selain kecepatan kerja, factor lain yang dapat diketehui dengan

    menggunakan tes kraepelin adalah mengenai ketelitian, konsentrasi, dan stabilitas dalam

    bekerja. Selain itu aspek aspek psikologis yang berpengaruh pun bermacam macam,

    misalnya saja mengenai persepsi visual, koordinasi senso-motorik, pushing power,

    ketahanan, learning effect.

    2.2.2 Tujuan Tes Kraepelin

    Tujuan dari tes Kraepelin sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan sepertia apa tipe

    performance seseorang, misalnya hasil yang rendah, dapat menggindikasi adaya gejala

    depresi mental. Terlalu banyak seseorang melakukan salah hitung, dapat mengindikasikan

    adanya distraksi mental

    Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa konsentrasi dari

    seseorang.Hal itulah yang menyebabkan tekanan skoring dan interpresi lebih didasarkan

    pada hasil tes yang diperoleh secara obyektif bukan pada arti proyektifnya.

    Dari perhitungan obyektif tersebut, kemudian dapat diinterpretasikan tujuan tes kraepelin

    yang mencakup 4 hal:

    Interpretasi hasil dapat mencakup :

    1.

    Faktor Kecepatan (speed factor), bisa mengindikasikan tempo kerja.

    2.Faktor Ketelitian (accuracy factor), bisa mengindikasikan konsentrasi kerja.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    11/28

    3.Faktor Keajekan (rithme factor), bisa mengindikasikan stabilitas emosi.

    4.

    Faktor Ketahanan (ausdeur factor), bisa mengindikasikan daya tahan terhadap situasi

    menekan.

    2.2.3 Skoring

    Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk melakukan skoring.

    1. Menyambung / membuat garis dari puncak tertinggi sehingga membentuk grafik

    2. Garis timbang : puncak teringgi + puncak terendah : 2

    3. Kecepatan testi mengerjakan lajur tiap menit : 2 x ( jumlah angka diatas garis timbang

    angka

    dibawah garis timbang) : 40

    4. Ketelitian : Jumlah kesalahan 15 lajur ( 5 lajur terdepan, 5 lajur tengah dan 5 lajur

    terakhir)

    2.3 Aromaterapi

    2.3.1 Definisi Aromaterapi

    Aromaterapi merupakan bentuk dari pengobatan alternative yang menggunakan material

    tumbuhan, minyak tumbuhan, termasuk minyak essensial dan berbagai senyawa aromatik

    dengan tujuan memperbaiki mood, kognitif, psikologi atau fisik.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    12/28

    2.3.2 Manfaat Aromaterapi

    Beberapa manfaat aromaterapi, seperti relaksasi dan menenangkan pikiran, lebih

    memberikan placebo effect daripada efek psikologis.Aroma dapat mempengaruhi mood

    dan relaksasi memberikan manfaat kepada pasien.

    Aromaterapi merupakan terapi atau pencegahan penyakit dengan penggunaan minyak

    esensial. Pernyataan lain mengatakan pelaksanaan menggunakan rasa nyeri, penurunan

    anxiety, pemicu energy dan ingatan jangka pendek, relaksasi, mencegah kerontokan

    rambut, dan mengurangi gatal-gatal.

    2.3.3 Mekanisme Aromaterapi

    Dua mekanisme dasar menjelaskan pengaruh aroma pada otak, terutama sistem limbik

    melalui olfactory system dan pengaruh farmakologi dari minyak esensial.Penelitian

    mekanisme cara kerja aroma terapi secara klinis masih belum terbukti, tetapi secara klinis

    aromaterapi memberikan dampak yang positif.

    Aromaterapi tidak menyembuhkan penyakit, tetapi membantu tubuh merespon dengan

    alami untuk menyembuhkan sendiri dengan meningkatkan respon imun.

    2.4 Aromaterapi Peppermint

    Peppermint yang dikenal juga sebagai M. balsamea Willd, merupakan mint

    campuran, berasal dari persilangan watermint dan spearmint. Tanaman ini banyak

    ditemukan di Eropa dan Timur tengah.Sekarang peppermint tersebar luas di budidaya di

    banyak wilayah di dunia.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    13/28

    Aroma peppermint bisa membantu meningkatkan daya ingat dan kewaspadaan

    sehingga cocok bagi orang yang sedang mengalami kelelahan.Selain itu, dapat juga

    menyegarkan dan menghidupkan kulit. Serta efek terapeutik nya dapat bekerja sebagai anti

    bakteri, virus dan parasit pada sistem pencernaan, melancarkan penyumbatan sinus dan

    paru, mengaktifkan produksi minyak di kulit, menyembuhkan gatal-gatal karena

    kadas/kurap, herpes, serta kudis karena tumbuhan beracun.

    Penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa aroma memiliki efek yang luas pada

    sistem saraf pusat manusia (Kobal & Hummel, 1988; Lorig & Schwartz, 1988; Van Toller,

    1988), bahkan ketika partisipan tidak menyadari pemberian aromaterapi.(Lorig, Huffman

    & DeMartino, 1991).

    Karena itu sudah berbagai penelitian tentang efek aromaterapi peppermint sudah

    banyak dilakukan.Di antaranyaGoel dan Lao (2006) memberikan aroma peppermint kepada

    partisipan yang sehat dan mendapatkan lebih non-REM dan less-REM.Hal ini

    menunjukkan bahwa pemberian aroma peppermint meningkatkan tingkat kesadaran

    terhadap manusia. Kimura, Mori, Suzuki, Endo & Kawano (2001) melaporkan

    peppermint meningkatkan amplitude 1 dan 2 EEGsecara signifikan setelah tes stress.

    Penelitian lain juga menunjukkan, Tingkat kewaspadaan lebih tinggi pada

    pemberian aromaterapi peppermint dan cinnamon daripada tanpa pemberian aromaterapi.

    Aroma peppermint dapat menurunkan tingkat kegelisahan dan kelelahan.Pemberian aroma

    ini saat menyetir menunjukkan manfaatnya dalam menjaga kewaspadaan sehingga dapat

    menurunkan tingkat kecelakaan saat berkendara.(Raudenbush, Grayhem, Sears & Wilson,

    2009).

    2.5 Aromaterapi Rosemary

    Rosemary (Rosmarinus officinalis) merupakan sebuah tanaman yang tahan penyakit

    dan hama, yang dapat ditumbuhkan melalui pencangkokan. Teh rosemary dapat membantu

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    14/28

    mengatasi masalah reumatik dan gejala flu.Tanaman ini biasanya cocok digunakan sebagai

    teh maupun bahan makanan Tanaman ini banyak mengandung kalsium, zat besi, dan

    Vitamin B6.

    Meskipun penelitian mengenai aromaterapi rosemary tidak sebanyak penelitian

    yang dilakukan terhadap aromaterapi peppermint, namun banyak diantara penelitian

    tersebut yang menunjukkan manfaat yang signifikan akan aromaterapi rosemary yang di

    antaranya berkhasiat untuk emberi efek pada munculnya perasaan puas dan efek positif

    pada mood dan kinerja, dan menurunkan tingkat hormon kortisol yaitu hormon pemicu

    stres. Salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran darah, menurunkan

    kolesterol, mengendorkan otot, reumatik, menghilangkan ketombe, kerontokan rambut,

    membantu mengatasi kulit kusam sampai di lapisan terbawah.Mencegah kulit kering,

    berkerut yang menampakkan urat-urat kemerahan.

    Karena itu bila dilihat khasiat aromaterapi rosemary, ternyata memiliki banyak

    kesamaan dengan khasiat aromaterapi peppermint. Berbagai penelitian sebelumnya

    mengenai aromaterapi rosemary antara lain menurut penelitian Miguel A. Diego et.al,

    (1998) didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa, kedua kelompok baik

    lavender maupun rosemary mengalami penurunan yang signifikan dalam score tingkat

    kecemasan yang dites menggunakan kuisioner STAI (State Anciety Inventory), hanya

    kelompok lavender yang mengalami perbaikan mood secara signifikan setelah pemberian

    aroma terapi, yang diketahui dari penurunan score POMS (The Profile of Mood States),

    kedua kelompok merasa lebih rileks, dan kelompok rosemary cenderung merasa lebih

    waspada.

    Dalam penelitian Moss, M., Cook J., Wesnes K., Duckett P. (2003), rosemary dapat

    meningkatkan performa yang signifikan terhadap keseluruhan kualitas mengingat dan

    kewaspadaan dengna metode penelitian menggunakan Cognitive Drug Researchyang dites

    bersama-sama dengan kelompok control tanpa aroma dan dengan aromaterapi Lavender.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    15/28

    BAB III

    KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Teori

    Aromaterapi

    Peppermint

    Rosemarry

    Korteks

    Korteks

    Piriform

    Korteks

    Entorhinal

    Nervus Olfactorius

    Sistem

    Limbik

    Tempo

    Kerja

    Konsentrasi

    Stabilitas

    Emosi

    Ketahanan

    Tes

    Kreppelin

    Faktor

    Kecepatan

    Faktor

    Ketelitian

    Faktor

    Keajekan

    FaktorKetahanan

    MAXIMUM PERFORMANCE

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    16/28

    3.2 Kerangka Konsep

    3.2 Hipotesis

    Mengingat lebih banyaknya penelitian yang menggunakan aromaterapi peppermint

    dan memiliki hasil signigikan terhadap memori, konsentrasi dan kewaspadaan, hipotesis

    penelitian ini adalah: Aromaterapi peppermint lebih efektif dalam meingkatkan Maximum

    Performance subjek.

    Aromaterapi

    Nervus Olfaktorius

    Peppermint

    Korteks Piriform dan

    Enthorinal

    Sistem Limbik

    Tes Kreppelin

    Maximum

    Performance

    Rosemarry

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    17/28

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Ruang Lingkup Penelitian

    4.1.1 Lokasi penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang BBDM Gedung Pendidikan Fakultas

    Kedokteran Undip.

    4.1.2 Waktu penelitian

    Waktu penelitian yang dibutuhkan adalah 8 minggu dari mulai koordinasi penelitian

    sampai dengan pembuatan laporan hasil penelitian.

    4.1.3 Disiplin ilmu terkait

    Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah kedokteran saraf, fisiologi,

    anatomi, obat tradisional, kimia, psikiatri, psikologi dan ilmu kesehatan masyarakat.

    4.2 Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental Design dengan jenis

    One Shoot Case Study menggunakan analisis uji beda (uji t).

    4.3 Identifikasi Variabel

    4.3.1 Variabel bebas (independent)

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    18/28

    Variabel bebas pada penelitian ini meliputi pemberian inhalasi aromaterapi

    peppermint dan aromaterapi rosemarry

    4.3.2 Variabel tergantung (dependent)

    Variabel tergantung pada penelitian ini adalah hasil test Paulin Kreppelin yang

    meliputi faktor kecepatan, ketelitian, keajekan dan ketahanan.

    4.4 Definisi Operasional Variabel

    No. Variabel Kategori Skala

    1. Pemberian Aromaterapi

    Aromaterapi yang digunakan berkomposisi

    1:5 dengan alcohol. Bentuk dari aromaterapi

    yang digunakan adalah pengharum ruangan

    yang elektrik, di dalamnya berisi sebuah

    lilin sebagai alat bakar dan diatasnya diisi

    dengan air hangat, lalu ditetesi aromaterapi

    dengan essence peppermint sebanyak 10-12

    tetes, begitu juga dengan essence

    aromaterapi rosemary.

    - Aromaterapi

    Peppermint

    - Aromaterapi

    Rosemarry

    Nominal

    2. Maximum Performance

    Maximum Performance yang meliputi faktor

    ketelitian, keajekan, kecepatan dan

    ketahanan diukur dengan menggunakan Tes

    - Faktor

    Kecepatan(speed factor)

    - Faktor

    Interval

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    19/28

    Kreppelin di mana tiap sesi tes dilakukan

    dalam waktu 30 detik.

    Ketelitian

    (accuracy

    factor)

    - Faktor

    Keajekan

    (rithme factor)

    - Faktor

    Ketahanan

    (ausdeur

    factor)

    4.5 Populasi dan Subjek Penelitian

    4.5.1 Populasi target

    Populasi target pada penelitian ini adalah Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas

    Kedokteran Universitas Diponegoro yang berjumlah kurang lebih 800.

    4.5.2 Populasi terjangkau

    Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah adalah Mahasiswa

    Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.yang berada pada lokasi

    penelitiandalam jangka waktu penelitian.

    4.5.3 Sampel populasi

    Pada penelitian ini menggunakan sampel dari populasi Mahasiswa

    Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang diambil secara

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    20/28

    random mengikuti kriteria inklusi dan ekslusi yang berada pada lokasi penelitian dalam

    jangka waktu penelitian.

    4.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

    4.6.1 Kriteria Inklusi

    1. Subjek merupakan mahasiswa FK Undip dengan rentang usia 17-23 tahun,

    2. Subjek telah melakukan sarapan pagi, tidak dalam keadaan hipoglikemi,

    3. Subjek dalam keadaan sehat secara fisik maupun psikis, dilihat dari hasil

    anamnesis saat pemilihan sampel

    4. Subjek bersedia menjadi sample penelitian yang sebelumnya telah dilakukan

    informed consent.

    4.6.2 Kriteria Eksklusi

    Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah probandus yang tidak melakukan

    sarapan pagi sesuai apa yang telah diarahkan sebelum penelitian, dan probandus dalam

    keadaan sakit secara fisik maupun psikis, serta probandus mengalami gangguan

    penciuman.

    4.7 Teknik Pengambilan Sampel

    4.7.1 Perhitungan besar Jumlah Sampel

    Perhitungan besar jumlah sampel dari jumlah populasi sebesar 800, dengan

    menggunakan rumus perhitungan jumlah sampel menurut Slovin (1960) :

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    21/28

    n = sampel;

    N = populasi;

    d = tingkat kesalahan (10%)

    = 88,8

    Dari hasil perhitungan di atas maka didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini

    adalah 89 sampel, untuk antisipasi terjadinya drop-out maka penulis mengambil sampel

    sebanyak 97, diambil dari perhitungan dengan estimasi drop out sebesar 10%.

    4.7.2 Cara Pengmbilan sampel

    Sample dipilih denganRandom Assigment, yaitudipilih berdasar kriteria inklusi yg

    sesuai, kemudian di assigned ke cara intervensi yang berbeda.

    4.8 Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah tes untuk menguji

    tingkat konsentrasi dalam berpikir yang di design oleh seorang psikiater bernama Pauli

    Kraepelin, tes ini diberi nama tes Kraepelin. Tes Kraepelin digunakan untuk mengukur

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    22/28

    faktor-faktor khusus non-intelektual, dalam hal ini penelitian yang dilakukan adalah

    mengukurMaximum Performance.

    4.9 Cara Pengumpulan data

    4.9.1 Bahan

    Aromaterapi Peppermint

    Aromaterapi Rosemarry

    4.9.2 Alat

    Lilin/lampu pembakar aromaterapi

    Lembar soal tes Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 jalur angka, namun yang biasanya

    dikerjakan hanya 40 jalur angka.

    Stopwatch

    Pensil (disarankan ada cadangan)

    Meja yang cukup luas supaya testee dimungkinkan membuka lebar-lebar lipatanlembar soal tes Kraepelin dan kursi.

    Papan tulis dan kapur tulis atau flipchart untuk menjelaskan cara pengerjaan tes.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    23/28

    4.9.3 Jenis Data

    Jenis data bersifat primer dimana data dimbil langsung dari subjek penelitian. Data tersebut

    adalah hasil skoring faktor kecepatan, ketelitian, ketahanan, keajekan dari tes Kreppelin

    dengan perlakuan aromaterapi peppermint dan aromaterapi rosemary pada kelompok yang

    sama.

    4.9.4 Cara Kerja

    1. Probandus diberikan informed consent mengenai tujuan penelitian, serta hal hal

    apa saja yang akan dilakukan terhadap probadus,

    2. Melakukan pengujian dengan jumlah probandus maksimal 20 orang dalam 1

    ruangan berukuran sedang, dan dalam ruangan tersebut diberikan pewangi aroma

    therapi variabel independent pertama yang diujikan,

    3. Dalam waktu yang sama, dilakukan tes krapelin, lalu dilakukan skoring,

    4. Pada hari yang berbeda dengan pengujian pertama, perlakuan yang sama dilakukan

    lagi terhadap kelompok sampel yang sama, namun dengan aroma therapy variable

    independent yang berbeda, dilakukan tes krapelin, lalu dilakukan skoring,

    5. Melakukan Pengolahan data hasil skoring.

    4.9.5 Prosedur pengerjaan Tes Kreppelin

    Peserta yang sudah dirandomisasi sebagai sampel diminta memasuki ruangan

    tempat tes dilaksanakan yang sudah diberikan aromaterapi peppermint sebagai pewangi

    ruangan tersebut. Lalu peserta diberikan lembar tes untuk dikerjakan dan diberikan intruksi

    cara pengerjaan tes nya, yaitu:

    1. Jumlahkan tiaptiap angka dengan angka diatasnya, kerjakan dari atas kebawah.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    24/28

    2. Dari angka hasil penjumlahan tersebut, anda cukup menuliskan angka satuannya

    saja, misalnya hasil penjumlahan itu adalah 14 , maka anda hanya menulis angka

    4 disamping kananantara kedua angka tersebut.

    3. Bila anda membuat kesalahan dalam menjumlahkan, misalnya anda menjawab 8

    padahal jawabannya adalah 3, maka anda tidak perlu menghapusnya. Anda

    cukup mencoret dengan satu garis angka yang salah tersebut dan menggantinya

    dengan angka yang benar.

    4. Setiap mendengar ketukan (dicontohkan) , maka anda harus pindah ke lajur

    selanjutnya disebelah kanan. Dan mulailah kembali mengerjakan dari bawah

    keatas di lajur yang baru.

    5. Anda hendaknya bekerja secepat dan seteliti mungkin.

    6. Sebagai latihan marilah kita mengerjakan contoh yang terdiri dari 2 lajur angka

    yang terdapat pada lembaran tes. Kita mulai dari lajur kiri, mulai dari bawah

    dijumlahkan dengan angka diatasnya. ya mulai setelah 30 detik beri

    ketukan, stop, pindah kekolom selanjutnya. Setelah 30 detik beri ketukan dan

    ucapkan ya berhenti. Setelah mengerjakan contoh pastikan semua testi

    mengerjakan dengan benar. sekarang semuanya sudah paham? , sekarang

    letakkan dulu alat tulis anda7. Anda buka kertas yang ada dihadapan anda, bila saya beri tanda mulai maka anda

    mulai mengerjakan dari kolom paling kiri dari bawah keatas. Bila saya ketuk

    maka anda harus pindah kekolom selanjutnya. Siap? ,, mulai !!

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    25/28

    4.10 Alur Penelitian

    4.11 Rencana Analisis

    Data akan dikumpulkan dan diolah menggunakan program SPSS Windows 16.0.

    Analisis data meliputi analisis deskriptif, uji hipotesis dan uji beda. Pada analisis deskriptif

    data yang berskala nominal, yaitu pemberian aromaterapi. Kemudian dilakukan Uji

    normalitas data, lalu mendistribusikan data dari tiap-tiap variabel, melakukan analisa uji

    beda (uji-t) antara variable independent satu (peppermint) dengan variable independent dua

    Analisis Data dan Penyusunan Laporan Penelitian

    Penilaian Maximum Performance dengan Tes Kreppelin

    Perlakuan dengan Aromaterapi Rosemarry

    Jeda Waktu satu hari

    Penilaian Maximum Performance dengan Tes Kreppelin

    Perlakuan dengan Aromaterapi Peppermint

    Memenuhi Kriteria Inklusi

    Pemilihan Calon Subjek Penelitian

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    26/28

    (rosemary). Skala yang dipakai untuk variable independent adalah skala nominal

    sedangkan skala yang dipakai untuk variable dependent adalah skala interval. Uji

    komparasi 2 kelompok dengan data kuantitatif yang dipakai dapalah paired t test.

    Selanjutnya dilakukan metode Spearman antara tiap variabel bebas (independent) dan

    terikat (dependent) dan melakukan analisa multivariat untuk mengetahui hubungan antara

    kedua variabel bebas (independent) dan terikat (dependent).

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    27/28

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Agustini N, Sudhana H. (2014) Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap

    Konsentrasi Siswa Kelas V Sekolah Dasar dalam Mengerjakan Soal Ulangan

    Umum. Jurnal Psikologi Udayana. Vol 1 (2): 271-278

    2. Astuti, R. (2009). Pengaruh aromaterapi terhadap nyeri persalinan kala 1 di bidan

    praktik swasta kecamatan Polokarto. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman.

    3. Diego AM, Jones NA, Field T, Hernandez-Reif M, Schanberg S, Kuhn C, McAdam

    V, Galamaga R, Galamaga M. (1998) Arometherapy Positively Affects Mood, EEG

    Pattern of Alertness and Math Computations. International Journal of

    Neuroscience. Vol 96; 217-224

    4. Gobel H, Schmidt G, Soyka D. 1994. Effect of peppermint and eucalyptus oil

    preparations on neurophydiological and experimental algesimetric headache

    parameters. Cephalagia; 14(3):228-234

    5. Goel, N. & Lao, R. P. (2006). Sleep changes vary by odor perception in

    youngadults.Biological Psychology, 71, 341-349.

    6. Kimura, M., Mori, T., Suzuki, H., Endo, S. & Kawano, K. (2001). EEG changesin

    odor effects after the stress of long monotonous work. Journal ofInternational

    Society of Life Information Science, 19, 271-274

    7. Kobal, G. & Hummel, C. (1988). Cerebral chemosensory evoked potentialselicited

    by chemical stimulation of the human olfactory and respiratory nasalmucosa.

    Electroencephalography & Clinical Neurophysiology, 71, 241-250.

    8. Lorig, T. S., Huffman, E. & DeMartino, A. (1991). The effects of lowconcentration

    odors on EEG activity and behavior.Journal ofPsychophysiology, 5, 69-77.

    9.

    Lorig, T. S. & Schwartz, G. E. (1988). Brain and odor I. Alternation of humanEEGby odor administration.Psychobiology, 16, 281-284.

  • 7/21/2019 Aromaterapi-Metpen

    28/28

    10.Moss, M., Cook J., Wesnes K., Duckett P. Aromas of Rosemary and Lavender

    Essential Oils Differentially Affect Cognition and Mood in Healthy Adults. 2013.

    Journal of Neuroscience. Vol 113 (1): 15-38

    11.Parkin, A.J. 2000.Essential cognitive Psychlogy.Philadephia : Taylor and Francis

    Inc

    12.Primadiati, Dr. Rachmi. 2002. Aromaterapi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama

    13.Raudenbush, B., Corley, N., & Eppich, W. (2001). Enhancing athleticperformance

    through the administration of peppermint odor. Journal ofSport and Exercise

    Psychology, 23, 156-160.

    14.Raudenbush, B., Grayhem R., Sears T., Wilson I. (2009) Effects of Peppermint and

    Cinnamon Odor Administration on Simulted Driving Alertness, Mood and

    Workload.Notrh American Journal of Psychology.Vol 11 (2): 245-256

    15.Solomons, S. (2005). Using aromatherapy massage to increase shared attention

    behaviours in children with autistic spectrum disorders and severe learning

    difficulties.British Journal of Special Education

    16.Solso, R.L. 2004. CognitivePsychology.Singapore : Pearson Education Pte. Ltd.

    17.Sternberg, R.J. 2003 CognitivePsychology. Calfornia : Wadswoth

    18.

    Syah, Yatri R. et. al. 2010. Aromatheraphy : The Doctor Of Natural Harmony OfBody & Mind. International Journal of Derug Development &Research : Gujarat,

    India.

    19.Utomo, W.K. 2007. Pengaruh Emosi Positif Terhadap Performasi Memori JAngka

    Pendek. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

    .