bab2 metpen

39
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal- hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi. Untuk memperkecil risiko kecelakaan kerja, sejaka awal tahun 1980an pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan tentang keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980. Peraturan mengenai keselamatan kerja untuk konstruksi tersebut, walaupun belum pernah

Upload: aulia-meirza-setyaningtyas

Post on 05-Jul-2015

380 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab2 metpen

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang

memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama

kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan

dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang

berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang

terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak

menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan manajemen

keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan

metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi. Untuk memperkecil

risiko kecelakaan kerja, sejaka awal tahun 1980an pemerintah telah

mengeluarkan suatu peraturan tentang keselamatan kerja khusus untuk sektor

konstruksi, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-

01/Men/1980.

Peraturan mengenai keselamatan kerja untuk konstruksi tersebut,

walaupun belum pernah diperbaharui sejak dikeluarkannya lebih dari 20 tahun

silam, namun dapat dinilai memadai untuk kondisi minimal di Indonesia. Hal

yang sangat disayangkan adalah pada rendahnya penerapan peraturan tersebut

di lapangan. Akibat penegakan hukum yang sangat lemah, King and Hudson

(1985) menyatakan bahwa pada Tantangan Masalah Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia proyek konstruksi di

negara-negara berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian

dibandingkan dengan di negara-negara maju.

Sedangkan faktor yang paling berpengaruh pada terjadinya

kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:

1. Kelalaian pekerja ( manusia ) ( 74.3 % )

Page 2: bab2 metpen

2. Kelengkapan alat kerja (5.7 % )

3. Kelengkapan alat keselamatan kerja ( 2.9 % )

(Agus dan Diyarto, 2009)

Dari berbagai kegiatan dalam pelaksanaan proyek konstruksi,

pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan yang dilakukan

pada ketinggian dan pekerjaan galian. Pada kedua jenis pekerjaan ini

kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali

mengakibatkan cacat tetap dan kematian. Jatuh dari ketinggian adalah risiko

yang sangat besar dapat terjadi pada pekerja yang melaksanakan kegiatan

konstruksi pada elevasi tinggi. Biasanya kejadian ini akan mengakibat

kecelakaan yang fatal. Sementara risiko tersebut kurang dihayati oleh para

pelaku konstruksi, dengan sering kali mengabaikan penggunaan peralatan

pelindung (personal fall arrest system) yang sebenarnya telah diatur dalam

pedoman K3 konstruksi. Jenis-jenis kecelakaan kerja akibat pekerjaan galian

dapat berupa tertimbun tanah, tersengat aliran listrik bawah tanah, terhirup gas

beracun, dan lain-lain. Bahaya tertimbun adalah risiko yang sangat tinggi,

pekerja yang tertimbun tanah sampai sebatas dada saja dapat berakibat

kematian. Di samping itu, bahaya longsor dinding galian dapat berlangsung

sangat tiba-tiba, terutama apabila hujan terjadi pada malam sebelum pekerjaan

yang akan dilakukan pada pagi keesokan harinya. Data kecelakaan kerja pada

pekerjaan galian di Indonesia belum tersedia, namun sebagai perbandingan,

Hinze dan Bren (1997) mengestimasi jumlah kasus di Amerika Serikat yang

mencapai 100 kematian dan 7000 cacat tetap per tahun akibat tertimbun

longsor dinding galian serta kecelakaan-kecelakaan lainnya dalam pekerjaan

galian.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja berdampak ekonomis

yang cukup signifikan. Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai

macam kerugian. Di samping dapat mengakibatkan korban jiwa, biaya-biaya

lainnya adalah biaya pengobatan, kompensasi yang harus diberikan kepada

pekerja, premi asuransi, dan perbaikan fasilitas kerja. Terdapat biaya-biaya

Page 3: bab2 metpen

tidak langsung yang merupakan akibat dari suatu kecelakaan kerja yaitu

mencakup kerugian waktu kerja (pemberhentian sementara), terganggunya

kelancaran pekerjaan (penurunan produktivitas), pengaruh psikologis yang

negatif pada pekerja, memburuknya reputasi perusahaan, denda dari

pemerintah, serta kemungkinan berkurangnya kesempatan usaha (kehilangan

pelanggan pengguna jasa). Biaya-biaya tidak langsung ini sebenarnya jauh

lebih besar dari pada biaya langsung. Berbagai studi

menjelaskan bahwa rasio antara biaya tidak langsung dan biaya langsung

akibat kecelakaan kerja konstruksi sangat bervariasi dan diperkirakan

mencapai 4:1 sampai dengan bahkan 17:1 (The Business Roundtable, 1991).

Faktor terbesarnya terdapat pada kelalaian yang dilakukan oleh

pekerja. Bisa diperkirakan bahwa kelalaian pekerja tersebut salah satunya

adalah karena kurangnya konsentrasi pekerja saat melakukan kerja.

Kurangnya konsentrasi tersebut karena kurangnya asupan gizi yang

seharusnya dikonsumsi. Kalori yang dikonsumsi hendaknya harus seimbang

dengan yang dikeluarkan.

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini

mencapai 113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS,

2009).  Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah

satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian

dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah

satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan

produktivitas kerja.  Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama

pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan

waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja.

Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya

motivasi kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan

dan peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya

mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan

produktivitas kerja.

Page 4: bab2 metpen

Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya

waktu melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat

beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari

kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya

1.2 Rumusan Msalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

a. Bagaimana cara mengetahui status gizi pekerja ?

b. Bagaimana cara mengetahui beban kerja pekerja ?

c. Apakah ada pengaruh antara status gizi dengan produktifitas pekerja?

d. Apa sajakah yang mempengaruhi status gizi kerja terhadap produktifitas

pekerja ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui status gizi pekerja.

b. Untuk mengetahui beban kerja pekerja.

c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara status gizi dengan

produktifitas pekerja.

d. Untuk mengetahui apa sajakah yang mempengaruhi status gizi kerja

terhadap produktifitas pekerja.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Peneliti dapat merancang suatu metode pencegahan kecelakaan melalui

cara pemenuhan asupan gizi pekerja.

b. Dapat menambah wawasan peneliti dan pembaca mengenai pencegahan

kecelakaan melalui pencukupan asupan gizi pekerja.

c. Penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti maupun pembaca.

Page 5: bab2 metpen

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah ditujukan kepada pekerja

yang bekerja dalam kegiatan konstruksi bangunan dan hanya mencari tahu

tentang pengaruh status gizi terhadap produktifitas pekerja.

Page 6: bab2 metpen

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Kerja

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai

113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009).

Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu

bentuk penerapan keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya

meningkatkan serajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek

keselamatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan

produktivitas kerja. Hal itu perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama

pengelola tempat kerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap

harinya di tempat kerja.

Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi

kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi kerja. Perbaikan dan

peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya

mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan

produktivitas pekerja.

Gizi adalah kesehatan seseorang yang dihubungkan dengan makanan

yang dikonsumsikan sehari-hari. Makanan adalah semua bahan yang dapat

dimakan oleh manusia baik dalam bentuk alamiah maupun bentuk buatan atau

olahan, kecuali obat-obatan. Kerj adalah gerak daripada bahan pikiran

seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa guna memelihara kelangsungan

hidup dan memuaskan kebutuhan. Gizi kerja adalah penyediaan dan pemberian

masukan zat gizi kepada tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang

dilakukan selama berada di tempat kerja guna mendapatkan tingkat kebutuhan

dan produktifitas kerja setinggi-tingginya. (Depnakertrans RI, 2009)

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpso, transportasi,

Page 7: bab2 metpen

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari

keseimbangan antara dikonsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-

zat gizi tersebut, atau keadaan fifsiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam

seluler tubuh. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu. Malnutrisi/gizi adalah keadaan patologis akibat

kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.

Kekurangan energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsii energi dan protein dalam makanan

sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu. (Idrus Deswarni dan Kunanto

Gatot, 1990)

Page 8: bab2 metpen

2.2 Klasifikasi Beban Kerja Pekerja

Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu

melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja,

sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan

gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

Pengelompokan aktifitas atau beban kerja (ringan, sedang, dan berat)

berdasarkan proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Beban KerjaKelompokAktifitas

JenisKegiatan

FaktorAktifitas

ContohAktifitas

Ringan :-Laki-laki-Perempuan

75% dari waktu yang digunakan adalah waktu untuk duduk atau berdiri dan 25% untuk kegiatan berdiri dan berpindah (moving)

1,581,45

Aktifitas kantor tanpa olahraga, aktifitas fisik yang tidak menguras tenaga, duduk memotong kedua ujung batang rokok (perempuan), berdiri di depan mesin memasukkan seng ke dalam mesin pembuat tutup kaleng (laki-laki).

Sedang :-Laki-laki-Perempuan

25% dari waktu yang digunakan adalah waktu untuk duduk atau berdiri dan 75% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya

1,671,55

Bekerj anaik turun tangga, olahraga ringan, peekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api (perempuan), mengambil kotak berisi pentul korek api dan berjalan memindahkannya ke sekitar mesin (laki-laki).

Berat :-Laki-laki-Perempuan

40% daari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 60% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya.

1,881,75

Pekerjaan lapangan, kuli bangunan, driller, ngeprek/mememcah batu (perempuan), berdiri mmengangkat balok kayu dan memasukkannya ke dalam mesin (laki-laki).

Sumber : Prosiding WNPG VIII,2004

Page 9: bab2 metpen

2.3 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing

penelitian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut :

2.3.1 Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan

untuk melihat keitdakseragaman asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2.3.2 Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat

gizi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel (supervical epithelal tissues)

seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini

umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei

ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum

dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan

untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan

pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat

penyakit.

2.3.3 Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai

macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,

urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Page 10: bab2 metpen

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan

terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis

yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak

menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

2.3.4 Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan

melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan

dalam situasi tertenti seperti kejadian buta senja epidermik (epidermic of

night blindness). Cara lain yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2.4 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan

penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut :

2.4.1 Survei Konsumsi Makanan

Survei makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran

tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan

individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan

gizi.

2.4.2 Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan status vital adalah dengan

menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab

tertentu dan data lainnya yang berhubungan. Penggunaan

dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi.

Page 11: bab2 metpen

Penilaian Status Gizi

Pengukuran Langsung Pengukuran Tidak Langsung

AntropometriBiokimiaKlinisBiofisik

Survei KonsumsiStatistik VitalFaktor Ekologi

2.4.3 Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah

ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari

keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran

faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab

malnutrisi di suatu masyarakay di suatu masyarakat sebagai dasar untuk

melakukan program intervensi gizi.

(Schrimshaw, 1964)

Gambar 2.1 Metode Penilaian Status Gizi (Sumber : Disarankan dari Jeliffe D. B. dan Jelliffe E. F. Patrice. 1989. Community Nutrition Assesement, Oxford University Press)

2.5 Survei Konsumsi Makanan

Survei diet atau penilaian makanan adalah salah satu metode yang

digunakan dalam penelitian status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal

taun empat puluhan survei konsumsi, terutama metode Recall 24 jam banyak

digunakan dalam penelitian kesehatan dan gizi. Di Amerika Serikat survei

konsumsi makanan digunakan sebagai salah satu cara dalam penentuan status

Page 12: bab2 metpen

gizi (Willet, 1990). Di Indonesia survei konsumsi sudah sering digunakan

dalam penelitian di bidang gizi.

2.5.1 Tujuan Survei Konsumsi Makanan

a. Tujuan Umum

Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk

mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan

makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan

perorangan serta faktor-faktor yang berpengariuh terhadap konsumsi

makanan tersebut.

b. Tujuan Khusus

Secara lebih khusus, survei konsumsi digunakan untuk

berbagai macam tujuan antara lain :

1. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan

pangan masyarakat.

2. Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program

pengadaan makanan.

3. Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi.

(Supriasa I. D. N, MPS, Bakri Bachyar, SKM, Mkes, Fajar Ibnu, SKM,

2002)

2.5.2 Metode Pengukuran Konsumsi Makanan Berdasarkan Jenis Data

yang Diperoleh

Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran

konsumsi makanan menghasilkan jenis data konsumsi, yaitu bersifat

kuantitatif dan kualitatif.

a. Metode Kualitatif

Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui

frekuensi makan, frekuesni konsumsi menurut jenis bahan makanan

dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta

cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode-metode

pengukuran makanan bersifat kualitatif antara lain :

Page 13: bab2 metpen

Metode frekuensi makanan (frequency food)

Metode dietaru history

Metode telepon

Metode pendaftarn makanan

b. Metode Kuantitatif

Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui

jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi

zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Maknan (DKBM)

atau daftar lain yang diperlukaan seperti Daftar Ukuran Rumah

Tangga (DURT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan

Daftar Penyerapan Minyak. Metode-metode untuk pengukuran

konsumsi secara kuantitatif antara lain :

Metode recall 24 jam

Perkiraan makanan (estimate food records)

Penimbangan makanan (food weighing)

Metode food account

Metode Inventaris (inventary method)

Pencatatan (household food record)

Beberapa metode pengukuran bahkan dapat menghasilkan data

yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode tersebut antara lain :

Metode recall 24 jam

Metode riwayat makanan (dietary history)

(Supriasa I. D. N, MPS, Bakri Bachyar, SKM, Mkes, Fajar Ibnu, SKM,

2002)

2.5.3 Perencanaan dan Pengorganisasian Survei Konsumsi

Untuk menjamin ketetapan dan kebenaran dat hasil survei

konsumsi makanan, maka diperlukan sutu perencanaan dan

pengorganisasian yang lebih baik dalam menentukan metode, teknis

pelaksanaan, pengolahan, dan analisis data serta interpretasinya.

a. Penentuan Tenaga Pelaksanaan

Page 14: bab2 metpen

b. Pelatihan Tenaga

c. Penentuan Sasaran dan Besar Sampel Penelitian

d. Pemilihan Alat dan Bahan

e. Periode Waktu Penelitian

(Supriasa I. D. N, MPS, Bakri Bachyar, SKM, Mkes, Fajar Ibnu, SKM,

2002)

2.5.4 Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Data Hasil Pengukuran

Konsumsi Makanan

1. Faktor Konversi

Setelah data konsumsi diperoleh maka pengolahan tahap

pertama yang dilakukan adalah konversi dari URT ke dalam ukuran

berat (gram) atau dari satuan harga ke satuan berat. Dalam melakukan

konversi tersebut diperlukan berbagai daftar antara lain :

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

Daftar Kandungan zat Gizi makanan dan Jajanan (DKGJ)

Daftar Konversi Berat Mentah Masak (DKMM)

Daftar Konversi Penyerapan Minyak (DKPM)

Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT)

2. Bagian yang Dpat Dimakan

Pada daftar komposisi bahan makanan biasanya terdapat daftar

bagian yang tidak dapat dimakan pada setiap 100 gram jenis

makanan. Dengan demikian dapat diperhitungkan berat bagian yang

dimakan.

3. Konversi Berat Mentah Masak

Daftar Konversi Mentah Masak (DKKM) yang dibuat oleh

Puslitbang Gizi Bogor (1974) memutar faktor konversi untuk

beberapa makanan olahan. Untuk menaksir berat bahan makanan

mentah dari makanan olahan (masak) atau sebaliknya dapat

digunakan rumus sebagai berikut :

Page 15: bab2 metpen

- Digunakan untuk menaksirkan berat bahan makanan mentah dari

berat masak

BM=F j x BO j

- Digunakan untuk menksirkan berat bahan makanan dari berat

mentah

BO j=BM j

F j

Keterangan :

Fj = Faktor konversi berat mentah masak dari makanan J

BMj = Berat bahan makanan J dalam bentuk mentah

BOj = Berat bahan makanan J dalambentuk olahan (masak)

4. Kehilangan dan Penambahan Zat Gizi

Puslitbang Gizi Bogor (1947) telah mengadakan penelitian dan

membuat Daftar Konversi Penyerapan Minyak (DKPM). Daftar ini

digunakan apabila pada DKBM dan DKGJ tidak dijumpai makanan

yang diolah dengan minyak goreng tersebut. Untuk menghitung zat

gizi makanan tersebut, maka harus dipisahkan antara berat mentah

makanan tersebut dengan minyak goreng yang digunakan. Secara

umum rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut :

M a=BK a

BMa

x 100 atau BK a=M a x BMa

100

Keterangan :

BKa = Berat minyak yang diserap bahan makanan a (gram)

Ma = Faktor konversi penyerapan minyak pada makanan a (%)

Ma = Berat bahan makanan a dalam bentuk mentah BDD (gram)

5. Analisa Zat Gizi

a. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

b. Daftar Kandungan zat Gizi dan Jajanan (DKGJ)

c. Daftar Ukuran Tumah Tangga (DURT)

6. Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Page 16: bab2 metpen

Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang

digunakan saat ini secara nasional adalah hasil Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi VI tahun 1998.

7. Interpretasi Hasil

a. Tingkat konsumsi

Berdasarkan Buku Pedoman Petugas Gizi Puskesmas, Depkes RI

(1990), klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan

cut of points masing-masing sebagai berikut :

Baik : > 100% AKG

Kurang : 80-90% AKG

Kurang : 79-80 %

Defisit : <70 %

b. Skor pola pangan harapan (PPH)

Untuk menghitung skor Pola Pangan Harapan (PPH), dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Hitung jumlah energi masing-masing kelompok bahan

makanan dengan menggunakan DKBM.

Hitung presentase energi masing-masing kelompok bahan

makanan tersebut.

% terhadap total energi (kkal)

Energi masing−masingkelompok BMjumlahtotal energi

x100 %

Hitung skor PPH tiap kelompok bahan makanan, dengan

rumus sebagai berikut :

Jumlahkan skor PPH semua kelompok bahan makanan,

sehingga diperoleh total skor PPH

8. Validasi Data Hasil Pengukuran Konsumsi Makanan

a. Validasi dan Akurasi

Menurut Willet (1990), ada beberapa cara untuk menguji validitas

suatu metode survei konsumsi, yaitu :

Page 17: bab2 metpen

Melakukan observasi langsung terhadap makanan yang

dikonsumsi responden.

Menimbang semua bahan makanan yang sudah dipilih

sebelum mulai makan.

Membandingkan dua metode yang digunakan dalam survei

konsumsi.

Melakukan analisa kimia dari sebagian contoh makanan yang

diambil dari responden pada waktu makan. Melakukan

pemeriksaan biokimia terhadap variabel yang berhubungan

secara fisiologis dengan zat gizi yang dimaksud. Contohnya

untuk menentukan jumlah konsumsi protein, dilakukan

pemeriksaan kadar nitrogen dalam urine selama 24 jam.

b. Presisi dan Reabilitas

Tingkat presisi suatu metode dalam survei konsumsi ditentukan

oleh beberapa hal, antara lain :

Lama waktu pengamatan yang digunakan

Macam populasinya diteliti

Zat gizi yang ingin diketahui

Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat

ketelitiannya.

Varians antara dan intra responden

(Supriasa I. D. N, MPS, Bakri Bachyar, SKM, Mkes, Fajar Ibnu, SKM,

2002)

2.6 Penilaian Status Gizi Pekerja

Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan

mengetahui status gizi pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta

pemberian intervensi gizi bila diperlukan. Penilaian status gizi dilakukan

melalui beberapa cara antara lain : pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis,

pemeriksaan biofisik, dan antropometri.

Page 18: bab2 metpen

Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam

penilaian sttaus gizi. Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan

tinggi badan (TB). Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan

penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus sebagai berikut :

IMT =Berat Badan(kg)

Tinggi Badan (m ) xTinggi Badan(m)

Pengukuran IMT merupakan cara sederhana untuk menilai status gizi,

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Cara

ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa berumur >18 tahun dan tidak

dapat diterapkan pada perempuan hamil. Setelah diketahui klasifikasinya,

intervensi yang tepat dapat diberikan misalnya dengan pengaturan.

Tabel 2.2 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMTIMT Status Gizi Kategori<17,0 Gizi Kurang Sangat Kurus

17,0-18,5 Gizi Kurang Kurus18,5-25,00 Gizi Baik Normal

>25,00-27,00 Gizi Lebih Gemuk>27,00 Gizi Lebih Sangat Gemuk

(Sumber : PUGS, 2005)

Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : usia, ukuran tubuh,

dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu : jenis pekerjaan

atau aktifitas yang dilakukan sehari-hari, keadaaan fisiologis, keadaan

lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam

perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi

pekerja.

Page 19: bab2 metpen

Tabel 2.3 Kebutuhan Gizi per Hari bagi pekerja menurut umur, jenis kelamin, dan aktifitas fisik

Jenis Kelamin /umur/BB

Aktifitas Energi(kal)

Protein(g)

ZatBesi(mg)

Seng(mg)

Yodium(mg)

Vit A(mg)

Vit C(mg)

Vit B1

(mg)

Vit B2

(mg)

VitB6

(mg)

Niacin(mg)

Laki-laki19-29 th(BB 56 kg)

Ringan 2400 60 13 12,1 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16Sedang 2550 60 13 12 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16Berat 2800 60 13 12 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16

Laki-laki30-49 th(BB 62 kg)

Ringan 2200 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16Sedang 2350 60 13 13 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16Berat 2600 60 13 13 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16

Laki-laki50-64 th(BB 62 kg)

Ringan 2150 60 13 13 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16Sedang 2300 60 13 13 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16Berat 2550 60 13 13 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16

Perempuan19-29 th(BB 52 kg)

Ringan 1800 50 26 9,3 150 500 75 1 1,1 1,3 14Sedang 1900 50 26 9,3 150 500 75 1 1,1 1,3 14Berat 2150 50 26 9,3 150 500 75 1 1,1 1,3 14

Perempuan30-49 th(BB 55 kg)

Ringan 1700 50 26 9,8 150 500 75 1 1,1 1,3 14Sedang 1800 50 26 9 150 500 75 1 1,1 1,3 14Berat 2050 50 26 9 150 500 75 1 1,1 1,3 14

Perempuan50-64 th(BB 55 kg)

Ringan 1650 50 12 9 150 500 75 1 1,1 1,3 14Sedang 1750 50 12 9 150 500 75 1 1,1 1,3 14Berat 2000 50 12 9 150 500 75 1 1,1 1,3 14

Contoh :

Seorang perempuan usia 35 tahun, memiliki berat badan 52 kg dengan aktifitas

sedang, maka kebutuhan energinya adalah :

52 x 180055

=1700 kkal

Kebutuhan energi selama bekerja (8jam) adal;ah 40-50% dari

kebutuhan sehari. Bila diterjemahkan keadaan menu menjadi kebutuhan untuk 1

kali makan dan 1 kali snack. Kebutuhan energi dan protein selama bekerja sama

seperti tercantum tabel di bawah ini :

Page 20: bab2 metpen

Tabel 2.4 Kebutuhan energi dan protein selama bekerja (8 jam)Usia/Jenis Pekerjaan

Kebutuhan Energi (kkal) Kebutuhan Protein (g)Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

19-29 tahunRingan 960 720 24 20Sedang 1020 760 24 20Berat 1120 860 24 2030-49 tahunRingan 880 680 24 20Sedang 940 720 24 20Berat 1040 820 24 2050-64 tahun

Ringan 860 660 24 20Sedang 920 700 24 20Berat 1020 800 24 20

(Sumber : AKG, 2004)

Setelah mengetahui kebutuhan energi (kalori), perli diperkirakan cara

memenuhi kebutuhan tersebut dalam menu pekerja sehari-hari. Karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh perlu

diperhatikan proporsinya agar seimbang (WNPG VIII, 2004), yaitu :

Karbohidrat (50-65 % dari total energi), Protein (10-20 % dari total energi),

lemak (20-30 % dari total energi).

Kebutuhan energi diterjemahkan ke dalam porsi bahan makanan

menggunakan daftar bahan makanan penukar. Pemberian makanan utama di

tempat kerja dilakukan saat istirahat (4-5 jam setelah kerja) diselingi pemberian

kudapan (makanan selingan).

Page 21: bab2 metpen

Berikut adalah standar porsi makanan bagi pekerja menurut usia dan

kategori aktifitas fisik :

Gambar 2.1 Standar porsi makanan pekerja laki-laki dan perempuan selama

bekerja (8jam)

*jumlah minimum kebutuhan air minum

Catatan :

Berat ini adalah berat bersih bahan mentah yang dapat dimakan, tidak

termasuk tulang, cangkang, kulit, batang dan bagian-bagian lain yang tidak

dapat dimakan

Ukuran adalah berdasarkan daftar satuan penukar.

Page 22: bab2 metpen

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Suatu kerangka penelitian atau metode penelitian sangat diperlukan dalam

menyusun penelitian ilmiah ini. Kerangka penelitian harus disusun secara sistematis

dan terarah untuk mendapatkan hasil penelitian yang tepat sasaran sesuai dengan

rumusan masalah tujuan penelitian. Adapun langkah-langkah dalam proses penelitian

ini antara lain:

3.1 Latar Belakang

Pada tahap awal adalah pemilihan topik yang ada di latar belakang.

Latar belakang berisi tentang beberapa masalah atau kasus yang menjadi dasar

terciptanya topik atau judul.

3.2 Studi Literatur

Studi literatur akan digunakan untuk mendapatkan kajian secara teoritis,

mengetahui metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan

dalam penelitian ini. Teori-teori yang digunakan meliputi teori tentang gizi kerja,

beban kerja, produktifitas dan antropometri. Selain itu juga dilakukan studi

terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya yang dapat dijadikan

sebagai pertimbangan dan acuan bagi penelitian yang akan dilakukan.

3.2 Studi Lapangan

Studi lapangan dilaksanakan untuk mengamati objek yang akan diteliti.

Dari hasil pengamatan dilapangan akan didapatkan hasil bagaimana selanjutnya

penelitian ini. Dari studi lapangan diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang

pendekatan yang sesuai untuk pelaksanaan penelitian.

Page 23: bab2 metpen

3.3 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pada tahap ini bertujuan untuk menggambarkan latar belakang masalah

yang terdapat dalam penelitian, dan merumuskan masalah sebagai bahan yang

akan dibahas dalam penelitian, menetapkan tujuan yang akan dicapai, serta

menentukan asumsi dan batasan yang dapat membantu dalam penyelesaian

masalah dalam penelitian.

3.4 Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang dapat diambil melalui

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang menunjang penelitian ini. Data yang

diperlukan antara lain:

1. Data antropometri pekerja dengan cara random sample.

2. Data IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja dari data antropometri

3. Data mengenai beban pekerja di tempat kerja selama 8 jam

4. Data pengaruh status gizi pekerja dalam bekerja

3.5 Tahap Pengolahan DataData – data yang telah terkumpul tersebut, kemudian diolah baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Yakni menyeragamkan data, kemudian menentukan

percentile (95 persentil) yang digunakan dari masing-masing dimensi. Kemudian

dilakukan analisa seperti tahapan setelah ini.

3.6 Analisa

Tahap ini bertujuan untuk menganalisa hasil pengolahan data yang telah

dilakukan sebelum melakukan kesimpulan dan saran.

3.7 Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini memberikan gambaran mengenai kesimpulan yang

didapatkan dari pembahasan serta saran-saran untuk menunjang lebih lanjut

penelitian selanjutnya.

Page 24: bab2 metpen

Latar Belakang

Studi Literatur

Studi Lapangan

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pengolahan dan Hasil Data

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

3.8 Flowchart

Page 25: bab2 metpen

DAFTAR PUSTAKA

R.W King dan R. Hudson, 1981, Construction Hazard And Safety Hnd Book.

Butterworths, London

Herbert Spirer dan Louise Spirer, 1997, Analisis Data Untuk Memantau HAM.

Penerbit ITB Bandung

Bennet N.B. Silalahi dan Ratumondang B Silalahi, 1991, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja. PT. PUSTAKA BINAMAN PRESSINDO

Supriasa I. D. N, MPS, DKK, 2002. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta

Depnakertrans R/I, 2009. Pengawasan Kesehatan Kerja. Direktorat Pengawasan

Keselamatan Kesehatan Kerja, Jakarta

Barasi Mary, 2007. At a glance Ilmu Gizi. Erlangga Medical Series, Jakarta

Depnakertrans R/I, 2009. Himpunan Peraturan Keselamatan Kerja. Direktorat

Pengawasan Keselamatan Kesehatan Kerja, Jakarta

http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/747

Page 26: bab2 metpen

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP

PRODUKTIVITAS PEKERJA

NAMA : AULIA MEIRZA SETYANINGTYAS

NRP : 6508040011

TEKNIK KESELAMATAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2011