metpen pendahuluan

31
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan gigi geligi di dalam rongga mulut memiliki banyak fungsi, mulai dari fungsi mastikasi sampai fungsi estetika seseorang. Di dalam rongga mulut, gigi geligi tidak dapat berdiri secara mandiri namun harus didukung oleh jaringan penyangga gigi atau yang biasa disebut dengan jaringan periodontal. Jaringan periodontal terdiri dari gingiva (gusi), sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Oleh karena itulah, keberadaan jaringan periodontal sangat penting untuk mempertahankan gigi geligi. Jaringan periodontal yang tidak dipelihara akan mengalami kerusakan yang bila tidak ditangani dapat menyebabkan tanggalnya gigi. Gingivitis merupakan penyakit periodontal yang memiliki prevalensi tertinggi (Preto, 2004). Gingivitis pada hakekatnya adalah peradangan pada jaringan gingiva yang dikarenakan akumulasi plak baik plak supragingivia maupun plak subgingiva. Bakteri-bakteri yang berada di dalam plak akan mengeluarkan toksin-toksin tertentu yang pada akhirnya mengundang respon inflamasi dari jaringan gingiva tersebut. Secara klinis, gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi pada tepi atau margin gingiva tanpa disertai kehilangan tulang dan perlekatan periodontal. Gingiva akan tampak berwarna merah (terjadi eritema), membengkak (edema), dan mudah berdarah. Seraca

Upload: syiva-sakinatun

Post on 31-Jul-2015

141 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: metpen pendahuluan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan gigi geligi di dalam rongga mulut memiliki banyak fungsi, mulai dari

fungsi mastikasi sampai fungsi estetika seseorang. Di dalam rongga mulut, gigi geligi tidak

dapat berdiri secara mandiri namun harus didukung oleh jaringan penyangga gigi atau yang

biasa disebut dengan jaringan periodontal. Jaringan periodontal terdiri dari gingiva (gusi),

sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Oleh karena itulah, keberadaan jaringan

periodontal sangat penting untuk mempertahankan gigi geligi. Jaringan periodontal yang

tidak dipelihara akan mengalami kerusakan yang bila tidak ditangani dapat menyebabkan

tanggalnya gigi.

Gingivitis merupakan penyakit periodontal yang memiliki prevalensi tertinggi (Preto,

2004). Gingivitis pada hakekatnya adalah peradangan pada jaringan gingiva yang

dikarenakan akumulasi plak baik plak supragingivia maupun plak subgingiva. Bakteri-bakteri

yang berada di dalam plak akan mengeluarkan toksin-toksin tertentu yang pada akhirnya

mengundang respon inflamasi dari jaringan gingiva tersebut. Secara klinis, gingivitis ditandai

dengan adanya inflamasi pada tepi atau margin gingiva tanpa disertai kehilangan tulang dan

perlekatan periodontal. Gingiva akan tampak berwarna merah (terjadi eritema), membengkak

(edema), dan mudah berdarah. Seraca histologis gingiva yang mengalami gingivitis akan

menunjukkan peningkatan vaskularisasi dan adanya infiltrasi sel-sel imun.

Gingivitis merupakan penyakit yang bersifat reversibel. Pembersihan plak sehari-hari

mapuan pembersihan dan kalkulus dengan perawatan scaling dan root planing umumnya

akan menghentikan perjalanan penyakit gingivitis yang ada (Prahasanti, 2009). Kondisi

gingivitis dapat bertahan selama bertahun-tahun tanpa berkembang menjadi penyakit yang

lebih parah. Namun apabila komposisi bakteri berubah atau terjadi penurunan sistem

kekebalan tubuh penjamu, gingivitis dapat berkembang mejadi periodontitis (Carranza,

2011). Periodontitis merupakan kelanjutan dari gingivitis namun sudah disertai adanya

kehilangan tulang dan kehilangan perlekatan periodontal. Periodontitis merupakan penyakit

yang ireversibel dan memerukan penanganan yang lebih kompleks tentunya. Oleh sebab

itulah, keberadaan gingivitis tidak boleh dianggap sebelah mata. Pendidikan kesehatan gigi

dan mulut masyarakat harus lebih ditingkatkan lagi untuk menyadarkan masyarakat tentang

pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Selain itu, adanya inovasi-inovasi bahan yang

Page 2: metpen pendahuluan

dapat mengelimasi etiologi gingivitis juga dapat berkontribusi untuk menurunkan insidensi

terjadinya gingivitis dan meningkatkan penyembuhan gingivitis.

Salah satu bahan yang saat ini tengah dikembangkan untuk mencegah timbulnya

gingivitis adalah Triclosan. Triclosan adalah phenylether atau chlorinated bisphenol yang

merupakan broad spectrum antibacterial agent sintetik. Sebagai salah satu antibacterial

agent, triclosan mampu membunuh berbagai bakteri termasuk bakteri yang banyak terdapat

dalam plak mulut yaitu streptococci. Melihat fungsi ini, triklosan diduga memodulasi

jalannya penyakit gingivitis yang disebabkan oleh bakteri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana efek penggunaan pasta gigi bertriclosan terhadap penyembuhan

gingivitis?

2. Bagaimana efek penggunaan pasta gigi bertriclosan terhadap pencegahan penyakit

gingivitis?

Submalasah:

1. Bagaimana efek penggunaan pasta gigi bertriclosan terhadap akumulasi plak gigi?

2. Bagaimana efek penggunaan pasta gigi bertriclosan terhadap akumulasi kalkulus?

3. Bagaimana efek penggunaan pasta gigi bertriclosan terhadap index bleeding on

probing?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui efek penggunaan triclosan terhadap penyembuhan gingivitis

2. Mengetahui efek penggunaan triclosan terhadap pencegahan gingivitis

1.4 Manfaat

Manfaat Metodologis:

1. Mengembangkan ilmu kedokteran gigi dalam bidang periodontologi

Manfaat Aplikatif:

1. Memberikan informasi mengenai keefektivan triclosan terhadap percepatan

penyembuhan gingivitis terhadap masyarakat.

2. Memberikan informasi mengenai keefektivan triclosan dalam mencegah gingivitis

terhadap masyarakat

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: metpen pendahuluan

2.1. Gingiva

Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi

linggir (ridge alveolar), yang merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi,

periodonsium, dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva dapat beradaptasi

terhadap perubahan lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari

saluran pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan.

Jaringan rongga mulut terpapar terhadap sejumlah besar stimulus, temperatur dan

konsistensi makanan dan minuman, komposisi kimiawi, asam dan basa sangat bervariasi.

Gingiva yang sehat berwarna merah muda, tepinya seperti pisau seseuai dengan kontur

gigi geligi (Manson dan Eley, 1993).

2.2. Gingivitis

2.2.1. Pengertian gingivitis

Salah satu kelainan dalam rongga mulut yang prevalensinya paling tinggi adalah

penyakit periodontal yang paling sering dijumpai, yaitu gingivitis. Gingivitis atau

keradangan gingiva merupakan kelainan jaringan penyangga gigi yang hampir selalu

tampak pada segala bentuk kelainan jaringan penyangga gigi yang hampir selalu

tampak pada segala bentuk kelaianan gingiva (Musaikan, et al, 2003).

Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan bakteri dengan tanda-

tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gingiva bengkak dan berdarah

pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada gingiva. Gingivitis

bersifat reversible yaitu jaringan gingiva dapat kembali normal apabila dilakukan

pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Periodontitis menunjukkan

peradangan sudah sampai ke jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini

bersifat progresif dan irreversible dan biasanya dijumpai antara usia 30-40 tahun.

Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi, ini menunjukkan kegagalan

dalam mempertahankan keberadaan gigi di rongga mulut sampai seumur hidup yang

merupakan tujuan dari pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Nield, 2003).

2.2.2. Macam-macam gingivitis

2.2.2.1. Gingivitis marginalis

Gingivitis yang paling sering kronis dan tanpa sakit, tapi episode akut, dan sakit

dapat menutupi keadaan kronis tersebut. Keparahannya seringkali dinilai

berdasarkan perubahan-perubahan dalam warna, kontur, konsistensi, adanya

perdarahan. Gingivitis kronis menunjukkan tepi gingiva membengkak merah dengan

interdental menggelembung mempunyai sedikit warna merah ungu. Stippling hilang

Page 4: metpen pendahuluan

ketika jaringan-jaringan tepi membesar. Keadaan tersebut mempersulit pasien untuk

mengontrolnya, karena perdarahan dan rasa sakit akan timbul oleh tindakan yang

paling ringan sekalipun (Langlais dan Miller, 1998).

2.2.2.2. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis

ANUG ditandai oleh demam, limfadenopati, malaise, gusi merah padam, sakit

mulut yang hebat, hipersalivasi, dan bau mulut yang khas. Papilla-papilla interdental

terdorong ke luar, berulcerasi dan tertutup dengan pseudomembran yang keabu-

abuan.

2.2.2.3. Pregnancy Gingivitis

Biasa terjadi pada trimester dua dan tiga masa kehamilan, meningkat pada bulan

kedelapan dan menurun setelah bulan kesembilan. Keadaan ini ditandai dengan

gingiva yang membengkak, merah dan mudah berdarah. Keadaan ini sering terjadi

pada regio molar, terbanyak pada regio anterior dan interproximal (Susanti, 2003).

2.2.2.4. Gingivitis scorbutic

Terjadi karena defisiensi vitamin c, oral hygiene jelek, peradangan terjadi

menyeluruh dari interdental papill sampai dengan attached gingival, warna merah

terang atau merah menyala atau hiperplasi dan mudah berdarah (Sea, 2000).

2.2.3. Tanda-tanda gingivitis

Menurut Be Kien Nio (1987), gingivitis merupakan tahap awal dari penyakit

periodontal, gingivitis biasanya disertai dengan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Gingiva biasanya berwarna merah muda menjadi merah tua sampai ungu karena

adanya vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi suplay darah berlebihan

pada jaringan yang meradang.

2. Bila menggosok gigi biasanya pada bulu sikat ada noda darah oleh karena adanya

perdarahan pada gingiva di sekitar gigi.

3. Terjadinya perubahan bentuk gingiva karena adanya pembengkakan.

4. Timbulnya bau nafas yang tidak enak.

5. Pada peradangan gingiva yang lebih parah tampak adanya nanah di sekitar gigi

dan gingival.

Page 5: metpen pendahuluan

2.2.4. Penyebab gingivitis

Kelainan yang terjadi dalam rongga mulut disebabkan oleh ketidakseimbangan

faktor-faktor yaitu : host, agent, environment, psikoneuroimunologi. Penyebab

gingivitis sangat bervariasi, mikroorganisme dan produknya berperan sebagai

pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering dijumpai karena akumulasi plak supra

gingiva dan tepi gingiva, terdapat hubungan bermakna skor plak dan skor gingivitis

(Musaikan, 2003, Nurmala, 2010).

Lapisan plak pada gingiva menyebabkan gingivitis atau radang gingiva, umur plak

menentukan macam kuman dalam plak, sedangkan macam kuman dalam plak

menentukan penyakit yang ditimbulkan oleh plak. Plak tua adalah plak yang umurnya

tujuh hari mengandung kuman coccus, filament, spiril dan spirochaeta. Plak tua ini

menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim, 2010).

Plak gigi terbukti dapat memicu dan memperparah inflamasi gingiva. Secara

histologis, beberapa tahapan gingivitis menjadi karakteristik sebelum lesi berkembang

menjadi periodontitis. Secara klinis, gingivitis dapat dikenali (anonim, 2009).

Menurut Sriyono et al, (2005) , faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

gingivitis adalah sebagai berikut :

2.2.4.1. Faktor internal

1. Lapisan karang gigi dan noda atau zat-zat pada gigi

2. Bahan makanan yang terkumpul pada pinggiran gingiva tidak dibersihkan oleh air

liur dan tidak dikeluarkan oleh sikat.

3. Gigi berjejal secara abnormal sehingga makanan yang tertinggal tidak

teridentifikasi, kadang-kadang terbentuk ruangan dikarenakan pembuangan gigi.

4. Kebiasaan seperti menempatkan peniti, kancing, buah pinang dan kawat dalam

mulut. Bahan ini melukai gusi dan menyebabkan infeksi.

2.2.4.2. Faktor external

Makanan yang salah dan malnutrisi. Pada umumnya seseorang yang kurang gizi

memiliki kelemahan, gejala yang tidak diharap tersebut dikarenakan faktor sosial

ekonomi yang berperan sangat penting.Faktor-faktor yang berperan adalah latar

belakang pendidikan, pendapatan dan budaya. Golongan masyarakat berpendapatan

rendah tidak biasa melakukan pemeriksaan kesehatan yang bersifat umum. Diet

dengan hanya makan sayuran tanpa unsur serat di dalamnya juga biasa menjadi faktor

penambah.

Page 6: metpen pendahuluan

2.2.5. Proses terjadinya gingivitis

Plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio interdental yang terlindung,

inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar

dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Pada lesi awal perubahan terlihat pertama kali di

sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil, di sebelah apikal dari epithelium

fungsional khusus yang merupakan perantara hubungan antara gingiva dan gigi yang

terletak pada dasar leher gingiva), tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dari

perubahan jaringan pada tahap ini. Bila deposit plak masih ada perubahan inflamasi

tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva.

Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papilla

interdental menjadi sedikit lebih merah dan bengkak serta mudah berdarah pada

sondase, dalam waktu dua sampai seminggu akan terbentuk gingivitis yang lebih

parah. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah (Manson dan

Eley, 1993).

2.2.6. Akibat gingivitis

Menurut Be Kien Nio (1987), Anonim (2010), apabila gingivitis tidak segera

ditangani maka akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut : Sulcus gingiva akan

tampak lebih dalam dari keadaan normal, akibat pembengkakan gingival ,gingiva

mudah berdarah, gingiva berwarna merah, nafas bau busuk, dan gigi goyang

2.2.7. Pencegahan gingivitis

Menurut Depkes RI. (2002), untuk mencegah terjadinya gingivitis, kita harus

berusaha agar bakteri dan plak pada permukaan gigi tidak diberi kesempatan untuk

bertambah dan harus dihilangkan, sebenarnya setiap orang mampu, tetapi untuk

melakukannya secara teratur dan berkesinambungan diperlukan kedisiplinan pribadi

masing-masing. Caranya :

1. Menjaga kebersihan mulut, yaitu : sikatlah gigi secara teratur setiap sesudah

makan dan sebelum tidur.

2. Mengatur pola makan dan menghindari makan yang merusak gigi, yaitu

makanan yang banyak gula.

3. Periksalah gigi secara teratur ke dokter gigi, Puskesmas setiap enam bulan

sekali.

Page 7: metpen pendahuluan

2.2.8. Perawatan gingivitis

Menurut J.D. Manson dan B.M. Eley (1998), Mediresource clinical team (2010),

perawatan gingivitis terdiri dari tiga komponen yang dapat dilakukan bersamaan

yaitu :

1. Interaksi kebersihan mulut

2. Menghilangkan plak dan calculus dengan scaling

3. Memperbaiki faktor-faktor retensi plak.

Ketiga macam perawatan ini saling berhubungan. Pembersihan plak dan calculus

tidak dapat dilakukan sebelum faktor-faktor retensi plak diperbaiki. Membuat mulut

bebas plak ternyata tidak memberikan manfaat bila tidak dilakukan upaya untuk

mencegah rekurensi deposit plak atau tidak diupayakan untuk memastikan

pembersihan segera setelah deposit ulang.

2.2.9. Indeks untuk mengukur gingivitis

Gingivitis diukur dengan gingival indeks. Indeks adalah metoda untuk mengukur

kondisi dan keparahan suatu penyakit atau keadaan pada individu atau populasi.

Indeks digunakan pada praktek di klinik untuk menilai status gingiva pasien dan

mengikuti perubahan status gingiva seseorang dari waktu ke waktu, pada penelitian

epidemiologis, gingiva indeks digunakan untuk membandingkan prevalensi gingivitis

pada kelompok populasi, dan untuk menilai efektivitas suatu pengobatan atau alat.

Gingiva indeks pertama kali diusulkan pada tahun 1963 untuk menilai tingkat

keparahan dan banyaknya inflamasi gingiva pada seseorang atau pada subjek

dikelompok besar populasi. Menurut metoda ini keempat area gingiva pada masing-

masing gigi (fasial,mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 4.

Penilaiannya adalah ;

0 = Gingiva normal, tidak ada keradangan, tidak ada perubahan warna dan tidak

ada perdarahan.

1 = Peradangan ringan : terlihat ada sedikit perubahan warna dan sedikit edema,

tetapi tidak ada perdarahan saat probing.

2 = Peradangan sedang : warna kemerahan, adanya edema, dan terjadi perdarahan

saat probing

Page 8: metpen pendahuluan

3 = Peradangan berat : warna merah terang, atau merah menyala, adanya edema,

ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkins dan Ester, 2005).

2.3 Triklosan

Agen antimikroba (zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan

mikroorganisme seperti bakteri, fungi, atau protozoa) merupakan bahan yang banyak

terdapat di dalam produk rumah tangga, perawatan diri, dan consumer. Telah timbuh

kekhawatiran mengenai dampak zat kimiawi ini terhadap lingkungan dan potensi efek

negative terhadap kesehatan manusia dan hewan. Triclosan adalah agen antimikroba

sintesis dengan spectrum yang besar yang akhir-akhir ini banyak terdapat di pasaran

dalam bentuk sabun anti bakteri, deodorant, pasta gigi, kosmetik, kain, plastic, dan

produk-produk lainnya.

Terdapat perdebatan mengenai keamanan, efektifitasm dan regulasi penggunaan

triclosan. Dibawah ini, akan dibahas beberapa aspek yang berkaitan dengan masalah ini

yaitu: (i) mode of action triclosan; (ii) penggunaan triclosan; (iii) potensi dampak

triclosan pada kesehatan manusia dan binatang; (iv) kemungkinan asosiasi penggunaan

triclosan dengan resistensi antibiotic; (v) ptensi dampak triclosan terhadap lingkungan;

(vi) regulasi pengawasan triclosan; dan (vii) alternative potensial dan tahap-tahap

selanjutnya.

2.3.1 Introduksi

Triclosan utamanya memiliki sifat antibakteri (membunug atau memperlambat

pertumbuhan bakteri), namun triclosan juga memiliki beberapa sifat anti jamur dan anti

virus. Triclosan paling umumnya digunakan untuk membunuh bakteri di kulit dan

permukaan lain, walaupun terkadang ia juga digunakan untuk mengawetkan suatu

produk agar tidak membusuk karena mikroba. Penggunaan triclosan pertama kali

dimulai di Amerika Serika sekitar tahun 1970 pada sabun, dan penggunaannya

meningkat drastis pada beberapa tahun kebelakang ini. Triclosan, seperti agen

antibakteri lainnya, sekarang ditemukan di lingkungan, termasuk permukaan air,

tanahm jaringan ikan, dan ASI. American Medical Association (AMA) memiliki

beberapa kekhawatiran mengenai penggunaan bahan kimiawi ini dan telah:

Mendorong U.S Food and Drug Administration untuk mempelajari masalah ini lebih

lanjut,

Page 9: metpen pendahuluan

menyatakan bahwa AMA akan mengawasi progress dari evaluasi FDA saat ini tentang

keamanan dan efektifitas antimikroba untuk penggunaan konsumen,

mendukung penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan antimikroba sebagai bahan

dalam produk-produk konsumen dan dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, dan

masalah besar kesehatan masyarakat mengenai kekebalan antimikroba.

Pada tahun 2009, American Public Health Association (APHA) mengusulkan

pelarangan penggunaan triclosan untuk penggunaan rumah tangga dan non-medis.

Pada saat penulisan tulisan ini, usulan APHA ini belum ditindak lanjutkan.

Dibalik usaha-usaha untuk melihat ulang dan meregulasi penggunaan yang tepat

untuk triclosan, debat ilmiah terus berlanjut menyangkut adanya potensi dampak

negative triclosan terhadap kesehatan manusia, lingkungan, dan resistensi terhadap

antibiotic.

2.3.2 Apa Itu Triclosan dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Triclosan merupakan phenlether, atau chlorinated bisphenol, dengan spectrum luas

aksi antimikroba yang diklasifikasikan oleh FDA sebagai obat Kelas III (kompon

dengan solubilitas tinggi dan permeabilitas rendah).

Triclosan dimanufacture oleh Ciba Specialty Chemical Products dibawah nama

dagang Irgasan® dan Irgacare®. Triclosan (generic) juga diproduksi beberapa pabrik

diluar Amerika Serikat yaitu di Switzerland, Belanda, Cina, India, Korea Selatan, dan

sebagainya. Triclosan biasanya tampak sebagai bubuk berwarna putih. Triclosan

memiliki sedikit aroma phenol. Triclosan dapat hadir dalam bentuk ether atau fenol,

dimana fenol lebih pipler digunakan karena memiliki sifat antibakteri. Sebagai

tambahan, dibawah merk dagang Microban®, triclosan digunakan sebagai antimikroba

pada produk-produk yang built-in.

Sebagai hasil potensi terjadinya formasi produk sampingan lain yang tidak diinginkan

yang dapat mempengaruhi keamanan dan efisiensi triclosan, United States

Page 10: metpen pendahuluan

Pharmacopeia (USP) telah menbuat monograf untuk pengujian spesifik triklosan.

Selain menetapkan spesifikasi standar produk dan prosedur untuk menguji kemurnian

dan identitas fisik triclosan, monograf ini juga menetapkan batas dan metode pengujian

produk sampingan yang tidak diinginkan ini yang dapat muncul.

2.3.2.1 Organisme Target

Triclosan memiliki aktivitas yang luas yang dapat membunuh kebanyakan, tapi

tidak semua, bakteri gram positif dan bakteri gram-negatif non-sporulasi, serta

beberapa jamur, Plasmodium falciparum, dan Toxoplasma gondii. Ia bersifat

bakteriostatis (menghentikan pertumbuhan bakteri) pada konsentrasi rendah, tetapi pada

konsentrasi tinggi ia bersifat bakterisidal (membunuh mikroorganisme) organisme yang

paling sensitive terhadap triclosan adalah staphylococci, beberapa streptococci,

beberapa mycobacteria, Escherichia coli dan Proteus spp. (triclosan efektif pada range

0,01 – 0,1 mg/L). Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) juga sensitive

terhadap triclosan, dan dapat atau tidak memiliki peningkatan resistensi terhadap

triclosan (sensitive terhadap triclosan 0,1-2 mg/L). mandi dengan2% triclosan telah

dibuktikan efektif untuk dekolonisasi pada pasien yang mengandung MRSA pada

kulitnya. Enterococci tidak serentan staphylococci, dan Pseudomonas aeruginosa

sangat resisten.

Clostridium difficile menghadirkan situasi yang sulit diatasi di rumah sakit.

Bentuknya yang non-infeksius, yaitu spora, dapat bertahan di rumah sakit, nursing

homes, fasilitas perawatan-lanjutan, dan ruang khusus bayi yang baru lahor. Spora ini

tidak dapat menimbulkan infeksi, namun jika tertelan, mereka berubah menjadi bentuk

virulen aktif. Dalam kasus-kasus parah, C. difficile dapat menyebabkan sakit parah dan

kematian pada pasien lanjut usia dan pasien immune-compromised. Penelitian

menunjukan bahwa terapat spora pada beberapa benda di rumah sakit seperti over-bed

tables, tirai, jas lab, sikat, tanaman, linen, telefon, stetoskop, perhiasan, diaper pails,

dan dibawah kuku; bahkan dasi pun dapat terkontaminasi C. difficile.

Beberapa peneliti seperti Dr. Dale Gerding, asosiasi kepala penelitian staf dan

koordinator pembangunan di Edward Hines Jr VA Hospital, di Hines, Illinois, telah

menbgusulkan bahwa, seperti spora anthrax, spora C. difficile memiliki

“exosporium”, yaitu rantai lengket berupa substansi yang mengandung protein,

yang memberikan semacam perlekatan, dan ia dapat melekat pada tangan. Dr.

Gerding dan rekan-rekan telah membuat beberapa sabun cuci tangan yang dapat

menghilangkan spora C. difficile, dan menyimpulkan bahwa harus ada suatu

Page 11: metpen pendahuluan

tindakan yang dapat menentukan kemampuan spora C. difficile, dari pabrik hand-

hygiene yang mungkin tidak dapat dibuktikan secara ilmuah. Dalam analisisnya,

satu-satunya agen yang berhasil mengurangi spora C. difficile yaitu pembersih

tangan dari tinta. Jadi, jelas bahwa diperlukan suatu cara ynag efektif untuk

melawan lengketnya C. difficile.

Tabel 1. Kuman-kuman yang dapat dihancurkan oleh triklosan

Staphylococci

Streptococci

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)

Proteus spp

Acinetobacter spp

Mycobacteria

Enterococci: Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Klebsiella spp,Enterobacter spp

Proteus mirabilis

2.3.2.2 Mekanisme kerja

Triklosan bekerja dengan menghambat situs aktif enzim ENR (enoyl-acyl carrier

protein reductase), yang merupakan enzim yang sangat penting dalam sintesis asam

bakteri. Dengan menghambat situs aktif tersebut, triklosan menghambat enzim dan

mencegah bakteri untuk mensintesis asam lemak, yang sangat penting untuk membuat

membran sel dan reproduksi bakteri. Dikarenakan manusia tidak memiliki enzim ENR,

telah lama dipercaya bahwa triklosan cukup berbahaya terhadap enzim tersebut.

Triklosan merupakan inhibitor yang kuat, dan hanya sejumlah kecil triklosan yang

diperlukan untuk menghasilkan aksi antibakteri yang kuat.

2.3.2.3 Penggunaan Triklosan

Triklosan telah digunakan sejak tahun 1972,dan hingga kini telah banyak ditemukan

dalam berbagai produk, antara lain:

- Sabun mandi

- Sabun pencuci tangan

- Sabun pencuci piring

- Detergen dan pengharum pakaian

- Plastik (seperti pada mainan anak-anak dan peralatan dapur)

Page 12: metpen pendahuluan

- Deodoran

- Kosmetik dan krim pencukur bulu

- Produk perawatan wajah

- Hair conditioner

- Pakaian (seperti kaos kaki dan pakaian dalam)

- Mebel

- Pestisida

- Surgical scrubs

- Peralatan medis imlplan

Triklosan telah digunakan pada banyak produk komersil. Saat ini, di Amerika

Serikat, produsen produk yang mengandung triklosan harus menyertakan

keterkandungan triklosan pada kemasannya. Sehingga, jika ada yang mengklaim

produknya merupakan produk antibakteri, kita dapat mengecek kebenarannya dengan

memastikan apakah label triklosan tercantum pada kemasannya. Triklosan digunakan

sebagai produk perlindungan antimikroba, dengan merk dagang Microban®, dengan

solusi antimikroba untuk konsumen, industri, dan pruduk medis di seluruh dunia.

Teknologi Microban® telah dikembangkan secara luas dan terdapat pada material

seperti: polimer, tekstil, pelapis, keramik, kertas, dan perekat. Microban® mengontrol

pertumbuhan mikroba di dalam permukaan tetapi tidak menyediakan perlindungan

yang spesifik terhadap mikroba menular pada permukaan luar ‘benda’ tersebut. Hal ini

berpotensi menciptakan pengertian yang salah dengan menyebabkan konsumen merasa

terlindungi, dan menyebabkan konsumen tidak mengupayakan tindakan lain untuk

menjaga kebersihan permukaan.

Page 13: metpen pendahuluan

2.3.2.4 Pertimbangan Efektivitas

Berbagai metode tersedia untuk mengevaluasi aktivitas antimikroba pada agen

antiseptik dan disinfektan. Variabel yang penting namun sering diabaikan pada jenis

studi seperti ini adalah netralisasi yang adekuat pada komponen kimia. Netralisasi

penting untuk menghentikan aktivitas antimikroba dan interpretasi hasil yang

menyesatkan. Triklosan sangat sulit untuk dinetralkan, oleh katena itu netralisasi yang

tidak sempurna dapat melebih-lebihkan keefektifan produk yang mengandung triklosan.

Sementara semua sabun cuci tangan antimikroba telah mendemonstrasikan tingkat

efektivitas yang baik sesuai dengan Topical Antiseptic Drug Monograph yang diukur

dengan tes Healthcare Personnel Handwash, semuanya terhambat pada beberapa

derajat oleh interaksi bahan aktif dengan surfaktan (atau agen pembersih) yang

digunakan. Molekul-molekul triklosan terkurung oleh molekul-molekul pembersih

surfaktan, yang membantu untuk menjaga triklosan aktif untuk mengendap di dalam

larutan. Selama proses penyabunan, sebagian kecil dari bahan aktif dikirimkan ke kulit,

tetapi sisanya hanya terbawa ke bawah saluran, terperangkan di dalam struktur yang

Page 14: metpen pendahuluan

seperti kurungan ini. Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan yang disebut "triklosan

yang diaktifkan” telah diterapkan untuk sabun yang mengandung triklosan untuk

meningkatkan kinerja mereka. Triklosan yang diaktifkan menggunakan sebuah

kombinasi dari surfaktan-surfaktan yang berbeda—sodium xylenesulfonate dan

dipropylene glycol—untuk menjaga triklosan di dalam larutan dan mencegahnya

mengendap di sabun.

2.3.3 Dampak terhadap Kesehatan

Data dari Survey Kesehatan Nasional dan Pemeriksaan Gizi pada tahun 2003-2004

menunjukkan bahwa triklosan terkandung pada 75% sampel urin yang dianalisa.

Triklosan juga ditemukan di sungai-sungai serta aliran air dan limbah lumpur yang

digunakan untuk pertanian. Beberapa penelitian menghasilkan temuan yang

kontroversial terkait dengan hubungan antara triklosan dengan efek yang merugikan

terhadap kesehatan pada manusia dan hewan.

Acute Toxicity Dalam istilah toksikologis klasik, triklosan biasanya tidak beracun

kepada manusia kehidupan mamalia lainnya. Namun, telah ada laporan tentang

dermatitis, atauiritasikulit, daritriklosan yang terkena kepada kulit.Ada bukti lainnya

dimana triclosan bisa menjadi penyebab Photoallergic Contact Dermatitis (PACD),

yang terjadi ketika kulit terkena triklosan, serta terkena sinar matahari. PACD juga

dapat menjadi penyebab ruameczematous, yang biasanya terjadi di muka, leher, dibalik

telapak tangan, serta bagian tangan yang terekspos sinar matahari. Perusahaan pasta

gigi dan sabun yang menggunakan triklosan sebagai bahan produk mereka mengatakan

bahwa bahan aktif dari produk mereka bekerja selama 12 jam setelah digunakan.

Sementara itu dibutuhkan kurang lebih 20 detik untuk consumer terekspos dengan

triklosan, kurang lebih waktu yang dibutuhkan untuk menggosok gigi.

Chronic Health Effects. Penelitian Swedia menemukan adanya triklosan

berkandungan tinggi di dalam 3 dari 5 produk susu yang diperuntukan untuk manusia,

menunjukan bahwa triklosan dapat diserap ke dalam tubuh, dan kebanyakan dalam

kuantitas tinggi. Ditambah lagi, triklosan bersifat lipophilic, dimana itu bisa berbio

akumulatif dalam jaringan lemak.

Triclosan belum jelas apakah memiliki kandungan karsinogenik, efek mutagenik, atau

teratogenik. Kekhawatiran atas triclosan mengganggu metabolisme hormon tubuh tiroid

menyebabkan penelitian yang menemukan bahwa triclosan memiliki efek hipotermia,

menurunkan suhu tubuh,dan secara keseluruhan menyebabkan-spesifik efek depresan

Page 15: metpen pendahuluan

pada sistemsaraf pusat. Lain halnya dengan terkait studi untuk tingkat rendah(0,03mcg/

L) dari triclosan dengan tiroid mengganggu hormon terkait ekspresi gen pada berudu,

yang mendorong mereka untuk berubah menjadi katak prematur, sementara yang lain

paparan terkait triclosan dengan produksi sperma pada tikus jantan. Hipotesis yang

diajukan adalah bahwa triclosan menghalangi metabolisme hormon tiroid, karena

secara kimiawi meniru hormon tiroid, danmengikat situs reseptor hormon, sehingga

menghalangi mereka, sehingga hormon endogen tidak dapat digunakan. Meskipun

struktur kimia mirip estrogen triclosan, sebuah studi di Jepang spesies ikan tidak

menunjukkan efeke strogenik. Namun, hal itu menemukan bahwa triclosan adalah

androgenik yang lemah, menyebabkan perubahan panjang sirip dan rasio seks. Sebuah

makalah yang lebih baru dalam Lingkungan Internasional menunjukkan triclosan yang

dapat menghambat estrogen sulfotransferase pada domba plasenta, yaitu enzim yang

membantu metabolisme hormon dan transportasi ke janin. Kecurigaan adalah

bahwatriclosan akan berbahaya pada kehamilan jika cukup banyak mendapatkan

melalui ke plasenta untuk mempengaruhi enzim.

Meskipun informasi pada manusia dari penggunaan kronis dariproduk perawatan

pribadi tidak tersedia, triclosan telah dipelajari secara ekstensif di laboratorium hewan.

Ketika dievaluasi dalam studi oncogenicity kronispada tikus, tikus, dan hamster, terkait

pengobatan tumor ditemukan hanya dalam hati mencit jantan dan betina. Penerapan

pada Kerangka Manusia menunjukkan adanya Relevansi bahwa tumor ini muncul

melalui sebuah modus tindakan yang dianggap tidak relevan dengan manusia.

Bidang lain memperdebatan melibatkan hipotesis bahwa triclosan meningkatkan

produksi kloroform. Sebuah studi yang diterbitkanpada tahun 2007 menggambarkan

bahwa, dalam kondisi tertentu, triclosan memicu produksi kloroform dalam jumlah

sampai 40% lebih tinggi dari tingkat latar belakang dalam klorin yang diobati air keran.

Namun studi lain yang diterbitkan tahun yang sama menunjukkan tidak ada

pembentukan tingkat kloroform terdeteksi pada rentang yang diharapkan menyikat gigi

jangka waktu antara subyek menggunakan pasta gigi dengan triclosan dan normal

diklorinasi air keran. US EPA mengklasifikasikan kloroform sebagai penyebab kanker

pada manusia mungkin. Akibatnya, triclosan menjadi sasaran peringatan kanker

Inggris, meskipun penelitian menunjukkan bahwa jumlah kloroform dihasilkan kurang

dari biasanya hadir dalam diobati, air yang mengandung klor dan diperlukan menyikat

gigi atau mencuci tangan untuk kali di urutan dua jam atau lebih.

Page 16: metpen pendahuluan

Dioxin Link.Telah ada sejumlah kekhawatiran tentang triclosan dan link untuk dioxin.

Dioksin dapat sangat karsinogenik dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang

parah seperti melemahnya sistem kekebalan tubuh, penurunan kesuburan, hormon seks

yang berubah, keguguran, cacat lahir, dan kanker. Ini perlu diluruskan bahwa dioksin-‖

tidak satu senyawa. Dari senyawa dioksin 210, hanya 17 yang dianggap menjadi

perhatian kesehatan masyarakat. Dua dioxin, 2,8-dichlorodibenzo-p-dioxin (2,8-

DCDD) dan 2,4-dichlorophenol (2,4-DCP), diproduksi setelah degradasi fotokimia

triclosan, ketika kimia oleh-produk yang terkena UV radiasi setelah reaksi triclosan

dengan air klorin. Ini dioxin dapat dibentuk di dalam air sungai setelah paparan sinar

matahari dari triclosan terklorinasi, atau bahkan dalam pengobatan triclosan yang

tercemar air pada pengolahan air yang didukung oleh hibah pendidikan tak terbatas dari

Perusahaan Clorox.

2.3.4. Antibiotic Resistance

Para ilmuwan di seluruh dunia khawatir bahwa pemakaian yang berlebihan dan

penyalahgunaan antibiotik dan antimikroba dapat menyebabkan peningkatan resistensi

antara bakteri untuk agen ini. Berdasarkan hasil penelaahan tentang studi triclosan

dapat, atau mungkin tidak, mendorong perkembangan resistensi antibiotik pada bakteri

patogen.

2.3.4.1. Bakteri resistensi terhadap triclosan

Di laboratorium, triclosan bakteri resisten dapat diproduksi cukup mudah dalam

konsentrasi triklosan meningkat atau dengan isolasi koloni tahan dalam zona inhibisi

pertumbuhan di sekitar cakram kertas yang mengandung triclosan. Dalam resistensi E.

coli mungkin karena kelebihan produksi dari enzim reduktase enoyl, atau perubahan

permeabilitas selular. Sementara bakteri resisten yang tumbuh lebih lambat dari

bakteri sensitif, strain E. coli yang resisten terhadap triclosan sebenarnya telah

meningkatkan tingkat pertumbuhan. Dalam P. aeruginosa, yang secara intrinsik tahan

terhadap triclosan, resistensi bisa disebabkan oleh reduktase enoyl non-rentan (baik

triclosan-rentan dan non-rentan enzim telah ditemukan, sebuah penghalang

permeabilitas membran luar atau pemompaan obat dari bagian sel ke bagian luarnya.

Yang terakhir ini telah dinyatakan sebagai alasan utama untuk triclosan non-

kerentanan strain MRSA mungkin atau mungkin tidak menunjukkan penurunan

sensitivitas terhadap triclosan. Fan dan koleganya menemukan bahwa semua strain S.

Page 17: metpen pendahuluan

aureus dengan penurunan sensitivitas dioverproduksi yang FABI enzim oleh tiga

sampai lima kali lipat, dan strain yang paling resisten memiliki mutasi di FABI.

2.3.4.2. Kemungkinan hubungan antara triclosan dan resistensi antibiotik

Sejumlah studi terbaru telah menyuarakan keprihatinan serius bahwa triclosan dan

produk sejenis lainnya dapat merangsang munculnya bakteri resisten terhadap

antibiotik. Satu kekhawatiran adalah bahwa bakteri akan menjadi resisten terhadap

produk antibakteri seperti triclosan, rendering produk tidak berguna bagi mereka yang

benar-benar membutuhkannya, seperti orang dengan sistem kekebalan tubuh

berkompromi. Para ilmuwan juga khawatir bahwa karena modus triclosan tentang

tindakan dan situs target dalam bakteri mirip dengan antibiotik, bakteri yang menjadi

resisten terhadap triclosan juga akan menjadi resisten terhadap antibiotik. Triclosan

tidak benar-benar menyebabkan mutasi pada bakteri, tetapi dengan membunuh bakteri

normal, menciptakan sebuah lingkungan dimana bakteri bermutasi yang tahan

terhadap triclosan lebih mungkin untuk bertahan hidup dan bereproduksi.

2.3.5 Triclosan dalam lingkungan kehidupan

Triclosan, agen-agen antibakterial lainnya, serta produk sampingan dari olahan

bahan kimia ini dapat ditemukan di lingkungan kehidupan manusia termasuk di dalam

air, tanah, jaringan tubuh ikan, dan pada air susu ibu(1). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh para peneliti asal Swiss mengemukakan tiga dari lima sampel air susu

ibu mengandung triclosan dalam kadar yang cukup tinggi(konsentrasi lebih dari 30

μg/kg lipid weight). Lebih dari 95% penggunaan triclosan oleh masyarakat akan

dibuang melalui saluran pembuangan limbah rumah tangga. Survei geologis di Amerika

Serikat menunjukkan bahwa triclosan adalah salah satu bahan yang paling sering

ditemukan pada limbah rumah tangga. Survei pada beberapa sungai dan danau di

Swisss juga menunjukkan tingginya konsentrasi triclosan di dalamnya. Telah banyak

dilakukan survey terhadap kandungan triclosan dalam air limbah rumah tangga.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh U.S Geological Survey pada tahun 1999-2000,

triclosan ditemukan pada 57% dari 139 jalur air, baik air permukaan maupun air

limbah, di Amerika Serikat. Hal ini tentunya dapat memberikan dampak negatif bagi

lahan pertanian dan kehidupan masyarakat luas. Sumber-sumber air permukaan

mencakup stormwater di perkotaan, stormwater di pedesaan, dan produk limbah

pertanian.

Page 18: metpen pendahuluan

Air limbah domestic akan diproses sebelum dikeluarkan ke air permukaan, lebih dari

95% triclosan dibuang melalui proses pengolahan air limbah.

Peneliti asal Swiss menemukan 94% laju pembuangan triclosan melalui pengolahan

air limbah klarifikasi secara mekanis, proses biologis atau proses nitrifikasi, flookulasi,

dan filtrasi. Para peneliti memperkirakan 79% triclosan dibuang melalui proses

degradasi biologis, sedangkan 15% akan diserap ke dalam lumpur, dan 6% sisanya

tetap terkandung dalam air limbah sehingga menghasilkan konsentrasi akhir 42

ng/Liter.

Triclosan akan diolah dalam pengolahan limbah, hal ini terjadi ketika seseorang

mencuci tangan dengan sabun antibakteri, sabun cuci piring yang mengandung bahan

antibakteri, mandi menggunakan sabun ataupun sampo antibakteri, menggosok gigi

menggunakan pasta gigi yang mengandung bahan antibakteri, dan lain sebagainya .

Tidak seperti air limbah, air yang masuk ke pembuangan tidak lagi mengalami

pengolahan dan langsung mengalir ke sungai hingga akhirnya berakhir di laut.

Triclosan dapat ditransportasikan ke dalam air limbah melalui pencucian alat-alat yang

digunakan di luar ruangan menggunakan sabun antibakteri.

Triclosan terbukti bersifat toksik terhadap biota air. Keberadaan triclosan dapat

mempengaruhi bentuk struktur dan fungsional tumbuhan alga pada ekosistem air yang

mengalami pengolahan. Berdasarkan literatur yang disusun oleh Danish Environmental

Protection Agency, bahan triclosan terakumulasi di dalam tubuh hewan air, khususnya

pada ikan, dan konsentrasi triclosan pada tubuh ikan ribuan kali lebih besar daripada

yang ditemukan di dalam air. Lebih lanjut lagi, ditemukan suatu transformasi poroduk

dari triclosan yang bersifat stabil di lingkungan juga dapat mengalami bioakumulasi.

Ketika terjadi metilasi, lipophilicity dari triclosan akan meningkat, hal ini berarti

bahwa itu akan lebih mudah untuk menumupuk di jaringan lemak dan tidak terjadi

fotodegradasi. Berdasarkan studi yang pernah dilakukan di Swiss, konsentrasi lipid-

based dari methy triclosan yang terdapat di dalam tubuh ikan lebih tinggi dibandingkan

yang terdapat di dalam air danau, hal ini menunjukkan bioakumulasi yang signifikan

terjadi dalam senyawa tersebut. Bagi organisme yang hidup di dalam air, kontaminasi

dari senyawa ini dapat terjadi melalui organ-organ yang berkontak dengan lingkungan

misalnya insang pada ikan, dan senyawa triclosan yang terkandung dalam makanan

organisme tersebut.

2.3.6 Peraturan dalam penggunaan triclosan

Page 19: metpen pendahuluan

Penggunaan triclosan diawai dengan ketat. Pada bulan Maret 2010, European Union

melarang penambahan bahan triclosan pada berbagai produk yang digunakan oleh

masyarakat sehari-hari yang mungkin dapat berkontak dengan makanan, dan pada

bulan Agustus 2009, Canadian Medical Association meminta kepada pemerintahan

Canada agar melarang penggunaan triclosan pada produk rumah tangga dengan alasan

dapat menimbulkan resistensi bakteri dan dapat menghasilkan produk sampingan yang

berbahaya. Sedangkan, di Amerika Serikat, agen-agen federal meninjau keamanan

bahan triclosan, namun belum ada perubahan dalam peraturan penggunaannya.

Di Amerika Serikat, jika produk yang mengandung bahan antibakteri digunakan

dalam tubuh manusia, hal ini akan dibawa ke meja pengadilan yang diatur oleh Food

and Drug Administration (FDA). FDA mengkatagorikan triclosan berdasarkan

penggunaan dan klaim produk. Jika klaim produk tersebut berhubungan dengan

kesehatan, contohnya untuk membunuh kuman(sabun, krim,dsb.), maka FDA

menggolongkan produk tersebut ke dalam kategori obat. Jika tidak terdapat klaim

produk atau klaim produk tersebut untuk kosmetik (misalnya deodorant, makeup,dsb.)

maka produk tersebut terdaftar sebagai kosmetik. Semua produk yang tidak digunakan

pada tubuh manusia, contohnya pembersih kamar mandi atau disinfektan rumah sakit,

maka produk ini dikategorikan sebagai pestisida. FDA mengatur obat-obatan serupa

dengan cara FDA mengatur pestisida, yaitu menggunakan analisis risiko dibandingkan

dengan manfaat berdasarkan data yang didapat dari penelitian terhadap tubuh hewan

atau penelitian terhadap tubuh manusia.

Produsen harus menjamin bahwa obat yang dihasilkannya aman dan efektif dalam

mencapai keberhasilan penggunaannya, dan manfaat dari obat yang dihasilkannya

tersebut harus lebih besar manfaatnya dibanding dengan risiko atau efek samping yang

mungkin dihasilkannya. Selain itu, metode pembuatan produk obat tersebut harus dapat

menjaga kualitas, identitas, kekuatan, dan keaslian obat.

Di lain sisi, FDA hanya dapat mengatur produk setelah produk tersebut telah beredar di

pasaran. Jadi, tidak dilakukan peninjauan terlebih dahulu terhadap komposisi produk

sebelum produk tersebut dijual di pasar.

FDA tidak dapat meminta kepada produsen suatu produk agar melakukan tes keamanan

untuk produk kosmetik sebelum barang tersebut dijual. Tetapi, produk yang belum

dilakukan peninjauan atas kandungannya,dsb. terdapat peringatan yang dituliskan pada

label produk tersebut. Peringatan yang biasa tertulis pada label adalah sebagai berikut:

―WARNING:

Page 20: metpen pendahuluan

The safety of this product has not been determined.‖ FDA does not require, but

maintains a voluntary data collection program. If cosmetic products are found to

present a hazard, recalls are also voluntary.

Pada tanggal 8 Desember 2010, EPA mempublikasikan sebuah petisi yang diisi oleh

82 lembaga kesehatan masyarakat dan komunitas pencinta lingkungan, yang dipimpin

oleh Beyond Pesticides and Food and Water Watch, untuk melarang penggunaan

triclosan pada produk nonmedis.