revisi metpen
TRANSCRIPT
ANALISIS PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR DALAM MEMPREDIKSI
PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN DI INDONESIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Metode Penelitian
Oleh:
Erny Indah Surya (098 694 052)
Reny Rinawati (098 694 060)
Nofanti Dwi Apsari (098 694 073)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
S1 AKUNTANSI
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal sangat berperan penting dalam menetukan tingkat perekonomian
nasional suatu negara. Peran pasar modal tersebut disesuaikan dengan tujuan investor
dalam berinvestasi. Bagi investor individu, peran pasar modal adalah sebagai sarana
untuk menginvestasikan aset tetap yang dimilikinya agar memperoleh pengembalian
(return) jangka panjang di kemudian hari. Sedangkan bagi investor institusional, pasar
modal berperan sebagai sumber modal/pembiayaan bagi kegiatan operasional
institusinya. Dalam melaksanakan perannya, pasar modal menjadi penghubung antara
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana
(emiten) dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal
dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena investor dapat memilih
alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal.
Masing-masing instrumen investasi memiliki karakteristik serta tingkat
pengembalian (return) yang berbeda-beda tergantung tingkat risiko (risk) yang diterima.
Beberapa sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah saham, obligasi,
reksadana, dan instrumen derivatif. Adanya ketidakpastian antara pengembalian yang
diharapkan (expected return) dengan besanya pengembalian yang diterima (riil return)
diharapkan seorang investor dapat menganalisis antara tingkat pengembalian terhadap
risiko yang akan diterima.
Investor yang kurang menyukai risiko, obligasi dapat dijadikan salah satu
pilihan alternatif investasi selain saham. Obligasi dapat dikatakan sebagai salah satu
instrumen pasar modal yang memberikan pendapatan tetap (fixed-income securities)
bagi pemegang obligasi. Meskipun demikian, obligasi bukan tanpa risiko, karena bisa
saja obligasi tersebut tidak terbayar kembali akibat kegagalan penerbitnya dalam
memenuhi kewajibannya atau yang biasa disebut dengan gagal bayar (default risk).
Oleh karena itu, investor harus lebih teliti dalam memilih obligasi yang akan dibeli.
Investor perlu memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat obligasi
perusahaan emiten. Peringkat obligasi menunjukkan tingkat risiko dan kualitas obligasi
yang dilihat dalam kinerja perusahaan yang menerbitkannya. Maka dari itu, peringkat
2
obligasi sangat penting bagi calon investor. Peringkat obligasi ini memberikan
pernyataan informatif dan sinyal tentang kemungkinan kegagalan suatu perusahaan
dalam melunasi hutangnya.
Berita finansial yang sedang hangat dan banyak dibicarakan baik di media
online dan media offline sekarang adalah banyaknya pasar obligasi Indonesia dikuasai
sebanyak 30% oleh orang asing yang berinvestasi di beberapa perusahaan Indonesia. Ini
dikuatkan oleh pernyataan dari Kepala Kantor ADB untuk Integrasi Ekonomi Regional
Iwan Aziz mengatakan, secara regional porsi asing dalam pasar obligasi Indonesia lebih
tinggi dibanding Malaysia sebesar 20% dan Filipina yang hanya 15%. Sisi positifnya,
hal ini berari semakin meningkatnya kepercayaan nasional terhadap pasar obligasi
domestik. Di lain sisi, masih terlihat banyak ruang di pasar obligasi yang belum
dimanfaatkan Indonesia untuk melibatkan investasinya berupa obligasi korporasi.
Dimana telah diketahui bahwa obligasi merupakan salah satu sumber dana yang secara
jangka paanjang sangat diperlukan bagi pembangunan suatu negara1.
Dalam pemilihan obligasi dari sektor perusahaan apa yang akan digunakan
untuk menaruh investasi dibutuhkan analisis-analisis yang dapat membantu dalam
mengambil keputusan dalam pemilihan perusahaan. Untuk melihat kinerja obligasi dari
suatu perusahaan dapat dilihat melalui peringkat obligasi yang diterbitkan oleh
Perusahaan Pemeringkat Efek Indonesia (PT Pefindo).
Informasi mengenai ditariknya kembali peringkat obligasi oleh PT Pefindo pada
salah satu perusahaan penerbit obligasi2, diharapkan mampu untuk memberikan
informasi mengenai perubahan peringkat pada perusahaan. Sehingga seorang investor
dapat mengambil keputusan dengan tepat. Sedangkan untuk seorang investor yang ingin
berinvestasi pada jenis sekuritas obligasi dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan perusahaan mana yang tepat untuk digunakan sebagai media investasi.
Beberapa penelitian mengenai peringkat obligasi telah banyak dilakukan
sebelumnya, diantaranya yaitu, Hadianto dan Veronica (2010), Purwaningsih (2008),
Sari (2007), Sejati (2010), Suharli (2008), Susilowati dan Sumarti (2010). Kesimpulan
dari berbagai penelitian yaitu terdapat pengaruh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya peringkat obligasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1 Shinobi Apuy, 2 Antaranews.com, 7 September 2012.
3
peringkat obligasi tersebut berpengaruh secara signifikan, namun beberapa diantaranya
ada yang membuktikan tidak.
Hadianto dan Wijaya (2010), meneliti mengenai kebijakan utang, profitabilitas,
likuiditas, ukuran dan status perusahaan terhadap peringkat obligasi. Analisis data
menggunakan metode regresi logistik. Hasil yang diperoleh yaitu profitabilitas
merupakan satu-satunya variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Purwaningsih (2008), meneliti mengenai kemampuan rasio keuangan dalam
memprediksi peringkat obligasi menggunakan analisis faktor dan backward regression.
Hasil yang diperoleh yaitu dengan pengolahan regresi backward rasio keuangan yang
berpengaruh yaitu LTLTA dan NWTA (leverage), CFOTL (solvabilitas), dan SFA
(produktifitas). Sedangkan hasil melalui analisis faktor diperoleh rasio keuangan terbaik
dalam memprediksi peringkat obligasi yaitu CACL (likuiditas).
Sari (2007), meneliti kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi peringkat
obligasi menggunakan analisis diskriminan. Hasil yang diperoleh yaitu rasio keuangan
mampu dalam memprediksi peringkat obligasi. Sembilan variabel yang signifikan yaitu
LEVTLE, LIKCLWC, LIKWCTA, SOLNWLTLFA, SOLNWTL, PRFOIS,
PRECFOTS, PRODSTA, dan PRODCFOTA).
Sejati (2010), meneliti faktor-faktor akuntansi yang diproksi dengan Likuiditas
(current ratio), growth, Profitabilitas (Return on Total Asset/ROA), dan faktor-faktor
non-akuntansi yang diproksi dengan Size dan reputasi auditor, dalam memprediksi
tingkat obligasi. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil yang diperoleh yaitu
faktor-faktor akuntansi berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi, sedangkan
faktor non-akuntansi yang tidak berpengaruh yaitu reputasi auditor.
Suharli (2008), meneliti peringkat obligasi pada 87 perusahaan melalui rasio
likuiditas (CR), solvabilitas (LEV), aktivitas (RA), profitabilitas (ROA), dam prinsip
konservatisme akuntansi (CONACC-1). Hasil yang diperoleh yaitu rasio yang
berpengaruh signifikan yaitu likuiditas (CR), solvabilitas (LEV), dan aktivitas (RA).
Susilowati dan Sumarto (2010), meneliti menganai profitabilitas, likuiditas,
ukuran perusahaan, dan umur obligasi dalam memprediksi peringkat obligasi
perusahaan manufaktur di Indonesia. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil
4
yang diperoleh yaitu hanya variabel likuiditas yang berpengaruh signifikan dalam
memprediksi peringkat obligasi.
Meskipun penelitian menganai prediksi peringkat obligasi telah banyak
dilakukan , namun beberapa diantaranya memiliki perbedaan hasil. Hasil yang berbeda
antar peneliti kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sifat variabel independen dan
variabel dependen yang diteliti, selain itu kemungkinan karena perbedaan periode
pengamatan dan metode statistik yang digunakan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut terkait masalah kinerja keuangan terhadap pemberian peringkat obligasi
pada suatu perusahaan. Dengan demikian penulis mengambil judul “Analisis Dalam
Penilaian Rasio Keuangan dan Ukuran Perusahaan Dalam Memprediksi Peringkat
Obligasi Perusahaan di Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan berupa rasio
keuangan, ukuran perusahaan, dan umur obligasi antara perusahaan yang
termasuk investment grade dan non-investment grade?
2. Apakah variabel rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan umur obligasi dapat
digunakan dalam memprediksi peringkat obligasi perusahaan?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kemampuan rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan umur
obligasi dalam membedakan kinerja keuangan antara perusahaan yang termasuk
investment grade dan non-investment grade.
2. Untuk mengetahui kemampuan rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan umur
obligasi untuk memprediksi peringkat obligasi perusahaan yang mendaftarkan
obligasi pada agen pemeringkat obligasi PT. PEFINDO.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Sinyal
Para pelaku bisnis sangat membutuhkan adanya informasi tentang
perusahaan. Informasi tersebut penting untuk membuat suatu keputusan.
Informasi merupakan data yang berupa keterangan dan/atau gambar, baik
yang disajikan secara lisan maupun dalam bentuk tulisan, baik untuk
keadaan masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang akan datang yang
berguna bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Tentunya
dibutuhkan informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu agar mampu
menghasilkan keputusan terbaik dalam berinvestasi di pasar modal.
Pelaku pasar tentunya terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau
sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut dianggap
sebagai sinyal baik bagi investor, maka akan terjadi kenaikan harga
saham, dan begitu pula sebaliknya. Namun, seringkali informasi yang
dimiliki oleh pihak manajemen (agent) dan investor berbeda. Manajemen
lebih mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi dalam perusahaan, baik
saat perusahaan sedang mengalami kondisi yang sangat baik, maupun
kurang baik. Sedangkan investor hanya mengetahuinya dari laporan
keuangan yang seolah-olah selalu dibuat baik oleh manajemen. Hal inilah
yang disebut asimetri informasi.
Teori sinyal yang dilakukan oleh manajer dapat berguna untuk
mengurangi asimetri informasi. Menurut Jama’an (2008) sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen
untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi
atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih
baik daripada perusahaan lain.
Dengan adanya informasi yang berupa pemberian peringkat
obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal
6
baik tentang kondisi keuangan perusahaan tertentu. Peringkat obligasi
tersebut menggambarkan kemungkinan yang dapat terjadi terkait dengan
utang yang dimiliki perusahaan. Ada dua asumsi untuk menjelaskan teori
ini :
Perusahaan dengan prospek yang bagus akan menggunakan
hutang karena dipandang sebagai sinyal positif bagi investor luar.
Perusahaan yang memiliki prospek buruk akan memilih menjual saham
atau menerbitkan saham baru, merupakan sinyal negatif bagi investor.
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/
eman/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-31405198-13281-bond_rating-
chapter2.pdf (diunduh pada tanggal 6 Desember 2012)
2.1.2. Pengertian Obligasi
Salah satu jenis aset yang bisa dijadikan alternatif investasi selain
saham, adalah obligasi Obligasi adalah surat tanda bukti bahwa investor
pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten penerbit
obligasi. Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan
dalam jumlah tetap kepada pemiliknya (Tandelilin, 2007).
Bursa Efek Indonesia (2012) mengartikan obligasi sebagai surat
utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang
berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa
bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang
telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Jadi surat
obligasi merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik
kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang
menerbitkan surat obligasi.
7
2.1.3. Karakteristik Obligasi
1. Nilai Par atau Nilai Prinsipal
Nilai par atau nilai prinsipal adalah nilai pokok dari suatu obligasi
yang ditentukan oleh emiten sekuritas pada saat ditawarkan
kepada investor.
2. Nilai I ntrinsi k
Nilai intrinsik merupakan nilai teoritis dari suatu obligasi yang
diperoleh dari hasil estimasi nilai saat ini (present value) dari
semua aliran kas obligasi di masa yang akan datang. Nilai
intrinsik obligasi dipengaruhi oleh tingkat kupon yang diberikan,
waktu jatuh tempo, dan nilai parinya (Tandelilin, 2007).
3. Tingkat Suku Bunga ( T he Interest Rate )
Tingkat suku bunga (The Interest Rate) atau yang biasa disebut
dengan kupon obligasi adalah tingkat bunga yang disetujui
penerbit untuk dibayar kepada pemegang obligasi secara berkala
(kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6
bulanan).
4. Jaminan
Obligasi yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan
akan mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut.
5. Waktu Jatuh Tempo ( Maturity )
Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang
obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai
nominal obligasi yang dimilikinya atau secara singkat dapat
diartikan sebagai umur obligasi. Periode jatuh tempo obligasi
bervariasi. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu
obligasi, semakin tinggi kupon/bunganya.
6. Penerbit/Emiten ( Issuer )
Emiten merupakan pihak yang menjadi penerbit atau yang
mengeluarkan obligasi untuk dijual kepada masyarakat. Dari
definisi tersebut emiten obligasi dapat berarti perseorangan, usaha
bersama, perusahaan, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.
8
7. Peringkat O bligasi
Peringkat obligasi adalah skala risiko atau tingkat keamanan
suatu obligasi yang diterbitkan. Agen pemeringkat akan
memberikan penilaian atas obligasi emiten dengan dua kategori
yaitu investment grade dan non-investment grade (Linandarini,
2010).
8. Provisi Penarikan ( Call Provision )
Provisi penarikan adalah hak emiten obligasi untuk melunasi
obligasi sebelum waktu jatuh tempo. Call provision pada
dasarnya akan menguntungkan emiten dan di sisi lain akan bisa
merugikan investor. Maka dari itu, emiten diharuskan untuk
membayar sejumlah uang yang disebut call premium (Tandelilin,
2007).
9. Indenture
Indenture adalah dokumen legal yang memuat hak-hak pemegang
obligasi dan emiten obligasi (Linandarini, 2010). Selain berisii
spesifikasi tertentu seperti waktu jatuh tempo obligasi dan waktu
pembayaran bunga, dokumen tersebutjuga berisi pembatasan
pemberian dividen bagi para pemegang saham perusahaan.
2.1.4. Jenis-jenis Obligasi
Ada beberapa jenis obligasi yang biasanya diperdagangkan di pasar
modal, dan masing-masing jenis obligasi tersebut mempunyai
karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya.
a. Obligasi Konversi ( Convertible Bond )
Obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
mengkonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah saham biasa
perusahaan pada harga yang telah ditetapkan, sehingga pemegang
obligasi mempunyai kesempatan untuk memperoleh capital gain
(Tandelilin, 2007).
9
b. Putable Bond
Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai par sebelum
waktu jatuh tempo (Tandelilin, 2007).
c. Junk Bond
Obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon) yang
tinggi, tetapi juga mengandung risiko yang sangat tinggi pula
(Tandelilin, 2007). Perusahaan yang ingin membiayai suatu
rencana merger atau akuisisi biasanya akan menerbitkan Junk
Bond.
d. International Bond
International bonds adalah obligasi yang dijual di negara lain.
Obligasi dapat diperdagangkan dalam satuan mata uang negara
lain atau obligasi diperdagangkan di negara lain dalam mata uang
perusahaan penerbit biasanya disebut Eurobonds.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/obligasi-pengertian-
karakteristik-dan.html (diunduh pada tanggal 6 Desember 2012)
Berikut ini merupakan jenis-jenis obligasi berdasarkan karakteristiknya
2.1.4.1. Obligasi Berdasarkan Penerbitnya
a. Obligasi Pemerintah ( Treasury Bond / Government Bond )
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat guna membiayai
dan membangun kegiatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Obligasi pemerintah biasanya memiliki tingkat kupon bunga lebih
rendah. Namun, tingkat risiko boleh dikatakan hampir tidak ada.
Hal ini dikarenakan obligasi ini dijamin sepenuhnya oleh
pemerintah, sehingga kecil kemungkinan terjadi gagal bayar
(Linandarini, 2010). Di Indonesia saat ini hanya obligasi Bank
Indonesia yang dipasarkan di pasar internasional yang
dimaksudkan untuk benchmark bagi obligasi BUMN dan
perusahaan swasta nasional.
b. Obligasi Pemerintah Daerah ( Municipal Bond )
10
Obligasi ini merupakan suatu jenis obligasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah dengan tujuan untuk membiayai dan
membangun investasi sektor publik Badan Usaha Milik daerah
(BUMD). Sifat utama jenis obligasi ini adalah pembebasan pajak
(Linandarini, 2010). Obligasi Pemda belum ada di Indonesia,
walaupun dari segi potensi ada beberapa Pemda yang mempunyai
prospek untuk mengeluarkan obligasi.
c. Obligasi Perusahaan ( Corporate Bond )
Obligasi yang diterbitkan oleh suatu perusahaan swasta atau
perseroan yang membutuhkan dana secara cepat dalam rangka
memenuhi struktur permodalan sehingga perusahaan dapat
membangun atau memperluas bisnisnya. Obligasi perusahaan
menjadi menarik karena memberikan kupon yang relatif tinggi
(Linandarini, 2010). Di Indonesia, obligasi perusahaan swasta ini
diterbitkan oleh suatu perusahaan yang telah memenuhi
persyaratan dan pernyataan pendaftarannya telah dinyatakan
efektif oleh Bapepam.
d. Obligasi Instansi ( Agency Bond )
Obligasi yang diterbitkan oleh instansi milik pemerintah, seperti
BUMN, proyek pemerintah, dan lain-lain. Meskipun tidak
dijamin oleh pemerintah, tetapi mendapat dukungan dari
pemerintah dan memperoleh fasilitas pajak (Linandarini, 2010).
e. Obligasi Institusional ( Institusional Bond )
Obligasi institusional yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh
berbagai institusi swasta yang tidak mencari laba (nirlaba),
seperti: sekolah, rumah sakit dan badan atau yayasan amal
(Linandarini, 2010).
2.1.4.2. Obligasi Berdasarkan Masa Jatuh Tempo
a. Obligasi Berjangka ( Term Bond )
Obligasi yang mempunyai satu waktu jatuh tempo, baik jangka
pendek (kurang dari satu tahun), menengah (antara satu sampai
lima tahun), maupun jangka panjang (lebih dari lima tahun).
11
b. Obligasi Serial ( Serial Bond )
Obligasi yang mempunyai waktu jatuh tempo lebih dari sekali.
c. Obligasi yang Tidak Memiliki Jatuh tempo ( Perpectual Bond )
Perpectual bond adalah salah satu jenis obligasi yang tidak
mempunyai batas jatuh temponya. Perusahaan yang menerbitkan
surat berharga ini tidak mempunyai kewajiban untuk
mengembalikan utang tersebut, kecuali perusahaan tersebut
dilikuidasi.
2.1.4.3. Obligasi Berdasarkan Kupon Pembayaran
a. Obligasi Diskon ( Discount Bond )
Obligasi diskon yaitu obligasi yang diperdagangkan dengan harga
pasar lebih rendah dari nilai par dan memberi kupon yang lebih
rendah dari obligasi keluaran baru (Linandarini, 2010).
b. Obligasi Premium ( Premium Bond )
Obligasi premium yaitu obligasi dengan harga pasar lebih tinggi
dari nilai par dan memberi kupon yang lebih tinggi dari obligasi
keluaran baru (Linandarini, 2010).
2.1.4.4. Obligasi Berdasarkan Call Feature
a. Freely Callabl e
Jenis obligasi yang bisa dilunasi oleh emitennya sebelum jatuh
tempo.
b. Non Callable
Jenis obligasi yang tidak bisa dilunasi oleh emitennya sebelum
waktu jatuh tempo yang telah ditentukan, kecuali issuer melalui
mekanisme pasar. Dengan demikian, obligasi seperti ini akan
memberikan jaminan keuntungan kepada pemegang obligasi
(investor) jika tingkat suku bunga pasar mengalami penurunan.
c. Deferred Call
Deferred call artinya penerbit obligasi dapat menariknya hanya
setelah jangka waktu tertentu (umumnya 5 sampai 10 tahun).
Deferred Call merupakan kombinasi antara Freely callable bond
dan Noncallable bond (Linandarini, 2010).
12
2.1.4.5. Obligasi Berdasarkan Jenis Jaminan atau Hak Klaim
a. Obligasi dengan Jaminan (Secured Bond)
Obligasi yang sepenuhnya terjamin karena didukung oleh
tuntutan atau hak legal atas kekayaan tertentu milik penerbit
obligasi (Linandarini, 2010). Jaminan tersebut dapat berupa aset
riil perusahaan (mortgage bonds), garansi (guaranted bonds),
jaminan efek (collateral trust bonds) dan jaminan trust peralatan
(equipment trust bonds). Di dalam obligasi dengan jaminan
dikenal dua istilah (Tandelilin, 2007), yaitu:
Obligasi senior atau first mortgage bond, yaitu obligasi
yang memberikan hak prioritas pertama atas klaim aset
perusahaan ketika terjadi permasalahan likuiditas.
Obligasi yunior atau second mortgage bond, yaitu obligasi
yang memberikan hak kepada pemegangnya setelah
klaim/hak pemegang obligasi senior terpenuhi.
b. Obligasi tanpa jaminan (Unsecured Bond)
Obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu jaminan aset
riil tertentu dan hanya berbentuk kepercayaan semata. Penerbit
berjanji untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan:
Tanda hutang (debenture), obligasi yang diterbitkan tanpa
ada suatu agunan (collateral).
Obligasi penghasilan (income bond), hutang yang
bunganya dibayar hanya setelah penghasilan penerbit
mencapai jumlah tertentu.
2.1.4.6. Obligasi Berdasarkan Peralihan Pemegangnya
a. Obligasi Atas Nama ( Register ed Bond )
Obligasi yang memiliki nama pemilik obligasi secara formal
terdaftar pada penerbit dan untuk peralihan membutuhkan
berbagai persyaratan dan prosedur.
b. Obligasi Atas Unjuk ( Bearer Bond )
13
Obligasi jenis ini tidak memiliki nama dalam obligasinya dan
mudah untuk dialihkan kepada pihak lain. Pemegang obligasi
dianggap sebagai pemilik obligasi tersebut
2.1.4.7. Obligasi Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga
a. Coupon Bond
Obligasi dengan kupon/bunga yang dibayarkan secara periodik
sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
b. Zero Coupon Bond
Pada jenis obligasi ini, penerbit tidak memberikan pembayaran
bunga secara periodik, tetapi pembeli akan membayar dengan
harga kurang dari nilai par yang telah ditetapkan (harga discount),
dan pada saat jatuh tempo akan menerima sejumlah nilai par
(tanpa discount). Potongan harga pada saat pembelian obligasi
itulah yang merupakan tingkat keuntungan bagi pembeli.
2.1.4.8. Obligasi Berdasarkan Tingkat Bunga
a. Obligasi dengan Bunga Tetap ( Fixed Rate Bond )
Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan
sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan
secara periodik.
b. Obligasi dengan Bunga Mengambang ( Floating Rate Bond )
Obligasi yang memberikan tingkat bunga yang besarnya
disesuaikan dengan fluktuasi tingkat bunga pasar yang berlaku,
berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average
time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga
deposito dari bank pemerintah dan swasta.
c. Obligasi dengan Bunga Campuran ( Mixed Rate Bond )
Obligasi yang memberikan tingkat bunga campuran, yaitu
kombinasi antara tingkat suku bunga deposito (suku bunga
mengambang) dengan suku bunga tetap. Tingkat bunga ini
ditetapkan untuk periode tertentu biasanya pada awal periode dan
selanjutnya bunga mengambang (Linandarini, 2007).
14
2.1.5. Peringkat Obligasi
Setiap investor yang akan menanamkan modalnya dengan cara membeli
obligasi suatu perusahaan tertentu pastinya akan dihadapkan pada risiko
ketidakmampuan perusahaan untuk memnuhi kewajiban utangnya, atau
yang biasa disebut dengan risiko gagal bayar (default risk). Oleh karena
itu, agar terhindar dari risiko gagal bayar, investor perlu menilai aspek
ekonomi dan keuangan perusahaan sebelum memutuskan untuk membeli
obligasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan peringkat
obligasi yang diharapkan akan memberikan petunjuk bagi investor
tentang kualitas investasi obligasi pada perusahaan.
Di Indonesia juga terdapat lembaga pemeringkat obligasi yang
dilakukan oleh PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) seperti
halnya Standard & Poor’s Rating Service (S&P’s) dan Moody’s di
Amerika.
PT PEFINDO didirikan pada tanggal 21 Desember 1993 melalui
inisiatif dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal), dan Bank
Indonesia (Bank Sentral). PEFINDO memperoleh izin operasi dari
BAPEPAM pada tanggal 13 Agustus 1994 dengan nomor
34/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu lembaga tetap penunjang Pasar
Modal Indonesia. Fungsi utama PEFINDO adalah menyediakan suatu
peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen, serta dapat
dipertanggung jawabkan atas penerbitan surat hutang yang
diperdagangkan kepada masyarakat luas. Selain kegiatan rating,
PEFINDO juga memproduksi & mempublikasikan informasi kredit yang
berkaitan dengan utang pasar modal. Produk publikasi ini meliputi opini
kredit pada perusahaan-perusahaan besar yang telah mengeluarkan
obligasi dan sektor yang mendasarinya.
Untuk meningkatkan metodologi dan kriteria penilaian serta
proses penilaian, PEFINDO didukung melalui afiliasi mitra global, yaitu
Standard & Poor's Rating Services (S & P's). PEFINDO juga terus secara
aktif berpartisipasi dalam Asian Credit Rating Agencies Association
(ACRAA).
15
PEFINDO menyediakan dua jenis dasar pemberian peringkat,
yaitu peringkat perusahaan dan peringkat instrument utang. Peringkat
perusahaan, juga disebut Nilai General Obligation (GO) atau Emiten
Rating, adalah suatu penilaian kelayakan kredit secara keseluruhan dari
sebuah perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban keuangan.
Peringkat perusahaan tidak dapat secara otomatis diterapkan pada
sekuritas utang tertentu, karena mereka tidak memperhitungkan sifat dan
ketentuan keamanan utang, yang berada dalam proses kepailitan atau
likuidasi, preferensi perundang-undangan, atau legalitas dan
enforceability keamanan utang itu sendiri. Selain itu, peringkat
perusahaan atau emiten tinjauan tidak memperhitungkan kelayakan
kredit dari penjamin, asuransi, atau bentuk lain dari peningkatan kredit
yang mendukung kualitas kredit perusahaan. Jenis penilaian ini dapat
digunakan oleh perusahaan atau emiten untuk memberikan penilaian
terlihat ukuran kelayakan kredit relatif terhadap orang lain. Selanjutnya,
peringkat perusahaan atau emiten tinjauan dapat digunakan sebagai alat
pemasaran untuk mempromosikan perusahaan.
Peringkat instrumen utang adalah pendapat mengenai kelayakan
kredit seorang obligor terhadap kewajiban keuangan tertentu, tingkat
tertentu kewajiban keuangan, atau program keuangan tertentu. Ini
didasarkan pada pertimbangan dari penjamin kredit, asuransi, atau
bentuk lain dari peningkatan kredit pada kewajiban. Pendapat ini
mengevaluasi kemampuan dan kemauan obligor untuk memenuhi
komitmen keuangan saat mereka datang jatuh tempo. Jenis penilaian ini
dapat membantu penerbit dalam menentukan struktur utang penerbitan
(tingkat bunga, jangka waktu, peningkatan kredit). Di sisi lain, peringkat
instrumen utang berguna bagi investor untuk membandingkan berbagai
penerbit dan masalah utang ketika membuat keputusan investasi dan
mengelola portofolio mereka.
Simbol peringkat yang digunakan PEFINDO sama dengan yang
digunakan oleh S&P’s, yaitu peringkat tertinggi disimbolkan dengan
AAA, yang menggambarkan risiko obligasi yang terendah. Kesamaan
16
tersebut ada karena PEFINDO memang berafiliasi dengan S&P’s,
sehingga S&P’s mendorong PEFINDO dalam hal metodologi
pemeringkatan, kriteria, maupun proses pemeringkatan. Simbol dan
makna peringkat obligasi yang digunakan PT PEFINDO dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Arti Peringkat Obligasi PT PEFINDO
Peringkat ArtiAAA Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan Efek Utang dengan
peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan
AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawahperingkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajibn finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya
A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan Obligosi yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan
BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampanan obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan
BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainnya untukmemenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu
B Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walapun Obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor utuk memenuhi kewajiban finansialnya.
CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan Efek hutang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya tergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.
D Efek utang dengan peringkat D menandakan Efek hutang yang macet.
17
Perusahaan penerbit sudah berhenti berusaha.Pada peringkat AA dari ke B dapat dimodifikasi dengan penambahan plus (+) atau minus (-) tanda untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori penilaian.
Sumber: PT PEFINDO
Metodologi yang digunakan PEFINDO dalam proses pemeringkatan untuk
sektor perusahan mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu:
1. Risiko Industri (Industry Risk)
Risiko industri dilakukan berdasarkan analisis mendalam lima faktor
risiko utama, yaitu pertumbuhan industri & stabilitas (growth &
stability), pendapatan & struktur biaya (revenue & cost structure),
hambatan masuk dan tingkat persaingan dalam industri (barriers to entry
& competition), regulasi & de-regulasi industri (regulatory framework),
dan profil keuangan dari industri (financial profile).
2. Risiko Finansial (Financial Risk)
Risiko finansial dilakukan berdasarkan analisis menyeluruh dan rinci
pada empat bidang utama, yang mencakup kebijakan keuangan
manajemen perusahaan (financial policy), dan tiga indikator keuangan
termasuk struktur modal (capital structure), perlindungan arus kas (cash
flow protection) dan fleksibilitas keuangan (financial flexibility).
3. Risiko Bisnis (Bussiness Risk)
Risiko bisnis dilakukan berdasarkan Faktor-faktor Kunci Kesuksesan
(Key Success Factors) dari industri dimana perusahaan tersebut
digolongkan.
Semua analisis akan mencakup analisis perbandingan terhadap pesaing-pesaing
sejenis dalam industri yang sama maupun industri itu sendiri dengan industri
lainnya.
2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham
dan Houston (Amrullah, 2007) adalah sebagai berikut:
1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current
ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik
rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut.
18
2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision).
Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka
ratingpun akan membaik.
3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan
obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan
satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.
4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh
perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.
5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok
pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).
6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih
pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.
7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggungjawab produk.
10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang
konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih
berkualitas.
2.1.7. Risiko Investasi Obligasi
Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko
suatu investasi obligasi. Sumber-sumber tersebut antara lain:
1. Risiko Suku Bunga (Interest-Rate Risk)
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga obligasi secara
terbalik, cateris peribus (Tandelilin, 2007). Artinya, jika suku
bunga meningkat, maka harga obligasi akan turun. Demikian pula
sebaliknya, jika suku bunga turun, harga obligasi naik.
2. Reinvestment Risk
Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi disebut sebagai reinvestment
risk (Tandelilin, 2007). Fluktuasi pasar terjadi akibat adanya
perubahan pada tingkat bunga pasar secara keseluruhan yang
19
disebabkan oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi,
kerusuhan, ataupun perubahan politik.
3. Call Risk
Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli
obligasi yang diterbitkannya pada harga dan waktu tertentu
sebelum tanggal jatuh tempo (Linandarini, 2010). Hal ini
menyebabkan investor akan mengalami call risk dan perusahaan
penerbit obligasi harus membayar sejumlah biaya tambahan
tertentu, yaitu call premium dan biaya administrasi.
4. Default Risk
Default risk sering disebut juga dengan risiko gagal bayar.
Besarnya risiko kegagalan pembayaran sangat tergantung pada
kinerja emiten yang menerbitkan obligasi tersebut dalam
pembayaran bunga dan pelunasan pinjaman pokok.
5. Risiko Inflasi (Inflation Risk)
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli
rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi
juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami
peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium
inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang
dialaminya (Tandelilin, 2007).
6. Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Exchange-Rate Risk)
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang
domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang
negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata uang
(currency risk) (Tandelilin, 2007).
7. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang
diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid
sekuritas tersebut, demikian juga sebaliknya. Semakin tidak likuid
20
suatu sekuritas, semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi
perusahaan (Tandelilin, 2007)
8. Risiko Volatilitas (Volatility Risk)
Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku
bunga dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai
obligasi tersebut. Perubahan pada faktor-faktor tersebut
berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal dengan
volatility risk (Linandarini, 2010).
2.1.8. Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan
neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang
memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian
terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan
memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon
investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan
dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17).
Menurut Foster (1986) dalam Ermy (2010) terdapat empat hal
yang dapat mendorong analisis laporan keuangan menggunakan model
rasio keuangan, yaitu: (1) Mengendalikan pengaruh perbedaan besaran
antar perusahaan atau antar waktu; (2) Membuat data menjadi lebih
memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan; (3) Menginvestigasikan
teori yang terkait dengan rasio keuangan; dan (4) Mengaji hubungan
empiris antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu
(misalnya, kebangkrutan).
Dimana hal ini dapat dijadikan salah satu alat oleh agen
pemeringkat obligasi perusahaan untuk memeringkat obligasi perusahaan
yang ada.
1. Rasio Leverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur keseimbangan proporsi
antara aktiva yang didanai oleh kreditor (utang) dan yang didanai
21
oleh pemilik perusahaan (ekuitas). Semakin besar rasio leverage
perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin
rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan (Burton, Adam & Hardwick, 1998
dalam Raharja dan Sari, 2008).
2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (S. Munawir,
1995 hal 31). Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar
kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi
kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan.
Semakin tinggi rasio likuditas ini berarti semakin besar
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
3. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya
apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu
dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995, hal 32). Semakin kecil
angka rasio solvabilitas maka semakin kecil angka fleksibilitas
keuangan perusahaan serta semakin besar kemungkinan
perusahaan menghadapi masalah keuangan dimasa yang datang.
Semakin tinggi tingkat solvabilitas perusahaan semakin baik
peringkat perusahaan tersebut.
4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern.
Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan
22
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Dengan kata lain
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin
rendah risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar
kewajibannya sehingga semakin baik peringkat obligasi
perusahaan tersebut.
5. Rasio Produktivitas
Rasio produktivitas ini mengukur seberapa efektif perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut.
Dimana rasio produktivitas ini membandingkan anatar input
dengan output yang dimiliki oleh perusahaan. Produktivitas
dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki bukan hanya
berbicara mengenai efektifitasan dan efisiensi dalam
memanfaatkan sumber daya, melainkan kualitas sumber daya
yang dihasilkan dari proses efektifitasan dan efisiensi. Perusahaan
yang tingkat produktivitasnya tinggi cenderung lebih mampu
menghasilkan laba yang lebih tinggi. Dengan kata lain perusahaan
lebih mampu memenuhi kewajibanya secara lebih baik. Rasio ini
secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi.
6. Ukuran perusahaan (firm size)
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan berdasarkan besar kecil perusahaan dengan
melihat, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan
lain-lain. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada
total asset perusahaan (Machfoedz, 1994).
Ukuran (size) perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total
aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Biasanya
perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya.
Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian
(certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga
akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek
perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor
23
memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada
perusahaan itu (Yolana dan Martani, 2005).
7. Umur Obligasi (Maturity)
Umur obligasi (maturity) adalah jangka waktu sejak diterbitkan
sampai jatuh tempo obligasi. Menurut hasil penelitian Adrian
(2011) dalam Ni Made E. (2012), umur obligasi berpengaruh
pada peringkat obligasi sedangkan Luciana (2007) menemukan
bahwa umur obligasi dan jaminan tidak berpengaruh pada
peringkat obligasi.
2.2. Penelitian Terdahulu
Peneliti JudulVariabel
DependenVariabel
IndependenAlat
AnalisisHasil
Sari, Maylia Pramono (2007)
Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai
Alat untuk Memprediksi
Peringkat Obligasi (PT Pefindo)
Peringkat Obligasi
Leverage, Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Produktivitas
Analisis diskriminan (Z-Score)
Rasio keuangan berpengaruh signifikan
Purwaningsih, Anna (2008)
Pemilihan Rasio Keuangan Terbaik untuk Memprediksi Peringkat Obligasi:
Studi Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEJ
Peringkat Obligasi
Leverage, Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Produktivitas
Analisis faktor
Backward regression
CACL (likuiditas) berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi
LTLTA & NWTA (leverage); CFOTL (solvabilitas); SFA (produktifitas) berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi
Sejati, Grace Putri (2010)
Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi dalam
Memprediksi Peringkat Obligasi
Perusahaan Manufaktur
Peringkat Obligasi
Profitabilitas, likuiditas, growth size, reputasi auditor
Regresi logistik
Rasio keuangan berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi.
Reputasi auditor tidak berpengaruh.
Linandarini, Ermy (2010)
Kemampuan Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Peringkat Obligasi
Perusahaan di Indonesia
Peringkat Obligasi
Leverage (LTLTA), likuiditas (CACL), solvabilitas (CFOTL), profitabilita
Analisis diskriminan (MDA)
Terdapat perbedaan peringkat obligasi antara investment grade dan non investment grade pada rasio CACL, CFOTL, OIS, dan STA
24
(OIS), produktivitas (STA)
Rasio keuangan yang dapat memprediksi peringkat obligasi CACL, OIS, dan STA
Hadianto, Bram & M. Sienly Veronica (2010)
Prediksi Kebijakan Utang,
Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran
dan Status Perusahaan Terhadap
Kemungkinan Penentuan Peringkat
Obligasi
Peringkat Obligasi
Kebijakan Utang (DER), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Ukuran Perusahaan (TA), Status Perusahaan (D_STAT)
Regresi logistik
DER, CR, TA, dan D_STAT tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penentuan peringkat obligasi.ROA berpengaruh terhadap kemungkinan penentuan peringkat obligasi.
Susilowati, Luky & Sumarto (2010)
Memprediksi Tingkat Obligasi
Perusahaan Manufaktur yang
Listing di BEI
Peringkat Obligasi
Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), size, maturity
Regresi logistik
CR berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
ROA, Size, dan Maturity tidak berpengaruh terhadap peringkat obliagsi.
2.3. Kerangka Pemikiran
Obligasi diterbitkan oleh perusahaan maupun pemerintah (emiten) sebagai surat
tanda kontrak hutang jangka panjang kepada pembeli atau pemilik obligasi
(investor). Investor akan memperhatikan peringkat obligasi ketika hendak
memilih melakukan investasi dalam bentuk obligasi. Peringkat obligasi
merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan untuk
menunjukkan tingkat keamanan suatu obligasi bagi investor.
Teori sinyal menjelaskan mengenai dorongan perusahaan untuk
memberikan informasi berupa laporan keuangan kepada pihak eksternal
disebabkan adanya asimetris informasi. Analisis laporan keuangan yang berupa
analisis rasio keuangan dan perhitungan statistik dapat digunakan untuk
mendeteksi under or overvalued suatu sekuritas (Kaplan & Urwitz, 1979 dalam
Raharja dan Sari, 2008). Sejumlah penelitian terdahulu telah berusaha mengaji
ulang hasil peringkat obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkat obligasi
dengan angka-angka perhitungan alternatif. Sinyal-sinyal yang disampaikan
oleh manajemen berupa laporan keuangan dapat digambarkan melalui rasio
keuangan. Rasio keuangan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi
peringkat obligasi, sehingga investor yang menghitung risiko yang terkandung
dalam obligasi masuk ke dalam investment grade dan non-investment grade.
25
Pemilihan variabel pada penelitian ini berusaha mengembangkan pada
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hadianto dan Veronica (2010),
Purwaningsih (2008), Sari (2007), Sejati (2010), Suharli (2008), dan Susilowati
dan Sumarti (2010). Dengan pemilihan variabel sebagai berikut:
Tabel 2.2. Tabel Kerangka Pemikiran
26
Peringkat Obligasi
Perusahaan
Investment Grade
Non-Investment
Grade
Leverage Total Liabilities/Equity
Current Asset-Inventories/
Current Liability
Long Term Liabilities/Total Asset
Current Asset/Current Liability
Likuiditas
Umur Obligasi
Ukuran Perusahaan
Solvabilitas
Profitabilitas
Produktivitas
Cash Flow from Operations/Total
Liabilities
Operating Income/ Sales
Sales/Total Asset
Total aset
Net Income After Tax/Total Asset
1 = 1-5 tahun; 0 = > 5 tahun
27
2.4. Pengembangan Hipotesis
2.4.1. Hubungan Rasio Leverage Terhadap Peringkat Obligasi
Apabila leverage uatu perusahaan menunjukan nilai yang tinggi maka
perusahaan tersebut kemungkinan masuk kategori non-investment
grade. Yang dimana ini berarti perusahaan memiliki aktiva yang
banyak didanai dari utang, dengan demikian leverage yang tinggi
risiko yang dihadapi semakin besar untuk membayarkan kewajiban
hutangnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Burton dkk. (1998) (dalam
Raharja dan Sari, 2008) dimana semakin besar rasio leverage
perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Investor tidak
mau untuk mengambil risiko jika pemilik perusahaan hanya
menyediakan sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, karena risiko
perusahaan ditanggung terutama oleh para kreditor. Akan tetapi jika
semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan. Sehingga perusahaan tersebut akan
mendapatkan kepercayaan untuk memperoleh bantuan dana investasi
dari investor. Rasio dalam penelitian ini akan diproksi melalui Total
Liabilities/Equity (TLE) dan Long Term Liabilities/Total Asset
(LTLTA).
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
H1 : LTE berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
H2 : LTLTA berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
2.4.2. Hubungan Rasio Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban utangnya tepat waktu. Jika semakin tinggi
likuiditas perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan maka
obligasi dimungkinkan masuk pada peringkat investment grade,
karena ini mencerminkan perusahaan tersebut memiliki kemampuan
membayarkan kewajiban jangka pendeknya tepat waktu dan
28
memungkinkan perusahaan tersebut juga mampu menunaikan
kewajiban utang jangka panjangnya kepada investor saat jatuh tempo
utang tersebut. Dengan melihat kondisi tersebut akan membuat
kepercayaan investor dalam menanamkan dananya kepada perusahaan
tersebut. Rasio likuiditas adakn diproksi menggunakan Current
Asset/Current Liability (CACL) dan Quick Ratio=Current Asset-
Inventories/Current Liability (CAICL).
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
H3 : CACL berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
H4 : CAICL berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
2.4.3. Hubungan Rasio Solvabilitas Terhadap Peringkat Obligasi
Rasio solvabilitas ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya pada saat perusahaan akan dilikuidasai.
Apabila solvabilitas tinggi maka kemungkinan obligasi tersebut
masuk pada investment grade, karena dengan keadaan tersebut
perusahaan mempunyai kemampuan untuk melunasi segala
kewajibanya tepat pada waktunya. Hal ini sesuai dengan penelitian
Horrigan (1966 dalam Raharja dan Sari, 2008) yang menemukan
bahwa rasio solvabilitas cenderung signifikan berpengaruh positif
terhadap peringkat obligasi. Melihat kondisi perusahaan yang
demikian, maka investor dapat mempercayakan dananya kepada
perusahaan tersebut. Rasio ini diproksi menggunakan Cash Flow from
Operations/Total Liabilities (CFOTL).
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketiga yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
H5 : CFOTL berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
2.4.4. Hubungan Rasio Profitabilitas Terhadap Peringkat Obligasi
Apabila profitabilitas tinggi maka obligasi tersebut kemungkinan akan
masuk pada investment grade, karena perusahaan mampu
29
menghasilkan laba perusahaan yang tinggi. Dimana ini
mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk
going concern. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brotman (1989) dan
Boustita & Young, Adam and Hardwick (1998) dalam Raharja dan
Sari (2008) dimana semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan
maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (Default)
dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan
tersebut. Profitabilitas yang tinggi kemungkinan perusahaan untuk
tetap bertahan tinggi. Dan ini dapat memberikan rasa aman bagi
investor yang hendak menanamkan dananya. Rasio ini akan diproksi
menggunakan Operating Income/Sales (OIS) dan Net Income After
Tax/Total Asset (NIATTA).
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis keempat yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
H6 : OIS berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
H7 : NIATTA berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
2.4.5. Hubungan Rasio Produktivitas Terhadap Peringkat Obligasi
Produktivitas ini menunjukkan apakah perusahaan memiliki kinerja
yang efektif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Dimana
ini dengan membandingkan antara input yang dimiliki dengan output
yang dihasilkan oleh perusahaan. Apabila produktivitas tinggi
kemungkian besar perusahaan obligasinya masuk investment grade,
karena dengan penjualan yang tinggi cenderung lebih mampu
menghasilkan laba yang tinggi sehingga perusahaan lebih mampu
untuk memenuhi segala kewajibannya kepada para investor secara
lebih baik.
Dengan pembayaran deviden (yang tinggi) dan bunga tepat
pada waktunya, memberikan daya tarik bagi investor untuk
menanamkan investasi pada perusahaannya. Rasio ini diproksi
menggunakan Sales/Total Asset (STA).
30
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kelima yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
H8 : produktivitas berpengaruh positif terhadap peringkat
obligasi.
2.4.6. Hubungan Ukuran perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi
Semakin besar total asset yang dimiliki perusahaan diharapkan
semakin mempunyai kemampuan dalam melunasi kewajiban di masa
depan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2009) mengingat jumlah aset
yang besar dapat dijadikan sebagai jaminan penerbitan obligasi.
Beberapa peneliti seperti Kamstra, et al. (2001), maupun Crabtree dan
Maher (2005) menemukan bukti empirik yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berhubungan positif terhadap kemungkinan
penentuan peringkat obligasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis keenam yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
H9 : SIZE berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi.
2.4.7. Hubungan Umur Obligasi (Maturity) Terhadap Peringkat
Obligasi
Umur obligasi (maturity) adalah jangka waktu sejak diterbitkan
sampai jatuh tempo obligasi. Menurut hasil penelitian Adrian (2011)
dalam Ni Made E. (2012), umur obligasi berpengaruh pada peringkat
obligasi sedangkan Luciana (2007) menemukan bahwa umur obligasi
dan jaminan tidak berpengaruh pada peringkat obligasi. Menurut
Mark dan David (1996) dalam Adrian (2011) menyatakan bahwa
perusahaan yang peringkat obligasinya tinggi, menggunakan umur
obligasi yang pendek.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketujuh yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
H10 :MATURITY berpengaruh positif pada peringkat obligasi
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Sumber dan Jenis Data
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber
literatur yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh memalui jurnal, buku,
maupun skripsi. Ini digunakan untuk mempelajari teori-teori yang mendukung
dalam pembahasan penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2011, dan tercatat memiliki obligasi sampai tahun 2011. Data perusahaan
diperoleh dari Indonesian Bond Market Direktory (IBMD) 2011. IBMD
tersebut memuat data rasio keuangan dan peringkat dari perusahaan yang
menerbitkan obligasi. Pemilihan perusahaan menggunakan metode purposive
sampling dengan kriteria:
1. Perusahaan penerbit obligasi tahun 2011.
2. Perusahaan penerbit obligasi memiliki peringkat obligasi.
3. Perusahaan memiliki kelengkapan data berupa laporan keuangan
tahun 2011.
Berdasarkan kriteria tersebut maka diperoleh 83 perusahaan yang digunakan
sebagai sampel.
Tabel 3.1. Prosedur Pemilihan Sampel Perusahaan
Kriteria Jumlah
Perusahaan penerbit obligasi hingga 2011 97
Perusahaan penerbit obligasi memiliki peringkat obligasi 95
Perusahaan memiliki kelengkapan data berupa laporan keuangan tahun 2011 83
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini, variabel terikat (variabel dependen) diproksikan
oleh peringkat obligasi. Peringkat obligasi yang dimaksud adalah
peringkat obligasi yang dipublikasikan pada 2011.
32
Variabel ini dapat diketahui berdasarkan peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh PT Pefindo, yang secara umum dibagi menjadi dua
yaitu: investment grade (idAAA, idAA, idA, idBBB) dan non-
investment grade (idBB, idB, idCCC, idD).
Skala pengukuran peringkat obligasi adalah skala nominal.
Dengan mengacu pada penelitian terdahulu, pengukuran dilakukan
dengan memberi nilai pada masing-masing peringkat yang disesuaikan
dengan kategori obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
Tabel 3.2. Ukuran Ketegori Peringkat Obligasi
Ratings Level Simbol Kategori0 idD Non-Investment grade0 idCCC Non-Investment grade0 idB Non-Investment grade0 idBB Non-Investment grade1 idBBB Investment grade1 idA Investment grade1 idAA Investment grade1 idAAA Investment grade
Berdasarkan jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel,
diperoleh sebanyak 78 perusahaan dengan peringkat obligasi investment
grade dan 5 perusahaan dengan peringkat obligasi non-investment
grade.
3.2.2. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor
keuangan berupa leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan
produktivitas yang pernah dilakukan pengujian pada peneliti terdahulu
dengan disesuaikan oleh data penelitian yang digunakan yaitu laporan
keuangan. Sedangkan faktor non-keuangan yang digunakan yaitu umur
obligasi (maturity)
3.1.2.1 Leverage
Kebijakan utang, mengikuti Sari (2007), Purwaningsih (2008)
dan Linandarini (2010) yang diproksi menggunakan
33
Rasio leverage merupakan pengukuran proporsi utang dalam
membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rasio ini
digunakan untuk mengukur penggunaan utang sebagai
pembiayaan investasi perusahaan. Rasio leverage berpegaruh
negatif terhadap kinerja perusahaan, dimana semakin tinggi
rasio leverage perusahaan, semakin besar risiko kebangkrutan.
Sehingga semakin rendah tingkat leverage perusahaan semakin
baik peringkat perusahaan tersebut.
3.1.2.2 Likuiditas (X2)
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi utang jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio
likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap perusahaan,
dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin baik peringkat
perusahaan tersebut.
3.1.2.3 Solvabilitas (X3)
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban baik kewajiban jangka panjang maupun
kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Rasio ini
berpengaruh positif terhadap peringkat perusahaan, yaitu
semakin tinggi solvabilitas maka semakin baik pula
kemampuan perusahaan.
3.1.2.4 Profitabilitas (X4)
Rasio profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari seluruh
kebijakan keuangan dan keputusan operasional. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
baik dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun laba bagi modal sendiri. Profitabilitas ini
menggambarkan efektifitas perusahaan dalam beroperasi
sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini
berpengaruh positif terhadap peringkat perusahaan, dimana
semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah risiko
34
ketidakmampuan perusahaan membayar utang dan semakin
baik peringkat perusahaan.
3.1.2.5 Produktivitas (X5)
Rasio produktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan
mengalokasikan sumber-sumber penerimaan dana yang
dimiliki perusahaan. Rasio ini berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi, karena semakin tinggi produktivitas maka
semakin baik pula peringkat perusahaan.
3.1.2.6 Ukuran Perusahaan (Size) (X6)
Mengikuti Hadianto (2010), Sejati (2010), dan Susilowati
(2010), ukuran perusahaan diproksi menggunakan total
aktiva/total asset (TA) dengan skala rasio.
3.1.2.7 Umur Obligasi (Maturity)
Perusahan dengan umur obligasi yang pendek memiliki rating
yang tinggi. Dimana umur obligasi yang pendek menunjukkan
peringkat obligasi investmet grade (Susilowati, 2010). Skala
pengukuran menggunakan skala nominal karena variabel
mmaturity merupakan variabel dummy. Pengukurannya
dengan memberi skala 1 (satu) apabila obligasi memiliki umur
antara satu sampai dengan lima tahun, dan 0 (nol) apabila
obligasi memiliki umur lebih dari lima tahun.
Tabel 3.2. Daftar Pengukuran Variabel
Variabel Indikator/Proxy Skala Sumber DataVariabel Dependen:Peringkat Obligasi RATING = 1; Investment grade
RATING = 0; Non Investment grade
Nominal IBMD 2011
Variabel Independen:Leverage
a. Total Liabilities/Equity (TLE)
b. Long Term Liabilities/Total Asset (LTLTA)
Rasio Keuangan
Laporan Keuangan
Likuiditas a. Current Asset/Current Rasio Laporan
35
Liability (CACL)b. Quick Ratio = Current
Asset-Inventories/Current Liability (CAICL)
Keuangan Keuangan
Solvabilitas Cash Flow from Operations/Total Liabilities (CFOTL)
Rasio Keuangan
Laporan Keuangan
Profitabilitas a. OIS = Operating Income/Sales
b. Net Income After Tax/Total Asset (NIATTA)
Rasio Keuangan
Laporan Keuangan
Produktivitas Sales/Total Asset (STA) Rasio Keuangan
Laporan Keuangan
Ukuran Perusahaan (Size)
Size = log Total asset Rasio Keuangan
Laporan Keuangan
Maturity (umur obligasi)
M = 1; umur obligasi 1 s.d. 5 tahunM = 0; umur obligasi > 5 tahun
Nominal IBMD 2011
3.3. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistik. Metode ini
digunakan karena dalam penelitian ini menggunakan berbagai variabel
prediktor baik numerik maupun kategori, termasuk variabel dummy. Regresi
logistik tidak memerlukan asumsi normalitas, heterokedastisitas, dan
autokorelasi, dikarenakan variabel terikatnya merupakan variabel dummy (0
dan 1), sehingga residualnya tidak memerlukan ketiga pengujian tersebut.
Kelebihan metode regresi logistik adalah lebih fleksibel dibanding
teknik lain (Kuncoro, 2011), yaitu:
1. Tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel independen yang
digunakan dalam model. Artinya, variabel independen tidak harus
memiliki distribusi normal, linear, maupun memiliki varians yang sama
dalam setiap grup.
2. Variabel independen dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel
kontinu, diskrit, dan dikotomis.
3. Regresi logistik amat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon
atas variabel independen diharapkan nonlinear dengan satu atau lebih
variabel independen.
36
Adapun tahapan analisis yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Uji Kesesuaian Model
Menguji apakah variabel independen dapat berpengaruh terhadap
variabel dependen dengan menggunakan regresi logistik. Dalam teknis
analisis penelitian menggunakan regresi logistik tidak memerlukan uji
normalitas data (Ghozali, 2007 dalam Hadianto 2010). Sehingga
variabel independen tidak harus memiliki distribusi normal linier
maupun varian yang sama dalam setiap kelompok. Adapun tahapan
dalam menggunakan metode ini yaitu (Adrian, 2011):
a. Menilai kelayakan model regresi
Output dari Hosmer and Lemeshow, dengan hipotesis:
Ho : model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi square
pada bagian bawah uji Hosmer dan Lemeshow.
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Menilai keseluruhan model (Overal Model Fit)
Menilai angka -2 log likelihood pada awal (blok number = 0)
dan angka -2 log likelihood pada blok number = 1, jika terjadi
penurunan angka -2 log likelihood pada regresi logistik mirip
dengan pengertian “sum of squared error” pada model regresi,
sehingga penurunan log likelihood menunjukkan model regresi
yang baik.
c. Menilai Nagel Karke (R²)
Nagel Karke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox
dan Snell’s untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0
sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan
Snell’s R² dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagel Karke R²
dapat diinterpretasikan seperti nilai R² pada multiple regression.
37
2. Uji Hipotesis (uji χ²)
Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis digunakan analisis
regresi logit. Analisis ini dilakukan untuk menentukan pengaruh dari
masing-masing variabel bebas (variabel independen) terhadap variabel
terikat (variabel dependen) yaitu peringkat obligasi perusahaan, karena
variabel terikatnya merupakan variabel dummy atau variabel yang
memiliki dua alternatif, maka model hipotesisnya adalah sebagai
berikut:
Log (p/1p) = α + β1LEVTLE + β2LEVLTLTA + β3LIQCACL +
β4LIQCAICL + β5SOLCFOTL + β6PROFOIS +
β7PROFNIATTA + β8PRODSTA + β9SIZE +
β10MAT + e
Dimana:
Log (p/1p) = 1; investment grade dan 0; non-investment grade
α = konstanta
β1-10 = koefisien regresi 1-
LEVTLE = Total Liabilities/Equity (TLE)
LEVTLTLTA = Long Term Liabilities/Total Asset (LTLTA)
LIQCACL = Current Asset/Current Liability (CACL)
LIQCAICL = Current Asset-Inventories/Current Liability (CAICL)
SOLCFOTL = Cash Flow from Operations/Total Liabilities
(CFOTL)
PROFOIS = OIS = Operating Income/Sales
PROFNIATTA = Net Income After Tax/Total Asset (NIATTA)
PRODSTA = Sales/Total Asset (STA)
SIZE = log Total aset
MAT = 1 jika umur obligasi 1-5 tahun; 0 jika umur obligasi
> 5 tahun
38
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Nicko, 2011, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
Skripsi S1, Universitas Diponegoro.
Amrullah. 2007. Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Ukur Untuk
Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur. Skripsi S-1.
Universitas Negeri Semarang.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F., 2010, Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.
Chandra, Anthony Pratama. 2011. Aspek Hukum Penerbitan Obligasi Daerah Di
Indonesia (STUDI KASUS: Penerbitan Obligasi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta).Tesis S-2. Universitas Indonesia.
Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas
Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan
Keuangan (Studi Pada Perusahaan Publik Di BEJ). Thesis S-2. Universitas
Diponegoro
Kuncoro, Mudrajad, 2011, METODE KUANTITATIF Teori dan Aplikasi untuk
Bisnis dan Ekonomi, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Linandarini, Ermi. 2010. Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Peringkat Obligasi Perusahaan Di Indonesia. Skripsi S-1. Universitas
Diponegoro.
PEFINDO. 2012. Rating Methodology – Sektor Korporasi (non-financial). PT
PEFINDO Credit Rating
PEFINDO. 2012. Product & Service - Rating Service. PT PEFINDO Credit Rating
PEFINDO. 2012. Product & Service - Rating Definitions & Outlook. PT PEFINDO
Credit Rating
Prihatiningsih, Wahyu. 2009. Analisis Kemampuan Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Peringkat Obligasi Di Indonesia (2005-2007). Skripsi S-1.
Universitas Negeri Semarang
39
Sari, Maylia Pramono, 2007, Kemampuan rasio keuangan sebagai alat untuk
memprediksi peringkat obligasi (PT Pefindo), Jurnal Bisnis dan ekonomi
(JBE) Vol. 14, No. 2, Universitas Negeri Semarang, hal 172-182
Tendelilin, Eduardus, 2007, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE-
Yogyakarta: Yogyakarta.
http://www.idx.co.id/Home/Information/ForInvestor/Bond/tabid/169/language/id-
ID/Default.aspx (diunduh pada tanggal 6 Desember 2012)
http://jarcomsys.wordpress.com/2009/10/28/analisis-rasio-keuangan/ (diunduh pada
tanggal 8 Desember 2012)
http://shinobiapuy.blogspot.com/2012/11/berita-financial-30-pasar-
obligasi.html#.UMtgP1Kump0 (diunduh pada tanggal 15 Desember 2012)
http://www.antaranews.com/berita/331687/pefindo-tarik-peringkat-bakrie-telecom
(diunduh pada tanggal 15 Desember 2012)
40