metpen hilmi

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Formalin adalah salah satu bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan namun memiliki banyak kegunaan. Formalin banyak digunakan dalam industri mebel, konveksi, sebagai anti bacterial, dan dalam dunia kedokteran sebagai bahan pengawet mayat. Penggunaan formalin pada bahan pakaian, bahan pembersih lantai, dan campuran bahan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan sangat dibatasi. Hal ini dikarenakan formalin merupakan bahan kimia yang bersifat karsinogen (menyebabkan kanker) apabila masuk kedalam tubuh manusia. Terutama pada bahan makanan, formalin merupakan bahan kimia yang dilarang keras digunakan pada bahan makanan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan pasal 23 huruf C disebutkan bahwa bahan yang dilarang meliputi antara lain boraks, formalin, rodamin B atau metal yellow. Namun pada kenyataannya pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006 publikasi tentang penyalahgunaan bahan kimia yang berbahaya sangat gencar pada media masa di Indonesia (Tan Hoan Tjay, 2007). 1

Upload: m-hilmi-zulkifli

Post on 16-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Metpen

TRANSCRIPT

Page 1: Metpen Hilmi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Formalin adalah salah satu bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan

namun memiliki banyak kegunaan. Formalin banyak digunakan dalam industri

mebel, konveksi, sebagai anti bacterial, dan dalam dunia kedokteran sebagai

bahan pengawet mayat. Penggunaan formalin pada bahan pakaian, bahan

pembersih lantai, dan campuran bahan plastik sebagai tempat penyimpanan

makanan sangat dibatasi. Hal ini dikarenakan formalin merupakan bahan kimia

yang bersifat karsinogen (menyebabkan kanker) apabila masuk kedalam tubuh

manusia. Terutama pada bahan makanan, formalin merupakan bahan kimia yang

dilarang keras digunakan pada bahan makanan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004

tentang keamanan, mutu dan gizi pangan pasal 23 huruf C disebutkan bahwa

bahan yang dilarang meliputi antara lain boraks, formalin, rodamin B atau metal

yellow. Namun pada kenyataannya pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006

publikasi tentang penyalahgunaan bahan kimia yang berbahaya sangat gencar

pada media masa di Indonesia (Tan Hoan Tjay, 2007).

1.2 Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang ditemui dalam kasus ini adalah :

1. Apa fungsi dan kegunaan formalin?

2. Bagaimana prinsip kerja formalin pada bahan makanan?

3. Apa saja bahan yang digunakan untuk menguji formalin?

4. Teknik apa yang digunakan untuk analisis presentase formalin?

5. Apa fungsi gelombang ultrasonik?

6. Bagaimana karakteristik dari gelombang ultrasonik?

7. Sifat fisis apa saja yang bisa didapatkan dari teknik pengukuran diatas?

8. Apa saja alat yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya kandungan

formalin?

1

Page 2: Metpen Hilmi

9. Bagaimana pengaruh gelombang ultrasonik terhadap kadar formalin yang

terdapat di bahan makanan?

10. Bagaimana perbedaan ditumbuk dengan mortal dengan diradiasikan

ultrasonik pada pengaruh absorbansi sampel?

11. Bagaimana pengaruh variasi gelombang ultrasonik terhadap kadar

formalin pada sampel?

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian kali ini, masalah yang akan dikaji dibatasi hanya mencakup :

1. Bagaimana gelombang ultrasonik mampu mengurangi kadar formalin pada

sayuran?

2. Bagaimana perbedaan pengaruh gelombang ultrasonik pada persentase

formalin dalam sayuran yang berbeda?

3. Metode apa yang digunakan untuk mengidentifikasi kadar formalin dalam

sayuran?

4. Bagaimana perbedaan variasi sisi yang diradiasikan?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui hubungan tingkat penyerapan formalin sampel terhadap

persentase formalin.

2. Mengetahui fungsi dan peranan gelombang ultrasonik pada sampel

berformalin.

3. Menentukan perbedaan persentase formalin pada berbagai sampel yang

diradiasikan gelombang ultrasonik.

4. Menentukan frekuensi gelombang ultrasonik yang dapat mengurangi

persentase formalin pada sampel.

2

Page 3: Metpen Hilmi

1.5 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode studi literatur, sehingga

data yang diperoleh adalah dari literatur seperti internet, jurnal ilmiah atau dengan

saduran dari buku. Penelitian ini dilakukan dengan memotong sampel bulat-bulat

dengan diameter 1 cm, kemudian direndam dalam formalin 37% selama 10 menit,

setelah itu dikeringkan. Terdapat 2 jenis percobaan, yaitu dengan ultrasonik dan

tanpa ultrasonik. Keduanya ditumbuk dengan mortal, kemudian ditambahkan

aquades dan disaring, kemudian absorbansinya diukur dengan spektrometer.

Absorbansi sampel yang dengan dan tanpa ultrasonik diplotkan terhadap grafik

kalibrasi sehingga dapat diketahui persentase formalin yang terkandung dalam

sampel.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan jurusan fisika pada 3 Maret 2014

dengan memanfaatkan fasilitas buku, jurnal ilmiah, dan jaringan internet.

1.7 Sistematika Penulisan

COVER

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Batasan Masalah

1.4 Tujuan Penelitian

1.5 Metode Penelitian

1.6 Waktu dan Tempat Penelitian

1.7 Sistematika Penulisan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Formalin

2.2 Gelombang Ultrasonik

2.3 Spektrometer UV-VIS

3

Page 4: Metpen Hilmi

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian

3.3 Prosedur Percobaan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Grafik Kalibrasi

4.2 Variasi satu sisi yang diradiasi

4.3 Variasi dua sisi yang diradiasi

4.4 Persentase formalin pada sampel yang diradiasi ultrasonik

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: Metpen Hilmi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Formalin

Formaldehyde dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,

sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet

dan sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk

mengawetkan bangkai (Moffat, 1986). Formalin pada bahan makanan akan

mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan hingga terus meresap ke

bagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia selain itu

protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan

senyawa asam (Shields and Carlson, 1996).

Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan asam kromatropat yang

akan menghasilkan warna ungu setelah pemanasan, sedangkan untuk analisis

kuantitatif dilakukan dengan metode spektrometri menggunakan pereaksi Nash

(Dolaria dkk, 2007).

2.2 Gelombang Ultrasonik

Gelombang bunyi atau yang dikenal sebagai gelombang akustik adalah

gelombang mekanik yang dapat merambat dalam medium zat padat, cair, dan gas

(Sutrisno, 1988). Gelombang bunyi menurut besar frekuensinya dibedakan

menjadi tiga. Infrasonik untuk bunyi dengan frekuensi dibawah 20 Hz.

Audiosonik untuk bunyi dengan frekuensi antara 20 Hz hingga 20 kHz. (Resnick

dan Halliday, 1978). Gelombang ultrasonik banyak diterapkan dalam bidang

teknologi pangan dan mikrobiologi. Salah satu contohnya adalah untuk

mempercepat proses ekstraksi. Yakni pada ekstraksi biji kedelai (Kim, 1989).

Dalam proses ekstraksi senyawa organik yang terkandung dalam tubuh tanaman

dan biji-bijian dengan menggunakan pelarut dapat ditingkatkan secara signifikan.

Gelombang ultrasonik juga dapat membantu untuk meningkatkan efek pengobatan

enzim, dan dengan ini mengurangi jumlah enzim yang dibutuhkan atau

meningkatkan hasil ekstraksi senyawa (Kim, 1989).

5

Page 6: Metpen Hilmi

2.3. Spektrometer UV-VIS

Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorbsi oleh molekul organik.

Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit

yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif

(Satiadarman, 2004). Salah satu alat yang dapat digunakan dalam pengukuran

kadar formalin secara kuantitas adalah spektrometer. Adapun spektrometer yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah UV-VIS Spektrometer yang

diproduksi oleh Ocean Optics (www.oceanoptics.com). Teknik yang biasa

digunakan untuk analisis secara spektrometri, yaitu metode kurva kalibrasi. Dalam

metode ini dibuat suatu baku seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi

selanjutnya absorbansi masing-masing larutan tersebut diukur dengan

spektrometer. Kemudian dibuat grafik antar konsentrasi dengan absorbansi yang

merupakan garis lurus melewati suatu titik.

2.3.1 Sampel atau bahan uji

Bahan uji dalam penelitian ini adalah sawi jenis Brassica juncea atau yang

lebih dikenal sawi pakcoy dan bayam (Amarantus Spec div). Sawi hijau (Brassis

juncea) merupakan tanaman semusim, berbatang pendek hingga hampir tidak

terlihat. Daun sawi berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat

daun utama lebar dan berwarna putih (Sunarjono, 2004). Tanaman bayam

merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang dapat diperoleh di setiap

pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan. Ciri-ciri jenis bayam yang

enak untuk dimakan adalah daunnya besar, bulat, dan empuk. Selain itu daunnya

yang segar mempunyai nilai komersial yang tinggi (Bandini Y, 2001). Salah satu

sifat sayuran adalah cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan

lepas panen (Margono, 1993).

6

Page 7: Metpen Hilmi

7

Page 8: Metpen Hilmi

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi literatur,

yaitu dengan menggunakan data sekunder yang disadur dari jurnal ilmiah, buku

dan/atau dari internet.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan jurusan fisika pada 3 Maret 2014

dengan memanfaatkan fasilitas buku dan jaringan internet.

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan meluputi dua kategori yaitu :

3.2.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Peneliti

Alat dan bahan yang digunakan mencakup buku, jurnal ilmiah serta

perangkat laptop/komputer dan jaringan internet untuk berbagai hal yang

berkaitan dengan penelitian ini.

3.2.2 Alat dan Bahan Percobaan

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu gelas

beker, gelas ukur, pipet, spatula, alat mortal (penumbuk), tissue, plastic

klip ukuran 4 x 3 cm2, kertas saring dan rangkaian pembangkit ultrasonik.

Untuk mengidentifikasi adanya kandungan formalin pada sampel

digunakan spectrometer UV-VIS dengan tipe HR-400 yang diproduksi

oleh Ocean Optics. Bahan utama yang digunakan adalah sawi daging, sawi

kecil, dan bayam.

8

Page 9: Metpen Hilmi

3.3 Prosedur Percobaan

Larutan formalin 37% yang telah diberi pereaksi Nash dan aquades

digunakan sebagai bahan pelarut dan pencuci. Untuk pembuatan langkah grafik

kalibrasi formalin diperlukan larutan formalin dengan persentase 37%, 18,5%,

9,25%, 4,6%, 2,31% dan 1,16%.

Larutan tersebut diukur absorbansinya dengan spektrometer. Hasil

pengukuran dengan spektrometer diplotkan menjadi grafik kalibrasi antara

absorbansi dengan persentase formalin. Penelitian ini menggunakan variasi

frekuensi ultrasonik, variasi jenis sayuran sebagai sampel, variasi sisi sampel yang

diradiasi. Setiap variasi dilakukan 6 kali pengambilan data. Gambar 1 merupakan

cara pengambilan data dari penelitian ini.

9

Page 10: Metpen Hilmi

Gambar 1. Skema Kerja.

10

Sampel

Sawi hijau, sawi pakcoy dan bayam

Dipotong bulat-bulat dengan diameter 1 cm.

Direndam dalam formalin 37% selama 10 menit.

Dikeringkan dengan tissue

Ditumbuk dengan mortal

Diradiasikan ultrasonik

dengan frekuensi 20 kHz, 30 kHz, dan 40 kHz.

Ditumbuk dengan mortal

Ditambah aquades dan

disaring

Absorbansi sampel diukur dengan

spektrometer

Ditambah aquades dan

disaring

Absorbansi sampel diukur dengan

spektrometer

Absorbansi sampel tanpa ultrasonik dan dengan radiasi ultrasonik diplotkan terhadap grafik

kalibrasi sehingga dapat diketahui persentase formalin yang terdapat pada sampel.

Page 11: Metpen Hilmi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Grafik Kalibrasi

Hubungan absorbansi dan persentase larutan formalin pada grafik kalibrasi

menghasilkan perbandingan yang lurus. Ini berarti semakin kecil persentase

larutan formalin yang diuji maka semakin kecil pula absorbansinya. Hal ini sesuai

dengan bentuk fisik dari larutan formalin yang telah diencerkan bahwa semakin

kecil persentasenya maka semakin pudar warnanya. Gambar 2 adalah grafik

kalibrasi yang didapatkan pada penelitian ini.

Gambar 2. Grafik kalibrasi.

Dengan grafik ini dapat diperoleh persentase yang terkandung dalam

sampel yaitu melalui absorbansinya. Absorbansi sampel berformalin sebelum

diplotkan pada grafik kalibrasi terlebih dahulu dikurangi oleh absorbansi blank

cuvette, aquades, dan sampel non formalin. Hal ini dilakukan pula pada sampel

berformalin yang diradiasi ultrasonik.

11

Page 12: Metpen Hilmi

4.2 Variasi Satu Sisi yang Diradiasi

Sampel yang telah direndam dalam formalin 37% dan dikeringkan dengan

tisu akan diradiasi dengan ultrasonik pada jarak 1 cm dari transmitter selama

sepuluh menit. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah adanya perubahan

absorbansi dari sampel yang diradiasi dengan frekuensi yang berbeda.

Gambar 3. Hasil percobaan satu sisi yang diradiasi.

Gambar 3 menunjukkan adanya penurunan absorbansi berbanding lurus

pada besar frekuensi yang digunakan. Absorbansi paling kecil terdapat pada

sampel yang telah diradiasikan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 40 kHz.

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, dapat diambil kesimpulan bahwa

gelombang ultrasonik mempengaruhi persentase formalin yang terdapat pada

sampel. Perubahan absorbansi yang menurun terjadi pada setiap jenis sayuran

yang digunakan sebagai sampel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ultrasonik

berpengaruh pada absorbansi ketiga jenis sampel yang berbeda.

4.3 Variasi Dua Sisi yang Diradiasi

Dengan mengasumsikan bahwa bagian sisi yang tidak diradiasikan akan

mengandung formalin yang lebih banyak daripada sisi yang diradiasi, maka

dilakukan percobaan dengan meradiasi kedua sisi sampel. Masing-masing sisi

diradiasi selama sepuluh menit. Pada percobaan dua sisi yang diradiasikan

digunakan pula variasi frekuensi dan variasi sampel. Hasil yang didapatkan pada

percobaan ini adalah terdapat penurunan absorbansi yang lebih besar daripada

percobaan satu sisi yang diradiasi. Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa

12

Page 13: Metpen Hilmi

meradiasikan kedua sisi sampel dengan ultrasonik lebih efektif untuk mengurangi

absorbansi sampel berformalin.

Gambar 4. Hasil percobaan dua sisi yang diradiasikan.

Gambar 4 adalah hasil percobaan dua sisi yang diekstraksi. Pada

percobaan dua sisi yang diradiasi dapat diketahui absorbansi paling kecil terdapat

sampel yang telah diradiasi ultrasonik dengan frekuensi 40 kHz. Sehingga dapat

disimpulkan dari penelitian ini bahwa pengaruh besar frekuensi ultrasonik yang

digunakan berbanding lurus dengan penurunan absorbansi.

4.4 Persentase Formalin Pada Sampel yang Diradiasi Ultrasonik

Setelah mengetahui hasil pengukuran absorbansi sampel yang tanpa

diradiasi dan yang telah diradiasi ultrasonik, maka langkah selanjutnya adalah

mengeplotkan absorbansi pada grafik kalibrasi. Dengan mengeplotkan absorbansi

yang telah didapatkan dari pengukuran maka akan dapat diketahui persentase

formalin yang terkandung.

Gambar 5. Hasil perhitungan absorbansi satu sisi yang diradiasi ultrasonik yang diplotkan

pada grafik kalibrasi.

13

Page 14: Metpen Hilmi

Hasil persentase formalin yang terkandung dapat dilihat pada Gambar 5.

Hasil yang paling tinggi adalah persentase formalin yang terdapat pada sampel

berformalin tanpa diradiasi ultrasonik. Secara berurutan setelah absorbansi sampel

berformalin tanpa ultrasonik, disebelahnya adalah sampel berformalin dengan

diradiasi ultrasonik dengan frekuensi 20, 30, dan 40 kHz. Dari Gambar 5 dapat

diketahui terjadi perbedaan persentase formalin pada sampel-sampel berformalin

tanpa ultrasonik dan dengan diradiasi ultrasonik. Sampel yang diradiasi ultrasonik

mengalami penurunan persentase formalin. Penurunan yang paling besar terjadi

pada sampel yang diradiasi ultrasonik dengan frekuensi 40 kHz.

Pada percobaan dua sisi yang diradiasi didapatkan hasil persentase

formalin seperti pada Gambar 6. Pada Gambar 6 terlihat penurunan persentase

formalin yang lebih besar daripada yang terdapat pada Gambar 5.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa meradiasi kedua sisi sampel lebih efektif

untuk menurunkan persentase formalin yang terkandung dalam sampel.

Gambar 6. Hasil perhitungan absorbansi dua sisi yang diradiasi ultrasonik yang diplotkan

pada grafik kalibrasi.

14

Page 15: Metpen Hilmi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Hubungan absorbansi formalin berbanding lurus dengan persentase

formalin.

2. Gelombang ultrasonik dapat mengurangi kadar formalin pada sayuran.

3. Percobaan dua sisi yang diradiasikan gelombang ultrasonik lebih efektif

dalam mengurangi kadar formalin pada sayuran.

4. Frekuensi ultrasonik yang dapat menurunkan persentase formalin paling

besar berdasarkan penelitian ini adalah 40 kHz.

5.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan sampel lain dan

gelombang lain. Untuk hasil yang lebih baik, dapat divariasikan intensitas

gelombangnya dengan larutan formalin yang lebih banyak agar dapat

memenuhi standar kesehatan yang lebih baik. Untuk itu bisa digunakan

spektrometri dengan rentang frekuensi yang lain untuk hasil yang maksimal.

15