apa itu tipologi
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
1/13
Definisi Tipologi dan Morfologi Bangunan
dalam Arsitektur
Definisi Tipologi bangunan :
Tipologi berasal dari dua suku kata yaitu Tipo yang berarti pengelompokan
dan Logos yang mempunyai arti ilmu atau bidang keilmuan. Jadi Tipologi adalah ilmu
yang mempelajari pengelompokan suatu benda dan makhluk secara umum. Berikut
ini adalah beberapa pengertian Tipologi :
o Tipologi (dalam Arsitektur dan Perancangan Kota)
Adalah klasifikasi taksonomi ( fisik ) karakteristik umum yang ditemukan
pada bangunan dan tempat-tempat diperkotaan.
Tipologi adalah klasifikasi (biasanya berupa klasikasi fisik suatu bangunan)
karakteristik umum ditemukan pada bangunan dan tempat-tempat
perkotaan, menurut hubungan mereka dengan kategori yang berbeda,
seperti intensitas pembangunan (dari alam atau pedesaan ke perkotaan)
derajat, formalitas, dan sekolah pemikiran (misalnya, modernis atau
tradisional). Karakteristik individu tersebut membentuk suatupola. Kemudian pola tersebut berhubungan dengan elemen-elemen secara
hirarkis di skala fisik (dari detail kecil untuk sistem yang besar).
o Tipologi secara Harfiah
Tipologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang tipe.
Tipologi arsitektur atau dalam hal ini tipologi bangunan erat kaitannya
dengan suatu penelusuran elemen-elemen pembentuk suatu sistem objek
bangunan atau arsitektural. Elemen-elemen tersebut merupakan organisme
arsitektural terkecil yang berkaitan untuk mengidentifikasi tipologi dan untuk
membentuk suatu sistem, elemen-elemen tersebut mengalami suatu proyek
komposisi, baik penggabungan, pengurangan, stilirisasi bentuk dan
sebagainya.
o Tipologi / Theologi ( Agama)
Adalah pengelompokan pada kitabkitab suci.
o Tipologi ( Biologi )
Adalah pengelompok / pembagian tipetipe atau jenisjenis makhluk hidupsecara fisik.
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
2/13
o Menurut Budi A. sukada
Adalah sebuah pengklasifikasian sebuah tipe berdasarkan atas penelusuran
terhadap asal usul terbentuknya objek objek terhadap arsitektural yang
terdiri dari 3 tahap.proses penelusuran terhadap asal usul objek arsitektur.
o Menurut KBBI
Adalah ilmu watak tentang bagian manusia dalam golongan golongan
menurut sifat masingmasing.
o Manfredo Tafuri
Mengharmonisasikan pendekatan autonomos terhadap potensi figural
terhadap tipe bangunan dengan daya tarik dalam kesesuaian antara bagian
dan keseluruhan.
Tipologi Arsitektur
Tipologi arsitektur adalah kegiatan yang berhubungan dengan klasifikasi atau
pengelompokan karya arsitektural dengan kesamaan ciri-ciri atau totalitas kekhususan yang
diciptakan oleh suatu masyarakat atau kelas sosial yang terikat dengan ke-permanen-an dari
karakteristik yang tetap atau konstan. Kesamaan ciri-ciri tersebut antara lain kesamaan
bentuk dasar,sifat dasar objek kesamaan fungsi objek kesamaan asal-usul sejarah/ tema
tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat oleh ke-permanen-an dari karakteristik
yang tetap/ konstan.
Tipologi Bangunan
Pengertian Tipologi Bangunan menurut Anthony Vidler Tipologi bangunan adalah
sebuah studi/ penyelidikan tentang penggabungan elemen-elemen yang memungkinkan
untuk mencapai/ mendapatkan klasifikasi organisme arsitektur melalui tipe-tipe. Klasifikasi
mengindikasikan suatu perbuatan meringkas/ mengikhtiarkan, yaitu mengatur penanaman
yang berbeda, yang masing-masing dapat diidentifikasikan, dan menyusun dalam kelas-kelas
untuk mengidentifikasikan data umumnya dan memungkinkan membuat perbandingan-
perbandingan pada kasus-kasus khusus. Klasifikasi tidak memperhatikan suatu tema pada
suatu saat tertentu (rumah, kuil, dsb.) melainkan berurusan dengan contoh-contoh konkrit
dari suatu tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat oleh kepermanenan
dari karakteristik yang tetap/ konstan.
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
3/13
Analisa Tipologi
Tipologi dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam mendefinisikan atau
mengklasifikasikan objek arsitektural. Tipologi dapat mengidentifikasi perubahan-perubahan
yang terjadi pada suatu objek dan analisa perubahan tersebut menyangkut bentuk dasar
objek atau elemen dasar, sifat dasar, fungsi objek serta proses transformasi bentuknya.
Menurut Rafael Moneo, analisa tipologi dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Menganalisa tipologi dengan cara menggali dari sejarah untuk mengetahui ide awal
dari suatu komposisi; atau dengan kata lain mengetahui asal-usul atau kejadian
suatu objek arsitektural.
b. Menganalisa tipologi dengan cara mengetahui fungsi suatu objek.
c. Menganalisa tipologi dengan cara mencari bentuk sederhana suatu bangunan
melalui pencarian bangun dasar serta sifat dasarnya.
1. Secara harfiah,
Tipologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang tipe.
2. Raphael Moneo
Secara sederhana tipologi dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang
memerikan (describe) sebuah kelompok objek atas dasar kesamaan sifat-sifat dasar.
Bahkan bisa juga dikatakan bahwa tipologi berarti tindakan berpikir dalam rangka
pengelompokan.
3. Eccle des Beaux Arts
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
4/13
Definisi tipologi dapat dibedakan atas tiga kutub utama, tergantung dari kriteria
klasifikasi yang digunakan, maksud/ tujuan dari pembuat teori arsitektur, dan derajat
permeabilitas dari sistem klasifikasi itu sendiri.
a) Definisi pertama, yang digunakan oleh ahli teori arsitektur dan arsitek Itali dan
Perancis selama 2 dasawarsa terakhir, memperlakukan tipologi sebagai suatutotalitas kekhususan yang menggambarkan saat diciptakaannya karya
arsitektur oleh suatu masyarakat atau oleh suatu kelas sosial.
b) Definisi kedua,didasarkan pada karakteristik spasial dan formal dari tipe itu
sendiri. Tipe-tipe spasial seperti kuil dengan denah berbangun lingkaran
dapat ditemukan pada periode sejarah-sejarah yang berbeda dan pada
masyarakat yang berbeda pula.
c) Definisi ketigadari tipologi didasarkan pada pengklasifikasian bangunan
menurut penggunaan dan berdasar karakteristik kelembagaannya. Kualitas-kialitas semacam itu konsisten dalam masyarakat yang berbeda dan
berlangsung terus-menerus sepanjang sejarah, seperti gereja, sekolah,
pemandian, rumah sakit dan sebagainya.
4. Gianugo Polesello
Tipologi arsitektur dibangun dalam bentuk-bentuk arsip dari given types, yaitu
bentuk-bentuk arsitektural yang disederhanakan menjadi bangun-bangun asal
elementernya yang geometrik. Aturannya ialah bahwa given types ini berasal dari
sejarah, tetapi juga merupakan hasil penemuan. Tetapi jenis-jenis ini selalumerupakan given types yaitu elemen-elemen yang merupakan bagian dari suatu
sistem (yaitu proyek komposisi), namun juga sekaligus berdiri sendiri dalam sistem
tersebut.
5. Anthony Vidler
Tipologi bangunan adalah sebuah studi/ penyelidikan tentang penggabungan
elemen-elemen yang memungkinkan untuk mencapai/ mendapatkan klasifikasi
organisme arsitektur melalui tipe-tipe. Klasifikasi mengindikasikan suatu perbuatan
meringkas/ mengikhtiarkan, yaitu mengatur penanaman yang berbeda, yang masing-
masing dapat diidentifikasikan, dan menyusun dalam kelas-kelas untuk
mengidentifikasikan data umumnya dan memungkinkan membuat perbandingan-
perbandingan pada kasus-kasus khusus. Klasifikasi tidak memperhatikan suatu tema
pada suatu saat tertentu (rumah, kuil, dsb.) melainkan berurusan dengan contoh-
contoh konkrit dari suatu tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat
oleh ke-permanen-an dari karakteristik yang tetap/ konstan (misalnya rumah
bergaya Gothik, jalan pada masa abad ke-19, kebun anggur bergaya Roman, dsb).
Hal itu menjadi instrumen pemberi tanda dari gejala atau fenomena, yang
membandingkan istilah-istilah yang berbeda dalam hubungannya dengan bentuk-
bentuk kota.
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
5/13
6. Carlo Aymonio
Tipologi suatu bangunan adalah ilmu yang mempelajari kemungkinan penggabungan
elemen-elemen dengan tipe-tipe yang tujuannya untuk mendapatkan suatu
klasifikasi organisme-organisme arsitektural. Jadi tipe di sini digunakan sebagi alat
untuk menggabungkan elemen-elemen sehingga didapatkan klasifikasi.
Suatu studi tentang elemen organisasional dan struktural yang artifisial (dalam arti
bukan hanya bangunan tapi juga dinding, jalan, taman, dll. komponen-komponen
kota) dalam hubungannya dengan bentuk kota dalam suatu kurun sejarah yang
spesifik. Definisi ini didasarkan pada kenyataan bahwa klasifikasi sebagai tujuan dari
tipologi tidak hanya mengelompokkan bangunan-bangunan melainkan sudah lebih
luas yang mencakup komponen-komponen suatu kota seperti jalan, taman, dan
sebagainya.
Pada dasarnya tipologi menurut tujuan klasifikasinya dapat dibedakan atas duapengertian (lepas dari tujuan nilai-nilai estetika).
Pertama, Tipologi bebas, bertujuan klasifikasi dengan tipe-tipe formal, yang
menyediakan suatu metode untuk analisis dan perbandingan untuk fenomena-
fenomena seni.
Kedua, Tipologi terapan yang bertujuan klasifikasi dengan tipe-tipe fungsional yang
memberikan metode analisis dari fenomena-fenomena yang membentuk suatu
keseluruhan.
7. Budi A. Sukada
Tipologi adalah penelusuran asal-usul terbentuknya objek-objek arsitektural yang
terdiri dari tiga tahap, yaitu: Pertama, menentukan bentuk dasar (formal structures)
yang ada di tiap objek arsitektural. Yang dimaksudkan bentuk dasar ialah unsur-
unsur geometrik utama, seperti segitiga, segi empat, lingkaran, dan elips, berikut
segala variasi masing-masing unsur tersebut. Kedua, menentukan sifat dasar
(properties) yang dimiliki oleh setiap objek arsitektural berdasarkan bentuk
dasarnya, misalnya: bujur sangkar bersifat statis, lingkaran bersifat memusat dsb.
Ketiga, mempelajari proses perkembangan bentuk dasar sampai perwujudannya saat
itu.
Tipologi sebagai Metoda
Sebagai suatu metoda, tipologi digunakan sebagai alat analisis objek. Dengan tipologi, suatu
objek arsitektural dianalisa perubah-perubahnya, yaitu yang menyangkut bangun dasar,
sifat dasar, serta proses perkembangan bangun dasar tersebut sampai ke bentuk yang
sekarang serta fungsi dari objek tersebut. Dari hasil analisa tipologi tersebut, kita dapat
menentukan tipe dari objek dan menempatkannya secara benar dalam klasifikasi tipe yang
sudah ada.
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
6/13
Sebagai suatu metode, tipologi juga dapat digunakan untuk menerangkan perubah-perubah
dari suatu tipe, di mana suatu tipe memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya
dengan tipe-tipe yang lain. Maksudnya adalah tipologi dapat membantu menerangkan suatu
tipe berdasar ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh setiap objek arsitektural.
Menurut Rafael Moneo, analisa tipologi dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Menganalisa tipologi dengan cara menggali dari sejarah untuk mengetahui
ide awal dari suatu komposisi; atau dengan kata lain mengetahui asal-usul atau
kejadian suatu objek arsitektural.
2. Menganalisa tipologi dengan cara mengetahui fungsi suatu objek.
3. Menganalisa tipologi dengan cara mencari bentuk sederhana suatu bangunan
melalui pencarian bangun dasar serta sifat dasarnya.
Menurut Carlo Aymonito
Tipologi bangunan seharusnya didefinisikan lagi dalam batasan-batasan dari suatu
penelitian yang dilakukan manakala ada kesempatan. Tipologi bangunan merupakan salah
satu alat yang diperlukan untuk melakukan studi terhadap fenomena kota. Tipologi bebas/
tipologi formal menyediakan dirinya untuk dipakai sebagai suatu analisis kritis dan
perbandingan terhadap fenomena-fenomena seni. Dalam hal ini klasifikasi yang ada disusun
berdasarkan kuantitas khas yang formal dan tertentu.
Sebagai metode, tipologi menganalisa suatu objek arsitektural (dalam hal ini bangunan) dan
mencoba mencari karakter-karakter khas yang ada, yang akhirnya akan menjadi dasar
klasifikasi objek tersebut. Dengan kata lain, karakter khas ini menjadi alat identifikasi objek-objek arsitektural tersebut.
Contoh:
Jika kita meneliti gereja-gereja St. Peter di Roma (Bramate, 1503) dan Pallazo
Farnesse di Caprarola (Giacomo da Vignola, 1547), maka kita akan memiliki ciri khas
dalam hal ciri organisasi ruangnya yang memusat. Secara tipologi kita akan
mengatakan bahwa ciri organisasi yang memusat ini akan menjadi alat identifikasi
yang menunjukkan kesamaan tipe dari kedua objek tersebut. Dengan kata lain, 2
objek tersebut dapat digolongkan dalam satu kelas yang sama dalam hal klasifikasi.Tujuan dari klasifikasi ini bukan evaluasi artistik maupun definisi historik.
Adapun tipologi terapan menyediakan metode analisis dari fenomena-fenomena yang
membentuk suatu keseluruhan. Dalam hal ini klasifikasi disusun berdasarkan kuantitas khas
dari struktural, tidak formal seperti tipologi bebas. Dalam kasus ini, tetapan dari fenomena
juga merupakan hasil dari suatu perbandingan kasus-kasus yang konkrit dan itu
dipergunakan sebagai alat untuk menciptakan hubungan di antara keberadaan yang
berbeda-beda.
Dalam tipologi terapan, definisi historik pun ikut berperan serta. Tipologi terapanmemungkinkan kita untuk menciptakan suatu hubungan dengan bentuk kota pada
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
7/13
umumnya sebagai suatu istilah dialektika. Hubungan antara tipe bangunan dan bentuk kota
secara faktual dan prinsipil tidaklah tetap. Jika pada tipologi bebas karakter-karakter itu
dihubungkan dengan waktu dan bentuk kota serta perkembangannya.
Contoh:
Gereja St. Peter Pallazo Farnesse di Caprarola dan beberapa bangunan yang
dibangun pada abad pertengahan memiliki karakter yang sama dalam hal organisasi
terpusat. Dengan kenyataan ini secara umum kita bisa menyimpulkan bahwa pada
zaman Renaisans berkembang suatu langgam arsitektur dengan karakter seperti di
atas. Seperti diuraikan di atas hal ini tidak mutlak sebab pada masa-masa berikutnya
bisa saja tipe/ langgam seperti ini hadir kembali.
Sebagai metode analisis, khususnya dalam hal menganalisa asal-usul dan perkembangan
bentuk dasar, tipologi sering berkaitan dengan morfologi yaitu ilmu yang mempelajari
perubahan bentuk. Sebagai sebuah metoda, tipologi berguna sebagai alat untuk melacakbentuk-bentuk objek arsitektural sampai didapatkan akar bentukan tadi. Akar bentukan
menyangkut struktur bangun (formal structures) dan sifat-sifat dasar (properties).
TIPOLOGI ARSITEKTUR BANGUNAN
Tipologi adalah suatu studi yang berkaitan dengan tipe dari beberapa objek yang
memiliki jenis yang sama.Tipologi merupakan sebuah bidang studi yang mengklasifikasikan,mengkelaskan, mengelompokkan objek dengan ciri khas struktur formal yang sama dan
kesamaan sifat dasar ke dalam tipe-tipe tertentu dengan cara memilah bentuk keragaman
dan kesamaan jenis. Aspek klasifikasi dalam pengenalan tipologi mengarah pada usaha
untuk mengklasifikasikan, mengkelaskan, mengelompokkan objek berdasarkan aspek-
aspek/kaidah-kaidah tertentu. Aspek-aspek yang dapat diklasifikasikan dapat berupa fungsi,
bentuk, maupun gaya. Tipologi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berkaitan dengan tipe. Arti kata tipe sendiri berasal dari bahasa Yunani typosyang berarti
the root of, atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai akar dari(Loekito, 1994).
Moneo (1976)dalam Loekito (1994), secara konsepsional mendefinisikan tipologi sebagai
sebuah konsep yang mendeskripsikan sebuah kelompok obyek atas dasar kesamaan
karakter bentuk-bentuk dasarnya.
Amiuza (2006) dalam kajiannya mengatakan, tipologi merupakan suatu konsep
mendeskripsikan kelompok objek berdasarkan atas kesamaan sifat-sifat dasar yang
berusaha memilah atau mengklasifikasikan bentuk keragaman dan kesamaan jenis. Dalam
hal ini, tipologi merupakan hasil elaborasi karakteristik arsitektur, yang tersusun dari
berbagai unsur kultural lokal dan luar yang spesifik dalam suatu struktur klasifikasi, baik
secara klasifikasi fungsi, geometrik, maupun langgam/gaya.
Secara umum, tipologi berlandaskan pada kemungkinan mengelompokkan beberapa
objek, karena memiliki kesamaan dalam sifat-sifat dasarnya. Tipologi juga dapat diartikan
sebagai sebuah tindakan berpikir dalam rangka pengelompokan (Loekito 1994). Pada awal
mulanya, tipologi sering disalah artikan sebagai sebuh cara melakukan klasifikasi atas dasar
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
8/13
kriteria model. Kata tipe menggambarkan sesuatu yang bersifat spesifik, dan tidak dapat
diulang, sedangkan kata model berarti sesuatu yang ada atau hadir karena akan diulang
(Loekito 1994).
Tipologi adalah studi tetang tipe. Tipe adalah kelompok dari objek yang dicirikan oleh
struktur formal yang sama, sehingga tipologi dikatakan sebagai studi tentang
pengelompokkan objek sebagai model melalui kesamaan struktur. Struktur formal yang
dimaksud disini tidak hanya berupa istilah yang berkaitan dengan geometrik fisik semata,
tetapi berkaitan dengan apa yang disebut sebagai deeper geometry, yaitu geometri yang
tidak hanya sebatas pada perbandingan geometri matematis, akan tetapi berkaitan dengan
realita mulai dari aktivitas sosial sampai dengan konstruksi bangunan. Struktur formal juga
diartikan sebagai kaitan atau inter-relasi antar elemen (Sugini dalamAplikawati 2006).
Tjahjono (1992) mengatakan bahwa studi tipologi dalam dunia arsitektur berarti studi
dalam usaha pemilahan, klasifikasi, hingga dapat terungkap keragaman dan kesamaan
dalam produk arsitektur yang satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya, tipologi merupakan
konsep yang mendeskripsikan kelompok objek atas dasar kesamaan sifat-sifat dasar.
Menurut Sukadadalam Sulistijowati (1991), ada tiga tahapan yang harus ditempuh untukmenentukan suatu tipologi, yaitu sebagai berikut: 1. Menentukan bentuk-bentuk dasar yang
ada dalam setiap objek arsitektural; 2. Menentukan sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap
objek arsitektural berdasarkan bentuk dasar yang ada dan melekat pada objek arsitektural
tersebut; dan 3.Mempelajari proses perkembangan bentuk dasar tersebut sampai pada
perwujudannya saat ini.
Habraken (1988) dalamRusdi (1993) mengidentifikasikan tipologi arsitektur dalam
sebuah parameter pola analisis yang berkaitan dengan Tipologi Galgeon, yang bertolak dari
dasar perancangan arsitektur yang dipelopori oleh Vitruvius, parameter tersebut adalah: 1.
Sistem Spasial, sistem ini berhubungan dengan pola ruang, orientasi, dan hierarkinya; 2.
Sistem Fisik, sistem fisik dan kualitas figural berhubungan dengan wujud, pembatas ruang,dan karakter bahannya; dan 3. Sistem Stilistik, berhubungan dengan elemen atap, kolom,
bukaan, dan ragam hias bangunan.
Tiga alasan pentingnya tipologi dalam arsitektur, yaitu antara lain (Aplikawati
2006:13): 1. Membantu proses analisis terhadap objek arsitektur yang sudah ada (dalam hal
ini berfungsi sebagai penggambaran objek); 2. Berfungsi sebagai media komunikasi, dalam
hal ini terkait dengan transfer pengetahuan; dan 3. Membantu kepentingan proses
mendesain (membantu menciptakan produk baru). Tipologi arsitektur dibangun dalam
bentuk arsip dari given tipes, yaitu bentuk arsitektural yang disederhanakan menjadi
bentuk geometrik. Given tipes dapat berasal dari sejarah, tetapi dapat juga bersal dari
hasil penemuan yang baru (Palasello dalamSulistijowati 1991:13). Menurut Sulistijowati(1991:12), pengenalan tipologi akan mengarah pada upaya untuk mengkelaskan,
mengelompokkan atau mengklasifikasikan berdasar aspek atau kaidah tertentu. Aspek
tersebut antara lain: 1. Fungsi (meliputi penggunaan ruang, struktural, simbolis, dan lain-
lain); 2. Geometrik (meliputi bentuk, prinsip tatanan, dan lain-lain); dan 3. Langgam
(meliputi periode, lokasi atau geografi, politik atau kekuasaan, etnik dan budaya, dan lain-
lain).
TINJAUAN KEBUDAYAAN
Menurut Tutuko (2003), terdapat tiga ciri utama yang harus diperhatikan dalam
memahami struktur ruang lingkup sosial kota kolonial, yaitu budaya, teknologi, dan strukturkekuasaan kolonial. Arsitektur rumah tinggal merupakan hasil dari kebudayaan. Hidayatun
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
9/13
(2004) menjelaskan bahwa, agama, sosial-budaya, ekonomi, dan politik, serta lingkungan
dan iklim memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap bentuk-bentuk arsitektur yang
terjadi pada masa dan tempat tertentu. Kemudian Kartono (2004) menambahkan bahwa
sistem budaya, sistem sosial, dan sistem teknologi dapat mempengaruhi wujud arsitektur.
Kebudayaan selalu senafas dengan jamannya. Ekspresi budaya berupa ilmu
pengetahuan dan seni akan ditentukan olehpatronutama, yaitu penguasa (Widagdo
2005). Kebudayaan akan mempengaruhi segala sistem kehidupan. Rapoport (1963),
menegaskan pendapatnya bahwa kebudayaan akan mempengaruhi artefak, namun artefak
tidak akan dapat mempengaruhi kebudayaan itu sendiri. Proses akulturasi akan timbul
apabila kebudayaan bertemu dengan kebudayaan lainnya, sehingga kebudayaan lain itu
lambat laun akan diterima dan diolah, tanpa menghilangkan ataupun mengalahkan dari
salah satunya (Koentjaraningrat 1996 dalamRukmi et al.2003). Widagdo (2005)
mengatakan, kebudayaan adalah sistem dan nilai-nilai sosial, politik, ekonomi, yang
dipengaruhi oleh religi, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Pendapat lain diutarakan oleh
Mangunwijaya (1992), bahwa kebudayaan berkaitan erat dengan pemikiran dan falsafah
hidup. Kebudayaan menyangkut segala aspek kehidupan, baik itu religi, sistem dan fungsisosial dan kesemuanya akan berpengaruh terhadap perkembangan arsitektur.
Bangunan kolonial Belanda juga merupakan bangunan yang tercipta dari kebudayaan
bangsa Belanda, baik secara murni, maupun yang sudah dipadukan dengan budaya
tradisional, dan kondisi lingkungan sekitar. Bangunan kolonial memiliki makna dan simbol-
simbol yang dapat dilihat dari fungsi, bentuk, maupun gaya arsitekturnya. Elemen-elemen
penyusun bangunan merupakan sebuah simbol yang memiliki makna tersendiri, dan dapat
dipahami dan dipelajari melalui kajian arsitektural. Pada akhirnya pendapat Suptandar
(2001) memperjelas bahwa, orang-orang Belanda, pemilik perkebunan, golongan priyayi,
dan penduduk pribumi yang telah mencapai pendidikan tinggi merupakan masyarakat
papan atas pada saat itu. Mereka ikut serta dalam penyebaran kebudayaan indis, lewat gayahidup yang serba mewah. Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan Arsitektur Indis sebagai
standar dalam pembangunan gedung-gedung, baik milik pemerintah maupun swasta.
Bentuk tersebut ditiru oleh mereka yang berkecukupan, terutama para pedagang dari etnis
tertentu, dengan harapan agar memperoleh kesan pada status sosial yang sama dengan
para penguasa dan priyayi.
Bentuk dalam Arsitektur
Sebuah bangunan dibentuk dari bentukan-bentukan dasar geometri, dan pada
umumnya menampilkan sebuah tingkatan hierarki dan biasanya penyusunan komposisi
yang jelas dan terpusat menurut sistem geometri.Nix (1953) dalamPamungkas (2002), bentuk ditentukan oleh adanya hubungan
campur tangan dan kegiatan manusia, dan mengenai penentuan secara langsung maupun
tidak langsung, tergantung kepada apa-apa saja yang di dalam pemberian bentuk
ditentukan secara primer dan kemudian apa yang timbul karena kegiatan primer tersebut.
Penentuan bentuk dapat meningkat lebih jauh, yaitu berasal dari massa, lewat ukuran
menuju ke suatu hal yang ditentukan. Objek menjadi lebih mudah untuk dikenali dan
diidentifikasikan, dapat diuraikan dan memiliki sesuatu yang dapat diukur, diamati, dan
dihitung, baik yang bersifat mendatar, maupun yang bersifat berdiri.
Handinoto dalamWiyatiningsih (2000), penyesuaian bentuk bangunan indis terhadap
kondisi iklim tropis basah digambarkan dengan ciri-ciri pokok bentuk plafon tinggi, overstekyang cukup lebar, adanya beranda-beranda yang cukup dalam, baik di depan atau di
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
10/13
belakang rumah. Plafon yang tinggi akan mempunyai volume ruang yang lebih besar,
sehingga kemungkinan terjadi panas dalam ruangan akibat radiasi dapat
diperkecil. Overstekyang cukup lebar dapat dipakai untuk menahan tampias air hujan, dan
juga untuk pembayangan terhadap tembok yang terkena sinar matahari langsung. Beranda
depan dan belakang merupakan adaptasi terhadap arsitektur tradisional Jawa.
Pada awal abad ke-19 sampai dengan tahun 1920-an, arsitektur kolonial Belanda
berkembang di Indonesia, banyak pengaruh Eropa dan terjadi percampuran bentuk
Arsitektur Barat dan tradisional, termasuk pada penggunaan elemen bangunan dan detail
ragam hiasnya pada seni bangunan (Trianingrum 2006:14).
Bentuk arsitektur kolonial Belanda di Indonesia sesudah tahun 1900-an merupakan
bentuk yang spesifik. Bentuk tersebut merupakan hasil kompromi dari arsitektur modern
yang berkembang di Belanda pada jaman yang bersamaan dengan iklim tropis basah
Indonesia. Ada juga beberapa bangunan arsitektur kolonial Belanda yang mengambil
elemen-elemen tradisional setempat, yang kemudian diterapkan ke dalam bentuk
arsitekturnya. Hasil keseluruhan dari arsitektur kolonial Belanda di Indonesia tersebut
adalah suatu bentuk yang khas yang berlainan dengan arsitektur modern yang ada diBelanda sendiri (Trianingrum 2006:24).
Wajah/Muka Bangunan
Selubung bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan ciri dari
suatu bentukan kolonial. Ciri bangunan yang dapat terlihat dari wajah bangunan atau
selubung bangunan adalah bentuk atap, ornamen atau ragam hias, dan juga elemen-elemen
penyusun wajah bangunan lainnya seperti bukaan dan dinding bangunan (Suryokusumo
2006). Selubung bangunan tersebut tentunya mengalami adaptasi dengan iklim, karena
faktor tersebut berhubungan langsung dengan penghawaan dan pencahayaan pada
bangunan yang menentukan kenyamanan penghuni bangunan.Dalam pandangan Krier (2001), wajah bangunan menyampaikan keadaan budaya saat
bangunan tersebut dibangun, wajah bangunan mengungkap kriteria tatanan dan penataan,
dan berjasa dalam memberikan kemungkinan dan kreativitas dalam ornamentasi dan
dekorasi. Krier (2001) mempertegas pendapatnya, bahwa muka bangunan merupakan
wajah bangunan yang memamerkan keberadaan sebuah bangunan kepada publik. Muka
bangunan dibentuk oleh dimensi, komposisi, serta ragam hias. Komposisi muka bangunan
mempertimbangkan persyaratan fungsional pada dasarnya berkaitan dengan kesatuan
proporsi yang baik, harmonis, dan selaras, penyusunan elemen horizontal dan vertikal yang
terstruktur, bahan, warna, dan elemen dekoratif lainnya. Hal lainnya tidak kalah penting
untuk mendapatkan perhatian lebih adalah proporsi bukaan, ketinggian bangunan, prinsipperulangan, keseimbangan komposisi yang baik, serta tema yang tercakup ke dalam variasi.
Selanjutnya menurut Krier (2001), wajah bangunan juga menceritakan dan
mencerminkan kepribadian penghuni bangunannya, memberikan semacam identits kolektif
sebagai suatu komunitas bagi mereka, dan pada puncaknya merupakan representasi
komunitas tersebut dalam publik. Aspek penting dalam wajah bangunan adalah pembuatan
semacam pembedaan antara elemen horizontal dan vertikal, dimana proporsi elemen
tersebut harus sesuai terhadap keseluruhannya. Setelah prinsip penyusunan wajah
bangunan ini, kondisi konstruksi dapat dibuat terlihat, misalnya artikulasi vertikal pada tiang
sebagai penyangga. Penggunaan elemen-elemen naratif seperti balok jendela untuk
mempertegas independensi jendela, teritisan yang menghasilkan bayangan, bahan-bahanyang menonjolkan massa juga dapat digunakan (Krier,2001). Pendapat Lippsmeier (1980:74-
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
11/13
90) mempertegas lagi mengenai elemen wajah bangunan dari sebuah bangunan yang
sekaligus merupakan komponen-komponen yang mempengaruhi wajah bangunan adalah:
1. Atap; 2. Dinding; dan 3.Lantai.
Elemen-elemen pendukung wajah bangunan menurut Krier (2001), antara lain adalah
sebagai berikut: 1. Pintu, pintu memainkan peranan penting dan sangat menentukan dalam
menghasilkan arah dan makna yang tepat pada suatu ruang. Ukuran umum pintu yang biasa
digunakan adalah perbandingan proporsi 1:2 atau 1:3. ukuran pintu selalu memiliki makna
yang berbeda, misalnya pintu berukuran pendek, digunakan sebagai entranceke dalam
ruangan yang lebih privat. Skala manusia tidak selalu menjadi patokan untuk menentukan
ukuran sebuah pintu. Contohnya pada sebuah bangunan monumental, biasanya ukuran dari
pintu dan bukaan lainnya disesuaikan dengan proporsi kawasan sekitarnya. Posisi pintu
ditentukan oleh fungsi ruangan atau bangunan, bahkan pada batasan-batasan fungsional
yang rumit, yang memiliki keharmonisan geometris dengan ruang tersebut. Proporsi tinggi
pintu dan ambang datar pintu terhadap bidang-bidang sisa pada sisi-sisi lubang pintu adalah
hal yang penting untuk diperhatikan. Sebagai suatu aturan, pengaplikasian sistem proporsi
yang menentukan denah lantai dasar dan tinggi sebuah bangunan, juga terhadap elemen-elemen pintu dan jendela. Alternatif lainnya adalah dengan membuat relung-relung pada
dinding atau konsentrasi suatu kelompok bukaan seperti pintu dan
jendela; 2. Jendela,jendela dapat membuat orang yang berada di luar bangunan dapat
membayangkan keindahan ruangan-ruangan dibaliknya, begitu pula sebaliknya. Albert
(tt) dalamKrier (2001), mengungkapkannya sebagai berikut: ...dari sisi manapun kita
memasukkan cahaya, kita wajib membuat bukaan untuknya, yang selalu memberikan kita
pandangan ke langit yang bebas, dan puncak bukaan tersebut tidak boleh terlalu rendah,
karena kita harus melihat cahaya dengan mata kita, dan bukanlah dengan tumit kita: selain
ketidaknyamanannya, yaitu jika seseorang berada di antara sesuatu dan jendela, cahaya
akan terperangkap, dan seluruh bagian dari sisa ruangan akan gelap...Pada beberapamasa, valuasi dan makna dari tingkat-tingkat tertentu diaplikasikan pada rancangan
jendelanya. Susunan pada bangunan-bangunan ini mewakili kondisi-kondisi sosial, karena
masing-masing tingkat dihuni oleh anggota dari kelas sosial yang berbeda.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan jendela pada wajah bangunan,
antara lain adalah sebagai berikut: - Proporsi geometris wajah bangunan; - Penataan
komposisi, yaitu dengan pembuatan zona wajah bangunan yang terencana; -
Memperhatikan keharmonisan proporsi geometri; - Jendela memberikan distribusi pada
wajah bangunan, oleh karena itu, salah satu efek atau elemen tertentu tidak dapat
dihilangkan atau bahkan dihilangkan; dan -Jendela dapat bergabung dalam kelompok-
kelompok kecil atau membagi wajah bangunan dengan elemen-elemen yang hampirterpisah dan membentuk simbol atau makna tertentu; 3.Dinding, keberadaan jendela
memang menjadi salah satu unsur penting dalam pembentukan wajah bangunan bangunan,
akan tetapi dinding juga memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya dengan jendela,
dalam pembentukan wajah bangunan. Penataan dinding juga dapat diperlakukan sebagai
bagian dari seni pahat sebuah bangunan, bagian khusus dari bangunan dapat ditonjolkan
dengan pengolahan dinding yang unik, yang bisa didapatkan dari pemilihan bahan, ataupun
carafinishingdari dinding itu sendiri, seperti warna cat, tekstur, dan juga tekniknya.
Permainan kedalaman dinding juga dapat digunakan sebagai alat untuk menonjolkan wajah
bangunan; 4. Atap, jenis atap ada bermacam-macam. Jenis yang sering dijumpai saat ini
adalah atap datar yang terbuat dari beton cor dan atap miring berbentuk perisai ataupunpelana. Secara umum, atap adalah ruang yang tidak jelas, yang paling sering dikorbankan
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
12/13
untuk tujuan eksploitasi volume bangunan. Atap merupakan mahkota bagi bangunan yang
disangga oleh kaki dan tubuh bangunan, bukti dan fungsinya sebagai perwujudan
kebanggaan dan martabat dari bangunan itu sendiri.
Secara visual, atap merupakan sebuah akhiran dari wajah bangunan, yang seringkali
disisipi dengan loteng, sehingga atap bergerak mundur dari pandangan mata manusia.
Perlunya bagian ini diperlakukan dari segi fungsi dan bentuk, berasal dari kenyataan
bangunan memiliki bagian bawah (alas) yang menyuarakan hubungan dengan bumi, dan
bagian atas yang memberitahu batas bangunan berakhir dalam konteks vertikal; dan 5. Sun
Shading/Luifel,wajah bangunan memerlukan perlindungan dari cuaca dan iklim, oleh karena
itu perlu adanya penggunaan ornamen atau bentukan-bentukan yang dapat melindungi
wajah bangunan dari kedua faktor tersebut. Ornamen tersebut dapat berupa sun
shadingyang biasanya diletakkan di bagian atas wajah dan bukaan-bukaan yang ada pada
wajah bangunan. Sun shadingjuga dapat menimbulkan efek berupa bayangan pada wajah
bangunan yang dapat menjadikan wajah bangunan terlihat lebih indah.
Elemen lainnya yang dapat digunakan sebagai pendukung wajah bangunan kolonial
Belanda adalah: 1. Gable/gevel, berada pada bagian tampak bangunan, berbentuk segitigayang mengikuti bentukan atap. Bisa juga diartikan sebagai bagian wajah bangunan yang
berbentuk segitiga yang terletak pada dinding samping di bawah condongan
atap; 2.Tower/Menara, variasi bentuknya beragam, mulai dari bulat, kotak atau segi empat
ramping, segi enam, atau bentuk-bentuk geometris lainnya, dan ada juga yang dipadukan
dengan geveldepan; 3. Dormer/Cerobong asap semu, berfungsi untuk penghawaan dan
pencahayaan. Di tempat asalnya, Belanda, dormerbiasanya menjulang tinggi dan digunakan
sebagai ruang atau cerobong asap untuk perapian. Biasanya diwujudkan dalam bentuk
hiasan batu yang diberi ornamen berbentuk bunga atau sulur-suluran;4. Tympannon/Tadah
angin, merupakan lambang masa prakristen yang diwujudkan dalam bentuk pohon hayat,
kepala kuda, atau roda matahari. Lambang masa kristen diwujudkan pada penggunaanbentukan-bentukan salib dan hati; 5. Ballustrade, ballustrade adalah pagar yang biasanya
terbuat dari beton cor yang digunakan sebagai pagar pembatas balkon, atau dek
bangunan; 6. Bouvenlicht/Lubang ventilasi, bouvenlichtadalah bukaan pada bagian wajah
bangunan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kenyamanan
termal. Bouvenlichttidak tergantung dari keadaan cuaca, berkaitan fungsinya dengan
kesehatan, akan tetapi apabila dikaitkan dengan kenyamanan termal,
maka bouvenlichtsangat bergantung pada kondisi cuaca. Bouvenlichtberfungsi untuk
mengalirkan udara dari luar ke dalam bangunan, dan sebaliknya, oleh karena itu, ukuran
dari bouvenlichtharus disesuaikan dengan kondisi cuaca. Dalam penggunaannya, dapat
diusahakan agar bouvenlichtterhindar dari sinar matahari secaralangsung; 7.Windwijzer(Penunjuk angin), merupakan ornamen yang diletakkan di atas nok
atap. Ornamen ini berfungsi sebagai penunjuk arah angin; 8. Nok Acroterie(Hiasan puncak
atap), terletak di bagian puncak atap. Ornamen ini dulunya dipakai pada rumah-rumah
petani di Belanda, dan terbuat dari daun alang-alang. Di Indonesia, ornamen ini dibuat dari
bahan beton atau semen; 9. Geveltoppen(Hiasan kemuncak atap depan); - Voorschot,
berbentuk segitiga dan terletak di bagian depan rumah. Biasanya dihias dengan papan kayu
yang dipasang vertikal, dan memiliki makna simbolik; - Oelebord/oelenbret, berupa papan
kayu berukir, digambarkan sebagai dua angsa yang bertolak belakang yang bermakna
pembawa sinar terang atau pemilik wilayah. Selain angsa, pada bangunan indis seringkali
simbol angsa digantikan bentuk pohon kalpa; dan - Makelaar, papan kayu berukir yangditempel secara vertikal, dan diwujudkan seperti pohon palem atau manusia; dan 10. Ragam
-
7/21/2019 Apa Itu Tipologi
13/13
hias pada tubuh bangunan, biasanya berupa:- Hiasan/ornamen ikal sulur tumbuhan yang
berujung tanduk kambing; - Hiasan pada lubang angin diatas pintu dan jendela; dan
Kolom,ada tiga jenis kolom yang terkenal pada bangunan kolonial, yaitu kolom doric, ionic,
dancornithian. Kolom-kolom ini banyak ditemukan pada bangunan kolonial klasik dengan
gaya Yunani atau Romawi. Kolom biasanya diekspose sedemikian rupa, terutama pada
bagian serambi bangunan kolonial.
Dikatakan oleh Hadipradianto (2004) bahwa kriteria penataan wajah bangunan antara
lain mencakup: 1. Prinsip-prinsip komposisi; 2. Penyelesaian akhir (material, warna, tekstur);
3. Proporsi arsitektural (perbandingan bukaan masif, unsur vertikal-horisontal, keterkaitan
visual antar elemen); dan 4. Pemakaian elemen dekoratif. Penataan wajah bangunan dapat
diwujudkan dengan mengkaji skala massa. Kemudian Hadipradianto (2004) menegaskan
kembali bahwa untuk mendapatkan kesan menyatu, ada tiga syarat yang harus dipenuhi
dalam menyusun bentukan wajah bangunan, yaitu antara lain: 1. Dominasi; 2. Perulangan;
dan 3. Komposisi.