apa itu plta
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

TUGAS UTS
DASAR KONVERSI ENERGI
NAMA : SOTYA HANIEF
NIM : 07530002
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2008

Apa itu PLTA
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) adalah suatu system pembangkit
energi listrik dengan cara memanfaatkan aliran dari air yang kemudian diubah
menjadi energi listrik malalui putaran turbin dan generator. Sistem yang sangat
simple, dan yang penting adalah ramah terhadap lingkungan.
Skema dari PLTA
Dam
Hampir semua PLTA mengandalkan bagian ini untuk membendung air dari
sungai hinggga terbentuk danau. Pada PLTA tertentu Dam dimanfaatkan untuk
tempat rekreasi.
Intake
Pintu air untuk masuknya aliran air menuju ke turbin melalu penstock.
Penstock
Saluran pipa air yang menuju ke turbin. Didalam pipa ini tekanan oir naik.
Turbine
Mesin yang memutar generator. Biasanya turbine yang dipakai adalah Francis
Turbine. Sebuah turbin mempunyai berat sampe 172 tons dan kecepatan putaran
90 rpm.

Foto impeler francis turbine
Generators Mesin penghasil listrik
Transformer Trafo untuk mengubah tegangan AC ke tegangan yang
lebih tinggi
Power lines Jaringan listrik 3 phase
Outflow Aliran air yang melewati impeller akan dialirakan lagi ke
Dam.
DAM
Berlokasi di perbatasan Brazil-Paraguay dan tidak jauh dari perbatasan
Argentina, permulaan proyek ini dimulai pada tahun 1966 ketika Menlu Brazil dan
Paraguay menandatangani kesepakatan bersama “Kesepakatan Ygazu”. Yang
kemudian ditindak lanjuti dengan penelitian kemampuan Hydraulic dari Sungai
Parana. Pada 26 April 1973, Brazil & Paraguay menandatangani perjanjian
“Pengembangan sumber listrik tenaga air dari sungai Parana” yang kemudian
terbentuk “ITAIPU Binancional” (Kerjasama secara hukum, administrasi dan
kemampuan keuangan dan teknikal untuk merencanakan & mengoperasikan
Pembangkit Listrik)
Pelaksanaan konstruksi dimulai pada tahun 1975, mencapai puncaknya pada
tahun 1978 dengan pekerja sekitar 30000 orang dilokasi. Dengan produksi concrete
(bahan untuk beton) sekitar 12,8Juta m³ (15 kali dari produksi concrete yang
digunakan untuk Eurotunnel/terowongan yang menyambungkan antara Inggris
dengan perancis). Ketinggian dari Dam adalah 196m, lebar 7,76 km. Danau yang

terbentuk akibat bendungan tersebut mencapai panjang 170 km dengan volume air 29
milyar ton.
Unit 1 mulai beroperasi pada Desember 1983, Jaringan listrik di Paraguay
selesai dibangun pada maret 1984, sedangkan Brazil 5 bulan setelah itu. Pada maret
1991 unit terakhir (Unit 18) mulai beoperasi. Air yang diperlukan pada intake untuk
1 turbin (Francis Turbine) dengan keluaran daya 715 MW adalah 700m3/s. Dengan
efisiensi 98.6%.
NOTE: efisiensi adalah perbandingan antara energi input dengan energi output.
Semakin besar nilai efisiensi semakin bagus (jadi ga ada loss of energy). Coba
bandingkan dengan PLTU (tenaga uap) atau
PLTG (tenaga gas). PLTU efisiensinya sekitar 60% - 80% (artinya batubara yang
dibakar untuk menghasilkan Uap yang digunakan untuk memutar turbin cuma 60%
saja yang hasilnya jadi Listrik. sisanya terbuang menjadi panas), sedangkan untuk
PLTG malah lebih rendah dari PLTU, efisiensi sekitar 50%-70%).
Setiap tahun ITAPU menghasilkan energi listrik sekitar 75 TWh dan
mengurangi emisi CO2 kurang lebih 67.5 juta ton (dibandingkan dengan pembangkit
listrik tenaga batubara). Total biaya proyek ini adalah US$ 20 juta
Pemandangan ITAIPU dari atas (setelah proyek selasai)
Bagian yang kanan adalah overflow spillway (ketika level dari Dam tinggi,
sebagian air harus dibuang untuk menurunkan lewel air di Dam), sebelah
kanannya adalah Power Station (Tempat turbin berada).

Pengerjaan Dam
Foto bagian dasar tempat turbine berada
Pipa putih adalah inlet/jalan nya air masuk ke turbin
Foto Dam ketika mulai terisi air
Mencapai luas 1350 km2, dengan panjang 170 km dan rata2 lebarnya 7 km.

Konversi Daya
Prinsip konversi energi pada Pembangkit Listrik Tenan Air: Energi potensial
timbl akibat dari ketinggian air danau terhadap turbine (yang berada di 196m
dibawah). Energi ini akan dikonversi menjadi energi kinetik dengan cara
mengarahkan aliran air ke arah turbin (kesudu-sudu nya/blades). Oleh turbine blades
(sudu-sudu) energi kinetic diubah menjadi energi putar. Putaran inilah yang memutar
generator. Akibat generator berputar, maka timbulah energi listrik akibat adanya
medan magnet disekitar lilitan koil.
Berikut adalah perhitunangan matematis dari Energi Potensial:
Wpot = 0.5 (hul +hip) (hul -hip)* g * A * Berat Jenis air
hul= height of upper level (222 m)
hip= height of penstock inlet (187 m)
g= acceleration of free fall (9.81 m/s²)
A= area of lake (1350 km²)
Density of water (1000 kg/m³)
Wpot,abs = 9,48 * 1016 J = 94,8 PJ
Foto situasi Power House (lokasi turbine berada)
Panjang 986 m, tinggi max 112 m dan lebar 99m.Tampak terlihat garis
merah yang merupakan perbatasan antar Brazil – Paraguay.

Poros dari Generator , total diameter generator mencapai 16 m dengan
berat 2650 ton.
Control room
Electrical
Setiap tahun ITAPU menghasilkan 75 TWh. Listrik dari ITAPU dialirkan
melalui jaringan 3 phase baik ke Brazil dan Paraguay dengan system jaringan yang
berbeda. Karena ada 2 Frekuensi, 50 Hz dan 60 Hz, 2 sistem transmisi dibangun
untuk mensupportnya.
Transformers
Untuk menaikkan tegangan /Voltase dari output generator maka dibangun trafo 2
macam:
- Trafo 1-Phase dengan 9 bank kapasitor 18 kV - 525 kV dengan rated 825 MVA
untuk 50 Hz.
- Trafo 1-Phase dengan 9 bank kapasitor 18 kV - 525 kV dengan rated 768 MVA
untuk 60 Hz

Transmission System/Sistem Transmisi
Menimbang bahwa tahun pertama operasi ITAPU, Paraguay harus “mengalah”
duluan dalam menikmati listriknya (sesuai dengan perjanjian sebelum pembangunan)
maka diputuskan pembangunan Transmissi Station duluan di Brazil. Sistem yang
dipakai (karena ada 2 pemakain frekuensi 50 Hz dan 60 Hz) untuk Brazil dibangun
EHV-AC (Extra High Voltage - Alternating current) untuk 6300 MW pada 60 Hz dan
untuk paraguay HV-DC (High Voltage - Direct current) untuk 6000 MW pada 50 Hz.
HV-DC-system memiliki tegangan ± 500 kV, yang kemudian akan dikonvert lagi ke
tegangan AC di Ibuana (dekat Sao Paolo).EHV-AC-system memilik tegangan sebesar
750 kv.
Source: Wikipedia and ather related articles.
ENERGI TIDAL
Energi tidal atau energi pasang surut barangkali kurang begitu dikenal
dibandingkan dengan energi samudera yang lain seperti energi ombak (wave energy).
Jika dibandingkan dengan energi angin dan surya, energi tidal memiliki sejumlah
keunggulan antara lain: memiliki aliran energi yang lebih pasti/mudah diprediksi,
lebih hemat ruang dan tidak membutuhkan teknologi konversi yang rumit.
Kelemahan energi ini diantaranya adalah membutuhkan alat konversi yang handal
yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungan laut yang keras yang disebabkan
antara lain oleh tingginya tingkat korosi dan kuatnya arus laut.
Saat ini baru beberapa negara yang yang sudah melakukan penelitian secara
serius dalam bidang energi tidal, diantaranya Inggris dan Norwegia. Di Norwegia,
pengembangan energi ini dimotori oleh Statkraft, perusahaan pembangkit listrik

terbesar di negara tersebut. Statkraft bahkan memperkirakan energi tidal akan
menjadi sumber energi terbarukan yang siap masuk tahap komersial berikutnya di
Norwegia setelah energi hidro dan angin. Keterlibatan perusahaan listrik besar seperti
Statkraft mengindikasikan bahwa energi tidal memang layak diperhitungkan baik
secara teknologi maupun ekonomis sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan
energi dalam waktu dekat.
Pembangkit listrik tenaga tidal terapung. Turbin-turbin air dan mesin-mesin
listrik terletak di bawah air, hanya bagian atas dari pembangkit listrik tersebut yang
tampak diatas permukaan laut (Sumber: Statkraft)
Perlu diketahui bahwa potensi energi tidal di Indonesia termasuk yang terbesar
di dunia, khususnya di perairan timur Indonesia. Sekarang inilah saatnya bagi
Indonesia untuk mulai menggarap energi ini. Jika bangsa kita mampu memanfaatkan
dan menguasai teknologi pemanfaatan energi tidal, ada dua keuntungan yang bisa
diperoleh yaitu, pertama, keuntungan pemanfaatan energi tidal sebagai solusi
pemenuhan kebutuhan energi nasional dan, kedua, kita akan menjadi negara yang
mampu menjual teknologi tidal yang memberikan kontribusi terhadap devisa negara.
Belajar dari India yang mampu menjadi salah satu pemain teknologi turbin angin
dunia (dengan produk turbin angin Suzlon), maka tujuan yang kedua bukanlah hal
yang terlalu muluk untuk kita wujudkan.
Sumber: www.engineering-center.net
PLTU
PLTU yang pertama kali beroperasi di Indonesia yaitu pada tahun 1962
dengan kapasitas 25 MW, suhu 500 ¼C, tekanan 65 Kg/cm2, boiler masih
menggunakan pipa biasa dan pendingin generator dilakukan dengan udara. Kemajuan
pada PLTU yang pertama adalah boiler sudah dilengkapi pipa dinding dan pendingin
generator dilakukan dengan hidrogen, namun kapasitasnya masih 25 MW. Bila
dayanya ditingkatkan dari 100 - 200 MW, maka boilernya harus dilengkapi super
hiter, ekonomizer dan tungku tekanan. Kemudian turbinnya bisa melakukan
pemanasan ulang dan arus ganda dan pendingin generatornya masih menggunakan
hidrogen. Hanya saja untuk kapasitas 200 MW uap yang dihasilkan mempunyai
tekanan 131,5 Kg/cm2 dan suhu 540 ¼C dan bahan bakarnya masih menggunakan
minyak bumi.

Ketika kapasitas PLTU sudah mencapai 400 MW maka bahan bakarnya sudah
tidak menggunakan minyak bumi lagi melainkan batu bara. Batu bara yang dipakai
secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu batu bara berkualitas tinggi dan
batu bara berkualitas rendah. Bila batu bara yang dipakai kualitasnya baik maka akan
sedikit sekali menghasilkan unsur berbahaya, sehingga tidak begitu mencemari
lingkungan. Sedang bila batu bara yang dipakai mutunya rendah maka akan banyak
menghasilkan unsur berbahaya seperti Sulfur, Nitrogen dan Sodium. Apalagi bila
pembakarannya tidak sempurna maka akan dihasilkan pula unsur beracun seperti CO,
akibatnya daya guna menjadi rendah.
PLTU batu bara di Indonesia yang pertama kali dibangun adalah di Suryalaya
pada tahun1984 dengan kapasitas terpasang 4 x 400 MW. Kemudian PLTU Bukit
Asam dengan kapasitas 2 x 65 MW pada tahun 1987. Dan pada tahun 1993-an
beroperasi pula PLTU Paiton 1 dan 2 masing-masing dengan kapasitas 400 MW.
Kemudian PLTU Suryalaya akan dikembangkan dari unit 5 - 7 dengan kapasitas 600
MW/unit. PLTU batu bara pada tahun 1994 kapasitasnya sudah mencapai 2.130 MW
(16% dari total daya terpasang). Pada tahun 2003 kapasitasnya diperkirakan sekitar
12.100 MW (37%), tahun 2008/09 mencapai 24.570 MW (48%) dan pada tahun 2020
sekitar 46.000 MW. Sementara itu pemakaian batu bara pada tahun 1995 tercatat
bahwa untuk menghasilkan energi listrik sebsar 17,3 Twh dibutuhkan batu bara
sebanyak 7,5 juta ton. Dan pada tahun 2005 pemakaian batu bara diperkirakan
mencapai 45,2 juta ton dengan energi listrik yang dihasilkan mencapai 104 Twh.
Banyaknya pemakaian batu bara tentunya akan menentukan besarnya biaya
pembangunan PLTU. Harga batu bara itu sendiri ditentukan oleh nilai panasnya
(Kcal/Kg), artinya bila nilai panas tetap maka harga akan turun 1% pertahun. Sedang
nilai panas ditentukan oleh kandungan zat SOx yaitu suatu zat yang beracun, jadi
pada pembangkit harus dilengkapi alat penghisap SOx. Hal inilah yang menyebabkan
biaya PLTU Batu bara lebih tinggi sampai 20% dari pada PLTU minyak bumi. Bila
batu bara yang digunakan rendah kandungan SOx-nya maka pembangkit tidak perlu
dilengkapi oleh alat penghisap SOx dengan demikian harga PLTU batu bara bisa
lebih murah. Keunggulan pembankit ini adalah bahan bakarnya lebih murah harganya
dari minyak dan cadangannya tersedia dalam jumlah besar serta tersebar di seluruh
Indonesia.

Sistim Kerja PLTU Batu bara
1. Sistim pembakaran batu bara bersih
Adapun prinsip kerja PLTU itu adalah batu bara yang akan
digunakan/dipakai dibakar di dalam boiler secara bertingkat. Hal ini dimaksudkan
untuk memperoleh laju pembakaran yang rendah dan tanpa mengurangi suhu
yang diperlukan sehingga diperoleh pembentukan NOx yang rendah. Batu bara
sebelum dibakar digiling hingga menyerupai butir-butir beras, kemudian
dimasukkan ke wadah (boiler) dengan cara disemprot, di mana dasar wadah itu
berbentuk rangka panggangan yang berlubang. Pembakaran bisa terjadi dengan
bantuan udara dari dasar yang ditiupkan ke atas dan kecepatan tiup udara diatur
sedemikian rupa, akibatnya butir bata bara agak terangkat sedikit tanpa terbawa
sehingga terbentuklah lapisan butir-butir batu bara yang mengambang. Selain
mengambang butir batu bara itu juga bergerak berarti hal ini menandakan
terjadinya sirkulasi udara yang akan memberikan efek yang baik sehingga butir
itu habis terbakar. Karena butir batu bara relatif mempunyai ukuran yang sama
dan dengan jarak yang berdekatan akibatnya lapisan mengambang itu menjadi
penghantar panas yang baik. Karena proses pembakaran suhunya rendah sehingga
NOx yang dihasilkan kadarnya menjadi rendah, dengan demikian sistim
pembakaran ini bisa mengurangi polutan. Bila ke dalam tungku boiler
dimasukkan kapur (Ca) dan dari dasar tungku yang bersuhu 750 - 950 ¼C
dimasukkan udara akibatnya terbentuk lapisan mengambang yang membakar.
Pada lapisan itu terjadi reaksi kimia yang menyebabkan sulfur terikat dengan
kapur sehingga dihasilkan CaSO4 yang berupa debu sehingga mudah jatuh
bersama abu sisa pembakaran. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
pengurangan emisi sampai 98% dan abu CaSO4-nya bisa dimanfaatkan.
Keuntungan sistim pembakaran ini adalah bisa menggunakan batu bara bermutu
rendah dengan kadar belerang yang tinggi dan batu bara seperti ini banyak
terdapat di Indonesia.
2. Proses terjadinya energi listrik
Pembakaran batu bara ini akan menghasilkan uap dan gas buang yang
panas. Gas buang itu berfungsi juga untuk memanaskan pipa boiler yang berada
di atas lapisan mengambang. Gas buang selanjutnya dialiri ke pembersih yang di
dalamnya terdapat alat pengendap abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara
melalui cerobong. Sedangkan uap dialiri ke turbin yang akan menyebabkan turbin

bergerak, tapi karena poros turbin digandeng/dikopel dengan poros generator
akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkan pula gerakan generator sehingga
dihasilkan energi listrik. Uap itu kemudian dialiri ke kondensor sehingga berubah
menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialiri ke boiler sebagai air pengisi.
Generator biasanya berukuran besar dengan jumlah lebih dari satu unit
dan dioperasikan secara berlainan. Sedangkan generator ukuran menengah
didisain berdasarkan asumsi bahwa selama masa manfaatnya akan terjadi 10.000
kali star-stop. Berarti selama setahun dilakukan 250 x star-stop maka umur
pembangkit bisa mencapai 40 tahun. Bila daya generator meningkat maka
kecepatannya meningkat pula dan bila kecepatan kritikan dilalui maka perlu
dilakukan pengendalian poros generator supaya tidak terjadi getaran. Untuk itu
konstruksi rotor dan stator serta mutu instalasi perlu ditingkatkan. Boilernya
menggunakan sirkulasi alam dan menghasilkan uap dengan tekanan 196,9 kg/cm2
dan suhu 554¼C. PLTU ini dilengkapi dengan presipitator elektro static yaitu
suatu alat untuk mengendalikan partikel yang akan keluar cerobong dan alat
pengolahan abu batu bara. Sedang uap yang sudah dipakai kemudian didinginkan
dalam kondensor sehingga dihasilkan air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada
waktu PLTU batubara beroperasi suhu pada kondensor naiknya begitu cepat,
sehingga mengakibatkan kondensor menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan
kondensor bisa digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah yang
menyebabkan PLTU dibangun dekat dengan sumber air yang banyak seperti di
tepi sungai atau tepi pantai.
Efisiensi
Bila pada PLTU batu bara tekanan kondensornya turun, maka daya gunanya
meningkat. Biasanya tekanan kondensor berhubungan langsung atau berbanding lurus
dengan besarnya suhu air pendingin yang berasal dari uap pada kondensor. Jadi bila
suhu itu rendah, maka tahanannya juga rendah dan pada suhu terendah akan
dihasilkan/terjadi tekanan jenuh. Karena air pendingin itu biasanya terdiri dari air
yang berasal dari uap turbin dan air berasal dari laut dan sungai. Akibatnya suhu
terendah besarnya sesuai dengan air yang digunakan sehingga tekanan jenuh sulit
diperoleh. Peningkatan daya guna bisa dilakukan dengan pemanasan ulang dan
pembakaran batu bara yang kurang bermutu

1. Pemanasan Ulang
Hal ini bisa dilakukan dengan membagi turbin menjadi dua bagian yaitu bagian
tekanan tinggi (TT) dan bagian tekanan rendah (TR) yang berada pada satu
poros. Dengan demikian pembangkit ini mempunyai susunan sebagai berikut :
Boiler - TT - TR - Generator.
Cara kerjanya :
Uap dari boiler dimasukan/dialirkan ke bagian TT, setela h uap itu dipakai
dialirkan kembali ke boiler untuk pemanasan ulang. Kemudian uap dari boiler itu
dialirkan lagi ke turbin TR untuk dipakai sebagai penggerak generator. Dengan
demikian jumlah energi yang bisa dimanfaatkan menjadi besar akibatnya daya
guna atau efiseinsi menjadi besar pula. Dari sini bisa disimpulkan bila turbin
dibagi menjadi tiga bagian yaitu TT, TM, dan TR maka energi yang diperoleh
juga besar, hal ini biasanya digunakan pada mesin dengan ukuran besar.
Meningkatnya suhu (hingga mencapai 560 ¼C) dan tekanan (hingga mancapai
250 kg/cm2) uap tentunya menyebabkan pertumbuhan PLTU menjadi lebih
pesat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya efisiensi dan keandalan. Dengan
meningkatnya daya berarti desain boiler juga harus diperbaiki yaitu dilengkapi
dengan peralatan pengendalian NOx, peralatan untuk mengeluarkan sulfur dari
gas buang dan peralatan untuk mencegah berbagai partikel keluar dari cerobong.
Peningkatan efisiensi pada PLTU bisa juga dilakukan dengan cara menambah
panjang sudu. Hal ini karena dengan sudu-sudu yang panjang berarti rugi-ruginya
akan berkurang.
2. Pembakaran Lapisan Mengambang Bertekanan
Proses pembakarannya menggunakan udara bertekanan atau dikompres berarti
perpindahan panasnya meningkat akibatnya suhu uap dan gas buang juga
meningkat. Gas buang yang panas ini setelah dibersihkan bisa dimanfaatkan
untuk menggerakkan turbin gas yang digandeng dengan generator sehingga
dihasilkan energi listrik. Jadi energi listrik pada proses pembakaran ini dihasilkan
oleh uap dan gas buang, hal inilah yang menyebabkan efisiensi pada pembakaran
seperti ini meningkat. Selain dari itu turbin gas juga menghasilkan gas buang
yang cukup panas yang bisa digunakan untuk memanaskan air yang keluar dari
kondensor turbin uap yang selanjutnya dimasukkan ke boiler sedang gas yang
sudah dingin di buang ke udara melalui cerobong. Dengan menggunakan
pembakaran lapisan mengambang bertekanan, maka batu bara yang bermutu
rendah bisa dimanfaatkan untuk menjadi energi listrik yang ramah lingkungan.