apa itu tabarruj
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
Apa itu Tabarruj? Tabarruj yakni bila seorang wanita menampakkan perhiasannya dan kecantikannya serta terlihat bagianbagian yang seharusnya wajib ditutupi, dimana bagian-bagian itu akan memancing syahwat pria. [ Fathul Bayan 7 / 274 ] Allah Azza wajalla tentang permasalahan ini bersabda dalam Surah Al-Ahzab:
(
)~
artinya: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kalian bertabarruj seperti bertabarruj-nya wanita jahiliyyah dahulu, dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ta`atilah Allah dan Rasul- Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul-bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [QS Al-Ahzab : 33 ]
Imam Adz~Dzahabi berkata dalam Al~Kaba`ir yakni Di antara perbuatan yang menyebabkan para wanita mendapat laknat adalah menampakkan perhiasan emas dan permata yang ada di balik pakaiannya, memakai misk, anbar (nama sejenis minyak wangi) dan parfum jika keluar dari rumah, memakai pakaian-pakaian yang dicelup, sarung-sarung sutera dan penutup kepala yang pendek, bersamaan dengan itu dia memajangkan pakaian, meluaskan dan memanjangkan ujung lengan pakaian. Semua itu termasuk tabarruj yang Allah murkai. Allah murka kepada pelakunya di dunia dan akhirat. Karena perbuatan-perbuatan ini yang banyak dilakukan wanita, Rasulullah Shalallohu`alaihi wasallam bersabda: . Aku memandang ke neraka, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita. Hadits ini diriwayatkan oleh : 1. Bukhari dalam kitab Badul Khalq bab Maa Jaa fi Shifatil Jannah (kitab 59 bab 8).
2. Tirmidzi dalam kitab Shifatil Jahannam bab Maa Jaa Anna Aktsara Ahli Nar An Nisa (kitab 40 bab 11 hadits ke-2602), dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi 2098 dari Ibnu Abbas. 3. Ahmad 2/297 dari Abu Hurairah. Dan hadits ini dishahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami 1030.
Dari Imran bin Hushain berkata : Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : Sesungguhnya penghuni Surga yang paling sedikit adalah para wanita. (HR. Muslim 95, 2738. An Nasai 385)
Saya (Syaikh Al~Albani, pent.) berkata: Islam telah bersikap keras dalam memperingatkan ummatnya dari perbuatan tabarruj ini hingga menyandingkannya dengan kesyirikan, zina, mencuri dan perbuatan haram lainnya. Itu terjadi ketika Nabi Shalallohu`alaihi wasallam membai`at para wanita agar mereka tidak melakukan hal-hal itu. Abdullah bin `Amr radhiyallahu`anhu berkata: Umaimah binti Ruqaiqah datang kepada Rasulullah Shalallohu`alaihi wasallam untuk berbai`at kepada beliau, maka beliau berkata: Saya akan membaiatmu untuk engkau tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, jangan engkau mencuri, berzina, membunuh anakmu, melakukan kebohongan yang engkau buat antara hadapanmu dan antara dua kakimu, jangan meratap dan jangan bertabarrujnya jahiliyyah dahulu.
Ketahuilah, bukan termasuk perkara terlarang sedikitpun jika pakaian wanita yang dia pakai berwarna putih atau hitam, sebagaimana yang dianggap oleh sebagian wanita yang komit terhadap Sunnah. Itu dengan alasan : Pertama : Sabda Rasulullah shallallaahualaihi wa sallam yang berbunyi: Parfum wanita adalah yang jelas warnanya dan lembut harumnya
Kedua : Pengalaman para wanita sahabat, dengan kisah sebagai berikut :
1 : Dari Ibrohim An Nakhai bahwa dia masuk bersama Alqamah serta Al Aswad kepada isteri isteri Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka dia melihat mereka menyelimuti diri mereka dengan pakaian berwarna merah. 2 : Dari Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata; Aku melihat Ummu Salamah mengenakan jilbab dan berselimut dengan pakaian yang dicelup ddengan warna mu`ashfar (campuran antara kuning dan merah). 3 : Dari Al qosim, yaitu Ibnu Muhammad bin Abi Bakr Ash Shiddiq dia berkata bahwa Aisyah memakai pakaian yang dicelup dengan muashfar, padahal dia waktu itu sedang ihram. ( Jilbab Al Marah Al Muslimah 120-123 dengan sedikit ringkasan).
http://artikelislam.wordpress.com/2007/02/06/ya-ukhti%e2%80%a6-jauhilah-tabarruj%e2%80%a6/
Tabarruj Dan IkhtilathMar'ah Muslimah24/1/2007 | 05 Muharram 1428 H | Hits: 12.452
Oleh: Asfuri Bahri, Lc
843Share 0diggsdigg
dakwatuna.com Islam adalah agama yang mengatur hidup dan kehidupan manusia. Ajaran-ajarannya menjadi acuan bagi siapa saja, pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa untuk meniti kehidupan yang lebih baik dan harmonis dalam ridha sang pencipta. Rambu-rambunya diletakkan untuk dijadikan pedoman perjalanan hidup untuk selamat sampai tujuan. Jika ada rambu yang dilanggar, maka akibat buruk akan menimpa pelanggar itu dan bahkan sering menimpa orang lain juga. Lihatlah, sebuah kecelakaan di jalan raya, korbannya tidak hanya pelaku pelanggaran, namun menimpa pengguna jalan yang lain.
Di antara persoalan besar yang dihadapi oleh manusia adalah yang berkaitan dengan wanita. Persoalan ini adalah persoalan Bani Israel dan persoalan umat ini. Rasulullah telah mengisyaratkan masalah ini,
Aku tidak tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain (fitnah) wanita. (H.R. Bukhari dan Muslim) Harta paling berharga yang dimiliki wanita adalah rasa malu dan harga diri. Jika wanita melepaskan pakaian malunya dan tidak lagi menjaga harga diri serta kewanitaannya, dampaknya akan menimpa keluarga dan masyarakat. Maka selayaknya keluarga dan masyarakat juga turut dalam menjaga nilai-nilai ini pada diri wanita-wanitanya. Jika wanita tidak lagi mengenakan hijab sebagaimana yang telah ditentukan Islam, ditambah dengan pelanggaran batas hubungan antar laki-laki dan wanita, maka kerusakan akan terjadi. Hal ini karena syahwat manusia adalah sesuatu yang berbahaya jika tidak dikendalikan. Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah saw. bersabda,
Wanita itu dari depan nampak seperti bentuk setan dan dari belakang nampak seperti bentuk setan. Kalau salah seorang di antara kalian melihat wanita hendaklah mendatangi istrinya. Karena hal itu akan meredakan apa yang di dalam dirinya. Pengertian Tabarruj dan Ikhtilath Menurut bahasa, tabarruj adalah wanita yang memamerkan keindahan dan perhiasannya kepada laki-laki (Ibnu Manzhur di Lisanul Arab). Tabarrajatil marah artinya wanita yang menampakkan kecantikannya, lehernya, dan wajahnya. Ada yang mengatakan, maksudnya adalah wanita yang menampakkan perhiasannya, wajahnya, kecantikannya kepada laki-laki dengan maksud untuk membangkitkan nafsu syahwatnya. Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditujukan wanita kepada mata-mata orang yang bukan muhrim. Termasuk orang yang mengenakan cadar, di mana seorang wanita membungkus wajahnya, apabila warna-warnanya mencolok dan ditujukan agar dinikmati orang lain, ini termasuk tabarruj jahiliyah terdahulu. Seperti yang disinyalir ayat, Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33)
Allah melarang para wanita untuk tabarruj setelah memerintahkan mereka menetap di rumah. Tetapi apabila ada keperluan yang mengharuskan mereka keluar rumah, hendaknya tidak keluar sembari mempertontonkan keindahan dan kecantikannya kepada laki-laki asing yang bukan muhrimnya. Allah juga melarang mereka melakukan tabrruj seperti tabarrujnya orang-orang jahiliyah terdahulu. Apa maksud tabarruj jahiliyah terdahulu itu? Mujahid berkata, Wanita dahulu keluar dan berada di antara para laki-laki. Inilah maksud dari tabarruj jahiliyah terdahulu. Qatadah berkata, Wanita dahulu kalau berjalan berlenggak-lenggok genit. Allah melarang hal ini. Muqatil bin Hayyan berkata, Maksud tabarruj adalah wanita yang menanggalkan kerudungnya lalu nampaklah kalung dan lehernya. Inilah tabarruj terdahulu di mana Allah melarang wanita-wanita beriman untuk melakukannya.
Ibnu Abu Najih meriwayatkan dari Mujahid, Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu Dia (Mujahid) berkata, Wanita dahulu berjalan-jalan di hadapan kaum (laki-laki). Itulah tabarruj Jahiliyah. Ada yang mengatakan, yang dimaksud jahiliyah pertama adalah jahiliyah sebelum Islam, sedangkan jahiliyah kedua adalah umat Islam yang melakukan perbuatan jahiliyah pertama. Sedangkan pengertian ikhtilath secara bahasa adalah bercampurnya dua hal atau lebih. Ikhtilath dalam pengertian syari maksudnya bercampur-baurnya perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim di sebuah momen dan forum yang tidak dibenarkan oleh Islam. Imam Abu Daud meriwayatkan,
Hamzah bin Abi Usaid Al-Anshari bahwa ia mendengar Rasulullah saw keluar rumah dari masjid. Tiba-tiba orang laki-laki dan wanita berkumpul di jalanan. Rasulullah saw berkata kepada para wanita itu, Agar wanita di belakang saja, kalian tidak boleh berada di tengahtengah jalan (ketika ada laki-laki) dan hendaknya kalian di pinggiran jalan. Serta merta ada wanita yang merapat ke dinding (rumah) sampai-sampai pakaiannya tersangkut ke dinding itu karena terlalu nempel. (Abu Daud). Al-Quran memberikan arahan kepada wanita bagaimana seharusnya mereka bersikap, bersuara dan bergaul dengan lawan jenisnya. Allah berfirman, Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. (Al-Ahzab: 32) Sekarang ini pemandangan wanita tabarruj menjadi biasa, termasuk di negeri-negeri muslim. Dunia entertainmen memiliki peran besar dalam mensosialisasikan budaya tabarruj. Ikhtilath juga tidak bisa dipisahkan dari budaya mereka. Seorang pemuda akan dipandang aneh jika tidak memiliki teman-teman wanita. Lebih jauh, pergaulan bebas semakin membudaya. Tabarruj dan Ikhtilah adalah konspirasi musuh-musuh Islam Tabarruj dan ikhtilath merupakan tradisi Yahudi, ini nampak dalam Protokoler mereka, wajib bagi mereka untuk menundukkan semua bangsa dengan cara memerangi akhlak dan memporak-porandakan nilai-nilai keluarga dengan berbagai sarana yang ada. Lalu mereka menemukan bahwa sarana yang paling efektif untuk menyerang basis keluarga adalah dengan cara merangsang mereka melakukan kejahatan dan merangsang nafsu syahwat. Racun ini lalu mereka sebarkan melalui berbagai media, film, koran, majalah, cerita, dan lain-lain. Kita sekarang hidup di zaman banyak dan beragam fitnah dan godaan, karena interaksi kita dengan dunia luar, misal melalui media masa audio maupun visual. Wanita dibiarkan berkeliaran ke mana saja tanpa batas dan bergaul dengan siapa saja serta dengan dandanan model zamannya, membuka aurat, dengan kosmetik dan parfum yang menarik perhatian. Acap kali kita menyaksikan, bahkan seorang gadis belia keluar dari rumahnya tanpa didampingi oleh muhrimnya, bertemu dengan siapa saja tanpa pantauan kedua orang tuanya. Wanita berbicara melalui telepon hingga berjam-jam tanpa diketahui oleh walinya. Di waktu siang maupun malam tidak jarang dijumpai wanita berada di luar rumah, bukan untuk suatu kepentingan belanja atau urusan keluarganya, semata-mata untuk mencari sensasi. Kemudian ia bergabung dalam kerumunan laki-laki dan perempuan. Hampir bisa dipastikan bahwa tujuan keluar rumah adalah sengaja menyebarkan fitnah dan menggoda mata laki-laki. Sementara orang tuanya, kakak dan adiknya tenang berada di rumah. Bahaya Tabarruj dan Ikhtilath Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan bahaya tabarruj dan ikhtilah bagi, diri, keluarga, dan masyarakat.
1. Tabarruj dan ikhtilath adalah maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya Dan barangsiapa bermaksiat kepada Allah akan merasakan akibatnya. Sama sekali tidak akan membahayakan Allah. Rasulullah saw. bersabda,
:
:
Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Mereka (sahabat) bertanya, Ya Rasulullah, siapakah yang tidak mau? Beliau bersabda, Barangsiapa taat kepadaku akan masuk surga dan barangsiapa bermaksiat kepadaku ia orang yang tidak mau. (H.R. Bukhari) 2. Tabarruj dan ikhtilath termasuk dosa besar Karena kedua hal ini merupakan sarana paling kuat terhadap perbuatan zina. Di riwayat yang shahih dari Ahmad diceritakan bahwa Umaimah binti Raqiqah datang kepada Rasulullah saw. Untuk berbaiat kepada beliau dalam membela Islam. Beliau bersabda,
Aku membaiatmu agar kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anakmu, tidak melakukan kebohongan dari hadapanmu (karena perbuatan lisan dan kemaluan), tidak meratapi (orang mati), dan tidak tabarruj dengan tabarruj jahiliyah pertama. (H.R. Bukhari) Lihatlah bagaimana Rasulullah saw. mengaitkan antara tabarruj dan dosa-dosa besar seperti syirik, mencuri, dan berzina. 3. Tabarruj dan Ikhtilath mendatangkan laknat Di Mustadrak Al-Hakim dan di Musnad Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar Rasulullah saw bersabda,
Akan datang di akhir umatku nanti laki-laki yang naik pelana (mewah) layaknya laki-laki yang turun ke pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka mengenakan pakaian namun telanjang, di kepala mereka seperti punuk unta kurus. Kutuklah wanita-wanita itu karena sesungguhnya mereka itu terkutuk. Jika setelah kalian ada kaum, tentu wanita-wanita kalian akan melayani wanita-wanita mereka sebagaimana wanita-wanita kaum terdahulu melayani kalian. 4. Tabarruj temasuk sifat penghuni neraka Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda,
Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku lihat sekarang ini. Satu kaum yang bersama mereka cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk memukul orang. Wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, bergaya pundak mereka dan berpaling dari kebenaran. Kepala mereka seperti punuk unta kurus, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya. Padahal baunya tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian. (H.R. Muslim) 5. Tabarruj adalah Kemunafikan yang akan Mendatangkan Kegelapan di hari Kiamat Al-Baihaqi meriwayatkan sabda Rasulullah saw. dengan sanad shahih,
Sebaik-baik wanita kalian adalah yang penyayang, yang banyak melahirkan, yang cocok (dengan suaminya) jika mereka bertakwa kepada Allah. Dan seburuk-buruk wanita adalah yang tabarruj dan sombong. Mereka itulah orang-orang munafik. Tidak akan masuk surga salah seorang di antara mereka kecuali seperti gagak putih. (Baihaqi).
6. Tabarruj dan ikhtilath menodai kehormatan keluarga dan masyarakat Diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda,
Ada tiga orang yang, kamu jangan bertanya kepada mereka: seseorang yang keluar dari jamaah dan durhaka kepada imamnya lalu mati dalam keadaan bermaksiat, seorang budak perempuan dan laki-laki yang berlari (dari tuannya) kemudian ia mati, dan seorang wanita ditinggal keluar oleh suaminya dan telah dicukupi kebutuhan dunianya lalu ia bertabarruj setelah itu. Maka jangan bertanya kepada mereka. (H.R. Ahmad) 7. Tabarruj adalah sunnah Iblis Jika menutup aurat dan berhijab serta menjaga diri dan kehormatan adalah sunnah Nabi saw. Maka tabarruj dan ikhtilath adalah sunnah Iblis, di mana sasaran godaan pertama terhadap manusia adalah agar auratnya terbuka. Allah mewanti-wanti hal ini kepada kita agar kita tidak terfitnah oleh tipu daya Iblis. Allah berfirman, Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikutpengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orangorang yang tidak beriman. (Al-Araf: 27). 8. Tabarruj dan Ikhtilath adalah Permulaan Zina Setiap kali penyimpangan terjadi akan melahirkan penyimpangan lain yang lebih besar. Ketika wanita tidak menutup auratnya dan tidak menjaga kehormatannya dengan bercampur bersama laki-laki yang bukan muhrimnya, terlebih dengan dandanan yang menyebar fitnah, rasa malu sudah sirna dan ghirah laki-laki mulai tiada, maka hal-hal haram menjadi mudah dilakukan bahkan dosa-dosa besar menjadi hal yang biasa dan wajar. Termasuk di antaranya zina. Di tengah masyarakat kita sekarang terjadi perbedaan persepsi tentang zina. Bahkan tidak ada undang-undang yang menjadikan zina sebagai kejahatan kecuali ia terkait dengan hak-hak asasi manusia. 9. Tabarruj dan Ikhtilath mengundang Siksaan Allah Di hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda,
Tidaklah nampak kebejatan di antara kaum Luth sampai mereka terang-terangan (melakukannya) kecuali setelah itu tersebarlah penyakit kolera dan kelaparan yang belum pernah terjadi pada pendahulu mereka. (Ibnu Majah). Secara umum, kemaksiatan kerap kali menjadi penyebab terjadinya berbagai musibah. Seperti yang Allah sinyalir dalam Al-Quran, Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orangorang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Al-Isra: 16) Tentu saja yang akan terkena dampaknya tidak hanya pelaku kemaksiatan, kaum mutabarrijat dan mereka tidak ada hijab dalam hubungan antar lawan jenis. Semua orang yang ada di sebuah komunitas akan terkena dampaknya. Maka kewajiban bagi semuanya adalah mencegah terjadinya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran sebisa mungkin. Para ulama dan pemimpin menjadi penanggung jawab utama sebelum yang lain dalam menegakkan amar maruf nahi mungkar. Abu Bakar As-Shidiq meriwayatkan bahwa ia mendengar sabda Rasulullah saw,
Jika manusia melihat kemungkaran lalu tidak merubahnya, hampir Allah meratakan siksanya kepada mereka semua. (Diriwayatkan Empat Imam dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)http://www.dakwatuna.com/2007/tabarruj-dan-ikhtilath/
TABARRUJwww.iLuvislam.com oleh : matmin Pernah dengar kata tabarruj? Apa maknanya? Allah Subhanahu wa Taala menyinggung kata ini dalam firman-Nya:
Janganlah kalian (wahai istri-istri Nabi) bertabarruj sebagaimana tabarruj orang-orang jahiliah yang awal. (Al-Ahzab: 33)
Dan perempuan-perempuan tua yang terhenti dari haid dan mengandung, yang tidak memiliki keinginan untuk menikah lagi, maka tidak ada dosa bagi mereka untuk menanggalkan pakaian luar1 mereka dengan tidak bermaksud tabarruj dengan perhiasan yang dikenakan . (An-Nur: 60) Az-Zajjaj Abu Ishaq Ibrahim bin As-Sirri2 rahimahullahu berkata: Tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan segala yang dapat mengundang syahwat laki-laki. Adapun jahiliah yang awal, ada yang mengatakan masanya dari mulai Nabi Adam alaihissalam sampai zaman Nuh alaihissalam. Ada yang mengatakan dari zaman Nuh alaihissalam sampai zaman Idris alaihissalam. Ada pula yang berpendapat dari zaman Isa alaihissalam sampai zaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Pendapat yang lebih mendekati adalah dari zaman Isa alaihissalam sampai zamannya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, karena merekalah orang-orang jahiliah yang dikenal. Disebut jahiliah yang awal, karena mereka telah ada lebih dahulu sebelum umat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. (Maanil Qur`an wa Irabuha, 4/171). Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu juga menyebutkan hal ini dalam tafsirnya. (Jamiul Bayan fi Ta`wilil Qur`an, 10/294) Mujahid rahimahullahu berkata: Seorang wanita berjalan di hadapan orang-orang, itulah yang dinamakan tabarruj jahiliah. Qatadah rahimahullahu menambahkan bahwa wanita yang bertabarruj adalah wanita yang keluar rumah dengan berjalan lenggak-lenggok dan genit. (Tafsir Ath-Thabari, 10/294) Al-Imam Majdudin Abus Saadat Al-Mubarak bin Muhammad Al-Jazari atau yang lebih dikenal dengan Ibnul Atsir rahimahullahu menjelaskan makna tabarruj dari hadits:
(
) ...
...
Nabiyullah Shallallahu alaihi wa sallam membenci sepuluh perangai (perbuatan) (kemudian disebutkan satu persatunya, di antaranya adalah:) tabarruj dengan perhiasan tidak pada tempatnya. (HR. Abu Dawud no. 4222. Namun hadits ini mungkar3 kata AsySyaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Dhaif Sunan Abi Dawud) Ibnul Atsir rahimahullahu berkata: Tabarruj adalah menampakkan perhiasan kepada lakilaki yang bukan mahram (ajnabi). Perbuatan seperti ini jelas tercela. Adapun menampakkan perhiasan kepada suami, tidaklah tercela. Inilah makna dari lafaz hadits, (menampakkan perhiasan) tidak pada tempatnya. (An-Nihayah fi Gharibil Hadits) Dengan keterangan di atas insya Allah menjadi jelas bagi kita apa yang dimaukan dengan tabarruj. Hukumnya pun tampak bagi kita, yakni seorang muslimah dilarang keluar rumah dengan tabarruj. Namun sangat disesalkan kenyataan yang kita dapatkan di sekitar kita. Berseliwerannya wanita dengan dandanan aduhai, ditambah wangi yang semerbak di jalan-jalan dan pusat keramaian, sudah dianggap sesuatu yang lazim di negeri ini. Bahkan kita akan dianggap aneh ketika mengingkarinya. Tidak usahlah kita membicarakan para wanita yang berpakaian telanjang di jalan-jalan, karena keadaan mereka sudah sangat parah, membuat orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Taala dan hari akhir bergidik dan terus beristighfar. Cukup yang kita tuju para muslimah yang masih punya kesadaran berislam walaupun mungkin setipis kulit ari, hingga mereka menutup rambut mereka dengan kerudung dan membalut tubuh mereka dengan pakaian sampai mata kaki dengan berbagai model. Sangat disesalkan para muslimah yang berkerudung ini ikut berlomba-lomba memperindah penampilannya di depan umum dengan model 'busana muslimah' terkini dan kerudung gaul yang penuh
pernak-pernik, pendek, dan transparan. Sehingga, berbusana yang sejatinya bertujuan menutup aurat dan keindahan seorang muslimah di hadapan lelaki selain mahramnya, malah justru menonjolkan keindahan. Belum lagi wajah dan bibir yang dipoles warna-warni. Tangan yang dihiasi gelang, jari-jemari yang diperindah dengan cincin-cincin, dan parfum yang dioleskan ke tubuh dan pakaian. Semuanya dipersembahkan di hadapan umum, seolah si wanita berkata, Lihatlah aku, pandangilah aku. Wallahul mustaan Semua ini jelas merupakan perbuatan tabarruj yang dilarang dalam Al-Qur`anul Karim. Namun betapa jauhnya manusia dari bimbingan Al-Qur`an!!! Allah Subhanahu wa Taala melarang para wanita bertabarruj. Namun mereka justru bangga melakukannya, mungkin karena ketidaktahuan atau memang tidak mau tahu. Bisa jadi ada yang menganggap bahwa larangan tabarruj ini hanya ditujukan kepada istriistri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam karena mereka yang menjadi sasaran pembicaraan dalam ayat 33 dari surat Al-Ahzab di atas. Jawabannya sederhana saja. Bila wanita-wanita shalihah, wanita-wanita yang diberitakan nantinya akan tetap mendampingi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di surga, para Ummahatul Mukminin yang suci itu dilarang bertabarruj sementara mereka jauh sekali dari perbuatan demikian, apatah lagi wanita-wanita selain mereka yang hatinya dipenuhi syahwat dunia. Siapakah yang lebih suci, istri-istri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ataukah mereka? Bila istri-istri Rasul Shallallahu alaihi wa sallam yang merupakan cerminan shalihah bagi wanita-wanita yang bertakwa itu diperintah untuk menjaga diri, jangan sampai jatuh ke dalam fitnah4 dan membuat fitnah, apalagi wanita-wanita yang lain Kalau ada yang menganggap larangan tabarruj itu hukumnya khusus bagi istri-istri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam karena mereka adalah pendamping manusia pilihan, kekasih Allah Subhanahu wa Taala, sementara wanita-wanita selain mereka tidak memiliki keistimewaan demikian, maka kita tanyakan: Dari sisi mana penetapan hukum khusus tersebut, sementara alasan dilarangnya tabarruj karena akan menimbulkan fitnah bagi lakilaki?5 Laki-laki yang memang diciptakan punya ketertarikan terhadap wanita, tentunya akan tergoda melihat si wanita keluar dengan keindahannya. Bila tidak ada iman yang menahannya dari kenistaan, niscaya ia akan berpikir macam-macam yang pada akhirnya akan menyeretnya dan menyeret si wanita pada kekejian. Bila tabarruj dilarang karena alasan seperti ini, lalu apa manfaatnya hukum larangan tersebut hanya khusus bagi para istri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam? Apakah bisa diterima kalau dikatakan para istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dilarang tabarruj karena mereka wanita mulia yang harus dijaga, tidak boleh menimbulkan fitnah, sementara wanita selain mereka tidak perlu dijaga dan kalaupun bertabarruj tidak akan membuat fitnah??? Di manakah orang-orang yang katanya berakal itu meletakkan pikirannya? Wallahul mustaan. Al-Imam Abu Bakr Ahmad bin Ali Ar-Razi Al-Jashshash6 rahimahullahu menyatakan bahwa beberapa perkara yang disebutkan dalam ayat ini (Al-Ahzab: 33) dan ayat-ayat sebelumnya merupakan pengajaran adab dari Allah Subhanahu wa Taala terhadap istri-istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebagai penjagaan terhadap mereka dan seluruh wanitanya kaum mukminin juga dituju oleh ayat-ayat ini7. (Ahkamul Qur`an, 3/471) Surat An-Nur ayat 60 juga menunjukkan bahwa larangan tabarruj tidak hanya khusus bagi ummahatul mukminin, namun berlaku umum bagi seluruh mukminah. Bila wanita yang sudah tua dan sudah mengalami menopause saja dilarang tabarruj sebagaimana dalam ayat:
Dengan tidak bermaksud tabarruj dengan perhiasan yang dikenakan (An-Nur: 60) tentunya larangan kepada wanita yang masih muda lebih utama lagi. Wanita yang keluar rumah dengan tabarruj hendaknya berhati-hati dengan ancaman yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya berikut ini:
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat, pertama: satu kaum yang memiliki cemeti-cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukul manusia. Kedua: para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka menyimpangkan lagi menyelewengkan orang dari kebenaran. Kepala-kepala mereka seperti punuk unta yang miring/condong. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wanginya surga padahal wanginya surga sudah tercium dari jarak perjalanan sejauh ini dan itu. (HR. Muslim no. 5547)
Kedua golongan di atas belum ada di zaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, namun sekarang telah kita dapatkan. Hal ini termasuk mukjizat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, di mana apa yang beliau kabarkan pasti terjadi. (Al-Minhaj, 14/336) Yang perlu diingat, tidaklah satu dosa diancam dengan keras melainkan menunjukkan bahwa dosa tersebut termasuk dosa besar. Sementara wanita yang keluar rumah dengan berpakaian namun hakikatnya telanjang, yang bertabarruj, berjalan berlenggak lenggok di hadapan kaum lelaki hingga menjatuhkan mereka ke dalam fitnah, dinyatakan tidak akan
masuk surga dan tidak akan mencium bau surga. Nah, tersisalah pertanyaan: apakah dosa yang diancam seperti ini bisa dianggap remeh? Maka berhati-hatilah!!!
1 Maksudnya pakaian luar yang kalau dibuka tidak menampakkan aurat. 2 Wafat tahun 311 H. 3 Hadits mungkar termasuk dalam hadits yang lemah. 4 Yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah sesuatu yang membawa kepada ujian, bala, dan adzab. 5 Terlebih lagi ada hadits yang berbunyi:
Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 6 Wafat tahun 370 H. 7 Yakni ayat ini tidak berlaku secara khusus bagi istri-istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam namun juga berlaku bagi wanita muslimah lainnya. Walaupun konteks pembicaraannya memang ditujukan kepada istri-istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, namun hukum yang disebutkan di dalam ayat berlaku umum.
http://www.iluvislam.com/v1/readarticle.php?article_id=812
** TABARRUJ **
TABARRUJ ialah mendedahkan kecantikan rupa paras sama ada kecantikan itu di bahagian muka atau di anggota-anggota badan yang lain. AL-Bukhari rahmatullah laihi ada berkata: abarruj, iaitu seorang wanita yang memperlihatkan kecantikan rupa parasnya? Untuk menjaga masyarakat daripada bahaya pendedahan urat dan disamping menjaga kehormatan wanita dari sebarang pencerobohan, maka dengan yang demikian Allah melarang setiap wanita yang berakal lagi telah baligh dari bertabarruj. Allah s.w.t telah berfirman dalam surah an ur ayat 31 yang bermaksud: atakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang bisa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya, dan jangan menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, putera-putera lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang urat wanita. Dan jangalah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka.Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung? Dengan ini jelas bahawa sebarang corak perhiasan di anggota badan atau di pakaian, adalah boleh membawa fitnah. Dengan inilah Allah melarang bermake-up. Larangan seperti ini hanya sanggup ditaati oleh wanita-wanita yang beriman sahaja kerana takut kepada kemurkaan Allah dan seksaan dari-Nya. Berikut pula mari kita renungi firman Allah khasnya yang tujukan kepada isteri-isteri Rasulullah s.a.w yang bermaksud: ai isteri-isteri Nabi(a.s), kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kau bertaqwa. Kerana itu janganlah kamu terlalu lunak dalam bicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada perasaan serong di dlaam hatinya, tetapi ucaplah perkataan yang baik.?(Alahzab: 32) Daripada ayat ini dapatlah difahamkan bahawa suara lemah lembut adalah sebahagian daripada urat wanita juga.Kembali lagi kita kepada jenis alat-alat make-up. Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: ndainya wanita keluar dari rumah serta memakai bau-bauan, maka dia sudah dianggap melakukan perzinaan?/i> Penggunaan wangi-wangian sembur atau jenis jenis bauan bagi t Islam, apabila kaum wanita diwaktu keluar dari rumah adalah dilarang, kerana syari
melarang perzinaan, maka segala sumber-sumber dan cirri-ciri yang membawa kepada perbuatan keji tadi semuanya juga dilarang. Ummu salamah ada menceritakan, maksudnya begini: ?Asma?binti Abu Bakar telah menziarahi Rasulullah s.a.w pada suatu hari dengan pakaian yang nipis. Lantas Rasulullah.s.a.w menasihatinya dengan bersabda yang maksudnya :?Wahai Asma? sesungguhnya seseorang gadis yang telah berhaidh (baligh), tidak harus baginya menzahirkan anggota badan, kecuali ini dan ini.?/i>. ketika itu Rasulullah s.a.w mengisyaratkan kepada muka dan kedua tapak tangan. Lampiran: Ringkasan Petikan dari Dr. Abdul Karim Zaidan, PhD Baghdadhttp://mforum.cari.com.my/viewthread.php?tid=332376
sekadar hiasan...
sekadar hiasan.....
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baz Penerbit : Pustaka Al Haura
"Dantetaplah kalian tinggal di rumah kalian, dan jangan bertabarruj sepertitabarrujnya orang-orang jahiliyah yang dahulu, dirikanlah sholat,tunaikanlah zakat, dan taatilah Alloh dan Rasul-Nya" (QS Al Ahzab 33) "Duagolongan dari penduduk neraka yang aku belum pernah melihatnya, yaitusuatu
kaum yang memegang cemeti seperti ekor-ekor sapi untuk memukulmanusia dan wanita yang berpakaian tetapi seperti telanjang, merekaberlenggak-lenggok, kepalakepala mereka seperti punuk unta yangmiring, mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkanwanginya surga" (HR Ahmad dan Muslim)
TABARRUJ (BERHIAS DIRI) IKUT ISLAM on: Mac 04, 2009, 02:51:12 am
PANDANGAN ULAMA Pada dasarnya perhiasan dalam erti kata mempercantik diri dan selain diri agar orang lain merasa senang memandang adalah diharuskan. Perhiasan itu selama mana ianya tidak bertentangan dan berlawanan dengan syara adalah sangat digalakkan dan dituntut dalam Islam. Sebagai contoh, Allah memerintahkan agar manusia memakai perhiasan pada setiap kali pergi ke masjid, firmanNya: Tafsirnya: Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaian kamu yang indah berhias pada tiap-tiap kali kamu ke tempat ibadat (atau mengerjakan sembahyang), dan makanlah serta minumlah, dan jangan pula kamu melampau; sesungguhnya Allah tidak suka akan orang-orang yang melampaui batas. (Surah alAraf, ayat 31) Perhiasan itu fungsinya bukan setakat untuk memperindah dan mencantikkan tubuh badan dan sesuatu tempat saja, seperti dinding-dinding dan ruang-ruang tertentu di dalam rumah, di masjid dan sebagainya, tetapi juga fungsinya menjadi alat dan bahan untuk kegunaan suatu tujuan, sama ada ianya digunakan kerana ada keperluan, seperti untuk perubatan, ataupun digunakan tanpa ada keperluan, seperti pinggan dan cawan yang diperbuat daripada perak atau emas digunakan untuk makan dan
minum kerana semata-mata menunjukkan a kehidupan yang mewah. Namun begitu, bukan semua jenis barang-barang perhiasan itu diharuskan untuk dijadikan bahan kegunaan dan hiasan diri dan tempat. Terdapat garis panduan hukum syara yang menentukan bahanbahan perhiasan mana yang boleh dan tidak boleh digunakan dan dipakai, baik bagi laki-laki mahupun perempuan. Pembahasannya lebih kurang sama dalam menafsirkan `perhiasan yang zahir . Berikut ini adalah apa yang tersebut di dalam Zadul Masir fi Ilmit Tafsir oleh Ibnul Jauzi: Maksud `perhiasan yang zahir/apa yang biasa dilihat , terdapat tujuh pendapat, iaitu: 1. Ia bermaksud pakaian. Ini adalah riwayat dari Abu Ahwash dari Ibnu Mas ud. Bererti telapak tangan, cincin dan muka - Dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas 2. Bererti celak dan cincin Juga dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas. 3. Bererti gelang, cincin dan celak Al-Misywar bin Mukhrimah. 4. Bererti celak, cincin dan pewarna telapak tangan Pendapat dari Mujahid. 5. Bererti cincin dan gelang Dari al-Hasan. 6. Bererti celak, cincin dan pewarna telapak tangan dari al-Dhahhak.
Dan tetaplah di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku (tabarruj) seperti orangorang jahiliah dahulu". (Al-Ahzab:33) Dalam Islam hukum bersolek bagi wanita ada pelbagai keadaan, ada hukumnyn wajib, sunat, makruh dan haram, bergantung kepada keadaan dan niat atau tujuan ia dilakakukan. Ayat di atas sebagai irsyad ( petunjuk/tunjuk ajar) kepada isteri-isteri Nabi s.a.w. agar tetap di rumah dan tidak bertabarruj sebagaimana orang-orang jahiliyah dahulu. Tabarruj dikatakan sebagai berjalan dengan berlenggang-lenggok atau memperelokkannya. Ada juga yang mengatakan bahawa tabarruj ialah melepaskan tudung kepalanya tetapi tidak mengikat/mengetatkannya, lalu terlihatlah rantai leher, anting-anting dan lehernya. Lagi satu pendapat lain mengatakan, tabarruj ialah memperlihatkan keelokkan/kecantikkannya sepatutnya wajib ditutup. Mengapa jahilyah pertama/dahulu ini dikaitkan dengan tabarruj. Perempuan-perempuan jahiliyah pertama/awal memakai baju dari lu'lu', atau baju dari mutiara dan intan yang tidak berjahit kedua belah, dan berpakaian tipis yang menampakkan tubuh badannya. Dengan berpakaian begini, mereka akan berjalan di jalan-jalan mempamerkan diri mereka kepada kaum lelaki. Dan, dapat dirasakan bahawa zaman berkenaan adalah zaman yang penuh dengan kemewahan. Wanita bersolek untuk suami Islam tidak melarang wanita bersolek kecantikan fizikal yang diharuskan oleh syarak, bahkan ia wajib jika dilakukan untuk suami dan menarik perhatian suaminya. Tetapi haram jikan bertujuan untuk menarik perhatian lelaki-lelaki ajnabi atau atau untuk keluar rumah dengan mendedahkan aurat dan persolekannya. Hukumnya juga haram jika bersolek sehingga mengubah kejadian Allah atau menyerupai wanita jahiliyah (tabarruj jahiliah).
Hukum wanita memakai bau-bauan Terdapat beberapa hukum seperti wajib, haram, sunat, makruh dan harus. Wajib wanita berwangi-wangian Ketika suami berada di rumah, khususnya ketika hendak melayan suami pada waktu malam, malah hendaklah mereka terlebih dahulu bersolek dan memakai bau-bauan. Selain daripada itu, nabi saw tidak wajibkan. Nabi saw bersabda Sebaik-baik wanita (isteri) ialah jika kamu memandangnya sentiasa menyenangkan hati kamu (Riwayat an-Nasa is dari Abu Hurairah) Maksud menyenangkan hati ialah dalam semua hal dan keadaan, sama ada aspek fizikal dan mental. Dari segi akhlak, wajah dan dirinya sentiasa berhias dan bersolek, sentiasa berbau wangi di rumah dan di hadapan suami, semuanya termasuk perkara yang boleh menyenangkan suami. Tetapi sekiranya untuk keluar rumah, wanita-wanita dilarang bahkan haram bersolek dan memakai bau-bauan kerana terdapat keterangan hadis yang melarang wanita berbuat demikian. Waktu Sunat wanita berwangi-wangian i- Ketika berada di dalam rumah, terutamanya ketika berhadapan dengan suami. ii- Ketika hendak menunaikan solat dan beribadat dalam rumah, bukannya di masjid. Kalau untuk ke masjid, terdapat hadis yang melarang wanita berwangi-wangian. iii- Ketika menyambut tetamu wanita, sunat berwangi-wangian kerana sekiranya berkeadaan busuk boleh menimbulkan rasa kurang senang dan menyakiti perasaan tetamu. Walau bagaimanapun, selaku seorang muslimat, hendaklah sentiasa kelihatan kemas, badan dan pakaian hendaklah tidak berbau busuk.Oleh itu, sunat bagi wanita memakai bau-bauan ketika berada di rumah atau ketika sesama wanita. Terdapat keterangan dalam hadis-hadis yang lain yang menjelaskan tentang wanita juga digalakkan berwangi-wangian tetapi tidak pada dan tempat yang dilarang. Rasulullah saw bersabda Wangiwangian lelaki ialah yang jelas baunya dan tersembunyi warnamya. Sementara wangi-wangian wanita pula ialah yang cemerlang (jelas) warna dan tersembunyi baunya (Riwayat al-Tarmizi) Bahkan Aisyah sendiri memiliki minyak wangi yang terbaik. Dia menggunakan wangian tersebut apabila melayan Rasulullah saw. Baginda saw. Kata Aisyay Aku memakaikan minyak wamgi kepada nabi saw ketika baginda hendak melakukan ihram, dengan minyak yang terbaik yang aku miliki (Riwayat Abu Daud dan Tarmizi)
Selain daripada itu juga, adalah sunat bagi wanita memakai wangi-wangian sebelum berihram. Kerana terdapat keterangan bahawa Aisyah berkata Kami (isteri-isteri Rasulullah saw) pergi menunaikan haji bersama Rasulullah saw. Ketika hendak berihram, kami memakai minyak wangi yang terbaikdi kening kami. Ketika salah seorang di antara kami berpeluh, minyak wangi itu akan mengalir hingga ke muka dan Rasulullah saw melihat hal itu, tetapi tidak menegur kami (ertinya nabi saw tidak melarang) (Riwayat Ahmad dan Abu Daud) Berdasarkan hadis jumhur tersebut, ulamak berpendapat bahawa hukumnya adalah sunat sama ada kepada lelaki dan wanita berwangi-wangian ketika ihram. Imam Syafie berkata Sunat bagi lelaki dan wanita menyapu badan dan pakaian dengan minyak wangi ketika hendak (sebelum) melakukan ihram, walaupun zat minyat tersebut kekal hingga sesudah ihram . Imam Hanafi pula ada mengatakan Sunat menyapu badan dan pakaian dengan minyak wangi ketika hendak atau sebelum ihram, walaupun zat tidak tinggal melekat, sekalipun baunya kekal (al-Mazahil alArba ah) Namun Imam ada memberikan peringatan kepada wanita Seseorang yang hendak berihram, hendaklah memakai bau-bauan sebelum melakukan ihram (bukan ketika sedang berihram). Itulah yang lebih sah. Walaupun bau wanginya terlekat hingga sesudah ihram. Tetapi sekiranya setelah ia menanggalkan ihram itu lalu memakainya semula, maka dikenakan fidyah, kecuali dia mencuci pakaian itu terlebih dahulu. Kerana orang sedang berihram disyaratkan menjauhkan bau-bauan (al-Minhaj) Ibnu Hajar dan Syeikh Ramli menyatakan makruh menyapu bau-bauan pada pakaian ihram. Bagi yang membolehkannya adalah sebelum ihram. Sesudah berihram, jemaah terbesar daripada sahabat dan tabii,jumhur ahlu hadis dan ahli fiqh menyatakan haram. Mereka ialah Saad bin Abi Waqas, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Muawiyah, al-Sauri, Abu Yusuf, Ahmad, Daud dan lain-lain (syarah Soheh Muslim oleh asSauri) Waktu makruh wanita memakai wangi-wangian Hukum berwangi-wangian ketika berpuasa adalah makruh. Ini telah umum disepakati oleh ulamak dan terdapat penjelasan dalam bab puasa. Keterangan yang dapat dipegang dan dijadikan alas an ialah fatwa Imam Syafie dan Qaliyubi yang menyatakan makruh memakai wangi-wangian ketika berpuasa Menurut Qaliyubi pendapat itu ialah pendapat ijmak. Waktu haram bagi wanita berwangi-wangian Waktu-waktu yang dilarang ialah ketika keluar rumah untuk ke majlis yang dibenarkan oleh syarak, di hadapan lelaki ajnabi, bertujuan untuk memikat lelaki dan ketika ke masjid untuk solat berjemaah. Keterangan yang berkaitan waktu-waktu itu ialah seperti berikut: i- Rasulullah saw bersabda .seseorang wanita apabila memakai bau-bauan, kemudian melewati
(melintasi) di hadapan orang ramai dalam sesuatu majlis (yang ada lelaki dan bukan muhram dengannya), maka wanita itu dikira sama (dosanya) dengan zina (Riwayat Ahmad dan al-Tamizi) ii- Abu Hurairah menceritakan bahawa dia pernah bertemu dengan seorang wanita sedang pulang daripada masjid dan ia berbau wangiannya, lalu beliau menegur Wahai hamba Allah, apakah kamu pulang dari masjid. Rasulullah saw pernah bersabda bahawa Allah swt tidak akan menerima solat wanita yang memakai bau-bauan ke masjid sehingga dia pulang dan mandi (abu Daud, an-Nasaie,Ibnu Majah dan al-Baihaqi) iii- Dari Zainab as-Saqafi, katanya Rasulullah saw bersabda Apabila salah seorang daripada kmau hendak ke masjid, maka janganlah memakai bau-bauan (Riwayat Muslim dan Abu Awwanah) iv- Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah saw bersabda Mana-mana wanita yang memakai bau-bauan, janganlah ke masjid bersolat isyak (Riwayat Muslim dan Abu Awwanah serta Ashabussunah) Hadis ini menyebut waktu Isyak, tetapi perawinya sepakat menyatakan bahawa larangan itu meliputi seluruh waktu solat dan Isyak dijadikan sebagai contoh kerana ketika itu paling banyak fitnah bagi wanita. Imam Nawawi pula tidak menyebut mana-mana waktu solat bahkan dihukumkan haram bagi manamana wanita yang ke masjid memakai wangi-wangian. vi- Rasulullah saw bersabda Setiap wanita yang memakai bau-bauan, kemudian melewati di hadapan orang ramai (yang ada lelaki bukan mahram dengannya) dengan niat supaya mereka mencium baunya, maka wanita itu dikira (berdosa) sama dengan melakukan zina vii- Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Zawajir berkata Apabila wanita keluar rumah memakai bau-bauan dan berhias, maka itu termasuk dosa besar walaupun diizinkan oleh suaminya viii- Bagi wanita yang kematian suami, ketika ia masih dalam iddah, maka haram baginya berwangiwangian. Satu fatwa daripada Imam Syafie wanita yang kematian suami dan masih dalam iddah (4 bulan, 10 hari), maka dia dilarang daripada memakai bau-bauan Qaliyubi pula menyatakan Bagi wanita yang kematian suami, semasa iddah, maka haram baginya memakai bau-bauan Beberapa Hadis Rasulullah saw sebagai paduan
Siapa saja di antara wanita yang menanggalkan pakaian-nya di selain rumah suaminya, maka ia telah mengoyak tirai pelindung antara dirinya dan Allah Azza wa Jalla.
Permisalan wanita yang berhias untuk selain suaminya, adalah bagaikan kegelapan pada hari kiamat, tidak ada cahaya baginya. Maksudnya adalah wanita yang berlenggak-lenggok ketika berjalan dengan menarik pakaiannya, akan datang pada hari kiamat dalam keadaan hitam dan gelap, bagaikan berlenggak-lenggok dalam kegelapan. Dan hadits ini walaupun lemah, tetapi artinya benar, karena kenikmatan dalam maksiat adalah siksaan, wangi-wangian akan menjadi busuk dan cahaya menjadi kegelapan. Kebalikan dari taat, bahwa bau mulut orang yang berpuasa dan darah orang yang mati syahid lebih harum di sisi Allah dari bau minyak kasturi."
Akan ada pada akhir umatku nanti wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, kepala mereka bagaikan punuk unta, laknatlah mereka karena mereka adalah wanita-wanita yang pantas dilaknat. Kesimpulan: Semua orang ingin kelihatan cantik dan menarik, sama ada lelaki atau perempuan. Lelaki tidak boleh berhias dengan menggunakan alat-alat solekan perempuan. Lelaki kelihatan kemas dan menarik melalui penampilan diri atau pakaian mereka. Segala hadis yang dinyatakan di atas adalah berkenaan dengan larangan kepada golongan wanita dan tidak kepada lelaki. Oleh itu, lelaki dibolehkan menggunakan wangian yang sesuai, tidak bertujuan menunjuk-nunjuk, manakala wanita tidak harus menggunakannya untuk menarik perhatian orang lain agar memandang kepadanya. Tetapi harus menggunakannya hanya sekadar inging menghilangkan bau busuk badan agar disenangi oleh masyaralat sekeliling. http://ustazmelaka.net/forum/index.php?topic=375.0
HUKUM DAN PANDUAN : TABARRUJ ( BERHIAS DIRI) MENURUT ISLAM
PANDANGAN ULAMAPada dasarnya perhiasan dalam erti kata mempercantik diri dan selain diri agar orang lain merasa senang memandang adalah diharuskan.Perhiasan itu selama mana ianya tidak bertentangan dan berlawanan dengan syara adalah sangat digalakkan dan dituntut dalam Islam. Sebagai contoh, Allah memerintahkan agar manusia memakai perhiasan pada setiap kali pergi ke masjid, firmanNya:
Tafsirnya: Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaian kamu yang indah berhias pada tiap-tiap kali kamu ke tempat ibadat (atau mengerjakan sembahyang), dan makanlah serta minumlah, dan jangan pula kamu melampau; sesungguhnya Allah tidak suka akan orang-orang yang melampaui batas. (Surah al-Araf, ayat 31) Perhiasan itu fungsinya bukan setakat untuk memperindah dan mencantikkan tubuh badan dan sesuatu tempat saja, seperti dinding-dinding dan ruang-ruang tertentu di dalam rumah, di masjid dan sebagainya, tetapi juga fungsinya menjadi alat dan bahan untuk kegunaan suatu tujuan, sama ada ianya digunakan kerana ada keperluan, seperti untuk perubatan, ataupun digunakan tanpa ada keperluan, seperti pinggan dan cawan yang diperbuat daripada perak atau emas digunakan untuk makan dan minum kerana semata-mata menunjukkan a kehidupan yang mewah. Namun begitu, bukan semua jenis barang-barang perhiasan itu diharuskan untuk dijadikan bahan kegunaan dan hiasan diri dan tempat. Terdapat garis panduan hukum syara yang menentukan bahan-bahan perhiasan mana yang boleh dan tidak boleh digunakan dan dipakai, baik bagi laki-laki mahupun perempuan. Pembahasannya lebih kurang sama dalam menafsirkan `perhiasan yang zahir. Berikut ini adalah apa yang tersebut di dalam Zadul Masir fi Ilmit Tafsir oleh Ibnul Jauzi: Maksud `perhiasan yang zahir/apa yang biasa dilihat, terdapat tujuh pendapat, iaitu: 1. Ia bermaksud pakaian. Ini adalah riwayat dari Abu Ahwash dari Ibnu Masud. 2. Bererti telapak tangan, cincin dan muka - Dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas 3. Bererti celak dan cincin Juga dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas. 4. Bererti gelang, cincin dan celak Al-Misywar bin Mukhrimah. 5. Bererti celak, cincin dan pewarna telapak tangan Pendapat dari Mujahid. 6. Bererti cincin dan gelang Dari al-Hasan. 7. Bererti celak, cincin dan pewarna telapak tangan dari al-Dhahhak.
Dan tetaplah di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku (tabarruj)
seperti orang-orang jahiliah dahulu". (Al-Ahzab:33) Dalam Islam hukum bersolek bagi wanita ada pelbagai keadaan, ada hukumnya wajib, sunat, makruh dan haram, bergantung kepada keadaan dan niat atau tujuan ia dilakukan. Ayat di atas sebagai irsyad ( petunjuk/tunjuk ajar) kepada isteri-isteri Nabi s.a.w. agar tetap di rumah dan tidak bertabarruj sebagaimana orang-orang jahiliyah dahulu. Tabarruj dikatakan sebagai berjalan dengan berlenggang-lenggok atau memperelokkannya. Ada juga yang mengatakan bahawa tabarruj ialah melepaskan tudung kepalanya tetapi tidak mengikat/mengetatkannya, lalu terlihatlah rantai leher, anting-anting dan lehernya. Lagi satu pendapat lain mengatakan, tabarruj ialah memperlihatkan keelokkan/kecantikkannya sepatutnya wajib ditutup. Mengapa jahilyah pertama/dahulu ini dikaitkan dengan tabarruj. Perempuanperempuan jahiliyah pertama/awal memakai baju dari lu'lu' (permata), atau baju dari mutiara dan intan yang tidak berjahit kedua belah, dan berpakaian tipis yang menampakkan tubuh badannya. Dengan berpakaian begini, mereka akan berjalan di jalan-jalan mempamerkan diri mereka kepada kaum lelaki. Dan, dapat dirasakan bahawa zaman berkenaan adalah zaman yang penuh dengan kemewahan. Wanita bersolek untuk suami Islam tidak melarang wanita bersolek kecantikan fizikal yang diharuskan oleh syarak, bahkan ia wajib jika dilakukan untuk suami dan menarik perhatian suaminya. Tetapi haram jikan bertujuan untuk menarik perhatian lelaki-lelaki ajnabi atau atau untuk keluar rumah dengan mendedahkan aurat dan persolekannya. Hukumnya juga haram jika bersolek sehingga mengubah kejadian Allah atau menyerupai wanita jahiliyah (tabarruj jahiliah). Hukum wanita memakai bau-bauan Terdapat beberapa hukum seperti wajib, haram, sunat, makruh dan harus.
Wajib wanita berwangi-wangian Ketika suami berada di rumah, khususnya ketika hendak melayan suami pada waktu malam, malah hendaklah mereka terlebih dahulu bersolek dan memakai bau-bauan. Selain daripada itu, nabi saw tidak wajibkan. Nabi saw bersabda Sebaik-baik wanita (isteri) ialah jika kamu memandangnya sentiasa menyenangkan hati kamu (Riwayat an-Nasais dari Abu Hurairah) Maksud menyenangkan hati ialah dalam semua hal dan keadaan, sama ada aspek fizikal dan mental. Dari segi akhlak, wajah dan dirinya sentiasa berhias dan bersolek, sentiasa berbau wangi di rumah dan di hadapan suami, semuanya termasuk perkara yang boleh menyenangkan suami. Tetapi sekiranya untuk keluar rumah, wanita-wanita dilarang bahkan haram bersolek dan memakai bau-bauan kerana terdapat keterangan hadis yang melarang wanita berbuat demikian. Waktu Sunat wanita berwangi-wangian i- Ketika berada di dalam rumah, terutamanya ketika berhadapan dengan suami. ii- Ketika hendak menunaikan solat dan beribadat dalam rumah, bukannya di masjid. Kalau untuk ke masjid, terdapat hadis yang melarang wanita berwangi-wangian. iii- Ketika menyambut tetamu wanita, sunat berwangi-wangian kerana sekiranya berkeadaan busuk boleh menimbulkan rasa kurang senang dan menyakiti perasaan tetamu. Walau bagaimanapun, selaku seorang muslimat, hendaklah sentiasa kelihatan kemas, badan dan pakaian hendaklah tidak berbau busuk.Oleh itu, sunat bagi wanita memakai bau-bauan ketika berada di rumah atau ketika sesama wanita. Terdapat keterangan dalam hadis-hadis yang lain yang menjelaskan tentang wanita juga digalakkan berwangi-wangian tetapi tidak pada dan tempat yang dilarang. Rasulullah saw bersabda Wangi-wangian lelaki ialah yang jelas baunya dan tersembunyi warnanya. Sementara wangi-wangian wanita pula ialah yang cemerlang
(jelas) warna dan tersembunyi baunya(Riwayat al-Tarmizi) Bahkan Aisyah sendiri memiliki minyak wangi yang terbaik. Dia menggunakan wangian tersebut apabila melayan Rasulullah saw. Baginda saw. Kata Aisyay Aku memakaikan minyak wamgi kepada nabi saw ketika baginda hendak melakukan ihram, dengan minyak yang terbaik yang aku miliki (Riwayat Abu Daud dan Tarmizi) Selain daripada itu juga, adalah sunat bagi wanita memakai wangi-wangian sebelum berihram. Kerana terdapat keterangan bahawa Aisyah berkata Kami (isteri-isteri Rasulullah saw) pergi menunaikan haji bersama Rasulullah saw. Ketika hendak berihram, kami memakai minyak wangi yang terbaikdi kening kami. Ketika salah seorang di antara kami berpeluh, minyak wangi itu akan mengalir hingga ke muka dan Rasulullah saw melihat hal itu, tetapi tidak menegur kami (ertinya nabi saw tidak melarang) (Riwayat Ahmad dan Abu Daud) Berdasarkan hadis jumhur tersebut, ulamak berpendapat bahawa hukumnya adalah sunat sama ada kepada lelaki dan wanita berwangi-wangian ketika ihram. Imam Syafie berkata Sunat bagi lelaki dan wanita menyapu badan dan pakaian dengan minyak wangi ketika hendak (sebelum) melakukan ihram, walaupun zat minyat tersebut kekal hingga sesudah ihram. Imam Hanafi pula ada mengatakan Sunat menyapu badan dan pakaian dengan minyak wangi ketika hendak atau sebelum ihram, walaupun zat tidak tinggal melekat, sekalipun baunya kekal (al-Mazahil al-Arbaah) Namun Imam ada memberikan peringatan kepada wanita Seseorang yang hendak berihram, hendaklah memakai bau-bauan sebelum melakukan ihram (bukan ketika sedang berihram). Itulah yang lebih sah. Walaupun bau wanginya terlekat hingga sesudah ihram. Tetapi sekiranya setelah ia menanggalkan ihram itu lalu memakainya semula, maka dikenakan fidyah, kecuali dia mencuci pakaian itu terlebih dahulu. Kerana orang sedang berihram disyaratkan menjauhkan bau-bauan (al-Minhaj) Ibnu Hajar dan Syeikh Ramli menyatakan makruh menyapu bau-bauan pada pakaian ihram. Bagi yang membolehkannya adalah sebelum ihram. Sesudah berihram, jemaah
terbesar daripada sahabat dan tabii,jumhur ahlu hadis dan ahli fiqh menyatakan haram. Mereka ialah Saad bin Abi Waqas, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Muawiyah, al-Sauri, Abu Yusuf, Ahmad, Daud dan lain-lain (syarah Soheh Muslim oleh as-Sauri) Waktu makruh wanita memakai wangi-wangian Hukum berwangi-wangian ketika berpuasa adalah makruh. Ini telah umum disepakati oleh ulamak dan terdapat penjelasan dalam bab puasa. Keterangan yang dapat dipegang dan dijadikan alas an ialah fatwa Imam Syafie dan Qaliyubi yang menyatakan makruh memakai wangi-wangian ketika berpuasa Menurut Qaliyubi pendapat itu ialah pendapat ijmak. Waktu haram bagi wanita berwangi-wangian Waktu-waktu yang dilarang ialah ketika keluar rumah untuk ke majlis yang dibenarkan oleh syarak, di hadapan lelaki ajnabi, bertujuan untuk memikat lelaki dan ketika ke masjid untuk solat berjemaah. Keterangan yang berkaitan waktu-waktu itu ialah seperti berikut: i- Rasulullah saw bersabda .seseorang wanita apabila memakai bau-bauan, kemudian melewati (melintasi) di hadapan orang ramai dalam sesuatu majlis (yang ada lelaki dan bukan muhram dengannya), maka wanita itu dikira sama (dosanya) dengan zina (Riwayat Ahmad dan al-Tamizi) ii- Abu Hurairah menceritakan bahawa dia pernah bertemu dengan seorang wanita sedang pulang daripada masjid dan ia berbau wangiannya, lalu beliau menegur Wahai hamba Allah, apakah kamu pulang dari masjid. Rasulullah saw pernah bersabda bahawa Allah swt tidak akan menerima solat wanita yang memakai baubauan ke masjid sehingga dia pulang dan mandi (abu Daud, an-Nasaie,Ibnu Majah dan al-Baihaqi) iii- Dari Zainab as-Saqafi, katanya Rasulullah saw bersabda Apabila salah seorang daripada kmau hendak ke masjid, maka janganlah memakai bau-bauan (Riwayat
Muslim dan Abu Awwanah) iv- Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah saw bersabda Mana-mana wanita yang memakai bau-bauan, janganlah ke masjid bersolat isyak (Riwayat Muslim dan Abu Awwanah serta Ashabussunah) Hadis ini menyebut waktu Isyak, tetapi perawinya sepakat menyatakan bahawa larangan itu meliputi seluruh waktu solat dan Isyak dijadikan sebagai contoh kerana ketika itu paling banyak fitnah bagi wanita. Imam Nawawi pula tidak menyebut mana-mana waktu solat bahkan dihukumkan haram bagi mana-mana wanita yang ke masjid memakai wangi-wangian. vi- Rasulullah saw bersabda Setiap wanita yang memakai bau-bauan, kemudian melewati di hadapan orang ramai (yang ada lelaki bukan mahram dengannya) dengan niat supaya mereka mencium baunya, maka wanita itu dikira (berdosa) sama dengan melakukan zina vii- Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Zawajir berkata Apabila wanita keluar rumah memakai bau-bauan dan berhias, maka itu termasuk dosa besar walaupun diizinkan oleh suaminya viii- Bagi wanita yang kematian suami, ketika ia masih dalam iddah, maka haram baginya berwangi-wangian. Satu fatwa daripada Imam Syafie wanita yang kematian suami dan masih dalam iddah (4 bulan, 10 hari), maka dia dilarang daripada memakai bau-bauan Qaliyubi pula menyatakan Bagi wanita yang kematian suami, semasa iddah, maka haram baginya memakai bau-bauan Beberapa Hadis Rasulullah saw sebagai paduan
Siapa saja di antara wanita yang menanggalkan pakaian-nya di selain rumah suaminya, maka ia telah mengoyak tirai pelindung antara dirinya dan Allah Azza wa Jalla.
Permisalan wanita yang berhias untuk selain suaminya, adalah bagaikan kegelapan pada hari kiamat, tidak ada cahaya baginya. Maksudnya adalah wanita yang berlenggak-lenggok ketika berjalan dengan menarik pakaiannya, akan datang pada hari kiamat dalam keadaan hitam dan gelap, bagaikan berlenggak-lenggok dalam kegelapan. Dan hadits ini walaupun lemah, tetapi artinya benar, karena kenikmatan dalam maksiat adalah siksaan, wangi-wangian akan menjadi busuk dan cahaya menjadi kegelapan. Kebalikan dari taat, bahwa bau mulut orang yang berpuasa dan darah orang yang mati syahid lebih harum di sisi Allah dari bau minyak kasturi."
Akan ada pada akhir umatku nanti wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, kepala mereka bagaikan punuk unta, laknatlah mereka karena mereka adalah wanitawanita yang pantas dilaknat. Kesimpulan: Semua orang ingin kelihatan cantik dan menarik, sama ada lelaki atau perempuan. Lelaki tidak boleh berhias dengan menggunakan alat-alat solekan perempuan. Lelaki kelihatan kemas dan menarik melalui penampilan diri atau pakaian mereka. Segala hadis yang dinyatakan di atas adalah berkenaan dengan larangan kepada golongan wanita dan tidak kepada lelaki. Oleh itu, lelaki dibolehkan menggunakan wangian yang sesuai, tidak bertujuan menunjuk-nunjuk, manakala wanita tidak harus
menggunakannya untuk menarik perhatian orang lain agar memandang kepadanya. Tetapi harus menggunakannya hanya sekadar inging menghilangkan bau busuk badan agar disenangi oleh masyarakat sekeliling.
http://saifunnizam.blogspot.com/2010/04/hukum-panduan-tabarruj-berhias-diri.html