angle recess glaucoma
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Dinegara-negara industri trauma masih menjadi salah satu penyebab terbanyak dirawatnya
pasien dibagian mata. Di Amerika Serikat hampir 2,5 juta kelainan pada mata disebabkan oleh
trauma setiap tahunnya. Berdasarkan Nasional Eye Registry, 41 % trauma terjadi ditempat kerja,
13 % di tempat rekreasi dan 10 % akibat kecelakaan lalu lintas.(1)
Trauma pada mata menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah satunya yang cukup
berbahaya tapi sering terlupakan adalah peninggian tekanan intra okuler (TIO). Peninggian TIO
akan menyebabkan glaukoma akut atau kronis, tergantung mekanisme traumanya. Meskipun
glaukoma akibat trauma merupakan proses yang multifaktorial, namun hal yang paling penting
adalah berkurangnya aliran aquous melalui trabekular meshwork.(2,3)
Peninggian tekanan intra okuler dapat terjadi segera setelah trauma ataupun beberapa tahun
kemudian setelah trauma, seperti angle recess. Angle recess umumnya terjadi setelah trauma
tumpul.(4,5,6) Heschler melaporkan dari 18 pasien dengan angle recess didapatkan peningkatan
TIO terjadi rata-rata 16 tahun setelah trauma. Sementara Mermoud dan kawan –kawan
mendapatkan dari 65 pasien dengan angle recess jarak antara trauma dengan di diangnosis
glaukoma rata-rata 7,6 ± 9.5 tahun. (dikutip dari kepustakan no 7)
Angle recession dapat terjadi pada pasien dengan hifema traumatik antara 71-94 persen,
meskipun insiden angle recess tinggi namun rata-rata hanya 7-9 persen berkembang menjadi
glaukoma. (6,7)
Colin (1892) pertama kali mengambarkan angle recess yang terjadi akibat trauma tumpul.
Pada tahun 1949 D’Ombran menjelaskan observasinya pada glaukoma traumatik kronik yang
diyakininya disebabkan oleh sikatrik lesi proliperatif pada trabekular meshwork .(dikutip dari kepustakaan no
6)
Pada makalah ini akan bahas mengenai definisi, etiologi, patofisiologi dan managemen dari
angle recession glaucoma.
BAB II
Definisi, etiologi dan patofisiologi
2.1.Definisi
Angle recess adalah robekan pada badan siliar, biasanya antara serat-serat otot
longitudinal dengan otot sirkuler. (8,9,10)
Angle recess glaucoma merupakan tipe glaukoma sudut terbuka sekunder unilateral kronik yang
dapat terjadi setelah trauma pada mata atau beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah
trauma.(8,9,10)
2.2.Etiologi
Umumnya Angle resess terjadi setelah trauma tumpul. Kejadiannya sering dianggap tidak
penting, bahkan mungkin terlupakan. Penyebab trauma ini dapat bervariasi biasanya akibat
trauma tumpul dengan kecepatan tinggi. Penyebab paling umum trauma tumpul adalah (3,11,12)
Kecelakaan lalu lintas
Olah raga, seperti tinju
Luka karena perkelahian
Terjatuh
Pada pasien dengan hifema traumatik, dapat terjadi angle recess antara 71-94 %. Meskipun
insiden angle recess tinggi, namun rata-rata hanya 7-9 % yang berkembang menjadi glaukoma.
Resiko peningkatan tekanan intara okuler berhubungan dengan luasnya angle recess. Beberapa
penulis menghubungkan sudut angle recess dengan perkembangan glaukoma. Semakin besar
angle recess, resiko terjadinya glaukoma semakin besar. Pada angle recess yang lebih dari 180
atau 240 derajat resiko berkembang menjadi glaukoma semakin besar. Namun demikian setiap
mata dengan angle recess harus diobservasi, karena tidak mungkin memprediksi mata yang
mana akan mengalami mengalami glaukoma. (3,6,7,)
Peningkatan tekanan intra okuler (TIO) dihubungkan dengan waktu terjadinya trauma .
Hwschler melaporkan dari 18 pasien dengan angle recess didapatkan peningkatan TIO terjadi
rata-rata 16 tahun setelah trauma. Sementara Mermoud dan kawan –kawan mendapatkan dari 65
pasien dengan angle recess jarak antara trauma dengan di diangnosis glaukoma rata-rata 7,6
±9.5 tahun.(dikutip dari kepustakaan no 7)
2.3.Patofisiologi
Mekanisme terjadinya angle recess glaukoma terdiri dari 5 proses (3,12,14)
1. Trauma tumpul pada mata menyebabkan bagian anterior dan posterior tertekan.
Penekanan yang tiba-tiba pada kornea menimbulkan efek hidrodinamik, dimana akuos
terdorong ke lateral, sehingga kamera okuli anterior menjadi dalam dan diameter cincin
limbus kornea sklera bertambah.
2. Perubahan anatomi sementara menyebabkan dorongan pada struktur sudut terjadi
kerusakan pada titik yang lemah, akibat melebihi elastisitas jaringan.
3. Segmen anterior dapat rusak, Pada angle recess, badan siliar robek, otot longitudinal
menyentuh insersi skleral spur, sementara otot sirkuler dengan pars plikata dan akar iris
berpindah ke posterior.
4. Benturan kuat menyebabkan disfungsi trabekular, sehingga terjadi gangguan facility
outflow dan peningkatan TIO.
5. Peningkatan TIO kronik menyebabkan cuping optic dan kehilangan lapangan pandang.
Gambar 1 : Potensial area of damage in blunt ocular trauma (Dikutip dari kepustakaan no 1)
Gambar 2: Forms of anterior chamber angle injury associated with blunt trauma (Dikutip dari kepustakaan no 14)
A. Angle recession ( tear between the longitudinal and circular muscles of the cilliary body)
B. Cyclodialisis (separation of the cilliary body from the sclera spur)
C. Iridodialisis (tear in the root o iris)
D. Trabecular damage
Gambar : 3 .Histologic section through the anterior chamber angle of an eye with angle recession
(Dikutip dari kepustakaan no 14)
Mekanisme pasti peningkatan TIO pada angle recession glaucoma masih kontroversi.
Dikatakan bahwa angle recession bukan penyebab yang utama terjadinya glaukoma. Lebih
tepatnya trauma menyebabkan degenerativ atau perubahan proliferativ pada jaringan trabekular
meshwork, dimana akan menurunkan outflow. Herschler mendukung konsep ini dengan
mengobservasi kasus klinis dan penelitian pada binatang, yang menyatakan robekan pada
trabecular meshwork berada diposterior Schwalbe’s line selama periode awal trauma. Hal ini
menimbulkan flap yang melekat pada skleral spur. Dengan berjalan waktu timbul sikatrik yang
memicu terjadi nya obstruksi kronik pada sistim outflow akuos. Mekanisme lain dari
peningkatan TIO adalah penambahan diantara trabekular meshwork seperti meluasnya lapisan
endotel yang mirip membrane descemet dari konea ke COA.(8,10,1314).
BAB III
Gejala klinis, Diagnosis dan Management
3.1.Gejala Klinis & Diagnosis
Gejala klinis dari glaukoma sekunder dengan angle recess bervariasi dan tergantung pada
kejadian awal trauma. Gejala klinis bisa muncul tahun pertama setelah trauma atau beberapa
tahun setelah trauma. Pasien dengan angle recess lebih dari 270º, umumnya klinis bisa timbul
lebih awal. Kemungkinan angle recess harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian TIO
unilateral. Anamnesis yang baik pada pasien dapat menunjukkan kejadian trauma dimasa lalu,
akan tetapi sering kali terlupakan. Pemeriksaan yang teliti dapat menunjukan temuan-temuan
yang konsisten dengan trauma sebelumnya. (6,8,15)
Pada pemeriksaan Slit Lamp didapatkan (6,15)
Perbedaan kedalaman AC pada kedua mata
Mata dengan angle recess memiliki AC yang lebih dalam
Perbedaan pigmentasi iris
Robekan pada akar iris atau springter
PAS pada area trauma
Ruptur zonula dengan prolaps vitreus ke AC
Manifestasi klinisn angle recess mirip POAG tapi biasanya dapat dibedakan dengan temuan
gonioskopi yang khas yaitu : (6,8,12.)
1. Broad angle recess berwarna coklat
2. Prosesus iris tidak ada/ robek
3. Skeral spur berwarna putih mengkilat
4. Depresi/penekanan pada trabekular meshwork
5. PAS pada pinggir resesi
Gambar 4: Gonioscopic image of the angle (Normal) (Dikutip dari kepustakaan no 11)
Gambar 5: Irregular widening of the visible cilliary in a quadrant with Angle recession. .(dikutip dari kepustakaan
no 3)
Klasifikasi Angle recess (2)
1. Dangkal
Angle recess yang dangkal terdiri dari pemisahan prosesus iris dari trabekular meshwork,
sehingga korpus siliare dan skleral spur lebih jelas di banding mata yang satu lagi.
2. Moderat
Pemisahan terjadi di korpus siliare akibat dari pemisahan serat muskulus longitudinal dan
sirkuler.
3. Deep tear
Fisura meluas ke dalam badan siliare
3.2.Management
Glaukoma karena angle recess diobati sebagai glaukoma sudut terbuka. Angle recess
glaukoma awalnya di terapi dengan obat-obat. Pengobatan hampir selalu diindikasikan pada
pasien dengan TIO 25-28 mm Hg, pasien dengan optik nerve glaucomatous atau lapangan
pandang yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Bila dengan obat gagal mengontrol
TIO perlu dipertimbangkan intervensi yang lebih jauh. (15,16,17,18)
3.2.1.Medikal (16,18,19)
A.Menggunakan Aqueous Supresan topikal pada penggobatan awal termasuk β-bloker,
Alpha- agonis, Carbonic anhydrase inhibitor
B. Analog Prostaglandin yang meningkatkan outflow uveoskleral secara teori bermanfaat
pada angle recession glaucoma, karena pada kasus ini Trabekular meshwork fungsinya
terganggu
C.Penggunaan miotik, seperti Pilocarpin harus hati-hati.karena dilaporkan dapat
menyebabkan meningkatkan paradok TIO pada angle recess.
3.2.2. Laser
Argon Laser Trabekuloplasty (ALT) secara umum tidak memperlihatkan hasil yang baik.
Keberhasilannya dilaporkan hanya 23 % sampai 27%. Argon Laser Trabekuloplasty
(ALT) hanya membantu beberapa pasien dengan tekanan intra okuler yang tidak terlalu
tinggi. (12,15)
3.2.3.Operasi
Keberhasilan prosedur operasi kecil pada angle recession glaucoma dibanding pada
POAG. Mermoud dan kawan melaporkan rata keberhasilan operasi pada angle recession
glaucoma 52% dan POAG 89% setelah 1 tahun operasi. 32% banding 84 % setelah 2
tahun dan 8% banding 76 % setelah 3 tahun operasi.
Trabekulektomi dengan antimetabolit secara statistik lebih signifikan dalam menurunkan
TIO dibanding trabekulektomi tanpa antimetabolit. Mermoud dan kawan
membandingkan operasi trabekulektomi saja dengan trabekulektomi memakai Mitomycin
C (MMC) atau 5-fluorouracil (5-FU), dan menunjukan keberhasilan yang signifikan pada
tahun 1 dan ke 2 setelah operasi dengan MMC .(dikutip dari kepustakaan no 7,,20,)
BAB IV
Kesimpulan
1. Angle recession adalah robekan pada siliar, biasanya antara serat-serat otot longitudinal
dengan otot sirkuler.
2. Angle recess glaucoma merupakan tipe glaukoma sudut terbuka sekunder unilateral
kronik yang dapat terjadi setelah trauma atau beberapa bulan sampai beberapa tahun
setelah trauma.
3. Mekanisme pasti peningkatan TIO pada angle recession masih kontroversi. Dikatakan
bahwa angle recession bukan penyebab yang utama terjadinya glaukoma.
4. Angle recession glaucoma awalnya diterapi dengan obat-obatan. Bila dengan obat gagal
dalam mengontrol TIO perlu di pertimbangkan intervensi yang lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
1. Leader JB. Glaucoma in traumatized eye. In: Hingginbotham. EJ et all, editor. Clinical guide to glaucoma management. USA: Elsevier ; 2004. P. 326-339
2. Velayutham V. Traumatic glaucoma. In: Ashok Garg, et al. Editors. Glaucoma diagnosis & management. New Delhi: Jaypee; 2006. p. 2006 -215
3. Sullivan RB. Glaucoma, Angle Recession. E-Medicine. Diakses dari http:// www.emedicine.com/ Last Updated April 29 2010.
4. Mitchell K and Tseng H. Ocular Trauma and Glaucoma. In : Schacknow PN, Samples JR, editors. The Glaucoma book. A practical, evidence –base approach to patient care. New York: Springer ; 2010.p. 561-564
5. Stamper LR et al. Secondary open angle glaucoma. In: Becker-Shaffer’s Diagnosis and therapy of the glaucoma Chapter 4. USA : Mosby Elsevier. 2009 . p. 277-286
6. Tingey PD and Shingleton. Glaucoma associated with ocular trauma. In: Albert MD md, Jakobiec FA md, Robinson, editor. Principles and practice of opthalmology. Vol 3.. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1994. p 1436-1442
7. EL Agha S, Mohamed. Traumatic glaucoma. In : Zimmerman JT, Kooner SK, editor. Clinical pathways in glaucoma. New York: Thieme; 2001. p. 267-274
8. Skuata GL, Cantor, LB, Weiss JS. Open angle glaucoma. In : Glaucoma. Chapter 4.American Of Opthalmology. San Fransisco: 2008. p 85-121
9. Blanco AA, Costa VP, Wilson RP. Secondary glaucoma. In: Hand book of Glaucoma. Philadelpia: Martin Dunittz; 2002. p. 123-125
10. Folberg R. Parrish RK. Glaucoma following trauma. In: Tasman W, Jaeger EA, editors. Duane’s clinical ophthalmology. Philadelpia: Lipincott-raven Publisher; 1997.p. 1-5
11. Lang K G. Glaucoma. In: Ophthalmology APocket textbook atlas. 2nd Ed. New York: Thieme ; 2006. p 245-284
12. LaBorwit ES. Ocular trauma hemorrage and glaucoma. In: Pollack IP, Morison JC. Editor. Glaucoma science and practise. New York: Thieme; 2003. p. 259-250
13. Choplin TN. Glaucoma associated with ocular trauma. In: Thach BA, editor. Opthalmic care of the combat casualty. USA: Office the surgeon; 2003. p. 185-193
14. Allingham. R.R et al editor. Glaucoma associated with ocular trauma. In Shield’s textbook. Fifth edition. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkin; 2005. P. 403-408
15. Congdon N,Matelis HK. Glaucoma. In: Kuhn F, Pieramici DJ, editors. Ocular trauma Principles and practice. New York: Thieme; 2002. p. 169-178
16. Remo S and Moraes GC. Pigment Dispersion glaucoma and angle recession glaucoma. In: Giaconi AJ. Editor. Pearls of glaucoma management. New York: Springter-Verlag ; 2010. p. 345-353
17. Grosskreutz LC and Langston PD.Glaucoma. In: Manual of ocular diagnosis and therapy. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1995.p. 258-284
18. Imami RN, Allingham RR. Initial medical treatmen. In: Glaucoma medical therapy Prinsip and management Second edition. New York: Oxford; 2008. p. 179-189
19. Skuata GL, Cantor, LB, Weiss JS. Medical management of glaucoma. In : Glaucoma. Chapter 7. American Of Opthalmology. San Fransisco; 2008 . p. 167-186
20. Manner T, Salmon JF, Barron A. Trabeculectomy with mitomycin C in the treatment of pos-traumatic angle recession glaucoma. In : Br J Opthalmol vol 5 2001. p. 159-159
Tinjauan Kepustakaan Rencana dibacakan
Selasa : 2 November 2010
Jam 08.00 WIB
Angle Recession Glaucoma
LINDA WIRA PUTRI
HARMEN
KHALILUL RAHMAN
SUB BAGIAN GLAUKOMA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS MATA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNAND/RS.M.DJAMIL
PADANG
2010
LEMBARAN PENGESAHAN
Telah dilakukan perbaikan sesuai dengan diskusi
Disahkan oleh
Pembimbing Makalah
Tanggal : 2 Desember 2010
Dr. Harmen,SpM
Korelasi klinikal patologi antara trauma tumpul pada mata dengan perkembangan glaukoma
telah dilaporkan oleh Wolff dan Zimmerman yang menyatakan bahwa memberikan dasar dari
trauma sebelumnya tapi bukan merupakan penyebab dari glaukoma. Mereka menerangkan
bahwa trauma pada trabekular meshwork dapat menstimulasi / perubahan degenerasi pada
jaringan trabekular , yang dapat menyebabkan obstruksi aliran akuos.
BAB III
Gejala klinis, Diagnosis dan Management
3.1.Gejala Klinis & Diagnosis
Gejala klinis dari glaukoma sekunder dengan angle recess bervariasi dan tergantung pada
kejadian awal trauma. Gejala klinis bisa muncul tahun pertama setelah trauma atau beberapa
tahun setelah trauma. Pasien dengan angle recess lebih dari 270º, umumnya klinis bisa timbul
lebih awal. Kemungkinan angle recess harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian TIO
unilateral. Anamnesis yang baik pada pasien dapat menunjukkan kejadian trauma dimasa lalu,
akan tetapi sering kali terlupakan. Pemeriksaan yang teliti dapat menunjukan temuan-temuan
yang konsisten dengan trauma sebelumnya. (6,8,15)
Pada pemeriksaan Slit Lamp didapatkan (6,15)
Perbedaan kedalaman AC pada kedua mata
Mata dengan angle recess memiliki AC yang lebih dalam
Perbedaan pigmentasi iris
Robekan pada akar iris atau springter
PAS pada area trauma
Manifestasi klinis angle recess mirip POAG tapi biasanya dapat dibedakan dengan temuan
gonioskopi yang khas yaitu : (6,8,12.)
1. Badan siliar melebar, irregular
2. Perlengketan antara otot sirkuler dan longitudinal badan siliar
3. Angle Recess yang dalam
4. Jaringan putih posterior dari skeral spur
5. PAS --- Pada daerah recess