anc

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka kematian ibu (AKI) bukan saja merupakan indikator tingkat kesehatan wanita, tetapi juga menggambarkan tingkat akses, integritas, dan efektivitas sektor kesehatan. Oleh karena itu, AKI juga sering dipergunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan dari suatu negara. Selain angka kematian ibu (AKI) terdapat indikator lain yang digunakan dalam menilai status kesehatan masyarakat suatu bangsa, yakni angka kematian bayi (AKB) 1,2,3 . Definisi kematian ibu berdasarkan International Statistical Classification of Disease, Injuries, and Causes of Death, Edition X (ICD-X), adalah kematian seorang perempuan yang terjadi selama kehamilan sampai 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan/ruda paksa. Sedangkan AKB adalah banyaknya kematian bayi sebelum dilahirkan atau dikeluarkannya hasil konsepsi secara lengkap dari ibunya, berapapun usia kehamilannya. Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007, AKI masih mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB masih 34 per 1.000 kelahiran hidup. Fakta tersebut masih jauh 1

Upload: keziajessica

Post on 16-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

evaluasi ante natal care

TRANSCRIPT

Page 1: ANC

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar.

Angka kematian ibu (AKI) bukan saja merupakan indikator tingkat kesehatan wanita, tetapi juga

menggambarkan tingkat akses, integritas, dan efektivitas sektor kesehatan. Oleh karena itu, AKI

juga sering dipergunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan dari suatu negara. Selain angka

kematian ibu (AKI) terdapat indikator lain yang digunakan dalam menilai status kesehatan

masyarakat suatu bangsa, yakni angka kematian bayi (AKB)1,2,3.

Definisi kematian ibu berdasarkan International Statistical Classification of Disease,

Injuries, and Causes of Death, Edition X (ICD-X), adalah kematian seorang perempuan yang

terjadi selama kehamilan sampai 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan

lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau

penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan/ruda paksa. Sedangkan AKB adalah

banyaknya kematian bayi sebelum dilahirkan atau dikeluarkannya hasil konsepsi secara lengkap

dari ibunya, berapapun usia kehamilannya.

Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007, AKI masih mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan

AKB masih 34 per 1.000 kelahiran hidup. Fakta tersebut masih jauh dari target sasaran

Millenium Developmental Goals (MDGs), yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB harus

mencapai 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015

Dalam upaya penurunan AKI, sejak akhir tahun 1980-an telah dimulai program Safe

Motherhood Initiative. Kemudian secara konseptual pada akhir tahun 1990-an telah

diperkenalkan lagi suatu program Making Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh

pemerintah pada tahun 2000. MPS ini terdiri dari tiga pesan kunci dan empat strategi yang

ditujukan dalam mempertajam strategi dan intervensi dalam mempercepat penurunan AKI1.

Tiga pesan kunci MPS adalah:

1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

1

Page 2: ANC

3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap upaya pencegahhan kehamilan

yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Empat Strategi MPS adalah:

1. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi dan balita di tingkat

dasar dan rujukan.

2. Membangun kemitraan yang efektif

3. Mendorong pemberdayaan perempouan, keluarga, dan masyarakat.

4. Meningkatkan sistem surveilans, pembiayaan, monitoring, dan informasi KIA.

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (SPK). Pelayanan standar yang

dimaksud yakni minimal diberikan pelayanan antenatal sedikitnya empat kali selama kehamilan

yang terdiri dari pelayanan minimal sekali pada triwulan pertama, pelayanan minimal sekali pada

triwulan kedua dan pelayanan minimal dua kali pada triwulan ketiga, kemudian dilakukan

pemeriksaan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan

laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus sesuai risiko yang ditemukan

dalam pemeriksaan. Selain itu juga melakukan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk

menilai apakah perkembangan kehamilan berlangsung normal, mengenal kehamilan risiko tinggi

seperti adanya anemia, kurang gizi, hipertensi dan infeksi, memberikan pelayanan imunisasi,

memberikan nasehat dan penyuluhan kesehatan, dan juga melakukan pencatatan data dalam

setiap kunjungan. Menurut WHO, Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses

kehamilan serta persalinan yang aman dan memuaskan.

Dalam penerapannya di puskesmas dikenal standar minimal “5T”, yang meliputi timbang

berat badan dan ukur tinggi badan, pengukuran tekanan darah,tinggi fundus uteri, imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, dan pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan. Menurut Depkes RI dalam Standar Pelayanan Minimal dikeluarkan pengertian

terbaru yaitu ditambah menjadi “7T” yaitu ditambah dengan temu wicara (konseling) dan tes

laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbSAg, Sifilis, HIV,

Malaria, TBC). Namun dalam praktek, standar baku “5T” masing tetap digunakan4.

2

Page 3: ANC

1.2. Indikator keberhasilan program pelayanan antenatal di tingkat pusat :

1.2.1. Indikator Dampak

1.2.1.1. Penurunan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.

1.2.1.2. Penurunan angka kematian neonatal menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup.

1.2.1.3. Eliminasi tetanus neonatorum sebesar < 1.

1.2.1.4. Jumlah ibu hamil dengan anemia menurun menjadi < 20%.

1.2.2. Indikator Keluaran

1.2.2.1. Cakupan kunjungan ibu hamil K-1, termasuk cakupan Fe1 dan TT1 sebesar 95%.

1.2.2.2. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4, termasuk cakupan Fe3 dan TT2 sebesar 90%.

1.2.2.3. Cakupan deteksi ibu hamil dengan risiko tinggi oleh masyarakat sebesar 5%.

1.2.2.4. Cakupan deteksi ibu hamil dengan risiko tinggi oleh tenaga kesehatan sebesar 10%.

1.2.2.5. Persentase Drop out rate TT1 - TT2 sebesar < 10%.

1.3. Tujuan

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan dan pencapaian program ANC

(Antenatal Care) di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat 2.

1.3.2.Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui gambaran pelaksanaan dan pencapaian program pelayanan antenatal

1.3.2.2. Menilai masukan, proses, keluaran, dampak, umpan balik, dan lingkungan dari

program pelayanan antenatal.

1.3.2.3. Untuk mengetahui adanya kendala atau masalah dalam pelaksanaan program ANC.

1.3.2.4. Memberi saran dan solusi yang mampu laksana untuk perbaikan pembuatan

perencanaan serta pelaksanaan kegiatan program ANC di masa mendatang sehingga

dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan ANC.

3

Page 4: ANC

4) LINGKUNGAN

MASUKAN 2) PROSES 3) KELUARAN 6) DAMPAK

5) UMPAN BALIK

BAB II

KERANGKA EVALUASI

2.1 Kerangka Teori

Pendekatan yang digunakan dalam evaluasi kinerja Puskesmas digambarkan dalam skema

di bawah ini :

Keterangan :

1. Masukan :Tenaga, dana, sarana (medis dan non medis), dan metode (medis dan non

medis).

2. Proses :Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan dan

pelaporan,serta pengawasan.

3. Keluaran :Cakupan pelayanan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.

4. Lingkungan :Lingkungan fisik dan non-fisik.

5. Umpan balik :Rapat meliputi pembahasan laporan dan kegiatan serta laporan dari

instansi lain ataupun masyarakat.

6. Dampak :Penurunan angka kematian ibu akibat komplikasi selama kehamilan,

persalinan, dan masa nifas.

Langkah – langkah dalam evaluasi program di wilayah Puskesmas adalah sebagai berikut:

1. Mencari data primer dan sekunder mengenai indikator kegiatan program ANC yang

ditemukan di Puskesmas, kemudian dibandingkan dengan standar target yang digunakan

untuk mendapatkan masalah.

4

Page 5: ANC

2. Mencari data primer dan sekunder mengenai masukan, proses, umpan balik, dan

lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas Pademangan Barat 2 pada tanggal 24 Juli

2012 – 26 Juli 2012 kemudian dibandingkan dengan standar target yang digunakan untuk

mendapatkan penyebab masalah.

Data primer didapatkan melalui observasi dan wawancara dengan kepala Puskesmas

Puskesmas Kelurahan Pademangan II dr.Murniasi H, serta bidan yang bertugas di KIA,

yaitu Bidan Rusi. Selain itu juga didapatkan status pasien ANC periode April 2012 – Juni

2012 (didapatkan data kunjungan ibu hamil K1, K4, jumlah ibu hamil yang mendapatkan

TT1 dan TT2, jumlah ibu hamil yang mendapatkan Fe1 dan Fe 3, serta jumlah ibu yang

diperiksakan darahnya, serta skrining terhadap kelompok risiko tinggi).

Lalu dilakukan pengecekan status Balai Pengobatan Umum periode April 2012 – Juni

2012 terhadap pasien ibu hamil dengan usia kehamilan lebih atau sama dengan 9 bulan,

lalu dilakukan pengecekan silang terhadap status kehamilannya di bagian KIA.

3. Menyimpulkan penyebab masalah utama yang mengakibatkan tidak terpenuhinya target

keluaran/dampak dari segi kinerja puskesmas.

4. Memberikan saran yang mampu dilaksanakan.

2.2 Kerangka Konsep (terlampir)

5

Page 6: ANC

BAB III

ANALISA SITUASI

1.1. Data Umum dan Data Khusus

1.1.1.Data Umum

1.1.1.1. Data geografis.

Puskesmas kelurahan Pademangan Barat II terletak Jalan Waspada Raya Gang B2, RT

001/RW 015 Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Transportasi menuju puskesmas

cukup mudah didapatkan, hanya puskesmas terletak didalam gang, dan berjarak

kurang lebih 3 rumah dari pintu masuk gang ke Puskesmas. Akses transportasi untuk

mencapai gang Puskesmas dapat ditempuh dengan berjalan kaki, sepeda motor, bajaj,

becak, dan mobil (Namun tidak ada angkutan umum dalam bentuk mobil/bis yang

melewati). Akan tetapi, untuk masuk ke dalam gang hanya dapat diakses dengan

berjalan kaki atau sepeda motor. Jalan sudah diaspal. Puskesmas mudah ditemukan

karena adanya petunjuk jalan dijalan utama Budi Mulia.

1.1.1.2. Data kependudukan kelurahan Pademangan Barat II tahun 2011

1.1.1.2.1. Jumlah penduduk (Berdasarkan data BPS) : 31.248 jiwa (35,95 % terhadap

jumlah penduduk kelurahan Pademangan Barat).

1.1.1.2.2. Jumlah keluarga : 8320 keluarga (71% terhadap kelurahan Pademangan Barat)

1.1.1.2.3. Jumlah penduduk wanita : 15.549 jiwa (49,8 %)

1.1.1.2.4. Jumlah penduduk wanita usia 15-49 tahun : 8431 jiwa (54,22 % dari semua

jumlah penduduk wanita)

1.1.1.2.5. Jumlah Posyandu dan kader aktif : 13 Pos dan 110 kader

6

Page 7: ANC

1.1.2.Data khusus

1.1.2.1. Fasilitas kesehatan

Tabel 1 Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Pademangan Barat

Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah

Rumah sakit umum 0

Puskesmas perawatan 1

Puskesmas non perawatan 1

Rumah bersalin 6

Dokter praktek 8

Klinik kesehatan 9

Bidan praktek 1

Dukun beranak 1

Posyandu 13

Kader aktif 110 orang

1.1.2.2. Angka kematian ibu (tahun 2011) : 0 jiwa

1.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada periode bulan Maret 2012 hingga Agustus 2012 (6

bulan) di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II. Metode pengumpulan data dapat

dilihat dibagian lampiran.

1.3. Penyajian Data

Tabel 2 Jumlah kunjungan ibu hamil (Bumil) dengan usia kehamilan ≥ 9 bulan dalam periode Maret 2012-Agustus 2012 di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II

No. Bulan Kunjungan bumil dengan usia kehamilan ≥ 9 bulan1 Maret 2012 42 April 2012 63 Mei 2012 84 Juni 2012 45 Juli 2012 76 Agustus 2012 9

Total 38

7

Page 8: ANC

Tabel 3 Data Bumil usia kehamilan kehamilan ≥ 9 bulan dalam periode Maret 2012-Agustus 2012 di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II

Data Bumil usia kehamilan kehamilan ≥ 9 bulan dalam periode Maret 2012-

Agustus 2012 di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II

Jumlah

Jumlah Bumil 38

Jumlah Bumil yang melakukan kunjungan pertama kali (K-1) 38

Jumlah Bumil yang melakukan K-4 26

Pemberian tablet besi Fe-1 38

Pemberian tablet besi Fe-3 30

Pemberian imunisasi TT-1 36

Pemberian imunisasi TT-2 34

Jumlah Bumil dengan resiko tinggi yang dirujuk oleh masyarakat ke tenaga

kesehatan

0

Jumlah Bumil dengan resiko tinggi yang ditemukan oleh tenaga kesehatan 18

Data kematian ibu maternal tahun 2011 : nol

Data kematian bayi baru lahir tahun 2011 : nol

Data kejadian penyakit tetanus neonatorum : nol

8

Page 9: ANC

BAB IV

PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah berdasarkan indikator pemantauan program pelayanan antenatal.

INDIKATOR KELUARAN:

1.1. Cakupan kunjungan ibu hamil K-1

1.1.1. Definisi operasional:

Cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali

pada masa kehamilan di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II pada periode Maret

2012 - Agustus 2012.

1.1.2. Rumus:Jumlah kunjungan bumil pertama kali

jumlah seluruh bumilusia kehamilan ≥9 bulan dalam waktu6 bulanx 100 %

Keterangan : jumlah seluruh bumil usia kehamilan ≥ 9 bulan dalam waktu 6 bulan

selama periode Maret 2012 - Agustus 2012, data pendukung didapat dari hasil mengolah data

register harian bumil yang mendapat pelayanan antenatal dan kartu status ibu hamil, lahir dan

nifas (F-KIA-001)

1.1.3. Target : 95%

1.1.4. Data : 3838

x100 %=100 %

1.1. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4

1.1.1.Definisi operasional :

Cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit

empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan

pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur

kehamilan di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II pada periode Maret 2012 -

Agustus 2012.

1.1.2.Rumus: Jumlah kunjunganbumil k 4

jumlah seluruh bumilusia kehamilan ≥9 bulan dalam waktu6 bulanx 100 %

’ Data pendukung didapat dari hasil mengolah data register harian bumil yang mendapat

pelayanan antenatal dan kartu status ibu hamil, lahir dan nifas (F-KIA-001).

1.1.3.Target : 90%

9

Page 10: ANC

1.1.4.Data : 2638

x 100 %=77.7 %

1.2. Pemberian tablet besi Fe-1

1.2.1.Definisi operasional :

Ibu hamil yang mendapatkan 30 tablet Fe (suplemen zat besi) selama periode

kehamilannya di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II pada periode Maret 2012 -

Agustus 2012.

1.2.2.Rumus:Jumlah bumil yangmendapatkan Fe−1

jumlah seluruh bumilusia kehamilan ≥9 bulan dalam waktu6 bulanx 100 %

Data pendukung didapat dari hasil mengolah data register harian bumil yang mendapat

pelayanan antenatal dan kartu status ibu hamil, lahir dan nifas (F-KIA-001)

1.2.3.Target : 95%

1.2.4.Data : 3838

x100 %=100 %

1.3. Pemberian tablet besi Fe3

1.3.1.Definisi operasional :

Ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet Fe (suplemen zat besi) selama periode

kehamilannya di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II pada periode Maret 2012 -

Agustus 2012.

1.3.2.Rumus:Jumlah bumil yangmendapatkan Fe−3

jumlah seluruh bumilusia kehamilan ≥9 bulan dalam waktu6 bulanx 100 %

Data pendukung didapat dari hasil mengolah data register harian bumil yang mendapat

pelayanan antenatal dan kartu status ibu hamil, lahir dan nifas (F-KIA-001)

1.3.3.Target : 90%

1.3.4.Data : 3038

x100 %=78.9 %

1.4. Pemberian imunisasi TT1

1.4.1.Definisi operasional :

Pemberian imunisasi TT pertama kali pada ibu hamil saat kunjungan pelayanan

antenatal pertama atau sedini mungkin setelah ibu diketahui hamil.

10

Page 11: ANC

1.4.2.Rumus:Jumlah bumil yang mendapatkanTT−1

jumlah seluruh bumilusia kehamilan ≥9 bulan dalam waktu6 bulanx 100 %

Data pendukung didapat dari hasil mengolah data register harian bumil yang mendapat

pelayanan antenatal dan kartu status ibu hamil, lahir dan nifas (F-KIA-001).

1.4.3.Target : 95%

1.4.4.Data : 3638

x 100 %=94.7 %

1.5. Pemberian imunisasi TT2

1.5.1.Definisi operasional :

Pemberian imunisasi TT dengan selang waktu pemberian minimal 4 minggu setelah

TT1.

1.5.2.Rumus:Jumlah bumil yang mendapatkanTT−2

jumlah seluruh bumilusia kehamilan ≥9 bulan dalam waktu6 bulanx 100 %

Data pendukung didapat dari hasil mengolah data register harian bumil yang mendapat

pelayanan antenatal dan kartu status ibu hamil, lahir dan nifas (F-KIA-001)

1.5.3.Target : 90%

1.5.4.Data : 3438

x 100 %=89.4 %

1.6. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh masyarakat

1.6.1.Definisi operasional :

Cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh

masyarakat atau kader atau dukun bayi serta dirujuk ke tenaga kesehatan di Puskesmas

Kelurahan Pademangan Barat II pada periode Maret 2012 - Agustus 2012.

1.6.2.Rumus:

Jumlahbumil risti yangdirujuk oleh masayarakat , kadet , dukunbayi ke tenaga kesehatanjumlahseluruh bumil usia kehamilan≥ 9 bulandalam waktu6 bulan

x 100 %

Keterangan : masyarakat dapat berupa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin dan nifas itu

sendiri. Data pendukung didapat dari hasil mengolah data register harian bumil yang

mendapat pelayanan antenatal dan kartu status ibu hamil, lahir dan nifas (F-KIA-001)

1.6.3.Target : 5%

1.6.4.Data : 0

38x100 %=0 %

11

Page 12: ANC

1.7. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan

1.7.1.Definisi operasional :

Cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh tenaga

kesehatan di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II pada periode Maret 2012 -

Agustus 2012.

1.7.2.Rumus:Jumlah bumil risti yangditemukantenaga kesehatan

jumlah seluruh bumilusia kehamilan ≥9 bulan dalam waktu6 bulanx 100 %

Data pendukung didapat dari hasil mengolah data register harian bumil yang mendapat

pelayanan antenatal dan kartu status ibu hamil, lahir dan nifas (F-KIA-001).

1.7.3.Target : 10%

1.7.4.Data : 1838

x100 %=47.3 %

1.8. Drop out rate TT1-TT2

1.8.1.Definisi operasional :

Ibu hamil yang tidak mendapat total jumlah dua kali imunisasi TT selama periode

kehamilannya dengan mendeteksi ibu hamil yang mendapat imunisasi TT1 tetapi tidak

mendapat imunisasi TT2 di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II pada periode

Maret 2012 - Agustus 2012.

1.8.2.Rumus:(TT 1−TT 2)

TT 1x100 %

Data pendukung didapat dari hasil mengolah data register harian bumil yang mendapat

pelayanan antenatal dan kartu status ibu hamil, lahir dan nifas (F-KIA-001).

1.8.3.Target : <10%

1.8.4.Data : (36−34)

36x 100 %=5.56 %

INDIKATOR DAMPAK

1.1. Penurunan angka kematian ibu

1.1.1. Definisi operasional

Jumlah kematian ibu dalam periode satu tahun per 100.000 kelahiran hidup.

1.1.2. Target : 102 per 100.000 kelahiran hidup.

12

Page 13: ANC

1.1.3. Data : 0 (nol)

1.2. Penurunan angka kematian neonatal

1.2.1. Definisi operasional

Jumlah kematian neonatal per 1.000 kelahiran hidup

1.2.2. Target : 15 per 1.000 kelahiran hidup

1.2.3. Data : 0

1.3. Eliminasi tetanus neonatroum

1.3.1. Definisi operasional

Menurunnya angka kesakitan dan kematian pada bayi akibat penyakit tetanus

neonatorum sampai pada batas tertentu, sehingga penyakit tersebut tidak merupakan

masalah kesehatan lagi

1.3.2. Target : < 1

1.3.3. Data : 0

1.4. Jumlah ibu hamil dengan anemia

1.4.1. Definisi operasional

Jumlah ibu hamil dengan kadar hemoglobin dalam sel-sel darah merah yang rendah,

yaitu kurang dari 11 g %

1.4.2. Target : < 20%

1.4.3. Data : 5

38x100 %=13.2 %

Tabel 4 Rekap indikator pelayanan antenatal di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II pada periode Maret 2012 – Agustus 2012

No. Kriteria Target Hasil Masalah1 Kunjungan K-1 95 % 100 % -2 Kunjungan K-4 90 % 77.7% +3 Fe-1 95 % 100% -4 Fe-3 90 % 78.9 % +5 Imunisasi TT1 95 % 94.7% +6 Imunisasi TT2 90 % 89.4% +7 Deteksi bumil resti oleh masyarakat 5 % 0% +8 Deteksi bumil resti oleh nakes 10 % 47.3% -9 Drop out rate TT < 10 % 5.56% -

13

Page 14: ANC

10 Angka Kematian Ibu 102/100.000 lahir hidup

0 -

11 Angka Kematian Neonatal 15/1,000 lahir hidup 0 -12 Tetanus Neonatorum < 1 0 -13 Bumil dengan anemia < 20% 13.2 % -

BAB V

PEMBAHASAN

1.5. Perumusan Masalah

Beberapa masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan pengumpulan data dan perhitungan

indikator di atas sebagai berikut:

1. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 masih masih belum mencapai target.

2. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet besi Fe3 masih belum mencapai target.

3. Target cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1 masih belum mencapai

target.

4. Target cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT2 masih belum mencapai

target.

5. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh masyarakat masih rendah dan belum

mencapai target.

1.6. Penjelasan Skoring Masalah

Prioritas masalah ditetapkan dengan sistem skoring atau pembobotan. Dalam sistem ini

masalah dianalisa dan diberi skor atau bobot. Masalah yang diprioritaskan ialah masalah

dengan skor yang berjumlah lebih tinggi.

Dalam menentukan prioritas masalah, dapat digunakan parameter sebagai berikut:

1.6.1.Besarnya masalah dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target

Perhitungan dengan rumus G= E−OE

x100 %

14

Page 15: ANC

Dimana : G = Gap / Kesenjangan

E = Expected / Target yang ingin dicapai

O = Output / Hasil yang terjadi di lapangan

Skor 5 = 80 – 100 %

4 = 60 – 79.9 %

3 = 40 – 59.9 %

2 = 20 – 39.9 %

1 = 0 – 19.9 %

1.6.2.Berat ringannya masalah terkait dengan akibat yang ditimbulkan

Skor 5 = Berat sekali

4 = Ragu-ragu antara 3-5

3 = Sedang

2 = Ragu-ragu antara 1-2

1 = Ringan

1.6.3.Apakah dapat ditanggulangi dengan sumber daya yang ada ?

Skor 5 = Dapat ditanggulangi

4 = Ragu-ragu antara 3-5

3 = Kurang dapat ditanggulangi

2 = Ragu-ragu antara 1-2

1 = Tidak dapat ditanggulangi

1.6.4.Keuntungan sosial dapat diperoleh, apakah menarik masyarakat ?

Skor : 5 = Keuntungan sosial tinggi

4 = Ragu-ragu antara 3-5

3 = Keuntungan sosial sedang

2 = Ragu-ragu antara 1-2

1= Keuntungan sosial rendah

15

Page 16: ANC

1.1. Skoring Masalah

1.1.1.Besarnya masalah dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target

Tabel 5 Skoring masalah berdasarkan kesenjangan

N

o

Masalah E O G Skor

1 Cakupan K-4 90 % 77.7 % 13.7 % 1

2 Cakupan Fe-3 90 % 78.9 % 12.3 % 1

3 Cakupan TT-1 95 % 94.7 % 0.3% 1

4 Cakupan TT-2 90 % 89.4 % 0.7 % 1

5 Cakupan deteksi bumil resti oleh masyarakat 5 % 0 % 100 % 5

1.1.2. Berat ringannya masalah terkait dengan akibat yang ditimbulkan

1.1.2.1. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 rendah

K-4 dapat menilai cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar

pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat

perlindungan ibu hamil. Upaya cakupan K-4 berkaitan erat dengan upaya

penurunan AKI karena pelayanan antenatal yang mencapai K-4 dapat memantau

kondisi kesehatan ibu semasa kehamilan, mengenali faktor resiko atau tanda bahaya

kehamilan dan perencanaan persalinan agar ditolong oleh tenaga kesehatan ahli.

16

Page 17: ANC

Sehingga komplikasi dan kematian maternal dapat dicegah sedini mungkin. Maka

kunjungan K-4 ini diberi skor 5.

1.1.2.2. Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet besi Fe-3 masih rendah

Pemberian tablet Fe berkaitan dengan mengurangi kejadian anemia pada

kehamilan. Anemia pada kehamilan, terutama anemia berat (Hb < 8 gr/dL) dapat

menimbulkan komplikasi semasa kehamilan, persalinan maupun berdampak pada

kesehatan bayi dalam kandungan. Anemia dapat mengakibatkan badan terasa

lemah, lesu hingga payah jantung, keguguran, kelahiran prematur, perdarahan saat

persalinan dan berat badan lahir rendah serta pertumbuhan janin terganggu. Namun

zat besi tidak mutlak diperoleh dari tablet Fe saja, namun dapat melalui makanan.

Maka cakupan Fe3 diberi skor 3

1.1.2.3. Cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-1 dan TT-2 masih rendah

Pemberian imunisasi TT ditujukan sebagai upaya untuk mengeliminasi tetanus

neonatal dan maternal dimana insiden/angka kejadian tetanus pada masyarakat

kurang dari 1 tetanus neonatorum (TN) dalam 1.000 kelahiran hidup. Risiko tetanus

neonatal dan maternal selalu ada sehingga spora tetanus tidak dapat dilenyapkan

dari lingkungan. Oleh karena itu, untuk menjaga status eliminasi harus terus

dilakukan upaya pencegahan salah satunya melalui imunisasi TT ini. Dengan

pemberian imunisasi TT sebanyak tiga dosis kepada semua WUS (wanita usia

subur) termasuk wanita hamil akan diperoleh kekebalan terhadap tetanus kurang

lebih selama 10 tahun. Namun jika ibu tidak mendapatkan imunisasi TT2 sewaktu

hamil tetapi mendapatkan imunisasi TT1 dan TT calon pengantin sebelum menikah

di KUA, sebenarnya telah terbentuk kekebalan terhadap tetanus ini hanya saja

masih kurang optimal. Selain dengan imunisasi ada juga beberapa cara untuk

mencegah terjadinya tetanus neonatorum yakni mendapatkan persalinan yang

bersih dan aman dibantu oleh tenaga kesehatan yang terampil. Setelah dilihat dari

beratnya masalah yang dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan maka pemberian

imunisasi TT1 diberi skor 3 dan TT2 diberi skor 2.

1.1.2.4. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh masyarakat masih sangat rendah

17

Page 18: ANC

Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Oleh sebab itu diperlukan

deteksi dini ibu hamil yang memiliki risiko tinggi baik baik oleh tenaga kesehatan

maupun masyarakat. Dengan ikut berpartisipasinya masyarakat dalam deteksi dini

ibu hamil yang memiliki risiko tinggi diharapkan komplikasi pada ibu hamil yang

mungkin terjadi dan mengancam jiwa dapat dicegah sehingga angka kesakitan dan

kematian ibu sebagai dampak utama akibat proses reproduksi yakni hamil, bersalin

dan nifas dapat ditekan. Semakin cepat ibu hamil yang berisiko tinggi ditemukan

maka tindakan penanganan selanjutnya seperti rujukan ke fasilitas kesehatan dapat

segera mungkin dilakukan. Tetapi dalam deteksi dini oleh masyarakat ini

diperlukan pengetahuan masyarakat mengenai apa saja yang termasuk dalam faktor

risiko tinggi dan bagaimana cara mengenalinya. Jika masyarakat kurang

mengetahui dan mengerti cara mendeteksi dini ibu hamil dengan risiko tinggi maka

hal yang terjadi adalah hal sebaliknya, yaitu ditemukan berbagai komplikasi yang

mengancam jiwa yang berdampak pada kematian ibu. Dari beratnya masalah yang

dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan maka deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh

masyarakat diberi skor 2

1.1.3. Apakah dapat ditanggulangi dengan sumber daya yang ada ?

1.1.3.1. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 rendah

Masalah ini dapat ditanggulangi dengan pemanfaatan tenaga kesehatan yang ada di

Puskesmas (bidan, perawat, dokter yang bertugas) dan dapat dibantu oleh tenaga

non-kesehatan setempat (kader) yang dapat melakukan penyuluhan mengenai

pentingnya kunjungan minimal 4 kali selama kehamilan, keuntungan yang

diperoleh melalui kunjungan rutin tersebut, bahaya yang dapat timbul, dan

peningkatan risiko kematian bila tidak melakukan kunjungan. Dikatakan bahwa

faktor yang berperan besar dalam meningkatkan cakupan kunjungan antenatal

adalah dengan meningkatkan pengetahuan ibu5. Dengan demikian masalah ini

diberi skor 5.

1.1.3.2. Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet besi Fe-3 masih rendah

18

Page 19: ANC

Cakupan yang rendah dalam pemberian tablet Fe3 berhubungan dengan kunjungan

ibu hamil yang tidak berkesinambungan sehingga total tablet Fe yang diterima

bumil tidak sesuai yang ditargetkan. Hal ini dapat ditanggulangi dengan

memberikan pengertian melalui penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

dan dapat dibantu oleh tenaga non-kesehatan mengenai pentingnya kunjungan

pemeriksaan kehamilan yang teratur dan hal-hal bermanfaat apa saja yang

didapatkan dalam kunjungan tersebut, termasuk tablet Fe, yang berfungsi mencegah

anemia. Berdasarkan wawancara dengan bidan yang bertugas di KIA, persediaan

tablet Fe selalu mencukupi dan tidak pernah kekurangan. Adanya penjelasan dari

petugas kesehatan di Puskesmas mengenai rasa dan efek samping yang dapat timbul

dari pemberian tablet ini dapat mengurangi rasa keengganan ibu untuk

mengkonsumsi tablet besi tersebut. Oleh karena masalah ini dapat ditanggulangi

dengan sumber daya yang ada maka diberi skor 5.

1.1.3.3. Cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-1 dan TT-2 masih rendah

Cakupan bumil yang diimunisasi TT1 dan TT2 masih rendah disebabkan oleh

karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu hamil untuk melakukan

kunjungan antenatal rutin dan pentingnya mendapatkan imunisasi TT secara

lengkap. Kebanyakan ibu hamil masih belum mengetahui manfaat dan dampak

yang timbul bila tidak diimunisasi, sehingga motivasi ibu hamil untuk datang

memeriksakan diri dan mendapat imunisasi menjadi rendah. Masalah ini dapat

ditanggulangi dengan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil oleh petugas

kesehatan ataupun kader aktif, yang dapat dilakukan secara perorangan atau

kelompok, sehingga diberi skor 4

1.1.3.4. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh masyarakat masih sangat rendah

Cakupan deteksi ibu hamil dengan risiko tinggi oleh masyarakat masih rendah

disebabkan oleh karena kurangnya motivasi untuk berpartisipasi aktif serta

minimnya pengetahuan mengenai faktor risiko tinggi pada kehamilan dan cara

mengenalinya. Masalah ini dapat ditanggulangi dengan melakukan pelatihan bagi

masyarakat dan penyuluhan mengenai faktor risiko tinggi pada ibu hamil.

19

Page 20: ANC

Deteksi risiko tinggi tidak dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri karena masalah

keterampilan medis dan ketersediaan alat medis, misalnya hipertensi perlu dideteksi

menggunakan tensimeter dan diperlukan pula stetoskop, pemeriksaan gemeli,

sungsang, anemia, dan penyakit kronis lainnya seperti diabetes memerlukan

peranan tenaga medis terlatih. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pelatihan

bagi para kader untuk dapat menggunakan alat tensimeter, serta pemeriksaan dasar

untuk deteksi risiko tinggi bagi ibu hamil.

Selain itu, melalui Posyandu dan beberapa kader yang aktif didalamnya, tentunya

penemuan ibu hamil dengan risiko tinggi dapat meningkat, apalagi dengan

menggiatkan program Gerakan Sayang Ibu. Dari beratnya masalah yang dikaitkan

dengan sumber daya yang ada maka deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh masyarakat

diberi skor 2.

1.1.4.Keuntungan sosial dapat diperoleh, apakah menarik masyarakat ?

1.1.4.1. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 rendah

Dengan melakukan kunjungan antenatal yang rutin dan sesuai jadwal yang

ditentukan dengan minimal kunjungan K-4, sebenarnya banyak sekali yang

diperoleh ibu hamil, diantaranya adalah kehamilan yang sehat dimana ibu dapat

mengikuti dan mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin termasuk berbagai

informasi mengenai cara mengenali secara dini risiko tinggi dalam kehamilan yang

memerlukan penanganan segera ke fasilitas kesehatan, memperoleh tablet besi

penambah darah dan suntikan imunisasi tetanus serta obat-obatan lain yang

diperlukan, informasi mengenai cara perawatan diri selama hamil, kebutuhan

makanan, tanda bahaya dan persiapan persalinan nantinya. Oleh sebab itu diberi

skor 5

1.1.4.2. Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet besi Fe-3 masih rendah

Keuntungan sosial yang didapatkan oleh masyarakat dengan pemberian tablet besi

secara lengkap dianggap tinggi, karna mampu menurunkan angka kejadian anemia

pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan tingginya resiko BBLR, keguguran,

maupun kematian. Jika anemia tidak terjadi, maka komplikasi yang timbul akibat

persalinan juga akan tertekan, hal ini akan mengurangi beban baik bagi keluarga maupun

20

Page 21: ANC

masyarakat sekitar, baik secara fisik maupun materi. Namun dikarenakan adanya efek

samping gastrointestinal dari tablet besi maka diberi skor 3

1.1.4.3. Cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-1 dan TT-2 masih rendah

Keuntungan sosial yang didapatkan dari imunisasi TT1 dan TT2 adalah penurunan

angka kejadian tetanus neonatorum. Namum hal ini kurang langsung dapat

dirasakan oleh masyarakat. Selain itu, hal ini dapat dicegah dengan dilakukannya

persalinan yang steril. Oleh karena itu, keuntungan sosial yang dapat dirasakan ini

diberikan skor 2.

1.1.4.4. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh masyarakat masih sangat rendah

Keuntungan sosial yang didapatkan dari deteksi dini ibu hamil dengan risiko tinggi

oleh non-tenaga kesehatan adalah dapat mengenali secara dini tanda–tanda risiko

tinggi pada kehamilan tanpa ibu hamil tersebut mengeluarkan biaya. Kemudian jika

ditangani secara dini, maka dapat mencegah terjadinya komplikasi maupun

kematian pada bumil. Penanganan masalah ini jelas akan memberikan keuntungan

bagi bumil, dan lebih lanjutnya dapat berkontribusi terhadap penurunan AKI dan

AKB. Namun hal ini butuh waktu dan kesediaan masyarakat dan kader untuk

berperan serta dalam penyelesaian masalah. Oleh karena itu diberikan skor 3

Tabel 6 Penentuan prioritas masalah

N

o

Masalah Kesenjangan

(G)

Berat

Ringan

masalah

Dapat

ditanggulangi

Keuntungan

sosial

Total

1 Cakupan kunjungan ibu

hamil K-4 rendah

1 5 5 5 16

2 Cakupan ibu hamil yang

mendapat tablet besi Fe-

3 masih rendah

1 3 5 3 12

3 Cakupan ibu hamil yang

mendapat imunisasi TT-

1 3 4 2 10

21

Page 22: ANC

1 masih rendah

4 Cakupan ibu hamil yang

mendapat imunisasi TT-

2 masih rendah

1 2 4 2 9

5 Cakupan deteksi ibu

hamil risiko tinggi oleh

masyarakat masih sangat

rendah

5 2 2 3 12

Dari tabel tersebut, maka masalah yang menjadi prioritas adalah cakupan kunjungan K-4 yang

rendah.

1.2. Penyebab Masalah

Berikut akan dirinci penyebab masalah cakupan K-4 yang masih rendah.

Tabel 7 Rincian penyebab masalah berdasarkan masukan

Variabel Data Puskesmas

Tenaga

Bidan : 1 orang

Tugas :

1.Pelaksanaan pelayanan KIA (ANC,

KB, Imunisasi), Gizi, Posyandu

2.Membuat pelaporan dan pencatatan di

dalam kartu ibu, kohort ibu, kartu bayi,

kohort bayi, kohort anak balita, kohort

KB, dan buku KIA. Pencatatan

dilakukan setelah bidan melakukan

pelayanan.

Kader : 5 orang / Posyandu

Tugas :

Menjalankan program Posyandu

Melaksanakan kunjungan rumah

Ada, 2 orang. Tugas terlaksana dengan baik,

namun belum ada pembagian tugas yang

jelas dan tertulis.

bidan memiliki tugas merangkap, dan

memegang beberapa program.

Tidak adanya jadwal kunjungan rumah dan

Posyandu GSI yang tertulis

Ada. Jumlah kader yang ada cukup banyak

berjumlah 110 orang (data bulan Juni 2012),

menangani 13 Posyandu, hanya saja kader

kurang aktif dan belum dapat bekerja secara

mandiri dan masih perlu bimbingan petugas

22

Page 23: ANC

Deteksi dini gejala anemia

Pencatatan dan pelaporan

Mendukung program Puskesmas

puskesmas agar kegiatan berjalan lancar.

Serta pemanfaatan program Gerakan Sayang

Ibu juga belum dijalankan dengan maksimal.

Serta belum ada edukasi mengenai cara

memeriksa kelompok risiko tinggi ibu hamil

bagi kader.

Tabel 8 Rincian penyebab masalah berdasarkan proses

Jenis Hasil

-Perencanaan dan

Pelaksanaan penyuluhan

kelompok berkala.

Perencanaan dan

pelaksanaan konseling

individu

Perencanaan dan

Pelaksanaan Pembinaan

Posyandu

Tidak semua puskesmas kelurahan di wilayah kecamatan

pademangan memiliki perencanaan dan melaksanakan

kegiatan ini.

Penyuluhan secara individu bagi setiap ibu hamil belum

berjalan dengan baik, terutama untuk ibu hamil yang akan

melahirkan di luar wilayah kerja Puskesmas. Petugas belum

mengedukasi pasien untuk datang kembali ke Puskesmas

setelah melahirkan dengan tetap membawa buku KIA hingga

setelah kelahiran.

Edukasi juga tidak diberikan bagi suami atau keluarga ibu

hamil, dan hal ini menyebabkan berkurangnya angka

partisipasi keluarga untuk mendukung dan menemani ibu

hamil untuk memeriksakan kehamilannya, merencanakan

bersama mengenai tempat dan penolong kelahiran dan

memberikan kesempatan bagi ibu hamil untuk dapat

mengambil keputusan mengenai pemeriksaan kehamilannya.

Ada. Namun tidak ada jadwal tetap pembinaan kader, serta

tidak aktifnya petugas Puskesmas dalam menggandeng

program GSI di posyandu dalam melaksanakan kegiatan

23

Page 24: ANC

Cakupan K-4 Rendah

Kurangnya jumlah petugas

Penyuluhan diberikan pada saat kunjungan di puskesmas

Penyuluhan diberikan bila terdapat komplikasi / penyulit

Promosi Kesehatan Kurang

Tidak ada pembinaan kader dalam masalah ANC

Penyuluhan individu tidak efektif

Tidak pernah dilakukan penyuluhan kelompok

Kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya ANC

Bumil tidak merasa ada masalah dengan kehamilannya

1 petugas dapat menjadi penanggung jawab beberapa program

Tidak ada pembagian kerja yang tertulis

antenatal. Hal ini perlu didukung dengan pelatihan ibu kader

untuk mendeteksi gejala-gejala risiko tinggi bagi bumil, cara

mengukur berat dan tinggi badan yang baik, penjelasan

mengenai gejala-gejala yang muncul jika terdapat risiko tinggi

pada ibu hamil.

1.3. Pohon Masalah

24

Page 25: ANC

1.4. Penyelesaian Masalah

1.4.1. Masalah: Tidak ada rencana kerja tertulis dan pembagian kerja antar personel

Penyelesaian: Pembagian jadwal kerja yang teratur

Pelaksana (Who) Petugas puskesmas.

Waktu (When) Setiap awal bulan

Tempat (Where) Puskesmas di Wilayah Kecamatan Pademangan

Materi (What) Jadwal dinas luar, pembagian tugas jaga sistem shift, dan tugas

pengganti bagi yang dinas luar setiap hari untuk berjaga-jaga,

pembuatan jadwal kunjungan rumah dan jadwal pembinaan kader untuk

tiap-tiap wilayah serta jadwal pengadaan kelas ibu hamil

Sasaran (Who) Petugas Puskesmas

Tujuan (Why) Meningkatkan kinerja puskesmas dengan menaikkan kualitas dan

kuantitas kerja sehingga lebih efektif dan efisien. Diharapkan dengan

adanya petugas, pelayanan ANC dapat selalu di akses oleh bumil

sehingga menarik bumil untuk mau melakukan ANC di puskesmas.

Selain itu, adanya jadwal kunjungan rumah dan pelatihan kader terhadap

pemeriksaan ANC meningkatkan cakupan ibu hamil oleh tenaga

kesehatan

1.4.2.Masalah: tidak ada jadwal penyuluhan kelompok serta penyuluhan terhadap keluarga

bumil mengenai pentingnya kunjungan antenatal.

Penyelesaian: Penjadwalan penyuluhan kelompok ataupun penyuluhan terhadap

keluarga.

Pelaksana (Who) Kader didampingi petugas puskesmas

25

Page 26: ANC

Waktu (When) Pertengahan bulan

Tempat (Where) Posyandu

Materi (What) Apa itu kunjungan antenatal, apa saja yang dilakukan, apa manfaatnya,

dan kerugian bila tidak mengikuti kunjungan antenatal secara lengkap.

Melalui penyuluhan kelompok dan keluarga juga diharapkan

masyarakat berperan serta dalam promosi kesehatan mengenai

kunjungan antenatal kepada keluarga ataupun lingkungan sekitar

Sasaran (Who) Masyarakat terutama keluarga yang memiliki Pasangan Usia Subur

Tujuan (Why) Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kunjungan

antenatal, apa saja yang dilakukan dalam kunjungan antenatal,

keuntungan yang didapat, serta kerugiannya bila tidak melakukan

kunjungan antenatal lengkap.

1.4.3.Masalah: Tidak ada pembinaan kader mengenai kunjungan antenatal maupun pelatihan

dalam penyuluhan terhadap masyarakat

Penyelesaian: Menjadwalkan program pembinaan kader 4 bulan sekali.

Pelaksana (Who) Penanggungjawab program serta bidan yang bertugas

Waktu (When) 4 bulan sekali (3x/tahun)

Tempat (Where) Puskesmas

Materi (What) Apa itu kunjungan antenatal, manfaat apa saja yang didapat, pelatihan

ketrampilan pemeriksaan antenatal seperti mengukur tekanan darah,

tinggi badan, berat badan, serta diberikan pelatihan dalam melakukan

penyuluhan kepada masyarakat

Sasaran (Who) Kader

Tujuan (Why) Meningkatkan partisipasi kader mengingat jumlah kader yang cukup

banyak untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat serta

diharapkan dapat meningkatkan jumlah deteksi bumil dengan resti oleh

masyarakat.

26

Page 27: ANC

BAB VI

PENUTUP

1.5. Kesimpulan

Kinerja Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II dalam pelaksanaan program Pelayanan

Antenatal periode Maret 2012 - Agustus 2012 dapat dikatakan belum optimal. Hal ini,

terlihat dari beberapa indikator keluaran program yang belum mencapai target yang

ditentukan, seperti cakupan kunjungan ibu hamil K-4, cakupan pemberian tablet besi Fe3,

cakupan imunisasi TT1 dan TT2 dan cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh

masyarakat yang masih rendah.

Dengan mempertimbangkan besarnya masalah, akibat yang ditimbulkan, sumber daya

yang tersedia dan keuntungan sosial yang diperoleh, maka ditetapkan suatu masalah yang

diprioritaskan yaitu: cakupan kunjungan ibu hamil K-4 yang masih rendah. Kendala utama

cakupan kunjungan K-4 yang masih rendah adalah promosi kesehatan mengenai pelayanan

antenatal yang belum berjalan dengan baik sehingga motivasi ibu hamil untuk melakukan

kunjungan antenatal juga rendah karena ibu hamil masih belum mengerti pentingnya

melakukan kunjungan antenatal selama periode kehamilannya.

Adapun masalah-masalah lain yang ditemukan dalam pelaksanaan program pelayanan

antenatal yang belum diatasi adalah mengenai imunisasi TT, pemberian tablet besi Fe3.

Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya informasi yang disampaikan kepada ibu hamil

terutama mengenai manfaat dan pentingnya imunisasi TT dan kegunaan tablet besi

penambah darah. Diharapkan dengan meningkatnya cakupan kunjungan antenatal K-4

27

Page 28: ANC

dimana jumlah kunjungan minimal 4 empat kali selama periode kehamilan, maka cakupan

imunisasi TT dan pemberian tablet Fe3 juga dapat meningkat.

1.6. Saran

Sebagai penyelesaian prioritas masalah, terdapat beberapa saran yang dapat

diimplementasikan, yaitu dengan membuat suatu rencana kerja yang teratur, dijadwalkan

adanya penyuluhan yang ditujukan bagi masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar

gedung, meningkatkan pembinaan kader dan posyandu

DAFTAR PUSTAKA

1. [Depkes] Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dan

Kesehatan Ibu. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-

KIA). Jakarta: Depkes; 2009.

2. [Depkes] Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dan

Kesehatan Keluarga. Materi Ajar Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:

Depkes; 2006.

3. [Depkes] Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman

Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes; 2007.

4. [Depkes] Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Standar

Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Depkes; 2003.

5. Titaley CR, et al. Factors associated with underutilization of antenatal care services in

Indonesia: results of Indonesia Demographic and Health Survey 2002/2003 and 2007. BMC

Public Health 2010,10:485.

28

Page 29: ANC

LAMPIRAN

Tabel 9 Indikator input

Jenis Target

Tenaga Dokter umum : 1 orang

Tugas :

Melakukan pemeriksaan dan pengobatan

Bidan : 2 orang

Tugas :

1.Pelaksanaan pelayanan KIA (ANC, KB, Imunisasi), Gizi, Posyandu

2.Membuat pelaporan dan pencatatan di dalam kartu ibu, kartu bayi, kohort bayi,

kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan dilakukan setelah bidan

melakukan pelayanan.

Kader : 5 orang / Posyandu

Tugas :

Menjalankan program Posyandu

Melaksanakan kunjungan rumah

Deteksi dini gejala anemia

Pencatatan dan pelaporan

Mendukung program Puskesmas

Dana Bantuan dana tidak diberikan dalam bentuk uang tapi dalam bentuk barang

Sarana Alat-alat untuk pemeriksaan ANC ada dan berfungsi baik, yang terdiri atas :

29

Page 30: ANC

medis Inventaris :

1.Tensimeter 1 buah

2.Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan 1 buah

3.Stetoskop 1 buah

4.Laenec 1 buah

5.Pita sentimeter 1 buah

6.Alat penyimpanan vaksin lemari es dan termos es ) 1 buah

7.Alat laboratorium (untuk periksa Hb dan protein urine) masing-masing 1 buah

Yang habis pakai:

1.Vaksin TT

2.Spuit disposable

3.Kapas

4.Alkohol 70%

5.Obat-obatan :

a.Tablet besi

b.Vit B1

c.Vit B6

d.Vit B complex

e.Vit C

f.Lancet

Keterangan : Barang-barang tersebut diatas dalam keadaan baik , stok ada dan

tidak pernah kosong

Sarana

non-medis

Tidak habis pakai

- Gedung

- Kamar periksa ( Meja, kursi, tempat tidur, bantal, tirai pembatas )

- Lemari tempat peralatan

-Tempat cuci tangan, sabun, kain lap, air kran

-Alat-alat penyuluhan ( Flip chart, poster, leaflet )

- Buku panduan untuk program ANC

Yang habis pakai:

30

Page 31: ANC

-KMS Ibu Hamil ( KMS Bumil )

-Kartu ibu

-Register kohort ibu

- Kertas resep

- Alat-alat administrasi lain (Alat tulis, buku catatan, laporan harian)

Keterangan : Barang-barang tersebut diatas dalam keadaan baik , stok ada dan

tidak pernah kosong

Metode

medis

A.Metode pemeriksaan Antenatal, pemeriksaan medik meliputi :

a.Anamnesis, mengenai : identitas ibu, keluhan utama, hal-hal yang berkaitan

dengan fungsi reproduktif, hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan saat ini,

riwayat kehamilan dan persalinan dahulu.

b.Pemeriksaan fisik diagnostik, meliputi : berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan atas, tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh, pucat/tidak,

adanya cacat tubuh lain.

c.Pemeriksaan obstetrik, meliputi :

1.Pemeriksaan perabaan perut (Palpasi Leopold I,II,III,IV) untuk menentukan

umur kehamilan, taksiran berat janin, letak janin, dan turunnya bagian terendah

janin, juga menentukan apakah pembesaran abdomen sesuai dengan usia

kehamilannya.

2.Pemeriksaan denyut jantung janin

d.Pemeriksaan Diagnostik penunjang meliputi :

1.Pemeriksaan Hb, untuk menentukan kadar Hb dan derajat anemia.

2.Pemeriksaan urin, untuk pemeriksaan protein urine

B.Metode screening bagi ibu hamil dengan faktor resiko yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan, yaitu :

-Umur ibu kurang dari 20 tahun

-Umur ibu lebih dari 35 tahun

-Jumlah anak 4 orang atau lebih

-Jarak dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun

31

Page 32: ANC

-Tinggi badan kurang dari 145 cm

-Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

-Hb < 11 gram%

C.Ibu pernah mengalami kehamilan dan persalinan dengan salah satu keadaan berikut:

Perdarahan

Kejang-kejang

Demam tinggi

Persalinan lama (lebih dari 12 jam)

Melahirkan dengan cara operasi

Bayi yang dilahirkan meninggal

D.Metode screening ibu hamil beresiko tinggi dengan kriteria sebagai berikut :

Hb < 8 gram%

Tekanan darah tinggi (>140/90 mmhg)

Edema yang nyata

Preeklampsia dan Eklampsia

Perdarahan pervaginam

Ketuban pecah dini

Letak lintang pada trimester akhir

Letak sungsang pada primigravid

Infeksi berat/ sepsis

Persalinan premature

Kehamilan ganda

Janin yang besar

Penyakit kronis pada ibu

Riwayat obstetrik buruk

E.Metode intervensi dasar meliputi :

1.Pemberian Tetanus Toxoid (TT)

Metode pemberian Vaksin

32

Page 33: ANC

Vaksin : TT Dosis : 0,5 cc

Usia : bumil

Jumlah : 2x

Interval : 4 minggu

Cara : IM

Lokasi : lengan kiri

2.Pemberian Tablet Fe/zat besi dan asam folat untuk mencegah dan pengobatan

anemia. Metode pemberiannya adalah minimal 90 tablet selama kehamilan

3.Metode pemberian tablet multivitamin dan mineral

F.Metode intervensi khusus untuk ibu dengan faktor resiko dan komplikasi

kehamilan

G.Metode rujukan bagi ibu hamil beresiko tinggi dengan surat rujukan

H.Metode penyimpanan vaksin

Cold chain :

o Vaksin TT disimpan pada suhu 2 – 8oC

o Semua vaksin harus dihindarkan dari matahari

o Vaksin TT tidak boleh membeku

o Kulkas penyimpanan harus diperiksa suhunya sehari 2 kali, yaitu pagi waktu

ambil vaksin dan siang waktu mengembalikan vaksin.

o Kartu pencatatan suhu diisi dengan baik

Metode

non medis

Metode Penyuluhan

Isi penyuluhan :

1. Perawatan diri selama kehamilan terutama perawatan payudara untuk

persiapan laktasi

2. Perlunya pemeriksaan kehamilan berkala (kunjungan berulang)

3. Perlunya imunisasi ulang

4. Keluhan-keluhan pada masa kehamilan

5. Tanda-tanda resiko tinggi dalam kehamilan

6. Perkembangan kehamilan dan taksiran persalinan serta tanda-tanda

33

Page 34: ANC

persalinan

7. Perlunya makanan bergizi dan jenis-jenisnya untuk perbaikan gizi ibu hamil

8. Penyuluhan tentang KB

Metode Pembinaan peran serta masyarakat dengan cara :

1. Pembinaan posyandu

2. Pembinaan kader dan dukun bersalin

3. Gerakan sayang ibu

4. Menggalakan program siaga

Metode pencatatan dan pelaporan dengan :

1. KMS ibu hamil

2. Kartu ibu

3. Register kohort ibu

4. Laporan harian, bulanan, tahunan PWS-KIA

Catatan : berhasil, bila semua metode ADA dan DILAKSANAKAN dengan sesuai.

Tabel 10 Indikator proses

Jenis Target

Perencanaan Perencanaan persiapan, meliputi:

-Perencanaan pendataan jumlah sasaran ibu hamil.

-Perencanaan pembuatan peta wilayah.

-Perencanaan penentuan target.

-Perencanaan penentuan keperluan logistik untuk pelayanan antenatal (Vaksin,

tablet Fe, alat, dll ).

Perencanaan Pelayanan antenatal, meliputi :

-Perencanaan pemeriksaan bumil dengan metode yang ada, dengan minimal

pemeriksaan adalah 5T.

34

Page 35: ANC

-Perencanaan pemberian imunisasi TT bagi bumil.

-Perencanaan pemberian tablet besi bagi Bumil.

-Perencanaan pemeriksaan laboratorium yaitu Hb dan protein urin bagi bumil.

-Perencanaan penjaringan bumil dengan resiko tinggi.

-Perencanaan rujukan bumil dengan resiko tinggi .

Perencanaan penyuluhan, meliputi:

-Perencanaan penyuluhan kelompok berkala.

-Perencanaan penyuluhan individual.

Perencanaan Pembinaan Peran Serta Masyarakat, meliputi :

-Perencanaan pembinaan Posyandu

-Gerakan Sayang Ibu

Perencanaan pembinaan dukun bayi dan kader

Pengorganisa

sian

Struktur organisasi tertulis

Pembagian tugas tertulis jelas, ada dan dijalankan

Pelaksanaan Pelaksanaan persiapan, meliputi:

-Pelaksanaan pendataan jumlah sasaran ibu hamil 1x / tahun.

-Pelaksanaan pembuatan peta wilayah 1x/tahun

-Pelaksanaan penentuan target 1x/tahun

-Pelaksanaan penentuan keperluan logistik untuk pelayanan antenatal (Vaksin,

tablet Fe, alat, dll)

Pelaksanaan pelayanan antenatal, meliputi :

-Pelaksanaan pemeriksaan bumil dengan metode yang ada, dengan minimal

pemeriksaan adalah 5T setiap hari kerja.

-Pelaksanaan pemberian imunisasi TT bagi bumil, setiap hari kerja, meliputi

pemberian TT 1, TT 2, dan TT ulang

-Pelaksanaan pemberian tablet besi bagi Bumil minimal 3 x 30 tablet selama

kehamilan

-Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium yaitu Hb (pada saat K1 dan pada

kehamilan 28 minggu) dan protein urin

35

Page 36: ANC

-Pelaksanaan penjaringan bumil dengan resiko tinggi

-Pelaksanaan rujukan bumil resiko tinggi

Pelaksanaan Penyuluhan, meliputi :

-Pelaksanaan penyuluhan kelompok berkala

- Pelaksanaan penyuluhan individual

Pelaksanaan pembinaan peran serta masyarakat, meliputi

-Pelaksanaan pembinaan Posyandu dan Kader frekuensi minimal 12 x / tahun

-Pelaksanaan pembinaan dukun bayi, frekuensi minimal 12x / tahun untuk

tiap bulan

Pencatatan

dan

pelaporan

Pencatatan dan pelaporan mengenai jumlah sasaran bumil dan target spesifik

wilayah tersebut.

Pencatatan bumil pada register kohort

Pencatatan bumil pada KMS bumil, kartu ibu, dan buku laporan harian.

Laporan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan perawatan antenatal.

Laporan tahunan mengenai pelaksanaan kegiatan perawatan antenatal

Pengawasan

dan

Supervisi

Supervisi dari puskesmas kecamatan 4x/tahun

Pengawasan dari kepala puskesmas

Tabel 11 Indikator umpan balik

Umpan balikRapat kerja membahas laporan kegiatan 12x/tahun

Tabel 12 Indikator Lingkungan

Lingkungan Lokasi : mudah dicapai

Transportasi : mudah didapat, jalan sudah diaspal, murah,

dengan jalan kaki atau kendaraan umum

Fasilitas kesehatan lain: kerjasama dengan instansi kesehatan

36

Page 37: ANC

lain terjalin dengan baik

Tabel 13 Jenis dan metode pengambilan data

Jenis Data serta

Sumber Data

Cara Pengambilan

Data dan InstrumenVariabel

DATA PRIMER

Status pasien ANC

(F-KIA-001)

Melihat dokumen dan

melakukan pencatatan

Nomor register ibu hamil

Identitas ibu hamil (nama ibu,

nama suami, usia, alamat,

pendidikan)

K1,K4, TT1,TT2, Fe1,Fe3, LILA

Hasil laboratorium (jika dilakukan

pemeriksaan)

Risiko tinggi (jika ditemukan oleh

tenaga kesehatan atau oleh kader)

Observasi Melakukan

pengamatan dan

pencatatan

Tenaga

Dana

Sarana medis dan non medis

Metode medis dan non medis

Proses: perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan,

pencatatan dan pelaporan,

pengawasan

37

Page 38: ANC

Umpan balik dan lingkungan

Penanggung jawab

program ANC

Melakukan

wawancara dengan

kepala Puskemas (dr.

Murniasi Hutapea)

dan Bidan Rusi

Jenis kegiatan ANC yang telah

dilakukan

Kegiatan penyuluhan per orangan

dan per kelompok

Proses pelaksanaan ANC

Pencatatan dan pelaporan

Kendala dalam pelaksananaan

DATA SEKUNDER

Registrasi harian ANC Melihat dokumen No register, nama ibu hamil dan umur

kehamilan ibu hamil yang melakukan

antenatal care pada bulan April 2012

sampai Juni 2012 dengan usia

kehamilan ≥ 9 bulan.

Profil kesehatan

Kelurahan

Pademangan Barat II

tahun 2011

Melihat dokumen dari

kelurahan

Pademangan

Data kependudukan (form

REK.KEL.R/I/KS/08, terlampir)

Laporan Tahunan 2011 Kelurahan

Pademangan Barat Kecamatan

Pademangan

Fasilitas kesehatan yang melakukan

pelayanan ANC

Angka kematian ibu

38

Page 39: ANC

Tabel 14 Data hasil olahan kartu status ibu hamil, lahir dan nifas (F-KIA-001)

No

NamaUsia

No. Reg

Kunjungan terakhir

K1

K4

Fe1

Fe3

TT1

TT2

Resiko tinggi

1 Umi maesaroh 33 02.12 Agustus v v v v v v -2 Sugi 30 105.12 Juli v - v v v v -3 Jubaedah 37 99.12 Juli v - v - v v usia tua4 Uput mimin 38 05.12 Juli v v v v v v usia tua5 Juju junaeti 30 226.11 April v v v v v v anemia6 Dewi 27 293.11 Mei v v v v v v anemia7 Tri utami 20 295.11 Juni v v v v v - -8 Dedeh 32 274.11 Juni v v v v v v  9 Tama 34 07.12 Juli v v v v v v PEB

10 Rohimah 35 12.12 Juli v v v v v v  11 Dewi tri lestari 31 53.12 Juni v - v v v v  12 Nani 37 239.11 Mei v - v v v v  13 Nuraini 17 294.11 Mei v v v v v v usia muda

14Teguh susilowati

28 04.12 Mei v v v v v v  

15 Linda 35 276.11 Mei v v v v v v  16 Mini 21 238.11 Maret v v v v v v  17 Nuna 22 214.11 Maret v v v v v v  18 Mulyani 36 247.11 Maret v v v v v v  19 Hartati 30 248.4 April v v v v v v  20 Wiwik s 26 253.11 April v v v v v v anemia21 Asnawati 39 72.12 April v - v - - - usia tua22 Warni 38 281.11 Maret v v v v v v Usia tua23 Maryati 34 52.12 Agustus v v v v v v G>424 Iis 31 37.12 Juli v - v - v v G>425 Siti maemunah 28 118.12 Agustus v - v - v v  26 Husni 24 51.12 Agustus v v v v v v anemia27 Siti barokah 18 49.12 April v - v - - - usia muda28 Siti masitoh 29 35.12 Mei v - v v v v  29 Titin 29 80.12 Mei v - v - v -  30 Neni nuraini 29 31.12 Juli v v v v v v TB 13631 Siti sutihat 22 8.12 Agustus v v v v v v  32 Mimi widyawati 22 127.12 Agustus v - v - v v selang <233 Minkhatus sania 22 19.12 Agustus v v v v v v  34 Nur ubaya 19 30.12 Agustus v v v v v v usia muda35 Hasanah 36 285.12 Juni v v v v v v usia tua36 warni 21 16.12 Mei v v v v v v  37 Imas nurjanah 21 46.12 April v - v - v v  38 Nia kurnia 22 11.12 Agustus v v v v v v Anemia

39