analisis usahatani tomat berbasis standar operasional ... · standar operasional prosedur (sop)...

107
ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG BARAT YUDITHIA LISANTI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: lynga

Post on 20-Mar-2019

346 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

ANALISIS USAHATANI TOMAT

BERBASIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG BARAT

YUDITHIA LISANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usahatani

Tomat Berbasis Standar Operasional Prosedur (SOP) di Kecamatan Lembang,

Bandung Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Yudithia Lisanti

NIM H34114015

Page 3: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

ii

ABSTRAK

YUDITHIA LISANTI. Analisis Usahatani Tomat Berbasis Standar Operasional

Prosedur (SOP) di Kecamatan Lembang, Bandung Barat. Dibimbing oleh

MUHAMMAD FIRDAUS.

Potensi usahatani tomat tidak didukung oleh sumber daya lahan dan

produktivitas yang masih berfluktuatif, sehingga Kementerian Pertanian RI

menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pelaksanaan usahatani tomat.

Penerapan SOP diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui

peningkatan produksi, namun di sisi lain penerapan SOP dapat meningkatkan

biaya produksi yang menurunkan pendapatan petani. Metode yang digunakan

adalah metode analisis kualitatif dan metode analisis kuantitatif. Metode analisis

kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum. Analisis kuantitatif

digunakan untuk menganalisis biaya dan penerimaan usahatani melalui analisis

pendapatan usahatani, efisiensi input-output diukur melalui analisis R/C Ratio,

dan faktor yang mempengaruhi produksi tomat dianalisis melalui fungsi produksi

Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis usahatani tomat

berbasis SOP lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan analisis usahatani

tomat konvensional.

Kata kunci: Analisis Cobb-Douglas, analisis usahatani, fungsi produksi, standar

operasional prosedur, usahatani tomat

ABSTRACT

YUDITHIA LISANTI. Farm Analysis of Tomato Based on Standard Operating

Procedure (SOP) in Lembang Sub-District, Bandung, West Java. Supervised by

MUHAMMAD FIRDAUS.

Tomatoes’ farming potential is not supported by the resources of land and

productivity has been fluctuating in recent year, so the Ministry of Agriculture

Republic of Indonesia arrange Standard Operational Procedures (SOP) of tomato

farming. SOP implementation is expected to increase farmer’s revenue through

the production increase, but on the other side SOP implementation will increase

the operational cost that decrease farmer’s revenue. The methods used in this

study are a qualitative and quantitative analysis method. Qualitative analysis

method is used to determine the general description.Quantitative analysis is used

to analyze the cost and revenue by farm income analysis, input-output efficiency,

and the factors that influence the production of tomato.The results show that

analysis of a tomato farm based on Standar Operational Procedures (SOP) is more

effective and efficient than the conventional tomato farm.

Key words: Cobb-Douglas analysis, farm analysis, production function,

tomatoes’ farming

Page 4: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

iii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI TOMAT

BERBASIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG BARAT

YUDITHIA LISANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 5: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

iv

Judul Skripsi : Analisis Usahatani Tomat Berbasis Standar Operasional Prosedur

(SOP) di Kecamatan Lembang, Bandung Barat

Nama : Yudithia Lisanti

NIM : H34114015

Disetujui oleh

Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP. M.Si

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 6: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

1.11Skripsi: Analisis Usahatani Tomat Berbasis Standar Operasional Prosedur (SOP) di Kecamatan Lembang, Bandung Barat

ama : Yudithia Lisanti l\1 : H34] ]4015

Disetujui oleh

/'

Prof. Dr. Muha mad Firdaus SP. M.Si Pe bimbing

Diketahui oleh

MS

Tanggal Lulus: 2 7 F~ 2014

Page 7: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,

keluarga, sahabat, serta kita sebagai umatnya yang taat pada ajaran yang

dibawanya hingga akhir hayat. Topik yang dipilih dalam penelitian ini ialah

analisis usahatani dengan judul Analisis Usahatani Tomat Berbasis Standar

Operasional Prosedur (SOP) di Kecamatan Lembang, Bandung Barat.

Tomat merupakan tanaman hortikultura dalam golongan sayuran yang

memiliki peluang dan potensi usaha yang baik. Peluang dan potensi usahatani

tomat masih dapat dimanfaatkan dengan baik, salah satunya dengan menerapkan

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani

tomat. Namun penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) masih belum

terbukti secara efektif dan efisien dibandingkan usahatani tomat konvensional,

khususnya dari segi produksi dan biaya operasional. Efektifitas dan efisiensi

tersebut dianalisis melalui perbandingan usahatani tomat dari kedua sistem

usahatani tomat sebagai tolak ukur kesejahteraan petani tomat.

Penulisan karya ilmiah ini merupakan hasil usaha maksimal dari penulis.

Saran dan kritik yang membangun demi perbaikan penulisan ini sangat

diperlukan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Yudithia Lisanti

Page 8: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam proses penyusunan

karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Usahatani Tomat Berbasis Standar

Operasional Prosedur (SOP) di Kecamatan Lembang, Bandung Barat sebagai

salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan serta

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan mulai dari persiapan hingga selesainya

penulisan karya ilmiah ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si atas kesediaannya menjadi dosen evaluator pada

seminar kolokium serta masukan yang disampaikan untuk perbaikan penulisan

karya ilmiah ini.

3. Dr. Ir. Wahyu Budi Priyatna, M.Si atas kesediaannya menjadi dosen penguji

pada sidang skripsi serta masukan yang disampaikan untuk perbaikan

penulisan karya ilmiah ini.

4. Titi Wijayanti atas kesediaannya menjadi pembahas serta masukan yang

disampaikan pada seminar hasil penelitian penulis.

5. Petani tomat Kecamatan Lembang yang telah bersedia memberikan tempat

untuk melaksanakan kegiatan penelitian serta bantuan data dan informasi

selama berada di lapangan.

6. Orangtua tercinta papa (Didi Ahmadi) dan mama (Tati Hartati), serta adik

tersayang (Dila Adiningtyas) dan keluarga besarku atas perhatian, doa, nasehat,

semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan secara moril

dan materiil yang telah dicurahkan kepada penulis.

7. Muhammad Awan Wibisono, terima kasih atas perhatian, kesabaran,

dukungan, semangat, dan saran yang diberikan selama ini.

8. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam

penyelesaian penelitian ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu

atas segala dukungan, bantuan, dan doa.

Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan dari pihak-pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini

memperoleh balasan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa atas semua wujud

amal baik yang telah disumbangkan.

Bogor, Februari 2014

Yudithia Lisanti

Page 9: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 7 Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8 Analisis Usahatani Tomat 8 Standar Operasional Prosedur (SOP) Usahatani Tomat 10

Perubahan Perilaku Pasar 10 Strategi Peningkatan Daya Saing Hortikultura 11 Maksud dan Tujuan Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) 12 Manfaat Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi Petani 13 Sosialisasi Standar Operasional Prosedur (SOP) 13

Fungsi Produksi Cobb-Douglas 14 KERANGKA PEMIKIRAN 14

Kerangka Pemikiran Teoritis 14 Teori Produksi 14 Analisis Pendapatan Usahatani 19 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) 21 Konsep Standar Operasional Prosedur (SOP) Tomat 21

Kerangka Pemikiran Operasional 29

METODE PENELITIAN 32 Lokasi dan Waktu Penelitian 32 Jenis dan Sumber Data 32

Metode Penarikan Sampel 33 Metode Analisis Data 33

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Tomat 34 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) 37 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tomat 37

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 44 Gambaran Umum Kecamatan Lembang 44

Letak Administratif dan Kondisi Wilayah 44 Kondisi Kependudukan dan Pendidikan 44 Kepemilikan Lahan Keluarga Tani 45

Luas Lahan Usahatani 45

Alur Pemasaran 46

Fasilitas Pendukung 47 Karakteristik Petani Responden 47

Lokasi Petani 48 Jenis Kelamin Petani 48 Tingkatan Usia Petani 49 Pengalaman Bertani 49

Page 10: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

viii

Jenis Pekerjaan Usahatani 50 Luas Lahan Pertanian 50 Kepemilikan Lahan Pertanian 51

Karakteristik Usahatani Tomat 51 HASIL DAN PEMBAHASAN 53

Keragaan Usahatani Tomat di Kecamatan Lembang 53 Penyemaian Benih 54 Pengolahan Lahan 55 Penanaman 55 Pemasangan Ajir 55 Perawatan Tanaman 55 Panen 56

Analisis Pendapatan Usahatani Tomat Berbasis SOP dan Usahatani

Tomat Konvensional di Kecamatan Lembang 56

Analisis Struktur Biaya Usahatani Tomat di Kecamatan Lembang 57 Analisis Penerimaan Usahatani Tomat di Kecamatan Lembang 63 Analisis Pendapatan Usahatani Tomat di Kecamatan Lembang 64

Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani Tomat Berbasis SOP dan

Usahatani Tomat Konvensional di Kecamatan Lembang 65 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tomat Berbasis SOP dan

Usahatani Tomat Konvensional di Kecamatan Lembang 65 Evaluasi Model Dugaan 65 Interpretasi Model Dugaan 67 Pemenuhan Asumsi Ordinary Least Square (OLS) 70

SIMPULAN DAN SARAN 71 Simpulan 71 Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 72

LAMPIRAN 75 RIWAYAT HIDUP 94

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan volume ekspor pertanian Indonesia tahun 2012 1 2 Perkembangan luas panen dan produktivitas komoditas hortikultura

di Indonesia tahun 2010-2011 2 3 Perkembangan volume ekspor komoditas sayuran Indonesia periode

2010-2011 4 4 Pendapatan usahatani komoditas sayuran di Indonesia tahun 2012 10

5 Perubahan output dari setiap penambahan input 15 6 Perhitungan Produk Marjinal / Marjinal Physical Product (MPP) 17 7 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani 19

8 Spesifikasi persyaratan mutu tomat segar 22 9 Pedoman perkiraan dosis pemupukan tomat berdasarkan lokasi tanam 27 10 Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pengendalian OPT 28 11 Jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian 32

Page 11: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

ix

12 Perhitungan analisis pendapatan dan R/C Rasio usahatani 36 13 Tabulasi data faktor produksi usahatani tomat 38 14 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Lembang

tahun 2013 45 15 Status kepemilikan lahan rata-rata kepala keluarga tani di Kecamatan

Lembang tahun 2013 45 16 Rata-rata luas lahan usahatani di Kecamatan Lembang tahun 2013 46 17 Luas tanam sayuran di Kecamatan Lembang tahun 2013 46 18 Fasilitas pendukung agribisnis di Kecamatan Lembang Tahun 2013 47 19 Penyebaran lokasi petani responden di Kecamatan Lembang 48 20 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori jenis kelamin 48 21 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori tingkatan usia 49

22 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

pengalaman bertani 49 23 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori jenis pekerjaan usahatani 50 24 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori luas lahan pertanian (Ha) 51 25 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori kepemilikan lahan pertanian 51 26 Sebaran sistem usahatani tomat di Kecamatan Lembang 52 27 Sebaran jenis tanaman polikultur selain tomat di Kecamatan

Lembang 52 28 Sebaran jenis tanaman tumpangsari selain tomat di Kecamatan

Lembang 52 29 Rata-rata penggunaan pupuk per 1 000 m

2 pada usahatani tomat di

Kecamatan Lembang 57 30 Rata-rata penggunaan pestisida per 1 000 m

2 pada usahatani tomat di

Kecamatan Lembang 59

31 Rata-rata penggunaan mulsa per 1 000 m2 pada usahatani tomat di

Kecamatan Lembang 59 32 Rata-rata penggunaan tenaga kerja per 1 000 m

2 dalam kegiatan

usahatani tomat di Kecamatan Lembang 60 33 Nilai rata-rata penyusutan peralatan per 1 000 m

2 pada usahatani

tomat di Kecamatan Lembang 62 34 Rata-rata penerimaan usahatani tomat pada luas lahan 1 000 m

2 di

Kecamatan Lembang 63 35 Analisis rata-rata pendapatan usahatani tomat per 1 000 m

2 di

Kecamatan Lembang 64

36 Analisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi tomat di

Kecamatan Lembang 66

Page 12: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

x

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi tomat nasional tahun 2000-2011 3 2 Kurva Produksi Total (PT) 16 3 Increasing Marginal Product 17 4 Decreasing Marginal Product 17 5 Kurva Produksi Total (PT), Produk Marjinal / Marjinal Physical

Product (MPP), Produk Rata-Rata / Average Physical Product (APP) 18 6 Kerangka pemikiran operasional analisis usahatani tomat berbasis

Standar Operasional Prosedur (SOP) di Bandung Barat 31 7 Output Minitab fungsi produksi Cobb-Douglas 39 8 Output Minitab yang menunjukkan Goodness of Fit dari model

dugaan 40

9 Output Minitab yang menunjukkan signifikasi model dugaan 41 10 Output Minitab yang menunjukkan signifikasi variabel 41 11 Output Minitab yang menunjukkan ciri adanya multikolinearitas 43 12 Alur pemasaran komoditas sayuran di Kecamatan Lembang 47

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pengeluaran rumah tangga per bulan untuk kelompok makanan tahun

1999, 2002-2011 75 2 Peta kabupaten/kota sentra dan pengembangan produksi tomat di

Jawa Barat 76 3 Produksi tomat tingkat provinsi di Indonesia 77

4 Produksi tomat tahun 2007-2011 menurut kabupaten dan kota di Jawa

Barat 78 5 Jenis hama, gejala serangan hama, serta pengendalian pada tanaman

tomat 79 6 Jenis penyakit, gejala serangan penyakit, serta pengendalian pada

tanaman tomat 81

7 Kriteria penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) usahatani

tomat 83 8 Penerapan kriteria SOP oleh petani tomat berbasis SOP di Kecamatan

Lembang 84 9 Penerapan kriteria SOP oleh petani tomat konvensional di Kecamatan

Lembang 85 10 Dokumentasi penelitian usahatani tomat di Kecamatan Lembang 86 11 Biaya rata-rata dan persentase biaya pada usahatani tomat di

Kecamatan Lembang pada luas lahan 1 000 m2 per musim tanam 92

12 Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat di

Kecamatan Lembang melalui aplikasi Mintab 93

Page 13: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional
Page 14: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Globalisasi ekonomi merupakan salah satu proses yang menyebabkan

berbagai aspek perekonomian suatu negara semakin terintegrasi dengan

perekonomian dunia. Pembentukan harga komoditas di setiap negara semakin

terintegrasi dengan dinamika pasar dunia dan preferensi konsumen di seluruh

negara semakin mengarah pada preferensi yang bersifat universal. Globalisasi

ekonomi semakin membuka kesempatan untuk komoditas pertanian Indonesia.

Hal tersebut tentunya membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan

sektor pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan, meningkatkan

pendapatan masyarakat, serta memperbaiki keadaan gizi melalui

penganekaragaman jenis makanan.

Sektor pertanian yang terdiri atas subsektor tanaman perkebunan, tanaman

pangan, hortikultura, dan subsektor peternakan sangat berperan dalam

perekonomian nasional. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional

dapat dilihat dari volume ekspor yang dihasilkan. Berdasarkan perkembangan

volume ekspor pertanian Indonesia yang tersaji Tabel 1 diketahui bahwa

komoditas hortikultura merupakan komoditas yang berperan penting dalam

memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Hal itu dibuktikan oleh

nilai kumulatif volume ekspor selama Tahun 2012, diketahui bahwa nilai

kumulatif volume ekspor dari komoditas hortikultura merupakan komoditas

ekspor yang terbesar kedua setelah komoditas perkebunan.

Tabel 1 Perkembangan volume ekspor pertanian Indonesia tahun 2012

SubSektor

Volume (kg) Pertumbuhan (%) Kumulatif

Januari-

Desember November Desember

Tanaman Pangan 32 419 648 32 365 517 -27.93 257 639 237

Hortikultura 35 132 332 28 111 215 -19.98 454 686 966

Perkebunan 3 498 046 544 2 866 103 968 -18.07 34 349 431 727

Peternakan 18 748 641 15 858 998 -15.40 201 533 588

Total Ekspor 3 584 347 165 2 933 439 698 -18.16 35 263 291 518

Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Informasi (2012)

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Asia

Tenggara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa dengan luas wilayah

sebesar 1 910 931.32 km2

dan jumlah penduduk sebanyak 237 641 326 jiwa1

dengan laju pertambahan penduduk rata-rata 10 tahun terakhir mencapai 1.3

persen2. Peningkatan jumlah penduduk yang juga diiringi dengan peningkatan

pendapatan menyebabkan peningkatan jumlah serta jenis, kualitas, dan

pengantaran (delivery). Sehingga makanan yang diperlukan adalah makanan yang

beragam, bergizi, dan berimbang. Secara umum, Indonesia sebagai salah satu

1http://bps.go.id. 2011. Data Kependudukan Indonesia (Oktober 2011) 2 Pidato Soekarno : Pangan Rakyat Soal Hidup atau Mati (1952)

Page 15: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

2

negara yang beriklim tropis mempunyai peluang yang cukup besar untuk

mengembangkan produk-produk pertanian khususnya produk pangan.

Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, tanaman buah-buahan,

tanaman biofarmaka (obat-obatan), dan tanaman hias. Komoditas hortikultura

memiliki peranan yang penting bagi masyarakat Indonesia, yaitu sebagai sumber

pendapatan, sebagai bahan pangan khususnya sumber vitamin (buah-buahan),

mineral dan serat (sayuran), dan bumbu masak, serta sebagai sumber devisa

negara untuk komoditas non migas. Peningkatan ekspor hortikultura tidak selalu

didukung oleh peningkatan luas area panen di Indonesia. Pada perkembangan luas

panen dan produktivitas komoditas hortikultura yang tersaji pada Tabel 2

menunjukkan secara umum luas area panen mengalami peningkatan, namun

berbeda halnya dengan komoditas sayuran yang mengalami penurunan terbesar,

yaitu sebesar 0.2 persen. Peningkatan permintaan pangan tidak didukung oleh

sumberdaya alam seperti lahan untuk memproduksi pangan.

Tabel 2 Perkembangan luas panen dan produktivitas komoditas hortikultura di

Indonesia tahun 2010-2011

Komoditi

Luas panen Produktivitas (kw/ha) Perkembangan

(%)

Sa-

tuan 2010 2011 2010 2011

Luas

panen

Produk

-tivitas

Buah-

buahan Ha 719 763 724 868 5 936.64 279.51 0.01 -0.95

Sayuran Ha 1 340 884 1 072 115 1 985.60 3 129.52 -0.20 0.58

Biofarmaka m2 178 528 468 170 242 641 31.39 27.22 -0.05 -0.13

Tanaman

Hias m

2 19 020 157 27 182 451 164.38 191.27 0.43 0.16

Sumber : Kementerian Pertanian (2012)

Peningkatan permintaan sektor industri dan pariwisata juga mendorong

permintaan sayuran dan buah-buahan dalam negeri secara umum. Perkembangan

sektor tersebut menyebabkan munculnya pasar-pasar baru yang semakin luas dan

lebih selektif dalam kualitas. Hal ini tercermin dari komoditas yang pada awalnya

dipasarkan untuk keluarga, semakin meluas kepada industri pengolahan makanan

atau restoran dan hotel berbintang yang pada umumnya memerlukan sayuran

dalam jumlah cukup besar namun selektif dalam hal kualitas.

Pada Lampiran 1 dapat diidentifikasi bahwa sayuran merupakan komoditas

kelompok makanan yang banyak dikonsumsi oleh rumah tangga setelah padi-

padian, makanan jadi, dan tembakau. Pengeluaran rumah tangga untuk komoditas

sayuran terus menurun hingga pada tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun

1999. Direktorat Jenderal Hortikultura (2009) juga melakukan berbagai upaya

untuk meningkatkan konsumsi sayuran dalam negeri karena konsumsi sayuran

perkapita di Indonesia saat ini sebesar 35.30 kg/kapita/tahun masih relatif rendah

bila dibandingkan dengan rekomendasi FAO sebesar 65 kg/kapita/tahun.

Dukungan dan upaya pemerintah dalam meningkatkan konsumsi sayuran tentunya

menjadi peluang bagi usahatani sayuran di Indonesia, khususnya bagi usahatani

tomat.

Tomat merupakan komoditas sayuran yang memiliki peranan penting bagi

pertanian di Indonesia. Tomat diminati pasar karena rasanya yang khas, yakni

Page 16: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

3

asam manis. Tomat biasa digunakan dalam bentuk segar maupun olahan. Tomat

dalam bentuk segar dapat digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan, penghias

makanan, maupun olahan lainnya (seperti pasta, saus, selai, manisan, dodol, velva,

dan jus3). Kebutuhan tomat terus meningkat setiap tahun sejalan dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan

bahan baku tomat. Gambar 1 menunjukkan peranan tomat dalam sektor pertanian,

yaitu kecenderungan peningkatan produksi tomat nasional pada periode 2000-

2011. Peningkatan tersebut dimulai dari produksi tomat pada tahun 2000 sebesar

593 392 ton hingga mencapai 891 616 ton pada tahun 2010 dan 954 046 ton pada

tahun 2011.

Gambar 1 Produksi tomat nasional tahun 2000-2011 Sumber : Kementerian Pertanian (2013)

Tabel 3 juga menunjukkan bukti bahwa tomat juga berperan dalam

perekonomian nasional. Peranan tomat dalam perekonomian nasional dibuktikan

dari pertumbuhan volume ekspor, yakni meningkat 12 persen dari tahun 2010.

Namun peningkatan produksi tomat di Indonesia belum mampu memenuhi

kebutuhan konsumsi tomat penduduk Indonesia, hal ini ditunjukkan dari volume

impor tomat yang sebanyak 10,325 pada tahun 2010 dan 10,639 pada tahun

2011). Kondisi tersebut menjadikan peluang bahwa usahatani tomat masih

memiliki peluang untuk dikembangkan dalam memenuhi konsumsi tomat dalam

negeri. Secara nasional dan juga di Provinsi Jawa Barat, komoditas tomat

merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki potensi yang dapat

terus dikembangkan.

3 Balai Penelitian Sayuran (2007)

Page 17: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

4

Tabel 3 Perkembangan volume ekspor komoditas sayuran Indonesia periode

2010-2011

Komoditas

Volume ekspor

(ton)

Rata rata

pertumbuhan

2010 2011

Volume impor (ton)

Rata rata

pertumbuhan

2010 2011

2010 2011

2010 2011

Jamur 31 941 23 941 -25% 361 289 419 090 14%

Cabe 3 234 13 792 326% 73 270 160 467 54%

Kubis 9 332 7 148 -23% 53 250 104 704 49%

Bawang

Merah 7 928 6 837 -14% 56 352 78 681 28%

Kentang 6 931 5 876 -15% 33 692 41 868 20%

Terung 2 388 1 482 -38% 20 200 28 887 30%

Kacang kapri 949 1 433 51% 14 478 22 120 35%

Tomat 626 699 12% 10 325 10 639 3%

Jagung manis 306 534 75% 3 081 3 373 9%

Ketimun 284 214 -25% 2 447 3 285 26%

Bawang putih 74 60 -19% 1 228 2 179 44%

Bawang

Bombay 71 46 -35% 285 269 -6%

Wortel 34 43 26% 40 40 0%

Bunga kol 5 30

1 0

Sayuran

lainnya 74 003 71 882 -3% 221 430 298 682 26%

Total sayuran 138 106 134 017 -3% 851 368 1 174 284 27%

Sumber : Badan Pusat Statistik "Ekspor Impor 2010-2011" dan Pusat Data dan Informasi,

Kementerian Pertanian diolah oleh Direktorat (2013)

Pengembangan tomat dengan menerapkan berbagai aspek terkait dalam

sistem industrinya akan dapat memacu usaha agribisnis tomat secara

berkelanjutan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, salah satu usaha yang dapat

dilakukana dalah dengan membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai

acuan dalam pelaksanaan kegiatan produksi tomat. Mengingat begitu pentingnya

keinginan dan kebutuhan pasar, diperlukan suatu pedoman umum dalam

melakukan kegiatan usahatani yang terintegrasi dengan baik. Pendapatan

merupakan unsur terpenting untuk dikembangkan dalam berbagai kegiatan usaha,

termasuk dalam kegiatan pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud

untuk mengkaji analisis perbandingan usahatani tomat berbasis Standar

Operasional Prosedur (SOP).

Rumusan Masalah

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan

manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber

energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan

sumberdaya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami sebagai

budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta budidaya atau

pembesaran hewan ternak (raising) dengan maksud supaya tumbuh lebih baik dan

memenuhi kebutuhan manusia.

Page 18: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

5

Potensi dan peluang perkembangan pertanian pada subsektor hortikultura

khususnya pada komoditas sayuran memiliki prospek serta potensi yang baik dan

telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kemajuan

perekonomian, pendidikan, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat

untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan akan komoditas

hortikultura ini semakin meningkat. Peningkatan permintaan tercermin pada

Lampiran 1 yang menunjukkan bahwa komoditas sayuran merupakan kelompok

makanan yang banyak dikeluarkan oleh rumah tangga setelah padi-padian,

makanan jadi, dan tembakau.

Salah satu daerah produksi sayuran tertinggi yang juga memiliki objek

wisata di Jawa Barat adalah Bandung. Didukung oleh keadaan agroklimatologis

yang baik seperti dataran tinggi seluas 2,621,625 Ha4 serta curah hujan yang

tinggi, menjadikan Bandung sebagai sentra produksi komoditas sayuran

khususnya tomat seperti yang tercantum pada Lampiran 2. Pada Lampiran 4,

diketahui bahwa Kabupaten Bandung merupakan produsen tomat terbesar di Jawa

Barat dengan tren produksi yang meningkat. Selain itu, Bandung memiliki

berbagai objek wisata yang berdampak positif pada kunjungan wisatawan baik

domestik maupun wisatawan asing. Potensi objek wisata tersebut mendorong

masyarakat untuk membuka usaha yang bergerak dalam bidang jasa, seperti

penginapan, hotel, dan jenis usaha rumah makan. Berdasarkan fenomena di atas,

maka tingkat kebutuhan terhadap produk-produk pertanian seperti sayur-sayuran

juga mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan industri barang dan

jasa.

Potensi pasar dan kondisi alam Indonesia sangat menjanjikan peluang yang

potensial dalam pengembangan usahatani sayuran secara umum. Dalam

pelaksanaannya, pendapatan usahatani yang diperoleh dari budidaya tumbuhan

hortikultura ini tetap menjadi orientasi utama bagi petani dalam kegiatan

usahataninya. Kemajuan perkembangan usahatani komoditas hortikultura tidak

terlepas dari peranan input dan faktor-faktor produksi lain yang memiliki peran

penting.

Seiring dengan pertumbuhan dunia bisnis, persaingan dalam memenuhi

pasokan bahan baku pertanian semakin tinggi. Pada tahun 1999-2001 Kabupaten

Bandung menjadi sentra penanaman tomat. Pahun 2002-2005 kabupaten Garut,

Sukabumi, Ciamis, Tasikmalaya, Sumedang, dan Bogor mulai berkembang

menjadi sentra penanaman tomat. Selain itu, konsumsi sayur-sayuran dan buah-

buahan penduduk Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya

kemampuan ekonomi, ketersediaan, dan pengetahuan tentang manfaat

mengkonsumsi sayur dan buah (Aswatini, et al., 2008). Oleh karena itu,

diperlukan pasokan bahan baku sayuran yang memenuhi standar kualitas dan

konsistensi yang tinggi, kuantitas dan kontinuitas yang dapat dipastikan, dengan

harga yang bersaing sehingga sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kebutuhan

pasar.

Permintaan produk tomat yang berkualitas semakin meningkat seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendidikan, serta peningkatan

kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk yang aman. Namun kualitas

dan kontinuitas tomat yang dihasilkan tidak dapat dipastikan dengan baik.

4 Dinas Pertanian Jawa Barat (2009)

Page 19: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

6

Lampiran 4 menunjukkan bahwa produksi tomat yang dihasilkan di Kabupaten

Bandung Barat masih berfluktuatif dan masih sering mengalami penurunan,

seperti pada tahun 2009 dan 2011. Selain kualitas, konsistensi dan kontinuitas dari

tomat yang dihasilkan harus terjamin. Konsistensi dan kontinuitas sangat berperan

dalam pembentukan harga komoditas karena kestabilan harga memberikan

manfaat bagi produsen dan konsumen, salah satunya memberikan kepastian

pendapatan bagi petani. Hal ini menuntut petani untuk menerapkan teknologi

budidaya yang tepat untuk dapat menghasilkan produk memiliki kualitas dan

konsistensi kontinuitas yang tinggi serta kontinuitas dan kuantitas yang terjamin.

Persaingan yang semakin ketat antar produsen menuntut pelaku usahatani tomat

memiliki kesanggupan untuk melaksanakan kegiatan produksi dengan teknologi

budidaya yang tepat sesuai prinsip Standar Operasional Prosedur (SOP).

Kegiatan usahatani bertujuan memperoleh keuntungan maksimal.

Keuntungan yang maksimal hanya dapat dicapai apabila penggunaan faktor

produksi dalam keadaan optimal, yaitu dengan mengacu kepada Standar

Operasional Prosedur (SOP). Penggunaan faktor produksi secara optimal

memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha,

pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk,

pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Diperlukan perbaikan

kualitas yang dapat dilakukan melalui suatu pengendalian proses produksi yang

dapat disusun dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk menghasilkan

produk yang memenuhi harapan pasar dan peningkatan daya saing dengan

komoditas tomat dari daerah maupun negara lainnya. Standar Operasional

Prosedur (SOP) pada suatu kegiatan bertujuan mengetahui kesesuaian proses yang

dilakukan perusahaan dengan standar yang telah ditentukan.

Ketersediaan teknologi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentunya

diciptakan dengan tujuan mengembangkan kemajuan pertanian, salah satunya

yaitu meningkatkan produksi tomat yang dihasilkan. Penerapan Standar

Operasional Prosedur (SOP) pada sistem usahatani tomat diasumsikan mampu

meningkatkan kualitas dan kuantitas tomat yang dihasilkan, sehingga turut

meningkatkan penerimaan petani melalui peningkatan harga jual dan produksi

tomat yang dijual. Di sisi lain penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)

juga diasumsikan akan turut meningkatkan biaya produksi, seperti penggunaan

bibit berkualitas, penambahan mulsa, pemberian pupuk dan pestisida berkualitas,

hingga tenaga kerja yang efektif. Sehingga masih terdapat keraguan apakah

penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) terbukti dapat meningkatkan

pendapatan petani dengan peningkatan penerimaan melalui peningkatan kualitas

dan kuantitas produksi atau bahkan menurunkan pendapatan petani akibat

peningkatan biaya operasional. Oleh karena itu, belum dapat dibuktikan apakah

penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) memberikan dampak yang positif

bagi peningkatan produksi pertanian yang secara langsung berdampak pada

kesejahteraan petani. Peningkatan penerimaan dan peningkatan biaya perlu

dianalisis sejauh mana berpengaruh dalam sistem usahatani tomat yang diterapkan

petani. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka rumusan permasalahan yang dapat

disimpulkan yaitu:

Page 20: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

7

1. Apakah penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) secara signifikan

mampu meningkatkan pendapatan petani tomat?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tomat di Kecamatan

Lembang?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Membandingkan analisis dan efisiensi pendapatan usahatani tomat

konvensional dengan analisis usahatani tomat berbasis Standar Operasional

Prosedur (SOP) di Kecamatan Lembang.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan

usahatani tomat di Kecamatan Lembang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang terkait, yaitu:

1. Bagi petani tomat di Kecamatan Lembang, Bandung Barat penelitian ini

diharapkan mampu memberikan informasi dan bahan pertimbangan mengenai

kondisi usahatani tomat berbasis Standar Operasional Prosedur (SOP) dan

usahatani tomat konvensional serta dapat memberikan alternatif usahatani

tomat terbaik untuk meningkatkan pendapatan petani.

2. Bagi pemerintah setempat, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi

dan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan untuk

mengembangkan usahatani tomat.

3. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi penulis sebagai pengalaman untuk latihan dalam menerapkan ilmu yang

diperoleh di bangku kuliah.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada agroindustri sayuran segar di Kecamatan

Lembang, Bandung Barat. Aspek yang akan dikaji dititikberatkan pada analisis

usahatani tomat sehingga lingkup sayuran segar dibatasi hanya pada sayuran

tomat, khususnya kepada petani yang melakukan usahatani tomat. Biaya yang

diperhitungkan adalah biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan oleh petani

serta nilai rasio penerimaan dan biaya (R/C Ratio). Penelitian juga membahas

faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi tomat di tingkat petani yang

dianggap sangat dominan pengaruhnya. Beberapa faktor produksi yang akan

dibahas dalam penelitian ini yaitu benih tomat, tenaga kerja, pupuk, obat-obatan,

pestisida.

Page 21: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

8

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Usahatani Tomat

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengaloaksikan sumberdaya yang ada secara efektif dan

efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani

dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya

yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya. Usahatani dikatakan efisien bila

pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi

masukan (input) yang digunakan (Soekartawi et al., 2002).

Faktor-faktor produksi usahatani seringkali dinamakan sebagai unsur pokok

usahatani. Faktor-faktor produksi tersebut adalah lahan, tenaga kerja, modal, dan

manajemen (Soekartawi et al., 2002).

1. Lahan

Lahan merupakan bagian dari permukaan bumi yang digunakan untuk

kegiatan produksi bidang pertanian: tanaman, ternak, dan ikan. Lahan

pertanian biasa dijadikan indikator penentu dari pengaruh faktor produksi

komoditas pertanian. Secara umum semakin luas lahan yang digarap, semakin

besar jumlah poduksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja juga merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan

dalam kegiatan produksi karena fungsinya sebagai pelaku kegiatan usahatani.

Tenaga kerja sering diartikan sebagai daya manusia untuk melakukan usaha

dan ikhtiar yang dijalankan untuk menghasilkan barang dan jasa. Namun

selain manusia, jenis tenaga kerja lain yang biasa digunakan dalam kegiatan

usahatani adalah tenaga kerja mesin dan tenaga kerja hewan ternak. Tenaga

kerja manusia bersumber dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar

keluarga. Tenaga kerja dibagi lagi menjadi tenaga kerja laki-laki, tenaga kerja

perempuan, serta tenaga kerja anak-anak dengan batasan tenaga kerja anak-

anak adalah berumur 14 tahun ke bawah. Ukuran tenaga kerja dinyatakan

dalam Hari Orang Kerja (HOK).

3. Modal

Modal adalah barang ekonomi (berupa sumberdaya, kekayaan, dan

aktiva) yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Modal

usahatani dikelompokkan menjadi lahan, modal operasi jangka pendek (uang

tunai, bibit, pupuk, dan obat-obatan), modal operasi jangka panjang (mesin,

peralatan, bangunan, ternak, tanaman, maupun ikan). Dilihat dari kekayaan

di usahatani, modal dikelompokkan menjadi aset tetap dan aset kerja.

4. Pengelolaan atau manajemen

Dalam kegiatan usahatani, peranan manajemen menjadi sangat penting

dalam mengelola seluruh rangkaian kegiatan usahatani. Rangkaian

pengelolaan manajemen dimulai dari perencanaan (planning),

Page 22: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

9

pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan evaluasi

(evaluation).

Saptana [tahun terbit tidak diketahui] menyebutkan bahwa perkembangan

produksi tomat sebelum krisis ekonomi (1986-1997) mengalami pertumbuhan

produksi positif yang cukup tinggi 17,69 persen dan perkembangan produksi

tomat setelah krisis ekonomi (1997-1999) tomat dan cabe juga masih tetap

tumbuh cukup cepat yaitu 10,8 persen. Sementara pada periode 2000-2002 tomat

tumbuh sekitar 0-0,56 persen per tahun.

Tarigan (2009) dalam penelitiannya mengenai risiko sayuran organik

menyatakan bahwa tomat memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan

brokoli. Risiko yang dihadapi dari usahatani tomat organik yang dilihat dari nilai

variance adalah sebesar 9 146 406 096 lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai

variance brokoli yaitu 69 658 337 940. Namun risiko yang timbul dari komoditas

tomat lebih tinggi jika dibandingkan dengan cabai keriting dan bayam hijau.

Untuk itu, diperlukan risiko portofolio dengan melakukan diversifikasi tanaman.

Koerdianto (2008) juga menunjukkan dampak kebijakan output terhadap

usahatani tomat menyebabkan usahatani tomat di Kecamatan Lembang dan

Kecamatan Ciwidey menerima harga aktual output lebih kecil dari harga

sosialnya. Sedangkan berdasarkan analisis terhadap kebijakan input menunjukan

bahwa pemerintah memberikan subsidi atas input asing (tradable) dan domestik

(non tradable), sehingga petani menerima harga aktual input tersebut lebih murah

dari yang seharusnya dibayarkan jika tanpa adanya kebijakan. Secara umum

kebijakan pemerintah terhadap input-output yang ada lebih menguntungkan

usahatani kedua komoditas tersebut di Kecamatan Lembang. terjadinya

peningkatan biaya produksi, penurunan harga output dan penurunan produksi

yang dilakukan baik secara parsial maupun gabungan menyebabkan tingkat

keuntungan yang semakin kecil dan nilai PCR dan DRC yang semakin besar

mendekati satu. Namun, perubahan tersebut tidak sampai merubah keuntungan

menjadi negatif (rugi) maupun merubah keunggulan kompetitif dan keunggulan

komparatif menjadi tidak berdaya saing sehingga usahatani komoditas sayuran ini

tetap layak untuk terus dikembangkan.

Dahlia (2002) dalam penelitiannya mengenai analisis finansial usahatani

tomat apel hidroponik di Desa Sukaraja, Sukabumi menunjukkan hasil bahwa

output yang dihasilkan selama satu tahun (dua kali penanaman) seluas satu hektar

adalah sebesar Rp 1 012 440 000 dengan marjin sebesar Rp 531 690 000.

Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan finansial pada tingkat diskonto 14

persen diperoleh nilai NPV, IRR, net B/C masing-masing Rp 695 966 303.33, 40

persen, 2.09, dan 1.31. Perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa usahatani

tomat yang dilakukan secara hidroponik layak dengan tingkat pengembalian

investasi selama dua tahun satu bulan dua minggu. Analisis sensitivitas

berdasarkan penurunan volume produksi dan harga output menunjukkan bahwa

usahatani layak dilaksanakan, meskipun tidak layak pada tingkat suku bunga

deposito bank mencapai 45 persen. Usahatani ini peka terhadap perubahan biaya

variabel, harga output, dan perubahan volume produksi. Sehingga pelaku

usahatani harus lebih berhati-hati dalam melakukan penetapan harga dan

perjanjian kerjasma dengan pihak penghasil input karena sangat berpengaruh

terhadap biaya variabel.

Page 23: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

10

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Bidang Bina Usaha Provinsi Jawa Barat

(2012) menganalisis pendapatan usahatani komoditas sayuran di Indonesia.

Komponen yang dianalisis yaitu hasil produksi (kg), harga komoditas (Rp/kg),

nilai hasil/produksi (Rp), biaya pokok (Rp/kg), dan R/C Ratio. Dari hasil analisis

pendapatan usahatani komoditas sayuran sebagaimana yang tertera pada Tabel 5,

dapat dilihat bahwa tomat merupakan komoditas sayuran yang memiliki

pendapatan hasil tertinggi setelah pokcay, yaitu sebesar 25 000 kg dibandingkan

pokcay 27 000 kg. Meski dilihat dari segi harga, harga tomat adalah Rp 3 350/kg

jauh lebih rendah dibandingkan harga asparagus, bawang merah, maupun jamur

yang mencapai Rp 22 500/kg untuk asparagus. Namun jika dilihat dari pendapatan

usahatani yang diperoleh tomat sebesar Rp 53 367 500, tomat menempati urutan

tertinggi kedua setelah cabai merah dengan pendapatan Rp 63 745 000.

Berdasarkan perhitungan R/C Ratio yang diperoleh, tomat menghasilkan nilai R/C

Ratio 2.76 yang memiliki arti bahwa untuk Rp 1 000 biaya yang dikeluarkan

untuk usahatanni tomat, akan menghasilkan penerimaan Rp 2 760. R/C Ratio

yang menunjukkan nilai positif dan lebih besar dari satu, mengindikasikan bahwa

usahatani tomat merupakan usahatani yang menguntungkan dari segi penerimaan.

Tabel 4 Pendapatan usahatani komoditas sayuran di Indonesia tahun 2012

No Komoditas

sayuran

Hasil

(kg)

Harga

(Rp/kg)

Nilai

hasil/produksi

(Rp)

Total biaya

produksi

(Rp)

Biaya

pokok

(Rp/kg)

Pendapatan

usahatani

(Rp)

R/C

ratio

1 Kentang

58 000 000 55 275 000

2 725 000 1.05

2 Kubis 23 865 1 300 31 024 500 23 362 500 979 7 662 000 1.33

3 Cabai merah 11 800 7 200 84 960 000 21 215 000 1 798 63 745 000 4.00

4 Tomat 25 000 3 350 83 750 000 30 382 500 1 215 53 367 500 2.76

5

Bawang

merah 9 343 7 500 70 072 500 28 565 000 3 057 41 507 500 2.45

6 Buncis 14 482 1 800 26 067 600 12 525 000 865 13 542 600 2.08

7 Wortel 19 276 1 150 22 167 400 10 594 000 550 11 573 400 2.09

8 Pokcay 27 000 800 21 600 000 12 775 000 473 8 825 000 1.69

9 Asparagus 5 000 22 500 112 500 000 68 290 500 13 658 44 209 500 1.65

10

Bawang

putih 15 178 3 200 48 569 600 25 791 000 1 699 22 778 600 1.88

11 Brokoli 7 680 3 000 23 040 000 18 025 500 2 347 5 014 500 1.28

12 Jamur 1 200 9 000 10 800 000 7 970 000 6 642 2 830 000 1.36

13 Terung 16 000 1 400 22 400 000 17 607 500 1 100 4 792 500 1.27

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Bidang Bina Usaha, Provinsi Jawa Barat (2012)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Usahatani Tomat

Perubahan Perilaku Pasar

Globalisasi perdagangan dunia menyebabkan perdagangan produk

menekankan pada persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary and

phytosanitary (SPS), serta jaminan kegiatan produksi dilakukan secara ramah

lingkungan. Saat ini telah terjadi persaingan ketat dalam mengisi dan memasuki

pasar modern, hotel-restoran-katering (HOREKA), industri, maupun pasar ekspor.

Persyaratan mutu oleh beberapa pemerintah daerah (seperti adanya Perda Mutu

Produk di Provinsi DKI Jakarta, persyaratan produk masuk ke kota Batam, dll),

Page 24: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

11

pemasok ke pasar-pasar modern di kota-kota besar. Terutama dengan penerapan

ASEAN-China AFTA di tahun 2010, maka untuk mengisi pasar ekspor ataupun

masuknya produk dari negara lain akan terjadi persaingan dan persyaratan yang

semakin berat dan ketat. Dengan demikian, aspek keamanan pangan, mutu, serta

lingkungan sudah menjadi bagian integral dari sistem produksi sekaligus sebagai

upaya meningkatkan daya saing.

Menghadapi era globalisasi ini, diperlukan suatu strategi agar tidak hanya

menjadi penonton yang baik terhadap masuknya produk dari negara lain. Pangsa

pasar dengan jumlah penduduk dan konsumen yang besar merupakan potensi

yang tidak boleh direbut oleh negara lain. Kita harus mampu menjadi tuan rumah

terhormat di negeri kita sendiri, dan harus bisa berdaulat terhadap produk

hortikultura ditengah persaingan dan isu global. Salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah dengan meningkatkan daya saing (competitiveness) produk dan

pelaku usaha hortikultura nasional, yaitu dengan menerapkan Standar Operasional

Prosedur (SOP) pada sistem budidaya yang dilakukan.

Marimin dan Muspitawati (2002) dalam penelitiannya mengenai kajian

strategi peningkatan kualitas produk industri sayuran segar yang dilakukan di

sebuah agroindustri sayuran di Bogor menyebutkan bahwa terdapat tiga atribut

utama yang diharapkan oleh konsumen berdasarkan analisis Quality Function

Development (QFD). Atribut tersebut adalah atribut yang diharapkan oleh

konsumen dalam produk sayuran segar yaitu kesegaran, kebersihan, dan

keamanan pangan. Langkah penerapan strategi yang dapat dilakukan berdasarkan

analisis SWOT ialah upaya untuk mempertahankan kesegaran sayuran, yaitu

melalui perbaikan cara penanganan bahan baku, pengemasan, dan penyimpanan

yang baik. Cara penanganan yang baik telah dibuat dalam bentuk Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang baku untuk diterapkan.

Strategi Peningkatan Daya Saing Hortikultura

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT yang dilakukan Rosalina (2009)

pada Kelompok Tani Sugih Tani di Kawasan Agropolitan Bogor, enam strategi

yang perlu diterapkan untuk mengembangkan usaha sayuran organik adalah

dengan mengoptimalkan upaya pengendalian mutu pada produk dan pasar yang

sudah ada, pembinaan kemampuan teknis petani, penggunaan bibit unggul dan

pupuk yang berkualitas, pengendalian hama terpadu dan pembuatan atau

penggunaan pestisida organik yang efektif bagi hama, serta pengecekan kondisi

tanah secara berkala sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

telah ditetapkan.

Pengembangan Hortikultura5 dan Kinerja Strategis Pembangunan

Hortikultura6 Tahun 2008 membahas program unggulan yang akan dilaksanakan

untuk pengembangan komoditas di kawasan dan sentra produksi. Program

unggulan dilakukan atas dasar upaya meningkatkan produksi, produktivitas, mutu,

dan daya saing produk hortikultura secara optimal. Pengembangan hortikultura ini

difokuskan pada 6 (enam) pilar utama, yaitu (a) Pengembangan kawasan

agribisnis hortikultura, (b) Penerapan manajemen rantai pasokan (Supply Chain

5 http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/111. Pengembangan Komoditas Hortikultura pada

Tahun 2008 (diakses Maret 2013) 6 http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/215. Kinerja Strategi Pengembangan Hortikultura

2008 (diakses Maret 2013)

Page 25: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

12

Management), (c) Penerapan norma budidaya pertanian yang baik (Good

Agriculture Practice = GAP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP), (d)

Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura (FATIH) untuk pengembangna investasi,

(e) Pengembangan kelembagaan usaha, dan (f) Peningkatan konsumsi dan

akselerasi ekspor. Keenam pilar tersebut kemudian dirancang satu kesatuan yang

saling terkait dan bergantung satu sama lain, sehingga tidak dapat dipisahkan

dalam pengelolaannya.

Maksud dan Tujuan Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Permentan nomor 48/Permentan/ OT.140/10/2009, tentang Pedoman

Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (Good Agricultural Practices for Fruits and

Vegetables) yang dikeluarkan pada tanggal 19 Oktober 2009, dan telah

diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 21 Oktober 2009

dengan berita acara nomor 402. Permentan ini merupakan penyempurnaan

terhadap Permentan no 61/2006 tentang pedoman budidaya buah yang baik

dengan cakupan lebih luas dan muatan lebih besar.

Pedoman GAP Buah dan Sayuran merupakan panduan cara (tatalaksana)

pengelolaan budidaya, mulai dari kegiatan pra tanam hingga penanganan pasca

panen untuk menghasilkan produk yang aman konsumsi, bermutu baik, ramah

lingkungan dan berdaya saing7. Panduan ini bersifat umum untuk buah dan sayur

dan tidak spesifik komoditas, oleh karena itu perlu ditindak lanjuti dengan

perumusan standar operasional prosedur (SOP) budidaya untuk spesifik

komoditas dan spesifik lokasi.

Penerapan SOP dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan hortikultura.

Selain itu, penerapan SOP yang spesifik lokasi, spesifik komoditas, dan spesifik

pasar bertujuan meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang akan

dihasilkan agar mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan memiliki daya saing

yang tinggi. Sehingga dibuat dasar hukum mengenai penerapan SOP untuk

sayuran di Indonesia yang diterbitkan oleh Permentan. SOP yang disusun untuk

menjadi panduan umum dalam melaksanakan budidaya tanaman secara benar dan

tepat, sehingga diperoleh produktivitas yang tinggi, mutu yang baik, keuntungan

optimum, ramah lingkungan, usaha produksi yang berkelanjutan, serta

memperhatikan aspek keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan petani (Dinas

Pertanian Jawa Barat, 2009).

Tujuan penerapan SOP sebagaimana yang termaktub dalam Permentan

48/2009 adalah (1) Meningkatkan produksi dan produktivitas, (2) Meningkatkan

mutu hasil produksi termasuk keamanan konsumsi, (3) Meningkatkan efisiensi

produk dan daya saing, (4) Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam,

(5) Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan, dan sistem

produksi yang berkelanjutan, (6) Mendorong petani dan kelompok tani untuk

memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan

diri dan lingkungan, (7) Meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar

internasional, dan (8) Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen.

Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah terwujudnya keamanan pangan,

jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura berkelanjutan dan peningkatan daya

saing.

7 http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/250. Penerapan GAP sebagai Terobosan Peningkatan

Daya Saing Hortikultura (diakses Maret 2013)

Page 26: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

13

Keluarnya Permentan 48/2009 merupakan suatu langkah terobosan untuk

meningkatkan daya saing produk hortikultura, suatu langkah untuk

memberdayakan pelaku usaha hortikultura, upaya untuk memanfaatkan

sumberdaya alam secara berkelanjutan dan lestari. Penerapan SOP dapat

dijadikan sebagai panduan dasar bagi pelaku usaha agribisnis buah dan sayur

dalam menjalankan kegiatan budidaya tanaman, sebagai suatu sistem jaminan

mutu, alat untuk berkompetisi dan melindungi pelaku usaha dalam memasuki

perdagangan dunia, serta sebagai rangkaian terpadu penerapan Pengelolaan Rantai

Pasokan (Supply Chain Management – SCM).

Manfaat Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi Petani

Adanya SOP merupakan proses pembelajaran bagi petani/pelaku usaha

untuk berproduksi dengan kualitas baik dan performan menarik. Dengan

diterapkannya SOP dan dikeluarkannya nomor registrasi kebun buah atau lahan

usaha sayuran akan memberikan banyak keuntungan bagi pelaku usaha maupun

konsumen. Adanya penerapan SOP akan memudahkan promosi dan

memperkenalkan produk ke pedagang maupun konsumen, memudahkan dalam

mempromosikan petani dan kebun/lahan usaha yang telah menerapkan SOP,

memudahkan identifikasi sentra produksi hortikultura berkualitas. Peneraoan SOP

akan memberikan kemudahan dalam jaminan mutu produk dan pelaku usaha,

sekaligus memudahkan pelacakan (trace back) bila terjadi pengaduan terhadap

produk. Dengan ini juga memudahkan pihak pelaku usaha berintegrasi langsung

dengan produsen, sehingga dapat berdampak pada upaya mengefektifkan rantai

pasokan.

Sosialisasi Standar Operasional Prosedur (SOP)

Penerapan budidaya yang baik (Good Agricultural Practices = GAP) yang

sesuai dengan Standar Operasional Produksi (SOP) sudah merupakan tuntutan

untuk diterapkan oleh pelaku agribisnis. Hal ini dapat dilihat dengan aturan yang

telah diterapkan oleh beberapa negara, seperti Malaysia yang menerapkan SALM,

Thailand yang menerapkan Q-System, Australia yang menerapkan Fresh Care,

dan Eropa yang menerapkan EurepGAP. Di Indonesia, sosialisasi Norma

Budidaya yang Baik (Good Agricultural Practices = GAP) sesuai dengan Standar

Operating Procedure (SOP) sayuran yang telah berhasil dilaksanakan pada tahun

2008 adalah teerdiri atas sayuran 15 kali dilaksanakan di 15 provinsi yang

mencakup 210 kelompok.

(Mujiburrahmad, 2011) dalam penelitiannya mengenai Analisis

Produktivitas Usahatani Tomat Berbasis Agroklimat pada kasus dataran medium

dan dataran tinggi, produktivitas usahatani tomat di dataran tinggi relatif lebih

tinggi dibandingkan dengan daerah medium. Usahatani secara signifikan

dipengaruhi oleh kondisi kesesuaian agroklimat, kesesuaian lahan, aspek budidaya

dan penggunaan varitas. Pada dataran tinggi faktor dominan untuk menentukan

produktivitas usahatani tomat adalah aspek budidaya dan kesesuaian iklim,

sedangkan pada daerah medium faktor dominan adalah aspek budidaya dan

varitas yang digunakan. Produktivitas usahatani di dapat ditingkatkan dengan

pewilayahan yang sesuai agroklimat, lahan, menggunakan sarana produksi yang

efektif, dan dengan menggunakan varitas unggul yang adaptif, usahatani tomat di

Page 27: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

14

dua sentra produksi di atas sangat menguntungkan, akan tetapi keuntungan dari

investasi ini jauh lebih besar di daerah dataran tinggi.

Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Penelitian yang berhubungan dengan perbandingan variabel produksi yang

berbeda selain dianalisis dengan perhitungan pendapatan usahatani dan nilai R/C

Ratio untuk menghitung efektivitas juga dilakukan dengan menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi usahatani untuk menghitung efisiensi.

Anggraeni (2005) menganalisis penggunaan pestisida pada kegiatan usahatani

padi di Desa Porwosari, Bogor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

produksi padi pestisida dan non pestisida di Desa Purwosari adalah luas lahan,

jumlah bibit, dan pupuk KCl. Selain itu Naqias (2012) dalam penelitiannya

mengenai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani

pada komoditas padi varietas Ciherang menunjukkan bahwa variabel yang

berpengaruh nyata pada produksi padi adalah benih, pupuk urea, pupuk KCl,

pupuk NPK, dan tenaga kerja.

Penelitian ini mengacu pada kedua penelitian terdahulu yang telah

dilakukan Anggreini (2005) dan Naqias (2012), yaitu menggunakan analisis

efektivitas dan efisiensi usahatani dengan menghitung nilai pendapatan usahatani,

nilai R/C ratio, dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi melalui metode

Cobb-Douglas. Perbedaan penelitian terlebih dahulu dengan penelitian ini adalah

komoditas yang dianalisis, yakni terletak pada komoditas yang dianalisis. Pada

penelitian terdahulu komoditas yang dianalisis adalah padi, sedangkan pada

penelitian ini komoditas yang dianalisis adalah tomat dengan perbandingan sistem

usahatani tomat yang diterapkan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Teori Produksi

Produksi merupakan proses transformasi dua input atau lebih menjadi satu

produk atau lebih. Secara umum produksi merupakan upaya untuk menghasilkan

sejumlah produk maksimum dari sejumlah sumberdaya yang tersedia. Produksi

terkait erat dengan jumlah penggunaan berbagai kombinasi input dengan jumlah

dan kualitas output yang dihasilkan. Hubungan diantara faktor-faktor produksi

dan tingkat produksi yang diciptakan dinamakan fungsi produksi.Faktor produksi

adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut

mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literatur, faktor

produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production factor, dan korbanan

produksi (Soekartawi et al., 2002). Menurut Soekartawi et al. (2002), faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi dapat dibedakan menjadi kelompok, yaitu :

1. Faktor teknis, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat

kesuburannya, bibit, varietas, pupuk dan pestisida.

Page 28: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

15

2. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, resiko ketidakpastian, kelembagaan,

tersedianya kredit dan sebagainya.

Soekartawi et al. (2002) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah

hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan

(X). Hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi dikenal dengan istilah

fungsi produksi, sedangkan analisis dan pendugaan hubungan itu disebut analisis

fungsi produksi. Fungsi produksi dengan njenis input X dan satu output Y secara

sistematis dinyatakan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, …, Xn) (1)

Keterangan: Y = output (hasil produksi)

f = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor

produksi dengan hasil produksi

Xi = input-input yang digunakan dalam proses produksi

Soekartawi (1986) menyebutkan bahwa fungsi produsi menggambarkan

hubungan teknis antara input dan output dari proses produksi. Input-input berupa

tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya yang mempengaruhi

besar-kecilnya produksi yang dihasilkan. Dengan begitu produk yang dihasilkan

dari proses produksi dapat diduga dengan mengetahui berapa banyak jumlah input

yang digunakan. Jika Y adalah produk (output) dan Xi

adalah input ke-i, maka

besar kecilnya Y juga bergantung dari besar kecilnya X1, X2, …, Xn yang

digunakan.

Selain itu, fungsi produksi juga dapat menunjukkan output maksimum yang

dapat diproduksi oleh setiap kombinasi input. Hal ini menjelaskan hubungan fisik

antara input dan output maksimum yang dapat diperoleh dengan sejumlah input

tertentu. Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan

hasil yang berkurang (law of diminishing return). Tiap tambahan unit masukan

akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil

dibanding unit tambahan masukan tersebut (Soekartawi et al., 2002). Untuk

mempelajari lebih jauh, dimulai dengan fungsi produksi satu output dan satu input

(ceteris paribus) sebagai berikut:

Y = f (X1 | X2, X3, ..., Xn) (2)

Fungsi produksi satu output dan satu input dapat diketahui dengan

memplotkan data perubahan produksi. Data diplotkan dengan mencatat unit

perubahan produksi yang dihasilkan (output) dari setiap penambahan input. Plot

data disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5 Perubahan output dari setiap penambahan input

Y Input X (unit) Output Y (unit)

... .......... ..........

... .......... ..........

Page 29: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

16

X3

Y1

Y2

X4

Data yang telah diplotkan akan memberikan gambaran mengenai hubungan

input yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Hubungan input dan output

pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang semakin berkurang (law of

diminishing return). Soekartawi et. al. (2002) menyebutkan bahwa setiap

tambahan unit input akan mengakibatkan penambahan proporsi output yang

semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut. Sifat pertambahan

produksi yang seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin

lambat dan pada akhirnya mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.

Hubungan antar faktor produksi (X) dengan jumlah produksi (Y) disajikan pada

Gambar 2.

Peningkatan teknologi serperti penerapan Standar Operasional Prosedur

(SOP) pada usahatani tomat akan menyebabkan pergeseran kurva produksi total

ke kanan atas dari PT menuju PT’. Seperti yang dijelaskan pada Gambar 2,

penerapan teknologi pada penggunaan faktor produksi (input) X1 dan X2 yang

sama mampu meningkatkan produksi (output) yang dihasilkan dari Y1 menuju Y2.

Selain itu, pada tingkat produksi (output) yang sama Y3 dan Y4, peningkatan

teknologi mampu menurunkan faktor produksi (input) yang digunakan. Penurunan

faktor produksi (input), yaitu dari X3 menuju X4. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa peningkatan teknologi mampu meningkatkan output yang

dihasilkan pada penggunaan input yang sama dan mampu menurunkan input yang

digunakan pada jumlah output yang sama.

Kurva produksi total dapat diidentifikasi mengenai dua sifat, yakni

peningkatan produk marjinal (Increasing Marginal Product) dan penurunan

produk marjinal (Decreasing Marginal Product) seperti yang tersaji pada Gambar

3 dan Gambar 4. Increasing Marginal Product memiliki arti bahwa setiap

tambahan input yang sama, akan menghasilkan tambahan output yang besar.

Sedangkan Decreasing Marginal Product mendeskripsikan setiap tambahan input

yang sama, akan menghasilkan tambahan output yang menurun (lebih kecil).

Gambar 2 Kurva Produksi Total (PT)

PT

Input (X)

Output (Y)

PT’

X1 dan X2

Y3 dan Y4

Page 30: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

17

Produksi yang dihasilkan pada tingkat input tertentu dapat diduga melalui

persamaan fungsi produksi, yaitu dengan menghitung nilai Produk Marjinal /

Marginal Physical Product (MPP). Soekartawi et. al. (2002) menjelaskan MPP

adalah perubahan produksi (output) berupa penambahan atau pengurangan hasil

yang diakibatkan oleh adanya penambahan unit input. Apabila MPP bernilai

konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input (X) dapat

menyebabkan tambahan setiap unit output satu satuan (Y) secara proporsional.

Apabila terjadi penambahan suatu penambahan satu-satuan unit input produksi

(X), akan tetapi menyebabkan satu-satuan unit output produksi yang menurun (Y),

maka peristiwa tersebut disebut law of diminishing return yang menyebabkan

MPP menurun. Secara umum, nilai MPP dapat dihitung dengan menurunkan atau

menghitung turunan pertama dari fungsi produksi terhadap variabel Xj. Secara

matematis, kedua rumus MPP disajikan pada Tabel 7.

Tabel 6 Perhitungan Produk Marjinal / Marjinal Physical Product (MPP)

Fungsi produksi Produk marjinal X1 Produk Marjinal X2

Satu variabel (Xj)

Cobb-Douglas

Rata-rata yang dihasilkan dari kegiatan produksi dapat diduga melalui

fungsi produksi, yaitu dengan menghitung nilai Produk Rata-Rata / Average

Physical Product (APP). APP adalah rata-rata perubahan produksi (output) berupa

penambahan atau pengurangan hasil akibat adanya penambahan satu unit input.

Secara matematis, perhitungan APP dirumuskan sebagai berikut:

(3)

Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai

dari persentase perubahan input. Elastisitas produksi dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 3 Increasing Marginal Product Gambar 4 Decreasing Marginal Product

PT

Input (X)

Output (Y)

PT

Input (X)

Output (Y)

Page 31: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

18

Ep = 1

Ep > 1 Ep < 1

Ep = 0

Soekartawi (2002) menyimpulkan, berdasarkan elastisitas produksi fungsi

produksi dibagi atas tiga daerah yang tersaji pada Gambar 5, yaitu:

1. Daerah produksi I (daerah irrasional) dengan Ep lebih dari satu (Ep > 1),

merupakan produksi yang tidak rasional karena pada daerah ini penambahan

input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi yang selalu

lebih besar dari satu persen. PT dalam keadaan menaik pada tahap increasing

rate dan PR akan meningkat. Pada daerah ini belum tercapai pendapatan yang

maksimum, karena pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian

input variabel dinaikkan. Pada daerah I elastisitas produksi bernilai elastis,

artinya besarnya persentase perubahan kuantitas produksi lebih besar dari

persentase perubahan penggunaan faktor produksi (input).

2. Daerah produksi II (daerah rasional) dengan Ep antara I dan 0 (0 < Ep < 1),

artinya penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan

produksi paling tinggi sama dengan satu persen dan paling rendah nol persen.

PT akan meningkat pada tahap decreasing rate. Pada tingkat penggunaan

faktor produksi tertentu akan mencapai keuntungan maksimum. Pada daerah II

elastisitas produksi bernilai inelastis, artinya perubahan produksi yang

dihasilkan terkadang tanggap terhadap perubahan penggunaan faktor prosuksi

(input) dalam kisaran nilai yang tidak besar.

3. Daerah produksi III (daerah irrasional) dengan Ep kurang dari nol (Ep < 0),

artinya setiap penambahan pemakaian input akan menyebabkan penurunan

jumlah produksi total. PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif,

dan PR akan menurun. Apabila terus meningkatkan input produksi, maka akan

tetap merugikan bagi petani yang berproduksi. Pada daerah ini elastisitas

produksi bernilai inelastis.

PT

I

II

III

dY/dX

Output (Y)

Input (X)

A

PP

MPP Input (X)

Gambar 5 Kurva Produksi Total (PT), Produk Marjinal / Marjinal Physical

Product (MPP), Produk Rata-Rata / Average Physical Product (APP)

Page 32: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

19

Soekartawi (2002) menyebutkan bahwa fungsi produksi Cobb-Douglas

memiliki beberapa keuntungan, yaitu dapat menyelesaikan persamaan yang

mempunyai lebih dari tiga variabel input, perhitungannya sederhana karena dapat

dibuat linier, dan dari hasil penjumlahan koefisien elastisitas masing-masing

faktor produksi mencerminkan skala usaha produksi yang berlangsung. Fungsi

produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan

dua variabel atau lebih. Variabel yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y)

dan variabel lainnya yang bersifat menjelaskan disebut variabel independen (X).

Menurut Soekartawi (2002), ada tiga alasan pokok mengguanakan fungsi produksi

Cobb-Douglas, yaitu :

1. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan

dengan fungsi lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah diubah ke

dalam bentuk linier

2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan elastisitas

3. Besaran elastisitas tersebut juga sekaligus menunjukkan return to scale. Hal ini

perlu diketahui untuk menentukan keadaan dari suatu produksi, apakah

mengikuti kaidah decreasing, constant, atau increasing return to scale.

Analisis Pendapatan Usahatani

Usahatani merupakan salah satu aktivitas bisnis dengan mengelola

sumberdaya yang tersedia untuk memperoleh keuntungan maksimum.

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan,

mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya

dengan sebaik-baiknya dan mampu menghasilkan produksi pertanian sebagaimana

yang diharapkan. Dalam kegiatan usahatani tersebut tidak lepas dari perhitungan

untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh

merupakan balas jasa dari kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan

selama jangka waktu tertentu.

Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik

faktor produksi. Secara umum, pendapatan dijadikan sebagai tolak ukur apakah

kegiatan usaha yang dilakukan berhasil atau gagal. Pendapatan juga merupakan

opportunity cost dari setiap penggunaan faktor produksi yang digunakan.

Pendapatan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (keluarga petani)

dan kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya. Pendapatan usahatani dipengaruhi

oleh faktor eksternal dan faktor internal usahatani yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 7 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

No. Faktor eksternal Faktor internal

1 Sarana transportasi Kesuburan lahan

2 Sistem tataniaga Luas lahan dan status penguasaan lahan

3 Penemuan teknologi baru Ketersediaan tenaga kerja keluarga dan modal

usahatani

4 Fasilitas irigasi Tingkat pengetahuan serta keterampilan petani

dan tenaga kerja

5 Tingkat harga output dan input Efisiensi penggunaan input

6 Ketersediaan lembaga perkreditan Lokasi tanaman dan pola tanam

7 Kebijaksanaan pemerintah Cara pemasaran output

8 Fragmentasi lahan

Page 33: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

20

Terdapat dua komponen pendapatan usahatani, yaitu penerimaan usahatani

dan pengeluaran usahatani. Penerimaan usahatani terdiri dari nilai produk yang

dijual, produk yang dikonsumsi, maupun produk yang digunakan untuk keperluan

lain, serta kenaikan nilai inventoris. Sedangkan pengeluaran usahatani terdiri dari

biaya tunai, biaya yang diperhitungkan, penurunan nilai inventaris, dan bunga

modal.

1. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani merupakan nilai produk total usahatani yang

diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani dibagi menjadi

penerimaan tunai usahatani dari hasil penjualan produk usahatani, penerimaan

yang diperhitungkan dari produksi yang tidak dijual secara tunai, serta penerimaan

total usahatani yang diperoleh dari penerimaan tunai dan penerimaan yang

diperhitungkan.Secara umum, besaran penerimaan dituliskan dengan rumus

berikut:

(5)

Keterangan : TR = total penerimaan (Rp)

Py = harga output (Rp/unit)

Y = jumlah output yang dihasilkan (unit)

2. Pengeluaran Usahatani

Pengeluaran usahatani meliputi pengeluaran tunai, pengeluaran yang

diperhitungkan, dan pengeluaran total. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah

uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

Pengeluaran yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung pendapatan kerja

dengan memperhitungkan bunga modal, nilai kerja keluarga petani, dan

penurunan nilai inventaris. Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua

masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi.Secara umum

pengeluaran dirumuskan sebagai berikut:

(6)

Keterangan : TC = total pengeluaran (Rp)

Px = harga input (Rp/unit)

X = input yang digunakan (unit)

3. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan jumlah seluruh uang yang akan diterima

oleh seseorang petani atau rumah tangga petani selama jangka waktu tertentu dari

hasil kegiatan produksi yang dilakukannya.Pendapatan dapat diperoleh dari selisih

antara penerimaan dan biaya. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:

π = TR – TC (7)

Keterangan: π = pendapatan (Rp/musim tanam)

TR = total penerimaan (Rp/musim tanam)

TC = total biaya (Rp/musim tanam)

Page 34: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

21

Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi

karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari kegiatan

investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani harus

selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi usahatani. Ukuran efisiensi pendapatan

usahatani dapat dihitung melalui perbandingan penerimaan dengan biaya yang

dikeluarkan (R/C Ratio) yang menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang

akan diterima untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi.

Dengan kata lain nilai R/C Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi output-

input. Secara umum, perhitungan R/C Ratio dapat dilakukan berdasarkan rumus

berikut:

(8)

Perhitungan R/C Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan

biaya. Suatu usahatani dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C lebih besar

dari satu. Sebaliknya, apabila nilai R/C kurang dari satu, maka usahatani

dikatakan rugi. Namun, bila nilai R/C menghasilkan nilai sama dengan satu, maka

usahatani tidak untung maupun tidak rugi atau mencapai titik impas yang biasa

disebut Break Even Point (Soekartawi et al., 2002).

Konsep Standar Operasional Prosedur (SOP) Tomat

Standar Operasional Prosedur (SOP) pada dasarnya adalah suatu pedoman

yang memuat tentang prosedur-prosedur operasional standar yang ada dalam suatu

kegiatan yang digunakan untuk memastikan bahwa seluruh keputusan dan

tindakan, serta penggunaan fasilitas proses yang dilakukan berjalan secara efektif,

efisien, dan konsisten. Dengan adanya sistem manual SOP, diharapkan dapat

meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja yang dilakukan. Direktorat Jenderal

Hortikultura menetapkan target yang akan dicapai dalam kerangka penerapan

Standar Operasional Prosedur. Target tersebut adalah tercapainya produksi

optimal dengan budidaya di lapangan, mutu produksi yang sesuai dengan standar

mutu yang telah ditetapkan (SNI 01-3162-1992 dan Draft Standar Codex) dan

meningkatnya eskpor buah tomat.

Target produksi yang akan dicapai adalah 25 ton/ha dengan target:

a. Ukuran buah yang dihasilkan seragam

b. Kesamaan sifat varietas seragam

c. Keseragaman tingkat kematangan buah (60-90 persen masak)

d. Utuh, bebas dari bercak, tidak memar, tidak pecah, busuk, terbelah atau

terkelupas

e. Berat yang dihasilkan rata-rata 30 persen besar (> 150 gram/buah), 35 persen

sedang (100-150 gram/buah), dan 35 persen kecil (< 100 gram/buah).

f. Menurut jenis dan mutunya, tomat segar digolongkan menjadi dua jenis mutu

yaitu Mutu I dan Mutu II dengan spesifikasi persyaratan yang disajikan pada

Tabel 9.

Page 35: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

22

Tabel 8 Spesifikasi persyaratan mutu tomat segar

No. Jenis uji Satuan Persyaratan

Mutu I Mutu II

1. Kesamaan sifat dan

varietas

- Seragam Seragam

2. Tingkat ketuaan - Tua, tetapi tidak terlalu

matang dan tidak lunak

Tua, tetapi tidak

terlalu matang dan

tidak lunak

3. Ukuran - Seragam Seragam

4. Kotoran - Tidak ada Tidak ada

5. Kerusakan (jumlah) persen Maksimal 5 Maksimal 10

6. Busuk (jumlah) persen Maksimal 1 Maksimal 1

Catatan : - Dinyatakan rusak apabila mengalami kerusakan atau cacat oleh sebab fisiologis,

mekanis, dan lain-lain yang terlihat pada permukaan buah.

- Dinyatakan busuk apabila mengalami pembususkan akibat kerusakan biologis.

Sumber : Draft Standar Codex (p184-1993)

Kegiatan budidaya yang sesuasi dengan Standar Operasional prosedur

(SOP) yang telah ditetapkan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran

dan Tanaman Obat adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan Benih

Penyediaan benih merupakan rangkaian kegiatan menyediakan benih tomat

bermutu dari varietas unggul dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang

tepat. Pengadaan benih tomat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan cara

membeli bibit yang sudah siap tanam atau dengan membuat benih sendiri. Apabila

pengadaan bibit dengan cara membeli, hendaknya membeli pada toko pertanian

yang terpercaya menyediakan benih-benih yang bermutu baik dan telah

bersertifikat (Cahyono, 1998).

Penyediaan benih bermutu varietas unggul harus sesuai dengan kebutuhan

dan waktu tanam. Benih yang dipilih sebaiknya sehat, mempunyai daya adaptasi

yang baik, dan terjamin bebas dari hama dan penyakit sehingga tanaman dapat

tumbuh dan berproduksi optimal. Alat dan bahan yang akan digunakan adalah

benih sebagai bahan tanam, tanah sebagai media tanam/semai, pupuk kandang

untuk menambah bahan organik dan unsur hara yang diperlukan tanaman,

polybag/baki persemaian untuk wadah media tanam/semai, bambu dan plastik

transparan sebagai naungan tempat pembibitan, pestisida untuk mencegah dan

mengendalikan serangan hama dan penyakit, pupuk daun untuk menambah unsur

hara, serta pisau/gunting untuk memotong polybag. Prosedur pelaksanaan yang

dilakukan adalah:

a. Pemilihan benih

1) Varietas hibrida atau varietas yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian

sehingga benih yang dipilih merupakan benih yang jelas varietasnya (tepat

jenis) dengan potensi sesuai dengan karakteristik varietas tersebut.

2) Varietas yang dipilih harus memiliki pasar yang jelas dan memiliki daya

adaptasi yang tinggi dengan agroklimat setempat.

3) Varietas benih harus memiliki jaminan mutu dan produk (label/sertifikat)

harus dicatat dan disimpan serta tidak kadaluarsa.

Page 36: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

23

b. Mutu benih

Benih tomat yang diberikan harus sehat, tidak menurun vigornya, atau

diserang oleh hama atau penyakit penting. Kualitas benih yang dikirim tidak boleh

dibawah standar sertifikasi benih atau pemasaran, khususnya kemampuan

perkecambahan dan kadar air.Mutu benih yang dipilih harus memiliki tingkat

kemurnian > 95 persen, memiliki viabilitas (daya kecambah dan vigor) tinggi,

kadar air rendah (maksimal 10 persen), bebas kotoran (biji dan jenis lain), sehat

dan tidak cacat, serta bebas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

c. Pembibitan

Kegiatan pembibitan meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Media tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran dari tanah dan pupuk

kandang dengan perbandingan 1:1 yang disterilisasi. Media dimasukkan ke

dalam polybag/baki persemaian. Sedangkan kegiatan penyemaian benih,

dilakukan dengan tahapan berikut:

2) Penyemaian benih

a) Benih diberi perlakuan (direndam air hangat atau pestisida)

b) Benih ditiriskan dan diletakkan di atas kertas koran sampai berkecambah.

c) Siram media semai dengan air sebelum dilakukan penyemaian.

d) Tanam benih tomat satu persatu ke dalam polybag/baki persemaian.

e) Polybag/baki persemaian diletakkan di dalam rak atau bedengan.

f) Pembibitan (rak atau bedengan) sebaiknya berada di tempat terbuka dan

sirkulasi udaranya baik.

3) Rak atau bedengan

Rak atau bedengan dibuat dari rangka bambu yang panjangnya disesuaikan

dengan kebutuhan bibit. Bagian atas rak atau bedengan dinaungi dengan plastik

bening.

4) Pemeliharaan bibit

Persemaian disiram untuk menjaga media agar selalu lembab meskipun

tidak terlalu basah (becek). Pembersihan gulma dilakukan secara manual.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila serangan sudah melewati

ambang batas toleransi. Untuk menjaga kesuburan bibit, perlu diberi pupuk daun

pada saat semaian berumur 10 hari. Setelah itu, bibit dari persemaian siap

dipindah ke lahan setelah berumur 15-20 hari atau empat hingga lima helai daun

sudah tumbuh.

5) Penanaman

Sebelum penanaman, lakukan penyeleksian bibit. Bibit yang cacat, rusak,

dan terserang hama penyakit sebaiknya tidak ditanam. Penanaman bibit di lahan

sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari pada bedengan yang sehari

sebelumnya telah disiram.

2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan ialah kegiatan memperbaiki struktur tanah sehingga tanah

menjadi gembur, aerasi dan drainae menjadi lebih baik yang meliputi pembersihan

lahan, pencangkulan, dan pembuatan bedengan. Pengolahan lahan perlu dilakukan

dengan baik agar pertumbuhan tanaman optimal. Untuk menghasilkan produksi

yang maksimal, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah pola tanam.

Pelaksanaan pola tanam harus diperhatikan untuk menjaga produktivitas lahan,

sehingga dapat meningkatkan penerimaan petani.

Page 37: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

24

Alat dan bahan yang digunakan adalah bambu/golok/pisau/palu besar

sebagai bahan dan alat pembuat ajir dan pasak penjepit mulsa, kertas/alat

tulis/penggaris sebagai alat tulis dalam pembuatan desain kebun,

cangkul/sekop/garpu sebagai alat dalam proses pengolahan tanah (membersihkan

sisa-sis perkaran tanaman, menggemburkan, menghaluskan/meratakan, dan

membuat gulugan/bedengan), mulsa plastik untuk menutup permukaan atas

bedengan (untuk merangsang perkembangan akar, mempertahankan struktur,

mempertahankan suhu dan kelembaban tanah, mencegah erosi tanah, menekan

pertumbuhan gulma, meningkatkan proses fotosintesa, dan mengurangi

penguapan air dan pupuk), pelubang mulsa plastik berdiameter 10 cm yang

dipanakan untuk membuat lubang tanam pada mulsa plastik berdasarkan jarak

tanam yang ditentukan, tali rafia sebagai pengikat ajir dan batang, pupuk kandang

(domba) untuk memperbaiki sifat fisik tanah serta menambah bahan organik dan

unsur hara yang diperlukan tanaman, dolomit/kapur pertanianuntuk meningkatkan

pH tanah yang diberikan satu bulan sebelum tanam, pupuk anorganik (Urea, ZA,

SP-36, dan KCL) untuk pupuk tunggal dan NPK untuk pupuk majemuk. Prosedur

pelaksanaan yang dapat dilakukan adalah:

a. Pemetaan dan pengukuran luas kebun.

b. Perencanaan denah lokasi kebun, antara lain menentukan lokasi

pengairan/irigasi, bak penampung air, jalan masuk dan keluar kebun, empat

pengumpulan buah/hasil panen.

c. Pembabatan dan pendongkelan akar pada lahan bersemak belukar.

d. Pemotongan pohon menjadi bagian-bagian kecil untuk memudahkan

pengangkutan dan pembersihan lahan dari lokasi.

e. Pembersihan lahan dari sisa tanaman dan sampah.

3. Persiapan Tanaman

Persiapan tanaman dimulai dengan pemilihan varietas benih tomat yang

paling umum digunakan di daerah setempat, karena telah terbukti bahwa varietas

tersebut cocok untuk dibudidayakan di lokasi tersebut. (Puspitasari, 2006) dalam

penelitiannya mengidentifikasi dan mengukur tingkat komersialisasi benih tomat

varietas unggul di Bogor menyebutkan bahwa daya simpan buah dan bentuk buah

merupakan faktor paling menjadi alasan bagi petani dalam memilih suatu varietas

tomat. Selanjutnya faktor yang menjadi pertimbangan adalah faktor produktivitas

dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.

Setelah ditentukan varietas benih yang akan dibudidayakan, perlu dilakukan

persiapan persemaian dengan membuat bedengan sepanjang 1.5 m2 yang dinaungi

atap plastik atau rumbia dengan posisi mengahadap ke Timur di lahan tersiolasi

yang tidak terlalu jauh dari lahan yang akan ditanami tomat (Setiawati, 2001).

Setelah lahan siap, kegiatan penyemaian benih dapat dilakukan. Media semaian

dapat mengunakan lapisan tanah bawah yang dicampur dengan pupuk kandang

dengan perbandingan 1 : 1 dengan tanah yang sebelumnya disterilkan dengan uap

air mendidih selama dua jam. Benih kemudian disebar secara merata dan ditutup

selama dua hingga tiga hari. Setelah berumur tujuh hingga delapan hari, bibit

diletakkan di dalam bedengan persemaian (Setiawati, 2001). Tahap selanjutnya

adalah melakukan pemeliharaan tanaman di persemaian.

4. Penanaman

Penanaman merupakan rangkaian kegiatan memindahkan bibit dari tempat

penyemaian ke lahan atau areal penanaman hingga tanaman berdiri tegak dan siap

Page 38: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

25

tumbuh di lapangan. Penanaman dilakukan untuk menjamin bibit yang ditanam

tumbuh optimal. Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah air

untuk menyiram tanah sehingga kondisi tanah lembab dan mengurangi tingkat

kelayuan, bibit tomat sebagai bahan yang akan ditanam pada lubang tanam, serta

ember dan gayung untuk mengambil dan menyiram air ke tanaman. Prosedur

pelaksanaan yang dapat dijadikan pedoman adalah sebagai berikut:

a. Lakukan penanaman pada sore hari agar benih tidak layu akibat panasnya

cahaya matahari.

b. Periksa kondisi lubang tanam dan hitung jumlah benih yang akan ditanam.

c. Benih diangkut ke lokasi penanaman.

d. Perkirakan jumlah pekerja yang dibutuhkan (7-10 HOK/hektar).

e. Berikan pengarahan kepada pekerja sebelum penanaman dimulai.

f. Buka polybag dengan cara menggunting terlebih dahulu bagian bawah setelah

itu bagian samping secara hati-hati agar tanah tidak pecah dan perakaran tidak

rusak/terpotong. Sebaiknya benih disiram terlebih dahulu agar tanah tidak

pecah.

g. Benih yang akan ditanam diperiksa terlebih dahulu. Batang benih harus

tumbuh lurus, perakarannya banyak, dan pertumbuhannya normal.

h. Benih ditanam di bedengan pada mulsa yang telah dilubangi supaya bibit

tidak busuk, tanam bibit sebatas leher akar atau pada pangkal batang tanpa

mengikutsertakan batangnya.

i. Waktu menanam usahakan daun tomat tidak menyentuh mulsa plastik agar

tanaman tidak terbakar panas yang disebabkan oleh mulsa plastik.

j. Hindari rongga di sekitar lubang tanam agar tanaman tidak mati karena

akarnya kepanasan.

k. Setelah penanaman dilakukan, siram tanaman tomat dan catat dengan baik.

5. Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir merupakan kegiatan memasang ajir dekat pertanaman

tomat di lapangan. Pemasangan ajir bertujuan membantu tanaman tumbuh tegak,

mengurangi kerusakan fisik tanaman yang disebabkan beban buah dan tiupan

angin, memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas, serta mempermudah

pemeliharaan seperti penyiangan, penyemprotan pestisida, dan pemupukan. Alat

dan bahan yang perlu disiapkan meliputi bambu sebagai bahan pembuat ajir,

golok/pisau untuk membuat ajir dengan panjang sesuai kebutuhan, tali rafia untuk

mengikat ajir, dan gerobak dorong untuk mengangkut ajir dan sisa kotoran saat

pemasangan ajir. Prosedur pelaksanaan yang perlu dilakukan ialah :

a. Pemberian ajir sebaiknya dilakukan seawal mungkin atau setelah tanaman

berumur kurang lebih tiga minggu setelah tanaman di lapangan.

b. Ajir dibuat dari bambu menggunakan golok/pisau dengan panjang 100 cm

untuk tomat yang ditanam di dataran rendah atau panjang 225 cm untuk tomat

yang ditanam di dataran tinggi.

c. Ajir dipasang dengan 10 cm dari tanaman tomat dengan bagian ajir yang

masuk ke dalam tanah sekurang-kurangnya sedalam 20 cm.

d. Ikat tanaman tomat dengan menggunakan tali rafia pada ajir secara berkala

mengikuti pertumbuhan tanaman.

6. Pemangkasan

Pemangkasan merupakan rangkaian kegiatan membuang tunas air atau tunas

samping yang tidak produktif dalam rangka pembentukan tanaman. Pemangkasan

Page 39: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

26

perlu dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk membentuk kerangka dasar

tanaman agar mendukung tanaman sehingga meningkatkan hasil atau mempunyai

produktivitas tinggi dan memperlancar sinar matahari yang masuk ke tanaman

serta mengurangi risiko menularnya hama dan penyakit. Bahan dan alat yang

digunakan meliputi gunting perkakas untuk memotong tunas air atau tunas

samping, daun tua, daun yang terserang penyakit, dan buah yang cacat/rusak atau

terserang hama dan penyakit serta gerobak dorong untuk mengangkut atau

membuang sisa-sisa tanaman hasil pemangkasan. Prosedur pemangkasan yang

dilakukan adalah:

a. Waktu pemangkasan sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena tanaman

masih banyak mengandung air sehingga mudah dipatahkan.

b. Pemangkasan tunas air atau samping dilakukan untuk tanaman tomat yang

biasa ditanam di dataran tinggi.

c. Pemangkasan dilakukan pada daun tua atau daun yang terserang hama dan

penyakit, sedangkan untuk pemangkasan buah dilakukan pada buah yang

cacat, rusak, atau terkena hama dan penyakit.

d. Tanaman hasil pemangkasan dimusnahkan dengan dibakar atau ditimbun

untuk mengurangi risiko penularan hama dan penyakit.

7. Pengairan

Pengairan adalah kegiatan memberikan air sesuai kebutuhan tanaman pada

daerah perakaran tanaman dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara,

dan jumlah yang tepat. Pengairan dilakukan untuk menjamin kebutuhan air bagi

tanaman untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan ssehingga

pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal. Alat dan bahan yang

diperlukan adalah air sebagai bahan untuk menyiram tanaman, pompa air

digunakan untuk menaikkan air (apabila sumber air lebih rendah dari

pertanaman), selang plastik untuk menyalurkan air (apabila sumber air lebih

rendah dari pertanaman), dan gembor untuk menyiram tanaman (apabila jumlah

air tidak mencukupi untuk menggenangi bedengan). Prosedur pelaksanaan

penyiraman yaitu :

a. Tanaman tomat membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan

dan perkembangannya. Semakin sering frekuensi pemberian air, maka

semakin baik pula kualitas yang dihasilkan. Frekuensi pemberian air dua hari

sekali menunjukkan rata-rata sifat fisik buah tomat yang paling baik.

b. Penyiraman perlu dilakukan secara rutin terutama pada fase awal

pertumbuhan. Penyiraman selanjutnya bergantung pada cuaca dan perlu

dijaga agar tanah jangan sampai kekeringan.

c. Penyiraman dapat dilakukan dengan menggunakan selang yang dimasukkan

ke dalam mulsa plastik atau menggunakan irigasi tetes.

d. Pada musim hujan, sistem pembuangan perlu diatur dengan baik agar aliran

air lancar sehingga akar tomat tidak tergenang air terlalu lama. Akar atau

bedengan yang sering terendam air menyebabkan kelembaban tinggi,

sehingga akan mengundang penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan

cendawan.

e. Setiap kegiatan pengairan yang dilaksanakan harus tercatat dengan baik.

8. Pemupukan

Pemupukan adalah kegiatan penambahan unsur hara ke dalam tanah apabila

kandungan unsur hara dalam tanah tidak mencukupi untuk mendukung

Page 40: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

27

Sumber : Teknologi Produksi Tomat, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

pertumbuhan tanaman secara maksimum. Pemupukan dilakukan dengan tujuan

mempertahankan status hara tanah untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman

untuk menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal dan menghasilkan produksi

mutu yang baik. Alat dan bahan yang digunakan adalah cangkul untuk menggali

tanah, ember/gayung sebagai tempat/wadah air, beko dan sorong yang digunakan

untuk mengangkut bahan dan alat ke lokasi pemupukan, pupuk kandang/organik

dan pupuk buatan/anorganik (unsur N, P, K, dan NPK 15-15-15 sebanyak 0.1-0.2

persen) sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan tanaman, pupuk

daun untuk mengatasi kekurangan jumlah unsur hara mikro yang diperlukan

tanaman, serta dolomit untuk memperbaiki ketidakseimbangan unsur hara yang

dapat diambil tanaman, meningkatkan Ca dan Mg di dalam tanah serta

memperbaiki pertumbuhan tanaman. Prosedur pelaksanaan yang dapat dilakukan

adalah:

a. Menghitung dan menyediakan jumlah pupuk berdasarkan dosis yang telah

ditentukan berdasrkan hasil analisis tanah dan daun

b. Sumber pupuk Nitrogen yang paling baik adalah pupuk yang berasal dari ½

Urea + ½ ZA, sumber Fosfor berasal dari KCL, ZK atau Kamas (K2MgSO4)

c. Waktu aplikasi pupuk Nitrogen dan Kalium sebaiknya dilakukan dua kali

pemberian. Pemberian awal dilakukan pada saat tanam, pemberian

selanjutnya diberikan pada waktu 30 hari setelah tanam. Hal itu perlu

diperhatikan karena Nitrogen dan Kalium bersifat mobil, sehingga perlu

dilakukan untuk menghindari terjadinya pencucian pada musim penghujan

d. Aplikasi pupuk SP-36 diberikan sekaligus pada saat tanam

e. Tanah di dataran rendah didominasi oleh tanah yang memiliki pH rendah,

yaitu kurang dari lima. Sehingga perlu dilakukan beberapa cara untuk

menstabilkan pH tanah di lokasi tanam. Pengapuran dengan Dolomit dapat

membantu meningkatkan pH tanah agar pH tanah menjadi netral dan stabil.

Dosis pemupukan tomat yang tepat disesuaikan dengan lokasi usahatani,

pedoman perkiraan dosis pemupukan, seperti yangtersaji pada Tabel 10.

Tabel 9 Pedoman perkiraan dosis pemupukan tomat berdasarkan lokasi tanam

Jenis pekerjaan Lokasi

Dataran tinggi Dataran rendah

Pemupukan

a. Kapur Dolomit (t/Ha) 1.5 4.0

b. Pupuk kandang – domba (t/Ha) 30 30

c. Pupuk buatan

- N (kg/Ha)

- P2O5 (kg/Ha)

- K2O (kg/Ha)

NPK 15-15-15 (kg/Ha)

100

100

50

MH, 1000-1200

MK, 600

90-135

100-135

50-500

-

-

d. Pupuk Daun Massmikro Massmikro

f. Pemberian pupuk daun disemprotkan setiap dua minggu sekali dimulai

tanaman berumur tiga hingga tujuh minggu, hingga dapat meningkatkan hasil

buah tomat.

Page 41: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

28

g. Agar pupuk lebih cepat bereaksi, sebaiknya sebelum dan sesudah pemberian

pupuk, tanaman disiram dengan air hingga mendapatkan kapasitas lapang

h. Setiap kegiatan pemupukan yang dilaksakan harus tercatat.

9. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Proses budidaya tanaman tak luput dari Organisme Pengganggu Tumbuhan

(OPT) yang menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak semestinya.

Pertumbuhan tanaman yang terhambat, tentunya akan berdampak kepada

produktivitas yang akan dihasilkan. Sehingga perlu dilakukan Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) untuk meminimalisir risiko kerugian yang mungkin terjadi.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kegiatan

untuk mengendalikan hama dan penyakit agar tanaman tumbuh optimal dan

secara ekonomis tidak merugikan. Tujuan dilakukannya pengendalian OPT adalah

untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan

penurunan mutu (kualitas) produk serta untuk menjaga kesehatan tanaman dan

kelestarian lingkungan hidup. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini

serta fungsinya akan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 10 Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pengendalian OPT

Alat Fungsi Bahan Fungsi

Hand sprayer,

power sprayer

(alat aplikator)

Mengaplikasikan

pestisda pada

tanaman

Pestisida (insektisida,

fungisida, dan

herbisida) yang

terdaftar dan

diizinkan sesuai

dengan Daftar

Pestisida dan

Kehutanan

Mengendalikan OPT

serta menurunkan

populasi dan intensitas

serangan OPT

Ember Mencampur

pestisida dan air

Air Bahan pencampur

pestisida dan bahan

pembersih

Pengaduk Mengaduk pestisida

dan air

Minyak tanah Membakar sisa-sisa

atau bagian tanaman

yang terserang OPT

Takaran (skala ml

dan liter)

Menakar pestisida

dan air

Deterjen Mencuci alat aplikator,

mengendalikan hama

dan penyakit tertentu

dan pencampur

pestisida nabati

Kuas, pisau,

gunting pangkas,

gergaji

Membersihkan dan

menangkas bagian

tanaman yang

terserang OPT

Formalin 4-8 persen,

Alkohol 70 persen,

Kloroks satu persen

(Bayelin), dan lysol

Mensucihamakan

(desinfektan) alat-alat

pertanian (pisau,

gunting pangkas, dan

gergaji)

Alat/sarana

pelindung

Melindungi bagian

tubuh dari cemaran

bahan kimiawi

Sumber : Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat (2011)

Prosedur pelaksanaan OPT dilakukan dengan pengamatan secara berkala

(setiap minggu) dengan mengambil contoh untuk mengetahui jenis hama dan

Page 42: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

29

populasinya. Selanjutnya kenali dan identifikasi gejala serangan, jenis OPT, dan

musuh alaminya. Setelah itu perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan

dikendalikan, baik dalam bentuk hama maupun penyakit. Penggunaan fungisida

sistemik maksimal digunakan tiga kali setiap musim untuk mencegah resistensi

penyakit busuk daun terhadap fungisida. Bila sangat diperlukan, penyemprotan

keempat menggunakan fungisida sistemik dapat digunakan sebagai senjata

pamungkas. Dosis penggunaan pestisida disesuaikan dengan rekomendasi yang

tertera pada label kemasan. Jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman

tomat serta gejala serangan dan pengendalian yang dapat dilakukan disajikan pada

Lampiran 6 dan 7.

10. Panen

Kegiatan panen dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh buah dengan

tingkat kematangan dan mutu yang sesuai dengan permintaan pasar. Alat dan

bahan yang diperlukan dalam kegiatan panen adalah keranjang plastik atau ember

yang berfungsi sebagai wadah hasil panen, gunting atau pisau yang digunakan

untuk mengangkut buah dari lahan, gerobak untuk mengangkut buah dari lahan,

gudang sebagai tempat penyimpanan buah. Untuk memperoleh buah dengan

tingkat kematangan sesuai dengan permintaan pasar, prosedur pelaksanaan yang

perlu dilakukan adalah:

a. Penyemprotan pestisida sudah dihentikan paling tidak satu hingga dua minggu

sebelum panen.

b. Tanaman tomat pertama kali siap dipanen pada umur 75 hari setelah pindah

tanam ke lapang atau 90 hari sejak semai bergantung pada varietas, panen

selanjutnya dapat dilakukan 3-5 hari sekali hingga buah habis. Buah yang akan

dipasarkan jarak dekatdapat dipanen pada tingkat kematangan 90 persen, yaitu

ketika buah berwarna kuning kemerahan. Sedangkan untuk pemasaran jarak

jauh, sebaiknya buah dipanen pada tingkat kematangan 75 persen atau 3-7 hari

sebelum berwarna merah. Sementaera buah yang akan langsung dikonsumsi

atau diproses, buah tomat dipetik pada saat buah berwarna merah atau pada

kematangan penuh.

c. Cara panen dengan dipetik dan menyertakan tangkai buahnya, selain

menggunakan tangan pemetikan dapat menggunakan pisau atau gunting.

Kerangka Pemikiran Operasional

Analisis usahatani tomat dimulai dari potensi dan peluang usahatani tomat

yang mendorong petani untuk mengambil peluang tersebut dengan meningkatkan

produksi tomat. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kualitas, kontinensi, kuantitas, dan kontinuitas produksi tomat yaitu dengan

penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan Good Agricultural

Practice (GAP) budidaya tomat.

Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) usahatani tomat dibuat

dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi

tomat yang dihasilkan. Namun penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)

menuntut pelaku usaha untuk menggunakan faktor-faktor produksi tepat guna

yang berkualitas, seperti pupuk bersertifikasi, benih bersertifikasi, dan tenaga

kerja berkualitas. Penggunaan faktor-faktor produksi berkualitas pada umumnya

Page 43: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

30

memiliki pengorbanan, yaitu peningkatan biaya operasional. Secara ekonomi,

peningkatan biaya operasional dapat mengurangi pendapatan pelaku usaha.

Sehingga penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) belum terbukti secara

efektif dan efisien mampu meningkatkan pendapatan petani.

Pendapatan dapat dijadikan sebagai acuan sejauh mana balas jasa yang

dihasilkan dari penggunaan faktor-faktor produksi pada kegiatan usahatani yang

dilakukan. Pendapatan juga sering dijadikan sebagai indikator kesejahteraan

petani. Pada penelitian ini, metode yang digunakan yaitu pengukuran efisiensi

usahatani tomat, efektivitas usahatani tomat, serta keberhasilan usahatani tomat

dari kedua metode usahatani tomat, yaitu usahatani tomat berbasis Standar

Operasional Prosedur (SOP) dan usahatani tomat konvensional.

Efisiensi usahatani tomat diidentifikasi dengan perhitungan dan

perbandingan nilai R/C rasio dari kedua metode usahatani. nilai R/C rasio yang

dibandingkan adalah nilai R/C rasio tunai dan R/C rasio total. Semakin besar nilai

R/C rasio menunjukkan bahwa usahatani tersebut semakin efieisen untuk

dilaksanakan. Efektivitas faktor produksi usahatani tomat diidentifikasi melalui

faktor produksi yang digunakan dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Tahap

identifikasi ini dimulai dari pengumpulan data yang dilanjutkan dengan evaluasi

model dugaan untuk mengetahui variabel apa yang berpengaruh secara efektif

dalam keberhasilan produksi tomat, yang berakhir pada interpretasi data untuk

mengetahui seberapa besar penambahan produksi yang dihasilkan dari hasil

peningkatan variabel input. Sedangkan tolak ukur keberhasilan usahatani dapat

diketahui dengan mengidentifkasi pengaruh penerapan Standar Operasional

Prosedur (SOP) yang dilakukan petani melalui analisis pendapatan usahatani.

Analisis pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan yang

dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan dari kedua metode usahatani tomat.

Semakin besar nilai pendapatan usahatani yang diperoleh pelaku usahatani, maka

menunjukkanbahwa metode usahatani yang dilakukan tersebut semakin berhasil.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai usahatani tomat berbasis Standar

Operasional Prosedur (SOP) dengan usahatani tomat konvensional dan dapat

dijadikan rekomendasi dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Serangkaian

pemikiran operasional disajikan pada Gambar 6.

Page 44: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

_________Peluang dan potensi________

Potensi alam

Pertumbuhan penduduk, perekonomian,

pendapatan, pendidikan, sektor industri dan

pariwisata peningkatan konsumsi tomat

_____________Tantangan__________

Persaingan kualitas dan kontinensi serta

kuantitas dan kontinuitas

Fluktuasi produksi

Peningkatan produksi tomat melalui penerapan Standar Operasional

Prosedur (SOP)

Biaya produksi

meningkat

Produksi tomat

meningkat

Tolak ukur

keberhasilan usahatani

Fungsi Produksi Cobb-

Douglass

Analisis R/C Ratio

Identifikasi faktor pengaruh

produksi tomat

Perbandingan sistem

usahatani tomat

Analisis Pendapatan

Usahatani Identifikasi pengaruh

penerapan SOP

Rekomendasi untuk meningkatkan produksi tomat &

pendapatan usahatani tomat

Pendapatan dan kesejahteraan petani ?

Efisiensi usahatani

tomat

Efektivitas faktor

produksi usahatani

tomat

Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional analisis usahatani tomat berbasis

Standar Operasional Prosedur (SOP) di Bandung Barat

31

Page 45: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat,

Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ditentukan berdasarkan metode Purposive

Sampling dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan sentra produksi

yang memiliki kontribusi tertinggi dalam menghasilkan tomat (Lampiran 3).

Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi tomat di

Jawa Barat (Lampiran 2) dengan jumlah produksi terbesar di Jawa Barat

(Lampiran 4). Lokasi penelitian dilakukan pada 16 Kelurahan di Kecamatan

Lembang. Pengumpulan data dilakukan bulan Mei 2013 sampai dengan Juli 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner

terstruktur yang ditujukan kepada petani tomat di Kecamatan Lembang, Bandung

Barat serta beberapa narasumber yang terkait dengan bidang ini. Jenis pertanyaan

yang digunakan dalam kuesioner ialah berupa pertanyaan terbuka. Menurut Nazir

(2003), pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa

sehingga responden diberikan kebebasan dalam memberi jawaban sehingga dapat

memberikan satu atau lebih jawaban. Kuesioner tersebut mencakup pertanyaan

mengenai karakteristik responden untuk memberikan gambaran umum mengenai

kondisi responden di Kecamatan Lembang dan mengenai karakteristik usahatani

tomat sebagai dasar informasi analisis pendapatan usahatani, nilai rasio

penerimaan dan biaya (R/C Ratio), serta faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi tomat.

Tabel 11 Jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

No Jenis data Sumber data

1 Produksi, luas panen, luas lahan, dan

produktivitas tomat Kementerian Pertanian

2 Pertumbuhan penduduk Indonesia Badan Pusat Statistik, Dinas

Kependudukan

3 Pengeluaran rumah tangga Badan Pusat Statistik

4 Pertumbuhan teknologi, pasar, dan

industri yang turut meningkatkan

permintaan sayur.

Badan Pusat Statistik

5 Karakteristik responden dan karakteristik

usahatani tomat Wawancara dengan penilaian melalui

petani di Kecamatan Lembang

6 Standar Operasional Prosedur budidaya

tomat Direktorat Jenderal Hotikultura, Balai

Penelitian dan Pengembangan Sayuran

Page 46: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

33

Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi seperti Badan Pusat Statistik,

Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Dinas Kependudukan, Balai

Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, website UN Comtrade, serta studi

pustaka lain yang berupa pengumpulan data dari buku, literatur, dan instansi lain

yang dapat mendukung dan membantu ketersediaan data. Jenis dan sumber data

yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 12.

Metode Penarikan Sampel

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah petani yang

melakukan usahatani tomat baik secara monokultur maupun polikultur. Penarikan

sampel pada responden petani adalah dengan menggunakan metode Convenience

Sampling pada 16 Kelurahan di Kecamatan Lembang dengan mengambil 2-3

orang petani pada masing-masing kelurahan. Pada awalnya, jumlah petani

responden adalah sebanyak 33 orang. Selanjutnya seluruh responden yang

diperoleh dikategorikan berdasarkan kriteria yang tercantum pada Lampiran 7.

Pada Lampiran 7, disebutkan bahwa petani pelaku usahatani tomat berbasis

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah petani yang melakukan sedikitnya 21

kriteria (60 persen) sesuai dengan standar kriteria yang telah ditetapkan oleh

Direktorat Jenderal Hortikultura. Sedangkan petani pelaku usahatani tomat

konvensional adalah petani yang memenuhi kriteria kurang dari 21 kriteria (di

bawah 60 persen).

Berdasarkan penerapan kriteria SOP pada Lampiran 8 dan Lampiran 9,

diperoleh 15 orang petani kategori SOP, 15 orang petani kategori konvensional,

dan tiga orang petani yang dianggap tidak memenuhi kualifikasi kelayakan

(persyaratan pemenuhan kriteria di bawah 40 persen). Petani responden yang

dijadikan acuan perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini adalah 15

orang petani dari masing-masing kategori. Jumlah responden tersebut dinilai

cukup mewakili untuk dilakukannya analisis perbandingan dua jenis usahatani

karena etiap anggota populasi dari masing-masing kategori memiliki peluang yang

sama untuk dipilih sebagai contoh dan terjadi kesetaraan.

Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif

dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran

umum serta menjelaskan biaya dan penerimaan petani tomat berbasis Standar

Operasional Prosedur (SOP) maupun konvensional di lokasi penelitian yang

diuraikan secara deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis

biaya dan pendapatan usahatani, analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C Ratio),

dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat berbasis Standar

Operasional Prosedur (SOP) maupun usahatani tomat konvensional. Pengolahan

data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer, yaitu Microsoft

Excel 2007 dan program Minitab.

Page 47: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

34

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Tomat

1. Penerimaan Usahatani

Penerimaan terdiri atas penerimaan tunai, penerimaan yang diperhitungkan,

dan penerimaan total.Secara matematis, penerimaan dapat dituliskan sebagai

berikut.

(9)

Keterangan : TR = total penerimaan

Y = output yang dihasilkan dari kegiatan usahatani

Py = harga komoditas Y yang dihasilkan

a. Penerimaan tunai usahatani

Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima

dari penjualan produk usahatani namun tidak mencakup pinjaman uang untuk

keperluan usahatani.

b. Penerimaan yang diperhitungkan

Penerimaan yang diperhitungkan yaitu penerimaan yang diperoleh dari hasil

produksi yang digunakan sendiri oleh petani namun tetap diperhitungkan kepada

orang lain. Penerimaan yang diperhitungkan mencakup nilai produksi yang tidak

dijual secara tunai, melainkan nilai produksi yang dikonsumsi oleh keluarga,

produksi yang dijadikan sebagai bibit, serta produksi yang digunakan sebagai

pakan ternak.

c. Penerimaan total usahatani

Penerimaan total usahatani adalah penerimaan dalam jangka waktu

(biasanya satu tahun atau satu musim), baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak

dijual (tidak tunai seperti konsumsi keluarga, bibit, pakan ternak).

2. Pengeluaran usahatani

Pengeluaran usahatani adalah seluruh pengorbanan yang dikeluarkan dalam

kegiatan usahatani untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang dibutuhkan.

Secara umum, perhitungan pengeluaran usahatani dapat dirumuskan sebagai

berikut:

TC = Px . X (10)

Keterangan : TC = total cost (total biaya)

Px = harga input

X = jumlah input

a. Pengeluaran tunai usahatani

Biaya atau pengeluaran tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang

yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, namun tidak

mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok.Pengeluaran tunai dalam

usahatani dibagi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap

adalah pengeluaran yang diperlukan untuk sarana produksi yang diperlukan dalam

berproduksi dan tidak langsung mempengaruhi jumlah produksi. Sedangkan biaya

variabel adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk sarana produksi yang dipakai

dalam proses produksi yang secara langsung mempengaruhi jumlah produksi dan

penggunaanya habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Selisih antara

Page 48: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

35

penerimaan dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani

(farm net cashflow) (Soekartawi et al., 2002).

(11)

Keterangan : TC = total cost (total biaya)

TFC = total fixed cost (biaya tetap)

TVC = total variabel cost (biaya variabel)

b. Pengeluaran yang diperhitungkan

Pengeluaran yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung pendapatan

kerja dengan memperhitungkan bunga modal, nilai kerja keluarga petani, dan

penurunan nilai inventaris. Modal yang digunakan petani diperhitungkan sebagai

modal pinjaman meskipun modal itu milik petani sendiri. Kerja keluarga dinilai

berdasarkan upah yang berlaku pada waktu anggota keluarga menyumbangkan

kerja dan pada tempat mereka bekerja. Penurunan nilai inventaris yaitu nilai

inventaris yang berkurang karena hilang, rusak, atau karena penyusutan akibat

pengaruh umur dan pemakaian.

c. Pengeluaran Total Usahatani

Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan

(input) yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapti tidak

termasuk tenaga kerja keluarga petani.

3. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara total penerimaan yang

diperoleh petani dan total biaya yang dikeluarkan petani. Pendapatan usahatani

terdiri atas pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Secara

umum, penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh

dan harga jual produk yang dihasilkan (Soekartawi et al., 2002).

π = TR – TC (12)

Keterangan : = pendapatan

TR = total penerimaan

TC = total Biaya

Pendapatan usahatani diklasifikasikan menjadi pendapatan atas biaya tunia,

pendapatan atas biaya total. Selain itu, pendapatan juga dibagi menjadi

pendapatan bersih usahatani dan pendapatan kotor usahatani. perhitungan analisis

pendapatan usahatani disajikan pada Tabel 13.

a. Pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai usahatani)

Selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai

usahatani disebut pendapatan tunai usahatani. Pendapatan tunai usahatani ini

merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai.

Jumlah uang tunai yang dihasilkan berguna untuk keperluan kegiatan usahatani

maupun kegiatan non usahatani.

Page 49: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

36

b. Pendapatan atas biaya total (pendapatan total usahatani)

Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang akan diterima oleh

seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.Pendapatan dapat

diperoleh dari selisih antara penerimaan dan biaya. Secara sistematis dapat

dituliskan sebagai berikut:

π = TR – TC (13)

Keterangan: π = pendapatan (Rp/musim tanam)

TR = total penerimaan (Rp/musim tanam)

TC = total biaya (Rp/musim tanam)

c. Pendapatan kotor usahatani

Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai

produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun

yang tidak dijual. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani ialah nilai

produksi (value of production) atau penerimaan kotor usahatani (gross return).

Pendapatan kotor usahatani mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi

rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak,

digunakan untuk pembayaran dan disimpan di gudang.

d. Pendapatan bersih usahatani

Selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani disebut

pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani dapat digunakan untuk

mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor

produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang

diinvestasikan ke dalam usahatani. Oleh karena itu, pendapatan bersih usahatani

merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk

membandingkan penampilan beberapa usahatani (Soekartawi et al., 2002).

Tabel 12 Perhitungan analisis pendapatan dan R/C Rasio usahatani

No

.

Keterangan Pehitungan

(1) Penerimaan tunai harga hasil panen yang dijual (kg)

(2) Penerimaan yang diperhitungkan harga hasil panen yang dikonsumsi (kg)

(3) Total penerimaan (1) + (2)

(4) Biaya tunai a. Biaya sarana produksi

b. Biaya tenaga kerja luar keluarga

(TKLK)

c. Pajak

(5) Biaya yang diperhitungkan a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga

(TKDK)

b. Penyusutan Peralatan

c. Benih hasil pembenihan sendiri

d. Lahan milik sendiri

(6) Total biaya (4) + (5)

(7) Pendapatan atas biaya tunai (1) – (4)

(8) Pendapatan atas biaya total (3) – (6)

(9) Pendapatan bersih (8) – bunga pinjaman Sumber : Soekartawi (1986)

Page 50: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

37

Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

Analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya dilakukan untuk

mengetahui efisiensi dan kelayakan dari kegiatan usahatani yang dilakukan

(Soekartawi et al., 2002). R/C Ratio dapat diperhitungkan pada usahatani tomat

berbasis Standar Operasional Prosedur (SOP) maupun pada usahatani tomat

konvensional. Secara matematis, perhitungan R/C Ratio dituliskan sebagai

berikut.

(14)

(15)

(16)

Dimana : Ct = Bt+Bd

Cd = Bt

Ct = biaya tunai

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat dilakukan penarikan kesimpulan.

Nilai R/C Ratio yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan biaya

satu rupiah akan menghasilkan penambahan penerimaan yang lebih besar dari satu

rupiah. Dengan demikian, usahatani dengan nilai R/C Ratio lebih besar daripada

satu dapat dikatakan menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai R/C Ratio lebih kecil

dari satu berarti penambahan biaya satu rupiah akan menghasilkan penerimaan

kurang dari satu rupiah. Dengan demikian, jika nilai R/C Ratio kurang dari satu,

maka usahatani tersebut dapat dikatakan belum menguntungkan. Jika nilai R/C >

1, maka usahatani tersebut dikatakan layak dan efisien. Sedangkan jika nilai R/C

< 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak layak dan tidak efisien.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tomat

Untuk menganalisis hubungan antara faktor produksi yang digunakan dan

produksi tomat yang dihasilkan, digunakan metode fungsi produksi Cobb-

Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah metode yang digunakan untuk :

1) Mempresentasikan pola hubungan fungsional dari produksi yang dihasilkan

yang dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi berupa input produksi

2) Memprediksi arah, besar, dan sensitivitas perubahan produksi yang dihasilkan

sebagai respon atas perubahan penggunaan faktor produksi

3) Memprediksi nilai produksi yang dihasilkan berdasarkan atas penggunaan

faktor produksi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi tomat adalah memplotkan data yang diperoleh dalam

bentuk tabel seperti yang tersaji pada Tabel 14. Tabulasi terdiri dari variabel

dependen dan variabel independen yang dikaji dari seluruh responden. Variabel

dependen adalah berupa produksi tomat yang dihasilkan dari kegiatan usahatani

(Y), sedangkan variabel independen adalah jumlah bibit (X1), jumlah pupuk

kandang (X2), jumlah pupuk NPK (X3), jumlah pupuk TSP (X4), jumlah pupuk

KCl (X5), jumlah pestisida (X6), jumlah mulsa (X7), jumlah tenaga kerja (X8),

serta dummy usahatani (D).

Page 51: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

38

Tabel 13 Tabulasi data faktor produksi usahatani tomat

Responden Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 D

1

2

3

.

.

.

30

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

Model yang diperoleh dari hasil plot tabulasi di atas, dapat dinyatakan

dalam bentuk matriks berikut:

(17)

Dalam bentuk yang lebih ringkas, matriks tersebut dapat diubah ke dalam

fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara umum, model persamaan matematis dari

fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = b0 X1b1

X2b2

X3b3

... Xnbn

Da (18)

Dimana: Y = variabel yang dijelaskan (produksi usahatani tomat)

Xn = variabel yang menjelaskan (input yang digunakan)

bn = besaran koefisien model yang akan diduga

a = besaran koefisien dummy

D = dummy usahatani

Pada umumnya komponen error (galat) memiliki peranan yang penting,

yakni mewakili:

1) Variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model

2) Komponen non linearitas hubungan variabel independendengan variabel

dependen

3) Salah ukur saat observasi dilakukan

4) Kejadian yang sifatnya acak (random)

Fungsi produksi Cobb-Douglas akan lebih mudah jika diubah ke dalam

bentuk linier berganda untuk menduga fungsi produksi. Model fungsi produksi

Cobb-Douglas dapat dilinearitaskan dengan menlogaritmakan dengan bilangan e

(e = 2.71828), sehingga dapat diduga dengan mudah dengan metode Ordinary

Least Square (OLS). Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1+b2+...+bn

adalah tetap walaupun variabel yang terlihat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat

dimengerti karena b1 dan b2 pada fungsi produksi Cobb-Douglas sekaligus

menunjukan elastisitas X dan Y. Fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk

linier berganda dituliskan dalam rumus berikut:

Page 52: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

39

Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + ... + b6 ln X8 +bjD + µi (18)

Y = hasil produksi tomat (kg)

X1 = luas lahan usahatani tomat (ha)

X2 = bibit tomat (kg)

X3 = pupuk N (kg)

X4 = pupuk TSP (kg)

X5 = pupuk KCl (kg)

X6 = pupuk kandang (kg)

X7 = penggunaan pestisida (Rp)

X8 = tenaga kerja (HOK)

D = dummy usahatani (0 untuk usahatani tomat konvensional dan 1 untuk

usahatani berbasis SOP)

b0 = intersep (konstanta)

b1,...,b6 = koefisien regresi masing-masing variabel bebas

e = logaritma natural (2.71828)

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan

program komputer, yaitu program Minitab. Gambaran output yang dihasilkan dari

perhitungan Minitab disajikan pada Gambar 7.

a. Analisis Model Dugaan

Model dugaan yang diperoleh diharapkan memiliki sifat kebaikan model,

yaitu memberikan tingkat kesesuaian (goodness of fit) yang tinggi antara data

aktual dengan data dugaannya. Dengan kata lain, diharapkan model dugaan

memiliki komponen error terkecil. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

banyaknya persentase keragaman data variabel independen (produksi yang

dihasilkan) yang dapat digambarkan oleh variabel dependennya (faktor-faktor

produksi yang digunakan), sisanya adalah komponen error.

Koefisien determinasi (R2 atau R-Sq) digunakan untuk mengukur goodness

of fit dari model dugaan yang juga merupakan ukuran deskriptif tingkat

kesesuaian antara data aktual dengan data ramalan. Koefisien determinasi dapat

ditunjukkan dari hasil perhitungan software Minitab pada nilai R-Sq (lihat

Gambar 8). Dari beberapa alternatif model dugaan yang diperoleh dari output

Dimana:

The Regression Equation is :

Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6 + a D + µi

Predictor Coefficient SE Coef. T P VIF

Constant (b0) .............. .............. .............. ..............

Ln X1 (b1) .............. .............. .............. ..............

Ln X2 (b2) .............. .............. .............. ..............

Ln X3 (b3) .............. .............. .............. ..............

Ln X4 (b4) .............. .............. .............. ..............

Ln X5 (b5) .............. .............. .............. ..............

Ln X6 (b6) .............. .............. .............. ..............

D (a) .............. .............. .............. ..............

S = .............. R-Sq = .............. % R-Sq (adj.) = .............. %

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression .............. .............. .............. .............. ..............

Residual Eror .............. .............. ..............

Total .............. ..............

Durbin-Watson Statistic = ............

Gambar 7 Output Minitab fungsi produksi Cobb-Douglas

Page 53: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

40

Minitab, dipilih model dugaan dengan nilai koefisien determinasi (R2 atau R-Sq)

terbesar. Nilai R2 atau R-Sq juga dapat diperoleh secara manual, dari perhitungan

berikut:

(19)

Nilai R2 berkisar antara 0 hingga 100 dalam bentuk persen. Nilai R

2

mengukur besarnya keragaman total data (keragaman variabel dependen) yang

dapat dijelaskan oleh model, sisanya (1 - R2) dijelaskan oleh komponen error.

Semakin tinggi nilai R2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat

untuk meramalkan variabel dependen, sehingga goodness of fit antara data aktual

dengan ramalan semakin tinggi. Penambahan variabel independen ke dalam

model akan menambah nilai R2 dan derajat bebas error akan berkurang.

Uji Signifikasi Model Dugaan

Uji signifikasi model dugaan digunakan untuk mengetahui kelayakan model

dari parameter dan fungsi produksi atau untuk mengetahui apakah variabel bebas

(Xj) secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pemeriksaan

akurasi model dugaan selain menggunakan ukuran deskriptif melalui R2 juga

dibutuhkan pemeriksaan melalui inferensia statistika, yakni dengan melalui uji

hipotesis. Berdasarkan data sampel, apakah model dugaan yang diperoleh

signifikan pada taraf nyata yang ditentukan. Hipotesis yang diuji adalah :

Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan statistik uji yang dinyatakan

sebagai berikut:

Statistik uji Fhitung di bawah H0 menyebar mengikuti sebaran F dengan

derajat bebas (df) pembilang = v1, dfregression = k, dan (df) penyebut v2 = dferror = (n

– k – 1). Hasil perhitungan statistik Fhitung, v1, dan v2 dengan menggunakan

software Minitab pada tabel Analysis of Variance (lihat Gambar 9). Pada tabel

tersebut juga tersaji nilai P, yakni besarnya peluang (F(v1 =k,v2=n – k – 1)> Fhitung).

Untuk taraf nyata dari tabel sebaran F, dapat diperoleh nilai .

Apabila atau , maka disimpulkan tolak H0. Artinya model

dugaan yang diperoleh secara statistik signifikan untuk memprediksi variabel

dependen pada taraf nyata .

Gambar 8 Output Minitab yang menunjukkan Goodness of Fit dari model dugaan

S = .............. R-Sq = .............. % R-Sq (adj.) = .............. %

Page 54: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

41

b. Uji Signifikasi Variabel

b. Uji Signifikasi Variabel

Apabila model dugaan disimpulkan signifikan, maka perlu diperiksa lebih

lanjut variabel independen mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Uji ini digunakan untuk mengetahui secara statistik apakah

masing-masing variabel bebas (Xj) secara terpisah berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat (Y). Untuk memeriksa apakah suatu variabel independen ke-j (Xj)

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y), maka perlu dilakukan uji

hipotesis statistik yang dinyatakan sebagai berikut:

Pernyataan H1 dapat dinyatakan dalam arah sebaliknya, yakni Xj

berpengaruh negatif terhadap Y . Bahkan pada kasus tertentu dapat pula

dinyatakan dalam bentuk uji 2 arah . Hipotesis tersebut diuji dengan

statistik uji berikut:

Dimana : bj = koefisien model dugaan (slope) untuk variabel Xj

= nilai koefisien model (slope) untuk variabel Xj di bawah H0

St. Dev. = standar deviasi dari

Statistik Thitung di bawah H0 menyebar mengikuti sebaran T dengan derajat

bebas (df) = dferror = (n – k – 1). Hasil perhitungan statistik Thitung dan df dengan

software Minitab dapat dilihat pada output tabel T (lihat Gambar 10). Selain itu,

informasi besaran nilai P. Untuk taraf nyata dari tabel T dapat diperoleh nilai

kritis (df=n – k – 1). Kriteria untuk uji satu arah, apabila P < atau Thitung> (df = n – k

– 1) maka dapat disimpulkan tolak H0 pada taraf nyata .

Gambar 9 Output Minitab yang menunjukkan signifikasi model dugaan

T

hitung

P

value

Gambar 10 Output Minitab yang menunjukkan signifikasi variabel

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression .............. .............. .............. .............. ..............

Residual Eror .............. .............. ..............

Total .............. ..............

Durbin-Watson Statistic = ............

V

1 V2 Fhitung Pvalue

V1

Predictor Coefficient SE Coef. T P VIF

Constant (b0) .............. .............. .............. ..............

Ln X1 (b1) .............. .............. .............. ..............

Ln X2 (b2) .............. .............. .............. ..............

Ln X3 (b3) .............. .............. .............. ..............

Ln X4 (b4) .............. .............. .............. ..............

Ln X5 (b5) .............. .............. .............. ..............

Ln X6 (b6) .............. .............. .............. ..............

D (a) .............. .............. .............. ..............

Page 55: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

42

c. Interpretasi Model

Nilai koefisien dari setiap variabel pada fungsi produksi Cobb Douglas

menunjukkan nilai elastisitas produksinya. Elastisitas produksi merupakan ukuran

persentase kepekaan perubahan output (produksi tomat) yang dihasilkan akibat

persentase perubahan penggunaan input (faktor produksi). Sehingga dapat

diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Nilai bj lebih kecil dari satu (bj < 1, Ep <1)

Nilai bj lebih kecil dari satu artinya penggunaan faktor poduksi tersebut

bersifat inelastis. Perubahan penggunaan faktor produksi tidak kuat

pengaruhnya terhadap perubahan jumlah produksi tomat yang dihasilkan.

2. Nilai bj sama dengan satu (bj =1 , Ep = 1)

Nilai bj sama dengan satu artinya penggunaan faktor poduksi tersebut bersifat

unitery elastis. Perubahan penggunaan faktor produksi tersebut menyebabkan

perubahan jumlah jumlah produksi tomat yang dihasilkan dalam proporsi

besaran yang sama.

3. Nilai bj lebih besar dari satu (bj > 1, Ep > 1)

Nilai bj lebih besar dari satu artinya penggunaan faktor poduksi tersebut

bersifat elastis. Perubahan penggunaan faktor produksi tersebut sangat kuat

pengaruhnya terhadap perubahan jumlah produksi tomat yang dihasilkan.

d. Pemenuhan Asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Apabila semua asumsi OLS terpenuhi, maka koefisien model dugaan yang

diperoleh akan bersifat BLUE (Best Linear Unbased Estimate). Artinya di antara

penduga linear lainnya, penduga OLS memiliki ragam terkecil dan konsisten

(semakin besar ukuran sampel, maka koefisien model dugaan akan semakin

mendekati koefisien yang sebenarnya), serta rata-rata dari semua kemungkinan

koefisien model dugaan akan sama dengan nilai koefisien yang sesungguhnya

(parameternya).

1. Model linear dalam parameter

Model yang digunakan harus linear. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas,

model adalah berupa model non linearitas yang kemudian diubah menjadi linear

dengan menlogaritmakannya. Sehingga model yang digunakan adalah model

dalam bentuk linear.

2. Tidak terdapat multikolinearitas di antara variabel independen

Multikolinearitas adalah kondisi dimana terdapat hubungan linier di antara

variabel independen. Sehingga variabel independen berkorelasi sempurna, tidak

mungkin mengestimasi koefisien regresi. Pada output minitab, uji

multikolinearitas dapat diketahui dengan mudah dengan mendeteksi nilai VIF

(Variance Inflation Factor) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Jika

beberapa variabel bebas memiliki nilai VIF lebih dari 10, maka multikolinearitas

adalah sebuah masalah.

Page 56: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

43

Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan jika terbukti terdapat masalah

multikolinearitas yaitu :

a) Menambah observasi. Penambahan ukuran sampel akan menyebabkan

ragam bj mengecil.

b) Mengeluarkan variabel independen yang berkorelasi kuat dengan variabel

independen lainnya. namun langkah ini seringkali menimbulkan masalah

baru, yakni bias spesifikasi.

c) Menggunakan teknik pendugaan regresi komponen utama (Principal

Component Regression). Dengan Principal Component Analysis (PCA),

variabel independen yang saling berkorelasi ditransformasikan menjadi

variabel yang saling bebas untuk kemudian diregresikan terhadap variabel

dependen.

d) Menggunakan teknik pendugaan Partial Least Square

3. Tidak ada autokorelasi (non-autocorrelation)

Autokorelasi error lag k adalah suatu kondisi dimana terda[at hbungan

linier antara . Dimana adalah error observasi ke-t dan adalah

error observasi ke (t – k). Pengujian autokorelasi tidak dilakukan karena data

penelitian (data primer) merupakan data Cross Section sedangkan masalah

autokorelasi biasanya terjadi pada data Time Series.

4. Ragamnya homogen (homoskedesitas)

Heteroskedesitas adalah kondisi dimana komponen error padaa model

regresi memiliki ragam yang sama untuk setiap nilai variabel independen.

Pengujian heteroskedesitas juga tidak dilakukan karena fungsi Cobb-Douglas

ditransformasikan ke dalam bentuk log e (ln), sehingga variasi data menjadi lebih

kecil dan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya masalah heteroskedesitas.

Gambar 11 Output Minitab yang menunjukkan ciri adanya multikolinearitas

Predictor Coefficient SE Coef. T P VIF

Constant (b0) .............. .............. .............. ..............

Ln X1 (b1) .............. .............. .............. ..............

Ln X2 (b2) .............. .............. .............. ..............

Ln X3 (b3) .............. .............. .............. ..............

Ln X4 (b4) .............. .............. .............. ..............

Ln X5 (b5) .............. .............. .............. ..............

Ln X6 (b6) .............. .............. .............. ..............

D (a) .............. .............. .............. ..............

Page 57: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

44

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambaran Umum Kecamatan Lembang

Letak Administratif dan Kondisi Wilayah

Kecamatan Lembang adalah salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Bandung Barat adalah hasil pemekaran

dari Kabupaten Bandung sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 12 Tahun

2007. Pemekaran tersebut dilakukan dengan tujuan lebih mendekatkan pelayanan

kepada masyarakat sehingga diharapkan akan lebih mendorong penyediaan

barang publik dan pelayanan publik serta memberikan kemampuan dalam

pemanfaatan potensi daerah. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan

Secara geografis, Kecamatan Lembang memiliki luas 10 367.916 ha dengan

keadaan topografi 30 persen bergelombang, 60 persen berbutir, dan 10 persen

datar. Kecamatan Lembang berada di 900-1,300 meter di atas permukaan laut

(dpl) dengan jenis tanah Latosol dan Andosol. Kecamatan Lembang memiliki

curah hujan 120-2,121 mm dan suhu udara 150C hingga 27

0C. Kecamatan

Lembang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cisarua

b. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Subang

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cicadas

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Bandung

Kecamatan Lembang terdiri dari 16 Kelurahan/Desa, yaitu Kelurahan

Cibodas, Kelurahan Cibogo, Kelurahan Cikahuripan, Kelurahan Cikidang,

Kelurahan Cikole, Kelurahan Gd. Cikahuripan, Kelurahan Jayagiri, Kelurahan

Kayuambin, Kelurahan Langensari, Kelurahan Lembang, Kelurahan Mekarwangi,

Kelurahan Pageurwangi, Kelurahan Sukajaya, Kelurahan Suntenjaya, Kelurahan

Wangunraharja, dan Kelurahan Wangunsari. Penelitian ini dilaksanakan dengan

mengambil setidaknya satu sampel dari masing-masing Kelurahan di Kecamatan

Lembang.

Kondisi Kependudukan dan Pendidikan

Kecamatan Lembang merupakan daerah sentra tanaman sayuran yang

berada di Kabupaten Bandung Barat. Sayuran yang dibudidayakan adalah kacang

merah, kacang panjang, cabai, tomat, kentang, kubis, kembang kol, brokoli,

letuce, sawi, dan timun. Jumlah penduduk Kecamatan Lembang pada tahun 2013

adalah sebanyak 166 797 orang yang terdiri dari 87 408 laki-laki dan 79 389

perempuan. Jenis pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk di Kecamatan Lembang

berdasarkan informasi pada Tabel 15 adalah petani, petani ikan, peternak,

pedagang, pengrajin, buruh industri, buruh bangunan, buruh pertambangan, buruh

tani, pegawai negeri sipil, TNI/POLRI,dokter, bidan, notaris, pensiunan, montir,

perawar, dosen, dan pegawai swasta. Dari jumlah tersebut sebanyak 6 886 orang

bermata pencaharian sebagai petani.

Page 58: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

45

Tabel 14 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Lembang

tahun 2013

No. Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Pegawai negeri/TNI/Polri 3 370 3.01

2. Pegawai swasta 8 317 7.42

3. Petani 6 886 6.15

4. Nelayan 3 053 0.05

5. Pedagang 1 824 1.63

6. Wiraswasta 6 984 6.23

7. Lainnya 29 665 26.48

8. Tidak bekerja 54 935 49.03

Jumlah 112 034 100.00

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan

Lembang (2013)

Kepemilikan Lahan Keluarga Tani

Kecamatan Lembang sebagian besar adalah lahan pertanian yang banyak

ditanami sayur-sayuran. Lahan pertanian yang tersebar di Kecamatan Lembang

sebanyak 680 orang kepala keluarga merupakan pemilik lahan pertanian yang

tidak digarap langsung oleh pemilik, disusul sebanyak 535 orang kepala keluarga

merupakan buruh tani, 339 orang kepala keluarga merupakan petani penggarap,

dan sebanyak 182 orang kepala keluarga memiliki lahan yang digarap langsung

oleh pemiliknya. Status kepemilikan lahan rata-rata kepala keluarga tani di

Kecamatan Lembang pada tahun 2013 disajikan pada Tabel 16.

Tabel 15 Status kepemilikan lahan rata-rata kepala keluarga tani di Kecamatan

Lembang tahun 2013

No. Kepemilikan Jumlah kepala keluarga (orang) Persentase (%)

1. Pemilik penggarap 182 10.48

2. Pemilik tidak menggarap 680 39.17

3. Penggarap 339 19.53

4. Buruh tani 535 30.82

Jumlah 1 736 100.00

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan

Lembang (2013)

Luas Lahan Usahatani

Lahan usahatani yang dimiliki oleh keluarga tani di Kecamatan Lembang

memiliki luas yang berbeda-beda (Tabel 17). Sebagian besar keluarga tani

memiliki luas lahan dengan kategori 0.1-0.3 hektar dengan jumlah pemilik 675

orang (48.74 persen). Sebanyak 397 orang memiliki rata-rata luas lahan pertanian

kategori 0.4-0.5 hektar dengan persentase 28.66 persen. Selanjutnya sebanyak 190

orang memiliki kategori luas lahan rata-rata 0.6-1.0 hektar dengan persentase

13.72 persen. Dan sebanyak 123 orang keluarga tani memiliki kategori luas lahan

rata-rata di atas satu hektar dengan persentase 8.88 persen.

Page 59: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

46

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Balai Penyuluhan Pertanian

Kecamatan Lembang (2013)

Tabel 16 Rata-rata luas lahan usahatani di Kecamatan Lembang tahun 2013

No. Kategori luas lahan (ha) Jumlah pemilik (orang) Persentase (%)

1. 0.1 – 0.3 675 48.74

2. 0.4 – 0.5 397 28.66

3. 0.6 – 1.0 190 13.72

4. >1 123 8.88

Jumlah 1 385 100.00

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan

Lembang (2013)

Jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di Kecamatan Lembang adalah

jenis sayur-sayuran berupa kacang merah, kacang panjang, cabai, tomat, kentang,

kubis, kembang kol, brokoli, letuce, sawi, dan timun. Tomat termasuk jenis

sayuran yang banyak ditanam oleh keluarga tani. Berdasarkan luas tanam sayuran

yang tersaji pada Tabel 18, luas tanam tomat adalah sebesar 40 hektar dengan

persentase 16.4 persen.

Tabel 17 Luas tanam sayuran di Kecamatan Lembang tahun 2013

No. Jenis Sayuran Luas (ha) Persentase (%)

1 Kacang merah 1.3 0.5

2. Kacang panjang 0.3 0.1

3. Cabai 40.0 16.4

4. Tomat 40.0 16.4

5. Kentang 0.0 0.0

6. Kubis 25.0 10.2

7. Kembang kol 20.0 8.2

8. Brokoli 35.8 14.6

9. Letuce 40.0 16.4

10. Sawi 20.0 8.2

11. Timun 22.0 9.0

Jumlah 244.4 100.0

Alur Pemasaran

Komoditas sayuran yang diproduksi petani di Kecamatan Lembang

dipasarkan melalui berbagai pihak dengan rantai pasok yang berbeda-beda,

termasuk halnya dengan tomat. Berdasarkan alur pemasaran komoditas sayuran di

Kecamatan Lembang yang tersaji pada Gambar 12, alur pemasaran komoditas dari

petani dapat disalurkan kepada pengumpul, kepada kelompok, dan kepada mitra.

Sangat jarang ditemui petani yang mampu memasarkan produknya secara

langsung ke pasar maupun kepada konsumen. Komoditas sayuran yang disalurkan

kepada pengumpul, kelompok, dan mitra kemudian disampaikan kembali kepada

gabungan kelompok tani. Selanjutnya gabungan kelompok tani memasarkannya

ke pasar tradisional, pasar ekspor, maupun pasar modern.

Page 60: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

47

Fasilitas Pendukung

Subsistem pendukung memiliki peran yang tidak kalah penting dari

subsistem lainnya. Subsistem jasa pendukung berperan untuk membantu

kelancaran kegiatan yang terjadi pada subsistem lainnya. Fasilitas pendukung

agribisnis di Kecamatan Lembang seperti yang tersaji pada Tabel 19 adalah

lembaga perbankan, Koperasi Unit Desa (KUD), pasar, kios saprotan, pegadaian,

penangkar benih, dan lembaga kemasyarakatan.

Tabel 18 Fasilitas pendukung agribisnis di Kecamatan Lembang Tahun 2013

Jenis fasilitas Jumlah (unit)

Perbankan 4

Koperasi Unit Desa (KUD) 1

Pasar 1

Kios saprotan 2

Pegadaian 1

Penangkar benih 1

Lembaga kemasyarakatan 1

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan

Lembang (2013)

Karakteristik Petani Responden

Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani tomat

dengan kategori sistem usahatani berbasis Standar Operasional Prosedur (SOP)

dan petani tomat dengan kategori sistem usahatani konvensional yang sesuai

dengan pemenuhan kuesioner yang disebarkan. Jumlah dari masing-masing

kategori adalah 15 petani, sehingga seluruh petani responden dalam penelitian ini

adalah sebanyak 30 petani. Karakteristik petani tomat di Kecamatan Lembang

yang dijadikan responden dalam penelitian dikelompokkan berdasarkan klasifikasi

jenis kelamin, usia, pengalaman bertani, jenis pekerjaan, luas lahan pertanian,

kepemilikan lahan pertanian, sistem usahatani tomat, dan sumber modal

usahatani.

Petani

Pengumpul Kelompok

Tani Mitra

Gabungan

Kelompok Tani

Pasar

Tradisional

Pasar

Modern Ekspor

Gambar 12 Alur pemasaran komoditas sayuran di Kecamatan Lembang

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan

Lembang (2013)

Page 61: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

48

Lokasi Petani

Responden pada penelitian ini adalah petani tomat yang tersebar pada 16

kelurahan di Kecamatan Lembang, yaitu yaitu Kelurahan Cibodas, Kelurahan

Cibogo, Kelurahan Cikahuripan, Kelurahan Cikidang, Kelurahan Cikole,

Kelurahan Gd. Cikahuripan, Kelurahan Jayagiri, Kelurahan Kayuambin,

Kelurahan Langensari, Kelurahan Lembang, Kelurahan Mekarwangi, Kelurahan

Pageurwangi, Kelurahan Sukajaya, Kelurahan Suntenjaya, Kelurahan

Wangunraharja, dan Kelurahan Wangunsari. Karakteristik petani responden

berdasarkan wilayah tersaji pada Tabel 20.

Tabel 19 Penyebaran lokasi petani responden di Kecamatan Lembang

No. Kelurahan/Desa Jumlah petani

Jumlah petani Usahatani SOP Usahatani konvensional

1 Cibodas 1 2 3

2 Cibogo 2 1 3

3 Cikahuripan 1 1 2

4 Cikidang 1 1 2

5 Cikole 2 1 3

6 Gd. Cikahuripan 0 1 1

7 Jayagiri 1 1 2

8 Kayuambin 1 1 2

9 Langensari 0 2 2

10 Lembang 2 1 3

11 Mekarwangi 2 0 2

12 Pageurwangi 0 2 2

13 Sukajaya 2 1 3

14 Suntenjaya 1 1 2

15 Wangunraharja 0 2 2

16 Wangunsari 0 1 1

Jumlah 15 18 33

Jenis Kelamin Petani

Petani tomat dalam penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Sebanyak 15 orang petani tomat berbasis Standar Operasional Prosedur (SOP)

berjenis kelamin laki-laki, tidak satu orang pun berjenis kelamin perempuan.

Sedangkan sebanyak 13 orang petani tomat konvensional berjenis kelamin laki-

laki dan dua orang berjenis kelamin perempuan. Karakteristik responden petani

tomat berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 21.

Tabel 20 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori jenis kelamin

No. Jenis kelamin Jumlah petani tomat

Jumlah petani Usahatani SOP Usahatani konvensional

1 Laki-laki 15 13 28

2 Perempuan 0 2 2

Kepemilikan usahatani tomat sebagian besar dilakukan oleh petani dengan

jenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan kegiatan usahatani tomat memerlukan

tenaga yang lebih besar, seperti kegiatan pengolahan lahan, penanaman,

pemupukan, dan pemasangan ajir. Sehingga kegiatan usahatani tomat masih

Page 62: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

49

didominasi oleh kaum laki-laki. Tenaga kerja perempuan pada umumnya hanya

melakukan kegiatan perawatan tanaman dan kegiatan panen.

Tingkatan Usia Petani

Usia petani responden dikategorikan menjadi petani dengan usia di bawah

40 tahun (< 40 tahun), petani dengan usia 40 hingga 50 tahun (40 – 50 tahun), dan

petani dengan usia di atas 50 tahun (> 50 tahun). Pengelompokkan usia petani

didasarkan pada rata-rata usia petani tomat yang menjadi responden. Karakteristik

petani responden berdasarkan kategori tingkatan usia disajikan pada Tabel 22.

Tabel 21 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori tingkatan usia

No. Kategori usia (tahun) Jumlah petani tomat

Jumlah petani Usahatani SOP Usahatani konvensional

1. <40 1 2 3

2. 40 -50 5 7 12

3. >50 9 6 15

Berdasarkan Tabel 21, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani

tomat dengan usahatani SOP berada pada kategori usia di atas 50 tahun yaitu

sebanyak sembilan orang petani, disusul dengan kategori usia 40 hingga 50 tahun

sebanyak lima orang, dan sisanya sebanyak satu orang petani termasuk dalam

kategori usia di bawah 40 tahun. Sedangkan pada petani tomat dengan sistem

usahatani konvensional disimpulkan bahwa petani dengan kategori usia 40 hingga

50 tahun menduduki peringkat terbanyak sebanyak tujuh orang, selanjutnya

sebanyak enam orang petani berusia di atas 50 tahun, dan sebanyak dua orang

petani berada pada kategori usia di bawah 40 tahun. Data yang diperoleh

menunjukkan bahwa petani termuda adalah petani dengan usia 29 tahun dan

petani tertua berusia 61 tahun.

Pengalaman Bertani

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahatani adalah

pengalaman bertani. Pada umumnya, pengalaman bertani berbanding lurus dengan

keberhasilan usahatani yang dilaksanakan. Petani dengan pengalaman yang cukup

tentunya telah memiliki bekal dan ilmu yang cukup untuk mengetahui tindakan

yang perlu dilakukan dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian yang terjadi

pada kegiatan usahatani. Karakteristik petani tomat berdasarkan pengalaman

bertani disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

pengalaman bertani

No. Pengalaman bertani

(tahun)

Jumlah petani tomat Jumlah petani

Usahatani SOP Usahatani konvensional

1. < 20 7 4 11

2. 20 – 30 5 9 14

3. > 30 3 2 5

Pengalaman bertani yang dimiliki pleh petani responden di Kecamatan

Lembang sebagian besar berada pada selang usia 20 hingga 30 tahun, dengan

Page 63: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

50

pengalaman terkecil selama dua tahun dan pengalaman terlama selama 44 tahun.

Petani dengan sistem usahatani tomat SOP sebagian besar memiliki pengalaman

di bawah 20 tahun yaitu sebanyak tujuh orang petani, disusul dengan pengalaman

selama 20 hingga 30 tahun sebanyak lima orang petani, di atas 30 tahun yang

dimiliki oleh tiga orang petani. Sedangkan untuk kategori petani dengan sistem

usahatani tomat konvensional pengalaman terbanyak dimiliki oleh sembilan orang

petani dengan selang pengalaman 20 hingga 30 tahun, empat orang petani dengan

pengalaman di bawah 20 tahun, dan pengalaman di atas 30 tahun yang dimiliki

oleh orang petani.

Jenis Pekerjaan Usahatani

Petani responden dengan kegiatan usahatani tomat di Kecamatan Lembang

sebagian besar menjadikan kegiatan bertani sebagai pekerjaan pokok/sampingan.

Hal ini dapat dilihat dari Tabel 23 yang menyajikan karakteristik petani responden

di Kecamatan Lembang berdasarkan kategori jenis pekerjaan usahatani.

Tabel 23 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori jenis pekerjaan usahatani

No. Kategori jenis

pekerjaan usahatani

Jumlah petani tomat Jumlah petani

Usahatani SOP Usahatani konvensional

1 Pekerjaan pokok 4 7 11

2 Pekerjaan sampingan 11 8 19

Pada Tabel 23 diketahui 19 orang petani tomat di Kecamatan Lembang

menyatakan kegiatan kegiatan bertani sebagai pekerjaan sampingan mereka.

Sisanya, sebanyak 11 orang petani tomat menjadikan kegiatan bertani sebagai

jenis pekerjaan utama. Petani tomat di Kecamatan Lembang yang menjadikan

kegiatan bertani sebagai pekerjaan sampingan, pada umumnya memiliki pekerjaan

sebagai peternak, bertani, pedagang, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sekitar 11

orang petani responden yang menyatakan kegiatan bertani sebagai pekerjaan

pokok, mengindikasikan bahwa kegiatan bertani dapat memenuhi kebutuhan

hidup petani. Sebagian besar petani responden menyatakan bahwa kegiatan

bertani dilakukan secara mandiri tanpa ikut serta dalam kelompok tani yang resmi.

Menurut petani, ikut serta dalam kegiatan kelompok tani tidak memberikan

manfaat yang besar bagi petani. keikutsertaan dalam kelompok tani dikatakan

tidak mempengaruhi pendapatan yang diperoleh petani.

Luas Lahan Pertanian

Luas lahan pertanian menggambarkan seberapa luas lahan yang digarap oleh

petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Sebagian besar jumlah produksi

pertanian dipengaruhi oleh luas lahan pertanian yang digarap petani. Selain itu,

luas lahan pertanian mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan petani. Luas

kepemilikan lahan yang berbeda-beda antara petani responden menyebabkan perlu

dilakukannya pengelompokkan kategori luas lahan. Pada penelitian ini, luas lahan

pertanian dikelompokkan dalam kategori di bawah 0.1 hektar (< 0.1 ha), antara

0.1 hingga 1 hektar (0.1 – 1 ha), dan di atas 1 hektar (>1) tersaji pada Tabel 24.

Page 64: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

51

Tabel 24 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori luas lahan pertanian (Ha)

No. Kategori luas lahan

pertanian (Ha)

Jumlah petani tomat Jumlah petani

Usahatani SOP Usahatani konvensional

1. < 0.1 0 2 2

2. 0.1 - 1 15 12 27

3. > 1 0 1 1

Tabel 24 menunjukan luas kepemilikan lahan petani responden di

Kecamatan Lembang. Sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar petani

responden memiliki luas lahan antara 0.1 hingga satu hektar yang dimiliki oleh 27

petani (15 orang dengan kriteria usahatani tomat berbasikan SOP dan 12 orang

dengan kriteria usahatani tomat konvensional). Sebanyak dua orang petani tomat

berbasikan SOP menggarap lahan di bawah 0.1 hektar dan satu orang petani tomat

konvensional menggarap lahan di atas satu hektar.

Kepemilikan Lahan Pertanian

Lahan pertanian yang digarap petani menentukan besarnya biaya yang

dikeluarkan oleh petani. Lahan pertanian yang dimiliki oleh petani di Kecamatan

Lembang terdiri dari dua kategori, yaitu milik dan sewa. Petani akan

mengeluarkan biaya berupa Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di setiap tahunnya

pada lahan miliknya, sedangkan petani dengan lahan sewaan akan mengeluarkan

biaya sewa lahan pada setiap tahun. Pengeluaran biaya berupa Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) pada lahan milik pribadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan

biaya sewa lahan pada lahan sewa. Karakteristik petani responden di Kecamatan

Lembang berdasarkan kategori kepemilikan lahan disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25 Karakteristik petani responden di Kecamatan Lembang berdasarkan

kategori kepemilikan lahan pertanian

No. Status kepemilikan

lahan pertanian

Jumlah petani tomat Jumlah petani

Usahatani SOP Usahatani konvensional

1. Milik 5 11 16

2. Sewa 10 4 14

Berdasarkan tabel di atas, status kepemilikan lahan yang umumnya digarap

oleh petani di Kecamatan Lembang adalah lahan milik pribadi yang dimiliki oleh

16 orang dan lahaan sewaan yang dimiliki oleh 14 orang. Pada usahatani berbasis

SOP, 10 orang petani menggarap lahan sewaan dan lima orang petani menggarap

lahan milik pribadi. Sedangkan pada usahatani konvensional, sebagian besar

petani memiliki lahan sendiri untuk digarap yang dinyatakan oleh 11 orang petani

dan sisanya sebanyak empat orang petani menyatakan lahan milik pribadi.

Karakteristik Usahatani Tomat

Pada umumnya petani tomat di Kecamatan Lembang melakukan kegiatan

usahatani tomat dengan sistem polikultur dan tumpangsari dengan alasan

keterbatasan lahan dan biaya produksi yang besar. Sistem polikultur dan

tumpangsari juga dikatakan dapat meminimalisir risiko kerugian pada usahatani

Page 65: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

52

tomat saat produksi maupun harga jual tomat menurun. Berdasarkan hasil

wawancara, tipe usahatani yang dilakukan di Kecamatan Lembang dilakukan

secara tumpangsari dan polikultur (Tabel 26). Kegiatan usahatani yang dijalankan

bersifat komersial yaitu diusahakan untuk dijual kembali memperoleh keuntungan

bukan sebagai konsumsi rumah tangga.

Tabel 26 Sebaran sistem usahatani tomat di Kecamatan Lembang

No. Sistem usahatani Jumlah petani tomat

Jumlah petani Usahatani SOP Usahatani konvensional

1. Polikultur 15 14 29

2. Monokultur 0 0 0

3. Tumpangsari 14 15 20

Pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis varietas

tanaman pada suatu lahan usahatani dalam waktu satu tahun. Pola tanam ini

dikatakan dapat mengefisiensi lahan pertanian, mengurangi hama penyakit,

memperoleh hasil yang beragam, serta mampu mengembalikan kesuburan tanah.

Jenis tanaman yang ditanam dengan sistem polikultur oleh petani responden di

Kecamatan Lembang selain tomat adalah bawang daun, buncis, jagung, kacang,

kubis bunga, letuce, selada, terung, dan wortel yang tersaji pada Tabel 27.

Tabel 27 Sebaran jenis tanaman polikultur selain tomat di Kecamatan Lembang

No. Jenis tanaman

polikultur selain tomat

Jumlah petani tomat Jumlah petani

Usahatani SOP Usahatani konvensional

1 Bawang daun 1 2 3

2 Buncis 6 7 13

3. Jagung 1 1 2

4. Kacang 2 1 3

5. Kubis bunga 2 4 6

6. Letuce 5 2 7

7. Selada 4 3 7

8. Wortel 1 2 3

Pola tanam tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu jenis varietas

tanaman pada suatu lahan pertanian dalam periode waktu tanam yang sama. Pola

tanam ini dikatakan sebagai kegiatan efisiensi penggunaan lahan, efisiensi waktu

tanam, efisiensi tenaga kerja dalam mengolah dan merawat tanaman, efisiensi

biaya produksi (seperti pupuk, pestisida, dan mulsa), serta mampu mencegah

serangan hama penyakit pada tanaman. Jenis tanaman yang ditanam secara

tumpangsari bersamaan dengan tomat di Kecamatan Lembang adalah brokoli,

cabai, kubis bunga, dan letuce seperti yang tersaji pada Tabel 29.

Tabel 28 Sebaran jenis tanaman tumpangsari selain tomat di Kecamatan Lembang

No. Jenis tanaman

tumpangsari selain tomat

Jumlah petani tomat Jumlah petani

Usahatani SOP Usahatani konvensional

1. Brokoli 6 5 11

2. Cabai 15 15 30

3. Kubis bunga 5 4 9

4. Letuce 2 4 6

Kegiatan usahatani tomat merupakan usahatani yang dominan dilakukan

oleh petani di Kecamatan Lembang. Rusli, salah seorang petani tomat di

Page 66: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

53

Kecamatan Lembang menyatakan bahwa “bukan dinamakan petani jika belum

menanam tomat”. Hal itu dinyatakan dengan alasan bahwa komoditas tomat

merupakan komoditas pertanian yang tampak mudah, namun sulit untuk

dilaksanakan. Sehingga harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih

banyak dibandingkan dengan usahatani pada komoditas lainnya. Pada musim

hujan komoditas tomat yang ditanam mudah layu dan busuk, sedangkan pada

musim kemarau komoditas tomat yang ditanam mudah kering dan mati. Namun di

Kecamatan Lembang kegiatan usahatani tidak terpengaruh oleh musim karena

hujan turun di setiap hari, sehingga ketersediaan air untuk usahatani mencukupi.

Kegiatan usahatani tomat digambarkan pada dokumentasi yang disajikan pada

Lampiran 10.

Kriteria Standar Operasional Prosedur (SOP) pada usahatani tomat

diterapkan oleh sebagian responden petani tomat di Kecamatan Lembang, yaitu

sebanyak 15 orang. Kriteria SOP yang diterapkan mencakup penyediaan benih,

pengolahan lahan, penanaman, pemasangan ajir, pemangkasan, pengairan,

pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, hingga kegiatan

panen. Pada petani tomat berbasis SOP, kriteria yang dilakukan pada umumnya

yaitu pada kegiatan penyediaan benih berkualitas dan bersertifikat, prencanaan

dan persiapan lokasi tanam yang baik, pemasangan ajir, pemangkasan tanaman

tidak produktif secara berkala, pemupukan yang sesuai, hingga pada kegiatan

pengendalian hama dan penyakit.

Pada petani tomat konvensional, benih yang disediakan sudah merupakan

benih yang berkualitas sesuai dengan kriteria SOP usahatani tomat. Selain itu,

kriteria SOP yang dipenuhi oleh petani tomat konvensional yaitu kegiatan

perencanaan lokasi tanam dan penyediaan lahan yang telah dibersihkan. Perlakuan

benih pada petani tomat konvensional umumnya tidak diperlakukan dengan baik,

seperti tidak dilakukannya perendaman benih dengan air hangat dan pestisida.

Sehingga bibit berkualitas pun mudah terserang hama dan penyakit jika tidak

diperlakukan dengan baik. Pemasangan ajir pada tanaman tomat juga tidak

dilakukan sesuai dengan prosedur SOP. Kegiatan pengairan pada tanaman tomat

hanya bergantung pada cuaca, jika turun hujan tanaman tomat disiram namun jika

tidak petani tidak memberikan pengairan yang cukup. Selain itu kegiatan

pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan sesuai dengan prosedur SOP,

yakni tidak dilakukan secara berkala.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Usahatani Tomat di Kecamatan Lembang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, muncul

sarana produksi pertanian yang semakin berkualitas dan teknik produksi yang

semakin kompleks untuk menghasilkan komoditas unggul. Teknik produksi

dengan menggunakan sarana produksi pertanian terangkum dalam ketetapan

Standar Operasional Produksi (SOP) yang baku, seperti yang pernah dicatat pada

Direktorat Jenderal Hortikultura.

Page 67: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

54

Hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Lembang menunjukkan

bahwa terdapat sebagian petani tomat yang menerapkan sistem usahatani berbasis

SOP dengan asumsi menghasilkan komoditas tomat berkualitas yang mampu

meningkatkan pendapatan petani. Namun tidak sedikit pula petani tomat yang

melakukan kegiatan usahatani konvensional sesuai dengan pengalaman dan

pengetahuan yang telah diperoleh sejak lama. Sistem usahatani tomat

konvensional pada umumnya dilakukan oleh petani yang memiliki pengalaman

bertani lebih dari 20 tahun, pengalaman yang diperoleh sejak kecil. Burhan, petani

tomat konvensional mengaku memiliki pengalaman bertani lebih dari tiga puluh

tahun yang diperoleh sejak kecil saat ikut orangtuanya bertani. Berbeda dengan

Dani, seorang petani yang menerapkan sistem usahatni tomat berbasis SOP

mengungkapkan bahwa pengalaman bertaninya baru dimulai sejak dua tahun yang

lalu dan diperoleh dari pelatihan dan buku-buku referensi.

Beberapa faktor yang menjadi alasan petani enggan menerapkan sistem

usahatani berbasis SOP bukan disebabkan kurangnya informasi mengenai teknik

usahatani berbasis SOP, melainkan kecemasan petani jika panennya gagal, harga

input produksi berkualitas yang tinggi, teknik yang menyulitkan petani. Harga

input pertanian yang tinggi, seperti penambahan mulsa sebesar Rp 350 000 per rol

dan sprayer sebesar Rp 200 000 yang dapat meningkatkan biaya produksi

merupakan faktor utama keengganan petani dalam menerapkan sistem usahatani

berbasis SOP. Selain itu banyak petani yang enggan melakukan sistem usahatani

berbasis SOP karena dianggap teknik yang dilakukan terlalu menyulitkan dan

tidak efisien dalam hal waktu dan tenaga kerja, seperti perlakuan terhadap benih,

pemeriksaan tanaman agar sesuai SOP, pemangkasan tanaman secara detail, serta

pemberian pupuk dan obat-obatan yang sesuai anjuran. Faktor kebiasaan dan

kenyamanan petani dalam menerapkan usahatani konvensional juga mendasari

alasan petani enggan beralih kepada sistem usahatani berbasis SOP. Lili, salah

seorang petani konvensional mengatakan bahwa dengan menerapkan sistem

usahatani berdasarkan pengalamannya telah cukup memperoleh keuntungan

sehingga tidak perlu mengubah sistem usahatani yang diterapkannya.

Faktor utama yang menyebabkan petani tomat beralih ke sistem usahatani

tomat berbasis SOP adalah keuntungan yang diperoleh meningkat dari hasil panen

yang diperoleh. Komoditas tomat yang diproduksi dari sistem usahatani berbasis

SOP dikatakan lebih banyak dari produksi tomat sebelumnya. Tampilan tomat

yang dihasilkan juga lebih menarik dilihat dari segi warna yang merah, ukuran

yang seragam, buah bebas dari cacat, dan bobot tomat 100 gram per buah hingga

mencapai 150 gram per buah. selain itu tanaman tomat yang ditanam tidak mudah

terserang hama dan penyakit, seperti penambahan mulsa mampu mencegah agar

bibit tidak busuk serta menjaga kestabilan air dan pupuk yang diberikan.

Kegiatan usahatani tomat digambarkan pada dokumentasi yang disajikan

pada Lampiran 10. Secara umum keragaan usahatani tomat di Kecamatan

Lembang mencakup penyemaian benih, pengolahan lahan, penanaman,

pemasangan ajir, perawatan organisme tanaman pengganggu, hingga panen.

Penyemaian Benih

Benih merupakan faktor penentu utama dalam menghasilkan komoditas

pertanian, benih yang unggul akan menghasilkan produk yang unggul pula. Benih

yang biasa dipergunakan oleh petani tomat di Kecamatan Lembang baik pada

Page 68: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

55

sistem usahatani konvensional maupun sistem usahatani berbasis SOP adalah

jenis benih unggul (F1). Varietas benih yang ditanam adalah varietas benih

hibrida yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian yaitu Marta, Amala, Warani,

Aura, Cap Kapal Terbang, danArthaloka. Pemilihan varietas benih disesuaikan

dengan ketersediaan di pasar dan varietas yang diminati pasar. Benih yang

digunakan diperoleh dengan sistem pesanan kepada penyemaian benih, sehingga

diperoleh bibit yang siap tanam. Selain itu, petani tomat yang mampu menyemai

benih membeli benih dari kios saprotan kemudian disemai pada lahan miliknya

selama 10 hingga 15 hari.

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dimaksudkan untuk membuat struktur tanah menjadi

lunak, sehingga tanaman tomat mudah ditanam. Pengolahan lahan dilakukan

dengan membalik-balikkan tanah, membuat bedengan, hingga pemberian mulsa

dan pupuk. Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani tomat di Kecamatan

Lembang umumnya dilakukan selama lima hari oleh rata-rata penggunaan tenaga

kerja sebanyak 19.67 HOK pada usahatani konvensional dan 27.47 HOK pada

usahatani berbasis SOP.

Penanaman

Penanaman tanaman oleh petani tomat di Kecamatan Lembang dilakukan

pada pagi hari karena seluruh kegiatan bercocoktanam dilakukan pada pagi hari

hingga menjelang siang hari. Penanaman dilakukan dengan mengangkut bibit ke

lokasi tanam, membuka polybag, dan ditanam pada mulsa yang telah dilubangi

maupun ditanam langsung pada tanah tanpa mengikutsertakan batang tanaman.

Setelah penanaman selesai dilakukan, petani memberikan pupuk dan menyiram

tanaman agar tumbuh subur. Pupuk yang diberikan pada penanaman adalah pupuk

kandang, pupuk NPK, TSP, dan KCl. Kegiatan penanaman umumnya dilakukan

selama satu hari dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 4.07 HOK pada usahatani

berbasis SOP dan 2.87 HOK pada usahatani konvensional.

Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir dilakukan untuk membantu tanaman tumbuh tegak,

memperbaiki pertumbuhan tanaman, mencegah kerusakan fisik tanaman yang

disebabkan beban buah dan tiupan angin, serta mempermudah kegiatan perawatan

tanaman. Pemasangan ajir harus dilakukan secara hati-hati, pemasangan ajir yang

salah akan menyebabkan kerusakan tanaman akibat angin kencang sehingga

mudah merusak tanaman tomat yang ditanam (Cucu, 2013). Ajir dipasang pada

saat tanaman berusia tiga minggu setelah ditanam di lapang. Ajir yang dipasang

pada umumnya setinggi 200 meter dengan jarak 10 hingga 15 cm. ajir dipasang

pada tanaman yang kemudian diikat dengan menggunakan tali rapia. Pemasangan

ajir dilakukan selama tiga hari dengan tenaga kerja 5.27 HOK pada usahatani

berbasis SOP dan dua hari dengan tenaga kerja 5.09 HOK pada usahatani

konvensional.

Perawatan Tanaman

Perawatan tanaman meliputi pemangkasan daun, pengairan, pemupukan

berkala, hingga perawatan organisme pengganggu tanaman. Pada kegiatan

Page 69: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

56

usahatani tomat di Kecamatan Lembang, perawatan tanaman berupa

pemangkasan, pengairan, dan perawatan organisme pengganggu dilakukan setiap

hari. Pemangkasan daun dilakukan saat ada bagian tanaman yang tidak produktif

dan kemudian disingkirkan dari tanaman. Pengairan dilakukan pada pagi hari jika

satu hari sebelumnya tidak turun hujan. Namun pengairan di Kecamatan Lembang

jarang dilakukan karena hampir setiap hari hujan turun. Pengendalian organisme

pengganggu tanaman hanya dilakukan jika dalam tanaman tersebut terlihat ada

serangan hama atau penyakit. Jika tidak ada, maka pengendalian tidak dilakukan.

Kegiatan ini dilakukan selama dua bulan (60 hari) dengan tenaga kerja 132.80

HOK pada usahatani berbasis SOP dan dua hari dengan tenaga kerja 108.13 HOK

pada usahatani konvensional.

Panen

Kegiatan panen dilakukan setelah tanaman berumur 60 hingga 75 hari

setelah tanaman pindah ke lapang dan kemudian dilakukan tiga hingga lima hari

sekali hingga buah tomat habis. Buah tomat dipanen dengan cara dipetik tanpa

menyertakan tangkai buahnya dengan menggunakan tangan. Kegiatan panen

umumnya dilakukan secara langsung oleh tenaga kerja wanita karena dinilai lebih

hati-hati. Buah tomat yang dipanen kemudiian dipasarkan secara langsung ke

pasar maupun ke agen pengumpul di sekitar lokasi petani. Kegiatan ini rata-rata

dilakukan selama enam hari dengan tenaga kerja 14.36 HOK pada usahatani

berbasis SOP dan empat hari dengan tenaga kerja 6.36 HOK pada usahatani

konvensional.

Sistem usahatani yang diterapkan oleh petani berupa usahatani konvensional

maupun usahatani berbasis SOP telah dipertimbangkan dengan baik oleh masing-

masing petani. Perbandingan mengenai penggunaan sistem usahatani tomat akan

dibahas lebih rinci dan mendalam yang dilihat berdasarkan struktur biaya,

penerimaan, pendapatan dan keuntungan, serta efisiensi pendapatan. Hasil

perhitungan akan menunjukkan penggunaan sistem usahatani yang lebih

menguntungkan petani.

Analisis Pendapatan Usahatani Tomat Berbasis SOP dan Usahatani Tomat

Konvensional di Kecamatan Lembang

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh

petani dan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani. Pendapatan

usahatani merupakan faktor utama yang mendorong petani untuk menerapkan

sistem usahatani pada komoditas yang ditanam. Petani akan menerapkan suatu

sistem usahatani jika terbukti memberikan keuntungan berupa pendapatan yang

lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sebaliknya, petani enggan menerapkan

sistem usahatani baru jika terbukti menurunkan pendapatan yang diperolehnya.

Analisis perbandingan usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan membandingkan struktur biaya rata-rata usahatani dan penerimaan rata-

rata usahatani yang kemudian diperoleh pendapatan pendapatan rata-rata

usahatani berbasis SOP dan usahatani konvensional.

Page 70: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

57

Analisis Struktur Biaya Usahatani Tomat di Kecamatan Lembang

Biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani tomat di Kecamatan

Lembang dibedakan atas penggunaan input produksi yang digunakan. Biaya

tersebut terdiri dari biaya tunai dan biaya non tunai. Perhitungan biaya dihitung

berdasarkan luasan lahan 1 000 m2 (0.1 hektar) yang diperoleh dari jumlah

kepemilikan lahan terbesar yang digunakan oleh petani responden.

1. Biaya Tunai

Biaya tunai yang dikeluarkan berupa biaya benih, biaya pupuk, biaya

pestisida, biaya mulsa, biaya tenaga kerja luar keluarga, serta pajak tanah yang

dikeluarkan setiap periode tanam. Varietas benih yang digunakan oleh petani

responden di Kecamatan Lembang bervariasi, yaitu yaitu Marta 99, Amala,

Warani, Aura, Cap Kapal Terbang, danArthaloka. Varietas benih yang digunakan

adalah varietas hibrida yang telah dilepas oleh Kementrian Pertanian. Benih yang

digunakan berasal dari kios saprotan yang kemudian disemai sendiri oleh petani

dan dapat pula memesan benih ke persemaian di lokasi sekitar petani. Kebutuhan

rata-rata benih tomat pada setiap musim tanam adalah sebanyak 1 392 pohon

dengan harga beli benih sebesar Rp 135.89 per pohon untuk sistem usahatani

tomat berbasis SOP dan 1 705 pohon dengan harga beli benih sebesar Rp 92.00

per pohon. Sehingga jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk penyediaan benih

pada sistem usahatani tomat berbasis SOP adalah Rp 296 195.88 dan biaya

penyediaan benih pada sistem usahatani tomat konvensional adalah Rp 505 306.

Penggunaan pupuk dalam kegiatan usahatani tomat di Kecamatan Lembang

terdiri dari pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk TSP, pupuk KCl, dan pupuk

tambahan lainnya. Pupuk yang digunakan diperoleh dari toko saprotan di sekitar

lokasi tanam petani. Ketersediaan pupuk diakui selalu mencukupi dan terpenuhi,

selain itu harga pupuk relatif stabil. Rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani

tomat di Kecamatan Lembang dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 29 Rata-rata penggunaan pupuk per 1 000 m2 pada usahatani tomat di

Kecamatan Lembang

Sistem usahatani tomat berbasis SOP

Jenis pupuk Kebutuhan Harga per satuan (Rp) Nilai joint cost (Rp)

Pupuk kandang (karung) 111.95 7 333.33 328 776.15

Pupuk NPK (kg) 75.18 17 326.67 244 611.86

Pupuk TSP (kg) 26.75 2 566.67 31 399.54

Pupuk KCl (kg) 9.80 2 530.00 18 242.54

Pupuk lainnya (kg) 0.46 1 535.71 1 248.92

Jumlah 224.24 31 292.38 624 279.02

Sistem usahatani tomat konvensional

Jenis pupuk Kebutuhan Harga per satuan (Rp) Nilai joint cost (Rp)

Pupuk kandang (karung) 124.59 7 133.33 481 469.25

Pupuk NPK (kg) 63.54 16 333.33 244 611.86

Pupuk TSP (kg) 15.08 2 533.33 20 604.50

Pupuk KCl (kg) 7.87 2 430.00 18 000.40

Pupuk lainnya (kg) 13.70 6 500.00 24 452.38

Jumlah 224.79 34 930.00 789 138.38

Page 71: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

58

Pupuk kandang pada umumnya dibeli dengan ukuran karung yang berisi 30

kilogram pupuk dari kotoran kambing. Jumlah pupuk kandang yang digunakan

selama satu musim tanam per 1 000 m2

adalah 111.95 karung dengan harga beli

rata-rata Rp 7 333.33 per karung pada sistem usahatani tomat berbasis SOP dan

124.59 karung dengan harga beli rata-rata Rp 7 133.33 per karung pada sistem

usahatani tomat konvensional. Sedangkan penggunaan pupuk buatan terdiri dari

pupuk NPK, pupuk TSP, pupuk KCl, dan pupuk tambahan lainnya. Kebutuhan

pupuk yang diperlukan oleh sistem usahatani tomat berbasis SOP selama satu

musim tanam per 1 000 m2 adalah sebesar 75.18 kilogram pupuk NPK, 26.75

kilogram pupuk TSP, 9.80 kilogram pupuk KCl, dan 0.46 kilogram pupuk lainnya

dengan harga beliper kg berturut-turut sebesar Rp 17 326.67, Rp 2 566.67, Rp 2

530.00, dan Rp 3 580.09. Sedangkan kebutuhan pupuk yang diperlukan oleh

sistem usahatani tomat konvensional selama satu musim tanam per 1 000

m2adalah sebesar 63.54 kilogram pupuk NPK, 15.08 kilogram pupuk TSP, 7.87

kilogram pupuk KCl, dan 13.70 kilogram pupuk lainnya dengan harga beli per

kilogram berturut-turut sebesar Rp 16 333.33, Rp 2 533.33, Rp 2 430.00, dan Rp 6

500.00. Penggunaan pupuk pada sistem usahatani tomat konvensional lebih besar

jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk pada sistem usahatani tomat

berbasis SOP. Namun biaya yang dikeluarkan petani tomat konvensional lebih

besar dari petani tomat berbasis SOP untuk pembelian pupuk.

Obat-obatan diberikan saat tanaman terserang organisme pengganggu

tanaman dengan tujuan mengurangi terjangkitnya hama dan penyakit pada

tanaman tomat. Obat-obatan yang digunakan pada umumnya dalam usahatani

tomat di Kecamatan Lembang adalah Anthracal, Bazooka, Daconil, Prepathon,

dan obat tambahan lainnya seperti yang tersaji pada Tabel 31. Penggunaan

pestisida oleh sistem usahatani tomat berbasis SOP selama satu musim tanam per

1 000 m2 adalah sebesar 0.50 botol Anthracal, 1.92 kilogram Bazooka, 2.09 botol

Daconil, 12.56 mililiter Prepathon, dan 5.99 botol pestisida lainnya dengan harga

beli rata-rata berturut-turut sebesar Rp 140 333.33 per botol, Rp 72 928.57 per

kilogram, Rp 136 857.14 per botol, Rp 36 357.14 per mililiter, dan Rp 73 000.000

per botol. Sedangkan penggunaan pestisida yang diperlukan oleh sistem usahatani

tomat konvensional selama satu musim tanam per 1 000 m2

adalah sebesar 50.26

botol Anthracal, 1.35 kilogram Bazooka, 1.18 botol Daconil, 37.20 mililiter

Prepathon, dan 57.49 botol pestisida lainnya dengan harga beli rata-rata berturut-

turut sebesar Rp 71 333.33 per botol, Rp 27 633.33 per kilogram, Rp 78 333.33

per botol, Rp 25 333.33 per mililiter, dan Rp 33 333.33 per botol.

Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 30, dapat diketahui bahwa

penggunaan pestisida pada usahatani tomat konvensional lebih besar daripada

penggunaan pestisida pada usahatani tomat berbasis SOP. Namun, harga beli

pestisida pada petani tomat berbasis SOP lebih besar dibandingkan harga beli

pestisida pada petani tomat konvensional, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk

penggunaan pestisida pada petani tomat berbasis SOP lebih besar daripada biaya

usahatani tomat konvensional.

Page 72: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

59

Tabel 30 Rata-rata penggunaan pestisida per 1 000 m2 pada usahatani tomat di

Kecamatan Lembang

Sistem usahatani tomat berbasis SOP

Jenis pestisida Kebutuhan Harga per satuan (Rp) Nilai joint cost (Rp)

Anthracal (botol) 0.50 140 333.33 43 616.67

Bazooka (kg) 1.92 72 928.57 37 350.46

Daconil (botol) 2.09 136 857.14 186 933.33

Prepathon (ml) 12.56 36 357.14 4 235.03

Pestisida lainnya

(botol) 5.99 73 000.00 421 480.69

Jumlah 23.07 459 476.19 693 616.18

Sistem usahatani tomat konvensional

Anthracal (botol) 50.26 71 333.33 26 134.92

Bazooka (kg) 1.35 27 633.33 18 811.22

Daconil (botol) 1.18 78 333.33 129 023.58

Prepathon (ml) 37.20 25 333.33 4 721.09

Pestisida lainnya

(botol) 57.49 33 333.33 179 349.21

Jumlah 147.48 235 966.67 358 040.02

Penggunaan mulsa pada kegiatan usahatani tomat di Kecamatan Lembang

banyak digunakan oleh petani tomat yang menerapkan sistem usahatani berbasis

konvensional. Berdasarkan data rata-rata penggunaan mulsa per 1 000 m2pada

Tabel 32, terbukti bahwa penggunaan mulsa pada sistem usahatani SOP lebih

besar 0.2 rol dari sistem usahatani konvensional. Selain itu, harga beli mulsa per

satuan oleh sistem usahatani SOP juga lebih besar dari sistem usahatani

konvensional. Selisih harga beli mulsa per rol cukup besar, yaitu mencapai 74

704.76. Sehingga biaya tunai yang dikeluarkan dalam penggunaan mulsa pada

sistem usahatani SOP lebih besar daripada biaya mulsa pada sistem usahatani

konvensional. Penggunaan mulsa pada tanaman tomat juga telah banyak

dilakukan oleh petani tomat konvensional.

Tabel 31 Rata-rata penggunaan mulsa per 1 000 m2 pada usahatani tomat di

Kecamatan Lembang

Keterangan Sistem usahatani SOP Sistem usahatani konvensional

Kebutuhan (rol) 1.00 0.98

Harga satuan (Rp/rol) 384 133.33 309 428.57

Nilai (Rp) 379 693.75 304 044.78

Nilai joint cost (Rp) 173 811.55 120 256.99

Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani tomat di Kecamatan

Lembang terdiri dari tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Penggunaan

tenaga kerja dalam usahatani tomat menggunakan satuan Hari Orang Kerja

(HOK) dengan aktivitas kerja selama lima jam setiap harinya, yaitu pada pukul

07.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Pembayawan upah tenaga kerja dibedakan

berdasarkan jenis kelamin dengan kisaran Rp 25 000 hingga Rp 40 000 untuk

Page 73: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

60

tenaga kerja pria per hari dan Rp 20 000 hingga Rp 35 000 per hari untuk tenaga

kerja wanita. Upah tenaga kerja dibayarkan petani setiap harinya setelah pekerjaan

selesai. Tenaga kerja wanita dihitung dalam Hari Kerja Wanita (HKW), sehingga

perlu dikonversikan ke dalam Hari Kerja Pria dengan mengalikan 0.8.

Sumber perolehan tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani

dibedakan menjadi Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja

Luar Keluarga (LKDK). Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani tomat

meliputi kegiatan penyemaian benih, pengolahan lahan, penanaman, pemasangan

ajir, perawatan tanaman (berupa pemupukan, pengairan, pemangkasan tanaman

non produktif, serta pengendalian dan perawatan organisme pengganggu tanaman)

hingga pemanenan. Tenaga kerja pria diperlukan dalam kegiatan penyemaian

benih, pengolahan lahan, penanaman, pemasangan ajir, serta perawatan tanaman

berupa pemupukan dan pengairan karena memerlukan tenaga yang besar dalam

seluruh rangkaian kegiatan tersebut. Sedangkan tenaga kerja wanita diperlukan

dalam kegiatan perawatan tanaman berupa pemangkasan daun dan pemanenan

dengan alasan kehati-hatian dan kerja yang relatif ringan. Rata-rata penggunaan

tenaga kerja dalam kegiatan usahatani tomat di Kecamatan Lembang disajikan

pada Tabel 33.

Tabel 32 Rata-rata penggunaan tenaga kerja per 1 000 m2 dalam kegiatan

usahatani tomat di Kecamatan Lembang

Usahatani SOP

Kegiatan

Jumlah HOK (1000 m²)

TKDK Total

TKLK Total

HKP HKW HKP HKW

Penyemaian benih 1.00 0.00 1.00 20.80 0.00 20.80

Pengolahan lahan 3.80 0.00 3.80 27.47 0.00 27.47

Penanaman 0.20 0.00 0.20 4.07 0.00 4.07

Pemasangan ajir 0.20 0.00 0.20 5.27 0.00 5.27

Perawatan tanaman (pemangkasan

daun, pengairan, pemupukan, dan

perawatan organisme pengganggu

tanaman)

16.00 3.20 19.20 104.00 28.80 132.80

Panen 9.60 1.17 10.77 13.93 0.43 14.36

Jumlah 30.80 4.37 35.17 175.53 29.23 204.76

Usahatani Konvensional

Penyemaian benih 3.27 0.00 3.27 14.27 0.00 14.27

Pengolahan lahan 1.20 0.00 1.20 19.67 0.00 19.67

Penanaman 0.33 0.05 0.39 2.87 0.00 2.87

Pemasangan ajir 0.53 0.00 0.53 4.13 0.96 5.09

Perawatan tanaman (pemangkasan

daun, pengairan, pemupukan, dan

perawatan organisme pengganggu

tanaman)

16.13 6.40 22.53 92.13 16.00 108.13

Panen 7.73 0.53 8.27 5.93 0.4 6.36

Jumlah 29.20 6.99 32.91 124.73 17.39 142.12

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 33, terlihat perbedaan

penggunaan tenaga kerja pada usahatani tomat di Kecamatan Lembang. Pada

sistem usahatani berbasis SOP, penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)

terbesar terletak pada kegiatan perawatan tanaman yaitu sebesar 132.80 HOK

yang kemudian disusul oleh kegiatan pengolahan lahan sebesar 27.57 HOK,

Page 74: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

61

penyemaian benih sebesar 20.80 HOK, panen sebesar 14.36 HOK, pemasangan

ajir sebesar 5.27 HOK, dan penanaman sebesar 4.07 HOK. Sama halnya dengan

sistem usahatani berbasis SOP, urutan penggunaan tenaga kerja pada sistem

usahatani konvensional terbesar adalah pengolahan lahan sebesar 108.13 HOK,

pengolahan lahan sebesar 19.67 HOK, penyemaian benih sebesar 14.27 HOK,

pemanenan sebesar 6.36 HOK, pemasangan ajir sebesar 5.09 HOK, dan

penanaman sebesar 2.87 HOK. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)

pada sistem usahatani berbasis SOP lebih besar jika dibandingkan dengan

penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) pada sistem usahatani

konvensional.

Lahan yang digunakan dalam kegiatan usahatani tomat di Kecamatan

Lembang terdiri dari lahan milik dan lahan sewa. Petani penggarap lahan milik

wajib membayar pajak tanah yang dikeluarkan setiap tahunnya. Biaya yang

dikeluarkan petani untuk membayar pajak tanah atas lahan pertanian yang

diusahakannya di Kecamatan Lembang adalah sebesar Rp 100 000 per 1 000 m2

setiap tahunnya.

2. Biaya Non Tunai

Biaya non tunai yang dikeluarkan petani meliputi biaya penyemaian benih

dari tanaman tomat sebelumnya, biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa

lahan milik pribadi, serta biaya penyusutan peralatan. Benih yang digunakan

petani tomat di Kecamatan Lembang diperoleh dari toko saprotan dan petani

penyemaian benih, sehingga tidak terdapat biaya non tunai dari kegiatan

penyemaian benih di Kecamatan Lembang.

Berdasarkan rata-rata penggunaan tenaga kerja pada Tabel 29, diketahui

bahwa jumlah Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) terbesar adalah pada sistem

usahatani tomat berbasis SOP dengan nilai 30.80 HOK, sedangkan jumlah tenaga

kerja konvensional adalah sebesar 29.20 HOK. Pada sistem usahatani berbasis

SOP, penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKDK) terbesar terletak pada

kegiatan perawatan tanaman yaitu sebesar 16.00 HOK yang kemudian disusul

oleh kegiatan pemanenan sebesar 9.60 HOK, pengolahan lahan sebesar 3.80

HOK, penyemaian benih sebesar 1.00 HOK, serta penanaman dan pemasangan

ajir sebesar 0.20. Berbeda halnya dengan sistem usahatani berbasis SOP, urutan

penggunaan tenaga kerja pada sistem usahatani konvensional terbesar adalah

pengolahan lahan sebesar 16.13 HOK, pemanenan sebesar 7.73 HOK,

penyemaian benih sebesar 3.27 HOK, pengolahan lahan sebesar 1.20 HOK,

pemasangan ajir sebesar 0.53 HOK, dan penanaman sebesar 0.33 HOK.

Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) pada sistem usahatani berbasis

SOP lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan Tenaga Kerja Luar

Keluarga (TKLK) pada sistem usahatani konvensional.

Biaya sewa lahan perlu diperhitungkan dalam biaya non tunai baik bagi

petani penggarap lahan milik, maupun bagi petani penggarap lahan sewa

meskipun tidak diperhitungkan secara tunai bagi petani penggarap lahan milik.

Biaya sewa lahan pertanian di Kecamatan Lembang dibayar setiap tahun sesuai

dengan luas lahan yang disewa. Rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk

membayar sewa lahan atas lahan pertanian yang digarapnya per 1 000 m2

di

Kecamatan Lembang adalah sebesar Rp 1 510 661.38 untuk sistem usahatani

Page 75: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

62

tomat SOP dan Rp 503 553.79 untuk sistem usahatani tomat konvensional setiap

tahunnya.

Peralatan pertanian merupakan sarana penunjang kegiatan usahatani yang

harus dimiliki oleh setiap petani. Peralatan yang dimiliki oleh petani responden di

Kecamatan Lembang adalah cangkul, karung, kored, gunting, dan sprayer.

Peralatan yang digunakan selain berpengaruh terhadap modal usahatani, juga

mempengaruhi besarnya biaya penyusutan yang termasuk pada biaya non tunai.

Perhitungan nilai penyusutan peralatan menggunakan metode garis lurus antara

nilai beli dan umur teknis dari perlatan. Pada perhitungan ini, nilai sisa dianggap

tidak ada sehingga tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Besarnya rata-rata

biaya penyusutan peralatan pada usahatani tomat di Kecamatan Lembang

disajikan pada Tabel 34.

Tabel 33 Nilai rata-rata penyusutan peralatan per 1 000 m2 pada usahatani tomat

di Kecamatan Lembang

Usahatani tomat berbasis SOP

No. Jenis

peralatan

Jumlah

(unit)

Harga

(Rp/unit)

Umur teknis

(bulan)

Biaya penyu-

sutan (Rp)

Nilai penyusutan per

musim tanam (Rp)

Joint cost

(Rp)

1 Cangkul 4 50 000 12 16 388 49 166 17 916

2 Karung 166 1 500 12 20 791 62 375 21 604

3 Kored 3 15 000 24 1 875 5 625 2 020

4 Gunting 30 375 000 180 4 166 12 500 4 513

5 Sprayer 1 200 000 48 4 444 13 333 4 583

Jumlah 204 641 500 276 47 667 143 000 50 639

Usahatani tomat konvensional

1 Cangkul 3 50 000 12 12 777 38 333 14 444

2 Karung 99 1 500 12 12 325 36 975 13 758

3 Kored 3 15 000 24 1 708 5 125 1 895

4 Gunting 2 25 000 12 4 027 12 083 4 444

5 Sprayer 1 200 000 48 3 055 9 166 3 750

Jumlah 107 291 500 108 33 894 101 683 38 293

Berdasarkan perhitungan nilai penyusutan peralatan pada Tabel 34,

menunjukkan bahwa penyusutan terbesar pada sistem usahatani berbasis SOP

terletak pada karung yang kemudian disusul oleh cangkul, sprayer, gunting, dan

kored. Sedangkan nilai penyusutan peralatan terbesar pada usahatani tomat

konvensional terletak pada cangkul, yang kemudian diikuti oleh karung, gunting,

sprayer, dan kored. Dari perbandingan sistem usahatani tersebut, biaya

penyusutan terbesar adalah pada sistem usahatani tomat berbasis SOP dengan

nilai penyusutan per musim tanam sebesar Rp 50 639 dibandingkan sistem

usahatani tomat konvensional dengan nilai Rp 38 293.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui faktor produksi yang, dimasukan

ke dalam tabel perbandingan yang tersaji pada Lampiran 11. mempengaruhi biaya

yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani tomat di Kecamatan Lembang.

Perbedaan biaya yang dikeluarkan antara kedua sistem usahatani juga semakin

terlihat jelas. Biaya-biaya pada faktor produksi pupuk, pestisida, tenaga kerja,

serta penyusutan peralatan dihitung berdasarkan nilai pemakaian bersama (joint

cost) karena sistem usahatani dilakukan secara tumpangsari. Besarnya biaya

pemakaian bersama (joint cost) pada setiap petani berbeda-beda, sesuai dengan

Page 76: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

63

jenis komoditas yang diusahakan pada lahan yang digarapnya. Secara umum,

terdapat tiga komoditas pertanian yang ditanam secara tumpangsari dalam satu

luasan lahan garapan. Perbedaan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan

usahatani di atas

Hasil perhitungan yang tersaji pada Lampiran 11 menunjukkan bahwa biaya

yang dikeluarkan pada sistem usahatani berbasis SOP lebih besar jika

dibandingkan dengan sistem usahatani konvensional, yaitu sebesar Rp 6,663

429.83 pada usahatani SOP dan Rp 6 475 858.09 pada usahatani konvensional.

Pada sistem usahatani tomat berbasis SOP, tiga komponen dengan persentase

biaya terbesar terletak pada biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) yaitu

sebesar 55.67 persen (Rp 3 326 013.78), yang kemudian disusul oleh pestisida

sebesar 23.15 persen (Rp 1 382 997.34), dan Tenaga Kerja Dalam Keluarga

(TKDK) sebesar 11.90 persen (Rp 710 666.67). Sedangkan pada sistem usahatani

tomat konvensional, tiga komponen biaya tertinggi adalah biaya Tenaga Kerja

Luar Keluarga (TKLK) yaitu sebesar 41.41 persen (Rp 2 512 624.89), yang diikuti

dengan biaya pupuk sebesar 28.19 (Rp 1 710 459.24), dan Tenaga Kerja dalam

Keluarga sebesar 13.40 persen (Rp 812 776.67). Hal ini menunjukkan penggunaan

tenaga kerja merupakan komponen biaya terbesar pada kedua sistem usahatani.

Sistem usahatani berbasis SOP lebih banyak mengeluarkan biaya pada komponen

pestisida setelah tenaga kerja, yang menunjukkan bahwa penggunaan pestisida

pada sistem usahatani ini lebih banyak dari usahatani konvensional. Berbeda

dengan sistem usahatani konvensional, komponen biaya terbesar setelah

penggunaan tenaga kerja terletak pada pupuk yang menunjukkan bahwa

penggunaan pupuk pada sistem usahatani ini lebih besar dari sistem usahatani

SOP. Secara keseluruhan, biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan pada

sistem usahatani konvensional lebih tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan

pada sistem usahatani berbasis SOP.

Analisis Penerimaan Usahatani Tomat di Kecamatan Lembang

Analisis penerimaan usahatani tomat dihitung berdasarkan penerimaan yang

diperoleh dari kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan dalam

kegiatan usahatani tomat adalah berupa tomat yang diproduksi dikali dengan

harga jual tomat. Penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usahatani pada kedua

sistem usahatani disajikan pada Tabel 35.

Tabel 34 Rata-rata penerimaan usahatani tomat pada luas lahan 1 000 m2 di

Kecamatan Lembang

Uraian Penerimaan usahatani SOP Penerimaan usahatani konvensional

Produksi (kg) 2 429.85 2 294.29

Harga jual (Rp/kg) 3 966.67 3 646.67

Penerimaan 9 638 408.53 8 366 495.24

Produksi tomat yang dihasilkan pada sistem usahatani tomat berbasis SOP

adalah sebesar 2 429.85 kilogram, sedangkan produksi tomat yang dihasilkan

pada sistem usahatani konvensional adalah 2 294.29 kilogram. Perbedaan jumlah

produksi tomat yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh penggunaan input

produksi yang digunakan pada kegiatan usahatani. Tomat yang dihasilkan dari

sistem usahatani berbasis SOP jauh lebih banyak dibandingkan tomat yang

Page 77: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

64

diproduksi pada sistem usahatani konvensional. Tomat yang dihasilkan dari

kegiatan panen pada kedua sistem usahatani dijual kepada agen pengumpul dan

dijual langsung ke pasar tradisional, seperti Pasar Lembang dengan harga jual Rp

3 966.67 pada usahatani SOP dan Rp 3 646.67 pada usahatani konvensional.

Sehingga hasil perhitungan menunjukkan bahwa sistem usahatani berbasis SOP

memberikan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerimaan pada

sistem usahatani konvensional. Rata-rata penerimaan yang dihasilkan dari sistem

usahatani SOP adalah sebesar Rp 9 638 408.53, sedangkan rata-rata penerimaan

yang diperoleh dari sistem usahatani konvensional adalah sebesar Rp 8 336

495.24. Sehingga selisih penerimaan adalah sebesar Rp 1 301 913.29.

Analisis Pendapatan Usahatani Tomat di Kecamatan Lembang

Analisis pendapatan usahatani diperoleh dari besaran nilai pendapatan yang

diterima petani pada kedua sistem usahatani tomat. Pendapatan usahatani dibagi

menjadi pendapatan tunai dan pendapatan total karena biaya yang dibagi menjadi

komponen biaya tunai, biaya non tunai, dan biaya total. Pendapatan atas biaya

tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan dengan biaya tunai,

sedangkan pendapatan total diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya total.

Analisis perbandingan pendapatan usahatani tomat dilakukan dengan

membandingkan pendapatan yang diperoleh dari kedua sistem usahatani tomat.

Perhitungan analisis pendapatan usahatani tomat di Kecamatan Lembang tersaji

pada Tabel 36.

Tabel 35 Analisis rata-rata pendapatan usahatani tomat per 1 000 m2 di

Kecamatan Lembang

Uraian Usahatani SOP Usahatani

konvensional Selisih

Total penerimaan (Rp) 9 358 720.54 8 345 873.02 1 012 847.52

Total biaya tunai (Rp) 5 123 916.41 5 223 354.43 -99 438.02

Total biaya non tunai (Rp) 850 132.28 899 184.72 -49 052.45

Total biaya (Rp) 5 974 048.68 6 122 539.05 -148 490.47

Pendapatan tunai (Rp) 4 234 804.13 3 122 518.59 1 112 285.55

Pendapatan total (Rp) 3 384 671.86 2 223 333.86 1 161 337.99

R/C atas biaya tunai 1.83 1.60 0.20

R/C atas biaya total 1.57 1.36 0.23

Dari perhitungan analisis rata-rata pendapatan pada Tabel 36 di atas,

diketahui bahwa rata-rata pendapatan yang diperoleh dari sistem usahatani SOP

lebih besar dari pendapatan dari sistem usahatani konvensional. Sistem usahatani

tomat berbasis SOP menghasilkan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 4 234

804.13 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 3 177 375.73. Sedangkan

sistem usahatani tomat konvensional menghasilkan pendapatan atas biaya tunai

sebesar Rp 3 384 671.86 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 2 278 191.01.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem usahatani tomat berbasis SOP lebih

menguntungkan petani dibandingkan dengan sistem usahatani tomat konvensional

karena nilai pendapatan tunai dan pendapatan total yang dihasilkan lebih tinggi.

Page 78: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

65

Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani Tomat Berbasis SOP dan Usahatani

Tomat Konvensional di Kecamatan Lembang

Efisiensi pendapatan usahatani tomat diperoleh dari besaran nilai R/C ratio.

Pada penelitian ini, peneliti membagi komponen biaya menjadi biaya tunai, biaya

non tunai, dan biaya total sehingga diperoleh nilai R/C rasio tunai dan R/C ratio

total. Perbandingan efisiensi pendapatan usahatani tomat pada kedua sistem

usahatani dilakukan dengan membandingkan nilai R/C rasio tunai dan R/C ratio

total yang diperoleh dari kedua sistem usahatani. Kedua nilai R/C rasio yang

diperoleh dari dari analisis perhitungan pendapatan tertera pada Tabel 35.

Hasil perhitungan menunjukkan analisa R/C rasio atas biaya tunai pada

sistem usahatani tomat berbasis SOP adalah sebesar 1.83, hal ini mengandung arti

bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan

sebesar Rp 1.83. Nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1.57 yang

menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya keseluruhan yang dikeluarkan, akan

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.57. Sedangkan hasil perhitungan R/C

rasio pada sistem usahatani tomat konvensional adalah sebesar 1.61 untuk R/C

rasio atas biaya tunai dan 1.38 untuk R/C rasio pada biaya total. Hal ini berarti

setiap Rp 1 biaya tunai yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani akan

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.61 dan setiap Rp 1 biaya total yang

dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.38.

Nilai R/C ratio lebih dari satu pada kedua sistem usahatani menunjukkan

bahwa kedua sistem usahatani efisien dan layak untuk dilakukan karena mampu

menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkannya.

Namun, penerimaan atas satu rupiah biaya yang dikeluarkan, baik biaya tunai

maupun biaya total pada sistem usahatani tomat berbasis SOP lebih besar

dibandingkan dengan sistem usahatani tomat konvensional. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sistem usahatani tomat berbasis SOP lebih efisien

dibandingkan dengan sistem usahatani tomat konvensional dilihat dari nilai R/C

ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total yang lebih besar.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tomat Berbasis SOP dan

Usahatani Tomat Konvensional di Kecamatan Lembang

Evaluasi Model Dugaan

Evaluasi model digunakan yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan

mampu memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi, sehingga komponen error

bernilai kecil. Evaluasi model dugaan dianalisis melalui nilai koefisien

determinasi (R-Sq), nilai uji signifikasi model dugaan (T-value), dan uji

signifikasi koefisien model dugaan (P-value). Hasil perhitungan dugaan faktor-

faktor yang diduga mempengaruhi produksi tomat di Kecamatan Lembang

disajikan pada Lampiran 12. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi

produksi tomat (Y) di Kecamatan Lembang, yaitu jumlah bibit (X1), jumlah

pupuk kandang (X2), jumlah pupuk NPK (X3), jumlah pupuk TSP (X4), jumlah

pupuk KCl (X5), jumlah pestisida (X6), jumlah mulsa (X7), jumlah tenaga kerja

(X8), serta dummy sistem usahatani (D). Hasil analisis faktor yang diduga

mempengaruhi produksi tomat disajikan pada Tabel 37.

Page 79: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

66

Tabel 36 Analisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi tomat di

Kecamatan Lembang

Variabel Koefisien

regresi

Standar d

Error Nilai t hitung Peluang VIF

Konstanta (b0) 0.7053 0.6002 1.18 0.025

Bibit (X1) 0.6934 0.1865 3.72 0.001 4.6

Pupuk kandang (X2) 0.1076 0.0885 1.22 0.023 1.9

Pupuk NPK (X3) 0.0808 0.0875 0.92 0.036 1.7

Pupuk TSP (X4) 0.0506 0.0605 0.84 0.041 1.8

Pupuk KCl(X5) 0.0311 0.6576 0.47 0.041 2.7

Pestisida (X6) -0.0179 0.0379 -0.47 0.034 1.3

Mulsa (X7) 0.2177 0.1910 1.14 0.268 3.0

Tenaga kerja (X8) 0.0157 0.3639 0.04 0.046 3.2

Dummy sistem usahatani (D) 0.0146 0.0880 -0.17 0.870 1.6

Koefisien Determinasi R-Sq = 87.0%

R-Sq (adj) = 76.5%

α (0.05)

Berdasarkan perhitungan analisis pada Tabel 37 di atas, dapat diketahui

keragaman total data yang dijelaskan dengan nilai koefisien determinasi, akurasi

model dugaan yang dijelaskan dengan uji signifikasi model dugaan, pengaruh

signifikasi produksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1. Koefisien determinasi

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh dari perhitungan penelitian ini

menunjukkan nilai 87.0 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa 87.0 persen

variasi produksi tomat di Kecamatan Lembang dapat dijelaskan oleh model yang

dugaan yang diperoleh, sisanya sebesar 13.0 persen dijelaskan oleh komponen

eror yang tidak dijelaskan pada model. Secara umum, mendefinisikan bahwa

model yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi tomat di Kecamatan Lembang karena bernilai mendekati

100 persen. Sehingga goodness of fit antara data aktual dan peramalannya akan

semakin baik.

2. Uji signifikasi model dugaan

Pada tabel analysis of variance (Lampiran 12), diperoleh nilai F-regression

sebesar 11.47. statistik uji mengikuti sebaran F dengan v1 = 9 dan v2 = 20. Untuk

taraf nyata sebesar lima persen (α = 5%), diperoleh nilai kritis F(9,20)5% sebesar

2.39 (Lampiran 8). Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai F-Regression (14.83)

lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis F(9,20)5%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa model dugaan yang diperoleh signifikan pada taraf nyata lima persen (α =

5%). Begitu juga dengan perhitungan nilai P pada tabel Analysis of Variance

sebesar 0.000 atau 0 persen (Lampiran 12) yang lebih kecil dari taraf nyata lima

persen (α = 5%). Artinya model dugaan yang diperoleh secara statistik signifikan

untuk memprediksi produksi tomat di Kecamatan Lembang pada taraf nyata lima

persen.

3. Uji signifikasi koefisien model dugaan

Berdasarkan perhitungan analisis pada Tabel 37, diperoleh nilai P yang

menunjukkan signifikasi masing-masing variabel terhadap model pada taraf nyata

lima persen (α = 5%). Besaran nilai P untuk variabel X1 (bibit) sebesar 0.001,

Page 80: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

67

variabel X2 (pupuk kandang) sebesar 0.023, variabel X3 (pupuk NPK) sebesar

0.036, variabel X4 (pupuk TSP) sebesar 0.041, variabel X5 (pupuk KCl) sebesar

0.034, variabel X6 (pestisida) sebesar 0.034, variabel X7 (mulsa) sebesar 0.268,

variabel X8 (tenaga kerja) sebesar 0.046, serta variabel dummy (sistem usahatani)

sebesar 0.870. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada taraf nyata lima persen (α

= 5%) penggunaan bibit, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk TSP, pupuk KCl,

pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi tomat karena

nilai P pada variabel tersebut lebih kecil dari taraf nyata lima persen (α = 5%).

Sedangkan penggunaan mulsa dan penerapan sistem usahatani tidak berpengaruh

signifikan terhadap produksi tomat karena nilai P pada variabel tersebut lebih

besar dari taraf nyata lima persen (α = 5%).

Interpretasi Model Dugaan

Berdasarkan hasil analisis yang tertera pada Tabel 37, dapat diperoleh

persamaan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat sebagai

berikut:

Ln Y = 0.705 + 0.693 Ln X1 + 0.108 Ln X2 + 0.0808 Ln X3 + 0.0506 Ln X4 + 0.0311

Ln X5 – 0.0179 Ln X6 + 0.218 Ln X7 + 0.016 Ln X8 + 0.0146 D

Dimana:

Y = Produksi (kg)

X1 = Bibit (pohon)

X2 = Pupuk kandang (kg)

X3 = Pupuk NPK(kg)

X4 = Pupuk TSP (kg)

X5 = Pupuk KCl (kg)

X6 = Pestisida (kg)

X7 = Mulsa (rol)

X8 = Tenaga kerja (HOK)

D = Dummy sistem usahatani (0 untuk sistem usahatani konvensional. 1 untuk sistem

usahatani berbasis SOP)

Dari persamaan tersebut dapat diartikan nilai peningkatan dan penurunan

produksi tomat yang diperoleh dari hasil penambahan ataupun pengurangan satu

unit variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, D). Nilai koefisien

regresi dalam model fungsi produksi Cobb Douglass merupakan nilai elastisitas

produksi dari variabel-variabel produksi tersebut. Berdasarkan Tabel 37 di atas,

penjumlahan nilai-nilai elastisitas dapat digunakan untuk menduga keadaan skala

usaha. Model produksi yang diperoleh dari hasil penjumlahan nilai koefisien

regresi masing-masing variabel diduga sebagai elastisitas produksi. Nilai

parameter penjelas sebesar 1.1644 menunjukkan bahwa usahatani tomat di

Kecamatan Lembang berada pada skala kenaikan hasil yang semakin meningkat

(increasing return to scale) karena bernilai lebih dari satu. Nilai ini mengandung

arti bahwa setiap penambahan satu persen dari masing-masing faktor produksi

secara bersama-sama akan meningkatkan produksi sebesar 1.1644 persen.

Usahatani tomat di Kecamatan Lembang secara umum berada pada daerah

produksi I (daerah irrasional), daerah ini merupakan daerah produksi yang tidak

rasional karena pada daerah ini belum tercapai pendapatan yang maksimum.

Page 81: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

68

Pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikkan.

Namun, tidak semua peningkatan penggunaan input pada masing-masing variabel

mampu meningkatkan produksi tomat. Pengaruh penimgkatan penggunaan input

pada masing-masing faktor produksi dijelaskan sebagai berikut:

1. Bibit (X1)

Penggunaan bibit sangat berpengaruh pada tanaman tomat yang akan

diproduksi. Penggunaan bibit yang berkualitas akan menghasilkan tomat yang

memiliki daya tahan yang baik dan menghasilkan tomat yang berkualitas.

Jumlah bibit yang perlu disiapkan adalah sebanyak jumlah pertanaman

ditambah bibit persediaan untuk kegiatan penyulaman. Nilai koefisien bibit

sebesar 0.693 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk berpengaruh nyata

terhadap produksi tomat bersifat inelastis. Penggunaan bibit tomat sebesar

satu persen dengan jumlah input yang lain tetap, maka produksi yang

dihasilkan akan meningkat 0.693 persen. Nilai koefisien bibit antara nol dan

satu (0<Ep<1) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk berada pada daerah

produksi II (daerah rasional), sehingga akan mencapai keuntungan maksimum

bagi petani.

2. Pupuk Kandang (X2)

Pupuk kandang yang digunakan sebagai pupuk dasar oleh sebagian petani

ialah pupuk yang berasal dari kandang ternak berupa kotoran dalam bentuk

padat yang dibeli dengan satuan karung (25 kg). Pupuk kandang ini

merupakan sumber zat makanan bagi tumbuhan. Pupuk kandang yang

digunakan oleh petani tomat di Kecamatan Lembang diperoleh dengan harga

rata-rata Rp 9 000 per karung. Pupuk kandang berperan positif terhadap hasil

produksi tomat dengan nilai 0.0182, artinya setiap penambahan pupuk

kandang sebesar satu persen akan menaikkan hasil produksi tomat sebesar

0.0182 persen dengan jumlah input yang lain tetap. Nilai koefisien tersebut,

menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang bersifat inelastis dan berada

pada daerah II, yaitu daerah rasional karena memiliki nilai elastisitas yang

berada diantara nilai nol hingga satu (0<Ep<1). Faktor produksi penggunaan

pupuk kandang terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di

Kecamatan Lembang.

3. Pupuk NPK (X3)

Pupuk NPK merupakan salah satu sumber hara yang mampu menyuburkan

tanah sebagai media pertumbuhan tanaman tomat. Penggunaan pupuk NPK

juga berperan positif terhadap produksi tomat yang ditunjukkan dengan nilai

0.0808, artinya peningkatan penggunaan pupuk NPK sebesar satu persen

dengan jumlah input yang lain tetap akan meningkatkan produksi tomat

sebanyak 0.0808 persen. Penggunaan pupuk NPK bersifat inelastis dan

berada pada daerah produksi II (daerah rasional) dengan nilai elastisitas

antara nol hingga satu (0<Ep<1). Hal tersebut membuktikan bahwa

penggunaan pupuk NPK layak digunakan terhadap produksi tomat karena

mampu memberikan keuntungan maksimum. Faktor produksi penggunaan

pupuk NPK terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di

Kecamatan Lembang.

Page 82: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

69

4. Pupuk TSP (X4)

Selain pupuk kandang dan pupuk NPK, pupuk TSP juga merupakan salah

satu pupuk penunjang untuk menambah dan mempertinggi kesuburan tanah.

Berdasarkan nilai perhitungan sebesar 0.0506 mengindikasikan bahwa pupuk

TSP berpengaruh positif terhadap produksi tanaman. Penambahan pupuk TSP

sebesar satu persen dengan penggunaan input lain tetap akan meningkatkan

produksi tomat sebesar 0.0506 persen. Nilai koefisien tersebut berada antara

nol hingga satu, sehingga penggunaan pupuk TSP bersifat inelastis yang

berada pada daerah rasional (daerah produksi II). Penggunaan pupuk TSP

yang digunakan petani tomat layak digunakan karena mampu meningkatkan

produksi tomat dengan memberikan keuntungan maksimum. Faktor produksi

penggunaan pupuk TSP terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat

di Kecamatan Lembang.

5. Pupuk KCl (X5)

Unsur kalium juga dibutuhkan tanaman tomat untuk merangsang

pertumbuhan bunga, akar, dan daun muda. Sehingga pupuk KCl diperlukan

mulai dari fase perkembangan vegetatif hingga vase pembuahan

(Majiburrahmad 2011). Hasil perhitungan sebesar 0.0311 memberi arti

peningkatan penggunaan satu persen pupuk KCl pada tanaman tomat pada

jumlah penggunaan input lain tetap, akan meningkatkan produksi tomat

sebesar 0.0311 persen. Nilai koefisien sebesar 0.0311 menunjukkan bahwa

penggunaan pupuk KCl bersifat inelastis dan berada pada daerah produksi II

(daerah rasional). Hal ini berarti penggunaan pupuk KCl juga memiliki

pengaruh positif pada tanaman tomat karena mampu meningkatkan produksi

yang berpengaruh pada peningkatan pendapatan petani. Faktor produksi

penggunaan pupuk KCl terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat

di Kecamatan Lembang.

6. Pestisida (X6)

Pengendalian organisme pengganggu tanaman dilakukan dengan cara

penyemprotan pada tanaman tomat yang mulai terserang hama dan penyakit.

Pestisida juga digunakan untuk penanggulangan gulma pada tanaman tomat.

Namun penggunaan pestisida berlebih dapat memberikan efek negatif pada

tanaman tomat. Hal ini terbukti dari nilai koefisien pestisida sebesar -0.0179

yang berarti penambahan penggunaan satu persen pestisida akan menurunkan

produksi tomat sebesar 0.0179 persen pada tingkat penggunaan input lain

tetap. Nilai koefisien pestisida kurang dari nol (Ep < 0) menunjukkan bahwa

penggunaan pestisida bersifat inelastis dan berada pada daerah produksi III

(daerah irrasional), artinya setiap penambahan pemakaian input akan

menyebabkan penurunan jumlah produksi total. Apabila penggunaan

pestisida terus ditingkatkan, maka akan menurunkan produksi yang dihasilkan

sehingga dapat memicu kerugian. Faktor produksi penggunaan pestisida

terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.

7. Mulsa (X7)

Pemakaian mulsa bertujuan untuk menjaga kestabilan kadar air dalam tanah,

sehingga mampu memelihara temperatur dan kelembaban tanah, memelihara

Page 83: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

70

kandungan bahan organik, dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Nilai

koefisien mulsa sebesar 0.218 menunjukkan bahwa penggunaan mulsa

bersifat inelastis, artinya peningkatan penggunaan satu rol mulsa sebesar satu

persen dalam penggunaan input lain tetap akan meningkatkan produksi tomat

sebesar 0.218 persen. Penggunaan mulsa berada pada daerah rasional (daerah

produksi II) yang berarti bahwa penggunaan mulsa memberikan dampak

positif bagi pertumbuhan tanaman tomat karena mampu meningkatkan

produksi tomat. Faktor produksi penggunaan mulsa pada usahatani tomat

terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.

8. Tenaga Kerja (X8)

Faktor tenaga kerja tidak kalah penting dari faktor lainnya. Penggunaan

tenaga kerja baik berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga

berperan penting dalam seluruh kegiatan produksi. Perhitungan koefisien

penggunaan tenaga kerja senilai 0.016 menunjukkan bahwa penggunaan

tenaga kerja bersifat inelastis karena bernilai antara 0 hingga satu (0<Ep<1).

Peningkatan penggunaan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan

produksi tomat sebesar 0.016 persen dalam penggunaan input lain tetap.

Penggunaan tenaga kerja berada pada daerah produksi II (daerah rasional)

sehingga memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan produksi tomat

dan keuntungan petani. Faktor produksi penggunaan mulsa pada usahatani

tomat terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan

Lembang.

9. Sistem Usahatani (D)

Nilai koefisien (slope D) sebesar 0.0146 menunjukkan bahwa apabila petani

menggunakan sistem usahatani berbasis SOP, maka produksi tomat 0.0146

persen lebih besar dibandingkan dengan petani yang menggunakan sistem

usahatani tomat konvensional (cet. par.). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

penerapan sistem usahatani berbasis SOP merupakan sistem usahatani yang

lebih baik dilihat dari produksi yang dihasilkan. Faktor produksi penggunaan

sistem usahatani tomat terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di

Kecamatan Lembang.

Pemenuhan Asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Hasil regresi model produksi tomat menunjukkan bahwa model tidak

terdapat masalah normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan masalah

heteroskedesitas. Hal ini dibuktikan dari nilai VIF pada setiap variabel independen

(X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, dan D) bernilai kurang dari sepuluh (VIF <

10). Selanjutnya pada grafik residual terhadap fitted values pada Lampiran 12,

terlihat bahwa tidak ada masalah heteroskedesitas karena titik sebarannya tersebar

acak dan menunjukkan pola sistematis. Hasil analisis model penduga fungsi

produksi tomat di Kecamatan Lembang secara sistematis telah memenuhi asumsi

OLS, hal ini juga dapat dianalisis dengan melihat nilai p-value. Nilai p-value nol

menunjukkan bahwa asumsi OLS terpenuhi, dan menunjukkan bahwa model

fungsi produksi tersebut dapat digunakan dalam menduga hubungan antara

variabel dependent (produksi tomat) dan variabel independent (pupuk, pestisida,

mulsa, dan tenaga kerja).

Page 84: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

71

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, simpulan yang diperoleh dari

hasil penelitian adalah analisis usahatani tomat berbasis Standar Operasional

Prosedur (SOP) lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan usahatani tomat

konvensional. Hal tersebut dibuktikan dari nilai pendapatan usahatani dan nilai

R/C ratio yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani tomat konvensional.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi tomat di Kecamatan

Lembang adalah penggunaan bibit tomat, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk

TSP, pupuk KCl, mulsa, dan tenaga kerja. Penggunaan kelima input produksi

tersebut telah dilakukan secara rasional, sehingga mampu meningkatkan produksi

tomat yang dihasilkan. Sedangkan penggunaan pestisida dinilai terlalu berlebihan,

sehingga memberikan dampak negatif bagi usahatani tomat karena menurunkan

produksi tomat yang dihasilkan.

Penerapan sistem usahatani tomat berbasis Standar Operasional Prosedur

(SOP) terbukti memberikan pengaruh positif bagi petani tomat karena mampu

meningkatkan produksi tomat dan menghemat biaya produksi, sehingga mampu

memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem usahatani

tomat konvensional.

Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan serta simpulan, maka saran yang

diberikan penulis adalah:

1. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani tomat, diperlukan pertimbangan

penggunaan faktor-faktor produksi agar lebih efisien.

2. Berdasarkan hasil kajian, biaya tenaga kerja merupakan komponen biaya

yang terbesar, sehingga penggunaan tenaga kerja harus diperhatikan secara

saksama agar penggunaannya lebih optimal.

3. Pengenalan dan pelatihan Standar Operasional Prosedur usahatani tomat

harus terus dilaksanakan oleh lembaga penyuluh pertanian setempat kepada

petani, agar dalam jangka panjang produksi tomat dan kesejahteraan petani

dapat meningkat.

4. Bagi petani tomat dengan sistem usahatani konvensional sebaiknya meninjau

dan mempertimbangkan kembali sistem usahatani yang diterapkannya, karena

dengan menerapkan langkah-langkah sistem usahatani SOP dapat

meningkatkan pendapatan yang diperolehnya.

Page 85: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

72

DAFTAR PUSTAKA

Anggreini V. 2005. Analisis Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida di Desa

Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi].

Bogor (ID): Inst Pertanian Bogor.

Arifin B. 2005. Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan Strategi

Revitalisasi. Jakarta (ID): Grasindo.

Aswatini, Noverla M, Fitranita. Konsumsi Sayur dan Buah di Masyarakat dalam

Konteks Pemenuhan Gizi Seimbang. J Kependudukan Vol. III, No. 2, 2008.

(ID): Pusat Penelitian Kependudukan–Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(PKK-LIPI).

Atmoko T. (tahun terbit tidak diketahui). Standar Operasional Prosedur (SOP) dan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

[Badan Pusat Statistik]. 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-

Ekonomi Indonesia. ISSN: 2085.5664. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

Cahyono B. 2008. Tomat: Usahatani & Penananganan Pasca Panen. Seri

Budidaya Edisi Revisi. Yogykarta (ID): Kanisius.

Dahlia E. 2002. Analisis Finansial Usahatani Tomat Apel (Recento fi) Hidroponik

(Di PT. PRI-MA Tani, Desa Cisarua, Kec. Sukaraja, Kab. Sukabumi, Jawa

Barat). [skripsi]. Bogor (ID): Inst Pertanian Bogor.

[Dinas Pertanian Tanaman Pangan Bidang Bina Usaha Provinsi Jawa Barat].

2012. Pendapatan Usahatani Komoditas Sayuran di Indonesia. Jakarta (ID):

Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura.

[Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat]. 2011.

Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman

Obat Berkelanjutan. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal

Hortikultura.

[Direktorat Bina Produksi Hortikultura]. 2003. Budidaya Tomat. Jakarta (ID):

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Handayani A. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Benih Lokal dan

Benih Impor (Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten

Cianjur) [Skripsi]. Bogor (ID). Inst Pertanian Bogor.

Hanafie R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta (ID): Andi Offset.

[IPB]. Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor.

Inst Pertanian Bogor Pr.

[IPB]. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi Lembaga Penelitian Institut

Pertanian Bogor. Suhardjo. [tahun terbit tidak diketahui]. Strategi di Bidang

Konsumsi Pangan dalam Mendorong Terwujudnya Swasembada Pangan dan

Perbaikan Gizi. Bogor (ID): Inst Pertanian Bogor.

Keskin G, Tatlidil FF, Dellal i. 2010. An Analysis of Tomato Production Cost and

Labor Force Productivity in Turkey. Bulgarian J of Agricultural Science, 16

(No 6) 2010, 692-699. Ankara (TR): Agricultural Academy.

Krisnamurthi B. 2012. Pangan Rakyat Soal Hidup atau Mati 60 Tahun Kemudian

(Pengantar). Inst Pertanian Bogor Pr.

Koerdianto EZ. 2008. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah

terhadap Komoditas Sayuran Unggulan (Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten

Page 86: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

73

Bandung dan Kecamatan Lembang Kabupaten Jawa Barat. [skripsi]. Bogor

(ID): Inst Pertanian Bogor.

Mankiw N G. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam (Alih bahasa oleh Liz Fitria,

Nurmawan Imam). Jakarta (ID): Erlangga.

Marimin, Muspitawati H. 2002. Kajian Strategi Peningkatan Kualitas Produk

Industri Sayuran Segar (Studi Kasus di Sebuah Agroindustri Sayuran Segar). J.

Teknol. dan Ind. Pangan Vol. XIII, No. 3. Bogor (ID): Inst Pertanian Bogor.

Mujihurrahmad. Sains Riset Vol.1 - No.2. 2011. Analisis Produktivitas Usahatani

Tomat Berbasis Agroklimat (Kasus Dataran Medium dan Dataran Tinggi).

Nazir Moh. 2011. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Pertiwi DM. 2008. Analisis Usahatani Sayuran Organik di PT. Anugerah Bumi

Persada “RR Organic Farm” Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor

(ID): Inst Pertanian Bogor.

Naqias S. 2012. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan

Pendapatan Usahatani Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus: Gapoktan Tani

Bersama, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

[skripsi]. Bogor (ID): Inst Pertanian Bogor.

[Kementerian Pertanian Republik Indonesia]. 2009. Pedoman Budidaya Buah dan

Sayur yang Baik. 48 Permentan/OT.140/10/2009. Jakarta (ID): Kementerian

Pertanian Republik Indonesia.

Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Yogyakarta (ID): Kanisius.

[Pusat Perlindungan Varietas Tanaman]. 2007. Panduan Pengujian Individual

Kebaruan, Keunikan, Keseragaman, dan Kestabilan Tomat. Jakarta (ID):

Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Puspitasari AR. 2006. Studi Identifikasi dan Tingkat Komersialisasi Benih Tomat

Varietas Unggul (Studi Kasus di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung,

Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Inst Pertanian Bogor.

Rosalina L. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik pada

Kelompok Tani Sugih Tani pada Kaawasan Agropolitan di Desa Karehkel,

Kecamatan Leuwi Liang, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Inst

Pertanian Bogor.

Rukmana R. 2012. Tomat & Cherry. Seri Budidaya Cetakan ke-13. Yogyakarta

(ID): Kanisius.

Saptana, Kurnia, Indraningsih S, Hastuti EL. [tahun terbit tidak diketahui].

Analisis Kelembagaan Kemitraan Usaha di Sentra-Sentra Produksi Sayuran

(Suatu Kajian atas Kasus Kelembagaan Kemitraan Usaha di Bali, Sumatera

Utara, dan Jawa Barat). Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial dan Kebijakan

Pertanian.

Setiawati W, Sulastrini I, Gunaeni N. 2001. Penerapan Teknologi PHT pada

Tanaman Tomat. Monografi No 23 ISBN : 979-8304-37-3. Bandung (ID):

Balai Penelitan Tanaman Sayuran.

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 2002, c1986. Ilmu Usahatani

dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Depok (ID): Univ Indonesia

Pr.

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Produksi Cobb-Douglas. Jakarta (ID): CV Rajawali.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi.

Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Page 87: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

74

Suhardjo. (tahun terbit tidak diketahui). Strategi di Bidang Konsumsi Pangan

dalam Mendorong Terwujudnya Swasembada Pangan dan Perbaikan Gizi.

Bogor (ID): Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi (PSKPG) Inst Pertanian

Bogor.

Tarigan, PEVBr. 2009. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata

Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Inst Pertanian

Bogor.

Tim Penulis Penebar Swadaya. 2008. Agribisnis Tanaman Sayur. Edisi Revisi.

Depok (ID): Penebar Swadaya.

Tim Penulis Penebar Swadaya. Budidaya Tomat Secara Komersial. Depok (ID):

Penebar Swadaya.

Page 88: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

75

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengeluaran rumah tangga per bulan untuk kelompok makanan tahun 1999, 2002-2011

Kelompok makanan 1999 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Maret September Maret

- Padi-padian 16.78 12.47 10.36 9.44 8.54 11.37 10.15 9.57 8.86 8.89 7.48 8.37 9.14

- Umbi-umbian 0.78 0.64 0.65 0.76 0.58 0.59 0.56 0.53 0.51 0.49 0.51 0.48 0.44

- Ikan 5.58 5.17 5.37 5.06 4.66 4.72 3.91 3.96 4.29 4.34 4.27 4.12 4.20

- Daging 2.29 2.86 2.90 2.85 2.44 1.85 1.95 1.84 1.89 2.10 1.85 2.19 2.06

- Telur dan susu 2.91 3.28 3.04 3.05 3.12 2.96 2.97 3.12 3.27 3.20 2.88 2.86 3.00

- Sayur-sayuran 6.23 4.73 4.80 4.33 4.05 4.42 3.87 4.02 3.91 3.84 4.31 3.72 3.78

- Kacang-kacangan 2.33 2.02 1.90 1.75 1.70 1.63 1.47 1.55 1.57 1.49 1.26 1.31 1.33

- Buah-buahan 2.07 2.84 2.97 2.61 2.16 2.10 2.56 2.27 2.05 2.49 2.15 2.06 2.44

- Minyak dan lemak 3.04 2.25 2.23 2.31 1.93 1.97 1.69 2.16 1.96 1.92 1.91 1.79 1.95

- Bahan minuman 3.12 2.71 2.52 2.48 2.23 2.50 2.21 2.13 2.02 2.26 1.80 1.93 1.73

- Bumbu-bumbuan 1.65 1.55 1.46 1.43 1.33 1.37 1.10 1.12 1.08 1.09 1.06 1.02 1.02

- Konsumsi lainnya 1.29 1.37 1.24 1.23 1.34 1.27 1.34 1.39 1.33 1.29 1.07 1.07 1.1

- Makanan jadi 9.48 9.70 9.81 10.28 11.44*) 10.29*) 10.48*) 11.44*) 12.63*) 12.79*) 13.73*) 11.81*) 12.72*)

- Minuman beralkohol 0.05 0.08 0.08 0.08 - - - - - - - - -

- Tembakau dan sirih 5.33 6.80 7.56 6.89 6.18 5.97 4.97 5.08 5.26 5.25 5.16 5.73 6.16

Jumlah makanan 62.94 58.47 56.89 54.59 51.37 53.01 49.24 50.17 50.62 51.43 49.45 48.46 51.08

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005 (2003, 2004, dan 2006) hanya mencakup panel 10,000 rumahtangga, sedangkan

2007, 2008, 2009, dan 2010 mencakup panel 68,000 rumahtangga). Tahun 2011-2012 merupakan data Susenas Triwulan I dan Triwulan III (Maret dan

September) dengan sampel 75,000 rumahtangga.

Catatan : *) Termasuk minuman beralkohol

Page 89: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

76

Lampiran 2 Peta kabupaten/kota sentra dan pengembangan produksi tomat di

Jawa Barat

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2009)

Page 90: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

77

Lampiran 3 Produksi tomat tingkat provinsi di Indonesia

Lokasi 2007 2008 2009 2010 2011

Aceh 10 642.00 10 119.00 12 644.00 24 496.00 17 358.00

Sumatera Utara 76 699.00 69 134.00 90 147.00 84 353.00 93 386.00

Sumatera Barat 25 577.00 30 793.00 33 842.00 49 712.00 58 078.00

Riau 776.00 524.00 795.00 679.00 146.00

Jambi 10 467.00 14 886.00 15 051.00 9 940.00 9 970.00

Sumatera Selatan 12 366.00 16 306.00 17 041.00 19 101.00 10 669.00

Bengkulu 23 210.00 28 346.00 36 083.00 52 667.00 39 748.00

Lampung 14 861.00 16 694.00 17 489.00 20 330.00 18 420.00

Kepulauan Bangka Belitung 167.00 746.00 622.00 878.00 906.00

Daerah Khusus Ibukota

Jakarta 0.00 0.00 0.00 0.00 9.00

Jawa Barat 267 220.00 269 404.00 309 653.00 304 774.00 354 832.00

Jawa Tengah 40 794.00 55 475.00 61 303.00 76 462.00 73 009.00

Daerah Istimewa Yogyakarta 1 168.00 901.00 929.00 1 094.00 747.00

Jawa Timur 33 237.00 46 046.00 56 626.00 56 342.00 67 646.00

Banten 5 149.00 2 745.00 4 276.00 3 506.00 3 052.00

Bali 9 369.00 30 221.00 30 589.00 31 422.00 33 542.00

Nusa Tenggara Barat 10 040.00 19 420.00 28 781.00 25 639.00 33 864.00

Nusa Tenggara Timur 7 233.00 8 174.00 7 394.00 6 151.00 10 476.00

Kalimantan Barat 1 432.00 2 007.00 3 440.00 2 958.00 2 878.00

Kalimantan Tengah 1 938.00 3 945.00 4 634.00 2 416.00 2 317.00

Kalimantan Selatan 3 916.00 4 350.00 4 579.00 6 848.00 5 585.00

Kalimantan Timur 15 034.00 18 336.00 12 888.00 11 929.00 9 545.00

Sulawesi Utara 26 319.00 27 194.00 39 421.00 28 303.00 27 221.00

Sulawesi Tengah 3 612.00 5 083.00 5 645.00 10 974.00 14 730.00

Sulawesi Selatan 12 999.00 26 138.00 30 981.00 33 084.00 44 807.00

Sulawesi Tenggara 5 258.00 2 220.00 7 590.00 9 674.00 6 231.00

Gorontalo 2 014.00 1 805.00 3 522.00 3 827.00 2 823.00

Sulawesi Barat 3 251.00 1 314.00 1 191.00 711.60 1 509.00

Maluku 1 735.00 732.00 197.00 362.00 622.00

Papua Barat 2 143.00 6 277.00 7 300.00 5 368.00 1 964.00

Papua 5 854.00 5 913.00 7 872.00 6 212.00 5 883.00

Sumber : Kementerian Pertanian (2012)

Page 91: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

78

Lampiran 4 Produksi tomat tahun 2007-2011 menurut kabupaten dan kota di Jawa Barat

Kabupaten/kota Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Bogor 7 028 6 668 5 900 4 193 6 852

Sukabumi 14 699 17 499 16 292 17 288 13 451

Cianjur 37 952 15 982 49 390 15 400 30 118

Bandung 95 509 97 192 138 486 83 123 166 174

Garut 79 879 84 670 148 511 99 125 73 329

Tasikmalaya 7 403 7 501 11 268 9 757 5 604

Ciamis 1 112 1 354 3 793 2 471 3 151

Kuningan 3 848 2 073 3 407 2 895 3 678

Cirebon 0 140 39 47 53

Majalengka 7 978 8 823 7 477 6 576 11 293

Sumedang 4 957 4 503 8 517 6 157 8 707

Indramayu 1 221 2 065 864 822 236

Subang 2 323 2 800 6 023 5 778 6 412

Purwakarta 1 251 1 584 2 789 1 976 1 860

Karawang 0 0 0 0 44

Bekasi 0 0 0 0 0

Bandung Barat 0 14 034 9 070 46 595 22 060

Kota Bogor 823 576 949 1 498 1 008

Kota Sukabumi 690 742 698 480 408

Kota Bandung 53 76 57 1 1

Kota Cirebon 0 0 0 0 0

Kota Bekasi 0 0 0 0 0

Kota Depok 0 0 0 0 0

Kota Cimahi 423 962 654 487 245

Kota Tasikmalaya 22 129 0 105 96

Kota Banjar 18 32 44 1 52

Jumlah 267 189 269 405 414 228 304 775 354,832

Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat (2012)

Page 92: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

79

Lampiran 5 Jenis hama, gejala serangan hama, serta pengendalian pada tanaman tomat

No. Jenis hama Gejala serangan Pengendalian

1. Ulat tanah

Terpotongnya

tanaman pada

pangkal batang,

sehingga tanaman

mati muda. Ulat ini

bersembunyi di

dalam tanah dan

keluar pada malam

hari

- Secara fisik/mekanik: dengan

mengumpulkan dan

memusnahkan ulat yang ada

serta menjaga kebersihan kebun

dengan menggunakan umpan

beracun (10 kg dedak + 1 kg gula

merah + 100 ml Dursban) yang

dipasang di sekitar tanaman.

- Secara hayati: memanfaatkan

musuh alami dan predator.

- Secara kimiawi: menggunakan

insektisida yang efektif,

terdaftar, dan dianjurkan Komisi

Pestisida.

2. Lalat buah

Lalat ini umumnya

menyerang dengan

cara memasuka

ovipositor

menyintukan telur-

telurnya ke dalam

kulit buah tomat.

Telur-telur tersebut

kemudian akan

berubah menjadi

larva dan

menggerogoti buah

dari dalam hingga

menjadi busuk dan

rontok.

- Secara teknis: pembingkaran

tanah sekitar tanaman,

pengumpulan buah yang

terserang, memusnahkan

dengan membakar atau

dibenamkan ke dalam tanah.

- Secara fisik/mekanik:

menggunakan perangkap lalat

buah.

- Secara hayati: menggunakan

Broconidal maupun predator

seperti semut, laba-laba, dan

kumbang.

- Secara kimiawi: menggunakan

insektisida yang efektif,

terdaftar, dan dianjurkan Komisi

Pestisida.

3. Ulat buah tomat

Larva melubangi

buah, pucuk tanaman,

dan cabang-cabang

tomat sehingga buah

yang terserang busuk

dan jatuh ke tanah.

- Secara teknis: menggunakan

varietas toleran (tumpangsari

dengan jagung, penanaman

tanaman perangkap Tageter

ercota)di sekeliling tanaman tomat

dan menjaga kebersihan

lingkungan kebun dari sisa-sisa

tanaman dan rerumputan tempat

persembunyian hama serta

pengaturan waktu tanam.

- Secara fisik/mekanik: membuang

dan memusnahkan buah yang

terserang.

- Secara kimiawi: menggunakan

insektisida yang efektif, terdaftar,

dan dianjurkan Komisi Pestisida.

Page 93: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

80

4. Kutu kebul

Nimfa dan serangga

dewasa menghisap

cairan sel pada daun

dengan gejala

berupa bercak

nektorik. Dalam

keadaan populasi

tinggi, serangan

kutu kebul dapat

menghambat

pertumbuhan

tanaman. Embun

madu yang

dikeluarkan dapat

menimbulkan

serangan jamur.

Kutu kebul

merupakan vektor

penting virus TLVC

(Tomato Leaf Curl

Virus).

- Secara teknis: rotasi tanaman

dengan tanaman yang familinya

berbeda (tumpangsari dengan

cabai atau tagetes) dan sanitasi

lingkungan.

- Secara hayati: memanfaatkan

musuh alami parasitoid dan

predator.

- Secara fisik/mekanik: pemasangan

perangkap lalat buah dan

menanami pinggiran lahan dengan

jagung dan bunga matahari.

- Secara kimiawi: menggunakan

insektisida yang efektif, terdaftar,

dan dianjurkan Komisi Pestisida

maupun penggunaan estisida

nabati (tageter dan eceng gondok).

5. Ulat grayak

Serangan pada daun

berupa bercak-

bercak putih

menerawang, hingga

menyebabkan daun

berlubang tak

beraturan dan

menyisakan tulang

daun.

- Secara teknis: sanitasi,

pengolahan tanah, penggunaan

musuh alamai parasitoid.

- Secara fisik/mekanik:

pemusnahan larva/pupa pada

tanaman yang terserang.

- Secara kimiawi: menggunakan

insektisida yang efektif,

terdaftar, dan dianjurkan Komisi

Pestisida.

6. Penggorok daun

Pengguguran daun

pada tanaman muda,

tanaman yang

terserang tampak

terbakar. Luka bekas

giggitan tanaman

dapat terinfeksi fungi

maupun bakteri

penyebab penyakit.

- Secara teknis: budidaya

tanaman sehat, pemupukan

berimbang, penyiangan gulma.

- Secara hayati: menggunakan

musuh alami parasitoid.

- Secara fisik/mekanik:

pemasangan perangkap likat

(perekat).

- Secara kimiawi: menggunakan

insektisida yang efektif,

terdaftar, dan dianjurkan Komisi

Pestisida.

Sumber : Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, data diolah (2011)

Page 94: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

81

Lampiran 6 Jenis penyakit, gejala serangan penyakit, serta pengendalian pada tanaman

tomat

No. Jenis penyakit Gejala serangan Penanggulangan

1. Rebah kecambah Tanaman tomat menjadi

rebah saat tanaman masih

dalam persemaian.

Pangkal batang atau

kecambah menjadi luka

sehingga patah, tanaman

menjadi kerdil, layu, dan

mati. Bagian Batang

bagian bawah dan di atas

tanah berwarna cokelat

kehitam-hitaman.

- Secara teknis: perendaman biji

tomat sebelum tanam (benih sehat),

mencabut dan memusnahkan

tanaman yang terserang.

- Secara kimiawi: penggunaan

fungisida yang efektif, terdaftar,

dan dianjurkan Komisi Pestisida.

2. Antraknosa Pada daun terdapat bercak

bulat berwarna cokelat

dan kelabu ditengahnya,

terkadang kekuningan di

tepi atau berlubang.

Terdapat bercak kecil

pada pucuk, panikle, dan

tangkai. Selanjutnya

bunga menjadi kehitaman,

pada buah terdapat bercak

berwarna cokelat hingga

gelap, buah yang matang

akan menjadi busuk.

- Secara teknis: sanitasi kebun

dengan memusnahkan gulma pada

saat pertnasan hingga panen,

pengumpulan daun yang jatuh di

tanah dan dibakar, pemasngkasan

setelah panen atau sebelum

pertunasan.

- Secara fisik/mekanik:

pembungkusan buah agar

terlindung dar kemungkinan

serangan yang dilakukan saat buah

sebesar bola pingpong.

- Secara kimiawi: penggunaan

fungisida yang efektif, terdaftar,

dan dianjurkan Komisi Pestisida.

3. Bercak daun

Septoria

Terdapat bercak lingkaran

berwana keabu-abuan

yang dikelilingi warna

hitam pada daun, batang,

dan petiol sehingga dapat

merusak permukaan daun

dan kualitas buah.

- Secara teknis: rotasi tanaman

dengan famili yang berbeda,

sanitasi lapangan dengan

memusnahkan bagian yang inang

dan gulma, penggunaan bibit dan

benih yang bebas dari patogen.

- Secara kimiawi: penggunaan

fungisida yang efektif, terdaftar,

dan dianjurkan Komisi Pestisida.

4. Bercak daun Terdapat bercak-bercak

lingkaran berwarna

cokelat tua pada daun,

batang, dan buah tomat.

Bila buah yang terserang

pada permukaan buah

terjadi sedikit kempot dan

pecah-pecah.

- Secara teknis: rotasi tanaman

dengan tanaman yang tidak satu

famili, sanitasi lapangan dengan

memusnahkan sisa tanaman inang

yang terinfeksi, penggunaan benih

bebas dari infeksi patogen,

perbaikan sistem drainase lahan,

eradikasi tanaman yang terserang.

- Secara kimiawi: penggunaan

fungisida yang efektif, terdaftar,

dan dianjurkan Komisi Pestisida.

5. Busuk daun Bercak daun yang tidak

beraturan, daun agak

basah dan lembek, lunak,

- Secara teknis: penggunaan benih

sehat, penggunaan varietas yang

resisten, pengaturan jarak tanam

Page 95: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

82

dan berwarna kehitam-

hitaman. Bila cuaca

lembab, akan tumbuh

cendawan dan akan

busuk.

yang tidak terlalu rapat, sanitasi

lapangan dengan menghilangkan

tanaman yang terinfeksi,

perendaman benih dengan

desinfektan, rotasi tanaman dengan

tanaman bukan satu famili.

- Secara fisik/mekanik: penggunaan

fungisida yang efektif, terdaftar,

dan dianjurkan Komisi Pestisida.

6. Bulukan Daun tomat yang

terserang menjadi

bulukan, berwanra hijau

kekuning-kuningan tidak

beraturan.

- Secara teknis: pengguanan varietas

yang tahan, penanaman pada

lingkungan yang tidak terlalu

lembab.

- Secara kimiawi: penggunaan

fungisida yang efektif, terdaftar,

dan dianjurkan Komisi Pestisida.

7. Layu fusarium Tanaman yang terserang

menunjukkan layu dan

kemudian mati.

- Secara teknis: penggunaan benih

sehat, sanitasi, darinase, rotasi

tanaman, penggunaan varietas

tahan patogen.

- Secara kimiawi: penggunaan

fungisida yang efektif, terdaftar,

dan dianjurkan Komisi Pestisida.

8. Layu Bakteri Daun tanaman layu dan

nampak seperti kurang

air.

- Secara teknis: penggunaan benih

sehat, sanitasi, drainase, rotasi

tanaman, penggunaan varietas yang

tahan, pemberian kapur pada tanah.

Sumber : Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat (2011)

Page 96: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

83

Lampiran 7 Kriteria penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) usahatani tomat

No Jenis Kriteria / Responden 1 2 ...

1.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

Penyediaan benih - - -

Varietas benih hibrida bersertifikat yang dilepas Menteri Pertanian .... .... ....

Benih dicatat dan disimpan serta tidak kadaluarsa .... .... ....

Mutu benih memiliki tingkat kemurnian > 95% dan kadar air < 10% .... .... ....

Media tanam pembibitan berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 .... .... ....

Benih direndam dengan air hangat atau pestisida, ditiriskan, diletakkan di atas kertas hingga

berkecambah, media tanam disiram

.... .... ....

Pembibitan (rak/bedengan) di tempat terbuka yang dibuat dari bambu dan dinaungi plastik. .... .... ....

Persemaian disiram, dibersihkan dari gulma, diberi pupuk daun setelah berumur 10 hari, dan

dipindah ke lahan setelah 15-20 hari atau 4-5 helai daun tumbuh

.... .... ....

2.

a.

b.

c.

d.

e.

Pengolahan lahan - - -

Pemetaan dan pengukuran luas .... .... ....

Perencanaan denah lokasi kebun .... .... ....

Pembabatan dan pembersihan lahan .... .... ....

Pemberian mulsa plastik pada bedengan dengan diameter lubang mulsa 10 cm .... .... ....

Pemberian pupuk kandang dan pupuk anorganik .... .... ....

3.

a.

b.

c.

Penanaman - - -

Penanaman dilakukan pada sore hari .... .... ....

Batang benih diperiksa dengan kriteria batang lurus, perakaran banyak, pertumbuhan normal .... .... ....

Siram tanaman tomat .... .... ....

4.

a.

b.

c.

d.

Pemasangan ajir - - -

Dilakukan saat tanaman berumur 3 minggu setelah di lapang .... .... ....

Panjang ajir 225 cm untuk tanaman dataran tinggi .... .... ....

Ajir dipasang 10 cm dari tanaman tomat dengan kedalaman 20 cm .... .... ....

Tanaman diikat pada ajir dengan tali rafia .... .... ....

5.

a.

b.

c.

d.

Pemangkasan - - -

Pemangkasan dilakukan pada pagi hari .... .... ....

Pemangkasan daun tua dan daun yang terserang hama, pemangkasan buah pada buah cacat,

rusak, dan terkena hama penyakit

.... .... ....

.

Tanaman hasil pemangkasan dibakar atau dibuang .... .... ....

6.

a.

b.

Pengairan - - -

Frekuensi pengairan 2 hari sekali .... .... ....

Dilakukan dengan selang yang dimasukkan ke dalam mulsa plastik .... .... ....

7.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

Pemupukan - - -

Kapur dolomit 1.5 t/Ha .... .... ....

Pupuk kandang 30 t/Ha .... .... ....

Pupuk NPK .... .... ....

Pupuk TSP .... .... ....

Pupuk KCl .... .... ....

Pupuk Lainnya .... .... ....

8.

a. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) - - -

Dilakukan dengan pengamatan berkala (setiap minggu), perkirakan OPT yang perlu

diwaspadai, gunakan fungisida sistemik maksimal tiga kali setiap musim.

.... .... ....

9.

a.

b.

c.

Panen - - -

Penyemprotan pestisida sudah dihentikan 1-2 minggu sebelum panen .... .... ...

Tanaman tomat mulai dipanen 75 hari setelah pindah ke lapang, selanjutya 3-5 hari sekali

hingga buah habis

.... .... ....

Tingkat kematangan untuk lokasi pemasaran jauh adalah 90%, yaitu saat buah tomat berwarna

kemerahan dan 75% untuk lokasi pemasaran jarak jauh 3-7 hari sebelum berwarna merah

.... .... ....

Jumlah Kriteria Terpenuhi .... .... ....

Persentase Kriteria Terpenuhi (%) .... .... ....

Kategori Usahatani (Konv. / SOP)* .... .... ....

Keterangan : 1 = Ya, 0 = Tidak

*Konvensional = < 60% kriteria terpenuhi, SOP = > 60% kriteria terpenuhi

Page 97: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

84

Lampiran 8 Penerapan kriteria SOP oleh petani tomat berbasis SOP di Kecamatan

Lembang

Kriteria Petani responden Jml Peme-

nuhan(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

b. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

c. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

d. 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 7 47

e. 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 4 27

f. 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 10 67

g. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

2. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

b. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

c. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

d. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 93

e. 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93

3. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

b. 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 8 53

c. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93

4. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 67

b. 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 20

c. 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 20

d. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

5. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

b. 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 12 80

c. 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 10 67

6. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 4 27

b. 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 87

7. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

b. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

c. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93

d. 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 11 73

e. 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 11 73

f. 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 7 47

8. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

9. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 13

b. 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 11 73

c. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 87

Jml 27 24 21 22 24 24 21 28 22 24 23 25 24 25 26

% 79 71 62 65 71 71 62 82 65 71 68 74 71 74 76

Keterangan : Jml = jumlah kriteria terpenuhi

% = persentase kriteria terpenuhi

Page 98: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

85

Lampiran 9 Penerapan kriteria SOP oleh petani tomat konvensional di Kecamatan

Lembang

Kriteria Petani Responden Jml

Terpe-

nuhi % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 93

b. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

c. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

d. 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 7 47

e. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7

f. 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 11 73

g. 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 87

2. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93

b. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

c. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

d. 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 10 67

e. 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93

3. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

b. 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 20

c. 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 87

4. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 27

b. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

c. 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7

d. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93

5. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 11 73

b. 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 8 53

c. 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 20

6. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7

b. 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 8 53

7. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

b. 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 87

c. 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93

d. 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 9 60

e. 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 8 53

f. 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13

8. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 11 73

9. - - - - - - - - - - - - - - - - -

a. 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 5 35

b. 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 7 47

c. 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 73

Jml 20 20 20 20 20 19 20 19 20 18 18 20 20 18 18

% 59 59 59 59 59 56 59 56 59 53 53 59 59 53 53

Keterangan : Jml = jumlah kriteria terpenuhi

% = persentase kriteria terpenuhi

Page 99: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

Pertanian tomat pada perbukitan di Kecamatan Lembang

Persemaian benih tomat

Lampiran 10 Dokumentasi penelitian usahatani tomat di Kecamatan Lembang

Potensi pertanian tomat di Kecamatan Lembang

86

Page 100: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

87

Penyemaian benih tomat dalam skala kecil

Persiapan lahan

Kegiatan pemberian lubang mulsa Kegiatan pengukuran jarak lubang mulsa

Page 101: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

88

Lahan yang telah diberi mulsa

Pupuk kandang Sumur air sebagai sumber air tanah

Sepatu boot untuk kegiatan di lapang Sprayer

Page 102: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

89

Tanaman tomat yang terserang penyakit

busuk daun

Tanaman tomat yang terkena penyakit

bercak daun

Buah tomat yang telah diberi semprotan

pestisida

Tanaman tomat dengan pertumbuhan buah normal

Pemberian benang sebagai penyangga

tanaman tomat

Page 103: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

90

Buah tomat yang terserang penyakit busuk buah

Tanaman tomat yang ditumpangsarikan dengan tanaman cabai merah

Rumput liar yang tumbuh sebagai

gulma

Sisa bagian tanaman tomat yang

membusuk dan tidak dibuang

Page 104: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

91

Kegiatan perawatan tanaman tomat (pemberian pupuk berkala)

Kegiatan panen yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita

Page 105: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

92

Lampiran 11 Biaya rata-rata dan persentase biaya pada usahatani tomat di

Kecamatan Lembang pada luas lahan 1 000 m2 per musim tanam

No. Jenis biaya Usahatani SOP Usahatani konvensional

Nilai (Rp) Persentase (%) Nilai (Rp) Persentase (%)

A. Biaya tunai

1 Benih 296 195.88 4.96 505 306.62 8.25

Total biaya benih 296 195.88 4.96 505 306.62 8.25

2 Pupuk

Kandang 328 776.15 5.50 1 048 970.24 17.13

NPK 244 611.86 4.09 517 059.64 8.45

TSP 31 399.54 0.53 52 876.98 0.86

KCL 18 242.54 0.31 36 695.24 0.60

Lainnya 1 248.92 0.02 54 857.14 0.90

Total biaya pupuk 624 279.02 10.45 1 710 459.24 27.94

3 Pestisida

Anthracal 43 616.67 0.73 26 134.92 0.43

Bazooka 37 350.46 0.63 18 811.22 0.31

Daconil 186 933.33 3.13 129 023.58 2.11

Prepathon 4 235.03 0.07 4 721.09 0.08

Lainnya 421 480.69 7.06 179 349.21 7.06

Total biaya pestisida 693 616.18 11.61 358 040.02 9.97

4 Mulsa 173 811.55 2.91 120 256.99 1.96

Total biaya mulsa 173 811.55 2.91 120 256.99 1.96

5 Tenaga kerja

Penyediaan benih 648 333.33 10.85 433 333.33 7.08

Pengolahan lahan 341 811.11 5.72 399 088.89 6.52

Penanaman 131 133.33 2.20 90 800.00 1.48

Pemasangan ajir 85 266.67 1.43 77 600.00 1.27

Perawatan tanaman 1 634 666.67 27.36 1 340 333.33 21.89

Panen 484 802.67 8.12 171 469.33 2.80

Total biaya tenaga kerja 3 326 013.78 55.67 2 512 624.89 41.04

6 Pajak Tanah 10 000.00 0.17 16 666.67 0.27

Total biaya pajak tanah 10 000.00 0.17 16 666.67 0.27

Total biaya tunai 5 123 916.41 85.77 5 576 673.36 89.44

B. Jenis biaya non tunai

1. Benih 0.00 0.00 0.00 0.00

Total biaya benih 0.00 0.00 0.00 0.00

2 Sewa lahan 88 826.72 1.49 46 666.67 0.76

Total biaya sewa lahan 88 826.72 1.49 46 666.67 0.76

3 Tenaga kerja

Penyediaan benih 28 800.00 0.48 101 666.67 1.66

Pengolahan lahan 52 000.00 0.87 12 166.67 0.20

Penanaman 6 000.00 0.10 11 266.67 0.18

Pemasangan ajir 6 000.00 0.10 18 666.67 0.30

Perawatan tanaman 268 000.00 4.49 385 666.67 6.30

Panen 349 866.67 5.86 283 333.33 4.63

Total biaya tenaga kerja 710 666.67 11.90 812 766.67 13.27

4 Penyusutan

Cangkul 17 916.67 0.30 14,722.22 0.24

Karung 21 604.17 0.36 15,383.33 0.25

Kored 2 020.83 0.03 1,937.50 0.03

Gunting 4 513.89 0.08 4,513.89 0.07

Sprayer 4 583.33 0.08 3,194.44 0.05

Total biaya peralatan 50 638.89 0.85 39,751.39 0.65

Total biaya non tunai 850 132.28 14.23 899,184.72 14.69

Biaya total 5 974 048.68 100.00 6 475,858.09 100.00

Page 106: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

93

Lampiran 12 Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat di

Kecamatan Lembang melalui aplikasi Mintab

Regression Analysis: Y versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; X7; X8; D The regression equation is

Ln Y = Ln 0,705 + Ln 0,693 X1 + Ln 0,108 X2 + Ln 0,0808 X3 + Ln 0,0506 X4

+ Ln 0,0311 X5 – Ln 0,0179 X6 + Ln 0,218 X7 + Ln 0,016 X8 + Ln

0,0146 D

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 0,7053 0,6002 1,18 0,025

X1 0,6934 0,1865 3,72 0,001 4,6

X2 0,10757 0,08852 1,22 0,023 1,9

X3 0,08081 0,08750 0,92 0,036 1,7

X4 0,05065 0,06056 0,84 0,041 1,8

X5 0,03109 0,06576 0,47 0,044 2,7

X6 -0,01793 0,03798 -0,47 0,044 1,3

X7 0,2177 0,1910 1,14 0,268 3,0

X8 0,0157 0,3639 0,04 0,046 3,2

D -0,01459 0,08803 -0,17 0,870 1,6

S = 0,191715 R-Sq = 87,0% R-Sq(adj) = 81,1%

PRESS = 2,60668 R-Sq(pred) = 53,78%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 9 4,90443 0,54494 14,83 0,000

Residual Error 20 0,73509 0,03675

Total 29 5,63952

Durbin-Watson statistic = 2,18577

Fitted Value

Re

sid

ua

l

4,54,03,53,02,5

0,3

0,2

0,1

0,0

-0,1

-0,2

-0,3

Residuals Versus the Fitted Values(response is Y)

Grafik residual terhadap fitted values

Page 107: ANALISIS USAHATANI TOMAT BERBASIS STANDAR OPERASIONAL ... · Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baku sebagai acuan kegiatan usahatani tomat. Namun penerapan Standar Operasional

94

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tangal 19 Juli 1990.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari

pasangan Bapak Didi Ahmadi dan Ibu Tati Hartati serta

saudara perempuan dari Dila Adiningtyas.

Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak

Muma 05 Podok Aren pada tahun 1995. Pendidikan Tingkat

Dasar penulis dimulai pada tahun 1996 di SD Negeri Pinang 7

selama satu tahun dan melanjutkan ke SD Negeri Pinang 3

Tangerang pada tahun 1997 hingga lulus pada tahun 2002. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikannya ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri

3 Tangerang selama 3 tahun. Setelah itu penulis melanjutkan sekolah di tingkat

Menengah Atas, yaitu di SMA Negeri 3 Tangerang pada tahun 2005dan lulus

pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima pada Program Diploma III

Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Manajemen Agribisnis melalui

jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI). Karya penulis berupa tugas akhir yang

berjudul Kajian Pengembangan Bisnis Kemitraan pada Peternakan Domba

Tawakkal diselesaikan penulis pada tahun 2011 dan mengantarkan penulis lulus

pada tahun yang sama. Penulis melanjutkan studikembali pada Program Sarjana

Alih Jenis Agribisnis di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB).

Selama masa pendidikan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi seperti Paskibra,

Kegiatan Rohani, Pramuka, Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK), Paduan

Suara, dan Palang Merah Remaja (PMR) selama Sekolah Dasar (SD) hingga

Sekolah Menengah Atas (SMA). Selama masa perkuliahan, penulis juga aktif

dalam kegiatan kepanitiaan dan mengikuti seminar-seminar yang berkaitan

dengan pendidikan. Penulis juga mendapatkan kesempatan memperoleh beasiswa

dari Jamsostek pada tahun 2013. Berbagai pelajaran banyak diperoleh penulis

selama menempuh masa pendidikan yang dapat dijadikan sebagai bekal dan

pengalaman agar menjadi lebih baik.