makalah budidaya tomat

71
SISTEM AGRIBISNIS ONFARM HOLTIKULTURA TOMAT Disusun oleh Kelompok 3 Winda Deka Rijki Pangestu Sutoyo Lumbantobing 150510100244 Sutrisno 150510100256 Fajrianti Anandya Habibah 150510100270

Upload: bang-jhon-gunawan-sumpena

Post on 28-Oct-2015

375 views

Category:

Documents


40 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Budidaya Tomat

SISTEM AGRIBISNIS

ONFARM HOLTIKULTURA TOMAT

Disusun oleh

Kelompok 3

Winda

Deka Rijki Pangestu

Sutoyo Lumbantobing 150510100244

Sutrisno 150510100256

Fajrianti Anandya Habibah 150510100270

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

Page 2: Makalah Budidaya Tomat

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini

dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Sistem Agribisnis

dengan judul “ Onfarm Sektor Holtikultura Tomat ”. Makalah ini dibuat dalam

rangka memperdalam pemahaman Sistem Agribisnis yang mencakup onfarm dan

proses yang berlangsung di dalamnya yang sangat diperlukan dalam suatu harapan

mendapatkan pengetahuan yang baru tentang penerapan sistem dalam agribisnis.

Terima kasih disampaikan kepada Ibu Eliana Wulansari selaku dosen mata

kuliah Sitem Agribisnis yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi

lancarnya tugas ini.

Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, kurang lebihnya kami

ucapkan terima kasih

Jatinangor, 28 Februari 2011

Penyusun

Kelompok 3

Page 3: Makalah Budidaya Tomat

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Batasan Masalah

1.3 Tujuan yang Ingin Dicapai

1.4 Metode yang Digunakan

BAB II PENANAMAN TOMAT

2.1 Pembibitan Tanaman Tomat

2.2 Penyemaian Tanaman Tomat

2.2.1 Penyemaian

2.2.2 Membuat Persemaian

2.2.3 Memindahkan Semaian ke Lapangan

BAB III CARA MENANAM DAN MEMELIHARA TOMAT

3.1 Penggarapan Tanah

3.2 Jarak Tanaman

3.3 Dibiarkan Melata atau Diberi Turus ?

3.3.1 Dibiarkan Melata

Page 4: Makalah Budidaya Tomat

3.3.2 Diberi Turus

3.4 Cara Menjalarkan Tanaman Tomat

3.5 Merompes Tunas

BAB 1V PEMELIHARAAN BUAH TOMAT

4.1 Memetik Buah Tomat

4.2 Pemilihan Buah Tomat

4.3 Pemeraman Buah Tomat

BAB V PERAWATAN TANAMAN

5.1 Pemasangan Ajir

5.2 Pemupukan

5.2.1 Unsur Hara Makro

5.2.2 Unsur Hara Mikro

5.3 Pengairan

5.4 Pemangkasan

BAB VI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT

6.1 Beberapa Hama yang Penting

6.2 Hama Penting yang Menyerang Daun

6.3 Penyakit Tomat yang Penting

6.4 Gejala-Gejala yang Bukan Berasal dari Penyakit

BAB VII ANEKA PENGOLAHAN BUAH TOMAT

7.1 Saus Tomat

Page 5: Makalah Budidaya Tomat

7.2 Konsentrat Buah Tomat

BAB VIII KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman tomat termasuk keluarga besar “Solanaceae” keluarga ini tidak

kurang dari 2.200 spesies, yang secara alamiah diciptakan untuk kelangsungan

dan kebahagiaan hidup manusia. Tomat banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia

dan dunia. Konsumsi tomat segar dan olahan meningkat terus seiring dengan

kebutuhan manusia pada gizi yang seimbang. Namun, hingga sekarang para petani

tomat di Indonesia masih kerepotan untuk memenuhi permintaan tomat segar dan

olahan.

Pada saat ini tomat memiliki kedudukan yang baik, walaupun belum

merata dalam menu atau gizi masyarakat. Di dataran rendah, lebih diutamakan

menanam jenis-jenis terung yang nilai gizinya tidak setinggi buah tomat. Keadaan

tersebut kemungkinan besar disebabkan hasilnya kurang, tau jenis bibitnya tidak

cocok, atau kultur teknis yang belum memadai. Hingga saat ini orientasi bibit

tomat sebagian besar masih ditujukan untuk daerah dataran tinggi. Namun, jenis-

jenis tomat untuk dataran rendah kini mulai dikembangkan. Dengan

perkembangan ilmu pertanian yang kini telah digalakkan, pasti varietas-varietas

aru hasil penelitian dalam negeri akan bermunculan dan disebarluaskan di dataran

rendah maupun dataran tinggi.

1.2 Batasan Masalah

Page 6: Makalah Budidaya Tomat

Dalam pembahasan makalah ini kami melakukan pengumpulan data

dengan pembatasan masalah yang di kaji dalam onfarm tanaman tomat. Adapun

pembatasan masalah itu, yakni :

Pembibitan dan penyemaian tanaman tomat.

Onfarm sayuran, dalam hal ini tanaman sayuran buah tomat.

Hama dan penyakit tanaman tomat.

Aneka pengolahan buah tomat.

1.3 Tujuan yang Ingin Dicapai

Penyusunan makalah ini telah dilakukan dengan mencari pembahasan dari

berbagai sumber yang berkaitan dengan kajian. Sehingga diharapkan dapat

mencapai tujuan yang diinginkan.

Kami berharap mampu menjelaskan pembibitan dan penyemaian tanaman

tomat, cara penanaman dan pemeliharaan tomat, perawatan tanaman tomat,

mengatasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat serta buah tomat,

begitu pun mengetahui aneka olahan dari buah tomat.

1.4 Metode yang Digunakan

Perlu adanya metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini. Adapun

metode yang kami gunakan, yaitu Metode deskriftif dengan teknik study

kepustakaan atau literature, yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa

media tulis baik berupa buku, litelatur dan media lainnya yang tentu ada kaitannya

masalah- masalah yang di bahas di dalam makalah ini.

Page 7: Makalah Budidaya Tomat

BAB II

PEMBAHASAN

PENANAMAN TOMAT

2.1 Pembibitan Tanaman Tomat

Umumnya, pembibitan tomat dilakukan dengan menggunakan biji. Supaya

kualitas dan kuantitas produksi terjamin, gunakan benih tomat unggul hibrida

yang sudah banyak dijual di pasaran. Faktor posotif dari benih tomat hibrida

sebagai berikut.

a. Pertumbuhan tanaman sangat cepat dan berumur genjah.

b. Sangat responsif terhadap perlakuan pemupukan tinggi.

c. Buah yang dihasilkan lebih berkualitas dan bobotnya lebih berat dibandingkan

dengan tomat biasa.

d. dengan perlakuan yang sama, produksi setiap tanaman dan setiap luas tanam

lebih besar dibandingkan dengan tomat biasa.

Sementara itu, faktor negatif dari benih tomat hibrida sebagai berikut.

a. Peka terhadap serangan hama dan pengakit.

b. Biaya yang diperlukan untuk perawatan cukup besar karena membutuhkan

perawatan yang intensif.

Page 8: Makalah Budidaya Tomat

c. Bibit dari tanaman sendiri atau F2, F3, dan seterusnya tidak bisa ditanam

kembali karena kualitas dan kuantitasnya akan menurun atau tidak sebaik

induknya.

Setelah memperoleh benih yang diinginkan, rendam benih tersebut selama

satu malam ke dalam air yang telah dihangatkan suam-suam kuku untuk

menghentikan masa dormansinya (masa istirahat tumbuh). Benih yang telah dibeli

tersebut tidak perlu diseleksi lagi sebab sudah diseleksi oleh perusahaan benih

yang memproduksinya.

Lahhan seluas satu hektar membutuhkan benih tomat sebanyak 100-150

gram. dari jumlah tersebut kira-kira akan menghasilkan 16.000-18.000 tanaman.

Setelah perendaman, biji bisa langsung ditanam di bedengan yang sebelumnya

sudah disiapkan. Biji tomat ditanam ke dalam alur memanjang dengan jarak antar

baris 10 cm dan jarak dalam baris 5 cm.

Setelah penanaman selesai, taburi biji tomat dengan tanah halus dan tutup

dengan mulsa jerami atau karung basah. Untuk menmenghindari sengatan sinar

matahari dan air hujan yang berlebihan, bedengan dipasangi atap dari plastik atau

jerami. Posisi bedengan untuk pembibitan tomat sebaiknya memanjang dari arah

utara ke arah selatan supaya terkena cahaya matahari pagi.

Selain dilakukan di dalam bedengan, pembibitan bisa juga dilakukan di

dalam plastik kecil berukuran 12 cm x 8 cm. Isi plastik tersebut dengan media

tanam berupa tanah merah dan pupuk kandang yang halus (kedua bahan bisa

diayak terlebih dahulu dengan ayakan yang lembut). Perbandingannya adalah dua

ember tanah, satu ember pupuk kandang, 150 gram TSP atau 80 gram NPK, 75

gram insektisida, seperti Karbofuran atau Furadan.

Setelah terisi media tanam, plastik bisa disusun di dalam rak atau

bedengan yang telah disiapkan, kemudian di siram ddengan air. Setelah itu tanam

biji tomat satu persatu ke dalam plastik tersebut. Setelah semua pekerjaan usai,

tutup rapat bedengan dengan plastik bening yang berkerangka bambu. Tujuan

Page 9: Makalah Budidaya Tomat

penutupan ini adalah untuk mencegah masuknya hama dan penyakit ke dalam

bedengan dan untuk mempertahankan kelembapan.

Setelah biji tomat mulai berkecambah, plastik penutup bisa dibuka secara

bertahap sambil tetap melakukan perawatan bibit, seperti penyiraman dan

pembersihan gulma. Lakukan penyiraman pada pagi hari untuk mengantisipasi

berkurangnya kadar air akibat penguapan yang terjadi pada siang hari. Sementara

itu, pembersihan gulma dan pengendalian hama sebaiknya dilakukan secara

manual, sebab bibit yang masih kecil tersebut terkadang masih sangat rentan

terhadap insektisida. Namun, jika serangan hama sudah melewati ambang batas

toleransi, penyemprotan dengan insektisida bisa dilakukan, tetapi harus dengan

dosis separuh dari anjuran yang tertera pada label kemasan.

Umumnya pemupukan pada bibit semaian hanya mempergunakan pupuk

daun, sebab pupuk dasar yang diberikan pada media tanam sudah cukup untuk

mendukung pertumbuhan bibit. Jenis pupuk daun atau zat perangsang tumbuh

(ZPT) yang bisa diberikan antara lain Gandasil D, Complesal, Atonik, dan

Growmore. Pupuk ini cukup diberikan sekali, yakni ketika bibit berumur 10 hari

dari persemaian.

Bibit dari persemaian siap dipindah ke lahan jika sudah berumur 15-20

hari atau lima helai daunnya sudah mulai tumbuh. Bibit yang cacat, rusak, atau

terserang hama dan penyakit sebaiknya tidak ditanam.

2.2 Penyemaian Tanaman Tomat

Umumnya di seluruh dunia penanaman tomat didahului dengan

menyemaikan bibit. Biji tomat memang dapat secara langsung ditanam di

lapangan dan dapat tumbuh menjadibesar dan berbuah pula. Sistem ini dapat

dilaksanakan bila kita menanam tomat sepetak dua petak, yang mudah diawasi

dan dipelihara sendiri. Tidak demikian halnya bila kita akan menanam ratusan

bahan sekaligus. Untuk penanaman secara langsung, pemeliharaannya sejak mulai

Page 10: Makalah Budidaya Tomat

tanam hingga umur satu bulan serba rumit, terutama dalam penjagaan terhadap

serangan hama dan penyakit dan waktu penyiraman; selain itu membutuhkan bibit

3-4 kali lebih banyak daripada biasa. Oleh karena itu, dipilih jalan yang paling

mudah, yaitu disemaikan dahulu sebelum ditanam.

2.2.1 Penyemaian

Menyemai tomat dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap menyemaikan biji dan

tahap pemindahan semai ke dalam bumbunan.

2.2.2 Membuat Persemaian

Untuk menyemaikan bibit beberapa ratus batang saja dapat digunakan bak

persemaian yang dibuat dari kayu yang murah, dengan ukuran:

- Lebar 30-40 cm

- Panjang 50-60 cm

- Tinggi 15-20 cm

Untuk menyemaikan ribuan bibit lebih baik mempergunakan persemaian

biasa. Petakan persemaian harus benar-benar gembur, dan dirabuk kompos 1

kaleng/meter panjang. Lebar petakan cukup dengan 75 cm, dengan aluran antara

petakan selebar 40 cm untuk memudahkan pemeliharaan. Bibit disebar dalam

aluran sedalam 1,5 cm, dan jarak aluran rata-rata 15 cm. Tiap-tiap petakan dapat

memuat 5 aluran.

Untuk dapat menyemai bibit yang kuat pertumbuhannya pada setiap meter

panjang aluran disebar rata-rata 300 buah biji. Maka setiap 1 meter panjang

petakan dapat memuat 5 X 300 buah biji = 1.500 biji. Untuk 1 hektar tanaman

tidak membutuhkan tanah seluas tadi, namun cukup 10 meter saja karena bijinya

disebar merata dalam petakan. Biji yang telah disebar itu kemudian ditutup

dengan kompos, lalu disiram. Untuk menghindarkan kerusakan akibat kekeringan

atau hujan, petakan ditutup dengan jerami kering atau atap yang tingginya di

bagian muka 100-125 cm dan bagian belakang 75-100 cm.

Page 11: Makalah Budidaya Tomat

Penyiraman 1-2 hari sekali diperlukan, bergantung kepada keadaan cuaca.

Rata-rata 7 hari setelah disebar, semai sudah tumbuh. Seminggu kemudian

persemaian sudah mulai tampak daun pertama, lalu dipindahkan kedalam bumbun

yang dibuat dari daun pisang yang berdiameter 5 cm dan tinggi 5 cm.

Besar kecilnya bumbun dapat diatur sesuai dengan rencana penanaman. Bila

menghendaki bibit tomat yang tidak lebih tinggi dari 10 cm, maka ukuran tersebut

cukup. Tetapi jika menghendaki bibit yang tingginya 15 cm atau lebih, diperlukan

bumbunan yang lebih besar. Dalam pelaksanaan membumbun, semai hendaknya

diusahakan jangan sampai akar pancarnya melengkung atau sengaja

dilengkungkan.

Setelah selesai, semua bumbunan disimpan ditempat yang agak teduh, namun

tidak lembab dan disiram secukupnya. Kekurangan sinar matahari mengakibatkan

pertumbuhan selanjutnya akan lekas memanjang, namun lemas batangnya.

Tanaman demikian bilamana ditanam dilapangan tidak akan cepat bangun dan

mengalami hambatan dalam pertumbuhannya.

Untuk mencegah timbulnya penyakit daun/batang, semai tersebut seminggu

sekali perlu disemprot dengan Dithane M 50. Penyakit yang dapat mengganas

dalam penyimpanan bumbunan adalah penyakit leher akar (Fusarium), sebagai

akibat dari kelembaban hawa yang tinggi, kurang sinar matahari, tidak

mengalirnya hawa yang bersih, dan terlalu banyak penyiraman.

2.2.3 Memindahkan Semaian ke Lapangan

Pada umumnya bumbunan tomat dipindahkan ke lapangan bilamana

tingginya rata-rata sudah mencapai 10 cm. Ketinggian ini dapat dicapai dengan

medium tanah sebanyak yang berada dalam bumbunan. Lebih dari ukuran tadi

batang tomatnya akan lemah tumbuhnya. Ukuran yang lebih tinggi dan batang

tomat yang kuat sehat dapat diperoleh bilamana bumbunannya diperbesar,

misalnya dua kali ukuran biasa. Semaian yang berukuran 15-25 m, bahkan ada

yang sudah mulai keluar kuntum bunga pertamanya, memakan waktu lebih lama

di persemaian, namun pertumbuhannya akan lebih cepat dan sehat.

Page 12: Makalah Budidaya Tomat

Semaian yang dipindahkan dipilih yang kuat-kuat batangnya. Oleh karena itu,

tidak salah kiranya bilamana dianjurkan untuk menyebar bibit lebih banyak dari

yang semestinya dibutuhkan. Tidak dapat dibenarkan sama sekali bila semaian

yang akan dipindahkan dipotong pucuknya, karena hal itu dapat menghambat

pertumbuhan dan menurunkan hasil.

Sebelum mulai menanam, lapangan harus dibasahi terlebih dahulu jika sehari

sebelmnya tidak turun hujan. Minimal lubang tanaman harus dibasahi setelah

rabukya diaduk merata. Setelah ditanam, tanah dipadatkan dengan kedua belah

tangan ke arah batang. Kemudin tanah sekitar batang dibentuk cekung dalam

musim kemarau untuk memudahkan penyiraman. Dalam musim hujan diberi

bentuk cembung untuk menghindarkan agar tanah disekitar batang tidak mudah

larut. Bila dianggap perlu, setelah ditanam dan disiram itu tiap-tiap tanaman diberi

pelindung dari kertas atau pelepah pisang, dan sebagainya.

BAB III

CARA MENANAM DAN MEMELIHARA TOMAT

Saat paling tepat untuk menanam tomat adalah 2-4 minggu sebelum

musim hujan berakhir (hal ini tidak berlaku pada penanaman tomat sistem mulsa

plastik dan sistem hidroponik). Sebab, pada musim penghujan sebagian besar

jenis tomat tidak tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Penanaman bibit tomat sebaiknya dilakukan pada sore atau pagi hari.

Tujuannya untuk menghindari panas matahari sewaktu siang hari yang bisa

menyebabkan bibit layu. Serangan hama dan penyakit dapat dicegah jika sebelum

di tanam bibit direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida dan bakterisida

dengan konsentrasi 0,2%. Gunakan pestisida sistemik supaya dapat masuk dan

bertahan agak lama di dalam jaringan tanaman.

Page 13: Makalah Budidaya Tomat

Bibit yang sudah siap tanam dicabut dari persemaian beserta akar-akarnya.

Jika bibit berasal dari persemaian plastik, robek dengan hati-hati supaya tanahnya

tidak pecah dan akarnya tidak rusak. Selanjutnya, tanam bibit pada lubang-lubang

bedengan dengan jarak 70-50 cm. Supaya tidak mudah busuk, tanam bibit sebatas

leher akar atau pada pangkal batang tanpa mengikutsertakan batangnya. Setelah

penanaman, bibit langsung disiram lalu pasang naungan dari dedaunan untuk

mencegah dan melindunginya dari terik sinar matahari.

3.1 Penggarapan Tanah

Di dataran tinggi yang tanahnya termasuk jenis tanah pasir, rupa-rupa cara

penggarapan tanah dilaksanakan, disesuaikan dengan kemapuan pembiayaannya

masing-masing. Misalnya menanam tomat setelah menanam kol. Setelah sisa-sisa

tanaman kol dibersihkan, segera dibuat lubang tanaman antara bekas tanaman kol,

tanpa adanya penggarapan tanah terlebih dahulu. Penggarapan tanah diadakan

bersamaan dengan membumbun tanaman menjelang umur kurang lebih satu

bulan. Bagi petanmi yang tidak menyuklai penanaman secara ekstensif tadi,

penggarapan tanah sebelum menanam merupakan suatu keharusan.

Maka setelah diadakan pembersihan terhadap sisa tanaman kol, tanah

dikerjakan, sisa-sisa rabuk diratakan. Dibuat aluran dengan jarak rata-rata 75 cm

(70-80 cm), kemudian dibuat lubang-lubang tanaman.

Di tanah yang berat, pembuatan petakan khusus diperlukan unutk dapat

menjamin pembuangan air dan memudahkan pengairan. Jarak antar aluran rata-

rata 100-110 cm, lebar 25-30 cm, dan dalamnya 25-30 cm. Lebar petakan 70-80

cm. Tinggi petakan tidak jauh dari 20-25 cm. Biasanya tanah dicangkul satu kali

untuk kemudain digemburkan.

Penggemburan tanah diperlukan sebelum menanam, namun adapula yang

menjalankan sebelum penanaman, sekaligus dengan menyiang rumput. Sistem ini

ada bahayanya, yaitu dapat merusak akar, yang dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman.

Page 14: Makalah Budidaya Tomat

3.2 Jarak Tanaman

Jarak tanaman dapat berbeda-beda. Menurut ukuran-ukuran tersebut diatas

larikan 70-80 cm di dataran tinggi. Di dataran rendah yang tanahnya berat, jarak

tanaman ditas larikan adalah 50-60 cm, dan antarlarikan 100-110 cm.

3.3 Dibiarkan Melata atau Diberi Turus?

Menanam tomat dibiarkan melata, berarti tanaman itu tumbuh

sekehendaknya, bercabang dan beranting sekuat tenaganya. Bila diberi turus,

berarti tanaman tomat diharuskan hanya membentuk satu batang, tidak lebih dan

tidak kurang. Hanya, pada akhir pertumbuhannya diperbolehkan beranting dan

bercabang.

Akhir-akhir ini ada sistem lain, yaitu tanaman dirambatkan pada pagar tali

plastik. Untuk keperluan tersebut batang tomat pada ketinggian kira-kira 30 cm

supaya bercabang dan kedua cabang dibiarkan tumbuh sebagai batang tunggal

terus ke atas.

3.3.1 Dibiarkan Melata

Bila dibiarkan tumbuh melata, maka tanaman tomat dapat menutupi tanah,

sehingga terhindar dari kekeringan. Tidak ada biaya ekstra untuk membeli turus

dan tali. Tidak ada biaya untuk merompes batang atau tunas. Karena banyak

cabangnya, maka kemungkinan besar bunga dan buahnya akan lebih banyak.

Karena tumbuhnya rendah, maka banyak bunga terhindar dari akibat kencangnya

angin yang kering.

Sebaliknya bila dibiarkan melata, karena sangat rimbun, kemungkinan besar

banya bunga yang berjatuhan, dan hasilnya akan berkurang. Di daerah

pegunungan, tanaman yang dibiarkan melata mudah diserang penyakit

daun(Phytoptora dan Alternaria) yang bisa fatal bagi seluruh tanaman.

Page 15: Makalah Budidaya Tomat

Selanjutnya buah tomat tidak akan merata besarnya, kebanyakan berukuran

kecil. Untuk diproses dalam pabrik, ukuran buah tidak menjadi soal. Tetapi untuk

dijual ke pasar, kualitas buah jadi kurang mendapat harga yang baik, apalagi di

supermarket.

3.3.2 Diberi Turus

Tanaman tomat yang diarkan tumbuh erbatang pokok satu tidak bercabang,

untung ruginya adalah sebagai berikut:

- Memerlukan biaya ekstra untuk membeli turus, tali, dan pembuiang tunas.

- Tanah mudah mengering. Maka bila pengairan kurang mendapat

perhatian, bunga mudah rontok dan buahnya mudah rusak karena sengatan

matahari, atau bnyak buah yang belah-belah bagian atasnya.

- Tanaman akan menderita karenaangin yang keras dan kering.

Fakta yang menguntungkan:

- Mudah mengadakan pembasmian penyakit atau hama.

- Mudah mengadakan pengairan, tanpa adanya bahaya membasahi daun,

sehingga penyakit infeksi daun dapat dihindarkan.

- Mudah diterapkan bantuan persarian bunganya.

- Dapat dipelihara buah yang rata-rata besar dan beratnya sama dan merata

masaknya.

- Kualitas buah meningkat, karena dapat sinar matahari yang cukup dan

mudah memetik buahnya.

- Rata-rata hasilnya banyak. Hasil rata-rata 1 kg/batang adalah cukup tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

“mengingat adanya faktor penyakit, udara yang terik, dan deras anginnya di

dataran tinggi, seyogyanya ditempuh jalan menanam tomat berbatang tunggal dan

diberi tunas”. Sedangkan di dataran rendah dibiarkan tumbuh melata, dan untuk

menghadapi pertumbuhan yang terlalu rimbun dapat diusahakan mengurangi

cabangnya.

Page 16: Makalah Budidaya Tomat

3.4 Cara Menjalarkan Tanaman Tomat

Pemancangan turus dapat dilakukan beberapa hari setelah menanam, dengan

sistem-sistem sebagai berikut:

a. Dipancangkan satu turus tegak lurus setinggi 175 cmke dalam tanah 25-30

cm. Turus ini hruslah kuat.

b. Dua turus yang berhadapan ujungnya dijadikan satu (diikat), tanaman tomat

dibiarkan memanjat agak miring. Untuk memperkuat, beberapa ujung turus

yang diikat dihubungkan satu dengan yang lain, lalu diikat dengan tali bambu.

c. Empat turus ujungnya dijadikan satu. Tanaman tomat memanjatnya agak

miring juga.

Bila menurut sistem (a) tanah antarlarikan tanaman akan kena sinar matahari,

akibatnya tanah mengering, maka dengan sistem (b) dan (c)penguapan air tanah

relatif banyak dikurangi yang efeknya baik bagi pertumbuhan keseluruhannya.

Menurut sistem (a) bilamana kita berjalan diatas larikan, maka badan kita

akan mudah bergesekan dengan daun tomat, ini berarti memudahkan menjalarnya

penyakit daun dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Dengan sistem (b) dan (c)

hal ini lebih banyak dihindarkan.

d. Tanaman tomat dibiarkan menjalar pada pagar tali rafia (plastik) atau goni.

Dalam jajaran tanaman dipancangkan beberapa tonggak yang kuat setinggi ±

125 cm. Jarak antara tonggak adalah 2-2,5 cm; 30 cm di atas tanah dari ujung

tonggak ke ujung tonggak lainnya ditambatkan tali rafia dan diikat erat-erat pada

tiap tonggak. Tambang rafia ditambatkan 3-4 jajar dengan jarak 30 cm. Dengan

demikian terbentuklah pagar tali rafia atau goni.

Tanaman tomat berbatang tunggal dibiarkan merambat pada pagar rafia dan

diikat pada tali rafia sehingga seolah-olah terbentuk anyaman tanaman tomat

Page 17: Makalah Budidaya Tomat

dengan tali rafia. Dengan sistem pagar ini sering pula pada ketinggian ± 30 cm

diatas tanah batang tomat dibiarkan bercabang dan terbentuklah tanaman yang

berbatang dua. Sistem pagar ini arahnya diatur arah utara selatan untuk mendapat

sinar matahari yang cukup.

3.5 Merompes Tunas

Merompes tunas yang keluar dari ketiak daun hendaknya dilakukan sedini

mungkin. Ranting yang sudah agak besar, selain agak liat dan sukar dirompes,

hakikatnya akan menghambat pertumbuhan batang utamanya dalam pembentukan

bunga maupun pertumbuhan ke atasnya. Luka yang besar yang ditinggalkan oleh

ranting yang besar akan mengakibatkan mudahnya terserang infeksi penyakit

Pucuk utama harus dijaga jangan sampai patah dan baru dipotong setelah

mencapai ketinggian ±100 cm atau lebih sedikit.

BAB IV

PEMELIHARAAN BUAH TOMAT

Usaha pemeliharaan tanaman terdiri atas:

- Menyiangi rumput, sekaligus menimbun tanaman, dengan tanah yang berasal

dari aluran antarlarikan atau petakan. Dalam melaksanakan kedua pekerjaan

ini hendaknya diusahakan jangan sampai merusak akar, karena hal itu akan

memudahkan adanya infeksi penyakit akar.

Page 18: Makalah Budidaya Tomat

- Merabuk. Cara menempatkan rabuk tambahan dilakukan dengan membuat

aluran sedalam ±5 cm yang melingkari batang dengan jarak ±10 cm. Rabuk

ditaburkan apda aluran dengan merata untuk kemudian ditutup dengan tanah

kembali. Perabukan senantiasa diikuti dengan penyiraman.

- Di dataran tinggi dengan tanahnya yang serul dan mudah mengering,

bilamana kurang rabuk kompos dapat diterapkan usaha menahan penguapan

air tanah dengan menempatkan “mulsa” di sekitar batang tomat. Mulsa ini

dapat terdiri dari jerami kering, rerumputan atau daun-daunan yang kering.

Bilamana mulsa ini tidak terbeli, maka usaha untuk menghindarkan

pengeringan permukaan tanah dapat dilaksanakan dnegan menggemburkan

tanah beberapa sentimeter dalamnya. Hendaknya diusahakan jangan sampai

merusak akarnya.

- Pengairan.

4.1 Memetik Buah Tomat

Saatnya memetik buah tomat bergantung pada tujuan akhir dari bua tomat

tersebut dan taraf masaknya buah itu sendiri. Buah tomat yang akan dikirim ke

tempat yang jauh, dalam maupun luar negeri, dan akan mengalami guncangan

dalam pengangkutan harus dipetik bilamana sudah tua benar, yaitu berwarna hijau

tua. Buah tomat yang berwarna hijau tua itu lendir yang meliputi bijinya sudah

tampak banyak memenuhi rongga buah, tidak demikian halnya dengan buah yang

masih muda. Buah dengan taraf kematangan hijau tua disebut “hijau masak”.

Untuk diolah dlam pabrik sari buah tomat, pure tomat, atau tomat catsup,

buah tomat dipetik bilamana sudah tampak warna merahnya. Stadium ini disebut

“merah petik”. Buah tomat dalam stadium ini bilamana diperam dalam 1-2 hari

dalam suhu tertentu maka warna merahnya akan keluar semua pada bagian luar

maupun dalam. Untuk mendapatkan hasil-hasil tersebut diatas diperlukan buah

tomat yang benar-benar merah semuanya. Warna hijau bilamana masih ada dalam

Page 19: Makalah Budidaya Tomat

buah akan mengubah warna tomato juice (sari buah tomat) atau pure tomat dan

catsup menjadi agak sawo matang warnanya.

Buah tomat yang dipetik ”hijau masak” kadar viamin C-nya tidak setinggi

yang sudah “merah petik”. Oleh karena itu, bagi penanam tomat dipekarangan

yang menginginkan buah tomat yang setinggi- tingginya harus mau menunggu

hingga buah tomatnya benar-benar merah dipohon. Rasanya akan lebih manis dan

kadar vitamin C-nya tinggi.

Buah tomat dalam keadaan stadium petik apa pun tidak boleh jatuh, walaupun

sedikit, pada saat pemetikan dan pengumpulan. Tiap-tiap kerusakan akan

mengakibatkan pembusukan, tidak tahan lama dalam penyimpanan dan

pengangkutan.

4.2 Pemilihan Buah Tomat

Dengan meningkatnya selera konsumen buah tomat supermarket di kota-kota

besar maupun pasar-pasar khusus yang hanya menjual bahan-bahan yang terpilih,

maka pemilihan buah tomat oleh penghasil maupun pedagang buah tomat sudah

lama diperhatikan. Apalagi bila buah tomat sudah mempunya tijuan untuk

diekspor ke luar negeri, penentuan kualitas pasti diperhatikan.

Kualitas buah tomat ditentukan oleh:

- Ukurannya,

- Warna buahnya,

- Mulus kulitnya, tidak bercelah-celah, dan

- Bebas dari penyakit maupun bekas jatuh.

Untuk memperindah warna, buah tomat dibersihkan dengan kain yang halus.

Pencucian buah –bila perlu- harys dilakukan karena ada bekas obat-obatan atau

kotoran tanah, namun sebelum diangkat harus sudah benar-benar kering. Buah

Page 20: Makalah Budidaya Tomat

tomat untuk ekspor besarnya harus rata dan dimasukkan ke dalam peti. Di luar

negeri ukuran petinya sudah ditentukan dengan standar, demikian pula berat

isinya, misalnya 4-5 kg per peti dan disusun dalam dua tingkat. Tiap-tiap buah

dibungkus dengan kertas yang dapat mnyerap air.

Pada umumnya buah tomat yang berkualitas tinggi dibungkus dengan kertas

yang indah, diberi cap dan sebagainya agar mempunya daya tarik lebih kepada

pembeli sehingga mau membayar lebih mahal pula. Di luar negeri, hal-hal

tersebut sudah lama dilakukan. Semoga di Indonesia dalam waktu yang tidak lama

lagi akan mengikuti jejak teman-temannya dalam bidang pertomatan yang telah

maju itu.

4.3 Pemeraman Buah Tomat

Untuk meningkatkan kemasakan buah tomat yamg masih “hijau masak” atau

“merah petik” agar menjadi merah luar dalam, diperlukan beberapa hari

pemeraman. Dalam suhu 100-1500 C buah tomat dapat bertahan agak lama dan

perubahan warna akan berjalan dengan sempurna, rasanya pun akan meningkat.

Dalam suhu tersebut buah tomat yang “hijau masak” dapat bertahan hingga 30

hari lamanya, sedangkan yang sudah “merah petik” bilamana disimpan dalam

suhu 50 C dapat bertahan 10 hari. (Thompson & Kelly).

Dalam suhu yang tinggi seperti di pasar-pasar Indonesia, proses pemasakan

buah akan berjalan cepat dan tidak akan bertahan lama. Buah tomat yang dijual ke

pasar kebanyakan berwarna kuning. Ini menunjukkan bahwa buah tersebut masih

terlalu muda ketika dipetik. Namun apa daya, buah demikian tetap laku karena

konsumen masih belum mengenal nilainya buah tadi. Nilai gizi buah yang kuning

maih sangat rendah, rasanya pun tidak selezat buah yang sudah masak benar.

Page 21: Makalah Budidaya Tomat

BAB V

PERAWATAN TANAMAN

5.1 Pemasangan Ajir

Page 22: Makalah Budidaya Tomat

Tanaman tomat mutlak memerlukan ajir atau turus dari bambu. Fungsi ajir

antara lain untuk membantu menegakkan tanaman, mencegah tanaman roboh

karena beban buah dan tiupan angin, mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman,

membantu penyebaran daun, mengatur pertumbuhan tunas dan ranting,

mempermudah penyiangan, dan mempermudah penyemprotan atau pemupukan.

Menurut penelitian yang pernah dilakukan, penanaman tomat dengan

menggunakan ajir dapat mendongkrak produksi buah tomat sampai 48%, bahkan

terbukti mampu mengurangi serangan hama dan penyakit.

Pemasangan ajir dilakukan segera setelah tanaman tomat selesai ditanam

di bedengan. Gunakan ajir bambu sepanjang 100cm untuk tomat tipe determinate

dan ajir sepanjang 225 cm untuk tomat tipe indeterminate. Pasang ajir dengan

jarak 10-20 cm dari tanaman tomat. Selanjutnya, ikat tanaman tomat pada ajir

secara berkala mengikuti pertumbuhan tanaman.

sistem pemasangan ajir yang umum dilakukan oleh para petani tomat ada

dua, yakni sistem segitiga dan sistem tunggal. Pemasangan ajir sistem segitiga

adalah menggabungkan empat ajir menjadi satu dengan cara mengikat bagian atas

bambu. Sementara itu, pada sistem tunggal, hanya digunakan satu buah ajir yang

dihubungkan satu sama lain dengan bambu supaya tidak gampang roboh. Dari

kedua sistem pemasagan ajir tersebut, sistem tunggal dianggap lebih baik karena

sinar matahari yang diterima oleh tanaman tomat lebih optimal sehingga mampu

mengurangi resiko menularnya hama dan penyakit.

5.2 Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman sebab unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak bisa diandalkan untuk

memacu pertumbuhan tanaman tomat secara optimal, terutama pada penanaman

sistem intensif. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman meliputi unsur hara makro

dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan

tanaman dalam jumlah relatif besar dibandingkan dengan unsur hara lainnya.

Page 23: Makalah Budidaya Tomat

Contoh unsur hara makro adalah seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K),

kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Sementara itu, pengertian unsur

hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat

kecil, tetapi fungsinya sangat penting dan tidak tergantikan. Contoh unsur hara

mikro antara lain besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), boron (B),

molybdenum (Mo), dan khlor (Cl).

5.2.1 Unsur Hara Makro

Nitrogen (N)

Nitrogen berperan besar untuk menyusun zat hijau daun, protein, lemak,

dan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur hara makro ini disuplai

oleh pupuk kandang, urea, pupuk Za, dan berbagai jenis pupuk daun. Gejala

kekurangan unsur nitrogen menyebabkan warna daun berubah menjadi

kekuningan atau kuning, jaringan daun mati, dan bentuk buah tidak sempurna.

Posfor (P)

Posfor (P) berperan penting sebagai penyusun inti sel lemak dan protein

tanaman. Unsur hara makro ini diperoleh dari pupuk kandang, pupuk TSP, dan

pupuk daun yang disemprotkan ke tanaman. Fungsi pupuk posfor adalah

untuk merangsang pertumbuhan akar, bunga dan pemasakan buah.

Kekurangan posfor (P) pada tanaman tomat menyebabkan pertumbuhan akar

dan pertumbuhan generatifnya terganggu. Gejala kekurangan unsur ini

biasanya ditandai dengan memerahnya bagian bawah daun, terutama di bagian

tulang daun, kemudian disusul daun melengkung dan terpelintir.

Kalium (K)

Kalium (K) adalah salah satu unsur hara makro yang berfungsi sebagai

penyusun protein dan karbohidrat pada tanaman. Selain diperoleh dari pupuk

kandang, unsur ini juga disuplai oleh pupuk KCL, kalium sulfat atau ZK,

potasium kalium nitrat, dan pupuk daun. Dalam peertumbuhan tanaman,

kalium berperan untuk memperkuat bagian kayu tanaman, meningkatkan

kualitas buah, meningkatkan ketahanan terhadap hama, penyakit, dan

Page 24: Makalah Budidaya Tomat

kekeringan. Kekurangan unsur kalium menyebabkan ujung daun menguning

dan semakin lama berubah menjadi cokelat. Jika dibiarkan. daun-daun tersebut

akan rontok.

Kalsium (Ca)

Kalsium (Ca) berperan sebagai pembentuk dinding sel tanaman. Selain

disuplai lewat pupuk kandang, unsur hara ini juga diperoleh dari penambahan

kapur, baik berupa kapur dolomit, kalsit, maupun kalsium khlorida. Fungsi

kalsium adalah mengeraskan bagian kayu tanaman, merangsang pembentukan

akar halus, mempertebal dinding sel buah, dan merangsang pertumbuhan biji.

Kekurangan kalsium pada tanaman tomat menyebabkan penyakit fisioligis,

biasanya ditandai dengan gejala mirip serangan blossom and root. Penyakit

fisiologis inimenyerang tanaman muda dan dewasa. Gejalanya mudah

dikenalilewat tanda-tanda khas yang tampak dari daun hingga buahnya.

Magnesium (Mg)

Magnesium (Mg) berperan penting sebagai penyusun khlorofil,

mengaktifkan enzim yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, dan

menambah kadar minyak pada tanaman. Unsur hara ini diperoleh dari pupuk

kandang, kapur dolomit, kieserite, dan pupuk daun yang mengandung Mg.

Kekurangan unsur magnesium pada tanaman tomat menyebabkan terjadinya

klorosis (menguning) pada tulang-tulang daun yang sudah tua. Selain itu,

warna daun akan berubah menjadi kuning dan muncul bercak-bercak cokelat

dipermukaannya.

Sulfur (S)

Sulfur berfungsi sebagai penyusun protein, vitamin, dan membantu

pembentukan zat hijau daun. Selain diperoleh dari pupuk kandang, unsur hara

ini juga bisa disuplai dari penambahan pupuk buatan ZA, pupuk daun, dan

pupuk multi-micro yang mengandung 5,3% sulfur. Jika tanaman kekurangan

sulfur, pada daun-daunnya akan muncul gejala klorosis (menguning).

Page 25: Makalah Budidaya Tomat

5.2.2 Unsur Hara Mikro

Besi (Fe)

Besi berperan sebagai pembentuk klorofil, penyusun protein, dan

penyusun enzim. Unsur hara ini diperoleh dari pupuk kandang dan pupuk

kimia. Kekurangan unsur besi (Fe) pada tanaman tomat menyebabkan

pertumbuhan tomat terhambat, daun berguguran, dan pucuk tanaman mati.

Gejala yang mendahului kekurangan unsur besi biasanya berupa

menguningnya daun-dau muda dan tulang daun.

Boron (B)

Boron berperan dalam pembentukan protein, pembentukan buah, dan

perkembangan akar. Unsur hara ini dapat diperoleh lewat pupuk kandang,

borax atau borate, asam borate, dan pupuk mikro. gejala kekurangan unsur

boron (B) pada pada tanaman tomat biasanya ditandai dengan pembentukan

cabang yang tumbuh sejajar berdampingan, ruas tanaman memendenk, dan

batang tanaman keropos.

Seng (Zn)

Unsur hara mikro ini berfungsi sebagai katalisator dalam pembentukan

protein, mengatur pembentukan asam ondoleasetik (asam yang berfungsi

sebagai zat pengatur tumbuh tanaman), dan berperan aktif dalam transformasi

karbohidrat. Unsur ini bisa disuplai lewat pupuk daun yang mengandung

unsur Zn. Kekurangan unsur hara Zn tudak begitu berarti bagi tanaman tomat.

Mangan (Mn)

Unsur hara mikro ini berfungsi sebagai aktifator berbagai enzim yang

berperan dalam proses perombakan karbohidrat dan metabolisme nitrogen.

mangan bisa disuplai lewat pemberian pupuk daun yang mengandung Mn.

Gejala kekurangan unsur Mn pada tanaman tomat tidak bisa diketahui secara

langsung tanpa membawa sample daun atau tanah ke laboratorium.

Tembaga (Cu)

Page 26: Makalah Budidaya Tomat

Tembaga berperan sebagai aktifator berbagai enzim dalam proses

penyimpanan cadangan makanan, katalisator dalam proses pernapasan dan

perombakan karbohidrat, salah satu elemen dalam pembentukan vitamin A,

dan secara tidak langsungberperan dalam proses pembentukan klorofil.

Biasanya unsur hara mikro ini disuplai dari pupuk daunyang mengandung Cu.

Kekurangan unsur tembaga (Cu) menyebabkan tanaman tumbuh tidak

sempurna (kerdil) dan pembentukan buah atau bunga sering gagal.

Molibdenum (Mo)

Molibdenum berperan dalam penyerapan N, pengikatan N, asimilasi n,

dan secara tidak lagsung berperan didalam pembentukan asam amino dan

protein tanaman. Kekurangan unsur ini biasanya disuplai lewat upaya

pengapuran. Gejala kekurangan unsur molibdenum pada tanaman tidak bisa

langsung diketahui tanpa membawanya ke laboratorium terlebih dahulu.

Khlor (Cl)

Khlor dibutuhkan dalam proses fotosintesis, terutama berkaitan langsung

dengan pengaturan tekanan osmosis di dalam sel tanaman. Kekurangan khlor

sangat jarang terjadi karena unsur ini banyak tersedia secara alami di dalam

tanah. Gejala kekurangan khlor pada tanaman tomat ditunjukkan dengan

munculnya bercak-bercak kuning di permukaan daun dan daun menjadi layu

serta berwarna kuning.

Aplikasi pemupukan pada tanaman tomat bisa menggunakan pupuk

organik dan pupuk anorganik. Bahan baku dari pupuk organik berasal dari

kotoran sapi, kotoran ayam, dan kotoran kambing atau domba. Setiap jenis

kotoran hewan tersebut memiliki kandungan unsur hara yang berbeda-beda.

Tabel Kandungan Unsur Hara pada Berbagai Jenis Pupuk Kandang

Jenis

Pupuk

N P K Ca Mg Mn Zn B

Page 27: Makalah Budidaya Tomat

Kandang % Mg/Kg

Sapi 2,33 0,61 1,58 1,040 0,38 1792,0 70,5 3,69

Kuda 1,57 0,68 0,77 1,640 0,49 2478,5 109,5 3,60

Domba 2,46 0,76 2,03 1,990 0.70 3773,0 111,0 8,67

Ayam 3,21 3,21 1,57 9,625 1,44 22506,0 315,0 11,43

Sumber : Nunung Nurtika (Laboratorium Tanah Balithor Lembang, 1984).

Sementara itu, pupuk anorganik yang digunakan bisa berasal dari pupuk

tunggal, seperti urea (nitrogen), Za (nitrogen), KCL (kalium), dan TSP (posfor).

Untuk tanaman tomat dan tanaman lain dari Solanacearum sebaiknya tidak

memakai pupuk yang kandungan N-nya berasal dari urea, tetapi lebih disarankan

untuk menggunakan pupuk Za karena tanaman inni sudah bisa mengikat unsur N

dari udara.

Saat masa awal pertumbuhan, tanaman sebaiknya dipupuk dengan pupuk

yang kandungan nitrogen dan posfornya tinggi. Setelah dewasa dan mendekati

masa-masa produktif, gunakan pupuk yang kandungan kaliumnya tinggi.

Tambahkan juga berbagai unsur mikro, seperti Ca, Mn, Mg, Cu, Zn, dan Mb.

Sebab, jika kekurangan salah satu saja dari unsur-unsur mikro diatas, tanaman

akan mengalami penyakit fisiologis. Gejala yang bisa dilihat aibat penyakit ini,

antara lain pembentukan bunga yang tidak sempurna, penyerbukan kurang

optimal, buah yang dihasilkan cacat, terserang blossom and root, dan tidak bisa

mengikat salah satu unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya.

Pada penanaman tomat sistem konvensional, pupuk organik diberikan

sewaktu pengolahan lahan. Sementara itu, pupuk anorganik diberikan secara

bertahap sebanyak 4 kali. Aplikasi pertama dilakukan pada saat tanam dan

aplikasi berikutnya berturut-turut 10 hari setelah tanam, 24 hari setelah tanam, dan

44 hari setelah tanam. Cara aplikasi yang biasa dipakai yakni menaburkan pupuk

anorganik ke dalam beberapa lubang yang dibuat di sekeliling tanaman tomat.

Page 28: Makalah Budidaya Tomat

Cara lainnya adalah membuat lubang sedalam 5 cm di antara tanaman tomat

dengan jarak 10 cm setiap lubangnya. Supaya kedalamannya seragam, lubang

dibuat dengan menggunakan tugal. Secara lebih rinci, dosis dan waktu

pemupukan dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel Dosis dan Waktu Pemupukan Tanaman Tomat dengan Pupuk Tunggal (kg/ha)

Jenis Pupuk

Pemupukan I

pada saat

Tanam

Pemupukan II

10 hst

Pemupukan

III 24 hst

Pemupukan

IV 44 hst

Za 200 100 100 100

SP 36 170 - - -

KCL 120 - 60 40

Sumber : PT. Tanindo Subur Prima

Tabel Pemupukan Tanaman Tomat dengan Pupuk NPK (Kg/Ha)

Jenis Pupuk

Pemupukan I

pada saat

Tanam

Pemupukan II

4 minggu hst

Pemupukan III

8 minggu hstJumlah Total

NPK 333 333 333 1000

Keterangan : Diolah dari berbagai sumber

Pupuk NPK yang biasa dipergunakan untuk memupuk tanaman tomat

antara lain NPK 15-15-15, NPK 16-16-16 + TE (trace element), NPK 12-34-12,

NPK 8-24-24, 12-12-7, atau NPK 4-16-12. Perbandingan komposisi pada setiap

pupuk NPK tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Jika pupuk yang

dipergunakan tidak mengandung unsur hara mikro, tambahkan pupuk mikro lewat

tanah atau lewat penyemprotan pada daun. Identifikasi kekurangan unsur hara

Page 29: Makalah Budidaya Tomat

mikro pada tanaman tomat dapat dilakukan dengan membawa sample tanah dan

sample daun tomat ke laboratorium analisis tanah.

5.3 Pengairan

Pengairan termasuk faktor penting dalam pertumbuhan tanaman tomat.

Salah satu tujuan pengairan adalah mengganti air yang hilang akibat diserap

tanaman atau penguapan. Selain untuk mengganti kehilangan air, pengairan juga

berguna dalam proses pembentukan bunga dan buah.

Pengairan bisa dilakukan dengan sistem perendaman, yakni melalui air

irigasi yang dialirkan lewat parit-parit di antara bedengan. Cara lainnya, air

disiramkan langsung di atas bedengan. Sumber air berasal dari sungai atau dari

sumur yang dibuat di dekat areal kebun. Sumur dangkal bisa di buat di lahan

sawah yang tidak memiliki sumber air tetapi memiliki air tanah yang dangkal.

Sebagai patokan, lahan seluas satu hektar kira-kira bisa dibuat 4 buah sumur

dangkal. Air dari sumur tersebut dialirkan ke bedengan dengan menggunakan

pompa air portable yang berpenggerak mesin diesel atau bensin.

Pengairan pada lahan sawah dengan sistem perendaman hanya

membuthkan waktu satu minggu sekali. Tinggi perendaman hanya sekitar tiga

perempat dari tinggi bedengan. Supaya permukaan bedengan tetap basah, lakukan

penyiraman dengan menggunakan ember. Sementara itu, jika musim penghujan

turun aturlah sistem pembuangannya supaya aliran airnya lancar sehingga akar

tomat tidak tergenang air terlalu lama. Akar atau bedengan yang sering terendam

air menyebabkan kelembapan tinggi. Akibatnya, akan mengundang penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum dan cendawan Fusarium

oxysporum. Sementara itu, pengairan lahan bukan sawah, bisa dilakukan secara

Page 30: Makalah Budidaya Tomat

manual dengan menggunakan ember atau selang yang disiramkan langsung satu

persatu ke tanaman.

5.4 Pemangkasan

Pemangkasan tanaman tomat dilakukan terhadap tunas air; daun tua; daun

yang terserang penyakit; buah yang cacat, rusak, atau terserang hama dan

penyakit. Selain bertujuan membuang tunas, pemangkasan tunas air juga

bermanfaat untuk pembentukan tanaman.

Pembentukan tanaman tomat lewat pemangkasan tunas air atau wiwilan

dilakukan pada tanaman tomat tipe indeterminate. Pada dasarnya pembentukan

tanaman tomat digolongkan menjadi dua, yakni sistem pemeliharaan satu batang

dan sistem pemeliharaan dua batang. Sistem pemeliharaan satu batang dilakukan

dengan memamgkas semua tunas air dan hanya menyisakan satu batang utama.

Sementara itu, pada sistem pemeliharaan dua batang, semua tunas air dipangkas

kecuali tunas yang tumbuh di bawah tandang bunga pertama. Tunas air yang

disisakan ini akan membentuk cabang sebagai batang kedua yang akan

menghasilkan buah.

Pemangkasan daun tua atau daun yang terkena serangan hama dan

penyakit bertujuan untuk memperlancar sinar matahari yang masuk ketanaman

dan mengurangi risiko menularnya hama dan penyakit. Waktu pemangkasan

sebaiknya pada pagi hari karena tunas air dan daun masih banyak mengandung air

sehingga mudah dipatahkan. Setelah pemangkasan selesai, semua daun dan buah

yang terkumpul ditempatkan ke dalam wadah khusus lalu musnahkan dengan cara

dibakar atau ditimbun ke dalam lubang sehingga bisa mengurangi risiko

menularnya hama dan penyakit.

Sementara itu, pemangkasan pada buah ditujukan untuk buah yang cacat,

rusak atau terkena hama dan penyakit. Buah yang sudah terkena hama dan

penyakit harus secepatnya dibuang sehingga tidak menular kepada buah yang lain.

Page 31: Makalah Budidaya Tomat

BAB VI

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT

Tanaman tomat tidak terbebas dari hama dan penyakit. Tiap-tipa bagiannya

dapat diserang. Didaerah tinggi yang udaranya lebih lembab daripada di dataran

rendah, serangan penyakit lebih tinggi. Di daerah tersebut penanam tomat

berjuang mati-matian untuk menanam tanamannya dari serangan penyakit daun.

Hingga saat ini belum ada satu jenis tomat pun yang imun atau toleran terhadap

penyakit tersebut.

Hasil panen tomat yang berkualitas, selain ditentukan oleh pemeliharaan dan

pemupukan juga tergantung dari cara mengatasi hama dan penyakitnya. Para

petani di Indonesia umumnya menghabiskan 40% biaya untuk mengatasi hama

dan penyakit. Umumnya cara yang mereka terapkan adalah mencampurkan

beberapa pestisida, seperti insektisida, fungisida, dan bakterisida.secara

bersamaan dan beerulang-ulang dalam waktu yang lama. Perlakuan tersebut terus

mereka terapkan karena tidak mengetahui penyakit atau hama yang menyerang

tanamannya. Untuk menghindari hal tersebut, pengetahuan tentang hama dan

penyakit serta cara pengendaliannya menjadi sangat penting.

Dalam prakteknya, penyemprotan pestisida sebaiknya tidak dicampur

dengan pestisida lainnya. Beberapa pestisida tertentu, tidak bisa dicampur dengan

Page 32: Makalah Budidaya Tomat

pestisida lainnya. Beberapa pestisida tertentu, tidak bisa dicampur dengan

pestisida lain, misalnya yang berbahan aktif tembaga tidak bisa dicampur dengan

pestisida yang berbahan aktif asam. Hal ini dapat dihindari dengan melihat

kandungan bahan aktif di dalam kemasannya. Waktu penyemprotan sebaiknya

dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00-10.00 dan sore hari setelah pukul

15.00. Kisaran waktu tersebut dipilih karena jika terlalu pagi dikhawatirkan masih

banyak embun pada daun yang dapat mengurangi fungsi pestisida. Sementara itu,

jika aplikasi diberikan terlalu siang, pestisida dapat dengan cepat menguap

sehingga bisa menimbulkan kerugian. Penyemprotan ketika musim hujan juga

bisa mendatangkan masalah, yakni pupuk mudah larut terbawa bersama air hujan.

Karena itu, jika penyemprotan dilakukan ketika musim hujan, campur larutan

pestisida dengan bahan pelarut atau bahan pembasah (surfaktan) sehingga bisa

merekat pada daun dan tidak tercuci oleh air hujan.

Penyemprotan sebaiknya dilakukan jika populasi hama atau penyakit

sudah melewati ambang batas toleransi. Ketika penyemprotan dilakukan,

perhatikan juga keselamatan pekerja supaya tidak keracunan. Sebaiknya pekerja

dilengkapi dengan peralatan pengaman, seperti sarung tangan, baju lengan

panjang, topi, kacamata dan masker. Selain memperhatikan keselamatan pekerja,

konsumen juga perlu dilindungi dari sisa-sisa cemaran pestisida yang masih

menempel pada buah tomat. Hal tersebut dapat dicegah jika penyemprotan

dihentukan sekitar dua minggu menjelang buah dipanen.

Seperti pada tanaman-tanaman semusim lainnya, keberadaan hama dan

penyakit pada tomat juga bisa mendatangkan bencana bagi para petaninya.

Namun, setidaknya masalah tersebut dapat dicegah dengan mengetahui jenis-jenis

dan penyakit yang sering menyerang tanaman tomat. Tidak itu saja, cara

mengatasinya juga perlu diketahui, terutama jenis pestisida yang cocok untuk

diaplikasikan.

6.1 Beberapa Hama yang Penting

Page 33: Makalah Budidaya Tomat

a. Nematoda

Nematoda adalah sejenis cacing tanah yang berukuran sangat kecil, yaitu 0,4-

0,8 mm untuk yang betina dan 1,2-1,9 mm untuk yang jantan. Seekor cacing

betina dapat bertelur 600-800 butir, maksimum 2.882 butir. (Tyler). Kapasitas

tersebut bergantung pada tanaman inang dan keadaan tanahnya.

b. Heterodera

Heterodera ini mulutnya khusus mulutnya membuat lubag pada kulit akar,

untuk menghisap airnya, kemudain masuk kedalam akar dan menetap didalmnya

dengan arah membujur. Akibat “ulah” ini akar tomat akan membengkak dengan

bentuk tidak merata. Pembengkakan ini dapat bertahan lama, kemudian

membusuk dan datanglah serangan baru dari pihak bakteri maupun cendawan.

Serangan sedang-sedang saja akibatnya cukup terasa pula dengan sangat

menurunnya hasil.

Bila dalam kompleks tanaman tomat terdapat salah satu tanaman yang

tumbuhnya merana, walaupun sudah mendapat rabuk yang cukup, itulah gejala

adanya serangan “nematoda”. Jika diperiksa akarnya bengkak dan tidak merata,

maka dapat dipastikan bahwa tanaman tomat itu terserang Heterodera. Serangan

ini dapat meluas dan tanah dapat dinyatakan sudah dihuni oelh beribu-ribu

Nematoda.

Tanah yang dihuni Heterodera ini biasanya tanah yang sudah bertahun-tahun

diusahakan dan kekurangan kadar humus. Peningkatan kadar humus hanya dapat

dicapai dengan peningkatan penggunaan rabuk kandang atau organik. Dengan

usaha ini dapat pula ditingkatkan banyaknya penghuni cacing lainnya yang dapat

mengurangi populasi cacing Nematoda, yaitu cacing hujan atau cacing kalung.

Usaha preventif ini sangat dianjurkan untuk daerah pegunungan yang tanahnya

serul atau berpasir tinggi.

Obat untuk membasmi Nematoda adalah Nematisida yang diperdagangkan

dibawah nama Temik 10 G atau Nemagon. Obat ini ditaburkan di antara atau di

Page 34: Makalah Budidaya Tomat

tengah-tengah dua lubanga tanaman sebelum menanam, yaitu sebanyak satu gram

per lubang.

c. Hama Ulat Tanah (Prodenia ipsilon)

Ulat tanah biasanya banyak berjangkit di daerah tinggi dan menyerang

tanaman tomat yang masih muda atau baru ditanam. Batang yang masih lunak

menjadi sasarannya. Warna ulat tanah ini bermacam-macam, ada yang kehitam-

hitaman dan sebagainya, tetapi kebanyakan berwarna hitam. Pada siang hari ulat

ini berada di dalam tanah, tidak jauh dari tanaman yang dirusaknya. Gejala

serangannya tampak sebagai berikut: Tanaman tomat yang masih muda dipotong

dekat permukaan tanah, dan sisa batang bagian atasnya dibiarkan.

Hama ini banyak menyerang pada musim kemarau. Cara pembasmiannya

dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan ulat secara langsung, atau menyemprot

dengan insektisida batang tanaman dan tanah disekitar setelah menanam.

Penempatan insektisida buliran (BHC dan lain-lain) dicampur dengan rabuk dasar

mempunyai hasil yang efektif pula.

d. Ulat Buah

Ulat ini senang menyerang tomat yang masih muda sehingga buahnya sering

berlubang dan bisa membusuk karena infeksi. Penyebabnya adalah ulat

Helicoverpa spp. Buah tomat yang sudah terserang hama ini harus langsung

dipetik dan dimusnahkan supaya tidak menular ke tanaman lain yang masih sehat.

Ulat ini bisa diberantas dengan menyemprotkan insektisida Supracida, Curacron,

atau Buldok. Gunakan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

e. Lalat Buah

Ciri lalat buah atau Dacus durcalis adalan berwarna cokelat kekuningan

dengan garis kuning membujur pada punggung. Lalat ini umumnya menyerang

dengan cara menyuntikkan telur-telurnya ke dalam kulit buah tomat. Telur-telur

tersebut akan berubah menjadi larva yang akan menggerogoti buah tomat dari

dalam sehingga buah tersebut menjadi busuk dan rontok.

Page 35: Makalah Budidaya Tomat

Lalat buah dapat dikendalikan dengan cara menyemprotkan insektisida

sistemik sejak buah berumur satu minggu. Gunakan dosis sesuai dengan yang

tertera pada kemasan. Cara lain yang tak kalah efektifnya adalah menggunakan

perangkap lalat buah yang berbahan aktif methyl eugenol, misalnya M-antraktan.

Untuk menghindari cemaran sisa-sisa insektisida, hentikan penyemprotan pada

dua minggu menjelang panen.

f. Ulat Daun

Ulat daun Spodoptera litura sering menyeyrang tanaman tomat. Ulat tersebut

menyerang daun dengan cara menggigitnya sehingga daun berlubang atau rusak.

Akibat rusaknya daun, proses fotosintesis menjadi terganggu. Atasi ulat daun

dengan menyemprotkan insektisida racun kontak atau racun perut. Langkah

pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga sanitasi kebun.

g. Rayap

Serangan rayap ditandai dengan adanya alur atau terowongan dari tanah yang

menempel pada pohon. Selain menyerang batang, rayap juga menyerang akar

tanaman tomat. Serangan rayap dapat berakibat fatal yakni kematian tanaman.

Untuk mencegah serangan rayap, sanitasi kebun harus dijaga, terutama areal

kebun harus harus bebas dari kayu-kayu bekas tebangan. Sementara itu, untuk

mengatasi rayap, lakukan penaburan insektisida berbahan aktif karbofuran pada

bedengan.

h. Kutu Putih

Hama kutu putih (Pseudococus sp.) berbentuk bulat berwarna kehijauan dan

tumbuhnya diselimuti oleh lalisan lilin berwarna keputihan. Kutu putih

menyerang tanaman tomat dengan cara menghisap cairan daun. Hama ini juga

membawa penyakit embun jelaga. Kotorannya yang terasa manis juga

mengundang semut. Akibat serangan kutu putih daun menjadi keriting dan bunga

atau buahnya mengalami kerontokan. Pemberantasan kutu putih juga harus diikuti

dengan pemberantasan semut yang menjadi media penyebaran hama kutu putih

dan embun jelaga. Gunakan insektisida dan akarisida untuk memberantasnya.

Page 36: Makalah Budidaya Tomat

i. Semut dan Belalang

Semut dan belalang umumnya menyerang tomat ketika masih berupa bbibit

di perdemaian. Kedua hewan ini merusak bibit dengan cara menggigit dan

memakannya sehingga bibit tidak bisa ditanam lagi. Atasi hama ini dengan

insektisida racun kontak atau sebarkan pada media persemaian insektisida

Furadan 3G yang berbahan aktif karbofuran.

6.2 Hama Penting yang Menyerang Daun

Jenis-jenis Tungau (Myten)

a. Tungau hijau kekuning-kuningan (Tarsenemus transculucens)

Tungau ini dapat menyerang tanaman tomat, lombok, terung, tanaman hias,

dan sebagainya. Berukuran kecil, panjangnya hanya 0,25 mm, badannya licin,

tembus cahaya, kakinya halus, dan sukar dilihat dengan mata biasa. Banyak

berkembang biak dalam bulan Desember/Januari. Gejala infeksi pertama tampak

pada daun dari warna hijau berubah menjadi wana “brons”. Perubahan warna

terjadi setelah 8-10 hari tungau ini menetap. Lima hari setelah perubahan warna

ini terjadi bila daun ucuk yang diserang tampak mengering, mengerut. Kuntum

bunga tidak bebas dari serangan. Kerusakan itu akibat dari pengisapan air dari

dalam daun, kuntum, dan bunga.

b. Tungau merah (Tetranichus bimaculatus)

Tungau ini merupakan penduduk dunia yang terkenal. Ia dapat menyerang

segala jenis tanaman dari tanaman tomat, kedelai, terung, kentang hingga teh,

karet, pepaya, beberapa jenis sayuran, dan sebagainya. Tungau merah ini besarnya

rata-rata hanya 0,5 mm. Warnanya merah karmijn. Kaki dan moncongnya

berwarna putih.

Tungau ini mudah dilihat, berjalan kian kemari dengan santai, sebentar-

sebentar sambil menghisap daun. Mereka menetap dibagian bawah daun, sering

Page 37: Makalah Budidaya Tomat

pula berada dibawah sarang yang mereka bentuk sendiri. Tempat yang paling

merek gemari ialah dibagian daun, dimana tulang daun bercabang atau disamping

tulang daun. Oleh karena itu, gejala-gejala pertama dan yang paling parah adalah

di tempat-tempat tersebut.

Tungau ini mudah berkembang biak pada suhu 13-270 C atau lebih, demikian

pula pada keadaan udara yang kering. Oleh karena itu, dalam musim kemarau

yang terik seranangan tunagu merah ini sangat fatal. Serangannya akan berkurang

ilamana hujan sudah mulai turun.

c. Tungau Thrips Tabaci (guram)

Selain menyerang tomat Thrips pun dapat meyerang lombok, kentang, labu,

bayam, dan sebagainya, hingga tanaman hias. Karena ukuran thrips agak lebih

besar dari Myten, maka ia mudah dilihat. Mereka banyak berdiam di bagian

bawah daun. Bilamana Myten lebih menyukai musim yang kering, sebaliknya

Thrips menyukai hawa yang lembab.

Gejala serangannya tampak pada perubahan warna bagian bawah, yaitu hijau

menjadi warna perak berkilau. Selanjutnya warna tersebut berubah menjadi sawo

muda berbintik-bintik hitam. Thrips dapat dibasmi dengan berbagai macam obat

yang mutakhir, seperti Folidol, Malathion Diazinon, dsb. Sebaliknya, Myten

minta obat yang khusus, yang disebut obat Acarasida. Insektisida yang modern

pun mengandung racun anti Myten, sehingga amat luas daya bunuhnya.

Insektisida yang “kontroversional” terhadap Myten dan masih dapat dijamin

keampuhannya adalah tepung belerang. Tepung belerang yang sangat halus dapat

dibuat sendiri, mudah ditebarkan pada siang hari atau disemprotkan dengan air

dalam perbandingan 3 liter air ditambah 3 sendok belerang.

d. Hama ulat buah (Heliotis sp.)

Selain menyerang tomat, ulat Heliotis banyak pula merusak buah jagung.

Bagian yang diserang adalah buah yang sudah mulai mulai membesar hingga yang

sudah hampir tua. Seluruh bagian buah dapat dirusak karena mereka sangat suka

Page 38: Makalah Budidaya Tomat

menetap di dalam buah. Secara preventif pembasmiannya adalah dengan

menyemprotkan insektisida dua minggu sekali bilamana buah sudah mulai

berkembang. Heliotis ini banayak berjangkit dalam musim kemarau.

e. Kutu daun

Kutu daun (Myzus perpicae) menyerang tanaman tomat dengan cara

menghisap cairan daun. Akibatnya daun menjadi keriput, berwarna kekuningan,

terpuntir, dan tanaman menjadi kerdil. Hama kutu daun juga bisa menularkan

berbagai penyakit, seperti tungau, embun jelaga, dan virus. Bahkan hama ini juga

bisa mengundang semut. Para petani biasanya mengendalikan kutu daun dengan

cara menyemprot tanaman tomat secara bergantian menggunakan insektisida yang

berbahan aktif imidakloprid, fipronil, dan protiofos.

6.3 Penyakit Tomat yang Penting

Di dataran tinggi tanaman tomat dihadapkan pada tiga penyakit yang penting dan

dapat fatal akibatnya, yaitu:

- Penyakit daun Phyptophora infestans

- Penyakit daun Alternaria solani

- Penyakit akar Bacterium solanacearum

Di dataran rendah, penyakit daun tersebut tidak membahayakan, karena

dalam musim kemarau saat yang paling baik untuk menanam tomat adalah pada

hawa yang kering. Kelembaban di dataran tinggi adalah faktor utama penyebab

timbulnya penyakit daun sepanjang tahun. Penyakit akar juga dapat berjangkit di

kedua daerah dengan intensitas keganasan yang sama.

Penyakit daun Phyptophora infestans

Penyakit ini merupakan sejenis cendawan yang dpat pula mengganaspada

tanaman kentang dan kelaurga dari Solanacearum. Daun dan buah tomat menjadi

Page 39: Makalah Budidaya Tomat

sasaran utamannya. Sejak mulai di persemaian penyakit ini bisa berjangkit.

Tanaman yang baru ditanam bisa menunjukkan gejla serangan pertama yang

kemungkinan juga dibawa dari persemaian.

Infeksi dimulai di pinggir daun maupun di tengah-tengah daun, seperti

bercak-bercak sawo matang. Bercak-bercak tersebut melebar dan akhirnya seluruh

daun membusuk kering, keriting, dan kebanyakan bergantungan pada batang.

Dibagian bawah daun yang membusuk terdapat spora, warnanya putih kelabu.

Buah tomat yang masih hijau dapat pula diserang, akibatnya buah menjadi busuk

dan kering serta belah-elah apda tempat pembusukan.

Penyakit daun Alternaria solani

Penyakit ini selain menyerang tomat dapat pula menyerang tanaman kentang,

kol, petsai, dsb. Alternaria mudah mengganas apabila cuaca cerah diikuti oleh

cuaca yang lembab (hujan). Serangan dapat berjalan cepat dan mematikan. Akibat

dari infeksi kedua dari penyakit daun ini tanamannya kehilangan daun yang sehat,

pertumbuhannya merana, dan hasilnya akan sangat menurun.

Gejala-gejala penyakit Alternaria dimulai dengan bintik-bintik berwarna sawo

matang, lambat laun dilingkari oleh garis yang agak berliku-liku. Akhirnya

dibentuklah lingkaran-lingkaran yang tidak merata, namun konsentris. Untuk

mencegah berjangkitnya kedua penyakit tadi, hendakna seluruh tanaman tomat

disemprot dengan fungisida 10-14 hari sekali, misalmya Dithane M.15, Antracol,

dsb.

Penyakit akar Bacterium solanacearum

Dalam bahasa daerah penyakit ini bernama hama wedang. Nama ini sesuai

dengan gejalanya, yaitu seluruh tanaman menjadi layu seolah-olah bekas disiram

air panas (wedang). Bakteri ini menyerang akar secara total dan menjalar ke

batang. Bilamana batang dipotong, dan dekat potongannya kita tekan, maka akan

keluar lendir. Lendir ini mengandung berjuta-juta bakteri.

Page 40: Makalah Budidaya Tomat

Hama wedang berjangkit di dataran tinggi dan rendah, iterutama di tanah-

tanah merah (latosol). Bagian yang diserang bukan tanamannya saja, seluruh

anggota Solanacea yang bermanfaat bagi manusia pun tidak dikecualikan. Di luar

keluarga ini, yaitu kacang tanah dn kedelai, menadi sasarannya pula. Di sawah-

sawah yang giliran penanamannya padi-palawija-padi dan seterusnya, bahaya dari

hama wedang ini sangat berkurang karena tanahnya mengalami pengairan yang

intensif dalam musim hujan. Di dataran tinggi, karena giliran tanamannya pada

umumnya kentang-kol-jagung atau jagung-kol-tomat atau ketela rambat-kol-

tomat-jagung, tanahnya jarang mengalami pengairan yang intensif atau digenangi,

maka penyakit ini mudah berjangkit dan menjalar.

Giliran kentang-tomat pasti mengundang datangnya bakteri ini. Bila disuatu

tempat telah terjadi adanya infeksi, maka tanah tersebut lebih baik jangan

ditanami tomat atau kentang selama tiga tahun berturut-turut. Namun di dataran

tinggi yang serba kekurangan tanah garapan, kebanyakan mengambil resiko yang

seminim mungkin, yaitu mengikuti rotasi penanaman kentang-kol-tomat atau

jagung-kol-tomat-kentang dan seterusnya. Tomat dan kentang tidak ditanam

berurutan.

Pengobatan secara langsung terhadap hama wedang ini tidak ada, hanya

pencegahan terhadap infeksi dapat dilaksanka dengan menanam bergiliran. Jangan

sekali-kali mengalirkan air siraman dari tempat yang telah ada penyakitnya ke

tempat yang masih bebas.

Penyakit Virus

Penyakit virus ini lebih kecil daripada balteri. Mudah disebarluaskan oleh

manusia sendiri. Mereka bergesekan dnegan tanaman yang dihinggapi virus unutk

kemudian secra tidak disadari memindahkan virus itu ke tanaman yang masih

sehat. Jenis-jenis kutu pucuk daun merupakan transportir tanpa dibayar unutk

virus berpindah tempat. Beberapa jenis virus dapat menyerang tanaman tomat.

Serangan virus, terutama pada daun tomat mengakibatkan bermacam-macam

gejala bergantung pada jenis virus itu sendiri.

Page 41: Makalah Budidaya Tomat

Gejalanya ada yang mengakibatkan daunnya keriting atau warnanya menjadi

mozaik, atau seluruh tanaman menjadi kerdil. Virus tidak dapat dibasmi secara

langsung. Secara preventif dapat dilaksanakan membasmi kutu pucuk yang

membawanya kemana-mana. Karena penyakit virus yang menyerang kentang

adalah yang sama jenisnya, maka tanaman tomat yang sehat mudah dihinggapi

virus yang berasal dari tetangga kentang.

Blossom and Rot

Penyakit blossom and rot atau busuk ujung buah, menyerang buah tomat baik

yang masih muda maupun yang sudah tua. Gejala serangan penyakit ini sudah

tampak ketika buah masih muda. Mula-mula terlihat bercak berwarna hijau gelap

pada ujung buah tomat yang kemudian berubah menjadi basah dan berwarna

cokelat sampai kehitaman. Setelah itu ujung buah akan mengerut, bentuknya

menjadi pipih, dan daging buah dalam setiap dompolan menjadi busuk basah dan

busuk kering. Serangan yang hebat dari penyakit ini kadangkala disertai dengan

tumbuhnya cendawan pada buah. Jika hal ini terjadi hasil panen bisa berkurang

hingga 85%.

Penyakit blossom and rot biasanya disebabkan oleh kekurangan unsur hara

mikro Ca (kalsium). Unsur Ca pada tanaman berguna untuk menyusun dinding-

dinding sel serta membantu proses pembelahan sel dan perpanjangan sel.

Kekurangan unsur hara Ca disebabkan oleh kondisi tanah yang miskin unsur

mikro Ca, pemupukan yang kurang berimbang, dan tanaman tidak bisa

mengambil Ca karena kondisi tanah terlalu kering atau terlalu basah.

Penyakit ini bisa diatasi dengan berbagai cara, antara lain penebaran kapur

dolomit, pemupukan yang berimbang, pengairan yang merata, dan penyemprotan

CaCl2 pada seluruh permukaan daun dengan frekuensi 5-7 hari sekali sebanyak

0,1%. Lakukan penyemprotan sampai tanaman benar-benar sembuh. Sementara

itu, buah yang sudah terserang harus segera dipetik dan dimusnahkan.

Penyakit Layu Fusarium

Page 42: Makalah Budidaya Tomat

Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum.

Penyakit ini biasanya menyerang tanaman tomat di dataran tinggi yang memiliki

kelembapan tinggi di musim hujan. Tanaman tomat yang terkena penyakit ini

ditandai dengan menguningnya daun-daun muda, memucatnya tulang-tulang daun

tomat bagian atas, tangkai daun terkulai kemudian tanaman menjadi layu. Gejala

lain yakni batang membusuk dan berbau amoniak. Jika pangkal batang tanaman

dipotong akan muncul warna cokelat berbentuk cincin dari berkas pembuluhnya.

Langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan penyakit layu

fusarium sebagai berikut.

Lakukan pemupukan yang berimbang.

Pilih dan tanam bibit yang tahan terhadap serangan penyakit layu fusarium.

Pilih lokasi penanaman yang berdrainase cukup baik.

Pilih daerah yang bersirkulasi udara lancar.

Pilih lokasi yang mendapatkan sinar matahari penuh.

Pilih tanaman yang masih sehat, artinya bukan dari berkas tanaman inang

yang sudah terinfeksi layu fusarium.

Rendam bibit ke dalam larutan benomil 0,1% sebelum penanaman. Atasi

penyakit ini dengan memberikan fungisida sistemik yang berbahan aktif

benomil, misalnya Benlete. Sementara itu, tanaman yang sudah terserang

segera dicabut untuk dimusnahkan dan lubang bekas penanaman ditaburi

kapur. Jika terjadi serangan yang hebat, lahan bekas serangan cendawan

fusarium tidak boleh ditanami selama dua tahun dengan tanaman yang

masih satu keluarga Solanaceae karena cendawan ini mampu bertahan hidup

di dalam tanah selama dua tahun. Akibat serangan layu fusarium hasil panen

dapat menurun hingga 50%.

Penyakit Layu Bakteri

Penyakit layu bakteri (bacterial wilt) disebabkan oleh bakteri Pseudomonas

solanacearum E.F Smith. gejalanya berupa layu pada tanaman seperti bekas

Page 43: Makalah Budidaya Tomat

tersiram air panas, jika tidak segera diobati dalam beberapa hari tanaman akan

mati. Tanda-tanda lainnya adalah munculnya bercak-bercak cokelat pada berkas

pembuluhnya jika bagian batangnya dipotong. Membedakan antara layu bakteri

dengan layu fusarium cukup gampang. Pada layu bakteri jika bagian batangnya

direndam di dalam air jernih, dalam beberapa menit akan keluar cairan berwarna

cokelat susu dari batang tersebut. Sementara itu, pada layu fusarium bagian

batangnya tidak mengeluarkan cairan yang berwarna cokelat.

Penyakit layu bakteri biasanya menyerang tanaman tomat yang tumbuh di

daerah dataran rendah dengan suhu dan kelembapan yang tinggi. Penyakit ini juga

senang menghuni tempat yang kondisi tanahnya becek dan tergenang air serta

lahan dari bekas tanaman inang yang terserang penyakit layu bakteri. Penyakit ini

bisa menyebar dengan cepat lewat biji, serangga, air, peralatan pertanian, dan

angin.

Serangan layu bakteri bisa dikendalikan dengan memakai Agrep 20 WP atau

Agrimycin 15/1,5 WP. Sementara itu, langkah preventif yang bisa dilakukan

adalah menebar lahan bekas terserang penyakit layu bakteri dengan kapur dan

tidak menanami lahan tersebut selama dua tahun dengan tanaman yang bisa

menjadi inang pseudomonas, misalnya tanaman dari keluarga Solanaceae dan

pisang karena bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah selama dua tahun.

Penyakit Busuk Buah

Penyakit busuk buah disebabkan oleh cendawan Colectroticum sp. Serangan

cendawan ini ditandai dengan adanya bercak pada buah yang terus melebar. Pada

serangan yang serius, buah akan membusuk dan dapat mengurangi hasil sampai

75%.

Penanggulangan penyakit busuk buah bisa dilakukan dengan mengatur jarak

tanam yang tidak terlalu rapat, melakukan pemangkasan yang teratur, dan

melakukan penyemprotan dengan fungisida sistemik atau fungisida kontak yang

berbahan aktif karbendazim fenorimol.

Page 44: Makalah Budidaya Tomat

6.4 Gejala-gejala yang Bukan Berasal dari Penyakit

Pada buah tomat sering tampak gejala-gejala yang tidak berasal dari ulah hama

atau infeksi penyakit. Gejala-gejala tersebut dapat dikatagorikan sebagai

gangguan fisik, misalnya:

a. Buah bagian dalamnya kelompang atau berongga. Rongg ini terbentuk karena

lendir yang meliputi biji tidak cukup banyak untuk mengisi rongga dalam

ketiga bilik buah. Gejala tersebut adalah akibat dari kurang baiknya persarian.

Kurang baiknya persarian ini adalah gejala dari tidak mudah terlepasnya sari

karena tingginya kelembaban hawa (hujan dan embun). Persarian yang tidak

sempurna ini dapat pula terjadi karena tanaman kekurangan zat fosfat,

sehingga tidak cukup banyak sari bunga yang dibentuk. Untuk

menghindarkanbuah berongga, dapat ditempuh dengan jalan membantu

persarian. Menggerak-gerakkan batang tanaman atau memukul-mukul malai

bunga dengan sepotong kayu sebesar pensil dapat memaksa tepung sari

berjatuhan diatas putik.

b. Bagian atas buah bercelah-celah, seperti jari-jari yang berpangkal dekat kaki

tangkai buah. Warnanya sawo matang hingga kehitam-hitaman. Gejala ini

adalah akibat dari guncangan suhu udara agak tinggi, misalnya pada siang

hari cuaca cerah dan pada malam harinya suhu sangat dingin, keadaan ini

sering terjadi di daerah pegunugan. Gejala tersebut dapat pula tampak

bilamana tanaman tomat yang sedang brbuah lebat diserang penyakit daun

cukup berat, sehingga penguapan air sebagian besar ditanggung oleh buah.

c. Bagian atas buah bercelah-celah melingkari tangkai buah. Gejala ini adalah

akibat dari tidak terlindungnya buah dari sinar matahari.

d. Buah tomat berkerak hijau. Bagian atas buah yang melingkari kaki

tangkainya berwarna hijau tua, walaupun buahnya masih muda. Dengan

meningkatnya kemasakan buah bagian yang hijau tua tersebut, warna berubah

Page 45: Makalah Budidaya Tomat

menjadi kuning. Daging dibagian tersebut mengeras dan tidak dapat dimakan.

Gejala tersebut adalah akibat dari cuaca yang sangat terik panasnya.

Kebnayakan rabuk zat lemas dapat pula mengakibatkan gejala tadi. Untuk

menghindarkan akibat dari sengatan matahari (gejala b, c, dan d), beberapa

cabang dapat dibiarkan untuk melindungi buah. Gejala-gejala tersebut tidak

mudah terjadi pada tanaman tomat yang melata.

BAB VII

ANEKA PENGOLAHAN BUAH TOMAT

Selain dipasarkan dalam bentuk segar, buah tomat juga bisa dipasarkan

dalam bentuk olahan. Beberapa hasil olahan tomat dan cara membuatnya dapat

disimak sebagai berikut.

7.1 Saus Tomat

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat saus tomat sebagai berikut.

Sari buah tomat 10 kg. Cara membuatnya, rebus dan hancurkan

tomat dengan memakai blender, kemudian saring airnya.

Page 46: Makalah Budidaya Tomat

cabai merah segar 1 ons atau sesuai selera.

Bawang merah 3 siung.

Bawang putih 3 siung.

Lada secukupnya.

Pala secukupnya.

Gula pasir 1 kg.

Masak semua bumbu dan sari buah tomat. Atur pengapiannya supaya tidak

terlampau besar. Setelah tersisa separuhnya, angkat dan masukkan saus ke dalam

botol yang ditutup rapat kemudian kukus selama 15 menit.

7.2 Konsentrat Buah Tomat

Konsentrat buah tomat adalah salah satu produk tomat segar yang diolah

dalam bentuk pasta. Cara membuatnya, hancurkan buah tomat yang sudah masak

dan pisahkan cairan atau sari buah yang diperoleh dengan cara dimasak.

BAB VIII

KESIMPULAN

Tanaman tomat tidak menyukai tanah yang tergenamg air atau becek.

Tanah yang keadaannya demikian menyebabkan akar tomat mudah busuk dan

tidak mampu menghisap zat-zat hara dari dalam tanah karena sirkulasi udara

dalam tanah di sekitar akar tomat kurang baik. Akibatnya tanaman akan mati.

Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah

yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,

dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai

Page 47: Makalah Budidaya Tomat

tanam sampai tanaman mulai dipanen. Bagi tanaman genjah dan yang dikehendaki

cepat panen, tanah liat berpasir akan lebih baik.

Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang lebat dan tidak suka pada

daerah yang selalu berawan. Daerah dengan kondisi demikian memungkinkan

tanaman mudah terserang penyakit cendawan busuk daun Phytophtora infestans

dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas kurang baik bagi

pertumbuhannya karena sering menyebabkan kerontokan bunga.

DAFTAR PUSTAKA

Tugiyono, Herry. 2007. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya: Jakarta.

T. Wahyu Wiryanta, Bernandinus. 2002. Bertanam Tomat. AgroMedia Pustaka:

Jakarta.