tomat makalah

18
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tomat merupakan komoditas sayuran yang banyak diusahakan secara komersial di Indonesia. Produksi tomat pada tahun 2004 mencapai 626.872 ton dengan luas panen sebesar 52.719 ha (Deptan, 2006). Berbagai faktor pembatas dapat mempengaruhi produktivitas tanaman tomat. Satu diantaranya adalah serangan nematoda parasit tumbuhan, terutama nematoda puru akar (NPA), Meloidogyne sp. Penurunan hasil pada pertanaman tomat mencapai 24-38 %. Meloidogyne sp. merupakan nematoda yang berkembang sangat cepat dan mempunyai daya tekan tinggi terhadap pertumbuhan tanaman dengan gejala khas terlihat pada akar, yaitu berupa bintil-bintil yang disebut dengan puru akar. Selain terbentuknya gall atau puru pada sistem perakarannya, tanaman yang terserang Meloidogyne spp daunnya mengalami klorosis, tanaman kerdil, daunnya layu dan banyak yang gugur, akar lebih sedikit, dan bila tanaman yang terserang hebat atau parah maka tanaman yang terserang akan mati. Upaya pengendalian nematoda pada umumnya dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan nematisida sintetik. Nematisida yang sering digunakan untuk mengendalikan NPA biasanya berupa fumigan dan non-fumigan. Penggunaan nematisida dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hasil pertanian dan lingkungan, terutama apabila penggunaan nematisida terlalu berlebihan. Oleh karena itu para pakar telah berusaha mencari alternatif pengendalian selain cara kimia. Penelitian

Upload: yako

Post on 16-Sep-2015

82 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah mengenai tomat

TRANSCRIPT

Bab IPendahuluan1.1 Latar BelakangTomat merupakan komoditas sayuran yang banyak diusahakan secara komersial di Indonesia. Produksi tomat pada tahun 2004 mencapai 626.872 ton dengan luas panen sebesar 52.719 ha (Deptan, 2006). Berbagai faktor pembatas dapat mempengaruhi produktivitas tanaman tomat. Satu diantaranya adalah serangan nematoda parasit tumbuhan, terutama nematoda puru akar (NPA), Meloidogyne sp. Penurunan hasil pada pertanaman tomat mencapai 24-38 %. Meloidogyne sp. merupakan nematoda yang berkembang sangat cepat dan mempunyai daya tekan tinggi terhadap pertumbuhan tanaman dengan gejala khas terlihat pada akar, yaitu berupa bintil-bintil yang disebut dengan puru akar. Selain terbentuknya gall atau puru pada sistem perakarannya, tanaman yang terserang Meloidogyne spp daunnya mengalami klorosis, tanaman kerdil, daunnya layu dan banyak yang gugur, akar lebih sedikit, dan bila tanaman yang terserang hebat atau parah maka tanaman yang terserang akan mati.Upaya pengendalian nematoda pada umumnya dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan nematisida sintetik. Nematisida yang sering digunakan untuk mengendalikan NPA biasanya berupa fumigan dan non-fumigan. Penggunaan nematisida dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hasil pertanian dan lingkungan, terutama apabila penggunaan nematisida terlalu berlebihan. Oleh karena itu para pakar telah berusaha mencari alternatif pengendalian selain cara kimia. Penelitian pengendalian nematoda non kimiawi terus dilakukan untuk mendapatkan bahan yang memiliki efek nematisida cukup tinggi namun efek negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Maka banyak para ilmuwan yang bergerak melakukan penelitian tentang pengendalian nematoda puru akar pada tanaman tomat dengan menciptakan varietas-varietas tomat yang tahan terhadap nematoda tersebut.

1.2 TujuanMengetahui cara-cara pengendalian penyakit nematoda puru akar yang disebabkan Meloidogyne sp pada tanaman tomat (Solanum Lycopersicum L.) serta mengetahui kultivar tomat yang tahan terhadap penyakit nematoda puru akar (varietas tahan).

1.3 KegunaanUntuk mendapatkan informasi pengendalian nematoda puru akar Meloidogyne sp pada tanaman tomat (Solanum Lycopersicum L.) dengan pengendalian budidaya khususnya penggunaan kultivar tahan dan pengendalian yang ramah lingkungan.

Bab IITinjauan Pustaka

2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum)Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman musim panas yang memerlukan banyak sinar matahari dan kelembaban tanah yang cukup(Fahri, 2008).Berikut merupakan klasifikasi tanaman tomat:Divisio : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaSubkelas : AsteriidaeOrdo : SolanalesFamilia : SolanaceaeGenus : LycopersecumSpesies :Lycopersecum lycopersicon(Tomat).Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini idealnya ditanam pada kisaran suhu 20-27oC dengan curah hujan sekitar 750-1250 mg per tahun. Secara umum tomat dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1500 m dpl.Dewasa ini terdapat lebih dari 400varietas tomatyang ditanam secara global. Ada varietas yang hanya cocok di dataran tinggi seperti berlian, mutiara dan kada. Ada yang cocok di dataran rendah seperti varietas intan, ratna dan CLN. Ada juga yang bisa ditanam baik di dataran tinggi maupun rendah, seperti GH2 dan GH4. Sampai saat ini produksi di Indonesia sekitar 5 ton per hektar.hal ini masihsangat rendah jika dibanding dengan Filipina yang menghasilkan 9 ton per hektar. Dengan demikian peningkatan produksi dan budidaya tanaman tomat masihperlu adanya suatu perahatian.Berbagai usaha dilakukan untuk peningkatan produksi tomat, misalnya pengadaan varietas baru dan perbaikan pola tanam. Dibalik usaha-usaha tersebut masih banyak kendala yang dihadapi dan sulit diatasi. Kendala itu antara lain adanya jasad pengganggu atau pathogen. Salah satu patogen yang menyerang tanaman tomat yaitu nematode parasit seperti nematode puru akar (Meloidogyne sp).

2.2Nematoda Puru Akar2.2.1Arti penting nematoda puru akar (Meloidogyne sp)Lebih dari 60 spesies yang mewakili 19 generasi dari nematode parasit tanaman yang menyerang tomat, tetapi nematoda yang paling merusak adalah nematoda puru akar. Nematoda puru akar adalah parasit obligat yang mampu memakan di dalam akar pada lebih dari 200 spesies tanaman, menyebabkan kerugian pada tanaman terbesar di seluruh dunia.Spesies Meloidogyne yang paling sering ditemukan adalah M. Arenaria, M. Hapla, M. Incognita, M. Javanica. Di daerah tropis, penyebaran M. Hapla terbatas pada dataran sedang sampai dataran tinggi, M. Arenaria dapat ditemukan di daerah tropis, subtropis, dan daerah dataran rendah, sedangkan M. Incognita dan M. Javanica dapat melebihi M. Incognita.2.2.2Siklus Meloidogyne sp.

Sistematika Nematoda Puru Akar (Meloidogyne sp), adalah sebagai berikut :Kingdom: AnimaliaFilum: AschelmintesKelas: NematodaSub Klass:SecermenteaOrdo: TylencidaFamili: HeteroderidaeSub Famili: HeteroderidaenaeGenus: Meloidogyne sp.Betina dewasa memiliki bentuk tubuh yang khas, yaitu seperti buah pir, panjang lebih dari 0,5 mm dan lebarnya 0,3-0,4 mm. Stiletnya lemah, panjang stilet 12-15 m, melengkung ke arah dorsal. Nematoda betina dewasa mempunyai leher pendek tanpa ekor. Sedangkan nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi (maksimum 2 mm), stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina, kepalanya tidak berlekuk.2.2.3Gejala kerusakan yang disebabkan nematoda puru akar pada tomat

Nematoda puru akar menyerang pada bagian tanaman yang ada di bawah permukaan tanah terutama akar, umbi, dan polong. Gejala pada bagian tanaman tersebut dikenal dengan sebutan puru. Pada akar, serangan nematoda ini menyebabkan berkurangnya volume dan efisiensi fungsi sistem perakaran. Akar yang terserang berat lebih pendek daripada akar yang sehat dengan sedikit akar lateral dan rambut akar. Gangguan pada sistem perakaran ini menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan nutrisi dari dalam tanah sehingga menimbulkan gejala yang tampak seperti malnutrisi dan kekurangan air.Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil), daun layu pada siang hari, menguning, gugur dan akhirnya mengurangi jumlah bunga dan buah.Akar tanaman yang terserang nematoda akan menjadi membengkak, atau memanjang dengan besar bervariasi, ini disebabkan karena, adanya nematode betina, telur, dan larva. Betina yang dewasa akan menimbulkan pembengkakan pada akar tanaman, sedangkan nematoda jantan akan menimbulkan bisul-bisul yang berbau busuk pada akar, ini disebabkan karena adanya air ludah atau kotoran atau nematoda yang bisa menyebabkan hipertropi.2.2.4Mekanisme Ketahanan Tanaman TomatSecara umum tumbuhan dapat bertahan dari serangan patogen tersebut dengan kombinasi sifat pertahanan diri yang dimilikinya, yaitu (1) sifat-sifat struktural yang berfungsi sebagai penghalang fisik dan menghambat patogen yang akan masuk dan berkembang di dalam tumbuhan, dan (2) reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel dan jaringan tumbuhan yang menhasilkan zat beracun bagi patogen atau menciptakan kondisi yang menghambat pertumbuhan patogen pada tumbuhan tersebut. Kombinasi antara sifat struktural dan reaksi biokimia yang digunakan untuk pertahanan bagi tumbuhan berbeda antara setiap sistem kombinasi inang patogen. Meski pada tumbuhan terdapat pertahanan guna mencegah terjadinya serangan patogen penyebab penyakit akan tetapi infeksi masih saja bisa terjadi. Maka dari itu setelah patogen dapat mempenetrasi pertahanan struktural yang ada pada tumbuhan, tumbuhan akan mampu membentuk struktur yang berfungsi untuk bertahan dari serangan patogen tersebut.

Bab IIIPembahasan

3.1 Strategi Pengendalian Nematoda Puru Akar pada Tomat3.1.1Pengendalian Secara Konvensional3.1.1.1Persilangan Tanaman Tomat Tahan Nematoda Puru AkarAmosu pada tahun 1976 melakukan screening pada 35 kultivar tomat untuk melihat ketahanannya terhadap nematoda puru akar dan menemukan kultivar, Atkinson, Nematex, Rossol, Ven 8 dan Ife 1 resisten terhadap nematode tersebut. Untuk menemukan kultivar yang benar-benar cocok dan stabil memerlukan banyak waktu dan biaya. Sasaran utama di sebagian besar pekerjaan ini adalah menemukan kultivar yang ketahanan terhadap hama dan penyakitnya tinggi, kekebalannya tinggi baik untuk pertanian dan memiliki karakteristik pemasaran yang tinggi. Miligan et al (1998) melaporkan bahwa gen Mi ditemukan 50 tahun yang lalu di sebuah aksesi L. Peruvianum, kerabat liar daritomat yang tumbuh di wilayah pesisir barat Amerika Selatan. Resistensi ini dipindahkan dan dinyatakan dalam tanaman F1 yang berasal dari persilangan antara L. peruvianum PI 128.657 dan L.esculentum yang dibuat oleh Smith pada tahun 1994.3.1.1.2 Introduksi Tanaman Tahan Nematoda Puru AkarIdowu (1983) melaporkan bahwa tomat varietas Roma VFN yang sebelumnya diketahui resisten terhadap NBA kemudian kehilangan resistensinya, hal ini karena varietas tersebut ditanam secara berulang-ulang pada lahan yang sama.3.1.2Pengendalian secara teknik budidayaKetahanan tanaman tomat terhadap nematoda merupakan kemampuan untuk menghambat atau mencegah perbanyakan nematode. Kultivar yang resiten/tahan menghasilkan hasil panenan yang lebih baik dibandingkan kultivar rentan. Tanaman tahan di sistem tanaman tahunan dapat mengurangi atau menekan populasi nematoda di tanah sampai ke tingkat yang tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman berikutnya. Nematoda puru akar merupakan salah satu patogen utama tomat di seluruh dunia dan memperkecil produksi buah. Ketahanan tanaman merupakan salah satu cara yang paling ramah lingkungan dan ekonomis dalam mengendalikan patogen, namun beberapa gen resistensi telah diidentifikasi dan efektivitas mereka dapat bervariasi, tergantung pada lingkungan.3.1.2.2Pola tanam tumpang sariSecara umum, pola tanam tumpang sari adalah sarana yang sangat efektif untuk mengelola nematoda parasit tanaman. Pola tanam tumpang sari dengan tanaman non-host sering dapat digunakan untuk mencegah populasi nematoda mencapai ambang ekonomis merusak. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan tomat untuk mengendalikan populasi nematoda puru akar adalah Tagetes sp, jarak (Ricinus communis), dan wijen (Sesamum indicum). Tanaman Tagetes sp. telah banyak digunakan dalam pengendalian nematode parasit tumbuhan. Tanaman jarak dan wijen sangat efektif menekan populasi Meloidogyne sp karena mengeluarkan eksudat akar yang toksik terhadap nematoda.

3.1.3Pengendalian Secara Ramah Lingkungan3.1.3.1Sterilisasi tanah dan perlakuan panas pada bahan tanamSterilisasi tanah dan perlakuan panas pada bahan tanam dengan temperatur tinggi akan dapat membunuh nematoda. Pada dasarnya nematoda parasit dapat mati pada suhu 45C. Sterilisasi tanah dapat dilakukan dengan cara pemberian uap panas yang dialirkan melalui pipa-pipa. Cara ini dilakukan pada tanah sebelum disebari biji/benih. Pencelupan bahan tanaman ke dalam air panas ditujukan pada nematoda endoparasit yang menyerang akar atau pada biji tomat sebelum ditebar, suhu yang digunakan antara 50-55C, selama 15 menit.Adapun teknik pengendalian secara teknik budidaya dengan cara lain yang dapat digunakan untuk pengendalian nematoda puru akar pada tomat yaitu sebagai berikut :a. Penggenangan lahanPenggenangan lahan (flooding) sebelum tanam merupakan tindakan yang efektif untuk menekan populasi nematoda dalam tanah. Penggenangan lahan dapat menyebabkan terjadinya kekurangan oksigen dalam tanah. Kekurangan oksigen akan menyebabkan penurunan aktivitas, reproduksi dan penetasan telur nematoda sehingga penggenangan dapat menurunkan jumlah nematoda dalam tanah.Semakin lama penggenangan maka jumlah nematoda dalam tanah juga dapat lebih berkurang jumlahnya.b. Penambahan bahan organikPenambahan bahan organik ke dalam tanah meningkatkan daya tanah menahan air dan kesuburan tanah, sehingga pertumbuhan tanaman meningkat dan tanaman lebih tahan terhadap serangan nematoda. Kegiatan musuh-musuh alami nematoda khususnya jamur dan invertebrata predator terpacu, sementara senyawa kimia yang bersifat racun terhadap nematoda (seperti ammonia, nitrit, hidrogen sulfida dan asam-asam organik) dilepas ke dalam tanah selama proses dekomposisi.3.1.4Pengendalian secara biologia. Penggunaan agen hayatiBeberapa penelitian pengendalian Meloidogyne sp. secara hayati membuktikan bahwa beberapa agen hayati dapat mengendalikan populasi nematoda hingga di bawah ambang kendali. Bacillus penetrans efektif menekan populasi Meloidogyne sp. hingga di bawah 50%. Spora B. Penetrans menempel pada kutikula larva, betina, dewasa dan telur Meloidogyne sp. dan memparasit hingga nematoda tersebut mati. Mikroorganisme lain yang efektif sebagai musuh alami Meloidogyne sp. Yaitu Dactilella sp., Dactylaria sp.,Artrobotrys sp., dan Botrytis sp. Akhir-akhir ini banyak penelitian ditujukan pada fungi oportunistik untuk mengendalikan nematoda. Fungi tersebut antara lain Fusarium, Verticillium, Aspergillus, Penicillium dan Paecilomyces. Mekanisme pengendalian diduga akibat pengaruh toksin yang dihasilkan fungi yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan nematoda parasit. Namun peneliti lain membuktikan bahwa fungi oportunistik dapat mengkolonisasi nematoda betina sebelum nematoda tersebut bertelur.b. Pestisida nabatiBerbagai jenis tanaman yang mengandung senyawa toksik terhadap nematoda sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati. Diantara tanaman tersebut adalah mimba, tagetes (T. Erecta, T. minuta), srikaya, jarak, serai wangi, serai dapur, lempuyang pahit, lempuyang wangi, dan lempuyang gajah. Kandungan bahan aktif mimba terutama adalah azadirachtin. Bungkil jarak mengandung senyawa aktif ricin yang sangat beracun terhadap nematoda. Ekstrak biji mimba dan ekstrak bungkil jarak sangat efektif untuk mengurangi populasi nematoda.Srikaya mengandung bahan aktif nematisida utama asimisin dan anonin, sedangkan tagetes mengandung senyawa thio-penic.Pengendalian secara biologi memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan, tidak membahayakan bagi tanaman, serta ekonomis. Sedangkan kelemahannya adalah tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh lingkungan.

Bab IVPenutup

3.1Kesimpulan1. Aksesi tanaman tomat tahan nematoda yang telah diidentifikasi di Indonesia adalah tomat GM 2 dengan gen resisten dominan tunggal Mi.2. Strategi pengendalian penyakit nematoda puru akar (Meloidogyne sp.) dapat dilakukan secara teknik budidaya (pergiliran tanaman dan tanaman perangkap, sterilisasi tanah dan perlakuan panas pada bahan tanam, penggenangan lahan, penambahan bahan organik, penggunaan tanaman resisten/varietas tahan), pengendalian biologi (penggunaan agen hayati dan pestisida nabati).3.2SaranPerlu dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu persilangan antara galur-galur terpilih tomat untuk mendapatkan varietas tomat yang memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit nematoda puru akar.

Daftar Pustaka

Deptan (Departemen Pertanian). 2006. Produksi Tomat menurut Provinsi Tahun 2001-2005. Diakses pada tanggal 28 Februari 2015.Famara Jaiteh.2010. Screening Tomato (Solanum lycopersicum L.) Genotypes for Resistence to Root-knot Nematodes (Meloidogynes sp).Idowu, A. A. 1983. Observation on root-knot nematodes in fecting resistant tomato variety Roma VFN in northern Nigeria. Tropical Pest Management 29M.Jacquet et all.2005. Variation in Resistence to the Root-knot Nematodes Meloidogyne incognita in Tomato (Solanum lycopersicum L.) Genotypes Bearing the Mi Gene. Plant Pathology.Milligan, S. B., Bodeau, J., Yaghoobi, J., Kaloshian, I., Zabel, P. and Willamson, V.M. 1998.The root-knot nematode resistance gene Mi from tomato is a member of the leucinezipper, nucleotide binding leucine-rich repeat family of plant genes. The Plant Cell 10 : 1307-1319.

Teknik Pemuliaan Tanaman

Pengendalian Nematoda Puru Akar (Meloidogyne sp) pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.) dengan Menggunakan Teknik Budidaya dan Teknik Pengendalian yang Ramah Lingkungan

Oleh :Nama:Amalia Fajrina.MNIM: 125040201111317Kelas: B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015