landasan ekonomi dalam pendidikan
Post on 30-Oct-2014
125 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Demokratisasi pendidikan merupakan salah satu isu yang sampai kini
masih menjadi persoalan baik pada tataran konseptual maupun implementasinya.
Persoalan demokratisasi ini menjadi semakin kompleks seiring dengan
bergulirnya isu-isu yang terkait dengan demokratisasi itu sendiri. Sehari-hari
dapat diikuti dan diamati beberapa isu penting, seperti: kondisi transisional ke
arah masyarakat yang demokratis, tuntutan pemerintahan yang demokratis,
pembangunan ekonomi yang berorientasi kerakyatan, kebijakan yang berpihak
dan yang berorientasi pada kepentingan rakyat, kebijakan demokratisasi
pendidikan, dan demokratisasi di bidang politik. Isu dan gejala-gejala tersebut
menunjukkan bahwa di masyarakat Indonesia telah terjadi suatu proses
demokratisasi dalam seluruh aspek kehidupan.
Demokratisasi pendidikan yang tengah bergulir di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari persoalan pendidikan yang sedang kita hadapi. Pertama memang
telah dilaksanakan program wajib belajar sembilan tahun. Namun belum
menunjukkan capaian yang memuaskan, ini menunjukan rendahnya tingkat
pendidikan, dan tentunya hal ini akan berimplikasi pada penyediaan sumber daya
manusia yang berkualitas. Krisis multidimensi yang dialami, upaya pemulihan
ekonomi yang nampaknya masih berjalan lamban, dan biaya pendidikan yang
semakin meningkat baik SLTP, SLTA maupun perguruan tinggi tampaknya akan
1
lebih memperlemah kemampuan orang tua dan masyarakat dalam menyekolahkan
anak-anaknya. Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah, dapat menjadi
indikator lemahnya kemampuan ekonomi orang tua dalam melanjutkan
pendidikan anak-anaknya. Ini menunjukkan bahwa ada persoalan mendasar, yaitu
sebagian besar dari penduduk Indonesia belum menikmati pendidikan yang
sesungguhnya adalah hak dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara.
Permasalahan kedua adalah pengembangan sistem pendidikan dengan
pendekatan hirarkhis struktural yang imperatif sifatnya. Pendekatan atas bawah
seperti ini mempunyai implikasi yang sangat penting, terutama dapat menghambat
proses demokratisasi itu sendiri. Kemandirian, kebebasan, dan kreativitas
dihambat oleh mekanisme birokrasi yang dibangun secara seragam.
Ketiga, pergeseran paradigma pembangunan termasuk pembangunan
pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi ternyata memberikan beberapa
implikasi penting. Sekalipun pergeseran itu memperkuat proses demokratisasi,
tetapi teramati beberapa kecenderungan dan gejala berikut ini, yaitu: (1)
munculnya gejala “pertarungan” antara semangat independensi versus
interdependensi. Dalam pertarungan itu, daerah memiliki semangat kedaerahan
yang sangat tinggi sehingga cenderung ingin memiliki semuanya, mengabaikan
rasa ketergantungan satu terhadap yang lain. Di pihak lain kondisi obyektif
terutama sosial ekonomi daerah pada daerah-daerah tertentu belum cukup kuat
untuk menjadi kekuatan yang menopang implementasi otonomi terutama dalam
mewujudkan demokrasi pendidikan. (2) kecenderungan terjadinya disparitas antar
daerah terutama terkait dengan hak setiap warganegara untuk mendapatkan
2
pendidikan yang bermutu. Kesenjangan antar daerah baik karena faktor ekonomi
maupun geografis dapat menimbulkan ketidakpastian standar mutu yang dapat
dicapai. Kasus terakhir adalah masalah konversi nilai Ujian Akhir Nasional,
menunjukkan adanya persoalan uncertainty about standards of achievement.
Keempat masalah ketersediaan sumber daya manusia khususnya tenaga
kependidikan. Masalah tenaga kependidikan terutama terkait dengan
profesionalisme dalam arti kemampuan dan kesiapan dalam melaksanakan fungsi-
fungsi pendidikan, dan masalah ketersediaan tenaga kependidikan untuk jabatan
dan fungsi-fungsi pendidikan yang harus dilaksanakan baik guru maupun fungsi
manajemen pendidikan lainnya seperti ahli perpustakaan, ahli analisis pendidikan,
ahli ekonomi pendidikan, ahli politik pendidikan, pengembang kurikulum,
konselor, psikolog, laboran, teknisi, dan lain sebagainya.
Ini menjadi suatu persoalan yang sangat serius dalam mewujudkan
demokratisasi pendidikan. Nampak bahwa dalam kondisi seperti itu sangat sulit
bagi anak-anak di daerah-daerah tersebut untuk memperoleh kesempatan
mengenyam pendidikan yang bermutu. Padahal salah satu aspek penting dari
demokratisasi pendidikan ialah kesempatan yang sama dalam memperoleh
pendidikan yang bermutu.
Kelima masalah lemahnya dukungan finansial. Sekalipun secara
konstitusional telah ditetapkan besaran 20% dana APBN dan APBD untuk
pendidikan, tetapi hal ini masih sangat sulit untuk dapat diwujudkan baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setiap daerah otonom memiliki
kemampuan keuangan daerah yang tidak sama.
3
Keenam masalah kondisi obyektif sosio-demografis dan geografis
wilayah dan kepulauan Indonesia. Kondisi demografis baik struktur penduduk
dengan jumlah penduduk usia muda yang sangat besar, jumlah penduduk,
mobilitas, dan persepsi budaya tentang pendidikan menjadi tantangan dalam
proses demokratisasi pendidikan. Demikian juga dengan faktor geografis.
Wilayah kepulauan yang terpisah dan terpencil, dan lemahnya infrastruktur
terutama sistem transportasi menyebabkan banyak warganegara yang tidak
memperoleh kesempatan pendidikan terlebih pendidikan yang bermutu.
Masalah lain yang juga penting adalah terjadinya krisis ekonomi
diberbagai negara, merumuskan berbagai kebijakan pembangunan, agar dapat
bertahan dan bangkit kembali termasuk pula di Indonesia dibarengi dengan
maraknya globalisasi ekonomi yang melanda dunia membawa bangsa Indonesia
harus menghadapi tantangan yang makin berat dalam krisis tersebut.
Dalam memasuki globalisasi ekonomi ini bangsa Indonesia harus
menghadapi dua kenyataan yang nampak paradoksal yaitu tantangan kerjasama
disatu pihak dan persaingan global dipihak lain. Dengan demikian pengaruh
globalisasi ekonomi ini menuntut kualitas dan ketahanan diri dan makin
sempitnya peluang kerjanya dalam menjual jasa dan barang-barang produksi serta
dalam memperoleh uang. Globalisasi ekonomi membawa pergeseran paradigma
organisasi yaitu organisasi yang makin cerdas, makin lincah dalam
berkompetensi. Organisasi yang semula memiliki mata rantai komando panjang
perlu berubah menjadi organisasi yang lebih mengutamakan kecepatan, dimana
dimungkinkan seseorang berkreasi lebih cepat, lebih efisien dan lebih efektif.
4
II. PERMASALAHAN
Berdasarkan gambaran latar belakang permasalahan di atas, maka
dirumuskan masalah sebagai berkut:
1. Apa dan bagaimana peranan ekonomi dalam pendidikan?
2. Apa saja fungsi produksi ekonomi dalam pendidikan?
3. Bagaimana Peran dan fungsi ekonomi pendidikan?
4. Bagaimana efesiensi dan efektivitas dana pendidikan?
5
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Landasan Ekonomi
Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata "ekonomi"
sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan
(nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai
"aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga.
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih
dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Landasan ekonomi adalah suatu hal yang membahas peran ekonomi,
fungsi adalah suatu hal yang membahas peran ekonomi, fungsi produksi ,
efisiensi, dan efektivitas biaya dalam pendidikan. Ekonomi merupkan salah satu
faktor yang cukup berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan. �
II. HUBUNGAN EKONOMI DENGAN PENDIDIKAN
Manusia merupakan faktor produksi aktif yang dapat mengakumulasi
modal, mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam, membangun organisasi
sosial, ekonomi dan politik. Dalam banyak literature ekonomi, faktor modal dan
kemajuan teknologi sering disebut sebagai faktor yang paling berperan dalam
pertumbuhan ekonomi. Namun keberadaan kedua faktor tersebut tidak akan
6
banyak berguna kalau tidak ditunjang oleh fktor lain, yaitu Sumber Daya Manusia
(SDM). SDM merupakan asset utama sebuah negara , karena merupakan pelaku
kegiatan ekonomi, politik, dansebagainya. Instrumen utama untuk membangun
sumber daya tersebut adalah peningkatan kualitas program pendidikan nasional. �
II. Peran Ekonomi dalam Pendidikan
Globalisasi ekonomi yang melanda dunia, otomatis mempengaruhi hampir
semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Alasannya sederhana, yaitu karena
takut digulung dan dihempaskan oleh gelombang globalisasi ekonomi dunia.
Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan.
Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar
anak-anak dari orang tidak mampu bisa bersekolah. Perkembangan lain yang
menggembirakan di bidang pendidikan adalah terlaksananya sisten ganda dalam
pendidikan. Sistem ini bisa berlangsung pada sejumlah pendidikan, yaitu kerja
sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar mengajar para
siswa adalah berkat kesadaran para pemimpin perusahaan atau industri akan
pentingnya pendidikan.
Implikasi lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro
adalah munculnya sejumlah sekolah unggul. Inti tujuan pendidikan ini adalah
membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil
kerja yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar, menyadari akan kehidupan
yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apapun.
7
III. Fungsi Produksi dalam Pendidikan
Fungsi produksi adalah hubungan antara output dengan input. Fungsi
produksi dalam pendidikan ini bersumber dari buku Thomas (tt.), yang membagi
fungsi produksi menjadi tiga macam, yaitu (1) Fungsi produksi administrator, (2)
fungsi produksi psikologi, (3) fungsi produksi ekonomi.
1. Fungsi Produksi Administrator
Pada fungsi produksi administrator yang dipandang input adalah segala
sesuatu yang menjadi wahana dan proses pendidikan. Input yang dimaksud adalah
1. Prasarana dan sarana belajar, termasuk ruangan kelas.
2. Perlengkapan belajar, media, dan alat peraga baik di dalam kelas maupun di
laboratorium, yang juga dihitung harganya dalam bentuk uang.
3. Buku-buku dan bentuk material lainnya seperti film, disket dan sebagainya.
4. Barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia di laboratorium, kapur,
kertas, alat tulis.
5. Waktu guru bekerja dan personalia lainnya yang dipakai dalam memproses
peserta didik.
Sementara itu yang dimaksud dengan Output dalam fungsi produksi ini
adalah berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik. Lembaga
pendidikan yang baik akan memungkinkan sama atau lebih kecil daripada harga
output.
8
2. Fungsi Produksi psikologi
Input pada fungsi produksi ini adalah sama dengan input fungsi produksi
administrator. Output fungsi produksi psikologi adalah semua hasil belajar siswa
yang mencakup :
· Peningkatan kepribadian
· Pengarahan dan pembentukan sikap
· Penguatan kemauan
· Peningkatan estetika
· Penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi
· Penajaman pikiran
· Peningkatan keterampilan
Namun menghitung harga output pada fungsi produksi psikologi ini
tidaklah mudah. Sebab tidak mudah mengkuantitatifkan dan menguangkan aspek-
aspek psikologi.
Suatu lembaga pendidikan dipandang berhasil dari segi fungsi produksi
psikologi, kalau harga inputnya sama atau lebih kecil daripada harga outputnya.
3. Fungsi Produksi Ekonomi
Input fungsi produksi ini adalah sebagai berikut :
1. Semua biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi administrator.
2. Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan
seperti uang saku, transportasi, membeli buku, alat-alat tulis dan sebagainya
selama masa belajar atau kuliah.
9
3. Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi
tidak didapat sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah.
Sementara itu yang menjadi outputnya adalah tambahan penghasilan
peserta didik kalau sudah tamat atau bekerja, manakala orang ini sudah bekerja
sebelum belajar atau kuliah.
Fungsi produksi ekonomi ini bertalian erat dengan marketing di dunia
pendidikan. Marketing adalah analisis, perencanaan, implementasi dan
pengawasan untuk memberikan perubahan nilai, dengan target pasar sebagai
tujuan lembaga pendidikan. Marketing mencakup:
1. Mendesain penawaran.
2. Menentukan kebutuhan atau keinginan pasar dalam hal ini calon peserta
didik
3. Menentukan harga efektif, mengadakan komunikasi, distribusi dan
meningkatkan motivasi serta layanan.
IV. Ekonomi Pendidikan
Sebagai tempat pembinaan, pendidikan tidak memandang ekonomi
sebagai pemeran utama seperti halnya bisnis. Ekonomi hanya sebagai pemegan
peran yang cukup menentukan. Ada hal lain yang lebih menentukan hidup
matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan
ekonomi, yaitu dedikasi, keahlian, dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya.
Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang
kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan,
10
bukan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian kegunaan ekonomi
dalam pendidikan terbatas dalam hal-hal berikut :
a. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau
bersama para siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan
ditemukan di lapangan, seperti prasarana, sarana, media, alat belajar/peraga,
barang habis pakai, materi pelajaran.
b. Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi
dan radio.
c. Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan,
perayaan-perayaan, panitia-panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah dan
sebagainya.
d. Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa
mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, seperti hidup hemat,
bersikap efisien, memiliki keterampilan produktif, memiliki etos kerja,
mengerti prinsip-prinsip ekonomi.
e. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan
f. Meningkatkan motivasi kerja
g. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.
V. Efisiensi dan Efektivitas Dana Pendidikan
Yang dimaksud dengan efisiensi dalam menggunakan dana pendidikan
adalah penggunaan dana yang harganya sesuai atau lebih kecil daripada produksi
dan layanan pendidikan yang telah direncanakan. Sementara itu yang dimaksud
11
dengan penggunaan dana pendidikan secara efektif adalah bila dengan dana
tersebut tujuan pendidikan yang telah direncanakan bisa dicapai dengan relatif
sempurna.
Mengapa pemerintah memandang perlu meningkatkan efisiensi pendidikan?
Pertama adalah dana pendidikan sangat terbatas dan kedua, seperti halnya dengan
departemen-departemen lain, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mengalami banyak kebocoran dana. Untuk memanfaatkan dana yang sudah kecil
ini secara optimal sangat diperlukan efisiensi dalam penggunaannya.
Yang dilihat dalam menentukan tingkat efisiensi pendidikan adalah :
a. Penggunaan uang yang sudah dialokasikan untuk masing-masing kegiatan
b. Proses pada setiap kegiatan.
c. Hasil masing-masing kegiatan.
Carpenter (1972) mengemukakan prinsip umum menilai efektivitas sebagai
berikut:
a. Menilai efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat
memproses input untuk menjadi output.
b. Sistem yang dibandingkan harus sama, kecuali alat pemrosesnya.
c. Mempertimbangkan semua output utama. Dalam pendidikan. Yang dikatakan
output utama adalah jumlah siswa yang lulus.
d. Korelasi diharapkan bersifat kausalitas. Yaitu korelasi antara cara memproses
dengan output harus bersifat kausalitas.
12
VI. URUGENSI EKONOMI SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan
siap dalam menghadapi perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, tidaklah
heran apabila negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang
tinggi akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Pendidikan sebagai hak asasi individu anak bangsa telah diakui dalam
UUD 1945 pasal 31 ayat 10 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan. Sedangkan ayat (3) menyatakan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-undang. Oleh
sebab itu, seluruh komponen bangsa baik orangtua, masyarakat, maupun
pemerintah bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pendidikan (UU RI No. 2 tahun 2003:37).
Sebagaimana diketahui bersama bahwa perkembangan pengetahuan
manusia melalui proses pendidikan formal sangat penting bagi perkembangan
ekonomi. Sehubungan dengan itu, semua usaha yang akan dicapa melalui proses
pendidikan, terutama pendidikan formal ia senantiasa melibatkan aspek ekonomi.
Pencapaian prestasi belajar maupun mengajar sangat ditunjang oleh kelengkapan
sarana dan prasarana belajar sarana dan prasarana mengajar. Untuk melengkapi
sarana dan prasarana tersebut haruslah dengan dana (uang/alat pembayaran sah),
sehingga semakin banyak tujuan yang akan dicapai akan semakin banyak pula
dibutuhkan ekonomi.
13
Dalam membangun pendidikan memang diperlukan dana besar dan
diperlukan perhatian pemerintah terhadap kondisi pendidikan. Terutamama
dengan mengubah anggaran pendidikan menjadi lebih besar. �
Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Bahkan warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus. Demikian pula warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang
berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan
alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945
mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBN.
Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi
pembaharuan sistem pendidikan nasional yaitu dengan memperbaharui visi, misi,
dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai
14
visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.
Sesuai dengan visi tersebut, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
15
BAB III
PENUTUP
1. Dalam dunia pendidikan faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang
utama, melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukan keberhasilan
pendidikan sebab dengan ekonomi yang memadai dapat memenuhi semua
fasilitas dan aktivitas dunia pendidikan.
2. Faktor yang paling menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan adalah
dedikasi, keahlian, keterampilan pengelola dan guru serta dosen dalam setiap
lembaga pendidikan.
3. Fungsi ekonomi pendidikan menunjang kelancaran proses pendidikan dan
sebagai bahan pengajaran ekonomi untuk membentuk manusia ekonomi yaitu
manusia yang dalam kehidupan sehari-harinya memilki kemampuan dan
kebiasaan, seperti: memiliki etos kerja, tidak bekerja setengah- setengah,
produktif, dan bisa hidup efesien/hemat.
4. Tiap lembaga pendidikan diupayakan mampu menghidupi diri sendir, dengan
cara mencari sumber- sumber dana tambahan sebanyak mungkin guna
memajukan dunia pendidikan dan dalam Penggunaan dana pendidikan
haruslah secara professional dan efesien serta efektiv selanjutnya dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Dalam upaya membentuk sumber daya manusia yang produktif, maka sistem
pendidikan, struktur kurikulum, serta jenis pendidikan diatur kembali
selanjutnya biaya pendidikan ditingkatkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Depdiknas: http://ww.depdiknas.go.id
Biro Pusat Statistik: http://www. bps.go.id
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan (Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia). Jakarta: PT. Rineka Cipta
Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Landasan Kependidikan (Pengantar ke arah Ilmu Pendidikan Pancasila). Semarang: CV. IKIP Semarang Press.
http://lela68.wordpress.com/2009/05/24/bab-7-landasan-ekonomi/accesed 03/10/2009
http://dwijakarya.blogspot.com/2009/01/01/landasan-ekonomi-dalam-pendidikan.html/accesed 03/10/2009.
http://syamsulberau.wordpress.com/landasan-pendidikan/accesed 03/10/2009.
17
top related