bp blok 20
Post on 14-Jul-2016
219 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Ureterolithiasis
Budi Hartono / 102013079
yohanesbudi_hartono@ymail.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
PendahuluanManusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis,
yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerja sama untuk mengatur suhu
tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Mengingat bahwa organisme
hidup harus mengambil nutrisi dan air, satu fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau
kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan
internal. Sistem kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting. Kelangsungan
hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam,
asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung
pada pengeluaran secara terus menerus zat – zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel
pada saat melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan
system yang terdiri dari organ – organ dan struktur – struktur yang menyalurkan urin dari ginjal
ke luar tubuh. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur
konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi
semuazat sisa metabolisme. Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang
terutama bertanggung jawab untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu sepertikalium dan
natrium, membantu mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea
dari darah.
Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah, sedangkan ureter, yang
bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih, yang menyimpan urin, dan saluran
kencing, urin keluar melalui tubuh. Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan
orang adalah bahwa ekskresi; melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air tambahan dan
1
bahan kimia dari aliran darah. Aspek penting lain dari sistem urin adalah kemampuannya untuk
membedakan antara senyawa dalam darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus di jaga,
seperti gula, dan senyawa dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan.
AnamnesisMengumpulkan data – data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan sering
merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter mengumpulkan
banyak data yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien sebagai manusia
dan bagaimana mereka telah mengalami gejala – gejala dan penyakit, serta mulai membina suatu
hubungan saling percaya. Anamnesis dapat diperoleh sendiri (auto – anamnesis) dan atau
pengantarnya disebut alo – anamnesis.
Ada beberapa cara untuk mencapai sasaran ini. Cobalah untuk memberikan lingkungan
yang bersifat pribadi, tenang, dan bebas dari gangguan. Dokter berada pada tempat yang dapat
diterima oleh pasien, dan pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman.
Dengan anamnesis yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita pasien.
Anamnesis yang baik harus lengkap, rinci (detail), dan akurat sehingga dokter bukan saja dapat
mengenali organ atau sistem apa yang terserang penyakit, tetapi juga kelainan yang terjadi dan
penyebabnya. Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal
yang diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.
Identitas pasien:
Nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan pekerjaan,
suku bangsa dan agama.
Keluhan utama:
keluhan sakit pada pinggang kanan yang menjalar hingga ke kantong kemaluan sejak 1
minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang:
Waktu dan lama keluhan berlangsung: muncul sejak 1 minggu yang lalu
Sifat nyeri: hilang timbul
Lokalisasi dan penyebaran: nyeri pinggang kanan menjalar ke kantong kemaluan
Keluhan penyerta: seperti mual, muntah, dan demam?
Riwayat penyakit dahulu:
2
Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya? Cari tahu
riwayat penyakit dahulu dari kondisi medis apapun yang signifikan.
Menanyakan pernahkah mengalami masalah genitourinarius sebelumnya?
Adakah riwayat ISK, hematuria, atau batu sebelumnya atau penyakit lain yang mengenai
saluran ginjal?
Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang dialami
oleh pasien.
Riwayat pekerjaan / sosial
Menanyakan kepada pasien apakah penyakitnya mengganggu / sangat mengganggu / tidak
mengganggu aktivitas sehari – hari pasien.
Riwayat Obat – Obatan:
Menanyakan apakah ada riwayat pembedahan perut sebelumnya?
Menanyakan setiap obat yang bisa menyebabkan nyeri misalnya OAINS atau menutupi tanda
gangguan perut misalnya kortikosteroid?
Pertimbangkan alkohol sebagai penyebab nyeri, jika ada komplikasi penyakit (misal
pankreatitis)?
Menanyakan apakah pasien mengkonsumsi antikoagulan (tetapi hematuria masih
menunjukkan kemungkinan abnormalitas yang mendasari)?
Menanyakan apakah pasien telah menggunakan obat analgesik untuk mengurangi nyeri?
Pemeriksaan Fisik Tanda – tanda Vital
Pemeriksaan tanda – tanda vital terdiri dari pengukuran suhu, tekanan darah, frekuensi
pernafasan, dan frekuensi nadi. Suhu diukur untuk melihat ada tidaknya demam yang
menyertai keluhannya. Tekanan darah untuk melihat ada tekanan darah tinggi atau rendah
yang mungkin mengacu pada keluhan. Frekuensi nadi dan pernafasan untuk melihat kondisi
jantung dalam memompa dan paru – paru dalam melakukan proses respirasi.
Fisik
Pada pemeriksaan ini mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, teraba
ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda – tanda gagal ginjal, retensi urin, dan
3
jika disertai infeksi didapatkan demam / menggigil. Pada palpasi dilakukan ballottement
untuk meraba ginjal, apakah sudah terjadi pembesaran ginjal oleh karena batu atau tidak.
Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan laboratorium
- Pada sedimen urine menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai berbagai
kristal pembentuk batu.
- Pada kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
- Pemeriksaan kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran
kemih (antara lain: kalsium, oksalat, fosfat maupu urat di dalam darah maupun di dalam
urine)
- Pada pemeriksaan faal ginjal bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadina penurunan
fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU.
b. Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio – opak di saluran kemih. Batu –
batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio – opak dan paling sering dijumpai
diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio – lusen).
c. Pielografi Intra Vena (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat
mendeteksi adanya batu semi – opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh
foto polos perut. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya dalah pemeriksaan pielografi
retrograd.
d. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan –
keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang
sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya bau di ginjal atau di buli – buli (yang
ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.1
Working DiagnosisUreterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, kalkuli (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan. Batu itu sendiri disebut kalkuli. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang
4
terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin. kalkuli bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa
centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang
berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh
atau merah.3
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter
mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu
ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung
kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan
obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria
yang didahului oleh serangan kolik.4
Diferensial DiagnosisNefrolithiasis
Batu ginjal adalah massa padat yang terbentuk di dalam ginjal yang terbuat dari
gabungan Kristal – kristal garam dan mineral. Satu atau lebih batu dapat berada dalam ginjal atau
ureter pada saat yang sama.5
Nefrolitiasis atau batu ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal dan
mengandung komponen kristal serta matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di pelvis
atau kaliks dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal
sebagai besar mengandung batu kalsium. Batu oksalat, kalsium oksalat atau kalsium fosfat secara
dapat dijumpai sampai 65 – 85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal.4
Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstinal
dari salah satu atau kedua ginjal.3 Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat
timbul secara hematogen atau retrograd aliran urin di ureter.4
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan jaringan
interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum adalah
Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks
vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi, trauma, infeksi
yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolic.4
5
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba – tiba. Kemudian dapat disertai
menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga
menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi
berkemih yang meningkat.5
Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan
oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi
pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada pielonefritis kronis, nyerinya dapat menjadi samar – samar dan demam menjadi hilang
timbul atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali.1,4
Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan – keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu meliputi faktor intrinsik,
yaitu keadaan yang berasal dari dalam tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh
yang berasal dari lingkungan disekitarnya.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah:
1. Herediter (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya
2. Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 – 50 tahun
3. Jenis kelamin: jumlah pasien laki – laki tiga kali lebih banyak dibanding dengan pasien
perempuan.
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah: faktor lain terutama faktor eksogen dan
lingkungan yang diduga ikut mempengaruhi kalkuligenesis antara lain:
1. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan
membentuk ammonium akan mengubah PH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan
garam – garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
2. Geografi
Kecenderungan geografis juga berperan dalam terbentunya batu ginjal. Ada daerah yang
dikategorikan sebagai area "sabuk batu". Orang – orang yang tinggal di selatan Amerika
6
Serikat, memiliki risiko pembentukan batu yang sangat tinggi. Keadaan iklim yang panas dan
kurang asupan cairan dapat menyebabkan orang menjadi relatif dehidrasi, dengan urine
mereka menjadi lebih terkonsentrasi dan adanya faktor bahan kimia akan memicu
terbentuknya nidus, atau awal dari sebuah batu.
3. Ras
Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada penduduk
Amerika dan Eropa jarang.
4. Asupan air
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar substansi dalam urin
akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum
sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya
batu saluran kencing.
5. Pekerjaan
Pekerja – pekerja keras seperti buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya
batu saluran kencing daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
6. Makanan
Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka morbiditas batu
saluran kencing berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi social
ekonominya rendah lebih sering terjadi. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita batu saluran kencing (buli – buli dan uretra) dan hanya sedikit yang
ditemukan menderita batu ginjal atau piala.
7. Suhu
Tempat bersuhu panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan
batu saluran kencing.1
EpidemiologiPria lebih banyak dari pada perempuan terjadi di usia dewasa muda diantara penduduk
eropa prevalensinya sekitar 3%. Di negara berkembang lebih banyak batu pada buli. Sedangkan
di negara maju lebih banyak yang batu saluran kemih bagian atas (ginjal ,ureter)2
Manifestasi Klinis
7
Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada; posisi atau letak batu, besar
batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri
pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik
terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam
usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan
tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.1
Batu yang terletak disebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat
kencing atau sering kencing. Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar spontan setelah
melalui hambatan pada perbatasan uretero – pelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat
ureter masuk ke dalam buli – buli. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma
pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang – kadang hematuria didapatkan
dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik.
Batu tersebut dapat menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar dan
ada nya hematuria akibat abrasi batu. Bisa juga terdapat muntah, pucat dan keringat dingin.1
Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu urosepsis dan ini merupakan kedaduratan di
bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomi pada saluran
kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan
pemberian antibiotika.4
PatofisiologiSebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik
ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:
a) Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai inti.
Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b) Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
8
c) Teori presipitasi – kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang
bersifat alkali akan mengendap garam – garam fosfat.
d) Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,
magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.5
Jenis – jenis batu saluran kemihUmumnya batu saluran kemih yang terbentuk adalah batu kalsium oksalat atau kalsium
fosfat (75%), asam urat (8%), magnesium-amonium-fosfat (MAP) (15%), xanthyn, dan sistin,
silikat dan senyawa lain (1%).
Batu kalsium paling banyak ditemukan, dan terbentuk oleh karena hiperkalsiuri
(tingginya kadar kalsium di urin), hiperoksaluri (tingginya kadar oksalat di urin), pH urin yang
basa, dan volume urin yang kurang.
Batu asam urat dibentuk pada kondisi hiperurikosuri, diet tinggi purin, volume urin yang
kurang, pH urin yang asam, dan hiperuricemia (kadar asam urat yang tinggi dalam darah). Pada
pemeriksaan foto polos tidak tampak karena batu tersebut bersifat radio – lusen.
Batu struvit merupakan batu yang terbentuk karena adanya infeksi saluran kemih. Bakteri
penyebabnya adalah golongan pemecah urea dan urin menjadi suasana basa. Contoh bakteri dari
golongan pemecah urease adalah Proteus sp, Kliebsiella, dan Pseudomonas. Dapat dilihat dengan
foto polos dengan gambaran radio – opak.
Batu jenis lain seperti batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat
jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan
absorpsi sistin di mukosa usus. Batu xantin terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi
enzim xanthin oksidase.
TatalaksanaBatu dapat dikeluarkan dengan cara dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endourologi, atau pembedahan terbuka.
- Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
9
nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretik, dan minum bnayak supaya
dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih. Penghilang nyeri untuk kolik uereter:
diklofenak, banyak minum. 80% batu ureter keluar spontan. Batu yang berdiameter < 4 mm
selalu tidak pernah keluar.
Batu Kalsium Oksalat:
- Tiazid (bila disertai dengan adanya hiperkalsiuria)
- Allupurinol (bila disertai dengan adanya hiperurikosuria)
Batu Kalsium Fosfat:
- Tiazid (bila disertai adanya hiperkalsuria)
Batu Struvit (Mg – Sb Fosfat)
- Mandelamin dan Vitamin C
- Antibiotik kotrimoksazol
Batu Urat:Allupurinol
- ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ini untuk pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980.
Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli – buli tanpa melalui
tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen – fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang
keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
- Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah
batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi
kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa
tindakan endourologi itu adalah:
1. PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy), adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen –
fragmen kecil.
10
2. Litotripsi adalah memecah batu buli – buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli – buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator
Ellik.
3. Ureteroskopi atau uretero – renoskopi adalah dengan memasukkan alat ureteroskopi per –
uretra guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntutan ureteroskopi ini.6
4. Ekstraksi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.
- Bedah laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang.
Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.6
- Bedah terbuka
Di klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan – tindakan
endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di
ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal
karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah
sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan
obstruksi dan infeksi yang menahun.1,6
KomplikasiObstruksi urine dapat terjadi di bagian mana saja di saluran kemih. obstruksi di atas
kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine.
Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal
dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan system duktus
pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga
terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstisium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan penurunan
GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga
11
terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika
kedua ginjal terserang.7 Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi
bakteri meningkat 5
Pencegahan Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun
batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan itu berupa:
menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2 – 3 liter
per hari, diet untuk mengurang kadar zat komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang
cukup.7
Dapat dilakukan juga diet untuk mengurangi kadar zat – zat komponen pembentuk batu.
Batu kalsium - mengurangi asupan kalsium dan menghindari suplemen vitamin D.
Batu oksalat - mengurangi asupan oksalat dan makanan dengan kadar oksalat
tinggi termasuk coklat, teh, kacang, buncis, bayam, serta mengurangi asupan buah
jeruk (vitamin C)
Batu sistin - Asupan cairan tinggi, alkalinisasi urin, D-penisilamin bertindak
sebagai agen chelating.
Batu asam urat allupurinol, alkalinisasi urin.8
PrognosisSebaiknya cepat ditangani sedini mungkin, maka gejala akan dapat hilang dan tidak akan
menyebabkan komplikasi. Semakin cepat terdiagnosa maka keadaan pasien tersebut dapat baik.
Pasien biasanya dapat sembuh total, tapi jika sampai kedua ginjal tersebut sudah tidak berfungsi
lagi akan terjadi gagal ginjal.
Kesimpulan
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi dari
iritasi batu yang terus menerus.
12
Daftar Pustaka1. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung seto; 2011. h. 87-99.
2. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 171-2.
13
3. Brunner and Suddarth’s (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi
kedelapan). Jakarta : EGC.
4. Nursalam, DR. M.Nurs,dkk.(2006). System Perkemihan. Jakarta : salemba medika
5. Mansjoer A, Suprohaita, editor. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta:
Media aesculapius; 2001. h. 334-6.
6. Spencer SS. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2005. h. 591.
7. Wayne D, Rubenstein D, Bradley J. Kedokteran klinis. Edisi 6. Jakarta: Erlangga; 2007.
h. 219.
8. Corwin E.J. Batu ginjal,Apendiks. Buku saku patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran
ECG;Jakarta: 2001.
14
top related