bp blok 20

21
Ureterolithiasis Budi Hartono / 102013079 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563- 1731 Pendahuluan Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerja sama untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Mengingat bahwa organisme hidup harus mengambil nutrisi dan air, satu fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan internal. Sistem kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting. Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat – zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari 1

Upload: xohanort

Post on 14-Jul-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BP BLOK 20

TRANSCRIPT

Ureterolithiasis

Budi Hartono / 102013079

[email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731

PendahuluanManusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis,

yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerja sama untuk mengatur suhu

tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Mengingat bahwa organisme

hidup harus mengambil nutrisi dan air, satu fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau

kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan

internal. Sistem kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting. Kelangsungan

hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam,

asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung

pada pengeluaran secara terus menerus zat – zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel

pada saat melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan

system yang terdiri dari organ – organ dan struktur – struktur yang menyalurkan urin dari ginjal

ke luar tubuh. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur

konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi

semuazat sisa metabolisme. Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang

terutama bertanggung jawab untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu sepertikalium dan

natrium, membantu mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea

dari darah.

Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah, sedangkan ureter, yang

bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih, yang menyimpan urin, dan saluran

kencing, urin keluar melalui tubuh. Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan

orang adalah bahwa ekskresi; melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air tambahan dan

1

bahan kimia dari aliran darah. Aspek penting lain dari sistem urin adalah kemampuannya untuk

membedakan antara senyawa dalam darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus di jaga,

seperti gula, dan senyawa dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan.

AnamnesisMengumpulkan data – data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan sering

merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter mengumpulkan

banyak data yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien sebagai manusia

dan bagaimana mereka telah mengalami gejala – gejala dan penyakit, serta mulai membina suatu

hubungan saling percaya. Anamnesis dapat diperoleh sendiri (auto – anamnesis) dan atau

pengantarnya disebut alo – anamnesis.

Ada beberapa cara untuk mencapai sasaran ini. Cobalah untuk memberikan lingkungan

yang bersifat pribadi, tenang, dan bebas dari gangguan. Dokter berada pada tempat yang dapat

diterima oleh pasien, dan pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman.

Dengan anamnesis yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita pasien.

Anamnesis yang baik harus lengkap, rinci (detail), dan akurat sehingga dokter bukan saja dapat

mengenali organ atau sistem apa yang terserang penyakit, tetapi juga kelainan yang terjadi dan

penyebabnya. Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal

yang diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.

Identitas pasien:

Nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan pekerjaan,

suku bangsa dan agama.

Keluhan utama:

keluhan sakit pada pinggang kanan yang menjalar hingga ke kantong kemaluan sejak 1

minggu yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang:

Waktu dan lama keluhan berlangsung: muncul sejak 1 minggu yang lalu

Sifat nyeri: hilang timbul

Lokalisasi dan penyebaran: nyeri pinggang kanan menjalar ke kantong kemaluan

Keluhan penyerta: seperti mual, muntah, dan demam?

Riwayat penyakit dahulu:

2

Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya? Cari tahu

riwayat penyakit dahulu dari kondisi medis apapun yang signifikan.

Menanyakan pernahkah mengalami masalah genitourinarius sebelumnya?

Adakah riwayat ISK, hematuria, atau batu sebelumnya atau penyakit lain yang mengenai

saluran ginjal?

Riwayat penyakit keluarga

Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang dialami

oleh pasien.

Riwayat pekerjaan / sosial

Menanyakan kepada pasien apakah penyakitnya mengganggu / sangat mengganggu / tidak

mengganggu aktivitas sehari – hari pasien.

Riwayat Obat – Obatan:

Menanyakan apakah ada riwayat pembedahan perut sebelumnya?

Menanyakan setiap obat yang bisa menyebabkan nyeri misalnya OAINS atau menutupi tanda

gangguan perut misalnya kortikosteroid?

Pertimbangkan alkohol sebagai penyebab nyeri, jika ada komplikasi penyakit (misal

pankreatitis)?

Menanyakan apakah pasien mengkonsumsi antikoagulan (tetapi hematuria masih

menunjukkan kemungkinan abnormalitas yang mendasari)?

Menanyakan apakah pasien telah menggunakan obat analgesik untuk mengurangi nyeri?

Pemeriksaan Fisik Tanda – tanda Vital

Pemeriksaan tanda – tanda vital terdiri dari pengukuran suhu, tekanan darah, frekuensi

pernafasan, dan frekuensi nadi. Suhu diukur untuk melihat ada tidaknya demam yang

menyertai keluhannya. Tekanan darah untuk melihat ada tekanan darah tinggi atau rendah

yang mungkin mengacu pada keluhan. Frekuensi nadi dan pernafasan untuk melihat kondisi

jantung dalam memompa dan paru – paru dalam melakukan proses respirasi.

Fisik

Pada pemeriksaan ini mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, teraba

ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda – tanda gagal ginjal, retensi urin, dan

3

jika disertai infeksi didapatkan demam / menggigil. Pada palpasi dilakukan ballottement

untuk meraba ginjal, apakah sudah terjadi pembesaran ginjal oleh karena batu atau tidak.

Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan laboratorium

- Pada sedimen urine menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai berbagai

kristal pembentuk batu.

- Pada kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.

- Pemeriksaan kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran

kemih (antara lain: kalsium, oksalat, fosfat maupu urat di dalam darah maupun di dalam

urine)

- Pada pemeriksaan faal ginjal bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadina penurunan

fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU.

b. Foto polos abdomen

Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio – opak di saluran kemih. Batu –

batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio – opak dan paling sering dijumpai

diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio – lusen).

c. Pielografi Intra Vena (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat

mendeteksi adanya batu semi – opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh

foto polos perut. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat

adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya dalah pemeriksaan pielografi

retrograd.

d. Ultrasonografi

USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan –

keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang

sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya bau di ginjal atau di buli – buli (yang

ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.1

Working DiagnosisUreterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, kalkuli (batu

ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran

perkemihan.  Batu itu sendiri disebut kalkuli. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang

4

terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus

larutan urin. kalkuli bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa

centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang

berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh

atau merah.3

Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter

mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu

ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung

kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan

obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria

yang didahului oleh serangan kolik.4

Diferensial DiagnosisNefrolithiasis

Batu ginjal adalah massa padat yang terbentuk di dalam ginjal yang terbuat dari

gabungan Kristal – kristal garam dan mineral. Satu atau lebih batu dapat berada dalam ginjal atau

ureter pada saat yang sama.5

Nefrolitiasis atau batu ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal dan

mengandung komponen kristal serta matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di pelvis

atau kaliks dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal

sebagai besar mengandung batu kalsium. Batu oksalat, kalsium oksalat atau kalsium fosfat secara

dapat dijumpai sampai 65 – 85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal.4

Pielonefritis

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstinal

dari salah satu atau kedua ginjal.3 Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat

timbul secara hematogen atau retrograd aliran urin di ureter.4

Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan jaringan

interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum adalah

Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks

vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi, trauma, infeksi

yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolic.4

5

Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba – tiba. Kemudian dapat disertai

menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga

menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi

berkemih yang meningkat.5

Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan

oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi

pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.

Pada pielonefritis kronis, nyerinya dapat menjadi samar – samar dan demam menjadi hilang

timbul atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali.1,4

Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran

urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan – keadaan lain yang

masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang

mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu meliputi faktor intrinsik,

yaitu keadaan yang berasal dari dalam tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh

yang berasal dari lingkungan disekitarnya.

Faktor intrinsik itu antara lain adalah:

1. Herediter (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya

2. Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 – 50 tahun

3. Jenis kelamin: jumlah pasien laki – laki tiga kali lebih banyak dibanding dengan pasien

perempuan.

Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah: faktor lain terutama faktor eksogen dan

lingkungan yang diduga ikut mempengaruhi kalkuligenesis antara lain:

1. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti

pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan

membentuk ammonium akan mengubah PH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan

garam – garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.

2. Geografi

Kecenderungan geografis juga berperan dalam terbentunya batu ginjal. Ada daerah yang

dikategorikan sebagai area "sabuk batu". Orang – orang yang tinggal di selatan Amerika

6

Serikat, memiliki risiko pembentukan batu yang sangat tinggi. Keadaan iklim yang panas dan

kurang asupan cairan dapat menyebabkan orang menjadi relatif dehidrasi, dengan urine

mereka menjadi lebih terkonsentrasi dan adanya faktor bahan kimia akan memicu

terbentuknya nidus, atau awal dari sebuah batu.

3. Ras

Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada penduduk

Amerika dan Eropa jarang.

4. Asupan air

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan

terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar substansi dalam urin

akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum

sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya

batu saluran kencing.

5. Pekerjaan

Pekerja – pekerja keras seperti buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya

batu saluran kencing daripada pekerja yang lebih banyak duduk.

6. Makanan

Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka morbiditas batu

saluran kencing berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi social

ekonominya rendah lebih sering terjadi. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur

lebih sering menderita batu saluran kencing (buli – buli dan uretra) dan hanya sedikit yang

ditemukan menderita batu ginjal atau piala.

7. Suhu

Tempat bersuhu panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan banyak

mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan

batu saluran kencing.1

EpidemiologiPria lebih banyak dari pada perempuan terjadi di usia dewasa muda diantara penduduk

eropa prevalensinya sekitar 3%. Di negara berkembang lebih banyak batu pada buli. Sedangkan

di negara maju lebih banyak yang batu saluran kemih bagian atas (ginjal ,ureter)2

Manifestasi Klinis

7

Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada; posisi atau letak batu, besar

batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri

pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik

terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam

usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan

tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang

memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi

hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.1

Batu yang terletak disebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat

kencing atau sering kencing. Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar spontan setelah

melalui hambatan pada perbatasan uretero – pelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat

ureter masuk ke dalam buli – buli. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma

pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang – kadang hematuria didapatkan

dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik.

Batu tersebut dapat menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang

menyebar ke paha dan genitalia. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar dan

ada nya hematuria akibat abrasi batu. Bisa juga terdapat muntah, pucat dan keringat dingin.1

Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu urosepsis dan ini merupakan kedaduratan di

bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomi pada saluran

kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan

pemberian antibiotika.4

PatofisiologiSebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik

ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:

a) Teori inti matriks

Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai inti.

Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan

mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.

b) Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat,

kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

8

c) Teori presipitasi – kristalisasi

Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang

bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang

bersifat alkali akan mengendap garam – garam fosfat.

d) Teori berkurangnya factor penghambat

Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,

magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.5

Jenis – jenis batu saluran kemihUmumnya batu saluran kemih yang terbentuk adalah batu kalsium oksalat atau kalsium

fosfat (75%), asam urat (8%), magnesium-amonium-fosfat (MAP) (15%), xanthyn, dan sistin,

silikat dan senyawa lain (1%).

Batu kalsium paling banyak ditemukan, dan terbentuk oleh karena hiperkalsiuri

(tingginya kadar kalsium di urin), hiperoksaluri (tingginya kadar oksalat di urin), pH urin yang

basa, dan volume urin yang kurang.

Batu asam urat dibentuk pada kondisi hiperurikosuri, diet tinggi purin, volume urin yang

kurang, pH urin yang asam, dan hiperuricemia (kadar asam urat yang tinggi dalam darah). Pada

pemeriksaan foto polos tidak tampak karena batu tersebut bersifat radio – lusen.

Batu struvit merupakan batu yang terbentuk karena adanya infeksi saluran kemih. Bakteri

penyebabnya adalah golongan pemecah urea dan urin menjadi suasana basa. Contoh bakteri dari

golongan pemecah urease adalah Proteus sp, Kliebsiella, dan Pseudomonas. Dapat dilihat dengan

foto polos dengan gambaran radio – opak.

Batu jenis lain seperti batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat

jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan

absorpsi sistin di mukosa usus. Batu xantin terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi

enzim xanthin oksidase.

TatalaksanaBatu dapat dikeluarkan dengan cara dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan

endourologi, atau pembedahan terbuka.

- Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena

diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi

9

nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretik, dan minum bnayak supaya

dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih. Penghilang nyeri untuk kolik uereter:

diklofenak, banyak minum. 80% batu ureter keluar spontan. Batu yang berdiameter < 4 mm

selalu tidak pernah keluar.

Batu Kalsium Oksalat:

- Tiazid (bila disertai dengan adanya hiperkalsiuria)

- Allupurinol (bila disertai dengan adanya hiperurikosuria)

Batu Kalsium Fosfat:

- Tiazid (bila disertai adanya hiperkalsuria)

Batu Struvit (Mg – Sb Fosfat)

- Mandelamin dan Vitamin C

- Antibiotik kotrimoksazol

Batu Urat:Allupurinol

- ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Alat ini untuk pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980.

Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli – buli tanpa melalui

tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen – fragmen kecil

sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang

keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.

- Endourologi

Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah

batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan

langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi

kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan

memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa

tindakan endourologi itu adalah:

1. PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy), adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di

dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi

pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen –

fragmen kecil.

10

2. Litotripsi adalah memecah batu buli – buli atau batu uretra dengan memasukkan alat

pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli – buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator

Ellik.

3. Ureteroskopi atau uretero – renoskopi adalah dengan memasukkan alat ureteroskopi per –

uretra guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi

tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui

tuntutan ureteroskopi ini.6

4. Ekstraksi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat

keranjang Dormia.

- Bedah laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang.

Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.6

- Bedah terbuka

Di klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan – tindakan

endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui

pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau

nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di

ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal

karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah

sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan

obstruksi dan infeksi yang menahun.1,6

KomplikasiObstruksi urine dapat terjadi di bagian mana saja di saluran kemih. obstruksi di atas

kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine.

Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal

dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan system duktus

pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga

terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.

Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstisium dan dapat

menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan penurunan

GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga

11

terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika

kedua ginjal terserang.7 Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi

bakteri meningkat 5

Pencegahan Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun

batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan itu berupa:

menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2 – 3 liter

per hari, diet untuk mengurang kadar zat komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang

cukup.7

Dapat dilakukan juga diet untuk mengurangi kadar zat – zat komponen pembentuk batu.

Batu kalsium - mengurangi asupan kalsium dan menghindari suplemen vitamin D.

Batu oksalat - mengurangi asupan oksalat dan makanan dengan kadar oksalat

tinggi termasuk coklat, teh, kacang, buncis, bayam, serta mengurangi asupan buah

jeruk (vitamin C)

Batu sistin - Asupan cairan tinggi, alkalinisasi urin, D-penisilamin bertindak

sebagai agen chelating.

Batu asam urat allupurinol, alkalinisasi urin.8

PrognosisSebaiknya cepat ditangani sedini mungkin, maka gejala akan dapat hilang dan tidak akan

menyebabkan komplikasi. Semakin cepat terdiagnosa maka keadaan pasien tersebut dapat baik.

Pasien biasanya dapat sembuh total, tapi jika sampai kedua ginjal tersebut sudah tidak berfungsi

lagi akan terjadi gagal ginjal.

Kesimpulan

Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan

morfologinya. Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya

obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,

menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.

Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi dari

iritasi batu yang terus menerus.

12

Daftar Pustaka1. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung seto; 2011. h. 87-99.

2. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 171-2.

13

3. Brunner and Suddarth’s (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi

kedelapan). Jakarta : EGC.

4. Nursalam, DR. M.Nurs,dkk.(2006). System Perkemihan. Jakarta : salemba medika

5. Mansjoer A, Suprohaita, editor. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta:

Media aesculapius; 2001. h. 334-6.

6. Spencer SS. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2005. h. 591.

7. Wayne D, Rubenstein D, Bradley J. Kedokteran klinis. Edisi 6. Jakarta: Erlangga; 2007.

h. 219.

8. Corwin E.J. Batu ginjal,Apendiks. Buku saku patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran

ECG;Jakarta: 2001.

14