abstrak (laporan kasus bedah)

2
LAPORAN KASUS PENATALAKSANAAN NUTRISI PADA FISTEL ENTEROKUTAN & MALNUTRISI BERAT Sri Mulyati Program Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Pendahuluan Fistel enterokutaneus merupakan masalah klinis yang sangat menantang akibat berbagai etiologi, namun sebagian besar akibat iatrogenik, sebagai akibat komplikasi bedah digestif. Kemajuan dalam penatalaksanaan secara keseluruhan telah menyebabkan penurunan yang sangat dramatis dalam hal morbiditas dan mortalitas sepanjang lima dekade terakhir. Pendekatan terstruktur terhadap penatalaksanaan fistel enterokutaneus telah terbukti memperbaiki hasil. Stabilisasi fisiologis awal pada pasien pasca operasi berpusat pada dukungan hemodinamik dan cairan demikian halnya dengan pengendalian sepsis yang agresif merupakan tindakan awal yang kritis. Terapi gizi dan perawatan luka selanjutnya memungkinkan pasien mendapatkan kembali keseimbangan nitrogen yang positif, serta memungkinkan proses penyembuhan luka. Studi Kasus Seorang wanita usia 21 tahun dengan keluhan asupan makan yang dirasakan kurang, yang dialami sejak kurang lebih tiga tahun yang lalu akibat banyaknya cairan yang keluar lewat luka bekas operasi, disertai penurunan berat badan (berat badan sebelumnya 42 kg). Tidak ditemukan keluhan gastrointestinal lain seperti kesulitan menelan, mual, muntah, dan nyeri ulu hati, demikian pula dengan buang air kecil dimana frekuensi, warna dan jumlah dirasakan tidak ada perubahan. Tanda vital berada dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kedua konjungtiva anemis, pada daerah thorax terlihat loss of subcutaneous fat yang tersamar, disertai wasting pada ekstremitas superior. Pada daerah abdomen tampak bekas operasi pada inguinal kanan dan bekas operasi midline pada fistel pada infraumbilikus, disertai keluarnya cairan yang berwarna seperti feses dari fistel, dan sekitar luka tampak hiperemis, namun peristaltik kesan normal. Tidak ditemukan adanya edema pretibial maupun dorsum pedis. Pada pemeriksaan laboratorium (20 Agustus 2011) ditemukan nilai albumin 3.4 g/dL menurun dibandingkan saat awal masuk (albumin = 3.9 g/dl), Hb menurun dari 11.5 g/dl menjadi 11,1 g/dL, dan Total lymphocyte Count menurun dari 1530 menjadi 1420. Nilai laboratorium lain dalam batas normal. Hasil pengukuran antropometri, pasien dinyatakan mengalami gizi buruk (14,57 kg/m 2 )

Upload: sri-yudodiharjo

Post on 31-Jul-2015

144 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK (Laporan Kasus Bedah)

LAPORAN KASUS

PENATALAKSANAAN NUTRISI PADA FISTEL ENTEROKUTAN & MALNUTRISI BERAT

Sri MulyatiProgram Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAKPendahuluanFistel enterokutaneus merupakan masalah klinis yang sangat menantang akibat berbagai etiologi, namun sebagian besar akibat iatrogenik, sebagai akibat komplikasi bedah digestif. Kemajuan dalam penatalaksanaan secara keseluruhan telah menyebabkan penurunan yang sangat dramatis dalam hal morbiditas dan mortalitas sepanjang lima dekade terakhir. Pendekatan terstruktur terhadap penatalaksanaan fistel enterokutaneus telah terbukti memperbaiki hasil. Stabilisasi fisiologis awal pada pasien pasca operasi berpusat pada dukungan hemodinamik dan cairan demikian halnya dengan pengendalian sepsis yang agresif merupakan tindakan awal yang kritis. Terapi gizi dan perawatan luka selanjutnya memungkinkan pasien mendapatkan kembali keseimbangan nitrogen yang positif, serta memungkinkan proses penyembuhan luka.Studi KasusSeorang wanita usia 21 tahun dengan keluhan asupan makan yang dirasakan kurang, yang dialami sejak kurang lebih tiga tahun yang lalu akibat banyaknya cairan yang keluar lewat luka bekas operasi, disertai penurunan berat badan (berat badan sebelumnya 42 kg). Tidak ditemukan keluhan gastrointestinal lain seperti kesulitan menelan, mual, muntah, dan nyeri ulu hati, demikian pula dengan buang air kecil dimana frekuensi, warna dan jumlah dirasakan tidak ada perubahan. Tanda vital berada dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kedua konjungtiva anemis, pada daerah thorax terlihat loss of subcutaneous fat yang tersamar, disertai wasting pada ekstremitas superior. Pada daerah abdomen tampak bekas operasi pada inguinal kanan dan bekas operasi midline pada fistel pada infraumbilikus, disertai keluarnya cairan yang berwarna seperti feses dari fistel, dan sekitar luka tampak hiperemis, namun peristaltik kesan normal. Tidak ditemukan adanya edema pretibial maupun dorsum pedis. Pada pemeriksaan laboratorium (20 Agustus 2011) ditemukan nilai albumin 3.4 g/dL menurun dibandingkan saat awal masuk (albumin = 3.9 g/dl), Hb menurun dari 11.5 g/dl menjadi 11,1 g/dL, dan Total lymphocyte Count menurun dari 1530 menjadi 1420. Nilai laboratorium lain dalam batas normal. Hasil pengukuran antropometri, pasien dinyatakan mengalami gizi buruk (14,57 kg/m2) berdasarkan kriteria IMT menurut WHO yang telah diadaptasi untuk masyarakat Asia Pasifik.HasilSetelah intervensi gizi selama 19 hari, status gizi pasien dapat diprtahankan, penyembuhan luka baik, perbaikan hasil lab. mendekati nilai normal.KesimpulanPasien pasca pembedahan berisiko mengalami malnutrisi dan karena hal ini berdampak negatif pada penyembuhan luka, maka hal ini dapat menjadi faktor predisposisi bagi pembentukan fistel. Malnutrisi yang terjadi karena pembentukan fistel merupakan dampak dari sejumlah faktor, termasuk buruknya asupan oral, kehilangan cairan kaya zat gizi melalui fistula, dan peningkatan katabolisme terkait sepsis.Dasar dari penatalaksanaan fistula adalah penggantian cairan, elektrolit, dan zat gizi mikro, serta mempertahankan status gizi. Perawatan luka juga penting dan terkadang merupakan aspek yang paling menantang dari perawatan pasien.