14. bab 3 narasi
DESCRIPTION
essayTRANSCRIPT
24
Susu segar yang telah diberi perlakuan pasteurisasi standar
dengan sempurna akan mengalam i pengurangan jumlah mikroorganisme
(Hassan dkk, 2009) dan diharapkan menghasilkan susu yang dapat
disimpan tanpa mengalami kerusakan karena adanya pertumbuhan atau
kontaminasi bakteri (Martiani, 2006) dalam penelitian ini dilakukan
pemeriksaan awal jumlah Staphylococcus aureus untuk mengetahui
kemungkinan adanya Staphylococcus aureus setelah pasteurisasi. Setelah
kemasan susu pasteurisasi dibuka muncul kekhawatiran adanya
pertumbuhan atau kontaminasi Staphylococcus aureus, maka segera
dilakukan penyimpanan pada suhu 4°C (Martiani, 2006), akan tetapi cara
ini belum dapat memastikan apakah pada penyimpanan 4°C dapat
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus karena adanya
perbedaan pernyataan mengenai suhu minimum pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus, yaitu pernyataan (Supardi dan Sukamto, 1999)
bahwa bakteri Staphylococcus aureus memiliki suhu minimum
pertumbuhan 6,7°C atau 6-7°C (Srikandi Fardiaz, 1992) serta pernyataan
lain yang menyatakan bahwa suhu tumbuh minimum Staphylococcus
aureus adalah 4°C (Adam and Moss, 1995) sehingga perlu pembuktian
apakah terjadi pertumbuhan Staphylococcus aureus pada susu
pasteurisasi komersial yang kemasan sudah dibuka dalam suhu 4°C
selama penyimpanan.
3.2 Hipotesis Penelitian
Penyimpanan suhu 4°C dan waktu penyimpanan pada susu
pasteurisasi komersial dalam kemasan yang sudah dibuka berpengaruh
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.