elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000134... ·...
TRANSCRIPT
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
5-15-
Pada bab ini akan diuraikan analisis data dari hasil survei primer dan
sekunder yang dilakukan pada Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di
Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program
Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan pada beberapa lokasi di
Pulau Jawa. Analisis yang dilakukan berupa identifikasi karakteristik
kecelakaan yang terjadi pada masing-masing lokasi sehingga dapat
diusulkan teknik penanganan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kecelakaan.
A. JALUR LINTAS SELATAN
Lokasi daerah rawan kecelakaan yang dianalisis pada Jalur Lintas
Selatan ini meliputi lokasi daerah rawan kecelakaan di Ngawi,
Purwokerto, dan Nagreg, Jawa Barat.
1. Ngawi
Analisis data kecelakaan di Kabupaten Ngawi dibatasi pada ruas
Jalan Nasional yang melewati Kabupaten Ngawi, yaitu Ruas Jalan
Solo-Mantingan dan Ruas Jalan Ngawi-Caruban. Dari ruas jalan
tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
55
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
2
sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu
juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk
mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama
kecelakaan fatal.
Selanjutnya akan dilihat analisis karakteristik kecelakaan di masing-
masing lokasi yang berpotensi sebagai daerah rawan kecelakaan
berdasarkan nilai daerah rawan kecelakaan tertinggi yang
ditunjukkan tabel pada bab sebelumnya. Lokasi dikategorikan
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang
harus segera mendapatkan penanganan (prioritas)
Lokasi kecelakaan di Kecamatan Widodaren merupakan lokasi
jenis lokasi 1 adalah, tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 27-28. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini
dapat dilihat padaTabel 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Ngawi-
Mantingan KM 27-28
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Samping-samping 4 0 1 1 4
Depan-samping 1 0 0 1 1
Depan-belakang 2 1 1 2 17
Depan-depan 3 2 1 2 29
Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
3
Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi
besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah
tipe kecelakaan tabrak depan-depan.
Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk
penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko
untuk menentukan prioritas penanganan daerah rawan
kecelakaan. Di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan
diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban
kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera
pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM
27-28 berdasarkan jenis tabrakan
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-samping 2 70 140 Cukup Berbahaya
Depan-samping 2 10 20 Tidak Berbahaya
Depan-belakang 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-depan 3 100 300 Berbahaya
Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya
Usulan penanganan hanya dilakukan pada jenis tabrakan dengan
kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”. Berdasarkan
hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu mendapat usulan
penanganan adalah tipe tabrak depan-depan.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
4
Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang
terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Raya
Ngawi-Mantingan KM 27-28
Kondisi Permukaan
Jalan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Kering 10 3 3 6 51
Genangan Air 0 0 0 0 0
Basah 0 0 0 0 0
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan kondisi permukaan dapat dilihat pada
Tabel 5. 4.
Tabel 5. 4. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM
27-28 berdasarkan kondisi permukaan jalan
Kondisi
Permukaan Jalan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Kering 3 100 300 Berbahaya
Genangan air 1 1 1 Tidak Berbahaya
Basah 1 1 1 Tidak Berbahaya
Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi permukaan jalan pada
saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk
pengajuan usulan penanganan adalah kondisi permukaan jalan
yang kering.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
5
Untuk mengetahui apakah karakteristik kondisi cuaca terkait
dengan terjadinya kecelakaan maka dianalisis hubungan antara
jumlah terjadinya kecelakaan dengan fatalitas korban yang
mengalami kecelakaan pada berbagai kondisi cuaca sehingga
didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca
tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Karakteristik kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca
di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
Kondisi Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas
Nilai MD LB LR
Normal 10 3 3 6 51
Berkabut 0 0 0 0 0
Hujan gerimis 0 0 0 0 0
Hujan lebat 0 0 0 0 0
Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan kecelakaan
berdasarkan kondisi cuaca terjadinya kecelakaan dapat dilihat
pada Tabel 5. 6.
Tabel 5. 6. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
berdasarkan kondisi cuaca
Kondisi
Permukaan Jalan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
resiko Kategori
Normal 3 100 300 Berbahaya
Berkabut 1 1 1 Tidak Berbahaya
Hujan gerimis 1 1 1 Tidak Berbahaya
Hujan lebat 1 1 1 Tidak Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
6
Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi cuaca pada saat terjadi
kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan
penanganan adalah kondisi cuaca normal.
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah/normal dan
pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan
cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi.
Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas
korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai
kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat
dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Karakteristik kecelakaan berdasarkan moda
kendaraan yang digunakan di Jalan Raya Ngawi-
Mantingan KM 27-28
Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas
Nilai MD LB LR
Sepeda motor 8 1 2 5 33
Mobil 1 1 0 0 12
Truk 3 2 1 0 17
Bus 1 1 0 0 12
Pejalan kaki 3 1 1 1 16
Sepeda 0 0 0 0 0
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam
kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.8
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
7
Tabel 5.8. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan
Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
Moda Kendaraan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya
Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya
Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya
Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya
Pejalan Kaki 2 100 300 Berbahaya
Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan penanganan
berdasarkan moda kendaraan yang terlibat maka kecelakaan yang
melibatkan sepeda motor dan pejalan kaki yang perlu
diprioritaskan dalam penanganannya.
Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat
pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 ini berupa:
1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Jalan naik turun dan banyak tikungan,
3) Lebar jalan untuk 2 arah sebesar 7,7 meter,
4) Bahu jalan 0,5–1 meter, tidak diperkeras, terdapat perbedaan
level yang cukup besar dengan badan jalan (>15cm),
5) Lahan di sekitarnya berupa hutan sehingga hambatan samping
minimal,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
8
6) Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang,
7) Kondisi marka tengah sudah memudar dan tidak ada marka
tepi,
8) Tidak ditemukan rambu lalu lintas.
Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa
85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±60 km/jam,
kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±70 km/jam, dan
untuk sepeda motor sebesar ±70 km/jam.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan
yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan sebagai berikut ini.
Kecelakaan yang terjadi sering melibatkan kendaraan berat, hal
ini dikarenakan kendaraan berat merupakan kendaraan yang
mendominasi di jalur ini. Kendaraan berat ini memiliki kecepatan
yang relatif lebih rendah daripada jenis kendaraan lainnya. Hal
ini dapat memicu ketidaksabaran dari pengguna jalan lainnya
untuk menyiap. Akan tetapi karena lebar jalan di ruas ini yang
relatif sempit dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu
pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk
kendaraan dari arah sebaliknya. Kondisi alinyemen horisontal
dan vertikal ruas jalan ini yang naik turun dan relatif banyak
tikungan, menyebabkan jarak pandang pengemudi untuk menyiap
juga terbatas, didukung pula terbatasnya ketersedian rambu dan
marka yang dapat memberikan informasi maupun peringatan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
9
kepada pengemudi mengenai kondisi jalan. Akibatnya jenis
kecelakaan tipe tabrak depan (head-on crash) dapat terjadi.
Analisis selanjutnya, kondisi bahu jalan yang memiliki gap yang
cukup besar dengan badan jalan menyebabkan kendaraan yang
disiap dapat tergelincir ke bahu jalan dan susah untuk kembali ke
badan jalan. Tidak adanya marka tepi juga mengurangi
penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan.
Kondisi jalan yang bergelombang mengakibatkan
penguasaan/kontrol pengemudi terhadap setir maupun jalannya
kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi
mendadak juga berkurang.
Adanya pejalan kaki yang terlibat dalam kecelakaan, disebabkan
tidak tersedianya fasilitas untuk pejalan kaki. Hal ini
dimungkinkan, karena jalan ini merupakan jalan antar kota
dengan kecepatan tinggi dan akses untuk pejalan kaki dibatasi.
Kondisi lahan sekitar yang berupa hutan dan jarang perumahan
penduduk menyebabkan kemunculan seorang pejalan kaki
merupakan suatu hal mendadak. Apabila dilihat dari uraian
kondisi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa apabila
kendaraan sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan kondisi
jalan yang bergelombang serta naik turun menyebabkan
kemunculan obyek, dalam hal ini pejalan kaki yang mendadak
bisa mengakibatkan pengemudi/pengendara kendaraan kesulitan
untuk menghentikan kendaraannya.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
105-
10
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan
yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik
jalan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Kondisi alinyemen
horizontal dan
vertikal yang tidak
sesuai dengan
dimensi mayoritas
kendaraan yang
melintas (kendaraan
berat dan sepeda
motor)
Pengemudi sulit
mengarahkan
kendaraannya
atau dapat keluar
dari jalur
65,7% 3 100 300 Berbahaya
2. Kondisi median
(marka 2 garis
sejajar utuh) yang
tidak sesuai standar
dan tidak ada marka
tepi
Pengemudi
keluar dari jalur
sehingga
memungkinkan
terjadinya
kecelakaan lalu
lintas
50% 3 100 300 Berbahaya
3. Perbedaan elevasi
bahu dengan badan
jalan yang tidak
memenuhi standar
Membahayakan
pengemudi yang
keluar jalur
kemudian tidak
dapat kembali ke
badan jalan.
100% 5 100 300 Sangat
Berbahaya
4. Tidak adanya rambu Tidak dapat
mengetahui
kondisi jalan di
depan seperti
terdapat simpang,
penyempitan
jalan atau
sebagainya.
100% 5 100 300 Sangat
Berbahaya
6. Tidak adanya
penerangan pada
jalan
Pengemudi tidak
dapat melihat
keadaan jalan dan
kondisi
lingkungan
sekitar.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
115-
11
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
7. Kondisi permukaan
perkerasan banyak
yang bergelombang
Pengemudi susah
mengendalikan
kendaraandan
pergerakannya
80% 4 100 400 Sangat
Berbahaya
8. Adanya tikungan,
dengan informasi
yang masih kurang
(marka serta rambu
yang tidak
memadai).
Pengemudi tidak
dapat
mengendalikan
kendaraan
dengan baik di
tikungan dan
jarak pandang
terbatas
100% 3 100 300 Berbahaya
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan
pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.
Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka
seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan
penanganan karena kategori yang muncul adalah “Sangat
Berbahaya dan Berbahaya”. Penanganan yang diajukan memiliki
beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel
5.10
Tabel 5.10. Usulan penanganan berdasarkan hasil analisis resiko
di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
125-
12
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
1 Terjadinya
kecelakaan
dengan jenis
tabrak depan-
depan.
a. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan
hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
b. Pemasangan
rambu peringatan
dan batas
kecepatan
maksimum.
c. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
a. Pembuatan
centerline rumble
strips pada as
jalan.
b. Perataan dan atau
pengerasan bahu
jalan.
c. Pemasangan
guardrail/wire
rope.
d. Pembuatan
median.
e. Pelebaran jalur.
f. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
a. Re-alinyemen
horisontal jalan
(penambahan radius
tikungan,
penggunaan
lengkung peralihan,
meningkatkan
superelevasi,
mengurangi
tikungan ganda).
b. Re-alinyemen
vertikal dengan
melandaikan
tanjakan dan
turunan sehingga
dapat meningkatkan
jarak pandang.
c. Penambahan
lajur/duplikasi jalur
lalu lintas, lebar
minimal per lajur
3,5 m.
2 Kecelakaan
yang
mengakibatkan
kendaraan
keluar dari
badan jalan,
terutama sepeda
motor dan
kendaraan berat.
a. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
b. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
c. Pemasangan
rambu peringatan
dan batas
kecepatan
maksimum.
a. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudina
l rumble strips
pada bahu jalan.
b. Perataan dan atau
pengerasan bahu
jalan.
c. Pemasangan
guardrail/wire
rope.
d. Pembuatan
median.
e. Pelebaran lajur.
a. Penambahan
lajur/duplikasi jalur
lalu lintas, lebar
minimal per lajur
3,5 m.
b. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor.
3 Tidak adanya
penerangan
jalan.
a. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
b. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
Pemasangan mata
kucing pada seluruh
daerah blackspot.
Pemasangan lampu
penerangan jalan.
4 Kondisi
permukaan
perkerasan jalan
bergelombang
Pemasangan rambu
peringatan mengenai
kondisi permukaan
jalan.
Melakukan
perbaikan kerataan
jalan (IRI).
Melakukan perbaikan
secara struktural pada
perkerasan jalan.
5 Adanya
tikungan dengan
a. Pemasangan
rambu peringatan
a. Pemasangan
kancing
a. Re-alinyemen
horisontal jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
135-
13
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
informasi yang
masih kurang
(marka serta
rambu yang
tidak memadai).
adanya tikungan
sebelum
memasuki
tikungan.
b. Pemasangan
batas kecepatan
maksimum
sebelum
memasuki
tikungan
(diusulkan batas
kecepatan
maksimum
sebesar 40
km/jam).
c. Pemasangan
rambu chevron
(CAM).
d. Pemasangan
patok pengarah.
jalan/mata kucing
pada as jalan.
(penambahan radius
tikungan,
penggunaan
lengkung peralihan,
meningkatkan
superelevasi,
mengurangi
tikungan ganda).
b. Re-alinyemen
vertikal dengan
melandaikan
tanjakan dan
turunan sehingga
dapat meningkatkan
jarak pandang.
c. Pemasangan
dynamic curve
warning system.
6 Adanya korban
pejalan kaki
a. Pemasangan
rambu peringatan
adanya pejalan
kaki yang
melintas.
b. Pemasangan
rambu batas
kecepatan
maksimum pada
daerah yang
banyak pejalan
kaki.
a. Pembuatan
median.
a. Penyediaan fasilitas
bagi pejalan kaki
(menyusuri jalan
dan menyeberang)
(lajur khusus
pejalan kaki,
penyeberangan
tidak sebidang).
b. Re-alinyemen
horisontal jalan
(penambahan radius
tikungan,
penggunaan
lengkung peralihan,
meningkatkan
superelevasi,
mengurangi
tikungan ganda).
c. Re-alinyemen
vertikal dengan
melandaikan
tanjakan dan
turunan.
Usulan penanganan pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-
28 untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.1, Gambar
5.2, dan Gambar 5.3.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
145-
14
Gambar 5.1. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28
Gambar 5.2. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-
28
DETAIL 1 DETAIL 2
DETAIL 3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
155-
15
Gambar 5.3. Detail 2 dan detail 3 usulan penanganan daerah
rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 27-28
Usulan penanganan pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-
28 untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.4,
Gambar 5.5, Gambar 5. 6, dan Gambar 5.7.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
165-
16
Gambar 5.4. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble
strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips
pada as jalan
Gambar 5.5. Usulan perataan bahu dengan menimbun tanah dan
pemasangan mata kucing
Gambar 5. 6. Pembuatan median jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
175-
17
Gambar 5.7. Perbaikan kemiringan dan pengerasan bahu jalan
Gambar 5. 8. Pemasangan guardrail
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
185-
18
Usulan penanganan untuk jangka panjang pada Jalan Raya
Ngawi-Mantingan KM 27-28 ditunjukkan pada Gambar 5.9,
Gambar 5.10, Gambar 5.11, dan Gambar 5. 12.
Gambar 5.9. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur
Gambar 5.10. Usulan pemasangan dynamic curve warning
system
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
195-
19
Gambar 5.11. Usulan pemasangan lampu jalan
Gambar 5. 12. Re-alinyemen jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
205-
20
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28.
Tabel 5.11. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM
27-28
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek Perkiraan Biaya
Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai
standar
Rp. 30.000 / meter
Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan,
pengarah (chevron)
Rp.600.000/rambu
Tabel 5.12. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 27-28
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu
jalan dan pada centerline rumble strips jalan.
Rp.11.600.000/km
Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan menimbun
tanah
Rp. 200.000/m3
Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah
Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/km
Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan
memperkeras daerah bahu
Rp.500.0000/m3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
215-
21
Tabel 5.13. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 27-28
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m3
Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah
Re-alinyemen horisontal/vertikal Rp. 5.000.000/m3
Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem
b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan
(potential blackspot).
1) Padas (Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13)
Lokasi kecelakaan di Kecamatan Padas merupakan lokasi
yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential
blackspot), tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13.
Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat
pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Ngawi-
Caruban KM 12-13
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas
Nilai MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
samping-samping 3 0 1 2 9
Depan-samping 2 0 1 2 9
Depan-belakang 0 0 0 0 0
Depan-depan 2 0 1 1 6
Kecelakaan beruntun 1 0 1 1 6
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
225-
22
Dari data Tabel 5.14 dan analisis data kecelakaan dapat
diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan
dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak
samping-samping dan depan samping.
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan jenis tabrakan dapat dilihat pada
Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Caruban
KM 12-13 berdasarkan jenis tabrakan
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13
Nilai
peluang
Nilai dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-samping 2 7 140 Cukup Berbahaya
Depan-samping 2 7 140 Cukup Berbahaya
Depan-belakang 1 1 1 Tidak Berbahaya
Depan-depan 2 7 140 Cukup Berbahaya
Kecelakaan beruntun 2 7 140 Cukup Berbahaya
Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan
kategori “Cukup Berbahaya” karena daerah ini baru
berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan. Berdasarkan
hasil analisis, maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas
penanganan adalah tipe tabrak depan-depan, depan-samping,
samping-samping, dan kecelakaan beruntun.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
235-
23
Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat
pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik
di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 ini berupa:
1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Jalan relatif lurus dan datar dengan beberapa tikungan,
3) Lebar jalan untuk 2 arah sebesar 7,7 meter,
4) Bahu jalan 0,5–1 meter, tidak diperkeras, terdapat
perbedaan level yang cukup besar dengan badan jalan,
5) Lahan di sekitarnya berupa pemukiman dan perdagangan
(semi urban), terdapat hambatan samping berupa parkir
dan kendaraan keluar masuk jalan akses, terdapat simpang
dengan jalan akses,
6) Kondisi permukaan perkerasan relatif baik dengan
beberapa tempat yang bergelombang atau berlubang,
7) Kondisi marka tengah baik, tidak ada marka tepi,
8) Tidak ditemukan rambu lalu lintas maupun fasilitas lalu
lintas pemberi peringatan lainnya.
9) Terdapat persimpangan yang membahayakan pengemudi.
Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa
85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±60 km/jam,
kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±70 km/jam, dan
untuk sepeda motor sebesar ±70 km/jam.
Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan
sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi
urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
245-
24
melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk
dan menyeberang dari jalan akses.
Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi
urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan
maupun menyeberang jalan juga cukup banyak. Kecelakaan
yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki
menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas
menerus atau tertabrak kendaraan yang keluar dari badan jalan
akibat lebar jalan yang sempit, sehingga kadang memaksa
kendaraan untuk keluar ke bahu jalan karena kondisi menyiap
yang tidak aman.
Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dan tidak adanya
pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap
untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah
sebaliknya.
Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya simpang,
untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk
melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama
pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang
biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan
kondisi semi urban ini.
Kondisi jalan juga relatif datar dan lurus sehingga pengemudi
cenderung memacu kecepatan pada ruas ini. Adanya beberapa
tikungan setelah bagian lurus tanpa informasi sebelumnya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
255-
25
menjadikan pengemudi dengan kendaraan berkecepatan tinggi
kesulitan untuk mengendalikan kendaraan.
Analisis selanjutnya, kondisi bahu jalan yang memiliki gap
yang cukup besar dengan badan jalan menyebabkan kendaraan
yang disiap dapat tergelincir ke bahu jalan dan susah untuk
kembali ke badan jalan. Tidak adanya marka tepi juga
mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di
badan jalan, terutama pada malam hari, karena penerangan
jalan yang kurang.
Kondisi jalan yang bergelombang dan lubang di beberapa
tempat mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi
terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang,
sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga
berkurang. Selain itu juga akibat usaha untuk menghindari
lubang sehingga tertabrak kendaraan baik yang searah, dari
belakang maupun dari depan.
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada
pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan
cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta
kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-
faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel
5.16
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
265-
26
Tabel 5.16. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi
geometrik jalan di Jalan Raya Ngawi-Caruban
KM 12-13
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
1
.
Kondisi alinyemen
horizontal dan
vertikal yang tidak
sesuai dengan
dimensi mayoritas
kendaraan yang
melintas (kendaraan
berat dan sepeda
motor)
Pengemudi
sulit
mengarahkan
kendaraanny
a atau dapat
keluar dari
jalur
65,7% 3 100 300 Berbahaya
2
.
Kondisi median
(marka 2 garis
sejajar utuh) yang
tidak sesuai standar
dan tidak ada marka
tepi
Pengemudi
keluar dari
jalur
sehingga
memungkink
an terjadinya
kecelakaan
lalu lintas
50% 3 100 300 Berbahaya
3
.
Perbedaan elevasi
bahu dengan badan
jalan yang tidak
memenuhi standar
Membahayak
an
pengemudi
yang keluar
jalur
kemudian
tidak dapat
kembali ke
badan jalan.
100% 5 100 300 Sangat
Berbahaya
4
.
Tidak adanya rambu Tidak dapat
mengetahui
kondisi jalan
di depan
seperti
terdapat
simpang,
penyempitan
jalan atau
sebagainya.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
275-
27
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
6
.
Tidak adanya
penerangan jalan
yang memadai
Pengemudi
tidak dapat
melihat
keadaan
jalan dan
kondisi
lingkungan
sekitar.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
7
.
Kondisi permukaan
perkerasan banyak
yang bergelombang
Pengemudi
susah
mengendalik
an
kendaraanda
n
pergerakanny
a
80% 4 100 400 Sangat
Berbahaya
8
.
Adanya tikungan,
simpang, dan daerah
sub urban dengan
informasi yang
masih kurang
(marka serta rambu
yang tidak
memadai).
Pengemudi
tidak dapat
mengendalik
an kendaraan
dengan baik
karena harus
menurunkan
kecepatan
dengan tiba-
tiba dan jarak
pandang
terbatas
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
Usulan penanganan hanya dilakukan pada kondisi dengan
kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”. Berdasarkan
hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh
faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan
penanganan karena kategori yang muncul adalah
“Berbahaya”. Usulan penanganan tersebut tercantum pada
5.17.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
285-
28
Tabel 5.17. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban
KM 12-13
No Uraian
Permasalahan
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
1 Terjadinya
kecelakaan
dengan jenis
tabrak depan-
depan, depan-
samping,
samping-
samping, dan
beruntun.
a. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan
hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
b. Pemasangan
rambu peringatan
adanya simpang
dan batas
kecepatan
maksimum.
c. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka dua
garis utuh pada as
jalan).
d. Pengecatan marka
di simpang (marka
stop untuk jalan
minor).
e. Pengendalian
parkir di area
sekitar simpang
sehingga
meningkatkan
jarak pandang di
simpang.
a. Pembuatan
centerline rumble
strips pada as
jalan.
b. Perataan dan atau
pengerasan bahu
jalan.
c. Pemasangan
guardrail/wire
rope.
d. Pembuatan
median.
e. Pelebaran jalur.
f. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
g. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
h. Re-alinyemen
simpang
(memperbaiki
radius simpang
dan jarak
pandang di
simpang).
a. Penambahan
lajur/duplikasi
jalur lalu lintas,
lebar minimal per
lajur 3,5 m.
b. Pemasangan
lampu APILL.
2 Kecelakaan
yang
mengakibatkan
kendaraan
keluar dari
a. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
b. Pembuatan marka
a. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudina
l rumble strips
a. Penambahan
lajur/duplikasi
jalur lalu lintas,
lebar minimal per
lajur 3,5 m.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
295-
29
No Uraian
Permasalahan
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
badan jalan,
terutama
sepeda motor
dan kendaraan
berat.
yang sesuai
standar (marka dua
garis utuh pada as
jalan).
c. Pemasangan
rambu peringatan
dan batas
kecepatan
maksimum.
pada bahu jalan.
b. Perataan dan atau
pengerasan bahu
jalan.
c. Pemasangan
guardrail/wire
rope.
d. Pembuatan
median.
e. Pelebaran lajur.
b. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor.
3 Tidak adanya
penerangan
jalan.
c. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
d. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka dua
garis utuh pada as
jalan).
Pemasangan mata
kucing pada seluruh
daerah blackspot.
Pemasangan lampu
penerangan jalan.
4 Kondisi
permukaan
perkerasan
jalan
bergelombang
Pemasangan rambu
peringatan mengenai
kondisi permukaan
jalan.
Melakukan
perbaikan kerataan
jalan (IRI).
Melakukan
perbaikan secara
struktural pada
perkerasan jalan.
5 Adanya
simpang dan
daerah sub
urban dengan
informasi yang
masih kurang
(marka serta
rambu yang
tidak
memadai).
a. Pemasangan rambu
peringatan adanya
tikungan/simpang
sebelum memasuki
tikungan/simpang.
b. Pemasangan batas
kecepatan
maksimum sebelum
memasuki tikungan
(diusulkan batas
kecepatan
maksimum sebesar
40 km/jam).
c. Pemasangan rambu
chevron (CAM).
d. Pemasangan patok
pengarah.
e. Pembuatan papan
pengumuman daerah
rawan kecelakaan
dan hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
f. Pengecatan marka di
simpang (marka stop
untuk jalan minor).
g. Pengendalian parkir
di area sekitar
a. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
b. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
c. Re-alinyemen
simpang
(memperbaiki
radius simpang
dan jarak
pandang di
simpang).
a. Pemasangan
lampu APILL.
b. Pemasangan
dynamic curve
warning system.
c. Pembatasan akses
yang masuk ke
jalan arteri.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
305-
30
No Uraian
Permasalahan
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
simpang.
6 Adanya korban
pejalan kaki
a. Pemasangan rambu
peringatan adanya
pejalan kaki yang
melintas.
b. Pemasangan rambu
batas kecepatan
maksimum pada
daerah yang banyak
pejalan kaki.
a. Pembuatan
median.
a. Penyediaan
fasilitas bagi
pejalan kaki
(menyusuri jalan
dan
menyeberang)
(lajur khusus
pejalan kaki,
penyeberangan
tidak sebidang).
b. Re-alinyemen
horisontal jalan
(penambahan
radius tikungan,
penggunaan
lengkung
peralihan,
meningkatkan
superelevasi,
mengurangi
tikungan ganda).
c. Re-alinyemen
vertikal dengan
melandaikan
tanjakan dan
turunan.
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Ngawi-Caruban KM 12-13 untuk jangka pendek ditunjukkan
pada Gambar 5.13, Gambar 5.14, Gambar 5.15, dan Gambar
5.16.
DETAIL 1 DETAIL 2
DETAIL 3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
315-
31
Gambar 5.13. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan
Raya Ngawi-Caruban KM 12-13
Gambar 5.14. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM
12-13
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
325-
32
Gambar 5.15. Detail 2 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM
12-13
Gambar 5.16. Detail 3 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM
12-13
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
335-
33
Gambar 5. 17. Contoh kondisi sebelum dan sesudah
pemasangan rambu chevron pada suatu
tikungan
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Ngawi-Caruban KM 12-13 untuk jangka menengah
ditunjukkan pada Gambar 5.18, Gambar 5.19, Gambar 5. 20,
dan Gambar 5.21.
Gambar 5.18. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble
strips pada bahu jalan dan centerline rumble
strips
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
345-
34
Gambar 5.19. Usulan perataan bahu dengan menimbun
tanah dan pemasangan mata kucing
Gambar 5. 20. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
355-
35
Gambar 5.21.Usulan pembuatan bahu yang diperkeras
Gambar 5. 22. Re-alinyemen simpang
Gambar 5. 23. Pemasangan median dengan reflector post
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Ngawi-Caruban KM 12-13 untuk jangka panjang ditunjukkan
pada Gambar 5.24, Gambar 5. 25, dan Gambar 5.26.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
365-
36
Gambar 5.24. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur
Gambar 5. 25. Usulan pemasangan dynamic curve warning
system
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
375-
37
Gambar 5.26. Usulan pemasangan lampu jalan
Gambar 5. 27. Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda
motor
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13.
Tabel 5.18. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Raya Ngawi-Caruban
KM 12-13
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai
standar
Rp. 30.000 / meter
Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan,
pengarah (chevron)
Rp.600.000/rambu
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
385-
38
Tabel 5.19. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Raya Ngawi-Caruban
KM 12-13
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu
jalan dan pada centerline rumble strips jalan.
Rp.11.600.000/km
Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan
menimbun tanah
Rp. 200.000/m3
Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah
Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/km
Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan
memperkeras daerah bahu
Rp.500.0000/m3
Re-alinyemen simpang Rp. 3.000.000 / m3
Tabel 5.20. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Raya Ngawi-Caruban
KM 12-13
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m3
Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah
Re-alinyemen horizontal/vertikal Rp. 5.000.000/m3
Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem
Pemasangan APILL Rp. 200.000.000/sistem
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
395-
39
2) Mantingan
Lokasi kecelakaan di Kecamatan Mantingan merupakan lokasi
yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential
blackspot), tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-
31. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat
dilihat pada Tabel 5.21.
Tabel 5.21. Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Ngawi-
Mantingan KM 30-31
Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas
Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Samping-samping 2 0 1 1 6
Depan-samping 1 1 0 0 12
Depan-belakang 1 0 0 1 3
Depan-depan 2 0 1 1 6
Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Dari data Tabel 5.21dan analisis data kecelakaan dapat
diketahui bahwa tipe tabrakan dengan nilai fatalistas tertinggi
terdapat pada tipe tabrakan depan-samping.
Tabel 5.22. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 30-31
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-samping 2 70 140 Cukup Berbahaya
Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-belakang 2 10 20 Tidak Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
405-
40
Depan-depan 2 70 140 Cukup Berbahaya
Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya
Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan
kategori “Cukup Berbahaya” karena daerah ini baru berpotensi
menjadi daerah rawan kecelakaan. Berdasarkan hasil analisis,
maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah
tipe tabrak depan-samping, depan-depan, dan samping-samping.
Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan
yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.23.
Tabel 5.23. Karakter kondisi jalan di Jalan Raya Ngawi-
Mantingan KM 30-31
Kondisi Jalan Jumlah Kecelakaan Fatalitas
Nilai MD LB LR
Kering 5 1 1 3 24
Genangan Air 0 0 0 0 0
Basah 1 0 1 0 3
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan kondisi permukaan dapat dilihat pada
Tabel 5. 24.
Tabel 5. 24. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 30-31 berdasarkan kondisi permukaan jalan
Kondisi Permukaan
Jalan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
415-
41
Kondisi Permukaan
Jalan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Kering 3 100 300 Berbahaya
Genangan air 1 1 1 Tidak Berbahaya
Basah 1 70 70 Tidak Berbahaya
Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi permukaan jalan pada
saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk
pengajuan usulan penanganan adalah kondisi permukaan jalan
yang kering.
Untuk mengetahui apakah karakteristik kondisi cuaca terkait
dengan terjadinya kecelakaan maka dianalisis hubungan antara
jumlah terjadinya kecelakaan dengan fatalitas korban yang
mengalami kecelakaan pada berbagai kondisi cuaca sehingga
didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca
tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.25.
Tabel 5.25. Karakteristik kecelakaan berdasarkan kondisi
cuaca di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
Kondisi Cuaca Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Normal 5 1 1 3 24
Berkabut 1 1 0 0 12
Hujan Gerimis 0 0 0 0 0
Hujan lebat 0 0 0 0 0
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
425-
42
Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan kecelakaan
berdasarkan kondisi cuaca terjadinya kecelakaan dapat dilihat
pada 5.26.
Tabel 5. 26. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
berdasarkan kondisi cuaca
Kondisi Permukaan
Jalan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
resiko Kategori
Normal 3 100 300 Berbahaya
Berkabut 2 100 200 Cukup Berbahaya
Hujan gerimis 1 1 1 Tidak Berbahaya
Hujan lebat 1 1 1 Tidak Berbahaya
Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi cuaca pada saat terjadi
kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan
usulan penanganan adalah kondisi cuaca normal.
Tabel 5.27. Karakteristik kecelakaan berdasarkan moda
kendaraan yang digunakan diJalan Raya Ngawi-
Mantingan KM 30-31
Moda Kendaraan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sepeda Motor 5 1 1 3 24
Mobil 1 0 1 0 3
Truk 2 0 0 2 6
Bus 1 1 0 0 12
Pejalan Kaki 1 0 1 0 3
Sepeda 1 0 1 0 3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
435-
43
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam
kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.28.
Tabel 5.28. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya
Mobil 2 70 140 Cukup Berbahaya
Truk 2 40 80 Tidak Berbahaya
Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya
Pejalan Kaki 2 40 80 Tidak Berbahaya
Sepeda 1 40 80 Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
tipe tabrak moda sepeda motor.
Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat
pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik
di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 ini berupa:
1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Jalan naik turun dan banyak tikungan,
3) Lebar untuk 2 arah sebesar 6,8 meter,
4) Bahu jalan ±1 meter, tidak diperkeras, terdapat perbedaan
level yang cukup besar dengan badan jalan,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
445-
44
5) Lahan di sekitarnya berupa hutan sehingga hambatan
samping minimal akan tetapi batang pohon yang menjorok
ke jalan menghalangi jarak pandang,
6) Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang
dan terjadi kerusakan alur,
7) Kondisi marka tengah masih baik akan tetapi tidak ada
marka tepi,
8) Tidak ditemukan rambu lalu lintas,
9) Penerangan jalan tidak ada.
Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa
85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±50 km/jam,
kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, dan
untuk sepeda motor sebesar ±80 km/jam.
Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini
terdiri dari 25% kendaraan berat, 29% kendaraan ringan, dan
32% sepeda motor.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan
yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan sebagai berikut ini.
Kecelakaan yang terjadi sering melibatkan sepeda motor, hal ini
dikarenakan sepeda motor merupakan kendaraan yang
mendominasi di jalur ini. Kecepatan sepeda motor juga relatif
lebih tinggi daripada jenis kendaraan lainnya. Kondisi
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
455-
45
geometrik yang banyak tikungan dan naik turun menyebabkan
resiko sepeda motor lebih tinggi daripada jenis kendaraan
lainnya.
Selain sepeda motor, kendaraan berat juga sering terlibat dalam
kecelakaan. Hal ini dikarenakan kendaraan berat ini memiliki
kecepatan yang relatif lebih rendah daripada jenis kendaraan
lainnya. Kecepatan yang rendah ini dapat memicu
ketidaksabaran dari pengguna jalan lainnya untuk menyiap.
Akan tetapi karena lebar jalan di ruas ini yang relatif sempit dan
tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang
menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari
arah sebaliknya. Kondisi alinyemen horisontal dan vertikal ruas
jalan ini yang naik turun dan relatif banyak tikungan,
menyebabkan jarak pandang pengemudi yang menyiap juga
terbatas, didukung pula terbatasnya ketersedian rambu dan
marka yang dapat memberikan informasi maupun peringatan
kepada pengemudi mengenai kondisi jalan.
Analisis selanjutnya, kondisi bahu jalan yang memiliki gap
yang cukup besar dengan badan jalan menyebabkan kendaraan
yang disiap dapat tergelincir ke bahu jalan dan susah untuk
kembali ke badan jalan. Tidak adanya marka tepi juga
mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan
jalan.
Kondisi jalan yang bergelombang mengakibatkan
penguasaan/45ertica pengemudi terhadap setir maupun jalannya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
465-
46
kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi
mendadak juga berkurang.
Adanya pejalan kaki yang terlibat dalam kecelakaan,
disebabkan tidak tersedianya fasilitas untuk pejalan kaki. Hal
ini dimungkinkan, karena jalan ini merupakan jalan antar kota
dengan kecepatan tinggi dan akses untuk pejalan kaki dibatasi.
Kondisi lahan sekitar yang berupa hutan dan jarang perumahan
penduduk menyebabkan kemunculan seorang pejalan kaki
merupakan suatu hal mendadak.Apabila dilihat dari uraian
kondisi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa apabila
kendaraan sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan kondisi
jalan yang bergelombang serta naik turun menyebabkan
kemunculan obyek, dalam hal ini pejalan kaki yang mendadak
bisa mengakibatkan pengemudi/pengendara kendaraan kesulitan
untuk menghentikan kendaraannya.
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada
pagi atau siang hari.Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung
berjalan dengan kecepatan tinggi.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan
yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM
30-31 ditunjukkan pada Tabel 5.29.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
475-
47
Tabel 5.29. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi
geometrik jalan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 30-31
No Uraian Permasalahan Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Kondisi alinyemen
horizontal dan 47ertical
yang tidak sesuai
dengan dimensi
mayoritas kendaraan
yang
melintas(kendaraan
berat)
Pengemudi
sulit
mengarahkan
kendaraannya
atau dapat
keluar dari jalur
65,7% 3 100 300 Berbahaya
2. Kondisi median (marka
2 garis sejajar utuh)
yang tidak sesuai
standardan tidak ada
marka tepi
Pengemudi
keluar dari jalur
sehingga
memungkinkan
terjadinya
kecelakaan lalu
lintas
50% 3 100 300 Berbahaya
3. Perbedaan elevasi bahu
dengan badan jalan
yang tidak memenuhi
standar
Membahayakan
pengemudi
yang keluar
jalur kemudian
tidak dapat
kembali ke
badan jalan.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
4. Tidak adanya rambu Tidak dapat
mengetahui
kondisi jalan di
depan seperti
terdapat
simpang,
penyempitan
jalan atau
sebagainya.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
6. Tidak adanya
penerangan jalan
Pengemudi
tidak dapat
melihat
keadaan jalan
dan kondisi
lingkungan
sekitar.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
7. Kondisi permukaan
perkerasan banyak
yang bergelombang
Pengemudi
susah
mengendalikan
kendaraandan
pergerakannya
70% 4 100 400 Sangat
Berbahaya
8. Adanya tikungan dan
tidak adanya marka
serta rambu yang
memadai
Pembuatan
rambu dan
marka yang
sesuai standar
pada daerah
100% 3 100 300 Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
485-
48
No Uraian Permasalahan Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Nilai
Resiko Kategori
tikungan
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan
pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.
Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka
seluruh penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan
penanganan karena kategori yang muncul adalah “Berbahaya”.
Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu
penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang seperti yang tertera pada Tabel 5.30.
Tabel 5.30. Usulan penanganan berdasarkan hasil analisis resiko di
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
No Uraian
Permasalahan
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
1 Terjadinya
kecelakaan dengan
jenis tabrak depan-
samping, depan-
samping, dan
samping-samping.
a. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan hati
hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
b. Pemasangan rambu
peringatan dan
batas kecepatan
maksimum.
c. Pembuatan marka
yang sesuai standar
(marka dua garis
utuh pada as jalan).
a. Pembuatan
centerline rumble
strips pada as
jalan.
b. Perataan dan atau
pengerasan bahu
jalan.
c. Pemasangan
guardrail/wire
rope.
d. Pembuatan
median.
e. Pelebaran jalur.
f. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
a. Re-alinyemen
horizontal jalan
(penambahan
radius tikungan,
penggunaan
lengkung
peralihan,
meningkatkan
superelevasi,
mengurangi
tikungan ganda).
b. Re-alinyemen
vertikal dengan
melandaikan
tanjakan dan
turunan sehingga
dapat
meningkatkan
jarak pandang.
c. Penambahan
lajur/duplikasi
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
495-
49
No Uraian
Permasalahan
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
jalur lalu lintas,
lebar minimal per
lajur 3,5 m.
2 Kecelakaan yang
mengakibatkan
kendaraan keluar
dari badan jalan,
terutama sepeda
motor dan
kendaraan berat.
a. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
b. Pembuatan marka
yang sesuai standar
(marka dua garis
utuh pada as jalan).
c. Pemasangan rambu
peringatan dan
batas kecepatan
maksimum.
a. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudinal
rumble strips
pada bahu jalan.
b. Perataan dan atau
pengerasan bahu
jalan.
c. Pemasangan
guardrail/wire
rope.
d. Pembuatan
median.
e. Pelebaran lajur.
a. Penambahan
lajur/duplikasi
jalur lalu lintas,
lebar minimal per
lajur 3,5 m.
b. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor.
3 Tidak adanya
penerangan jalan.
a. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
b. Pembuatan marka
yang sesuai standar
(marka dua garis
utuh pada as jalan).
Pemasangan mata
kucing pada seluruh
daerah blackspot.
Pemasangan lampu
penerangan jalan.
4 Kondisi
permukaan
perkerasan jalan
bergelombang
Pemasangan rambu
peringatan mengenai
kondisi permukaan
jalan.
Melakukan
perbaikan kerataan
jalan (IRI).
Melakukan
perbaikan secara
struktural pada
perkerasan jalan.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
505-
50
No Uraian
Permasalahan
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
5 Adanya tikungan
dengan informasi
yang masih kurang
(marka serta
rambu yang tidak
memadai).
a. Pemasangan rambu
peringatan adanya
tikungan sebelum
memasuki tikungan.
b. Pemasangan batas
kecepatan
maksimum sebelum
memasuki tikungan
(diusulkan batas
kecepatan
maksimum sebesar
40 km/jam).
c. Pemasangan rambu
chevron (CAM).
d. Pemasangan patok
pengarah.
Pemasangan kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
a. Re-alinyemen
horisontal jalan
(penambahan
radius tikungan,
penggunaan
lengkung
peralihan,
meningkatkan
superelevasi,
mengurangi
tikungan ganda).
b. Re-alinyemen
vertical dengan
melandaikan
tanjakan dan
turunan sehingga
dapat
meningkatkan
jarak pandang.
c. Pemasangan
dynamic curve
warning system.
6 Adanya korban
pejalan kaki
a. Pemasangan rambu
peringatan adanya
pejalan kaki yang
melintas.
b. Pemasangan rambu
batas kecepatan
maksimum pada
daerah yang banyak
pejalan kaki.
Pembuatan median. a. Penyediaan
fasilitas bagi
pejalan kaki
(menyusuri jalan
dan menyeberang)
(lajur khusus
pejalan kaki,
penyeberangan
tidak sebidang).
b. Re-alinyemen
horisontal jalan
(penambahan
radius tikungan,
penggunaan
lengkung
peralihan,
meningkatkan
superelevasi,
mengurangi
tikungan ganda).
c. Re-alinyemen
vertikal dengan
melandaikan
tanjakan dan
turunan.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
515-
51
Usulan penanganan pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-
31 untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.28,
Gambar 5.29, dan Gambar 5.30.
Gambar 5.28. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan
Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31
Gambar 5.29. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM
30-31
DETAIL 1 DETAIL 2
DETAIL 3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
525-
52
Gambar 5.30. Detail 2 dan detail 3 usulan penanganan daerah
rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-
Mantingan KM 30-31
Usulan penanganan pada daerah Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 30-31 untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.
31, Gambar 5. 32, Gambar 5. 33, Gambar 5. 34, dan
Gambar 5. 35.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
535-
53
Gambar 5. 31. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble
strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips
Gambar 5. 32. Usulan perataan bahu dengan menimbun tanah
dan pemasangan mata kucing
Gambar 5. 33. Pembuatan median jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
545-
54
Gambar 5. 34. Perbaikan kemiringan dan pengerasan bahu jalan
Gambar 5. 35. Pemasangan guardrail
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
555-
55
Usulan penanganan untuk jangka panjang pada daerah
Widodaren ditunjukkan pada Gambar 5.36, Gambar 5.37,
Gambar 5.38, Gambar 5.39, Gambar 5.40, dan Gambar 5. 41.
Gambar 5.36. Usulan pembuatan median jalan serta pelebaran
jalan menjadi 4 lajur
Gambar 5.37. Usulan pembuatan bahu yang diperkeras
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
565-
56
Gambar 5.38. Usulan pemasangan lampu jalan
Gambar 5.39. Usulan pemasangan dynamic curve warning
system
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
575-
57
Gambar 5.40. Usulan pemasangan lampu jalan
Gambar 5. 41. Re-alinyemen jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
585-
58
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31.
Tabel 5.31. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 30-31
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Rp. 30.000 / meter
Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah
(chevron)
Rp.600.000/rambu
Tabel 5.32. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 30-31
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu
jalan dan pada centerline rumble strips jalan.
Rp.11.600.000/km
Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan menimbun
tanah
Rp. 200.000/m3
Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah
Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/km
Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan
memperkeras daerah bahu
Rp.500.0000/m3
Tabel 5.33. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Raya Ngawi-Mantingan
KM 30-31
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m3
Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah
Re-alinyemen 58ertical58l/vertikal Rp. 5.000.000/m3
Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
595-
59
2. Purwokerto
Analisis data kecelakaan di Kabupaten Purwokerto dilakukan pada
daerah jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis
pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe
kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik
kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal.
a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang
harus segera mendapatkan penanganan (prioritas)
Lokasi kecelakaan di Kecamatan Kemrajen merupakan daerah
rawan kecelakaan, tepatnya terletak pada ruas Jalan Raya Buntu–
Kemranjen. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini
dapat dilihat pada Tabel 5. 34.
Tabel 5. 34. Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Buntu–
Kemranjen
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Buntu – Kemranjen
MD LB LR Jumlah Laka
Depan-Depan 3 1 3 2
Depan-Belakang 1 0 8 5
Depan-Samping 1 0 2 2
Samping-Samping 0 0 0 0
Tunggal 2 0 2 2
Tabrak Pejalan Kaki 3 2 3 4
10 3 18 15
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
605-
60
Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar
untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis
resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan
kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai
peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi
nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.35.
Tabel 5.35. Analisis resiko berdasarkan tipe tabrakan di Jalan
Raya Buntu–Kemranjen
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Buntu–Kemranjen
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Depan-Depan 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-Belakang 3 100 300 Berbahaya
Depan-Samping 2 100 200 Cukup Berbahaya
Samping-Samping 1 1 1 Tidak Berbahaya
Tunggal 2 100 200 Cukup Berbahaya
Tabrak Pejalan Kaki 2 100 200 Cukup Berbahaya
Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan
kategori “Berbahaya”. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe
tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak
depan-belakang.
Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas
korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
615-
61
kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat
dilihat pada Tabel 5.36.
Tabel 5.36. Jenis kendaraan yang terlibat di Jalan Raya Buntu-
Kemranjen
Kendaraan Yang Terlibat Jalan Raya Buntu–Kemranjen
MD LB LR Jumlah kendaraan
Truk 2 0 1 2
Bus 1 1 5 2
Mobil 3 3 12 7
Sepeda Motor 8 2 8 11
Kendaraan tak bermotor 1 0 0 1
Pejalan Kaki 3 2 3 4
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam
kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.37.
Tabel 5.37. Analisis tingkat kepentingan berdasarkan kendaraan
yang terlibat di Jalan Raya Buntu – Kemranjen
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Buntu–Kemranjen
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko
Kategori
Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya
Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya
Mobil 3 100 300 Berbahaya
Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya
Kendaraan Tak
bermotor 2 100 200 Cukup Berbahaya
Pejalan Kaki 2 100 200 Cukup Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
625-
62
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, maka jenis kendaraan yang perlu
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
mobil dan sepeda motor.
Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik jalan62 untuk melihat
pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik
jalan di Jalan Raya Buntu–Kemranjen ini berupa:
1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Perkerasan merupakan flexible pavement,
3) Jalan banyak tikungan,
4) Lebar lajur tengah 3,5 meter dan lajur tepi 1,2 meter,
5) Bahu jalan 2,5 meter pada utara jalan dan 2,3 meter pada
selatan jalan, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan
namun kemiringan yang belum memenuhi standar dapat
terlihat dari dokumentasi yang menunjukkan genangan pada
bahu jalan,
6) Lahan di sekitarnya berupa pemukiman dan perdagangan
(semi urban), terdapat hambatan samping berupa kendaraan
keluar masuk jalan akses,
7) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi sangat baik dan
jelas,
8) Pengecatan median (2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai
standar,
9) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
635-
63
10) Tidak adanya penerangan pada jalan,
11) Kondisi permukaan perkerasan baik.
Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa
85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±40 km/jam,
kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±50 km/jam, dan
untuk sepeda motor sebesar ±50 km/jam.
Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini
didominasi oleh kendaraan ringan.
Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan
kendaraan jenis sepeda motor, mengingat daerah ini melewati
daerah semi urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas
untuk melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar
masuk dan menyeberang dari jalan akses. Sepeda motor
merupakan kendaraan yang paling sering terlibat kecelakaan, hal
ini dikarenakan jenis moda sepeda motor merupakan moda yang
mudah terlibat kecelakaan mengingat strukturnya yang kurang
stabil. Adanya jalur sepeda motor (jalur tepi dengan lebar 1,2
meter), akan tetapi kurang jelas informasi mengenai
penggunaanya juga memiliki kontribusi terhadap kecelakaan.
Sepeda motor cenderung bercampur dengan kendaraan lainnya
atau kendaraan jenis lain akan menggunakan jalur yang
disediakan untuk sepeda motor. Pada daerah ini kendaraan yang
juga sering terlibat kecelakaan adalah jenis mobil yang
merupakan kendaraan ringan, hal ini dikarenakan volume
kendaraan ini paling banyak.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
645-
64
Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban
ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun
menyeberang jalan juga cukup banyak. Kecelakaan yang
melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang
tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus atau
tertabrak kendaraan yang keluar dari badan jalan akibat lebar
jalan yang sempit, sehingga kadang memaksa kendaraan untuk
keluar ke bahu jalan karena kondisi menyiap yang tidak aman.
Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dan tidak adanya
pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk
menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya.
Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya tikungan
atau simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan
untuk melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi
terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus
yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan
dengan kondisi semi urban ini.
Kondisi jalan juga relatif datar dan lurus sehingga pengemudi
cenderung memacu kecepatan pada ruas ini. Adanya beberapa
tikungan setelah bagian lurus tanpa informasi sebelumnya
menjadikan pengemudi dengan kendaraan berkecepatan tinggi
kesulitan untuk mengendalikan kendaraan.
Jenis kecelakaan tabrak depan-belakang terjadi disebabkan oleh
kurang awasnya pengemudi dengan lingkungan sekitar. Hal ini
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
655-
65
disebabkan oleh kondisi kendaraan yang tidak baik (rem blong)
maupun kecepatan yang terlalu tinggi sehingga kesulitan untuk
melakukan pengereman apabila ada kondisi berbahaya yang
mendadak.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan
yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel
5.38.
Tabel 5.38. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik
jalan di Jalan Raya Buntu-Kemranjen
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Tidak jelasnya
peruntukkan lajur
kendaraan
Kecelakaan yang
melibatkan
sepeda motor dan
mobil
65,7% 3 100 300 Berbahaya
2. Kondisi median
(marka 2 garis
sejajar utuh) yang
tidak sesuai standar
dan tidak ada marka
tepi
Pengemudi
keluar dari jalur
sehingga
memungkinkan
terjadinya
kecelakaan lalu
lintas
50% 3 100 300 Berbahaya
3. Tidak adanya rambu Tidak dapat
mengetahui
kondisi jalan di
depan seperti
terdapat simpang,
penyempitan
jalan atau
sebagainya.
Terjadinya
kecelakaan tabrak
depan-belakang.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
4. Adanya tikungan,
simpang, dan daerah
sub urban dengan
informasi yang
masih kurang
Pengemudi tidak
dapat
mengendalikan
kendaraan
dengan baik
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
665-
66
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
(marka serta rambu
yang tidak
memadai).
karena harus
menurunkan
kecepatan dengan
tiba-tiba dan
jarak pandang
terbatas.
Terjadinya
kecelakaan tabrak
depan-belakang.
5. Pothole ф>25cm,
d>10cm
Pengemudi
masuk lubang
dan
membahayakan
pergerakannya
10% 2 100 200 Cukup
Berbahaya
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan
pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.
Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka
seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan
penanganan karena kategori yang diberikan adalah “Berbahaya”
dan “Sangat Berbahaya”. Usulan penanganan tersebut tercantum
pada Tabel 5.39.
Tabel 5.39. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Buntu–Kemranjen
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
1 Terjadinya
kecelakaan
dengan jenis
tabrak depan-
belakang.
a. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan
hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
b. Pemasangan
rambu peringatan
adanya
tikungan/simpang
dan batas
a. Pembuatan
centerline rumble
strips pada as
jalan.
b. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudina
l rumble strips
pada bahu jalan.
c. Pembuatan
median.
a. Penambahan
lajur/duplikasi
jalur lalu lintas,
lebar minimal per
lajur 3,5 m.
b. Pembatasan akses
yang masuk ke
jalan arteri.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
675-
67
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
kecepatan
maksimum.
c. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
d. Pelebaran jalur.
e. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
f. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
g. Re-alinyemen
simpang
(memperbaiki
radius simpang
dan jarak
pandang di
simpang).
2 Kecelakaan
yang melibatkan
sepeda motor.
a. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
b. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
c. Pemasangan
rambu peringatan
dan batas
kecepatan
maksimum.
d. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor dengan
marka yang jelas
dan pemasangan
rambu lajur
khusus sepeda
motor
a. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudina
l rumble strips
pada bahu jalan.
b. Perataan dan atau
pengerasan bahu
jalan.
c. Pemasangan
guardrail/wire
rope.
d. Pembuatan
median.
e. Pelebaran lajur.
a. Penambahan
lajur/duplikasi
jalur lalu lintas,
lebar minimal per
lajur 3,5 m.
b. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor.
3 Tidak adanya
penerangan
jalan.
a. Melakukan
pengecatan
marka tepi yang
sesuai standar.
b. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
Pemasangan mata
kucing pada seluruh
daerah blackspot.
Pemasangan lampu
penerangan jalan.
4 Adanya
simpang dan
daerah sub
urban dengan
informasi yang
masih kurang
a. Pemasangan rambu
peringatan adanya
tikungan/simpang
sebelum memasuki
tikungan/simpang.
b. Pemasangan batas
a. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
b. Pembuatan lajur
khusus belok
a. Pemasangan
lampu APILL.
b. Pemasangan
dynamic curve
warning system.
c. Pembatasan akses
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
685-
68
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
(marka serta
rambu yang
tidak memadai).
kecepatan
maksimum
sebelum memasuki
tikungan
(diusulkan batas
kecepatan
maksimum sebesar
40 km/jam).
c. Pemasangan rambu
chevron (CAM).
d. Pemasangan patok
pengarah.
e. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan hati
hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
f. Pengecatan marka
di simpang (marka
stop untuk jalan
minor).
g. Pengendalian akses
di area sekitar
simpang.
kanan/pulau lalu
lintas.
c. Re-alinyemen
simpang
(memperbaiki
radius simpang
dan jarak
pandang di
simpang).
yang masuk ke
jalan arteri.
5 Adanya korban
pejalan kaki
a. Pemasangan rambu
peringatan adanya
pejalan kaki yang
melintas.
b. Pemasangan rambu
batas kecepatan
maksimum pada
daerah yang
banyak pejalan
kaki.
Pembuatan median. a. Penyediaan
fasilitas bagi
pejalan kaki
(menyusuri jalan
dan
menyeberang)
(lajur khusus
pejalan kaki,
penyeberangan
tidak sebidang).
b. Re-alinyemen
horisontal jalan
(penambahan
radius tikungan,
penggunaan
lengkung
peralihan,
meningkatkan
superelevasi,
mengurangi
tikungan ganda).
c. Re-alinyemen
vertikal dengan
melandaikan
tanjakan dan
turunan.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
695-
69
Usulan penanganan pada Jalan Raya Buntu-Kemrajen untuk
jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.42, Gambar 5.43,
Gambar 5.44, dan Gambar 5.45.
Gambar 5.42. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan
Kemrajen
Gambar 5.43. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Kemrajen
DETAIL 5
DETAIL 3
DETAIL 4
DETAIL 2
DETAIL 1
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
705-
70
Gambar 5.44. Detail 2 dan detail 3 usulan penanganan daerah
rawan kecelakaan Kemrajen
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
715-
71
Gambar 5.45. Detail 4 dan detail 5 usulan penanganan daerah
rawan kecelakaan Kemrajen
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Buntu-Kemranjen untuk jangka menengah ditunjukkan pada
Gambar 5.46, Gambar 5.47, Gambar 5. 48, Gambar 5.49, Gambar
5. 50, dan Gambar 5. 51.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
725-
72
Gambar 5.46. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble
strips pada bahu jalan dan centerline rumble
strips
Gambar 5.47. Pemasangan mata kucing
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
735-
73
Gambar 5. 48. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
745-
74
Gambar 5.49. Pembuatan bahu yang diperkeras
Gambar 5. 50. Re-alinyemen simpang
Gambar 5. 51. Pemasangan median dengan reflector post
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
755-
75
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Buntu-Kemranjen untuk jangka panjang ditunjukkan pada
Gambar 5.52, Gambar 5. 53, dan Gambar 5. 54.
Gambar 5.52. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
765-
76
Gambar 5. 53. Usulan pemasangan dynamic curve warning
system
Gambar 5. 54. Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda
motor
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Raya Buntu-Kemranjen.
Tabel 5.40. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Raya Buntu-Kemranjen
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Rp. 30.000 / meter
Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah
(chevron)
Rp.600.000/rambu
Tabel 5.41. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Raya Buntu-Kemranjen
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan
dan pada centerline rumble strips jalan.
Rp.11.600.000/km
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
775-
77
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah
Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan memperkeras
daerah bahu
Rp.500.0000/m3
Re-alinyemen simpang Rp. 3.000.000 / m3
Tabel 5.42. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Raya Buntu-Kemranjen
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m3
Re-alinyemen horizontal/vertikal Rp. 5.000.000/m3
Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem
Pemasangan APILL Rp. 200.000.000/sistem
Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp. 5.000.000/m3
b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan
(potential blackspot)
Lokasi kecelakaan di Kecamatan Sumpiuh merupakan lokasi
jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan,
tepatnya terletak pada ruas Jalan Raya Sumpiuh. Karakteristik
kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel
5.43.
Tabel 5.43. Jenis kecelakaan yang terjadi di Jalan Raya Sumpiuh
Jenis Tabrakan Jalan Raya Sumpiuh
MD LB LR Jumlah Kecelakaan
Depan-Depan 2 1 8 3
Depan-Belakang 1 0 11 5
Depan-Samping 0 0 0 0
Samping-Samping 0 0 0 0
Tunggal 0 0 0 0
Tabrak Pejalan Kaki 0 0 2 1
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
785-
78
Dari data Tabel 5.43 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui
bahwa tipe tabrakan yang paling dominan adalah tabrakan depan-
belakang.
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan jenis tabrakan dapat dilihat pada Tabel
5.44.
Tabel 5.44. Analisis resiko di Jalan Raya Sumpiuh berdasarkan
jenis tabrakan
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Sumpiuh
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Depan-Depan 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-Belakang 3 100 300 Berbahaya
Depan-Samping 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-Samping 1 1 1 Tidak Berbahaya
Tunggal 1 1 1 Tidak Berbahaya
Tabrak Pejalan Kaki 1 10 10 Tidak Berbahaya
Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan
kategori “Berbahaya”. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe
tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak
depan-belakang.
Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas
korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
795-
79
kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat
dilihat pada Tabel 5.45.
Tabel 5.45. Jenis kendaraan yang sering mengalami kecelakaan
di Jalan Raya Sumpiuh
Kendaraan Yang Terlibat Jalan Raya Sumpiuh
MD LB LR Jumlah Laka
Truk 0 0 0 0
Bus 1 1 5 2
Mobil 2 1 6 2
Sepeda Motor 2 0 14 7
Kendaraan Tak bermotor 0 0 0 1
Pejalan Kaki 0 0 2 1
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam
kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.46.
Tabel 5.46. Analisis resiko berdasarkan kendaraan yang terlibat
di Jalan Raya Sumpiuh
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Sumpiuh
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Truk 1 1 1 Tidak Berbahaya
Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
805-
80
Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya
Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya
Kendaraan Tak
bermotor
1 1 1 Tidak Berbahaya
Pejalan Kaki 2 40 80 Tidak Berbahaya
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan penanganan
berdasarkan moda kendaraan yang terlibat maka kecelakaan yang
melibatkan sepeda motor yang perlu diprioritaskan dalam
penanganannya.
Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat
pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di
Jalan Raya Sumpiuh ini berupa:
1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Persimpangan tidak bersinyal
3) Perkerasan merupakan fleksibel pavement,
4) Lebar lajur jalan utama 13,5 meter,
5) Bahu jalan 2 meter pada utara jalan dan 2 meter pada selatan
jalan, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan,
6) Kondisi cat marka tengah baik dan marka tepi tidak jelas,
7) Tidak terdapat rambu peringatan dan rambu larangan,
8) Lampu jalan berfungsi dengan baik,
9) Hambatan samping tinggi akibat aktifitas parkir pada
persimpangan,
10) Volume lalu lintas pada persimpangan tinggi,
11) Volume pejalan kaki yang tinggi,
12) Kondisi permukaan perkerasan baik.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
815-
81
Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa
85% kendaraan berat (HV), kendaraan ringan (LV), dan untuk
sepeda motor sebesar ±50 km/jam.
Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini
didominasi oleh kendaraan ringan.
Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan sepeda
motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi urban
sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk melakukan
perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk dan
menyeberang dari jalan akses.
Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban
ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun
menyeberang jalan juga cukup banyak. Kecelakaan yang
melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang
tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus. Parkir
di badan jalan serta banyaknya akses yang masuk ke jalan utama
juga merupakan penyebab kondisi lalu lintas tercampur antara
lalu lintas menerus dengan kecepatan tinggi dan lalu lintas lokal.
Lebar jalan di ruas ini juga cukup lebar dan tidak adanya
pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk
menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya.
Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya simpang,
untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas
di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
825-
82
kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki
kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi semi urban
ini.
Kondisi jalan juga relatif datar dan lurus sehingga pengemudi
cenderung memacu kecepatan pada ruas ini. Adanya beberapa
tikungan setelah bagian lurus tanpa informasi sebelumnya
menjadikan pengemudi dengan kendaraan berkecepatan tinggi
kesulitan untuk mengendalikan kendaraan.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan
yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.47.
Tabel 5.47. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik
jalan di Jalan Raya Sumpiuh
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Persimpangan
tidak bersinyal
padahal volume
lalulintas tinggi
Meningkatnya
kecelakaan pada
daerah
persimpangan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
2. Marka tepi yang
tidak jelas
Pengemudi keluar
jalur
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
3. Adanya
tikungan,
simpang, dan
daerah sub urban
dengan informasi
yang masih
kurang (marka
serta rambu yang
tidak memadai).
Kendaraan dengan
kecepatan tinggi
susah untuk
mengurangi
kecepatan ketika
ada kendaraan atau
pejalan kaki yang
melintas
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
4. Tidak
terlindungnya
pejalan kaki
Pejalan kaki
tertabrak oleh
pengendara
50% 3 100 300 Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
835-
83
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
5. Hambatan
samping tinggi
akibat aktifitas
parkir pada
persimpangan
Pergerakan
pengguna jalan
menjadi sulit dan
memmbahayakan
80% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
6. Terdapatnya
tugu pada salah
satu lengan
persimpangan
Pergerakan
pengguna jalan
menjadi sulit dan
membahayakan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
7 Saluran drainasi
yang terbuka di
dalam ruang
manfaat jalan
Memperparah
dampak apabila
kecelakaan terjadi
100% 5 70 350 Berbahaya
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan
pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.
Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka
seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan
penanganan karena kategori yang diberikan adalah “Berbahaya”
dan “Sangat Berbahaya”. Usulan penanganan tersebut tercantum
pada Tabel 5.48.
Tabel 5.48. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Sumpiuh
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
1 Terjadinya
kecelakaan
dengan jenis
tabrak depan-
belakang.
a. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan
hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
b. Pemasangan
rambu peringatan
adanya
tikungan/simpang
a. Pembuatan
centerline rumble
strips pada as
jalan.
b. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudina
l rumble strips
pada bahu jalan.
c. Pembuatan
c. Pembuatan jalur
khusus sepeda
motor.
d. Pembatasan akses
yang masuk ke
jalan arteri.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
845-
84
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
dan batas
kecepatan
maksimum.
c. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
median.
d. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
e. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
f. Re-alinyemen
simpang
(memperbaiki
radius simpang
dan jarak
pandang di
simpang).
2 Kecelakaan
yang melibatkan
sepeda motor.
a. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
b. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
c. Pemasangan
rambu peringatan
dan batas
kecepatan
maksimum.
d. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor dengan
marka yang jelas
dan pemasangan
rambu lajur
khusus sepeda
motor
a. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudina
l rumble strips
pada bahu jalan.
b. Pengerasan bahu
jalan.
c. Pembuatan
median.
a. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor.
3 Adanya
simpang dan
daerah sub
urban dengan
informasi yang
masih kurang
(marka serta
rambu yang
tidak memadai).
a. Pemasangan rambu
peringatan adanya
tikungan/simpang
sebelum memasuki
tikungan/simpang.
b. Pemasangan batas
kecepatan
maksimum
sebelum memasuki
tikungan
(diusulkan batas
kecepatan
maksimum sebesar
40 km/jam).
c. Pemasangan rambu
a. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
b. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
c. Re-alinyemen
simpang
(memperbaiki
radius simpang
dan jarak
pandang di
simpang).
a. Pemasangan lampu
APILL.
b. Pemasangan
dynamic curve
warning system.
c. Pembatasan akses
yang masuk ke
jalan arteri.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
855-
85
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
chevron (CAM).
d. Pemasangan patok
pengarah.
e. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan hati
hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
f. Pengecatan marka
di simpang (marka
stop untuk jalan
minor).
g. Pengendalian
parkir di sekitar
simpang.
h. Pengendalian akses
di area sekitar
simpang.
5 Adanya korban
pejalan kaki
a. Pemasangan rambu
peringatan adanya
pejalan kaki yang
melintas.
b. Pemasangan rambu
batas kecepatan
maksimum pada
daerah yang
banyak pejalan
kaki.
Pembuatan median. a. Penyediaan fasilitas
bagi pejalan kaki
(menyusuri jalan
dan menyeberang)
(lajur khusus
pejalan kaki,
penyeberangan
tidak sebidang).
6 Adanya
roadside hazard
(saluran drainasi
terbuka, tugu,
kendaraan
parkir)
Menghilangkan
roadside hazard
(memindahkan tugu,
menutup saluran
drainasi)
Usulan penanganan pada Jalan Raya Sumpiuh ditunjukkan pada
Gambar 5. 55,Gambar 5. 56, dan Gambar 5. 57.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
865-
86
Gambar 5. 55. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan
Sumpiuh
Gambar 5. 56. Detail 1dan detail 2 usulan penanganan daerah
rawan kecelakaan Sumpiuh
DETAIL
1
DETAIL 2 DETAIL 3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
875-
87
Gambar 5. 57. Detail 3 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Sumpiuh
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Sumpiuh untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.58,
Gambar 5.59, Gambar 5. 60, Gambar 5.61, Gambar 5. 62, dan
Gambar 5. 63.
Gambar 5.58. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble
strips pada bahu jalan dan centerline rumble
strips
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
885-
88
Gambar 5.59. Pemasangan mata kucing
Gambar 5. 60. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
895-
89
Gambar 5.61. Pembuatan bahu yang diperkeras
Gambar 5. 62. Re-alinyemen simpang
Gambar 5. 63. Pemasangan median dengan reflector post
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
905-
90
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Sumpiuh untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5. 64
dan Gambar 5. 65.
Gambar 5. 64. Usulan pemasangan dynamic curve warning
system
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
915-
91
Gambar 5. 65. Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda
motor
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Raya Sumpiuh.
Tabel 5.49. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Raya Sumpiuh
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai
standar
Rp. 30.000 / meter
Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan,
pengarah (chevron)
Rp.600.000/rambu
Tabel 5.50. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Raya Sumpiuh
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu
jalan dan pada centerline rumble strips jalan.
Rp.11.600.000/km
Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah
Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan
memperkeras daerah bahu
Rp.500.0000/m3
Re-alinyemen simpang Rp. 3.000.000 / m3
Tabel 5.51. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Raya Sumpiuh
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem
Pemasangan APILL Rp. 200.000.000/sistem
Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp. 5.000.000/m3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
925-
92
3. Nagreg
Analisis data kecelakaan di Kabupaten Nagreg dilakukan pada
daerah jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis
pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe
kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik
kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal.
a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang
harus segera mendapatkan penanganan (prioritas)
Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Lokasi kecelakaan di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 merupakan
jalan nasional. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini
dapat dilihat pada Tabel 5. 52.
Tabel 5. 52. Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Nagreg km
36-37
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 3 1 2 0 18
Samping-samping 4 0 3 1 12
Depan-samping 2 1 1 0 15
Depan-belakang 6 4 1 1 54
Depan-depan 0 0 0 0 0
Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
935-
93
Dari Tabel 5. 52 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang
berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas
adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-belakang.
Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar
untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis
resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan
kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai
peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi
nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5. 53 berikut.
Tabel 5. 53. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di
Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas
kendali) 2 100 200 Cukup Berbahaya
Samping-samping 2 70 140 Cukup Berbahaya
Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-belakang 3 100 300 Berbahaya
Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya
Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
945-
94
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
tipe tabrak depan-belakang.
Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang
terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.54.
Tabel 5.54. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Raya
Nagreg KM 36-37
Kondisi Jalan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Kering 15 6 7 2 99
Genangan Air 0 0 0 0 0
Basah 0 0 0 0 0
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan kondisi permukaan dapat dilihat pada
Tabel 5. 55.
Tabel 5. 55. Analisis resiko di Jalan Raya Nagreg KM 36-37
berdasarkan kondisi permukaan jalan
Kondisi
Permukaan Jalan
Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Kering 4 100 400 Sangat Berbahaya
Genangan air 1 1 1 Tidak Berbahaya
Basah 1 1 1 Tidak Berbahaya
Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi permukaan jalan pada
saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk
pengajuan usulan penanganan adalah kondisi permukaan jalan
yang kering.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
955-
95
Untuk mengetahui apakah karakteristik kondisi cuaca terkait
dengan terjadinya kecelakaan maka dianalisis hubungan antara
jumlah terjadinya kecelakaan dengan fatalitas korban yang
mengalami kecelakaan pada berbagai kondisi cuaca sehingga
didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca
tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.56.
Tabel 5.56. Karakteristik kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca
di Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Cuaca Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Normal 12 6 5 1 90
Berkabut 3 0 2 1 9
Hujan gerimis 0 0 0 0 0
Hujan lebat 0 0 0 0 0
Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan kecelakaan
berdasarkan kondisi cuaca terjadinya kecelakaan dapat dilihat
pada Tabel 5. 57.
Tabel 5. 57. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di
Jalan Raya Nagreg KM 36-37 berdasarkan kondisi
cuaca
Kondisi
Permukaan Jalan
Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Normal 4 100 400 Sangat Berbahaya
Berkabut 1 1 1 Tidak Berbahaya
Hujan gerimis 1 1 1 Tidak Berbahaya
Hujan lebat 1 1 1 Tidak Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
965-
96
Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi cuaca pada saat terjadi
kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan
penanganan adalah kondisi cuaca normal.
Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas
korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai
kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat
dilihat pada Tabel 5.58 berikut.
Tabel 5.58. Karakteristik kecelakaan berdasarkan moda
kendaraan yang digunakan di Jalan Raya Nagreg
KM 36-37
Moda Kendaraan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sepeda Motor 15 3 8 4 72
Mobil 3 2 1 0 27
Truk 6 6 0 0 72
Bus 1 0 1 0 3
Pejalan Kaki 2 0 2 0 6
Sepeda 0 0 0 0 0
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam
kecelakaan dapat dilihat pada
Tabel 5.59 berikut.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
975-
97
Tabel 5.59. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di
Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sepeda Motor 4 100 400 Sangat Berbahaya
Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya
Truk 3 100 300 Berbahaya
Bus 2 70 140 Cukup Berbahaya
Pejalan Kaki 2 70 140 Cukup Berbahaya
Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan penanganan
berdasarkan moda kendaraan yang terlibat maka kecelakaan yang
melibatkan sepeda motor dan truk yang perlu diprioritaskan
dalam penanganannya.
Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat
pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di
Jalan Raya Nagreg KM 36-37 ini berupa:
1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Perkerasan merupakan flexible pavement,
3) Lebar lajur 3meter,
4) Bahu jalan 1 meter dan, diperkeras, sejajar dengan badan
jalan,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
985-
98
5) Kondisi cat marka as jalan baik, marka tengah dan marka
tepi tidak jelas,
6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas,
7) Tidak adanya penerangan pada jalan (lampu jalan rusak),
8) Adanya tanjakan/turunan pada ujung jalan.
Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa
85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±35 km/jam,
kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±35 km/jam, dan
untuk sepeda motor sebesar ±40 km/jam.
Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini
didominasi oleh kendaraan ringan.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan
yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5. 60 sebagai
berikut.
Tabel 5. 60. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik
jalan di Jalan Raya Nagreg KM 36-37
No Uraian Permasalahan Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Tercampurnya
kendaraan berat dengan
sepeda motor
Kecelakaan yang
melibatkan
kendaraan berat
dan sepeda motor.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
2. Tidak adanya rambu Tidak dapat
mengetahui
kondisi jalan di
depan seperti
terdapat simpang,
penyempitan jalan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
995-
99
No Uraian Permasalahan Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Nilai
Resiko Kategori
atau sebagainya.
3. Tidak adanya
penerangan pada jalan
Pengemudi tidak
dapat melihat
keadaan jalan dan
kondisi lingkungan
sekitar.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
4. Tanjakan yang dilalui
oleh kendaraan berat
cukup panjang
Kendaraan berat
berjalan pelan
sehingga
membahayakan
pengemudi di
belakangnnya dan
dapat
menyebabkan
kecelakaan depan-
belakang
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan
pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.
Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka
seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan
penanganan karena kategori yang diberikan adalah “Berbahaya”
dan “Sangat Berbahaya”.
Tabel 5.61. Usulan penanganan berdasarkan analisis resiko di
Jalan Raya Nagreg KM 36-37
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
1 Terjadinya
kecelakaan
dengan jenis
tabrak depan-
belakang.
a. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan
hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
b. Pemasangan
rambu peringatan
adanya
tikungan/simpang
dan batas
a. Pembuatan
centerline rumble
strips pada as
jalan.
b. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudina
l rumble strips
pada bahu jalan.
c. Pembuatan
median.
a. Pembuatan jalur
khusus sepeda
motor.
b. Pembatasan akses
yang masuk ke
jalan arteri.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1005-
100
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
kecepatan
maksimum.
c. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
d. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
e. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
2 Kecelakaan
yang
melibatkan
sepeda motor.
a. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
b. Pembuatan marka
yang sesuai
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
c. Pemasangan
rambu peringatan
dan batas
kecepatan
maksimum.
d. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor dengan
marka yang jelas
dan pemasangan
rambu lajur
khusus sepeda
motor
a. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudina
l rumble strips
pada bahu jalan.
b. Pembuatan
median.
Pembuatan lajur
khusus sepeda motor.
3 Adanya daerah
sub urban
dengan
informasi yang
masih kurang
(marka serta
rambu yang
tidak
memadai).
a. Pembuatan
papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan
hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
b. Pemasangan batas
kecepatan
maksimum
sebelum memasuki
tikungan
(diusulkan batas
kecepatan
maksimum sebesar
40 km/jam).
c. Pemasangan
rambu chevron
(CAM).
d. Pemasangan patok
pengarah.
a. Pemasangan
kancing
jalan/mata kucing
pada as jalan.
b. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
Pembatasan akses
yang masuk ke jalan
arteri.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1015-
101
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
e. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan
hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
f. Pengecatan marka
di simpang (marka
stop untuk jalan
minor).
4 Penerangan
jalan yang
kurang
Pengecatan marka
yang bersifat
reflektif
a. Pembuatan
centerline rumble
strips pada as
jalan.
b. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudinal
rumble strips pada
bahu jalan.
c. Pemasangan
median denga
reflector post.
Pemasangan lampu
penerangan jalan.
5 Tanjakan yang
terlalu panjang
terutama bagi
kendaraan
berat
Pemasangan rambu
peringatan dan
informasi tanjakan.
Pembuatan lajur
pendakian
Re-alinyemen
vertikal
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Nagreg KM 36-37 untuk jangka pendek ditunjukkan pada
Gambar 5. 66 dan Gambar 5. 67.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1025-
102
Gambar 5. 66. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan
Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1035-
103
Gambar 5. 67. Detail usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Nagreg Km 36-37
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Nagreg KM 36-37 untuk jangka menengah ditunjukkan pada
Gambar 5. 68, Gambar 5.69, Gambar 5. 70, dan Gambar 5. 71.
Gambar 5. 68. Usulan pembuatan continuous Shoulder Rumble
Strips pada bahu jalan dan centerline Rumble
Strips/Stripes jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1045-
104
Gambar 5.69. Pemasangan mata kucing
Gambar 5. 70. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1055-
105
Gambar 5. 71. Pemasangan median dengan reflector post
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Nagreg KM 36-37 untuk jangka panjang ditunjukkan pada
Gambar 5. 72 dan Gambar 5.73.
Gambar 5. 72. Usulan perubahan alinyemen vertikal
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1065-
106
Gambar 5.73. Usulan pemasangan lampu jalan
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Raya Nagreg KM 36-37.
Tabel 5. 62. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek Perkiraan Biaya
Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Rp. 30.000 / meter
Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah
(chevron)
Rp.600.000/rambu
Tabel 5. 63. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu
jalan dan pada centerline rumble strips jalan.
Rp.11.600.000/km
Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah
Tabel 5. 64. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Raya Nagreg KM 36-37
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang Perkiraan Biaya
Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah
Re-alinyemen horizontal/vertikal Rp. 5.000.000/m3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1075-
107
B. JALUR LINTAS UTARA
1. Indramayu
Analisis data kecelakaan di Kabupaten Indramayu dilakukan pada
daerah jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis
pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu, dilihat tipe kecelakaan
secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang
terjadi, terutama kecelakaan fatal.
Selanjutnya akan dilihat analisis karakteristik kecelakaan di masing-
masing lokasi yang berpotensi sebagai daerah rawan kecelakaan
berdasarkan nilai daerah rawan kecelakaan tertinggi yang
ditunjukkan tabel pada bab sebelumnya. Lokasi dikategorikan
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang
harus segera mendapatkan penanganan (prioritas)
1) Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80
Lokasi kecelakaan di ruas Jalan Raya Pantura Eretan,
Kandanghaur KM 79-80 terletak di daerah Indramayu.
Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat
pada Tabel 5.65.berikut ini.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1085-
108
Tabel 5.65. Karakteristik tipe tabrakan di Eretan Kulon,
Kandanghaur KM 79-80
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Samping-samping 1 0 0 1 3
Depan-samping 4 4 0 0 48
Depan-belakang 3 0 0 3 9
Depan-depan 0 0 0 0 0
Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Dari Tabel 5.65 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang
berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas
adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping.
Untuk mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar
penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko
dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan
kecelakaan, di mana jumlah kecelakaan dikonversikan
menjadi nilai peluang, dan fatalitas dari korban kecelakaan
dikonversikan menjadi nilai dampak, seperti tertera pada
Tabel 5.66.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1095-
109
Tabel 5.66. Analisis resiko di Eretan Kulon, Kandanghaur
KM 79-80
Jenis Tabrakan
Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-samping 2 10 20 Tidak Berbahaya
Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-belakang 2 10 20 Tidak Berbahaya
Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya
Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat tipe kecelakaan yang
termasuk katergori berbahaya dan sangat berbahaya pada
daerah Eretan Kulon. Hanya terdapat kategori cukup
berbahaya dengan jenis tabrakan depan-samping. Oleh karena
itu, belum diperlukan penanganan/usulan baru untuk tindak
lebih lanjut terhadap kondisi permasalahan di Jalan Raya
Eretan Kulon.
Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan
yang terjadi di lokasi saat terjadi kecelakaan dapat dilihat pada
Tabel 5.67
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1105-
110
Tabel 5.67. Karakteristik kondisi jalan di Jalan Raya Eretan
Kulon, Kandanghaur KM 79-80
Kondisi Jalan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Kering 8 4 0 4 60
Genangan Air 0 0 0 0 0
Basah 0 0 0 0 0
Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu
diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan
eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat
mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang
dibutuhkan.
Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan
dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga
didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca
tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.68.
Tabel 5.68. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya Eretan
Kulon, Kandanghaur KM 79-80
Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas
Nilai MD LB LR
Normal 6 2 0 4 36
Berkabut 2 2 0 0 24
Hujan Gerimis 0 0 0 0 0
Hujan lebat 0 0 0 0 0
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1115-
111
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada
pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan
cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi.
Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan
fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga
didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan
tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.69
Tabel 5.69. Jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan di Jalan
Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80
Moda Kendaraan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sepeda Motor 5 1 0 4 24
Mobil 5 2 0 4 36
Truk 2 2 0 0 24
Bus 0 0 0 0 0
Pejalan Kaki 0 3 0 0 36
Sepeda 0 0 0 0 0
Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi
dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan
analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah
rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi
menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan
dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada
Tabel 5.70. berikut.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1125-
112
Tabel 5.70. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan
berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya
Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80
Moda kendaraan
Jalan Raya Eretan Kulon
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya
Mobil 3 100 300 Berbahaya
Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya
Bus 1 1 1 Tidak Berbahaya
Pejalan Kaki 1 100 100 Tidak Berbahaya
Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
tipe tabrak moda sepeda motor dan mobil.
Kondisi geometrik di Jalan Raya Pantura Eretan ini
berupa:
1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Perkerasan merupakan flexibel pavement (arah barat) dan
rigid pavement (arah timur),
3) Lebar lajur 3,5 meter,
4) Bahu jalan 2,5 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan
badan jalan,
5) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi tidak jelas,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1135-
113
6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas,
7) Kondisi permukaan perkerasan rigid mengalami
keretakan.
8) Terdapat Bukaan (U-Turn) yang tidak memiliki rambu
serta tidak terlindung
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat
dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan
kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.71sebagai berikut.
Tabel 5. 71 Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan di Eretan Kulon, Kandanghaur KM
79-80
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Marka tepi yang
tidak jelas
Pengemudi
keluar jalur
50% 3 100 300 Berbahaya
2. Tidak adanya
rambu
pembatasan
kecepatan pada
daerah rawan
kecelakaan
Kecepatan
tinggi yang
memperbesar
dampak
keprahan pelaku
kecelakaan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
3. Tidak adanya
rambu putar
balik pada
bukaan dan
perlindungan
terhadapa
kendaraan yang
akan berputar
arah
Pengemudi
tertabrak dari
belakang
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
4. Adanya retak
pada rigid
pavement
Pengemudi tidak
dapat
mengendalikan
kendaraannya
10% 2 100 200 Cukup
Berbahaya
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan
penanganan pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”.Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1145-
114
atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus
mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang
diberikan adalah “Berbahaya.
Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu
penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang seperti yang tertera padaTabel 5.72.
Tabel 5.72. Usulan penanganan berdasarkan uraian
permasalahan di Jalan Raya Eretan Kulon,
Kandanghaur KM 79-80
No Uraian Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
1 Tidak adanya marka tepi
dan marka tengah
sehingga menyebabkan
pengemudi sepeda
motor yang lebih rentan
keluar dari jalur.
Melakukan
pengecatan marka
tepi dan marka
tengah yang sesuai
standar
a. Pembuatan
continuous
shoulder
rumble
strips/longitudi
nal rumble
strips pada
bahu jalan..
a. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor.
2. Tidak adanya rambu
pembatasan kecepatan
pada daerah rawan
Pemasangan rambu
batas kecepatan dan
pemasangan rambu
hati hati serta papan
pengumuman daerah
rawan kecelakaan
untuk menigkatkan
kewaspadaaan.
3. Tidak adanya rambu
putar balik pada bukaan
dan perlindungan
terhadapa kendaraan
yang akan berputar arah
Pemasangan rambu
putar balik dan
pembuatan bukaan
terlindung
a. Pemasangan
kancing
jalan/mata
kucing pada as
jalan.
b. Pembuatan
lajur khusus
belok
kanan/pulau
lalu lintas.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1155-
115
Usulan penanganan pada daerah Eretan Kulon ditunjukkan
pada Gambar 5.74, Gambar 5.75, dan Gambar 5.76 sebagai
berikut.
Gambar 5.74. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan
Eretan Kulon
Gambar 5.75. Detail 1 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Eretan Kulon
Gambar 5.76. Detail 2 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Eretan Kulon
DETAIL 3
DETAIL 1 DETAIL 2
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1165-
116
Gambar 5.77. Detail 3 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Eretan Kulon
Usulan penanganan pada daerah Eretan Kulon untuk jangka
menengah ditunjukkan pada Gambar 5.78, Gambar 5.79,
Gambar 5. 80, Gambar 5. 81 sebagai berikut.
Gambar 5.78. Usulan pembuatan continuous shoulder
rumble strips pada bahu jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1175-
117
Gambar 5.79.Usulan pemasangan mata kucing
Gambar 5. 80. Pembuatan pulau lalu lintas
Gambar 5. 81. Pemasangan median dengan reflector post
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1185-
118
Usulan penanganan pada daerah Eretan Kulon untuk jangka
panjang ditunjukkan pada Gambar 5.82..
Gambar 5. 82. Lajur khusus sepeda motor
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Raya Eretan Kulon.
Tabel 5. 73. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Raya Eretan Kulon
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai
standar
Rp. 30.000 / meter
Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Rp.600.000/rambu
Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. Rp. 30.000 / meter
Rp.600.000/rambu
Tabel 5.74. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Raya Eretan Kulon
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada
bahu jalan.
Rp.11.600.000/km
Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1195-
119
Tabel 5.75. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Raya Eretan Kulon
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp. 5.000.000/m3
b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan
(potential blackspot).
1) Larangan, Lohbener KM 59-60
Lokasi kecelakaan di Jalan Lohbener KM 59-60 merupakan
jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan
kecelakaan (potential black spot), tepatnya di Jalan Raya
Larangan.
Tabel 5.76. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya
Larangan, Lohbener KM 59-60
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Samping-samping 2 0 1 1 6
Depan-samping 3 3 0 0 36
Depan-belakang 1 0 0 1 3
Depan-depan 0 0 0 0 0
Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Dari Tabel 5.76 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang
berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan
fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-
samping.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1205-
120
Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar
untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan
analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah
rawan kecelakaan. Di dalam analisis tersebut, jumlah
kecelakaan diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas
dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak,
seperti yang tertera pada Tabel 5.77
Tabel 5. 77. Analisis resiko tingkat kepengtingan
penanganan di Eretan Kulon, Kandanghaur
KM 79-80
Jenis Tabrakan
Larangan
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-samping 2 70 140 Cukup Berbahaya
Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-belakang 2 10 20 Tidak Berbahaya
Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya
Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi
prioritas.Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat tipe
kecelakaan yang termasuk katergori berbahaya dan sangat
berbahaya pada daerah Larangan. Hanya terdapat kategori
cukup berbahaya dengan jenis tabrakan samping-samping
dan depan-samping.Oleh karena itu, belum diperlukan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1215-
121
penanganan/usulan baru untuk tindak lebih lanjut terhadap
kondisi permasalahan di Jalan Raya Larangan.
Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan
jalan yang terjadi di lokasi saat terjadi kecelakaan dapat
dilihat pada Tabel 5.78.
Tabel 5.78. Karakteristik kondisi jalan di Jalan Raya
Larangan
Kondisi Jalan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Kering 6 3 1 2 45
Genangan Air 0 0 0 0 0
Basah 0 0 0 0 0
Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga
perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi
lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap
selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan
penanganan seperti apa yang dibutuhkan.
Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan
dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan
sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan
kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.76
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1225-
122
Tabel 5.79. Karakter kondisi cuaca di Jalan Raya
Larangan, Lohbener KM 59-60
Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas
Nilai MD LB LR
Normal 4 2 1 1 30
Berkabut 2 1 0 1 15
Hujan Gerimis 0 0 0 0 0
Hujan lebat 0 0 0 0 0
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan
pada pagi atau siang hari.Pada kondisi seperti, kendaraan
cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi.
Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan
fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga
didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda
kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.80.
Tabel 5.80. Jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan di
Jalan Raya Larangan
Moda Kendaraan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sepeda Motor 8 3 1 4 51
Mobil 1 1 0 0 12
Truk 2 2 0 0 24
Bus 0 0 0 0 0
Pejalan Kaki 1 0 1 0 3
Sepeda 0 0 0 0 0
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1235-
123
Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang
menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka
dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan
penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah
kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas
dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak,
seperti yang tertera pada Tabel 5.81.
Tabel 5.81. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan
di Jalan Raya Larangan, Lohbener KM 59-60
Moda kendaraan
Jalan Raya Larangan
Nilai Peluang
Nilai
Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya
Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya
Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya
Bus 1 1 1 Tidak Berbahaya
Pejalan Kaki 2 70 140 Cukup Berbahaya
Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi
prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan
yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan
penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor.
Kondisi geometrik di Jalan Raya Larangan ini berupa:
1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Perkerasan merupakan flexibel pavement
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1245-
124
3) Lebar lajur 3,5 meter,
4) Bahu jalan 2 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan
badan jalan,
5) Kondisi cat marka tengah dan marka baik dan jelas,
6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas,
7) Terdapat bukaan (U-Turn) yang tidak memiliki rambu
serta tidak terlindung.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat
dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan
kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.82. sebagai berikut.
Tabel 5. 82. Uraian permasalahan dan kategori resiko di
Jalan Raya Larangan
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan
Devia
si
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Tidak adanya
rambu
pembatasan
kecepatan
pada daerah
rawan
kecelakaan
Kecepatan tinggi
yang
memperbesar
dampak
keprahan pelaku
kecelakaan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
2. Tidak adanya
rambu putar
balik pada
bukaan dan
perlindungan
terhadapa
kendaraan
yang akan
berputar arah
Pengemudi
tertabrak dari
belakang
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan
penanganan pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”.Berdasarkan hasil analisis penyebab
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1255-
125
kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab
kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena
kategori yang diberikan adalah “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”.
Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan
yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel 5.83.
Tabel 5.83. Usulan penanganan berdasarkan analisis
resiko di Jalan Raya Larangan, Lohbener KM
59-60
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
1 Tidak adanya marka
tepi dan marka
tengah sehingga
menyebabkan
pengemudi sepeda
motor yang lebih
rentan keluar dari
jalur.
Melakukan
pengecatan marka
tepi dan marka
tengah yang sesuai
standar
b. Pembuatan
continuous
shoulder rumble
strips/longitudina
l rumble strips
pada bahu jalan.
c. Pembuatan
median.
b. Penambahan
lajur/duplikasi
jalur lalu lintas,
lebar minimal
per lajur 3,5 m.
c. Pembuatan lajur
khusus sepeda
motor.
2. Tidak adanya rambu
pembatasan
kecepatan pada
daerah rawan
Pemasangan rambu
batas kecepatan dan
pemasangan rambu
hati hati serta papan
pengumuman daerah
rawan kecelakaan
untuk menigkatkan
kewaspadaaan.
3. Tidak adanya rambu
putar balik pada
bukaan dan
perlindungan
terhadapa kendaraan
yang akan berputar
arah
Pemasangan rambu
putar balik dan
pembuatan bukaan
terlindung
c. Pemasangan
kancing
jalan/mata
kucing pada as
jalan.
d. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1265-
126
Usulan Penaganan pada daerah Larangan ditunjukkan pada
Gambar 5.83, Gambar 5.84, Gambar 5.85, dan Gambar
5.86 sebagai berikut.
Gambar 5.83. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan
Larangan
Gambar 5.84. Detail 1 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Larangan
DETAIL 1 DETAIL 2
DETAIL 3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1275-
127
Gambar 5.85. Detail 2 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Larangan
Gambar 5.86. Detail 3 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Larangan
Usulan penanganan pada daerah Larangan untuk jangka
menengah ditunjukkan pada Gambar 5.87, Gambar 5.88,
Gambar 5.89, Gambar 5.90 sebagai berikut.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1285-
128
Gambar 5.87. Usulan pembuatan continuous shoulder
rumble strips pada bahu jalan
Gambar 5.88.Usulan pemasangan mata kucing
Gambar 5. 89. Pembuatan median jalan dan pulau lalu
lintas
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1295-
129
Gambar 5. 90. Pemasangan median dengan reflector post
Usulan penanganan pada daerah Larangan untuk jangka
panjang ditunjukkan pada Gambar 5.91dan Gambar 5.92.
Gambar 5.91. Usulan pemasangan lampu jalan
Gambar 5. 92. Lajur khusus sepeda motor
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1305-
130
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk
penanganan keselamatan di Jalan Raya Larangan.
Tabel 5.84. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan
penanganan jangka pendek di Larangan
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Rp. 30.000 / meter
Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Rp.600.000/rambu
Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. Rp. 30.000 / meter
Rp.600.000/rambu
Tabel 5.85. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan
penanganan jangka menengah di Larangan
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu
jalan
Rp.11.600.000/km
Pemasangan reflector post pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah
Tabel 5.86. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan
penanganan jangka panjang di Larangan
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Pembuatan lampu penerang jalan Rp. 10.000.000/buah
Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp. 5.000.000/m3
2) Jalan Widasari, Bangkaloa
Lokasi kecelakaan di daerah Bangkaloa merupakan lokasi
jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan
kecelakaan (potential black spot), tepatnya di Jalan
Widasari. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini
dapat dilihat pada Tabel 5.87
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1315-
131
Tabel 5.87. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Widasari,
Bangkaloa
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LK
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Samping-samping 3 0 1 2 9
Depan-samping 1 0 1 0 3
Depan-belakang 4 3 1 0 39
Depan-depan 0 0 0 0 0
kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Dari data Tabel 5.87. dan analisis data kecelakaan dapat
diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan
kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe
kecelakaan tabrak samping-samping dan depan-belakang.
Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan
kecelakaan berdasarkan jenis tabrakan dapat dilihat pada
Tabel 5.88.
Tabel 5.88. Analisis resiko di Jalan Widasari
Jenis Tabrakan
Widasari
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-belakang 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya
Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1325-
132
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi
prioritas. Berdasarkan hasil analisis, tidak perlu dilakukan
penanganan pada Jalan Widasari karena hanya didapati tipe
kecelakaan dengan kategori cukup berbahaya untuk tipe
tabrakan samping-samping, depan-samping, dan depan-
depan.
Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan
jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.89
Tabel 5.89. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan
Widasari, Bangkaloa
Kondisi Jalan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Kering 8 3 3 2 51
Genangan Air 0 0 0 0 0
Basah 0 0 0 0 0
Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga
perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi
lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap
selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan
penanganan seperti apa yang dibutuhkan.
Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan
dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1335-
133
sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan
kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.90.
Tabel 5.90. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Widasari,
Bangkaloa
Cuaca Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Normal 7 3 3 1 48
Berkabut 1 0 0 1 3
Hujan Gerimis 0 0 0 0 0
Hujan lebat 0 0 0 0 0
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan
pada pagi atau siang hari.Pada kondisi seperti, kendaraan
cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi.
Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan
fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga
didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda
kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.91.
Tabel 5.91. Jenis moda kendaraan yang mengalami
kecelakaan di Jalan Widasari, Bangkaloa
Moda Kendaraan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sepeda Motor 11 3 4 4 60
Mobil 2 1 1 0 15
Truk 2 1 1 0 15
Bus 1 1 0 0 12
Pejalan Kaki 0 0 0 0 0
Sepeda 0 0 0 0 0
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1345-
134
Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang
menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka
dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan
penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah
kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas
dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak,
seperti yang tertera pada Tabel 5.92
Tabel 5.92. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan
di Jalan Widasari
Moda kendaraan
Jalan Widasari
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sepeda Motor 4 100 400 Berbahaya
Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya
Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya
Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya
Pejalan Kaki 1 1 1 Tidak Berbahaya
Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi
prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan
yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan
penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor.
Kondisi geometrik di Jalan Widasari ini berupa:
1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Perkerasan merupakan Fleksibel pavement
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1355-
135
3) Lebar lajur 3,5 meter,
4) Bahu jalan 3 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan
badan jalan,
5) Kondisi cat marka tengah dan marka baik dan jelas,
6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas,
7) Terdapat Pertigaan serong yang berdekatan dengan
tikungan yang sangat membahayakan
8) Lampu APILL yang tidak menyala atau rusak
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat
dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan
kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.93 sebagai berikut.
Tabel 5. 93. Uraian permasalahan dan kategori resiko di
Jalan raya Widasari
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Tidak adanya
rambu
pembatasan
kecepatan
pada daerah
rawan
Kecepatan
tinggi yang
memperbesar
dampak
keparahan
pelaku
kecelakaan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
2. Tidak adanya
rambu
tikungan dan
rambu
penunjuk arah
Pengemudi
kehilangan
kendali
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
3. Lampu APILL
yang tidak
menyala atau
rusak
Terjadi
kecelakaan
pada
persimpangan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan
penanganan pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”.Berdasarkan hasil analisis penyebab
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1365-
136
kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab
kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena
kategori yang diberikan adalah “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”.
Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan
yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel 5.94.
Tabel 5.94. Usulan penanganan berdasarkan uraian
permasalahan di Jalan Widasari, Bangkaloa
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
1 Terjadinya
kecelakaan
dengan jenis
tabrak depan-
depan, depan-
samping,
samping-
samping, dan
beruntun.
a. Pembuatan
papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan
hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
b. Pemasangan
rambu
peringatan
adanya simpang
dan batas
kecepatan
maksimum.
c. Pembuatan
marka yang
sesuai standar
(marka dua garis
utuh pada as
jalan).
d. Pengecatan
marka di
simpang (marka
stop untuk jalan
minor).
a. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
b. Re-alinyemen
simpang
(memperbaiki
radius simpang
dan jarak
pandang di
simpang).
Pemasangan
lampu APILL.
2. Adanya simpang
dan daerah sub
urban dengan
informasi yang
masih kurang
a. Pemasangan
rambu peringatan
adanya
tikungan/simpang
sebelum
a. Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
b. Re-alinyemen
a. Pemasangan
lampu APILL.
b. Pemasangan
dynamic curve
warning
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1375-
137
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis
Jangka Panjang
(marka serta
rambu yang tidak
memadai).
memasuki
tikungan/simpang.
b. Pemasangan batas
kecepatan
maksimum
sebelum
memasuki
tikungan
(diusulkan batas
kecepatan
maksimum
sebesar 40
km/jam).
c. Pemasangan
rambu chevron
(CAM).
d. Pemasangan patok
pengarah.
e. Pembuatan papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan dan
hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan.
f. Pengecatan marka
di simpang (marka
stop untuk jalan
minor).
simpang
(memperbaiki
radius simpang
dan jarak
pandang di
simpang).
system.
c. Pembatasan
akses yang
masuk ke jalan
arteri.
Usulan penanganan pada daerah Bangkaloa ditunjukkan
pada Gambar 5.93, Gambar 5.94, Gambar 5.95, Gambar
5.96, Gambar 5.97, dan Gambar 5.98 sebagai berikut.
DETAIL 1
DETAIL 2
DETAIL 3
DETAIL 4
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1385-
138
Gambar 5. 93. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan
Bangkaloa
Gambar 5.94. Detail 1 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Bangkaloa
Gambar 5.95. Detail 2 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Bangkaloa
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1395-
139
Gambar 5.96. Detail 3 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Bangkaloa
Gambar 5.97. Detail 4 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Bangkaloa
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1405-
140
Gambar 5. 98. Contoh kondisi sebelum dan sesudah
pemasangan rambu chevron pada suatu
tikungan
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan
Raya Widasari untuk jangka menengah ditunjukkan pada
Gambar 5.99, Gambar 5. 100, Gambar 5. 101, dan Gambar
5. 102.
Gambar 5.99. Usulan pembuatan continuous shoulder
rumble strips pada bahu jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1415-
141
Gambar 5. 100. Pembuatan pulau lalu lintas
Gambar 5. 101. Re-alinyemen simpang
Gambar 5. 102. Pemasangan median dengan reflector post
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1425-
142
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan
Raya Widasari untuk jangka panjang ditunjukkan pada
Gambar 5.103 dan Gambar 5.104.
Gambar 5. 103. Usulan pemasangan dynamic curve
warning system
Gambar 5. 104. Pemasangan APILL dan lajur khusus
sepeda motor
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1435-
143
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk
penanganan keselamatan di Jalan Widasari, Bangkaloa.
Tabel 5.95. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan
penanganan jangka pendek di Jalan Widasari,
Bangkaloa
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pembuatan rambu peringatan, informasi dan
larangan.
Rp.600.000/rambu
Pemasangan marka tikungan dan rambu
pengarah.
Rp. 30.000 / meter
Rp.600.000/rambu
Tabel 5.96. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan
penanganan jangka menengah di Jalan
Widasari, Bangkaloa
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips
pada bahu jalan.
Rp.11.600.000/km
Pemasangan reflector post pada seluruh
daerah blackspot
Rp. 315.000/buah
Re-alinyemen simpang Rp. 3.000.000 / m3
Tabel 5.97. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan
penanganan jangka panjang di Jalan Widasari,
Bangkaloa
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Pemasangan dynamic curve warning
system
Rp. 200.000.000/sistem
Pemasangan APILL Rp. 200.000.000/sistem
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1445-
144
2. Semarang
Analisis data kecelakaan di Kota Semarang dibatasi pada ruas Jalan
Nasional yang melewati Kota Semarang, yaitu Ruas Jalan Kendal-
Semarang dan Ruas Jalan Semarang-Surabaya. Dari ruas jalan
tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan
sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu
juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk
mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama
kecelakaan fatal.
Selanjutnya akan dilihat analisis karakteristik kecelakaan di masing-
masing lokasi yang berpotensi sebagai daerah rawan kecelakaan
berdasarkan nilai daerah rawan kecelakaan tertinggi yang
ditunjukkan tabel pada bab sebelumnya. Lokasi dikategorikan
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang
harus segera mendapatkan penanganan (prioritas)
Lokasi kecelakaan di daerah Kaligawe merupakan lokasi jenis
lokasi 1 adalah, tepatnya di Jalan Raya Semarang - Surabaya KM
4,5. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat
dilihat pada Tabel 5.98.
Tabel 5.98. Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Semarang-
Surabaya KM 4,5
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1455-
145
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan Fatalitas Nilai
Samping-samping 0 0 0 0 0
Depan-samping 2 0 2 2 12
Depan-belakang 0 0 0 0 0
Depan-depan 2 2 0 2 30
Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Dari data Tabel 5.98 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui
bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan
fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-
depan.
Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar
untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis
resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan
kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai
peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi
nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.99 berikut.
Tabel 5.99. Analisis resiko di Jalan Raya Semarang-Surabaya
KM 4,5
Jenis Tabrakan
Kaligawe
Nilai
peluang
Nilai dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 Tidak Berbahaya
Samping-samping 0 0 0 Tidak Berbahaya
Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-belakang 0 0 0 Tidak Berbahaya
Depan-depan 2 100 200 Cukup Berbahaya
Kecelakaan beruntun 0 0 0 Tidak Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1465-
146
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakanyang perlu
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
tipe tabrak depan-depan.
Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan
yangterjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.100 berikut.
Tabel 5.100. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan
Raya Semarang-Surabaya KM 4,5
Kondisi Jalan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Kering 0 0 0 0 0
Genangan Air 8 3 2 2 48
Basah 0 0 0 0 0
Perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi
lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya
untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti
apa yang dibutuhkan.
Tabel 5.101. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya
Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe)
Kondisi Cuaca Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Normal 6 2 2 2 36
Berkabut 2 1 1 0 15
Hujan Gerimis 0 0 0 0 0
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1475-
147
Kondisi Cuaca Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Hujan lebat 2 1 1 0 15
Untuk kondisi normal merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu
diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan
eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat
mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang
dibutuhkan.
Tabel 5.102. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya
Semarang-Surabaya KM 4,5
Moda Kendaraan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sepeda Motor 8 1 2 5 33
Mobil 1 1 0 0 12
Truk 3 2 1 0 27
Bus 3 1 1 1 18
Pejalan Kaki 3 1 1 1 18
Sepeda 0 0 0 0 0
Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi
dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan
analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan
kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai
peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi
nilai dampak, seperti yang tertera pada 5.103 berikut.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1485-
148
Tabel 5.103. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di
Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5
(Kaligawe)
Jenis Tabrakan
Kaligawe
Nilai
Peluang
Nilai Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya
Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya
Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya
Bus 3 100 300 Berbahaya
Pejalan Kaki 2 100 300
Berbahaya
Sepeda 1 1 1
Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
tipe tabrak moda sepeda motor.
Kondisi geometrik di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 ini
berupa:
1) Jalan 4 lajur 2 arah terbagi dengan median ,
2) Lingkungan sekitar merupakan daerah komersil (pabrik dan
perguruan tinggi),
3) Lebar untuk 2 arah sebesar 8 meter,
4) Bahu jalan 1 meter, diperkeras, terdapat perbedaan level
yang cukup besar dengan badan jalan,
5) Kondisi permukaan perkerasan bagus,
6) Kondisi marka tengah dan marka tepi masih bagus,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1495-
149
Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa
85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±65 km/jam,
kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±80 km/jam, dan
untuk sepeda motor sebesar ±70 km/jam.Karena kecepatan
merupakan fungsi dari kecelakaan, maka pada daerah rawan
kecelakaan perlu ada pembatasan kecepatan yang nilainya berada
di bawah dari kecepatan diatas yaitu menjadi sebesar 40 km/jam.
Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini
didominasi oleh kendaraan berat. Kendaraan berat ini biasanya
berjalan dengan kecepatan yang rendah sehingga menyebabkan
kendaraan di belakangnya, khusunya sepeda motor, akan
melakukan pergerakan mendahului tidak aman. Hal ini diyakini
mengapa kendaraan bermotor lebih banyak mengalami
kecelakaan dan tipe tabrakan yang dominan terjadi adalah tipe
tabrak depan-depan
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan
yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada 5.104 sebagai
berikut.
Tabel 5. 104. Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Semarang-Surabaya KM
4,5 (Kaligawe)
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1505-
150
No
Uraian
Permasala
han
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Tidak
adanya
rambu
Tidak dapat
mengetahui
kondisi jalan di
depan seperti
terdapat
simpang,
penyempitan
jalan atau
sebagainya.
100% 5 100 500 Sangat
Berbahay
a
2. Kondisi
permukaan
perkerasan
banyak
yang
bergelomba
ng
Pengemudi
susah
mengendalikan
kendaraandan
pergerakannya
10% 2 100 200 Cukup
Berbahay
a
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan
pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.
Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka
seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan
penanganan karena kategori yang diberikan adalah “Berbahaya”
dan “Sangat Berbahaya”.
Tabel 5.105. Usulan penanganan berdasarkan uraian
permasalahan di Jalan Raya Semarang-Surabaya
KM 4,5
No Uraian Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
1. Pengemudi tidak
berkonsentrasi, termasuk
karena penumpang dan
penggunaan telpon
genggam
Pembuatan papan
pengumuman daerah
rawan kecelakaan
dan hati hati untuk
meningkatkan
kewaspadaan
Pembuatan
Continuous
Shoulder Rumble
Strips pada bahu
jalan.
-
2. Banyaknya penyeberang
jalan dari jalur lambat ke
Pembuatan rambu-
rambu lalu lintas
Pembuatan lajur
khusus belok
Pembuatan
fasilitas khusus
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1515-
151
No Uraian Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Panjang
jalur cepat kanan/pulau lalu
lintas.-
untuk pejalan kaki
1 Kondisi permukaan
perkerasan banyak yang
bergelombang
Pemasangan rambu
peringatan mengenai
kondisi permukaan
jalan.
Melakukan
perbaikan
kerataan jalan
(IRI)
2 Tidak adanya rambu-
rambu untuk pengendara
dari jalur lambat ke jalur
cepat atau untuk
memutar arah
Pemasangan rambu-
rambu tanda hati-
hati atau batas
kecepatan
maksimumc
Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
-
Usulan penanganan pada daerah Kaligawe untuk jangka pendek
ditunjukkan pada Gambar 5.105, Gambar 5.106, dan Gambar
5.107 sebagai berikut.
Gambar 5.105. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan
jalan raya Semarang-Surabaya KM 4,5
Kaligawe
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1525-
152
Gambar 5.106. Detail usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan jalan raya Semarang-Surabaya KM
4,5 Kaligawe
Gambar 5.107. Detail usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Semarang-Surabaya KM
4,5 Kaligawe
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1535-
153
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe untuk jangka menengah
ditunjukkan pada Gambar 5.108, Gambar 5.109, dan Gambar
5.110.
Gambar 5.108. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble
strips pada bahu jalan
Gambar 5. 109. Pembuatan pulau lalu lintas
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1545-
154
Gambar 5. 110. Pemasangan median dengan reflector post
Usulan penanganan pada daerah Kaligawe untuk jangka panjang
ditunjukkan pada Gambar 5.111 sebagai berikut.
Gambar 5. 111.Usulan pemerataan jalan yang bergelombang
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe
Tabel 5.106. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Raya Semarang-Surabaya
KM 4,5 (Kaligawe)
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pembuatan rambu peringatan,
informasi dan larangan.
Rp.600.000/rambu
Pemasangan marka tikungan dan
rambu pengarah.
Rp. 30.000 / km
Rp.600.000/rambu
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1555-
155
Tabel 5. 107. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Raya Semarang-
Surabaya KM 4,5 (Kaligawe)
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips
pada bahu jalan.
Rp.11.600.000/km
Pemasangan reflector post pada seluruh daerah
blackspot
Rp. 315.000/buah
Tabel 5.108. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Raya Semarang-Surabaya
KM 4,5 (Kaligawe)
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/buah
b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan
(potential blackspot).
1) Jalan Siliwangi
Lokasi kecelakaan di Jalan Siliwangi merupakan jenis lokasi
yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential
blackspot), tepatnya di Simpang Siliwangi. Karakteristik
kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel
5.109
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1565-
156
Tabel 5.109. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Siliwangi
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Samping-samping 2 0 1 1 6
Depan-samping 2 0 1 2 9
Depan-belakang 0 0 0 0 0
Depan-depan 3 0 1 2 9
Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Dari data Tabel 5.109 dan analisis data kecelakaan dapat
diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan
dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak
samping-samping, depan samping dan depan-depan.
Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi
dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan
analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah
rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi
menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan
dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada
Tabel 5.110.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1575-
157
Tabel 5.110. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan
di Jalan Siliwangi Semarang
Jenis Tabrakan
Jalan Siliwangi Semarang
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-samping 2 7 140 Cukup Berbahaya
Depan-samping 2 7 140 Cukup Berbahaya
Depan-belakang 1 1 1 Tidak Berbahaya
Depan-depan 3 7 280 Berbahaya
Kecelakaan beruntun 2 7 140 Cukup Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
tipe tabrakan depan-depan.
Kondisi geometrik di Jalan Siliwangi ini berupa:
1) Jalan 2 lajur 2 arah terbagi,
2) Jalan relatif lurus dan datar,
3) Lebar untuk 2 arah sebesar 7 meter,
4) Bahu jalan 0,5–1 meter, tidak diperkeras,
5) Lahan di sekitarnya berupa perdagangan (semi urban),
terdapat hambatan samping berupa parkir dan kendaraan
keluar masuk jalan akses, terdapat simpang dengan jalan
akses,
6) Kondisi permukaan perkerasan relatif baik dengan
beberapa tempat yang bergelombang atau berlubang,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1585-
158
7) Kondisi median,marka tengah baik, tidak ada marka tepi,
8) Terdapat persimpangan dengan rambu-rambu lalu lintas
Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa
85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±55 km/jam,
kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±65 km/jam, dan
untuk sepeda motor sebesar ±60 km/jam.Karena kecelakaan
merupakan fungsi dari kecepatan, maka pada daerah rawan
kecelakaan perlu ada pembatasan kecepatan yang nilainya
berada di bawah dari kecepatan diatas yaitu menjadi sebesar
40 km/jam.
Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dengan pembatas
jalan/median. Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan
adanya simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas
kecepatan untuk melintas di daerah urban, sehingga
pengemudi terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu
lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak
dipersiapkan dengan kondisi urban ini.
Analisis selanjutnya tidak adanya marka tepi juga mengurangi
penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan,
terutama pada malam hari, karena penerangan jalan yang
kurang.
Kondisi jalan yang bergelombang dan lubang di beberapa
tempat mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi
terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1595-
159
sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga
berkurang. Selain itu juga akibat usaha untuk menghindari
lubang sehingga tertabrak kendaraan baik yang searah, dari
belakang maupun dari depan.
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada
pagi atau siang hari.Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung
berjalan dengan kecepatan tinggi.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta
kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-
faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel
5.111
Tabel 5.111. Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Jalan Siliwangi
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Marka tepi
yang tidak
ada
Pengemudi
keluar dari
jalur sehingga
memungkinka
n terjadinya
kecelakaan
lalu lintas
100
%
5 100 500 Sangat
Berbahaya
2. Kondisi
permukaan
perkerasan
banyak yang
bergelombang
Pengemudi
susah
mengendalika
n kendaraan
dan
pergerakanny
a
10% 2 100 200 Cukup
Berbahaya
3. Tidak ada
fasilitas untuk
pejalan kaki
Pejalan kaki
menyusur dan
menyeberang
jalan tanpa
100
%
5 100 500 Sangat
Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1605-
160
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Nilai
Resiko Kategori
perlindungan
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan
penanganan pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan
di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus
mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang
diberikan adalah “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”.Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel
5.112 berikut.
Tabel 5.112. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Jalan Siliwangi
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
panjang
1 Marka tepi
yang tidak ada
Pengecetan kembali
marka tepi yang
sesuai standar
Pembuatan
Continuous
Shoulder Rumble
Strips
-
2 Kondisi
permukaan
perkerasan
banyak yang
bergelombang
Pemasangan rambu
peringatan mengenai
kondisi permukaan
jalan.
- Melakukan
perbaikan kerataan
jalan (IRI)
3 Kurang adanya
rambu-rambu
lalu-lintas
Penambahan rambu-
rambu lalu-lintas
sesuai dengan
kondisi jalan
Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
Re-alinyemen
simpang-
Pembuatan fasilitas
khusus untuk
pejalan kaki
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan
Siliwangi untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar
5.112, Gambar 5.113 dan Gambar 5.114
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1615-
161
Gambar 5.112. Usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan jalan Siliwangi
Gambar 5.113. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan jalan Siliwangi
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1625-
162
Gambar 5.114. Detail 2 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan jalan Siliwangi
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan
Siliwangi untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar
5.115, Gambar 5.116, dan Gambar 5.117.
Gambar 5.115. Usulan pembuatan continuous shoulder
rumble strips pada bahu jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1635-
163
Gambar 5. 116. Pembuatan pulau lalu lintas
Gambar 5. 117. Re-alinyemen simpang
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan
Siliwangi untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar
5.118.
Gambar 5.118. Usulan untuk melakukan perbaikan kerataan
jalan (IRI)
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1645-
164
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Siliwangi.
Tabel 5.113. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Siliwangi
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan kembali median menjadi 2 garis sejajar
utuh dengan lebar garis 0,12 m dengan jarak 0,1 m
dan marka tepi yang sesuai standar
Rp. 30.000 / meter
Pembuatan rambu peringatan, informasi dan
larangan.
Rp.600.000/rambu
Tabel 5.114. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Siliwangi
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada
bahu jalan.
Rp.11.600.000/km
Pembuatan pulau lalu lintas. Rp. 200.000/m3
Re-alinyemen simpang Rp. 1.000.000/ m3
Tabel 5.115. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Siliwangi
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/ m3
2) Jalan Raya Semarang – Kendal (Depan Terminal
Mangkang)
Lokasi kecelakaan di Jalan Raya Semarang–Kendal ini
merupakan jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1655-
165
kecelakaan (potential blackspot), tepatnya di depan terminal
Mangkang. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini
dapat dilihat pada Tabel 5.116.
Tabel 5. 116. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya
Semarang – Kendal (Depan Terminal
Mangkang)
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Samping-samping 0 0 0 0 0
Depan-samping 2 0 1 2 9
Depan-belakang 2 0 1 2 9
Depan-depan 0 0 0 0 0
Kecelakaan beruntun 2 0 1 1 6
Dari data Tabel 5.116 dan analisis data kecelakaan dapat
diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan
dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak
depan belakang, depan samping dan kecelakaan beruntun.
Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi
dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan
analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah
rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi
menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan
dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada
Tabel 5.117.
Tabel 5.117. Analisis resiko di Jalan raya Semarang-Kendal
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1665-
166
Jenis Tabrakan
Jalan Siliwangi Semarang
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 Tidak Berbahaya
Samping-samping 1 1 1 Tidak Berbahaya
Depan-samping 2 7 140 Cukup
Berbahaya
Depan-belakang 3 7 280 Berbahaya
Depan-depan 0 0 0 Tidak Berbahaya
Kecelakaan beruntun 2 7 140 Cukup
Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi
prioritas.Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang
perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan
adalah tipe tabrak depan-belakang.
Kondisi geometrik di Jalan raya Semarang-Kendal ini berupa:
1) Jalan 2 lajur 2 arah terbagi,
2) Jalan relatif lurus dan datar,
3) Lebar untuk 2 arah sebesar 7,70 meter,
4) Bahu jalan 0,5 – 1 meter, tidak diperkeras,
5) Lahan di sekitarnya berupa perdagangan (semi urban),
terdapat hambatan samping berupa parkir dan kendaraan
keluar masuk jalan akses.
6) Kondisi permukaan perkerasan relatif baik dengan
beberapa tempat yang bergelombang atau berlubang,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1675-
167
7) Kondisi median,marka tengah sudah tidak terlihat lagi,
tidak ada marka tepi,
Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa
85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±55 km/jam,
kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, dan
untuk sepeda motor sebesar ±55 km/jam.Karena kecelakaan
merupakan fungsi dari kecepatan, maka pada daerah rawan
kecelakaan perlu ada pembatasan kecepatan yang nilainya
berada di bawah dari kecepatan diatas yaitu menjadi sebesar
40 km/jam.
Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan
sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi
urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk
melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk
dan menyeberang dari jalan akses.
Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi
urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan
maupun menyeberang jalan juga cukup banyak.Kecelakaan
yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki
menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas
menerus atau tertabrak kendaraan yang keluar dari badan jalan
akibat lebar jalan yang sempit, sehingga kadang memaksa
kendaraan untuk keluar ke bahu jalan karena kondisi menyiap
yang tidak aman.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1685-
168
Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dengan pembatas
jalan/median. Kurangnya rambu, seperti rambu untuk berhati-
hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah
semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi
kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya
memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi
semi urban ini.
Analisis selanjutnya tidak adanya marka tepi juga mengurangi
penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan,
terutama pada malam hari, karena penerangan jalan yang
kurang.
Kondisi jalan yang bergelombang dan lubang di beberapa
tempat mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi
terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang,
sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga
berkurang. Selain itu juga akibat usaha untuk menghindari
lubang sehingga tertabrak kendaraan baik yang searah, dari
belakang maupun dari depan.
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada
pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan
cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi.
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi
kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta
kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1695-
169
faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel
5.116.
Tabel 5.118. Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Jalan Siliwangi
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Analisis
Resiko Kategori
1. Marka tepi
yang tidak
ada
Pengemudi
keluar dari
jalur
sehingga
memungkinka
n terjadinya
kecelakaan
lalu lintas
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
2. Kondisi
permukaan
perkerasan
banyak yang
bergelombang
Pengemudi
susah
mengendalika
n kendaraan
dan
pergerakanny
a
10% 2 100 200 Cukup
Berbahaya
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan
penanganan pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan
di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus
mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang
diberikan adalah “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.
Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel 5.119
berikut.
Tabel 5.119. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Jalan raya Semarang-Kendal
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1705-
170
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
panjang
1 Marka tepi yang
tidak ada
Pengecetan
kembali marka tepi
yang sesuai standar
Pembuatan
Continuous
Shoulder Rumble
Strips
-
2 Kondisi
permukaan
perkerasan banyak
yang
bergelombang
Pemasangan rambu
peringatan
mengenai kondisi
permukaan jalan.-
- Melakukan
perbaikan kerataan
jalan (IRI)
3 Kurang adanya
rambu-rambu
lalu-lintas
Penambahan
rambu-rambu lalu-
lintas sesuai
dengan kondisi
jalan
Pembuatan lajur
khusus belok
kanan/pulau lalu
lintas.
Re-alinyemen
simpang-
Pembuatan fasilitas
khusus untuk
pejalan kaki
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Semarang-Kendal untuk jangka pendek ditunjukkan pada
Gambar 5.119 dan Gambar 5.119.
Gambar 5.119. Usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Semarang-Kendal
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1715-
171
Gambar 5.120. Detail usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Semarang-Kendal
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Semarang-Kendal untuk jangka menengah ditunjukkan pada
Gambar 5.121, Gambar 5.122, dan Gambar 5.123.
Gambar 5.121. Usulan pembuatan continuous shoulder
rumble strips pada bahu jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1725-
172
Gambar 5. 122. Pembuatan pulau lalu lintas
Gambar 5. 123. Re-alinyemen simpang
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya
Semarang-Kendal untuk jangka panjang ditunjukkan pada
Gambar 5.124.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1735-
173
Gambar 5.124. Usulan untuk melakukan perbaikan kerataan
jalan (IRI)
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Jalan Raya Semarang-Kendal.
Tabel 5.120. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Jalan Raya Semarang-Kendal
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan kembali median menjadi 2 garis sejajar utuh
dengan lebar garis 0,12 m dengan jarak 0,1 m dan marka
tepi yang sesuai standar
Rp. 30.000 / meter
Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Rp.600.000/rambu
Tabel 5.121. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Jalan Raya Semarang-
Kendal
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada
bahu jalan.
Rp.11.600.000/km
Pembuatan pulau lalu lintas. Rp. 200.000/m3
Re-alinyemen simpang Rp. 1.000.000/ m3
Tabel 5.122. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Jalan Raya Semarang-Kendal
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1745-
174
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/ m3
3. Surabaya
Analisis data kecelakaan di Kotamadya Surabaya dilakukan pada
jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis
pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe
kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik
kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal.
Daerah rawan kecelakaan lalu lintas pada Jalan Nasional di
Kotamadya Surabaya terdapat pada daerah Jalan Raya Surabaya-
Gresik, ruas Kalianak dan ruas Gereges.
a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang
harus segera mendapatkan penanganan (prioritas)
Jalan Raya Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak)
Lokasi kecelakaan di Ruas Kalianak merupakan lokasi potential
black spot tepatnya di Jalan Raya Surabaya-Gresik. Karakteristik
kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel
5.123.
Tabel 5.123. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya
Surabaya-Gresik
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1755-
175
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Samping-samping 1 0 0 1 3
Depan-samping 5 4 0 1 51
Depan-belakang 1 0 0 1 3
Depan-depan 0 0 0 0 0
Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Dari Tabel 5.123 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang
berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas
adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping.
Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk
penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko
dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan.Di
dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan menjadi
nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi
menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.124
Tabel 5.124. Analisis resiko di Jalan Raya Surabaya-Gresik
(Ruas Kalianak)
Jenis Tabrakan
Kalianak
Nilai
Peluang
Nilai
Dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-samping 2 10 20 Tidak Berbahaya
Depan-samping 3 100 300 Berbahaya
Depan-belakang 2 10 20 Tidak Berbahaya
Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya
Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1765-
176
Usulan prioritas penanganan hanya dilakukan pada jenis tabrakan
dengan kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.
Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
tipe tabrak depan-samping.
Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang
terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.125
Tabel 5.125. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan
Raya Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak)
Kondisi Jalan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Kering 7 4 0 3 57
Genangan Air 0 0 0 0 0
Basah 0 0 0 0 0
Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu
diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan
eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat
mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang
dibutuhkan.
Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan
fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan
nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat
dilihat pada Tabel 5.126.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1775-
177
Tabel 5.126. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya
Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak)
Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas
Nilai MD LB LR
Normal 6 3 0 3 45
Berkabut 1 1 0 0 12
Hujan Gerimis 0 0 0 0 0
Hujan lebat 0 0 0 0 0
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi
atau siang hari.Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung
berjalan dengan kecepatan tinggi.
Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas
korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai
kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat
dilihat pada Tabel 5.127.
Tabel 5.127. Jenis moda kendaraan yang mengalami kecelakaan
di Ruas Jalan Kalianak
Moda Kendaraan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sepeda Motor 8 4 0 4 60
Mobil 1 0 0 1 3
Truk 3 3 0 0 36
Bus 1 1 0 0 12
Pejalan Kaki 1 0 0 1 3
Sepeda 0 0 0 0 0
Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi
dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan
analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1785-
178
kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai
peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi
nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.128.
Tabel 5.128. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan
berdasarkan moda kendaraan di Jalan Surabaya-
Gresik (Ruas Kalianak)
Moda kendaraan
Kalianak
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Fatalitas
Nilai
Resiko Kategori
Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya
Mobil 2 10 20 Tidak Berbahaya
Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya
Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya
Pejalan Kaki 2 10 20 Tidak Berbahaya
Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
tipe tabrak moda sepeda motor.
Kondisi geometrik di Jalan Raya Surabaya Gresik (Ruas
Kalianak) ini berupa:
1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi dan 2 lajur 2 arah tidak
terbagi pada penyempitan,
2) Perkerasan merupakan fleksibel pavement,
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1795-
179
3) Lebar lajur 3,5 meter,
4) Bahu jalan 2 dan 3 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan
badan jalan,
5) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi tidak jelas,
6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas,
7) Terdapat penyempitan jalan dan petigaan yang berdekatan
(akses masuk SPBU).
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat
dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan
ditunjukkan pada Tabel 5.129 sebagai berikut.
Tabel 5. 129. Uraian permasalahan dan kategori resiko di Jalan
raya Kalianak
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Peluang
*
dampak
Kategori
1. Marka tepi dan
marka tengah
yang tidak jelas
Pengemudi
keluar jalur
70% 4 100 400 Sangat
Berbahay
a
2. Tidak adanya
rambu
pembatasan
kecepatan pada
daerah rawan
Kecepatan
tinggi yang
memperbesar
dampak
keprahan pelaku
kecelakaan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahay
a
3. Tidak adanya
rambu
penyempitan
dan pertigaaan
serta informasi
adanya SPBU
Pengemudi
keluar jalur dan
membahayakan
serta tidak
mengetahui
adanya
pertigaaan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahay
a
4. Marka yang
tidak jelas
Pengemudi
keluar jalur
90% 5 100 500 Sangat
Berbahay
a
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1805-
180
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan
pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.Berdasarkan
hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor
penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan
karena kategori yang diberikan adalah “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”.Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel
5.130 berikut.
Tabel 5. 130. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Jalan Raya Kalianak
No Uraian
Permasalahan
Usulan Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan Penanganan
Teknis Jangka
panjang
1 Marka tepi dan
tengah yang
tidak ada
Pengecetan kembali
marka tepi yang
sesuai standar
a. Pembuatan
Continuous
Shoulder Rumble
Strips
b. Pembuatan
centerline rumble
strips pada as
jalan.
c. Pembuatan median
Penambahan
lajur/duplikasi jalur
lalu lintas, lebar
minimal per lajur 3,5
m.
2 Tidak adanya
rambu
pembatasan
kecepatan pada
daerah rawan
Pemasangan rambu
batas kecepatan dan
pemasangan rambu
hati hati serta papan
pengumuman daerah
rawan kecelakaan
untuk menigkatkan
kewaspadaaan.
a. Pembuatan
centerline rumble
strips pada as
jalan.
b. Pembuatan median
-
Penambahan
lajur/duplikasi jalur
lalu lintas, lebar
minimal per lajur 3,5
m.
3 Tidak adanya
rambu
penyempitan
dan pertigaaan
serta informasi
adanya SPBU
Pemasangan rambu
penyempitan jalan
dan pertigaan ganda
dengan jarak 100 m
dan 200 m dari
pertigaan
- Penambahan
lajur/duplikasi jalur
lalu lintas, lebar
minimal per lajur 3,5
m (Pelebaran jalan
untuk
menghilangkan
penyempitan)
4 Penerangan
malam hari yang
kurang
a. Melakukan
pengecatan marka
tepi yang sesuai
standar.
b. Pembuatan marka
yang sesuai
Pemasangan mata
kucing pada seluruh
daerah blackspot.
Pemasangan lampu
jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1815-
181
No Uraian
Permasalahan
Usulan Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan Penanganan
Teknis Jangka
panjang
standar (marka
dua garis utuh
pada as jalan).
Usulan penanganan pada daerah Ruas Kalianak ditunjukkan pada
Gambar 5.125, Gambar 5.125, Gambar 5.125, dan Gambar 5.125
sebagai berikut.
Gambar 5. 125. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan
Kalianak
Gambar 5. 126. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Kalianak
DETAIL 1 DETAIL 4
DETAIL 2 DETAIL 3
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1825-
182
Gambar 5. 127. Detail 2 dan Detail 3 usulan penanganan daerah
rawan kecelakaan Kalianak
Gambar 5. 128. Detail 4 usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan Kalianak
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Ruas
Kalianak untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar
5.129, Gambar 5.130, dan Gambar 5.131.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1835-
183
Gambar 5. 129. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble
strips pada bahu jalan dan centerline rumble
strips
Gambar 5. 130. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1845-
184
Gambar 5. 131. Pemasangan median dengan reflector post
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan
Siliwangi untuk jangka panjang ditunjukkan pada . Gambar
5.132, Gambar 5.133 dan Gambar 5.134.
Gambar 5.132. Usulan untuk memperbaiki penyempitan jalan
Gambar 5.133. Usulan pemasangan lampu jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1855-
185
Gambar 5.134. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Ruas Kalianak.
Tabel 5. 131. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Ruas Kalianak
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai
standar
Rp. 30.000 / meter
Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan,
pengarah
Rp.600.000/rambu
Tabel 5.132. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Ruas Kalianak
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada
bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan.
Rp.11.600.000/km
Pemasangan reflector post pada seluruh daerah
blackspot
Rp. 315.000/buah
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1865-
186
Tabel 5.133. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Ruas Kalianak
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m3
Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah
b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan
yang harus segera mendapatkan penanganan (potential
blackspot)
Simpang Duduk Sampeyan
Lokasi kecelakaan terdapat di Jalan Raya Gresik tepatnya di
Simpang Duduk Sampeyan. Karakteristik kecelakaan yang terjadi
di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.134.
Tabel 5. 134. Karakteristik tipe tabrakan di Simpang Duduk
Sampeyan
Tipe Tabrakan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0
Samping-samping 1 0 0 1 3
Depan-samping 4 4 0 0 48
Depan-belakang 0 0 0 0 0
Depan-depan 1 0 1 0 3
Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0
Dari Tabel 5.134 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang
berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas
adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1875-
187
Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk
penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko
dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan.
Di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan
menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan
dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel
5.135.
Tabel 5.135. Analisis resiko di Simpang Duduk Sampeyan
Jenis Tabrakan
Duduk Sampeyan
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Fatalitas
Peluang *
Dampak Kategori
Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya
Samping-samping 2 10 20 Tidak Berbahaya
Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya
Depan-belakang 1 1 1 Tidak Berbahaya
Depan-depan 2 70 140 Tidak Berbahaya
Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya
Usulan prioritas penanganan hanya dilakukan pada jenis tabrakan
dengan kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.
Berdasarkan hasil analisis, hanya terdapat kategori kecelakaan
cukup berbahaya dengan tipe kecelakaan depan-samping.
Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang
terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.136.
Tabel 5.136. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Simpang
Duduk Sampeyan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1885-
188
Kondisi Jalan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Kering 6 4 1 1 54
Genangan Air 0 0 0 0 0
Basah 0 0 0 0 0
Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu
diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan
eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat
mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang
dibutuhkan.
Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan
fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan
nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat
dilihat pada Tabel 5.137
Tabel 5.137. Karakteristik kondisi cuaca uraian permasalahan
di Simpang Duduk Sampeyan
Cuaca Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Normal 6 4 1 1 54
Berkabut 0 0 0 0 0
Hujan Gerimis 0 0 0 0 0
Hujan lebat 0 0 0 0 0
Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi
atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung
berjalan dengan kecepatan tinggi.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1895-
189
Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas
korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai
kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat
dilihat pada Tabel 5.138
Tabel 5.138. Jenis moda kendaraan yang mengalami kecelakaan
di Simpang Duduk Sampeyan
Moda Kendaraan Jumlah
Kecelakaan
Fatalitas Nilai
MD LB LR
Sepeda Motor 6 3 1 2 45
Mobil 4 1 1 0 15
Truk 1 1 0 0 12
Bus 1 1 0 0 12
Pejalan Kaki 0 0 0 0 0
Sepeda 0 0 0 0 0
Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi
dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan
analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan
kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai
peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi
nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.139
Tabel 5.139. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan
berdasarkan moda kendaraan di Simpang Duduk
Sampeyan
Moda kendaraan Simpang Duduk Sampeyan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1905-
190
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Fatalitas
Peluang *
Dampak Kategori
Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya
Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya
Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya
Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya
Pejalan Kaki 1 1 1 Tidak Berbahaya
Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya
Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori
“Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya” yang menjadi prioritas.
Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu
mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah
tipe tabrak moda sepeda motor.
Kondisi geometrik di Simpang Duduk Sampeyan ini
berupa:
1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi,
2) Perkerasan merupakan Fleksibel pavement,
3) Lebar lajur 3,5 meter,
4) Bahu jalan 2 dan 3 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan
badan jalan,
5) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi tidak jelas,
6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas,
7) Terdapat perempatan dengan volume lalu lintas tinggi.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1915-
191
Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat
dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan
ditunjukkan pada Tabel 5.140 sebagai berikut.
Tabel 5. 140. Uraian permasalahan dan kategori resiko di
Simpang Duduk Sampeyan
No Uraian
Permasalahan
Dampak
Permasalahan Deviasi
Nilai
peluang
Nilai
dampak
Nilai
Resiko Kategori
1. Marka tepi dan
marka tengah
yang tidak jelas
Pengemudi
keluar jalur
70% 4 100 400 Sangat
Berbahaya
2. Tidak adanya
rambu
pembatasan
kecepatan dan
rambu hati-hati
pada daerah
rawan
Kecepatan
tinggi yang
memperbesar
dampak
keprahan
pelaku
kecelakaan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
3. Tidak adanya
rambu
perempatan
serta marka dan
rambu stop
pada lengan
sekunder
Pengemudi
keluar jalur dan
membahayakan
serta tidak
mengetahui
adanya
perempatan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
4. Marka yang
tidak jelas
Pengemudi
keluar jalur
90% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
5. Penerangan
malam hari
yang kurang
Keterbatasan
jarak pandang
pada malam
hari
100% 4 100 400 Berbahaya
6. Tidak ada
fasilitas pejalan
kaki
Keselamatan
pejalan kaki
tidak terjamin
baik ketika
berjalan
maupun
menyeberang
jalan
100% 5 100 500 Sangat
Berbahaya
Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan
pada kategori “Berbahaya” dan “Sangat Berbahaya”.Berdasarkan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1925-
192
hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor
penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan
karena kategori yang diberikan adalah “Berbahaya” dan “Sangat
Berbahaya”. Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel
5.141 berikut.
Tabel 5.141. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan
kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan
No Uraian
Permasalahan
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Pendek
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
Menengah
Usulan
Penanganan
Teknis Jangka
panjang
1 Lajur yang
relative sempit
dengan marka tepi
dan tengah yang
tidak ada
Pengecetan kembali
marka tepi yang
sesuai standar
Pembuatan
Continuous
Shoulder Rumble
Strips
Pembuatan median
Penambahan
lajur/duplikasi jalur
lalu lintas, lebar
minimal per lajur
3,5 m.
2 Tidak adanya
rambu pembatasan
kecepatan pada
daerah rawan
Pemasangan rambu
batas kecepatan dan
pemasangan rambu
hati hati serta papan
pengumuman
daerah rawan
kecelakaan untuk
menigkatkan
kewaspadaaan.
- Penambahan
lajur/duplikasi jalur
lalu lintas, lebar
minimal per lajur
3,5 m.-
3 Tidak adanya
rambu perempatan
serta marka dan
rambu stop pada
lengan sekunder
Pemasangan rambu
perempatan dengan
jarak 200 m dari
perempatan serta
marka dan rambu
stop pada lengan
sekunder
- Pemasangan
APILL
4 Penerangan
malam hari yang
kurang
- - Pemasangan lampu
jalan
5 Tidak ada fasilitas
untuk pejalan kaki
- Pembuatan fasilitas
penyeberangan
jalan
Pembuatan jalur
pejalan kaki/
Usulan penanganan pada daerah Simpang Duduk Sampeyan
ditunjukkan pada Gambar 5.135, Gambar 5.136, Gambar 5.137,
dan Gambar 5.138 sebagai berikut.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1935-
193
Gambar 5.135. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan
Simpang Duduk Sampeyan
Gambar 5.136. Detail 1 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan
DETAIL 1
DETAIL 3
DETAIL 2
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1945-
194
Gambar 5.137. Detail 2 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan
Gambar 5.138. Detail 3 usulan penganan daerah rawan
kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1955-
195
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Simpang
Duduk Sampeyan untuk jangka menengah ditunjukkan pada
Gambar 5.139.
Gambar 5. 139. Usulan pembuatan Continuous Shoulder
Rumble Strips pada bahu jalan dan Centerline
Rumble Strips/Stripes jalan
Gambar 5. 140. Usulan pembuatan median jalan
Gambar 5. 141. Pembuatan fasilitas penyeberangan jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1965-
196
Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Simpang
Duduk Sampeyan untuk jangka panjang ditunjukkan pada
Gambar 5.142 dan Gambar 5.143.
Gambar 5.142. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur
Gambar 5.143. Usulan pemasangan lampu jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1975-
197
Gambar 5. 144. Pemasangan APILL dan jalur pejalan kaki
Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan
keselamatan di Ruas Kalianak.
Tabel 5. 142. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka pendek di Simpang Duduk Sampeyan
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Pendek
Perkiraan Biaya
Pengecatan kembali median menjadi 2 garis sejajar utuh
dengan lebar garis 0,12 m dengan jarak 0,1 m dan marka tepi
yang sesuai standar
Rp. 30.000 / meter
Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Rp.600.000/rambu
Tabel 5.143. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka menengah di Simpang Duduk Sampeyan
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Menengah
Perkiraan Biaya
Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu
jalan dan pada Centerline Rumble Strips/Stripes jalan.
Rp.11.600.000/km
Pembuatan fasilitas penyeberangan pejalan kaki Rp. 20.0000.000/set
Pembuatan median jalan Rp. 4.000.000/m3
Tabel 5.144. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan
jangka panjang di Simpang Duduk Sampeyan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1985-
198
Usulan Penanganan Teknis
Jangka Panjang
Perkiraan Biaya
Perbaikan penyempitan jalan dengan cara pelebaran jalan
dengan lebar tiap lajur 3,5 m.
Rp. 5.000.000/m3
Pembuatan lampu penerang jalan Rp. 10.000.000/buah
Pembuatan jalur pejalan kaki Rp. 5.000.000/m3
Pemasangan APILL Rp. 200.000.000
C. BENCHMARKING PENURUNAN ANGKA DAN RESIKO
KECELAKAAN
Intelligent Transport System (ITS) adalah salah satu system yang saat
ini digunakan di beberapa negara maju di dunia untuk menurunkan
angka dan resiko kecelakaan. Berikut ini adalah beberapa contoh
penerapannya.
1. Manajemen Informasi Cuaca (Road Weather Management)
Kondisi cuaca buruk berdampak besar pada keselamatan di ruas
jalan dan simpang. Cuaca mempengaruhi perilaku pengemudi,
performa kendaraan, gesekan trotoar, dan infrastruktur jalan.
Peristiwa kondisi cuaca beserta dampaknya di jalan dapat dipandang
sebagai prediksi, insiden yang tidak berulang yang mempengaruhi
keamanan, mobilitas dan produktivitas pelaku perjalanan. Kondisi
cuaca dapat mempengaruhi keselamatan jalan melalui peningkatan
risiko kecelakaan, serta bahaya-bahaya lain yang berkaitan dengan
cuaca. Peningkatan dampak buruk dari cuaca dapat dilakukan
dengan mengurangi volume lalu lintas dan kecepatan yang lewat di
ruas jalan, meningkatkan variasi kecepatan, yaitu ukuran
keseragaman kecepatan, dan penurunan kapasitas jalan, yaitu tingkat
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
1995-
199
maksimum di mana kendaraan dapat melakukan perjalanan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi cuaca selain akan
menurunkan produktivitas perjalanan, juga akan meningkatkan
biaya operasi dan biaya pemeliharaan jalan.
Di beberapa negara maju, untuk menekan dampak negatif terhadap
cuaca, khususnya yang terkait dengan peningkatan keselamatan
pengguna jalan, dilakukan suatu manajemen informasi cuaca (road
weather management) sedemikian sehingga apabila terjadi cuaca
yang cukup ekstrim (misalnya hujan yang sangat lebat, angin puting
beliung, dan lain-lain), maka dampak cuaca tersebut terhadap
kecelakaan bisa diminimalisir. Gambar 5.145 berikut menunjukkan
proses dari road weather management yang dilakukan oleh negara-
negara maju.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
2005-
200
Gambar 5. 145. Road Weather Management untuk Menurunkan
Resiko Kecelakaan
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
2015-
201
2. Sistem Komunikasi Antar Kendaraan (Vehicle-to-Vehicle
Communications for Safety)
Sistem Komunikasi antarkendaraan bermotor, merupakan sebuah
teknologi di mana antarkendaraan akan saling berkomunikasi,
menyediakan informasi antar satu sama lain seperti peringatan
keamanan dan informasi lalu lintas. Sebagai pendekatan kooperatif ,
sistem komunikasi kendaraan dapat lebih efektif untuk menghindari
kecelakaan dan kemacetan lalu lintas.
Secara singkat, prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan
menggangap dua node yaitu (1) kendaraan (2) stasiun yang
diletakkan di pinggir jalan, yang dihubungkan dengan perangkat
Dedicated Short Range Communications (DSRC), yang kemudian
saling berkomunikasi untuk mencapai sebuah tujuan keselamatan
dan produktivitas melalui sebbuah sistem yang mengintegrasikan
komunikasi antara kendaraan dan stasiun tersebut (fixed node)
sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar 5.146 berikut.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
5-
Gambar 5. 146. Sistem Kerja pada Vehicle-to-Vehicle Communications for Safety
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
5-
3. Vehicle Infrastructure Integration (VIM)
Vehicle infrastucture Integration (VIM) merupakan aplikasi
serangkaian teknologi yang secara langsung menghubungkan
kendaraan dengan jalan dan lingkungannya. Prinsip kerja utama
dari VIM ini adalah untuk menyediakan link komunikasi antara
kendaraan dan infrastruktur pinggir jalan (melalui Roadside
Equipment) dengan suatu link khusus, di mana sistemnya hampir
sama dengan sistem Komunikasi antarkendaraan.
Beberapa contoh aplikasi VIM yang saat ini banyak digunakan
antara lain:
a. Peringatan terhadap pengemudi tentang kondisi tidak aman
atau tabrakan
b. Peringatan terhadap pengemudi jika kecepatannya terlalu
tinggi
c. Informasi kepada pengemudi mengenai kemacetan, kondisi
cuaca yang real-time dan insidentil
d. Informasi kepada pengemudi tentang kapasitas jalan terkait
dengan real time management, sampai pemberian saran untuk
ruas-ruas jalan yang harus dilewati pengendara
Gambar 5.147 berikut menjelaskan contoh penggunaan VIM
untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
5-
Gambar 5. 147. Aplikasi VIM untuk informasi adanya kecelakaan, penyeberang jalan, dan kendaraan yang
pindah lajur secara mendadak
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
5-
4. Point to point Speed Enforcement (P2SE)
Point-to-Point Speed Enforcement bekerja dengan mengukur jumlah
waktu yang dibutuhkan kendaraan berat untuk berkendara antara
dua titik dan kemudian menghitung rata-rata kecepatan kendaraan.
Jika kecepatan rata-rata kendaraan adalah lebih tinggi dari batas
kecepatan untuk panjang jalan tertentu, maka si pengendara akan
diberi pesan untuk mengurangi kecepatannya. Semua panjang
penegakan Point-to-Point Speed Enforcement disertifikasi untuk
memastikan keakuratan perhitungan kecepatan rata-rata. Jarak yang
digunakan ketika menghitung kecepatan rata-rata kendaraan di
seluruh panjang jalan penegakan Point-to-Point Speed Enforcement
akan menjadi jarak praktis yang terpendek yang menjamin bahwa
tidak ada kemungkinan bahwa kecepatan pengemudi dapat melebihi
kecepatan yang sudah ditentukan. Penegakan Point-to-Point Speed
Enforcement digunakan pada daerah dengan kecepatan tinggi yang
tidak ditopang oleh kelayakan alinyemen vertikal dan horisontal.
Dampak penegakan Point-to-Point Speed Enforcement di luar negeri
telah menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan sebesar 50
persen pada kecelakaan fatal dan serius.
Point-to-Point Speed Enforcement hanya menargetkan untuk
kendaraan berat karena jikalau kendaraan tersebut terlibat dalam
kecelakaan akibat kecepatannya yang tinggi, maka korban
kecelakaan kemungkinan besar adalah fatal atau meninggal dunia.
Gambar 5. 148 menunjukkan aplikasi sistem Point-to-Point Speed
Enforcement untuk kendaraan berat.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
2065-
206
Gambar 5. 148. Contoh Penerapan Point to point Speed
Enforcement untuk Kendaraan Berat
Dari beberapa contoh penerapan teknologi untuk mengurangi angka
kecelakaan dan tingkat resiko kecelakaan di atas, Tabel 5.145
mencoba merangkum teknologi-teknologi di negara maju yang
dapat diaplikasikan di wilayah studi sepanjang jalur pantai utara dan
jalur pantai selatan.
Laporan Akhir (Final Report)
Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan
2075-
207
Tabel 5. 145. Benchmarking Penerapan ITS di Negara Maju
Untuk Kasus Jalur Pantai Utara dan Jalur Pantai
Selatan Guna Penurunan Angka dan Resiko
Kecelakaan
Lokasi RWM V2C VIM P2SE
Jalur Lintas Utara
Kabupaten
Indramayu
Loh Bener - v v -
Kadangheur - v v v
Widasari - v v -
Kota Semarang Kaligawe v v v v
Jl. Semarang-
Kendal
- v v v
Simpang Siliwangi - v v v
Kota Surabaya Kalianak - v v v
Simpang Duduk
Sampeyan
- v v v
Jalur Lintas Selatan
Ngawi Widodaren - v v
Mantingan - - v -
Simpang Padas - v v v
Purwokerto Kemrajen - v v v
Sumpiuh - v v v
Nagreg Nagreg KM 36-37 - - v v