ya · pdf filetinjauan kasus penyakit bakihis di desa tumbang kejamei dan desa ... gambaran...

61
ISSN : 2087 - 9105 JURNAL FORUM KESEHATAN Journal Of Health Forum POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA Volume II Nomor 3, Pebruari 2011 Faktor-Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Ester Inung Sylvia, Gad Datak, Santhy K. Samuel ...................................................... 1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Pola Laktasi Pada Bayi Baru Lahir Sampai Umur 6 Bulan Di Telang Siung Kecamatan Paju Epat Kabupaten Barito Timur Berthiana ........................................................................................................................ 8 Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Noorhani Machdat, Oktaviani, Riyanti ......................................................................... 16 Efektifitas Perubahan Posisi Tidur Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Stroke Iskemik Akut di Ruang H Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Gad Datak, Ester Inung Sylvia, Missesa ....................................................................... 21 Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Barto Mansyah, Nita Theresia, Fety Rahmawati ......................................................... 27 Faktor Determinan Hipertensi di Kasongan Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah Santhy K. Samuel, Vissia Didin, Aida ........................................................................... 40 Tinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa Kiham Batang, Kabupaten Katingan Vissia Didin, Marselinus Heriteluna, Natalansyah ...................................................... 50 ISSN : 2087-9105

Upload: doanthu

Post on 04-Mar-2018

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

ISSN : 2087 - 9105

JU

RN

AL

FO

RU

M K

ES

EH

AT

AN

Jo

urn

al O

f Health

Fo

rum

PO

LIT

EK

NIK

KE

SE

HA

TA

N

KE

ME

NK

ES

PA

LA

NG

KA

RA

YA

Vo

lum

e II

No

mo

r 3, P

eb

ruari 2

011

Faktor-Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Ester Inung Sylvia, Gad Datak, Santhy K. Samuel ...................................................... 1

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Pola Laktasi Pada Bayi

Baru Lahir Sampai Umur 6 Bulan Di Telang Siung Kecamatan Paju Epat

Kabupaten Barito Timur

Berthiana ........................................................................................................................ 8

Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Noorhani Machdat, Oktaviani, Riyanti ......................................................................... 16

Efektifitas Perubahan Posisi Tidur Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Stroke Iskemik

Akut di Ruang H Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Gad Datak, Ester Inung Sylvia, Missesa ....................................................................... 21

Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Doris Sylvanus Palangkaraya

Barto Mansyah, Nita Theresia, Fety Rahmawati ......................................................... 27

Faktor Determinan Hipertensi di Kasongan Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah

Santhy K. Samuel, Vissia Didin, Aida ........................................................................... 40

Tinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa Kiham Batang,

Kabupaten Katingan

Vissia Didin, Marselinus Heriteluna, Natalansyah ...................................................... 50

ISSN : 2087-9105

Page 2: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

Volume II Nomor 3, Pebruari 2011

TIM REDAKSI

Penanggung Jawab : Santhy K. Samuel, S.Pd, M.Kes

(Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya)

Pelindung : Pudir I Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Pudir II Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Pudir III Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Kepala Unit PPM Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.

Ketua Penyunting : Iis Wahyuningsih, S.Sos.

Penyunting Ahli : DR.Djenta Saha, S.Kp, MARS

Visia Didin Ardiyani, SKM, MKM

Prof. Diana Brown

Penyunting Pelaksana : Marselinus Heriteluna, S.Kp, MA

Erma Nurjanah Widiastuti, SKM

Pelaksana TU : Arizal, A.Md

Daniel, A.Md.Kom

Alamat Redaksi :

Unit Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya

Jalan George Obos No. 32 Palangka Raya 73111- Kalimantan Tengah

Telepon/Fax : 0536 - 3230730

Email : [email protected],

Website : forumkesehatanpky.blog.com

Terbit 2 (dua) kali setahun.

ISSN : 2087-9105

Page 3: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

PENGANTAR REDAKSI

Salah satu tugas utama dari lembaga pendidikan tinggi sebagaimana tercantum dalam

Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah melaksanakan penelitian. Agar hasil-hasil penelitian

dan karya ilmiah lainnya yang telah dilakukan oleh civitas akademika Politeknik Kesehatan

Kemenkes Palangka Raya lebih bermanfaat dan dapat dibaca oleh masyarakat, maka

diperlukan suatu media publikasi yang resmi dan berkesinambungan.

FORUM KESEHATAN merupakan Jurnal Ilmiah sebagai Media Informasi yang

menyajikan kajian hasil-hasil penelitian, gagasan dan opini serta komunikasi singkat maupun

informasi lainnya dalam bidang ilmu khususnya keperawatan, kebidanan, gizi, dan umumnya

bidang ilmu yang berhubungan dengan kesehatan.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya

berkat bimbingan dan petunjuk-Nyalah upaya untuk mewujudkan media publikasi ilmiah

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya yang diberi nama FORUM KESEHATAN

volume kedua ini dapat terlaksana. Dengan tekat yang kuat dan kokoh, kami akan terus lebih

memacu diri untuk senantiasa meningkatkan kualitas tulisan yang akan muncul pada

penerbitan – penerbitan selanjutnya.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Palangka Raya sebagai Penanggung Jawab serta Dewan Pembina yang telah memberikan

kepercayaan dan petunjuk kepada redaktur hingga terbitnya FORUM KESEHATAN Volume

II Nomor 3 ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Dewan

Redaksi yang telah meluangkan waktunya untuk mengkaji kelayakan beberapa naskah hasil

penelitian/karya ilmiah yang telah disampaikan kepada redaksi.

Kepada para penulis yang telah menyampaikan naskah tulisannya disampaikan

penghargaan yang setinggi-tingginya dan selalu diharapkan partisipasinya untuk mengirimkan

naskah tulisannya secara berkala dan berkesinambungan demi lancarnya penerbitan FORUM

KESEHATAN ini selanjutnya.

Akhirnya, semoga artikel-artikel yang dimuat dalam FORUM KESEHATAN Volume

II Nomor 3 ini dapat menambah wawasan dan memberikan pencerahan bagai lentera yang tak

kunjung padam. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

penyempurnaan penerbitan selanjutnya.

Tim Redaksi

ISSN : 2087-9105

Page 4: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

DAFTAR ISI

Hal.

Faktor-Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Ester Inung Sylvia, Gad Datak, Santhy K. Samuel ............................................................ 1

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Pola Laktasi Pada Bayi Baru

Lahir Sampai Umur 6 Bulan Di Telang Siung Kecamatan Paju Epat

Kabupaten Barito Timur

Berthiana .............................................................................................................................. 8

Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Noorhani Machdat, Oktaviani, Riyanti ............................................................................... 16

Efektifitas Perubahan Posisi Tidur Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Stroke Iskemik Akut

Di Ruang H Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Gad Datak, Ester Inung Sylvia, Missesa ............................................................................. 21

Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Doris Sylvanus Palangkaraya

Barto Mansyah, Nita Theresia, Fety Rahmawati ............................................................... 27

Faktor Determinan Hipertensi di Kasongan Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah

Santhy K. Samuel, Vissia Didin, Aida ................................................................................. 40

Tinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa Kiham Batang,

Kabupaten Katingan

Vissia Didin, Marselinus Heriteluna, Natalansyah ............................................................ 50

Volume II Nomor 3, Pebruari 2011

ISSN : 2087-9105

Page 5: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

1

FAKTOR-FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Ester Inung Sylvia, Gad Datak, Santhy K. Samuel

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya

Jalan George No.30 Palangka Raya, Kalimantan Tengah

Abstract : WHO told about prevalence of Diabetes Mellitus will be increasing in the world. The

incidence will be increasing in number for about two times in 2030. Based on the pattern of

population is predictable that in 2020 incidence of prevalence Diabetes Mellitus to increase about

8,2 million of people (Diabetes Atlas 2000 in Suyono, et al.2007). The number of Diabetes Mellitus

patient in Central Kalimantan based on medical record of Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Hospital, in 2007 until 2009 to increase from 375 cases in 2007, 417 cases in 2008 and 514 cases in

2009. 74% until 80% Diabetes Mellitus cases in 2007-2008 is occure at over age 45 years. The

increasing of incidence Diabetes Mellitus are depends on from the factors that influence this cases,

in risk factors that can modifyed or can’t modifyed. The objective of research: to proof that risk

factors that can modifyed or can’t modifyed are risk factors incidence of type 2 Diabetes Mellitus.

Method of research: the analytical observation of research with case control or restrospective

research. Population of this research is consist of type 2 Diabetes Mellitus and non type 2 Diabetes

Mellitus that take care in the ward or outpatient depts in Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Hospital.

The number of samples in this research are 76 people, consist of 38 respondents as case and 38

respondents as control. Results of research: the risk factors that can modifyed that proven have an

opportunity to occur type 2 Diabetes Mellitus are age (p=0.038, OR=4.753; 95% CI=2.04-14.97),

blood pressure (p=0.022, OR=3.297; 95% CI=1.288-8.444), cholesterol (p=0.000, OR=16.43; 95%

CI=4.76-56.14), triglycerida (p=0.008, OR=4.429; 95% CI=1.569-12.502), smoking habit p=0.000,

OR=25.5; 95% CI=3.581-181.607). Conclusion: The risk factors that proven have an opportunity to

occur type 2 Diabetes Mellitus are age, obesity, blood pressure, cholesterol, triglycerida, and smoking

habit.

Key Words: Type 2 Diabetes Mellitus, Risk Factors.

Pendahuluan

Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok

penyakit metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia karena adanya gangguan

metabolismee karbohidrat, lemak, dan protein

dari defek sekresi insulin, gangguan kerja

insulin atau keduanya1. Diabetes Melitus

mempunyai dua tipe utama, yaitu DM tipe 1

(tergantung insulin), dan DM tipe 2

(tidak tergantung insulin)2 (Ignativicius, 1999).

Kurang lebih 5% hingga 10% pasien

mengalami DM tipe 1 dan selebihnya sekitar

90% hingga 95% dari seluruh pasien diabetes

adalah DM tipe 2 3.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menyatakan bahwa prevalenssi DM di dunia

semakin meningkat. Awal tahun 2006

sedikitnya 171 juta orang mengalami diabetes.

Insiden akan meningkat dua kali lipat pada

Page 6: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

2

tahun 2030. Di Indonesia, pada tahun 2000-an,

penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah

125 juta jiwa. Jika prevalensi kejadian DM

4.6%, maka jumlah pasien DM 5.6 juta jiwa.

Berdasarkan pola pertambahan penduduk

seperti ini, diperkirakan awal tahun 2020

jumlah penduduk Indonesia yang berusia diatas

20 tahun sekitar 178 juta jiwa dan diasumsikan

akan terjadi kenaikan prevalensi kejadian DM

sekitar 8.2 juta jiwa4,5

.

Jumlah penderita DM di Kalimantan Tengah

belum peneliti dapatkan secara spesifik, namun

berdasarkan catatan medik dari RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya, tahun 2007

hingga 2009 jumlah pasien DM meningkat

dari 375 kasus tahun 2007, 417 kasus tahun

2008 dan 514 kasus tahun 2009. Tujuh puluh

empat persen (74%) hingga 80% kasus DM

tahun 2007-2008 terjadi pada usia diatas 45

tahun sedangkan tahun 2009 sekitar 42% dan

angka yang cukup tinggi sebanyak 36% terjadi

pada rentang usia 25-44 tahun6.

Meningkatnya angka kejadian DM tidak

terlepas dari faktor-faktor yang turut

mempengaruhi timbulnya kasus ini. Faktor-

faktor risiko tersebut meliputi faktor yang dapat

dirubah (dimodifikasi) dan yang tidak dapat

dirubah. Berat badan lebih (obesitas),

hipertensi, dislipedia dan trigleserida yang

tinggi, aktifitas kurang,dan pola hidup yang

tidak baik merupakan faktor risiko DM yang

dapat diubah atau dihindari agar tidak terjadi

DM. Namun adapula faktor risiko yang tidak

dapat dirubah seperti usia dan genetik. Faktor-

faktor risiko terutama yang dapat dirubah bila

tidak diatasi akan berdampak pada komplikasi

DM dan menyebabkan gangguan organ tubuh

yang lain.

Kasus DM dibandingkan dengan non DM

mempunyai kecenderungan 2 kali lebih besar

untuk terjadinya thrombosis serebral dan

jantung koroner, 17 kali lebih besar untuk

terjadinya gagal ginjal dan 50 kali untuk kasus

ulkus diabetes.

Melihat lebih besarnya kemungkinan gangguan

organ tubuh makan peneliti iningi melakukan

penelitian tentang faktor-faktor risiko

terjadinya diabetes mellitus tipe 2.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian

epidemiologi analitik dimana untuk

membuktikan bahwa faktor risiko baik yang

dapat diubah maupun tidak dapat diubah

merupakan faktor risiko kejadian DMT2.

Desain yang digunakan pada penelitian ini

adalah kasus-kontrol atau disebut dengan

retrospektif.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

pasien DMT2 dan bukan DMT2 yang dirawat

inap maupun rawat jalan di RSUD dr. Doris

Page 7: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

3

Sylvanus Palangka Raya dengan teknik

penarikan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling. Besar sampel didapatkan

dari rumus pengambilan sampel dengan

variabel berpasangan7. Sampel penelitian

dikelompokkan menjadi:

a. Kasus yaitu pasien penderita DMT2 yang

di rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya.

b. Kontrol yaitu penderita selain DMT2 yang

dirawat inap di ruang H, B, NCC RSUD

Doris Sylvanus Palangka Raya.

Hasil Dan Pembahasan

Penelitian dilaksanakan dari minggu ke-2 bulan

Oktober sampai dengan minggu ke-2 bulan

Desember 2010. Jumlah sampel penelitian

sebanyak tigapuluh pasien, limabelas pasien

sebagai kelompok intervensi dan limabelas

pasien sebagai kelompok intervensi. Hasil dan

pembahasan penelitian sebagai berikut :

a. Faktor yang Tidak Dapat Dimodifikasi

Tabel 1. Analisis Faktor Yang Tidak

Dimodifikasi Dengan Kejadian DMT 2

Umur ≥ 45 tahun terbukti berpeluang untuk

terjadinya DMT2 dengan nilai p= 0.038. Risiko

untuk terjadinya DM bagi individu yang

berumur ≥ 45 tahun sebesar 4.75 kali

dibandingkan dengan yang berumur < 45

tahun. Hasil ini sesuai dengan pernyataan

Goldberg dan Coon (2006) bahwa umur sangat

erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan

kadar glukosa darah, sehingga semakin

meningkat usia maka prevalensi diabetes

semakin tinggi8. Komponen tubuh yang dapat

mengalami perubahan adalah sel beta pankreas

yang menghasilkan hormone insulin, sel-sel

jaringan target yang menghasilkan glukosa,

sistem saraf, dan hormon lain yang

mempengaruhi kadar glukosa. WHO

menyebutkan bahwa setelah usia 30 tahun,

maka kadar glukosa darah akan naik 1-2

mg/dL/ tahun pada saat puasa dan akan naik

5,6-13 mg/dL pada 2 jam setelah makan8.

Hal ini seusuai juga dengan hasil penelitian

dari Cuasay, et al (2000) bahwa umur 45-54

tahun berpengaruh terhadap kejadian DMT2 di

Houston Texas dengan OR= 6,59. Sedangkan

penelitian di Indonesia sendiri umumnya paling

sering pada usia 40-60 tahun. PERKENI juga

merumuskan bahwa individu yang berusia

lebih dari 45 tahun berisiko untuk terjadinya

DMT2.

Sedangkan faktor genetik merupakan faktor

penting pada DM. Kelainan yang diturunkan

dapat langsung mempengaruhi sel beta dan

mengubah kemampuannya untuk mengenali

Variabel

Kontrol Kasus OR P

N=38

% N=38

% (95% CI) Value

Umur

< 45 tahun

≥ 45 tahun

11 27

78,6 43,5

3 35

21,4 56,5

4.753

(1.206-18.738) 0,038

Riwayat Keluarga DM

Ya

Tidak

18 20

41.9 60.6

25 13

58.1 39.4

0.468 (0.186-1.18)

0.165

Page 8: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

4

dan menyebarkan rangsang sekretoris insulin.

Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu

tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang

dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta

pankreas10

. Siperstein dalam Waspadji (2007)

menyatakan dalam penelitiannya pada pasien

DM didapatkan 90% memiliki kelainan pada

membran basal otot dan kelainan serupa

didapatkan pada 53% orang non DM yang

kedua orangtuanya mengidap DM. Namun

tampaknya hasil penelitian ini tidak

menunjukkan adanya hubungan antara riwayat

keluarga dengan DMT2 dengan kejadian

DMT2 dimana nilai p= 0, 165 (OR 0.165)11

.

b. Faktor Yang Dapat Dimodifikasi

Tabel 2. Analisis Faktor Yang Dimodifikasi

Dengan Kejadian DMT 2

Obesitas dalam penelitian ini terbukti

mempunyai peluang untuk terjadinya DMT2

dengan nilai p= 0.001 . Risiko untuk terjadinya

DMT2 5.52 kali lebih besar pada responden

dengan obesitas daripada yang tidak obesitas.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ilyas

(2006) bahwa obesitas merupakan faktor utama

penyebab timbulnya DMT212

. Lebih lanjut

Soegondo (2007) menyatakan obesitas

menyebabkan respons sel beta pancreas

terhadap peningkatan glukosa darah berkurang,

selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh

tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan

keaktifannya (kurang sensitif) sehingga

keberadaan insulin dalam darah tidak dapat

dimanfaatkan13

.

Tingginya kadar trigleserida pada penelitian ini

terbukti berpeluang untuk terjadinya DMT2

dengan nilai p= 0.008. Risiko untuk terjadinya

DMT2 4.429 kali lebih besar pada responden

yang mempunyai kadar trigleserida ≥ 165

mg/dL dibandingkan responden dengan kadar

trigleserida < 165 mg/dL. Hal ini didukung dari

beberapa sumber yang mengatakan bahwa pada

individu yang mengarah pada resistensi insulin

akan mengalami kelainan profil lipid serum

yang khas, yaitu kadar trigleserida yang tinggi.

Pada keadaan resistensi insulin, hormone

sensitive lipase di jaringan adipose menjadi

aktif sehingga lipolisis trigleserida di jaringan

adipose semakin meningkat. Kondisi akan

menghasilkan asam lemak yang berlebihan.

Variabel Kontrol Kasus OR P

N=38 % N=38 % (95% CI) Value

Status Nutrisi

Normal

Obesitas

24 14

72.7

32.6

9

29

27.3 67.4

5.52

(2.04-14.97)

0.001

Tekanan Darah

< 140/ 90 mmHg

140/90 mm Hg

24 14

64.9

35.9

13 25

35.1 64.1

3.297 (1.28-8.44)

0.022

Kadar Trigleserida

< 165 mg/dL

165 mg/ dL

31 7

62.0

26.9

19 19

38.0 73.1

4.429 (1.56-12.50)

0.008

Kebiasaan Latihan

3 x/mg, ≥30 mnt

< 3x/mg, <30 mnt

12 26

63.2

45.6

7

31

36.8 54.4

2.044 (0.70- 5.94)

0.289

Kebiasaan Merokok

< 12 batang

12 batang

N=12 9 3

81.8

15.0

N=19 2

17

18.2 85.0

25.5

(3.58 -181.6)

0.000

Page 9: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

5

Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah

dan dibawa ke hari untuk pembentukan

trigleserida kembali.

Kebiasaan merokok terbukti mempunyai

peluang untuk kejadian DMT2 dengan nilai p=

0.000. Risiko untuk kejadian DMT2 pada

responden yang merokok ≥ 12 batang/ hari

sebesar 25.5 kali dibanding dengan responden

yang merokok < 12 batang/ hari. Merokok

merupakan kebiasaan yang membahayakan

kesehatan bahkan tingkat bahayanya lebih

tinggi terjadi pada individu yang mengalami

diabetes mellitus. Nikotin yang dikandung

rokok diketahui dapat meningkatkan kadar

glukosa darah. Studi dari para peneliti

menemukan dosis nikotin yang kecil bisa

meningkatkan kadar HbA1C sebesar 8,8

persen, dan dosis yang tinggi setelah diberikan

nikotin selama dua hari meningkatkan kadar

HbA1C sebesar 34,5 persen.

Beberapa penelitian berikut memperkuat

pernyataan bahwa rokok meningkatkan risiko

terjadinya DMT2. Menurut Willi,

mengungkapkan bahwa seorang perokok

menghadapai peningkatan risiko 44% untuk

terserang diabetes tipe 2 jika dibandingkan

dengan orang yang tidak merokok. Dari hasil

analisis terhadap 25 kajian yang menyelidiki

hubungan antara merokok dan diabetes dengan

1,2 juta responden yang ditelusuri selama 30

tahun, mereka mendapati risiko 62% terjadinya

DMT2 lebih tinggi bagi perokok berat

dibandingkan dengan orang yang tidak

merokok. Berhenti merokok mengurangi risiko

itu, eks perokok menghadapi risiko 23% lebih

tinggi dibandingkan dengan yang bukan

perokok, jauh lebih rendah dibandingkan

dengan perokok saat ini14

.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Zulpen

tentang hubungan antara merokok dengan

timbulnya diabetes dimana merokok lebih dari

12 batang perhari memiliki risiko 4 kali lebih

daripada yang bukan merokok. Penelitian dari

Zhank et all juga menemukan bahwa wanita

yang merokok 2 bungkus per harinya

mempunyai risiko terkena diabetes lebih tinggi

dibandingkan yang tidak merokok dan kejadian

lebih tinggi terjadi pada wanita yang terpapar

asap rokok (perokok pasif)15

.

Kesimpulan dan Saran

Faktor-faktor risiko yang berpeluang atau turut

serta menentukan timbulnya kejadian Diabetes

mellitus tipe 2 pada penelitian ini adalah factor

risiko DMT2 yang tidak dapat diubah seperti

umur, sedangkan factor risiko DMT2 yang

dapat diubah seperti berat badan (obesitas),

tekanan darah, kadar trigleserida, kebisaan

merokok. Faktor-faktor risiko yang diketahui

menentukan kejadian DMT2 namun pada

penelitian ini tidak menunjukkan peluang untuk

Page 10: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

6

terjadinya DMT2 adalah faktor riwayat

keluarga DMT2 dan aktivitas fisik.

Hasil penelitian ini memperkuat keilmuan

keperawatan bahwa faktor-faktor risiko

tersebut berpeluang terjadinya DMT2 sehingga

berpotensi bertambahnya jumlah angka

kejadian DMT2 di Kalimantan Tegah bila tidak

dilakukan pengendalian atau penatalaksanaan

yang baik terhadap faktor-faktor tersebut.

Disarankan untuk melakukan penelitian lebih

lanjut dengan sampel yang lebih besar dan

daerah cakupan penelitian diperluas se

Kalimantan Tengah dan dapat dilakukan untuk

mengetahui faktor risiko kejadian luka kaki

diabetik.

Daftar Rujukan

1. WHO. Definition, diagnosis, and

classification of diabetes melitus and its

complications, Archives(online) 1999

(Cited 2010 August 6) Available

from:http://www.diabetes.com.au/pdf/who_

report.pdf,.

2. Ignatvicius, D.D., Workman, L.M., &

Misler, A.M. Medical surgical nursing

across the health care continum. 3th

Ed,

Philadelphia: W.B. Saunders Company :

1999

3. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.Brunner and

Suddarth’s texbook of medical-surgical

nursing. Lippincott, Philadelphia: 2002

4. Suyono, S.. Kecenderungan peningkatan

jumlah penyandang diabetes, dalam

Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan

diabetes melitus terpadu (hlm. 1-4),

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia: 2007

5. ________. Patofisiologi diabetes melitus,

dalam Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan

diabetes melitus terpadu (hlm. 7-14),

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia: 2007

6. Dinkes. Profil Kesehatan Kalteng Tahun

2007. Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Tengah :2008

7. Lemeshow, S., Hosmer, DW., Klar, J.,

Lwanga, SK. Adequacy of sample size in

health studies, Toronto: Published on

behalf of the World Health Organization by

John Wiley & Sons :1993

8. Rochmah, W. Diabetes melitus pada usia

lanjut, dalam Sudoyo. Buku ajar ilmu

penyakit dalam. (3rd Ed.). (hlm 1937-

1939). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen :

2006

9. Cuasay LC, Lee ES, Orlander PP, Steffen-

Batey L, hanis CL. Prevelence and

Determinants of tipe 2 Diabetes Among

Filipino-Americans in Houston, Texas

Metropolitan Statistical Area, Diabetes

care; 24(12), pq. 2054-8 :2001

10. Price, S. & Wilson, L.M. Pathofysiology

clinical concepts of disease processes. St.

Louis: Mosby Year Book.Inc :2002

11. Waspadji, S. Diabetes melitus : Mekanisme

dasar dan pengelolaannya yang rasional,

dalam Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan

diabetes melitus terpadu (hlm. 29-42),

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia: 2007

12. Ilyas, E.I. Manfaat latihan jasmani bagi

penyandang diabetes, dalam Soegondo, S.,

et al, Penatalaksanaan diabetes melitus

terpadu (hlm. 261-269), Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia:2007

13. Soegondo, S. Prinsip pengobatan diabetes,

insulin dan obat hipoglikemik oral, dalam

Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan

Page 11: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

7

diabetes melitus terpadu (hlm. 113-129),

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia :2007

14. Willy, Carole, 2010. Archives(online) 2010

(Cited 2010 August 6) Available from

http://jama.ama-

assn.org/content/298/22/2654.short

15. Zhang,L, Curhan G.C, Frank B.

Hu,Rimm, and Forman, JP. 2010,

Association Between Passive and Active

Smoking and Incident Type 2 Diabetes in

Women, Diabetes Care, Archives(online)

2010 (Cited 2010 Nopember 12) Available

fromhttp://care.diabetesjournals.org/content

/early/2011/02/25/dc10-2087,

Page 12: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI

DENGAN POLA LAKTASI PADA BAYI BARU LAHIR SAMPAI UMUR 6 BULAN

DI TELANG SIUNG KECAMATAN PAJU EPAT KABUPATEN BARITO TIMUR

Berthiana

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya

Jalan George Obos No. 30 Palangka Raya - Kalimantan Tengah.

Abstract. The application of the correct pattern of lactation in the newborn to age 6 months is very

important because it gives effect to both biological and psychological health of babies and for

mothers. Knowledge about breastfeeding factors contribute to determinea correct application of

lactation patterns in newborns up to age 6 months.

The purpose of this study was to examine the level of knowledge of mothers about breastfeeding,

lactation patterns in newborn infants up to age 6 months, and identify the relationship between the

level of knowledge of mothers about breastfeeding and lactationpatterns in newborn infants up to

age 6 months.

The design of this study was descriptive analytic, data retrieval in Cross Sectional. Total

respondents in this study were 80 people who are selected using the technique of Non Probability

Sampling by purposive sampling. Independent variables in this study is the knowledge of mothers

about breastfeeding and lactation dependent variable is the patternin newborn infants up to age 6

months. The data was collected using a structuredquestionnaire and the results were analyzed with

the Spearman Rank test with asignificance level of p ≤ 0.05.

The results of this study showed 60.7% of respondents had a good knowledge level, 57.1% of

respondents apply the correct pattern of lactation on babies up to age 6 months. Based on the

results of Spearman rank test statistics obtained a highly significant relationship between

knowledge about breastfeeding mothers with lactation patterns in newborn infants up to age 6

months with a significance level of p = 0.002 with a strength of the relationship is less strong

Coeffitient Correlation = 0.157. As the referral advice was the need for researchers to increase

knowledge about breastfeeding and the mothers suckle the correct pattern of lactation by

increasing the provision of information to mothers suckle.

Keywords : Knowledge Relationships mothers about breastfeeding, lactation patterns in newborn

infants up to age 6 months.

Pendahuluan

Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada

duanya dalam memberikan makanan yang

ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan

bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh

biologi dan kejiwaan yang unik terhadap

kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi

yang terkandung dalam ASI membantu

melindungi bayi terhadap penyakit, selain

itu terdapat hubungan penting antara

menyusui dengan penjarangan kehamilan

(KB).1

Keunggulan Asi tersebut perlu ditunjang

dengan cara pemberian ASI yang benar

Page 13: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

9

misalnya segera setelah lahir (30 menit

pertama bayi harus sudah disusui) kemudian

sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif),

selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun

dengan pemberian makanan

pendamping yang benar.2

Pada saat sekarang

ini memang banyak terdapat ibu-ibu yang

bekerja yang mempunyai bayi, tetapi oleh

karena tuntutan pekerjaaan sehingga banyak

dari mereka yang cenderung untuk tidak

menyusui bayinya sampai dengan usia 6

bulan, Ibu lebih tertarik menggantinya dengan

susu formula walaupun hal ini salah. Keadaan

ini ditunjang dengan adanya data yang

menunjukkan penurunan nyata dalam

kebiasaan menyususi pada Ibu. Data yang

dilaporkan oleh Demographic and health

survey WHO 1989 mengungkapkan, bahwa

pemberian ASI secara eksklusif selama 4 – 6

bulan hanya 36 % dan laporan SDKI 1991 ibu

yang memberikan Asi pada bayi 0 – 3 bulan

47 % (di perkotaan) dan 55 % di pedesaan

(DepKes RI,1993).3 Keadaan ini dapat

menyebabkan suatu hal yang cukup serius

dalam masalah gizi bayi dan lebih jauh lagi

pada kelangsungan hidupnya.

Berdasarkan data awal melalui survey

pendahuluan yang penulis lakukan di Telang

Siung Kecamatan Paju Epat terhadap 5

responden diperoleh hasil 3 orang ( 60 % )

responden memiliki pengetahuan yang baik

dan 2 orang ( 40 % ) dengan pengetahuan

tentang ASI yang rendah.

Menurut Soetjiningsih (1997)4 Penurunan

pemberian ASI dimungkinkan karena

berbagai alasan, alasan itu antara lain :

1. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap

manfaat atau keuntungan ASI untuk

anaknya, rasa takut yang akan

mempengaruhi produksi ASI sehingga

jumlah ASI yang dihasilkan sedikit

2. Terjadinya pergeseran pandangan, bahwa

pemberian susu formula akan dikatakan

lebih modern

3. Pengertian yang salah tentang menyusui

akan cepat sekali kelihatan tua dan

berkurangnya kecantikan

4. Banyaknya wanita yang turut bekerja

untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat

menyusui secara teratur.

Dari alasan tersebut terlihat pentingnya

pengetahuan / pengertian ibu tentang ASI

dalam upaya membantu pertumbuhan dan

perkembangan bayinya dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang akan

datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti

ingin mempelajari tingkat pengetahuan ibu

tentang ASI dengan Pola laktasi pada bayi

baru lahir sampai usia 6 bulan dalam upaya

untuk memenuhi keadaan gizi yang lebih

baik, juga untuk memberikan zat kekebalan

yang dapat melindungi bayi dari berbagai

infeksi.

Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan “Cross

Sectional” dimana penelitian melakukan

observasi atau pengukuran variabel terdapat

dua variabel yaitu variabel independen yaitu

pengetahuan ibu tentang ASI dan variabel

Page 14: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

10

dependen yaitu pola laktasi terhadap bayinya

yang berumur < 6 bulan.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

Ibu meneteki yang berada di Telang Siung

Kecamatan Paju Epat Kabupaten Barito

Timur di bulan Juli 2009. Karena penilitian

dilakukan pada seluruh polpulasi yaitu

diambil dari seluruh ibu meneteki sampai usia

bayi 6 bulan. Untuk menentukan sample yang

akan diteliti dipakai tehnik sampling yaitu

Non Probability Sampling dengan cara

Purposive Sampling. Instrumen yang

digunakan dalam pengumpulan data adalah

kuesioner, pengertian kuesioner adalah usaha

untuk mengumpulkan informasi dengan

menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis

untuk dijawab oleh responden5 dalam hal ini

ibu meneteki tentang pengetahuan dan pola

laktasi ibu yang berbentuk skala linkert pada

bayi yang berumur ≤ 6 bulan, dengan

prosedur yaitu setelah data terkumpul

dilakukan penyuntingan data dan koding.

Tehnik pemberian skor pada kuesoner

pengetahuan menggunakan skala ordinal

dimana responden memilih jawaban ya

dengan nilai 10 dan tidak dengan nilai 0.

untuk pola laktasi dengan skala linkert dengan

alternatif jawaban perilaku baik itu dengan

skore 75%, dan 75% untuk perlaku

kurang. Lokasi penelitian di Telang Siung

Kecamatan Telang Siung Kecamatan Paju

Epat Kabupaten Barito Timur, lamanya

penelitian 5 (lima) bulan dari Bulan Juli

sampai dengan bulan Desember 2009, dengan

analisa data yaitu data yang telah diedit

disajikan secara tabulasi silang antara variabel

independen dan dependen, selanjutnya

dilakukan uji Kolmogorov Smirnov.

Hasil Dan Pembahasan

Di dalam hasil penelitian ini akan diuraikan

tentang karakteristik demografi responden,

dan data tentang hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI dengan pola

laktasi pada bayi sampai usia 6 bulan yaitu

sebagai berikut:

Karakteristik demografi responden akan

diuraikan berdasarkan umur, pekerjaan,

tingkat pendidikan, dan umur bayi serta

hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI

dengan pola laktasi pada bayi sampai usia 6

bulan.

Berdasarkan gambar 1 di atas sebagian besar

responden dalam penelitian ini berumur

antara 25-30 tahun sebanyak 31 orang (39%).

Sedangkan yang paling sedikit adalah

responden yang berumur 35-40 tahun

sebanyak 9 orang (11%).

Gambar 2. Distribusi Responden

Berdasarkan Pekerjaan

17%

39% 33%

11% <25 Th25-30 Th30-35 Th35-40 Th

Gambar 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur.

0

10

20

30

40

50

60

70 63

11

6

Tidak bekerja

Swasta/Wiraswasta

PNS

Page 15: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

11

Berdasarkan gambar 2 di atas sebagian besar

responden dalam penelitian ini tidak bekerja

di luar rumah sebanyak 63 orang (78,75%),

sedangkan responden yang bekerja sebagai

PNS merupakan jumlah yang paling sedikit

sebanyak 6 orang (7,5%).

Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan.

Berdasarkan gambar 3 di atas tingkat

pendidikan responden sebagian besar SLTA

yaitu sebanyak 34 orang (42%) sedangkan

yang paling sedikit adalah responden yang

berpendidikan SLTP yaitu sebanyak 20 orang

(25%).

Gambar 4. Distribusi Responden

Berdasarkan Usia Bayi

Berdasarkan gambar 4 sebagian usia bayi

responden adalah 2 bulan yaitu sebanyak 37

orang (46,25%) dan yang paling sedikit

adalah responden yang bayinya berumur 6

bulan yaitu sebanyak 9 orang (11,25%).

Tabel 1. Distribusi Pengetahuan

Responden.

Faktor Baik Kurang Total

Pengetahuan 49

61,25%

31

38,75%

80

100%

Mean=1,6125 SE=9,4 SD=0,4973

Berdasarkan tabel di atas sebagian

pengetahuan responden tentang ASI adalah

baik yaitu sekitar 49 orang sedangkan sisanya

sebanyak 31 orang pengetahuannya tentang

ASI kurang.

Tabel 2. Distribusi Penerapan Pola

Laktasi Responden Kepada Bayinya

(0-6 Bulan)

Faktor Baik Kurang Total

Pola laktasi 46

57,5%

34

42,5%

80

100%

Mean=1,5750 SE=0,952 SD=0,5040

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar

responden menerapkan pola laktasi yang baik

pada bayinya (0-6 bulan) yaitu sebanyak 46

responden (57,1%). Responden yang lain

sebanyak 34 orang (42,9%) menerapkan pola

laktasi yang kurang baik pada bayinya (0-6

bulan).

Tabel 3.Tabulasi Silang Dan Uji Korelasi

Spearman Rank Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang ASI

Dengan Pola Laktasi Pada Bayi

Sampai Usia 6 Bulan Dan Uji

Faktor Pola Laktasi Total

Baik Kurang

Pengetahuan

Baik 23

74,19%

8

25,81%

31

100

%

Ku

rang

12

23,5%

37

76,3%

49

100

%

Total 35

43,75%

45

56,25%

80

100

%

Coef. Correlation=0,486 SE=0,167 p=0,009

Berdasarkan tabel di atas responden yang

mempunyai pengetahuan baik sebagian besar

menerapkan pola laktasi yang baik pada

25%

32%

43% 0%

SLTPSLTAPT

0

10

20

30

40

20

37

14 9

4 Bulan

3 Bulan

2 Bulan

1 Bulan

Page 16: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

12

bayinya sampai usia 6 bulan yaitu sebanyak

37 orang (75,51%).

Menurut uji Kolmogorov Smirnov terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan

ibu tentang laktasi dengan pola laktasi pada

bayi sampai usia 6 bulan dengan tingkat

signifikansi p=0,009 dan coefficient

correlation sebesar 0,486 yang berarti H1

diterima dengan kekuatan hubungan kurang

kuat (0,486).

Berdasarkan hasil penelitian ini pada tabel 5

didapatkan tingkat pengetahuan responden

tentang ASI sebagian besar baik yaitu

sebanyak 49 orang (61,25%). Pengetahuan

yang baik ini didukung oleh faktor

pendidikan, di mana tingkat pendidikan

responden sebagian besar adalah SLTA

(42,5%) dan relatif lebih baik daripada

responden yang berpendidikan SD dan SLTP.

Tingkat pendidikan yang tinggi

memungkinkan tingkat pengetahuan dan

pemahaman ibu tentang ASI lebih baik pula.

Tingkat pendidikan yang baik ini juga

mempengaruhi peningkatan

kesadaran(awareness) ibu tentang pola laktasi

laktasi yang benar pada bayinya. Jenjang

pendidikan SLTA pada sebagian besar

responden memungkinkan responden lebih

banyak mendapat informasi tentang

pentingnya pola laktasi yang benar pada bayi

sampai usia 6 bulan daripada tingkat

pendidikan di bawahnya, sehingga dapat

memberikan ASI pada bayinya sampai usia 6

bulan. Faktor lain yang juga mempengaruhi

tingkat pengetahuan sebagian besar responden

pada penelitian ini adalah saat ini sudah

banyak tersedia media informasi baik media

elektronik maupun media massa yang lain

yang menyajikan informasi tentang

pentingnya pemberian ASI pada bayi sampai

usia 6 bulan. Hal ini merupakan suatu bentuk

edukasi persuasif kepada masyarakat yang

secara lambat laun dapat meningkatkan

pemahaman masyarakat tentang pentingnya

pemberian ASI pada bayi sampai usia 6

bulan. Dengan demikian secara perlahan-

lahan hal itu akan merubah perilaku

masyarakat untuk memberikan pola laktasi

yang benar pada bayi sampai usia 6 bulan.

Faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi

tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya

pemberian ASI pada bayi sampai usia 6

bulan. Pada penelitian ini lingkungan sosial

responden adalah lingkungan yang

berpendidikan sehingga lebih banyak

informasi yang dapat diterima dari ibu-ibu

yang lain di lingkungannya sehingga

pengetahuan ibu lebih meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian ini pada tabel 2

didapatkan sebagian besar responden

menerapkan pola laktasi yang benar pada

bayinya sampai usia 6 bulan yaitu sebanyak

46 orang (57,5%). Penerapan pola laktasi

yang benar pada bayi sampai usia 6 bulan

pada penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor antar lain adalah faktor pengetahuan

ibu tentang pentingnya pemberian ASI yang

benar pada bayi sampai usia 6 bulan, kondisi

fisik ibu terutama yang menyangkut anatomi

dan fisiologi payudara. Faktor hormonal yang

Page 17: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

13

memproduksi dan mengeluarkan ASI

(prolactin dan oxytocin). Faktor pekerjaan ibu

juga mempengaruhi penerapan pola laktasi

yang benar pada bayi sampai usia 6 bulan.

Pada penelitian ini sebagian besar responden

tidak bekerja (ibu rumah tangga) sehingga

lebih banyak memiliki waktu luang untuk

bayinya. Faktor lain yang juga mempengaruhi

adalah kesehatan bayi yang diberi ASI. Bayi

yang dalam keadaan sehat akan dapat

menerima ASI dengan baik. Sebaliknya

kondisi bayi yang dalam keadaan sakit tidak

akan dapat menerima ASI yang diberikan

ibunya dengan baik sehingga pola laktasi

yang diterapkan oleh ibunya menjadi

terhambat. Penerapan Pola laktasi yang baik

dan benar pada bayi usia 0-6 bulan

merupakan hal yang sangat penting dan turut

menentukan pertumbuhan dan perkembangan

bayi selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian

ini didapatkan adanya hubungan yang

bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI

dengan pola laktasi pada bayi sampai usia 0-6

bulan dengan tingkat kemaknaan sebesar

99,1% (p=0,009).

Pada tabel 3 didapatkan sebagian besar dari

ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik

menerapkan pola laktasi yang baik pada

bayinya sampai usia 6 bulan yaitu sebesar

74,19%. Hal tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain adalah secara

alamiah pengetahuan responden tentang ASI

adalah baik. Hal ini dibuktikan pada tampilan

tabel 6 dari 80 responden dalam penelitian ini,

46 responden termasuk dalam kriteria

pengetahuan baik. Dengan demikian secara

alamiah pula sebagian besar responden

mempunyai pemahaman yang relatif baik

tentang pola laktasi yang baik dan benar

sehingga pola laktasi yang diterapkan kepada

bayinya sampai 6 bulan juga baik. Tingkat

pendidikan responden sebagian besar (42%)

adalah tingkat menengah atas (SLTA)

sehingga tingkat pemahaman klien relatif

cukup baik. Pemahaman yang baik tentang

manfaat pola laktasi yang baik akan

menyebabkan individu untuk mengadopsinya

dan kemudian mengaplikasikannya ke dalam

kehidupan sehari-hari. Bila seseorang telah

mengaplikasikan pola laktasi yang baik yang

telah dipahami dan diadopsinya maka akan

timbul suatu habit/kebiasaan di dalam

kehidupan sehari-harinya untuk menerapkan

pola laktasi yang baik dan benar. Habit /

kebiasaan yang telah dilaksanakan sehari-hari

akan membentuk suatu perilaku bagi individu.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (1993) bahwa memahami

merupakan domain kognitif tingkatan yang

ke-2.6

Setelah proses memahami maka

individu akan mengaplikasikan apa yang

dipahaminya kemudian menganalisis,

mensintesa dan mengevaluasi apa yang telah

diaplikasikannya. Sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Roger yang dikutip dari

Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa

penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran,

dan sikap yang positif maka perilaku tersebut

akan langgeng. Sebaliknya apabila perilaku

Page 18: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

14

itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran

maka tidak akan berlangsung lama.6 Faktor

lain yang mempengaruhi penerapan laktasi

yang baik pada penelitian ini adalah pekerjaan

responden. Di dalam penelitian ini sebagian

besar responden tidak bekerja sehingga lebih

banyak mempunyai waktu luang dalam

merawat bayinya termasuk dalam hal pola

laktasi baik dalam hal frekwensi meneteki,

cara meneteki yang benar, dan lama

menyusui. Bagi ibu yang bekerja di luar

rumah relatif lebih sedikit mempunyai waktu

untuk merawat bayinya. Frekwensi meneteki

menjadi berkurang, faktor kelelahan sehabis

bekerja juga mempengaruhi kondisi fisik dan

psikologis ibu di dalam menerapkan pola

laktasi yang baik dan benar. Faktor kesehatan

fisik dan psikologis ibu sangat menentukan

pola penerapan laktasi yang benar pada

bayinya. Kondisi fisik ibu yang sehat dapat

membantu meningkatkan kualitas dan

kuantitas produksi ASI. Faktor fisik ini juga

berkaitan erat dengan anatomi payudara,

hormon dan fisiologi laktasi. Anatomi

payudara yang tidak baik merupakan

handicap di dalam proses laktasi. Sedangkan

faktor psikologis juga mempengaruhi pola

laktasi dalam proses Bonding dan Attachment

. Jenis hormon yang sangat berkaitan dengan

proses laktasi adalah hormon prolaktin dan

oxytocin. Hormon prolaktin berperan di

dalam produksi ASI, sedangkan hormon

oxytocin berperan penting dalam pengeluaran

ASI saat bayi menetek. Kondisi

psikologis/emosional ibu yang tidak stabil

menimbulkan keengganan ibu untuk meneteki

bayinya.

Faktor makanan dan obat-obatan yang

dikonsumsi ibu sangat menentukan juga pola

laktasi. Makanan yang mengandung zat-zat

gizi yang berkualitas akan menghasilkan ASI

yang berkualitas pula, karena ASI sendiri

dibuat dari zat-zat makanan yang diambil dari

darah ibu. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu

juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas

ASI. Menurut Soetjiningsih (1997) pola

laktasi dipengaruhi oleh beberapa hal antara

lain adalah permulaan menyususi bayi, teknik

menyusui, lama menyusui, frekwensi

menyusui, produksi ASI dan pengeluaran

ASI.4 Umur ibu juga turut mempengaruhi

penerapan pola laktasi. Umur ini berkaitan

erat dengan kondisi fisik dan psikologis ibu.

Pada penelitian ini mayoritas responden

berumur antara 25-30 tahun. Rentang umur

tersebut merupakan umur yang cukup matang

bagi ibu baik dari segi fisik maupun segi

psikologis di dalam tanggung jawab merawat

seorang bayi. Dalam usia yang cukup matang

dari segi fisik, seorang ibu diharapkan

mempunyai status kesehatan yang optimal

karena dikaitkan dengan kehamilan maka

rentang usia tersebut tidak termasuk dalam

golongan resiko tinggi ibu hamil sehingga

relatif tidak ada komplikasi kehamilan dan

persalinan pada ibu yang berkaitan dengan

proses laktasi selanjutnya. Dari segi

psikologis usia yang sudah matang

diharapkan ibu mampu menerima bayinya dan

menyadari bahwa bayinya merupakan

Page 19: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

15

penerusnya yang harus dirawat dengan baik

dan benar.

Kesimpulan Dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan, maka dapat disimpulan bahwa

sebagian besar responden dalam penelitian ini

mempunyai tingkat pengetahuan yang baik

(61,25%). hal ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain tingkat pendidikan

responden yang sebagian besar relatif baik

(42% SLTA), banyak media informasi yang

menyajikan pentingnya pemberian ASI pada

bayi sampai usia 6 bulan, dan faktor

lingkungan sosial yang memungkinkan

responden mendapatkan informasi lebih

banyak, sebagian besar responden

menerapkan pola laktasi yang benar pada

bayinya sampai usia 6 bulan (57,5%). Faktor

yang mendukung antara lain tingkat

pengetahuan responden tentang ASI yang

sebagian besar baik, faktor kesehatan ibu,

hormonal (prolaktin dan oxytocin), pekerjaan

ibu dan faktor kesehatan bayi dan berdasarkan

hasil penelitian ini didapatkan adanya

hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI

dengan pola laktasi pada bayi baru lahir

sampai usia 6 bulan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi antara lain adalah tingkat

pendidikan responden, pekerjaan, kondisi

fisik dan psikologis ibu, faktor makanan dan

obat-obatan yang dikonsumsi ibu, dan faktor

umur ibu.

Disarankan hendaknya selalu mengikuti

informasi terutama yang berkaitan dengan

pentingnya pemberian ASI pada bayi sampai

umur 6 bulan karena semakin banyak

informasi yang diterima maka akan semakin

tinggi tingkat pengetahuannya tentang

pentingnya ASI pada bayi sampai umur 6

bulan, senantiasa menjaga kesehatan ibu dan

bayi serta berusaha meningkatkan

pengetahuan tentang ASI karena hal ini

mempengaruhi pola laktasi pada bayi sampai

umur 6 bulan, seyogyanya ibu yang

mempunyai bayi baru lahir sampai umur 6

bulan senantiasa menambah pengetahuannya

melalui berbagai media yang telah tersedia

tentang pola laktasi yang baik dan benar

untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari di dalam memberikan ASI kepada

bayinya.

Daftar Pustaka

1. Perinasia ( 1994 ), Menyusui, Wito,

Jakarta

2. Depkes RI ( 1992 ), ASI dan Rawat

Gabung, Depkes RI, Jakarta

3. Depkes RI ( 1993 ), Asuhan Kebidanan

Pada Ibu Hamil dalam Konteks Keluarga,

Depkes RI, Jakarta

4. Soetjiningsih, ( 1997 ), ASI Petunjuk

Untuk Tenaga Kesehatan, EGC,Jakarta

5. Sutrisno (1997)

6. Notoatmojo (1993), Pengantar

Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan, Andi Offset,Jogjakarta

Page 20: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

16

ANALISIS FAKTOR RISIKO KETUBAN PECAH DINI DI RUANG

BERSALIN RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Noorhani Machdat, Oktaviani, Riyanti

Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Abstract. Background: About tree hundreds and sever cases of maternal mortality occur each year.

Objektcve: This Study was conducted to investigate the effect of to the risk factor of Premature

Ruptureof Membranes in Doctor Doris Sylvanus Palangka Raya Hospital, center Kalimantan

Province, to investigate in which age is the mother that giver a risk factor on Premature Rupture of

Membranes, to investigate the parity of mother, risk factor on Premature Rupture of Membranes, to

investigate work of mother risk factor on Premature Rupture of Membranes and investigate

pregnancy complication risk factor on Premature Rupture of Membranes.

Method: Thris was an observational study with an unmatched case control study design. The

subjects were divided into two groups, namely the case group consisting of mothers having

delivered with Premature Rupture of Membranes (101 cases) and the control group consisting of

mothers having delivered non Premature Rupture of Membranes (101 cases). Chisquare was used

for the hypothesis test with p<0.05 and CI 95%. The analyses employed bivariable and

multivariable analyses.

Result: Work of mother had a statistically significant increase on the risk factor of Premature

Rupture of Membranes (OR = 1,5; CI 95% 0,5-4,4).Other factors such as increase on the risk of

Premature Rupture of Membrane.

Conclusing: Work of modher will increase the risk factor of Premature Rupture of Membrane with

OR = 1,5. Other factor affecting complication with OR = 4,2.

Keywords: Premature Rupture of Membrane, risk factors

Pendahuluan

Dari survey demografi kesehatan Indonesia

(SDKI) 2002-2003 angka kematian ibu adalah

307/100.000 kelahiran hidup, dimana

penyebab kematian ibu disebabkan oleh

pendarahan, infeksi eklamsia.1

Sedangkan untuk wilayah Provinsi

Kalimantan Tengah 2006 jumlah kematian

maternal 46 kasus dan tahun 2007 adalah 40

kasus kematian maternal disebabkan

oleh kehamilan, persalinan dan nifas. Pada

tahun 2007 penyebab utama kematian ibu

yaitu pendarahan sebanyak 21 kasus, infeksi 2

kasus, eklamsia 7 kasus, penyebab lain

sebanyak 10 kasus.2 Ketuban pecah dini

merupakan komplikasi kebidanan pada

kehamilan yang menempati urutan enam (6)

tersering dijumpai. Ketuban pecah dini

merupakan penyebab penting morbiditas dan

mortalitas perinatal. Neonatal yang dilahirkan

dari wanita dengan repture membrane preterm

dan persalinan yang terlambat paling

tidak30% meninggal atau mengalami cacat

neurologis.

Ketuban pecah dini sering kali menimbulkan

konsekuensi yang dapat menimbulkan

morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun

Page 21: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

17

bayi terutama kematian perinatal yang cukup

tinggi ini antara lain disebabkan karena

kematian akibat kurang bulan, dan kejadian

infeksi yang meningkat karena partus tak

maju, partus lama, dan partus buatan yang

sering dijumpai pada pengelolaan kasus

ketuban pecah dini terutama pada pengelolaan

konservatif. Infeksi yang sering dialami

adalah Infeksi intrafaktum, Infeksi ini

mengakibatkan selaput janin. Pada ketuban

pecah 6 jam, resiko infeksi meningkat 1 kali.

Ketuban pecah 24 jam, resiko infeksi

meningkat 1 kali. Ketuban pecah dini

merupakan resiko terjadinya infeksi inpartu.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan di

RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

pada tahun 2006 jumlah pasien 1196 orang

dan terdapat 65 kasus ketuban pecah dini,

dengan persentase 5,43% sedangkan pada

tahun 2007 jumlah pasien 1203 orang terdapat

kasus ketuban pecah dini sebanyak 70 orang

dengan persentase 5,72% sehingga

menempatkan kasus ketuban pecah dini pada

urutan ketiga dalam daftar 13 kasus di ruang

bersalin RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya.3

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,

maka penulis mengemukakan rumusan

masalah sebagai berikut: “faktor apa saja yang

beresiko pada kejadian Ketuban Pecah Dini di

Ruang Bersalin RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya?”

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam jenis

penelitian kuantitatif non-ekperimen dengan

pendekatan kohort retrospektif.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni

tahun 2009 sampai dengan bulan agustus

2009. Adapun tempat pelaksanaan penelitian

adalah Ruang Bersalin Rumah Sakit Daerah

Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya, karena

merupakan rumah sakit rujukan sehingga

harapan masyarakat terhadap pelayanan yang

berkualitas sangat tinggi

Populasi yang digunakan seluruh kasus

dengan ketuban pecah dini pada periode bulan

juli tahun 2008 sampai pada bulan juni tahun

2009 diruang bersalin RSUD Dr.Doris

Sylvanus Palangka Raya. Dalam penelitian ini

seluruh populasi akan dijadikan sampel

penelitian atau sampel populasi.4 Populasi

penelitian berjumlah 101 kasus.

Hasil Dan Pembahasan

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Ruang Bersalin (Ruang C) merupakan

salah satu Ruang Rawat inap di RSUD

dr.Doris Sylvanus Palangka Raya yang

dikhususkan untuk wanita dengan kasus

obstetri maupun ginekologi baik yang

rujukan maupun yang non rujukan.

Tenaga kesehatan yang bekerja diruang

bersalin (ruang C) berjumlah 24 orang,

yang terdiri dari tenaga dokter spesialis 4

orang, dokter umum 2 orang, bidan dan

17 orang dan tenaga administrasi 1 orang.

Adapun latar belakang tenaga pendidikan

Page 22: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

18

tenaga kesehatan tersebut adalah D3

Kebidanan 15 orang dan D4 Bidan 2

orang.

Ruang bersalin terdiri dari 4 ruang yaitu 2

ruang bersalin, ruang jaga, dan ruang

kantor. Ruang bersalin juga dilengkapi

oleh fasilitas tempat tidur yang berjumlah

6 buah.

Tenaga kesehatan yang bekerja diruang

bersalin tersebut sudah mendapatkan

pelatihan Asuhan Persalinan Normal.

Penanganan ibu bersalin RSUD dr. Doris

Sylvanus mengikuti standar asuhan

Persalinan Normal (APN).

B. Analisis

1. Analisis Univariat

a. Komplikasi ibu hamil

Berdasarkan tabel 1 ibu-ibu hamil

dengan riwayat komplikasi lebih

banyak mengalami KPD (31,7%)

dibanding dengan yang tidak

mengalami KPD hanya 9,9%. Pada

kelompok ibu-ibu hamil yang tidak

ada komplikasi semasa

kehamilannya lebih banyak yang

tidak mengalami KPD (90,1%)

dibanding dengan yang mengalami

KPD (68,3%).

b. Status Pekerjaan

Ketuban Pecah Dini banyak

ditemukan pada ibu-ibu hamil yang

tidak bekerja (ibu rumah tangga)

sebesar 73%. Sedangkan pegawai

tidak tetap lebih banyak yang tidak

mengalami KPD (52,5%).

Tabel 1. Karakteristik Ibu menurut Kasus

dan Kontrol, di RSUD dr. Doris Sylvanus,

Palangka Raya, 2008/2009

Variabel Kejadian KPD Total

Kasus Kontrol

N % N %

Komplikasi

Ya 32 31,7 10 9,9 42

Tidak 69 68,3 91 90,1 160

Jumlah 101 100 101 100 202

Kerja

Ibu rumah

tangga

74 73,3 36 35,6 110

Pegawai tidak

tetap

20 19,8 53 52,5 73

Pegawai

Pemerintahan

7 6,9 12 11,9 19

Jumlah 101 100 101 100 202

c. Jumlah Kehamilan

Rata-rata responden mengalami

kehamilan sebanyak 2 kali baik pada

responden kasus maupun kontrol. Pada

kelompok kasus jumlah kehamilan

minimal yang dialami ibu yaitu 1 kali dan

jumlah kehamilan maksimum yaitu 9

kali. Hal tersebut lebih rendah daripada

kontrol dengan jumlah kehamilan

minimum yaitu 1 kali dan maksimum

yaitu 12 kali. Variabel jumlah SD= 1,6

dan SD=2. (Tabel 2).

d. Umur

Rata-rata umur responden kasus dalam

penelitian ini yaitu 28 ± 6,4 tahun lebih

tinggi sedikit dibandingkan dengan

kelompok kontrol yaitu 27 ± 5,9 tahun.

Umur termuda pada kelompok kasus

yaitu 18 tahun, umur tertua pada

kelompok kontrol yaitu 45 tahun. Pada

kelompok kontrol umur termuda yaitu 16

Page 23: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

19

tahun dan umur tertua yaitu 40 tahun (Tabel 2).

Tabel 2.

Rata-rata (Mean) dan Deviasi Standar (standard deviation) Umur Ibu dan Jumlah Paritas

Ibu menurut kasus dan Kontrol, di RSUD dr. Doris Sylvanus , Palangka Raya. 2008-2009

Variabel Kasus

n = 101

Kontrol

n = 101

Jumlah Kehamilan

Mean (X) 2 2

Median (Md) 1 2

Standard Deviation

(SD) 1,6 2

Minimum 1 1

Maksimum 9 12

9,5% CI 1,7 – 2,4 1,7 – 2,3

Umur

Mean (X) 28 27

Median (Md) 27 26

Standard Deviation

(SD) 6,4 5,9

Minimum 18 16

Maksimum 45 40

9,5% CI 26,5 – 29,0 25,6 – 27,9

Tabel 3

Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) menurut faktor resiko ibu, di RSUD dr. Doris Sylvanus,

Palangka Raya, 2008/2009

Variabel Kejadian KPD Total P.value OR 95%CI Ket

Kasus Kontrol

N % N %

Umur

<20 tahun 8 8,8 10 10,5 18 0,697 1 - NS

20-35 tahun 78 85,7 82 86,3 160 0,729 0,84 0,32-2,24

>35 tahun 5 5,5 3 3,2 8 0,399 0,48 0.09-2,65

Jumlah 101 100 101 100 202

Paritas

>1 anak 45 44,6 52 51,5 97 0,324 0,76 0,44-1,32 NS

1 anak 56 55,4 49 48,5 105

Jumlah 101 100 101 100 202

Komplikasi

Ya 32 31,7 10 9,9 42 0,0001 4,2 1,94-9,17 S

Tidak 69 68,3 91 90,1 160

Jumlah 101 100 101 100 202

Kerja

Ibu rumah

tangga

74 73,3 36 35,6 110 0,0001 1,5 0,5-4,4 S

Pegawai

tidak tetap

20 19,8 53 52,5 73 0,3 0,1-0,8

Pegawai

Pemerintahan

7 6,9 12 11,9 19 0,3 0,1-0,8

Jumlah 101 100 101 100 202

Page 24: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

20

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian yang telah

dilakukan di Ruang Kebidanan RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Lebih dari separuh (68,3%) ibu yang

mengalami KPD di RSUD dr.Doris

Sylvanus Palangka Raya tidak disertai

penyebab langsung

2. Ibu yang mengalami Ketuban Pecah

Dini di RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya lebih dari separuh

(73,3%) adalah ibu rumah tangga

3. Lebih dari separuh (63,4%) ibu yang

mengalami KPD di RSUD dr.Doris

Sylvanus Palangka Raya berusia lebih

dari atau sama dengan 29 tahun.

B. Saran

Mengingat kasus KPD cukup tinggi dan

merupakan salah satu penyebab kesakitan

dan kematian ibu dan bayi, maka penulis

menyarankan :

1. Untuk institusi terkait (Dinas

Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas,

dokter/bidan praktek swasta), untuk

lebih meningkatkan sistem pelayanan

informasi tentang kehamilan,

persalinan dan kelainan yang mungkin

terjadi, baik lewat media cetak,

elektronik atau lewat media lain

seperti pamplet, spanduk dan lain-lain

yang ditetapkan atau dipasang di

tempat yang mudah dilihat dan dibaca

oleh masyarakat.

2. Untuk ibu-ibu hamil agar lebih

intensif memeriksakan kehamilannya

kepada tenaga kesehatan di sarana

kesehatan terdekat baik di Puskesmas

maupun di Rumah Sakit.

3. Bidan sebagai pemberi pelayanan

terdepan diharapkan agar melakukan

pengawasan kehamilan, deteksi dini

terhadap komplikasi kehamilan serta

tidak terlambat dalam mengambil

keputusan terutama dalam rujukan.

Daftar Pustaka

1. Depkes, RI. 2006. Profil kesehatan dan

Pembangunan Perempuan di Indonesia.

Jakarta.

2. Dinkes Kalteng. 2007. Profil Kesehatan

Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2006.

Palangka Raya

3. Ruang bersalin. 2007. Profil Register

Ruang Bersalin RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya.Ruang Bersalin RSUD

dr.Doris Sylvanus Palangka Raya

4. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur

Penelitian Praktek Suatu Pendekatan

praktek Edisi revisi V. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Page 25: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

21

EFEKTIFITAS PERUBAHAN POSISI TIDUR TERHADAP SATURASI OKSIGEN

PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT DI RUANG H RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

dr.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Gad Datak, Ester Inung Sylvia, Missesa

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya

Jalan George No.30 Palangka Raya, Kalimantan Tengah

Abstract : The arrange positioning of patient, it’s one of method for increase oxygen supplay to

brain.The fact from some research result, arrange positoning for patient with stroke showing

statisfy of oxygen saturation. This research aims to know how the effectiveness of arrange

positioning to oxygen saturation on patient with stroke acut ischemic in the ward H, RSUD Dr.

Doris Sylvanus, Palangka Raya city. The research design is quasi experiment with approach of pre

post test control design with control group, intervention group with arrange positioning every 1

hour and control group with arrange positioning every 2 hour, and than measure oxygen saturation

after and before arrange positioning.The sampling technique is consecutive sampling, number of

sample 30 person (15 persons in intervention group and 15 persons in control group). The

researchresult is the arrange positioning every 1 hour effetice increase oxygen saturation on

patient with stroke acut ischemic more than the arrangen positioning every 2 hour (p=0,005). The

conclusion and implication, the arrange positioning every 1 hour can increase oxygen saturation on

patient stroke acut ischemic and must be implementation in nursing

Keywords : The arrange positioning of patient, oxygen saturation, stroke acut ischemic

Pendahuluan

Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan

gejala berupa gangguan fungsi otak secara

fokal atau global yang dapat menimbulkan

kematian atau kelainan yang menetap lebih dari

24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan

vaskular1. Berdasarkan penyebabnya stroke

diklasifikasikan menjadi stroke hemoragik

dan stroke iskemik2. Dari seluruh kejadian

stroke, 83% adalah stroke iskemik dan sisanya

17% stroke hemoragik. Namun demikian

pemulihan akibat penyakit stroke ini tergantung

dari berbagai faktor antara lain faktor risiko

yang dimiliki pasien, ketepatan dan kecepatan

penatalaksanaan, penyakit yang

memperberat stroke dan perawatan untuk

mencegah salah satu komplikasi.

Pada fase stroke akut terjadi perubahan aliran

darah otak yang menimbulkan iskemik dan

pada daerah yang terkena iskemik aliran darah

menurun secara signifikan2. Ketika aliran darah

berkurang atau terhambat secara akut, maka

area susunan saraf pusat yang diperdarahi akan

mengalami infark jika tidak ada perdarahan

kolateral yang adekuat. Di sekitar zona

nekrotik sentral terdapat “penumbra

iskemik”yang tetap viable untuk suatu waktu,

yang berarti fungsinya dapat pulih jika aliran

Page 26: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

22

darah baik kembali3,4

. Pengiriman akut oksigen

ke jaringan otak lebih banyak sebagai akibat

glikolisis anaerob yang mengakibatkan

peningkatan produksi asam laktat dan kematian

sel otak. Desaturasi oksigen arteri dihubungkan

dengan mortalitas dan morbiditas pasca stroke5

Salah satu cara untuk meningkatkan

pengiriman oksigen ke otak adalah dengan

perubahan posisi tubuh pasien (positioning).

Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa

perubahan posisi tidur pada pasien stroke

memperlihatkan nilai saturasi oksigen yang

memuaskan 6,5,7,8,9

. Selain itu, perubahan posisi

tidur tubuh pasien dapat mengoptimalkan rasio

ventilasi dan perfusi, meningkatkan pemulihan

anggota badan, mencegah kontraktur dan

modulasi kekuatan otot10

. Perubahan posisi

tidur tubuh pasien juga telah diterima di dalam

pengelolaan masalah pernapasan dengan

perbedaan di level oksigen arteri yang

teridentifikasi melalui perubahan posisi 5.

Berdasarkan penjelasan manfaat penelitian

sebelumnya tentang perubahan posisi tidur

terhadap peningkatan nilai saturasi oksigen dan

dengan mempertimbangan bahwa perubahan

posisi berbaring tubuh merupakan intervensi

keperawatan mandiri serta mudah dilakukan,

maka akan dilakukan penelitian tentang

efektifitas perubahan posisi tidur (positioning)

terhadap saturasi oksigen pasien stroke iskemik

akut di Ruang H Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Metode

Desain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi eksperimen dengan pendekatan

pre-post test control design with control group,

dimana desain ini melakukan tindakan pada

dua atau lebih kelompok yang akan diobservasi

sebelum dan sesudah dilakukan tindakan 11,12

.

Kelompok intervensi dilakukan perubahan

posisi tidur setiap 1 jam, sedangkan kelompok

kontrol dilakukan perubahan posisi setiap 2

jam yang kemudian diukur saturasi oksigen

sebelum dan sesudah tindakan. Populasi adalah

seluruh pasien stroke yang di rawat di ruang

neurologi RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya dengan teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah consecutive

sampling, dimana semua subjek penelitian

yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan

di masukkan ke penelitan sampai batas

waktunya terpenuhi13,14

.15

Kriteria inklusi

responden dalam penelitian adalah pasien

riwayat stroke pertama kali, kondisi tanda-

tanda vital stabil, tidak mengalami penyakit

gangguan sistem pernapasan, tidak terpasang

oksigen dan pasien atau keluarga bersedia

dipasang pulsa oksimetri.

Page 27: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

23

Hasil Dan Pembahasan

Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober

sampai dengan Desember 2010. Jumlah

sampel penelitian sebanyak tigapuluh pasien,

limabelas pasien sebagai kelompok intervensi

dan limabelas pasien sebagai kelompok

intervensi. Hasil dan pembahasan penelitian

sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin Responden

Diagram 1

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Pasien Stroke Iskemik Akut

Di RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya

Periode Oktober – Desember 2010 (n=30)

Pada diagram 1, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki

lebih banyak mengalami stroke iskemik akut

yaitu 16 orang (53,3%) dibandingkan wanita

sebanyak 14 orang (46,7%). Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh ASNA di 28 rumah sakit seluruh

Indonesia16

, bahwa pasien stroke akut yang di

rawat yaitu laki-laki 238 (57 %) dan perempuan

117 ( 43 %). Hasil penelitian ini juga sejalan

dengan pernyataan Feigin, bahwa Laki-laki

memiliki risiko terkena stroke iskemik maupun

perdarahan lebih tinggi 20 % dari pada wanita17

.

2. Umur Responden

Diagram 2

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Pasien Stroke Iskemik Akut

Di RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya

Periode Oktober – Desember 2010(n=30)

Pada diagram 2 seperti di atas, hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa umur pasien stroke

iskemik akut yang paling banyak pada rentang

45-65 tahun yaitu 20 orang ( 66,7% ), umur

lebih dari 66 tahun sebanyak 8 orang (26,7%)

dan paling sedikit di bawah usia 44 tahun

sebanyak 2 orang (6,7%). Distribusi umur

responden tersebut sesuai dengan gambaran

dan profil stroke di Indonesia yang menyatakan

bahwa pasien stroke terbanyak di umur 45-65

tahun yaitu berjumlah 54,2% dari kejadian

stroke16

. Selain itu, The National Stroke

Association menyebutkan bahwa angka

kejadian stroke dan risiko stroke akan

meningkat seiring pertambahan umur, hingga

disebutkan bahwa angka kejadian stroke dua

pertiganya terjadi pada umur diatas 65 tahun18

.

14 (46,7%)

16 (53,3%)

16 (53,3%)

Page 28: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

24

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

pendapat Feigin, bahwa risiko terjadinya stroke

meningkat sejak usia 45 tahun, dan setelah

mencapai usia 50 tahun risiko menjadi lebih

tinggi17

. Setiap pertambahan satu tahun usia di

atas 50 tahun risiko stroke meningkat sebesar

11 - 20 %. Usia di atas 65 tahun merupakan

usia dengan risiko paling tinggi. Disamping hal

tersebut, faktor risiko stroke lainnya seperti

hipertensi, penyakit jantung, diabetes,

arterosklerosis meningkat seiring dengan

pertambahan usia17

.

3. Efektifitas perubahan posisi tidur

(positioning) terhadap saturasi oksigen

pasien stroke iskemik akut

Tabel 1.

Beda Rata-Rata Selisih Nilai Saturasi Oksigen

Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Perubahan

Posisi Pada Kelompok Kontrol Pasien Stroke

Iskemik

Di RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya

Periode Oktober – Desember 2010 (n=30)

Berdasarkan tabel 1 di atas memperlihatkan

bahwa hasil penelitian ini ada perbedaan yang

bermakna tingkat saturasi oksigen pasien stroke

iskemik akut setelah dilakukan perubahan

posisi antara kelompok kontrol dengan

kelompok intervensi (p=0,005, =0,05),

sehingga perubahan posisi tidur setiap 1 jam

lebih efektif dibandingkan setiap 2 jam untuk

meningkatkan nilai saturasi oksigen pada

pasien stroke iskemik akut.

Analisis lebih lanjut hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perbandingan rerata nilai

saturasi oksigen pada pasien stroke iskemik

akut yang dilakukan perubahan posisi tidur

setiap 1 jam lebih tinggi dibandingkan dengan

pasien yang dilakukan perubahan posisi tidur

setiap 2 jam, seperti pada grafik 1 dibawah ini.

Grafik 1

Perkembangan Nilai Saturasi Oksigen Pasien

Stroke Iskemik Akut Kelompok Kontrol

dan Kelompok Intervensi Di RSUD Dr.Doris

Sylvanus Palangka Raya

Periode Oktober-Desember 2010

(n=30)

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Chatterton, HJ et al bahwa perubahan posisi

tidur setiap 1 jam sangat bermakna untuk

meningkatkan nilai saturasi oksigen yang

95

95

96

96

97

97

1 2

Nila

i Sat

ura

si O

ksig

en

kel kontrol

kelintervensi

Variabel N Mean Standar

Deviasi

Standar

Error

P

Value

Nilai

Saturasi

Oksigen

Kelompok

Kontrol

15

0,47 0,43 0,11

0,005

Kelompok

Intervensi

15

1, 02 0,54 0,14

Page 29: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

25

direkomendasikan digunakan di dalam

mengelola pasien pasien stroke akut5.

Pada fase stroke akut terjadi perubahan aliran

darah otak yang menimbulkan iskemik dan

pada daerah yang terkena iskemik aliran darah

menurun secara signifikan2. Hipoksemia pada

fase stroke akut akan merusak iskemik

penumbra dan memperburuk clinical outcome

sehingga penatalaksanan utama pada fase

stroke iskemik akut bertujuan untuk

meminimalkan kerusakan serebral yang

disebabkan hipoksemia dan untuk

meningkatkan pengiriman oksigen ke otak

adalah dengan perubahan posisi berbaring

tubuh pasien (positioning)10,26

Keterbatasan yang ditemukan selama

pelaksanaan penelitian yaitu :

a. Jumlah sampel yang didapatkan selama

penelitian ini masih relatif sedikit sehingga

variasinya kurang dan memungkinkan

untuk tidak memperoleh hasil yang

menggambarkan keadaan seluruh populasi.

Selain itu, penelitian ini tidak mengkaji

lebih lanjut variabel-variabel lain yang

diperkirakan akan berpengaruh terhadap

nilai saturasi oksigen.

b. Ada beberapa pasien yang dilakukan

tindakan pemeriksaaan diagnostik yang

bersamaan saat akan dilaksanakan

intervensi pasien sehingga menunda atau

tidak sesuai dengan jadwal perubahan

posisi tidur yang telah ditetapkan.

Kesimpulan Dan Saran

Perubahan posisi tidur setiap 1 jam dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan

digunakan oleh institusi pelayanan keperawatan

sebagai salah satu standar operasional prosedur

pada pasien stroke iskemik akut sehingga

direkomendasikan untuk dilanjutkan dan

dikembangkan penelitian yang sama pada

seluruh pasien stroke akut dengan jumlah

sampel yang lebih besar dan homogen.

Daftar Rujukan

1. Mulyatsih,E & Ahmad,A . Stroke :Petunjuk

perawatan pasien pasca stroke di rumah.

Jakarta :Balai penerbit FKUI:2008

2. Miscbah,J. Stroke aspek

diagnostik,patofisiologi, managemen :1999

3. AANN. Guide to the care of the patient

with ischemic stroke: AANN references

series for clinical practice. Glenview,IL :

AANN : 2004

4. Ginsberg,L. Lectures notes neurologi, edisi

kedelapan. Jakarta:Erlangga:2005

5. Chatterton,.J.,Pomeroy,V.M.,Connolly,M.J.

,Faragher,E.B.,Clayton,L.,&Tallis,R.C. The

effect of body position on arterial oxygen

saturation in acute stroke.Archives(online)

2000 (Cited 2008 Nopember 28) Available

from: http://proquest.umi.com/pqdweb.

6. Elizabeth,J.,Singarayar,J.,Ellul,J.,Barer,D.,

& Lye.,M. Arterial oxygen saturation and

posture in acute stroke. Archives(online)

Page 30: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

26

1992 (Cited 2008 Nopember 29) Available

from:http://ageing.oxfordjournals.org/.

7. Roffe,C.,Sills,S,Wilde,K.,& Crome,P.

Effect of hemiparetic stroke on pulse

oximetry readings on the affected side.

Archives(online) 2001 (Cited 2008

Nopember 29) Available

from:http://stroke.ahajournals.org/.

8. Rowat ,A.M.,Wardlaw,J.M,.Dennis,M.S.,&

Warlow,C.P.(2001). Patient positioning

influences oxygen saturation in the acute

phase of stroke. Archives(online) 2001

(Cited 2008 Nopember 29) Available from

http://content.karger.com/ProdukteDB?.

9. Pang, Ja, Yeung VFT, & Zhang YG.

(1988), Do postural changes affect gas

exchange in acute hemiplegia.

Archives(online) 1998 (Cited 2008

Nopember 29) Available from

http://proquest.umi.com/pqdweb.

10. Tyson., S.F & Nigthingale,P, The effect of

position on oxygen saturation in acute

stroke : a systemic review. Archives(online)

(Cited 2008 Nopember 29) Available from

http://proquest.umi.com/pqdweb, d

11. Dempsey, P, A., & Dempsey, A,D. Nursing

research text and workbook. USA:Litte,

Brown:1996

12. Polit, B & Hungler. Essentials of nursing

research, 5 th

edition. Philadelphia:

Lippincot William & Wilkins:2001

13. Sabri, L., & Hastono, S.P. Statistik

kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada :

2006

14. Sastroasmoro, S. Pemilihan subyek

penelitian, dalam Sastroasmoro & Ismael,

dasar-dasar metodologi penelitian klinis

(hlm.67-77). Jakarta: Sagung Seto.:2006

15. Sastroasmoro, S., et.al. Usulan penelitian,

dalam Sastroasmoro & Ismael, dasar-dasar

metodologi penelitian klinis (hlm.24-47).

Jakarta: Sagung Seto :2006

16. Rasyid,A & Soertidewi,L. Unit stroke

manajemen stroke secara komprehensif.

Jakarta; Balai penerbit FKUI :2007

17. Feigin, V. Stroke : Panduan berganbar

tentang pencegahan dan pemulihan stroke.

Jakarta: PT. Buana ilmu populer :2006

18. Price,S, & Wilson, L.M. Pathophysiology :

Clinical concepts of disease process.

St.Louis : Mosby year book inc: 2002

19. Rowat,A.M.,Wardlaw,J.M, & Dennis,M.S.)

Hypoxaemia in acute stroke is frequent and

worsens. Archives(online) 2006 (Cited

2008 Nopember 29) Available from

http://content.karger.com/ProdukteDB?.

Page 31: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

27

GAMBARAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI

ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

DAERAH UMUM dr. DORIS SYLVANUS

PALANGKARAYA

Barto Mansyah, Nita Theresia, Fety Rahmawati

Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya

Abstract. Nursing care of element of akunbilitas meaning that nurse can justify given nursing care.

Nurse responsibility in giving nursing care seen at documentation nursing care process which have

given. Documentation nursing care is important elemen in nursing care because complete

documentation and accurate can give solution a problem in clien. If the documentation not accurate

can decrease nursing care quality. Complete documentation can influence by education, workshop,

work for long time, facilities and time. First study in Dr. Doris Sylvanus Hospital was find that

quality of documentation nursing care still low. Lower quality of documentation nursing care can

weakness the aunthentic proof which owned by nurse to give nursing care to client.

This research target is to know elements that can influence the completed documentation nursing

care. Research type is description qualitative with cross sectional, sample of this research is nurse

and clien document. The instrument to know elements that influence the completed documentation

nursing care is Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan from Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Research result was find elements that influence the completed documentation nursing care. The

conclusion of this research is elements that influence the completed documentation nursing care of

Dr. Doris Sylvanus hospital Palangkaraya is education, workshop, work for long time, facilities

and time.

Keyword: Nursing Documentation

Pendahuluan

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan

bagian penting dalam proses keperawatan

wahana dan sarana komunikasi dalam tim

kesehatan dirumah sakit, hal ini sejalan

dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta

meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan. Salah satu upaya dalam

memberikan pelayanan keperawatan yang

bertanggung jawab dan bertanggung gugat

dan ditempuh dengan terselenggaranya

kegiatan pencatatan dan pelaporan yang baik

dan benar. Dokumentasi asuhan keperawatan

memegang peranan penting terhadap segala

macam tuntutan dalam pelaksanaan proses

keperawatan, sehingga suatu yang mutlak

yang harus ada untuk perkembangan

keperawatan dan merupakan salah satu bentuk

upaya membina dan mempertahankan

akuntabilitas perawat.1

MenurutNursalam,2Dokumentasi keperawatan

mempunyai makna yang penting bila dilihat

dari berbagai aspek, yaitu aspek hukum,

jaminan mutu, komunikasi, keuangan,

pendidikan, dan penelitian. Catatan informasi

tentang klien merupakan dokumentasi resmi

dan bernilai hukum. Dokumentasi

keperawatan dapat digunakan sebagai barang

bukti dipengadilan. Oleh karena itu data-data

Page 32: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

28

harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, dan

obyektif. Dokumentasi keperawatan yang

baik memberi kemudahan bagi perawat dalam

membantu menyelesaikan masalah klien. Hal

ini akan membantu meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan. Dokumentasi

keperawatan akan menjadi alat komunikasi

perawat dan petugas kesehatan lainnya

sebagai pedoman dalam memberikan asuhan

keperawatan. Dokumentasi dapat bernilai

keuangan karena semua tindakan keperawatan

yang belum, sedang dan telah diberikan

dicatat dan dapat digunakan sebagai

perhitungan dalam perhitungan pembiayaan.

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan,

karena memuat kronologis dari kegiatan

asuhan keperawatan yang dapat dijadikan

referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi

keperawatan. Selain itu data yang terdapat

dalam dokumentasi keperawatan mengandung

informasi yang dapat dijadikan bahan atau

obyek penelitian bagi pengembangan

keperawatan. Menurut Fisbach,3

perawat

memerlukan suatu keterampilan untuk dapat

memenuhi standar dokumentasi yang

sesuai.Departemen kesehatan RI memberikan

parameter mutu dokumentasi keperawatan

pada setiap tahap proses perawatan.Tahap

pengkajian keperawatan; perawat mencatat

data yang dikaji sesuai dengan pedoman

pengkajian, data dikelompokan (bio-psiko-

sosio-spiritual), data dikaji sejak pasien

masuk sampai pulang, dan masalah

dirumuskan.4

Berdasarkan kesenjangan antara status

kesehatan dengan norma dan pola fungsi

kehidupan. Tahap diagnosa keperawatan;

diagnosa keperawatan berdasarkan masalah

yang telah dirumuskan, diagnosa keperawatan

mencerminkan PE/PES, merumuskan

diagnosa keperawatan aktual/potensial. Tahap

rencana keperawatan; berdasarkan diagnosa

keperawatan, disusun menurut urutan

prioritas, rumusan tujuan mengandung

komponen subyek, perubahan perilaku,

kondisi pasien dan atau kriteria, rencana

tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat

perintah, terinci dan jelas dan atau melibatkan

pasien/keluarga, rencana tindakan

menggambarkan kerjasama dengan tim

kesehtanan lain. Tahap tindakan keperawatan;

tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana

keperawatan, perawat mengobservasi respon

pasien terhadap tindakan keperawatan, revisi

tindakan berdasarkan hasil evaluasi, semua

tindakan yang telah dilaksanakan dicatat dan

hasil evaluasi dicatat.

Kegiatan pendokumentasian asuhan

keperawatan saat ini masih banyak menemui

kesulitan. Kendala ini disebabkan oleh

banyaknya variasi format dokumentasi

sehingga staf perawat mengalami kesulitan

dan proses dokumentasi memerlukan banyak

waktu yaitu sekitar 35-140 menit. Sedangkan

menurut Carpenito,5 bahwa masalah umum

dari staf perawat dalam menuliskan

dokumentasi asuhan keperawatan adalah tidak

ada waktu yang cukup untuk menulis,

dokumentasi asuhan tidak perlu ditulis kecuali

Page 33: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

29

untuk akreditasi dan dokumentasi asuhan

tidak digunakan setelah dibuat.

Layanan keperawatan adalah uang berbentuk

professional. Maksud dari layanan

professional adalah suatu pelayanan dimana

dalam pelaksanaannya berdasarkan atas

standar – standar yang telah ditetapkan. Yang

dimaksud standar adalah pedoman pekerjaan

agar dapat berhasil dan bermutu, oleh karena

itu agar dapat memberikan asuhan

keperawatan dapat berhasil dan bermutu

tinggi perawat harus bekerja sesuai dengan

standar – standar yang telah ditetapkan

sebagai pedoman kerja.

Standar asuhan keperawatan merupakan

pedoman kerja bagi perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien, oleh karena itu penilaian atau

pengukuran mutu dari asuhan keperawatan

yang telah dilakukan oleh perawat dapat

diketahui dari berapa besar standar yang telah

dilaksanakan. Untuk menjaga mutu pelayanan

agar dapat bermutu tinggi, Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia telah

mengeluarkan standar keperawatan yang

terdiri dari enam komponen, yaitu : 1) Standar

I, Pengkajian keperawatan ; 2) Standar II,

Diagnosis Keperawatan; 3) Standar III,

Perencanaan Keperawatan; 4) Standar IV,

Implementasi Keperawatan; 5) Standar V,

Evaluasi Keperawatan; 6) Standar VI, Catatan

Asuhan Keperawatan.6

Kegiatan pendokumentasian asuhan

keperawatan saat ini mesih banyak menemui

kesulitan. Kendala ini disebabkan oleh

banyaknya variasi format dokumentasi

memerlukan banyak waktu yaitu sekitar 35-45

menit.

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya, adalah Rumah Sakit

Daerah dengan tipe B Non Pendidikan,

terletak di jalan Tambun Bungai. Distribusi

perawat di Rumah Sakit Umum dareah dr.

Doris Sylvanus adalah seperti yang terlihat

dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Distribusi Tenaga

Keperawatan Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya Tahun 2010

Ruangan

Jumlah Tenaga Perawat Jumlah

Total

Perawat

Jumlah

Tempat

Tidur SPK D

III

D

IV

S1

+

Ns

A 3 6 1 - 10

B 4 7 - 1 12

D 2 7 1 - 10

E 4 6 - 1 11

F 6 5 1 - 12

G 3 6 - 1 10

H 1 8 - - 9

Perina 7 3 1 - 11

ICU 2 10 - 1 13

ICCU 4 8 - 1 13

NICC 1 11 - 1 13

Kls Utama 3 6 1 - 9

VIP I 4 7 - - 11

VIP II 5 6 - 1 12

VIP III 4 4 - 1 9

Total 53 100 5 8 155

Sumber: Bidang Keperawatan 2010

Komposisi tenaga keperawatan berdasarkan

pendidikannya secara keseluruhan ruangan

adalah SPK 34,19 %, D III 64,52 %, D IV

3,23 % dan S1 + Ns 5,16 %.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan

peneliti pada tanggal 18 Agustus 2010

terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah

dr. Doris Sylvanus palangka Raya di ruang

rawat inap yang diambil secara acak dari 3

Page 34: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

30

ruangan, dimana pasien yang bersangkutan

telah pulang adalah seperti yang tercantum

pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Nilai kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di IRNA Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

No Aspek yang dinilai Jumlah Kriteria tiap

aspek yang dinilai Jumlah sampel Total Nilai %

1 Pengkajian

keperawatan 3 15 18 40

2 Diagnosa

keperawatan 3 15 18

40

3 Perencanaan

keperawatan 5 15 20

26,6

4 Implementasi

keperawatan 3 15 18

40

5 Evaluasi

keperawatan 2 15 17

56,6

6 Catatan asuhan

keperawatan 4 15 19 30,6

Rata - rata 39,13

Sumber : Data sekunder (Rekam Medis) dari bagian Medical Record RSUD dr. Doris Sylvanus palangka

Raya

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa

dokumentasi asuhan keperawatan di ruang

rawat inap RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya masih kurang lengkap.

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik

untuk meneliti tentang gambaran

mempengaruhi kelengkapan dokumentasi

asuhan keperawatan di ruang rawat inap

RSUD dr. Doris Sylvanus palangka Raya.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriftif

kualitatif sedangkan pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Cross

Sectional, yaitu penelitian survei dimana

varabel bebas dan terikat yang diteliti

dikumpulkan secara hampir bersamaan atau

simultan.7

A. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terhadap faktor –

faktor yang mempengaruhi kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan

dalam bentuk kuesioner dengan

menggunakan pertanyaan tertutup, penulis

menggunakan dua kuesioner :

1. Kuesioner A berisi tentang data

demografi yang terdiri dari 8 item

pertanyaan yaitu nama, umur, jenis

kelamin, pendidikan terakhir, pelatihan

yang pernah diikuti, ruangan, lama

kerja dan jabatan

2. Kuesionr B berisi tentang faktor –

faktor yang mempengaruhi

Page 35: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

31

kelengkapan dokumentasi asuahan

keperawatan ( pendidikan, pelatihan,

manajemen sarana waktu dan motivasi)

3. Kuesioner kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan

Instrument yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah instrument

A dalam buku Instrumen Evaluasi

Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan Di Rumah Sakit dari

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia tahun 1997. Evaluasi

meliputi pengkajian, diagnosa,

perencanaan, tindakan, evaluasi, dan

catatan asuhan keperawatan.

4. Instrumen A terdiri dari 24 item yang

meliputi pengkajian 4 item, diagnosa 3

item, perencanaan 6 item, pelaksanaan

5 item, evaluasi 2 item dan catatan

asuhan keperawatan 4 item.

Kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan diolah dengan cara sebagai

berikut:

a. Pada setiap kolom diisi dengan

tanda “V” bila aspek yang dinilai

ditemukan dan diberikan skor 1,

tanda “O” bila aspek yang dinilai

tidak ditemukan dan diberi skor 0.

b. Sub total sesuai dengan hasil

penjumlahan jawaban nilai “V”

yang ditemukan pada masing-

masing kolom.

c. Total diisi dengan penjumlahan sub

total.

d. Tiap variabel dihitung prosentasinya

dengan cara:

Prosentase =

e. Selanjutnya dibuat rekapitulasi nilai

untuk pencapaian rata-rata dengan

rumus:

Pencapaian rata – rata =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Setelah didapat nilai rata-rata

kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan selanjutnya dimasukkan

dalam kategori:

1) Baik : 76 – 100

2) Cukup : 51 – 75

3) Kurang : 26 – 51

4) Tidak baik : < 26

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perawat pelaksana yang bekerja di unit rawat

inap yang berjumlah 207 perawat.

Pengambilan sampel dengan menggunakan

purposive sampel. Penelitian ini adalah

perawat pelaksana yang bekerja di unit rawat

inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya.

Hasil Dan Pembahasan

Responden dalam penelitian ini sebanyak 97

perawat yang bekerja di ruang di Ruang A,

B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP.

Page 36: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

32

Tabel 3. Karakteristik responden

berdasarkan pendidikan, jenis kelamin,

lama bekerja dan umur serta pelatihan

yang pernah diikutidi Ruang A, B, D, E,

F, G, ICU, ICCU dan VIP Rumah Sakit

Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Bulan

September 2010

No Karakteristik

Responden Total Prosentase

1 Jenis Kelamin:

Laki-laki

Perempuan

12

85

12,37 %

87,63 %

2 Lama Kerja:

≤ 5 tahun

5 – 10 tahun

> 10 tahun

53

16

28

54,64 %

16,50 %

28,86 %

3 Umur:

≤ 30 tahun

> 30 tahun

59

38

60,82 %

39,18 %

4 Pelatihan yang

pernah diikuti:

Pelatihan tentang

pendokumentasian

asuhan

keperawatan

Pelatihan tidak

tentang

pendokumentasian

asuhan

keperawatan

0

97

0

100 %

Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas nampak bahwa pada

karakteristik responden menurut jenis

kelamin, jumlah yang terbanyak adalah

perempuan yaitu ada 85 responden (87,63 %),

sedangakan laki-laki ada 12 responden

(87,63%).

Karakteristik responden menurut lama kerja,

ada 53 responden ( 54,64%) dengan lama

kerja kurang dari 5 tahun, 28 responden

(28,86 %) dengan lama kerja lebih dari 10

tahun dan 16 responden (16,50 %) dengan

lama kerja 5 – 10 tahun.

Karakteristik responden menurut umur,

sebagian besar berumur kurang dari 30 tahun

yaitu ada 59 responden (60,82 %) sedangkan

yang berumur lebih dari 30 tahun ada 38

Responden (39,18 %).

Sedangkan karakteristik menurut pelatihan

yang pernah diikuti didapatkan hasil yaitu

semua responden belum pernah mengikuti

pelatihan yang terkait dengan

pendokumentasian yaitu sebanyak 97

responden (100 %).

1. Distribusi Pendidikan, Pelatihan,

Manajemen, Sarana dan Waktu

Tabel 4. Distribusi Pendidikan, Pelatihan,

Manajemen, Sarana dan Waktu di Ruang

A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP

Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus

Palangkaraya Bulan September 2010

No Kategori Frekuensi Prosentase

1 Baik 82 84,54 %

2 Sedang 15 15,46 %

3 Kurang 0 -

Total 97 100 % Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui

bahwa sebagian besar faktor-faktor yang

mempengaruhi kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan

adalah baik yang ditunjukkan ada 82 perawat

(84,54 %) dan ada sekitar 15 perawat (15,46

%) yang menyatakan fasilitas yang berada di

Page 37: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

33

rumah sakit untuk mendukung

pendokumentasian dalam keadaan sedang.

2. Distribusi Motivasi

Tabel 5. Distribusi Motivasi di Ruang di

Ruang A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan

VIP Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus

Palangkaraya Bulan September 2010

No Motivasi Frekuensi Prosentase

1 Baik 88 90,72 %

2 Sedang 7 7,22 %

3 Kurang 2 2,06 %

Total 97 100 % Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui

bahwa sebagian besar motivasi perawat

adalah baik yang ditunjukkan ada 88 perawat

(90,72 %). Motivasi kategori sedang ada 7

perawat (7,22 %), sedangkan motivasi

kategori kurang ada 2 perawat (2,06 %).

3. Kelengkapan Dokumentasi Asuhan

Keperawatan

Tabel 6.Kelengkapan Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan di Ruang A, B, D,

E, F, G, ICU, ICCU dan VIP Rumah Sakit

Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Bulan

September 2010

No Aspek Yang

Dinilai

Skor

Dilaksa

nakan

Prosen

tase

Skor

Tidak

Dilaksa

nakan

Prosen

tase

1 Pengkajian

Keperawatan 135

34,79

% 253

65,21

%

2 Diagnosa

Keperawatan 11

3,78

% 280

96,22

%

3 Perencanaan

Keperawatan 582 100 % 0 0 %

4 Tindakan

Keperawatan 483

99,59

% 2 0,41%

5 Evaluasi

Keperawatan 194 100 % 0 0 %

6

Catatan

Asuhan

Keperawatan

485 100 % 0 0 %

Rata-rata 315 73,03

% 88,83

26,97

%

Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil

pengkajian yang dilaksanakan ada 135 (35,79

%), diagnosa keperawatan ada 11 (3,78 %),

perencanaan keperawatan 582 (100 %),

tindakan keperawatan ada 483 (99,59 %),

evaluasi keperawatan ada 194 (100 %) dan

catatan keperawatan 485 (100 %).

4. Distribusi Kelengkapan Dokumentasi

Asuhan Keperawatan

Tabel 7.Distribusi Kelengkapan

Dokumentasi Asuhan Keperawatandi

Ruang A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan

VIP Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus

Palangkaraya Bulan September 2010

No

Dokumentasi

Asuhan

Keperawatan

Frekuensi Prosentase

1 Baik 67 69,07 %

2 Cukup 30 30,93 %

3 Kurang -

4 Tidak Ada -

Total 97 100 % Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa

dari 97 rekam medik klien frekuensi

tertinggi adalah kategori baik yaitu 67 rekam

medik klien (69,07 %) dan frekuensi

terendah adalah kategori cukup yaitu 30

rekam medik klien (30,93 %).

Page 38: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

34

Tabel 8.Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Menurut Karakteristik Responden di

Ruang di Ruang A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus

Palangkaraya Bulan September 2010

No Karakteristik Responden

Kelengkapan Pendokumentasian

Total Prosentase Baik Cukup Kurang Tidak

Ada

1 Jenis Kelamin:

Laki-laki

Perempuan

5 (5,15 %)

62 (63,92 %)

7 (7,22 %)

23 (23,71 %)

-

-

-

-

12

85

12,37 %

87,63 %

2 Lama Kerja:

≤ 5 tahun

5 – 10 tahun

> 10 tahun

40 (41,24 %)

9 (9,28 %)

12 (12,37 %)

13 (13,4 %)

7 (7,22 %)

16 (16,49 %)

-

-

-

-

-

-

53

16

28

54,64 %

16,50 %

28,86 %

3 Umur:

≤ 30 tahun

> 30 tahun

37(38,14 %)

21 (21,65 %)

22 (22,68 %)

17 (17,53 %)

-

-

-

-

59

38

60,82 %

39,18 %

4 Pelatihan yang pernah diikuti:

Pelatihan tentang

pendokumentasian asuhan

keperawatan

Pelatihan tidak tentang

pendokumentasian asuhan

keperawatan

0

18 (18,56 %)

0

79 (81,44 %)

-

-

-

-

0

97

0

100 %

5 Pendidikan, Pelatihan,

Manajemen, Sarana dan Waktu:

Baik

Sedang

Kurang

31 (31,96 %)

7 (7,22 %)

0

51 (52,58 %)

8 (8,25 %)

0

-

-

-

-

-

-

82

15

0

84,54 %

15,64 %

0

6 Motivasi:

Baik

Sedang

Kurang

53 (54,64 %)

1 (1,03 %)

0

33 (34,02 %)

6 (6,19 %)

2 (2,06 %)

-

-

-

-

-

-

88

7

2

90,72 %

7,22 %

2,06 %

Dari tabel di atas nampak bahwa perawat

yang melakukan pendokumentasian asuhan

keperawatan dengan baik adalah berjenis

kelamin perempuan yaitu ada 62 responden

(63,92 %) sedangkan yang melaksanakan

pendokumentasian asuhan keperawatan yang

cukup berjenis kelamin laki-laki yaitu ada 5

responden(5,15 %). Hasil tersebut

dikarenakan perempuan lebih teliti, sabar

dalam melengkapi dokumentasi asuhan

keperawatan. Ini sesuai dengan penelitian

Utami,8

bahwa pendokumentasian asuhan

keperawatan lebih lengkap perempuan

daripada laki-laki.

Dari tabel di atas nampak bahwa perawat

yang melakukan pendokumentasian asuhan

keperawatan dengan baik adalah berjenis

kelamin perempuan yaitu ada 62 responden

(63,92 %) sedangkan yang melaksanakan

pendokumentasian asuhan keperawatan yang

cukup berjenis kelamin laki-laki yaitu ada 5

responden(5,15 %). Hasil tersebut

dikarenakan perempuan lebih teliti, sabar

dalam melengkapi dokumentasi asuhan

keperawatan. Ini sesuai dengan penelitian

Utami,8

bahwa pendokumentasian asuhan

keperawatan lebih lengkap perempuan

daripada laki-laki.

Page 39: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

35

Karakteristik responden menurut lama kerja,

yang paling banyak mempunyai lama kerja ≤

5 tahun melakukan pendokumentasian yang

baik yaitu sekitar 40 (41,24 %). Sedangkan

paling sedikit perawat yang melaksanakan

pendokumentasian cukup ada 7 (7,22 %)

dengan lama kerja 5 – 10 tahun.

Karakteristik responden menurut umur,

sebagian besar berumur kurang dari 30 tahun

dengan kelengkapan pendokumentasian

asuhan keperawatan baik ada 37 responden

(38,14 %) sedangkan yang yang paling sedikit

berumur lebih dari 30 tahun dengan

kelengkapan pendokumentasian cukup ada 17

responden (17,53 %).

Sedangkan karakteristik menurut pelatihan

yang pernah diikuti didapatkan hasil yaitu

semua responden belum pernah mengikuti

pelatihan yang terkait dengan

pendokumentasian dengan kelengkapan

pendokumentasian cukup ada 79 responden

(81,44 %) dan kelengkapan

pendokumentasian baik ada 18 responden

(18,56 %).

Pada karakteristik motivasi yang paling

banyak adalah baik yaitu 53 perawat (54,64

%) dengan kelengkapan pendokumentasian

baik dan yang paling rendah adalah perawat

yang memiliki motivasi cukup dengan

kelengkapan pendokumentasian baik yaitu

ada 1 (1,03 %).

Dari hasil penelitian deskriptif kualitatif

dengan pendekatan crossectional faktor-

faktor – faktor yang mempengaruhi

kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan di RSUD dr. Doris Sylvanus

didapatkan hasil mengenai faktor tersebut.

Faktor yang mempengaruhi kelengkapan

pendokumentasian berdasarkan lama kerja

terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan lebih banyak pengalaman kerja

antara kurang dari 5 tahun yang mempunyai

kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan berkategori baik. Hasil tersebut

tidak sesuai dengan teori Capernito,5 bahwa

semakin lama kerja perawat semakin baik

kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan. Hal ini dipengaruhi oleh

keinginan atau motivasi masing-masing

individu dalam melakukan pendokumentasian

asuhan keperawatan.

Faktor yang mempengaruhi kelengkapan

pendokumentasian berdasarkan umur

terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan dengan kategori baik sebagian

besar berumur kurang dari 30 tahun ini

menunjukkan bahwa antara umur muda dan

tua perbedaan dalam kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan. Umur

muda (kurang dari 30 tahun) termasuk umur

yang masih produktif, dimana pada umur

tersebut motvasi masih tinggi, sedangkan

pada umur tua (lebih dari 30 tahun) motivasi

terhadap pendokumentasian masih belum

baik.

Faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan

pendokumentasian adalah pelatihan yang

pernah diikuti. Hasil yang didapat

menunjukkan perawat tidak pernah mengikuti

pelatihan yang menyangkut

Page 40: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

36

pendokumentasian asuhan keperawatan tetapi

mempunyai kelengkapan pendokumentasian

yang cukup. Hal ini disebabkan karena

banyak responden yang masih ingat cara

melakukan pendokumentasian dengan benar

yang diajarkan waktu sekolah.

Hasil dari faktor pendidikan, pelatihan,

manajemen, sarana dan waktu menunjukkan

baik. Hal ini sesuai dengan hasil akhir yang

didapatkan bahwa kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan

sebagian besar baik.

Faktor yang mempengaruhi kelengkapan

pendokumentasian yang lain adalah motivasi

dari perawat sendiri. Hasil yang didapat

menunjukkan motivasi yang paling banyak

adalah baik dengan kelengkapan

pendokumentasian yang sebagian besar baik.

Hal ini sesuai bahwa motivasi yang baik akan

memberikan pengaruh terhadap hasil kegiatan

yang dilakukan seseorang.

Kelengkapan dokumentasi pengkajian

mempunyai kelengkapan dengan rata-rata

prosentase 34,79 %. Menurut Iyer,9

pengkajian adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses

yang sistematis dalam pengumpulan data

sebagai dasar utama dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan

klien, oleh karena itu pengkajian yang akurat,

lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran

data sangat penting dan merumuskan masalah

keperawatan.

Pendokumentasian diagnosa keperawatan

harus sesuai dengan rumusan masalah karena

berguna untuk mengidentifikasi dan

memberikan intervensi keperawatan.5 Hasil

penelitian tentang dokumentasi diagnosa

keperawatan mempunyai kelengkapan dengan

rata-rata prosentase 3,78 %, hal ini karena

dalam menegakkan diagnosa keperawatan

tidak berdasarkan rumusan masalah tetapi

berdasarkan keluhan klien atau kesenjangan

data yang ditemukan. Sedangkan dalam

penulisan diagnosa keperawatan ada yang

belum sesuai menuliskan diagnosa

keperawatan yaitu diagnosa aktual disertai

dengan penyebab dan tandanya, diagnosa

potensial serta penyebabnya.

Pendokumentasian perencanaan keperawatan

harus sesuai dengan diagnosa keperawatan

dan prioritasnya karena intervensi merupakan

rencana tindakan dependen atau

interdependen untuk mengatasi masalah dan

memenuhi kebutuhan klien.9Hasil penelitian

tentang dokumentasi perencanaan

keperawatan mempunyai kelengkapan dengan

rata-rata 100 %. Responden sudah menyusun

perencanaan dari diagnosa sesuai dengan

prioritas, rumusan tujuan mengandung

komponen yang sesuai,rencana tindakan

mengacu pada tujuan, melibatkan tim

kesehatan lain serta keluarga.

Pelaksanaan keperawatan merupakan

pelaksanaan tindakan keperawatan untuk

memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah

secara optimal. Dalam pelaksanaan harus

mengacu pada rencana, semua tindakan yang

telah dilakukan harus dicatat dan

mencantumkan keterangan yang jelas.6 Hasil

Page 41: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

37

penelitian tentang dokumentasi keperawatan

mempunyai kelengkapan dengan rata-rata

prosentase 99,59 %, hal ini dikarenakan ada

rekam medik klien dalam aspek revisi

tindakan tidak dilakukan tetapi mencatat

tindakan yang dilakukan sama dengan yang

dilakukan sebelumnya. Selain itu, ada rekam

medik tidak mencantumkan nama, paraf dan

jam, tanggal pelaksanaan atau hanya ditulis

paraf saja.

Dokumentasi evaluasi keperawatan

mempunyai kelengkapan dengan rata-rata

prosentase 100 %, responden sudah mengacu

pada tujuan dan evaluasi yang dilakukan

segera setelah dilakukan tindakan

keperawatan.2

Catatan asuhan keperawatan mempunyai

kelengkapan dengan rata-rata prosentase 100

%, hal ini karena perawat sudah mencatat

nama, paraf dan jam, tanggal pelaksanaan

serta paraf dan berkas sudah di simpan sesuai

ketentuan.

Kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan yang baik ada 67 rekam edik

klien (69,07 %) dan ada 30 rekam medik klien

yang kelengkapannya cukup (30,93 %).

Faktor-faktor yang menyebabkan

dimungkinkan karena pendokumentasian

membutuhkan waktu yang lama. Menurut

hasil penelitian Utami,8 waktu yang

diperlukan untuk pendokumentasian sekitar

15 – 30 menit untuk satu klien, sedangkan

dalam tim setiap perawat bertanggung jawab

terhadap 3 – 4 klien. Faktor lain, adalah

jumlah tenaga perawat yang kurang. Hal ini

akan mempengaruhi dalam kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan.

Motivasi diperlukan untuk meningkatkan

kegiatan pendokumentasian standar asuhan

keperawatan. Dengan pengawasan yang baik,

reward dan hukuman harus dilakukan untuk

meningkatkan pendokumentasian yang baik.

Faktor – faktor yang mempengaruhi

kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan di RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangkaraya adalah motivasi, lama kerja,

pendidikan, pelatihan, manajemen, sarana,

dan waktu. Hasil penelitian ini didukung oleh

hasil penelitian Adityawarman,10

bahwa ada

hubungan yang bermakna antara motivasi dan

pengetahuan perawat terhadap mutu

dokumenasi.

Kesimpulan Dan Saran

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik suatu

kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden menurut jenis

kelamin, jumlah yang terbanyak

adalah perempuan yaitu ada 85

responden (87,63 %), sedangkan laki-

laki ada12 responden ( 87,63 %).

2. Karakteristik responden menurut lama

kerja, ada 53 responden ( 54,64%)

dengan lama kerja kurang dari 5

tahun, 28 responden (28,86 %) dengan

lama kerja lebih dari 10 tahun dan 16

responden (16,50 %) dengan lama

kerja 5 – 10 tahun.

Page 42: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

38

3. Karakteristik responden menurut

umur, sebagian besar berumur kurang

dari 30 tahun yaitu ada 59 responden

(60,82 %) sedangkan yang berumur

lebih dari 30 tahun ada 38 Responden

(39,18 %).

4. Sedangkan karakteristik menurut

pelatihan yang pernah diikuti

didapatkan hasil yaitu semua

responden belum pernah mengikuti

pelatihan yang terkait dengan

pendokumentasian yaitu sebanyak 97

responden (100 %).

5. Sebagian besar faktor pendidikan,

pelatihan, manajemen, sarana dan

waktu adalah baik yang ditunjukkan

ada 82 perawat (84,54 %).

6. Sebagian besar motivasi perawat

adalah baik yang ditunjukkan ada 88

perawat (90,72 %).

7. Kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan dari pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi dan catatan keperawatan

yaitu berkategori baik ada 67 rekam

medik klien (69,07 %).

B. Saran

Dari penelitian yang peneliti lakukan,

untuk pengembangan keperawatan ada

beberapa hal yang dapat peneliti sarankan

bagi:

1. Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus

khususnya bidang keperawatan agar

mengadakan supervisi kegiatan

pendokumentasian secara rutin

maupun periodik dan pelatihan bagi

perawat atas pendokumentasian yang

baik sesuai dengan target rumah sakit.

2. Bagi ilmu keperawatan, perlu

modifikasi format-format

pendokumentasian sedemikian rupa

sehingga mempermudah dan

menghemat waktu dalam

pendokumentasian asuhan

keperawatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, supaya

dapat mengembangkan penelitian

serupa tentang pendokumenasian

asuhan keperawatan dengan gambaran

kelengkapan pendokumentasian

asuhan keperawatan.

Daftar Pustaka

1. Sulistiyani E. Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan, Studi Dokumentasi di

RS.II PT PN VIII. Subang Jawa Barat:

PSIK FK-UGM; 2003

2. Nursalam. Proses dan Dokumentasi

Keperawatan. Konsep dan Praktek.

Jakarta: Salemba Medika; 2001

3. Fisbach FT. Documenting Care.

Philadelphia : F. A. Davis Company;

1991

4. Departemen Kesehatan RI. Instrumen

Evaluasi Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta:

Dirjen Depkes; 1995

Page 43: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

39

5. Capernito, L. J. (2000). Nursing

Diagnosis. Application to Clinical

Practice. 8 th

ed. Philadelphia: Lippincott;

2000

6. Arikunto S. Manajemen Penelitian.

Jakarta: PT. Rineke Cipta; 1998

7. Utami I. Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Pelaksanaan

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

di ruang Perawatan dengan Nilai

Penerapan SAK Rendah Irna I RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: PSIK

FK-UGM; 2002

8. Iyer PW, Taptich BJ, Berochi-Losey D.

Nursing Process and Nursing Diagnosis.

Philadelphia : W. B. Saunders Company;

1996

9. Departemen Kesehatan RI. Instrumen

Evaluasi Penerapan Estándar Askep di

RS. Jakarta; 1997

10. Adityawarman. Hubungan Motivasi dan

Pengetahuan Perawat dengan Mutu

Dokumentasi Keperawatan di RSU PKU

Muhammadiyah. Yogyakarta: PSIK

UMY; 2002

Page 44: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

40

Faktor Determinan Hipertensi di Kasongan, Kabupaten Katingan,

Kalimantan Tengah

Hypertension Determinant in Kasongan, Katingan Distric,

Central Kalimantan

Santhy K. Samuel, Vissia Didin, Aida

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palangka Raya

Abstract

Hypertension is an important risk factor for cardiovascular and cerebrovascular disease. The

prevalence of hypertension in Indonesia tends to increase, so it should be anticipated as early

as possible. Based on Riskesdas 2007 survey found that the prevalence of hypertension in

Central Kalimantan Province is number 8. The prevalence of hypertension in Central

Kalimantan exceed the national average of more than 36%. And Katingan have the highest

prevalence of hypertension among the other districts. The unknown factors associated with

an increased prevalence of hypertension in Kasongan. There should be a research to know

risk factors for hypertension for disease prevention hipertensi. The aim of this study was to

determine the factors associated with incident hypertension in Kasongan using cross

sectional design. Analysis data of this study using univariate analysis, bivariate, and

multivariate. The results of the analysis found seven variables associated with hypertension

can be proved that the consumption of salted fish, tempuyak, wadi, obesity, stress and age.

Keywords: hypetension, food consumption

Pendahuluan

Hipertensi merupakan penyebab kematian

nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,

yakni mencapai 6,7% dari populasi

kematian pada semua umur di Indonesia1.

Angka prevalensi hipertensi berdasarkan

hasil Berdasarkan Survei SKRT 2004

penyakit kardiovaskuler dengan hipertensi

di urutan pertama setelah menjadi

penyebab kematian utama untuk kelompok

usia 35-44 tahun. Sedangkan berdasarkan

hasil survei WHO MONICA Jakarta I

(1988), II (1993), dan Riskesdas (2007)

prevalensi hipertensi cenderung

menungkat di Indonesia, masing-masing

yaitu 14,9%, 17,0%, dan 31,7%.

Prevalensi hipertensi ini diperkirakan akan

terus meningkat sejalan dengan terjadinya

perubahan gaya hidup dan meningkatnya

usia penduduk.

Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya

penyakit jantung dan stroke2.

Penyellidikan epidemiologi membuktikan

bahwa hipertensi berhubungan secara

linier dengan morbiditas dan mortalitas

penyakit kardiovaskuler, karena

merupakan faktor risiko utama terjadinya

stroke dan penyakit jantung koroner.

Data faktor risiko hipertensi dari penelitian

epidemiologi di Indonesia jarang

dilaporkan, padahal data tersebut sangat

penting untuk program pencegahan

hipertensi. Disamping itu perlu dilakukan

updating terhadap data hipertensi yang

ada, karena memakai cut of point tekanan

darah ≥160/95 mmHg, sedangkan WHO

Page 45: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

41

pada tahun 1999 menetapkan cut off point

hipertensi ≥140/≥90 mmHg3.

Salah satu upaya pencegahan dini penyakit

hipertensi adalah melalui pendekatan

faktor risiko utama dari penyakit tersebut,

namun laporan kasus hipertensi yang ada

saat ini tidak diikuti dengan laporan faktor

risikonya. Oleh sebab itu untuk

mengetahui faktor risiko utama penyebab

terjadinya peningkatan hipertensi di

Kasongan, Kabupaten Katingan, perlu

dilakukan suatu kajian agar upaya

pencegahan lebih efektif dan efisien.

Metoda

Desain penelitian ini yaitu penelitian

analitis dengan pendekatan cross-

sectional. Lokasi penelitian ini adalah di

Kereng Pangi, Kecamatan Katingan Hilir,

Kabupaten Katingan. Pelaksanaan

penelitian yaitu pada bulan September

2010. Sebagai populasi studi adalah

seluruh penduduk yang berumur 25-64

tahun di Kasongan Kabupaten Katingan.

Dari hasil perhitungan sampel tersebut

didapatkan jumlah sampel minimal sebesar

344 sampel. Dibulatkan menjadi 350

sampel. Pengambilan sampel dilakukan

dengan cara multistage random sampling

menggunakan kerangka sampling dari

daftar kepala keluarga (KK) yang

diperoleh dari masing-masing RW (unit

sampling terkecil adalah KK).

Diperkirakan terdapat 2 sampai 3 orang

yang berumur 25 sampai 65 tahun pada

setiap KK. Disetiap RW akan dipilih

sejumlah RT secara proporsional,

diasumsikan bahwa jumlah penduduk

setiap RT sama begitu juga jumlah

penduduk usia 25-65 tahun, maka di setiap

RT yang terpilih 10-12 KK. Pada KK

terpilih diambil seluruh keluarga berusia

25 tahun s.d. 65 tahun sebagai sampel

penelitian. Cara pengumpulan data dengan

melakukan interview terhadap responden

memakai kuesioner. Selain wawancara

dilakukan juga pemeriksaan fisik seperti

pengukuran tekanan darah, pengukuran

berat badan dan tinggi badan, serta

pemeriksaan kadar kolesterol darah.

Analisis data yang dilakukan secara

bertahap meliputi analisis univariat,

bivariat, dan multivariat. Analisis univariat

dilakukan untuk membandingkan

distribusi responden berdasarkan berbagai

variabel independen. Analisis bivariat

digunakan mengidentifikasi variabel

perancu dengan menggunakan uji chi

square dan keeratan hubungan dinilai

dengan ukuran odds ratio (OR).

Analisis multivariat digunakan untuk

menilai keeratan hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen

secara simultan dalam populasi. Metoda

analisis multivariat yang digunakan yaitu

logistic regression.

Hasil

Hipertensi yaitu apabila rata-rata hasil

pengukuran 2 kali terhadap tekanan darah

sistolik sebesar > 140mmHg, dan tekanan

darah diastolik sebesar >90 mmHg. Hasil

penelitian didapatkan 39,7% responden

menderita hipertensi. Tiga ratus lima puluh

responden yang menjawab pertanyaan

sesuai kuesioner secara lengkap, distribusi

frekuensi responden berdasarkan Faktor -

faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi yang disajikan dalam ukuran

proporsi.

Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar

responden terdiri dari wanita yaitu sebesar

61.2 %, dan pria sebesar 38.8

%.Berdasarkan kategori umur, umur

responden terbanyak yaitu pada kelompok

umur 40-54 tahun sebesar 46.5 % yang

diikuti kelompok umur 25-39 tahun

sebesar 27.5 %, umur 55-59 tahun 16.1 %

dan kelompok umur > 60 tahun 9.9

%.Hiperkolesterolemia diukur berdasarkan

pengukuran kadar kolesterol pada darah

vena. Hiperkolesterolemia bila hasil ukur

kolesterol darah diatas 250 mg/dl,

kolesterol normal apabila nilai kolesterol

dibawah 250 mg/dl. Dari hasil ukur kadar

kolesterol darah responden, maka

didapatkan 20,1% responden mempunyai

kolesterol tinggi dan 79,9 % responden

mempunyai kadar kolesterol normal. Diet

tinggi lemak diukur berdasarkan jumlah

Page 46: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

42

konsumsi daging melebihi 3 kali seminggu

dan konsumsi telor melalui 3 kali

seminggu. Dari karakteristik responden

tersebut didapatkan 45,9% responden

mengkonsumsi tinggi lemak dan 54,0 %

responden telah melakukan diet rendah

lemak. Aktifitas fisik dan olah raga

responden diukur dengan melihat kegiatan

olah raga yang dilakukan responden dalam

satu minggu serta kegiatan fisik sedang

sampai berat, rata-rata dilakukan selama

20 menit setiap aktifitas. Dari hasil

penelitian ini didapatkan bahwa 66.1 %

responden telah melakukan aktifitas fisik

aktif, sedangkan 33.9 % responden tidak

melakukan aktifitas fisik aktif. Obesitas

diukur berdasarkan berat badan (kg) dibagi

kuadrat tinggi badan (m). Berdasarkan

hasil ukur yang dilakukan, 32.4 % dari

responden menderita obesitas dan 67.6 %

dari responden tidak menderita obesitas.

Pengukuran stress dilakukan dengan

menanyakan 24 pertanyaan kepada

responden yang berkaitan dengan stress,

apabila >6 pertanyaan dijawab ya, maka

responden dikelompokkan sebagai

kelompok stress. Dari hasil penelitian yang

dilakukan, didapatkan 27.2 % responden

mengalami stress, dan 72.8 % responden

tidak mengalami stress (Tabel 1).

Dari hasil analisis bivariat didapat variabel

bebas yang masuk sebagai kovariat adalah:

konsumsi garam, konsumsi tempuyak,

konsumsi wadi, hiperkolesteralemia, diet

tinggi lemak, olah raga dan aktifitas,

obesitas, stress dan umur (Tabel 2).

Model akhir multivariat ditemukan bahwa

responden yang mengkonsumsi. ikan asin

mempunyai hubungan yang bermakna

dengan hipertensi dengan p = 0,005, ( CI

95 % 1,588-3,175 ). Konsumsi wadi dan

tempuyak juga memiliki hubunguan yang

bermakna dengan hipertensi (nilai p

<0,005). Variabel hiperkolesterol, pada

penelitian ini tidak terdapat hubungan

yang bermakna dengan kejadian hipertensi

dengan nilai p = 0,083 pada 95 % CI

0,975- 1,827. Responden yang tidak

berolah raga atau kurang melakukan

aktifitas fisik juga tidak mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kejadian

hipertensi p = 4,114 dengan 95 % CI 0,937

- 1,827. Responden yang obesitas

mempunyai risik0menderita hipertensi

sebesar 2,23 kali dibanding respanden

yang tidak obesitas nilai p

=0,000 ( 95 % Cl 1,603 - 3,114 ).

Responden yang menderita stress

mempunyai risiko 1,98 kali untuk

menderita hipertensi disbanding responden

yang tidak stress p = 0,000 ( 95 % Cl, l,

389 - 2,834). Berdasarkan umur,

didapatkan bahwa semakin tua umur

seseorang semakin tinggi risiko untuk

menderita hipertensi (Tabel 3).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Variabel N = 350 Persentase

Hipertensi

Hipertensi

Tidak hipertensi

Jumlah

139

211

350

60,3

39,7

100

Konsumsi ikan asin

Ya

Tidak

Jumlah

236

114

350

67,4

32,5

100

Konsumsi tempuyak

Ya

Tidak

Jumlah

211

139

350

60,3

39,7

100

Page 47: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

43

Tabel 1. (Lanjutan)

Variabel N = 350 Persentase

Konsumsi wadi

Ya

Tidak

Jumlah

197

153

350

56,3

43,7

100

Hiperkolesterolemia

Hiperkalesterol

Normal

Jumlah

68

282

350

19,4

80,6

100

Diet tinggi lemak

Tinggi lemak

Rendah lemah

Jumlah

161

189

350

45,9

54,0

100

Olah raga dan aktifitas

Tidak berolah raga/tidak aktif

Berolah raga/aktif

Jumlah

119

231

350

33,9

66,1

100

Obesitas

Obesitas

Tidak

Jumlah

113

237

350

32.4

67.6

100

Stress

Stress

Tidak

Jumlah

95

255

350

27.2

72.8

100

Umur

25 - 39 th.

40 - 54 th.

55 - 59 th,

> 60 th

Jumlah

96

163

56

35

350

27.5

46.5

16.1

9.9

100

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Jumlah

136

214

350

38.8

61.2

100

Tabel 2. Hasil Uji Bivariat Hipertensi dengan Variabel Independen

Variabel

Hipertensi (%) Nilai

p OR dengan CI 95% Hipertensi Normal Total

n % n % n %

Konsumsi Ikan

Asin

≤2 kali

>2 kali

Jumlah

59 28,5 148 71,5 207 100 0,000* 3,2 (2,037-4,982)

80

139

55,9

39,7

63

211

44,1

60,3

143

350

100

100

Kons.

Tempuyak

<2 kali 123 38 201 62 324 100 0,031* 2,6 (1,150-5,944)

≥2 kali 16 61,5 10 38,5 26 100

Jumlah 139 39,7 211 60,3 350 100

Page 48: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

44

Tabel 2. (Lanjutan)

Variabel

Hipertensi (%) Nilai

p OR dengan CI 95% Hipertensi Normal Total

n % n % N %

Kons. Wadi

≤2 kali 89 33,6 176 66,4 265 100 0,000* 2,8 (1,711-4,665)

>2 kali 50 58,8 35 41,2 85 100

Jumlah 139 39,7 211 60,3 350 100

Hiperkolesterol

Hiperkolesterol

Normal

Jumlah

25 36,5 43 63,5 68 100 0,000* 1,901 (1,331 - 2,715)

65

139

23,2

39,7

217

211

76,8

60,3

282

350

100

100

Diet tinggi

lemak

Tinggi lemak

Rendah lernah

Jumlah

208 62,1 127 37,9 335 100 0,003* 6,2 (1,124 – 8,571)

3

139

20,0

39,7

12

211

80,0

60,3

15

350

100

100

Olah raga dan

aktifitas

Tidak Aktif

Aktif

Jumlah

46 38,7 73 61,3 119 100 0,034* 1,394 (1,025 -1,895 )

76

139

32,7

39,7

155

211

67,3

60,3

231

350

100

100

Obesitas

Obesitas

Tidak

Jumlah

55 48,3 58 51,7 113 100 0,000* 2,387 (1,757 - 3,243 )

73

139

29,2

39,7

164

211

70,8

60,3

237

350

100

100

Stress

Stress

Tidak

Jumlah

34 36,1 61 61,9 95 100 0,006* 1,567(1,137-2,160)

69

139

27,2

39,7

186

211

70,8

60,3

255

350

100

100

Umur

25 - 39 th.

40 -54 th.

55 - 59 th.

> 60 th

Jumlah

9 9,1 87 90,9 96 100

43 26,3 120 73,7 163 100 0,000* 3,358 (2,109 - 5,346)

22 39,9 34 60,1 56 100 0,000 6,019 (3,550 -10,207)

16

139

45,1

39,7

19

211

54,9

60,3

35

350

100

100

0,340 7,783 (4,342 - 13,949)

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Jumlah

54 39,6 82 60,4 136 100 0,971 1,006 ( 0,742 -1,363 )

85

139

39,7

39,7

129

211

60,3

60,3

214

350

100

100

* = Variabel yang akan masuk dalam kandidat model (nilai p < 0,25)

Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat Variabel Dependen dan Variabel Independen pada

penelitian Analisis Faktor Risiko Hipertensi di Kasongan, Kabupaten Katingan, 2010

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.l.for

Exp(B)

Lower Upper

Konsumsi grm 0.185 0.177 1.095 1 0.005 2,83 1.588 3.175

Konsumsi wadi 0.185 0.177 1.095 1 0.035 2,4 1.478 6.125

Konsumsi temp. 0.185 0.177 1.095 1 0.003 2,1 1.389 4.134

Page 49: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

45

Tabel 3. Lanjutan

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.l.for

Exp(B)

Lower Upper

Kel_umur - - 55.453 3 0.000 - - -

Kel_umur

(40-54 thn)

1.167 0.256 20.846 1 0.000 3.211 1.946 6.298

Kel_umur

(55-59 thn)

1.839 0.289 40.514 1 0.000 6.288 3.570 11.075

Kel_umur

(>60 thn)

0.084 0.317 43.198 1 0.000 8.033 4.316 14.953

Stress 0.685 0.182 14.175 1 0.000 1.984 1.389 2.834

Obesitas 0.804 0.169 22.548 1 0.000 2.234 1.603 3.114

Hiperkolesterol 0.341 0.196 3.008 1 0.083 1.406 0.957 2.066

Diet tinggi lmk 0.341 0.196 3.008 1 0.000 1.5 0.957 2.066

Olahraga 0.269 0.170 2.491 1 0.114 1.309 0.937 1.827

Constant 2.851 .260 119.993 1 0.000 0.058 - -

Pembahasan

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan

penulis dalam melakukan analisis, agar

didapatkan hasil yang optimal diusahakan

untuk meminimalisasi keterbatasan

tersebut. Beberapa hal yang berhubungan

dengan keterbatasan tersebut meliputi:

Rancangan potong lintang (cross

sectional) adalah rancangan yang paling

lemah dalam melihat hubungan sebab

akibat, oleh sebab itu kajian analitik pada

penelitian ini lebih cenderung untuk

membangun suatu hipatesis. Hipotesis

tersebut dapat dibuktikan melalui studi

dengan rancangan yang lebih baik dalam

menyatakan hubungan sebab dan akibat.

Secara teori hipertensi dipengaruhi

berbagai faktor (multifactorial), namun

karena keterbatasan data yang dimiliki

maka variabel yang akan diteliti yang

berhubungan dengan hipertensi dibatasi

hanya 8 variabel saja, yaitu konsumsi ikan

asin, hiperkolesterol, konsumsi lemak,

olah raga dan aktifitas fisik, obesitas,

stress, umur dan jenis kelamin. Variabel

yang berhubungan dengan konsumsi

makanan seperti konsumsi ikan asin dan

konsumsi lemak hanya didasarkan kepada

food frequency, yang berarti tidak

diketahui jumlah konsumsi setiap makanan

tersebut secara kuantitatif. disamping itu

untuk konsumsi ikan asin tidak diketahui

kadar keasinan setiap ikan asin tersebut

serta pola memasak setiap responden yang

kemungkinan akan berbeda, hal ini akan

mengakibatkan keasinan setiap ikan asin

tersebut akan sangat berbeda pula. Oleh

sebab itu pengukuran konsumsi ikan asin

yang dilakukan pada penelitian ini

kemungkinan tidak valid.

Prevalensi Hipertensi

Pada ini menemukan sebagian besar dari

responden yang menderita hipertensi

tergolong kepada hipertensi ringan yakni

sebesar 12,8 %. Sebagaimana yang telah

dijelaskan dalam tatalaksana hipertensi,

bahwa terdapat dua macam dalam

tatalaksana penderita hipertensi yakni

melalui modifikasi gaya hidup dan melalui

pemberian obat anti hipertensi Penderita

pada fase hipertensi ringan dapat

diintervensi melalui modifikasi gaya

hidup4. Melihat prevalensi terbesar di

Kelurahan Kasongan Lama dan Baru

adalah penderita dengan hipertensi ringan,

maka prioritas utama intervensi akan lebih

tepat apabila ditujukan kepada upaya

modifikasi gaya hidup.

Konsumsi Ikan Asin, Wadi, dan

Tempuyak dan Hubungannya dengan

Hipertensi

Pada penelitian ini dapat dibuktikan

hubungan antara ikan asin, wadi, dan

tempuyak dengan kejadian hipertensi. Hal

Page 50: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

46

ini mungkin saja disebabkan karena

kebiasaan makan masyarakat adalah

konsumsi ikan asin, wadi, dan tempuyak.

Kebiasaan masyarakat di sana yang

menyanyangkan makanan untuk dibuang

sehingga makanan yang tidak termakan

diolah dengan cara diawetkan. Makanan

yang diawetkan tersebut yaitu ikan asin,

wadi, dan tempuyak. Wadi merupakan

makanan yang diolah lagi yang berasal

dari ikan dan daging. Sedangkan tempuyak

adalah makanan yang berbahan dasar

durian yang difermentasi. Pengukuran

kebiasaan makan ini adalah dengan cara

menanyakan kebiasaan makan responden

selama seminggu terakhir. Diet history dan

food frequency terutama dipakai untuk

pengukuran konsumsi makan seseorang

secara kualitatif. Penelitian epidemiologis

biasanya memakai secara ini dengan

tujuan melihat hubungan konsumsi

makanan dalam jangka waktu lama dengan

kejadian penyakit. Hal ini didasarkan pada

hipotesa bahwa jumlah konsumsi makanan

pada masa lalu bila dikaitkan dengan

resiko sakit lebih penting dari apa yang

dimakan saat ini5 cara ini saat ini jarang

dipakai. Pengukuran konsumsi makanan

seseorang tidaklah mudah, namun ada 4

metoda yang dapat dipakai dalam

menentukan diet perorangan yaitu recall

24 jam, record 3-7 hari dengan

penimbangan dan diet history dan food

frequency5. Penentuan jumlah konsumsi

ikan asin seseorang mungkin dapat

dilakukan dengan metode recalls dan

records 3-7 hari dengan penimbangan dan

pengkatagorian keasinan setiap ikan asin

tersebut sehingga dapat memperkirakan

kandungan garam ikan asin tersebut secara

kuantitatif.

Diet Tinggi Lemak dan Hubungannya

dengan Hipertensi

Bertambahnya kadar lemak tubuh dapat

meningkatkan risiko berbagai penyakit

antara lain penyakit jantung dan darah

tinggi. Lemak jenuh yang bersumber

hewani dapat meningkatkan kolesterol

darah6. Disamping itu konsumsi tinggi

lemak dapat meningkatkan body weigh

atau obesitas yang merupakan risiko

hipertensi. Pada penelitian ini didapatkan

bahwa respanden yang mengkonsumsi

tinggi lemak lebih besar menderita

hipertensi dibanding responden yang

mengkonsumsi rendah lemak. Pada

responden yang mengkonsumsi tinggi

lemak 62,1% diantaranya menderita

hipertensi sedangkan responden yang

mengkonsumsi rendah lemak hanya 20%

menderita hipertensi. Pada hasil penelitian

eksperimental yang dilakukan di

Findlandia yaitu dengan memberikan

makanan yang mengandung lemak jenuh

sebesar 9-15 % selama 6 minggu, ternyata

dapat meningkatkan tekanan darah sistolak

dan diastolik sebesar 2,7 mmHg pada pria

dan 3,3 mmHg pada wanita7. Hasil yang

sama juga didapatkan pada penelitian yang

dilakukan terhadap pekerja perkebunan di

Itali, Findland dan USA membuktikan

bahwa konsumsi lemak berhubungan

dengan tekanan darah, dimana pekerja dari

Findlandia diberi konsumsi lemak jenuh

selama 7 hari, ternyata terdapat

peningkatan tekanan darah sistolik dan

diastolik yang cukup signifikan dibanding

pekerja dari Itali dan USA7.

Obesitas dan Hubungannya dengan

Hipertensi

Para peneliti sebelumnya membuktikan

bahwa terdapat hubungan yang erat antara

kegemukan dengan hipertensi. Menurut

ketua federasi para spesialis jantung

diseluruh dunia menyatakan bahwa saat ini

sekitar 1 miliar penduduk dunia berisiko

terkena sakit jantung dan stroke akibat

kegemukan dan 17 juta orang setiap

tahunnya meninggal8. Hasil yang sama

juga ditemukan pada penelitian ini yaitu

48,3 % dari responden yang obesitas

menderita hipertensi sedangkan responden

yang tidak obesitas hanya 29,2 %

menderita hipertensi. Setelah variabel ini

dikontrol dengan variabel lainnya secara

bersama-sama ditemukan bahwa

responden yang obesitas mempunyai risiko

menderita hipertensi sebesar 2,2 kali

dibandingkan dengan responden dengan

berat badan normal atau kurang, dengan

Page 51: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

47

nilai p = 0,000 dan CI 95% 1,643 - 3,114.

Hasil ini sama dengan hasil penelitian

terhadap 692 orang karyawan sebuah

BUMN di Bandung yaitu responden yang

obesitas mempunyai risiko sebesar 2,32

kali dibanding yang tidak obesitas CI 95 %

= 1,45 - 3,719. Hasil penelitian ini lebih

kecil dari hasil penelitian yang dilakukan

di daerah rural yang menemukan bahwa

risiko orang yang obesitas untuk terkena

hipertensi 6,3 kali lebih besar

dibandingkan responden yang tidak

obesitas dengan CI 95 % = 2,65-15,2910

.

Muchtar dan Fenida di Bagian Ginjal

RSCM melaporkan penderita yang

obesitas mempunyai risiko 1,6 kali lebih

besar untuk menderita hipertensi dari

penderita yang tidak obesitas11

. Hubungan

obesitas dan hipertensi ini memperkuat

pula hasil penelitian yang dilakukan

terhadap 81 penderita hipertensi, setelah

dilakukan diet selama 4 bulan dan berat

badannya turun 9 kg, 79 penderita

mengalami penurunan tekanan darah

sistolik. sebesar 30 mmHg dan 7.OmmHg

untuk tekanan darah diastolik11

. Dengan

bermaknanya hubungan obesitas dengan

hipertensi di Kelurahan Kasongan Lama

dan Baru ini, maka perlu dilihat variabel

lain yang dapat memberikan kontribusi

terhadap terjadinya obesitas tersebut, agar

intervensi dapat diarahkan secara tepat.

Beberapa faktor yang mungkin

berhubungan dengan obesitas tersebut

antara lain konsumsi tinggi lemak, dimana

proporsi responden yang mengkonsumsi

tinggi lemak sebesar 55,1 % dan kurang

aktifitas fisik dan olah raga sebesar 33,9

%.

Stress dan Hubungannya dengan

Hipertensi

Hubungan stress dengan hipertensi diduga

melalui aktifitas syaraf simpatik yang

dapat meningkatkan tekanan darah sebagai

reaksi fisik bila seseorang mengalami

ancaman (respon fight or fight). Hal ini

menyebabkan meningkatnya denyut

jantung dan menyempitkan semua arteri

kecil yang dapat menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Keadaan ini

dapat dilihat secara jelas pada white coat

higeriensi, namun apabila stress menjadi

berkepanjangan dapat mengakibatkan

hipertensi persisten. Pada penelitian ini

ditemukan bahwa 36,1% dari responden

yang mengalami stress menderita

hipertensi dan 27,2 % hipertensi terjadi

pada responden yang tidak mengalami

stress. Besar risiko responden yang stress

untuk terkena hipertensi 1,9 kali lebih

besar dibandingkan responden yang tidak

menderita stress, nilai P = 0,000 pada CI

95 % 1,39 - 2,83. Hasil ini lebih rendah

dari hasil penelitian yang dilakukan pada

orang yang bekerja ditempat yang stress

seperti pengontrol lalu lintas udara, dimana

insiden hipertensi 4 kali lebih besar

dibandingkan orang yang bekerja di

tempat yang tidak stress atau tidak sibuk 12

.

Umur dan Hubungannya dengan

Hipertensi

Hampir semua studi yang dilakukan

sebelumnya melaporkan bahwa umur

mempunyai hubungan yang sangat erat

dengan hipertensi. Semakin tua umur

seseorang semakin besar risiko terkena

hipertensi. Pada suatu negara dimana

terjadi perubahan struktur umur

penduduknya biasanya akan terjadi pula

peningkatan penyakit degeneratif maupun

penyakit tidak menular antara lain

hipertensi. Hal ini antara lain disebabkan

terutama terjadinya kekakuan dan

penyempitan pada pembuluh darah,

sehingga menyebabkan jantung

memompakan darah lebih kuat 12

. Pada

penelitian ini terlihat bahwa hubungan

umur dengan hipertensi sangat kuat,

dimana semakin tua usia seseorang

semakin besar risiko untuk terkena

hipertensi. Responden pada kelompok

umur > 60 tahun mempunyai risiko

terkena hipertensi paling besar yaitu 8,9

kali, sedangkan kelompok umur 55-59 th

mempunyai risiko sebesar 7,7 kali, hal ini

lebih rendah dari kelompok umur > 60

tahun. Kelompok umur yang paling muda

yaitu 40-54 tahun ternyata mempunyai

risiko yang paling rendah pula yaitu

Page 52: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

48

sebesar 3,7 kali dibanding kelompok umur

tua. Hasil ini sama dengan hasil yang

didapatkan dari hasil penelitian di daerah

rural dimana kelompok umur diatas 44

tahun mempunyai risiko lebih tinggi

dibandingkan kelompok umur 17-39

tahun, dan sangat mencolok terjadi pada

kelompok usia 55-59 tahun yang

mempunyai risiko sebesar 21,62 kali

dibandingkan kelompok usia lainnya

dengan CI 95 % = 4,10 - 113,97 10

.

Kesimpulan

Penyakit hipertensi merupakan penyakit

yang mempunyai penyebab multifaktor,

dimana penyakit hipertensi esensial

dihubungkan dengan pola gaya hidup

seseorang. Untuk efektifitas upaya

pencegahan, maka perlu dicari faktor yang

paling dominan yang berhubungan dengan

hipertensi sehingga dapat ditetapkan skala

prioritas dalam pencegahan. Dari hasil

penelitian ini belum semua faktor yang

diduga berhubungan dengan hipertensi

dapat diteliti karena keterbatasan data yang

ada. Hasil penelitian ini didapatkan

beberapa faktor yang berhubungan dengan

hipertensi yaitu konsumsi ikan asin (OR

adjusted=2,8), konsumsi wadi (OR

adjusted=2,4), konsumsi tempuyak

(OR=2,1), stress (OR ajusted= 1,98),

obesitas (OR ajusted= 2,23), dan umur

yang dikelompokkan ke dalam 3 katagori

yaitu 40 - 54 th (OR ajusted= 3,2), 55 - 59

th (OR ajusted= 6,3 ), dan 60 -6S th (OR

ajusted= 8,0). Semakin tua usia seseorang

semakin besar risiko menderita hipertensi,

namun walaupun faktor usia mempunyai

kontribusi cukup besar, tetapi tidak dapat

dilakukan modifikasi. Nilai OR ajusted

yang terbesar adalah umur, oleh sebab

umurdalam penelitian ini faktor yang

paling dominan memberikan kontribusi

terhadap hipertensi yaitu umur, namun

tidak dapat dilakukan modifikasi,

sedangkan ikan asin mempunyai nilai OR

ajusted (2,8) sedikit lebih besar dari

variabel lain.

Saran

Penelitian epidemiologi tentang hipertensi

yang mencakup seluruh variabel yang

berhubungan dengan hipertensi, baik dari

aspek lingkungan, perilaku, genetic

maupun dari aspek lainnya.

Penyempurnaan penelitian untuk

pengukuran terhadap jumlah konsumsi

garam terhadap kejadian hipertensi,

Penelitian diharapkan dapat menentukan

jumlah konsumsi garam secara kuantitatif

(cut of point) konsumsi garam yang

dianjurkan untuk masyarakat Indonesia.

Pengukuran jumlah konsumsi garam

seseorang secara kuantitatif sulit diukur,

namun pendekatan yang paling mungkin

dilakukan saat ini yaitu dengan

pengukuran recall 24 hours diet, atau

records dengan penimbangan. Disamping

itu penelitian tentang sensitifitas seseorang

terhadap garam dan hubungannya dengan

hipertensi juga menggunakan salah satu

yang perlu mendapat perhatian bagi para

peneliti dimasa yang akan datang.

Penyempurnaan penelitian terhadap

pengukuran aktifitas fisik dan olah raga

yang dapat dilakukan dengan pengukuran

work index, sport index dan leisure time

index oleh Baecke et all, 1982. Karena

masih rendahnya prosentase masyarakat

yang menjalani pengobatan hipertensi

secara teratur, maka perlu dilakukan

penelitian tentang hal tersebut. Keteraturan

berobat akan berdampak dalam

menurunkan akibat yang lebih lanjut dari

hipertensi seperti kecacatan dan kematian

akibat stroke dan jantung koroner

Daftar Pustaka

1. Sedyaningsih, Endang 2010,

Hipertensi Penyebab Kematian nomor

Tiga, disampaikan pada The 4th

Scientific Meeting on Hypertension,di

Jakarta 13 Februari 2010.

2. CDC 2002, State Spesific Mortality

from Stroke and Distribution of Place

of Death United States, 1999,

MMWR, 51 (20): 429.

3. Darmojo, B. 2000, Mengamati

Penelitian Epidemiologi Hipertensi di

Page 53: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

49

Indonesia, disampaikan pada seminar

Hipertensi PERKI.

4. Mansjur A. et al. 1999, Kapita Selekta

Kedokteran, Jakarta.

5. Jalal, F.Muhilai dan Hardiansyah

1998, Angka Kecukupan Gizi yang

dianjurkan. Dalam: Widyakarya

Pangan dan Gizi VI, 1998, Puspitek.

6. Kaplan N.M. 2006, Clinical

Hypertension, 9th

edition, Lippincott.

7. Laragh, John H. And Brenner Barry

M. 1999, Hypertension,

Phatofisology,Prognosis and

Management, Volume One, Raven

Press.

8. Maranho 2008, Satu Orang

Kegemukan terancam Stroke dan

Penyakit Jantung, Media Indonesia

[online], diunduh dari

http://www.obesitas.web.id, diakses

tanggal 8 juni 2008.

9. Brotoprawiro 1999, Prevalensi

Hipertensi pada Karyawan Salah Satu

BUMN yang Menjalani Pemeriksaan

Kesehatan, Kelompok Kerja Serbro

Vaskular FK Unpad/RSHS,

disampaikan pada seminar hipertensi

PERKI.

10. Basuki B dan Setianto, B, 2000, Age

Body Posture, Dayli Working Load,

Past Antihypertensive drugs and Risk

of Hypertension: A Rural Indonesia

Study.

11. Muchtar dan Fenida 1998, Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan

Hypertensi Tidak Terkendali pada

Penderita Hipertensi Ringan daN

Sedang yang Berobat di Poli Ginjal

Hipertensi.

12. Kaplan N.M. 2006, Clinical

Hypertension, 9th

edition, Lippincott.

Page 54: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

50

Tinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan

Desa Kiham Batang, Kabupaten Katingan

A Case Study on Bakihis Diseases in Tumbang Kejamei Village and

Kiham Batang Village, Katingan Distric

Vissia Didin, Marselinus Heriteluna, Natalansyah

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palangka Raya

Abstract

Itching (pruritus) is a feeling that automatically demands scratching. Scratching the skin is a

sign of a skin disease caused by fungus. The data of skin diseases caused by fungi that have

been reported by the education center in Indonesia stated that the incidence of fungal skin

disease is the incident number three of all cases of skin disease after infection by bacterial

diseases and skin diseases due to allergy. Dermatophytosis is an infection of the skin caused

by dermatophytes fungi in tissues that contain keratin (skin, hair, nails). Reported by District

Health Katingan that there is itching in the skin disease known by the people in the village

Bakihis Tumbang Sanamang Katingan. The cases recorded in the local health center during

2009, namely: Tumbang Sanamang Village there are 16 cases, 2 cases in Kuluksapangi

Village, 3 cases in Village Rantau Bahai, 5 cases in Village Dehes Asem, 2 cases in Kuai

Tumbang Village, 5 cases in Village Rantau Puka, 1 case in Village Rangan Kawit, 2 cases in

Village Kilam Batang, 1 case in Ije Tumbang Village, and 2 cases in Tumbang Labaning

Village. The purpose of this study is want to know the diagnosis of diseases suffered by

people in the Tumbang Kejamei Village and Kiham Kahayan Village and what factors cause

the skin disease. Design used in this research is descriptive research. The analysis data using

qualitative analysis by looking for sources of relevant literature.

Keywords : Pruritus, Tinea imbrikata, Village Disease

Pendahuluan

Gatal-gatal (Pruritus) adalah suatu

perasaan yang secara otomatis menuntut

penggarukan. Penggarukan terus menerus

bisa menyebabkan kemerahan dan goresan

dalam pada kulit. Penggarukan juga bisa

mengiritasi kulit yang selanjutnya akan

menyebabkan bertambahnya rasa gatal.

Penggarukan dan penggosokan jangka

panjang bisa menyebabkan terbentuknya

jaringan parut dan penebalan kulit.

Penggarukan pada kulit ini merupakan

tanda adanya penyakit kulit yang

disebabkan karena jamur.

Berbeda dari penyakit lain, penyakit kulit

dapat dilihat langsung dengan mata

pemeriksa. Data-data penyakit kulit akibat

jamur yang pernah dilaporkan oleh pusat

pendidikan di Indonesia menyatakan

bahwa insiden penyakit jamur kulit

merupakan insiden nomor tiga dari seluruh

kasus penyakit kulit setelah penyakit

infeksi oleh bakteri dan penyakit kulit

karena alergi. Di Jakarta golongan

penyakit kulit karena infeksi oleh jamur

selalu menempati urutan kedua setelah

dermatitis. Di daerah lain seperti Padang,

Bandung, Semerang, Surabaya, dan

Menado, kedaannya kurang lebih sama,

yakni menempati urutan ke-2 sampai ke-4

terbanyak dibandingkan golongan penyakit

lainnya. Gambaran penyakit kulit karena

jamur kulit ini sangat sulit dibedakan

dengan penyakit kulit yang disebabkan

karena bakteri maupun karena sebab lain1.

Page 55: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

51

Dermatofitosis merupakan infeksi pada

kulit yang disebabkan oleh jamur

dermatofita pada jaringan yang

mengandung keratin (kulit, rambut, kuku).

Golongan jamur yang dapat mencerna

keratin dengan enzim keratinase yaitu

Trichophyton, sp; Microsporum, sp;

Epidermophyton, sp. Perlu digaris bawahi

bahwa estimasi penyakit kulit bisa bias.

Estimasi penyakit kulit tersebut dapat lebih

dari yang diperkirakan atau dibawah dari

yang diperkirakan2. Masalah lain pada

penyakit kulit adalah masyarakat tidak

mencari pengobatan segera. Hal ini

disebabkan karena jenis penyakit, sosial

ekonomi, dan keberadaan saran kesehatan.

Penderita penyakit kulit tidak mencari

pengobatan segera karena mereka tidak

tahu bahwa dirinya terkena infeksi jamur.

Berbeda dengan penyakit lain, penyakit

kulit memiliki morbiditas yang tinggi

namun mortalitas rendah dan

mempengaruhi kualitas hidup. Jumlah

kunjungan ke rumah sakit dan puskesmas

lebih banyak daripada jumlah yang

dirawat inap di rumah sakit3.

Dilaporkan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Katingan bahwa terdapat

penyakit gatal di kulit yang dikenal dengan

Bakihis pada masyarakat di Desa

Tumbang Sanamang Kabupaten Katingan.

Adapun kasus yang tercatat di Puskesmas

setempat selama tahun 2009 yaitu: Desa

Tumbang Sanamang terdapat 16 kasus,

Desa Kuluksapangi 2 kasus, Desa Rantau

Bahai 3 kasus, Desa Dehes Asem 5 kasus,

Desa Tumbang Kuai 2 kasus, Desa Rantau

Puka 5 kasus, Desa Rangan Kawit 1 kasus,

Desa Kilam Batang 2 kasus, Desa

Tumbang Ije 1 kasus, dan Desa Tumbang

Labaning 2 kasus. Keadaan ini bagaikan

fenomena gunung es dimana kasus yang

terlaporakan adalah masyarakat yang

datang berobat sementara masyarakat yang

tidak berobat tidak terdeteksi. Ada

kemungkinan kasus penyakit gatal ini

lebih banyak lagi. Belum adanya informasi

mengenai apa faktor penyebabnya, oleh

karena itu diperlukan penelitian yang

mendalam mengenai kasus ini.

Metoda

Desain yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian deskriptif melihat

gambaran keadaan penyakit ‘Bakihis’.

Lokasi penelitian bertempat di Desa

Tumbang Kejamei dan Desa Kiham

Batang, Kabupaten Katingan Provinsi

Kalimantan Tengah. Pertimbangan

pemilihan lokasi adalah jumlah kasus di

daerah ini paling banyak kasusnya

dibanding dengan desa lainnya.Waktu

penelitian yaitu pada bulan 1 Juni – 30

November 2010. Populasi pada penelitian

ini adalah masyarakat yang telah

didiagnosis oleh paramedis menderita

penyakit bakihis. Sampel diambil dengan

cara purposive sampling. Adapun sampel

yang akan diambil yaitu mengambil

sampel pemeriksaan fisik (kerokan kulit)

di Desa Tumbang Kajamei (11 orang) dan

Desa Kiham Batang (5orang). Wawancara

dan Observasi dengan sampel (11 orang)

dan Desa Kiham Batang (5 orang).

Hasil dan Pembahasan

Penduduk yang terserang Tinea Imbrikata

di Desa Kiham Batang dan Desa Tumbang

Kejamei tidak menunjukkan penonjolan

pada jenis kelamin maupun umur tertentu.

Penderita berasal dari penduduk setempat,

sebagian besar hanya bersekolah sampai

SD, dan bermata pencaharian petani.

Memperhatikan kondisi rumah dan barang-

barang yang dimiliki penderita Tinea

Imbrikata tidak dapat dikatakan sebagai

rumah sehat. Jendela yang jarang dibuka

dan tidak mencukupi. Rata-rata suhu udara

dalam ruangan adalah 280 – 30

0 C dengan

kelembaban rata-rata 82%. Suhu dan

kelembabab yang mendukung untuk

bakteri yaitu suhu ruangan. Kelembaban

yang relatif tinggi (kelembaban ideal:

60%) dibandingkan dengan musim

kemarau menyebabkan jamur mudah

berkembang. Jamur mudah berkembang

saat kelembaban 80-90% dengan suhu 10-

420C

4.

Pada penelitian ini dicari penderita yang

menderita penyakit ‘bakihis’ kemudian

melakukan observasi dan wawancara

Page 56: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

52

kepada penderita selama 3 hari. Dilakukan

pula pengamatan dan wawancara terhadap

masyarakat yang tidak menderita ‘bakihis’.

Penderita penyakit ‘bakihis’ sebagian

besar telah menderita penyakit ini

sebelumnya. Diantara yang pernah sakit

80% pernah berobat dan diantara yang

berobat sembuh semua, tetapi pada saat ini

terinfeksi kembali atau kambuh. Hal ini

mungkin dikarenakan penderita hanya

diobati dengan griseofulvin tablet dalam

jangka pendek, mengingat obat ini di

pedesaan masih dirasakan cukup mahal.

Persepsi penderita mengenai penyakit ini

tidak terlalu berbda dengan kelompok

penduduk yang sehat, kecuali dalam hal

pendapat bahwa penyakit ini berbahaya.

Kelompok penderita cenderung

mengatakan penyakit kulit ini tidak

berbahaya. Mengenai perilaku hidup

bersih dan sehat seperti mandi dan ganti

pakaian tidak ada perbedaan pendapat

antara penderita dengan bukan penderita

penyakit ‘bakihis’.

Perbedaan yang dapat diungkapkan dalam

hal perilaku sehari-hari adalah pada

kelompok penderita lebih banyak yang

mandi tanpa sabun. Dalam hal kebersihan

rumah kelompok yang sakit jarang

membersihkan lantai rumah sheingga

kamar tidur dan kamar tamu yang dimiliki

lebih banyak yang kotor.

Kondisi lingkungan rumah, masyarakat

yang menderita penyakit bakihis lebih

banyak yang mempunyai rumah tanpa

jendela. Jikalau ada ventilasi yang

mencukupi mereka cenderung tidak

membuka jendela. Dari pengamatan rumah

pada penderita penyakit ‘bakihis’ sebagian

besar mempunyai rumah yang sangat

sederhana (dari atap kulit kayu) dan terdiri

dari datu ruangan untuk segala keperluan

(bekerja, tidur, memasak, dll).

Dari hasil biakan kerokan kulit penderita

‘bakihis’ terdeteksi jamur kontaminan

(Gambar 1). Hasil pemeriksaan

laboratorium dari Balai Laboratorium

Kesehatan Palangka Raya yang bekerja

sama dengan laboratorium patologi klinik

Universitas Indonesia tidak menyatakan

secara spesifik adanya jamur Tinea

imbrikata. Hal ini mungkin disebabkan

jamur tersebut tertutup oleh jamur

kontaminan yang ditemukan. Menurut,

petugas laboratorium UI bahwa jamur

Tinea imbrikata relatif sukar untuk

dibiakan. Namun, dengan penemuan jamur

kontaminan ini menjadi indikator bahwa

dapat ditemukan jamur Tinea imbrikata

(Gambar 2).

Gambar 1. Gambar Pengambilan Spesimen Jamur di Kulit

Page 57: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

53

Gambar 2. Gambar Fisik Kasus Penyakit Kulit

Berdasarkan wawancara dengan penduduk

setempat, dilaporkan bahwa di kedua desa

tersebut juga terdapat penderita TB-paru.

Dilihat dari pola kebiasaan makan

penduduk setempat tidak memakan

makanan dengan gizi seimbang. Keadaan

ini dikarenakan kondisi area tempat yang

susah untuk dijangkau (di daerah

pedalaman) dengan satu sumber air yaitu

sungai. Kondisi sungai juga tidak terlalu

baik karena banyaknya petambang emas

tidak berijin. Hal tersebut yang

menyebabkan tidak ada hasil sungai yang

didapat untuk pemenuhan kebutuhan

bahan pangan. Kebiasaan makan penduduk

tersebut lebih banyak makan-makanan

yang lebih awet seperti mie, sarden,

dengan sedit sayur-sayuran.

Tinea imbrikata tidak hanya terdapat pada

Desa Tumbang Kejamei dan Desa Kiham

Batang. Pada beberapa desa di Kecamatan

Sokan Kabupaten Malawi Kalimantan

Barat juga terdapat infeksi jamur Tinea

imbrikata. Dilihat dari letak antara Desa

Kiham Batang dan Desa Tumbang

Kejamei sangat dekat dengan Kabupaten

Malawi. Kedua desa tersebut berbatasan

dengan Kabupaten Malawi. Kejadian

penyakit ‘bakihis’ yang disebabkan karena

Tinea imbrikata ini sangat dimungkinkan

mengingat letak di kedua desa dengan

Kabupaten Malawi berada pada jajaran

pegunangan Miller di perbatasan

Kalimantan Tengah dengan Kalimantan

Barat. Disarankan kepada Dinas Kesehatan

untuk melakukan intervensi berupa

penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat melalui kunjungan rumah.

Kesimpulan

Prevalensi penderita Tinea imbrikata

cukup tinggi di Desa Tmbang Kejamei dan

Desa Kiham Batang Kabupaten Katingan.

Jumlah penderita bervariasi 1,1-17,62%.

Tidak ada perbedaan penderita laki-laki

dan perempuan. Penyakit ini umumnya

diderita sejak kecil dengan luas daerah

yang terkena gatal >10% luas permukaan

tubuh. Bahkan ada yang lebih dari1/3

penderita mempunyai penyakit yang

menyelimuti seluruh tubuh. Banyak

penderita yang memiliki keluarga dengan

infeksi serupa. Penderita umumnya petani

peladang berpindah dengan taraf

pendidikan rendah. Higiene perorangan

dan lingkungan kurang rumah penduduk

ialah rumah panggung dengan 1 ruang

utama dan 1 ruang dapur. Lokasi daerah

yang diteliti ini termasuk desa terpincil

dengan saran perhubungan melalui sungai.

Saran

Pendidikan kesehatan pada masyarakat

terutama dalam hal Pola Hidup Bersih dan

Sehat. Melakukan kunjungan rumah untuk

melakukan perawatan terhadap penderita

penyakit kulit.

Page 58: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

54

Daftar Pustaka

1. Harahap, Marwali 1998, Ilmu

Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta.

2. Siregar, R.S. 2004, Penyakit Jamur

Kulit, EGC, Jakarta.

3. Budimulya U., 1980, Penyelidikan

Dermatofitosis di RS Dr.

Ciptomangunkusumo, Tesis,

Universitas Indonesia, Jakarta.

4. Bramono, Kusmariah, Dermatofitosis,

[online]diunduh

dari:http://fkui.ac.id.edu, tanggal

akses 20 Mei 2010.

Page 59: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

PANDUAN PENULISAN NASKAH

SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN

Unsur - unsur yang ada dalam laporan akhir Penelitian Risbinakes

1. Halaman Sampul, Judul dan Penelitian

2. Kata Pengantar

3. Daftar Isi

4. Abstrak (Indonesia an Inggris)

5. Bab I Pendahuluan, meliputi : Latar Belakang masalah, tujuan umum, tujuan khusus,

hipotensi, manfaat penelitian.

6. Bab II Tinjauan Pustaka, Meliputi : kerangka teori, kerangka konsep dan definisi

operasional.

7. Bab III Metodologi Penelitian meliputi ; lokasi penelitian, waktu penelitian, desain

penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sample, tehnik pengumpulan data,

tehnik pengolahan data, dan analisa data statistik.

8. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi : Penyajian hasil pengumpulan data

dalam bentuk tabel dan atau grafik, membandingkan hasil penelitian dengan bahan

publikasi lain yang sejenis dengan penelitian seperti buku, jurnal dll.

9. Bab V Kesimpulan dan Saran, Kesimpulan pada umumnya mengemukakan hasil

pembahasan yang berkaitan dengan tujuan khusus sehingga dapat menggambarkan

sekaligus menjawab tujuan umum, sedangkan saran adalah tindak lanjut dari

kesimpulan yang diperoleh sehingga jika saran ini dilakukan maka akan dapat

mengurangi atau mengeliminasi masalah yang ada.

10. Daftar Pustaka

11. Lampiran, meliputi jadwal kegiatan, surat izin selama penelitian, hasil analisa statistic

(bila ada) denah lokasi, dll yang dianggap mendukung tujuan penelitian.

Petunjuk Bagi Calon Penulis Jurnal Forum Kesehatan

1. Jurnal Forum menerima naskah tentang Kesehatan atau yang berhubungan dengan

Kesehatan, baik berupa telaah pustaka (hanya atas undangan) dan hasil penelitian yang

bermanfaat bagi kemajuan ilmu Kesehatan maupun perbaikan program kesehatan

khususnya di Indonesia. Naskah belum pernah dimuat ataupun sedang diajukan untuk

dimuat dalam media komunikasi lainnya. Naskah yang dikirim belum tentu dimuat

tergantung pada pertimbangan Dewan Redaksi. Naskah yang tidak dimuat tidak akan

dikembalikan kecuali disertai perangko Pengiriman.

2. Naskah yang ditulis untuk Jurnal Forum Kesehatan diketik dengan huruf Times New

Roman, ukuran 12 pts, dengan jarak (2) spasi, diatas kertas HVS ukuran kuarto (A4),

panjang naskah minimum 8 maksimum 15 halaman. Naskah diketik dengan (2) kolom,

dikirim rangkap dua (2) disertai dengan Disket,CD-Rom atau Flasdisk ke alamat :

ISSN : 2087-9105

Page 60: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

Jurnal Forum Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya, Unit

Perpustakaan Jalan George Obos Nomor 32 Palangka Raya 73112, Telepon (0536)

3230730 / 08561073357, email : [email protected].

3. Judul naskah dicetak dengan huruf besar ditengah dengan huruf sebesar 14 pts.

Peringkat judul dicetak dengan ukuran yang berbeda :

Peringkat 1 (Huruf Besar Semua, Tebal, Rata Tepi Kiri), Pts 12

Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri) pts 11

Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri) pts 10

4. Nama penulis artikel/naskah dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan

dibawah judul artikel. Nama penulis hendaknya dilengkapi dengan alamat

korespondensip serta nama dan alamat lembaga tempat peneliti. Jumlah penulis

maksimum tiga (3) orang. Dalam hal peneliti dilakukan oleh tim, penyunting hanya

berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan

pertama. Penulis dianjurkan menggunakan email untuk memudahkan komunikasi.

Penulis utama juga diminta untuk mengisi Formulir pernyataan originalitas naskah

yang ditulis. Formulir disediakan oleh Jurnal Forum Kesehatan.

5. Dibawah nama penulis dicantumkan abstrak dalam bahasa Inggris untuk naskah

berbahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris bila naskah berbahasa Inggris. Abstrak

ditulis tanpa alenia (paragraf) maksimum 200 kata, satu spasi, disertai lima (5) kata

kunci.

6. Artikel/naskah ditulis dalam bahasa Indonesia/Inggris dengan sistematika penulisan

naskah asli (hasil penelitian) terdiri atas : Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode,

Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran dan Rujukan (hanya memuat sumber-

sumber yang dirujuk).

7. Segala Sesuatu yang menyangkut Ethical clearance, perijinan, pengutipan dan

penggunaan software computer untuk pembuatan naskah atau hal lainnya yang terkait

dengan HKI yang dilakukan oleh penulis, berikut konsekuensi hukum yang mungkin

timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel.

8. Biodata seluruh penulis yang memuat data pribadi ditulis pada lembar terpisah. Data

pribadi diisi nama, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, instansi tempat kerja, alamat

kantor dan rumah beserta nomor telpon/hp, riwayat pendidikan (hanya Pendidikan

Tinggi), pengalaman penelitian dan publikasi.

9. Judul tabel ditulis pada bagian atas, sedangkan judul grafik atau bagan ditulis dibagian

bawah. Lambang dan singkatan kecuali satuan ukuran yang sudah baku hanya

digunakan dalam tabel dengan mencantumkan keterangan pada bagian bawah.

Lambang atau singkatan didalam naskah boleh digunakan hanya sesudah ada

penjelasan atau kepanjangannya.

10. Sumber rujukan sedapat mungkin menggunakan pustaka terbitan 10 (sepuluh) tahun

terakhir. Rujukan yang diutamakan adalah sumber sumber primer berupa laporan

penelitian, atau artikel-artikel dalam jurnal dan majalah ilmiah yang terakreditasi

secara nasional atau Internasional. Jumlah rujukan minimum delapan (8) dan

maksimum Lima Belas (15). Pencantuman sumber pada kutipan langsung disertai

dengan nomor halaman tempat asal kutipan.

contoh : (Polit and Hungler, 2006:47)

Page 61: YA · PDF fileTinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa ... Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit ... jantung koroner

11. Penulisan rujukan menggunakan Harvard Style diurut secara alfabetis seperti contoh

berikut ini;

Buku :

Green, S.B.& Salkind, N.J. 2004. Using SPSS for Windows and Macintosh Analysing

and Understanding Data. Fourth Editon.New Jersey: Prentice Hall

Buku Kumpulan Artikel :

Nicol,M.& Glen,S. (Eds.). 1999. Clinical Skills in Nursing: The return of the practical

room?

London: McMilla Press LTD

Atikel dalam Buku Kumpulan artikel :

Rideout, E.& Carpio,B.2001. The Problem-Based Learning Model of Nursing

Education. In B.Rideout (Eds.)Transforming Nursing Education Through Problem-

Based Learning.(p.21-49). Toronto: Jones and Bartllet Publisher.

Ariel dalam Jurnal atau Majalah :

Husaini, Y.K.2006. Perilaku Memberi Makan Untuk Meningkatkan Tumbuh

Kembang Anak.

Gizi Indonesia, 29 (1): 58-64

Artikel Dalam Koran :

Sunarty, S.31 Desember, 2010. Penurunan Kepekaan Sosial Remaja.Kalteng Post,

hlm.11

Tulisan/berita dalam Koran (tanpa nama pengarang) :

Kalteng Post. 31 Desember,2010.RSUD Berlaku Tarif Baru, hlm.9.

Dokumen Resmi :

Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti, 2006. Himpunan Peraturan Tentang Pola

Pembinaan Karier Dosen Perguruan Tinggi di Indonesia.Jakarta: Depdiknas.

Buku Terjemahan:

Tits,S,Mayers,M.,Wodak,R.& Vetter,E.1999. Metode Analisis Teks & Wacana.

Terjemahan Oleh : Abdul Syukur Ibrahim (Eds.) Gazali,Frans Thomas dan Suwarna

Priggawidagda., 2000. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Skripsi, Thesis, Disertasi, Laporan Penelitian:

Kuncoro,T.1996. Pengembangan Kurikulum pelatihan Magang di STM Nasional

Malang Jurusan Bangunan Program Studi Bangunan Gedung : Suatu studi

Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis Tidak Diterbitkan

Malang - PPS IKIP MALANG.