universitas indonesia analisis praktik klinik …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-pr-asty...

88
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H (88 TAHUN) DENGAN MASALAH KERUSAKAN MEMORI DI WISMA CEMPAKA SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI CIBUBUR KARYA ILMIAH AKHIR NERS ASTY NOFIKA UTAMI 0806456953 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013

Upload: phamnguyet

Post on 02-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H

(88 TAHUN) DENGAN MASALAH KERUSAKAN MEMORI DI

WISMA CEMPAKA SASANA TRESNA WERDHA

KARYA BHAKTI CIBUBUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASTY NOFIKA UTAMI

0806456953

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN

DEPOK

JULI 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H (88

TAHUN) DENGAN MASALAH KERUSAKAN MEMORI DI

WISMA CEMPAKA SASANA TRESNA WERDHA

KARYA BHAKTI CIBUBUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

ASTY NOFIKA UTAMI

0806456953

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN

DEPOK

JULI 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Karya ilmiah akhir ners ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Asty Nofika Utami

NPM : 0806456953

Tanda Tangan :

Tanggal : 08 Juli 2012

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:

Nama : Asty Nofika Utami

NPM : 0806456953

Program Studi : Profesi Keperawatan

Judul Karya Ilmiah Akhir : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan pada Ibu H (88 tahun)

dengan Masalah Kerusakan Memori di Wisma

Cempaka Sasana TresnaWerdha Karya Bhakti

Cibubur

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners

Keperawatan pada Program Profesi Keperawatan, Fakultas Ilmu

Keperawatan, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Dwi Nurviyandari K.W., S.Kep., MN.

Penguji : Ns. Ibnu Abas, S.Kep.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 08 Juli 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini

tepat pada waktunya. Penulisan karya ilmiah akhir ini ini dilakukan dalam rangka

memenuhi tugas akhir mata ajar karya ilmiah akhir ners. Saya menyadari bahwa

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sampai penyusunannya,

sangatlah tidak mudah bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dwi Nurviyandari K.W, S.Kep., MN, selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam penyusunan KIAN ini, serta yang telah meminjamkan referensi yang

sangat luar biasa informasinya dan bagus dalam penyusunan KIAN ini;

2. Bapak Ns. Ibnu Abas, S.Kep, selaku pembimbing lapangan yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan

memberikan informasi terkait masalah yang sering terjadi pada lanjut usia

serta pemeriksaan yang terkait;

3. Seluruh Pihak Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur yang telah

memberikan kesempatan untuk melakukan asuhan keperawatan kepada

lanjut usia;

4. Keluarga saya yang selalu setia memberikan bantuan luar biasa baik secara

moril terlebih dalam hal materil yaitu Bapak, Ibu dan Mas Rio;

5. Teman-teman peminatan profesi keperawatan gerontik yang telah

memberikan banyak pengalaman bersama kalian dan informasi mengenai

penyusunan KIA ini;

6. Dara Malahayati, Fallah Adi Wijayanti dan Rizki Dwi Asmaranti, selaku

sahabat saya yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada saya

dan memberikan masukan kepada saya;

7. Teman-teman FIK UI reguler angkatan 2008 yang sedang mengerjakan KIA

dan telah memberikan semangat kepada saya;

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

v

8. Seluruh pihak yang telah membantu saya dari awal sampai akhir

penyelesaian KIA ini sehingga semua proses dapat saya jalani.

Saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini. Semoga karya

ilmiah akhir ini di terima dan bermanfaat bagi perkembangan dan pelayanan

kesehatan khususnya asuhan keperawatan gerontik.

Depok, Juli 2012

Penulis

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Asty Nofika Utami

NPM : 0806456953

Program Studi : Profesi Keperawatan

Fakultas : Fakultas Ilmu Keperawatan

Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “Analisis Praktik Klinik

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Ibu H (88 tahun) dengan

Masalah Kerusakan Memori di Wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya

Bhakti Cibubur”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihkan/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 08 Juli 2013

Yang Menyatakan

( Asty Nofika Utami)

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Asty Nofika Utami

Program Studi : Profesi Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan pada Ibu H (88 tahun) dengan Masalah Kerusakan

Memori di Wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya

Bhakti Cibubur.

Perubahan Psikososial pada lanjut usia salah satunya yaitu gangguan kognitif.

Kerusakan Memori merupakan salah satu gejala yang dialami oleh penderita

demensia. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan

memori dengan stimulasi terapi kognitif, meliputi orientasi realita, terapi gambar,

terapi ingatan dan terapi aktivitas. Penulisan ini bertujuan memaparkan hasil

asuhan keperawatan pada ibu H di Wisma Cempaka STW Karya Bhakti. Hasil

yang didapatkan menunjukkan bahwa residen mampu menyebutkan nama hari,

dan bulan, mampu mengingat individu dari ciri-ciri yang digunakan, mampu

menjelaskan maksud gambar yang diperlihatkan, mampu menjelaskan objek yang

ditunjuk dan residen terlihat nyaman setelah melakukan terapi aktivitas. Stimulasi

terapi kognitif ini dapat membantu untuk meningkatkan fungsi kognitif walaupun

tidak semua dapat diingat. Stimulasi terapi kognitif seharusnya dilakukan secara

teratur untuk mencegah perkembangan lebih lanjut dari gangguan memori pada

lansia dengan demensia.

Kata Kunci: Demensia, Kerusakan Memori, Stimulasi Terapi Kognitif

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Asty Nofika Utami

Study Program : Nursing Profession

Title : Analysis of clinical practice public health nursing in urban on

Mrs. H (88 years old) with impaired memory in Wisma Cempaka

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur

One of psychosocial changes in elderly people is memory impairment. Impaired

memory is one of the symptoms from dementia people. One of way to prevent

impaired memory is stimulation cognitive therapy including reality orientation,

art therapy, reminiscence therapy, and activity therapy. The aim of this paper was

to describe the result of nursing care plan to Mrs. H in Wisma Cempaka Sasana

Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur. The result show resident could recall

name of day and month, remember other people from characteristic, explain

picture, explain object, and feel comfortable after activity therapy. Stimulation

cognitive therapy can help to increase cognitive function although not all can

remember. Stimulation cognitive therapy should be done regularly to prevent

further development of memory impairment on elderly people with dementia.

Key Words:

Dementia, Impaired memory, Cognitive Stimulation Therapy

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... . iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................. . vi

ABSTRAK....................................................................................................... vii

ABSTRACT.................................................................................................... . viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................. 5

1.3.1 Tujuan umum ................................................................ 5

1.3.2 Tujuan khusus ............................................................... 5

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ......................... 5

1.4.2 Bagi Pendidikan ............................................................ 6

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan......................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Dasar Manusia ........................................................ 7

2.2 Demensia ................................................................................. 8

2.2.1 Pengertian Demensia ..................................................... 8

2.2.2 Klasifikasi Demensia .................................................... 9

2.2.3 Tahapan Demensia ........................................................ 10

2.2.4 Penatalaksanaan Demensia ............................................ 12

2.2.4.1 Stimulasi Terapi Kognitif 14

2.3 Pelayanan Kesehatan Pada Lanjut Usia ..................................... 16

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian ................................................................................ 20

3.1.1 Indentitas Residen ........................................................ 20

3.1.2 Riwayat Kesehatan Residen .......................................... 21

3.1.3 Kebiasaan Sehari-hari Residen ...................................... 22

3.1.4 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang ................................ 23

3.2 Analisis Data ............................................................................ 24

3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................... 25

3.4 Rencana Keperawatan............................................................... 26

3.5 Implementasi ........................................................................... 27

3.5.1 Implementasi Kerusakan Memori .................................. 28

3.5.2 Implementasi Defisi Perawatan Diri; Mandi ................. 31

3.5.3 Implementasi Risiko Jatuh ........................................... 31

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

x Universitas Indonesia

3.6 Evaluasi .................................................................................... 33

BAB 4 ANALISIS SITUASI

4.1 Analisis Profil Pelayanan Sasana Tresna Werdha .................. 39

4.2 Analisis Asuhan Keperawatan Kerusakan Memori dengan

Penatalaksanaan Demensia .................................................... 43

4.3 Analisis Intervensi Stimulasi Kognitif dengan Konsep dan

Penelitian Terkait ................................................................... 45

4.4 Alternative Intervensi Lain..................................................... 48

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ................................................................................. 50

5.2 Saran ...................................................................................... 50

DAFTAR REFERENSI

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

xi Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisa Data

Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan Kerusakan Memori

Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri; Mandi

Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan Risiko Jatuh

Lampiran 5 Lembar Hasil Pemeriksaan MMSE

Lampiran 6 Lembar Hasil Pemeriksaan CDR

Lampiran 7 Lembar Hasil Pemeriksaan FMS

Lampiran 8 Lembar Hasil Pemeriksaan BBT

Lampiran 9 Lembar Hasil Pemeriksaan GDS

Lampiran 10 Lembar Hasil Indeks Katz (Tingkat Kemandirian)

Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua dapat mempengaruhi segala macam aspek kehidupan, baik sosial,

ekonomi, maupun kesehatan lanjut usia itu sendiri. Dengan peningkatan usia

tersebut maka lanjut usia mengalami perubahan organ tubuh, baik penurunan

fisiologis, psikososial dan spiritual. Perubahan Psikososial oleh lanjut usia salah

satunya yaitu gangguan kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan

pembentukan pikiran konseptual. Gangguan atau kerusakan fungsi kognitif yang

umum terjadi pada lanjut usia dikenal dengan demensia (Stanley & Beare, 2002).

Data survei dari WHO didapatkan bahwa jumlah penderita demensia di seluruh

dunia diperkirakan akan naik dua kali lipat menjadi 65,7 miliar pada tahun 2030

dan tahun 2050 kemungkinan akan meningkat hingga 70 % di atas jumlah

penderita saat ini yakni 35,6 milliar (Destriyana, 2012).

Demensia merupakan kondisi dimana seseorang mengalami gejala penurunan

fungsi intelektual, umumnya ditandai dengan penurunan bahasa, memori,

visuospasial, dan emosional (Mace, Nancy L., Rabinds, Peter V, 2006). Di

Indonesia, prevalensi demensia pada lanjut usia yang berumur 65 tahun adalah 5

persen dari populasi lansia. Prevalensi ini akan meningkat menjadi 20 persen

pada lansia berumur 85 tahun ke atas. Penduduk yang berumur 65 tahun ke atas

pada tahun 2000 sebanyak 11,28 juta. Jumlah tersebut diperkirakan akan

meningkat menjadi 29 juta jiwa pada 2010 atau 10 persen dari populasi penduduk

(Amirullah, 2011). Gangguan atau kerusakan kognitif dapat menimbulkan

dampak pada kehidupan lanjut usia, diantaranya yaitu aktivitas dan komunikasi.

Gangguan kognitif berupa dimensia dapat berakibat pada kehidupan lansia dari

berbagai aspek, diantaranya yaitu berhubungan dengan lingkungan, dalam

menerima informasi dan dalam mengingat sesuatu (Stanley & Beare, 2002).

Penurunan fungsi kognitif ini dapat mengakibatkan masalah antara lain memori

jangka panjang dan memori jangka pendek. Nugroho (2008) menyebutkan resiko

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

2

Universitas Indonesia

dari penyakit ini adalah usia, riwayat penyakit, jenis kelamin, penggunaan obat,

aktivitas fisik, kurangnya dukungan keluarga serta pendidikan. Stres dan depresi

juga salah satu faktor resiko yang mempengaruhi memori individu sehingga

individu tersebut mengalami gangguan kognitif (Wade & Travris, 2007).

Stres dan aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu

fungsi memori atau kognitif individu. Kawasan perkotaan merupakan kawasan

dengan aktivitas fisik yang sangat tinggi dan banyak sehingga individu

mendapatkan stressor yang membuat stres. Namun, lansia saat ini sangat kurang

dalam melakukan aktivitas. Lubis (2009) menyatakan bahwa lansia berada pada

tahap perkembangan emosi yang mempunyai masalah seperti masalah kesehatan,

dan kesepian karena anak-anak tidak mempunyai waktu untuk mengurusnya yang

akhirnya ditempatkan di panti werdha dan memicu terjadinya stres bahkan

depresi. Yaffe (2001) mengatakan bahwa usia lanjut yang mengalami kesulitan

melakukan pergerakan fisik atau gangguan gerak sehingga terjadi perbedaan

dalam jumlah skor fungsi kognitif. Survei Depsos (2007) menunjukkan bahwa

jumlah penduduk lansia yang tinggal di perkotaan diperkirakan sebesar 9,58%

dari total jumlah lansia. Survei Festi (2010) didapatkan bahwa di Panti Werdha

yaitu Karang Wherda peneleh Surabaya dengan 10 responden, didapatkan hasil

sebanyak 30% dengan kognitif yang bagus dan 70% pada responden yang

mengalami penurunan atau kerusakan kognitif.

Panti werdha merupakan suatau lembaga pelayanan yang didirikan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memenuhi kebutuhan hidupnya

secara mandiri (Kemensos, 2012). Panti werdha merupakan tempat tinggal khusus

untuk lansia yang terdapat di tengah perkotaan yang umumnya memiliki fasilitas

pelayanan kesehatan, kenyamanan dan keamanan demi meningkatkan

kesejahteraan lanjut usia. Jakarta memiliki panti werdha yang cukup banyak, salah

satunya yaitu Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti yang berlokasi di daerah

Cibubur.

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

3

Universitas Indonesia

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

bagi penghuninya. Sasana tresna werdha memiliki sarana tersendiri bagi lansia

yang sakit dan lansia yang ingin memeriksakan kondisi kesehatannya kepada

tenaga kesehatan. Selain itu, penghuni STW juga disediakan fasilitas untuk

memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit sehingga lansia tersebut dapat

mengetahui kondisi kesehatannya secara lengkap. Sasana Tresna Werdha Karya

Bhakti juga memiliki program kegiatan yang dapat diikuti oleh seluruh penghuni

STW diantaranya senam, terapi musik, berlatih angklung, dan aktivitas lainnya.

Senam yang diadakan STW tersebut salah satunya yaitu senam GLO (gerak latih

otak) yang melatih fungsi otak untuk membantu meningkatakan fungsi kognitif.

Ibu H (88 tahun) merupakan residen yang mengalami penurunan kognitif di

Wisma Cempaka STW Karya Bhakti. Hasil wawancara dengan perawat WK

didapatkan residen memiliki masalah gangguan kognitif sejak sebelum masuk ke

STW Karya Bhakti sekitar tahun 2008 tetapi tidak separah seperti sekarang ini.

Salah satu penyebab dari kasus demensia di wisma Cempaka tersebut yaitu

adanya penurunan fungsi kognitif. Data pengkajian MMSE ditemukan bahwa

hasil dari ibu H (88 tahun) yaitu 14. Hal tersebut menyatakan bahwa residen

tersebut mengalami gangguan kognitif. Dari aktifitas residen juga terlihat bahwa

residen terlihat bingung dan sering menanyakan tanggal dan waktu, serta sering

berulang-ulang menanyakan hal yang sama serta benda (anomia), kemampuan

mengenali objek yang umum. Hal tersebut membuat lansia yang terdapat STW

mengalami gangguan dalam aktivitas harian.

Sasana tresna werdha memiliki program kegiatan untuk membantu melakukan

latihan senam otak dalam upaya mencegah terjadi gangguan kognitif. Gangguan

kognitif yang dialami ibu H telah mendapatkan penanganan dengan memberikan

latihan senam GLO dan pemberian kalender pada setiap kamar residen dan

ruangan yang terdapat di wisma Cempaka, akan tetapi ternyata masih kurang

efektif bagi Ibu H karena setelah di observasi Ibu H tidak mengikuti dengan benar

dan kalender yang terdapat di kamar tidak di evaluasi oleh perawat atau PJ wisma

sehingga kalender tersebut jarang di ganti atau dirobek. Lansia di STW Karya

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

4

Universitas Indonesia

Bhakti yang mengalami gangguan kognitif belum ada yang melakukan

penanganan khusus terkait masalah tersebut. Gangguan kognitif pada lansia

merupakan suatu hal yang memerlukan penanganan karena mempengaruhi

aktivitas harian lansia (Nugroho, 2008).

Penanganan gangguan kognitif diawali dengan melakukan suatu pengkajian

secara lengkap kepada lansia sampai ditemukannya rencana intervensi

keperawatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan dengan masalah gangguan

kognitif yaitu dengan melakukan stimulasi kognitif. Stimulasi atau terapi kognitif

adalah upaya untuk mengoptimalkan kualitas kesehatan inteligensi pada penderita

gangguan otak, saraf dan otot yang dilakukan melalui stimulasi atau latihan agar

memiliki atau meningkatkan kemampuan inteligensi (Depkes, 2010). Terdapat

beberapa metode stimulasi kognitif yang terdiri dari latihan orientasi, terapi

ingatan, terapi aktivitas, serta terapi cahaya yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan memori dalam menangkap informasi, kegiatan

tersebut seperti terapi gambar dan menonton televisi. Berdasarkan gambaran latar

belakang diatas, penulis mencoba menganalisis asuhan keperawatan dengan

menggunakan teori dan konsep keperawatan gerontik untuk mengatasi masalah

kerusakan memori pada ibu H dengan menggunakan stimulasi kognitif di STW

Karya Bhakti Cibubur.

1.2 Rumusan Masalah

Gangguan kognitif berupa demensia dapat berakibat pada kehidupan lansia dari

berbagai aspek, diantaranya yaitu berhubungan dengan lingkungan, dalam

menerima informasi dan dalam mengingat sesuatu (Stanley & Beare, 2002).

Lanjut usia yang mengalami demensia memerlukan suatu penanganan karena

mempengaruhi aktivitas harian lansia. Penanganan yang digunakan lanjut usia

untuk meningkatkan fungsi kognitif yaitu dengan stimulasi kognitif. Stimulasi

atau terapi kognitif adalah upaya untuk mengoptimalkan kualitas kesehatan

inteligensi pada penderita gangguan otak, saraf dan otot yang dilakukan melalui

stimulasi atau latihan agar memiliki atau meningkatkan kemampuan inteligensi

(Depkes, 2010). Perawat atau tenaga kesehatan sebagai pemberi asuhan

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

5

Universitas Indonesia

keperawatan pada lansia mempunyai peran dalam memberikan edukasi serta

promosi kesehatan untuk menungkatkan kualitas hidup lansia. Oleh karena itu,

karya ilmiah ini dibuat untuk mengetahui pengaruh stimulasi kognitif dan latihan

orientasi dalam asuhan keperawatan bagi lansia dengan demensia di STW Karya

Bhakti Cibubur.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis Asuhan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Ibu H

dengan masalah kerusakan memori selama 7 minggu di Wisma Cempaka, Sasana

Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan ini adalah:

a. Menggambarkan profil pelayanan lansia di Sasana Tresna Werdha Karya

Bhakti;

b. Menggambarkan pengaruh terapi kognitif pada Ibu H dengan masalah

kerusakan memori di Wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti;

c. Menggambarkan hasil pengkajian Ibu H dengan masalah kerusakan memori di

Wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti;

d. Menggambarkan rencana asuhan keperawatan pada Ibu H di Wisma Cempaka

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti;

e. Menggambarkan implementasi pada Ibu H dengan masalah kerusakan memori

di Wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti;

f. Menggambarkan hasil evaluasi dari implementasi pada Ibu H dengan Masalah

kerusakan memori di Wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti;

1.4 Manfaat Penelitian

Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang

terlibat dalam pengembangan pelayanan keperawatan gerontik, terutama yang

berpusat pada pelayanan STW.

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

6

Universitas Indonesia

1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Untuk Lanjut Usia

Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai data awal terhadap asuhan keperawatan

yang sudah di implementasikan kepada Ibu H dengan diagnosa kerusakan

memori. Data awal ini dapat memudahkan pihak STW dalam melakukan

intervensi terhadap lansia lainnya sehingga dapat meningkatkan daya ingat lansia

yang memiliki penurunan kognitif. Selain itu, dengan adanya penulisan karya

ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan peran perawat dan tenaga sosial dalam

memantau kesehatan dan melaksanakan intervensi secara komprehensif yang

berhubungan dengan penurunan kognitif yang mendukung sebagai data penyebab

terjadinya kerusakan memori pada lansia.

1.4.2 Bagi Pendidikan

Hasil karya ilmiah ini diharapkan bisa menjadi data penguat bahwa kerusakan

memori pada lansia ialah masalah yang sering terjadi sehingga membutuhkan

usaha pencegahan yang tepat. Selain itu, hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat

menjadi data dasar bagi karya ilmiah selanjutnya yang berkaitan dengan

pengembangan intervensi keperawatan pada lansia untuk mencegah terjadinya

penururnan kognitif dan terwujudnya penerapan praktek keperawatan dengan

memanfaatkan hasil karya ilmiah sebagai upaya promotif dan preventif untuk

mengantisipasi kerusakan memori.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan data dasar selanjutnya dalam area

keperawatan gerontik yang berkaitan dengan stimulasi kognitif. Selain itu, hasil

karya ilmiah ini diharapkan dapat membantu penelitian yang lain dalam mengatasi

masalah demensia.

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

7 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Penuaan pada setiap individu merupakan sesuatu yang normal yang akan terjadi

pada setiap individu. Proses penuaan ini diiringi dengan adanya perubahan fisik

dan psikologis. Penuaan tersebut juga mempengaruhi kebutuhan biologi dan

psikologis (Ebelsor, 2005). Kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh stimulus yang

datang dari dalam maupun dari luar. Pada lansia yang mengalami gangguan

kognitif atau kerusakan memori maka setiap tingkatan kebutuhan akan mengalami

masalah atau gangguan. Menurut Maslow Hierarki kebutuhan dasar manusia

terbagi menjadi lima tingkatan dalam mengatur kebutuhan dasar (Delaune &

Ladner, 2002; Potter & Perry, 2005). Maslow mengatakan bahwa individu yang

kebutuhan dasarnya terpenuhi maka orang tersebut mengalami kondisi yang sehat

dan apabila salah satu kebutuhan dasar tersebut tidak terpenuhi maka termasuk

individu yang mengalami kondisi berisiko dan sakit.

Maslow menyatakan terdapat lima tingkatan kebutuhan dasar manusia. Tingkatan

yang paling dasar meliputi kebutuhan fisiologis atau basic needs, seperti udara,

air dan makanan, temperature, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan seks.

Tingkatan yang kedua meliputi kebutuhan keselamatan dan kemanan yang

meliputi keamanan fisiologis dan psikologis. Tingkatan yang ketiga meliputi

kebutuhan cinta dan rasa memiliki termasuk hubungan sosial. Tingkatan keempat

meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri yang melibatkan percaya diri,

pengamatan, merasa berguna, penerimaan dan kepuasan diri. Tingkatan terakhir

yaitu kebutuhan aktualisasi diri berupa pernyataan dari penerimaanyang penuh

potensi dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengatasinya

dengan cara realistis yang berhubungan dengan situasi hidup.

Tingkat kebutuhan (Hierarki Maslow) lansia yang mengalami penurunan memori

tidak hanya difokuskan kepada pemenuhan kebutuhan dasar tetapi juga dalam

menciptakan lingkungan dan hubungan dengan perkembangan, aktualisasi diri dan

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

8

Universitas Indonesia

kualitas hidup (Ebersol, 2005). Penderita dimensia sering kali tidak dapat

menyelesaikan kebutuhan dasar secara mandiri. Orang yang mengalami gangguan

kognitif diakibatkan karena terjadinya kerusakan pada memori jangka pendek

individu tersebut sehingga penderita demensia tidak ingat dengan apa yang sudah

dilakukannya seperti makan, mandi dan sebagainya. Individu yang tidak

melakukan kebersihan tentu saja mengakibatan gangguan pada pemenuhan rasa

nyaman. Penderita gangguan kognitif tidak mampu untuk mengungkapkan

perasaan dan pikirannya seperti rasa kasih sayang, harga diri dan hidup yang

berarti (Ebersol, 2005). Individu yang mengalami gangguan kognitif juga

membutuhkan perawatan untuk kualitas hidupnya. Perawatan, rasa kasih sayang,

harga diri serta hidup yang berarti merupakan kebutuhan dasar manusia. Masalah

kesehatan yang terjadi pada individu dapat terjadi apabila kebutuhan dasar tidak

terpenuhi.

2.2 Demensia

2.2.1 Pengertian

Demensia merupakan suatu sindrom penurunan kemampuan intelektual progresif

yang menyebabkan penurunan kualitas kognitif dan fungsional sehingga

mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-

hari (Siahaan, Marlin M, 2008). Menurut Nancy L dan Peter V. R (2006) juga

menyatakan bahwa demensia adalah kondisi dimana seseorang mengalami gejala

penurunan fungsi intelektual, umumnya ditandai dengan penurunan bahasa,

memori, mengenal orang, dan emosional. Demensia merupakan kondisi yang

menggambarkan keseluruhan berbagai gejala yang berhubungan dengan

kerusakan memori atau kerusakan fungsi kognitif yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Alzheimer’s

Association, 2013; Stanley & Beare, 2008).

Kerusakan memori merupakan ketidakmampuan mengingat, mengulang beberapa

informasi atau keterampilan perilaku (Herdman, 2012; Wilkinson & Ahern,

2011). Batasan karakteristik dari masalah kerusakan memori dapat dilihat dari

ketidakmampuan individu dalam memepelajari informasi baru, dan keterampilan

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

9

Universitas Indonesia

baru, ketidakmampuan melakukan keterampilan yang telah dipelajari

sebelumnya, ketidakmampuan mengingat peristiwa, ketidak mampuan

menyimpan infornasi baru. Selain itu, batasan karteristik yang lain dapat dilihat

dari ketidakmampuan mengingar perilaku tertentu yang pernah dilakukan dan

mengeluh mengalami lupa.

Kerusakan memori merupakan salah satu tanda gejala yang sering terjadi pada

penderita demensia. Penderita yang mengalami demensia memiliki fungsi

intelektual yang terganggu sehingga menyebabkan gangguan dalam aktivitas

sehari-hari maupun interaksi dengan orang lain. Individu yang menderita

demensia dengan derajat ringan biasanya masih mempertahankan daya tarik

sosialnya dan dapat menutupi gangguan intelektualnya dengan sikap yang riang

dan kooperatif sehingga pemeriksa harus mengobservasi isi pikirannya. Cara

untuk medeteksi penderita dengan demensia yaitu kesulitan dalam kemampuan

untuk mengingat peristiwa yang baru saja terjadi dan kemampuan mengingat

semua hal tersebut sesudah 5 menit dilakukan. Gejala-gejala seperti itu

mempengaruhi perubahan fisik, sosial dan emosional baik dari penderita demensia

maupun keluarga. Munculnya gejala demensia tersebut dapat terjadi dengan

beberapa faktor pemicu.

Faktor risiko yang memiliki hubungan dengan penyakit demensia Alzheimer yaitu

agregasi familial dari sindrom down, usia individu yang sudah lanjut, genetik

riwayat depresi, trauma kepala, dan pendidikan rendah (Alzheimer’s Association,

2013; Stanley & Beare, 2007). Faktor risiko lain yang dikaitkan dengan demensia

vaskuler adalah atrial fibrilasi (gangguan irama jantung), diabetes mellitus

(kencing manis), stroke, gangguan fungsi kognitif sebelumnya (premorbid

cognitive impairment).

2.2.2 Klasifikasi Demensia

Pengklasifikasian demensia dibagi berdasarkan perjalanan penyakit atau penyebab

umur dan kerusakan otak. Berdasarkan perjalanan penyakit yaitu dimensia

irreversible diantaranya karena infeksi, atau sindrom demensia akibat stres serta

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

10

Universitas Indonesia

depresi, hidrosefalus komunikans serta subdural hematom dan reversibel

diantaranya defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau defisiensi

asam folat), efek samping obat, asupan alkohol akut dan tumor atau trauma,

penyakit cerebro kardiovaskuler, penyakit- penyakit metabolik, gangguan nutrisi,

akibat intoksikasi menahun (Hoffman & Constance, 2001). Selain itu,

berdasarkan umur dibagi menjadi dimensia senilis yaitu demensia yang terjadi

pada usia > 65 tahun dan dimensia prasenilis yaitu dimensia yang terjadi < 65

tahun.

Klasifikasi dimensia selanjutnya yaitu berdasarkan kerusakan otak, diantaranya

tipe Alzheimer yang disebabkan karena kondisi sel syaraf yang mati, demensia

vaskuler yang disebabkan karena gangguan sirkulasi darah di otak seperti

hipertensi, arteriosklerosis, dan ateroklerosis, penyakit Parkinson, dan penyakit

pick. Selain itu, berdasarkan kerusakan otak yaitu dimensia terkait HIV-AIDS

yang dapat menyerang system saraf pusat, menyebabkan ensefalopati HIV atau

komlek demensia AIDS, multiple sklerosis, serta neurosifilis dan penyakit

Huntington.

2.2.3 Tahapan Demensia

Penyakit Alzheimer dan penyakit lain yang menyebabkan demensia dikenal

dengan keanekaragamn gejala demensia. Penyakit demensia alzheimer dibagi

menjadi 3 tahapan yaitu tahap awal, pertengahan dan akhir (Nugroho, 2008;

Stanley & Beare, 2007).

Tahapan awal atau demensia ringan ditandai dengan gejala yang sering diabaikan

dan disalah artikan sebagai usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses

menua. Pada umumnya klien menunjukkan gejala kesulitan dalam berbahasa,

mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna. Jika seseorang mengalami

kesulitan atau tidak bisa mengingat 3 benda setelah 5 menit, maka orang tersebut

dapat dianggap mengalami kerusakan memori jangka pendek (American

Psychiatric Asosiation, 1994 dalam Hoffman & Constance, 2001). Dalam

kehidupan sehari-hari dapat dilihat bahwa biasanya lansia dengan dementia

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

11

Universitas Indonesia

mengalami kesulitan untuk mengingat kejadian yang baru dilakukannya misalnya

tidak ingat tadi pagi kegiatan yang diikuti apa saja, apa saja yang di makan saat

sarapan, ataupun kesulitan untuk mempraktekan kembali gerakan senam yang

baru saja diajarkan serta disorientasi orang, waktu dan tempat. Individu dengan

masalah kognisi dan fungsi dimanifestasikan apabila indivudu tersebut dalam

situasi yang dapat menimbulkan stres sehingga individu tersebut cenderung

menarik diri atau depresi.

Tahap pertengahan atau demensia sedang ditandai dengan proses penyakit

berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. tahap pertengahan ini juga

mengalami kehilangan memori yaitu memori mengenai kejadian saat ini dan

masa lalu. Memori jangka panjang yang biasanya sering terlupa dapat dilihat dari

ketidakmampuan residen mengingat kapan dia lahir, kapan dia menikah, kapan

residen mulai tinggal di wisma. Gangguan lain dari fungsi otak seperti

kemampuan bahasa, gerak motorik, kemampuan untuk mengikuti arahan,

mengatur keuangan, mengenali objek menjadi gejala dari demensia. Adanya

perubahan personal dari penderita juga menjadi salah satu gejala demensia. Pada

stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-

hari, sangat bergantung pada orang lain, membutuhkan bantuan untuk kebersihan

diri (ke toilet, mandi dan berpakaian), dan terjadi perubahan perilaku, serta adanya

gangguan kepribadian sehingga menyebabkan kekhawatiran terhadap

keselamatan. Tahap ini penderita demensia mengalami disorientasi yang semakin

memburuk. Disorientasi dapat dartikan sebagai ketidakmampuan seseorang

memperhatikan atau mengingat fakta kehidupan yang ada disekelilingnya.

Disorientasi biasanya berhubungan dengan orang, waktu dan tempat. Tahap ini

merupakan tahap dimana terjadi penurunan ambang stress, kurangnya

pengendalian impuls dan kesulitan dalam mengenali lingkungan.

Tahap akhir atau dimensia berat dimana ditandai dengan ketidakmandirian dan

inaktif total, tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal), sukar

memahami dan menilai peristiwa, tidak mampu menemukan jalan di sekitar

rumah sendiri, kesulitan berjalan, mengalami inkontinensia (berkemih atau

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

12

Universitas Indonesia

defekasi), menunjukkan perilaku tidak wajar dimasyarakat, akhirnya bergantung

dikursi roda atau tempat tidur. Pada tahap ini penderita demesia mengalami

penurunan nafsu makan sehingga terjadi penurunan berat badan. Tahap ini siklus

tidur –bangun mengalami perubahan dan individu tersebut menghabiskan waktu

dengan mengantuk dan tampak menarik diri secara sosial dan lebih tidak peduli

terhadap lingkungan sekitar. Karakteristik lain dari demensia yaitu frustasi,

menarik diri, curiga, mudah marah, dan gelisah serta sulit untuk membuat

keputusan.

2.2.4 Penatalaksanaan Demensia

Menangani kasus demensia langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan

pengkajian kognisi, perilaku dan status fungsional serta riwayat penyakit pada

lansia yang dicurigai atau dipastikan menderita demensia. Perawat juga harus

melakukan identifikasi faktor risiko lingkungan untuk membantu mengarahkan

intervensi yang tepat untuk penyakit ini. Perawat juga melakukan pemeriksaan

kognisi menggunakan instrument berdasarkan tahapan demensia, situasi hidup dan

masalah yang muncul. Pemeriksaan kognisi menggunakan test MMSE ( Mini

Mental State Exam) CDR (Clinical Dementia Rating) dengan tujuan untuk

mengukur orientasi dan fungsi kognitif pada lansia (Stanley & Beare, 2007).

Pemeriksaan terhadap individu yang di curigai demensia juga harus dilakukan

pemeriksaan penunjang seperti CT scan dan MRI dengan tujuan untuk

menggambarkan masalah vaskuler sebagai faktor penyebab demensia, biasanya

pada CT Scan dapat memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar serta

adanya atrofi kortikal.

Perawat juga melakukan kolaborasi untuk melakukan verifikasi diagnosis.

Diagnosis yang akurat sangat penting mengingat progresifitas penyakit dapat

dihambat atau bahkan disembuhkan dengan memberikan terapi yang tepat.

Perawat juga melakukan pengukuran sebagai suatu pencegahan pada penderita

demensia vaskuler. Pengukuran tersebut dapat berupa pengaturan diet, olahraga,

dan pengontrolan terhadap diabetes dan hipertensi. Obat-obatan yang diberikan

dapat berupa antihipertensi, antikoagulan, atau antiplatelet. Pengontrolan terhadap

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

13

Universitas Indonesia

tekanan darah harus dilakukan sehingga tekanan darah seseorang dapat dijaga

agar berada dalam batas normal. Hal ini didukung oleh adanya perbaikan fungsi

kognitif pada seseorang yang mengalami demensia vaskuler.

Penggunaan obat antihipertensi dalam hal ini adalah sangat penting mengingat

antagonis reseptor b-2 dapat memperburuk kerusakan fungsi kognitif.

Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan diuretik telah dibuktikan

tidak berhubungan dengan perburukan fungsi kognitif dan diperkirakan hal itu

disebabkan oleh efek penurunan tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah

otak. Pendekatan terapi secara umum pada klien dengan demensia bertujuan untuk

memberikan perawatan medis suportif, dukungan emosional untuk pasien dan

keluarganya, serta terapi farmakologis untuk gejala-gejala yang spesifik, termasuk

perilaku yang merugikan.

Mencegah efek merusaknya fungsi kognitif maka kebutuhan primer pun harus

dipenuhi. Pada individu dengan demensia kebutuhan primer yang harus terpenuhi

diantaranya yaitu kebutuhan fisik dasar manusia kebutuhan rasa nyaman dan

kebutuhan akan rasa aman. Hal tersebut dikarena individu dengan demensia sering

kali tidak dapat menyelesaikan tugas secara mandiri. Menurut Model

progressively lowered stress threshold menyatakan dengan memberikan kerangka

kerja yang bermanfaat dapat mencegah banyak perilaku yang berkaitan dengan

demensia. Tekanan lingkungan merupakan suatu stressor dari individu di dalam

lingkungan. Individu dengan demensia karena rusaknya kemampuan untuk

menerima, memproses serta merespon terhadap stimuli sehingga mengalami

penurunan ambang untuk bertoleransi dan beradaptasi terhadap stress dari

lingkungan.

Tekanan lingkungan dapat menyeimbangkan antara pengalaman yang

menyenangkan sensori dengan pengalaman yang menstimulasi sensori juga

merupakan asuhan keperawatan yang efektif untuk individu dengan demensi

(Stanley & Beare, 2007). Tekanan lingkungan yang harus diperhatikan pada

penderita demensia yaitu tekanan lingkungan dari stimulus auditori, visual, serta

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

14

Universitas Indonesia

taktil. Perawat juga harus menggunakan kata-kata yang sesuai dengan usia dan

latar belakang lanjut usia. Individu tersebut harus didektai dengan cara yang tenag

dan ceria. Perawat harus menggunakan sentuhan yang lembut dan meyakinkan

saat berinteraksi dengan penderita demensia. Alzheimer Australia (2012)

menyatakan penderita demensia terkadang mengalami perubahan tingkah laku dan

perubahan emosi secara tiba-tiba. Sehingga pemberian hal-hal yang humoris dapat

meningkatkan kestabilan emosi (Doenges, 2000). Demensia bukan suatu penyakit

tetapi merupakan sebuah sindrom yang mempengaruhi kognitif individu.

Demensia tidak dapat disembuhkan tapi dapat dicegah kerusakan kognitifnya.

Salah satu cara untuk mencegah kerusakan kognitifnya dengan melakukan

stimulasi terapi kognitif.

2.2.4.1 Stimulasi Terapi Kognitif

Stimulasi terapi kognitif adalah upaya untuk mengoptimalkan kualitas kesehatan

inteligensi pada penderita gangguan otak, saraf dan otot yang dilakukan melalui

stimulasi atau latihan agar memiliki atau meningkatkan kemampuan inteligensi

(Depkes, 2010). Terapi atau stimulasi kognitif ini bertujuan untuk membantu

individu mengembangkan pola pikir yang rasional, terlibat dalan uji realitas, dan

membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal (Copel,

2007). Stimulasi kognitif juga bertujuan untuk menerapkan strategi dalam

meningkatkan fungsi kognitif bagi penderita dimensia, terutama Alzheimer

(Orell, Spector, & Woods, 2008).

Prinsip dalam pelaksanaan stimulasi terapi kognitif yaitu terapi ini tidak bisa

menyembuhkan dimensia secara total tetapi hanya mengurangi atau

memperlambat kerusakan kognitif , terapi kognitif ini menekankan kondisi realita

yang ada pada individu, stimulasi kognitif ini berkaitan erat dengan proses belajar

dengan penekanan pada fungsi-fungsi yang hilang, stimulasi kognitif selalu

terstruktur dan terencana dengan membangun aktivitas individu dan merespon

kebutuhan evaluasi objektif untuk melihat evektifitas terapi. Selain itu, prinsip

dari stimulasi kognitif adalah menggunakan berbagai bentuk dan teknik untuk

merubah cara berfikir, perasaan dan perilaku lansia serta terapi ini mengajarkan

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

15

Universitas Indonesia

lansia untuk berespon terhadap apa yang dipikirkan. Hal ini membantu lansia

untuk mengenal setiap pikiran negative dan mengganti dengan pikiran yang

positif.

Intervensi ini terdiri dari berbagai tindakan diantaranya yaitu terapi standar seperti

orientasi realita (waktu, tempat dan orang), dan terapi ingatan atau kenangan.

Selain itu, stimulasi kognitif juga menggunakan alternative terapi diantaranya

yaitu terapi gambar dan, terapi aktivitas. Orientasi realita merupakan suatu

tindakan intervensi yang banyak digunakan untuk penderita dimensia, terutama

yang berkaitan dengan gangguan memori dan disorientasi waktu, dan tanggal dan

warna. Orientasi realita ini menggunakan daya ingat terhadap lingkungan atau

informasi penting. Orientasi lingkungan dapat menggunakan alat bantu apabila

kemampuan memori untuk mengingat sulit, misalnya, orang , tempat, penggunaan

kalender atau buku harian, buku dengan informasi penting pribadi, stiker atau

tanda-tanda di pintu dan lemari yang menunjukkan fungsi dari benda tersebut

(Droes, et al, 2011). Penelitian Davies, Orrel, Spector & Woods (2000)

menunjukkan bahwa orientasi realita dapat meningkatkan fungsi kognitif dan

perilaku pada penderita demensia.

Tindakan selanjutnya yaitu terapi kenangan atau ingatan yang melibatkan

penderita demensia untuk memunculkan kembali pengalaman masa lalunya,

terutama pengalaman yang positif. Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki daya

ingat dan juga menimbulkan rasa senang saat mereka mengingatnya seperti hobi

mereka terdahulu, liburan bersama keluarga. Terapi ini terkadang bersamaan

dengan aktivitas yang lain misalnya sambil mendengarkan musik.

Tindakan selanjutnya yaitu melakukan terapi aktifitas dengan melibatkan orang

lain, misalnya bermain, olahraga dan menari. Penelitian menunjukkan bahwa

aktifitas fisik membantu dalam meningkatkan fungsi kognitif, memperbaiki

kesehatan mental, pola tidur dan mood individu (Douglas, 2004). Penelitian Festi

(2010) menyatakan bahwa terdapat perbedaan fungsi kognitif sebelum dan setelah

diberikan brain gym. Peneliti juga menyatakan bahwa latihan senam dapat

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

16

Universitas Indonesia

membantu mengatasi damapak buruk dari demensi (Hughes,2011). Selain itu,

penggunaan cahaya redup juga sebagai terapi untuk membantu memperbaiki

disorientasi waktu. Terapi ini juga memperbaiki gangguan dalam tidur. Penderita

dengan demensia juga dapat dilakukan tindakan dengan terapi gambar. Terapi ini

direkomendasikan sebagai suatu terapi untuk meningkatkan stimulus, interaksi

sosial serta memperbaiki rasa percaya diri pada lansia. Lansia akan diberikan

kesempatan untuk mengekspresikan apa yang dilihatnya dengan menggunakan

sebuah gambar seperti binatang atau benda. Dengan media gambar penderita

demensia dapat mengatasi masalah kerusakan memori pada tahap awal demensia.

2.3 Pelayanan Kesehatan Pada Lanjut Usia

Lansia saat ini diperlukan adanya motivasi serta pelayanan kesehatan yang

membuat kebutuhan dasar terpenuhi. Peningkatan jumlah lansia harus di dukung

dengan peningkatan perawatan kesehatan khusus lanjut usia. Lansia saat ini

beresiko terhadap perubahan yang terjadi akibat proses menua serta penilaian

yang berubah akibat perubahan diet, latihan fisik, kebiasaan saat lansia,

mekanisme koping, lingkungan dan faktor psikososial (Stanley & Beare, 2007).

Lansia yang produktif dan sehat dibutuhkan faktor yang mempengaruhi nya yaitu

kondisi biologis, lingkungan serta akses pmendapatkan pelayanan kesehatan.

Perawatan dan pelayanan kesehatan lanjut usia yang berkualitas dapat

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup lanisa. Pelayanan kesehatan untuk

lanjut usia berkembang dengan cepat dan memiliki program yang semakin

inovasi. Adanya institusi layanan kesehatan pada lansia memerlukan adanya

tenaga kesehatan yang membantu dalam memenuhi kebutuhan dasar lanjut usia.

Pelayanan lanjut usia tersebut antara lain social residens, home care, adult day

care, hospice care dan nursing home.

Pelayanan pada lanjut usia tidak hanya dipanti atau nursing home saja tetapi ada

beberapa layanan yang digunakan untuk lanjut usia (Miller, 2012). Sosial

residence merupakan pelayanan yang digunakan untuk mengatasi permasalah

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

17

Universitas Indonesia

pada kelompok lanjut usia atas pengambilan keputusan dan kebutuhan sehari-hari

(Scourfield, 2006). Pelayanan ini ditujukan bagi lanjut usia yang mandiri.

Home care merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

yang didukung oleh asuransi kesehatan serta memiliki kualifikasi tertentu.

Pelayanan home care meliputi asuhan keperawatan di rumah, kerja sosial, terapi

wicara, terapi fisik, konseling nutrisi, dan dukungan pelayanan jangka panjang

(Miller, 2012). Pelayanan kesehatan di rumah bagi lansia tergantung dari

kebutuhan lansia. Semua bentuk asuhan keperawatan dapat diberikan dalam

bentuk perawatan kesehatan di rumah (Stanley & Beare, 2007).

Adult day care merupakan program atau fasilitas tambahan yang ada di

masyarakat yang berada di lingkungan lansia. Terdapat dua tingkatan yaitu social

day care dan adult day health. Lansia dengan social day care tidak memerlukan

perawatan langsung oleh perawat. Dalam adult day care, perawatan didasarkan

atas program kesehatan. Program tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

serta keamanan lanjut usia ketika anggota keluarga lansia bekerja atau sedang

tidak dapat membantu lanjut usia tersebut (Miller, 2012). Beberapa pelayanan

perawatan yang disediakan untuk lanjut usia adalah pemeriksaan tanda-tanda

vital, latihan atau terapi fisik seperti senam atau latihan ROM, pemberian obat,

serta kegiatan positif untuk meningkatkan kesehatan lansia (Stanley & Beare,

2007).

Hospice care merupakan suatu program pelayanan bagi lanjut usia yang

membutuhkan perawatan paliatif dan suportif. Perawatan ini ditujukan pada klien

dan keluarga dengan penyakit terminal yang bertujuan menyediakan kenyamanan

dalam menghadapi kematian. Dengan diberikannya perawatan tersebut, lanjut

usia dengan penyakit terminal dapat berkonsentrasi dengan kebutuhan emosional

maupun spiritual di akhir hidupnya.

Nursing home merupakan sebuah tempat tinggal dengan berbagai fasilitas

kesehatan maupun fasilitas sosial yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

18

Universitas Indonesia

dasar lanjut usia seperti makan, berpakaian dan merawat kebersihan diri

(Tennessee Health Care Association, 2013). Namun, nursing home berbeda

dengan fasilitas Panti werdha lainnya. Nursing home menyediakan perawatan

medis untuk lansia yang sakit. Selain itu, Nursing Home juga memberikan

perawatan yang terampil juga mencakup layanan yang berikan oleh perawat yang

terlatih seperti terapi aktivitas, serta terapi okupasi. Populasi lansia yang

membutuhkan perhatian pada nursing home sangat meluas terutama pada kondisi

medis. Nursing home juga memberikan pelayanan yang lebih memuaskan.

Pelayanan tersebut menyediakan perawatan dalam jangka waktu yang panjang

dengan pengawasan perawatan selama 24 jam. Selain pelayanan kesehatan,

nursing home juga memiliki standar tertentu yang telah ditetapkan dalam

penyediaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi lanjut usia.

Tujuan didirikannya nursing home care dan long-term care adalah untuk

mencapai dan memelihara kesehatan dan kemandirian fungsional yang optimal.

Pada masa sekarang ini, terdapat 50% kesempatan bagi seorang wanita di atas

umur 65 tahun akan menghabiskan waktu dalam fasilitas nursing home care and

long-term care pada beberapa titik di dalam kehidupannya. Kesempatan untuk

pria pada usia yang sama adalah 30% (Kaeser, 1991 dalam Stanley, & Beare,

2005). Pelayanan kesehatan di nursing home juga terdapat lansia yang memiliki

tingkat kemandirian partial care sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk

memenuhi sebagian kebutuhannya, sedangkan lansia yang memiliki tingkat

kemandirian total care sangat memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan dirinya. Salah satu fasilitas yang tersedia dalam menunjang kebutuhan

lanjut usia dengan adanya care giver untuk membantu lansia dalam memenuhi

kebutuhan dirinya.

Pada tatanan nursing home, lansia mendapatkan layanan dalam perawatan

berkelanjutan dan pemeliharaan kesehatan yang optimal. Lansia yang datang ke

PSTW tidak selalu dengan keterbatasan, tetapi lansia yang sehat juga menempati

nursing home. Nursing home dalam pandangan masyarakat Indonesia merupakan

panti werdha yang mempunyai kegiatan atau program yang berbeda. Lansia yang

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

19

Universitas Indonesia

tinggal di nursing home tentunya ingin mendapatkan fasilitas yang menunjang

kebutuhan kondisi lanjut usia tersebut. Lanjut usia tersebut akan mendapatkan

fasilitas seperti (1) kebersihan akan kamar baik lantai maupun kamar mandi, (2)

Fasilitas yang disediakan yaitu makanan. Makanan yang disajikan oleh petugas

Nursing home tentunya yang sehat dan bergizi, serta pola makan yang teratur.

Fasilitas yang ke (3) Aktivitas atau kegiatan. Nursing home menyediakan

aktivitas yang dapat membantu untuk meningkatkan kondisi kesehatan pada setiap

lansia. Fasilitas yang ke (4) Perawatan darurat 24 jam dan pemantauan Obat.

Pelayanan nursing home harus memenuhi standar nursing home yang bersertifikat

dari California Advocates Health Nursing Reform (2012), diantaranya yaitu

kebutuhan akomodasi untuk residen, karyawan atau tenaga kesehatan yang

memadai untuk memenuhi kebutuhan residen, kebutuhan cairan untuk mengatasi

lanjut usia yang mengalami dehidrasi, kebutuhan nutrisi memenuhi standar diet

yang bagus, makanan yang menarik, gizi yang seimbang dan pola makan yang

teratur serta peralatan makanan untuk residen, pemberian obat secara benar yang

diberikan oleh petugas di nursing home, petugas apoteker yang berlisensi dalam

sistem pengobatan untuk residen, pelayanan fisioterapi, pelayanan mata, telinga

dan gigi, pencegahan kecelakaan pada residen, program pengendalian infeksi

serta pemeriksaan kesehatan pada dokter.

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

20 Universitas Indonesia

BAB 3

DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Residen

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti khususnya wisma cempaka terdiri dari 19

residen yang salah satunya yaitu residen kelolaan. Residen kelolaan utama yaitu

Eyang H. Residen merupakan seorang lansia yang berusia 88 tahun yang tinggal

di Wisma Cempaka, STW Karya Bhakti dengan latar belakang pendidikan

terakhir yaitu SD. Residen ada seorang janda dengan 1 orang anak perempuan dan

saat ini anaknya tersebut telah dikaruniai 2 orang putra. Sebelum Residen masuk

ke STW, Residen tidak memiliki pekerjaan. Beliau hanya seorang ibu rumah

tangga. Residen memiliki kesukaan menjahit dan membuat baju. Residen

memeluk agama islam. Residen masih aktif melakukan ibdah shalat 5 waktu dan

berpuasa. Residen berasal dari suku jawa (Surabaya). Sebelum tinggal di STW,

Residen bertempat tinggal di rumah anaknya di Jln. Tebet Barat Dalam VII No. 76

Jakarta Timur.

Residen saat ini memilih tinggal di STW Karya Bhakti karena tidak ingin

merepotkan keluarga dan ingin memiliki banyak teman serta residen merasa aman

tinggal di STW apabila terjadi sesuatu dengan dirinya. Hasil pengkajian

didapatkan bahwa Residen mengatakan mempunyai keluarga di Jakarta, yaitu di

daerah Tebet dan Kota Wisata. Residen hanya tinggal sendiri di ruma anaknya.

Hal tersebut dikarenakan anaknya dipindahkan bekerja diluar kota. Hubungan

dengan anak, menantu dan cucu sangat baik. Keluarga dan saudara selalu

mendukung keputusan beliau. Terkadang anak dan cucu residen mengunjungi

residen di STW. Residen juga mengaku senang apabila ada Penulis atau

mahasiswa yang sedang praktik di wisma tersebut, karena residen ada temen buat

diajak mengobrol dan tertawa sehingga beliau tidak merasa kesepian. Residen

juga baik dengan petugas panti dan care giver, petugas panti dan tamu yang

berkunjung ke panti tersebut.

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

21

Universitas Indonesia

Kondisi emosi residen di STW stabil dan residen merupakan residen yang baik

kepada orang lain, tetapi karena residen mengalami gangguan pendengaran dan

gangguan kognitif terkadang emosi residen suka tidak terkontrol. Salah paham

juga pernah terjadi antara residen dengan orang lain atau dengan penghuni STW.

Hal tersebut dikarenakan residen memiliki gangguan pendengaran dan gangguan

kognitif.

3.1.2 Riwayat Kesehatan Residen

Residen memiliki diagnosa medis yaitu osteoporosis serta hipertensi. Residen juga

mempunyai riwayat penyakit gastritis. Residen memiliki hipertensi karena pola

makan residen yang tidak teratur dan residen suka makan yang asin-asin. Saat ini,

residen mendapatkan terapi obat dari STW yaitu amlodipin 2x sehari.

Hasil wawancara Penulis wijaya kusuma dan PJ wisma Cempaka, residen

mengalami jatuh di STW sebanyak 3 kali sehingga menyebabkan kaki sebelah

kanan sakit serta sulit untuk berjalan. Residen juga mengalami gangguan kognitif

atau sering lupa semenjak sebelum masuk ke STW kira-kira pada tahun 2008 dan

belum separah seperti sekarang ini. Menurut perawat WK dan anak residen,

residen mengalami penurunan kognitif sebelum masuk ke STW. Residen juga

sering mengatakan lupa apabila ditanya sesuatu baik tentangg dirinya maupun

tentang hal yang lain seperti tanggal dan makanan yang dimakan. Hasil observasi

penulis kepada residen didapatkan residen lupa dengan apa yang dibicarakan

setelah 5 menit, residen lupa dengan apa yang sudah dikerjakan, residen selalu

mengulang pertanyaan yang sama. Perilaku residen saat ini sering curiga dengan

orang sekitar, mudah marah, menarik diri dari lingkungan dan sering lupa. Pada

bulan April 2013 residen mengalami jatuh kembali di STW dan mengalami

hematom di sekitar hidung. Hasil pengkajian dan rekam medis juga didapatkan

keluarga residen tidak memiliki riwayat keluarga yang serius dan penyakit

menular. Kelurga residen tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung,

ginjal, DM, dan masalah pernapasan.

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

22

Universitas Indonesia

3.1.3 Kebiasaan Sehari-hari Residen

Hasil observasi didapatkan bahwa sehari –hari pola makan residen yaitu 3x/hari,

makan pagi pukul 06.30, makan siang 12.00, dan makan sore pukul 17.00. Menu

makanan yang dihidangkan di STW yaitu nasi, sayur (sayur sop, tumis), lauk-

pauk (ayam, ikan, tahu, tempe), dan buah (semangka/pisang). Residen terlihat

jarang menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan petugas panti. Hal tersebut

dikarenakan residen tidak terlalu suka dengan sayur yang dimasak oleh STW.

Residen setiap pagi memiliki rutinitas minum teh hangat dan sore hari minum

kopi. Residen terlihat minum air putih hanya sedikit, 1 hari hanya minum 500cc.

Residen sehari-harinya melakukan aktifitas secara mandiri. Aktifitas yang

dilakukan residen yaitu mandi, shalat, menonton TV, senam pagi dan main

angklung yang diadakan di STW, kadang-kadang mencuci baju sendiri. Hasil

observasi penulis bahwa residen terlihat jarang tidur siang sehingga residen sering

melakukan aktifitas dengan duduk sendiri diteras depan kamar atau berinteraksi

dengan mahasiswa praktik. Care giver penghuni lain juga mengatakan residen

sering terbangun pada malam hari dan berjalan keluar. Residen tampak

mengantuk saat sedang duduk di teras depan kamar atau sedang duduk di ruang

kreasi bersama mahasiswa praktik.

Residen melakukan BAK secara mandiri dengan frekuensi 6x/hari, dan beliau

mengatakan tidak mengalami kesulitan pada saat BAK. Residen juga mengatakan

BAB biasanya 1x/hari pada pagi hari. Saat melakukan BAK dan BAB, residen

tidak pernah mengeluh sakit. Residen mengatakan melakukan kebersihan diri atau

mandi sebanyak sehari 2 atau 3x tetapi dari hasil observasi penulis tercium bau

yang tidak sedap serta baju yang dikenakan kemarin belum ganti. Hasil

wawancara dengan residen, residen mengatakan ingin menjalani hari tuanya

dengan tenang dan sehat walaupun sekarang sudah mengalami penurunan

pendengaran dan sudah mulai pelupa.

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

23

Universitas Indonesia

3.1.4 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan kepada residen dimulai dari pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan menggunakan FMS, BBT, MMSE, CDR, GDS serta Katz Indeks.

Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh. Pada bagian kepala pemeriksaan

yang dilakukan pada bagian mata, hidung, mulut, dan telinga didapatkan hasil

kepala bulat, simetris (normocephalic), tidak terdapat lesi. Rambut residen tipis,

model pendek, berwarna putih, kering, tidak bercabang, terdistribusi secara merata

pada kulit kepala, tidak ada lesi pada kulit kepala. Pergerakan bola mata simetris,

konjuntiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, terdapat sekresi mata (belek),

mengalami penglihatan yang berkurang, tidak terdapat edema di sekitar mata (area

preorbital) serta sekitar lensa agak putih dan terdapat kantung mata. Posisi lubang

hidung sama, tidak ada sekresi, tidak ada polip atau atau tidak ada hambatan

dalam bernafas. Mulut residen tercium bau yang tidak sedap, gigi terlihat kotor

dan terdapat banyak gigi yang sudah tanggal, tidak terlihat adanya stomatitis,

terdapat karies gigi, serta membran mukosa kering. Pemeriksaan pada bagian

telinga didapatkan bahwa telinga sedikit kotor, posisi kedua telinga simetris dan

tidak ada benjolan pada telinga serta residen mengalami gangguan pendengaran.

Pemeriksaan selanjutnya pada bagian leher, didapatkan bahwa tidak adanya lesi,

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak terdapat gangguan proses menelan.

Pada pemeriksaan bagian dada atau thorax terlihat tidak ada lesi, perkembangan

dada simetris dan tidak ada retraksi dinding dada. Pemeriksaan auskultasi dinding

dada didapatkan bunyi nafas vesikuler dan bronkovesikuler, tidak adanya bunyi

whezzing dan ronkhi serta bunyi jantung S1& S2 Normal, tidak adanya murmur

dan gallop. Pada pemeriksaan abdomen tidak terdapat ada lesi, tidak terdapat

benjolan pada perut, tidak ada nyeri tekan, dan terdapat bunyi bising usus saat di

auskultasi. Pada pemeriksaan musculoskeletal terdapat kelemahan pada otot kaki

residen. Hasil kekuatan otot yaitu residen pada lengan kanan seluruh gerakan otot

dapat dilakukan dengan benar dan dapat melawan gravitasi atau tahanan ringan

dan sedang dari pemeriksa, lengan kiri seluruh gerakan otot dapat dilakukan

dengan benar dan dapat melawan tahanan ringan kecuali jari telunjuk sebelah kiri

mendapat nilai 3 karena tidak mampu melawan tahanan. Pada otot kaki kanan

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

24

Universitas Indonesia

gerakan sendi penuh, mampu melawan gravitasi dan menahan tekanan ringan.

Pada kaki kiri, gerakan otot mampu melawangravitasi dan menahan tahanan

ringan dan ketika diminta mengangkat kaki hanya mampu menahan sebentar.

Gaya berjalan residen terlihat seperti pincang dan tubuh sedikit membungkuk.

Pada pemeriksaan integument terlihat tidak terdapat lesi, warna kulit kuning

langsat, kulit terlihat kering serta didapatkan turgor kulit lambat.

Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu Pemeriksaan GDS (Geriatric Depression

Scale) dengan nilai 6 (normal), pemeriksaan Resiko Jatuh (FMS) dengan nilai 65

(resiko jatuh tinggi). Selain itu, didapatkan hasil dari pemeriksaan BBT (Berg

Balance Test) dengan nilai 52, dan pemeriksaan Indeks Kemandirian dengan nilai

6 (Kemandirian penuh). Pada pemeriksaan MMSE (Mini Mental State

Examinantion) dapat dilihat bahwa residen tidak mampu menyebutkan tahun,

bulan, tanggal, hari serta musim, serta residen hanya mampu menyebutkan tempat

dan wisma yang sekarang beliau tempati. Dalam menyebutkan 3 objek, residen

mampu menyebutkan kembali. Residen tidak mampu dalam berhitung atau

menyebutkan bacaan terbalik. Residen juga tidak mampu mengulang kembali 3

objek yang disebutkan tadi. Dalam aspek bahasa, residen belum mampu

menyebutkan 2 benda di atas meja sehingga didapatkan nilai 14 dengan gangguan

kognitif berat. Pada pemeriksaan CDR (Clinical Dementia Rating) didapatkan

hasil bahwa pada pemeriksaan memori, orientasi, pengambilan keputusan,

aktivitas sosial serta pekerjaan rumah atau hoby mendapatkan nilai 2 yang berarti

gangguan ringan, dan pemeriksaan perawatan diri mendapatkan nilai 1 yang

berarti gangguan ringan yang membutuhkan dorongan atau motivasi dalam

melakukan pemenuhan kebutuhan.

3.2 Analisis Data

Hasil pengkajian yang telah dipaparkan diatas didapatkan masalah keperawatan

berdasarkan klasifikasi NANDA (2012) yaitu (1) kerusakan memori, adalah

ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan perilaku

dengan data pendukung bahwa residen selalu mengatakan lupa atau tidak ingat

ketika ditanya tanggal, bulan, tahun dan hari, residen terlihat berpikir keras saat

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

25

Universitas Indonesia

akan menjawab, residen tidak mampu menjawab umur residen sendiri, residen

tidak mampu mengingat sesuatu, residen telihat bingung, dan hasil pemeriksaan

MMSE= 14 dan CDR dengan nilai yaitu pada pemeriksaan Memori=2,

Orientasi=2, Pengambilan keputusan=2, Aktivitas Sosial=2, Pekerjaan rumah dan

hobi=2, serta Perawatan diri= 1 (nilai 2 berarti gangguan sedang dan 1 berarti

gangguan ringan). Masalah keperawatan residen yang ke-(2) yaitu defisit

kebersihan diri; mandi, adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri dengan data pendukung

diantaranya residen mengatakan mandi sehari 2x, residen mengatakan

pepsodentnya habis, serta residen mengatakan menggosok gigi saat mandi. Data

observasi selanjutnya yaitu mulut residen terlihat kotor, kuku tangan dan kaki

residen terlihat panjang, gigi residen terlihat kotoran yang menempel, tercium bau

yang tidak enak dari mulut residen rambut resdien terlihat lepek dan lembab serta

kulit residen terlihat kering.

Masalah keperawatan yang terjadi pada residen yaitu (3) Risiko jatuh, adalah

peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik dengan

data pendukung yaitu residen berusia diatas 65 tahun, hidup seorang diri dan tidak

ada care giver, tekanan darah residen yaitu 140/80 mmHg, mengalami penurunan

kekuatan ekstermitas bawah, residen mengatakan pendengarannya berkurang,

gaya berjalan residen sedikit pincang, postur tubuh residen yaitu sedikit bungkuk,

residen berjalan terlihat pelan dan berpegang dengan tembok serta hasil

pemeriksaan FMS= 65 (risiko tinggi jatuh) dan BBT= 52 (risiko jatuh rendah).

3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang dapat ditegakkan pada residen dari data pengkajian yang sudah

ditemukan adalah kerusakan memori, defisit kebersihan diri; mandi, serta risiko

jatuh. Dari ke-3 diagnosis keperawatan yang ditemukan, maka di dalam karya

ilmiah ini penulis memfokuskan pada 1 diagnosa keperawatan yang dapat

membantu residen untuk meningkatkan kondisi kesehatan residen yaitu masalah

kerusakan memori.

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

26

Universitas Indonesia

3.4 Rencana Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan pada residen berdasarkan ketiga diagnosis

keperawatan dari Doenges (2000) diantaranya, kerusakan memori, defisit

perawatan diri; mandi dan risiko jatuh. Tujuan dari asuhan keperawatan kepada

residen telah disesuaikan dengan masing-masing diagnosis keperawatan yang

muncul. Diagnosa pertama yaitu kerusakan memori dengan tujuan agar setelah

dilakukan asuhan keperawatan, residen mampu mengenal atau berorientasi

terhadap waktu, orang, dan tempat serta menyatakan dapat mengingat lebih baik.

Intervensi yang akan dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif residen yaitu

panggil nama residen saat memulai interaksi, tatap wajah residen saat melakukan

interaksi, pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang seperti matikan

TV apabila menggangu residen, lakukan pendekatan secara perlahan pada saat

berinteraksi dengan penderita gangguan kognitif, mengggunakan suara yang

rendah dan berbicara dengan perlahan, serta menggunakan kata-kata atau kalimat

yang sederhana saat berinteraksi dengan residen.

Intervensi lainnya yaitu menggunakan hal-hal yang humoris saat berinteraksi

dengan residen, berikan residen kesempatan untuk mengingat kembali masa lalu

seperti menanyakan kembali data-data pribadi, residen berikan stimulasi kognitif

kepada residen berupa terapi gambar dengan menggunakan berbagai media

gambar pengingat memori (misal foto atau gambar binatang), beri kesempatan

residen untuk menjelaskan maksud gambar tersebut, serta berikan stimulasi

kognitif dengan menggunakan media warna, beri kesempatan pada residen untuk

mengenal waktu dengan menggunakan jam besar, kalender, yang mempunyai

lembar perhari dengan tulisan besar dan beri reinforcement positif atas apa yang

residen utarakan. Penulis juga harus mengevaluasi resdien dalam

mengorientasikan waktu, tanggal dengan menggunakan kalender sobek. Tanyakan

kepada residen apakah kalender sudah disobek dan tanya sekarang tanggal berapa,

bulan serta tahun seta buat aktivitas yang bermanfaat dan gerakan yang berulang

seperti menyapu lantai dan senam. Intervensi yang diajarkan maka harus diberikan

evaluasi terhadap apa yang di latih.

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

27

Universitas Indonesia

Diagnosa kedua yaitu defisit perawatan diri; mandi. Tujuan dari diagnosa tersebut

yaitu menunjukkan perawatan diri residen seperti mandi, kebersihan gigi agar

residen terlihat wangi dan bersih. Intervensi yang akan dilakukan yaitu identifikasi

kesulitan dalam perawatan diri, identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri

residen, diskusi bersama residen pentingnya menjaga kebersihan diri, kuku, mulut

serta kulit residen, mendiskusikan bersama residen tujuan dan prosedur tindakan

merawat kebersihan diri, mempraktikkan cara merawat kebersihan diri; mandi dan

menggosok gigi, berikan bantuan sesuai dengan perawatan yang dibutuhkan

residen kuku, kulit dan gosok gigi, serta berikan jadwal lansia melakukan

perawatan kebersihan diri.

Diagnosa ketiga yaitu risiko jatuh yang bertujuan untuk mencegah terjadinya jatuh

pada residen. Tujuan khusus dari diagnosa tersebut yaitu meningkatkan

pengetahuan residen tentang risiko jatuh, menilai ketakutan residen tentang jatuh,

meningkatkan kekuatan otot dan keseimbangan residen, meningkatkan kebersihan

dan kerapihan kamar serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko jatuh pada

eyang. Intervensi yang akan diberikan pada residen yaitu meliputi identifikasi

bersama residen lingkungan yang dapat menyebabkan jatuh, identifikasi bersama

residen alat kaki yang menyebabkan jatuh, membantu residen membersihkan

kamar dan memfasilitasi mengikuti aktivitas. Memotivasi untuk melakukan

latihan-latihan yang dapat meningkatan kekuatan otot dan keseimbangan, serta

bantu residen dalam melakukan latihan fisik atau kekuatan otot.

Intervensi selanjutnya yang dapat diberikan yaitu memperhatikan kondisi

lingkungan residen. Penulis juga berkerja sama dengan pihak wisma khususnya

caregiver dan cleaning service agar selalu memberikan lingkungan yang aman

pada kamar residen serta lingkungan disekitar wisma seperi pencahayaan yang

terang, lantai yang tidak licin, kamar mandi, tersedianya hand rail dikamar serta

tersedianya alas anti selip untuk di kamar mandi. Penulis memberi tanda

menggunakan warna yang terang dan ukuran besar pada lantai yang sedang dip el

atau lantai yang basah, bekerja sama dengan residen untuk merapikan kamar dan

menganjurkan residen untuk selalu wapada apabila ada tanda peringatan jatuh

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

28

Universitas Indonesia

yaitu garis warna merah. Mengidentifikasi pemilihan tentang alat bantu berjalan,

memberikan arahan cara berjalan menggunakan alat bantu jalan. Secara lengkap

rencana keperawatan dengan tiga diagnosis yang dialami oleh residen dapat

dilihat pada Lampiran.

3.5 Implementasi

Implementasi asuhan keperawatan pada residen dilakukan dalam kurun waktu 7

minggu. Pertemuan terkait implementasi dilakukan sebanyak seminggu 4-5 kali

yaitu pada jam residen sedang santai duduk di ruang kreasi wisma Cempaka

selama kurang lebih 15-45 menit. Total pertemuan dengan residen selama tujuh

minggu mendapat 21 kali interaksi terakit dengan pengkajian dan intervensi

ketiga diagnosis tersebut. Permberian intervensi terkadang dilakukan bersama

dengan masalah keperawatan yang lain. Hal tersebut disebabkan karena residen

saat dilakukan intervensi selalu tidak fokus sehingga dibutuhkan intervensi lain

untuk membuat residen fokus dan mengeluh pusing dan capek.

Pertemuan pertama hingga keempat, penulis melakukan pengkajian terkait

kebutuhan dasar residen, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan terkait status mental

dan kognitif yaitu Geriatric Depression Scale (GDS) dan Mini Mental Status

Examination (MMSE) serta CDR (Clinical Dementia Rating). Penulis juga

melakukan pengkajian Fall Morse Scale (FMS), Berg Balance Test (BBT) dan

tingkat kemandirian (Katz Indeks).

3.5.1 Implementasi Masalah Kerusakan Memori

Pelaksanaan diagnosa kerusakan memori dilakukan selama 21 kali pertemuan.

Intervensi yang dilakukan kepada residen terlebih dahulu dengan memanggil

nama residen pada setiap interaksi yang dilakukan. Dengan memanggil nama

residen dapat menimbulkan pengenalan terhadap realita dan individu. Pendekatan

secara perlahan dilakukan oleh penulis kepada residen agar dapat memberikan

hubungan saling percaya. Saat melakukan interaksi, penulis menatap wajah

residen sehingga penulis dapat mengobservasi rekasi non verbal yang diberikan

oleh residen. Sebelum melakukan stimulus kognitif, penulis tidak lupa

memberikan lingkungan yang menyenangkan dan tenang seperti mematikan TV.

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

29

Universitas Indonesia

Penulis juga menggunakan suara yang rendah dan berbicara yang jelas dan

perlahan saat berinteraksi dengan residen. Tindakan yang dilakukan penulis

kepada residen dengan memberikan stimulus kognitif. Stimulasi kognitif yang

dilakukan dengan melatih orientasi realita, terapi ingatan atau kenangan, terapi

aktivitas, terapi warna dan terapi gambar.

Penulis memberikan stimulasi terapi kognitif. Dalam memberikan stimulasi

kognitif, adapun proses atau langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam

melakukan stimulasi terapi kognitif yaitu penulis menyiapkan media yang akan

digunakan untuk melatih stimulasi kognitif residen seperti menyiapkan kalender

atau memperkenalkan orang lain disekitar residen sebagai terapi orientasi realita,

media gambar sebagai terapi gambar dan ingatan serta mempersiapkan diri saat

ingin mempraktikan senam latih otak. Saat melalukan interaksi atau memberikan

stimulasi terapi kognitif penulis dan residen duduk saling berhadapan atau duduk

bersebelahan, penulis tidak lupa memperkenalkan diri kepada residen dan

memanggil nama residen sebagai cara untuk mengorientasikan nama residen. Saat

melakukan interaksi, gunakan suara yang rendah atau pelan dan berbicara yang

jelas. Kemudian, penulis menjelaskan maksud dan tujuan penulis berinteraksi

dengan residen.

Penulis memulai pembicaraan dengan menanyakan tentang tanggal, bulan dan

tahun serta hari. Jika residen mengatkan lupa, penulis memberikan kata kunci

untuk menyatakan hari, dan bulan apa serta penulis menyediakan kalender sebagai

medianya. Penulis bersama residen juga mendiskusikan kejadian pada hari itu

secara perlahan-lahan dan ditanyakan kembali setelah 5 menit. Pada Terapi

gambar dan ingatan, penulis mendekatkan media gambar yang telah disediakan.

Residen diberikan gambar binatang lucu yaitu gambar kucing dan kupu-kupu serta

gambar mesin jahit dan penulis meminta residen untuk mengemukakan maksud

dari gambar yang dilihat seperti gambar apa, warna apa, dahulu pernah

menggunakan. Saat residen terlihat kurang fokus, penulis menggunakan hal-hal

yang humoris dalam melakukan interaksi terkait stimulasi kognitif. Apabila

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

30

Universitas Indonesia

residen dapat menjelaskan maksd gambar tersebut, penulis memberikan

reinforcement positit atas usaha yang dilakukan residen.

Penulis juga melakukan terapi dengan menggunakan gambar yang berwarna

sebagai terapi warna untuk memperbaiki kerusakan memori residen. Penulis

memberikan pertanyaa warna apa yang di tunjuk oleh penulis secara perlahan dan

menggunakan kata-kata yang jelas dan sederhana kepada residen. Residen sempat

salah dan lupa warna yang penulis tunjuk pada gambar, lalu penulis memberi tahu

warna apa tersebut dan meminta residen utnuk menyebutkan kembali. Penulis

melaih terapi aktivitas dengan senam latih otak. Penulis memberi kesempatan

kepada residen untuk melakukan senam latih otak yang pernah diajarkan di STW

sesuai kemampuan residen. Residen lupa dengan gerakan senam tersebut, penulis

member contoh senam tersebut lalu residen mangikuti gerakan tersebut. Residen

terkadang terlihat kesulitan dalam melakukan senam tersebut sehingga penulis

membantu residen dalam gerakan tersebut. Penulis melakukan evaluasi pada

setiap terapi yang dilakukan. Terkadang, penulis menanyakan kembali nama

penulis kepada residen.

Pada setiap pertemuan, penulis melatih orientasi realita terkait tanggal, bulan, hari

dan tahun. Residen sangat sulit dalam mengingat tanggal, bulan, hari dan tahun,

lalu penulis memberi tahukan sekarang tanggal, bulan, tahun dan hari apa kepada

residen. Kemudian, residen diminta kembali untuk mengulanginya. Residen

mengalami kesulitan dalam latihan orientasi waktu tersebut. Penulis juga

megontrol kalender sobek yang dimiliki residen. Penulis juga mengajukan

pertanyaan tentang hiasan yang terdapat dikamar atau ruang kreasi di STW

kepada residen dan meminta residen untuk menjawabnya. Pertemuan selanjutnya,

penulis melakukan evaluasi mengenai orientasi realita terkait waktu, tanggal,

tahun, bulan dan hari.

Pertemuan terakhir, penulis melakukan evaluasi suamtif. Evaluasi sumatif ini

bertujuan untuk mengetahui keefektifan stimulasi kognitif yang diberikan dalam

menyelesaikan masalah kerusakan memori pada Ibu H. Evaluasi yang dilakukan

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

31

Universitas Indonesia

meliputi orientai realita, terapi ingatan, senam gerak latih otak sebagai terapi

aktivitas, terapi gambar dan terapi warna.

3.5.2 Implementasi Masalah Defisit Perawatan Diri; Mandi

Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan defisit perawatan diri; mandi dilakukan

sebanyak delapan kali pertemuan. Implementasi yang dilakukan yaitu

mengidentifikasi kesulitas residen dalam melakukan kebersihan diri. Residen

terlihat mengalami kesulitan dalam melakukan kebersihan diri, terlihat dari

adanya belek mata yang masih menempel setelah mandi, dan gigi yang masih

terlihat kotor. Penulis melakukan interaksi dengan menatap wajah residen dan

berbicara secara perlahan dan jelas. Penulis bersama residen melakukan diskusi

terkait pentingnya menjaga kebersihan diri dan alat apa saja yang dibutuhkan saat

membersihkan diri atau mandi. Residen tidak mengalami kesulitan dalam

menyebutkan alat perlengkapan untuk membersihkan diri. Penulis bersama

residen mendiskusikan urutan atau tindakan mandi dan gosok gigi. Saat residen

dapat menjawab pertanyaan dari penulis, penulis memberikan reinforcement

positif kepada residen. Penulis menawarkan kepada residen untuk mambantu

residen dalam membersihkan diri karena residen belum mandi, namun residen

menolak karena residen bisa sendiri.

Implementasi selanjutnya yaitu penulis membantu residen dalam perawatan

memotong kuku. Sebelum dipotong kuku kaki dan tangan residen direndam dalam

air hangat selama 10 menit. Penulis juga membantu residen dalam membersihkan

mulut residen dengan cara mnggosok gigi residen dan berkumur menggunakan

mouthwash. Pertemuan terakhir, perawat melakukan evaluasi sumatif dengan

tujuan untuk mengetahui keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan dalam

menyelesaikan maslah defisit perawatan diri; mandi pada Ibu H.

3.5.3 Implementasi Masalah Risiko Jatuh

Pelaksanaan rencana asuhan kepeprawatan risiko jatuh dilakukan sebanyak

delapan kali pertemuan. Implementasi yang dilakukan dengan mengidentifikasi

bersama residen lingkungan yang dapat menyebabkan jatuh. Residen melakukan

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

32

Universitas Indonesia

interaksi dengan menatap wajah residen sambil berbicara perlahan dan jelas.

Residen menggunakan kata-kata yang sederhana dalam berinteraksi. Penulis

menganjurkan kepada residen untuk menggunakan sandal yang tidak licin. Penulis

membantu residen dalam membersihkan kamar residen dan juga penulis bekerja

sama dengan cleaning service dan caregiver dalam menjaga kebersihan

lingkungan wisma dengan mengepel lantai apabila basah terkena hujan.

Penulis melatih ROM (range of Motion) kepada residen. Latihan ROM yang

dilakukan meliputi bagian kepala, tangan, kaki, serta pinggul. Awalnya penulis

memperagakan ROM aktif sesuai kemampuan residen. Hal tersebut dikarenakan

STW mengadakan senam seperti ROM. Penulis meminta residen untuk mengikuti

gerakan yang penulis lakukan seperti gerakan pada sendi yang mengalami

penurunan kekuatan otot misalnya fleksi dan ekstensi pada lutut.

Implementasi yang dilakukan penulis dengan memberikan tanda saat lantai sedang

basah dan memasang line atau garis berwarna merah pada setiap undakan

walaupun undakan kecil. Sebelum memasang garis berwarna merah penulis

meminta ijin kepada residen dan PJ wisma. Hal tersebut untuk menandakan

bahwa daerah tersebut risiko untuk jatuh. Penulis bersama residen mendiskusikan

pemakaian alat bantu untuk residen serta residen memotivasi residen untuk

menggunakan alat bantu jalan yaitu tongkat agar residen tidak jatuh dan jalan

menjadi seimbang. Penulis mengajarkan penggunakaan alat bantu jalan; tongkat

kepada residen. Hal tersebut sulit di terapkan saat residen berjalan dengan tongkat.

Penulis mempraktekan cara berjalan menggunakan tongkat dengan cara menaruh

tongkat sejajar kaki kemudian angkat tongkat lalu letakkan 15 cm dari titik awal.

Setelah penulis mempraktikan, lalu penulis meminta residen untuk

mempraktikannya kembali. Penulis memberikan reinforcement positif atas usaha

residen dalam mempraktikan cara berjalan. Penulis juga memotivasi residen untuk

menggunakan tongkat tersebut setiap melakukan aktivitas di lingkungan STW.

Pertemuan terakhir, penulis melakukakn evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif ini

bertujuan untuk mengetahui keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

33

Universitas Indonesia

dalam menyelesaikan masalah risiko jatuh pada Ibu H. Evaluasi yang dilakukan

meliputi modifikasi lingkungan, latihan ROM dan penggunaan alat bantu jalan.

3.6 Evaluasi

Penulis menguraikan tiga diagnosis keperawatan utama yaitu kerusakan memori,

defisit perawatan diri; mandi dan risiko jatuh. Penulis menggunakan hasil evaluasi

dengan analisis SOAP. Analisis SOAP terdiri dari emoat bagian yaitu sebjektif

yang merupakan respon yang dipaprkan oleh residen, sedangkan objektif

merupakan respon yang ditunjukkan melalui tindakan atau perilaku residen.

Selain itu terdapat pula analisa yang merupakan analisis terhadap respon subjektif

dan objektif serta implementasi yang dilakukan dan perencanaan yaitu rencana

tindak lanjut yang akan dilakukan residen. tersebut merupakan respon subjektif

dan objektif dari residen dan dianalisis kemudian diberikan rencana tindak lanjut

untuk residen. Evaluasi dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan dari

implementai yang sudah penulis lakukan.

Pada awal pertemuan, residen masih terlihat bingung dengan kehadiran

mahasiswa tetapi residen bersedia berinteraksi dengan mahasiswa. Setelah

berinteraksi selama satu minggu, hubungan bina saling percaya antar residen dan

mahasiswa sudah terlaksana dengan baik. Upaya tersebut dengan cara menyapa

residen, memberikan perhatian kepada residen dan melakukan interaksi secara

rutin dengan residen. Residen mengatakan tidak mempunyai keluhan tetapi

setelah melakukan pemeriksaan MMSE dan observasi kepada residen, residen

mengalami gangguan kognitif. Implementasi diagnosa utama yaitu kerusakan

memori dilakukan dari minggu kedua sampai minggu ke tujuh.

Diagnosa pertama yaitu kerusakan memori. Intervensi yang telah dilakukan

selama 7 minggu dilakukan sebanyak seminggu 4 kali pertemuan. Intervensi

diberikan untuk mengatasi masalah kerusakan memori. Tindakan yang dilakukan

yaitu dengan menciptakan lingkungan yang tenang, menggunakan suara yang

rendah dan kata-kata yang sederhana, menggunakan hal-hal yang humoris saat

berinteraksi serta latihan stimulasi kognitif yaitu terapi gambar (tema: binatang

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

34

Universitas Indonesia

lucu dan kebiasaan sehari-hari) serta melakukan stimulasi kognitif dengan

orientasi realita (tanggal, bulan dan tahun serta orang/ individu). Pada saat

orientasi tanggal, bulan dan tahun, penulis menggunakan media kalender. Selain

itu, penulis memberikan terapi ingatan dengan memberikan gambar benda yang

dahulu residen sering gunakan yaitu mesin jahit. Posisi yang dilakukan penulis

saat melakukan stimulasi kognitif dengan residen yaitu saling berhadapan untuk

mengatasi masalah tersebut.

Intervensi yang telah dilakukan mendapatkan respon positif setelah dilakukannya

terapi gambar binatang lucu dan kebiasaan sehari-hari serta warna. Setelah

dilakukan terapi selama lima kali pertemuan, efek pada residen yaitu residen

mengatakan pada gambar pertama ada 3 ekor kucing berwarna hitam, dan coklat,

residen mengatakan kucing tersebut berkaki 4 dan mempunyai bulu serta matanya

melotot dan sedang duduk semua. Residen juga mengatakan ada 1 ekor kupu-

kupu yang berwarna hitam, residen mengatakan ciri-ciri kupu-kupu yaitu

memiliki sayap dan berkaki 4, residen mengatakan pada gambar kedua adalah

anak laki-laki yang sedang makan, residen mengatakan warna baju anak tersebut

berwarna merah dan rambutnya hitam, residen mengatakan gambar tersebut anak

sedang makan nasi, dan ayam. Selain itu, residen terlihat berfikir keras saat akan

menjawab, residen sering lupa saat ditanya terhadap kejadian yang baru saja

terjadi, residen mampu menjawab gambar yang dilihat ke residen meskipun

terkadang residen dibantu dalam menjawab, dan residen terlihat mampu

menyebutkan warna yang ada digambar tersebut. Stimulasi terapi kognitif selama

7 minggu belum mampu meningkatkan tetapi penulis sudah mampu

meningkatkan hubungan saling percaya kepada residen serta residen mampu

mengenal suatu objek yang diperlihatkan dengan gambar. Dengan stimulasi terapi

kognitif dapat membantu masalah kerusakan memori dengan cara latihan terapi

gambar secara teratur yang didampingi oleh penulis dan mahasiswa keperawatan

yang lain.

Intervensi selanjutnya juga mendapatkan respon positif setelah dilakukan orientasi

realita (tanggal, bulan, tahun serta mengenal individu). Setelah dilakukan orientasi

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

35

Universitas Indonesia

tanggal, bulan, tahun dan hari selama lima minggu pertemuan, residen

mengatakan nama hari dan bulan secara berurutan, residen mengatakan

mengatakan lupa kembali sekarang tanggal berapa. Perubahan signifikan terlihat

pada minggu ke empat, residen mengatakan lupa tanggal berapa tetapi residen

mengatakan sekarang bulan mei. Setelah dilakukan orientasi realita; orang selama

4 minggu, residen mengatakan kalau yang menggunakan list kuning dari

Pontianak dan yang menggunakan list biru dari UI. Dan, setelah dilakukan

orientasi realita pada bulan yang baru yaitu bulan juni, residen mengatakan

sekarang bulan mei, residen juga mengatakan sering lupa dengan tanggal, bulan

dan tahun, dan residen mengatakan sekarang hari jumat.

Residen terlihat berfikir keras saat akan menjawab, residen sering lupa saat

ditanya terhadap kejadian yang baru saja terjadi, residen sering mengulang

pertanyaan yang sama, residen mampu menjawab bulan meskipun terkadang suka

lupa dan kalender yang berada di kamar residen terkadang belum disobek.

Stimulasi terapi kognitif selama 7 minggu belum mampu meningkatkan orientasi

realita pada residen tetapi residen mampu menyebutkan bulan, dan hari dan

mengenal perbedaan individu meskipun tidak semua dapat diingat oleh residen.

Maka stimulasi terapi kognitif dilanjutkan dengan cara orientasi realita, terapi

gambar, terapi ingatan, terapi warna dan terapi ativitas secara teratur yang

didampingi oleh penulis dan mahasiswa keperawatan yang lain.

Terapi ingatan atau kenangan dilakukan selama tujuh minggu. Setelah dilakukan

intervensi pada minggu ke lima, residen mengatakan bahwa dahulu dirinya suka

menjahit baju yang dipakainya, serta membuat pakaian untuk anaknya, residen

juga mengatakan hasil jahitannya terkadang di titipkan ke orang untuk di jual ke

pasar, residen juga mengatakan dahulu pernah jalan-jalan di alun-alun surabaya.

Selain itu, residen mengatakan dahulu pakaian yang sering dibuatnya seperti batik

dan residen mengatakan paling suka membuat kemeja untuk wanita, residen juga

mengatakan dahulu pernikahan yang dijalaninya karena dijodohi oleh orang

tuanya. Hasil observasi didapatkan residen terlihat berkonsentrasi keras, residen

tampak berfikir sejenak saat menjawab menyampaikan maksd gambar tersebut.

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

36

Universitas Indonesia

Stimulasi terapi kognitif mampu meningkatkan ingatan residen pada masa lalunya

terhadap hobynya, namun tidak semua dapat diingat oleh residen. Maka stimulasi

terapi kognitif dapat dilanjutkan dengan cara orientasi realita, terapi gambar,

terapi ingatan, terapi warna dan terapi aativitas secara teratur dengan memberikan

benda-benda yang residen sukai dengan didampingi oleh penulis dan mahasiswa

keperawatan yang lain.

Intervensi selanjutnya yang telah dilakukan terkait masalah kerusakan memori

dengan memberikan latihan aktivitas seperti senam latih otak yang dilakukan

hanya 5 kali selama 7 minggu. Setelah dilakukan intervensi tersebut, residen

mengatakan nyaman setelah melakukan senam, residen juga mengatakan sedikit

capek. Hasil obeservasi didapatkan bahwa residen terlihat senang saat melakukan

senam, residen terlihat mempraktikan senam yang diajarkan oleh penulis. Setelah

5 kali melakukan senam residen menolah untuk melakukan senam dengan alasan

pusing. Stimulasi terapi kognitif yaitu latihan senam belum belum berhasil

diterapkan secara teratur karena residen terkadang menolak untuk dilakukan

intervensi. Maka stimulasi terapi kognitif dilanjutkan dengan cara orientasi realita,

terapi gambar, terapi ingatan, terapi warna dan terapi ativitas secara teratur yang

didampingi oleh penulis dan mahasiswa keperawatan yang lain.

Tindakan selanjutnya yang dilakukan yaitu masalah defisit perawatan diri; mandi.

Intervensi yang telah dilakukan selama 7 minggu. Pertemuan terkait intervensi

dilakukan seminggu 4 kali. Intervensi yang dilakukan dengan diskusi terkait

gosok gigi dan membantu membersihkan gigi dan mulut serta memotong kuku.

Setelah dilakukan intervensi selama dua minggu terkait masalah defisit perawatan

diri; mandi, residen mengatakan perlengkapan untuk kebersihan diri yaitu sabun,

sikat gigi dan sampo, residen mengatakan kukunya terlihat bersih, dan residen

senang kukunya digunting oleh mahasiswa, residen juga mengatakan segar setelah

melakukan kumur-kumur menggunakan mouthwash, residen mengatakan gosok

gigi dilakukan saat mandi saja. Kuku residen terlihat bersih, rapi dan tidak kotor,

dan tidak tercium bau dari mulut.

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

37

Universitas Indonesia

Pada minggu ke empat, residen mengatakan enak dan segar setelah berkumur-

kumur menggunakan mouthwash dan Tidak tercium bau dari mulut residen. Pada

minggu ke enam, residen mengatakan enak setelah dibersihkan gigi dan mulutnya

dan segar setalah berkumur-kumur. Gigi residen terlihat bersih dan sudah tidak

ada sisa kotoran, dan tidak tercium bau dari mulutnya, Residen sering kali

mengatakan tidak mau untuk dibantu membersihkan gigi dan mulutnya. Akan

tetapi, terkadang residen mau untuk dibantu membersihkan gigi dan mulut.

Masalah defisit perawatan diri selama 7 minggu belum berhasil diterapkan secara

teratur karena residen terkadang menolak untuk dilakukan intervensi. Maka

dilakukannya perawatan diri seperti gosok gigi dan perawatan kuku dapat

membantu masalah defisit perawatn diri; mandi dengan melakukan kebersihan

gigi dan mulur secara teratur.

Tindakan selanjutnya yang dilakukan yaitu masalah risiko jatuh. Intervensi

dilakukan selama 7 minggu. Pertemuan terkait intervensi dilakukan seminggu 5

kali. Intervensi yang telah diberikan yaitu membantu residen membersihkan

kamar, berkerja sama dengan pihak wisma dalam menjaga kebersihan lingkungan

kamar dan wisma, memfasilitasi mengikuti aktivitas, melatih ROM dan bekerja

sama dengan pihak STW untuk memfasilitasi alat bantu jalan. Setelah dilakukan

intervensi pada minggu ketiga tersebut, residen mengatakan kamarnya sudah

bersih, residen mengatakan sandalnya yang untuk di wisma hanya ini saja, residen

mengatakan badan terasa enak setelah senam, residen mengatakan alat bantu jalan

berfungsi untuk membantu dalam berjalan dan agar tidak jatuh, dan residen

mengatakan mau menggunakan alat bantu jalan. Residen terlihat mengikuti

senam, residen terlihat menyapu kamarnya.

Setelah intervensi pada minggu ke empat, residen mengatakan pusing saat diajak

mengikuti senam, dan residen mengatakan senang setelah mendapatkan alat bantu

jalan. Residen tidak mengikuti senam setelah jatuh pada minggu ke 3, residen

mengatakan bersedia latihan ROM di sekitar kamarnya saja. Residen terlihat

merapikan kamarnya, residen terlihat bersemangat saat berlatih ROM, residen

terlihat tidak bersemangat untuk mengikuti kegiatan di pendopo seperti senam,

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

38

Universitas Indonesia

dan bermain angklung. Residen terlihat bersemangat dan mengikuti gerakan saat

berlatih ROM, cleaning service membantu dalam membersihkan kamar residen.

Setelah dilakukan intervensi pada minggu ke lima dan enam, residen mengatakan

tidak mau mengikuti kegiatan di pendopo karena pusing, residen mengatakan

badan terasa nyaman setelah berlatih ROM. Residen terlihat mempraktikan cara

menggunakan alat bantu jalan atau tongkat, residen terkadang tidak menggunakan

alat bantu jalan, residen terlihat berlatih ROM di depan kamar, terlihat tanda

merah pada setiap undakan. Masalah risiko jatuh selama 7 minggu belum efektif

diterapkan secara teratur karena residen terkadang lupa menggunakan tongkatnya

dan menolak untuk senam. Maka penggunaan alat bantu jalan, latih ROM dan

modifikasi lingkungan dapat dilanjutkan dalam membantu masalah risiko jatuh

secara teratur.

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

39 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1 Analisis Profil Pelayanan Sasana Tresna Werdha

Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang mengalami perkembangan

penduduk maupun kegiatan masyarakat yang semakin sulit utnuk dikontrol

sehingga banyak menimbulkan persoalan bagi fasilitas maupun penduduk atau

penghuninya. Perkembangan yang pesat tentunya memiliki banyak masalah tidak

hanya pada lingkungan fisik tetapi juga pada lingkungan psikologis individunya

tersebut. Lanjut usia di perkotaan sangat membutuhkan suatu pelayanan yang

dapat memnuhi kebutuhan dirinya khususnya lansia yang ingin memperoleh

kesehatan dan kemandirian secara optimal di hari tuanya. Sasana Tresna Werdha

Karya Bhakti merupakan salah satu hunian yang tepat untuk lanjut usia dan

tempatnya pun berada di tengah perkotaan.

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti dimiliki dan dikelola oleh Yayasan RIA

Pembangunan yang diresmikan oleh Ibu Hj. Siti Hartinah Soeharto pada tanggal

14 Maret 1984. Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti merupakan institusi yang

bergerak di bidang pelayanan kesejahteraan khusus kepada generasi lanjut usia.

STW Karya Bhakti memiliki visi yaitu pengabdian pada sesama dengan

memberikan pelayanan secara terpadu dan menyeluruh baik fisik, mental, sosial,

maupun spiritual pada lanjut usia serta misi dari STW Karya Bhakti antara lain

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kualitas pelayanan

sesuai kebutuhan, melengkapi sarana dan prasarana seiring dengan perkembangan

kebutuhan masyarakat, bermitra dengan dunia pendidikan dan pemerintah,

menjadi tempat keterpaduan fasilitas dan pemberian pelayanan kepada masyarakat

khusus usa lanjut, bekerja sama dengan institusi terkait regional maupun global,

dan berperan aktif di dalam gerakan “peduli lansia” dan “lansia peduli”.

Pelayanan yang terdapat di Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti bagi para lanjut

usia bertujuan untuk menjaga kualitas hidup meliputi pelayanan kesehatan,

pelayanan sosial serta kegiatan bincang-bincang. Pelayanan kesehatan yang

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

40

Universitas Indonesia

terdapat di Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti meliputi konsultasi ahli, asuhan

keperawatan, fisioterapi, farmasi, rawat jalan, rawat inap, rujukan RS dan

kegawatdaruratan, pemeriksaan tanda-tanda vital secara rutin. Pelayanan sosial

yang terdiri dari pembinaan mental spiritual seperti tadarus, pengajian, serta

kebaktian dan program kesenian seperti seni tradisional (angklung), bernyanyi,

kegiatan keterampilan membuat anyaman atau menyulam, merajut, menonton

film, mendengarkan musik, serta berkebun. Kegitan yang lain di STW yaitu

kegiatan BAKI atau bincang-bincang dengan beberapa tokoh atau instansi. Sasana

tresna werdha ini dapat dimanfaatkan oleh lansia untuk menyalurkan hobi yang

dimilikinya dan serta hiburan bagi lanjut usia untuk memnuhi kebutuhan fisik

maupun psikologisnya.

Sasana tresna werdha merupakan model pelayanan long term care yang

menggabungkan antara nursing home dan adult day care. Pada STW Karya

Bhakti aspek nursing home yang diterapkan pada wisma Wiajaya Kusuma yang

menyediakan pelayanan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lanjut

usia baik masalah makan, fisik, kesehatan maupun psikologis bagi lanjut usia.

Hal tersebut sesuai Tennesse Health Care Association (2013) yang menyatakan

bahwa nursing home merupakan sebuah tempat tinggal yang memiliki berbagai

fasilitas kesehatan dan sosial yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar

lanjut usia seperti makan, berpakaian, dan merawat diri. Pelayanan STW terkait

aspek nursing home juga terdapat tingkat pelayanan kemandirian minimal care,

partial care dan total care sehingga memerlukan care giver atau orang lain dalam

memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pelayanan yang diberikan di Wisma Wijaya

Kusuma lebih berfokus pada asuhan keperawatan baik medis maupun non medis.

Pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan di wisma Wijaya Kusuma cukup

untuk memenuhi kebutuhan residen dengan penurunan kesehatan. Pelayanan

tersebut juga difasilitasi dengan adanya pemberian medikasi dan fisioterapi.

STW Karya Bhakti juga memilik konsep adult day care dengan adanya

pelayanan harian lanjut usia (PHLU). Pelayanan ini ditunjukkan bagi lansia yang

tinggal bersama keluarga dan membutuhkan kegiatan yang bermanfaat dengan

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

41

Universitas Indonesia

lansia lainnya pada siang hari. Kegiatan PHLU yang biasanya dilakukan yaitu

senam, bermain angklung, merajut, menyulam serta menganyam. Selain kegiatan

rutin yang sering dilakukan, kegiatan lain STW yang melibatkan PHLU yaitu

apabila terdapat acara yang besar seperti HALUN (Hari Lanjut Usia Nasional).

Pada kegiatan senam atau merajut, meyulam serta menganyam di pendopo

terdapat pula pemeriksaan tanda-tanda vital yang di periksa oleh perawat wijaya

kusuma. Pelayanan tersebut sesuai dengan Stanley & Beare (2007) yang

menyatakan pelayanan yang disediakan lanjut usia adalah pemeriksaan tanda-

tanda vital, latihan atau terapi fisik seperti senam atau latihan ROM, pemberian

obat, serta kegiatan positif untuk meningkatkan kesehatan lansia.

Lanjut usia yang ingin menetap atau tinggal di STW Karya Bhakti harus memiliki

berbagai persyaratan, antara lain berusia di atas 60 tahun, sehat jasmani maupun

rohani, mandiri, ingin tinggal di STW atas keinginan sendiri, memiliki

penanggung jawab keluarga, dan paling penting adalah tidak ada paksaan dari

pihak manapun. STW Karya Bhakti dilengkapi oleh fasilitas yang dapat

memenuhi kebutuhan lanjut usia antara lain fasilitas hunian, klinik werdha,

fasilitas penunjang kesehatan lansia, dan fasilitas lain yang mendukung. Fasilitas

hunian meliputi wisma Aster kapasitas 18 kamar VIP, Wisma Bungur kapasitas

25 kamar, Wisma Cempaka kapasitas 26 kamar, dan Wisma Dahlia kapasitas 8

kamar. Fasilitas klinik werdha antara lain Wisma Wijaya Kusuma kapasitas 3

kamar VIP, bangsal rawat inap 15 tempat tidur, pelayanan 24 jam. Fasilitas

penunjang pelayanan lansia antara lain Wisma Soka, Wisma Melati, dan Wisma

Kamboja. Fasilitas lain pendukung bagi kehidupan lansia antara lain dapur, ruang

cuci, ruang serba guna, perpustakaan, pendopo, ruang pemeriksaan kesehatan

serta pelayanan kondisi kesehatan yang ingin berobat ke RS.

Fasilitas hunian di STW Karya Bhakti salah satunya yaitu wisma cempaka.

Wisma Cempaka merupakan salah satu hunian yang memiliki kapasitas 26 kamar

tidur, 1 ruang makan bersama, 2 pantry, serta ruang kreasi. Saat ini residen yang

berada di wisma cempaka berjumlah 19 residen. Jumlah caregiver yang berada di

wisma cempaka berjumlah 5 orang dan jumlah perawat ada 2 orang serta terdapat

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

42

Universitas Indonesia

seorang penanggung jawab wisma. Pembagian kamar residen berdasarkan pilihan

residen saat awal masuk ke STW serta kondisi kesehatan residen. Kondisi residen

yang berada di wisma cempaka pun beragam, meliputi residen dengan tingkat

kemandirian minimal care dan partial care. Perawatan total care tidak terdapat di

wisma cempaka.

STW Karya Bhakti merupakan hunian yang bersifat private pada setiap

residennya. Residen hanya tinggal sendiri di kamar tanpa ada keluarga maupun

teman yang menemaninya. Kawasan perkotaan yang merupakan kawasan yang

memiliki rutinitas yang padat serta polusi yang tinggi dapat menyebabkan

menurunya kulaitas hudup lanjut usia. Sasana tresna werdha merupakan solusi

yang baik bagi pelayanan lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut

usia. Residen yang tinggal di STW Karya Bhakti tersebut berasal dari daerah dan

latar belakang pendidikan yang berbeda.

Adanya STW Karya Bhakti di tengah perkotaan tersebut dapat meningkatakan

dampak postif bagi lanjut usia tersebut. Kegiatan yang dapat meningkatkan

dampak positif diantaranya kegiatan senam, bermain angklung, menonton film,

merajut serta menyulam.Tidak hanya kegiatan yang bermanfaat yang residen

dapatkan di STW. Residen juga dapat mendapatkan banyak teman serta

bersosialisasi dengan residen lainnya. STW tersebut banyak memiliki manfaat

pada lanjut usia dalam meningkatkan kebutuhan fisik maupun psikologis.

Manfaatnya tersebut sangat dirasakan oleh lanjut usia dengan adanya pelayanan

yang terdapat di STW. Pelayanan tersebut yaitu pelayanan pada bidang sosial

maupun dalam bidang kesehatan.

Keunggulan dari STW Karya Bhakti yaitu menggabungkan model long term care

dengan konsep nursing home dan adult day care. Sasana tresna werda memiliki

wisma wijaya kusuma yang menerapkan konsep nursing home dan ditujukan

kepada lanjut usia yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan

penurunan kondisi kesehatan. Keunggulan lain dari STW Karya Bhakti yaitu

berdasarkan standar nursing home dari California Advocates Health Nursing

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

43

Universitas Indonesia

Reform (2012), STW Karya Bhakti memenuhi standar nursing home diantaranya

sudah tersedianya kebutuhan akomodasi untuk residen, karyawan atau tenaga

kesehatan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan residen, kebutuhan cairan

untuk mengatasi lanjut usia yang mengalami dehidrasi, kebutuhan nutrisi untuk

residen, pemberian obat secara benar yang diberikan oleh petugas, pelayanan

fisioterapi, pengendalian infeksi di wisma wijaya kusuma, tersedianya pencegahan

kecelakaan untuk residen, dan pemeriksaan pada dokter.

Kekurangan yang terapat pada STW Karya Bhakti belum adanya petugas apoteker

yang berlisensi untuk memeriksa obat secara benar, serta belum adanya pelayanan

kesehatan terkait mata, telinga dan gigi. STW Karya Bhakti juga belum

menentukan manajeman panti yang sesuai untuk STW. Dengan menggabungkan

konsep pelayanan lanjut usia, STW Karya Bhakti kesulitan dalam menerapkan

masing-masing konsep sehingga pelayanan yang diberikan belum optimal.

4.2 Anlisis Asuhan Keperawatan Kerusakan Memori dengan

Penatalaksanaan Demensia

Fenomen peningkatan jumlah lanjut usia saat ini mengakibatkan juga peningkatan

perubahan pada kesehatan dan psikososial lanjut usia tersebut. Perubahan

psikososial yang terjadi pada lanjut usia yaitu kerusakan memori. Gangguan atau

kerusakan fungsi kognitif yang umum terjadi pada lanjut usia dikenal dengan

demensia (Stanley & Beare, 2002). Demensia merupakan suatu sindrom

penurunan kemampuan intelektual progresfi yang menyebabkan penurunan

kualitas kognitif dan fungsional sehingga mempengaruhi terjadinya gangguan

fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari (Siahaan, Marlin M, 2008).

Faktor risiko terjadinya kerusakan memori yaitu agregasi familial dari sindrom

down, usia individu yang sudah lanjut, genetik, riwayat depresi, trauma kepala,

dan pendidikan rendah, serta daktor risiko demensia vaskuler meliputi riwayat

penyakit vaskuler, stroke, dan gangguan irama jantung (Alzheimer’s Association,

2013; Stanley & Beare, 2007).

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

44

Universitas Indonesia

Demensia yang terjadi pada residen dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yang

meliputi usia residen yang sudah lanjut, riwayat penyakit terdahulu yaitu

hipertensi serta pendidikan yang rendah (SD). Usia residen yang sudah lanjut dan

pendidikan residen yang rendah dapat mempengaruhi kemampuan fungsi

kognitifnya (Stanley & Beare, 2007)

Karakteristik dari masalah kerusakan memori yaitu kesulitan untuk mengingat

kejadian yang baru saja terjadi, tidak ingat kegiatan tadi pagi yang dilakukan,

tidak mengingat makanan apa yang telah dimakan , disorientasi orang dan waktu,

serta terjadinya perubahan perilaku pada individu yang memiliki masalah

kerusakan memori (NANDA, 2012, Stanley & Beare, 2007). Pada kasus Ibu H

didapatkan residen memiliki gejala seperti lupa dengan yang di makan,

disorientasi tanggal, waktu dan tahun, lupa dengan kegiatan yang baru saja

dilakukan.

Residen mengalami beberapa perilaku yang membuat interaksi dengan penghuni

lainnya menjadi berubah seperti menarik diri dari komunitas, mudah curiga

apabila ada penghuni yang sedang berkumpul, mudah marah, serta gelisah.

Ebersole (2005) mengatakan karakteristik dari demensia yaitu frustasi, menarik

diri, curiga, mudah marah, dan gelisah serta sulit dalam membuat keputusan.

Dengan perilaku seperti itu maka dibutuhkan adanya motivasi atau dukungan dari

perawat terutama keluarga dalam membantu residen untuk mengingat memorinya.

Kondisi lanjut usia yang memiliki masalah gangguan kognitif, maka diberikan

adanya intervensi yang membantu dalam mengurangi kerusakan memori residen.

Intervensi yang diberikan penulis dengan memanggil nama residen ketika

memulai interaksi. Hal tersebut dilakukan agar residen menimbulkan pengenalan

realita individu (Doenges, 2000). Penulis mempertahankan lingkungan yang

menyenangkan dan tenang saat melakukan interaksi dengan residen. Hal tersebut

dikarenakan agar residen dapat fokus saat berinteraksi. Stanley & Beare (2007)

juga menyatakan bahwa tekanan lingkungan merupakan suatu stressor bagi

penderita demensia sehingga tekanan lingkungan yang harus diperhatikan pada

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

45

Universitas Indonesia

penderita demensia yang meliputi stimulus auditori, visual maupun taktil. Dan

juga, dengan lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mempengaruhi pikiran

sehingga tidak meningkatkan gangguan neuron (Doenges, 2000). Dalam

memberikan terapi dan berinteraksi dengan residen, penulis juga menggunakan

nada suara yang tidak terlalu keras dan berbicara secara perlahan. Hal tersebut

dikarenakan akan menimbulkan stress bagi penderita demensia sehingga

menimbulkan kekacauan pada pola pikirnya. Doenges (2000) menyatakan bahwa

ucapan yang keras dapat menimbulkan stress yang dapat mencetuskan memori

mengalami kekacauan dan ketidakpahaman bagi individu tersebut. Sehingga

diperlukannya suara dengan nada yang rendah untuk berinteraksi dengan

penderita demensia.

Intervensi yang dilakukan penulis dengan menggunakan kata atau kalimat yang

sederhana ketika berinteraksi atau melakukan terapi dengan residen. Hal tersebut

agar residen dapat menangkap maksd dari perkataan penulis. Hal ini juga seperti

pada Doenges (2000) menyatakan penderita dengan demenisa mengalami

gangguan pada fungsi kognitifnya sehingga menghilangkan kemampuan individu

dalam memproses dan menerima pesan secara keseluruhan. Saat berinteraksi

dengan residen, penulis menggunakan hal-hal yang humoris. Tertawa dan hal

yang humoris dapat membantu dalam meningkatkan kestabilan emosi (Doenges,

2000). Intervensi lain yang dilakukan penulis dengan melakukan stimulasi

kognitif yang dapat membantu dalam meningkatkan fungsi kognitif. Penelitian

Orell, Spector, & Woods (2008) menyatakan stimulasi kognitif juga bertujuan

untuk menerapkan strategi dalam meningkatkan fungsi kognitif bagi penderita

dimensia, terutama Alzheimer.

4.3 Analisis Intervensi Stimulasi Kognitif yang Dilakukan dengan Konsep

dan Penelitian Terkait

Stimulasi terapi kognitif merupakan suatu cara dalam promosi kesehatan yang

dapat dilakukan oleh penderita dengan gangguan kognitif. Stimulasi terapi

kognitif berupaya untuk mengoptimalkan kualitas kesehatan inteligensi pada

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

46

Universitas Indonesia

penderita gangguan otak, saraf dan otot yang dilakukan melalui stimulasi atau

latihan agar memiliki atau meningkatkan kemampuan inteligensi (Depkes, 2010).

Stimulasi kognitif ini juga memiliki manfaat untuk mengurangi atau

memperlambat kerusakan pada memori penderita demensia, sehingga penderita

demenisa dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka. Stimulasi terapi kognitif

tersebut terdiri dari berbagai macam terapi diantaranya orientasi realita, terapi

ingatan atau kenangan, terapi gambar, terapi warna dan terapi aktivitas (Douglas,

2004).

Penderita demensia memiliki masalah pada kognitifnya. Dengan penurunan

kemampuan kognitif, penderita demensia memiliki gangguan dalam pemenuhan

kebutuhan dasar dirinya, mulai dari makan, mandi bahkan sampai perasaan yang

dialaminya. Stimulasi kognitif tersebut diberikan dengan tujuan untuk

menerapkan strategi dalam meningkatkan fungsi kognitif bagi penderita dimensia,

terutama Alzheimer (Orell, Spector, & Woods, 2008).

Pada kondisi residen saat ini, residen diberikan orientasi realita. Orientasi realita

tersebut merupakan terapi yang mambantu dalam meningkatkan daya ingat serta

banyak dilakukan oleh penderita dimensia. Berdasarkan residen yang dikelola

penulis, residen dapat mengingat bulan dan hari setelah diberikan orientasi realita

yang diberikan tetapi tidak secara menyeluruh residen ingat. Hal tersebut sesuai

dengan Douglas (2004) yang menyatakan bahwa orientasi realita merupakan suatu

tindakan intervensi yang banyak digunakan untuk penderita dimensia, terutama

yang berkaitan dengan gangguan memori dan disorientasi waktu, dan tanggal dan

warna.

Orientasi realita ini menggunakan media seperti kalender untuk membantu

mengingat tanggal, bulan, tahun serta hari yang residen tidak ingat. Residen

tersebut membalikkan atau merobek kalender saat pergantian tanggal untuk

membantu menunjukkan tanggal, bulan dan hari saat ini. Hal tersebut sesuai

dengan teori Droes (2011) yang mengatakan bahwa orientasi realita dapat

menggunakan alat bantu apabila kemampuan mengingat sulit dengan

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

47

Universitas Indonesia

menggunakan kalender. Orientasi realita juga dapat meningkatkan memori residen

terhadap lingkungan yang terdapat disekitarnya.

Orientasi realita ini juga dapat meningkatkan kognitif residen dengan

memperlihatkan bahwa residen mengingat nama benda atau objek yang terdapat

dilingkungan serta membantu residen dalam memenuhi kebutuhan dasar residen.

Hal tersebut sesuai dengan Yu, Rose & Burgener (2009) bahwa pelatihan

orientasi realita dapat meningkatkan kognitif, aktivitas sehari-hari serta dalam

pengmbilan keputusan. Residen kelolan juga diberikan terapi ingatan atau

kenangan dalam mengingat memori masa lalunya.

Kondisi residen terkait gangguan memori terhadap masa lalunya, penulis

memberikan sebuah gambar mengenai meja jahit. Residen memberikan hal positif

setelah memberikan gambar meja jahit. Residen dapat mengingat pengalaman

masa lalunya dan menimbulkan rasa senang saat mengingatnya. Hal tersebut

sesuai dengan Douglas (2004) yang menyatakan bahwa terapi tersebut dapat

memunculkan kembali pengalaman masa lalu sehingga menimbulkan rasa senang

saat mengingatnya. Dengan terapi tersebut, residen dapat mengingat pengalaman

positif yang sering residen lakukan dengan keluargamya.

Media gambar dapat meningkatkan kognitif lansia untuk mengingat kembali apa

yang dilihatnya saat itu. Gambar yang dilihat oleh residen mampu meningkatkan

kognitif residen dengan mengenal objek atau benda yang dilihat. Hal tersebut

sesuai dengan Clare dalam Van Der Roest et all (2011) bahwa melalui media

gambar dapat membantu dalam mengatasi masalah memori pada tahap awal

demensia.

Latihan aktivitas juga merupakan suatu terapi yang dapat membantu dalam

meningkatkan rasa percaya diri. Latihan ini dilakukan residen untuk mengatasi

masalah gangguan kognitif yang dialaminya. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian bahwa aktifitas fisik membantu dalam meningkatkan fungsi kognitif,

memperbaiki kesehatan mental, pola tidur dan mood individu (Douglas, 2004).

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

48

Universitas Indonesia

Latihan terebut untuk membantu dalam memperbaiki fungsi kognitif yang dialami

lanjut usia.

Hasil observasi dari asuhan keperawatan oleh residen menunjukkan stimulasi

kognitif dapat membantu dalam memperbaiki gangguan kognitif pada penderita

lanjut usia. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Orell, Spector, & Woods (2008)

bahwa stimulasi kognitif dapat membantu dalam mengatasi gejala demensia.

Dengan diberikannya stimulasi kognitif tersebut, residen dapat mengingat kembali

memori yang terjadi maupun masa lalu. Tetapi stimulasi kognitiif tersebut juga

harus dibantu dengan adanya perhatian dari keluarga maupun teman dekat yang

dapat membantu residen dalam mengingat memorinya.

4.4 Alternative Intervensi Lain

Kerusakan memori atau dikenal dengan demensia terdapat berbagai strategi

intervensi dalam pencegahannya. Intervensi pencegahan pada masalah kerusakan

memori selain stimulasi kognitif (orientasi realita, terapi aktivitas, terapi gambar,

dan terapi ingatan atau kenangan) yaitu dengan terapi kognitif perilaku untuk

membantu penderita demensia dalam berprasangka buruk, serta kesulitan dalam

berkomunikasi (Douglas, 2004). Dengan menurunnya fungsi kognitif pada

residen, diharapkan rasa curiga dan komunikasi residen dengan penghuni wisma

serta caregiver dapat meningkat dan berdampak pula pada pertemanan atau

persaudaraan yang diinginkan. Rasa curiga yang dimiliki residen kepada para

penghuni wisma dapat menimbulkan permusuhan bahkan omongan diantara

penghuni wisma, seperti saat penghuni wisma sedang mengobrol dengan

mahasiwa perawat maka residen memanggil mahasiswa tersebut dan menanyakan

mereka ngomongin saya. Hal ini menunjukkan rasa curiga yang dimiliki residen

memberikan dampak yang tidak baik terhadap dirinya sendiri. Dengan

memberikan terapi kognitif perilaku diharapkan rasa curiga dan komunikasi

residen dapat teratasi.

STW Karya Bhakti juga dapat menerapkan terapi aroma atau aromatherapy.

Terapi tersebut merupakan bagian dari terapi komplementer. Terapi ini membantu

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

49

Universitas Indonesia

dalam memperbaiki fungsi sensorik penderita demensia ( Douglas, 2004). Minyak

yang paling sering digunakan untuk terapi aroma yaitu ekstrak lavender dan

balsam melissa. Penelitian Ballard et all dalam Douglas (2004) menyatakan terapi

aroma dapat memperbaiki gangguan agitasi pada penderita demensia. Terapi

aroma tersebut juga dapat dilakukan STW pada masing-masing kamar residen.

Selain itu membantu masalah kerusakan memori, terapi tersebut juga dapat

membantu untuk rileksasi dengan harum yang wangi.

Intervensi lain yang dapat dilakukan STW dalam meningkatkan fungsi kognitif

bagi residen yaitu dengan melibatkan residen dalam kegiatan kelompok. Dengan

melibatkan residen dalam kegiatan kelompok diharapkan residen memiliki

aktivitas yang dapat memberikan terapi pada residen untuk berpikir bersama

sehinga dapat menghindari terjadinya kerusakan memori yang lebih parah.

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

50 Universitas Indonesia

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan

Hasil karya ilmiah ini dapat disimpulkan bahwa Sasana tresna werdha merupakan

institusi yang menggunakan model long term care dengan menggabungkan antara

nursing home dan adult day care yang mempunyai pelayana kesehatan, serta

pelayanan sosial. Sasana tresna werdha tersebut memiliki bebrapa wisma tempat

residen tinggal. Salah satunya yaitu wisma Cempaka, pada wisma cempaka

terdapat lanjut usia yang berumur 88 tahun yang bernama Ibu H. Ibu H

merupakan lanjut usia yang memiliki masalah dengan kerusakan memori.

Keruskaan memori merupakan salah satu tanda gejala yang dialami penderita

demensia. Pengkajian terkait Ibu H dengan masalah kerusakan memori meliputi

pengkajian pengkajian fisik, serta pengkajian MMSE dan CDR. Hasil pengkajian

yang diperoleh mendapatkan diagnosis kerusakan memori, defisit perawatan diri;

mandi dan risiko jatuh.

Rencana asuhan keperawatan yang diberikan pada masalah kerusakan memori

yaitu dengan melakukan stimulasi terapi kognitif. Selain itu, residen diberikan

lingkungan yang tenang dan nyaman. Stimulasi terapi kognitif merupakan suatu

upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif seseorang.

Stimulasi terapi kognitif yang dilakukan dengan cara orientasi realita, terapi

gambar dengan menggunakan media, terapi ingtan serta terapi aktivitas. Stimulasi

kognitif ini dapat membantu individu dengan masalah gangguan kognitif atau

demensia untuk meningkatkan daya ingat atau fungsi kognitif. Selain itu, dapat

mengurangi kerusakan memori yang dialami individu dengan masalah gangguan

kognitif atau dimensia.

5.2 Saran

Hasil karya ilmiah ini perlu diperhatikan bahwa pada lansia dengan demensia

pemeriksaan yang dilakukan tidak harus percaya sepenuhnya pada data subjektif

dan wawancara. Hal tersebut dikarenakan lanjut usia dengan demensia mengalami

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

51

Universitas Indonesia

keruskan pada memorinya, baik memori jangka panjang maupun jangka pendek.

Pengkajian lanjut usia dengan masalah keruskan memori diperlukan pemeriksaan

secara menyeluruh diantaranya riwayat penyakit terkait dengan masalah syaraf,

pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang terdiri dari foto rotgen otak

atau CT scan serta MRI.

Intervensi yang diberikan kepada lanjut usia dengan demensia atau keruskan

memori harus memerlukan waktu yang cukup lama sehingga lanjut usia tersebut

mengalami peningkatan fungsi kognitif. Intervensi yang diberikan kepada lanjut

usia dengan masalah kerusakan memori atau demensia sangat tidak disarankan

untuk memberikan penjelasan atau edukasi secra lisan. Sehingga, diperlukan

perawatan langsung dalam memberikan tindakan untuk meningkatkan fungsi

kognitif.

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Alzheimer’s association. (2013). What is dementia. Diunduh pada 27 Juni 2013

dari http://www.alz.org/what-is-dementia.asp.

Amirulliah. (2011). Jumlah orang pikun Indonesia meningkat. Diunduh pada 29

Juni 2013 dari

http://www.tempo.co/read/news/2011/12/06/060370238/Jumlah-Orang-

Pikun-Indonesia-Meningkat.

California Advocates Health Nursing Reform. (2012). Nursing home care

standards. Diunduh pada 4 July 2013 dari http://www.canhr.org/index.html.

Copel, L.C. (2007). Kesehatan jiwa & Psikiatri, pedoman klinis perawat

(psychiatric and mental health care: nurse’s clinical guide). Edisi Bahasa

Indonesia (Cetakan kedua). Alihbahasa: Akemat. Jakarta: EGC.

Davies, S., Orrell, M., Spector, A., et al (2000). Reality orientation for dementia.

Cochrane Library, issue 3. Diunduh pada 04 Juli 2013 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11034699.

Delaune, S., Ladner, P. (2002). Fundamental of nursing; standars & practice,

second edition. Thomson Learning: United States of America.

Depkes. (2010). Stimulus Rehabilitasi Kognitif. Diunduh pada 27 Juni 2013 dari

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20263

%20Th%202010%20ttg%20Rehabilitasi%20Kognitif.pdf.

Depsos. (2007). Penduduk lanjut usia di indonesia dan masalah

kesejahteraannya. Diunduh pada 15 25 Juni 2013 dari

http://www.kemsos.go.id//modules.php?name=News&file=article&sid=522.

Destriyana. (2012). WHO: Tahun 2030 penderita demensia naik 2 kali lipat.

Diunduh tanggal 30 Juni 2013 dari http://www.merdeka.com/sehat/who-

tahun-2030-penderita-demensia-naik-2-kali-lipat.html.

Doenges, M., Moorhouse, F., Geissler, A. (2000). Nursing care plans, guidelines

for planning and documenting patient care. Terjemahan: I made Kariasa &

Ni Made S. Jakarta: EGC.

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Douglas, S., James, I., Ballard, C. (2004). Non-pharmacological interventions in

dementia. Diunduh pada 26 Juni 2013 dari

http://apt.rcpsych.org/content/10/3/171.full.

Droes, R.M et al. Memory problems in dementia: adaptation and coping

strategies and psychosocial treatments. Diunduh pada 28 Juni 2013 dari

Expert Review of Neurotherapeutics 11.12 (Dec 2011): 1769-81; quiz 1782.

Ebersol et all. (2001). Gerontological nursing & healthy aging; second edition.

Elseiver Mosby: St. Louis.

Festi, P. (2010). Pengaruh Brain Gym terhadap peningkatan fungsi kognitif lansia

di Karang Werdha Peneleh Surabaya. Diunduh pada 25 Juni 2013 dari

http://www.fik.umsurabaya.ac.id/jurnal/PENGARUH-BRAIN-GYM-

TERHADAP-PENINGKATAN-FUNGSI%20KOGNITIF-LANSIA-

DIKARANG-WERDHA-PENELEH-SURABAYA.pdf

Herdman, T. (2012). Nursing diagnoses; definition & classification 2012-2014.

Nanda International.

Hoffman, Stephanie B., Platt, Constance A. (2001). Comforting the confused:

strategi for managing dementia.; Second edition. Springer Publishing

Company: New York.

Hughes, M. (2011). How exercise is helping people living with dementia. Diunduh

pada 06 July 2013 dari http://www.bbc.co.uk/news/health-12920308.

Kemensos. (2012). Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar dalam

panti dan luar panti. Diunduh pada tanggal 5 July 2013dari

http://beta.kemsos.go.id/users/wendy/pdf/spm-sosial/LANSIA-

TERLANTAR-KERTAS-KEBIJAKAN-TH-2012.pdf.

Lubis, N. (2009). Depresi: Tinjauan psikologis, edisi ke- I. Jakarta: Kencana.

Mace, Nancy L., Rabinds, Peter V. (2006). The 36-hour day: a family guide to

caring for people with Alzheimer disease, other dementias, and memory loss

in later life. A Johns Hopkins Press Health Book: Baltimore.

Miller, C.A. (2012). Nursing care of older adults theory and practice. Australia:

Mosby.

Nugroho, W. (2008). Keperwatan gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Orell, M et al. Cognitive stimulation for the treatment of Alzheimer's disease.

Diunduh tanggal 27 Juni 2013 dari Expert Review of Neurotherapeutics 8.5

(May 2008): 751-7.

http://search.proquest.com/docview/889788806/13EE9927A5C7BC064C4/7

?accountid=17242.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamentals nursing: concepts, process, and

practice. 6th Ed. St. Louis: Mosby Year Book.

Scourfield, P. (2006). Helping older people in residential care remain full

citizens. British Journal of Social Work.

Siahaan, Marlin M. (2008). Lajang lebih cepat pikun. Diunduh pada 3 July 2013

dari http://www.tempo.co.id/hg/kesehatan/2008/08/25/brk,20080825-

132177,id.html.

Stanley &Beare, (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi ke-2. Jakarta:

EGC.

Tennessee Health Care Association . (2013). Nursing home. Diunduh pada 28 Juni

2013 dari http://www.thca.org/forconsumers/selectanursinghome.html

Wade. C., Travis, C. (2007). Psikologi, jilid 2 (terjemahan) edisi ke 9. Jakarta:

Erlangga.

Wilkinson, J. M & Ahern, N. R. (2011). Buku saku diagnosis keperawatan:

diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC ; alih bahasa, Esti

Wahyuningsih. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Yaffe, K., Barnes, D., Nevitt, M., Lui, Y. L and Covinsky, K. (2001). A

prospective study of physical activity and cognitive decline in elderly

women. Arch Intem Med, 161(14):1703-1708.

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 1 – Analisa Data

ANALISA DATA

Data-Data Pengkajian Masalah Keperawatan

DS:

- Saat ditanya sekarang tanggal, bulan,

tahun dan hari apa, residen selalu

mengatakan lupa atau tidak ingat

- Residen selalu mengatakan lupa

DO:

- Residen terlihat lupa saat

ditanyakan kembali TDnya

- Residen terlihat berpikir keras saat

akan menjawab

- Residen tidak mampu menjawab

umur residen sendiri

- Residen terlihat bingung

- MMSE = 65 – Gangguan Kognitif

- CDR dengan nilai Memori=2,

Orientasi=2, Pengambilan

keputusan=2, Aktivitas Sosial=2,

Pekerjaan rumah dan hobi=2, serta

Perawatan diri= 1 ( nilai 2 berarti

gangguan sedang dan 1 berarti

gangguan ringan)

Kerusakan Memori

DS:

- Residen mengatakan mandi sehari 2

x

- Residen mengatakan menggosok gigi

saat mandi

- Residen mengatakan pepsodentnya

habis

Defisit Perawatan Diri; Mandi

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

DO:

- Tercium bau yang tidak enak dari

mulut residen

- Mulut residen terlihat kotor

- Gigi residen terlihat kotoran yang

menempel

- Rambut residen terlihat lepek dan

lembab.

- Kuku tangan dan kaki residen terlihat

panjang

- Kulit residen terlihat kering

Faktor Resiko:

- Usia diatas 65 tahun

- Hidup seorang diri dan tidak ada

care giver

- TD: 140/80 mmHg

- Penurunan kekuatan ekstermitas

bawah

- Gangguan pendengaran

- Gaya berjalan residen sedikit

pincang

- Postur tubuh residen yaitu sedikit

bungkuk

- Residen berjalan terlihat pelan dan

berpegang dengan tembok atau

- FMS= 65, risiko tinggi jatuh

- BBT=52 ( risiko jatuh rendah)

Risiko Jatuh

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 2- Rencana Asuhan Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa

Keperawatan

Batasan

Karakteristik

Tujuan Intervensi Rasional

Umum Khusus

Kerusakan

Memori

1. Tidak ingat

dengan

perilaku yang

dijadwalkan

2. Ketidakmamp

uan untuk

mengingat

perilaku yang

dilakukan

3. Ketidakmamp

uan untuk

Setelah

dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama

21 x 30 menit,

residen tidak

memperlihatkan

kerusakan

memori

Residen mampu:

1. Mengenal

atau

berorientasi

terhadap

waktu, orang,

dan tempat

2. Menyatakan

dapat

mengingat

lebih baik

1. Kaji derajat gangguan

kognitif, seperti perubahan

orientasi terhadap orang,

tempat, waktu, rentang

perhatian, kemampuan

berpikir. Bicarakan dengan

orang terdekat mengenai

perubahan dari tingkah laku

yang biasa atau lamanya

masalah yang telah ada

2. Panggil residen dengan

1. Memberikan dasar untuk

perbandingan yang akan

datang dan mempengaruhi

terhadap intervensi yang

akan diberikan

2. Memberikan pengenalan

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

melakukan

keahlian yang

dipelajari

sebelumnya

4. Ketidakmamp

uan untuk

mengingat

kembali

peristiwa, baru

ataupun

lampau

5. Ketidakmamp

uan mengingat

pengalaman

3. Menggunaka

n teknik

untuk

membantu

memperbaiki

memori

4. Secara akurat

mengingat

informasu

terkini, saat

ini dan

lampau

5. Melakukan

aktivitas

sehari-hari

secara

optimal

sesuai

kemampuan

namanya

3. Tatap wajah residen ketika

sedang berbicara dengan

residen

4. Pertahankan lingkungan

yang menyenangkan dan

tenang

5. Gunakan suara yang agak

rendah dan berbicara dengan

perlahan pada residen

6. Gunakan kata-kata yang

pendek dan kalima yang

sederhana dan berikan

instruksi sederhana.

terhadap realita individu

3. Menimbulkan perhatian,

terutama pada penderita

dengan gangguan

perseptual

4. Membantu residen untuk

fokus dalam berpikir dan

agar tidak meningkatkan

gangguan neuron.

5. Meningkatkan konsentrasi

dan pemahaman residen

dan tidak menimbulkan

stres.

6. Sesuai dengan

perkembangan penyakit,

gangguan fungsi kognitif

mungkin saja mengganggu

kemampuan individu pada

proses penerimaan

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

7. Gunakan hal-hal yang

humoris saat berinteraksi

8. Berikan latihan orientasi

realita seperti menanyakan

waktu, tanggal,bulan serta

tahun sekarang serta orang.

9. Berikan terapi ingatan atau

kenangan, seperti

menanyakan kembali data-

data pribadi residen

10. Beri kesempatan pada

residen untuk mengenal

waktu dengan menggunakan

jam besar, kalender, yang

mempunyai lembar perhari

dengan tulisan besar

11. Kenang kembali masa

informasi secara

keseluruhan.

7. Membantu meningkatkan

kestabilan emosi

8. Meningkatkan kemampuan

orientasi.

9. Meningkatkan kemampuan

memori residen

10. Memberikan stimulasi

kognitif

11. Memberikan stimulasi

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

lalu Residen seperti kegiatan

atau hoby yang residen suka

lakukan

12. Implementasikan teknik

memori yang tepat, seperti

imajinasi visual, peralatan

yang, membantu ingatan

membuat daftar,

menggunakan label, atau

melatih ulang informasi

13. Berikan gambar

pengingat memori (misal

foto)

14. Berikan pujian jika

residen dapat menjawab

dengan benar

kognitif

12. Memberikan stimulasi

kognitif

13. Memberikan stimulasi

kognitif

14. Meningkatkan rasa

percaya diri residen.

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 3 - Rencana Asuhan Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional

Defisit Perawatan

diri; mandi

Definisi:

Hambatan

kemampuan untuk

melakukan atau

menyelesaikan

perawatan diri

sendiri

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 21x 30

menit, tubuh klien

tampak bersih dan

wangi.

1. Kuku residen

tampak bersih

dan pendek

2. Residen tidak

menggaruk-

garuk tubuhnya

lagi

3. Mulut residen

terlihat bersih

dan wangi

4. Residen terlihat

nyaman

1. Kaji kesulitan residen dalam

perawatan diri, seperti

keterbatasan gerak, penurunan

kognitif.

2. Identifikasi kebutuhan akan

kebersihan

3. Perhatikan adanya tanda-tanda

nonverbal yang fisiologis

4. Diskusikan dengan residen

1. Memahami penyebab yang

mempengaruhi residen dalam

melakukan perawatan diri

2. Sesuai dengan perkembangan

kerusakan kogntiif, kebutuhan

akan kebersihan dasar mungkin

dilupakan.

3. Penurunan fungsi kognitif

mungkin menyebabkan residen

sulit mengungkapkan kebutuhan

perawatan diri dengan cara

nonverbal.

4. Membantu residen dalam

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

tentang pentingnya menjaga

kebersihan diri meliputi kuku,

mulut dan kulit

5. Jelaskan kepada residen

prosedur dan tujuan tindakan

merawatan kebersihan diri

6. Bantu residen untuk

melakukan perawatan diri (oral

hygiene, perawatan kuku,

perawatan kulit)

7. Berikan jadwal untuk residen

kedalam kegiatan sehari-hari.

menjaga kebersihan diri residen

5. Membantu residen dalam

melakukan tindakan kebersihan

diri

6. Membantu kebutuhan akan

kebersihan diri residen dan

meningkatkan kepercayaan diri

residen

7. Mempertahankan kebutuhan

rutin yang dapat mencegah

kebingungan karena kerusakann

fungsi kognitif residen

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 4 - Rencana Asuhan Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana Keperawatan Rasional

Umum Khusus

Resiko jatuh

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 21 x 30

menit,

resiko jatuh tidak

terjadi.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 21 x 30

menit

diharapkan:

1. Meningkatnya

pengetahuan

residen tentang

risiko jatuh.

1.1 Berikan penjelasan pada residen

tentang resiko jatuh dan kondisi

ruangan yang menyebabkan

resiko jatuh.

1.2 Identifikasi bersama residen

lingkungan yang dapat

meningkatkan kemungkinan jatuh

1.3 Diskusikan dengan residen

pemilihan alas kaki yang tidak

menyebabkan resiko jatuh.

1.1 Meningkatkan pengetahuan

tentang resiko jatuh sehingga

meningkatkan kerjasama

residen dalam mencegah jatuh.

1.2 Untuk menentukan

meningkatkan kewaspadaan

residen terhadap resiko jatuh

1.3 Melibatkan residen dalam

memutuskan suatu pilihan

meningkatkan hubungan saling

percaya.

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

2. Meningkatnya

kekuatan otot

dan

keseimbangan

pada residen.

3. Meningkatnya

kebersihan dan

kerapihan kamar.

1.4 Demonstrasikan cara penggunaan

alat bantu jalan dan cara

berpegangan pada handrail dan

furniture yang kuat dan stabil

untuk mencegah jatuh.

2.1 Motivasi residen mengikuti

senam lansia di STW Karya

Bhakti untuk meningkatkan

kekuatan otot dan keseimbangan.

2.2 Motivasi residen untuk

melakukan latihan ROM di kamar

baik dalam keadaan berbaring

atau duduk.

3.1 Bekerjasama dengan caregiver/

clening service dalam

memberikan lingkungan yang

aman pada kamar residen dan

lingkungan wisma Cempaka

(pencahayaan yang cukup pada

gang dan kamar mandi, lantai

tidak licin, keset tidak tertekuk

dan tersedianya handraill di

kamar dan kamar mandi)

1.4 Meningkatkan keterampilan

lansia dalam menggunakan alat

bantu jalan.

2.1 Otot yang kuat meningkatkan

kemampuan untuk menopang

tubuh sehingga menurunkan

resiko jatuh.

2.2 Latihan mandiri meningkatkan

kekuatan otot dan

meningkatkan rasa percaya diri

pada residen.

3.1 Lingkungan yang aman

menurunkan resiko jatuh

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

4. Meningkatnya

kewaspadaan

terhadap resiko

jatuh pada

residen.

3.2 Bekerjasama dengan residen

untuk merapikan kamar.

3.3 Motivasi cleaning service untuk

menyikat lantai kamar mandi

setiap hari tanpa menggunakan

detergen, namun diganti dengan

larutan desinfektan.

3.4 Sarankan pada residen agar

mengganti keset kaki lama yang

telah aus dengan keset kaki yang

memiliki alas karet dibawahnya.

4.1 Beri tanda pada ambang pintu,

pintu kamar mandi residen, lantai

yang tidak rata dan area tangga

disekitar wisma dengan warna

yang cerah

4.2 Beri tanda “area licin dan basah”

dengan warna terang dan ukuran

yang besar pada lantai yang

sedang di pel atau pada lantai

yang tergenang air akibat hujan.

3.2 Kamar yang rapi memudahkan

residen berjalan dan

mengurangi resiko tersandung.

3.3 Lantai kamar mandi yang bersih

dan tidak licin mencegah jatuh.

3.4 Keset kaki yang telah aus

bagian karetnya cenderung

mudah bergeser dan tertekuk

sehingga meningkatkan resiko

jatuh.

4.1 Meningkatkan kewaspadaan

pada area yang beresiko

menimbulkan jatuh pada lansia.

4.2 Menghindari jatuh akibat

tergelincir

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 5 – Hasil Pemeriksaan MMSE

Pengkajian Aspek Kognitif

Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Examination)

No. Aspek kognitif Nilai

Maksimal

Nilai

Klien

Kriteria

1. Orientasi 5 0 Menyebutkan dengan benar

Tahun

Musim

Tanggal

Hari

Bulan

Orientasi 5 2 Dimana sekarang kita berada?

Negara

Propinsi

Kabupaten

2. Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek (kursi, meja,

kertas)

Kemudian ditanyakan kepada klien,

setelah kita menyebutkan 3 benda

tersebut. Beri nilai 1 untuk masing-

masing jawaban yang benar. Ulangi

sampai lanisa dapat menyebutkan

semuanya.Hitung berapa kali lansia

mencoba menyebutkan.

3. Perhatian dan

kalkulasi

5 1 Meminta klien berhitung mulai dari

100, kemudian dikurangi 7 sampai 5

tingkat:............

4. Mengingat 3 0 Meminta klien untuk menyebutkan

kembali 3 objek pada poin 2.

5. Bahasa 9 1

1

3

Menanyakan pada klien tentang

benda (sambil menunjuk benda

tersebut)

Meminta klien untuk mengulangi

kata berikut ”tak ada jika, dan, atau,

tetapi”.

Klien menjawab........

Minta klien untuk mengikuti

perintah berikut yang terdiri dari 3

langkah. Ambil ballpoint di tangan

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

1

1

1

Anda, ambil kertas, menulis saya

mau tidur.

Perintahkan klien untuk hal berikut

(Bila aktivitas sesuai perintah nilai 1

poin)

’tutup mata Anda’

Perintahkan pada klien untuk

menulis atau kalimat

Gambarkan kembali gambar berikut

(yang dinilai jumlah sisi dan ada

yang beririsan)

Total Nilai 30 14

Interpretasi Hasil:

Eyang H memiliki hasil nikai pengkajian MMSE yaitu 14. Hal tersebut berarti

Eyang H memiliki masalah pada daya ingatnya atau yang disebut gangguan

kognitif atau kerusakan memori.

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 6 – Hasil Pemeriksaan CDR

CLINICAL DEMENTIA RATING Nilai CDR : 0, 0,5, 1, 2, 3

Nama Pasien : Eyang H (Lk / Pr), Umur : 88 tahun, Pendidikan: SD Riwayat Penyakit : Hipertensi, gastritis

Alasan diperiksa: Residen lupa dengan waktu dan tanggal, Tanggal : 30 Mei 2013

Gangguan

Tidak Ada

0

Questionable

0,5

Ringan

1

Sedang

2

Berat

3

Memori Tidak ada

gangguan

memori atau

kelupaan yang

tidak konsisten

Gangguan

memori

ringan yang

konsisten;

mengingat

kembali

sebagian

kejadian;

benign forgetfulness

Gangguan

memori sedang;

terutama kejadian

yang

baru(recent);

keadaan ini

mengganggu

aktivitas sehari-

hari

Ganggguan

memori berat;

hanya materi

highly learned

yang tersisa,

materi yang

baru dipelajari

cepat

dilupakan √

Gangguan

memori berat;

hanya

fragmen-

fragmen

memoriyang

tertinggal

Orientasi Orientasi penuh Orientasi penuh kecuali

sedikit

kesulitan

dalam

hubungan

waktu antar

kejadian

Gangguan orientasi sedang

terhadap tempat

pemeriksaan;

dapat mengalami

disorientasi pada

tempat lain

Gangguan berat

hubungan

antar

kejadian;

sering juga

terhadap

tempat √

Hanya dapat mengenal

orang

Pengambilan

keputusan/

pemecahan

masalah

Dapat memecahkan

masalah sehari-

hari; menangani

binis dan

keuangan dengan

baik;

pengambilan

keputusan baik

sama seperti

sebelumnya

Kesulitan ringan dalam

aktivitas-

aktivitas ini

Gangguan sedang dalam

pemecahan

masalah,

persamaan dan

pembedaan,

kemamapuan

penilaian sosial

biasanya masih

utuh

Ganggguan berat dalam

pemecahan

masalah,

persamaan,

penilaian

sosial

biasanya

terganggu √

Tidak dapat membuat

keputusan

atau

memecahkan

masalah

Aktivitas

sosial/

masyarakat

Mandiri

sebagaimana

sebelumnya dalam kegiatan;

pekerjaan,

belanja,kegiataan

sukarela dan

sosial lainnya

Tinggal

dirumah,

minat yang bersifat

intelektual

dan hobi

sedikit

terganggu

Walaupun masih

dapat terlibat

dalam beberapa kegiatan ini

namun tidak

mandiri. Masih

kelihatan normal

secara umum

Tidak ada

keinginan

untuk aktivitas

mandiri di

luar rumah.

Kelihatan

cukup sehat

untuk dibawa

keluar rumah

Tidak ada

keingginan

untuk mandiri di luar rumah.

Sulit untuk

dibawa

aktivitas

keluar rumah

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Interpretasi:

1. Memori, orientasi, pengambilan keputusan, aktivitas sosial, serta pekerjaan

rumah dan hobi : residen mendapat nilai 2 yang berarti residen mengalami

gangguan sedang.

2. Perawatan diri: residen mendapatkan nilai 1 yang berarti gangguan ringan,

resdien memelukan dorongan atau motivasi dalam pemenuhan kebutuhan

dasar.

Pekerjaan

rumah dan

hobi

Tinggal di

rumah dan

minat yang bersifat

intelektual

tetap terpelihara

Tinggal di

rumah dan

minat

intelektual

terganggu

ringan

Gangguan ringan

namun pasti

fungsi di rumah;

pekerjaan rumah

yang kompleks

tidak disenangi,

hobi dan minat

kompleks tidak diminati

Hanya

pekerjaan

sederhana

yang masih

dapat

dilakukan;

minat sangat

terbatas dan sulit

dipertahankan

Tidak dapat

melakukan

pekerjaan

rumahsecara

signifikan

Perawatan diri Dapat merawat

diri sepenuhnya

Dapat

merawat diri

sepenuhnya

Memerlukan

dorongan

Membutuhkan

bantuan

dalam

berpakaian,

kebersihan, dan

penampilan

diri

Membutuhkan

banyak

bantuan

dalam

perawatan diri; sering

ngompol

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 7 – Hasil Pemeriksaan FMS

Pengkajian Resiko Jatuh; Fall More Scale (FMS)

No Item Skala Skor

1 Riwayat jatuh Tidak : 0

Ya : 25

25

2 Diagnosis sekunder Tidak : 0

Ya : 15

15

3 Bantuan Berjalan

Bedrest/bantuan perawat

Kruk/tongkat/walker

Furnitur

0

15

30

30

4 Terapi intravena/heparin lock Tidak : 0

Ya : 20

0

5 Gaya berjalan

Normal/bedrest/immobile

Lemah

Dengan bantuan

0

10

20

10

6 Status mental

Orientasi terhadap kemampuan

diri sendiri

Melebih-lebihkan/melupakan

keterbatasan

0

15

0

TOTAL 65

Interpretasi Hasil:

Nilai 0-24 :Tidak memiliki risiko jatuh

Nilai 25-50 : Risiko Jatuh rendah

Nilai ≥51 : Risiko Jatuh Tinggi

Kesimpulan:

Eyang H memiliki score nilai FMS yaitu 65. Hal tersebut berarti Eyang H

memiliki nilai risiko jatuh yang tinggi.

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 8 – Hasil Pemeriksaan BBT

Pengkajian Berg Balance Test

Perintah dalam Berg Balance Test

1. Duduk ke berdiri

Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan tangan sebagai

sokongan

( √ ) 4 mampu berdiri tanpa menggunakan tangan

( ) 3 mampu untuk berdiri namun menggunakan bantuan tangan

( ) 2 mampu berdiri menggunakan tangan setelah beberapa kali

mencoba

( ) 1 membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri

( ) 0 membutuhkan bantuan sedang atau maksimal untuk berdiri

2. Berdiri tanpa bantuan

Instruksi: berdirilah selama dua menit tanpa berpegangan

( ) 4 mampu berdiri selama dua menit

( √ ) 3 mampu berdiri selama dua menit dengan pengawasan

( ) 2 mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan

( ) 1 membutuhkan beberapa kali untuk mencoba berdiri selama 30

detik tanpa bantuan

( ) 0 tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan

3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan di lantai

Instruksi: duduklah sambil melipat tangan Anda selama dua menit

( √ ) 4 mampu duduk dengan aman selama dua menit

( ) 3 mampu duduk selama dua menit di bawah pengawasan

( ) 2 mampu duduk selama 30 detik

( ) 1 mampu duduk selama 10 detik

( ) 0 tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 detik

4. Berdiri ke duduk

Instruksi: silahkan duduk

( ) 4 duduk dengan aman dengan pengguanaan minimal tangan

( √ ) 3 duduk menggunakan bantuan tangan

( ) 2 menggunakan bantuan bagian belakan kaki untuk turun

( ) 1 duduk mandiri tapi tidak mampu mengontrol pada saat dari berdiri

ke duduk

( ) 0 membutuhkan bantuan untuk duduk

5. Berpindah

Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. Minta klien untuk berpindah ke kursi

yang memiliki penyagga tangan kemudian ke arah kursi yang tidak

memiliki penyangga tangan

( √ ) 4 mampu berpindah dengan sedikit penggunaan tangan

( ) 3 mampu berpindah dengan bantuan tangan

( ) 2 mampu berpindah dengan isyarat verbal atau pengawasan

( ) 1 membutuhkan seseorang untuk membantu

( ) 0 membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup

Instruksi: tutup mata Anda dan berdiri selama 10 detik

( √ ) 4 mampu berdiri selama 10 detik dengan aman

( ) 3 mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan

( ) 2 mampu berdiri selama 3 detik

( ) 1 tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup tetapi tetap berdiri

dengan aman

( ) 0 membutuhkan bantuan agar tidak jatuh

7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat

Instruksi: rapatkan kaki Anda dan berdirilah tanpa berpegangan

( √ ) 4 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit

( ) 3 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit dengan

pengawasan

( ) 2 mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat bertahan selama 30

detik

( ) 1 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi yang diperintahkan

tetapi mampu berdiri selama 15 detik

( ) 0 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat

bertahan selama 15 detik

8. Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri

Instruksi: letakkan tangan 90 derajat. Regangkan jari Anda dan raihlah

semampu Anda (penguji meletakkan penggaris untuk mengukur jarak

antara jari dengan tubuh)

( ) 4 mencapai 25 cm (10 inchi)

( √ ) 3 mencapai 12 cm (5 inchi)

( ) 2 mencapai 5 cm (2 inchi)

( ) 1 dapat meraih tapi memerlukan pengawasan

( ) 0 kehilangan keseimbangan ketika mencoba/memerlukan bantuan

9. Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri

Instruksi: Ambilah sepatu/sandal di depan kaki Anda

( √ ) 4 mampu mengambil dengan mudah dan aman

( ) 3 mampu mengambil tetapi membutuhkan pengawasan

( ) 2 tidak mampu mengambil tetapi meraih 2-5 cm dari benda dan

dapat menjaga keseimbangan

( ) 1 tidak mampu mengambil dan memerlukan pengawasan ketika

mencoba

( ) 0 tidak dapat mencoba/membutuhkan bantuan untuk mencegah

hilangnya keseimbangan atau terjatuh

10. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri

Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan kembali ke

arah kanan

( √ ) 4 melihat ke belakang dari kedua sisi

( ) 3 melihat ke belakang hanya dari satu sisi

( ) 2 hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat menjaga

keseimbangan

( ) 1 membutuhkan pengawasan ketika menengok

( ) 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah ketidakseimbangan atau

terjatuh

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

11. Berputar 360 derajat

Instruksi: berputarlah satu lingkaran penuh, kemudian ulangi lagi dengan

arah yang berlawanan

( √ ) 4 mampu berputar 360 derajat dengan aman selama 4 detik atau

kurang

( ) 3 mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi selama empat

detik atau kurang

( ) 2 mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan gerakan yang lambat

( ) 1 membutuhkan pengawasan atau isyarat verbal

( ) 0 membutuhkan bantuan untuk berputar

12. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika beridiri

tanpa bantuan

Instruksi: tempatkan secara bergantian setiap kaki pada sebuah pijakan.

Lanjutkan sampai setiap kaki menyentuh pijakan selama 4 kali.

( √ ) 4 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 pijakan dalam 20 detik

( ) 3 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali pijakan > 20 detik

( ) 2 mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan

( ) 1 mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan minimal

( ) 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh/tidak mampu

melakukan

13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya

Instruksi: tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainnya. Jika merasa

tidak bisa, cobalah melangkah sejauh yang Anda bisa

( √ ) 4 mampu menempatkan kedua kaki (tandem) dan menahan selama

30 detik

( ) 3 mampu memajukan kaki dan menahan selama 30 detik

( ) 2 mampu membuat langkah kecil dan menahan selama 30 detik

( ) 1 membutuhkan bantuan untuk melangkah dan mampu menahan

selama 15 detik

( ) 0 kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau berdiri

14. Berdiri dengan satu kaki

Instruksi: berdirilah dengan satu kaki semampu Anda tanpa berpegangan

( √ ) 4 mampu mengangkat kaki dan menahan >10 detik

( ) 3 mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10 detik

( ) 2 mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik

( ) 1 mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat bertahan selama 3

detik tetapi dapat berdiri mandiri

( ) 0 tidak mampu mencoba

Rentang nilai BBT : 0 – 20 : klien memiliki risiko jatuh tinggi dan perlu

menggunakan alat bantu jalan berupa kursi roda.

21 – 40: klien memiliki risiko jatuh sedang dan perlu

menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat, kruk,

dan walker.

41 – 56: klien memiliki risiko jatuh rendah dan tidak

memerlukan alat bantu

Kesimpulan: Residen mendapatkan nilai 52 yang berarti risiko jatuh rendah.

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 9 – Hasil Pemeriksaan GDS

Pemeriksaan Geriatric Depression Scale (GDS)

Beri tanda ceklist (√) antara jawaban ya atau tidak pada tiap pertanyaan.

Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya Tidak

1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda? √

2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda? √

3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa? √

4. Apakah anda senantiasa bosan? √

5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan? √

6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak dapat dilupakan? √

7. Apakah anda bersemangat setiap waktu? √

8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan menimpa

anda?

9. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu? √

10. Apakah anda merasa tidak berdaya? √

11. Apakah anda merasa gelisah dan gugup? √

12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada berjalan-jalan ke

luar dan melakukan sesuatu yang baru?

13. Apakah anda selalu khawatir akan masa depan anda? √

14. Apakah anda memiliki masalah pada ingatan? √

15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan kehidupan

sampai sekarang?

16. Apakah anda selalu merasa kecewa dan sedih? √

17. Apakah anda merasa tidak berguna? √

18. Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu anda? √

19. Apakah anda menemukan kehidupan yang menyenangkan? √

20. Apakah anda memiliki kesulitan untuk memulai hal yang baru? √

21. Apakah anda memiliki energi maksimal? √

22. Apakah anda merasa situasi anda saat ini tidak tertolong? √

23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari anda? √

24. Apakah anda selalu menangisi hal-hal kecil? √

25. Apakah anda selalu merasa ingin menangis? √

26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi? √

27. Apakah anda menikmati suasana bangun di pagi hari? √

28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari perkumpulan sosial? √

29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan? √

30. Apakah pikiran anda jernih? √

Interpretasi Hasil

Nilai 0-9 : normal

Nilai 10-19 : depresi ringan

Nilai 20-30 : depresi berat

Kesimpulan: Residen mendapatkan total skor 6 yang berarti normal.

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 10 – Hasil Pemeriksaan Indeks Katz

Pengkajian Tingkat Kemandirian: Indeks Katz

Total Skor: 6, Hal tersebut diartikan bahwa tingkat kemandirian residen yaitu

kemandirian penuh

Interpretasi Hasil

Nilai 6 : Kemandirian penuh

Nilai 4: Gangguan fungsional sebagian (kemandirian sebagian)

Nilai 0-2 : Gangguan fungsional berat (Ketergantungan tinggi)

Aktivitas

Skor (1 atau 0)

Mandiri

(Skor 1) Tanpa pengawasan,

pengarahan, atau bantuan orang

lain.

Tergantung

(Skor 0) Dengan

Pengawasan, pengarahan,

dan bantuan orang lain.

MANDI

Skor: 1

(Skor 1) Melakukan mandi secara

mandiri atau memerlukan

bantuan hanya untuk bagian

tertentu saja misalnya punggung

atau bagian yang mengalami

gangguan.

(Skor 0) Perlu bantuan lebih

dari satu bagian tubuh, perlu

bantuan total.

BERPAKAIAN

Skor: 1

(Skor 1) Bisa memakai pakaian

sendiri, kadang perlu bantuan

untuk menalikan sepatu.

(Skor 0) Perlu bantuan lebih

dalam berpakaian atau

bahkan perlu bantuan total.

KE TOILET

Skor: 1

(Skor 1) Bisa pergi ke toilet

sendiri , membuka melakukan

BAB BAK sendiri.

(Skor 0) Perlu bantuan

dalam eliminasi

BERPINDAH

Skor: 1

(Skor 1) Bisa berpindak tempat

sendiri tanpa bantuan, alat bantu

gerak diperkenankan

(Skor 0) Perlu bantuan

dalam berpindah dari bed ke

kursi roda, bantuan dalam

berjalan.

KONTINEN

Skor: 1

(Skor 1) Bisa mengontrol

eliminasi

(Skor 0) inkontinensia

sebagian atau total baik

bladder maupun bowel.

MAKAN

Skor: 1

(Skor 1) bisa melakukan makan

sendiri. Makanan dipersiapkan

oleh orang lain diperbolehkan.

(Skor 0) Perlu bantuan

dalam makan, nutrisi

parenteral

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351568-PR-Asty Nofika.pdf · KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU H ... 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

Universitas Indonesia

Lampiran 11- Daftar Riwayat Hidup

DATA RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Asty Nofika Utami

2. Agama : Islam

3. Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 15 Februari 1990

4. Suku : Jawa

5. Alamat : Komplek Yon Hub Mabad 006/ 04 Kelapa Dua,

Kebon Jeruk, Jakarta Barat

6. Hp : 087884899448

7. Email : [email protected]

8. Riwayat Pendidikan :

a. Fakultas Ilmu Keperawatan (2008-2013)

b. SMA N 85 Kembangan (2005-2008)

c. SMP N 189 Jakarta Barat (2002-2005)

d. SDS Kartika XI-6 (1996-2002)

e. TK Kartika XI-11 (1995-1996)