universitas indonesia - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-pr-natalia...

115
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NATALIA CHRISTY, S.Farm. 1206329865 ANGKATAN LXXVII PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Upload: duongkhanh

Post on 26-May-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTIK ATRIKA

JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT

PERIODE 19 JUNI – 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NATALIA CHRISTY, S.Farm.

1206329865

ANGKATAN LXXVII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTIK ATRIKA

JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT

PERIODE 19 JUNI – 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

NATALIA CHRISTY, S.Farm.

1206329865

ANGKATAN LXXVII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

Iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Atrika serta menyusun laporan ini dengan baik. Penyusunan laporan ini tidak lepas

dari dukungan berbagai pihak di sekitar penulis, sehingga pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.

2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Pejabat Sementara Fakultas

Farmasi UI hingga 20 Desember 2013.

3. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Fakultas

Farmasi UI sekaligus pembimbing dari Apotek Atrika yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis selama peyusunan laporan PKPA.

4. Nadia Farhanah, M.Si., Apt. selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi yang

telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat bermanfaat.

5. Bapak Winardi Hendrayanta selaku Pemilik Sarana Apotek Atrika.

6. Para karyawan Apotek Atrika (Mbak Ratna, Ibu Meta, Ibu Mimin, Ibu Tuti, Pak

Tabrani, Mbak Ayu, Mbak Ponah, Pak Kadi, Mas Heru, dan pihak lainnya) atas

ilmu, arahan, dan bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan PKPA ini.

7. Seluruh dosen, staf tata usaha, teman-teman di Fakultas Farmasi UI, atas ilmu

dan bantuan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program

Profesi Apoteker.

8. Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca.

Penulis

2013

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah

ini:

Nama : Natalia Christy, S.Farm.

NPM : 1206329865

Program Studi : Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI – 16 AGUSTUS 2013 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif

ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola

dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal : 17 Januari 2014

Yang menyatakan

(Natalia Christy, S.Farm.)

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

!"#$%!&

!"#" $%!"&"'("%)*+(,&-.%/0%1"+#0

!23 $%4567859:7;

2+<=+"#%/&>?( $%2+<@A,(%BC<&ADA+

E>?>' $%F"C<+"G%2+"D&AD%HA+I"%2+<@A,(%BC<&ADA+%?(%BC<&(D%B&+(D"

E"'"G%H"+&(G(%L"-"%!<0%8UB%E"D"+&"%2>,"&

2A+(<?A%49%E>G(%]%47%B=>,&>,%5648

2+"D&AD% HA+I"% 2+<@A,(% BC<&ADA+% ?(% BC<&(D%B&+(D"% E"'"G% H"+&(G(% L"-"% !<0% 8UB

E"D"+&"% 2>,"&% MA+&>I>"G% >G&>D% #AG=A&"*>(% ,A+&"% #A#"*"#(% &>=",% ?"G% @>G=,(

BC<&ADA+% 2AG=A'<'"% BC<&AD% WB2BX% #A'"'>(% CAG=A'<'""G% <M"&O<M"&"G% #">C>G

CA+MAD"'"G% @"+#",(.% Q"+"%CA'"D,"G""G%CA'"-"G"G%DA@"+#",("G%DAC"?"%#",-"+"D"&

?(%BC<&(D0%P>=",%D*>,>,%-"G=%?(MA+(D"G%MA+I>?>'%1"+#"D<&A+"C(%J("MA&A,%3A'(&>,0

P>I>"G% ?"+(% &>=",% D*>,>,% (G(% "?"'"*% >G&>D%#AG=A&"*>(% C('(*"G% &A+"C(% -"G=% &AC"&

M"=(%CAG?A+(&"%J("MA&A,%3A'(&>,0

H"&"%D>GQ( $%"C<&(D%"&+(D".%@"+#"D<&A+"C(.%?("MA&A,%#A'(&>,

P>=",%>#># $%R%S%:5%*"'"#"GT%4U%'"#C(+"G

P>=",%D*>,>, $%(((%S%5;%*"'"#"GT%4%&"MA'

J"@&"+%BQ>"G%P>=",%V#># $%4;%W49:6O5644X

J"@&"+%BQ>"G%P>=",%H*>,>, $%56%W499\O5648X

!"#$%&'#()'*+",-"%'#)

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

ABSTRACT

Name : Natalia Christy, S.Farm.NPM : 1206329865Program Study : Apothecary professionTitle : Report of Professional Practice Pharmacist in Apotek

Atrika Jl. Kartini Raya No. 34 Jakarta Pusat Period June 19th - August 16th 2013

Pharmacists Professional Practice at Apotek Atrika Jl. Kartini Raya No. 34 JakartaPusat aims to understand the duties and functions of pharmacists pharmacymanager (APA) through the management of medicines and pharmaceuticalsupplies, implementation of pharmaceutical services to the community inPharmacies. Special task given Pharmacotherapy of Diabetes Mellitus. Thepurpose of this special task is to determine the appropriate therapeutic option forpatients with diabetes mellitus.

Keywords : apotek atrika, pharmacy, pharmacotherapy diabetes mellitus General Assignment : v + 82 pages; 14 appendicesSpecific Assignment : iii + 25 pages; 1 tabelBibliography of General Assignment : 15 (1980-2011)Bibliography of Specific Assignment : 20 (1997-2013)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2

2. TINJAUAN UMUM APOTIK .................................................................... 3

2.1 Definisi Apotik ....................................................................................... 3

2.2 Landasan Hukum Apotik ....................................................................... 3

2.3 Tugas dan Fungsi Apotik ....................................................................... 4

2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotik .............................................. 4

2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotik ................................................ 5

2.6 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotik ................................. 7

2.7 Tata Cara Perizinan Apotik .................................................................... 8

2.8 Pencabutan Surat Izin Apotik ................................................................. 11

2.9 Tenaga Kerja di Apotik .......................................................................... 12

2.10 Sediaan Farmasi di Apotik ..................................................................... 14

2.11 Pengelolaan Apotik ................................................................................ 24

2.12 Pengadaan Persediaan Apotik ................................................................ 27

2.13 Pengendalian Persediaan Apotik ............................................................ 29

2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik ............................................. 30

3. TINJAUAN KHUSUS APOTIK ATRIKA ................................................ 37 3.1 Sejarah dan Lokasi ................................................................................. 37

3.2 Tata Ruang ............................................................................................. 37

3.3 Struktur Organisasi ................................................................................. 38

3.4 Tugas dan Fungsi Jawaban ..................................................................... 38

3.5 Kegiatan di Apotik Atrika ...................................................................... 42

4. PEMBAHASAN ........................................................................................... 51

5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 60

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 60

5.2 Saran ....................................................................................................... 60

DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 61

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan

pembangunan di bidang kesehatan, salah satu caranya ialah menjamin tersedianya

pelayanan kesehatan yang bermutu. Untuk itu diperlukan perubahan dalam sistem

pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan kefarmasian (Kementrian

Kesehatan RI, 2004).

Di dalam Sistem Kesehatan Nasional diketahui bahwa sub sistem obat dan

perbekalan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang

menjamin ketersediaan, pemerataan mutu obat, dan perbekalan kesehatan secara

terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya. Dan salah satu prinsip penyelenggaraan sub sistem obat dan

perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat yang diselenggarakan secara rasional

dengan memperhatikan aspek mutu, manfaat, harga, kemudahan diakses, serta

keamanan bagi masyarakat dan lingkungannya (Kementrian Kesehatan RI, 2004).

Bertitik tolak dari arahan yang telah ditetapkan di dalam Sistem Kesehatan

Nasional tersebut, tentu untuk pencapaiannya diperlukan berbagai langkah dan

upaya yang terencana dan sistematis. Namun, saat ini peran dan fungsi dari

pelayanan kefarmasian secara umum dan khususnya pelayanan kefarmasian di

apotik masih belum begitu dirasakan oleh masyarakat. Salah satu yang menjadi

faktor penyebab hal ini adalah mutu pelayanan yang diberikan oleh apoteker di

apotik masih belum optimal. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di

apotik, salah satu langkah dan upaya yang dilakukan adalah dengan membuat

"Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik" (Kementrian Kesehatan RI, 2004).

Apotik ialah tempat tertentu dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, maupun perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat. Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, Apotik harus dikelola

oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan Apotik, apoteker

senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan

yang baik, mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi antar profesi,

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

2

Universitas Indonesia

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, mengelola

sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan

membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan

pengetahuan (Kementrian Kesehatan RI, 2004).

Oleh karena itu, laporan praktek kerja di apotik ini dibuat, agar apoteker

dapat meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian

di apotik maupun masyarakat pada umumnya, sehingga tercipta peningkatan

kualitas kesehatan masyarakat.

1.2 Tujuan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotik Atrika ini bertujuan:

a. Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi Apoteker di Apotik melalui

pengelolaan obat-obatan maupun perbekalan farmasi.

b. Mengetahui cara pelaksanaan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat

di Apotik.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

3

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM APOTIK

2.1 Definisi Apotik

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat

kesehatan, dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan

dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan

obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

2.2 Landasan Hukum Apotik

Apotik memiliki landasan hukum yang diatur dalam:

a. Undang – Undang Negara, yaitu:

1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

2) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3) Undang-Undang Kesehatan RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Peraturan Pemerintah, yaitu:

1) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.

26 Tahun 1965 tentang Apotik.

2) Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

c. Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu:

1) Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

4

Universitas Indonesia

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin

Kerja Tenaga Kefarmasian.

d. Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu:

1) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotik.

2) Keputusan Kementerian Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotik

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi

apotik adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat

yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi

kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.

2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotik (Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/ IX/2004)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/

IX/2004, apotik harus berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh

masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata

“APOTIK”. Apotik harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.

Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas

pelayanan dan penjualan produk lainnya. Hal tersebut berguna untuk

menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

5

Universitas Indonesia

penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh

Apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.

Kebersihan lingkungan apotik harus dijaga. Apotik harus bebas dari hewan

pengerat, serangga, dan hama. Apotik harus memiliki suplai listrik yang konstan,

terutama untuk lemari pendingin. Perabotan apotik harus tertata rapi, lengkap

dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan

rapi, terlindung dari debu, kelembaban, dan cahaya yang berlebihan serta

diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

Apotik harus memiliki :

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk menempatkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur atau materi informasi.

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

d. Ruang racikan.

e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotik

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

disebutkan bahwa Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia

sebagai Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan

kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja atau praktek.

Sebelumnya, Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki

surat izin berupa Surat Penugasan (SP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi Apoteker.

Namun sejak tanggal 1 Juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin

Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap

Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga

kefarmasian yang merupakan seorang Apoteker, maka wajib memiliki Surat

Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

6

Universitas Indonesia

memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat

Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan

kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja

di fasilitas produksi atau distribusi farmasi.

Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK

dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite

Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus

SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan

mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun

dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari

pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi

atau distribusi/penyaluran

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping

harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,

kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan

SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan

diterima dan dinyatakan lengkap.

Apoteker Pengelola Apotik (APA) adalah Apoteker yang telah diberi Surat

Izin Apotik (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotik harus memenuhi

kualifikasi sebagai berikut:

a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

7

Universitas Indonesia

c. Memiliki SIK dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai Apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi

APA di apotik lain.

Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotik,

APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker

Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA

menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya

lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker

bersangkutan dicabut.

2.6 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotik

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993

pasal 23 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002

pasal 24, pengalihan tanggung jawab pengelolaan apotik dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang

disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker pengganti, wajib

dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya

serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika (Pasal 23

ayat 1);

b. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima

sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak (Pasal 23 ayat 2);

c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat

jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Pasal 24 ayat 1).

d. Apabila pada apotik tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pada

pelaporan dimaksud Pasal 24 ayat (1) wajib disertai penyerahan resep,

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

8

Universitas Indonesia

narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika

dan psikotropika (Pasal 24 ayat 2);

e. Pada penyerahan yang dimaksud pada pasal 24 ayat (1) dan (2), dibuat berita

acara seperti yang dimaksud pasal 23 ayat (2) dan dilaporkan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai

POM setempat (Pasal 24 ayat 3).

2.7 Tata Cara Perizinan Apotik (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/MENKES/SK/X/2002)

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002

disebutkan bahwa SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada

Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan apotik di suatu tempat tertentu. Izin apotik diberikan oleh

Menteri, kemudian Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotik

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin,

pencairan izin, dan pencabutan izin apotik sekali setahun kepada Menteri dan

tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara

Pemberian Izin Apotik adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotik diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.

b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima

permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotik melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan contoh formulir APT-3.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

9

Universitas Indonesia

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (b) dan (c) tidak

dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan

menggunakan contoh formulir APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan

menggunakan contoh formulir APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari

mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-

6.

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (f), Apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana

dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan

pemilik sarana.

i. Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak

pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan.

j. Terhadap permohonan izin apotik yang ternyata tidak memenuhi persyaratan

APA dan atau persyaratan apotik atau lokasi apotik tidak sesuai dengan

permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam

jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib

mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan

menggunakan formulir model APT-7.

Dalam mengajukan permohonan perizinan apotik, Apoteker selaku

penanggung jawab melampirkan:

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

10

Universitas Indonesia

1. Data Apoteker

- Fotokopi KTP Apoteker Pengelola Apotik (APA)

- Fotokopi NPWP APA

- Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm 1 lembar

- Fotokopi Surat Izin Kerja

- Fotokopi Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA

yang berasal dari luar Provinsi

- Surat Izin dari Atasan bagi APA yang PNS/TNI/Polri

2. Data Pemilik Sarana Apotik (PSA)

- Fotokopi KTP PSA / Pemilik Perusahaan

- Fotokopi NPWP

- Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm 1 lembar

3. Fotokopi Akte Perusahaan bila berbentuk Badan Hukum yang telah

terdaftar di Departemen Kehakiman dan HAM RI

4. Salinan Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA

5. Fotokopi IMB yang telah dilegalisir

6. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG) dari Dinas Tramtib yang

telah dilegalisir.

7. Surat Pernyataan dari APA tidak bekerja pada perusahaan Farmasi lain di

atas materai Rp 6.000,-

8. Surat Pernyataan APA yang menyaakan akan tunduk serta patuh kepada

peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,-

9. Surat Pernyataan dari APA tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat

Keras Tertentu tanpa resep di atas materai Rp 6.000,-

10. Surat Pernyaaan PSA tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam

pelanggaran peraturan di bidang Farmasi/obat dan tidak ikut campur

dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-

11. Peta lokasi dan denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya

12. Struktur organisasi dan tata kerja/ tata laksana

13. Rencana jadwal buka apotik

14. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan

15. Kelengkapan Asisten Apoteker/D3 Farmasi

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

11

Universitas Indonesia

- Surat Izin Asisten Apoteker

- Fotokopi KTP

- Surat pernyataan bersedian bekerja di atas materai Rp 6.000,-

16. Daftar peralatan peracikan obat

17. Daftar buku pustaka

18. Perlengkapan administrasi

- Contoh etiket, kartu stock, copy resep

- Blanko SP, blanko faktur, form laporan Narkotika

2.8 Pencabutan Surat Izin Apotik

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian

izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotik dalam jangka

waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi. Surat izin apotik dapat dicabut oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota apabila:

a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu

baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan

seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara

lain yang ditetapkan oleh Menteri.

b. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus

menerus.

c. Pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat Keras Nomor, St. 1937 N. 541,

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang No.

5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang No. 22 Tahun 1997

tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang

berlaku.

d. Surat Izin Kerja APA dicabut.

e. Pemilik Sarana Apotik terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

12

Universitas Indonesia

f. Apotik tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotik serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan

surat izin apotik berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan

pencabutan surat izin apotik dilaksanakan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.

b. Pembekuan izin apotik untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotik.

Pembekuan izin apotik sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas,

dapat dicairkan kembali apabila apotik telah membuktikan memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini. Pencairan izin apotik

dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.Apabila SIA dicabut, APA atau Apoteker

Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai

berikut:

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotik.

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

c. Apoteker Pengelola Apotik wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala

Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang

olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang

dimaksud dalam huruf (a).

2.9 Tenaga Kerja di Apotik

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga

kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah

tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

13

Universitas Indonesia

terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga

menengah farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga pendukung untuk menjamin

kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotik, yaitu Apoteker

Pengelola Apotik (APA), Asisten Apoteker, juru resep, kasir, dan pegawai

administrasi/tata usaha.

APA adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotik. APA

bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotik,

juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan Pemilik

Sarana Apotik). Tugas dan kewajiban APA di apotik adalah sebagai berikut:

a. Memimpin seluruh kegiatan apotik, baik kegiatan teknis maupun non-teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.

b. Pengelolaan sediaan farmasi dalam hal menyediakan, menyimpan, dan

menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya

terjamin.

c. Melaksanakan fungsi administrasi dalam hal mengatur, melaksanakan, dan

mengawasi administrasi di apotik.

d. Melaksanakan fungsi kewirausahaan yaitu mengusahakan agar apotik yang

dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana

kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan

penekanan biaya serendah mungkin.

e. Melakukan pengembangan apotik.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002, dalam

melakukan tugasnya, seorang APA dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan

Apoteker Pengganti. Apoteker Pendamping yaitu Apoteker yang bekerja di apotik

selain APA dan/atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka

apotik. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA jika APA

berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah

memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain.

Tenaga pendukung lainnya untuk menjamin kelancaran kegiatan

pelayanan kefarmasian di suatu apotik adalah Asisten Apoteker. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/ X/2002, Asisten

Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

14

Universitas Indonesia

berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Tenaga pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah juru resep, kasir dan

pegawai administrasi atau tata usaha. Juru resep adalah orang yang membantu

Asisten Apoteker dalam menyiapkan (meracik) obat menurut resep. Kasir

merupakan petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang

dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain. Pegawai

administrasi atau tata usaha bertugas membantu Apoteker dalam kegiatan

administrasi seperti membuat laporan harian.

2.10 Sediaan Farmasi di Apotik

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1332/MENKES/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli

Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan

farmasi yang dapat ditemui di apotik. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun

2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat

yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM) dalam 4 (empat) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas

terbatas, obat keras, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini berdasarkan

tingkat keamanan dan dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap

peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda

pada kemasan yang terlihat. Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat

dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Umar, 2011; Departemen Kesehatan RI,

1997).

2.10.1 Obat OTC (Over the Counter)

Obat-obat yang boleh dibeli oleh pasien tanpa resep dokter disebut obat

OTC (Over the Counter). Contoh dari obat OTC ini adalah obat bebas dan obat

bebas terbatas.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

15

Universitas Indonesia

2.10.1.1 Obat Bebas

Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter

adalah obat bebas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalahparasetamol.

(Kementerian Kesehatan, 2006).

2.10.1.2 Obat Bebas Terbatas

Obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter

dan disertai dengan tanda peringatan disebut obat bebas terbatas. Tanda khusus

pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis

tepi berwarna hitam (Kementerian Kesehatan, 2006).

Gambar 2.1 Logo golongan obat

Gambar 2.1 Logo golongan obat

Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda

peringatan dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan

Obat bebas

Obat bebas terbatas

Obat Keras

Narkotika

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

16

Universitas Indonesia

tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau

disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya

dengan huruf berwarna putih (Kementerian Kesehatan, 2006). Terdapat enam

golongan peringatan untuk obat bebas terbatas, yaitu:

a. P no.1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contoh obat

golongan ini adalah Stopcold, Inza, dan obat flu lainnya.

b. P no.2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh obat

golongan ini adalah Listerine dan Betadine Gargle.

c. P no.3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh obat

golongan ini adalah Rivanol dan Canesten.

d. P no.4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar

e. P no.5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh obat golongan ini

adalah Suppositoria untuk laksatif.

f. P no.6: Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh obat golongan

ini adalah Suppositoria untuk wasir.

Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas

2.10.2 Obat Ethical

Obat yang dapat diperoleh oleh pasien dengan adanya resep dari dokter

disebut obat ethical. Contoh dari obat ethical ini adalah obat keras, psikotropika,

dan narkotika.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

17

Universitas Indonesia

2.10.2.1 Obat Keras

Obat yang hanya dapat dibeli di apotik dengan resep dokter disebut obat

keras. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam

golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes,

hormon, antibiotika, psikotropika, dan beberapa obat ulkus lambung dan semua

obat injeksi.

2.10.2.2 Psikotropika (Undang-Undang No. 5 Tahun 1997)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika yang digolongkan menjadi:

a. Psikotropika golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan

dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari obat psikotropika golongan

I adalah ecstasy (MDMA), psilosin (jamur meksiko/jamur tahi sapi), LSD

(lisergik deitilamid), dan meskalin (kaktus amerika).

b. Psikotropika golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat golongan psikotropika

golongan II adalah amfetamin, metakualon, dan metilfenidat. Sekarang obat

psikotropika golongan I dan II dikategorikan dalam obat narkotika golongan I.

c. Psikotropika golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan III

adalah amorbarbital, flunitrazepam, dan kastina.

d. Psikotropika golongan IV

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

18

Universitas Indonesia

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan IV

adalah barbital, bromasepam, diazepam, estazolam, fenorbarbital, klobazam, dan

klorazepam.

Pengelolaan psikotropika di apotik adalah sebagai berikut :

a. Pemesanan

Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta

dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotik, nomor SIPA dan SIA. Satu surat

pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat

tiga rangkap. Berbeda dengan narkotika, pemesanan psikotropika dapat ditujukan

kepada PBF mana saja yang menjual jenis psikotropika yang diperlukan.

b. Penyimpanan

Obat-obatan golongan psikotropika cenderung disalahgunakan sehingga

disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari

khusus.

c. Penyerahan

Obat golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diserahkan oleh

apotik, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan

psikotropika oleh apotik hanya dapat dilakukan kepada apotik lainnya, rumah

sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/pasien.

Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas hanya

dapat dilakukan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotik,

rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep

dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh dilakukan dalam

keadaan menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan, menolong

orang sakit dalam keadaan darurat dan menjalankan tugas di daerah terpencil yang

tidak ada apotik. Psikotropika hanya dapat diserahkan oleh apotik dengan adanya

resep dokter.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

19

Universitas Indonesia

d. Pelaporan

Apotik wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan

dengan psikotropika dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

setempat setiap satu bulan sekali, paling lambat tanggal 10, dengan tembusan

kepada Balai Besar POM atau Balai POM setempat.

e. Pemusnahan

Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan

disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat

kepastian. Menurut pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, pemusnahan

psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang

diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku,

kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika

dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat

tempat dan waktu pemusnahan; nama pemegang izin khusus; nama, jenis, dan

jumlah psikotropika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan

identitas lengkap penanggung jawab apotik dan saksi-saksi pemusnahan.

Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin

ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu

pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan

memberantas peredaran gelap psikotropika.

2.10.2.3 Narkotika (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009)

Definisi narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika

dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Narkotika golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

20

Universitas Indonesia

tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah

heroin, kokain, ganja, dan obat-obat psikotropika golongan I dan II.

b. Narkotika golongan II

Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh narkotika golongan ini adalah morfin, petidin, dan metadon.

c. Narkotika golongan III

Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah

kodein.

Pengaturan narkotika dalam Undang-Undang nomor 35 tahun 2009

meliputi segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan

narkotika dan prekursor narkotika. Peraturan ini perlu dilakukan dengan tujuan

untuk:

a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan Bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan narkotika;

c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; dan

d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna

dan pecandu narkotika.

Pengelolaan narkotika di apotik adalah sebagai berikut :

a. Pemesanan

Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan di Pedagang Besar Farmasi

(PBF) Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang

ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIK, dan stempel apotik.

Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu macam

narkotika. Surat pesanan tersebut terdiri dari empat rangkap yang masing-masing

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

21

Universitas Indonesia

akan diserahkan ke BPOM, Suku Dinas Kesehatan, distributor, dan untuk arsip

apotik.

b. Penerimaan dan Penyimpanan

Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau AA yang mempunyai SIK

dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor SIA, dan

stempel apotik (Kemenkes RI, 1978). Apotik harus mempunyai tempat khusus

yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan

narkotika di apotik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

2. Harus mempunyai kunci yang kuat.

3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama

dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta

persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika

lainnya yang dipakai sehari-hari.

4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari

40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

5. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain

narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

6. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau

pegawai lain yang dikuasakan.

7. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

c. Pelayanan resep

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika

hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan

resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997

disebutkan bahwa apotik dilarang melayani salinan resep yang mengandung

narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama

sekali, apotik boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

22

Universitas Indonesia

boleh dilayani oleh apotik yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari

narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian

dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung

narkotika.

d. Pelaporan

Apotik berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang

ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan

stempel apotik. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku

narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus

pengunaan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini

harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang

ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan

Balai Besar POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip.

e. Pemusnahan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978

pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika

yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam

pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-

kurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama

pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan

jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas

lengkap penanggung jawab apotik dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara

pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan

Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.

2.10.3 Obat Wajib Apotik

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

347/MENKES/SK/VII/1990, Obat Wajib Apotik (OWA) adalah obat keras

yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotik. OWA

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

23

Universitas Indonesia

bertujuan untuk pelaksanaan swamedikasi di apotik. Swamedikasi adalah

pelayanan farmasi yang memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih

sendiri tindakan pengobatan berdasarkan penyakit yang diderita dengan bantuan

rekomendasi dari apoteker. Obat-obat yang digunakan untuk pelaksanaan

swamedikasi meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA. Swamedikasi

bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna

mengatasi masalah kesehatan dengan ditunjang melalui sarana yang dapat

meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional.

b. Meningkatkan peran apoteker di apotik dalam pelayanan KIE (Komunikasi,

Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993,

obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia dua tahun, dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, Apoteker di apotik

diwajibkan untuk :

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang

disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.

c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,

efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

24

Universitas Indonesia

2.11 Pengelolaan Apotik

Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, apotik harus dikelola

oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam mengelola apotik, Apoteker harus

memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik,

mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi,

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisiplin, kemampuan

mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karir, dan

membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk meningkatkan

pengetahuan.

Pengelolaan apotik dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan

non teknis farmasi. Sebagai pengelola teknis farmasi, APA bertanggung jawab

mengawasi pelayanan resep, mengawasi mutu obat yang dijual, memberikan

pelayanan informasi obat dan membuat laporan mengenai penggunaan obat-obat

khusus (narkotika dan psikotropika). Adapun sebagai pengelola non teknis

farmasi, seorang APA bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi,

keuangan, dan bidang lain yang berhubungan dengan apotik.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, administrasi, dan pelayanan.

2.11.1 Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat,

mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya

kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang. Banyaknya

jenis perbekalan farmasi yang dikelola mendorong diperlukannya suatu

perencanaan yang dilakukan secara cermat sehingga pengelolaan persediaan dapat

berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam membuat perencanaan pengadaan

sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan

budaya masyarakat.

2.11.2 Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi harus diterapkan sebaik mungkin agar

pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan farmasi dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang,

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

25

Universitas Indonesia

tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam

menyediakan barang yang diperlukan. Pengadaan harus sesuai dengan keperluan

yang direncanakan sebelumnya dan harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi

keuangan yang ada. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

2.11.3 Penyimpanan

Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika

isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain, maka harus dicegah terjadinya

kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat

sekurang-kurangnya nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat

harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan.

Penataan perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan

kemudahan dalam melakukan kegiatan pelayanan serta memiliki nilai estetika.

Penataan sedemikan rupa pada desain lemari harus menjamin kebersihan dan

keamanan perbekalan farmasi senantiasa terjaga.

2.11.4 Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotik, perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan administrasi

pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencacatan, pengarsipan,

pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan

catatan pengobatan pasien dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

2.11.5 Pelayanan

Pelayanan apotik diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

922/MenKes/Per/X/1993 pasal 14 sampai dengan pasal 22, dan perubahan

terhadap ketentuan pasal 19 dalam Peraturan tersebut ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 19, yang

meliputi :

a. Apotik wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan

resep ini sepenuhnya atas tanggung jawab APA dan sesuai dengan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 12 ayat 1 dan

2);

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

26

Universitas Indonesia

b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 15 ayat 1);

c. Apotik tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat paten (Pasal 15 ayat 2);

d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,

Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan

obat yang lebih tepat (Pasal 15 ayat 3);

Namun, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan

obat generik yang sama komponen aktifnya/obat merek dagang lain atas

persetujuan dokter dan/atau pasien.

a. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan

masyarakat (Pasal 15 ayat 4a dan 4b);

b. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada

dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep

tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau

membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep (Pasal 16 ayat 1 dan 2);

c. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker (Pasal 17 ayat 1);

d. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotik dengan baik dalam jangka

waktu tiga tahun (Pasal 17 ayat 2);

e. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas

kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku (Pasal 17 ayat 3);

f. APA, apoteker pendamping, atau apoteker pengganti diijinkan untuk menjual

obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotik (DOWA) tanpa

resep. DOWA ditetapkan oleh Menteri KesehatanRI (Pasal 18 ayat 1 dan 2);

g. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, APA

harus menunjuk Apoteker pendamping (Pasal 19 ayat 1);

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

27

Universitas Indonesia

h. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan

melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti (Pasal 19 ayat 2);

i. Penunjukan dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) harus dilaporkan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi (Pasal 19 ayat 3);

j. Apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus memenuhi persyaratan

seperti persyaratan yang ditetapkan untuk APA (Pasal 19 ayat 4);

k. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara

terus menerus, Surat Izin Apotik atas nama Apoteker bersangkutan dicabut

(Pasal 19 ayat 5);

l. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti dalam hal pengelolaan apotik

(Pasal 20);

m. Apoteker Pendamping yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), bertanggung

jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang

bersangkutan bertugas menggantikan APA (Pasal 21);

n. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotik, APA dapat dibantu oleh Asisten

Apoteker (Pasal 22 ayat 1);

o. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotik di bawah

pengawasan Apoteker (Pasal 22 ayat 2).

2.12 Pengadaan Persediaan Apotik (Quick, 1997; Seto, Yunita&Lily, 2004)

Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan

farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan

yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang

cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan

tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang

berlaku.

Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam fungsi pengadaan, yaitu:

a. Doematig, artinya sesuai tujuan atau rencana. Pengadaan harus sesuai

kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.

b. Rechtmatig, artinya sesuai hak atau kemampuan.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

28

Universitas Indonesia

c. Wetmatig, artinya sistem atau cara pegadaannya harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku

Model pengadaan secara umum berdasarkan waktu adalah sebagai berikut:

a. Annual purchasing, yaitu pemesanan satu kali dalam satu tahun.

b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan secara periodik dalam waktu tertentu

misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.

c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat

persediaan rendah.

d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual

purchasing yaitu pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya,

seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan.

Misalnya obat impor yang mahal cukup dipesan sekali dalam setahun saja.

Obat-obatan yang termasuk slow moving dapat dipesan secara periodik setiap

tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati oleh

pembeli maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.

Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan

frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotik

dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembelian kontan atau kredit

Pembelian kontan adalah pihak apotik langsung membayar harga obat

yang dibeli dari distributor, biasanya untuk apotik yang baru dibuka karena untuk

melakukan pembayaran kredit apotik harus menunjukkan kemampuannya dalam

menjual, sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya

sampai jatuh tempo.

b. Pembelian konsinyasi (kredit atau titipan obat)

Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotik,

dimana apotik bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila

barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu

kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat

dikembalikan pada pemiliknya.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

29

Universitas Indonesia

2.13 Pengendalian Persediaan Apotik

Aktivitas pengendalian persediaan bertujuan untuk pengaturan persediaan

obat di apotik agar menjamin kelancaran pelayanan pasien di apotik secara efektif

dan efisien. Unsur dari pengendalian persediaan ini mencakup penentuan cara

pemesanan atau pengadaannya, menentukan jenis persediaan yang menjadi

prioritas pengadaan, hingga jumlah persediaan yang optimal dan yang harus ada

di apotik untuk menghindari kekosongan persediaan. Oleh karena itu, pengelolaan

dan pengendalian persediaan obat di apotik berfungsi untuk memastikan

pasien memperoleh obat yang diperlukan, mencegah risiko kualitas barang yang

dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan, dan mendapatkan keuntungan

dari pembelian dengan memilih distributor obat yang memberi harga obat

bersaing, pengiriman cepat, dan kualitas obat yang baik.

Salah satu cara untuk menentukan dan mengendalikan jenis persediaan

yang seharusnya dipesan adalah dengan melihat pergerakan keluar masuknya obat

dan mengidentifikasi jenis persediaan yang menjadi prioritas pemesanan. Metode

pengendalian persediaan dengan menyusun prioritas tersebut dapat dibuat

dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, 1997):

a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial)

Pengendalian obat dengan memperhatikan kepentingan dan vitalitas obat

yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan. Vital

dalam analisis VEN maksudnya adalah obat untuk penyelamatan hidup manusia

atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. Pengadaan

obat golongan ini diprioritaskan. Contohnya adalah obat-obat hipertensi dan

diabetes. Obat esensial adalah obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam

tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak, yang resepnya sering datang ke

apotik. Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast moving.

Obat non-esensial adalah obat pelengkap yang tidak banyak diminta dan tidak

esensial.

b. Analisis Pareto (ABC)

Analisis pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang

mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan

berdasarkan atas nilai rupiah sehingga untuk mengendalikan persediaan barang

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

30

Universitas Indonesia

difokuskan pada item persediaan yang bernilai tinggi daripada yang bernilai

rendah. Analisis ABC Merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan

berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi

menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B dan C. Kelompok A

adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi mempunyai nilai

investasi sekitar 80% dari total nilai inventory. Kelompok B adalah inventory

dengan jumlah sekitar 30% dari item tapi mempunyai nilai investasi sekitar 15%

dari total nilai inventory. Sedangkan kelompok C adalah inventory dengan jumlah

sekitar 50% dari item tapi mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai

inventory. Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubahdan

berbeda antara perusahaan satu dengan yang lainnya (Widiyanti, 2005).

c. Analisis VEN-ABC

Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis VEN-ABC

menggabungkan analisis pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis

menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut:

V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

Gambar 2.3 Matriks VEN - ABC

Matriks di atas dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk

menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua

obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C hendaknya disediakan, tetapi

kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotik. Untuk obat non-

esensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C

pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan.

2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik

Pharmaceutical care (PC) seringkali diartikan sebagai Asuhan

Kefarmasian atau Pelayanan Kefarmasian. Pharmaceutical care adalah tanggung

jawab farmakoterapi dari seorang Apoteker untuk mencapai dampak tertentu

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

31

Universitas Indonesia

dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. PC diimplementasikan dengan Good

Pharmacy Practice (Cara Praktek di Apotik yang Baik). Dengan demikian Good

Pharmacy Practice merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menjamin

bahwa layanan yang diberikan Apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi

kualitas yang tepat. Pedoman tersebut perlu disusun secara nasional dengan

inisiatif dari organisasi profesi Apoteker dan pemerintah. Dengan adanya

pedoman tersebut diharapkan bahwa masyarakat dapat menggunakan obat-obatan

dan produk serta jasa kesehatan dengan lebih tepat sehingga tercapai tujuan terapi

yang diinginkan.

Pelaksanaan Good Pharmacy Practice di farmasi komunitas adalah

sebagai berikut:

a. Melakukan serah terima obat kepada pasien atas resep dokter dengan beberapa

kriteria.

b. Melakukan pemilihan obat pada pasien dalam upaya pengobatan diri sendiri

(swamedikasi).

c. Memonitor kembali penggunaan obat oleh pasien akan tujuan yang optimal

melalui telepon atau kunjungan residensial.

d. Melakukan ceramah tentang kesehatan dan obat, memberdayakan masyarakat

tentang penggunaan obat yang baik dan upaya dalam pencegahan penyakit di

masyarakat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotik meliputi

peayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial (home care).

a. Pelayanan Resep

1) Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi persyaratan

administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Skrining terhadap

persyaratan administratif meliputi nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan

resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin

dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang minta; cara

pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya. Skrining kesesuaian farmasetik

meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

32

Universitas Indonesia

pemberian. Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan

terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan

memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan

persetujuan setelah pemberitahuan.

2) Penyiapan obat

Penyiapan obat dimulai dengan peracikan. Peracikan merupakan kegiatan

menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada

wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap

dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat, serta penulisan etiket yang

benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi

dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat

diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian

antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai

pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan

farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan

lainnya.

Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC,

asma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara

berkelanjutan. Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus

melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu

seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

33

Universitas Indonesia

b. Promosi dan Edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan,

dan lain-lainnya.

c. Pelayanan Residensial (Home Care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia

dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini

Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

2.14.1 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di bidang kefarmasian

merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara Apoteker dengan pasien,

keluarga pasien, atau dengan tenaga kesehatan. Tujuannya adalah untuk

membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien, mendapatkan informasi

dari pasien, memberikan instruksi pada pasien yang berkaitan dengan obat, serta

untuk memberikan dukungan maupun semangat kepada pasien supaya

penyakitnya cepat sembuh.

Konseling dan informasi yang diberikan berupa informasi mengenai efek

samping, dosis, cara penggunaan, interaksi obat, harga obat, dan lain-lain.

Seorang Apoteker harus dapat menyarankan pengobatan yang rasional dan dapat

memberikan alternatif pengobatan lain yang lebih aman dan efektif. Latar

belakang perlunya KIE adalah sebagai berikut:

a. Ketidakpatuhan pasien

Berbagai macam penyebab ketidakpatuhan antara lain status ekonomi

pasien maupun adanya interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang

kurang baik. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi dalam bentuk resep tidak ditebus

oleh pasien, resep yang lama tidak ditebus kembali, atau dosis yang tidak efektif

membuat pasien menggandakan dosis sendiri.

b. Penggunaan obat yang tidak rasional

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

34

Universitas Indonesia

Hal ini dapat berupa obat tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien, jenis

obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi pemberian dan obat tidak

terjangkau oleh pasien.

c. Penggunaan obat yang tidak benar

Hal ini lebih ditekankan pada teknik penggunaan obat oleh pasien.

Terdapat beberapa bentuk sediaan obat yang memerlukan teknik khusus dalam

penggunaannya agar lebih efektif, antara lain obat asma yang menggunakan

inhaler, suppositoria, dan obat tetes.

KIE dapat memberikan manfaat, baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga

kesehatan, maupun Apoteker. Beberapa manfaat tersebut, antara lain :

a. Bagi pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan

1) Menurunkan kesalahan dalam menggunakan obat

2) Menurunkan ketidakpatuhan.

3) Menurunkan efek samping obat.

4) Menurunkan biaya pengobatan.

5) Meningkatkan pemahaman tentang penyakit.

6) Meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

b. Bagi Apoteker

1) Meningkatkan citra profesi.

2) Meningkatkan kepuasan kerja.

3) Menarik customer.

2.14.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Peranan terhadap keberadaan Apoteker di apotik dalam pemberian

informasi obat kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat

penting. Pelaksanaan PIO di apotik bertujuan untuk tercapainya penggunaan obat

yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat

dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi. Dalam memberikan informasi obat, seorang Apoteker

harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

35

Universitas Indonesia

a. Mandiri, berarti Apoteker bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak

lain sehingga menyebabkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif.

b. Objektif

c. Seimbang, berarti Apoteker dalam memberikan informasi harus melihat

dariberbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan.

d. Ilmiah, berarti Apoteker dalam menyampaikan informasi harus

berdasarkansumber data atau referensi yang dapat dipercaya.

e. Berorientasi pada pasien, berarti informasi yang disampaikan tidak hanya

mencakup informasi produk, seperti ketersediaan, kesetaraan generik,

melainkan juga mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

2.14.3 Konseling

Salah satu bentuk standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan Apoteker

di apotik adalah pemberian konseling. Apoteker harus memberikan konseling

mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya,

sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau pasien dapat terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita

penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis

lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

2.14.4 Swamedikasi

Swamedikasi adalah melakukan pengobatan mandiri tanpa melalui dokter

ketika sedang sakit. Umumnya, swamedikasi dilakukan untuk mengatasi

gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag,

masalah pada kulit, hingga iritasi ringan pada mata. Konsep modern dari

swamedikasi adalah upaya pencegahan terhadap penyakit, dengan mengonsumsi

vitamin dan suplemen kesehatan atau suplemen makanan untuk meningkatkan

daya tahan tubuh.

Beberapa hal yang menjadi faktor berkembangnya swamedikasi di masyarakat

adalah :

a. Harga obat yang melambung tinggi dan biaya pelayanan kesehatan yang

semakin mahal mendorong masyarakat berinisiatif untuk mengobati dirinya

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

36

Universitas Indonesia

sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran tanpa melalui konsultasi

dengan dokter. Biasanya penggunaan obat yang dipilih adalah kategori obat

OTC dan obat DOWA.

b. Pergeseran pola pengobatan dari kuratif rehabilitatif menjadi preventif

rehabilitatif. Penyebabnya adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang

semakin tinggi; penghasilan per individu yang meningkat; teknologi informasi

semakin cepat, mudah, dan jelas; dan lain-lain. Untuk itu, upaya yang

dilakukan adalah pencegahan terhadap kemungkinan terserang penyakit,

sehingga obat-obatan yang dicari adalah obat-obat bebas dan suplemen

makanan atau suplemen kesehatan.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan swamedikasi,

antara lain :

a. Membaca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur di

dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi komposisi zat

aktif,indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dosis, dan cara

penggunaan.

b. Memilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya

apabila gejala penyakit hanya batuk maka obat yang dipilih hanya mengatasi

batuk saja, tidak perlu obat penurun demam.

c. Penggunaan obat hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau

memburuk maka segera konsultasikan ke dokter.

d. Memperhatikan aturan pemakaian, bagaimana cara memakainya, berapa

jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau

menjelang tidur, serta berapa lama pemakaiannya.

e. Perlu diperhatikan masalah kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak

boleh digunakan) dan bagaimana cara penyimpanan obat (obat disimpan

dimana dan apakah sisa obat yang disimpan dapat digunakan lagi).

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

38 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS APOTIK ATRIKA

3.1 Sejarah dan Lokasi

Apotik Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA

1387.01/KANWIL/SIA/01/0. Apotik ini merupakan apotik kerjasama dengan

Pemilik Sarana Apotik (PSA) Atrika yaitu Bapak Winardi Hendrayanta. Sebagai

Apoteker Pengelola Apotik (APA) Atrika adalah Bapak Dr. Harmita, Apt.

Apotik Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No. 34 Jakarta Pusat yang

merupakan kawasan pemukiman penduduk. Apotik Atrika terletak di tepi jalan

yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta

merupakan jalan dua arah dengan badan jalan yang tidak terlalu lebar. Di sekitar

apotik terdapat banyak praktek dokter umum, dokter spesialis, dan dokter hewan.

Peta lokasi Apotik Atrika dapat dilihat pada Lampiran 1. Apotik Atrika buka dari

hari Senin hingga Sabtu, mulai pukul 08.00 sampai 22.00 WIB, kecuali untuk

hari Sabtu hanya sampai pukul 17.00 WIB, sedangkan hari Minggu dan hari libur

nasional tutup.

3.2 Tata Ruang

Bagian depan Apotik Atrika memiliki halaman yang dapat digunakan

sebagai tempat parkir. Bangunan Apotik Atrika terbagi menjadi dua bagian, yaitu

ruang depan dan ruang dalam. Ruang depan terdiri dari ruang tunggu, kasir,

tempat penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk

obat OTC. Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat

ethical, kamar mandi, dan tempat pencucian atau wastafel. Gambar tata ruang dan

denah ruang Apotik Atrika dapat dilihat pada Lampiran 3.

Penyusunan obat di Apotik Atrika dilakukan berdasarkan farmakologi obat

dan jenis sediaannya yang kemudian disusun berdasarkan abjad. Penggolongan

obat secara farmakologi yang terdapat di Apotik Atrika, diantaranya antibiotika,

antimikroba, antivirus, vitamin, saluran kemih, antitiroid, antimigrain,

analgesik/antiinflamasi, gastrointestinal dan saluran pencernaan, saluran

pernafasan, antihistamin, kortikosteroid, kontrasepsi/hormon, antipsikosis,

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

38

Universitas Indonesia

cardiovascular dan golongan lain. Sediaan yang terdapat di Apotik Atrika dibagi

menjadi tiga, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul), sediaan oral cair (sirup,

suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, suppositoria, obat tetes mata, obat

tetes telinga, dan sebagainya). Selain itu, juga terdapat lemari terpisah untuk

menyimpan obat fast moving, obat generik berlogo, obat golongan narkotika,

psikotropika, dan obat yang telah mendekati waktu kadaluwarsa.

3.3 Struktur Organisasi

Pembentukan struktur organisasi dan pembagian tugas serta wewenang

tiap jabatan dilakukan oleh APA. Seorang APA harus dapat memprediksi dan

membentuk struktur organisasi apotik, disertai dengan uraian fungsi dan tugas,

wewenang dan tanggung jawabnya. APA harus mengetahui kegiatan apa saja

yang akan dilakukan dan tipe orang yang bagaimana yang dapat melaksanakan

fungsi kegiatan tersebut sehingga apotik dapat beroperasional sesuai rencana.

Apotik Atrika mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian

sebagai berikut:

a. Tenaga teknis farmasi, yaitu:

Pemilik Sarana Apotik : 1 orang

Apoteker Pengelola Apotik : 1 orang

Apoteker Pendamping : 1 orang

Asisten Apoteker : 2 orang

Juru resep : 1 orang

b. Tenaga non teknis farmasi, yaitu:

Tenaga keuangan dan kasir : 2 orang

Kurir : 1 orang

Gambar struktur organisasi Apotik Atrika dapat dilihat pada Lampiran 6.

3.4 Tugas dan Fungsi Jabatan

3.4.1 Apoteker Pengelola Apotik (APA)

Tugas dan tanggung jawab APA adalah sebagai berikut:

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

39

Universitas Indonesia

a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya

(apotik sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan

perundang-undangan di bidang perapotikan yang berlaku.

b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotik termasuk mengkoordinasikan

dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar

giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-

masing karyawan.

c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan

omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotik dengan

mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan

pelayanan dan kemajuan apotik.

d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkan obat.

e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung

penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini Apoteker harus memberikan

informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,

bijaksana, dan terkini.

f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.

g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

h. Membuat salinan resep dan kuintasi bila dibutuhkan.

i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.

j. Bertanggung jawab atas pengadaan obat, terutama obat-obat golongan

narkotika dan psikotropika.

3.4.2 Apoteker Pendamping

Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab APA ketika APA sedang tidak berada

di tempat.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

40

Universitas Indonesia

b. Menjamin penyampaian informasi obat kepada pasien.

c. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nama pasien, dan cara pakainya.

d. Mencatat dan menghitung bon penjualan kredit untuk resep-resep kredit.

e. Bertanggung jawab atas pengadaan obat

3.4.3 Asisten Apoteker

Tugas dan fungsi Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pendataan kebutuhan barang.

b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di

ruang peracikan.

c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkankan obat.

d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan

resep.

e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

f. Mencatat keluar masuk barang.

g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.

h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang

masuk setiap harinya.

i. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga dengan

pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuitansi, nota dan tanda setoran

yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk.

3.4.4 Juru Resep

Tenaga yang membantu Asisten Apoteker dalam meracik obat di apotik

adalah juru resep. Tugas dan kewajiban juru resep adalah:

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

41

Universitas Indonesia

a. Membantu tugas Apoteker dan Asisten Apoteker dalam penyediaan atau

pembuatan obat jadi maupun obat racikan.

b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil

sediaan yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker.

c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan Asisten Apoteker.

d. Menjaga kebersihan apotik.

3.4.5 Kasir

Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut:

a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit.

b. Menerima barang masuk.

c. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk.

d. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas.

e. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan.

f. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan.

g. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan.

3.4.6 Keuangan

Tugas dan kewajiban bagian keuangan adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi.

b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat

bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep.

c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan operasional

apotik, seperti listrik dan telepon.

d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran

faktur dengan PBF.

3.4.7 Pesuruh

Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan apotik.

b. Menjamin kerapian apotik.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

42

Universitas Indonesia

c. Membantu petugas apotik lain yang memerlukan bantuan non-teknis

kefarmasian.

3.4.8 Kurir

Tugas dari seorang kurir adalah sebagai berikut:

a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar.

b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat.

c. Menerima uang hasil pembayaran obat.

3.5 Kegiatan di Apotik Atrika

Tenaga kerja Apotik Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam

kerja yang telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift I pukul 08.00-16.00 dan shift

II pukul 16.00-22.00. Apotik Atrika buka hari Senin sampai Jumat mulai pukul

08.00-22.00 WIB, hari Sabtu pukul 08.00-16.00, sedangkan hari Minggu dan hari

libur nasional tutup. Kegiatan yang dilakukan di Apotik Atrika dikelompokkan

menjadi dua bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan

non-teknis kefarmasian.

3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian

3.5.1.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Pengadaan Barang

APA merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pengadaan

perbekalan farmasi, tetapi untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan

barang, Asisten Apoteker dapat melakukan pengadaan barang untuk keperluan

mendesak yang dilakukan pada pagi hari dengan surat pesanan sementara yang

diparaf oleh Asisten Apoteker. Pengadaan barang di Apotik Atrika, baik jenis

maupun jumlah barang disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus

barang fast moving atau slow moving. Pengadaan juga didasarkan pada obat-obat

yang banyak diresepkan oleh dokter yang praktek di sekitar apotik.

Pengadaan dan pembayaran barang dapat dilakukan dengan cara

konsinyasi, COD (cash order delivery),atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan

barang dari distributor kepada apotik, di mana apotik bertindak sebagai agen

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

43

Universitas Indonesia

komisioner yang menerima komisi bila barang terjual, bila tidak terjual barang

tersebut dapat dikembalikan. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru

yang belum dijual di apotik, di mana sedang dalam masa promosi, sementara

pembayaran dilakukan hanya terhadap barang yang telah terjual. COD adalah

pembelian barang di mana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat

barang datang, sedangkan pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan

setelah jatuh tempo.

b. Pemesanan Barang

Berdasarkan buku defekta, pemesanan dilakukan kepada PBF dan

menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon.

c. Penerimaan Barang

Asisten Apoteker memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat

pesanan dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan

fisik barang, kode produksi/bets dan lain-lain). Apabila barang yang diterima

sesuai dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani,memberi

stempel apotik pada faktur dan memberi nomor faktur untuk kemudian dicatat di

buku penerimaan barang yang berisi tanggal penerimaan, nomor urut faktur dan

nama PBF. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan salinan faktur

disimpan di apotik sebanyak dua lembar. Penerimaan dicatat dalam buku

pemasukan barang dalam yang berisi tanggal penerimaan, nama obat dan jumlah

barang yang diterima (satuan terkecil) dan tanggal kadaluarsa. Kemudian

dilakukan pencatatan faktur ke buku faktur yang berisi tanggal faktur, nama PBF,

jumlah barang (satuan terbesar), nama obat, tanggal kadaluwarsa, harga satuan,

potongan harga dan PPN. Jumlah barang yang diterima kemudian ditambahkan ke

dalam kartu stok besar (kartu gudang) dan kartu stok kecil. Bila terjadi perubahan

harga barang maka perubahan harga dicatat di buku perubahan harga kemudian di

buku daftar harga barang dan komputer kasir. Gambar kartu stok besar dan kecil

dapat dilihat pada Lampiran 13a dan 13b

d. Penyimpanan Barang

Apotik Atrika melakukan penyimpanan barang berdasarkan bentuk

sediaan obat dan menurut abjad, baik untuk obat ethical, maupun untuk obat OTC.

Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

44

Universitas Indonesia

Expired First Out), dimana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu

diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar keluar terlebih

dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari khusus untuk menyimpan barang-barang

yang mendekati waktu kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari

khusus yang menempel di dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh

Apoteker Pendamping.

e. Pengeluaran Barang

Apotik Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First

Expired First Out), yaitu barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal

dikeluarkan terlebih dahulu. Barang yang keluar dari penjualan bebas dicatat pada

buku penjualan barang bebas (OTC), sedangkan barang yang keluar dari

penjualan resep dicatat pada buku resep.

f. Pemeriksaan dan Pencatatan Stok Barang

Kegiatan ini dilakukan setiap hari berdasarkan buku penjualan dan buku

resep. Jumlah barang yang ada dicocokkan dengan jumlah yang tertera pada kartu

stok kecil. Barang yang habis dicatat pada buku defekta untuk dilakukan

pemesanan.

g. Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak)

Obat-obat yang dibuat oleh apotik berdasarkan resep-resep standar dalam

buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter disebut dengan

sediaan standar. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotik Atrika adalah

minyak kayu putih, minyak telon, lisol, obat batuk putih, obat batuk hitam, obat

biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Sediaan standar ini

ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.

3.5.1.2 Pengelolaan Narkotika

a. Pengadaan Narkotika

Kegiatan ini telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penerimaan narkotika dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten

Apoteker yang memiliki SIK dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan

oleh Apoteker Pengelola Apotik. Gambar Surat Pesanan (SP) Narkotika dapat

dilihat pada Lampiran 9a.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

45

Universitas Indonesia

b. Penyimpanan Narkotika

Narkotika disimpan di dalam lemari khusus yang menempel di dinding dan

kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Narkotika

Pelayanan resep yang mengandung narkotika telah dilakukan sesuai

ketentuan yang berlaku. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok

dan diperiksa kesesuaian jumlahnya. Narkotika pada resep digaris bawah merah,

dan resepnya disimpan terpisah dari resep lain.

d. Pelaporan Narkotika

Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulannya dengan

tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip. Gambar Laporan

Penggunaan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran 9b.

3.5.1.3 Pengelolaan Psikotropika

a. Pengadaan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Gambar Surat Pesanan (SP) Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 10.

b. Penyimpanan Psikotropika

Di Apotik Atrika, psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan kunci

lemari dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Psikotropika

Pelayanan resep prikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan

salinan resep. Resep yang mengandung psikotropika disimpan terpisah dari resep

lain.

d. Pelaporan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirimkan ke

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap

bulannya dengan tembusan kepada balai Besar POM dan untuk arsip. Gambar

Laporan Penggunaan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 11.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

46

Universitas Indonesia

3.5.1.4 Pelayanan Apotik

a. Pelayanan Obat dengan Resep

Proses pelayanan obat dengan resep di Apotik Atrika dilakukan sesuai

dengan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Asisten Apoteker

menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan skrining resep dan diberi harga

pada huruf H dari HTKP berdasarkan harga yang terdapat pada komputer kasir.

Setelah itu, pada huruf H tersebut diberi paraf. Apabila resep berasal dari dokter

untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah

dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Pasien membayar

harga obat yang disetujui di kasir dan kasir mencatat alamat dan nomor telepon

pasien.

Resep kemudian dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh

Asisten Apoteker dan juru resep. Setelah semua bahan dalam resep ditimbang,

maka huruf T pada HTKP diberi paraf. Resep yang telah selesai dikerjakan dan

diberi etiket diperiksa oleh Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian huruf K

dari HTKP diberi paraf. Resep yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada

pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat menyampaikan

informasi yang berkaitan dengan obat tersebut memberikan paraf pada huruf P

pada HTKP. Resep yang telah selesai dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep

per hari dan dicatat dalam buku resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan

pelayanan resep secara kredit, tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi

pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan untuk dilakukan

penagihan pada awal bulan berikutnya. Alur pelayanan resep, Gambar label

HTKP dan Etiket Apotik Atrika dapat dilihat pada Lampiran 7.

b. Pelayanan Obat Tanpa Resep

Apotik Atrika melakukan penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter

(obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotik) dan penjualan sediaan lain

di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian

barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

47

Universitas Indonesia

3.5.2 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian

3.5.2.1 Kegiatan Administrasi

a. Administrasi Personalia

Apotik Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan

semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan

fasilitas lain yang berhubungan dengan pegawai.

b. Administrasi Umum

Apotik Atrika melakukan administrasi umum yang meliputi laporan

penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan

psikotropika dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi.

c. Administrasi Penjualan

Apotik Atrika melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan

melakukan pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara

tunai. Pengaturan juga dilakukan terhadap harga jual yang dimasukkan ke dalam

buku daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan

harga, maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah.

d. Administrasi Pembelian

Apotik Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan

melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian dan

pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang

ditentukan oleh Apotik Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal

pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur.

e. Administrasi Pajak

Apotik Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan pencatatan

dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang harus

dibayarkan oleh apotik. Kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak lain

yang harus dibayarkan oleh apotik, seperti pajak reklame.

f. Administrasi Pergudangan

Apotik Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan

pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang

tersedia untuk setiap obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

48

Universitas Indonesia

g. Administrasi Piutang

Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan kredit kepada

suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi.

3.5.2.2 Sistem Administrasi

Apotik Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik,

dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang

masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker

yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotik

Atrika meliputi:

a. Buku Defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang

telah habis atau hampir habis sehingga harus segera dipesan agar dapat memenuhi

kebutuhan di apotik. Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih

cepat sehingga tersedianya barang di apotik dapat terkontrol dan terjamin dengan

baik.

b. Surat Pesanan (SP)

Surat ini digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF. Terdiri

dari 2 lembar, di mana 1 lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar

terakhir untuk keperluan arsip di apotik. Dalam surat pesanan terdapat tanggal

pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jumlah pesanan,

tanda tangan pemesanan, dan stempel apotik. Gambar surat pesanan (SP) Apotik

Atrika dapat dilihat pada Lampiran 8b.

c. Buku Faktur

Berfungsi sebagai buku penerimaan barang, dalam buku ini tercantum

tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor faktur, jumlah barang, nama

barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon, harga setelah potongan, dan

jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan barang depan dan barang dalam

dipisahkan.

d. Buku Perubahan Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat perubahan harga barang. Jika ada

perubahan harga barang, maka harga terkini barang tersebut dicatat di buku

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

49

Universitas Indonesia

perubahan harga, kemudian dilakukan perubahan harga barang pada buku daftar

harga, komputer kasir, dan juga dilakukan pemberitahuan pada Apotik Atrika

cabang.

e. Buku Daftar Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas

dan untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek

dagang, generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan abjad

dan dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik.

f. Kartu Stok Besar

Kartu ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau baru

dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang, nama

PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.

g. Kartu Stok Kecil

Kartu ini berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar dan masuk

serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok kecil memuat tanggal keluar/masuk

barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran barang, tanggal

kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah yang keluar,

dan sisa stok barang pada lemari.

h. Buku Pemasukan Barang Dalam

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat ethical. Di dalam

buku ini tercantum nama barang, jumlah barang dalam satuan terkecil, dan

tanggal kadaluarsa.

i. Buku Pemasukan Barang Luar

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat OTC.

j. Buku Resep

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep.

Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat, jumlah obat

serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat.

k. Buku Penjualan Obat Bebas

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat-obat bebas yang

memuat tanggal penjualan, nama obat, jumlah, dan harga obat.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

50

Universitas Indonesia

l. Buku Pembelian dan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

Buku ini bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran golongan

narkotika dan psikotropika, yang mencantumkan nama obat, bulan, persediaan

awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF,

pengurangan, dan sisa serta keterangan lain jika ada.

m. Buku Pengiriman Barang ke Cabang

Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke

Apotik Atrika cabang. Terdapat buku berbeda untuk setiap cabang. Buku ini

memuat nama barang, jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa. Gambar Buku

Pengiriman Barang ke Cabang Atrika dapat dilihat pada Lampiran 14

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

51 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dimulai pada tanggal 19 Juni

2013 hingga tanggal 16 Agustus 2013. PKPA berlangsung selama 28 hari kerja

yaitu Senin hingga Jum’at. Setiap harinya peserta PKPA dibagi menjadi 3 shift

yaitu shift pagi, siang, dan malam dengan jam kerja selama 5 jam. Shift pagi

dimulai pada pukul 09.00-14.00 WIB sedangkan shift siang dimulai pada pukul

13.00-18.00 WIB dan shift malam dimulai pada pukul 17.00-21.00 WIB.

Hari pertama PKPA di apotik, peserta PKPA melakukan perkenalan dan

adaptasi dengan personalia apotik dan terhadap sistem dan kultur kerja di apotik

sehingga memudahkan komunikasi antara peserta dan personalia apotik serta

membantu kelancaran pelayanan di apotik. Personalia yang terdapat di apotik

yaitu Apoteker Pengelola Apotik (APA), Apoteker Pendamping, Asisten Apoteker

(AA), Kasir, Juru Racik, dan kurir. Selain itu peserta juga mempelajari denah dan

tata letak obat di apotik untuk memudahkan saat pelayanan obat/resep. Prinsip

yang diterapkan adalah Hargai, Timbang, Kemas, dan Penyerahan (HTKP)

dimana setiap tahap dilakukan oleh orang yang berbada sehingga pelayanan dapat

dilakukan secara efektif dan efisien.

Apotik Atrika terletak pada lokasi yang cukup strategis, yaitu dekat

dengan pemukiman dan perumahan penduduk yang cukup padat, serta dekat

dengan beberapa praktek dokter, mulai dari dokter umum, dokter gigi, dokter

spesialis (spesialis kulit, spesialis kulit dan kelamin), hingga dokter hewan.

Apotik ini juga terletak di jalan dua arah yang cukup ramai dilalui kendaraan

termasuk kendaraan umum, sehingga mudah untuk dicapai. Berdasarkan

bangunan, Apotik Atrika memiliki ukuran bangunan 7 x 7,2 m2 yang terbagi

menjadi dua ruangan. Ruang depan apotik digunakan sebagai counter untuk

penerimaan resep, penyerahan obat, kasir, dan ruang tunggu. Selain itu, terdapat

lemari/rak kaca untuk menyimpan produk OTC sehingga dapat menarik calon

pembeli untuk membeli. Ruang tunggu juga selalu terjaga kebersihannya dan

dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC) untuk menambah kenyamanan

pelanggan. Pada bagian depan Apotik Atrika terdapat papan nama penunjuk

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

52

Universitas Indonesia

keberadaan apotik yang cukup jelas dan halaman parkir yang dapat digunakan

sebagai tempat parkir sebuah mobil dan beberapa sepeda motor. Keberadaan

Apotik Atrika cukup mudah dilihat dengan adanya papan nama apotik berwarna

kuning dengan tulisan “Apotik” berwarna merah.

Ruang bagian dalam digunakan sebagai ruang racik dan ruang kerja

dengan luas yang cukup untuk pekerjaan meracik. Peralatan apotik, seperti

timbangan, mortir dan alu, gelas ukur, dan buku-buku referensi tertata dengan rapi

pada tempatnya. Desain ruang racik Apotik Atrika yang menempatkan meja racik

pada bagian tengah di antara lemari obat akan mempermudah pekerjaan peracikan

obat. Meja kerja diletakkan di sudut ruangan agar tidak mengganggu pekerjaan

meracik obat. Pada ruang racik juga terdapat toilet yang disediakan untuk

karyawan dan wastafel untuk mencuci peralatan racik. Apotik Atrika tidak

memiliki gudang penyimpanan obat karena lokasi apotik yang dekat dengan

beberapa PBF sehingga obat yang diterima langsung diletakkan pada lemari obat

dan disediakan dalam jumlah yang disesuaikan dengan arus barang. Hal ini dapat

meningkatkan efisiensi dengan menghemat biaya pemeliharaan stok dan

perawatan gudang dan juga mengurangi risiko kerugian akibat barang yang

kadaluarsa maupun yang tidak terjual.

Salah satu kegiatan rutinitas di apotik yaitu pengadaan obat-obatan dan

barang di apotik yang dilakukan sesuai kebutuhan apotik dengan cara mencatat

obat-obatan yang telah mencapai level stock minimum ke dalam buku defecta

yang kemudian dilakukan pemesanan kepada PBF yang menyediakan produk

tersebut dengan menyerahkan surat pesanan. Proses pengadaan barang di Apotik

Atrika dilakukan melalui pembelian secara kredit dengan memperhatikan arus

barang (fast moving atau slow moving) dan arus uang. Pemesanan obat dilakukan

setiap hari, baik melalui telepon maupun melalui medical representative yang

datang ke apotik. Barang pesanan selalu diantar dalam jangka waktu tidak lebih

dari 1 hari (24 jam), sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan pihak

PBF. Sedangkan obat-obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan

prosedur berbeda. Pemesanan obat-obat golongan narkotika dan psikotropika

dilakukan dengan menggunakan surat pesanan khusus, diisi dan ditandatangani

oleh APA. Surat Pesanan (SP) untuk narkotika ditujukan kepada PT. Kimia Farma

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

53

Universitas Indonesia

sebagai distributor tunggal narkotika di Indonesia, dan pembayaran atas pesanan

narkotik dilakukan secara COD (Cash On Delivery). Sementara untuk obat-obat

psikotropika dapat melalui PBF lain yang menyediakan obat tersebut. Surat

pesanan untuk narkotika terdiri dari 4 rangkap, yaitu untuk diberikan ke PBF (PT.

Kimia Farma), Balai POM, pabrik obat (PT. Kimia Farma) dan arsip. Dalam satu

surat pesanan hanya boleh digunakan untuk satu jenis narkotika dan dicantumkan

pula jumlah sisa stok obat narkotika tersebut yang tersedia di apotik. Sementara

itu, untuk psikotropika menggunakan SP rangkap 3 yang diserahkan kepada PBF,

Balai POM, dan sebagai arsip. Dalam satu SP psikotropika boleh digunakan untuk

beberapa jenis obat namun masih ditujukan untuk PBF yang sama, namun tidak

perlu dicantumkan sisa stok di apotik. Untuk pemesanan narkotika, SP harus

diserahkan terlebih dahulu kepada distributor sebelum barang bisa diantarkan.

Penerimaan obat golongan narkotika dan psikotropika juga dilakukan oleh APA,

Apoteker Pendamping, atau Asisten Apoteker.

Barang pesanan yang telah sampai di apotik dilakukan pengecekan untuk

memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat pesanan dan faktur, baik

kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik barang, kode

produksi/batch dan lain-lain) yang dilakukan oleh petugas apotik dan untuk obat

golongan narkotika dan psikotropika penerimaan dilakukan oleh APA, Apoteker

Pendamping, atau Asisten Apoteker. Apabila barang yang diterima sesuai dengan

surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani dan memberi stempel

apotik pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan

salinan faktur disimpan di apotik sebanyak dua lembar. Pembelian dicatat dalam

buku pembelian yang berisi tanggal pembelian, nama PBF, no. faktur, nama dan

jumlah barang yang diterima, tanggal kadaluarsa, harga satuan, potongan harga,

dan harga total. Jumlah barang yang diterima kemudian ditambahkan ke dalam

kartu stok besar dan kartu stok kecil. Bila terjadi perubahan harga barang maka

perubahan harga dicatat di buku perubahan harga kemudian juga di buku daftar

harga barang dan komputer kasir.

Barang yang telah diperiksa dan dilakukan pencatatan dimasukkan ke

dalam lemari penyimpanan obat yang disusun berdasarkan efek farmakologis,

obat generik, kecepatan putaran obat dan bentuk sediaan. Sediaan yang terdapat

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

54

Universitas Indonesia

di Apotik Atrika dibagi menjadi tiga, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul),

sediaan oral cair (sirup, suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, suppositoria,

obat tetes mata, obat tetes telinga, dan sebagainya). Obat disusun berdasarkan

sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), dimana obat

yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu diletakkan di bagian yang

paling depan dan/atau paling atas, agar keluar terlebih dahulu. Selain itu, terdapat

juga lemari khusus untuk menyimpan barang-barang yang mendekati waktu

kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari khusus yang menempel di

dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh Apoteker Pendamping.

Penyimpanan obat diletakkan dalam lemari kaca sehingga memudahkan

proses pengambilan obat ketika diperlukan. Obat-obat juga tersusun dengan rapi

dalam lemari-lemari penyimpanan obat ethical, yang terdiri dari obat keras,

narkotika dan psikotropika, dan obat generik sehingga terlindung dari debu,

kelembapan, dan cahaya yang berlebihan, serta diletakkan pada kondisi ruangan

dan temperatur yang sesuai. Dalam ruangan penyimpanan baik untuk obat ethical

maupun OTC terdapat 1 buah AC yang diset suhunya pada 22oC. Obat-obat Over

the Counter (OTC) diletakkan pada lemari penyimpanan di ruang depan,

sedangkan obat-obat ethical diletakkan pada lemari penyimpanan di ruang dalam.

Penyimpanan obat disusun secara abjad dan berdasarkan jenis sediaan, untuk

obat-obat OTC dan disusun berdasarkan efek farmakologis pada lemari obat

ethical. Masing-masing kelompok disusun berdasarkan abjad dari bagian atas

lemari hingga ke bagian bawah lemari secara zig-zag sehingga memudahkan

pencarian. Pada lemari OTC, dilakukan pemisahan berdasarkan jenis sediaan

yaitu padat, cair, dan setengah padat. Di ruang depan apotik terdapat 3 buah

etalase untuk menyimpan OTC sediaan padat, 1 buah lemari untuk menyimpan

OTC sediaan cair, dan 1 buah lemari untuk menyimpan OTC sediaan obat luar.

Tempat penyimpanan obat di apotik Atrika yaitu obat-obatan disimpan pada kotak

kemasannya yang menunjukkan kesesuaian dengan nama obat didalamnya.

Kotak-kotak tersebut tersusun rapi pada rak-rak obat. Penyusunan obat-obat

ethical didasarkan pada kelas farmakoterapi (farmakologi) secara alfabetis.

Adapun kelompok-kelompok obat tersebut meliputi golongan obat generik, obat

tetes, obat luar, sebagian kecil kelas farmakoterapi (antibiotika, antimikroba,

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

55

Universitas Indonesia

antivirus, vitamin, saluran kemih, antitiroid, antimigrain, analgesik/antiinflamasi,

gastrointestinal dan saluran pencernaan, saluran pernafasan, antihistamin,

kortikosteroid, kontrasepsi/hormon, antipsikosis, cardiovascular dan golongan

lain), obat-obat oral dalam bentuk sediaan cair juga memiliki rak obat tersendiri.

Umumnya, di Apotik Atrika, sediaan yang berupa cairan seperti emulsi, suspensi,

sirup maupun sirup kering disimpan secara terpisah dengan sediaan yang secara

fisik berbentuk padatan seperti tablet, kapsul, kaplet, pil, trochisi, dan sediaan

sejenis lainnya. Obat berbentuk semi padat juga disusun secara terpisah, misalnya

salep, krim, dan pasta.

Beberapa obat yang sering digunakan dalam obat racikan, seperti teofilin

dan CTM, juga memiliki tempat khusus di meja racik sehingga dapat

mempermudah pekerjaan meracik obat. Untuk obat-obat ethical yang memiliki

kecenderungan fast moving seperti Interdoxin® diletakkan di tempat terpisah.

Obat yang akan kadaluarsa (dalam waktu tiga hingga enam bulan ke

depan) diletakkan di tempat terpisah, dikelompokkan sesuai bulan kadaluarsa, dan

dilakukan pencatatan pada buku khusus “obat yang akan expired”. Obat-obat

tersebut akan didahulukan untuk dijual atau dipersiapkan untuk dikembalikan

kepada PBF. Pada lemari obat dari obat yang akan kadaluarsa diberi catatan untuk

mengingatkan agar jika terdapat permintaan terhadap obat tersebut maka obat

yang akan kadaluarsa diserahkan terlebih dahulu. Perjualan obat dengan tanggal

kadaluarsa yang dekat, harus mempertimbangkan penyakit yang diderita oleh

pasien apakah penyakit yang derita berat atau ringan. Bila pasien menderita

penyakit berat (kronis) maka obat yang diberikan bukan obat dengan tanggal

kadaluarsa yang dekat. Jika obat dengan tanggal kadaluarsa yang dekat sudah

terjual atau dikembalikan pada PBF, maka statusnya akan dicatat pada buku

khusus “obat yang akan expired”. Jika obat-obat tersebut tidak terjual atau tidak

dapat dikembalikan ke PBF hingga batas kadaluarsanya, maka obat-obat tersebut

akan dimusnahkan.

Penyimpanan narkotika dan bahan baku narkotika serta obat keras tertentu

disimpan dalam lemari khusus. Lemari khusus penyimpanan narkotik dan

psikotropik harus memenuhi persyaratan menurut PerMenKes RI No.

28/MENKES/PER/I/1978. Obat golongan narkotika dan psikotropika di apotik

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

56

Universitas Indonesia

Atrika disusun berdasarkan abjad dan disimpan sesuai dengan peraturan yang

berlaku, yakni dalam lemari khusus berkunci yang terpisah dari lemari obat

ethical lain, dan letaknya tersembunyi dari penglihatan umum. Kunci lemari

narkotik dan psikotropik dipegang oleh penanggung jawab apotik. Harus

diperhatikan untuk obat golongan narkotika dan psikotropika penyimpanan dan

penggunaannya untuk menghindari risiko kehilangan atau penyalahgunaan obat.

Berdasarkan hasil pengamatan peserta PKPA, lemari narkotik dan psikotropik

yang ada di Apotik Atrika telah memenuhi persyaratan PerMenKes RI No.

28/MENKES/PER/I/1978 namun dalam teknis pelaksanaannya masih

memerlukan penertiban.

Tata cara penyimpanan (letak obat) didesain sedemikian rupa untuk

mempermudah dalam proses penyediaan (khususnya pengambilan) obat, yang

berperan dalam menentukan cepat lambatnya obat sampai ke tangan pasien.

Dengan adanya pengaturan seperti dijelaskan di atas, obat dapat sampai ke tangan

pasien dengan cepat (efisiensi waktu) sehingga meningkatkan citra Apotik Atrika.

Pelayanan yang dilakukan di apotik Atrika meliputi dua hal, yaitu

pelayanan swamedikasi dan pelayanan resep. Pelayanan swamedikasi dilakukan

berdasarkan permintaan pasien tanpa resep dokter terhadap obat bebas, bebas

terbatas, maupun obat wajib apotik. Pelayanan yang lainnya yaitu pelayanan resep

tunai dimana resep yang masuk terlebih dahulu dilakukan identifikasi

kelengkapan melalui skrining resep oleh pegawai yang merangkap menjadi kasir.

Setelah itu, sesuai dengan prinsip pelayanan resep di apotik Atrika yaitu Hargai,

Timbang, Kemas, dan Penyerahan. Resep dihargai yakni dihitung harganya

berdasarkan margin laba dan pajak apotik. Kemudian, pasien diminta

persetujuaannya untuk menebus obat yang sudah ditetapkan (harganya) dengan

cara membayar. Di sini, pasien mempunyai hak penuh untuk menentukan jumlah

obat yang akan diambil, setuju atau tidak dengan harga yang ditetapkan. Apabila

pasien kurang setuju, apoteker dapat menyarankan obat lain yang lebih rendah

harganya tapi dengan indikasi yang sama atau menghubungi dokter. Setelah

memperoleh persetujuan pasien, artinya setelah obat ditebus, maka dilanjutkan ke

tahap berikutnya, yaitu penyiapan obat. Obat yang diracik, dihitung dosisnya

dengan seksama sebelum diracik untuk menghindari kesalahan penimbangan. Jika

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

57

Universitas Indonesia

obat tidak perlu diracik, obat diambil dari rak obat. Obat yang telah diambil dan

diracik, dikemas dalam plastik tertutup dan diberi etiket yang berisi tentang aturan

pakai obat serta indikasi obat (jika perlu). Langkah terakhir, yaitu penyerahan

obat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik

dinyatakan bahwa sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan

pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat

dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada

pasien. Di Apotik Atrika, penyerahan obat ke tangan pasien dilakukan oleh

apoteker (disertai pelayanan informasi obat) dan asisten apoteker.

Gambar 4.1. Alur Penerimaan Resep Tunai

Berdasarkan bagan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap tahap

pelayanan resep dilakukan oleh orang yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk

meminimalisasi human error dalam melayani resep sehingga pasien tidak akan

dirugikan dari segi materi maupun kesehatannya. Adanya orang yang berbeda

dalam pengerjaan dapat meminimalisisasi kesalahan persepsi, seperti kesalahan

membaca jenis obat, aturan pakai dan dosisnya. Selain itu, untuk mempermudah

cross-check atau pengecekan silang, Apotik Atrika menerapkan sistem

dokumentasi berupa paraf pada resep yang dilayani. Pada struk resep disediakan

kolom yang bertanda harga (H), timbang/racik (T), isi/etiket, kemas/periksa,

kuitansi/copy resep (K) dan penyerahan (P). Petugas yang bertanggung jawab di

tahap terkait akan membuat paraf di kolom yang tersedia. Dengan demikian, bila

terjadi kesalahan di salah satu tahap dapat dideteksi dan di-cross check dengan

cepat serta tepat. Sistem ini juga dapat mendorong petugas untuk lebih teliti dan

berhati-hati dalam melayani resep sebab kesalahan dapat dideteksi person to

person.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

58

Universitas Indonesia

Pihak Apotik juga memberikan layanan delivery (pesan-antar) obat untuk

resep namun dibatasi dalam jarak tertentu. Layanan-layanan ini tentunya

merupakan suatu tawaran yang menarik bagi pasien sehingga dapat mendorong

peningkatan penjualan di Apotik.

Obat golongan narkotika hanya dapat diberikan kepada pasien yang

membawa resep asli dari dokter. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh

diulang dan jika tidak ditebus semua, maka sisa obat yang belum diambil hanya

bisa dibeli pada apotik yang sama (apotik asal yang menyimpan resep aslinya).

Jika resep yang diterima mengandung narkotika, maka pada resep diberi garis

merah dan disimpan terpisah dari resep obat non narkotika. Untuk obat golongan

psikotropika dapat diberikan berdasarkan resep asli dari dokter atau salinan resep.

Resep yang mengandung psikotropika dapat diulang jika perlu. Apotik Atrika

melakukan pelaporan penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika

kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat setiap periode, yakni

setiap bulan untuk obat golongan narkotika dan setiap tiga bulan sekali untuk obat

golongan psikotropika. Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan sebelum

tanggal 10. Untuk obat-obat golongan narkotika dan psikotropika yang rusak dan

sudah kadaluarsa, harus dilakukan pemusnahan dengan disaksikan oleh APA,

Asisten Apoteker dan petugas dinas kesehatan dan dibuat berita acara

pemusnahannya.

Selain itu, apotik Atrika juga melayani pengiriman ke cabang Apotik

Atrika sesuai permintaan. Setiap pengeluaran barang atau obat, baik karena

pembelian maupun karena pengiriman, dicatat pada kartu stok dan buku yang

sesuai dengan jenis pengeluaran, yaitu buku catatan resep, buku penjualan bebas,

dan buku pengiriman. Untuk pengiriminan barang ke cabang Apotik Atrika sejak

tanggal 1 Maret 2012 ditulis di buku nota sebagai faktur pengiriman yang berisi

informasi mengenai jumlah, jenis, expired date, dan batch number barang yang

dikirim. Kartu stok narkotika dan psikotropika tidak disimpan bersama kartu stok

lainnya melainkan di dalam lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika.

Pengelolaan resep di Apotik Atrika dapat dikatakan sudah dilakukan

dengan baik. Semua resep yang sudah dibuat, disimpan per hari berdasarkan

nomor urut resep. Selain itu, dicatat pula informasi mengenai tanggal pembuatan

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

59

Universitas Indonesia

resep, nomor resep, nama obat, dan jumlah obat yang diberikan dalam buku

catatan resep. Resep-resep tersebut disimpan selama 3 tahun. Setelah itu,

dilakukan pemusnahan resep dengan membuat berita acara yang selanjutnya

dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat.

Dari segi kewirausahaan, apotik Atrika selalu berusaha meningkatkan

penjualan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal itu didukung dengan adanya

hubungan kerjasama yang senantiasa dijaga dengan baik oleh apotik Atrika

terhadap apotik pesaing maupun dengan dokter. Sebagai contoh, apabila suatu

obat tidak tersedia di apotik Atrika, maka apotik dapat berusaha memperolehnya

dari apotik lain. Selain itu, apotik Atrika telah melakukan pelayanan dengan baik,

di antaranya pelayanan resep yang cepat dan tepat yang didukung dengan

pemberian informasi obat kepada pasien. Akan tetapi, kegiatan konseling di

apotik Atrika belum berjalan dengan baik atau masih jarang dilakukan. Sedangkan

kegiatan monitoring penggunaan obat dan terhadap efek yang tidak diinginkan

dari penggunaan obat di apotik Atrika belum dilakukan, padahal kegiatan tersebut

merupakan pekerjaan kefarmasian yang dilakukan Apoteker di apotik secara

profesional dalam menerapkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

60 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Apoteker Pengelola Apotik (APA) di Apotik Atrika telah

melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Tugas dan tanggung jawab apoteker serta sistem manajemen dan

administrasi di Apotik Atrika secara keseluruhan telah dilaksanakan

dengan baik.

c. Sistem pengelolaan teknis dan non teknis telah dilaksanakan dengan

baik sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

5.2 Saran

a. Dalam sistem persediaan minimum untuk obat-obatan harus benar-

benar diterapkan baik dengan metode Analisis VEN, Analisis Pareto

(ABC) maupun Analisis VEN-ABC supaya dapat menghindari

kekosongan stok.

b. Perlu ditingkatkan atau diperbaikinya sarana dan prasarana dalam

pengelolaan perbekalan farmasi diantaranya perlu disediakan sarana

penyimpanan untuk sediaan farmasi yang harus disimpan pada suhu

2-8 oC dan sistem komputerisasi dalam pencatatan stok barang

sehingga aktivitas dapat berlangsung lebih efisien dan cepat serta

peningkatan kenyamanan konsumen saat menunggu proses pelayanan,

dengan penyediaan televisi ataupun radio.

c. Perlu dilakukan pelatihan terhadap SDM di Apotik Atrika untuk

meningkatkan pelayanan terhadap pasien/masyarakat.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

62 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No.

919/MENKES/PER/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan

Tanpa Resep. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No.

922/MENKES/PER/X/1993Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Ijin Apotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas

Terbatas. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan

Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotik.

Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36

Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

63

Universitas Indonesia

Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement,

Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed Revised and Expanded.

Kumarian Pers.

Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta : Airlangga

University Pers.

Umar, Muhammad. (2011). Manajemen Apotik Praktis cetakan keempat. Jakarta:

Wira Putra Kencana.

Widiyanti, Teja. (2005). Penerapan Analisis Pareto dalam Manajemen

Persediaan di Suatu Perusahaan Farmasi Industri Sekunder. Yogyakarta :

Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

64

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

65

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Papan Nama Apotik Atrika

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

66

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Denah Ruang Apotek Atrika

KASIR COUNTER OBAT OTC SOLID

CO

UN

TER

OB

AT

OTC

SO

LID

ME

JA

RAK OBAT OTC LIQUID RAK OBAT OTC LIQUID DAN TOPIKAL RAK OBAT KONSINYASI

TOIL

ET RAK OBAT GENERIK

MEJA KERJA MEJA RACIK

ME

JAK

ER

JA

LEMARIPSIKOTROPIKA

LEMARI NARKOTIKA(DITANAM ATAS)DAN ALAT GELAS

(BAWAH)

ME

JAK

OM

PU

TER

RA

K O

BA

TK

AR

DIO

VA

SK

ULA

R(B

AW

AH

) DA

NP

ER

NA

FAS

AN

(ATA

S)

RA

K O

BA

TP

EN

CE

RN

AA

N D

AN

SIR

UP

RA

K O

BA

T K

ON

TRA

SE

PS

I,H

OR

MO

N, A

NTI

PS

IKO

SIS

,K

AR

DIO

VA

SK

ULA

R,

AN

TIH

ISTA

MIN

, DA

NP

EN

CE

RN

AA

N

RA

K O

BA

TK

OR

TIK

OS

TER

OID

DA

N F

AS

T M

OV

ING

RAK OBATANALGETIK /ANTIPIRETIK

(BAWAH) DANANTIBIOTIK(ATAS)

RAK OBATANTIMIKROBA /

ANTIVIRUS (BAWAH)DAN VITAMIN DANSUPLEMEN(ATAS)

RAK OBAT BAHAN BAKU (BAWAH)DAN OBAT TETES TELINGA,

HIDUNG, DAN MATA (ATAS KIRI -ATAS KANAN)

MEJA KARTU STOKGUDANG DANPEMBUKUAN

TIMBANGANGRAMHALUS

TIMBANGANGRAMKASAR

KARTUSTOK

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

67

Universitas Indonesia

Lampiran 4a. Ruang Tunggu Apotek Atrika

Lampiran 4b. Ruang Etalase Depan Apotek

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

68

Universitas Indonesia

Lampiran 5a. Lemari Penyimpanan Narkotik

Lampiran 5b. Lemari Penyimpanan Psikotropik

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

69

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Struktur Organisasi Apotek Atrika

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

70

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Etiket dan Label yang Digunakan di Apotek Atrika

KOCOK DAHULU TIDAK BOLEH DIULANG

TANPA RESEP DOKTER

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

71

Universitas Indonesia

Lampiran 8a. Kopi Resep Apotek Atrika

Lampiran 8b. Surat Pesanan Apotek Atrika

b.)

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

72

Universitas Indonesia

Lampiran 9a. Surat Pesanan Narkotika

Lampiran 9b. Laporan Penggunaan Narkotika

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

73

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

74

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Laporan Penggunaan Psikotropika

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

75

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Resep

POM.53.OB.53.AP.53.P1

BERITA ACARA PEMUSNAHAN RESEP

Pada hari ini …… tangggal ……… bulan ……. tahun ………. sesuai dengan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 280/Men.Kes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pengelolaan Apotik, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Apoteker Pengelola Apotek :

S.I.P.A Nomor :

Nama Apotek :

Alamat Apotek :

Dengan disaksikan oleh :

1. Nama :

Jabatan :

S.I.K. Nomor :

2. Nama :

Jabatan :

S.I.K. Nomor :

Telah melakukan pemusnahan resep pada Apotek kami yang telah melewati batas penyimpanan

selama tiga tahun, yaitu:

Resep dari tanggal ………….............. sampai dengan tanggal ………………………………

seberat ………………………….. kg.

Tempat dilakukan pemusnahan :

Demikian berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita acara

ini dibuat dalam rangkap empat dan dikirimkan kepada:

1. Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI.

2. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi

3. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan

4. Satu sebagai arsip di Apotek.

……, ……………… 20….

Saksi-saksi: Yang membuat berita acara,

1. ( ) ( )

S.I.K No: S.I.P.A. No:

2. ( )

S.I.K No:

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

76

Universitas Indonesia

Lampiran 13a. Kartu Stok Kecil

Lampiran 13b. Kartu Stok Besar (Kartu Gudang)

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

77

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Faktur Pengiriman ke Cabang Apotek Atrika

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK ATRIKA

JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

PERIODE 19 JUNI - 16 AGUSTUS 2013

FARMAKOTERAPI DIABETES MELITUS

NATALIA CHRISTY, S. Farm.

1206329865

ANGKATAN LXXVII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK ATRIKA

JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

PERIODE 19 JUNI - 16 AGUSTUS 2013

FARMAKOTERAPI DIABETES MELITUS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

NATALIA CHRISTY, S. Farm.

1206329865

ANGKATAN LXXVII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

iii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3

2.1 Diabetes Melitus ..................................................................................... 3

2.2 Gejala dan Diagnosis Diabetes Melitus .................................................. 7

2.3 Terapi Diabetes Melitus ......................................................................... 7

3. METODE PENGKAJIAN ........................................................................... 12 3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ............................................................... 12

3.2 Metode Pengumpulan Data dan Pengkajian ........................................... 12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 13

4.1 Algoritma .................................................................................................. 13

4.2 Penatalaksanaan Diabetes Melitus ............................................................ 16

4.3 Masalah Terapi Obat .................................................................................. 17

5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 23

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23

5.2 Saran ....................................................................................................... 23

DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 24

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai

hiperglikemia kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan

protein yang dihasilkan karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin

terhadap jaringan ataupun keduanya (Salim, B., 2005). Hal ini mempengaruhi

sekitar 171 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2000 dan jumlah ini

diproyeksikan akan meningkat menjadi setidaknya 366 juta pada tahun 2030

(Wild et al., 2004).

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi akut dan kronis. Komplikasi yang sering terjadi antara lain,

hipoglikemia, hiperglikemia, komplikasi makrovaskular (jantung koroner,

penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer), dan

komplikasi mikrovaskular. Dari beberapa tipe, diabetes melitus tipe 2

memiliki kasus terbanyak, yakni sekitar 90% dari penderita diabetes (Williams

dan Pickup, 2004).

Tujuan dari terapi diabetes melitus adalah menormalkan kadar glukosa

darah secara konsisten sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya

komplikasi (Chisholm-Burns, et al., 2008). Terapi penggantian insulin

merupakan pilihan terbaik untuk pasien dengan diabetes melitus tipe 1,

sementara diet dan modifikasi gaya hidup dianggap sebagai pengobatan dan

penanganan diabetes melitus tipe 2. Insulin terkadang diperlukan oleh

penderita diabetes melitus tipe 2 ketika peningkatan glukosa darah tidak dapat

dikontrol dengan cara diet, penurunan berat badan, olahraga, dan obat-obatan

hipoglikemik oral. Obat hipoglikemik oral yang berguna dalam pengobatan

diabetes melitus tipe 2, yaitu sulfonilurea, biguanida, inhibitor alfa

glukosidase, analog meglitinid, dan tiazolidindion. Tujuan utama dari obat

tersebut adalah memperbaiki metabolisme yang mendasari terjadinya

resistensi insulin dan sekresi insulin yang kurang memadai. Penggunaan obat

hipoglikemik oral harus dikombinasi dengan diet dan perubahan gaya hidup

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

2

Universitas Indonesia

untuk mengurangi berat badan, memperbaiki kontrol glikemik, dan

mengurangi resiko komplikasi kardiovaskular, yang menjadi penyebab 70%

kematian di antara penderita diabetes (Salim, B., 2005).

Penyakit diabetes melitus yang hanya dikontrol dengan diet dan olahraga

(non-farmakologis), atau diet dan penggunaan obat herbal, atau obat

hipoglikemik oral, atau insulin (farmakologis) akan memberikan beberapa

efek samping. Adapun efek samping penggunaan hipoglikemik oral secara

tunggal ialah kenaikan berat badan dan hipoglikemia saat menggunakan

sulfonilurea; gangguan gastrointestinal (GI) saat menggunakan metformin;

peningkatan berat badan, gangguan GI dan luka hati saat menggunakan

tiazolidindion; gangguan GI, peningkatan berat badan, dan reaksi

hipersensitivitas saat menggunakan meglitinid; perut kembung dan diare saat

menggunakan inhibitor alfa glukosidase (Salim, B., 2005).

Tugas khusus ini memberikan penjelasan mengenai klasifikasi penyakit

diabetes melitus, mencakup pilihan terapi dan pengobatan yang tepat bagi

penderitanya.

1.2. Tujuan

Memahami farmakoterapi diabetes melitus.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.2.1 Definisi

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai

dengan tingginya kadar glukosa darah akibat kegagalan sekresi insulin, kerja

insulin, atau keduanya (Flaws, Kuchinski, Casañas, 2002). Diabetes melitus dapat

menyebabkan komplikasi seperti retinopati, neuropati, nefropati, dan penyakit

jantung (Hsieh et al., 2010). Simptom yang menyertai diabetes mellitus ialah

polidipsi, poliuria, polifagia, berkurangnya berat badan, kelelahan, dan adanya

infeksi berulang (misalnya kandidiasis vagina) (Priyanto, 2008).

2.2.2 Klasifikasi

Umumnya, diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 tipe, diantaranya:

Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes Melitus tipe 1 disebut juga Insulin-Dependent Diabetes

Melitus (IDDM), penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan insulin. Secara

umum, penyakit ini disebabkan karena destruksi autoimun sel-sel β pulau

Langerhans (destruksi autoimun ini dapat timbul setelah infeksi virus atau

setelah pajanan obat atau toksin), sehingga terjadi defisiensi insulin

absolut. Oleh karena itu pengobatan dasar diabetes melitus tipe 1, bahkan

untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin (Sukandar,

dkk., 2008).

Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes Melitus tipe 2 disebut juga sebagai Noninsulin Dependent

Diabetes Melitus (NIDDM), umumya muncul pada pasien dengan usia di

atas 40 tahun, jumlahnya kira-kira 90% dari total penderita. Diabetes

melitus tipe ini ditandai dengan adanya resistensi insulin atau defisiensi

insulin atau gabungan keduanya. Resistensi insulin ditandai dengan

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

4

Universitas Indonesia

adanya peningkatan lipolisis dan peningkatan produksi asam lemak bebas,

peningkatan produksi gula di hepar dan pengurangan intake gula ke sel

otot. Diabetes melitus tipe II ini terjadi ketika gaya hidup dengan asupan

kalori berlebihan, kurang olahraga, obesitas, dan ada dukungan faktor

genetik (Priyanto, 2008).

Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Melitus Gestasional (GDM) terjadi pada wanita hamil

yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50% wanita pengidap

kelainan ini akan kembali ke status nondiabetes setelah kehamilan

berakhir. Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan

peningkatan kebutuhan kadar estrogen, energi, dan hormon pertumbuhan

selama kehamilan. Estrogen dan hormon pertumbuhan merangsang

pengeluaran/penggunaan insulin secara terus-menerus dan berlebihan

(seperti yang terjadi pada pasien diabetes tipe 2) yang akhirnya

menyebabkan penurunan responsivitas sel terhadap insulin (Corwin,

2001). Diabetes gestasional dapat menimbulkan efek negatif pada

kehamilan dengan meningkatkan risiko malformasi kongenital, lahir mati,

dan bayi bertubuh besar, yang dapat menimbulkan masalah pada

persalinan.

Diabetes Tipe Lain

Selain dari 3 tipe diabetes melitus tersebut, terdapat tipe diabetes lainnya

yaitu diabetes yang disebabkan oleh infeksi, efek samping obat,

endokrinopati, kerusakan pankreas, dan kelainan genetik (Dipiro, et al.,

2005).

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

5

Universitas Indonesia

Klasifikasi Diabetes Melitus

(Sumber: Salim, B., 2005)

Tipe I Destruksi sel β dengan sedikit atau tanpa endogen, kapasitas

sekresi insulin, autoimun, idiopatik.

Tipe II Defisiensi insulin relatif, gangguan sekresi insulin, atau

resistensi insulin.

Tipe Spesifik Cacat genetik fungsi sel-ß, cacat genetik sekresi insulin,

penyakit yang berhubungan dengan pankreas eksokrin,

endokrinopati, terpapar obat-obatan atau bahan kimia, infeksi

bawaan (rubela, sitomegalovirus, dan lain-lain), bentuk langka

dari diabetes termediasi imun, sindrom gen.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

6

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

Sumber: Kitabchi, A., 2010

Gambar 2.1 Patofisiologi Diabetes Melitus

Un

ivers

itas In

do

nesia

6

Diuretik osmosis Poliuria

↓Volume darah ↓Tekanan darah

Kegaggalan sirkulasi

Koma dan kematian

↑ Asam amino Plasma

Polifagia

↑Sekresi ADH

Asidosis Metabolik

Metabolisme Anaerobik Berusaha mengkompensasi

kegagalan control pusat

↑ Asam amino Plasma ↑ Asam lemak

Plasma

Tidak dihasilkan insulin

↓Uptake glukosa ↓Penggunaan Glukosa ↓Uptake Asam amino

↑Pemecahan Protein

↓Ketersediaan Lemak

↑Pemecahan Lemak

Hiperglikemia Berkurang Di Jaringan

Substrat Untuk ATP Berkurang

Di Jaringan

Substrat Untuk ATP

Glukosa melebihi batas di ginjal Glukosuria

Otak mengartikan kelaparan

↑Ventilasi

Pengasaman urin Hiperkalemia

Dehidrasi Haus Polidipsia

↑Asam laktat

Hati ↑Keton ↑Glikogenolisis ↑Glukoneogenesis ↑ Asam lemak

Plasma

Makanan diabsorbsi

↑ Plasma glukosa

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

7

Universitas Indonesia

2.2 Gejala dan Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis Diabetes Mealitus harus didasarkan atas pemeriksaan kadar gula

darah, tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar glukosuria saja. Untuk diagnosis

Diabetes Melitus pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa

dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan untuk tujuan

pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan

glukosa darah kapiler (Sutjahjo dkk, 2006).

Pengukuran kadar hemoglobin A1c (HbA1c) untuk diagnosis diabetes

tidak direkomendasikan saat ini. Hal ini dikarenakan belum adanya standardisasi

penilaian untuk HbA1c dan korelasi yang tidak sempurna antara HbA1c dengan

glukosa darah puasa dan kadar glukosa plasma 2 jam. Namun, HbA1c dapat

menjadi metode efektif untuk memonitor efektivitas tatalaksana diabetes. Oleh

karena itu, kriteria untuk mendiagnosis diabetes melitus ialah dengan cara di

bawah ini.

1. Pengukuran kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L). Puasa

merupakan keadaan tidak mendapat asupan kalori selama minimal 8 jam.

2. Menunjukkan gejala hiperglikemia dan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200

mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu dapat diukur setiap saat tanpa

memperhatikan waktu sejak terakhir makan. Gejala umum hiperglikemia meliputi

poliuria, polidipsia, dan adanya penurunan berat badan.

3. Melakukan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) dan menunjukkan kadar

glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). TTGO dilakukan

dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g

glukosa anhidrat yang dilarutkan ke dalam air. Meskipun TTGO lebih sensitif dan

spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, tetapi memiliki

keterbatasan yaitu sulit dilakukan berulang-ulang dan jarang. (American Diabetes

Association, 2009).

2.3 Terapi Diabetes Melitus

2.3.1 Terapi Nonfarmakologi

Penderita diabetes diharapkan dapat mengontrol kadar glukosa darah

secara teratur dan mempertahankan berat badan yang normal. Hal ini dikarenakan

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

8

Universitas Indonesia

pada penderita diabetes dengan berat badan berlebih, kadar glukosa darah sulit

dikendalikan. Penurunan berat badan dapat mengurangi resistensi insulin dan

meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin. Adapun terapi nonfarmakologi

yang dapat dilakukan untuk memperoleh berat badan dan kadar glukosa darah

yang normal adalah diet, olahraga, dan berhenti merokok (Tjay & Rahardja,

2007).

2.3.2 Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi untuk penyakit diabetes melitus meliputi (Katzung,

1997):

a. Insulin

Insulin dibutuhkan untuk terapi semua pasien IDDM dan banyak pasien

NIDDM. Cukup mudah mengendalikan gejala diabetes dengan insulin tetapi sulit

mempertahankan glukosa darah normal selama 24 jam meskipun telah digunakan

injeksi multipel insulin regular ataupun pompa insulin.

Jenis utama dan lama kerja preparat insulin:

Insulin masa kerja singkat / insulin regular merupakan kristalin seng insulin

masa kerja singkat, yang efeknya tampak dalam 15 menit setelah suntikan

subkutan dan berlangsung 5 - 7 jam. Larutan insulin masa kerja singkat adalah

satu-satunya insulin yang dapat diberikan secara intravena atau melalui infus.

Insulin lente dan ultralente adalah campuran 30% insulin semilente (insulin

presipitat amorf dengan ion seng dalam buffer asetat yang mempunyai mula kerja

relatif cepat) dengan 70% insulin ultralente (larutan kristal insulin yang kurang

larut, mempunyai mula kerja lambat dan berlangsung lebih lama). Kedua senyawa

ini memberikan suatu kombinasi sehingga absorpsinya relatif cepat, dengan kerja

yang lama sehingga membuat insulin lente menjadi preparat terapeutik yang

berguna.

Insulin NPH (Neutral Protamine Hagedorn) adalah insulin yang bermasa

kerja sedang dengan mula kerja yang lambat dengan menggabungkan sejumlah

insulin yang tepat dan protamin sehingga tidak ada yang dalam bentuk tidak

kompleks. Mula kerja dan lama kerja insulin NPH sebanding dengan insulin lente.

Insulin NPH biasanya dicampur dengan insulin regular dan diberikan paling tidak

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

9

Universitas Indonesia

dua kali sehari untuk penggantian insulin pada penderita diabetes yang bergantung

insulin.

Insulin campuran digunakan karena insulin masa kerja sedang

membutuhkan beberapa jam untuk mencapai kadar terapi yang adekuat,

penggunaanya pada penderita diabetes yang bergantung insulin memerlukan

tambahan insulin regular preprandial. Untuk mudahnya, sering dicampur bersama

dalam satu spuit dan disuntikkan secara subkutan dalam dosis terbagi sebelum

makan pagi dan makan malam. NPH lebih disukai daripada lente insulin sebagai

senyawa dengan masa kerja sedang dalam campuran ini, karena peningkatan

proporsi insulin lente terhadap insulin regular dapat memperlambat kerja cepat

campuran insulin regular, terutama jika tidak disuntikkan segera setelah dicampur.

b. Antidiabetik Oral (Priyanto, 2008)

Golongan Sulfonilurea, contohnya ialah Klorpropamid, Tolazamid,

Tolbutamid, Glimepirid, Glipizid, Gliburid. Mekanisme kerja dari obat-obat

golongan sulfonilurea ini meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan sensitivitas

jaringan terhadap insulin, menurunkan sekresi glukagon. Berinteraksi secara

sinergis dengan Biguanid maupun Akarbose, sehingga meningkatkan efek

hipoglikemik yang disebabkan oleh Sulfonilurea. Efek sampingnya yang mungkin

terjadi ialah peningkatan berat badan, hipoglikemia, ataksia, vertigo, alergi, mual,

muntah, diare.

Golongan Biguanid, contohnya ialah Metformin. Mekanisme kerjanya

meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan perifer, pengambilan glukosa, dan

menghambat glukoneogenesis. Berinteraksi dengan Akarbose, sehingga

mengurangi absorpsi metformin dan menurunkan kadarnya dalam darah. Efek

samping yang mungkin terjadi ialah anoreksia, mual, muntah, dan diare.

Golongan Glitazon, contohnya ialah Troglitason, Rosiglitason, dan

Pioglitason. Mekanisme kerjanya diduga menyebabkan penurunan resistensi

perifer. Efek samping yang mungkin terjadi ialah edema, peningkatan berat badan,

gagal jantung kongestif.

Golongan Meglitinid, contohnya ialah Repaglinid dan Nateglinid.

Mekanisme kerjanya seperti sulfonilurea. Repaglinid berinteraksi secara sinergis

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

10

Universitas Indonesia

dengan Metformin. Efek samping yang mungkin terjadi ialah hipoglikemia dan

gangguan gastrointestinal.

Golongan Penghambat α-Glukosidase, contohnya ialah akarbose. Dalam hal

ini, enzim α-Glukosidase berfungsi untuk peruraian disakarida atau oligosakarida

(dekstrin dan maltosa) dan sukrosa menjadi glukosa. Hanya karbohidrat dalam

bentuk glukosa dan fruktosa yang dapat diabsorpsi, sehingga hambatan peruraian

disakarida atau oligosakarida menjadi glukosa akan menghambat absorpsi

glukosa. Berinteraksi dengan golongan sulfonilurea dan metformin. Efek samping

yang ditimbulkan ialah perut kembung, diare, dan gangguan gastrointestinal

(Priyanto, 2008).

Inkretin Mimetik dapat merangsang sel β pankreas untuk mensekresi insulin.

Hormon inkretin ini mencakup Glucose-dependent Insulinotropic Peptide (GIP)

yang disekresikan oleh sel K duodenum, dan Glucagon-Like Peptide 1 (GLP-1)

yang disekresikan di sel L ileum. Hormon polipeptida ini merangsang sekresi

insulin sebagai respon terhadap asupan makanan. Reseptor GIP dan GLP-1

terdapat pada sel beta pancreas dan di sel-sel jaringan lain.

Pengikatan GIP dan GLP-1 pada reseptornya akan merangsang sekresi

insulin dependen glukosa melalui aktivasi reseptor G-protein pada sel beta

pankreas. Hal ini akan merangsang produksi cyclic adenosine monophosphate dan

aktivasi protein kinase A. Setelah makan, hormon inkretin GIP dan GLP-1 akan

disekresikan, kemudian berikatan dengan reseptornya masing-masing dan

merangsang pelepasan insulin dari sel beta pankreas. Hormon inkretin hanya akan

menunjukkan efeknya jika konsentrasi glukosa di atas konsentrasi basal.

Terapi berbasis inkretin adalah suatu terapi yang relatif baru untuk

penanganan DM tipe 2. Terapi berbasis inkretin cukup menjanjikan dalam

mengatasi keterbatasan-keterbatasan terapi sebelumnya seperti penambahan berat

badan dan resiko hipoglikemia. reseptor GLP-1 terdapat juga pada jaringan selain

sel pankreas, termasuk di jantung, ginjal, sistem saraf pusat dan tepi, hati, dan

saluran cerna. Karena itu, GLP-1 dapat memediasi berbagai aksi pengaturan

glukosa. Selain meningkatkan sekresi insulin yang tergantung glukosa, pengikatan

GLP-1 ke reseptornya dapat menghambat sekresi glukagon, memperlama

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

11

Universitas Indonesia

pengosongan lambung, dan menekan nafsu makan, sehingga dapat mengurangi

asupan makanan dan menyebabkan penurunan berat badan.

GLP-1 turut memfasilitasi peningkatan pembuangan glukosa melalu

mekanisme neural. GLP-1 merangsang transkripsi gen insulin dan menstabilkan

insulin mRNA, sehingga meningkatkan insulin yang dihasilkan sel beta. Pada

hewan coba, GLP-1 meningkatkan massa sel beta pankreas dengan meningatkan

proliferasi dan neogenesis sel beta, serta menghambat apoptosis. Stimulasi

reseptor inkretin akan menyebabkan ‘efek inkretin’, yaitu peningkatan sekresi

insulin lebih tinggi secara signifikan saat diberikan asupan glukosa oral daripada

asupan glukosa intravena. Stimulasi inkretin bertanggung jawab atas 50 - 70%

sekresi insulin sebagai respons pemberian glukosa oral. Pada penderita DM tipe 2,

efek inkretin ini berkurang bahkan menghilang. Sekresi GIP normal atau sedikit

meningkat, tetapi efek insulinotropiknya tidak ada. Sebaliknya, GLP-1 masih

dapat merangsang sedikit sekresi insulin jika terjadi kondisi hiperglikemia.

Pemberian GLP-1 eksogen, secara injeksi subkutan atau intravena, akan

menyebabkan konsentrasi GLP-1 yang tinggi di dalam plasma, dan akan dapat

mengembalikan efek inkretin dengan respon insulin yang adekuat.

Kegunaan klinis GLP-1 alami yang dihasilkan tubuh terbatas karena waktu

paruhnya yang sangat singkat (<2 menit) karena didegradasi secara cepat menjadi

metabolit inaktif oleh enzim dipeptidil peptidase 4 (DPP 4). Karena itu,

dikembangkan terapi berbasis inkretin yang berdasarkan aksi fisiologis dan

farmakologis GLP-1 untuk penanganan DM tipe 2, yaitu GLP-1 agonis dan DPP 4

inhibitor. GLP-1 agonis secara efektif dan aman menurunkan parameter-parameter

glikemik dengan merangsang sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon.

GLP-1 agonis memiliki resiko yang lebih rendah dalam menyebabkan

hipoglikemia. Dua GLP-1 agonis yang pertama dikembangkan, yaitu Exenatide

dan Liraglutide, telah diimplementasikan sebagai suatu pilihan terapi setelah

kegagalan terapi dengan metformin atau terapi kombinasi obat antidiabetes oral

(Tikoo, D., Gupta, M., 2012).

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

12 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENGKAJIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian

Penelusuran literatur berupa jurnal-jurnal ilmiah elektronik maupun

textbook yang berkaitan dengan farmakoterapi diabetes melitus dilakukan pada

tanggal 19 Juni – 31 Juli 2013 bertempat di Universitas Indonesia.

3.2. Metode Pengumpulan Data dan Pengkajian

Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan dan pengkajian

farmakoterapi diabetes melitus adalah dengan penelusuran literatur dari jurnal-

jurnal ilmiah elektronik yang dipublikasikan di atas tahun 2000 dan textbook

mengenai penyakit diabetes serta terapi yang digunakan.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

13 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Algoritma

4.1.1 Prediabetes Melitus

Sumber: Garber, A., et.al., 2013

Gambar 4.1 Manajemen pada Penderita Prediabetes Melitus

Keterangan gambar:

1. FPG: Fasting Plasma Glucose

2. 2 jam PG: Kadar plasma glukosa 2 jam pada TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)

3. TZD: Tiazolidindion

4. GLP-1 RA: Glucagon Like Peptide-1 Receptor Agonists

Modifikasi gaya hidup (termasuk pengobatan medis dan penurunan berat badan)

Faktor resiko selain kardiovaskuler

Terapi anti obesitas

Faktor resiko kardiovaskuler Modifikasi algoritma

Glikemia normal

Dislipidemia Hipertensi

Dapat Berkembang

Diabetes

Menuju Algoritma Hiperglikemia

Terapi Antihiperglikemia (FPG > 100 | 2 jam PG > 140)

Kriteria Pre DM

Kriteria Pre DM Multiple

Peningkatan upaya anti obesitas

Pengobatan Resiko rendah *Metformin * Akarbose

*TZD *GLP-1 RA

Jika glikemia belum normal, pertimbangkan hati-hati untuk penggunaan

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

14

4.1.2 Diabetes Melitus yang Menggunakan Insulin (secara Intensif atau

Tambahan)

Sumber: Garber, A., et.al., 2013

Gambar 4.2 Manajemen pada Penderita Diabetes Melitus Menggunakan Insulin

Keterangan:

1. TDD: Total Daily Dose of Insulin

2. FBG: Fasting Blood Glucose

Mulai dari basal (insulin long acting) Intensif (mengendalikan prandial)

A1c < 8% A1c > 8%

TDD 0,1 – 0,2 U/kg

TDD 0,2 – 0,3 U/kg

Pemberian insulin setiap 2-3 hari untuk mencapai sasaran glikemik: - Regimen tetap: meningkatkan TDD

dengan memberi 2U. - Menyesuaikan regiemen

FBG>180 mg/dL: berikan 4U FBG 140-180 mg/dL: berikan 2U FBG 110-139 mg/dL: berikan 1U

- Jika hipoglikemia, kurangi TDD sebanyak: FBG<70 mg/dL: 10-20% FBG<40 mg/dL: 20-40%

Sebaiknya hentikan atau kurangi penggunaan sulfonilurea setelah penggunaan insulin basal (analog basal lebih disukai dibandingkan NPH)

Sasaran glikemik: Kebanyakan pasien dengan kadar A1c<7 % dan

FBG<110 mg/dL tidak terjadi hipoglikemia. Kadar A1c dan FBG pada setiap pasien

didasarkan pada umur, lama mengidap diabetes, komplikasi diabetes, dan adanya hipoglikemia.

Tambahkan GLP-1 RA atau DPP-4

Tambahkan insulin prandial

TDD: 0,3 – 0,5 U/kg 50% Analog Basal 50% Analog prandial Kurang disukai: NPH dan insulin regular atau insulin campuran

Pemberian insulin setiap 2-3 hari untuk mencapai sasaran glikemik. - Meningkatkan TDD basal dengan:

* Mencampur regimen: meningkatkan TDD dengan 2 U.

* Menyesuaikan regimen: FBG > 180 mg/dL: berikan 4U. FBG 140 - 180 mg/dL: berikan 2U. FBG 100 – 139 mg/dL: berikan 1U.

- Meningkatkan 10% dosis prandial setiap makan jika 2 jam PP 180 mg/dL.

- Menggunakan insulin campuran meningkatkan TDD 10% jika FBG > 180 mg/dL.

- Jika hipoglikemia pada malam hari, kurangi basal sebelum makan malam atau short/rapid-acting insulin sebelum snack sore.

- Jika hipoglikemia setelah makan siang, kurangi short/rapid-acting insulin sebelum makan siang.

Mengendalikan glikemik Tujuan berbeda

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

15

4.1.3 Diabetes Melitus Tipe 2

Sumber: Texas Diabetes Council Authorship, 2008

Gambar 4.3 Manajemen Hiperglikemia pada Penderita Diabetes Melitus tipe II

Keterangan:

1. Pilihan rekomendasi untuk kombinasi dua terapi

Metformin + Tiazolidindion atau DPP-4 (Dipeptidyl peptidase-4 inhibitor) atau Sulfonilurea

atau GLP-1 atau Meglitinid.

2. Pilihan rekomendasi untuk kombinasi tiga terapi

Metformin + Tiazolidindion atau Sulfonilurea

+ GLP-1 atau DPP-4 atau akarbose

Metformin + Tiazolidindion atau DPP-4 atau akarbose atau sulfonilurea

+ Insulin

Sasaran glikemik tidak tercapai setelah 3 bulan dioptimalkan terapi

Sasaran Glikemik Pada setiap individu, sasaran ini didasarkan pada faktor resiko pasien A1c ≤6% <7% <8% FPG ≤110 120 140 mg/dL 2h PP ≤130 180 180 mg/dL

Upaya Penanganan Awal 1. Edukasi manajemen diabetes secara mandiri. 2. Rutin Memantau kadar glukosa darah. 3. Memperbaiki asupan nutrisi, mengendalikan

berat badan, olahraga. 4. Monoterapi jika A1c<1 % dari sasaran glikemik,

jika tidak optimalkan kombinasi dua terapi.

Jika A1c<1% dari sasaran glikemik: Sedang menjalani monoterapi, tambahkan agen kedua

(oral atau GLP-1). Sedang menjalani kombinasi dua terapi, tambahkan agen

ketiga (oral atau GLP-1 atau insulin). Jika A1c≥1% dari sasaran glikemik: Sedang menjalani monoterapi, tambahkan agen kedua

+/- insulin per hari atau tambahkan dua agen bukan insulin (oral atau GLP-1)

Sedang menjalani kombinasi dua terapi, tambahkan agen ketiga (oral atau GLP-1) atau tambahkan insulin.

Tambahkan atau gunakan insulin secara intensif. Sebaiknya konsultasikan dengan spesialis endokrin / diabetes.

Lanjutkan terapi, pantau kadar A1c setiap 3-6 bulan

Sasaran glikemik tidak tercapai setelah 3 bulan dioptimalkan terapi

Sasaran glikemik tercapai

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

16

4.2 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Prinsip penanganan Diabates Melitus adalah meningkatkan kualitas hidup

pasien. Tujuan Penatalaksanaannya:

1. Jangka Pendek: Hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa

nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

2. Jangka Panjang: Tercegah dan terhambatnya progresivitas mikroangiopati,

makroangiopati, dan neuropati.

3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas pasien

Diabetes Melitus. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan

pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid

dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku (Sutjahjo

dkk, 2006).

4.2.1 Diet

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan

sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada

penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal

jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang

menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang

dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal

karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%, dan protein 10-15%. Untuk menentukan

status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks) atau Indeks Massa

Tubuh (IMT) yaitu cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) × Tinggi Badan (m)

Kategori hasil penghitungan IMT:

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0.

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 - 18,4.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

17

Normal 18,5 – 25,0.

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0.

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0.

(Sutjahjo dkk, 2006).

4.2.2 Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan Diabetes Melitus

untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pendidikan kesehatan pada pasien

Diabetes Melitus sebaiknya dilakukan oleh semua tenaga kesehatan yang

terkait, khususnya Apoteker Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus

diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan

sekunder diberikan kepada kelompok pasien Diabetes Melitus. Sedangkan

pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang

sudah mengidap Diabetes Melitus dengan penyakit menahun (Sutjahjo dkk,

2006).

4.2.3 Latihan fisik/olah raga

Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30

menit, yang sifatnya sesuai dengan CRIPE (Continous, Rhythmical, Interval,

Progresive, Endurance Training) sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai

contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan

kebiasaan hidup yang kurang gerak (Sutjahjo dkk, 2006).

.

4.2.4 Obat hipoglikemik oral dan insulin

Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak

berhasil mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian obat

hipoglikemik ataupun insulin (Sutjahjo dkk, 2006).

4.3 Masalah Terapi Obat

Penatalaksanaan Diabetes Melitus dengan terapi obat dapat menimbulkan

masalah-masalah terkait obat (drug related problems) yang dialami oleh

penderita. Masalah terkait obat merupakan keadaan terjadinya ketidaksesuaian

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

18

dalam pencapaian tujuan terapi sebagai akibat pemberian obat. Aktivitas untuk

meminimalkannya merupakan bagian dari proses pelayanan kefarmasian. Masalah

terkait obat secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut:

4.3.1 Adanya indikasi penyakit yang tidak tertangani.

Penderita DM dapat mengalami komplikasi yang tidak diharapkan, oleh

karena itu perlu mencermati apakah ada indikasi penyakit yang tidak diobati.

Adanya indikasi penyakit yang tidak tertangani ini dapat disebabkan oleh:

a. Penderita mengalami gangguan medis baru yang memerlukan terapi obat.

b. Penderita memiliki penyakit kronis lain yang memerlukan keberlanjutan

terapi obat.

c. Penderita mengalami gangguan medis yang memerlukan kombinasi

farmakoterapi untuk menjaga efek sinergi/potensiasi obat.

d. Penderita berpotensi untuk mengalami risiko gangguan penyakit baru yang

dapat dicegah dengan penggunaan terapi obat profilaktik atau premedikasi.

(Departemen Kesehatan, 2005)

4.3.2 Pemberian obat tanpa indikasi

Pemberian obat tanpa indikasi disamping merugikan penderita secara

financial juga dapat merugikan penderita dengan kemungkinan munculnya

efek yang tidak dikehendaki. Pemberian obat tanpa indikasi ini dapat

disebabkan oleh:

a. Penderita menggunakan obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit

pada saat ini.

b. Penyakit penderita terkait dengan penyalahgunaan obat, alkohol atau

merokok.

c. Kondisi medis penderita lebih baik ditangani dengan terapi non obat.

d. Penderita memperoleh polifarmasi untuk kondisi yang indikasinya cukup

mendapat terapi obat tunggal.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

19

e. Penderita memperoleh terapi obat untuk mengatasi efek obat yang tidak

dikehendaki yang disebabkan oleh obat lain yang seharusnya dapat diganti

dengan obat yang lebih sedikit efek sampingnya.

(Departemen Kesehatan, 2005)

4.3.3 Pemilihan obat tidak tepat/salah obat

Pemilihan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan tujuan terapi tidak

tercapai sehingga penderita dirugikan. Pemilihan obat yang tidak tepat dapat

disebabkan oleh:

a. Penderita memiliki masalah kesehatan, tetapi obat yang digunakan tidak

efektif.

b. Penderita alergi dengan obat yang diberikan.

c. Penderita menerima obat tetapi bukan yang paling efektif untuk indikasi yang

diobati.

d. Obat yang digunakan berkontraindikasi, misalnya penggunaan obat-obat

hipoglikemik oral golongan sulfonilurea harus hati-hati atau dihindari pada

penderita lanjut usia, wanita hamil, penderita dengan gangguan fungsi hati,

atau gangguan fungsi ginjal yang parah.

e. Obat yang digunakan efektif tetapi bukan yang paling murah.

f. Obat yang digunakan efektif tetapi bukan yang paling aman.

g. Penderita resisten dengan obat yang digunakan.

h. Penderita menolak terapi obat yang diberikan, misalnya pemilihan bentuk

sediaan yang kurang tepat.

i. Penderita menerima kombinasi produk obat yang tidak perlu, misalnya

polifarmasi sesama obat hipoglikemik oral yang bekerja pada titik tangkap

kerja yang sama dan diberikan pada saat yang bersamaan.

(Departemen Kesehatan, 2005)

4.3.4 Dosis obat sub terapeutik

Pemberian obat dengan dosis sub terapeutik mengakibatkan ketidakefektifan

terapi obat. Hal ini dapat disebabkan oleh:

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

20

a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang

dikehendaki.

b. Konsentrasi obat dalam plasma penderita berada di bawah rentang terapi

yang dikehendaki.

c. Saat profilaksis tidak tepat bagi penderita.

d. Obat, dosis, rute, formulasi tidak sesuai.

e. Fleksibilitas dosis dan interval tidak sesuai.

f. Terapi obat dialihkan terutama untuk uji klinis.

(Departemen Kesehatan, 2005)

4.3.5 Dosis obat berlebih (over dosis)

Pemberian obat dengan dosis berlebih mengakibatkan efek hipoglikemia dan

kemungkinan munculnya toksisitas. Hal ini dapat disebabkan oleh:

a. Dosis obat terlalu tinggi untuk penderita.

b. Konsentrasi obat dalam plasma penderita di atas rentang terapi yang

dikehendaki.

c. Dosis obat penderita dinaikkan terlalu cepat.

d. Penderita mengakumulasi obat karena pemberian yang kronis.

e. Obat, dosis, rute, formulasi tidak sesuai.

f. Fleksibilitas dosis dan interval tidak sesuai.

(Departemen Kesehatan, 2005)

4.3.6 Efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions)

Munculnya efek obat yang tidak dikehendaki dapat disebabkan oleh:

a. Obat diberikan terlalu cepat, misalnya pada penggunaan insulin diberikan

terlalu cepat sering terjadi efek hipoglikemia.

b. Penderita alergi dengan pengobatan yang diberikan.

c. Penderita teridentifikasi faktor risiko yang membuat obat ini terlalu

berisiko untuk digunakan.

d. Penderita pernah mengalami reaksi idiosinkrasi terhadap obat yang

diberikan.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

21

e. Ketersediaan hayati obat berubah sebagai akibat terjadinya interaksi

dengan obat lain atau dengan makanan. Untuk terapi insulin, efek obat

yang tidak dikehendaki yang paling sering terjadi adalah hipoglikemia.

(Departemen Kesehatan, 2005)

4.3.7 Interaksi obat

Interaksi obat yang mungkin timbul dari pemakaian insulin dengan obat

hipoglikemik oral dapat terjadi Misalnya meningkatkan kadar glukosa darah

sehingga harus meningkatkan dosis insulin maupun obat hipoglikemik oral

yang diberikan. Obat atau senyawa-senyawa yang dapat meningkatkan risiko

hipoglikemia sewaktu pemberian obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea

antara lain: insulin, alkohol, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar,

fenilbutazon, oksifenbutazon, dikumarol, kloramfenikol, senyawa-senyawa

penghambat MAO (Mono Amin Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik,

fenfluramin, dan klofibrat. Hormon pertumbuhan, hormon adrenal, tiroksin,

estrogen, progestin dan glukagon bekerja berlawanan dengan efek

hipoglikemik insulin. Disamping itu, beberapa jenis obat seperti guanetidin,

kloramfenikol, tetrasiklin, salisilat, fenilbutazon, dan lain-lain juga memiliki

interaksi dengan insulin, sehingga sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan

pemberian insulin, paling tidak perlu diperhatikan dan diatur saat dan dosis

pemberiannya apabila terpaksa diberikan pada periode yang sama.

(Departemen Kesehatan, 2005)

4.3.8 Penderita gagal menerima obat

Penderita gagal menerima obat dapat disebabkan oleh:

a. Penderita tidak menerima pengaturan obat yang sesuai sebagai akibat

kesalahan medikasi (medication error) berupa kesalahan peresepan,

dispensing, cara pemberian atau monitoring yang dilakukan.

b. Penderita tidak mematuhi aturan yang direkomendasikan dalam

penggunaan obat.

c. Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena ketidakpahaman.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

22

d. Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena tidak sesuai dengan

keyakinan tentang kesehatannya.

e. Penderita tidak mampu menebus obat dengan alasan ekonomi. Yang juga

perlu mendapat perhatian ekstra terhadap munculnya masalah terkait

obat apabila penderita berada dalam kondisi khusus, seperti: Ibu hamil /

menyusui, penderita gangguan ginjal, penderita gangguan hati,

penderita gangguan jantung, penderita lanjut usia, penderita anak-anak,

penderita sedang berpuasa.

Untuk meminimalkan masalah terkait obat, Apoteker perlu melakukan identifikasi

dengan mengajukan empat pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terapi obat sesuai dengan indikasinya?

Terapi obat dikatakan tidak sesuai bila obat yang diberikan tidak sesuai dengan

indikasinya atau penderita memerlukan terapi obat tambahan karena adanya

indikasi yang belum diobati (untreated indication).

2. Apakah terapi obat tersebut efektif?

Terapi obat dikatakan tidak efektif bila obat yang diberikan tidak tepat dalam

pemilihannya atau dosis yang digunakan terlalu kecil.

3. Apakah terapi obat tersebut aman?

Terapi obat dikatakan tidak aman, bila penderita mengalami reaksi obat yang

tidak dikehendaki atau penderita mendapatkan dosis obat yang terlalu tinggi

atau penderita menerima/menggunakan obat tanpa indikasi.

4. Apakah penderita mengikuti aturan yang telah disarankan?

Penderita tidak mengikuti aturan penggunaan obat yang disarankan dapat

terjadi karena ketidakpahaman penderita terhadap penyakit dan pengobatannya,

alasan ekonomi, atau ketidaknyamanan yang dialami.

(Departemen Kesehatan, 2005)

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

23 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Farmakoterapi diabetes melitus didasarkan pada hasil pemeriksaan

(glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu, glukosa darah 2 jam post

prandial, kadar A1c), umur, adanya komplikasi, riwayat penyakit, faktor

resiko, dan lama penggunaan obat diabetes melitus.

5.2 Saran

Diperlukan kesadaran Apoteker untuk mengoptimalkan perannya dengan

cara ekspansi home care kepada pasien diabetes melitus dan

pendokumentasian yang baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya farmakoterapi diabetes melitus.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

24 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

American Diabetes Association. (2006). A Consensus Algorithm for the Initiation

and Adjustment of Therapy.

American Diabetes Association. (2009). Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus.

Chisholm-Burns, M.A., et al. (2008). Pharmacotherapy Principles and Practice.

New York : McGraw-Hill Companies.

Corwin, E.J. (2001). Buku Saku Patofisiologi (Brahm U. Pendit, Penerjemah).

Jakarta: EGC.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., & Posey, L.M.

(2005). Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach. New York:

McGraw-Hill Companies.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI (2005).

Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus.

Flaws, B., Kuchinski, L., Casañas, R.J. (2002). The treatment of diabetes mellitus

with Chinese medicine. Western Ave : Blue Poppy Press.

Garber, A., et.al. (2013). American Association of Clinical Endocrinologist

Comprehensive Diabetes Management Algorithm 2013.

Hsieh, P.C., Huang, G.J., Ho Y.L., Lin, Y.H., Huang, S.S., Chiang, Y.C., Tseng,

M.C., Chang, Y.S. (2010). Activities of antioxidant, α-glucosidase inhibitors

and aldose reductase inhibitors of the aquaeous extracts of four Flemingia

species in Taiwan. Botanical Studies 51, 293-302.

Katzung, B.G. (1997). Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI. Jakarta: EGC.

Kitabchi, A. (2010). Physiology of endocrine pancreas and pathophysiology of

diabetes mellitus (dm).

Priyanto. (2008). Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Depok: LESKONFI,

hal. 168.

Salim, B. (2005). Review Diabetes mellitus and its treatment. International

Journal Diabetes and Metabolism 13:111-134.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367106-PR-Natalia Christy.pdf · sumber daya manusia secara efektif, ... Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi

25

Universitas Indonesia

Sutjahjo, A., Tjokroprawiro, A., Murtiwi, S., Wibisono, S. (2006). Konsensus

Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia Tahun

2006.

Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., &

Kusnandar. (2008). Isofarmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI.

Texas Diabetes Council Authorship. (2008). Diabetes Treatment Algorithms,

Protocols, Guidelines, and Recommendations. Departemen of State Health

Services.

Tikoo, D., Gupta, M. (2012). Incretin mimetics: new age drugs for type 2 diabetes

mellitus. Pakistan Journal of Pharmacology Vol.29, No.2, pp.35-41.

Tjay, T.H., Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., King, H., (2004). Global Prevalence of

Diabetes Estimates for The Year 2000 and projections for 2030. Diabetes

Care 27, 1047.

Williams, G. dan Pickup, J.C. (2004). Handbook of Diabetes (3rd Ed). Oxford:

Blackwell Publishing Ltd.

Laporan praktek…., Natalia Christy, FFar UI, 2014