lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-s-nurul mianti.pdflib.ui.ac.id

319

Click here to load reader

Upload: truongnhi

Post on 05-May-2019

280 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

UNIVERSITAS INDONESIA

Rekonstruksi Kehidupan Keberagamaan Masyarakat Indonesia (Studi Sosiologi Film Tanda Tanya)

SKRIPSI

Nurul Mianti 0806317653

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM SARJANA REGULER

DEPARTEMEN SOSIOLOGI DEPOK

JUNI, 2012

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 2: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

Rekonstruksi Kehidupan Keberagamaan Masyarakat Indonesia (Studi Sosiologi Film Tanda Tanya)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

NURUL MIANTI 0806317653

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM SARJANA REGULER

DEPARTEMEN SOSIOLOGI DEPOK

JUNI, 2012

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 3: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 4: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 5: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

v

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan hasil penelitian pada film sebagai suatu karya seni

yang dapat merepresentasikan realita sosial. Salah satu film tersebut berjudul

Tanda Tanya. Tanda Tanya merupakan film yang dirilis pada April 2011 dimana

film ini menawarkan cerita yang berbeda di banding film-film pada umumnya.

Film Tanda Tanya menceritakan tentang kehidupan keberagamaan masyarakat

Indonesia dengan mengangkat tiga agama yaitu Islam, Katolik, dan Konghucu

dimana ketiga agama tersebut diwakili oleh tiga keluarga yang berbeda dengan

status sosial ekonomi yang berbeda pula. Ketiga kelompok agama tersebut saling

berinteraksi satu sama lainnya dan membentuk suatu relasi. Namun terkadang

karena perbedaan tersebut sering timbul konflik-konflik yang berujung pada

tindakan kekerasan.

Film merupakan media seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat dalam

bentuk suara, dialog, lakon aktor yang bermain di dalamnya. Dengan kelebihan

itu, film memiliki potensi untuk memotret peristiwa yang terjadi dalam realita

sosial. Peristiwa kehidupan keberagamaan itulah yang didokumentasikan oleh

Hanung Bramantyo sebagai Sutradara film Tanda Tanya ke dalam produk seni

yaitu film. Kemampuan film untuk merepresentasikan realita sosial, dianalisis

menggunakan kerangka pemikiran sosiologi dengan analisis konten film sebagai

perbandingan dengan realita sosial.

Akhirnya, peneliti berharap tulisan ini dapat menjadi sumbangan dalam

ilmu pengetahuan dan tinjauan praktis. Namun demikian, penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga dibutuhkan saran-saran

yang membangun demi perbaikan pada penelitian lebih lanjut.

Depok, 03 Juni 2012

Penulis

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 6: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa sanjungan sholawat

serta salam saya sampaikan ke hadirat Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi

ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai

gelar Sarjana Sosial, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Indonesia. Penulisan skripsi ini membutuhkan waktu yang lebih lama

dari yang diperkirakan. Pada proses penyusunan, saya menemui berbagai

kesulitan namun saya sangat bersyukur bersama kesulitan tersebut, Allah SWT

juga memberikan berbagai nikmat yang secara tidak langsung saya rasakan

melalui bantuan dan dukungan semangat dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:

1) Semua dosen Sosiologi yang telah memberikan berbagai materi perkuliahan

sehingga menambah sudut pandang baru bagi saya untuk melihat berbagai hal

dalam kehidupan sosial. Secara khusus, saya mengucapkan terimakasih kepada

Drs.M. Iqbal Djajadi, MSi, selaku pembimbing skripsi yang telah menyediakan

waktu, tenaga, kesabaran, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan sripsi ini. Terimakasih pula kepada Raphaella Dwianto M.A, Ph.D

sebagai pembimbing akademik selama masa studi saya di Sosiologi. Kepada

Dr. Rosa Diniari M.S yang telah memberikan waktunya untuk menjadi ketua

sidang skripsi saya. Selanjutkan kepada Drs. J.P. Hanneman Samuel M.Phil,

Ph.D yang sudah memberikan banyak masukan dan kritik untuk menjadikan

skripsi saya lebih baik dari sebelumnya. Tidak lupa saya mengucapkan

terimakasih kepada Mas Riyanto dan Mba Ira sebagai staf jurusan Sosiologi

FISIP, UI yang banyak membantu saya dalam mengurus administrasi

akademik.

2) Kedua orang tua saya, Umar Saleh Parinduri dan Aan Wijayanti yang telah

memberikan dukungan baik secara fisik, moral, dan materi dari saya lahir

sampai penyusunan skripsi ini. Kedua orang tua saya yang menjadi motivator

bagi saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan kata-kata

penyemangatnya “Kapan kita jahit kebaya?”. Juga kepada kakak-kakak saya

Hadyan yang selalu bersedia untuk membuatkan saya bagan-bagan dan Rulyan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 7: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

vii

yang selalu mendukung saya untuk mengerjakan skripsi dengan sebaik-

baiknya.

3) Kepada Nenek dan Kakek saya, Alm. R. Etty Herawaty dan R. Atma Wijaya

yang dengan tulus mendoakan dalam setiap langkah hidup saya untuk

mencapai cita-cita. Skripsi ini juga merupakan pembuktian diri kepada nenek

saya di akhir hidupnya yang mengatakan bahwa “Bisa gak yah eyang liat Mia

wisuda?”. Skripsi ini merupakan keberhasilan bagi saya untuk mencapai gelar

sarjana.

4) Kepada Reza Revianus yang turut aktif memberikan motivasi dan menemani

mobilisasi dalam proses penulisan skripsi saya.

5) Kepada Rd. Mochammad Hady Arrasyid yang telah memberikan motivasi

kepada saya untuk selalu sabar dan menjalani proses penulisan skripsi dengan

kata-katanya “God only makes happy ending. If it`s not happy then its`s not the

end.”

6) Dengan dibantu oleh teman-teman sekalian khususnya mahasiswa Sosiologi UI

2008, akhirnya saya membuktikan bahwa skripsi ini bukan hanya sekedar

tanda tanya melainkan berupa jawaban atas keraguan teman-teman sosiologi

2008. Khususnya kepada Silvia Anggraini yang menjadi kawan setia saya

selama masa perkuliahan dan membantu saya dengan menjadi kawan diskusi

mengenai permasalahan dan membantu mencarikan jalan keluar dengan saran-

sarannya yang luar biasa. Ari Putra yang bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan pencerahan kepada saya dan meminjamkan buku-bukunya sebagai

sarana pembelajaran. Dady H. Doa yang selalu memberikan semangat kepada

saya dengan kata-katanya “Berlelah-lelahlah kamu, sungguh manisnya

perjuangan hanya akan terasa saat kita telah lelah berjuang.” Ramadhina

Achmad Yani yang menjadi kawan saya dalam menuangkan keluh kesah

selama proses penulisan skripsi ini. Aulia Kusumawardhani yang bersedia

membantu saya dengan memberikan solusi-solusi yang cemerlang. Donny

Mason dengan celotehannya yang membuat saya tertawa ketika mengalami

tekanan dalam menghadapi deadline skripsi. Tangkas Saputra yang sudah

mengkritik dengan tindakan radikalnya meng-unfollow saya di twitter akibat

saya selalu mempublikasikan progress penulisan skripsi sehingga membuatnya

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 8: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

viii

tertekan. Ardi Harsoni dan Dufri Andreas yang menjadi kawan seperjuangan

dalam bimbingan dan penulisan skripsi ini. Aji Prihatsono yang bersedia

membantu membersihkan virus-virus dari laptop saya. Agni Rahayu, Kiki

Amalia Tazkiyah dan Ambar Arbaatun yang menjadi teman setia saya dalam

proses perkuliahan.

7) Teman-teman di lingkungan UI Kamal (Niaga 08) yang memberikan

ramalannya mengenai hidup. Dana Agriawan (Politik 08) yang memberikan

waktu dan saran untuk dan membantu untuk merevisi skripsi saya

8) Teman-teman di luar kampus Universitas Indonesia Nanza Tiara Hilman, Anita

H. Octavia, Marina Ulfa, Fanny Taufanny yang sudah bersahabat selama

hampir enam tahun ini dan melewati masa-masa suka dan duka baik dalam

proses perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi.

Terakhir, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Depok, 03 Juli 2012

Nurul Mianti

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 9: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 10: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

x

ABSTRAK

Nama : Nurul Mianti Program Studi : Sosiologi S1 Reguler Judul : Rekonstruksi Kehidupan Keagamaan Masyarakat Indonesia (Studi Sosiologi

Film Tanda Tanya)

Penelitian ini berangkat dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana film sebagai salah satu produk kesenian dapat juga digunakan untuk merepresentasikan realita sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengulas konten film Tanda Tanya sebagai salah satu film yang merepresentasikan kehidupan keberagamaan di Indonesia. Dalam konteks penelitian ini, aspek utama yang dinilai adalah konten film secara struktural yaitu aktor-aktor membentuk suatu relasi yang digambarkan melalui dialog, adegan, dan alur cerita dalam film. Relasi yang terjalin antar aktor menciptkan struktur sosial yang mendefinisikan diri mereka pada kelompok-kelompok tertentu. Misalnya dalam film Tanda Tanya ada kelompok-kelompok agama yang sifatnya puritan maupun sinkretis. Struktur sosial yang terbentuk dalam film mencerminkan realita yang ada di masyarakat.

Selain aspek diatas beberapa aspek penting lainnya yang dianggap berpengaruh terhadap film sebagai representasi sosial adalah aspek kultural. Aspek kultural yang ditunjukan ke dalam bentuk penanaman nilai-nilai atau ideologi Sutradara ke dalam kreasi film. Penanaman nilai-nilai tersebut mempunyai motivasi untuk menggambarkan situasi ideal di masyarakat atau dapat juga digunakan sebagai ekspektasi Sutradara terhadap suatu konteks sosial masyarakat tertentu.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa film Tanda Tanya berhasil mengubah suatu produk seni menjadi karya ilmiah melalui kacamata sosiologi dengan memotret kehidupan keberagamaan yang ada di Indonesia. Kehidupan keberagamaan tersebut dicerminkan melalui sikap pluralisme antar anggota kelompok agama tertentu terhadap kelompok agama lainnya. Adegan interaksi antar anggota kelompok agama satu dengan yang lainnya diambil melalui beberapa kasus yang terjadi dalam realita sosial di masyarakat sehingga dengan begitu film Tanda Tanya adalah salah satu dari sedikit film di Indonesia yang menggambarkan proses kehidupan keberagamaan yang sebelumnya toleran namun karena adanya factor-faktor eksternal menciptkan konflik-konflik sesuai dengan realita sosial di masyarakat. Kata Kunci : Film, Pluralisme, Agama

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 11: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

xi

ABSTRACT

Name : Nurul Mianti Study Program : Sociology Title : Reconstruction of Indonesian Religious Life (a Sociological Study on

the Movie “Tanda Tanya”)

This study aims to learn how far a movie, as an artistic product, is used to represent reality in the social world. This study employs qualitative approach to cover contents in “Tanda Tanya” as a movie representing religious life of the Indonesian people. In the context of this study, the main aspect considered is the structural contents, which is relations shaped by the actors through dialogues, scenes, and story plots of the movie. Bonded relations among actors create social structures that define themselves into certain groups. For instance, in the movie, there were several religious groups of puritan and syncretism. Social structures formed in the movie reflect reality in the society.

Besides the aspects above, another relevant aspect also influenced the social representation in the movie, which is the cultural aspect. Culture is represented by the director’s values and ideologies incorporated into his creation. Such values motivated to illustrate the ideal situation in the society or could be used as the director’s expectations on a certain social context.

The results to this study shows that the movie “Tanda Tanya” succeeded in shifting an artistic product into a scientific product, using sociological view to snap the religious life in Indonesia. The religious life is reflected through the state of pluralism between members of a certain religious group and other religious groups. The scene where interactions between one religious group to another was taken from many cases which happened in the social reality. Thus, the movie is one of many Indonesian movie illustrating the process of religious lives, which was previously tolerant but then various external factors created conflicts, just as in the social reality.

Keywords: movie, pluralism, religion.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 12: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. ix

ABSTRAK ..................................................................................................... x

ABSTRACT .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi

DAFTAR BAGAN ................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................... 3

1.3 Tujuan .......................................................................................... 4

1.4 Signifikansi Penelitian ................................................................. 4

1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 5

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6

2.2 Definisi Konsep .......................................................................... 15

2.2.1 Pluralisme ........................................................................... 15

2.2.2 Multikulturalisme ............................................................. 16

BAB 3 Metode Penelitian

3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................ 18

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 13: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

xiii

3.2 Jenis Penelitian ........................................................................... 19

3.2.1 Berdasarkan Tujuan Penelitian .......................................... 19

3.2.2 Berdasarkan Manfaat Penelitian ........................................ 20

3.2.3 Berdasarkan Waktu Penelitian .......................................... 20

3.2.4 Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data ........................... 21

3.3 Peran Peneliti .............................................................................. 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 22

3.4.1 Data Primer ....................................................................... 22

3.4.2 Data Sekunder ................................................................... 23

3.5 Teknik Pengolahan Data ............................................................ 24

3.6 Hambatan Penelitian ................................................................. 52

BAB 4 DESKRIPSI TEMUAN DATA : KARIR, KARYA, DAN

KONTROVERSI

4.1 Sinopsis Film Tanda Tanya ....................................................... 26

4.2 Kru & Tokoh Dalam Film Tanda Tanya .................................... 40

4.2.1 Profil Hanung Bramantyo ................................................. 40

4.2.2 Profil Riyanto .................................................................... 52

4.2.3 Profil Reza Rahadian ......................................................... 53

4.3 Profil Film Tanda Tanya ............................................................ 56

4.3.1 Judul Merupakan Strategi Pemasaran ............................... 59

4.4 Proses Pembuatan Film Tanda Tanya ........................................ 61

4.5 Respon Masyarakat : Sikap Pro dan Kontra ............................... 63

4.5.1 Sikap Pro Terhadap Film Tanda Tanya ............................. 65

4.5.2 Sikap Kontra Terhadap Film Tanda Tanya ....................... 66

4.5.3 Tanggapan Hanung Kepada Pihak Kontra ........................ 70

BAB 5: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1 Film Tanda Tanya dan Representasi Sosial .............................. 77

5.2 Relasi Antar Aktor Dalam Film Tanda Tanya .......................... 98

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 14: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

xiv

5.3 Perbandingan Alur Cerita Yang Diangkat Dalam

Film Tanda Tanya, Film Pada Umumnya dan

Realita Sosial ........................................................................... 120

5.4 Perbandingan Adegan Dalam Film Tanda Tanya

Yang Sesuai Dengan Realita ........................................................ 125

5.5 Perbandingan Isu Yang Diangkat Dalam Film

Tanda Tanya Dengan Realita Sosial ............................................. 127

5.6 Perbandingan Konflik, Integrasi, dan Mediasi

Antara Film Tanda Tanya dan Realita Sosial ............................... 152

BAB 6: PENUTUP

6.1 Kesimpulan Umum .................................................................. 163

6.2 Saran (Rekomendasi) ............................................................... 164

LAMPIRAN

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 15: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

xv

DAFTAR TABEL

4.1 Perjalanan Karir Hanung di Orde Baru dan Reformasi ........................ 40

4.2 Profil Film Tanda Tanya ....................................................................... 56

5.1 Presentase Penggunaan bahasa dan Atribut Kecinaan Dalam Film ....... 88

5.2 Presentase Sikap Tionghoa Kepada Pegawai Non- Tionghoa ............ 105

5.3 Presentase Penampilan Tata Cara Beribadah Umat Konghucu .......... 107

5.4 Presentase Sikap Rika Kepada Umat Beragama ................................. 109

5.5 Presentase Sikap Keagamaan Rika ..................................................... 113

5.6 Presentase Kegiataan Keagamaan Islam Dalam Film Tanda Tanya ... 114

5.7 Perbandingan Alur Cerita Yang Diangkat Dalam Film Tanda Tanya,

Film Pada Umumnya dan Realitas Sosial ………………………………..120

5.8 Adegan Film Tanda Tanya Yang Sesuai Dengan Realita Sosial ........ 125

5.9 Perbandingan Isu Yang Diangkat Pada Film dan Realita ................... 127

5.10 Perbandingan Konflik, Integrasi dan Mediasi Yang Terjadi Dalam Film

Tanda Tanya dan Realita Sosial ............................................................... 152

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 16: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pemain Film Tanda Tanya ...................................................... 39

Gambar 4.2 Poster Film Tanda Tanya ........................................................ 58

Gambar 4.3 Media Pemasaran Film Tanda Tanya ...................................... 61

Gambar 4.4 Sikap Protes FPI terhadap Film Tanda Tanya ......................... 68

Gambar 5.1 Sikap Adaptasi dan Diskriminasi Tionghoa dan Pribumi ....... 86

Gambar 5.2 Penggunaan Nama dan Tulisan Kecinaan Setelah Orde

Baru Dalam Film ........................................................................................ 87

Gambar 5.3 Kebebasan Konghucu Untuk Beribadah Dalam Film ............. 88

Gambar 5.4 Relasi dan Gaya Hidup Ping Hen Dalam Film Tanda

Tanya ........................................................................................................... 90

Gambar 5.5 Tempat Peribadatan Yang Biasa Digunakan Oleh Umat

Konghucu .................................................................................................... 96

Gambar 5.6 Sikap Kesetiaan Lim Giok Lie Pada Tan Kat Sun ................ 100

Gambar 5.7 Sikap Tidak Toleran Ping Hen Terhadap Pelaksanaan

Ibadah Umat Islam ................................................................................... 102

Gambar 5.8 Sikap Tidak Toleran Ping Hen Kepada Para Pegawai .......... 104

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 17: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 5.1 Film sebagai Karya Seni dan Representasi Sosial .................... 77

Bagan 5.2 Relasi Antar Aktor Dalam Film Tanda Tanya ………………...98

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 18: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film sebagai suatu bagian dari seni memiliki potensi untuk

merepresentasikan realita sosial. Film tidak hanya berfungsi sebagai media

hiburan namun juga dapat digunakan sebagai media yang baik dalam

penyampaian informasi karena dalam film terdapat proses kreasi berupa

dialog dan adegan yang dengan mudah diserap oleh para penontonnya.

Dalam suatu film ada kegiatan komunikasi antara aktor, komunikasi

tersebut berbentuk dialog yang diucapkan sesama pemain dan

menciptakan sebuah bentuk komunikasi. Komunikasi ini kemudian

disiarkan ke masyarakat dalam bentuk adegan yang memiliki alur cerita

untuk dinikmati penontonnya. Melalui hal tersebut maka film dapat

digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kepada masyarakat.

Film dapat menjangkau massa yang luas. Film dapat berperan pada

kehidupan kita sehari-hari dan film juga dapat mempengaruhi pikiran dan

perilaku penontonnya, hal tersebut dapat dilihat melalui cara berpakaian,

cara bicara, dialog, bahkan membeli apa yang dikonsumsi aktor dan aktris

dalam film tersebut.1

Perkembangan Film dari masa ke masa mengalami perubahan

seiring perkembangan zaman dan teknologi. Begitupun dengan alur

Selain penanaman nilai-nilai di dalam film juga

terdapat struktur berupa relasi antar aktor yang ditunjukan melalui adegan

dalam film. Relasi yang dimainkan para aktor sedikit banyak

mencerminkan realita sosial. Realita tersebut dapat berupa lapisan sosial

yang melekat pada setiap diri individu sehingga membentuk struktur sosial

di masyarakat. Lapisan sosial dapat dilihat melalui kepemilikan seperti

perhiasan, jam tangan, mobil dan sebagainya. Struktur sosial tersebut yang

dipotret menjadi potongan adegan dalam film.

1 Galician, Mary-Lou. 2006. Handbook of prodct Placement in The Mass Media. Mumbai : First Jaico Imperssion. Halaman 21

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 19: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

2

ceritapun semakin bervariasi mulai dari maraknya film-film bertemakan

komedi, horror, cerita rakyat maupun realitas sosial yang ada di

masyarakat dapat diangkat menjadi salah satu produk hiburan yang

disimbolkan melalui film. Salah satu keunggulan film sebagai media

komunikasi dijelaskan oleh Cabecairs yaitu :

“ada beberapa keunggulan unik yang dimiliki film (motion picture). Film dapat merekam, mendokumentasikan, dan mengabdikan suatu peristiwa dalam bentuk yang paling realistic yang disajikan dapat berupa kejadian sebenarnya atau dramatisasi sebuah peristiwa. Peristiwa yang direkam dapat merupakan hasil pementasan maupun difilmkan di lokasi yang sebenarnya. Dengan demikian masa lalu dapat hadir kembali dan masa depan dapat diprediksi.”2

Dengan penjelasan Cabecairs diatas maka bahasa, lakon aktor serta

setting tempat atau penggunaan symbol-simbol di dalam film dapat

dikategorikan sebagai bagian dari kebudayaan.

Perfilman Nasional sekarang ini sudah mulai banyak

mengangkat cerita melalui realitas sosial yang ada di Indonesia. Dimulai

dari tema-tema umum seperti olahraga, bencana alam dan peristiwa-

peristiwa yang terjadi di Indonesia hingga ke tema-tema sensitif seperti

kehidupan keberagamaan. Kemampuan dan kekuatan film

merepresentasikan realitas kehidupan yang terjadi di suatu wilayah

tertentu dan pada masa tertentu sehingga diketahui oleh khalayak ramai

membuat film menjadi media yang baik untuk kritik sosial dan bahkan

adapula yang menjadikan film sebagai media pertarungan opini terhadap

isu tertentu. Sebagai salah satu jenis media, tayangan sebuah film memang

memiliki keampuhan dalam menanamkan nilai-nilai tertentu kepada

penontonnya. Apalagi tayangan sebuah film telah dirancang sedemikian

rupa, melalui sebuah proses yang panjang. Mulai dari perencanan

skenario, shot-shot pengambilan gambar, pemilihan para pemain yang

memikat sampai dengan proses editing yang baik agar menarik untuk

ditonton. Oleh karena itu, sebagai sebuah media penyampai informasi,

2 Dina Isyanti, 1999, Pelestarian Film nasional studi awal dalam rangka pemberlakuan Undang-Undang noomor 4 tahun 2990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam dalam hal film. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 20: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

3

media film memiliki kelebihan dibandingkan jenis media massa yang lain

seperti majalah atau radio. Salah satunya adalah film Tanda Tanya film

tersebut tidak hanya menggambarkan bagaimana kehidupan keberagamaan

di Indonesia dengan berbagai macam kebudayaan yang dimilikinya tetapi

juga sebagai kritik social bahwa kekayaan budaya,etnis dan agama

menjadikan masyarakat Indonesia terpecah dan menimbulkan konflik

sosial yang sering terjadi sekarang ini.

1.2 Permasalahan

Film Tanda Tanya yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo

dirilis pada April 2011, menceritakan tentang kehidupan keberagamaan

dan etnisitas yang ada di Indonesia. Isu tersebut diangkat ke dalam film

yang mengangkat cerita tentang realitas sosial. Isu sosial yang diangkat

dalam film Tanda Tanya adalah perbedaan etnis, agama, status, toleransi

serta konflik yang hidup di dalam suatu masyarakat yang terletak di daerah

Pasar Baru, Semarang. Perbedaan etnis, agama dan status tersebut

ditampilkan melalui bagaimana lakon para aktor memainkan peran etnis

tertentu dengan menggunakan simbol keagamaan yang tampilkan melalui

berdirinya Mesjid, Gereja dan Klenteng secara berdekatan satu dengan

yang lainnya.

Dalam film tersebut juga menceritakan bagaimana masyarakat

Indonesia sekarang ini hidup dalam perbedaan, bagaimana interaksi sosial

antar individu yang berbeda latar belakang menciptakan segregasi pada

yang lainnya. Konflik dalam film yang juga diambil oleh realitas sosial

yang juga terjadi di beberapa kasus di wilayah Indonesia. Seperti dalam

salah satu adegan di bagian awal terdapat penusukan terhadap pendeta.

Kemudian di bagian akhir film tersebut ditampilkan peristiwa pengeboman

Gereja. Kedua peristiwa tersebut juga marak terjadi di Indonesia dalam

kurun waktu 10 tahun terakhir.

Lewat film yang diilhami oleh kisah nyata ini, Hanung Bramantyo

mencoba mengumandangkan pesan tentang tolerasi beragama yang

dinilainya kian luntur belakangan ini. Film yang mengedukasi kaum muda

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 21: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

4

yang sudah tekontaminasi jalan pikirannya bahwa berbeda itu haram untuk

kembali diluruskan sehingga dapat memaknai indahnya perbedaan dalam

kasih. Seperti judulnya “Tanda Tanya” memiliki tag-line yang berisi

:”masih pentingkah kita berbeda?” di negeri yang masa merebut

kemerdekaan telah menumpahkan darah anak-anak bangsa yang tidak

hanya dari satu agama maupun etnis3

Dengan begitu film mempunyai

peran penting di masyarakat karena film dapat dijadikan arena pertarungan

opini terhadap suatu isu yang beredar di masyarakat. Oleh karena itu,

pertanyaan penelitian dalam permasalahan ini adalah Apakah Film

tersebut mendeskripsikan cerita kehidupan keberagamaan sesuai

dengan realitas sosial yang terjadi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana Film

Tanda Tanya tidak hanya merupakan karya seni namun juga dapat dikaji

melalui karya ilmiah melalui pandangan sosiologi. Melalui film Tanda,

peneliti ingin melihat sejauh mana film tersebut dapat menggambarkan

relasi kehidupan keberagamaan yang sesuai dengan realita sosial yang ada

di Indonesia dengan melihat melalui konteks sosial dan historis.

1.4 Signifikansi Penelitian

1.4.1 Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan dan data empiris bagi penelitian sosiologi, terutama bagi

sosiologi Kebudayaan selain itu juga diharapkan mampu memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan Sosiologi Agama dan kajian

sosiologi lainnya yang terkait. Penelitian ini juga diharapkan mampu

memberikan khasanah bagi pengembangan teori-teori sosiologi yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai kerangka pemikiran. Serta dapat

3 Sinopsis Film Tanda Tanya : http://filmtandatanya.com/press/ Diunduh pada 20 Agustus 2011 pukul 13:53

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 22: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

5

juga digunakan sebagai sumbangan wacana dan dapat dijadikan kajian

ilmiah untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi

pihak-pihak terkait antara lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan

pemahaman bahwa di dalam film terdapat relasi antar aktor dimana

peranan aktor dalam film mempunyai ideologi dan makna yang

dipengaruhi oleh konteks sosial di masyarakat dan dikonstruksikan melalui

adegan film. Sehingga dengan kata lain Film bukan hanya dilihat sebagai

suatu seni tetapi juga representasi sosial karena dalam film tidak hanya

menampilkan alur cerita yang menarik tetapi juga nilai, simbol-simbol,

dan bahasa yang dikomodifikasikan ke dalam bentuk adegan dan alur

cerita.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bab I, merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang uraian

latar belakang permasalahan dan fokus permasalahan yang ingin dilihat.

Pada bagian ini juga terdapat tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II, merupakan bagian kerangka pemikiran yang berisi tinjauan

pustaka, kerangka teoritik dan konseptual

Bab III, merupakan bagian metodologi penelitian yang berisi

pendekatan penelitian, tipe penelitian, dan teknik pengumpulan data.

Bab IV merupakan bagian temuan data yang menguraikan

Bab V merupakan analisis pengolahan data dari studi kasus yang

berkaitan dengan permasalahan yang diangkat.

Bab VI merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 23: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

6

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian ini akan menjelaskan bahwa film dapat dijadikan sebagai sarana

rekonstruksi realita sosial yang dibagi ke dalam dua bentuk yaitu film dilihat

secara kultural dimana film mempunyai nilai-nilai di dalamnya termasuk ideologi

sutradara yang dimasukan ke dalam adegan-adegan film dan dilihat secara

struktural yaitu adanya relasi antar aktor yang mencerminkan realita sosial.

Dengan begitu maka bab ini akan memberikan gambaran umum mengenai film

sebagai media hiburan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai atau ideologi dan

mempunyai makna serta dapat digunakan untuk merubah situasi yang terjadi

dalam realita sosial ke dalam alur cerita dalam film. Sehingga dengan kata lain

film juga dapat mendramatisasi peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat.

Selain itu film juga memiliki motivasi untuk mengkritik situasi yang terjadi di

wilayah tertentu dan dalam waktu tertentu. Film juga merupakan bagian dari

produk yang dapat dikomersilkan serta merupakan bagian dari representasi sosial

dengan mereplikasikan realitas sosial di masyarakat ke dalam bentuk kreasi film.

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Film nasional sebagai media hiburan antara kritik sosial dan apresiasi

Seni

Sudah banyak studi-studi yang menekankan bahwa film bukan hanya

menjadi produk yang dapat menjual saja tetapi juga film mempunyai makna-

makna tertentu di dalamnya yang dapat dijadikan pertarunagan opini ataupun

kritik sosial. Hal ini juga ditulis oleh Muhammad Jufry mengenai isi perfilman

nasional, dalam tesisnya ia menuliskan bahwa Kehadiran media baru penayangan

film yang ada membawa dampak positif dan negative tergantung dari sisi mana

melihatnya. Dari sisi pengguna media, tentu memiliki keuntungan atas keragaman

pilihan bentuk tontotan dan kemudahan untuk menyaksikan jenis tontonan. Dari

segi penilaian isi pesan, keberadaan media tersebut membuka peluang bagi

penonton untuk mencari dan menyeleksi isi pesan yang sesuai dengan keinginan.

Film Indonesia dewasa ini tidak mampu memenuhi tingkat daya kritis dan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 24: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

7

apresiasi khlayak yang semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya

wawasan dan penetahuan penonton yang telah terbina oleh berbagai pertunjukan

film-film Amerika.

Penelitian Muhammad Jufry ini mengambil sample 100 orang mahasiswa.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini diketahui bahwa tingkat

apresiasi mahasiswa terhadap isi pesan film mengalami peningkatan. Hal ini

terbukti dengan semakin tingginya selektifitas mereka dalam memilih isi pesan

dan tema film yang akan disaksikan. Keseluruhan responden mensyaratkan

pemuasan kebutuhan tontonan mereka harus memiliki kualitas penggarapan isi

pesan dan kualitas penghayatan peran.

Adapun yang menjadi dasar pertimbangan menyaksikan film Indonesia

adalah sekedar ingin tahu perkembangan film Indonesia dan ingin mengetahui

akting aktris film Indonesia. Kelemahan utama film Indonesia adalah dari segi

cerita, khusunya menyangkut penuangan gagasan, kedangkalan alur dramatis,

polemik yang tidak beralasan, mengada-ada dan mudah di tebak. Tercata

sebanyak 53% responden menulai cerita film Indonesia menyajikan seks yang

berlebihan, 39% menilai konyol atau tidak mendidik dan 8% menyatakan alur

certanya tidak mengajak penonton untuk berpikir.

Berdasarkan tema cerita film Indonesia yang tidak disukai adalah tentang

komedi/lawakan serta cerita legenda mistik atau horor. Alasannya adalah karena

selalu disipi dengan adegan yang amoral dan tidak etis. Menurut responden

sebanyak 71% responden merasa risih, tidak senang, atau jijik melihat adegan

seks yang disajikan oleh film inonesia. Hanya 29% saja yang merasa melihat

adegan panas tersebut biasa-biasa saja.

Saat itu fungsi media film bagi mahasiswa telah bergeser. Media film saat

ini bukan hanya hiburan semata, melainkan sebagai informasi tentang

perkembangan lingkungan sekitarnya. Disamping itu media film juga merupakan

tempat pelarian untuk melepaskan ketegangan dan kejenuhan dari masalah yang

dihadapi serta pula sebagai sarana menunjukan kepribadian, meneliti realitas dan

memperkuat identitas pribadi.

Dalam konteks ini film Indonesia sering mengabaikan fungsi film diatas.

Hal ini diakui oleh Chaerul Umam, masyarakat penonton film dewasa ini semakin

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 25: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

8

krrits, mereka tidak hanya mencari tontonan yang menghibur tetapi juga

pengalaman batin. Akan tetapi, kenyataan ini belum disadari sepenuhnya oleh

para produser. Umunya para pengusaha film Indonesia masih bernostalgia dengan

kesuksesan film-film nasional masa lalu. Anggapan eksploitasi tubuh, sadisme,

hedonisme dan sebagainya masih dinilai menjadi kebutuhan masyarakat,

tercermin dari produk-produk film nasional yang beredar sekarang ini.

Pengamatan senada juga diakui oleh Produser Film Nasional Hendrick Gozali

tercatat dalam tahun 1994-1997 rata-rata 90% jumlah film nasional yang

diproduksi diwarnai dengan tema “panas” dan eksploitasi, yang umumnya hanya

di buat ala kadarnya dan di dukung artis itu dengan biaya yang ditekan semurah

mungkin.

Generalisasi lain pendapat diatas jelas bahwa tuntutan, harapan dan

keinginan penonton seringkali diabaikan dalam bisnis film Indonesia. Konsep

produksi yang diterapkan “Agenda Setting” atau media yang menentukan agenda

khalayak sudah waktunya ditinggalkan. Selama ini tradisi menjajagi dan membaca

selera penonton lewat penelitian masih tergolong langka dan barangkali dianggap

kurang perlu. Umumnya para produser film indoensia membuat film bukan

berdasarkan apa yang diinginkan publik melainkan berdasarkan apa yang

dianggap oleh produsen.4

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa penonton sudah mulai jenuh

terhadap perfilman nasional yang hanya mementingkan keuntungan tanpa konten

yang bermanfaat. Perfilman Indonesia dibuat dengan biaya yang sekecil-kecilnya

dengan menggunakan pemain-pemain baru untuk memperkecil biaya produksi

dan menggunakan teknologi yang sederhana dilengkapi dengan cerita yang

membosankan sehingga seringkali menjadikan film tersebut yang tidak

berkualitas. Film Tanda Tanya mencoba keluar dari alur tersebut dengan pemain-

pemain yang sudah berpengalaman, konteks cerita yang berbeda sehingga

membawa suasana baru bagi perfilman nasional. Apresiasi dan kritik pun

akhirnya melatar belakangi kesuksesan film ini. Kesuksesan film ini membuktikan

4 Jufry, Muhammad. 1997. Tesis Pengaruh Media Dan Penilaian Isi Pesan Film Oleh Khalayak Penonton ; Studi Tentang Tingkat Apresiasi Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Terhadap Film Indonesia dan Amerika. Fakultas Ilmu Sosial dan llmu Politik. Universitas Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 26: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

9

bahwa masyarakat Indonesia memerlukan film yang dapat menjadi bahan diskusi

bagi setiap orang, sebagai pemahaman yang baru terhadap suatu hal yang dapat

ditampilkan melalui adegan dan dialog film serta cerita yang tidak mengada-ada

yaitu sesuai dengan realita yang ada di masyarakat.

Menurut penelitian Heider yang dilaksanakan pada tahun 1988, Pada masa

Orde Baru Film kurang lebih hanyalah refleksi yang pasif dari budaya (bukan

pembentuk budaya). Oleh karena itu Film merupakan produk yang selesai

sebelum mencapai penontonnya, penonton tidak bisa mempengaruhi dan

mengubah film yang telah selesai ini. Film dibuat oleh orang dengan angan-angan

budaya tertentu. Angan-angan budaya ini berbeda dan perlu dipelajari cara

membedakannya (membandingkan).5

Menurut Heider budaya bangsa dapat

ditemukan dalam struktur internal film, karena setiap struktur bersifat khas bagi

masing-masing bangsa.

“ Film . . . dibuat dalam bahasa Indonesia oleh orang-orang dari seluruh penjuru negeri bertujuan agar dipahami dan dinikmati oleh khalayak di semua

provinsi.”6

Hubungan suatu adegan dan dialog dalam film membentuk keutuhan yang

saling terkait dan memberikan pemahaman tertentu kepada penontonnya. Adegan-

adegan dalam film menggambarkan perjalanan alur dan konflik yang dihadapi

tokoh. Dialog-dialog mencoba menyuarakan apa yang sedang dialami atau

dipikirkan oleh tokoh tersebut. Penggabungan kedua unsur tersebut penting dalam

film karena diharapkan dapat menyampaikan pesan dari pembuat film tersebut.

Pemaknaan dalam film dapat terjadi ketika tuturan yang disampaikan oleh

partisipan dipahami oleh penonton serta adanya pengetahuan bersama yang

melatari dan konteks situasi yang terjadi dalam tuturan. Kesinambungan antar teks

dalam film, dalam hal ini dialog juga adegan yang memvisualisasikan pesan

menjadi penting ketika film itu sudah dipahami dengan melenceng oleh

penontonnya. Ketika praanggapan terbentuk di benak penonton saat menonton

awal suatu adegan, penonton memiliki asumsi awal yang kemungkinan berbeda

5 S.J, Budi Susanto. 2005.Penghibur(an) Masa Lalu dan Budaya Masa Kini. Kanisisus.Yogyakarta. Halaman 149 6 Ibid Budi Susanto,hal 150

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 27: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

10

dengan asumsi berikutnya. Saat mengaitkan kelanjutan cerita lengkap antara

tuturan dengan visualisasi serta acting pemainnya, keutuhan dari isi adegan

tersebut menjadi tercapai dan koheren dengan adegan berikut. Adegan dalam film

ini merupakan bagian-bagian yang saling berkaitan dan akhirnya membentuk

keutuhan film. Begitupula jika adegan dan dialog yang tercipta tidak sesuai dan

menimbulkan “kekosongan” antar adegan bisa membuat pesan yang disampaikan

menjadi tidak jelas. Hal ini terkadang tidak menjadi masalah ketika seseorang

pembuat film dengan idealisme atau unsur seni yang lebih ditonjolkan. Pembuat

film tersebut tidak memaksa penonton untuk memaknai film dengan akhir yang

eksplisit atau sesuai dengan keinginan pembuatnya. Pembuat film lebih banyak

berimajinasi dengan pemikirannya.

Saat ini film tidak hanya media yang berguna menghibur masyarakat

namun juga menjadi alat propaganda dan juga pembelajaran bagi siapa yang

menontonnya. Hal tersebut dapat kita temukan dan teliti berdasarkan dialog yang

membantu adegan dari awal, sampai akhir film tersebut dan membekas di benak

penontonnya. Makna yang disampaikan oleh film dapat dipahami berbeda bagi

masing-masing orang, begitu pula dampak yang muncul bagi penonton tersebut.

Makna mendalam tentang sebuah film belum tentu bermakna sama bagi orang

lain.7

Begitu pula pada kasus dari film Tanda Tanya dimana dalam film berbagai

adegan dan dialog yang ditampilkan memiliki makna tersendiri bagi para

penontonnya. Hal ini ditunjukan dengan munculnya pro dan kontra dari kehadiran

tersebut. Film ini bagi sebagian kelompok dianggap sebagai film yang

menyebarkan tentang pemahaman kehidupan keberagamaan yang salah dan haram

bagi umat Islam untuk melakukannya. Karena dalam film ini terdapat adegan-

adegan dimana ketika seorang Islam yang bernama Rika memilih berpindah

agama sebagai seorang Katolik ketika ia mengetahui suaminya berselingkuh

dengan pria lain. Rika berpindah agama karena menyadari bahwa poligami yang

diperbolehkan dalam agama yang ia anut sebelumnya menyebabkan sang suami

begitu mudahnya mencintai wanita lain. Sehingga ia memutuskan untuk

7 Paramytha, Gayatri Nadya. 2009. Praanggapan dalam film janji Joni. Skripsi Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 28: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

11

berpindah agama. Keputusan Rika di tentang oleh seluruh pihak dalam

keluarganya sehingga Rika sempat diasingkan oleh keluarganya karena ia

dianggap telah melakukan dosa yang besar. Sebagian kalangan film ini dianggap

mengizinkan seseorang untuk bebas menjadi seorang murtad sehingga film ini

dianggap sebagai film yang menyesatkan dan memberikan pengaruh buruk.

Tetapi bagi sang sutradara yaitu Hanung Bramantyo yang dalam

pembuatan film ini dia berusaha untuk membuat dirinya sebagai seseorang yang

bebas nilai sehingga dia dapat mengambil sudut dari berbagai sisi tanpa

terpengaruh nilai—nilai yang terinternalisasi dalam dirinya. Menurut Hanung

adegan tersebut dimaksudkan untuk menampilkan sikap menghargai keputusan

dimana sikap memusuhi orang-orang yang berpindah atau berbeda agama

dianggap sebagai sesuatu yang kurang bijaksana. Oleh karena itu konflik agama

sering terjadi karena sebagian kelompok tersebut tidak dapat menghargai

perbedaan dan pilihan hidup seseorang. Hanung juga dalam film ini menampilkan

kalimat perdamaian dalam suatu dialog yang berisi :

“kata pak ustadz orang Islam gak boleh marah lebih dari tiga hari.”

Pesan tersebut menunjukan bahwa marah saja dalam Islam tidak diizinkan terlebih

lagi melakukan hal-hal yang lebih dari itu seperti membunuh, dendam, dan

sebagainya. Sehingga menurut anggapan Hanung ia tidak menampilkan hal yang

salah karena ia menampilkan film tersebut dari seluruh sudut pandang setiap umat

beragama. Pada akhirnya film tersebut membiarkan para penonton memahami

film tersebut dengan cara pandangnya masing-masing.

Film dianggap sebagai suatu produk kebudayaan juga ditulis oleh

Sedyawati (2002:210)8

8 Ibid Budiman

dimana ia menulis bahwa film merupakan salah satu

bentuk budaya popular adalah budaya pertarungan makna dimana segala macam

makna bertarung memperebutkan hati masyarakat dan sekarang ini model praktis

dan pemikiran pragmatis mulai berkembang dalam pertempuran makna itu.

Petarungan makna tersebut dapat divisualisasikan melalui munculnya sebuah film

yang juga dapat disebut sebagai seni popular sebagaimana Sedyawati menulis:

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 29: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

12

“....Sebuah catatan akhir yang perlu disampaikan adalah bahwa seni populer tidak mengharuskan adanya sesuatu yang disebut sebagai kebudayaan populer. Kebudayaan adalah sebuah keutuhan yang di dalamnya terkandung unsur-unsur yang populer dan yang tidak. Yang tergolong tidak populer ini dapat disebabkan oleh peminatnya terbatas, sebagaimana yang diarahkan oleh kebudayaan yang bersangkutan. Dalam pada itu, muatan seni populer sendiri dapat berasal dari unsur-unsur kebudayaan yang tergolong tidak populer, namun kemudian dikomodikasi atau dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi populer. Seseorang dalam masyarakat tertentu dapat sekaligus suka akan seni populer tetapi pada saat yang sama juga dapat menghayati penyajian-penyajian seni yang bersifat khusus.”9

Popularitas sebuah produk seni, dengan demikian tidak bisa dijadikan satu-

satunya ukuran untuk menetapkan kategori tinggi atau rendahnya kualitas seni

tersebut, dan tidak pula bisa dijadikan patokan menetapkan posisinya dalam

kebudayaan. Implikasi pandangan seperti ini tidak bisa berupa pemahaman bahwa

kategori “tinggi” dan “rendah” dalam seni kebudayaan semata merupakan cultural

judgment dengan latar belakang sosial bahkan ideologis tertentu. Artinya sebagai

sebuah standard ia tidak lebih dari sekedar putusan-putusan kualitas yang sama

sekali tidak netral.10

Popularitas seni populer misalnya, bukan hanya karena memang ia harus bisa

diterima oleh kalangan yang sangat luas, melainkan bisa juga karena ada

bermacam-macam proses sosial tertentu atau, dalam kalimat Sedyawati ada

“upaya-upaya lain” yang membuatnya bisa diterima, sadar atau tidak, oleh

sejumlah besar manusia.

11

Dalam hal ini baik media cetak maupun elektronik menjadi salah satu

ujung tombak untuk menerjemahkan seni yang tidak popular menjadi popular dan

menjadi budaya populer seperti Film misalnya adalah media yang efisien dalam

mengkomoditaskan segala sesuatu dan menjualnya dalam bentuk praktis agar

dapat dengan mudah dicerna dan ditelan oleh masyarakat. Selain sebagai pemberi

informasi .

9 Ibid Budiman Hal 211 10 Ibid Budiman 213 11 Ibid Budiman 214

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 30: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

13

Film juga mempunyai beberapa fungsi menurut Tanudjaja . Fungsi

pertama dapat dijadikan sebagai model perilaku. Apakah itu model perilaku yang

sama dengan yang dimiliki atau bahkan kontra dengan yang dimiliki. Fungsi

Kedua, sebagai sarana untuk mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain.

Manusia memiliki nilai-nilai hidupnya sendiri yang pada gilirannya akan ia

gunakan untuk melihat dunia. Namun manusia juga perlu untuk melihat nilai-nilai

yang diciptakan oleh media (Film). Seperti yang kita ketahui film membawa nilai-

nilai dari seluruh penjuru dunia. Implikasinya adalah konsumen media dapat

mengetahui nilai-nilai lain di luar nilainya. Fungsi Ketiga adalah sebagai hiburan.

Berkaitan dengan hal tersebut Konten dalam film menjalankan fungsinya sebagai

pelepas khalayak dari masalah yang sedang dihadapi. Rasa jenuh di dalam

menjalankan aktivitas rutin pada saat tertentu akan muncul. Di saat itulah Film

menjadi alternatif membantu kita dalam melepaskan diri dari problem yang

sedang dihadapi atau lari dari perasaan jenuh.12

Bangkitanya bentuk-bentuk komunikasi massa modern maupun

pengembangbiakan budaya media film menjadi hal utama bagi arus komunikasi

dan informasi di dalam maupun di antara masyarakat modern akibatnya budaya

film yang mereka siarkan dan promosikan semakin banyak menerangkan dan

memperantai kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Menurut Gramsci dalam

Cultural Studies budaya popular (film) tidak hanya merupakan arena perjuangan

ideologis tetapi melihat lebih jauh perjuangan ideologis dan konflik di dalam

masyarakat sipil sebagai arena sentral dalam politik budaya.

13

Dalam hal mempopulerkan suatu film, media baik cetak maupun

elektronik berperan sebagai penyebar informasi sesuai fungsinya serta pembentuk

opini publik yang kemudian berkembang menjadi penyeragaman opini dan selera.

Akibatnya, apapun yang diproduksi oleh suatu media akan diterima oleh public.

14

12 Tanudjaja, Bing Bedjo.Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Popular Culture Dalam Kajian Budaya. Universitas Kristen Indonesia Halaman 96-97

Elemen-elemen pemasaran ditunjukan untuk menjual produk. Pada kenyataannya

bahwa orang membeli, sering kali bukan karena merespon elemen-elemen

pemasaran tersebut, melainkan merespon apa yang mereka dengar dari sumber

13 Ibid, Tanudjaja Halaman 99 14 Ibid, Tanudjaja Halaman 100

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 31: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

14

yang independen. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa individu

mengumpulkan informasi dari alat pemasaran seperti iklan, kemudian

membicaraknnya dngan teman mereka. Membeli karena merespon apa yang

dikatakan orang lain mengenai produk mereka.15

Film tanda Tanya juga melakukan promosi yang disebarkan melalui iklan

di media elektronik maupun di media cetak. Kehebohan munculnya film ini

dimulai dengan menampilkan judul “Tanda Tanya” sehingga masyarakat

bertanya-tanya bahwa film tersebut bercerita tentang apa karena kebanyakan film

Indonesia memiliki judul yang cukup jelas untuk menggambarkan isi film

tersebut. Film ini diberikan judul sebagai Tanda Tanya karena hal ini diambil dari

realitas social di Indonesia yang membuat “tanda tanya” besar bagi sebagian

orang yaitu kenapa kita sulit menerima perbedaan?”

Kehebohan lainnya adalah film ini berani menampilkan isu-isu mengenai

SARA yang dianggap sebagai isu yang sensitive. Film ini muncul diantara

kebosanan film-film Indonesia yang hanya berbau horror, cerita rakyat, komedi

yang tidak mendidik, serta kehidupan anak remaja masa kini. Film ini

mengusulkan tema dan konten yang berbeda. Isu-isu yang sensitif yang diangkat

dalam film inilah yang akhirnya menyebabkan pro dan kontra antara setiap

penonton atau pandangan yang berbeda antara si pembuat film dengan penonton.

Dengan kehebohan munculnya film tersebut tersebut menjadi suatu produk yang

laris yang ditunjukan melalui banyaknya masyarakat yang akhirnya menonton

film ini. Tercatat dalam limah hari film Tanda Tanya disaksikan seratus ribu

penonton.

Kekurangan dari penelitian – penelitian sebelumnya adalah kurang

menekankan aspek sosiologis. Penelitian sebelumnya hanya menekankan pada isi

cerita yang sama, fungsi film dan bagaimana penyampaian film terhadap

masyarakat tetapi sangat jarang penelitian yang melihat bahwa film bukan hanya

produk yang bersifat komersil tetapi film juga merupakan representasi budaya

yang dapat dijadikan pemahaman bersama. Film merupakan bagian dari sejarah

kehidupan masyarakat yang di gambarkan melalui dialog dan peran pemainnya. 15 Aprilomanda, Tika.2004. Tesis Pengaruh Iklan dan Publisitas di Media Massa Terhadap word of mouth film “Ada Apa Dengan Cinta”.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 32: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

15

Sehingga film tidak hanya dikatakan sebagai produk tetapi film juga mempunyai

kekuatan-kekuatan lainnya salah satunya adalah film dapat digunakan sebagai

potret sejarah kehidupan masyarakat dalam kontek sosial tertentu dan dapat

berpengaruh terhadap masyarakat. Hal inilah yang akan dijadikan sebagai dasar

penelitian ini yang sebelumnya belum pernah dilakukan dan membedakan

penelitian ini dengan penelitian-penelitian lainnya.

2.2 Kerangka Konsep

2.2.1 Pluralisme

Menurut Ibnu Dawam Aziz16, pluralisme berasal dari kata plural yaitu

jamak, dalam konetks budaya di dalamnya terdapat ajaran dan kepercayaan.

Dengan kata lain ajaran Plural mengajarkan agar semua ajaran saling

menghormati dengan menyatukan kesamaan setiap ajaran dan menghilangkan

perbedaan setiap ajaran menjadi satu ajaran baru. Sedangkan isme adalah paham

atau ajaran. Pemaknaan “isme” dapat disimpulkan dengan ajaran saya adalah yang

paling benar, maka ikutlah ajaran saya. Dengan begitu dapat disimpulkan Ajaran

Plural ( Pluralisme ) berupaya mengubah tiap ajaran (agama) sesuai dengan

pemikirannya, menjadi satu ajaran saja 17

Plural merupakan suatu realita yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Dengan begitu pluralisme merupakan suatu sikap yang berupaya untuk

menghilangkan pergesekan dan perbedaan dalam “isme” sehingga menjadi satu

paham kesetaraan. Dengan kata lain, pluralisme berupaya menyatukan masyarakat

yang plural dengan menghilangkan atau membatasi kemungkinan perbedaan yang

ada. Menyatukan kesamaan dalam tiap agama dan menghilangkan perbedaan

.

16 http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/17/pluralis-dan-pluralisme-ternyata-jauh-sekali-bedanya/ Diunduh pada 4 Juli 2012 pukul 11:34 17 Agama menurut Durkheim agama adalah system simbol yang dengannya masyarakat dapat menyadari dirinya. Menurut Durkheim syarat mutlak agama ada tiga pertama,kepercayaan dimana adanya hubungan yang mereka miliki kepada sesuatu yang sakral dan profan. Kedua, ritual agama yaitu aturan tingkah laku yang mengatur bagaimana seorang manusia mest bersikap terhadap hal-hal yang sakral. Ketiga, agama membutuhkan suatu komunitas (Gereja) yang melingkupi seluruh anggotanya. Dengan begitu Durkheim mendefinisikan agama adalah kesatuan system kepercayaan dan praktik yang menyatu dalam sebuah komunitas tunggal (Gereja) dan semua melekat padanya. (Ritzer, George and Douglas J.Goodman. 2004. Sociological Theory. McGraw Hill, New York. Halaman 104-105)

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 33: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

16

dengan menghapuskan bagian dari ajaran yang bertentangan dengan ajaran

lainnya.

Menurut Ibnu Dawam Aziz, penganut paham pluralisme ini berstandar

ganda. Di satu sisi mereka selalu bertindak kemanusiaan dengan yaitu mengakui

bahwa dalam realita masyarakat terdapat perbedaan seperti budaya, agama dan

etnis. Dengan begitu penganut ajaran pluralisme ini menampilkan sisi positifnya

yaitu dengan cara mengusng tema yang sesuai dengan konteks sosial masyarakat

yang berbeda dengan cara toleransi.18

namun disisi lain juga bersikap sangat tidak

menghargai paham manusia yang bersebrangan dengan paham yang dianutnya.

Pluralisme sesungguhnya merupakan penyatuan pemahaman dalam hal ini

kepercayaan, agama atau budaya dimana di dalamnya tidak menerima

kemajemukan (plural) sebagai suatu kenyataan. Pluralisme mengajarkan untuk

menyatukan kemajemukan yang berarti meleburkan kemajemukan dan

menghilangkan perbedaan yang berarti menghilangkan kemajemukan.

2.2.2 Multikulturalisme

Multikulturalisme adalah pandangan bahwa setiap kebudayaan memiliki

nilai dan kedudukan yang sama dengan setiap kebudayaan lain, sehingga setiap

kebudayaan berhak mendapatkan tempat sebagaimana kebudayaannya lain.

Multikulturalisme adalah realitas yang nyata, karena berbagai kelompok manusia

telah menciptakan kulturnya sendiri. Pemahaman multikulturalisme bersikap

dengan kebudayaan yang beragam secara permanen hidup berdampingan satu

dengan yang lainnya. Multikulturalisme menekankan pentingnya belajar

mengenai kebudayaan-kebudayaan lain, mencoba memahami mereka secara

penuh dan empatik. Multikulturalisme mengimplikasikan suatu keharusan untuk

18 John Morely (Barcklay,2008:374) menuliskan bahwa toleransi merupakan penghormatan terhadap semua kemungkinan kebenaran. Toleransi berarti menghormati kebebasan hati nurani untuk melawan bentuk-bentuk mekanis, konvensi-konvensi resmi, dan kekuatan sosial. Tidak memiliki toleransi adalah tanda dari sikap angkuh dan tidak peduli. Dikatakan demikian bahwa orang yang tidak memiliki toleransi adalah orang yang berpikir bahwa tidak ada kebenaran diluar kebenaran yang ia lihat. (Barcklay, William.2008. Pemahaman Alkitab Setiap Hari.PT BPK Gunung Mulia. Jakarta)

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 34: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

17

mengapresiasi kebudayaan-kebudayaan lain, dengan kata lain menilai secara

positif.19

Menurut NurSyam (2009: 79)

20

Multikulturalisme adalah seperangkat ide

atau gagasan yang menghasilkan aliran atau berpandangan bahwa terdapat variasi

budaya di dalam kehidupan masyarakat. Yang terjadi adalah kesetaraan budaya,

sehingga antara satu entitas budaya dengan budaya lainnya tidaklah berada dalam

suatu suasana bertanding untuk memenangkan pertarungan. Konsep

multikulturalisme merupakan hubungan antara etnik satu dengan yang lainnya

misalnya kebebasan etnik lain mengespresikan atau menampilkan simbol

etniknya.

19 Baidhawy, Zakiyuddin.Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. PT Gelora Aksara Pratama halaman 5 20 NurSyam.2009.Tantangan Multikulturalisme Indonesia : Dari Radikalisme Menuju Kebangsaan.Kanisius. Yogyakarta

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 35: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

18

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penjelasan mengenai film sebagai suatu produk seni yang dapat

merepresentasikan realita sosial bukanlah fenomena yang cukup dilihat hanya

melalui sudut pandang budaya. Dibutuhkan penelitian secara lebih mendalam

untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung terjadinya fenomena tersebut.

Setiap penelitian ilmiah pasti memiliki pendekatan atau metode dalam

penyusunannya. Pendekatan penelitian atau strategi yang dipilih oleh peneliti

untuk mengamati, mengumpulkan serta menyajikan analisis hasil penelitian ini

yaitu pendekatan kualitatif.21

Penelitian kualitatif berusaha melihat melalui setting sosial yang terbangun

tanpa instrumen apapun selain manusia itu sendiri sebagai peneliti dengan aspek-

aspek non-teknis di dalamnya. Dengan demikian, pendekatan kualitatif ini dipilih

agar memungkinkan peneliti memperoleh pemahaman yang sedekat mungkin

dengan realitas yang sebenarnya sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian

yang diajukan.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan tersebut

karena pendekatan kualitatif dapat memberikan keleluasaan dan kesempatan bagi

peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam terhadap

pemaknaan suatu realitas sosial. Dengan demikian, melalui pendekatan kualitatif,

penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan dan menjawab secara mendalam

terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan dan mampu mengungkap realitas

sosial yang tertutupi oleh realitas sosial yang umumnya dilihat oleh masyarakat

secara kasat mata. Dalam penelitian ini mengkaji suatu Film Tanda Tanya yang

menceritakan tentang kehidupan keberagamaan yang diambil melalui realitas

sosial di Indonesia. Sehingga film ini menarik untuk lebih jauh diteliti karena film

ini mencoba keluar dari pengaruh dominan perfilman nasional sekarang ini yang

menampilkan tipe cerita yang sama.

21 Data kualitatif dalam penelitian ini merupakan data yang dapat memberikan peneliti

informasi yang kaya mengenai terjadinya suatu realita sosial secara spesifik. (Neuman W. Lawrence . Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches – 5th ed, (New York: Pearson Education, 2008), hlm. 329

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 36: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

19

Dalam penelitian ini peneliti menentukan informan yaitu Sutradara dari

film Tanda Tanya Hanung Bramantyo karena peneliti ingin melihat bagaimana

sang pembuat film memaknai kehidupan keberagamaan yang terjadi di Indonesia.

Peneliti juga menentukan informan melalui penonton film Tanda Tanya untuk

mengetahui apakah film tersebut benar-benar menggambarkan kehidupan

keberagamaan di Indonesia. Sehingga dengan begitu peneliti mendapatkan

informasi yang kaya dengan menggunakan sudut pandang berbeda untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dan apakah konten dari film

tersebut dapat sesuai dengan realitas social yang terjadi di masyarakat.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian terbagi dalam empat dimensi, yaitu (1) penelitian

berdasarkan tujuan penelitian, (2) penelitian berdasarkan manfaat penelitian, (3)

penelitian berdasarkan dimensi waktu, dan (4) penelitian berdasarkan teknik

pengumpulan data.

3.2.1 Berdasarkan tujuan penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini bersifat deskriptif atau

description research. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan

gambaran dan penjelasan yang detail mengenai bagaimana proses pembuatan

film tersebut, ide cerita, isi dari cerita dalam film, simbol-simbol yang

digunakan di dalam film, tujuan pembuatan film, dan pesan yang ingin

disampaikan. Penelitian deskriptif menjawab pertanyaan kenapa dan

bagaimana dengan memberikan gambaran secara fokus, spesifik, dan detail

bagaimana interaksi kehidupan keberagamaan yang ada dalam film Tanda

Tanya dan membandingkannya dengan realita sosial yang terjadi di Indonesia.

Dengan tujuan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk meringkaskan atau

menggambarkan berbagai kondisi, situasi dan fenomena realita sosial dalam

film dengan realita yang sesungguhnya. Sehingga fenomena tersebut menjadi

objek penelitian dan berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai

suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi

ataupun fenomena kehidupan keberagamaan di Indonesia.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 37: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

20

3.2.2 Berdasarkan manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah penelitian murni atau basic research.

Penelitian murni adalah sebuah penelitian yang menjelaskan pengetahuan

yang amat mendasar mengenai dunia sosial yaitu apa yang menyebabkan

sebuah peristiwa terjadi. Ini menjadikan penelitian murni sebagai sumber

metode, teori dan gagasan, yang dapat diaplikasikan bagi penelitian

selanjutnya. Penelitian murni merupakan usaha untuk menjelaskan

pengetahuan yang amat mendasar mengenai dunia sosial, dimana dalam

penelitian ini berusaha untuk dapat menjawab pertanyaan peneliti terkait

dengan permasalahn penelitian yang dilakukan peneliti.

Penelitian ini bersifat deskriptif atau menggambarkan bagaimana film

bukan hanya produk saja tetapi dalam film terdapat nilai, ideologi dan

struktur yang terkait dengan isi cerita, dialog dan adegan di dalamnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pembuatan film tidak hanya untuk

menampilkan kreatifitas aktor dan pembuat tetapi juga mempunyai tujuan

lainnya yang dapat dilihat melalui dialog, isi, dan peran para pemain serta

unsur – unsur di belakang pembuatan film tersebut. Dengan memanfaatkan

kemampuan film untuk mengkombinasikan seni, kultur dan struktur ke dalam

alur cerita maka penelitian ini dapat memberikan pandangan yang lebih luas

bagaimana suatu film juga memiliki potensi untuk merepresentasikan konteks

masyarakat tertentu dan dalam kurun waktu tertentu.

3.2.3 Berdasarkan waktu penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, dimana dalam

penelitian ini membahas mengenai film Tanda Tanya yang dirilis pada 7

April 2011 dan mengambil setting cerita di daerah Pasar Baru Semarang

pada Tahun 2010, dimana daerah tersebut merupakan pemukiman dengan

penduduk yang beragam latar belakang etnis dan agama.

lebaran dan Natal terjadi secara berdekatan. Kasus atau konflik tersebut

dibahas secara mendetail dan menyeluruh dalam analisis penelitian yang

dilihat melalui film. Peneliti memilih film Tanda Tanya sebagai objek

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 38: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

21

penelitian karena film ini merupakan salah satu dari sedikit film Indonesia

yang menggambarkan kehidupan keberagamaan yang terjadi di Indonesia.

Film ini juga merupakan sebuah cerminan bagaimana interaksi yang

dilakukan oleh kelompok agama atau etnis satu dengan etnis lainnya yang

berbeda. Selain itu konflik yang diangkat dalam film ini juga diambil

melalui beberapa peristiwa yang benar-benar terjadi dalam realita sosial.

Sehingga film ini menarik untuk dikaji lebih lanjut.

3.2.4 Berdasarkan teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

dengan observasi dan teknik wawancara mendalam kepada Hanung

Bramantyo Penelitian ini sudah mulai dilakukan pada Oktober 2011

dengan menganalisis dialog dan simbol-simbol digunakan dalam film.

Teknik untuk menganalisis film yang digunakan oleh peneliti adalah

dengan menonton film Tanda Tanya sebanyak 9 kali dengan tujuan untuk

melihat lebih dekat dan detail setiap makna yang terdapat dalam adegan

film. Selain dengan menonton film, peneliti juga melakukan diskusi

terbuka yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Sosiologi 2008 agar

memperoleh pandangan yang lebih luas mengenai isi, pesan, dan makna

adegan-adegan dalam film Tanda Tanya. Wawancara kepada informan

dilakukan pada Mei – Juni 2012, waktu tersebut akan digunakan untuk

melakukan proses pendekatan dan izin wawancara kepada Hanung

Bramantyo sebagai Sutradara Film dan penonton.

3.3 Peran Peneliti

Peran peneliti adalah bertindak sebagai instrument responsif

sekaligus pengumpul data-data dan sebagai pengamat yang bertugas untuk

menunjang proses penelitian ini dengan melakukan wawancara mendalam

kepada informan yaitu Sutradara film Tanda Tanya dan menunjukan respon

masyarakat terhadap film tersebut. Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam

penelitian ini adalah aktif mendengar, empatik, tanggap, merekam dan

mencatat jawaban informan, menyiapkan panduan wawancara; lebih

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 39: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

22

mendengar dan sedikit berbicara, menindak-lanjuti jawaban informan,

bertanya dengan pertanyaan yang jelas, bertanya dengan pertanyaan yang

fokus (penjelasan lengkap), menghindari pertanyaan yang mengarahkan,

bertanya dengan pertanyaan terbuka, menghindari pertanyaan “mengapa”;

tidak menyela, menjaga perhatian informan dan bersikap sabar. Selain itu

peneliti juga bersikap hati-hati dan melakukan pengecekan ulang dalam

membuat transkrip dialog dan interpretasi yang ada dalam adegan film

Tanda Tanya

3.4 Teknik pengumpulan data

3.4.1 Data Primer

Penelitian ini pada akhirnya tidak hanya memberikan deskripsi

belaka, tetapi juga di analisa lebih lanjut untuk menjawab permasalahan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi

dan wawancara mendalam. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

melalui observasi dilakukan untuk mengamati hal-hal yang terkait dengan

pertanyaan penelitian yang dapat digunakan sebagai sumber data dalam

penelitian ini. Misalnya observasi dilakukan dengan mengamati isi dan

latar belakang pembuatan film, isi dari film, symbol-simbol yang

digunakan dalam film, tujuan pembuatan film dan bagaimana tanggapan

masyarakat atas kemunculan film Tanda Tanya untuk menggambarkan dua

sisi berbeda dari suatu masyarakat sehingga diharapkan penelitian ini

mendapatkan pemahaman yang mendalam dan kaya akan informasi.

Observasi tersebut dilakukan untuk mendapatkan pemaknaan terhadap

perubahan yang terjadi dalam realitas social khususnya di Indonesia

sendiri. Namun, penelitian ini akan lebih memfokuskan pada teknik

wawancara mendalam terhadap informan yang mewakili kriteria yang

ditetapkan sebelumnya, karena diharapkan melalui teknik ini dapat lebih

banyak memberikan informasi.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dilakukan dengan metode

yang sangat sederhana, sehingga temuan dari kasus yang yang hanya

mengambil sampel dua orang ini tidak bisa digeneralisasikan, karena

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 40: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

23

mungkin saja penelitian yang sama dengan sampel dan metode yang

berbeda akan menghasilkan temuan yang berbeda. Peneliti juga

mengetahui keterbatasan data yang akan di dapat karena kesibukan dari

Hanung Bramntyo sehingga peneliti akan menggunakan data-data sekunder

lainnya untuk mendukung penelitian ini.

3.4.2 Data Sekunder

Untuk melengkapi metode kualitatif, penulis juga menggunakan

data sekunder dari dokumen atau teks seperti: lirik lagu, buku, internet, dan

artikel sebagai sumber kepustakaan.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Ada beberapa tahapan yang dilalui dalam proses pengolahan data

untuk kemudian dilakukan analisa diskusi dalam penelitian ini. Tahap

pertama dalam proses pengolahan data adalah dengan mengorganisasikan

atau menyusun data yang telah dikumpulkan, baik data primer maupun

data sekunder untuk dianalisis. Kemudian penulis membuat transkrip

dialog film Tanda Tanya dan wawancara informan. Kegiatan tersebut

dilakukan untuk mempermudah penulis, agar tidak terlewatkan, dalam

menemukan data-data yang diperlukan saat proses analisa diskusi. Dengan

melakukan pencatatan akan mempermudah untuk mengingat atau

menemukan data-data penting selama proses pengumpulan data.

Tahap selanjutnya adalah penulis membaca ulang keseluruhan data

yang telah terorganisasi dan mencoba untuk mengkategorikan atau

membagi data ke dalam beberapa bagian (coding). Kemudian penulis

mendeskripsikan objek penelitian secara umum. Hal ini dilakukan agar

pembaca mendapatkan gambaran mengenai objek yang penulis teliti.

Kemudian penulis menuliskan data temuan yang sudah dikategorisasikan

sesuai dengan kebutuhan pada analisa diskusi. Dan tahap terakhir adalah

melakukan analisa diskusi terhadap data temuan yang dikaitkan dengan

konsep dan teori yang sesuai dengan topik penelitian, yaitu rekonstruksi

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 41: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

24

kehidupan keberagamaan masyarakat Indonesia dikaitkan dengan studi

sosiologi film Tanda Tanya.

3.6 Hambatan Penelitian

Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis

mengalami beberapa hambatan yang memungkinkan adanya

ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Adanya kekurangan dalam

skripsi ini dikarenakan adanya hambatan, baik hambatan yang berasal dari

luar diri penulis (eksternal) maupun hambatan yang berasal dari dalam diri

penulis. Beberapa hambatan tersebut antara lain :

- Adanya hambatan dalam proses permohonan izin untuk melakukan

penelitian kepada Sutradara Hanung Bramantyo. Sebagai contoh, peneliti

diminta untuk memberikan surat permohonan resmi dari departemen

Sosiologi untuk melakukan wawancara. Namun ketika surat tersebut sudah

diberikan kepada pihak Dapur Film sebagai pihak ketiga yaitu

penghubung antara peneliti dan informan tetapi tidak juga ditindaklanjuti.

- Hambatan selanjutnya adalah lambatnya tanggapan dari pihak Dapur Film

dalam memberikan kepastian izin melakukan wawancara. Hambatan ini

sangat menghabiskan waktu dalam proses penelitian ini. Penulis harus

menunggu kepastian hingga hampir dua bulan lamanya dikarenakan

kesibukan Sutradara.

- Sulitnya untuk mengajukan pertanyaan kepada informan. Peneliti harus

melewati beberapa tahap sampai akhirnya dapat melakukan wawancara

langsung kepada informan. Kesulitan yang dirasakan oleh peneliti adalah

pertanyaan yang akan diajukan harus diseleksi dahulu oleh pihak Dapur

Film. Setelah diseleksi maka pertanyaan tersebut akan diberikan kepada

informan dan informan harus menyetujui terlebih untuk dapat melakukan

wawancara dan menjawab pertanyaan peneliti. Dalam proses ini peneliti

juga menghabiskan banyak waktu karena harus merevisi beberapa

pertanyaan yang sesuai dengan keinginan Sutradara.

- Keterbatasan waktu Sutradara untuk melakukan wawancara sehingga

wawancara tidak dapat berlangsung lama dan berkali-kali.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 42: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

25

- Sulitnya untuk mendapatkan salinan film Tanda Tanya akibat film tersebut

ditarik dari peredaran dan tidak dikeluarkan dalam bentuk kepingan CD.

Peneliti harus mengikuti nonton bersama yang diadakan oleh pihak Dapur

Film untuk menonton film tersebut. Selain itu kepingan DVD original

baru dirilis pada bulan Februari 2012 sehingga untuk mendapatkan hasil

yang maksimal peneliti harus menunggu hampir enam bulan lamanya agar

dapat mengkaji film lebih detail.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 43: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

26

BAB IV

KARIR, KARYA DAN KONTROVERSI FILM TANDA TANYA :

TEMUAN DATA

Keberagaman dan toleransi merupakan dua hal yang saling terkait,

terutama jika menyangkut masalah keagamaan dan suku bangsa. Indonesia

sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan berbagai macam etnis dan

kebudayaan, memiliki banyak kisah perihal toleransi yang menarik untuk diangkat

dalam tayangan layar lebar. Film ke 14 Hanung Bramantyo ini mengisahkan

tentang konflik keluarga dan pertemanan yang terjadi di sebuah area dekat Pasar

Baru, dimana terdapat Masjid, Gereja dan Klenteng yang letaknya tidak

berjauhan, dan para penganutnya memiliki hubungan satu sama lain.

Dikisahkan bahwa terdapat 3 keluarga dengan latar belakang yang

berbeda. Keluarga Tan Kat Sun (Hengky Sulaeman) memiliki restauran masakan

Cina yang tidak halal. Keluarga Soleh (Reza Rahadian), dengan masalah Soleh

sebagai kepala keluarga yang tidak bekerja namun memiliki istri Menuk (Revalina

S Temat) yang cantik dan soleha. Keluarga Rika (Endhita), seorang janda dengan

satu anak, yang berhubungan dengan Surya (Agus Kuncoro), pemuda yang

belum pernah menikah. Hubungan antar keluarga ini dalam kaitannya dengan

masalah perbedaan pandangan, status, agama dan suku, akan dipaparkan secara

menarik dalam film Tanda Tanya. Konflik-konflik yang diciptakan dalam film ini

diambil melalui realita sosial mengenai kehidupan keberagamaan yang terjadi di

masyarakat Indonesia

4.1 Sinopsis Film Tanda Tanya : Kehidupan Keberagamaan

Film Tanda Tanya menawarkan suatu cerita yang beda dan berani dimana

film ini menjadikan isu-isu sensitif seperti agama dan etnis yang sebelumnya

jarang sekali film-film Indonesia mengangkat tema-tema tersebut menjadi konflik

di dalam Film. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dirilis pada April

2011, bersetting di daerah Semarang, Jawa Tengah dengan menceritakan keadaan

masyarakat di daerah Pasar Baru pada tahun 2010. Dimana dalam film ini

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 44: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

27

berkisahkan tentang tiga keluarga yang memiliki latar belakang yang berbeda dan

dalam tiap keluarga tersebut memiliki konflik masing-masing. Semua konflik

tersebut dirangkum dalam sebuah film yang bertajuk Tanda Tanya.

Keluarga pertama adalah keluarga Tan Kat Sun (berumur sekitar 70

tahun). Tan Kat Sun memiliki restaurant Cina bernama Canton Chiness Food yang

juga menjual Babi. Restaurant tersebut ia rintis dari awal karirnya. Tan Kat Sun

juga memiliki sikap menghargai dan memghormati orang yang berbeda agama

dengannya hal ini dapat dilihat dalam pengelolaannya restaurantnya, ia

memisahkan peralatan masak dan makan untuk masakan yang menggunakan

Babi dan tidak menggunakan Babi.. Tan Kat Sun memiliki seorang Istri bernama

Lim Giok Lie yang juga sering membantunya di restaurant dengan menjadi kasir

serta memiliki seorang anak laki-laki bernama Ping Hen. Tan Kat Sun dan Lim

Giok Lie beragama Konghucu dan beretnis Cina. Dalam kesehariannya Tan Kat

Sun membebaskan pegawainya untuk melakukan kegiatan keagamaannya sesuai

dengan kepercayaan masing-masing. Tidak hanya itu terkadang Tan Kat Sun juga

memberikan peringatan untuk melaksanakan sholat kepada para pegawainya

apabila sudah waktunya dan menyediakan ruangan untuk pegawainya sholat.

Begitupun dengan Lim Giok Lie, ia tidak pernah merendahkan atau berprilaku

tidak baik kepada para pegawainya yang memiliki agama atau etnis berbeda

dengannya. Apabila salah satu pegawainya mendapat masalah, Lim Giok Lie

sering memberikan nasihat kepada pegawainya tersebut. Hubungan Lim Giok Lie

dan Tan Kat Sun kepada para pegawainya sangat harmonis. Toleransi untuk

menjalankan perintah agama yang diberikan Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie

membuat para karyawan nyaman bekerja di restaurant tersebut. Terlihat kesediaan

para pegawainya untuk terus bekerja dengan giat walaupun Tan Kat Sun sedang

sakit.

Dalam film ini diceritakan bahwa Tan Kat Sun memiliki penyakit yang

cukup parah sehingga dalam aktivitas mengelola restaurant ia sering merasa

kelelahan dan akhirnya pingsan. Karena keadaan kesehatan Tan Kat Sun tidak

memungkinkannya untuk mengelola restaurant maka restaurant itu ditangani oleh

anak laki-lakinya yaitu Ping Hen. Walaupun Ping Hen sebenarnya sangat berat

hati untuk melanjutkan restaurant keluarganya karena perbedaan cara memasak

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 45: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

28

antara Ping Hen dan Tan Kat Sun. Tetapi Ping Hen terpaksa melanjutkan

restaurant keluarganya karena melihat kondisi Tan Kat Sun yang sudah semakin

parah. Sebelum Tan Kat Sakit parah, Tan Kat Sun selalu mensosialisasikan

aturan-aturan yang terdapat di restaurant tersebut, mengajarkan caranya memasak

dan penggunaan-penggunaan peralatan masak. Tetapi Ping Hen sering tidak

mendengarkan ajaran yang diberikan oleh Tan Kat Sun. Dalam kehidupan

keagamaannya Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie termasuk orang yang sering

beribadah. Tan Kat Sun lebih sering berdoa di klenteng dan Lim Giok Lie lebih

sering berdoa di dalam rumahnya dimana dalam rumahnya telah disediakan

sebuah lemari dan di lemari tersebut terdapat foto leluhurnya serta beberapa dupa

di depannya. Sikap toleransi yang dimiliki Lim Giok Lie dan Tan Kat Sun

berbeda dengan anaknya yaitu Ping Hen.

Sosok Lim Giok Lie (berumur sekitar 70 tahun) dalam film ini tidak

terlalu sering di tampilkan. Walaupun begitu sosok Lim Giok Lie cukup jelas

tergambar bahwa ia adalah sosok seorang Ibu dan majikan yang perhatian kepada

para pekerjanya. Dalam keluarga Lim Giok Lie berperan sebagai penengah ketika

Tan Kat Sun dan Ping Hen sama-sama memiliki sikap yang keras, dan ketika

konflik antara ayah dan anak terjadi. Tan Kat Sun menginginkan Ping Hen belajar

untuk mengelola dan melanjutkan bisnis restaurant yang sudah di rintis oleh Tan

Kat Sun tetapi Ping Hen ingin membuat restaurantnya sendiri. Perbedaan

pendapat inilah yang menyebabkan hubungan antara Ping Hen dan Tan Kat Sun

menjadi dingin dan kaku. Disinilah Lim Giok Lie berperan untuk menenangkan

kedua belah pihak. Tidak hanya itu Lim Giok Lie juga seorang Istri yang patuh

kepada suaminya. Ia mengikuti semua aturan yang diperintahkan oleh Tan Kat

Sun dan melayani suaminya dengan sabar.

Ping Hen berumur sekitar 28 tahun merupakan anak satu-satunya dari Lim

Giok Lie dan Tan Kat Sun. Ping Hen memiliki sikap yang keras dan emosional. Ia

tidak suka apabila orang-orang memanggil dirinya dengan sebutan “Cino” atau

“Koko”. Ketika orang memanggil dirinya dengan sebutan seperti itu maka ia akan

langsung marah. Hubungan Ping Hen dengan masyarakat sekitar yang berbeda

agama juga kurang baik. Ping Hen tidak pernah bersilaturahmi atau menyapa

mereka. Begitupun dengan pemuda yang berbeda agama dengan Ping Hen,

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 46: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

29

mereka selalu melihat Ping Hen dengan sinis seolah-olah mereka bermusuhan

namun tidak tahu apa yang dipermusuhkan. Kehidupan Ping Hen cendrung

berhura-hura. Ia selalu pergi meninggalkan restaurant untuk berkumpul dan

minum-minum dengan teman-temannya apabila sedang menghadapi masalah.

Dalam kehidupan keagamaannya Ping Hen jarang terlihat berdoa atau beribadah.

Ping Hen selalu menampilakan wajah yang penuh kemarahan dan acuh kepada

sesama. Namun pada akhirnya Ping Hen berubah menjadi sosok yang lebih dapat

menghargai perbedaan dan akhirnya ia memilih untuk berpindah agama menjadi

Islam.

Titik balik Ping Hen berubah untuk menjadi sosok yang lebih baik dari

sebelumnya ketika Ping Hen menggantikan posisi Tan Kat Sun di restaurant.

Hubungan Ping Hen dan Tan Kat Sun sudah mulai mencair semenjak Tan Kat

Sun jatuh sakit. Ping Hen mulai memperlihatkan sikap baktinya kepada keluarga

dengan cara menyiapkan makanan untuk kedua orang tuanya dan membantu Tan

Kat Sun mengelola restaurantnya. Tetapi semenjak Tan Kat Sun tidak dapat turun

untuk membantu memasak atau kegiatan lainnya restaurant. Ping Hen bertugas

untuk mengambil alih pekerjaan Tan Kat Sun. Pada saat itu Ping Hen adalah

seorang majikan yang tidak memberikan waktu kepada pegawainya untuk

beristirahat ataupun untuk sholat. Mereka dipaksa terus bekerja sampai restaurant

itu tutup. Pada saat bulan Ramadhan ketika setiap restaurant menutup jendela

restaurant mereka dengan tirai untuk menghormati orang-orang yang puasa. Ping

Hen menawarkan sesautu yang berbeda, ia membuka tirai-tirai tersebut agar dapat

menarik pelanggan untuk makan di restaurantnya. Tindakan Ping Hen tidak

berhenti sampai disitu. Ping Hen hanya memberikan libur hanya dua hari setelah

lebaran kepada para pegawainya. Ping Hen melakukan ini untuk menarik

keuntungan yang sebesar-besarnya karena pada saat lebaran itulah para pembantu

rumah tangga biasanya pulang kampung dan orang-orang lebih memilih untuk

makan di luar rumah.

Karena tidak melihat situasi di sekitar Ping Hen yang mayoritas

penduduknya beragama Islam, maka tindakan selama ini yang dilakukan Ping

Hen memicu kemarahan masyarakat sekitar. Dengan pimpinan bernama Soleh

akhirnya penduduk yang merasa bahwa hari besar agama mereka tidak dihormati.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 47: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

30

Mereka berbondong-bondong datang dan merusak restaurant Ping Hen. Mereka

menghancurkan seluruh fasilitas dan peralatan yang ada di restaurant itu. Ping

Hen dikeroyok dan kepanikan terus terjadi. Menuk membawa Lim Giok Lie

masuk ke dalam restaurant dan menyelamatkan Lim Giok Lie dari amukan massa.

Tan Kat Sun terus menghalangi para pemuda itu untuk merusak restaurantnya

sampai akhirnya Tan Kat Sun terkena pukulan kayu oleh Soleh di perutnya, lalu ia

pun jatuh pingsan. Karena perusakan dan kerusuhan yang terjadi di dalam

restaurant menyebabkan Tan Kat Sun semakin menurun kesehatannya dan

akhirnya meninggal. Sebelum meninggal dunia Tan Kat Sun pernah berpesan

bahwa Ping Hen harus berubah. Karena rasa bersalahnya Ping Hen menyanggupi

permintaan terakhir Tan Kat Sun untuk berubah. Ping Hen dari situ mulai tertarik

dengan Islam. Ketertarikan Ping Hen dilihat dari gerak geriknya yang selalu

berhenti di depan mesjid dan memandang kearah mesjid itu. Lalu, Ping Hen

memperhatikan seorang Ustadz yang mengajarkan anak-anak berumur sekitar 8-

12 tahun untuk mengaji dan berdakwah. Serta ia berkonsultasi dengan seorang

Ustadz mempertanyakan apa itu Islam? Lalu Ustadz tersebut menjawab :

“Islam itu artinya penyerahan hati dan juga penyerahan jiwa. Pada saat hati kita serahkan semua kepada Allah SWT dan yang ada tinggal keikhlasan. Menjadi Islam adalah menjadi manusia yang terus berupaya untuk ikhlas memperkecil kekuarangan yang ada di dirinya, dan merubah kekurangan tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk orang-orang yang ada di sekelilingnya”.

Ping Hen juga membaca buku Asmaul Husna yang dulu pernah

diberikannya kepada Menuk dan akhirnya Ping Hen memilih untuk menjadi

seorang Islam dan merubah dan merenovasi restaurantnya menjadi Barokah

Chiness Food Halal. Setelah menjadi Islam ia berubah tidak hanya secara sikap

yang bersopan santun kepada orang tua dan sesama umat beragama tetapi juga

dari cara berpakaiannya. Terlihat dari ketika perayaan tahun baru Ping Hen

mengenakan pakaian koko dan peci.

Keluarga kedua adalah Keluarga Soleh berumur sekitar 30 tahunan. Soleh

adalah seorang pria beragama Islam yang sangat taat beribadah. Ia selalu

menggunakan baju koko, celana panjang bahan berwarna hitam/sarung, dan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 48: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

31

menggunakan peci. Dalam kehidupan keagamaannya ia selalu sholat berjamaah di

mesjid dan lebih senang untuk berdiskusi di dalam Mesjid. Soleh memiliki sikap

yang emosional dan keras. Ia akan menjawab dengan ketus apabila orang

menanyakan pekerjaannya karena Soleh adalah pengangguran. Keadaannya yang

tidak memiliki pekerjaan dan Istrinya yang bekerja membuat Soleh menjadi

minder. Sekali dalam film di tunjukan bahwa Soleh meminta Menuk untuk

menceraikannya karena ia merasa dirinya tidak berguna bagi keluarganya. Sikap

sinisnya tidak hanya ia lakukan ketika berinteraksi dengan Menuk tetapi saat ia

berinteraksi dengan orang lain. Saat Soleh berinteraksi Ustadz ia selalu

menampilkan nada bicara yang sinis ketika Ustadz tersebut memberikan nasihat

kepada Soleh dan juga Soleh terlihar jarang berinteraksi dengan orang-orang

disekelilingnya.

Tetapi setelah terus berusaha akhirnya Soleh mendapat pekerjaan sebagai

Banser NU. Pekerjaan itu di dapat Soleh ketika ia beberapa hari tidak pulang ke

rumahnya karena ia frustasi akibat tidak dapat menafkahkan keluarganya. Lalu ia

dan Surya bersama-sama menetap di Masjid. Disitulah Doa-nya terkabulkan, ia

melihat para Banser turun dari mobil dan bersiap untuk Sholat Subuh di masjid

itu. Lalu Soleh melihat mereka dan mulai bergabung dengan kelompok Banser

tersebut. Setelah mendapatkan pekerjaan barulah Soleh memberanikan diri untuk

menemui Menuk mengabarkan dengan gembira bahwa dirinya sudah memiliki

pekerjaan dan pulang ke rumahnya.

NU juga merupakan organisasi yang digemari oleh Ping Hen hal itu bisa

dilihat dari banyaknya poster Abdul Rahman Wahid terpampang di tembok

rumahnya. Menjadi Banser pun adalah cita-cita Soleh karena pekerjaan tersebut

adalah pekerjaan di jalan Allah walaupun Menuk sebagai istrinya merasa khawatir

terhadap pekerjaan Soleh. Karena tugas seorang Banser tidak dapat dikatakan

sebagai tugas yang mudah dan aman.

Perubahan Soleh tampak setelah ia mendapatkan pekerjaan, ia lebih hangat

terhadap keluarganya dengan bercanda-canda sebelum ia berangkat kerja kepada

Anak, Istri dan Adiknya. Soleh juga lebih perhatian terhadap Menuk. Hal itu

ditunjukan pada saat Soleh datang untuk menemui Menuk dan menanyakan menu

buka puasa yang Menuk inginkan. Setelah bekerja Solehpun terlihat lebih ramah

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 49: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

32

dan berbaur dengan berkumpul bersama dengan para jemaah lainnya di mesjid

dan berdiskusi dengan teman-temannya. Perubahan yang terjadi pada Soleh bukan

hanya berdampak pada keluarganya namun juga terhadap cara ia bekerja.

Sebelumnya Soleh mempunyai sikap yang anti untuk berinteraksi terhadap orang-

orang yang berbeda agama dengannya. Pada awal ia bekerja ia enggan untuk

menjaga Gereja di acara perayaan paskah. Soleh menganggap haramnya masuk

gereja karena Allah sangat membenci pihak-pihak yang menyekutukannya. Oleh

karena itu sebagai muslim yang taat sebaiknya tidak melakukan hal-hal yang di

benci oleh Allah.

Namun setelah dijelaskan oleh temannya bahwa kegiatan menjaga Gereja

demi kerukunan umat beragama adalah sebuah jihad serta untuk memperbaiki

citra agama Islam yang tercoreng akibat ulah para teroris. Seperti dialog yang

dikatakan oleh teman sesame Bansernya yaitu :

“Kita sebagai umat Islam jadi jelek gara-gara berita itu. Ya? Kita sebagai ormas Islam terbesar menolak pandangan seperti itu, dengan menjaga gereja seperti ini, dan ini jihad. Tau ga?”

Soleh mulai berpikiran terbuka dan pada akhirnya Soleh melakuka

tindakan yang heroik yaitu dengan menyelamatkan jemaat yang sedang

merayakan malam Natal dengan membawa bom keluar dari Gereja itu. Akhirnya

konsekuensi dari pekerjaan yang dijalaninya membuat dirinya terbunuh karena ia

rela mengorbankan dirinya membawa lari bom itu dari keramaian.

Soleh memiliki seorang Istri bernama Menuk berumur sekitar 27 tahun

dan anak perempuan bernama Mutia yang usianya kira-kira 3 tahun. Mereka

tinggal dalam suatu rumah yang sangat sederhana dan sempit yang dihuni juga

oleh adik Soleh bernama Rifka berumur sekitar 15 tahun. Menuk yang berperan

sebagai seorang Istri dan Ibu juga harus bekerja untuk menafkahi keluarganya

dengan menjadi pelayan di restaurant Tan Kat Sun. Ia bekerja dari siang hari

hingga malam dan sepulang kerja ia selalu membawa rantang yang berisi

makanan dari restaurant untuk di makan bersama keluarganya. Menuk juga

seorang istri yang taat dan melayani suaminya dengan baik. Ia selalu menyiapkan

makanan untuk suaminya, mencuci dan menyetrika baju untuk suaminya. Menuk

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 50: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

33

juga seorang Istri yang setia dan pemaaf. Ketika Soleh pergi berhari-hari

meninggalkan rumahnya untuk mencari pekerjaan tanpa memberitahu Menuk

kemana ia akan pergi. Menuk selalu setia menunggu soleh dan ketika Soleh

kembali ia tidak pernah marah atau kesal kepada Soleh. Sampai pada satu saat

ketika Menuk melihat suaminya memukul Tan Kat Sun hingga tak sadarkan diri.

Dari kejadian itu Menuk berubah sikap kepada suaminya. Ia bersikap dingin

kepada suaminya. Ia tidak pernah tersenyum lagi saat melayani suaminya untuk

makan bahkan ia selalu menghindar ketika Soleh mengajaknya untuk berbicara.

Hal yang dilakukan Soleh dengan cara mengumpulkan masa untuk

menghancurkan restaurant keluarga Tan Kat Sun di dorong karena perasaan

cemburunya akibat Menuk yang mempunyai pengalaman masa lalu bersama Ping

Hen yaitu bos di restaurant tersebut serta sikap Menuk yang lebih memilih untuk

bekerja di hari kedua lebaran di banding untuk bolos dan berkumpul bersama

keluarganya. Kecemburuan dan adanya perasaan ingin dianggap lebih membuat

Soleh menjadi tokoh antagonis dalam adegan ini. Soleh mengajak beberapa orang

dengan isu mengatasnamakan agama untuk melegitimasi tindakannya yang

dianggap membela hari besar keagamaannya berdampak pada turunnya nilai diri

Soleh di mata Menuk dan Menuk tidak lagi memandang Soleh sebagai suami

yang teladan tetapi Menuk lebih menghindarkan diri untuk berinteraksi dengan

Soleh.

Dalam kesehariannya Menuk seorang Islam yang juga taat kepada

agamanya. Ia selalu melakukan sholat walaupun sedang bekerja. Dalam

pekerjaannya ia memiliki loyalitas yang tinggi kepada restaurant Tan Kat Sun. Ia

selalu giat bekerja dan semangat walaupun ia memiliki masalah dalam

kehidupannya. Hubungan Menuk dengan orang yang bukan seagama juga

harmonis. Menuk tidak pernah mencampuri urusan keagamaan mereka. Menuk

adalah wanita yang dapat bersosialisasi dengan baik, ia selalu memberikan ucapan

salam dan selamat pagi kepada sesama pegawai, majikan, suami dan kepada

orang-orang lain di sekitarnya. Sebelum menikah dengan Soleh Menuk sempat

berpacaran dengan Ping Hen namun hubungannya tidak berlangsung hingga

jenjang pernikahan. Menuk lebih memilih Soleh daripada Ping Hen karena Soleh

memiliki agama yang sama dengan dirinya yaitu Islam walaupun Soleh tidak

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 51: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

34

memiliki pekerjaan. Oleh karena itu Ping Hen memiliki kebencian terhadap

Menuk dan Soleh karena Menuk lebih memilih Soleh hanya karena dia Islam

walaupun Soleh adalah pengangguran. Kebencian yang diperlihatkan Ping Hen

dapat dilihat dari tatapannya kepada Menuk yang sinis dan ia tidak pernah

menyapa atau memberikan senyuman kepada Menuk.

Selain itu Ping Hen juga berubah menjadi sosok pria yang acuh dan tidak

menghargai agama lain karena pemikirannya yang sempit. Ia merasa bahwa hanya

karena agama Menuk lebih memilih Soleh di banding dirinya. Sehingga ia

menganggap musuh terhadap semua orang-orang yang beragama Islam, Tak

jarang Ping Hen berkelahi dengan penduduk setempat yang beragama Islam.

Perselisihan dengan Solehpun berlanjut ketika mereka berdua bertemu di acara

Paskah di Gereja. Ping Hen yang tak sengaja melihat Soleh sedang berjaga

memulai keributan dengan menghina pekerjaan Soleh, tak terima dengan hinaan

tersebut Soleh pun membalas ejekan dari Ping Hen dan akhirnya keributan pun

terus terjadi.

Keluarga ketiga adalah Keluarga Rika. Rika adalah seorang wanita

berumur 30 tahun yang bercerai dengan mantan suaminya bernama Panji karena

Panji mencintai dan ingin menikahi wanita lain. Tidak terima dengan poligami

maka Rika memilih untuk bercerai. Tak lama setelah ia bercerai ia pun berpindah

agama dari Islam menjadi Katolik. Ketika Rika berpindah agama, banyak orang

yang mengucilkan dirinya. Menganggap dirinya murtad dan tidak menghargai

pilihan agamanya. Sampai kedua orang tuanya pun tidak mau berbicara atau

bertemu dengan Rika karena pilihan agamanya. Pada awal ia mengikuti Gereja,

seorang pastur memerintahkan untuk menulis “Arti Tuhan Dimatamu”. Rika yang

tidak memiliki pengetahuan tentang Katolik, ia pun bingung harus menulis apa.

Hingga akhirnya ia menulis dengan pengetahuan dasar yang ia miliki tentang

Tuhan. Ia menulis :

“Tuhan itu Allah, Ia Ar-Rahman, Maha Pengasih. Ar-Rahim, Maha Penyayang. Al-Malik, Maha Memerintah. Al-Quddus, Maha Suci. Al-Mukmin, Maha Pemberi Keamanan. Al-Muhaimin, Maha Memelihara.”.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 52: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

35

Rika memiliki seorang anak laki-laki dari hasil perkawinannya bernama

Rika tidak memaksakan pilihan agamanya kepada Abi. Hal ini dapat dilihat dari

Rika mendukung Abi dalam melaksanakan kegiatan agamanya seperti mengaji.

Rika selalu menjemput Abi mengaji dan menunggu Abi jika sedang sholat

berjamaah. Ketika bulan puasa tiba Rika menemani Abi untuk sahur dan

mengajarkan Abi cara membaca niat untuk berpuasa. Rika memiliki dan

mengelola toko buku bernama Footnote. Ia lebih sering menghabiskan waktunya

di toko buku tersebut. Rika memiliki sikap yang berani dan teguh pada prinsipnya.

Ketika ia sudah memilih sesuatu ia akan menjalankannya meskipun hal tersebut

ditentang oleh orang-orang sekelilingnya. Hal itu dapat dilihat dari pemilihan

agama yang ia anut sekarang. Sikap ketidaksetujuan Orang tua Rika terlihat dari

ketika Rika telah di Baptis dan mempunyai nama depan Theresia. Orang

tuanyapun memperlihatkan ketidaksetujuannya yaitu saat Rika memberitahu

orang tuanya melalui telepon bahwa ia telah di Baptis, orang tuanya langsung

menutup telepon dari Rika. Orang tua Rika juga tidak menerima kedatangan Rika

dan Abi pada saat lebaran untuk bersilaturahmi. Tetapi pada akhirnya orang

tuanya pun menerima pilihan Rika. Perdamaian itu ditunjukan oleh orang tua Rika

dengan menghadiri acara syukuran khatam Abi dan disitu Rika tetap bersikap

sopan dengan mencium tangan dan pipi kedua orang tuanya.

Tidak hanya orang tua Rika yang tidak menyetujui pilihan Rika tetapi juga

anaknya yaitu Abi yang juga tidak menyetujui pilihan Rika. Semenjak Rika

berpindah agama, Rika sering telat menjemput Abi mengaji karena Rika juga

harus mendalami agamanya yang baru dengan pergi ke gereja mengikuti kelas

baptis. Karena perubahan Rika tersebut membuat Abi menjadi kesal dan marah.

Protesnya dilakukan dengan cara tidak berbicara dengan Rika dan tidak menjawab

atau membalas sapaan dari Rika. Abi juga tidak sarapan di depan Rika. Abi

membawa segelas susunya dan minum di dalam kamar dan tidak menerima roti

yang telah Rika siapkan untuknya. Namun karena ajaran agama Abi yang

mengajarkan bahwa tidak boleh marahan lebih dari tiga hari maka Abi mencoba

untuk menghargai pilihan Rika. Abi menghampiri Rika dan akhirnya merekapun

berdamai.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 53: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

36

Hubungan Rika dengan teman seagamanya yang baru juga dibangun

dengan baik. Rika selalu menolong teman-temannya yang membutuhkan bantuan.

Tidak hanya teman seagamanya tetapi juga yang bukan seagam seperti Surya.

Saat Rika menjalin pertemanan dengan teman Gerejanya bernama Doni. Doni

menyukai pada Rika, namun tidak mendapat tanggapan dari Rika walaupun

mereka seiman. Sementara dengan Surya justru Rika merasa nyaman. Rika sering

menghabiskan waktu lebih banyak dengan Surya. Doni merasa terganggu adanya

hubungan antara Rika dan Surya maka saat Surya mementaskan tokoh Yesus di

gerejanya Doni selalu berusaha menjatuhkan Surya pada pementasan gereja.

Walaupun seorang Muslim, Surya berhasil memerankan dengan baik peran utama

pertamanya, menjadi Yesus.

Rika mempunyai seorang teman dekat laki-laki bernama Surya berumur

sekitar 28 tahun. Surya adalah seorang Islam yang juga berteman dengan Soleh

dan mantan suami Rika yaitu Panji. Surya berasal dari kalangan ekonomi yang

rendah. Hal ini bisa dilihat bahwa Surya tidak memiliki tempat tinggal yang tetap

dan pekerjaan yang tetap bahkan untuk makan sehari-haripun sulit. Setelah ia

diusir dari kosan karena sudah menunggak empat bulan, Surya menetap di dalam

mesjid. Surya bekerja di bidang entertainment. Ia sering berperan sebagai figuran

antagonis misalnya berperan sebagai preman di film-film. Ketika tidak ada

syuting Surya sering membantu untuk membersihkan mesjid. Hubungan Surya

dan Rika cukup dekat. Rika sering memberikan pekerjaan kepada Surya dan

mentraktir Surya untuk makan. Salah satu pertolongan Rika adalah Rika

menawarkan pekerjaan berperan sebagai Yesus di gerejanya dalam perayaan

Paskah. Surya sempat bingung menentukan apakah ia harus terima tawaran

tersebut atau tidak. Namun akhirnya tawaran tersebut diterima oleh Surya setelah

berkonsultasi dengan Ustadz. Ustadz tersebut menyarankan apabila hatinya tetap

kepada Allah SWT dan tidak goyah maka hal tersebut tidak apa-apa. Seperti pada

dialognya yaitu :

“Itu kan cuma fisikmu, hanya tubuhmu, walaupun kamu ada di negeri yang dzalim sekalipun, tapi kalau kamu yakin, kamu bisa jaga hatimu, keimananmu hanya untuk Allah SWT. Insya Allah aku yakin ndak ada apa-apa.”

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 54: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

37

Tetapi setelah melakukan adegan tersebut Surya tetap menangis sambil

mengaji surat Al-Ikhlas. Rika tidak hanya berhubungan baik dengan Surya namun

juga Menuk. Ia selalu ada apabila Menuk sedang sedih. Rika juga memberikan

nasihat kepada Menuk atas persoalan pernikahannya dengan Soleh.

Pekerjaan lain yang ditawarkan oleh Rika adalah ketika Rika meminta

Surya untuk berperan sebagai Santa Claus dengan tujuan menghibur anak dari

teman Rika yang sedang kritis. Tawaran tersebut kemudian di terima kembali oleh

Surya. Pada saat itu ia juga menyadari bahwa di dunia ini masih banyak orang

yang lebih menderita daripadanya. Ia menyadari bahwa di dunia ini ia ternyata

memiliki nilai dan berguna untuk orang lain yaitu dengan cara berperan sebagai

Santa Claus agar dapat menyenangkan orang lain dan bukan sekedar jadi figuran

semata. Sebelumnya Surya menghadapi suatu titik dimana ia mulai mengalami

kejenuhan karena tidak mengalami peningkatan dalam pekerjaannya sekalipun

usaha yang diberikannya cukup maksimal. Adegan tersebut terlihat pada dialog

Surya dan Rika di Toko Buku yaitu :

”Sepuluh tahun saya jadi actor mbak, cuma jadi figuran doang. Malah kadang-kadang saya berpikir dalam hidup saya, saya di dunia ini cuma numpang lewat doang.”

Oleh karena itu ia menganggap bahwa dirinya tidak cukup bernilai hidup di dunia

ini. Setelah kejadian itu Surya mulai menghargai hidup dan dirinya sendiri.

Surya kemudian terus diterima bermain di Gereja Rika bahkan pada

malam Natal Surya juga memerankan Daud sebagai ayah dari sang Juru Slamat

yaitu Yesus. Surya menerima tawaran tersebut selain karena memerlukan

pekerjaan, alasan lainnya adalah sudah sepuluh tahun ia berperan hanya sebagai

figuran antagonis. Sehingga saat ia berperan sebagai orang yang baik ia mencoba

untuk menerima tawaran tersebut. Saat pekerjaannya hanya menjadi figuran,

banyak orang yang tidak mengenal Surya dan terkadang Surya sering direndahkan

oleh masyarakat sekitar karena keadaan ekonominya yang rendah. Tetapi setelah

usaha yang ia lakukan akhirnya ia mendapatkan peran dalam film sebagai polisi

dan dari situlah orang-orang mulai mengenal Surya dan memujinya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 55: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

38

Surya tidak hanya dekat dengan Rika tetapi juga ia dekat dengan Abi. Ia

selalu menemani Abi ketika Abi belum dijemput oleh Rika sepulang mengaji.

Surya, Rika, dan Abi juga pernah jalan-jalan bersama di daerah Pasar Baru.

Kedekatan mereka ditunjukan dengan Surya menggendong Abi yang ingin

memegang lampion di pasar itu karena tubuh Abi belum sampai. Ketika Idul Fitri,

Surya bersilaturahmi ke rumah Rika dan Abi saat melihat Surya ia langsung

memeluk tubuh Surya. Surya juga merayakan ulang tahun ke 30-nya bersama

Rika dan Abi. Rika juga memberikan sebuah buku yang berjudul “Every Path

Leads to God”. Dalam buku itu tertulis bahwa :

“manusia tidak hidup sendirian di dunia, tapi dalam setapaknya masing-masing. Tiap manusia berjalan sendirian. Berjalan, berlari dan sesekali berhenti. Semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama. Mencari suatu hal yang sama dengan satu tujuan yang sama, hingga semakin dengan ke tujuan manusia semakin menyadari. Bahwa di sepanjang jalan setapak yang telah dilewati, dia takan pernah benar-benar sendiri. Manusia akan selalu bersama apa yang dia cari, bersama tujuannya yaitu Tuhan.”

Ustadz dan Romo dalam film ini berperan sebagai penetral suasana.

Ketika terjadi konflik antar sesama manusia atau pertentangan batin yang dialami

oleh umatnya. Para pemuka agama bertugas sebagai penengah. Memberikan

pemahaman terhadap apa yang belum umatnya ketahui. Menunjukan cara yang

damai untuk menyelesaikan masalah dan menampilkan tindakan yang terpuji agar

dapat diikuti oleh orang banyak. Seperti Ustadz yang bersedia membantu dalam

memberikan nasihat tidak hanya anak muda tetapi juga orang tua dengan

membawakan belanja dan memayungi orang tua tersebut pada hari hujan. Romo

yang selalu membantu tidak hanya kepada yang seiman tetapi juga yang tidak

seiman dengan memberikan pekerjaan dan berusaha memberikan pemahaman

kepada umatnya yang seiman untuk tidak bertindak bodoh, karena kebodohan

itulah yang dapat merusak iman.

Cerita mengenai agama, relasi, dan kehidupan social masyarakat

digambarkan dalam film berdurasi 100 menit. Film ini menarik karena

mempunyai pesan moral yaitu apabila sikap toleransi dapat diterapkan dalam

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 56: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

39

kehidupan sehari-hari maka akan terjadi harmonisasi kehidupan keberagamaan.

Terlebih film ini menampilkan hari besar keagamaan yang dirayakan secara

berdekatan yaitu paskah, lebaran dan Natal. Dimana sikap saling menghormati

dan menghargai sangat di perlukan untuk menghadapi persoalan social yang

terjadi di masyarakat. Tetapi jika setiap orang tidak dapat menghargai orang lain

maka akan timbul berbagai macam konflik yang digambarkan dalam film ini.

Penggunaan symbol-simbol keagamaan yang ditampilkan dalam film ini

memperkuat cerita film tersebut dengan penggunaan pakaian muslimm

penampilan dewa-dewa pada agama konghucu dan salib yang ditampilkan

mempunyai makna tersendiri yang mendukung cerita film ini. Permainan symbol

yang lainnya adalah digambarkan dengan baik dimana dalam pasar tersebut

terlihat toko yang berjualan lampion dan kaligrafi berdiri secara berdampingan hal

ini memiliki makna sebenarnya setiap etnis atau suku dapat hidup berdampingan

tanpa adanya persepsi yang negative.

Gambar 4.1 Pemain Film Tanda Tanya

(Sumber : http://mencoba-sukes.blogspot.com)

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 57: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

40

4.2 Kru dan Tokoh dalam Film Tanda Tanya

4.2.1 Perjalanan Karir Hanung Bramantyo di Orde Baru dan Reformasi Vs

Organisasi Keagamaan yang Radikal

Tabel 4.1 Perjalanan Karir Hanung di Orde Baru dan Reformasi

Orde Baru Reformasi Berorientasi pada pembangunan

Pembangunan negara diserahkan

ekonomi pada pasar Kegiatan seni diawasi Kegiatan seni dibebaskan

Bersekolah di sekolah Magang di Tempat Teguh Karya

Muhammadiyah

Kuliah di Jurusan Ekonomi Kuliah di Jurusan Perfilman (IKJ)

Pendirian Ormas dilarang Pendirian Ormas dibebaskan

Perjalanan karir Hanung terdapat dalam dua masa yaitu diantara Orde

Baru dan Reformasi. Di saat Orde Baru dimana orientasi hanya tertuju pada

pembangunan Negara dari segi ekonomi sehingga pada saat itu kesenian bukan

suatu hal yang utama. Hal itu juga mempengaruhi perjalanan karir Hanung

Bramantyo dimana ketertarikannya pada dunia kesenian khusunya teater tidak

mendapat dukungan yang cukup baik itu dari pihak keluarga maupun sekolah.

Selain itu pada masa ini nilai-nilai keluarga Hanung yaitu berasal dari keluarga

Muhammadiyah juga masih menghamabat pencapaian cita-citanya.

Sutradara film Tanda Tanya ini bernama Setiawan Hanung Bramantyo

yang lahir di Yogyakarta, 1 Oktober 1975. Putra pertama dari empat bersaudara

H.M Salim Purnomo dan Mulayani ini menempuh pendidikan di kota

kelahirannya, Yogyakarta. Ayah Hanung adalah seorang Ketua Majelis Ekonomi

Muhammadiyah dan importer pengrajin kulit di Yogyakarta. Sedang Ibunya

adalah seorang mualaf, keturunan Cina. Dalam perekonomian Hanung termasuk

dalam keluarga yang mencukupi di Yogyakarta. Dengan ekonomi keluarga yang

mencukupi sebenarnya Hanung dapat memenuhi hasratnya untuk mencapai cita-

citanya selama ini. Namun, karena keluarga Hanung yang menganut paham

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 58: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

41

Muhammadiyah yang puritan maka cita-cita Hanung harus diredam untuk

memenuhi aturan keluarganya.

Saat bersekolah di TK Aisyah Bustanul Athfal Kauman, ia telah memiliki

ketertarikan pada bidang seni khususnya pelajaran menggambar. Karena

ketertarikannya pada pelajaran menggambar seluruh buku pelajarannya ia penuhi

dengan gambar-gambar hasil karyanya. Kemudian Hanung melanjutkan

pendidikan dasar di SD Muhammadiyah Ngupasan. Saat duduk di bangku kelas 4

SD, Hanung mulai menunjukkan bakat lainnya di bidang seni yaitu teater. Kala itu

Hanung sempat bermain sebagai figuran di sebuah kelompok teater dan

memainkan drama Laura Sabuk Inten, yang mengisahkan tentang anak orang kaya

yang sering membantu anak-anak yang miskin. Tapi ketika Hanung bermain

drama, ia tak mendapat restu dari Ibunya karena pementasan teater tersebut

dilakukan dengan berkeliling. 22

Selain gemar berteater, ia juga senang menonton ketoprak yang rutin

digelar setiap peringatan tujuh belasan dan Maulud Nabi. Ketertarikan Hanung

dimulai dari kegemarannya memperhatikan efek-efek yang dibuat pada teater

tersebut. Seperti ketika adegan Nabi Musa membelah lautan, efeknya dari plastik

dan kain yang digoyang-goyangkan. Meski ia tahu bahwa itu terbuat dari plastik

dan kain, tapi menjadi luar biasa ketika di atas panggung digerak-gerakan

menyerupai laut yang terbelah. Kelas 5 SD, ia membentuk grup drama yang akan

pentas untuk acara perpisahan. Hanung membuat ide ceritanya yang terinspirasi

dari film koboi yang kala itu tengah digemari. Tapi sayangnya, pertunjukan teater

yang digagas Hanung gagal dipentaskan karena dilarang oleh Pak Suwardi, salah

seorang gurunya, tanpa alasan yang jelas.

23

22

Selain menggambar dan teater,

Hanung juga senang seni musik. Untuk menyalurkan bakat bermusiknya, ia pun

aktif di marching band sekolah. Hanya satu mata pelajaran yang tidak disukainya,

yakni matematika. Akan tetapi ibunya selalu mengkondisikan supaya Hanung

menjadi suka dan bisa. Sedemikian pentingnya matematika, sampai pelajaran lain

seolah-olah tidak penting. Matematika dan IPA seperti pelajaran yang mulia.

http://www.suara-islam.com/news/tabloid/suara-utama/2429-hanung-bramantyo-sosok-sineas-liberal 23 http://www.tokohindonesia.com/index2.php?option=com_resource&controller=article&Itemid=272&category_id=347&article=3055

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 59: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

42

Sehingga ketika Hanung mendapat nilai 10 pada pelajaran gambar, itu tidak

membanggakan ibunya.24

Setelah tamat SD, Hanung meneruskan sekolahnya ke SMP III

Muhammadiyah. Di sekolah itu, bakat kepemimpinannya mulai terlihat saat

terpilih sebagai ketua kelas dan ketua OSIS dan ia mempunyai kewenangan untuk

membuat program kegiatan di sekolahnya. Hingga ia pun lebih terfokus untuk

membuat teater sampe akhirnya Hanung di tegur karena melalaikan program yang

lain. Di bangku SMP, Hanung aktif dalam Teater Thrutuk.

25 Saat tergabung dalam

kelompok teater tersebut, ia menjalin persahabatan dengan seniman Kusen Ali P.

Kusen mempunyai paman yang juga aktif di teater. Dari situ Hanung mulai

mengenal Teater Gandrik, teater SK IAIN, teaternya M.H Ainun Najib yang

tersohor dengan kesederhanaannya. Dalam setiap pementasannya, Teater Gandrik

cuma mengisi panggung dengan kotak-kotak, tapi bisa menyajikan pertunjukan

yang isinya bagus dan selalu menyindir pemerintah. Sesudah lulus SMP, ia harus

berpisah dengan sahabat karibnya, Kusen. Kegiatan berkesenian pun sempat

terhenti karena Hanung sibuk mempersiapkan ujian. 26

Akhirnya Kusen masuk SMUN 1 yang ada teaternya. Sementara, Hanung

meneruskan ke SMU Muhammadiyah yang tidak ada teaternya karena dilarang.

Hanung sempat iri pada Kusen yang masih bisa berteater sedangkan ia tidak. Di

sekolah Muhammadiyah pihak sekolah menurut Hanung tidak menghargai seni

teater, bahkan untuk SMA, teater dianggap sebagai sesuatu yang haram. Saat

Hanung dan kawan-kawan menang mengikuti festival teater di Yogyakarta dan

menyodorkan piala ke Kepala Sekolah beliau tidak beraksi apapun dengan piala

itu dan dapat dikatan tidak bangga sama sekali

27

Hanung sejak kecil dididik untuk dekat dengan agama Islam. Selain di

sekolahkan di Sekolah Muhammadiyah dari SD sampai SMU, sejak kecil Hanung

ternyata sudah dikenalkan dengan bahasa Arab dan Mengaji Al-Qur`an.

Menurutnya :

24 Ibid 25 Haryadi, Rohmat.2008.Saat Bioskop Menjadi Majelis Taklim.Hikmah (PT Mizan Publika. Jakarta) Halaman 77 26 Ibid Tokohindonesia 27 Ibid

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 60: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

43

“Keluarga saya keluarga Muslim, keluarga Muhammadiyah. Bapal saya bahkan ketua Majelis Ekonomi Muhammadiyah. Ayah sayapun suka bergaul dengan ulama, kiai dan pemimpin Islam. Itu sedikit banyak mempengaruhi saya. Sejak kecil saya sudah disuruh mengaji dan dikenalkan dengan bahasa Arab. Bapak saya tidak ingin anak-anaknya tidak bisa mengaji.”28

Di SMA I Muhammadiyah dahulu memang terdapat kegiatan teater namun

pada saat Hanung masuk, teater sudah dibubarkan oleh kepala sekolah karena

dianggap tidak ada kegiatannya. Menurut Hanung pada waktu itu teater dianggap

kegiatan yang islami. Saat SMA Hanung meminta keluar dari sekolahnya karena

lebih memilih sekolah yang ada teaternya. Namun niatnya diurungkan ketika

mendengar ucapan sang Ayah yang mengatakan :

"Lho, bukannya kamu yang biasanya menciptakan teater itu? Seorang pemimpin itu harus bisa menciptakan." 29

Akhirnya ia berjuang membuat teater lagi dan mengikuti festival teater remaja.

Karena masih sepi peminat, Hanung pun memainkan peran ganda, selain menjadi

pemain, ia juga merangkap sebagai penulis sekaligus sutradara.

Semasa SMA Hanung pernah ingin mementaskan teater mengenai

komunitas pelacur di bawah jembatan Kali Code. Namun menurutnya sangat tidak

lucu apabila seorang pelacur memakai kerudung dan itu bisa mencoreng nama

Islam. Kemudian ia mengganti tema mengenai preman yang sudah berpisah

dengan Ibunya semenjak lima belas tahun. Setelah ia bertemu anaknya ternyata

anaknya sudah menjadi seorang preman dan disitu terdapat adegan dimana anak

preman itu bertobat dan mencium tangan orang tua dan memeluknya. Namun

adegan tersebut tidak diizinkan juga oleh Kepala Sekolah dengan alasan karena

adegan tersebut ada interaksi terhadap yang bukan muhrimnya. Kemudian

perdebatan itupun terjadi :

“Akhirnya saya ngomong dengan mazhab seni, dia ngomongnya dengan mazhab syafi’i. Dia keluarkan ayat ini dan itu bahwa

28 Ibid 29 http://www.tabloidnova.com/Nova/Selebriti/Profil-Selebriti/Hanung-Bramantyo-Rajin-Dirikan-Teater-Sekolah

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 61: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

44

perzinaan itu tidak hanya zina tubuh, tapi juga zina mata, zina begitu. Saking sengitnya berdebat, saya marah sekali. Karena saya nakal dan ngaco, sempat kepala sekolah saya itu bilang bahwa darah kamu itu halal untuk saya tumpahkan.”

Ajaran muhammadiyah yang puritan mengajarkan Hanung untuk lebih

mendalami pemahaman agama dan Al-Qur`an dalam kehidupan sehari-harinya.

Ajaran Muhammadiyah yang tertutup dengan unsur-unsur lokal dan tradisi

membuat kegemaran Hanung dalam berteater terkendala Dukungan juga tidak

diberikan dari pihak sekolah Hanung semasa SMP maupun SMA.

Ketertarikannya pada seni semenjak kecil mendorong Hanung untuk

melanjutkan kuliah ke ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta setelah lulus

SMU. Tetapi, orangtua Hanung tidak menyetujuinya. Orientasi Orde Baru yang

terfokus pada pembangunan ekonomi juga menghalangi Hanung untuk

melanjutkan kuliah di bidang kesenian. Awalnya ia ingin kuliah di Institus Seni

Indonesia di Yogyakarta namun hal tersebut tidak diizinkan oleh orang tuanya.

Orang tua Hanung menyarankan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi di

Universitas Islam Indonesia dengan jurusan ekonomi. Karena pada saat itu

ekonomi merupakan jurusan cukup menjanjikan yang nantinya dapat digunakan

untuk bekerja. Nilai-nilai yang berorientasi kekuasaan Orde Baru membuat karir

dan kreatifitas Hanung terkendala. Walaupun pada masa Orde Baru teater

bukanlah suatu hal yang dilarang oleh Negara namun konten teater tersebut

diawasi oleh pihak keamanan pemerintahan dengan tujuan untuk menjaga

kestabilan Negara. Sehingga teater-teater yang bertemakan kritik social tidak

diizinkan. Dengan pengawasan pemerintah itulah maka jarang sekali ada sekolah

yang memfasilitasi kegiatan ekstrakulikuler teater Hal itu yang membuat

kreatifitas seniman tidak berkembang dengan baik dan semua orang pada masa itu

hanya tertuju kepada pembangunan Negara dari segi ekonomi. Hal ini juga

membuat setiap produk dijadikan sebagai barang komersial. Akhirnya, Hanung

terpaksa kuliah di jurusan Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Di jurusan

Ekonomi itu Hanung tidak menyelesaikannya dan kemudian lebih memilih

mengembangkan ketertarikannya kepada seni sehingga ia pindah kuliah di

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 62: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

45

Jurusan Seni Rupa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Negeri Yogya.

Namun di IKIP Negeri Yogyapun ia tidak menyelesaikan kuliahnya. 30

Kemudian ia berhenti dari kuliahnya di Yogyakarta dan sempat menjadi

pengangguran beberapa bulam lalu ia diajak seorang teman yaitu Djaduk Ferianto

ke Jakarta untuk magang. Hanung akhirnya ikut ke Jakarta bersama temannya

yang kebetulan mereka dapat kesempatan magang bersama Teguh Karya yang

sedang membuat film Siti Zubaidah. Selama Hanung magang, orientasinya mulai

beralih. Semula ia ingin menjadi aktor, tetapi kemudian ia berambisi untuk

menjadi sutradara. Sayangnya selama magang itu ia hanya boleh melihat-lihat,

tidak diizinkan untuk memegang kamera, ikut mengurusi kostum dan properti

juga tidak diizinkan. Karena Hanung seorang yang aktif, ia berinisiatif untuk

membuatkan minum bagi semua kru. Setelah itu ia mengutarakan niatnya kepada

Teguh Karya bahwa ia ingin menjadi seorang sutradara dan Teguh Karya

menyarankan Hanung untuk kuliah ke IKJ (Institut Kesenian Jakarta) untuk

mempelajari jurusan Film pada fakultas Film dan Televisi. Pilihan Hanung untuk

kuliah di IKJ membuat Ibunya khawatir,

“Mungkin di mata ibu perilaku saya tidak mencerminkan Islam. Saat masih SMA dan kuliah memang saya masih labil. Maka ketika saya memutuskan untuk kuliah di IKJ dan di terima disana, ibu saya mungkin khawatir tentang perilaku saya yang tidak mencerminkan Islam ditambah pergaulan saya dengan seniman. Sehingga Ibu takut saya semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Karena itu, ibu saya berpesan `kalau nanti kamu sudah bisa membuat film, buatlah film tentang agamamu.`”31

Akhirnya Hanung kuliah di IKJ dan sekaligus belajar langsung pada

Teguh Karya. Pada waktu itu, sebenarnya Hanung tidak percaya bahwa institusi

bisa membentuk orang menjadi seniman. Hanung menganggap bahwa seorang

seniman lahir karena dirinya sendiri, bukan dibentuk oleh institusi apalagi

sekolah. Setelah belajar di IKJ, Hanung seperti mengerti dua hal. Dari IKJ itu

30 Ibid 31 http://nm-hidayah.blogspot.com/2008/04/hanung-bramantyo-film-islam-itu-media.html Diunduh pada 20 April 2012 pukul 21:14

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 63: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

46

Hanung mendapatkan teori tentang film dan saat ia magang di tempat Teguh

Karya ia mendapatkan olah rasa dan pengalaman nyata di lapangan.32

“Di tempat teguh Karya saya belajar rasa dan belajar berkomunikasi karena di teater popular itu sebuah sanggar bukan sebuah pena. Sementara di IKJ, saya belajar teori bagaimana membuat film, bagaimana sejarah film, dan teknologi film. Saya belajar banyak di IKJ, tetapi IKJ hanya membberikan ruang buat saya untuk melakukan olah secara teknik dan keilmuan tapi secara rasa saya bangun sendiri dari Teguh Karya.”33

Di mata Hanung Teguh Karya selalu menekankan kepada dirinya bahwa

gurumu adalah dirimu sendiri. Pesan dari Teguh Karya membuat Hanung yakin

bajwa seorang manusia bisa lahir menjadi manusia besar bukan karena orang lain

tetapi karena dirinya sendiri. Kadi di mata Hanung, seniman itu lahir bukan

karena institusi melainkan dirinya sendiri. Ketika itu juga Teguh Karya berpesan

bahwa :

“Jika kamu tidak berbuat apa-apa sekarang ini, maka jangan harap kamu akan menjadi sesuatu.”34

Ucapan Teguh Karya membuat Hanung bekerja keras dan akhirnya lahirlah film-

film Hanung yang cukup sukses di industri film Indonesia seperti Brownies

(2004), Catatan Akhir Sekolah (2005), Jomblo (2006), Lentera Merah (2006),

Kamulah Satu-Satunya (2007), Legenda Sundel Bolong (2007), dan Get Married

(2007). Pada tahun-tahun awal karirnya Hanung berkutat dengan film bergenre

percintaan, horo dan komedi. Setelah pemnuatan film Ayat-Ayat Cinta perubahan

pun terjadi.35

Hanung memang sejak lama ingin memenuhi permintaan Ibunya untuk

membuat film mengenai Islam, tetapi kesempatan itu belum datang sampai

akhirnya ia mendapat tawaran untuk membuat film Ayat-Ayat Cinta yang

diadaptasi oleh Novel berjudul sama dengan tebal 300 halaman harus diringkas

32 http://hanungbramantyo.multiply.com/journal/item/13 Diunduh pada 20 April 2012 pukul 21:27 33 Ibid 34 Ibid 35 http://id.wikipedia.org/wiki/Hanung_Bramantyo

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 64: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

47

menjadi sebuah cerita yang berdurasi hanya 2 jam. Hanung mempersiapkan

dengan matang. Ia membaca Novel, riset ke Mesir, membaca buku-buku fiqih dan

Sunnah. Saat membaca Novel ayat-ayat Cinta membuat Hanung menjadi muak. Ia

tidak tahan melihat karakter Fahri yang too good to be true. Ganteng, pintar, alim

dan dicintai perempuan-perempuan cantik secara bersamaan. Hanung tidak

menyelesaikan membaca novel itu sampai kemudian Jamal Hasan (Publish MD

Entertainment) meneleponnya dan memperkenalkan Hanyng ke Manoj Punjabi

(Producer Ayat-Ayat Cinta) yang kemudian menawari Hanung untuk memfilmkan

Novel tersebut.36

Hanung sempat bingung menerima tawaran tersebut. Akhirnya ia

membaca novel itu sampai selesai. Setelah selesai membaca Hanung menemukan

hal yang menurutnya cukup penyong bahwa novel itu tidak hanya bercerita

tentang cinta tetapi juga keikhlasan, kesabaran, sikap toleransi. Kemudian Hanung

teringat saat ia menjadi santri di tempat Kyai Syirat, Klanten.

“Ketika aku membaca novel itu, mendadak ingatanku dibawa ke masa dimana aku nyatri di tempat kuai Syirat, Klaten. Mbah Kyai tidak pernah menyuruh aku sholat, ngaji atau puasa. Padahal kyai Syirat dikenal sebagai pribadi yang keras,tidak kompromi jika menyangkut soal Syariah Islam. Mbah Kyai hanya menyuruh aku tidur. Awalnya aku aku bingung. Niatku nyantri untuk belajar agama. Tapi yang disuruhkan ke aku cuma tidur. Ternyata kyai ingin berbicara denganku tentang keikhlasan. Berbuatlah sesuatu dengan ikhlas seperti layaknya orang tidur.”37

Menurutnya dalam novel itu mengajarkan tentang ilmu Ikhlas dan sabar

yang merupakan ajaran agama Islam. Ikhlas dan sabar menurutnya bukan hanya

sikap menerima tetapi juga didalamnya ada kerelaan untuk mengerti. Setelah

membaca Novel Ayat-Ayat Cinta, Hanung menyanggupi menyutradariai film ini

walaupun pada saat pengambilan adegan Hanung dan beberapa kru lainnya

mengalami kesulitan namun tidak membuat Hanung menjadi putus asa. Kesulitan

yang dihadapi Hanung membuatnya berpikir bahwa sebenarnya Allah ingin

berbicara kepadanya tentang Ikhlas. Ikhlas menerima keadaan yang diberikan.

36 Ibid hanungbramantyo 37 Ibid

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 65: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

48

Menurutnya sebenarnya ia bisa saja mundur dari project ini karena banyaknya

kompromi namun ia tetap melanjutkannya.38

Cobaan yang dialami Hanung tidak hanya saat pembuatan film saja ia

mengatakan bahwa

“Pada saat Gala Premiere Ayay-Ayat Cinta, pacar yang tadinya

akan aku nikahi, memutuskan hubungan denganku dan menikah dengan orang lain.”

Namun peristiwa tersebut mempunyai hikmah bahwa ia berhasil menarik

penonton film Ayat-Ayat Cinta menjadi sekitar tiga juta penonton. Di tengah-

tengah situasi itu Hanung teringat bagaimana semasa SMA dan kuliah Ibunya

sering menangis ketika melihat dirinya yang nakal seperti mabuk, tidak pernah

sholat, berganti-ganti pacar dan melukai hati perempuan yang sebenarnya harus ia

sayangi. Ia juga teringat mantan istrinya yang ia tinggalkan untuk mengejar karir

dan memaksa mantan istrinya untuk mengerti dirinya tanpa sedikitpun Hanung

mengerti perasaannya. Menurutnya film Ayat-Ayat Cinta menyadarkannya

tentang arti hidup, karir, agama dan perempuan. Setelah pembuatan film Ayat-

Ayat Cinta kemudian Hanung lebih terfokus pada film-film religi seperti

Perempuan Berkalung Sorban, Sang Pencerah dan Tanda Tanya.39

Menjelang Orde Baru berakhir inilah Hanung mulai serius di dunia

perfilam. Sampai akhirnya ia menamatkan pendidikan di IKJ. Pada Tahun 2000

dimana tahun-tahun tersebut adalah tahun awal industri perfilman Indonesia

menjadi tuan rumahnya sendiri. Banyak sineas dalam negeri yang menghasilkan

karya-karyanya dengan berbagai tema sudah mulai diusungkan menjadi karya

seni. Terlebih di Era Reformasi terdapat kebebasan seniman dan sineas untuk

mengekspresikan karyanya. Pada era ini tema-tema yang sedang popular dijadikan

sebuah film bergenre drama dan horor. Dalam hal ini film-film percintaan dan

horor menjadi sesuatu yang komersial untuk dijual di industri perfilman. Pada

tahun-tahuun ini juga banyak film percintaan yang menjual mimpi dan tidak

menggambarkan konteks masyarakat Indonesia pada umumnya. Film-film pada

tahun ini masih banyak yang menampilkan kekayaan baik itu terlihat dari

38 Ibid 39 Ibid

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 66: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

49

kepemilikan maupun gaya hidup. Sehingga film tersebut hanya mewakili

kalangan kelompok tertentu di Indonesia

Hanung Bramantyo pada awal karirnya mengikuti perkembangan selera

pasar dimana film layar lebar pertamanya adalah Brownies di tahun 2004 yang

bercerita tentang kisah percintaan wanita yang sukses dan cantik namun kisah

cintanya tidak sesukses karir di pekerjaannya. Sampai akhirnya wanita tersebut

menemukan pria yang tepat yang berbeda jauh dengan pribadi mantan pacarnya

yang dahulu. Dengan hubungannya yang baru dengan seorang pria bernama Ari,

ia memiliki kesamaan dalam berbagai hal salah satunya adalah mereka berdua

sama-sama menyukai brownies dan brownies dijadikan pelarian apabila mereka

sedang banyak pikiran. Pada tahun-tahun ini juga banyak film percintaan yang

menjual mimpi dan tidak menggambarkan konteks masyarakat Indonesia pada

umumnya. Film-film pada tahun ini masih banyak yang menampilkan kekayaan

baik itu terlihat dari kepemilikan maupun gaya hidup. Sehingga film tersebut

hanya mewakili kalangan kelompok tertentu di Indonesia

Kemudian film selanjutnya adalah Catatan Akhir Sekolah pada tahun

2005. Dimana film ini menceritakan kisah masa SMA yang memiliki banyak

kenangan baik itu kenakalan maupun prestasi siswa-siswi SMA. Lagi-lagi film ini

juga menampilkan sisi percintaan remaja SMA dengan berbagai konfliknya.

Hanung bermain-main tidak hanya dengan tema-tema percintaan namun ia juga

pernah membuat film horor pada tahun 2007 yang berjudul Legenda Sundel

Bolong. Kemudian perubahan terjadi di tahun 2008 seiring dengan makin

melonggarnya kebebasan untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapat. Film

pun mempunyai peranan sendiri dalam memberikan kontribusinya mengeluarkan

pendapat.

Dimulai pada tahun-tahun 2008 mulai bermunculan tema-tema sensitive

seperti perbedaan agama seperti Ayat-Ayat Cinta, 3 hati, 2 dunia, 1 cinta, cin(T)a

yang menceritakan tentang agama yang sebelumnya tema tersebut tidak pernah

diangkat dalam suatu film. Karena tema-tema sensitive dianggap kurang menjual

untuk dapat bersaing di industri film. Kemudian pada tahun 2009 muncul film-

film yang menjelaskan konteks keadaan masyarakat di daerah pedalaman atau

pinggiran Indonesia seperti Laskar Pelangi dan Garuda di Dadaku. Tahun-tahun

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 67: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

50

selanjutnya perfilman Indonesia semakin berani mengangkat tema-tema sensitive

seperti agama, etnis dan mengkritik masyarakat Indonesia di masa sekarang ini,

walaupun tidak dapat dipungkiri tema-tema komersil seperti percintaan dan horor

masih membanjiri bioskop-bioskop tanah air. Salah satu isu sensitive yang berani

diangkat oleh Hanung Bramantyo adalah Tanda Tanya.

Tanda Tanya juga merupakan respon dari yaitu Hanung Bramantyo yang

muak terhadap dominasi film berbau seks dan horor di tanah air. Dengan

membuat film Tanda Tanya ini Hanung ingin menunjukan bahwa film yang

bertema selain horor dan percintaan juga digemari masyarakat Indonesia.

Kemuakan Hanung dilatarbelakangi keadaan produser Indonesia yang enggan

menginvestasikan dana-nya terhadap film-film yang temanya tidak populis dan

tidak menjual. Ia membuktikan kekeliruan para produser tersebut dengan berhasil

membuat film yang temanya tidak populis namun digemari masyarakat.

Kreatifitas para seniman untuk memasarkan produknya semakin beragam.

Kebebasan di masa Reformasi memberikan kemajuan di dalam dunia perfilman

baik itu dari segi cerita yang semakin variatif maupun dari segi pemasaran.

Pemasaran film ini tidak hanya terletak dari judul film namun juga Hanung terus

berupaya untuk membuat produknya menjadi sesuatu yang menguntungkan. Cara

Hanung untuk terus menghasilkan pundi-pundi uang adalah dengan membuat film

tersebut dalam bentuk DVD dan Novel. Peluncuran DVD dan Novel tersebut

dilaksanakan sekitar satu tahun setelah perilisan film.

Di Era reformasi gerakan kemasyarakatan seperti Ormas dan LSM mulai

mendapat peluang untuk bergerak. Suasana politik yang semakin longgar

kelompok ini semakin leluasa dalam menyuarakan aspirasi dan mengekspresikan

gerakannya. Dengan adanya kebebasan tersebut munculah gerakan-gerakan

kemasyarakat salah satu yang belakangan ini menjadi sorotan adalah gerakan

Islam dimana gerakan tersebut menuntut agar ajaran Islam diberlakukan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih respon yang diberikan oleh

kelompok Islam radikal yang terkadang mereka sulit sekali untuk berkompromi,

bersikap eksklusif, dan mengesahkan cara-cara kekerasan untuk

mengaktualisasikan ideologinya. Munculnya gerakan Islam tersebut juga

mewarnai dinamika perfilman Indonesia.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 68: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

51

Kelompok-kelompok garis keras tersebut tidak segan-segan untuk

melakukan aksi demonstrasi dan sweeping (penangkapan) terhadap produk-

produk yang menurut kelompok mereka tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam

tindakannya kelompok ini tidak segan-segan untuk melakukan tindakan kekerasan

atas nama agama. Mencuatnya berbagai organisasi kemasyarakatan setelah Orde

Baru yang menjamin kebebasan individu berdampak pada tingginya partisipasi

masyarakat untuk mengawasi atau mengontrol kegiatan ekonomi, social dan

politik di Indonesia. Tetapi sangat disayangkan partisipasi masyarakat sipil

tersebut terkadang menghambat pembangunan nasional.

Salah satunya adalah Front Pembela Islam (FPI) yang sering melakukan

aksi-aski kekerasan terutama yang dilakukan oleh laskar paramiliternya yakni

Laskar Pembela Islam. Misalnya mereka merazia klub malam, minuman keras,

pelacuran bahkan film juga dapat menjadi target sasaran mereka. Dengan melihat

pola hubungan idealisme yang mereka sosialisasikan tampak jelas bahwa

kelompok ini telah menjadikan nilai-nilai agama sebagai dasar dalam membentuk

pola hubungan social, ekonomi dan politik. Demokrasi memberikan kebebasan

individu termasuk memberikan celah terciptanya anarkisme gerakan

fundamentalis berbasiskan agama yang justru menjadi pertentangan bagi konteks

social dan budaya masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak mengenal

gerakan keagamaan yang bersifat ideologis dan eksklusif. Sebaliknya, masyarakat

Indonesia justru lebih suka keterbukaan, toleransi, tidak suka konflik termasuk

beragama. Oleh karena itu, agama apapun bisa masuk dan terserap dalam

kehidupan masyarakat secara damai, tanpa konflik dan gejolak social yang berarti.

Sikap seperti itulah yang menjadikan negara Indonesia mempunyai semboyan

Bhineka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda namun tetap satu jua.

Kelompok ini juga melakukan aksinya terhadap film Tanda Tanya yang

menuntut agar film karya Sutradara Hanung Bramantyo untuk tidak ditonton dan

disiarkan karena film ini dianggap sesat. Mereka menganggap sesat film ini

dikarenakan tema pluralisme yang ada dalam film ini tidak sesuai dengan ajaran

agama kelompok Islam radikal ini. Beberapa adegan dalam film ini menuai protes

berbagai ormas Islam seperti FPI dan Suara Islam. Mereka menganggap bahwa

film Tanda Tanya dapat merusak aqidah umat Islam sehingga mereka

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 69: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

52

mengharamkan film tersebut untuk ditonton masyarakat Indonesia. Mereka

melakukan sweeping (penangkapan) terhadap bioskok-bioskop yang masih

menayangkan film tersebut. Oleh karena itu film tersebut tidak bertahan lama,

hanya sekitar 2 sampai 3 minggu beredar di bioskop Indonesia. Tidak hanya itu

saja mereka juga melakukan aksi demo di depan kantor SCTV yang berniat

menayangkan film Tanda Tanya pada malam lebaran. Sikap anarkis inilah yang

sering menyebabkan terjadinya konflik dan bentrokan antara kepentingan

organisasi tertentu di masyarakat.

4.2.2 Riyanto : Pahlawan di Malam Natal

Riyanto adalah salah satu tokoh yang diangkat dan diperankan oleh Reza

Rahardian sebagai Soleh dalam film Tanda Tanya. Riyanto adalah anggota Banser

dari pengurus cabang Nahdatul Ulama (NU) di Mojokerto, Jawa Timur. Riyanto

lahir di Kediri pada tanggal 23 November 1975 merupakan putra sulung dari

enam bersaudara Sukarmin dan Katinem. Pria lulusan Sekolah Menengah Pertama

(SMP) ini selain menjadi Banser ia juga bekerja di sebuah bengkel dan menjual

tahu dan tempe di koperasi Maja Sejahtera. Walaupun ia lelah bekerja namun

Riyanto selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama tema-teman

Bansernya baik itu untuk berjaga maupun hanya berbincang-bincang. Pada tahun

2000 sebagai anggota Banser ia dan kawan-kawan yang lain mendapatkan tugas

untuk membantu polisi menjaga keamanan perayaan Natal di Gereja Eben Haezer,

Mojokerto.40

Suasana yang aman pada malam Natal di Gereja Eben Haezer itu tampak

seperti Natal di tahun-tahun sebelumnya. Namun keadaan tersebut berubah sekitar

pukul 20.30 WIB seorang jemaat Gereja mencurigai sebuah bingkisan yang

tergeletak di trotoar jalan persis di depan Gereja. Saat itu Riyanto yang sedang

berjaga tak jauh dari tempat bingkisan itu berada memberanikan diri membuka

bingkisan berwarna hitam tersebut di depan petgas pengaman Gereja Eben Haezer

dan juga ada seorang polisi Polsek Prajurit Kulon yang menyaksikannya. Setelah

membuka bingkisan plastik tersebut ternyata ada sepasang kabel yang menjulur

dan mengeluarkan percikan api. Saat melihat percikan api tersebut Riyanto

40 http://gp-ansor.org/26496-11042011.html DIunduh pada 19 Mei 2012 pukul 12:23

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 70: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

53

meminta semua orang yang ada disikatarnya untuk tiarap dan kemudian Riyanto

melemparkan bingkisan tersebut ke tempat sampah namun ternyata lemparan

Riyanto tidak mengenai tempat sampah tersebut. Riyanto kemudian berinisiatif

untuk mengamankan bom tersebut dengan memungut kembali dan

melemparkannya ke tempat yang jauh dari Gereja tersebut. Namun sayangnya

bom meledak dalam pelukan Riyanto sebelum bom itu dilempar. Tubuh Riyanto

terlempar oleh ledakan tersebut dan setelah tiga jam kemudian, sisa-sisa tubuh

Riyanto baru ditemukan di sebelah utara komplek Gereja tersebut atau sekitar 100

meter dari pusat ledakan. Jari tangan dan wajah Riyanto pun hancur.41

Keluarga Riyanto saat kejadian itu mendapatkan kabar sekitar tengah

malam bahwa ada bom yang meledak dan Riyanto menjadi korban. Mendengar

berita tersebut keluarga Riyanto segera datang ke lokasi untuk memastikan.

Menurut pihak keluarga beberapa hari sebelum kejadian pengeboman tersebut

Riyanto mengatakan bahwa dirinya ingin mati demi Negara asal dapat mati

dengan syahid. Kakak Riyanto bernama Bintoro mengatakan bahwa kisah yang

dapat dijadikan pelajaran atas kematian adiknya adalah bukan agama yang sama

tetapi setiap agama mengajarkan kedamaian, itulah mungkin yang menjadi alasan

Riyanto melakukan tindakan heroik tersebut.

42

4.2.3 Reza Rahadian : Replikasi tokoh Riyanto dalam Film Tanda Tanya

Reza Rahadian lahir pada 5 Maret 1987 memulai karirnya di dunia hiburan

dengan menjadi seorang model. Ia berhasil menjurarai Favorite Top Guest

majalah Aneka Yess! Pada tahun 2004. Menjadi aktor sudah menjadi cita-cita

Reza Rahadian sejak ia masih kecil. Makanya tak heran bila ia lantas aktif

berkegiatan teater, pada saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sejak itu Ia sangat suka acting dan merasa tenar. Drama, Hanoman, adalah

pengalaman pertamanya beracting dan membuatnya sadar kalau Ia memiliki bakat

di dunia ini. Selain itu, anak pertama dari dua bersaudara ini juga rajin

41 http://www.indonesiamedia.com/2010/09/29/dosa-kita-pada-riyanto-pahlawan-bom-malam-natal/ Diunduh pada 19 Mei 2012 pukul 12:20 42 Ibid gp-ansor

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 71: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

54

mendaftarkan diri di berbagai ajang pemilihan model yang diadakan oleh

sejumlah majalah remaja tingkat nasional. Jerih payahnya tidak sia-sia. Reza

berhasil menyabet juara Favorit Top Guest majalah Aneka Yess!! Tahun 2004.

Kemenangannya tersebut semakin membulatkan tekadnya untuk mewujudkan

cita-cita masa kecilnya. Ia sering mendatangi berbagai casting sinetron serta film.

Namun, jalan yang harus ditempuh Reza sangatlah tidak mudah. Reza harus

menunggu selama satu tahun sebelum akhirnya mendapat sebuah peran

pertamanya di sinetron produksi Rapi Film yang berjudul “Culunnya Pacarku”

ditahun 2005. Kesempatan yang datang tersebut dimanfaatkan Reza dengan

sebaik-baiknya. Ia berusaha mengerahkan seluruh kemampuan akting yang ia

miliki. Terbukti, ia kembali dipercaya pihak Rapi Film untuk bermain dalam

sinetron produksi mereka. Sebut saja sinetron Inikah Rasanya, Mutiara Hati, Cinta

SMU 2, ABG dan Aku Hamil.

Aktor Pengagum Deddy Mizwar ini mengaku senang karena akhirnya cita-

cita masa kecil bisa terwujud. Apalagi karena honor yang diperolehnya, ia dapat

menghidupi mama dan adik perempuan semata wayangnya sebagai tulang

punggung keluarga. Kini, usaha keras Reza menjadi yang terbaik di dunia hiburan

mulai membuahkan hasil. Setidaknya bisa diliat sejumlah judul film dan sinetron

yang ia bintangi. Bahkan dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) yang sudah

diadakan beberapa kali, nama Reza Rahardian masuk dalam deretan nominasi

sebagai aktor dan pemeran pembantu terbaik berkat akingnya dalam berbagai

judul film seperti; "Emak Naik Haji” Pada Tahun 2009, “Perempuan Berkalung

Sorban” Tahun 2009. Dan baru bisa mewujudkan menjadi juara FFI di tahun 2010

sebagai aktor pemeran utama terbaik dengan sebuah film berjudul “3 Hati 2 dunia,

1 cinta”. Setelah mengungguli nominasi terbanyak sebagai aktor pemeran utama

terbaik dengan judul film lainnya yakni “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”.43

Ketertarikannya dalam dunia film juga terlihat melalui hobbynya yang

sering menonton film Prancis mengatakan bahwa film Perancis lebih banyak

menampilkan romantika dalam film dan joke-nya. Menurutnya dialog-dialog

43 http://ceritamu.com/Info/Individu/Reza-Rahadian Diunduh pada 21 Mei 2012 pukul 13:35

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 72: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

55

dalam film Perancis berbeda dengan film Hollywood. Film Perancis elbih dekat

dengan kehidupan sehari-hari, walaupun dialog dalam film tampak agak absurd

namun menurutnya dialog film Perancis sanggat kritis.44

Ia bekerjasama dengan Hanung Bramantyo tidak hanya pada film Tanda

Tanya saja tetapi juga sudah bermain lebih dahulu dalam film Queen Bee dan

Perempuan Berkalung Sorban yang juga disutradari oleh Hanung.

45 Beberapa

judul sinetron pun dijajalnya. Abg, Habibi dan Habibah, Cinta SMU 2, Idolam

Culunnya Pacarku dan Inikah Rasanya adalah beberapa judul sinetron yang

pernah ia lakoni.46

Dengan pencapaian tersebut Reza Rahadian merasa belum puas karena

keinginannya untuk memerankan karakter psikopat. Ia merasa bahwa peran

tersebut lebih menantang dan sangat bagus untuk diangkat menjadi sebuah film.

Kesuksesannya dalam dunia Film membuatnya berhasil

mendapatkan Piala Citra tahun 2009 sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik

dalam film “Perempuan Berkalung Sorban” dan Aktor terbaik pada Festival Film

Indonesia tahun 2010 sebagai “Tiga Hati, Dua Dunia, Satu Cinta.”

47

44

Reza Rahadian terlibat dalam film Tanda Tanya sebagai Soleh setelah dihubungi

Hanung untuk mengikuti casting testing. Hanung sendiri awalnya bingung untuk

menentukan tokoh apa yang cocok untuk Reza, pilihannya antara Soleh dan

Hendra. Setelah mengikuti casting diputuskan bahwa Reza akan memerankan

tokoh sebagai Soleh. Sutradara Hanung Bramantyo sendiri memberikan

kebebasan sepenuhnya untuk mendalami tokoh Soleh tersebut. Menurut Reza

sendiri kesulitan dalam memerankan kepada Soleh memerlukan pemahaman

psikologis dan emosional. Hanung juga membantu Reza dengan memberikan

http://www.slidegossip.com/2011/03/hobi-nonton-film-perancis-reza-rahadian.html Diunduh pada 19 Mei 2012 pukul 13:28 45 http://id.wikipedia.org/wiki/Reza_Rahadian Diunduh pada 19 Mei 2012 pukul 12:57 46 http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/r/reza_rahadian/ Diunduh pada 19 Mei 2012 pukul 13:02 47 http://forum.detik.com/semua-hal-tentang-reza-rahadian-t258745.html?langid=1 Diunduh pada 19 Mei 2012 13:07

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 73: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

56

referensi melalui tokoh Ritanto dengan mengambil latar belakang peristiwa

Riyanto meninggal.48

4.2 Profil Film

Tabel 4.1 Profil Film

Tanda Tanya Informasi

Informasi umum Judul Film Tanda Tanya Durasi 100 menit Genre Drama Lokasi Film Semarang - Jawa Tengah Setting Tahun dalam Film 2010 Liris Film 4 April 2011

Distributor Mahaka Pictures dan Dapur Film

Agama yang ditampilkan dalam Film Islam, Katolik, Konghucu

Etnis yang ditampilkan dalam Film Lagu pada film

Jawa dan Tionghoa Pasti ku Bisa – Sheila On 7 Yang terlewatkan – Sheila On 7 Kita – Sheila On 7 Pada Suatu Ketika – Sujiwo Tejo

Kru Film Sutradara Hanung Bramantyo Penulis Titien Wattimenna Produser Celerina Judisar Hanung Bramantyo Produser Eksekutif Erick Thohir Produser Pelaksana Talita Amalia Penyunting Cessa David Luckmansyah Sinematografi Yadi Sugandi Penata Musik Tya Subiakto Penata Suara Satrio Budiono Penata Kostum Retno Ratih Damayanti Penata Artistik Fauzi Pemilih Peran Zaskia Adya Mecca Pemain

48 http://areamagz.com/article/read/2011/05/18/tanda-tanya- Diunduh pada 19 Mei 2012 pukul 13:21

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 74: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

57

Pemeran Utama : Agus Kuncoro Sebagai Surya Endhita Sebagai Rika Henky Solaiman Sebagai Tan Kat Sun Revalina S. Temat Sebagai Menuk Reza Rahardian Sebagai Soleh Rio Dewanto Sebagai Ping Hen (Hendra) Pemeran Pembantu : Baim Sebagai Abi David Chalik Sebagai Ustadz Deddy Sutomo Sebagai Romo Edmay Solaiman Sebagai Lim Giok Lie Glenn Fredly Sebagai Doni

Film karya Hanung Bramantyo bertajuk tanda Tanya ini dirilis pada 4

April 2011 ditayangkan sekitar 144 bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Film yang

menelan biaya sebesar 5 miliar rupiah mengambil setting di daerah Semarang

Utara, kawasan Kota Lama yang berpadu dengan kawasan pecinaan. Para kru dan

pemain film TandaTanya melakukan syuting selama dua minggu di daerah

tersebut. Cerita film ditulis oleh Titien Wattimen, tetapi Hanung Bramantyo

sendiri ikut juga terlibat dalam membuat dialog-dialog dalam film. Film ini

menghadirkan aktor dan aktris pendatang baru maupun senior. Penggambaran

setiap karakter dalam film sangat kuat. Misalnya Hengky Solaiman yang berhasil

memerankan seorang Tionghoa yang sakit-sakitan namun tetap bersemangat

dalam menjalankan usahanya. Rio Dewanto yaitu aktor pendatang baru namun

sukses memainkan emosi-emosinya dalam film ini. Revalina S. Temat yang juga

ikut terlibat dalam film ini berperan sebagai Menuk, berhasil mencerminkan sosok

seorang istri yang lembut dan pekerja keras. Agus Kuncoro yang berperan sebagai

Surya memberikan warna berbeda dalam film ini, ia menampilkan sikap

kepolosannya yang membuat penonton tergelitik dengan tingkahnya. Lalu sikap

kejawaan yang dimainkan dengan baik oleh Reza Rahardian. Serta karakter

Endhita yang berperan sebagai Rika mempunyai sikap ceria melengkapi

keanekaragaman karakter dalam film ini.

Film berdurasi 100 menit diproduksi Mahaka Pictures dan Dapur Film

pada pekan pertama pemutaran film berhasil menembus jumlah penonton sekitar

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 75: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

58

100 ribu penonton. Pada pekan terakhirnya sebelum film ini dihentikan

penayangannya akibat aksi protes yang dilakukan beberapa pihak, film ini

berhasil menembus angka sekitar 552.612 penonton.49 Sehingga film ini termasuk

10 film terlaris pada tahun 2011 dan berhasil mendapatkan piala FFI 2011 dengan

kategori sinematografi terbaik dan berhasil merauk keuntungan kira-kira sebesar

Rp. 6.052.240.00050

memiliki tagline “Masih Pentingkah Kita Berbeda” mengajak

para penontonnya

Gambar 4.2 Poster Film Tanda Tanya

(Sumber : http://dapurfilm.com )

49 http://filmindonesia.or.id/movie/viewers#.T5JuJdnTiAN Diunduh pada tanggal 21 April 2012 pukul 15:37 50 Asumsi yang digunakan adalah dengan menghitung jumlah penonton film dengan rata-rata harga tiket bioskop pada tahun 2011 sebesar Rp.20.000,-/ penonton.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 76: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

59

untuk melihat Indahnya perbedaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Film

ini juga didukung oleh musisi ternama seperti Sheila On 7 dan Sujiwo Tejo yang

membuat adegan dalam film ini semakin menarik dengan iringan lagu mereka.

Pemilihan lagu dalam film dilakukan sendiri oleh Sutradara Hanung Bramantyo

saat ia membuat video klip lagu Sheila On 7 yang berjudul Pasti Ku Bisa. Hanung

tertarik dengan lagu tersebut kemudian Hanung mendengarkan semua lagu Sheila

on 7 pada album Berlayar dan memilih lagu yang sesuai untuk menggambarkan

film tersebut. Kemudian ada pula lagu Sujiwo Tejo yang berjudul Pada Suatu

Ketika lagu tersebut berbahasa Jawa yang menceritakan tentang harapan

seseorang untuk mengakhiri permusuhan yang mengakibatkan korban jiwa

maupun raga. Hanung juga dibantu oleh Tya Subiyakto dalam menata music

untuk film ini.

4.3.1 Judul yang merupakan strategi pemasaran film

Protes, ancaman dan hujatan bisa juga mendongkrak jumlah penonton

suatu film. Selama dekade terakhir, terlihat semacam pola bahwa film-film

Indonesia yang diprotes atau menimbulkan kontroversi seputar bintangnya atau

temanya menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi di kalangan penonton film.

Artinya, keberatan suatu pihak yang menimbulkan pertentangan telah

meningkatkan nilai jual suatu film. Media massa kita pun, tampaknya lebih

tertarik meliput kontroversi seputar bintang film atau tema film, ketimbang

menyajikan kritik yang dapat memandu penonton mencari film yang cocok.

Hasilnya, film-film kontroversial mendapat banyak iklan gratis di media massa.

Pemasaran film tidak harus dilakukan dengan roadshow, iklan atau launching

secara resmi. Pemasaran untuk film juga dapat dilakukan melalui judul dan

produk-produk lainnya yang dapat mendukung kesuksesan film tersebut.

Dalam film yang bertajuk TandaTanya ini orang-orang akan penasaran aka

isi film tersebut. Ketidakjelasan judul pada film dan desas-desus yang menyertai

isi film ini mengundang masyarakat untuk menonton film ini. Hanung

memberikan film ini bertajuk Tanda Tanya karena ia merasa kebingungan untuk

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 77: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

60

menjelaskan isi film yang kompleks ke dalam sebuah judul. Seperti yang

dikatakanya :

“Saya sendiri menamakan film ini Tanda Tanya karena saya merasa kebingungan mencari judul yang pas untuk menggambarkan kondisi di Indonesia yang tergambar di film ini. Ya saya akui ini semacam strategi marketing juga.”

Dengan ketidakjelasan judul tersebut maka pihak Dapur Film dan Mahaka

Pictures membuat semacam sayembara kepada masyarakat untuk memberikan

judul yang tepat pada film ini. Judul tersebut akan dipilih dan dicantumkan dalam

bentuk novel dan DVD. Sayembara yang bernilai Rp. 100.000.000 itu

dimenangkan oleh wanita bernama Heti yang berasal dari Cirebon. Heti

memberikan judul “Harmoni Dalam ?”.

Perilisan Novel dan DVD pada Februari 2012 dipicu oleh tingginya animo

masyarakat untuk menonton, maka film Tanda Tanya pun dihadirkan dalam

bentuk kepingan DVD, yang diproduksi dan didistribusikan JIVE. Film ini pun

dihadirkan dalam bentuk Novel yang diterbitkan oleh Mahaka Pictures bekerja

sama dengan Mahaka Penerbit. Ada sekitar Ada sekitar 3.000 keping DVD Tanda

Tanya yang diproduksi oleh Jive. Menurut Hanung ia menggunakan DVD dan

novel untuk memasarkan filmnya karena Film dan Novel adalah medium yang

berbeda. Novel memiliki kemampuan untuk mejabarkan suatu kondisi dengan

lebih tepat lewat metafora, alegori dan kata-kata puitis yang tidak bisa dijangkau

medium film. Novel Tanda Tanya ini menyentuh ruang yang lebih dalam, yang

tidak dimiliki oleh filmnya. Menurut Iqbal yaitu staff Mahaka Publishing novel ini

memberikan latar belakang yang lengkap dari masing-masing karakter, sehingga

pembaca bisa menyimpulkan sendiri dengan sudut pandang yang berbeda.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 78: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

61

Gambar 4.3 : Media Pemasaran Film Tanda Tanya

(Sumber http://m.boleh.com)

4.4 Proses pembuatan Film Tanda Tanya : Keluar Dari Selera Pasar

Titien Wattimena pertama kali bertemu dengan Hanung pada September

2010 dimana pada waktu itu Titien diberikan waktu satu bulan untuk

menyelesaikan cerita tentang empat kisah nyata yang diaplikasikan ke tokoh-

tokoh yang ada di film itu. Tokoh Hengky Soelaiman terinsiprasi dari produser

India yang sangat religius. Produser tersebut beragama Hindu tapi ia sangat

toleran dengan mereka yang muslim bahkan mengingatkan untuk Sholat.

Mulanya, pemilik toko akan diperankan oleh orang India. Tapi, karena

alasan budget akhirnya dibatalkan. Kemudian tokoh Reza Rahardian yang

terinspirasi dari tokoh banser Riyanto di Mojokerto yang menyelamatkan Gereja

di malam Natal. Tokoh Rika yang diperankan oleh Endhita yaitu seorang wanita

yang berpindah keyakinan itu dialami sendiri oleh seorang teman baik Hanung.

Lalu Agus Kuncoro yang berperan sebagai Surya dimana ia bekerja sebagai

figuran yang selalu bermain cerita antagonis dan mendapatkan peran menjadi

Yesus dan SantaClaus. Cerita tokoh tersebut Hanung ketahui saat ia

bekerjasamanya dengan seseorang bernama Dobleh pada film Sang Pencerah.

Dari keempat cerita itu Hanung memberikan kepercayaan terhadap Titien

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 79: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

62

Wattimena untuk mengolahnya menjadi multiplot. Setelah membuat naskah film

tersebut, Hanung membuat revisi dari naskah Titien kemudian setelah

mendapatkan revisi Titien mengedit naskah yang telah direvisi Hanung.

Ide pembuatan film Tanda Tanya ini menurut Hanung sudah datang ketika

ia menggarap film Perempuan Berkalung Sobran. Ia lahir dan tumbuh di

lingkungan keluarga yang majemuk dan ia masih keturunan Cina. Di keluarga

besar Hanung juga ada yang berbeda agama. Jadi ia sudah akrab dengan kondisi

ini. Selanjutnya ia terinspirasi dari beberapa tokoh yang benar-benar ada dalam

kehidupan nyata. Disitu kemudian Hanung Bramantyo merangkum dan

meletakannya dalam satu lokasi di Semarang.

Hanung memilih lokasi semarang karena menurutnya kota Semarang

sangat artistic dan cocok untuk dijadikan studio film. Selain itu tujuannya memilih

Semarang adalah Hanung ingin lepas dari kota Jakarta yang tidak efektif untuk

syuting film karena dalam satu hari ia bisa kehilangan satu atau dua jam hanya

untuk di jalanan. Semarang menurutnya kota yang aman dan jarang ada konflik.

Di film Tanda Tanya ini yang bercerita tentang multi etnik, Semarang sendiri

mewakili karakteristik tersebut. Di Semarang ada lima agama tetapi dalam

kehidupan sehari-harinya tidak ada penusukan terhadap sesama umat beragama.

Tujuan Hanung mengangkat film tentang kehidupan keberagamaan karena

ia ingin menyampaikan pesan apa itu Islam yang sesungguhnya. Menurutnya

kebanyakan orang sekarang cendrung mengonotasikan Islam adalah agama yang

radikal, agama bom, terroris, tidak toleran. Padahal sesungguhnya dalam kitab

suci umat Islam pun ayat tentang jihad porsinya jauh lebih sedikit dibanding

dengan ayat-ayat yang mengingatkan untuk sabar dan ikhlas. Hanung ingin orang

membaca Islam yang sebenarnya. Sehingga di dalam film juga Hanung terus

menerus menampilkan tentang kebaikanm ikhlas, dan bermanfaat untuk orang-

orang disekelilingnya.

Tantangan yang didapatkan Hanung dalam pembuatan film ini adalah

pendanaan. Film ini sempat tidak berjalan beberapa saat akibat tidak ada produser

yang berminat untuk membiayai film ini karena dianggap tidak menjual dan

menyajikan tema yang tidak populis. Hanung kecewa dengan produser film

Indonesia yang hanya memikirkan keuntungan secara financial. Ia mengatakan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 80: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

63

bahwa semua orang ketakutan karena dalam film ini mengangkat banyak agama.

Satu hal yang membuatnya heran adalah ketika ia menawarkan film ini kepada

produser yang beragama Kristen, produser tersebut menolak dengan alasan dalam

film ini ada tokoh yang pindah agama menjadi Katolik. Hanung merasa bahwa

kebanyakan orang Indonesia terlalu takut akan hal-hal nyata dan mereka mencoba

menutupinya, padahal hal-hal tersebut benar-benar terjadi. Menurut Hanung

ketakutan tersebut yang membuat mereka menjadi tidak bijak dan menjadi penjara

bagi diri Mereka sendir. Akhirnya Hanung bertemu dengan pihak Mahaka

Pictures dan pihak Mahaka mau bekerjasama dengan Dapur Film yaitu rumah

produksi milik Hanung untuk melanjutkan film tersebut.

4.5 Respon Masyarakat : Sikap Pro dan Kontra

Pada bulan April Lembaga Sensor Indonesia telah meloloskan film Tanda

Tanya yang menceritakan tentang kehidupan keberagamaan di suatu daerah di

Semarang. Munculnya film Tanda Tanya memunculkan sikap pro dan kontra

menanggapi film ini. Pada pemutaran filmnya di bioskop-bioskop seluruh

Indonesia beberapa pihak merasa terganggu dengan beberapa adegan yang

menurut mereka tidak sesuai dengan akidah Islam. Pihak-pihak yang merasa

terganggu tersebut melakukan tindakan protes baik itu melalui media elektronik,

media massa, ataupun secara radikal. Beberapa pihak bahkan turun langsung

untuk melakukan protes dengan meminta para pemilik bioskop untuk tidak

menayangkan film yang dianggap oleh kelompok tersebut sebagai film sesat.

Dengan protes yang dilakukan secara besar-besaran tersebut maka

akhirnya film Tanda Tanya hanya bertahan 2-3 minggu di bioskop-bioskop

Indonesia. Tidak hanya itu setelah penarikan film tersebut, kepingan DVD yang

biasa diproduksi setelah film beredar juga sulit untuk di dapatkan. Untuk

memproduksi DVD film Tanda Tanya dibutuhkan waktu selama kurang lebih satu

tahun yaitu pada februari 2012. Penetapan waktu satu tahun dianggap sebagai

waktu yang tepat untuk memproduksi dan mengedarkan DVD Tanda Tanya

karena suasana yang sudah mulai tenang. Sebelum keluarnya DVD Tanda Tanya

orang-orang yang ingin menyaksikan film tersebut harus menunggu kesempatan-

kesempatan seperti talkshow, nonton bareng atau seminar yang resmi bekerjasama

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 81: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

64

dengan rumah produksi film tersebut yaitu Mahaka Pictures dan Dapur Film.

Kelangkaan kesempatan untuk menampilkan film tersebut serta minimnya waktu

penayangan film Tanda Tanya di bioskop membuat bajakan filmnya pun tidak

beredar di pasaran. Pasar Glodok yang terkenal dengan tempat penjualan DVD,

VCD, maupun kaset bajakan juga sulit untuk mendapatkan film tersebut.

Kesulitan untuk mendapatkan film itu tidak hanya dari pelaku ekonomi tetapi juga

dari pembuat film tersebut. Film itu tidak diizinkan untuk dicopy walaupun

dengan tujuan akademis. Jika ingin menonton film itu seperti yang telah

disebutkan diatas yaitu menunggu ada acara-acara tertentu saja.

2.6.1 Sikap Pro terhadap film : Pelajaran yang baik tentang keberagaman

Berbagai respon diterima setelah pemutaran film di bioskop-bioskop di

Indonesia. Film yang bercerita tentang kehidupan sosial antar umat beragama

menuai pro dan kontra dari masyarakat Indonesia. Komentar dari masyarakat

tersebut menjadikan film ini sebagai 10 film terlaris pada tahun 2011 dan juga

mendapatkan penghargaan sinematografi terbaik di ajang Festival Film Indonesia

pada tahun 2011. Lebih lanjut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata yaitu Jero

Wacik sangat mengapresiasi film berjudul Tanda Tanya menurutnya :

“Saya mendukung film dengan tema-tema yang mampu memperkuat Bhineka Tunggal Ika, sehingga dapat membantu karakter bangsa. Film ini cocok untuk dilihat masyarakat kita.”

Menbudpar mengatakan, film garapan Hanung Bramantyo ini mengangkat nilai

persatuan, kerukunan, dan toleransi antar umat beragama. Sehingga menyadarkan

masyarakat bahwa bangsa Indonesia diikat oleh sebuah konsep Bhineka Tunggal

Ika.

Apresiasipun tidak hanya datang dari kalangan pejabat Negara saja tetapi

juga dari kelompok-kelompok masyarakat seperti Pecinta Film Pluralis Indonesia

(KPFPLI) yang mengadakan nonton bareng dan diskusi film Tanda Tanya ini.

Menurut ketua Panitia Alexander Jerru Widjaja:

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 82: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

65

’’Kami melihat film ini (Tanda Tanya) bisa memberikan pembelajaran yang baik tentang sebuah keberagaman. Bahwa Indonesia adalah negara dengan beraneka suku, agama, dan golongan, yang seharusnya saling toleran dan saling menghormati. Sehingga di kemudian hari, tidak perlu ada lagi gesekan-gesekan sosial seperti yang marak belakangan ini,’’.

Sebuah situs internet yaitu http://filmindonesia.or.id melakukan jajak pendapat

mengenai “Perlukah ada film tentang persoalan keagamaan atau etnis di

Indonesia?”. Hasil jajak pendapat tersebut terlihat sebanyak 85.71% menyatakan

perlu akan film tersebut dan sebanyak 14.29% tidak menyetujuinya. Sikap pro

dan Kontra juga terjadi dalam tubuh Nahdatull Ulama yang salah satu gerakannya

di pakai menjadi bagian dari cerita dalam film Tanda Tanya. Gerakan pemuda

Ansor (Banser) diwakili oleh Nusron juga menyarankan agar semua pihak tidak

cepat menilai film ini menyebarkan pemahaman yang salah. Nusron menilai film

tanda Tanya mencerminkan semangat Bhineka Tunggal Ika dan keberagaman

umat beragama di Indonesia. Selain itu Mantan Ketua Umum PP GP Ansor yaitu

Saifullah Yusuf juga mengapresiasi film Tanda Tanya. Ia mengatakan bahwa :

”Ini sebuah karya film yang bagus, kreatif, dan mengungkapkan fakta di masyarakat kita, sebuah pluralisme yang benar-benar ada”

Oleh karena itu Saifullah Yusuf yang biasa disebut dengan Gus Ipul mengatakan

bahwa film Tanda Tanya bisa menjadi inspirasi untuk bangsa Indonesia agar

dapat membangun kebersamaan. Gus Ipul yang juga merupakan Wakil Gubernur

Jawa Timur ini menimta generasi muda untuk menonton film ini karena sarat

pesan tentang arti perbedaan. Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal

ini juga mengajak isteri, anak, dan beberapa pengurus banser dan Ansor Jatim dan

Surabaya.51

Antusiasme tidak hanya datang dari masyarakat dalam negeri saja tetapi

juga masyarakat Indonesia di luar negeri. Permintaan Mahasiswa Indonesia di

Ohio untuk menyaksikan film Tanda Tanya ini direalisasikan pada tanggal 20

Januari 2012 dimana film Tanda Tanya diputar di Ohio State University,

51 http://emka.web.id/special/2011/gus-ipul-apresiasi-film-%E2%80%9C%E2%80%9D-tanda-tanya/ Diunduh pada 19 Mei 2012 pukul 21:02

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 83: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

66

Colombus, Amerika Serikat. Film ini juga menjadi bahan diskusi dari berbagai

kalangan tidak hanya dari pengamat film tetapi mahasiswa dan LSM yang dapat

dilihat dari berbagai resensi dan komentar mengenai cerita dalam film ini.

2.6.2 Sikap kontra film : Dianggap sebagai film yang tidak mendidik

Film Tanda Tanya tidak hanya mendapatkan respon yang positif tetapi

juga mendapatkan pertentangan dari berbagai pihak terutama Front Pembela Islam

(FPI) dan Suara Islam (SI) dan Nahdatull Ulama (NU) yang menentang keras

penayangan film ini. Pada tubuh NU sendiri ketua Umum Ansor NU yaitu Nusron

Wahid mengatakan bahwa film Tanda Tanya menggambarkan bahwa Banser

merapakan pekerjaan yang provokatif. Ia menyatakan bahwa film yang memiliki

gagasan bagus mengenai pluralisme ini justru dinodai dengan isu yang

menyinggung Banser sehingga gagasan yang besar itu tidak tepat sasaran.

Permasalahan tersebut diungkapkan dalam film dimana ada adegan seorang

Banser yang ikut merusak restaurant Tionghoa saat lebaran dan tidak sesuai

dengan sikap toleransi yang ditanamkan kepada anggota Banser. Tetapi pihak

MUI masih memberikan toleransi dengan tidak melakukan penarikan film ini

karena Indonesia merupakan negara demokrasi dan setiap orang berhak

mengekspresikan pendapatnya.52

Penentangan keras dilakukan oleh seorang wartawan Suara Islam yang

mengirimkan pesan langsung kepada Hanung Bramantyo melalui salah satu

jejaring social. Dalam pesannya ia menyampaikan bentuk protes yang terdapat di

beberapa adegan film tersebut. Dalam pesannya ia mengatakan bahwa film yang

disutradari oleh Hanung Bramantyo mengandung ajaran sesat pluralisme yang

juga saudara kandung atheisme dan kemusyrikan.

“Film `?` yang anda sutradarai penuh dengan fitnah, kebencian dan merendahkan martabat Islam dan umat Islam. Film anda penuh dengan ajaran sesat pluralisme yang menjadi saudara kandung atheisme dan kemusyrikan. ketika pembukaan sudah menampilkan

52 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,27610-lang,id-c,warta-t,Nusron+Anggap+Hanung+Tak+Tahu+Banser-.phpx Diunduh pada 19 Mei 2012 pukul 20:51

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 84: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

67

adegan penusukan terhadap pendeta, kemudian bagian akhir pengeboman terhadap Gereja. Jelas secara tersirat dan tersurat, anda menuduh pelakunya orang yang beragama Islam dan umat Islam identik dengan kekerasan dan teroris.“

Wartawan Suara Islam tersebut juga mengatakan bahwa Hanung

mendukung sikap seseorang menjadi Murtad karena dalam adegan tersebut

terdapat tokoh Rika yang diperankan oleh Endhita yang pindah agama dari Islam

menjadi Katolik merupakan suatu pilihan hidup. Menurut waratawan Suara Islam

yang berinitial BH ini dalam Islam murtad adalah suatu perkara yang besar

dimana hukumannya adalah hukuman mati atau sama dengan zina yang dirajam.

Protes yang ia lakukan juga ada dalam adegan dimana seorang muslim berjilbab

bernama Menuk merasa nyaman bekerja di restaurant Cina dan restaurant tersebut

menjual masakan Babi. Menurutnya adegan ini ingin menunjukan seolah-olah

Babi itu halal. Wartawan Suara Islam juga mempertanyakan kewarasan Hanung

menampilkan adegan dimana seorang Islam yang menerima tawaran untuk

berperan sebagai Yesus di perayaan paskah dan penyerbuan terhadap restaurant

Cina pada saat lebaran. Menurutnya :

“seorang takmir masjid yang diperankan Surya (Agus Kuncoro) setelah dibujuk si murtadin Rika, akhirnya bersedia berperan sebagai Yesus di Gereja pada perayaan Paskah. Apalagi itu dijalaninya setelah dia berkonsultasi dengan ustad muda yang berfikiran sesat menyesatkan pluralisme seperti anda yang diperakan David Chalik. Namun anehnya, setelah berperan menjadi Yesus demi mengejar bayaran tinggi, langsung membaca Surat Al Ikhlas di Masjid. Padahal Surat Al Ikhlas dengan tegas menolak konsep Allah mempunyai anak dan mengajarkan Tauhid. Apa anda ini kurang waras wahai si Hanung. Semoga pembalasan dari Allah atas diri anda. Tampaknya anda memang sudah gila, masak pada hari raya Idul Fitri yang pebuh dengan silaturahmi dan maaf memaafkan, umat Islam melakukan penyerbuan dengan tindakan anarkhis terhadap restoran Cina yang tetap buka sehari setelah Lebaran. Bahkan sebagai akibat dari penyerbuan itu, akhirnya si pemilik Tan Kat Sun meninggal dunia. Setelah itu anaknya Ping Hen (Rio Dewanto) sadar dan masuk Islam demi menikahi Menuk setelah menjadi janda karena ditinggal mati suaminya Soleh (Reza Rahadian), seorang Banser yang tewas terkena bom setelah menjaga Gereja pada hari Natal. Jadi orang menjadi muslim niatnya untuk menikahi gadis cantik. Sebagaimana anda menjadi sutradara

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 85: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

68

berfaham Sepilis dengan kejam menceraikan istri yang telah melahirkan satu anak demi untuk menikahi gadis cantik yang jadi pesinetron. Film ini kok seperti kehidupan anda sendiri ya ?”

Wartawan tersebut juga mempertanyakan adegan Endhita yang meminta

cerai karena suaminya berpoligami. Wartawan Suara Islam tersebut menyatakan

bahwa dalam Islam diperbolehkan poligami dan membatasi hingga empat Istri.

Dialog-Dialog protes tersebut juga tidak hanya berasal dari wartawan Suara Islam

namun juga dari FPI.

Gambar 4.4 : Sikap Protes FPI Terhadap Film Tanda Tanya

(Sumber : http://celebrity.okezone.com/ )

Menurut FPI film ini merusak akidah umat Islam karena menampilkan

adegan yang mencritakan orang Islam sebagai kelompok yang bengis dan jahat

karena dalam film itu terdapat adegan dimana adanya penusukan pendeta dan

pengeboman Gereja yang tidak jelas pelaku dan motifnya, namun mengarahkan

kesan kepada umat Islam. Kemudian adanya adegan yang menunjukan umat Islam

berpindah agama menjadi Katolik akibat perceraian dengan suaminya yang

menginginkan Poligami. Dalam film itu juga ada cerita tentang Surya yang

bermain drama pada Hari Raya Paskah di gereja dengan peran menjadi Yesus.

Sebelum pentas, Surya latihan Yesus disalib di dalam masjid, lalu direstui oleh

ustadz yang mengajar di masjid tersebut. FPI berpendapat banyak adegan yang

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 86: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

69

menuai kontroversi dan patut untuk diperangi karena sudah menyalahi akidah

islam. Menurut FPI melalui Habib Selon Assegaf sebagai juru bicara mengatakan

bahwa film Tanda Tanya merupakan salah satu film perusak aqidah karena

disinyalir telah mempropagandakan pluralisme ataupun liberalisme. Menurut

Habib Selon Assegaf juga mengatakan bahwa :

"Masyarakat awam adalah tingkatan kelompok orang yang lugu dan polos dengan pola pikir yang sangat sederhana. Mereka hanya memahami dari apa yang mereka dengar, lihat dan saksikan dari film tersebut. Kami menghimbau semua anggota masyarakat untuk tidak membeli, menyewa, memutar, menonton dan mensponsori film apapun yang merusak aqidah dan akhlak umat Islam termasuk film Tanda Tanya"

Penolakan FPI mencuat setelah dua minggu penayangan film Tanda Tanya di

bioskop-bioskop Indonesia. FPI mengancam akan mendatangi bioskop-bioskop

yang masih memutarkan film tersebut. Setelah penayangan film Tanda Tanya di

bioskop, pihak SCTV berencana akan menayangkan film tersebut di televisi pada

27 Agustus 2011. Namun rencana tersebut gagal akibat ancaman FPI yang

melakukan tindakan tegas bagi siapa saja yang mendukung film tersebut. Habib

Alatas mengatakan bahwa :

”Kita sangat menyesalkan kenapa film itu bisa ditayangkan. Jangan salahkan kalau kita bertindak. Makanya kita akan segera konsolidasi bersama Forum Umat Islam (FUI) menyerbu kantor SCTV. Secepatnya kita akan datangi mereka. Bisa hari Senin atau besoknya. Tapi yang pasti ribuan orang bang akan datang.”

Ancaman tersebut akhirnya membatalkan rencana SCTV untuk menayangkan film

Tanda Tanya di televise dengan berbagai pertimbangan karena tindakan FPI

ditakutkan akan menurunkan rating dan berbagai alasan lainnya terkait dengan

aksi penyerangan yang akan dilakukan FPI ke kantor SCTV. Tindakan FPI

tersebut juga dipicu oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI yang menurut

kelompok FPI telah mengharamkan film tersebut. Tetapi saat dikonfirmasi kepada

pihak MUI dikatakan bahwa film tersebut tidak diharamkan tetapi sebaiknya

direvisi di beberapa adegan.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 87: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

70

Dalam websitenya yaitu http://fpi.or.id terdapat seruan yang menyatakan

bahwa :

1. Bahwa Film "?" adalah FILM LIBERAL yang sesat dan menyesatkan, sehingga

haram ditonton oleh umat Islam dan harus dilarang pemutarannya oleh pemerintah

RI.

2. Bahwa Erick Tohir dengan Mahaka Picture dan Mahaka Media serta

Republikanya harus menarik film "?" dari peredaran, dan meminta maaf kepada

umat Islam, serta berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahannya. Jika tidak,

maka umat Islam diserukan untuk memboikot Erick Tohir dan semua medianya.

3. Bahwa Hanung Barmantyo harus menghentikan peredaran film "?", dan

bertaubat kepada Allah SWT, serta menyudahi sikap Liberalnya selama ini yang

selalu menyerang Islam. Jika tidak, maka umat Islam diserukan untuk

menjadikannya sebagai musuh Islam.

4. Bahwa Lembaga Sensor Film (LSF) tidak boleh meloloskan film apa pun yang

merusak aqidah dan akhlaq umat Islam, termasuk film "?", serta wajib melakukan

reformasi kepengurusan agar tidak disusupi atau ditunggangi oleh unsur-unsur

Liberal dari kelompok mana pun. Jika tidak, maka bubarkan LSF dan kembalikan

wewenang perfilman kepada Kementerian Komunikasi dan Informasi atau

kementerian lain yang berkompeten.

5. Bahwa semua anggota masyarakat diserukan untuk tidak membeli / menyewa /

memutar / menonton / mensponsori film apa pun yang merusak aqidah dan akhlaq

umat Islam, termasuk film "?", dan diserukan pula kepada segenap anggota

masyarakat untuk memboikot semua pihak yang terlibat dalam pembuatan dan

peredaran film yang merusak aqidah dan akhlaq umat Islam, termasuk film Tanda

Tanya.

Akhirnya, Front Pembela Islam menyatakan perang terhadap semua film yang

merusak aqidah dan akhlaq umat Islam.

4.6 Tanggapan Hanung terhadap pihak yang kontra : Kembali kepada

interpretasi penonton

Menanggapi hasil protes yang dilakukan beberapa pihak, Hanung

menanggapi dengan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 88: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

71

memberikan kritik terhadap karyanya. Dalam menanggapi pihak-pihak yang

melakukan protes terhadap filmnya Hanung mengatakan bahwa:

“Film saya adalah sebuah statement. Masalah mendidik atau tidak, masyarakat saja yang menilai. Saya melihat film "?" Sebagai sebuah kebebasan ekspresi yang bertanggung jawab. Kita sama sekali tidak bertujuan merusak akidah. Sampai saat ini belum ada laporan setelah menonton film ini, ada yang murtad.”

Hanung juga menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh waratawan Suara

Indonesia itu. Ia menyatakan bahwa adanya adegan penusukan pastur dan

pengeboman yang menurut wartawan Suara Islam, tindakan tersebut menuduh

umat Islam sebagai pelakunya. Hanung mempunyai jawaban tersendiri, ia

menyatakan bahwa dalam adegan tersebut dia tidak sama sekali menampilkan

atribut keislaman seperti bersorban dan berpeci. Ia hanya menampilkan seorang

laki-laki berjaket coklat dan memegang pisau. Jadi tidak ada pesan apapun yang

menyatakan bahwa pelaku penusukan atau pengeboman adalah umat Islam.

Dalam adegan Rika yang berpindah agama menurut Hanung ia tidak sama

sekali mendukung seseorang menjadi murtad, justru ia sengaja menampilkan

adegan protes yang dilakukan oleh anak Rika yaitu Abi dan orang tua Rika

dengan cara enggan berbicara. Dalam adegan tersebut juga dia menampilkan

sahabat Rika bernama Surya yang berdialog bahwa

“Kamu mengkhianati 2 hal sekaligus: perkawinan dan Allah!“.

Hanung menyatakan bahwa tidak ada sedikitpun dialog yang menyatakan

dukungan terhadap kemurtadan Rika. Menurut Hanung walaupun pada akhirnya

mereka menerima pilihan agama Rika, Hanung dalam film ini ingin menunjukan

interpretasinya terhadap firman Allah yaitu:

‘Engkau (Muhammad) tidak diutus dengan mandat memaksa mereka beragama, tapi mengutus engkau untuk member kabar gembira yang orang mengakui kebenaran Islam dan kabar buruk dan ancaman bagi yang mengingkarinya.’

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 89: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

72

Hanung juga menjelaskan jawaban atas pertanyaan mengenai Menuk yang

nyaman bekerja direstaurant Cina yang menjual babi seolah-olah Hanung ingin

menyampaikan bahwa Babi itu halal. Hanung menyatakan bahwa Menuk nyaman

bekerja di tempat pak Tan karena pak Tan adalah orang yang baik. Selalu

mengingatkan karyawan muslimnya sholat. Hanung justru menggambarkan lebih

dari satu kali adegan yang membedakan babi Babi dan bukan Babi dalam

mengelola masakan di restaurant tersebut. Seperti yang tertera dalam

pernyataannya :

“Jika saya menghalalkan Babi, tentunya saya tidak akan menggambarkan pemisahan yang tegas antara sodet, panci, pisau, dsb tersebut. “

Hanung juga memberikan penjelasan bahwa pilihan Surya menjadi Yesus

karena Surya frustasi selama 10 tahun hanya menjadi aktor figuran saja. Dari

pekerjaannya menjadi figuran ia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

seperti tidak dapat membeli sarapan dan tidak dapat membayar uang kos.

Kemudian Rika menawari Surya menjadi Yesus dengan biaya yang besar.

Sebelumnya ia berkonsultasi dulu dengan Ustadz dan Ustadz tersebut

menyarankan bahwa

”itu tergantung dari hatimu, maka jagalah hatimu`”

Menurut Hanung tidak ada yang menyarankan atau mendorong Surya menjalani

pilihan pekerjaannya. Ustadz memberikan kebebasan Surya untuk memilih.

Setelah adegan tersebut, Surya kembali memantapkan hatinya denga bertafakur

dimasjid. Hanung juga menjelaskan bahwa drama Paskah bukan ibadah. Tapi

sebuah pertunjukan drama biasa. Ibadah Misa Jumat Agung dilaksanakan setelah

pertunjukan Drama. Dalam hal ini Surya tidak melakukan ibadah bersama jemaah

Kristiani di gereja. Namun oleh karena pesan Ustadz untuk senantiasa

menguatkan hati, maka setelah memerankan drama Jesus, Surya membaca Surat

Al-Ikhlas berulang-ulang sambil menangis. Sehingga menurutnya dalam adegan

tersebut tidak ada yang adegan yang melecehkan Islam, bahkan seorang ustadz

sudah melakukan tugasnya untuk mengingatkan Surya sejak awal.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 90: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

73

Menanggapi kasus penyerbuan restaurant pada hari lebaran tesebut

Hanung menunjukan sikap Soleh yang didasari rasa dendam dan cemburu karena

Menuk lebih memilih bekerja di hari raya kedua lebaran dibanding menemani

Soleh dan keluarganya untuk jalan-jalan. Dalam adegan tersebut Hanung sengaja

menampilkan sikap bodoh, membabi buta dan tergesa-gesa pada diri Soleh yang

mengakibatkan Tan Kat Sun pemilik restaurant meninggal dunia. Sikap tersebut

membuat Soleh menjadi rendah di mata Menuk yang ditunjukan dengan sikap

Menuk yang tidak lagi hangat kepada Soleh. Penolakan Penolakan Menuk itu

yang membuat Soleh akhirnya memutuskan untuk memeluk BOM dan

menghancurkan dirinya. Tujuannya agar dia menjadi berarti dimata Istrinya.

Tidak ada adegan dimana Menuk bahagia atas kematian Soleh sehingga ia

akhirnya dapat menikah dengan Ping Hen yang masuk Islam karena ingin

menikahi Menuk.

Tanggapan Hanung terhadap pernyataan waratwan Suara Islam bahwa

Hanung sengaja mengajak penonton untuk menentang poligami padahal dalam

Islam diperbolehkan poligami dengan syarat hanya boleh memiliki empat Istri.

Hanung menjawab :

“Saya laki-laki yang tidak setuju dengan Poligami. Dalam pandangan saya, banyak umat Islam sudah menyelewengkan surat An Nisa sebagai sebuah legitimasi pelampiasan nafsu lelaki. Padahal sudah jelas didalam surat tersebut dikatakan : Wa inkhiftum alaa takdilu fa wakhidatan aumalakat aimanukum. Jika engkau takut berlaku adil maka nikahilah seorang saja. Jadi dalam melakukan poligami, syaratnya utamanya harus berlaku adil. Pertanyaan saya, bisakah manusia berlaku adil? Apakah lelaki bisa menjamin hati seorang wanita bisa ikhlas ketika dirinya di madu? Bukankah ketika kita menyakiti hati perempuan, maka itu sudah termasuk aniyaya? Apakah hanya karena syariat, maka keputusan saya menolak poligami adalah suatu sikap menentang syariat? Jika memang saya kemudian berpoligami, apakah saya juga akan mendapatkan jaminan sebagai manusia bersyariat?”

Dalam memberikan penjelasannya Hanung juga tidak menayangkan

adanya sikap seorang Romo yang sinis ketika membaca Arti Tuhan dimata Rika

dan Rika menyebutkannya dengan menggunakan Asamul Husna. Ketika seorang

Romo meminta Rika untuk menuliskan kesaksiannya, Rika kesulitan. Sebagai

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 91: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

74

seorang penganut agama baru, Rika tidak memiliki pengetahuan terhadap Tuhan

barunya, maka dia menuliskan asmaul Husna karena dalam tiap-tiap namaNya (Ar

Rahman : Maha Pengasih, Ar Rahiim : Maha Penyayang, dst) memiliki arti yang

Universal. Jadi menurut Hanung anggapan bahwa saya melalui film ini sedang

mencampur adukkan agama, sangat tidak relevan. Hanung menyatakan tidak ada

dalam adegan di film ini seorang Islam yang sembahyang di Gereja atau seorang

Kristen yang sembahyang di Mesjid. Kalaupun ada adegan ketika Rika membaca

novel dan dalam novel tersebut terdapat kalimat :

“… Setiap manusia berjalan dalam setapaknya masing-masing. Mereka berjalan sendirian. Mereka bersama-sama berjalan kepada satu tujuan, yaitu Tuhan.”

Jika direnungkan kata-kata Rika yang mengutip dari novel setiap agama

menyembah satu Tuhan. Umat Nasrani di Gereja, Kaum Budha, Hindu, Yahudi

berdoa di rumah ibadahnya masing-masing dan menyembah Tuhannya masing-

masing. Mereka tidak melakukan pemujaan terhadap setan. Dalam film ini juga

Hanung tidak menyebutkan bahwa Allah Subhana wata`ala sebagai Tuhan kaum

Nasrani, Budha, Hindu, Yahudi ataupun agama lain diluar Islam. Hanung sendiri

pun bingung di bagian mana orang menafsirkan bahwa dirinya sedang melakukan

penyamarataan agama.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 92: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

75

BAB V

ANALISIS

Film dapat dipahami sebagai representasi budaya. Film digunakan sebagai

cerminan untuk mengaca atau untuk melihat bagaimana budaya bekerja atau

hidup di dalam suatu masyarakat. Representasi tidak hanya melibatkan bagaimana

identitas budaya disajikan (atau lebih tepatnya dikonstruksikan) di dalam sebuah

teks tapi juga dikonstruksikan di dalam proses produksi dan resepsi oleh

masyakarat yang mengkonsumsi nilai-nilai budaya yang direpresentasikan tadi.

Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat dilihat

dalam bentuk gambar bergerak atau film. 53

Dengan begitu film memiliki dua pandangan dimana film dapat dijadikan

sebagai produk yang bersifat komersil karena dikonsumsi secara masal dan

terdapat aktor-aktor bisnis yang melakukan komodifikasi terhadap produk tersebut

sehingga menjadikan produk film menjadi suatu karya yang sifatnya komersil. Di

sisi lain film juga bersifat simbolik dimana terdapat nilai-nilai dan representasi

budaya yang ditampilkan melalui alur cerita, symbol, dialog dan adegan dalam

film mengenai persepsi dan pengelaman terhadap dunia social. Dengan begitu

dapat dikatakan bahwa film merupakan salah satu produk kebudayaan yang

dikomodifikasikan dan dapat merujuk pada realitas sosial yang terjadi di

masyarakat

Pada tahun 2009 perfilman Indonesia mulai mencoba untuk memproduksi

film dengan tema-tema yang berbeda di tahun-tahun sebelumnya. Dimulai dengan

Laskar Pelangi yang bersetting di daerah Belitung yang menceritakan kehidupan

pertemanan beberapa anak-anak yang mempunyai berbagai mimpi dan pendidikan

di daerah tersebut. Dengan munculnya tema-tema social tersebut mendorong

sineas perfilman mengangkat cerita yang berasal dari kisah nyata. Pada tahun ini

perfilman nasional juga diramaikan dengan film-film bertemakan religi dan

akhirnya mendorong kreativitas sineas perfilman untuk mengangkat cerita film

tentang pluralitas keagamaan yang juga diangkat melalui realitas social yang

53 Yearry. Artikel : Film dan Representasi Budaya. 3 Januari 2009

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 93: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

76

terjadi di Indonesia. Salah satu film yang menampilkan cerita tentang pluralitas

keagamaan adalah cin(T)a. Film ini bercerita tentang dua etnis berbeda dengan

agama yang berbeda. Dimana agama tersebut pada akhirnya membuat perbedaan

diantara keduanya dank arena perbedaan tersebut mereka tidak dapat bersama-

sama dan memilih untuk menaati perintah agamanya masing-masing.

Kemudian semakin banyak muncul film yang bertema pluaralisme dan

multikulturalisme masyarakat Indonesia di tahun 2010 sampai 2011 seperti dalam

film 3hati, 2 dunia, 1 cinta dan Tanda Tanya. Dengan mengangkat cerita melalui

realitas social dalam suatu film terdapat suatu symbol yang memiliki makna-

makna tertentu dan disajikan kepada masyarakat dengan berbagai kepentingan

yang terkait di dalamnya.

Dari penjelasan diatas pola yang terlihat jelas ditunjukan melalui

kreatifitas para pembuat film Indonesia tentu sudah semakin berkembang dan

terasah semenjak reformasi. Di era ini sekolah-sekolah film dan workshop

didirikan oleh para penulis atau sutradara senior seperti Reload film yang didirak

pada tahun 2006 oleh Rudi Soedjarwo dan Monty Tiwa, Seringnya Dapur film

milik Hanung Bramanty bekerjasama dengan Titien Wattimena, dan Cesa David

Luckmansyah membuat workshop, dan masih banyak lagi baik baik itu organisasi

maupun rumah produksi yang membanjiri industri film Indonesia semenjak

reformasi. Pendistribusian film juga lebih meluas tidak hanya melalui selebaran

atau spanduk tetapi juga sudah melalui iklan di televise, majalah, DVD, novel dan

bahkan roadshow dilakukan di kota-kota besar di Indonesia. Beragam cara untuk

menarik penonton yang lebih luas dilakukan. Tidak hanya itu terkadang untuk

membuat film itu menjadi perhatian tidak jarang para actor dalam film tersebut

membuat semacam sensasi yang dapat mendongkrak rating film tersebut.

Kebebasan seperti itu hanya bisa diekspresikan semenjak reformasi dimana setiap

orang berhak menampilkan gagasan dan pendapatnya.

Dengan begitu bab ini akan menunjukan bagaimana film Tanda Tanya

bukan hanya sebagai karya seni yang menjual tetapi juga mempunyai makna dari

pencipta dalam hal ini Sutradara dalam mengekspresikan persepsi tentang

pengalamannya mengenai realitas social dan bagaimana film tersebut digunakan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 94: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

77

oleh Sutradara sebagai medium untuk menggambarkan konteks social di

Indonesia.

5.1 Film Tanda Tanya dan Representasi Sosial

5.1 Film sebagai Karya Seni dan Representasi Sosial

Film adalah suatu produk yang berhasil menggambungkan beberapa jenis

kesenian yaitu teater, rupa, suara dan musik menjadi satu kesatuan melalui alur

cerita yang diciptkan oleh Sutradara dan Penulis. Film selain sebagai karya seni

yang dikomersilkan juga memiliki peran strategis dalam memberikan kontribusi

di masyarakat. Kontribusi yang dapat diberikan film kepada masyarakat adalah

film dapat berfungsi sebagai cerminan dunia dimana kemampuan film untuk

memotret realitas sosial kemudian dikomodifikasikan menjadi suatu produk yang

dapat dinikmati oleh khalayak ramai. Sehingga dengan potensi film untuk

merepresentasikan dunia sosial penonton dapat melihat atau membayangkan suatu

peristiwa yang terjadi dalam konteks masyarakat tertentu dan dalam kurun waktu

tertentu melalui penggambaran dalam film.

Film bukan hanya dapat dilihat sebagai suatu karya seni namun film juga

merupakan karya ilmiah yang diciptakan oleh aktor yaitu sutradara untuk

merepresentasikan realita sosial atau juga untuk menggambarkan dunia yang ideal

sesuai dengan ideologi Sutradara. Realita sosial yang ada dalam film dibagi

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 95: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

78

menjadi dua bagian Pertama, yang sifatnya kultural merujuk pada nilai-nilai yang

sengaja di tanamkan untuk mempengaruhi penonton atau digunakan sebagai

harapan bagaimana bentuk dunia yang ideal. Kedua, adalah sifatnya structural

dimana film menggambarkan konteks realita masyarakat yang sesungguhnya

dimana potret realita tersebut digambarkan melalui lakon para aktor yang

dimainkan dalam suatu alur cerita film. Bagian ini akan menjelaskan bahwa dalam

film Tanda menceritakan kehidupan pluralisme dan multikulrualisme.

Pluralisme dalam film mencerminkan realita sosial masyarakat Indonesia

dimana Indonesia memiliki keragama budaya, etnis dan agama namun keragaman

tersebut tidak dapat dijadikan menjadi satu pemahaman yang sama. Mereka tetap

berdiri pada kepercayaannya masing-masing. Hal inilah yang sering menimbulkan

konflik dalam masyarakat karena setiap kelompok merasa bahwa budaya, etnis,

atau agamanya yang paling benar dan paling cocok untu di terapkan dalam sistem

sosial di Indonesia. Potret masyarakat Indonesia yang pluralis ini digambarkan

melalui adegan-adegan film.

Sedangkan multikulturalisme dalam film mencerminkan nilai-nilai ideal di

masyarakat. Nilai-nilai ideal tersebut digambarkan dengan sikap apresiasi

masyarakat terhadap kebudayaan lain yang berbeda dengan dirinya. Sikap

apresiasi tersebut dapat digambarkan melalui penerimaan kebudayaan lain dengan

tidak mengagung-agungkan kebduayaan sendiri. Dalam hal ini perbedaan tersebut

tidak menjadi suatu masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan ideal

tersebut yang diharapkan terjadi di masyarakat Indonesia sehingga menciptakan

suasan yang harmonis. Dalam hal ini potensi film untuk menanamkan nilai-

nilainya membentuk masyarakat yang ideal yang diharapkan. Kedua hal ini

ditunjukan ke dalam adegan-adegan dalam film Tanda Tanya.

Misalnya dalam film ini digambarkan pola hubungan antara pribumi dan

Tionghoa. Interaksi antara pribumi dan Tionghoa54

54 Penggunaan kata Tionghoa merujuk pada kalimat asli yang digunakan oleh Sutradara di dalam filmnya. Selain itu perbedaan kalimat China, Cina dan Tionghoa adalah Cina merupakan tulisan resmi yang merujuk kepada negara Republik Rakyat China. Cina adalah panggilan kepada orang yang keturunan Cina berwarga neagar Asing seperti Cina Singapura, Cina Taiwan, Cina Hongkong. Sedangkan Tionghoa merujuk pada keturunan Cina yang ada di Indonesia.. Misal Cina Bangka, Cina Palembang, dan sebagainya. Selain itu terdapat pasal 26 Ayat 1 dan 2 UUD 1945 menyebutkan : Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa

yang terdapat dalam film ini

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 96: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

79

juga masih sering terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia di Era

Reformasi. Sindiran-sindiran kecinaan yang membuatnya menjadi berbeda dengan

pribumi masih sering dirasakan oleh orang-orang keturunan Tionghoa di

Indonesia. Stereotipe negatif mengenai Tionghoa yang terjadi di Orde Baru juga

masih melekat di kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat kita analisis

melalui perkembangan sejarah hubungan antara negara, pribumi dan Tionghoa di

Indonesia. Film ini mencoba menampilkan interaksi baik itu yang positif maupun

negatif terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara pribumi dan Tionghoa.

Dalam film ini beberapa adegan menggambarkan konflik antara pribumi

dan Tionghoa yang sudah terjadi selama berpuluh-puluh tahun. Misalnya dalam

film ini ada seorang pria keturunan Tionghoa bernama Ping Hen yaitu anak

pemilik restaurant Cina. Ping Hen mempunyai sikap yang cepat emosi, terlebih

jika ada orang-orang yang memanggil dirinya dengan sebutan cino, sipit, atau

koko. Ketika orang-orang memanggil dengan sebutan seperti Sipit atau Cina

tokoh yang bernama Ping Hen ini menjadi emosi dan berusaha untuk membalas

sindiran kecinaan yang ia dapatkan. Sikap ketidaksukaannya dikategorikan

berbeda dengan pribumi juga terlihat jika seseorang memanggil Ia dengan sebutan

koko, maka Ping Hen berusaha tidak menghiraukan panggilan orang tersebut.

Peristiwa yang digambarkan dalam film ini dapat dipahami dengan

melihat konteks sejarah hubungan antara pribumi dan Tionghoa seperti yang

sudah dijelaskan oleh Setiono bahwa di masa Orde Baru sebutan Cina atau orang-

orang Jawa memakainya dengan sebutan Cino merupakan kata yang berkonotasi

negative dan sangat merendahkan. Seseorang hanya menggunakan kata tersebut

apabila ingin mengejek dan menghina orang Indonesia keturunan Tionghoa. Sikap

tersebut masih ditunjukan melalui film ini. Adegan-adegan di bawah ini mencoba

menggambarkan kondisi masyarakat yang dijelaskan oleh Setiono :

lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia Dalam penjelasan ayat diatas disebutkan Yang dimaksud orang-orang bangsa lain, misalnya orang peranakan Belanda, peranakan Tionghoa (bukan peranakan Cina) dan peranakan Arab, yang bertempat tinggal di Indonesia dan mengakui sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada negara Republik Indonesia, dapat menjadi warga negara.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 97: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

80

Adegan 22 ( 00:07:20 – 00: 07:55)

Ping Hen berjalan di sekitar Pasar Baru tersebut yang pada siang itu cukup ramai dengan aktivitas orang-orang yang ada di sekitarnya. Saat sedang berjalan Ping Hen melihat 4 orang laki –laki sebaya yang berumur sekitar 23 tahunan berjalan bersamaan sambil sedang berbicara satu sama lainnya.

Laki-laki pertama bertubuh kurus mengenakan baju koko berwarna hijau, mengenakan peci dan celana berwarna hitam. Laki-laki kedua bertubuh kurus, mengenakan baju koko berwarna kuning, memakai peci coklat dan celana panjang hitam. Laki-laki ketiga memakai baju koko berwarna abu-abu bertubuh gemuk, pendek dan mengenakan celana pajang hitam serta peci hitam. Laki-laki keempat bertubuh kurus mengenakan baju koko brewarna cream, sarung dan peci. Pria Pertama : “Opo kowe ndelok-ndelok?” Ping Hen :” Yo ben toh.” Pria Pertama : “Aah, Sipit !” Ping Hen : “Ngomong apa koe? Teroris, Asu !

Adegan 121 ( 01:10:49 – 01 :12:54 )

Menuk : “Ko, (Ping Hen terus berjalan tanpa menghirakan sapaan Menuk, dan Menuk terus mengejar Ping Hen) Ko Hendra, Ko !” Setelah nada suara Menuk dinaikan Ping Hen pun berhenti berjalan tanpa menatap Menuk yang ada di belakangnya. Ping Hen : “Kamu tahu toh dari dulu aku ndak suka di panggil koko.”

Dari adegan 22 memperlihatkan diskriminasi yang dilakukan oleh pribumi

kepada Tionghoa melalui sindiran-sindiran kecinaan. Sindiran tersebut membuat

mereka tampak berbeda dengan pribumi walaupun sebenarnya kelompok

Tionghoa ini sudah menjadi Warga Negara Indonesia. Sikap yang membedakan

tersebut dapat ditunjukan melalui sikap dan sindiran fisik kepada Tionghoa. Oleh

karena itu sindiran-sindiran tersebut dirasakan sangat mengganggu oleh tokoh

yang bernama Ping Hen. Diskriminasi kelompok Tionghoa sudah terjadi sejak

Orde Baru dimana selama 32 tahun mantan presiden Soeharto berkuasa,

kelompok Tionghoa di diskriminasikan akibat adanya tuduhan bahwa etnis

Tionghoa terlibat dalam gerakan Partai Komunis Islam (PKI). Pada Orde Baru,

pemerintah melarang dan memberantas semua hal yang berhubungn dengan partai

tersebut. Tidak hanya itu pelarangan atribut kecinaan juga dilarang seperti tulisan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 98: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

81

Cina, bahasa Cina, dan kegiatan keagamaan Konghucu tidak diizinkan beredar di

Indonesia. Dampaknya juga dirasakan oleh masyarakat keturunan Tionghoa

hingga saat ini. Stereotipe negatif mengenai Tionghoa yang sudah di

sosialisasikan semenjak Orde Baru masih tertanam dalam kehidupan masyarakat

Indonesia sekarang ini. Peristiwa ini lah yang dipotret oleh sutradara Hanung

Bramantyo untuk dijadikan sebuah karya melalui film.

Yang unik dari film ini adalah hubungan antara pribumi dan keturunan

Tionghoa yang tergambar melalui dua sisi yang berbeda. Satu sisi

menggambarkan hubungan antara Tionghoa dan Pribumi akibat diskriminasi di

rezim Orde Baru. Di sisi yang lainnya hubungan tersebut digambarkan melalui

hasil reformasi dimana setiap orang dilindungi hak-haknya sebagai warga negara.

Hasil dari reformasi itu adalah munculnya sikap-sikap toleransi dan pluralisme.

Peristiwa itu juga digambarkan melalui dialog dan adegan film.

Pertama, tergambar hubungan pribumi dan Tionghoa yang tidak begitu

harmonis yaitu terdapat kecemburuan-kecemburuan status social ekonomi yang

digambarkan pada saat dialog Ping Hen kepada Soleh pada saat Ping Hen

mengetahui bahwa Soleh yang tadinya pengangguran sudah mendapat pekerjaan

sebagai banser.

“Jadi kayak gini ada hasilnya opo cuma keliatan aja biar ada kerjaan?”

Juga Soleh kepada Ping Hen untuk membalas ejekan Ping Hen :

“Aah, Cino kalau gak ada Restaurant bapakmu, gak bisa hidup. Tau?

Dialog tersebut sangat jelas menggambarkan hubungan yang tidak harmonis

akibat kecemburuan status social-ekonomi. Dilihat dari peran yang dimainkan

oleh Soleh merupakan pengangguran, sedangkan istrinya yaitu Menuk bekerja

sebagai pelayan di Restaurant orang tua Ping Hen. Dengan pekerjaan sebagai

pelayan Menuk dapat menafkahi kebutuhan rumah tangganya. Melihat bahwa

Soleh tidak dapat bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga maka

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 99: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

82

munculah pandangan yang meremehkan terutama dari Ping Hen yang memiliki

sumber daya yang lebih di bandingkan Soleh.

Kemudian Pandangan Soleh yang menganggap bahwa Ping Hen hanya

dapat mengandalkan Restaurant orang tuanya yang sudah berdiri sekian lama. Hal

ini melihat sejarah bahwa masyarakat Tionghoa. Semenjak zaman VOC,

Tionghoa merupakan pedagang yang tangguh. Sehingga VOC menempatkan

mereka lebih tinggi di banding pribumi namun lebih rendah di banding

pemerintah kolonial yaitu sebagai rekan kerja negara dalam bidang ekonomi. Pada

masa Orde Baru terjadi diskriminasi masyarakat Tiongho akibat kasus G 30 S

PKI. Diskriminasi tersebut mengakibatkan terbatasnya akses dalam bidang

ekonomi yang dialami oleh masyarakat keturuan Tionghoa di Indonesia. Pada

masa Orde Baru, keturunan Tionghoa hanya diizinkan untuk melakukan pekerjaan

di bidang perekonomian seperti berdagang. Keturuan Tionghoa tidak diizinkan

untuk bekerja sebagai aparat negara, pegawai negeri sipil dan militer. Strategi

tersebut diterapkan di masa Orde Baru dengan tujuan untuk melanggengkan

kekuasaan pemerintah Orde Baru saat itu. Pemerintah menyerahkan

perekonomian kepada Tionghoa karena kelompok ini adalah kelompok minoritas

dan terdiskriminasi sehingga sangat kecil kemungkinannya apabila kelompok ini

dapat menggeser kekuasaan Soeharto. Perekonomian tidak diberikan kepada

pribumi karena ditakutkan apabila kelompok mayoritas memegang perekonomian

maka mereka dengan mudah menggeser kekuasaan Soeharto. Kelompok

mayoritas tersebut mempunyai massa yang dapat dijadikan alat untuk merebut

kekuasaan. Di masa Orde Baru pribumi dijadikan sebagai kaki tangan pemerintah

untuk mengontrol dinamika social, ekonomi, dan politik di Indonesia.

Prasangka mengenai orang-orang Tionghoa yang tidak sepenuhnya

berlandaskan fakta. Misalnya anggapan bahwa orang Tionghoa cendrung hidup

eksklusif, tak dapat melepaskan budaya dia, termasuk diantara tidak bisa

melepaskan tanah leluhur, tidak memiliki kesetiaan kepada Indonesia, bersifat

oportunistik, mendominasi perekonomian Indonesua, dan merupakan golongan

yang paling banyak memperloeh keuntungan semasa penjajahan belanda.

Prasangka-prasangka ini berkembang dari waktu ke waktu dan merasuk ke dalam

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 100: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

83

berbagai lapisan masyarakat melalui berbagai media informasi.55 Ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah diskriminasi dan

prasangka anti Tionghoa di Indonesia, pertama, baik prasangka maupun

diskriminasi itu tidak hanya terjadi dalam proses satu arah, yaitu kepada orang-

orang non Tionghoa kepada orang-orang Tionghoa saja. Prasangka dan

diskriminasi juga dilakukan dengan arah yang dilakukan dengan arah yang

sebaliknya, meskipun dalam bentuk yang berbeda.56 Sebagai contoh, di kalangan

orang Tionghoa beredar prasangka bahwa orang-orang `pribumi` bersifat pemalas,

memiliki kebiasaan mengambil lebih dari satu istri, bodoh, tidak bisa mengatur

keuangan dan sebagainya. Prasangka-prasangka ini berkembang menjadi suatu

praktik diskriminasi ketika ia dijadikan dalih untuk menerapkan perlakuan-

perlakuan yang berbeda pada orang-orang pribumi sebagaimana kadang kala

terjadi sebuah perusahaan yang dipimpin dan dimiliki oleh orang Tionghoa.57

Kedua, karena parasangka-prasangka yang berkembang di kedua kalangan

ini biasanya didasarkan pada kategori-kategori yang bersifat umum dan dapat

ditemukan pada orang-orang dari berbagai kalangan, maka sangat memungkinkan

bahwa sifat-sifat tersebut pun melekat pada sebagian orang dari kelompok yang

diprasangkai itu. Pemahaman serupa juga sering terungkap ketika orang-orang

Tionghoa menceritakan berbagai pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-

hari. Misalnya cerita tenang umpatan-umpatan `kecinaan` yang sering mereka

terima, khususnya bila terjadi konflik dengan orang-orang non-Tionghoa.

Sikap Orde Baru yang menyerahkan perekonomian pada Tionghoa masih

dirasakan hingga era reformasi. Seperti yang kita ketahui bahwa kelompok

Tionghoa ini memegang perekonomian di Indonesia dengan cara berbisnis atau

berdagang. Melihat kondisi tersebut film ini juga mengkategorikan kelompok

Tionghoa bekerja di bidang bisnis kuliner yaitu dengan membuka restaurant. Hal

ini juga digambarkan dalam film Tanda Tanya mengapa Pak Tan bermata

pencaharian sebagai pemilik Restaurant dan Ping Hen pun memiliki minat yang

55 Stanley A. Prasetyo, “politik rasial dan pemberitaan media”, Kupas, Jurnal Media Watch vol 3 no.4, 2002, hal 39 -44 56 Herlijanto, Johanes.2002. Tesis : berjuang melawan diskriminasi : studi kasus pada gerakan social orang Indonesia keturunan Tionghoa. Pasca Sarjana Sosiologi.Fakultasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia. Halaman 41 57 Ibid

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 101: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

84

sama dengan orang tuanya dengan berbisnis di bidang kuliner tersebut karena

pada masa lalu mereka tidak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas di

sector lainnya sehingga secara turun temurun dan terinternalisasi kedalam diri

masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa maka kebanyakan dari mereka

berwiraswasta seperti berdagang.

Keturunan Tionghoa biasanya mewariskan bisnis mereka kepada anak-

anaknya sehingga kebanyak keturunan Tionghoa mempunyai pekerjaan yang

sejenis dengan orang tuanya. Dengan melihat konteks sejarah tersebut maka Soleh

berpendapat bahwa apabila bukan karena restaurant orang tuanya yang sukses

maka Ping Hen tidak akan bisa hidup seperti sekarang. Kalimat tersebut juga

menggambarkan bahwa Ping Hen tidak memiliki keahlian apapun yang bisa Ping

Hen lakukan hanyalah meneruskan Restaurant orangtuanya agar dapat bertahan

hidup. Stereotipe yang saling curiga antara pribumi dan keturunan Tionghoa ini

yang sering memicu terjadinya konflik etnis di Indonesia.

Adegan lain yang menunjukan stereotype-stereotip negative antara

pribumi dan Tionghoa yang melekat, digambarkan dalam adegan 108. Dalam

adegan ini sikap tersebut ditunjukan melalui dialog antara Menuk dan Soleh.

Adegan tersebut muncul ketika Bulan Ramadhan restaurant milik Tionghoa

tersebut sepi pelanggan. Oleh karena itu kebanyakan pegawai yang ada di

restaurant bersantai-santai seperti tidur dan mengobrol di waktu kerja. Sikap yang

bermalas-malasan tersebut membuat Ping Hen marah dan akhirnya ia

mengetatkan peraturan yang ada di restaurant.

Adegan 108 ( 01:02:59 – 01:03:18 )

Menuk : “Bukan Cuma tirai aja yang di copot mas, tapi kita juga gak di kasih waktu untuk break sholat. Jadi mesti nyolong-nyolong waktu sendiri deh.”

Soleh : “Dasar Cina !” Menuk : “Eh, aku tuh bukan ngomongin Cina,ini lagi ngomongin Hendra.”

Dialog diatas terlihat bahwa kalimat “Dasar Cina” mempunyai konotasi

negatif atas apa yang terjadi di restaurant hari itu. Penggunaan kalimat kecinaan

seolah-olah menggambarkan bahwa sikap dan sifat tersebut memang dimiliki oleh

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 102: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

85

semua orang keturunan Tionghoa. Mereka memiliki sikap yang sama seperti tidak

toleran terhadap pegawai yang mayoritas adalah pribumi beragama Islam dan

sangat opportunistik dan sangat mementingkan keuntungan.

Nilai-nilai diskriminasi yang diterapkan pada Orde Baru terlihat pada

karakter Ping Hen. Tokoh Ping Hen ini juga mempunyai dua nama yaitu nama

Indonesia dan nama Tionghoanya. Nama Indonesia Ping Hen sendiri adalah

Hendra, perubahan nama tersebut dilakukan oleh masyarakat Tionghoa keturunan

Indonesia pada masa Orde Baru karena peraturan pemerintah untuk mengganti

nama dengan alasan agar masyarakat Tionghoa mudah berbaur dengan Pribumi

sehingga tidak adanya ciri kelompok Tionghoa yang khas selain dari bentuk fisik

mereka.

Kebiasaan-kebiasaan masyarakat Tionghoa yang tidak begitu di terima

oleh penduduk pribumi yang mayoritas adalah muslim juga menghambat

hubungan baik antara pribumi dan Tionghoa. Kebiasaan tersebut seperti

penggunaan minyak babi dalam makanan atau restaurant-restaurant milik

Tionghoa. Sikap seperti ini juga dituangkan melalui adegan 25 di film Tanda

Tanya :

Adegan 25 ( 00:08:37 – 00:09:13)

Pada siang itu datang seorang Ibu berumur 35 Tahunan berserta anak perempuannya yang berumur sekitar 10 tahun dan melihat keadaan di dapur. Ibu (Pelanggan) : “Disini babi semua ya?” Menuk : “Ga kok bu, disini ada ayam juga.” Ibu (Pelanggan) : “ Tapi pancinya sama kan sama yang buat masak babi?” Menuk : “ Ga bu, disini panci, penggorengan, pisau,talenan sampe sendok garpu semuanya di pisah bu, ga jadi satu. Disini peraturannya memang begitu” Ibu (Pelanggan) : “Ga deh, disini babi semua.” (Kemudian meninggalkan restaurant tersebut.) Anak ibu pelanggan : “Ma, aku mau makan disini.” Ibu (Pelanggan) : “Nanti aja, diluar aja. Disini babi semua.”

Dalam adegan itu menjelaskan seorang Ibu beragama Islam melarang

anaknya untuk makan di Restaurant Pak Tan karena takut memakan makanan

yang haram walaupun di Restaurant pelayan (Menuk) sudah menjelaskan bahwa

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 103: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

86

alat masak yang digunakan untuk memasak Babi berbeda dengan alat masak untu

memasak ayam dan yang lainnya. Biarpun sudah dijelaskan dan alat-alat untuk

memasak tersebut juga terpampang di dapur restaurant tetapi tetap saja hal

tersebut kurang dapat diterima atau dipercaya oleh masyarakat pribumi terutama

kelompok agama Islam yang mempunyai larangan untuk memakan daging Babi.

Gambar 5.1 Sikap Adaptasi dan Diskriminasi Tionghoa dan Pribumi

(Sumber : Film Tanda Tanya )

Selain itu adanya bentuk kebebasan di era reformasi dalam film ini

terlihat berdirinya restaurant Cina milik Pak Tan yang tidak dipermasalahkan oleh

masyarakat pribumi. Pada Orde Baru pelarangan segala bentuk penerbitan dan

percetakan tulisan/iklan beraksara dan berbahasa Cina dan adat istiadat Cina di

depan umum. Tetapi dengan berdirinya restaurant Pak Tan tersebut sudah

menggambarkan ciri masyarakat seteleh reformasi semenjak mantan Presiden

Presiden Abdurahman Wahin mengeluarkan Kepres No 6/2000 yang berisi

tentang pencabutan Instruksi Presiden No.14/1967 yaitu melarang segala kegiatan

keagamaan, kepercayaan dan adat istiadat Cina dilakukan di Indonesia.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 104: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

87

Gambar 5.2 Penggunaan Nama dan Tulisan Kecinaan Setelah Orde

Baru Dalam Film

(Sumber : Film Tanda Tanya)

Gambar diatas memperlihatkan kelompok keturunan Tionghoa yang sudah

berani untuk menampilkan symbol-simbol kecinaan penggunaan huruf cina pada

nama restaurant serta gambar poster yang menunjukan etnis mereka sebagai

keturunan Tionghoa semenjak Orde Baru. Konteks waktu dalam film ini adalah

tahun 2010 dimana pada tahun tersebut reformasi sudah berjalan dua belas tahun

semenjak lengsernya Soeharto. Longgarnya aturan negara mengenai kebebasan

untuk beragama dan berekspresi juga memicu munculnya kegiatan-kegiatan

kecinaan yang sebelumnya di larang. Misalnya perayaan hari Imlek, bangunan

rumah Ibadah Klenteng, dan kegiatan keagamaan umat Konghucu dan

penggunaan bahasa Cina dalam menjadi bahasa yang sekarang ini sering

digunakan oleh umay Konghucu.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 105: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

88

Gambar 5.3 Kebebasan Konghucu Untuk Beribadah Dalam Film

(Sumber : Film Tanda Tanya)

Dalam film ini muncul beberapa kali adegan tentang kecinaan sebagai

respon masyarakat Indonesia mengenai kebebasan umat beragama untuk

melaksanakan kegiatan agamanya atau kebebasan masyarakat Indonesia untuk

menonjolkan keetnisannya yang sebelumnya diatur oleh pemerintah Orde Baru.

Kebebasan ini sangat dirasakan oleh kelompok warga negara Indonesia keturunan

Tionghoa yang menjadi didiskriminasi kebebasannya oleh pemerintah Orde Baru.

Tabel 5.1 Presentase Penggunaan bahasa dan Atribut Kecinaan Dalam Film

Penggunaan bahasa dan Atribut

Jumlah

Adegan Keterangan

Penggunaan nama panggil bagi etnis cina 4.6 % Ci, Engkoh, koko, Penggunaan bahasa cina 0.5 % kamsiah

Penggunaan atribut kecinaan 4.6 % papan tulisan berhuruf Cina,

nama restaurant, sumpit, sempoa

poster wanita Cina. Tampilan dewa-dewa konghucu 1.7 % Setting adegan di Klenteng 4,0 % Penggunaan dupa saat berdoa umat konghucu 4.0 %

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 106: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

89

Adanya jeruk dan apel di sekitar tempat berdoa 1.7 %

Jumlah 21.1 %

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari keseluruhan film sebanyak 21.1 %

adegan dalam film menampilkan atribut seperti kegiatan keagamaan maupun

bahasa yang biasa digunakan dan dilakukan oleh masyarakat Indonesia keturunan

Tionghoa. Penggunaan panggilan yang khas untuk kelompok Tionghoa seperti

Enci, Engkoh, Koko digunakan dalam film ini sebanyak 4.6 % dimana panggilan

tersebut biasanya diberikan oleh pribumi kepada orang Tionghoa. Penggunaan

panggilan tersebut sebagai bukti bahwa walaupun Indonesia sudah berada di era

reformasi namun perbedaan antara pribumi dan non-pribumi tetap masih melekat.

Setiap orang yang memiliki ciri fisik yang khas dengan masyarakat Tionghoa

seperti bermata sipit, pribumi akan memanggilnya menggunakan bahasa yang

biasa digunakan oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Kenyataan tersebut

menunjukan bahwa masyarakat Tionghoa belum sepenuhnya berasimilasi dengan

pribumi. Mereka selalu tampak berbeda dengan berbagai stereotipenya walaupun

kelompok ini sudah turun temurun mendiami Indonesia atau masyarakat

Indonesia biasa mengkategorikan mereka sebagai Cina baba.58

Dalam film ini bentuk kerjasama antara pribumi dan Tionghoa adalah

pribumi bekerja di restaurant sebagai pelayan dan Tionghoa menjadi pemilik

restaurantnya. Bentuk hubungan antara pribumi dan Tionghoa hanya sebatas

hubungan kerjasama di bidang ekonomi tetapi tidak dalam pergaulan

kesehariannya. Kebanyakan Tionghoa akan bergaul dengan sesama Tionghoa

karena mereka memiliki kesamaan baik itu dari ciri fisik, kebiasaan, sikap dan

keturunan. Sehingga solidaritas yang dibentuk akan lebih kuat dibanding dengan

apabila mereka bergaul dengan pribumi. Dalam film ini Ping Hen berteman

Walaupun

kelompok Tionghoa ini terlihat berbeda dengan pribumi namun dalam

kesehariannya mereka dapat bekerjasama dalam hal perekonomian namun jarang

sekali mereka bergaul dengan pribumi.

58 Cina Baba adalah kategori masyarakat peranakan Tionghoa yang sudah turun temurun tinggal di Indonesia. Sedangkan Cina Totok adalah kategori masyarakat Asli Tionghoa, dalam artian orang tua masih asli berasal dari Cina.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 107: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

90

dengan sesama Tionghoa, Terlihat melalui gambar di bawah ini kesamaan bentuk

fisik dan kebiasaan yang mereka lakukan membuat mereka lebih akrab.

Gambar 5.4 Relasi dan Gaya Hidup Ping Hen Dalam Film Tanda Tanya

(Sumber : Film Tanda Tanya)

Semenjak Reformasi penggunaan bahasa Cina juga sudah dibebaskan

dalam film ini sebanyak 0.5 % terdapat adegan dengan menggunakan bahasa Cina

yaitu kamsiah. Setelah rezim Orde Baru berakhir dimana masyarakat Tionghoa

terbebas dari belenggu yang selama ini dirasakan, maka mulailah bermunculan

atribut kecinaan tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari melainkan dalam media

massa. Misalnya, metro TV menyiarkan acara berita yang khusus menggunakan

bahasa Cina, produk-produk Cina sudah mulai masuk dan diterima di Indonesia

bahkan beberapa sekolah mengajarkan bahasa Mandarin sebagai tambahan mata

pelajaran bahasa asing. Peristiwa ini menandakan bahwa kelompok tersebut sudah

mulai diterima keberadaannya di Indonesia sehingga mereka tidak perlu menutupi

identitas dirinya seperti yang terjadi di Orde Baru misalnya mengganti nama

Tionghoa menjadi nama Indonesia atau memberikan SBKRI (Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia). Penggunaan atribut kecinaan untuk

menunjukan identitas kelompok tertentu juga ada dalam film ini yaitu sebanyak

4.6% ditampilkan dalam bentuk papan iklan bertuliskan huruf cina, poster wanita

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 108: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

91

cina, penggunaan sempoa dan nama restaurant yang khas dengan identitas

keluarga Tan Kat Sun.

Dalam sistem kekerabatannya masyarakat Tionghoa mengenal sistem

kekeluargaan patrilineal, yaitu penentuan garis keturunan dari ayah. Keluarga

ayah, terdiri atas semua saudara laki-lakinya dengan keluarga anak laki-lakinya,

keluarga kakek, dan saudara laki-lakinya. Semua keluarga inti setelah ayah

meninggal berada di bawah pimpinan anak laki-laki tertua. Setiap sistem

kekerabatan mempunyai peraturan yang harus ditaati dan dijunjung tinggi oleh

anggotanya karena hal ini menyangkut nama baik keluarga. Kekuatan sistem

kekerabatan tersebut biasanya dilihat dari kepemilikan harta atau kekayaan. Oleh

karena itu, telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat Tionghoa, harta keluarga

dimiliki dan diusahakan bersama oleh anak laki-laki. Kadang-kadang harta

keluarga atau harta pusaka dibagikan kepada anak laki-laki dengan salah seorang

dari mereka mendapat bagian yang lebih banyak jika ia mempunyai

tanggungjawab untuk memelihara orang tua mereka yang sudah tua.

Tanggungjawab itu selalu diberikan kepada anak laki-laki yang tertua.

Melalui film Tanda Tanya beberapa adegan menunjukan sistem

kekerabatan keluarga Tionghoa dimana anak laki-laki pertama memegang

tanggung jawab untuk melanjutkan bisnis keluarga atau menjaga nama baik

keluarga. Hugh D. Baker mencatat bahwa reciprocity begitu jelas dalam relasi

kekeluargaam Tionghoa terutama mutual responsibility antara orang tua dan anak,

terutama anak laki-laki. Tanggung jawab dan timbal balik orang tua. Setelah

orang tua berusia lanjut, gantian tugas anak untuk merawat orang tuanya.59

59 M.Zaenal Abidin Ekoputro. Tesisi Imlek public: membca proses indigenisasi kultur Tionghoa pasaca reformasi : Studi kasus perayaan Tahun Baru Imlek di Jakarta. 2008. Pascasarjana UI

Dalam

film ini beberapa adegan menunjukan bahwa Ping Hen disiapkan oleh Tan Kat

Sun untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Walaupun Ping Hen sendiri tidak

menginginkan hal tersebut namun melihat garis keturunan keluarga Tionghoa

terlebih Ping Hen merupakan anak satu-satunya maka ia memiliki tanggung jawab

untuk melanjutkan usaha keluarganya dan mematuhi perintah orang tua. Pada

awalnya Ping Hen mengacuhkan permintaan orang tuanya dengan tidak

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 109: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

92

mendengarkan ajaran-ajaran Tan Kat Sun dalam mengelola restaurant. Terlihat

dalam adegan 39 dan 47:

Adegan 39 ( 00:19:25 – 00:20:10)

Tan Kat Sun dan Ping Hen berada di dapur Restaurant. Tan Kat Sun menunjukan bagaimana cara memasak sedangkan Ping Hen duduk sambil memainkan handphone blackberry-nya di belakang Tan Kat Sun. Tan Kat Sun: “Ini pisau yang ada tandanya buat motong babi. (Terilahat pisau, penggorengan, dan alat-alat masak yang lain diberi tanda berwarna merah) Yang ini bukan babi. (Pisau yang tidak di beri tanda digunakan bukan untuk memasak Babi) Ping Hen terus memainkan handphonenya dan berkomunikasi melalui blackberry messanger (BBM) kepada temannya bernama Louise Wijaya Louise Wijaya : “PING !!! Dimana lo?” Ping Hen : “Bentar lagi dikurung bokap” Kemudian Tan Kat Sun tetap menjelaskan kepada Ping Hen tanpa menyadari Ping Hen tidak memperhatikan apa yang Tan Kat Sun ajarkan. Tan Kat Sun : Codet? Codet nah kalau mau goreng juga harus beda, nih ada yang merah ya, nah ini buat babi, ini yang bukan babi Kalau masak babi ga perlu banyak bumbu. Babi udah gurih dagingnya. Beda sama kita masak cumi, ikan, ayam, harus galak sama bumbu.” Dari depan Restaurant Lim Giok Lie hanya memperhatikan dan mendengarkan Tan Kat Sun mengajari Ping Hen tentang peraturan masak di restaurant itu sambil melipat kotak box nasi berwarna merah. Saat sedang menjelaskan Ping Hen tetap memainkan handphonenya lalu tak lama kemudian Ping Hen mengambil kunci mobil yang ada di atas meja di depannya dan pergi sebelum Tan Kat Sun selesai mengajarinya. Ping Hen : “Pamit Pi.” Tan Kat Sun : “Hen !” Ping Hen : (Sambil terus berjalan keluar dari dapur dan melihat Ibunya sedang duduk) “Pamit Mi.”

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 110: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

93

Lim Giok Lie: “Mau kemana Hen?” Ping Hen terus berjalan tanpa menjawab pertanyaan Ibunya

Adegan 47 ( 00:31:39 – 00:33:03 )

Di rumah Tan Kat Sun, Lim Giok Lie terlihat sedang menyemprotkan tanaman bunga yang ada di dalam rumahnya. Lalu kemudian Ping Hen keluar dari sebuah ruangan dengan pakaian yang cukup rapi yaitu mengenakan kemeja dan celana panjang bahan berwarna hitam. Lalu ia berjalan menuju kamarnya tanpa menyapa Ibunya yang sedang menyemprotkan tanaman. Lim Giok Lie pun hanya memperhatikan Ping Hen berjalan tanpa menyapanya. Saat ia masuk ke kamarnya, ia melihat Tan Kat Sun sudah berada di kamarnya dan menghadapkan pandangannya ke jendela. Lalu langkah Ping Hen berhenti. Ia kaget karena kehadiran Tan Kat Sun disitu. Ping Hen : “Ono opo Pi?” Tan Kat Sun : “Mau sampe kapan kamu gini terus?” ( Terus memandang ke arah luar jendela tanpa melihat wajah Ping Hen) Ping Hen : “Gini opo toh?” Tan Kat Sun : “Kapan kowe belajar?” (Lalu Tan Kat Sun mulai memalingkan wajahnya dan menatap Ping Hen) Ping Hen : “Belajar opo?’ (Ping Hen menjawab tanpa melihat wajah Tan Kat Sun) Tan Kat Sun: “Belajar Hidup! Belajar jadi wong anak sing ngerti keluarga, ngerti kowe?” Kemudian Lim Giok Lie mulai menghampiri ruangan dimana Ping Hen dan Tan Kat Sun berada tanpa berani masuk ke dalamnya. Lim Giok Lie hanya berdiri di depan pintu kamar dan memperhatikan percakapan mereka berdua. Ping Hen : “Ndak ngerti aku. Harusnya Papi yang belajar ngertiin anak. Pernah toh Papi nanya aku maunya opo? Tapi Papi selalu nuntut saya ngertiin maunya Papi.” (Dengan wajah yang menantang kepada Tan Kat Sun) Lalu Tan Kat Sun berjalan mendekati Ping Hen berdiri dan berbicara sambil menunjukan telunjuknya ke depan wajah Ping Hen.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 111: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

94

Tan Kat Sun : “Kamu denger ya, Denger ! Papi tuh gak pernah ditanya maunya apa sama leluhur papi. Tapi papi berhasil.” Pin Hen : “ Restaurant sekecil itu tuh belum bisa disebut berhasil Pi.” Kemudian geram mendengar Ping Hen yang terus melawan Tan Kat Sun menjadi marah dan memukul-mukul Pin Hen. Ping Hen hanya diam tanpa melawan sambil melindungi tubuhnya dari pukulan Tan Kat Sun. Lim Giok Lie yang sebelumnya hanya memperhatikan percakapan mereka dari luar ikut terlibat memisahkan antara ayah dan anak yang sedang bertengkar tersebut. Lim Giok Lie : “Pi ! Pi ! Pi” (Sambil berusaha menarik Tan Kat Sun agar tidak memukul Ping Hen lagi) Tan Kat Sun: “Setidaknya restaurant ini sudah berhasil sekolahin kamu , sampe kamu jadi pinter ngelawan Papi.” ( Dengan wajah geramnya yang masih ingin memukul Ping Hen namun terhalang oleh Lim Giok Lie) Lim Giok Lie : “Udah pi. Papi, udah, udah Pi.” Akhirnya Tan Kat Sun menghentikan usahanya untuk memukul Ping Hen dengan nafasnya yang terengah-engah. Tan Kat Sun : “Kowe pasti gak pernah ada disini.”

Dari adegan diatas terlihat bahwa Ping Hen tidak berniat untuk

melanjutkan usaha orang tuanya. Alasan Ping Hen tidak dapat melanjutkan

restaurant keluarganya karena ia tidak bisa memasak tanpa minyak Babi.

Restaurant keluarganya beberapa masakan diolah tanpa minyak Babi bahkan alat

masak pun dipisahkan. Oleh karena itu Ping Hen berniat untuk membuat bisnis

restaurant yang baru bersama teman-temannya sesama Tionghoa. Dengan melihat

keadaan itu terlihat Ping Hen tidak mencerminkan pola kekerabatan yang

seharusnya ada dalam keluarga Tionghoa yang mana anak laki-laki memegang

peranan penting untuk menggantikan posisi ayah dalam keluarga. Sebaliknya ia

ingin meninggalkan perannya sebagai seorang anak untuk membuat pilihannya

yang baru tanpa mengikuti tradisi.

Sikap Ping Hen yang acuh akhirnya luluh ketika ia mengetahui bahwa Tan

Kat Sun jatuh pingsan karena kondisi kesehatannya yang sudah semakin parah.

Sejak itu Ping Hen menyadari perannya sebagai anak walaupun keinginannya

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 112: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

95

harus ia redam untuk memenuhi keinginan Tan Kat Sun yang kondisinya sudah

semakin parah. Hal ini terlihat saat Ping Hen membantu Tan Kat Sun di acara

paskah dan malam Natal. Saat itu Ping Hen membantu menyiapkan makanan

untuk para pemain drama di Gereja. Bakti Ping Hen juga terlihat ketika ia

menyiapkan makan malam untuk kedua orang tuanya dan menyediakan nasi untuk

Tan Kat Sun makan. Selain itu ia menggantikan posisi Tan Kat Sun saat bulan

Ramadhan karena Tan Kat Sun sudah tinggal kuat lagi untuk mengurus restaurant.

Sikap Ping Hen tersebut menunjukan baktinya kepada orang tua.

Dalam kehidupan keberagamaan kebanyakan Tionghoa menganut agama

Konghucu. Namun saat rezim Orde Baru, kelompok Tionghoa dituduh terlibat

sebagai anggota Partai Komunis Indonesia. Sehingga ruang gerak mereka terbatas

termasuk dalam beragama. Pada pemerintahan Soeharto tahun 1967 dikeluarkan

Peraturan Pemerintah yang berisi larangan kegiatan keagamaan, kepercayaan dan

adat istiadat Cina di Indonesia. Dengan adanya peraturan tersebut hanya ada lima

agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam, Katolik, Kristen, Budha dan Hindu.

Sebagian besar masyarakat Cina atau disebut juga Tionghoa mengubah identitas

agamanya menjadi Hindu, Budha atau Katolik agar keberadaan mereka tetap

diakui di Indonesia. Sehingga saat Orde Baru sangat sedikit masyarakat Tionghoa

yang masih mempertahankan agama asal mereka. Jika ada mereka harus

melakukan upacara keagamaan secara sembunyi-sembunyi.

Setelah Orde Baru berakhir dimana Abdurahman Wahid mencabut

peraturan pemerintah tahun 1967 yang berisi larangan kegiatan keagamaan,

kepercayaan dan adat istiadat Cina di Indonesia menandakan bahwa umat

Konghucu dan orang-orang Tionghoa non-Khonghucu bisa bebas berekspresi

tanpa dibatasi. Hal ini juga melatarbelakangi berdirinya rumah ibadah seperti

Klenteng dan kebebasan mereka merayakan hari keagamaannya.60

60 Klenteng di Indonesia umumnya bangunannya didominasi oleh warna merah, dengan ukiran-ukiran huruf cina dan arsitektur oriental. Warna Merah bagi melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.

Dalam film ini

kebebasan beragama di era Reformasi tersebut ditunjukan melalui keluarga Tan

Kat Sun yang rajin beribadah ke Klenteng yaitu sebanyak 4.0% adegan dalam

film menampilkan kegiatan umat Konghucu beribadah di Klenteng.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 113: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

96

Gambar 5.5 Tempat Peribadatan Yang Biasa Digunakan Oleh Umat

Konghucu

(Sumber : Film Tanda Tanya)

Dalam ritual peribadatan agama konghucu ini ada dua tempat peribadatan

yang biasanya digunakan oleh umat Konghucu yaitu rumah dan Klenteng. Tidak

ada yang mendasar antara proses pelaksanaan peribadatan di rumah dan di

Klenteng keduanya sama-sama beribadah pada arwah leluhur, dewa-dewa dan

Tuhan. Dalam film Tanda Tanya ini beberapa adegan menampilkan dewa-dewa

Konghucu yaitu sebanyak 1.7 % adegan. Pada saat beribadah biasanya umat

Konghucu menggunakan dupa. Penggunaan dupa tersebut selalu tampak dalam

film ini ketika Lim Giok Lie atau Tan Kat Sun berdoa yaitu sebanyak 4.0%.61

Sedangkan kebiasaan umat Konghucu beribadah di dalam rumah adalah

untuk mendoakan leluhurnya seperti yang dilakukan Lim Giok Lie pada gambar

diatas. Kematian tidak membebaskan anak dari tugasnya kepada orang tua, hanya

mengganti saja bentuk tugas itu. Semasa hidup member layanan dan hormat

kepada orang tua, ketika orang tua meninggal ia dilayani dan dipuja

(worshipped). Imbalan yang didapat dari pemujaan kepada leluhur itu bahwa

61 Dupa yang digunakan umat Konghucu untuk berdoa mempunyai makna yaitu jalan suci dimana kesucian tersebut berasal dari kesatuan hati yang dibawa melalui harumnya dupa dan dipercayai dapat mengusir roh jahat. Lilin yang digunakan dalam berdoa umat Konghucu juga memiliki makna yaitu sebagai lambang bentuk naiknya doa kepada Tuhan. Ritual beribadah tersebut biasanya dilakukan di Klenteng seperti yang terlihat pada gambar diatas.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 114: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

97

leluhur akan memberkati keturunannya dan membantunya dalam bentuk kekuatan

supranatural62

Pada waktu melakukan pengorbanan kepada leluhur, seorlah-olah para

leluhur itu hadir. Disinilah konfusius menekankan kelangsungan dan pentingnya

posisi keluarga. Jika orangtua ketika hidup menghendaki makanan,pakaian,rumah

dan uang, dank arena kehidupan setelah mati dipercaya menyerupai kehidupan

saat ini, maka ketika meninggal orang tua juga terus menginginkan makanan,

pakaian, rumah dan uang dan karena kehidupan setelah mati dipercaya

menyerupai kehidupan saat ini. Menyuplai kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut

merupakan salah satu tujuan mendasar dari pemujaan leluhur (ancestor worship).

Pemindahan benda-benda kebutuhan tersebut dari kehidupan dunia ke kehidupan

selanjutnya sebagian besar diyakini akan sampai dengan cara dibakar. Pakaian-

pakaian kertas, rumah-rumah kertas, kereta dan kuda kertas, uang kertas dan lain-

lain acapkali dikirimkan kepada leluhur dengan cara di bakar. Sajian menu

makanan dirasakan lebih realistik yang jumlah dan jenisnya berlimpah, juga

disajikan kepada leluhur. Jika kebutuhan-kebutuhan hidupa lainnya di bakar,

maka makanan itu tidak dibakar, melainkan dipersembahkan saja, sampai dirasa

leluhur sudah mengecap saripati makanan tersebut

63. Dalam film Tanda Tanya ini

buah-buahan yang sering dilihat dalam peribadatan umat Konghucu adalah Apel

dan Jeruk yaitu sebanyak 1.7% adegan.64

“segala sesuatu berasal dari Tuhan, dan manusia berasal dari para

leluhur”

Keyakinann yang berbunyi :

merupakan inti doktrin konfusian dan konfusianisme memberkati persembahan

kepada nenek moyang dalam arti tidak melupakan asal usulnya.65

Dari beberapa adegan diatas mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia

saat ini yang plural dimana Indonesia memiliki berbagai agama yang diakui dan

dilindungi oleh pemerintah serta beratus-ratus aliran kepercayaan. Selain itu

Indonesia juga memiliki keanekaragaman etnis dan Budaya yang tersebar dari

62Ibid M.Zaenal Abidin Ekoputro. 63 Baker, hugh David Roberts. Chinese Fami;I and kinship. London: The macmillan Press Ltd 1979 hal 83 64 Bagi agama Konghucu Jeruk mengartikan kerukunan dalam keluarga dan apel mengartikan penghematan dalam hidup. 65 Ibid zainal

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 115: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

98

sabang sampai merauke. Dengan tingkat pluralitas yang tinggi Indonesia sering

mengalami konflik-konflik keagamaan maupun etnis. Hal ini dikarenakan setiap

kelompok etnis atau agama cendrung bersifat ekslusif yaitu dengan

mengagungkan agama atau etnis yang dianutnya dan menganggap bahwa agama

atau etnis mereka melebihi agama atau etnis lainnya. Sikap ekslusif itu dapat

menumbuhkan benih-benih sikap untuk anti pada agama atau etnis dianut oleh

orang lain yang berbeda. Apabila adanya sedikit perbedaan antar umat beragama

yang berbeda maka dengan mudah menimbulkan kondisi konflik. Kelebihan-

kelebihan yang ada pada agama atau etnis yang dianutnya diyakini akan dapat

menyelesaikan segala persoalan hidup dan kehidupan dunia. Karena itu semua

orang harus mengikuti agama atau etnis yang dianutnya. Dengan adanya sikap

pluralisme tersebut maka tercipta struktur sosial di masyarakat dimana adanya

kelompok-kelompok yang mendominasi dan didominasi. Dengan kondisi

masyarakat Indonesia tersebut maka film yang memiliki potensi untuk

mendokumentasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat memotret

kondisi Indonesia yang plural dan ditunjukan melalui relasi-relasi yang terjalin

dan dibentuk dalam film. Hubungan relasi antar aktor dalam film utu yang

mencerminkan kondisi realita sosial di Indonesia.

5.2 Relasi Antar Aktor Dalam Film Tanda Tanya

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 116: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

99

Bagan diatas menampilkan bagaimana relasi social berdampak pada

terbentuknya stratifikasi social dapat dilihat melalui kepemilikan pekerjaan dan

kekayaan dalam film Tanda Tanya. Stratifikasi di lapisan atas dilihat melalui

kekayaan dan kepemilikan diduduki oleh keluarga keturunan Tionghoa yaitu

keluarga Tan Kat Sun. Tan Kat Sun merupakan pemilik restaurant yang cukup

besar dan laris di daerah pasar Baru. Ia mempekerjakan beberapa pegawai pribumi

untuk membantunya di restaurant sebagai pelayan atau juru masak. Dalam

mengelola restaurantnya Tan Kat Sun dibantu oleh keluarganya yaitu Lim Giok

Lie dan Ping Hen. Lim Giok Lie terlibat dalam restaurant itu di bagian keuangan

yaitu sebagai kasir. Sedangkan Ping Hen, baru mulai ikut terlibat untuk mengelola

restaurant ketika keadaan kesehatan Tan Kat Sun sudah semakin parah. Oleh

karena itu tugas Tan Kat Sun sebagai kepala restaurant dan kadang membantu

pegawainya untuk memasak di gantikan oleh Ping Hen. Ketika Ping Hen

menggantikan Tan Kat Sun untuk mengelola restaurant, Pin Hen memiliki

kekuasaan dan wewenang terhadap restaurant tersebut. Dalam sistem kekerabatan

Tionghoa anak laki-laki pertama memiliki tanggung jawab untuk menggantikan

posisi Ayah dalam melanjutkan usaha dan menjaga nama baik keluarga.

Dalam sistem kekerabatan Tionghoa terdapat batasan yang tegas antara

perempuan dan laki-laki dan perempuan. Menurut (Karlina, 2008) supaya dapat

bersikap sesuai dengan status dimiliki maka setiap perempuan memiliki empat

kebajikan yang terdiri dari pertama De, yaitu seorang perempuan harus tahu dan

dapat menempatkan diri. Kedua, Yan yaitu seorang perempuan tidak

diperkenankan banyak bicara dan banyak keinginan. Ketiga Rong, perempuan

harus berkelakukan baik dan bersikap menerima. Keempat Gong yaitu perempuan

harus rajin dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Selain itu

perempuan harus patuh kepada laki-laki. Semenjak kecil perempuan keturunan

Tionghoa diwajibkan untuk patuh kepada orang tua terlebih ayah.66

66 Karlina.2008. Skripsi : Kedudukan perempuan Cina dalam keluarga : peran nenek dalam novel Hong Lou Meng. Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Setelah

perempuan itu menikah maka perempuan wajib untuk tunduk kepada suami.

Bahkan setelah suami perempuan itupun meninggal dan yang tersisa hanya anak

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 117: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

100

laki-lakinya, perempuan juga harus tunduk kepada anak laki-lakinya terlebih

apabila anak tersebut menjadi kepala keluarga.

Penggambaran sistem kekerabatan Tionghoa tersebut digambarkan film ini

dimana Lim Giok Lie mencerminkan wanita keturunan Tionghoa yang tidak

banyak berbicara dan rajin membantu Tan Kat Sun mengurus restaurant maupun

merawat Tan Kat Sun saat sedang sakit seperti menyiapkan obat Tan Kat Sun,

menyuapi Tan Kat Sun untuk makan, memijit-mijit tangan Tan Kat Sun dan

menyediakan wadah ketika Tan Kat Sun muntah-muntah.

Gambar 5.6 Sikap Kesetiaan Lim Giok Lie Pada Tan Kat Sun

(Sumber : Film Tanda Tanya)

Gambar diatas merupakan salah satu adegan yang memperlihatkan bakti Lim

Giok Lie kepada Tan kat Sun yaitu dengan teratur menyiapkan obat untuk Tan

Kat Sun yang sedang sakit.

Selain itu Lim Giok Lie selalu setia mematuhi perintah Tan Kat Sun. Ia

tidak pernah menampilkan sikap melawan atau berbicara kasar kepada Tan Kat

Sun. Saat Tan Kat Sun menyerahkan restaurant kepada Ping Hen Lim Giok Lie

pun tak kuasa untuk melawan Ping Hen walaupun Lim Giok Lie adalah ibu yang

melahirkan Ping Hen. Beberapa adegan menampilkan sikap Lim Giok Lie yang

lemah dalam keluarga yaitu :

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 118: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

101

Adegan 100 ( 01:00:24 – 01:00:55 )

Lim Giok Lie turun dari atas rumahnya menuju restaurant yang berada di lantai bawah rumahnya diikuti dengan Ping Hen di belakangnya. Ping Hen : “Mi, Bulan Puasa kok ribet banget sih. Banyak aturan, kan bukan kita yang puasa.” Lim Giok Lie : “Udah kamu ikutin aja.”

Adegan ini menjelaskan bahwa kepatuhan Lim Giok Lie kepada suaminya.

Ketika Tan Kat Sun memerintahkan tidak menjual Babi selama bulan Ramadhan

dan menutup jendela restaurant dengan tirai-tirai untuk menghormati umat Islam

yang berpuasa, sikap Lim Giok Lie menaati perintah Tan Kat Sun terlihat pada

sikapnya yang tidak mempertanyakan alasan Tan Kat Sun membuat peraturan

tersebut. Perbedaan sikap itu terlihat pada Ping Hen yang mempertanyaan alasan

kepada Lim Giok Lie mengenai sikap toleran Tan Kat Sun.

Adegan 107 ( 01:02: 20 – 01:02:58 )

Ping Hen menghampiri Lim Giok Lie yang sedang duduk sambil membaca buku. Ping Hen : “Mami tahu gak apa yang bikin restaurant kita ini sepi?, hah?” Kemudian Ping Hen berjalan kearah luar restaurant. Lim Giok Lie: “Hen ! Ngapain?” Ping Hen membuka paksa salah satu tiraiyang terpasang di pintu masuk restaurantnya dan membawanya masuk ke dalam restaurant untuk ditunjukan kepada Lim Giok Lie. Ping Hen : “Ini, ini gara-garanya. Ini yang bikin restaurant kita sepi“ Lim Giok Lie, Menuk, dan dua orang pegawai laki-laki dan perempuannya hanya berdiri melihat kekesalan Ping Hen tanpa bisa berbuat banyak. Ping Hen kemudian membanting tirai tersebut ke atas meja dan kembali. berjalan keluar halaman restaurant. Di luar

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 119: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

102

restaurant Ping Hen mulai membuka paksa tirai-tirai yang menutupi restaurantnya itu. Lim Giok Lie : “Hen, jangan hen ! Jangan !”

Gambar 5.7 Sikap Tidak Toleran Ping Hen Terhadap

Pelaksanaan Ibadah Umat Islam

(Sumber : Film Tanda Tanya)

Semua pegawai keluar melihat keributan tersebut. Setelah Ping Hen

mencopotkan beberapa tirai yang menutupi restaurantnya lalu tirai

tersebut diberikan dengan kasar kepada Menuk.

Ping Hen : “Copot kabeh ! Copot ! Copot ! Copot !” (sambil menunjuk ke tirai tirai yang belum sempat tercopot) Dengan wajah yang ketakutan para pegawai menaati perintah Ping Hen dan mereka mulai mencopotkan tirai-tirai tersebut. Lim Giok Lie : “Hen !” Ping Hen : “Udah mami diem aja.” Lim Giok Lie kemudian hanya terdiam.

Dalam adegan 107 memperlihatkan sikap Lim Giok Lie yang tidak bisa melawan

sikap Ping Hen mengubah peraturan restaurantnya dengan cara membuka paksa

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 120: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

103

tirai-tirai yang menutupi restaurant. Status Lim Giok Lie sebagai perempuan

keturunan Tionghoa harus mematuhi perintah dan tunduk kepada anak laki-

lakinya yaitu Ping Hen karena Ping Hen telah diberikan amanat untuk mengelola

restaurant menggantikan Tan Kat Sun.

Adegan 110 ( 01:03:26 – 01:04:14 )

Ping Hen dari dalam rumah berjalan ke area restaurant dengan membawa selembar kertas berwarnac cokelat. Ping Hen menghampiri meja kasir tempat Lim Giok Lie duduk sambil mengambil lem yang terletak di meja kasir itu dan mulai mengoleskan lem tersebut pada selembar kertas yang ia bawa. Lim Giok Lie : “Apa tuh Hen?” Lim Giok Lie mencoba melihat kertas yang di bawa Ping Hen namun Ping Hen menahan tangan Lim Giok Lie Hendra : “Udah mami diem aja.” Setelah selesai mengelem kertas itu Ping Hen berjalan ke depan restaurant diikuti dengan Lim Giok Lie yang ikut beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti Ping Hen berjalan Istri Pak Tan : “Hen apa-apaan tuh?” Ping Hen menempelkan secarik kertas yang ia bawa ke pintu masuk restaurantnya, papan tersebut berisikan pengumuman bahwa “Tutup pada hari lebaran pertama. Buka lagi pada hari lebaran kedua”. Lim Giok Lie kemudian membaca pengumuman yang dibuat Ping Hen dan ia pun terkejut. Menuk yang mengintip dari jendela restaurant hanya bisa terdiam tanpa memprotes. Lim Giok Lie : “Kita buka lima hari sesudah lebaran.” Ping Hen : “Yang kaya gitu tuh restaurant kita gak akan gede-gede Mi. Sekarang udah ndak lagi.” Lim Giok Lie “Kita harus menghargai yang lebaran.” Ping Hen : “Apa mereka ngehargain kita Mi?” Lim Giok Lie : “Papimu pasti marah.” Ping Hen : “Papi, Papi. Papi mau saya terusin bisnis dia, ini caranya,

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 121: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

104

Gambar 5.8 Sikap Tidak Toleran Ping Hen Kepada Para Pegawai

(Sumber : Film Tanda Tanya

Adegan 110 kembali menampilkan peran dan status perempuan dalam

keluarga Tionghoa yang harus tunduk dan patuh kepada perintah laki-laki. Hal ini

terkait dengan peran wanita sebagai Yan dan Rong yaitu perempuan harus

bersikap menerima dan tidak terlalu banyak berbicara dan berkeinginan. Sikap-

sikap yang ditampilkan Lim Giok Lie dalam film ini hanya sebatas menasehati

dan mengingatkan namun ia tidak pernah bersikap tegas kepada Ping Hen saat ia

mengganti peraturan restaurant tersebut. Lim Giok Lie hanya bisa berdiam diri

dan mematuhi aturan baru yang diciptakan oleh Ping Hen. Konsep-konsep

mengenai bagaimana wanita bersikap dalam keluarga Tionghoa menempatkan

laki-laki menjadi pihak yang superior dan perempuan merupakan inferior yang

terkekang oleh norma-norma dan tradisi yang membatasi dirinya untuk

berkembang. Hal ini menyebabkan sikap wanita Tionghoa yang lebih pasif

dibanding laki-laki.

Posisi keluarga Tan Kat Sun yang terdapat dalam lapisan teratas dibanding

tokoh-tokoh yang lain tidak hanya terlihat melalui kepemilikan harta yaitu

restaurant tetapi juga keadaan restaurant tersebut yang mampu mempekerjakan

beberapa pegawai untuk membantu usaha restaurant yang cukup ramai di daerah

Pasar Baru. Selain kepemilikan restaurant terlihat bahwa hanya keluarga Tan Kat

Sun yang memiliki mobil dan telepon genggam. Tokoh-tokoh yang lain tidak

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 122: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

105

terlihat memiliki dua hal tersebut. Mereka lebih sering terlihat berjalan atau

menggunakan sepeda apabila ingin berpergian atau masyarakat sekitar tidak

pernah menggunakan alat komunikasi telepon genggam seperti yang dimiliki oleh

Ping Hen.

Dalam sikap keberagamaan keluarga ini memiliki sikap yang berbeda

antara orang tua dan anak. Keduanya memang berorientasi pada bisnis restaurant

dan diperlukan landasan ekonomi dan perhitungan rasional. Perbedaan ini terlihat

pada usia Tan Kat Sun yang sudah tua sehingga memiliki sikap yang sudah

terbentuk dan stabil. Sedangkan Ping Hen masih mencari keseimbangan yang

ideal. Dalam hal berbisnispun tampak bahwa Tan Kat Sun merintis karir di bidang

kuliner dari awal berbeda dengan Ping Hen yang sudah memiliki dasar dari orang

tuanya untuk mengolah makanan dan mengetahui seluk beluk bisnis di restaurant.

Seperti yang tercantum pada adegan 47 ( lihat halaman :

Melalui dialog diatas terlihat bahwa Tan Kat Sun berhasil mengelola

restaurant dari kecil hingga dapat menghidupi dan mencukupi kehidupan

keluarganya. Menurut Weber yang mempelajari agama dengan cara yang berlaku

pada umumnya. Golongan pedagang kecil suka menerima pandangan hidup yang

mencakup etika pembalasan. Mereka menaati kaidah-kaidah moral dan pola sopan

santun serta percaya bahwa pekerjaan yang baik apabila dilakukan dengan tekun

dan teliti akan membawa balasa jasa yang setimpal. Hal itu sesuai dengan sikap

Tan Kat Sun yang penuh sopan santun dan mematuhi nila-nilai yang berlaku di

masyarakat.

Tabel 5.2 Presentase Sikap Tionghoa Kepada Pegawai Non- Tionghoa

Sikap Tionghoa kepada pegawai non-

Tionghoa

Jumlah

Adegan Keterangan

Sikap toleransi antara Tionghoa dan muslim 6.9% 28,25,30,37,41,42,54,100, 101, 110, 135, 142

Jawaban Waalaikumsalam dari Tan Kat Sun kepada Pegawai 3.1 %

Jumlah 10 %

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 123: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

106

Dari tabel diatas sebanyak 10 % adegan di film ini menggambarkan sikap

Tan Kat Sun yang penuh sopan santun dan menghargai pegawainya. Bentuk sopan

santn yang ditunjukan Tan Kat Sun adalah dengan menjawab salam yang

diberikan kepada pegawainya atau terkadang Tan Kat Sun mengucapkan selamat

pagi terlebih dahulu kepada para pegawainya. Tampilan tersebut ditunjukan dalam

3.1% dialog dalam film ini. Selain itu Tan Kat Sun juga mempunyai sikap

toleransi kepada sesama umat beragama. Dalam film ini terdapat 6.9% adegan

yang menampilkan sikap toleran Tan Kat Sun. Sikap toleransi yang ia berikan

kepada para pegawainya adalah dengan memberikan tempat dan waktu bagi

pegawainya untuk melaksanakan ibadah sholat. Bahkan terkadang Tan Kat Sun

sendiri yang mengingatkan pegawainya untuk sholat. Bentuk sikap toleransi lain

yang ditampilkan Tan Kat Sun adalah dengan memberikan waktu libur lebaran

selama lima hari dan kebiasaan menutupi jendela menggunakan tirai-tirai dan

tidak menjual Babi selama bulan Ramadhan. Selain bulan Ramadhan Tan Kat Sun

mengelola restaurant dengan cara yang unik yaitu ia memisahkan peralatan makan

dan masak untuk makanan halal dan tidak halal. Sikap Tan Kat Sun tersebut.

Sikap toleransi dan sopan santun yang ditunjukan Tan Kat Sun kepada

pegawainya nyaman untuk bekerja di restaurant tersebut. Kenyamanan tersebut

ditunjukan mereka dengan memberikan loyalitasnya kepada Tan Kat Sun dan

restaurant misalnya, ketika Tan Kat Sun jatuh Pingsan di dapur, beberapa pegawai

membantu Tan Kat Sun mengangkat ke kamarnya dan menemani Tan Kat Sun

hingga sadar. Selain itu walaupun restaurant tersebut dikelola oleh Ping Hen yang

memiliki aturan lebih ketat di banding Tan Kat Sun tetapi mereka bersedia bekerja

di hari yang seharusnya diliburkan oleh Tan Kat Sun. Seperti pada diaolog 130 :

Adegan 130 ( 01:15:28 – 01:16:12 )

Rifka : “Jadi besok mbak udah masuk?” Menuk : “Iya Rif.” Rifka : “Biasanya libur sampe lima hari mbak.” Menuk : “Ya makannya kita jalan-jalannya hari ini aja yah?” Soleh : “Kenapa gak bolos aja toh? Gampang kok.” Menuk : “Gak enak sama engko.”

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 124: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

107

Dialog diatas berlangsung pada hari raya Idul Fitri dimana Ping Hen hanya

memberikan waktu libur satu hari kepada pegawainya. Namun biar pun begitu

para pegawai tetap mengikuti aturan yang baru tanpa sedikitpun menentang

peraturan tersebut. Kalimat yang menyatakan “Gak enak sama engko”

mempunyai arti bahwa saat mereka melakukan pekerjaan tersebut dikarenakan

rasa hormat mereka pada pemilik restaurant Tan Kat Sun yang sudah bersikap

bijak kepada para pegawai.

Dilihat melalui sikap keberagamaan Tan Kat Sun, dijelaskan melalui tabel

berikut :

Tabel 5.3 Presentasi Penampilan Tata Cara Beribadah Umatt Konghucu

Dalam Film Tanda Tanya

Sikap keberagamaan

Jumlah

adegan Keterangan

Menampilkan cara beribadah umat

Konghucu 5.5%

Dilihat melalui factor usia menyatakan bahwa usia menentukan sikap

keberagamaan seseorang. Golongan seseorang yang sudah dewasa pada umumnya

mempunyai sikap iman yang sudah terbentuk, stabil dan sulit diubah. Golongan

ini akan menanggapi arus pembaharuan agama dengan sikap tak acuh karena

sudah merasa puas dengan cara-cara lama yang telah menjadi tradisi. Dari tabel

diatas terlihat bahwa dalam film ini terdapat 5.5% adegan yang menampilkan Tan

Kat Sun dan Lim Giok Lie beribadah. Mereka melakukan ibadah tidak hanya di

Klenteng tetapi juga mereka menyiapkan tempat ibadah kepada leluhurnya di

dalam rumah. Sikap keluarga Konghucu dalam intensitasnya beribadah lebih

terlihat pada golongan dewasa dimana Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie sudah

merasa stabil dengan kepercayaannya. Sehingga walaupun masyarakat di daerah

tersebut di dominasi oleh Muslim tetapi tidak menggoyahkan iman Tan Kat Sun

dan Lim Giok Lie untuk berpindah agama.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 125: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

108

Hal ini berbeda yang ditampilkan oleh Ping Hen dimana Ping Hen ada

setelah Tan Kat Sun memiliki restaurant yang sukses dan laris di wilayahnya. Hal

ini juga mempengaruhi cara pandang mengenai agama. Pada umumnya

masyarakat yang sudah mapan dalam hal perekonomian mempunyai jiwa yang

jauh dari gagasan tentang imbalan moral, tidak seperti pada tingkat pedagang

yang masih kecil atau orang-orang yang masih merintis usaha. Masyarakat dalam

golongan ini dikuasai oleh orientasi keduniawian yang menutup kepada agama

yang profetis dan etis. Latar belakang inilah yang menyebabkan Ping Hen

berorientasi hanya kepada keuntungan restaurant dan dalam film ini tidak nampak

Ping Hen yang sedang beribadah. Ketika diajak untuk beribadahpun Ping Hen

menolaknya. Seperti pada dialog 101 :

Adegan 101 (01:00:56 – 01:01:18 )

Sebelum menuju restaurant Lim Giok Lie berhenti di ruang makan dimana di ruang makan tersebut terdapat lemari. Lemari tersebut terlihat foto leluhurnya laki-laki berwajah sipit dan beberapa batang dupa serta buah-buahan. Lim Giok Lie : “Sini sembahyang dulu.” Ping Hen : ““Ah, udah Mami aja.” Lalu Ping Hen berjalan menuju arah restaurant meninggalkan Lim Giok Lie yang akan berdoa.

Dari dialog diatas mencerminkan bahwa Ping Hen sebagai kelompok

muda memiliki identitas yang belum terbentuk dan masih perlu dicari. Kelompok

ini berada dalam masa rekonstruksi. Akibatnya kurangnya pengalaman dan belum

tercapainya kematangan berpikir, maka mereka belum berhasil mencapai

keseimbangan yang ideal. Di satu pihak kelompok ini masih memerlukan

bimbingan dari angkatan tua, tetapi di pihak lain mereka tidak mau diikat oleh

tradisi-tradisi dari angkatan sebelumnya. Hal inilah yang membuat Ping Hen tidak

melaksanakan perintah agamanya. Sikap tersebut sangat jauh berbeda dengan

sikap orang tua Ping Hen yang memiliki etika pembalasan dan stabil dalam

keagamaan.

Stratifikasi sosial kedua adalah Rika. Rika adalah seorang janda beranak

satu dan memiliki sebuah toko buku. Dalam toko buku tersebut Rika tidak hanya

berperan sebagai pemilik namun juga ia bertugas sebagai kasir dan mengecek

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 126: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

109

persediaan buku. Rika tidak mempekerjakan orang lain selain dirinya dalam toko

buku tersebut. Dalam kepemilikan Rika memiliki rumah yang terpisah dengan

toko bukunya berada. Rumah Rika cukup luas untuk dihuni bersama seorang anak

dan pembantunya. Rika tidak memiliki mobil ataupun telepon genggam seperti

Ping Hen namun di dalam rumah Rika terdapat telepon rumah. Rika juga

memiliki beberapa alat elektronik seperti televisi yang ada di toko bukunya dan

sering ia gunakan untuk mengakses informasi.

Melihat kepemilikan benda yang ada pada Rika terlihat bahwa dalam

pekerjaannya Rika belum bisa mempekerjakan banyak orang. Tidak seperti Tan

Kat Sun yang memiliki banyak pegawai dalam usahanya. Sehingga dalam hal ini

Rika digolongkan sebagai pedagang kecil. Golongan ini seperti yang sudah

disebutkan diatas adalah golongan yang suka menerima pandangan hidup etika

pembalasan. Sikap Rika tidak jauh berbeda dengan Tan Kat Sun. Rika memiliki

sikap toleran dan saling tolong menolong kepada setiap orang walaupun orang

tersebut tidak seagama dengan dirinya.

Tabel 5.4 Presentase Sikap Rika Kepada Umat Beragama

Sikap Rika kepada umat

beragama

Jumlah

adegan Keterangan

Sikap Rika yang suka tolong menolong 3.4 % Adegan 42,61,71,114,153,168

Sikap toleransi yang Rika berikan 4.0 % Adegan 30,37, 114, 116, 126, 131, 144,

Jumlah 7.4 %

Dari data diatas terlihat sikap Rika yang memiliki rasa toleran kepada

umat beragama lainnya termasuk kepada anaknya yaitu Abi. Walaupun Rika

berbeda agama dengan Abi namun sikap toleransinya ditunjukan dengan selalu

mendukung Abi dalam setiap kegiatan keagamaannya seperti menunggu dan

menjemput Abi mengaji, menemani Abi untuk Sahur dan mengajarkan Abi untuk

niat berpuasa. Rika memang sebelumnya beragama Islam namun setelah ia

bercerai dengan Panji karena Panji akhirnya Rika berpindah agama menjadi

Katolik. Namun walaupun Rika sudah berpindah agama, ia tidak memaksakan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 127: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

110

pilihan agamanya kepada anaknya. Justru ia tetap mendukung Abi dalam kegiatan

apapun seperti setelah Abi khatam Al-Qur`an, Rika membuat syukuran dengan

membagikan sedekah berupa makanan kepada anak-anak.

Selain sikap toleransinya kepada kehidupan keberagamaan anaknya,

Rika juga mempunyai sikap saling tolong menolong. Rika tidak membeda-

bedakan dalam berteman, walaupun dapat dikatakan Rika dalam perekonomian

cukup mampu namun ia bersedia untuk berteman dengan siapa saja dan

membantu apabila teman Rika mendapat suatu masalah. Misalnya, ketika Menuk

mendapatkan suatu masalah karena suaminya Soleh meminta cerai. Rika segera

datang ke tempat Menuk bekerja dan menenangkan Menuk yang dalam keadaan

sedih walaupun Menuk hanya seorang pelayan. Rika juga membantu Surya yang

tidak memiliki pekerjaan tetap dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok dan

pekerjaan. Rika sering menawarkan pekerjaan kepada Surya sebagai Yesus dalam

acara paskah dan menjadi Santaclauss. Selain itu Rika sering membayari Surya

untuk makan karena Rika tahu bahwa Surya tidak memiliki cukup uang untuk

makan. Sikap-sikap Rika yang mencerminkan rasa cinta dan kasih sayang sesama

umat beragama tercermin dalam ajaran agamanya yang mengajarkan cinta kasih

kepada sesama umat.

Proses Rika berpindah agama dari Islam menjadi Katolik menurut H.

Carrier disebut sebagai pertobatan batin (endogenos origin). Pertobatan batin ini

timbul dalam diri seseorang karena kesadaran subyek atau kelompok yang

bersangkutan. Rika berpindah agama bukan karena pengaruh orang lain

melainkan dari kesadaran diri sendiri. Hal ini bermula dari perceraian yang

dialami oleh Rika. Mantan suami Rika bernama Panji berniat untuk berpoligami,

namun niat tersebut tidak disetujui oleh Rika sehingga akhirnya mereka bercerai.

Dalam Islam poligami diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu seperti yang

tertera dalam al-Qur`an surat An-nisa ayat 3 yang berbunyi :

” Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 128: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

111

Dialog mengenai keinginan Panji untuk bersama wanita lain terdapat dalam

adegan 45 :

Adegan 45 ( 00:28:41 – 00: 29: 16)

Panji : “Aku gak bisa.” Rika : “Jadi kamu belum mutusin dia?” Panji : “Aku cinta sama dia, sama seperti aku cinta sama kamu.” Rika : “Aku gak bisa Mas.”

Dialog diatas menunjukan bagaimana Panji tidak bisa meninggalkan

wanita lain tersebut dan Rika juga tidak dapat menerima keputusan Panji untuk

berpoligami. Sehingga pada akhirnya mereka bercerai. Aturan dalam Islam yang

memperbolehkan seorang suami untuk memiliki istri lebih dari satu membuat

kenyamanan Rika sebagai seorang muslim terganggu sehingga ia mencari

ketenangan melalui agamanya yang baru. Keputusan Rika untuk pindah agama

menjadi Katolik di dorong oleh keinginan untuk mencari komunitas keagamaan

yang dianggap sanggup memberikan jawaban atau meredakan batinnya. Agama

Rika yang baru menawarkan tempat untuk membangun hidup baru dimana

tersedia peran-peran baru yang sesuai dengan keinginannya, maka dari situ ia

menemukan sesuatu cara hidup yang diyakini sebagai panggilan baru. Sesuai

dengan ajaran agama Katolik yang menentang seseorang untuk berpoligami.

Nilai-nilai agamanya yang baru itu kemudian ia yakini dapat memberikan rasa

aman dan tentram pada batinnya. Seperti pada dialog 46 :

Adegan 46 ( 00:29:17 – 00:31:38)

Rika duduk sendiri di dalam gereja itu mengepalkan kedua tangannya dan menutup kedua matanya. Kemudian secara tidak sadar Doni sudah duduk 3 bangku di belakangnya dan melihat Rika yang sedang berdoa. Doni :“Wajah yang menanggung derita itu, menanggung juga derita ribuan umatnya.”

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 129: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

112

Lalu saat Rika mendengar suara Doni ia menghentikan berdoa dan melihat ke belakang yaitu kearah Doni duduk. Kemudian Doni berpindah posisinya dan duduk 1 bangku di belakang Rika. Doni : “Kadang saya berpikir, kenapa Dia mau menderita seperti itu? Dia kan Putra Allah, Dia anak Allah, sudah selayaknya Dia mendapat kemuliaan, daripada penderitaan. Tapi sekarang saya mengerti, mengapa Dia mau menanggung semua derita itu. Dia mau mengajarkan kepada umatnya, dan kepada saya supaya lebih kuat yah lebih kuat. Kamu kenapa mau di baptis?” Rika : “Saya, saya baru pindah Katolik.” Doni : “Sejak saya kecil sampai saya besar, kalau ditanya saya agamanya apa? Saya bilang Katolik. Tapi saya tidak pernah masuk gereja, malas saya. Bahkan kedua orang tua saya, lupa membatiskan anaknya sejak kecil karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka.” Rika : “Nah, terus kenapa sekarang.. ?” Doni : “Mmm, tahun lalu saya mengalami kecelakaan, parah sekali. Saya koma dua bulan, dan dokter mengatakan sudah tidak ada harapan lagi. Tapi Yesus menyembuhkan saya. Kamu ?” Rika : “Dia juga janji mau nyembuhin saya.”

Dari dialog diatas menunjukan bahwa Yesus sebagai Tuhan menjanjikan

suatu keamanan yang memberikan kedamaian bagi umatnya. Tuhan dipercayai

dapat memberikan mukzizat kepada umatnya yang membutuhkan. Hal itu juga

yang dipercayai oleh Rika dan Doni dimana Yesus dapat menyembuhkan setiap

luka yang ada pada manusia, baik itu luka yang terlihat secara fisik maupun secara

mental yang dialami oleh Rika akibat perceraian. Rasa aman inilah yang membuat

Rika menghayati nila-nilai baru agamanya. Rika rajin mengikuti kelas baptis,

apabila ia mengalami kegundahan ia akan pergi ke Gereja untuk berdoa dan Rika

juga menampilkan simbol-simbol seperti salib di sekitar rumahnya. Dalam hal ini

menurut Weber kaum wanita cendrung untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan

religious dengan keterlibatan emosional yang besar. Wanita pada umumnya

menunjukan kesetiaan lebih besar terhadap praktek hidup keagamaannya terlebih

apabila ia sudah merasa nyaman untuk berada dalam kelompok keagamaan

tersebut

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 130: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

113

Tabel 5.5 Presentasi Sikap Keagamaan Rika

Sikap Keberagamaan Rika

Jumlah

Adegan Keterangan

Kegiatan Rika di Gereja 2.3% Kelas baptis, paskah, dan malam natal

Adegan Rika berdoa 0.5% Penggunaan atribut Katolik 9.3 % Al-Kitab, lukisan Yesus, gambar salib, salib Setting adegan di Gereja 11.6% Jumlah 23.7 %

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebanyak 23.7 % adegan dalam film

ini menampilkan kegiatan umat di Gereja dan juga simbol-simbol yang biasa

digunakan oleh pemeluk agama tersebut. Dalam keseluruhan adegan terdapat 2.3

% kegiatan umat di Gereja dimana Rika juga ikut terlibat dalam kegiatan tersebut

misalnya kelas baptis yang beberapa kali diikuti Rika sebelum ia di baptis dan

juga acara-acara keagamaan lainnya misalnya malam paskah dan Natal.

Disamping itu bentuk sikap keagamaan yang ditunjukan Rika dalam film ini

adalah dimana Rika berdoa untuk mencari ketenangan dirinya yang ditampilkan

sebanyak 0.5% adegan dalam film. Penggunaan atribut yang menunjukan

kelompok agama tertentu juga ditunjukan sebanyak 9.3% adegan dalam film

dengan menampilkan bentuk salib, lukisan Yesus di salib, dan Al-Kitab yang

selalu Rika bawa ketika mengikuti kelas pembaptisan.

Soleh yang sebelumnya pengangguran kemudian mendapat pekerjaan

sebagai anggota Banser. Soleh juga memiliki istri bernama Menuk yang hanya

bekerja sebagai pelayan restaurant Tan Kat Sun. Sebelum Soleh mendapatk

pekerjaan kehidupan perekonomian keluarga Soleh cukup sulit. Soleh tinggal

bersama dengan adiknya dan seorang anak perempuannya. Keadaan

perekonomian keluarga Soleh dan Menuk yang cukup sulit itu membuatnya tidak

dapat membayar uang sekolah adiknya bernama Rifka selama tiga bulan. Tidak

hanya itu dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok berupa makan, mereka harus

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 131: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

114

mengandalkan Menuk yang selalu membawa makanan di rantangnya. Makanan

itu Menuk dapatkan dari restaurant tempat ia bekerja.

Dalam hal kepemilikan harta benda, Menuk dan Soleh memiliki rumah

yang sangat sederhana yang tidak begitu luas untuk dihuni oleh empat orang.

Dalam rumah itu terdapat poster Abdurrahman Wahid (Gusdur) yang merupakan

salah satu tokoh NU. Dengan berbagai poster Gusdur di rumahnya Nampak jelas

bahwa mereka sangat menyenangi ajaran NU, hal itu di dukung juga oleh profesi

Soleh sebagai Banser NU. Di rumah Soleh dan Menuk tidak begitu banyak

perabotan elektronik hanya ada sebuah televisi yang terletak di lantai dua

rumahnya dan digunakan bersama anggota keluarganya untuk menyaksikan

program hiburan.

Dalam sikap keagamaan Golongan ini cendrung melihat agama sebagai

sebuah pembebasan dimana adanya pandangan hidup yang memberikan kepastian

akan adanya pembalasan, walaupun tidak sekarang tapi sekurang-kurangnya ada

pembalsan di dunia lain. Pengalaman mereka sendiri menyadari bahwa manusia

hanya makhluk yang serba terbatas kemampuannya, tidak sanggup mengatasi

segala rintangan. Maka jika ada agama atau ideologi yang menawarkan kepadanya

pembebasan dari penderitaan ini, mereka tidak akan menolaknya. Hal ini yang

menyebabkan keluarga ini cendrung lebih religius di banding aktor-aktor yang

lain dalam film ini.

Tabel 5.6 Presentase Kegiataan Keagamaan Islam Dalam Film Tanda Tanya

Kegiatan Keagamaan Islam

Jumlah

adegan Keterangan

Setting adegan di Mesjid Soleh menggunakan pakaian Muslim

12.7 % 19.1 %

Menuk menggunakan pakaian muslim 17.4 %

Kegiatan umat di Mesjid 5.2 % Kerja bhakti, tempat mengaji, berdakwah

berdiskusi Adegan Menuk dan Soleh sholat 1.7 %

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 132: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

115

Jumlah 43.4 %

Dari tabel diatas terlihat sebanyak 43.4 % menampilkan kegiatan

keagamaan umat Islam diantaranya 12.7 % adegan dalam film bersetting di

Mesjid. Mesjid tidak hanya digunakan untuk tempat ritual keagamaan semata

tetapi juga sebagai tempat pendidikan informal seperti mengaji dan berdakwah

terkadang Mesjid juga bisa dijadikan tempat untuk berdiskusi antar sesama umat

Islam. Fungsi mesjid tersebut juga terdapat dalam film ini sebanyak 5.2 % adegan.

Soleh tampak lebih sering melakukan sholat berjamaah di Mesjid dibanding

Menuk. Tetapi Soleh dan Menuk selalu menjalankan perintah agamanya hal ini

ditunjukan dengan data dalam film terdapat 1.7 % adegan yang menampilkan

kegiatan sholat Menuk dan Soleh. Selain itu mereka juga selalu menaati anjuran

agama Islam untuk menutup aurat bagi perempuan maupun laki-laki. Pakaian

sehari-hari yang mereka kenakan adalah pakaian muslim. Bagi perempuan mereka

mengenakan jilbab, baju tangan panjang dan rok panjang yang ditampilkan dalam

film ini sebesar 17.4% adegan. Sedangkan bagi laki-laki mereka sering

menggunakan baju koko, celana panjang bahan dan mengenakan peci. Hal itu

juga ditampilkan dalam adegan film ini sebanyak 19.1 %. Adegan. Dengan

melihat tingkat religius mereka maka mereka menganggap bahwa agama dapat

menyelamatkan mereka dari kesusahan hidup, maka semakin mereka sering

beribadah semakin kuat agama itu menjamin kehidupan mereka.

Kelas bawah juga diwakili oleh tokoh yang bernama Surya. Surya

mempunyai pekerjaan di bidang entertainment sebagai figuran dalam film. Tetapi

pekerjaannya yang tak menentu dan bayaran yang tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya membuat Surya mengalami kesulitan perekonomian. Ia harus

pindah dari tempat kosnya karena sudah empat bulan tidak membayar uang

bulanan. Ia juga terpaksa harus tinggal di mesjid karena tidak mampu untuk

menyewa kontrakan atau kosan. Selain itu dalam kebutuhan pokok seperti makan,

Surya terkadang sering merasa kelaparan karena tidak mampu membeli makanan.

Sehingga Rika sebagai teman Surya sering menolong Surya dengan

membelikannya makanan.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 133: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

116

Keadaan perekonomian sudah terlihat membaik walaupun ia masih tinggal

di Mesjid semenjak Rika menawarinya kerja untuk berperan sebagai Yesus dalam

acara malam paskah di Gerejanya. Bayaran yang di dapatkan dari peran tersebut.

Setelah ia menerima tawaran tersebut, Surya mulai mendapat berbagai tawaran

lagi dalam acara-acara keagamaan di Gereja sehingga dari situ ia mulai merintis

karirinya bukan hanya menjadi peran figuran lagi. Selama ia bekerja menjadi

figuran, beberapa orang memandang Surya hanya sebelah mata. Pekerjaannya

sebagai figuran tidak terlalu diperhatikan oleh Sutradara ataupun masyarakat

sekitar. Fasilitas yang ia dapatkan juga berbeda dengan pemeran utama. Seperti

terlihat dalam adegan 27 :

Adegan 27 ( 00:10: 08 – 00:11:14)

Terdapat seorang laki-laki memakai kaos putih sobek-sobek kemudian ia berlari meloncati tanaman yang kecil dan di belakangnya ada segerombolan laki-laki yang mengejarnya. Seorang laki-laki yang mengenakan baju putih sobek-sobek itu tertangkap oleh gerombolan laki-laki yang mengejarnya, lalu segera gerombolan laki-laki itu memukuli pria berbaju putih . Sutradara : “Cut, cut, cut. Ri, Riri, sini, sini kamu !” (sambil melambaikan tangannya memanggil seorang wanita berkulit hitam dan dikuncir rambutnya. Wanita itu mengenakan celana panjang jeans hitam dan kaos coklat berumur sekitar 28 tahunan yang bertugas mengamati adegan tersebut) Riri : “Iya pak ?”(berlari menghampiri sutradara yang duduk sambil memperhatikan monitor kecil yang ada di depannya. Sutradara itu berumur sekitar 50 tahunan, mengenakan kacamata yang berantai di lehernya, berjenggot putih, mengenakan topi bergaris-garis berwarna hitam dan putih dengan rambutnya yang berantakan) Sutradara :”Kamu bisa kerja ga kamu, hah? Aku punya pemain utama jangan ditutupin. Kamu mesti turut ngawasin itu pemain ! Kapan jadinya film kalau begini terus. Sana ulang !” Di depan Sutradara yang sedang mengomel tersebut pemeran utama yang mengenakan baju putih sedang dibersihkan keringatnya oleh seorang wanita menggunakan handuk putih dan di payungi oleh seorang laki-laki. Sedangan pemain yang lain yang mengejarnya di biarkan saja tanpa diberikan fasilitas seperti pemeran utama.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 134: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

117

Kemudian Riri berjalan menuju aktor-aktor tersebut dan memberikan instruksi kepada para pemain. Riri : “Ulangi lagi ya semuanya. (Kemudian Riri menghampiri Surya yang ikut bermain di dalam film tersebut sebagai geremobolan laki-laki yang mengejar pemeran utamanya) Mas,itu ada kamera. Masnya jangan disitu, masnya disini aja.” (sambil membenarkan posisi Surya ke samping pemain utama) Pemeran utama : “Ketutupan ya?” Kemudian Surya mengulurkan tangannya meminta maaf kepada pemeran utama itu, tetapi pemeran utama mengacuhkan permintaan maaf Surya. Riri : “Siap, sekali lagi yah semuanya? Standby ….. action !” Kemudian mereka mengulangi adegan tersebut sekali lagi sesuai dengan permintaan Sutradara. Sutradara : “ Cut ! Wohoo..” (terdengar tepuk tangan dari beberapa kru yang memperhatikan adegan itu berlangsung) Setelah itu pemain utama dan Sutradara sama-sama melihat adegan yang telah dilakukan di sebuah layar monitor. Sutradara : “Kowe punya permainan bagus hah. Berbakat itu. Owe nanti akan ambil lo lagi.” ( kemudian diakhiri dengan tawa puas) Surya hanya melihat dengan wajah sedih dari belakang tempat duduk sutradara dan pemain utama tersebut. Kemudian Surya memukul pohon yang ada di sebelahnya berdiri.

Dari adegan diatas terlihat bahwa Surya yang bekerja sebagai pemain

figuran tidak terlalu dilihat permainannya di banding dengan pemain utama

walaupun Surya sudah memberikan usaha yang maksimal tetapi hal tersebut tidak

dapat mencukupi dirinya untuk mendapatkan peran-peran utama. Pujian dan

fasilitas yang istimewa juga hanya di dapatkan oleh pemeran utama di bandingkan

dengan pemain-pemain figuran. Hal tersebut tidak hanya ia rasakan di lokasi

syuting tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika ia bekerja menjadi

figuran banyak orang yang tidak menganggap dirinya. Kata-kata seperti

“selebritis kurang terkenal” atau “ngapain dialog yang gak berguna.” Dilontarkan

sebagai bentuk ejekan atau sindiran. Hal tersebut berbeda setelah akhirnya ia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 135: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

118

mendapatkan peran utama atau jagoan dalam film. Orang-orang mulai memujinya

seperti pada adegan 10 dan 170 :

Adegan 10 (00:03:00 – 00:03:37)

Surya sedang berjalan mengenakan jaket berwarna biru dan merokok. Di jalanan tersebut ada sebuah bangunan tua yang catnya sudah berkelupas serta beberapa bagian tembok hancur hingga terlihat batu batanya. Di sebuah jendela bangunan tua itu tergambar tanda Tanya(?) yang menghiasi jendela luarnya. Surya berjalan sambil merokok dan pandangannya menunduk ke jalan, tanpa ia sadari di depannya ada seorang laki-laki berjenggot dan berjambang putih yang berumur sekitar 55 tahunan sedang mengelus-elus ayam di tangannya. Sehingga antara Surya dan orang yang memegang ayam tersebut saling bertabrakan. Orang yang memegang ayam : “Hei, matanya, matanya.” Surya : “Maaf.” Orang yang memegang ayam : “Goblok! Maaf maaf.”

Adegan 170 ( 01:36:34 – 01:36:47 )

Surya berjalan di sekitar area Pasar Baru dengan jaket birunya dan sambil merokok. Kemudian ia berpapasan dengan orang separuh baya dan membawa ayam. Orang tersebut kemudian menyapa Surya. Bapak : “Sur, tadi malam di tv main jadi polisi ya toh? Sinetron. Top ! Hebat Sur” Surya hanya tersenyum dengan bangganya dan kemudian ia kembali berjalan lagi.

Dari dialog diatas terlihat dua apresiasi yang berbeda yang dilontarkan

oleh orang yang sama kepada Surya. Dialog 10 menunjukan ketika Surya belum

memiliki peran-peran yang khusus dalam film dan keadaan perekonomiannya

sulit, ia rendah oleh orang-orang sekitar. Lontaran kalimat-kalimat kasarpun

ditujukan kepada dirinya. Berbeda ketika ia sudah memiliki peran yang lebih

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 136: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

119

menonjol dalam film. Orang-orang disekitarnya lebih menghormati dan memuji

peran-peran yang ia mainkan.

Dalam sikap keberagamaan Surya termasuk kelompok orang yang taat

beragama. Terlebih setelah ia tinggal di dalam Mesjid. Ia tidak pernah kelewatan

untuk sholat berjamaah. Selain itu apabila ia memiliki waktu luang, ia sering

membantu masyarakat sekitar untuk melaksanakan kerja bhakti di Mesjid. Tidak

jauh berbeda dengan kehidupan Menuk dan Soleh serta sikap keberagamaan

mereka bahwa dalam kehidupan mereka mempercayai agama dan Tuhan untuk

dapat menghilangkan kesengsaraan hidup. Dalam melakukan kegiatan juga

mereka harus selalu ingat dengan Tuhan agar kegiatan yang mereka lakukan

dapat berjalan dengan lancar. Hal ini juga dirasakan oleh Surya, ketika ia

mendapatkan tawaran untuk memerankan Yesus dalam acara paskah, ia tidak

begitu saja menerima tawaran tersebut. Surya melakukan konsultasi terlebih

dahulu kepada pemuka agama yaitu Ustadz seperti pada adegan 68 :

Adegan 68 ( 00:43:58 – 00:44:34)

Surya dan Pak Ustadz sedang duduk di teras rumah pak Ustadz. Surya dan Pak Ustadz sedang berdiskusi membahas pekerjaan yang ditawarkan oleh Rika Pak Ustadz : “Ga ada salahnya sih kamu coba, Sur.” Surya : “Berarti saya harus masuk gereja?” Pak Ustadz :”Itu kan cuma fisikmu, hanya tubuhmu, walaupun kamu ada di negeri yang dzalim sekalipun, tapi kalau kamu yakin, kamu bisa jaga hatimu, keimananmu hanya untuk Allah SWT. Insya Allah aku yakin ndak ada apa-apa. Wes, Tanya se hatimu.”

Dalam adegan diatas terlihat semua pekerjaan yang Surya lakukan terlebih

pekerjaan tersebut diluar ajaran agama yang ia percayai membuat Surya menjadi

ragu. Keraguan Surya ia konsultasikan kepada pemuka agama yang bertugas

memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada umatnya tentang agama. Tidak

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 137: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

120

hanya itu Surya juga melakukan tafakur67

di Mesjid sebelum ia menerima

pekerjaan dari Rika

5.3 Perbandingan Alur Cerita Yang Diangkat Dalam Film Tanda Tanya,

Film Pada Umumnya dan Realitas Sosial

Tabel 5.7 Perbandingan Alur Cerita Yang Diangkat Dalam Film Tanda

Tanya, Film Pada Umumnya dan Realitas Sosial

Film Tanda

Tanya

Film pada

umumnya Realitas

Pendidikan Tidak jelas Beberapa menunjukan

Ada berbagai tingkatan dan

identitas pendidikannya

jurusan yang berbeda dalam

namun tidak spesifik bidang akademis

Pekerjaan Ada diferensiasi dan

Seragam dan menunjukan

Adanya diferensiasi dan

stratifikasi pekerjaan

kelas sosial tertentu stratifikasi pekerjaan

Jumlah Keluarga

Hanya memiliki satu

Hanya memiliki satu anak

Banyak yang memiliki anak

anak lebih dari satu

Agama Terdapat diferensiasi

Tidak mendeskripsikan

Terdapat berbagai agama dan

agama agama tertentu aliran kepercayaan

Kepemilikan Kepemilikan menjelaskan

Kepemilikan menjelaskan

Kepemilikan menjelaskan

status atas, menengah

status menengah ke atas status ekonomi atas,

dan bawah menengah dan bawah

Film memiliki kekuatan yang signifikan untuk mengkonstruksi realitas

sosial berdasarkan alur cerita, dialog dan simbol yang dimainkan. Berdasarkan

tabel diatas dapat dilihat perbandingan melalui film Tanda Tanya yang menjadi

studi kasus dengan film pada umumnya dan realitas yang terjadi di masyarakat. 67 Bertafakur berarti melakukan perenungan atau berserah diri.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 138: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

121

Dilihat melalui latar belakang pendidikannya dalam film Tanda Tanya tidak

mendeskripsikan pendidikan aktor yang bermain dalam film tersebut. Dalam film

Tanda Tanya hanya satu tokoh bernama Abi yang menjelaskan latar belakang

pendidikannya yaitu di sekolah dasar. Hal itu dapat dilihat melalui atribut seragam

yang selalu ia kenakan, namun tidak menjelaskan tingkatan pendidikan Abi di

Sekolah Dasar tersebut dan bagaimana ia bersosialisasi dalam dunia pendidikan.

Dalam film Tanda Tanya latar belakang pendidikan seakan bukan menjadi faktor

utama dalam mencari pekerjaan padahal di dalam film ini sedikit banyak

menjelaskan bagaimana tokoh Soleh yang sulit mencari pekerjaan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun dalam cerita tidak menyinggung apa latar

belakang pendidikan Soleh sehingga ia sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Selain

itu film ini juga tidak menjelaskan proses bagaimana Tan Kat Sun dan Ping Hen

dapat keahlian memasak sedangkan Lim Giok Lie tidak tampak ahli dalam bidang

kuliner dan latar belakang pendidikan Ping Hen yang tidak digambarkan secara

jelas namun Ping Hen berani membuka usaha restaurant bersama teman-

temannya.

Hanya sedikit film Indonesia yang menjelaskan latar belakang aktor yang

bermain dalam film tersebut secara terperinci. Para Sutradara hanya menonjolkan

cerita film melalui konflik-konflik yang sedang populer di masyarakat misalnya

percintaan. Namun ada juga film-film yang menceritakan latar belakang

pendidikan dan bagaimana mereka bersosialisasi di dunia pendidikan tersebut

seperti Catatan Akhir Sekolah, Laskar Pelangi. Sang Pemimpi dan sebagainya.

Film-film tersebut menceritakan bagaimana kehidupan anak-anak atau remaja di

sekolah beserta sosialisasi mereka dengan teman-teman dan lingkungan di luar

sekolah. Namun ada beberapa film yang tidak memiliki kejelasan latar belakang

pendidikan mereka seperti film Virgin, 18+, Hari Untuk Amanda, Garuda di

Dadaku dan sebagainya. Film-film tersebut menjadikan pendidikan hanya sebagai

tempelan saja dan tidak memberikan kejelasan tingakat pendidikan mereka,

bagaimana prestasi mereka di sekolah atau bahkan bagaimana lingkungan sekolah

mereka yang akhirnya menciptkan konflik-konflik yang sangat ditonjolkan dalam

film. Misalnya dalam film Virgin yang menceritakan bagaimana kehidupan

remaja SMA yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas namun dalam film itu

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 139: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

122

sang Sutradara tidak menjelaskan bagaimana latar belakang pendidikan mereka,

lingkungan sekolah dan teman-teman yang sedikit banyak hal tersebut sangat

berpengaruh menentukan tindakan remaja.

Dilihat melalui relaitas sosial bahwa latar belakang pendidikan berperan

untuk menentukan masa depan dan pergaulan seorang anak. Apakah anak tersebut

dapat berlaku baik atau tidak di masyarakat dapat dilihat melalui sosialisasi

mereka tidak hanya dalam lingkungan keluarga melainkan dengan lingkungan di

sekolahnya. Dalam realitas terdapat berbagai tingkatan pendidikan mulai dari

SD,SMP,SMA hingga ke Universitas. Tidak hanya itu dalam realitas juga terdapat

spesialisasi dalam dunia pendidikan misalnya di bidang otomotif, kuliner, teknik,

fotografi dan sebagainya. Namun dalam film detai-detail pendidikan seperti itu

seakan tidak terlalu diperhitungkan untuk mendukung alur cerita dalam film.

Dalam hal pekerjaan dalam film Tanda Tanya menunjukan diferensiasi

pekerjaan yang akhirnya menciptakan stratifikasi di masyarakat. Misalnya dalam

film Tanda Tanya terdapat pekerjaan sebagai koki, pengelola restaurant, pengelola

toko buku, banser, pelayan, pemain figuran dan sebagainya. Dari diferensiasi

pekerjaan tersebut menciptkan stratifikasi ekonomi di masyarakat dalam hal ini

dapat dilihat bahwa pengelola restaurant merupakan kelompok kelas atas dimana

mereka memiliki modal yang lebih banyak dibandingkan dengan aktor lainnya.

Dalam hal ini pemilik restaurant memiliki kapasitas ruang restaurant yang cukup

besar sehingga dapat menampung beberapa pelanggan dan memiliki banyak

pegawai yang menandakan bahwa usaha milik Tan Kat Sun sudah cukup stabil

dalam perekonomian karena sanggup mempekerjakan lebih dari satu pegawai.

Sedangkan pengelola toko buku dilihat dari stratifikasi ekonominya berada di

kelas menengah. Pembagian stratifikasi itu dapat dilihat bahwa pengelola toko

buku belum memiliki pegawai selain dirinya sehingga pengelola toko buku tidak

hanya bertugas mengelola saja namun juga mengecek persediaan buku,

melakukan transaksi dengan para pelanggan, merapikan toko bukunya dan

sebagainya. Dalam keadaan seperti itu dapat dikatakan bahwa pengelola toko

buku belum memiliki dana lebih untuk dapat mempekerjakan orang lain dalam

usahanya. Sedangkan pelayan, Banser dan pemain figuran dapat dikatakan bahwa

mereka berada di dalam kelas bawah. Hal ini dapat dilihat bahwa pekerjaan yang

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 140: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

123

mereka miliki belum dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari baik

yang bersifat pokok maupun yang sekunder. Seperti dalam kasus pemain figuran

dalam film ini, dengan pekerjaannya yang tidak menentu dan bayaran yang hanya

sedikit sebagai tokoh figuran dalam film ia tidak dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya bahkan kadang ia sering merasa kelaparan. Selain kebutuhan pokoknya

yang tidak terpenuhi, ia juga terpaksa harus pergi meninggalkan tempat kosannya

karena tidak sanggup membayar uang bulanannya.

Dilihat melalui film pada umumnya, kebanyakan film Indonesia

menunjukan pekerjaan dengan gaya hidup masyarakat kelas menengah keatas.

Mereka cendrung menampilkan gaya hidup yang mewah dengan ditampilkannya

penggunaan mobil-mobil populer, gaya hidup yang hura-hura, cara berpakaian

dan makanan yang dimakan dalam film. Dalam berbagai kasus film pada

umumnya justru tidak memperlihatkan kalangan kelas bawah dimana pekerjaan

mereka tidak bisa dijadikan sebagai pegangan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pekerjaan yang ditunjukan pada film umumnya adalah pekerjaan-pekerjaan

berkerah putih dimana mereka mengenakan kemeja dan dasi dalam menjalani

pekerjaannya atau dalam film dijadikan seorang pengusaha terkenal yang kaya

raya sehingga anak-anaknya dapat hidup dalam kemewahan.

Dilihat melalui konteks realita sosial dapaat dilihat bahwa adanya

diferensiasi pada pekerjaan yang menciptakan stratifikasi ekonomi yang berjarak

antara kelas atas dan menengah. Kelas atas biasanya dikategorikan dengan

pekerjaan-pekerjaan kantoran seperti pengusaha, administrasi, pegawai negeri dan

sebagainya. Sedangkan kelas bawah biasanya dikategorikan dengan pekerjaan-

pekerjaan di lapangan yang menggunakan tenaga besar untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidup keluarga mereka. Perbedaan pekerjaan yang dilakukan oleh kelas

atas dan bawah dalam realita sosial mempunyai dampak adanya stratifikasi sosial

dilihat melalui kepemilikan barang-barang mewah seperti mobil, jam tangan, gaya

hidup yang tampak jauh berbeda antara kelas atas dan bawah.

Dilihat melalui jumlah keluarga film Tanda Tanya dan film pada

umumnya hanya menampilkan keluarga kecil dimana mereka hanya memiliki satu

orang anak dalam kehidupan keluarga. Namun jika dilihat melalui realita sosial

yang ada di masyarakat bahwa penggambaran dalam film sangat jauh berbeda

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 141: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

124

dengan kenyataan. Dalam realitasnya kebanyakan masyarakat Indoneia memiliki

anak lebih dari satu. Terlebih apabila mereka tinggal di daerah pedesaan atau

daerah terpencil yang sangat mengutamakan sifat-sifat patriarki dimana mereka

akan terus melahirkan anak sampai mereka mendapatkan anak laki-laki.

Walaupun di Indonesia sendiri sudah ada program Keluarga Berencana namun

masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak menjalankan program tersebut.

Dalam hal agama film Tanda Tanya menawarkan detail yang berbeda

dibanding dengan film-film Indonesia pada umumnya. Film-film Indonesia pada

umunya tidak banyak menampilkan atribut-atribut keagamaan tertentu. Film-film

Indonesia tidak menyertakan atribut-atribut keagamaan karena sifatnya yang

masih sensitif untuk di bahas. Hanya ada beberapa film seperti Ayat-Ayat Cinta,

Perempuan Berkalung Sorban, Cin(T)a yang menampilkan agama-agama para

aktornya. Hal itu juga dikarenakan tema utama pada cerita mereka adalah tentang

agama. Namun kebanyakan film Indonesia yang menampilkan atribut keagamaan

hanya menampilkan satu agama mayoritas saja yaitu Islam. Dalam film Tanda

Tanya mereka menampilkan tiga agama yang berbeda yaitu Islam, Katolik, dan

Konghucu. Agama dalam film Tanda Tanya bukan sekedar menjadi pelengkap

saja namun juga menjadi sesuatu yang penting yang mendasari konflik dalam film

tersebut. Dalam film Tanda Tanya agama-agama setiap aktor ditunjukan tidak

hanya melalui atribut yang mereka kenakan namun juga dari ritual keagamaan

yang mereka lakukan. Sehingga melalui atribut dan ritual keagamaan tersebut

penonton sudah dapat menganalisis bahwa aktor-aktor tersebut dapat digolongkan

melalui kelompok agama tertentu. Misalnya aktor yang beragama Islam dalam

film Tanda Tanya selalu mengenakan pakaian muslim baik itu laki-laki maupun

perempuan, sedangkan tokoh Konghucu dan Katolik dapat dilihat melalui ritual

keagamaan dan rumah ibadah yang ditampilkan dalam film.

Agama dalam realitas sosial merupakan suatu identitas seseorang dan

sangat melekat dalam diri individu. Di masyarakat Indonesia agama merupakan

pedoman hidup dan aturan mengenai baik dan buruknya perilaku manusia.

Sehingga agama menjadi sesuatu yang penting dan terikat dalam diri individu.

Agama yang diakui di Indonesia tidak hanya Islam walaupun memang Islam

adalah agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Indonesia, melainkan ada

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 142: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

125

Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu. Pada tahun 2010, kira-kira 85,1%

dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan,

3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha.68

Selain agama-agama resmi juga

terdapat aliran-aliran kepercayaan yang ada di Indonesia seperti

kejawen,Buhun,Samawi, Cigugur dan sebagainya.

5.4 Perbandingan Adegan Dalam Film Tanda Tanya Yang Sesuai Dengan

Realita Sosial

Tabel 5.8 Adegan Film Tanda Tanya Yang Sesuai Dengan Realita Sosial

Pada Tabel Diatas dapat dilihat bahwa film tidak hanya menyajikan cerita

fiksi saja tapi juga film dapat mengangkat realita sosial yang terjadi di Indonesia.

Salah satunya adalah adegan penusukan Pastur dalam Film. Pada Film adegan

penusukan tersebut diceritakan pada saat Pastur sedang berdiri di depan halaman

Gereja dan menyalami jemaat-jemaat yang akan beribadah. Kemudian ada

seorang laki-laki tidak dikenal berjalan tergesa-gesa mendekati Pastur tersebut.

Laki-laki tidak dikenal itu membawa sebilah pisau dan menusuk Pastur yang

sedang menyalami jemaat Gereja. Setelah menusuk Pastur, pelaku tersebut

kemudian melarikan diri. Beberapa jemaat yang sedang berada di sekitar Gereja

68 http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia#cite_note-CIA-1 Diunudh pada 15 Juni 2012 pukul 18:17

Film Realita

Penusukan Pastur

Penusukan Pastur

HKBP

Ciketing, Bekasi

Pengeboman Gereja Pengeboman Gereja

Penyelamatan Jemaat Penyelamatan Jemaat

Gereja di Malam Natal Gereja di Malam Natal

Oleh Soleh Oleh Riyanto

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 143: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

126

tersebut mencoba menolong pastur dan beberapa yang lain mengejar pelaku

penusukan. Namun sayang pelaku tersebut tidak tertangkap karena pelaku

melarikan diri menggunakan sepeda motor bersama seorang temannya.

Dari adegan penusukan Pastur tersebut, dalam realita sosial juga terjadi

diantaranya adalah penusukan Pastur HKBP Ciketing, Bekasi. Penusukan pendeta

HKBP di Ciketing,Bekasi terjadi pada September 2010. Pada saat itu Pendeta

Hasean Lombantoruan dan jemaat lainnya berjalan ke Ciketing Asem menuju

tempat ibadah. Namum tiba-tiba dari arah berlawanan ada sekitar empat motor

yang dikemudikan dan saling berboncengan melintas. Selanjutnya salah satu dari

delapan orang yang berada di motor tersebut turun dan langsung menusuk pendeta

Hasean.69

Kemudian dalam adegan film juga ditampilkan adanya bom di bawah

tempat duduk jemaat Gereja yang sedang merayakan Malam Natal. Kasus

pengeboman Gereja juga beberapa kali terjadi di wilayah Indonesia. Salah satunya

terjadi pada 24 Desember tahun 2000. Pada saat itu terdapat enam bom yang

meledak di enam Gereja yang berbeda di wilayah Jakarta. Gereja yang terkena

ledakan bom pada saat Malam Natal itu adalah Gereja Katedral di Sawah Besar

dan Gereja Kanisius di Menteng. Bom di dua Gereja itu diletakan di bawah

kolong mobil yang tengah parkir di depan Gereja, bom tersebut berhasil meledak.

Selain itu, bom juga diledakkan di Gereja Oikumene, Jalan Halim Perdana

Kusuma, Jakarta Timur dan Gereja Santo Yosep di Matraman Raya, jakarta

Timur. Pada gereja santo Yosep, diletakkan satu bom kecil dan satu bom besar.

Bom-bom itu pun berhasil meledak. Bom juga diledakkan di Gereja Koinonia,

Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur. Gereja ini diledakkan dengan menggunakan

dua bom, bom kecil dan bom besar. Kedua bom itu juga berhasil meledak. Gereja

terakhir yang akan diledakkan adalah Gereja Anglikan Jalan Arif Rahman Hakim,

Jakarta Pusat. Dalam gereja itu, diletakkan satu bom kecil, namun tidak berhasil

meledak.

70

69 Penusukan Pendeta HKBP Bekasi,

http://kuansing.com/2010/09/12/penusukan-pendeta-hkbp-bekasi-31.aspx Diunduh pada 21 Agustus 2011 pukul 21:54 70 http://nasional.vivanews.com/news/read/287763-kronologi-umar-bom-6-gereja-di-malam-natal Diunduh pada 19 Juni 2012 pukul 21:54

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 144: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

127

Adegan lainnya adalah dalam film tokoh yang bernama Soleh merupakan

refleksi dari tokoh Riyanto dalam realita sosial. Tokoh Soleh yaitu salah satu

anggota Banser dalam film berhasil menyelamatkan jemaat Gereja di perayaan

Malam Natal dengan membawa bom yang ada di dalam Gereja keluar. Namun

bom saat berlari membawa bom tersebut, Soleh terjatuh dan bom yang ia

bawapun meledak hingga menewaskan dirinya. Kejadian tersebut juga dialami

oleh Riyanto yang juga merupakan seorang anggota Banser. Peristiwa itu terjadi

pada malam Natal tahun 2000, pada saat itu Riyanto bertugas untuk membantu

polisi menjaga Gereja Eben Haezer, Mojokerto. Tidak jauh dari tempat Riyanto

berjaga ia menemukan sebuah bingkisan yang tergeletak di trotoar jalan depan

Gereja. Mencurigai bingkisan tersebut Riyanto memberanikan diri membuka

bingkisan tersebut dan ditemukan adanya bom dalam bingkisan itu. Saat

menyadari bahwa isi bingkisan itu adalah bom maka Riyanto memerintah semua

orang untuk tiarap dan membuang bingkisan tersebut ke tempat sampah. Namun

lemparan Riyanto meleset. Kemudian Riyanto berinisiatif untuk mengamankan

bom yang belum meledak itu dan memungut bom tersebut untuk

memindahkannya ke tempat yang lebih jauh. Namun sayangnya bom tersebut

meledak dalam pelukan Riyanto sebelum bom itu sempat di lempar kembali.71

Dalam hal ini adegan dalam film juga dapat diilhami melalui realita sosial yang

terjadi di masyarakat atau melalui isu-isu tertentu yang sedang hangat di

perbincangkan.

5.5 Perbandingan Isu Yang Diangkat Dalam Film Tanda Tanya dan Realita

Sosial

Tabel 5.10 Perbandingan Isu Yang Diangkat Pada Film dan Realita

71 Ibid http://www.indonesiamedia.com/2010/09/29/dosa-kita-pada-riyanto-pahlawan-bom-malam-natal/ Diunduh pada 19 Mei 2012 pukul 12:20

Strartifikasi Sangat Dekat dengan Realita

Film dan Realita

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 145: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

128

Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan antara Film Tanda Tanya dan

realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam film Tanda Tanya ada stratifikasi

yang dapat dilihat melalui dua aspek yaitu ekonomi dan jenis kelamin. Dalam hal

ekonomi film Tanda Tanya juga memperlihatkan struktur lapisan ekonomi yang

dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas atas yang diwakili oleh pengusaha restaurant

yang cukup laris di wilayah sekitarnya. Keberhasilan keluarga Tan Kat Sun di

bidang kuliner ini terlihat dari pelanggan yang cukup banyak datang ke restaurant

yang dinamakan Canton Chiness Food ini. Kemudian Tan Kat Sun dapat

mempekerjakan beberapa pegawai yang menandakan bahwa bisnisnya sudah

dalam tingkatan yang stabil. Selain itu area restaurant yang cukup luas dan dapat

menampung pelanggan lebih banyak dan perelatan dapur yang cukup lengkap

hingga dapat menghasilkan berbagai menu.

Ekonomi kelas atas yang diwakili oleh Tan Kat Sun beretnis Tionghoa

dilihat melalui kepemilikannya bahwa keluarga ini tidak hanya memiliki usaha

bisnis di bidang kuliner namun juga memiliki harta benda seperti rumah pribadi

yang juga menjadi tempat usaha, ponsel blackberry, mobil, radio, dan televisi.

Gaya hidup keluarga ini juga membedakan kelas sosialnya dimana gaya hidup

tersebut ditunjukan melalui kebiasaan Ping Hen yang senang berhura-hura dengan

pergi minum-minum hingga mabuk, berpergian dengan menggunakan mobil, dan

mencoba untuk bekerjasama di bidang bisnis kuliner bersama keluarganya.

Sedangkan kelas menengah yang diwakili oleh pengusaha toko buku yaitu

Rika dilihat melalui kepemilikannya bahwa ia juga memiliki usaha bisnis dengan

Diferensiasi agama Kurang Dekat Dengan Realita

Suku Kurang Dekat Dengan Realita

Pekerjaan Cukup Dekat Dengan Realita

Stratifikasi dan Cukup Dekat Dengan Realita

diferensiasi agama

Stratifikasi dan suku Sangar Dekat Dengan Realita

Stratifikasi dan pekerjaan Kurang Dekat Dengan Realita

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 146: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

129

membuka toko buku namun usahanya belum setingkat dengan keluarga Tan Kat

Sun. Rika tidak mempekerjakan pegawai lain selain dirinya dalam bisnis tersebut.

Dengan melihat hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa bisnis yang dikelola

Rika belum bisa dikatakan stabil. Kepemilikan harta benda yang terlihat dari Rika

adalah rumah pribadi dan televisi.

Terakhir kelas bawah yang diwakili oleh keluarga Menuk dan Soleh yang

bekerja sebagai Banser dan Pelayan. dilihat dari kepemilikan usaha mereka tidak

memiliki usaha apapun dan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka suami dan

istri ini harus sama-sama bekerja. Menuk bekerja sebagai pelayan di restaurant

Tan Kat Sun dan Soleh bekerja sebagai Banser. Kehidupan mereka juga kadang-

kadang tidak mencukupi untuk pendidikan adik Soleh bernama Rifka. Rifka

dalam film ini sudah menunggak bayaran sekolah hingga tiga bulan dan dalam

memenuhi kebutuhan pokok yaitu makanan sehari-hari, Menuk harus membawa

makanan sisa dari restaurant yang ia simpan dalam rantangnya untuk dijadikan

sebagai santapan makan malam keluarganya. Dari kepemilikan harta benda

Menuk dan Soleh memiliki rumah pribadi yang sempit untuk dihuni empat orang

anggota keluarganya dan sebuah televisi yang sering digunakan anggota

keluarganya untuk mendapatkan hiburan.

Kelas bawah juga diwakili oleh Surya yang dalam film ini digambarkan

tokoh yang sulit dalam medapatkan berbagai modal untuk bertahan hidup. Dalam

kepemilikan usaha Surya tidak memiliki apapun. Ia hanya bekerja serabutan

menjadi aktor figuran dalam film. Dengan pekerjaannya sebagai aktor ia tidak

dapat memenuhi kebutuhan pokok maupun sekundernya. Dalam kebutuhan

pokoknya yaitu makan, Surya sering merasa kelaparan dan kebutuhan pokoknya

sering dibantu oleh Rika dengan mentraktir Surya makan dan menawarkan

lowongan pekerjaan kepada Surya. Selain kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder

berupa tempat tinggal pun tidak ada. Surya terpaksa harus pergi dari tempat

kosnya karena tidak mampu membayar uang bulanan yang sudah menunggak

empat bulan lamanya dan ia harus tinggal di dalam Mesjid karena tidak dapat

menyewa tempat kos atau kontrakan yang baru.

Stratifikasi ekonomi yang tampak dalam film dilihat melalui realitas sosial

yang ada di masyarakat bahwa adanya pengelompokan kelas berdasarkan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 147: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

130

ekonomi yang dilihat melalui pembagian kelas namun pembagian kelas yang

dikelompokan dalam realitas tidak terbagi menjadi tiga kelas yaitu kelas atas,

menengah dan bawah. Pengelompokan ini dibagi berdasarkan pemetaan dengan

menentukan seberapa besar pasokan barang-barang mewah yang terserap ke

dalam pasar dan gaya hidup. Sehingga pengelompokan dalam realitas sosial di

bagi menjadi lima kelas yaitu kelas atas, kelas menengah atas, kelas menengah,

kelas bawah, dan kelas sangat bawah.

Kelompok golongan atas mencakup keluarga-keluarga kaya lama, yang

telah lama berpengaruh dalam masyarakat dan sudah memiliki kekayaan bagitu

lama, sehingga orang-orang tidak lagi bisa mengingat kapan dan bagaimana cara

keluarga-keluarga itu memperoleh kekayaannya. Kelompok menengah atas

mungkin saja mempunyai jumlah uang yang sama tapi mereka belum terlalu lama

memilikinya Kelompok menengah mencakup kebanyakan pengusaha dan orang-

orang profesional yang berhasil, yang umumnya berlatar belakang keluarga ‘baik”

dengan penghasilan yangn menyenangkan. Kelompok golongan kelas bawah

meliputi para juru tulis, pegawai kantor, pengrajin terkemuka. Kelompok

golongan sangat bawah meliputi para pekerja tidak tetap, penganggur, buruh

musiman, dan orang yang hampir terus menerus bergantung pada tunjangan

pengangguran.72

Dengan begitu berdasarkan hasil survei Litbang kompas yang dilakukan

Maret-April 2012 di enam kota besar di Indonesia (Jakarta, Yogyakarta, Bandung,

Surabaya, Medan, dan Makassar) yang menunjukan kisaran jumlah yaitu kelas

atas berjumlah 1%, kelas menegah atas berjumlah 3,6%, Kelas menengah

berjumlah 50,3%, kelas bawah berjumlah 39,6% dan kelas sangat bawah atau

yang benar-benar miskin berjumlah 5,6%. Dengan dominasi jumlah kelas

menengah yang besar, wajah Indonesia tecermin di kelas ini. Kelompok kelas

menengah atas ini menjadi kelompok paling antusias membeli barang mewah.

Hanya sekitar 2 persen dari kelompok muda kaya itu yang tidak memiliki gadget

pintar (smartphone) sekelas Blackberry, iPhone, atau Samsung Galaxy, selebihnya

72 Karsidi, Dr. Ravik (2005) SOSIOLOGI PENDIDIKAN. UNS Press dan LP UNS halaman 88

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 148: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

131

memiliki satu, dua, atau tiga ponsel cerdas dan mahal ini.73

Sedangkan stratifikasi juga terlihat melalui jenis kelamin dimana laki-laki

dalam film mempunyai posisi yang dominan dan perempuan merupakan aktor

yang didominasi. Dalam film beberapa keluarga Tan Kat Sun dan Keluarga Soleh

menunjukan posisi yang demikian. Dalam keluarga Tan Kat Sun, Lim Giok Lie

yang merupakan istri Tan Kat Sun menjadi sosok yang taat kepada suaminya.

Ketaatan tersebut dilihat melalui bagaimana Lim Giok Lie yang selalu setia

menemani Tan Kat Sun dalam keadaan sakit dan menaati perintah Tan Kat Sun.

Tidak hanya dengan Tan Kat Sun ketaatan Lim Giok Lie namun juga kepada anak

laki-lakinya yaitu Ping Hen. Lim Giok Lie walaupun mempunyai posisi sebagai

orang tua Ping Hen, namun tidak menentukan bahwa posisi itu dapat

mendominasi Ping Hen anaknya. Sebaliknya Ping Hen yang bertindak sebagai

pengganti Tan Kat Sun dalam keluarga justru membuat Lim Giok Lie pun harus

menaati aturan Ping Hen dalam pengelolaan restaurant. Hal itu dapat dilihat

melalui adegan 107 dan 110.

Dengan data diatas

bawah dapat dilihat ternyata dalam realitas pengelompokan juga terbentuk namun

yang berbeda adalah pengelompokan kelas ekonomi yang terbentuk dalam film

dapat dilihat melalui kepemilikan sedangkan pada realitas pengelompokan

didasarkan pada gaya hidup dan pasokan barang-barang mewah ke dalam pasar.

74

Begitupun yang nampak dalam keluarga Menuk dan Soleh. Walaupun

mereka berasal dari keluarga kelas bawah namun sikap dominan dan dominasi

juga tampak dalam stratifikasi berdasarkan jenis kelamin. Menuk sebagai seorang

istri selalu melayani Soleh baik itu dalam menyediakan makan, pakaian, dan

kebutuhan seksual. Sikap dominan Soleh pun terlihat ketika Soleh meninggalkan

Dalam adegan tersebut tampak bahwa Lim Giok

Lie tidak berdaya menahan Ping Hen yang mengubah peraturan restaurant agar

lebih ketat sehingga para pegawai tidak memiliki waktu luang untuk istirahat dan

liburan hari Raya Idul Fitri yang cukup panjang. Dengan adanya adegan tersebut

dapat dikatakan bahwa laki-laki sebagai aktor dominan yang mengatur jalannya

rumah tangga dan bisnis.

73 http://nasional.kompas.com/read/2012/06/08/03204285/Wajah.Baru.Kelas.Menengah.Indonesia Diunduh pada 16 Juni 2012 pukul 17:04 74 lihat pada lampiran transkrip dialog film

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 149: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

132

rumah, Menuk menunjukan sikap setianya dengan menanti Soleh untuk pulang

kerumah dan tidak pernah berbicara kasar terhadap Soleh. Dengan sikap yang

ditunjukan Menuk maka Soleh menjadi aktor yang dihormati dalam keluarga

sehingga dengan posisinya yang dominan maka Menuk harus bersedia melayani

segala kebutuhan Soleh.

Dilihat melalui realitas sosial yang terjadi di masyarakat Jawa dapat

dikatakan bahwa sistem kekerabatan yang dianut dalam masyarakat tersebut pada

umumnya adalah masyarakat parental.75

Selain itu adanya aturan agama yang melegitimasi posisi dominan laki-laki

yaitu laki-laki dijadikan sebagai pemimpin dalam keluarga dan dalam kehidupan

bermasyarakat. Dengan adanya aturan agama yang mengikat masyarakat

Indonesia ke dalamnya maka posisi laki-laki semakin di hormati dalam tatanan

sosial. Nilai patriaki dalam agama menjadi referensi masalah relasi kekuasaan

antara laki-laki dan perempuan. Dalam nilai patriaki, kedudukan laki-laki

ditempatkan lebih tinggi dari perempuan dalam aspek kehidupan. Perempuan

dianggap sebagai sub-ordinat laki-laki dan masih dimarginalkan. Kedudukan

seperti ini menyebabkan otoritas mengambil keputusan berada di tangan laki-laki.

Namun dalam film ini menunjukan

bahwa Laki-laki menajdi aktor yang dihormati dan mendominasi di bandingkan

dengan perempuan. Sikap seperti itu juga sering terjadi dalam realitas sosial yang

ada di Indonesia terutama pada masyarakat Jawa. Adanya stratifikasi jenis

kelamin perempuan dan laki-laki dapat dilihat berdasarkan stereotipe yang

menganggap bahwa perempuan dikenal dengan lemahlembut, cantik, emosional

dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-

ciri dari sifat itu menjadikan pembagian kerja bahwa laki-laki merupakan

pemimpin keluarga yang bekerja di ranah publik sedangkan perempuan

merupakan ibu rumah tangga yang mendampingi laki-laki dan menaati perintah

seorang suami, bekerja di ranah domestik. Pembagian peran seperti itu masih

terjadi dalam realitas sosial yang ada pada masyarakat Jawa.

Nilai budaya yang menganut bahwa perempuan harus tunduk kepada

suami maupun saudara laki-laki, kurangnya peran serta perempuan dalam

75 Parental adalah masyarakat yang garis keturunanya mengikuti garis keturunan kedua orang tua secara bersama-sama (Bapak dan Ibu)

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 150: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

133

pengambilan keputusan dan perempuan mengutamakan urusan domestik

merupakan suatu bukti dari rendahnya kedudukan perempuan. Kebudayaan yang

telah dianut dan di implementasikan dalam kehidupan masyarakat tersebut sampai

saat ini, antara lain adalah bahwa hanya anak laki-laki saja yang dapat

meneruskan marga ayahnya dan hanya anak laki-laki jugalah yang menjadi ahli

waris. Sehingga kehadiran anak laki-laki dianggap memiliki nilai sosial yang

sangat tinggi, terutama sebagai penerus marga atau silsilah orang tuanya.76

Tetapi di sisi lain jika dilihat melalui konteks masyarakat Indonesia secara

keseluruhan bahwa sekarang ini posisi perempuan sudah tidak termarginalkan

lagi. Mereka sudah dapat berkontribusi dalam bidang pekerjaan yang dianggap

maskulin. Beberapa contoh kasus justru wanita yang menjadi tulang punggung

keluarga dan melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh seorang laki-laki

misalnya menjadi supir Transjakarta, Tukang Tambal Ban, dan sebagainya. Hal

ini menunjukan bahwa pekerjaan sudah tidak lagi dibedakan berdasarkan jenis

kelamin bahwa perempuan bekerja di ranah domestik dan laki-laki di ranah

publik.

Nilai

budaya tersebut masih dianut salah satunya oleh etnis Batak.

Dalam hal keagamaan film Tanda Tanya sedikit banyak mengangkat

pluralisme keagamaan yang ada di Indonesia dengan menampilkan tiga agama

yang berbeda dalam tiga keluarga yaitu Islam, Katolik dan Konghucu. Kecerdasan

Hanung mengangkat tiga agama yang memiliki karakteristik yang cendrung

sinkretis untuk mencoba mendukung adegan-adegan dalam film agar tampak

sesuai dengan realitas sosial. Islam yang ditampilkan dalam film ini adalah Islam

yang beraliran NU (Nahdatull Ulama). NU lahir salah satu didorong oleh

semangat untuk mempertahankan prakterk-praktek (kultur) setempat, atau sering

disebut sebagai upaya untuk mempertahankan budaya keagamaan kaum

tradisionalis, yang tidak menyimpang dari ajaran Islam. Meski berbeda cara

pandang kedua gerakan ini kembali kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah maupun

prins Aswaja. Sebenarnya sama-sama menginginkan menerapkan ajaran agama

yang bersumber kepada Al-Qur`an dan Sunnah Nabi. Selain itu munculnya NU

76 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31456/5/Chapter%20I.pdf Diunduh pada 16 Juni 2012 pukul 18:21

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 151: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

134

dimaksudkan pada mulanya sebagai media tempat berhimpunnya kalangan

tradisionalis dalam menyuarakan aspirasi menentang kaum Wahabi di Mekkah

membokar paksa temapt-tempat yang dinilai sering dijadikan media bagi

prakterk-praktek Bid`ah. Dengan menggunakan organisasi NU ini, kalangan Islam

tradisionalis memiliki kendaraan resmi dalam menyampaikan aspirasi.77

Sedangkan Katolik dikenal sebagai agama yang cendrung sinkretis sejak

konsili Vatikan II. Menurut Setyoningrum

78

Agama-agama ditampilkan dalam bentuk simbol keagamaan misalnya

rumah ibadah, pakaian kebesaran, gambar-gambar, patung dan sebagainya. Selain

menampilkan secara simbolik dalam film ini juga menampilkan ritual keagamaan

misalnya umat Islam pergi ke Mesjid untuk sholat, merayakan Idul Fitri, dan

berpuasa. Sedangkan umat Katolik terlihat dalam perayaan hari Paskah dan Natal

dan dalam tata cara berdoanya. Sedangkan Konghucu dilihat melalui tata cara

berdoa. Namun kejelasan ritual dan simbolik dalam film ini menjadi sangat

timpang dimana detail penggambaran mengenai ketiga agama tersebut hanya

terpusat pada agama Islam dan Katolik. Sedangkan Konghucu tidak terlalu

banyak di tampilkan dalam adegan-adegan dalam film. Ketimpangan tersebut

pada Konsili Vatikan II para uskup-

uskup sedunia berkumpul dan menghasilkan suatu keputusan agar Gereja lebih

bermasyarakat antara lain dengan cara inkulturasi dengan budaya dan tradisi

masyarakat setempat dimana Gereja berada. Inkulturasi ini berarti menyesuaikan

diri dan beradaptasi dengan kebiasaan dan kepercayaan lama yang telah berakar

pada suatu masyarakat, yang diterapkan dalam cara pewartaan injil melalui

pengembangan kebudayaan setempat. Kemudian, Konghucu merupakan agama

yang sinkretis dimana Konghucu dapat menyerap berbagai unsur-unsur

keagamaan seperti Budha, Taonisme dan sebagainya. Dengan kata lain bahwa

sikap sinkretis itu memudahkan Konghucu untuk berbaur dengan masyarakat

daerah setempat.

77 Somantri, Kholik. Dinamika hubungan Muhammadiyah dengan NU pasca orde baru (1998-2003).Pasca Sarjana. Universitas Indonesia halaman 47 78 Setyoningrum, Yunita. Analisa Citra Estetik Arsitektur sebagai Media Inkulturasi Budaya pada Gereja Katolik (Studi Kasus : Gereja Maria Assumpta di Klaten karya Y.B. Mangunwijaya). Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen Maranatha halaman 2

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 152: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

135

dapat dilihat melalui Islam dan Katolik menampilkan tokoh-tokoh pemuka agama

sedangkan Konghucu tidak ada. Selain itu Katolik dan Islam menampilkan

beberapa hari raya kebesarannya sedangkan Konghucu tidak.

Dilihat melalui realitas sosial yang terjadi di Indonesia bahwa Indonesia

merupakan negara yang memiliki pluralisme keagamaan. Dalam hal keagamaan

Indonesia tidak hanya mempunyai agama-agama resmi namun juga agama-agama

tradisional. Agama-agama resmi adalah agama-agama yang diakui dan dilindungi

oleh pemerintah yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.

Sedangkan agama-agama daerah merupakan suatu aliran kepercayaan penduduk

suatu tempat. Agama ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau

orang-orang dari angkatan sebelumnya. Agama-agama tradisional itu adalah

Agama Bali atau sering disebut dengan Hindu Bali atau Hindu Dharma, Agama

Sunda Wiwitan yang terdapat di Kanekes Banten, Agama Djawa Sunda yang ada

di Kuningan, Jawa Barat, Agama Kejawen yang ada di Jawa Tengah dan Jawa

Timur dan sebagainya. Data Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2003

mengungkapkan, dari 245 aliran kepercayaan yang terdaftar, sementara

keseluruhan penghayat mencapai 400 ribu jiwa lebih.79

Dalam film Tanda Tanya juga mencoba menujukan bahwa Indonesia

adalah negara yang multikulturalisme. Dimulai dengan konteks social masyarakat

Indonesia yang multikulturalisme dan berkembang secara turun temurun antar

satu generasi ke generasi lainnya selama berabad-abad sehingga etnis, dan budaya

tersebut terinternalisasi dalam diri individu yang mendefinisikan dirinya sebagai

kelomok etnis budaya tertentu. Setiap lapisan dari struktur social membangun

pola dan gaya hidup yang berbeda sesuai dengan latar belakang mereka masing-

masing. Film Tanda Tanya menampilkan setidaknya dua etnis yang paling

menonjol yaitu Jawa dan Tionghoa. Kelompok etnis tersebut dapat dilihat melalui

cara bicara dan penggunaan bahasa yang digunakan.

Perbedaan kelompok etnis ini tidak hanya didasarkan pada bentuk fisik

yang tampak tetapi juga pada sifatnya. Misalnya pada kelompok etnis Jawa,

masyarakat Jawa menganggap hidup sebagai rangkaian peristiwa yang penuh

79 http://elangnusantara.wordpress.com/2011/01/14/agama-asli-nusantara/ Diunuduh pada 16 Juni 2012 pukul 19:01

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 153: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

136

kesengsaraan dan harus dijalankan dengan tabah dan pasrah. Dalam konteks ini

tergambar dalam sikap Surya dan Menuk dimana pekerjaan mereka adalah

pekerjaan dengan upah yang rendah. Namun dalam menjalankan pekerjaan

tersebut mereka memiliki keseriusan dan loyalitas yang tinggi terhadap

pekerjaannya. Upah yang rendah tidak membuat mereka menjadi pribadi yang

malas bekerja melainkan pekerjaan tersebut mereka jalankan dengan tabah dan

pasrah. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana dengan upah yang rendah

itu mereka masih dapat memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarganya.

Dengan konsep sifat masyarakat Jawa yang tabah dan Pasrah tersebut terwakili

oleh tokoh Menuk dan Surya.

Melalui hubungan dengan sesama etnis Jawa, masyarakat Jawa pada

umumnya mempunyai tingkah laku dan adat sopan santun orang Jawa terhadap

sesamanya yang sangat berorientasi secara kultural. Mereka di dunia ini hidup

saling tolong menolong. Mereka juga mengembangkan sikap tegang rasa dan

menginfestasikan solidaritas antara anggota suatu kelompok atau kerabat. Dalam

kasus tersebut juga digambarkan melalui adegan-adegan dalam film dimana

masyarakat Jawa dalam film tampak saling tolong menolong dalam hal kerja

bhakti, mengingatkan untuk beribadah, mengucapkan salam dan sebagainya.

Sikap-sikap tolong menolong dan tegang rasa itu yang mencerminkan sikap

masyarakat Jawa.

Sedangkan pada etnis Tionghoa mengajarkan orang untuk hidup dengan

rajin, tanpa mengenal lelah dalam mencari kekayaan dan kesetiaan keluarga

membuat orang Tionghoa mempunyai sikap suka bekerja keras untuk mencari

kekayaan bagi kebahagiaan keluarganya. Sikap Tionghoa yang rajin bekerja keras

juga ditunjukan oleh keluarga Tan Kat Sun dimana sikap Tan Kat Sun yang tetap

bekerja keras dalam mengelola restaurantnya walaupun keadaan kesehatannya

semakin lama semakin menurun tidak menghalanginya untuk mengelola

restaurant dalam urusan memasak. Begitu juga dengan Ping Hen yang rajin

mecari kekayaan dengan cara memperpendek libur pegawai pada hari raya Idul

Fitri karena biasanya pada saat itu pembantu rumah Tangga kebanyakan akan

pulang kampung dan tuan rumah akan memilih makan di restaurant karena tidak

ada yang memasak. Dengan begitu mereka akan mendapat keuntungan lebih

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 154: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

137

banyak di banding hari biasa. Sikap yang berorientasi pada kerja keras dan

keuntungan digambarkan dalam suatu keluarga Tionghoa dengan aktor yang

berbeda.

Dalam realitas sosial yang terjadi di masyarakat bahwa Indonesia

merupakan negara yang multikulturalisme. Hal itu dapat ditunjukan melalui

Indonesia memiliki 300 lebih etnis dengan presentasi terbesar pada tahun 2000

adalah etnis Jawa yaitu sebanyak 41,7% yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa

Timur dan Lampung, Sunda yaitu 15,4% yang tersebar di Jawa Barat dan

Tionghoa sebesar 3,7% yang tersebar di Jakarta, Kalimantan Barat dan Jawa

Timur.80

Dalam sikap masyarakat Jawa yang dikenal memiliki prinsip toleransi,

hormat dan kerukunan juga tidak tergambar dalam film ini dimana konflik-konflik

kecil sering kali terjadi antara kelompok etnis Jawa dan Tionghoa. Konflik-

konflik tersebut berawal dari sindiran-sindiran hingga timbul perkelahian.

Sehingga dalam hal ini prinsip toleransi masyarakat Jawa yang dimaksudkan agar

dapat menempatkan diri dalam posisi yang tidak ekstrim, selalu fleksibel

mengikuti gerak dan perubahan yang terjadi tidak sesuai dengan adegan-adegan

dalam film

Dengan berbagai etnis tersebut maka Indonesia memiliki beragama

budaya dan adat istiadat yang kurang tergambar dalam film ini.

Selain itu sikap etnis Tionghoa yang menjunjung kedambaan dan

kewajiban hidup yang hanya bisa ditempa dalam perjalanan usia. Usia

memberikan nilai, martabat dan keutamaan kepada semua hal, baik itu suatu

objek, lembaga maupun kehidupan pribado. Sebagai akibatnya, penghormatan

harus mengarah ke atas, terhadap mereka yang ada di depan kita. Kepatuhan

kepada orang yang lebih tua menjamin kelangsungan nilai-nilai sosial budaya

yang ditanamkan kepada anak dari generasi ke generasi. Sehingga terciptalah

tradisi yang kuat kepada orang Tionghoa yang memang sengaja diciptakan dan

dicita-citakan oleh Konfusius. Terciptanya tradisi ini dengan sendirinya akan

berpengaruh pada pola pikir, tingkah laku dan interaksi dengan orang lain.

Dengan prinsip Tionghoa tersebut juga tidak tergambarkan dalam adegan-adegan

80 http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesia Diunduh pada 16 Juni 2012 pukul 19:51

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 155: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

138

dalam film dimana tokoh Ping Hen yang mempunyai sifat yang keras dan selalu

membantah perintah orang tuanya dan terkadang tampak tidak menghormati

orang tuanya dalam tutur kata dan sikap kepada Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie.

Salah satunya adalah tercermin pada adegan 2581

Dalam hal pekerjaan dalam film Tanda Tanya menunjukan berbagai jenis

pekerjaan mulai dari pemilik restaurant, pengelola toko buku, pelayan, pemain

figuran, banser dan sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut digunakan sebagai

tolak ukur dalam menentukan kesuksesan mereka memenuhi kebutuhan hidup dan

bagaimana relasi yang terbentuk berdasarkan pekerjaan itu. Pekerjaan merupakan

aspek kelas sosial yang penting karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang

berkaitan dengan pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang,

maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, teman-

teman, jam kerja dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari orang tersebut.

. Dalam adegan tersebut tampak

bahwa Ping Hen tidak menghormati orang tuanya pada saat Tan Kat Sun sedang

mengajarkan Ping Hen bagaimana cara mengelola restaurant. Ping Hen

menunjukan sikap acuhnya dengan pergi meninggalkan Tan Kat Sun pada saat

Tan Kat Sun belum selesai menerangkan tentang cara memasak di restaurant,

selain itu Ping Hen terus memainkan handphonenya pada saat Tan kat Sun sedang

mengajarinya. Dengan sikap Ping Hen yang acuh tersebut maka sikap Tionghoa

pada umumnya tidak tergambar dalam adegan-adegan dalam film.

Dalam realitanya Indonesia pada umumnya masyarakatnya sudah

kompleks dimana jenis pekerjaan sudah beragam. Dalam hal ini jenis pekerjaan

yang tersedia di masyarakat tidak hanya terkait di bidang usaha, entertaiment dan

bidang jasa namun juga jenis pekerjaan yang bersifat militer, investor, jurnalis dan

sebagainya. Beragam jenis pekerjaan membuka kesempatan bagi masyarakat

untuk berlomba-lomba bersaing dan bersikap kreatif. Sehingga dalam realitasnya

pekerjaan yang ada di masyarakat menciptkan suatu persaingan ekonomi yang

menghasilkan kedudukan tertentu dalam masyarakat. Seseorang yang memiliki

pekerjaan yang baik maka posisinya akan lebih dihormati di masyarakat.

Dihubungkan dengan stratifikasi dengan diferensiasi agama dalam film

nampak bahwa Islam sebagai agama yang mayoritas memiliki posisi yang lebih 81 Lihat pada lampiran

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 156: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

139

tinggi di banding agama lainnya. Posisi Islam sebagai mayoritas menjadikan

pemeluknya memperoleh hak istimewa di banding agama Katolik dan Konghucu

dalam film. Beberapa adegan menunjukan hal tersebut misalnya dalam hal

perayaan hari kebesaran Islam yaitu pada saat Bulan Ramadhan. Pada bulan

Ramadhan seluruh umat muslim melaksanakan puasa. Bagi agama minoritas

seperti Konghucu, mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan hari kebesaran

agama Islam sebagai agama mayoritas. Cara penyesuaian diri yang mereka

lakukan adalah dengan menutup jendela-jendela restaurant dengan tirai-tirai dan

memberikan libur Idul Fitri yang cukup panjang kepada para pegawai agar dapat

berkumpul bersama keluarga. Selain itu penyesuaian yang kepada agama Islam

dalam film ini ditunjukan oleh sikap Tan Kat Sun yang memberikan waktu kepada

pegawainya untuk sholat dan menjawab salam secara Islam yaitu

“Waalaikumsalam” apabila pegawainya memberikan salam “Assalamualaikum”.

Penyesuaian dilakukan agar kelompok minoritas dapat diterima dengan baik oleh

kalangan mayoritas. Selain tu kesadaran struktur dalam masyarakat yang

memaksa salah satu pihak untuk menghormati pihak lain yang lebih dominan.

Kesadaran aktor dalam posisinya di masyarakat menciptakan suatu praktik sosial

berupa sikap toleran kepada agama Islam. Sikap ini diharapkan dapat berasimilasi

antara etnis Tionghoa dan pribumi.

Disisi pandangan keagamaan dari kelompok minoritas membuat sebagian

besar orang keluar dari kelompok agamanya dan bergabung dengan kelompok

agama yang baru agar lebih diterima di masyarakat. Hal ini juga terjadi dalam

film dimana . Hubungan keagamaan sesama Konghucu juga terdapat hal yang

negative yaitu kepada anak Tan Kat Sun bernama Ping Hen. Ketika ibunya

menyruhnya beribadah, Ping Hen menolaknya dan Ibunya tidak dapat bertindak

apa-apa kepada anaknya. Pada masyarakat Tionghoa perempuan adalah sebagai

makhluk pasif dimana laki-laki memegang kendali dalam keluarga. Hal ini yang

menyebabkan ketidaktegasan Lim Giok Lie dalam memberikan pengajaran

tentang agama terhadap Ping Hen. Berbeda dengan Islam, agama Islam sudah

disosialisasikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Doktrin yang terkandung

dalam Islam mengajarkan bahwa seseorang harus bisa menghormati kedua orang

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 157: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

140

tuanya. Hal ini yang menyebabkan orang tua menjadi kelompok yang sangat

dihormati dalam Islam.

Keengganan Ping Hen untuk mendalami ajaran agamanya membuat

doktrin agama lain dengan mudah masuk dalam dirinya. Hal inilah yang membuat

Ping Hen memilih untuk berpindah agama menjadi Islam yang ia lakukan setelah

perusakan restaurant milik keluarganya oleh kelompok Islam tersebut. Ia juga

mengganti sistem dagangnya dengan tidak lagi menjual makanan Babi di

restaurantnya. Tindakan tersebut dapat dilihat bahwa kebudayaan minoritaslah

yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dengan tujuan

menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas, sehingga lambat laun

kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan

masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.

Eklusivisme agama mayoritas inilah yang menyebabkan kekerasan

simbolis terhadap agama lain. Setiap agama menyatakan bahwa agamanya

merupakan doktrin yang paling benar sedangkan agama lain adalah doktrin yang

sesat. Kelompok sosial dominan yang biasanya menerapkan persepsi tesebut.

Persepsi tersebut dapat memicu kekerasan empirik dan kecurigaan terhadap

agama di luar kelompok mereka. Hal ini juga terkait mengenai keyakinan

kelompok mayoritas akan nilai-nilai kepercayaannya tanpa melalui proses

pemikiran dan dianggap sebagai nilai-nilai yang dianggap benar dan diinginkan

secara universal.

Dalam kasus tersebut ditunjukan melalui adegan dalam film ini dimana

adanya adegan kelompok Islam menyerang restaurant Cina milik Tan Kat Sun

karena buka sehari setelah lebaran. Bukanya restaurant tersebut memicu

kemarahan kelompok Islam yang menganggap bahwa kelompok Cina tersebut

tidak menghormati hari raya agama Islam. Terlebih Islam merupakan agama yang

mayoritas sedangkan kelompok Cina dalam film ini memiliki agama Konghucu

yang merupakan kelompok minoritas di Indonesia. Sehingga dalam kasus ini

kelompok Islam sebagai agama mayoritas memiliki jangkauan masa yang luas.

Jaringan keagamaan ini membentuk suatu sistem interaksi antar aktor. Sehingga

jaringan keagamaan ini dapat digunakan sebagai modal atau sumber daya untuk

mengukuhkan suatu kekuasaan dan mereproduksi kedudukan social. Dengan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 158: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

141

kasus diatas dapat dikatakan bahwa jaringan keagamaan merupakan sarana

dominasi bagi kelompok Islam tertentu untuk mengokohkan kekuasaan dan

kewibawaan agensinya di wilayah-wilayah Indonesia dan hal ini dapat memicu

tindakan anarkis kelompok tersebut untuk mengatasnamakan agama.

Hasil dari sikap ekslusivisme ini menimbulkan konflik dalam kelompok

agama mereka sendiri. Hal ini dilihat melalui adegan dimana saat kelompok Islam

sedang menghancurkan restaurant Cina milik Tan Kat Sun, seorang Islam

bernama Surya mencoba untuk meredakan amarah dan menahan orang-orang

yang melakukan perusakan. Namun sayangnya Surya menjadi korban dalam

perusakan restaurant tersebut. Ia terkena pukulan orang-orang yang merasa marah

ketika Surya menghalangi tindakan mereka. Tindakan tersebut muncul dari

praktik sosial keagamaan Islam yang menyatakan perang terhadap semua

kelompok yang mencoba menodai agama tersebut. Begitupun dalam kasus ini

walaupun Surya termasuk dalam kelompok Islam namun tindakannya dianggap

sebagai sesuatu yang pengkhianatan terhadap agamanya karena Surya tidak

membela kelompok agamanya. Tindakan Surya dipandang sebagai sesuatu yang

harus diperangi.

Selain itu ajaran Islam yang mengizinkan seseorang untuk berjihad bagi

agamanya melegitimasi kelompok ini untuk melakukan serangan. Sedangkan

Konghucu adalah kelompok agama minoritas yang biasanya dianut dari non-

pribumi (Cina) tidak mempunyai masa yang cukup banyak untuk mendukung

tindakan mereka. Sehingga posisi mereka dalam negara sangat lemah, lemahnya

posisi mereka di Negara ini membuat kelompok lain dengan leluasa melakukan

tindakan diskriminasi atau bahkan kekerasan kepada kelompok ini. Latar

Belakang tersebut bermain di sistem sosial.

Kekerasan empiric maupun simbolik tersebut memperlihatkan berbagai

konflik berkembang diantara komponen-komponen bangsa tidak mampu

diselesaikan secara kultural. Hal ini merefleksikan semakin lemahnya apresiasi

masyarakat terhadap kebebasan beragama dan pluralitas. Hal ini berdampak pada

bentuk konflik vertikal maupun horizontal yang tidak produktif seperti pada

kasus-kasus terorisme yang terjadi di Indonesia. Secara ideal kondisi masyarakat

yang aman hanya dapat diciptakan jika segenap komponen masyarakat bersikap

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 159: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

142

aktif dalam partisipasi kemanaan termasuk mencegah aksi terorisme. Menurut

Kiki (Kiki Syahnakri, 2008)82

Sedangkan Rika yang baru berpindah agama dari Islam menjadi Katolik.

Usaha Rika untuk diterima dalam lingkungan sosialnya ditunjukan melalui sikap

toleransinya. Sikap tersebut terlihat dilakukan kepada Abi. Dalam salah satu

adegan dukungan Rika terhadap agama Abi dengan mengajarkan Abi untuk

membaca niat puasa. Dengan pengalaman Rika berupa Ilmu pengetahuan

mengenai agama Islam yang sebelumnya dianut Rika, maka pengetahuan dan

pengalaman tersebut dapat digunakan untuk mempererat hubungan antara Ibu dan

Anak yang berbeda agama dengan saling mendukung dalam praktik keagamaan.

Dukungan moral yang diberikan Rika juga tidak hanya di bulan Ramadhan namun

dalam kesehariannya Rika bersedia menunggu dan menjemput Abi ketika Abi

sedang mengaji di Mesjid. Dukungan keagamaan yang diberikan Rika untuk Abi

juga terlihat dalam bentuk materil yaitu memberikan sedekah kepada anak-anak

yang kurang mampu di acara syukuran khatam Al-Qur`an Abi. Begitu juga

dengan Abi yang mempunyai sikap toleran kepada agama baru Rika, dalam salah

satu adegan menunjukan dimana Abi membantu Rika untuk menghias pohon

natal. Sikap toleransi Rika dapat dilihat melalui latar belakangnya bahwa Rika

sebelumnya beragama Islam, namun setelah perceraiannya akibat keinginan

mantan suami Rika untuk berpoligami maka Rika berpindah keyakinan menjadi

Katolik. Latar belakang Rika mengenai Islam membuat sikapnya lebih toleran

terhadap agama tersebut. Hal ini dikarenakan nilai-nilai Islam yang dianut Rika

selama ini telah terinternalisasi ke dalam dirinya sehingga menciptakan kesadaran

untuk memahami dan mengapresiasi praktik keagamaan yang dilakukan oleh Abi.

masyarakat Indonesia belum cukup solid dan

matang untuk diajak memerangi terorisme. Masalahnya karena dililit masalah

ekonomi dan ideologis yang mengakibatkan rendahnya kewaspadaan. Sementara

tidak ada aparat pemerintahan yang cukup kuat sehingga tidak dapat

memancarkan efek/daya tangkal terhadap terorisme sehingga terorisme yang

terjadi di Indonesia dapat meneruskan jaringan-jaringannya dengan penanganan

yang lambat dari pemerintah.

82 Syahnakri, Kiki.2008.Aku hanya tentara. Kompas Media Nusantara. Jakarta. Halaman 198

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 160: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

143

Keberhasilan Rika berbaur dengan masyarakat dalam film juga ditunjukan

dengan hubungan pertemanannya dengan Surya yang didasari dengan

kepercayaan. Hubungan pertemanan tersebut mendasari Rika sebagai pihak yang

informatif dengan memberikan tawaran-tawaran pekerjaan kepada Surya.

Hubungan timbal balik tersebut juga dilakukan oleh Surya. Surya bersedia

menjaga toko buku Rika dengan sukarela apabila Rika sedang mempunyai urusan

lain. Dilihat dari hubungan tersebut juga adanya sikap percaya terhadap Surya

dengan menyerahkan urusan pekerjaan mengelola toko bukunya kepada Surya.

Dan sikap kepercayaan Surya kepada tawaran pekerjaan Rika yang murni

bermaksud untuk menolong bukan mensosialisasikan ajaran keagamaannya yang

baru. Sehingga dengan modal social yang dimiliki setiap lapisan kelompok dapat

menjadi suatu bentuk interaksi untuk mengintegrasikan masyarakat ke dalam

suatu system social yang harmonis.

Dilihat melalui realitas yang terjadi di masyarakat bahwa hubungan antara

stratifikasi dan diferensiasi agama bahwa memang benar Islam adalah agama

mayoritas yang ada di Indonesia dan pemeluknya memiliki hak-hak istimewa di

banding dengan agama lain. Salah satu contohnya adalah pada saat Idul Fitri

biasanya perusahaan-perusahaan memberikan waktu libur yang lebih panjang dan

tunjangan hari raya. Namun pada hari raya agama lainnya perusahaan-perusahaan

biasanya hanya memberikan waktu libur satu hari tanpa adanya tunjangan. Selain

itu dalam hal pembangunan rumah ibadah. Rumah ibadah agama Islam yaitu

Mesjid ataupun Mushola lebih dapat diterima tanpa syarat tertentu apabila di

bangun dalam suatu lingkungan masyarakat di banding membangun rumah ibadah

lain seperti Gereja atau Pura. Banyak masyarakat yang merasa keberatan dan

melakukan protes apabila di lingkungan tempat tinggalnya akan di bangun rumah

ibadah agama-agama minoritas.

Salah satu contohnya adalah eksekusi pembangunan Gereja Katolik di

Riau pada tanggal 21 Maret 2012 dengan alasan tidak ada surat Izin Mendirikan

Bangunan (IMB). Sehingga para aparat keamanan yaitu Satpol PP menutup jalan

masuk ke rumah ibadah itu. Namun para jemaat Gereja melakukan perlawanan

yaitu dengan cara menghadang Satpol PP tersebut. Bahkan saat Satpol PP

memaksa untuk membongkar pagar Gereja, umat pun tak terima dan terjadilah

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 161: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

144

saling dorong mendorong antara Satpol PP dengan ratusan umat yang sudah

berjaga-jaga. Kejadian tersebut berujung pada kericuhan dan bentrokan antara

Satpol PP dan para jemaat.83

Selain itu dilihat melalui penyerangan yang dilakukan oleh kelompok

Islam terhadap restaurant yang buka sehari setelah lebaran. Dalam realitasnya

penulis belum menemukan ada data-data yang terkait dengan kasus tersebut.

Sehingga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa adegan dalam film tersebut tidak

sesuai dengan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam realitasnya banyak

rumah makan cepat saji yang tetap buka pada saat hari raya Idul Fitri dan hal

tersebut tetap dapat diterima oleh umat muslim di Indonesia.

Dari kasus tersebut dapat dinilai bahwa mendiringan

sebuah rumah ibadah harus menyesuaikan dengan kultur setempat. Mereka tidak

dapat begitu saja mendirikan rumah ibadah tanpa adanya izin dari penduduk atau

pemerintah setempat.

Dalam kasus Ping Hen yang berpindah agama menjadi muslim dalam hal

ini dapat dikatakan bahwa beberapa umat Konghucu banyak yang berpindah

agama karena pada masa Orde Baru budaya dan agama yang berhubungan dengan

Konghucu sangat dilarang bahkan tidak diizinkan untuk beredar di Indonesia. Hal

ini terkait bahwa Tionghoa selalu diidentikan dengan kasus G30S/PKI sehingga

orang-orang Tionghoa sangat dipinggirkan pada saat itu. Bahkan dari penggunaan

namapun harus menyesuaikan dengan masyarakat Indonesia. Sehingga diizinkan

penggunaan nama-nama Cina pada masa Orde Baru. Oleh karena itu, banyak

kelompok agama Konghucu beralih menjadi pemeluk agama Katolik, Kristen atau

Budha atau bahkan Islam. Namun sampai saat ini belum ada data statistik yang

menyatakan secara rinci berapa persen umat Konghucu yang berpindah agama

menjadi agama-agama resmi di Indonesia. Dalam kaitannya dengan film bahwa

tidak selalu agama Konghucu berasimilasi dengan cara mengikuti agama

mayoritas agar dapat diterima.

Melihat kasus Rika yang berpindah agama menjadi Katolik karena tidak

setuju dengan poligami dalam realitas sosial di Indonesia tidak ada data yang

mendukung adegan tersebut. Penulis menemukan data-data kekerasan yang terjadi

83 http://riaupesisirnews.com/2012/03/22/diwarnai-ricuh-pol-pp-rohul-eksekusi-sebuah-gereja/ Diunduh pada 16 Juni 2012 pukul 22:37

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 162: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

145

setelah seorang suami melakukan poligami adalah seperti kasus di Pennsylvania,

Amerika Serikat dimana seorang Istri menembak kepala sang suami dua kali pada

saat sedang tidur karena merasa marah akibat sang suami melakukan poligami dan

berencana untuk mempunyai anak dari pernikahan keduanya. Banyak kasus-kasus

kekerasan yang terjadi akibat poligami namun peristiwa tersebut tidak terjadi di

Indonesia. Dalam hal ini tidak ada yang mendukung adegan bahwa seseorang

keluar dari Islam karena masalah poligami. Adegan dalam film tersebut tidak

terjadi dalam realitas sosial di masyarakat.

Dilihat melalui stratifikasi dengan etnis bahwa dalam film dijelaskan Etnis

Tionghoa dalam perekonomian lebih tinggi di banding dengan pribumi (Jawa).

Hal ini terkait dengan modal yang dimiliki oleh etnis Tionghoa dimana modal

tersebut diwujudkan dalam bentuk bisnis yang sukses, pengetahuan dan jaringan

yang mereka bentuk sejak turun temurun. Latar belakang bahwa etnis Tionghoa

memang sudah bergulat di bidang dagang sehingga keahlian dan informasi

berdagang dikuasai oleh kelompok etnis ini, maka alasan tersebutlah etnis

Tionghoa berhasil dalam bidang perdagangan termasuk yang dilakukan oleh Tan

Kat Sun.

Keberhasilan jaringan yang dibentuk oleh keluarga Tionghia terlihat

melalui relasi yang mereka bentuk dengan produsen yang menjual bahan makanan

sehingga dengan membeli langsung dari produsen restaurant tersebut dapat

memperkecil biaya produksi karena mendapatkan harga yang lebih murah dari

pasar. Praktik tersebut terlihat dalam adegan dimana Ping Hen memesan daging

ayam untuk restaurantnya yang sudah buka sehari setelah lebaran. Jaringan

ekonomi ini juga menghasilkan bentuk kerjasama dimana produsen tersebut rela

bekerja untuk mengantar daging ayam ke restaurant Tan kat Sun di hari kedua

libur lebaran. Selain itu jaringan bisnis juga dibentuk oleh Ping Hen dimana ia

bersama teman-teman sesama Tionghoa akan bekerjasama untuk membuat bisnis

di bidang kuliner.

Dalam hal perekonomian dalam film, pribumi dijadikan sebagai pekerja

sedangkan keluarga Tionghoa adalah pengusaha. Ketimpangan hubungan

perekonomian antara Pribumi dan Tionghoa juga digambarkan dalam film ini

dimana Tionghoa memiliki capital untuk mempekerjakan pribumi sebagai

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 163: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

146

pegawainya. Dalam film ini terlihat bahwa Tan Kat Sun sebagai pemilik

restaurant mempekerjakan Menuk dan pegawai lainnya sebagai pelayan dan juru

masak. Dilihat dari pekerjaan yang dilakukan bahwa pribumi diberikan pekerjaan

yang menguras tenaga seperti mengantarkan makanan kepada pelanggan,

mencatat menu makanan yang dipesan oleh pelanggan, membereskan alat-alat

makan, merapikan meja makan dan memasak makanan yang dipesan. Sedangkan

Tan Kat Sun hanya sesekali membantu pegawainya untuk memasak. Begitu juga

dengan istri Tan Kat Sun yaitu Lim Giok Lie yang hanya duduk untuk mengawasi

pekerja dan bertugas untuk mengelola keuangan yaitu sebagai kasir.

Dengan struktur posisi ekonomi pribumi di bawah Tionghoa maka

Tionghoa memiliki otoritas untuk memerintah pribumi dan mempunyai kekuasaan

untuk mengatur segala sesuatunya. Stratifikasi dan etnis ini dapat dilihat melalui

relasi antara pribumi dan Tionghoa dimana etnis Tionghoa yang diwakili oleh

peran keluarga Tan Kat Sun memiliki kekuasaan dan jabatan. Dalam film Tanda

Tanya bentuk stratifikasi yang ditampilkan adalah pemilik restaurant yaitu Tan

Kat Sun dan Lim Giok Lie berkuasa untuk memerintah pegawainya seperti

memerintah untuk membuang sampah, mengambilkan minum, dan berbelanja.

Dalam posisi ini Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie merupakan aktor yang

mendominasi dan dimkanai oleh para pegawainya sebagai sesuatu yang sah yang

juga dapat berujung pada kekerasan simbolik.

Kekerasan simbolik ditunjukan antara anak pemilik restaurant yaitu Ping

Hen kepada para pegawainya. Ping Hen dengan posisinya sebagai aktor yang

mendominasi dengan mudah melakukan perubahan regulasi. Posisi Ping Hen

untuk mengelola restaurant dilakukan semenjak keadaan kesehatan Tan Kat Sun

yang semakin parah. Dalam tradisi Tionghoa ketika seorang ayah tidak dapat

melanjutkan bisnis keluarganya maka ia akan menurunkannya kepada anak laki-

lakinya yang juga akan berperan sebagai kepala keluarga. Dengan latar belakang

tradisi tersebut maka Ping Hen mempunyai kekuasaan untuk mengatur praktik

dagang di restaurantnya. Praktik dagang yang direvisi oleh Ping Hen adalah

dengan mempersempit hari libur lebaran yang biasanya diberikan selama lima hari

menjadi satu hari lebaran. Alasan mempersempit hari libur tersebut adalah untuk

mencapai keuntungan yang maksimal karena momentum lebaran dijadikan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 164: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

147

sebagai praktik dagang yang menguntungkan. Hal ini terlihat dari kebanyakan

saat lebaran pembantu rumah tangga mudik ke kampung halamannya dan para

majikan biasanya memilih untuk makan di luar rumah. Dengan begitu maka

diharapkan bahwa restaurant merekapun akan mendapatkan untung yang besar.

Selain itu Ping Hen memaksimalkan waktu kerja para pegawai dengan tidak

memberikan waktu kepada pegawainya untuk melakukan kegiatan keagamaan

seperti sholat. Dalam kasus tersebut maka dilihat bahwa pegawai mengalami

kekerasan simbolik yang pada dasarnya merupakan pemaksaan dari pemikiran dan

persepsi aktor yang dominan. Kemudian aktor yang didominasi menganggap

tatanan sosial itu sebagai sesuatu yang adil dan benar akibat kesadaran struktur

dalam tatanan sosial tersebut.

Dalam realitas di Indonesia keterbatasan akses etnis Tionghoa kecuali di

bidang ekonomi membuat Tionghoa membuka usahanya dengan meminjam

modal kepada kerabat mereka yang rata-rata berada di Hongkong dan Singapura.

Terlebih pada masa Orde Baru adanya kemudahan dari peraturan mengenai

penanaman modal pada tahun 1967 yang mengijinkan pengusha meminjam 75%

dari modalnya dan hanya perlu menyetor 25%-nya saja. Hal itu membuat

terbukanya jaringan bisnis Tionghoa di Asia Timur dan Asia Tenggara. Tak heran

dalam perkembangannya muncul perusahaan konglomerasi yang dimiliki oleh

etnis Tionghoa seperti Sampoerna Group, Salim Group, Barito Group dan lainnya.

Kenyataan ini menimbulkan ketimpangan ekonomi antara pribumi dan Tionghoa.

Dalam realitas sosial di masyarakat beberapa kasus juga ditemukan

ketimpangan posisi pribumi dan Tionghoa di dalam perusahaan-perusahaan milik

Tionghoa. Dalam hal ini perusahaan Tionghoa akan lebih mengutamakan

karyawan-karyawan yang beretnis Tionghoa, kalaupun ada pribumi maka jabatan

yang akan mereka terima tidak akan melampaui jabatan-jabatan karyawan

Tionghoa. Pribumi hanya memiliki posisi yang penting apabila hal tersebut terkait

dengan pemerintahan misalnya departement pembuatan STNK, departemen faktur

yang pemimpin dan staffnya adalah pribumi. Namun jika di bagian

marketing,keuangan, IT, akuntan semua anggotanya adalah orang-orang

Tionghoa. Bahkan dalam sistem penggajian pendapatan Tionghoa dan pribumi

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 165: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

148

sangat berbeda jauh.84

Dilihat melalui stratifikasi dan pekerjaan dalam film Tanda Tanya selain

menentukan struktur kelas di masyarakat yang seperti sudah di jelaskan diatas.

Pekerjaann lain yang dihormati dalam film ini adalah sebagai pemuka agama.

Dimana pemuka agama memiliki peran yang cukup penting untuk mempengaruhi

umatnya dalam bersikap di masyarakat. Dengan pola seperti ini kita dapat melihat

bahwa dalam agama kekuasaan tertinggi terletak pada “roh” yang dipercayai

memiliki kekuasaan terhadap segala sesuatu yang terjadi di langit dan dibumi atau

disebut juga dengan Tuhan. Tuhan memberikan aturan, dogma, moral dan cara

peribadatan (penanaman nilai-nilai agama) kepada manusia yang disampaikan

melalui wakil Tuhan di dunia disebut dengan Nabi. Ajaran Nabi yang berasal

langsung dari komunikasinya dengan Tuhan dan diabadikan di dalam bentuk kitab

suci. Ajaran dari kitab suci tersebut diinternalisasikan dari generasi ke generasi

sehingga agama bagi setiap individu dianggap sebagai `doctrin of the truth`.

Sehingga Nabi merupakan aktor yang dapat mendominasi umatnya dalam setiap

aspek kehidupan.

Dilihat melalui jaringan bisnis yang terbentuk oleh

kelompok Tionghoa serta stratifikasi Tionghoa dengan pribumi sedikit banyak

tergambar dalam adegan-adegan dalam film Tanda Tanya.

Keberadaan Nabi sebagai wakil Tuhan di dunia digantikan oleh pemuka-

pemuka agama yang sering disebut sebagai Pendeta, Romo, Kiyai, Ustadz dan

sebagainya. Sikap pemuka agama tersebut meniru sikap Nabi sebelumnya dimana

tugas seorang pemuka agama adalah memberikan pemahaman kepada umatnya

dan menyebarkan agama. Nilai-nilai yang disosialisasikan kepada umat

merupakan penanaman aturan, doktrin, moral dan cara beribadat yang sudah

diberikan oleh para Nabi melalui kitab sucinya Di dalam masyarakat status

pemuka agama yang mereka sandang berdampak pada posisinya yang lebih tinggi

karena mereka memiliki modal berupa ilmu pengetahuan mengenai agama.

Struktur sosial diperlukan untuk menentukan status, hak dan kewajiban setiap

aktor dalam masyarakat. Hal ini berdampak pada kekuasaan pemuka agama

dalam menentukan perilaku manusia yang dianggap baik dan buruk. Struktur

84 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19229/5/Chapter%20I.pdf Diunduh pada 17 Juni 2012 pukul 12:12

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 166: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

149

tersebut juga mendorong setiap aktor melakukan praktik sosial sesuai dengan

ajaran agama yang sudah mereka ketahui dari nenek moyang. Sehingga secara

berkelanjutan pemuka agama memiliki posisi yang terhormat dan dianggap

sebagai suatu pekerjaan yang mulia.

Posisi pemuka agama yang dapat mendominasi setiap segi kehidupan

manusia juga berpengaruh di Indonesia yang juga digambarkan dalam film Tanda

Tanya. Seorang Ustadz dapat meredam perkelahian antar Ping Hen dengan

kelompok muslim tersebut dengan cara memerintahkan kelompok muslim untuk

melakukan sholat disbanding untuk bertengkar. Posisi seorang Ustadz yang dapat

mendominasi umatnya menyebabkan umatnya menaati perintah seorang Ustadz

tersebut. Selain itu Ustadz memberikan saran kepada umatnya yang sedang

mengalami kebimbangan dalam mengambil keputusan. Surya yaitu seorang yang

beragama Islam namun status sosial ekonominya yang rendah mendapatkan

tawaran pekerjaan dengan bayaran yang mahal untuk berperan sebagai Yesus

dalam acara Paskah. Kebimbangan tersebut dialami oleh Surya. Di satu sisi Surya

memiliki perasaan takut untuk mengkhianati kesucian agamanya dan disisi lain ia

membutuhkan pekerjaan tersebut untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Sebelum

Surya menerima pekerjaan tersebut. Ia berkonsultasi terlebih dahulu dengan

seorang Ustadz. Fungsi peran Ustadz dalam film ini adalah memberikan jalan

keluar bagi umatnya yang memiliki masalah sesuai dengan ajaran agama yang

diberikan Tuhan. Dengan memberikan saran bahwa :

“Itu kan cuma fisikmu, hanya tubuhmu, walaupun kamu ada di negeri yang dzalim sekalipun, tapi kalau kamu yakin, kamu bisa jaga hatimu, keimananmu hanya untuk Allah SWT. Insya Allah aku yakin ndak ada apa-apa.”

Dalam kasus diatas bahwa actor-aktor social dominan menerapkan nilai

suatu makna sosial dan represntasi dari realitas yang diinternalisasikan sebagai

sesuatu yang alami dan abasah. Dengan kata lain Ustadz dianggap memiliki posisi

dominan yang dapat melegalkan tindakan umatnya yang didasarkan pada modal

yang ia miliki yaitu pengetahuan kegamaannya yang dipercayai sebagai suatu

ajaran yang benar. Dengan melihat hal tersebut bahwa Ustadz yang merupakn

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 167: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

150

actor menduduki posisi tertentu yang diatur oleh struktur sosial dan perannya juga

terkait dengan posisi yang ia sandang.

Peran pemuka agama dalam film ini menunjukan bahwa mereka

memanfaatkan modal yang berasal dari pengalaman pendidikan mereka mengenai

keagamaan. Kemudian modal tersebut dimainkan dalam suatu kehidupan sosial

yaitu dalam film ini arena tersebut terdapat dalam kehidupan social mengenai cara

berinteraksi dengan sesama manusia, pekerjaan dan kehidupan. Di kehidupan

sosial tersebut modal yang dimiliki ustadz dimainkan untuk mencapai tujuannya.

Pemuka agama sebagai seorang aktor dapat merubah situasi dengan cara

memberikan pemahaman mengenai ajaran keagamaan agar setiap umatnya tidak

memiliki keraguan terhadap ajaran tersebut. Dengan begitu pemuka agama dapat

terus menempati posisinya sebagai aktor yang mendominasi karena setiap umat

selalu mengikuti ajaran yang disosialisasikan oleh pemuka agama untuk

dipraktekan dalam kehidupan social. Praktik yang dilakukan seorang pemuka

agama juga ditunjukan melalui film ini missal, seorang Ustadz memberikan

dakwah dan mengajarkan anak-anak untuk mengaji dan mempelajari agama.

Seorang Romo menasehati jemaatnya untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap

agama lain ketika kelompok umat Katolik memprotes pemeran Yesus adalah

seorang Islam dan ingin membatalkan acara Paskah tersebut. Seorang Romo

memberikan pemahaman kepda umatnya bahwa yang terpenting bukan siapa yang

memerankannya tetapi makna Paskah itu sendiri bagi umat Katolik. Dengan

pemahaman tersebut maka konflik yang timbul dalam adegan di film itu dapat

diredam. Ucapan dari pihak yang berkuasa itu dimaknai oleh sebagai oleh pihak

yang di dominasi sesuatu yang absah. Dengan perannya pemuka agama menjadi

saluran komunikasi antara umatnya dalam interaksi kehidupan keagamaan dalam

suatu masyarakat dapat menjadi peredam dan mendamaikan kelompok yang

terlibat dalam konflik.

Dalam realitas sosial di masyarakat Indonesia dalam hal pekerjaan dapat

dilihat melalui klasifikasi pekerjaan yang menentukan posisi mereka di

masyarakat. Dengan posisi tersebut maka mereka mempunyai kekuatan untuk

mengatur dan mengubah sesuatu yang ada di bawahnya atau dengan kata lain

dengan pekerjaan tersebut maka mereka akan dijadikan sebagai aktor yang

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 168: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

151

mendominasi. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan

sebagai dasar pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor

dianggap lebih tinggi statusnya daripada bekerja kasar, walaupun mereka

mempunyai gaji yang sama. Dalam realitas sosial kelompok pekerjaan di bagi

menjadi beberapa bagian yaitu pertama, kelompok elite yang merupakan orang-

orang kaya dan menempati kedudukan atau pekerjaan yang dinilai tinggi oleh

masyarakat. Kedua, kelompok profesional yaitu orang yang berijazah dan bergelar

sarjana serta orang dari dunia perdagangan yang berhasil. Ketiga, kelompok

semiprofesional adalah para pegawai kantor, teknisi berpendidikan menengah,

mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, para pedagang buku, dan sebagainya.

Keempat, tenaga terampil mereka adalah orang-orang yang mempunyai

keterampilan teknik mekanik seperti pemotong rambut, pekerja pabrik, sekretaris,

dan stenografer. Kelima, tenaga tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga

dan tukang kebun.85

Sealin itu peran pemuka agama yang tidak terjun langsung di masyarakat

membuat konflik-konflik di Indonesia sulit diredam. Peran pemuka agama

sekarang ini hanya sebagai bahan entertaiment dimana banyak stasiun televisi

swasta menayangkan ceramah-ceramah agama dengan mengundang pemuka

agama yang tersohor namun dalam praktik sosialnya para pemuka agama

cendrung tidak memberikan pengarahan langsung di daerah-daerah yang

berpotensi konflik. Inilah yang menyebabkan Indonesia masih diliputi konflik-

konflik agama ataupun etnis. Pemuka agama yang digambarkan dengan baik

dalam film Tanda Tanya sebagai filter terhadap konflik yang terjadi dalam

kehidupan sosial tidak menjalankan perannya dengan baik dalam realitasnya.

Stratifikasi dan pekerjaan yang ada dalam beberapa adegan

film tidak terlalu menggambarkan dengan realitas yang terjadi di Indonesia. Di

Indonesia pekerjaan yang masih diagungkan adalah pekerjaan-pekerjaan kantoran

dengan pakian berdasi dan sikap orang-orang yang berpendidikan di bandingkan

dengan para pengelola restaurant ataupun pemuka agama.

85 http://texbuk.blogspot.com/2012/02/bentuk-bentuk-stratifikasi-sosial.html Diunduh pada 17 Juni 2012 pukul 12:35

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 169: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

152

5.6 Perbandingan Konflik, Integrasi dan Mediasi antara Film Tanda Tanya

dan Realita Sosial

Tabel 5.10 Perbandingan Konflik, Integrasi dan Mediasi Yang Terjadi

Dalam Film Tanda Tanya dan Realita Sosial

Film Realita Evaluasi

Konflik Sindiran, sikap tidak Konflik individu berujung

Beberapa konflik yang

toleran, acuh. pada konflik kelompok,

terjadi dalam film tidak

perbutan sumber daya, sesuai dengan konflik

Provokasi. yang sering terjadi di

masyarakat Indonesia

Integrasi Toleransi, tolong menolong

Adaptasi dengan lingkungan

Integrasi dalam film

Kerjasama, setempat, tata krama dan realita sama-sama

membutuhkan

kesadaran individu

untuk meredam konflik

Mediasi Peran pemuka agama Membuat perjanjian damai,

Penyelesaian yang

untuk mendamaikan konflik peran Elit lokal untuk

ada dalam film terlihat

membuat perdamaian lebih membumi di banding dengan

penyelesaikan konflik

dalam realita sosial

Konflik yang terjadi dalam film diawali dengan sebuah peristiwa

penusukan pastur di halaman depan Gereja yang dilakukan oleh kelompok orang

tidak dikenal. Kasus penusukan Pastur tersebut menyebar ke penjuru daerah

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 170: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

153

karena disiarkan melalui media sosial seperti berita di televisi. Dengan semakin

majunya teknologi, maka informasi dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.

Akibat adanya kasus tersebut maka pada umumnya masyarakat

mengidentifikasikan pelaku kriminal dengan kelompok agama tertentu yang

mempunyai latar belakang perselisah dengan agama yang menjadi korban. Dalam

hal ini terciptanya sikap permusuhan antara Barat dan Timur juga sudah nampak

tergambar dengan terjadinya perang antara Palestina dan Amerika. Sikap

permusuhan tidak hanya terjadi diantara Negara Barat dan Timur tetapi juga

berimbas kepada masyarakat muslim di Indonesia. Indonesia dalam rentang waktu

2000 sampai 2010 marak terjadi serangan terorisme yang mengatasnamakan

kelompok tertentu untuk kepentingan tertentu. Tindakan terorisme dinilai

dilakukan oleh kelompok agama Islam garis keras yang bertujuan untuk

menghancurkan negara-negara Barat dengan membantai masyarakat Barat di

Indonesia yang dianggap sebagai kelompok “kafir.” Dengan label “kafir” yang

ditujukan kepada masyarakat Barat, maka dengan begitu kelompok agama garis

keras mempunyai legitimasi untuk melakukan kekerasan secara empiric dengan

cara berjihad bagi agamanya. Maka kekerasan empirik yang sering dilakukan

adalah dengan pengeboman, perusakan dan penyerangan usaha-usaha milik Barat.

Bagi kelompok agama di luar Islam tindakan radikal segelintir orang

tersebut akhirnya melabeli seluruh kelompok agama Islam yang menganggap

bahwa agama Islam cendrung melakukan kekerasan, agama Islam mengizinkan

umatnya untuk melakukan tindakan penyerangan atau agama Islam identik

dengan terorisme. Dengan anggapan tersebut maka sering terjadi kekerasan

simbolik antar kelompok di luar Islam dengan kelompok Islam. Kekerasan

simbolik tersebut dapat berupa sindiran dan diskriminasi terhadap kelompok

Islam.

Kekerasan secara simbolik dan empiric akibat pengaruh dari luar juga

digambarkan dalam beberapa adegan film ini. Pada awal film terdapat adegan

kekerasan empiric dengan menampilkan penusukan seorang Pastur yang sedang

menyalami jemaat Gereja oleh kelompok orang tidak dikenal. Akibat adegan

tersebut dan menyebarkan tindakan penusukan pastur melalui media elektronik

maka munculah anggapan bahwa kelompok Islam adalah kelompok teroris seperti

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 171: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

154

adegan ke 2286

Salah satu kekerasan simbolis yang dilakukan oleh aktor yang berkuasa

(mayoritas) kepada aktor lemah (minoritas). Dalam film ini tergambar bahwa

aktor yang berkuasa dapat dilihat yaitu kelompok Islam yang merupakan agama

yang mayoritas dianut oleh penduduk di Indonesia menerapkan suatu makna

social dan representasi dari realitas mengenai Rika berpindah agama menjadi

Katolik sebagai suatu dosa besar dan dikucilkan dari kelompok agama lamanya.

Kemudian makna tersebut diinternalisasikan aktor lain sebagai sesuatu yang abash

atau alami. Sehingga ketika ada seseorang yang keluar dari kelompok dominan

tersebut maka orang tersebut dianggap sebagai kafir atau murtad. Bahasa yang

ditampilkan dalam kasus ini dalam bentuk sindiran merupakan simbol yang

ditampilkan oleh kelompok penguasa untuk menciptakan suatu relitas yang

bersifat absah. Dengan sikap kegamaannya yang baru, Rika mendapatkan

kekerasan simbolis dari lingkungan sekitarnya dimana adanya sindiran murtad

dan Kafir melabeli diri Rika yang keluar dari ajaran Islam sehingga dalam satu

adegan dimana Abi mengatakan kepada Rika bahwa :

dimana saat itu terjadi pertengkaran mulut antara Ping Hen dan

kelompok Islam. Kelompok Islam menyindir Ping Hen dengan etnisnya dan Ping

Hen kemudian membalas sindiran tersebut dengan menyebut kelompok Islam

sebagai teroris. Pada bagian akhir film juga menampilkan kekerasan empirik yang

dilakukan oleh kelompok atau individu yang tidak dikenal dengan sengaja

menempatkan bom di dalam Gereja pada saat perayaan malam Natal. Melihat

kasus diatas dapat dikatakan bahwa kekerasan simbolis tidak hanya dapat

dilakukan oleh kelompok mayoritas kepada kelompok minoritas tetapi juga

kelompok minoritas kepada kelompok mayoritas.

“kata orang-orang Ibu gak boleh masuk mesjid lagi.”

Menandakan bahwa Rika dianggap sebagai kelompok luar (outsider) dimana

kelompok tersebut tidak lazim memasuki tempat Ibadah agama Islam. Tempat

Ibadah seperti Mesjid dijadikan sesuatu yang sakral sehingga hanya kelompok

dalam saja yang memiliki akses untuk keluar masuk Mesjid. Keabsahan tersebut 86 Lihat lampiran transkrip adegan film

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 172: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

155

dapat dilihat dalam film ini yaitu tidak adanya perlawanan dari diri Rika untuk

mengkoreksi label yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.

Selain kekerasan simbolis yang berupa sindiran, konflik dalam film juga

dapat terjadi dalam bentuk sikap tidak toleran. Sikap tidak toleran ditunjukan oleh

perilaku Ping Hen pada saat ia diberikan kekuasaan untuk menggantikan posisi

Tan Kat Sun karena Tan Kat Sun sudah tidak dapat mengelola restaurantnya

akibat semakin menurunya kesehatan Tan Kat Sun. Ketika Ping Hen berkuasa

mengelola restaurant maka ia menunjukan sikap tidak tolerannya dengan cara

tidak memberikan waktu kepada pegawainya untuk melakukan istirahar sholat

dan memperpendek waktu liburan Idul Fitri yang biasa diberikan lima hari

menjadi satu hari dimana hari kedua setelah Idul Fitri, para pegawai harus

kembali masuk bekerja. Tidak hanya itu sikap kerasnya dalam mengelola

restaurant juga ditunjukan dengan menurunkan tirai-tirai putih yang menutupi

jendela restaurantnya, karena Ping Hen menganggap bahwa dengan dipasangnya

tirai-tirai tersebut menjadi alasan utama mengapa restaurantnya sepi pelanggan

pada bulan Ramadhan. Dengan begitu ia sengaja menurunkan tirai-tirai tersebut

agar menarik pelanggan untuk makan di restaurantnya.

Sikap-sikap tidak tolerannya memicu kemarahan masyarakat sekitar.

Dengan isu melecehkan agama Islam maka kelompok masyarakat mudah

terprovokasi dengan isu yang disebarkan oleh Soleh. Kelompok Islam tersebut

beramai-ramai menghancurkan fasilitas-fasilitas di restaurant dan melakukan

pemukulan terhadap anak pemilik restaurant yaitu Ping Hen yang dianggap tidak

toleran. Tindakan penyerangan tersebut dilandasi isu agama bahwa restaurant

Ping Hen tidak menghormati hari raya kebesaran agama Islam dengan membuka

restaurant di hari kedua setelah lebaran dan memaksa para pekerja untuk bekerja

di hari mereka berkumpul bersama keluarga. Sikap tidak toleran tersebutlah yang

memicu tindakan radikal oleh kelompok agama yang merasa di rugikan atau

dilecehkan.

Selain konflik yang terjadi antar kelompok etnis dan agama, konflik juga

terjadi dalam suatu rumah tangga. Konflik tersebut dipicu oleh sikap acuh Ping

Hen terhadap keberlanjutan usaha restaurant keluarganya. Keacuhannya

ditunjukan dengan sikapnya yang tidak mendengarkan Tan Kat Sun ketika sedang

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 173: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

156

memberikan pelajaran bagaimana cara mengelola restaurant dan memisahkan

peralatan memasak untuk makanan halal dan tidak halal. Ping Hen mengacuhkan

Tan Kat Sun dengan cara memainkan handphonenya dan tidak lama kemudian, ia

meninggalkan Tan Kat Sun yang belum saja selesai memberikan pelajaran kepada

Ping Hen. Sikap acuh tersebut dikarenakan Ping Hen tidak ingin melanjutkan

restaurant keluarganya karena ia tidak dapat memasak tanpa menggunakan

minyak babi. Oleh karena itu ia bersama teman-temannya berencana untuk

membuka restaurant yang sesuai dengan keahliannya memasak. Sikap acuh Ping

Hen ini menimbulkan kemarahan oleh Tan Kat Sun yang terlihat dalam adegan

4787

Dengan sikap tidak toleran, sindiran-sindiran kepada kelompok etnis atau

agama tertentu dan sikap acuh membuat dinamika dalam film menjadi bergejolak.

Sikap-sikap pertentangan yang bermula dengan konflik-konflik kecil menjadi

besar akibat adanya pihak ketiga ketiga yang menjadi provokator dan juga tidak

adanya titik temu antara kepentingan individu satu dengan yang lainnya sehingga

dibutuhkannya pihak ketiga yang berperan sebagai mediasi untuk perdamaian.

dimana adegan tersebut memperlihatkan ketegasan Tan Kat Sun kepada Ping

Hen yang bersikap acuh untuk melanjutkan restaurant keluargnya. Pada adegan

tersebut juga adanya pertengkaran dalam dialog yang berujung pada

memuncaknya kekesalan Tan Kat Sun kepada Ping Hen hingga Tan Kat Sun

memukul Ping Hen karena terus membantah Tan Kat Sun.

Dilihat melalui penyelesaian konflik yang ada di film bahwa dalam diri

setiap individu juga memiliki potensi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

Salah satunya adalah dengan sikap toleransi. Sikap toleransi yang ada dalam film

ini ditunjukan oleh tokoh minoritas bernama Tan Kat Sun yang beretnis Tionghoa.

Sikap tolerannya dapat dilihat melalui bagaimana ia berinteraksi dengan para

pegawainya dengan sikap yang rendah hati. Ia selalu memberikan waktu dan

tempat bagi para pegawainya yang mayoritas adalah Islam untuk melaksanakan

sholat, tidak hanya itu bahkan ia sendiri juga sering mengingatkan para

pegawainya untuk sholat. Sikap tolerannya juga ditunjukan melalui peraturan

restaurant dalam memasak dan menyajikan makanan. Ia memisahkan peralatan

makan dan masak untuk makanan halal dan tidak halal sehingga semua kelompok 87 Liat lampiran transkrip dialog film

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 174: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

157

masyarakat dapat menikmati hidangan di restaurantnya tanpa adanya pemisahan

antara agama satu dengan yang lainnya. Sikap Tan Kat Sun yang membaur

dengan para pegawainya juga ditunjukan dengan cara Tan Kat Sun memberikan

bantuan untuk terjun langsung memasak di restaurantnya walaupun ia telah

memiliki pegawai untuk memasak. Ia juga sering mengucapkan selamat pagi

kepada para pegawainya yang baru saja tiba di restaurant dan menjawab salam

secara Islam yaitu “Waalaikumsalam” apabila pegawai muslimnya mengucapkan

salam. Sikap toleran Tan Kat Sun tersebut menyebabkan konflik perbedaan etnis

dan agama tidak mencuat ke permukaan karena sikap Tan Kat Sun yang mencoba

untuk membaur dengan adat istiadat setempat sehingga keberadaan restaurant Tan

Kat Sun dapat diterima oleh masyarakat setempat.

Penyelesaian konflik yang dapat dilakukan dalam diri individu sendiri

adalah kesadaran untuk saling tolong menolong tanpa melihat pembedaan antara

agama yang satu dengan yang lainnya. Sikap tolong menolong tersebut ditunjukan

melalui hubungan Rika dan Soleh. Hubungan Rika dan Soleh adalah hubungan

persahabatan yang cukup dekat sehingga menimbulkan rasa kepercayaan satu

sama lainnya. Dalam hal ekonomi, Surya termasuk kelompok ekonomi kelas

bawah dimana ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya yaitu makan dan

terpaksa harus tinggal di dalam Mesjid karena tidak sanggup membayar uang

bulanan kos-kosannya. Melihat kesulitan ekonomi yang dihadapi Surya, Rika

sering memberikan bantuannya berupa tawaran pekerjaan dengan bayaran yang

cukup mahal. Rika juga sering membelikan Surya makanan ketika Surya tampak

kelaparan. Timbal balik atas kebaikan yang diberikan Rika kepada Surya adalah

Surya membantu Rika untuk menjaga toko bukunya ketika Rika mempunyai

urusan di luar dan Surya juga membantu Rika untuk menemani anaknya Abi

apabila Abi belum dijemput Rika setelah pulang mengaji. Hubungan persahabatan

yang dijalin oleh Rika dan Surya tidak melihat agama apa yang mereka anut atau

etnis apa yang mereka sandang namun hubungan tersebut dapat berjalan dengan

baik akibat tidak adanya batas-batas yang membedakan antara individu satu

dengan yang lainnya. Sehingga setiap orang harus saling mengerti dan bersikap

toleran untuk dapat menciptakan integrasi dalam masyarakat.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 175: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

158

Selain sikap dari kesadaran individu untuk meredam egonya masing-

masing juga diperlukan peran pemuka agama untuk meredam konflik yang terjadi

dalam masyarakat. Dalam hal ini pemuka agama mempunyai peran penting dalam

penyelesaian konflik karena pemuka agama dalam film ini mempunyai posisi

yang kuat untuk menentukan bagaimana umatnya harus bersikap dan menentukan

baik dan buruknya tindakan manusia. Salah satu contohnya adalah ketika seorang

Ustadz memberikan dakwah dan mengajarkan anak-anak untuk mengaji dan

mempelajari agama. Seorang Romo menasehati jemaatnya untuk tidak bersikap

diskriminatif terhadap agama lain ketika kelompok umat Katolik memprotes

pemeran Yesus adalah seorang Islam dan ingin membatalkan acara Paskah

tersebut. Seorang Romo memberikan pemahaman kepda umatnya bahwa yang

terpenting bukan siapa yang memerankannya tetapi makna Paskah itu sendiri bagi

umat Katolik. Dengan pemahaman tersebut maka konflik yang timbul dalam

adegan di film itu dapat diredam. Ucapan dari pihak yang berkuasa itu dimaknai

oleh sebagai oleh pihak yang di dominasi sesuatu yang absah. Dengan perannya

pemuka agama menjadi saluran komunikasi antara umatnya dalam interaksi

kehidupan keagamaan dalam suatu masyarakat dapat menjadi peredam dan

mendamaikan kelompok yang terlibat dalam konflik.

Dilihat melalui realitas sosial yang terjadi di masyarakat konflik dapat

terjadi salah satunya akibat rasisme etnisitas atau agama tertentu yang dapat

berkembang menjadi sebuah ideologi dimana masing-masing etnik atau agama

berupaya memperjuangkan kepentingannya. Salah satu contoh kasus di Indonesia

sendiri dengan pluralitasnya setidaknya tercatat terdapat 5 atau bahkan lebih

konflik etnis yang mencuat ke permukaan yaitu konflik di Poso,Ambon,

Ternate,Sampit,Sambas dll. Hal ini biasanya dipicu karena isu-isu SARA ataupun

ketidakadilan pendistribusian sumber kekayaan alam atau lapangan kerja.

Salah satu konflik yang bermula melalui konflik antar individu.

Meruncingnya konflik antar individu menjadi konflik kelompok dikarenaka setiap

kelompok merasa memiliki persamaan sejarah, pengalaman hidup dan relasi yang

kuat yang terjalin semenjak lama sehingga konflik yang dialami oleh individu

kemudian berubah menjadi konflik kelompok atas dasar persamaan senasib dan

sepenanggungan. Salah satu contoh konflik tersebut adalah konflik di Poso yang

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 176: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

159

berawal pada tahun 1998 dimana pada saat itu pmerintah B.J Habibie diharapkan

dapat menata sistem politik yang tidak stabil setelah rezim Orde Baru berakhir.

Pada waktu itu indonesia sangat rentan dengan perpecahan, terjadi berbagai

gejolak konflik di berbagai daerah, salah satunya konflik yang terjadi di poso

yang di sinyalir oleh banyak kalangan adalah konflik bernuansa SARA. Adalah

pertikaian suku dan pemeluk agama islam dan kristen. Peristiwa kerusuhan

diawali dengan pertikaian antardua pemuda yang berbeda agama sehingga belarut

dan berhujung dengan terjadinya kerusuhan. Konflik tersebut terkait uang sewa

angkutan kota pada Idul Fitri. Konflik tersebut terus menerus terjadi dan tidak ada

penyelesaiannya yang cepat sehingga isu agama menjadi lebih menonjol. Kedua

komunitas merasa terancam, oleh karena itu mereka menggunakan isu agama

untuk menggalang solidaritas keagamaan dari komunitasnya88

Selain itu konflik yang mencuat kepermukaan juga dikarenakan karena

perebutan sumber daya yang juga terjadi di daerah kalimantan. Dari berbagai

sumber yang didapatkan konflik yang terjadi di Kalimantan Barat antara suku

Dayak dan Madura terjadi karena beberapa sebab antara lain adalah Ketaksukaan

orang Dayak terhadap orang Madura karena telah meminggirkan ekonomi orang-

orang Dayak. Orang-orang Madura yang ulet berhasil mencetak sawah di tanah

subur yang dulu milik nenek moyang orang Dayak. Orang-orang Madura yang

jadi pedagang memiliki banyak tanah, rumah dan truk. Mereka memang

menguasai jalur perdagangan hingga ke pedalaman Kalbar. Penguasaan ini tentu

membuat tak enak orang Dayak dan Melayu tak kuat bersaing dengan orang-

orang Madura. Peluang lapangan kerja untuk tingkat menengah ke atas pada

perusahaan swasta nasional sulit ditembus putra daerah. Sementara itu, peluang di

tingkat menengah ke bawah yakni sektor informal telah diisi perantau Madura,

Bugis-Makassar, Batak, Ambon, maupun keturunan Cina. Orang Dayak sendiri

juga terasing dari struktur pemerintah daerah.

. Laskar Jihad dari

Jawa melibatkan diri dalam konflik ini. Implikasi dari konflik tersebut adalah

korban jiwa dan perusakan fasilitas umum yang merugikan negara.

89

88

http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/opini/artikel_cetak.php?aid=53312 Diunduh pada 17 Juni 2012 pukul 08:59 89 http://www.lsaf.org/content/view/173/150/ Diunduh pada 22 Mei 2010 pukul 08:52

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 177: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

160

Interaksi sosial yang intens antara etnik Dayak-Madura membangun pencitraan

kolektif oleh masing-masing etnik terhadap etnik lainnya. Penciraan kolektif

inilah yang mempengaruhi individu Dayak dan Madura dalam mencitrakan etnik

yang lain. Baik orang Dayak maupun Madura sama-sama memelihara dan

mempertahankan identitas kultural etnik mereka. Orang Madura sebagai

penganut Islam yang taat mencitrakan Dayak yang non-Muslim sebagai orang

kafir. Selain itu, pencitraan umum yang terbangun terhadap Dayak sebagai

masyarakat primitif yang tidak beradab dan tidak kenal aturan ikut mempengaruhi

pencitraan orang Madura terhadap Dayak. Sebaliknya, orang Dayak berdasarkan

persentuhan pengalamannya dengan orang Madura, mencitrakan orang Madura

sebagai etnik yang berkarakter keras. Pencitraan ini terbangun dari budaya carok

yang menggambarkan budaya kekerasan orang Madura. Orang Dayak yang

merasa dirinya ramah dan bersikap terbuka kepada semua pendatang,

mempersepsikan orang Madura sebagai kelompok yang tertutup dan emosional.

Beberapa tindakan yang tidak disukai etnis Dayak terhadap orang-orang

Madura adalah Retribusi pasar dipungut dan dikuasi pengaturannya oleh warga

Madura juga pajak pemotongan hewan, Pedagang Madura selalu mengusir

pedagang lain di pasar dengan kekerasan dan ancaman clurit sehingga mereka

menguasai perdagangan di pasar-pasar. Kalau pedagang lain menjual lebih murah,

langsung di obrak abrik, dan Orang Madura pada umumnya tidak menerima

pengaturan pemerintah dimana mereka mencari penghidupan. Kebanyakan

apabila ditanyakan KTP, mereka mengatakan mereka penduduk pulau Madura,

mempunyai Bupati, Camat, RT, RW Madura dan tokoh masyarakat mereka di

pulau Madura. Adanya mata rantai yang kuat, kaum pendatang dengan daerah

asalnya, menyebabkan mereka tidak mengindahkan pengaturan pemerintah

dimana mereka datang. Untuk membangun sekolah pun mereka meminta

persetujuan dari pemerintah di pulau Madura, pemerintah di daerah baru hanya

dianggap sepi bahkan ditantang kalau berupaya mengatur mereka. Beberapa orang

Madura bercerita bahwa mereka secara kolektif tetap menyetor upeti kepada pulau

asal mereka dan terikat secara total.90

90

http://www.topix.com/forum/world/malaysia/T2ODMB3C085A44M2O Diunduh pada 22 Mei 2010 pukul 09:38

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 178: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

161

Berdasarkan deskripsi kasus diatas tampak sangat jelas bahwa konflik

yang terjadi di Kalimantan Barat anatara etnis Madura dan Dayak disebabkan

karena perebutan sumber daya alam atau alokasi perekonomian di Kalimantan itu

sendiri. Etnis Dayak menganggap bahwa tanah, sumber daya alam, maupun

perkebunan yang berada pada tanah nenek moyang mereka telah dirampas oleh

masyarakat pendatang seperti Madura sehingga masyarakat pribumi tidak

mendapatkan alokasi pembagian di sektor ekonomi yang adil. Disamping itu

adanya perbedaan stereotipe antara kedua belah pihak yang menyebabkan

arogansi terhadap suatu etnik. Perebedaan stereotipe itu terkadang memicu konflik

yang disebabkan karena merendahkan etnis yang lain. Sehingga etnis yang

direndahkan merasa tidak terima. Kelompok etnis tersebut akhirnya mempunyai

dendam kepada kelompok etnis yang merendahkan mereka. Pada awalnya

mungkin konflik tersebut hanya berasal antar individu yang berbeda suku tetapi

karena mereka merasa memiliki keterkaitan antar sesama etnisnya sehingga

menimbulkan rasa kebersamaan di antara mereka dan adanya Adanya

kecendrungan menggolongkan diri kedalam kelompok asli terutama dalam

menghadapi kelompok lain dalam berbagai kejadian sosial kebudayaan sehingga

apabila salah satu mendapatkan masalah maka yang lain harus ikut membantu.

Hal inilah yang menyebabkan konflik semakin menyulut ke luar dan merembet

kepada konflik yang lainnya. Berbagai keburukan anggota etnik lain dicatat,

disimpan, dan digunakan sebagai dasar dalam bergaul dengan etnik tersebut

sehingga apabila salah satu etnis berperilaku negatif maka perilaku negatif

tersebut akan dinilai sebagai perilaku kelompoknya etnisnya yang memiliki tradisi

kebudayaan, identitas, dan bahasa atau dialek yang sama. Pencitraan yang

dibentuk dan telah tertanam dari generasi ke generasi inilah yang menyebabkan

sulitnya etnis Dayak dan Madura untuk melakukan perdamaian.

Salah satu penyelesaian konflik yang dilakukan dalam realitas sosial

adalah dengan cara mediasi dimana diperlukannya pihak pengubung dengan

melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil

keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian

(solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak. Misalnya dalam konflik di Poso

dan Kalimantan, untuk menciptakan perdamaian yang permanen di Poso, mediasi

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 179: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

162

kedua pihak yang berkonflik yakni masyarakat Poso beragama Islam dengan yang

beragama Kristen perlu dilakukan. Sebab mediasi bisa menjembatani

kepentingan-kepentingan kedua pihak untuk diwujudkan tanpa mencederai

kepentingan manapun. Dengan mediasi maka akan ditemukan jalan bersama bagi

kedua pihak yang bertikai sehingga kesenjangan sosial dan ketidakadilan,

terutama terjadinya marjinalisasi politik antara penduduk asli dan para pendatang

tidak terjadi lagi di masa mendatang.91

Melalui dua deskripsi kasus diatas dapat dikatakan bahwa penyelesaian

konflik yang terjadi di film dan dalam realitas sosial tidak jauh berbeda.

Penyelesaian konflik tersebut dapat dilakukan dengan cara meredam ego masing-

masing untuk meminimalisasi konflik. Salah satu cara yang sangat efektif untuk

meredam konflik adalah dengan adaptasi oleh pendatang baru terhadap

lingkungan setempat. Adaptasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mencoba

memahami budaya setempat, perilaku masyarakatnya dan dengan menampilkan

tata krama yang baik. Dengan sikap adaptasi dan tata krama yang baik maka

kelompok pendatang baru akan lebih mudah diterima dalam lingkungannya yang

baru pula karena sikap yang mereka tampilkan tidak mengancam keberadaan

masyarakat lokal yang berujung pada konflik dan kekerasan. Sikap adaptasi dan

tatakrama juga ditampilkan dalam film yang diwakili oleh sikap Tan Kat Sun

yang dihormati di lingkungannya karena sikapnya yang rendah hati dan bersedia

untuk membaur dengan masyarakat setempat tanpa melihat adanya perbedaan di

antara individu-individu tertentu.

91 http://akupunmenulis.wordpress.com/2009/07/22/pendekatan-budaya-sebagai-sarana-penyelesaian-konflik-di-poso/ Diunduh pada 17 Juni 2012 pukul 09:27

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 180: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

163

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Film merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk

merepresentasikan realita sosial di masyarakat. Melalui film peristiwa-peristiwa

yang terjadi dapat diabadikan, direkam, atau didokumentasikan melalui adegan-

adegan para aktor. Film erat kaitannya sebagai produk kesenian namun disisi lain

film juga merupakan karya ilmiah yang di dalamnya terdapat potret kehidupan

masyarakat tertentu di waktu tertentu. Secara sosiologi film dapat digunakan

sebagai jendela cerminan budaya masyarakat yang dapat dilihat secara kultural

dan struktural. Secara kultural film dapat menanamkan nilai-nilai kepada

masyarakat sedangan secara structural film dapat merepresentasi realita sosial

melalui relasi yang diciptkan aktor dalam film. Hal tersebut yang digambarkan

melalui film Tanda Tanya dimana film ini merupakan sedikit film yang berhasil

merepresentasikan kehidupan keberagamaan di Indonesia. Di tengah-tengah film

Indonesia yang menceritakan kisah-kisah yang menjual mimpi dan mendramatisir.

Film Tanda Tanya menawarkan konten yang berbeda dengan film lainnya.

Film ini mengisahkan kehidupan keberagamaan yang ditunjukan melalui

tiga agama yang berbeda yaitu Islam, Konghucu, dan Katolik. Perbedaan tersebut

dalam realitanya menciptkan struktur sosial yang ada di masyarakat dengan

adanya pihak yang mendominasi dan didomonasi atau pihak minoritas dan

mayoritas. Dengan struktur sosial yang terbentuk di dalam suatu sistem sosial

maka sering kali terjadi konflik untuk memperebutkan posisi tertentu dalam

masyarakat. Konflik tersebut biasanya dipengaruhi ketidakseimbangan sumber

daya atau diskriminasi.

Dengan menampilkan isu pluralisme dan multikulturalisme, film Tanda

Tanya mencoba untuk merepresentasikan bagaimana agama sekarang ini

dijadikan sebagai alat propaganda di masyarakat sehingga terbentuklah segregasi

antar kelompok agama atau etnis di masyarakat. Segregasi yang terbentuk di

masyarakat dapat menimbulkan konflik yang berujung pada kekerasan baik secara

simbolik maupun empirik. Penggambaran konflik dalam film Tanda Tanya juga

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 181: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

164

mengambil beberapa kasus yang memang benar terjadi di Indonesia seperti

pengeboman Gereja, Penusukan Pastur dan Penyelamatan Gereja oleh anggota

Banser. Film ini secara kultural menyajikan suatu pertarungan opini terhadap isu

kehidupan keberagamaan di Indonesia dengan menawarkan jalan perdamaian

yaitu terlibat aktifnya peran pemuka agama dalam memberikan pemahaman

mengenai toleransi kehidupan keberagamaan. Dalam realita sosial minimnya

peran pemuka agama untuk turun langsung ke daerah-daerah konflik merupakan

salah satu permasalah mengapa konflik di Indonesia tidak terselesaikan. Indonesia

yang hampir seluruh penduduknya beragama, tentu akan menjunjung tinggi nilai-

nilai keagamaannya yang dapat difasilitasi oleh pemuka agama. Dengan

penanaman nilai-nilai keagamaan mengenai pentingnya toleransi dimungkinkan

ego setiap individu atau kelompok dapat diminimalisasi sehingga konflik tidak

mudah mencuat ke permukaan. Dengan begitu maka terciptalah suatu masyarakat

yang kondusif dimana perbedaan tersebut tidak lagi menjadi konflik melainkan

masyarakat yang hidup dalam perbedaan dapat saling melengkapi dan

menciptakan kehidupan yang harmonis.

Melalui Film Tanda Tanya tidak hanya memotret konteks masyarakat

Indonesia di daerah Semarang namun juga beberpa konflik yang terjadi dalam

film juga banyak terjadi di dalam realita sosial. Dengan kata lain film Tanda

Tanya adalah suatu film yang menggmbarkan konteks masyarakat Semarang

dengan keberagaman etnis dan agama dan memotret konflik-konflik yang terjadi

di Indonesia dalam kurun waktu tertentu. Konflik tersebutlah yang dijadikan

dinamika alur cerita dalam film mengenai kehidupan keberagamaan. Walaupun

tidak bisa dipungkiri bahwa film bukan hanya merupakan suatu produk

kebudayaan tetapi juga produk komersialisasi sehingga beberapa adegan dalam

film terkesan di lebih-lebihkan agar menarik perhatian penonton dengan alur

cerita yang kompleks.

6.2 Saran

Film berpotensi untuk menanamkan nilai-nilai kepada masyarakat melalui

alur cerita, gambardan dialog yang ditampilkan. Dengan potensinya untuk

mempengaruhi masyarakat maka film dapat meningkatkan kesadaran dalam

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 182: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

165

memandang realita sosial melalui pola pikir penontonnya. Dengan begitu film

bukan hanya sebagai produk yang komersl tetapi juga dapat berperan sebagai

kritik sosial tehadap isu-isu terkini yang terjadi dalam masyarakat. Melihat

potensi ini maka peneliti berpendapat bahwa potensi ini perlu dikembangkan dan

dipertahankan dengan memanfaakt film bukan hanya sebagai media hiburan

melainkan dapat juga menjadi media perdamaian dengan penanaman nilai-

nilainya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 183: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

166

DAFTAR REFERENSI

Buku

Baker, hugh David Roberts. Chinese Fami;I and kinship. London: The macmillan Press Ltd 1979

Baidhawy, Zakiyuddin.Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. PT Gelora

Aksara Pratama

Barcklay, William.2008. Pemahaman Alkitab Setiap Hari.PT BPK Gunung Mulia. Jakarta

Budiman, Hikmat.2002.Lubang Hitam Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta

C. D. Hendropuspito,O. 1983. Sosiologi Agama.Kanisius. Yogyakarta

Effendi, Djohan.2009. Merayakan Kebebasan Beragama: Bunga Rampai menyambut 70 Tahun Djohan Effendi. Indonesian Conference on Religion and Peace. Jakarta

Galician, Mary-Lou. 2006. Handbook of prodct Placement in The Mass Media. Mumbai : First Jaico Imperssion.

Haryadi, Rohmat.2008.Saat Bioskop Menjadi Majelis Taklim.Hikmah (PT Mizan Publika. Jakarta)

J.B Kristanti, Katalog Film Indonesia 1926-2007 (Jakarta: Nalar 2007)

Karsidi, Dr. Ravik (2005) SOSIOLOGI PENDIDIKAN. UNS Press dan LP UNS

Liliweri. Alo. 2005. Prasangka dan Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. LKiS Yogyakarta

Misrawi, Zuhairi.2010.Pandangan Muslim Moderat. PT Kompas Media Nusantara.Jakarta

NurSyam.2009.Tantangan Multikulturalisme Indonesia : Dari Radikalisme Menuju Kebangsaan.Kanisius. Yogyakarta

Neuman W. Lawrence . Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches – 5th ed, (New York: Pearson Education, 2008)

Ryadi Gunawan, “Sejarah Perfilman Indonesia”, dalam Majalah Prisma No.5, Thaun XIX 1990

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 184: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

167

Ritzer, George and Douglas J.Goodman. 2004. Sociological Theory. McGraw Hill, New York. Halaman 104-105

Salim Said, Profil Dunia Film Indonesia (Jakarta:Grafiti Press,1982)

Schumann, Olaf Herbert.2003.Agama dalam dialog: pendamaian dan masa depan. Gunung Mulia.

Siregar, Aminuddin TH. 2007. Instalasi Sunaryo (1998-2003) : Saksi tragedy kemanusiaan. PT Jayakarta Agung Offiset. Jakarta

S.J, Budi Susanto. 2005.Penghibur(an) Masa Lalu dan Budaya Masa Kini. Kanisisus.Yogyakarta

Susanto, Budi. 2003. Politik dan postkonialitas di Indonesia.Kanisius. Yogyakarta

Syahnakri, Kiki.2008.Aku hanya tentara. Kompas Media Nusantara. Jakarta

Tanudjaja, Bing Bedjo.Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Popular Culture Dalam Kajian Budaya. Universitas Kristen Indonesia Artikel :

Yearry. Artikel : Film dan Representasi Budaya. 3 Januari 2009 Internet : 4825072313 http://www.scribd.com/doc/33850445/Tugas-Uas-Sosiologi-Kebudayaan Dinduh pada 16 Desmber 2010. Pukul 23.17 http://filmtandatanya.com/press/ Diunduh pada 20 Agustus 2011 pukul 13:53 http://www.suara-islam.com/news/tabloid/suara-utama/2429-hanung-bramantyo-sosok-sineas-liberal http://www.tabloidnova.com/Nova/Selebriti/Profil-Selebriti/Hanung-Bramantyo-Rajin-Dirikan-Teater-Sekolah http://www.tokohindonesia.com/index2.php?option=com_resource&controller=article&Itemid=272&category_id=347&article=3055 http://islamlib.com/id/artikel/hanung-bramantyo-agama-hanyalah-medium http://nm-hidayah.blogspot.com/2008/04/hanung-bramantyo-film-islam-itu-media.html

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 185: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

168

http://hanungbramantyo.multiply.com/journal/item/13 http://id.wikipedia.org/wiki/Hanung_Bramantyo http://gp-ansor.org/26496-11042011.html http://www.indonesiamedia.com/2010/09/29/dosa-kita-pada-riyanto-pahlawan-bom-malam-natal/ http://ceritamu.com/Info/Individu/Reza-Rahadian http://www.slidegossip.com/2011/03/hobi-nonton-film-perancis-reza-rahadian.html http://id.wikipedia.org/wiki/Reza_Rahadian http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/r/reza_rahadian/ http://forum.detik.com/semua-hal-tentang-reza-rahadian-t258745.html?langid=1 http://areamagz.com/article/read/2011/05/18/tanda-tanya- http://filmindonesia.or.id/movie/viewers#.T5JuJdnTiAN http://m.boleh.com http://emka.web.id/special/2011/gus-ipul-apresiasi-film-%E2%80%9C%E2%80%9D-tanda-tanya/ http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,27610-lang,id-c,warta-t,Nusron+Anggap+Hanung+Tak+Tahu+Banser-.phpx http://berbagimedia.blogspot.com/2011/04/85-tahun-perjalanan-film-indonesia.htm http://celebrity.okezone.com/ http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia#cite_note-CIA-1 http://kuansing.com/2010/09/12/penusukan-pendeta-hkbp-bekasi-31.asp http://nasional.vivanews.com/news/read/287763-kronologi-umar-bom-6-gereja-di-malam-natal http://www.indonesiamedia.com/2010/09/29/dosa-kita-pada-riyanto-pahlawan-bom-malam-natal/ http://nasional.kompas.com/read/2012/06/08/03204285/Wajah.Baru.Kelas.Menengah.Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 186: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

169

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31456/5/Chapter%20I.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19229/5/Chapter%20I.pdf http://elangnusantara.wordpress.com/2011/01/14/agama-asli-nusantara/ http://riaupesisirnews.com/2012/03/22/diwarnai-ricuh-pol-pp-rohul-eksekusi-sebuah-gereja/ http://texbuk.blogspot.com/2012/02/bentuk-bentuk-stratifikasi-sosial.html http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/opini/artikel_cetak.php?aid=53312 http://www.lsaf.org/content/view/173/150/ http://www.topix.com/forum/world/malaysia/T2ODMB3C085A44M2O http://akupunmenulis.wordpress.com/2009/07/22/pendekatan-budaya-sebagai-sarana-penyelesaian-konflik-di-poso/ http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/17/pluralis-dan-pluralisme-ternyata-jauh-sekali-bedanya/\ Tesis dan Skripsi :

Aprilomanda, Tika.2004. Tesis Pengaruh Iklan dan Publisitas di Media Massa Terhadap word of mouth film “Ada Apa Dengan Cinta”.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia

Biyanto.2008. Tesis Pluralisme Keagamaan dalam Perspektif Kaum Muda Muhammadiyah (Suatu Tinjauan Sosiologi Pengetahuan). Institut Agama Islam Negeri. Sunan Ampel

Dina Isyanti, 1999, Pelestarian Film nasional studi awal dalam rangka pemberlakuan Undang-Undang noomor 4 tahun 2990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam dalam hal film. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia

Herlijanto, Johanes.2002. Tesis : berjuang melawan diskriminasi : studi kasus pada gerakan social orang Indonesia keturunan Tionghoa. Pasca Sarjana Sosiologi.Fakultasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia Jufry, Muhammad. 1997. Tesis Pengaruh Media Dan Penilaian Isi Pesan Film Oleh Khalayak Penonton ; Studi Tentang Tingkat Apresiasi Mahasiswa Universitas 17 Agustus

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 187: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

170

1945 Jakarta Terhadap Film Indonesia dan Amerika. Fakultas Ilmu Sosial dan llmu Politik. Universitas Indonesia

Karlina.2008. Skripsi : Kedudukan perempuan Cina dalam keluarga : peran nenek dalam novel Hong Lou Meng. Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Paramytha, Gayatri Nadya. 2009. Praanggapan dalam film janji Joni. Skripsi Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia

Setyoningrum, Yunita. Analisa Citra Estetik Arsitektur sebagai Media Inkulturasi Budaya pada Gereja Katolik (Studi Kasus : Gereja Maria Assumpta di Klaten karya Y.B. Mangunwijaya). Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen Maranatha

Somantri, Kholik. Dinamika hubungan Muhammadiyah dengan NU pasca orde baru (1998-2003).Pasca Sarjana. Universitas Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 188: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

LAMPIRAN

Hasil Wawancara Hanung Bramantyo (Sutradara Film Tanda Tanya) Minggu, 13 Mei 2012 Lokasi : Dapur Film (Jl. Ampera No.17b Jakarta Selatan) Beberapa pendahuluan tidak sempat direkam oleh peneliti

M : Iya Mas, makasih. Saya Mia yang kemarin ngetweet. Maaf yaa Mas harus lewat twitter, soalnya deadline saya udah mepet tapi belum dapet kesempatan juga buat wawancara.

H : (tertawa kecil) Oh iya tidak apa-apa. Kamu dari mana? Saya lupa.

M : Saya dari UI Mas.

H : Oh, jadi gimana nih ?

M : Iya mas, saya lagi dalam proses penulisan skripsi dan tema saya itu tentang kehidupan keberagamaan yang digambarkan dalam film Tanda Tanya. Nah saya pengen tahu latar belakang Mas Hanung buat film itu apa dan makna agama buat Mas Hanung sendiri itu gimana?

H : Oh gitu, kamu emang jurusan apa?

M : Saya Sosiologi Mas.

H : Jadi apa nih yang ingin digali buat skripsi kamu?

M : Iya Mas pertama saya mau nanya gimana sih prosesnya Mas Hanung bisa dapet ide untuk membuat film Tanda Tanya ini?

H : Sebenernya saya udah lama punya ide buat film tentang pluralisme keagamaan. Dari tahun 2009 ketika itu saya lagi proses penggarapan film Perempuan Berkalung Sorban. Buat saya tema itu menarik. Ide film Tanda Tanya sedikit banyak diilhami oleh kehidupan pribadi saya. Saya tumbuh di lingkungan keluarga yang majemuk. Saya juga masih keturunan Cina dan beberapa anggota keluarga ada yang berbeda agama. Jadi saya sudah akrab dengan kondisi seperti itu. Selain dari pengalaman pribadi saya, saya juga terinspirasi oleh tokoh Riyanto. Tahu kamu?

M: Gak Mas.

H : Riyanto itu salah satu anggota banser, dia tinggal di daerah Mojokerto. Buat saya tindakan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 189: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

dia sangat heroik karena saat malam natal dia menyelamatkan gereja dari bom dan bom meledak saat dibawa keluar gereja. Nah, dari situ saya terinspirasi untuk menceritakan kisah Riyanto yang diperankan oleh Reza Rahardian. Kemudian ada juga tokoh Surya yang saya juga terinspirasi dari kehidupan orang-orang disekeliling saya. Tokoh Surya itu sama seperti orang yang saya kenal , namanya Dobleh, dia dulu pernah bekerjasama dengan saya di film Sang Pencerah. Hal yang terjadi dengan karakter Surya juga benar-benar terjadi di kehidupan Dobleh. Ya jadi bisa dibilang kalau ide cerita film Tanda Tanya berasal dari pengalaman pribadi saya dan orang-orang di sekeliling saya.

M : Oh, menarik yaa mas bisa dapet ide seperti itu. Tapi kalau boleh tahu saat Mas Hanung buat film Tanda Tanya, ada pesan tersendiri gak sih buat para penonton ?

H : Sebenernya saya ingin memberikan pemahaman kepada penonton apa itu Islam. Karena, saya lihat sekarang in ini banyak orang yang cenderung mengonotasikan Islam adalah agama yang radikal. Agama bom. Teroris. Tidak toleran. Padahal dalam kitab suci, ayat tentang jihad porsinya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan ayat-ayat yang mengingatkan untuk ikhlas dan sabar. Lebih banyak yang mengingatkan tentang ikhlas dan sabar. Nah, saya harus mengabarkan itu. Di dalam film ini, saya ingin orang 'membaca' apa itu Islam. Makanya dijelaskan di bagian akhir film itu bahwa Islam adalah sebuah agama yang meminta orang-pemeluknya untuk terus-menerus mengabarkan tentang kebaikan, ikhlas, dan bermanfaat untuk umat di sekelilingnya. Inti persoalannya jika kita kerucutkan ada pada pertanyaan tokoh Hendra atau Ping Hen (diperankan Nirwan Dewanto) kepada si Ustadz, “Apa itu Islam?”. Tapi, film, kan tidak mungkin diambil di bagian akhirnya saja. Harus ada peristiwa demi peristiwa, dari awal hingga sampai akhirnya muncul pertanyaan itu. Film yang sebenarnya berisi statement-statement sosial yang muncul di lingkungan keseharian kita. Statement-statement itu akhirnya mengerucut pada sebuah pertanyaan, apa sih sebenarnya ini semua? Itu sebenarnya.Jadi, tujuan dari pembuatan film ini adalah di akhir film ini, menjawab pertanyaan tentang apa itu sebenarnya Islam.

M : Kalau buat Mas Hanung sendiri agama itu apa sih ?

H : Sebenarnya, menurut saya, agama adalah medium sebagaimana kalau saya mau makan yang saya makan itu bukan piringnya, tapi vitamin yang ada di dalam makanannya. Piring itu mau pakai porselen, pakai plastik atau pakai daun pisang, itu adalah medium. Nah, buat saya agama hanyalah medium. Substansinya saya bisa berdialog dengan Tuhan dan menghayati makna dari kata-kata Tuhan itu. Sebenarnya Tuhan itu ingin apa? Tuhan ingin berbuat apa? Pada waktu pembuatan film Ayat-Ayat Cinta saya selalu minta, gue mau ini, gue ingin itu. Tapi, apakah ini yang terbaik buat saya? Ternyata tidak. Jadi Tuhan memberikan sesuatu yang tidak saya minta, tapi itu yang terbaik buat saya. Dan buat saya.

M : Kalau Mas Hanung menilai pluralisme yang ada di Negara kita tuh gimana ?

H : Saya tida ingin menilai tapi yang saya mau bilang adalah Belajar! Belajar memahami

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 190: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

bagaimana menjadi manusia, menjadi orang yang ada di lingkungan yang berbeda. Jangan buru-buru melakukan justifikasi. Misalnya diundang acara Natal, terus yang Islam langsung bilang “kan engga boleh, kok datang ke situ sih?! Kan bukan agama gua”. Jangan buru-buru melakukan itu, tapi kita belajar, bertanya jangan ke satu orang dan bertanya tidak hanya pada satu golongan, tapi ke komunitas yang lain. Yang kedua, kita harus selalu berpikiran positif. Neraka dan surga itu milik Tuhan. Jadi kita tidak bisa melakukan justifikasi hanya semata-mata ada surga dan neraka.

M : Terkait dengan film ini mas, kenapa sih memilih judul Tanda Tanya ? Kenapa gak memberikan judul yang jelas kayak film-film Mas Hanung sebelumnya.

H : Beberapa wartawan juga sering menanyakan itu sama saya. Saya sendiri menamakan film ini Tanda Tanya, karena saya kebingungan mencari judul yang pas untuk menggambarkan kondisi di Indonesia yang tergambar di film ini. Filmnya sendiri akan tetap Tanda Tanya. Yah, saya akui ini semacam strategi marketing juga.

M : Terus kenapa bisa kepikiran untuk ngambil konteks masyarakat Semarang? Kenapa gak Jakarta yang lebih keliatan pluralismenya?

H : Saya memang suka Semarang. Kota itu sangat artistik. Dan, Semarang sangat layak untuk dijadikan studio film. Makanya saya memilih kota Semarang. Utamanya saya kepingin lepas dari Jakarta. Jakarta sekarang menjadi kota yang tidak efektif untuk syuting film. Lihat saja, dalam satu hari kita bisa kehilangan dua atau tiga jam hanya untuk di jalanan. Makanya saya pikir saya harus 'cabut' dari Jakarta. Nah, saya pilih Semarang. Kota yang buat saya aman dan jarang ada konflik apa-apa di sana. Dan film ini tentang multi-etnik. Nuansa multi-etnik di Semarang sendiri sangat kental. Di Semarang juga ada lima agama, tapi tidak pernah terjadi penusukan terhadap orang-orang agama. Ini sebuah film yang menceritakan kegelisahan saya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, Saya pribadi dan temen-temen yang ada di sini ingin berstatmen dalam bentuk film. Sebenarnya bisa saja kami pilih Yogyakarta. Hanya saja waktu itu Yogyakarta sedang dalam bencana Merapi. Kenapa tidak Bandung? Sama saja dengan Jakarta.

M : Kan pas buat film ini kita tahu bahwa banyak sekali pertentangan dari beberapa pihak. Terus gimana strategi Mas Hanung buat memasarkan film ini setelah film ini di tarik?

H : Proses pemasarannya sekarang sih kita udah ngeluarin dalam bentuk dvd sama buku ya. Sebenarnya novel dan DVD ini direncanakan rilis bulan Desember 2011, karena setelah dipikir-pikir waktu setahun adalah hal yang tepat. Karena kalau dalam waktu 4 bulan DVD-nya udah rilis, orang akan malas ke bioskop dengan alasan akan menunggu DVD-nya saja. Dengan jeda setahun, orang-orang menyaksikan filmnya lebih dulu. Tapi waktu rencana rilis awal malah mundur ke mundur ke Januari karena sebuah penentangan yang kita tahu bersamalah, maka ada penyesuaian waktu rilis. Kita jadi nunggu momentum yang tepat supaya perilisannya juga tidak mendapat penentangan lagi dan akhirnya sekarang fixed bulan Februari 2012. Terus

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 191: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

ada lagi sayembara untuk judul film ini, judul yang terpilih kan dimasukan jadi judul novel. Rencana sayembara ini juga karena ada dukungan dari salah satu provider selular. Saya pikir selama ini bagus, kenapa tidak?

M : Kenapa memilih novel dan buku sebagai media pemasarannya?

H : Film dan buku adalah medium yang beda. Novel memiliki kemampuan untuk menjabarkan suatu kondisi dengan lebih tepat lewat metafora, alegori dan kata-kata puitis yang tidak bisa dijangkau medium film. Novel ini menyentuh ruang yang lebih dalam, yang tidak dimiliki oleh filmnya.

M : Ada rasa penasaran saya kenapa sih Mas Hanung berani buat film mengenai SARA yang keluar dari market film di Indonesia, kan kebanyakan film itu tentang horror, percintaan, terus kenapa Mas Hanung berani buat film dengan tema sensitive seperti ini?

H : Saya kalau buat film itu sudah direncanakan, yang mana yang memang khusus dibuat untuk hiburan dan yang mana yang ditujukan untuk festival. Tanda Tanya salah satu film yang saya buat untuk festival. Karena kalau buat film untuk festival itu harus ngalah. Kita harus melupakan market Indonesia. Karena segmentasinya beda. Kalau untuk festival luar, jenis filmnya, pilihan tematiknya, dan eksekusinya berbeda untuk film yang kontennya lokal

M : Saya ada yang gak mengerti beberapa adegan dalam film. Kalau boleh tahu, alasan mengapa Rifka dan Soleh diam-diaman?

H : Maksud dari dialog itu bukan diam-diaman ga pernah ngobrol. Diam-diaman maksud Menuk adalah keengganan adiknya untuk meminta uang bayaran kepada kakaknya. Kenapa enggan? Karena soleh tidak punya pekerjaan. Udah tahu ga punya kerjaan masa masih minta? Itu juga alasan kenapa Soleh menjadi pria yang sensitive. Kelihatan kan perbedaannya setelah Soleh mendapat pekerjaan sama Soleh belum dapat kerja? Dia tergambar lebih cepet tersinggung, gampang emosi.

M : Sebenernya di akhir film itu, apa sih yang dibisikan Tan Kat Sun sebelum meninggal dunia?

H : Itu bisa kamu liat di adegan akhir film, liat kata-kata isteri Pak Tan “Pi, hari ini Hendra melakukan perubahan besar dalam hidupnya seperti yang papi minta.” Dari pesan papinya itu akhirnya mendorong Ping Hen untuk menjadi mualaf dan merubah restaurantnya menjadi halal.

M : Kenapa akhirnya Surya mau memerankan sebagai Yesus? Padahal kan dia sempat bimbang?

H : Sebagai aktor yang selalui hanya jadi figuran, dia frustasi. Sampai menganggap bahwa

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 192: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

hidupnya cuma sekedar numpang lewat. Dia diusir dari kontrakan karena menunggak bayar. Lalu, Rika membantunya dengan menawari pekerjaan sebagai Yesus dengan biaya Mahal, liat adegan yang di warung soto. Semula Surya menolak. Tapi dia menerima hanya karena selama hidupnya dia tidak pernah mendapatkan peran Jagoan. Buat saya itu hal yang manusiawi, Surya melakukan tugasnya sebagai aktor karena dia harus hidup. Bahkan untuk beli soto untuk sarapan saja dia tidak sanggup. Tapi dia gak begitu aja melegitimasi pilihannya. Dia konsultasi terlebih dahulu dengan Ustadz, Dia juga melakukan tafakur di masjid dengan melihat asma Allah yang tertempel diatas dinding Mihrab. Lagi-lagi dia meyakinkan hatinya untuk menerima tugas itu.

Seseorang masuk untuk memberikan kode kepada Hanung.

H: Kamu bisa gak nanti buat janji lagi. Soalnya saya sudah ada janji juga sama orang. Nanti kamu hubungin dia aja kalau mau lanjutin diskusi kita.

M : Oh iya Mas, gak apa-apa nanti saya atur waktunya lagi Mas. Makasih yaa Mas buat waktunya.

H: Iya sama-sama. Semoga berhasil yaa skripsinya. Menarik itu.

M: Iya Mas, makasih yaa. Hati-hati Mas.

H: Iya, saya duluan yaa.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 193: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Hasil Transkrip Dialog Film Keterangan

Judul Film : Tanda Tanya Sutradara : Hanung Bramantyo Penulis : Titien Watimenna Durasi : 100 menit

Adegan 1-4 : menampilkan 3 agama- dan ritual keagamaannya yang akan di bahas dalam film ini Adegan ini menunjukan bahwa film ini akan mengulas tentang agama Katolik yang ditunjukan dengan penggambaran gereja katolik. (terlihat dari pemasangan salib yang ada gambar Yesus di salib).

Lonceng itu sebagai pertanda bahwa ibadah akan segera di mulai.

Arti tulisan arab : “Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang beriman, Tiada Tuhan Selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Utusan Allah, Sesungguhnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar.”

Mesjid pada film ini menggambarkan mesjid NU dimana bangunannya lebih lekat dengan kejawaan (terlihat dari bentuk jendela pada mesjid) dan adanya beduk yang menandakan bahwa mesjid tersebut lebih terbuka pada tradisi seperti aliran NU

Kebiasaan yang dilakukan umat Islam apabila bertemu dengan sesama muslim adalah mengucapakan salam yaitu Assalamualaikum yang artinya

Adegan 1 ( 00:00:36 – 00:0059)

Pada bagian awal Film ini terdengar lantunan nyanyian gereja yang berjudul “Gita Surga Bergema”

“ Gita Surga bergema Lahir raja mulia, damai dan sejahtera turun dalam dunia, dan bangsa bangsa bangkitlah, dan bersoraklah serta.” diiringi dengan dentingan bel di sebuah gereja. Terlihat seorang laki-laki berumur sekitar 24 tahun mengenakan baju terusan berwarna putih sedang menarik sebuah tali yang terhubung langsung dengan bel yang berada di atas gereja. Kemudian terlihat sebuah salib dimana pada salib tersebut terdapat patung Yesus yang di salib dan di pajang di altar gereja.

Adegan 2 ( 00:00:60 – 00:01:22)

Berdiri sebuah masjid dimana pada mesjid tersebut tampak jelas huruf arab yang menghiasi gerbang depannya. Tulisan arab itu terbaca:

“Innas sholata kanat 'alal mu'minina kitaban mauquta, la ilaha illallah muhammadur rasulullah, innasholata tanha fahsa i` wal munkar”

Berjalan seorang laki-laki yang mengenakan sarung, baju koko dan celana panjang memasuki mesjid. Sebelum ia memasuki halaman mesjid, ia menyapa seorang laki-laki yang mengenakan celana selutut dan memakai

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 194: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

1 http://thoriqs.blogspot.com/2011/03/studi-tentang-sembahyang-umat-konghucu.html Diunduh pada 28 Maret 2012. Pukul 14:19

kaos berkerah warna coklat yang sedang menyiram halaman.

Lelaki yang memakai baju koko : “Assalamualaikum”

Lelaki yang memakai baju coklat : “Waalaikumsalam.”

Di halaman mesjid itu terdapat aktifitas beberapa orang laki-laki yang sama-sama mengenakan sarung, baju koko dan peci dan mereka sedang membersihkan mesjid. Ada yang menyapu halaman, menyiram tanaman, mengepel lantai, membersihkan kaca dan menyusun buku-buku agama serta Al-qur`an di rak yang sudah disediakan.

Adegan 3 ( 00:01:23 – 00:01:26)

Dalam suatu ruangan terlihat banyak lilin-lilin yang menyala dan ada seorang perempuan berambut panjang sedang berdoa tanda salib dengan menutup matanya dan menundukan kepalanya

Adegan 4 ( 00:01:27 – 00:01:37)

Di dalam sebuah Klenteng terdapat seorang laki-laki tua yang berumur sekitar 60 tahun dan seorang pria dewasa sekitar 40 tahun sedang mengayun-ayunkan beberapa dupa. Seorang wanita yang berumur sekitar 50 tahun sedang bersujud kemudian bangkit dan bersujud lagi yang di depannya terdapat beberapa buah patung dewa-dewa konghucu.

Adegan 5 ( 00:01:38 – 00:01:57)

Dalam sebuah rumah sederhana dimana dalam rumah tersebut terpampang poster-poster AbdulRahman Wahid (Gusdur). Rifka (berusia sekitar 15 tahun) sedang menyiapkan makanan. Di depan Rifka terdapat sebuah jendela yang

“semoga Allah menyelamatkan dan memberikan kesejahteraan atas kamu” dan di jawab dengan waalaikum salam yang artinya ”begitu

juga bagi anda.”

Di adegan ini juga menunjukan bahwa masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat kegiatan keagamaan tetapi juga tempat kegiatan untuk meningkatkan kerjasama atau berkumpul umat islam. Salah satunya dengan mengadakan kerja bhakti membersihkan mesjid

Lilin-lilin yang dalam gereja dulu berfungsi untuk memberikan penerangan pada saat pembacaan Kitab Suci. Sekarang, pada masa gereja-gereja telah mempunyai penerangan listrik, lilin lebih memainkan peran simbolis yaitu untuk membangkitkan semangat.

membakar dupa dalam peribadatan umat konghucu mengandung makna Jalan suci itu berasal dari kesatuan hati dan hati itu dibawa melalui keharuman dupa. Selain itu fungsi dupa dipercayai dapat mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat.

Lilin, mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak, sedangkan asap dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya do’a keperaduan Tuhan.

Dupa yang berisi 9 batang atau lebih digunakan untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci1

Menunjukan keluarga ini menganut paham NU yang ditunjukan dengan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 195: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

2 Ibid 3 http://www.scribd.com/doc/45301625/Macam-Macam-Alat-Komunikasi-Tradisional-Dan-Modern Diunduh pada 26 Maret 2012 pukul 18:38

jerujinya terbuat dari bambu sehingga terlihat ruangan di sebelahnya yaitu sebuah kamar dan di kamar tersebut terlihat Soleh sedang sholat dengan mengenakan peci putih, kaos putih dan sarung. Saat Soleh sedang Sholat anak perempuannya bernama Mutia (berusia kira-kira 3 tahun) sedang bermain di atas tempat tidur

Di depan kamar tersebut ada sebuah cermin, Menuk sedang mengenakan kerudungnya di depan cermin tersebut.

Adegan 6 ( 00:01:58 – 00:02:06)

Di sebuah Klenteng Pak Tan Kat Sun yang berusia sekitar 65 tahun dan Istrinya Lim Giok Lie berusia sekitar 50 tahun sedang beribadah di depan sebuah patung yang pada pinggirannya terdapat ukiran tulisan cina beserta buah-buahan. Mereka berdiri sambil memegang 3 batang dupa dan mengayun-ayunkannya juga sebanyak 3 kali.

Adegan 7 ( 00:02:07 – 00:02:15)

Di halaman depan sebuah Gereja terdengar dentingan lonceng. Ada beberapa orang berjalan memasuki Gereja. Di depan Gereja tersebut berdiri seseorang pria yang berumur sekitar 40 tahunan berkacamata dan mengenakan baju

adanya poster AbdulRahman Wahid menghiasi dinding rumah. Adegan ini juga menampilkan tata cara beribadah dan berpakaian dalam ajaran agama islam (sholat) dan menutup aurat bagi wanitanya (mengenakan kerudung)

Ayunan pada upacara beribadah Konghucu memiliki arti yaitu berdoa kepada Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak tiga kali angkatan.2

(?) Sampai di akhir cerita setting adegan di Klenteng sangat berbeda dengan setting adegan di mesjid dan di Gereja. Pada setting adegan di Gereja atau Mesjid kebanyakan yang aktif adalah kelompok usia muda atau usia produktif. Sedangkan setting adegan di Klenteng menampilkan kelompok usia tua. Apakah penggambaran dalam film sesuai dengan realitas ? Dimana dan bagaimana kelompok muda beragama konghucu dalam memandang agama?

Lonceng memiliki dua pengertian, pertama lonceng adalah semacam bel yang dibunyikan untuk menentukan waktu ataumemberitahukan sesuatu, sedangkan pengertian yang kedua,lonceng adalah jam besar atau arloji. Dalam adegan ini juga lonceng tersebut digunakan untuk mempersiapkan umat untuk menjalankan ibadah.3

Alba biasanya digunakan oleh Pastur atau romo yang melambangkan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 196: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

4 Gunawan, Pidyarto.2001. Umat bertanya, Romo Pid Menjawab.Kanisius;Yogyakarta. Halaman 9

putih panjang dan berlengan panjang (alba) . Setiap orang yang akan masuk ke dalam Gereja terlebih dahulu menyalami pria tersebut.

Adegan 8 ( 00:02:16 – 00:02:18)

Dalam sebuah mesjid ada tiga orang pemuda (sekitar umur 28-32 tahun) dan ketiganya sama-sama mengenakan peci serta baju koko. Mereka bertiga sedang menggulung sajadah yang tersedia dalam mesjid itu. Pada Mesjid tersebut juga tertulis papan pengumuman “ Dilarang Tidur di Masjid”

Adegan 9 ( 00:02:19 0 00:03:00)

Kembali ke adegan Gereja dimana pria yang mengenakan pakaian panjang dan berlengan panjang berwarna putih (alba) sedang menyalami jemaat yang akan masuk ke dalam gereja. Kemudian ada seorang laki-laki berjalan mengenakan jaket cokelat dan celana coklat muda membawa sebilah pisau dan menghampiri pria yang mengenakan pakaian alba tersebut. Dengan berjalan tergesa-gesa pria tersebut langsung menikam perut pria yang mengenakan baju alba.

Setelah menikam lalu ia berlari menjauhi kerumunan orang-orang yang menolong korban. Kemudian saat pelaku penusukan tersebut berlari ada seorang laki-laki yang menjemputnya dengan mengendarai motor. Beberapa orang yang berada di sekitar gereja mencoba mengejar kedua pelaku tersebut namun tidak berhasil.

Tampak di depan gereja terdapat patung yang sangat besar dan dihinggapi beberapa burung.

Adegan 10 (00:03:00 – 00:03:37)

Surya sedang berjalan mengenakan jaket berwarna biru dan merokok. Di jalanan tersebut ada sebuah bangunan tua yang catnya sudah berkelupas serta

kesucian dan keselamatan.4

Makna bersalaman tersebut adalah sebagai wujud kasih dan persaudaraan

Kegiatan kerja bhakti membersihkan masjid (Idem adegan 2)

Dalam film kebanyakan pemeran antagonis menggunakan warna-warna gelap. Sedangkan pemain protagonist menggunakan warna terang seperti warna putih. Penggunaan warna tersebut secara tidak langsung untuk menyampaikan karakteristik pemain.

(?) Sampai di akhir film tidak memberikan penjelasan mengapa pastur itu ditikam? Apakah ada kaitannya dengan ajaran agama tertentu ataukah dendam semata?

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 197: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

beberapa bagian tembok hancur hingga terlihat batu batanya. Di sebuah jendela bangunan tua itu tergambar tanda Tanya(?) yang menghiasi jendela luarnya.

Kemudian Surya terus berjalan sampai pada suatu pasar yang cukup ramai dimana di lingkungan tersebut ada tempat servis jam tangan yang penjualnya adalah seorang laki-laki berumur 50 tahun dan berwajah oriental, rumah makan, penjual lukisan, beberapa tukang becak, barber shop, penjual bunga dan lampion yang ikut meramaikan pasar tersebut .

Surya berjalan sambil merokok dan pandangannya menunduk ke jalan, tanpa ia sadari di depannya ada seorang laki-laki berjenggot dan berjambang putih yang berumur sekitar 55 tahunan sedang mengelus-elus ayam di tangannya. Sehingga antara Surya dan orang yang memegang ayam tersebut saling bertabrakan.

Orang yang memegang ayam : “Hei, matanya, matanya.”

Surya : “Maaf.”

Orang yang memegang ayam : “Goblok! Maaf maaf.”

Kemudian Surya terus berjalan meninggalkan orang tersebut yang memarahinya dan melintasi pasar itu. Pada gapura pasar terlihat tulisan yang besar yaitu “Pasar Baru”

Memperlihatkan kegiatan jual beli yang biasanya dilakukan di pasar.

Adanya penjual lampion dan pedagang berwajahkan oriental serta adanya poster-poster dengan memakai huruf cina mungkin adegan ini ingin menggambarkan bahwa di daerah tersebut cukup banyak orang-orang keturunan Tionghoa.

Terlihat perbedaan masyarakat kelas bawah melalui bahasa dan gaya bicara (konteks masyarakat pasar) umumnya ketika berbicara tidak terlalu mempertimbangkan etika dan biasanya mereka juga tidak segan-segan mengungkapkan kata-kata kasar.

Bentuk sopan santun surya kepada orang yang lebih tua yaitu dengan meminta maaf.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 198: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 11 ( 00:03:38- 00:03:46)

Dalam sebuah acara berita, seorang pembawa acara bernama Rahma Sari mengabarkan suatu peristiwa. Dalam penampilannya ia mengenakan kerudung yang tidak menutupi semua rambutnya dan baju blus berwarna abu-abu

Rahma : “Pemirsa sampai saat ini pelaku penusukan pastur Albertus belum berhasil di tangkap, hingga saat ini polisi masih melakukan penyelidikan atas insiden yang cukup meresahkan masyarakat ini.”

Adegan 12 ( 00:03:46 – 00:03:49)

Di TKP tersebut masih tampak darah yang berceceran di atas jalan dan di pasang garis kuning polisi disekitarnya. Terdapat beberapa warga yang sedang melihat TKP tersebut serta seorang laki-laki yang membawa kamera dan mepotret TKP.

Adegan 13 ( 00:03:50 – 00:03:59)

Seorang Walikota Semarang bernama Drs.H. Soemarmo HS Msi sedang di wawancarai oleh beberapa wartawan dan di belakang Walikota tersebut berjaga dua orang polisi yang mengenakan seragam lengkapnya.

Soemarmo : “Kejadian ini adalah murni kriminalitas, tidak ada unsur sedikitpun tentang agama dan pelaku harus di tindak tegas,dan saya sudah perintahkan kepada Kapolrestabes untuk melakukan penyelidikan hingga tuntas.”

Adegan 14 (00:04:00 – 00:04:11)

Di dalam toko buku milik Rika, Rika sedang duduk di meja kerjanya sambil memegang sebuah bingkai foto pernikahannya kemudian ia mengganti foto itu dengan foto Abi anaknya.. Di depan Rika terlihat rak buku yang buku-bukunya sudah tersusun rapi. Dalam ruang kerjanya juga ada televise yang menayangkan acara berita penusukan Pastur. Di atas meja kerja Rika juga terlihat foto Rika bersama Abi.

Adegan 15 ( 00:04:12 – 00:04:16)

Surya berjalan menghampiri toko buku milik Rika dan di depan pintu masuk tertulis sebuah nama toko bukunya yaitu Footnote. Saat akan memasuki Footnote, Surya mengambil selembar koran yang berceceran di halaman depan toko buku tersebut kemudian Surya membaca sambil berjalan kearah pintu toko buku, setelah beberapa saat membacanya kemudian ia membuang kembali lembaran Koran tersebut dan terus berjalan masuk ke dalam toko buku.

Adegan 16 (00:04:17 – 00:05:31)

Di dalam toko buku terlihat banyak rak-rak dan dalam rak-rak tersebut ada buku-buku baik dari dalam negeri maupun buku-buku luar negeri tersusun

kerudung sendiri merupakan bagian dari pakaian kebesaran sebagian besar agama, terutama agama-agama besar di dunia tidak hanya Islam.

(?) Tidak jelas mengapa pembawa berita harus mengenakan kerudung yang bahkan tidak semua rambutnya tertutup. Biasanya pembawa berita jarang sekali yang menggunakan kerudung kecuali dalam memasuki bulan tertentu (co:bulan ramadhan)

Banyaknya adegan dalam film ini yang menampilkan atribut tertentu untuk mendefinisikan seseorang dengan kelompok agama tertentu. Misal penggunaan kerudung, peci, cara berdoa dsb.

Adegan ini juga menunjukan adanya kemajuan teknologi bahwa informasi dapat dengan mudah tersebar melalui pengaruh media massa.

(?) Walikota sudah melakukan penilaian terhadap kasus penusukan padahal penyelidikanpun belum dilakukan sesuai pada kalimatnya yaitu : “ saya sudah perintahkan kepada Kapolrestabes untuk melakukan penyelidikan”

(?) Polisi tidak melakukan tugas yang sesuai. Walikota tidak bisa memerintahkan polisi

Adegan ini hendak menggambarkan adanya hubungan yang sudah berubah antara Rika, Suaminya, dan Abi. Ditunjukan melalui Rika tidak lagi memajang foto pernikahannya yang kemudian ia ganti dengan foto Abi anaknya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 199: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

berantakan kemudian Rika merapikan buku-buku itu. Dan ada juga beberapa tumpukan buku yang masih tergeletak di lantai belum tersusun di tempatnya.

Rika : “Ini lagi ah kenapa ada disini.” (sambil mengambil buku yang tidak

sesuai dengan rak yang disediakan)

Saat Rika sedang sibuk merapikan buku pada tempatnya, Surya muncul dari

arah pintu masuk dan Rika menyadari kedatangan Surya.

Rika : “Eh, ada selebritis. Liat nih, liat nih ada buku resep di rak novel, ada

buku novel di rak komik, dan yang paling parah ada ini (sambil menunjukan

buku dewasa ke Surya) ini di buku anak-anak. Huh, tau gitu aku dari dulu

ngurus toko.”

Surya : (Tanpa menanggapi pembicaraan Rika mengenai buku dengan

wajahnya yang serius) “Udah pindah ya mbak?”

Rika : (sambil terus merapikan buku-buku sesuai tempatnya) “Belum resmi.

Kata siapa sih? Pagi-pagi udah gossip?”

Surya: “Ibu kos.”

Rika : “Bu Novi?”

Surya : “Ya bu kos saya kan cuma dia doang. Siapa lagi?”

Rika: “Ngomong apa lagi dia?”

Surya : “Katanya mbak itu pindah karena pelarian dan perceraian, pengen

menghilangkan perasaan-perasaan galau karena perasaan itu, ya?”

Rika : “Daripada ngomong yang ga bener, mendingan bantuin aku.”

Surya : (sambil berjalan keluar tanpa menuruti permintaan Rika) “Saya ada

Persepsi orang lain mengenai alasan Rika untuk pindah agama.

Adegan ini ingin menggambarkan sikap Rika yang tidak peduli dengan perkataan orang lain mengenai keputusan yang ia buat. Sikap ini juga

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 200: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

syuting.”

Rika : (Dengan wajah yang kesal dan geram) “Ya kalau ada syuting, syuting

aja sana. Ngapain dialog yang gak berguna? Dasar selebritis kurang

terkenal.”

Kemudian Surya meninggalkan toko buku Rika sambil melambaikan

tangannya kepada Rika.

Adegan 17 (00:05:32 – 00:05:56)

Di Pasar Baru terlihat seorang laki-laki setengah baya sedang mengayuhkan

becaknya yang berpenumpang dua anak perempuan berumur sekitar 15 tahun.

Becak tersebut kemudian melintas di depan sebuah Restaurant bernama

Canton Chiness Food. Dalam Restaurant tersebut ada seseorang koki dengan

gerakan cepatnya sedang memotong-motong sayuran. Kemudian seorang

pegawai perempuan merapikan meja untuk pelanggan dengan menaruh

sambal dan alat makan pada meja tersebut. Lim Giok Lie (Istri pemilik

restaurant) sedang duduk di sebuah meja sambil membaca buku dan di diatas

meja tersebut terdapat sempoa, telepon, beberapa buku dan gelas minum. Di

sekitar Lim Giok Lie juga terlihat adanya poster wanita cina dan menjual

rokok tradisional.

Kemudian Lim Giok Lie memanggil wanita yang sedang merapikan meja.

Lim Giok Lie : “Yin,yin tolong buangkan ini sekalian ambilkan air” (Sambil

memberikan gumpalan sampah kertas yang ada di atas mejanya kepada

pelayan perempuan tersebut)

di tampilkan Rika pada adegan 61

Dalam adegan ini menunjukan pekerjaan surya di bidang entertaiment.

Adanya anggapan bahwa pemain figuran hanya memiliki peran yang sangat sedikit dalam film dan dialog-dialognya hanya pelengkap saja. Sehingga tidak banyak orang yang mengenal pemain-pemain figuran karena keberadaannya terhalang oleh sosok pemeran utama.

Mennggambarkan aktivitas di pasar baru pada siang hari.

Menjelaskan bahwa restaurant yang akan di tampilkan dalam film ini adalah restaurant Cina yang ditunjukan dengan penggunaan nama Cina di restaurant maupun pemilik restaurant tersebut.

Mungkin setting restaurant seperti itu ingin menggambarkan bahwa unsure-unsur kecinaan sangat lekat dengan keluarga pemilik restaurant itu. Mereka masih menggunakan sempoa dan poster-poster perempuan cina. Atau juga sutradara sengaja menampilkan atribut-atribut tersebut agar penonton mengetahui karakteristik tokoh-tokoh yang ada dalam film ini.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 201: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 18 ( 00:05:57 – 00:06:07)

Dalam sebuah kamar dimana kamar tersebut terdapat beberpa poster, botol

beer dan gelas berisi beer serta figura yang berisi foto Ping Hen (Hendra) dan

Tan Kat Sun tepampang di tembok kamar. Pada foto tersebut terlihat Ping

Hen berdiri di dekat Tan Kat Sun sambil tersenyum.

Adegan 19 ( 00:06:08- 00:06:22)

Di dapur restaurant terlihat ada beberapa orang laki-laki yang sedang sibuk

memasak dan menyajikan makanan.

Di dalam dapur tersebut juga tergantung beberapa ayam yang sudah di

bersihkan bulu-bulunya dan seekor babi yang juga sudah dibersihkan. Dapur

tersebut dikelilingi oleh kaca-kaca sehingga pelanggan yang datang bisa

langsung melihat isi dan kegiatan di dapur tersebut.

Tan Kat Sun membantu pegawainya yang memasak di dapur dengan

memotong bawang putih. Kemudian Menuk datang dengan mengenakan

Kerudung berwarna putih dan kemeja longgar putihnya ke dalam Restaurant

di temani oleh adik Iparnya yaitu Rifka sambil membawa belanjaan.

Menuk : “Assalamualaikum”

Tan Kat Sun : “Waalaikumsalam”

Adegan 20 ( 00:06:23 – 00:06 :28)

Dari atas Restaurant Ping Hen (Hendra) mengintip ke bawah dan melihat

Menuk yang baru saja datang dengan membawa belanjaannya

Mungkin adegan ini mencoba memperlihatkan gaya hidup tertentu atau kebiasaan Ping Hen. Dengan menampilkan gelas berisi beer.

Adegan ini juga ingin mencoba menjelaskan secara tidak langsung hubungan kedekatan antara Ping Hen dan Papinya yaitu Tan Kat Sun dengan memperlihatkan foto yang terpajang

Adanya pembagian kerja yang terlihat pada restaurant ini yaitu wanita menyiapkan meja dan melayani para pelanggan sedangkan laki-laki bekerja memasak di dapur. (Adegan pembagian kerja juga terlihat pada adegan 17)

Menunjukan bahwa menu yang disediakan di restaurant ini tidak hanya menu-menu yang halal tetapi juga yang tidak halal (daging babi).

Mungkin dalam adegan ini juga mencoba menampilkan bahwa restaurant cina tersebut memiliki sikap keterbukaan antara penjual makanan dan pembelinya. Yaitu dengan design dapur yang dikelilingi kaca sehingga setiap pelanggan yang datang dapat mengetahui apa saja yang dijual dalam restaurant itu dan bagaimana cara mengolah makanannya.

Adegan ini juga mencoba menggambarkan karakteristik Menuk yaitu ia adalah seorang yang beragama Islam dan menggunakan nilai-nilai keislamannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 202: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 21 ( 00:06:29 – 00:07:20)

Setelah Menuk memberikan sebagian belanjaan yang ia bawa kepada pegawai

lainnya kemudian Menuk berjalan bersama Rifka dan melewati dapur. Di

dapur,Tan Kat Sun sedang memasak. Kemudian Menuk melihat Tan Kat Sun

dan menyapanya dengan senyuman.

Menuk : “Pagi ko.”

Tan Kat Sun : “Pagi Nuk.”

Lalu Menuk terus berjalan masuk ke ruangan lain di dalam Restaurant itu

diikuti dengan Rifkayang membawa dua kantong kerupuk di tangannya.

Menuk : “Nih, taro sih aja .”(sambil menunjuk kearah meja di depannya

kemudian Menuk menggantungkan tasnya di tembok)

Rifka kemudian menaruh dua kantong kerupuk di atas meja sesuai dengan

perintah Menuk

Menuk : “Makasih ya.” (Sambil memegang pundak Rifka dan berjalan ke

depan Restaurant)

Saat berjalan ke arah luar Restaurant, Rifka berhenti sejenak dan berbicara

kepada Menuk.

Rifka : “Mbak, Rifka harus bayar uang SPP, udah nunggak tiga bulan.”

Kemudian Menuk memegang pundak Rifka sambil mengantarnya berjalan

lagi ke luar Restaurant.

Menuk :” Ya, kamu bilang dong sama masmu, kan kamu adiknya.”

Rifka : “Takut mbak.”

Menuk : “Yaudah nanti aku sampein, kamu pulang yah temenin masmu.

Kakak sama adik kok diem-dieman.”

Rifka : (sambil mencium tangan Menuk) “Iya mbak, assalamualaikum.”

Menuk : “Waalaikumsalam, hati-hati Rif.”

Menuk memperhatikan langkah Rifka keluar dari Restaurant. Di belakang

menggunakan pakaian yang tertutup dan mengucapkan salam.

Menggambarkan hubungan antara pegawai dan pemilik restaurant. Pegawai memberikan bentuk penghormatan berupa salam dan pemilik juga memperlihatkan sikap menghargai dengan menjawab salam dari pegawai

Bentuk sikap sopan santun yang apabila di tolong mengucapkan terimakasih

Adegan ini juga mencoba menjelaskan kehidupan ekonomi keluarga Menuk yang kekurangan sehingga tidak bisa membayar biaya pendidikan Rifka

Dalam adegan ini juga memperlihatkan hubungan yang canggung antara kakak kandung dan adik kandung.

Mungkin hubungan yang canggung ini dikarenakan Soleh tidak memiliki pekerjaan sehingga tidak mungkin bagi Rifka untuk meminta bayaran sekolah kepada Soleh.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 203: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

14 Apa kamu lihat-lihat?

Menuk terlihat Ping Hen yang berjalan terburu-buru.

Ping Hen : “Mi pamit” (melirik ke arah Lim Giok Lie yang sedang duduk di

kursi kasir), “Pi” (melirik juga ke arah dapur dan terus berjalan.)

Menuk kemudian menengok ke belakang dan dilihatnya Ping Hen sedang

berpamitan kepada kedua orang tuanya. Kemudian saat berjalan Ping Hen

berpapasan dengan Menuk lalu mereka berdua bertatapan sesaat, kemudian

Menuk memberikan senyuman kecil sambil menundukan kepalanya tetapi

Ping Hen terus berjalan tanpa menyapa Menuk. Lalu Menuk melihat Ping

Hen yang berjalan melewatinya.

Lim Giok Lie : “Hen, makan siang nanti mampir kesini lagi?”

Ping Hen terus berjalan meninggalkan restaurant tanpa menjawab pertanyaan

Ibunya.

Tan Kat Sun : “Buat apa tanya seperti itu sama dia Mi? Tidak ada bedanya,

pikirannya udah ga disini.”

Adegan 22 ( 00:07:20 – 00: 07:55)

Ping Hen berjalan di sekitar Pasar Baru tersebut yang pada siang itu cukup

ramai dengan aktivitas orang-orang yang ada di sekitarnya. Saat sedang

berjalan Ping Hen melihat 4 orang laki –laki sebaya yang berumur sekitar 23

tahunan berjalan bersamaan sambil sedang berbicara satu sama lainnya. Laki-

laki pertama bertubuh kurus mengenakan baju koko berwarna hijau,

mengenakan peci dan celana berwarna hitam.

Laki-laki kedua bertubuh kurus, mengenakan baju koko berwarna kuning,

memakai peci coklat dan celana panjang hitam.

Laki-laki ketiga memakai baju koko berwarna abu-abu bertubuh gemuk,

pendek dan mengenakan celana pajang hitam serta peci hitam.

Laki-laki keempat bertubuh kurus mengenakan baju koko brewarna cream,

sarung dan peci.

Pria Pertama : “Opo kowe ndelok-ndelok?”14

Dalam adegan ini juga memperlihatkan hubungan antara Ping Hen dan kedua orang tuanya yang kaku. Berbeda dengan yang nampak di foto pada adegan 18. Kekakuan ini diperlihatkan dari cara Ping Hen mengucapkan salam dan mengacuhkan pertanyaan Ibunya.

Adegan ini juga memperlihatkan hubungan antara Ping Hen dan Menuk yang digambarkan melalui sikap keengganan Ping Hen memberikan sapaan atau senyuman kepada Menuk.

Keributan ini diawali dengan ketidaksukaan segerombolan umat muslim yang dipandangi oleh Ping Hen.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 204: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

15 Biarin aja 16 Ngomong apa kamu? Teroris, Anjing ! 17 Ada apa ini ? Ada apa ini? Jangan berkelahi, astaghfirullahaladzim, ada apa ini?” 18 Dia duluan Ustadz

Ping Hen :” Yo ben toh.”15

Pria Pertama : “Aah, Sipit !”

Ping Hen : “Ngomong apa koe? Teroris, Asu !”16

Saat mendengar Ping Hen berbicara kalimat tersebut, serentak keempat orang

itu naik pitam dan bersamaan memukuli Ping Hen. Ping Hen yang hanya

seorang diri hanya melindungi dirinya dengan tangan tanpa bisa melawan

mereka.

Pria ketiga : “Mati kowe” (Sambil memukuli Ping Hen)

Kemudian datang Ustadz laki-laki berumur sekitar 30 tahunan mengendarai

sepeda dan melihat mereka sedang berkelahi, kemudian Ustadz tersebut

segera turun dari sepeda dan memisahkan mereka.

Ustadz : “Hei, hei, hei ono opo iki ? ono opo iki? Ojo tawuran meneh,

Astaghfirullahaladzim, ono opo? ”17

Kemudian akhirnya Ustadz tersebut berhasil memisahkan mereka

(sambil berusaha memisahkan mereka?)

Ustadz : Ono opo iki? Ono opo?

Pria keempat :” Kowe dise”18

(?) Tidak jelas apa yang mendasari permusuhan itu sebenarnya. Terlihat dari kegiatan ini mereka tidak suka dilihat oleh Ping Hen tanpa memberikan kejelasan alasan ketidaksukaannya.

(sambil menunjuk kearah Ping Hen)

Penggunaan kata-kata kecinaan dan teroris menggambarkan persepsi orang lain menilai karakteristik kelompok tertentu.

Adegan ini juga menggambarkan karakteristik bahwa seseorang yang menggunakan atribut keagamaannya (missal peci, kerudung dsb) atau sering melakukan ritual keagamaan (seperti sholat dan berdoa) tidak menjamin perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dalam adegan ini adalah gampang tersulut emosi dan bertengkar.

Dalam adegan ini juga mungkin ingin memperlihatkan masyarakat daerah tersebut masih tradisional terlihat dari penggunaan kendaraan seperti becak, sepeda, atau kebanyakan hanya berjalan kaki.

Adegan ini menunjukan bahwa peran seorang ustadz adalah bukan hanya menyiarkan dan menyebarkan ajaran agama tetapi juga sebagai penengah bagi umatnya yang bermasalah dengan cara damai.

Astaghfirullahaladzim berarti : “Aku memohon ampunan kepada-Mu Ya

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 205: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

19 Heh, jaga mulutmu ! 20 Tenang kalian, tenang. 21 Ayo sana ke mesjid 22 Awas kamu 23 Cina Gila

Pria Ketiga : “Dia duluan ustadz.”

Ping Hen : “Heh, jaga bacotmu”19

Ustadz : “Tenang kowe, tenang ! Kono neng masjid ! Wes”

20 (sambil berdiri

merentangkan tangan di antara Ping Hen dan gerombolan laki-laki

tersebut.)21

Setelah diperintah oleh Pak Ustadz kemudian keempat laki-laki tersebut

berjalan ke arah mesjid dengan wajah yang masih kesal.

Pria kedua : “Awas kowe !”22

Pria Keempat : “Cino edan.”

23

Adegan 23 ( 00:07: 56 – 00:08:04)

Seorang pemuda menabuh beduk menandakan waktu sholat telah tiba.

Terlihat mesjid menyerukan adzan yang terdengar di sekeliling daerah

tersebut. Kemudian terdapat keterangan dalam film ini yaitu Semarang, awal

2010.

Adegan 24 ( 00:08:05 – 00:08:36)

Dalam mesjid Ustadz yang melerai pemuda berkelahi itu memimpin sholat

berjamaah dan dibelakangnya terdapat 6 orang lelaki separuh baya berumur

Allah”

(?) Kejanggalan dalam adegan ini adalah Ustadz hanya meleraikan saja. Tanpa memberikan pengertian atau berusaha memperdamaikan kedua belah pihak agar nantinya tidak timbul masalah seperti ini lagi

Di Indonesia sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu shalat. Fungsi alat itu juga meluas sebagai ikon perayaan takbiran atau cara untuk membangunkan sahur.

Fungsi adzan juga untuk memanggil umat Islam sebagai tanda masuknya waktu sholat

Menggmbarkan tata cara beribadah (sholat) yang biasa dilakukan umat

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 206: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

sekitar 40 – 55 tahun menjadi makmumnya.

Ustadz : “Allahu Akbar” (mengankat kedua tangannya sebahu lalu kemudian

melipat kedua tangannya di bawah dada)

Kemudian para makmumnya mengikuti gerakan ustadz tersebut.

Keempat orang yang habis berkelahi duduk di depan mesjid tersebut.

Kemudian Soleh datang dengan terburu-buru dengan menggunakan peci putih

dan baju kokonya berwarna cream serta celana hitamnya yang masih

tergulung selutut akan masuk ke dalam mesjid.

Saat Soleh sedang merapikan celananya dan membuka sandalnya ia melihat

keempat orang yang duduk di tangga di depan mesjid.

Soleh : “Ga sholat berjamaah?”

Pria pertama : “Males berjamaah.”

Soleh : “Kenapa toh?”

Pria ketiga : “Tadi kita barusan rebut sama Cino edan, eh malah Pak Ustadz

nuduh kita yang cari gara-gara. Mangkel toh?”

Soleh hanya mendengarkan pria tersebut bercerita kekesalannya tanpa

menanggapinya. Kemudian Soleh bergegas masuk ke dalam mesjid dan

mengikuti Sholat berjamaah yang sudah dimulai beberapa saat sebelumnya.

Adegan 25 ( 00:08:37 – 00:09:13)

Di dapur Restaurant Tan Kat Sun dan para pegawai laki-lakinya sibuk

memasak dan menyiapkan makanan. Terlihat tangan seseorang sedang

Muslim di dalam mesjid.

Dalam adegan ini juga mencoba menggambarkan karakteristik Soleh merupakan pribadi Islam yang taat. Karakteristik tersebut ditunjukan melalui perilaku Soleh yang tidak ingin ketinggalan dalam melakukan sholat berjamaah.

(?) Sampai pada bagian akhir film. Setting adegan sholat baik itu berjamaah atau sendiri hanya dilakukan oleh laki-laki. Bahkan dalam adegan sholat dan kerja bhakti tidak terlihat dalam masjid itu seorang wanita pun.

Para wanita yang muncul di adegan ini hanya dalam acara dakwah ataupun pada saat setting bulan Ramadhan yaitu hanya saat tarawih. Tapi dalam kesehariannya tidak ada.

(?) Adanya kalimat “ eh malah Pak Ustadz nuduh kita yang cari gara-gara.” Padahal dalam adegan sebelumnya tidak ada adegan yang menuduh seperti yang ditampilkan dalam adegan ini.

Seperti pada adegan 15, adegan ini

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 207: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

memotong Babi menjadi beberapa bagian. Keadaan di restaurant tersebut

sangat ramai dengan para pelanggan. Di depan dapur Menuk melayani

pelanggan yang datang ke Restaurant. Pada siang itu datang seorang Ibu

berumur 35 Tahunan berserta anak perempuannya yang berumur sekitar 10

tahun dan melihat keadaan di dapur.

Ibu (Pelanggan) : “Disini babi semua ya?”

Menuk : “Ga kok bu, disini ada ayam juga.”

Ibu (Pelanggan) : “ Tapi pancinya sama kan sama yang buat masak babi?”

Menuk : “ Ga bu, disini panci, penggorengan, pisau,talenan sampe sendok

garpu semuanya di pisah bu, ga jadi satu. Disini peraturannya memang

begitu”

Ibu (Pelanggan) : “Ga deh, disini babi semua.” (Kemudian meninggalkan

restaurant tersebut.)

Anak ibu pelanggan : “Ma, aku mau makan disini.”

Ibu (Pelanggan) : “Nanti aja, diluar aja. Disini babi semua.”

Tan Kat Sun dari dapur mendengarkan percakapan tersebut, saat Ibu

pelanggan itu pergi Tan Kat Sun tersenyum kepada Menuk yang wajahnya

kecewa karena tidak berhasil meyakinkan Ibu pelanggan tadi.

Tan Kat Sun : “Ga apa-apa Nuk. Eh, yang lain udah pada sholat tuh. Kamu

sholat gih !”

Menuk menganggukan kepalanya dan berjalan ke dalam restaurant untuk

sholat.

Adegan 26 ( 00:09: 14 – 00:10:07)

Soleh sedang duduk di Tangga depan mesjid sambil memakai kaos kakinya

dan sepatu, kemudian pak Ustadz datang menghampiri Soleh dan duduk di

sebelahnya.

juga menggambarkan restaurant yang tidak hanya mengolah makanan halal namun juga yang tidak halal.

Adegan ini juga menampilkan restaurant yang cukup laris dalam penjualannya.

Dalam adegan ini menunjukan adanya pandangani bahwa restaurant Cina selalu menjual makanan yang haram. Sehingga haram juga bagi umat muslim untuk makan, makanan restaurant tersebut.

Adanya ketidakpercayaan bagi umat muslim terhadap restaurant Cina. Walaupun sudah di jelaskan secara detail bagaimana masakan itu diolah namun tetap saja adanya sikap kecurigaan.

Dalam adegan ini mencoba menggambarkan rasa saling menghargai antar umat beragama dari pemilik restaurant kepada pekerja. Hal ini ditunjukan dengan pemilik restaurant mengingatkan dan memberikan waktu kepada pegawainya untuk beribadah.

Adegan ini juga menunjukan bahwa peran Ustadz selalu menyambung Silaturahmi antara umat beragama. Terlihat dari seorang Ustadz yang menghampiri Soleh dan menanyakan kabar atau rencana untuk Tahun Baru.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 208: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

24 Tahun baruan mau kemana leh? 25 Di rumah. Tidur 26 Istri dan adikmu? 27 Maksudnya apa?

Pak Ustadz : “Assalamualaikum.”

Soleh : “Waalaikumsalam.”

Pak Ustadz : “Tahun Baruan arep ning endi leh?”24

Soleh : “Ndek omah tadz.Turu”

25

Pak Ustadz : “Oh, Bojo karo adekmu ?”

26

Soleh : “Nonton tv sampe subuh.”

Kemudian Pak Ustadz mengambil sebuah berkas yang berada di samping

Soleh dan melihat berkas yang tertutup dengan map berwana kuning.

Pak Ustadz : “ Udah dapet kerja kamu, leh ?”

Soleh : “Lagi ikhtiar tadz.” (sambil mengambil berkas di tangan Pak Ustadz

dan menaruhnya di samping tempat duduknya)

Pak Ustadz : “Sekarang ikhtiar aja ga cukup, tapi juga harus dibarengi

dengan kecerdikan.”

Soleh : “Maksudnya opo?”27

Pak Ustadz :”Gini leh, ibaratnya lebah, selalu keluar sarang lebih pagi untuk

mendapatkan serbuk bunga yang banyak.”

Soleh : “Serbuk bunga yang banyak lebih gampang daripada uang lima

Ikhtiar merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Mungkin adegan ini juga mencoba melihat keadaan perekonomian Indonesia yang sulit dan mengakibatkan sedikitnya akses untuk mendapat lahan pekerjaan.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 209: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

ribu.”

Kemudian Soleh bangun dan membawa map kuning dan tas di sebelahnya

lalu berjalan meninggalkan Pak Ustadz yang masih duduk di tangga depan

mesjid tersebut. Pak Ustadz hanya duduk dan melihat Soleh pergi.

Adegan 27 ( 00:10: 08 – 00:11:14)

Terdapat seorang laki-laki memakai kaos putih sobek-sobek kemudian ia

berlari meloncati tanaman yang kecil dan di belakangnya ada segerombolan

laki-laki yang mengejarnya. Seorang laki-laki yang mengenakan baju putih

sobek-sobek itu tertangkap oleh gerombolan laki-laki yang mengejarnya, lalu

segera gerombolan laki0laki itu memukuli pria berbaju putih .

Sutradara : “Cut, cut, cut. Ri, Riri, sini, sini kamu !” (sambil melambaikan

tangannya memanggil seorang wanita berkulit hitam dan dikuncir rambutnya.

Wanita itu mengenakan celana panjang jeans hitam dan kaos coklat berumur

sekitar 28 tahunan yang bertugas mengamati adegan tersebut)

Riri : “Iya pak ?”(berlari menghampiri sutradara yang duduk sambil

memperhatikan monitor kecil yang ada di depannya. Sutradara itu berumur

sekitar 50 tahunan, mengenakan kacamata yang berantai di lehernya,

berjenggot putih, mengenakan topi bergaris-garis berwarna hitam dan putih

dengan rambutnya yang berantakan)

Sutradara :”Kamu bisa kerja ga kamu, hah? Aku punya pemain utama jangan

ditutupin. Kamu mesti turut ngawasin itu pemain ! Kapan jadinya film kalau

begini terus. Sana ulang !”

Di depan Sutradara yang sedang mengomel tersebut pemeran utama yang

Adegan 16 pada saat Rika mengatakan :” Ngapain dialog yang gak berguna? Dasar selebritis kurang terkenal.” Didukung oleh adegan di bagian ini. Bahwa pemain figuran hanya memiliki peran yang kecil dan bahjkan tak terlihat karena perhatian hanya tertuju pada pemeran utama. Sehingga jarang sekali orang yang mengenali pemain figuran seperti pada adegan 11. Orang menghina Surya dengan kata-kata “goblok” tidak seperti pada adegan 167. Ketika Surya sudah mendapat peran penting ia lebih dihormati.

Obsesi Surya untuk medapatkan peran utama berdampak pada hasil kinerjanya. Ia selalu ingin tampil di depan kamera, selalu ingin disorot agar dikenal. Tetapi kenyataannya sang sutradara hanya ingin pemain utama yang menjadi sorotan, pemain lain hanya dianggap sebagai pelengkap saja

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 210: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

mengenakan baju putih sedang dibersihkan keringatnya oleh seorang wanita

menggunakan handuk putih dan di payungi oleh seorang laki-laki. Sedangan

pemain yang lain yang mengejarnya di biarkan saja tanpa diberikan fasilitas

seperti pemeran utama.

Kemudian Riri berjalan menuju aktor-aktor tersebut dan memberikan

instruksi kepada para pemain.

Riri : “Ulangi lagi ya semuanya. (Kemudian Riri menghampiri Surya yang

ikut bermain di dalam film tersebut sebagai geremobolan laki-laki yang

mengejar pemeran utamanya) Mas,itu ada kamera. Masnya jangan disitu,

masnya disini aja.” (sambil membenarkan posisi Surya ke samping pemain

utama)

Pemeran utama : “Ketutupan ya?”

Kemudian Surya mengulurkan tangannya meminta maaf kepada pemeran

utama itu, tetapi pemeran utama mengacuhkan permintaan maaf Surya.

Riri : “Siap, sekali lagi yah semuanya? Standby ….. action !”

Kemudian mereka mengulangi adegan tersebut sekali lagi sesuai dengan

permintaan Sutradara.

Sutradara : “ Cut ! Wohoo..” (terdengar tepuk tangan dari beberapa kru yang

memperhatikan adegan itu berlangsung)

Setelah itu pemain utama dan Sutradara sama-sama melihat adegan yang telah

dilakukan di sebuah layar monitor.

Sutradara : “Kowe punya permainan bagus hah. Berbakat itu. Owe nanti

akan ambil lo lagi.” ( kemudian diakhiri dengan tawa puas)

Surya hanya melihat dengan wajah sedih dari belakang tempat duduk

sutradara dan pemain utama tersebut. Kemudian Surya memukul pohon yang

ada di sebelahnya berdiri.

Adegan 28 ( 00:11:15 – 00:11:42)

Di Restauran terdapat ruangan di sebelah dapur. Ruangan tersebut terlihat

sebuah lemari dimana lemari itu dipajang foto leluhurnya (laki-laki) dan di

depannya foto itu ada beberapa dupa yang menyala. Di depan lemari tersebut

Perbedaan fasilitas yang di dapatkan antara pemain utama dan figuran.

Sikap pemeran utama yang angkuh kepada pemian figuran.

Penghargaan dan pujian yang hanya di berikan kepada pemain utama saja. Pemain figuran tidak diberikan perhatian apapun

(?) Sutradara mengakatkan bahwa permainan bagus dan berbakat. Tetapi dalam adegan ini tidak diberikan penjelasan secara jelas bagian yang bagus dan berbakat itu.

Bentuk sikap emosi Surya yang tidak mendapat perhatian walaupun sudah bekerja maksimal

Bagi agama Konghucu pengorbanan kepada leluhur sangat penting karena

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 211: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

5 Ibid zainal

juga terlihat meja yang diatasnya ada 3 buah apel dan beberapa jeruk. Lim

Giok Lie sedang berdoa di depannya sambil mengayun ayunkan dupa.

Di sebelah Lim Giok Lie, Menuk baru saja menyelesaikan sholatnya dan

kemudian merapikan mukena yang dikenakannya. Setelah selesai berdoa Lim

Giok Lie melihat kearah Menuk yang sedang merapikan alat sholatnya, lalu

kemudian menghampiri Menuk.

Lim Giok Lie : “Nuk, bawa pesenan engko ga? Ditanyain terus tuh.”

Menuk : “Astaghfirullahalazim, lupa ci. Besok yah?” (Sambil melipat

mukenanya)

Ibu Lim : “Ah kamu ini. Lain kali jangan lupa lagi yah?”

Menuk :” Iya, iya.”

Adegan 29 ( 00: 11: 43 – 00:11:54)

Di depan toko buku, Rika sedang memperhatikan papan yang bertuliskan

Footnote akan di pasang di pintu masuk toko buku tersebut oleh dua orang

pemuda yang membantunya.

Rika : “Naikan lagi, dikit lagi. Yang sebelah sana juga dinaikin. Kurang

sejajar.” (memberikan instruksi kepada kedua orang pemuda tersebut)

Saat sedang memberikan iinstruksi kemudian Abi datang mengenakan

serangam SD-nya menghampiri Rika dan langsung memeluk Rika.

dapat memberikan berkah kepada keturunannya. Keyakinann yang berbunyi “segala sesuatu berasal dari Tuhan, dan manusia berasal dari para leluhur” merupakan inti konfusian dan konfusianisme memberkati persembahan kepada nenek moyang dalam arti tidak melupakan asal usulnya.5

Bakti anak kepada orang tua juga pada agama konghucu masih tampak terlihat tidak hanya saat orang tua masih hidup tetapi juga saat orang tua sudah meninggal. Bentuk bakti pada saat orang tua sudah meninggal adalah dengan cara pemujaan (worshipped).

Adegan ini juga menunjukan Sikap saling menghargai juga ditunjukan pemilik restaurant dengan memberikan ruang kepada pegawainya yang muslim untuk melaksanakan sholat.

Menuk selalu menampilkan identitas keislamannya. Misalnya dalam pengucapan salam (Assalamualaikum) dan Astaghfirullahaladzim

Memperlihatkan kedekatan hubungan Rika dan Abi. Setiap bertemu Rika Abi selalu memeluk Rika begitupun

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 212: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Rika : “Eh Abi, udah pulang sekolah. Laper deh pasti.”

Adegan 30 ( 00: 11: 55 – 00 :13:07)

Di Restaurant Canton Chines Food Rika sedang melihat Menu yang di dalam

Menu tersebut ada beberapa masakan yaitu Babi Lada Hitam, Babi Ca jamur,

Babi Ca SayurAsin, Babi Rica-Rica, Babi asam manis, Babi Ca Cabai Hijau,

Babi Kailan Polos. Rika terus menuruni telunjuknya memilih makanan yang

ada di Restaurant Tan Kat Sun. Kemudian ada dalam menu tersebut yang

terbuat dari Sapi, Udang, Ayam , Kakap, Kepiting, Brokoli.

Rika : “Nuk, pesen mie ayam yah dua.”

Menuk sudah siap menulis pesanan Rika, saat Rika menyebutkan pesanannya

Menuk hanya melihat Rika dengan wajahnya yang kaget setelah mendengar

pesanan Rika.

Rika : “Eh, kok bengong?”

sebaliknya.

Menunjukan menu yang tersedia dalam restaurant tersebut tidak hanya menu-menu yang halal bagi umat Islam tetapi juga yang tidak halal seperti Babi.

Penggunaan sumpit juga semakin menguatkan bahwa restaurant ini adalah restaurant Cina.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 213: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Menuk : “Ga, aku pikir mbak mau pesen ……”

Rika : “Pesen apa?”

Menuk : “Ga, minumnya?”

Rika : “Minumnya es teh manis dua.”

Kemudian Menuk mengambil menu makanan tersebut sambil memesankan

pesanan Rika.

Menuk : “Ko, mie ayam tanpa babinya dua”

Kemudian berjalan agak belakang dapur terdapat ruangan untuk membuatkan

minuman.

Menuk : “Es teh manisnya dua yah.”

Rika terus menatap Abi memainkan dua batang sumpit di atas meja.

Rika : “Abi, jangan dimainin dong. Kotor.”

Abi menuruti perintah Rika dan dengan wajah menunduk ke bawah dengan

mata menatap Rika

Abi : “Bu, abis maghrib Abi les ngaji.”

Rika : “Iya, terus?”

Abi : “Boleh?”

Rika : “Ya biasanya juga boleh lah bi. Aneh banget pertanyaan kamu.”

Abi : “Kan kata orang-orang Ibu ga boleh masuk mesjid lagi.”

Menuk kemudian membawa dua Mie Ayam pesanan Rika dan Abi.

Rika : “Kata siapa? Kata Menuk?”

Menuk kaget mendengar namanya di sebut sambil menaruh pesenan Rika dan

Abi

Menuk : “ Ih boong tuh mbak. Abi boong ih. Aku ga ngomong apa-apa kok.”

(Kemudian Menuk duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat duduk Rika

Adegan ini menunjukan bahwa adanya anggapan bahwa orang non-muslim yang datang ke restaurant Cina biasanya memesan makanan yang tidak halal.

Sikap Rika menunjukan bentuk menghargai bahwa setiap orang berhak untuk menganut agama yang ia yakini dan memberikan kebebasan untuk beribadah

Dalam adegan ini mencoba menggambarkan suatu masyarakat di daerah tersebut belum terbuka dengan perbedaan. Masyarakat tersebut menganggap bahwa masjid adalah suatu hal yang sakral sehingga kesakralan tersebut tidak boleh ternodai oleh kehadiran orang-orang di luar kelompoknya. Seperti pada kalimat “ kata orang-orang Ibu ga

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 214: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

dan Abi sambil merapikan tissue)

Abi : “Banyak kok yang bilang. Kata mamanya Ali, kata mamanya Mirda.

Banyak Bu.”

Rika : “Jangan di dengerin yah.”

Menuk : “Bener tuh bi, jangan suka dengerin gossip.”

Rika : (tertawa kecil) “Yuk makan yuk.”

Adegan 31 ( 00:13:08 - 00: 13:14)

Di dalam masjid Pak Ustadz sedang mengajarkan ngaji anak-anak kecil

seumuran Abi yaitu sekitar umur 6-10 tahun mengaji.

Pak Ustadz : “Qul yaa ayyuhaal kaafiruun. La a` budu maa ta` buduun”

Kemudian anak-anak kecil yaitu lima orang laki-laki dan dua orang

perempuan mengikuti perkataan pak Ustadz sambil membaca al quraan yang

mereka pegang.

Adegan 32 ( 00:13:13 – 00:14:19)

Di Malam hari Rika menemai Surya yang sedang duduk di bangku sambil

makan sate di daerah Pasar Baru.

Rika : “Aku tuh gak mau kalau Abi punya pikiran kalau Ibunya tuh salah.”

Surya : “Emangnya seorang Ibu gak boleh salah?”

Rika : “Loh aku emang salah apa toh?” (Dengan nada bicaranya yang lebih

tinggi daripada sebelumnya)

Surya : “Mungkin aja kamu udah mengkhianati dua hal yang dianggap baik.

boleh masuk mesjid lagi”

Masjid juga berfungsi sebagai tempat pendidikan informal seperti mengaji.

(?) Sampai pada akhir film yang sering melakukan pengajian hanya kelompok anak-anak. Tidak ada kelompok mengajdi Ibu-Ibu dan Bapak-bapak.

(?) Pemuka Agama baik itu Katolik maupun Islam dalam film ini semuanya adalah laki-laki.

Artinya : “ Katakanlah," Hai orang-orang kafir ! Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. “

Dalam adegan ini mencoba menjelaskan perbedaan pandangan yang dimiliki Surya dan Rika mengenai keputusan Rika untuk pindah agama.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 215: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

28 Surya cepet bayar, kapan bayar? Sekarang bayar, cepet bayar. Memang kamu pikir aku tidak butuh uang. Sudah empat bulan kamu menunggak kost, Gemes aku, aku gigit loh kamu. Bayar ! ayo kapan?

Pernikahan dan Allah.”

Kemudian dengan wajah kesalnya Rika berdiri dari tempat duduknya dan

meninggalkan Surya yang masih menghabiskan makanannya. Saat sedang

berjalan menjauhi Surya kemudian sesaat Rika membalikan badannya lagi

dan berjalan mendekati Surya yang masih duduk di tempatnya.

Rika :“Aku cerai dengan mas Panji bukan karena aku mengkhianati kesucian

perkawinan dan aku pindah agama bukan karena aku mengkhianati Tuhan.”

Lalu Rika kembali berjalan meninggalkan Surya. Wajah Surya terlihat kaget

setelah mendengar ucapan Rika.

Kemudian datang seorang ibu-ibu paruh baya berusia sekitar 55 tahunan

menggunakan dalaman kerudung dan menghampiri serta memarahi Surya

yang masih duduk di tempatnya. Ibu tersebut adalah Ibu Novi yaitu Ibu kos

Surya

Ibu Novi : Surya cepet bayar,kapan bayar? saiki bayar, cepet bayar. Emang

kowe pikir awa`ku ora perlu duwe opo? Wis petang bulan kowe nunggak

mbayar kos. Gemes awa`ku karo kowe. Tak cokot kowe.Bayar, kapan?ayo.28

Surya hanya diam saja saat dimarahi oleh Ibu Novi tanpa melawannya.

Adegan 33 ( 00:14:20 – 00:14:42)

Rika datang agak terlambat ke Gereja dengan membawa Alkitabnya. Di

dalam Gereja sudah ada beberapa jemaat sekitar umur 28 – 35 tahun yang

Mungkin Surya mencoba menyampaikan pesan bahwa perceraian dan pindah agama yang dilakukan oleh Rika adalah suatu hal kurang baik.

.

Perkiraan saya mengenai maksud Rika tidak mengkhianti Tuhan adalah setiap agama mempunyai jalan yang berbeda-beda tetapi menuju satu alasan yang sama yaitu Tuhan.

Perkiraan saya kalimat Rika mengatakan bahwa ia tidak mengkhianati kesucian perkawinan juga dikarenakan bahwa dia tidak pernah melanggar kesetiaan terhadap suaminya atau peran seorang istri. Justru suami Rika lah yang mencintai wanita lain dan mengkhianati perkawinan mereka. Seperti dijelaskan pada adegan 45.

Adegan ini menunjukan keadaan perekonomian Surya. Surya tidak dapat membayar uang kosannya mungkin karena gaji yang ia peroleh dari pemain figuran hanya sedikit dan pekerjaan yang di dapat juga hanya sewaktu-waktu.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 216: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

duduk di tempatnya duduknya masing –masing dan seorang Romo berusia

sekitar 60 Tahunan memimpin jalannya peribadatan di Gereja itu.

Romo : “Marilah kita berdiri semua. Kita buka kelas baptis ini dengan doa,

seperti yang telah diajarkan Tuhan Yesus Kristus. Atas nama Bapa, Putra,

dan Roh Kudus. Amin. Bapak kami yang di surge, dimuliakanlah namamu.

Adegan 34 ( 00:14:43 – 00:16:25)

Pada malam hari Soleh sedang merokok di teras atas rumahnya dengan

menggunakan sarung. Soleh melihat ke bawah dan nampak Menuk baru

saja pulang kerja dengan membawa rantang di tangannya. Lalu Menuk masuk

ke dalam rumah dan memanggil adik Iparnya yang sedang menonton televisi

dan menemani Mutia bermain boneka di lantai dua rumahnya.

Menuk : “Rifka.”

Rifka : “Iya mbak.”

Menuk : “Tolong bantuin siapin makan malam dong.” (Sambil membuka

rantang yang berisikan makanan)

Kemudian Rifka turun ke bawah untuk membantu Menuk menyiapkan makan

malam.

Menuk : “Mutia sama siapa?”

Rifka : “Sendiri mbak.”

Menuk : “Aku naik dulu yah?”

Lalu menuk naik ke atas untuk menemani Mutia yang sedang bermain

sedangkan Rifka menyiapkan makan malam yang sudah di bawa Menuk.

Menuk :”Eh Mutia, lagi apa? lagi main apa ini? Main bedak gitu.

Berantakan yah.” (Sambil mencium pipi mutia yang sedang bermain

kemudian membuka kerudungnya sehingga yang terlihat hanya dalaman

kerudungnya saja)

Kemudian Menuk melihat kearah luar, dilihatnya Soleh sedang duduk

sendirian sambil merokok di teras. Lalu Menuk menghampiri Surya dan

duduk di sebelahnya.

Doa bapa Kami adalah doa yang sering diucapkan di awal atau di akhir kebaktian. Doa ini ditampilkan dalam film menunjukan kelompok agama tertentu yang di bahas dalam film

Adegan ini mencoba menjelaskan bahwa dalam keluarga, Menuk adalah tulang punggung. Menuk bekerja dari pagi hingga malam.

Keadaan perekonomian Menuk juga ditunjukan dalam film ini yaitu Menuk selalu membawa makanan dari restaurant lalu ia simpan di dalam rantang yang selalu dibawa setiap hari untuk makan keluarganya.

Memperlihatkan bahwa Menuk harus menanggung 4 orang di dalam keluarganya.

Peran Menuk tidak hanya menjadi Istri, Ibu, dan kakak ipar. Menuk juga menjadi tulang punggung keluarga dan menggantikan tugas suaminya untuk bekerja. Perubahan peran itu diakibatkan keadaan ekonomi keluarga Menuk. Pembagian kerja terlihat antara Menuk dan Adik Iparnya. Menuk bekerja sedang Adiknya menjaga anak Menuk dan menyiapkan makanan. Belum terlihat disini pembagian kerja antara Menuk dan Soleh

Peran Menuk sebagai Ibu adalah memberikan afeksi yang ditunjukan dalam bentuk mencium anaknya dan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 217: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

29 Maubayar pake apa kalau gak punya kerjaan

Menuk : “Mas, adekmu udah ngomong?”

Soleh : “Mau bayar pake opo? Ora nduwe gawean29

Menuk : “Aku masih ada sisa simpenan kok Mas, emang ga bisa buat tiga

bulan sih. Tapi paling ga...”

Soleh : “Ora, ora, bukan itu.”

Menuk : “Udahlah mas, aku ngerti kok.”

Soleh : “kamu ga ngerti Nuk, kamu tuh ga ngerti. Wes toh” (sambil berjalan

meninggalkan Menuk yang sendirian duduk di luar rumah)

Kemudian Soleh Tiduran di atas kasur tak lama kemudian Rifka naik ke atas

sambil membawa makanan yang telah ia siapkan.

Rifka : “Mas, makan mas.”

Soleh : “Ga laper.”

Kemudian Menuk masuk ke dalam rumah dengan wajahnya yang kesal dan

menghampiri Rifka.

Adegan 35 (00:16:26 – 00:16:38)

Pada malam hari Surya turun dari tangga sebuah bangunan dengan membawa

dua buah tas di tangannya. Di depan bangunan tersebut tampak seorang laki-

laki berumur 50 tahunan sedang membereskan barang jualannya yaitu ukiran

memberikan pengawasan.

Adegan ini mencoba menjelaskan adanya sikap patriarki yang masih sangat kental dan mungkin secara tidak langsung ingin menjelaskan peran suami dalam agama Islam yang dianut Menuk dan Soleh. Laki-laki merupakan pemimpin dan menjadi tulang punggung keluarga yang mewajibkan menafkahkan istrinya. Tetapi keadaan keluarga Menuk adalah cerminan sebaliknya dari ajaran Islam. Ketika Menuk menggantikan peran Soleh dalam keluarga muncul ketidakpercayaan diri (minder) pada Soleh dan hal tersebut memicu sikap Soleh yang sensitif dan gampang marah. Soleh juga tidak bersedia untuk diberikan bantuan oleh Menuk yang menawarkan untuk membayar uang bayaran Adiknya. Sikap Soleh ini mungkin mencoba menunjukan bahwa Soleh ingin memiliki kendali dan dianggap bagi keluarganya. (Pernyataan ingin dianggap juga dilontarkan Soleh pada adegan 133)

Dalam adegan ini juga memperlihatkan kehidupan ekonomi Menuk dan Soleh. Mereka tinggal di rumah sangat sederhana dan memiliki perabotan rumah tangga yang juga sederhana

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 218: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

30 Sur, Mau kemana? 31 Dasar gila

kaligrafi yang terbuat dari kayu.

Penjual : Sur, arep ning endi? 30

Surya : Pindah ! ( Sambil terus berjalan meninggalkan bangunan tersebut)

Penjual : Wes Gila31

Adegan 36 ( 00:16:39 – 00:17:12)

Di dalam gereja di mana terdapat beberapa orang termasuk Rika sedang

duduk dan menuliskan sesuatu di atas kertas kecil. Di atas kertas tersebut

terdapat suatu judul yaitu “Arti Tuhan Di Hatimu”.

Romo : “Waktunya tiga menit lagi, setelah itu kita bisa pulang, dan hasilnya

kita akan membahas dalam pertemuan mendatang.”

Kemudian beberapa orang mulai maju untuk mengumpulkan kertas tersebut.

Tetapi Rika tetap di tempat duduknya dengan memainkan sebuah pulpen

tanpa menuliskan sesuatu di kertasnya. Kemudian seorang teman laki-laki

yang duduk di belakang Rika bernama Doni melihat Rika belum menuliskan

apapun. Doni berkulit hitam, mengenakan kacamata, dan memiliki rambut

yang botak berumur sekitar 28 tahunan.

Doni : “Kamu belum nulis?”

Rika hanya menggelengkan kepala kemudian wajahnya melihat lagi pada

Adegan ini menunjukan bahwa walaupun Surya memiliki pekerjaan sebagai figuran dalam film tetapi pekerjaan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari terutama tempat tinggal. Sehingga ia harus pindah dari kosannya karena tidak sanggup membayar uang bulanan.

Di bawah kosan Surya terlihat penjual lampion dan kaligrafi arab yang terbuat dari kayu berjualan secara berdampingan. Film ini mungkin ingin menunjukan bahwa kebudayaan Cina dan Islam dapat hidup berdampingkan tanpa harus membeda-bedakan etnis tertentu.

Dalam adegan ini interpretasi saya mungkin Rika tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai Katolik karena sebelumnya Rika adalah seorang Islam. Sehingga dalam adegan ini Rika merasa bingung untuk menggambarkan sosok Tuhan dalam agamanya yang baru.

Tidak seperti kebanyakan jemaat yang lain yang dengan mudahnya menuliskan arti Tuhan karena mereka sudah terbiasa dengan ajaran-ajaran agama tersebut sehingga konsep Tuhan secara Katolik sudah tertanam

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 219: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

kertas tersebut.

Adegan 37 (00:17:13 – 00: 17:46 )

Pada malam hari suasana di luar mesjid cukup sepi dimana di depan mesjid

hanya ada seorang laki-laki yang berjualan mie ayam dan becak yang

melintas di depan mesjid tersebut.

Rika kemudian muncul sambil berlari masuk ke halaman mesjid. Di halaman

mesjid hanya ada Abi dan Surya sedang duduk di bangku halaman depan

mesjid. Abi mengenakan baju koko, peci,sarung dan memegang Al-Qura`an

sedang surya hanya menggunakan sweeter biru dan celana jeans abu-abu

dengan 2 buah tas di sebelahnya.

Rika : “Bi, maaf bi Ibu telat.”

Abi : “Besok-besok Abi juga bisa kok sendiri.” (Sambil berjalan

meninggalkan Surya dan Rika yang baru saja sampai )

Rika : “Terimakasih ya.” (Sambil melirik ke arah Surya sesaat dan kemudian

berlari menyusul Abi yang terus berjalan) “Bi, tunggu Ibu dong. Abi !”

Setelah Rika dan Abi pergi kemudian Surya berdiri dan membawa dua tasnya

masuk ke dalam mesjid.

Adegan 38 ( 00:17: 48 – 00:19:25)

Lim Giok Lie sedang menyemprot bunga kamboja yang ada di pot keramik di

depan kamar Tan Kat Sun. Kemudian Lim Giok Lie membawa masuk

tanaman tersebut dan menaruhnya di meja sebelah tempat tidur.Terlihat di

dalam dirinya masing-masing

Adegan ini juga menampilkan suasana masyarakat di daerah tersebut. Bahwa masyarakat sekitar masih banyak yang menggunakan kendaraan tardsional becak (seperti juga pada adegan 10,17, dan 22) di banding dengan Jakarta yang kebanyakan menggunakan Taksi atau ojek.

Dalam film ini mencoba menunjukan bahwa peran ibu adalah memberikan motivasi dan perhatian kepada anaknya. Perhatian yang diberikan Rika adalah dengan menjemput Abi sepulang mengaji dan memberikan motivasi dan untuk membebaskan Abi menjalankan kegiatan keagamaannya.

Dalam adegan ini mencoba menggambarkan sosok Rika yang mencerminkan seorang Ibu penuh kasih sayang, pengertian dan melindungi anaknya. Ia tidak membiarkan Abi pulang sendiri pada malam.

Surya yang telah diusir dari tempat kosan memilih untuk tinggal di masjid. Fungsi masjid disini dapat dijadikan sebagai tempat berlindung.

Abi dalam adegan ini juga menunjukan sikap protesnya karena Rika berpindah agama. Setelah Rika pindah agama, Rika mulai sibuk untuk memperdalam keimanannya dan mungkin Abi menganggap bahwa Rika tidak memiliki waktu yang lebih untuk dirinya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 220: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

dalam kamar tersebut Tan Kat Sun sedang tidur terlentang dengan

menggunakan sanggahan di lehernya. Kemudian Lim Giok Lie melihat Tan

Kat Sun tak bergerak sedikitpun saat ia datang.

Lim Giok Lie: “pi ? pi ?” (kemudian telunjuknya bergerak kearah hidung Pak

Tan untuk mengetahui apakah Pak Tan masih bernafas atau tidak.)

Tan Kat Sun: “Aku masih nafas Mi.”

Lim Giok Lie kemudian kaget saat mendengar Tan Kat Sun menjawab

sapaannya. Lalu Lim Giok Lie pun bernafas lega sambil membereskan obat-

obatan yang terletak di meja sebelah tempat tidur.

Tan Kat Sun : “Menurut Dokter saya masih punya berapabulan Mi?”

Lim Giok Lie: “Ngomong apaan sih pi?”

Kemudian Tan Kat Sun bangun dan duduk di kasurnya dengan susah payah

dan dibantu istrinya Lim Giok Lie

Tan Kat Sun : “Ini tahun terakhir kan?”

Lim Giok Lie : “Maksudnya apa Pi?”

Tan Kat Sun: “Papi mau jadi orang sehat Mi, (Sambil membuka sanggahan

leher dan korset yang ia pake) Itu buang obat-obatanku, timbangan badan.

Buang, buang !”

Lim Giok Lie: “Tapi dokter masih minta laporan perkembangannya tiap

minggu.”

Hanya bunga Kamboja yang selalu di tampilkan pada adegan Tan Kat Sun, Ping Hen, Lim Giok Lie sampai akhir film.

Menjelaskan keadaan kesehatan Tan Kat Sun yang sudah parah.

(?) Ketidakjelasan yang diberikan sampai akhir film penyakit apa yang di derita oleh Tan Kat Sun.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 221: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Tan Kat Sun: “Perkembangan apa penurunan ?”

Kemudian terdengar suara langkah kaki yang menaiki tangga. Lim Giok Lie

mengintip dari tirai yang ada di kamarnya dan melihat ternyata Ping Hen baru

saja tiba di rumah.

Tan Kat Sun : “Ping Hen? Kerja apa dia?”

Lim Giok Lie : “Ga tau, ga punya cerita.”

Adegan 39 ( 00:19:25 – 00:20:10)

Tan Kat Sun dan Ping Hen berada di dapur Restaurant. Tan Kat Sun

menunjukan bagaimana cara memasak sedangkan Ping Hen duduk sambil

memainkan handphone blackberry-nya di belakang Tan Kat Sun.

Tan Kat Sun: “Ini pisau yang ada tandanya buat motong babi. (Terilahat

pisau, penggorengan, dan alat-alat masak yang lain diberi tanda berwarna

merah) Yang ini bukan babi. (Pisau yang tidak di beri tanda digunakan bukan

untuk memasak Babi)

Ping Hen terus memainkan handphonenya dan berkomunikasi melalui

blackberry messanger (BBM) kepada temannya bernama Louise Wijaya

Louise Wijaya : “PING !!! Dimana lo?”

Ping Hen : “Bentar lagi dikurung bokap”

Kemudian Tan Kat Sun tetap menjelaskan kepada Ping Hen tanpa menyadari

Ping Hen tidak memperhatikan apa yang Tan Kat Sun ajarkan.

Tan Kat Sun : Codet? Codet nah kalau mau goreng juga harus beda, nih ada

Adegan ini juga mencoba menggambarkan karakter Ping Hen dan hubungannya dengan orang tua. Pandangan saya Ping Hen merupakan sosok pria yang individulis dan memberikan jarak hubungan antara dirinya dan keluarganya berdampak ketidaktahuan orang tuanya terhadap apa yang dikerjakan Ping Hen di luar rumah.

Dalam adegan ini juga menjelaskan bahwa Ping Hen adalah sosok pria yang acuh. Ia tidak ingin bergabung untuk melanjutkan usaha keluarganya. (akan dijelaskan alasannya pada adegan 97). Keengganan Ping Hen juga ditunjukan memlalui sikapnya saat orang tuanya menjelaskan ia sibuk memainkan handphone.

Adegan ini juga menunjukan bahwa restaurant tersebut mempunyai aturan untuk memisahkan peralatan masak untuk babi dan yang bukan Babi peralatan masak tersebut diberikan Tanda agar tidak terrtukar. (seperti pada penjelasan Menuk di adegan 25)

Dalam adagan ini juga memberikan pengetahuan dan aturan bagaimana cara memasak Babi dan yang Bukan Babi.

Memperlihatkan perkembangan komunikasi yang sudah maju

(?) Dalam film ini hanya Ping Hen yang memiliki alat komunikasi seperti handphone dan menggunakan mobil. Pemeran yang lain tidak mewakili kemajuan teknologi tersebut kecuali televise.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 222: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

yang merah ya, nah ini buat babi, ini yang bukan babi Kalau masak babi ga

perlu banyak bumbu. Babi udah gurih dagingnya. Beda sama kita masak

cumi, ikan, ayam, harus galak sama bumbu.”

Dari depan Restaurant Lim Giok Lie hanya memperhatikan dan

mendengarkan Tan Kat Sun mengajari Ping Hen tentang peraturan masak di

restaurant itu sambil melipat kotak box nasi berwarna merah. Saat sedang

menjelaskan Ping Hen tetap memainkan handphonenya lalu tak lama

kemudian Ping Hen mengambil kunci mobil yang ada di atas meja di

depannya dan pergi sebelum Tan Kat Sun selesai mengajarinya.

Ping Hen : “Pamit Pi.”

Tan Kat Sun : “Hen !”

Ping Hen : (Sambil terus berjalan keluar dari dapur dan melihat Ibunya

sedang duduk) “Pamit Mi.”

Lim Giok Lie: “Mau kemana Hen?”

Sebelum sempat menjawan pertanyaan Lim Giok Lie tiba-tiba Menuk masuk

ke dalam restaurant dengan membawa belanjaan sayuran dan berpapasan

dengan Ping Hen yang akan pergi. Lalu mereka menjadi canggung kemudian

Ping Hen berjalan lagi keluar dan Menuk hanya menundukan kepalanya saja.

Setelah Ping Hen keluar Menuk baru kembali berjalan memasuki restaurant

dan menyapa Tan Kat Sun.

Menuk : “Assalamualaikum”

Tan Kat Sun : “Waalaikumsalam.”

Kemudian ia menyapa Lim Giok Lie yang masih duduk di tempatnya sambil

melipat kotak nasi.

Menuk : Pagi ci.”

Lim Giok Lie hanya menganggukan kepala sambil tersenyum kepada Menuk.

Adegan 40 ( 00:20:09 – 00:22:21)

Dua orang perempuan berumur sekitar 18 tahun keluar dari Footnote sambil

membawa tumpukan buku di tangannya. Rika mengantarkan pelanggannya

Pembagian kerja juga terlihat pada adegan ini ( seperti yang telah di jelaskan di adegan 17 dan 19). Mungkin dalam adegan ini mencoba menggambarkan bahwa perempuan dianggap rajin, teliti, dan rapi. Sehingga sering kali mereka diberikan pekerjaan melipat kotak nasi, menjadi kasir, dan pelayan.

Hubungan yang berjarak ini juga diperlihatkan Ping Hen dalam pengucapan salam kepada kedua orang tuanya. (seperti pada adegan 21)

Adanya hubungan yang kaku antara Ping Hen dan Menuk (alasan kekakuan ini akan dijelaskan pada adegan 118)

Sapaan yang diberikan Menuk tertuju untuk semua orang yang ada di restaurant tersebut termasuk pemilik restaurant.

Jawaban waalaikumsalam yang diberikan oleh Tan Kat Sun berupa bentuk sikap menghargai.

Dalam mengelola toko bukunya Rika

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 223: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

itu keluar pintu.

Rika : “Terimakasih ya.”

Setelah mengantarkan kedua pelanggannya ke depan pintu kemudian Rika

menutup pintu tersebut lalu Rika mengecek kembali buku-buku yang tersedia

di tokonya. Saat Rika sedang mengecek persediaan buku-bukunya Soleh

kemudian muncul di toko buku Rika sambil melihat-lihat buku yang ada di

toko tersebut.

Rika : “ Eh, sangkain siapa?”

Soleh terus melihat lihat tanpa menjawab pertanyaan Rika. Rika terheran-

heran alasan kedatangan Soleh ke toko bukunya tersebut.

Rika : “Mau ngapain kamu? Mau ikutan ngehakimin aku?”

Soleh : “Oh ndak. Saya butuh pekerjaan dulu mas Panji pernah nawarin

untuk menjaga toko ini.”

Rika : “Maaf, mas Panji udah pergi.”

Soleh : “Iya, saya tahu. Terus?” (Kemudian Soleh mulai menatap Rika

setelah hanya melihat-lihat buku)

Rika : “Terus?”

Soleh : “Ya, terus saya bisa ndak kerja disini?”

Rika : “Mm..Saya masih banyak belajar mengelola toko ini, jadi saya enggak

mau menambah pegawai.”

Soleh : (Kemudian Soleh mulai berjalan keluar toko sambil menggerutu)

“Kalau mas Panji masih ada pasti enggak kaya gini.”

Rika : (Geram mendengar perkataan Soleh kemudian mulai berbicara dengan

nada yang meninggi) “Mas Panji emang masih ada. Dia belum mati. Kalau

kamu mau cari kerjaan, cari aja dia. Jangan sama aku.”

Soleh : (Kemudian ia membalikan badannya saat Rika berbicara kepadanya

dan menatapnya sesaat) “Heran saya kok Menuk mau temenan sama kamu?”

(Dan kembali lagi berjalan meninggalkan toko tersebut)

mencerminkan sikap yang dekat dengan pera pelanggannya. Hal ini ditunjukan dengan perilaku Rika yang melayani pembelinya sampai ke pintu keluar.

Rika juga adalah sosok pemilik buku yang teliti karena ia selalu mengecek setiap buku yang ada.

Dalam adegan ini mungkin Rika mengira bahwa setiap orang Muslim akan menghakimi dirinya dan menganggapnya murtad karena telah berpindah agama dan adanya pandangan-pandangan negative yang diberikan orang kepada dirinya.

Cara meminta pekerjaan yang diperlihatkan oleh nada bicara Soleh yang coba menjelaskan bahwa Soleh mempunyai sikap yang sombong ia tidak mau menunjukan kebutuhannya dan ketidakberdayaannya karena tidak memiliki pekerjaan. Sehingga orang-orang tidak menganggap dirinya pria yang lemah.

Cara halus Rika untuk menolak permintaan Soleh

Adegan ini juga mencoba menjelaskan bahwa hubungan yang dimiliki Soleh dan mantan suami Rika cukup baik karena mantan suami Rika sempat

menawarkan pekerjaan kepada Soleh.

Mungkin maksud dari kalimat ini adalah Menuk seorang wanita yang taat beragama dan menurut Soleh seseorang yang taat beragama tidak pantas bergaul dengan wanita yang

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 224: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Melihat perilaku Soleh membuat Rika jadi naik pitam lalu Rika membanting

kertas yang ada di tangannya ke lantai dengan wajahnya yang kesal. Lalu ia

menyeka rambutnya. Tak lama setelah Soleh pergi kemudian Surya datang ke

toko buku Rika. Rika menyadari langkah kaki seseorang dari belakang dan

Rika kemudian menoleh ke belakang menyadari kehadiran Surya dengan

perasaannya yang masih kesal.

Rika : “Apa? Hah, apa?”

Soleh : (Dengan gagap karena kaget tiba-tiba di bentak oleh Rika) “Saya..

Saya..”

Rika : “Mau ngatain aku murtad? Mau ngatain aku kafir? Hah, apa ??”

Soleh : (Akhirnya ikut kesal karena di bentak oleh Rika) “Ya elah barusan di

luar saya dimarahin sama Bu Novi, sekarang di marahin sama mbak. Gila

yah?”

Kemudian Surya pergi meninggalkan Rika yang masih geram dan Rika hanya

menarik nafasnya untuk menenangkan dirinya lalu ia mulai menyandarkan

dirinya ke rak-rak buku. Tak lama Surya kembali lagi menghampiri Rika.

Surya : “Eh mbak, sebenernya saya bangga loh sama mbak. Mbak berani

ngambil langkah besar dalam hidup mbak,Ga kaya saya, saya ga pernah

kemana-mana Mbak. (Sambil membantingkan jaket kulit hitam yang ia bawa)

Sepuluh tahun saya jadi actor mbak, cuma jadi figuran doang. Malah

kadang-kadang saya berpikir dalam hidup saya, saya di dunia ini cuma

numpang lewat doang.”

Rika hanya terdiam dan wajahnya merasa bersalah setelah Surya

membicarakan hal tersebut.

Adegan 41 ( 00:22:22 – 00:24:06)

Siang hari di restaurant dimana para pegawai sedang sibuk memasak dan

melayani pelanggan yang cukup ramai pada saat itu. Menuk berjalan

melayani pesanan dua orang pelanggan laki-laki berumur sekitar 40 tahun

berwajah sipit, berkulit putih dan berbadan gemuk dan mengenakan kemeja

kerja.

Menuk : “Mau pesen apa pak?”

dianggap murtad.

Adegan ini juga mencerminkan sikap kecurigaan Rika terhadap orang Muslim yang selalu menganggap dirinya adalah seseorang yang berdosa karena agama yang ia pilih.

Mungkin ini juga berupa respon sikap Rika karena sempat berargumen dengan Surya tentang alasannya berpindah agama pada adegan 32

Adegan ini mencoba menunjukan kejenuhan Surya yang tidak mengalami peningkatan dalam pekerjaannya sekalipun usaha yang diberikannya cukup maksimal. Oleh karena itu ia menganggap bahwa dirinya tidak cukup bernilai hidup di dunia ini.

Menuk adalah pegawai yang giat bekerja. Ia tidak hanya melayani pelanggan yang datang kadang kala ia juga bersedia membelikan bahan makanan seperti sayuran dan kerupuk. (terlihat pada adegan 21 dan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 225: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

32 Aku disini aja melihat kamu kerja

Pelanggan: “Ini sapi lada hitam satu, nasi putih satu, minumannya satu.”

Sebelum menyelesaikan tugasnya Menuk melihat ke luar restaurant lalu

Menuk meminta pegawai lainnya untuk menggantikan tugasnya.

Menuk : “Sebentar yaa Pak.”

Pelanggan : “Iya.”

Menuk : “Mbak Diah, Mbak Diah, tolongin yah?” (Sambil memberikan

pulpen dan catatan kecil kepada pegawai yang lainnya)

Kemudian Menuk berjalan keluar halaman restaurant dan menemui Soleh

yang melihatnya bekerja.

Menuk : “Kamu ngapain disini Mas?”

Soleh : “Aku neng kene wae, ndelok kowe kerja.”32

Lalu Menuk hanya diam terheran-heran melihat perilaku Soleh. Kemudian

Soleh mengintip ke dalam restaurant.

Soleh : “Kowe hebat. Hebat. Kowe Istri, Ibu yang hebat.”

Dari dapur Pak Tan melihat Menuk sedang berbicara serius dengan Soleh

sambil terus memasak.

Soleh : “Aku ini, Bojo, Bapak, Mas sing payah.”

Menuk : “Mas !”

Soleh : “Iya toh?”

Menuk : “Mas.”

Soleh : “Ora pantas jadi suamimu. Ndak pantas jadi Masnya Rifka.”

Menuk : “Kamu ngomong apa sih Mas?”

Wajah Menuk sudah mulai terlihat sedih dan berkaca-kaca.

Soleh :”Iya toh? Ndak isa opo-opo”

39)

Sikap Soleh yang merasa tidak berguna menjadi kepala rumah tangga ditunjukan dalam adegan ini. Soleh yang merasa bahwa ia adalah laki-laki yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga tetapi di gantikan pernannya oleh Menuk. Keadaan Soleh yang frustasi akibat tidak mendapatkan juga pekerjaan membuatnya lebih baik untuk bercerai saja dengan Menuk karena mungkin dengan bercerai ia tidak perlu menanggung beban atau peran sebagai sosok kepala keluarga yang ideal. Selain itu sikapnya yang minder membuatnya merasa tidak pantas untuk menjadi seorang suami.

Sedangkan Menuk adalah mencerminkan sosok istri yang patuh terhadap suaminya. Ia tidak pernah melawan atau marah kepada suaminya. Cara bicaranya lemah lembut.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 226: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Dari dalam restaurant pun Lim Giok Lie duduk di kursi kasir dan mendengar

percakapan antara Soleh dan Menuk.

Soleh : “Aku ora isa opo-opo Nuk. Mending kamu ceraiin aku Nuk. Cari bojo

sing sehebat kamu.”

Menuk kaget mendengar ucapan Soleh yang tiba-tiba meminta cerai dengan

wajahnya yang kemudian sedih.

Menuk : “Mas, kamu jangan ngaco kalau ngomong.”

Soleh : “Ya memang ngaco. Ndak ada guna ne toh” (Dengan nada bicaranya

yang tinggi)

Kemudian Lim Giok Lie mulai berdiri dari tempat duduknya menderngar

perdebatan yang semakin memanas tersebut dan mulai menghampiri Menuk.

Soleh melihat Lim Giok Lie mulai menghampiri mereka berdua.

Soleh : “Mending ceraiin aku.”

Kemudian Soleh pergi meninggalkan restaurant itu dan Menuk hanya berdiri

terpaku kaget mendengar ucapan Soleh. Di depan restaurant itu tak sengaja

Surya melintas dan mendengar ucapan Soleh. Pak Tan yang juga mendengar

percakapan mereka menyuruh Lim Giok Lie untuk menenangkan Menuk.

Tan Kat Sun : “Mi.” (Sambil memberikan isyarat untuk menghampiri Menuk)

Adegan 42 ( 00:24:07 – 00:25:25)

Menuk dan Ibu Lim duduk di ruangan meja makan keluarga Tan Kat Sun dan

Menuk hanya menangis setelah kejadian tersebut.

Lim Giok Lie: “Itu hal yang biasa dalam pernikahan. Kamu harus ngerti satu

hal, pernikahan itu ibarat naik kapal, yang satu ngedayung, yang satu

nunjukin arah. Meski ga bisa dua-duanya, tapi kan bisa gantian.”

Menuk terus menangis terisak-isak sambil mendengarkan nasihat dari Lim

Giok Lie. Tak Lama kemudian Rika datang ke restaurant tersebut dan

menghampiri Menuk lalu duduk di sebelah Menuk yang masih menangis.

Rika : “Aku tau dari Surya tentang Soleh.”

Ibu Lim Giok Lie terus mengusap-usap pundak Menuk untuk

Sikap kepedulian yang diberikan dari pemilik restaurant kepada pegawainya

Pandangan saya mengenai dialog tersebut mungkin pernikahan dianggap sebagai suatu bahtera. Suami diibaratkan sebagai nakhoda kapal. Jadi suami adalah seorang pemimpin bagi keluarganya .Sedangkan istri diibaratkan sebagai kompas, petunjuk arah untuk mengingatkan nahkoda kemana arah berlayar. Sehingga suami dan istri harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pernikahannya.

Terlihat adanya hubungan yang terjalin antar pemeluk agama. Mereka saling bantu membantu, memperingatkan dan menasihati

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 227: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

menenangkannya. Kemudian Rika menggeserkan kursinya agar lebih dekat

kepada Menuk lalu menggenggam tangan Menuk serta mengusap-usap juga

pundak menuk.

Menuk : “Dia minta cerai mbak.”

Rika : “Tolong jangan masukan kata-kata itu dalam hidup kamu dan Soleh.

Please kamu harus kuat, biar Soleh juga kuat. Ya?”

Dengan terus menangis dan mengelap air matanya dengan tissue lalu menuk

menyandarkan kepalanya ke badan Rika dan Rika menggapai Menuk dan

mengusap-usap kepala Menuk.

Adegan 43 ( 00:25:26 – 00:27:52)

Surya sedang duduk sendirian dilantai sambil membaca sebuah buku di toko

buku Rika. Kemudian Abi datang dengan mengenakan seragam SD dan topi

SD-nya. Abi melihat sekeliling ruangan dan hanya menemukan Surya yang

sedang duduk sendirian membaca buku. Lalu Abi berjalan menghampiri

Surya

Abi : “Ibu mana?”

Surya : “Ke restaurantnya Pak Tan sebentar.”

Lalu kemudian Abi duduk di depan Suryadan membuka topinya dengan

wajah yang kesal. Kemudian Abi menopang dagunya dengan tangannya

sambil memperhatikan Surya yang serius membaca. Lalu Surya melihat Abi

yang memperhatikannya dan Abi pun mengalihkan pandangannya.

Surya : “Masih ngambek sama Ibu?”

Abi : “Ibu berubah.”

Surya : “Ibu berubah apa sih?”

Abi hanya mengangkat kedua bahunya tanpa menjawab pertanyaan Surya.

Surya : “Ibu kamu tuh masih perempuan yang paling baik sedunia.” (sambil

menyubit-cubit pipi Abi)

Abi hanya diam dan memainkan mulutnya ke samping dengan wajahnya yang

masih nampak kesal. Lalu Surya kembali membaca buku yang dipegangnya.

sesama walaupun mereka memiliki keyakinan yang berbeda-beda

Protes yang dilakukan Abi terjadi sampai hari berikutnya. Abi menganggap perubahan Rika disebabkan karena Rika berpindah agama. (Sikap protes Abi dimulai di adegan 37)

Walaupun Abi tidak berbicara kepada Rika tetapi ia selalu mengunjungi Rika di toko bukunya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 228: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Saat sedang membaca tiba-tiba Ibu Novi datang ke toko buku Rika dengan

menggunakan gamis berwaran merah muda dan kerudung berwarna ungu.

Ibu Novi : “Mm.. Disini toh!”

Surya yang sedang asik membaca kaget mendengar sapaan Ibu Novi. Lalu

kemudian Ibu Novi melihat-lihat buku-buku yang tersedia di toko buku.

Surya : “Eh, Bu kos. Eh, Bu Novi.”

Ibu Novi : (hanya tertawa kecil) “Bi, mana ibumu?”

Abi kemudian melirik kearah Surya tanpa menjawab pertanyaan yang

diberikan Ibu Novi.

Surya : “Lagi keluar sebentar, kalau ada keperluan bisa disampein sama saya

nanti saya sampein.”

Ibu Novi : “Loh sekarang kamu tuh kerja toh disini? Kenapa enggak dulu-

dulu sih kamu kerja disini? Takut yah kamu sama suaminya Rika? Ga enak

yah?”

Surya : “Saya enggak kerja disini kok.”

Abi hanya mendengarkan percakapan mereka berdua tanpa ikut campur

dalam pembicaraan tersebut.

Ibu Novi : “Tapi pacaran toh kamu sama Rika?”

Surya : “Astaghfirullah.”

Ibu Novi : “Yowes, sakarepmu. Oh iya Surya, kamarmu sekarang sudah diisi

Terlihat adanya hubungan yang semakin lama semakin membaik terjalin di bandingkan di bagian awal film (Adegan 16 dan 40). Rika sudah mempercayakan urusan toko bukunya kepada Surya.

Adegan ini menggambarkan kedekatan Surya dan Rika membuat orang lain berpikir bahwa Rika dan Surya menjalin suatu hubungan yang lebih dari sekedar teman. Mungkin penilaian Ibu Novi terlihat dari intensitas Surya dan Rika yang sering bersama-sama.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 229: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

sama orang. Ya itulah kalau orang itu lagi bejet yang namanya rezeki ga

akan lari kemana-mana. (Kemudian tertawa kecil.). Oh iya, saya mau pesen

sama kamu, nanti kalau pacar kamu itu pulang. Bilang ya, kalau mau toko

bukunya ini laris, mbok menjual buku-buku agama Islam pasti laris. Nanti tak

hubungkan sama penerbitnya. Kebetulan suamiku itu menerbitkan buku-buku

agama Islam. Nah untuk kamu Bi, banyak loh komik-komik Islam yang bagus

– bagus. Mau kan kamu membacanya? Biar pinter, ga kaya … (sambil

menunjuk kearah Surya)”

Kemudian Abi berdiri dan langsung berlari meninggalkan toko buku itu tanpa

menunggu Rika pulang. Surya mencoba mengejar Abi tetapi Abi terus berlari

Surya : “Bi, Abi !”

Adegan 44 (00:27:53- 00:28:40)

Di halaman rumah yang bangunannya cukup tua dan bercat putih terlihat

seorang wanita berumur sekitar 35 tahun sedang menyapu halaman.

Di dalam rumah tersebut, Rika mengetuk-ngetuk pintu kamar Abi yang

terkunci rapat.

Rika : “Abi, Abi buka dong pintunya. Abi kenapa sih sama Ibu?”

Abi hanya duduk menghadap tembok di atas kasurnya tanpa menjawab

panggilan Rika. Rika merasa putus asa karena Abi tidak juga menjawab

sapaannya lalu kemudian Rika bersandar di tembok sebelah kamar Abi.

Terlihat pintu kamar Abi dihiasi dengan gambar. Gambar tersebut seperti

gambar yang dibuat oleh Abi, gambar-gambar tersebut melukiskan seorang

Adegan ini mungkin mencoba menjelaskan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam jadi dalam adegan ini Ibu Novi mungkin mengira bahwa dengan berjualan buku-buku Islam maka toko bukunya akan lebih laris. Sehingga agama dapat dibuat menjadi suatu produk yang komersil.

Menunjukan penilaian Ibu Novi terhadap Surya yang dianggap sebagai seorang yang bodoh. Karena kebodohannya ia tidak mendapatkan pekerjaan yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

Menjelaskan kehidupan ekonomi keluarga Rika adalah kelas menengah. Ia memiliki pembantu Rumah Tangga, rumah yang cukup luas walaupun perabotan di dalamnya tidak mewah.

Menjelaskan dalam rumah tersebut memiliki dua agama yang berbeda yaitu Katolik dan Islam (terlihat dari pemasangan salib dan gambar-gamabar Allah). Walaupun memiliki agama yang berbeda hubungan antara anak dan Ibu tidak dapat terpisahkan (terlihat dari gambar-gambar Abi yang menggambarkan seorang Ibu dan Abi). Tidak terlihat gambar sosok seorang Ayah dalam kamar Abi

Ini juga menunjukan bahwa dulunya Rika adalah seorang Islam yang menutup auratnya terlihat dari pemasangan foto Rika yang mengenakan kerudung bersama suaminya dan Abi

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 230: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

anak laki-laki yang di beri nama Abi dan perempuan yang memegang tangan

anak laki-laki itu kemudian di beri nama mama, ada pula gambar

pemandangan , masjid yang diatasnya terdapat kaligrafi arab yang tertulis

“Allahu Akbar” dan kaligrafi bertuliskan Allah. Lalu di sebelah pintu kamar

Abi yaitu di tembok Rika berdiri terlihat Salib Yesus menghiasi tembok

tersebut.

Adegan 45 ( 00:28:41 – 00: 29: 16)

Pada adegan ini adalah adegan flashback yang menunjukan alasan mengapa

Rika dan suaminya akhirnya bercerai. Pada adegan ini terlihat Rika sedang

menidurkan Abi di sebuah kamar. Dalam kamar tersebut terpajang banyak

foto pernikahan antara Rika dan Panji dan foto antara Rika, Panji dan Abi.

Lalu kemudian Panji berdiri di depan kamar tersebut yang pintunya terbuka

dengan mengenakan baju koko berwarna putih dengan corak hitam di

tengahnya serta mengenakan pecinya yang juga berwarna putih..

Panji : “Aku gak bisa.”

Rika : “Jadi kamu belum mutusin dia?” (Sambil berbaring mengusap-usap

kepala Abi yang sudah tidur terlelap dan membelakangi suaminya)

Panji : “Aku cinta sama dia, sama seperti aku cinta sama kamu.”

Lalu Rika mulai meneteskan air mata dan menutup kuping Abi dengan

telinganya walaupun Rika tahu bahwa Abi sudah terlelap dalam tidurnya.

Rika : “Aku gak bisa Mas.”

Lalu kemudian rika berusaha tegar dengan menahan tangisannya.

Menjelaskan mengapa akhirnya Rika bercerai dengan Suaminya.

Sebelum bercerai tampak hubungan antara Rika, Abi dan Panji adalah keluarga yang tampak bahagia. Hal itu dapat ditunjukan dengan fot-foto mereka saat masih bersama. Tampak wajah yang berseri-seri dan keintiman yang diabadikan dalam suatu foto.

Terlihat bahwa sebelum pindah agama menjadi Katolik Rika mengenakan kerudung dalam kesehariannya. (Digambarkan dalam foto-foto yang di pajang di kamar itu seperti pada adegan 44)

Penggunaan atribut keagamaan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 231: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

6 http://groups.yahoo.com/group/debat-alkitab/message/29540 Diunduh pada 27 Maret 2012 pukul 17:27

Adegan 46 ( 00:29:17 – 00:31:38)

Di dalam gereja terlihat patung Yesus yang tersalib besar di depan altar gereja

tersebut. Di bawah patung salib Yesus itu terlihat sebuah salib kecil yang

diujung salibnya terdapat gambar timbangan dan di bagian horizontal salib

tertulis “tertium” lalu di bagian vertical salibnya tertulis “Millennium” Di

bagian kanan dan kiri dari tulisan tertium terdapat lambang alpha dan omega.

Lalu Rika duduk sendiri di dalam gereja itu mengepalkan kedua tangannya

dan menutup kedua matanya. Kemudian secara tidak sadar Doni sudah duduk

3 bangku di belakangnya dan melihat Rika yang sedang berdoa.

Doni :“Wajah yang menanggung derita itu, menanggung juga derita ribuan

umatnya.”

Lalu saat Rika mendengar suara Doni ia menghentikan berdoa dan melihat ke

belakang yaitu kearah Doni duduk. Kemudian Doni berpindah posisinya dan

seperti salib adalah untuk menggambarkan agama yang muncul dalam film ini

Alfa"(A), adalah abjad pertama dari alfabet Yunani. Sedangkan "Omega" (W) merupakan huruf terakhir. Maksud dari Alfa dan Omega adalah tertulis dalam kitab injil adalah Tuhan merupakan Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.

Salib dalam agama katolik terdapat ikon Yesus karena dalam katolik ditekankan pada penderitaan Yesus yang menanggung dosa-dosa umat manusia di dunia ini. Sedangkan tidak ada symbol Yesus karena Protestan menekankan pada kemenangan atas maut. Yesus sudah bangkit maka salibnya menjadi kosong.6

Cara berdoa juga menunjukan agama tertentu yang akan dimainkan dalam film ini

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 232: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

duduk 1 bangku di belakang Rika.

Doni : “Kadang saya berpikir, kenapa Dia mau menderita seperti itu? Dia

kan Putra Allah, Dia anak Allah, sudah selayaknya Dia mendapat kemuliaan,

daripada penderitaan. Tapi sekarang saya mengerti, mengapa Dia mau

menanggung semua derita itu. Dia mau mengajarkan kepada umatnya, dan

kepada saya supaya lebih kuat yah lebih kuat. Kamu kenapa mau di baptis?”

Dalam gereja terlihatb beberapa lukisan Yesus mengangkat salibnya dan

bagaimana proses Yesus di salib yang dituangkan dalam sebuah lukisan.

Rika : “Saya, saya baru pindah Katolik.”

Lalu Doni menarik nafas dan menganggukan kepalanya seakan mengerti

alasan Rika.

Doni : “Sejak saya kecil sampai saya besar, kalau ditanya saya agamanya

apa? Saya bilang Katolik. Tapi saya tidak pernah masuk gereja, malas saya.

Bahkan kedua orang tua saya, lupa membatiskan anaknya sejak kecil karena

mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka.”

Lalu Rika mengerutkan keningnya dengan wajah yang bingung dan

penasaran.

Rika : “Nah, terus kenapa sekarang.. ?”

Doni : “Mmm, tahun lalu saya mengalami kecelakaan, parah sekali. Saya

koma dua bulan, dan dokter mengatakan sudah tidak ada harapan lagi. Tapi

Yesus menyembuhkan saya. Kamu ?”

Rika : “Dia juga janji mau nyembuhin saya.”

Lalu Rika menatap patung salib Yesus tersebut sambil tersenyum kecil.

Adegan 47 ( 00:31:39 – 00:33:03 )

Di rumah Tan Kat Sun, Lim Giok Lie terlihat sedang menyemprotkan

tanaman bunga yang ada di dalam rumahnya. Lalu kemudian Ping Hen keluar

dari sebuah ruangan dengan pakaian yang cukup rapi yaitu mengenakan

kemeja dan celana panjang bahan berwarna hitam. Lalu ia berjalan menuju

kamarnya tanpa menyapa Ibunya yang sedang menyemprotkan tanaman. Lim

Salah satu cirri gereja Katolik adalah terdapat berbagai macam ikon dan symbol yang bertujuan untuk mencerminkan sifat keagungan Tuhan

Adegan ini mencoba menggambarkan bahwa beberapa orang hanya menganggap agama sebagai status tetapi mereka tidak menjalankan status yang mereka miliki.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 233: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Giok Lie pun hanya memperhatikan Ping Hen berjalan tanpa menyapanya.

Saat ia masuk ke kamarnya, ia melihat Tan Kat Sun sudah berada di

kamarnya dan menghadapkan pandangannya ke jendela. Lalu langkah Ping

Hen berhenti. Ia kaget karena kehadiran Tan Kat Sun disitu.

Ping Hen : “Ono opo Pi?”

Tan Kat Sun : “Mau sampe kapan kamu gini terus?” ( Terus memandang ke

arah luar jendela tanpa melihat wajah Ping Hen)

Ping Hen : “Gini opo toh?”

Tan Kat Sun : “Kapan kowe belajar?” (Lalu Tan Kat Sun mulai memalingkan

wajahnya dan menatap Ping Hen)

Ping Hen : “Belajar opo?’ (Ping Hen menjawab tanpa melihat wajah Tan Kat

Sun)

Tan Kat Sun\ : “Belajar Hidup! Belajar jadi wong anak sing ngerti keluarga,

ngerti kowe?”

Kemudian Lim Giok Lie mulai menghampiri ruangan dimana Ping Hen dan

Tan Kat Sun berada tanpa berani masuk ke dalamnya. Lim Giok Lie hanya

berdiri di depan pintu kamar dan memperhatikan percakapan mereka berdua.

Ping Hen : “Ndak ngerti aku. Harusnya Papi yang belajar ngertiin anak.

Pernah toh Papi nanya aku maunya opo? Tapi Papi selalu nuntut saya

ngertiin maunya Papi.” (Dengan wajah yang menantang kepada Tan Kat

Sun)

Adegan ini juga menggambarkan hubungan Ping Hen dengan orang tuanya yang kaku. ( Terlihat juga pada adegan 21,38 dan 39)

Mungkin dalam adegan ini mencoba menggambarkan bahwa biasanya ada hubungan timbal balik jelas terlihat dalam hubungan keluarga Tionghoa. Adanya tanggung jawab bersama antara orang tua dan anak. Jadi setelah orang tua berusia lanjut, anak menggantikan tugas orang tuanya. Oleh karena itu mengapa kebanyakan bisnis Tionghoa turun temurun dari leluhur ke generasi berikutnya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 234: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Lalu Tan Kat Sun berjalan mendekati Ping Hen berdiri dan berbicara sambil

menunjukan telunjuknya ke depan wajah Ping Hen.

Tan Kat Sun : “Kamu denger ya, Denger ! Papi tuh gak pernah ditanya

maunya apa sama leluhur papi. Tapi papi berhasil.”

Pin Hen : “ Restaurant sekecil itu tuh belum bisa disebut berhasil Pi.”

Kemudian geram mendengar Ping Hen yang terus melawan Tan Kat Sun

menjadi marah dan memukul-mukul Pin Hen. Ping Hen hanya diam tanpa

melawan sambil melindungi tubuhnya dari pukulan Tan Kat Sun. Lim Giok

Lie yang sebelumnya hanya memperhatikan percakapan mereka dari luar ikut

terlibat memisahkan antara ayah dan anak yang sedang bertengkar tersebut.

Lim Giok Lie : “Pi ! Pi ! Pi” (Sambil berusaha menarik Tan Kat Sun agar

tidak memukul Ping Hen lagi)

Tan Kat Sun: “Setidaknya restaurant ini sudah berhasil sekolahin kamu ,

sampe kamu jadi pinter ngelawan Papi.” ( Dengan wajah geramnya yang

masih ingin memukul Ping Hen namun terhalang oleh Lim Giok Lie)

Lim Giok Lie : “Udah pi. Papi, udah, udah Pi.”

Akhirnya Tan Kat Sun menghentikan usahanya untuk memukul Ping Hen

dengan nafasnya yang terengah-engah.

Tan Kat Sun : “Kowe pasti gak pernah ada disini.”

Lalu Tan Kat Sun pergi meninggalkan ruangan tersebut. Ping Hen hanya

berdiri diam tanpa dapat berkata-kata lalu Lim Giok Lie juga berusaha

menenangkan Ping Hen dengan mengusap-usap dada Ping Hen agar tenang.

Lim Giok Lie : “Udah, udah, udah”

Adegan 48 (00:33:04 – 00:33:13)

Di sebuah bar Ping Hen merangkul seorang wanita dan di sebelah wanita

tersebut duduk pula laki-laki bermata sipit di temani pula oleh seorang

wanita. Lalu mereka berempat memesan beer dan melakukan tos

menggunakan gelas mereka masing-masing. Lalu mereka meminum beer

tersebut sampai gelas yang terisi penuh itu habis kemudian setelah itu mereka

Cara pandang yang berbeda untuk mengukur tingkat keberhasilan.

Adegan ini menunjukan bahwa output yang dihasilkan dalam instiitusi pendidikan adalah mampu mengemukakan pendapat baik itu berupa persetujuan, sanggahan ataupun penolakan.

Lim Giok Lie digambarkan dalam film ini adalah sosok seorang Ibu yang memberikan kedamaian bagi keluarga. Ketika Ping Hen dan Tan Kat Sun bersikap keras, Lim Giok Lie menjadi penengah dan juga bersikap bijak tidak hanya bagi keluarganya melainkan juga bagi para pegawainya seperti pada adegan 42

Adegan ini memperlihatkan cara Ping Hen bergaul dalam komunitasnya. Menunjukan pula gaya hidup yang dimiliki Ping Hen dan teman-temannya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 235: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

semua tertawa.

Adegan 49 ( 00:33:14 – 00:33:26)

Di depan restaurant pada pagi hari tampak hujan yang turun dengan derasnya.

Lim Giok Lie sedang mengintip dari luar jendela kamar Ping Hen yang

kosong berantakan.

Adegan 50 ( 00:33:27 – 00:33:34)

Orang-orang di sekitar Pasar Baru sibuk menutupi barang jualan mereka agar

tidak terkena hujan. Para pembelipun berlalu lalang dengan menggunakan

payung. Dalam adegan ini terlihat Pak Ustadz juga sedang membantu

membawa belanjaan dan memayungi wanita yang sudah tua kira-kira

berumur 65 tahun

Menggambarkan Lim Giok Lie adalah seorang Ibu yang perhatian. Ia menanti anaknya yang belum pulang. Memperlihatkan kekhawatiran seorang ibu kepada anaknya walaupun anaknya sudah beranjak dewasa.

Ustadz merupakan sosok panutan. Sehingga biasanya menampilkan sikap yang baik agar orang-orang bisa menirunya dengan melakukan hal yang baik pula. Dalam adegan ini sikap Ustadz tersebut adalah rendah hati dan suka tolong menolong. Perilaku seperti itu ditunjukan dengan membantu dan memayungi orang tua.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 236: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Pada adegan 49 – 53 ditemani dengan lagu dari Sujiwo Tejo yang berjudul

Pada suatu ketika dan berlirik :

Wong takon wosing dur angkoro

Antarane riko aku iki

Sumebar ron ronaning koro

Janji sabar, sabar sak wetoro wektu

Kolo mangsane, ni mas

Titi kolo mongso

Pamujiku dibiso

Sinudo kurban jiwanggo

Pamungkase kang dur angkoro

Titi kolo mongso

Adegan 51 ( 00:33:35 – 00:33:48)

Pada pagi hari yang hujan Soleh sedang duduk melamun dan merokok di atas

teras rumahnya dengan berpakaian kemeja , peci, dan celana bahan hitamnya.

Dari dalam rumah Menuk hanya melihat Soleh yang duduk melamun sambil

menemani Mutia bermain di atas kasur. Tak lama kemudian Rifka datang dan

mencium tangan Menuk. Saat Rifka ingin berpamitan untuk berangkat

sekolah kepada Soleh ,Menuk menahannya.

Menuk : “Ga usah, ga usah, kamu langsung pergi aja yah? Jangan ganggu

Masmu.”

Artinya :

Orang orang bertanya kapan angkara murka berakhir Diantara kau dan aku Tersebar daun daun kara Bersabarlah untuk sementara waktu Suatu ketika, dinda Pada suatu ketika

Doaku semoga Semakin berkurang korban jiwa raga Pengakhir angkara murka Waktu

Bentuk frustasi yang dialami Soleh akibat tidak juga mendapatkan pekerjaan ditunjukan melalui seringnya ia melamun dan emosinya yang gampang meledak-ledak.

Bentuk penanganan terhadap sikap Soleh ditunjukan oleh Menuk dan adik Iparnya yaitu tidak mengganggu Soleh. Karena Soleh mempunyai perasaan yang sensitive sehingga mereka menghindarkan diri dari amarah Soleh dengan tidak banyak

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 237: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Lalu Rifka menuruti apa yang dikatakan Menuk dan Rifka pun pergi sambil

mengucapkan salam.

Rifka : “Assalamualaikum”

Adegan 52 ( 00:33:49 – 00:34:00)

Surya berlari dengan menggunakan sweeter birunya dan berteduh di teras

depan toko buku Rika. Kemudian Ibu Novi lewat menggunakan payung dan

melihat Surya yang sedang berteduh dengan wajahnya yang sinis.

Adegan 53 ( 00:34:01 – 00:34:29)

Di rumah Rika sedang mengoleskan mentega di atas rotinya.Di atas meja

tersebut terdapat segelas susu, beberapa helai roti dan tiga buah apel.

Kemudian Abi keluar dari kamarnya lalu mengambil segelas susu yang

berada di atas meja dan membawanya ke kamar. Rika hanya memperhatikan

perilaku Abi sambil terus mengoleskan mentega di atas Roti.

Tak lama kemudian Abi keluar lagi dari kamarnya dengan membawa gelas

susu kosong yang sudah diminumnya tadi, lalu ia meletakan gelas tersebut di

atas meja. Rika memberikan roti yang sudah ia buatkan kepada Abi namun

Abi tidak menerima roti dari Rika, lalu kemudian Abi kembali berjalan masuk

ke dalam kamarnya dan menutup pintu.

Rika hanya menarik nafas melihat kelakuan Abi.

Adegan 54 ( 00:34:30 - 00:35:03)

Di restaurant Tan Kat Sun masuk ke dalam dapur. Lalu ia menarik nafasnya

dalam-dalam kemudian mengambil sebuah timun dan mulai membantu

pegawainya memasak. Di depan Dapur terlihat Menuk dan pegawai lainnya

sedang sibuk melayani pelanggan.

Pak Tan : “Sini biar saya gantikan. Kamu sholat, udah waktunya.” (berbicara

kepada pegawainya yang sedang memasak)

Kemudian pegawai Tan Kat Sun yang bekerja memasak di dapur

menyerahkan pekerjaannya tersebut kepada Tan Kat Sun .

Pegawai :”Iya Pak”

melakukan interaksi dengannya.

Pakaian yang selalu dikenakan Soleh sehari-hari adalah baju koko, peci dan celana panjang bahan

Menguatkan dugaannya Ibu Novi bahwa Surya dan Rika memiliki hubungan khusus dengan melihat interaksi mereka yang sering bersama-sama

Bentuk protes Abi adalah tidak berbicara kepada Rika dan mengacuhkan Rika seperti pada adegan 43

Mencerminkan sikap Rika adalah orang yang penyabar dan pengertian. Diperlihatkan dengan Rika tidak memarahi Abi yang mengacuhkan dirinya.

Menunjukan bahwa Tan Kat Sun mempunyai rasa saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Ia selalu mengingatkan dan memberikan waktu pegawainya untuk menjalankan ibadah.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 238: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Belum sampai pegawainya berjalan ke luar dapur, tiba-tiba Tan Kat Sun

terkulai pingsan di atas lantai. Melihat Tan Kat Sun pingsan pegawainya

itupun segera berlari kembali menolong Tan Kat Sun

Pegawai : “Tolong, tolong, tolong.”

Mendengar teriakan dari pegawai yang berada di dapur. Lim Giok Lie yang

sedang duduk di meja kasur kemudian segera beranjak menghampiri suara

minta tolong itu berasal, begitu juga dengan pegawai yang lainnya. Mereka

semua berlari kearah dapur termasuk Menuk dan melihat Pak Tan yang

terkulai lemas di lantai

Menuk : “Astaghfirullah. Ayo angkat-angkat.”

Lalu Menuk dan para pegawaipun menolong untuk mengangkat Tan Kat Sun

dari dapur.

Adegan 55 ( 00:35:04 – 00:35:46)

Tan Kat Sun berbaring terlentang di atas kasurnya tanpa mengenakan bantal.

Lalu perlahan ia membuka kedua matanya dengan wajahnya yang lemas. Saat

ia membuka mata ia melihat Lim Giok Lie berdiri di sampingnya.

Tan Kat Sun : “Aku gak di rumah sakit toh?”

Lim Giok Lie : “Kan Papi gak suka rumah sakit.”

Tan Kat Sun : “Restaurant?”

Lalu Lim Giok Lie melirik ke arah Menuk yang berdiri di samping tempat

tidur Tan Kat Sun . Terlihat dua orang pegawai laki-laki dan perempuannya

yang juga melihat keadaan Tan Kat Sun dari luar jendela.

Menuk : “Restaurant baik-baik aja kok, Engko istirahat aja biar restaurant

urusan anak-anak.”

Tan Kat Sun : “Ping Hen?”

Kemudian Menuk balik menatap Lim Giok Lie tanpa menjawab pertanyaan

Tan Kat Sun begitupun dengan Lim Giok Lie yang juga tidak menjawab

pertanyaan suaminya.

Menunjukan bahwa Arti restaurant bagi Tan Kat Sun sangat penting. Terlihat saat sadar ia hal yang ia tanyakan adalah bagaimana berjalannya restaurant.

Sikap Tan Kat Sun yang selalu baik kepada para pegawainya mendapatkan timbal balik yaitu loyalitas yang diberikan kepada Tan Kat Sun dari para pegawainya

Meskipun ia sudah bertengkar dengan Ping Hen namun sebagai orang tua ia tetap memikirkan kehidupan Ping Hen. Mungkin di adegan ini mencoba menunjukan juga bahwa Tan Kat Sun sosok yang pemaaf, rendah hati dan penyayang.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 239: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 56 (00:35:47 – 00:36:47)

Di dalam gereja seorang Romo sedang berdiri dan berjalan di sekitar jemaat

gereja kemudian Romo tersebut membacakan beberapa tumpukan kertas kecil

yang berada di tangannya. Dalam gereja tersebut sudah terdapat beberapa

orang jemaat usia 28-35 tahun termasuk Rika.

Romo : “Tuhan hadir di setiap detik hidup saya. Bahkan di saat-saat saya

melupakannya. Keberadaannya yang membuat saya bisa menjadi seperti

sekarang ini. Pribadi Tuhan di mata Sisil, Betul? (sambil menoleh kearah

perempuan yang berambut sebahu dan duduk di sebelah ia berdiri )

Perempuan itu hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum kepada Romo.

Romo : “Terimakasih. Dan sekarang giliran Tuhan di mata Rika. Mana

Rika?”

Rika yang duduk di kursi paling depan kemudian mengangkat tangannya saat

ditanya oleh Romo. Kemudian Romo tersebut berjalan ke depan mendekati

posisi Rika duduk.

Romo : “Tuhan itu Allah, Ia Ar-Rahman, Maha Pengasih. Ar-Rahim, Maha

Penyayang. Al-Malik, Maha Memerintah. Al-Quddus, Maha Suci. Al-

Mukmin, Maha Pemberi Keamanan. Al-Muhaimin, Maha Memelihara.”

Beberapa jemaat lainnya menggeleng-gelengkan kepala dan berbisik satu

sama lainnya saat mendengarkan arti Tuhan di mata Rika. Rika hanya duduk

terdiam sambil menundukan kepalanya tanpa berani menatap sekitarnya.

Adegan 57 ( 00:36:48 – 00:37:43)

Soleh duduk bersandar di dalam mesjid sambil memainkan peci putih di

tangannya. Di sebelah Soleh ada Surya yang sedang terbaring tidur

membelakangi Soleh dengan menggunakan alas bantal yang berasal dari tas-

tasnya.Kemudian Surya bangun dan duduk, dengan mata yang masih

mengantuk ia melihat ke arah sebelah kananya dan Surya kaget menyadari

ada Soleh yang dari tadi duduk di sebelahnya.

Surya : “Astaghfirullahaladzim. Tidur sini Mas?”

Soleh : “Kowe ngopo?”

Menjelaskan sifat Tuhan yang maha Penyayang dan Pemaaf dan Penolong kepada setiap umatnya walaupun sebagai umat sering melupakanNya

Pengetahuan Rika mengenai Tuhan masih terkait dengan keislamannya karena itu ia menuliskan arti Tuhan di matanya memlalui pengetahuan dasarnya yaitu Tuhan bagi agama Islam. (kebingungan Rika ditunjukan juga dalam adegan 36)

Tuhan yang disebutkan Rika termasuk ke dalam Asmaul Husna (Sifat-Sifat Allah) yang dipelajari dalam Islam.

Dalam adegan ini juga menunjukan rasa minder yang dimiliki oleh Soleh sehingga ia tidak berani untuk pulang ke rumahnya dan memilih untuk berdiam diri di mesjid sambil merenung.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 240: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Surya : “Ya, saya abis diusir sama ibu kos. Yaa jadi tidur disini. Kalau saya

punya rumah sih Mas saya mending tidur di rumah.” (Sambil menguap)

Soleh hanya diam sambil terus memainkan peci yang ada di tangannya. Tak

lama terdengar suara beduk dan adzan. Lalu Surya berdiri dari tempat

duduknya.

Surya : “Subuh Mas”

Soleh hanya menganggukan kepalanya saja lalu Surya bangkit dari

tempatnya.

Adegan 58 ( 00:37:44 – 00:38:12)

Saat Adzan masih terdengar sebuah mobil berwarna hijau yang di samping

mobilnya bertuliskan “Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Tengah” Parkir di

depan mesjid. Beberapa orang Banser berpakaian seragam loreng berwarna

hijau dan topi berwarna hijau turun dari mobil tersebut dan memasuki

halaman mesjid.

Para Banser tersebut duduk di tangga-tangga mesjid dan mereka membuka

sepatunya sambil berbicara dan tertawa satu sama lainnya.

Soleh keluar dari dalam mesjid dan melihat rombongan Banser tersebut,

kemudian Soleh tersenyum saat melihat mereka.

Adegan 59 ( 00:38:13 – 00:38:48)

Menuk sedang menggosok pakaian di dalam rumahnya. Saat itu rumahnya

tampak berantakan dengan tumpukan pakaian dan jemuran yang juga

menggantung di dalam rumah tersebut. Rifka juga turut membantu Menuk

Menjelaskan keadaan kehidupan Surya setelah pindah dari kosan ia menetap di Masjid karena ia tidak mempunyai uang untuk sewa kos atau kontrakan.

(?) Pada adegan 8 terdapat tulisan di Masjid yaitu “Dilarang tidur di Masjid” Mengapa pada akhirnya Surya boleh tidur dan menetap di masjid?

GP Ansor adalah gerakan kemasyarakatan pemuda yang berhubungan dengan organisasi Nahdatull Ulama. Aliran atau geraka NU memang sudah ditunjukan di bagian awal film ini yaitu pada adegan 5

Salah satu tugas seorang istri dalam rumah tangga adalah Melayani suami dengan baik. Bentuk pelayanan tersebut terlihat dari pekerjaan mengatur rumah dan segala isinya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 241: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

dengan menjemur beberapa pakaian.

Rifka : “Mas Soleh gak pulang lagi mbak?”

Menuk hanya menatap Rifka sambil tersenyum tanpa menjawab pertanyaan

Rifka dan terus menggosok pakaian.

Rifka : “Semua ini gara-gara Rifka kan mbak?”

Menuk : “Gak ada yang salah Rif, Masmu tuh cuma lagi bingung aja. Kita ga

boleh ikut-ikutan bingung, nanti semuanya malah berantakan lagi.”

Adegan 60 ( 00:38:49 – 00:38:59)

Di luar halaman luar gereja terlihat beberapa orang sedang berlalu lalang dan

terdengar bunyi dentingan bel pada siang hari yang cerah itu. Di mading

gereja tertulis suatu pengumuman yaitu “Menyambut masa pra paskah bagi

yang ingin berpartisipasi dalam drama penyaliban Yesus harap menghubungi

sekertariat Paroki.”

Adegan 61 ( 00:39:00 – 00:40:50)

Surya sedang duduk di depan mesjid sambil memainkan kumisnya dan

memandangi pedagang soto ayam yang ada di depannya. Kemudian Rika

datang dan melihat Surya yang terus memandangi soto ayam tersebut. Lalu

Rika kemudian dengan inisatif memesan dua porsi soto ayam.

Disini juga terlihat bahwa ciri pekerjaan seorang wanita adalah di ranah domestic yang dicontohkan juga oleh Menuk dan Rifka.

Menunjukan keadaan ekonomi Surya dengan pekerjaan yang tidak tetapnya membuat ia kehabisan uang dan kelaparan.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 242: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Rika : “Pak, Soto dua yah?”

Menyadari kedatangan Rika Surya berpura – pura tidak melihat ke arah soto

ayam itu lagi dan mengalihkan pandangannya kearah lain.

Rika : ‘Sur, ayo makan.”

Surya berpura-pura tidak mendengar ajakan makan Rika.

Rika : “Ah, udahlah Yuk?”

Rika kemudian menghampiri Suryadan menarik tangan Surya untuk makan

Soto ayam karena Surya berpura-pura tidak mau makan.

Rika : ‘Ayo.” (Menarik tangan Surya)

Kemudian mereka berdua duduk bangku di samping pedagang soto tersebut.

Rika : ‘Enak toh anget-anget. ” (Sambil tersenyum)

Surya melihat pedagang tersebut sedang menyiapkan makanan untuk mereka

dan kemudian pedagang soto tmenaruh nasi di atas piring.

Surya : “Eh mas, lagi, dikit.” (mengisyarakatkan kepada tukang soto itu untuk

menambah nasinya)

Rika hanya tersenyum saat melihat perilaku Surya tersebut.

Rika : “Ikut aku ke gereja yuk?”

Surya kaget mendengar ajakan Rika tersebut tanpa bisa berkata-kata.

Rika :”Jangan negatif dulu. Dikit lagi kan paskah, biasanya di hari jumat itu

Adegan ini menggambarkan sikap Rika adalah seorang sahabat yang perhatian dan suka menolong serta inisiatif membantu sesama. Hal ini terlihat dari Rika berinisiatif untuk memesan makanan karena melihat Surya yang kelaparan. Ia juga berinisiatif untuk menolong Surya dengan menawarkan pekerjaan.

Dalam adegan ini mungkin mencoba menyampaikan pesan bahwa walaupun seseorang mempunyai keyakinan yang berbeda dengan orang lain namun jika mereka hidup secara berdampingan maka masalah apapun dapat diselesaikan secara tolong menolong. (Misal ketika seseorang tidak mempunyai pekerjaan tetap orang lain mencarikan pekerjaan untuknya)

Memperlihatkan keadaan Surya yang sangat kelaparan

Menurut penilaian saya Gereja adalah rumah ibadah bagi agama Kristen atau katolik biasanya bagi orang Islam untuk masuk ke dalam Gereja adalah hal yang tabu. Hal ini yang menyebabkan ekspresi Surya menjadi kaget saat Rika mengajaknya ke gereja.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 243: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

agung ada pementasan drama Yesus di salib. Terus aku udah ngomong sama

panitianya, terus nawarin kamu casting.”

Surya : (sambil tersenyum) “ Casting jadi penjahat lagi?

Rika : “Jangan negative ah, bayarannya mahal loh.”

Lalu Surya diam sejenak sambil menyilangkan kakinya dan memain-mainkan

sandal yang ia pakai.

Surya : “Ga ah mbak, takut.”

Rika : “Takut apa?”

Surya : “Apa kata orang-orang?”

Rika : “Kamu tuh yah seneng banget dengerin kata orang-orang. Liat aja

aku, aku akhir-akhir ini banyak ngelakuin hal-hal yang diluar batas, di luar

norma, gak wajar. Tapi setidaknya itu jujur dari hatiku sendiri.”

Surya hanya diam seperti sedang berpikir mendengar Rika berbicara tersebut.

Kemudian Soto ayam yang dipesan Rika telah siap dan pedagang tersebut

memberikan makanan yang sudah di pesan itu kepada Surya dan Rika yang

wajahnya masih nampak kesal.

Rika : “Soto tuh!”

Adegan 62 ( 00: 40:51 – 00:41:17)

Lim Giok Lie seperti biasa sedang duduk di meja kasir. Di meja yang ditutupi

dengan kaca tersebut di dalamnya ada foto semasa kecil antara Ping Hen dan

Tat Kat Sun, foto Ping Hen sewaktu bayi dan foto Tan Kat Sun beserta Lim

Giok Lie semasa mudanya serta beberapa buah kartu nama yang tersusun di

atas meja tersebut. Lim Giok Lie terus memandangi foto tersebut. Restaurant

pada hari itu sangat sepi tidak ada satupun pelanggan maupun pegawai yang

terlihat sibuk. Kemudian Ping Hen datang dengan badan sempoyongan, baju

yang berantakan dengan beberapa kancing baju yang terubuka dan membawa

rokok di tangannya. Kemudian Lim Giok Lie melihat keadaan tersebut tanpa

berkata-kata.

Adegan 63 ( 00:41:18 – 00:41:25)

Bentuk kejenuhannya selalu mendapat peran-peran kecil seperti percakapan yang dilontarkan dalam adegan 16

Adegan ini menunjukan bahwa Surya sangat mementingkan penilaian orang lain mengenai dirinya.

Menunjukan bentuk pengabaian Rika terhadap nilai dan norma yang berkembang di masyarakat. (Keacuhannya juga ditunjukan pada adegan16 dan 30) Rika tidak memperdulikan perkataan orang lain.

Memperlihatkan dua sisi sifat dan sikap yang berbeda dari dua jenis kelamin yang bebeda dan dua keyakinan yang berbeda.

Adegan ini mungkin mencoba menjelaskan bahwa pada saat masih anak-anak Ping Hen memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Tan Kat Sun terlihat melalui gambaran foto yang terlihat di adegan ini begitupun di adegan sebelu,nya

Perilaku Lim Giok Lie yang terus menatap foto masa lalu itu mungkin menunjukan rasa kerinduannya terhadap hubungan yang harmonis tersebut.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 244: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

7 http://www.harianjoglosemar.com/berita/pantang-sesaji-daging-persembahkan-buah-buahan-manis-26529.html Diunduh pada 28 Mart 2012

Di ruang makan rumah TanKat Sun. Terlihat Lim Giok Lie dan Ping Hen

duduk bersama di kursi meja makan itu dan tampak Lim Giok Lie sedang

menyampaikan sesuatu kepada Ping Hen.

Setelah itu Ping Hen beranjak dari tempat duduknya.

Lim Giok Lie :’Mau kemana Hen?”

Ping Hen : “Ketemu Papi.”

Ibu Lim : “Papimu ndak ada di rumah.”

Lalu Ping Hen menghentikan langkahnya.

Adegan 64 ( 00:41:26 – 00:41:45)

Tan Kat Sun berada di Klenteng dan sedang memegang tiga buah dupa di

tangannya sambil mengayun-ayunkan dupa tersebut ke atas dan kebawah. Di

depan Tan Kat Sun terdapat beberapa patung dewa-dewa agama konghucu.

Di meja depan Tan Kat Sun juga terdapat aneka buah-buahan apel dan jeruk

yang tersaji dengan tatanan rapi.

Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang melambangkan Tuhan, Manusia dan Bumi.

Buah jeruk memiliki makna kerukunan dan buah apel sebagai symbol keselamatan. Sesaji buah-buahan harus yang manis dan tidak boleh kecut atau berduri karena kita akan memohon sesuatu yang manis-manis.7

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 245: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 65 (00:41:46 – 00:41:51)

Datang sebuah mobil tua berwarna merah ke halaman Klenteng yang sepi itu.

Hanya tampak seorang wanita tua sekitar 60 tahun berambut putih

mengenakan kaos berwarna merah muda dan celana berwarna hitam berjalan

keluar dari Klenteng. Lalu kemudian Ping Hen turun dari mobil tersebut dan

memasuki Klenteng.

Adegan 66 (00:41:52 – 00:42:28)

Di dalam Klenteng Tan Kat Sun tampak sedang beribadah dengan serius.

Lalu kemudian Ping Hen melihat Tan Kat Sun di dalam Klenteng itu dan

memandanginya yang sedang beribadah dengan wajahnya yang merasa

bersalah . Tan Kat Sun pun tak menyadari kehadiran Ping Hen. Beberapa saat

kemudian Ping Hen menerima pesan dari handphonenya yang berbunyi :

“ PING !! Hen gw udh dpt investor buat restaurant kita nih!”

Lalu Ping Hen kembali menatap Tan Kat Sun yang sedang menaruh dupa di

depan nya lalu mengepalkan tangannya dan menggoyang-goyangkannya

Tampak ada symbol naga di atas atap Klenteng. Naga atau liong merupakan mahluk sakral dalam agama Konghucu. Naga adalah simbol sebagai binatang yang paling kuat. Di setiap kelenteng biasanya selalu ada patung naga fungsinya mengusir roh jahat dan mahluk penjaga.

Warna merah selalu di tampilkan dalam kehidupan keluarga Tan Kat Sun misalnya kotak nasi berwarna merah dan mobil Ping Hen pun berwarna merah.

Dalam Etnis Tionghoa warna merah melambangkan keberuntungan.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 246: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

8 Ibid thoriqs

(seperti ucapan terimakasih orang-orang Tionghoa).

Adegan 67 ( 00:42:29 – 00:43:57 )

Pada malam hari di tengah kusen pintu restaurant Menuk sedang duduk

sambil menyenderkan kepalanya pada kusen pintu masuk restaurant tersebut.

Tampak wajah Menuk yang sedih.

Di dalam restaurant terlihat seorang pegawai laki-laki sedang membersihkan

meja makan. Keadaan diluar restaurant tersebut dalam keadaan basah dan

becek yang sepertinya baru saja turun hujan.

Saat sedang termenung Menuk melihat seseorang laki-laki yang tiba-tiba

datang di depannya. Laki-laki tersebut ternyata adalah Soleh kemudian wajah

berseri Menuk pun terlihat di wajahnya. Soleh yang datang dengan pakaian

kemeja putih dan peci yang berwarna putih itu pun memberikan senyuman

kepada Menuk. Menuk kemudian berdiri dari tempat ia duduk dan

menghampiri Soleh.

Menuk : “Mas/”

Soleh : “Maafin aku Nuk.”

Lalu kemudian Menuk menggapai tangan Soleh dan mencium tangannya.

Menuk : “Kamu kemana aja sih Mas?”

Soleh : “Aku dapet kerjaan Nuk.” (Sambil memegang kedua tangan Menuk

Bentuk gerakan doa seperti itu dinamakan Pat Tik yang mempunyai arti “Aku selalu ingat bahwa dengan perantara Tuhan telah berkenan menjadikan manusia, maka manusia wajib melakukan kebajikan.8

Mencoba menggambarkan karakteristik Menuk yang merupakan sosok istri setia dan giat bekerja. Kesetiaannya ditunjukan dengan menanti suaminya untuk. Selain itu Menuk adalah sosok yang bertanggung jawab yang ditunjukan melalui ia terus bekerja untuk memenuhi dan menanggung kehidupan anak serta adik iparnya.

Mencium tangan suami dalam adegan ini mungkin dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 247: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

erat-erat)

Menuk : (Dengan wajah berbinar-binar) “Alhamdulillah, kerja dimana?”

Soleh : “Aku diterima jadi anggota Banser, Banser NU, NU. Nahdlatul

Ulama.”

Wajah Menuk yang tadinya berbinar-binar kemudian berubah menjadi wajah

kekhawatiran.

Menuk : “Tapi bukannya itu bahaya yah mas?”

Soleh : “Gak bahaya Nuk, itu pekerjaan di jalan Allah dan itu cita-cita aku

Nuk. Kamu percaya sama aku Nuk?”

Dengan wajah yang masih penuh dengan kekhawatiran Menuk tetap

menganggukan kepalanya.

Menuk : “Aku selalu percaya sama kamu Mas” (sambil tersenyum)

Lalu Soleh mencium tangan Menuk untuk beberapa saat.

Soleh : “Tak tunggu di rumah ya.”

Kemudian Soleh berjalan mundur sambil tetap memandangi Menuk.

Soleh : “Kerja Nuk, Kerja” !

Kemudian Soleh pergi meninggalkan Menuk dengan wajah Menuk yang

tersenyum.

Adegan 68 ( 00:43:58 – 00:44:34)

Surya dan Pak Ustadz sedang duduk di teras rumah pak Ustadz. Di halaman

depan rumah tersebut ada dua anak laki-laki berumur 10 tahun sedang

bermain bola dan dua orang anak perempuan sekitar umur 8 tahun sedang

main masak-masakan. Surya dan Pak Ustadz sedang berdiskusi membahas

pekerjaan yang ditawarkan oleh Rika

Pak Ustadz : “Ga ada salahnya sih kamu coba, Sur.”

Surya : “Berarti saya harus masuk gereja?”

Pak Ustadz :”Itu kan cuma fisikmu, hanya tubuhmu, walaupun kamu ada di

seorang istri kepada suami.

Sikap Menuk yang rendah hati dan pemaaf walaupun suaminya sudah meninggalkan dirinya dan anaknya selama beberapa hari.

Kekhawatiran Menuk terhadap resiko pekerjaan Soleh

Menunjukan pekerjaan yang ideal bagi Soleh adalah bekerja di Jalan Allah dan menjadi Banser adalah pilihan pekerjaannya terlebih memang Soleh sudah menganut aliran NU yang ditunjukan dengan berbagai macam poster tokoh NU (Gusdur) di rumahnya.

Perubahan sikap Soleh mulai terlihat dalam adegan ini. Ia menjadi pribadi yang lebih hangat yang ditunjukan dengan senyumannya dan mencium tangan Menuk. Mungkin adegan itu mencoba menunjukan bentuk kasih sayang yang diberikan suami kepada istrinya.

Dalam adegan ini diperlihatkan bahwa tugas seorang ustadz ialah memberikan pemahaman atas segala hal yang belum difahami dan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 248: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

33 Tanya dulu hatimu 9 http://kasihmu-tuhan.blogspot.com/2009/03/hari-raya-paskah.html Diunduh pada 28 Maret 2012. Pukul 18:20

negeri yang dzalim sekalipun, tapi kalau kamu yakin, kamu bisa jaga hatimu,

keimananmu hanya untuk Allah SWT. Insya Allah aku yakin ndak ada apa-

apa. Wes, Tanya se hatimu.”33

Seorang wanita berjilbab, berkulit putih dan mengenakan pakaian terusan

panjang keluar dari rumah tersebut dengan menggendong bayi. Lalu, setelah

berdiskusi dengan Surya akhirnya Pak Ustadz pergi dan meninggalkan Surya

yang tetap duduk di teras rumah bersama wanita itu.

Adegan 69 ( 00:44:35 – 00:45:46)

Di toko buku, ada Doni yang sedang berdiri sambil berjalan-jalan sambil

memegang sebuah buku di sekitar ruang kerja Rika. Sedangkan Rika hanya

duduk sambil membaca majalah.

Doni: “Oh iya Rik, kamu udah dapet nama baptis?”

Rika : “Belum.” (sambil terus membaca )

Kemudian Doni mengambil sebuah kursi yang terletak tidak jauh darinya dan

menaruh kursi tersebut di depan meja Rika.

Doni : “Loh, kita kan sudah masuk minggu pra Paskah dan kita di Baptis hari

Minggu.”

Rika : “Ya, aku tahu.”

Abi datang ke toko buku Rika dengan seragam SD-nya dan mengintip di

depan pintu kaca sebelum masuk ke dalamnya. Abi melihat Rika dan Doni

sedang berbicara.

Doni: “Ya terus kenapa belum nyari nama Baptis?”

Rika :”Don, Baju putihnya aja belum aku cari.”

Lalu Rika menutup majalahnya dan beranjak dari tempat duduknya. Doni

hanya diam dan memandangi Rika. Lalu saat Rika berdiri dan akan berjalan

ke sisi lain ruangan di toko bukunya, Abi menampakan diri dari pintu masuk,

kemudian Rika melihat Abi yang mendatanginya dengan wajah tersenyum.

diketahui oleh umatnya.

Sikap Ustadz disini juga tidak memaksakan pemikirannya dan pendapatnya kepada Surya. Ia membebaskan Surya memilih setelah memberikan penjelasannya.

Memperlihatkan sikap Doni yang perhatian terhadap Rika yang juga terlihat pada adegan 36

Penggunaan nama Baptis adalah agar kita meneladani orang kudus yang di pakai namanya.

(?) Rika tampak tidak antusias dalam menjalani pembaptisan.

Pakaian putih para baptisan sebagai simbol, bahwa mereka terbebas dari dosa9

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 249: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Rika : “Abi ! (Sambil menghampiri Abi dan memeluk Abi), Sangkain

langsung pulang? Ga langsung kesini.”

Doni : “Hai Abi.”

Abi hanya diam berdiri di hadapan Rika tanpa memberikan sapaan kepada

Doni ataupun Rika

Rika : “Jangan marah terus sama Ibu dong Bi.”

Rika mengulurkan kelingkingnya kepada Abi dan Abi pun memberikan

kelingkingnya dan menggapai kelingking Rika.

Abi : “Udah enggak kok. Kata Pak Ustadz kalau marah gak boleh malah

lebih dari tiga hari, dosa.”

Rika : “Abi kenapa marah sama Ibu?”

Abi : “Ibu berubah !”

Doni yang membaca buku kemudian menengokan kepalanya melihat

percakapan antara Abi dan Rika.

Rika : “Setiap orang pasti berubah Abi, asal berubah ke arah yang lebih

baik, nanti Abi juga berubah.”

Abi : “Ibu berubah jadi baik gak?”

Rika : “Ibu berusaha berubah lebih baik buat Abi setiap waktunya.” (Lalu

Rika mencium kedua tangan kecil Abi yang dipegangnya)

Lalu kemudian Abi memeluk Rika dengan erat dan Rika pun membalas

pelukan Abi. Saat mereka sedang berpelukan Abi melihat pria yang tadi

berbicara dengan ibunya.

Abi : “Bu,bu itu siapa? (sambil berbisik)

Rika : “Bukan siapa-siapa.” (Sambil tertawa kecil kepada Abi.)

Adegan 70 ( 00:45:47 – 00:46:47)

Di dalam mesjid Pak Ustadz sedang duduk di depan mimbar dan di depannya

terdapat beberapa jemaah berpakaian muslim laki-laki dan perempuan baik

Abi selalu mengunjungi Rika walaupun Abi sedang marah seperti juga pada adegan 43

Dalam adegan ini menunjukan Mesjid dijadikan sebagai tempat pendidikan dan ustadz sebagai fasilitator mengajarkan kebaikan kepada umatnya. Salah satu bentuk pengajaran agama di dalam mesjid yang diterima oleh Abi adalah tidak boleh marah lebih dari tiga hari.

Memperlihatkan sikap Rika yang setelah perceraiannya hanya fokus untuk membahagiakan anaknya.

Salah satu bentuk tugas seorang pemuka agama adalah berdakwah. Memberikan pengetahuan-pengetahuan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam mengenai bagaimana kita

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 250: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

yang berusia muda maupun tua ikut duduk mendengarkan ceramahnya.

Pak Ustadz : “Pakaian melindungi kita dari debu, panas dan dingin. Sama

seperti pasangan suami istri ibu dan Bapak ya. Satu sama lain harus saling

menutupi. Pakaian juga menutupi cacat yang ada di dalam tubuh kita. Suami

dan Istri saling tahu kelemahan pasangannya masing-masing dan harus

saling menutupi. Pakaian juga dapat memperindah dan menambah daya tarik

orang yang memakainya. Seperti juga dengan Suami Istri dan saling

memperindah dan juga harus memperkuat daya tarik masing-masing, dan

yang ndak kalah penting harus juga mau memperindah sifat dan

kelakuannya untuk menyenangkan pasangannya masing-masing.”

Adegan 71 ( 00:46:46 – 00:47:09)

Pada malam hari yang hujan Rika berdiri di trotoar dengan menggunakan

payung berwarna merah dan dress selututnya. Ia terus memandangi pintu

masuk gereja tersebut. Tak lama sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan

Rika. Doni yang ada di dalam mobil tersebut menyapa Rika.

Doni : “Rika ! Belum pulang? Bareng yuk? Ujan, daripada jalan kaki.”

Rika : “Makasih, lagian aku nunggu temen.

Doni : “Temen?”

Rika : “Tuh” (Sambil menunjuk ke arah Surya yang baru saja keluar dari

gereja)

Lalu Rika melambaikan tangan ke arah Surya agar Surya tau Rika

menunggunya di trotoar tersebut. Surya kemudian menghampiri Rika dan

dapat menjalani kehidupan di jalan Tuhan.

(?) Kenapa perempuan duduk di luar dan laki-laki di dalam. Biasanya laki-laki dan perempuan sama-sama duduk di suatu ruangan tetapi ada pembatas.

Perhatian yang selalu diberikan Doni kepada Rika terlihat dari adegan 36,69,45 dan 68.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 251: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Doni melihat ke arah arah Surya yang berjalan melintas di depan mobilnya

tersebut.

Rika : “Duluan ya Don.”

Kemudian Rika pergi meninggalkan Doni dan diikuti dengan Surya di

belakangnya lalu Doni melambaikan tangannya kepada Rika dan Surya.

Surya : “Mas” (Sambil membukukan badannya dan tersenyum menyapa Doni

yang ada di dalam mobil )

Adegan 72 ( 00:47:09 – 00:48:36)

Rika berjalan diantara pertokoan tua di daerah Pasar Baru dan melewati

tempat kos Surya dulu. Surya memegang payung Rika dan menutupi badan

mereka berdua agar tidak kehujanan.

Rika : “Gimana?”

Surya : “Percaya gak mbak saya diterima?”

Rika : “Sebagai?”

Surya : “Peran utama.”

Rika : (Kaget dan gembira mendengar kabar dari Surya) “Yesus?”

Surya : “Ssssttttt” (Sambil berusaha menghentikan teriakan Rika yang

gembira mendengar kabar dari Surya sambil menengok ke kanan dank e kiri

dengan wajah takut di dengar orang lain )

Bentuk rasa sopan santun Surya kepada orang lain dengan menyapanya. Seperti pa.da adegan 11

Sikap surya yang tidak ingin diketahui orang lain bahwa dirinya akan berperan sebagai Yesus.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 252: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Lalu mereka berdua menghentikan langkahnya dan berbicara beberapa saat.

Rika : “Kamu gak apa-apa?”

Surya : “Ya biasanya kan selama ini kalau dapet peran, kalau gak jadi

penjahat atau jadi figuran. Sekali-kalinya dapet peran jagoan jadi gak ada

salahnya saya terima.”

Rika kemudian mengekspresikan wajah kegembiaraannya. Lalu Rika

mengambil payung yang berada di tangan Surya sambil berteriak “Yeeeee”

lalu berputar-putar dan kembali memayungi Surya.

Rika : (Sambil terus tertawa) “Makasih ya?”

Surya : “Saya yang makasih, mbak.”

Rika : (terus tertawa sambil berbicara) “Apa sih? Bisa minta tolong gak”

Surya : “Minta tolong apa?”

Rika : “Jangan panggil saya Mbak.”

Surya : (sambil berpikir-pikir) “Saya manggil Mbak, biar saya jauh kelihatan

lebih muda dari Mbak.”

Rika : “Nyebelin kamu ih” (Sambil berusaha menyubit lengan Surya)

Mereka berdua pun tertawa dan kembali berjalan dan melintasi pengamen

jalanan.

Kemudian setelah beberapa langkah melewati pengamen jalanan itu. Surya

menarik tangan Rika dan mereka berdua melihat pengamen jalan itu

bernyanyi.

Alasan Surya menerima pekerjaan sebagai yang ditawarkan RIka.

Terlihat hubungan yang lebih akrab antara mereka berdua dengan menggunakan panggilan nama agar tidak terlihat tingkatan yang berbeda.

Hubungan yang semakin dekat dari adegan ke adegan antara Surya dan Rika

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 253: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Lagu yang dinyanyikan oleh pengamen jalanan itu adalah lagu Sheila on 7

yang berjudul Kita dengan lirik :

“ Di saat kita bersama, di waktu kita tertawa menangis merenung oleh cinta, kau coba hapuskan rasa, rasa dimana engkau melayang jauh dari jiwaku juga mimpiku,

biarlah biarlah, hariku dan harimu terbelenggu satu lewat ucapan janjimu

reff: dan kau bisikkan kata cinta engkau telah percikkan rasa sayang pastikan kita seirama walau terikat rasa hina

sekilas kau tampak layu jika kau rindukan gelak tawa yang warnai lembar jalan kita reguk dan teguklah mimpiku dan mimpimu terbelenggu satu lewat ucapan janjimu”

Secara tidak sadar tangan mereka berpegangan lalu kemudian dengan

canggung Surya melepaskan tangan Rika dan dengan wajah yang canggung

pula Rika kembali memegang payngnya. Lalu mereka berdua akhirnya

tertawa kembali sambil menikmati aksi pengamen jalanan tersebut.

Adegan 73 ( 00:48:37 – 00:48:49 )

Rika,Surya, dan Abi berjalan di daerah Pasar Baru. Surya menggendong Abi

di punggungnyadan Rika berjalan bersama di sebelah Surya.

Keakraban yang mereka jalani dalam hubungan pertemanan itu menimbulkan rasa kenyamanan sehingga secara tidak sadar kenyamanan tersebut ditunjukan dengan cara mereka berpegangan tangan.

Namun ketika mereka sadari bahwa status mereka adalah berteman maka akhirnya berpegangan tangan tersebut menjadi interaksi yang membuat mereka menjadi canggung.

Kedekatan Surya dengan Rika juga terlihat pada Abi. Abi juga memiliki kedekatan dengan Surya terlihat dari bagaimana hubungan Rika dan Abi kepada Surya saat mereka berjalan-jalan bersama. Abi pun tidak merasa canggung saat di gendong Surya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 254: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Lalu Abi turun dari punggungnya dan menarik-narik baju Surya menunjuk ke

arah pedagang lampion, lalu Abi langsung berlari ke pedangan tersebut.

Sedangkan Rika melihat-lihat ukiran kaligrafi yang terdunat dari kayu.

Adegan 74 ( 00:48:50 – 00:48:53)

Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie duduk bersama di meja makan dengan

beberapa makanan sudah tersedia dia atas meja tersebut. Kemudian Ping Hen

mengenakan celemeknya membawa sebuah mangkuk besar dan

menyajikannya di atas meja tersbut. Ping Hen kemudian ikut duduk bersama

dengan kedua orang tuanya.

Adegan 75 ( 00:48:54 – 00:49:02)

Surya dan Abi berada di toko lampion. Surya menggendong Abi untuk

menggapai lampion-lampion tersebut. Lalu kemudian Rika datang

menghampiri mereka berdua.

Rika: “iih, manja banget.” (Sambil menggelitik perut Abi yang di gendong

Surya)

Lalu Ibu Novi melihat kemesraan antara Surya, Abi, dan Rika dengan

wajahnya yang ketus

Adegan 76 ( 00:49:03 – 00:49:10)

Di meja makan Ping Hen menuangkan nasi ke atas mangkuk Tan Kat Sun.

Tan Kat Sun : “Cukup jangan banyak-banyak”

Hubungan Ping Hen dan Tan Kat Sun sudah mulai mencair semenjak Tan Kat Sun jatuh sakit. Ping Hen mulai memperlihatkan sikap baktinya kepada keluarga dengan cara menyiapkan makanan untuk kedua orang tuanya.

Mungkin sikap yang ditunjukan oleh Ibu Novi dikarenakan penyangkalan Surya mengenai kedekatannya dengan Rika namun pada kesehariannya mereka menampilkan kedekatan hubungan yang disangkal itu.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 255: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 77 ( 00:49:11- 00:49:46)

Pada malam hari dimana keadaan restaurant sudah mulai sepi karena akan

tutup, Tan Kat Sun sedang duduk santai di teras restaurant. Menuk kemudian

datang menghampiri Tan Kat Sun.

Menuk : “Ko, maaf ko ini buku yang engko mau pinjem. Kemarin saya lupa,

baru inget sekarang.” (sambil menyerahkan sebuah buku yang diambil dari

tasnya kepada Pak Tan)

Ping Hen yang duduk di dalam restaurant penasaran melihat buku apa yang

diberikan Menuk kepada Tan Kat Sun.

Tan Kat Sun : “Oh iya, makasih ya Nuk.”

Menuk : “Saya pulang ya Ko.”

Tan Kat Sun : “Ayo, mari”

Kemudian Menuk berjalan membawa rantangnya melintas di depan Ping Hen

dan berhenti sejenak di depannya tetapi Ping Hen pura-pura tidak melihat

Menuk sambil meneguk segelas air yang ada di sampingnya. Lalu kemudian

melihat Ping Hen yang tak mau menatapnya, Menuk kembali berjalan keluar

restaurant untuk pulang.

Pak Tan : “Hen, hen, hen, besok kamu bantu Papi ya. Ada acara paskahan di

Gereja.”

Ping Hen : “Paskah? Ngapain Pi?”

Tan Kat Sun : “Ya, kamu ikut aja dah. Ini penting juga buat kamu belajar.

Mi, mi simpenin dulu nih mi.” (sambil memberikan buku tersebut kepada

Istrinya yang juga sedang membantu membereskan meja-meja di restaurant

tersebut.)

Adegan 78 ( 00:49:47 – 00:51:30 )

Surya berdiri di depan cermin kecil yang tergantung di tembok mushola

dengan wajahnya yang serius tanpa mengenakan baju melainkan hanya ada

selembar handuk yang menutupi setengah badanya. Lalu ia menatap cermin

tersebut dan menjulurkan tangannya dengan wajahnya yang sendu untuk

Keadaan kehidupan Menuk yang selalu membawa rantang berisi makanan dari restaurant untuk di bawa pulang dan makan bersama keluarganya.

Bentuk keengganan Ping Hen menyapa Menuk seperti pada adegan 21 dan 39.

Hubungan yang sudah mulai mencair juga ditunjukan dengan Ping Hen sudah mau membantu restaurant keluarganya.

Sikap Ping Hen yang selalu menghindar interaksi dengan Menuk yang ditunjukan pula di adegan-adegan sebelumnya yaitu 21.39, dan 77

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 256: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

berlatih acting di depan cermin itu.

Surya : “Wahai domba-dombaku “

Kemudian Surya mengambil tongkat kain pel yang berada di sebelahnya dan

mengangkat tongkat kain pel tersebut kepundaknya. Seoalah-olah ia sedang

mengangkat salib di pundaknya. Lalu Surya mulai berjalan tertatih-taih

membawa tongkat kain pel tersebut di pundaknya. Lalu ia menampilkan

wajah kesakitannya dengan punggung yang menggeliat seakan-akan habis di

cambuk.

Tanpa ia sadari Pak Ustadz melihat Surya sedang berlatih.

Pak Ustadz : “Sudah, sudah mirip Yesus.”

Surya kaget mendengar suara Pak Ustadz lalu segera ia melepaskan tongkat

kain pel tersebut dan membalikan badanya ke arah Pak Ustadz berdiri dengan

wajahnya yang malu-malu sambil buru-buru memakai bajunya.

Surya : “Aduh jangan gitu dong tadz, jadi gak Pede.”

Pak Ustadz pun tertawa.

Pak Ustadz : “Pie Sur, wes mantap hatimu?”

Surya : “Insya Allah. Saya tetep istiqomah tadz”

Pak Ustadz : (Sambil mengangkat kedua tangannya) “Amin.”

Kemudian Pak Ustadz berjalan meninggalkan Surya dan belum sempat

berjalan jauh Surya memanggil Pak Ustadz. Pak Ustadzpun menengok dan

Keseriusan Surya dalam menjalankan pekerjaannya terlihat dalam adegan ini. Ia berlatih drama di dalam masjid.

(?) Di masjid ini Sutradara mungkin sengaja menampilkan dua agama yang mayoritas ada di Indonesia yaitu Islam dan Kristen atau Katolik. Islam dalam adegan diwakili melalui tempat Surya berlatih dan Kristen diwakili Surya dalam berlatih adegan.

Sikap ustadz yang bebas nilai. Dalam film ini ustadz tersebut tidak pernah menyalah-nyalahkan atau mengagung-agungkan agamanya sendiri. Ustadz membebaskan umatnya untuk memilih jalannya masing-masing.

Mungkin Film ini juga menunjukan kerukunan antar umat beragama.

Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar).

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 257: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

kembali mendekati posisi Surya

Surya : “Tadz, Ustadz, gimana caranya biar dihormatin ya tadz ya?”

Pak Ustadz : (berpikir sejenak sambil melipatkan kedua tangannya di depan

dadanya) “Caranya, ya jangan pernah berpikir ingin dihormati. Tapi kamu

harus berpikir bahwa kamu ada Sur, ndak cuma sekedar ada Sur. Melainkan

kamu harus bisa menjadikan dirimu bermanfaat untuk orang yang ada di

sekelilingmu. Ya? Paham?”

Surya menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Lalu kemudian Ustadz

mulai membalikan badannya sambil berbicara kepada Surya

Pak Ustadz : “ Oh iya, itu bajumu terbalik.”

Surya melihat bajunya yang terbalik lalu segera membenarkan pakaiannya.

Adegan 79 ( 00:51:31 – 00:51:36)

Di gereja Tan Kat Sun membagi-bagikan kotak nasi berwarna merah dan

memberikannya kepada seorang wanita yang berumur sekitar 25 tahunan.

Pada adegan tersebut tertulis “Malam Jumaat Agung Paskah”

Tan Kat Sun: “Ini bawa ke paduan suara ya.”

Wanita : “Iya”

Lalu kemudian ia memanggil Ping Hen yang tidak jauh berdiri dari posisinya.

Tan Kat Sun : “Hen” (sambil melambaikan tangannya)

Kemudian Ping Hen menghampiri Tan Kat Sun

Adegan 80 ( 00:51:37 – 00:51:46)

Menuk datang ke ruang persiapan drama dan membagikan kotak nasi kepada

para pemain drama tersebut.

Menuk : “Mbak, Mas Ini buat setelah selesai drama ya.”

Lalu Surya yang bersiap-siap make up untuk adegan pementasan Yesus

disalib itu, segera memisahkan satu kota nasi untuknya.

Adegan ini mencoba mengajarkan bahwa yang membuat diri kita dihormati adalah sifat rendah hati dan dengan kita suka saling tolong menolong maka dengan sendirinya orang lain juga akan menghormati kita.

Sikap Ping Hen yang sudah mau membantu langsung restaurant keluarganya.

Puasa dilakukan oleh umat Katolik pada saat Jumat Agung. Puasa yang biasa dilakukan adalah puasa putih, yaitu hanya makan nasi dan air putih,

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 258: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

10 http://gp-ansor.org/ Diunduh pada 28 Maret 2012. Pukul 12:39

Menuk : “Eh, mas mas puasa.”

Surya : “Saya kan enggak.”(sambil berbicara dengan suara pelan kepada

Menuk)

Lalu Menuk melambaikan tangannya tanda tidak setuju dan pergi

meninggalkan ruangan persiapan tersebut.

Adegan 81 ( 00:51:47 – 00:52:07 )

Pada malam hari di halaman depan gereja sudah mulai banyak jemaat yang

berdatangan memasuki gereja. Di halaman gereja tersebut juga sudah banyak

polisi yang berjaga-jaga. Lalu kemudian sebuah mobil jeep berwarna hijau

datang dan menurunkan beberapa orang banser termasuk Soleh untuk turut

menjaga gereja tersebut.

Pimpinan Banser : “Ayo cepet cepet.” (Menyuruh beberapa orang temannya

untuk segera turun)

Lalu mereka segera mengatur posisi untuk berjaga-jaga.

Adegan 82 ( 00:52:08 – 00:52:44)

Di dalam ruang persiapan drama beberapa orang pemain sudah siap

mengenakan pakaian dan riasannya.

Rika sedang duduk bersama seorang teman perempuannya sambil berbincang

di depan ruang persiapan itu.

tidak makan makanan bernyawa seperti hewani.

Adegan ini juga mencoba memperlihatkan sikap saling menghargai antar sesama umat beragama yang ditunjukan dengan tanda ketidaksetujuan Menuk mengisyaratkan bahwa kita sebagai Muslim juga harus menghormati orang-orang Non-Muslim dengan tidak makan di depan mereka saat mereka sedang berpuasa.

Tugas Banser adalah sebagai penggerak, pengemban, dan pengaman program-program sosial kemasyarakatan, pengaman lingkungan, dan menjaga serta menjamin keutuhan bangsa dari segala ancaman, hambatan, gangguan dan tantangan.10

Walaupun paham agama yang dianut oleh para Banser ini berbeda dengan orang-orang yang ada di Gereja namun demi menjaga keutuhan Bangsa mereka harus saling bekerjasama untuk bantu membantu sehingga menciptakan perdamaian.

Dalam adegan ini juga mungkin ingin menampilkan kehidupan saling menghormati dan menjaga antar umat beragama.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 259: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Doni dan dua orang teman laki-lakinya berjalan mendekati ruangan persiapan

tersebut.

Kemudian seorang panitia laki-laki bertugas untuk memastikan kelancaran

drama tersebut.

Panitia : “Oke teman-teman di Absen dulu ya. Bunda Maria udah datang?”

Seorang pemain lain menjawab pertanyaan panitia tersebut.

Wanita : “Udah tadi kayaknya ada di depan.”

Pemeran Bunda Maria : “Eh, ada ada disini.”

Panitia : “Oh itu. Wanita menangis?”

Seorang wanita mengangkat tangannya menyatakan bahwa dirinya hadir.

Pada saat pengabsenan sedang berlangsung Doni dan dua orang teman laki-

lakinya yang satu berbadan tinggi dan memakai kaos merah berkerah dan satu

lagi memakai kemeja berwarna putih bertubuh agak gemuk dan lebih pendek

di banding Doni dan seorang temannya.

Laki-laki berbaju merah : “Eh, To To gini, kita minta acara drama penyaliban

Yesus ini dibatalkan.”

Rika dan beberapa jemaat lainnya langsung berdiri dan melihat aksi protes

yang dilakukan oleh Doni beserta teman-temannya. Panitia tersebut hanya

menarik nafas dan bingung. Kemudian Doni menarik tubuh panitia tersebut

agak menjauhi ruangan persiapan

Doni : “Sini,sini.”

Panitia : “Ada apa ini, ada apa?”

Doni : “Kamu tau gak yang memerankan Yesus itu orang Islam.”

Laki-laki berkemeja putih : “Iya To.”

Doni : “Itu bisa mencemarkan kebesaran Tuhan kita, To”

Menuk dan Tan Kat Sun juga menyaksikan protes tersebut tanpa ikut campur

di dalamnya. Seorang pemain wanita menyanggah pernyataan Doni tersebut.

Mungkin dalam adegan ini mencoba menggambarkan kelompok yang mempunyai pandangan bahwa Tuhan dianggap sebagai suatu yang sakral sehingga bagi kelompok-kelompok tertentu kesakralan tersebut tidak dapat dinodai dengan masuknya pihak-pihak di luar kelompok tersebut yang tidak mengakui keyakinan mereka.

Dalam adegan ini adanya dua

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 260: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Pemain Wanita : “Apaan sih? Lebay deh.”

Doni : “Diem kamu.” (Sambil menunjuk ke arah wanita tersebut.). “Pokoknya

saya minta ini dibatalkan. dibatalkan”

Panitia : “Pertunjukan kurang dua jam lagi….”

Doni : : “Gak bisa To, harus dibatalkan. Gak bisa.”

Adegan 83 ( 00:52:45 – 00:53:31)

Di depan Gereja para jemaat semakin banyak berdatangan dan masuk ke

dalam gereja tersebut. Surya terus memandangi gereja tersebut. Kemudian

seorang teman sesama Banser Surya yang bertubuh pendek dan agak gemuk

menghampiri Surya.

Teman Banser : “Tegang banget, kenapa kamu?”

Surya : “Kita sebagai orang Islam kok menjaga gereja? Kan gak boleh masuk

ke dalam gereja. Haram.”

pandangan yang tidak setuju pemeran Yesus dimainkan oleh seorang Islam dan adapula yang mentolerir hal tersebut.

Mungkin Soleh menganggap haramnya masuk gereja karena Allah sangat membenci pihak-pihak yang menyekutukannya. Oleh karena itu sebagai muslim yang taat sebaiknya tidak melakukan hal-hal yang di benci oleh Tuhan.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 261: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

34 Berani gak?

Teman Banser : “Yang bilang gak boleh tuh siapa?”

Soleh : “Loh ya haram toh Mas.”

Teman Banser : “Ga ada yang haram,leh. Kamu denger gak rangkaian berita

bom yang dilakukan oleh teroris itu?”

Soleh : “Denger, denger.”

Teman Banser : ”Kita sebagai umat Islam jadi jelek gara-gara berita itu. Ya?

Kita sebagai ormas Islam terbesar menolak pandangan seperti itu, dengan

menjaga gereja seperti ini, dan ini jihad. Tau ga?”

Soleh : “Berarti harus siap kalau ngadepin bom?”

Teman Banser : “Iyalah, berani gak?”

Soleh : (Dengan wajah yang takut tetapi memberanikan diri) “Insya Allah.”

Teman Soleh : “Wani tak?”34

Soleh : “Insya Allah, Mas.”

Teman Banser : “Yaudah jaga situ.”

Adegan 84 ( 00:53:32 –00:54:32 )

Di ruang persiapan mereka terus melakukan perdebatan pementasan drama

Yesus di salib.

Doni : “Gak bisa To, harus dibatalkan. Gak bisa.”

Saat mereka sedang berdebat kemudian Romo datang menengahi perdebatan

mereka dengan menggunakan pakaian panjang berwarna putih.

Romo : “Hei, hei, hei, kenapa mesti mempersoalkan hal yang kecil dan

mengorbankan hal yang besar?”

Laki-laki berbaju merah “Romo, Romo, menurut Romo tokoh Yesus

diperankan oleh seorang Islam itu hal yang kecil? Saya tidak setuju Romo”

Doni : “Iya Romo, ini mencemarkan agama kita.”

Adegan ini mencoba menggambarkan penanaman nilai-nilai mengenai Islam dengan mencoba memperbaiki citra umat Islam dan mencerminkan bahwa islam bukan agama yang keras tetapi agama yang damai. Oleh karena itu cara yang mereka tunjukan adalah menjaga gereja agar Muslim dan Kristen dapat hidup secara berdampingan.

Sikap Romo dalam setiap adegan tidak berbeda jauh dengan sikap Ustadz. Pemuka agama tersebut tidak menyalah-nyalahkan agama dan cendrung untuk menampilkan sikap saling menghormati dan menghargai.

Mungkin maksud dari Romo adalah jangan gara-gara kita mempertahankan perkara yang kecil (mempermasalahkan siapa yang memerankan Yesus dan asul usulnya) , maka kita akan kehilangan hal yang lain yang lebih besar (makna paskah tersebut)

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 262: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Romo : “Pernahkah kalian mendengar kehancuran iman karena sebuah

adegan drama?”

Saat mendengar pernyataan Romo, Rika dan beberapa teman dan pemain

drama tersebut tersenyum puas. Ketiga Pria yang menentang acara drama itu

hanya terdiam dan menundukan kepalanya.

Romo : “Sejarah telah membuktikan kehancuran iman dan agama karena

kebodohan. Jangan sekali-kali berbuat bodoh ya.”

Kemudian Romo pergi meninggalkan mereka yang berdebat. Lalu panita itu

hanya menepuk-nepuk pundak Doni dan kembali melanjutkan tugasnya.

Panita : “Oke teman-teman siap semua ya? Jangan lupa main maksimal.

Serius ya. Total. Oke?”

Doni dan teman-temannya pergi meninggalkan ruangan persiapan tersebut

dan melintasi Rika yang sedang duduk bersama dengan temannya. Rika

hanya melirik Doni dan teman-temannya dengan senyuman puasdi wajahnya.

Panitia : “Mas Surya santai aja ya, Mas”

Surya hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

Adegan 85 ( 00:54:33 – 00:55:28 )

Pada saat pementasan Drama Yesus dimulai dengan paduan suara, pendeta

dan para jemaat sudah siap berada di posisinya masing-masing. Kemudian

Surya berjalan dengan membawa salib di tengah-tengah para jemaat. Di

belakang Surya terdapat 4 orang prajurit yang berpura-pura mencambuk

punggung Surya

Prajurit : “Jalan terus ! Jalan”

Surya terus berjalan tertatih-tatih membawa salibnya sendiri.

Prajurit : “Jalan !” (Sambil berpura-pura menggunakan cambuknya kepada

Surya)

Surya merintih dengan wajah kesakitan namun ia tetap berusaha berjalan

dengan beban yang berat. Surya tak kuat memegang salib itu sendiri dan ia

terjatuh. Kemudian beberapa wanita mengenakan selendang di kepalanya

Mungkin maksud dari perkataan Romo adalah kehancuran iman bukan disebabkan karena pementasan sebuah adegan drama tetapi karena kebodohan.

Kebodohan tersebut ditunjukan melalui mempersoalkan hal yang kecil dan mengorbankan hal yang besar. Kebodohan tersebut adalah tidak mengertinya makna bagi orang-orang tersebut. Sehingga banyak orang yang tidak tenang hidupnya karena persoalan-persoalan yang kecil-kecil.

Beberapa orang menerima asal usul Surya sebagai umat Islam yang memerankan Yesus dengan.

Memperlihatkan bahwa Surya memiliki pemahaman agama yang berbeda tetapi ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ini juga memperlihatkan bahwa sangat total dalam mengerjakan pekerjaannya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 263: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

mengahampirin Surya sambil menangis untuk membantunya berdiri. Para

penonton menyaksikan drama itu dengan serius dan adapula penonton yang

menangis terharu..

Prajurit : “Jalan” (Sambil berpura-pura menendang)

Prajurit : “Bangun Yesus !”

Lalu Surya bangun kembali dan mulai berjalan.

Prajurit : “Cepat Jalan !” (Kembali berpura-pura mencambuk Surya)

“Minggir kalian.” (Mengatakan kepada para wanita yang menangis di sekitar

Surya)

Prajurit : “Cambuk dia”

Surya terus berjalan sampai akhirnya di depan altar gereja lalu ia terjatuh

kembali dan ada seorang laki-laki datang menolong Surya.

Adegan 86 (00:55:29 – 00:56:16 )

Saat pementasan drama itu berlangsung, Ping Hen keluar dari dalam

Gerejadan berjalan ke halaman depan karena ia menerima telepon dari

temannya.

Ping Hen : “Hallo, hallo. Sorry, sorry tadi hp-nya tak silent. Pie pie? He eh,

he eh. (mendengarkan pembicaraan di telepon) Gede juga dia mau invest ya.

Tapi sekarang aku lagi bantuin restaurant Papiku dulu eh.”

Soleh yang sedang berjaga di luar mendengar suara Ping Hen yang sedang

berbicara di teleponnya dan menoleh ke arah Ping Hen. Kemudian

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 264: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

35 sombong, besar kepala

membalikan wajahnya lagi dan melanjutkan berjaga.

Ping Hen : (melanjutkan percakapan di ponselnya) “Ndak, ndak, ndak lama

kok. Seengaknya sampe Papiku dapet penggantinya. Yowes gini, nanti tak

hubungi kowe lagi. Soalnya sekarang aku lagi bantuin Papiku dulu. Ya? Oke

Soleh sesekali melirik ke arah Ping Hen mendengarkan pembicaraannya

tetapi tetap berjaga. Saat Ping Hen mematikan teleponnya dan memasukannya

ke dalam kantong celana kemudian ia melihat Soleh yang sedang berjaga.

Lalu Ping Hen berjalan beberapa langkah untuk menyapa Soleh.

Ping Hen : “Satpam koe sekarang?”

Kemudian Soleh menatap Ping Hen dengan bangganya.

Soleh : “Banser.”

Adegan 87 ( 00:56:17 – 00:56:25 )

Surya terjatuh di atas salib yang ia bawa. Lalu para prajurit tersebut

mengangkat badan Surya dan menaruhnya di atas salib yang tadi Surya bawa

dengan wajah kesakitannya.

Adegan 88 ( 00:56:26 – 00:56:45 )

Di luar Gereja percakapan antara Soleh dan Ping Hen berlangsung

menegangkan.

Ping Hen : “Jadi kayak gini ada hasilnya opo cuma kemaki35

Disamping membantu orang tuanya menjalankan restaurant Ping Hen tetap melanjutkan rencananya untuk membuka restaurant bersama dengan teman-temannya.

aja biar ada

Adanya kebanggaan yang ditunjukan Soleh yang mendapat pekerjaan menjadi Banser.

Menampilkan symbol-simbol keagamaan tertentu.

Adegan ini menunjukan bahwa Ping Hen memiliki kecurigaan dan memandang rendah apa yang telah diusahakan oleh Soleh dalam hal mencari pekerjaan.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 265: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

kerjaan?”

Soleh : “hah, opo kata kowe?”

Ping Hen : “Heran aku kenapa Menuk lebih milih kamu.”

Kemudian Ping Hen berjalan menuju ke dalam gereja dan meninggalkan

Soleh yang masih berjaga di halaman gereja tersebut. Mendengar sindiran

Ping Hen Solehpun membalasnya.

Soleh : “Aah, Cino! Kalau gak ada Restaurant bapakmu, gak bisa hidup.

Tau? Ngaca toh”

Mendengar ucapan Soleh, Ping Hen tidak dapat mengendalikan dirinya. Ia

langsung berlari dan memukul Soleh.

Adegan 89 ( 00:56:46 – 00:56:49 )

Drama pementasaan tersebut tetap berlangsung. Kali ini Surya sudah di

baringkan dan diikat dengan tali di atas salibnya. Kemudian dua orang

prajurit memegang kedua tangan surya dan berpura-pura menempelkan paku

di tengah telapak tangan Surya, Surya pun menjerit kesakitan.

Surya : “Aaaaahhh”

Penonton sudah mulai terbawa oleh suasana drama yang khyusuk tersebut

Adegan 90 ( 00:56:50 – 00:57:15 )

Di halaman gereja terjadi baku hantam antara Soleh dan Ping Hen mereka

berdua saling memukul satu sama lainnya tanpa ada yang mau mengalah. Saat

perkelahian sedang berlangsung kemudian datanglah Tan Kat Sun dan Lim

Giok Lie serta dua orang Banser membantu melerai perkelahian mereka. Lim

Giok Lie dan Tan Kat Sun menahan Ping Hen dan menjauhkan Ping Hen dari

Surya begitupun dengan kedua Banser itu menahan tubuh Surya agar tidak

berkelahi lagi.

Soleh : (berteriak) “Asuuu !”

Ping Hen dan kedua orangtuanya beranjak pergi meninggalkan Soleh yang

masih emosi.

Adegan ini mungkin ingin menunjukan sikap Ping Hen yang mempertanyakan kenapa Menuk lebih memilih Soleh yang tidak memiliki pekerjaan di banding dirinya. Karena dulu Menuk dan Ping Hen memiliki hubungan yang dekat (akan di jelaskan pada adegan 118)

Sindiran kecinaan menunjukan identitas kelompok tertentu.

Adegan ini juga menunjukan reaksi Soleh yang tidak terima di lecehkan oleh Ping Hen dan ia kembali melecehkan Ping Hen.

Sikap permusuhan yang ada pada diri Ping Hen dan Soleh berdampak pada mudah terpancingnya emosi mereka berdua apabila berinteraksi.

Soleh mengucapkan kata kasar Asu yang berarti anjing.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 266: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 91 ( 00:57:16 – 00:57:30 )

Surya telah di salib, kemudian salib tersebut dinaikan tinggi di depan altar

gereja oleh para prajurit. Wajah Surya nampak menahan sakitnya di salib.

Badan Surya pun penuh dengan darah.

Adegan 92 ( 00:57:31 – 00:57:59 )

Ping Hen duduk di kursi di dalam kamarnya dan Lim Giok Lie duduk di atas

kasur di depan Ping Hen. Terlihat di kamarnya terdapat poster Colliers

Ping Hen : “Mi, Menuk lebih milih nikah sama Soleh hanya karena dia taat

beragama. Taat tok, Mi. Bayangin toh, bayangin,picik toh? Goblok toh?”

Lim Giok Lie: “Setidaknya, Menuk udah berani memilih, juga Soleh. Kamu,

apa? Apa yang kamu sudah pilih, Hen? Apa kamu sudah sepenuhnya memilih

berada di restaurant Papimu?”

Ping Hen hanya diam mendengarkan nasihat dari Lim Giok Lie tanpa

berbicara lagi.

Adegan 93 ( 00:58:00 – 00:58:14 )

Soleh sudah berada di rumahnya sedang duduk . Menuk mengkompres luka di

dahi Surya. Wajah Surya masih terlihat kesal akibat pertengkaran tadi.

Saat Menuk akan mengompres lukanya, tiba-tiba Soleh memukul lemari yang

ada di sebelahnya sehingga beberapa barang terjatuh dari lemari tersebut dan

Menuk hanya mengusap-usap pundak Soleh untuk menennangkannya. Lalu

Menuk kembali mengompres luka surya dengan kain.

Adegan 94 ( 00:58:15 – 00:58:35 )

Adegan ini menunjukan alasan Menuk memilih menikah dengan Soleh hanya karena mereka mempunyai agama yang sama. Menuk lebih memilih orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi taat beragama. Pilihan itu dianggap Ping Hen sebagai suatu kebodohan atau tidak rasional.

Lim Giok Lie memberikan nasihat tentang kehidupan bukan hanya kepada Menuk tapi juga Ping Hen.

Menunjukan emosi kekesalan Soleh terhadap Ping Hen yang masih terbawa sampai Soleh di rumah.

Adegan ini kembali menunjukan sikap Menuk yang lemah lembut dan setia melayani suaminya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 267: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Tanpa terganggu oleh pertengakaran Soleh dan Ping Hen drama pementasan

Yesus di salib tetap berlangsung. Surya sudah terangkat di salibnya. Penonton

memandanginya dengan wajah Iba dan ada pula yang menangis terisak isak.

Surya : “Allah, Allah, kenapa engkau meninggalkan aku?”

Lalu setelah perkataan itu Surya menutupkan kedua matanya dan di bawah

Surya beberapa orang wanita menangis tersedu-sedu. Wajah Rika tampak

lega karena Surya telah mementaskan drama dengan baik. Wajah Rika pun

tersenyum saat pementasan drama itu berakhir.

Dalam adegan 92 – 97 juga diiringi dengan lagu Iwan Fals yang berjudul

Kesaksian dengan lirik :

aku mendengar suara. Jerit makhluk terluka luka, luka. Hidupnya luka orang memanah rembulan. Burung sirna sarangnya sirna, sirna. Hidup redup alam semesta luka banyak orang, hilang nafkahnya aku bernyanyi menjadi saksi banyak orang, dirampas haknya aku bernyanyi menjadi saksi mereka, dihinakan tanpa daya ya, tanpa daya. terbiasa hidup sangsi orang-orang, harus dibangunkan aku bernyanyi menjadi saksi kenyataan, harus dikabarkan aku bernyanyi menjadi saksi Adegan 95 ( 00:58:36 – 00:59:07 )

Rika yang sedang ada di rumahnya memegang gagang telepon dan menekan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 268: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

sebuah nomor,iya menunggu sesaat jawaban dari teleponnya.

Rika : “Ibu? Waalaikumsalam Bu. Bu, tadi malam Rika di Baptis. Nama

depan Rika ditambah jadi Theresia. Ibu, Bu?”

Kemudian dengan wajah sedih Rika menutup teleponnya tanpa ada akhir dari

percakapan tersebut kemudian Rika menarik nafasnya. Terlihat di sebelah

telepon Rika memajang foto kedua orang tuanya

Adegan 96 ( 00:59:08 – 00:59:23 )

Surya duduk bersila di dalam masjid dengan menggunakan sarung, baju koko

dan di depannya terdapat al-quraan. Surya kemudian mengaji dan

melantunkan ayat Al- Ikhlas yang berbunyi :

“ Qul huwallahu ahad. Allahushshamad. Lam yalid walam yuulad. Wallam

yakullahuu. Kufuwan ahad”

semakin lama suara Surya semakin lirih. Lalu Surya berhenti membaca al-

quraan dan menangis.

Adegan 97 ( 00:59:24 – 00:59:35 )

Di halaman depan mesjid beberapa orang laki-laki sibuk mengangkat spanduk

besar bertuliskan Marhaban Ya Ramadhan dan di spanduk tersebut juga

terdapat jadwal sholat tarawih. Beberapa orang laki-laki lainnya kerja bakti

membersihkan halaman sekitar mesjid. Ada yang membersihkan karpet

mesjid, dan menyiram tanaman di halaman mesjid.

Adegan ini juga menunjukan ketidaksetujuan atau sikap tidak mendukung pilihan agama Rika yang baru. Bentuk protes tersebut ditunjukan dengan langsung menutup telepon Rika ketika Rika memberikan kabar bahwa dirinya telah di Baptis

Artinya :

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

(?) Mengapa Surya menangis setelah adegan drama Yesus tersebut?

Dalam adegan ini menunjukan bahwa mesjid dijadikan sebagai tempat kegiataan umat Islam seperti pada adegan 2 yaitu kerja bhakti

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 269: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

36 Sama-sama di restaurant

Adegan 98 ( 00:59:36 – 00:59:40)

Ibu Novi dan suaminya membagikan makanan kepada anak-anak perempuan

dan laki-laki berumur sekitar 9– 13 tahun yang semuanya mengenakan

pakaian muslim di halaman depan rumahnya.

Adegan 99 ( 00:59:41 – 01:00:23 )

Ping Hen dan dua orang teman laki-lakinya sedang minum beer di suatu

tempat. Satu temannya memakai baju hijau, berkerah merokok dan berwajah

sipit dan temanya yang lain juga memakai baju coklat berkerah dan juga

bermatasipit.

Teman Ping Hen berbaju hijau : “Kowe harus milih Hen. Ndak isa kowe milih

dua-duanya, ndak isa. Lagian kowe ngerti toh, bisnisnya kita, podo-podo di

restaurant.36

Ping Hen : “Tapi, aku ndak isa di restaurant Papiku.”

Teman Ping Hen berbaju coklat : “Kenapa emangnya?”

Kemudian Ping Hen menarik nafasnya dan menggaruk-garuk kepalanya.

Ping Hen : “Aku ndak isa masak ndak pake minyak Babi. Masak tuh soal rasa

dan rasaku kesana.”

Teman Ping Hen yang pertama menertawakan alasan Ping Hen dan teman

Ping Hen yang kedua hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Pada bulan Ramadhan Ibu Novi menampilkan kegiatan bersedekah sesuai dengan anjuran Islam.

Adegan ini menjelaskan bisnis yang akan Ping Hen jalani bersama dengan temannya adalah membuka restaurant. Sehingga jika Ping Hen memilih dua-duanya ia tidak bisa fokus atau total bekerja memajukan restaurant tersebut. Adanya persaingan makanan dan bisnis yang bekerja di satu bidang yang sama membuat Ping Hen harus memilih salah satunya.

Alasan Ping Hen enggan melanjutkan restaurant keluarganya adalah perbedaan prinsip dan cara memasak.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 270: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Temang Ping Hen berbaju hijau : “Aku ngerti, Aku ngerti. Tapi kan koe dewe

gak bisa toh ninggalin restaurant keluargamu gitu aja? Ndak iso, Hen”

Ping Hen menahan kesalnya dengan mematah-matahkan tusuk gigi yang ada

di depannya.

Adegan 100 ( 01:00:24 – 01:00:55 )

Lim Giok Lie sedang menyuapi Tan Kat Sun makan di dalam kamarnya. Tan

Kat Sun duduk di atas kasur sambil menasehati Ping Hen cara mengelola

restaurant yang juga duduk di hadapannya. Tan Kat Sun tidak ikut mengelola

restaurant lagi karena masalah kesehatannya.

Tan Kat Sun : “Inget ya Hen, ini Bulan Puasa. Ya, pasang tirai, barangkali

anak-anak juga udah pada tahu.”

Ping Hen : “Iya, Pi.”

Tan Kat Sun : “Mungkin Nanti kalau kamu turun tirainya udah di pasang.

Satu hal lagi, jangan jualan Babi bulan ini. Kita harus hormatin orang Islam.

Inget, jangan jualan Babi sebulan ! Ngerti kowe?”

Ping Hen : “Iya, Hen ngerti Pi.”

Adegan 101 (01:00:56 – 01:01:18 )

Lim Giok Lie turun dari atas rumahnya menuju restaurant yang berada di

lantai bawah rumahnya diikuti dengan Ping Hen di belakangnya.

Ping Hen : “Mi, Bulan Puasa kok ribet banget sih. Banyak aturan, kan bukan

kita yang puasa.”

Lim Giok Lie : “Udah kamu ikutin aja.”

Sebelum menuju restaurant Lim Giok Lie berhenti di ruang makan dimana di

ruang makan tersebut terdapat lemari. Lemari tersebut terlihat foto leluhurnya

laki-laki berwajah sipit dan beberapa batang dupa serta buah-buahan.

Lim Giok Lie : “Sini sembahyang dulu.”

Ping Hen : ““Ah, udah Mami aja.”

Lalu Ping Hen berjalan menuju arah restaurant meninggalkan Lim Giok Lie

Adegan ini mencoba menampilkan fungsi tirai tersebut menunjukan bahwa restaurant tersebut menghormati ajaran agama lain yaitu Islam. Dengan menutup dengan tirai maka seseorang yang berpuasa tidak akan tergoda untuk makan di siang hari atau tidak akan tergoda jika melihat orang lain makan di restaurant tersebut. Penutupan tirai tersebut sebagai suatu tradisi dalam restaurant-restaurant di Bulan Ramadhan dan bentuk penghormatan terhadap masyarakat Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim.

Adegan ini menunjukan sikap yang tidak tanggap atau tidak peka terhadap lingkungan sekitar membuat Ping Hen tidak mengerti makna dari peraturan yang dibuat oleh Tan Kat Sun.

Mencerminkan bahwa Lim Giok Lioe juga seorang istri yang taat kepada perintah suaminya.

(?) Kenapa Lim Giok Lie tidak memberikan pemahaman terhadap kebingungan Ping Hen ?

Memperlihatkan bahwa Ping Hen bukan seorang Konghucu yang taat kepada agamanya atau tidak melakukan ritual penghormatan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 271: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

yang akan berdoa.

Di restaurant Menuk dan pegawai yang lain sedang sibuk menutupi jendela-

jendela restaurant dengan tirai putih.

Adegan 102 ( 01:01:19 –01:01:25 )

Di toko buku, Rika sedang melihat-lihat rak yang berisikan jejeran buku luar

negeri yang tersusun rapi. Kemudian Rika mengambil sebuah buku tebal

bersampul coklat dan buku tersebut berjudul “Every Path Leads to God”.

Rika membuka buku itu dan mulai membaca halaman demi halaman.

Adegan 103 ( 01:01:26 – 01:01:33 )

Di depan restaurant yang sudah tertutup oleh tirai-tirai putih terdapat dua

orang tukang becak yang sedang mencari pelanggang. Siang itu suasana

memang sangat sepi.

Tukang becak : “Becak mbak becak?”

Ditujukan kepada seorang wanita yang berjalan di sekitar daerah tersebut.

Adegan 104 ( 01:01:34 – 01:01:47 )

Ping Hen duduk dan kemudian berdiri mondar mandir lalu duduk kembali di

satu meja ke meja yang lain di dalam restaurant yang sepi itu. Tak satupun

ada pelanggan yang datang ke restaurant. Lim Giok Lie hanya duduk di meja

kasir dan memperhatikan tingkah laku Ping Hen.

Lim Giok Lie : “Kalau Bulan Puasa gini memang sepi. Gak usah dipikirin,

terhadap leluhurnya.

Rika langsung tertarik dari judul buku tersebut maka itu ia mencoba membaca buku itu.

Terlihat biasanya pada saat Bulan Puasa biasanya suasana di siang hari sepi karena biasanya orang-orang memilih untuk berdiam diri di rumah untuk menjaga puasanya agar tetap lancar.

Adegan ini mungkin menerangkan bahwa kebanyakan orang yang menjadi pelanggan di restaurant tersebut adalah Muslim. Terbukti pada saat bulan puasa restaurant tersebut sepi

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 272: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Hen”

Wajah Ping Hen terlihat sedikit kesal karena sudah siang pelanggan tak juga

datang ke restaurantnya.

Adegan 105 ( 01:01:48 – 01:02:14 )

Ping Hen berjalan keluar dari dalam restaurant ke teras depan restaurantnya

lalu ia melihat salah satu pegawai laki-lakinya sedang tidur terlelap di meja

pelanggan.

Ping Hen mendengar suara Menuk dan Soleh berbicara di halaman depan

restaurant lalu kemudian Ping Hen mengintip dari balik tirai. Terlihat Soleh

dengan pakaian Bansernya dan Menuk yang berbicara dengan Soleh sambil

memain-mainkan topi Bansernya.

Soleh : “Kamu mau buka puasa pake apa?”

Menuk : “Apa ajalah Mas, baru juga jam segini kok udah ngomongin buka.”

Soleh : “Mas pulang cepet.”

Menuk : “Ya kalau gitu terserah Mutia sama Rifka aja.”

Kemudian Menuk melihat Ping Hen yang mengintip dari tirai lalu Menuk

segera menyudahi pembicaraan dengan Soleh.

Menuk : “Mas aku balik lagi ya ke restaurant gak enak samayang lain.”

Kemudian menuk mencium tangan Soleh untuk berpamitan

Pada saat Puasa orang menahan haus dan lapar. Hal tersebut membuat orang cendrung malas bekerja karena konsentrasinya menurun atau menjadi lemas dan akhirnya mengantuk.

Karena tidak ada pelanggan maka waktu banyak waktu luang untuk bisa beristirahat atau berleha-leha di waktu kerja. Hal itu juga di lakukan oleh Menuk yang mengobrol dengan Soleh di waktu kerja.

Sopan santun Menuk kepada Surya adalah dengan mencium tangan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 273: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Menuk : “Assalamualaikum.”

Soleh : “Waalaikumsalam.”

Lalu Menuk kemudian berjalan kembali ke dalam restaurant.

Adegan 106 ( 01:02:15 )

Di dapur Hendra melihat dua orang pegawai laki-laki dan perempuannya

sedang duduk berdekatan dan tertawa sambil mengobrol. Lalu Ping Hen

mengagetkan mereka berdua dengan memukul pintu.

Ping Hen : “Woi”

Kedua pegawainya pun kaget sampai-sampai pegawai laki-lakinya

melemparkan bawang Bombay yang ada di tangannya. Lalu pegawai laki-laki

kemudian mulai bekerja mengelap peralatan dapur sedang pegawai wanitanya

memotong bahan makanan. Ping Hen hanya memperhatikan dengan wajah

kesal dan kemudian meninggalkan dapur.

Adegan 107 ( 01:02: 20 – 01:02:58 )

Menuk berjalan masuk ke dalam restaurant, lalu ia berpapasan dengan Ping

Hen yang baru saja keluar dari arah dapur. Ping Hen menghampiri Lim Giok

Lie yang sedang duduk sambil membaca buku.

Ping Hen : “Mami tahu gak apa yang bikin restaurant kita ini sepi?, hah?”

Untuk beberapa detik ia memandang kearah Menuk yang berdiri tidak jauh

darinya kemudian ia berjalan kearah luar restaurant.

Lim Giok Lie: “Hen ! Ngapain?”

Lim Giok Lie mengikuti langkah kaki Ping Hen. Ping Hen membuka paksa

salah satu tiraiyang terpasang di pintu masuk restaurantnya dan membawanya

masuk ke dalam restaurant untuk ditunjukan kepada Lim Giok Lie.

Ping Hen : “Ini, ini gara-garanya. Ini yang bikin restaurant kita sepi“

Lim Giok Lie, Menuk, dan dua orang pegawai laki-laki dan perempuannya

hanya berdiri melihat kekesalan Ping Hen tanpa bisa berbuat banyak.

Ping Hen kemudian membanting tirai tersebut ke atas meja dan kembali

ketika berpamitan.

Disamping pegawai yang tertidur ada pula pegawai yang mengobrol pada saat bulan puasa. Mereka tidak mengerjakan tugas yang seharusnya mereka kerjakan karena tidak ada pelanggan yang datang. (seperti pada adegan 103 menunjukan restaurant yang sepi padabulan puasa)

Adegan ini memperlihatkan sikap Ping Hen adalah majikan yang tidak menyukai orang yang malas terlebih tidak ada pelanggan sehingga pemasukan yang di dapat tidak terlalu banyak dan ia harus membayar gaji orang-orang yang tidak produktif. (Ping Hen sangat mementingkan untung dalam menjalankan restauranntnya yang terlihat juga pada adegan 108 dan 130)

Adegan ini juga menunjukan demi mencapai keuntungan yang banyak Ping Hen mengorbankan tradisi untuk menutup restaurant dengan tirai agar tampak lebih menarik perhatian.

Bentuk kekesalan Ping Hen dilontarkan berupa protesnya terhadap aturan-aturan yang diterapkan selama bulan puasa.

Selain dari kekesalan Ping Hen karena tidak ada pelanggan. Mungkin Ping Hen juga cemburu melihat Menuk (mantan kekasihnya) dan Soleh yang sempat berkelahi dengannya

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 274: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

berjalan keluar halaman restaurant. Di luar restaurant Ping Hen mulai

membuka paksa tirai-tirai yang menutupi restaurantnya itu.

Lim Giok Lie : “Hen, jangan hen ! Jangan !”

Semua pegawai keluar melihat keributan tersebut. Setelah Ping Hen

mencopotkan beberapa tirai yang menutupi restaurantnya lalu tirai tersebut

diberikan dengan kasar kepada Menuk.

Ping Hen : “Copot kabeh ! Copot ! Copot ! Copot !” (sambil menunjuk ke

tirai tirai yang belum sempat tercopot)

Dengan wajah yang ketakutan para pegawai menaati perintah Ping Hen dan

mereka mulai mencopotkan tirai-tirai tersebut. Menuk hanya berdiri kaget

melihat perilaku Ping Hen.

Lim Giok Lie : “Hen !”

Ping Hen : “Udah mami diem aja.”

Lim Giok Lie kemudian hanya terdiam dan Ping Hen kemudian menatap

menuk sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam restaurant.

Ping Hen : “Ayo kerja lagi, kerja, kerja. Semua kerja !”

Adegan 108 ( 01:02:59 – 01:03:18 )

Di dalam kamar Menuk sedang melipat sarung ditemani Soleh yang berbaring

isitirahat di atas kasurnya. Kemudian Menuk menceritakan kepada Soleh apa

yang terjadi di restaurant hari ini. Terlihat di kamar tersebut catnya yang

mengobrol di jam kerja.

(?) Mengapa Lim Giok Lie tidak memiliki ketegasan terhadap perilaku Ping Hen?

Adanya prasangka tirai yang menutup restaurant tersebut membuat restaurantnya menjadi tidak laku karena tertutup. Dengan dilepasnya tirai maka akan lebih menarik perhatian pelanggan untuk makan di restaurantnya.

Memperlihatkan posisi kekuasaan di dalam restaurant dikendalikan oleh Ping Hen

Hubungan Menuk dan Soleh terlihat lebih dekat dari sebelumnya. Soleh sudah mau mendengarkan cerita Menuk dan tidak marah-marah.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 275: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

berwarna putih sudah mulai kecoklatan, bangunannya sudah tua, dan terlihat

foto pernikahan Soleh dan Menuk. Tempat tidur yang mereka gunakan adalah

tempat tidur kecil bertingkat.

Menuk : “Bukan Cuma tirai aja yang di copot mas, tapi kita juga gak di kasih

waktu untuk break sholat. Jadi mesti nyolong-nyolong waktu sendiri deh.”

Soleh : “Dasar Cina !”

Menuk : “Eh, aku tuh bukan ngomongin Cina,ini lagi ngomongin Hendra.”

Menuk kemudian mulai naik ke pojok kasur untuk tidur di samping Soleh

Soleh : “Ah, bodo we lah.”

Adegan 109 ( 01:03:19 – 01:03:25)

Di kamar tidur Tan Kat Sun, Lim Giok Lie sedang menadahkan baskom

kepada Tan Kat Sun yang sedang muntah-muntah.

Lim Giok Lie : “Pi, udah Pi.” (Sambil mengusap-usap pundak Tan Kat Sun)

Adegan 110 ( 01:03:26 – 01:04:14 )

Di restaurant pada siang itu terlihat ada satu orang pelanggan wanita

berambut panjang dan berwajah sipit berumur sekitar 26 tahun .

Ping Hen dari dalam rumah berjalan ke area restaurant dengan membawa

selembar kertas berwarnac cokelat. Ping Hen menghampiri meja kasir tempat

Lim Giok Lie duduk sambil mengambil lem yang terletak di meja kasir itu

Sikap Ping Hen yang berbeda dengan orang tuanya. Ping Hen tidak mentoleriri waktu untuk beribadah sedangkan orang tuanya memberikan kebebasan bahkan mengingatkan pegawainya untuk beribadah.

Penggunaan kata kecinaan yang menunjukan identitas seseorang dalam film ini juga dutunjukan pada adegan 22 dan 86)

Menunjukan sikap Soleh yang masih kesal terhadap Ping Hen.

Memperlihatkan kesehatan Tan Kat Sun sudah semakin parah dan hanya Lim Giok Lie setia merawatnya

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 276: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

dan mulai mengoleskan lem tersebut pada selembar kertas yang ia bawa.

Lim Giok Lie : “Apa tuh Hen?”

Lim Giok Lie mencoba melihat kertas yang di bawa Ping Hen namun Ping

Hen menahan tangan Lim Giok Lie

Hendra : “Udah mami diem aja.”

Setelah selesai mengelem kertas itu Ping Hen berjalan ke depan restaurant

diikuti dengan Lim Giok Lie yang ikut beranjak dari tempat duduknya dan

mengikuti Ping Hen berjalan

Istri Pak Tan : “Hen apa-apaan tuh?”

Pelanggan restaurant yang sedang makan ikut juga melihat gerak-gerik Ping

Hen.

Ping Hen menempelkan secarik kertas yang ia bawa ke pintu masuk

restaurantnya, papan tersebut berisikan pengumuman bahwa “Tutup pada

hari lebaran pertama. Buka lagi pada hari lebaran kedua”. Lim Giok Lie

kemudian membaca pengumuman yang dibuat Ping Hen dan ia pun terkejut.

Menuk yang mengintip dari jendela restaurant hanya bisa terdiam tanpa

memprotes.

Lim Giok Lie : “Kita buka lima hari sesudah lebaran.”

Ping Hen : “Yang kaya gitu tuh restaurant kita gak akan gede-gede Mi.

Sekarang udah ndak lagi.”

Sikap yang kurang sopan juga di tampilkan Ping Hen dalam adegan ini.

Ketika restaurant sudah dipercayakan kepada Ping Hen maka orang lain walaupun Ibunya tidak bisa ikut campur mengelola restaurant tersebut karena restaurant tersebut sudah menjadi tanggung jawab Ping Hen.

Adegan ini menggambarkan bahwa Ping Hen memutuskan untuk memberikan libur lebaran lebih sedikit dari biasanya agar restaurant tersebut mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan moment lebaran. Karena pada saat lebaran orang banyak yang memilih untuk makan bersama keluarganya di luar dan pada saat lebaran orang mempunyai uang yang lebih yang mereka dapat dari THR. Sehingga konsumsi masyarakat saat lebaran lebih tinggi. (Alasan tersebut ada pada adegan 130 )

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 277: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Lalu Ping Hen berjalan ke halaman depan restaurant setelah memasang

pengumuman tersebut untuk memasang lembaran pengumuman tersebut di

kaca luar restaurant. Lim Giok Lie terus berteriak menasehati Ping Hen.

Lim Giok Lie “Kita harus menghargai yang lebaran.”

Ping Hen : “Apa mereka ngehargain kita Mi?”

Ping Hen mencopot pengumuman sebelumnya yaitu “Tetap Buka Pada Bulan

Puasa” dan mengganti pengumuman tersebut dengan pengumuman yang ia

buat.

Lim Giok Lie : “Papimu pasti marah.”

Ping Hen : “Papi, Papi. Papi mau saya terusin bisnis dia, ini caranya.”

Lalu Ping Hen masuk kembali ke dalam restaurant.

Adegan 111 ( 01:04:15 – 01:04:24 )

Ping Hen masuk ke dalam restaurant dan melihat Menuk sedang bekerja

merapihkan meja restaurant kemudian mereka saling bertatapan lalu Ping Hen

berjalan dan melihat para pegawainya yang menatap perilaku Ping Hen

sehabis mengumumkan pengumuman tersebut.

Ping Hen : “Ayo kerja lagi, kerja lagi ! Gak usah protes ? ”

Lalu para pegawainya pun kembali bekerja sesuai tugas mereka masing-

masing.

Adegan 112 ( 01:04:25 – 01:04:46 )

Lim Giok Lie sedang beribadah di dalam rumahnya, dikelilingi oleh lilin-lilin

merah di sekitarnya. Di luar restaurant Menuk hanya duduk termenung.

Adegan 113 (01:04:47 – 01:05:03 )

Pada malam hari tampak beberapa orang sedang berjalan keluar dari mesjid

tersebut dengan menggunakan pakaian muslim dan membawa sejadah serta

sarung.

Bagi perempuan mereka membawa mukena dan sejadah di tangannya. Di atas

pintu masuk mesjid tersebut tertulis Marhaban Ya Ramadhan. Lalu ada

Mungkin Ping Hen menganggap orang Islam tidak menghargainya karena bentuk ejekan kecinaan yang sering ia terima dari orang-orang muslim. Atau prasangka-prasangka negative yang diberikan orang muslim kepada orang-orang Tionghoa.

Adegan ini menunjukan perubahan sikap yang diterima para pegawai setelah restaurant dikendalikan oleh Ping Hen. Tidak ada kebebasan bagi para pegawai untuk mendapatkan haknya atau menyuarakan haknya. Misal waktu untuk sholat dan pendapat mengenai aturan yang dibuat.

Memperlihatkan ritual keagamaan tertentu.

Marhaban Ya Ramadhan berarti Selamat datang hai Bulan Suci Ramadhan.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 278: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

beberapa orang saling bercakapan sesudah pulang sholat tersebut

Perempuan : “Aku mau pulang dulu ya.”

Laki-laki : “Sampai besok ya?”

Adegan 114 ( 01:05:04 – 01:06:54 )

Pada Malam hari suasana sangat ramai di depan masjid, orang-orang baru saja

selesai menunaikan sholat tarawih dan terdengar alunan seseorang yang

sedang mengaji setelah sholat usai.

Di luar masjid Rika menunggu Abi dan Surya selesai Sholat tarawih di

pedangang mie ayam yang berjualan tak jauh dari masjid tersebut. Setelah

Sholat tarawih selesai Abi dan Surya segera menemui Rika yang sudah

menunggunya dan duduk bersama-sama Rika di tukang mie ayam tersebut.

Rika : “Mau mie ayam gak? ”

Lalu Surya memesan mie ayam sedangkan Abi langsung duduk di sebelah

Rika. Setelah memesan Mie ayam kemudian Surya ikut duduk bergabung

bersama Rika dan Abi.

Surya : “Kata Abi ada perlu. Ada yang mau diomongin yah?”

Rika : “Iya aku mau minta tolong.”

Surya : “Jadi Yesus lagi?”

Rika : “Ketagihan deh, gak (Rika yang saat berbicara sambil memegang

mangkuk mie ayamnya kemudian mangkuk tersebut di rebut oleh Abi yang

meminta makanan Rika)

Abi : “Bu, minta bu.”

Rika : “Iya sayang. (sambil memberikan mangkuk mie ayamnya kepada Abi

kemudian melanjutkan pembicaraan yang terpotong) Bukan anaknya temenku

itu lagi sakit,kritis, laki-laki.”

Surya : “Terus?”

Rika : “Tau gak tokoh idolanya siapa?”

Bentuk motivasi Rika kepada Abi adalah ia selalu mendukung kegiatan keagamaannya Abi dengan menunggu dan menjemputnya sehabis mengaji atau sholat.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 279: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Surya : “Mandala Siluman Sungai Uler. Mana saya tahu lah.”

Rika : (tertawa mendengar jawaban Surya) “Serius ah. Bukan.

Surya :”mana saya tau?”

Rika : “Santa Claus”

Surya : “Ini santa claus apa sinterklas?”

Rika : “Loh apa bedanya sih?”

Surya : “Yah kalau sinterklas itu, dia itu seorang Santo atau pendeta yah

pendeta di Spanyol. Nama aslinya tuh Santo Nicholas. Orangnya Kayaaaaa

banget, dia punya orang item sebagai budak peliharaannya juga banyak.

Nah, dia itu punya kebiasaan setiap hari kelahirannya tanggal 5 Desember,

dia merayakannya dengan membagikan hadiah sama anak-anak miskin. Nah,

pakaiannya juga kaya santo pake jubah putih panjang, pake topi panjang,

pake tongkat terus ujungnya ada bandul.”

Rika : “Oh jadi gak pake jeenggot putih terus gendut?”

Surya “Itu bisa-bisanya orang Amerika aja karena mereka gak punya hero,

ga punya jagoan. Makanya mereka ga mau sama kaya orang Spanyol. Nah

ini juga di gambarin ada yang tinggal di Kutub Utara, terus naik apa

namanya? Kereta yang ada rusanya, bisa terbang, masuk ke cerobong asap,

pakaian yang gendut, jenaka.”

Rika : “Ih, pinter yah kamu.”

Surya : “Dulu pernah memerankan sebagai Santa Claus”

Rika : “Nah itu bisa jadi orang baik?”

Surya : “Rampok yang menyamar menjadi Santa Claus”

Rika : (Rika tertawa mendengar cerita Surya) “Oke,oke, oke Mr.Antagonis,

mau gak nolongin aku jadi Santa Claus?”

Lalu Surya hanya tersenyum sambil berpikir tawaran dari Rika.

Adegan 115 ( 01:06:54 – 01:07:30 )

Di ruang tunggu rumah Sakit Rika dan Surya duduk menunggu teman Rika.

Adegan ini menunjukan bahwa pengetahuan Surya yang seorang Islam melebihi pengetahuan Rika yang seorang Katolik.

Adegan ini juga menunjukan penghayatan Surya terhadap peran-peran yang di dapatkan selama ini. Sehingga ia mengetahui asal usul peran yang di dapatkan untuk memaksimalkan pekerjaannya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 280: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Surya sudah siap dengan pakaian Santa Clausnya memakai jenggot putih dan

topi panjang berwarna merah serta perutnya yang gendut.Surya menunggu

teman Rika dengan wajah yang grogi dan sambil mengumamkan lagu jingle

bell dan menggoyang-goyangkan kakinya. Tak lama kemudian teman Rika(

suami dan istri) datang sambil membawa kado dan meminta Surya untuk

memberikan hadiah tersebut kepada anaknya.

Teman perempuan Rika : “Maaf yaa nunggu lama.”

Rika : “Gak apa-apa kok.”

Teman Rika (Suami) : “Maaf sudah menunggu.”

Teman Rika (istri) : “Terimakasih sudah menunggu, bisa minta tolong

berikan ke Abi?” (Sambil memberikan kado yang telah mereka siapkan)

Surya bingung karena harus memberikan hadiah tersebut kepada Abi. Abi

adalah nama yang sama dengan nama anak Rika. Sehingga Surya menatap

Rika dengan wajah penuh tanda Tanya sebelum menerima kado tersebut.

Rika : “Namanya Abi, sama kaya nama anak aku.”

Teman Rika ( Suami) : “Iya namanya Abi.”

Kemudian Surya tersenyum dan menerima kado tersebut untuk diberikan

kepada Abi.

Teman perempuan Rika : “Terimakasih ya sebelumnya.”

Surya : “Insya Allah, Insya Allah.”

Teman perempuan Rika : “Mari” (Mengajak Surya dan Rika untuk menuju

kamar Abi)

Adegan 116 ( 01:07:32 – 01:09:31 )

Teman perempuan Rika membuka pintu kamar perawatan anaknya, diikuti

dengan suaminya dan Rika. Abi yang saat itu sedang menggambar dengan

menggunakan oksigen dan penutup kepala tak menghiraukan kedatangan

mereka sampai ia mendengar suara Santa Claus datang.

Surya : “Hohohoho, jingle bells, jingle bells, Jingle all the way, Oh what fun

it is to ride, In a one-horse open sleigh, hei, Hohohoho, jingle bells, jingle

Adegan ini memperlihatkan bentuk saling tolong menolong antar sesama umat beragama menunjukan bahwa kita sebenarnya dapat hidup berdampingan dengan menghilangkan status-status yang menjadi pembatas dan penghambat bentuk perdamaian.

Identitas keislaman Surya tetap ditonjolkan dalam adegan ini dengan mengucapkan Insya Allah yang artinya adalah Jika Allah mengizinkan.

Artinya :

“Bel berbunyi sepanjang jalan, sangatlah menyenangkan naik diatas kereta luncur yang dibawa oleh

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 281: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

bells, Jingle all the way, Oh what fun it is to ride, In a one-horse open sleigh.

Rika dan orang tua Abi juga ikut menyanyikan lagu jingle bells. Abi yang

tadinya sedang mewarnai berhenti untuk melihat tokoh favoritenya tersebut.

Surya terus joget berputar-putar sambil menyanyikan lagu itu dan

menghampiri Abi dengan membawa hadiah di tangannya.

Surya : “Abi Santa bawa hadiah untuk kamu. Karena kamu adalah laki-laki

yang kuat. Maka Santa memberikan kamu…..”

Lalu Surya mengeluarkan hadiah robot-robotan yang sebelumnya sudah di

berikan oleh orang tua Abi kepada Surya. Abi melihat robot-robotan tersebut

tersenyum senang.

Surya : “Hohohohoho”

Surya menggoyang-goyangkan badannya seperti robot yang ia pegang. Lalu

kemudian Surya memberikan robot-robotan itu kepada Abi.

Abi memainkan robot-robotan itu dan menekan tombol pada robot-robotan

tersebut sehingga robot itu mengeluarkan suara dan lampu yang menyala di

badan robot tersebut.

Surya : “Hohohoho, Abi, Apa yang Abi minta Santa akan penuhi. Hohohoho,

Abi minta apa? Abi minta apa?”

Abi menatap Surya sejenak lalu melambaikan tangannya kepada Surya agar

Surya lebih mendekat kepadanya. Surya dengan wajahnya yang bingung

kemudian melirik kearah Rika dan orang tua Abi. Lalu Surya melangkah

seekor kuda”

Bentuk Sifat Santa Claus yang memberikan hadiah kepada anak-anak yang baik

Bentuk sifat Santa Claus yang Jenaka.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 282: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

mendekati Abi.

Abi membuka kertas gambarnya, lalu memberikan sebuah kertas yang sudah

dilipat kepada Surya. Surya menerima secarik kertas yang diberikan oleh Abi,

lalu ia membuka kertas tersebut.

Dalam kertas tersebut terdapat gambar seorang malaikat menggunakan

jenggot pendek berwarna coklat sedang bergandengan tangan dengan seorang

anak kecil lalu di sebelah gamabar tersebut terdapat suatu kalimat “Abi ingin

pergi agar tidak menyusahkan Bapak – Ibu.”

Setelah itu adegan ini diiringi dengan lagu yang berjudul Kumbaya dengan

lirik :

Kumbayah my Lord, kumbayah Kumbayah my Lord, kumbayah Kumbayah my Lord, kumbayah Oh Lord, kumbayah Rika dan orang tua Abi penasaran isi kertas tersebut. Surya saat membaca

kertas itu kemudian menatap Abi dengan wajah yang kaget bercampur sedih.

Abi melanjutkan kegiatan mewarnainya tanpa melihat ekspresi wajah Surya.

Di dalam kamar perawatan Abi terlihat banyak kado di meja sebelah tempat

tidurnya. Lalu di sekeliling tembok kamarnya terdapat beberapa gambar yang

Abi gambar sendiri. Gambar tersebut ada seorang laki-laki berambut sebahu

memakai jenggot pendek berwarna coklat sedang memegang salib di tangan

kanannya dan menggandeng seorang anak kecil di tangan kirinya. Ada pula

gambar tiga orang yang sedang menaiki sebuah perahu dan diatas gambar

orang itu tertulis “Abi,Ibu,Bapak.”, Lalu di sebelah gambar itu ada seorang

Adegan ini mungkin ingin menunjukan sikap anak yang lebih ikhlas menerima keadaannya di banding dengan orang dewasa.

Artinya : Datanglah Tuhan, datanglah. Datanglah Tuhan, datanglah. Datanglah Tuhan, datanglah. Oh Tuhan, datanglah.

Menunjukan bahwa karena penyakitnya maka aktivitas Abi menjadi terbatas. Ia hanya bisa menggambar. Kebanyakan gambarnya adalah gambaran malaikat yang menemani seorang anak kecil. Hubungan Abi dan Tuhannya terlihat pada banyaknya gambar yang menerangkan tentang ketuhanan berada di sekeliling kamarnya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 283: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

laki-laki berambut cokelat sebahu dan berjenggot pendek yang juga berwarna

coklat sedang memegang tongkat di tangan kanannya dan memegang tangan

anak kecil di sampingnya, di samping anak kecil tersebut terdapat sebuah

gereja.

Surya hanya bisa berusaha menampilkan wajahnya yang menahan haru

Surya : “Hohohohohoho” (dengan nada lirih menahan tangis)

Adegan 117 (01:09:31 – 01:09:46)

Surya dengan pakaian Santa Clausnya duduk di trotoar jalanan dan menangis

dengan kencang sambil memegang robot yang dijadikan hadiah untuk Abi.

Seorang pengendara sepedapun aneh melihat tingkah laku Surya di pinggir

jalan tersebut.

Adegan 118 ( 01:09:47 – 01:09:57 )

Di depan mesjid Surya dengan pakaian Santa Clausnya sedang makan, lalu ia

kemudian berhenti makan dan duduk termenung di kursi pedagang makanan

tersebut.

Di sebelah Surya ada seorang anak kecil perempuan menggunakan pakaian

muslimnya hanya menatap Surya yang sedang termenung sambil menyantap

makanannya.

Adegan 119 ( 01:09:58 – 01:10:24 )

Di dalam mesjid Surya sedang duduk di atas sajadah di depan surya diletakan

sebuah robot dengan tangannya ke atas seakan-akan robot itu sedang berdoa.

Bentuk rasa terharu Surya diluapkan dalam tangisannya. Sikap terharu yang ditunjukan Surya mungkin karena ia menyadari di Dunia ini masih banyak orang yang lebih menderita daripadanya. Ia menyadari bahwa di dunia ini ia ternyata memiliki nilai dan berguna untuk orang lain (berperan sebagai santa Claus agar dapat menyenangkan orang lain) dan bukan sekedar jadi figuran semata.

Mungkin adegan ini mencoba menggambarkan bentuk intropeksi yang ia lakukan adalah duduk melamun.

(?) Kenapa Robot yang seharusnya di berikan kepada Abi berada di tangan Surya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 284: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Surya terus memandangi robot tersebut.

Saat Surya sedang memandangi robot itu datanglah Soleh dengan

menggunakan sarung,baju koko dan peci. Soleh melihat Surya yang

termenung memandangi robot tersebut.

Soleh : “Heh, Sur.”

Surya menoleh kea rah Soleh

Soleh : “Berdoa tuh pake tasbih bukan pake robot.”

Lalu Surya mengambil robot tersebut dari hadapannya. Di dalam mesjid itu

juga tampak Soleh yang sedang duduk berkumpul dan berbincang-bincang

bersama teman-teman jamaah yang lainnya.

Adegan 120 ( 01:10:25 – 01:10:48 )

Pada malam hari di depan mesjid ada seorang laki-laki bertubuh gemuk,

memakai pakaian koko, sarung dan peci sedang makan. Lalu ada seorang

temannya bertubuh kurus yang juga memakai sarung,peci dan baju koko

berlari menghampirinya.

Teman kurus : “Ayo bangun.”

Teman gendut : “Belum abis.”

Teman kurus : “Ayo nanti ketinggalan.”

Teman gendut : “Aaah, Y owes se se .”

(?) Maksud dari Surya membawa bawa robot tersebut ?

(?) Apakah benar fungsi tasbih untuk berdoa ?

Fungsi masjid sebagai sebagai tempat kegiatan masyarakat. Yaitu dengan memanfaatkan mesjid sebagai tempat sharing soal keagamaan dan dan tempat kumpul umat islam

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 285: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Lalu ia memberikan mangkuk tersebut kepada pedangan makanan yang

berjaga di gerobaknya.

Teman gendut : “Eh, titip yo.”

Pedagang : “Iya mas.”

Lalu kedua pria tersebut berlari menuju ke dalam mesjid.

Tak jauh mereka yang sedang berlari, Ping Hen melintas di depan mesjid itu

dan Ping Hen melihat orang yang sedang terburu-buru itu masuk ke dalam

mesjid.

Di depan pintu halaman mesjid Menuk dan Rifka baru saja datang dengan

membawa mukena dan sajadah di tangannya. Ping Hen melihat menuk yang

akan masuk ke dalam mesjid lalu kemudian Menuk juga tak sengaja melihat

Ping Hen yang berdiri menatapnya.

Menuk : “Rif, kamu duluan aja ya nanti mbak nyusul.”

Rifka : “Iya mbak.”

Ping Hen segera pergi menjauhi mesjid setelah melihat Menuk. Kemudian

Menuk menyusul Ping Hen

Adegan 121 ( 01:10:49 – 01 :12:54 )

Mereka terus berjalan. Ping Hen berjalan dengan cepat untuk menjauhi

Menuk, tetapi Menuk terus mengejar Ping Hen sampai akhirnya mereka

berada di satu jalanan yang sepi dan gelap, tidak terlalu lebar sertadi kanan

kirinya terdapat rumah dan beberapa gerobak dagangan .

Menuk : “Ko, (Ping Hen terus berjalan tanpa menghirakan sapaan Menuk,

dan Menuk terus mengejar Ping Hen) Ko Hendra, Ko !”

Keengganan Ping Hen untuk menyapa Menuk.

Adegan ini juga memperlihatkan bahwa Ping Hen menghindarkan dirinya untuk berinteraksi dengan Menuk. Seperti pada adegan-adegan sebelumnya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 286: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Setelah nada suara Menuk dinaikan Ping Hen pun berhenti berjalan tanpa

menatap Menuk yang ada di belakangnya.

Ping Hen : “Kamu tahu toh dari dulu aku ndak suka di panggil koko.”

Menuk : “Maaf Mas.”

Ping Hen mulai membalikan badannya menatap Menuk dan Menuk

memajukan langkahnya untuk berbicara lebih dekat dengan Ping Hen. Ping

Hen terus menatap Menuk dan Menuk akhirnya berbicara dengan menahan

tangisnya kepada Ping Hen tanpa melihat wajahnya.

Menuk : “Maaf kalau saya pernah menyakiti mas Hendra. Saya tahu dulu

kita pernah.... pernah punya cerita yang mungkin menurut Mas Hendra gak

enak. ( Perlahan Menuk mulai menatap wajah Ping Hen) Tapi buat saya itu

anugrah, karena Tuhan ngajarin cinta dalam agama yang berbeda. Saya

minta, Mas jangan lampiasin rasa marah Mas Hendra ke suami saya atau ke

orang tua Mas Hendra. Itu aja mas. Assalamualaikum.”

Ping Hen hanya menundukan kepala dan diam, kemudian Menuk pergi

meninggalkan Ping Hen yang berdiri terpaku di tempatnya. Setelah Menuk

pergi, Ping Hen mengangkat kepalanya dan melihat Menuk berjalan menjauh.

Ping Hen : “Waalaikumsalam”

Di adegan 120 – 125 diiringi dengan lagu Sheila on 7 berjudul “Yang

Terlewatkan” dengan lirik :

Kemana kau s’lama ini Bidadari yang kunanti

Menunjukan bahwa Ping Hen yang keturunan Tionghoa pun tidak suka apabila orang-orang menyebutkan dirinya dengan ciri khas etnisnya.

(?) Mengapa Ping Hen tidak suka di panggil koko?

Alasan mengapa Ping Hen sering bersikap sinis dan kerasa kepada orang lain. Mungkin Sikap tersebut adalah bentuk kekecewaanya karena merasa dikhianati.

Menjelaskan bahwa kasih sayang dapat diberikan kepada siapa saja tanpa memandang perbedaan agama yang mereka anut.

Bentuk sikap menghargai Ping Hen kepada Menuk adalah dengan menjawab salam.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 287: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Kenapa baru sekarang Kita dipertemukan Sesal tak ‘kan ada arti Karna semua t’lah terjdi Kini kau t'lah menjalani Sisa hidup dengannya Mungkin salahku… Melewatkanmu… Tak mencarimu… Sepenuh hati… Maafkan aku… Kesalahanku… Melewatkanmu… Hingga kau kini… Dengan yang lain… Maafkan aku… Jika berulang kembali Kau tak akan terlewati Segenap hati kucari Di mana kau berada Walau ku terlambat Kau tetap yang terhebat Melihatmu… Mendengarmu… Kaulah yang terhebat Adegan 122 ( 01 :12:54 – 01:13:15 )

Ping Hen berjalan dengan tatapan kosong di suatu pertokoan di daerah Pasar

Baru. Hujanpun turun namun Ping Hen tetap berjalan tanpa berteduh lebih

dahulu. Ping Hen berjalan melewati temapt kos Surya dulu dan pedagang

kaligrafi yang terbuat dari kayu, serta melewati pengamen jalanan yang

mengamen di depan barber shop.

Adegan 123 ( 01:13:16 – 01:13:42 )

Ping Hen mengambil sebuah kotak yang berada di lemari buku kamarnya,

lalu ia duduk di atas tempat tidurnya dan membuka kotak tersebut.

Setting tempat adalah di daerah Pasar Baru

Kegalauan yang dirasakan Ping Hen membuatnya tidak peduli akan hujan yang membasahi dirinya.

Adegan ini menunjukan bahwa dahulu mereka mempunyai hubungan yang dekat dengan penggambaran foto dalam adegan ini.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 288: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Di dalam kotak tersebut terlihat foto antara Menuk yang sedang

menggandeng tangan Ping Hen di depan restaurant .

Lalu Ping Hen membuka kembali lembaran foto yang lain, foto itu juga

adalah foto Ping Hen yang duduk sambil merangkul bahu Menuk.

Adegan 124 ( 01:13:43 – 01:13:52 )

Pada siang hari, Ping Hen membuang kotak yang berisikan kenangan antara

dirinya dan Menuk ke sungai yang arusnya mengalir cukup deras. Setelah

membuat kotak itu kemudian Ping Hen pergi.

Adegan 125 ( 01:13:53 – 01 :14:03)

Ping Hen melintas di depan mesjid dimana pada saat itu sedang

berkumandang adzan. Ping Hen berhenti sejenak dan melirik kearah mesjid

itu lalu berjalan kembali.

Adegan 126 ( 01:14:04 – 01:14:21 )

Rika dan Abi sedang duduk bersama di meja makan. Mereka sedang

mengucapkan doa niat puasa sama-sama dengan sama-sama mengangkat

tangan mereka untuk berdoa. Rika mengajarkan Abi mengucapkan doa niat

puasa dan Abi mengikuti apa yang Rika katakan.

Rika: “Nawaitu shouma ghodin”

Abi : “Nawaitu shouma ghodin”

Rika : “an adaa-I”

Mungkin adegan ini ingin menjelaskan bahwa Ping Hen membuang kenangan bersama Menuk mencerminkan sikap bahwa ia telah ikhlas Menuk bersama dengan orang lain dan memulai hidupnya yang baru.

Bentuk motivasi yang diberikan Rika kepada Abi terhadap kepercayaannya adalah dengan menemani Abi untuk sahur dan mengajarkan Abi membaca niat puasa.

Arti Niat Puasa :

Niat saya puasa di Bulan Ramadhan karena Allah.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 289: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Abi : “an adaa-I”

Rika : “fardhi syahri”

Abi : “fardhi syahri”

Rika : “romadhoona”

Abi : “romadhoona”

Rika : “haadzihis sanati”

Abi : “haadzihis sanati”

Rika : “lillaahi ta 'aala.”

Abi : “lillaahi ta 'aala.”

Abi dan Rika : “Amin”

Adegan 127 ( 01:14:22 – 01:14:45 )

Di halaman mesjid beberapa pemudia sedang menggotong beduk untuk

dinaikan ke atas becak. Seorang pemuda yang lainnya sedang menyapu

halaman mesjid.

Surya dan seorang pemuda bersama-sama sedang menggergaji bambu.

Seorang pemuda lagi memasukan minyak tanah ke dalam bambu yang sudah

terpotong-potong itu.

Pemuda yang satu lagi sedang menyumbat ujung bambu tersebut dengan kain.

Adegan 128 ( 01:14:46 – 01:15:21 )

Para Bapak-bapak, Ibu-ibu, Anak-anak, Remaja putri maupun putra berjalan

bersama-sama dengan mengenakan pakian muslimnya masing-masing dan

menyuarakan takbir serta beberapa orang lainnya membawa obor dan

kelompok yang lain memainkan rebana.

Walaupun berbeda agama Rika juga memberikan pemahaman agama kepada Abi sesuai dengan ajara agama Abi.

Persiapan menjelang malam takbiran. Para pemuda menyiapkan beduk dan beberapa lainnya membuat obor untuk memeriahkan malam takbiran itu.

Mesjid di jadikan sarana kegiatan kelompok agama Islam untuk mempersiapkan perayaan hari keagamaannya.

Perayaan takbiran adalah sebagai bentuk rasa suka cita yang dirasakan oleh umat Muslim karena tekah berhasil melawan hawa nafsu pada saat berpuasa.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 290: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

11 http://benudoang.blogspot.com/2009/09/sejarah-dan-makna-ketupat-lebaran_25.html Diunduh pada 29 Maery 2012 pukul 02:19

Dua orang bapak-bapak memukul beduk yang didorong oleh becak. Dalam

adegan ini tertulis HARI RAYA IEDUL FITRI.

Surya, Menuk, Soleh, dan Rifka turut juga dalam barisan tersebut. Tampak

wajah mereka yang bahagia di suasana perayaan hari raya Idul Fitri yang

cukup meriah walaupun keadaan malam itu diguyur dengan rintikan hujan.

Adegan 129 ( 01:15:22 – 01:15:27 )

Pada siang itu telihat beberapa orang sedang berjalan di sebuah gang dan

merka saling bersalaman ketika bertemu dengan orang-orang sesama muslim

(mengenakan pakaian muslim)

Adegan 130 ( 01:15:28 – 01:16:12 )

Di dalam rumah Menuk dan Rifka menyiapkan ketupat dan opor ayam. Soleh

menemani Mutia yang sedang bermain. Kemudian mereka duduk bersama di

lantai dua rumah menuk untuk menikmati hidangan lebaran tersebut.

Kebiasaan yang dilakukan sesama umat muslim pada hari raya Idul Fitri adalah saling memaafkan yang ditunjukan dengan bersalaman satu dengan yang lainnya

Simbol ketupat mencerminkan kebersamaan dan saling berbagi tercermin pada saat membuka ketupat dan membagikan ketupat tersebut kepada orang-orang. Selain itu, struktur ketupat pun sarat makna. Bungkusnya yang terbuat dari janur kuning yang rumit melambangkan berbagai macam dosa yang telah diperbuat oleh manusia. Namun, setelah dibelah, muncullah warna putih yang melambangkan kesucian.11

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 291: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Menuk : “Nih opornya, nih.”

Menuk menyiapkan piring untuk Soleh makan.

Menuk : “Nih Mas.”

Rifka : “Jadi besok mbak udah masuk?”

Menuk : “Iya Rif.”

Rifka : “Biasanya libur sampe lima hari mbak.”

Surya menunjukan wajahnya yang kaget mendengar hal tersebut lalu ia

menampilkan wajah yang kesal sambil menuangkan nasi ke dalam piringnya.

Menuk : “Ya makannya kita jalan-jalannya hari ini aja yah?”

Soleh : “Kenapa gak bolos aja toh? Gampang kok.”

Menuk : “Gak enak sama engko.”

Soleh : “Engkoh opo Hendra? Hah? Engkoh opo Hendra?

Menuk hanya menatap Soleh tanpa menjawab pertanyaanya.

Adegan 131 ( 01:16:13 – 01:17:14 )

Surya dengan menggunakan baju koko,sarung, dan peci berjalan di suatu

daerah perumahan lalu ia kemudian menyalami orang-orang yang berpapasan

di sekitarnya. Soleh berjalan memasuki pekarangan rumah Rika.

Surya : “Assalamualaikum.”

Memakan ketupat dan opor ayam pada saat lebaran adalah sebuah tradisi umat muslim pada saat lebaran

Bentuk pelayanan istri kepada suami adalah menyiapkan makanan untuk suaminya.

Momen lebaran di jadikan umat muslim untuk berkumpul bersama keluarga dan merekatkan tali kekeluargan.

Dalam adegan ini mungkin menggambarkan kecurigaan Soleh kepada Menuk karena Soleh mengetahui bahwa Menuk memiliki masa lalu.

Tradisi bersalaman dan mengunjungi kerabat pada saat lebaran merupakan bentuk rasa saling memaafkan.

Idul Fitri mempunyai arti kembali kepada kesucian.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 292: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Rika keluar dari dalam rumahnya dan menyambut Surya dengan senyuman.

Rika mengenakan pakaian kemeja bercorak bunga-bunga dan rok selutut

berwarna merah muda.

Rika : “ Waalaikumsalam, Selamat Idul Fitri”

Rika dan Surya kemudian bersalaman.

Surya : “Selamat Idul Fitri juga.”

Rika : “Masuk yuk”

Lalu Surya masuk ke rumah Rika dan kemudian Abi muncul dengan pakaian

koko,sarung dan juga pecinya sambil berlari memeluk Surya.

Abi : “Om Surya.”

Surya : “Waduh” (Sambil memeluk Abi juga)

Lalu Abi mencium tangan Surya dan kemudian mereka bertiga duduk di

ruang tamu rumah Rika.

Surya : “Lagi ngapain kamu? Ke rumah Yanti dong?”

Abi : “Tadinya sih mau ke rumah Yanti sama Ibu. Eh, tapi kata Ibu gak jadi.”

Abi berbicara sambil membuka kue lebaran yang ada di hadapannya. Setelah

mendengar penjelasan Abi lalu Surya melihat ke arah Rika.

Rika : “Ibu melarang saya, katanya menjaga perasaan Bapak.”

Bentuk rasa saling menghormati yang ditunjukan Rika adalah dengan mengucapkan selamat Idul Fitri

Hubungan Surya dan Abi yang terlihat semakin dekat setiap harinya.

Adegan ini menggambarkan bentuk ketidaksetujuan orang tua Rika atas pilihan agamanya. (Bentuk protes itu juga terlihat pada adegan 93) Tindakan yang dilakukan adalah antara anak dan orang tua tidak saling bertemu

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 293: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Surya : “Emang Eyang Yanti belum tahu kalau kamu…?”

Rika menggelengkan kepalanya sebelum Surya selesai menyelesaikan kalimat

pertanyaannya.

Surya : “ Sampai kapan?”

Rika : “Aku gak berani berharap.”

Kemudian Surya memakan kue lebaran yang ada sudah di buka oleh Abi.

Surya : “Minta ya?”

Rika : “Oh iya, Silahkan.”

Lalu Rika membukakan kue-kue lebaran yang lainnya yang terdapat diatas

meja ruang tamunya.

Adegan 132 ( 01:17:15 – 01:17:44 )

Di dalam Restaurant Ping Hen menelepon melalui ponselnya sambil berjalan

mondar mandir lalu akhirnya Ping Hen duduk diatas meja kasir.

Ping Hen : “Pokoknya aku gak mau tahu. Besok koe kirimin dagingnya kesini

yo? Besok restaurant ini buka. Ya udah kaya gini gak isa ngomongin

kebiasaan. Ndak isa, aku tuh udah ubah aturan kalau restaurant ini buka.

Jadi kowe kirimin dagingnya kesini yo?”

Kemudian Ping Hen menutup telepon genggamnya itu dan meletakannya di

atas meja. Saat ia meletakan handphonenya tersebut ia melihat foto dirinya

sewaktu kecil, Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie bersama yang tertempel di atas

meja itu.

Ping Hen kemudian melihat ke rah tumpukan buku yang ada di atas meja dan

ia melihat buku yang dipinjam Tan Kat Sun dari menuk lalu ia mengambil

buku tersebut dan melihat judul dari buku itu adalah “Rahasia dan Khasiat 99

Asmaul Husna” Lalu segera Ping Hen meletakan kembali buku itu diatas

meja.

Adegan ini juga menjelaskan bahwa keputusan yang dibuat Rika untuk berpindah agama tidak melalui diskusi dengan orang tuanya. Adanya salah satu pihak dari orang tua yang tidak mengetahui keputusan Rika tersebut karena keputusan tersebut mungkin masih dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 294: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 133 ( 01:17:45 – 01:18:07 )

Pak Tan diatas kasurnya dengan menggunakan penyanggah lehernya sedang

menyemprotkan bunga yang dirawat oleh dirinya dan Lim Giok Lie sejak

awal film ini. Lim Giok Lie sedang membereskan selimut disampingnya. Lalu

Tan Kat Sun melihat Ping Hen berjalan di depan kamarnya.

Tan Kat Sun : “Mau kemana Hen?”

Ping Hen : “Kebawah Pi.”

Lalu Hendra berjalan kembali dan Pak Tan melanjutkan menyemprotkan

tanamannya.

Tan Kat Sun: “Anak-anak diliburkan berapa hari Mi?”

Lim Giok Lie tidak menjawab pertanyaan Tan Kat Sun, ia terus membereskan

selimut dan tidak berani menatap wajah Tan Kat Sun. Tan Kat Sun

Adegan ini menunjukan keengganan Ping Hen untuk berkata yang sebenarnya kepada Papinya karena untuk menjaga kesehatan Papinya.

Mungkin Lim Giok Lie tidak menjawab pertanyaan Tan Kat Sun karena bingung karena takut mengganggu kesehatan Tan Kat Sun.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 295: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

menghentikan kegiatan menyemprot tanamannya dan menanyakan kembali

pertanyaan yang sama.

Tan Kat Sun : “Mi? Anak-anak berapa hari libur?”

Lim Giok Lie tetap diam tanpa menjawab pertanyaan Tan Kat Sun.

Adegan 134 ( 01:18:08 – 01:18:13 )

Di halaman depan restaurant tampak para pegawai sudah mulai sibuk bekerja.

Ada yang mengelap kaca restaurant dan ada yang sedang membawa bahan

makanan yang di pesan ke dalam restaurant. Kemudian Menuk datang dengan

membawa rantang masuk ke dalam restaurant.

Adegan 135 ( 01:18:14 – 01:18:44 )

Menuk masuk menuju dapur dan ia melihat Ping Hen sedang bertransaksi

dengan penjual daging. ayam

Ping Hen : “Piro iki mas?”

Tukang daging : “Biasa, 200 ribu.”

Ping Hen : “Besok kirim lagi dagingnya aku buka seperti biasa.”

Tukang daging : “Iya.”

Ping Hen : “Kamsiah”

Kemudian Ping Hen memanggil salah satu karyawannya untuk membawa

potongan ayam tersebut ke dapur.

Ping Hen : “Mas !”

Tanpa ia sadari Tan Kat Sun turun dari atas rumahnya dan memarahi Ping

Hen karena buka lebih cepat dari biasanya.

Tan Kat Sun : “Ping Hen ! apa-apaan ini? Apa-apaan ini?”

Ping Hen : “Pi, Papi ngapain disini?”

Tan Kat Sun: “Pulang semua, sana pulang, pulang. (mengusir para

pegawainya dari restaurant tersebut, dan para pegawaipun pergi untuk pulang)

Ini masih hari kedua lebaran.”

Dalam adegan mungkin ingin menjelaskan bahwa Tan Kat Sun mempunyai pengalaman bagaimana mengelola restaurant sehingga Tan Kat Sun mengetahui kebiasaan umat Muslim pada hari raya lebaran adalah berkumpul bersama keluarga. Sehingga ketika Tan Kat Sun mengetahui bahwa Ping Hen membuka restaurant lebih awal dari biasanya memunculkan sikap keras dari Tan Kat Sun.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 296: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

12 http://dapurfilm.com/2011/04/dialog-terbuka-film-tanda-tanya/ Diunduh pada 29 Maret 2012 pukul 08:58

Para pegawai pun berlarian keluar kecuali Menuk yang tetap berada dalam

restaurant tersebut.

Ping Hen : “Pi, aku cuma ngejalanin seperti biasa kok Pi.” (Sambil

menghalangi Pak Tan yang mengusir para pegawainya dan berusaha menutup

pintu restaurant). Pi tunggu pi. Pi, denger dulu, denger. Saat lebaran itu

orang-orang pada makan di luar karena pembantunya pada mudik. Kalau

restaurant kita tutup kita ndak dapet untung pi.”

Tan Kat Sun: “Denger kamu ya, denger ! Ngejalanin Bisnis itu tuh bukan

cuma untung doang. Ngerti kowe? Tutup, tutup !”

Ping Hen terus menahan tan Kat Sun yang akan menutup pintu restaurant.

Adegan 136 ( 01:18:45 – 01:19:15 )

Soleh dan beberapa rombongan temannya berjalan menuju restaurant Tan Kat

Sun dengan membawa sepotong kayu. Mereka berjalan dengan cepat dan

Tan Kat Sun memaksa para pegawai untuk pulang. Bentuk sikap tersebut adalah bentuk saling menghargai dan menghormati terhadap hari kebesaran umat-umat beragama.

Alasan logis Ping Hen mengapa tetap ingin berjualan pada saat lebaran adalah untuk mendapatkan unung yang besar.

Mungkin maksud dari bukan Cuma untung doang adalah kita harus melihat keadaan sekeliling kita dan harus beradaptasi dengan masyarakat sekitar agar restaurant tersebut dapat diterima dan dinilai dengan baik.

Adegan penyerbuan ini didasarkan pada dendam Soleh yang memiliki konflik dengan Ping Hen dan juga kecemburuan Soleh karena Menuk lebih memilih kerja di bandingkan dengan berkumpul bersama keluarganya. 12

Akibat adanya kecemburuan dan sikap yang bodoh menimbulkan konflik di masyarakat. Pembukaan restaurant pada saat lebaran di jadikan kambing hitam atas kekesalan Soleh kepada Ping Hen.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 297: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

menampilkan wajahnya yang marah sebelum restaurant itu tutup sepenuhnya.

Ping Hen masih berdebat dengan Tan Kat Sun tentang penutupan restaurant.

Saat mereka sedang berdebat rombongan tersebut datang.

Romobongan : ““Allahhu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar ”

Lalu kemudian rombongan tersebut mulai memecahkan kaca dan merusak

meja-meja yang ada di dalam restaurant, dan apapun yang ada di restaurant

tersebut hancur oleh amukan romobongan itu.

Soleh dengan wajah marahnya memukuli Ping Hen dengan kayu dan

beberapa orang lainnya menghancurkan kaca dan bahan makanan restaurant,

Tan Kat Sun menghalangi mereka untuk tidak merusaknya.

Tan Kat Sun melihat Ping Hen yang terus dipukuli oleh Soleh dan Tan Kat

Sun berusaha melindungi Ping Hen dari pukulan Soleh.

Menuk menarik Lim Giok Lie untuk masuk ke dalam ruangan lain yang ada

di restaurant itu dan bersembunyi sementara kegaduhan di luar tetap terjadi.

Adegan 137 ( 01:19:16 – 01:19:23)

Surya dan Rika yang sedang menaiki becak melintas di depan Restaurant Tan

Kat Sun dan mereka melihat sedang terjadi kerusuhan. Lalu segera Surya

turun dari becak untuk menghalangi salah seorang pemuda yang sedang

menghancurkan kaca restaurant tersebut. Namun Naas Surya juga mengalami

pukulan dari rombongan pemuda yang marah tersebut

Adegan 138 ( 01:19:24 – 01:20:14 )

Allahu Akbar berarti Allah Maha Besar

(?) Isu apa yang disebarkan Ping Hen sehingga orang-orang mau membantunya untuk menghancurkan restaurant Tan Kat Sun

Bentuk bahwa sebenarnya kekesalan yang dituju oleh Soleh adalah Ping Hen terlihat Ping Hen yang pertama kali dan terus menerus dipukul oleh Soleh

Menunjukan bahwa kemarahan berakibat kepada butanya mata dan hati kita terhadap sifat-sifat kemanusiaan..

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 298: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

13 Idem dapur film

Menuk dan Lim Giok Lie berhasil menyelamatkan diri ke dalam restaurant

begitupun dengan Ping Hen ia berhasil bersembunyi dari amukan pemuda

tersebut.

Tetapi Tan Kat Sun masih berada di luar untuk menghadang rombongan

tersebut lebih lanjut menghancurkan restaurant yang ia bangun. Kemudian

Tan Kat Sun terkena pukulan kayu dari soleh tepat di bagian perutnya. Lalu

Tan Kat Sun jatuh terkulai lemas.

Menuk yang berencana kembali ke restaurant setelah mengamankan Lim

Giok Lie melihat kejadian tersebut. Lalu berlari untuk menolong Tan Kat

Sun

Menuk : “Ko !”

Soleh hanya diam dan kaget melihat Tan Kat Sun yang terkulai jatuh ke

lantai. Ping Hen hanya mengintip dari tempat persembunyiannya tanpa berani

keluar dan sambil menangis.

Saat sedang berusaha menyadarkan Tan Kat Sun, Menuk kemudian melihat

kearah Soleh dengan tatapan yang masih kaget.

Adegan 139 ( 01:20:15 – 01:20:36 )

Menuk setelah kejadian tersebut menangis dan mengurung diri di kamar.

Soleh yang mencoba memberi penjelasan kepada Menuk hanya dapat

berteriak dari luar kamar tanpa dibukakan pintu ataupun dijawab oleh Menuk.

Adegan ini memperlihatkan rasa cinta Tan Kat Sun kepada restaurant yang sudah ia bangun. Walaupun keadaannya sedang sakit dan ia hanya melindungi restaurantnya seorang diri namun tetap ia lakukan.

Loyalitas Menuk kepada restaurant tersebut adalah ia tidak melarikan diri saat kerusuhan itu terjadi justru Menuk menyelamatkan Lim Giok Lie dari amukan massa.

Adegan ini menunjukan bahwa tindakan yang dilakukan Soleh semata—mata ingin dianggap dan bernilai di mata Menuk dan keluarganya. Niat untuk membela Menuk dari aturan Ping Hen yang memotong hari libur lebaran berdampak pada kurangnya rasa hormat dan nilai Soleh di mata Menuk.

Hal ini terlihat dari Menuk yang tidak membukakan pintu dan menjawab perkataan suaminya. Sebagai seorang istri seharusnya melayani suami dalam keadaan apapun. Karena pandangan Menuk kepada Soleh telah berubah maka Menuk bersikap seperti itu. 13

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 299: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Surya : “Nuk kamu jangan pikir macem-macem dulu dong, Aku tuh ga ada

maksud apa-apa Nuk. Aku cuma pengen punya arti, Nuk. Biar aku dianggap,

dimata kamu, keluargaku, anakku, agamaku. Dianggap laki-laki.”

Adegan 140 ( 01:20:37 – 01:20:51)

Lim Giok Lie duduk sambil memijat-mijat lengan Tan Kat Sun di samping

tempat tidurnya. Tan Kat Sun terkulai lemas dan Ping Hen mengintip dari

pintu kamar Tan Kat Sun. Ping Hen mengusapkan wajahnya dengan kedua

tangannya lalu Ping Hen pergi ke bawah restaurant.

Adegan 141 ( 01:20:52 – 01:22:53)

Ping Hen berada di bawah restaurant yang sudah hancur berantakan. Pecahan

kaca tersebar di lantai dan di sekitar ruangan tersebut, meja dan kursi sudah

tidak tersusun lagi bentuknya. Kemudian Ping Hen melihat buku Rahasia dan

Khasiat 99 Asmaul Husna tertutup oleh tumpukan kayu. Lalu ia mengambil

buku tersebut dan mulai membacanya. Ping Hen membuka lembar demi

lembar dan dalam lembaran pertama yang ia baca adalah :

“Hanya milik Allah asmaulhuzna maka bermohonlah kepadanya dengan

menyebut asmaulhuzna itu dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang

dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan

mendapat dari apa yang mereka kerjakan.”

Allah

“Berdzikir dengan ( nama) ini sebanyak 1000 kali setiap hari, akan

menyembuhkan penyakit hati yang ragu-ragu dengan keyakinan terhadap

Allah (Insya Allah)”

Ya Allah

Lalu Ping Hen membuka lembara berikutnya dan disitu tertulis :

“Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah

agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan

akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha

Memeihara segala sesuatu .”

Al – Hafizh ( Maha Memelihara)

Adegan ini menunjukan bentuk kasih sayang yang diberikan Istri kepada suaminya dan memperlihatkan karakter Lim Giok Lie yang setia menemani Tan Kat Sun.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 300: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Lembaran berikutnya adalah :

“Tatkala Allah memberimu kepada keduanya seorang anak yang sempurna,

maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah

dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa

yang mereka persekutukan.”

Al – Aliyy ( Maha Tinggi )

Lalu Ping Hen terus membaca buku itu dengan serius, lembar demi lembar ia

baca secara perlahan

“Demikianlah karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan

sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil

dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Al – Kabir ( Maha Besar )

“Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya

kamu saling meminta satu sama lain, dan (Peliharalah) hubungan

silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

Al – Muqit ( Maha Menjaga )

“Dan sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang, tak ada keraguan padanya,

dan bahwasannya Allah membangikitkan semua orang di dalam kubur.”

Al – Baits ( Maha Membangkitkan )

“Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang Hidup

kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”

Al Hayy ( Maha Hidup )

“Dialah yang awal dan yang akhir, yang lahir dan yang batin, dan Dia Maha

Mengetahui segala sesuatu.”

Al – Akhir ( Maha Akhir )

Kemudian di dia akhir buku tersebut Ping Hen membuka lembaran

selanjutnya, lembaran itu adalah lembara terakhir yang berisikan kertas putih

dan di atasnya tertulis Buat Menukku (dari Hen)

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 301: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 142 ( 01:22:54 –01:25:12 )

Lim Giok Lie duduk di samping tempat tidur Tan Kat Sun yang sedang tidur

terlentang. Kemudian Ping Hen datang dan masuk ke dalam kamar Tan Kat

Sun sambil membawa buku Rahasia dan Khasiat 99 Asmaul Husna. Lim

Giok Lie melihat kedatangan Ping Hen.

Lim Giok Lie : “Pi, Hen Pi.”

Pak Tan tanpa menggerak hanya menjawab pernyataan Lim Giok Lie dangan

menggumam.

Tan Kat Sun : “mmm..”

Ping Hen kemudian berjalan mendekati tempat tidur Tan Kat Sun.

Ping Hen : “Maafin Ping Hen Pi, sekarang aku ngerti kenapa Papi selalu

baik sama orang yang bukan seagama, sekalipun mereka ndak baik sama

Papi.”

Ping Hen berkata seperti itu sambil memegang buku tersebut dengan kedua

tangannya. Tan Kat Sun diam sesaat, lalu kemudian ia memanggil Ping Hen

dengan suara perlahan.

Tan Kat Sun : “Sini Hen.”

Ping Hen berjalan lebih dekat dengan Tan Kat Sun, kemudian Tan Kat Sun

mengangkat tangannya menggapai badan Ping Hen agar lebih mendekat dan

kemudian Tan Kat Sun membisikan sesuatu kepada Ping Hen. Setelah

Adegan ini menunjukan Ping Hen berubah sikapnya dalam menanggapi sikap saling menghormati dan menghargai antar sesama umat beragama setelah membaca buku asmaul husna itu.

(?) Tapi adegan ini tidak memberikan kejelasan di bagian mana Ping Hen mengerti hal tersebut.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 302: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

membisikan sesuatu tersebut Ping Hen tampak diam dan termenung.

Pak Tan : “Kamu, Kamu janji Hen?” (sambil memegang lengan Ping Hen)

Ping Hen : “Iya Pi, Hen janji.”

Setelah mendengar janji Ping Hen kemudian tangan Tan Kat Sun terkulai

lemas jatuh dan ia sudah tak sadarkan diri lagi.

Ping Hen : “Pi? Papi?”

Tak ada jawaban dari Tan Kat Sun kemudian Ping Hen dan Lim Giok Lie

menyadari bahwa Tan Kat Sun sudah meninggal dunia. Lalu mereka

menangis di sebelah tempat tidur Tan Kat Sun. Ping Hen menggenggam

tangan Tan Kat Sun dengan erat lalu ia mencium tangannya sambil menangis.

Adegan 143 ( 01:25:13 – 01:25:22 )

Pak Tan meninggal dengan keadaan restaurant yang masih berantakan dan

belum ada perbaikan atau pembersihan di restaurant yang habis terkena

kerusuhan.

Tampak gambar klenteng dengan awan mendung di atasnya. Kemudian di

dalam kleneteng tersebut terdapat tia buah patung cina yang besar dan tiga

dupa yang menyala.

Adegan 144 (01:25:23 – 01:25:40 )

Hari itu hari raya natal hampeir tiba. Rika dan Abi sedang bersama-sama

menghias pohon natal di toko buku Rika.

Adegan ini mencoba memperlihatkan interaksi antar umat yang beragama untuk saling menghargai dan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 303: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 145 ( 01:25:41 – 01:25:47 )

Surya sedang meniupkan lilin di atas kue ulang tahunnya yang ke 30 tahun.

Abi dan Rika duduk di sebelahnya. Setelah Surya meniup lilin itu sampai

mati mereka bertepuk tangan merayakannya. Di sebelah meja makan tempat

Surya meniupkan lilin ulang tahunnya terlihat pula pohon natal yang sudah

terhias dengan cantiknya.

Adegan 146 ( 01:25:48 – 01:27:11 )

Ping Hen sedang berdiri di depan restaurantnya yang sedang dalam

perbaikan. Ia melihat para pekerja yang sedang memperbaiki restaurantnya

tersebut. Menuk melintas di depan restaurant itu dan melihat Ping Hen yang

sedang mengamati para pekerja, kemudian Menuk berdiri di samping Ping

Hen.

Menuk : “Mas saya belum sempet minta maaf dan ngucapin turut berduka

cita.”

Ping Hen : “Makasih Nuk.”

Kemudian Ping Hen kembali menatap restaurantnya kembali begitupun juga

menuk yang melihat restaurant itu sedang diperbaiki.

Ping Hen : “ Kira-kira kalau saya bangun restaurant lagi masih ada ndak ya

yang mau kerja buat saya ?”

Menuk : “Saya akan ajak semua temen-temen untuk balik lagi kesini Mas.”

menghormati serta dukungan satu sama lainnya.

Bentuk kedekatan anatara Abi, Surya dan Rika dalah dengan merayakan dan mengingat hari penting yaitu ulang tahun Surya.

Keraguan akibat tindakan di masa lalunya yang mempunyai sifat keras dan tidak menghargai pegawai membuat Ping Hen ragu apakah pegawainya tersebut memiliki loyalitas terhadap dirinya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 304: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Ping Hen : “Makasih”

Ping Hen tersenyum kepada Menuk. Lalu saat Menuk ingin pergi berjalan,

Ping Hen menyapa Menuk lagi.

Ping Hen : “Saya isa ndak ketemu sama Soleh? Saya janji akan ngomong

baik-baik sama dia.”

Menuk untuk sesaat berpikir sejenak.

Menuk : “Nanti saya sampein salamnya Mas Hendra, tapi dia belum bisa

ketemu sama mas sekarang.”

Ping Hen : “Kamu percaya Nuk kalau manusia itu bisa berubah?” (Sambil

kembali menatap restaurantnya)

Menuk : “Percaya Mas.”

Adegan 147 ( 01:27:12 – 01:28:24 )

Surya dan Abi duduk di sofa panjang dan Rika duduk di sofa kecil di

depannya sambil membawa sebuah buku yang berjudul Every Path Leads to

God dan membacakannya untuk mereka berdua. Abi tampak sedang

memainkan boneka santa claus di tangannya.

Rika : “Ini ada novel bagus banget, disini ada kata-kata yang aku suka. Ini

juga kado buat kamu. Aku bacain yah?”

Surya kemudian tersenyum kepada Rika. Lalu Rika membuka halaman yang

sudah ditandainya dengan pembatas buku.

Rika : “Manusia tidak hidup sendirian di dunia, tapi dalam setapaknya

masing-masing. Tiap manusia berjalan sendirian. Berjalan, berlari dan

sesekali berhenti. Semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke

arah yang sama. Mencari suatu hal yang sama dengan satu tujuan yang

sama, hingga semakin dengan ke tujuan manusia semakin menyadari. Bahwa

di sepanjang jalan setapak yang telah dilewati, dia takan pernah benar-benar

sendiri. Manusia akan selalu bersama apa yang dia cari, bersama tujuannya

yaitu Tuhan.”

Surya hanya duduk dengan menundukan kepalanya sambil mendengarkan

Perubahan yang Ping Hen lakukan terlihat dari nada bicaranya yang halus dan pelan dan sikapnya yang tidak menampilkan kemarahan.

Memperlihatkan hubungan yang semakin dekat antara Rika, Abi dan Surya seperti pada adegan-adegan sebelumnya.

Menunjukan bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan dari Tuhannya hanya dengan cara yang berbeda-beda.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 305: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Rika dengan seksama.

Adegan 148 ( 01:27:38 – 01:27:53 )

Menuk menjalankan tugasnya sebagai istri. Ia menyiapkan makanan untuk

anak,suami dan adik iparnya. Kemudian ia menyetrika baju kerja soleh.

Tetapi semua kegiatan yang ia lakukan tanpa menyapa Soleh. Ia bergerak

dengan wajah yang marah dan diam. Soleh hanya melihat Menuk yang

tampak masih marah kepada dirinya.

Adegan 149 ( 01:27:54 – 01:28:18 )

Pak Ustadz sedang mengajarkan mengaji pada anak-anak seusia Abi. Dari

celah-celah mesjid itu Ping Hen memandangi Pak Ustadz yang sedang

mengajar.

. Lalu Pak Ustadz melihat Ping Hen yang sedang memperhatikan kegiatan

mengaji yang ada di dalam mesjid dan kemudian Pak Ustadz memberikan

senyuman kepada Ping Hen. Ping Hen pun membalas senyuman Pak Ustadz.

Adegan 150 ( 01:28:25 – 01:28:37)

Adegan ini menampilkan Mesjid, Klenteng, dan Gereja yang ditutupi dengan

awan mendung diatasnya.

Adegan 151 ( 01:28:38 – 01:29:35 )

Di dalam ruang persiapan tampak Surya dan beberapa pemain sedang bersiap-

siap. Saat itu Surya berpakaian jubah panjang dan memakai tutup kepala

seperti kerudung. Di depan ruang persiapan terlihat Menuk yang sedang

Bentuk perubahan Sikap Menuk setelah kejadian penyerangan di restaurant Tan Kat Sun

Mungkin adegan ini mencoba memperlihatkan bahwa Ping hen yang mulai tertarik dengan Islam ditunjukan dengan sikapnya yang selalu memandang kearah Masjid dan memperhatikan ustadz mengaji dan memberikan ceramah kepada anak-anak.

Karena keseriusannya dalam menjalani peran yang dimainkan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 306: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

menghitung jumlah pemain dan kemudian ia berjalan menuju suatu meja yang

di penuhi kotak nasi.

Menuk : “Mbak Diah, ini di ruang drama ada 10 orang. Coba-coba itung”

Di luar pagar di depan ruang persiapan itu datanglah Soleh yang menghampiri

Menuk.

Soleh : “Nuk, aku mau minta maaf, aku minta maaf.”

Menuk kemudian berhenti sejenak dan berbicara kepada Soleh.

Menuk : “Mas, jangan sekarang yah? Saya lagi ribet.”

Lalu Menuk kembali merapikan kotak nasi yang ada di atas meja tersebut.

Soleh : “Nuk,aku minta maaf karena aku udah selalu ngerepotin kamu, Nuk.

Selalu bikin kamu kesel, aku selalu…”

Kemudian Menuk melihat Soleh kembali lalu ia berjalan mendekati Soleh.

Ping Hen berjalan ke area Menuk bekerja dan ia melihat Menuk sedang

berbicara dengan Soleh

Menuk : “Mas saya mohon banget, nanti aja ya kalau kita udah di rumah.”

Soleh : “Di rumah kamu selalu sibuk sama Mutia, Nuk”

Menuk : “Yaudah dimana aja asal jangan disini ya Mas.”

Lalu Menuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Ping Hen yang terus

memperhatikannya pembicaraan tersebut, lalu kemudian Surya pun berjalan

Surya terus mendapatkan tawaran untuk bermain drama. Walaupun peran yang ia mainkan tidak sesuai dengan ajaran agamanya.

Adegan ini juga menampilkan perilaku Menuk yang sudah tidak seperti dulu lagi kepada Soleh

Etnis Tionghoa identik dengan warna merah karena merah melambangkan keberuntungan.

Menuk menghindari berinteraksi dengan Soleh semenjak kejadian penyerangan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 307: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

dan berhenti di samping Ping Hen untuk mendengar percakapan Menuk dn

Soleh.

Soleh : “Aku cuma mau berarti buat kamu,Nuk. Berarti buat kamu.”

Menuk tidak menghiraukan perkataan Soleh dan ia terus bekerja. Surya

kemudian melirik kea rah Ping Hen lalu kemudian ia kembali berjalan untuk

memasuki ruang pentasnya.

Adegan 152 ( 01:29:36 – 01:30:13 )

Di dalam gereja Surya sedang bermain drama dengan pemain yang lain. Di

gereja tampak jemaat memenuhi ruangan tersebut dan mereka menyaksikan

drama tersebut dengan serius. Surya ditemani dengan seorang perempuan

yang sedang hamil. Lalu ia mengetuk setiap pintu rumah untuk meminta izin

agar wanita tersebut dapat melahirkan di tempat yang layak.

Pemilik rumah : “Maaf, tidak ada tempat. Pergi. Pergi.”

Lalu Surya dan wanita yang sedang hamil itu berjalan menuju rumah yang

lainnya dan mengetuk pintu rumah yang lainnya.

Surya : “Nyonya Istri saya sedang….”

Pemilik rumah : “Maaf rumah kami penuh, tidak ada tempat untuk itu.”

Saat drama sedang berlangsung, tiba-tiba Soleh masuk ke dalam gereja.

Pada adegan ini juga diiringin dengan lagu “Malam Kudus” yang berlirik :

Malam kudus, sunyi senyap,

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 308: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

bintang-Mu gemerlap Jurus'lamat manusia, ada datang di dunia Kristus Anak Daud, Kristus Anak Daud.

Anak kecil, Anak kudus, Tuhanku Penebus Tent'ra surga menyanyi merdu, bawa kabar kedatangan-Mu Kristus Anak Daud, Kristus Anak Daud.

Malam kudus, sunyi senyap, bitang-Mu gemerlap Aku datang ya Tuhanku, bersembahyang di kandang-Mu Dan mengucap syukur, dan mengucap syukur.

Adegan 153 ( 01:30:14 – 01:30:21 )

Seorang teman Banser Soleh sedang mencari keberadaan Soleh yang tidak

berjaga di luar halaman gereja.

Teman Banser : “Leh, Soleh, ?”

Teman Bansernya berkeliling namun tidak juga menemukan kehadiran Soleh.

Adegan 154 ( 01:30:22 – 01:30:39 )

Di dalam gereja drama Yesus dilahirkan terus dilanjutkan. Surya terus

menerus berusaha mengetuk satu pintu rumah ke rumah yang lain agar

istrinya dapat melahirkan.

Pemilik rumah : “Ah tidak, tidak, pergi, pergi !”

Soleh terus menyaksikan drama tersebut dari belakang. Lalu ia melihat ke

sekeliling gereja, ia melihat jemaat gereja yang juga sedang memperhatikan

drama tersebut.

(?) Apa yang menyebabkan Surya

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 309: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 155 ( 01:30:40 – 01:30:50)

Di luar halaman luar gereja terlihat beberapa Banser sedang berjaga. Teman

Soleh yang sedang mencari dirinya menanyakan keberadaan Soleh kepada

teman-teman Banser yang lainnya.

Teman Banser : “Liat Soleh ga? Liat Soleh ga?”

Banser 1 : “Tadi di dalem.”

Teman Banser : “Ngapain lagi di dalem? Suruh keluar.”

Banser1 : “Siap.. Siap.”

Lalu teman banser soleh segera berjalan menyusul Soleh.

Teman Banser : “Suruh jaga samping ya.”

Banser 1 : “Siap”

Adegan 156 (01:30:51 – 01:32:52 )

Di dalam gereja Surya terus memainkan perannya bersama pemain yang lain.

Kali ini wanita tersebut sudah melahrikan seorang bayi laki-laki dan akhirnya

wanita tersebut melahrikan di sebuah kandang domba. Rika terus

memperhatikan adegan tersebut di bangku gereja sedangkan Soleh berdiri di

belakang dan menyaksikan adegan itu. Tak lama kemudian seorang teman

Soleh datang menghampiriny dan memukul pundaknya.

Banser1 :”Heh, ngapain disini. Ayo jaga.”

masuk dan menyaksikan adegan drama di dalam gereja.

Memperlihatkan pandangan Soleh yang sudah berubah. Dahulu ia sangat anti terhadap non-muslim namun sekarang ia mempertimbangkan kepentingan kelompok umat beragama walaupun mereka memiliki paham yang berbeda,

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 310: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Soleh kemudian hanya menganggukan kepala dan mengikuti langkah

temannya keluar tetapi kepalanya terus tertuju pada adegan drama tersebut.

Saat Soleh sedang berjalan keluar ia tertabrak oleh pintu karena wajahnya

yang memperhatikan kearah drama tersebut dan tak sengaja soleh melihat

kotak kardus berwarna coklat yang tersimpan di bawah bangku jemaat gereja.

Soleh penasaran dengan isi kotak tersebut lalu ia menghampiri letak kotak

tersebut Saat Soleh berjongkok, perlahan ia membuka kotak itu dan isi dalam

kotak itu adalah sebuah bom yang sudah siap untuk meledak. Spontan Soleh

pun kaget.

Soleh : “Astaghfirullahaladzim.”

Mendengar suara Soleh yang cukup keras beberapa jemaat mengalihkan

pandangannya dan menatap tempat Soleh berada.

Soleh : “Maaf Pak, Maaf Pak.”

Soleh tidak mengatakan bahwa di dalam gereja tersebut terdapat sebuah bom.

Soleh berdiri dengan kaki yang gemetaran dan wajahnya tampak bingung apa

yang harus ia lakukan. Kemudian Soleh kembali berjongkok di dekat bom

tersebut dan kemudian ia mengingat kejadian-kejadian sebelumnnya seperti

kejadiaan saat ia diterima jadi anggota Banser.

#flashback

Soleh : “Aku diterima jadi anggota Banser, Banser NU.”

Menuk : “Tapi bukannya itu bahaya yah mas?”

Adegan ini memperlihatkan bahwa Surya berusaha memberikan ketenangan terhadap mereka yang sedang merayakan hari keagamaannya.

Mengingat kejadian yang pernah dialaminya menjadi dasar pertimbangan Soleh menentukan pilihan tindakan yang akan ia lakukan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 311: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Soleh : “Gak bahaya Nuk, itu pekerjaan di jalan Allah dan itu cita-cita aku

Nuk. Kamu percaya sama aku Nuk?”

#flashback

Teman Banser : “Kita sebagai umat Islam jadi jelek gara-gara berita itu. Kita

sebagai ormas Islam terbesar menolak pandangan seperti itu, dengan

menjaga gereja seperti ini, dan ini jihad.”

#flashback

Soleh : Aku cuma pengen punya arti, Nuk. Biar aku dianggap, dimata kamu, keluargaku, anakku, agamaku. Dianggap laki-laki

#Flashback

Soleh : “Nuk,aku minta maaf karena aku udah selalu ngerepotin kamu, Nuk. Selalu bikin kamu kesel”

Dengan wajahnya yang bingung soleh terus bersikap gelisah. Lalu kemudian Soleh secara tiba-tiba mengambil kotak tersebut dan membawanya lari keluar gereja. \

Adegan 157 ( 01:32:53 – 01:33:08 )

Soleh terus berlari terus menjauhi gereja sambil berteriak sehingga ia menabrak beberapa polisi yang juga ikut berjaga.

Soleh : “Minggir, awas minggir.”

Soleh terus berlari dan beberapa polisi serta banser melihat Soleh yang berlari dengan wajah kebingungan.

Soleh : “Awas bom.”

untuk mengatasi bom tersebut.

Soleh memutuskan untuk membawa bom itu keluar demi menyelamatkan orang banyak walaupun ia harus mengorbankan dirinya sendiri.

Perubahan sikap Soleh juga karena nilai-nilai yang ditanamkan pada aliran NU kepada dirinya untuk menjaga kerukunan umat beragama seperti pada adegan 82

Respon yang dilakukan kebanyakan orang apabila mendengar bom adalah menyelamatkan diri masing-masing.

Adegan ini juga memperlihatkan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 312: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Polisi dan Banser tidak ada yang menolong Soleh, mereka berlari menyelamatkan diri masing-masing. Kemudian Soleh terjatuh dan bompun meledak.

Adegan 158 ( 01:33:09 – 01:33:16 )

Mendengar bom yang meledak itu, Menuk sedang memegang beberapa kotak nasi, lalu berlari dan menjatuhkan kotak nasi tersebut. Ping Hen dan beberapa orang lainnya juga berlari ke luar gereja.

Adegan 159 ( 01:33:17 – 01:33:28 )

Di dalam gereja, seluruh jemaat gereja pada malam itu pun panik dan berlarian sambil berteriak ke luar gereja untuk menyelamatkan dirinya masing-masing. Surya dan Rika pun sama paniknya. Surya menarik tangan Rika dan berusaha untuk keluar gereja.

Adegan 160 ( 01:33:29 – 01:33:32 )

Menuk sudah berada di luar gereja dimana di sekelilingnya terlihat mobil-mobil yang terbakar di belakang Menuk ada Ping Hen yang mengikuti dirinya.

Adegan 161 ( 01:33:33 – 01:33:37 )

Para jemaat berlarian keluar gereja hingga para polisi dan banserpun tak kuasa untuk menenangkan mereka yang dalam keadaan panic tersebut.

bahwa petugas keamanan tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka memilih untuk berlari menyelamatkan diri dibanding mengatasi masalah bom itu bersama.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 313: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 162 ( 01:33:38 – 01:33:43 )

Menuk terus berlari mencari keberadaan Soleh diikuti dengan Ping Hen dibelakangnya. Kemudian Menuk melihat sepotong baju Soleh tercecer di halaman gereja tersebut.

Menuk : “Mas Soleh ! Maaass ”

Menukpun berteriak dan menangis dan ingin menghampiri lokasi kejadian tersebut namun Menuk dihalangi oleh seorang Banser dan Ping Hen pun ikut menarik tubuh Menuk.

Adegan 163 ( 01:33:44 – 01:33:46 )

Rika dan Surya juga berhasil keluar dari gereja. Mereka mendengar teriakan Menuk yang memanggil-manggil nama Soleh. Rika dan Menukpun terhenti dan kaget melihat kejadian tersebut. Rika kemudian menangis dan menutupkan matanya lalu memeluk Surya

Adegan 164 ( 01:33:47 – 01:34:46 )

Menuk terlihat sedang menangis dan memaksa untuk mendekati lokasi kejadian namun tubuhnya terus di tahan oleh seorang Banser dan Ping Hen.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 314: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Kerena kegigihan Menuk akhirnya Menuk melepaskan diri dari genggaman Ping Hen dan Banser tersebut lalu ia berlari menuju lokasi kejadian.

Ping Hen : “Nuk !”

Menuk memegang sepotong seragam Soleh yang tertulis nama Soleh di baju itu dan di bawahnya terlihat darah yang berceceran.

Ping Hen hanya mampu memperhatikan Menuk yang menangis dari belakang. Menuk terus menangis tersedu-sedu diantara orang-orang yang juga panic.

Adegan 165 ( 01:34:47 – 01:35:15 )

Di dalam restaurant Lim Giok Lie duduk di atas tempat tidur Tan Kat Sun sambil memegang tangkai bunga kamboja yang batangnya sudah layu. Bunga itu adalah bunga yang ia rawat bersama Tan Kat Sun sambil mendengarkan siaran berita di televise

Pembawa Berita : “Pemirsa di duga peristiwa bom malam Natal semalam merupakan rangkaian bom gereja yang dialakukan oleh aksi teroris. Seturut dengan peristiwa bom Bali dan aksi-aksi teroris lainnya. Namun hingga saat

Memperlihatkan bahwa keadaan pada saat itu sedang marak-maraknya isu-isu pengeboman dan terorisme.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 315: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

ini. Namun hingga saat ini pihak kepolisian masih mengusut keterlibatan jaringan teroris.”

Lim Giok Lie berbicara dalam hatinya sambil memegang tangkai bunga tersebut.

Lim Giok Lie : “Pi hari ini Ping Hen melakukan perubahan besar dalam hidupnya seperti yang Papi minta sebelum pergi. Dia sudah menepati janjinya. Untuk berubah, untuk memilih.”

Adegan 166 ( 01:35:16 – 01:36:19 )

Pak Ustadz sedang mengaji, setelah mengaji ia menutup Al-Qur`annya dan di depannya Ping Hen sedang duduk memperhatikan Pak Ustadz mengaji. Lalu Ping Hen menanyakan sebuah pertanyaan.

Ping Hen : “Apa itu Islam, Pak Ustadz?”

Pak Ustadz : “Islam itu artinya penyerahan hati dan juga penyerahan jiwa. Pada saat hati kita serahkan semua kepada Allah SWT dan yang ada tinggal keikhlasan. Menjadi Islam adalah menjadi manusia yang terus berupaya untuk ikhlas memperkecil kekuarangan yang ada di dirinya, dan merubah kekurangan tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk orang-orang yang ada di sekelilingnya”

Pesan terakhir Tan Kat Sun yang dibiskan pada Ping Hen agar Ping Hen berjanji untuk berubah dan memilih.

Ping Hen belajar lebih jauh mengenai Islam.

Peran Ustadz memberikan penjelasan kepada umatnya yang sedang mengalami kebingungan.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 316: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Adegan 167 ( 01:35:38 – 01:35:48)

Ping Hen meresmikan restaurantnya yang baru dan menamainya dengan nama Barokah Chiness Food Halal. Seluruh pegawai pun bertepuk tangan lalu kemudian Ping Hen memeluk Lim Giok Lie.

Adegan 168 ( 01:35:49 – 01:36:19 )

Abi memakai baju koko, peci dan sarung bersama Rika sedang membagi-bagikan makanan kepada anak-anak kecil yang berbari rapi di depan toko buku Rika untuk acara Syukuran Khatam Al-qur`an Abi. Anak-anak kecil itu dikoordinir oleh Ibu Novi. Tak lama kemudian sebuah becak lewat di depan toko buku Rika. Kedua orang tua Rika turun dari Becak tersebut. Abi melihat neneknya yang baru saja turun dari Becak.

Abi : “Yanti”

Abi berlari dan memeluk neneknya. Rika agak terkejut melihat kedatangan orang tuanya, lalu ia berjalan dengan wajah tersenyum menghampiri mereka. Abi setelah memeluk neneknya lalu ia memeluk kakeknya.

Perubahan Ping Hen juga terlihat dari bentuk restaurant yang ia bangun kembali. Restaurant tersebut sudah menjadi restaurant yang menjual makanan halal terlihat dari merek yang di pasang di restaurant tersebut

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 317: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Rika : “Ibu?”

Rika kemudian mencium tangan Ibunya dan memeluknya dengan wajah yang terharu.

Adegan 169 ( 01:36:20 – 01:36:33 )

Di dalam mesjid terdapat beberapa orang dan Ping Hen memakai pakaian koko berwarna putih, mengenakan sarung dan Peci. Ping Hen kemudian berjabata tangan dengan Ustadz yang ada di depannya. Lalu Ping Hen melakukan pembacaan kedua syahadat dengan mengikuti ucapan Pak Ustadz di dalam Mesjid.

Pak Ustadz :” asyhadu an-laa ilaaha illallaah”

Ping Hen : “:” asyhadu an-laa ilaaha illallaah”

Pak Ustadz : “wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah”

Adegan ini memperlihatkan sikap perdamaian antara Rika dan Orang Tuanya. Orang Tua Rika sudah bisa menerima perbedaan tersebut,

Perdamaian itu dapat dilihat melalui datangnya orang tua Rika menghadiri acara syukuran Khatan Qur`an Abi.

Walaupun Rika memiliki agama yang berbeda namun Rika tetap menunjukan rasa sopan santun kepada orang tuanya.

Ping Hen memutuskan untuk pindah agama menjadi Islam.

Artinya :

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah”

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 318: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Ping Hen : “wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah”

Pak Ustadz : “Alhamdulillahirabilalamin”

Lalu Pak Ustadz mengangkat kedua tangannya untuk berdoa diikuti oelhe

beberapa orang yang menjadi saksi Ping Hen.

Adegan 170 ( 01:36:34 – 01:36:47 )

Surya berjalan di sekitar area Pasar Baru dengan jaket birunya dan sambil

merokok. Kemudian ia berpapasan dengan orang separuh baya dan membawa

ayam. Orang tersebut kemudian menyapa Surya.

Bapak : “Sur, tadi malam di tv main jadi polisi ya toh? Sinetron. Top ! Hebat

Sur”

Surya hanya tersenyum dengan bangganya dan kemudian ia kembali berjalan

lagi.

Adegan 171 ( 01:36:48 – 01:37:35 )

Tahun Baru di daerah Pasar Baru di rayakan sangat meriah dengan kembang

api dan petasan yang menghiasi langit.

Beberapa Banser dan penduduk sekitar ikut pula merayakan Tahun Baru di

daerah tersebut. Pasar Baru dimana tempat restaurant tersebut berdiri dan

daerah yang tak jauh dari tempat meninggal Soleh berubah nama menjadi

Pasar Soleh.

Segala Puji bagi Allah Tuhan alam semesta

Surya mulai dikenal dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya.

Untuk menghargai pengorbanan Soleh maka pasar tersebut dirubah namanya menjadi pasar Soleh. Karena kejadian pengeboman tersebut juga terletak di sekitar pasar Baru

Perubahan Ping Hen tidak hanya dilihat dari sikapnya dan cara bicaranya tetapi juga dalam hal berpakaian. Ping Hen sekarang mengenakan peci dan baju koko untuk menunjukan identitas agamanya.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Page 319: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Perayaan Tahun Baru tersebut adalah peresmian nama baru pasar tersebut,

semua orang bersuka cita dan Menuk pun ikut bersuka cita walaupun

wajahnya masih sedikit sedih atas kepergian Soleh. Disitupun terlihat Ping

Hen yang sudah mengenakan peci mengikuti acara peresmian Pasar tersebut

Adegan 172 ( 01:37:36 – 01:37:51 )

Dalam hal ini adalah kutipan dari beberapa agama mengenai toleransi antar

umat beragama seperti.

“Allah tidak melarang kamu berbuat adil kepada orang kafir yang tidak

memusuhimu” – (Qur`an Surat Al-Mumtahanah ayat 8)

“Kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.” – (Matius 22

:36 - 40 )

“Cinta sejati tidak pilih kasih, tidak bersyarat, tidak melekat, dan selalu ingin

berbagi pada sesame” – ( Budhist )

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012