lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-pr-rahmi ramdanis-laporan.pdflib.ui.ac.id

180
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm 1206313583 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Upload: vuongnguyet

Post on 06-May-2019

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK MEDIKO FARMA

JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK

JAKARTA SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RAHMI RAMDANIS, S.Farm

1206313583

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 2: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK MEDIKO FARMA

JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK

JAKARTA SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

RAHMI RAMDANIS, S.Farm

1206313583

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 3: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Rahmi Ramdanis S.Farm

NPM : 1206313583

Tanda Tangan :

Tanggal : Juli 2013

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 4: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh :

Nama : Rahmi Ramdanis, S. Farm (1206313583)

Program Studi : Apoteker-Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Mediko Farma Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu

Cilandak Jakarta Selatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dra. Farida Indyastuti,S.E., Apt., MM.

Pembimbing II : Dra. Azizahwati, M.Si, Apt.

Penguji I : Dr. Harmita, Apt.

Penguji II : Nadia Farhanah Syafhan, M.Si, Apt.

Penguji III : Sutriyo M.Si, Apt.

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 6 Juli 2013

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 5: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi

Apoteker di Apotek Mediko Farma. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena

itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., M.M., selaku Apoteker Pengelola Apotek

Mediko Farma sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan

kesempatan PKPA di Apotek Mediko Farma serta menyediakan waktu,

tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini;

2. Dra. Azizahwati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penyusunan laporan ini;

3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia;

4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia;

5. Bapak dan Ibu staf pengajar serta seluruh karyawan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia;

6. Seluruh karyawan di Apotek Mediko Farma yang telah banyak membantu

dalam PKPA dan usaha memperoleh data yang penulis perlukan;

7. Orang tua, saudara dan seluruh keluarga atas segala kasih sayang, dukungan,

kesabaran, perhatian, semangat, dorongan dan do’a yang diberikan.

8. Dian, Kak Eci dan sahabat-sahabat apoteker angkatan LXXVI atas semangat,

dukungan dan kerja sama selama ini;

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 6: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

vi

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu. Penulis menyadari penyusunan laporan PKPA ini masih

jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap pengetahuan dan pengalaman

yang diperoleh selama kegiatan PKPA ini dapat berguna bagi penulis dan

pembaca di masa mendatang.

Penulis

2013

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 7: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rahmi Ramdanis NPM : 1206313583 Program Studi : Profesi Apoteker Departemen : Farmasi Fakultas : Farmasi Jenis karya : Karya Ilmiah: Laporan Kerja Praktek

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mediko Farma Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu Cilandak Jakarta Selatan

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok Pada tanggal : Juli 2013

Yang menyatakan

( Rahmi Ramdanis )

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 8: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2. Tujuan ...................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM APOTEK ..................................................... 3

2.1. Definisi Apotek ....................................................................... 3 2.2. Landasan Hukum Apotek ........................................................ 3 2.3. Tugas dan Fungsi Apotek ...................................................... 4 2.4. Persyaratan Apotek ............................................................. 4 2.5. Tata Cara Perizinan Apotek ..................................................... 6 2.6. Tenaga Kerja Apotek .......................................................... 7 2.7. Pengelolaan Apotek ................................................................. 9 2.8. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............................. 12 2.9. Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia ...................... 14 2.10. Pencabutan Surat Izin Apotek ................................................. 22 2.11. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ................................... 23 2.12. Pelayanan Swamedikasi .......................................................... 24 2.13. Obat Wajib Apotek ................................................................. 25 2.14. Pelayanan Informasi Obat ....................................................... 26 2.15. Konseling ................................................................................. 27

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA ................ 29

3.1. Sejarah Apotek Mediko ........................................................... 29 3.2. Lokasi dan Tata Ruang ............................................................ 29 3.3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ..................... 31 3.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ............................................. 31 3.5. Pelayanan Apotek .................................................................... 35 3.6. Pengelolaan Obat Golongan Narkotika .................................... 37 3.7. Pengelolaan Obat Golongan Psikotropika ............................... 38

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 9: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

ix

3.8. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian ......................................... 39 BAB 4. PEMBAHASAN .............................................................................. 42

4.1. Lokasi dan Bangunan Apotek ................................................ 42 4.2. Sumber Daya Manusia di Apotek ............................................ 44 4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi .............................................. 44 4.4. Pelayanan Kefarmasian di Apotek ........................................... 47

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 51

5.1. Kesimpulan ............................................................................. 51 5.2. Saran ........................................................................................ 51

DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 53

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 10: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Penandaan Golongan Obat .......................................................... 15

Gambar 2.2. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6) ......................... 16

Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma ............................................... 55

Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma ............... 55

Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma ............................... 56

Gambar 3.4. Alat-alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma ................. 56

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 11: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Pembagian Shift Asisten Apoteker .................................................. 44

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 12: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu ..................... 57 Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma ................................... 58 Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma .................... 59 Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma ........................... 60 Lampiran 5. Tanda Terima Faktur .................................................................. 61 Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep .............................................................. 62 Lampiran 7. Salinan Resep ............................................................................. 63 Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep ................................................. 64 Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas ................................................. 65 Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika ...................... 66 Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika .................. 67

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 13: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis (Presiden RI, 2009b). Pembangunan bidang kesehatan pada

dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

sebagai salah satu unsur kesejahteraan. Salah satu tenaga kesehatan yang berperan

penting dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah

apoteker.

Apoteker sebagai salah satu tenaga kefarmasian dapat menjalankan

praktek kefarmasiannya pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat.

Salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian yang erat hubungannya dengan

apoteker adalah apotek. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat

pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan;

sebagai sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat dan sebagai sarana penyalur

perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat

secara meluas dan merata (Presiden RI, 2009c).

Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek wajib

mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu

pengetahuan serta teknologi. Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care)

merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker

dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian

telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat

sebagai komoditi (drug oriented) kepada pelayanan yang komprehensif

(pharmaceutical care) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari

pasien (Presiden RI, 2009c).

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 14: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

2

Universitas Indonesia

Dalam menanggapi perubahan orientasi tersebut, maka apoteker sebagai

long life learner dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya agar mampu melakukan pelayanan kefarmasian dengan baik

sesuai standar pelayanan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam standar pelayanan tersebut, selain

mampu berinteraksi secara langsung dengan pasien, apoteker juga harus mampu

berkomunikasi aktif dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi

untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Oleh karena itu, diperlukan

pendidikan dan pelatihan aktual di suatu apotek, agar calon apoteker dapat

menjadi apoteker yang memiliki kompetensi melalui Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA). Dalam hal ini, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia menyelenggarakan PKPA di Apotek Mediko Farma yang

berlangsung dari tanggal 18 Februari sampai tanggal 28 Maret 2013 dengan

harapan agar calon apoteker dapat memahami secara langsung mengenai peranan

dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek dalam pelaksanaan pekerjaan

kefarmasian.

1.2. Tujuan

a. Mempraktekkan teori yang telah didapat selama kuliah dengan keadaan yang

sebenarnya di Apotek.

b. Memahami fungsi, tugas, dan peranan apoteker di apotek sesuai dengan

peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan

masyarakat.

c. Mengetahui pengelolaan apotek, baik dalam pelayanan kefarmasian maupun

dalam sistem manajerial.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 15: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

3

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1. Definisi Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat tertentu,

tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah

(PP) No.51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden

RI, 2009b). Menurut PP No.51 tahun 2009, yang dimaksud dengan pekerjaan

kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang

dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Apotek sebagai

salah satu sarana pelayanan kesehatan, harus mengutamakan kepentingan

masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan

perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.

2.2. Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat

yang diatur dalam:

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

d. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 16: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

4

Universitas Indonesia

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang

Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.

f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/ MENKES/ PER/

2007 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No.

184/MENKES/PER/II/1995 tahun tentang penyempurnaan pelaksanaan masa

bakti dan izin kerja apoteker.

g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/ MENKES/ SK/

IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/ MENKES/ SK/

X/ 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek.

2.3. Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan fungsi apotek berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan apoteker.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

2.4. Persyaratan Apotek

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri

Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi

lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 17: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

5

Universitas Indonesia

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan

farmasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/

IX/2004, disebutkan bahwa:

a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh

masyarakat.

b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.

c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.

d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari

aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk

menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko

kesalahan penyerahan.

e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker

untuk memperoleh informasi dan konseling.

f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat,

serangga.

g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/

IX/2004, disebutkan bahwa apotek harus memiliki:

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk menampilkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur/materi informasi.

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

d. Ruang racikan.

e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun untuk pasien.

Perlengkapan dan peralatan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-

rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dan

debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi

ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 18: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

6

Universitas Indonesia

2.5. Tata Cara Perizinan Apotek

Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek

diberikan oleh Menteri, yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah

sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota dengan menggunakan contoh Formulir APT-1.

b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota selambat-lambatnya 6(enam) hari kerja setelah menerima permohonan

dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan

pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM selambat

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan Formulir APT-3.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan butir (c)

tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan

menggunakan Formulir APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud butir (c), atau pernyataan butir (d) Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek

(SIA) dengan menggunakan Formulir APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/kota atau

Kepala Balai POM dimaksud butir (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja

mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan Formulir APT-6.

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (f), apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 19: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

7

Universitas Indonesia

selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana

dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan

pemilik sarana.

i. Pemilik sarana yang dimaksud butir (h) harus memenuhi persyaratan tidak

pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang

obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.

j. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA)

atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib

mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannnya dengan

menggunakan Formulir APT-7.

Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek

(SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada

apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk

mendirikan apotek di suatu tempat tertentu.

2.6. Tenaga Kerja Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, tenaga

kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian. Tenaga

teknis kefarmasian yaitu sarjana farmasi, ahli madya farmasi rumah sakit dan

tenaga menengah farmasi/asisten apoteker yang sudah disumpah. Tenaga

kefarmasian untuk kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, antara lain:

2.6.1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/Menkes/SK/X/2002, Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah

diberi Surat Izin Apotek. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh

terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab

kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek).

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 20: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

8

Universitas Indonesia

Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat

Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif

melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih

memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No.

922/MENKES/PER/X/1993, Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

b. Telah mengucapkan sumpah/ janji Apoteker.

c. Memiliki Surat Izin Kerja/ Surat Penugasan dari Departemen Kesehatan

melalui dinas kesehatan daerah masing - masing.

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker

Pengelola Apotek di apotek lain.

Tugas dan Kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut:

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.

b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.

c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang

optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,

mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.

d. Melakukan pengembangan apotek.

Seorang Apoteker Pengelola Apotek apabila berhalangan melakukan tugasnya

pada jam buka apotek, maka Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk

apoteker pendamping serta apabila Apoteker pengelola Apotek dan apoteker

pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker

pengelola Apotek menunjuk Apoteker pengganti. Penunjukan dimaksud harus

dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan

kepada Kepala Dinas kesehatan propinsi setempat. Berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 :

a. Apoteker Pendamping, yakni apoteker yang bekerja di apotek selain APA

dan/ atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 21: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

9

Universitas Indonesia

b. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA jika APA

berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah

memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat

lain.

2.6.2. Asisten Apoteker

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/Menkes/SK/X/2002, asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan

kefarmasian sebagai asisten apoteker dibawah pengawasan Apoteker.

2.7. Pengelolaan Apotek

Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk

melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Kegiatan dalam pengelolaan

apotek dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan

pengelolaan non teknis kefarmasian. Pengelolaan non teknis kefarmasian

tersebut meliputi kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan

bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek.

2.7.1. Pengelolaan Persediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/Menkes/SK/IX/2004, pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan.

Pengeluaran obat memakai sistem First In First Out (FIFO) dan First Expire First

Out (FEFO).

2.7.1.1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat,

mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya

kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang serta

meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi

yang beragam memerlukan suatu perencanaan yang dilakukan secara cermat

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 22: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

10

Universitas Indonesia

sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan pengadaan perbekalan farmasi

yaitu: pola penyakit, daya beli masyarakat dan budaya masyarakat.

2.7.1.2. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaaan

sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Penentu utama terhadap tersedianya

obat dan total biaya kesehatan adalah pengadaan perbekalan farmasi yang

efektif. Untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien kepada pasien,

maka pengadaan yang meliputi ketersediaan, keamanan, dan jaminan mutu

perbekalan tersebut harus diterapkan sebaik mungkin. Prinsip pengadaan tidak

hanya sekedar membeli barang, tetapi juga mengandung pengertian meminta

kerja sama pemasok dalam menyediakan barang yang diperlukan. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam pengadaan antara lain:

a. Harus sesuai dengan keperluan yang direncanakan sebelumnya.

b. Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi keuangan yang ada.

c. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.7.1.3. Penyimpanan

Tata cara penyimpanan perbekalan farmasi dan penataannya disesuaikan

dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan sifat obat serta bentuk

perbekalannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan

perbekalan farmasi diantaranya:

a. Obat/ bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika isi

harus dipindahkan ke dalam wadah lain (pengecualian), maka harus dicegah

terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru

yang memuat sekurang-kurangnya nomor bets dan tanggal kadaluarsa.

b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin

kestabilan bahan.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 23: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

11

Universitas Indonesia

2.7.1.4. Pelayanan Apotek

Peraturan yang mengatur tentang pelayanan apotek adalah Peraturan

Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/X/1993, yang meliputi :

a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter

hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker

Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada

kepentingan masyarakat.

b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang

bermutu baik dan absah.

c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat bermerek dagang, namun resep dengan obat bermerek dagang

atau obat paten boleh diganti dengan obat generik.

d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara.

Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau

dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM.

e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker

wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang

lebih tepat.

f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas

permintaan masyarakat.

g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada

dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep

tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau

membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.

h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.

i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

waktu 3 tahun.

j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 24: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

12

Universitas Indonesia

kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku.

k. Apoteker Pengelola Apotek, apoteker pendamping atau apoteker pengganti

diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar

Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik

Indonesia.

l. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping, Apoteker Pengganti

didalam pengelolaan apotek.

2.7.2. Administrasi

Dalam menjalankan pelayana kefarmasia di apotek, perl dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi :

a. Administrasi Umum

Pada bagian ini dilakukan pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika,

psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Administrasi Pelayanan

Pada bagian ini dilakukan pengarsipan resep, pengarsipan cacatan pengobatan

pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

2.8. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat

ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care).

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan

obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan

orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,

ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan

pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian

informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhir apakah

sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 25: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

13

Universitas Indonesia

Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan

kefarmasian dengan baik, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Farmasi

Indonesia (ISFI) menyusun standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk

menjamin mutu pelayana kefarmasian kepada masyarakat. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004

tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek disebutkan bahwa pelayanan di

apotek meliputi:

2.8.1. Pelayanan Resep (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004)

2.8.1.1. Skrining Resep

Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi, persyaratan

administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda

tangan/ paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat

badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta; cara pemakaian

yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan); kesesuaian farmasetik

(bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama

pemberian); pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, serta

kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain).

2.8.1.2. Penyiapan Obat

Hal-hal yang diperhatikan dalam penyiapan obat adalah peracikan

(kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan

etiket pada wadah) dengan suatu prosedur tetap memperhatikan dosis, jenis dan

jumlah obat serta penulisan etiket yang benar, etiket harus jelas dan dapat dibaca,

obat dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga

kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.

Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi

obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien sekurang-

kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu

pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama

terapi.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 26: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

14

Universitas Indonesia

Apoteker juga harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki

kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya,

penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan farmasi

lainnya. Setelah obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien, maka apoteker

harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat dan konseling berkelanjutan

terutama untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,

asma, dan penyakit kronis lainnya.

2.8.2. Promosi dan Edukasi

Dalam kegiatan ini apoteker dapat berperan dalam penyebaran leaflet/

brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.

2.8.3. Pelayanan Residensial (Home Care)

Apoteker diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang

bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk geriatric dan pasien dengan

pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat

catatan berupa catatan pengobatan.

2.9. Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia

Obat adalah suatu zat yang digunakan dengan dosis tertentu untuk

diagnosis, pengobatan, peringanan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada

manusia atau hewan. Obat-obat yang beredar di Indonesia, digolongkan oleh

Badan Pengawasan Obat dan Makanan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni obat

bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat

golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan

pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap

golongan obat diberi tanda/ logo pada kemasan yang terlihat.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 27: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

15

Universitas Indonesia

Obat Bebas

Obat Keras

Obat Bebas Terbatas

Golongan Narkotika

Gambar 2.1. Penandaan Golongan Obat

2.9.1. Obat OTC

Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC

(OverThe Counter). Obat OTC terdiri dari :

2.9.1.1. Obat Bebas

Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter

disebut obat bebas (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).

Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan

garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1).

2.9.1.2. Obat Bebas Terbatas

Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau

dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan disebut

dengan obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas

terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1).

Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik,

sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P

No.1 – P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya.Tanda

peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm

(atau disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan

npenggunaannya dengan huruf berwarna putih (Pedoman Penggunaan Obat

Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 28: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

16

Universitas Indonesia

Gambar 2.2. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6)

2.9.2. Obat Ethical

Obat yang hanya dapat diperoleh dengan mempergunakan resep dokter

disebut ethical seperti obat keras termasuk obat golongan psikotropika dan obat

golongan narkotika.

2.9.2.1. Obat Keras

Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut

dengan obat keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di

dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam

dengan latar warna merah. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara

lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika,

beberapa obat tukak lambung dan semua obat injeksi (Departemen Kesehatan RI,

2006b).

2.9.2.2. Obat Golongan Psikotropika

Pengertian psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau

obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan

khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika

dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika

yang mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari pengaturan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 29: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

17

Universitas Indonesia

psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan

pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan

psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Kemasan obat

psikotropik ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K

yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah.

Psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yakni:

a. Psikotropika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi

amat kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya brolamfetamina,

lisergida (LSD), meskalin dan psilosibin.

b. Psikotropika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan

dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potens

yang kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amfetamin,

metamfetamin dan metilfenidat.

c. Psikotropika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

sedang dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amobarbital,

siklobarbital, dan pentazosina.

d. Psikotropika golongan IV, yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya

derivat diazepam, alprazolam, dan fenobarbital.

Secara garis besar, kegiatan pengelolaan psikotropika di apotek

meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan

(Presiden RI, 1997):

a. Pemesanan psikotropika

Obat-obat golongan psikotropika dipesan apotek dari Pedagang Besar

Farmasi (PBF), dengan menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika 3 (tiga)

rangkap dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek yang dilengkapi

nomor SIK dari apoteker dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat

digunakan untuk beberapa jenis psikotropika.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 30: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

18

Universitas Indonesia

b. Penyimpanan psikotropika

Obat-obat golongan psikotropika ini cenderung disalahgunakan

sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak

atau lemari khusus.

c. Penyerahan psikotropika

Penyerahan obat-obat golongan psikotropik oleh apotek hanya dapat

dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,

dokter, dan kepada pengguna/ pasien.

d. Pelaporan psikotropika

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang

berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Direkorat Jenderal

Binfar Alkes Kementerian Kesehatan secara online melalui website

www.sipnap.binfar.depkes.go.id. Pelaporan dilakukan setiap bulan, paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan tembusan kepada Balai Besar POM.

e. Pemusnahan Psikotropika

Pada pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan

disaksikanoleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat

kepastian. Menurut pasal 53 UU No.5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika

dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi

tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa,

serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau

pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan psikotropika yang berkaitan dengan tindak pindana

dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili Departemen

yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik

Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku,

dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak

pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hokum tetap.

Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7

(tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan. Pemusnahan psikotropika yang

disebabkan karena kadaluarsa serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 31: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

19

Universitas Indonesia

pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan oleh

apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan

oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam

waktu 7 (tujuh) hari setelah mendapatkan kepastian.

2.9.2.3. Obat Golongan Narkotika

Pengertian narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan golongan narkotika

ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah

(Departemen Kesehatan RI, 2006b). Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan

yaitu:

a. Narkotika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi,

serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan

ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja.

b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan

terakhir dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk

mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin.

c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, misalnya

kodein.

UU No. 35 tahun 2009 telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk,

penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika,

untuk mencegah dan menanggulangi bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh efek

samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita

kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Secara

garis besar pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan,

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 32: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

20

Universitas Indonesia

pelaporan, pelayanan dan pemusnahan.

a. Pemesanan Narkotika

Kegiatan ini dilakukan ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan

surat pesanan narkotika empat rangkap yang ditandatangani oleh APA (tiga

rangkap untuk PBF Kimia Farma dan satu rangkap untuk arsip apotek),

dilengkapi nomor SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya

digunakan untuk memesan satu jenis narkotika.

b. Penyimpanan Narkotika

Di dalam Permenkes No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan

bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika,

yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: harus dibuat seluruhnya dari kayu

atau bahan lain yang kuat; harus mempunyai kunci ganda yang berlainan;

lemari dibagi dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian

pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamnya serta

persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan

narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari; lemari khusus tersebut berupa

lemari dengan ukuran lebih kurang 40 x 80 x 100 cm dan harus dibaut pada

tembok atau lantai; lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan

lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan; anak kunci

lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa; lemari khusus harus

ditempatkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum.

c. Pelayanan Resep yang mengandung Narkotika

Menurut UU No. 35 tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya

dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep

dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pengawasan

Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan

bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika.

Resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,

apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh

dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika

dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak

boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 33: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

21

Universitas Indonesia

Selain kepada pasien, penyerahan obat golongan narkotika dapat dilakukan apotek

kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lain, balai pengobatan, dan dokter.

d. Pelaporan Narkotika

Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa

importir, eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah sakit,

puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib

membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan

dan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya.

Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Direkorat Jenderal

Binfar Alkes Kementerian Kesehatan secara online pada website

www.sipnap.binfar.depkes.go.id setiap bulan paling lambat tanggal 10

bulandengan tembusan kepada Balai Besar POM. Sistem Pelaporan Narkotika

dan Psikotropika biasa disebut dengan SIPNAP adalah sistem yang mengatur

pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan

(Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek).

e. Pemusnahan Narkotika

Sesuai dengan Permenkes RI No.28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9

mengenai pemusnahan narkotika, Apoteker Pengelola Apotek dapat

memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat

untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan

Ilmu Pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita

acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan,

dan tahun), nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika,

nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahan, tanda

tangan, dan identitas lengkap penanggung jawab apotek, serta saksi-saksi

pemusnahan.

Pemusnahan narkotika harus disaksikan oleh petugas Direktorat

Pengawasan Obat dan Makanan untuk importir, pabrik farmasi dan unit

pergudangan pusat; petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk

pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan

propinsi, petugas DinasKesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit,

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 34: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

22

Universitas Indonesia

puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan

kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan

tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Balai/ Balai Besar POM, dan

sebagai arsip.

2.10. Pencabutan Surat Izin Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan

pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan

tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila :

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA.

b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.

c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-

menerus.

d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang

Narkotika (sekarang UU No. 35 tahun 2009), Undang-undang No. 5 tahun

1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

e. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek dicabut

f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sebelum melakukan

pencabutan berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Menurut

Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, pelaksanaan pencabutan izin apotek

dilakukan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak tiga

kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 35: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

23

Universitas Indonesia

menggunakan contoh Formulir Model APT-12.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak

dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan mengunakan

contoh Formulir Model APT-13.

Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/ Kota kepada Apoteker Pengelola Apotek dengan

menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan disampaikan

kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala

Balai POM setempat. Apabila surat izin apotek tersebut dicabut, APA atau

Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi yang dilakukan

dengan cara:

a. Seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta

seluruh resep yang tersedia di apotek diinventarisasi.

b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melapor secara tertulis kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang

penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas.

Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek

tersebut telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dengan menggunakan contoh Formulir APT-14. Pencairan izin

apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksaan

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat. Selama pembekuan izin, apotek

dilarang menjalankan kegiatan kefarmasian, namun diberi waktu maksimal 6

bulan untuk membuktikan bahwa apotek memenuhi seluruh persyaratan sesuai

dengan ketentuan yang ada.

2.11. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang pengalihan tanggung jawab apoteker :

a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang

disebabkan karena penggantian APA kepada apoteker pengganti, wajib

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 36: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

24

Universitas Indonesia

dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya

serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada

kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima sesuai

dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak.

b. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) meninggal dunia, dalam jangka

dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian

tersebut secara tertulis kepada kepala wilayah atau petugas yang diberi

wewenang olehnya.

c. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, maka

pelaporan oleh ahli waris tersebut wajib disertai penyerahan resep, narkotika

psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan

psikotropika.

d. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci

tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan kepala kantor wilayah atau

petugas yang diberi wewenang olehnya, selaku pihak yang menerima.

2.12. Pelayanan Swamedikasi

Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah

swamedikasi. Tindakan pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi

keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti

demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit

kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat

untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan.

Walaupun pengobatan sendiri dilakukan oleh dan untuk diri sendiri,

swamedikasi harus dilakukan secara rasional. Ini berarti bahwa tindakan

pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung

jawab bagi para penggunanya. Swamedikasi dilakukan dengan menggunakan obat

tanpa resep yaitu golongan obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek.

Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan

sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 37: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

25

Universitas Indonesia

2.13. Obat Wajib Apotek

Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan

tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Obat yang dapat diserahkan tanpa

resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan

oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek

diwajibkan untuk :

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan

dalam OWA yang bersangkutan

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan

c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,

efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat Keputusan Menteri

Kesehatan yaitu:

a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat

Wajib Apotek No. 1 yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu, oral kontrasepsi,

obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas, obat yang

mempengaruhi sistem neuromuskular, antiparasit, dan obat topikal.

a. Perubahan golongan OWA No.1 berdasarkan PerMenKes No.925

Tahun1993 memuat beberapa obat yang semula OWA berubah menjadi obat

bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan pembatasannya.

b. Keputusan Menkes RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 tentang Daftar Obat

Wajib Apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai tambahan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 38: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

26

Universitas Indonesia

lampiran Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat

Wajib Apotek No 1. Daftar obat wajib apotek No. 2 tersebut antara lain terdiri

dari albendazol, basitrasin, karbinoksamin, klindamisin, deksametason, dan

dekspantenol.

c. Keputusan Menkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat

Wajib Apotek No. 3 yang terdiri dari 6 kelas terapi yaitu, saluran pencernaan

dan metabolisme, obat kulit, antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal,

sistemn saluran pernafasan, dan organ-organ sensorik.

2.14. Pelayanan Informasi Obat

Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan,

pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan

informasi obat. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya

penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat

regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek

samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker

mempunyai ciriciri sebagai berikut:

a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain

yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektf.

b. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai

suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.

c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut

pandang yang mungkin berlawanan

d. Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang

dapat dipercaya.

e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencangkup

informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus

mencangkup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

Oleh sebab itu peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam pemberian

informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya

sangat penting.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 39: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

27

Universitas Indonesia

2.15. Konseling

Pengertian dari konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang

sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan

masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan

konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan

lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang

bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah

sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya (Menteri Kesehatan RI,

2004).

Tujuan dari kegiatan konseling yaitu (Menteri Kesehatan RI, 2004):

a. Tujuan umum

1. Meningkatkan keberhasilan terapi.

2. Memaksimalkan efek terapi.

3. Meminimalkan resiko efek samping.

4. Meningkatkan cost effectiveness.

5. Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi.

b. Tujuan khusus

1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien

2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien

3. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya

4. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan dengan

penyakitnya

5. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.

6. Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem

7. Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri

dalam hal terapi

8. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan

9. Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga

dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan

pasien

Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 40: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

28

Universitas Indonesia

pasien rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau

melalui perantara. Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga pasien,

pendamping pasien, perawat pasien, atau siapa saja yang bertanggung jawab

dalam perawatan pasien. Pemberian konseling melalui perantara diberikan jika

pasien tidak mampu mengenali obat-obatan dan terapinya, pasien pediatrik, pasien

geriatrik.

Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapat diberikan pada saat

pasien mengambil obat di apotik, puskesmas dan di sarana kesehatan lain.

Kegiatan ini bisa dilakukan di counter pada saat penyerahan obat tetapi lebih

efektif bila dilakukan di ruang khusus yang disediakan untuk konseling.

Pemilihan tempat konseling tergantung dari kebutuhan dan tingkat kerahasian /

kerumitan akan hal-hal yang perlu dikonselingkan ke pasien. Konseling pasien

rawat jalan diutamakan pada pasien yang :

1. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka panjang

(Diabetes, TBC, epilepsi, HIV/ AIDS).

2. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara pemakaian

yang khusus, misalnya supositoria, inhaler, injeksi insulin, dan lain-lain.

3. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus, misalnya insulin dll

4. Mendapatkan obat-obat dengan aturan pakai yang rumit, misalnya

pemakaian kortikosteroid dengan tapering down.

5. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya geriatrik,

pediatri.

6. Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, dll).

7. Mendapatkan terapi obat-obat dengan kombinasi yang banyak (polifarmasi).

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 41: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

29 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA

3.1. Sejarah Apotek Mediko Farma

Apotek Mediko Farma didirikan pada tanggal 14 September 1976

berdasarkan akta notaris Mintarsih Natamihardja, SH. Pemilik sarana Apotek

Mediko Farma adalah Dr. Sri Soesilastoeti sedangkan Apoteker Pengelola Apotek

(APA) di Mediko Farma saat ini adalah Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., MM

dengan SIA: 153/kanwil/SIA-78/92.

3.2. Lokasi dan Tata Ruang

3.2.1. Lokasi

Apotek Mediko Farma terletak di Jalan Pinang Raya No. 10, Pondok

Labu, Jakarta Selatan. Apotek Mediko Farma berlokasi di perempatan jalan

dengan badan jalan satu arah yang tidak terlalu lebar dan berada disamping pusat

perbelanjaan di dekat kawasan pemukiman penduduk yang mudah dijangkau

oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum. Apotek Mediko Farma

dilengkapi pula dengan laboratorium klinik yang bersebelahan dengan apotek

dan praktek dokter yang berada di lantai atas apotek. Praktek dokter terdiri dari

dokter umum, dokter THT, dokter anak serta dokter kulit dan kelamin, sehingga

dapat meningkatkan penerimaan resep di apotek. Papan nama apotek disertai

nama laboratorium klinik dan praktek dokter nampak jelas di perempatan jalan

dan di tempat parkir apotek sehingga membantu pelanggan baru untuk mencari

lokasi Apotek Mediko Farma.

3.2.2. Tata Ruang

Bangunan apotek terdiri dari tempat parkir pada halaman depan apotek,

ruang bagian depan, dan ruang bagian belakang. Selain itu, apotek juga dilengkapi

kamar mandi dan mushola untuk karyawan yang berada di bagian belakang

apotek. Gambar bangunan apotek Mediko Farma, dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Ruang bagian depan terdiri dari ruang tunggu dilengkapi kursi-kursi yang ditata

rapi dan nyaman serta mesin dispenser untuk para pengunjung, tempat

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 42: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

30

Universitas Indonesia

penerimaan resep dan pemberian harga obat bebas, tempat pembayaran obat

resep maupun obat bebas (kasir), serta tempat pemajangan obat bebas (OTC)

dan obat-obat fast moving. Penataan produk OTC dikelompokkan berdasarkan

indikasi/ tujuan penggunaannya (batuk; flu; demam; sakit kepala; sakit perut;

vitamin; sakit cacingan) dan bentuk sediaannya (solid, semisolid dan cair).

Sediaan-sediaan yang banyak diminati pembeli diletakkan di bagian tengah

etalase dan sejajar pandangan mata agar eye catching sehingga langsung dilihat

oleh pengunjung yang masuk ke apotek. Selain itu, pada bagian paling atas

lemari etalase terdapat beberapa box kosong berukuran besar dan mencolok yang

dititipkan oleh perusahaan untuk dipajang di Apotek Mediko Farma sebagai

bagian dari promosi pada setiap pelanggan yang datang ke apotek. Selain

produk OTC, apotek juga menjual perlengkapan bayi, produk-produk susu,

produk-produk herbal, produk-produk kosmetik yang digunakan sehari-hari,

serta alat-alat kesehatan lainnya seperti masker, sarung tangan, dan alat tes

kehamilan yang ditata dietalase bagian depan. Gambar ruang tunggu apotek,

dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Ruang bagian belakang terdiri dari ruang peracikan, tempat administratif

serta tempat pencucian. Ruang peracikan digunakan untuk kegiatan verifikasi

resep, penyiapan obat, peracikan, pemberian etiket, penulisan kopi resep dan

kuitansi pembayaran obat. Ruang ini terdiri dari sebuah meja besar yang

diletakkan di tengah ruangan dan dikelilingi dengan lemari obat keras yang

berderet membentuk huruf L di sekeliling ruangan. Penataan ruang peracikan

dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan

memperhatikan ruang gerak bagi para pekerja. Penataan obat keras

dikelompokkan berdasarkan obat generik dan obat nama dagang, berdasarkan

bentuk sediaannya, dan obat yang biasa diresepkan oleh dokter yang berpraktek

di lantai atas apotek. Gambar ruang peracikan apotek dapat dilihat pada

Gambar 3.3. Di ruang peracikan juga terdapat lemari narkotika, lemari

pendingin untuk menyimpan obat-obat termolabil seperti supositoria, meja

untuk menimbang disertai peralatan menimbang, lemari untuk menyimpan

buku-buku literatur (Farmakope Indonesia, ISO, dan MIMS) serta wastafel.

Selain itu, dirungan ini juga terdapat tempat untuk kegiatan administrasi seperti

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 43: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

31

Universitas Indonesia

pemesanan obat kepada distributor dan pendataan perbekalan farmasi yang

harus dipesan. Oleh sebab itu, ruang peracikan juga dilengkapi dengan dua

buah computer, printer, telepon dan mesin fax. Denah tata ruang Apotek Mediko

Farma terdapat pada Lampiran 2.

3.3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis

farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari

satu orang Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, satu orang apoteker

pendamping yang merangkap manager keuangan dan tiga orang asisten apoteker.

Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari dua orang bagian administrasi (satu orang

bagian pembelian dan satu orang bagian faktur), dua orang tenaga kasir, satu

orang petugas kebersihan dan dua orang petugas keamanan. Bagan struktur

organisasi apotek Mediko Farma dapat dilihat pada Lampiran 3. Apotek Mediko

Farma beroperasi setiap hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.30 – 21.30 WIB,

hari Minggu mulai pukul 08.00 - 20.00 WIB, sedangkan hari libur nasional tutup.

3.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

3.4.1. Pengadaan Perbekalan farmasi

Apotek Mediko Farma melakukan perencanaan setiap hari Minggu dan

Kamis berdasarkan stok minimum dan penjualan di minggu sebelumnya.

Perbekalan farmasi yang sudah hampir habis di buat daftar rencana pembelian

pada buku defecta/buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian pembelian

untuk dibuatkan surat pesanan. Pemesanan dilakukan menggunakan surat

pesanan langsung kepada petugas PBF yang bersangkutan atau melalui telepon

langsung ke PBF yang dimaksud. Contoh surat pesanan dapat dilihat pada

Lampiran 4. Pemesanan dan pembelian dilakukan setiap hari Senin dan Kamis

oleh bagian pembelian yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat

pesanan perbekalan farmasi untuk obat keras, obat bebas terbatas dan obat bebas

ditandatangani oleh Asisten Apoteker, sedangkan untuk obat psikoropik dan

narkotik ditandatangani oleh APA. Pengadaaan perbekalan farmasi pada apotek

Mediko Farma dilakukan dengan cara :

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 44: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

32

Universitas Indonesia

a. Cash Order Delivery (COD)

COD merupakan pembelian yang pembayarannya dilakukan langsung pada

saat perbekalan farmasi yang dipesan datang. Metode ini dilakukan

pengadaan perbekalan farmasi yang baru dan/atau sangat dibutuhkan oleh

apotek pada keadaan tertentu.

b. Kredit

Kredit merupakan pembelian yang pembayarannya dapat dilakukan hingga

batas waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan oleh PBF pemasok yang

telah disepakati bersama dengan pihak apotek.

c. Konsinyasi

Konsinyasi merupakan titipan perbekalan farmasi dari pemilik kepada apotek

dimana apotek bertindak sebagai Agen Komisioner yang menerima komisi

bila perbekalan farmasi tersebut terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau

batas waktu yang disepakati, dan bila perbekalan farmasi tersebut tidak laku

maka perbekalan farmasi tersebut dapat dikembalikan kepada pemiliknya.

Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat yang masih baru dan belum

dijual di apotek dan sedang dalam masa promosi, pembayaran dilakukan

hanya terhadap perbekalan farmasi yang telah terjual.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama

dengan PBF adalah ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan, bertanggung

jawab terhadap pesanan perbekalan farmasi apabila terjadi kerusakan,

memberikan jaminan terhadap perbekalan farmasi pesanan, ada kepastian

memperoleh perbekalan farmasi yang dipesan, diskon yang diberikan, dan

lamanya tanggal jatuh tempo pembayaran.

3.4.2. Penerimaan Perbekalan farmasi

Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis

pada jam operasional apotek oleh Asisten Apoteker. Pada saat penerimaan

dilakukan pemeriksaan dokumen berupa kesesuaian antara surat pesanan dengan

faktur, serta pemeriksaan fisik perbekalan farmasi yang diterima (tanggal

kadaluarsa, keadaan fisik perbekalan farmasi, kode produksi/batch, dan lain-

lain). Apabila perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan surat pesanan,

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 45: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

33

Universitas Indonesia

maka bagian pembelian atau asisten apoteker menandatangani dan memberi

stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF

dan salinan faktur disimpan di apotek. Setiap hari Selasa dan Jum’at PBF

melakukan tukar faktur yaitu PBF memberikan faktur asli disertai faktur pajak

kepada apotek untuk kemudian dibayarkan oleh apotek berdasarkan tanggal

jatuh tempo faktur tersebut dan untuk contoh tanda terima faktur dapat dilihat

pada Lampiran 5.

3.4.3. Penyimpanan Perbekalan farmasi

Data mengenai perbekalan farmasi yang diterima kemudian dimasukkan

ke dalam sistem komputer pada formulir penerimaan pesanan yang berisi

antara lain tanggal pembelian, nama PBF, perbekalan farmasi yang diterima,

tanggal kadaluarsa, potongan harga, dan harga. Setelah itu, perbekalan farmasi di

tempatkan di etalase atau rak penyimpanan sediaan sesuai dengan kategori

penyimpanannya. Apotek Mediko Farma melakukan penyimpanan perbekalan

farmasi berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penggolongan obat bebas dan obat

resep (ethical), serta bentuk sediaan obat kemudian disusun menurut abjad.

Penyimpanan obat bebas dikelompokkan pula berdasarkan indikasi/ farmakologi

obat dan disusun sedemikian rupa dalam lemari kaca atau rak dengan perpaduan

warna yang sesuai sehingga menarik perhatian pasien yang datang ke apotek.

Obat resep (ethical) dikelompokkan pula berdasarkan generik, nama dagang dan

obat yang sering diresepkan oleh dokter yang berpraktek di lantai atas apotek

sehingga memudahkan pengambilan obat saat peracikan.

Penyusunan perbekalan farmasi tersebut juga menggunakan sistem First

In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penempatan obat

sistem First In First Out (FIFO) yaitu perbekalan farmasi yang masuk lebih

dulu diletakkan pada bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar

memudahkan dalam pengambilan sehingga yang terlebih dahulu masuk akan

keluar terlebih dahulu. Pada penyusunan obat berdasarkan sistem FEFO (First

Expired First Out) yaitu perbekalan farmasi yang memiliki tanggal kadaluarsa

terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas,

sehingga yang batas kadaluarsa lebih dulu akan keluar terlebih dahulu.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 46: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

34

Universitas Indonesia

Penyimpanan obat-obat khusus dilakukan pada tempat terpisah yaitu untuk obat

golongan psikotropika dan narkotik disimpan di dalam lemari terkunci dan untuk

jenis obat yang termolabil seperti supositoria disimpan dalam lemari pendingin.

3.4.4. Pengeluaran Perbekalan farmasi

Apotek Mediko Farma melakukan pengeluaran perbekalan farmasi

dengan sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu perbekalan farmasi yang

dikeluarkan terlebih dahulu adalah perbekalan farmasi yang memiliki batas

kadaluarsa lebih awal.

3.4.5. Pembuatan Sediaan Standar (aanmaak)

Apotek Mediko Farma juga melakukan pembuatan sediaan standar dan

pengemasan kembali sediaan standar ke dalam wadah yang lebih kecil. Sediaan

standar adalah obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep- resep

standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter.

Sediaan standar ini dibuat untuk menyediakan sediaan yang jarang atau tidak

terdapat di pasaran. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Mediko

Farma adalah obat batuk hitam, salep 24, AAV (Asam salisilat, Asam benzoat,

dan Vaselin album), boorschudmixtuur (BSM), ichtyol zalf, rivanol, alkohol

70% dan bedak salisilat. Adapula sediaan standar yang dibeli dalam skala

besar lalu dikemas kembali dalam skala kecil seperti minyak cengkeh, minyak

sereh, garam inggris, dan vitamin. Sediaan standar ini ditempatkan di rak obat

bebas dan disusun berdasarkan abjad.

3.5. Pelayanan Apotek

Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat

bebas dan komoditi lain di luar sediaan farmasi (perlengkapan bayi, produk-

produk susu, produk-produk herbal, produk-produk kosmetik, serta alat-alat

kesehatan). Pembayaran dapat dilakukan secara tunai, debit, ataupun kredit.

Pembayaran secara tunai sama dengan pembayaran secara kredit, tetapi untuk

pembayaran secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak diserahkan ke pasien

tetapi disimpan Apotek untuk dilakukan penagihan pada awal bulan berikutnya.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 47: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

35

Universitas Indonesia

3.5.1. Pelayanan Obat Bebas

Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan untuk obat bebas, obat

bebas terbatas, dan obat DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek) yaitu penjualan

obat tanpa menggunakan resep dokter. Obat bebas ditandai dengan logo

lingkaran berwarna hijau, obat bebas terbatas ditandai dengan logo lingkaran

berwarna biru, sedangkan obat DOWA merupakan obat dengan logo lingkaran

berwarna merah dengan huruf K ditengah yang tercantum didalam Daftar Obat

Wajib Apotek. Jika pasien menginginkan kuitansi pembelian obat bebas apotek

dapat memberikannya. Contoh kuitansi dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.5.2. Pelayanan Obat Dengan Resep

Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep yaiu Asisten Apoteker

menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa ketersediaan obat dan dilakukan

verifikasi resep (skrining resep) baik kelengkapan administratif, kesesuaian

farmasetika dan kesesuaian farmakologi. Pelayanan resep dilakukan sesuai dengan

HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Resep yang diterima diberikan

harga berdasarkan harga yang terdapat pada sistem komputer, dimana untuk

resep yang berasal dari dokter untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu

lainnya, harga yang telah dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang

ditentukan. Resep yang telah diberi harga diberikan kepada kasir untuk dibayar

oleh pasien serta diberikan nomor urut resep.

Resep dibawa ke bagian peracikan untuk disiapkan atau diracik oleh

asisten apoteker. Resep yang telah selesai dikerjakan dikemas, diberi etiket, dan

dilakukan pemeriksaan akhir oleh apoteker atau asisten apoteker. Kemudian obat

yang telah siap diserahkan kepada pasien oleh apoteker atas asisten apoteker

disertai dengan penyampaian informasi yang berkaitan dengan obat tersebut. Pada

saat penyerahan obat apoteker atau asisten apoteker meminta nomor telepon dan

alamat pasien untuk data tambahan. Bagan alur penerimaan resep dapat dilihat

pada Lampiran 6.

Resep yang obatnya hanya diambil sebagian akan diberi salinan resep

yang ditandatangani oleh apoteker/asisten apoteker dan diberi stempel apotek.

Contoh salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 7. Jika pasien menginginkan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 48: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

36

Universitas Indonesia

kuitansi pembayaran obat resep, apotek akan memberikannya. Contoh kuitansi

pembelian obat resep dapat dilihat pada Lampiran 8. Resep yang telah selesai

diracik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomor urut resep per hari lalu

disimpan selama 3 tahun.

3.5.3. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat di Apotek Mediko Farma sudah berjalan baik

secara pasif maupun secara aktif namun masih terbatas. Pemberian informasi

obat secara pasif yaitu pasien menanyakan tentang obat dan asisten

apoteker/apoteker menjawab. Sedangkan secara aktif yaitu pemberian informasi

pada saat penyerahan obat mengenai nama obat/ zat aktif yang terkandung

didalamnya, kekuatan obat (mg/g), bentuk sediaan, indikasi obat, efek samping,

interaksi obat, jadwal dan cara pemakaian, cara penyimpanan serta dosis obat.

3.5.4. Swamedikasi

Kegiatan swamedikasi saat ini telah dilakukan di Apotek Mediko Farma.

Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi Obat Wajib Apotek,

obat bebas terbatas, dan obat bebas. Obat Wajib Apotek merupakan obat dengan

lingkaran merah dengan huruf K pada bagian tengah yang masuk dalam daftar

obat wajib apotek. Penyerahan obat DOWA dilakukan oleh apoteker dan harus

disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat dan efek

samping yang ditimbulkan oleh obat, namun yang sering bertindak dalam

swamedikasi adalah asisten apoteker.

3.5.5. Pelayanan Lain

Pelayanan lainnya di Mediko Farma untuk meningkatkan pendapatan

apotek antara lain:

a. Penjualan produk-produk herbal dan kosmetik

b. Penjualan alat-alat kesehatan

c. Penjualan makanan ringan.

d. Praktek dokter umum, dokter spesialis anak, dokter THT, dan dokter

spesialis kulit dan kelamin.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 49: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

37

Universitas Indonesia

e. Laboratorium

3.6. Pengelolaan Obat Golongan Narkotika

3.6.1. Pengadaan Obat Golongan Narkotika

Pemesanan obaat-obat golongan narkotika dilakukan oleh bagian

pembelian ke PBF Kimia Farma. Pembelian dilakukan dengan menggunakan

Surat Pesanan Narkotika rangkap 4 yang telah ditandatangi oleh APA dengan

mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, nama apotek serta

stempel apotek. Dalam satu Surat Pesanan hanya berlaku untuk satu jenis

narkotika. Contoh surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 10.

3.6.2. Penerimaan dan Penyimpanan Obat Golongan Narkotika

Penerimaan narkotika yang dipesan, diterima oleh Apoteker/ Asisten

Apoteker dengan mencantumkan nama jelas, SIK, tanda tangan, stempel apotek

dan disertai tanggal dan waktu penerimaan narkotika. Apoteker akan

menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat

pesanan. Obat-obat golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu khusus

yang terkunci berukuran panjang 19,5 cm, lebar 15,5 cm dan tinggi 39

cm. Penyimpanan obat golongan narkotika dipisahkan untuk penggunaan sehari-

hari dan untuk persediaan, namun lemari penyimpanan obat golongan narkotika

pada Apotek Mediko Farma masih diletakan pada area yang sering dilalui di

dalam area apotek. Contoh sediaan narkotika yang terdapat di apotek adalah

Codein tablet 10 dan 20 mg, Codipront®

dan Codipront®

cum expectorant

kapsul serta Codipront®

dan Codipront®

cum expectorant sirup.

3.6.3. Pelayanan Obat Golongan Narkotika

Apotek Mediko farma hanya melayani resep asli yang mengandung

narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Mediko Farma sendiri

untuk mengambil sisa obat dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan

resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan

obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat

dihubungi, dan alamat pasien yang jelas.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 50: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

38

Universitas Indonesia

3.6.4. Pelaporan Obat Golongan Narkotika

Laporan pemakaian obat-obat golongan narkotika dibuat setiap bulan

dan dilaporkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan dilakukan

langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (Ditjen Binfar

Alkes) secara online melalui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem pelaporan ini

merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat account pada

situs tersebut dan mengunduh form pelaporan narkotika yang dibuat Ditjen Binfar

Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari Ditjen Binfar Alkes

yang menyatakan telah menerima laporan. Pelaporan narkotika yang dilakukan di

Mediko Farma hanya berupa laporan narkotika untuk sediaan jadi.

3.7. Pengelolaan Obat Golongan Psikotropika

3.7.1. Pengadaan Obat Golongan Psikotropika

Pemesanan obat-obatan golongan psikotropika dilakukan oleh bagian

pembelian ke PBF dengan menggunakan Surat Pemesanan Psikotropika rangkap

3 yang telah ditandatangi oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor

SIK, nomor SIA, jabatan, nama apotek serta stempel apotek. Dalam satu Surat

Pesanan boleh lebih dari satu jenis obat. Secara lengkap Surat Pesanan

Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 11.

3.7.2. Penerimaan dan Penyimpanan Obat Golongan Psikotropika

Penerimaan psikotropika dapat dilakukan oleh apoteker/asisten apoteker

yang mempunyai SIK dan bukti penerimaan psikotropika ditandatangani oleh

Apoteker Pengelola Apotek/ Asisten Apoteker. Obat golongan psikotropika ini

kemudian disimpan di dalam lemari khusus dan terjamin keamanannya, hal ini

dimaksudkan agar tidak terjadi penyalahgunaan. Contoh sediaan psikotropika

yang terdapat di apotek Mediko Farma adalah analsik®

tablet, braxidin®

tablet,

esilgan®

2 mg, frisium®

10 mg, frixitas®

0,25 mg, lexotan®

5 mg, stesolid 5 mg,

stesolid®

rectal 5 dan 10 mg, valium®

2 mg, valisanbe®

, xanax®

, bellaphen®

tablet, cetalgin®

, danalgin®

, diazepam 2 mg, librax®

, neurodial®

5 mg, luminal

30 mg, proneuron®

dan spasmium®

5 mg.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 51: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

39

Universitas Indonesia

3.7.3. Pelayanan Obat Golongan Psikotropika

Obat psikotropika dapat diserahkan kepada pasien berdasarkan resep

dokter atau salinan salinan resep dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan

resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan

obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat

dihubungi, dan alamat pasien yang jelas.

3.7.4. Pelaporan Obat Golongan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika di Apotek Mediko Farma sama seperti

laporan narkotika dimana di laporkan paling lambat tanggal 10 d ibulan

berikutnya. Pelaporan dilakukan langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan

Alat Kesehatan secara online melaui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem

pelaporan ini merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat

account pada situs tersebut dan menngunduh form pelaporan narkotika yang

dibuat Ditjen Binfar Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari

Ditjen Binfar Alkes yang menyatakan telah menerima laporan.

3.8. Kegiatan Non teknis Kefarmasian

Dalam melaksanakan kegiatannya, Apotek tidak hanya menjalankan

fungsi kefarmasian, tetapi juga menjalankan fungsi bisnis, yaitu melakukan

kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja

yang ada di apotek. Pengelolaannya dilakukan oleh bagian administrasi dan

dibantu oleh bagian pembelian, kasir serta Asisten Apoteker yang kemudian

diperiksa oleh manajer.

3.8.1. Kegiatan Administrasi

Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Mediko Farma meliputi:

a. Administrasi Personalia

Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi personalia yang

berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi,

gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan karyawan.

b. Administrasi Penjualan

Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 52: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

40

Universitas Indonesia

melakukan pencatatan baik menggunakan sistem komputer maupun

pencatatan manual terhadap semua penjualan obat bebas dan obat bebas

terbatas (OTC) maupun obat keras (ethical) serta perbekalan kesehatan

rumah tangga (PKRT) secara tunai atau debit. Selain itu, dilakukan juga

pengaturan terhadap penentuan harga jual yang dimasukkan kedalam system

komputer. Daftar harga jual inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam

pemberian harga jual pada pasien dan apabila terdapat perubahan harga

pembelian dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) maka harga yang terdapat

pada daftar harga jual juga akan diubah.

c. Administrasi Pembelian Kredit atau Hutang Dagang

Apotek Mediko Farma melakukan pembelian produk dari PBF dengan

cara tunai, kredit dan konsinyasi. Setiap PBF memberikan kebijaksanaan

mengenai harga obat maupun diskon yang berbeda-beda kepada

apotek. Pencatatan terhadap pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur

hutang yang masuk dari PBF ke apotek dan di buat dalam sebuah

laporan oleh bagian administrasi untuk memudahkan pengawasan.

3.8.2. Sistem Administrasi

Apotek Mediko Farma memiliki sistem administrasi untuk pengelolaan

perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, pelayanan

dan pelaporan perbekalan farmasi yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini

dilakukan oleh bagian pembelian, administrasi dan asisten Apoteker.

Kelengkapan administrasi di Apotek Mediko Farma meliputi :

a. Buku Defekta

Daftar nama obat atau sediaan yang habis atau hampir habis dicatat dalam

buku defekta untuk segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di

apotek. Keuntungan buku ini adalah dapat digunakan untuk mengecek

perbekalan farmasi yang sudah atau hampir habis dan mempercepat proses

pemesanan sehingga ketersediaan perbekalan farmasi di apotek dapat

terkontrol dan terjamin dengan baik.

b. Surat Pesanan (SP)

Surat yang digunakan untuk memesan perbekalan farmasi yang diperlukan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 53: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

41

Universitas Indonesia

oleh apotek disebut Surat Pesanan yang terdiri dari 2 rangkap, dimana yang

asli diserahkan pada pihak distributor sedangkan salinannya merupakan SP

pertinggal di apotek untuk menyesuaikan perbekalan farmasi yang datang

dengan perbekalan farmasi yang dipesan. Surat Pesanan ditandatangani

asisten apoteker apabila akan melakukan pemesanan perbekalan farmasi.

Dalam surat pesanan, terdapat tanggal pemesanan serta nama PBF yang

ditunjuk.

c. Daftar harga sediaan farmasi di apotek

Daftar harga jual apotek berasal dari harga yang diberikan PBF ditambah

dengan pajak dan margin. Harga ini dapat diketahui dari daftar harga pada

sistem komputer dan sistem manual/ hardcopy. Pada sistem ini tercantum

nama obat (merk dagang atau generik) yang disusun secara alfabetis serta

spesifikasi produk sperti kekuatan dan volume sediaannya.

d. Sistem administrasi pembelian dan faktur

Penerimaan perbekalan farmasi diinput dalam sistem komputer dengan

mencantumkan tanggal, nama perbekalan farmasi, jumlah perbekalan

farmasi, nama PBF, nomor faktur, tanggal jatuh tempo faktur, nomor batch,

tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga dan total

pembayaran. Pencatatan ini dilakukan saat perbekalan farmasi datang

berdasarkan faktur pengiriman perbekalan farmasi dari PBF. Nomor faktur

dari pembelian pada PBF berisikan nomor faktur, tanggal pembelian, nama

PBF, tanggal jatuh tempo, dan jumlah pembelian. Ketika dilakukan

pembayaran faktur, maka ditulis tanggal dan waktu pembayaran pada faktur

yang sudah dibayar.

e. Buku catatan penggunaan narkotika dan psikotropika

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat

golongan narkotika dan psikotropika, yang berisikan nama obat, bulan,

persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian,

jumlah, nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada.

Catatan harian narkotika dan psikotropika meliputi nomor resep, nama

pasien, alamat pasien, nama dokter, alamat dokter, jumlah obat yang

diresepkan dan sisa obat (dalam satuan tablet).

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 54: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

42 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang

yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan

perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Seorang apoteker dalam menjalankan

profesi apotekernya di apotek tidak hanya pandai sebagai penanggung jawab

teknis kefarmasian saja. Apoteker juga dituntut dapat mengelola apotek sesuai

dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada pihak-

pihak yang memiliki kepentingan (stake holder) tanpa harus menghilangkan

fungsi sosialnya di masyakat).

4.1. Lokasi dan Bangunan Apotek

Apotek Mediko Farma berlokasi di Jalan Pinang Raya nomor 10,

Pondok Labu, Jakarta Selatan. Apotek ini telah beroperasi melayani masyarakat

selama hampir 36 tahun. Apotek ini dilengkapi dengan laboratorium klinik dan

beberapa praktek dokter, mulai dari dokter umum dan dokter spesialis (spesialis

anak, spesialis kulit dan kelamin, dan spesialis THT).

Lokasi apotek dinilai cukup strategis. Apotek ini terletak dipertigaan

jalan yang cukup ramai karena berada disamping pusat perbelanjaan yang

difasilitasi oleh ATM dan dilalui kendaraan, termasuk kendaraan umum,

sehingga mudah untuk dicapai pembeli. Lokasi yang strategis juga didukung

dengan keberadaan sarana kesehatan lain di sekitar apotek, seperti Rumah Sakit

Fatmawati, Rumah Sakit Bersalin Bina Sehat, Rumah Sakit Umum Prikasih,

pemukiman penduduk yang cukup padat, serta keberadaan apotek pesaing yang

cukup jauh letaknya.

Desain eksterior Apotek Mediko Farma sudah cukup baik. Hal ini dapat

terlihat dari papan nama petunjuk keberadaan apotek yang cukup jelas dan besar.

Meskipun bangunan apotek sudah lama, namun bangunan apotek tetap terlihat

bersih dan terawat. Selain itu, apotek ini memiliki halaman yang cukup luas yang

dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan kapasitas dua buah mobil dan

beberapa sepeda motor. Adanya beberapa tanaman di halaman membuat apotek

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 55: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

43

Universitas Indonesia

terasa sejuk, asri, dan hijau. Bagian depan apotek terdiri dari jendela yang terbuat

dari kaca yang bening namun agak tertutup dengan adanya beberapa banner

produk sehingga alangkah baiknya jika banner produk tidak diletakkan di depan

jendela agar pembeli dapat melihat desain interior apotek dan produk-produk yang

ada di dalam apotek.

Dari segi desain interior, Apotek Mediko Farma dapat dinilai memiliki

desain yang baik. Bangunan apotek terbagi menjadi dua ruangan, yaitu ruang

bagian depan dan ruang bagian belakang. Ruangan dalam Apotek Mediko Farma

diberi cat warna putih sehingga memberi kesan bersih dan tenang. Penerangan

yang ada pun sudah cukup baik dan tidak menyebabkan panas.

Ruang bagian depan apotek digunakan sebagai counter untuk penerimaan

resep, penyerahan obat, kasir, penerimaan pembelian dari PBF, dan ruang tunggu

yang memiliki 16 buah kursi. Jumlah kursi ini sudah cukup untuk menampung

pasien yang menunggu karena jumlah pelayanan resep per hari yang cukup

banyak terutama saat sore hari ketika praktek dokter sudah dimulai. Ruang tunggu

juga terjaga bersih, sudah dilengkapi pendingin ruangan atau air conditioner

(AC), jam dinding, dan tersedia pula brosur dan majalah kesehatan serta air

minum gratis untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan selama menunggu

obat.

Penempatan obat bebas dan obat bebas terbatas pada etalase di ruang depan

apotek sudah baik. Produk yang eye catching diletakkan dibagian yang dapat

terlihat jelas oleh konsumen. Sedangkan, untuk obat bebas dan obat terbatas

lain disusun berdasarkan farmakologi dan bentuk sediaan sehingga memberikan

kenyaman dan kemudahan bagi karyawan maupun pembeli.

Ruang bagian belakang digunakan untuk lemari penyimpanan obat keras

(generik maupun paten), ruang racik dan ruang kerja dengan luas yang cukup

untuk pekerjaan meracik. Ruang bagian belakang juga dilengkapi AC yang

menjaga suhu ruangan untuk menjamin stabilitas obat selama penyimpanan

dan kenyamanan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Desain ruang

racik Apotek Mediko Farma menempatkan meja racik pada bagian tengah di

antara lemari obat akan mempermudah pekerjaan peracikan obat. Meja kerja

diletakkan di sudut ruangan agar tidak mengganggu pekerjaan meracik obat.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 56: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

44

Universitas Indonesia

Pada ruang racik juga dilengkapi dengan wastafel yang dapat digunakan

sebagai tempat pencucian alat dan kulkas yang berada disamping meja kerja

untuk menyimpan obat-obat yang stabil pada suhu dingin sedangkan toilet untuk

karyawan berada dibelakang ruang racik.

4.2. Sumber Daya Manusia di Apotek

Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis

farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari

satu orang Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, satu orang apoteker

pendamping yang merangkap manager keuangan dan tiga orang asisten apoteker.

Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari dua orang bagian administrasi (satu orang

bagian pembelian dan satu orang bagian faktur), dua orang tenaga kasir, satu

orang petugas kebersihan dan dua orang petugas keamanan. Bagan struktur

organisasi apotek Mediko Farma dapat dilihat pada Lampiran 3. Tenaga kerja

Apotek Mediko Farma bekerja secara bergantian berdasarkan jam kerja yang

telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift pertama pukul 07.30 - 14.30 WIB dan

shift kedua pukul 14.30 - 21.30 WIB. Sedangkan untuk hari minggu hanya ada

satu shift selama 12 jam dan tenaga kerja dianggap lembur.

Tabel 4.1. Pembagian Shift Asisten Apoteker

Pagi

(07.30 - 14.30

WIB)

Siang

(14.30 - 21.30

WIB)

Lembur

(08.00 - 20.00

WIB)

Senin - Sabtu 1 orang 2 orang -

Minggu - - 1 orang

Berdasarkan pembagian shift tersebut, terdapat perbedaan jumlah sumber

daya manusia yaitu pada jumlah asisten apoteker yang bertugas, pembagian

jumlah asisten apoteker pada masing-masing shift dapat dilihat pada Table 4.1.

Pembagian shift ini sudah cukup efektif mengingat jam ramai apotek berkisar

pada waktu sore hingga malam karena adanya praktek dokter sehingga sumber

daya manusia pada shift kedua lebih banyak dibandingkan shift pertama.

4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Proses pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma dilakukan

melalui pembelian secara kredit, tunai ataupun konsinyasi, dengan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 57: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

45

Universitas Indonesia

memperhatikan arus barang (slow moving atau fast moving) dan arus uang.

Setiap hari dilakukan pemeriksaan terhadap jenis persediaan obat yang mulai

menipis dan mencegah stok kosong (stock out). Pembuatan defekta dilakukan

setiap hari Minggu dan Kamis dan dibuat berdasarkan stok minimum serta

penjualan pada minggu sebelumnya. Perbekalan farmasi yang akan atau sudah

habis tersebut kemudian dicatat kedalam buku defekta/buku pemesanan lalu

disusun berdasarkan PBF yang menyediakan obat-obat tersebut dengan tujuan

untuk mempermudah pemesanan dan melakukan pemilihan PBF. Jika suatu obat

tersedia pada lebih dari satu PBF, maka dasar pemilihan PBF yang diterapkan

adalah faktor harga (potongan harga) dan kecepatan pengiriman. Buku

defekta/buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian pembelian untuk

dibuatkan Surat Pesanan.

Pemesanan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis

tetapi untuk obat-obat keperluan mendesak (cito) dan fast moving dapat

dilakukan kapan saja saat persediaan menipis karena perputaran barang lebih

cepat dan untuk mencegah stok kosong maupun adanya death stock (stok mati)

atau obat yang kadaluarsa (akibat terlalu lama disimpan) sehingga kerugian

apotek dapat ditekan. Pemesanan obat ke distributor dilakukan melalui telepon

maupun melalui sales yang datang ke apotek. Pemesanan seminggu dua kali

memberikan keuntungan bagi apotek dalam hal mengurangi penumpukan yang

dapat mengganggu aliran kas. Umumnya lama pengiriman barang dari distributor

ke apotek kurang dari satu hari sehingga tidak ada waktu tenggang (lead time)

yang panjang. Apotek Mediko Farma tidak menyediakan stok pengaman (buffer

stock) bagi perbekalan famasi yang dijual kecuali untuk obat generik.

Berdasarkan hasil pengamatan, pengadaan perbekalan farmasi di Apotek

Mediko Farma sudah berjalan cukup baik dan efektif. Namun, belum adanya

perencanaan dalam penyediaan stok pengaman (buffer stock) dan perhitungan stok

minimum sebagai acuan pemesanan terkadang menyebabkan adanya kekosongan

perbekalan farmasi. Dalam mengatasi hal tersebut, apotek menawarkan obat

pengganti namun atau menawarkan kepada pelanggan untuk memesan terlebih

dahulu kemudian mengambilnya keesokan hari penawaran ini tidak selalu

diterima oleh seluruh pelanggan. Hal ini dapat merugikan apotek karena apotek

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 58: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

46

Universitas Indonesia

kehilangan penjualan dan membuat pelanggan kecewa. Selain itu, tidak adanya

stok pengaman menyebabkan peningkatkan beban kerja apotek dan biaya

administrasi karena pembelian barang dalam jumlah sedikit sehingga tidak

mendapatkan diskon dari distributor. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan

perhitungan stok minimum sebagai acuan pemesanan dan pemilahan perbekalan

farmasi yang dapat disediakan stok pengamannya sehingga dapat menekan

kekosongan perbekalan farmasi dan memperlancar kegiatan pelayanan .

Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma telah sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu persediaan farmasi harus

disimpan dalam wadah asli dari pabrik dan semua bahan obat harus disimpan pada

kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilannya. Hal ini dilakukan agar mudah

dilakukan identifikasi dan penarikan obat jika ada informasi oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan terhadap obat yang tidak sesuai dengan persyaratan;

mengetahui waktu kadaluarsa dan obat dapat dikembalikan kepada distributor

dengan wadah asli pabrik sesuai perjanjian.

Sistem penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan sistem

FEFO (First Expired First Out) atau FIFO (First In First Out). Gudang untuk

penyimpanan stok obat hanya ada untuk obat generik. Gudang ini berada di lemari

yang sama dengan penyimpanan obat generik tersebut, hanya saja lokasinya

berada di bagian bawah. Untuk narkotika dan psikotropika, harus memiliki lemari

penyimpanan khusus. Akan tetapi, di Apotek Mediko Farma, penyimpanan

narkotika dan psikotropika masih digabung dalam satu lemari meskipun letaknya

dipisahkan. Lemari penyimpanan tersebut terbuat dari kayu namun hanya terdapat

satu pintu dengan satu kunci. Hal ini masih belum sesuai dengan Permenkes No.

28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki

tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang seharusnya lemari tersebut

mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari dibagi dua sekat, masing-

masing dengan kunci yang berlainan.

Pengontrolan tanggal kadaluarsa secara visual belum diberlakukan di

apotek ini. Pengontrolan tanggal untuk obat-obat yang disimpan di ruang

peracikan dilakukan dua kali seminggu saat pendataan defekta. Sedangkan,

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 59: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

47

Universitas Indonesia

pengontrolan tanggal kadaluarsa untuk produk OTC hanya dilakukan saat

penerimaan barang dari distributor. Hal tersebut berisiko menimbulkan kerugian

akibat tidak terkontrolnya obat yang telah mendekati kadaluarsa dan belum

terjual. Persediaan farmasi yang telah kadaluarsa dikumpulkan pada awal tahun

untuk dihitung kerugiannya. Selanjutnya, produk kadaluarsa ini dimusnahkan

dengan disaksikan oleh karyawan apotek.

Penataan di apotek ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan

efisiensi karyawan apotek dalam bergerak karena semua produk yang dijual di

apotek hanya bisa dijangkau oleh karyawan apotek. Untuk produk-produk yang

dijual di apotek ini tidak terbatas pada obat-obat bebas, terbatas maupun keras.

Produk-produk yang dijual dapat berupa persediaan farmasi maupun non farmasi.

Persediaan farmasi yang dijual meliputi obat, alat kesehatan, dan produk

herbal.Sedangkan, produk non farmasi yang dijual di apotek yaitu kosmetik,

produk kebersihan, serta kebutuhan bayi. Penataan produk-produk tersebut berada

di area produk OTC yang mudah terlihat oleh pengunjung dan disusun

berdasarkan kegunaannya. Adanya alat kesehatan dan produk non farmasi

menjadi salah satu keunggulan bagi apotek, selain untuk memudahkan pelangan

mendapatkan kebutuhannya, juga dapat meningkatkan pendapatan apotek diluar

pelayanan obat resep.

4.4. Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pekerjaan kefarmasian lainnya yang dilakukan di apotek adalah pelayanan

atas resep dokter. Pada bagian peracikan sediaan diperlukan ketepatan, ketelitian

dan kecepatan dari SDM untuk melayani resep dengan baik. Dalam

pelaksanaannya asisten apoteker yang melakukan peracikan, penyerahan obat

hingga pelayanan informasi obat ke pasien. Apotek Mediko memiliki alur

pelayanan untuk pelayanan atas resep dokter, yaitu

1. Resep dokter yang diterima diberikan kepada AA atau Apoteker.

2. AA atau Apoteker memasukkan daftar obat dan jumlah yang dibutuhkan

sesuai resep ke dalam sistem komputer untuk memberikan penomoran dan

melihat biaya atas resep tersebut.

3. Biaya atas resep diinformasikan kepada pasien.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 60: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

48

Universitas Indonesia

4. Jika pasien setuju dengan harganya, maka dilakukan pembayaran oleh pasien

ke kasir. Pada tahap ini kasir memberikan nomor antrian, satu lembar

diberikan ke pasien, satu lembar ditempel di resep. Jika pasien tidak setuju,

resep dikembalikan ke pasien.

5. Resep yang sudah dibayar, diberikan kepada AA.

6. AA menyiapkan obat sesuai resep dalam satu wadah. Saat awal penyiapan,

terlebih dahulu resep di-cap dengan cap HTKP.

7. Penyerahan obat dengan terlebih dahulu mencocokkan antara nomor yang

dipegang oleh pasien dan nomor yang tertempel di resep.

8. Pemberian informasi obat terkait nama obat, kegunaan dan cara penggunaan.

9. Pencatatan nomor telepon pasien untuk semua jenis resep dan dilengkapi

pencatatan alamat pasien untuk resep yang menuliskan obat psikotropika dan

narkotika.

10. Resep asli disimpan oleh pihak Apotek, namun untuk reep yang dapat

diulang, diberikan kopi resepnya ke pasien.

Metode peracikan yang dilakukan sangat berpengaruh terhadap ketepatan

dosis dan efek farmakologis yang akan dihasilkan dari obat yang diberikan pada

pasien tersebut. Penggunaan alat penggerus pada peracikan puyer atau kapsul

yang tidak teliti, yaitu mortir dan tablet crusher (mesin penghancur tablet), dapat

mengurangi jumlah serbuk obat yang diracik. Pada peracikan puyer dan kapsul di

apotek ini selalu menggunakan tablet crusher, sedangkan mortar dipakai untuk

peracikan sediaan semi solid. Apabila sediaan puyer atau kapsul yang diracik

dengan tablet crusher memiliki jumlah yang sedikit dan memiliki kandungan zat

aktif yang juga sedikit, adanya kemungkinan ketidaktepatan dosis dari sediaan

obat racikan menjadi lebih besar. Hal tersebut seharusnya dapat diminimalisir

dengan pemilihan alat penggerus yang sesuai ketika dilakukan peracikan obat.

Pada saat peracikan masih terjadi kesalahan seperti digunakannya sediaan

salut, baik salut gula maupun salut enterik untuk kemudian diracik menjadi

sediaan kapsul atau puyer. Solusi yang seharusnya dilakukan yaitu menghubungi

dokter penulis resep untuk merekomendasikan pergantian bentuk sediaan obat

dalam resep menjadi sediaan konvensional. Dalam proses peracikan sediaan juga

harus diperhatikan faktor kebersihan dan keamanan bagi tenaga teknis

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 61: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

49

Universitas Indonesia

kefarmasian yang melakukan peracikan sediaan. Dalam pelaksanaannya, tenaga

teknis kefarmasian sudah melengkapi diri dengan alat pelindung diri seperti

masker. Namun, penggunaan alat pelindung diri lain saat peracikan seperti sarung

tangan belum dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian di apotek ini.

Pemberian informasi obat pada saat penyerahan obat di apotek seringkali

hanya meliputi kegunaan obat, aturan pakai, dan cara penggunaan obat. Hal ini

dikarenakan banyaknya obat yang harus diberikan kepada pasien dalam waktu

yang sama dan pasien biasanya menghendaki penyampaian informasi yang cepat.

Namun, alangkah lebih baik lagi jika pemberian informasi obat pada saat

penyerahan obat kepada pasien, sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian

obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan

dan minuman yang harus dihindari selama terapi sehingga dapat mempercepat

kesembuhan pasien dan sesuai dengan standar pelayanan di apotek yang

ditetapkan.

Apotek Mediko Farma dilengkapi dengan dua buah komputer dengan

sistem yang tersambung pada internet dan sudah disesuaikan untuk keperluan

apotek untuk membantu dalam pelayanan. Sistem komputer ini yang menjadi

acuan dalam pemberian harga jual obat kepada pasien dan melihat stok obat.

Berdasarkan pengamatan, sistem ini sudah efektif dalam membantu pelayanan di

apotek. Namun, terkadang sistem ini mengalami masalah yang membuat loading

menjadi lama dan hal ini berpengaruh pada pelayanan karena pasien perlu

menunggu hingga sistem kembali normal. Hal ini tentunya memerlukan perhatian

karena menyebabkan pembeli menunggu cukup lama dapat mempengaruhi

kepuasan pelanggan terhadap kinerja apotek. Oleh sebab itu, alangkah lebih baik

jika sistem komputer di-upgrade agar kecepatan pelayanan meningkat dan pada

akhirnya dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan membawa keuntungan

bagi apotek.

Konseling atau disebut juga dengan konsultasi, dilakukan ketika pasien

meminta untuk berkonsultasi. Konseling dilakukan di tempat penyerahan obat

biasanya oleh AA. Konseling bertujuan untuk dapat memperbaiki kualitas hidup

pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau

penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Kegiatan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 62: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

50

Universitas Indonesia

pelayanan yang dilakukan di Apotek ini terbatas pada pemberian informasi obat

dan konseling. Pelayanan berupa monitoring terapi baru dimulai dengan

menuliskan riwayat pengobatan pasien di suatu formulir yang diisi oleh AA.

Namun, untuk pemantauan secara rutin terhadap penggunaan obat oleh pasien

tertentu belum dilakukan.

Selain dengan resep, apotek juga memberikan pelayanan pembelian obat

tanpa resep sebagai pelayanan pengobatan swamedikasi melalui UPDS (Upaya

Pengobatan Diri Sendiri) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.

347/Menkes/SKA/ll/1990 tentang Obat Wajib Apotik, Keputusan Menteri

Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 2,

dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar

Obat Wajib Apotek No.3. Pelayanan yang ramah dan cepat merupakan salah satu

faktor penting untuk kemajuan suatu apotek. Dalam hal kepuasan pasien

mengenai waktu pelayanan, setiap karyawan apotek menjaganya dengan selalu

memberitahukan kepada pasien tentang pelayanan resep yang agak lama jika

terdapat racikan pada resep.

Adanya program PKPA di Apotek Mediko Farma yang dilaksanakan

selama 6 (enam) minggu telah banyak memberikan gambaran kepada calon

apoteker tentang bagaimana seorang Apoteker seharusnya menjalankan profesinya

di apotek. Tugas dan fungsi seorang apoteker di apotek tidak hanya berperan

sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian melainkan juga berperan dalam

manajemen pengelolaan Apotek.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 63: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

51 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan program PKPA di Apotek Mediko selama 6 minggu, penulis

dapat menyimpulkan:

a. PKPA di apotek merupakan kegitatan yang tepat dan efektif untuk

mengaplikasikan ilmu kefarmasian.

b. Apoteker di apotek berperan sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian

sekaligus berperan dalam manajemen pengelolaan Apotek sehingga apotek

dapat terus bertahan dan memberikan keuntungan bisnis.

c. Kegiatan pengelolaan apotek di Apotek Mediko Farma sudah berjalan baik

dalam segi pelayanan kefarmasian meliputi pelayanan resep dan nonresep

hingga pemberian informasi kepada pasien, maupun sistem manajerial

meliputi kegiatan menejemen pengadaan, penyimpanan, penjualan,dan

sumber daya manusia.

5.2. Saran

Untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan di

apotek diperlukan upaya-upaya antara lain:

a. Sebaiknya banner produk yang diletakkan di dekat jendela apotek dipindahkan

agar pembeli dapat melihat desain interior apotek dan produk yang ada di

dalam apotek sehingga dapat menarik pelanggan baru dan pada akhirnya

meningkatkan penjualan apotek.

b. Pengadaan perbekalan farmasi yang sudah berjalan dapat berjalan lebih baik

dan efektif bila dilakukan perhitungan stok minimum sebagai acuan

pemesanan dan pemilahan perbekalan farmasi yang dapat disediakan stok

pengamannya sehingga dapat menekan kekosongan perbekalan farmasi dan

memperlancar kegiatan pelayanan .

c. Pengadaan lemari khusus tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika

agar sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 64: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

52

Universitas Indonesia

d. Sistem komputer perlu diupgrade kinerjanya sehingga pasien tidak perlu

menunggu lama untuk mengetahui berapa jumlah uang yang harus dibayar

untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kepuasan pelanggan.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 65: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

53

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006a). Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat

Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Sistem Pelaporan

Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika dan Psikotropika Nasional. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.

28/Menkes/Per/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika.

Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor :347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993c). Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor : 924/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik

No.2. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor : 925/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Perubahan Golongan

Obat No. 1. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor : 1176/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.

3. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata

Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 66: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

54

Universitas Indonesia

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang No. 35 tahun 2009

tentang Narkotika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang No.36 tahun 2009

tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009c). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 67: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

55

Universitas Indonesia

Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma

Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 68: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

56

Universitas Indonesia

Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma

Keterangan : (a) Tablet crusher (mesin penghancur tablet)

(b) Sealing machine (mesin pengemas)

(c) Medicine packet (pembungkus puyer)

(d) Plastic spoon (sendok plastik)

Gambar 3.4. Alat-Alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 69: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

57

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 70: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

58

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 71: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

59

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma

Pemilik Sarana Apotek

Apoteker Pengelola Apotek

Apoteker Pendamping (Manager Apotek)

Asisten Apoteker

Administrasi

Bagian Pembelian

Bagian Faktur

KasirPetugas

KebersihanPetugas

Keamanan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 72: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

60

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma

Apotek Mediko Farma Kepada

Yth. Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu

Cilandak, Jakarta Selatan

……………………

………

Telp. 7505486, 7656337

……………………

………

No. Nama Obat Packing Banyaknya

Jakarta, ……………………………………… 20

…………..

AP

A

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 73: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

61

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Tanda Terima Faktur

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 74: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

62

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep

Penerimaan resep

(Verifikasi resep dan pengecekan

ketersediaan obat)

Pemberian harga

Pasien menerima nomor resep dan

membayar di kasir

Peracikan obat

- Obat racikan

- Obat jadi

Pemberian etiket dan salinan resep

Pemerikasaan kesesuaian obat

Penyerahan obat

Obat diterima pasien

Resep disimpan oleh petugas

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 75: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

63

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Salinan Resep

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 76: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

64

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 77: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

65

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 78: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

66

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 79: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

67

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 80: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

DAFTAR OBAT AP

INTERAKSI OBA

TUGAS KHUSUS

PROG

UNIVERSITAS INDONESIA

R OBAT APOTEK MEDIKO FARMA BESER

AKSI OBAT DAN MANAJEMEN PENANGAN

S KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APO

RAHMI RAMDANIS, S. Farm.

1206313583

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

MA BESERTA DATA

PENANGANANNYA

OFESI APOTEKER

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 81: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1 Apotek .............................................................................................. 3

2.2 Formularium dan Daftar Obat .......................................................... 4

2.3 Interaksi Obat ................................................................................... 5

BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ........................................................... 9

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ......................................................... 9

3.2 Metode Pengkajian ........................................................................... 9

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10

4.1 Hasil ................................................................................................ 10

4.2 Pembahasan .................................................................................... 10

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 12

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 12

5.2 Saran ............................................................................................... 12

DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 13

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 82: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

iii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Interaksi Obat dan Manajemen Penanganannya .................... 14

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 83: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, apotek

merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian

oleh apoteker yang berperan dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan

bagi masyarakat melalui pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian yang

dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengelolaan obat, pelayanan

obat atas resep dokter serta pelayanan informasi obat.

Apotek Mediko Farma dilengkapi dengan praktek dokter yang terdiri dari

dokter umum, dokter gigi, dokter kulit dan dokter anak. Hal ini menyebabkan

permintaan resep di apotek ini cukup tinggi. Akan tetapi, kadang terdapat obat

yang diresepkan oleh dokter klinik tersebut tidak tersedia di apotek sehingga

tidak dapat dilakukan pelayanan obat atas resep dokter secara optimal. Oleh

karena itu, diperlukan daftar obat yang ada di apotek yang digunakan sebagai

acuan peresepan untuk dokter yang melakukan praktek di klinik mediko.

Salah satu masalah terkait obat yang sering ditemukan adalah penggunaan

obat tidak rasional yaitu polifarmasi atau pengobatan dengan beberapa obat

sekaligus. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan efek samping dan

timbulnya interaksi obat. Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar

diperkirakan karena dokumentasinya masih kurang dan seringkali lolos dari

pengamatan karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan kemungkinan

terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas

seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat,

sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas seringkali diduga akibat

bertambahnya penyakit. Selain itu, terlalu banyak obat yang saling berinteraksi

sehingga sulit untuk diingat (Setiawati, A, 2007).

Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, kami menyusun daftar

obat di Apotek Mediko Farma beserta interaksi obat dan manajemen

penanganannya. Interaksi obat yang dicantumkan adalah interaksi yang diketahui

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 84: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

2

Universitas Indonesia

bermakna secara klinik sehingga diharapkan interaksi obat tersebut dapat

dihindari atau ditangani dengan benar sehingga efek terapi dapat dicapai secara

maksimal.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan daftar obat ini adalah mengetahui daftar

obat yang ada di Apotek Mediko Farma beserta interaksi obat yang mungkin

terjadi dan manajemen penanganannya.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 85: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apotek

Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

praktek kefarmasian oleh Apoteker. Hal ini ditegaskan dalam pasal 19 PP 51

tahun 2009 yang menyebutkan bahwa apotek merupakan salah satu fasilitas

pelayanan kefarmasian. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 dan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat

tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah

obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika sedangkan perbekalan kesehatan

adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009).

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau

paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi

atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan

kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar digolongkan dalam empat

kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat golongan

narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan

terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi

tanda pada kemasan yang terlihat.

Pelayanan obat di apotek meliputi pelayanan obat OTC (Over The

Counter) dan obat Ethical. Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter

adalah obat OTC, termasuk didalamnya obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat

ethical adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan menggunakan resep

dokter, termasuk didalamnya obat keras, obat golongan psikotropika dan obat

golongan narkotika.

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu

mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan,

menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Dalam

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 86: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

4

Universitas Indonesia

pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan dan dapat dibantu oleh apoteker pendamping serta tenaga teknis

kefarmasian.

2.2 Formularium dan Daftar Obat

2.2.1 Formularium Obat (Kementerian Kesehatan RI, 2012)

Formularium obat adalah buku yang memuat daftar obat terpilih yang

paling dibutuhkan dan harus tersedia di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya. Formularium merupakan kompilasi sediaan obat yang

digunakan sebagai acuan untuk penulisan resep oleh dokter di suatu unit

pelayanan kesehatan. Bagi praktisi medik, formularium ini membantu dalam

proses pemilihan obat yang rasional. Dengan formularium maka obat yang

digunakan adalah obat yang benar-benar diperlukan sehingga menghindari

pemborosan biaya atas pembelanjaan obat-obat yang tidak diperlukan. Dalam

seleksi obat ini, juga bermakna memilih drug of choice saja, sedangkan obat yang

tidak dibutuhkan tidak harus disediakan, apalagi jika tidak didukung oleh bukti

ilmiah yang meyakinkan.

Melalui formularium yang baik maka fasilitas pelayanan kesehatan secara

tidak langsung memberikan jaminan bahwa hanya obat yang memiliki bukti

efikasi dan keamanan yang terbaiklah yang akan tersedia. Sedangkan obat yang

manfaatnya meragukan tidak perlu disediakan. Sistem ini akan menaikkan

kepercayaan pasien kepada praktisi medik karena mengerti bahwa obat yang

diresepkan merupakan obat pilihan yang telah mengalami pengkajian mendalam

dalam hal manfaat, mutu, dan keamanannya.

2.2.2 Daftar Obat

Daftar obat merupakan buku yang memuat daftar obat yang terdapat di

pelayanan kesehatan. Daftar obat di apotek memiliki fungsi yang sama dengan

formularium obat yang terdapat di rumah sakit yaitu membantu dalam pemilihan

obat yang rasional dan dapat disediakan oleh apotek. Daftar obat ini juga dapat

membantu apoteker dalam menjalankan swamedikasi di apotek.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 87: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

5

Universitas Indonesia

Daftar obat hanya berupa data obat yang tersedia di apotek dan hal ini

berbeda dengan formularium yang pada penyusunannya melibatkan proses seleksi

obat yang disesuaikan dengan daftar obat esensial serta didukung bukti ilmiah.

Daftar obat di apotek ini hanya berlaku dalam jangka pendek karena bergantung

pada permintaan dari dokter dan permintaan pasar terutama untuk produk OTC

yang seringkali berubah dengan cepat sehingga diperlukan penyesuaian daftar

obat secara berkala. Selain itu, pelanggan yang datang atau resep yang ditebus di

apotek tidak hanya berasal dari dokter di satu tempat sehingga permintaan

obatnya pun pasti berbeda.

2.3 Interaksi Obat

Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari

lingkungan, atau dengan obat lain. Interaksi antar obat dapat berakibat

menguntungkan atau merugikan. Interaksi obat yang menguntungkan misalnya

kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim meningkatkan aktivitas sedangkan

interaksi yang merugikan misalnya antasida dapat mengurangi absorbsi fenitoin

dan beberapa obat lainnya (Setiawati, A, 2007).

Interaksi obat dianggap penting secara klinik jika berakibat meningkatkan

toksisitas dan/atau mengurangi efektivitas obat lainnya. Mekanisme interaksi obat

secara garis besar dapat dibedakan atas tiga mekanisme, yakni: interaksi

farmasetik atau inkompabilitas, interaksi farmakokinetik dan interaksi

farmakodinamik (Setiawati, A, 2007).

2.3.1 Interaksi Farmasetik (Inkompatibilitas)

Interaksi ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat

yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian

menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi yang

hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan

lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat

inaktivasi obat (Setiawati, A, 2007).

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 88: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

6

Universitas Indonesia

2.3.2 Interaksi Farmakokinetik (Setiawati, A, 2007 dan Katzung, B.G. 2009)

Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi

absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma

obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau

penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakokinetik tidak dapat

diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan karena antar obat terdapat variasi

sifat-sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat farmakokinetiknya.

Absorpsi obat di saluran cerna dapat dipengaruhi oleh penggunan

bersamaan dengan zat lainnya diantaranya:

a. Agen yang memiliki permukaan yang besar sehingga obat dapat diadsorbsi

b. Agen yang memiliki ikatan atau kelat

c. Agen yang mempengaruhi pH lambung

d. Agen yang mempengaruhi motilitas saluran cerna

e. Agen yang mempengaruhi transport protein seperi P-glikoprotein dan

transporter anion organik

Satu hal yang harus dibedakan adalah efek terhadap laju absorpsi dan efek

terhadap jumlah yang di absorpsi. Penurunan laju absorpsi obat sangat jarang

yang memiliki makna secara klinik, sedangkan penurunan jumlah yang diabsorpsi

bermakna secara klinik jika menghasilkan kadar serum di bawah kadar terapi.

Mekanisme interaksi obat yang mempengaruhi distribusi obat adalah

kompetisi untuk berikatan dengan protein plasma, penggantian dari sisi yang

berikatan dengan jaringan dan efek terhadap sawar jaringan lokal seperti

penghambatan P-glikoprotein dalam sawar darah otak. Penggantian dari sisi

ikatan jaringan dapat meningkatkan konsentrasi obat dalam darah.

Metabolisme obat dapat ditingkatkan atau dihambat oleh penggunaan

bersama obat lain dan makna secara klinik sangat bervariasi. Induksi isozim

sitokrom P450 pada hati dan usus halus dapat disebabkan oleh obat seperti

barbiturat, bosentan, karbamazepin, efavirenz, nevirapin, fenitoin, primidon,

rifampin, rifabutin, dan St. John's wort. Penginduksi enzim dapat juga

meningkatkan aktivitas metabolisme fase II seperti glukuronidase. Efek dari

induksi enzim biasanya muncul secara bertahap, biasanya efek maksimal muncul

setelah 7-10 hari dan memerlukan waktu yang sama atau lebih lama untuk

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 89: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

7

Universitas Indonesia

menghentikannya. Tetapi, Rifampin menginduksi enzim hanya setelah beberapa

dosis.

Penghambatan metabolisme secara umum terjadi lebih cepat dibandingkan

dengan induksi enzim dan dapat mulai setelah konsentrasi penghambat di jaringan

telah cukup. Jika obat yang dipengaruhi memiliki waktu paruh yang panjang,

diperlukan seminggu atau lebih (tiga atau empat kali waktu paruh) untuk

mencapai konsentrasi steady-state. Obat yang menghambat sitokrom P450

diantaranya amiodaron, androgen, atazanavir, kloramfenikol, simetidin,

ciprofloxacin, klaritromisin, siklosporin, delavirdin, diltiazem, difenhidramin,

disulfiram, enoxacin, eritromisin, flukonazol, fluoxetine, fluvoxamine,

furanocoumarins (kandungan dalam grapefruit juice), indinavir, isoniazid,

itrakonazol, ketokonazol, metronidazol, mexiletine, mikonazol, nefazodone,

omeprazol, paroxetine, propoxyphene, kuinidin, ritonavir, sulfamethizole,

verapamil, voriconazole, zafirlukast, dan zileuton.

Ekskresi renal dari obat aktif dapat dipengruhi oleh penggunaan secara

bersamaan dengan obat lain. Ekskresi renal dari obat yang merupakan asam lemah

atau basa lemah dapat dipengaruhi oleh obat lain yang mempengaruhi pH urin.

Hal ini terjadi akibat perubahan dalam ionisasi obat. Untuk beberapa obat, sekresi

aktif ke dalam tubulus ginjal merupakan jalur eliminasi yang penting. P-

glikoprotein, transporter anion organik dan transporter kation organik yang

berperan dalam sekresi tubular aktif pada beberapa obat dan penghambatan

terhadap trransporter tersebut dapat menghambat eliminasi ginjal yang

menyebabkan peningkatan konsentrasi obat dalam serum.

2.3.3 Interaksi Farmakodinamik (Katzung, B.G. 2009)

Ketika obat yang memiliki efek farmakologi diberikan secara bersamaan,

respon aditif atau sinergis dapat muncul. Kedua obat tersebut dapat memiliki

reseptor yang sama atau tidak untuk menghasilkan efek tersebut. Secara teori,

obat yang memiliki reseptor yang sama umumnya memiliki efek aditif seperti

benzodiazepin dan barbiturat. Obat yang memiliki reseptor berbeda atau proses

yang berkesinambungan dapat menghasilkan efek sinergis seperti nitrat dan

sildenafil atau sulfonamid dan trimetoprim. Sebaliknya, obat dengan efek

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 90: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

8

Universitas Indonesia

farmakologi yang berlawanan dapat menurunkan respon salah satu atau kedua

obat. Interaksi obat secara farmakodinamik relatif banyak terjadi di klinik, tetapi

efek samping dapat dikurangi jika efek farmakologi satu obat telah diketahui.

Oleh karena itu, interaksi ini dapat dicegah dan diwaspadai.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 91: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

9 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 Februari 2013 – 28 Maret 2013

yang bertempat di Apotek Mediko Farma.

3.2 Metode Pengkajian

Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah melalui pengamatan

jenis obat yang ada di apotek dan penelusuran literatur (studi pustaka). Data yang

ada digunakan untuk menyusun daftar obat yang ada di Apotek Mediko Farma

dan mengkaji parameter interaksi obat dan manajemen penanganannya.

Selanjutnya dilakukan analisis data dan permasalahan serta solusi yang dapat

dilakukan.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 92: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

10 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Daftar obat Apotek Mediko Farma beserta data interaksi obat dan

manajemen penanganannya dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.2 Pembahasan

Apotek merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Salah satu pelayanan kefarmasian

adalah pelayanan obat yang meliputi penyiapan, penyerahan obat dan pemberian

informasi obat. Daftar obat di Apotek Mediko Farma (lihat Lampiran 1)

merupakan data obat yang terdapat di apotek baik berupa ethical maupun OTC.

Daftar obat ini dilengkapi dengan interaksi obat dan manajemen penanganannya.

Data interaksi obat yang terdapat pada daftar obat tersebut merupakan interaksi

yang diketahui bermakna secara klinik sehingga dapat digunakan untuk membantu

proses pelayanan obat di Apotek Mediko Farma.

Daftar obat tersebut terdiri dari 242 jenis obat. Berdasarkan daftar obat

tersebut terdapat beberapa sediaan obat yang memiliki lebih dari tiga nama

dagang, misalnya Parasetamol dan Amoksisilin memiliki delapan nama dagang,

sediaan kombinasi Metampiron dan Diazepam memiliki empat nama dagang serta

sediaan kombinasi obat batuk yang terdiri dari Dekstrometorfan HBr dan

Difenhidramin memiliki tujuh nama dagang. Jumlah sediaan dengan nama dagang

berbeda tersebut mempengaruhi stok obat yang ada di apotek. Obat dengan nama

dagang tertentu lebih mudah terjual daripada obat dengan merek lain. Akibatnya

terjadi penumpukan stok obat yang kurang laku terjual. Untuk mengatasi masalah

tersebut, sebaiknya dipilih batas jumlah nama dagang misalnya tiga nama dagang

untuk menyederhanakan jumlah sediaan dengan nama dagang berbeda tersebut.

Pemilihan dapat didasarkan pada perputaran nama dagang tersebut yaitu yang

lebih cepat laku di pasaran. Sisa modal pembelian obat nama dagang tersebut

dapat digunakan untuk membeli sediaan farmasi lainnya atau dikembalikan ke

modal apotek.

Berdasarkan daftar interaksi obat tersebut, sediaan topikal relatif tidak

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 93: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

11

Universitas Indonesia

memiliki interaksi obat. Hal ini disebabkan belum ada data yang tersedia dan

belum ada laporan yang signifikan mengenai interaksi obat topikal. Selain itu,

penelitian interaksi obat jarang dilakukan dengan menggunakan sediaan topikal.

Pada prinsipnya, dapat terjadi interaksi obat dengan sediaan topikal jika obat

tersebut terabsorpsi secara sistemik. Sediaan topikal dapat diabsorpsi secara

sistemik tetapi jumlah yang diabsorpsi umumnya kurang signifikan dan tidak

menimbulkan interaksi obat. Absorpsi sistemik dari sediaan topikal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya konsentrasi sediaan, alat yang

digunakan untuk pemakaian sediaan, luas area pemakaian, integritas kulit, dan

durasi penggunaan. Penggunaan pembalut pada area yang diolesi juga dapat

meningkatkan absorpsi perkutan (Baxter, K. 2010). Meskipun interaksi obat

sediaan topikal jarang ditemukan, praktisi medik tetap harus waspada terhadap

kemungkinan adanya interaksi obat tersebut.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 94: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

12 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Daftar obat Apotek Mediko Farma terdiri dari 245 jenis obat dan terdapat

beberapa obat dengan nama dagang lebih dari tiga. Interaksi yang bermakna

secara klinik umumnya terjadi pada obat untuk penggunaan sistemik. Data

interaksi obat untuk sediaan topikal masih terbatas. Sediaan topikal tersebut dapat

berinteraksi dengan obat lain jika di absorpsi secara sistemik. Absorpsi sistemik

dari sediaan topikal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi

sediaan, alat yang digunakan untuk pemakaian sediaan, luas area pemakaian,

integritas kulit, dan durasi penggunaan.

5.2 Saran

5.2.1 Penyederhanaan obat yang sama dengan nama dagang berbeda diperlukan

untuk mencegah adanya penumpukan obat di apotek sehingga perputaran

sediaan di apotek berjalan dengan baik.

5.2.2 Kegiatan pemberian informasi obat termasuk interaksi obat sebaiknya

dilaksanakan oleh apoteker untuk memaksimalkan terapi obat.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 95: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

13 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Baxter, K. (Ed.). (2008). Stockley’s Drug Interaction 8th Ed. London:

Pharmaceutical Press.

Baxter, K. (Ed.). (2010). Stockley’s Drug Interaction Pocket Companion 2010.

London: Pharmaceutical Press.

Drug Interaction. 10 April 2013. http://www.drugs.com/drug

interactions/carbidopa-entacapone-levodopa-with-citicoline-514-0-3325

0.html?professional=1

Katzung, B.G. (Ed). (2009). Basic & Clinical Pharmacology, Eleventh Edition.

China: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Kementerian Kesehatan RI. (2012). Modul Penggerakan Penggunaan Obat

Rasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta:

Pemerintah Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik

Indonesia.

Redaksi ISO Indonesia Vol. 47 Tahun 2012-2013. (2012). ISO Indonesia Volume

47. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.

Setiawati, A. (2007). Interaksi Obat. In Sulistia Gan Gunawan (Ed.). Farmakologi

dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik

Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. 862-875.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 96: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

LAMPIRAN

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 97: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

14

Lampiran 1. Daftar Interaksi Obat dan Manajemen Penanganannya

No Nama Obat

Indikasi Dosis Interaksi Obat Manajemen Penanganan Nama Dagang Komposisi

1. ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTIPIRAI

1.1 ANALGESIK NON NARKOTIK

1 Analsik (kaplet) Metampiron

500 mg dan

Diazepam 2 mg

Sakit

kepala,nyeri

pinggang,nyeri

otot dan sendi

Dewasa:

sehari 3x 1 kaplet,

Anak:

sehari 3 x �

� kaplet

Penggunaan bersama AINS

lainnya meningkatkan resiko

perdarahan GIT, peningkatan

resiko tersebut semakin

terlihat. jika dikombinasikan

dengan antikoagulan.

Meningkatkan AUC

metotreksat sehingga dapat

meningkatkan toksisitas

(MTX) dan menambah efek

samping MTX yaitu depresi

sumsum tulang dan

agranulositosis. Menurunkan

klirens furosemid.

Alkohol meningkatkan level

plasma diazepam dan

mempercepat absorpsi

diazepam sehingga

meningkatkan toksikasi

diazepam.

Diazepam menghambat

metabolisme ketamin.

Diazepam meningkatkan

Jika dimungkinkan, hindari

penggunaan AINS.

Jika tetap dikombinasikan

dengan furosemid (diuretik

kuat), fungsi ginjal harus selalu

dimonitor.

Hindari penggunaan bersamaan

dengan metotreksat.

Penggunaan bersama fenitoin

tidak perlu dihindari, tetapi harus

selalu dimonitor level fenitoin

serum.

Dosis diazepam dikurangi jika

dikombinasikan dengan

valproat, disulfiram, simetidin,

valdecoxib, kontrasepsi oral

dan isonazid

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 98: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

15

konsentrasi plasma maksimum

bupivacaine, tetapi laju

eliminasinya juga meningkat.

Penggunaan bersama opiat

dan benzodiazepin lain meningkatkan efek sedasi,

analgetik dan depresi

pernapasan, opiat mengurangi

laju absorpsi diazepam.

Diazepam mengurangi efek

levodopa, fenitoin mengurangi level serum

diazepam.

Valproat, disulfiram, dan

simetidin meningkatkan level

plasma diazepam.

Diazepam dihambat

metabolismenya oleh

valdecoxib, kontrasepsi oral

dan isonazid

2 Antalgin (tablet) Antalgin 500 mg Sakit kepala,

nyeri pinggang

Dewasa: sehari

3 x 1 tablet.

Penggunaan bersamaan dengan

siklosporin dapat menurunkan

kadar siklosporin.

Antalgin dan alkohol mungkin memberikan

pengaruh yang berlawanan dari

efeknya.

Penggunaan bersama AINS

lainnya meningkatkan resiko

perdarahan GIT, peningkatan

resiko tersebut semakin terlihat

Diperlukan kontrol rutin jika

diberikan bersama siklosporin.

Jika dimungkinkan, hindari

penggunaan AINS, jika tetap

dikombinasikan dengan

furosemid (diuretik kuat), fungsi

ginjal harus selalu dimonitor.

Hindari penggunaan bersamaan

dengan metotreksat.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 99: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

16

jika dkombinasikan dengan

antikoagulan.

Meningkatkan AUC

metotreksat sehingga dapat

meningkatkan toksisitas

(MTX) dan menambah efek

samping MTX yaitu depresi

sumsum tulang dan

agranulositosis.

3 Artrilox (tablet) Meloksikam

7,5 mg dan

15 mg

Terapi jangka

pendek

eksaserbasi

osteo artitis

akut, arthritis

rhematoid

Dosis yang

dianjurkan sehari

15 mg

Resiko perdarahan meningkat

jika obat ini digunakan

bersama AINS lain, meliputi

salisilat, antikoagulan oral,

tiiklopidin, heparin,

trombolitik. Meningkatkan kadar litium

serum.

Meningkatkan toksisitas

hematologik dari metotreksat.

Eliminasi obat ditingkatkan

oleh kolestiramin.

Mengurangi efek pentoksifilin

dari antihipertensi.

Meningkatkan nefrotoksisitas

dari siklosporin.

Jika diberikan dengan diuretik,

fungsi ginjal harus dimonitor.

Hindari penggunaan

kolestiramin.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 100: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

17

4 Asam

Mefenamat

(kaplet)

Asam

Mefenamat

250 mg/kaplet

dan

500 mg/kaplet

Meredakan

rasa nyeri

Dewasa dan anak

> 14 thn, awal

500 mg,

dilanjutkan

250 mg tiap 6

jam.

Penggunaan bersamaan dengan

antikoagulan oral dapat

memperpanjang protrombin.

Antasida yang mengandung

Al mengurangi absorbsi asam

mefenamat.

Aantasida yang mengandung

Mg meningkatkan absorbsi

asam mefenamat

Meningkatkan toksisitas litium

Jika diinginkan efek analgesik

yang cepat, hindari penggunaan

bersamaan dengan antasida

yang mengandung Al.

Monitor penggunaan bersamaan

dengan antikoagulan dan jika

perlu dosis antikoagulan dapat

dikurangi.

Monitor level serum litium,

5 Aspilets (tablet) Asetosal 80 mg Meredakan

demam dan

rasa nyeri

Jika perlu dapat di

berikan tiap 3 jam

: bayi: �

� tablet,

2-3 tahun 1 tablet,

4-5 tahun 2 tablet,

6-9 tahun 4 tablet.

Lihat Aspirin Lihat Aspirin

6 Aspirin (tablet) Asetosal

500 mg

Meredakan

rasa nyeri,

demam,

antikoagulan

Dewasa : sehari

1-3 tablet, anak >

5thn �

� tablet,

maksimal sehari 1 �

� -3 tablet.

Kortikostreoid dapat

menurunkan konsentrasi serum

dan efektivitas salisilat.

Penghentian kortikosteroid

dapat meningkatkan

konsentrasi salisilat.

Natrium bikarbonat dapat

meningkatkan klirens renal dan

penurunan konsentrasi serum

asetosal. Asetosal

meningkatkan toksisitas

metotreksat (MTX).

Carbenicillin,

cefamendazole, cefoerazone,

Sesuaikan dosis salisilat

berdasarkan kebutuhan; monitor

konsentrasi plasma salisilat

ketika menambahkan atau

menghentikan penggunaan

kortikosteroid.

Natrium bikarbonat: Dosis

asetosal yang dibutuhkan lebih

tinggi dari dosis normal. Monitor

konsentrasi plasma asetosal dan

ukur pH urin untuk menentukan

dosis.

Monitor konsentrasi plasma

MTX; sesuaikan dosis MTX.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 101: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

18

cefotetan, dipiramol,

depakote, heparin,

pentoxifilline, klopidogrel,

asam valproat: menyebabkan

peningkatan perdarahan.

Menyebabkan efek

hipoglikemik antidiabetik

oral meningkat.

Monitor parameter koagulasi dan

tanda-tanda pendarahan, obati

gejala yang timbul jika terjadi

pendarahan atau hindari

penggunaan asetosal jika

Carbenicillin, cefamendazole,

cefoferazone, cefotetan,

dipiramol, depakote, heparin,

pentoxifilline, klopidogrel,

asam valproat digunakan.

Perubahan dosis antidiabetik

oral diperlukan.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 102: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

19

Penggunaan bersama ACE

Inhibitor dapat menyebabkan

Efek hipotensif dan vasodilator

dapat menurun. Interaksi

dengan warfarin dapat

menyebabkan aktivitas

antikoagulan dapat meningkat.

Efek penurunan tekanan darah

beta blocker melemah. Efek

menguntungkan beta blocker

pada fraksi ejeksi ventrikel kiri

pada pasien gagal jantung

kronik melemah.

Garam aluminium atau

magnesium (Antasida) menyebabkan konsentrasi

serum salisilat dapat menurun.

Lansoprazole dan

omeprazole: menyebabkan

Asetosal enteric-coated larut

lebih cepat sehingga

meningkatkan efek samping

pada lambung.

ACE inhibitor: Monitor tekanan

darah dan parameter

hemodinamik atau tetap berikan

asetosal dan ganti terapi

antihipertensi dari ACE inhibitor

menjadi Angiotensin Receptor

Blocker.

Monitor INR rutin dan atur dosis

warfarin sesuai hasil monitor

ketika memulai atau

menghentikan terapi salisilat.

Beri tahu pasien untuk

melaporkan kejadian pendarahan

atau memar.

Monitoring konsentrasi serum

asetosal dan atur dosis ketika

antasida dimulai atau

dihentikan.

Hindari penggunaan dengan

lansoprazole dan omeprazole

secara bersamaan.

7 Betalgin (kaplet) Metampiron

500 mg

Lihat Antalgin Lihat Antalgin Lihat Antalgin Lihat Antalgin

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 103: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

20

8 Biogesic (tablet) Parasetamol

500 mg

Meredakan

rasa nyeri,

demam

sehari

3 x 1-2 tablet

Absorpsi melambat dengan

obat antikolinergik atau

analgesik opioid.

Toksisitas meningkat bila

digunakan bersama alkohol,

isoniazid, atau obat

antiepilepsi. Meningkatkan respon

antikoagulan kumarin dan

kloramfenikol konsentrat.

Rifampisin dapat mengurangi

efikasi parasetamol

Lakukan pemantauan jika

digunakan dengan antikoagulan.

Parasetamol merupakan

analgesik yang lebih aman

dibanding aspirin dan AINS

lainnya jika diberikan bersama

antikoagulan.

Hindari penggunaan alkohol.

Dosis Parasetamol dikurangi bila

diberikan bersama dengan

isoniazid

9 Bodrex (tablet) Parasetamol

600 mg dan

Kafein 50 mg

Meredakan

rasa nyeri,

demam

Dewasa : sehari

3 - 4 x 1 tablet.

Anak 6-12 tahun

sehari

3-4 x �

� - 1 tablet

Lihat Biogesic. Alkohol

menghambat metabolisme

hepatik kafein.

Kafein dapat meningkatkan

bioavailabilitas, laju absorbsi,

dan konsentrasi plasma

aspirin.

Penggunaan kafein dengan

diklofenak dapat

meningkatkan efikasinya

dalam terapi migrain.

Kafein dan teofilin

mengurangi peningkatan

denyut jantung dan dan

perubahan tekanan darah yang

disebabkan oleh infus

adenosin.

Kafein mengurangi bahkan

menghilangkann efek hipnotik

Lihat Biogesic.

Hindari penggunaan kafein

minimal 12 jam sebelum

dilakukan infus adenosin untuk

myocardial imaging.

Monitor level serum klozapin.

Hindari penggunaan dengan

alkohol, disulfiram,

kontrasepsi oral dan

pseudoefedrin

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 104: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

21

pentobarbital. Kafein meningkatkan level

serum klozapin sehingga

meningkatkan resiko efek

samping.

Efek kafein meningkat dengan

adanya MAOI.

Fenitoin meningkatkan

metabolisme kafein.

Disulfiram mengurangi klirens

kafein.

Kontrasepsi oral memperpanjang waktu paruh

kafein.

Penggunaan kafein dan

pseudoefedrin secara

bersamaan meningkatkan

resiko hipertensi.

10 Bodrexin (tablet) Lihat Aspilets Lihat Aspilets Lihat Aspilets Lihat Aspilets Lihat Aspilets

11 Cataflam (tablet) Kalium

diklofenak

25 mg dan

50 mg

Nyeri ringan

hingga sedang,

rheumatoid

arthritis dan

osteoathritis

Dewasa : awal

100-150 mg

sehari.

Apabila diberikan bersamaan

dengan preparat yang

mengandung litium atau

digoksin, diklofenak dapat

meningkatkan konsentrasi

litium dalam plasma tetapi

tidak ada tanda klinis dosis

berlebih pada kasus-kasus

tertentu yang telah dijumpai.

Beberapa obat antiinflamasi

non steroid dapat menghambat

Jika digunakan bersama diuretik

hemat kalium perlu dilakukan

pengamatan terhadap kadar

kalium dalam serum.

Dianjurkan untuk dilakukan

pemantauan yang ketat terhadap

pasien yang menggunakan

kombinasi diklofenak dan

antikoagulan. Perhatian harus diberikan apabila

digunakan bersama

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 105: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

22

aktivitas dari diuretik.

Pengobatan bersamaan dengan

diuretik hemat kalium mungkin disertai dengan

kenaikan kadar kalium dalam

serum. Pemberian bersama

antiinflamasi non steroid

sistemik dapat menambah

terjadinya efek samping.

Meskipun pada penelitian-

penelitian klinik tidak

menunjukkan bahwa

diklofenak mempengaruhi efek

dari antikoagulan, sangat

jarang dilaporkan adanya

penambahan resiko

perdarahan, dengan

penggunaan kombinasi

diklofenak dan antikoagulan

antiinflamasi non steroid.

Diklofenak diberikan kurang dari

24 jam sebelum atau setelah

pengobatan dengan metotreksat

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 106: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

23

Seperti antiinflamasi

nonsteroid lainnya, digunakan

dalam dosis tinggi (200 mg)

dapat menghambat agregasi

platelet untuk sementara.

Penelitian penelitian klinik

memperlihatkan bahwa

diklofenak dapat diberikan

bersamaan dengan oral

diabetik tanpa mempengaruhi

efek klinik dari masing-masing

obat. Sangat jarang dilaporkan

efek hipoglikemik dan

hiperglikemik dengan adanya

diklofenak dimana diperlukan

untuk menyesuaikan dosis

obat-obat hipoglikemik.

Konsentrasi metotreksat

dalam darah dapat meningkat

dan toksisitas obat ini

bertambah. Penambahan

nefrotoksisitas siklosporin

mungkin trerjadi oleh karena

efek obat-obat antiinflamasi

non steroid terhadap

prostaglandin ginjal.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 107: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

24

12 Celebrex

(kapsul)

Selekoksib

100 mg dan

200 mg

Osteoaartitis,

dan Rematik

arthtitis pada

orang dewasa

Sehari 1 x 200 mg

atau 2 x 200 mg

untuk rematik

artritis 2 x 100 mg

Rifampisin mengurangi level

plasma selekoksib, Flukonazol

meningkatkan AUC selekoksib

sebesar 130%, Selekoksib

meningkatkan konsentrasi

serum litium sebesar 17% -

350%, Resiko perdarahan

terutama pada geriatri

meningkat jika diberikan

dengan warfarin dan

clopidogrel, Meningkatkan

toksisitas fenitoin,

Menghambat metabolisme

metoprolol, Selekoksib

mengurangi efek diuretik dan

antihipertensi dari diuretik

kuat, Penggunaan bersamaan

dengan ACE inhibitor

meningkatkan kreatinin serum,

hiperkalemia, dan keparahan

gagal jantung kongestif,

Penggunaan bersamaan dengan

furosemid meningkatkan

resiko gagal ginjal

Selekoksib dimulai dari dosis

rendah atau hanya setengah dosis

jika digunakan bersama

flukonazol, Berikan profilaksis

GIT seperti AH2 atau PPI jika

clopidogrel diberikan dengan

selekoksib, Hindari penggunaan

selekoksib dengan litium atau

lakukan monitoring level litium

setiap beberapa hari atau lakukan

penurunan dosis litium, pasien

harus diinformasikan mengenai

tanda atau gejala toksisitas

litium, Monitor efek

antikoagulan jika diberikan

bersamaan, hindari penggunaan

selekoksib dengan diuretik

kuat, jika tetap digunakan, maka

dosis diuretik dapat ditingkatkan

tapi fungsi ginjal harus dimonitor

dengan baik terutama pada

pasien geriatri atau pasien

dengan sirosis hati, gagal jantung

atau gangguan ginjal

13 Cetalgin (tablet) Lihat Analsik Lihat Analsik Lihat Analsik Lihat Analsik Lihat Analsik

14 Cetalgin-T

(tablet/kapsul)

Metampiron

500 mg,

diazepam 2 mg,

vitamin B6 dan

Kafein 50 mg

Sakit kepala

neuralgia, sakit

pinggang,

ketengangan,

rasa sakit

lainnya

Dewasa: sehari

3x1 setelah

makan

Anak 8-12 tahun

sehari 1-2 x ½

kapsul/tablet

Lihat Analsik Lihat Analsik

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 108: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

25

15 Counterpain

PXM (krim)

Piroksikam 5mg,

Metil salisilat

102 mg,

Mentol 54,3 mg,

Euginol 13,7 mg

Nyeri otot, dan

sendi, inflamasi

Oleskan

3 - 4 x sehari pada

daerah yang

menderita.

Tidak interaksi obat yang

dilaporkan

-

16 Contrexin

(tablet)

Lihat Aspilets Lihat Aspilets Lihat Aspilets Lihat Aspilets Lihat Aspilets

17 Danalgin (tablet) Lihat Analsik Lihat Analsik Lihat Analsik Lihat Analsik Lihat Analsik

18 Dumin (sirup,

tablet)

Parasetamol

120 mg/5ml

(sirup),

500 mg (tablet)

Menurunkan

demam dan

meredakan rasa

nyeri pada otot,

sakit kepala

dan sakit gigi

Dewasa sehari

3-4x 0,5-1g, maks

sehari 4 g.

Anak 1-6 tahun

sehari 3-4x125mg

maks sehari

750 mg.

Anak <1thn

sehari

3-4 x 60 mg

Absorpsi melambat dengan

obat antikolinergik atau

analgesik opioid. Toksisitas

meningkat bila digunakan

bersama alkohol, isoniazid,

atau obat antiepilepsi. Meningkatkan respon

antikoagulan kumarin dan

kloramfenikol konsentrat.

Rifampisin dapat mengurangi

efikasi parasetamol

Lakukan pemantauan jika

digunakan dengan antikoagulan.

Parasetamol merupakan

analgesik yang lebih aman

dibanding aspirin dan AINS

lainnya jika diberikan bersama

antikoagulan. Hindari

penggunaan alkohol. Dosis

parasetamol dikurangi bila

diberikan bersama dengan

isoniazid

19 Dumin RT Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin

20 Hufagrip (sirup) Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin

21 Hufagrip TMP

(sirup)

Ibuprofen Menurunkan

demam,

meringankan

nyeri ringan

sampai sedang.

Dewasa sehari

3-4x 10 ml.

Anak 1-2 tahun

2,5 ml,

3-7 tahun 5 ml

Terjadi interaksi dengan obat:

Alendronat Na (Bon-one)

dan risendronat Na

(actonel): Risiko ulkus

lambung dapat meningkat.

Fluoksetin HCl, Sertralin

HCl, Esitalopram oksalat :

Risiko pendarahan saluran

cerna bagian atas dapat

fluoksetin, setralin,

esitalopram Gunakan secara

hati-hati ketika menggunakan

obat tersebut secara bersamaan.

Monitor pasien secara teliti

terhadap kemungkinan efek

samping GI, terutama ulkus

lambung. Jika kombinasi tidak

dapat dihindari, maka

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 109: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

26

meningkat. Flukonazol,

Itrakonazol dapat

menyebabkan Konsentrasi

plasma NSAID dapat

meningkat, sehingga

meningkatkan efek

farmakologi dan efek samping.

Itrakonazol dapat

menurunkan kadar plasma

NSAID, sehingga mengurangi

efikasi.

Probenesid menyebabkan

Toksisitas NSAID meningkat.

Tidak ada intervensi segera

yang diperlukan.

Konsentrasi plasma

aminoglikosida (gentamisin,

amikasin, netilmisin,

streptomisin, tobramisin) dapat meningkat.

pertimbangkan untuk

mempersingkat durasi

pengobatan menggunakan

NSAID , menurunkan dosis

NSAID, atau mengganti NSAID

dengan asetaminofen (misalnya,

tylenol) atau SSRI (fluoksetin,

setralin, esitalopram) dengan

antidepresi trisiklik. Jika terjadi

efek samping GI, pertimbangkan

terapi intervensi (misalnya

proton pump inhibitor) atau

menghentikan SSRI (fluoksetin,

setralin, esitalopram) atau

NSAID dan berikan terapi

alternative. Amati respon klinik

pasien dan sesuaikan dosis

NSAID berdasarkan kebutuhan.

Sesuaikan dosis probenesid

secara tepat jika terjadi toksisitas.

Jika penggunaan secara

bersamaan tidak bisa dihindari,

maka kurangi dosis

aminoglikosida sebelum

memulai penggunaan NSAID.

Monitor fungsi renal dan kadar

serum aminoglikosida. Sesuaikan

dosis aminoglikosida

berdasarkan pada parameter yang

dimonitor

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 110: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

27

22 Maxicam

(kapsul)

Piroksikam

20 mg

Terapi

simptomatik

pada

reumotoid,

gangguan

encok akut.

Dewasa awal

20 mg dan sehari

40 mg dosis

tunggal atau

terbagi selama 2

hari selama

7-14 hari

Konsentrasi plasma piroksikam

berkurang jika diberikan

bersama kolestiramin,

Meningkatkan resiko

perdarahan jika diberikan

bersama warfarin, Piroksikam

menyebabkan kegagalan terapi

antihipertensi, Meningkatkan

toksisitas litium

Hindari kombinasi dengan

kolestiramin, Penggunaan

bersama warfarin tetap dapat

dilakukan, tetapi harus dilakukan

monitor dan antisipasi jika dosis

antikoagulan harus diturunkan,

Dosis terendah piroksikam

digunakan pada pasien yang

menggunakan antihipertensi,

lakukan monitoring level litium

setiap beberapa hari atau lakukan

penurunan dosis litium, pasien

harus diinformasikan mengenai

tanda atau gejala toksisitas litium

23 Mefinal (kaplet) Lihat Asam

Mefenamat

Lihat Asam

Mefenamat

Lihat Asam

Mefenamat

Lihat Asam Mefenamat Lihat Asam Mefenamat

24 Mevilox (tablet) Lihat Artrilox Lihat Artrilox Lihat Artrilox Lihat Artrilox Lihat Artrilox

25 Metaneuron

(tablet)

Lihat Antalgin Lihat Antalgin Lihat Antalgin Lihat Antalgin Lihat Antalgin

26 Movicox (tablet) Lihat Artrilox Lihat Artrilox Lihat Artrilox Lihat Artrilox Lihat Artrilox

27 Neorhemacyl

(tablet)

Ibuprofen

200 mg,

Parasetamol

350 mg

Meringankan

nyeri ringan

sampai sedang

pada otot dan

sendi, nyeri

haid.

1 tablet tiap

4-6 jam atau

sehari 3-4 x

Lihat Biogesic dan Hufagrip

TMP

Lihat Biogesic dan Hufagrip

TMP

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 111: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

28

28 Neorhemacyl

cream (krim)

Metilsalisilat

150 mg,

mentol 50 mg,

kamfer 15 mg,

dan

euginol 20 mg

Meredakan

nyeri otot dan

nyeri sendi,

keseleo dan

pegal-pegal

Dioleskan atau

digosokan pada

bagian yang sakit.

Tidak ada interaksi yang

dilaporkan

-

29 Neurofenac

(tablet)

Natrium

diklofenak

25 mg dan

50 mg

Antirematik

non steroid

Dewasa: 50 mg

(2x1 tab 25 mg)

s/d 150 mg (3x1

tab 50 mg)/ hari.

Anak > 6 tahun:

2-3mg/kgBB/hari.

Dosis

pemeliharaan

3 x 25 mg/hari

Lihat Cataflam.

Voriconazole meningkatkan

level diklofenak, menyebabkan

kegagalan agen

antihipertensi, Sikolosporin meningkatkan level serum

diklofenak hingga dua kali

lipat, Colestipol dan

Kolestiramin mengurangi

absorbsi oral diklofenak,

Rifampisin mengurangi level

plasma diklofenak,

Peningkatan resiko perdarahan

GIT jika diberikan bersama

aspirin, Misoprostol meningkatkan resiko nyeri

abdomen, nausea, dispepsia,

dan diare jika diberikan

bersama diklofenak,

Lihat Cataflam. Gunakan dosis

terendah jika diberikan bersama

voriconazole, Dosis terendah

digunakan pada pasien hipertensi

dan pasien yang menggunakan

siklosporin, Diklofenak

diberikan 1 jam sebelum atau 4

jam setelah Colestipol,

Diklofenak diberikan 1 jam

sebelum atau 4-6 jam setelah

Kolestiramin tetapi lebih baik

hindari penggunaan kombinasi

obat ini, Hindari kombinasi

dengan aspirin, Informasikan

kepada pasien tentang

kemungkinan terjadi nyeri

abdomen atau diare jika

menggunakan kombinasi

diklofenak dan misoprostol,

30 Nerodial (kaplet) Lihat Analsik Lihat Analsik Lihat Analsik Lihat Analsik Lihat Analsik

31 Novagesic

(sirup, tablet)

Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 112: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

29

32 Novalgin (tablet,

sirup)

Metampiron

500 mg/tablet;

250 mg/5 mL

sirup

Nyeri berat

terkait dengan

sakit kepala,

sakit gigi,

paska

kecelakaan

atau paska

operasi.

Dewasa

1-2 tablet 3 x

sehari.

Sirup 2-4 sendok

makan 3 x sehari

Lihat Antalgin Lihat Antalgin

33 Pamol

(tablet, sirup)

Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin

34 Panadol

(kaplet, sirup)

Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin

35 Paracetamol

(tablet, kaplet,

sirup)

Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin

36 Ponstan (kaplet) Lihat Asam

Mefenamat

Lihat Asam

Mefenamat

Lihat Asam

Mefenamat

Lihat Asam Mefenamat Lihat Asam Mefenamat

37 Progesic

(sirup, tablet)

Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin Lihat Dumin

38 Voltadex

(kaplet)

Lihat

Neurofenac

Lihat

Neurofenac

Lihat Neurofenac Lihat Neurofenac Lihat Neurofenac

39 Voltaren (tablet) Lihat

Neurofenac

Lihat

Neurofenac

Lihat Neurofenac Lihat Neurofenac Lihat Neurofenac

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 113: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

30

I.2 ANTIPIRAI

40 Allopurinol

(Tablet)

Allopurinol

100 mg; 300 mg

Hiperurisemia

primer, dan

hiperurisemia

sekunder

(mencegah

pengendapan

asam urat dan

kalsium

oksalat).

Dewasa:

Awal sehari 100-

300 mg, dosis

pemeliharaan

sehari

200-600 mg,

dosis tunggal

maks 300 mg.

Memperpanjang kerja

6-Merkaptopurin atau

Azatioprin bila diberikan

bersamaan. Meningkatkan

waktu paruh adenine

arabinoside dalam plasma.

Efek obat ini dikurangi

(ekskresi dipercepat) oleh

urikosurik dan salisilat dosis

tinggi, Penggunaan bersama

klorpropamid saat kondisi

ginjal buruk meningkatkan

efek hipoglikemik yang lebih

lama,

Gunakan hanya �

� dosis

6-Merkaptopurin atau

Azatioprin bila diberikan

bersamaan. Perhatian khusus

harus dilakukan jika diberikan

bersama adenin arabinosid

untuk mengawasi adanya efek

toksik,

41 Zyloric (Tablet) Lihat

Allopurinol

Lihat

Allopurinol

Lihat Allopurinol Lihat Allopurinol Lihat Allopurinol

2. ANESTETIK

2.1 ANESTETIK LOKAL

42 Lidodex Lidocaini HCl Anestetik lokal 1 ampul,

maksimal 2 mL

Lidokain plasma meningkat

saat digunakan bersama

propranolol, Simetidin menurunkan klirens lidokain

(pada beberapa kasus),

Barbiturat menurunkan level

plasma lidokain,

lakukan monitoring beta bloker

dan lidokain, monitoring level

lidokain jika diberikan bersama

simetidin dan lakukan penurunan

dosis jika perlu, jika perlu

lakukan peningkatan dosis

lidokain pada pasien yang

menggunakan barbiturat,

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 114: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

31

2.2 ANESTETIK UMUM

43 Miloz (Injeksi) Midazolam

15 mg/3 mL

lihat pada dosis IM medikasi pra

op. Dosis lazim

5 mg.

Dewasa:

0,07-0,1

mg/kgBB.

Lanjut usia dan

pasien dalam

kondisi lemah

0,025-0,5

mg/kgBB.

IV induksi

anestesi dan

sedasi 10 mg.

Dosis

pemeliharaan

pada anestesi

umum: dosis

bersifat

individual, Sedasi

basal:

awal 2,5 mg

5-20 menit

sebelum operasi.

pemberian

sesudah itu dapat

dilakukan bila

perlu.

maks: 5 mg.

Aprepitant menghambat

metabolisme midazolam dann

meningkatkan level midazolam

oral dua kali lipat setelah 5 hari

penggunaan secara bersamaan

sehingga memperpanjang efek

midazolam yaitu sedasi dan

amnesia, Itrakonazol,

flukonazol, ketokonazol meningkatkan bioavailabilitas

midazolam oral sehingga

meningkatkan dan

memperpanjang efek sedasi

dan amnesia, Efek midazolam

dan level serum midazolam

ditingkatkan oleh verapamil

dan protease inhibitor,

Karbamazepin dan fenitoin menurunkan AUC dan level

serum midazolam hingga 90%

sehingga efek midazolam

menurun, Eritromisin

meningkatkan efek dan level

serum midazolam,

Delavirdine meningkatkan

level plasma midazolam

dengan menghambat CYP3A4,

Rifampisin menurunkan AUC

midazolam sampai 96%,

Kurangi dosis midazolam dan

monitor penggunaan kombinasi

midazolam dan aprepitant.

Penggunaan bersama golongan

azole, protease inhibitor dan

Delavirdine dikontraindikasikan,

Lakukan monitoring penggunaan

midazolam dan verapamil

(Calcium Channel Blocker) dan

sebaiknya dosis midazolam

dikurangi setidaknya 50%, Dosis

midazolam ditingkatkan jika

digunakan bersama

karbamazepin dan fenitoin, alternatif hipnotik lain mungkin

diperlukan, Dosis dikurangi 50-

75% jika digunakan bersama

eritromisin, Jangan digunakan

bersama rifampisin karena efek

benzodiazepin akan menghilang,

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 115: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

32

3. ANTIALERGI DAN OBAT UNTUK ANAFILAKSIS

44 Cetirizine Cetirizin HCl

Kapsul 10 mg,

sirup 5 mg/ml

Alergi rhinitis

yang kronik

Dewasa dan anak

> 12 tahun :

sehari 1x 10 mg

saat makan

Mempotensiasi efek alkohol, Hindari penggunaan alkohol

45 Chloramphenira-

mine (tablet)

Chloramphenira-

min maleat 4 mg

Rinitis,

ultikaria,

Mengobati

keadaan alergi,

seperti gatal-

gatal,

dermatitis.

Dewasa: Sehari

3-4 x �

� tablet

2-6 tahun: Sehari

3-4 x�

� tablet.

Mempotensiasi efek alkohol, Hindari penggunaan alkohol

46 CTM Lihat

Chloramphenira

mine

Lihat

Chlorampheni-

ramine

Lihat

Chloramphenira-

mine

Lihat Chlorampheniramine Lihat Chlorampheniramine

47 Decadryl (Sirup) Difenhidramin

HCl 10 mg/ml

Antialergi 10-50 mg/hari Mempotensiasi efek alkohol Hindari penggunaan alkohol

48 Incidal (tablet,

sirup)

Lihat Cetirizine Lihat Cetirizine Lihat Cetirizine Lihat Cetirizine Lihat Cetirizine

49 Loratadine

(sirup)

Loratadin

10 mg/ml

Pengobatan

simptomatis

pada alergi

rhinitis dan

berbagai jenis

alergi pada

kulit

Dewasa dan anak

anak > 12 thn:

sehari 10 mg.

Anak 2-12 thn :

> 30 kg: sehari

10 mg

ketokonazol meningkatkan

level loratadin sehingga efek

loratadin meningkat,

penggunaan bersamaan

eritromisin dan loratadin

meningkatkan interval QT,

simetidin meningkatkan AUC

loratadin dan metabolitnya

sebesar 103% dan 6% tetapi

hal ini tidak mengubah

keamanan loratadin

Tidak ada perhatian khusus pada

pemberian bersamaan

ketokonazol atau eritromisin dengan loratadin, Pemberian

antihistamin harus dihentikan <

48 jam sebelum prosedur uji

kulit.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 116: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

33

4. ANTIDOT DAN OBAT LAIN UNTUK KERACUNAN

4.1 KHUSUS

50 Ethyol Amifostin

500 mg

Mengurangi

toksisitas

kumulatif

ginjal

Dewasa: Sehari

1x740- 910mg/m2

sebagai invus IV

selama 15 menit

yg dimulai 30

menit sebelum

kemoterapi secara

infus cepat.

Meningkatkan resiko hipotensi

postural jika diberikan bersama

eplerenon

Lakukan monitoring efek

samping

5. ANTIEPILEPSI

51 Phenytoin

(kapsul, ampul)

Fenitoin Na

100 mg;

100mg/2 ml

antikonvulsan Dewasa: awal

1 kaps 3 x/hari.

Pemeliharaan:

3-4 kaps/hari.

Anak: awal

5 mg/kgBB/hari

terbagi dalam 2-3

dosis, maks. 300

mg/hari.

Status epileptikus

150-250 mg

secara IV lambat

(dengan

kecepatan tidak

melebihi

50 mg/menit),

bila perlu dapat

dilanjutkan

Penggunaan bersama

asetazolamid meningkatkan

kadar serum fenitoin dan

resiko osteomalasia dan

riketsia, Fenitoin menurunkan

level plasma albendazol,

mebendazol, voriconazole

dan posaconazole hingga

50% dan itrakonazol serta

ketokonazol hingga 90%,

Voriconazole meningkatkan

kadar serum maksimum dan

AUC fenitoin sebesar 67% dan

81%, Alkohol, asam folat,

rifampisin menurunkan

konsentrasi serum fenitoin,

Allopurinol, benzodiazepin,

diltiazem, nifedipin,

Penggunaan bersama

asetazolamid, harus dipantau

tanda atau gejala kekurangan

vitamin D, osteomalasia atau

toksisitas fenitoin (penglihatan

kabur, ataksia, nistagmus,

mengantuk), Asetazolamid

dihentikan jika gejala

osteomalasia muncul,

Penggunaan bersama diltiazem,

nifedipin, benzodiazepin,

capecitabine, kloramfenikol,

kotrimoksazol, disulfiram,

etosuksimid, isoniazid harus

dipantau gejala atau tanda

toksisitas fenitoin, Bila diberikan

bersama albendazol,

mebendazol, tingkatkan dosis

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 117: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

34

dengan

100-150 mg

30 menit

kemudian.

Pencegahan

kejang selama

prosedur bedah

saraf: 100-200 mg

IV dengan

interval 4 jam

selama

pembedahan dan

dilanjutkan pasca

operasi

capecitabine, kloramfenikol,

kotrimoksazol, disulfiram,

etosuksimid, isoniazid,

amiodaron, flukonazol,

mikonazol, meningkatkan

kadar serum fenitoin, Kadar

serum klozapin, haloperidol,

aripiprazole, sertindole,

risperidone, caspofungin menurun jika diberikan

bersama fenitoin, Fenitoin

meningkatkan klirens

quetiapine, etoposid, Kadar

serum fenitoin dapat menurun

atau meningkat jika diberikan

bersama klorpromazin,

proklorperazin, dan

thioridazin, Level dan efikasi

aprepitant diturunkan oleh

fenitoin dan kadar fenitoin juga

dapat turun, Fenitoin

menurunkan AUC (90%) dan

level serum puncak (95%)

midazolam, level verapamil

dan felodipin (BA berkurang

lebih dari 90%), level serum

siklosporin (37%),

kortikosteroid, darifenacin,

disopiramid, efek furosemid

(50%), kuinidin, teofilin,

doksisiklin

albendazol atau mebendazol dan

monitor penggunaannya, Hindari

penggunaan bersama

itrakonazol, ketokonazol,

voriconazole dan posaconazole,

disopiramid, Dosis fenitoin

perlu ditingkatkan pada

pengguna alkohol, rifampisin,

asam folat (hati-hati dengan

pasien yang mengalami

gangguan pada hati, pasien tsb

biasanya diberikan fenitoin dosis

rendah), Perlu pemantauan gejala

toksisitas fenitoin pada

penggunaan bersama

allopurinol, Dosis fenitoin

dikurangi 25-30% pada pasien

yang menggunakan fenitoin 2-4

mg/kgBB per hari jika digunakan

bersama amiodaron (perlu

diingat perubahan kecil pada

dosis fenitoin dapat

menyebabkan perubahan besar

pada kadar fenitoin karena

kinetika fenitoin adalah non

linier), Monitor level fenitoin

jika diberikan bersama

flukonazol, mikonazol,

klorpromazin, proklorperazin,

dan thioridazin, Penggunaan

bersama antipsikotik,

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 118: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

35

verapamil, diltiazem,

siklosporin, kortikosteroid,

darifenacin, furosemid,

kuinidin, teofilin, doksisiklin harus dimonitor untuk

mengetahui keefektifannya,

dosis dapat dinaikkan jika

diberikan bersama fenitoin dan

harus diturunkan kembali jika

fenitoin sudah tidak diberikan,

Aripiprazol dinaikkan dosisnya

dua kali lipat jika diberikan

dengan fenitoin, Hindari

penggunaan bersama aprepitant,

Dibutuhkan peningkatan dosis

midazolam jika digunakan

bersama fenitoin atau gunakan

alternatif hipnotik lain,

caspofungin dinaikkan 50-70 mg

per hari jika diberikan dengan

fenitoin

52 Neurontin

(kapsul)

Gabapentin

300 mg

Nyeri neuropati

pada pasien

dewasa di atas

18 tahun

Dewasa dan anak

> 12 tahun sehari Antasida yang mengandung

Al atau Mg yang diberikan

bersama atau dua jam setelah

gabapentin menurunkan

bioavailabilitas hingga 20%

Gabapentin diberiikan dua jam

setelah pemberian antasida

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 119: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

36

6. ANTELMINTIK

6.1 ANTELMINTIK INTESTINAL

53 Albendazole

(Kaplet)

Albendazol

400 mg

Infeksi tunggal

atau campuran

dari cacing

Dewasa dan anak

> 2 thn: 1 kaplet Karbamazepin, fenitoin menurunkan level albendazol

hingga 50%, Fenobarbital

menurunkan level albendazol,

Untuk mengatasi infeksi

sistemik, dosis albendazol

dinaikkan jika diberikan bersama

karbamazepin, fenobarbital,

fenitoin,

54 Combantrin

(sirup, kaplet)

Pirantel pamoat

setara pirantel,

Sirup rasa

caramel

50mg/ml, rasa

jeruk: 25/ml,

250 mg kaplet,

125 mg kaplet

Sebagai infeksi

tunggal atau

ganda

Dosis tunggal

10mg/kgBB atau

250 mg/25kgBB

piperazin melawan aksi

antihelmintik pirantel pamoat

Hindari penggunaan bersama

dengan piperazin

55 Upixon Lihat

Combantrin

Lihat

Combantrin

Lihat Combantrin Lihat Combantrin Lihat Combantrin

7. ANTIMIKROBA

7.1 ANTIBAKTERI

7.1.1 GOLONGAN PENISILIN

56 Amoksisilin

(sirup, kaplet)

Amoksisilin

trihidrat 250 mg;

500 mg (kaplet):

125 mg/5ml

(sirup)

Infeksi saluran

nafas, saluran

cerna,saluran

kemih,kulit dan

jaringan lunak.

Dewasa:

250-500 mg tiap

8 jam. Anak:

20 mg/kgBB/hari

terbagi tiap 8 jam.

Infeksi berat:

Dosis ganda.

GO akut: 2-3

dosis tunggal

Penggunaan bersamaan dengan

allopurinol dapat

meningkatkan terjadinya reaksi

kulit. Probenesid

memperlambat ekskresi

amoksisilin. Menurunkan

efektivitas kontrasepsi oral

Penggunaan bersama allopurinol

masih dapat dilakukan tetapi efek

reaksi kulit harus dimonitor,

Hindari penggunaan bersama

probenesid dan kontrasepsi

oral

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 120: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

37

57 Amoxan Lihat

Amoksisilin

Lihat

Amoksisilin

Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin

58 Amoxil Lihat

Amoksisilin

Lihat

Amoksisilin

Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin

59 Ampisilin

(kapsul)

Ampisilin

trihidrat

Infeksi yang di

sebabkan oleh

bakteri gram

positif, atau

gram negatif

yang peka

terhadap

ampisilin,

infeksi saluran

pernapasan,

infeksi alat

kelamin

wanita, infeksi

saluran

pencernaan.

Dewasa dan anak-

anak dengan BB

> 20 kg sehari

3-4 x 250-500mg.

Anak – anak

dengan

BB < 20 kg:

50-100 mg/kgBB

di bagi 4 dosis

setiap 6 jam.

Pemberian bersamaan dengan

Allopurinol dapat

mengakibatkan meningkatnya

reaksi kulit. Dapat menurunkan

efektivitas oral kontrasepsi.

Pemberian bersamaan dengan

Probenesid dapat

meningkatkan toksisitas

Ampisilin

Penggunaan bersama allopurinol

masih dapat dilakukan tetapi efek

reaksi kulit harus dimonitor,

Hindari penggunaan bersama

probenesid dan kontrasepsi

oral,

60 Capsinat Lihat

Amoksisilin

Lihat

Amoksisilin

Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin

61 Decamox Lihat

Amoksisilin

Lihat

Amoksisilin

Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin

62 Intermoxil Lihat

Amoksisilin

Lihat

Amoksisilin

Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin

63 Kalmoxilin Lihat

Amoksisilin

Lihat

Amoksisilin

Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin

64 Nufamox Lihat Lihat Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 121: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

38

Amoksisilin Amoksisilin

7.1.2 GOLONGAN AMINOGLOKOSIDA

65 Gentamisin

(ampul)

Gentamisin

sulfat 10 mg dan

40 mg/ml

Infeksi oleh

pseudomonas

aerogunosa.

Sehari

3-4 mg/kgBB/hari

terbagi dalam

6-8 jam anak

6-7,5 mg terbagi

tiap 8 jam, bayi

7,5 mg/kgBB

sehari tiap 8 jam.

meningkatkan nefrotoksisitas

jika diberikan bersama dengan

sefalosporin atau amfoterisin

B, Gentamisin meningkatkan

kadar serum digoksin hingga

dua kali lipat pada pasien yang

menderita gagal jantung

kongestif dan diabetes,

indometasin meningkatkan

kadar serum gentamisin

Monitor fungsi ginjal dan level

gentamisin jika diberikan dengan

siklosporin atau amfoterisin B

atau indometasin, Pasien harus

dimonitor gejala toksisitas

digoksin jika diberikan bersama

gentamsin,

66 Sagestam Lihat

Gentamisin

Lihat

Gentamisin

Lihat Gentamisin Lihat Gentamisin Lihat Gentamisin

7.1.3 GOLONGAN KLORAMFENIKOL

67 Biothicol

(kapsul, sirup)

Tiamfenikol

250 mg, 500mg,

125 mg/ 5ml

sirup kering,

250 mg/ 5ml

sirup kering.

Tifus,

paratifus,

infeksi yang di

sebabkan oleh

salmonella.

Dewasa, anak dan

bayi >2 minggu:

50mg/kgBB/hari,

terbagi dalam

3-4 dosis

Efek hipoglikemik tolbutamid

meningkat jika digunakan

bersama tiamfenikol,

Fenobarbital menurunkan

kadar serum tiamfenikol,

Meningkatkan kadar serum

fenitoin (hingga 2-4 kali lipat)

dan efek antikoagulan

dikumarol. Penggunaan

bersama klormfenikol dapat

menyebabkan resistensi silang.

Tiamfenikol mempunyai efek

antagonis dengan penisilina

dan aminoglikosida.

Penggunaan bersama tolbutamid

perlu dimonitor karena mungkin

menyebabkan hipoglikemia akut,

jika perlu dosis tolbutamid dapat

diturunkan, Penggunaan bersama

fenobarbital perlu dimonitor

untuk mengetahui kadar serum

tiamfenikol, Penggunaan

bersama fenitoin harus

dimonitor terutama tanda dan

gejala toksisitas fenitoin, Hindari

penggunaan bersama dikumarol,

kloramfenikol, penisilina dan

aminoglikosida.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 122: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

39

68 Chloramphe-

nicol (kapsul,

sirup)

Kloramfenikol

250 mg

Tifus Dewasa dan anak

sehari

50 mg/kgBB

dalam dosis

terbagi.

Meningkatkan efek

hipoglikemik tolbutamid dan

klorpropamid, Fenobarbital,

rifampisin, menurunkan kadar

serum klormfenikol,

Meningkatkan kadar serum

fenitoin (hingga 2-4 kali

lipat), siklosporin,

tacrolimus, efek

antikoagulan dikumarol, Menyebabkan kegagalan

kontrasepsi, kegagalan

pengobatan menggunakan Fe

atau vitamin B12 untuk

anemia karena efek samping

kloramfenikol pada supresi

sumsum tulang belakang,,

Penggunaan bersama tolbutamid

atau klorpropamid perlu

dimonitor karena mungkin

menyebabkan hipoglikemia akut,

jika perlu dosis tolbutamid atau

klorpropamid dapat diturunkan,

Penggunaan bersama

fenobarbital peru dimonitor

untuk mengetahui kadar serum

kloramfenikol cukup adekuat,

Penggunaan bersama fenitoin

harus dimonitor terutama tanda

dan gejala toksisitas fenitoin,

Monitor penggunaan bersama

siklosporin, tacrolimus,

Gunakan antibiotik lain pada

pasien anemia, Hindari

penggunaan bersama rifampisin,

dikumarol (antikoagulan),

69 Thiamfenicol Lihat Biothicol Lihat Biothicol Lihat Biothicol Lihat Biothicol Lihat Biothicol

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 123: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

40

7.1.4 GOLONGAN KUINOLON

70 Baquinor (tablet

salut selaput,

kaplet salut

selaput forte)

Siprofloksasin

HCl 250 mg,

500 mg,

siprofloksasin

laktat 2 mg/ml

Pengobatan

infeksi oleh

strain yang

sensitif dari

mikroorganis-

me pada infeksi

saluran nafas

bawah, infeksi

kulit dan

jaringan lunak,

infeksi tulang

dan persendian,

saluran kemih

dan saluran

cerna.

Infeksi saluran

kemih yang

ringan atau

sedang

2 x 250 mg

sehari.

Infeksi saluran

kemih berat:

2 x 500 mg

sehari.

Infeksi saluran

nafas, kulit dan

jaringan lunak,

tulang dan sendi

yang ringan

/sedang:

2 x 500 mg

sehari.

Infeksi yang

berat: 2 x 750 mg.

sehari.

Infeksi saluran

cerna:

2 x 500 mg

Meningkatkan kadar

klozapin, AUC ropinirole

(84%), rasagiline (83%),

tizanidine, teofilin,

zolmitriptan, Pada beberapa

pasien mungkin menyebabkan

peningkatan level dan efek

nefrotoksik siklosporin,

Menghambat metabolisme

cinacalcet di CYP1A2

sehingga menurunkan klirens

dan meningkatkan kadar

cinacalcet, Absorpsi

diturunkan oleh preparat Fe,

sukralfat, antasida yang

mengandung Al atau Mg

Monitor penggunaan bersama

klozapin (terutama reaksi efek

samping klozapin), siklosporin,

rasagiline, teofilin (dosis

teofilin dapat diturunkan 30-

50% jika perlu), Monitor

hormon paratiroid dan kalsium

serum jika digunakan bersama

cinacalcet, Lakukan penyesuaian

dosis ropinirole jika digunakan

bersama sifrofloksasin,

Siprofloksasin diminum 2 jam

sebelum preparat Fe, 1-2 jam

sebelum atau 4 jam setelah

sukralfat, Hindari penggunaan

bersama tizanidine, Lakukan

penurunan dosis zolmitriptan

sampai maksimum 5 mg dalam

24 jam pada pasien yang

menggunakan siprofloksasin,

Ciprofloksasin diminum 1-2 jam

sebelum atau minimal 4 jam

setelah Antasida yang

mengandung Al atau Mg

71 Ciprofloxasin Lihat Baquinor Lihat Baquinor Lihat Baquinor Lihat Baquinor Lihat Baquinor

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 124: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

41

7.1.5 GOLONGAN MAKROLIDA

72 Erythromisin

(kapsul,

suspensi)

Erythromisin

stearat setara

eritromisin

250 mg,

eritromisin

suksinat setara

eritromisin

500mg/kapsul,

200mg/5ml

suspensi.

Infeksi ringan-

sedang, saluran

fernapasan atas

dan bawah,

infeksi kulit

dan jaringan.

Dewasa 300 mg

tiap 6 jam atau

500 mg tiap 12

jam,

anak

30-50 mg/kgBB

sehari dalam 3-4

dosis

Pada beberapa kasus,

menyebabkan akumulasi

astemizol atau terfenadin yang memicu aritmia,

meningkatkan AUC

darifenacine dengan

menghambat metabolismenya

oleh CYP3A4 (2 kali lipat),

kadar dan AUC buspiron

(5 dan 6 kali lipat), kadar

serum maksimum dan AUC

cilostazol (47% dan 73%),

AUC eplerenon (2-9 kali

lipat), AUC sildenafil (2-3 kali

lipat), kadar itrakonazol

(44%), karbamazepin (5 kali

lipat), siklosporin (4-5 kali

lipat atau lebih), digoksin

(2-4 kali lipat), bromokriptin

(>4 kali lipat), ebastine,

mizolastine, pimozide,

sertindole, calcium channel

blocker, disopiramid,

teofilin, warfarin,

menyebabkan kegagalan

kontrasepsi, meningkatkan

resiko iskemia perifer jika

diberikan bersama ergotamin

Penggunaan bersama astemizol,

terfenadin, ebastine,

mizolastine, pimozide,

sertindole, disopiramid,

ergotamin, dikontraindikasikan,

Monitor penggunaan bersama

itrakonazol, siklosporin

(terutama efek fungsi ginjal),

buspiron (dosis buspiron dapat

diturunkan), digoksin (terutama

tanda dan gejala toksisitas

digoksin), bromokriptin (dosis

bromokriptin dapat diturunkan

50%), sildenafil, Gunakan

darifenacine 7,5 mg per hari dan

jika dosis tersebut dapat

ditoleransi, dosis dapat

ditingkatkan sampai 15 mg per

hari, Hindari penggunaan

bersama karbamazepin kecuali

kadar karbamazepin dimonitor

dengan baik, Dosis cilostazol

diturunkan 50%, Dosis

maksimum eplerenon yang

digunakan adalah 25 mg per hari,

Monitor kadar teofilin setelah 48

jam dan sesuaikan dosis,

Gunakan warfarin/

antikoagulan dosis rendah

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 125: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

42

73 Lincomycin

(tablet)

Linkomisin

250 mg, 500 mg

Infeksi oleh

stroptokokus,

stafilokokus

500 mg tiap

6-8 jam, anak dan

bayi >1 bulan:

30-60 mg/kgBB

per hari dibagi

dalam 3-4 dosis.

Absorbsi diturunkan oleh

kaolin-pektin, linkomisin

diserap oleh kaolin yang

menyebabkan bioavailabilitas

linkomisin berkurang sehingga

efeknya juga berkurang

linkomisin diberikan 2 jam

setelah kaolin-pektin

74 Osmycin (tablet) Spiramisin

500 mg

Infeksi saluran

pernapasan

antara lain

tonsillitis,

faringitis, otitis

media,

bronchitis,

pneumonia dan

pertusis

Sehari 3x 1 tablet

selama 5 hari,

anak

50 mg/kgBB/hari

dalam 3 dosis

terbagi selama 5

hari.

Pada beberapa kasus

menyebabkan kegagalan

kontrasepsi, Mengurangi kadar

plasma levodopa,

Monitor penggunaan bersama

levodopa

75 Spiramycin Lihat Osmycin Lihat Osmycin Lihat Osmycin Lihat Osmycin Lihat Osmycin

76 Zibramax

(tablet)

Azitromisin

500 mg, 250 mg

Infeksi saluran

pernafasan

bagian atas dan

bawah, infeksi

kulit dan

jaringan,

penyakit

kelamin

Dosis total 1,5 g

selama 5 hari

dengan dosis awal

500 mg,

kemudian sehari

250 mg pada hari

kedua sampai hari

ke 5, anak-anak

sehari 1x10

mg/kgBB selama

3 hari

Antasida, garam aluminium

dan magnesium dapat

menurunkan kadar puncak

azithromisin. Meningkatkan

kadar digoksin serum (2-4 kali

lipat), disopiramid, warfarin,

AUC dan kadar azitromisin

serum ditingkatkan dua kali

lipat oleh nelfinavir

azithromycin diminum 1 jam

sebelum atau 2 jam sesudah

antasida, garam alumunium

dan magnesium, Monitor

penggunaan bersama digoksin

(terutama tanda dan gejala

toksisitas digoksin), nelvinafir

(peningkatan khasiat dan efek

samping azitromisin), Penggunaan bersama

disopiramid dikontraindikasikan, Gunakan

warfarin/antikoagulan dosis

rendah

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 126: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

43

7.1.6 GOLONGAN SEFALOSPORIN

77 Cefadroxil

(kaplet, sirup

kering)

Sefadroksil

500 mg,

125 mg/5 ml

Infeksi saluran

nafas, kulit

jaringan lunak,

saluran

cerna,saluran

kemih.

Dewasa: Sehari

1-2 g dalam sekali

dosis atau 2 dosis

terbagi. Anak

30 mg/kgBB/hari

dalam 2 dosis

terbagi.

menyebabkan kegagalan

kontrasepsi (jarang),

meningkatkan resiko

perdarahan jika diberikan

bersama

antikoagulan/warfarin,

Probenesid meningkatkan

kadar serum cefadroksil

sesuaikan dosis

warfarin/antikoagulan dan

monitor penggunaannya, Monitor

penggunaan bersama probenesid

78 Trodoxil Lihat Cefadroxil Lihat

Cefadroxil

Lihat Cefadroxil Lihat Cefadroxil Lihat Cefadroxil

7.1.7 GOLONGAN TETRASIKLIN

79 Cendocyclin

(kapsul)

Tetrasiklin HCl

250 mg

ISK,usus,

saluran nafas,

kulit dan

jaringan

lunak,infeksi

sistemik,

infeksi pada

mata.

Dewasa : Sehari

4x1 kapsul

Anak:

25mg/kgBB/hari

dalam 4 dosis,

1 jam sebelum

makan atau 2 jam

setelah makan.

Pemakaian tetrasiklin bersama

preparat yang mengandung

kalsium, magnesium, iron,

alumunium atau susu tidak

dianjurkan karena kation

bivalen dan polivalen dapat

membentuk kelat dengan

tetrasiklin serta menghambat

penyerapannya. Pemberian

bersama kontrasepsi oral

dapat mengurangi efektivitas

kontrasepsi oral

Tetrasiklin diminum 1 jam

sebelum atau 2 jam setelah

preparat yang mengandung

kalsium, magnesium, iron,

alumunium atau susu.

80 Tetramycin Oksitetrasiklin

HCl 250 mg,

50 mg/ml

Infeksi saluran

nafas, saluran

cerna, kulit dan

jaringan lunak

mata,oral dan

gigi.

Sehari 1-2 g,

anak

20-25 mg/kgBB.

Lihat Cendocyclin Lihat Cendocyclin

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 127: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

44

7.1.8 GOLONGAN LAIN-LAIN

81 Bactricid (tablet) Trimetoprim

80 mg,

Sulfametoksazol

400 mg.

Infeksi saluran

nafas atas dan

bawah, saluran

kemih,saluran

cerna dan

infeksi lainnya.

Sehari 2x2 tablet. Meningkatkan resiko toksisitas

hematologi pada pasien

transplantasi ginjal yang

menggunakan azathioprine,

Kadar serum dapson dan

trimetoprim meningkat jika

digunakan bersamaan,

Rifampisin menurunkan AUC

trimetoprim (56%) dan

sulfametoksazol (28%) pada

penderita HIV/AIDS,

Trimetoprim meningkatkan

kadar digoksin serum (>22%),

fenitoin, prokainamid dan

metabolit aktifnya, Cotrimoksazol meningkatkan

efek antikoagulan warfarin,

acenocoumarol,

phenprocoumon, sehingga

meningkatkan resiko

perdarahan

Waspada terhadap toksisitas

dapson (methemoglobinemia).

Monitor penggunaan bersama

digoksin, fenitoin, atau

prokainamid, terutama pada

geriatri, penyesuaian dosis

mungkin diperlukan, Dosis

rifampisin dapat ditingkatkan

pada pasien HIV/AIDS yang

menggunakan cotrimoksazol,

Perdarahan dapat dihindari

dengan memonitor INR dan

mengurangi dosis warfarin,

acenocoumarol, atau

phenprocoumon,

direkomendasikan dengan

mengurangi dosis warfarin

terlebih dahulu sebesar 10-20%,

Akan tetapi, sebaiknya

penggunaan cotrimoksazol

dihindari dan diganti dengan

antibakteri lain yang tepat dan

tidak berinteraksi seperti

Phenindione

82 Bactrim Lihat Bactricid Lihat Bactricid Lihat Bactricid Lihat Bactricid Lihat Bactricid

83 Clindamycin Klindamisin

150 mg, 300mg.

Infeksi serius

bakteri

anaerob,

streptokokus,

Dewasa infeksi

serius

150-300 mg tiap

6 jam, anak-anak

Klindamisin memiliki sifat

penghambat neuromukular

yang dapat meningkatkan efek

obat penghambat

Hati-hati pada pasien yang

menggunakan obat penghambat

neuromuskular. Karena

kemungkinan bermakna klinis,

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 128: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

45

pneumokokus. dengan infeksi

serius: 8-16 jam

neuromuskular.

Secara in vitro telah

ditunjukkan adanya

antagonisme antara

klindamisin dengan

eritromisin.

eritromisin dan klindamisin

tidak boleh diberikan secara

bersamaan.

84 Cotrimoxazole Lihat Bactricid Lihat Bactricid Lihat Bactricid Lihat Bactricid

7.2 ANTITUBERKULOSIS

85 Ethambutol

(tablet)

Etambutol

250 mg, 500 mg

Anti

tuberklosis.

15 mg/kgBB/hari

pada pasien yang

tidak mendapat

terapidengan

banyak anti

tuberkulosa

Antasida yang mengandung

Al atau Mg dapat mengurangi

absorbsi etambutol (AUC

berkurang 10%)

Antasida yang mengandung Al

atau Mg diminum minimal 4

jam setelah etambutol

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 129: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

46

86 INH (tablet) Isoniazid

100 mg, 300 mg

Anti

tuberklosis.

3-4 x 1 tablet

sehari atau

menurut petunjuk

dokter.

Absorbsi dikurangi oleh

antasida, Isoniaazid

memperlambat metabolisme

beberapa obat yang diberikan

secara bersaman sehingga

toksisitas meningkat, obat-obat

tersebut antara lain hidantoin

(fenitoin, ethatoin,

mephenytoin),

karbamazepin, primidone

dan asam valproat. Penggunaan bersama

disulfiram dapat

menyebabkan gangguan

mental, mekanisme ini belum

diketahui. Penggunaan

bersama halotan dan isoniazid

(mungkin rifampisin)

meningkatkan resiko

hepatotoksik. Intoleransi

alkohol menurun.

Dosis hidantoin (fenitoin,

ethatoin, mephenytoin),

karbamazepin, primidone dan

asam valproat harus diturunkan.

Penggunaan bersamaan

disulfiram dan isoniazid tidak

disarankan. Monitor fungsi liver

perlu dilakukan jika digunakan

bersama halotan. Minuman

beralkohol harus dihindari karena

metabolisme isoniazid meningkat

pada alkoholik kronik.

87 Isoniazid

(Tablet)

Lihat INH Lihat INH Lihat INH Lihat INH Lihat INH

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 130: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

47

88 Rifampicin

(Tablet)

Rifampisin

300 mg ,

450 mg/tablet,

600 mg/tablet,

salut.

Tuberkulosis. Sehari

10-20 mg/kgBB Antasida, opiat,

antikolinergik dan

ketokonazol menurunkan

bioavailabilitas rifampisin jika

digunakan bersamaan dalam

mulut. Hal ini juga terrjadi

pada sediaan PAS yang

mengandung bentonit.

Rifampisin meningkatkan

metabolisme obat-obat yang

diberikan bersamaan sehingga

efek obat tersebut turun. Obat-

obat tersebut antara lain:

antikoagulan oral,

antidiabetes oral, sediaan

digitalis, agen antiaritmia

(disopiramid, primenol,

kuinidin, mexiletine,

ttocainide, larcainid,

propafenone), methadone

(dapat menyebabkan

withdrawal), hidantoin

(fenitoin, ethatoin,

mephenytoin), hexobarbital,

nortriptilin, benzodiazepin,

kortikosteroid (penderita

Addison dapat mengalami

krisis, terapi untuk penderita

asma yang bergantung

kortikosteroid akan sulit

bahkan tidak mungkin),

Rifampisin diminum beberapa

jam sebelum antasida, opiat,

antikolinergik dan

ketokonazol, Penggunaan obat

yang diinduksi

metabolismenya oleh rifampisin

harus dinilai kembali dosisnya

selama dan setelah terapi dengan

rifampisin. Tes bromsulftalein

harus dilakukan pada pagi hari

sebelum meminum rifampisin

untuk mencegah positif palsu.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 131: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

48

hormon sex (dapat muncul

gangguan menstruasi),

kontrasepsi oral (efektivitas

menurun), teofilin, dapson,

kloramfenikol, antifungi

golongan azol (ketokonazol,

itrakonazol), siklosporin A,

azatioprin (dapat terjadi

penolakan transplantasi), beta

bloker, calcium channel

blockers (nifedipin,

verapamil), analapril,

cimetidine). Rifampisin

menghambat kompetitif

ekskresi bromsulftalein secara

sementara

89 Pyrazinamide

(Tablet)

Pyrazinamide

500 mg

Terapi

tuberkulosis

diberikan

bersama

tuberkulostatik

lainnya

20-30

mg/kgBB/hari

dalam dosis

tunggal atau

terbagi

(maksimum

2 g/hari)

Pirazinamid mengantagonis

efek obat urikosurik seperti

probenesid dan

sulphinpyrazone. Allopurinol meningkatkan konsentrasi

plasma pirazinamid.

Pirazinamid dapat

mengganggu efek antidiabetik

oral

Hati-hati penggunaan pada

pasien dengan hiperurisemia,

asam urat dan diabetes melitus

90 Streptomycin

(Tablet)

Streptomisin

sulfat 1g,

5g/vial.

Infeksi Karena

mikrobaktrium

tuberculosis.

Tuberkulosis:

sehari 1g dosis

tunggal atau

dalam 2 dosis

terbagi selama

6-12 g, dosis

Lihat Erythromisin Lihat Erythromisin

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 132: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

49

tunggal atau

dalam dosis

terbagi secara

terus menerus

tanpa interval.

7.3 ANTIFUNGI

91 Candistin

(Drops, Tablet)

Nistatin

100.000 UI

Terapi

kandiasis pada

rongga mulut

Bayi: sehari

4x1-2 ml sehari .

anak dan dewasa:

sehari 4x1-6 ml

diteteskan ke

dalam mulut dan

di tahan beberapa

waktu sebelum di

telan.

Tidak ada interaksi yang

dilaporkan

-

92 Flagystatin

(Ovula)

Metronidazol

500 mg, nistatin

100.000 UI.

Infeksi vagina

yang di

sebabkan oleh

trikomoniasis

dan

kandidiasis.

Ovula : selama

7-19 hari,

krim: 1 aplikator

perhari selama

10 hari

Penggunaan pada pengguna

alkohol dapat menyebabkan

reaksi seperti disulfiram.

Penggunaan bersama

disulfiram dapat menimbulkan

psikosis dan kebingungan.

Metronidazol meningkatkan

kadar serum warfarin.

Informasikan kepada pasien

mengenai resiko jika

mengkonsumsi alkohol dan

menggunakan metronidazole.

Hindari penggunaan bersama

disulfiram kecuali jika dapat

dimonitor dengan sangat baik.

Monitor INR jika diberikan

bersama warfarin, dosis

warfarin dapat diturunkan.

93 Ketoconazol

(Tablet)

Ketokonazol

200 mg.

Infeksi pada

kulit, rambut

dan kuku yang

di sebabkan

oleh dermatofit

Infeksi kulit, sal

cerna dan

sistemik,

sehari 1x1 tablet,

pada waktu

Timbul reaksi disulfiram pada

pengguna alkohol.

Meningkatkan AUC dan level

maksimum alfuzosin 3,2 dan

2,3 kali lipat. Meningkatkan

Hindari penggunaan alkohol.

Dikontraindikasikan dengan alfa

bloker, pimozide dan

sertindole, midazolam,

triazolam, eplerenon. Antasid

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 133: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

50

makan efek hipoglikemik tolbutamid,

dan diprediksi memiliki efek

yang sama terhadap

risoglitazon dan pioglitazon.

Antasida menurunkan

absorbsi ketokonazol.

Meningkatkan pimozide dan

sertindole yang dapat

menyebabkan aritmia.

Meningkatkan AUC

aprepitant (4 kali lipat), AUC

cilostazol (2 kali lipat).

Meningkatkan bioavailabilitas

midazolam dan triazolam

(AUC meningkat 3,5-15 kali

lipat), kadar karbamazepin

hingga 30%, kadar cinacalcet

(2 kali lipat), AUC eplerenon

(2,2 kali), kadar derivat

ergot. Menurunkan klirens dan

metabolisme

metilprednisolon. AH2 menurunkan AUC ketokonazol

hingga 60% bahkan 95%.

Rifampisin menurunkan kadar

ketokonazol 50-80%

diminum 2-3 jam sebelum atau

setelah ketokonazol. Pasien harus

diinformasikan mengenai tanda

dan gejala hipoglikemia dan

dosis tolbutamid dapat

diturunkan jika perlu. Dosis

aprepitant, karbamazepin sebaiknya dikurangi dan monitor

penggunaannya. Dosis cilostazol

diturunkan menjadi sehari dua

kali 50 mg jika digunakan

bersama ketokonazol. Monitor

hormon paratiroid dan kalsium

serum saat ketokonazol dimulai

atau diakhiri pada pasien yang

menggunakan cinacalcet. Dosis

ketokonazol diturunkan hingga

50% jika diberikan bersama

metilprednisolon. Monitor tanda

ergotism. Ketokonazol diberikan

dengan minuman bersifat asam

seperti cola jika diberikan

dengan AH2. Monitor dan

lakukan peningkatan dosis

ketokonazol jika perlu jika

digunakan bersama rifampisin.

94 Mycostatin Lihat Candistin Lihat Candistin Lihat Candistin Lihat Candistin Lihat Candistin

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 134: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

51

7.4 ANTIVIRUS

95 Acyclovir Asiklovir 200

mg, 400 mg/tab,

5% krim.

Simpleks pada

kulit dan

selaput lendir.

Dewasa: Sehari

5x800 mg selama

7-10 hari,

anak 2-12 thn:

sehari

4x400-800 mg

selama 5 hari,

anak < 2 thn

sehari

4x20 mg/kgBB

selama 5 hari.

Meningkatkaan resiko

nefrotoksisitas dan kadar

siklosporin, menurunkqn

klirens teofilin sekitar 30%

Monitor fungsi ginjal terutama

jika asiklovir dosis tinggi

diberikan bersama

siklosporin,Waspada terhadap

toksisitas teofilin (nausea,

tremor, sakit kepala)

7.5 ANTIRETROVIRAL

96 Videx (Tablet) Didanosin

50 mg, 100 mg.

Infeksi HIV

yang sudah

berkelanjutan,

yang sudah

dapat

pengobatan

BB >60 kg, 200

mg;

BB<60 kg,

125 mg, dosis

harus dimakan

sehari 2 tablet.

Absorbsi ditingkatkan oleh

allopurinol (69% jika ginjal

berfungsi normal dan >2 kali

lipat jika terdapat gangguan

ginjal). Menghilangkan efek

ketokonazol. Ganciclovir meningkatkan kadar

maksimum didanosin sekitar

70% bahkan saat diberikan

dengan selisih 2 jam

Hindari penggunaan bersama

allopurinol. Ketokonazol diberikan setidaknya 2 jam

sebelum didanosin atau gunakan

didanosin enteric coated.

Waspadai toksisitas didanosin

jika diberikan bersama

ganciclovir.

8. ANTIMALARIA

97 Sulfadoxine

(Tablet)

Sulfadoksin

500 mg,

pirimetamin

25 mg.

Pencegahan

dan pengobatan

malaria yang

telah resisten

terhadap

klorokuina.

Dosis tunggal

dewasa: 2-3 tab,

anak 9-14 tahun:

2 tab,

4-8 thn: 1 tab, <4

thn: ½ tab.

Meningkatkan resiko

pancytopenia dan anemia

megaloblastik jika diberikan

bersamaa kotrimoksazol atau

sulfonamida.

Hindari penggunaan bersama

kotrimoksazol atau

sulfonamida.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 135: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

52

9. ANTIMIGRAIN, ANTIVERTIGO

9.1 ANTIMIGRAIN

98 Bodrex migrain

(Tablet)

Parasetamol

350 mg,

profipenazon

150 mg,

kofein 50 mg.

Meringankan

sakit kepala

pada migrain

Dewasa: Sehari

3-4x ½ -1 tab,

anak 6-1 thn:

sehari

3-4x ½ -1 tab.

Lihat Bodrex Lihat Bodrex

99 Bodrex extra

(Tablet)

Paracetamol

350 mg,

ibuprofen

200 mg,

kofein 50 mg.

Meredakan

sakit

kepala,mencen

gkram, tegang,

kaku di kepala

belakang.

Dewasa: 3-4x1

tab,

anak 6-12 thn:

sehari

3-4x ½ -1 tab.

Lihat Bodrex dan Hufagrip

TMP

Lihat Bodrex dan Hufagrip TMP

9.2 ANTIVERTIGO

100 Mertigo (Tablet) Betahistin

mesilat 6 mg.

Gangguan ke

seimbangan

yang terjadi

pada gangguan

sirkulasi darah.

1-2 tablet

3 x sehari bila

perlu

Penggunaan bersama

terfenadin dapat

menyebabkan sindrom

labyrinthine

Hati-hati penggunaan betahistin

dengan antihistamin

101 Frego (Tablet) Flunarizine 5mg;

10 mg

Pencegahan

migren,

mengurangi

frekuensi

serangan dan

meringankan

gejalanya.

Terapi pada

gangguan

vestibular

sentral maupun

Dosis yang

dianjurkan adalah

10 mg per hari.

Bila terjadi efek

samping dosis

diturunkan

menjadi 5 mg.

Sebaiknya

diminum secara

teratur satu kali

sehari pada

Obat-obatan seperti alkohol,

antiepilepsi, obat tidur,

antidepresan dan obat

penenang dapat

mempengaruhi kerja Flunarizin

atau meningkatkan terjadinya

efek samping. Galaktore dapat

terjadi jika digunakan bersama

kontrasepsi oral

Hatti-hati pada penggunaan

bersama alkohol, antiepilepsi,

obat tidur, antidepresan dan

obat penenang, kontrasepsi

oral

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 136: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

53

perifer seperti

pusing, tinitus

dan vertigo.

Pengobatan

pada

penurunan

konsentrasi dan

kebingungan,

gangguan

ingatan,

iritabilitas dan

gangguan

irama tidur.

Pengobatan

kejang pada

saat berjalan

maupun saat

berbaring

parestesi,

ekstremitas,

dingin dan

gangguan

tropik

malam hari untuk

menghindari efek

sedatif

10. ANTINEOPLASTIK, IMUNOSUPRESAN DAN OBAT UNTUK TERAPI PALIATIF

10.1 ANTIHORMON

102 Taxen Tamoksifen

10 mg, 20 mg

Terapi paliatif

knker payudara

stadium lanjut

pada wanita

pasca

Sehari 20-40 mg. Meningkatkan efek

antikoagulan dari antiestrogen

dan warfarin/antikoagulan

oral. HRT menurunkan efek

tamoxifen

Penggunaan bersama HRT

dikontraindikasikan. Monitor

penggunaan bersama tamoxifen

dengan warfarin atau

antikoagulan oral. Dosis

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 137: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

54

menopause.

Sebagai terapi

penunjang

setelah op atau

radioterapi

kanker

payudara dini

pada wanita

pasca

menopause

warfarin dikurangi ½ sampai 2/3

nya. US mengkontraindikasikan

penggunaan tamoxifen dan

warfarin.

10.2 IMUNOSUPRESAN

103 Imuran Azathioprine

50 mg

Penerima

transplan

organ, hepatitis

aktif kronik,

AR berat, LES,

dermatomiositi

s, pemfigus

vulgaris,

poliarteritis

nodosa, anemia

hemofilik

yangg didapat,

pionerma

gangrenosum,

purpura

trombositope-

nia idiopatik

Supresi reaksi

penolakan

transplantasi:

awal:

3-5 mg/kgBB lalu

dilanjutkan

dengan

1-3 mg/kgBB/hari

untuk dosis rumat

Terapi untuk

semua kondisi:

Dosis lazim:

2-2,5 mg/kgBB

per oral. Hepatitis

aktif kronik:

1-1,5 mg/ kgBB

per hari

Meningkatkan resiko

hepatotoksik dan toksisitas

hematologik jika diberikan

bersama Leflunomide.

Toksisitas hematologik

meningkat jika diberikan

bersama mesalazine,

sulfasalazine, olsalazine.

Menurunkan efektivitas

vaksin. Meningkatkan

kebutuhan dosis terapi

warfarin.

Hindari penggunaan bersama

Leflunomide. Hati-hati

penggunaan bersama

mesalazine, sulfasalazine,

olsalazine, vaksin. Monitor efek

warfarin/antikoagulan saat

azathioprine digunakan atau

dihentikan, dosis warfarin dapat

disesuaikan.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 138: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

55

10.3 ANTINEOPLASTIK

104 Zoladex Goserelin asetat

steril setara

goserelin 3,6

mg.

Pengobatan

peliatif pada

kanker prostat

dan kanker

payudara.

1 depot injeksi

SK tiap 28 hari.

Tidak ada interaksi yang

dilaporkan

-

11. ANTIPARKISON/ DEMENTIA

11.1. ANTIPARKISON

105 Pardoz (Tablet) Levodopa

100 mg,

benzeraside

25 mg.

Penyakit

parkinson dan

gejala

parkinsonisme

kecuali

sindrom

parkison

karena obat-

obatan.

Glaucoma

sudut sempit,

psikosis.

Awal sehari

3-4x ½ tab.

ditingkatkan

menjadi sehari

3x1 tab dan di

naikan 1 tab

dengan interval

tiap minggu

sampai tercapai

dosis pengobatan

individual

Antimuskarinik menurunkan

laju absorbsi levodopa.

Antagonis dopamin sentral

seperti antipsikotik,

metoklopramid dapat

mengantagonis efek levodopa.

Rekasi efek samping

(halusinasi, kebingungan,

nausea, sakit kepala) dan

keparahan gejala parkinsonism

muncul saat diberikan bersama

baclofen. Resiko efek samping

meningkat saat diberikan

bersama bupropion. Absorbsi

levodopa berkurang 30-50%

saat diberikan bersama feri

sulfat karena terbentuk kelat.

Diskinesia yang diinduksi

levodopa ditingkatkan oleh

isoniazid. Resiko hipertensi

serius, cepat dan

membahyakan muncul saat

Waspada terhadap penurunan

efek levodopa menurun saat

digunakan bersama

antimuskarinik dan toksisitas

levodopa saat antimuskarinik

dihentikan. Hindari penggunaan

bersama Antagonis dopamin

sentral seperti antipsikotik,

metoklopramid atau monitor

secara teratur untuk mengetahui

kefektifan levodopa. Perhatian

pada penggunaan bersama

baclofen. Berikan dosis awal

bupropion yang rendah

kemudian ditingkatkan secara

bertahap. Hindari penggunaan

bersama feri sulfat. Diperlukan

penyesuaian dosis jika digunakan

bersama isoniazid. Penggunaan

bersama MAOI

dikontraindikasikan, pasien tidak

boleh diberi levodopa saat

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 139: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

56

levodopa diberikan bersama

MAOI. Metildopa meningkatkan efek levodopa.

Penisilamin meningkatkan

kadar plasma levodopa.

Piridoksin menurunkan

bahkan menghilangkan efek

levodopa.

diterapi dengan MAOI, sampai

2-3 minggu setelah MAOI

dihentikan. Dosis levodopa

diturunkan 30-50% jika

diberikan dengan metildopa.

Monitor gejala efek samping

levodopa jika diberikan bersama

penisliamin. Hindari

penggunaan bersama piridoksin

atau gunakan carbidopa atau

benserazide.

11.2 DEMENTIA

106 Aldomer 5

(Tablet)

Donepezil HCL

5 mg

Gejala

demensia

ringan atau

sedang pada

penyakit

Alzheimer

Dewasa atau

lansia : dimulai

dengan sehari

5 mg menjelang

tidur malam

selama 1 bulan ,

kemudian di

tingkatkan sampai

10 mg perhari.

Efek donepezil mengantagonis

efek antimuskarinik

Monitor penggunaan bersama

antimuskarinik terutama gejala-

gejala yang tidak diinginkan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 140: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

57

12. OBAT YANG MEMPENGARUHI DARAH

12.1 ANTIANEMIA

107 Sangobion

(kapsul, sirup)

Besi II glukonat

250 mg,

mangan sulfat

0,2 mg,

tembaga II sulfat

0,2 mg,

vit C 50 mg,

asam folat 1 mg,

vit-B12 dengan

faktor intriksi

7,5 mg,

besi II glikonat

129,5 mg,

vit-B1 1 mg,

vit-B2 1 mg,

vit- B6 5 mg,

nikotinamid

15 mg,

biotin 0,3 mg.

Anemia yang

di sebabkan

defisiensi besi

dan mineral

lainnya yang

berperan dalam

pembentukan

darah.

Sehari satu kap

selama atau

setelah makan,

anak sehari

1 sendok takar,

dewasa 2 sendok

takar.

Penggunaan bersama antasida

akan mengurangi absorbsi dan

efek hematologik yang

diinginkan. Mengurangi

absorbsi oral biposfonat

secara signifikan.

Kloramfenikol dapat

menyebabkan depresi sumsum

tulang yang melawan efek

preparat besi untuk terapi

anemia. Efek levodopa dan

metildopa diturunkan oleh

preparat besi. Mengurangi

absorbsi penisilamin. Preparat

besi mengurangi absorbsi

quinolone. Absorbsi

tetrasiklin dan preparat besi

berkurang jika diberikan

bersamaan.

Obat diminum dengan selang

waktu 2-3 jam dengan antasida.

Alendronate diminum 30 menit

sebelum preparat Besi,

clodronate dapat diminum 1 jam

sebelum atau sesudah preparat

besi, ibandronate diminum 30

menit sampai 1 jam sebelum

preparat besi, risedronate

diminum 30 menit sebelum

preparat besi dan selang 2 jam

dengan preparat besi selanjutnya,

etidronate dan tiludronate diminum dengan selang 2 jam

dengan preparat besi. Gunakan

antibiotik selain kloramfenikol.

Pemberian metildopa atau

levodopa dengan preparat besi

diberi selang waktu 2 jam.

Preparat besi diminum 2 jam

setelah penisilamin. Quinolone

diminum 2 jam sebelum preparat

besi. Preparat besi diminum 2

jam sebelum atau 2-3 jam setelah

tetrasiklin.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 141: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

58

12.2 ANTIKOAGULAN, ANTI PLATELET DAN TROMBOLITIK

108 Procardin

(Tablet)

Asetosal 100 mg Mengurangi

resiko

kematian, strok

pada penderita

laki-laki

dengan riwayat

iskimia otak.

Sehari 1x1 tab Meningkatkan resiko

perdarahan jika diberikan

bersama warfarin atau

antikoagulan lain.

Meningkatkan resiko

perdarahan GIT jika diberikan

bersama AINS

Pada terapi jangka panjang

dengan warfarin/antikoagulan,

dosis asetosal dibatasi 81

mg/hari. Jika asetosal digunakan

dengan AINS, pertimbangkan

penggunaan agen gastroprotektif

seperti PPI

109 Trombogel Heparin

20.000 IU

Cedera akibat

olah raga dan

kecelakaan

Gunakan sehari

2-3x.

Resiko hiperkalemia

meningkat jika diberikan

bersama ACE inhibitor.

Meningkatkan resiko

perdarahan jika diberikan

bersama clopidogrel,

ketorolac, AINS, ticlopidine

Kadar kalium diperiksa sebelum

menggunakan heparin terutama

pada pasien dengan faktor resiko

(gangguan ginjal, diabetes

melitus) dan monitor secara

reguler setiap 4 hari terutama

pada pasien dengan penggunaan

lebih dari 7 hari. Hindari

penggunaan bersama

clopidogrel, ketorolac. Monitor

penggunaan bersama AINS,

monitor secara klinik dan

laboratorium jika digunakan

bersama ticlopidine

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 142: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

59

110 Thrombo

aspilets (tablet)

Asetosal 80 mg. Pengobatan

dan

pencegahan

proses

pembekuan

dalam

pembuluh

darah dan

paska strok.

hipersensitif,

tukak lambung,

sering

mengalami

perdarahan di

bawah kulit.

Sehari 1x1-2 tab. Lihat Procardin Lihat Procardin

111 Trombophop

(salep, gel)

Heparin

20.000 IU/gel,

heparin

5.000 IU,

nicotinid acid

benzylester

250 mg/salep

Cedera karena

olah raga dan

kecelakaan.

Oleskan sehari

2-3x.

Lihat Trombogel Lihat Trombogel

12.3 HEMOSTATIK

112 Kalnex (Kaplet) Asam

traneksamat

250 mg/kap,

500mg/ tab,

Pendarahan

abnormal

setelah operasi,

pendarahan

setelah ekstaksi

gigi pada

pasien

Sehari

3-4x 1-2 kap.

asam traneksamat merupakan

agen antifibrinolitik,

pemberian bersama

kontrasepsi oral yang

mengandung estrogen dapat

meningkatkan resiko kejadian

trombotik, termasuk

Jangan diberikan ke dalam darah

tranfusi atau injeksi yang

mengandung penisilin, Hindari

penggunaan kontrasepsi oral

yang mengandung estrogen

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 143: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

60

hemofili. tromboembolisme vena,

trombosis arteri seperti stroke

dan infark myocardial

113 Transamin Lihat Kalnex Lihat Kalnex Lihat Kalnex Lihat Kalnex Lihat Kalnex

12.4 HEMATOPIOTIK

114 Leucogen Filgrastim

300 mg.

Memperpendek

masa

neutropenia

pada pasien

dengan kanker

tumor padat.

5 mcg/kgBB dosis

tunggal di berikan

sehari 2 minggu.

- -

13. PRODUK DARAH DAN PENGGANTI PLASMA

115 Plasbumin Human albumin

5%, 20 %

Syok,luka

bakar.

1 vial 25%/100ml

dapat menaikan

0,4-0,5 %

hipoalbuminimia.

Menimbulkan hipotensi akut

jika diberikan bersama ACE

inhibitor, albumin

menstimulasi produksi

bradikinin yang menyebabkan

vasoldilatasi dan hipotensi

sehingga mempotensiasi efek

ACE inhibitor

Gunakan albumin sintetis jika

diberikan pada pasien yang

menggunakan ACE inhibitor

14. DIAGNOSTIK

116 Uktrvist Ultravist

240 mg,

499 mg,

iopromida tiap

1 ml.

Visualisasi

rongga tubuh.

Sesuai dengan BB

dan jenis

pemeriksaannya.

- -

15. ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN

117 Bedak salicyl Asam salisilat

2%,

Mencegah

biang keringat,

Taburkan dengan

gosokkan pada

- -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 144: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

61

talk dan parfum. melindungi

kulit dari gatal-

gatal dan

mencegah bau

badan.

bagian kulit yang

di kehendaki ,

sehari 2-3 x setiap

habis mandi.

118 Betadine Larutan atau

salep: povidon

iodine 1%.

Desinfektan

dan setelah

operasi,

mencegah

timbulnya

infeksi pada

luka,

pengobatan

pada infeksi

kulit, kompres

luka bernanah.

Digunakan pada

bagian luka

- -

119 Icthtiyol Icthamol 10 % Abses pada

kulit.

Oleskan

secukupnya pada

bagian yang sakit.

- -

16. OBAT UNTUK GIGI DAN MULUT

120 Daktarin oral gel Mikonazol 20

mg/g

Sariawan Dewasa dan anak

>4 tahun: sehari

4x ½ sdt,

bayi sampai

dengan 4 tahun,

sehari 4x ¼ sdt.

Meningkatkan efek pimozide

dan sertindole, bioavailabilitas midazolam

dan triazolam oral (AUC

3,5 sampai 15 kali). Mikonazol

oral gel dosis maksimum dapat

meningkatkan level

lercanidipin, Mikonazol dapat

meningkatkan konsentasi

plasma dan efek

Pemakaian bersama pimozide

dan sertindole, midazolam dan

triazolam oral

dikontraindikasikan. Penggunaan

bersama lercanidipin harus

diawasi kemungkinan dosisnya

harus diturunkan atau monitor

efek samping seperti hipotensi,

sakit kepala, kemerahan dan

edema. Monitor penggunaan

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 145: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

62

hipoprotrombinemik

warfarin/antikoagulan oral.

Hal ini disebabkan mikonazol

menghambat CYP450 2C9,

isoenzim yang bertanggung

jawab atas klirens metabolisme

enantiomer warfarin S(-) yang

lebih aktif

bersama warfarin/antikoagulan

oral.

121 Enkasari Tiap 45 ml

cairan: sari daun

segar setara

bubuk daun

kering 75 mg,

sari daun sirih

setara daun

segar 450 mg,

sari akar kayu

manis setara

bubuk akar

kering 20 mg,

menthol 10 mg.

Mencegah dan

mengobati

sariawan,

menghilangkan

nyerih karena

radang

sariawan dan

menyegarkan

mulut.

Sehari 3-4 x sdm

45 ml, dikumur

dan di minum,

anak sehari

2x1 sdm 15 ml,

dikumur dan di

minum.

- -

122 Fg Troches Fradiomisin

sulfat 2,5 mg,

garamisidin-s

HCl 1 mg.

Gingifitis,

stomatitis,

laringitis,

bronkhitis,

tonsilitis dan

infeksi di

dalam mulut.

Dewasa:1-2 tablet

Anak: 1 tab

Diberikan

4-5 kali/hari

- -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 146: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

63

17. DIURETIK

123 Furosemide Furosemid

40 mg/tab,

10 mg/ml inj.

Udema karena

gangguan

jantung, sirosis

hati, gangguan

ginjal,

hipertensi

ringan dan

sedang.

Dewasa: Sehari

1-2x 1-2 tab,

maksimal 5 tab

sehari.

Aliskerin menurunkan

konsentrasi plasma furosemid

(50%). Respon diuretik 4 jam

furosemid diturunkan sebesar

58% dan 77% oleh colestipool

dan colestiramin. Efek

furosemid diturunkan sebanyak

50% oleh fenitoin. Sevelamer

menghilangkan efek furosemid

pada pasien hemodialisis

Monitor tekanan darah dan/atau

sesuaikan dosis terapi jika

diberikan dengan aliskerin.

Furosemid diberikan 2 atau 3 jam

sebelum colestiramin atau

colestipol. Monitor penggunaan

furosemid dan fenitoin.

Furosemid diberikan 1 jam

sebelum atau 3 jam setelah

sevelamer

124 H.C.T Hidroklorotiazid

25 dan 50 mg.

Diuretika,

edema, terapi

tambahan pada

hipertensi.

Sehari

50- 200 mg.

Meningkatkan resiko

nefrotoksisitas jika diberikan

bersama siklosporin. Absorpsi

diturunkan oleh colestipol

hingga lebih dari 30% dan

60 % oleh colestiramin

Monitor kadar kalium dan fungsi

ginjal jika diberikan bersama

siklosporin. HCT diberikan

dengan selang waktu 6 jam

dengan colestipool atau

colestiramin

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 147: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

64

18. HORMON, ENDOKRIN LAIN DAN KONTRASEPSI

18.1 ANTIDIABETIK

18.1.1 ANTIDIABETIK ORAL

125 Amaryl (Tablet) Glimepirid 1mg,

2 mg, 3 mg,

4 mg.

Diabetes

mellitus tipe 2

yang tidak

cukup

terkontrol oleh

diet, latihan

fisik dan

penurunan

berat badan

saja, insulin.

Diabetes

mellitus

tergnatung

insulit tipe 1.

Gangguan

ginjal,

disfungsi hati,

wanita hamil

dan menyusui.

1-8 mg per hari,

dosis awal:

1 mg 1x sehari.

dosis harus dapat

ditingkatkan

dengan interval

1-2 minggu.

Rifampisin menurunkan level

dan efek penurunan glukosa

darah dari glimepirid

Monitor kadar gula darah dan

sesuaikan dosis glimepirid,

biasanya dibutuhkan peningkatan

dosis glimepirid jika diberikan

dengan rifampisin

126 Glucovance

(Tablet)

Glibenklamid ,

metformin

hidroklorida tiap

tab

1,25 /250 mg:

2,5/500,

5/500 mg.

Terapi tahap 2

untuk diabetes

tipe 2 bila diet.

Dosis di gunakan

secara individu

dengan

mempertimbangk

an ke efektifan

dan toleransi,

dosis sehari tidak

Simetidin menurunkan klirens

metformin dan dapat

berkontribusi menyebabkan

asidosis laktat yang disebabkan

oleh metformin.

Penggunaan glibenklamid

bersama mikonazol dapat

Dosis metformin diturunkan jika

diberikan bersama simetidin.

Penggunaan bersama mikonazol

harus dimonitor dan jika perlu

dosis glibenklamid diturunkan.

Hindari penggunaan bersama

bosentan. Glibenklamid

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 148: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

65

boleh dari 20 mg,

glibenklamid dan

200 mg

metformin.dosis

awal yang

direkomendasikan

: sehari

1-2x1,25/2,50 mg.

menyebabkan hipoglikemia.

Meningkatkan hepatotoksisitas

jika digunakan bersama

bosentan. Colesevelam menurunkan AUC

glibenklamid (32%)

diberikan 4 jam sebelum

colesevelam

127 Glumin (Tablet) Metformin HCL

500 mg, 850 mg.

NIDDM.

Koma

diabetikum,

kerusakan

ginjal, gagal

jantung,

hipersensitif,

syok.

Tab 500 mg.

Sehari 3x 1 tab,

tab 850 mg, awal

sehari 1x,

pemeliharaan

sehari 2x.

Simetidin menurunkan klirens

metformin dan dapat

berkontribusi menyebabkan

asidosis laktat yang disebabkan

oleh metformin.

Dosis metformin diturunkan jika

diberikan bersama simetidin.

128 Metformin

(Tablet)

Lihat Glumin Lihat Glumin Lihat Glumin Lihat Glumin Lihat Glumin

18.1.2 ANTIDIABETIK PARENTERAL

129 Novoravid Insulin aspart

100 iu/ml

Terapi DM tipe

I dan II

0,1-1 iu/kgBB/hari. Penggunaan bersama

antidiabetik lain, MAOI meningkatkan efek

hipoglikemia. Ocreotide

menurunkan resistensi insulin

Gunakan dosis awal yang rendah

jika digunakan bersama ADO

dan hindari kombinasi pada

pasien gagal jantung akut.

Tingkatkan monitor kadar

glukosa darah pada penggunaan

bersama MAOI. Jika digunakan

ocreotide, antisipasi penurunan

dosis insulin (umumnya 50%)

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 149: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

66

18.2 HORMON KELAMIN DAN OBAT YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS

18.2.1 GNRH ANALOG, FSH/LH

130 Androlon Mesterolon

25 mg.

Defisiensi

androgen dan

enfetilitas pada

laki-laki.

Awal 3-4x 1 tab,

selama beberapa

bulan di lanjutkan

2-3x 1 tab.

- -

131 Proviron Lihat Androlon Lihat Androlon Lihat Androlon - -

18.2.2 ESTROGEN

132 Diane (pil) Estradiol valerat

2 mg/tab.

Simtomatik

gejala

klimakterik,

dan pengganti

estrogen.

1 tab/hari dimulai

pada hari ke1 dari

siklus menstruasi

s/d hari ke 21

diikuti masa

istirahat selama 7

hari

Aprepitant menurunkan kadar

etinilestradiol. Bosentan,

modafinil menurunkan kadar

etinilestradiol yang dapat

menyebabkan kegagalan efek

kontrasepsi. Penggunaan

bersama St John’s wort

menyebabkan perdarahan dan

kegagalan kontrasepsi.

Meningkatkan bioavailabilitas

selegilin. Penisilin,

rifampisin, tetrasiklin menyebabkan kegagalan

kontrasepsi

Gunakan kontrasepsi alternatif

atau kombinasi pada pengguna

aprepitant dan selama 2 bulan

setelah terapi aprepitant.

Gunakan kontrasepsi lain atau

kombinasi jika digunakan

bersama bosentan. Gunakan

implan progesteron pada

pengguna modafinil. Hindari

penggunaan bersama St John’s

wort, selegilin, penisilin,

rifampisin, tetrasiklin. Penggunaan kontrasepsi

alternatif atau tambahan tetap

digunakan 4-8 minggu setelah

rifampisin dihentikan

133 Renodiol (pil) Metilestrenolon

5 mg,

metilestrediol

0,3 mg.

Pengobatan

tidak terjadinya

masa haid pada

kasus tertentu.

1 tab selama 2

hari berturut-turut

- -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 150: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

67

18.2.3 PROGESTERON

134 Premaston Allilesteron

5 mg.

Aborsi habitual

atau gawat.

Aborsi gawat

sehari 3x1 tab

selama 5-7 hari.

- -

18.2.4 KONTRASEPTIK

135 Microginon (pil) Etinilestradiol

0,03 mg,

levonorgestrel

0,15 mg,

plus 7 tab besar

plasebo.

Kontrasepsi

oral.

Sehari 1 tab mulai

pada hari pertama

siklus haid.

Lihat Diane Lihat Diane

136 PIL KB Levonogestrel

0,15mg,

etinestradiol

0,03 mg,

tiap 21 tab salut

gula ukuran

lebih kecil, tiap

7 tab salut gula

lebih besar,.

Kontrasepsi

oral

Sehari 1 tab mulai

hari pertama haid,

mengikuti arah

panah sampai

kemasan kosong.

Lihat Diane Lihat Diane

137 Yasmin Drospirenon 3

mg,

etinelistradiol

0,03 mg.

Kontrasepsi

oral dengan

afek anti

mineral

kartikoid dan

antiadrogenik.

Mulai pada hari

pertama

mentruasi, sehari

1 tab selama 21

hari, lalu 7 hari

tanpa tab, dan

seterusnya.

Lihat Diane Lihat Diane

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 151: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

68

18.2.2 INDUKTOR

138 Fensipros Klomifen sitrat

50 mg.

Pengobatan

infertilitas pada

wanita dan

pria.

Infertelitas pada

wanita: sehari 1

tab selama 5 hari,

di mulai pada hari

ke-5 siklus

mentruasi.

- -

18.3 HORMON TEROID DAN ANTITIROID

18.3.1 ANTIHIPERTIROIDESME

139 Thyrozol Tiamazol 5mg,

10mg, 20mg.

Hipertirodisme

terutama pasien

usia muda,

persiapan

operasi.

25-40 mg perhari,

kasus ringan,

sehari 2x 1 tab 20

mg.

Defisiensi yodium akan

meningkatkan dan sebaliknya

kelebihan yodium akan

menurunkan respon kelenjar

tiroid. Meningkatkan efek

antikoagulan sehingga dapat

menyebabkan perdarahan

Sesuaikan dosis antikoagulan,

monitor INR

18.3.2 ANTIHIPOTIROIDISME

18.4 KORTIKOSTEROID DAN KORTIKOTROPIN

140 Dexamethasone

(Tablet)

Dexametason

0,5 mg; 0,75 mg

Anti alergi, anti

inflamasi,

reumatik,

pernapasan.

Sehari

0,75-9 mg.

Aminoglutetimid menurunkan

dan menghilangkan efek

deksametason. Absorbsi

diturunkann 75% oleh Mg

trisilikat. Aprepitant meningkatkan AUC

deksametason hingga 60%.

Karbamazepin meningkatkan

klirens deksametason. Efek

diturunkan oleh fenobarbital,

fenitoin, rifampisin

Tingkatkan dosis dexametason 2

kali lipat jika diberikan

aminoglutetimid. Pemberian

deksametason dan antasid diberi

selang waktu 2-3 jam. Dosis

deksametason diturunkan 50%

jika diberikan bersama

aprepitant. Dosis deksametason

dapat ditingkatkan jika

diberikaan bersama

karbamazepin. Monitor

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 152: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

69

penggunaan bersama

fenobarbital, fenitoin,

rifampisin terutama pada pasien

transplant

141 Kalmethason

(Tablet)

Dexametason

4mg/amp,

5mg/amp,

20mg/vial.

Lihat

Dexametha-

sone

Lihat

Dexamethasone

Lihat Dexamethasone Lihat Dexamethasone

142 Kemotason

(Tablet)

Lihat

Dexamethasone

Lihat

Dexametha-

sone

Lihat

Dexamethasone

Lihat Dexamethasone Lihat Dexamethasone

143 Kenacort

(Tablet)

Triamsinolon 4

mg.

Demam,

reumatik.

Dewasa: Sehari

4-48 mg.

Meningkatkan resiko

hipokalemia jika diberikan

bersama diuretik

Monitor kadar kalium pada

penggunaan bersama diuretik

144 Ketricin (Tablet) Lihat Kenacort Lihat Kenacort Lihat Kenacort Lihat Kenacort Lihat Kenacort

145 Methylpredni-

solone OGB

DEXA (Tablet)

Metilpredniso-

lon 4 mg; 8 mg;

16 mg per tab.

Abnormalitas

fungsi adreno-

kortikal

penyakit

kolagen

keadaan alergi

dan peradangan

pada kulit dan

saluran

pernapasan

tertentu

penyakit

hematologic,

hiperkalsemia.

Dws sehari 4-

48mg. Anak

sehari

0,117 mg/kgBB

atau sehari

3,33mg/m2 luas

permukaan dalam

dosis terbagi 3.

AUC ditingkatkan 2,5 kali oleh

aprepitant. Metabolisme dan

klirens diturunkan oleh

ketokonazol, klaritromisin,

eritromisin. Diltiazem meningkatkan AUC

metilprednisolon. Klirens

ditingkatkan oleh

karbamazepin, Efek

diturunkan oleh fenobarbital,

fenitoin, rifampisin

Dosis metilprednisolon iv

diturunkan 25%, dan oral 50%,

pada penggunaan bersama

aprepitant. Turunkan dosis

metilprednisolon hingga 50%

jika diberikan bersama

ketokonazol. Monitor efek

samping metilprednisolon jika

digunakan bersama diltiazem.

Tingkatkan dosis

metilprednisolon jika digunakan

bersama karbamazepin. Dosis

metilprednisolon diturunkan jika

diberikan dengan klaritromisin,

eritromisin, Monitor

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 153: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

70

penggunaan bersama

fenobarbital, fenitoin,

rifampisin terutama pada pasien

transplant

146 Omedoson

(Tablet)

Lihat

Dexamethasone

Lihat

Dexametha-

sone

Lihat

Dexamethasone

Lihat Dexamethasone Lihat Dexamethasone

147 Prednisone

(Tablet)

Prednisone 5 mg Pengobat

kolagen dan

kulit

dengankaitaan

untuk kasus

alergi,

inflamasi,

rematik,

Sehari 1-4 tablet Metabolisme dan klirens

diturunkan oleh ketokonazol,

klaritromisin, eritromisin

Efek diturunkan oleh

fenobarbital, fenitoin,

rifampisin, absorpsi

diturunkan oleh antasida yang

mengandung Al atau Mg dosis besar, Klirens

ditingkatkan oleh

karbamazepin,

Dosis prednison diturunkan jika

diberikan dengan klaritromisin,

eritromisin, ketoknazol Monitor

penggunaan bersama

fenobarbital, fenitoin,

rifampisin terutama pada pasien

transplant. Pemberian antasida

dan prednison diberi selang

waktu 2-3 jam, Tingkatkan dosis

prednison jika digunakan

bersama karbamazepin

148 Sanexon

(Tablet)

Lihat

Methylpredni-

solone

Lihat

Methylpredni-

solone

Lihat

Methylpredni-

solone

Lihat Methylprednisolone Lihat Methylprednisolone

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 154: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

71

18.5 OBAT MEMPENGARUHI TULANG

149 Calanatil

(Tablet)

Ca karbonat

(setara dengan

500 mg,

kolekalsiferol

133 iu)

Sebagai

supelmen

kalsium selama

masa

pertumbuhan

kehamilan dan

menyusui.

Pencegahan

oestoreoporosis

pada wanita

monopouse.

Sehari 1-3 tablet

kehamilandan

menyusui sehari

1-2 tablet.

Hiperfosfatemia

sehari 2-3 tablet

Meningkatkan resiko alkalosis

metabolik dan hiperkalemia

jika diberikan bersama

diuretik. Menurunkan efek

levotiroksin

Monitor kadar kalsium.

Levotiroksin dan Ca carbonat

diberikan denggan selang waktu

4 jam

150 Osteocal

(Tablet)

Lihat Calanatil Lihat Calanatil Lihat Calanatil Lihat Calanatil Lihat Calanatil

151 Osvion plus

(kapsul)

Vitamin

C,Vitamin D

mono sulfat, Zn

sulfat selenium

dioksida HCl,

Metsufonilmetan

at, kondroitin

sulfat

Memelihara

kesehatan

fungsi

persendiaan

dan bermanfaat

bagi penderita

osteoartritis

Sehari 1 kapsul Efek diturunkan oleh fenitoin,

karbamazepin, fenobarbital

Monitor penggunaan bersama

fenitoin, karbamazepin,

fenobarbital, dosis vitamin D

dapat ditingkatkan

19. OBAT KARDIOVASKULAR

19.1 ANTIANGINA

152 Adalat (Tablet) Nifedipin

5 mg,10 mg

Terapi dan

propilaksis

insufiensi

kororner akut

dan kronik

Dosis tunggal

sehari 3x5-10mg

Menurunkan klirens sertindole

sekitar 20%. Kadar

ditingkatkan oleh itrakonazol,

flukonazol, cilostazol,

simetidin. Kadar diturunkan

Dikontraindikasikan dengan

sertindole,rifampisin (beberapa

produsen) monitor penggunaan

bersama itrakonazol,

flukonazol, cilostazol,

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 155: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

72

oleh karbamazepin,

rifampisin, bioavailabilitas

diturunkan oleh St. John’s

Wort, bioavailabilitas

ditingkatan oleh eritromisin.

Fenobarbital menurunkan

AUC nifedipin (60%)

eritroomisin jika perlu turunkan

dosis nifedipin. Monitor

penggunaan bersama

karbamazepin, St. John’s

Wort, fenobarbital, jika perlu

dosis nifedipin dapat

ditingkatkan. Dosis nifedipin

dikurangi 40-50% jika diberikan

bersama simetidin

153 Gyliseryl

Trinitrate DBL

Gliseril trinitrat

50mg/amp

Mengontrol

hipertensi

sebelum,

selama dan

sesudah

operasi,

mengontrol

hipotensi

Larutkan dalam

NaCl 5% atau

Glukosa 5%.

Kadar maks

400mcg/ml.

sildenafil, tadalafil dan

vardenafil meningkatkan

resiko infark miokard dan

hipotensi,

Sildenafil, vardenafil digunakan

dengan selang waktu 24 jam

dengan nitrat, nitrat diberikan

minimal 48 jam setelah dosis

terakhir tadalafil

154 Isodril (Tablet

sublingual)

Isosorbid dinitrat

5m, 10 mg

Angina

pectoris

1-2 tablet

sublingual 5mg

setiap 2-3 jam

sildenafil, tadalafil dan

vardenafil meningkatkan

resiko infark miokard dan

hipotensi,

Sildenafil, vardenafil

digunakan dengan selang waktu

24 jam dengan nitrat, nitrat

diberikan minimal 48 jam setelah

dosis terakhir tadalafil

19.2 ANTIDISRITMIA

155 Kendaron Amiodaron HCl

200mg

Pengobatan

fibrilasi

verikular yang

berulang dan

tarkikardia

ventricular

yang tidak

Sehari 3x1 tab

selama seminggu

Meningkatkan efek depresi

jantung jika diberikan dengan

diltiazem atau verapamil. Meningkatkan kadar serum

siklosporin yang

menyebabkan nefrotoksisitas,

digoksin (2 kali lipat), fenitoin

Hindari penggunaan bersama

diltiazem atau verapamil. Monitor kadar siklosporin dan

fungsi ginjal, kurangi dosis awal

digoksin sepertiga atau

setengahnya jika diberikan

dengan amiodaron, kurangi dosis

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 156: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

73

stabil secara

hemodinamik

(4 kali lipat), meningkatkan

resiko miopati pada pengguna

simvastatin

fenitoin 25%-50%, gunakan

simvastatin maksimal 20

mg/hari jika menggunakan

amiodaron

19.3 ANTIHIPERTENSI

19.3.1 GOLONGAN ACE INHIBITOR

156 Captropil

(Tablet)

Kaptropil tab

12,5mg, 25mg,

50mg

Hipertensi

ringan samapai

dengan sedang

Dosis sehari awal

2x12,5mg, dosis

maksimum sehari

3x50mg. Anak

0,3mg/kgBB/hari

maks

0,6mg/kgBB/hr

Pemberian bersama obat

diuretik hemat kalium dan

preparat kalium menyebabkan hiperkalemia.

Efek dihambat oleh

penghambat enzim

siklooksigenase seperti

indometasin. Pemberian

bersama simetidin dapat

menyebabkan disfungsi

neurologik

Hati-hati pemberian bersama

obat diuretik hemat kalium

dan preparat kalium,

simetidin, indometasin.

Kombinasi dengan allopurinol

tidak dianjurkan terutama dengan

gagal ginjal kronik

157 Clonidin

(Tablet)

Klonidin HCl

0,25 mg

Hipertensi

ringan -sedang

Sehari

2x�

� tablet

Penggunaan bersama beta

bloker dapat menyebabkan

gejala putus obat jika clonidin

dihentikan tiba-tiba. Efek

diturunkan atau dihilangkan

oleh antidepresan trisiklik

Efek ini dikontrol dengan

menghentikan beta bloker

beberapa hari sebelum memulai

penghentian klonidin secara

bertahap. Monitor penggunaan

bersama antidepresan trisiklik,

dosis klonidin dapat ditingkatkan

158 Dexacap (Tab) Lihat Captopril Lihat Captopril Lihat Captopril Lihat Captopril Lihat Captopril

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 157: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

74

19.4 GLIKOSIDA JANTUNG

159 Digoksin

(Tablet)

Digoksin

0,25 mg

Jantung

kongestif,

fibrilasi atrium

proksimal dan

filter atrium.

Blok AV total,

dan BLOK AV

total aritmia

supra

ventikuler yang

disebabkan

oleh sindrom

wolf Parkinson,

hipersensitif

Dewasa sehari

3-6 tablet

Kadar serum ditingkatkan oleh

gentamisin, amiodaron,

itrakonazol, verapamil,

siklosporin, kotrimoksazol,

indometasin. Kortikosteroid meyebabkan penurunan kalium

yang dapat meningkatkan

resiko toksisitas digoksin.

Kadar diturunkan oleh St.

John’s worth sekitar 33%,

penisilamin (40-60%), AUC

diturunkan neomisin sekitar

50%

Monitor gejala toksisitas

digoksin jika diberikan dengan

gentamisin, itrakonazol,

siklosporin, kortikosteroid,

kotrimokszol, indometasin. Kurangi dosis awal digoksin

sepertiga atau setengahnya jika

diberikan dengan amiodaron,

dosis awal digoksin dikurangi

33%-50% jika digunakan dengan

verapamil. Kadar digoksin

dimonitor saat St. John’s worth

dimulai atau dihentikan. Monitor

kadar digoksin saat digunakan

neomisin, penisilamin dan

sesuaikan dosis jika perlu

19.5 OBAT UNTUK SYOK

19.5.1 INOTROPIK

160 Dopamin Dopamine HCl

10 mg,

20 mg/ml

Memperbaiki

keseimbangan

hemodinamik

pada kondisi

syndrome syok

Dosis rata-rata

50-120 mcg/mnt

Efek diantagonis oleh

antipsikotik termasuk

proklorperazin, Klirens

diturunkan oleh simetidin

Hindari penggunaan bersama

antipsikotik. Pertimbangkan

penurunan dosis dopamin jika

digunakan dengan simetidin

161 Inotrop Dobutamin HCl

25mcg/ml ampul

Pendukung

terapi inotropik

parenteral

jangka pendek

Infuse IV

2,5-

10mcg/kgBB/mnt

diencerkan

menjadi 50 ml.

Meningkatkan resiko

hipertensi jika diberikan

dengan linezolid

Monitor peningkatan tekanan

darah

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 158: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

75

19.6 PENURUN KOLESTEROL

162 Simvastatin

(Tablet)

Simvastatin

10mg 20 mg

Mengurangi

kadar

kolesterol total

dan LDL

sebagai

antikolesterol

primer ataupun

sekunder

Sehari 1x10 mg

(malam hari),

sehari 1x5 mg

maksimal sehari

40 mg

meningkatkan resiko miopati

pada pengguna amiodaron.

Kadar plasma ditingkatkan

oleh diltiazem, verapamil,

kadar diturunkan oleh

karbamazepin (80%)

gunakan simvastatin maksimal

20 mg/hari jika menggunakan

amiodaron, verapamil dan 40

mg/hari jika menggunakan

diltiazem. Peningkatan dosis

simvastatin mungkin diperlukan

pada pengguna karbamazepin

19.7 VASODILATOR

163 Citicoline Sitikolin

125 mg/ml

Kehilangan

kesadaran

akibat

kerusakan otak,

dan trauma

serebal, bedah

otak

1-2x100-500 mg Citicoline dapat meningkatkan

efek levodopa, carbidopa,

entacapone. Mekanisme

belum diketahui, tetapi uji

praklinik menunjukkan

citicoline dapat meningkatkan

kadar dopamin dalam otak dan

atau meningkatkan pertahanan

sel dopaminergik.

Monitor penggunaan bersama

levidopa, carbidopa,

entakapone

164 Vasodistal Sinepazid maleat

80 mg/2 ml

Arthritis Sehari 2 ampul - -

20. OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT

20.1 ANTIAKNE

165 Bioacne (gel) Setrimid 5 gr,

Sulpur 5 mg

Baik utuk

mencegah dan

menghilangkan

jerawat

Dioleskan 2-3x

sehari

- -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 159: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

76

166 Medi-Klin (gel) Solution gel

klindamisin

fosfat 1,2 %

Mengobati

akne vulgaris

Dioleskan pada

yang berjerawat

1-2x sehari

- -

167 Medi Klin (gel) Klindamisin

Fosfat 1,2%,

Tritinoin

0,025%

Mengobati anti

vulgaris yang

disertai lesi

inflamasi dan

komedo

tertutup dan

terbuka

Dioleskan pada

yang berjerawat

1xsehari

- -

20.2 ANTIBAKTERI

168 Cordeson Desomedo

5mg/gr (krim)

Pengobatan

dermatitis

atopic

Dioleskan pada

bagian kulit yang

radang

- -

169 Oxytetracyclne Oksitetrasiklin

HCl setara

dengan

Oksitetrasiklin

HCl 30mg/g

Infeksi-infeksi

kulit yang

disebabkan

oleh

mikroorganis-

me

Dioleskan sehari

2-3 kali pada

bagian kulit yang

sudah dibersihkan

- -

20.3 ANTIFUNGI

170 Canesten Krim dan cairan

clotrimazole 1%

Pengobatan

topical candida

albicans

Sehari 2-3 kali

dioleskan

- -

171 Daktarin Mikonazol nitrit

2%

Dermatosis

Mikosi dan

berbagai

infeksi jamur

superinfeksi

Dioleskan tipis

sehari 2x

Lihat Daktarin Oral Gel Lihat Daktarin Oral Gel

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 160: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

77

karena infeksi

gram +

172 Mycostatin Nistatin

100000 UI/g

Terapi

pencegahan

kandidiasis

pada kulit

Dioleskan tipis

sehari 2x

- -

20.4 ANTIVIRUS

173 Likovir Asiklovir 50% Infeksi herpes

simpleks

Dioleskan sampai

menutup lesi

selama 3jam

- -

20.5 ANTIINFLAMASI

20.5.1 ANTIEKZEM

174 Hydrocortisone Hidrokortisaone

asetat 2,5%

Menekan

reaksi radang

pada kulit yang

bukan

disebabkan

infeksi, alergi

kulit

Dioleskan sehari

2-3x sehari

Efikasi hipoglikemik oral dan

insulin dapat dihilangkan oleh

kortikosteroid topikal terutama

pada penggunaan jangka

panjang. Kortikosteroid dapat

meningkatkan kadar glukosa

darah dengan mengantagonis

dan menekan sekresi insulin,

yang menyebabkan

penghambatan ambilan

glukosa perifer dan

meningkatkan

glukoneogenesis.

Kortikosteroid topikal dapat

diabsorpsi secara sistemik, hal

ini dipengaruhi oleh alat dan

konsentrasi sediaan, luas area

Gunakan selama maksimal 2

minggu. Monitoring kontrol

glikemik jika hidrokortisson

diberikan pada jangka panjang

dan pada area pemakaian yang

luas pada pasien diabetes

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 161: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

78

pemakaian, integritas kulit, dan

durasi penggunaan.

Penggunaan pembalut pada

area yang diolesi

kortikosteroid juga dapat

meningkatkan absorpsi

perkutan.

20.6 ANTISKABIES

175 Talacyn Balsam peru

20mg sulphur

precipitatum

32 mg

Gatal karena

biang dan

penyakit kulit

Sekali pemakaian - -

20.7 Lain-lain

176 Albothyl Plikrosulen

3,6 mg/ml,

90 mg/ovula,

18 mg/ml gel

untuk

keputihan,

epikstatits,

stokmatitis,

polipektomi,

tonsilektomi

Sesuai pemakaian - -

177 Herocyn Balsem peru 2%, Untuk

mengobati

gangguan

seperti biang

keringat.

sehari beberapa

kali, ditaburkan

pada tempat yang

sakit setelah di

bersihkan.

- -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 162: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

79

178 Kalpanax Cairan: asam

salisilat 4%,

asam benzoate

4%, povidon

iodida 0,5%,

salep: asam

salisilat 4%,

asam benzoate

4%, povidon

iodide 10%.

Cairan: panu,

kadas dan lain-

lainnya,jamur

pada kulit,

salep: kutu air,

panu, kadas

atau kurap.

Dioleskan pada

kulit yang suda

dibersihkan

- -

179 Konicare Perubalsem

20%,

mentol 1,2 %,

seng oksida

4,5%,

asam salisilat

0,8%,

sulphur

presipitat 3,2%,

kamfer 0,18%,

kalamin 10%,

mentol 0,01%,

seng oksida 2%,

kamfer 0,05%.

Gatal-gatal,

biang keringat,

serta gangguan

kulit lain.

Oleskan bagian

yang nyeri

merata, gosok

sampai meresap

ke dalam kulit,

bila perlu

pemakaian dapat

di ulang sampai

sehari 3x.

- -

180 Melanox forte Hidrokuinon

4%.

Hiperpegmenta

si kulit, noda

hitam.

Oleskan sehari 1x

pada malam hari,

gunakan krim

pelindung sinar

matahari pada

siang hari.

- -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 163: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

80

181 Minyak angin

cap kapak.

Mentol 20%,

kamfer 5%,

minyak

eucalyptus 15%,

minyak esensial

12%,

metil salisilat

15%.

Menghilangkan

dengan segala

rasa sakit pada

rematik, mual

dalam

perjalana

,pilek,keselio,i

nfluenza, sakit

urat saraf, sakit

gigi,sakit otot,

badan lesu,

gatal digigit

serangga.

Oleskan 1-2 tetes

pada bagian yang

sakit.

- -

182 Minyak telon Cajuput oil

0,45ml,

coconut oil

0,5ml,

anise oil

0,05ml/ml

Menghangat-

kan kulit dan

menghilangkan

rasa pegel-

pegel.

Gunakan

secukupnya.

- -

183 Neu ultrasin Klorfenesin

5mg/g serbuk.

Biang

keringat,gatal

mencegah kulit

lecet karna

terlalu lama

berbaring.

Taburkan atau

gosokkan pada

bagian kulit yang

di kehendaki,

sehari 2-3 kali

atau sehabis

mandi.

- -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 164: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

81

21. LARUTAN ELEKTROLIT NUTRISI DAN LAIN LAIN

21.1 ORAL

184 Oralit natrium klorida

0,52 g,

kalium klorida

0,3g,

trinatrium sitrat

hidrat 0,58g,

glukosa

anhidrat2,7g

untuk 1 gelas

air.

Mencegah dan

mengobati

kurang cairan

akiat diare,

mencret dan

muntaber.

Anak di bawah 1

thn, sampai 3 jam

pertama 1½ gelas,

selanjutnya

½ gelas setiap kali

mencret.

- -

21.2 PARENTERAL

185 Renosan Asam amino

8%,

rasio fischer

37,5 osmolaritas

700 mOsmol/L,.

Terapi

ensolopati

hepatica pada

penderita

penyakit hati

kronis.

Dewasa

500 ml-1000

ml/dosis.

- -

22. OBAT UNTUK MATA

22.1 SISTEMIK

186 Opibright Ekstrak billberry

80 mg, beta

karoten 5 mg,

retinol 1,600 UI,

vit-E 40 mg.

Membantu

kesehatan

mata.

Sehari 2-3 x 1 tab. - -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 165: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

82

22.2 TOPIKAL

22.2.1 ANTIMIKROBA

187 Baquinor tetes

mata

Siprofloksasin

3 mg/ml.

Tukak kornea

disebabkan

S. aureus,

S. epidermidis.

2 tetes tiap 15

menit, untuk 6

jam pertama,

selanjutnya 2 tetes

tiap 30 menit

untuk hari

pertama, hari ke

dua 2 tetes tiap

jam.

- -

188 Cendoxitrol Deksametason

0,1 %,

neomisin 3,5 mg

polimiksin –B-

sulfat

6000 UI/ml.

Infeksi bakteri

peka neomisin

dan polimiksin,

tidak bernanah,

tukak kornea.

1-2 tetes 6 kali

sehari

- -

189 Gentamycin Gentamisin

sulfat 0,3 %

mata.

Infeksi mata

yang sensitive

terhadap

gentamycin.

tiap 4 jam 1-2

tetes pada mata

yang sakit, dapat

di tingkatkan 2

tetes tiap jam.

- -

190 Kloramixin Kloramfenikol

0,2%,

polimiksin B

sulfat

2,500 IU/ml.

Pengobatan

infeksi mikroba

yang pekak

terhadap

kloramfenikol

dan polimiksin

pada mata.

Sehari

4-6 x1-2 tetes.

Chloramphenicol dapat

meningkatkan kadar fenitoin

dalam serum sehingga dapat

menyebabkan toksisitas. Selain

itu, fenitoin juga dapat

meningkatkan atau

menurunkan kadar serum

kloramfenikol. Absorpsi

Hindari kombinasi dengan

fenitoin jika mungkin. Pasien

harus dimonitor tanda dan gejala

toksisitas hidantoin seperti

gangguan penglihatan,

mengantuk, perubahan status

mental, kejang, nausea atau

ataksia dan monitor kadar

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 166: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

83

sistemik sediaan ophtalmik

secara signifikan mungkin

dapat menyebabkan hal yang

sama.

fenitoin.

191 Sagestam tetes

mata

Lihat

Gentamycin

Lihat

Gentamycin

Lihat Gentamycin Lihat Gentamycin Lihat Gentamycin

22.2.2 ANTIINFLAMASI

192 Flamar Natrium

diklofenak

1mg/ml.

Pengobatan

inflamasi

setelah operasi

katarak.

Dewasa: Sehari

3x1 tetes segera

setelah di operasi,

kemudian sehari

3-5x1 tetes jika di

perlukan.

Penggunaan bersama

kortikosteroid ophtalmik dapat

memperlambat penyembuhan

Hindari penggunaan bersama

kortikosteroid ophtalmik

193 Insto Tetrahidrozolin

HCL 0,05%,

benzalkonium

chloride 0,01%.

Mata lelah,

mata merah,

mata perih dan

mata gatal

karena iritasi

debu,asap

,angin,banyak

membaca,setel

ah berenang,

menonton

tv,lama

mengemudi.

2-3 tetes pada

setiap mata,

sehari 3-4x.

- -

194 Rohto Lihat Insto Lihat Insto Lihat Insto Lihat Insto Lihat Insto

195 Visine Lihat Insto Lihat Insto Lihat Insto Lihat Insto Lihat Insto

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 167: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

84

22.2.3 MIDRIATIK

196 Cendocarpine Pilokarpin HCl

1%,2%,4%

Antiglaucoma

simplek kronis.

2 tetes 3-4 kali

sehari

- -

21.2.5. LAIN-LAIN

197 Vitrasin Tetrahidrozolin

HCl 0,5 mg/ml

tts mata.

Mata

lelah,mata

merah, mata

perih dan gatal,

iritasi debu,

asap, angin,

banyak

membaca,

setelah

berenang.

Sehari

3-4 x 2 tetes.

- -

23. UTEROTONIK DAN RELAKSAN UTERUS

23.1 UTEROTONIK

198 Prostin E2 Dinoproston

3mg.

Induksi

persalinan

1 tab kedua dapat

dimasukan setelah

6-8 jam jika

kelahiran tidak

terjadi.

Penggunaan bersama agen

oxytocic dapat menimbulkan

hipertonus rahim yang dapat

menyebabkan ruptur rahim

atau cervical laceration.

Prostaglandin, terutama tipe

E, dapat mempotensiasi respon

uterin terhadap oksitosin dan

meningkatkan resiko

hiperstimulasi uterin dan

ruptur. Mekanismenya belum

diketahui

Penggunaan bersama agen

oxytocic dikontraindikasikan.

Infus Oksitosin tidak boleh

dimulai setidaknya 6-12 jam

setelah penggunaan dinoprostone

vaginal gel (6-12 jam untuk

Prepidil Gel dan 12-24 jam untuk

Prostin E2 Vaginal Gel) atau

30 menit setelah pelepasan

dinoprostone vaginal insert.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 168: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

85

23.2 RELAKSAN UTERUS

199 Yutopar Ritodrin HCl

10mm/tab,

10g/ml.

Persalinan

prematur

(setelah

minggu ke 16).

Infus IV awal

0,05 mg/mnt.

dosis efektif:

0,15-0,35mg/mnt.

Penggunaan beta bloker

nonselektif dengan ritodrine

(beta-2 agonis) dapat

menimbulkan efek antagonis,

menghilangkan efikasi salah

satu atau kedua obat.

Meningkatkan resiko aritmia

ventrikular jika diberikan

bersama agonis beta-2

adrenergik

Secara umum, penggunaan beta

bloker dan ritodrine sangat

jarang. Beta bloker selektif (e.g.

acebutolol, atenolol, betaxolol,

bisoprolol, metoprolol) dapat

digunakan jika penggunaan beta

bloker tidak dapat dihindarkan.

Monitor ECG dan kadar

elektrolit serum jika diberikn

dengan agonis beta-2

24. PSIKOFARMAKA

24.1 ANTIANSIETAS DAN ANTIINSOMNIA

200 Diazepam

(Tablet)

Diazepam 2mg,

5mg/tab,

5 mg/ml inj.

Kejang otot. <6 thn: 3x1-2

mg/hari, 6-14 thn:

3x2-4 mg/hari,

Dewasa: dosis

lazim: 3x2-5

mg/hari bila perlu

dosis dapat

ditingkatkan

sampai maksimal

3x10 mg

Alkohol meningkatkan level

plasma diazepam dan

mempercepat absorpsi

diazepam sehingga

meningkatkan toksikasi

diazepam, diazepam

menghambat metabolisme

ketamin, diazepam

meningkatkan konsentrasi

plasma maksimum

bupivacaine, tetapi laju

eliminasinya juga meningkat,

penggunaan bersama opiat

dan benzodiazepin lain meningkatkan efek sedasi,

analgetik dan depresi

pernapasan, opiat mengurangi

Penggunaan bersama fenitoin

tidak perlu dihindari, tetapi harus

selalu dimonitor level fenitoin

serum, dosis diazepam dikurangi

jika dikombinasikan dengan

valproat, disulfiram, simetidin,

valdecoxib, kontrasepsi oral

dan isonazid

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 169: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

86

laju absorpsi diazepam,

diazepam mengurangi efek

levodopa, fenitoin mengurangi level serum

diazepam, valproat,

disulfiram, dan simetidin meningkatkan level plasma

diazepam, diazepam dihambat

metabolismenya oleh

valdecoxib, kontrasepsi oral

dan isonazid

201 Renaquin

(Tablet)

Lorazepam 1mg. Trankuilizer

minor.

Sehari 2-3x 1mg. Moxonidine meningkatkan

gangguan kognitif yang

disebabkan oleh lorazepam

Informasikan kepada pasien

mengenai efek potensial, hindari

mengemudikan kendaraan.

202 Xanax (Tablet) Alprazolam

0,25 mg, 0,5mg,

1 mg.

Gangguan ke

cemasan, gejala

kecemasan.

Kecemasan dosis

awal: sehari 3x

0,25-0,50 mg,

dosis biasa sehari

0,50-4mg, di

berikan dalam

beberapa kali

pemberian.

Efek benzodiazepin

ditingkatkan dan diperlama

oleh ketokonazol,

itrakonazol. Karbamazepin meningkatkan klirens oral dan

waktu paruh alprazolam. Kadar

alprazolam ditingkatkan oleh

eritromisin, indinavir.

Delavirdine meningkatkan

kadar alprazolam dengan

menghambat CYP3A4

Monitor penggunaan bersama

ketokonazol, itrakonazol, bila

perlu turunkan dosis alprazolam,

Agen hipnotik lain mungkin

diperlukan atau tingkatkan dosis

alprazolam jika diberikan

bersama karbamazepin.

Alprazolam dapat diturunkan

dosisnya 50-75% jika diberikan

bersama eritromisin.

Dikontraindikasikan dengan

delavirdine, indinavir

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 170: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

87

24.2 ANTIDEPRESI DAN ANTIMANIA

203 Kalxetin Fluoksetin HCl

setara dengan

fluoksetin

10 mg,20mg.

Depresi Sehari 20 mg,

maksimal sehari

80 mg.

Meningkatkan efek

hipoglikemia dari

antidiabetik. Menyebabkan

kardiotoksisitas jika diberikan

bersama antihistamin.

Menyebabkan delirium jika

diberikan bersama

antimuskarinik. Meningkatkan kadar

bupoprion, karbamazepin.

Menyebabkan sindrom

serotonin jika diberikann

dengan linezolid, MAOI

Monitor kadar gula darah saat

awal dan ketika fluoksetin

dihentikaan jika digunakan

bersama antidiabetik. Hindari

penggunaan bersama

antihistamin. Monitor

penggunaan bersama

antimuskarinik. Bupoprion dimulai dengan dosis rendah.

Monitor kadar karbamazepin.

Hindari penggunaan bersama

linezolid, atau monitor tekanan

darah dan gejala sindrom

serotonin. Penggunaan MAOI

setelah fluoksetin dihentikan

diberi jangka waktu 5 minggu

dan 2 minggu jika MAOI

dihentikan dan fluoksetin

dimulai.

24.3 ANTIPSIKOSIS

204 Trizine Trifluoperazina

HCL setara

dengan

trifluoperazine

1mg, 5 mg/tab.

Cemas, tegang,

gelisah pada

neurosis

Sehari 2x1-2 mg

maks 6 mg

Meningkatkan efek samping

neurotoksisitas dan keparahan

ekstrapiramidal jika diberikan

dengan litium

Monitor penggunaan bersama

litium, jika keparahan

neurotoksisitas muncul, hentikan

salah satu obat

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 171: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

88

24.4 ANTI ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

205 Prohiper 10 Metilfenidat

HCL 10 mg.

Pada orang

yang kurang

perhatian,

sindrom

prilaku.

Anak <6 thn:

dosis awal sehari

2x5 mg, dewasa

20-30 mg dalam

2-3 dosis terbagi,

dianjurkan 30-40

menit sebelum

makan.

Alkohol meningkatkan kadar

metilfenidat dan meningkatkan

efek terhadap CNS. Efek

antihipertensi guanetidin

dikurangi atau dihilangkan

oleh metilfenidat

Hindari penggunaan alkohol,

guanetidin

25. RELAKSAN OTOT PERIFER DAN PENGHAMBAT KOLINESTERASE

25.1 PENGHAMBAT NEUROMUSKULAR

206 Rizonax (Tablet) Eperison HCL

50 mg.

Terapi

simtomatik

pada kondisi

yang

berhubungan

dengan spasme

muskuloskele-

tal

Dewasa: Sehari

3x1 tab.

Dengan metokarbamol dan

tolperison dapat menyebabkan

gangguan akomodasi visual

Hindari penggunaan bersama

metokarbamol dan tolperison

25.2 OBAT UNTUK MISTENIA GRAVIS

207 Mestinon

(Tablet)

Piridostigmin Br

60 mg.

Meastenia

gravis

Dewasa: Sehari

30-120 mg, anak

6-12 thn sehari

60 mg.

Meningkatkan kerja derivat

morfin dan barbiturat

Hindari penggunaan bersama

derivat morfin dan barbiturat, atau sesuaikan dosis.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 172: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

89

26. OBAT UNTUK SALURAN CERNA

26.1 ANTASIDA DAN ULKUS

208 Alucol dan

magnesium

trisilikat

Al –hidroksida

koloidal 250 mg,

Mg-trisilikat

250 mg.

Mengurangi

asam lambung,

tukak usus 12

jari.

Dewasa: 3x1 tab

sebelum makan

atau 1-2 jam

setelah makan.

Lihat Mylanta Lihat Mylanta

209 Antasida Doen Aluminium

hidroksida gel

kering yang

setara dengan

aluminium

hidroksida

200 mg,

magnesium

hidroksida

200 mg.

Obat sakit

maag, untuk

mengurangi

nyeri lambung

yang di

sebabkan oleh

kelebihan asam

lambung

dengan gejalah

mual dan perih.

Dewasa: Sehari

3-4x 1-2 tab,

anak 6-12 thn

sehari

3-4 x ½ -1 tab.

Lihat Mylanta Lihat Mylanta

210 Cimetidine Simetidin

200 mg.

Pengobatan

jangka pendek

tukak usus 12

jari, tukak

lambung,

pencegahan

perdarahan

saluran cerna

atas.

Untuk tukak

husus 12 jari :

800mg/hari saat

makan dan malam

sebelumpemelihar

aan tukak usus 12

jari: 400mg

malam hari

sebelum tidur,

tukak lambung,

800mg 1x

sebelum tidur.

Meningkatkan kadar warfarin,

fenitoin, teofilin, lignokain,

antiaritmia, benzodiazepin,

beta bloker, vasodilator dalam darah

Monitor penggunaan bersama

benzodiazepin, ingat efek sedasi

dapat bertambah. Monitor

penggunaan bersama beta

bloker, dosis beta bloker dapat

disesuaikan atau gunakan

famotidin, ranitidin sebagai

pengganti simetidin, Monitor

toksisitas lignokain, Monitor

kadar fenitoin dan sesuaikan

dosis, Monitor kadar teofilin saat

simetidin dimulai atau dihentikan

atua gunakan ranitidin atau

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 173: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

90

famotidin. Monitor INR saat

simetidin dimulai atau dihentikan

jika diberikan dengan warfarin

atau gunakan ranitidin atau

famotidin

211 Dexanta Al- hidroksida

200 mg,

Mg- hidroksida

setara dengan

Mg-oksida

200 mg,

dimetilpolisiloks

an aktif

20mg/5ml atau

tiap tab.

Tukak lambung

dan perut

kembung, dan

nyeri ulu hati.

Sehari 5-10 ml

susp, diantara

makan dan akan

tidur.

Lihat Mylanta Lihat Mylanta

212 Magalat Magaldrat

480 mg,

simetikon

20 mg/tab,

magaldrat

540 mg,

simetikon

20 mg/ml.

Gangguan

lambung

karena

hiperasiditas

dengan atau

tanpa rasa

kembung.

1-2 tab atau

1,2 sdt sehari

3-4x.

Lihat Mylanta Lihat Mylanta

213 Magasida Aluminium,

magnesium

hidroksida gel

kering 461 mg,

simetikon

20 mg, tiap tab

kunyah atau

5 ml suspensi.

Tukak lambung

dan usus 12

jari, perut

kembung karna

gas di dalam

perut.

1-2 tab

Setelah makan

dan sebelum

tidur.

Lihat Mylanta Lihat Mylanta

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 174: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

91

214 Mylanta Al- hidroksida

gel kering

200 mg,

Mg- hidroksida

200 mg,

simetikon

20 mg/ml atau

tab.

Mengurangi

gejala yang

berhubungan

dengan

kelebihan asam

lambung, nyeri

ulu hati.

Dewasa: 1-2 sdtk

atau 1-2 tab,

sehari 3-4x.

Anak 6-12 thn,

½ -1 sdtk atau

½ -1 tab, sehari

3-4x, diminum

1 jam setelah

makan dan

menjelang tidur.

Mempengaruhi absorbsi Fe,

tetrasiklin, INH, digoksin, Peningkatan pH urin

menyebabkan retensi kuinidin

yang dapat menyebabkan

toksisitas

Tetrasiklin diminum 1 jam

sebelum atau 2 jam setelah

antasida, Jangan minum antasida

dengan sediaan Fe bersamaan,

Antasida diminum 1 jam setelah

INH, pemberian dengan

digoksin diberi selang waktu 1-2

jam, Sesuaikan dosis kuinidin,

215 Omeprazol Omeprazol

20 mg.

Pengobatan

jangka panjang

tukak husus,

dan tukak

lambung.

Dewasa: Sehari

1x 20-40 mg.

Menurunkan bioavailabilitas

ketokonazol(AUC berkurang

80%), Meningkatkan AUC

3,4-dehydro-cilostazol

(metabolit yang 4-7 kali lebih

aktif dari cilostazol) sekitar

70%. Mengurangi kadar

atazanavir dan nelfinavir.

Fluvoxamine menghambat

metabolisme omeprazol,

Meningkatkan kadar

escitalopram sebesar 50%

Tingkatkan dosis ketokonazol.

Turunkan dosis cilostazol hingga

50%. Hindari penggunaan

bersama atazanavir atau

gunakan dosis atazanavir 400 mg

dan 20 mg omeprazol atau

omeprazol diberikan 12 jam

sebelum atazanavir. Nelfinavir

dikontraindikasikan dengan

omeprazol. Monitor efek

samping jika digunakan bersama

Fluvoxamine, dosis

escitalopram disesuaikan

216 Promag Hidrotalsit

200mg, mg-

hidroksida 15

mg, simetikon.

Kelebihan

asam lambung,

perut kembung,

perut sakit dan

kolik,

Dewasa:1-2 tablet

kunyah Anak: ½--

1 tablet kunyah

diberikan 3-4 kali

sehari

Mengurangi absorpsi

simetidin dan tetrasiklin

Antasida diminum 1 jam setelah

simetidin. Tetrasiklin diminum

1 jam sebelum atau 2 jam setelah

antasida

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 175: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

92

217 Ranitidine Ranitidine

150 mg/ tab,

25mg/ml inj.

Ulkus

duodenum

aktif, gaster

benigna aktif,

refluks

esofagitis

Dewasa: Oral:

sehari

2x1

tab.menjelang

tidur malam hari

selama

4-8 minggu.

Menurunkan klirens warfarin,

prokainamid, N-

asetilprokainamid. Meningkatkan absorbsi

midazolam tetapi menurunkan

absorbsi cobalamin

Monitor toksisitas prokainamid,

N-asetilprokainamid,

midazolam cobalamin, Monitor

INR saat ranitidin dimulai atau

dihentikan jika digunakan

bersama warfarin.

218 Zeprazol Lihat

Omeprazole

Lihat

Omeprazole

Lihat Omeprazole Lihat Omeprazole Lihat Omeprazole

26.2 ANTIEMETIK

219 Antimo Dimenhidrinat

50 mg,

dimenhidrinat

12,5 mg/sachet.

Mabuk

perjalanan

Dewasa: 1 tab

8-12 thn: ½ tab

5-8 thn: ¼ tab.

Meningkatkan efek sedasi dari

obat penekan SSP

Hindari penggunaan bersama

obat penekan SSP

220 Domperidone Domperidon

10 mg.

Mual dan

Muntah

Sehari 3x1 tab. Mengurangi efek

bromokriptin dalam

penurunan prolaktin,

Monitor efikasi bromokriptin

dan agonis dopamin lain. Domperidon merupakan

antiemetik pilihan untuk

Parkinson

221 Vometa Lihat

Domperidone

Lihat

Domperidone

Lihat

Domperidone

Lihat Domperidone Lihat Domperidone

26.3 ANTIPASMODIK

222 Librax Klordiazepoksid

5 mg,

klidinum

bromida 2,5 mg,

279 mg

karbohidrat.

Terapi

tambahan

paska

pengobatan

tukak petik dan

sindrom perut.

Lazim oral: sehari

1-4x1 atau 2 tab

sebelum makan.

Meningkatkan kadar fenitoin.

Efek dapat dihilangkan oleh

rifampisin

Monitor gejala toksisitas

fenitoin. Hindari penggunaan

bersama rifampisin, dapat

digunakan tonazepam,

lorazepam, dan oxazepam

sebagai pengganti

klordiazepoksid.

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 176: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

93

26.4 OBAT UNTUK DIARE

223 Biodiar Attapulgit

630 mg.

Antidiare. Dewasa:

Maksimum sehari

6 tab.

Menurunkan kerja

ipecacuanha dan emetik

lainnya, hipoglikemik oral,

antikoagulan, antagonis

vitamin K, PABA, prokain, Menyebabkan potensiasi efek

antikolinergik dari

antihistamin, antidepresan,

antipsikotik, antiparkinson

Hindari penggunaan attapulgite

dengan obat lain secara

bersamaan atau dengan selang

waktu 2 jam

224 Diapet Ekstrak psidii

folium 23,5 %,

ekstrak

curcumadomesti

cae rhizome

12,5%, \

ekstrak coix

lacrima jobi

semen 18%,

ekstrak

phellodendri

radix 23 %,

ekstrak coptidis

rhizome 23%.

Mengobatkan

mencret dan

memadatkan

kembali feces

yang cair,

mengatasi rasa

mulas.

Dws dan anak

sehari 2-3x2 kap,

untuk

penyembuhan

diare akut 2x2

kap.

- -

225 Nifural Nifuroxazide

250 mg/5ml

sirup.

Diare akut pada

dewasa, diare

yang di

sebabkan oleh

E. coli.

Sehari

3-4x 1-2 sdtk,

anak lebih dari 6

bulan sehari

3x1 sdtk , kurang

dari 6 bulan

- -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 177: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

94

sehari 2x1 sdtk.

26.5 LAKSATIF

226 Dulcolax Bisakodil

10 mg/suppos,

5 mg/suppos.

Sembelit,

menghilangkan

rasa nyeri pada

buang air

besar, sebelum

dan setelah

operasi.

Dewasa: Sehari

1x1 supositoria,

jika perlu.

Pada dosis tinggi, resiko

gangguan keseimbangan

elektrolit meningkat pada

penggunaan bersama diuretik

dan adenokortikoid

Hati-hati pada penggunaan

bersama diuretik dan

adenokortikoid

26.6 LAIN-LAIN

227 Laktobion Laktoferin

100 mg,

laktulosa

100 mg,

bifidobacteria

100 juta sel.

Mengatur

sistem imun,

memperbaiki

flora usus.

Maksimal Sehari

6 tab.

- -

27 OBAT UNTUK SALURAN NAFAS

27.1 ANTIASMA

228 Asmadex Teofilin anhidrat

130 mg, efedrin

HCL 10 mg.

Asma

bronchial, asma

bronchitis,

kejang

bronkus, alergi.

Dewasa: Sehari

3x1-2 tab, anak

sehari 2-3x ½ -1

tab.

Klirens dikurangi oleh

asiklovir (30%), disulfiram.

Klirens ditingkatkan

rifampisin (45%), Efek

ditingkatkan oleh allopurinol,

kadar serum ditingkatkan

simetidin (1/3), eritromisin,

mexiletine, Pentoxifyllin

(30%), kuinolon,

fluvoxamine, Kadar litium

serum dikurangi 20- 30% oleh

Waspada toksisitas teofilin jika

diberikan dengan asiklovir,

simetidin, allopurinol,

kuinolon, Pentoxifyllin,

fluvoxamine, Gunakan

famotidin atau ranitidin sebagai

pengganti simetidin. Monitor

kadar teofilin jika digunakan

bersama disulfiram dan dosis

teofilin dapat diturunkan.

Monitor kadar litium. Monitor

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 178: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

95

teofilin dimana dapat

menyebabkan relaps. Kadar

diturunkan oleh fenobarbital,

fenitoin, ritonavir (57%),

kadar teofilin setelah 48 jam dan

sesuaikan dosis jika diberikan

dengan eritromisin. Dosis

teofilin diturunkan 50% jika

diberikan bersama mexiletine.

Monitor kadar teofilin saat

fenobarbital dimulai atau

dihentikan. Monitor kadar

teofilin jika digunkan bersama

rifampisin, ritonavir,

Pemberian teofilin dan fenitoin

diberi jangka waktu 1-2 jam

229 Ephedrine HCL Efedrin HCL Asma,

bronchitis,

emfisema.

Dewasa: sehari 1

- 3 tablet

Efek antihipertensi

guanethidine dapat dikurangi

atau dihilangkan oleh

ephedrine. Menyebabkan krisis

hipertensi jika diberikann

bersama penghambat MAO-

B, MAOI, moclobemide

Hindari penggunaan bersama

guanethidine, penghambat

MAO-B, MAOI, moclobemide

230 Lasal Salbutamol

sulfat 2 mg.

4 mg,/kap,

2 mg/5 ml sirup,

0,5 mg/ml inj.

Asma

bronchial, dan

penyakit paru

lain.

Kap sehari 3-4x,

dws 2-4 minggu,

anak 6-12 thn,

0,1-0,2

mg/kgBB/hari.

Penggunaan bersama teofilin

merupakan pilihan pada

manajemen asma dan penyakit

obstruksi paru kronik, tetapi

potensiasi efek samping juga

muncul. Efek samping paling

serius adalah hipokalemia dan

takikardia, terutama jika

digunakan teofilin dosis besar

Kadar kalium harus dimonitor

terutama pasien dengan dosis

besar iv

231 Neo napacin Lihat Asmadex Lihat Asmadex Lihat Asmadex Lihat Asmadex Lihat Asmadex

232 Salbutamol Lihat Lasal Lihat Lasal Lihat Lasal Lihat Lasal Lihat Lasal

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 179: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

96

27.2 ANTITUSIF

233 Benadryl DMP Difenhidramin

HCL 5 mg,

Dekstrometorfan

HBr 7,5 mg/5ml.

Meringankan

batuk dan

pilek.

Tiap 4-6 jam.

Dws 10 ml,

4-12 thn: 5-10 ml,

2-4 thn:2,5ml.

Lihat Dextromethorphan.

Meningkatkan efek sedasi jika

diberikan dengan alkohol

Lihat Dextromethorphan. Hindari

aktivitas mengemudi

234 Decadryl DHB Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP

235 Dextromethor-

phan

Dekstromethorp

han HBr

15 mg/tab dan

10 mg/5 ml

sirup.

Meringankan

batuk tidak

berdahak, atau

menimbulkan

rasa sakit.

Tab dws dan anak

>12 thn, sehari

3x 1 tab,

anak6-12 thn

3x ½ -1 sendok

teh sehari.

Menyebabkan sindrom

serotonin jika diberikan

dengan penghambat MAO-B

non selektif, MAOI.

Moclobemide menghambat

metabolisme

dextromethorphan dan dapat

menyebabkan reaksi CNS

parah. Kadar plasma

ditingkatkan oleh kuinidin

Kontraindikasi dengan

rasagiline, MAOI,

Moclobemide. Monitoring

penggunaan bersama kuinidin

236 Ikadryl DMP Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP

237 Komix Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP

238 Konidin Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP

239 Sanadryl DMP Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP

240 Wood antitusif Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP

241 Yekadryl extra Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl

DMP

Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013

Page 180: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351395-PR-Rahmi Ramdanis-Laporan.pdflib.ui.ac.id

97

27.3 MUKOLITIK DAN EKSPEKTORAN

242 Bisolvon Bromheksin

HCL

4 mg/5 ml.

Eliksir

2 mg/5 ml,

inj 8 mg.

Paru meradang

kronik,

merangsang

pembentukan

dahak.

Eliksir dws sehari

3x10 ml, anak

sehari 3x 5 ml,

bayi dan anak

kecil sehari

3 x 2,5 ml.

- -

Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013