asty wahyuni feb

110

Click here to load reader

Upload: deckyrivan

Post on 24-Jan-2016

189 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

pajak

TRANSCRIPT

Page 1: Asty Wahyuni Feb

i

KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI E-NOFA (ELECTRONIC

NOMOR FAKTUR) DENGAN PENINGKATAN PELAPORAN WAJIB

PAJAK BADAN DI KPP WAJIB PAJAK BESAR DUA

(Studi Kasus Observasi KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

ASTY WAHYUNI

1110082000155

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: Asty Wahyuni Feb

ii

KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI E-NOFA (ELECTRONIC

NOMOR FAKTUR PAJAK) DENGAN PENINGKATAN PELAPORAN

WAJIB PAJAK BADAN DI KPP WAJIB PAJAK BESAR DUA DI

JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

ASTY WAHYUNI

NIM.1110082000155

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Fitri Damayanti, SE,M.i

NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19810731 200604 2 003

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 3: Asty Wahyuni Feb

iii

iii

Page 4: Asty Wahyuni Feb

iv

iv

Page 5: Asty Wahyuni Feb

v

SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Asty Wahyuni

NIM : 1110082000155

Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi : Implementasi Antara E-Nofa (Electronic Nomor Faktur

Pajak) dengan penigkatan pelpaoran wajib pajak badan di

KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri

yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya serta bukan

merupakan replikasi atau saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur

dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan

serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di

kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 23 Maret 2015

Asty Wahyuni

NIM 1110082000155

Page 6: Asty Wahyuni Feb

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Asty Wahyuni

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Sorowako, 21 Februari 1991

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pangrango F. 245 Lawewu Luwu Timur

Sulsel

Telepon : 082349525910 / 087884913847

E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN

SDN 425 Nikkel Sorowako : 1997 – 2003

SMP Yapman Sorowako : 2003 – 2005

SMA YPS Sorowako : 2005 – 2008

UNM Makassar : 2008 – 2010

UIN Syarif Hidaytullah : 2010 – 2015

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Achsam Hasan Saleh

Tempat/Tanggal Lahir : Matano, 7 November 1989

Ibu : Ummi Rosidah

Tempat/Tanggal Lahir : Cimpu, 9 November 1989

Alamat : s.d.a

Anak ke dari : 1 dari 5 bersaudara

Page 7: Asty Wahyuni Feb

vii

CORRELATION BETWEEN THE IMPLEMENTATION OF E-NOFA

(ELECTRONIC TAX INVOICE NUMBER) TAXPAYERS WITH IMPROVED

REPORTING IN THELARGE TAXPAYER OFFICER WAJIB PAJAK

BESAR DUA OF CENTRAL JAKARTA

ABSTRACT

This research is aimed to look at the direction of the relationship between

the implementation of e-Nofa (electronic tax invoice number) with increased

reporting of corporate taxpayers in the Large Taxpayer Officer Wajib Pajak

Besar Dua of central Jakarta.The sample of this research is a data report the

notice letter last four years ranging from 2011 to 2014.Data used in the form of

secondary data obtained directly from the KPPWajib Pajak Besar Dua of central

Jakarta.This research uses product moment correlation analysis.

The results of this research indicate that the direction of the relatinship

implementation of e-Nofa relationship (electronic tax invoice number) is a strong

positive for the compliance report, underpayment, overpayment and strong

negative nil to report that overall it can be concluded that the implementation of

e-Nofa have a positive impact for the Large Taxpayer Officer Wajib Pajak Besar

Dua of central Jakarta.Broadly speaking, the independent and dependent

variables of this research have a strong relationship and mutually influence each

other.

Keywords: implementation of E-Nofa and Improved Reporting taxpayer

Page 8: Asty Wahyuni Feb

viii

KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI E-NOFA (ELECTRONIC

NOMOR FAKTUR PAJAK) DENGAN PENINGKATAN PELAPORAN

WAJIB PAJAK BADAN DI KPP WAJIB PAJAK BESAR DUA JAKARTA

PUSAT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat arah hubungan antara implementasi

e-nofa (electronic nomor faktur pajak) dengan peningkatan pelaporan wajib pajak

badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua di Jakrta Pusat. Sampel dalam penelitian ini

adalah data laporan surat pemberitahun empat tahun terakhir mulai dari tahun

2011 hingga 2014. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh

langsung dari KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat. Penelitian ini

menggunakan analisis korelasi Product Moment.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa arah hubungan implementasi

e-nofa (electronic nomor faktur pajak) adalah kuat positif untuk laporan

kepatuhan, kurang bayar, lebih bayar dan negatif kuat untuk laporan nihil yang

secara keseluruhan dapat disimpulakan bahwa implementasi e-nofa ini berdampak

positif bagi Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua di Jakarta Pusat.

Secara garis besar variabel independen dan dependen dalam penelitian ini

memiliki hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Kata Kunci: implementasi E-Nofa dan Peningkatan Pelaporan Wajib Pajak Badan

Page 9: Asty Wahyuni Feb

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Robbil’Alamiin, segala puji dan syukurpenulis panjatkan

atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan limpahan karunia-

Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Implementasi E-NOFA (Electronic Nomor Faktur Pajak) Dengan

Peningkatan Pelaporan Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua

Jakarta Pusat”. Penyusunan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-

syarat guna mencapai gelar sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepda semua pihak yang telah mambantu

dalam penyusunan skripsi ini terutama pada:

1. Allah Subhana Wa Ta’ala

2. Kedua orang tua yang sangat saya cintai yaitu Ayahanda Achsam Hasan

Saleh dan Ibunda Ummi Rosida. Terimakasih atas cinta yang tak pernah

henti yang kau engkau berikan, perhatian, dukungan, kebebasan serta doa

yang tiada henti disetiap sujudnya. I will love you until eternity run out.

3. Buat nenek tersayang nenek Soleha yang selalu setia mendoakan dan

menunggu kepulangan cucuknya tersayang ditanah perantauan ini. Sehat

selalu nek’ sampai wisuda nanti.

Page 10: Asty Wahyuni Feb

x

4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM dan ibu Fitri Damayanti, SE, M.i selaku

dosen pembimbing Skripsi yang sudah dengan sabar menunggu dan

bebesarhati meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarhakan dan

memberikan saran serta semangat dan kemudahan dalam penyusunan

skripsi.

5. Bapak Prof. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.CA Selaku Ketuan Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembinmbing Akademik.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

9. Seluruh staf bagian akademik dan jurusan akuntansi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

10. Yang terkasih my best friend, my boy friend, my lovely caring man Ahmad

Dalal thanks a lot for every single support even the distance saparate us, i

felt you the second person after my parents i’m so thankfull to Allah i have

chance to know you. I do love you.

11. Yang begitu baik teman KKN yang sangat keibuan dan perhatian Khilda

Fithri Aryani dengam bantuannya yang sangat tidak terduga dari Allah

melalui dirimu disaat dilanda kebingungan . Terimkasih mengajarkan

penggunaan SPPS dan mengajarkan mengitung rumus-rumus yang

Page 11: Asty Wahyuni Feb

xi

membingungkan. you the best one ever even you didn’t know i wrote your

name here.

12. Teman-teman kosant yang selalu meberi semangat di saat down K Silvy,

Dian, Okka, K Ari, Reni dan K Tini. Terimkasih selalu memberi semangat.

13. Bapak Sri Mulyani selaku ketua seksi pelayan di KPP Wajib Pajak Besar

Dua yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan data yang

saya butuhkan dengan pelayanan yang cepat dan ramah. Terimakasih atas

kemudahannya pak.

Hanya harapan dan dia yang dapat penulis panjatkan. Semoga

semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini

mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahun. Oleh

karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak unuk lebih menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu para

pembaca dan rekan-rekan mahasiswa/i lainnya.

Jakarta, 24 Maret 2015

Asty Wahyuni/1110082000155

Page 12: Asty Wahyuni Feb

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i

Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................ ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ......................................................... iii

Lembar Pernyataan Bukan Plagiat ................................................................... iv

Daftra Riwayat Hidup .......................................................................................... v

Abstract ................................................................................................................. vi

Abstrak ............................................................................................................... vii

Kata Pengantar ................................................................................................. viii

Daftar Isi .............................................................................................................. ix

Daftar Tabel ....................................................................................................... xii

Daftra Lampiran ................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian .................................................................9

2. Manfaat penelitian ...............................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Alikasi E-Nofa (Electronic Nomor Faktur Pajak)

1. Pengolahan Data Elektronik .............................................11

Page 13: Asty Wahyuni Feb

xiii

2. Penjelasan E-Nofa (Electronik Nomor Faktur dalam

Peraturn Jendral Pajak Nomor PER-24/PJ/2012

.........................................................................12

3. Tata cara pengajuan E-Nofa (Electronic Nomor Fatur)

.................................................................................15

4. Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password

...........................................................................15

5. Tata Cara Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak ...............17

6. Tata Cara Pengembalian Nomor Seri Faktur Pajak

..................................................................................18

7. Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak

..................................................................................19

8. Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak ..................................21

9. Formulir-formulir Mengenai Aplikasi E-Nofa

...................................................................................23

B. Pengusaha Kena Pajak

1. Penjelasan ..........................................................................23

2. Pengecualian Kewajiaban Pengusaha Kena Pajak

..................................................................................24

3. Pengusaha Kecil ................................................................24

C. Teori Faktur Pajak

1. Penjelasan ..........................................................................25

2. Fungsi Faktur Pajak ...........................................................25

3. Jenis Faktur Pajak .............................................................26

4. Saat Pembuatan Faktur Pajak 4 PMK

No.38/PMK.03/2010..........................................................27

5. Syarat Pajak Masukan Dapat Dikreditkan

........................................................................28

6. Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan

........................................................................29

Page 14: Asty Wahyuni Feb

xiv

D. Teori Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1. Penjelasan ..........................................................................30

2. Objek Pajak Pertambahan Nilai ........................................31

3. Karakteristik dari Pajak Pertambahan Nilai

...................................................................................33

4. Penyetoran .........................................................................35

5. Dasar Pengenaan Pajak .....................................................36

6. Mekasnisme Pajak Pertambahan Nilai ..............................36

7. Tarif PPN ..........................................................................37

E. Surat Pemberitahuan (SPT)

1. Penjelasan ..........................................................................38

2. Fungsi SPT ........................................................................38

3. Jenis SPT ...........................................................................40

4. Batas Waktu Penyampaian SPT ........................................40

5. Wajib Pajak .......................................................................41

6. Wajib Pajak Badan ............................................................43

F. Surat Ketetapan Pajak

1. Penjelasan ..........................................................................44

G. Keterkaitan Antara Variabel dan Hipotesis

Korelasi anatara Implementasi E-Nofa dengan Penigkatan

Pelaporan Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua

Berdasarkan Masa PPN............................................................44

H. Penelitian Terdahulu ...............................................................46

I. Kerangka Pemikiran ................................................................49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................53

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................53

C. Metode Pengumpulan Data .....................................................54

Page 15: Asty Wahyuni Feb

xv

D. Metode Analisis Data ..............................................................55

1. Uji Hipotesis ......................................................................55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas tentang Gambaran Umum Objek

Penelitian..................................................................................60

B. Hasil Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji SPSS Analisa Korelasi Bivarate

.............................................................................63

2. Hasil Uji Hipotesis Koefisien Korelasi dengan Perhitungan

Manual ...............................................................................63

a. Uji E-Nofa denga (KPT) Kepatuhan Wajib Pajak

............................................................................63

b. Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Kurang Bayar (KB)

.............................................................................66

c. Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Lebih Bayar (LB)

.............................................................................69

d. Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Nihil (NIHIL)

.......................................................................72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................76

B. Saran ........................................................................................79

Daftar Pustaka .....................................................................................................81

Lampiran

Page 16: Asty Wahyuni Feb

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penerimaan dari Sektor Pajak dalam Negri ................................... 3

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu .......................................................... 29

Tabel 3.1 Tabel Pedoman Umum Kriteria Korelasi ..................................... 57

Tabel 4.1 Data Data Wajib Pajak Badan Pengguna E-Nofa ........................ 41

Tabel 4.2 Jumlah Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua ....... 42

Tabel 4.3 Hasil Uji korelasi Bivarate ............................................................60

Tabel 4.4 Hasil Uji E-Nofa dengan Kepatuhan Wajib Pajak .......................63

Tabel 4.5 Hasil Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Kurang Bayar ............. 66

Tabel 4.6 Hasil Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Lebih Bayar ................ 69

Tabel 4.7 Hasil Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Nihil ............................ 72

Page 17: Asty Wahyuni Feb

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 49

Page 18: Asty Wahyuni Feb

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Data Sekunder Laporan Surat Pemberitahuan seluruh WP di KPP Wajib Pajak

Besar Dua Jakarta Pusat ........................................................................................83

Data Sekunder Pengguna E-Nofa ..........................................................................83

Daftar Nama Perusahaan Pengguna E-Nofa .........................................................83

Hasil Uji Statistik Gabungan antara Semua Variabel...........................................89

Hasil Uji Statistik antara Masing-Masing Indikator .............................................90

Surat Izin Penelitian ..............................................................................................91

Page 19: Asty Wahyuni Feb

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi khususnya

penggunaan teknologi yang semakin maju, berlangsung terus menerus dan

berkesinambungan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, baik material maupun spiritual. Mewujudkan masyarakat

yang sejahtera itu sendiri merupakan tujuan dari Negara Indonesia

sebagaimana yang telah tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945. Untuk

dapat merealisasikan hal tersebut maka dapat dipastikan bahwa pemerintah

membutuhkan dana yang tidak sedikit, karena semakin banyak tugas-tugas

yang harus dikerjakan oleh suatu negara untuk mengurus dan

menyejahterakan rakyatnya, semakin banyak pula dana yang dibutuhkan

oleh pemerintah. Oleh karena itu, teknologi informasi banyak digunakan

oleh kehidupan manusia bahkan dalam praktek pemerintahan di beberapa

negara menggunakan teknologi informasi melalui media online yang

menjadi salah satu pilihan untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan

yang baik.

Indonesia sendiri sudah menerapkan penggunaan teknologi

informasi yang dapat membantu kegiatan masyarakat tidak terkeculai di

kantor Pelayan Pajak Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat, sehingga

memudahkan pagawai pajak atau fiskus dalam mengimput data Wajib

Page 20: Asty Wahyuni Feb

2

Pajak. Sehingga Wajib Pajak tidak perlu ke kantor palayanan Pajak dalam

melakukan penyetoran pajak (Firda, 2012).

Berdasarkan uraian diatas dengan perkembangan teknologi yang

semakin maju dan menawarkan berbagai kemudahan dengan ini

diharapakan penggunaan teknologi dapat dimanfaatkan semaksimal

mungkin untuk kepentingan masyarakat khususnya untuk Wajib Pajak

dan meringankan pekerjaan pegawai pajak. keseriusan pemerintah demi

tercapainya realisasi penerimaan pajak setiap tahunnya adalah dengan

terus meyempurnakan sistem self assessment, yang diterapkan dalam

perpajakan di Indonesia yakni memberikan kepercayaan penuh kepada

wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri

besarnya pajak terutang wajib pajak. sepenuhnya ada ditangan Wajib

Pajak (Siti Resmi, 2009:12). Pelayanan yang berkualitas harus dapat

memberikan 4K, yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian

hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan

pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan

tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang

dimiliki oleh aparat pajak. Disamping itu, juga kemudahan dalam

melakukan hubungan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan wajib

pajak, tersedianya fasilias fisik termasuk sarana komunikasi yang

memadai, dan pegawai yang cakap dalam tugasnya (Supadmi, 2009). DJP

melakukan modernisasi sistem administrasi perpajakan guna menigkatkan

kualitas pelayanan perpajakan sehingga dapat meningkatkan penerimaan

Page 21: Asty Wahyuni Feb

3

negara. Medornisasi perpajakan meliputi reformasi kebijakan, reformasi

administrasi dan reformasi pengawasan. Reformasi kebijakan terdiri dari

amandemen undang-undang antara lain UU No. 36 tahu 2008 mengenai

Pejak Penghasilan, UU 16 tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan (KUP), UUNo. 42 Tahun 2009 mengenai PPN dan

PPnBM. Reformasi administrasi merupakan reformasi yang dilakukan

berkaitan dengan organisasi, teknologi informasi dan SDM, sedangkan

reformasi pengawasan terkait dengan adanya kode etik pegawai seirama

dengan pelaksanaan good governace dan equal treatment dapat berjalan

dengan baik. Dengan demikian tujuan modernisasi perpajakan adalah (1)

tercapainya tingkat kepatuahn (tax compliance) yang tingga, (2)

tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang

tinggi dan (3) tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi

sehingga diharapkan penerimaan pajak yang menigkat (Lingga, 2009).

Salah satu jenis pajak yang diterapkan di Indonesia adalah Pajak

Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak

Pertambahan nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan (PPn), yang

berdasarkan pada undang-undang Nomor 8 tahun 1983 yang ditetapkan

sejak 1 April 1985 sebagaiman telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahn Nilai (PPN). Dasar

pemikiran atas Pajak Pertambahan Nilai adalah untuk mengenakan pajak

pada tingkat kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi, yang

pengenaanya dilakukan secara tidak langsung kepada konsumen. Tabel

Page 22: Asty Wahyuni Feb

4

penerimaan dari sektor pajak dalam negeri yang dijelaskan pada tabel 1.1

berikut ini.

Tabel 1.1

Penerimaan dari Sektor Pajak dalam Negri (dalam Triliun Rupiah)

URAIAN 2011 2012 2013

PPh MIGAS 73.09 83.46 80.06

PPH Non Migas 358.02 381.29 416.14

PPN DAN PPnBM 277.80 337.57 369.70

PBB 29.89 28.96 25.79

BPHTB 54.09 49.65 41.71

Cukai 77.01 95.02 101.86

Pajak Lainnya 3.92 4.21 5.06

Sumber: Kementrian Keuangan, Republik Indonesia

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat Penerimaan pajak di

Indonesia dari Pajak Pertambahan Nilai mengalami kenaikan pada tahun

2013 walaupun Pajak Pertambahan Nilai masih dibawah Pajak

Penghasilan, membuktikan bahwa Pajak Pertambahan Nilai memberikan

kontribusi yang besar terhadap penerimaan dari sektor pajak dan juga pola

konsumtif masyarakat membuat sektor industri dan perdagangan

memegang andil yang cukup besar sebagai sumber penerimaan pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

Berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) sangat berpengaruh terhadap penerimaan negara

dalam sektor pajak maka dengan itu pemerintah memberikan berbagai

fasilitas yang menawarkan kemudahan kepada wajib pajak khusunya

kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk melaporkan faktur pajak

sebagai bukti dari keberlangsungan usaha mereka.

Page 23: Asty Wahyuni Feb

5

Faktur pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha

kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena

pajak atau bukti pemungutan pajak karena impor barang kena pajak yang

dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai (Mardiasmo, 2009:228).

Didukung dengan menggunakan item elektronik yang lebih aman dalam

penyimpanan data SPT Masa PPN. Melakukan perbaikan dengan

menambah daya speed dari sistem, penambahan aplikasi pengingat jika

terdapat kesalahan dalam menginput. Efektivitas Penerapan e-SPT Masa

PPN berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan Wajib Pajak

Badan (Handayani, 2013)

Peraturan yang dibuat oleh Direktorat Jendral Pajak yaitu PER-

24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran, tata cara pengisian keterangan,

prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pembetulan

atau penggantian, dan tata cara pembatalan faktur pajak. Direktorat Jendral

Pajak berharap dengan adanya peraturan tersebut meminimalisir faktur

pajak fiktif. Peraturan tentang E-Nofa ini dibuat untuk meminimalisir

wajib pajak dalam melakukan pajak fiktif dan ganda. E-Nofa juga

diterapkan untuk memudahkan pegawai pajak dalam melakukan

pengawasan kepada wajib pajak, tetapi tidak semua PKP (Pengusaha Kena

Pajak) akan diberikan jatah nomor faktur pajak. Kantor pajak akan lebih

selektif dalam menentukan pengusaha mana yang layak diberikan jatah

nomor faktur pajak. Hanya pengusaha yang tertib dan diyakini

Page 24: Asty Wahyuni Feb

6

keberadaannya saja yang akan mendapat jatah nomor faktur pajak ini,

yaitu mereka yang telah dilakukan kegiatan verifikasi dan registrasi ulang.

Untuk bisa mendapatkan nomor faktur pajak seorang pengusaha

harus melakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, terlebih dahulu

pengusaha harus mengajukan surat permintaan kode aktivasi dan kata

sandi (password) ke kantor pajak setempat. Kemudian apabila disetujui

maka kode aktivasi dan kata sandi tersebut akan diberikan kepada

pengusaha tadi. Kode aktivasi akan dikirim melalui pos sementara kata

sandi akan dikirimkan melalui email. Oleh karena itu alamat wajib pajak

menjadi hal yang penting untuk di perbaharui agar surat kode aktivasi

tidak salah kirim. Pengusaha juga diharapkan melek TI (teknologi

informasi) yaitu telah memiliki email dan mampu menggunakannya, sebab

email akan berperan dalam pengiriman kata sandi oleh otoritas pajak.

Kedua, setelah mendapatkan kode aktivasi dan kata sandi pengusaha sudah

bisa mengajukan surat permintaan kode dan nomor seri faktur pajak yang

ditujukan ke kantor pajak dimana ia terdaftar. Nomor faktur pajak akan

diberikan setelah pengusaha menginput secara bersamaan kode aktivasi

dan kata sandi ke komputer kantor pajak. Setelah diberikan nomor, maka

pengusaha sudah bisa dengan leluasa bertransaksi dan memungut PPN

10% dari lawan transaksi (Chandra, 2013 www.pajak.go.id).

Adapun peranan KPP pada saat sebelum e-nofa diterapkan yaitu

memberikan penyuluhan dan fasilitas bagi PKP agar dapat segera

memahami e-nofa seperti mengadakan sosialisasi,kelas pajak,

Page 25: Asty Wahyuni Feb

7

brosur/banner dan dampingan bagi wajib pajak yaitu AR (Account

Representatif) seperti yang dilakukan oleh KPP Pratama Bangkalan dalam

penerapan peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 yang menujukkan hasil

yang sebagian besar sudah cukup baik (Chamalinda, 2013)

Ariba, Inc adalah penyedia terkemuka untuk solusi bisnis

perdagangan kolaboratif yang menyelenggarakan jaringan faktur

elektronik terbesar di Prancis dana salah satu jaringan faktur elektronik

terbesar di Eropa. Dengan dinamika perekonomian global saat ini,

perusahaan diseluruh dunia mulai merangkul otomatisasi faktur untuk

merampingkan proses keuangan dan menigkatkan arus kas Bob, 2011.

Ariba dapat membantu lebih banyak perusahaan memungkinkan proses

faktur cerdas membantu mereka mengotomatisasi manajemen faktur agar

lebih geografis dan telah disertifikasi oleh akuntan independen untuk

menangani persyaratan peraturan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

faktur di 24 negara (Karen, 2011).

SEC Thailand 2012 telah mengumumkan perusahaan yang terdaftar

untuk bergabung dengan sistem e-Faktur untuk mengurangi biaya

operasional serta kemungkinan kecurangan dan korupsi dan juga

bermanfaat bagi kesiapan perusahaan dalam menghadapi trend global

menuju masyarakat elektronik. Dengan sistem e-Faktur ini akan lebih

transparansi dan memperlihatkan Good Governance sebuah perusahaan.

Penerapan Elektronik Faktur telah hampir diterapkan diseluruh dunia.

Page 26: Asty Wahyuni Feb

8

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas dengan melihat

dinegara-negara eropa telah suskses menerapkan elektronik faktur maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai korelasi

implementasi E-NOFA (electronic nomor faktur) pajak dengan

peningkatan pelaporan wajib pajak badan. Untuk itu peneliti mengambil

variabel independen yaitu korelasi implementasi elektronik nomor faktur

dengan peningkatan pelaporan wajib pajak sebagai variabel dependen.

Penelitian ini pun diberi judul “Korelasi antara Implementasi E-Nofa

(Electronic Nomor Faktur Pajak) dengan Peningkatan Pelaporan

Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat”.

Variabel dependen Implementasi E-Nofa (Electronic Nomor Faktur

Pajak) diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Firda dkk (2012) dan

Chamalinda dkk (2013) yang menyatakan bahwa dengan penerapan E-

Nofa berpengaruh signifikan dalam upaya untuk menigkatkan pelaporan

Wajib Pajak sedangkan penelitian chamalinda menyatakan penerapan E-

Nofa sudah cukup baik dan sesuai dengan perpajakan yang berlaku, dan

Kepatuhan Wajib Pajak Badan dilakukan oleh Handayani (2013) dan

Lingga (2012) yang menyatakan bahwa penerapan e-SPT dengan item

elektronik berpengaruh positif dan signifikan kepatuhan Wajib Pajak

Badan di KPP Denpasar Barat dalam melaporkan SPT Masa PPN.

Page 27: Asty Wahyuni Feb

9

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara Implementasi E-NOFA dengan

peningkatan pelaporan Wajib Pajak?

2. Berapa besar hubungan antara Implementasi E-NOFA dengan

peningkatan pelaporan Wajib Pajak?

C. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis:

1. Hubungan antara Implementasi E-NOFA dengan peningkatan

pelaporan Wajib Pajak.

2. Besar hubungan antara Implementasi E-NOFA dengan peningkatan

pelaporan Wajib Pajak.

MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini

diharapkan bermanfaat untuk semua pihak diantaranya:

a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak dan Direktorat Jendral Pajak

Dengan implementasi E-NOFA akan memberikan kemudahan

dan pemanfaatan bagi pegawai pajak dalam mengawasi lokasi dan

subjek pajak serta dapat meningkatkan pelaporan Wajib Pajak

sehingga dapat memaksimalkan pendaptan negara.

Page 28: Asty Wahyuni Feb

10

b. Bagi Wajib Pajak Badan

Wajib pajak tidak perlu datang ke kantor Pelayanan Pajak

untuk melakukan kewajibanya bisa dilakukan dengan online.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharpakan dapat menambah dan

mengembangkan wawasan peneliti, kususnya dalam bidang perpajakan

dengan cara membandingkan teori yang diperoleh dengan kenyataan

atau kondisi yang sebenarnya terjadi dilapangan.

d. Ilmu Perpajakan

Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang

perpajakan sehingga dapat dijadikan bahan keputusan atau referensi,

terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan Pelaporan

Wajib Pajak.

Page 29: Asty Wahyuni Feb

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aplikasi E-Nofa (Electronic Nomor Faktur Pajak)

1. Pengolahan Data Elektronik

Pengertian Pengolahan Data Elektronik adalah serangkaian

kegiatan yang menggunakan komputer untuk mengubah informasi

yang masih mentah (data) menjadi informasi yang berguna (Firda,

2012:). Penjelasan mengenai masing-masing kegiatan tersebut tampak

sebagai berikut:

a) Inputting

Inputting adalah proses pengumpulan data dan pencatatan

fakta, yang dalam kaitannya dengan dunia usaha berarti transaksi

bisnis organisasi yang bersangkutan. Pemasukan data ini dapat

dilakukan secara langsung dan seketika (dalam hal online real

time), dari sekelompok data atau secara periodik (batch data

processing).

b) Storing

Penyimpanan (storing) maksudnya menyimpan data atau

informasi secara sekaligus sehingga dapat digunakan lagi untuk

waktu-waktu yang akan datang. Uraian diatas menjelaskan

penyimpanan data dan informasi sekaligus. Hal ini perlu

dimengerti oleh para manager dan auditor karena adanya

Page 30: Asty Wahyuni Feb

12

kewajiban hukum untuk menyimpan keduanya sampai suatu batas

waktu tertentu.

c) Processing

Pengolahan (Processing) adalah menipulasi masukan untuk

diubah menjadi keluaran sebagaimana yang direncanakan.

d) Outputting

Merupakan proses menghasilkan keluaran (output) yaitu

menghasilkan informasi yang berguna dan hasil pemrosesan

tersebut dapt ditayangkan dalam layar monitor, dituangkan dalam

kertas pita (print-out), atau disimpan dalam disket, hardisk atau

media penyimpanan dala lainnya sebagaimana yang dilakukan

dalam tahap penyimpanan.

e) Controlling

Pengendalian (controlling) dalam hal ini mengarah pola

dan urutan-urutan kegiatan sehingga inputting, storing, processing

dan controlling dapat terlaksana sebagaimana yang dikehendaki

atau yang direncanakan.

2. Penjelasan E-Nofa (Electronic Nomor Faktur) dalam Peraturan

Jendral Pajak Nomor PER-24/PJ/2012

Elektronik Nomor Faktur Pajak merupakan kebijakan baru

yang dibuat oleh Direktorat Jendral Pajak yang tertuang dalam

PER/24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran, tata cara pengisian

Page 31: Asty Wahyuni Feb

13

keterangan, prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata

cara pembetulan atau penggantian, dan tata cara pembatalan faktur

pajak. Peraturan ini menggantikan Per-13/PJ/2010 sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Per-65/PJ/2010. Peraturan ini mulai berlaku 1

April 2013, namun karena masih banyak PKP yang belum mengerti

dan mendaptkan nomor seri, sehingga penerapan E-nofa mulai

diberlakukan 1 Juni 2013. Peraturan ini mengalami perubahan atau

penyempurnaan yaitu dengan adanya Peraturan DJP Nomor PER-

08/PJ/2013 yang dikelurankan tanggal 27 Maret 2013. Namun

perbedaan anatar kedua peraturan tersebut hanya pada waktu

pemberlakuan E-nofa saja. Namun untuk acuannya tetap mengacu

pada Peraturan DJP Nomor Per-24/PJ/2012 ini. Ketentuan baru dalam

Peraturan DJP Nomor Per-24/PJ/2012 :

a) Kode dan nomor seri faktur pajak terdiri dari 16 digit yaitu 2 digit

kode transaksi, 1 digit kode status, dan 13 digit nomor seri faktur

pajak.

b) Nomor seri faktur pajak diberikan oleh DJP melalui permohonan

dengan instrumen pengaman berupa kode aktivasi dan password.

c) Identitas penjual dan pembeli, terutama alamat harus diisi dengan

alamat yang sebenarnya atau sesungguhnya.

d) Jenis BKP atau JKP harus diisi dengan keterangan yang sebenranya

atau sesungguhnya.

Page 32: Asty Wahyuni Feb

14

e) Pemberitahuan pejabat/pegawai penandatanganan faktur pajak,

harus dilampiri dengan fotokopi kartu identitas yang sah yang

dilegalisasi pejabat yang berwenang.

f) PKP yang tidak menggunakan nomor seri faktur pajak dari DJP

atau menggunakan nomor seri faktur pajak ganda akan

menyebabkan faktur pajak yang diterbitkan merupakan faktur pajak

tidak lengakap.

g) Faktur pajak tidak lengkap akan menyebabkan PKP pembeli tidak

dapat dikreditkan sebagai pajak masukan dari PKP penjual

dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menggunakan Elektronik Nomor Faktur Pajak ini

Pengusaha Kena Pajak harus membuat faktur pajak dengan

menggunakan kode nomer seri faktur pajak. Nomor Seri Faktur

Pajak adalah nomor seri yang diberikan oleh Direktorat Jendral

Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak dengan mekanisme tertentu

penomoran Faktur Pajak berupa kumpulan angka, huruf, atau

kombinasi angka dan huruf yang ditentukan oleh Direktorat Jendral

Pajak yang terdiri dari 16 (enam belas) digit yaitu:

1) 2 (dua) digit kode transaksi

2) 1 (satu) digit kode status

3) 13 (tiga belas) digit nomor seri faktur pajak yang ditentukan

oleh Direktorat Jendral Pajak

Format dan nomor seri faktur pajak

Page 33: Asty Wahyuni Feb

15

3. Tata cara pengajuan E-Nofa (Electronic Nomor Faktur)

Dalam rangka mengajukan penggunaan e-NOFA ada beberapa

tahap yang harus dilakukan oleh wajib pajak, antara lain:

a) Isi surat permohonan dengan identitas yang jelas sehingga nanti

jika Kantor Pelayanan Pajak merespon via pos bisa ditentukan

(lampiran hal 1)

b) Setelah Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan surat kode aktivasi

dan mengirim email yang berisi password. Kembali lagi diajukan

permohonan dengan dilampiri kode aktivasi dan password.

c) Tunggu dalam 3 (tiga) hari, selanjutnya Kantor Pelayanan Pajak

akan menerbitkan surat pemberitahuan nomor faktur pajak untuk

Pengusaha Kena Pajak.

4. Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password

Berdasarkan Peratuaran DJP Nomor PE-24/PJ/2012 pasal 8,

langkah pertama untuk menggunkan aplikasi E-Nofa, PKP

mengajukan permohonan kode aktivasi dan password, dengan cara

sebagai berikut:

a) PKP datang ke KPP dengan mengajukan surat permohonan kode

aktivasi dan password secara tertulis dan diisi lengkap.

Page 34: Asty Wahyuni Feb

16

b) KPP akan menerbitkan kode kativasi dan password, jika PKP telah

dilakukan registrasi ulang oleh KPP tempat PKP terdaftar dan

laporan hasil registrasi ulang/verifikasi menyatakan PKP tetap

dikukuhkan.

c) Jika PKP sudah memenuhi syarat tersebut, KPP akan :

1) Menerbitkan surat pemberitahuan kode aktivasi yang

ditandatangani oleh Kasi Pelayanan atas nama Kepala KPP, dan

dikirim melalui pos dalam amplop tertutup ke alamat PKP.

2) Mengirimkan password melalui email ke alamat email PKP,

namu jika PKP tidak memenuhi syarat tersebut, maka KPP

menerbitkan surat pemberithauan penolakan.

d) Surat pemberitahuan kode aktivasi tersebut dibat dalam 2 rangkap

yang diperuntukkan untuk disampaikan ke PKP dan untuk arsip

KPP.

e) KPP menerbitkan surat pemberitahuan kode aktivasi atau surat

pemberitahuan penolakan kode aktivasi dan password dalm jangka

waktu paling lama 3 hari kerja setelah permohonan diterima.

f) Jika surat pemberitahuan kode aktivasi hilang, PKP dapt meminta

kembali ke KPP dengan melampirkan fotokopi surat keterangan

kehilanga dari kepolisian dan bukti peneriamaan surat dari KPP

atas surat permohonan kode aktivasi dan password.

g) Dalam jangka wakut 6 bulan sejak surat pemberiahuan kode

akivasi dicetak, DJP dapat melakukan aktivitas kembali (re-

Page 35: Asty Wahyuni Feb

17

aktivitas) atas kode aktivasi yang telah dimiliki oleh PKP melalui

surat pemberitahuan kode aktivasi yang dikirim melalui pos ke

alamat PKP yang bersangkutan.

h) Hal-hal yang penting untuk diperhatikan: alamat pengiriman dan

alamat email harus ditulis dengan jelas dan benar agar kode

aktivasi dan password dapat diterima.

5. Tata Cara Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak

Berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 pasal 9,

langkah kedua PKP mengajukan permintaan nomor seri faktur pajak

dengan cara:

a) PKP menyampaikan surat permintaan nomor seri faktur pajak yang

harus diisi secara lengkap dan di sampaikan ke KPP.

b) KPP menerbitkan surat pemberitahuan nomor seri faktur pajak, jika

PKP telah memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Telah memilik kode aktivasi dan password.

2) Telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 masa pajak terakhir,

yang telah jatuh tempo secara berturut-turut pada tanggal

permintaan disampikan ke KPP.

c) Surat pemberitahuan nomor seri faktur pajak ditandatangani oleh

Kasi Pelayanan atas nama Kepala KPP dibuat dalam 2 rangkap

yang diperuntukkan untuk disampikan ke PKP dan untuk arsip

KPP.

d) PKP meng-entry dkode aktivasi dan password secara mandiri.

Page 36: Asty Wahyuni Feb

18

e) KPP langsung memberikan surat pemberitahuan nomor seri faktur

pajak yang hilang, rusak, atau tidak tercetak dengan jelas, dapat

dimintakan kembali ke KPP dengan menunjukkan surat permintaan

nomor seri faktur pajak.

Hal-hal yang perlu diiperhatikan dalam permintaan nomor seri

fakur:

1) PKP hanya dapat membuat faktur pajak menggunakan nomor

seri yang telah diberikan oleh DJP.

2) Apabila diperlukan, PKP dapat mengajukan lagi permintaan

nomor seri faktur pajak ke KPP serta PKP juga berkewajiban

melaporkan nomor seri faktur pajak yang tidak digunakan.

3) Dalam membuat faktur pajak, PKP harus menambahkan sendir

3 digit di dpan nomor seri.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-

24/PJ/2012 pasal 13, langkah ketiga yaitu PKP menyampaikan

nama pejabat/pegawai yang berhak menandatangani faktur

pajak dengan syarat yang sudah ditentukan.

6. Tata Cara Pengembalian Nomor Seri Faktur Pajak

Berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 pasl 10,

nomor seri faktur pajak yang tidak digunakan dalam satu tahun pajak

tertentu dilaporkan ke KPP tempat PKP dikukuhkan bersamaan dengan

SPT Masa PPN Masa Pajak Desember tahun pajak yang bersangkutan.

Page 37: Asty Wahyuni Feb

19

7. Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak

Atas permintaan PKP pembeli/penerima JKP atau atas

kemauan sendiri, PKP penjual/pemberi JKP membuat faktur pajak

pengganti terhadap faktur pajak yang rusak, salah dalam

pengisian/penulisan, yaitu dengan cara:

a) Pembetulan faktur pajak yang salah dalam pengisian/penulisan,

tidak diperkenankan dengan cara menghapus/mencoret, selain

dengan membuat faktur pajak pengganti.

b) Penerbitan dan peruntukan faktur pajak pengganti dilaksanakan

seperti penerbitan dan peruntukan faktur pajak yang biasa sesuai

dengan kode nomor seri faktur pajak yang telah ditetapkan.

c) Faktur pajak pengganti diisi berdasarkan keterangan yang

seharusnya dan dilampiri dengan faktur pajak yang rusak, salam

dalam pengisian/penulisan.

d) Faktur pajak pengganti tetap menggunakan nomor seri faktur pajak

yang sama dengan nomor seri fakur pajak yang diganti. Sedangkan

tanggal faktur pajak pengganti diisi dengan tanggal pada saaat

faktur pajak pengganti di buat.

e) Pada faktur pajak pengganti, dibutuhkan cap yang mencantumkan

kode dan nomor seri faktur pajak yang diganti. PKP dapat

membuat cap tersebut seperti contoh berikut:

Page 38: Asty Wahyuni Feb

20

f) Penerbitan faktur pajak pengganti mengakibatkan adanya

kewajiban untuk membetulkan SPT Masa PPN pada Masa Pajak

terjadinya kesalahan pembuatan faktur pajak tersebut.

g) Fakur pajak pengganti dilaporkan dalanm SPT Masa PPN pada

Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkan faktur pajak

yang dilakukan penggantian dengan mencantumkan

nilai/keterangan yang sebenarnya setelah penggantian.

h) Pelaporan faktur pajak pengganti pada SPT Masa PPN harus

mencantumkan kode dan nomor seri faktur pajak yang diganti pada

kolom yang telah ditentukan.

Selain itu berikut tata cara penggantian faktur pajak yang hilang:

1. PKP penjual atau pemberi JKP

a) PKP penjual/pemberi JKP dapat mengajukan permohonan

tertulis untuk meminta copy dari faktur pajak yang hilang

kepada PKP pembeli/penerima JKP dengan tembusan

kepada KPP di tempat PKP penjual/pemberi JKP

dikukuhkan dan kepada KPP di tempat PKP

pembeli/penerima JKP dikukuhkan.

b) Berdasarkan permohonan tesebut PKP pembeli/penerima

JKP membuat copy dari arsip faktur pajak yang

Page 39: Asty Wahyuni Feb

21

disimpannya untuk dilegalisasi oleh KPP tempat PKP

pembeli/penerima JKP dikukuhkan. Copy dibuat dalam 2

rangkap, yaitu:

a) Lembar ke-1 : diserahkan ke PKP penjual atau pemberi

JKP.

b) Lembar ke-2 : arsip KPP yang bersangkutan

c) Legalisasi diberikan oleh KPP tempat PKP

pembeli/penerima JKP dikukuhkan setelah meneliti arsip

faktur dan SPT Masa PPN dari PKP pembeli atau penerima

JKP tersebut.

d) KPP di tempat PKP penjual/pemberi JKP dikukuhkan atas

SPT Masa PPN dari PKP penjual atau pemberi JKP untuk

meyakinkan bahwa faktur pajak yang hilang tersebut sudah

dilaporkan sebagai pajak keluaran.

2. PKP pembeli atau penerima JKP

Tata cara penggantian faktur pajak yang hilang pada

PKP pembeli/penerima JKP dikukuhkan sama halnya dengan

cara penggantian faktur pajak yang hilang pada PKP

penjual/pemberi JKP tersebut.

8. Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

Dalam hal terjadinya pembatalan transaksi penyerahan

BKP/JKP yang faktur pajaknya telah diterbitkan, maka faktur pajak

tersebut harus dibatalkan dengan cara sebagai berikut:

Page 40: Asty Wahyuni Feb

22

a) Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen

yang membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan transaksi,

seperti pembatalan kontrak atau dokumen lain.

b) Faktur pajak yang dibatalkan harus tetap di simpan oleh PKP

penjual yang menerbitkan faktur pajak tersebut.

c) PKP penjual yang membatalkan faktur pajak harus mengirimkan

surat pemberitahuan dan copy dari faktur pajak yang dibatalkan ke

KPP tempat PKP penjeual dikukuhkan dan ke KPP tempat PKP

pembeli dikukuhkan.

d) Jika PKP penjual belum melaporkan faktur pajak yang dibatalkan

di dalam SPT Masa PPN, maka PKP penjual harus tetap

melaporkan faktur pajak tersebut dalam SPT Masa PPN dengan

mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan

PPnBM.

e) Jika PKP penjual telah melaporkan faktur pajak tersebut dalam

SPT Masa PPN sebagai pajak keluaran. Maka PKP penjual harus

melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak yang

bersangkutan, dengan cara melaporkan faktur pajak yang

dibatalkan dengan mencantumkan nila 0 (nol) pada kolom DPP,

PPN atau PPN dan PPnBM.

f) Jika PKP pembeli telah melaporkan faktur pajak tersebut dalam

SPT Masa PPN sebagai pajak masukan, maka PKP pembeli harus

melakukan pembetulan SPT Masa Pajak yang bersangkutan,

Page 41: Asty Wahyuni Feb

23

dengan cara melaporkan faktur pajak yang dibatalkan dengan

mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan

PPnBM.

9. Formulir-formulir Mengenai Aplikasi E-Nofa

Terdapat formulir yang terdapat dalam penggunaan aplikasi e-

nofa berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 yaitu form

permohonan kode aktivasi dan password, form opemberitahuan kode

aktivasi, form penolakan pemberian kode aktivasi dan password, form

permintaan nomor seri faktur pajak, form pemberian nomor seri faktur

pajak, form pemberian nomor seri fakutr pajak yang tidak digunakan,

form sura pemberitahuan penunjukan pejabat/pegawai yang berwenang

menandatangani faktur pajak. Form surat pemberitahuan perubahan

pejabat/pegawai yang menandatangani faktur pajak.

B. Pengusaha Kena Pajak

1. Penjelasan

Menurut UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 3A ayat 1, Pengusaha

Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang

Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah

Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud diwajibkan:

1) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena

Pajak;

Page 42: Asty Wahyuni Feb

24

2) Memungut pajak terutang,

3) Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar

dalam hal Pajak Keluaran lebih daripada Pajak Masukan yang

dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah yang terutang, dan

4) Melaporkan perhitungan pajak. Kewajiban di atas tidak berlaku

untuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Mentreri

Keuangan.

2. Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusahan yang dikecualikan dari kewajiban sebagai

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusah kecil dan pengusaha yang

semata-mata menyerahkan barang atau jasa yang tidak dikenakan

PPN.

3. Pengusaha Kecil

Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun

buku melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah

peredaran bruto dan/atau penerimaan broto tidak lebih dari Rp

600.000.000,00. Pengusaha kecil wajib melaporkan usahanya untuk

dikukuhkan sebagai PKP, apabila sampai dengan satu bulan dalam

tahun buku, jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya

melebihi batas yang ditetapkan. Pengusah tersebut wajib melaporkan

usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat pada akhir

Page 43: Asty Wahyuni Feb

25

bulan berikutnya. Beberapa hal yang perlu diketahui sehubungan

dengan pengusah kecil:

a) Dilarang membuat faktur pajak.

b) Tidak wajib memasukkan SPT Masa PPN.

c) Diwajibkan membuat pembukuan atau pencatatan.

d) Wajib melapor untuk dikukuhkan sebagai PKP, bagi pengusah

kecil yang memperoleh peredaran bruto di atas batas yang telah

ditentukan (Mardiasmo, 2008:278).

C. Teori Faktur Pajak

1. Penjelasan

Pasal 1 huruf UU PPN 1984 yang denga UU Nomor 42 Tahun

2009 menjadi Pasal 1 angka 23 merumuskan “Faktur pajak adalah

bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak

yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan

Jasa Kena Pajak atau bukti pungutan pajak impor Barang Kena

Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai”

2. Fungsi Faktur Pajak

Berdasarkan definisi dari teori faktur pajak diatas maka faktur

pajak berfungsi sebagai berikut:

a. Bukti pungutan pajak bagi Pengusaha Kena Pajak yang

menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

Page 44: Asty Wahyuni Feb

26

b. Bukti pembayaran pajak ditinjau dari sisi pembeli Barang Kena

Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak atau Orang Pribadi atau

badan yang mengimpor Barang Kena Pajak.

c. Sarana untuk mengkreditikan Pajak masukan.

3. Jenis Faktur Pajak

Berdasarkan fungsinya maka faktur pajak di bedakan dalam

beberapa jenis sebagai berikut:

a. Faktur Pajak Gabungan

Pada dasarnya faktur pajak gabungan merupakan faktur pajak

standar. Faktur Pajak Gabungan yang merupakan Faktur Pajak

standar harus dibuat paling lambat pada akhir bulan penyerahan

Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak.

b. Faktur Pajak Sederhana

Faktur Pajak Sederhana juga merupakan bukti pungutan pajak

yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak untuk menampung

kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Barang

Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan secara langsung

kepada konsumen akhir. Direktorat Jendral Pajak dapat

menetapkan tanda bukti penyerahan atau tanda bukti pembayaran

sebagai faktur pajak sederhana yang paling sedikit memuat:

1) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang

menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.

Page 45: Asty Wahyuni Feb

27

2) Jenis dan kuantum Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

yang diserahkan.

3) Jumlah harga jual atau penggantian yang sudah termasuk

pajak pertambahan nilai atau besarnya PPN dicantumkan

secara terpisah.

4) Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana.

c. Dokumen-dokumen tertentu yang diterpakan sebagai faktur pajak

satandar oleh dirjen pajak. Dokumen-dokumen tertentu yang

diperlukan sebagai Faktur Pajak Standar paling sedikit harus

memuat:

Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen.

1) Nama dan alamat penerima dokumen

2) Nomor Pokok Wajib Pajak dalam hal penerima dokumen

adalah wajib pajak dalam negri.

3) Jumlah satuan barang apabila ada.

4) Dasar Pengenaan Pajak

5) Jumlah pajak yang terutang.

4. Saat Pembuatan Faktur Pajak 4 PMK No.38/PMK.03/2010

Persyaratan dalam pembuatan faktur pajak dijelaskan sebagai

berikut:

a. Selambat- lambatnya akhir bulan berikutnya jika penyerahan

mendahului pembeyaran, kecuali sebelum akhir bulan tersebut

telah diterima pembayaran.

Page 46: Asty Wahyuni Feb

28

b. Pada saat penerimaan pembayaran, dalam hal pembayaran

dilakukan mendahului penyerahan.

c. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalm hal penyerahan

sebagian tahap pekerjaan.

d. Pada saat penagihan, untuk penyerahan BKP dan JKP kepada

Bendaharawan Pemerintah sebagai pemungut PPN.

e. Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP.

5. Syarat Pajak Masukan Dapat Dikreditkan

Persyaratan untuk pajak masukan yang dapat dikreditkan

adalah sebgaia berikut:

a. Pengusaha yang melakukan pengkreditan telah berstatus PKP

(telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak).

b. Adanya bukti Pajak Masukan dalam bentuk Faktur Pajak Standar

/ Khusus yang sah, benar dan lengkap.

c. Dilakukan dalam masa pajak yang sama, namu masih

memeungkinkan pada masa pajak berikutnya, sepanjang tidak

melampaui bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku dan

belum dibebankan sebagai biaya serta belum dilakukan

pemeriksaaan.

d. Pajak masukan yang dikreditkan berhubungan langsung dengan

kegiatan usaha yaitu pengeluaran untuk kegiatan produksi,

distribusi, pemasaran dan manajemen dengan syarat ada

kaitannya dengan penyerahan yang terutang PPN dan sifatnya

Page 47: Asty Wahyuni Feb

29

tidak untuk tujuan konsumtif direksi, dewan komisaris, karyawan

dan pemegang saham.

6. Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan

Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah sebgai

berikut:

a. Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP atau untuk

pemanfaatan BKP / JKP dari luar daerahn pabean, sebelum

pengusaha dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

b. Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP yang tidak mempunyai

hubungan langsung dengan kegiatan usaha.

c. Yang dibayar untuk perolehan dan pemeliharaan kendaraan

bermotor jenis sedan dan station wagen, kecuali bila barang

tersebut adalah untuk persediaan barang dagangan atau untuk

digunakan langsung sesuai dengan bidang usahanya, misalnya

usaha persewaan kendaraan bermotor.

d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari

luar Daerah Pebean sebelum pengusah dikukuhkan sebagai PKP.

e. Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 atau ayat

9 UU PPN atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor

Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP.

Page 48: Asty Wahyuni Feb

30

f. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari

Luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 6 UU PPN.

g. Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya ditagih dengan

penerbitan ketetapan pajak.

h. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak

dilaporkan dalam Surat Pemberitahuaan Masa PPN, yang

ditemukan pada waktu dilakukan pemerikasaan.

i. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP

berproduksi sebagaiman dimaksud pada Pasal 9 ayat 2A UU PPN.

Perolehan Barang Kena Pajak dan.atau perolehan Jasa Kena Pajak

yang atas penyerahannya disebabkan dari pengenaan PPN.

D. Teori Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1. Penjelasan

Ditinjau dari sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak yang

menetapkan kedudukan pemikul beban dengan kedudukan

penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak

yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli dan

penerima jasa dari tindakan sewenang-wenang negara (pemerintah).

Apabila penjual atau pengusaha jasa tidak memungut PPN dari

pembeli atau penerima jasa, sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Page 49: Asty Wahyuni Feb

31

penjual atau pengusaha jasa, bukan tanggung jawab pembeli atau

penerima jasa (Sukardji 2011:2).

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak

Penjualan. Hal ini disebabkan karena Pajak Penjualan diras sudah

tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum

mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk

meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan

pembebanan pajak. Berdasarkan Undang-undang No. 42 Tahun 2009

tentang perubahan Ketiga atas Undang-undang No. 8 Tahun 1983

tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa Pajak Penjualan atas

Barang Mewah, pada bagian umum, Pajak Pertambahan Nilai adalah

pajak konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan

secara bertingkat di setia jalur produksi dan distribusi.

2. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Objek Pajak Pertambahan Nilai selalu mengalami perubahan

seiring dengan diberlakukannya Undang-undang baru. Objek Pajak

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf a,b,c,d,e,f,g,h, Pasal 16 C, Pasal 16

D Undang-undang No. 42 Tahun 2009 yang berlaku mulai 1 April

2010. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh Pengusaha.

b. Impor Barang Kena Pajak.

Page 50: Asty Wahyuni Feb

32

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh Pengusaha.

d. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah

Pabean di dalam Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean.

f. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena

Pajak.

g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena

Pajak.

h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam

kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang

hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang

batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Mentri

Keuangan.

j. Penyerahan Brang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan

semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak,

kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak

dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b

dan huruf c.

Page 51: Asty Wahyuni Feb

33

Syarat penyerahan barang atau jasa yang dikenakan Pajak

Pertambahan Nilai, sesuai dengan penjelasan pasal 4 huruf a dan

huruf c UU PPN 1984, yaitu :

1) Yang diserahkan adalah BKP atau JKP

2) Dilakukan dalam daerah Pabean

3) Dalam kegiatan usaha/pekrjaan PKP, yaitu sesuai dengan

kegiatan sehari-hari PKP yang artinya ada unsur

pengulangan.

3. Karakteristik dari Pajak Pertambahan Nilai adalah:

Berdasarkan uraian diatas Pajak Pertamabahan Nilai

memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Pajak tidak Langsung

Pemikul beban pajak atau pembeli dan penanggung

jawab pembayaran atau penjual berada pada pihak yang

berbeda. Apabila terjadi penyimpangan pemungutan pajak,

maka fiskus akan meminta pertanggunjawaban penjual.

b. Pajak Objektif

Timbulnya kewajiban membayar Pajak Pertambahan

Nilai ditentukan oleh adanya objek pajak.

c. Multi stage tax

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pada setiap mata

rantai jalur produksi maupun jalur distribusi.

d. Indirect substaction method/ credir method/ invoice method

Page 52: Asty Wahyuni Feb

34

Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut tidak langsung

disetorkan ke kas Negara. Pajak Pertambahan Nilai yang

disetor ke kas Negara merupakan hasil perhitungan Pajak

Masukan dengan Pajak Keluaran. Pajak masukan yang

diperhitungkan untuk memperoleh jumlah Pajak Pertambahan

Nilai yang harus dibayar ke Kas Negara merupakan kredit

pajak. Untuk mendeteksi kebenaran jumlah Pajak Masukan dan

Pajak Keluaran dibutuhkan suatu dokumen sebagai alat bukti

yang dinamakan Faktur Pajak.

e. Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri

Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas

konsumsi barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak didalam

negri.

f. Netral

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas konsumsi

barang maupun jasa dan pemungutannya menganut prinsip

tempat tujuan (Pajak Pertambahan Nilai dipungut ditempat

brang atau jasa dikonsumsi)

g. Tidak menimbulkan dampak Pajak Berganda

Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas nilai

tambah dan Pajak Pertambahn Nilai yang dibayar dapat

diperhitungkan dengan Pajak Pertambahan Nilai yang

dipungut,

Page 53: Asty Wahyuni Feb

35

h. Consumption type value tas (VAT)

Dalam Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia, Pajak

Masukan atas pembelian dan pemeliharaan barang modal dapat

dikreditkan dengan pajak keluaran yang dipungut atas

penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak

(Firda, 2012).

4. Penyetoran

Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM dalam

satu masa pajak yang terutang harus dilakukan paling lama tanggal

15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Apabila tanggal

tersebut jatuh pada hari libur, termasuk hari sabtu atau hari libur

nasional pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada

hari kerja berikutnya. Untuk impor, penyetoran harus dilakukan

pada hari kerja berikutnya, kecuali yang dipungut pada tanggal 31

Maret harus disetorkan pada hari itu juga. PPN yang

pemungutannyaa dilakukan oleh bendahara atau instansi

pemerintah yang ditunjuk harus disetor paling lama tanggal 7 bulan

berikutnya setelah masa pajak berakhir. Pengertian hari libur

nasional termasuk yang diliburkan untuk penyelenggaraan

pemilihan umum yang ditetapkan oleh pemerintah dan cuti

bersama secara nasional yang ditetapkan oleh pemerintah

(Waluyo,2011:19).

Page 54: Asty Wahyuni Feb

36

5. Dasar Pengenaan Pajak

Waluyo (2011:13) menjelaskan “Dasar Pengenaan Pajak

(DPP) untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan

adanya Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Pajak yang tertang dihitung

dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan

Pajak”. Penerapan DPP diatur dalam berbagai peraturan

pelaksanaan Undang-undang sebagai berikut :

a. Untuk penyerahan atau penjualan BKP, yang menjadi DPP

adalah jumlah harga jual.

b. Untuk penyerahan JKP, yang menjadi DPP adalah penggantian.

c. Untuk impor, yang menjadi DPP adalah nilai impor.

d. Untuk ekspor, yang menjadi DPP adalah nilai ekspor.

e. Untuk pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar

Daerah Pabean DPP-nya adalah sebesar jumlah yang

dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang

menyerahkan BKP atau JKP tersebut.

f. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau peristiwa maupun

jasa pengiriman paket, DPP-nya adalah 10% (sepuluh persen)

dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih, dll.

Page 55: Asty Wahyuni Feb

37

6. Mekanisme pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Dalam pengenaan Pajak Pertambahan Nilai melalaui

beberapa mekanisme sebagai berikut:

a. Pada saat membeli atau memperoleh Barang Kena Pajak atau

Jasa Kena Pajak, akan dipungut Pajak Pertambahn Nilai.

b. Pada saat menjual atau menyerahkan Barang Kena Pajak atau

Jasa Kena Pajak kepada pihak lain, wajib memungut Pajak

Pertambahan Nilai. Bagi penjual, Pajak Pertambahan Nilai

tersebut merupakan pajak keluaran. Sebagai bukti telah

memungut Pajak Pertambahn Nilai, Pengusaha Kena Pajak

wajib membuat faktur pajak.

c. Apabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya

sama dengan bulan takwim) jumlah pajak keluaran lebih besar

dari pada jumlah pajak masukan, selisishnya harus disetor ke

Negara.

d. Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih

kecil daripada jumlah pajak masukan, selisishnya dapat

direstitusi (diminta kembali) atau dikompensasikan kemasa

pajak berikutnya.

e. Pelaporan penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan

setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan

Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT masa PPN).

Page 56: Asty Wahyuni Feb

38

7. Tarif PPN

Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 7, Tarif PPN

yang berlaku saat ini adalah 10%. Sedangkan Tarif PPN atas

ekspor BKP berwujud dan tidak berwujud serta JKP adalah 0%.

Pengenaan tarif 0% berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi

Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang dan diekspor dapat

dikreditkan.

Berdasarkan perimbangan perkembangan ekonomi dan/atau

peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan

Peraturan Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya

5% dan setinggi-tingginya 15% yang perubahn tarifnya diatur

dengan Peraturan Pemerintah. Perbedaan kelompok tarif tersebut

didasarkan pada pengelompokan Barang Kena Pajak yang

tergolong mewah yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang

Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).

E. Surat Pemberitahuan (SPT)

1. Penjelasan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Surat

Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan

untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembeyaran pajak,objek pajak

Page 57: Asty Wahyuni Feb

39

dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai

dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Fungsi SPT

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak

Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya

terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam

satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek

pajak

c. Harta dan kewajiban

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan

atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu

masa pajak sesuai dengan ketentuan umum peraturan perundang-

undangan perpajakan.

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan

(SPT) adalah sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjwabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan

Nilai dan Pajak Pelunasan Atas Barang Mewah yang sebenarnya

terutang dan untuk melaporkan tentang:

1) Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran

Page 58: Asty Wahyuni Feb

40

2) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan

sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak

lain dala satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Sedangkan bagi pemotong atau pemungut pajak,

fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk

melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang

dipotong atau dipungut dan disetorkan.

3. Jenis SPT

Secara garis besar Surat Pemberitahuan (SPT)

dibedakan menjadi dua, yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan,

diamana penjelasannya sebagai berikut:

a. SPT Masa adalah SPT yang digunakan untuk melakukan

pelaporan atas pembayaran pajak yang terutang dalam

suatu masa pajak. SPT Masa terdiri dari SPT Masa pph,

SPT Masa PPN, dan SPT Masa PPN untuk Pemungut Pajak

Pertambahan Nilai.

b. SPT Tahunan adalah SPT yang digunakan untuk

melakukan pelaporan atas pembayaran pajak yang terutang

dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak. SPT

Tahunan ini hanya ada untuk Pajak Penghasilan saja.

4. Batas Waktu Penyampaian SPT

Page 59: Asty Wahyuni Feb

41

Batas waktu penyampaian SPT Tahunan, ada dua

kategori, yaitu:

a. SPT Tahuanan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang

pribadi, paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

b. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling

lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak.

5. Wajib Pajak

Pengertian Wajib Pajak berdasarkan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan adalah:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi

pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa setiap wajib

pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat

Jendral Pajak yang wajib pajak. Persyaratan subjektif adalah

persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek

pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Tahun 1984

dan perubahannya. Sedangkan persyaratan objektif atau

memperoleh penghasilan.

Page 60: Asty Wahyuni Feb

42

Dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-

89/PJ/2009 Tentang Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non

Efektif, Wajib Pajak yang terdaftar dapat diadministrasikan ke

dalam dua jenis wajib pajak, yaitu:

a) Wajib Pajak Efektif yaitu Wajib Pajak yang melakukan

pemenuhan kewajiban perpajkan baik berupa pembayaran

pajak maupun penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa

dan/atau Tambahan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan perpajakan.

b) Wajib Pajak Non Efektif adalah Wajib Pajak yang tidak

melakukan pemenuhan kewajiban baik berupa pembayran

pajak maupun penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa

dan/atau Tambahan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan perpajakan, yang nantinya dapat diaktifkan kembali.

Wajib Pajak dinyatakan sebagai Wajib Pajak Non

Efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak pernah melakukan

kewajiban perpajakan baik berupa pembayaran pajak maupun

penyampaian SPT Masa dan/atau Tahuanan.

2) Tidak diketahui/ditemukan lagi alamatnya

3) Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah meninggal dunia tetapi

belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli

warisnya atau belum mengajukan penghapusan NPWP

Page 61: Asty Wahyuni Feb

43

4) Wajib Pajak Bdan yang telah bubar tetapi belum ada akte

pembubarannya atau belum ada penyelesaian likuidasi (bagi

badan yang sudah mendapat pengesahan dari instansi yang

berwenang)

5) Wajib Pajak Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada

atau bekerja diluar negeri lebih dari 183 hari dalam jangka

waktu 12 bulan.

Dalam hal perubahan status Wajib Pajak Efektif

menjadi Non Efektif atau sebaliknya, dierktorat bagian

Informasi Perpajakan harus melakukan pemantauan terhadap

perubahan status wajib pajak yang dilakukan oleh Kantor

Pelayanan Pajak (KPP).

6. Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/atau

modal yang merupakan kesatuan dalam melakukan usaha dan

mempunyai hak dan kewajiban sebagai pembayar, pemotong

dan pemungut pajak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan pajak yang berlaku. Wajib Pajak Badan

yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

memiliki kewajiban untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN setia

bulannya dengan benar, lengkap dan jelas (Hadayani 2013:35)

Page 62: Asty Wahyuni Feb

44

F. Surat Ketetapan Pajak

1. Penjelasan

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak

Lebih Bayar, Siti Resmi (2009;51).

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan oleh Direktur

Jendral Pajak dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat

terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun

Pajak, atau Tahun Pajak, apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) Apabila berdasarkan hasil pemerikasaan atau keterangan lain,

pajak yang terutang tidak atau kurang bayar;

2) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka

waktu yang telah ditetapkan dan setelah ditegur secara tertulis

tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan

dalam Surat Teguran;

3) Apabila berdasarkan hasil pemerikasaan atau keterangan lain

mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan

selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (no

persen);

Page 63: Asty Wahyuni Feb

45

4) Apabila kewajiban pembukuan dan pemerikasaan (sebgaimana

dimakasud dalam pasal 28 atau Pasasl 29) tidak dipenuhi

sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang;

atau

5) Apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib

Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

secara jabatan

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud huruf a

dan huruf e ditmabah dengan sanksi administrasi berupa bunga

sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh

empat) bulan, dihitung sejak terutangnya pajak dan

berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun

Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian

Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang

mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah

dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

Page 64: Asty Wahyuni Feb

46

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tidak akan

mungkin diterbitkan sebelum didahului dengan penerbitan surat

ketetapan pajak. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan dilakukan dengan syarat adanya data baru termasuk data

yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan

pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya.

Apabila masih ditemukan lagi data baru termasuk data yang

semula belum terungkap pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan/atau data baru termasuk data

yang semula belum terungkap yang diketahui kemudian oleh

Direktur Jendral Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan masih dapat diterbitkan lagi.

c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil diterbitkan apabila setelah

dilakukan pemerikasaan, ditemukan adanya jumlah kredit pajak

atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang

terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau

tidak ada pembayaran pajak. Untuk masing-masing jenis pajak,

Surat Ketetapan Pajak Nihil diterbitkan untuk:

1) Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak sama dengan

pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada

kredit pajak.

Page 65: Asty Wahyuni Feb

47

2) Pajak Pertambahn Nilai, apabila jumlah kredit pajak sama

dengan jumlah pajak terutang, atau pajak tida terutang dan

tidak ada kredit pajak. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh

Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang

terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran

dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak

Pertambahan Nilai.

3) Pajak Penjualan atau Barang Mewah, apabila jumlah pajak

yang diabayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau

pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang

atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPKLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan untuk:

1) Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak (jumlah pajak

yang dibayar) lebih besar dari pada jumlah pajak yang

terutang;

2) Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih

besar dari pada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak

yang dipungut oleh pemungut Pajak Pertambahan Nilai,

jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak

Keluaran dikurangi dengan pajak dengan jumlah pajak yang

dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahn Nilai tersebut; atau

Page 66: Asty Wahyuni Feb

48

3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak

yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

F. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis

Korelasi antara Implementasi E-Nofa dengan Peningkatan Pelaporan

Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua berdasarkan SPT

Masa PPN

Penelitian yang dilakukan oleh Frida dkk (2013) meyatakan bahwa

implementasi e-nofa dalam upaya meningkatkan pelaporan Wajib Pajak

memiliki hubungan yang positif karena setelah menggunakan e-nofa

pelaporan dari kepatuhan Wajib Pajak, pajak lebih bayar dan pajak nihil

lebih baik dari pada sebelum menggunakan e-nofa, sedangkan untuk pajak

kurang bayar tidak ada beda sebelum dan sesudah menggunakan e-nofa.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Chamalinda (2013) yang menyatakan Penerapan e-nofa sebagain besar

sudah cukup baik dan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Supadmi (2013) dan Lingga

(2012) mengenai efektifitas e-SPT Masa PPN pada Kepatuhan Wajib

Pajak Badan, menunjukkan hasil yang berpengaruh positif dan signifikan

pada Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Denpasar Barat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Firda dkk (2013),

Chamalinda dkk (2013) dan Supadmi (2013), maka dapat dirumuskan

suatu hipotesis sebagai berikut.

Page 67: Asty Wahyuni Feb

49

G. PENELITIAN TERDAHULU

Berdasarkan landasan teori yang dijelasan dalam penelitian ini

maka peneliti menggunakan beberapa referensi yang berkaitan dengan

penelitian ini yang dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Metodologi

Penelitian

Hasil

Penelitian

Firda

Arizqiah,

Endang Siti

Astuti dan

Fransisca

Yaniangwati

(2013)

IMPLEMENTASI

ELEKTRONIK

NOMOR FAKTUR

(E-NOFA) PAJAK

DALAM

MENINGKATKAN

PELAPORAN

WAJIB PAJAK

Sampel:

Pegawai Pajak di

KPP Pratama

Surabaya Genteng

Metode:

Interview.

Kuesioner terbuka

dan dokumentasi

Hasil nilai uji

statistik dari

Kepatuhan wajib

pajak, pajak lebih

bayar dan pajak

nihil ada beda

yaitu setelah

menggunakan e-

nofa lebih baik

dari pada

menggunakan e-

nofa, sedangkan

untuk pajak kurang

bayar tidak ada

beda yaitu sebelum

dan setelah

menggunakan e-

nofa.

Khy’sh Nursi

Leapatra

Chamalinda,

Nurul

Herawati dan

Emi

Rahmawati

(2013)

PENERAPAN

PERATURAN

DIREKTORAT

JENDRAL PAJAK

NOMOR PER-

24/PJ/2012

TENTANG E-

NOFA BAGI

PENGUSAHA

KENA PAJAK

PADA KPP

PRATAMA

BANGKALAN

Sampel:

2 PKP di KPP

Pratama

Bangkalan

Metode:

Wawancara dan

Observasi di KPP

Pratama

Bangkalan

Menunjukkan

bahwa peranan

KPP Pratama

Bangkalan dalam

penerpan Peraturan

DJP Nomor PER-

24/PJ/2012 tenang

E-Nofa sebagian

besar sudah cukup

baik dan sesuai

dengan ketentuan

perpajakan yang

berlaku.

Page 68: Asty Wahyuni Feb

50

Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Metodologi

Penelitian

Hasil

Penelitian

Ita Salsana

Lingga

(2013)

PENGARUH

PENERAPAN e-

SPT PPN

TERHADAP

PENGISIAN SPT

MENURUT

PERSEPSI WAJIB

PAJAK: SURVEY

TERHADAP

PENGUSAHA

KENA PAJAK

PADA KPP

PRATAMA “X”

Sampel:

Pengusaha

Kena Pajak

(PKP) yang

wajib e-SPT

PPN di

Wilayah KPP

Pratama X

Bandung

Metode:

Kuesioner

Berdasarkan

hasil penelitian

dan

pembahasan

yang telah

dilakukan dapat

ditarik

kesimpulan

sebagai berikut:

Penerapan e-

SPT PPN

menurut

persepsi Wajib

Pajak sudah

baik dan

efisien.

Kadek Putri

Handayani

dan Ni Luh

Supadmi

(2013)

PENGARUH

EFEKTIVITAS E-

SPT MASA PPN

PADA

KEPATUHAN

WAJIB PAJAK

BADAN DI KPP

PRATAMA

DENPASAR

BARAT

Sampel:

Wajib Pajak

yang terdaftar

sebagai PKP di

KPP Pratama

Denpasar Barat

Metode:

Accidental

sampling

dengan

perhitungan

rumus Slovin

pada titik kritis

10 persen

1.Sistem

pelaporan SPT

Masa PPN

secara

electronik (e-

SPT Masa

PPN) tergolong

ke dalam

kriteria sangat

efektif untuk

diterapkan di

KPP Pratama

Denpasar Barat.

2.Efektivitas

penerapan e-

SPT Masa PPN

berpengaruh

positif dan

signifikan pada

kepatuhan

Wajib Pajak

Badan di KPP

Page 69: Asty Wahyuni Feb

51

Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Metodologi

Penelitian

Hasil

Penelitian

Denpasar Barat

dalam

melaporkan

SPT Masa

PPN.

Sumber: diolah dari berbagai referensi

Page 70: Asty Wahyuni Feb

52

H. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian diatas, maka gambaran menyeluruh tentang

penelitian ini tergambar dalam alur penelitian seperti berikut ini:

KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI E-NOFA DENGAN PENIGKATAN

PELAPORAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP WAJIB PAJAK BESAR DUA

JAKARTA PUSAT

Masalah: Apakah terdapat korelasi antara Implementasi E-NOFA denagan Peningkatan

Pelaporan Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat

Metode Penelitian:

Model Korelasi

VARIABEL

INDEPENDEN

X

Implementasi E-NOFA

(Electronic

Nomor Faktur

Pajak)

Indikator:

Pengguna e-nofa

yang terdaftar di

KPP Wajib Pajak

Besar Dua

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

VARIABEL DEPENDEN

Y

Peningkatan Pelaporan

Wajib Pajak Badan

Indikator:

1. Kepatuhan Wajib

Pajak

2. Laporan pajak

Kurang bayar

3. Laporan Pajak

Lebih Bayar

4. Laporan Pajak

Nihil

Page 71: Asty Wahyuni Feb

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua

variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002:27). Penelitian ini

bertujuan untuk menguji variabel independen, yaitu korelasi antara

implementasi E-NOFA (Electronik Nomor Faktur Pajak) terhadap variabel

dependen yaitu peningkatan kepatuhan wajib pajak badan. Penelitian ini

dilakukan di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Wajib Pajak Besar Dua

Jakarta Pusat. Khususnya pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di

KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat untuk melihat sebarapa besar

kuat/lemat dan positif/negatif hubungan antara variabel.

B. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

yaitu sebagai berikut:

1. Convenience Sampling merupakan teknik dalam memilih sampel,

peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan

kemudahan saja, Sugiyono (2008:122). Adapun alasan peneliti dalam

menggunakan teknik puposive sampling yaitu sebagai berikut:

Page 72: Asty Wahyuni Feb

54

a. Lebih memudahkan peneliti dalam menentukan data yang akan

digunakan untuk diinput dalam mengolah hasil penelitian. Karena

tidak semua wajib pajak yang terdaftar di KPP Wajib Pajak Besar

Dua Jakarta Pusat menggunakan E-Nofa.

b. Teknik ini juga tidak memhabiskan banyak biaya dan waktu dalam

melakukan penelitian.

2. Secondary data adalah penelitian (archival research) yang memuat

kejadian masa lalu (historis). Pengumpulan secondary data relatif

lebih cepat dan lebih murah dibandingkan dengan pengumpulan data

primer (Indriantoro dan Supomo, 2009:147). Metode secondary data

digunakan karena peneliti dapat dengan cepat memperoleh data yang

digunakan untuk sampel penelitian. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data pengguna e-nofa yang terdaftar di KPP

Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat dan data SPT Masa PNN.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara,

yaitu peneltian pustaka dan penelitian arsip.

1. Penelitan Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder

(Indrian dan Supomo, 2009:150). Peneliti memperoleh data yang

berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,

Page 73: Asty Wahyuni Feb

55

skripsi, atau berbabagai bentuk terbitan periodik yang berkaitan secara

manual ataupun komputer.

2. Penelitian Arsip (Arcive Research)

Penelitian arsip (archival research) yang memuat kejadian masa lalu

(Indarto dan Supomo, 2009:147). Metode sekunder dengan

penelusuran komputer ini digunakan karena data berupa data

elektronik (database) berupa numeric. Pada penelitian ini yang

merupakan data elektronik numeric jumlah Pengusaha Kena Pajak

yang telah menggunakan E-NOFA (Electronic Nomor Faktur) telah

terdaftar di KPP Wajib Pajak Besar Dua sampai akhir tahun. Dalam

penelitian ini pengambilan data-data tertentu yang dianggap sesuai

kriteria dan terkait dengan penelitian yang dilakukan, dalam hal ini

jumlah laporan surat pemberitahun (SPT) Masa PNN.

D. Metode Analisis Data

Data yang tekumpul selanjutnya akan di uji dan dianalisis dengan

program Statistical Product and Service Solutian (SPSS) versi 20. Adapun

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa

korelasi sederhana dengan cara uji hipotesis aplikasi statistik dan

perhitungan manual.

1. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitan ini diuji dengan menggunakan teknik

koefisien korelasi sederhana ini digunakan untuk mencari hubungan

Page 74: Asty Wahyuni Feb

56

dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua

variabel berbentuk interval atau ratio, (Sujarweni dan Endarto,

2012:59). Untuk perhitungan SPPS uji yang digunakan adalah analisis

korelasi bivariate. Model korelasi bivariate bertujuan untuk mengukur

perbedaan dan mengukur hubungan antara dua variabel penelitian

(Indriantoro dan Supomo, 2009:204). Sedangkan untuk perhitungan

manual digunakan analisa koefisien korelasi. Variabel independen

terdiri dari implementasi e-nofa. Sedangkan variabel dependennya

adalah peningkatan pelaporan wajib pajak badan.

Rumus koefisien korelasi (product moment) yang digunakan

adalah sebagai berikut:

r = ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑

√ ∑

Keterangan:

n : Tahun

∑X : Total jumlah dari variabel x yaitu pengguna e-nofa

∑Y : Total jumlah dari variabel y yaitu jumlah wajib pajak

badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua

∑ : Kuadrat dari total jumlah variabel X

∑ : Kuadrat dari total jumlah variabel Y

∑ : Hasil perkalian dari total jumlah variabel X dan variabel Y

Page 75: Asty Wahyuni Feb

57

Nilai r dapat digunakan unuk melihat dua variabel tersebut

berhubungan atau tidak kriteria:

Jika r hitung > r tabel maka (lihat tabel r) Ho ditolak

Jika r hitung < r tabel maka (lihat tabel r) Ha diterima

Melihat Nilai koefisien korelasi merupakan nilai yang

digunakan untuk mengukur kekuatan suatu hubungan antarvariabel.

Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 hingga + 1. Sifat nilai

koefisien korelasi antar plus (+) atau minus (-). Makna nilai koefisien

korelasi, apabila nilai koefisien korelasi positif (+), maka hubungan

antara variabel bebas dan terikat adalah berbanding lurus. Semakin

mendekati nilai 1, hubungan antara kedua variabel semakin kuat.

Sedangkan apabila nilai koefisien korelasinya negatif (-) , hubungan

anatar kedua variabel yang terjadi adalah berbanding terbalik. Apabila

nilai mendekati -1, hubungan berbanding terbalik antara variabel bebas

dan variabel terikat maskin kuat. Bisa jadi, nilai koefisien korelasi

adalah 0. Seandainya memang demikian keadaannya, dapat kita

aritikan bahwa antara variabel bebas dan variabel terikat tidak

memiliki hubungan sama sekali. Sedangkan jika nilai koefisisen

korelasi yang diperoleh adalah 1 atau -1, hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat adalah berbanding lurus atau berbanding

terbalik secara sempurna (Santosa dan Hamdani, 2007:257).

Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan

korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Page 76: Asty Wahyuni Feb

58

1) 0,00 sampai 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah

2) 0,21 sampai 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah

3) 0,41 sampai 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat

4) 0,71 sampai 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat

5) 0,91 sampai 0,99 berarti korelasi memiliki keeratn kuat sekali

6) 1 berarti korelasi sempurna

Pentingnya analisis hubungan, di dunia ini kita tidak dapat

hidup sendiri, tetapi memerlukan hubungan dengan orang lain (dengan

tetangga, kawan kantor, kawan sekolah, pegawai bank, petugas pajak,

dan lain sebagainnya). Hubungan ini pada umumnya dilakukan dengan

maksud tertentu seperti mendapatkan keringanan pajak, memperoleh

kredit, meminjam uang, serta minta pertolongan lain/bantuan lainnya,

(Supranto, 2000:150). Kriteria korelasi dapat dilihat pada tabel 3.1

dibawah ini.

Tabel 3.1

Tabel Pedoman Umum dalam menentukan kriteria korelasi

R Kriteria Hubungan

0 Tidak ada korelasi

0 - 0.5 Korelasi lemah

0.5 - 0.8 Korelasi sedang

0.8 – 1 Korelasi kuat / erat

1 Korelasi Sempurna

Page 77: Asty Wahyuni Feb

59

a. Korelasi Implementasi E-Nofa (Electronic Nomor Faktur (X)

E-Nofa (Electronic Nomor Faktur Pajak) merupakan

merupakan kebijakan baru yang dibuat oleh Direktorat Jendral

Pajak yang terutang dalam PER/24/PJ/2012 tentang bentuk,

ukuran, tata cara pengisian keterangan, prosedur pemberitahuan

dalam rangka pembuatan, tata cara pembetulan atau penggantian,

dan tata cara pembatalan faktur pajak. Instrumen pengukuran

variabel ini menggunakan pelitian yang dikembangkan oleh (Firda,

2012) dengan penelitian yang digunakan adalah comparative study

membandingkan sebelum menggunakan e-nofa dan setelah

menggunakan e-nofa. Metode pengumpulan data dalam penelitian

ini menggunakan metode interview, kuesioner terbuka dan

dokumentasi. Populasi yang digunakan adalah pegawai pajak,

sedangkan untuk analisis data menggunakan uji t. Sedangkan

dalam peneliti ini menggunakan metode pengumpulan data

sekunder atau archival research dan yang digunakan untuk analisis

data menggunakan uji koefosien korelasi.

b. Peningkatan pelaporan Wajib Pajak badan (Y)

Hal-hal yang menjadi penting dalam perpajakan adalah

bagaimana cara memaksimalkan pendapatan negara, kesadaran

masyarakat dalam melaporkan kewajiban pajaknya sendiri

sehingga pajak bukan lagi merupakan suatu kewajiban tetapi

menjadi kebutuhan. Pada variabel ini sampel yang digunakan

Page 78: Asty Wahyuni Feb

60

berjumlah 94 Wajib Pajak Badan melalui teknik accidental

sampling yang dikembangkan oleh Supadmi (2012). Sedangkan

pada variabel ini sampel yang digunakan adalah data laporan SPT

yang diperoleh dari KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat

melalui teknik arcive data dengan metode purposive sampling

diukur dengan menggunakan metode tabel korelasi dengan

indikator kepatuhan wajib pajak, pajak kurang bayar, pajak lebih

bayar dan pajak nihil.

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Skala Ukuran

Implementasi E-

Nofa (Electronic

Nomor Faktur

Pajak)

(Variabel X)

Jumlah Wajib Pajak Badan

yang dikukuhkan sebagai

pengguna E-Nofa

Skala Ordinal

Peningkatan

Pelaporan Wajib

Pajak Badan di

KPP Wajib Pajak

Besar Dua Jakarta

Pusat

(Variabel Y)

1. Jumlah Wajib Pajak

Badan yang lapor

menggunakan E-Nofa

2. Jumlah Wajib Pajak

Badan yang Lapor

Kurang Bayar

3. Jumlah Wajib Pajak

Badan yang Lapor

Lebih Bayar

4. Jumlah Wajib Pajak

Badan yang Lapor

Nihil

Skala Ordinal

Page 79: Asty Wahyuni Feb

61

Page 80: Asty Wahyuni Feb

60

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas tentang Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan terhadap Wajib Pajak

Badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar Dua Jakarta

Pusat. Kriteria wajib pajak badan itu sendiri adalah yang telah

menggunakan aplikasi E-NOFA (Electronic Nomor Faktur).

Pengumpulan data dilaksanakan melalui pengambilan data sekunder

secara langsung di KPP yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian yaitu Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar Dua di Jakarta Pusat.

Yang dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2015 di KPP Wajib Pajak Besar

Dua. Data yang diperoleh dari KPP Wajib Pajak Besar Dua berdasarkan

tabel 4.1 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah PKP yang terdaftar di KPP Wajib Pajak Besaar Dua

Jakarta Pusat sebelum dan setelah implementasi

E-NOFA

Uraian 2012 2013 2014

PKP Terdaftar 240 247 250

PKP yang menggunakan E-Nofa - 230 250

Page 81: Asty Wahyuni Feb

61

Uraian 2012 2013 2014

PKP yang belum menggunakan E-

Nofa

240 17 -

PKP Lapor 221 230 248

PKP Kurang Bayar 101 118 120

PKP Lebih Bayar 100 105 123

PKP Nihil 20 7 5

PKP Pindah 2

Sumber: diperoleh dari KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, dari tabel diatas jumlah

PKP yang terdaftar di KPP Wajib Pajak Besar Dua pada tahun 2012

sebanyak 240 yaitu pada saat sebelum adanya penggunanaan E-Nofa dan

pada tahun 2013 sampai tahun 2014 PKP terus bertambah. jumlah PKP

pada tahun 2013 sebanyak 247 dan PKP yang menggunakan E-Nofa yaitu

230 sudah sekitar 87% seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2014

jumlah PKP di KPP Wajib Pajak Besar Dua bertambah menjadi 250 PKP

sudah 100% yang menggunakan aplikasi E-Nofa. Jadi berdasarkan data

yang diperoleh sudah 100% PKP yang terdaftar di KPP WajiB Pajak Besar

Dua menggunakan aplikasi E-Nofa. Adapun data jumlah PKP yang

menyampaikan SPT Masa PPN juga mengalami penigkatan dari sebelum

menggunakan E-Nofa dan pada saat setelah penerapan E-Nofa PKP yang

lapor terus mengalami penigkatan, PKP kurang Bayar terus mengalami

penurunan hingga tahun 2014 hal ini disebabkan karena perubahan

Page 82: Asty Wahyuni Feb

62

kebijakan dari DJP yang sebelum penggunaan E-Nofa PKP dapat

menentukan nomor seri faktur pajaknya sendiri dan setelah diberlakukanya

peraturan tentang E-Nofa maka PKP tidak lagi dapat membuat nomor seri

faktur pajaknya sendiri karena akan ditentukan oleh KPP tempat PKP

terdaftar dan dilakukan secara elektronik, sedangkan PKP Lapor Kurang

Bayar mengalami peningkatan dari sebelum menggunakan E-Nofa hingga

setelah E-Nofa diterapkan di KPP Wajib Pajak Besar Dua, dan PKP Lapor

Nihil terus mengalami penurunan hingga tahun 2014.

Pergantian tahun yang terjadi dari tahun ke tahun hingga 2013

diikuti juga dengan perubahan peraturan yang berlaku untuk menyesuaikan

dengan kondisi yang semakin berkembang. Perubahan peraturan yang

terjadi sejak 1 April 2013, nomor Faktur Pajak tidak dapat ditetapkan

sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memberikan dampak pada

peningkatan pelaporan wajib pajak badan seperti jelaskan dalam tabel

diatas. Untuk membuat Faktur Pajak, PKP harus mendapatkan Nomor Seri

Pajak yang diberikan oleh Kantor Palayanan Pajak tempat PKP tersebut

dikukuhkan sehingga PKP dituntut untuk beradaptasi dengan peraturan ini.

Dalam Peraturan Jendral Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 diatur bahwa

Nomor Seri Faktur Pajak diberikan oleh Jendral Pajak melalui Kantor

Palayanan Pajak tempat PKP tersebut dikukuhkan setelah mendapatkan

surat permintaan Nomor Seri Faktur Pajak dari PKP yang bersangkutan.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di KPP Wajib Pajak Besar Dua

di Jakarta Pusat tidak mengalami banyak kesulitan dalam implementasi

Page 83: Asty Wahyuni Feb

63

aplikasi E-Nofa karena sudah sekitar 98% PKP yang menggunakan

aplikasi E-Nofa.

B. Hasil Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Hipotesis Koefisien Korelasi dengan Perhitungan SPSS

20 dan Manual.

Untuk mengetahui korelasi antara impelemntasi E-Nofa dengan

peningkatan pelaporan wajib pajak badan maka indikator-indikator

dari varibael ini diuji dengan perhitungan statistik SPSS dan

perhitungan manual menggunakan teori (Supranto, 2000:150) sebagai

berikut:

a. Uji Pengguna E-Nofa dengan indokator (KPT) Kepatuhan

Wajib Pajak dari PKP Lapor

Tabel 4.4 hasil perhitungan statistik spss 20 sebagai

berikut:

Tabel 4.4

Sumber: Data Sekunder diolah

Korelasi Pengguna E-Nofa dengan PKP Lapor

Enofa PKPlapor

Enofa

Pearson Correlation 1 ,801

Sig. (2-tailed) ,409

N 3 3

PKPlapor

Pearson Correlation ,801 1

Sig. (2-tailed) ,409

N 3 3

Page 84: Asty Wahyuni Feb

64

Perhitungan manual :

Tabel 4.4

Tabel Antara e-nofa dengan Kepatuhan Wajib Pajak

Tahun Pengguna

E-Nofa

(X)

PKP

Lapor

(Y)

XY X² Y²

2012 0 221 0 48841 48841

2013 230 230 52900 52900 52900

2014 250 248 62000 62500 61504

Jumlah 480 699 114900 173000 163742

Sumber: data sekunder diolah

Keterangan :

N ∑X ∑Y ∑X² ∑Y² XY

3 480 699 115400 163245 114900

Rumus :

=

=

Page 85: Asty Wahyuni Feb

65

=

=

= 0,80

Dari hasil perhitungan pada tabel 4.4 dengan melihat dua

variabel diatas berhubungan atau tidak. Apakah terdapat hubungan

antara implementasi e-nofa dengan pelaporan kepatuhan wajib

pajak ?

Mengajukan kemungkinan jawaban

Ho = Tidak terdapat hubungan antara implementasi e-nofa dengan

laporan kepatuhan wajib pajak.

Ha = Terdapat hubungan antara implementasi e-nofa denga laporan

kepatuhan wajib pajak.

Hasilnya:

Dengan nilai koefisien relasinya 0,80 maka terdapat

hubungan positif dengan keeratan kuat antara e-nofa dengan

laporan kepatuhan Wajib Pajak badan berdasarkan jumlah PKP

yang terdaftar. Maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga terdapat

Page 86: Asty Wahyuni Feb

66

hubungan anatara implementasi e-nofa dengan laporan kepatuhan

Wajib Pajak.

Makna sifat korelasi :

Melihat nilai koefisien korelasi sebesar r² = 0,80 dengan

keeratan kuat yang artinya jika variabel implementasi e-nofa

dengan laporan kepatuhan wajib pajak berdasarkan laporan jumlah

PKP yang terdaftar adalah berbanding lurus. Dengan kata lain,

semakin meningkat pengguna aplikasi e-nofa maka jumlah laporan

kepatuhan wajib pajak badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua akan

semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh lebih tersistematisnya

penggunaan E-Nofa yang sebelumnya pembuatan nomor seri

faktur pajak dilakukan secara manual, saat ini secara elektronik

sehingga ketika ada nomor seri yang tidak sesuai akan otomatis

ditolak oleh aplikasi sehingga memberikan kemudahan kepada

pegawai pajak dalam melakukan pengawasan terhadap PKP dan

juga dengan penggunaan aplikasi E-Nofa ini setelah PKP

menginput nomor elektronik yang diberikan oleh KPP tempat PKP

terdaftar pengusaha sudah bisa dengan leluasa bertransaksi dan

memungut PPN 10% dari lawan transaksi. Hasil pengujian dari

indikator ini konsiten dengan penelitian yang dilakukan oleh Firda

dkk (2013)

Page 87: Asty Wahyuni Feb

67

b. Uji PKP Lapor dengan PKP Kurang Bayar (KB)

Tabel 4.5 hasil perhitungan statistik spss 20 sebagai

berikut:

Tabel 4.5

Sumber: Data Sekunder diolah

Perhitungan Manual :

tabel 4.5

Tabel Korelasi antara PKP Lapor dengan PKP Kurang Bayar

Tahun Pengguna

E-Nofa

(X)

PKP

Lapor

(Y)

XY X² Y²

2012 0 101 0 0 10201

2013 230 118 27140 52900 13924

2014 250 120 30000 62500 14400

Korelasi PKP Lapor dengan PKP Kurang Bayar

PKPlapor KB

PKPlapor

Pearson Correlation 1 1,000*

Sig. (2-tailed) ,015

N 3 3

KB

Pearson Correlation 1,000* 1

Sig. (2-tailed) ,0,15

N 3 3

Page 88: Asty Wahyuni Feb

68

Jumlah 480 339 57140 115400 38525

Sumber: Data Sekunder diolah

Keterangan :

N ∑X ∑Y ∑X² ∑Y² XY

3 480 339 115400 38525 57140

Rumus :

=

=

=

=

Page 89: Asty Wahyuni Feb

69

= 0,99 (1)

Dari hasil perhitungan pada tabel 4.5 dengan melihat dua

variabel diatas berhubungan atau tidak. Apakah terdapat hubungan

antara PKP Lapor dengan pajak kurang bayar?

Mengajukan kemungkinan jawaban

Ho = Tidak terdapat hubungan antara Pengguna E-Nofa dengan

PKP Lapor Kurang Bayar

Ha = Terdapat hubungan antara Pengguna E-Nofa dengan PKP

Lapor kurang bayar.

Hasilnya:

Dengan nilai koefisien korelasinya 1 maka terdapat

hubungan korelasi positif dengan keeratan sempurna antara

Pengguna E-Nofa dengan PKP lapor kurang bayar. Maka Ho

diterima dan Ha ditolak sehingga adanya hubungan yang

berbanding lurus antara PKP lapor dengan PKP pajak kurang

bayar.

Makna sifat korelasi :

Melihat nilai koefisien korelasi sebesar r² = 1 berarti

keeratan positif yang sempurna yang artinya jika variabel

implementasi e-nofa dengan PKP laporan kurang bayar adalah

berbanding berbanding lurus. Dengan kata lain, semakin

Page 90: Asty Wahyuni Feb

70

meningkat implementasi e-nofa maka jumlah PKP lapor kurang

bayar akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena lebih

leluasanya PKP dalam memungut PPN dan juga lebih banyak PKP

yang dapat melakukan kredit untuk pajak masukan pada laporan

SPT Masa PPN. Hasil pengujian terhadap indikator ini konsiten

dengan penelitian yang dilakukan oleh Firda dkk (2013).

c. Uji Korelasi antara PKP pengguna E-Nofa dengan PKP lapor

Lebih Bayar (LB)

Tabel 4.5 hasil perhitungan statistik spss 20 sebagai

berikut:

Tabel 4.5

Korelasi antara PKP Lapor dengan PKP lebih bayar

ENOFA LB

PKP

Lapor

Pearson Correlation 1 ,720

Sig. (2-tailed) ,488

N 3 3

LB

Pearson Correlation ,720 1

Sig. (2-tailed) ,488

N 3 3

Sumber: Data sekunder yang di olah

Perhitungan Manual :

tabel 4.6

Tabel Hubungan antara PKP Lapor dengan PKP Lebih Bayar

Tahun Pengguna

E-Nofa

(X)

PKP

Lapor

(Y)

XY X² Y²

Page 91: Asty Wahyuni Feb

71

2012 0 100 0 0 10000

2013 230 105 24150 52900 11025

2014 250 123 30750 62500 15129

Jumlah 699 328 54900 115400 36154

Sumber: Data Sekunder diolah

Keterangan :

N ∑X ∑Y ∑X² ∑Y² XY

3 699 328 115400 36154 54900

Rumus :

=

=

=

=

Page 92: Asty Wahyuni Feb

72

= 0,72

Dari hasil perhitungan pada tabel 4.6 dengan melihat dua

variabel diatas berhubungan atau tidak. Apakah terdapat

hubungan antara PKP Lapor dengan PKP Lebih lebih bayar ?

Mengajukan kemungkinan jawaban

Ho = Tidak terdapat hubungan antara PKP Pengguan E-Nofa

dengan PKP Lapor Lebih Bayar.

Ha = Terdapat hubungan PKP Pengguna E-Nofa dengan PKP

Lapor Lebih bayar.

Hasilnya:

Dengan nilai koefisien korelasinya 0,72 maka terdapat

hubungan korelasi positif yang sedang keeratanya antara PKP

pengguna E-Nofa dengan PKP lapor lebih bayar. Maka Ho

ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat hubungan antara PKP

pengguna E-Nofa dengan PKP lapor Lebih bayar.

Makna sifat korelasi :

Melihat nilai koefisien korelasi sebesar r² = 0,72 yang

berarti keeratan korelasi yang sedang yang artinya hubungan

antara PKP pengguna E-Nofa dengan PKP lapor Kurang Bayar

berbanding lurus. Dengan kata lain, semakin meningkat

implementasi e-nofa maka PKP lapor Lebih Bayar juga akan

Page 93: Asty Wahyuni Feb

73

mengalami peningkatan. Hal ini bisa disebabkan oleh lebih

leluasanya pengusaha dalam bertransaksi dan memungut PPN

dengan kemudahan sistem. Hasil pengujian terhadap indikator ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Firda dkk

(2013).

d. Uji Korelasi E-Nofa dengan Laporan Pajak Nihil (NIHIL)

Tabel 4.5 hasil perhitungan statistik spss 20 sebagai

berikut:

Tabel 4.5

Korelasi antara PKP Lapor dengan PKP Lapor Nihil

ENOFA LB

PKP

Lapor

Pearson Correlation 1 -,999

Sig. (2-tailed) ,032

N 3 3

LB

Pearson Correlation -,999 1

Sig. (2-tailed) ,032

N 3 3

Sumber: Data sekunder yang diolah

Perhitungan Manual :

tabel 4.6

Tabel Hubungan antara PKP Lapor dengan PKP Nihil

Tahun Pengguna

E-Nofa

(X)

PKP

Lapor

(Y)

XY X² Y²

2012 0 20 0 0 400

2013 230 7 1610 52900 49

2014 250 5 1250 62500 25

Page 94: Asty Wahyuni Feb

74

Jumlah 480 32 2860 115400 474

Sumber: Data Sekunder diolah

Keterangan :

N ∑X ∑Y ∑X² ∑Y² XY

3 480 32 115400 474 2860

Rumus :

=

=

=

=

= -0,99

Page 95: Asty Wahyuni Feb

75

Dari hasil perhitungan pada tabel 4.6 dengan melihat dua

variabel diatas berhubungan atau tidak. Apakah terdapat hubungan

antara PKP Lapor dengan PKP Lapor Nihil?

Mengajukan kemungkinan jawaban

Ho = Tidak terdapat hubungan antara PKP Pengguna E-Nofa

dengan PKP Lebih Bayar.

Ha = Terdapat hubungan PKP Pengguna E-Nofa dengan PKP

lebih bayar.

Hasilnya:

Dengan nilai koefisien relasinya -0,99 maka terdapat

hubungan negatif yang kuat keeratanya antara implementasi e-nofa

dengan PKP Lapor Nihil, ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat

hubungan anatara PKP Pengguna E-Nofa dengan PKP Lapor Nihil.

Makna sifat korelasi :

Melihat nilai koefisien korelasi sebesar r² = -0,99 yang

berarti keeratan negatif yang kuat yang artinya hubungan antara

implementasi e-nofa dengan PKP Lapor Nihil berbanding terbalik.

Dengan kata lain, semakin meningkat PKP yang lapor maka PKP

Lapor Nihil akan berkurang. Hal ini bisa disebabkan oleh lebih

leluasanya pengusaha dalam bertransaksi dan memungut PPN

Page 96: Asty Wahyuni Feb

76

Penggunaan E-Nofa dalam upaya meningkatkan pelaporan

wajib pajak berhubungan dengan teori pajak yaitu tentang asas

pemunguntan self assesment system yaitu PKP telah melakukan

kewajiban perpajakannya sendiri. Mulai dari menghitung,

membayar dan melaporkan PPN terutang. PKP juga telah

melakukan pembayaran PPN lebih tepat waktu dengan

menggunakan E-Nofa. E-Nofa juga sangat berkaitan dengan teori

pengolahan data elektronik yang menjelaskan E-Nofa yang

sebelumnya menggunakan nomor faktur secara manual yang dibuat

sendiri oleh wajib pajak pajak maka DJP memberikan kemudahan

kepada PKP yaitu nomor faktur secara elektronik. Adanya nomor

faktur secara elektronik akan mempermudah baik bagi PKP

maupun pegawai pajak. Untuk PKP lebih mudah dalam pelaporan

dan tepat waktu sehingga dengan kemudahan penggunaan sistem

elektronik pelaporan wajib pajak badan terus meningkat,

sedangkan untuk pegawai pajak akan mempermudah dalam

pengawasan kepada PKP yang menggunakan E-Nofa. Hasil

pengujian dari indikator ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Firda dkk (2013).

Page 97: Asty Wahyuni Feb

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi atau sebarapa

besar hubungan antara implementasi E-Nofa dengan peningkatan

pelaporan wajib pajak badan, dengan indikator dari peningkatan pelaporan

wajib pajak badan yaitu laporan kepatuhan wajib pajak badan, laporan

pajak lebih bayar, laporan pajak kurang bayar dan laporan pajak nihil

berdasarkan PKP yang terdaftar di KPP Wajib Pajak Besar Dua di Jakarta

Pusat. Berdasarkan pada data yang telah diperoleh peneliti dari KPP Wajib

Pajak Besar Dua dan telah melakukan pengujian terhadap permasalahan

dengan menggunakan SPSS dan manual dengan metode korelasi bavirate

dan koefisien korelasi maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi E-Nofa memiliki hubungan yang kuat dengan

peningkatan palaporan wajib pajak badan di KPP Wajib Pajak Besar

Dua Jakarta Pusat dan Peningkatan Pelaporan wajib Pajak Badan

dengan empat indikator berdasarkan jumlah PKP pengguna E-Nofa di

KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat memiliki hubungan yang

kuat dengan implementasi E-Nofa hal ini konsisten dengan penelitian

yang dilakukan oleh Firda dkk (2013) dan Chamalinda dkk (2013).

2. Besar hubungan antara Implementasi E-Nofa dengan peningkatan

pelaporan Wajib Pajak Badan dijelaskan dalam masing-masing

indikator yang telah diuji menggunakan teori dari (Supranto,

Page 98: Asty Wahyuni Feb

77

2000:150) dari keempat indikator tersebut memiliki hubungan yang

kuat dan berdampak positif untuk menigkatkan pelaporan Wajib Pajak

Badan di Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua Jakarta

Pusat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Firda dkk (2013).

B. Saran

Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya,

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel-variabel

independen lainya, baik yang berasal dari faktor eksternal maupun

internal wajib pajak badan. Hal ini tentunya berguna untuk mengetahui

variabel-variabel lain apa sajakah yang dapat memaksimalkan

pengimplementasian e-nofa terhadap peningkatan pelaporan wajib

pajak badan.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas ruang lingkup

penelitian, bukan hanya disatu kantor pelayanan pajak sehingga dapat

diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi.

Page 99: Asty Wahyuni Feb

80

DAFTAR PUSTAKA

Budiasih, Yanti. 2012. “Statistika Deskriptif Untuk Ekonomi & Bisnis”.

Tangerang, Jelajah Nusa.

Candra, Andi. "Penomoran Baru Faktur Pajak". Online, Diakses melalui

:http://www.pajak.go.id/content/article/penomoran-baru-faktur-pajak.

Chamalinda, Khy'sh Nursi Leapatra dkk. 2013. "Penerapan Peraturan Direktorat

Jendral Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 Tentang E-NOFA Bagi Pengusa

Kena Pajak Pada KPP Pratama Bangkalan ". Diakses melalui :

http://pta.trunojoyo.ac.id/welcome/detail/100221100019

Direktorat Jendral Pajak. diakses 24 Oktober 2013. Video E-Nofa, "Aplikasi Demi

Keamanan Dan Kenyamanan Wajib Pajak". Diakses melalui:

http://pajak.co.id/content/video-e-nofa-aplikasi-demi-keamanan-dan-

kenyamanan-wajib-pajak.

Direktorat Jendral Pajak. diakses 24 Oktober 2013, "Registrasi Ulang Pengusaha

Kena Pajak". Diakses melalui: http://pajak.co.id/content/registras-ulang-

pengusaha-kena-pajak.

Handayani, Kadek Putri dan Ni Luh Supadmi. 2013. "Pengaruh Efektivitas E-SPT

Masa Pada Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Denpasar

Barat". online. ISSN: 2302-8556. 20 halaman. tersdia: E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana 4.1

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2001 “Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta.

Karen, M. 2011. "Invoice, Automation, Aquisition & Margers, Cost control,

Category managemen, Trademarks, Information management, Service

marks, Performance manageman". Online. Halaman 1-4. Diakses

melalui:http//www.ariba.com. diakses pada 19 Agustus 2014.

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. "Profesionalisme Integritas

Teamwork Inovasi". Direktur Jendral Pajak. melaui :www.pajak.go.id.

Maftucan Ah dan Wiko Saputra." Evaluasi Realisasi Penerimaan Pajak 2013:

Berada Pada titi Terendah Sejak 2011". Diakses melalui:

Page 100: Asty Wahyuni Feb

81

http://theprakarsa.org/new/in/papers/detail/9/Evaluasi-Realisasi-

Penerimaan-Pajak-2013-Berada-pada-Titik-Terendah-sejak-2011

Mardiasmo. 2008 "Perpajakan edisi Revisi 2008". Penerbit Andi. Yogyakarta.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang bentuk,

ukuran, tata cara pengisian keterangan, prosedur pemberitahuan dalam

rangka pembuatan, tata cara pembetulan atau penggantian, dan tata cara

pembatalan faktur pajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak SE-52/PJ/2012 tentang tata cara permohonan

kode aktivasi dan password serta permintaan, pengembalian, dan

pengawasan nomor seri faktur pajak. Diakses dari www.pajak.go.id, 2013.

Rahayu, Siti Kurnia. 2007 "Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal".

Yogyakarta. Graha Ilmu.

Riana, Dwiza. 2012 "Statistika Deskriftif Itu Mudah". Tangerang. Jelajah Nusa.

Santosa, Budi Prabayu dan Muliawan Hamdani. 2007 "Statistika Deskriftif dalam

Bidang Ekonomi dan Niaga", Penerbit Erlangga.

Siti, Resmi. 2009 "Pajak Pertambahan Nilai ". Jakarta. Salemba Empat.

Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-89/PJ/200 Tentang Tata Cara

Penanganan Wajib Pajak Non Efektif.

Sri Rahyu dan Ita Salsana Lingga. 2009. "Pengaruh Modernisasi Sitem

Administrasi Perpajakan Terhadap Keptuhan Wajib Pajak". Jurnal

Akuntansi, 1(2), h:119-138).

Sujarweni, V Wiratna dan Poly Endrayanto. 2012 "Statistika Untuk Penelitian",

Yogyakarta, Graha Ilmu.

Supadmi, Ni Luh. 2009. "Pengaruh Efektivitas E-SPT Masa PPN Pada Kepatuhan

Wajib Pajak Badan Di KPP Pratama Denpasar Barat". E-Jurnal

Akuntasnsi Universitas Udayana 4.1 (2013): 19-38 ISSN: 2302-8556.

Supranto, J. 2000. "Statistik Teori dan Aplikasi", Jakarta. Erlangga.

Sukardji, Untung. 2011."Statistik Teori dan Aplikasi", Jakarta. Rajawali Pers.

Thailand. SEC 2012, December 19. "Listed Firms urged to join-Tax Invoice

system". Online. Halaman 1. Diakses

Page 101: Asty Wahyuni Feb

82

melalui:http://docview/1240341990?accountid=48290. diakses pada 22

Agustus 2014.

Undang-undang Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 7 Ketentuan Umum Tata

Cara Perpajakan.

Undang-undang Perpajakan Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 7 Tentang Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah.

Undang-undang Perpajakan Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 3A ayat 1 Tentang

Pengusaha Kena Pajak.

Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan", Pemerintah RI, Jakarta, 2000.

Waluyo. 2011 " Perpajakan Indonesia". Jakarta : Salemba Empat.

Firda dkk. 2012 "Implementasi Elektronik Nomor Faktur (E-NOFA) Pajak dala

Upaya Menigkatkan Pelaporan Wajib Pajak (Studi Pada Pegawai Pajak

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Genteng)". Fakultas Ilmu

Adminstrasi Universitas Brawijaya. Surabaya.

Page 102: Asty Wahyuni Feb

83

Data seluruh Wajib Pajak di KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat

Berdasarkan SPT Tahunan

Tahun 2012 2013 2014

Wajib Pajak Lapor 3703 3774 3858

Lapor Kurang Bayar 1619 1575 1560

Lapor Lebih Bayar 1912 2011 2132

Lapor Nihil 172 188 166

Data seluruh PKP di KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat

sebelum dan setelah menggunakan E-Nofa

Tahun 2012 2013 2014

PKP Terdaftar 240 247 250

PKP Pengguna E-

Nofa

- 230 250

PKP Lapor 221 230 248

Lapor Kurang Bayar 101 118 120

Lapor Lebih Bayar 100 105 123

Lapor Nihil 20 7 5

PKP Pindah - - 2

Daftar Nama Perusahaan Pengguna E-Nofa di KPP Wajib Pajak Besar Dua

Jakarta Pusat

No NPWP NAMA WAJIB PAJAK

1 01.132.905.9-092.000 AKR CORPORINDO TBK.

2 02.244.042.4-092.000 ANGELS PRODUCTS

3 01.369.518.4-092.000 ANUGERAH PHARMINDO LESTARI

4 01.001.922.2-092.000 AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Tbk.

5 01.001.865.3-092.000 ARPENI PRATAMA OCEAN LINE TBK.

6 01.061.615.9-092.000 ASAHIMAS CHEMICAL

7 01.254.040.7-092.000 ASIA PASIFIC FIBER TBK

8 01.000.746.6-092.000 ASTRA HONDA MOTOR

9 01.000.561.9-092.000 BASF INDONESIA

10 01.000.076.8-092.000 BAYER INDONESIA

11 01.588.725.0-092.000 BINA SAN PRIMA

12 01.002.036.0-092.000 BINTANG TOEDJOE

13 01.572.133.5-092.000 CAKRAWALA ANDALAS TELEVISI

14 01.711.062.8-092.000 CARREFOUR INDONESIA

15 01.062.049.0-092.000 CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL TBK. (TRI POLYTA INDONESIA TBK.)

16 01.372.737.5-092.000 CHEMCO HARAPAN NUSANTARA

17 01.061.809.8-092.000 CLARIANT INDONESIA

Page 103: Asty Wahyuni Feb

84

18 01.216.986.8-092.000 DAYA ADICIPTA MUSTIKA

19 01.129.507.8-092.000 DEXA MEDICA

20 01.000.080.0-092.000 ESSENCE INDONESIA INTERNATIONAL FRAGRANCE

21 01.329.860.9-092.000 FILAMENDO SAKTI

22 01.060.611.9-092.000 GULA PUTIH MATARAM

23 01.000.639.3-092.000 GUNUNG MADU PLANTATIONS

24 01.230.414.3-092.000 GUNUNG MAS RAYA

25 01.370.608.0-092.000 INBISCO NIAGATAMA SEMESTA

26 01.002.087.3-092.000 INDO BHARAT RAYON

27 01.003.211.8-092.000 INDO KORDSA TBK

28 01.781.285.0-092.000 INDOCHEMICAL CITRA KIMIA

29 01.346.557.0-092.000 INDOLAMPUNG PERKASA

30 01.000.596.5-092.000 INDONESIA TORAY SYNTHETICS

31 01.886.839.8-092.000 JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL

32 01.104.586.1-092.000 KAHATEX

33 01.001.836.4-092.000 KALBE FARMA TBK.

34 01.562.239.2-092.000 KALTIM METHANOL INDUSTRI

35 01.824.319.6-092.000 KALTIM PASIFIK AMONIAK

36 01.000.078.4-092.000 KAO INDONESIA

37 01.771.763.8-092.000 KARUNIA ALAM SEGAR

38 01.002.832.2-092.000 KAYABA INDONESIA

39 01.000.614.6-092.000 MANDOM INDONESIA TBK.

40 01.543.132.3-092.000 MITSUBISHI CHEMICAL INDONESIA

41 01.001.769.7-092.000 NIPSEA PAINT AND CHEMICALS

42 01.386.225.5-092.000 PANEN LESTARI INTERNUSA

43 01.326.008.8-092.000 POLYCHEM INDONESIA TBK

44 01.104.916.0-092.000 SANBE FARMA

45 01.323.964.5-092.000 SARI MELATI KENCANA

46 01.304.651.1-092.000 SAYAP MAS UTAMA

47 01.907.041.6-092.000 SENTANA ADIDAYA PRATAMA

48 01.071.132.3-092.000 SHELL INDONESIA

49 01.002.218.4-092.000 SHOWA INDONESIA MANUFACTURING

50 01.002.960.1-092.000 SINAR SOSRO

51 01.000.573.4-092.000 SOUTH PACIFIC VISCOSE

52 01.368.275.2-092.000 SUKANDA DJAYA

53 01.062.213.2-092.000 SULFINDO ADIUSAHA

54 01.469.451.7-092.000 SURYA CITRA TELEVISI

55 01.000.781.3-092.000 TEMPO SCAN PACIFIC TBK

56 01.000.211.1-092.000 TIFICO INDONESIA FIBER CORP TBK

57 01.674.376.7-092.000 TIRTA INVESTAMA

58 01.069.226.7-092.000 TITAN PETROKIMIA NUSANTARA

59 01.060.109.4-092.000 UNGGUL INDAH CAHAYA TBK.

60 01.001.701.0-092.000 UNILEVER INDONESIA TBK.

61 01.366.055.0-092.000 WAHANA MAKMUR SEJATI

62 01.526.862.6-092.000 WINGS SURYA

Page 104: Asty Wahyuni Feb

85

63 01.000.554.4-092.000 YAMAHA INDONESIA MOTOR MFG

64 02.312.177.5-092.000 YAMAHA MOTOR MANUFACTURING WEST JAVA

65 01.001.751.5-092.000 YKK ZIPPER INDONESIA

66 01.335.808.0-092.000 ALFA RETAILINDO TBK.

67 01.302.787.5-092.000 ALTRAK1978

68 01.000.161.8-092.000 ASAHIMAS FLAT GLASS TBK.

69 01.000.571.8-092.000 ASTRA DAIHATSU MOTOR

70 01.539.256.6-092.000 ASTRA KOMPONEN INDONESIA

71 01.308.503.0-092.000 ASURANSI ASTRA BUANA

72 01.000.257.4-092.000 BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

73 01.000.118.8-092.000 BRIDGESTONE TIRE INDONESIA

74 01.358.305.9-092.000 BUANA WIRALESTARI MAS

75 01.356.633.6-092.000 CIPTA TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA

76 01.647.720.0-092.000 DAMIT MITRA SEKAWAN

77 01.000.190.7-092.000 DELTA DJAKARTA TBK.

78 01.000.230.1-092.000 DENSO INDONESIA

79 01.314.094.2-092.000 DUTA PERTIWI TBK.

80 01.061.868.4-092.000 EDS MANUFACTURING INDONESIA

81 01.061.584.7-092.000 ENERGIZER INDONESIA

82 01.306.783.0-092.000 FAST FOOD INDONESIA

83 01.359.212.6-092.000 FORESTALESTARI DWIKARYA

84 01.003.009.6-092.000 GAJAH TUNGGAL TBK

85 01.647.721.8-092.000 GAWI MAKMUR KALIMANTAN

86 01.002.075.8-092.000 GOODYEAR INDONESIA TBK

87 01.002.689.6-092.000 GRAMEDIA

88 01.305.681.7-092.000 GRAMEDIA ASRI MEDIA

89 01.000.110.5-092.000 GS BATTERY

90 01.060.143.3-092.000 HINO MOTORS MANUFACTURING INDONESIA

91 01.001.707.7-092.000 HOLCIM INDONESIA TBK.

92 01.000.240.0-092.000 HONDA PROSPECT MOTOR

93 01.604.381.2-092.000 HYUNDAI INDONESIA MOTOR

94 01.062.119.1-092.000 INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK

95 01.084.730.9-092.000 INDONESIA EPSON INDUSTRY

96 01.000.722.7-092.000 INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY (INTERCALLIN)

97 01.338.474.8-092.000 INTI PANTJA PRESS INDUSTRI

98 01.000.514.8-092.000 ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA

99 01.132.916.6-092.000 JAWA POS

100 01.001.772.1-092.000 KALIMANIS PLYWOOD INDUSTRIES

101 02.066.995.8-092.000 KIA INDONESIA MOTOR

102 01.060.100.3-092.000 KOMATSU INDONESIA

103 01.304.315.3-092.000 KOMPAS MEDIA NUSANTARA

104 01.300.657.2-092.000 KRAMA YUDHA TIGA BERLIANMOTORS

105 01.342.209.2-092.000 LANGGENG MUARAMAKMUR

106 01.250.611.9-092.000 LETAWA

107 01.562.024.8-092.000 LOTTE SHOPPING INDONESIA

Page 105: Asty Wahyuni Feb

86

108 01.000.082.6-092.000 MERCEDES-BENZ INDONESIA

109 01.002.830.6-092.000 MITSUBISHI KRAMA YUDHA MOTORS AND MFG.

110 01.346.331.0-092.000 MULIAGLASS

111 01.356.469.5-092.000 MULIAKERAMIK INDAHRAYA

112 01.081.679.1-092.000 NISSAN MOTOR INDONESIA

113 01.001.756.4-092.000 PHILIPS INDONESIA

114 01.445.062.1-092.000 RAMAJAYA PRAMUKTI

115 01.365.481.9-092.000 RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK

116 01.208.298.8-092.000 SAMPOERNA PRINTPACK

117 01.061.747.0-092.000 SCHNEIDER INDONESIA

118 01.000.075.0-092.000 SEPATU BATA

119 01.205.955.6-092.000 SERIKAT PUTRA

120 01.466.654.9-092.000 SUMBER INDAH PERKASA

121 01.597.808.3-092.000 SUTOMO AGRINDO MAS

122 01.061.996.3-092.000 SUZUKI INDOMOBIL MOTOR

123 01.740.116.7-092.000 TIMOR PUTRA NASIONAL

124 01.307.782.1-092.000 TJAHJA SAKTI MOTOR

125 01.000.099.0-092.000 TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

126 01.310.483.1-092.000 TRAKTOR NUSANTARA

127 01.001.105.4-092.000 TRIAS SENTOSA TBK

128 01.100.168.2-092.000 UMADA

129 01.363.987.7-092.000 UNGGUL WIDYA TEKNOLOGI LESTARI

130 01.000.103.0-092.000 UNITED CAN COMPANY LIMITED

131 01.682.508.5-092.000 ADIPRIMA SURAPRINTA

132 01.122.572.9-092.000 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY

133 01.060.138.3-092.000 ASPEX KUMBONG

134 01.371.060.3-092.000 CAKRAWALA MEGA INDAH

135 01.000.594.0-092.000 DNP INDONESIA

136 01.326.236.5-092.000 FAJAR SURYA WISESA TBK.

137 01.577.116.5-092.000 GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA

138 01.481.535.1-092.000 GUNAWAN DIANJAYA STEEL

139 01.462.713.7-092.000 HARTONO ISTANA TEKNOLOGI

140 01.302.384.1-092.000 HERO SUPERMARKET TBK.

141 01.957.632.1-092.000 IBM INDONESIA

142 01.309.910.6-092.000 IMECO INTER SARANA

143 01.000.566.8-092.000 INDAH KIAT PULP & PAPER TBK.

144 01.001.780.4-092.000 INDONESIA ASAHAN ALUMUNIUM

145 01.000.529.6-092.000 INTER WORLD STEEL MILLS INDONESIA

146 01.000.231.9-092.000 ISPAT INDO

147 01.569.079.5-092.000 JAKARTA CAKRA TUNGGAL STEELMILLS

148 01.071.013.5-092.000 JAWA POWER

149 01.062.143.1-092.000 KRESNA DUTA AGROINDO

150 01.069.323.2-092.000 LG ELECTRONICS INDONESIA

151 01.115.965.4-092.000 LONTAR PAPYRUS PULP & PAPER INDUSTRY

152 01.869.783.9-092.000 MANDAU CIPTA TENAGA NUSANTARA

Page 106: Asty Wahyuni Feb

87

153 01.141.075.0-092.000 MASPION

154 01.394.013.5-092.000 MATAHARI PUTRA PRIMA TBK.

155 01.071.068.9-092.000 MURAMOTO ELEKTRONIK INDONESIA

156 01.109.421.6-092.000 PABRIK KERTAS TJIWI KIMIA TBK.

157 01.070.831.1-092.000 PAITON ENERGY

158 01.122.763.4-092.000 PAKERIN

159 01.069.413.1-092.000 PANASONIC GOBEL INDONESIA

160 01.000.604.7-092.000 PANASONIC MANUFACTURING INDONESIA

161 01.060.244.9-092.000 PANGERAN KARANG MURNI

162 01.001.855.4-092.000 PINDO DELI PULP AND PAPERMILLS

163 01.462.625.3-092.000 PRIMA TOBACCO HARUM INDUSTRY

164 01.071.971.4-092.000 PROCTER & GAMBLE HOME PRODUCTS INDONESIA

165 01.121.427.7-092.000 PURA BARUTAMA

166 01.326.231.6-092.000 RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA

167 01.740.026.8-092.000 RIAU ANDALAN KERTAS

168 01.341.857.9-092.000 RIAU ANDALAN PULP & PAPER

169 01.306.922.4-092.000 ROLIMEX KIMIA NUSAMAS

170 01.069.467.7-092.000 SAMSUNG ELECTRONICS INDONESIA

171 01.368.835.3-092.000 SANGHIANG PERKASA

172 01.203.129.0-092.000 SANTOS JAYA ABADI

173 01.641.644.8-092.000 SARANA KENCANA MULYA

174 01.061.523.5-092.000 SEAMLESS PIPE INDONESIA JAYA

175 01.001.880.2-092.000 SHARP ELECTRONICS INDONESIA

176 01.001.732.5-092.000 STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA (SPINDO)

177 01.450.751.1-092.000 SURYA PAMENANG

178 01.963.566.3-092.000 SYNNEX METRODATA INDONESIA

179 01.357.596.4-092.000 TANJUNGENIM LESTARI PULP AND PAPER

180 01.936.379.5-092.000 TELEVISI TRANSFORMASI INDONESIA

181 01.000.137.8-092.000 TEMBAGA MULIA SEMANAN TBK.

182 01.462.615.4-092.000 WIKATAMA INDAH SIGARET INDONESIA

183 01.001.681.4-092.000 AJINOMOTO INDONESIA

184 01.266.975.0-092.000 AMP PLANTATION

185 01.329.929.2-092.000 APLIKANUSA LINTASARTA

186 01.302.584.6-092.000 ASTRA INTERNATIONAL TBK.

187 01.642.566.2-092.000 BAKRIE TELECOM TBK

188 01.644.830.0-092.000 BINASAWIT ABADIPRATAMA

189 01.472.939.6-092.000 BULUH CAWANG PLANTATIONS

190 01.451.387.3-092.000 BUMI SAWIT PERMAI

191 01.118.574.1-092.000 CERES

192 01.000.172.5-092.000 CHAROEN POKPHAND INDONESIA

193 01.069.584.9-092.000 COCA COLA BOTTLING INDONESIA

194 01.070.657.0-092.000 COCA COLA DISTRIBUTION INDONESIA

195 01.356.255.8-092.000 DJUANDASAWIT LESTARI

196 01.001.061.9-092.000 EASTERN PEARL FLOUR MILLS

197 01.071.351.9-092.000 ERICSSON INDONESIA

Page 107: Asty Wahyuni Feb

88

198 01.000.168.3-092.000 FRISIAN FLAG INDONESIA

199 01.105.433.5-092.000 GENERAL FOOD INDUSTRIES

200 01.622.867.8-092.000 GERSINDO MINANG PLANTATION

201 01.103.626.6-092.000 GREAT GIANT PINEAPPLE

202 01.306.067.8-092.000 HASJRAT ABADI

203 01.882.487.0-092.000 HEINZ ABC INDONESIA

204 02.116.379.5-092.000 HUAWEI TECH INVESTMENT

205 01.967.397.9-092.000 HUTCHISON CP TELECOMMUNICATIONS

206 01.303.277.6-092.000 IMORA MOTOR

207 02.993.085.6-092.000 INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR

208 01.542.658.8-092.000 INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK

209 01.300.553.3-092.000 INDOMARCO ADI PRIMA

210 01.337.994.6-092.000 INDOMARCO PRISMATAMA

211 01.061.147.3-092.000 INDOSAT MEGA MEDIA

212 01.000.502.3-092.000 INDOSAT TBK.

213 01.558.591.2-092.000 INDOSIAR VISUAL MANDIRI

214 01.361.390.6-092.000 INDRIPLANT

215 01.062.129.0-092.000 INTI INDOSAWIT SUBUR

216 01.213.128.0-092.000 IVO MAS TUNGGAL

217 01.002.845.4-092.000 JAPFA COMFEED INDONESIA TBK.

218 01.742.459.9-092.000 MEGANUSA INTISAWIT

219 01.002.152.5-092.000 MERCEDES-BENZ DISTRIBUTION INDONESIA

220 01.002.228.3-092.000 MULTI BINTANG INDONESIA, TBK

221 01.130.661.0-092.000 MULTI NABATI SULAWESI

222 01.270.875.6-092.000 MULTIMAS NABATI ASAHAN

223 01.062.064.9-092.000 MUSI BANYUASIN INDAH

224 01.100.016.3-092.000 MUSIM MAS

225 01.308.948.7-092.000 NESTLE INDONESIA

226 01.071.623.1-092.000 NOKIA SIEMENS NETWORKS

227 01.061.631.6-092.000 NUTRICIA INDONESIA SEJAHTERA

228 01.128.141.7-092.000 PERKEBUNAN MILANO

229 01.001.752.3-092.000 PP LONDON SUMATRA INDONESIA

230 01.000.183.2-092.000 PT SMART

231 01.308.447.0-092.000 RODAMAS

232 01.596.183.2-092.000 SALIM IVOMAS PRATAMA

233 01.907.224.8-092.000 SARI AGROTAMA PERSADA

234 01.140.508.1-092.000 SARI HUSADA

235 01.387.784.0-092.000 SARI LEMBAH SUBUR

236 01.123.383.0-092.000 SASA INTI

237 01.220.467.3-092.000 SAWIT MAS SEJAHTERA

238 01.310.105.0-092.000 SIEMENS INDONESIA

239 01.371.352.4-092.000 SINAR ALAM PERMAI

240 01.371.587.5-092.000 SINAR KENCANA INTI PERKASA

241 01.882.794.9-092.000 SINARSIAK DIANPERMAI

242 01.792.185.9-092.000 SMART TELECOM

Page 108: Asty Wahyuni Feb

89

243 01.001.806.7-092.000 SOCFIN INDONESIA

244 01.371.339.1-092.000 SUZUKI INDOMOBIL SALES

245 01.422.341.6-092.000 TANIA SELATAN

246 01.213.180.1-092.000 TAPIAN NADENGGAN

247 02.116.115.3-092.000 TOYOTA-ASTRA MOTOR

248 01.269.805.6-092.000 WILMAR NABATI INDONESIA

249 01.101.793.6-092.000 WIRAKARYA SAKTI

250 01.345.276.8-092.000 XL AXIATA TBK.

Hasil Uji Statisitik gaabungan antara semua indikator

Correlations

ENofa PKPLapor KB LB Nihil

ENofa

Pearson Correlation 1 ,801 1,000* ,720 -,999

*

Sig. (2-tailed) ,409 ,015 ,488 ,032

N 3 3 3 3 3

PKPLapor

Pearson Correlation ,801 1 ,815 ,992 -,831

Sig. (2-tailed) ,409 ,393 ,080 ,376

N 3 3 3 3 3

KB

Pearson Correlation 1,000* ,815 1 ,736 -1,000

*

Sig. (2-tailed) ,015 ,393 ,473 ,017

N 3 3 3 3 3

LB

Pearson Correlation ,720 ,992 ,736 1 -,754

Sig. (2-tailed) ,488 ,080 ,473 ,456

N 3 3 3 3 3

Nihil

Pearson Correlation -,999* -,831 -1,000

* -,754 1

Sig. (2-tailed) ,032 ,376 ,017 ,456

N 3 3 3 3 3

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 109: Asty Wahyuni Feb

90

Hasil Uji Statistik antara masing- masing indikator :

1. Antara E-Nofa dengan keptuahan PKP

Correlations

ENofa PKPLapor

ENofa

Pearson Correlation 1 ,801

Sig. (2-tailed) ,409

N 3 3

PKPLapor

Pearson Correlation ,801 1

Sig. (2-tailed) ,409

N 3 3

2. Antara E-Nofa dengan PKP Lapor Kurang Bayar

Correlations

ENofa KB

ENofa

Pearson Correlation 1 1,000*

Sig. (2-tailed) ,015

N 3 3

KB

Pearson Correlation 1,000* 1

Sig. (2-tailed) ,015

N 3 3

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

3. Antara E-Nofa dengan PKP Lapor Lebih Bayar

Correlations

ENofa LB

ENofa

Pearson Correlation 1 ,720

Sig. (2-tailed) ,488

N 3 3

LB

Pearson Correlation ,720 1

Sig. (2-tailed) ,488

N 3 3

Page 110: Asty Wahyuni Feb

91

4. Antara E-Nofa dengan PKP Lapor Nihil

Correlations

ENofa Nihil

ENofa

Pearson Correlation 1 -,999*

Sig. (2-tailed) ,032

N 3 3

Nihil

Pearson Correlation -,999* 1

Sig. (2-tailed) ,032

N 3 3

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).