universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-pr-wildyanti...

180
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILDYANTI PUSPITASARI K, S.Farm. 1006835570 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK DESEMBER 2011 Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Upload: lydiep

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT

GATOT SOEBROTO

PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

WILDYANTI PUSPITASARI K, S.Farm.

1006835570

ANGKATAN LXXIII

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

DESEMBER 2011

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT

GATOT SOEBROTO

PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

WILDYANTI PUSPITASARI K, S.Farm

1006835570

ANGKATAN LXXIII

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

DESEMBER 2011

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh:

Nama/NPM : Wildyanti Puspitasari K, S.Farm / 1006835570

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Periode 6 September – 28 Oktober 2011

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Apoteker pada Program Studi Apoteker Departemen Farmasi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dra. Renni Septini, Apt. (...………………..)

Penguji : Dr. Amarila Malik, M. Si., Apt. (.……………...…..)

Penguji :……………………….......... (.……………….….)

Penguji :……………………….......... (.…………………..)

Ditetapkan di : Depok

Tanggal :

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis

dapat melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah

Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto dan menyelesaikan penyusunan

laporan ini. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini berlangsung pada

tanggal 6 September – 28 Oktober 2011. Dalam melaksanakan Praktek Kerja

Profesi Apoteker ini penulis mendapat banyak sekali bantuan, baik berupa

bimbingan maupun informasi dari dari berbagai pihak. Untuk itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kolonel CKm Drs. Firdaus Apen, Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi

RSPAD Gatot Soebroto atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada

mahasiswa PKPA.

2. Ibu Dra. Renni Septini., Apt. selaku pembimbing dari Instalasi Farmasi

RSPAD Gatot Soebroto atas pengarahan, penerimaan yang sangat baik dan

kesabarannya selama PKPA dan penyusunan laporan ini.

3. Ibu Dr. Amarilla, MS, selaku pembimbing dari Departemen Farmasi FMIPA UI

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan

PKPA.

4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS selaku Ketua Departemen Farmasi

FMIPA UI.

5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku pimpinan program pendidikan profesi

apoteker Departemen Farmasi FMIPA-UI.

6. Ibu Dr. Retnosari Andrajati, Apt selaku pembimbing dari Departemen

Farmasi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyelesaian laporan PKPA.

7. Para apoteker di RSPAD Gatot Soebroto.

8. Seluruh karyawan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto yang telah

memberikan bantuan selama penulis melaksanakan PKPA.

9. Keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan,

dan doa.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

v

10. Teman-teman Apoteker angkatan LXXII atas perjuangan, semangat, dan

kerjasamanya.

11. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam

penulisan laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman

yang diperoleh selama menjalani praktek kerja profesi apoteker dapat

memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang

memerlukan.

Penulis,

2011

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN …..……………………..…………...… iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………...... iv

DAFTAR ISI ………...……………………………………………...... vi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………...... vii

BAB 1. PENDAHULUAN…............................................................... 1

1.1 Latar Belakang.……………………………………...…... 1

1.2 Tujuan…….............…………………………...………… 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ............................…………………..... 3

2.1 Rumah Sakit ..…....……………………………………… 3

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ……...………….……...... 8

2.3 Panitia Farmasi dan Terapi .......………………………… 11

2.4 Formularium Rumah Sakit ........………………………… 14

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi .…………..….……...... 16

2.6 Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat dan Alat

Kesehatan .…................................………………………

20

2.7 Central Sterille Supply Department (CSSD) .…………… 28

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS .......................…………………....... 31

3.1 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto….… 31

3.2 Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto …………..….. 37

3.3 Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Bekal

Kesehatan ...............................…………………..………

53

3.4 Unit Gudang Material (Gudmat) ……………….......…… 59

3.5 Unit Kesehatan Lingkungan dan Nosokomial ………….. 65

3.6 Instalasi Kamar Operasi ............………………………… 68

3.7 Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis

(Minpasien dan Formed) ……………………....……......

70

BAB 4. PEMBAHASAN……………….……………………………. 72

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN……..…………..….……….. 97

5.1 Kesimpulan ….....……………………………………….. 97

5.2 Saran ………………..……………………………........... 97

DAFTAR REFERENSI ……………………………………………..

99

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Lokasi RSPAD Gatot Soebroto............................... 100

Lampiran 2. Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto …………… 101

Lampiran 3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot

Soebroto …………………………...…………………….

102

Lampiran 4. Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan …………………… 103

Lampiran 5. Lembar Salinan Resep dan Etiket …………………..…… 104

Lampiran 6. Prosedur Pelayanan Obat Restitusi Rawat Inap …………. 105

Lampiran 7. Alur Pelayanan Resep Rawat Inap ………………………. 106

Lampiran 8. Kartu Stok Obat…………………………………………. 107

Lampiran 9. Lembar Daftar Permintaan Obat ………………………… 108

Lampiran 10. Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

Lampiran 11. Alur Perencanaan Pengadaan Perbekalan Kesehatan …… 110

Lampiran 12. Struktur Organisasi Unit Gudang Material ……………… 111

Lampiran 13. Struktur Organisasi Instalasi Kamar Operasi ……………. 112

Lampiran 14. Alur Pasien Rawat Jalan …………………………………. 113

Lampiran 15. Alur Rekam Medis Pasien Rawat Jalan …………………. 114

Lampiran 16. Alur Pasien Rawat Inap ………………………………….. 115

Lampiran 17. Alur Rekam Medis Pasien Rawat Inap ………………….. 116

Lampiran 18. Kartu Konseling …………………………………………. 117

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam bidang kesehatan, pemerintah

bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan

mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

masyarakat, selain itu pemerintah juga bertanggung jawab atas ketersediaan

lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat

untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, 2009).

Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan yang menjadi rujukan

pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan

yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Direktorat Jenderal

Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2004).

Pelayanan kesehatan yang baik di rumah sakit tidak terlepas dari pelayanan

kefarmasian. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di

rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal ini

diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1333/MenKes/SK/XII/1999

tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan

farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan

obat yang bermutu termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua

lapisan masyarakat.

Satu-satunya bagian/divisi rumah sakit yang bertanggung jawab penuh

atas pengelolaan dan pengendalian seluruh sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan lain yang beredar dan digunakan di rumah sakit adalah instalasi farmasi

rumah sakit (IFRS). IFRS dapat didefinisikan sebagai suatu departemen atau unit

atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

2

Universitas Indonesia

oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional.

Apoteker adalah praktisi kesehatan yang merupakan bagian dari sistem

rujukan profesional yang berhubungan dengan penerapan terapi, menyediakan

produk obat untuk pengobatan kondisi yang didiagnosis oleh dokter, dan

memastikan penggunaan obat yang rasional. Selain itu, apoteker di masa kini juga

harus menghadapi tuntutan perubahan pelayanan dari paradigma lama, yaitu drug

oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care

(pelayanan kefarmasian). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit bahwa selain melakukan pengkajian resep dan dispensing sediaan

farmasi, seorang apoteker di rumah sakit juga sebaiknya dapat melaksanakan

kegiatan yang lebih berorientasi pada kepentingan pasien, seperti melaksanakan

konseling dan pelayanan informasi obat (Direktorat Jenderal Pelayanan

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2004).

Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan dan

kemampuan apoteker dalam menjalankan peran dan fungsi apoteker di rumah

sakit serta dalam bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Program

Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI bekerja sama dengan RSPAD

Gatot Soebroto menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

periode 7 September – 28 Oktober 2011. Dengan dilaksanakannya kegiatan PKPA

ini, para calon apoteker diharapkan dapat menjadi tenaga kesehatan profesional

dan ikut berperan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, mampu

memahami peran kerjanya dan mampu menerapkan pelayanan kefarmasian di

rumah sakit.

1.2. Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi RSPAD Gatot

Soebroto Ditkesad adalah:

a. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian di RSPAD Gatot Soebroto.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

3

Universitas Indonesia

b. Mendapatkan pengetahuan mengenai pekerjaan kefarmasian di RSPAD

Gatot Soebroto.

c. Mengetahui pengetahuan manajemen praktis di RSPAD Gatot Soebroto.

d. Mendapatkan pengetahuan tentang penerapan pelayanan farmasi klinis di

RSPAD Gatot Soebroto.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat Darurat adalah keadaan klinis

pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

pencegahan kecacatan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).

2.1.2 Asas dan Tujuan

Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada

nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak

dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta

mempunyai fungsi sosial.

Pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya

manusia rumah sakit, dan rumah sakit (Undang-Undang Republik

Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).

2.1.3 Tugas dan Fungsi

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Adapun fungsi Rumah Sakit antara lain:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

5

Universitas Indonesia

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Undang-

Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

2009).

2.1.4 Persyaratan Umum

Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,

sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Rumah Sakit dapat didirikan

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan

oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis

dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga

Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan

Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun

Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang

kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan (Undang-Undang

Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).

2.1.5 Jenis dan Klasifikasi

Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit, 2009).

2.1.5.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan

menjadi:

a. Rumah Sakit Umum, yaitu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Dalam rangka

penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi

rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan Rumah Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit umum

terdiri atas:

1) Rumah sakit umum kelas A

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

6

Universitas Indonesia

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4

(empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua

belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

2) Rumah sakit umum kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4

(empat spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8

(delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

3) Rumah sakit umum kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4

(empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

4) Rumah sakit umum kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2

(dua) spesialis dasar.

b. Rumah Sakit Khusus, yaitu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan

disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan

lainnya. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit. Klasifikasi

Rumah Sakit khusus terdiri atas:

1) Rumah sakit khusus kelas A

Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

lengkap.

2) Rumah sakit khusus kelas B

Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

7

Universitas Indonesia

spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

terbatas.

3) Rumah sakit khusus kelas C

Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

minimal.

2.1.5.2 Berdasarkan Pengelolaan

Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dapat dikategorikan menjadi:

a. Rumah Sakit Publik, yaitu Rumah Sakit yang dapat dikelola oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau

Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan

Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit Privat.

b. Rumah Sakit Privat, yaitu Rumah Sakit yang dikelola oleh badan hokum

dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah

memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan. Rumah Sakit

pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri

yang membidangi urusan pendidikan. Rumah Sakit pendidikan merupakan

Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara

terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan

kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring

Rumah Sakit Pendidikan (Undang- Undang Republik Indonesia No. 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).

2.1.6 Pengorganisasian

Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan

akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit

atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsure

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

8

Universitas Indonesia

penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi

umum dan keuangan. Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang

mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Tenaga

struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan

Indonesia. Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah

Sakit (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, 2009).

2.1.7 Tenaga Kesehatan Rumah Sakit

Tenaga kesehatan di rumah sakit dibagi menjadi:

a. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi mikrobiologi, penyuluh dan

administrator kesehatan.

e. Tenaga gizi meliputi nutrisionis, dietisian.

f. Tenaga keterampilan fisik meliputi fisioterapi, terapi wicara.

g. Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, teknis gigi, elektromedia,

analis kesehatan, teknisi transfusi dan perekam medis (Peraturan

Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996 tentang Jenis Tenaga Kesehatan, 1996).

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.1 Definisi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian dari Rumah

Sakit yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan

mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan

teknis kefarmasian di Rumah Sakit (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).

2.2.2 Tujuan Pelayanan Farmasi

Tujuan pelayanan farmasi rumah sakit adalah:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa

maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien

maupun fasilitas yang tersedia.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

9

Universitas Indonesia

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi.

c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai obat.

d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan

evaluasi pelayanan.

f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan

evaluasi pelayanan.

g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

Tugas pokok pelayanan farmasi rumah sakit adalah:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

Secara umum pelayanan farmasi rumah sakit memiliki dua fungsi, yaitu

pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan

obat dan alat kesehatan. Fungsi pengelolaan perbekalan farmasi terdiri dari

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004):

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

10

Universitas Indonesia

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah

sakit.

Adapun fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan terdiri dari:

a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.

d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.

e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan serta pasien atau

keluarga pasien.

f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.

g. Melakukan pencampuran obat suntik.

h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

i. Melakukan penanganan obat kanker.

j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

l. Melaporkan setiap kegiatan.

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.2.4. Pengorganisasian

IFRS merupakan Unit Pelaksana Fungsional dalam menunjang pelayanan

kesehatan. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

11

Universitas Indonesia

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan

berorientasi pada pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi

masyarakat. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin oleh seorang apoteker yang

dalam melaksanakan tugas kefarmasiannya dibantu oleh beberapa personil. Sesuai

dengan isi Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.134/Menkes/SK/IV/1978,

tentang Susunan Organisasi, bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung

jawab kepada Direktur Rumah Sakit, yang dalam pelaksanaan sehari-hari

bertanggung jawab kepada Wakil Direktur Penunjang Medik (Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit, 2004).

2.3. Panitia Farmasi dan Terapi

2.3.1. Definisi

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga

anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di

rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan

lainnya (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.3.2 Tujuan

Tujuan PFT adalah:

a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan

obat serta evaluasinya.

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan obat dan

pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat

sesuai dengan kebutuhan. (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

2.3.3 Fungsi dan Ruang Lingkup

Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah:

a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

12

Universitas Indonesia

secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok, dan produk

yang sama.

b. PFT harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru

atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk dalam kategori khusus.

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat

di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun

nasional.

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dan

mengkaji rekam medik dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus

penggunaan obat secara rasional.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf

medis dan perawat (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

2.3.4 Organisasi dan Kegiatan

Susunan kepanitiaan PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah

sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat. PFT harus

sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) Dokter, Apoteker, dan Perawat. Untuk

Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang

mewakili semua staf medis fungsional yang ada. Ketua PFT dipilih dari dokter

yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli

farmakologi klinik, maka sebagai ketua adalah Farmakologi. Sekretaris PFT

adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.

PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali

dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan sebulan sekali. Rapat PFT dapat

mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang dapat

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

13

Universitas Indonesia

memberikan masukan bagi pengelolaan PFT. Segala sesuatu yang berhubungan

dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris termasuk persiapan dari hasil rapat. PFT

juga membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat (Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

2.3.5 Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi

Kewajiban PFT adalah:

a. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai

budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional

b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium

rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain.

c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat

terhadap pihak-pihak yang terkait.

d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan

memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut (Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.3.6 Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

Peran apoteker dalam PFT sangat strategis dan penting karena semua

kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit

di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Agar dapat mengemban tugasnya

secara baik dan benar, para apoteker harus secara mendasar dan mendalam

dibekali dengan ilmu-ilmu farmakologi, farmakologi klinik,

farmakoepidemiologi, dan farmakoekonomi disamping ilmu-ilmu lain yang sangat

dibutuhkan untuk memperlancar hubungan profesionalnya dengan para petugas

kesehatan lain di rumah sakit (Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

2004).

2.3.7 Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

Tugas Apoteker dalam PFT adalah:

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

14

Universitas Indonesia

a. Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris).

b. Menetapkan jadwal pertemuan.

c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan.

d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

pembahasan dalam pertemuan.

e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada

pimpinan rumah sakit.

f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada

seluruh pihak yang terkait.

g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam

pertemuan.

h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman

penggunaan antibiotik dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi

lain.

i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT.

j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan.

k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat.

l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan

obat pada pihak terkait (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

2.4 Formularium Rumah Sakit

2.4.1 Definisi

Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia

Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap

batas waktu yang ditentukan. Komposisi formularium rumah sakit meliputi:

a. Halaman judul

b. Daftar nama anggota PFT

c. Daftar isi

d. Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat

e. Lampiran

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

15

Universitas Indonesia

Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan

terus, dalam arti kata bahwa sementara formularium itu digunakan oleh staf

medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan

menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih

mempertimbangkan kesejahteraan pasien (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

2004).

2.4.2 Pedoman Penggunaan Formularium

Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk kepada

dokter, apoteker, perawat, serta petugas administrasi di rumah sakit dalam

menerapkan sistem formularium. Pedoman penggunaan formularium meliputi:

a. Membuat kesepakatan antara staf medis dan berbagai disiplin ilmu dengan

Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,

organisasi, fungsi, dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung Sistem

Formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.

b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan

kebutuhan tiap-tiap institusi.

c. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis

oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem formularium

yang dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.

d. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generik.

e. Membatasi jumlah produk yang mengatur pendistribusian obat generik

yang efek terapinya sama, seperti:

1) Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber

obat dari sediaan kimia, biologi, dan seiaan farmasi yang digunakan

oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.

2) Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus

didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi.

3) Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber

obat dari sediaan kimia, biologi, dan sediaan farmasi yang digunakan

oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien (Peraturan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

16

Universitas Indonesia

Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

2.5.1 Definisi

Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai

dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

2.5.2 Tujuan

Tujuan pengelolaan perbekalan farmasi adalah:

a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien

b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.

c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.

d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna.

e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.5.3 Kegiatan

2.5.3.1 Pemilihan

Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah

kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan

dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi

obat merupakan peran aktif apoteker dalam PFT untuk menetapkan kualitas dan

efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian (Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

17

Universitas Indonesia

2.5.3.2 Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,

dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan.

Metode perencanaan antara lain:

a. Konsumsi

b. Epidemiologi

c. Kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan

anggaran yang tersedia.

Adapun pedoman dalam melaksanakan perencanaan, antara lain:

a. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium Rumah Sakit,

Standar Terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat yang berlaku.

b. Data catatan medik.

c. Anggaran yang tersedia.

d. Penetapan prioritas.

e. Siklus penyakit.

f. Sisa persediaan.

g. Data pemakaian periode yang lalu.

h. Rencana pengembangan

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.5.3.3. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui, melalui:

a. Pembelian, baik secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)

ataupun secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar

farmasi/rekanan.

b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi, terdiri dari produksi steril dan non

steril.

c. Sumbangan/dropping/hibah.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

18

Universitas Indonesia

2.5.3.4 Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan

kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi meliputi:

a. Sediaan farmasi dengan formula khusus

b. Sediaan farmasi dengan harga murah

c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil

d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran

e. Sediaan farmasi untuk penelitian

f. Sediaan nutrisi parenteral

g. Rekonstruksi sediaan obat kanker (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

2.5.3.5 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

tender, konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan

farmasi adalah:

a. Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa.

b. Barang harus bersumber dari distributor utama.

c. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS).

d. Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai Certificate of

Origin.

e. Tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

2.5.3.6 Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan disertai dengan sistem informasi yang selalu

menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Persyaratan

penyimpanan yang ditetapkan antara lain:

a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

19

Universitas Indonesia

b. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya

c. Mudah tidaknya meledak/terbakar

d. Tahan/tidaknya terhadap cahaya

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.5.3.7 Pendistribusian

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi

di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat

inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan. Sistem distribusi

dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan

mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada, metode

sentralisasi atau desentralisasi, serta sistem distribusi perbekalan farmasi (sistem

floor stock, resep individu, dosis unit, atau kombinasi).

Kegiatan pendistribusian terdiri atas tiga kegiatan utama, yaitu

pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan, pendistribusian

perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, serta pendistribusian perbekalan

farmasi di luar jam kerja. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat

inap diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem

persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan

sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

Sistem persediaan lengkap di ruangan, memiliki prinsip pendistribusian

perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang rawat merupakan tanggung jawab

perawat ruangan, setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat,

serta perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol

secara berkala oleh petugas farmasi.

a. Sistem resep perorangan, yaitu pendistribusian perbekalan farmasi resep

perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui IFRS.

b. Sistem unit dosis, yaitu pendistribusian obat-obatan melalui resep

perorangan yang disiapkan, diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit

dosis tunggal atau ganda, yang berisi obat dalam jumlah yang telah

ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk penggunaan satu kali dosis biasa.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

20

Universitas Indonesia

Kegiatan pelayanan distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap

diselenggarakan pada Apotik Rumah Sakit dengan sistem resep perorangan,

Satelit Farmasi dengan sistem dosis unit, dan ruang perawat dengan sistem

persediaan di ruangan. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat

jalan diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem

resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit. Sedangkan pendistribusian

perbekalan farmasi di luar jam kerja diselenggarakan oleh Apotik rumah

sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan Ruang rawat yang menyediakan

perbekalan farmasi emergensi (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

2004).

2.6 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

2.6.1 Definisi

Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam

menjaminpenggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan

terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan

perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.6.2 Tujuan

Tujuan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

adalah:

a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah

sakit.

b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas,

keamanan dan efisiensi penggunaan obat.

c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang

terkait dalam pelayanan farmasi.

d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan

penggunaan obat secara rasional.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

21

Universitas Indonesia

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.6.3 Kegiatan

2.6.3.1 Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian resep dalam pelayanan kefarmasian dimulai dari

seleksi persyaratan administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik

untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:

a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

b. Nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter

c. Tanggal resep

d. Ruangan/unit asal resep

Persyaratan farmasi meliputi:

a. Bentuk dan kekuatan sediaan

b. Dosis dan Jumlah obat

c. Stabilitas dan ketersediaan

d. Aturan, cara dan teknik penggunaan

Persyaratan klinis meliputi:

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

b. Duplikasi pengobatan

c. Alergi, interaksi dan efek samping obat

d. Kontra indikasi

e. Efek aditif (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.6.3.2 Dispensing

Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap

validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket,

penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem

dokumentasi. Tujuannya adalah:

a. Mendapatkan dosis yang tepat dan aman

b. Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan

secara oral atau emperal.

c. Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

22

Universitas Indonesia

d. Menurunkan total biaya obat

Dispensing dibedakan berdasarkan sifat sediaannya, yaitu dispensing

sediaan farmasi khusus dan dispensing sediaan farmasi berbahaya. Dispensing

sediaan farmasi khusus terdiri atas:

a. Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi, yaitu kegiatan pencampuran

nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis

sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula

standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatannya

antara lain mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral

untuk kebutuhan perorangan dan mengemas ke dalam kantong khusus

untuk nutrisi. Faktor yang perlu diperhatikan adalah:

1) Tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi.

2) Sarana dan prasarana

3) Ruangan khusus

4) Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet

5) Kantong khusus untuk nutrisi parenteral

b. Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril, yaitu kegiatan

melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang

menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan

dosis yang ditetapkan. Kegiatannya antara lain mencampur sediaan

intravena kedalam cairan infus, melarutkan sediaan intravena dalam

bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai, dan mengemas menjadi

sediaan siap pakai. Faktor yang perlu diperhatikan adalah:

1) Ruangan khusus

2) Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet

3) Hepa Filter

Adapun dispensing sediaan farmasi berbahaya merupakan penanganan

obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh

tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap

lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi,

dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran,

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

23

Universitas Indonesia

distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan

limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai

prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai, sehingga

kecelakaan terkendali. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan

perhitungan dosis secara akurat, melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut

yang sesuai, mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan,

mengemas dalam kemasan tertentu, membuang limbah sesuai prosedur yang

berlaku. Faktor yang perlu diperhatikan adalah:

a. Cara pemberian obat kanker

b. Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai

c. Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet

d. Hepa Filter

e. Pakaian khusus

f. Sumber Daya Manusia yang terlatih (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

2.6.3.3 Pemantauan Dan Pelaporan Efek Samping Obat

Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO) merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan

yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuannya adalah:

a. Menemukan ESO sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal,

dan/atau frekuensinya jarang.

b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal sekali, yang

baru saja ditemukan.

c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi

timbulnya ESO atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Menganalisa laporan ESO.

b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami ESO.

c. Mengisi formulir ESO.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

24

Universitas Indonesia

d. Melaporkan ke Panitia Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan MESO adalah

kerjasama dengan PFT dan ruang rawat, serta ketersediaan formulir MESO

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.6.3.4 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan

oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini

kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Tujuannya adalah:

a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan dilingkungan rumah sakit.

b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan

Terapi.

c. Meningkatkan profesionalisme apoteker.

d. Menunjang terapi obat yang rasional.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif

dan pasif.

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui

telepon, surat atau tatap muka.

c. Membuat buletin, leaflet, label obat.

d. Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi

sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.

e. Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien

rawat jalan dan rawat inap.

f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga

kesehatan lainnya.

g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan

kefarmasian.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

25

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pelayanan

informasi obat adalah sumber informasi obat, tempat, tenaga, dan perlengkapan

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.6.3.5 Konseling

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi

dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan

penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Tujuannya yaitu

memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara

menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda

toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain. Kegiatan yang

dilakukan antara lain:

a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter

kepada pasien dengan metode open-ended question

c. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat

d. Bagaimana cara pemakaian

e. Efek yang diharapkan dari obat tersebut

f. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat

g. Verifikasi akhir: mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat,

untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan konseling adalah:

a. Kriteria pasien:

1) Pasien rujukan dokter

2) Pasien dengan penyakit kronis

3) Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi

4) Pasien geriatrik

5) Pasien pediatrik

6) Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

26

Universitas Indonesia

b. Sarana dan prasarana

1) Ruangan khusus

2) Kartu pasien/catatan konseling (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, 2004).

2.6.3.6 Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah

Farmasi dapat melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas

permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit.

Tujuannya adalah:

a. Mengetahui kadar obat dalam darah

b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Memisahkan serum dan plasma darah

b. Memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma dengan menggunakan

alat Therapeutic Drug Monitoring (TDM)

c. Membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pemantauan

kadar obat dalam darah alat TDM dan reagen yang sesuai dengan obat yang

diperiksa (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

2.6.3.7 Ronde/Visite Pasien

Ronde/visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap

bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuannya yaitu:

a. Pemilihan obat.

b. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik.

c. Menilai kemajuan pasien.

d. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari

kunjungan tersebut kepada pasien.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

27

Universitas Indonesia

b. Untuk pasien baru dirawat Apoteker harus menanyakan terapi obat

terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi.

c. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin

penggunaan obat yang benar.

d. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk

pemberian obat.

e. Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan

penyelesaian masalah dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap

Apoteker yang berkunjung ke ruang pasien untuk menghindari

pengulangan kunjungan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan ronde/visite

pasien adalah pengetahuan cara berkomunikasi, pemahaman tentang teknik

edukasi, dan pencatatan perkembangan pasien (Peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

2004).

2.6.3.8 Pengkajian Penggunaan Obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan

obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuannya

yaitu:

a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada

pelayanan kesehatan/dokter tertentu.

b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter

satu dengan yang lain.

c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik.

d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat (Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit, 2004).

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

28

Universitas Indonesia

2.7 Central Sterile Supply Department (CSSD)

2.7.1 Definisi

Central Sterile Supply Department (CSSD) adalah departemen dalam

rumah sakit yang menyediakan bahan/sediaan dan alat-alat steril secara

profesional kepada semua departemen terspesialisasi. Departemen ini khusus

melayani ruang perawatan, klinik, laboratorium khusus seperti laboratorium

katerisasi jantung dan ruang operasi.

2.7.2 Tugas

Tugas utama dari CSSD adalah menyediakan seluruh kebutuhan barang

atau peralatan steril rumah sakit. Di samping itu CSSD menerima pesanan barang

untuk disterilkan seperti alat-alat bedah dari instalasi bedah pusat serta obat-obat

steril dari sub bagian produksi.

2.7.3 Tujuan

CSSD bertujuan:

a. Bertanggung jawab langsung terhadap operasional ruang perbekalan.

b. Bertanggung jawab terhadap perlakuan terhadap barang-barang rumah

sakit, dengan memastikan bahwa semua barang mendapat tingkat

pembersihan dan sterilisasi yang sama.

c. Mengusahakan tercapainya keseragaman dan kemudahan dalam prosedur

menyiapkan nampan beserta setnya untuk perawatan dan pengobatan

pasien.

d. Mempertahankan keakuratan persediaan barang yang ada di rumah sakit.

e. Mempertahankan keakuratan catatan keefektifan dari berbagai proses

pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi.

f. Membuat progam pendidikan di rumah sakit yang berhubungan dengan

pengontrolan infeksi.

g. Mengembangkan progam keefektifan biaya dengan menganalisis biaya

personal, sediaan dan alat.

2.7.4 Organisasi CSSD dalam Rumah Sakit

Status CSSD dalam rumah sakit biasanya sebagai sub bagian di bawah

pengawasan bagian supervisor operasional ruangan atau bagian pelayanan

keperawatan. Dalam hal ini, direktur, supervisor atau unit manajer dari CSSD

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

29

Universitas Indonesia

melapor langsung pada direktur utama. Di beberapa rumah sakit, divisi

pembedahan menjadi bagian dari pelayanan keperawatan. Di dalam divisi

pembedahan ada CSSD, ruang operasi, ruang pemulihan, dan unit pembedahan

intensif. Dalam operasionalnya, CSSD harus berkoordinasi dengan bagian

farmasi, pembelian dan distribusi.

Farmasi dan CSSD mempunyai tanggung jawab bersama apabila farmasi:

a. Menyiapkan larutan dalam jumlah besar/banyak dan memindahkannya ke

CSSD untuk dikemas dalam botol kemudian disterilisasi.

b. Menyiapkan dan mengemas larutan untuk disterilisasi oleh CSSD.

c. Menyiapkan larutan pekat yang akan diencerkan, dikemas dan disterilisasi

di CSSD.

d. Menyiapkan campuran bahan-bahan kimia dalam keadaan kering yang

akan dilarutkan dengan volume tertentu air suling kemudian dikemas dan

disterilisasi oleh CSSD.

2.7.5 Personil

Pemilihan tenaga kerja untuk ditempatkan di CSSD harus dilatih terlebih

dahulu tentang prinsip sterilisasi, monitoring autoklaf, pengoperasian sterlisasi

gas, identifikasi alat bedah, menyusun dan membersihkan peralatan, tes

bakteriologi dan biologi dasar. Progam pelatihan ini membutuhkan waktu dan

biaya, sehingga harus ada teknisi progam pelatihan untuk mengembangkan

karyawan sehingga berkualitas baik dari segi teori dan teknologi.

2.7.6 Kegiatan

CSSD modern merupakan ruangan yang terdiri dari autoklaf dan peralatan

sterilisasi. Barang yang masuk ke dalam CSSD dicatat dalam buku penerimaan

yang memuat data tentang tanggal masuk barang, nama dan jumlah barang, nama

ruangan serta keterangan mengenai fisik barang. Barang yang masuk dalam CSSD

dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Barang bersih, yaitu berasal dari bagian perbekalan dan distribusi, rumah

tangga dan barang pesanan untuk disterilkan.

b. Barang kotor, yaitu berasal dari ruangan-ruangan seperti sarung tangan,

pakaian, dan alat kedokteran.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

30

Universitas Indonesia

Proses seleksi dilakukan untuk memisahkan barang yang dapat dipakai

ulang dengan barang yang sudah rusak seperti sobek, tidak tajam lagi, bekas

pasien AIDS, dan sebagainya.

Pemberian desinfektan dengan cara merendam barang dalam larutan

desinfektan seperti lisol dan wipol, kecuali tenun operasi yang tidak mengalami

proses pemberian desinfektan. Kontrol kualitas dilakukan untuk menjamin mutu

sterilitas produk yang dihasilkan. Kontrol kualitas tersebut diantaranya adalah

pemasangan indikator fisik pada barang-barang yang akan disterilkan, uji

mikrobiologi barang-barang yang telah disterilkan, penentuan tanggal kadaluarsa

untuk barang yang telah disterilkan.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

31 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

(Keputusan Kepala Staf TNI AD No. Kep/50/XII/2006 tanggal 29

Desember 2006 tentang Organisasi dan Tugas Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Gatot Soebroto Direktorat Kesehatan Angkatan Darat, 2006)

3.1.1 Sejarah

Pada awal abad 19 perkembangan rumah sakit militer di Indonesia

merupakan bagian dari strategi militer Belanda untuk tetap mempertahankan tanah

jajahannya (Bederlands Indies). Pada awal Januari 1808, Gubernur Jenderal

Daendles memperkuat militernya dengan mendirikan rumah sakit militer (Groot

Militaire Hospitalen) atau Rumah Sakit Garnisun di Jakarta.

Besarnya kebutuhan pelayanan kesehatan bagi serdadu Belanda di Batavia

pada saat itu, menyebabkan pemerintah Belanda memutuskan untuk membangun

rumah sakit militer yang besar dengan nama Groot Hospitaal Weltevreden. Satu

abad kemudian yaitu tahun 1942 rumah sakit ini dikenal dengan nama Militaire

Hospitaal Batavia dan merupakan cikal bakal RSPAD Gatot Soebroto.

Selama penjajahan Jepang (1942-1945), rumah sakit ini tetap berfungsi

sebagai rumah sakit militer di bawah Komando Angkatan Darat Jepang dengan

nama Rikugun Byoin. Setelah pengakuan kedaulatan RI, maka rumah sakit

tersebut dikuasai oleh KNIL sampai tahun 1950 yang diberi nama Leger Hospital

Batavia. Pada tanggal 26 Juli 1950 diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang diwakili oleh Letnan Kolonel Dr. Satrio dan dokter pihak KNIL oleh

Letkol Scheffer. Sejak saat itu namanya diganti menjadi Rumah Sakit Tentara

Pusat (RSTP).

Pada tanggal 1 Maret 1952 Letnan Kolonel Dr. Satrio menyerahkan

jabatan Kepala RSTP kepada Letnan Kolonel DR. Reksodiwirjo Wijotoarjo dan

sesuai dengan perkembangan organisasi Djawatan Kesehatan Tentara Angkatan

Darat (DKT AD) menjadi Djawatan Kesehatan Angkatan Darat (DKAD). Sebutan

ini mempengaruhi juga nama RSTP menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

yang disingkat RSPAD dan nama ini digunakan sampai tahun 1970.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

32

Universitas Indonesia

Mengingat jasa-jasa Letnan Jendral Gatot Soebroto yang bertekad

memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi rumah sakit kebanggaan

prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit Angkatan Darat,

dipakailah nama Gatot Soebroto di belakang nama Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat atau RSGS. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Staf

Angkatan Darat, Nomor SKEP/582/1970. Sesuai dengan tuntuan organisasi agar

lebih mudah pengucapannya, maka pada tanggal 4 Agustus 1977 dibuat keputusan

Kajan Kesad yang dituangkan dalam Surat Edaran Nomor: SE/18/VIII/1977 yang

isinya menetapkan bahwa nama rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit

Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto disingkat RSPAD Gatot Soebroto sampai

sekarang.

Saat ini RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit tingkat I di jajaran

TNI yang memberikan pelayanan kesehatan bagi para prajurit, Pegawai Negeri

Sipil (PNS) dan keluarganya serta masyarakat umum. Rumah sakit ini juga

digunakan oleh tim dokter kepresidenan dan sebagai tempat pemeriksaan pejabat

tertinggi dan tinggi negara. Untuk itu RSPAD Gatot Soebroto mendapat dukungan

fasilitas gedung dan alat kesehatan yang canggih.

RSPAD Gatot Soebroto menjadi rumah sakit militer terbesar di kawasan

Asia yang terletak di Jl. Abdul Rachman Saleh No. 24 Jakarta Pusat, dengan luas

tanah 125.000 m2 dan luas bangunan 115.010 m2. RSPAD Gatot Soebroto

mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 1122 tempat tidur dan jumlah ini

sangat fleksibel tergantung perkembangan rumah sakit. Tingkat BOR (Bed

Occupation Ratio) rumah sakit yaitu 80,35% (bulan Januari hingga Juni tahun

2009) dan LOS (Length Of Stay) yaitu 9,36 hari (bulan Januari hingga Juni 2009).

Berdasarkan kapasitas tempat tidur dan unit pelayanannya RSPAD Gatot

Soebroto merupakan rumah sakit tipe A. Berdasarkan peraturan Departemen

Pertahanan dan Keamanan (Dephankam), RSPAD Gatot Soebroto menjadi rumah

sakit rujukan tertinggi bagi seluruh angkatan dalam jajaran Dephankam dan TNI.

3.1.2 Visi dan Misi

RSPAD Gatot Soebroto memiliki visi: “Menjadi rumah sakit kebanggaan

prajurit”. Misi dari RSPAD Gatot Subroto yaitu:

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

33

Universitas Indonesia

a. Menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tingkat pusat dan rujukan

tertinggi

b. bagi TNI AD dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

c. Menyelenggarakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang profesional

dan

d. bermutu serta menyeluruh bagi Prajurit/PNS TNI AD dan keluarganya

dalam

e. rangka meningkatkan kesiapan dan kesejahteraan.

f. Sebagai Sub Sistem Kesehatan Nasional, RSPAD ikut meningkatkan

derajat

g. kesehatan masyarakat melalui Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum).

3.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok RSPAD Gatot Soebroto adalah menyelenggarakan fungsi

perumahsakitan tertinggi di jajaran TNI AD, melalui upaya-upaya pelayanan

kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan

kesehatan promotif dan preventif. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut,

RSPAD Gatot Soebroto melaksanakan fungsi:

a. Pelayanan perumahsakitan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan

di bidang pelayanan medik, penunjang medik serta keperawatan bagi

personil TNI AD beserta keluarganya dalam rangka menunjang tugas

pokok TNI AD.

b. Rujukan dan supervisi, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di

bidang rujukan pelayanan pasien dan penunjang diagnostik dari rumah

sakit tingkat Kodam serta melaksanakan supervisi teknis medis dan

sistem/manajemen perumahsakitan.

c. Pendidikan dan pelatihan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan

penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan tingkat Diploma III, Strata I

dan Pasca Sarjana serta melaksanakan pelatihan dalam rangka peningkatan

profesionalisme dan keterampilan bagi personel kesehatan sesuai tingkat

dan kebutuhan pelayanan kesehatan.

d. Riset, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan dengan

menyelenggarakan penelitian ilmiah, pengembangan teknis medis dan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

34

Universitas Indonesia

sistem perumahsakitan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kesehatan.

e. Pembinaan profesi tenaga kesehatan di lingkungan Kesehatan TNI AD.

Meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di bidang pemeliharaan dan

peningkatan profesionalisme melalui penyelenggaraan seminar, lokakarya

temu ilmiah dan penulisan karya ilmiah kesehatan dalam rangka alih

teknologi.

3.1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi RSPAD Gatot Soebroto berdasarkan Keputusan

Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006

adalah sebagai berikut:

a. Eselon Pimpinan Rumah Sakit, terdiri atas:

1) Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, disingkat

Ka RSPAD Gatot Soebroto.

2) Wakil Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto,

disingkat Waka RSPAD Gatot Soebroto.

b. Eselon Pembantu Pimpinan, terdiri atas:

1) Ketua Badan Penasehat

2) Ketua Komite Medik

3) Ketua Komite Riset

4) Kepala Satuan Pengawasan Internal (Ka SPI)

5) Direktur Pembinaan Pelayanan Medis (Dirbinyanmed)

6) Direktur Pembinaan Penunjang Medis (Dirbinjangmed)

7) Direktur Pembinaan Penunjang Umum (Dirbinjangum)

8) Direktur Pembinaan Pengembangan (Dirbinbang)

c. Eselon Pelayanan, terdiri atas:

1) Sekretaris, disingkat Ses

2) Kepala Informasi dan Pengolahan Data (Kainfolahta)

d. Eselon Pelaksana, terdiri atas

1) Kepala Departemen Bedah

2) Kepala Departemen Penyakit Dalam

3) Kepala Departemen Kesehatan Jiwa

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

35

Universitas Indonesia

4) Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi

5) Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak

6) Kepala Departemen Jantung

7) Kepala Departemen Paru

8) Kepala Departemen Mata

9) Kepala Departemen Saraf

10) Kepala Departemen Telinga, Hidung dan Tenggorokan

11) Kepala Departemen Penyakit Kulit dan Kelamin

12) Kepala Departemen Gigi dan Mulut

13) Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik

14) Kepala Instalasi Radiologi dan Kedokteran Nuklir.

15) Kepala Instalasi Patologi

16) Kepala Instalasi Gawat Darurat

17) Kepala Instalasi Kamar Operasi

18) Kepala Instalasi Rawat Jalan

19) Kepala Instalasi Rawat Inap

20) Kepala Instalasi Anestesi

21) Kepala Instalasi Farmasi

22) Kepala Unit Kedokteran Militer

23) Kepala Unit Rikkes

24) Kepala Unit Gizi

25) Kepala Unit Gudang Material

26) Kepala Unit Kesehatan Lingkungan

27) Kepala Unit Teknik

28) Kepala Unit Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

29) Kepala Unit Jang Sus

3.1.5 Komite Medik dan Riset

Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto adalah staf fungsional yang

memiliki integritas, otonomi dan profesionalisme sesuai dengan keahliannya

dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

36

Universitas Indonesia

a. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto

dalam penentuan standar pelayanan, pengawasan serta penilaian mutu

pelayanan kesehatan.

b. Memberikan saran dan pertimbangan medik dalam rangka rujukan pasien

ke rumah sakit lain, baik di dalam maupun di luar negeri.

c. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto

di bidang pendidikan, pelatihan serta pengembangan tenaga kesehatan di

RSPAD Gatot Soebroto.

d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto

dalam menegakkan etika profesi dan etika Rumah Sakit serta hukum

kedokteran di RSPAD Gatot Soebroto.

e. Memberikan saran dan pertimbangan dalam supervisi perumahsakitan

terhadap Rumah Sakit tingkat Kodam. Adapun Komite Riset RSPAD

Gatot Soebroto diketuai oleh seorang Pakar Ahli Fungsional yang

memiliki kemampuan dan integritas di bidang riset ilmu kesehatan.

3.1.6 Komite Farmasi dan Terapi

Komite Farmasi dan Terapi (KFT) RSPAD Gatot Soebroto mulai dirintis

sejak diterapkannya Farmasi Rumah Sakit pada tahun 1982 melalui penyusunan

Daftar Obat Esensial (DOE) rumah sakit edisi I (Departemen Pertahanan dan

Keamanan Republik Indonesia, 1985). DOE terbaru yang digunakan RSPAD

Gatot Soebroto saat ini adalah DOE Edisi 8 yang diterbitkan pada tahun 2009.

DOE Edisi 8 ini dibuat oleh KFT RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang

berdasarkan Surat Perintah Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad nomor

Sprin/2014/XI/2008 tentang Panitia Komite Farmasi dan Terapi RSPAD Gatot

Soebroto Ditkesad. KFT tersebut diketuai oleh dr. Edy Sedyawan S., M.Sc dan

yang bertugas sebagai sekretaris KFT adalah Drs. Wahyudi Uun Hidayat, Apt,

M.Sc yang pada saat itu berkedudukan sebagai Kepala Instalasi Farmasi RSPAD

Gatot Soebroto Ditkesad (Daftar Obat Esensial Edisi ke-8, 2009).

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

37

Universitas Indonesia

3.2 Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto

(Keputusan Kepala Staf TNI AD No. Kep/50/XII/2006 tanggal 29

Desember 2006 tentang Organisasi dan Tugas Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Gatot Soebroto Direktorat Kesehatan Angkatan Darat, 2006)

3.2.1 Visi dan Misi

Visi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto adalah unit pelayanan

kebanggaan prajurit, khususnya pelayanan di bidang kefarmasian.

Adapun misinya adalah:

a. Melakukan pelayanan perbekalan kesehatan bagi TNI AD dan

keluarganya yang berobat di RSPAD Gatot Soebroto.

b. Memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga medis maupun

paramedis secara berkesinambungan.

c. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan faktor

lingkungan dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga mampu

menjawab tantangan tugas masa depan.

d. Melaksanakan fungsi kefarmasian dalam Komite Farmasi dan Terapan

(KFT).

e. Melaksanakan fungsi pendidikan dan pelatihan bagi Sarjana Farmasi dan

Kedokteran, mahasiswa Akper, Siswa SMF.

f. Melaksanakan pelayanan obat bagi masyarakat umum yang berobat di

RSPAD Gatot Soebroto.

g. Melaksanakan lain-lain fungsi sesuai dengan disiplin ilmu kefarmasian.

3.2.2 Tujuan

3.2.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto adalah

memberikan pelayanan di bidang kefarmasian secara paripurna, baik untuk

lingkungan TNI AD/PNS TNI AD beserta keluarganya maupun masyarakat

umum.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

38

Universitas Indonesia

3.2.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto adalah:

a. Memberikan pelayanan di bidang obat dan perbekalan farmasi lainnya

kepada prajurit TNI AD/PNS TNI AD beserta keluarganya secara optimal.

b. Meningkatkan derajat kesehatan prajurit TNI AD/PNS TNI AD beserta

keluarganya maupun masyarakat umum melalui pelayanan ke-Farmasian

untuk mencapai masyarakat yang sehat, agar dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik.

c. Menyelenggarakan fungsi ke-Farmasian secara profesional dan

berorientasi kepada kepentingan penderita dengan melaksanakan program

penggunaan obat secara “rasional” yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat

dosis, tepat pasien, dan waspada terhadap efek samping obat.

d. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan baik ke dalam maupun ke luar

guna meningkatkan ketrampilan dan ilmu pengetahuan khususnya di

bidang kefarmasian.

3.2.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto dapat dilihat

pada Lampiran 2. Kepala Instalasi Farmasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu

oleh:

a. Kepala Kelompok Administrasi, disingkat Kapokmin.

b. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Materiil Kesehatan, disingkat Kasub Instal

Yanmatkes.

c. Kepala Sub Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan, disingkat Kasub Instal

Haralkes.

d. Kepala Sub Instalasi Penunjang dan Informasi Obat, disingkat Kasub

Instal Jang Info.

e. Staf Fungsional, disingkat SF.

3.2.4 Kepala Instalasi Farmasi

Kepala Instalasi Farmasi mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:

a. Merencanakan, menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan

kefarmasian.

b. Merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan obat dan suplai medik.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

39

Universitas Indonesia

c. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan monitoring efek samping obat.

d. Menyelenggarakan pemeliharaan alat kesehatan meliputi pemeliharaan

berkala dan perbaikan tingkat ringan, sedangkan untuk perbaikan tingkat

sedang dan berat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak ketiga.

e. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan

obat dan suplai medis serta pemeliharaan alat kesehatan.

f. Melaksanakan pembinaan personil di jajaran Instalasi Farmasi.

g. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto.

3.2.5 Sub Instalasi Pelayanan Material Kesehatan

Kepala Sub Instalasi Yanmatkes mempunyai tugas dan kewajiban sebagai

berikut:

a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat dan suplai medis baik untuk

pasien rawat jalan maupun rawat inap.

b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat dan suplai medis di unit

pelayanan rawat jalan dan rawat inap.

c. Memantau dan mengawasi penggunaan obat dan suplai medis lantai-lantai

perawatan.

d. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh para Kasi di

lingkungan Sub Instal Yanmatkes.

e. Membuat laporan pemakaian obat, suplai medis dan obat narkotika serta

mengevaluasi dan menindaklanjuti.

f. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kasi.

g. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instal Yanmatkes.

h. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi

Farmasi. Sub Instalasi Yanmatkes membawahi Seksi Pelayanan Rawat

Jalan, Seksi Pelayanan Rawat Inap, Urusan Pelayanan Khusus.

3.2.5.1 Seksi Pelayanan Rawat Jalan

Seksi Pelayanan Rawat Jalan dipimpin oleh seorang apoteker yang

bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kepala Seksi Pelayanan

Rawat Jalan memiliki tugas sebagai berikut:

a. Memimpin semua kegiatan di unit pelayanan rawat jalan.

b. Mengatur dan mengawasi bawahan.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

40

Universitas Indonesia

c. Memeriksa permintaan, penerimaan, dan pengeluaran obat atau material

kesehatan.

d. Memberikan informasi kepada pasien.

e. Mencatat penerimaan dan pengeluaran narkotika.

f. Menyimpan resep-resep secara teratur.

g. Memberikan saran perbaikan kepada Kepala Instalasi Farmasi.

h. Melakukan pembinaan personil.

Unit pelayanan rawat jalan dibuka jam 7.30-14.30 WIB dari hari Senin

hingga Kamis dan pada hari Jumat dibuka pada pukul 7.30-15.00 WIB. Sistem

distribusi obat untuk pasien rawat jalan adalah berdasarkan resep individual

dimana resep yang diserahkan dilihat kelengkapannya dan diberi nomor kode urut

dan kode berdasarkan jenis poliklinik, yaitu:

A : Poliklinik Anak

B : Poliklinik Bedah

C : Poliklinik Kardiologi

D : Poliklinik Kebidanan

E : Poliklinik Gawat Darurat

F : Poliklinik Gigi dan Mulut

I : Poliklinik Penyakit Dalam

J : Poliklinik Jiwa

K : Poliklinik Kulit dan Kelamin

M : Poliklinik Mata

P : Poliklinik Pulmonologi

S : Poliklinik Neurologi

T : Poliklinik THT

KW : Poliklinik Karyawan

U : Dokter RSPAD Gatot Soebroto

Unit pelayanan rawat jalan hanya melayani pasien berhak, yaitu TNI

Angkatan Darat (AD), PNS Mabes TNI AD beserta keluarganya (suami, istri,

anak sah yang pertama dan kedua, berumur 21 tahun ke bawah, belum bekerja,

belum menikah atau sampai umur 25 jika masih kuliah). Resep ditulis oleh dokter

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

41

Universitas Indonesia

RSPAD Gatot Soebroto dan bukan resep iter. Prosedur pelayanan resep di unit

pelayanan rawat jalan adalah sebagai berikut:

a. Resep dibawa ke unit pelayanan rawat jalan melalui loket penerimaan

resep.

b. Kelengkapan dan identitas pasien pada resep diperiksa, lalu resep diberi

nomor urut (untuk petugas RSPAD Gatot Soebroto dengan warna biru,

kesatuan luar RSPAD dengan warna merah), diberi tanda jam resep

masuk, dibukukan, dan dibuat etiket.

c. Obat yang ada langsung disiapkan sesuai dengan ketentuan, yaitu untuk

penyakit kronis pemberian maksimal 10 hari dan untuk penyakit akut

maksimal 5 hari.

d. Bila obat sudah disiapkan, diperiksa oleh petugas, lalu diserahkan ke

pasien/keluarga pasien dengan memberi tanda terima (tanda tangan dan

nama jelas) oleh pasien/keluarga pasien. Resep yang dilayani akan

disimpan selama 3 tahun.

e. Jika obat yang diminta tidak ada, petugas segera menghubungi dokter

penulis resep untuk diganti obat sejenis yang ada. Bila obat tidak bisa

diganti, maka petugas akan membuat salinan resep. Untuk obat yang

termasuk dalam DOE, salinan resep dibuat 1 lembar kemudian diserahkan

pada pasien untuk diajukan ke Yanmasum Farmasi. Untuk obat yang tidak

termasuk dalam DOE tapi didukung oleh RSPAD, salinan resep dibuat

rangkap 3 kemudian diserahkan pada pasien setelah itu pasien meminta

persetujuan ke Kepala Instal Farmasi lalu salinan resep tersebut diajukan

di apotek PKM. Untuk obat yang tidak termasuk dalam DOE dan tidak

didukung oleh RSPAD, salinan resep dibuat 1 lembar kemudian

diserahkan pada pasien untuk ditebus di apotek di luar RSPAD. Bagan alur

pelayanan resep rawat jalan dapat dilihat pada Lampiran 4. Masing-masing

resep yang telah dilayani di unit pelayanan rawat jalan ini dihargai untuk

laporan akhir bulan dalam administrasi. Resep yang masuk berjumlah 300-

500 lembar per hari. Tenaga yang bertugas di unit pelayanan rawat jalan

berjumlah 17 orang, terdiri dari 1 apoteker, 9 asisten apoteker, 4 tenaga

honorer, dan 3 tenaga non farmasi. Unit pelayanan rawat jalan juga

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

42

Universitas Indonesia

melayani permintaan obat-obat Antiretroviral (ARV) untuk pasien-pasien

HIV/AIDS, baik pasien berhak maupun pasien swasta. Umumnya obat-

obat tersebut diresepkan untuk kebutuhan sebulan pemakaian. Pasien

diharuskan mengikuti konseling dengan apoteker unit pelayanan rawat

jalan sebelum menerima obat-obat tersebut. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan kepatuhan pasien meminum obat dan memberikan

pemahaman kepada pasien tentang obat-obat yang digunakan. Data

tentang diri pasien yang didapat dari pelaksanaan konseling dicatat pada

Kartu Konseling (Lampiran 18). Permintaan obat-obat ARV langsung

dilakukan oleh pasien yang bersangkutan dengan membawa resep dokter

dan melampirkan fotokopi identitas diri. Obat-obat ARV tersebut berasal

dari Kementerian Kesehatan RI dan diberikan secara gratis kepada pasien

HIV/AIDS. Permintaan obat-obat ARV langsung ditangani oleh petugas

gudang transito. Petugas akan mencatat obat-obat ARV yang dilayani

setiap hari dalam lembar penggunaan obat ARV kemudian lembar register

stok obat ARV dan membuat laporan tiap bulannya yang akan dikirimkan

ke Kementerian Kesehatan RI.

3.2.5.2 Seksi Pelayanan Rawat Inap

Seksi Pelayanan Rawat Inap dipimpin oleh seorang apoteker yang

bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kepala Seksi Pelayanan

Rawat Inap bertugas:

a. Memimpin kegiatan pelayanan.

b. Membimbing, mengatur, dan mengawasi tugas bawahan.

c. Memeriksa keabsahan permintaan dari lantai perawatan.

d. Mengatur persediaan obat atau material kesehatan di unit-unit pelayanan.

e. Melakukan pengawasan obat atau material kesehatan.

f. Melakukan pembinaan personil.

Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap merupakan kombinasi dari

sistem resep individual, dosis unit, dan persediaan terbatas di ruangan (limited

floor stock). Sistem resep individual adalah obat yang diberikan berdasarkan resep

yang diberikan dokter pada setiap pasien, baik rawat inap ataupun rawat jalan,

dengan prosedur sebagai berikut:

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

43

Universitas Indonesia

a. Resep diantarkan langsung oleh perawat ke Unit Pelayanan Resep Rawat

Inap. Obat yang dilayani untuk injeksi 2 hari dan untuk per oral 5 hari,

kecuali hari libur sesuai dengan lamanya hari libur.

b. Resep yang diterima, diberi nomor, dibukukan, dan dibuatkan etiket.

c. Obat yang tidak tersedia, segera hubungi doker penulis resep untuk diganti

dengan obat sejenis yang ada. Bila obat tidak ada, dibuatkan salinan resep

untuk dikirim ke Unit Pelayanan Restitusi. Lembar salinan resep dan etiket

dapat dilihat pada.

d. Obat yang sudah disiapkan, dicek, dan diberi paraf, kemudian dimasukkan

ke keranjang obat pasien.

e. Obat dikirim oleh petugas farmasi ke ruang perawatan sambil mengambil

resep aslinya, pada bagian belakang kertas resep dicantumkan nama

penerima dan alamat.

f. Perawat ruangan akan memberikan obat kepada pasien untuk sekali

minum. Sistem distribusi obat secara dosis unit diterapkan untuk bagian

kebidanan, lantai1, 2 dan 6 perawatan umum, IKA 1 dan 2, serta lantai

perawatan bedah.

Untuk bagian kebidanan, IKA 1 dan 2, prosedurnya sebagai berikut:

a. Resep dari ruangan dikirim melalui faksimili atau diantarkan langsung

oleh perawat ke Unit Pelayanan Resep Rawat Inap.

b. Resep asli dilampirkan pada masing-masing map yang berisi status pasien

dan lembar pemberian obat, diberi nomor urut kemudian dicatat pada kartu

stok.

c. Obat yang telah disiapkan dibagi ke dalam satu kemasan untuk satu kali

pemakaian.

d. Kemasan yang berisi obat sekali minum untuk pemakaian satu hari

diletakkan dalam wadah sesuai dengan nama pasien. Kemasan untuk hari

berikutnya disimpan di Unit Pelayanan Resep Rawat Inap.

e. Perawat memberikan obat kepada pasien untuk satu kali pemakaian dalam

sehari.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

44

Universitas Indonesia

Sedangkan sistem distribusi obat secara dosis unit di lantai 1, 2, dan 6

lantai perawatan umum, prosedurnya sebagai berikut:

a. Resep dari ruangan diantar langsung oleh perawat ke depo farmasi PU

yang berada di lantai 1.

b. Resep asli dilampirkan pada masing-masing map yang berisi status pasien

dan lembar pemberian obat, diberi nomor urut kemudian dicatat pada kartu

stok.

c. Obat yang telah disiapkan dibagi ke dalam satu kemasan untuk satu kali

pemakaian.

d. Kemasan yang berisi obat sekali minum untuk pemakaian satu hari

diletakkan dalam wadah sesuai dengan nama pasien. Kemasan untuk hari

berikutnya disimpan.

e. Perawat memberikan obat kepada pasien untuk satu kali pemakaian dalam

sehari.

Prosedur distribusi obat dosis unit di lantai perawatan bedah sama seperti

di lantai perawatan umum, namun resep diantarkan langsung oleh perawat ke

depo yang ada di departemen bedah yaitu Depo Kedokteran Militer di lantai 6.

Sistem persediaan obat di ruangan adalah persediaan obat yang selalu ada

dalam jumlah minimal di lantai atau ruang perawatan, biasanya untuk obat-obatan

yang bersifat life-saving yang digunakan saat kondisi gawat darurat, misalnya saat

ada pasien yang kejang, maka segera diberi antikejang (diazepam), pasien sesak

diberi injeksi aminofilin, atau kegawatan lainnya seperti dispneu, apneu, angina

pectoris, stroke hemorrhagic, dan intoksikasi.

Depo farmasi untuk pelayanan rawat inap terdiri dari empat lokasi yang

masing-masing menangani pelayanan farmasi untuk bagian-bagian yang berbeda,

yaitu:

a. Depo Rawat Mondok

Depo rawat mondok berada dibawah kepemimpinan seorang Apoteker

dibantu oleh 4 asisten apoteker dan 1 juru resep. Depo rawat mondok melayani

distribusi obat ke ruang perawatan yaitu IKA 1 dan 2, ruang bayi, lantai 1 paru,

lantai 4 paru, lantai 2 jantung, obgyn, jiwa, kamar bersalin, OKG, ICU dan IGD.

Prosedur pelayanan resep seperti yang tercantum dalam prosedur pelayanan rawat

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

45

Universitas Indonesia

inap, namun terdapat perbedaan untuk pelayanan resep untuk pasien yang akan

pulang dimana obat yang diresepkan harus diambil sendiri oleh pasien atau

keluarga pasien.

b. Depo Perawatan Umum

Depo di perawatan umum baru dibuka bulan Juli tahun 2009. Depo ini

terletak di lantai 1 gedung perawatan umum dan berada di bawah pimpinan

seorang Apoteker bagian pelayanan rawat inap yang dibantu oleh dua orang

Asisten Apoteker. Semua kebutuhan obat-obatan di ruangan perawatan umum,

dilayani oleh depo ini, kecuali lantai 4 yang merupakan bagian dari pelayanan

masyarakat umum. Prosedur pelayanan resep seperti yang tercantum dalam

prosedur pelayanan rawat inap, resep yang dibawa oleh perawat kemudian di-copy

sebagai arsip depo. Sistem distribusi obat yang diterapkan untuk lantai 1, 2, dan 6

adalah sistem dosis unit, sedangkan untuk lantai 3 dan 5 menggunakan sistem

peresepan individu. Obat yang masuk dan keluar dari depo farmasi ini dicatat

dalam kartu stok obat. Pasien yang dirawat di perawatan umum adalah pasien

berhak dan pasien Askes.

c. Depo Kedokteran Militer

Unit kedokteran militer terletak di lantai 6 gedung Departemen Bedah.

Depo farmasi di kedokteran militer melayani pengadaan obat pada unit ini. Depo

ini berada di bawah pimpinan seorang Apoteker bagian pelayanan rawat inap yang

dibantu oleh dua orang Asisten Apoteker. Prosedur pelayanan resep sama seperti

di pelayanan rawat inap, tetapi resep tidak dikirim melalui faksimili, melainkan

berupa resep asli. Sistem distribusi obat yang diterapkan adalah sistem unit dosis,

beberapa masih berupa resep individual dan persediaan di ruangan. Obat yang

masuk dan keluar dari depo farmasi ini dicatat dalam kartu stok obat. Pasien yang

dirawat adalah pasien yang berasal dari daerah konflik seperti daerah operasi

militer yang memerlukan perawatan luka tembak, luka tempur, atau luka pada saat

latihan militer.

d. Depo Instalasi Kamar Operasi

Depo instalasi kamar operasi berada di bawah pimpinan Apoteker rawat

mondok yang dibantu oleh Asisten Apoteker. Ruang persediaan di depo instalasi

kamar operasi berisi persediaan obat dan alat kesehatan sekali pakai dari gudang

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

46

Universitas Indonesia

farmasi. Permintaan obat dan alat kesehatan sekali pakai ke gudang farmasi

dilakukan satu kali dalam seminggu.

3.2.5.3 Urusan Pelayanan Khusus

Pelayanan khusus terdiri atas unit pelayanan restitusi dan unit pelayanan

farmasi diluar jam dinas (Pelayanan Jaga Cito).

a. Unit Pelayanan Restitusi

Unit Pelayanan Restitusi memiliki tugas antara lain:

1) Pasien rawat inap dan rawat jalan yang obatnya tidak tersedia di

Apotek Rawat Inap dan Rawat Jalan, resepnya dikopi dan dilayani

oleh Pelayanan Restitusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Resep obat yang telah dikopi dilayani di Restitusi sesuai prosedur

yang berlaku (untuk mendapatkan persetujuan dari Petugas yang

ditunjuk, Ka Instal Farmasi, Dirbinjang Med, Waka hingga ke Ka

RSPAD Gatot Ditkesad) selanjutnya resep dilayani melalui Apotek

PKM dan Apotek Kimia Farma No. 2, adapun pembagian ke

Yanmasum Farmasi atau Apotek Kimia Farma No. 2 sesuai kebijakan

berdasaran alokasi dana.

3) Resep Rawat Jalan khusus diluar anggota RSPAD yang obatny tidak

tersedia si Apotek Rawat Jalan, maka obatnya dilayani Restitusi

melalui Yanmasum Farmasi tujuannya agar obat dapat terlayani.

4) Untuk obat-obat khusus seperti Albumin, Insulin harus ada hasil

laboratorium. Untuk Meropex, Fosmicin harus ada hasil kulturnya.

Untuk obat kemoterapi harus ada persetujuan dari Tumor Bord.

5) Apotek Kimia Farma No. 2 dan Yanmasum Farmasi membuat laporan

harian dan bulanan atas pelayanan obat dan diperiksa oleh Petugas

Restitusi.

6) Petugas Restitusi juga mengecek tagihan dari Apotek Kimia Farma

No. 2 dan Yanmasum Farmasi untuk selanjutnya meneruskan ke Ka

Instal Farmasi da Ka Instal Farmasi membuat Nota Dinas persetujuan

pembayaran ke Ka RSPAD Gatot Soebroto.

7) Petugas Restitusi membuat laporan bulanan ke Ka Instalasi Farmasi

dan dilaporkan ke Ka RSPAD Gatot Soebroto.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

47

Universitas Indonesia

Prosedur pelayanan obat restitusi untuk resep pasien rawat inap adalah

sebagai berikut:

1) Resep/salinan resep dibuat rangkap 4 untuk diajukan ke unit pelayanan

restitusi. Salinan resep diberi nomor, dibukukan dan dicap di

belakangnya untuk disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi dan atau

Apoteker yang telah diberi wewenang.

2) Kepala Instalasi Farmasi melalui Apoteker yang berwenang akan

memeriksa kembali apakah mungkin obat tersebut dapat diganti dengan

obat yang sejenis.

3) Jika obat tidak dapat diganti, maka obat akan direstitusi sesuai dengan

jumlah yang berlaku.

4) Resep tersebut dikirim ke apotek langganan, yaitu Kimia Farma No. 2

Senen dan Yanmasum Farmasi untuk diracik dan disiapkan, kemudian

dikirim kembali ke Unit Pelayanan Restitusi.

5) Obat yang diselesaikan pada jam kerja dikirim ke Unit Pelayanan

Restitusi sedangkan obat yang diselesaikan di luar jam kerja dikirim ke

Unit Pelayanan Jaga Cito untuk diantar atau diambil oleh petugas

masing-masing urusan yang memintanya.

b. Unit Pelayanan Jaga Cito

Adapun Unit Pelayanan Jaga Cito memiliki mekanisme kerja sebagai

berikut:

1) Unit Pelayanan Jaga Cito dibuka 24 jam pada hari libur dengan 3 shift

dan di luar jam dinas dengan 2 shift.

2) Resep yang dilayani berasal dari dokter Gawat Darurat atau ruang

perawatan.

3) Resep masuk ke Unit Pelayanan Jaga Cito dan kemudian dikerjakan

oleh petugas yang berjaga.

4) Petugas jaga cito memberikan obat sesuai ketentuan yang berlaku.

5) Obat yang ada disiapkan, sedangkan yang tidak ada diambil dari

Yanmasum Farmasi (Pelayanan Kesehatan Masyarakat), setelah itu

diserahkan ke pasien dengan disertai tanda tangan dan nama jelas.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

48

Universitas Indonesia

3.2.6 Sub Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan (Haralkes)

Kepala Sub Instalasi (Ka Sub Instal) Haralkes mempunyai tugas dan

kewajiban sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan perencanaan program kerja bidang pemeliharaan dan

perbaikan alat kesehatan.

b. Melakukan inventarisasi alat kesehatan di seluruh RSPAD Gatot Soebroto.

c. Menyelenggarakan perencanaan, penyimpanan dan pendistribusian gas

medik untuk seluruh RSPAD Gatot Soebroto.

d. Menyusun laporan berkala seluruh kegiatan pemeliharaan alat kesehatan

dan pendistribusian gas medik serta mengevaluasi dan

menindaklanjutinya.

e. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kasi.

f. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Haralkes.

g. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi

Farmasi.

Sub Instalasi Haralkes membawahi urusan teknik dan pemeliharaan alat

kesehatan serta urusan teknik dan pemeliharaan instal gas medik.

3.2.6.1 Urusan Teknik dan Pemeliharaan Alat Kesehatan

Pemeliharaan alat kesehatan mencakup alat elektromedik dan non

elektromedik yang tidak habis dalam sekali pemakaian. Bila terjadi kerusakan alat

kesehatan, maka unit pengguna alat kesehatan tersebut melapor kepada Wakil

Kepala Rumah Sakit (Wakarumkit) dengan tembusan ke Instalasi Farmasi.

Instalasi Farmasi akan memeriksa jenis kerusakan alat kesehatan tersebut. Alat

kesehatan tersebut akan diperbaiki oleh teknisi. Apabila kerusakan tidak bisa

diperbaiki oleh teknisi, maka pengguna membuat Berita Acara Kerusakan (BAK)

yang ditandatangani oleh pengguna dan teknisi, kemudian dilaporkan kepada

Kasub Instal Haralkes untuk mengajukan perbaikan alat kesehatan. Beberapa alat

kesehatan berteknologi canggih, seperti Magnetic Resonance Imaging, telah

memiliki kontrak servis dengan agen tunggal. Sedangkan alat kesehatan dengan

teknologi sederhana, seperti stetoskop atau tensimeter, tidak digunakan lagi bila

telah mengalami kerusakan parah.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

49

Universitas Indonesia

3.2.6.2 Urusan Teknik Instalasi Gas Medik

Unit ini menyediakan gas medik antara lain O2, CO2 dan N2O. Unit ini

melayani permintaan dari ICU, Instalasi Kamar Operasi, Unit Perawatan Bedah,

Paru dan Radionuklir. Permintaan oksigen disediakan dalam bentuk liquid dan gas

yang dikemas dalam wadah tabung. Oksigen liquid memiliki sentral penyimpanan

di belakang gedung perawatan ICU, sedangkan tabung-tabung gas oksigen

disimpan di ruang penyimpanan gas medik. Gas N2O memiliki satu sentral

penyimpanan yaitu di gedung unit perawatan bedah. Pelayanan gas-gas medik ini

diberikan untuk pasien berhak maupun umum. Pelayanan gas oksigen diberikan

kepada semua ruang perawatan, sedangkan pelayanan gas N2O hanya diberikan

kepada Unit Perawatan Bedah.

3.2.7 Sub Instalasi Penunjang dan Informasi Obat

Kepala Sub Instalasi Penunjang dan Informasi Obat (Jang Info)

mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:

a. Merencanakan, menyediakan, menyimpan dan mendistribusikan obat dan

suplai medis untuk kebutuhan seluruh RSPAD Gatot Soebroto.

b. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan suplai medis serta monitoring

efek samping obat.

c. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan

matkes serta pemeliharaannya.

d. Memberikan informasi persediaan obat bulanan untuk seluruh unit

pelayanan.

e. Menerbitkan leaflet-leaflet mengenai informasi obat.

f. Merencanakan, menyiapkan dan mengevaluasi pemakaian obat-obat

sitostatika.

g. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kasi.

h. Melaksanakan pengembangan pendidikan, pelatihan dan pelayanan

kefarmasian.

i. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Jang Info

Obat.

j. Membuat laporan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi

Farmasi.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

50

Universitas Indonesia

Kepala Sub Instalasi Jang Info membawahi Kepala Seksi Penunjang

(terdiri dari Urusan Produksi serta Urusan Perbekalan Kesehatan dan Gudang) dan

Kepala Seksi Informasi dan Monitoring ESO.

3.2.7.1 Urusan Produksi

Urusan produksi dipimpin oleh seorang Apoteker yang bertanggung jawab

kepada Kepala Sub Instalasi Farmasi. Personil dalam urusan produksi terdiri dari

Asisten Apoteker dan juru resep serta tenaga non medis.

Petugas urusan produksi memiliki tugas antara lain:

a. Membuat rencana produksi.

b. Mendistribusikan larutan infus.

c. Membuat obat-obatan non steril dengan formula khusus.

d. Melakukan pemeriksaan mutu obat, bahan obat, dan persediaan farmasi

lainnya.

e. Memberikan saran perbaikan kepada Kepala Instalasi Farmasi.

Urusan Produksi mempunyai 3 unit, yaitu:

a. Urusan Produksi Obat Non Steril (Bagian Anmaak)

Unit ini memproduksi obat yang digunakan di RSPAD Gatot Subroto yang

dibuat berdasarkan formula standar dengan tujuan untuk mengurangi harga atau

biaya yang tinggi. Jumlah obat yang diproduksi disesuaikan dengan jumlah

kebutuhan pasien di rumah sakit. Contoh obat yang diproduksi antara lain Obat

Batuk Hitam (OBH), salep, krim, supositoria, bedak dan sebagainya. Obat-obat

non steril didistribusikan ke Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap, dan

Poliklinik. Obat-obat non steril dibuat sesuai jadwal yang berlaku. Bahan baku

yang digunakan dalam produksi diperoleh melalui permintaan bahan baku ke

gudang farmasi. Tetapi dalam hal tertentu, Unit Produksi dapat langsung

mengambil bahan baku ke Gudang Material (Gudmat) dengan menggunakan bon

permintaan barang.

b. Unit Distribusi Cairan Steril

Beberapa cairan infus yang didistribusikan ke Pelayanan Rawat Inap dan

poliklinik diperoleh dari LABIOMED dan beberapa perusahaan produsen cairan

infus lain dengan waktu pengiriman tiap 3 bulan. Cairan steril yang

didistribusikan oleh bagian ini adalah cairan infus standar seperti Ringer Laktat, 2

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

51

Universitas Indonesia

A, NaCl 0,9%, Dextrose 10%, Ringer Dextrose 5%, Aqua Pro Injection, Aqua

Bidestilata, Glukosa 5% dan Ringer Glukosa 5%, D5-1/4 NS (5% Dekstrosa dan

0,225% Sodium Klorida), D5-1/2 NS, NaCl 0,45% dan Glukosa 2,5% IV

infusion, NaCl 30 cc.

c. Unit Pelipatan Kasa

Kassa yang dibuat, dilipat dalam empat bentuk, yaitu:

1) Tahu besar, ukuran 6 x 6 cm, untuk luka bakar atau luka besar.

2) Tahu kecil, ukuran 3 x 3 cm, untuk luka kecil atau luka tembak.

3) Kasa infus berbentuk segitiga kecil.

4) Kasa gigi/lidi waten berbentuk bulat kecil.

Kasa-kasa tersebut didistribusikan ke semua Unit Perawatan Umum,

Lantai Kebidanan, Ruang Gawat Darurat. Kasa yang telah dilipat disterilkan di

Theatre Sterilization Supply Unit (TSSU) yang berada di bawah Instalasi Kamar

Operasi.

3.2.7.2 Urusan Perbekalan Kesehatan dan Gudang

Urusan perbekalan kesehatan dan gudang dipimpin oleh seorang Apoteker

yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Farmasi. Tugas Kepala

Urusan Perbekalan Kesehatan dan Gudang adalah:

a. Membuat rencana kebutuhan obat dan material kesehatan per triwulan dan

per tahun.

b. Membuat laporan pemakaian obat secara berkala.

c. Menerima dan mendistribusikan obat, medical supply ke unit yang lain.

d. Mengurus obat yang direstitusi.

e. Menerbitkan daftar persediaan obat setiap bulan.

f. Mengumpulkan data dan penyusunan laporan pemakaian narkotika.

g. Mengawasi gudang perbekalan secara rutin.

h. Memberi saran dan perbaikan.

i. Melakukan pembinaan personil.

Urusan perbekalan kesehatan dan gudang membawahi unit gudang

farmasi. Gudang farmasi merupakan sarana yang digunakan untuk menyimpan

obat-obatan dan material kesehatan dalam jumlah terbatas.

Gudang farmasi terdiri dari 2 bagian, yaitu:

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

52

Universitas Indonesia

a. Gudang obat, dimana menyimpan obat-obatan baik obat kering maupun

basah.

b. Gudang medical supply, menyimpan alat kesehatan sekali pakai.

Sistem penyimpanan di gudang farmasi berdasarkan bentuk sediaan

(bentuk kering dan basah), alfabetis, sistem FEFO (First Expire First Out), dan

sistem FIFO (First In First Out). Barang yang di gudang didistribusikan ke unit

pelayanan rawat jalan, rawat inap, poliklinik dan produksi.

Prosedur pengeluaran perbekalan kesehatan sebagai berikut:

a. Unit-unit yang meminta obat atau alat kesehatan mengisi Lembar Daftar

Permintaan (LDP) obat dengan mencantumkan jumlah obat yang diminta

dan sisa obat yang ada di unit dan ditanda tangani oleh kepala unit masing-

masing.

b. Obat atau alat kesehatan sekali pakai yang dikeluarkan dari gudang

farmasi untuk pemakaian 1 bulan dan harus disetujui oleh Kaur Perbekalan

Kesehatan dan Gudang.

c. Obat atau alat kesehatan sekali pakai yang diminta disiapkan dan distok,

kemudian diserahkan dengan disertai paraf di LDP oleh si penerima, dan

formulir isian pertanggungjawaban pemakaian oleh pasien.

d. Setiap bulan gudang farmasi membuat laporan pengeluaran obat atau alat

kesehatan sekali pakai untuk dilaporkan ke Dirbinjangmed.

e. Khusus obat yang sudah rusak/kadaluarsa dibuat administrasinya untuk

dikembalikan ke Unit Gudang Material dengan tembusan Dirbinjangmed.

Prosedur pemasukan perbekalan kesehatan sebagai berikut:

a. Petugas mengisi LDP obat yang disetujui Kepala Instalasi Farmasi (lembar

daftar permintaan obat ke Unit Gudang Material).

b. LDP dikirim ke Bagian Daldisi dan Invent Matkes untuk disetujui, jika

sudah disetujui maka dibawa ke Unit Gudang Material guna mendapatkan

obat/medical supply.

c. Obat yang diambil dari Unit Gudang Material dibawa ke gudang farmasi

disusun berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan sistem FIFO.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

53

Universitas Indonesia

Prosedur permintaan obat narkotika sebagai berikut:

a. Unit yang meminta mengisi LDP narkotika dengan melampirkan resep

dokter.

b. LDP diadministrasikan oleh Unit Pelayanan Restitusi untuk diajukan ke

Kaur Perbekalan Kesehatan dan Gudang.

c. Jika disetujui oleh Kaur Perbekalan obat dapat diambil di gudang farmasi.

d. Setelah pemakaian obat narkotika, unit yang meminta membuat laporan

pemakaian yang dilengkapi nama obat, jumlah, sisa obat, dokter, dan nama

pasien.

3.2.7.3 Pelayanan Farmasi Klinik

RSPAD GS menerapkan pelayanan farmasi klinik, yaitu:

a. Visite ke ruangan ICU

b. Kegiatan konseling yang dilaksanakan di lantai 1 Perawatan Umum dan

apotek rawat jalan (khusus pasien HIV) dengan membuat janji antara

pasien dan apoteker terlebih dahulu.

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang dilaksanakan di apotek rawat jalan.

d. Konseling pasien Askes

3.3 Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Bekal Kesehatan

Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Bekal Kesehatan

(Rendal Ada Bekkes) berada di bawah Direktorat Bina Penunjang Medis

(Dirbinjangmed) yang bertugas merencanakan, mengendalikan, dan mengadakan

perbekalan kesehatan, obat-obatan dan alat kesehatan sekali pakai. Kepala Bagian

Administrasi Rendal Ada Bekkes membawahi Urusan Perencanaan Perbekalan

Kesehatan dan Urusan Pengendalian Pengadaan Perbekalan Kesehatan.

3.3.1 Perencanaan Perbekalan Kesehatan

Tugas dan kewajiban bagian ini adalah:

a. Menyusun dan menghimpun permintaan dari pemakai untuk dasar

pembuatan program tahunan.

b. Menyusun rencana program pengadaan per triwulan.

c. Menyusun program pelaksanaan per triwulan yang disesuaikan dengan

plafon dana.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

54

Universitas Indonesia

d. Mengadakan koordinasi dengan lembaga terkait mengenai dropping

perbekalan kesehatan dan obat.

e. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban bertanggung jawab kepada

Kepala Bagian Rendal Ada Bekkes. Rencana kebutuhan disusun

berdasarkan data kebutuhan satu tahun dari tiap departemen. Pengajuan

kebutuhan dilakukan sebelum tahun anggaran baru. Program induk data

perencanaan kebutuhan satu tahun disesuaikan dengan dana yang tersedia.

3.3.2 Urusan Pengendalian Pengadaan Perbekalan Kesehatan

Tugas dan kewajiban dalam proses pengadaan perbekalan kesehatan

adalah:

a. Menyusun perjanjian-perjanjian kontrak/Surat Perjanjian Kontrak pesanan

material sesuai peraturan yang berlaku dengan rekanan yang disetujui.

b. Menyelenggarakan kontrak pesanan kepada rekanan yang ditunjuk sesuai

dengan keputusan panitia lelang/panitia penilai harga.

c. Meneliti kelengkapan administrasi pengadaan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

d. Menyelenggarakan pengarsipan terhadap segala kegiatan pengadaan.

e. Membuat laporan tiap triwulan, kepada Irjenad (Inspektorat Jenderal

Angkatan Darat) dan tembusan Ditkesad (Direktorat Kesehatan Angkatan

Darat).

f. Menyiapkan persiapan TBCK (Tanda Bukti Salinan Kontrak) untuk tim

Irjenad sampai penyelesaian.

Sumber dana diperoleh dari:

a. Dana Budgeter, tiap triwulan terdiri dari:

1) Dana Rutin Bantuan Kesehatan (RBK).

2) Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK).

b. Dana Non Budgeter yang berupa obat-obatan berasal dari:

1) Pusat Kesehatan TNI.

2) Direktorat Kesehatan Angkatan Darat, Lembaga Farmasi Angkatan

Darat (LAFIAD) dan Laboratorium Biomedis (LABIOMED).

3) Produksi sendiri untuk produk-produk non steril.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

55

Universitas Indonesia

4) Sumbangan yang tidak tetap dari Departemen Kesehatan.

5) Dana intern rumah sakit yang berasal dari pendapatan rumah sakit dari

pasien-pasien swasta yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

obat.

Manajemen logistik merupakan sistem pengelolaan persediaan perbekalan

kesehatan di rumah sakit agar sesuai dengan tujuan yang dicapai dan berjalan

dengan optimal, fungsi menajemen logistik meliputi fungsi pokok dan fungsi

pendukung.

Fungsi pokok menajemen logistik meliputi:

a. Perencanaan

Perencanaan obat yang digunakan di RSPAD Gatot Soebroto berdasarkan

pola konsumsi atau user oriented yaitu dengan melihat data-data pemakaian obat

setiap tahun dan disesuaikan dengan anggaran yang ada. Kelebihan dari pola

konsumsi yaitu barang yang dibeli sesuai dengan kebutuhan pasien. Kelemahan

pola konsumsi adalah jika barang yanga akan dibeli tidak distandardisasi dan

diseleksi maka kebutuhan barang dengan jenis yang beragam akan semakin besar

sehingga anggaran dana rumah sakit menjadi tidak terkendali. Pengajuan

kebutuhan dilakukan sebelum tahun anggaran baru. Alur perencanaan pengadaan

perbekalan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto dapat dilihat pada Lampiran 11.

Dasar penyusunan perencanaan dibuat oleh Rendal Ada BekKes mengacu pada

kebutuhan user (instalasi/unit/departemen), stok obat di gudang material, rencana

pengiriman obat dari pusat (Pusat Kesehatan TNI dan Ditkesad), dan anggaran

dana yang akan turun.

Untuk anggran DPK dan RBK, perencanaan perbekalan kesehatan melalui

Ketua Instalsi Farmasi dengan membuat daftar perencanaan perbekalan kesehatan

dengan melihat data pemakaian di tiap depo farmasi dan gudang farmasi di rumah

sakit setiap tahun yang kemudian ditujukan kepada kepala rumah sakit dengan

tembusan pada bagian perencanaan dan pengadaan perbekalan kesehatan di rumah

sakit. Perencanaan dan pengadaaan perbekalan kesehatan tersebut bersifat parsial

yaitu perencanaan dalam setahun dengan pengadaan tergantung pada anggaran

yang digunakan seperti anggaran DPK untuk setiap bulan dan anggaran RBK

untuk setiap triwulan.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

56

Universitas Indonesia

Untuk anggaran kontribusi atau dana Yanmasum maka perencanaan

melalui pimpinan rumah sakit kemudian melalui Direktur Pembinaan Penunjang

Medis dan bagian perencanaan dan pengadaan rumah sakit, perencanaan tersebut

merupakan perencanaan kebutuhan secara menyeluruh selama satu tahun.

b. Penelitian dan pengembangan

Penelitian dan pengembangan dilakukan oleh rumah sakit khususnya

untuk obat-obat yang akan diadakan di rumah sakit. Penelitian dan pengembangan

perbekalan kesehatan dilakukan oleh komite farmasi terapi yang akan membuat

Daftar Obat Essensial (DOE) yang digunakan di Rumah Sakit.

c. Pengadaan

Pengadaan obat merupakan suatu proses untuk mendapatkan perbekalan

farmasi untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Pengadaan yang dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 80 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemeritah. Pengadaan yang

dilakukan di RSPAD berdasarkan:

1) Pemberian

a) Direktorat Kesehatan (DitKes) TNI yaitu dari LAFI-AD yang merupakan

pabrik obat TNI-AD, Labiomed berupa infus, Lapalkes untuk alat

kesehatan tertentu

b) Pusat kesehatan TNI (integrasi dengan seluruh TNI yaitu AD, AL dan

AU) : obat kanker, supplai medis untuk hemodialisa, implant orthopedic,

dan cath jantung.

c) Hibah (pemberian) : alat kesehatan

2) Pembelian

Pembelian dilakukan untuk obat-obat yang sesuai dengan DOE

Rumah Sakit diluar obat-obat pemberian. Pengadaan melalui tender terbuka

dengan nilai sesuai dengan anggaran yang ada setiap tahun.

Kebijakan dalam pengadaaan obat adalah menggunakan obat generik

dan melalui tender terbuka. Dalam pengadaan barang harus

mempertimbangkan jumlah buffer stock dan lead time barang yang ada di

gudang penyimpanan. Buffer stock dan lead time yang digunakan adalah

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

57

Universitas Indonesia

persediaan barang untuk 3-4 bulan, fungsi untuk adanya buffer dan lead time

adalah mencegah kekosongan barang.

Pengadaan dilakukan oleh ULP (Unit Layanan Pengadaan).

Pengadaan barang yang fast moving dengan harga mahal dilakukan dengan

cara pembelian dengan jarak waktu pendek dan tetap berdasarkan tingkat

prioritas obat tersebut.

Anggaran yang digunakan dalam pengadaan barang adalah:

a) DPK (Dana Pemeliharaan Kesehatan), merupakan dana asuransi untuk

TNI dan PNS-TNI (potongan gaji 2% yang dikelola sendiri oleh TNI-

AD). Anggaran tersebut turun setiap bulan.

b) RBK (Rutin Bekal Kesehatan), merupakan dana APBN yang turun

setiap bulan.

c) Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum), diambil dari keuntungan

melayani masyarakat umum untuk menunjang kekurangan dana dari

DPK dan RBK, sebagai subsidi bagi pasien dinas.

Langkah-langkah dalam pengadaan perbekalan farmasi meliputi:

a) Membuat daftar perbekalan farmasi yang dibutuhkan

b) Menentukan jumlah item obat yang akan dibeli

c) Mencocokkan dengan anggaran yang ada

d) Melakukan pengadaan dengan metode tender terbuka

e) Memilih supplier atau rekanan sesuai dengan kriteria

f) Membuat persyaratan dalam kontak kerja

g) Memonitor pengiriman barang tepat waktu

h) Pengecekan barang yang diterima sesuai kontrak

i) Melakukan pembayaran pada rekanan

Untuk anggaran DPK dan RBK, pembelian dilakukan oleh panitian

lelang dari DitKes TNI-AD kemudian barang yang telah dibeli disimpan

dalam gudang pusat farmasi melalui gudang farmasi sehingga pengelolaan

perbekalan kesehatan lebih terkendali. Untuk anggaran kontribusi pembelian

dilakukan oleh panitian lelang dari bagian pengadaan RSPAD Gatot

Soebroto, kemudian barang yang ada disimpan ke gudang material RSPAD

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

58

Universitas Indonesia

Gatot Soebroto dan didistribusikan ke depo-depo farmasi melalui gudang

farmasi.

d. Distribusi

Pendistribusian barang yang melalui gudang farmasi dan depo farmasi

akan lebih terkendali dan dapat menghindari kebocoran daripada pendistribusian

barang langsung ke user. Pendistribusian obat ke pasien menggunakan sistem

desentralisasi dikarenakan terdapat beberapa depo farmasi untuk memudahkan

pelayanan kefarmasian dan menghindari kebocoran barang di unit pelayanan

kesehatan.

e. Penyimpanan dan pemeliharaan

Pengendalian dilakukan di tiap fungsi logistik. Pengedalian dilakukan

dengan cara audit internal maupun eksternal. Macam-macam pengendalian yang

dilakukan di tiap fungsi adalah:

1) Pengendalian perencanaan dengan melihat stok yang ada di gudang dan

anggaran yang ada.

2) Pengendalian pengadaan dengan mengendalikan proses berjalannya tender

agar terselesaikan tepat waktu sehingga mencegah terjadinya kekosongan

barang

3) Pengendalian persediaan dengan metode ABC atau pareto yaitu menekan

pada persediaan yang fast moving dengan harga relatif mahal sehingga dapat

menentukan frekuensi pemesanan dan menentukan prioritas barang yang akan

dipesan.

4) Membuat buffer stock untuk 3-4 bulan agar tidak terjadi kekosongan barang.

f. Penghapusan

Fungsi pendukung manajemen logistik meliputi:

1) Standardisasi dengan penggunaan DOE (Daftar Obat Essensial) rumah sakit

2) Katalogisasi (pengkodean) barang

3) Administrasi perbendaharaan material

4) Sistem informasi manajemen

5) Mobilisasi dan demobilisasi dalam keadaan darurat

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

59

Universitas Indonesia

3.4 Unit Gudang Material (Gudmat)

Unit Gudang Material (Gudmat) mempunyai tugas dalam

menyelenggarakan penyimpanan material umum dan material kesehatan dengan

menerima, menyimpan, memelihara serta mendistribusikan material kesehatan ke

Instalasi Farmasi dan material umum ke seluruh bagian rumah sakit sesuai Surat

PPnM penerimaan maupun Surat PPM.

Tugas dan kewajiban Kepala Unit Gudmat sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan penerimaan, penyimpanan, dan distribusi material

kesehatan dan material umum.

b. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan sarana, prasarana gudang dan

materil yang tersimpan di dalamnya, agar sesuai dengan kuantitas, kualitas

dan berfungsi baik, serta siap didstribusikan.

c. Menyelenggarakan administrasi pergudangan berdasarkan ketentuan yang

berlaku.

d. Mengusulkan penghapusan materil kesehatan dan materil umum yang

tidak layak pakai.

e. Melaksanakan pembinaan personil di jajaran unit Gudmat.

f. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Karumkit (Kepala Rumah

Sakit).

Unit Gudmat dipimpin oleh Kepala Unit Gudmat yang membawahi:

a. Seksi Gudang Material Kesehatan, terdiri dari urusan obat, medical supply,

urusan alat kesehatan, dan penata disposal.

b. Seksi Gudang Material Umum, terdiri dari urusan alat tulis kantor dan

mesin kantor, urusan alsatri, dan urusan makanan.

3.4.1 Urusan Obat

Penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan sifat farmakologi dan

kegunaannya terdiri dari:

a. Golongan A1 kering yang menyimpan serbuk, tablet, kapsul dan lainnya.

b. Golongan A1 basah yang menyimpan sirup (potio), injeksi, krim,

suppository dan lainnya.

c. Golongan A2 pembalut yang menyimpan perban, kapas dan lainnya.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

60

Universitas Indonesia

Obat yang diterima disesuaikan dengan surat kontrak oleh Unit Gudmat

kemudian dibukukan dan disimpan di gudang obat dan alat kesehatan.

Sistem pengeluaran dan penyimpanan barang yang digunakan adalah

sistem FIFO (First In First Out) dan sistem FEFO (First Expired First

Out).

3.4.2 Urusan Alat Kesehatan

Alat kesehatan disimpan berdasarkan kegunaan alatnya dan abjad yang

dikelompokkan berdasarkan alat yang tidak habis pakai (alat bedah) dan alat yang

habis dipakai (medical supply seperti spuit, wing needle). Sistem penyimpanan

dari Gudmat menggunakan sistem FIFO.

3.4.3 Urusan Disposal

Urusan Disposal bertugas menerima, menyimpan dan menginventaris

material kesehatan yang tidak dapat dipakai lagi. Pengembalian barang rusak

menggunakan berita acara kerusakan dan mutasi inventaris yang disetujui

Dirbinjangmed, kemudian Gudmat mengusulkan kepada Karumkit untuk

dimusnahkan.

Alur pengelolaan barang di Gudmat, yaitu:

a. Penerimaan Barang

Ada beberapa persyaratan administrasi yang harus dipenuhi saat

penerimaan barang di gudang oleh rekaan/perusahaan, yaitu:

1) SPK (Surat Perintah Kerja) yang dikeluarkan oleh Karumkit yang

menyebutkan telah disetujuinya kerjasama dengan rekanan yang

bersangkutan.

2) Delivery Order (DO), yaitu surat pengiriman barang dari rekanan atau

perusahaan yang menyebutkan jumlah dan jenis barang yang dikirim ke

gudang.

Setelah barang diterima, dilanjutkan dengan komisi atau pemeriksaan oleh

tim komisi, disaksikan oleh rekanan dan juga petugas gudang. Komisi atau

pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa apakah barang yang diterima

spesifikasinya sesuai dengan pemesanan. Timkomisis ditunjuk langsung setiap

tahunnya oleh Kepala Rumah sakit.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

61

Universitas Indonesia

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim komisi, dengan dasar DO dan

SPK, kemudian dibuat berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh Kepala

Unit Gudang Material, Tim Komisi, dan diketahui oleh Karumkit.

Setelah dilakukan komisi, barang kemudian dipindahkan ke gudang

penyimpanan dan dibuat KPH (Kartu Penerimaan Harian) oleh Kaur yang

bersangkutan dan ditandatangani oleh Kaunit Gudmat dan Kaur. SPK, DO, berita

acara pemeriksaan, dan KPH dikumpulkan menjadi satu dan dikirim ke bagian

keuangan sebagai kelengkapan untuk pembayaran. Alat-alat kesehatan biasanya

tidak diterima di gudang, akan tetapi langsung dikirim atau ditempatkan di bagian

yang membutuhkan untuk lebih memudahkan mobilisasi. Akan tetapi, segala

administrasi dijalankan sama seperti administrasi penerimaan obat dan medical

supply.

b. Penyimpanan

Penyimpanan material kesehatan di gudang material dibagi menjadi

gudang obat kering, obat cair, dan medical supply. Penyimpanan obat kering

adalah pada suhu ruangan dengan penyusunan secara alfabetis menurut nama

dagang untuk lebih memudahkan dalam pencarian obat. Obat-obat cair disimpan

sesuai dengan suhu penyimpanannya, ada yang diletakkan di suhu ruangan dan

ada yang diletakkan ke dalam lemari pendingin. Penyusunannya juga dilakukan

secara alfabetis. Sedangkan untuk medical supply penyimpanannya berbeda

dengan obat.

Penyusunan medical supply berdasarkan spesifikasi atau kegunaannya

untuk memudahkan dalam pencarian dan memudahkan dalam pengontrolan stok.

Guna memudahkan dalam mengontrol jumlah persediaan barang, setiap obat atau

medical supply yang masuk atau keluar gudang selalu dicatat di dalam kartu stok.

Setiap tahunnya, untuk mengetahui jumlah stok akhir dilakukan stock opname

setiap akhir tahun yang dilakukan oleh perwakilan bagian-bagian terkait yang

ditunjuk karumkit dan menjadi salah satu dasar rencana pengadaan barang tahun

selanjutnya.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

62

Universitas Indonesia

Prosedur penyimpanan obat, medical supply, dan cairan/infus.

1. Setelah obat, medical supply, cairan/infus dilakukan komisi penerimaan

barang oleh Tim Komisi, barang tersebut disimpan pada gudang

penyimpanan:

a) Obat kering (A1 K) disimpan pada gudang simpan obat kering

b) Obat basah (A1 B) disimpan pada gudang obat basah

c) Medical supply disimpan pada gudang simpan medical supply

d) Cairan/infuse disimpan pada gudang simpan cairan/infus

2. Seluruh obat, medical supply, cairan/infus (bekkes) harus:

a) Dicatat pada buku penerimaan barang

b) Dibuatkan kartu penerimaan harian (KPH)

c) Dicatat pada kartu stok gudang/kartu gantung gudang pada kolom

penerimaan

3. Obat, medical supply, cairan/infus (bekkes) yang masuk gudang simpan:

a) Setiap jenis merek dagang mempunyai satu kartu gantung gudang

b) Bekkes yang bersumber dari manapun dengan merek dagang sama

dicatat dalam satu kartu gantung gudang, dengan cara:

1) Cantumkan nama dan satuan barang/bekkes pada kolom isian nama

barang dan satuan yang terdapat pada kartu gantung gudang.

2) Cantumkan sumber dukungan bekkes pada kolom tanggal kartu

gantung gudang

3) Cantumkan tanggal penerimaan pada kolom keterangan kartu

gantung gudang

4) Cantumkan nomor dokumen barang pada kolom nomor kartu

gantung gudang

5) Cantumkan tanggal kadaluarsa obat pada kolom keterangan kartu

gantung gudang, setelah penulisan sumber dukungan

6) Jika pada kartu gantung gudang terjadi kesalahan tidak boleh

dikoreksi menggunakan tipe-x melainkan dicoret dan dibubuhi paraf.

7) Kartu gantung gudang harus selalu melekat pada barang/bekkes.

8) Kartu gantung gudang yang sudah terisi penuh tidak boleh

dipisahkan dengan kartu baru.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

63

Universitas Indonesia

9) Kartu gantung gudang yang barang/materialnya sudah tidak ada

disimpan pada tempat yang telah disiapkan.

10) Penyimpanan barang ditata menurut masa kadaluarsa masing-masing

bekkes (First Expired First Out).

c. Distribusi

Gudang material kesehatan mendistribusikan obat dan medical supply ke

gudang farmasi dan bagian-bagian lain yang membutuhkan. Alur pelayanan

permintaan obat atau medical supply di gudang material kesehatan yaitu surat

permintaan yang masuk diserahkan ke Kapokmin dan dengan bantuan Turmin

akan diadministrasikan dan dikeluarkan lembar disposisi untuk

dipindahtangankan ke Kasi Gudmatkes. Setelah diketahui Kasi Gudmatkes,

permintaan tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis barang yang diminta

(obat/medical supply/alkes). Setelah dikelompokkan, surat permintaan tersebut

diserahkan kepada masing-masing Kaur untuk kemudian diadministrasikan

kembali dengan bantuan turmin. Kemudian Turyan (pengatur pelayanan) segera

menyiapkan atau melayani permintaan tersebut.

d. Penghapusan

Selain bertanggungjawab dalam penerimaan, peyimpanan serta

pendistribusian barang, gudang material juga bertanggung jawab dalam hal

penghapusan barang yang dinilai sudah tidak memiliki nilai guna. Materiil yang

akan dihapus terlebih dahulu harus dilakukan pencelaan atau penelitian guna

dapat menentukan kondisi materiil yang memenuhi syarat untuk dihapus.

Pertimbangan atau alasan penghapusan barang bergerak meliputi:

1. Pertimbangan teknis

a) Secara fisik materiil tidak dapat digunakan karena rusak berat dan tidak

ekonomis bila diperbaiki

b) Secara teknis tidak dapat digunakan lagi akibat perkembangan teknologi

c) Telah melampaui batas waktu penggunaannya (kadaluarsa)

d) Perubahan spesifikasi akibat penggunaan misalnya terkikis.

e) Terjadi penurunan dalam timbangan/ukuran disebabkan penggunaan atau

susut dalam penyimpanan/pengangkutan.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

64

Universitas Indonesia

f) Karena berbahaya bila disimpan lebih lama, seperti amunisi, bahan peledak,

zat kimia, obat-obatan, dll.

g) Materiil dinas yang masih bisa operasional apabila dihapus harus ada

materiil baru sebagai pengganti agar tidak mengganggu operasional satuan.

2. Pertimbangan ekonomis

a) Karena berlebih/surplus

b) Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi Negara bila dihapus karena

biaya operasional dan pemeliharaannya lebih besar dari manfaat yang

diperoleh.

c) Secara umum tidak diperlukan lagi oleh TNI dan Kemhan.

3. Karena hilang/kekurangan perbendaharaan atau kerugian yang disebabkan :

a) Kesalahan atau kelalaian bendaharawan barang/pengurus barang

b) Di luar kesalahan atau kelalaian bendaharawan barang, misalnya karena

kesalahan administrasi atau alasan tak terduga (force majeure)

c) Mati, bagi tanaman atau hewan/ternak

Untuk penghapusan alat kesehatan, sebelumnya bagian yang

membutuhkan penghapusan alat mengajukan surat permohonan penghapusan ke

Karumkit dengan memberikan tembusan ke unit gudang material. Gudang

material kemudian mengirimkan surat ke Karumkit yang menyatakan bahwa alat

siap dihapuskan. Selain itu, gudang material juga mengirimkan surat ke panitia

penghapusan/pencelaan dan dikeluarkan berita acara pemeriksaan yang

ditandatangani oleh panitia penghapusan/pencelaan, Kepala Unit Gudang

Material, dan diketahui oleh Karumkit, serta dilampirkan hasil penilaian alat.

Setelah dilakukan penghapusan, gudang material memebrikan surat kepada

Karumkit sebagai laporan telah dilakukannya penghapusan yang disertai dengan

berita acara pemeriksaan alat.

3.5 Unit Kesehatan Lingkungan dan Nosokomial

Unit Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan Nosokomial berada dibawah

Dirbinyanmed. Unit Kesling dan Nosokomial membawahi:

a. Seksi Kesling serta K3 (Keamanan dan Keselamatan Kerja)

b. Seksi Nosokomial

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

65

Universitas Indonesia

3.5.1 Seksi Kesehatan Lingkungan dan K3

Kegiatan Bagian Kesehatan Lingkungan meliputi:

a. Pengelolaan Air Bersih

Sumber air bersih diperoleh dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum),

tetapi bila air PDAM terganggu maka air bersih dapat diperoleh dari sumur

artesis. Pemeriksaan rutin air bersih dilakukan setiap bulan di Laboratorium

Kesehatan Lingkungan (Kesling) RSPAD meliputi pemeriksaan:

1) Fisika : bau, warna

2) Kimia : logam berat, zat beracun

3) Mikrobiologi : ada tidaknya Eschericia coli

b. Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair berasal dari berbagai macam unit, seperti: laboratorium, ruang

perawatan, dapur, laundry, dan bahan radioaktif. Kandungan limbah cair ini

sangat kompleks sehingga mempengaruhi kesehatan pada lingkungan hidup.

Penanganan limbah cair ini menggunakan sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air

Limbah).

IPAL terdiri dari 6 unit, yaitu:

1) IPAL IKA (Ilmu Kesehatan Anak)

2) IPAL Jiwa

3) IPAL Laundry dan Jenazah

4) IPAL Paru

5) IPAL Rehabilitasi Medik

6) IPAL Paviliun Kartika

Dalam IPAL ini limbah diolah dengan menggunakan metode lumpur aktif.

Setelah melalui proses pengolahan, limbah yang sudah memenuhi persyaratan

dibuang ke sungai. Pemantauan pengolahan limbah di RSPAD Gatot Soebroto

dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan

Pemeriksaan Lingkungan Hidup Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah

tersebut. Pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan beberapa parameter

diantaranya, Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand

(BOD), KMnO4, amonia, biru metilen, dan zat padat tersuspensi. Selain itu juga

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

66

Universitas Indonesia

dilakukan pemeriksaan terhadap mutu air limbah dari pH, debit perhari, suhu, dan

kandungan organik.

c. Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat, dibedakan menjadi:

1) Limbah Medis

Limbah medis adalah limbah yang berasal dari ruangan perawatan,

laboratorium radiologi, kedokteran, kamar operasi, dan UGD. Limbah ini

bersifat infeksius. Limbah medis dibawa dari ruangan menggunakan kantung

plastik kuning lalu dibawa ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Infeksius

untuk kemudian dibakar menggunakan incinerator dengan suhu ±1200°C.

2) Limbah Non Medis

Limbah non medis adalah limbah yang tidak infeksius, seperti sampah dapur,

kertas, botol plastik, dan sebagainya. Limbah non medis dibawa dengan

menggunakan kantung plastik hitam. Limbah ini dibuang ke TPS kemudian

diangkut oleh Dinas Kesehatan DKI sebanyak 2 kali dalam 1 hari untuk dibawa

ke Tempat Pembuangan Akhir.

d. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu

Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu dilakukan secara

berkesinambungan agar populasinya dapat ditekan serendah mungkin sehingga

tidak merusak alat-alat yang ada, dan tidak mengganggu aktivitas serta tidak

menyebarkan penyakit. Dalam rangka pemberantasan serangga dan binatang

pengganggu, kegiatan yang dilakukan antara lain yaitu dengan cara penyemprotan

kecoa, fogging di lingkungan sekitar rumah sakit, desinfeksi ruangan, pemasangan

perangkap tikus, serta penangkapan kucing. Pengendalian ini dilakukan dengan 3

cara, yaitu:

1) Fisik : ditangkap dengan menggunakan perangkap.

2) Kimia : menggunakan bahan kimia misalnya dengan racun tikus.

3) Biologi : memelihara ikan di dalam got untuk memakan jentik nyamuk.

e. Desinfeksi dan Sterilisasi Ruangan

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan perawatan maka dilakukan

tindakan sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat-tempat yang dicurigai

mempunyai resiko terhadap penularan penyakit. Tindakan desinfeksi ruangan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

67

Universitas Indonesia

dilakukan pada ruang pelayanan medis dan penunjang medis yang dicurigai

berpotensi terjadi kontaminasi/pencemaran oleh mikroba patogen antara lain

ruang operasi, ruang isolasi, ruang rawat inap, ruang ICU, kamar bayi dan juga

ruang pelayanan medis yang memerlukan kondisi steril sebelum dipakai untuk

melakukan kegiatan medis antara lain ruang operasi dan ruang isolasi.

f. Pengawasan Kualitas Lingkungan

Untuk melihat kualitas udara di dalam ruangan, maka dilakukan

pemeriksaan kondisi fisik bangunan seperti suhu ruangan, kelembaban,

pencahayaan, uji kebisingan, partikel debu, jumlah koloni kuman, dan identifikasi

gas berbahaya atau beracun.

g. Pengawasan Makanan dan Minuman

Pengawasan dilakukan mulai dari pemeriksaan tempat penyimpanan bahan

makanan, tempat pengolahan makanan, alat-alat makan, sampai makanan siap saji

yang siap diantar ke pasien.

h. Penyehatan Laundry

Kegiatan penyehatan laundry terdiri dari pengawasan fisik ruangan,

kebersihan linen, alat pelindung diri, kualitas air bersih, pengangkutan linen, serta

pemisahan ruangan untuk linen infeksius dan non infeksius. Linen infeksius

sebelum dicuci terlebih dahulu dilakukan perendaman dengan klorin selanjutnya

linen tersebut digabung dengan linen non infeksius untuk dilakukan pencucian.

i. Perlindungan Radiasi

Kegiatan yang dilakukan antara lain penanganan sampah padat radioaktif,

penggunaan film badge untuk petugas radiasi, kalibrasi alat radiologi,

pengamanan limbah cair radioaktif dari pasien pasca terapi, serta kerjasama

dengan BATAN (Badan Tenaga Atom dan Nuklir). Sampah padat radioaktif

dibungkus khusus dengan kantung plastik merah dan disimpan selama 3 bulan

sebelum dimusnahkan menggunakan incinerator. Penyimpanan tersebut

dimaksudkan untuk menghilangkan bekas radioaktif yang terdapat dalam sampah.

3.6 Instalasi Kamar Operasi

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

68

Universitas Indonesia

Bagian Instalasi Kamar Operasi berada di bawah Dirbinyanmed. Bagian

ini mempunyai tugas dalam mengelola sarana dan prasarana untuk membantu

kegiatan pembedahan, meliputi:

a. Pemeliharaan dan penyiapan alat-alat operasi.

b. Sterilisasi ruangan dan alat-alat bedah.

c. Pendistribusian obat dan alat-alat bedah.

Bagian instalasi kamar operasi dipimpin oleh seorang Kepala Bagian

Instalasi kamar operasi yang membawahi:

a. Kasie Instalasi kamar operasi

b. Kasie Penunjang Instalasi kamar operasi

c. Kasie Anestesi

Bagian instalasi kamar operasi terdiri dari ruang persediaan obat dan alat

kesehatan sekali pakai, ruang operasi, dan ruang pelaksana sterilisasi.

3.6.1 Ruang Persediaan Obat dan Alat Kesehatan Sekali Pakai

Ruangan ini merupakan depo farmasi di Instalasi Kamar Operasi dimana

terdapat semua obat-obatan dan alat kesehatan sekali pakai untuk keperluan

pembedahan baik yang cito maupun yang telah terjadwal. Setiap hari depo farmasi

mendapatkan jadwal operasi yang akan dilakukan pada hari itu. Penggunaan obat

dan alat kesehatan sekali pakai ditulis di buku laporan pemakaian setelah seluruh

kegiatan di ruang operasi telah selesai, kemudian dokter menuliskan resep

obatobatan yang dipakai. Obat-obat gawat darurat antara lain adrenalin, lidokain,

darmicum, phentotal. Obat pramedikasi yang biasa digunakan adalah valium.

3.6.2 Ruang Operasi

Bagian Instalasi kamar operasi mempunyai 13 kamar operasi yang berada

di lantai I dan II, masing-masing kamar memiliki fungsi yang berbeda. Lantai I

terdiri dari 3 kamar operasi untuk unit bedah cito, diagnostik dan bedah minor.

Sedangkan lantai II terdiri dari 10 kamar operasi yang telah direncanakan, yaitu

kamar operasi bedah saraf, bedah penyakit dalam, bedah gigi-mulut dan THT,

bedah anak, bedah tumor-plastik dan digestif, bedah mata, bedah kebidanan,

bedah jantung-paru dan vaskuler, bedah urologi, dan bedah ortopedi. Bagian ini

melayani baik pasien berhak maupun pasien umum, namun administrasi dan

pelayanan farmasinya tetap dipisahkan seperti di bagian lainnya.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

69

Universitas Indonesia

Sterilisasi ruangan operasi dilakukan menyeluruh setiap 3 bulan sekali,

kecuali jika dilakukan operasi terhadap pasien terinfeksi, maka ruangan operasi

langsung disterilkan untuk menghindari penyebaran infeksi. Sterilisasi dilakukan

dengan menggunakan desinfektan formaldehid, timol, dan alkohol dengan

perbandingan tertentu.

3.6.3 Ruang Pelaksana Sterilisasi

Selain depo farmasi, bagian Instalasi Kamar Operasi juga membawahi

TSSU (Theater Sterilization Supply Unit). Ruang sterilisasi atau TSSU berpusat di

lantai II Instalasi Kamar operasi. Sterilisasi alat-alat bedah, pakaian di ruang

Instalasi Kamar Operasi, ruangan bedah maupun material lain yang perlu

disterilkan dilakukan oleh personil TSSU. TSSU tidak melayani sterilisasi

obatobatan dan cairan. Di TSSU juga dilakukan kegiatan pelipatan kasa yang

hanya digunakan di Instalasi Kamar Operasi. Kasa yang sudah dilipat dimasukkan

ke dalam kantong sterilisasi khusus. Alat yang telah disterilkan diberi tanggal

dilakukan sterilisasi untuk menentukan jangka waktu apakah alat tersebut masih

dalam kondisi steril atau tidak. Untuk sterilisasi ruangan dilakukan setiap 3 bulan

sekali.

TSSU juga melakukan uji mikrobiologi apakah alat-alat dan bahan yang

telah disterilkan benar-benar sudah steril atau belum. Sebelum dilakukan

sterilisasi, alat yang akan disterilkan direndam dengan cairan hexaminus 5%

selama 24 jam untuk alat yang terinfeksi atau selama 15 menit untuk alat yang

tidak terinfeksi. Setelah perendaman, dilakukan sterilisasi dengan salah satu dari

dua metode berikut:

a. Menggunakan Autoklaf (uap panas)

Autoklaf digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang tahan terhadap panas

seperti bahan-bahan, tekstil, linen, baju operasi, logam, dan lainnya. Proses

sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoklaf Jeringe pada temperatur135°C

selama 45 menit dengan tekanan uap panas 3 bar. Penentuan masa kadaluarsa alat

yang sudah di sterilisasi tergantung dari pengemasnya, jika dibungkus dengan

kain alat yang belum digunakan selama 3 x 24 jam maka sebelum digunakan

harus disterilkan kembali. Jika dibungkus menggunakan packing press, alat yang

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

70

Universitas Indonesia

belum digunakan bisa tahan sampai 6 bulan. Tes yang dapat dilakukan untuk

mengetahui fungsi autoklaf sesuai dengan yang dibutuhkan atau tidak antara lain:

1) Bowie & Dick

Test ini dilakukan 1 bulan sekali, menggunakan temperatur 134-138°C

selama 3 hingg 3,5 menit akan terjadi perubahan warna dari biru muda jadi

ungu menandakan autoklaf masih berfungsi.

2) Indikator test

Indikator test ditempelkan pada kemasan alat yang akan disterilkan. Jika

timbul warna strip hitam menandakan alat telah steril dan autoklaf masih

berfungsi.

b. Mengalirkan Gas Etilen Oksida

Cara ini digunakan untuk alat-alat yang tidak tahan pemanasan seperti alat

pembungkus dan polietilen, plastik, silikon, dan lainnya. Sterilisasi dilakukan

pada suhu 60°C selama 3 jam dengan tekanan 0,78 bar.

3.7. Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis (Minpasien dan

Formed)

Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis (Minpasien dan Formed)

dipimpin oleh seorang kepala bagian berpangkat Letnan Kolonel CKm (K).

Bagian ini melayani proses administrasi pasien baik pasien berhak maupun pasien

askes, mulai proses mendaftar sampai proses pembuatan kartu berobat serta

penyimpanan catatan medik pasien. Pengolahan data pasien telah dilakukan secara

komputerisasi.

Secara garis besar, proses pelayanan administrasi pasien adalah pasien

mendaftar di loket penerimaan pasien rawat inap atau rawat jalan baik pasien baru

maupun pasien lama. Petugas akan memberikan nomor urut poliklinik kepada

pasien, selanjutnya petugas akan mencari catatan medik pasien bagi yang sudah

terdaftar, sedangkan untuk pasien yang belum mendaftar, petugas akan menginput

data pasien ke komputer untuk pembuatan catatan mediknya. Petugas akan

mencari catatan medik (CM) pasien dan mencatat CM sesuai dengan poliklinik

yang dituju dalam Laporan Harian Poliklinik atau buku ekspedisi kemudian CM

diantar ke poliklinik yang dituju.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

71

Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

RSPAD (Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Darat) Gatot Soebroto

merupakan rumah sakit tingkat satu dan menjadi rujukan tertinggi di jajaran TNI

yang memberikan pelayanan kesehatan untuk prajurit TNI AD dan keluarga,

pegawai negeri sipil dan keluarga serta untuk masyarakat umum. Rumah sakit ini

terletak di Jalan Abdul Rahman Saleh 24, Jakarta Pusat. Berdasarkan

kepemilikannya, RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit pemerintah dan

dikelola oleh Kementerian Pertahanan dan Keamanan Republik Indonesia.

Berdasarkan kriteria pembagian Rumah Sakit menurut PerMenkes RI

No.93/Menkes/SK/XI/1992 dan Undang-Undang Republik Indonesia No.44 tahun

2009, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto termasuk

rumah sakit kelas A yang memiliki tenaga spesialistik dan subspesialistik yang

lengkap dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistik luas yaitu lebih dari empat spesialis dasar, lebih dari 17 spesialis

lain termasuk spesialis penunjang medik, serta lebih dari 13 subspesialis.

Pelayanan spesialis yang tersedia di rumah sakit ini yaitu spesialis anak, bedah,

penyakit dalam, obstetri dan ginekologi, gigi dan mulut, gizi, ginjal, jantung, kulit

dan kelamin, kedokteran nuklir, mata, paru, psikiatri, rehabilitasi medik, saraf dan

THT. Dilihat dari aspek jumlah tempat tidur, RSPAD memiliki jumlah tempat

tidur lebih dari 1000 dan hanya sekitar 771 tempat tidur yang digunakan secara

fungsional. RSPAD Gatot Soebroto juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit

pendidikan yaitu rumah sakit yang melaksanakan program pelatihan residensi

dalam medik, bedah, pediatri dan bidang spesialis lain.

RSPAD Gatot Soebroto memberikan pelayanan kesehatan secara gratis

kepada pasien berhak, yaitu anggota TNI, PNS Mabes TNI, PNS Kementerian

Pertahanan dan Keamanan (Kemhankam), PNS yang berdinas di RSPAD beserta

keluarganya yang terdiri dari suami, istri dan anak pertama dan kedua yang sah

dengan ketentuan masih berusia di bawah 21 tahun, belum bekerja, dan belum

menikah. Untuk prajurit TNI yang masih aktif maka masih termasuk dalam pasien

berhak. Sedangkan, untuk prajurit TNI yang sudah pensiun (purnawirawan) maka

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

72

Universitas Indonesia

dikatagorikan sebagai pasien ASKES. Pelayanan di RSPAD juga diberikan untuk

pasien SKTM, GAKIN, serta pasien umum yang lain.

RSPAD Gatot Soebroto memberikan beberapa pelayanan, diantaranya

pelayanan medis dan pelayanan penunjang untuk melayani pasien rawat inap dan

rawat jalan. Pelayanan medis yang diberikan adalah pelayanan 24 jam seperti

ambulance, apotik, laboratorium, bank darah, radiologi dan unit gawat darurat.

Pelayanan medis lainnya adalah poliklinik anak, bedah, penyakit dalam, obsteri

dan ginekologi, gigi dan mulut, gizi, ginjal, jantung, kulit dan kelamin, kedokteran

nuklir, mata, paru, psikiatri, paviliun kartika, rehabilitasi medik, saraf, dan THT.

Selain pelayanan medis dan penunjang, terdapat juga pelayanan lainnya, seperti

layanan rohani, kelompok senam, ATM, Bank, kantin, koperasi, masjid, salon

bahkan sarana fotokopi.

Pelayanan rawat jalan dilakukan di poliklinik yang ada di rumah sakit,

sedangkan pelayanan rawat inap dilakukan di ruang perawatan baik paviliun dan

non-paviliun. Paviliun terdiri dari Paviliun Kartika dan Paviliun Darmawan untuk

perawatan umum, serta Paviliun Imam Sujudi yang khusus melayani kebidanan.

Ruang perawatan non-paviliun terdiri dari Perawatan Umum, Perawatan Bedah,

Perawatan Paru, Perawatan Jiwa, Perawatan Obstetri dan Ginekologi, Instalasi

Kamar Anak, Unit Stroke, dan ICU. Semua paviliun maupun non-paviliun

melayani baik pasien berhak maupun umum.

Seluruh pasien yang masuk ke RSPAD semua datanya tercatat dalam

bagian administrasi pasien (Bagminpasien). Sebelum berobat, pasien

mendaftarkan diri di loket pendaftaran untuk memeriksakan dirinya ke poliklinik-

poliklinik yang terdapat di RSPAD yang jumlahnya adalah 19 jenis poliklinik.

Untuk pasien yang baru berobat di RSPAD maka pasien akan menerima map yang

berisi catatan medis yang masih kosong, sedangkan untuk pasien lama mereka

akan menerima map yang berisi catatan medis yang sudah terisi dari poliklinik

yang pernah ia kunjungi. Seluruh catatan medis pasien di RSPAD disimpan dalam

ruangan di bagminpasien, serta disusun sesuai nomor catatan medis yang tertera di

map. Jika kondisi pasien memerlukan perawatan lebih intensif (perlu melakukan

rawat inap) maka dokter dari poliklinik tersebut akan memberikan selembar kertas

yang berisi rujukan agar pasien tersebut diberikan tempat di ruang perawatan di

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

73

Universitas Indonesia

rawat inap. Sedangkan pasien yang masuk ke rumah sakit dalam kondisi kritis,

dibawa ke unit gawat darurat, kemudian dari unit gawat darurat tersebut dokter

unit gawat darurat yang menentukan untuk ruang perawatan yang cocok untuk

pasien (ICU, Kedokteran militer, atau perawatan umum). Namun, jika pasien

hanya melakukan kunjungan ke poliklinik maka pada saat di loket pendaftaran,

pasien akan diberikan nomer antrian sesuai dengan poliklinik yang ia tuju. Setelah

dari polilinik, maka biasanya pasien tersebut akan menerima resep, dan resep

tersebut ditebus di apotek-apotek satelit yang berada di kawasan RSPAD.

Pelayanan kefarmasian di RSPAD mengikuti pola satu pintu, dimana

seluruh sistem perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, serta

pendistribusian dikelola oleh instalasi farmasi. Instalasi Farmasi RSPAD Gatot

Soebroto merupakan salah satu bentuk pelayanan penunjang medis yang dipimpin

oleh seorang Kepala Instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala

RSPAD Gatot Soebroto. Kepala Instalasi Farmasi dalam pelaksanaan tugasnya

dibantu oleh Kepala Sub Instalasi Penunjang Info, Kepala Sub Instalasi Pelayanan

Material Kesehatan dan Kepala Sub Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan.

Kepala Sub Instalasi Penunjang Info dipimpin oleh seorang apoteker, dimana

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Kepala Seksi Penunjang dan

Kepala Seksi Info dan Meso. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Material Kesehatan

dipimpin oleh seorang Apoteker, dimana dalam melaksanakan tugasnya dibantu

oleh seorang Kepala Seksi Pelayanan Rawat Inap, Kepala Urusan Pelayanan

Khusus dan Kepala Seksi Pelayanan Rawat Jalan. Kepala Sub Instalasi

Pemeliharaan Alat Kesehatan dipimpin oleh seorang dengan jabatan Letnan

Kolonel (Letkol), dimana dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Kepala

Urusan Teknik Pemeliharaan Kesehatan dan Kepala Urusan Teknik Instalasi Gas

Medik. Jumlah apoteker di IFRS RSPAD Gatot Soebroto tidak sebanding dengan

beban kerja dan tanggung jawab yang dipikul, karena berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa idealnya untuk pelayanan kefarmasian

30 tempat tidur diperlukan 1 orang apoteker.

Tugas Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto adalah mengelola dan

menyelenggarakan kegiatan peracikan, penyimpanan, penyediaan dan penyaluran

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

74

Universitas Indonesia

obat-obatan serta bahan kimia, penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, alat

perawatan dan alat kesehatan, serta mengelola dan mengkoordinasikan pelayanan

depo-depo farmasi di ruangan, menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik dan

informasi obat. Secara garis besar Instalasi Farmasi Rumah Sakit berfungsi

sebagai pengelola perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan

perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto meliputi pemilihan, perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian, pelaporan dan

pemusnahan. Pemilihan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto didasarkan

pada data penggunaan obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi

dan gas medis di rumah sakit.

Sub Instalasi Penunjang dan Informasi membawahi unit penunjang dan

MESO. Unit penunjang terdiri dari Kepala Urusan Produksi (Kaur Produksi),

perbekalan kesehatan dan gudang. Kepala urusan produksi memiliki tugas antara

lain memproduksi obat sesuai dengan formula yang ada di bawah pengawasan

Kasi Penunjang, mencatat dan melaporkan semua hasil produksi yang telah

dibuat, mencatat dan melaporkan pengeluaran hasil produksi, melakukan

pemeriksaan mutu terhadap hasil produksi secara organoleptis, mencatat dan

melaporkan bahan baku yang tidak ada dalam persediaan ke Kasi Penunjang,

menyelenggarakan stock opname bahan baku dan sediaan hasi produksi setiap

akhir tahun anggaran. Bagian produksi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Anmaak,

distribusi cair-steril dan pelipatan kassa. Perbekalan kesehatan dan gudang

merupakan bagian dari instalasi penunjang, yang bertugas melakukan

penyimpanan dan pendistribusian perbekalan kesehatan kepada seluruh depo

farmasi yang ada di RSPAD Gatot Soebroto.

Manajemen drug supply terdiri dari perencanaan, pengadaan, penerimaan

penyimpanan, distribusi, penyerahan, pencatatan dan penghapusan. Perencanaan

dan pengadaan obat di RSPAD Gatot Soebroto dilakukan oleh Bagian

Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Bekal Kesehatan (Rendal Ada Bekkes).

Jumlah dan jenis obat yang beredar di Indonesia sangat banyak, maka

dalam penggunaan obat-obatan RSPAD Gatot Soebroto berpedoman pada Daftar

Obat Esensial (DOE) rumah sakit yang disusun olah Panitia Farmasi dan Terapi

(PFT) RSPAD Gatot Soebroto yang mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

75

Universitas Indonesia

(DOEN) dan DOE ABRI. Dalam penyediaan obat, RSPAD Gatot Soebroto

mengacu kepada DOE edisi VIII yang disusun pada tahun 2009. Perencanaan

dibuat berdasarkan laporan rencana kebutuhan yang dibuat oleh sub instalasi

penunjang dan informasi bagian gudang farmasi, juga dari laporan rencana

kebutuhan unit lain yang tidak mengambil bekal kesehatan dari gudang farmasi.

Untuk pembelian barangnya dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan (dulu

disebut panitia pengadaan) yang tidak termasuk dalam struktur organisasi rumah

sakit.

Setiap tahun Instalasi Farmasi membuat praperencanaan. Perencanaan

pengadaan bekal kesehatan di Instalasi Farmai RSPAD dilakukan dengan metode

konsumtif, yaitu didasarkan pada penggunaan perbekalan periode sebelumnya.

Selain itu juga berdasarkan metode epidemiologi penyakit, DOE dan masukan

dari departemen-departemen terkait (user). Praperencanaan kebutuhan obat

ditandatangani oleh Ka Instalasi Farmasi kemudian berkas rencana tersebut

dikirim ke Dirbinjangmed dengan tembusan ke Rendal Ada Bekkes kemudian

berkas tersebut akan dievaluasi oleh Rendal Ada Bekkes. Evaluasi dilakukan

dengan mempertimbangkan beberapa faktor lain diluar rencana kebutuhan yaitu

stock obat yang masih ada di Farmasi, rencana pengiriman obat dari pusat dan

berapa besarnya dana yang akan turun. Setelah itu, rencana kebutuhan tersebut

diajukan kepada Dirbinjangmed guna mendapatkan persetujuan dan diteruskan

kepada Karumkit RSPAD Gatot Soebroto untuk ditandatangani. Seluruh berkas

dikirim ke Ditkesad yang selanjutnya diserahkan kepada panitia lelang.

Proses pengadaan obat dan alat kesehatan di gudang farmasi meliputi:

pengisian lembar daftar permintaan (LDP), diajukan ke Bagian Daldisi & Invent

Matkes. Bila barang dan jumlah yang diinginkan ada maka dikeluarkan surat

perintah pengeluaran barang oleh Daldisi & Invent Matkes yang ditujukan ke

gudang material, kemudian bagian gudang material mengeluarkan barang

diketahui oleh kepala bagian disertai dengan bukti pengeluaran (BP), barang yang

dibutuhkan dapat segera disalurkan ke gudang farmasi dan siap didistribusikan ke

unit-unit pelayanan yang membutuhkan.

Perencanaan pengadaan juga diperhitungkan berdasarkan dana yang

diperoleh. Sumber dana berupa uang untuk pengadaan perbekalan kesehatan di

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

76

Universitas Indonesia

RSPAD diperoleh dari pusat yang terdiri dari Rutin Bekal Kesehatan( RBK) yang

berasal dari APBN dan Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK) yang berasal dari

potongan gaji pegawai baik TNI AD maupun PNS yang bekerja di lingkungan

TNI AD sebesar 2% serta dana intern yang berasal dari pelayanan pasien swasta.

Swasta disini maksudnya adalah dana yang diperoleh dari pelayanan rumah sakit

untuk non-anggota TNI dan PNS berupa dana hasil YanMasUm untuk

mendukung pasien berhak. Selain dalam bentuk uang, RSPAD juga menerima

perbekalan kesehatan dalam bentuk barang yang berasal dari Ditkesad (Lafiad,

Labiomed, pengadaan pusat), Puskes TNI, Kemhan RI, dan lainnya seperti hibah.

Dari keseluruhan sumber dana, yang terbesar berasal dari swasta.

Pengadaan perbekalan kesehatan di RSPAD mengacu pada PP No. 54

Tahun 2010 sebagai pengganti Keppres No. 80 Tahun 2003. Pembelian langsung

dilakukan untuk pengadaan barang senilai hingga 100 juta rupiah, sedangkan

diatas 100 juta rupiah dilakukan lelang atau tender. Proses pengadaan secara

lelang dengan dana DPK dan RBK lebih dari 100 juta rupiah dibeli melalui ULP

Ditkesad, prosesnya sebagai berikut, perencanaan dari RSPAD diajukan ke Ditkes

AD, kemudian dilakukan lelang di Ditkes. Selanjutnya pemenang lelang

mengirimkan barang ke Gupus I Ditkesad baru setelah itu dikirimkan ke Gudang

material RSPAD dan seterusnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Sedangkan untuk pengadaan sebesar kurang dari 100 juta rupiah yang berasal dari

dana DPK, RBK, dan kontribusi YMU pembelian dilakukan oleh ULP RSPAD.

Untuk pembelian yang kurang dari 10 juta maka pembelian dilakukan oleh pejabat

pengadaan yaitu Kepala Bagian Logistik RSPAD.

RSPAD memiliki 2 gudang tempat penyimpanan perbekalan kesehatan

yaitu Gudang Material (Gudmat) dan gudang farmasi. Gudang material kesehatan

(Gudmatkes) berada di bawah unit gudang material. Bagian gudmatkes terbagi

lagi menjadi 4 bagian di bawahnya yaitu urusan alat kesehatan, medical supply,

obat, dan disposal. Fungsi utama dari bagian gudang material kesehatan adalah

menerima, menyimpan, distribusi, dan disposal obat-obat dan material kesehatan

lainnya. Perbedaannya dengan gudang farmasi adalah gudmatkes ini merupakan

tempat penerimaan barang-barang material kesehatan dari supplier langsung. Dari

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

77

Universitas Indonesia

sini material kesehatan tersebut baru didistribusikan ke gudang farmasi dan unit

lainnya seperti unit bedah.

Pengadaan obat dan material kesehatan di instalasi farmasi RSPAD

berawal dari perencanaan oleh bagian Rendal Ada, setelah tercapai kesepakatan

dengan supplier maka dibuatlah kontrak kerjasama. Pihak supplier dan gudang

selanjutnya menyepakati waktu pengiriman barang ke gudang material. Kemudian

barang dikirim ke gudang material dalam bentuk kardus-kardus besar atau biasa

disebut dengan istilah ’koli’. Barang yang diterima dibuka kemasan kardusnya

oleh tim komisi bersama dengan pihak supplier yang mengirimkan barang. Tim

komisi merupakan sebuah tim yang terdiri dari minimal tiga orang yaitu ketua,

sekretaris dan anggota. Tim ini tidak harus terdiri dari orang dengan latar

belakang farmasi dan dibentuk setiap setahun sekali. Namun sebaiknya, orang

dengan latar belakang farmasi turut dilibatkan dalam tim komisi untuk

memastikan kondisi obat baik dan sesuai dengan kondisi optimal obat. Tugas tim

ini saat menerima barang dari supplier adalah memeriksa barang disesuaikan

dengan kontrak. Setelah itu dibuat berita acara dan ditandatangani oleh tiap orang

dari tim komisi. Umumnya tim komisi membuka kemasan dan memeriksa barang

pada saat barang baru diterima, namun tidak menutup kemungkinan pemeriksaan

dan pembukaan kemasan ini dilakukan tidak pada waktu atau hari yang sama

dengan diterimanya barang. Hal ini disebabkan oleh masing-masing tim komisi

juga memiliki pekerjaan struktural atau fungsional lain di RSPAD ini. Jika tidak

dilakukan di hari yang sama pada saat penerimaan barang, tim komisi melakukan

pemeriksaan paling lambat tiga hari dari hari penerimaan barang. Setelah itu

barang disimpan pada masing-masing tempat penyimpanan barang.

Tempat penyimpanan barang-barang material kesehatan di gudang

material dibedakan menjadi gudang obat kering, gudang obat basah, gudang

medical supply dan gudang cairan dan infus. Gudang obat kering, obat basah, dan

medical supply terletak di lantai dua dari bangunan gudang material. Gudang obat

dan medical supply dibuat terpisah, dengan demikian hal ini memudahkan

pengambilan dan distribusi obat keberbagai unit termasuk gudang farmasi.

Masing-masing bagian memiliki pengatur administrasi dan pengatur pelayanan

sendiri, sehingga bon permintaan dari unit pengguna diajukan ke masing-masing

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

78

Universitas Indonesia

bagian dan tidak dijadikan satu antara obat dan medical supply. Gudang obat

terbagi menjadi dua yaitu obat basah dan obat kering, dengan demikian hal ini

juga memudahkan penyimpanan barang sesuai kondisi penyimpanan tiap-tiap

obat. Masing-masing gudang obat mengatur penyimpanan barangnya sesuai abjad,

dan kartu stok tiap jenis barang diletakkan di rak masing-masing dan berdekatan

dengan barangnya. Gudang obat basah menyimpan obat-obat seperti injeksi,

suppositoria, dan sirup, sedangkan gudang obat kering menyimpan obat-obat yang

berupa tablet, kapsul, bahan obat bubuk, dan lain sebagainya. Semuanya disusun

pada rak-rak besi dan diatur dengan sistem FEFO. Pada gudang obat basah

terdapat pendingin ruangan yang mengatur kondisi suhu ruangan sekitar 25-28°C,

juga tersedia lemari pendingin dengan suhu 8°C. Lemari narkotika dan

psikotropika juga terletak disini dan tersimpan secara terpisah. Gudang obat

kering tidak tersedia pendingin ruangan AC, hanya terdapat beberapa kipas angin

sehingga kondisi dalam ruangan cenderung agak panas namun masih tetap dapat

menjaga kondisi obat-obat kering di dalamnya. Untuk cairan dan infus disimpan

di ruangan yang terpisah. Hal ini dapat memudahkan pencariannya dan dapat

menghindari rusaknya obat-obat jenis lain jika terjadi kebocoran dari obat cair ini.

Namun ruangan yang disediakan lebih kecil dan kapasitasnya tidak memadai

untuk menampung semua jenis obat cair dan infus, sehingga penyusunannya tidak

teratur dan menyulitkan pencarian dan pengambilan barang. Seharusnya

disediakan ruangan yang lebih besar dan jika memungkinkan disediakan rak-rak

yang tidak terlalu tinggi untuk memudahkan pengambilan barang, agar jika terjadi

kebocoran tidak langsung, merembes ke kardus lainnya dan cepat terdeteksi

kebocoran tersebut. Sistem keamanan di gudang untuk mencegah dari kebakaran

terdapat alat pemadam otomatis berupa cairan pemadam dalam tabung kecil yang

dapat mendeteksi asap dan langsung pecah atau meledak sehingga dapat

memadamkan seluruh ruangan. Sumber Daya Manusia (SDM) yang bertugas di

unit Gudmat berjumlah 24 orang, namun tidak satu pun yang mempunyai latar

belakang farmasi baik apoteker atau tenaga teknis kefarmasian. Tenaga farmasi

sebagai penanggung jawab gudang memiliki fungsi sebagai pengaturan

penyimpanan obat sesuai dengan kondisi obat masing-masing, sehingga mutu obat

dapat dijaga baik yang terdapat dalam persediaan dan yang akan didistribusikan.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

79

Universitas Indonesia

Selain itu, farmasi memiliki fungsi pengendalian, administrasi dan evaluasi

penggunaan obat. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan fungsi gudang sebagai

tempat penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan kesehatan

khususnya obat, perlu ditambahkan SDM yang memiliki latar belakang farmasi.

Selain menyimpan barang, bagian gudang juga bertugas melakukan

disposal obat-obat yang sudah kadaluarsa dan alat-alat kesehatan yang rusak berat.

Setelah dilakukan dokumentasi di masing-masing unit pengguna, barang-barang

yang hendak dilakukan disposal biasanya disimpan di salah satu bagian di gudang

material dan dikumpulkan terlebih dahulu dari unit-unit pengguna. Obat-obat dan

alat kesehatan dimusnahkan dengan prosedur khusus dan tidak sama dengan

rumah sakit pada umumnya karena barang-barang yang digunakan di RSPAD ini

adalah milik Negara sehingga mekanisme proses disposal dilakukan juga

melibatkan lembaga Negara lainnya dan cukup rumit Selain gudang material,

terdapat pula gudang farmasi yang memiliki fungsi penyimpanan perbekalan

farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan resep obat apotek baik rawat inap

dan rawat jalan. Gudang farmasi melakukan permintaan perbekalan farmasi ke

gudang material setiap seminggu sekali. Pada prinsipnya, penyimpanan

perbekalan farmasi tidak jauh berbeda dengan gudang material. Penyimpanan

sediaan farmasi yang dilakukan dapat dikatakan sudah baik. Perbekalan farmasi

disimpan berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis dan disesuaikan dengan suhu

penyimpanan yang sesuai untuk masing-masing obat. Gudang farmasi mempunyai

tiga ruangan penyimpanan berdasarkan jenis dan sifatnya, yaitu gudang A1 kering

untuk menyimpan sediaan tablet, gudang A1 basah untuk menyimpan sediaan cair

dan semipadat, serta gudang A2 untuk menyimpan medical supply.

Pengendalian dilakukan dengan pencatatan keluar masuknya barang pada

buku ekspedisi yang berguna dalam mempermudah pengendalian dan pengadaan

barang, sehingga kemungkinan terjadinya kehilangan dan kerusakan barang dapat

dihindari. Pengeluaran perbekalan farmasi dilakukan dengan sistem First In First

Out (FIFO) dan sistem First Expired First Out (FEFO), gunanya untuk

memperkecil jumlah perbekalan farmasi yang rusak atau kadaluarsa. Obat-obat

yang memerlukan penyimpanan dalam suhu rendah (misalnya vaksin dan

suppositoria) disimpan dalam lemari pendingin untuk menjaga kestabilan sediaan.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

80

Universitas Indonesia

Untuk obat-obat khusus, seperti obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan

dalam lemari khusus, yaitu lemari kayu yang terdiri dari dua pintu, satu pintu

untuk obat-obat narkotika dan satu pintu lagi untuk obat psikotropika. Obat-

obatan dengan harga mahal, seperti albumin, juga diletakkan dalam lemari khusus

untuk memudahkan pengawasan. Untuk menjaga kestabilan obat, gudang farnasi

menggunakan pendingin ruanggan yang bersifat non stop meski diluar jam kerja.

Selain melalui pembelian dan hibah, pengadaan obat di RSPAD juga

dilakukan dengan memproduksi sendiri. Pengadaan barang farmasi melalui

produksi merupakan tanggung jawab instalasi farmasi yang dilakukan oleh bagian

Produksi dengan cara memproduksi sendiri beberapa barang farmasi. Instalasi

Farmasi RSPAD Gatot Soebroto mempunyai Unit Produksi yang berada dibawah

Sub Instalasi Penunjang dan Informasi Obat dipimpin oleh seorang apoteker yang

bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kriteria obat yang

diproduksi adalah obat yang harganya lebih murah jika diproduksi sendiri, obat

yang tidak terdapat di pasaran, obat dengan formula khusus, obat yang harus

dibuat segar. Bagian produksi di Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto saat ini

hanya memproduksi produk non steril untuk menunjang kebutuhan medis di

Rumah Sakit. Sedangkan produk steril belum dapat diproduksi kembali karena

keterbatasan tempat dan alat yang tersedia. Kegiatan produksi yang dilakukan

yaitu membuat sediaan farmasi non steril untuk penggunaan dalam dan luar,

distribusi cairan infus dan pelipatan kain kasa. Kriteria obat non steril yang

diproduksi yaitu sediaan farmasi dengan formula standar dengan acuan seperti

Formularium Nasional, Farmakope Indonesia, Martindale, dan buku standar

lainnya. Selain itu, kriteria obat non steril yang diproduksi yaitu sediaan farmasi

dengan kemasan yang lebih kecil, dan tidak tersedia dipasaran. Dengan

memproduksi sendiri dapat diperoleh sediaan sesuai dengan kebutuhan dengan

harga yang lebih murah sehingga menguntungkan pihak rumah sakit dan pasien.

Sediaan farmasi yang diproduksi berupa sediaan padat (kapsul, suppositoria),

setengah padat (salep) dan cair seperti OBH, povidone iodine, betadine, teofilin

kapsul 100 mg, CaCO3 kapsul 500 mg, salicyl zalf dan ichtiyol.

Proses pembuatan sediaan farmasi di bagian produksi antara lain

pembuatan, pengemasan dan pemberian etiket. Pada etiket terdapat nama sediaan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

81

Universitas Indonesia

farmasi, tanggal pembuatan dan kode pembuatan. Kode pembuatan berbeda antara

batch yang satu dengan yang lain dengan tujuan mempermudah penarikan apabila

terjadi kesalahan pada satu batch. Penentuan jumlah sediaan farmasi yang akan

diproduksi berdasarkan metode konsumsi yaitu penggunaan pada satu minggu

sebelumnya dan dibuat untuk penggunaa selama 7 hari.

Sebelum didistribusikan, produk sediaan farmasi yang dihasilkan disimpan

dalam ruangan khusus tempat penyimpanan bahan baku dan sediaan jadi.

Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan jenis sediaan yaitu padat, setengah

padat dan cair. Hasil produksi non steril didistribusikan pada apotek rawat jalan

dan rawat inap dengan menggunakan daftar permintaan dari masing-masing

apotek berdasarkan kebutuhan minggu lalu.

Selain produksi sediaan farmasi non steril, bagian produksi juga

mendistribusikan cairan infus pada apotek rawat inap. Jenis infus yang

didistribusikan merupakan infus standar hasil produksi dari Lembaga Biomedis

(LABIOMED) Angkatan Darat dan perusahaan produsen infus lainnya dengan

waktu pengiriman tiap 3 bulan seperti Ringer Laktat, NaCl 0,9%, Dextrose 10 %,

Ringer Dextrose 5%, Ringer Acetate, Aqua Pro Injection, Aqua Bidestilata,

Glukosa 5% dan Ringer Glukosa 5%, D5-1/4 NS (5% Dekstrose dan 0,225%

Sodium Klorida), D5-1/2 NS, NaCl 0,45% dan Glukosa 2,5% IV infusion, NaCl

30 cc. Sedangkan permintaan Total Parenteral Nutrition (TPN) dilakukan pada

bagian restitusi.

Sedangkan untuk pelipatan kain kassa diperuntukkan bagi rawat inap

seperti perawatan umum, Intensive Care Unit (ICU), Instalasi Gawat Darurat, dan

kebidanan. Permintaan dilakukan oleh perawat dengan membawa tromol yang

selanjutnya disterilisasi di bagian Central Sterile Supply Department (CSSD)

yang terpusat berada di bedah sentral. Sama halnya dengan permintaan sediaan

farmasi non steril, permintaan infus dan kain kassa dilakukan menggunakan daftar

permintaan dari ruangan.berdasarkan penggunaan seminggu sebelumnya yang

ditandatangani oleh dokter di lantai perawatan masing-masing.

Proses pemusnahan barang farmasi dari Instalasi Farmasi dilakukan oleh

urusan disposal. Bagian ini bertugas menerima. Menyimpan, dan

menginventarisasi material kesehatan yang sudah tidak terpakai. Pengembalian

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

82

Universitas Indonesia

barang dilakukan dengan membuat berita acara kerusakan yang disetujui oleh

Dirbinjangmed, kemudian unit Gudmat mengusulkan kepada Karumkit

untukdimusnahkan. Cara pemusnahan obat dilakukan berdasarkan bentuk

sediaannya, untuk sediaan cair dilakukan dengan pengenceran kemudian dialiri air

mengalir, sediaan padat digerus terlebih dahulu kemudian ditanam dalam tanah,

untuk sediaan semisolid, dicairkan dalam waterbath kemudian dialiri dengan air

mengalir. Sedangkan untuk narkotik dan psikotropik dibuat berita acara

pemusnahan dan disaksikan oleh pihak berwenang. Semua proses harus diketahui

oleh Karumkit.

Sub Instalasi Pelayanan Material Kesehatan, terdiri dari Pelayanan Rawat

Inap dan Pelayanan Rawat Jalan dimana sistem distribusinya dilakukan secara

desentralisasi karena disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Sistem

desentralisasi ini dilakukan dengan membuat apotek-apotek satelit, atau yang

biasa disebut degan depo. Depo yang terdapat di kawasan RSPAD diantaranya,

depo farmasi rawat jalan, rawat mondok, perawatan umum, kedokteran militer,

dan depo farmasi IKO (instalasi kamar oprasi), yang melayani resep dari pasien-

pasien berhak. Kemudian ada pula depo farmasi yang melayani pasien-pasien

swasta dan ASKES diantaranya PKM 1 , PKM 2, PKM 3, dan PKM 4, PKM satu

sampai tiga adalah apotek untuk melayani pasien swasta, sedangkan PKM 4

adalah apotek yang melayani pasien ASKES.

Pelayanan kefarmasian di RSPAD yang berorientasi kepada pasien yang

diterapkan di unit pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Unit pelayanan rawat

jalan hanya melayani pasien berhak dan tidak terdapat transaksi. Pendistribusian

obat di unit pelayanan rawat jalan ini dilakukan dengan menerapkan sistem

distribusi obat resep individual, yaitu obat yang disiapkan sesuai dengan

permintaan dalam resep untuk masing-masing pasien, kemudian langsung

diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien yang mengambil. Keuntungan

sistem resep individual diantaranya adalah semua resep obat dikaji langsung oleh

farmasis, memungkinkan adanya interaksi antara farmasis, dokter dan pasien serta

meningkatkan pengawasan obat-obatan dengan lebih teliti. Alur pasien untuk

mendapatkan obat di unit pelayanan rawat jalan yaitu dengan menyerahkan resep

ke loket pendaftaran dan melengkapi data indentitas pasien yaitu meliputi nama

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

83

Universitas Indonesia

pasien, nomor catatan medik, nama penanggung berhak, tempat dinas dan

kesatuan, pangkat atau golongan, alamat, nomor telepon, dan stempel poliklinik

tempat berobat. Resep yang dilayani oleh unit pelayanan rawat jalan terbatas pada

resep yang ditulis oleh dokter RSPAD dan harus memiliki kelengkapan identitas

pasien. Kemudian pasien akan diberikan nomor urut yang dilengkapi kode poli

asal pasien berobat agar memudahkan pencarian obat berdasarkan asal polinya

jika terdapat kesalahan penomoran resep. Pasien berhak yang berdinas di RSPAD

akan diberi nomor urut berwarna biru, sedangkan pasien berhak yang berasal dari

kesatuan luar RSPAD akan diberi nomor urut berwarna merah. Setiap resep yang

masuk, oleh petugas akan dicantumkan waktu penerimaan resep dan waktu resep

selesai dikerjakan dengan tujuan sebagai salah satu bahan evaluasi pelayanan di

unit pelayanan rawat jalan. Tenaga yang bertugas di apotek rawat jalan berjumlah

20 orang terdiri dari 1 apoteker, 12 asisten apoteker, 4 tenaga honorer, dan 3

pekerja non farmasi. Resep yang masuk berjumlah 300-500 lembar per hari.

Pelayanan kefarmasian di apotek rawat jalan RSPAD berorientasi kepada

pasien. Unit pelayanan rawat jalan hanya melayani pasien berhak dan tidak

terdapat transaksi uang. Yang dimaksud dengan pasien berhak yaitu TNI

Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU), Angkatan Laut (AL), PNS Mabesn

TNI beserta keluarganya (suami, istri, anak sah yang pertama dan kedua, berumur

21 tahun ke bawah, belum bekerja, belum menikah atau sampai umur 25 jika

masih kuliah). Pendistribusian obat di unit pelayanan rawat jalan menerapkan

sistem distribusi obat resep individual, yaitu obat disiapkan sesuai dengan

permintaan dalam resep untuk setiap pasien, selanjutnya diserahkan kepada pasien

atau keluarga pasien yang mengambil. Keuntungan sistem resep individual

diantaranya ialah semua resep obat dikaji dan dibawah pengawasan farmasis,

memungkinkan adanya interaksi antara farmasis, dokter dan pasien serta

meningkatkan pengawasan obat-obatan dengan lebih teliti.

Alur pasien untuk mendapatkan obat di unit pelayanan rawat jalan yaitu

pasien menyerahkan resep ke loket pendaftaran dan melengkapi data indentitas

meliputi nama pasien, nomor catatan medik, nama penanggung berhak, tempat

dinas dan kesatuan, pangkat atau golongan, alamat, nomor telepon, dan stempel

poliklinik tempat berobat. Resep yang dilayani oleh unit pelayanan rawat jalan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

84

Universitas Indonesia

terbatas pada resep yang ditulis oleh dokter RSPAD dan harus memiliki

kelengkapan identitas pasien. Kemudian pasien akan diberikan nomor urut, pada

resep selain ditulis nomer urut juga dilengkapi oleh kode poli tempat asal resep

dikeluarkan, hal ini dimaksudkan agar memudahkan pencarian obat bila terdapat

kesalahan penomoran resep.

Pasien berhak yang berdinas di RSPAD akan diberi nomor urut berwarna

biru, sedangkan pasien berhak yang berasal dari kesatuan luar RSPAD akan diberi

nomor urut berwarna merah. Setiap resep yang masuk, oleh petugas akan

dicantumkan waktu penerimaan resep dan waktu resep selesai dikerjakan dengan

tujuan sebagai salah satu bahan evaluasi pelayanan di unit pelayanan rawat jalan

yang berkaitan dengan waktu tunggu pasien untuk mendapatkan obatnya. Tenaga

kerja yang bertugas di apotek rawat jalan berjumlah 19 orang terdiri dari 1

apoteker, 11 asisten apoteker, 4 tenaga honorer, dan 3 pekerja non farmasi. Resep

yang masuk berjumlah 300-500 lembar per hari. RSPAD mempunyai ketentuan

dalam menyiapkan obat yang akan diberikan kepada pasien, seperti pada pasien

kronis, obat disiapkan untuk pemakaian maksimal 10 hari, sedangkan untuk

pasien dalam kondisi akut diberikan obat untuk pemakaian maksimal selama 5

hari. Jika ada resep dengan obat yang termasuk dalam DOE tetapi tidak tersedia,

pasien yang berasal dari kesatuan luar RSPAD akan mendapatkan salinan resep

rangkap tiga untuk diajukan ke Yanmasum Farmasi dan apabila di Yanmasum

Farmasi tidak tersedia juga, pasien akan mendapatkan salinan resep satu lembar

untuk digunakan membeli obat di apotek luar RSPAD. Sedangkan untuk pasien

berhak, jika obat tidak tersedia akan dibuatkan salinan resep empat rangkap untuk

dikirimkan ke unit pelayanan restitusi.

Setelah resep selesai dikerjakan dan disiapkan maka resep akan di periksa

ulang oleh Asisten Apoteker (AA), diperiksa etiketnya dan kesesuaian antara

resep dengan nama dan jumlah obat yang disiapkan, serta membuatkan copy resep

untuk obat yang tidak tersedia stoknya. Bila telah sesuai, resep diparaf dan ditulis

waktu pemeriksaan, setelah itu obat dapat diserahkan pada pasien. Obat yang telah

selesai diperiksa kemudian diserahkan kepada pasien melalui loket penyerahan

obat disertai dengan nama dan tanda tangan yang mengambil obat tersebut.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

85

Universitas Indonesia

Kegiatan konseling untuk pasien-pasien rawat jalan, dilakukan di apotek

Askes dan apotek Rawat jalan untuk pasien berhak. Konseling yang dilakukan di

apotek askes ditujukan terhadap pasien dengan riwayat penyakit diabetes mellitus

(DM), khususnya yang mendapatkan resep flexpen baik Novorapid, Levemir atau

Novomix. Sedangkan konseling yang dilakukan di apotek Rawat Jalan ditujukan

untuk pasien-pasien HIV. Konseling ini lebih bersifat sharing antara pasien

dengan praktisi kesehatan, untuk pasien diabetes disini pasien dijelaskan

mengenai cara penyuntikan insulin, cara penyimpanan, tempat penyuntikan dan

hal-hal lain yang ingin diketahui oleh pasien. Sedangkan untuk pasien HIV

apoteker lebih memberikan motivasi kepada pasien agar pasien bisa menerima

penyakitya, selain itu apoteker juga menjelaskan mengenai pengobatannya.

Setelah selesai melakukan konseling kegiatan tersebut dicatat ke dalam lembar

konseling (1 pasien, 1 lembar konseling) dan resep dicap.

Atas dasar pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien atau

patient oriented, maka unit pelayanan rawat jalan memiliki standar waktu

pengerjaan resep yaitu 1 jam untuk obat racikan dan 30 menit untuk obat non

racikan. Akan tetapi, hal ini belum sepenuhnya terpenuhi karena banyaknya resep

yang masuk dan keterbatasan tenaga yang bertugas, sehingga sering kali

pelayanan resep melebihi dari waktu pelayanan yang telah ditetapkan. Selain itu,

pada saat penyerahan obat, pelayanan informasi obat kepada pasien atau keluarga

pasien juga masih tidak maksimal, baik karena keterbatasan jumlah tenaga

maupun pihak pasien yang memiliki keterbatasan waktu, terlebih untuk pasien

yang berasal dari luar Jakarta, serta masih kurangnya kesadaran pasien akan

haknya untuk mendapatkan informasi obat yang penting untuk perbaikan

kesehatannya.

Pada hari libur ataupun pada hari kerja namun di luar jam kerja (di atas

jam 14.30), pelayanan resep diberikan oleh apotek yang disebut dengan apotek

jaga cito. Apotek ini buka 24 jam pada hari Sabtu dan Minggu, dan 2 shift pada

hari kerja, yaitu dari pukul 15.00 hingga 07.30. setiap harinya ada petugas, pada

umumnya asisten apoteker, yang bertugas di apotek ini secara bergiliran. Petugas

tersebut akan melayani resep baik resep pasien dinas dari rawat jalan maupun dari

rawat inap.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

86

Universitas Indonesia

Jumlah obat yang diberikan terkadang tidak sesuai dengan jumlah yang

diresepkan oleh dokter, untuk hari Senin-Jumat obat yang diberikan adalah untuk

pemakaian selama 1 hari, sedangkan untuk hari libur jumlah obat yang diberikan

adalah sejumlah keperluan penggunaan selama hari libur.

Obat-obat yang tidak tersedia di apotek jaga cito nantinya akan

dipinjamkan ke PKM dan ditulis di buku peminjaman dan akan dibuat laporan

penggunaannya. Petugas akan mencatat semua resep yang masuk didalam buku

perekapan resep, di dalam buku tersebut obat-obat yang tidak tersedia di apotek

jaga cito dan harus dipinjamkan dari apotek PKM diberi tanda dan dicatat lagi

pada buku yang berbeda. Pencatatan ini setiap harinya akan diadministrasikan

oleh bagian gudang farmasi untuk melihat penggunaan dan stok obat karena

semua obat yang ada di apotek jaga cito masuk ke dalam stok dari gudang

farmasi. Sementara itu, pencatatan penggunaan obat dari apotek PKM akan

diadministrasikan oleh bagian restitusi.

Penerapan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien juga

diterapkan di unit pelayanan rawat inap. Unit pelayanan ini melayani resep-resep

pasien rawat inap yang berasal dari lantai perawatan umum, penyakit dalam, lantai

1 dan 4 paru, lantai 2 jantung, ICU, gawat darurat, instalasi kamar operasi, bedah

jantung, perawatan kebidanan, kamar bersalin, kamar operasi, kedokteran militer

(dokmil), perawatan anak (IKA), bayi, dan jiwa. Banyaknya resep yang dilayani

oleh unit pelayanan rawat inap menyebabkan sistem distribusi obat di unit

pelayanan rawat inap berdasarkan sistem distribusi desentralisasi dengan 4 depo

farmasi, yaitu depo farmasi di rawat mondok, kedokteran militer, lantai perawatan

umum, dan kamar operasi. Hal ini bertujuan agar pelayanan obat kepada pasien

lebih cepat dan efisien serta memudahkan petugas untuk mendistribusikan obat

karena jarak lokasi ruang perawatan di RSPAD dengan unit pelayanan rawat inap

berjauhan.

Depo farmasi yang pertama akan dijelaskan adalah depo farmasi rawat

mondok. Depo farmasi ini melayani resep yang berasal dari ruang perawatan

jantung, anak, paru, kebidanan, tumor, jiwa, paru, dan ICU. Sistem distribusi obat

yang diterapkan di depo farmasi rawat mondok adalah sistem resep individual,

unit dose dan floor stock. Sistem distribusi obat unit dose baru diterapkan pada

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

87

Universitas Indonesia

ruang perawatan kebidanan dan perawatan anak lantai 1 dikarenakan keterbatasan

tenaga farmasi untuk mengerjakannya. Ruang perawatan yang lain masih

menerapkan sistem distribusi obat berdasarkan resep individual. Sistem distribusi

obat floor stock diterapkan pada setiap ruang untuk obat-obat yang bersifat gawat

darurat agar ketika obat tersebut sedang dibutuhkan dapat dengan mudah dan

cepat didapatkan oleh petugas kesehatan karena obat-obat yang bersifat gawat

darurat ini biasanya berpengaruh terhadap keselamatan jiwa pasien. Distribusi

obat di ICU (Intensive Care Unit) menggunakan sistem floorstock dibawah

pengelolaan asisten apoteker. ICU menyediakan obat untuk pasien berhak,

ASKES dan swasta. Obat-obat diresepkan oleh dokter per hari sesuai dengan

kebutuhan pasien pada hari itu. Selanjutnya resep untuk pasien berhak diserahkan

pada depo farmasi rawat mondok sedangkan pasien ASKES resep diserahkan

pada keluarga pasien untuk ditebus di apotek ASKES.

Depo farmasi yang kedua adalah depo farmasi kedokteran militer atau

biasa disebut dengan dokmil. Depo farmasi ini berada di lantai 6 gedung bedah

sentral, dan bertugas melayani resep untuk ruang perawatan bedah lantai 3, 4, 5,

dan 6. Ruang perawatan bedah tiap lantai dibedakan berdasarkan pangkat pasien.

Lantai 3 melayani pasien PATI, VVIP dan stroke, lantai 4 melayani pasien dengan

pangkat PAMEN, dan lantai 5 melayani pasien dengan pangkat PAWA, Bintara,

dan Tamtama. Sementara itu, lantai 6 adalah lantai kedokteran militer. Istilah

kedokteran militer ini digunakan karena pada awalnya diperuntukkan bagi pasien

yang bertugas di daerah perang. Namun, karena saat ini tidak ada peperangan

maka lantai kedokteran militer diperuntukkan untuk pasien rawat bedah dan

biasanya melayani pasien-pasien yang terluka saat latihan tempur. Sistem

distribusi obat di dokmil adalah resep individual dan total floor stock untuk

seluruh lantainya (lantai 1-6 gedung bedah sentral). Untuk sistem distribusi unit

dose baru dapat dilakukan di lantai 5, karena lantai 1 merupakan ruang poliklinik,

lantai 2 adalah kamar oprasi, dan ruang perawatan di 3, 4, 5, dan 6. Namun hanya

lantai 5 yang menggunakan system distribusi unit dose, sedangkan lantai 3,4, dan

6 belum dapat melaksanakan sistem distribusi unit dose karena keterbatasan

sumber daya manusia. Lantai 5 ini dipilih karena disini melayani pasien dengan

jumlah yang lebih banyak dibandingkan lantai yang lain. Hal ini dimaksudkan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

88

Universitas Indonesia

agar para petugas terlatih untuk menangani sistem unit dose pada lantai yang

paling sibuk terlebih dahulu, dengan begitu jika hal tersebut dapat terlaksana

dengan baik maka untuk pelaksanaan sistem unit dose di lantai yang lain pun akan

menjadi hal yang lebih mudah.

Depo farmasi selanjutnya adalah depo farmasi perawatan umum. Depo ini

berada di unit perawatan umum yang dikhususkan untuk menangani pasien-pasien

rawat inap yang menderita penyakit dalam. Gedung unit perawatan umum terdiri

dari 6 lantai dan depo farmasi di unit ini melayani resep dari lantai 1, 2, 3, 5 dan 6.

Depo farmasi tidak melayani resep di lantai 4 karena lantai 4 dikhususkan untuk

pasien swasta, yaitu pasien swasta kelas 3 dan pasien ASKES dari departemen di

luar departemen pertahanan, misalnya departemen keuangan. Seperti halnya di

unit bedah sentral, tiap lantai di unit perawatan umum melayani pasien yang

berbeda sesuai dengan pangkatnya. Lantai 1 untuk pasien VIP, yaitu pasien

dengan berpangkat Kolonel dan pasien ASKES (pensiunan dengan pangkat

terakhir sebagai kolonel), lantai 2 untuk diperuntukkan untuk pasien dengan

pangkat Letkol, Mayor dan PNS golongan IV beserta pasien ASKES-nya, lantai 3

untuk Kapten, Letnan dan PNS golongan III, lantai 5 untuk pasien Tamtama,

Bintara, PNS golongan II (khusus wanita), lantai 6 untuk pasien Tamtama, Bintara

dan PNS golongan II (khusus laki-laki). Depo farmasi perawatan umum telah

melaksanakan sistem distribusi unit dose di lantai 1, 2 dan 6 , sedangkan lantai 3

dan 5 masih menggunakan sistem distribusi obat kombinasi resep individual.

Sebenarnya di lantai 3 dan 5 juga telah dilaksanakan sistem distribusi obat

unitdose, namun yang mengerjakan adalah perawat. Hal ini disebabkan kurangnya

tenaga farmasi.

Sistem distribusi obat persediaan di ruangan (floor stock) juga tersedia di

seluruh lantai gedung perawatan umum. Obat-obat yang terdapat di ruangan

biasanya obat-obat yang sifatnya gawat darurat (emergency), seperti adrenalin,

antibiotik injeksi, dopamin, infus, dan medical supply untuk kebutuhan 1 minggu.

Untuk pasien swasta di lantai 4 obat dibeli ke apotek mitra (Kimia Farma) atau

PKM dan dapat diserahkan pada perawat untuk dilakukan unit dose atau dipegang

sendiri oleh pasien/keluarganya.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

89

Universitas Indonesia

Depo farmasi yang keempat adalah depo farmasi di kamar operasi. Depo

farmasi ini masih menggunakan sistem resep individual. Depo farmasi di kamar

operasi menyiapkan kebutuhan obat-obat dan medical supply yang diperlukan

pada saat tindakan operasi untuk masing-masing kamar operasi. Jika dalam

perjalanan operasi terdapat kekurangan obat, perawat yang mendampingi proses

operasi datang ke depo farmasi untuk mengambil obat lagi. Pencatatan

penggunaan obat dan medical supply di kamar operasi dilakukan setelah operasi

selesai. Kemudian petugas meminta dokter untuk menuliskan resep obat sesuai

dengan yang digunakan saat melakukan operasi.

Alur pelayanan resep di depo-depo farmasi rawat inap umumnya sama,

kecuali pelayanan resep di kamar operasi. Alur pelayanan resep dimulai dari

penerimaan resep, dapat melalui faksimili atau dibawa langsung oleh perawat dari

masing-masing ruang perawatan. Selain itu, resep juga dapat dibawa langsung

oleh keluarga pasien jika pasien hendak pulang. Resep yang telah diterima

kemudian diperiksa/diskrining, berupa skrining administratif, skrining farmasetik,

dan skrining klinis oleh petugas di depo farmasi. Namun, skrining farmasetis dan

klinis kurang begitu diperhatikan dan hanya dicek dosis obat yang akan diberikan

serta usaha untuk melakukan substitusi apabila ada obat yang tidak ada dalam

persediaan. Skrining mengenai ada tidaknya interaksi antar obat kurang begitu

diperhatikan oleh petugas. Asuhan kefarmasian di pelayanan rawat inap juga

belum dapat berjalan dengan optimal, karena hanya ada satu apoteker penanggung

jawab di masing-masing depo sehingga akan menjadi tugas yang berat jika selain

harus mengecek tiap resep yang masuk, apoteker tersebut juga harus memberikan

konseling bagi pasien yang hendak pulang atau memberikan informasi cara

pemakaian obat pada pasien yang sedang dirawat. Setelah dilakukan skrining

resep, maka selanjutnya resep tersebut diberi nomor sesuai dengan warna yang

menunjukkan dari ruang perawatan mana resep tersebut dikirim, lalu resep

tersebut ditulis pada buku pencatatan berdasarkan masing-masing poli dan

diperiksa ketersediaan obat di depo farmasi. Untuk obat yang tersedia dapat

langsung disiapkan oleh petugas dengan ketentuan dalam penyiapan obat yang

diresepkan, yaitu obat injeksi disiapkan maksimal untuk 2 hari sedangkan obat per

oral disiapkan untuk 5 hari. Jika jumlah obat yang diminta di dalam resep

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

90

Universitas Indonesia

melebihi ketentuan tersebut maka pemberian obat disesuaikan dengan jumlah

maksimal yang diizinkan. Tetapi jika pasien tersebut akan pulang, maka obat

dapat diberikan sesuai dengan jumlah yang tertera pada resep. Selain itu, obat

yang diberikan juga disesuaikan dengan obat yang tersedia di apotek, misalnya

obat yang diminta pada resep dengan nama dagang tertentu dapat diganti oleh

pihak apotek dengan obat yang mempunyai zat aktif dan khasiat yang sama.

Obat-obat yang dibutuhkan oleh pasien rawat inap jika tidak tersedia di

apotek maka akan dibuatkan salinan resep rangkap 4 oleh petugas, 2 rangkap

untuk apotek langganan, 1 rangkap untuk restitusi dan sisanya untuk arsip di

tempat resep asal. Salinan resep tersebut dikirimkan oleh petugas depo farmasi ke

Unit Pelayanan Restitusi dan diperiksa kelengkapannya. Unit Pelayanan Restitusi

antara lain bertugas melayani resep restitusi pasien rawat inap, melayani narkotika

khusus sediaan injeksi, obat obat khusus seperti albumin, streptase, obat kanker.

Jika kelengkapan tersebut telah dipenuhi maka restitusi dapat diajukan untuk

disetujui oleh pejabat yang berwenang berdasarkan besarnya dana atau harga.

Persetujuan tersebut dilakukan berjenjang, yaitu jika harga kurang dari 300 ribu

rupiah disetujui oleh apoteker yang ditunjuk, harga di atas 300 ribu–1 juta rupiah

disetujui oleh kepala instalasi farmasi, 1-3 juta disetujui oleh Dirbinjangmed, 3-5

juta disetujui oleh Waka RSPAD dan di atas 5 juta disetujui oleh Kepala RSPAD.

Atas persetujuan dari pejabat yang berwenang, obat akan dipenuhi berdasarkan

biayanya. Adanya keterbatasan dana restitusi ini, maka pelayanan restitusi

diutamakan untuk pasien rawat inap. Obat yang akan direstitusi dibawa ke apotek

mitra (Kimia Farma) atau ke Yanmasum Farmasi untuk diadakan. Administrasi di

farmasi rawat inap seperti pencatatan resep dan stok obat masih dilakukan secara

manual dan belum diterapkan sistem administrasi secara komputerisasi.

Pencatatan resep dilakukan di buku rekapan resep dan stok dicatat pada kartu stok.

Hal ini tentu akan menambah beban kerja dari petugas, karena selain harus

melayani resep petugas juga harus mengurus administrasi secara manual. Selain

itu, penghitungan stok obat juga akan lebih mudah jika memakai sistem

komputerisasi. Dengan sistem komputerisasi maka akan dengan mudah diketahui

stok obat yang masuk dan keluar karena sistem ini dapat dibuat terintegrasi

dengan unit gudang dan depo farmasi lainnya sehingga dapat jelas terlihat alur

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

91

Universitas Indonesia

keluar masuknya obat baik di gudang maupun di depo-depo farmasi. Namun,

penerapan sistem komputerisasi ini juga memiliki kelemahan, yaitu pihak farmasi

harus menyediakan fasilitas berupa komputer beserta programnya, lalu harus

membangun jaringan yang dapat mengintegrasikan sistem komputer yang ada di

gudang maupun yang ada di semua depo farmasi. Selain itu, permasalahannya

adalah apabila terjadi kerusakan baik pada sistem maupun pada komputer itu

sendiri. Depo-depo farmasi tersebut beroperasi pada hari dan jam kerja yaitu hari

senin hingga jumat pukul 07.30 hingga 14.30. Sementara itu, pada hari libur

ataupun pada hari kerja namun di luar jam kerja (di atas jam 14.30), pelayanan

resep diberikan oleh apotek yang disebut dengan apotek jaga cito. Apotek ini buka

24 jam pada hari Sabtu dan Minggu, dan 2 shift pada hari kerja, yaitu dari pukul

15.00 hingga 07.30. setiap harinya ada petugas, pada umumnya asisten apoteker,

yang bertugas di apotek ini secara bergiliran. Petugas tersebut akan melayani

resep baik resep pasien dinas dari rawat jalan maupun dari rawat inap. Jumlah

obat yang diberikan terkadang tidak sesuai dengan jumlah yang diresepkan oleh

dokter, untuk hari Senin-Jumat obat yang diberikan adalah untuk pemakaian

selama 1 hari, sedangkan untuk hari libur jumlah obat yang diberikan adalah

sejumlah keperluan penggunaan selama hari libur.

Obat-obat yang tidak tersedia di apotek jaga cito nantinya akan

dipinjamkan ke PKM dan ditulis di buku peminjaman dan akan dibuat laporan

penggunaannya. Petugas akan mencatat semua resep yang masuk didalam buku

perekapan resep, di dalam buku tersebut obat-obat yang tidak tersedia di apotek

jaga cito dan harus dipinjamkan dari Yanmasum Farmasi diberi tanda dan dicatat

lagi pada buku yang berbeda. Pencatatan ini setiap harinya akan diadministrasikan

oleh bagian gudang farmasi untuk melihat penggunaan dan stok obat karena

semua obat yang ada di apotek jaga cito masuk ke dalam stok dari gudang

farmasi. Sementara itu, pencatatan penggunaan obat dari Yanmasum Farmasi akan

diadministrasikan oleh bagian restitusi. Obat yang tidak tersedia namun didukung

pengadaannya di rumah sakit akan disediakan melalui unit pelayanan restitusi

yang berada di bawah urusan pelayanan khusus. Asal mula digunakan istilah

restitusi ialah sebagai penggantian pembelian obat pasien yang didukung oleh

RSPAD namun tidak terdapat persediaannya di gudang. Umumnya sistem

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

92

Universitas Indonesia

penggantian ini dilakukan dengan cara salinan resep diberikan pada pasien untuk

membeli sendiri obatnya di apotek di luar RSPAD kemudian dimintakan kuitansi

dari apotek baru setelah itu direstitusi (digantikan) berupa uang. Namun, sistem

yang berjalan di RSPAD ini restitusi atau penggantiannya berupa obat yang

langsung diberikan pada pasien. Alur pelayanan restitusi kurang lebih yaitu

salinan resep dari instalasi farmasi rawat jalan atau rawat inap sebanyak 3-4

lembar kemudian di proses sesuai prosedur yang berlaku, selanjutnya obat

dibelikan oleh petugas melalui apotek swasta yang ditunjuk (Kimia Farma atau

PKM) baru setelah itu obat diberikan pada pasien melalui petugas atau pasien

sendiri yang mengambil ke bagian pelayanan restitusi. Salinan resep rangkap 3

dibuat oleh Instalasi Farmasi Rawat Jalan, 2 lembar untuk Apotek swasta yang

ditunjuk dan 1 lembar untuk unit pelayanan restitusi. Sedangkan salinan resep

rangkap 4 dibuat oleh instalasi Farmasi Rawat Inap, 2 lembar untuk Apotek

swasta yang ditunjuk, 1 lembar untuk unit pelayanan restitusi, dan 1 lembar lagi

untuk arsip tempat resep berasal. Sistem pelayanan restitusi tersebut dilakukan

untuk mencegah kemungkinan penyalahgunaan uang Negara oleh pasien yang

membeli obatnya sendiri ke Apotek di luar RSPAD. Selain itu, dengan sistem ini

obat-obat yang dibeli terjamin kualitasnya dan diperoleh dengan harga sesuai

standar dari apotek yang ditunjuk.

Pembayaran obat-obat yang direstitusi dilakukan berdasarkan laporan

tagihan yang dikeluarkan oleh masing-masing Apotek yang ditunjuk (KF dan

PKM). Lembar tagihan obat dikeluarkan berupa laporan tagihan harian dan

laporan tagihan mingguan. Laporan tagihan ini kemudian diperiksa kebenarannya

dengan cara disesuaikan dengan salinan resep yang menyertai lembar tagihan.

Laporan tagihan yang sudah sesuai disetujui oleh Kaur Pelayanan Khusus, lalu

dilanjutkan prosesnya hingga ke Ka RSPAD agar dapat dilakukan pembayaran.

Obat-obat yang dilayani di restitusi juga mencakup obat-obat khusus seperti

albumin, streptase, dan obat-obat kanker. Pengajuan obat-obat khusus ini selain

resep dari dokter juga harus disertai dokumen lain seperti hasil laboratorium

terakhir, diagnosa dokter, dan sebagainya.

Pelaporan dilakukan setiap satu bulan sekali khususnya untuk obat-obat

narkotika dan psikotropika. Laporan yang dibuat oleh masing-masing depo akan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

93

Universitas Indonesia

dikirim ke IFRS dan disetujui Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Laporan

yang telah ditandatangani dan disetujui dikirim ke Dinkes Kota. Pemusnahan

dilakukan terhadap sediaan yang sudah rusak dan kadaluarsa oleh panitia

pemusnahan, disaksikan oleh satu orang apoteker. Setiap proses pemusnahan

tersebut harus dibuat laporan pemusnahan atau berita acara pemusnahan.

Pelayanan Farmasi Klinik merupakan salah satu tugas apoteker di rumah sakit.

Pelayanan Farmasi Klinik belum semua dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSPAD

Gatot Soebroto. Pelayanan Farmasi Klinik yang sudah dilakukan di RSPAD Gatot

Soebroto diantaranya adalah pemberian konseling, Pelayanan Informasi Obat

(PIO) dan visite pasien yang bersifat insidensial. Monitoring Efek Samping Obat

(MESO) belum dilakukan dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia

(apoteker). Selain itu pelayanan farmasi klinik dalam hal dispensing sediaan

farmasi khusus misalnya dispensing sediaan farmasi berbahaya seperti obat

kanker dan dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril hanya dilakukan

proses penyiapannya saja seperti memberi label atau etiket serta penyerahan obat

dengan informasi tetapi pada saat meracik atau mencampur sediaan-sediaan

farmasi tersebut dilakukan oleh perawat diruang rawat tanpa pengawasan dari

apoteker. Hal ini disebabkan karena tidak tersedianya ruangan khusus untuk

dispensing sediaan farmasi tersebut dan beban kerja apoteker yang cukup banyak

dengan jumlah tenaga apoteker yang terbatas.

Untuk memelihara seluruh alat kesehatan yang ada di lingkungan RSPAD

maka dibentuklah Sub instalasi pemeliharaan alat kesehatan. Sub instalasi

Haralkes ini juga berada dibawah instalasi farmasi tugas dari sub instal haralkes

ini diantaranya: Menyelenggarakan perencanaan program kerja bidang

pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan, melakukan inventarisasi alat

kesehatan di seluruh RSPAD Gatot Soebroto, menyelenggarakan perencanaan,

penyimpanan dan pendistribusian gas medik untuk seluruh RSPAD Gatot

Soebroto serta menyusun laporan berkala seluruh kegiatan pemeliharaan alat

kesehatan dan pendistribusian gas medik serta mengevaluasi dan

menindaklanjutinya. Pemeliharaan alat kesehatan mencakup alat elektromedik dan

non elektromedik yang tidak habis dalam sekali pemakaian. Bila terjadi kerusakan

alat kesehatan, maka unit pengguna alat kesehatan tersebut melapor kepada Wakil

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

94

Universitas Indonesia

Kepala Rumah Sakit (Wakarumkit) dengan tembusan ke Instalasi Farmasi.

Instalasi Farmasi akan memeriksa jenis kerusakan alat kesehatan tersebut. Alat

kesehatan tersebut akan diperbaiki oleh teknisi. Apabila kerusakan tidak bisa

diperbaiki oleh teknisi, maka pengguna membuat Berita Acara Kerusakan (BAK)

yang ditandatangani oleh pengguna dan teknisi, kemudian dilaporkan kepada

Kasub Instal Haralkes untuk mengajukan perbaikan alat kesehatan. Beberapa alat

kesehatan berteknologi canggih, seperti Magnetic Resonance Imaging, telah

memiliki kontrak servis dengan agen tunggal. Sedangkan alat kesehatan dengan

teknologi sederhana, seperti stetoskop atau tensimeter, tidak digunakan lagi bila

telah mengalami kerusakan parah.

Sedangkan di unit gas medis, Unit ini menyediakan gas medik antara lain O2,

CO2 dan N2O. Unit ini melayani permintaan dari ICU, Instalasi Kamar Operasi,

Unit Perawatan Bedah, Paru dan Radionuklir. Permintaan oksigen disediakan

dalam bentuk liquid dan gas yang dikemas dalam wadah tabung. Oksigen liquid

memiliki sentral penyimpanan di belakang gedung perawatan ICU, sedangkan

tabung-tabung gas oksigen disimpan di ruang penyimpanan gas medik. Gas N2O

memiliki satu sentral penyimpanan yaitu di gedung unit perawatan bedah.

Pelayanan gas-gas medik ini diberikan untuk pasien berhak maupun umum.

Pelayanan gas oksigen diberikan kepada semua ruang perawatan, sedangkan

pelayanan gas N2O hanya diberikan kepada Unit Perawatan Bedah.

Dalam rangka meminimalisir terjadinya infeksi nasokomial maka RSPAD

Gatot Soebroto mempunyai bagian TSSU (Theather Sterile Supply Unit) yang

merupakan unit sterilisasi yang berada dibawah bagian Instalasi Kamar Operasi

yang kedudukannya tidak berada langsung dibawah Instalasi Farmasi. TSSU

melayani proses sterilisasi alat-alat kesehatan untuk kamar operasi dan

bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sterilisasi di RSPAD Gatot

Soebroto. Adapun fungsi dari TSSU meliputi penerimaan barang yang akan

disterilkan, proses sterilisasi, produksi kasa steril, pengemasan, penyimpanan, dan

pendistribusian. Indikasi keberhasilan Rumah Sakit adalah menekan angka

infeksi/rendahnya infeksi nosokomial di RS sehingga TSSU merupakan salah satu

unsur penting di rumah sakit yang terlibat dalam proses pencegahan dan

pengurangan tingkat infeksi nosokomial.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

95

Universitas Indonesia

Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat merupakan

tanggung jawab Unit Kesehatan Lingkungan RSPAD Gatot Soebroto yang berada

langsung di bawah Ka RSPAD. Unit Kesehatan Lingkungan memiliki tugas

pokok dalam pengolahan limbah padat dan cair, juga pengawasan kebersihan

ruangan dan gedung sehingga dapat menciptakan mutu kesehatan lingkungan

rumah sakit yang menjamin kepuasan pelangggan, mencegah infeksi nosokomial

dan mencegah serta mengendalikan pencemaran lingkungan hidup. Pengolahan

limbah di RSPAD Gatot Soebroto dibagi menjadi limbah padat organik (sisa-sisa

makanan pasien, daun-daun) dan anorganik (sampah non-medis seperti plastik,

kertas, kaleng) juga limbah cair. Unit Kesehatan Lingkungan bertanggung jawab

atas pengolahan limbah tersebut. Limbah padat medis dan limbah infesius diolah

menggunakan incenerator pada suhu berjalan, maksimal 1000-1200oC, hasil

pembakarannya berupa abu dan asap. Asap yang dikeluarkan oleh incenerator

dikeluarkan melalui cerobong asap yang telah dilengkapi dengan membran filter

sehingga asap yang dihasilkan tidak berwarna hitam. Limbah padat organik diolah

menjadi pupuk yang digunakan untuk pertamanan. Limbah padat anorganik (non-

medis) dan hasil pembakaran yang tidak dapat diolah, ditangani oleh dinas

kebersihan yang bekerjasama dengan RSPAD Gatot Soebroto. Limbah cair dari

seluruh ruangan di RSPAD Gatot Soebroto diolah secara biologis menggunakan

mikroorganisme dan dialirkan ke saluran pembuangan apabila telah memenuhi

baku standar.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

96 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSPAD Gatot

Soebroto, kami menyimpulkan antara lain:

a. Apoteker di RSPAD Gatot Soebroto telah menjalankan tugas dan tanggung

jawab dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian.

b. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto sesuai

dengan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun

2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian antara lain pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat.

c. Manajemen rumah sakit di RSPAD Gatot Soebroto telah diterapkan dengan

baik.

d. Pelayanan farmasi klinis di RSPAD Gatot Soebroto belum semuanya

dilakukan. Penerapan farmasi klinis di RSPAD Gatot Soebroto antara lain

penerapan konseling, Pelayanan Informasi Obat dan visite yang bersifat

insidental.

5.2 Saran

a. Demi meningkatkan kinerjanya, IFRS RSPAD Gatot Soebroto perlu memperluas

pelayanan farmasi klinik seperti pelayanan konseling tidak hanya diberikan

kepada pasien TBC, diabetes dan HIV saja, monitoring efek samping obat, visite

apoteker ke ruang perawatan bersama dokter dan perawat, pelayanan PIO (Pusat

Informasi Obat) dan pelayanan farmasi klinik lainnya.

b. Untuk menunjang peningkatan kinerja dalam penerapan farmasi klinik, IFRS

harus menambah jumlah apoteker dan tenaga farmasi atau mengoptimalkan

apoteker dan tenaga farmasi yang telah ada.

c. Perlu adanya tenaga farmasi dalam menjalankan fungsi penyimpanan obat di

gudang material dan TSSU sebagai penanggung jawab operasional.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

97

Universitas Indonesia

d. Pelayanan aseptic dispensing saat ini masih dibebankan kepada perawat, padahal

merupakan tanggung jawab farmasi sehingga diharapkan ke depannya bisa

diambil alih oleh tenaga farmasi

e. Pengkajian Daftar Obat Essensial (DOE) RSPAD harus dilakukan secara rutin

untuk mengurangi kemungkinan obat tidak tersedia.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

98

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Komite Farmasi dan Terapi RSPAD Gatot Soebroto. (2009). Daftar Obat Esensial

Edisi ke-8. Jakarta: Author.

Kepala Staf TNI AD. (2006). Keputusan Kepala Staf TNI AD No.

Kep/50/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tugas

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Direktorat Kesehatan

Angkatan Darat. Jakarta: Author.

Departemen Pertahanan dan Keamanan Republik Indonesia. (1985). Keputusan

Menteri Pertahanan dan Keamanan No. 013/Kep/VI/1985 tentang DOE

ABRI edisi I. Jakarta: Author.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit. Jakarta: Author.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1996). Peraturan Pemerintah RI No.

32 Tahun 1996 tentang Jenis Tenaga Kesehatan. Jakarta: Author.

Siregar, C.J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Author.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Author.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

99

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Denah Lokasi RSPAD Gatot Soebroto

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

100

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

101

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

102

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

103

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Lembar Salinan Resep dan Etiket

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

104

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Prosedur Pelayanan Obat Restitusi Rawat Inap

Yanmasum Farmasi

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

105

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Alur Pelayanan Resep Rawat Inap

Distribusi Sistem Unit Dose

Lantai I, II, dan VI Perawatan

Umum

Lantai Kebidanan

Kedokteran Militer

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

106

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Kartu Stok Obat

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

107

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Lembar Daftar Permintaan Obat

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

108

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

109

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Alur Perencanaan Pengadaan Perbekalan Kesehatan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

110

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Struktur Organisasi Unit Gudang Material

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

111

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Struktur Organisasi Instalasi Kamar Operasi

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

112

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Alur Pasien Rawat Jalan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

113

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Alur Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

114

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Alur Pasien Rawat Inap

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

115

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Alur Rekam Medis Pasien Rawat Inap

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

116

Universitas Indonesia

Lampiran 18. Kartu Konseling

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS WAKTU TUNGGU RESEP

DI YANMASUM FARMASI ASKES

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT

GATOT SOEBROTO

PERIODE 17 - 28 OKTOBER 2011

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

WILDYANTI PUSPITASARI K, S.Farm.

1006835570

ANGKATAN LXXIII

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

DESEMBER 2011

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3

2.1 Resep ........................................................................................... 3

2.2 Asuransi Kesehatan ..................................................................... 4

2.3 Lama Waktu Tunggu Pelayanan ................................................. 6

BAB 3. METODOLOGI DAN WAKTU PENELITIAN ........................... 11

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 11

3.2 Metodologi Penelitian ................................................................. 11

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 14

4.1 Hasil ............................................................................................ 14

4.2 Pembahasan ................................................................................. 20

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 30

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 30

5.2 Saran ........................................................................................... 30

DAFTAR REFERENSI ................................................................................ 31

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Flowchart Resep Pasien Askes Rawat Jalan Yanmasum RSPAD

Gatot Soebroto ........................................................................... 3

Gambar 2.2 Skema Prosedur Pelayanan Kesehatan Pada Pasien Askes ........ 6

Gambar 3.1 Alur Pelayanan Resep Askes Rawat Jalan ................................. 11

Gambar 3.2 Pendekatan Sistem ..................................................................... 12

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Waktu Tunggu Pelayanan Obat Jadi …………………….. 7

Tabel 2.2 Waktu Tunggu Pelayanan Obat Racikan ………………... 8

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non

Racikan yang Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes

RSPAD Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011....

14

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non

Racikan yang Tidak Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi

Askes RSPAD Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober

2011 ………………………………………………………

15

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep

Racikan yang Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes

RSPAD Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011....

16

Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep

Racikan yang Tidak Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi

Askes RSPAD Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober

2011……………………………………………………....

17

Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non

Racikan yang Memerlukan Protokol Terapi di

Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto

tanggal 17 – 28 Oktober 2011 …………………………...

18

Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Nn

Racikan Per Hari di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD

Gatot Soebroto tanggal 17 – 28 Oktober 2011…………...

18

Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep yang

Sesuai Standar Kemenkes di Yanmasum Farmasi Askes

RSPAD Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011…

19

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Salinan Resep dan Etiket..…................................. 33

Lampiran 2. Stempel Waktu Kendali Pelayanan Resep ….…………… 34

Lampiran 3. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan yang

Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot

Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011………………..

35

Lampiran 4. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan yang

Tidak Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD

Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011…………

39

Lampiran 5. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Racikan yang

Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot

Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011…………..……

41

Lampiran 6. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Racikan yang

Tidak Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD

Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011……..……

42

Lampiran 7. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Racikan yang

Memerlukan Protokol Terapi di Yanmasum Farmasi

Askes RSPAD Gatot Soebroto tanggal 17 – 28 Oktober

2011 ……………………………………………………...

43

Lampiran 8. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Per Hari di

Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto

tanggal 17 – 28 Oktober 2011……………………………

44

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah

sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang

standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan

farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan

obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat (Depkes, 2004). Tujuan pelayanan kesehatan adalah

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan derajat

kebutuhan masyarakat (consumer satisfaction) melalui pelayanan yang efektif

oleh pemberi pelayanan yang juga akan memberikan kepuasan dalam harapan dan

kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction) dalam institusi pelayanan

yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction) (Saleha dan

Satrianegara, 2009). Mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap

pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan

kesehatan (Saleha dan Satrianegara, 2009).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang

melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah

sakit. Sedangkan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

2

Universitas Indonesia

dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (DepKes, 2009).

RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad sebagai Rumah Sakit Rujukan tertinggi

di lingkungan Angkatan Darat. Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

1197/Menkes/2004 dinyatakan bahwa Pengelolaan Obat di Rumah Sakit harus

menganut Sistem Satu Pintu, maka berdasarkan Surat Keputusan Menkes tersebut

terhitung tanggal 21 Februari 2011 Pelayanan Resep Obat Pasien Askes

diserahkan pengelolaannya ke Instalasi Farmasi yang sebelumnya di kelola oleh

Pihak ke III.

Pasien Askes termasuk salah satu jenis pasien yang terdapat di dalam

RSPAD Gatot Soebroto dimana pesertanya meliputi Pegawai Negeri Sipil,

Penerima Pensiun, Veteran dan Perintis Kemerdekaan yang membayar iuran

untuk jaminan pemeliharaan kesehatan, Dokter Pegawai Tidak Tetap dan Bidan

Pegawai Tidak Tetap. Pasien Askes dipilih karena pasien Askes ingin

mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal dengan biaya pengobatan yang

terjangkau dan obat yang dipilih juga sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu

pasien Askes juga menguntungkan rumah sakit karena segala biaya yang

dikeluarkan untuk pasien Askes sudah ditanggung oleh PT. Askes sehingga pihak

rumah sakit tidak akan dirugikan dengan adanya pasien Askes. Oleh karena itu

pihak rumah sakit selalu berusaha pemberikan pelayanan yang maksimal terutama

dalam hal melayani resep sehingga pasien merasa puas.

Waktu tunggu merupakan salah satu indikator dari jenis pelayanan yang

terdapat di rumah sakit. Waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan

sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit adalah ≤ 30 menit dan ≤ 60 menit (DepKes, 2008).

1.2 Tujuan

Menganalisis lama waktu tunggu resep pasien askes rawat jalan untuk

jenis resep obat non racikan dan obat racikan di Yanmasum Farmasi Askes

RSPAD Gatot Soebroto.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

3 Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resep

2.1.1 Definisi Resep

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

922/Menkes/Per/IX/1993 dan Kepmenkes No.1332 Tahun 2002, resep adalah

permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan kepada Apoteker

Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita

sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

2.1.2 Pelayanan Resep

Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang

standar pelayanan kefarmasian di apotek, pelayanan resep merupakan tahapan-

tahapan yang dilakukan oleh petugas di suatu apotek atau instalasi farmasi.

Gambar 2.1 Flowchart Resep Pasien Askes Rawat Jalan Yanmasum RSPAD

Gatot Soebroto

PASIEN POLIKLINIK

LOKET PENERIMAAN RESEP

VERIFIKASI AA Askes

PEMBUATAN ETIKET

DISPENSING OBAT

MASUK DPHO

YANG MEMERLUKAN PROTOKOL

COCOK ? KROSCEK DENGAN RESEP ASLI

PANGGIL PASIEN(CEK RESEP DGN NO TUNGGUI)

YA

TIDAK

FLOWCHART RESEP PASIEN ASKES RAWAT JALAN

EDIT

PENYERAHAN

RESEP DIVERIFIKASI& DI INPUT

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

4

Universitas Indonesia

2.2 Asuransi Kesehatan (Askes)

2.2.1 Mekanisme dan Prinsip Asuransi

Mekanisme Asuransi merupakan suatu sistem tanggung jawab bersama

untuk sebuah bencana yang akan menimpa suatu komunitas, pada dasarnya

mekanisme asuransi adalah mengalihkan resiko perorangan menjadi kelompok.

Datangnya suatu resiko termasuk sakit seseorang tidak dapat diperhitungkan,

sehingga apabila resiko itu ditanggung masing-masing orang yang terkena resiko

beban resiko akan menjadi berat (Sulastomo, 1997)

Penyelenggaraan asuransi kesehatan pada umumnya mengenal suatu pola

hubungan yang dikenal sebagai hubungan tiga pihak (tripartite). Perusahaan

asuransi kesehatan menerima sejumlah iuran dari para pesertanya. Peserta

asuransi kesehatan kemudian memperoleh pelayanan kesehatan dari para pemberi

pelayanan kesehatan (PPK). Sesuai dengan peraturan yang berlaku peserta dapat

mengajukan klaim pada perusahaan asuransi kesehatan atau PPK mengklaim

kepada perusahaan asuransi kesehatan. (Depkes RI, 1990).

2.2.2 Definisi Askes

Askes adalah identitas/bukti sah yang wajib dimiliki oleh peserta, dan

anggota keluarganya yang tidak dapat dipindahtangankan dan berlaku nasional

dimana masing–masing anggota keluarga memiliki 1 (satu) Kartu Askes yang

ditunjukkan pada setiap kali berobat di fasilitas pelayanan kesehatan yang

bekerjasama dengan PT Askes (PT Askes, 2004).

2.2.2 Peserta Askes

Peserta Askes antara lain:

a. Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran dan Perintis

Kemerdekaan yang membayar iuran untuk jaminan pemeliharaan

kesehatan

b. Dokter Pegawai Tidak Tetap

c. Bidan Pegawai Tidak Tetap.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

5

Universitas Indonesia

Peserta askes mempunyai hak:

a. Satu suami/istri yang sah dari peserta

b. Anak yang sah maksimal 2 (dua) orang dan belum mencapai umur 21

tahun atau 25 tahun bagi yang masih sekolah, belum kawin, belum

berpenghasilan sendiri, dan masih menjadi tanggungan peserta.

c. Janda atau duda dan anak yatim dari peserta (PT Askes, 2004).

2.2.3 Pelayanan Kesehatan Askes

Askes dalam pelayanan kesehatan meliputi:

a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Rawat Jalan Tingkat pertama dan

Rawat Inap Tingkat Pertama)

b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (Rawat Jalan Tingkat Lanjutan dan

Gawat Darurat / Emergency)

c. Rawat Inap

d. Persalinan

e. Pelayanan Obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) PT. Askes

f. Alat Kesehatan yang meliputi:

1) Kacamata

2) Gigi Tiruan

3) Alat Bantu Dengar

4) Kaki/tangan tiruan

5) Implant

6) Operasi, termasuk operasi jantung dan paru

7) Haemodialisis (cuci darah)

8) Cangkok ginjal

9) Penunjang diagnostik termasuk USG, CT Scan dan MRI (PT Askes,

2004).

2.2.4 Prosedur Pelayanan Kesehatan Pada Pasien Askes

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta Askes

adalah :

a. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke

Puskesmas atau Dokter Keluarga.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

6

Universitas Indonesia

b. Apabila peserta Askes memerlukan pelayanan rujukan, maka yang

bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan, rujukan disertai

surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum

mendapatkan pelayanan kesehatan.

c. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di rumah sakit peserta harus

menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan dari Puskesmas di loket

kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT.

ASKES (Persero).

d. Untuk peserta gawat darurat, langsung dibawa ke rumah sakit tanpa surat

rujukan.

Gambar 2.2 Skema Prosedur Pelayanan Kesehatan Pada Pasien Askes (PT Askes,

2004)

2.3 Lama Waktu Tunggu Pelayanan

2.3.1 Definisi Lama Waktu Tunggu Pelayanan

Lama waktu tunggu adalah periode tersedia yang dimiliki operator untuk

memproduksi suatu barang atau jasa namun terbentur oleh kurang atau rusaknya

sumber daya yang tersedia. Waktu tunggu pasien di instalasi farmasi didefinisikan

sebagai jangka waktu dari awal pasien memasuki instalasi farmasi untuk

menyerahkan resep sampai pasien tersebut menerima obat dan meninggalkan

instalasi farmasi (Afolabi, 2003).

Peserta

Puskesmas

Dokter keluarga Rumah Sakit

Apotek

Rujukan

Surat rujukan

Gawat Darurat

Tanpa surat rujukan

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

7

Universitas Indonesia

2.3.2 Standar Pelayanan Minimal Farmasi Rumah Sakit (Depkes, 2008)

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,

terdapat 21 jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh

rumah sakit, salah satunya adalah pelayanan farmasi yang meliputi:

a. Waktu tunggu pelayanan

1) Obat jadi

2) Obat racikan

b. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat

c. Kepuasan Pelanggan

d. Penulisan resep sesuai formularium

Selain itu, terdapat pula indikator mutu yang dapat menilai setiap jenis

pelayanan yang diberikan, salah satunya mengenai waktu tunggu pelayanan yang

terbagi menjadi dua yaitu waktu tunggu pelayanan obat jadi dan waktu tunggu

pelayanan obat racikan.

Tabel 2.1 Waktu Tunggu Pelayanan Obat Jadi

Judul Waktu tunggu pelayanan obat jadi

Dimensi mutu Efektivitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi

Definisi operasional Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah

tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep

sampai dengan menerima obat jadi

Frekuensi pengumpulan data 1 bulan

Periode analisis 3 bulan

Numerator Jumlah pasien yang disurvei dalam bulan tersebut

Sumber data Survey

Standar ≤ 30 menit

Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

8

Universitas Indonesia

Tabel 2.2 Waktu Tunggu Pelayanan Obat Racikan

Judul Waktu tunggu pelayanan obat racikan

Dimensi mutu Efektivitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi

Definisi operasional Waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah

tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep

sampai dengan menerima obat racikan

Frekuensi pengumpulan data 1 bulan

Peride analisis 3 bulan

Numerator Jumlah pasien yang disurvei dalam bulan tersebut

Sumber data Survey

Standar ≤ 60 menit

Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

2.3.3 Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu dan Kepuasan Pasien

Pengalaman akan lama waktu tunggu akan mempengaruhi persepsi

pelanggan terhadap kualitas pelayanan (Afolabi, 2003). Hal tersebut juga

disebutkan dalam Kepmenkes Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, bahwa salah satu indikator yang digunakan

untuk mengevaluasi suatu mutu pelayanan adalah dimensi waktu lama pelayanan

yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut penelitian Johnson

(Afolabi, 2003), waktu tunggu yang panjang merupakan alasan kenapa pasien

tidak menebus resepnya ke apotek tertentu. Waktu tunggu yang terlalu panjang

dapat mengurangi tingkat efisiensi pada pengelolaaan apotek tersebut (Afolabi,

2003). Waktu tunggu menjadi hal penting karena pelanggan atau konsumen selalu

beranggapan bahwa waktu tunggu itu selalu lama. Pelanggan atau konsumen

selalu overestimate terhadap waktu tunggu (Katz, 1991).

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lama Waktu Tunggu Resep

a. Jenis Resep

Hasil penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara jenis resep

dengan waktu pelayanan resep, dimana jenis resep obat racikan mempunyai waktu

pelayanan yang lebih lama yaitu sebesar 93,9% dibandingkan dengan jenis resep

obat paten yaitu sebesar 34,6%. Wongkar L (2000) juga mengatakan jenis resep

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

9

Universitas Indonesia

obat racikan mempunyai pelayanan yang lebih lama dibandingkan dengan jenis

resep obat paten. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan

bahwa jenis resep racikan membutuhkan waktu yang lama karena harus

menghitung, menimbang, mengambil berapa banyak obat yang diperlukan sesuai

dengan dosis maksimum yang diperbolehkan serta harus memperhatikan dalam

mencampur sifat dan jenis bahan obat. Bagian ini memerlukan tenaga yang

berlatar belakang pendidikan farmasi kecuali dengan pengalaman kerja yang lama

dapat mengerjakan jenis resep obat racikan yang telah sering dilihat dan

dikerjakan oleh petugas.

b. Jumlah Item Obat

Wongkar L (2000) dan Yulia Y (1996) menyebutkan bahwa ada hubungan

antara jumlah item dengan waktu pelayanan resep. Hasil penelitian yang

dilakukan penulis mengatakan bahwa ada hubungan antara jumlah item dengan

waktu pelayanan resep, dimana jumlah item banyak mempunyai waktu pelayanan

yang lebih lama yaitu sebesar 56,2% dibandingkan jumlah item sedikit yaitu

sebesar 42,4%. Hal tersebut jelas dapat terlihat dimana setiap penambahan jumlah

item obat pada obat tentu akan mempengaruhi penambahan waktu dalam tahap

penomoran, tahap resep masuk, tahap pegambilan obat paten dan tahap

pembuatan obat racik, bungkus, cairan sehingga membutuhkan waktu yang lama

dibandingkan dengan jumlah item sedikit.

c. Shift Petugas

Sesuai dengan Fox (1989) seperti yang dikutipkan Ritung M (2003)

mengatakan bahwa waktu kerja non produktif (waktu kerja yang terbuang)

menyebabkan terhentinya suatu produksi yang disebabkan oleh kurangnya

pengawasan dari pihak manajemen dan dari sikap pegawai yang kurang baik,

antara lain kurangnya motivasi kerja, pegawai yang berbincang saat bekerja, tidak

masuk kerja, datang terlambat. Jika faktor non produktif ini dapat dihilangkan

atau dikurangi, maka akan dihasilkan penyelesaian pekerjaan yang lebih baik,

yang menyebabkan lawa waktu tunggu obat lebih cepat.

Menurut Mulyadi (1999) yang dikutip oleh Ritung M (2003) beberapa

faktor yang dapat menyebabkan total waktu pelayanan lebih panjang, yaitu

sebagai berikut :

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

10

Universitas Indonesia

a. Moving time yaitu waktu yang timbul akibat hambatan komunikasi

pelanggan, dimana seringkali tidak setuju karena harga obat mahal atau masih

memiliki obat yang sama. Di pihak lain, bila obat tidak tersedia atau dosis

yang meragukan, maka petugas akan menghubungi dokter yang bersangkutan

sehingga tentu saja akan menghambat aktivitas selanjutnya.

b. Storage time yaitu tidak adanya petugas yang melaksanakan proses

selanjutnya, sehingga terjadi penumpukan pada masing-masing tahap.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

11 Universitas Indonesia

BAB III

METODOLOGI DAN WAKTU PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 2 minggu dari tanggal 18-31 Oktober 2011 di

Yanmasum Farmasi AskesRSPAD Gatot Soebroto. Data yang dibutuhkan adalah

nomor resep, nama pasien, dan waktu pelayanan resep pada setiap titik dari alur

resep di apotek Askes RSPAD.

3.2 Metode Penelitian

Analisis data dilakukan dengan menghitung waktu pelayanan resep dengan

menggunakan stopwatch pada tiap titik dari alur resep di Yanmasum Farmasi

Askes RSPAD Gatot Soebroto.

Gambar 3.1 Alur Pelayanan Resep Askes Rawat Jalan

PASIEN POLIKLINIK

LOKET PENERIMAAN RESEP

VERIFIKASI AA Askes

PEMBUATAN ETIKET

DISPENSING OBAT

MASUK DPHO

YANG MEMERLUKAN

PROTOKOL

COCOK ? KROSCEK DENGAN RESEP ASLI

PANGGIL PASIEN(CEK RESEP DGN NO TUNGGUI)

YA

TIDAK

FLOWCHART RESEP PASIEN ASKES RAWAT JALAN

EDIT

PENYERAHAN

RESEP DIVERIFIKASI& DI INPUT

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

12

Universitas Indonesia

Dalam penelitiannya, Afalobi & Erhun (2003) menganalisis waktu tunggu

pelayanan resep pasien dengan membagi proses pelayanan resep tersebut menjadi

komponen tindakan dan komponen delay. Komponen tindakan adalah komponen

yang melibatkan kegiatan petugas secara aktif dalam mengerjakan resep

sedangkan komponen delay merupakan suatu kondisi dimana resep menunggu

untuk dikerjakan oleh petugas. Dari pengamatan komponen-komponen tersebut,

dapat dilihat dimana terdapatnya titik lamanya suatu proses pelayanan resep.

Lamanya waktu tunggu pelayanan resep di rumah sakit merupakan salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien di suatu pelayanan

farmasi rawat jalan rumah sakit. Agar lama waktu tunggu pelayanan farmasi dapat

memenuhi standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan maka rumah sakit

tersebut harus dapat menemukan hal apa saja yang menyebabkan waktu tunggu

tersebut belum dapat memenuhi standar.

Gambar 3.2. Pendekatan Sistem

Menurut Azwar, pendekatan sistem dapat menjadi alat untuk mencari letak

hambatan dan mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi.

Sistem terdiri dari unsur-unsur yang saling mempengaruhi. Unsur–unsur tersebut

menurut Azwar (1996) terdiri dari input (masukan), proses, output (keluaran),

umpan balik, dampak, dan lingkungan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua resep pasien rawat jalan yang masuk

setiap hari Senin sampai dengan Jumat pada peak hours yaitu pada pukul 11.00 –

14.00 yang diterima di Apotek Askes Yanmasum RSDPAD Gatot Soebroto. Pada

peak hours tersebut diasumsikan merupakan waktu dimana jumlah resep

mencapai puncaknya.

INPUT PROSES OUTPUT

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

13

Universitas Indonesia

3.3.2. Besar Sampel

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan populasi selama sehari yaitu rata-rata sebesar 400 sampel resep.

Sampel penelitian diambil dengan menggunakan rumus slovin (1990) seperti yang

dikutip oleh Ritung M (2003), yaitu sebagai berikut:

n = N

1 + N (e)2

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

e = margin error, dalam penelitian ini 5%

Dari rumus tersebut, diperoleh besar sampel sebanyak 110 resep.

Prosedur penarikan sampel dengan random sampling yaitu dengan mengambil

sampel secara acak pada peak hours.

3.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari resep pasien rawat jalan yang masuk setiap hari Senin

sampai dengan Jumat pada peak hours yaitu pada pukul 11.00 – 14.00 yang

diterima di Yanmasum Farmasi Askes RSDPAD Gatot Soebroto. Pada peak hours

tersebut diasumsikan merupakan waktu dimana jumlah resep mencapai

puncaknya. Kemudian dihitung waktu pelayanan resep dengan menggunakan

stopwatch pada tiap titik dari alur resep di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD

Gatot Soebroto.

3.4.2. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dirubah ke dalam satuan menit kemudian dengan

menggunakan program Microsoft excel dihitung nilai mean, median dan standar

deviasi pada tiap titik dari alur resep di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot

Soebroto.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

14 Universitas Indonesia

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan rekapitulasi data yang telah diperoleh, dapat diketahui

lamanya waktu tunggu pelayanan resep di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD

Gatot Soebroto dalam satuan menit.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan yang

Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto

Tanggal 17 – 28 Oktober 2011

Bagian Mean Median SD Min-Max

Penomoran Delay 0,33 0,00 0,72 0,00 – 3,39

Proses 0,61 0,49 0,50 0,06 – 3,00

Verifikasi Delay 3,56 1,86 5,13 0,00 – 23,96

Proses 1,79 1,26 1,70 0,52 – 12,20

Etiket Delay 6,88 4,56 7,39 0,00 – 30,31

Proses 1,53 1,13 1,36 0,09 – 6,23

Dispensing Delay 10,85 5,99 12,11 0,00 – 48,62

Proses 1,05 0,8 0,82 0,03 - 3,71

Pengecekan Delay 9,32 6,2 8,89 0,00 - 31,52

Proses 2,07 1,36 1,84 0,15 - 9,25

Penyerahan Delay 2,30 1,70 2,06 0,00 - 7,57

Proses 0,96 0,73 0,84 0,12 - 4,19

Total 41,10 39,60 26,42 5,28 - 114,29

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

15

Universitas Indonesia

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan yang

Tidak Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot

Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011

Bagian Mean Median SD Min-Max

Penomoran Delay 0,40 0,24 0,62 0,00-1,87

Proses 0,78 0,34 1,83 0,10- 9,66

Verifikasi Delay 3,42 2,37 3,67 0,10- 15,01

Proses 2,16 1,83 2,00 0,37-10,23

Etiket Delay 6,32 2,69 6,98 0,00-19,42

Proses 1,80 1,21 1,25 0,39 - 4,35

Dispensing Delay 7,85 2,05 11,38 0,00- 37,85

Proses 1,65 0,89 2,23 0,00-11,33

Pengecekan Delay 6,68 2,85 8,87 0,00-29,24

Proses 2,21 1,28 1,96 0,19-6,64

Penyerahan Delay 0,24 1,99 2,69 0,00-12,29

Proses 43,56 85,00 591,45 0,17-1550,00

Total 471,26 111,12 601,01 8,00-1591,52

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

16

Universitas Indonesia

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Racikan yang

Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto

Tanggal 17 – 28 Oktober 2011

Bagian Mean Median SD Min-Max

Penomoran Delay 0,25 0,00 0,38 0,00-0,87

Proses 0,29 0,34 0,14 0,08-0,45

Verifikasi Delay 2,94 2,52 1,67 1,22-5,49

Proses 6,49 2,08 10,15 1,55-24,63

Etiket Delay 10,06 12,50 8,91 0,75-20,99

Proses 1,34 1,20 0,63 0,70-2,24

Racik

Delay 10,85 7,72 9,90 4,07-28,34

Ambil obat 4,43 4,12 1,97 1,81-7,30

Proses 11,10 10,19 7,30 2,47-22,74

Pengecekan Delay 2,75 0,63 4,97 0,00-11,61

Proses 4,54 1,74 4,39 0,74-10,35

Penyerahan Delay 2,17 0,92 3,05 0,16-7,78

Proses 0,61 0,61 0,21 0,39-0,81

Total 57,81 45,17 25,62 34,29-89,21

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

17

Universitas Indonesia

Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Racikan yang Tidak

Sesuai SOP di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto

Tanggal 17 – 28 Oktober 2011

Bagian Mean Median SD Min-Max

Penomoran Delay 0,14 0,09 0,18 0,00-0,39

Proses 0,30 0,32 0,09 0,19-0,39

Verifikasi Delay 2,47 2,78 1,78 0,27-4,04

Proses 3,73 3,79 2,22 0,99-6,36

Etiket Delay 7,57 5,54 9,04 0,22-18,98

Proses 1,16 1,35 0,61 0,28-1,67

Racik

Delay 12,27 11,88 0,86 3,55-21,92

Ambil obat 3,04 2,56 2,59 0,44-6,62

Proses 10,06 9,80 1,40 8,48-12,19

Pengecekan Delay 1,01 0,73 1,25 0,00-2,75

Proses 1,10 0,76 0,92 0,44-2,45

Penyerahan Delay 1,09 0,76 1,34 0,00-2,85

Proses 370,09 136,60 563,12 7,00-1200,14

Total 41,41 175,38 574,08 42,35-1262,06

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

18

Universitas Indonesia

Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan yang

Memerlukan Protokol Terapi di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD

Gatot Soebroto tanggal 17 – 28 Oktober 2011

Bagian Mean Median SD Min-Max

Penomoran Delay 0,19 0,00 0,33 0,00 - 0,83

Proses 0,44 0,37 0,34 0,12 – 1,03

Verifikasi Delay 5,45 2,25 7,31 0,34 – 19,83

Proses 7,05 6,99 4,38 0,70 – 13,99

Etiket Delay 4,66 2,64 6,64 0,18 – 17,80

Proses 1,44 1,42 0,71 0,59 – 2,38

Dispensing Delay 11,65 59,03 12,69 0,00 – 31,51

Proses 1,23 1,28 0,78 0,35 - 2,38

Pengecekan Delay 14,17 14,56 12,15 0,00 - 28,85

Proses 2,58 2,47 1,74 0,73 - 5,72

Penyerahan Delay 3,29 1,11 4,08 0,00 - 9,61

Proses 0,71 0,69 0,23 0,33 - 0,97

Total 52,86 51,52 29,99 20,60 - 95,53

Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan Per

Hari di Yanmasum Farmasi Ases RSPAD Gatot Soebroto tanggal 17 –

28 Oktober 2011

Hari Mean Median SD Min-Max

Senin 32,07 30,84 18,52 8,35 – 66,10

Selasa 30,14 22,64 16,48 7,52 – 61,82

Rabu 50,02 54,21 18,86 9,65 – 84,83

Kamis 66,83 80,31 27,19 19,01 – 109,19

Jumat 17,56 12,30 11,90 4,78 – 47,58

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

19

Universitas Indonesia

Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep yang Sesuai Standar

Kemenkes di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto

Tanggal 17 – 28 Oktober 2011

Kategori Total

Nominal Presentase (%)

Non Racik SOP Sesuai 28 39

Tidak sesuai 43 61

Non Racik Non SOP Sesuai 7 21

Tidak sesuai 27 79

Non Racik Non SOP* Sesuai 19 56

Tidak sesuai 15 44

Racik SOP Sesuai 4 57

Tidak sesuai 3 42

Racik Non SOP Sesuai 1 25

Tidak sesuai 3 75

Racik Non SOP* Sesuai 3 75

Tidak sesuai 1 25

Protokol Sesuai 2 25

Tidak sesuai 6 75

*waktu tunggu dihitung hingga nama pasien dipanggil

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

20

Universitas Indonesia

4.1 Pembahasan

Kepmenkes Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek menyatakan bahwa salah satu indikator yang digunakan

untuk mengevaluasi suatu mutu pelayanan adalah dimensi waktu lama pelayanan

yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dilakukan

pengukuran waktu tunggu pelayanan di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot

Subroto untuk mengevaluasi kesesuaian mutu pelayanan dengan standar yang

telah ditentukan. Sampel yang digunakan adalah resep pasien Yanmasum Farmasi

Askes rawat jalan RSPAD yang masuk pada peak hours yaitu pukul 11.00 – 14.00

WIB yang pengambilan datanya dilakukan pada 17 – 28 Oktober 2011. Pada peak

hours tersebut banyak resep yang masuk secara bersamaan yang terjadi karena

pasien setelah dari poliklinik secara bersamaan lalu menebus resepnya ke

Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto. Populasi sampel dalam

penelitian ini adalah 400 resep, diperoleh dari jumlah rata-rata resep yang masuk

setiap harinya ke Yanmasum Farmasi Askes rawat jalan. Sampel diitung dengan

metode Slovin dengan margin error 5% sehingga diperoleh jumlah sampel yang

dibutuhkan adalah 110 resep.

Resep yang masuk dipisahkan antara resep obat racikan dan non racikan.

Untuk setiap kategori lalu dibedakan lagi resep yang sesuai SOP, tidak sesuai

SOP, dan resep yang memerlukan protokol. Resep disebut sesuai SOP jika

mengikuti alur resep yang benar. Alur resep non racikan adalah penomoran,

verifikasi, pemberian etiket, dispensing, pengecekan, dan penyerahan. Untuk

resep non racikan (Tabel 4.1) didapatkan rata-rata waktu pada tahap delay

penomoran 19,96 detik dengan nilai tengah 0 detik dan standar deviasi 42,92

detik. Waktu tercepat pada tahap penomoran adalah 0 detik atau resep tidak

mengalami delay dan waktu terlama adalah 203,56 detik. Delay sebelum proses

penomoran yang lama bisa disebabkan karena banyaknya pasien yang datang

dalam waktu yang bersamaan ke Yanmasum Farmasi Askes setelah dari poliklinik

untuk menngambil obat. Rata-rata waktu yang diperlukan pada tahap proses

penomoran adalah 36,31 detik dengan nilai tengah 29,18 detik dan standar deviasi

30,01 detik. Waktu tercepat pada tahap penomoran adalah 3,30 detik dan waktu

terlama adalah 179,90 detik atau ± 3 menit 19 detik. Waktu proses penomoran

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

21

Universitas Indonesia

yang lama bisa disebabkan karena pada saat proses, ada berkas pasien yang belum

lengkap sehingga harus menunggu pasien melengkapinya.

Pada tahap verifikasi terjadi delay rata-rata selama 36,31 detik dengan nilai

tengah 111,74 detik atau ± 1 menit 51 detik dan standar deviasi 307,86 detik atau

± 5 menit 7 detik. Waktu tercepat pada tahap verifikasi adalah 0 detik karena

resep tidak mengalami delay dan waktu terlama adalah 1437,45 detik atau 23

menit 54 detik. Delay sebelum proses verifikasi yang lama bisa disebabkan karena

adanya penumpukan resep yang memerlukan waktu untuk verifikasi dengan

memasukkan data pasien dan obatnya ke komputer untuk pengendalian obat

pasien. Rata-rata waktu yang diperlukan pada tahap proses verifikasi adalah

107,12 detik atau ± 1 menit 47 detik dengan nilai tengah 75,55 detik atau ± 1

menit 15 detik dan standar deviasi 102,27 detik atau ± 1 menit 42 detik. Waktu

tercepat pada tahap penomoran adalah 30,93 detik dan waktu terlama adalah

731,39 detik atau 12 menit 11 detik. Waktu proses verifikasi ini termasuk cepat

melihat dengan banyaknya resep yang masuk. Proses ini juga memerlukan waktu

karena petugas harus memeriksa berapa jumlah obat yang boleh diberikan kepada

pasien. Jumlah petugas verifikasi sudah cukup memadai yaitu berjumlah 5 orang.

Pada tahap pemberian etiket terjadi delay rata-rata selama 412,97 detik

atau ± 6 menit 52 detik dengan nilai tengah 237,69 detik atau ± 3 menit 57 detik

dan standar deviasi 442,66 detik atau 7 menit 22 detik. Waktu tercepat pada tahap

penomoran adalah 0 detik atau resep tidak mengalami delay dan waktu terlama

adalah 1818,89 detik atau 30 menit 18 detik. Delay sebelum proses penomoran

yang lama ini disebabkan karena adanya penumpukan resep. Rata-rata waktu yang

diperlukan pada tahap proses pemberian etiket adalah 91,78 detik atau ± 1 menit

31 detik dengan nilai tengah 67,68 detik atau ± 1 menit 7 detik dan standar deviasi

81,84 detik atau ± 1 menit 21 detik. Waktu tercepat pada tahap pemberian etiket

adalah adalah 5,43 detik dan waktu terlama adalah 373,90 detik atau 6 menit 14

detik. Waktu proses pemberian etiket ini dipengaruhi oleh jumlah item obat yang

perlu diberi etiket.

Pada tahap dispensing atau penyiapan obat terjadi delay rata-rata selama

651,09 detik atau ± 10 menit 51 detik dengan nilai tengah 359,13 detik atau 6

menit 59 detik dan standar deviasi 726,59 detik atau 12 menit detik. Waktu

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

22

Universitas Indonesia

tercepat pada tahap dispensing adalah 0 detik karena resep tidak mengalami delay

dan waktu terlama adalah 2917,48 detik atau 48 menit 37 detik. Rata-rata waktu

yang diperlukan pada tahap proses dispensing adalah 63,13 detik atau ± 1 menit 3

detik dengan nilai tengah 48,21 detik dan standar deviasi 49,42 detik. Waktu

tercepat pada tahap dispensing adalah adalah 1,61 detik dan waktu terlama adalah

222,72 detik atau 3 menit 43 detik. Delay sebelum proses dispensing merupakan

proses yang paling lama dalam proses pelayanan resep dikarenakan banyaknya

jumlah resep dan jumlah item obat selain itu, di Yanmasum Farmasi Askes rata-

rata pasien mengambil obatnya untuk waktu pemakaian selama 1 bulan sehingga

memerlukan waktu lebih lama untuk menyiapkan obat.

Pada tahap pengecekan terjadi delay rata-rata selama 559,13 detik atau 9

menit 19 detik dengan nilai tengah 372,12 detik atau ± 6 menit 12 detik, dan

standar deviasi 533,33 detik atau ± 8 menit 53 detik. Waktu tercepat pada tahap

pengecekan adalah 0 detik karena resep tidak mengalami delay dan waktu terlama

adalah 1891,48 detik atau ± 31 menit 31 detik. Delay sebelum proses pengecekan

disebabkan karena adanya penumpukan obat setelah proses dispensing yang harus

diperiksa oleh petugas pengecekan. Rata-rata waktu yang diperlukan pada tahap

proses pengecekan adalah 124,17 detik atau ± 2 menit 4 detik dengan nilai tengah

81,82 detik atau ± 1 menit 21 detik dan standar deviasi 110,28 detik atau ± 1

menit 50 detik. Waktu tercepat pada tahap pengecekan adalah 9,23 detik dan

waktu terlama adalah 555,07 detik atau ± 9 menit 15 detik. Waktu proses

pengecekan ini dimulai dengan memasukan obat dan etiket ke dalam plastik serta

dilakukan pengecekan ulang jenis dan jumlah obat kemudian kesemua obat

tersebut dikemas lagi dalam plastik yang lebih besar. Waktu proses pengecekan

ini seharusnya bisa dipercepat jika proses memasukan obat ke plastik dilakukan

saat proses dispensing sehinnga perlu ditambah petugas pada tahap dispensing.

Tahap selanjutnya adalah penyerahan obat. Delay rata-rata pada tahap ini

adalah 138,12 detik atau ± 2 menti 18 detik dengan nilai tengah 101,94 detik atau

± 1 menit 41 detik, dan standar deviasi 123,84 detik atau ± 2 menit 3 detik. Waktu

tercepat pada tahap penomoran adalah 0 detik karena resep tidak mengalami delay

dan waktu terlama adalah 454,39 detik atau ± 7 menit 34 detik. Delay sebelum

proses penyerahan ini disebabkan karena adanya antrian pemanggilan pasien.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

23

Universitas Indonesia

Rata-rata waktu yang diperlukan pada tahap proses penyerahan adalah 57,66 detik

dengan nilai tengah 43,51 detik dan standar deviasi 50,32 detik. Waktu tercepat

pada tahap penyerahan adalah adalah 7,47 detik dan waktu terlama adalah 251,29

detik atau ± 4 menit 11 detik. Pada saat proses penyerahan ini disertai dengan

pemberian informasi obat bagi pasien yang memerlukan.

Rata – rata waktu pelayanan resep non racikan yang sesuai SOP adalah ±

41 menit 6 detik dengan nilai tengah ± 39 menit 36 detik, dan standar deviasi ± 26

menit 25 detik. Waktu tercepat adalah ± 5 menit 16 detik dan waktu terlama ± 1

jam 54 menit 11 detik. Resep non racikan yang dilayani ada yang tidak sesuai

dengan SOP. Penyebab ketidaksesuaian dengan SOP ini antara lain dikarenakan

resep tidak melalui semua tahapan pelayanan resep atau karena resep ditinggal

oleh pasien. Untuk resep yang obatnya hanya 1 maka resep tersebut didahulukan

sehingga tidak mengalami delay dispensing dan pengecekan. Pada pelayanan

resep yang tidak sesuai SOP ini waktu terlama terletak pada tahap proses

penyerahan resep. Hal ini disebabkan karena banyak resep yang ditinggal oleh

pasien. Jika obat langsung diambil pasien maka rata-rata waktu pelayanan resep

ini seharusnya adalah ± 38 menit 21 detik.

Kategori yang selanjutnya adalah resep racikan, baik yang sesuai SOP

maupun non SOP. Resep dikatagorikan sebagai racikan apabila resep tersebut

memerlukan penanganan yang berbeda dengan resep non racik misalnya

pencampuran lebih dari satu obat dan pengemasan kembali obat ke dalam kapsul,

kertas perkamen, botol, maupun pot. Perbedaan alur untuk resep racikan dan non

racikan adalah pada proses verifikasi dan adanya proses peracikan.

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap resep racikan dapat dilihat

pada Tabel 4.3. Tahap yang pertama adalah penomoran, pada proses ini terjadi

delay penomoran selama 14,77 detik dengan nilai tengah 0 detik dan standar

deviasi 22,94 detik. Waktu tercepat pada delay penomoran adalah 0 detik karena

resep tidak mengalami delay dan waktu terlama adalah 52,22 detik. Sedangkan

untuk proses penomoran, rata-rata waktu yang diperlukan pada tahap proses

penomoran adalah 17,32 detik dengan nilai tengah 20,11 detik dan standar deviasi

8,33 detik. Waktu tercepat pada proses penomoran adalah 5,00 detik dan waktu

terlama adalah 27,08 detik.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

24

Universitas Indonesia

Tahap yang kedua adalah verifikasi terjadi delay rata-rata selama 176,23

detik atau ± 2 menit 56 detik dengan nilai tengah 151,27 detik atau ± 2 menit 31

detik, dan standar deviasi 100,06 detik atau ± 1 menit 40 detik. Waktu tercepat

pada delay verifikasi adalah 73,36 detik atau ± 1 menit 13 detik dan waktu terlama

adalah 329,37 detik atau ± 5 menit 29 detik. Sedangkan untuk proses verifikasinya

itu sendiri, rata-rata waktu yang diperlukan adalah 389,37 detik atau ± 6 menit 29

detik dengan nilai tengah 124,77 detik atau ± 2 menit 4 detik, dan standar deviasi

608,74 detik atau ± 10 menit 8 detik. Waktu tercepat pada proses verifikasi adalah

93,20 detik atau ± 1 menit 33 detik dan waktu terlama adalah 1477,83 detik atau ±

24 menit 37 detik. Proses verifikasi pada resep racikan lebih lama dibandingkan

dengan resep non racikan, karena pada proses resep racikan dalam tahap verifikasi

dilakukan penghitungan jumlah obat yang akan diracik.

Tahap yang ketiga adalah pemberian etiket terjadi delay rata-rata selama

603,84 detik atau ± 10 menit 3 detik dengan nilai tengah 750,00 detik atau ± 12

menit 30 detik, dan standar deviasi 534,71 detik atau ± 8 menit 54 detik. Waktu

tercepat pada delay tahap penulisan etiket adalah 45,00 detik dan waktu terlama

adalah 1259,52 detik atau ± 20 menit 59 detik. Rata-rata waktu yang diperlukan

pada proses penulisan etiket adalah 63,84 detik atau ± 1 menit 3 detik dengan nilai

tengah 81,24 detik atau ± 1 menit 21 detik, dan standar deviasi 36,41 detik. Waktu

tercepat pada proses penulisan etiket adalah 16,91 detik dan waktu terlama adalah

99,97 detik atau ± 1 menit 39 detik.

Tahap yang ke empat adalah peracikan, alur proses racikan dan non

racikan berbeda karena di dalam proses racikan pada tahap ini ada proses

peracikan obat. Delay racikan rata-rata selama 650,98 detik atau ± 10 menit 50

detik dengan nilai tengah 463,38 atau ± 7 menit 43 detik, dan standar deviasi

594,29 detik atau ± 9 menit 54 detik. Waktu tercepat pada delay racikan 244,28

detik atau ± 4 menit 4 detik dan waktu terlama adalah 1700,31 detik atau 28 menit

20 detik. Kemudian proses ambil obat untuk diracik perlu waktu rata-rata 266,08

detik atau ± 4 menit 26 detik dengan nilai tengah 247,39 detik atau ± 4 menit 7

detik, dan standar deviasi 118,43 detik atau ± 1 menit 58 detik dengan waktu

tercepat 108,73 detik atau 1 menit 48 detik, dan waktu terlama adalah 438,22

detik atau ± 7 menit 18 detik. Lalu proses peracikan obat dengan rata-rata waktu

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

25

Universitas Indonesia

666,11 detik atau ± 11 menit 6 detik, nilai tengah 611,52 detik atau ± 10 menit 11

detik, dan standar deviasinya 438,10 detik atau ± 7 menit 18 detik. Waktu tercepat

pada proses ini adalah 148,26 detik atau ± 2 menit 28 detik dan waktu terlamanya

adalah 1364,29 detik atau ± 22 menit 44 detik.

Tahap yang ke lima adalah pengecekan. Delay pengecekan rata-rata

selama 164,79 detik atau ± 2 menit 44 detik dengan nilai tengah 37,77 detik, dan

standar deviasi 298,31 detik atau ± 4 menit 58 detik. Waktu tercepat pada delay

pengecekan 0 detik karena tidak terjadi delay dan waktu terlama adalah 696,89

detik atau ± 11 menit 36 detik. Kemudian proses pengecekan waktu rata-ratanya

adalah 272,19 detik atau ± 4 menit 32 detik, dengan nilai tengah 104,60 detik atau

1 menit 44 detik, standar deviasi 263,42 detik atau ± 4 menit 23 detik, dengan

waktu tercepat 44,54 detik dan waktu terlama adalah 621,02 detik atau 10 menit

21 detik.

Tahap yang ke enam adalah penyerahan. Delay penyerahan rata-rata

selama 130,31 detik atau 2 menit 10 detik, dengan nilai tengah 55,18 detik, dan

standar deviasi 182,96 detik atau ± 3 menit 2 detik. Waktu tercepat pada delay

penyerahan 10,07 detik dan waktu terlama adalah 466,67 detik atau ± 7 menit 46

detik. Kemudian proses penyerahan waktu rata-ratanya adalah 36,42 detik dengan

nilai tengah 36,85 detik, standar deviasi 12,44 detik, dengan waktu tercepat 23,45

detik, dan waktu terlama adalah 48,80 detik.

Jadi, rata-rata total waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan resep racikan

yang sesuai SOP di Yanmasum Farmasi aSskes RSPAD Gatot Soebroto adalah

3468,78 detik atau 57,8 menit.

Untuk resep racikan yang tidak sesuai SOP memerlukan waktu lebih lama

pada proses penyerahan karena pasien tidak menunggu di Yanmasum Farmasi

Askes dan mengambil obatnya beberapa jam kemudian. Artinya, ketika petugas

selesai memanggil pasien untuk menyerahkan obat, pasien tidak ada di tempat

tunggu sehingga menambah waktu tunggu yang tercatat. Rata-rata waktu yang

dibutuhkan dari mulai resep masuk ke Yanmasum Farmasi Askes sampai obat

diterima oleh pasien pada resep racikan non SOP adalah 6,9 jam padahal rata-rata

waktu yang dibutuhkan dari resep masuk sampai petugas memanggil pasien hanya

43 menit 57 detik.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

26

Universitas Indonesia

Alasan pasien meninggalkan obatnya seperti yang dikemukakan pasien

bahwa pertimbangan pasien yang sedang sakit tidak kuat menunggu lama atau

rumahnya jauh sehingga memilih ditinggal agar tidak terlalu lama tiba di rumah.

“… yang sakit ibu saya usianya 70 tahun mba, karena sudah tua juga, dan

capek sudah kesiangan sudah berobat dari pagi..udah nggak

kuat,sehingga resep nggak ditungguin..saya juga tidak bisa mengambil

resep.. Baru bisa mengambilnya hari senin… ”

“Wahh..lama saya nunggunya bisa sampai 3-4 jam saya nunggu.. Ibu saya

tuh kalau berobat selalu di tinggal resepnya, karena..kalau hari-hari kerja

gini lama pelayanannya jadi kami nggak bisa nunggu lama..kadang ibu

saya, baru selesai jam12 berobat, baru mulai masukin resep jam1, nanti

selesai 3-4 jam jam5 baru selesai, sedangkan saya rumahnya jauh

(Cililitan)”

“… Karena hampir setiap bulan ya,, saya sudah berjalan 5 tahun berobat

disini jadinya yaa menunggu aja, sedapetnya, sedipanggilnya aja. Yaa

kepengennya sih lebih cepat karena menunggu lama apalagi kalo bawa

bapak-bapak itu lagi sakit gitu. Kadang pernah saya tinggal, besok atau

sorenya baru saya ambil karena nunggu kelamaan….”

Pelayanan resep non racikan untuk pasien Askes terdapat obat-obat yang

memerlukan protokol yang harus diverifikasi oleh pihak Askes di Yanmasum

Farmasi Askes. Obat-obat tang memerlukan protokol ini disebut obat khusus,

misalnya insulin, albumin, dan obat kanker. Pelayanan resep yang menggunakan

protokol ini pun mengikuti alur yang sama dengan alur pelayanan resep non

racikan sesuai prosedur yaitu penomoran, verifikasi, penulisan etiket, dispensing,

pengecekan, dan penyerahan obat pada pasien. Akan tetapi, pada proses verifikasi

waktu yang dibutuhkan lebih lama karena ada beberapa data tambahan yang

harus diinput dan dicek sebelum kemudian dilanjutkan ke proses yang

berikutnya.

Tahap penomoran resep yang memerlukan protokol terjadi delay dengan

waktu rata-rata 11,10 detik dan prosesnya 26,45 detik. Delay pada tahap

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

27

Universitas Indonesia

penomoran terjadi karena adanya penumpukkan resep ataupun antrian pasien pada

loket. Resep yang memerlukan protokol mengalami delay dan proses verifikasi

yang lebih lama dibandingkan resep lainnya yaitu dengan rata-rata delay 327,11

detik atau sekitar 5 menit 27 detik dan rata-rata prosesnya 422,78 detik atau

sekitar 7 menit 2 detik. Hal ini dikarenakan perlu adanya verifikasi tambahan dari

pihak Askes sehingga terjadi delay dan proses berulang yaitu verifikator dari

pihak Askes dan pihak Yanmasum Farmasi. Menurut wawancara dengan petugas

verifikator resep yang memerlukan protokol disampaikan saran sebaiknya dokter

dalam menulis resep mencantumkan nama, dosis dan signa obat yang lengkap.

“… Lamanya kan yang nggak numpuk, yang ngga sampe setengah jam gitu. Dari

ruangan atau dari polinya, paling nggak kan resep udah harus lengkap gitu yah?

Iya, kadang kan ada nih, permintaan kaya gini, plavix tapi ngga ada

diagnosanya, udah nyampe ke saya, kadang-kadang kan lolos jadi ga dibikin?...”

Tahap selanjutnya resep yang telah diverifikasi akan disiapkan etiketnya.

Tahap penulisan etiket pun mengalami delay dengan waktu rata-rata 279,38 detik

atau ± 4 menit 39 detik dengan rata-rata waktu proses 86,46 detik. Delay pada

penulisan etiket terjadi karena adanya penumpukkan resep. Setelah resep

disiapkan etiketnya maka selanjutnya masuk pada tahap dispensing. Resep

kembali mengalami delay dispensing dengan rata-rata waktu 698,99 detik atau

sekitar 11 menit 38 detik dengan waktu proses dispensing 73,74 detik. Delay

dispensing terjadi karena kurangnya SDM yang melakukan dispensing sehingga

terjadi penumpukkan resep untuk disiapkan obatnya. Obat yang telah disiapkan

kemudian akan dilakukan pengecekan untuk kesesuaian obat dalam resep

sekaligus pengemasan obat. Tahap pengecekkan ini pun resep akan mengalami

delay dengan waktu rata-rata 850,47 detik atau sekitar 14 menit 10 detik dan

waktu rata-rata proses 154,95 detik atau sekitar 2 menit 34 detik. Selanjutnya

resep yang telah diperiksa akan diserahkan pada pasien dan pada penyerahannya

terjadi delay dengan waktu rata-rata 197,59 detik atau sekitar 3 menit 17 detik

dengan waktu rata-rata proses 42,49 detik. Delay pada penyerahan terjadi karena

petugas yang bertanggung jawab terkadang ikut membantu petugas lain pada

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 157: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

28

Universitas Indonesia

proses penulisan etiket, dispensing, dan pengecekkan sehingga terjadi

penumpukkan obat yang harus diserahkan pada pasien.

Pelayanan resep pada Yanmasum Farmasi Askes di hari Kamis memiliki

waktu tunggu tertinggi dibandingkan hari lainnya seperti yang terlihat pada Tabel

4.6. Tingginya waktu tunggu tersebut disebabkan oleh banyaknya resep yang

masuk di hari Kamis tersebut dibandingkan hari lainnya. Pada hari kamis

merupakan hari untuk poli internist atau penyakit dalam. Pasien yang terdaftar di

Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto adalah Purnawirawan TNI AD

dan PNS RSPAD Gatot Soebroto yang sudah purna tugas sehingga sebagian besar

merupakan geriatri. Pasien geriatri berpotensi mengalami penurunan fungsi organ

dan rentan terjadi komplikasi misalnya hipertensi, diabetes mellitus,

hiperlipidemia dan stroke. Selain dari jumlah pasien yang banyak, waktu

pelayanan resep yang lebih panjang juga disebabkan oleh jumlah item obat yang

lebih banyak pada resep dari poli penyakit dalam.

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit bahwa

standar pelayanan resep non racik adalah ≤ 30 menit sedangkan untuk resep

racikan ≤ 60 menit. Waktu pelayanan resep non racik yang sesuai SOP di

Yanmasum Farmasi Askes yang sesuai dengan standar adalah 39% sedangkan

yang tidak sesuai adalah 61% seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tingginya

persentase pelayanan resep yang tidak memenuhi standar ini disebabkan pada

delay penulisan etiket yaitu dengan mean 412,97 detik atau ± 6 menit 52 detik,

delay dispensing yang lama yaitu 651,09 detik atau ± 10 menit 51 detik, selain itu

juga delay pengecekan selama 559,13 detik atau ± 9 menit 19 detik seperti yang

dapat dilihat pada Tabel 4.1. Lamanya delay ini adalah karena terbatasnya jumlah

SDM pada tiga titik alur pelayanan resep sehingga resep menumpuk untuk dapat

diproses.

Waktu pelayanan resep non racik yang tidak sesuai SOP di Yanmasum

Farmasi Askes yang sesuai dengan standar adalah 21% sedangkan yang tidak

sesuai adalah 79% seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tingginya persentase

pelayanan resep yang tidak memenuhi standar ini disebabkan pada proses

penyerahan yang lama yaitu dengan mean 2613,54 detik atau ± 43 menit 33 detik

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 158: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

29

Universitas Indonesia

seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Lamanya proses ini karena pasien tidak

langsung mengambil obat. Pasien tidak menunggu di ruang tunggu dan umumnya

pasien kembali untuk mengambil obat beberapa jam kemudian. Jika pasien

menunggu dan langsung mengambil obatnya maka seharusnya proses tersebut

maka waktu pelayanan yang sesuai standar adalah 56% sedangkan yang tidak

sesuai standar adalah 44% seperti yang terlihat pada kolom Non Racik Non SOP*

di Tabel 4.7.

Waktu pelayanan resep racik yang sesuai SOP di Yanmasum Farmasi

Askes yang sesuai dengan standar adalah 57% sedangkan yang tidak sesuai adalah

42% seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tingginya persentase pelayanan

resep yang tidak memenuhi standar ini disebabkan pada proses delay etiket yang

lama yaitu dengan mean 2613,54 detik atau ± 43 menit 33 detik dan delay racik

yaitu dengan mean 650,98 detik atau ± 10 menit 50 detik serta proses racik 666,11

detik atau ± 11 menit 6 detik seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.3. Lamanya

delay ini karena keterbatasan SDM pada dua titik alur pelayanan resep.

Waktu pelayanan resep non racik yang tidak sesuai SOP di Yanmasum

Farmasi Askes yang sesuai dengan standar adalah 25% sedangkan yang tidak

sesuai adalah 75% seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tingginya persentase

pelayanan resep yang tidak memenuhi standar ini disebabkan pada proses delay

etiket yang lama yaitu dengan mean 454,25 detik atau ± 7 menit 34 detik dan

delay racik yaitu dengan mean 735,92 detik atau ± 12 menit 15 detik serta proses

racik 603,83 detik atau ± 10 menit 3 detik, selain itu pada proses penyerahan

22205,28 detik atau sekitar 6 jam seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Lamanya delay dan proses ini karena keterbatasan SDM pada dua titik alur

pelayanan resep serta pasien tidak menunggu di ruang tunggu untuk mengambil

obat, umumnya pasien kembali untuk mengambil obat beberapa jam kemudian.

Jika pasien menunggu dan langsung mengambil obatnya maka waktu pelayanan

yang sesuai standar adalah 75% sedangkan yang tidak sesuai standar adalah 25%

seperti yang terlihat pada kolom Racik Non SOP* di Tabel 4.7

Waktu pelayanan resep non racik yang memerlukan protokol di

Yanmasum Farmasi Askes yang sesuai dengan standar adalah 25% sedangkan

yang tidak sesuai adalah 75% seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tingginya

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 159: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

30

Universitas Indonesia

persentase pelayanan resep yang tidak memenuhi standar ini disebabkan delay

dispensing yaitu 698,99 detik atau ± 11 menit 38 detik, dan delay pengecekan

yaitu 850,47 detik atau ± 14 menit 10 detik seperti yang dapat dilihat pada Tabel

4.5. Lamanya delay dan proses ini karena keterbatasan SDM pada dua titik alur

pelayanan resep serta pada resep yang memerlukan protokol maka perlu ada

proses verifikasi tambahan dari pihak Askes sehingga memerlukan waktu lebih

untuk proses verifikasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara jenis resep

dengan waktu pelayanan resep, yaitu jenis resep obat racikan mempunyai

pelayanan yang lebih lama. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa jenis resep obat racikan membutuhkan waktu yang lama

karena harus menghitung, menimbang, mengambil, berapa banyak obat yang

diperlukan sesuai dengan dosis maksimum yang diperbolehkan serta harus

memperhatikan dalam mencampur sifat dan jenis bahan obat. Bagian ini

memerlukan tenaga yang berlatar belakang pendidikan farmasi kecuali dengan

pengalaman kerja yang lama dapat mengerjakan jenis resep obat racikan yang

telah sering dilihat dan dikerjakan oleh petugas.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 160: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

31 Universitas Indonesia

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Rata-rata lama waktu tunggu resep pasien rawat jalan yang sesuai SOP di

Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto untuk jenis resep obat non

racikan adalah 41 menit (>30 menit) sehingga belum memenuhi Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit sesuai pada Kepmenkes RI Nomor

129/Menkes/SK/II/2008, sedangkan rata-rata lama waktu tunggu resep obat

racikan telah memenuhi standar yaitu 57,82 menit (<60 menit).

5.2 Saran

a. Untuk mengurangi waktu delay dan proses pengecekan maka sebaiknya

pengemasan obat dilakukan saat dispensing.

b. Dengan bertambahnya jobdesk petugas dispensing obat maka pada tahap

ini memerlukan petugas 2 orang, sehingga petugas peracikan hanya 1

orang.

c. Untuk memperluas moving space di ruang Yanmasum Farmasi Askes

sebaiknya ukuran tempat sampah diperkecil dan dilakukan pembuangan

sampah secara berkala serta petugas pembuang sampah pada tempatnya.

d. Untuk mempersingkat delay pengecekan alur resep di Yanmasum Farmasi

Askes kami menyarankan perubahan, yakni penulisan etiket dilakukan

setelah proses dispensing.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 161: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

32 Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Afolabi MO, Erhun WO, 2003, Patient’s Response to Waiting in An Out-Patient

Pharmacy in Nigeria, Tropical Journal of Pharmaceutical Research 2003 :

2(2). 207 – 214. Proquet Direct. Perpustakaan Universitas Indonesia,

Depok. 15 Oktober 2011. (www.proquet.com/pqdauto)

PT Askes, 2004, Pedoman Bagi Peserta ASKES Sosial, PT. (PERSERO) Asuransi

Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1993, Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/IX/1993, tentang Ketentuan Dan Tata

Cara Pemberian Izin Apotik, Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Permenkes

No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek,

Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan

Farmasi diRumah Sakit, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2008, Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor129/Menkes/SK/II/2008, tentang Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2009, tentang Rumah Sakit, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010, tentang Klasifikasi Rumah

Sakit, Jakarta.

Depkes RI, 1990, Manajemen Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Katz, Karen L et al, Prescription for The Waiting-in-Line Blues : Entertain,

Enlighten, and Engage. 1991 : Sloan Management Review : Winter 1991 :

32,2:Abi/Inform Global pg.44. Proquest Direct. Perpustakaan Universitas

Indonesia, Depok. 21 Oktober 2011 (www.proquest.com/pqdauto)

Mobach, Mark P. Consumer Behaviour in The Waiting Area Feb. 2005. Springer

Science Business Media. Springerlink Direct. Perpustakaan Universitas

Indonesia, Depok. 20 oktober 2010. (www.springerlink.com)

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 162: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

33

Universitas Indonesia

Ritung M., 2003. Lama Waktu Pelayanan Resep Racikan Khusus Hari Sabtu Di

Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSIA Hermina Bekasi Tahun 2003.

Program Pascasarjana FKMUI : Depok

Saleha, S. dan Satrianegara, M.F., 2009, Buku Ajar Organisasi dan Manajemen

Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Sulastomo, 1997. Asuransi Kesehatan dan Madaged Care, PT (Persero) Asuransi

Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Wongkar L., 2001. Analisis Waktu Pelayanan Pengambilan Obat Di Apotek

Kimia Farma Kota Pontianak Tahun 2000. Program Pascasarjanan

FKMUI : Depok

Yulia Y., 1996. Analisis Alokasi Waktu Kerja Dan Hubungannya Dengan

Kualitas Pelayanan Resep Di Instalasi Farmasi RSU PMI Bogor. Program

Pascasarjanan FKMUI : Depok.

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 163: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

34 Universitas Indonesia

Lampiran 1. Lembar Salinan Resep dan Etiket

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 164: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

35 Universitas Indonesia

Lampiran 2. Stempel Waktu Kendali Pelayanan Resep

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 165: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

Lampiran 3. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan yang Sesuai SOP

di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011

NO NO RESEP HARI Nama Pasien

PENOMORAN VERIFIKASI ETIKET DISPENSING PENGECEKAN SERAH

Keterangan Total Non SOP delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses

1 148 Senin Ny Epon 0.00 0.53 2.01 1.85 7.50 2.09 9.50 1.67 19.89 4.07 2.03 1.04 SOP 52.17 23.07

2 193 Senin Ny Dolly 0.00 0.42 3.92 0.96 3.96 0.09 7.91 1.21 15.59 0.36 0.67 1.61 SOP 36.70 68.31

3 222 Senin Tn Endang 0.00 0.62 0.38 2.79 0.00 1.48 0.77 0.93 3.04 2.22 0.44 0.86 SOP 13.51 93.40

4 208 Senin Ny Masitoh 0.00 0.63 2.75 0.75 7.88 0.63 1.52 1.40 3.83 1.16 1.12 0.80 SOP 22.47 48.23

5 145 Senin Ny Tuti 0.00 0.31 0.80 0.56 14.90 0.48 19.99 1.02 8.32 0.55 1.70 0.19 SOP 48.81 14.76

6 124 Senin Ny Supartini 0.00 0.50 11.77 1.54 22.45 0.64 16.36 0.47 8.59 2.10 0.45 1.23 SOP 66.10 30.09

7 177 Senin Ny Amsiyah 0.00 0.91 0.72 3.12 3.62 2.00 10.34 2.04 0.51 5.00 2.07 0.50 SOP 30.84 41.52

8 205 Senin Ny Sofia 0.00 0.68 2.86 0.96 2.58 1.02 5.88 0.34 2.78 1.26 1.83 0.21 SOP 20.41 40.06

9 179 Selasa Ny Saroha 0.00 0.34 0.58 0.82 4.09 0.70 1.32 2.18 1.72 1.27 0.61 0.43 SOP 14.07 19.01

10 211 Selasa Ny Siti Hindun 0.00 1.44 0.34 1.90 2.51 2.34 0.53 1.79 5.17 5.01 0.00 0.80 SOP 21.82 8.35

11 130 Selasa Ny Ellisabeth 0.00 0.38 7.04 0.79 17.48 0.52 22.77 1.04 8.02 0.48 2.67 0.63 SOP 61.82 47.30

12 185 Selasa Ny Sukiyati 0.00 0.36 2.99 1.78 6.28 0.89 14.38 0.57 25.48 1.36 2.15 2.90 SOP 59.16 30.57

13 212 Selasa Tn KJ Sihombing 0.91 1.21 4.38 1.34 16.61 0.24 2.51 0.57 9.18 0.90 1.22 0.54 SOP 39.60 23.71

14 159 Selasa Tn Hasbullah 0.00 0.32 1.86 0.63 1.22 1.31 1.87 0.91 5.89 1.25 0.75 0.88 SOP 16.90 18.09

15 166 Selasa Ny Saripah 3.39 0.35 2.92 1.41 2.92 0.69 2.91 0.04 0.26 1.18 0.92 0.89 SOP 17.88 23.54

16 124 Selasa Tn Amiludin 0.00 0.06 1.79 0.92 4.70 0.58 0.08 0.33 2.57 0.64 7.57 1.30 SOP 20.55 23.91

17 133 Selasa Ny Husma 0.00 0.48 0.47 1.60 1.99 1.10 1.01 0.81 3.41 2.17 0.33 0.46 SOP 13.84 26.73

18 148 Selasa Ny Widiastuti 0.00 0.53 0.35 0.93 1.60 0.31 1.24 0.27 0.30 0.98 0.29 0.72 SOP 7.52 17.07

19 158 Selasa Ny Entin 0.12 0.19 0.92 0.80 0.13 2.17 4.62 0.40 5.53 1.93 4.88 0.95 SOP 22.64 66.93

20 220 Selasa Ny Praptiningsih 0.00 0.57 1.37 1.05 5.70 1.17 6.19 0.25 2.08 0.94 2.10 0.26 SOP 21.68 39.13

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 166: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

21 203 Selasa Ny Sri 0.00 0.39 4.09 1.78 30.31 1.38 0.21 1.21 4.07 4.95 1.30 0.20 SOP 49.88 12.64

22 106 Selasa Ny Lioke 0.23 0.13 3.12 1.24 3.43 1.24 4.20 0.76 0.00 0.19 4.12 0.91 SOP 19.57 16.31

23 135 Selasa Ny Lies 0.00 0.60 0.57 1.70 0.28 0.82 0.70 0.05 1.66 0.50 1.61 0.61 SOP 9.12 19.54

24 185 Selasa Ny Sudini 1.24 0.67 0.53 1.43 8.95 1.25 2.78 3.22 0.61 2.35 0.39 0.59 SOP 24.02 30.60

25 181 Selasa Ny Muhamah 0.30 0.25 2.01 1.04 0.94 1.58 22.33 2.00 11.98 1.69 4.15 0.24 SOP 48.50 6.41

26 206 Selasa Ny St aimah 0.00 0.63 1.55 2.27 0.00 3.26 5.90 1.69 6.20 3.03 5.86 0.73 SOP 31.12 19.60

27 107 Rabu Tn Mirun 0.58 0.45 3.25 0.74 0.74 4.57 14.12 0.46 25.16 1.52 2.79 2.45 SOP 56.83 19.22

28 156 Rabu Ny Surati 0.38 0.49 5.31 0.55 17.24 1.94 16.67 0.58 9.71 0.47 3.26 3.07 SOP 59.66 14.23

29 212 Rabu Tn Ngadiman 0.00 1.07 2.83 2.02 4.11 1.88 24.05 1.98 13.54 2.06 0.60 2.87 SOP 57.02 17.97

30 135 Rabu Tn Hardiansyah 0.00 0.29 12.83 0.81 21.06 1.29 11.43 0.42 3.52 1.26 0.98 0.65 SOP 54.52 69.69

31 187 & 188 Rabu Tn Yohanes & Ny Maria

0.00 0.95 0.72 3.42 23.11 6.23 26.84 1.94 14.30 5.75 0.40 1.16 SOP 84.83 53.91

32 215 Rabu Ny Sawiyem 0.00 0.30 1.26 0.92 2.12 0.35 27.48 0.38 0.21 1.18 0.13 0.42 SOP 34.75 12.30

33 108 Rabu Ny Tumisem 0.00 0.81 2.41 2.15 3.49 1.79 5.22 0.54 25.92 0.65 0.99 3.58 SOP 47.55 61.26

34 154 Rabu Tn Uum/kasidiono 0.00 0.89 0.00 12.20 6.94 5.42 1.07 3.06 14.92 9.25 2.02 0.96 SOP 56.74 50.75

35 138 Rabu Tn Munanto 0.26 0.25 12.71 2.83 21.77 0.76 12.83 0.43 10.28 1.69 0.53 0.84 SOP 65.17

36 109 Rabu Tn Hadi Martoyo 1.42 0.33 6.48 6.52 1.52 5.42 6.77 1.78 23.76 3.84 6.67 0.48 SOP 64.99

37 213 Rabu Ny Ina 1.04 0.08 0.25 0.88 1.56 2.21 0.00 1.01 1.30 1.12 0.00 0.22 SOP 9.65

38 104 Rabu Ny Siti Aminah 0.22 0.25 3.61 0.68 4.24 1.63 7.35 0.47 24.19 2.29 6.75 0.58 SOP 52.28

39 214 Rabu Tn Joko 0.00 1.39 2.43 1.01 4.78 2.17 2.18 1.29 14.38 3.69 0.70 0.15 SOP 34.17

40 140 Rabu Tn Agus 1.05 0.18 17.32 3.03 13.81 1.27 13.59 0.75 12.52 2.10 0.50 1.27 SOP 67.39

41 223 Rabu Tn Musbar 0.13 1.16 1.75 1.44 3.91 1.12 10.83 0.59 13.42 1.83 0.03 4.19 SOP 40.39

42 161 Rabu Ny Kartini 0.00 0.42 0.00 2.65 19.78 0.45 6.07 1.17 17.53 0.37 2.89 1.53 SOP 52.87

43 206 Rabu Ny Lina 0.36 0.58 0.35 1.00 11.27 0.44 3.27 1.58 15.77 1.69 2.99 1.18 SOP 40.49

44 118 Kamis Tn B Budi 0.92 0.33 23.96 2.44 19.76 0.82 31.52 0.74 31.52 1.02 0.67 0.47 SOP 114.19

45 182 Kamis Tn Kemal 2.99 0.58 0.87 3.63 2.05 3.64 29.45 1.69 23.87 7.95 6.29 0.68 SOP 83.70

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 167: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

46 126 Kamis Nn Anita 0.00 0.49 4.59 2.54 6.76 2.47 23.63 0.96 4.14 2.28 3.79 0.59 SOP 52.26

47 191 Kamis Tn Mirta 0.00 2.61 0.90 2.63 11.28 1.42 38.83 1.20 22.40 5.96 1.59 0.46 SOP 89.26

48 121 Kamis Ny Mujiani 0.00 0.80 3.98 0.97 5.77 1.85 23.91 1.80 5.75 1.25 0.13 0.77 SOP 46.99

49 125 Kamis Tn J Soepapto 0.17 0.21 4.81 1.98 4.79 3.20 48.62 0.85 8.78 4.68 2.92 0.73 SOP 81.75

50 162 Kamis Ny Rosmini 1.53 1.08 6.44 0.52 11.55 0.71 36.49 0.24 21.46 1.58 0.74 0.32 SOP 82.65

51 233 Kamis Tn Suparno 0.62 0.38 0.15 1.24 13.48 0.64 12.60 0.75 19.24 1.02 6.02 0.38 SOP 56.52

52 120 Kamis Ny Julaiha 0.20 0.23 19.70 1.36 20.49 0.20 22.03 0.15 11.17 0.71 2.26 0.36 SOP 78.86

53 171 Kamis Ny Oneng R 0.24 0.37 2.15 3.15 7.59 1.42 39.03 3.54 18.95 0.59 6.33 0.12 SOP 83.50

54 124 Kamis Ny murdiah 0.00 0.91 5.10 0.89 0.00 0.41 27.78 0.03 1.10 0.32 5.44 1.26 SOP 43.24

55 184 Kamis Ny Aida 0.00 1.14 0.20 0.75 16.37 0.37 37.63 0.40 26.06 0.77 4.42 1.28 SOP 89.41

56 243 Kamis Ny Supriaty 3.35 0.10 1.71 3.30 3.02 2.73 4.59 2.37 1.89 4.27 6.14 1.00 SOP 34.45

57 119 Kamis Tn Nananng 0.52 0.62 23.13 6.44 15.56 4.03 18.52 3.71 28.40 3.11 2.12 0.32 SOP 106.50

58 126 Jumat Tn Tatang Subari 0.55 0.20 0.36 1.41 0.00 1.07 2.37 1.67 1.78 0.87 0.76 0.42 SOP 11.46

59 102 Jumat Tn Mirta 0.00 0.84 0.19 0.87 1.20 0.14 0.00 0.42 2.14 1.46 2.81 0.73 SOP 10.81

60 109 Jumat Ny Sugimah & Tn Warsimin

0.00 0.51 2.61 1.96 3.73 5.10 2.42 0.98 12.06 3.52 2.33 1.93 SOP 37.15

61 114 Jumat Ny Leli Jamil 0.00 1.40 0.28 0.92 0.52 0.71 0.00 0.29 0.00 2.49 1.75 0.99 SOP 9.35

62 116 Jumat Ny Suprihatin 0.00 0.20 0.00 0.73 0.89 1.13 0.00 0.41 0.00 1.35 0.17 2.82 SOP 7.70

63 207 Jumat Ny Tuty 0.00 3.00 3.51 1.63 3.30 1.73 9.09 1.80 13.04 4.43 4.20 1.85 SOP 47.58

64 90 Jumat Tn M. Soleh 0.33 0.28 5.00 1.14 1.06 1.13 0.59 0.58 1.94 0.40 4.28 0.55 SOP 17.28

65 109 Jumat Ny Murniati 0.00 0.33 0.08 0.94 4.32 0.40 6.54 0.94 7.79 0.63 6.02 0.56 SOP 28.56

66 124 Jumat Tn Yunus S 0.34 0.68 0.86 2.03 0.16 0.43 2.33 0.80 0.00 0.15 1.58 1.22 SOP 10.60

67 107 Jumat Ny Ayuning 0.24 0.30 3.44 0.79 0.24 0.29 0.00 0.49 0.00 1.15 4.07 0.40 SOP 11.40

68 115 Jumat Ny Rita 0.00 0.44 1.05 0.98 0.17 0.94 2.54 0.60 0.00 3.66 0.13 0.17 SOP 10.68

69 95 Jumat Tn M Saman 0.00 0.63 0.39 0.81 0.22 1.67 0.00 0.32 1.00 1.63 1.58 0.59 SOP 8.83

70 117 Jumat Ny Daryati 0.00 0.57 1.20 0.65 0.00 0.34 0.00 0.68 0.00 0.50 0.90 0.44 SOP 5.28

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 168: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

71 119 Jumat Tn Achmad 0.00 0.37 0.65 1.26 0.91 0.97 0.00 0.70 0.00 0.83 0.54 0.73 SOP 6.95

MEAN 0.33 0.61 3.56 1.79 6.88 1.53 10.96 1.05 9.32 2.07 2.30 0.96 41.36 38.52

MEDIAN 0.00 0.49 1.86 1.26 3.96 1.13 6.07 0.80 6.20 1.36 1.70 0.73 39.60 34.17

ST DEV 0.72 0.50 5.13 1.70 7.39 1.36 12.06 0.82 8.89 1.84 2.06 0.84 26.98 25.42

MIN 0.00 0.06 0.00 0.52 0.00 0.09 0.00 0.03 0.00 0.15 0.00 0.12 5.28 5.28

MAX 3.39 3.00 23.96 12.20 30.31 6.23 48.62 3.71 31.52 9.25 7.57 4.19 114.19 114.19

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 169: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

Lampiran 4. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan yang Tidak Sesuai SOP

di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011

NO NO

RESEP HARI Nama Pasien

PENOMORAN VERIFIKASI ETIKET DISPENSING PENGECEKAN SERAH

Keteran

g-an Total

Total

sampai

dipang

gil delay Proses delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses

1 218 Senin

Nn Adinda nur

Safira 0.00 0.61 0.00 1.09 4.03 0.29 0.00 1.44 0.00 0.09 0.80 300.13 non SOP 308.47 8.35

2 149 Senin Ny Suyati 0.00 0.64 2.00 1.18 6.08 1.02 1.74 0.57 19.81 1.63 16.09 57.00 non SOP 107.75 50.75

3 235 Senin Ny Maria 0.00 1.06 0.00 2.32 0.00 1.53 0.39 1.73 0.00 0.65 4.96 0.00 non SOP 12.64 12.64

4 182 Senin Ny Sumiyem 0.00 0.37 3.76 1.57 1.58 6.74 2.21 11.58 1.96 5.88 4.40 0.42 non SOP 40.48 40.06

5 209 Selasa Tn Nurdin 1.38 0.63 0.00 0.76 7.99 1.67 0.00 0.30 0.00 0.16 3.42 35.00 non SOP 51.31 16.31

6 216 Selasa Ny Sudarmila 0.02 0.37 1.07 2.17 0.39 3.57 1.49 1.34 5.23 3.56 0.33 27.00 non SOP 46.54 19.54

7 111 Selasa Ny Basari 0.00 0.27 2.20 1.15 2.10 1.39 3.65 0.78 2.29 1.10 3.04 120.00 non SOP 137.97 17.97

8 192 Selasa Ny Rustini & Tn Sutono 0.00 1.47 0.47 4.92 0.19 7.24 2.29 3.20 2.63 6.02 1.67 191.00 non SOP 221.09 30.09

9 214 Selasa

Tn Asra

Alimansyah 0.00 0.31 0.60 3.62 0.61 2.90 0.32 2.85 1.29 6.64 3.93 1406.00 non SOP 1429.07 23.07

10 189 Selasa Ny Suhaeni 0.00 0.62 0.63 1.74 0.00 0.54 11.39 0.25 29.13 0.81 2.20 1140.35 non SOP 1187.65 47.30

11 214/215 Selasa

Tn

Buchori/Rosmani 0.00 0.97 3.06 3.19 14.12 2.62 3.50 3.51 5.92 6.24 1.55 1020.52 non SOP 1065.20 44.69

12 107 Selasa Ny Siti Hainah 0.17 0.10 1.91 2.61 1.82 1.05 1.96 2.26 2.43 2.04 3.25 19.00 non SOP 38.60 19.60

13 133 Selasa Tn M Kaligis 1.76 0.16 4.22 0.54 17.43 1.37 23.24 1.87 3.58 0.89 6.22 240.00 non SOP 301.26 61.26

14 186 Selasa

Ny Rinding

Simanjuntak 0.00 0.32 2.47 2.00 0.94 3.28 23.98 1.34 11.13 2.67 0.11 155.00 non SOP 203.23 48.23

15 171 Rabu

Tn Sumantri

Anggadi 0.00 0.60 1.37 0.86 9.59 0.84 0.00 0.63 0.00 0.87 0.00 0.72 non SOP 15.48 14.76

16 189 Rabu

Ny Mira

Sumirah 0.43 0.37 10.23 10.23 16.10 1.00 0.61 1.44 23.21 1.05 2.25 1.08 non SOP 68.01 66.93

17 197 Rabu Tn Djuwito 0.00 0.13 2.26 1.49 19.42 0.84 28.16 0.72 0.00 0.89 0.00 0.50 non SOP 54.41 53.91

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 170: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

18 145 Rabu Tn Nasir 0.00 0.47 15.01 0.75 17.64 0.74 14.92 0.59 15.14 0.73 2.32 1260.10 non SOP 1328.41 68.31

19 171 Rabu

Ny Titi & Tn

Sanusi 0.35 0.59 0.23 2.79 2.49 4.35 4.89 1.56 0.68 5.72 0.07 0.17 non SOP 23.88 23.71

20 194 Rabu Ny Martini 0.80 0.74 1.38 2.10 2.83 3.14 5.83 2.04 0.00 4.94 0.11 0.20 non SOP 24.10 23.91

21 183 Rabu Ny Icha 1.87 0.41 4.11 1.22 3.85 1.00 32.24 0.43 22.28 0.69 2.29 1361.00 non SOP 1431.38 70.38

22 181 Kamis

Tn

Simanungkait 0.00 0.24 4.25 0.90 14.55 2.40 37.85 0.84 25.78 1.92 4.67 1200.85 non SOP 1294.24 93.40

23 87 Kamis Tn Suprapto 0.26 0.21 3.35 2.77 2.56 4.09 0.36 0.57 2.11 1.81 0.91 180.49 non SOP 199.50 19.01

24 128 Kamis Tn Armadi 0.85 0.31 4.64 1.10 9.03 0.39 1.28 0.38 6.76 1.28 0.70 0.43 non SOP 27.16 26.73

25 199 Kamis Ny Murti Riyanti 0.55 0.23 10.60 1.81 18.46 0.90 2.24 0.24 1.99 0.19 1.92 1.00 non SOP 40.13 39.13

26 83 Jumat Ny Djubaedah 0.40 0.11 6.84 0.60 1.91 0.43 3.31 0.15 3.00 0.50 1.96 135.00 non SOP 154.22 19.22

27 98 Jumat Tn Supardi 0.21 0.28 1.00 0.37 3.53 1.12 2.88 1.81 0.60 0.29 2.14 190.00 non SOP 204.23 14.23

28 97 Jumat Ny Siti Aisyah 0.81 0.20 0.10 1.85 0.57 2.40 0.11 3.37 0.00 3.73 3.94 0.83 non SOP 17.90 17.07

29 101 Jumat Ny Nina 0.83 0.92 0.36 0.52 0.16 0.55 1.39 0.00 0.00 0.52 1.15 1.59 non SOP 8.00 6.41

30 123 Jumat

Nn Federika

Saudale 0.00 0.36 1.09 1.35 0.00 2.56 0.00 0.95 3.03 0.94 2.03 1380.00 non SOP 1392.30 12.30

31 93 Jumat Tn Abdul Muis 0.00 9.66 0.76 5.46 4.19 4.17 0.52 2.84 4.38 4.26 5.27 1550.00 non SOP 1591.52 41.52

32 91 Jumat Ny eem 0.00 0.61 4.34 2.20 1.65 2.06 0.44 0.38 2.69 3.00 0.73 12.44 non SOP 30.53 18.09

33 100 Jumat Tn subroto 0.40 1.10 3.84 2.06 0.62 0.83 1.09 11.33 0.00 0.89 1.38 34.00 non SOP 57.54 23.54

34 116 Jumat Ny Dyan 0.73 0.28 0.25 2.09 0.16 1.30 1.57 0.49 8.50 2.43 12.79 35.00 non SOP 65.60 30.60

MEAN 0.40 0.78 3.42 2.16 6.32 1.80 7.85 1.65 6.68 2.15 2.46 435.63 471.29 35.66

MEDIAN 0.24 0.34 2.37 1.83 2.69 1.21 2.10 0.89 2.85 1.17 1.99 85.00 111.12 25.32

ST DEV 0.52 1.83 3.67 2.00 6.98 1.25 11.38 2.23 8.87 1.94 2.69 591.45 601.05 22.31

MIN 0.00 0.10 0.10 0.37 0.00 0.39 0.00 0.00 0.00 0.19 0.00 0.17 8.00 6.41

MAX 1.87 9.66 15.01 10.23 19.42 4.35 37.85 11.33 29.13 6.64 12.79 1550.00 1591.52 93.40

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 171: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

Lampiran 5. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Racikan yang Sesuai SOP

di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011

N

O NO

RESEP HARI

NAMA

PASIEN

PENOMORA

N VERIFIKASI ETIKET RACIK PERIKSA SERAH

Kete-

rangan TOTAL

Non

SOP dela

y Proses delay proses delay proses delay

ambil

obat proses delay proses delay proses

2 161 Selasa Ny Ani 0.36 0.34 1.89 1.55 1.06 1.15 4.07 4.12 22.74 0.00 0.74 0.17 0.61 SOP 38.81 38.19

4 146 Selasa Ny Esra 0.00 0.08 2.52 1.81 20.99 1.20 28.34 4.90 10.19 0.63 10.35 7.78 0.41 SOP 89.21 88.80

5 157 Rabu Ny Sukimi 0.87 0.34 5.49 24.63 12.50 2.39 7.72 7.30 9.64 1.05 8.15 1.11 0.39 SOP 81.59

6 199 Rabu Tn leonardus 0.00 0.23 1.22 2.37 15.02 1.26 6.04 1.81 2.47 0.44 1.74 0.88 0.81 SOP 34.29

7 115 Rabu Ny Anne M 0.00 0.45 3.57 2.08 0.75 0.70 8.08 4.03 10.47 11.61 1.70 0.92 0.81 SOP 45.17

3 159 Rabu

Ny Hj.

Sumiyati 0.00 0.28 12.78 3.36 18.22 1.89 14.90 6.58 5.98 14.63 5.62 2.26 0.40 SOP 86.90 86.50

1 136 Kamis

Tn Pandi B

Sumadi 0.40 6.19 13.88 3.21 21.18 1.19 42.09 6.06 11.55 1.64 1.19 7.43 0.94 SOP 116.97 116.02

MEAN 0.25 0.29 2.94 6.49 10.06 1.34 10.85 4.43 11.10 2.75 4.54 2.17 0.61 57.81 59.44

MEDIAN 0.00 0.34 2.52 2.08 12.50 1.20 7.72 4.12 10.19 0.63 1.74 0.92 0.61 45.17 45.17

ST DEV 0.38 0.14 1.67 10.15 8.91 0.63 9.90 1.97 7.30 4.97 4.39 3.15 0.21 25.62 25.66

MIN 0.00 0.08 1.22 1.55 0.75 0.70 4.07 1.81 2.47 0.00 0.74 0.17 0.39 34.29 34.29

MAX 0.87 0.45 5.49 24.63 20.99 2.39 28.34 7.30 22.74 11.61 10.35 7.78 0.81 89.21 89.21

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 172: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

Lampiran 6. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Racikan yang Tidak Sesuai SOP

di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto Tanggal 17 – 28 Oktober 2011

NO RESEP

HARI NAMA PASIEN

PENOMORAN VERIFIKASI ETIKET RACIK PERIKSA SERAH

KETERANGAN total

Total sampai

dipanggil

delay proses delay proses delay proses delay ambil obat proses delay proses delay proses

146 Selasa Tn Barimin 0.00 0.39 0.27 6.36 0.40 1.39 3.38 6.62 8.48 2.58 0.63 0.00 240.21

non SOP 270.70 30.49

143 Selasa Ny Danu Purwati 0.39 0.19 4.04 4.21 18.98 1.32 18.59 2.33 9.34 0.00 2.45 0.08 1200.14

non SOP 1262.06 61.91

183 Selasa Ny Federika 0.17 0.35 1.79 0.99 10.68 0.28 5.17 0.44 12.19 0.00 0.44 2.85 7.00

non SOP 42.35 35.35

106 Jumat Ny Yuli 0.00 0.28 3.77 3.37 0.22 1.67 21.92 2.79 10.26 1.46 0.89 1.44 33.00

non SOP 81.06 48.06

MEAN

0.14 0.30 2.47 3.73 7.57 1.16 12.27 3.04 10.06 1.01 1.10 1.09 370.09

414.04 43.95

MEDIAN

0.09 0.32 2.78 3.79 5.54 1.35 11.88 2.56 9.80 0.73 0.76 0.76 136.60

175.88 41.70

ST DEV

0.18 0.09 1.78 2.22 9.04 0.61 9.36 2.59 1.59 1.25 0.92 1.34 563.12

574.08 14.08

MIN

0.00 0.19 0.27 0.99 0.22 0.28 3.38 0.44 8.48 0.00 0.44 0.00 7.00

42.35 30.49

MAX

0.39 0.39 4.04 6.36 18.98 1.67 21.92 6.62 12.19 2.58 2.45 2.85 1200.14

1262.06 61.91

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 173: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

Lampiran 7. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan yang Memerlukan Protokol Terapi

di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto tanggal 17 – 28 Oktober 2011

NO NO RESEP HARI Nama Pasien

PENOMORAN VERIFIKASI ETIKET DISPENSING PENGECEKAN SERAH

Keterangan Total delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses

7 144 Selasa Ny Somauli 0.00 0.77 4.88 17.56 4.17 1.33 3.92 1.24 5.92 1.87 0.76 0.80 protokol 43.20

8 132 Selasa Ny Harta 0.58 0.16 1.23 11.26 16.08 0.68 16.83 1.43 3.92 1.11 2.66 0.39 protokol 56.34

3 122 Selasa Tn Heri Ngadini 0.00 0.12 0.34 14.00 0.18 1.45 0.00 0.40 0.29 2.21 0.65 0.97 protokol 20.60

4 207 Kamis Anastasia Sunarti 0.00 1.03 1.86 7.79 3.84 0.72 15.79 1.40 28.85 2.73 1.04 0.67 protokol 65.69

1 121 Kamis Tn Suwito 0.83 0.33 19.83 6.20 17.80 2.09 19.27 0.35 26.80 1.32 0.00 0.72 protokol 95.53

2 184 Jumat Ny Kaminten 0.00 0.63 2.45 0.70 4.06 0.59 31.51 1.15 21.73 0.73 9.61 0.33 protokol 73.51

5 108 Jumat Ny Tati Maryati 0.28 0.14 6.19 8.55 1.45 2.38 1.05 2.38 7.38 5.72 1.19 0.63 protokol 37.34

6 119 Jumat Tn Joni 0.00 0.41 2.04 5.05 0.62 1.42 2.28 1.69 0.00 2.79 7.28 0.93 protokol 24.49

MEAN 0.19 0.44 5.45 7.05 4.66 1.44 11.65 1.23 14.17 2.58 3.29 0.71 52.86

MEDIAN 0.00 0.37 2.25 6.99 2.64 1.43 9.03 1.28 14.56 2.47 1.11 0.69 51.52

ST DEV 0.33 0.34 7.31 4.38 6.64 0.71 12.69 0.78 13.20 1.74 4.08 0.23 29.99

MIN 0.00 0.12 0.34 0.70 0.18 0.59 0.00 0.35 0.00 0.73 0.00 0.33 20.60

MAX 0.83 1.03 19.83 14.00 17.80 2.38 31.51 2.38 28.85 5.72 9.61 0.97 95.53

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 174: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

Lampiran 8. Data Waktu Tunggu Pelayanan Resep Non Racikan Per Hari

di Yanmasum Farmasi Askes RSPAD Gatot Soebroto tanggal 17 – 28 Oktober 2011

NO NO RESEP HARI Nama Pasien

PENOMORAN VERIFIKASI ETIKET DISPENSING PENGECEKAN SERAH

Keterangan Total delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses

1 148 Senin Ny Epon 0.00 0.53 2.01 1.85 7.50 2.09 9.50 1.67 19.89 4.07 2.03 1.04 SOP 52.17

2 193 Senin Ny Dolly 0.00 0.42 3.92 0.96 3.96 0.09 7.91 1.21 15.59 0.36 0.67 1.61 SOP 36.70

3 222 Senin Tn Endang 0.00 0.62 0.38 2.79 0.00 1.48 0.77 0.93 3.04 2.22 0.44 0.86 SOP 13.51

4 208 Senin Ny Masitoh 0.00 0.63 2.75 0.75 7.88 0.63 1.52 1.40 3.83 1.16 1.12 0.80 SOP 22.47

5 145 Senin Ny Tuti 0.00 0.31 0.80 0.56 14.90 0.48 19.99 1.02 8.32 0.55 1.70 0.19 SOP 48.81

6 124 Senin Ny Supartini 0.00 0.50 11.77 1.54 22.45 0.64 16.36 0.47 8.59 2.10 0.45 1.23 SOP 66.10

7 177 Senin Ny Amsiyah 0.00 0.91 0.72 3.12 3.62 2.00 10.34 2.04 0.51 5.00 2.07 0.50 SOP 30.84

8 205 Senin Ny Sofia 0.00 0.68 2.86 0.96 2.58 1.02 5.88 0.34 2.78 1.26 1.83 0.21 SOP 20.41

9 179 Senin Ny Saroha 0.00 0.34 0.58 0.82 4.09 0.70 1.32 2.18 1.72 1.27 0.61 0.43 SOP 14.07

10 218 Senin Nn Adinda nur Safira 0.00 0.61 0.00 1.09 4.03 0.29 0.00 1.44 0.00 0.09 0.80 0.00 non SOP 8.35

11 149 Senin Ny Suyati 0.00 0.64 2.00 1.18 6.08 1.02 1.74 0.57 19.81 1.63 16.09 0.00 non SOP 50.75

12 235 Senin Ny Maria 0.00 1.06 0.00 2.32 0.00 1.53 0.39 1.73 0.00 0.65 4.96 0.00 non SOP 12.64

13 182 Senin Ny Sumiyem 0.00 0.37 3.76 1.57 1.58 6.74 2.21 11.58 1.96 5.88 4.40 0.00 non SOP 40.06

MEAN 0.00 0.59 2.43 1.50 6.05 1.44 5.99 2.04 6.62 2.02 2.86 0.76

32.07

MEDIAN 0.00 0.61 2.00 1.18 4.03 1.02 2.21 1.40 3.04 1.27 1.70 0.80

30.84

ST DEV 0.00 0.22 3.12 0.81 6.30 1.71 6.50 2.92 7.32 1.84 4.23 0.48

18.52

MIN 0.00 0.31 0.00 0.56 0.00 0.09 0.00 0.34 0.00 0.09 0.44 0.19

8.35

MAX 0.00 1.06 11.77 3.12 22.45 6.74 19.99 11.58 19.89 5.88 16.09 1.61

66.10

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 175: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

NO NO RESEP HARI Nama Pasien

PENOMORAN VERIFIKASI ETIKET DISPENSING PENGECEKAN SERAH

Keterangan Total delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses

1 211 Selasa Ny Siti Hindun

0.00 1.44 0.34 1.90 2.51 2.34 0.53 1.79 5.17 5.01 0.00 0.80 SOP 21.82

2 130 Selasa Ny Ellisabeth

0.00 0.38 7.04 0.79 17.48 0.52 22.77 1.04 8.02 0.48 2.67 0.63 SOP 61.82

3 185 Selasa Ny Sukiyati

0.00 0.36 2.99 1.78 6.28 0.89 14.38 0.57 25.48 1.36 2.15 2.90 SOP 59.16

4 212 Selasa Tn KJ Sihombing

0.91 1.21 4.38 1.34 16.61 0.24 2.51 0.57 9.18 0.90 1.22 0.54 SOP 39.60

5 159 Selasa Tn Hasbullah

0.00 0.32 1.86 0.63 1.22 1.31 1.87 0.91 5.89 1.25 0.75 0.88 SOP 16.90

6 166 Selasa Ny Saripah

3.39 0.35 2.92 1.41 2.92 0.69 2.91 0.04 0.26 1.18 0.92 0.89 SOP 17.88

7 124 Selasa Tn Amiludin

0.00 0.06 1.79 0.92 4.70 0.58 0.08 0.33 2.57 0.64 7.57 1.30 SOP 20.55

8 133 Selasa Ny Husma

0.00 0.48 0.47 1.60 1.99 1.10 1.01 0.81 3.41 2.17 0.33 0.46 SOP 13.84

9 148 Selasa Ny Widiastuti

0.00 0.53 0.35 0.93 1.60 0.31 1.24 0.27 0.30 0.98 0.29 0.72 SOP 7.52

10 158 Selasa Ny Entin

0.12 0.19 0.92 0.80 0.13 2.17 4.62 0.40 5.53 1.93 4.88 0.95 SOP 22.64

11 220 Selasa Ny Praptiningsih

0.00 0.57 1.37 1.05 5.70 1.17 6.19 0.25 2.08 0.94 2.10 0.26 SOP 21.68

12 203 Selasa Ny Sri

0.00 0.39 4.09 1.78 30.31 1.38 0.21 1.21 4.07 4.95 1.30 0.20 SOP 49.88

13 106 Selasa Ny Lioke

0.23 0.13 3.12 1.24 3.43 1.24 4.20 0.76 0.00 0.19 4.12 0.91 SOP 19.57

14 135 Selasa Ny Lies

0.00 0.60 0.57 1.70 0.28 0.82 0.70 0.05 1.66 0.50 1.61 0.61 SOP 9.12

15 185 Selasa Ny Sudini

1.24 0.67 0.53 1.43 8.95 1.25 2.78 3.22 0.61 2.35 0.39 0.59 SOP 24.02

16 181 Selasa Ny Muhamah

0.30 0.25 2.01 1.04 0.94 1.58 22.33 2.00 11.98 1.69 4.15 0.24 SOP 48.50

17 206 Selasa Ny St aimah

0.00 0.63 1.55 2.27 0.00 3.26 5.90 1.69 6.20 3.03 5.86 0.73 SOP 31.12

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 176: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

18 209 Selasa Tn Nurdin

1.38 0.63 0.00 0.76 7.99 1.67 0.00 0.30 0.00 0.16 3.42 0.00 non SOP 16.31

19 216 Selasa Ny Sudarmila

0.02 0.37 1.07 2.17 0.39 3.57 1.49 1.34 5.23 3.56 0.33 0.00 non SOP 19.54

20 111 Selasa Ny Basari

0.00 0.27 2.20 1.15 2.10 1.39 3.65 0.78 2.29 1.10 3.04 0.00 non SOP 17.97

21 192 Selasa Ny Rustini & Tn Sutono

0.00 1.47 0.47 4.92 0.19 7.24 2.29 3.20 2.63 6.02 1.67 0.00 non SOP 30.09

22 214 Selasa Tn Asra Alimansyah

0.00 0.31 0.60 3.62 0.61 2.90 0.32 2.85 1.29 6.64 3.93 0.00 non SOP 23.07

23 189 Selasa Ny Suhaeni

0.00 0.62 0.63 1.74 0.00 0.54 11.39 0.25 29.13 0.81 2.20 0.00 non SOP 47.30

24 214/215 Selasa Tn Buchori/Rosmani

0.00 0.97 3.06 3.19 14.12 2.62 3.50 3.51 5.92 6.24 1.55 0.00 non SOP 44.69

25 107 Selasa Ny Siti Hainah

0.17 0.10 1.91 2.61 1.82 1.05 1.96 2.26 2.43 2.04 3.25 0.00 non SOP 19.60

26 133 Selasa Tn M Kaligis

1.76 0.16 4.22 0.54 17.43 1.37 23.24 1.87 3.58 0.89 6.22 0.00 non SOP 61.26

27 186 Selasa Ny Rinding Simanjuntak

0.00 0.32 2.47 2.00 0.94 3.28 23.98 1.34 11.13 2.67 0.11 0.00 non SOP 48.23

MEAN

0.35 0.51 1.96 1.68 5.58 1.72 6.15 1.24 5.78 2.21 2.45 0.80

30.14

MEDIAN

0.00 0.38 1.79 1.43 2.10 1.31 2.78 0.91 3.58 1.36 2.10 0.72

22.64

ST DEV

0.78 0.37 1.64 0.99 7.46 1.45 7.91 1.04 7.02 1.94 2.04 0.61

16.48

MIN

0.00 0.06 0.00 0.54 0.00 0.24 0.00 0.04 0.00 0.16 0.00 0.20

7.52

MAX

3.39 1.47 7.04 4.92 30.31 7.24 23.98 3.51 29.13 6.64 7.57 2.90

61.82

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 177: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

NO NO RESEP HARI Nama Pasien

PENOMORAN VERIFIKASI ETIKET DISPENSING PENGECEKAN SERAH

Keterangan Total delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses

1 107 Rabu Tn Mirun 0.58 0.45 3.25 0.74 0.74 4.57 14.12 0.46 25.16 1.48 2.79 2.45 SOP 56.83

2 156 Rabu Ny Surati 0.38 0.49 5.31 0.55 17.24 1.94 16.67 0.58 9.71 0.45 3.26 3.07 SOP 59.66

3 212 Rabu Tn Ngadiman 0.00 1.07 2.83 2.02 4.11 1.88 24.05 1.98 13.54 2.00 0.60 2.87 SOP 57.02

4 135 Rabu Tn Hardiansyah 0.00 0.29 12.83 0.81 21.06 1.29 11.43 0.42 3.52 1.21 0.98 0.65 SOP 54.52

5 187 & 188 Rabu Tn Yohanes & Ny Maria 0.00 0.95 0.72 3.42 23.11 6.23 26.84 1.94 14.30 5.57 0.40 1.16 SOP 84.83

6 215 Rabu Ny Sawiyem 0.00 0.30 1.26 0.92 2.12 0.35 27.48 0.38 0.21 1.15 0.13 0.42 SOP 34.75

7 108 Rabu Ny Tumisem 0.00 0.81 2.41 2.15 3.49 1.79 5.22 0.54 25.92 0.63 0.99 3.58 SOP 47.55

8 154 Rabu Tn Uum/kasidiono 0.00 0.89 0.00 12.20 6.94 5.42 1.07 3.06 14.92 8.95 2.02 0.96 SOP 56.74

9 138 Rabu Tn Munanto 0.26 0.25 12.71 2.83 21.77 0.76 12.83 0.43 10.28 1.64 0.53 0.84 SOP 65.17

10 109 Rabu Tn Hadi Martoyo 1.42 0.33 6.48 6.52 1.52 5.42 6.77 1.78 23.76 3.71 6.67 0.48 SOP 64.99

11 213 Rabu Ny Ina 1.04 0.08 0.25 0.88 1.56 2.21 0.00 1.01 1.30 1.08 0.00 0.22 SOP 9.65

12 104 Rabu Ny Siti Aminah 0.22 0.25 3.61 0.68 4.24 1.63 7.35 0.47 24.19 2.22 6.75 0.58 SOP 52.28

13 214 Rabu Tn Joko 0.00 1.39 2.43 1.01 4.78 2.17 2.18 1.29 14.38 3.57 0.70 0.15 SOP 34.17

14 140 Rabu Tn Agus 1.05 0.18 17.32 3.03 13.81 1.27 13.59 0.75 12.52 2.03 0.50 1.27 SOP 67.39

15 223 Rabu Tn Musbar 0.13 1.16 1.75 1.44 3.91 1.12 10.83 0.59 13.42 1.77 0.03 4.19 SOP 40.39

16 161 Rabu Ny Kartini 0.00 0.42 0.00 2.65 19.78 0.45 6.07 1.17 17.53 0.36 2.89 1.53 SOP 52.87

17 206 Rabu Ny Lina 0.36 0.58 0.35 1.00 11.27 0.44 3.27 1.58 15.77 1.64 2.99 1.18 SOP 40.49

18 171 Rabu Tn Sumantri Anggadi 0.00 0.60 1.37 0.86 9.59 0.84 0.00 0.63 0.00 0.84 0.00 0.00 non SOP 14.76

19 189 Rabu Ny Mira Sumirah 0.43 0.37 10.23 10.23 16.10 1.00 0.61 1.44 23.21 1.02 2.25 0.00 non SOP 66.93

20 197 Rabu Tn Djuwito 0.00 0.13 2.26 1.49 19.42 0.84 28.16 0.72 0.00 0.86 0.00 0.00 non SOP 53.91

21 145 Rabu Tn Nasir 0.00 0.47 15.01 0.75 17.64 0.74 14.92 0.59 15.14 0.71 2.32 0.00 non SOP 68.31

22 171 Rabu Ny Titi & Tn Sanusi 0.35 0.59 0.23 2.79 2.49 4.35 4.89 1.56 0.68 5.53 0.07 0.00 non SOP 23.71

23 194 Rabu Ny Martini 0.80 0.74 1.38 2.10 2.83 3.14 5.83 2.04 0.00 4.78 0.11 0.00 non SOP 23.91

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 178: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

24 183 Rabu Ny Icha 1.87 0.41 4.11 1.22 3.85 1.00 32.24 0.43 22.28 0.67 2.29 0.00 non SOP 70.38

MEAN 0.37 0.55 4.50 2.60 9.72 2.12 11.52 1.08 12.57 2.24 1.64 1.51 50.05

MEDIAN 0.18 0.46 2.42 1.47 5.86 1.46 9.09 0.73 13.92 1.56 0.84 1.16 54.21

ST DEV 0.51 0.34 5.17 2.98 7.80 1.77 9.86 0.71 8.97 2.11 1.92 1.25 18.89

MIN 0.00 0.08 0.00 0.55 0.74 0.35 0.00 0.38 0.00 0.36 0.00 0.15 9.65

MAX

1.87 1.39 17.32 12.20 23.11 6.23 32.24 3.06 25.92 8.95 6.75 4.19 84.83

NO NO RESEP HARI Nama Pasien

PENOMORAN VERIFIKASI ETIKET DISPENSING PENGECEKAN SERAH

Keterangan Total delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses

1 118 Kamis Tn B Budi 0.92 0.33 23.96 2.44 19.76 1.88 31.52 0.74 31.52 1.02 0.67 0.47 SOP 114.19

2 182 Kamis Tn Kemal 2.99 0.58 0.87 3.63 2.05 1.29 29.45 1.69 23.87 7.95 6.29 0.68 SOP 83.70

3 126 Kamis Nn Anita 0.00 0.49 4.59 2.54 6.76 6.23 23.63 0.96 4.14 2.28 3.79 0.59 SOP 52.26

4 191 Kamis Tn Mirta 0.00 2.61 0.90 2.63 11.28 0.35 38.83 1.20 22.40 5.96 1.59 0.46 SOP 89.26

5 121 Kamis Ny Mujiani 0.00 0.80 3.98 0.97 5.77 1.79 23.91 1.80 5.75 1.25 0.13 0.77 SOP 46.99

6 125 Kamis Tn J Soepapto 0.17 0.21 4.81 1.98 4.79 5.42 48.62 0.85 8.78 4.68 2.92 0.73 SOP 81.75

7 162 Kamis Ny Rosmini 1.53 1.08 6.44 0.52 11.55 0.76 36.49 0.24 21.46 1.58 0.74 0.32 SOP 82.65

8 233 Kamis Tn Suparno 0.62 0.38 0.15 1.24 13.48 5.42 12.60 0.75 19.24 1.02 6.02 0.38 SOP 56.52

9 120 Kamis Ny Julaiha 0.20 0.23 19.70 1.36 20.49 2.21 22.03 0.15 11.17 0.71 2.26 0.36 SOP 78.86

10 171 Kamis Ny Oneng R 0.24 0.37 2.15 3.15 7.59 1.63 39.03 3.54 18.95 0.59 6.33 0.12 SOP 83.50

11 124 Kamis Ny murdiah 0.00 0.91 5.10 0.89 0.00 2.17 27.78 0.03 1.10 0.32 5.44 1.26 SOP 43.24

12 184 Kamis Ny Aida 0.00 1.14 0.20 0.75 16.37 1.27 37.63 0.40 26.06 0.77 4.42 1.28 SOP 89.41

13 243 Kamis Ny Supriaty 3.35 0.10 1.71 3.30 3.02 1.12 4.59 2.37 1.89 4.27 6.14 1.00 SOP 34.45

14 119 Kamis Tn Nananng 0.52 0.62 23.13 6.44 15.56 0.45 18.52 3.71 28.40 3.11 2.12 0.32 SOP 106.50

15 181 Kamis Tn Simanungkait 0.00 0.24 4.25 0.90 14.55 0.44 37.85 0.84 25.78 1.92 4.67 0.00 non SOP 93.40

16 87 Kamis Tn Suprapto 0.26 0.21 3.35 2.77 2.56 0.84 0.36 0.57 2.11 1.81 0.91 0.00 non SOP 19.01

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 179: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

17 128 Kamis Tn Armadi 0.85 0.31 4.64 1.10 9.03 1.00 1.28 0.38 6.76 1.28 0.70 0.00 non SOP 26.73

18 199 Kamis Ny Murti Riyanti 0.55 0.23 10.60 1.81 18.46 0.84 2.24 0.24 1.99 0.19 1.92 0.00 non SOP 39.13

MEAN 0.68 0.60 6.70 2.13 10.17 0.74 24.24 1.14 14.52 2.26 3.17 0.63 67.86

MEDIAN 0.25 0.38 4.42 1.89 10.15 4.35 25.85 0.79 15.06 1.43 2.59 0.53 80.31

ST DEV 1.00 0.59 7.63 1.45 6.48 3.14 14.90 1.10 10.63 2.14 2.23 0.35 28.36

MIN 0.00 0.10 0.15 0.52 0.00 1.00 0.36 0.03 1.10 0.19 0.13 0.12 19.01

MAX 3.35 2.61 23.96 6.44 20.49 2.12 48.62 3.71 31.52 7.95 6.33 1.28 114.19

NO NO RESEP HARI Nama Pasien

PENOMORAN VERIFIKASI ETIKET DISPENSING PENGECEKAN SERAH

Keterangan Total delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses delay proses

1 126 Jumat Tn Tatang Subari 0.55 0.20 0.36 1.41 0.00 1.07 2.37 1.67 1.78 0.87 0.76 0.42 SOP 11.46

2 102 Jumat Tn Mirta 0.00 0.84 0.19 0.87 1.20 0.14 0.00 0.42 2.14 1.46 2.81 0.73 SOP 10.81

3 109 Jumat Ny Sugimah & Tn Warsimin

0.00 0.51 2.61 1.96 3.73 5.10 2.42 0.98 12.06 3.52 2.33 1.93 SOP 37.15

4 114 Jumat Ny Leli Jamil 0.00 1.40 0.28 0.92 0.52 0.71 0.00 0.29 0.00 2.49 1.75 0.99 SOP 9.35

5 116 Jumat Ny Suprihatin 0.00 0.20 0.00 0.73 0.89 1.13 0.00 0.41 0.00 1.35 0.17 2.82 SOP 7.70

6 207 Jumat Ny Tuty 0.00 3.00 3.51 1.63 3.30 1.73 9.09 1.80 13.04 4.43 4.20 1.85 SOP 47.58

7 90 Jumat Tn M. Soleh 0.33 0.28 5.00 1.14 1.06 1.13 0.59 0.58 1.94 0.40 4.28 0.55 SOP 17.28

8 109 Jumat Ny Murniati 0.00 0.33 0.08 0.94 4.32 0.40 6.54 0.94 7.79 0.63 6.02 0.56 SOP 28.56

9 124 Jumat Tn Yunus S 0.34 0.68 0.86 2.03 0.16 0.43 2.33 0.00 0.00 0.15 1.58 1.22 SOP 9.80

10 107 Jumat Ny Ayuning 0.24 0.30 3.44 0.79 0.24 0.00 0.00 0.00 0.00 1.15 4.07 0.40 SOP 10.63

11 115 Jumat Ny Rita 0.00 0.44 1.05 0.98 0.17 0.94 2.54 0.00 0.00 3.66 0.13 0.17 SOP 10.08

12 95 Jumat Tn M Saman 0.00 0.63 0.39 0.81 0.22 1.67 0.00 0.32 1.00 1.63 1.58 0.59 SOP 8.83

13 117 Jumat Ny Daryati 0.00 0.57 1.20 0.65 0.00 0.34 0.00 0.68 0.00 0.00 0.90 0.44 SOP 4.78

14 119 Jumat Tn Achmad 0.00 0.37 0.65 1.26 0.91 0.97 0.00 0.70 0.00 0.83 0.54 0.73 SOP 6.95

15 83 Jumat Ny Djubaedah 0.40 0.11 6.84 0.60 1.91 0.43 3.31 0.15 3.00 0.50 1.96 0.00 non SOP 19.22

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011

Page 180: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20361196-PR-Wildyanti Puspitasari... · Struktur Organisasi Bagian Rendal Ada Bekkes………… 109

16 98 Jumat Tn Supardi 0.21 0.28 1.00 0.37 3.53 1.12 2.88 1.81 0.60 0.29 2.14 0.00 non SOP 14.23

17 97 Jumat Ny Siti Aisyah 0.81 0.20 0.10 1.85 0.57 2.40 0.11 3.37 0.00 3.73 3.94 0.00 non SOP 17.07

18 101 Jumat Ny Nina 0.83 0.92 0.36 0.52 0.16 0.55 1.39 0.00 0.00 0.52 1.15 0.00 non SOP 6.41

19 123 Jumat Nn Federika Saudale 0.00 0.36 1.09 1.35 0.00 2.56 0.00 0.95 3.03 0.94 2.03 0.00 non SOP 12.30

20 93 Jumat Tn Abdul Muis 0.00 9.66 0.76 5.46 4.19 4.17 0.52 2.84 4.38 4.26 5.27 0.00 non SOP 41.52

21 91 Jumat Ny eem 0.00 0.61 4.34 2.20 1.65 2.06 0.44 0.38 2.69 3.00 0.73 0.00 non SOP 18.09

22 100 Jumat Tn subroto 0.40 1.10 3.84 2.06 0.62 0.83 1.09 11.33 0.00 0.89 1.38 0.00 non SOP 23.54

23 116 Jumat Ny Dyan 0.73 0.28 0.25 2.09 0.16 1.30 1.57 0.49 8.50 2.43 12.79 0.00 non SOP 30.60

MEAN 0.21 1.01 1.66 1.42 1.28 1.36 1.62 1.31 2.69 1.70 2.72 0.74

17.56

MEDIAN 0.00 0.44 0.86 1.14 0.62 1.07 0.59 0.58 1.00 1.15 1.96 0.66

12.30

ST DEV 0.29 1.98 1.91 1.05 1.47 1.25 2.28 2.36 3.93 1.42 2.74 0.75

11.90

MIN 0.00 0.11 0.00 0.37 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13 0.17

4.78

MAX 0.83 9.66 6.84 5.46 4.32 5.10 9.09 11.33 13.04 4.43 12.79 2.82

47.58

Laporan praktek..., Wildyanti Puspitasari Kardianto, FMIPA UI, 2011