ujian bedah

26
I. BEDAH DIGESTI 1. Appendisitis Anamnesis: 1.) Sakit perut; tahap awal terjadi hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi sehingga nyeri visceral dirasakan diseluruh perut (epigastrium & region umbilical). Tahap lanjut nyeri somatik dirasakan di kuadran kanan bawah (Mc Burney) 2.) Anorexia, mual, muntah. 3.) Obstipasi 4.) Febris (komplikasi infeksi akut) Pemeriksaan Fisik: Status Generalis; o Tampak kesakitan, membungkuk, memegang perut kanan bawah. o Demam o Perbedaan suhu axilla rectal > 1/2 0 C o Flexi ringan articulatio coxae dextra Status lokalis; Abdomen kuadran kanan bawah: o Mc Burney: nyeri tekan (+), nyeri tekan lepas (+), nyeri ketok (+), karena rangsang peritoneal. o Defans muskuler (+) o Rovsing sign (+), bila perut sebelah kiri bawah ditekan &didorong ke kanan akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Penekanan dan pendorongan perut ke kanan menyebabkan organ di dalamnya ikut terdorong ke kanan, menekan appendix, menyentuh peritoneum & menimbulkan nyeri di titik Mc Burney.

Upload: febrian-adiwijaya

Post on 04-Dec-2015

277 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

Page 1: ujian bedah

I. BEDAH DIGESTI1. Appendisitis

Anamnesis:1.) Sakit perut; tahap awal terjadi hiperperistaltik untuk mengatasi

obstruksi sehingga nyeri visceral dirasakan diseluruh perut (epigastrium & region umbilical). Tahap lanjut nyeri somatik dirasakan di kuadran kanan bawah (Mc Burney)

2.) Anorexia, mual, muntah.3.) Obstipasi4.) Febris (komplikasi infeksi akut)

Pemeriksaan Fisik:Status Generalis;

o Tampak kesakitan, membungkuk, memegang perut kanan bawah.

o Demam

o Perbedaan suhu axilla rectal > 1/20C

o Flexi ringan articulatio coxae dextra

Status lokalis; Abdomen kuadran kanan bawah:

o Mc Burney: nyeri tekan (+), nyeri tekan lepas (+), nyeri ketok (+),

karena rangsang peritoneal.o Defans muskuler (+)

o Rovsing sign (+), bila perut sebelah kiri bawah ditekan

&didorong ke kanan akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Penekanan dan pendorongan perut ke kanan menyebabkan organ di dalamnya ikut terdorong ke kanan, menekan appendix, menyentuh peritoneum & menimbulkan nyeri di titik Mc Burney.

o Psoas sign (+) (untuk appendicitis retroperitoneal).

o Obturator sign (+), dengan gerakan fleksi & endorotasi

articulation coxae pada posisi supine akan menimbulkan nyeri. Bila nyeri berarti kontak dengan m.obturator internus,artinya appendix terletak di pelvis.

o Peritonitis umum (perforasi): nyeri di seluruh abdomen, pekak

hati menghilang, bising usus hilang.o Rectal touché: nyeri tekan pada jam 9-12

Pemeriksaan Penunjango Laboratorium:

Hb, Hmt normalAL meningkat dengan hemogram bergeser ke kiriDifferential telling bergeser ke kiri

Page 2: ujian bedah

LED meningkat (pada appendicitis infiltrat)

o Pemeriksaan Radiologi,

Foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil anamnesa atau pemeriksaan fisik meragukan. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat ”ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan air-udara disekum atau ileum).

Pada pasien anak atau wanita; USG dilakukan untuk melihat keadaan kuadran kanan bawah atau nyeri pada pelvis.

2. Hernia Inguinalis dan Hernia Femoralis Anamnesis:

1.) Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan lanjut dapat menetap (irreponibilis), kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak terjadi irreponibilis.

2.) Penonjolan timbul jika tekanan intra abdomen naik.3.) Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan

tangan (manual).4.) Dapat terjadi gangguan passase usus (obstruksi) etrutama pada hernia

inkarserata.5.) Nyeri pada keadaan strangulasi.

Pemeriksaan FisikBenjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas, bising usus (+), trasluminasi (-).Hernia Inguinalis Lateralis;o Terletak diatas lig.inguinalis

o Lateral terhadap vasa epigastrika inferior

o Jika dapat dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan

tangan di cincin eksternus teraba tekanan pada ujung jari, jalan keluar hernia tertutup (Finger test).

o Bentuk hernia biasanya lonjong.

Hernia Inguinalis Medialis:

o Terletak diatas lig. Inguinalis

o Medial terhadap vasa epigastrika inferior

o Jika dapat dimasukkan, kemudian pasien disuruh valsava dengan

tangan di cincin eksternus teraba tekanan pada sisi medial dan hernia timbul lagi (Finger test).

Page 3: ujian bedah

o Bentuk hernia biasanya bulat.

Hernia Femoralis:

o Terletak di bawah lig.inguinalis.

3. Hemorrhoid Anamnesis:

Pendarahan;o Perdarahan berhubungan dengan proses mengejan, darah keluar

saat pasien mengejan dan berhenti bila pasien berhenti.o Darah yang keluar darah segar, tidak bercampur feses, kadang

menetes, kadang mengalir deras. (sebab perdarahan=trauma fee yang keras).

o Bila berulang-ulang dapat menyebabkan anemia.

Nyeri;

o Nyeri hebat hanya pada hemmorhoid eksterna dengan thrombosis.

o Jika timbul nyeri pada hemmorhoid interna berarti ada radang.

Benjolan/ Prolaps;

o Benjolan akan tampak tapi bila diraba hilang, karena perabaan

jari akan menekan vasa, darah dalam vasa akan mengalir, akibatnya benjolan kempes.

o Benjolan hanya akan teraba apabila terjadi thrombus, dan

benjolan akan teraba keras. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi;o Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah ada

thrombuso Hemmoroid interna yang prolaps dapat terlihat benjolan yang

tertutup mukosa.o Menyuruh pasien untuk mengejan.

Rectal Touche;

o Hemmoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat

teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis.

Anoskopi;

Page 4: ujian bedah

o Pemeriksaan untuk melihat hemmoroid interna yang belum

prolaps.

II. BEDAH ORTHOPEDI1. Terapi pada fraktur antebrachii;

Bila garis fraktur di proksimal dilakukan gips posisi supinasi

Bila garis fraktur di tengah Gips posisi netral

Bila garis fraktur di distal  Gips posisi pronasi

2. Terapi pada fraktur femur;

Dilakukan imobilisasi sementara dengan traction splint. Traction splint adalah

menarik bagian distal tungkai di atas kulit pergelangan kaki. Di proksimal,

traction splint didorong ke pangkal paha melalui ring yang menekan bokong,

perineum dan pangkal paha.

Fraktur kolum femoris dapat dilakukan imobilisasi dengan traction splint, tetapi

lebih nyaman dengan traksi kulit atau traksi sepatu busa dengan posisi lutut

sedikit fleksi. Cara paling sederhana adalah membidai tungkai yang trauma

dengan tungkai sebelahnya.

3. Membaca ronsen pada pasien yang mengalami fraktur dilihat;

AP/ PA

Diliat letak fraktur (biasanya 1/3 proksimal atau medial atau distal dari

tulang).

Diliat frakturnya jenis apa (simple,oblique,comminuted)

Densitasnya cukup atau tidak

Simetris atau tidak

4. Fraktur Colles

Sering ditemukan pada orang dewasa usia lanjut dengan insidensi yang

tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause,

oleh sebab itu pasien biasnya wanita dengan riwayat jatuh dari tangga

dengan tangan terentang.

5. Fraktur smith

Fraktur dari radius bagian distal yang lokasinya ½ – 1 inch dari ujung

distal radius dengan pergeseran fragmen distal ke depan (volar) dan ke

atas disertai pergeseran ulna bagian distal ke belakang (dorsal).

Page 5: ujian bedah

6. Fraktur montegia

Fraktur ulna proksimal dislokasi caput radius. Dikarenakan trauma/

benturan langsung pada ulna, atau jatuh bertumpu pada tangan yang

terjulur lurus, dank arena proses pemendekan segmen ulna maka terjadi

dislokasi paa caput radius.

7. Fraktur Galeazzi

Fraktur shaft sepertiga distal radius dan dislokasi radioulnar distal. Fraktur

ini dikarenakan jatuh bertumpu pada tangan yang terjulur lurus dank arena

proses pemendekan segmen radius maka terjadi dislokasi pada artikulasio

radioulnar distal.

8. Kompartemen syndrome

Sindrom kompartemen ditemukan pada tempat dimana otot dibatasi oleh

rongga fasia yang tertutup. Daerah yang sering terkena adalah tungkai

bawah, lengan bawah, kaki, tangan, region glutea, dan paha.sindrom

kompartemen terjadi bila tekanan di ruang osteofasial menimbulkan

iskemi dan nekrosis. Iskemi dapat terjadi karena peningkatan isi

kompartemen akibat edem yang timbul akibat revaskularisasi sekunder

dari ekstermitas yang iskemi atau tekanan dari luar misalnya balutan yang

menekan.

Pengelolaan;

Dibuka semua balutan yang menekan, gips, dan bidai. Penderita harus

diawasi dan diperiksa setiap 30 sampai 60 menit. Jika tidak terdapat

perbaikan, dilakukan fasciotomi. Sindrom kompartemen merupakan

keadaan yang ditentukan oleh waktu. Semakin tinggi dan semakin lama

meningkatnya tekanan intra kompartemen, makin besar kerusakan

nueromuskuler dan hilangnya fungsi. Bila menegakkan diagnosis atau

curiga sindrom kompartemen harus segera konsultasi bedah.

III. BEDAH ONKOLOGI1. Ca Mamae

Anamnesis;a) Keluhan di payudara dan ketiak;

Page 6: ujian bedah

Benjolan di payudara, kecepatan tumbuhnya. Rasa sakit yang berhubungan dengan menstruasi Cairan putting, berdarah atau tidak Putting retraksi, meninggi atau melipat Perubahan kulit payudara, borok atau ulserasi Benjolan atau rasa sakit di ketiak dan edem lengan

b) Riwayat sebelumnya; Biopsi atau operasi payudara atau tempat lain Pemakaian obat-obatan, hormone, termasuk pil dan lama

pemakaian.c) Riwayat reproduksi;

Umur menstruasi pertama Frekuensi menstruasi, lama, teratur atau tidak Jumlah kehamilan, jumlah anak, abortus Riwayat menyusui dan lamanya.

d) Riwayat keluarga; Sehubungan dengan penyakit kanker lain (saluran cerna,

sarkoma jaringan lunak, indung telur). Hubungan keluarga: ibu,adik,kakak, bibi,dll.

e) Keluhan-keluhan yang berhubungan dengan metastase; Sakit tulang, sakit punggung Batuk, sesak nafas.

Pemeriksaan fisik,Inspeksi,dilakukan dalam posisi:a.) Duduk tegak tangan di sisi tubuh,yang dinilai : ukuran dan kesimetrian

mamae, perubahan warna kulit, ulserasi, kulit berlekuk, edema, deformitas dan retraksi mamae.

b.) Tangan diangkat tegak lurus ke atas & turun ke bawah, yang dinilai : fiksasi kulit atau papillae mamae, axilla diamati untuk melihat pembengkakan limfonodi atau infeksi superfisialis.

c.) Maneuver kontraksi m.pektoralis dengan kedua lengan menekan di pinggang, penderita duduk, yang dinilai : mamae yang menderita kanker tampak lebih menonjol daripada mamae yang normal dan daerah kulit yang melekuk atau terfiksir akan terlihat lebih jelas.

Palpasi

a.) Dalam posisi duduk paling baik untuk palpasi lnn.supraklavikuler dan aksiler. Palpasi lnn.supraklavikuler dilakukan dari depan dan belakang penderita dengan ujung jari. Untuk palpasi lnn.aksiler, m.pektoralis harus betul-betul relaksasi dengan menyokong lengan yang

Page 7: ujian bedah

bersangkutan dengan satu tangan sedang ujung jari tangan yang lain meraba lnn.aksiler pasien.

b.) Penderita tidur terlentang pertama-tama dengan posisi tangan penderita di samping tubuhnya kemudian kedua tangan diangkat di atas kepala.

Yang harus dinilai pada saat inspeksi dan palpasi; Massa tumor : ukuran,lokasi, bentuk, konsistensi, terfiksir atau

tidak ke kulit atau dinding dada. Perubahan kulit : kemerahan, edema, pea d’orange, nodul

satelit, ulserasi Perubahan putting : tertarik, kemerahan, erosi, krusta,

perubahan warna, cairan (discharge). Status kelenjar getah bening KGB axilla, infraklavikula, supraklavikula: jumlah, lokasi

ukuran, terfiksasi satu dengan yang lain atau sekitar, suspek jinak atau ganas.

Pemeriksaan penunjang Foto thoraks Mammografi kedua payudara Laboratorium : rutin, faal hepar, faal ginjal. Reseptor estrogen dan progesterone (ER & PR).

Terapi

Stadium dini;

a.) Operasi Mastektomi radikal modifikasi Breast conserving treatment (BCT)

b.) Adjucant terapiDiberikan kemoterapi 6 siklus (CMF= cyclophosphamid, metrotrexate, fluoruracil) atau hormonal terapi tergantung status menstruasi.

Stadium lanjut;a.) Stadium IIIB

Kemoterapi 3-4 siklus kalau mungkin (simple mastektomi atau mastektomi radikal modifikasi)

Kalau tidak mungkin dioperasi: kemoterapi, radiasi, hormonal tergantung pemeriksaan reseptor estrogen.

2. Struma

Page 8: ujian bedah

Pemeriksaan fisikInspeksiLeher dibatasi di cranial oleh tepi rahang bawah, di kaudal oleh kedua tulang selangkadan tepi cranial sternum, di lateral oleh pinggir depan m.trapezius kiri dan kanan. Kedua m.sternokleidomastoideus selalu jelas terlihat dan pada garis tengah dari cranial ke kaudal terdapat tulang hyoid, kartilago tiroid, krikoid, dan trakea.Palpasi Palpasi dapat dilakukan pada pasien dalam sikap duduk atau berbaring, dengan kepala dalam sikap fleksi ringan supaya regangan otot pita leher tidak mengganggu palpasi.

Pada sikap duduk: dilakukan pemeriksaan dari belakang penderita maupun dari depan

Pada sikap berbaring digunakan bantal tipis di bawah kepala Tulang hyoid, kartilago tiroid dan krikoid sampai cincin kedua

trakea biasaya mudah diraba di garis tengah. Pada gerakan menelan, seluruh trakea bergerak naik turun.

Auskultasi

Diperhatikan adanya bising tiroid yang menunjukkan hipertiroid.

Pemeriksaan sitologiPemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis karsinoma tiroid, tiroiditis, atau limfoma.

Terapi 1) terapi konservatif

indikasi terapi konservatif; toleransi operasi tidak baik struma yang residif pasien yang lanjut usia

obatnya dipakai golongan thiouracil (propilthiouracyl 100 mg 3x/hari). Bila menjadi euthiroid maintenen dosis 5mg 2x/hari dilanjutkan untuk 12-18bulan.

Thiroxine 0,2 mg/hari hendaknya diberikan untuk mencegah defisiensi thyroid atau bertambah beasr struma.

Page 9: ujian bedah

Terapi untuk struma non toksik biasanya josium dan ekstrak tiroid 20-30 mg/dl. Untuk struma toksik bed rest, lugol 5-10mg 3x/hari selama 14 hari.

2) Radioterapi Menggunakan I 131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan obat anti tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah pada awal penyakit atau pasien dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan recurrent hipotiroid. Kontaindikasi radioterapi : wanita hamil & anak-anak.

3) OperasiIndikasi operasi;

Perkiraan adanya keganasan Riwayat radiasi pada daerah kepala dan leher Gejala-gejala penekanan Perluasan ke daerah substernal Pembesaran yang progresif Gangguan kosmetik

3. Fibroadenoma Mamae Pada pasien dengan usia kurang dari 25 tahun, diagnosa bisa ditegakkan

melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk dilakukan aspirasi sitologi. Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk menyingkirkan karsinoma seperti kanker tubular karena sering dikelirukan dengan penyakit ini. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa dikelirukan dengan neoplasia.2 Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien yang berusia, fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan densitas yang sama atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi. Dengan pertambahan usia, gambaran stippled calcification terlihat lebih jelas. Ultrasonografi mammae juga sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini. Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat memberikan diagnosa yang akurat. Kriteria fibroadenoma yang dapat terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi adalah massa solid berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas dengan internal echoes yang lemah, distribusinya secara uniform dan dengan intermediate acoustic attenuation. Diameter massa hipoechoic yang homogenous ini adalah antara 1 – 20 cm.

Penatalaksanaan

Page 10: ujian bedah

Pada wanita di bawah usia 25 tahun, pengangkatan rutin tidak diperlukan. Terapi konservatif ini direkomendasikan untuk wanita di bawah usia 35 tahun dan harus dilakukan pemeriksaan sitologi setelah 3 bulan untuk menyingkirkan keganasan. Aturan ini membuatkan sebagian kecil dari kasus kanker tidak terdeteksi dan beberapa menyarankan pengangkatan fibroadenoma pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Eksisi ini bisa dilakukan dibawah pengaruh anestesi lokal atau general.

VI. BEDAH SARAF

1. Glasgow Coma Scale

Dewasa Anak

Eye 4 Spontan Spontan3 Dengan suara Dengan suara2 Dengan nyeri Dengan nyeri1 Tidak ada respon Tidak ada respon

Verbal 5 Oriented Menangis kuat4 Confused Merengek3 Inappropriate kata Merintih2 Incomprehensive

kataHanya keluar suara

1 Tidak ada respon Tidak ada respon

Movement 6 Sesuai perintah Sesuai perintah5 Localizes nyeri Localizes nyeri4 Withdraws Withdraws3 Abnormal flexi Abnormal flexi2 Abnormal

ekstensiAbnormal ekstensi

1 Tidak ada respon Tidak ada respon

Page 11: ujian bedah

a.Skor 14-15 : compos mentisb.Skor 12-13 : apatisc. Skor 11-12 : somnolentd. Skor 8-10 : stupore. Skor < 5 : koma

2.Cedera Kepala Ringan

Penderita sadar dan berorientasi (GCS 14-15)

Anamnesis;o Identitas

o Tingkat kewaspadaan

o Mekanisme cedera

o Amnesia :retrograde dan antegrade

o Kejang

o Sakit kepala ;ringan, sedang, berat.

o Tidak sadar segera setelah cedera

Pemeriksaano Pemeriksaan untuk menyingkirkan cedera sistemik

o Pemeriksaan neurologis

o Pemeriksaan rontgen vertebra servikal

o Pemeriksaan CT Scan kepala

ManajemenObservasi atau dirawat di RS;

o CT Scan tidak ada atau abnormal

o Sakit kepala sedang berat

o Intoksikasi alcohol /obat

o Fraktur tengkorak

o Semua cedera tembus

o Rhinorea- otorea

o Amnesia

o Kesadaran menurun

o Tidak ada keluarga dirumah

o Cedera penyerta yang bermakna

3.Cedera Kepala Sedang

Page 12: ujian bedah

Penderita biasanya tampak kebingungan atau mengantuk, namun masih bisa menuruti perintah (GCS 9-13).

Anamnesis;o Identitas

o Tingkat kewaspadaan

o Mekanisme cedera

o Amnesia :retrograde dan antegrade

o Kejang

o Sakit kepala ;ringan, sedang, berat.

o Tidak sadar segera setelah cedera

Pemeriksaano Pemeriksaan untuk menyingkirkan cedera sistemik

o Pemeriksaan neurologis

o Pemeriksaan rontgen vertebra servikal

o Pemeriksaan CT Scan kepala

o Pemeriksaan darah sederhana

o Dirawat untuk observasi

Pemeriksaan setelah dirawat;o Pemeriksaan neurologis periodic

o Pemeriksaan CT Scan ulang bila kondisi penderita memburuk atau

bila penderita akan dipulangkan.o Bila kondisi membaik (90%); pulang dan kontrol di poli.

o Bila kondisi memburuk (10%);bila penderita tidak mapu

melakukan perintah lagi, segera lakukan pemeriksaan sesuai cedera kepala berat.

4.Cedera Kepala Berat

Penderita tidak mampu melakukan perintah sederhana karena kesadarn menurun. (GCS3-8).

Anamnesis;o Identitas

o Tingkat kewaspadaan

o Mekanisme cedera

o Amnesia :retrograde dan antegrade

o Kejang

o Sakit kepala ;ringan, sedang, berat.

Page 13: ujian bedah

o Tidak sadar segera setelah cedera

Pemeriksaan;o ABCD

o Survey primer dan resusitasi

o Survey sekunder

o Reevaluasi neurologis: respon buka mata, reflex pupil, respon

motorik, reflek okulo-sefalik, respon verbal. Manajemen;

o Manitol 20% bolus dalam 5 menit

o Furosemid (menurunkan TIK)

o Antikonvulsan (fenobarbital dan fenitoin untuk fase akut)

o Hiperventilasi sedang untuk mengurangi volume intracranial dan

TIK dengan vasokontriksi vasa otako Tes diagnostic: CT Scan, angiogram.

5.Epidural Hematom (EDH)

Penumpukan darah di ruang epidural (dibatasi tabula interna dan durameter). Gejala klinis yang khas : lucid interval.

Anamnesis;o Riwayat kecelakaan

o Pemeriksaan fisik

o Pemeriksaan penunjang (CT Scan, Ro kepala yang

menggambarkan fraktur).o Gambaran CT Scan : gambaran hiperdens homogeny berbentuk

bikonveks (sepserti lensa cembung) diantara tabula interna dan durameter.

Penanganan;o Dekompresi dengan trepanasi sederhana

o Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom

Terapi operatif;Operasi dilakukan bila terdapat,

o Volume hematom >30ml

o Keadaan pasien memburuk

o Pendorong garis tengah >3mm

Page 14: ujian bedah

6.Subdural Hematom (SDH)

Subdural Hematom Akut

o Disebabkan trauma hebat pada kepala yang menyebabkan bergesernya seluruh parenkim

otak ke kontralateral dan menyebabkan parenkim otak mengenai tulang kontralateral sehingga merusak a.kortikalis.

o Gambaran CT Scan: gambaran hiperdens berbentuk bulan sabit. Jika disertai kontusio

serebri akan tampak bercak-bercak hiperdens di parenkim otak.

Subdural Hematom Kronis

o Berasal dari perdarahan pada vena di sekeliling otak.

Perdarahan bisa terjadi segera setelah terjadinya cedera kepala berat atau beberapa saat kemudian setelah terjadinya cedera kepala yang lebih ringan

o Hematoma subdural yang kecil pada dewasa seringkali diserap secara spontan.

Hematoma subdural yang besar, yang menyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui pembedahan.

o Hasil pemeriksaan CT scan dan MRI bisa menunjukkan adanya genangan darah.

7.Udem Serebri

o Edema serebri adalah bertambahnya cairan didalam jaringan otak. Macam-macam edema: - Vasogenik - Sitotoksik - Hidrostatik - Interstitial - Hipoosmotik

o Anamnesis :

- Nyeri kepala hebat- Pandangan kabur- Muntah nyemprot

o Pemeriksaan fisik:

- Reflek patologis (+)- Reflek fisiologis meningkat- GCS

o Pemeriksaa penunjang:

- Funduskopi : ditemukan papil udem.o Terapi:

- Kalo udem karena perdarahan : manitol

Page 15: ujian bedah

- Klo disebabkan karena tumor otak : dexametason.

8. Pembacaan CT Scan

a) Tulang: fraktur (linier, impresi)Jika terjadi fraktur impresi dinilai berapa diploe, 1 diploe jika tabulae eksterna masuk ke tabula interna untuk menilainya dipakai foto tangensial (arah sinarnya tegak lurus terhadap permukaan fraktur impresi).

b) Parenkim otak: Girri dan sulci= untuk menilai kenaikan TIK yang disebabkan udem serebri. Jika

ada tampak gambaran hiperdens dengan bentuk sesuai girri dan sulci berarti proses desak ruang ada di ruang sub arakhnoid

Ketebalan otak System ventrikel= menyempit jika terjadi udem ventrikel III dan aquaductus

silvii, ventrikel lateralis, dan ventrikel IV.c) Sisterna amiensd) Ukuran slice pada CT Scan:

Supratentorial 0,8-1 cm Infratentorial 0,2-0,4 cm

VII. BEDAH PLASTIK

VIII. BEDAH UROLOGI

IX. BEDAH ANAK

1. Atresia Ani Anamnesis;

- Apakah mengalami cepat kembung antara 4-8 jam.- Tidak adanya anus, dengan ada/tidaknya fistula.

Page 16: ujian bedah

- Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi perut, muntah, gangguan cairan, elektrolit dan asam basa, infeksi saluran kemih.

Pemeriksaan radiologi; - Foto abdomen setelah 18-24 jam.- Fistulografi, bila ada fistula.

Penatalaksanaan;- Kolostomi bila letak tinggi atau intermediet selanjutnya dilakukan

PSARP ( postero sagital anorectoplasty)- Perineal anoplasty bila letak rendah.- Dengan fistula yang tidak adekuat; dilatasi/ cut

2. Megacolon Kongenital Anamnesis;

- Berat badan bayi lahir normal- Adanya gejala konstipasi kronis- Pengeluaran mekonium terlambat- Sering kembung, muntah, diare, panas.- Tumbuh kembang anak dibawah normal.- Pada pemeriksaan RT : nyemprot, kembung.

Pemeriksaan fisik;- Inspeksi: kondisi umum lemah, perut kembung- Palpasi: perut lunak sampai tegang- Auskultasi: peristaltik lemah dan jarang- Perkusi: timpani

Foto polos abdomen; perut kembung, udara di kolon kesan membesar, ada tidaknya udara bebas (perforasi), atau cairan bebas (ascites).

Dengan barium in loop terlihat adanya daerah zona transisi (distal sempit dan bagian proksimal longgar).

Penatalaksanaan- Jaga stabilitas : dekompresi dengan rectal tube dan NGT, untuk

anak <10 tahun : infus salin 100 cc/kgBB/24jam.- Memperbaiki kondisi umum dengan terapi konservatif : protein 40

cc/kgBB/hari- Pemeriksaan barium inloop- Bila ada perforasi = SPOED Laparotomi- Tahap ke-I = kolostomi- Tahap ke II = operasi definitif dengan pull through.

Page 17: ujian bedah

X. 2. Prinsip mencuci tangan sebelum operasi

a) Menggunakan masker/ penutup mukab) Melepaskan assesoris yang melekat pada tangan (misalnya jam tangan, cincin,dll.)c) Menyingsingkan lengan bajud) Membuka sikat steril dari plastike) Membilas jari-jari tangan sampai pergelangan tangan menggunakan sabun antiseptikf) Sikat jari-jari dari ujung sampai siku secara berurutan.g) Bilas dengan air yang mengalir dari siku sampai jari-jari tangan, cara membilas harus

searah.h) Bilas kembali jari-jari tangan menggunakan sabun antiseptic.i) Matikan kran air dengan siku.

3. Prinsip-prinsip penanganan trauma.

a) Primary survey Selama primary survey perdarahan harus dikenal dan dihentikan. Menghentikan

perdarahan yang terbaik adalah dengan tekanan langsung.pemasangan bidai yang baik akan dapat menurunkan perdarahan dengan mengurangi pergerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar fraktur. Pada patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril dapat menghentikan perdarahan.

Imobilisasi fraktur, adalah meluruskan ekstermitas yang cedera dalam posisi se-anatomis mungkin dan mencegah gerak yang berlebihan pada tempat fraktur. Dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstermitas dan mempertahankannya. Pemakaian bidai akan menghentikan perdarahan, mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut.

Pemasangan bidai harus dilakukan segera, namun tidak boleh mengganggu resusitasi yang merupakan prioritas utama.

Foto ronsenb) Secondary survey

Mekanisme trauma; informasi yang diperoleh dari pengantar, penderita, keluarga, saksi mata di tempat kejadian harus dicatat sebagai bagian dari catatan medik. Kepentingan mekanisme trauma adalah untuk mencari cedera lain yang saat ini belum tampak. Dokter harus melakukan rekonstruksi kejadian, menetapkan trauma penyerta yang mungkin terjadi pada penderita, dan mendapatkan sebanyak mungkin informasi.

Lingkungan ; petugas pra RS harus ditanya tentang (1) apakah penderita terkena trauma termal (panas atau dingin), (2) apakah terkena gas atau bahan-bahan

Page 18: ujian bedah

beracun, (3) pecahan kaca, (4) sumber-sumber kontaminasi (kotoran, feses binatang, air tawar atau laut). Informasi ini akan membantu mengatasi masalah yang dapat timbul serta pemilihan jenis antibiotic awal.

Keadaan sebelum trauma dan factor predisposisi ; Riwayat AMPLE harus mencakup: (1) kemampuan fisik dan tingkat aktivitas, (2) penggunaan obat dan alcohol, (3) masalah emosional dan penyakit lain, (4) trauma musculoskeletal sebelumnya.

Observasi dan pelayanan pra rumah sakit.Hasil penemuan di tempat kejadian akan membantu menemukan trauma yang potensial yaitu; (1) posisi penderita ditemukan, (2) perdarahan atau tumpahan darah di tempat kejadian dan perkiraan banyaknya, (3) tulang atau ujung patah tulang yang keluar, (4) luka terbuka dan kemungkinannya erhubungan dengan patah tulang yang nyata atau tersembunyi, (5) dislokasi atau deformitas, (6) ada tidaknya gangguan motorik dan sensorik pada setiap anggota gerak, (7) adanya kelambatan transportasi atau ekstrikasi.

c) Pemeriksaan fisikPemeriksaan trauma dapat dilakukan dengan melihat dan bernicara kepada penderita, palpasi ekstermitas yang cedera serta penilaian yang sistematis dari setiap ekstermitas. Empat komponen yang harus diperiksa adalah ; (1) kulit yang melindungi penderita dari kehilangan cairan dan infeksi, (2) fungsi neuromuskuler, (3) status sirkulasi, (4) intergritas ligamentum dan tulang. Evaluasi ini mencegah adanya trauma yang terlupakan.

d) Pemeriksaan sirkulasi Pulsasi bagian distal tiap ekstermitas diperiksa dengan palpasi dan diperiksa

pengisian kapiler jari-jari. Jika hipotensi mempersulit pemeriksaan pulsasi, dapat digunakan alat Doppler (probe ultrasonic yang tidak invasive dapat membedakan aliran darah dan cairan).

Pada penderita dengan hemodinamik normal, perbedaan pulsasi, dingin, pucat, parestesi dan motorik yang abnormal menunjukkan trauma arteri.