jarum bedah

13
B. Jarum Bedah Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture, sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu dalam menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari stainless steel yang tahan korosif dan melekat pada ujungnya benang melalui swage, yaitu lubang yang terdapat pada pangkal needle, dimana benang dapat melekat di dalamnya. Needle harus cukup rigid sehingga memungkinkan untuk dapat menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter yang cukup tanpa menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak meneyebabkan kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan baik dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa ikut membawa jaringan sekitarnya. Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi yang memungkinkan kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa menyebabkan kerusakan jaringan lain yang tidak perlu. Jarum bedah merupakan instrumen yang sangat penting dalam penjahitan bedah. Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. Kriteria umum yang harus dimiliki oleh jarum bedah antara lain : 1. Mengandung bahan antikarat (stainless steel) 2. Cukup kuat untuk menembus jaringan tanpa menjadi bengkok 3. Tidak mudah patah 4. Ukuran yang ramping hingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan 5. Tajam hingga dapat menembus jaringan dengan mudah

Upload: akhmaduki

Post on 24-Dec-2015

112 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

konsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jarum bedah pada saat melakukan operasi dan penyambungan trauma, prinsip dasar dari sutuing adalah mendekatkan jaringan yang mengalami diskontinuitas bukan menjerat jaringan yang mengalami diskontinuitaskonsep jar

TRANSCRIPT

Page 1: Jarum Bedah

B. Jarum Bedah

Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture,

sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu dalam

menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari stainless steel yang

tahan korosif dan melekat pada ujungnya benang melalui swage, yaitu lubang yang terdapat

pada pangkal needle, dimana benang dapat melekat di dalamnya. Needle harus cukup rigid

sehingga memungkinkan untuk dapat menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter

yang cukup tanpa menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak

meneyebabkan kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan

baik dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa ikut membawa

jaringan sekitarnya. Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi yang

memungkinkan kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa

menyebabkan kerusakan jaringan lain yang tidak perlu.

Jarum bedah merupakan instrumen yang sangat penting dalam penjahitan bedah.

Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. Kriteria umum yang

harus dimiliki oleh jarum bedah antara lain :

1. Mengandung bahan antikarat (stainless steel)

2. Cukup kuat untuk menembus jaringan tanpa menjadi bengkok

3. Tidak mudah patah

4. Ukuran yang ramping hingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan

5. Tajam hingga dapat menembus jaringan dengan mudah

6. Stabil bila digunakan bersama instrumen (needle holder)

a. Anatomi jarum bedah

Surgical needle yang standar terdapat beberapa bagian yaitu : Needle Point, yaitu

ujung needle yang relatif lebih tajam dan memiliki diameter terkecil dibandingkan semua

bagian Needle. Swage adalah pangkal needle yang memiliki pegangan berupa lubang

atau celah untuk benang. Cord Length adalah jarak antara needle point dan swage apabila

ditarik garis lurus , sedangkan needle length adalah jarak antara swage dan needle point

dengan mengikuti lengkung lingkar luar needle. Radius adalah jarak antara pusat

kelengkungan needle dengan needle itu sendiri. Needle Diameter adalah ketebalan

needle pada setiap bagian.

Page 2: Jarum Bedah

b. Karakteristik Surgical Needle

Karakteristik dari surgical needle adalah :

1. Ketajaman dan kelengkungan

Ketajaman dan kelengkungan needle berkaitan erat dengan fungsinya. Seringkali

needle yang khusus hanya untuk satu jenis operasi saja, misalkan J-shaped, yang

digunakan hanya untuk operasi hernia femoralis.

1/4 Circle : Opthtalmic dan Microsurgery

3/8 Circle : Dipakai secara umum untuk semua jenis jaringan

1/2 Circle : Dipakai secara umum untuk semua jenis jaringan

5/8 Circle : Cardiovascular dan Cavitas (Oral, Nasal, Pelvis dll)

J-shaped : Untuk Femoral Hernia

2. Needle length dan diameter needle

(ukuran)

Potensial length dari needle, ditentukan oleh ketebalan bahan yang digunakan

dan rigiditas, ductility dan kekuatan sebuah needle menentukan ukuran needle.

Kenyataannya needle dengan diameter 66 mm dengan ultra-thin wire gauge akan

lebih mudah bengkok atau patah jika dibandingkan dengan needle yang pendek

dengan diameter yang tebal. Needle yang panjang lebih baik digunakan untuk

menjahit fasia dan kulit dengan bahan needle dan bahan yang lebih kuat. Needle yang

pendek seringkali digunakan untuk menjahit viseral dan pembuluh darah .

3. Mata needle dan bentuk melintang needle

Page 3: Jarum Bedah

Titik lubang yang dibentuk oleh needle ditentukan oleh bagian terujung dari

mata needle sampai diameter melintang yang terbesar dari needle. Terdapat empat

jenis lubang yang dibentuk oleh needle: yaitu :

a) Conventional Cutting, Reverse Cutting, Taper Point dan Blunt.

b) Conventional Cutting dan Reverse Cutting: digunakan dalam penjahitan kulit,

periosteum, tendon

c) Taper: Digunakan untuk jaringan yang gampang ditembus dan untuk mendapat

luka yang minimal

d) Blunt: Baik untuk menembus fascia dan aman pada glove.

Page 4: Jarum Bedah

4. Jenis perlekatan dengan benang jahit terhadap needle

Needle umumnya sudah melekat dengan benang yang akan kita gunakan.

Teknologi tersebut mulai dikenal beberapa dekade terakhir. Secara tradisional semua

needle memiliki 2 mata pada pangkalnya dan benang jahit harus dimasukkan pada

mata needle tersebut sebelum dipergunakan.

Terdapat dua macam perlekatan pada jarum-benang, yang pertama adalah tipe

eye, yang dewasa ini sudah mulai jarang digunakan karena kurang praktis dalam

pemakaianya dan menimbulkan trauma pada jaringan yang dijahit.

Tipe yang kedua adalah swedged, dimana benang sudah digabungkan dengan

jarum di dalam kemasan. Hal ini lebih disukai karena tipe ini menimbulkan trauma

yang minimal pada jaringan, selain itu penggunaan jarum pun tidak dapat diulang

sehingga mengurangi risiko penularan penyakit bagi pasien.

C. Tekhnik Suturing

a. Ligasi

Teknik yang digunakan dalam mengikat pembuluh darah dalam usaha homeostasis.

Ada dua macam teknik ligasi, yaitu :

1. Free tie / Freehand. Menggunakan benang serat tunggal. Setelah hemostat

Page 5: Jarum Bedah

dijepitkan pada ujung pembuluh darah, benang dilingkarkan ke sekeliling

pembuluh tepat dibawah hemostat, lalu simpul dikencangkan dengan menggunakan

jari.

Free Tie Stick Tie

2. Stick Tie / Suture ligature / Transfixion Suture. Adalah tehnik ligasi dengan

menggunakan jarum. Caranya, jarum dimasukkan di bawah pembuluh darah

kemudian diikat.

b. Jahitan Primer

Adalah jahitan yang mempertahankan aproksimasi tepi luka selama penyembuhan pada

kesempatan pertama.

1. Continous Suture / Running Stiches

Adalah suatu serial jahitan yang dibuat dengan menggunakan satu untaian

benang/bahan. Untaian benang/bahan.dapat diikat pada setiap ujung jahitan, dengan

cara mengikat kedua ujung benang. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat,

meninggalkan sedikit benda asing pada luka, memperoleh kekuatan dari distribusi

tegangan seluruh jahitan sepanjang luka. Tarikan yang terlalu kuat harus dihindari

untuk mencegah putusnya jahitan yang akan merusak semua jahitan. Biasanya

digunakan diperitoneum atau fascia dinding abdomen. Untuk luka infeksi harus

menggunakan benang monofilament karena tidak mempunyai ruang yang dapat

digunakan untuk berkembang biaknya kuman. Macam jahitan yang terputus adalah

sebagai berikut :

a) Interlocking stitch, knotted at each end

Page 6: Jarum Bedah

b) Two strands knotted at each end and knotted in the middle

c) Looped suture tied to itself

d) Over and over running stitch

2. Interupted Suture

Teknik ini memerlukan lebih banyak benang karena setiap jahitan harus dibuat

simpul dan dipotong. Relatif lebih aman karena bila satu jahitan putus jahitan lainnya

tidak terganggu. Biasanya digunakan untuk luka yang terinfeksi, karena kuman

terlokasi dalam satu jahitan. Macam jahitan yang terputus adalah sebagai berikut :

a) Simple interrupted

Page 7: Jarum Bedah

b) Interrupted Vertical Mattress Suture

Indikasi utama penggunaan vertical matress suture adalah untuk mengangkat

permukaan pinggir luka.1-8 Vertical mattress suture sering digunakan pada bagian

tubuh pinggir luka mengalami kecenderungan untuk inverted, seperti posterior neck

atau luka yang terdapat pada permukaan yang concave. Beberapa peneliti percaya

bahwa penggunaan vertical mattress suture yang menyebabakan pinggir luka

mengalami eversi lebih baik dibandingkan teknik penjahitan luka yang lain.

3. Horizontal Mattress Suture

Teknik horizontal mattress suture adalah suatu teknik suture yang bertujuan

untuk membuat pinggir luka menjadi eversi (menjorok keluar) dan membagi rata

tekanan pada seluruh pinggir permukaan luka,7 Teknik ini dipergunakan biasanya

pada luka yang memiliki jarak kedua permukaan pinggir luka yang cukup jauh,

sehingga dipergunakana sebagai initial suture untuk mendekatkan dua permukaan

pinggir luka,7 Teknik suture ini juga cukup efektif dalam memegang permukaan

kulit luka yang rapuh seperti kulit pada orang tua dan orang yang mendapatkan

pengobatan steroid dalam jangka waktu lama.

4. Corner Stitch

Variasi dari teknik horizontal mattress suture dan half-buried horizontal

mattress suture, atau disebut juga corner stitch, banyak dipergunakan dalam

menutup luka di klinik–klinik.1 Teknik suture corner stitch dipergunakan untuk

Page 8: Jarum Bedah

mendekatkan pinggir luka yang membentu sudut tanpa menghilangkan atau

mengurangi suplai darah ke permukaan kulit tersebut.

5. Jahitan yang dikubur (buried)

Seluruh jahitan berada dibawah lapisan epidermal kulit. Bisa dilakukan

dengan menggunakan jahitan tidak terputus atau tidak terputus dan tidak diangkat

setelah operasi.

6. Jahitan pure-string

Merupakan jahitan tidak terputus pada sekitar lumen yang dikencangkan seperti

tali celana untuk membalikan bagian yang terbuka. Contohnya seperti pada

apendektomi.

7. Jahitan Subkutikuler

Adalah jahitan yang tidak terputus pada jaringan subkutan di bawah lapisan epitel.

Jalurnya searah atau paralel dengan luka. Jahitan dilakukan pendek-pendek, dibagian

lateral sepanjang luka. Setelah jahitan selesai dilakukan, kedua ujung tali diikat.

Page 9: Jarum Bedah

c. Jahitan Sekunder

Tujuan jahitan sekunder adalah untuk:

1. Memperkuat jahitan primer

2. Menghilangkan dead space

3. Mencegah akumulasi cairan pada luka abdominal selama proses penyembuhan.

4. Untuk penutupan luka sekunder karena kerusakan jahitan pada masa penyembuhan.

5. Umumnya digunakan benang tidak diserap.

Jahitan sekunder terdiri dari :

1. Jahitan sambung menyambung (through and through)

Jahitan yang dilakukan dari dalam ruang peritoneal melewati semua lapisan dinding

abdomen termasuk peritoneum.

2. Jahitan buried coaptation

Jahitan yang digunakan untuk menutup peritoneum. Memakai jahitan terputus

(interrupted), dengan cara menembus lapisan fascia hingga lapisan kulit.

d. Prinsip-Prinsip Dalam Membuat Simpul Ikatan

1. Kuat dan tidak mudah lepas, sederhana

2. Ikatan sekecil mungkin, ujung dipotong sependek mungkin

3. Tidak boleh ada gesekan antara untaian benang à melemahkan jahitan

4. Tidak boleh ada kerusakan materi jahitan

5. Tidak boleh terdapat tarikan yang berlebihan

6. Jangan menjahit terlalu kuat

7. Pertahankan tarikan pada satu ujung benang setelah ikatan pertama supaya lilitan

tidak longgar pada jahitan tidak terputus

8. Buat lilitan akhir sehorizontal mungkin

Page 10: Jarum Bedah

9. Jangan ragu–ragu merubah posisi pasien supaya letak simpul aman dan rata

e. Pengangkatan jahitan

Pengangkatan jahitan antara lain disesuaikan dengan daerah luka, kondisi luka, usia luka,

jenis benang yang digunakan, jenis tehnik jahitan. Jahitan mungkin ditinggalkan

terutama bila digunakan benang yang diserap. Pengangkatan dilakukan pada jahitan

kulit. Benang mungkin diangkat sekaligus atau berselang-seling dengan selang waktu1 –

3 hari.

Tabel 7. Suggested Removal Times for Interrupted Skin Sutures

Area Removal time (days)

Face 3 to 5

Neck 5 to 8

Scalp 7 to 9

Upper extremity 8 to 14

Trunk 10 to 14

Extensor surface hands 14

Lower extremity 14 to 28