bedah presus4
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS IV
MAMMAE ABBERANT
Disusun Oleh :
Mira Andhika 1102009173
Rizweta Destin 1102009253
Pembimbing :
Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MH.Kes, FInaCS, ICS.
Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Bagian Ilmu Bedah RSUD Arjawinangun
Juni 2013
1
BAB I
LEMBAR KASUS
1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 33 tahun
Alamat : Tegalsari
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Satus Perkawinan : Menikah
Tanggal Masuk : 26 Mei 2013
1.2 ANAMNESIS ( AUTOANAMNESA tanggal 29 Mei 2013)
A. Keluhan Utama : benjolan pada ketiak kanan yang kadang-kadang terasa nyeri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan adanya benjolan pada
ketiak kanan yang muncul sejak masih remaja. Benjolan dirasa makin membesar saat
pasien mulai mendapat menstruasi. Benjolan tersebut kadang-kadang terasa nyeri
terutama saat pasien menstruasi. Pasien mengaku bahwa benjolan tersebut dirasakan
makin membesar dan menegang saat pasien menstruasi, hamil dan menyusui, namun
mengecil setelahnya. Benjolan tersebut memiliki konsistensi lunak, memiliki warna
sama dengan warna kulit dengan ukuran sebesar kepalan tangan.
Riwayat demam dan batuk-batuk yang lama disangkal. Riwayat pengobatan
dengan obat-obatan TB disangkal. Riwayat darah tinggi dan kencing manis juga
disangkal.
Pada tanggal 28 Mei 2013 pasien telah menjalani operasi pengangkatan
benjolan di ketiak kanan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Benjolan di ketiak kanan yang dirasakan muncul saat pasien masih remaja dan
makin membesar saat menstruasi, hamil, dan menyusui.
2
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dan saudara perempuan tidak ada yangmengalami hal serupa.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 28 Mei 2013)
A. Obyektif
Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
o Tekanan darah: 110 /80 mmHg
o Nadi : 84 x/menit, regular
o Pernapasan : 22 x/menit
o Suhu : 36.6o C
Kepala : normochepali, tidak ada benjolan
Mata : konjuntiva anemis ( -/- ) Sklera ikterik ( -/- )
Leher : pembesaran KGB ( - ) trakea berada ditengah
Axilla
Dextra : Teraba massa ukuran 7-8 cm, mobile, fluktuasi (-), punctum
(-), hiperemis (-)
Sinistra : Tidak teraba adanya massa
Thorax
Paru
o Inspeksi : Hemithoraks kiri dan kanan simetris, tidak ada sikatrik
o Palpasi : Fremitus taktil dan fremitus vokal simetris pada kedua
lapang paru
o Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler pada semua lapang paru, Rh -/-, Wh -/-
Jantung
o Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
3
o Palpasi : Ictus Cordis teraba
o Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi : BJ I-II Reg G(-) M(-)
Abdomen
o Inspeksi : datar, simetris
o Palpasi : supel, nyeri tekan -
o Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
o Auskultasi : BU (+)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-)
Inferior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-)
Status Lokalis
o Teraba massa subcutis a/r axilla dextra
o Ukuran : 7-8 cm
o Permukaan : rata
o Konsistensi : lunak
o Mobile, tanda peradangan (-), fluktuasi (-),punctum (-)
1.4 DIAGNOSA KERJA
Mammae Aberant Dextra
1.5 DIAGNOSA BANDING
Lipoma
Lymphadenopathy axilla
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Lab (tanggal 3 Mei 2013)
Hematologi rutin
o WBC : 6.7 (4 - 12 103 /μL)
4
o LYM : 1,8 (1 - 5 103 /μL)
o MON : 0.6 (0.1 - 1 103 /μL)
o GRA : 4,4 (2 - 8 %)
o LYM%: 26,2 (25 - 50 %)
o MON%: 8.5 (2-10 %)
o GRA% : 65,3 (50 - 80 %)
o RBC : 3.96 (4 - 6.2 103 /μL)
o HGB : 11,7 (11 - 17 g/dl)
o HCT : 35,7 (35 - 55%)
o MCV : 90.2 (80 - 100 µm3)
o MCH : 29,5 (26 - 34 pg)
o MCHC: 32,8 (31 - 35.5 g/dl)
o RDW : 11.2 (10 – 16 %)
o PLT : 272 (150 – 400 103 /μL)
o MPV : 6,7 (7 – 11 μm3)
o PCT : 0.182 (0.200 - 0.500 %)
o PDW : 14.1 (10 – 18 %)
Golongan Darah : B
Bleeding time : 3’
Clotting time : 4’ 30”
Glukosa sewaktu : 88 (70 - 150 mg/dl)
Fungsi Ginjal
Ureum : 50.7 (10 - 50 mg/dl)
Kreatinin : 0.90 (0.6-1.38 mg/dl)
Fungsi Hati
HBsAg : 10258 (<1 N Reac COI)
5
B. Rontgen Thorax (22 April 2013)
Pulmo :
Hili normal
Corakan paru bertambah
Tidak tampak perbercakan lunak
Kesan :
Tidak tampak TB paru aktif
Tidak tampak pembesaran jantung
Saran Pemeriksaan
Biopsi
1.7 PENATALAKSANAAN
Tindakan Bedah : Ekstirpasi
Medikamentosa :
o Ceftazidine 3x1
o Ranitidin 3x1
o Ketorolac 3x1
1.8 PROGNOSIS
Ad vitam : dubia at bonam
Ad functionam : dubia at bonam
Ad sanactionam : dubia at bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embriologi dan Anatomi Mamma
a. Embriologi
Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral band
dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia, penebalan ini
terbentang bilateral dari axila ke vulva.
Pada minggu kesembilan, milk lines ini menjadi atrofi, kecuali di daerah
pectoralis dan mulai tampak tunas putting susu (primordium payudara). Pada minggu
ke dua belas tunas putting susu diinvasi oleh epitel skuamosa ektodermis. Pada bulan
ke lima, jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi primordium payudara dan
berdiferensiasi menjadi l5 sampai 20 filamen padat yang terdistribusi simetris dibawah
kulit tunas puting susu. Ductulus mamma berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam
ventral dari sisa embriologi ini, yang terbagi ke dalam duktus susu primer dan berakhir
dalam tunas lobulus. Tunas putting susu akan terbuka dan membentuk mammary
pit;yang selanjutnya akan terelevasi dan membentuk puting susu.
Gambar 1 : milk lines
7
Gambar 2 : mammary bridges (1. mulai tampak primordium payudara, 2. invasi oleh epitel
skuamosa ektodermis, 3. jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi primordium payudara dan
berdiferensiasi menjadi l5 sampai 20 filamen padat, 4. Ductulus mamma berkembang
sebagai pertumbuhan ke dalam ventral)
Gambar 3. Perkembangan Payudara
8
b. Anatomi
Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai
berikut :
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar :
- superior : iga II atau III
- inferior : iga VI atau VII
- medial : pinggir sternum
- lateral : garis aksilaris anterior / linea mid axillae
2. Batas-batas payudara yang sesungguhnya :
- superior : hampir sampai ke klavikula
- medial : garis tengah
- lateral : m. latissimus dorsi
Sekitar 2/3 bagian payudara terletak pada m. pektoralis mayor, dan 1/3 nya pada m.
latissimus dorsi. Pada sekitar 95% wanita, terdapat perpanjangan batas kuadran lateral atas
payudara sampai ke axilla, yaitu “axillary tail of spence”. Pada daerah ini jaringan payudara
memasuki suatu rongga pada fascia axillaris yang disebut “Foramen of Langer”; sehingga
payudara pada daerah ini terletak dibawah fascia axillaris, dan bukan superfisial dari fascia
axillaris.
Gambar 4. The axillary tail of Spence
9
Struktur Payudara
Payudara terdiri dari berbagai struktur :
- parenkim epitelial
- lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening
- otot dan fascia
Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15 – 20 lobus, yang masing-masing
mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan bermuara pada putting
susu. Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10 – 100
asini grup. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula mamma.
Payudara dibungkus oleh fasia pektoralis superfisialis dimana permukaan anterior dan
posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper. Ligamentum “suspensory” Cooper ini
bekerja sebagai jaringan penunjang yang kuat diantara lobus dan parenkim, dan diantara
dermis kulit dengan bagian dalam fascia pektoralis superfisilais.
Pada invasi keganasan, bagian ligamen ini dapat terkontraksi, membentuk fiksasi dan
retraksi kulit.
Papilla mammae dan areola mammae
Epidermis pada puting susu dan areola adalah berpigmen; yang dilapisi keratinisasi
dari epitel stratified aquamous. Pada pubertas, puting semakin berpigmen dan menonjol.
Terdapat kumpulan serabut otot polos yang radier dan sirkumferensial, serta
longitudinal pada daerah duktus laktiferus.
Pada daerah areola terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar areola
asesorius. Kelenjar asesori ini membentuk penonjolan-penonjolan kecil pada permukaan
areola yang disebut glandula areola “Montgomery tubercles”
Pada puncak puting terdapat banyak akhiran sel-sel saraf dan Meissner’s Corpuscles
pada dermis puting. Areola mengandung sedikit sitruktur ini.
10
Gambar 5. Parenkim mamma
Gambar 6 : Ligamentum Cooper
11
Pada keadaan normal, komponen glandular tampak renggang; mengandung banyak elemen
duktus. Pada awal siklus menstruasi, duktulus tampak seperti tali dengan lumen yang sempit.
Pada saat ovulasi, dengan stimulasi estrogen, lumen membesar, dan terdapat penumpukan
sekresi kelenjar; sehingga cairan dan lemak tertimbun di jaringan penunjang. Jika proses
stimulasi ini berhenti, komponen glandular ini akan kembali regresi.
Vaskularisasi Payudara
1. Arteri
Payudara mendapat pendarahan terutama dari dua sumber utama, yaitu cabang-cabang
perforantes anterior arteri mamaria interna dan arteri thorakalis lateralis:
a. Cabang-cabang perforantes a. Mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV
dari a. Mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada
interkostal yang sesuai, menembus m. Pertoralis mayor dan memberi pendarahan
tepi medial glandula mamma.
b. Cabang-cabang dari a. Axillaris:
Rami pectoralis a. Thorako-akromialis
Arteri ini berjalan turun diantara m. Pektoralis minor dan m. Pektoralis mayor.
Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. Pektoralis mayor. Setelah
menembus m. Pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma
bagian dalam (deep surface).
Arteri thorakalis lateralis (a. Mammaria eksterna)
Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. Pektoralis mayor
untuk mendarahi bagian lateral payudara
Arteri thorako-dorsalis
Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. Subskapularis. Arteri ini
mendarahi m. Latissimus dorsi dan m. Serratus magnus. Walaupun arteri ini
tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting
artinya. Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi
akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “the
bloody angle”.
12
2. Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :
a. Cabang-cabang perforantes V. Mammaria interna
Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena
ini bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian bermuara pada v.
Innominata.
b. Cabang-cabang v. Aksilaris yang terdiri dari v. Thorako-akromialis, v. Thorakalis
lateralis dan v. Thorako dorsalis
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. Interkostalis.
Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada v.
Azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru).
13
Persarafan
Persarafan kulit payudara bersifat segmental dan berasal dari segmen dermatom T2
sampai T6. Sela iga pertama terutama dipersarafi oleh saraf ke musculus subclavius.
Segmen dermatom area ini bisa didenervasi total atau sebagian setelah elevasi flap kulit
untuk mastektomi radikal atau modifikasi. Dengan pemotongan flap kulit dalam axilla,
maka suatu cabang utama nervus intercostobrachiales bisa dikenali dan dikorbankan. Saraf
ini terutama terdiri dari serabut dari cabang cutaneus lateralis nervi intercostales kedua dan
ketiga serta berjalan tegak lurus dan anterior terhadap musculus latissimus dorsi.
Nervus thoracodorsalis
Nervus thoracodorsalis terdapat pada m. Subscapularis, mempersarafi m. Latissimus
dorsi dan muncul dari fasciculus posterior plexus branchialis (C5, C6, dan C7). Ia lewat di
belakang fasciculus medialis dan pembuluh axillaries untuk berjalan lateral terhadap nervus
thoracicus longus dan memasuki batas anterior musculus latissimus dorsi.
Bila terpotong, rotasi interna dan abduksi akan melemah, walaupun tidak
mengakibatkan deformitas. Gangguan fungsionalnya adalah oposisi kuat lengan atas ke
dinding dada lateral, terutama bila penderita perlu membawa sesuatu yang dijepit diantara
lengan atas dan dinding dadanya.
Nervus thoracalis longus
14
Nervus thoracalis longus terdapat pada m. Serratus anterior mempersarafinya. Cedera
pada nervus ini menyebabkan morbiditas fungsional yang jauh lebih besar akibat kelemahan
bahu dan menimbulkan deformitas ‘winged scapula’
Nervus pectoralis lateralis
Nervus pectoralis lateralis berasal dari fasciculus lateral plexus branchialis untuk
mempersarafi m. Pectoralis mayor dan minor. Saraf ini berjalan medial terhadap m.
Pectoralis minor dan harus dilindungi sewaktu melakukan modifikasi mastektomi radikal
untuk mencegah atrofi musculus pectoralis mayor.
Nervus pectoralis medialis
Dalam pembedahan, nervus pectoralis medialis yang berasal dari fasciculus medialis
plexus brachialis, berjalan lateral terhadap musculus pectoralis minor dan mensarafi
musculus pectoralis mayor dan minor. Saraf ini biasanya dikorbankan sewaktu membuang
musculus pectoralis minor sebagai bagian modifikasi mastektomi radikal. Jika nervus
pestoralis lateralis dilindungi, maka musculus pectoralis major tidak akan atrofi dan setelah
operasi bentuk dinding dada akan sesuai dengan m. Pectoralis mayor dan tidak dengan
sangkar iga.
15
Sistem Limfatik Payudara
Pengaliran pembuluh limfatik terutama bersifat unidireksional (searah), kecuali di
daerah subareolar dan daerah sentral payudara, atau pada keadaan dimana terjadinya
obstruksi limfatik menyebabkan terjadinya aliran balik bidireksional. Hal ini dapat terjadi
karena pembuluh limfe tidak berkatup; sehingga aliran balik ini memungkinkan terjadinya
metastasis. Pengaliran limfatik dibagi 3 bagian:
1. Drainase Kulit
Mengalirkan pembuluh limfe dari kulit sekitarnya, dan tidak termasuk areola dan papilla.
Terdapat komunikasi antara pembuluh dermis dengan pembuluh dermis pada payudara
kontralateral, sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran tumor ke KGB dan
payudara kontralateral
2. Drainase Areolar
Yaitu pleksus subareolar dari Sappey; selanjutnya akan bergabung dengan KGB aksilla.
3. Drainase Aksiler
Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksila :
1. KGB mammaria eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m.
Pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksila. Grup ini dibagi dalam dua kelompok :
- Kelompok superior. Kelompok KGB ini terletak setinggi interkostal II-III
- Kelompok imferior. Kelompok KGB ini terletak setinggi interkostal IV-V-V
16
2. KGB Skapula
KGB terletak sepanjang vasa subskapularis dan thorako-dorsalis, mulai dari
percabangan v. Aksilaris menjadi v. Subskapuralis, sampai ke tempat masuknya v.
Thorako-dorsalis ke dalam m. Latissimus dorsi.
3. KGB sentral (central nodes)
KGB ini terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Kadang-kadang beberapa
diantaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat ketiak,
kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan dan belakang. KGB ini adalah kelenjar
yang relatif paling mudah diraba. Dan merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan
terbanyak jumlahnya.
4. KGB interpektoral (Rotter’s nodes)
KGB ini terletak diantara m. Pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v.
Thorako-akromialis. Jumlah satu sampai empat.
5. KGB v. Aksilaris
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris bagian lateral, mulai dari white
tendon m. Latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan v. Aksilaris –
v. Thorako-akromialis
6. KGB subklavikula
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris, mulai dari sedikit medial
percabangan v. Aksilaris – v. Thorako-akromialis sampai di mana v. Aksilaris
menghilang di bawah tendo m. Subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksila
yang tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-
kelenjar getah bening aksila masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh KGB aksila ini
terletak di bawah fasia kostokorakoid
Kelompok kelenjar ini kemudian dibagi lagi dalam 3 level atau tingkat, berdasarkan
hubungannya dengan m. Pectoralis minor.
a. Level I
Terletak lateral / dibawah batas bawah m. Pectoralis minor. Termasuk:
- KGB mamaria eksterna
- KGB vena aksilaris, KGB grup scapular
17
b. Level II
Terletak didalam (deep) atau dibelakang dari m. Pectoralis minor; yaitu grup sentral.
c. Level III
Terletak medial atau diatas dari batas atas m. Pectoralis mino; yaitu grup subclavicular.
Gambar 7. Kelenjar getah bening mamma
2.2. Definisi Mamma Aberrans
Mamma aberrans adalah terdapatnya payudara atau papillae mamma yang lebih
dari dua. Letaknya pada garis susu dari axilla sampai ke inguinal tapi kebanyakan di
axilla.
Gambar 8. Mamma Aberrans
2.3. Etiologi dan Epidemiologi Mamma Aberrans
18
Downer menemukan dari kepustakaan ± 430 kasus. Menurut Haagensen insidensi
anomali ini 1-2 % pada wanita kulit putih. Tetapi penduduk Asia agaknya lebih banyak.
Iwai menemukan 1,88 % pada pria dan 5,19 % pada wanita. Taheya menemukan 3,8 %
pada pria Tionghoa.
Menurut Haagensen mamma aberrans ditemukan 2 kali lebih banyak pada wanita
dari pada laki-laki, yang ditemukan di Bandung hampir selalu wanita.
Anomalis tersebut ada hubungannya dengan keturunan. Terdapat pada keluarga -
keluarga tertentu.
2.4. Patofisiologi Mamma Aberrans
Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral band
dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia, penebalan ini
terbentang bilateral dari axila ke vulva.
Pada minggu kesembilan, mammary ridges ini menjadi atrofi, kecuali di daerah
pectoralis. Disepanjang milk lines terdapat rudimen multipel untuk perkembangan
payudara dikemudian hari. Rudimen multiple tersebut akan berkembang dikemudian
hari jika terdapat pengaruh hormonal baik pada masa pubertas ataupun kehamilan.
Hasil kegagalan regresi mammary ridges pada mamma aberrans memiliki berbagai
tingkat ekspresi klinis termasuk jaringan payudara dengan puting tanpa memiliki
areola, jaringan kelenjar dengan areola tapi tanpa puting, atau hanya dengan jaringan
payudara bukan merupakan areola atau nipple.
Terjadinya jaringan payudara menyimpang yang paling sering terjadi di kawasan
aksila.
2.5. Klasifikasi Mamma Aberrans
Mamma aberrans memiliki beberapa bentuk dan telah diklasifikasikan oleh
Kajava sebagai berikut :
a. payudara lengkap dengan puting, areola, dan jaringan kelenjar,
b. jaringan payudara tanpa areola tapi dengan puting dan jaringan kelenjar,
c. payudara tanpa puting tapi dengan jaringan areola dan kelenjar,
d. payudara tanpa puting atau areola,
e. pseudomamma dengan puting dan areola tapi tanpa kelenjar jaringan (jaringan
payudara digantikan oleh lemak), 19
f. polythelia (Adanya puting saja);
g. polythelia areolaris (keberadaan dari areola saja),
h. polythelia pilosa (kehadiran hanya sepetak rambut)
2.6. Manifestasi Klinis Mamma Aberrans
Ectopic breast tissue mungkin muncul sebagai sesuatu dari jaringan subkutan dan
memiliki fungsi penuh, Secara histologi, supernumerary breast mungkin memiliki
sistem duktal yang terorganisir pada kulit eksternal, sedangkan ectopic breast tissue
sendiri tidak memiliki perkembangan duktus tersebut dan tidak terhubung ke payudara
ipsilateral. Jaringan ini mengikuti kontrol hormon normal dan dapat menjadi klinis
yang jelas saat perempuan memasuki masa puber atau selama kehamilan. Payudara
ektopik dengan kompleks areolar lengkap akan berfungsi sebagai payudara normal,
termasuk menyusui. Gejala pada jaringan payudara aksila dilaporkan memburuk
dengan kehamilan berikutnya, menyebabkan rasa sakit meningkat dan iritasi lokal.
Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa jaringan mungkin tanpa gejala.
Polythelia dihubungkan dengan kelainan pada saluran kemih. Kelainan ginjal
tersebut termasuk kegagalan pembentukan ginjal dan karsinoma ginjal. Hubungan
polythelia dan anomali ginjal tidak begitu kuat tetapi sangat didukung oleh beberapa
studi. Sebuah studi dari Israel melaporkan 40% dari anak-anak dengan polythelia
20
memiliki anomali ginjal obstruktif atau duplikasi dari sistem ekskretoris. Kehadiran
puting ekstra pada anak-anak harus meningkatkan kecurigaan klinisi anomali ginjal.
Umumnya, mamma aberrans terjadi secara sporadis, tetapi kasus-kasus familial
dilaporkan. Dalam keluarga, mamma aberrans dapat dilihat pada saudara kandung.
Toumbis-Ioannou dan Cohen menggambarkan seorang wanita dengan sisi kiri
polythelia dan ginjal kanan ektopik. Kakaknya memiliki sisi kiri polythelia, dan
kakaknya memiliki payudara supernumerary lengkap di sisi kirinya.
2.7. Diagnosis Klinis Mamma Aberrans
Untuk mendiagnosis suatu benjolan / massa, baik itu yang terdapat di regio
aksilaris ataupun regio mammaria, ada beberapa hal yang harus kita pikirkan. Apakah
benjolan merupakan suatu anomali, tumor jinak, keganasan atau merupakan suatu
infeksi baik itu spesifik maupun non spesifik. Hal tersebut dapat kita bedakan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan.
Pencitraan USG menunjukkan jaringan payudara yang tidak dapat dibedakan dari yang
dari payudara secara normal.
Untuk suatu benjolan atau massa apapun, diagnosis jaringan diperlukan.
Diagnosis dini karsinoma pada mamma aberrans memerlukan diagnosis jaringan awal
karena diagnosis klinis tidak dapat diandalkan. Jika ditemani oleh kompleks puting-
areolar, massa mungkin tidak salah didiagnosis sebagai lipoma, kelenjar getah bening,
kista sebasea, atau suppurativa hidradenitis. Mamma aberrans berisiko untuk menjadi
jinak ataupun ganas. Diagnosa dilaporkan termasuk penyakit fibrokistik, mastitis,
fibroadenoma, hiperplasia atipikal, dan karsinoma. Penyakit keganasan yang paling
sering dilaporkan adalah infiltrating ductal carcinoma (79%), diikuti oleh meduler dan
karsinoma lobular (9,5%).
Satu studi tentang mamma aberrans didiagnosis dengan aspirasi jarum halus
hanya ditemukan 2 kasus kemungkinan kanker dari 69 kasus, dan sebuah studi terpisah
dari jaringan payudara aksilaris menyimpang dihapus untuk tujuan kosmetik
menemukan kanker tidak ada dalam 28 kasus.
2.8. Penatalaksanaan Mamma Aberrans
21
Mamma aberrans untuk sebagian besar kasus hadir sebagai masalah kosmetik dan
mungkin pembedahan. Mereka juga dapat dibuang ketika menyebabkan
ketidaknyamanan karena terasa mengganjal , menseksresikan cairan susu atau bahkan
adanya kekhawatiran bila terjadi karsinoma yang tidak mudah diketahui . Dalam kasus
mamma aberrans ektirpasi yang direkomendasikan.
Operasi tersebut harus dilakukan dengan tenang dan sebaliknya dengan narkose
agar yang dianggap benar-benar jaringan kelenjar payudara yang dimaksud, bukan
jaringan lemak subkutan.
2.9. Komplikasi Mamma Aberrans
Seperti disebutkan, jaringan mamma aberrans dapat menjalani perubahan
patologis yang sama seperti payudara normal. Kasus mamma aberrans dengan
perubahan kistik jinak, tumor jinak (adenoma dan fibroadenoma), dan karsinoma telah
dilaporkan. Ketika massa terletak di sepanjang “milk lines”, kemungkinan adanya
jaringan payudara harus dipertimbangkan. Massa tersebut, misalnya di ketiak, mungkin
pada pemeriksaan awal keliru untuk kelenjar getah bening yang membesar. Sejumlah
kasus kanker payudara yang timbul pada jaringan payudara ektopik telah dilaporkan.
Kasus tersebut dapat menyajikan sebuah tantangan untuk kedua dokter dan ahli
patologi dalam membuat diagnosis yang benar.
22
DAFTAR PUSTAKA
Langman J: Medical embryology, 5th ed. Williams & Wilkins, Baltimore, MD, 1985.
Dabs, David J. Breast Pathology. Elsevier Saunders. Philadelphia. 2012
Atkins Kristen A, Kong Christina S. Practical Breast Pathology : a diagnostis approach.
Elsevier Saunders. Philadelphia. 2013
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 2004.
Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Burdick AE, Thomas KA,Welsh E: Axillary polymastia. J Am Acad Dermatol, 49:
1154-1156, 2003.
Ganaraj A, Petrek JA: Diagnosis and treatment of cancer arising in ectopic breast tissue.
Clin Rev, 58: 566-570, 2002.
Lesavoy M, Gomez-Garcia A, Nejdl R, Yospur G, Syiau T-J, Chang P. Axillary breast
tissue: clinical presentation and surgical breast treatment. Ann Plast Surg
1995;35:356–360.
Das D, Gupta S, Mathew S, Sheikh Z, Al-Rubah N. Fine needle aspiration cytology
diagnosis of axillary accessory breast tissue, in cluding its physiologic changes
and pathologic lesions. Acta Cytol 1992;38:130–135.
Utama HSY. 2013. Kelainan pada Payudara / Breast Disorders. Available online at:
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2011/11/kelainan-pada-payudara-
breast-disease.html (Diakses 31 Mei 2013)
23