bedah presus4

31
PRESENTASI KASUS IV MAMMAE ABBERANT Disusun Oleh : Mira Andhika 1102009173 Rizweta Destin 1102009253 Pembimbing : Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MH.Kes, FInaCS, ICS. Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Bagian Ilmu Bedah RSUD Arjawinangun 1

Upload: rizweta-destin

Post on 03-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: bedah presus4

PRESENTASI KASUS IV

MAMMAE ABBERANT

Disusun Oleh :

Mira Andhika 1102009173

Rizweta Destin 1102009253

Pembimbing :

Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MH.Kes, FInaCS, ICS.

Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Bagian Ilmu Bedah RSUD Arjawinangun

Juni 2013

1

Page 2: bedah presus4

BAB I

LEMBAR KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 33 tahun

Alamat : Tegalsari

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Satus Perkawinan : Menikah

Tanggal Masuk : 26 Mei 2013

1.2 ANAMNESIS ( AUTOANAMNESA tanggal 29 Mei 2013)

A. Keluhan Utama : benjolan pada ketiak kanan yang kadang-kadang terasa nyeri

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan adanya benjolan pada

ketiak kanan yang muncul sejak masih remaja. Benjolan dirasa makin membesar saat

pasien mulai mendapat menstruasi. Benjolan tersebut kadang-kadang terasa nyeri

terutama saat pasien menstruasi. Pasien mengaku bahwa benjolan tersebut dirasakan

makin membesar dan menegang saat pasien menstruasi, hamil dan menyusui, namun

mengecil setelahnya. Benjolan tersebut memiliki konsistensi lunak, memiliki warna

sama dengan warna kulit dengan ukuran sebesar kepalan tangan.

Riwayat demam dan batuk-batuk yang lama disangkal. Riwayat pengobatan

dengan obat-obatan TB disangkal. Riwayat darah tinggi dan kencing manis juga

disangkal.

Pada tanggal 28 Mei 2013 pasien telah menjalani operasi pengangkatan

benjolan di ketiak kanan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Benjolan di ketiak kanan yang dirasakan muncul saat pasien masih remaja dan

makin membesar saat menstruasi, hamil, dan menyusui.

2

Page 3: bedah presus4

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu dan saudara perempuan tidak ada yangmengalami hal serupa.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 28 Mei 2013)

A. Obyektif

Status Generalis

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

GCS : E4V5M6

Tanda Vital :

o Tekanan darah: 110 /80 mmHg

o Nadi : 84 x/menit, regular

o Pernapasan : 22 x/menit

o Suhu : 36.6o C

Kepala : normochepali, tidak ada benjolan

Mata : konjuntiva anemis ( -/- ) Sklera ikterik ( -/- )

Leher : pembesaran KGB ( - ) trakea berada ditengah

Axilla

Dextra : Teraba massa ukuran 7-8 cm, mobile, fluktuasi (-), punctum

(-), hiperemis (-)

Sinistra : Tidak teraba adanya massa

Thorax

Paru

o Inspeksi : Hemithoraks kiri dan kanan simetris, tidak ada sikatrik

o Palpasi : Fremitus taktil dan fremitus vokal simetris pada kedua

lapang paru

o Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

o Auskultasi : Vesikuler pada semua lapang paru, Rh -/-, Wh -/-

Jantung

o Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

3

Page 4: bedah presus4

o Palpasi : Ictus Cordis teraba

o Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

o Auskultasi : BJ I-II Reg G(-) M(-)

Abdomen

o Inspeksi : datar, simetris

o Palpasi : supel, nyeri tekan -

o Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen

o Auskultasi : BU (+)

Ekstremitas

Superior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-)

Inferior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-)

Status Lokalis

o Teraba massa subcutis a/r axilla dextra

o Ukuran : 7-8 cm

o Permukaan : rata

o Konsistensi : lunak

o Mobile, tanda peradangan (-), fluktuasi (-),punctum (-)

1.4 DIAGNOSA KERJA

Mammae Aberant Dextra

1.5 DIAGNOSA BANDING

Lipoma

Lymphadenopathy axilla

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Lab (tanggal 3 Mei 2013)

Hematologi rutin

o WBC : 6.7 (4 - 12 103 /μL)

4

Page 5: bedah presus4

o LYM : 1,8 (1 - 5 103 /μL)

o MON : 0.6 (0.1 - 1 103 /μL)

o GRA : 4,4 (2 - 8 %)

o LYM%: 26,2 (25 - 50 %)

o MON%: 8.5 (2-10 %)

o GRA% : 65,3 (50 - 80 %)

o RBC : 3.96 (4 - 6.2 103 /μL)

o HGB : 11,7 (11 - 17 g/dl)

o HCT : 35,7 (35 - 55%)

o MCV : 90.2 (80 - 100 µm3)

o MCH : 29,5 (26 - 34 pg)

o MCHC: 32,8 (31 - 35.5 g/dl)

o RDW : 11.2 (10 – 16 %)

o PLT : 272 (150 – 400 103 /μL)

o MPV : 6,7 (7 – 11 μm3)

o PCT : 0.182 (0.200 - 0.500 %)

o PDW : 14.1 (10 – 18 %)

Golongan Darah : B

Bleeding time : 3’

Clotting time : 4’ 30”

Glukosa sewaktu : 88 (70 - 150 mg/dl)

Fungsi Ginjal

Ureum : 50.7 (10 - 50 mg/dl)

Kreatinin : 0.90 (0.6-1.38 mg/dl)

Fungsi Hati

HBsAg : 10258 (<1 N Reac COI)

5

Page 6: bedah presus4

B. Rontgen Thorax (22 April 2013)

Pulmo :

Hili normal

Corakan paru bertambah

Tidak tampak perbercakan lunak

Kesan :

Tidak tampak TB paru aktif

Tidak tampak pembesaran jantung

Saran Pemeriksaan

Biopsi

1.7 PENATALAKSANAAN

Tindakan Bedah : Ekstirpasi

Medikamentosa :

o Ceftazidine 3x1

o Ranitidin 3x1

o Ketorolac 3x1

1.8 PROGNOSIS

Ad vitam : dubia at bonam

Ad functionam : dubia at bonam

Ad sanactionam : dubia at bonam

6

Page 7: bedah presus4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Embriologi dan Anatomi Mamma

a. Embriologi

Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral band

dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia, penebalan ini

terbentang bilateral dari axila ke vulva.

Pada minggu kesembilan, milk lines ini menjadi atrofi, kecuali di daerah

pectoralis dan mulai tampak tunas putting susu (primordium payudara). Pada minggu

ke dua belas tunas putting susu diinvasi oleh epitel skuamosa ektodermis. Pada bulan

ke lima, jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi primordium payudara dan

berdiferensiasi menjadi l5 sampai 20 filamen padat yang terdistribusi simetris dibawah

kulit tunas puting susu. Ductulus mamma berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam

ventral dari sisa embriologi ini, yang terbagi ke dalam duktus susu primer dan berakhir

dalam tunas lobulus. Tunas putting susu akan terbuka dan membentuk mammary

pit;yang selanjutnya akan terelevasi dan membentuk puting susu.

Gambar 1 : milk lines

7

Page 8: bedah presus4

Gambar 2 : mammary bridges (1. mulai tampak primordium payudara, 2. invasi oleh epitel

skuamosa ektodermis, 3. jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi primordium payudara dan

berdiferensiasi menjadi l5 sampai 20 filamen padat, 4. Ductulus mamma berkembang

sebagai pertumbuhan ke dalam ventral)

Gambar 3. Perkembangan Payudara

8

Page 9: bedah presus4

b. Anatomi

Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai

berikut :

1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar :

- superior : iga II atau III

- inferior : iga VI atau VII

- medial : pinggir sternum

- lateral : garis aksilaris anterior / linea mid axillae

2. Batas-batas payudara yang sesungguhnya :

- superior : hampir sampai ke klavikula

- medial : garis tengah

- lateral : m. latissimus dorsi

Sekitar 2/3 bagian payudara terletak pada m. pektoralis mayor, dan 1/3 nya pada m.

latissimus dorsi. Pada sekitar 95% wanita, terdapat perpanjangan batas kuadran lateral atas

payudara sampai ke axilla, yaitu “axillary tail of spence”. Pada daerah ini jaringan payudara

memasuki suatu rongga pada fascia axillaris yang disebut “Foramen of Langer”; sehingga

payudara pada daerah ini terletak dibawah fascia axillaris, dan bukan superfisial dari fascia

axillaris.

Gambar 4. The axillary tail of Spence

9

Page 10: bedah presus4

Struktur Payudara

Payudara terdiri dari berbagai struktur :

- parenkim epitelial

- lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening

- otot dan fascia

Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15 – 20 lobus, yang masing-masing

mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan bermuara pada putting

susu. Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10 – 100

asini grup. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula mamma.

Payudara dibungkus oleh fasia pektoralis superfisialis dimana permukaan anterior dan

posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper. Ligamentum “suspensory” Cooper ini

bekerja sebagai jaringan penunjang yang kuat diantara lobus dan parenkim, dan diantara

dermis kulit dengan bagian dalam fascia pektoralis superfisilais.

Pada invasi keganasan, bagian ligamen ini dapat terkontraksi, membentuk fiksasi dan

retraksi kulit.

Papilla mammae dan areola mammae

Epidermis pada puting susu dan areola adalah berpigmen; yang dilapisi keratinisasi

dari epitel stratified aquamous. Pada pubertas, puting semakin berpigmen dan menonjol.

Terdapat kumpulan serabut otot polos yang radier dan sirkumferensial, serta

longitudinal pada daerah duktus laktiferus.

Pada daerah areola terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar areola

asesorius. Kelenjar asesori ini membentuk penonjolan-penonjolan kecil pada permukaan

areola yang disebut glandula areola “Montgomery tubercles”

Pada puncak puting terdapat banyak akhiran sel-sel saraf dan Meissner’s Corpuscles

pada dermis puting. Areola mengandung sedikit sitruktur ini.

10

Page 11: bedah presus4

Gambar 5. Parenkim mamma

Gambar 6 : Ligamentum Cooper

11

Page 12: bedah presus4

Pada keadaan normal, komponen glandular tampak renggang; mengandung banyak elemen

duktus. Pada awal siklus menstruasi, duktulus tampak seperti tali dengan lumen yang sempit.

Pada saat ovulasi, dengan stimulasi estrogen, lumen membesar, dan terdapat penumpukan

sekresi kelenjar; sehingga cairan dan lemak tertimbun di jaringan penunjang. Jika proses

stimulasi ini berhenti, komponen glandular ini akan kembali regresi.

Vaskularisasi Payudara

1. Arteri

Payudara mendapat pendarahan terutama dari dua sumber utama, yaitu cabang-cabang

perforantes anterior arteri mamaria interna dan arteri thorakalis lateralis:

a. Cabang-cabang perforantes a. Mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV

dari a. Mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada

interkostal yang sesuai, menembus m. Pertoralis mayor dan memberi pendarahan

tepi medial glandula mamma.

b. Cabang-cabang dari a. Axillaris:

Rami pectoralis a. Thorako-akromialis

Arteri ini berjalan turun diantara m. Pektoralis minor dan m. Pektoralis mayor.

Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. Pektoralis mayor. Setelah

menembus m. Pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma

bagian dalam (deep surface).

Arteri thorakalis lateralis (a. Mammaria eksterna)

Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. Pektoralis mayor

untuk mendarahi bagian lateral payudara

Arteri thorako-dorsalis

Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. Subskapularis. Arteri ini

mendarahi m. Latissimus dorsi dan m. Serratus magnus. Walaupun arteri ini

tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting

artinya. Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi

akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “the

bloody angle”.

12

Page 13: bedah presus4

2. Vena

Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :

a. Cabang-cabang perforantes V. Mammaria interna

Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena

ini bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian bermuara pada v.

Innominata.

b. Cabang-cabang v. Aksilaris yang terdiri dari v. Thorako-akromialis, v. Thorakalis

lateralis dan v. Thorako dorsalis

c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. Interkostalis.

Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada v.

Azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru).

13

Page 14: bedah presus4

Persarafan

Persarafan kulit payudara bersifat segmental dan berasal dari segmen dermatom T2

sampai T6. Sela iga pertama terutama dipersarafi oleh saraf ke musculus subclavius.

Segmen dermatom area ini bisa didenervasi total atau sebagian setelah elevasi flap kulit

untuk mastektomi radikal atau modifikasi. Dengan pemotongan flap kulit dalam axilla,

maka suatu cabang utama nervus intercostobrachiales bisa dikenali dan dikorbankan. Saraf

ini terutama terdiri dari serabut dari cabang cutaneus lateralis nervi intercostales kedua dan

ketiga serta berjalan tegak lurus dan anterior terhadap musculus latissimus dorsi.

Nervus thoracodorsalis

Nervus thoracodorsalis terdapat pada m. Subscapularis, mempersarafi m. Latissimus

dorsi dan muncul dari fasciculus posterior plexus branchialis (C5, C6, dan C7). Ia lewat di

belakang fasciculus medialis dan pembuluh axillaries untuk berjalan lateral terhadap nervus

thoracicus longus dan memasuki batas anterior musculus latissimus dorsi.

Bila terpotong, rotasi interna dan abduksi akan melemah, walaupun tidak

mengakibatkan deformitas. Gangguan fungsionalnya adalah oposisi kuat lengan atas ke

dinding dada lateral, terutama bila penderita perlu membawa sesuatu yang dijepit diantara

lengan atas dan dinding dadanya.

Nervus thoracalis longus

14

Page 15: bedah presus4

Nervus thoracalis longus terdapat pada m. Serratus anterior mempersarafinya. Cedera

pada nervus ini menyebabkan morbiditas fungsional yang jauh lebih besar akibat kelemahan

bahu dan menimbulkan deformitas ‘winged scapula’

Nervus pectoralis lateralis

Nervus pectoralis lateralis berasal dari fasciculus lateral plexus branchialis untuk

mempersarafi m. Pectoralis mayor dan minor. Saraf ini berjalan medial terhadap m.

Pectoralis minor dan harus dilindungi sewaktu melakukan modifikasi mastektomi radikal

untuk mencegah atrofi musculus pectoralis mayor.

Nervus pectoralis medialis

Dalam pembedahan, nervus pectoralis medialis yang berasal dari fasciculus medialis

plexus brachialis, berjalan lateral terhadap musculus pectoralis minor dan mensarafi

musculus pectoralis mayor dan minor. Saraf ini biasanya dikorbankan sewaktu membuang

musculus pectoralis minor sebagai bagian modifikasi mastektomi radikal. Jika nervus

pestoralis lateralis dilindungi, maka musculus pectoralis major tidak akan atrofi dan setelah

operasi bentuk dinding dada akan sesuai dengan m. Pectoralis mayor dan tidak dengan

sangkar iga.

15

Page 16: bedah presus4

Sistem Limfatik Payudara

Pengaliran pembuluh limfatik terutama bersifat unidireksional (searah), kecuali di

daerah subareolar dan daerah sentral payudara, atau pada keadaan dimana terjadinya

obstruksi limfatik menyebabkan terjadinya aliran balik bidireksional. Hal ini dapat terjadi

karena pembuluh limfe tidak berkatup; sehingga aliran balik ini memungkinkan terjadinya

metastasis. Pengaliran limfatik dibagi 3 bagian:

1. Drainase Kulit

Mengalirkan pembuluh limfe dari kulit sekitarnya, dan tidak termasuk areola dan papilla.

Terdapat komunikasi antara pembuluh dermis dengan pembuluh dermis pada payudara

kontralateral, sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran tumor ke KGB dan

payudara kontralateral

2. Drainase Areolar

Yaitu pleksus subareolar dari Sappey; selanjutnya akan bergabung dengan KGB aksilla.

3. Drainase Aksiler

Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksila :

1. KGB mammaria eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m.

Pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksila. Grup ini dibagi dalam dua kelompok :

- Kelompok superior. Kelompok KGB ini terletak setinggi interkostal II-III

- Kelompok imferior. Kelompok KGB ini terletak setinggi interkostal IV-V-V

16

Page 17: bedah presus4

2. KGB Skapula

KGB terletak sepanjang vasa subskapularis dan thorako-dorsalis, mulai dari

percabangan v. Aksilaris menjadi v. Subskapuralis, sampai ke tempat masuknya v.

Thorako-dorsalis ke dalam m. Latissimus dorsi.

3. KGB sentral (central nodes)

KGB ini terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Kadang-kadang beberapa

diantaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat ketiak,

kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan dan belakang. KGB ini adalah kelenjar

yang relatif paling mudah diraba. Dan merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan

terbanyak jumlahnya.

4. KGB interpektoral (Rotter’s nodes)

KGB ini terletak diantara m. Pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v.

Thorako-akromialis. Jumlah satu sampai empat.

5. KGB v. Aksilaris

Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris bagian lateral, mulai dari white

tendon m. Latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan v. Aksilaris –

v. Thorako-akromialis

6. KGB subklavikula

Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris, mulai dari sedikit medial

percabangan v. Aksilaris – v. Thorako-akromialis sampai di mana v. Aksilaris

menghilang di bawah tendo m. Subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksila

yang tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-

kelenjar getah bening aksila masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh KGB aksila ini

terletak di bawah fasia kostokorakoid

Kelompok kelenjar ini kemudian dibagi lagi dalam 3 level atau tingkat, berdasarkan

hubungannya dengan m. Pectoralis minor.

a. Level I

Terletak lateral / dibawah batas bawah m. Pectoralis minor. Termasuk:

- KGB mamaria eksterna

- KGB vena aksilaris, KGB grup scapular

17

Page 18: bedah presus4

b. Level II

Terletak didalam (deep) atau dibelakang dari m. Pectoralis minor; yaitu grup sentral.

c. Level III

Terletak medial atau diatas dari batas atas m. Pectoralis mino; yaitu grup subclavicular.

Gambar 7. Kelenjar getah bening mamma

2.2. Definisi Mamma Aberrans

Mamma aberrans adalah terdapatnya payudara atau papillae mamma yang lebih

dari dua. Letaknya pada garis susu dari axilla sampai ke inguinal tapi kebanyakan di

axilla.

Gambar 8. Mamma Aberrans

2.3. Etiologi dan Epidemiologi Mamma Aberrans

18

Page 19: bedah presus4

Downer menemukan dari kepustakaan ± 430 kasus. Menurut Haagensen insidensi

anomali ini 1-2 % pada wanita kulit putih. Tetapi penduduk Asia agaknya lebih banyak.

Iwai menemukan 1,88 % pada pria dan 5,19 % pada wanita. Taheya menemukan 3,8 %

pada pria Tionghoa.

Menurut Haagensen mamma aberrans ditemukan 2 kali lebih banyak pada wanita

dari pada laki-laki, yang ditemukan di Bandung hampir selalu wanita.

Anomalis tersebut ada hubungannya dengan keturunan. Terdapat pada keluarga -

keluarga tertentu.

2.4. Patofisiologi Mamma Aberrans

Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral band

dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia, penebalan ini

terbentang bilateral dari axila ke vulva.

Pada minggu kesembilan, mammary ridges ini menjadi atrofi, kecuali di daerah

pectoralis. Disepanjang milk lines terdapat rudimen multipel untuk perkembangan

payudara dikemudian hari. Rudimen multiple tersebut akan berkembang dikemudian

hari jika terdapat pengaruh hormonal baik pada masa pubertas ataupun kehamilan.

Hasil kegagalan regresi mammary ridges pada mamma aberrans memiliki berbagai

tingkat ekspresi klinis termasuk jaringan payudara dengan puting tanpa memiliki

areola, jaringan kelenjar dengan areola tapi tanpa puting, atau hanya dengan jaringan

payudara bukan merupakan areola atau nipple.

Terjadinya jaringan payudara menyimpang yang paling sering terjadi di kawasan

aksila.

2.5. Klasifikasi Mamma Aberrans

Mamma aberrans memiliki beberapa bentuk dan telah diklasifikasikan oleh

Kajava sebagai berikut :

a. payudara lengkap dengan puting, areola, dan jaringan kelenjar,

b. jaringan payudara tanpa areola tapi dengan puting dan jaringan kelenjar,

c. payudara tanpa puting tapi dengan jaringan areola dan kelenjar,

d. payudara tanpa puting atau areola,

e. pseudomamma dengan puting dan areola tapi tanpa kelenjar jaringan (jaringan

payudara digantikan oleh lemak), 19

Page 20: bedah presus4

f. polythelia (Adanya puting saja);

g. polythelia areolaris (keberadaan dari areola saja),

h. polythelia pilosa (kehadiran hanya sepetak rambut)

2.6. Manifestasi Klinis Mamma Aberrans

Ectopic breast tissue mungkin muncul sebagai sesuatu dari jaringan subkutan dan

memiliki fungsi penuh, Secara histologi, supernumerary breast mungkin memiliki

sistem duktal yang terorganisir pada kulit eksternal, sedangkan ectopic breast tissue

sendiri tidak memiliki perkembangan duktus tersebut dan tidak terhubung ke payudara

ipsilateral. Jaringan ini mengikuti kontrol hormon normal dan dapat menjadi klinis

yang jelas saat perempuan memasuki masa puber atau selama kehamilan. Payudara

ektopik dengan kompleks areolar lengkap akan berfungsi sebagai payudara normal,

termasuk menyusui. Gejala pada jaringan payudara aksila dilaporkan memburuk

dengan kehamilan berikutnya, menyebabkan rasa sakit meningkat dan iritasi lokal.

Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa jaringan mungkin tanpa gejala.

Polythelia dihubungkan dengan kelainan pada saluran kemih. Kelainan ginjal

tersebut termasuk kegagalan pembentukan ginjal dan karsinoma ginjal. Hubungan

polythelia dan anomali ginjal tidak begitu kuat tetapi sangat didukung oleh beberapa

studi. Sebuah studi dari Israel melaporkan 40% dari anak-anak dengan polythelia

20

Page 21: bedah presus4

memiliki anomali ginjal obstruktif atau duplikasi dari sistem ekskretoris. Kehadiran

puting ekstra pada anak-anak harus meningkatkan kecurigaan klinisi anomali ginjal.

Umumnya, mamma aberrans terjadi secara sporadis, tetapi kasus-kasus familial

dilaporkan. Dalam keluarga, mamma aberrans dapat dilihat pada saudara kandung.

Toumbis-Ioannou dan Cohen menggambarkan seorang wanita dengan sisi kiri

polythelia dan ginjal kanan ektopik. Kakaknya memiliki sisi kiri polythelia, dan

kakaknya memiliki payudara supernumerary lengkap di sisi kirinya.

2.7. Diagnosis Klinis Mamma Aberrans

Untuk mendiagnosis suatu benjolan / massa, baik itu yang terdapat di regio

aksilaris ataupun regio mammaria, ada beberapa hal yang harus kita pikirkan. Apakah

benjolan merupakan suatu anomali, tumor jinak, keganasan atau merupakan suatu

infeksi baik itu spesifik maupun non spesifik. Hal tersebut dapat kita bedakan melalui

anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan.

Pencitraan USG menunjukkan jaringan payudara yang tidak dapat dibedakan dari yang

dari payudara secara normal.

Untuk suatu benjolan atau massa apapun, diagnosis jaringan diperlukan.

Diagnosis dini karsinoma pada mamma aberrans memerlukan diagnosis jaringan awal

karena diagnosis klinis tidak dapat diandalkan. Jika ditemani oleh kompleks puting-

areolar, massa mungkin tidak salah didiagnosis sebagai lipoma, kelenjar getah bening,

kista sebasea, atau suppurativa hidradenitis. Mamma aberrans berisiko untuk menjadi

jinak ataupun ganas. Diagnosa dilaporkan termasuk penyakit fibrokistik, mastitis,

fibroadenoma, hiperplasia atipikal, dan karsinoma. Penyakit keganasan yang paling

sering dilaporkan adalah infiltrating ductal carcinoma (79%), diikuti oleh meduler dan

karsinoma lobular (9,5%).

Satu studi tentang mamma aberrans didiagnosis dengan aspirasi jarum halus

hanya ditemukan 2 kasus kemungkinan kanker dari 69 kasus, dan sebuah studi terpisah

dari jaringan payudara aksilaris menyimpang dihapus untuk tujuan kosmetik

menemukan kanker tidak ada dalam 28 kasus.

2.8. Penatalaksanaan Mamma Aberrans

21

Page 22: bedah presus4

Mamma aberrans untuk sebagian besar kasus hadir sebagai masalah kosmetik dan

mungkin pembedahan. Mereka juga dapat dibuang ketika menyebabkan

ketidaknyamanan karena terasa mengganjal , menseksresikan cairan susu atau bahkan

adanya kekhawatiran bila terjadi karsinoma yang tidak mudah diketahui . Dalam kasus

mamma aberrans ektirpasi yang direkomendasikan.

Operasi tersebut harus dilakukan dengan tenang dan sebaliknya dengan narkose

agar yang dianggap benar-benar jaringan kelenjar payudara yang dimaksud, bukan

jaringan lemak subkutan.

2.9. Komplikasi Mamma Aberrans

Seperti disebutkan, jaringan mamma aberrans dapat menjalani perubahan

patologis yang sama seperti payudara normal. Kasus mamma aberrans dengan

perubahan kistik jinak, tumor jinak (adenoma dan fibroadenoma), dan karsinoma telah

dilaporkan. Ketika massa terletak di sepanjang “milk lines”, kemungkinan adanya

jaringan payudara harus dipertimbangkan. Massa tersebut, misalnya di ketiak, mungkin

pada pemeriksaan awal keliru untuk kelenjar getah bening yang membesar. Sejumlah

kasus kanker payudara yang timbul pada jaringan payudara ektopik telah dilaporkan.

Kasus tersebut dapat menyajikan sebuah tantangan untuk kedua dokter dan ahli

patologi dalam membuat diagnosis yang benar.

22

Page 23: bedah presus4

DAFTAR PUSTAKA

Langman J: Medical embryology, 5th ed. Williams & Wilkins, Baltimore, MD, 1985.

Dabs, David J. Breast Pathology. Elsevier Saunders. Philadelphia. 2012

Atkins Kristen A, Kong Christina S. Practical Breast Pathology : a diagnostis approach.

Elsevier Saunders. Philadelphia. 2013

Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 2004.

Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku kedokteran

EGC. Jakarta.

Burdick AE, Thomas KA,Welsh E: Axillary polymastia. J Am Acad Dermatol, 49:

1154-1156, 2003.

Ganaraj A, Petrek JA: Diagnosis and treatment of cancer arising in ectopic breast tissue.

Clin Rev, 58: 566-570, 2002.

Lesavoy M, Gomez-Garcia A, Nejdl R, Yospur G, Syiau T-J, Chang P. Axillary breast

tissue: clinical presentation and surgical breast treatment. Ann Plast Surg

1995;35:356–360.

Das D, Gupta S, Mathew S, Sheikh Z, Al-Rubah N. Fine needle aspiration cytology

diagnosis of axillary accessory breast tissue, in cluding its physiologic changes

and pathologic lesions. Acta Cytol 1992;38:130–135.

Utama HSY. 2013. Kelainan pada Payudara / Breast Disorders. Available online at:

http://www.dokterbedahherryyudha.com/2011/11/kelainan-pada-payudara-

breast-disease.html (Diakses 31 Mei 2013)

23