tugas resume

15
I. Pendahuluan Dalam krisis keuangan dunia saat ini dengan berbagai dampak bencana terhadap ekonomi dunia, kita dapat mengamati suatu minat baru dalam peran Negara sebagai aktor yang mengatur perekonomian dunia. Sudah ada semboyan yang berguna bagi kondisi gerakan yang diduga saat ini yaitu “Globalisasi". Konsep ini harus dipahami sebagai permintaan untuk mengembalikan negara sebagai aktor pengatur utama dari perekonomian dunia yang harus dan bisa memainkan peran yang dominan dalam perjuangan untuk mengatasi konsekuensi dari krisis keuangan saat ini di seluruh dunia. Pertanyaannya harus dijawab apakah negara saat ini sebenarnya masih dalam posisi untuk memenuhi tugas besar ini sendiri. Dengan kata lain, pertanyaan yang harus dijawab lainnya, apakah kini Negara masih sesuai dengan kriteria konsep tradisional dari wilayah negara-negara berdaulat sebagai kriteria seperti telah didefinisikan dalam hukum internasional dan teori politik pada awal abad kedua puluh. Pertimbangan berikut akan dilanjutkan dalam tiga langkah: pertama melihat peran bersejarah negara dalam regulasi ekonomi mereka kemudian diikuti oleh analisis tentang bagaimana sarana dan lembaga-lembaga negara yang memenuhi tugas publik telah berubah karena dampak Page 1 of 15

Upload: januar-abdul-razak

Post on 13-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

transaksi bisnis internasional

TRANSCRIPT

I. PendahuluanDalam krisis keuangan dunia saat ini dengan berbagai dampak bencana terhadap ekonomi dunia, kita dapat mengamati suatu minat baru dalam peran Negara sebagai aktor yang mengatur perekonomian dunia.Sudah ada semboyan yang berguna bagi kondisi gerakan yang diduga saat ini yaitu Globalisasi". Konsep ini harus dipahami sebagai permintaan untuk mengembalikan negara sebagai aktor pengatur utama dari perekonomian dunia yang harus dan bisa memainkan peran yang dominan dalam perjuangan untuk mengatasi konsekuensi dari krisis keuangan saat ini di seluruh dunia. Pertanyaannya harus dijawab apakah negara saat ini sebenarnya masih dalam posisi untuk memenuhi tugas besar ini sendiri.Dengan kata lain, pertanyaan yang harus dijawab lainnya, apakah kini Negara masih sesuai dengan kriteria konsep tradisional dari wilayah negara-negara berdaulat sebagai kriteria seperti telah didefinisikan dalam hukum internasional dan teori politik pada awal abad kedua puluh.Pertimbangan berikut akan dilanjutkan dalam tiga langkah: pertama melihat peran bersejarah negara dalam regulasi ekonomi mereka kemudian diikuti oleh analisis tentang bagaimana sarana dan lembaga-lembaga negara yang memenuhi tugas publik telah berubah karena dampak globalisasi. Dan di akhir akan menetapkan apa peran dan fungsi negara dalam perekonomian dunia global.

II. Peran Negara Teritorial Klasik Dalam Lingkungan Ekonomi di Zamannya

Pada zaman awal dari Negara teritorial modern yang berlangsung, implementasi tugas ini adalah atribut kerajaan dan pangeran dalam arti bahwa mereka adalah bagian dari perawatan paternal mereka. Meskipun kebijakan tersebut belum bertujuan untuk mewujudkan keuntungan, hal itu bertujuan untuk mengamankan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan kewajiban negara untuk memberikan keamanan dan mendorong kesejahteraan umum. Pendekatan ini menjadi dikenal sebagai "sistem merkantilis".Ketika pada paruh kedua, kebijakan ekonomi abad kedelapan belas bergeser ke arah mempromosikan perdagangan dan perniagaan dengan tujuan mewujudkan keuntungan. Sementara di negara sistem merkantilis, manufaktur merupakan faktor ekonomi utama, sistem ini ditantang oleh konsep kebebasan perdagangan dan perniagaan.Sebuah pernyataan yang paling menonjol dari perubahan yang muncul ialah paradigma ekonomi dalam buku terkenal yang diciptakan ole Adam Smith pada Nations Wealth, di mana ia untuk pertama kalinya secara sistematis dan secara ilmiah menyerukan untuk penghapusan semua pembatasan ekonomi.Kemudian pada paruh pertama abad kedua puluh terlihat kebangkitan kembali peranan yang kuat dari Negara dalam perekonomian dunia. Di bawah dampak krisis ekonomi yang disebabkan oleh inflasi yang meluas pada akhir Perang Dunia Pertama dan oleh konsekuensi sosial bencana Depresi Besar 1929-1933.Setelah Perang Dunia Kedua, perdagangan bebas dan perniagaan memainkan peranan lebih besar yang menghasilkan konsep 'ekonomi pasar sosial'. Dalam sistem ini tanggung jawab Negara tidak hanya untuk melindungi persaingan bebas terhadap monopoli, tetapi juga untuk campur tangan dalam penyebab keadilan sosial.Secara internasional pendekatan yang lebih liberal menyebabkan penerapan dari Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (GATT), cikal bakal dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 1994. Kecuali untuk GATT, semua pendekatan untuk regulasi yang tepat tentang dunia dan ekonomi nasional yang digambarkan di sini ditandai oleh persepsi eksklusif Negara-berpusat.

III. Perubahan Kelembagaan Dalam Pelaksanaan Tugas-tugas Publik di bawah Pengaruh Globalisasi

Untuk menilai perubahan peran Negara dalam perekonomian dunia yang disebabkan oleh proses globalisasi, maka perlu untuk menentukan konsep 'globalisasi' dalam beberapa detail. Pertama-tama, perlu untuk menyatakan yang dimaksud globalisasi bukan hanya nama lain untuk internasionalisasi. Globalisasi, untuk sebagian, menunjukkan pelaksanaan tugas publik di ranah transnasional oleh aktor-aktor non-negara dalam kerjasama dengan negara-negara lainnya, dan kadang-kadang bahkan terhadap keduanya. Tindakan global bukanlah berpusat pada negara tetapi melampaui negara tersebut.Lebih kongkrit, globalisasi menunjukkan proses suatu denationalisation kluster politik, pasar dan hukum. Globalisasi juga menyebabkan disosiasi pada kecocokan negara dan masyarakat nasional.Definisi globalisasi sama sekali tidak komprehensif, tetapi mengungkapkan satu elemen inti dari globalisasi lebih jelas daripada definisi oleh mereka yang mendefinisikannya hanya sebagai fenomena ekonomi atau sebagai akibat dari revolusi teknologi telekomunikasi. Asumsi bahwa globalisasi adalah proses dari denationalisation sebagian negara, secara internal maupun eksternal perlu dijelaskan secara rinci.Pertama, perlu dicatat bahwa untuk beberapa waktu, Negara telah menarik diri dari pemenuhan tugas dalam lingkup domestik dan di tingkat internasional yang sampai sekarang dianggap sebagai tugas yang benar-benar umum. Penarikan dari tugas-tugas publik ini dilaksanakan oleh pengalihan tugas tersebut kepada pelaku swasta yang tidak hanya badan usaha swasta dalam hal status hukum mereka, tetapi juga jelas bagian dari sektor swasta dalam substansi.Kedua, kita harus ingat bahwa karena revolusi teknologi telekomunikasi, negara sampai batas tertentu kehilangan 'kapasitas kemudi' mereka. Untuk mengkompensasi kerugian ini kontrol negara dan kapasitas kemudi, Negara kian berpaling ke pelaksanaan ekstrateritorial otoritas publik.Akhirnya, hal itu harus dicatat bahwa dalam berbagai konteks organisasi non-negara dan kelompok yang telah memperluas kegiatan mereka ke wilayah yang telah menjadi terbuka bagi mereka oleh dengan penarikan dari negara. Contoh dari proses ini adalah pertumbuhan 'fungsi legislasi' lembaga non negara di bidang standardisasi teknis seperti Organisasi Standardisasi Internasional (ISO).Apa arti perkembangan ini sehubungan dengan struktur sistem internasional dan peran negara dalam sistem ini? Jawabannya adalah monopoli negara sebagai aktor dalam sistem internasional jelas merupakan soal masa lampau. Dalam konteks ini, bagaimanapun, fokus harus menjadi tentang dampak keanggotaan negara di organisasi internasional dan supranasional, dan dampak dari globalisasi, terutama dalam perekonomian dunia.

IV. Pengalihan Tugas dari Suatu Negara Kepada Organisasi Internasional Dan Supranasional

Saat ini, kebanyakan Negara di dunia terikat dengan jaringan yang padat, sekitar 300 jaringan internasional dan sebagai bagian dari dan organisasi lintas Negara. Tentu saja, kebanyakan dari organisasi-organisasi ini masih terpusat pada organisasi yang bentuknya Negara. Namun demikian, adalah organisasi-organisasi tersebutlah yang berurusan dengan hal-hal terkait yang penting seperti ekonomi, perlindungan lingkungan dan telekomunikasi yang mana esensi dari pelayanan publik secara tidak langsung telah ditransfer kepada organisasi-organisasi tersebut. Sebagai tambahan, organisasi ini tetap terikat pada peraturan perundangan, kekuasaan eksekutif dan yudikatif.Hal ini secara khusus adalah merupakan tindak lanjut dari ketentuan dan apa yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa. Walaupun disatu sisi, perpindahan bagian dari otoritas public kepada Uni Eropa mempunyai pengertian hilangnya kekuasaan dari Negara-negara anggota dalam bagian yang dipindahkan tersebut dimana perpindahan tersebut diartikan bahwa hal tersebut akan mengembangkan terciptanya otoritas publik dari Uni Eropa, namun perpindahan kekuasaan dari Negara-negara anggota sifatnya hanya sementara dan tidak dimaksudkan untuk diambil secara permanent dari Negara-negara tersebut. Hal ini mempunyai pengertian bahwa otoritas publilk dari Negara Negara anggota Uni Eropa tetap melekat kepada mereka walaupun otoritas publik tersebut saat ini telah dibagi kepada Uni Eropa. Sebagai tambahan, dapat dikatakan bahwa European Court Of Justice (Peradilan Hukum Eropa) secara tegas menyatakan bahwa hukum yang berasal dari perjanjian, suatu sumber hukum yang independent, dikarenakan sifat specialnya dan kekhususannya dapat dikesampingkan oleh hukum suatu Negara. Artinya hukum yang berlaku di komunitas Uni Eropa secara sendirinya menyimpangi dari hukum domestic Negara-negara anggotanya termasuk hukum konstitusionalnya. Mempertimbangkan bahwa hukum UE mempunyai efek secara langsung kepada anggotanya, sehingga menyebabkan dualisme yaitu otoritas public nasional serta otoritas publik lintas negara. Lebih jauh lagi, efek dari dualisme ini kembali ditegaskan oleh yuridksi wajib dari ECJ terhadap Negara-negara anggotanya termasuk individu-individu warganegara yang berpartisipasi dalam pasar Eropa. Walaupun demikian, kita tidak dapat melihat bahwa Negara anggota tidak hanya berpartisipasi dalam organ di Uni Eropa, namun melalui organnya, mereka juga mengambil bagian dalam implementasi hukum Uni Eropa secara domestik. Ringkasnya, kdiita dapat melihat kaitan dari level nasional dan supranasional.Sebagai contoh, analisis hanya akan terbatas pada efek dari keanggotaan dari World Trade Organization (WTO) dimana WTO dilihat sebagai arah perubahan di dalam proses globalisasi ekonomi secara internasional. WTO yang pertama kali didirikan pada tahun 1994 sebagai hasil dari pertemuan Uruguay (1986-1994) yang dimaksudkan untuk mengejar terciptanya kebijakan dari liberalisasi internasional pada perdagangan dan perniagaan, dan tidak hanya sebatas mengimplementasikan terciptanya perdagangan bebas. WTO juga berkomitmen kepada prinsip-prinsip umum seperti perbaikan standard hidup, bidang ketenagakerjaan, persamaan pendapatan dan keberlangsungan perkembangan serta perlindungan lingkungan hidup dari suatu Negara. Syarat keanggotaan dari WTO menyebabkan sejumlah dampak bagi Negara anggota untuk dapat merubah peran tradisionalnya sebagai suatu pihak yang berdaulat. Menjadi pihak ipso iure sebagaimana dikatakan dalam (MTAs) (Art. II.2 WTO Treaty) Contohnya the GATT (GATT 1994), perjanjian umum dalam perdagangan sektor jasa (General Agreement On Trade In Service, GATS), Perjanjian Perdagangan yang terkait dengan aspek Hak Kekayaan Intelektual (The Agreement On Trade-Related Aspects Of Intellectual Property Rights (TRIPS) dan The Understanding On Rules and Procedures Governing The Settlement Of Disputes (DSU). Karena hal-hal inilah, maka Negara harus memutuskan apakah mereka abstain dari keikutsertaannya pada WTO atau berkeinginan untuk menerima secara penuh keanggotaannya dalam WTO.Hal ini sebenarnya tidak lazim dalam hukum internasional klasik, tapi merupakan khas dari proses constitutional hukum internasional, adalah dalam kasus konflik antara Perjanjian WTO dengan MTS, WTO didahulukan sejauh konflik tersebut. Yang lebih penting dalam konteks masa saat ini adalah kewajiban dari anggota WTO untuk mengharmonisasikan hukum mereka dan peraturan lainnya serta prosedur adminitrasi dan kewajibannya dengan ketentuan MTA. Untuk mencegah kewajiban-kewajiban ini tidak dijalankan, ketentuan Pasal 10 GATT 1994 dan Ketentuan 6 GATS menyediakan secara komprehensif dan mendalam atas kewajiban-kewajiban dari Negara anggota untuk mempublikasikan peraturan dan regulasi di bidang perdagangan mereka dan juga kebijakan umum dari peradilan dan lembaga-lembaga administrative yang mengatur mengenai export dan import. Ringkasnya, perkembangan yang telah digambarkan diatas, tentu saja telah membawa dampak yang substasial pada Negara tradisional dala hal pembatasan kewenangan legislative dan yudikatif, dan dalam hal integrasi vertical dari domestic dan lembaga admintratif internasional.

V. De-teritorial Pelaksanaan dari Tugas Pelayanan Publik dan Pelaksanaan Hukum

Pada abad pertengahan, wilayah territorial bukanlah suatu konstituen hukum dari suatu tatatan feodalis. Sebaliknya, wilayah territorial diartikan sebagai de facto dari suatu tatanan feudal. Hanya setelah kemunculan dari bentuk modern pemerintahan, termasuk administrasi publik yang terorganisir secara baik berikut tentaranya, membuat territorial dipahami sebagai dimensi hukum yang normative dan umum. Mempertahankan integritas wilayah territorial di sepanjang batas-batas wilayah menjadi sesuatu yang wajib dilakukan oleh Negara-negara modern. Hal ini membawa konsekuensi bahwa integritas wilayah territorial dari suatu Negara merupakan prinsip dasar dari hukum internasional. Pengakuan terhadap wilayah territorial adalah hal penting yang mendasar dari pengakuan diri suatu Negara baru, tidak hanya dalam hal mempertahankan Negara dari ancaman luar terhadap integritas wilayah territorial. Sebagai contoh dari peningkatan de-territorialisation dari pelaksanaan kewenangan otoritas publik telah diberikan sebelum, sebagai contoh pengalihan dari pelaksanaan tugas pelayanan publik kepada lembaga internasional non Pemerintahan dan organisasi supranasional.Dengan kata lain, dikarenakan adanya perkembangan tersebut, wilayah territorial suatu Negara telah kehilangan kendalinya dan karenanya bergantung tidak hanya pada adanya kerjasama internasional dalam melaksanakan tugas-tugasnya, namun juga untuk memenuhi keberadaan mereka dalam level kenegaraan.

VI. KesimpulanKesimpulan pertama dari apa yang telah diuraikan sebelumnya adalah bahwa pelaksanaan dari tugas publik dari suatu Negara yang berdaulat telah membawa ke sebuah sistem dimana pelaksanaan dari tugas publik dicapai dalam beberapa level, misalnya dalam level sebuah sub Negara, dalam level Negara dan dalam level internasional dan level supranasional. Hal ini secara khusus benar-benar terjadi di dalam bidang ekonomi dan hal terkait lainnya. Suatu Negara terjebak di dalam banyak lapisan sistem pemerintahan, yang sebagian berkompetisi dan sebagian lainnya bekerjasama dan terkait dengan otoritas publik dan pengambil keputusan yang tidak harus sejalan dengan konsep tradisional dari suatu Negara berdaulat. Hal tersebut secara khusus disebabkan karena adanya integrasi dalam bidang ekonomi, dimana suatu Negara harus membuka dirinya dengan dunia luar dan dimana selanjutnya Negara tersebut akan membuka dirinya terhadap dampak normative dan dampak de fakto pada wilayah domestiknya.Secara detail, hal ini mempunyai pengertian bahwa Negara telah kehilangan segala hal yang terkait dengan kompetensinya dan otoritas eksklusifnya terhadap wilayah negaranya tersebut, yang mana hal tersebut adalah suatu dasar dari terdirinya suatu Negara yang berdaulat. Bagaimanapun, hal ini tidak berarti bahwa Negara sebagai bentuk dari organisasi politik dari suatu masyarakat telah berakhir, seperti yang ditakutkan oleh banyak orang. Justru dengan adanya pengembangan ini mempunyai pengertian bahwa tugas dan tanggung jawab dari suatu Negara dalam mengadakan pelayanan umum telah berubah menjadi lebih luas lagi. Sebagai gantinya, Negara telah mendapatkan peran dan fungsi baru dari kemunculan sistem banyak lapisan pemerintahan global tersebut. Peran baru ini mungkin dapat digambarkan sebagai transmisi atau poros penyambung di dalam sistem internasional yang terintegrasi secara vertikal.Hal ini semata-mata bukanlah suatu fiksi yang saat ini dapat dilihat dalam kaitannya dengan pendekatan terhadap komunitas internasional yang tentu saja memiliki tugas berat untuk mengatasi krisis ekonomi global. Dengan pengecualian terhadap suatu Negara yang mempunyai tendensi untuk mengatasi krisis secara sendirian, adalah tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ada banyak mayoritas Negara yang secara cepat mengikuti lembaga ad hoc dan forum internasional untuk mencari formula dan strategy mengatasi krisis. Godaan untuk kembali ke langkah-langkah yang sifatnya protektif, setidaknya sejauh ini tidak ditempuh. Tentu saja ada beberapa ketidaksetujuan dalam teknis dan justru akan mengejutkan jika tidak ada suara-suara yang berbeda. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa saat ini terdapat kesepakatan atau konsensus yang sedang berkembang terkait di tata hukum ekonomi global.Adalah tanggung jawab dari pemimpin politik di dunia ini untuk mengimplementasikan tanggung jawabnya masing-masing. Sebagai contoh, untuk memformulakan kebutuhan global terhadap panduan untuk melakukan transaksi ekonomi, baik secara global maupun dalam level supranasional, dan kemudian melihat apakah panduan tersebut dapat diimplementasikan dalam level regional maupun level domestik. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, adalah suatu bukti bahwa suatu Negara tentu saja telah kehilangan kekuatan nasionalnya, sehingga mereka tidak mampu mengatasi bencana ekonomi dengan kemampuannya sendiri. Tetapi mereka tetap memiliki peranan penting, walaupun tidak sebagai Negara berdaulat itu sendiri seperti yang secara jitu disampaikan oleh Abram Chayes dan Antonia Handler Chayes: Bahwa adalah terkecuali Negara-negara yang terisolasi, kedaulatan tidak lagi terdiri dari kebebasan Negara untuk bertindak secara independent sesuai keinginannya dan kepentingannya sendiri, tetapi bertindak dalam suatu keanggotaan dan pemahaman yang baik dalam rezim yang memperbaiki subtansi dari kehidupan internasional.

PERUBAHAN PERAN NEGARA DALAM PEREKONOMIAN DI ERA GLOBALISASI

Tugas Transaksi Bisnis Internasional Dosen: Prof. Achmad Zen Umar Purba S.H

Disusun oleh:Januar Abdul Razak(1306494331)Marlissa Dessy (1306494514)

PASCASARJANA FAKULTAS HUKUMMAGISTER HUKUM EKONOMIUNIVERSITAS INDONESIA2014Page 9 of 9