tugas metod resume jurnal

21
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN UNSUR HARA MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG PADA ULTISOL YANG DIKAPUR Jagung sebagai pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu juga digunakan pula sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri. Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku seperti industri makanan dan pakan ternak. Peningkatan produksi yang telah dicapai melalui perluasan areal tanam dan perbaikan teknologi produksi ternyata belum mampu untuk mengimbangi kebutuhan dan konsumsi jagung di dalam negeri. Tanaman jagung umumnya tidak toleran terhadap kemasaman tanah yang tinggi. Hasil penelitian Fox (1979) disimpulkan bahwa kejenuhan Al merupakan parameter yang lebih tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada tanah masam. Tanaman jagung akan di bawah 90 % dari maksimum apabila kejenuhan Al melebihi 12 %. Bila kejenuhan Al > 40 % pertumbuhan tanaman jagung akan menurun secara tajam. Dilihat dari luasannya, Ultisol memiliki potensi untuk pengusahaan pengembangan tanaman jagung. Namun pemanfaatan Ultisol untuk budidaya jagung menghadapi berbagai kendala, seperti rendahnya tingkat kesuburan dan pH serta tingginya kejenuhan Al. Tanah ini juga rendah dalam kandungan unsur hara makro seperti P, N, K, Mg dan kandungan unsur hara mikro seperti Zn, Mo dan Pb. Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk oleh kemasaman tanah yang tinggi merupakan

Upload: rita-wati

Post on 01-Jul-2015

332 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas metod resume jurnal

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DANUNSUR HARA MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN

JAGUNG PADA ULTISOL YANG DIKAPUR

Jagung sebagai pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping

itu juga digunakan pula sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri.

Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya industri yang menggunakan jagung

sebagai bahan baku seperti industri makanan dan pakan ternak. Peningkatan produksi yang

telah dicapai melalui perluasan areal tanam dan perbaikan teknologi produksi ternyata

belum mampu untuk mengimbangi kebutuhan dan konsumsi jagung di dalam negeri.

Tanaman jagung umumnya tidak toleran terhadap kemasaman tanah yang tinggi. Hasil

penelitian Fox (1979) disimpulkan bahwa kejenuhan Al merupakan parameter yang lebih

tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada tanah masam. Tanaman jagung

akan di bawah 90 % dari maksimum apabila kejenuhan Al melebihi 12 %. Bila kejenuhan

Al > 40 % pertumbuhan tanaman jagung akan menurun secara tajam.

Dilihat dari luasannya, Ultisol memiliki potensi untuk pengusahaan pengembangan

tanaman jagung. Namun pemanfaatan Ultisol untuk budidaya jagung menghadapi berbagai

kendala, seperti rendahnya tingkat kesuburan dan pH serta tingginya kejenuhan Al. Tanah

ini juga rendah dalam kandungan unsur hara makro seperti P, N, K, Mg dan kandungan

unsur hara mikro seperti Zn, Mo dan Pb. Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk

oleh kemasaman tanah yang tinggi merupakan salah satu cara yang sudah lama dikenal dan

diterapkan. Dengan tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampai tingkat yang tidak

membahayakan bagi pertumbuhan tanaman.

Bahan organik tanah merupakan suatu sistem yang komplek dan dinamis, berasal

dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami

perubahan yang dipengaruhi faktor biologi, fisika dan kimia tanah. Bahan organik dapat

berasal dari sisa tanaman, hewan seperti dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau,

kompos dan sebagainya. Pupuk kandang sebagai sumber bahan organik tanah mempunyai

kandungan hara yang berbeda-beda tergantung dari macam hewan, umur hewan, macam

makanan, perlakuan dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Penambahan bahan organik

juga dapat meningkatkan kapasitas jerapan karena berbagai gugus fungsional yang

dimilikinya.

Penelitian dilaksanakan dengan percobaan pot di rumah kaca Jurusan Tanah

Fakultas Pertanian UGM. Tanah ultisol diambil dari Jasinga, Jawa Barat, pada beberapa

Page 2: tugas metod resume jurnal

tempat sedalam 0 – 20 cm lalu dicampur (contoh tanah komposit). Sebagai tanaman

indikator digunakan jagung varietas Arjuna. Pupuk kandang yang dipakai untuk perlakuan

adalah pupuk kandang sapi sedang untuk pengapuran digunakan CaCO3. Untuk

mencukupi kebutuhan N,P, K, Mg, Mo dan B diberikan pupuk basal.

Penelitian ini merupakan percobaan pot dengan rancangan acak lengkap faktorial

yang terdiri dari 3 faktor, yaitu pupuk kandang (0, 15, 30 ton.ha-1), unsur hara mikro Cu,

Fe, Zn dan Mn (dalam bentuk CuSO4.5H2O, Fe2(SO4)3.7H2O, ZnSO4.7H2O dan

MnSO4.H2O dengan aras 0, 14, 28 kg ha-1) dan kapur (tanpa kapur dan dikapur sampai

mencapai kejenuhan aluminium ± 10%).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh kombinasi unsur hara

mikro, pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung (2) mendapatkan

kombinasi yang terbaik antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur terhadap

pertumbuhan tanaman jagung.

Hasilnya menunjukkan bahwa pengapuran yang dilakukan meningkatkan semua

parameter pertumbuhan, yaitu tinggi tanaman, berat segar trubus, berat kering trubus, berat

segar akar dan berat kering akar. Pemberian pupuk kandang sampai dosis 30 ton ha-1

masih mampu meningkatkan berat segar trubus dan berat kering trubus. Pemberian unsur

hara mikro 14 kg ha-1 memberikan berat segar trubus dan berat kering trubus yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pemberian unsur hara mikro 28 kg ha-1. Kombinasi

pemberian pupuk kandang 30 ton ha-1, unsur hara mikro 14 kg ha-1 dan kapur

menghasilkan berat segar trubus dan berat kering trubus tertinggi.

Terjadi interaksi antara pupuk kandang, takaran kapur dan unsur hara mikro dalam

mempengaruhi parameter-parameter yang diamati. Pemberian pupuk kandang dan kapur

menurunkan ketersediaan maupun konsentrasi unsur hara mikro di jaringan, meningkatkan

berat basah dan berat kering akar maupun trubus. Pengapuran menurunkan Al-dd dan

kejenuhan Al tetapi meningkatkan KPK maupun pH tanah. Pemberian unsur hara mikro

meningkatkan unsur hara mikro baik ketersediaan dalam tanah maupun konsentrasinya

dalam jaringan tanaman.

Dikutip dari Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) p: 116-123

Penelitian ini termasuk applied research, karena hasil dari penelitian ini bisa diterapkan

oleh petani untuk meningkatkan hasil dan produksi tanamannya.

Page 3: tugas metod resume jurnal

POTENSI EKSTRAK KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri T et B)DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI

Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang paling kaya kayu ulin

(Eusideroxylon zwageri T et B). Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan

bangunan, seperti konstruksi rumah/gedung, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan. Di

samping itu, masyarakat di kalimantan memanfaatkan pula kayu ulin sebagai komponen

konstruksi rumah seperti kusen jendela dan pintu, daun pintu, serta hiasan rumah.

Tingginya tingkat pemanfaatan kayu ulin selain mengancam kelestarian kayu ulin dapat

pula menimbulkan pencemaran lingkungan. Industri penggergajian kayu ulin

menghasilkan limbah berupa serbuk gergaji.

Sejauh ini limbah tersebut dibuang begitu saja ke lingkungan dan mencemari

lingkungan khususnya perairan sungai, karena industri penggergajian kayu ulin umumnya

memang berada di tepi sungai. Walaupun sudah ada anggota masyarakat yang

memanfaatkan limbah itu, belum ada kegiatan yang secara signifikan dapat mencegah

penimbunan limbah kayu ulin. Oleh sebab itu harus dicari berbagai alternatif pemanfaatan

limbah tersebut untuk mengimbangi laju pertambahan atau penumpukannya. Di antara

kemungkinan pemanfaatan limbah kayu ulin adalah sebagai obat tradisional. Sebagian

masyarakat di kalimantan telah biasa mengunakan air rebusan kayu ulin untuk mengobati

sakit gigi. Adanya tradisi menggunakan air rendaman kayu ulin untuk mengobati sakit gigi

menimbulkan dugaan bahwa kayu ulin mengandung zat atau senyawa yang dapat

membunuh kuman penyebab sakit gigi (antibiotik). Akan tetapi, ada pula kemungkinan

bahwa khasiat kayu ulin untuk mengatasi sakit gigi itu hanya karena kayu ulin

mengandung zat atau senyawa yang dapat mengurangi rasa sakit (analgesik).

Uji fitokimia pendahuluan mengindikasikan bahwa kayu ulin mengandung

berbagai senyawa kimia, antara lain golongan alkaloid, flavonoid, triterpenoid, tanin, dan

saponin. Flavonoid, triterpenoid dan saponin adalah senyawa kimia yang memiliki potensi

sebagai antibakteri dan antivirus. Sementara itu senyawa alkaloid juga penting bagi

industri farmasi karena kebanyakan mempunyai efek fisiologis tertentu. Dilihat dari

kandungannya itu, diduga kayu ulin memang mempunyai potensi untuk membunuh kuman

atau mikroba. Meskipun demikian perlu dilakukan pengujian secara ilmiah untuk

memperoleh data empiris yang dapat dipergunakan untuk menarik generalisasi yang sahih

mengenai potensi kayu ulin tersebut. Masyarakat biasa mempergunakannya untuk

mengobati sakit gigi, karena itu pengujian daya antibakteri kayu ulin sebaiknya juga

Page 4: tugas metod resume jurnal

dilakukan terhadap bakteri yang biasanya terdapat di mulut dan bisa menyebabkan sakit

gigi.

Kuman yang biasanya terdapat di dalam mulut di antaranya adalah Streptococcus

mutans, Streptococcus viridans, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus pneumoniae,

dan Staphylococcus aureus. Di antara kuman-kuman tadi, Staphylococcus aureus sering

dipakai dalam pengujian daya antibakteri. Selain terdapat di dalam mulut, Staphylococcus

aureus juga dapat menginfeksi jaringan atau alat tubuh lain dan menyebabkan timbulnya

penyakit dengan tanda-tanda yang khas seperti peradangan, nekrosis, dan pembentukan

abses. Potensi ekstrak kayu ulin menghambat Staphylococcus aureus. Kuman ini juga

dapat menyebabkan terjadinya septikemia, endokarditis, meningitis, abses serebri, sepsis

purpuralis, dan pneumonia. Dengan demikian, daya antibakteri ekstrak kayu ulin dapat

diuji terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian ini selain mencari alternatif pemanfaatan

limbah kayu ulin agar tidak mencemari lingkungan, juga alternatif antibiotik, khususnya

terhadap Staphylococcus aureus dan penyakit yang disebabkannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kayu ulin mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini diduga karena adanya kandungan

senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, triterpenoid, tanin, dan saponin di dalam ekstrak

kayu ulin. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Di antara berbagai kerusakan yang dapat terjadi pada sel bakteri tersebut, yang

mungkin terjadi pada bakteri Staphylococcus aureus akibat pemberian ekstrak kayu ulin

adalah penghambatan terhadap sintesis dinding sel. Ini didasarkan pada adanya kandungan

flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Senyawa fenol dapat bersifat koagulator

protein. Protein yang menggumpal tidak dapat berfungsi lagi, sehingga akan mengganggu

pembentukan dinding sel bakteri. Selain itu, daya antibakteri ekstrak kayu ulin diduga juga

berkaitan dengan adanya senyawa alkaloid yang, seperti halnya senyawa flavonoid, juga

dapat mempengaruhi dinding sel. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif.

Dinding sel bakteri gram positif terdiri atas peptidoglikan yang sangat tebal yang

memberikan kekakuan untuk mempertahankan keutuhan sel. Proses perakitan dinding sel

bakteri diawali dengan pembentukan rantai peptida yang akan membentuk jembatan silang

peptida yang menggabungkan rantai glikan dari peptidoglikan pada rantai yang lain

sehingga menyebabkan dinding sel terakit sempurna. Jika ada kerusakan pada dinding sel

atau ada hambatan dalam pembentukannya dapat terjadi lisis pada sel bakteri sehingga

Page 5: tugas metod resume jurnal

bakteri segera kehilangan kemampuan membentuk koloni dan diikuti dengan kematian sel

bakteri.

Setiap senyawa yang menghalangi tahap apapun dalam sintesis peptidoglikan akan

menyebabkan dinding sel bakteri diperlemah dan sel menjadi lisis. Lisisnya sel bakteri

tersebut dikarenakan tidak berfungsinya lagi dinding sel yang mempertahankan bentuk dan

melindungi bakteri yang memiliki tekanan osmotik dalam yang tinggi. Staphylococcus

aureus merupakan bakteri gram positif yang memiliki tekanan osmotik dalam 3 – 5 kali

lebih besar dari bakteri gram negatif, sehingga lebih mudah mengalami lisis. Tanpa

dinding sel, bakteri tidak dapat bertahan terhadap pengaruh luar dan segera mati. Oleh

karena itu, diduga adanya gangguan atau penghambatan pada perakitan dinding sel utuh

yang tepat serta lisisnya dinding sel dapat menerangkan efek menghambat/bakteriostatik

dari ekstrak kayu ulin. Penggunaan konsentrasi ekstrak kayu ulin yang berbeda

memberikan tingkat pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

Pertumbuhan bakteri benar-benar dihambat pada konsentrasi ekstrak 2% dan 2,5%.

Semua ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi konsentasi ekstrak kayu ulin maka

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus semakin dihambat karena semakin banyak

bahan aktif dalam larutan uji. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perlakuan yang

berpotensi untuk menghambat total pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah

mulai konsentrasi 2%. Artinya, konsentrasi terendah untuk menghambat total pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus adalah 2%. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini

memberikan data empiris yang mengonfirmasi adanya daya antibakteri pada ekstrak kayu

ulin, khususnya terhadap Staphylococcus aureus.

Dikutip dari jurnal BIOSCIENTIAE Volume 4, Nomor 1, Januari 2007, Halaman 37-42

Penelitian ini termasuk basic research, karena yang diteliti adalah bakteri dan hasil

penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan produk yang dapat

langsung diaplikasikan oleh masyarakat luas.

Page 6: tugas metod resume jurnal

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DI WILAYAH SUMATERA BARAT DAN RIAU

TERHADAP PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE)

Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan

penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Telah

diterima sebagai kesepakatan internasional bahwa hutan yang berfungsi penting bagi

kehidupan dunia, harus dibina dan dilindungi dari berbagai tindakan yang berakibat

hilangnya keseimbangan ekosistem dunia. Namun ada saja tindakan dari manusia yang

melakukan perusakan hutan diantaranya melaui pembakaran hutan yang akhir-akhir ini

semakin marak di Indonesia.

Padahal kerugian sosial ekonomi dan ekologis yang timbul oleh kebakaran hutan

cukup besar, bahkan dalam beberapa hal sulit untuk diukur dengan nilai rupiah. Secara

ekologis insiden kebakaran hutan mengancam flora dan fauna alam Indonesia yang khas,

bahkan mungkin membuat punah. Saat ini telah terjadi peningkatan pembakaran hutan

secara besar-besaran di Wilayah Propinsi Sumatera Barat dan Riau. Akibat kebakaran hutan

di kedua propinsi tersebut telah menimbulkan kabut asap dalam jumlah besar. Hal yang

mengkhawatirkan adalah bila dicermati dari tahun ke tahun pembakaran hutan yang terjadi

malah semakin meningkat.

Pada dasarnya, praktek pembakaran lahan atau hutan merupakan salah satu cara

yang digunakan oleh perkebunan besar di Riau untuk menaikan pH tanah, disamping biaya

yang murah sehingga cocok untuk tanaman seperti sawit. Namun sayangnya, praktek

pembakaran lahan atau hutan dengan biaya murah tersebut tidak mempertimbangkan

kerugian yang ditimbulkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain di Riau

kebakaran hutan juga terjadi di Wilayah Propinsi Sumatera Barat yang juga mengalami

peningkatan pembakaran hutan dari tahun ke tahun. Kebakaran hutan yang terjadi di kedua

wilayah tersebut telah menimbulkan kerugian yang cukup banyak diantaranya hilangnya

kesempatan panen, penyakit pernapasan (ISPA), menganggu penerbangan, rusaknya

lingkungan dengan hilangnya suatu ekosistem dan lainnya. Dampak sampingan lainnya yang

telah mulai dirasakan adalah naiknya suhu permukaan bumi telah menimbulkan cuaca panas

dan kering yang pada akhirnya ikut serta mendorong perubahan iklim (Climate Change).

Saat sekarang suhu dan cuaca sudah mengalami perubahan yang signifikan.

Misalnya kalau dulu pada bulan-bulan tertentu (seperti bulan November - Desember) musim

Page 7: tugas metod resume jurnal

hujan sekarang sudah tidak bisa lagi diprediksi. Bahkan pada bulan-bulan tersebut malah

yang terjadi musin panas dan kering. Hal ini tentu menyulitkan bagi petani dalam menanam

karena mereka menanam tersebut terlebih dahulu memprediksikan kapan waktu terbaik

untuk itu.

Akibat kebakaran hutan maka menyebabkan hilangnya sejumlah mata pencaharian

masyarakat di dan sekitar hutan. Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan

hidupnya dari hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan

dari kebakaran tersebut sedikit banyak mengganggu aktivitasnya yang secara otomatis juga

ikut mempengaruhi penghasilannya. Setelah kebakaran usaipun dipastikan bahwa

masyarakat kehilangan sejumlah areal dimana ia biasa mengambil hasil hutan tersebut

seperti rotan, karet dan sebagainya. Terganggunya aktivitas sehari-hari akibat adanya

gangguan asap secara otomatis juga mengganggu aktivitas yang dilakukan manusia sehari-

hari. Disamping itu, juga terjadi peningkatan jumlah hama. Sejumlah spesies dikatakan

sebagai hama bila keberadaan dan aktivitasnya mengganggu proses produksi manusia. Bila

tidak “mencampuri” urusan produksi manusia maka ia akan tetap menjadi spesies

sebagaimana spesies yang lain. Sejumlah spesies yang potensial untuk menjadi hama

tersebut selama ini berada di hutan dan melakukan interaksi dengan lingkungannya

membentuk rantai kehidupan. Kebakaran yang terjadi justru memaksanya terlempar dari

rantai ekosistem tersebut. Dan dalam beberapa kasus ‘ia’ masuk dalam komunitas manusia

dan berubah fungsi menjadi hama dengan merusak proses produksi manusia yang ia

tumpangi atau dilaluinya.

Hal terpenting dari dampak kebakaran hutan yang terjai di wilayah Sumatera Barat

dan Riau adalah terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan. Hilangnya sejumlah spesies

kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis pohon namun juga

menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya. Umumnya satwa yang ikut musnah

ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar karena api telah mengepung

dari segala penjuru. Belum ada penelitian yang mendalam seberapa banyak spesies yang

ikut tebakar dalam kebakaran hutan di Indonesia. Ancaman erosi dari kebakaran yang

terjadi di lereng-lereng pegunungan ataupun di dataran tinggi akan memusnahkan

sejumlah tanaman yang juga berfungsi menahan laju tanah pada lapisan atas untuk tidak

terjadi erosi. Pada saat hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah akibat

terbakar sebagai pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke bawah yang

pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga longsor.

Page 8: tugas metod resume jurnal

Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan hutan sebelum terbakar secara

otomatis memiliki banyak fungsi. Sebagai catchment area, penyaring karbondioksida 

maupun sebagai mata rantai dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga

keseimbangan planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut

juga hilang dan karbondioksida tidak lagi disaring namun melayang-layang diudara.

Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat terserap dengan baik karena

hilangnya fungsi serapan dari hutan yang telah terbakar tersebut.

Hutan itu sendiri mengalami perubahan peruntukkan menjadi lahan-lahan

perkebunan dan kalaupun tidak maka ia akan menjadi padang ilalang yang akan

membutuhkan waktu lama untuk kembali pada fungsinya semula. Kebakaran hutan 

memang tidak secara signifikan menyebabkan perubahan kualitas air. Kualitas air yang

berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi yang muncul di bagian hulu. Ketika air hujan

tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh

butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang ada. Akibatnya

adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang apabila ada hujan di atas

gunung ataupun di hulu sungai sana. Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih

disebabkan faktor asap. Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus

dalamnya lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa

spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk melakukan fotosintesa. Sedimentasi di

aliran sungai akibat tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di

bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat

erosis yang terus menerus.

Di Indonesia sendiri, dampak perubahan iklim (climate change) sudah sangat

nyata dan bila tidak diantisipasi mulai sekarang, kerugiannya bakal sangat besar. Akibat

perubahan iklim maka permukaan laut Indonesia naik 0,8 cm per tahun dan berdampak

pada tenggelamnya pulau-pulau nusantara hampir satu meter dalam 15 tahun ke depan.

Dampak lain dari perubahan iklim adalah terjadinya pergeseran iklim dari yang seharusnya

Juni 2006 sudah musim kemarau, Kalimantan dan Sumatra malah masih mengalami banjir

besar dan bulan September yang seharusnya sudah dimulai musim hujan bergeser mulai

bulan November.

Indikasi perubahan iklim yang begitu jelas dirasakan misalnya kenaikan suhu

yang ekstrem beberapa waktu belakangan ini misalnya suhu di Kalimantan yang biasanya

sekitar 35 derajat Celcius naik menjadi 39 derajat Celcius. Di Sumatera yang biasanya

Page 9: tugas metod resume jurnal

berkisar pada 33-34 derajat naik menjadi 37 derajat, dan di Jakarta yang biasanya 32-34

naik menjadi 36 derajat Celcius. Akibat dari hal itu bisa sungguh fatal di mana

diperkirakan Indonesia akan kehilangan 2.000 pulau dan mundurnya garis pantai yang

mengakibatkan luas wilayah Indonesia akan berkurang. Kenaikan muka air laut tidak

hanya mengancam pesisir pantai tetapi juga di kawasan perkotaan. Dewasa ini setiap kali

terjadi hujan di beberapa daerah di Indonesia diikuti dengan banjir besar yang

menengelamkan dan mengenangi area-area pemukiman penduduk dan hal ini dulunya

tidak pernah terjadi.

Kebakaran besar hutan yang terjadi baru-baru ini di wilayah Sumatera Barat dan

Riau telah ikut menyumbang terjadinya perubahan iklim mengingat kebakaran tersebut

menyebabkan bumi menjadi semakin panas. Sehingga suhu bumi yang panas

mengakibatkan pemanasan global yang pada akhirnya menuju pada perubahan iklim yang

tidak seimbang lagi. Musin panas yang lama disusul dengan musim hujan yang tiada

putusnya dan mengakibatkan banjir serta musibah lainnya. Semuanya akibat

keseimbangan ekosistem yang tidak terjaga.

Akibat kebakaran hutan di Propinsi Sumatera Barat dan Riau tidak hanya

mengakibatkan kerugian ekonomis dan kerusakan ekosistem. Kita juga dicap sebagai

bangsa dan masyarakat yang tidak bisa dan tidak mau memelihara kekayaan alam. Padahal

kawasan hutan di Indonesia luasnya mencapai 10 persen dari hutan tropis yang ada di

dunia atau ke tiga terbesar setelah Zaire dan Brasil. Dampaknya secara ekologis telah

menyebabkan tebalnya asap dan kobaran api yang menjalar luas telah mengakibatkan suhu

bumi menjadi panas. Pada akhirnya memberikan dapat terhadap perubahan iklim (climate

change). Bumi yang panas akan mempengaruhi suhu udara sehingga musim hujan dan

musim kering mengalami perubahan. Dan jika ini dibiarkan berlarut-larut akan dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan secara global

Dikutip dari Artikel Ilmiah Penelitian Dosen Muda.

Penelitian ini termasuk action research, karena penelitiannya berupa studi kasus.

Page 10: tugas metod resume jurnal

KULTUR JARINGAN BEBERAPA KULTIVAR BUAH PISANG (Musa paradisiaca L.)

DENGAN PEMBERIAN CAMPURAN NAA DAN KINETIN

Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Propinsi

Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah produksi dan wilayah potensial

dikembangkannya tanaman pisang. Produksi pisang rata-rata untuk Kalimantan Selatan

tahun 1995 – 1999 adalah 20.571,8 ton, pada tahun 2000 adalah 11.731 ton, dan pada

tahun 2001 adalah 16.589 ton dengan luas panen 8.150 Ha. Jenis pisang yang dikenal di

Kalimantan Selatan antara lain pisang manurun (kepok), pisang mauli (uli), pisang talas

dan pisang raja. Pisang kepok dan talas sering dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk

kolak pisang atau pisang goreng, sedangkan pisang mauli (uli) sering dihidangkan sebagai

pencuci mulut dalam acara selamatan dan perkawinan.

Kendala pengadaan bibit unggul secara konvensional adalah sulit mendapatkan

bibit yang berkualitas dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Salah satu

keunggulan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan adalah sangat

dimungkinkan mendapatkan bahan tanam dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Dalam

kultur jaringan pisang, sampai saat ini yang banyak dikenal adalah kultur dengan eksplan

bonggol. Apabila dibandingkan dengan jantung pisang maka mendapatkannya lebih

mudah dan jumlah eksplan yang didapat lebih banyak bahkan mencapai 200 eksplan setiap

jantung pisang, serta lebih kecil resikonya terhadap kontaminasi sebab bukan berasal dari

tanah dan tertutup rapat oleh kelopak.

Dari sekian banyak jenis media dasar yang digunakan dalam teknik kultur jaringan,

tampaknya media MS (Murashige dan Skoog) mengandung jumlah hara organik yang

layak untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur.

Dalam kultur jaringan, dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting

adalah sitokinin dan auksin. NAA (Naftaleine Asetat Acid) adalah zat pengatur tumbuh

yang tergolong auksin. Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan bahwa

auksin dapat meningkatkan sintesa protein. Dengan adanya kenaikan sintesa protein, maka

dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan. Adapun kinetin (6-furfury

amino purine) tergolong zat pengatur tumbuh dalam kelompok sitokinin. Kinetin adalah

kelompok sitokinin yang berfungsi untuk pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis.

Page 11: tugas metod resume jurnal

Dalam pertumbuhan jaringan, sitokinin bersama-sama dengan auksin memberikan

pengaruh interaksi terhadap deferensiasi jaringan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui (1) pengaruh interaksi antara NAA dan

kinetin terhadap pertumbuhan eksplan tiga kultivar bakal buah pisang yang ditanam

dengan teknik kultur jaringan, (2) pengaruh masing-masing konsentrasi campuran NAA

dan kinetin dengan kultivar pisang yang terbaik terhadap pertumbuhan eksplan bakal buah

pisang yang ditanam dengan teknik kultur jaringan, (3) pengaruh campuran NAA dan

kinetin yang terbaik pada kultivar pisang, dan (4) pengaruh kultivar pisang terhadap

tingkat keberhasilan kultur jaringan bakal buah pisang.

Berdasarkan percobaan, persentase hidup eksplan sangat bervariasi dan perlakuan

NAA dan Kinetin, kultivar pisang, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata.

Beberapa eksplan yang mati rata-rata disebabkan oleh pencoklatan dan infeksi mikroba.

Pencoklatan terjadi pada umur 1 hari sampai 2 minggu setelah penaburan. Pencoklatan

salah satunya disebabkan oleh sintesis metabolit sekunder.

Kontaminasi pada bahan tanaman yang dikulturkan dapat terjadi karena adanya

infeksi secara eksternal maupun internal. Usaha pencegahan kontaminasi eksternal

dilakukan dengan sterilisasi permukaan bahan tanaman. Eksplan yang mengandung atau

terinfeksi bakteri, virus atau jamur akan menyebabkan kontaminasi pada tahap

pertumbuhan. Meskipun pada masa awal setelah penaburan tidak terjadi kontaminasi,

beberapa bulan berikutnya pertumbuhan jamur terlihat. Selain itu, faktor sterilitas ruangan

juga sangat menentukan terhadap kontaminasi. Ruangan yang sudah steril dapat saja

berubah menjadi tidak steril pada saat musim hujan, sehingga dapat membawa masuknya

bakteri dan jamur dari luar, serta dapat meningkatkan kelembaban yang akan mempercepat

perkembangan mikroorganisme. Pengambilan meristem sebagai eksplan harus dilakukan

dalam ruang steril (aseptik) agar tidak terkontaminasi.

Respon perubahan eksplan bakal buah setelah dikulturkan dapat dikatakan cukup

cepat. Pada mulanya, eksplan berubah dari putih kekuningan menjadi coklat pada bagian

bekas pemotongan dan menjadi kehijauan pada bagian yang tidak mengalami pelukaan.

Pada pengamatan 2 minggu setelah kultur, eksplan membengkak kemudian ujung bakal

buah merekah, dan beberapa minggu kemudian terbentuk kalus.

Percobaan menunjukkan bahwa campuran NAA dan kinetin, kultivar pisang, dan

interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap saat pembentukan kalus. Hal ini

Page 12: tugas metod resume jurnal

terjadi kemungkinan karena pembentukan kalus pada bakal buah pisang hanya dipengaruhi

oleh kandungan auksin endogen saja. Pada kultur jaringan bakal buah pisang, bakal buah

mampu beregenerasi tanpa tambahan IAA (auksin) dari luar, walaupun tambahan IAA

meningkatkan baik nilai persentase eksplan yang membentuk tunas maupun jumlah tunas

mikro yang dihasilkan pereksplan. Diduga dalam buah pisang telah terkandung auksin

endogen yang cukup untuk memobilisasi sel-selnya guna membentuk individu-individu

baru.

Dalam penelititan ini tunas tidak terbentuk. Saat tumbuh tunas dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu faktor eksplan, media, dan lingkungan. Eksplan bakal buah pisang

kemungkinan memang sulit untuk pembentukan tunas. Kultur Jaringan bakal buah pisang

telah dilakukan oleh Ram et al. (1964), namun eksplan tersebut hanya membentuk kalus

dan tidak berkembang menjadi organ. Manyatakan bahwa hormon yang dihasilkan oleh

eksplan belum cukup untuk menginduksi kalus apalagi sampai terjadinya organogenesis.

Faktor lain yang menyebabkan tidak terbentuknya tunas pada percobaan ini adalah

kombinasi NAA dan kinetin yang kurang tepat, dengan konsentrasi NAA terlalu rendah

dibandingkan kinetin.

Pada percobaan ini tunas akar juga tidak terbentuk. Saat tumbuhnya akar juga

dipengaruhi pertumbuhan tunas: tunas tumbuh dengan baik memacu pertumbuhan akar,

apabila pertumbuhan tunas terhambat maka pertumbuhan akar pun terhambat.

Terhambatnya pembentukan akar juga disebabkan oleh tingginya konsentrasi kinetin

dalam media.

Dikutip dari jurnal BIOSCIENTIAE Volume 2, Nomor 2, Juli 2005, Halaman 23-36

Penelitian ini termasuk applied research, karena hasil penelitian ini bisa langsung

diaplikasikan.

Page 13: tugas metod resume jurnal

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

Oleh :

RITAWATI1021201006

PROGRAM STUDI AGRONOMIPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ANDALASP A D A N G

2 0 1 0